PENGELOLAAN DAK: KONDISI DAN STRATEGI KE...

119
Dr. Riatu Mariatul Qibthiyyah (Universitas Indonesia) Dr. Machfud Sidik (Pakar Desentralisasi Fiskal) Drs. Masrizal, M.Soc. Sc (Universitas Andalas) PENULIS EDITOR Prof. Dr. Robert A. Simanjuntak (Universitas Indonesia) Dr. Hefrizal Handra (Universitas Andalas) KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan Didukung oleh: PENGELOLAAN DAK: KONDISI DAN STRATEGI KE DEPAN Australian Aid AUSTRALIA INDONESIA PARTNERSHIP FOR DECENTRALISATION (AIPD) LAPORAN TIM ASISTENSI KEMENTERIAN KEUANGAN BIDANG DESENTRALISASI FISKAL 2013

Transcript of PENGELOLAAN DAK: KONDISI DAN STRATEGI KE...

Page 1: PENGELOLAAN DAK: KONDISI DAN STRATEGI KE DEPANperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152569... · Ringkasan Eksekutif D. ana Alokasi Khusus (DAK) merupakan bagian dari

Dr. Riatu Mariatul Qibthiyyah(Universitas Indonesia)

Dr. Machfud Sidik(Pakar Desentralisasi Fiskal)

Drs. Masrizal, M.Soc. Sc (Universitas Andalas)

PENULIS EDITOR

Prof. Dr. Robert A. Simanjuntak(Universitas Indonesia)

Dr. Hefrizal Handra(Universitas Andalas)

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIADirektorat Jenderal Perimbangan Keuangan

Didukung oleh:

PENGELOLAAN DAK: KONDISI DAN STRATEGI KE DEPAN

AustralianAid

AUSTRALIA INDONESIA PARTNERSHIPFOR DECENTRALISATION (AIPD)

AustralianAid

AUSTRALIA INDONESIA PARTNERSHIPFOR DECENTRALISATION (AIPD)

AustralianAid

AUSTRALIA INDONESIA PARTNERSHIPFOR DECENTRALISATION (AIPD)

AustralianAid

AUSTRALIA INDONESIA PARTNERSHIPFOR DECENTRALISATION (AIPD)

LAPORAN TIM ASISTENSI KEMENTERIAN KEUANGANBIDANG DESENTRALISASI FISKAL 2013

Page 2: PENGELOLAAN DAK: KONDISI DAN STRATEGI KE DEPANperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152569... · Ringkasan Eksekutif D. ana Alokasi Khusus (DAK) merupakan bagian dari

| Mendekatkan Akses Keadilan Bagi Perempuan Korbanii

Page 3: PENGELOLAAN DAK: KONDISI DAN STRATEGI KE DEPANperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152569... · Ringkasan Eksekutif D. ana Alokasi Khusus (DAK) merupakan bagian dari

AustralianAid

AUSTRALIA INDONESIA PARTNERSHIPFOR DECENTRALISATION (AIPD)

AustralianAid

AUSTRALIA INDONESIA PARTNERSHIPFOR DECENTRALISATION (AIPD)

AustralianAid

AUSTRALIA INDONESIA PARTNERSHIPFOR DECENTRALISATION (AIPD)

AustralianAid

AUSTRALIA INDONESIA PARTNERSHIPFOR DECENTRALISATION (AIPD)Acknowledgement

Buku Pengelolaan DAK: Kondisi dan Strategi ke Depan ini

disusun oleh Tim Asistensi Kementerian Keuangan Bidang

Desentralisasi Fiskal (TADF) Republik Indonesia dan

didukung oleh Program Australia Indonesia Partnership for

Decentralisation (AIPD).

Disclaimer

Pandangan dan pendapat dalam buku Pengelolaan DAK:

Kondisi dan Strategi ke Depan ini bersumber dari Tim

Asistensi Kementerian Keuangan Bidang Desentralisasi Fiskal

(TADF) Republik Indonesia dan tidak menggambarkan

pandangan Pemerintah Australia.

Page 4: PENGELOLAAN DAK: KONDISI DAN STRATEGI KE DEPANperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152569... · Ringkasan Eksekutif D. ana Alokasi Khusus (DAK) merupakan bagian dari

| Mendekatkan Akses Keadilan Bagi Perempuan Korbaniv

Page 5: PENGELOLAAN DAK: KONDISI DAN STRATEGI KE DEPANperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152569... · Ringkasan Eksekutif D. ana Alokasi Khusus (DAK) merupakan bagian dari

v

Daftar Isi

Kata Pengantar Direktur Program AIPD ............................................. vii

Kata Pengantar Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan .............. ix

Daftar Tabel dan Diagram .................................................................. xi

Ringkasan Eksekutif ........................................................................... xiii

1 Pendahuluan ............................................................................... 1

1.1. Latar Belakang ...................................................................... 1

1.2. Permasalahan ........................................................................ 2

1.3. Metode Penelitian ................................................................. 3

1.4. Ruang Lingkup Penelitian ...................................................... 5

2 Perkembangan Kebijakan dan Pengelolaan DAK ........................ 7

2.1. Perkembangan Kebijakan Dana Alokasi Khusus ..................... 8

2.2. Perkembangan Besaran Alokasi dan Daerah Penerima Dana

Alokasi Khusus ...................................................................... 15

