SENIN, 29 NOVEMBER 2010 | MEDIA INDONESIA Cabai Biru di ... · 11/29/2010 · kebutuhan di sektor...

1
CEO Talks | 19 SENIN, 29 NOVEMBER 2010 | MEDIA INDONESIA “K ENAPA gambar ca- bai di brosur perusahaan Anda berwarna biru?” Mendengar pertanyaan itu, Darren Webster, Presiden Direktur PT Linde Indonesia, tersenyum semringah. Pria yang menuntaskan program MBA di AIM Sydney, Austra- lia, itu pun menjawab, “Tra- ditionally, cabai itu berwarna merah. Saya berupaya mendo- brak tradisi-tradisi itu dengan metafora ini.” Salah satu tradisi yang ia maksud berkaitan dengan stereotip perusahaan multina- sional. Perusahaan multina- sional acap kali identik dengan minimnya penyerapan tenaga kerja lokal. Namun, hal itu tidak berlaku bagi PT Linde Indonesia yang sudah nyaris 40 tahun berkiprah di Tanah Air. Dari ratusan pekerja di perusahaan yang baru saja ber- ganti nama dari PT BOC Gases Indonesia itu, hanya ada empat tenaga kerja asing--termasuk Darren yang baru hijrah dari Kuala Lumpur, Malaysia, ke Jakarta, pada Februari 2009. “Linde Group adalah peru- sahaan dunia terdepan dalam bidang gas dan engineering (rekayasa) dengan 48 ribu karyawan di lebih dari 100 negara. Keragaman ini, bagi kami, merupakan sebuah mo- dal tersendiri,” papar Darren saat berbincang dengan Media Indonesia di Hotel Ritz-Carlton, Jakarta, pekan lalu. Di Indonesia, kelompok usa- ha asal Jerman itu sebenarnya telah hadir sejak 2006, dengan mengakuisisi BOC Group dan kemudian membentuk Linde Group. Hingga kini, Linde sudah berinvestasi lebih dari 45 juta euro (sekitar Rp550 miliar). Investasi itu mulai dari efisiensi pabrik pemi- sahan udara, meningkatkan kapasitas pembangkit listrik, hingga membangun pabrik gas nitrogen baru yang bergerak di sektor produksi ban. Linde pun berencana mengembangkan industri gas alam cair (LNG) yang meru- pakan keunggulan global pe- rusahaan tersebut. Selain itu, ada pula rencana mengem- bangkan pabrik pemisahan udara dan hidrogen terutama di Jawa Barat dan Jawa Timur dengan investasi minimal 100 juta euro. “Pasar gas industri di Indo- nesia sangat kompetitif dan ini membuat kami perlu mening- katkan daya saing lebih dari ekspektasi pelanggan,” ucap Darren menjelaskan motivasi Linde meningkatkan bisnis di Indonesia. Saat ini, lanjut CEO berusia 46 tahun itu, pelanggan berharap lebih dari sekadar pemasok gas. Perusahaan dituntut untuk terus mendengarkan kebutuh- an klien dan mengembangkan solusi yang menawarkan man- faat gas nyata. Listrik tanpa putus Darren menilai Indonesia adalah negara dengan potensi besar dalam beragam hal. Apalagi, tidak sedikit yang meramalkan Indonesia akan segera bersanding dengan grup Brasil, Rusia, India, dan China (BRIC), yang merupa- kan empat negara berkembang utama di dunia. “Pertumbuhan di 2009 me- mang sedikit lambat karena dampak krisis ekonomi global masih terasa, tetapi pada 2010 sudah membaik. Tipikal untuk industri kami itu 1,5-2 kali pertumbuhan PDB (produk domestik bruto). Jadi kalau PDB Indonesia naik 6%, per- tumbuhan 12% itu sudah pa- ling bagus bagi kami.” Petumbuhan di Indonesia, sambung Darren, mencapai 15% dan itu cukup berada di atas rata-rata. Indonesia sen- diri menempati posisi keenam dari 11 negara di Asia Pasik bagi Linde Group bersama Ma- laysia, India, Thailand, Korea Selatan, dan Singapura. Oleh sebab itu itu, Darren mengaku optimistis atas masa depan industri gas dan reka- yasa di Indonesia. Akan tetapi, optimisme saja tidak cukup untuk mengem- bangkan industri ini. Perlu komitmen pemerintah dalam memenuhi kebutuhan industri terhadap listrik. CEO kelahiran Sydney, Australia, 46 tahun silam itu menga takan kualitas listrik merupakan kunci utama bagi perusahaan rekayasa gas se- perti Linde Indonesia. Meski- pun hanya mengonsumsi seki- tar 25 megawatt (Mw) hingga 30 Mw per pabrik yang mereka miliki, pasokan listrik harus konstan. Tidak boleh putus. “Lima menit saja listrik ter- putus, kami butuh 18 jam untuk memulihkannya kem- bali. Ini kerugian besar,” papar Darren. “Kami tidak butuh tenaga besar. Di negara-negara lain, kami mendapatkan dis- kon karena menggunakan tenaga listrik secara esien,” imbuhnya. Padahal, banyak hal yang dapat ditawarkan pihaknya. Selain teknologi pengembang- an LNG, Linde Group memi- liki keahlian dalam memenuhi kebutuhan di sektor medis. Kebutuhan gas di sini meli- puti gas terapeutik seperti gas oksigen medis dan peralatan medis. Indonesia mulai di- bidik untuk investasi Linde Indonesia. “Sayangnya, Linde memi- liki standar yang sangat tinggi sehingga untuk berinvestasi, kami memerlukan kontrol dan pengecekan standar. Indonesia harus meningkatkan ini supa- ya industri healthcare Anda bisa bersaing dengan Singapura,” papar Darren. Keseimbangan Pria yang aktif di Indonesian Industrial Gases Association (AIGI) ini memang bukan orang kemarin sore di bidang rekayasa energi. Pada 1985, Darren menyele- saikan program Structural Steel Fabrication Traineeship yang di- selenggarakan BHP Billion Steel di Port Kembla, Australia. Setahun kemudian, ia pindah dan bergabung dengan Linde Group. Bersama Linde Gas Australia, Darren berpindah- pindah di sejumlah pekerjaan manajerial, termasuk manaje- men Negara Bagian Queen- sland dan Australia Selatan. Adapun komunikasi, bagi Darren, merupakan salah satu aspek penting dalam menen- tukan sukses-tidaknya suatu kepemimpinan. Dituturkan salah satu karyawannya, Dar- ren selalu melakukan per- temuan setiap pagi di level manajemen senior sekitar 5-10 menit. Ia pun rutin melakukan safety walk satu minggu sekali dari pimpinan perusahaan ke semua fasilitas pabrik untuk berkomunikasi langsung de- ngan para karyawan. Pertemuan tiga bulan sekali dengan seluruh karyawan yang disebut quarterly town- hall meeting pun digalakkan guna membicarakan masalah keamanan dan keselamatan, kinerja perusahaan, program perusahaan ke depan dan lain sebagainya. “Dalam industri gas, safety (keamanan) adalah hal yang paling penting. Tugas saya se- bagai CEO untuk memastikan proses kerja dan produk kami memiliki standar keamanan tertinggi,” tegasnya. Meski mengemban tang- gung jawab yang berat sebagai seorang pemimpin perusahaan multinasional, Darren tidak mengabaikan keseimbangan antara kehidupan profesional dan pribadi. Karena itu, Darren sempat terkaget-kaget saat pertama kali bekerja di cabang Asia. “Saya terkejut dengan ba- nyaknya waktu yang diluang- kan karyawan di tempat kerja. Hal seperti itu tidak sehat, baik untuk kehidupan pribadi mau- pun keluarga Anda.” Ia pun menganjurkan tness untuk mengantisipasi stres yang ditimbulkan pekerjaan. “Anda bisa mendapat perspek- tif yang lebih jernih terhadap kesulitan yang sedang diha- dapi setelah menghabiskan waktu 1 jam berkeringat di gym,” tutur Darren yang juga menggemari olahraga selancar. (E-4) [email protected] [email protected] Cabai Biru di Industri Gas Listrik tanpa biarpet merupakan kunci utama bagi perusahaan rekayasa gas. Amahl Sharif Azwar Jajang Sumantri Pasar gas industri di Indonesia sangat kompetitif dan ini membuat kami perlu meningkatkan daya saing lebih dari ekspektasi pelanggan.” DARREN JAMES WEBSTER Tempat/tanggal lahir: Sydney, Australia/22 Oktober 1964 Status: Menikah, dua anak Pendidikan: 1974-1980 Higher school certificate Warilla High School, Wollongong, NSW, Australia 1981-1984 Structural Steel Fabrication Apprenticeship & Post Trade Wollongong TAFE College (Dux of Course) 1988-1989 Certificate in business communication Canberra TAFE College, Australia 1998-1999 Master of business administration AIM, Sydney, Australia 2010 Linde Global Leadership Development Circle Said Business School Oxford University, London, UK Karier: 1986-1988: Linde Gas Australia Pty Ltd Technical sales representative - Sydney 1988-1991: Linde Gas Australia Pty Ltd Branch manager - Canberra 1991-1994: Linde Gas Australia Pty Ltd State sales manager - Australia Selatan 1994-2005: Linde Gas Australia Pty Ltd State sales manager - Queensland 2005-2007: Linde Industrial Gases Malaysia (LIGM) and Linde Industrial Gases (LGM) Managing director 2007-2009: Linde Gas Singapore Pte Ltd General manager 2009-sekarang: PT Linde Indonesia President director MI/ROMMY P