3 Hambatan dan Evaluasi Pengelolaan DAK .................................. 19

3.1. Hambatan Pengelolaan DAK ................................................. 19

3.2. Evaluasi Pengelolaan dan Kinerja Penyerapan DAK................ 31

Page 6: PENGELOLAAN DAK: KONDISI DAN STRATEGI KE DEPANperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152569... · Ringkasan Eksekutif D. ana Alokasi Khusus (DAK) merupakan bagian dari

PENGELOLAAN DAK: KONDISI DAN STRATEGI KE DEPANvi

4 Kebijakan DAK dan Pencapaian SPM .......................................... 40

4.1. Kebijakan DAK untuk Pendanaan SPM Pelayanan Dasar ........ 41

4.2. Kebijakan DAK untuk Pencapaian SPM: Pendekatan

Top-down atau Bottom-up .................................................... 44

5 Arah Kebijakan Pengelolaan Dana Alokasi Khusus: Identifikasi

Diskresi Pemerintah Daerah ........................................................ 52

5.1. Kebijakan Perencanaan DAK .................................................. 52

5.2. Kebijakan Formula Alokasi DAK ............................................. 55

5.3. Kebijakan Penggunaan: Petunjuk Teknis yang Bersifat Umum

dan terkait SPM ..................................................................... 58

5.4. Kebijakan Monitoring dan Evaluasi DAK: Pelibatan

Pemerintah Provinsi dan Performance-Based Criteria ............ 60

6 Kesimpulan dan Rekomendasi .................................................... 62

6.1. Kesimpulan ........................................................................... 62

6.2. Rekomendasi Umum ............................................................. 64

Daftar Pustaka .................................................................................... 67

Lampiran ........................................................................................... 69

Lampiran 1. Daftar Daerah Sampel dan Jumlah Responden ........ 69

Lampiran 2. Daftar Pertanyaan Kuesioner I dan Kuesioner II ....... 72

Lampiran 3. Arah Kegiatan DAK: Perkembangan Petunjuk

Teknis di 19 Bidang DAK .......................................... 77

Lampiran 4. SPM Bidang Pendidikan, Kesehatan, dan Pekerjaan

Umum ..................................................................... 87

Lampiran 5.1 Tabel Ulasan Singkat Petunjuk Teknis Bidang

Kesehatan dan Infrastruktur .................................... 93

Lampiran 5.2. Tabel Ulasan Singkat Petunjuk Teknis Bidang

Pendidikan ............................................................... 94

Lampiran 5.3. Tabel Ulasan Singkat Petunjuk Teknis Bidang

Lingkungan Hidup ................................................... 97

Lampiran 5.4. Tabel Ulasan Singkat Petunjuk Teknis Bidang Kelautan 98

Lampiran 5.5. Tabel Ulasan Singkat Petunjuk Teknis Bidang

Pertanian ................................................................. 100

Page 7: PENGELOLAAN DAK: KONDISI DAN STRATEGI KE DEPANperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152569... · Ringkasan Eksekutif D. ana Alokasi Khusus (DAK) merupakan bagian dari

vii

Kata Pengantar Direktur Program AIPD

Sejak tahun 2012, Program AIPD mendukung Kementerian Keuangan,

Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan melalui Tim Asistensi Ke-

menterian Keuangan Bidang Desentralisasi Fiskal (TADF), terutama

untuk pengembangan kebijakan desentralisasi fiskal berbasis penelitian

(research based policy).

Pada tahun 2013 TADF mendapatkan mandat untuk melaksanakan em-

pat kajian dan penyusunan sejumlah policy brief. Hasil kajian tersebut telah

didokumentasikan dalam empat judul buku berikut ini:

1) Pengelolaan Dana Alokasi Khusus (DAK): Kondisi dan Strategi ke Depan;

2) Municipal Development Funds sebagai Alternatif Pembiayaan Infra­

struktur Daerah;

3) Evaluasi Regulasi Pengelolaan Keuangan Daerah dan Pengaruhnya ter­

hadap Upaya Peningkatan Kualitas Belanja Daerah;

4) Evaluasi Pelaksanaan Undang­Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pa­

jak Daerah dan Retribusi dan Pengaruhnya terhadap Pendapatan Daerah.

Sedangkan hasil policy brief yang disusun oleh TADF didokumentasikan

dalam buku Policy Brief 2013.

Kami mengharapkan bahwa kelima buku tersebut dapat berkontribusi

untuk dialog kebijakan yang dapat memperkuat implementasi desentralisasi

fiskal di Indonesia, terutama untuk dampak peningkatan layanan publik bagi

masyarakat.

Jessica Ludwig-Maaroof

Direktur Program

Page 8: PENGELOLAAN DAK: KONDISI DAN STRATEGI KE DEPANperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152569... · Ringkasan Eksekutif D. ana Alokasi Khusus (DAK) merupakan bagian dari

| Mendekatkan Akses Keadilan Bagi Perempuan Korbanviii

Page 9: PENGELOLAAN DAK: KONDISI DAN STRATEGI KE DEPANperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152569... · Ringkasan Eksekutif D. ana Alokasi Khusus (DAK) merupakan bagian dari

ix

Dinamika hubungan keuangan pusat dan daerah yang juga dipe-

ngaruhi oleh perubahan kondisi global maupun dinamika politik

perlu mendapatkan perhatian serius dari Pemerintah Pusat karena

sangat berkaitan dengan berbagai kebijakan yang langsung berdampak pada

penyelenggaraan layanan publik oleh Daerah. Oleh karenanya, perbaikan

kebijakan yang didasarkan pada hasil kajian yang sifatnya netral, jujur, dan

ilmiah harus dilakukan secara terus menerus.

Dalam rangka melakukan perbaikan kebijakan yang berbasis penelitian

atau research based policy, maka Kementerian Keuangan telah menjalin

kerjasama dengan Tim Asistensi Kementerian Keuangan Bidang Desentralisasi

Fiskal (TADF). TADF beranggotakan para akademisi dari berbagai universitas

terkemuka di Indonesia dan para pakar di bidang desentralisasi fiskal dan

otonomi daerah. Pada tahun 2013, TADF telah melakukan empat buah pene-

litian dan menghasilkan 7 (tujuh) buah policy brief dan 1 (satu) buah policy

note.

Salah satu hasil penelitian tersebut adalah “Pengelolaan DAK: Kondisi

dan Strategi ke Depan”. Penelitian mengenai DAK sudah banyak dilakukan,

namun penelitian ini lebih fokus pada upaya mengidentifikasi diskresi peme-

rintah daerah dan menganalisis efisiensi pengelolaan DAK. Rekomendasi

Kata Pengantar Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan

Page 10: PENGELOLAAN DAK: KONDISI DAN STRATEGI KE DEPANperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152569... · Ringkasan Eksekutif D. ana Alokasi Khusus (DAK) merupakan bagian dari

hasil penelitian ini antara lain perlunya penekanan bahwa DAK diprioritaskan

untuk pencapaian SPM sektor pelayanan dasar, simplifikasi informasi dan

tahap penetapan petunjuk teknis, perlunya penerapan Medium Term Frame­

work (MTF) untuk pagu dan penggunaan DAK, dan simplifikasi prosedur

penyaluran dan monitoring evaluasi kegiatan DAK. Rekomendasi penelitian

lainnya adalah pemerintah pusat sebaiknya memberikan diskresi yang lebih

besar kepada pemerintah daerah dalam hal perencanaan DAK, pemerintah

daerah juga diharapkan lebih besar perannya dalam penyediaan data yang

akan dipakai dalam penghitungan formula alokasi, serta pemerintah daerah

baik Provinsi, Kabupaten, dan Kota harus lebih mengoptimalkan mekanisme

monitoring dan evaluasi DAK secara internal dan reguler.

Kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang

telah memberikan kontribusi dalam penelitian ini dan juga kepada Australia

Indonesia Partnership for Decentralization yang telah mendukung terlaksana-

nya rangkaian kegiatan TADF 2013. Kami berharap bahwa hasil penelitian ini

bermanfaat bagi kita semua dan pihak-pihak terkait lainnya dalam mendukung

pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal yang lebih baik di

Indonesia.

Direktur Jenderal,

Boediarso Teguh Widodo

Page 11: PENGELOLAAN DAK: KONDISI DAN STRATEGI KE DEPANperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152569... · Ringkasan Eksekutif D. ana Alokasi Khusus (DAK) merupakan bagian dari

xi

Tabel 2.1. Perkembangan Bidang DAK Tahun 2003-2013 ................... 10

Tabel 2.2. Proporsi Alokasi DAK Terhadap PDB ................................... 16

Tabel 2.3. Jumlah Pemerintah Kabupaten dan Kota Penerima DAK

2003-2013: Berdasarkan Bidang......................................... 17

Tabel 3.1. Regulasi Diketahui oleh (Unit SKPD) Pemerintah Daerah .... 20

Tabel 3.2. Perbandingan Tanggal Penetapan Petunjuk Teknis DAK

dengan Tanggal Penetapan Alokasi DAK ............................ 27

Tabel 3.3. Tahapan Pengelolaan DAK: Identifikasi Diskresi Pemerintah

Pusat dan Daerah ............................................................... 32

Tabel 3.4. Penyerapan Alokasi DAK Berdasarkan Bidang DAK ............. 35

Tabel 3.5. Rata-Rata Persentase Penyerapan DAK Per Wilayah

(Konsolidasi Provinsi Dan Kabupaten/Kota) ........................ 37

Tabel 4.1. Persepsi mengenai Tujuan DAK untuk Pencapaian Prioritas

Nasional, Pencapaian SPM, dan Tujuan Lainnya .................. 45

Tabel 4.2. Indikator Teknis dalam Penentuan Alokasi DAK .................. 47

Tabel 4.4. Pencapaian SPM, Penyerapan Alokasi DAK & Persentase

Realisasi Terhadap Pengeluaran Daerah (Konsolidasi

Kabupaten/Kota Sampel) .................................................... 51

Tabel 5.1. Persepsi mengenai Penetapan DAK dalam Medium Term

Framework (MTF) ............................................................... 55