Transcript of SENIN, 29 NOVEMBER 2010 | MEDIA INDONESIA Cabai Biru di ... · 11/29/2010 · kebutuhan di sektor...

Page 1: SENIN, 29 NOVEMBER 2010 | MEDIA INDONESIA Cabai Biru di ... · 11/29/2010 · kebutuhan di sektor medis. Kebutuhan gas di sini meli-puti gas terapeutik seperti gas oksigen medis dan

CEO Talks | 19 SENIN, 29 NOVEMBER 2010 | MEDIA INDONESIA

“KE N A P A gambar ca-bai di brosur perusahaan

Anda berwarna biru?”Mendengar pertanyaan

itu, Darren Webster, Presiden Direktur PT Linde Indonesia, tersenyum semringah. Pria yang menuntaskan program MBA di AIM Sydney, Austra-lia, itu pun menjawab, “Tra-ditionally, cabai itu berwarna merah. Saya berupaya mendo-brak tradisi-tradisi itu dengan metafora ini.”

Salah satu tradisi yang ia maksud berkaitan dengan stereotip perusahaan multina-sional. Perusahaan multina-sional acap kali identik dengan minimnya penyerapan tenaga kerja lokal. Namun, hal itu tidak berlaku bagi PT Linde Indonesia yang sudah nyaris 40 tahun berkiprah di Tanah Air. Dari ratusan pekerja di perusahaan yang baru saja ber-

ganti nama dari PT BOC Gases Indonesia itu, hanya ada empat tenaga kerja asing--termasuk Darren yang baru hijrah dari Kuala Lumpur, Malaysia, ke Jakarta, pada Februari 2009.

“Linde Group adalah peru-sahaan dunia terdepan dalam bidang gas dan engineering (rekayasa) dengan 48 ribu karyawan di lebih dari 100 negara. Keragaman ini, bagi kami, merupakan sebuah mo-dal tersendiri,” papar Darren saat berbincang dengan Media Indonesia di Hotel Ritz-Carlton, Jakarta, pekan lalu.