Daftar Tabel dan Diagram

Page 12: PENGELOLAAN DAK: KONDISI DAN STRATEGI KE DEPANperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152569... · Ringkasan Eksekutif D. ana Alokasi Khusus (DAK) merupakan bagian dari

PENGELOLAAN DAK: KONDISI DAN STRATEGI KE DEPANxii

Tabel 5.2. Dana Pendamping DAK dari Pemerintah Daerah

disesuaikan dengan Kapasitas Fiskal Pemerintah Daerah .... 56

Tabel 5.3. Karakteristik Khusus Pemerintah Daerah Perlu Dibatasi

untuk Beberapa Bidang DAK .............................................. 57

Tabel 5.4. Kebijakan DAK Ke Depan: Pandangan Mengenai Juknis

yang Bersifat Umum ........................................................... 59

Diagram 3.1. Ada atau Tidaknya Regulasi yang Bermasalah dan Jenis

Regulasi yang Perlu Diperbaiki ....................................... 24

Diagram 3.2. Regulasi Petunjuk Teknis (Juknis) yang Perlu Diperbaiki .. 25

Diagram 3.3. Jenis Kegiatan DAK dapat dimasukkan dalam APBD ....... 29

Diagram 3.4. Alokasi DAK Mencerminkan Biaya Kegiatan ................... 34

Diagram 4.1. Persepsi Pencapaian SPM Berdasarkan Bidang ............... 42

Diagram 4.2. Kesesuaian Kegiatan DAK sesuai dengan RPJMD ............ 43

Diagram 4.3. Unit SKPD Pemerintah Daerah mengetahui Indikator

Teknis untuk Penetapan Alokasi DAK .............................. 44

Diagram 4.4. Jenis Kegiatan DAK dapat diubah untuk Pencapaian SPM 49

Diagram 5.1. Jumlah Pemerintah Daerah yangMendapatkan Alokasi

DAK selama 1, 2, dan 3 Tahun Berturut-Turut

(2010-2012) ................................................................... 54

Diagram 1. Jumlah Penerimaan Kuesioner II ..................................... 71

Page 13: PENGELOLAAN DAK: KONDISI DAN STRATEGI KE DEPANperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152569... · Ringkasan Eksekutif D. ana Alokasi Khusus (DAK) merupakan bagian dari

xiii

Ringkasan Eksekutif

Dana Alokasi Khusus (DAK) merupakan bagian dari Dana Perimbangan

yang erat kaitannya dengan strategi pembangunan nasional. Kegiat-

an DAK dalam bentuk program pelayanan kepada masyarakat,

diha rapkan tidak saja menjadi prioritas pembangunan bagi pemerintah pusat

te tapi juga mendapat dukungan dari pemerintah daerah. Hal ini mengingat

ketentuan mengenai kegiatan yang dapat didanai dari DAK adalah bentuk

kegiatan yang merupakan urusan pemerintah daerah.

Berdasarkan hal tersebut, studi ini difokuskan pada pembahasan me-

nge nai interaksi antara inisiatif pemerintah pusat dan inisiatif pemerintah

daerah dalam pengelolaan DAK terkait dengan tahapan perencanaan, pe-

netapan alokasi, penggunaan dan evaluasi. Melalui instrumen FGD (Focus

Group Discussion), kuesioner, in­depth interview dengan beberapa Kemen-

terian, dan juga ekplorasi data sekunder, studi ini mengidentifikasi diskresi

pemerintah daerah dan menganalisis efisiensi pengelolaan DAK. Studi ini

tidak menganalisis skema penetapan alokasi atau formula DAK, mengingat

berbagai studi terdahulu telah membahas mengenai reform formula DAK

(ADB 2011, Shah dkk 2012, DJPK dan GIZ 2013).

Perkembangan Kebijakan dan Pengelolaan DAK

Secara umum, DAK merupakan transformasi Dana Inpres (Instruksi Presiden)

di masa Pemerintahan Orde Baru yang diimplementasikan terakhir pada

Page 14: PENGELOLAAN DAK: KONDISI DAN STRATEGI KE DEPANperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152569... · Ringkasan Eksekutif D. ana Alokasi Khusus (DAK) merupakan bagian dari

PENGELOLAAN DAK: KONDISI DAN STRATEGI KE DEPANxiv

tahun 1998. Berbeda halnya dengan Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana

Bagi Hasil (DBH), pemanfaatan DAK ditentukan oleh Pemerintah Pusat. Se suai

dengan Pasal 1 angka 23 UU No. 33 Tahun 2004, pemerintah pusat me nya-

lurkan alokasi DAK untuk membantu daerah tertentu dalam pendanaan ke-

butuhan sarana prasarana pelayanan dasar masyarakat dan mendorong

percepatan pembangunan daerah untuk pencapaian sasaran prioritas na-

sional.

Pemerintah pusat melalui Bappenas menentukan target sektor pene rima

DAK setiap tahun, sesuai dengan prioritas nasional. Bappenas menen tu kan

sektor penerima DAK, dan didasarkan PP No. 55 Tahun 2005, Kemen terian

Teknis terkait menetapkan program yang menjadi prioritas nasional di sektor

tersebut. Selama tahun 2003-2013, total alokasi DAK mengalami pe ningkatan

dan untuk tahun 2013 DAK dialokasikan pada sekitar 90% dae rah kabupaten

dan kota yang meliputi 19 bidang. Terdapat peningkatan bidang dari 5

bidang prioritas di tahun 2003 menjadi 19 bidang sejak tahun 2011. Dan

hampir di setiap bidang, terdapat peningkatan jumlah daerah penerima,

walaupun pagu alokasi untuk setiap bidang relatif tidak banyak mengalami

peningkatan. Dalam hal ini, penentuan prioritas nasional re latif belum

terlihat jelas terkait dengan periode pencapaian dan eva lu asi bidang

DAK.

Hambatan dan Evaluasi Pengelolaan DAK

Beberapa permasalahan dalam pengelolaan DAK yang kemungkinan berpe-

ngaruh pada efisiensi pengelolaan DAK diantaranya adalah:

Alur penetapan DAK relatif bersifat supply driven dan cenderung

tidak mengikuti prinsip “money follow functions”. Alur yang berlaku saat

ini, penetapan petunjuk teknis terkait dengan penggunaan DAK dilakukan

setelah adanya penetapan alokasi DAK. Apabila Kementerian Teknis terkait

su dah menyusun Petunjuk Teknis, sebelum APBN ditetapkan, Petunjuk Teknis

tersebut tidak dapat diterbitkan. Hal ini mengindikasikan bahwa penetapan

DAK masih bersifat supply driven. Dalam hal ini, ketentuan di Petunjuk Teknis

terkadang juga disesuaikan dengan besar alokasi DAK yang ditetapkan.

Page 15: PENGELOLAAN DAK: KONDISI DAN STRATEGI KE DEPANperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152569... · Ringkasan Eksekutif D. ana Alokasi Khusus (DAK) merupakan bagian dari

RINGKASAN EKSEKUTIF xv

Terdapat pandangan bahwa permasalahan utama pengelolaan DAK

adalah pada pelaksanaan kegiatan terutama karena Petunjuk Teknis

yang diterbitkan oleh berbagai K/L umumnya: 1) sangat rinci untuk hal yang

sebenarnya membutuhkan penyesuaian dengan karakteristik pelayanan dae-

rah, 2) sering berubah-ubah dan penerbitannya terlambat sehingga terjadi

penundaan pelaksanaan kegiatan, dan 3) berlaku hanya dalam satu tahun

anggaran sehingga relatif terdapat ketidakpastian yang tinggi apabila peme-

rintah daerah berupaya menyesuaikannya dengan dokumen perencanaan di

daerah.

Permasalahan lainnya adalah bahwa kebijakan dana pendamping yang

bersifat sama untuk semua pemerintah daerah sementara alokasi yang di-

mung kinkan lebih besar untuk pemerintah daerah dengan kapasitas fiskal ren-

dah lebih memberatkan secara administratif untuk pemerintah daerah dengan

kapasitas fiskal rendah. Penyaluran DAK yang bersifat umum untuk keseluruh-

an bidang dengan 3 tahap dan adanya persyaratan penyaluran di tiap tahap

juga kurang memberikan fleksibilitas di setiap bidang untuk rekomendasi

jad wal pelaksanaan kegiatan sesuai dengan karakteristik kegiatan terkait. Isu

aspek administratif lainnya adalah mengenai prosedur dan kebijakan peng-

gunaan sisa DAK.

Dari aspek efisiensi, terdapat pola yang berbeda antar bidang dan

juga antar wilayah. Termasuk dalam hal tingkat kepentingan alokasi DAK

terhadap pengeluaran pemerintah daerah di bidang terkait. Penyerapan

DAK relatif tidak jauh berbeda antara bidang yang terkait dengan pelayanan

dasar dan bidang lainnya. Penyerapan DAK cenderung sangat rendah untuk

bidang pendidikan yaitu kurang dari 50 persen untuk tahun 2010-2011. Di

bi dang pendidikan dan kesehatan, penyerapan DAK relatif tinggi hanya un-

tuk wilayah dengan kapasitas fiskal (PDRB per kapita) sedang, sementara un tuk

bidang infrastruktur, penyerapan relatif rendah untuk wilayah dengan kapa-

sitas fiskal (PDRB per kapita) yang rendah. Diantara 3 bidang yaitu pendidikan,

kesehatan, dan infrastruktur, rata-rata alokasi DAK berkisar 9-10 persen dari

pengeluaran pemerintah daerah untuk bidang kesehatan dan infrastruktur.