Di Indonesia, kelompok usa-ha asal Jerman itu sebenarnya telah hadir sejak 2006, dengan mengakuisisi BOC Group dan kemudian membentuk Linde Group. Hingga kini, Linde sudah berinvestasi lebih dari 45 juta euro (sekitar Rp550 miliar). Investasi itu mulai dari efisiensi pabrik pemi-sahan udara, meningkatkan kapasitas pembangkit listrik, hingga membangun pabrik gas nitrogen baru yang bergerak di sektor produksi ban.

L i n d e p u n b e re n c a n a mengembangkan industri gas alam cair (LNG) yang meru-pakan keunggulan global pe-rusahaan tersebut. Selain itu, ada pula rencana mengem-bangkan pabrik pemisahan udara dan hidrogen terutama

di Jawa Barat dan Jawa Timur dengan investasi minimal 100 juta euro.

“Pasar gas industri di Indo-nesia sangat kompetitif dan ini membuat kami perlu mening-katkan daya saing lebih dari ekspektasi pelanggan,” ucap Darren menjelaskan motivasi Linde meningkatkan bisnis di Indonesia.

Saat ini, lanjut CEO ber usia 46 tahun itu, pelanggan berharap lebih dari sekadar pemasok gas. Perusahaan dituntut untuk terus mende ngarkan kebutuh-an klien dan mengembangkan

solusi yang menawarkan man-faat gas nyata.

Listrik tanpa putusDarren menilai Indonesia

adalah negara dengan potensi besar dalam beragam hal. Apalagi, tidak sedikit yang meramalkan Indonesia akan segera bersanding dengan grup Brasil, Rusia, India, dan China (BRIC), yang merupa-kan empat negara berkembang utama di dunia.

“Pertumbuhan di 2009 me-mang sedikit lambat karena dampak krisis ekonomi global

masih terasa, tetapi pada 2010 sudah membaik. Tipikal untuk industri kami itu 1,5-2 kali pertumbuhan PDB (produk domestik bruto). Jadi kalau PDB Indonesia naik 6%, per-tumbuhan 12% itu sudah pa-ling bagus bagi kami.”

Petumbuhan di Indonesia, sambung Darren, mencapai 15% dan itu cukup berada di atas rata-rata. Indonesia sen-diri menempati posisi keenam dari 11 negara di Asia Pasifi k bagi Linde Group bersama Ma-laysia, India, Thailand, Korea Selatan, dan Singapura.

Oleh sebab itu itu, Darren mengaku optimistis atas masa depan industri gas dan reka-yasa di Indonesia.

Akan tetapi, optimisme saja tidak cukup untuk mengem-bangkan industri ini. Perlu komitmen pemerintah dalam memenuhi kebutuhan industri terhadap listrik.

CEO kelahiran Sydney, Australia, 46 tahun silam itu menga takan kualitas listrik merupakan kunci utama bagi perusahaan rekayasa gas se-perti Linde Indonesia. Meski-pun hanya mengonsumsi seki-tar 25 megawatt (Mw) hingga 30 Mw per pabrik yang mereka miliki, pasokan listrik harus konstan. Tidak boleh putus.

“Lima menit saja listrik ter-putus, kami butuh 18 jam untuk memulihkannya kem-bali. Ini kerugian besar,” papar Darren. “Kami tidak butuh tenaga besar. Di negara-negara lain, kami mendapatkan dis -kon karena menggunakan tenaga listrik secara efi sien,” imbuhnya.

Padahal, banyak hal yang dapat ditawarkan pihaknya. Selain teknologi pengembang-an LNG, Linde Group memi-liki keahlian dalam memenuhi kebutuhan di sektor medis.

Kebutuhan gas di sini meli-puti gas terapeutik seperti gas oksigen medis dan peralatan medis. Indonesia mulai di-bidik untuk investasi Linde Indonesia.

“Sayangnya, Linde memi-liki standar yang sangat tinggi sehingga untuk berinvestasi, kami memerlukan kontrol dan pengecekan standar. Indonesia harus meningkatkan ini supa-ya industri healthcare Anda bisa bersaing dengan Singapura,” papar Darren.