Sementara untuk bidang pendidikan, rata-rata alokasi DAK hanya sekitar 3

persen dari pengeluaran pemerintah daerah di bidang pendidikan. Walaupun

Page 16: PENGELOLAAN DAK: KONDISI DAN STRATEGI KE DEPANperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152569... · Ringkasan Eksekutif D. ana Alokasi Khusus (DAK) merupakan bagian dari

PENGELOLAAN DAK: KONDISI DAN STRATEGI KE DEPANxvi

berdasarkan pagu alokasi, DAK untuk bidang pendidikan mencapai 50 persen

dari total alokasi untuk keseluruhan bidang DAK.

Kebijakan DAK dan Pencapaian SPM

Pemerintah pusat telah menetapkan SPM (Standar Pelayanan Minimal) yang

menjadi acuan kualitas pelayanan dasar yang juga dilakukan oleh pemerintah

daerah. Dan sesuai dengan GDFD - Grand Design Fiscal Decentralization (Ke-

men terian Keuangan, 2008) dan arah perubahan amandemen UU No. 33 Tahun

2004, alokasi DAK diharapkan terkait erat dengan penerapan dan dukungan

pencapaian SPM yang dilakukan oleh pemerintah daerah.

Berdasarkan hasil kuesioner dan data realisasi DAK di setiap bidang dan

wilayah, pencapaian SPM relatif bervariasi untuk bidang dengan dukung-

an DAK dan apabila terkait dengan kinerja penyerapan DAK. Misalnya un-

tuk bidang pendidikan, penyerapan DAK cenderung rendah di wilayah sampel

dengan persepsi pencapaian SPM yang tinggi. Pencapaian SPM juga dipersep-

si kan mendukung pencapaian prioritas nasional dan sesuai dengan hasil kue-

sioner relatif merupakan tujuan DAK yang lebih valid dibandingkan dengan

tujuan untuk pendanaan kegiatan khusus.

Identifikasi Diskresi Pemerintah Daerah

Pengelolaan DAK mencakup perencanaan, penetapan alokasi, penggunaan

dan penyaluran serta pengawasan (evaluasi). Berdasarkan tujuan DAK, pene-

tapan perencanaan sampai dengan penetapan alokasi ditentukan sepenuhnya

oleh pemerintah pusat. Sementera itu, peran pemerintah daerah dimung kin-

kan untuk aspek penggunaan dan pengawasan dana transfer tersebut. Misal-

nya, pemerintah provinsi dilibatkan dalam proses monitoring dan evaluasi

DAK tingkat kabupaten dan kota di provinsi tersebut.

Diskresi pemerintah daerah yang lebih besar terkait dengan pengelolaan

DAK dapat dilakukan dari aspek kebijakan: 1) perencanaan yang mencakup

penentuan prioritas nasional dan bentuk kegiatan atau target dari DAK, 2)

formula alokasi DAK dari kebijakan yang terkait dengan penetapan dana pen-

damping, penggunaan indikator teknis dengan penyediaan data juga didu-

kung pemerintah daerah, sampai pada 3) mekanisme monitoring dan evaluasi

Page 17: PENGELOLAAN DAK: KONDISI DAN STRATEGI KE DEPANperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152569... · Ringkasan Eksekutif D. ana Alokasi Khusus (DAK) merupakan bagian dari

RINGKASAN EKSEKUTIF xvii

yang melibatkan pemerintah provinsi ataupun pemerintah kabupaten dan

kota untuk penekanan bahwa mekanisme evaluasi DAK dapat dilakukan se-

cara internal dan reguler.

Rekomendasi

1. Prioritas DAK untuk Pencapaian SPM Sektor Pelayanan Dasar

Evaluasi prioritas nasional dilakukan terutama untuk bidang dengan SPM

yang relatif terkait serta standar dalam penetapan SPM agar SPM lebih ber-

si fat output dibandingkan dengan input­based. Hal ini dapat dilakukan me-

lalui review baik yang dilakukan berdasarkan feedback dari forum Musrenbang

atau melalui koordinasi di tingkat pemerintah pusat. Kebijakan untuk penca-

paian SPM sebaiknya diarahkan untuk bidang pelayanan dasar yang menjadi

urusan wajib daerah saja, terutama bidang kesehatan, pendidikan dan infra-

struktur.

2. Simplifikasi Informasi dan Tahap Penetapan Petunjuk Teknis

Di bidang pelayanan dasar, terutama bidang pendidikan, petunjuk teknis

perlu lebih fleksibel untuk memberikan diskresi bagi daerah dalam pengguna-

an DAK untuk percepatan pencapaian prioritas nasional dan SPM. Petunjuk

teknis sudah diterbitkan sebelum penentuan alokasi DAK. Penerbitan petunjuk

teknis dijadikan acuan untuk menentukan alokasi DAK yang juga disesuaikan

dengan perencanaan kewilayahan. Petunjuk teknis juga perlu bersifat umum,

hanya menetapkan kriterita penggunaan dana yang dapat mengacu pada

output seperti SPM, dan tidak menetapkan aspek lainnya terutama yang ter-

kait dengan pengelolaan anggaran. Tim koordinasi di tingkat pusat, misalnya

melalui DPOD, sebaiknya dioptimalkan sebagai clearing­house untuk menya-

makan hal-hal yang tidak perlu diatur dalam petunjuk teknis, dan juga simpli-

fikasi detail teknis untuk bidang dan atau kegiatan tertentu.