KeseimbanganPria yang aktif di Indonesian

Industrial Gases Association (AIGI) ini memang bukan orang kemarin sore di bidang rekayasa energi.

Pada 1985, Darren menyele-saikan program Structural Steel Fabrication Traineeship yang di-selenggarakan BHP Billion Steel di Port Kembla, Australia.

Setahun kemudian, ia pindah dan bergabung dengan Linde Group. Bersama Linde Gas Australia, Darren berpindah-pindah di sejumlah pekerjaan manajerial, termasuk manaje-men Negara Bagian Queen-sland dan Australia Selatan.

Adapun komunikasi, bagi Darren, merupakan salah satu aspek penting dalam menen-tukan sukses-tidaknya suatu

kepemimpinan. Dituturkan salah satu karyawannya, Dar-ren selalu melakukan per-temuan setiap pagi di level manajemen senior sekitar 5-10 menit.

Ia pun rutin melakukan safety walk satu minggu sekali dari pimpinan perusahaan ke semua fasilitas pabrik untuk berkomunikasi langsung de-ngan para karyawan.

Pertemuan tiga bulan sekali dengan seluruh karyawan yang disebut quarterly town-hall meeting pun digalakkan guna membicarakan masalah keamanan dan keselamatan, kinerja perusahaan, program perusahaan ke depan dan lain sebagainya.

“Dalam industri gas, safety (keamanan) adalah hal yang paling penting. Tugas saya se-bagai CEO untuk memastikan proses kerja dan produk kami memiliki standar keamanan tertinggi,” tegasnya.

Meski mengemban tang-gung jawab yang berat sebagai seorang pemimpin perusahaan multinasional, Darren tidak mengabaikan keseimbangan antara kehidupan profesional dan pribadi.

Karena itu, Darren sempat terkaget-kaget saat pertama kali bekerja di cabang Asia. “Saya terkejut dengan ba-nyaknya waktu yang diluang-kan karyawan di tempat kerja. Hal seperti itu tidak sehat, baik untuk kehidupan pribadi mau-pun keluarga Anda.”

Ia pun menganjurkan fi tness untuk mengantisipasi stres yang ditimbulkan pekerjaan. “Anda bisa mendapat perspek-tif yang lebih jernih terhadap kesulitan yang sedang diha-dapi setelah menghabiskan waktu 1 jam berkeringat di gym,” tutur Darren yang juga menggemari olahraga selancar. (E-4)

[email protected]@mediaindonesia.com

Cabai Biru di Industri GasListrik tanpa biarpet merupakan kunci utama bagi perusahaan rekayasa gas.

Amahl Sharif AzwarJajang Sumantri

Pasar gas industri di Indonesia sangat kompetitif dan ini membuat kami perlu meningkatkan daya saing lebih dari ekspektasi pelanggan.”DARREN JAMES WEBSTER

● Tempat/tanggal lahir: Sydney, Australia/22 Oktober 1964 ● Status: Menikah, dua anak● Pendidikan: 1974-1980 Higher school certificate Warilla High School, Wollongong, NSW, Australia 1981-1984 Structural Steel Fabrication Apprenticeship & Post Trade Wollongong TAFE College (Dux of Course) 1988-1989 Certificate in business communication Canberra TAFE College, Australia 1998-1999 Master of business administration AIM, Sydney, Australia 2010 Linde Global Leadership Development Circle Said Business School Oxford University, London, UK● Karier: 1986-1988: Linde Gas Australia Pty Ltd Technical sales representative - Sydney 1988-1991: Linde Gas Australia Pty Ltd Branch manager - Canberra 1991-1994: Linde Gas Australia Pty Ltd State sales manager - Australia Selatan 1994-2005: Linde Gas Australia Pty Ltd State sales manager - Queensland 2005-2007: Linde Industrial Gases Malaysia (LIGM) and Linde Industrial Gases (LGM) Managing director 2007-2009: Linde Gas Singapore Pte Ltd General manager 2009-sekarang: PT Linde Indonesia President director

MI/ROMMY P