Page 18: PENGELOLAAN DAK: KONDISI DAN STRATEGI KE DEPANperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152569... · Ringkasan Eksekutif D. ana Alokasi Khusus (DAK) merupakan bagian dari

PENGELOLAAN DAK: KONDISI DAN STRATEGI KE DEPANxviii

3. Penerapan Medium Term Framework (MTF) untuk Pagu dan Penggunaan DAK

Estimasi alokasi DAK untuk jangka menengah (forward estimate) sebaiknya

disusun oleh Kementerian Keuangan dan Bappenas untuk memudahkan pe-

rencanaan daerah dan antisipasi ketika pemerintah daerah tidak lagi men-

dapatkan DAK untuk bidang-bidang tertentu yang phase­out terutama yang

sudah mencapai SPM. Dalam hal ini, petunjuk teknis juga perlu berlaku untuk

periode lebih dari 1 tahun.

Penerapan MTF ini tentunya dilakukan dengan kondisi terdapat perbaikan

formula DAK, seperti juga rekomendasi dari studi-studi terdahulu (Shah dkk

2012, ADB 2011, DJPK & GIZ 2013). Salah satu rekomendasi dari studi-studi

tersebut adalah aplikasi kriteria umum, teknis, dan khusus agar disederhanakan

jika memang setiap bidang memiliki karakteristik untuk fokus di salah satu

kri teria (misalnya antara kriteria teknis dan kriteria khusus). Dan untuk dae-

rah-daerah penerima DAK yang memiliki kapasitas fiskal di bawah rata-rata

untuk bidang-bidang pelayanan dasar tertentu, tidak dipersyaratkan adanya

dana pendamping.

4. Simplifikasi Prosedur Penyaluran dan Monitoring Evaluasi Kegiatan DAK

Tahap penyaluran dapat dilakukan dalam termin yang lebih fleksible, apakah

bersifat lumpsum (satu kali penyaluran) atau bersifat rutin per bulan agar

dapat menyesuaikan dengan variasi implementasi kegiatan di setiap bidang.

Monitoring dan evaluasi cukup minimal untuk aspek keuangan (karena sudah

tercakup dalam pertanggungjawaban APBD). Hal yang dapat diujicoba ada-

lah evaluasi teknis untuk kesesuaian pencapaian target atau pelaksanaan

kegiatan, dengan perencanaan, melalui pelibatan pemerintah provinsi. Pene-

tapan pagu DAK di setiap bidang atau DAK yang diterima pemerintah daerah

dimungkinkan juga untuk didasarkan pada evaluasi kinerja setiap bidang dan

atau pemerintah daerah.

1

Page 19: PENGELOLAAN DAK: KONDISI DAN STRATEGI KE DEPANperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152569... · Ringkasan Eksekutif D. ana Alokasi Khusus (DAK) merupakan bagian dari

1

Pendahuluan

1.1. Latar Belakang

Salah satu bentuk dan tujuan dari desentralisasi pengeluaran yang perlu

dihindari, adalah ketika pengalihan fungsi bertujuan semata untuk

meng alihkan beban pengeluaran pemerintah dari pemerintah pusat

ke tingkat pemerintahan yang lebih rendah. Oleh karenanya, terdapat meka-

nis me transfer untuk setidaknya pemerintah pusat tetap dapat mendukung

pengeluaran atau fungsi yang dilakukan oleh pemerintah daerah sepanjang

hal tersebut adalah bagian dari strategi perencanaan atau menjadi prioritas

pembangunan pemerintah pusat.

DAK (Dana Alokasi Khusus) merupakan bagian dari Dana Perimbangan

yang erat kaitannya dengan strategi pembangunan pemerintah yang terkait

dengan pelayanan kepada masyarakat, diharapkan tidak saja menjadi priori-

tas pembangunan pemerintah pusat tetapi tetapi juga mendapat dukungan

dari pemerintah daerah. Hal ini mengingat dari ketentuan mengenai kegiatan

yang dapat didanai dari DAK adalah bentuk kegiatan yang merupakan urusan

pemerintah daerah.

Berdasarkan beberapa studi, konsep mengenai tujuan DAK untuk peme-

nuhan prioritas nasional juga diinterpretasikan pemerintah daerah untuk

mengakomodasi tujuan pembangunan di daerah (TADF, 2009). Perbedaan

1

Page 20: PENGELOLAAN DAK: KONDISI DAN STRATEGI KE DEPANperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152569... · Ringkasan Eksekutif D. ana Alokasi Khusus (DAK) merupakan bagian dari

PENGELOLAAN DAK: KONDISI DAN STRATEGI KE DEPAN2

konsepsi di tingkat pemerintah daerah ini, ditengarai karena skema DAK saat

ini yang relatif masih dianggap inefisien. Dalam hal ini, inefisiensi ditengarai

muncul karena kurangnya diskresi yang dimiliki oleh pemerintah daerah da-

lam pengggunaan DAK dari ketentuan dan administrasi yang relatif rigid

(Bappenas, 2009; Bappenas dan GIZ, 2011), serta dari penetapan alokasi DAK

itu sendiri (Shah dkk, 2012).

Inefisiensi yang terjadi dalam pengelolaan DAK kemungkinan bersumber

dari kerangka kebijakan yang bersifat top­down. Sementara itu disisi lain, DAK

dihadapkan pada berbagai hambatan dalam pelaksanaannya di lapangan.

Salah satu pandangan munculnya berbagai permasalahan tersebut adalah

karena kurang diperhatikannya aspirasi dan diskresi daerah (bottom­up) dari

aspek pengelolaan DAK.

1.2. Permasalahan

Studi ini menganalisa kemungkinan diberlakukannya pendekatan bottom­up

dari mekanisme atau skema DAK untuk meminimalkan inefisiensi yang terjadi

dari implementasi DAK saat ini. Namun demikian sejauh mana diskresi peme-

rin tah daerah dapat diprediksi untuk memperbaiki inefisiensi yang ada masih

menjadi pertanyaan.1 Dalam perkembangannya, pemerintah pusat terutama

untuk pelayanan dasar telah menetapkan SPM (Standar Pelayanan Minimal)

yang menjadi acuan kualitas pelayanan dasar yang juga dilakukan oleh peme-

rintah daerah. Dalam hal ini, sesuai dengan GDFD - Grand Design Fiscal Decen­

tralization (Kementerian Keuangan, 2008), skema DAK terkait erat dengan

penerapan dan dukungan pencapaian SPM yang dilakukan oleh pemerintah

daerah. Bentuk DAK untuk bidang pelayanan dasar yang relatif memiliki stan-

dar SPM dan telah diacu oleh pemerintah daerah kemungkinan berpotensi

mengakomodasi lebih besar diskresi pemerintah daerah dalam pengelolaannya

untuk meningkatkan efektifitas alokasi DAK.

1 Konsep inisiatif daerah yang cukup tinggi, misalnya, dapat menciptakan moral hazard dari pe me rintah daerah dengan memindahkan urusan yang selama ini rutin dianggarkan sendiri oleh pemerintah daerah menjadi kegiatan yang didanai oleh transfer dari pemerintah pusat, melalui DAK. Hal ini lebih mudah terjadi apabila perencanaan daerah juga relatif tidak mencer-minkan target pencapaian program pembangunan yang terukur.

Page 21: PENGELOLAAN DAK: KONDISI DAN STRATEGI KE DEPANperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152569... · Ringkasan Eksekutif D. ana Alokasi Khusus (DAK) merupakan bagian dari

PENDAHULUAN 3

Untuk itu, beberapa pertanyaan mendasar dari masalah dalam penelitian

ini adalah:

1. Bagaimana interaksi antara inisiatif pemerintah pusat dan inisiatif peme-

rintah daerah dalam pengelolaan DAK (perencanaan, penetapan alokasi,

penggunaan dan evaluasi)?

2. Apakah terdapat permasalahan inefisiensi dalam pengelolaan DAK yang

ada saat ini untuk fungsi pelayanan dasar (pendidikan, kesehatan dan infra-

struktur)?

3. Apakah terdapat kesesuaian persepsi pengelolaan dan arah kebijakan

DAK untuk pencapaian prioritas nasional terutama yang terkait dengan

pencapaian SPM?

1.3. Metode Penelitian

Berdasarkan pada pertanyaan penelitian tersebut, metode penelitian yang di-

gunakan adalah desk study, Focus Group Discussion (FGD), in­depth interview

dan penyebaran kuesioner. Desk study dari studi dan kajian terdahulu menge-

nai DAK adalah untuk mengidentifikasi permasalahan utama dari skema DAK

saat ini, serta pengumpulan dan identifikasi regulasi dan data sekunder untuk

mendukung dan memberikan deskripsi mengenai setiap isu terkait.

Metode Penelitian yang digunakan dapat dijelaskan sbb:

1. FGD (Focus Group Dicussion) dan kuesioner pada 10 pemerintah daerah

dan 8 instansi pusat/kementerian teknis terkait.

2. Kuesioner terhadap 40 pemerintah daerah sampel lainnya untuk pen da-

laman masing-masing bidang DAK.

3. In­depth interview terhadap instansi pusat (Bappenas, Kementerian Ke-

uangan, Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Pendidikan dan Kebu-

dayaan, Kementerian Kesehatan dan Kementerian Lingkungan Hidup).

4. Pengolahan data sekunder untuk deskripsi dan/atau estimasi model em-

pirik yang relevan untuk mengkaji kesesuaian alokasi dengan kebutuhan

daerah.

FGD dan penyebaran kuesioner dilakukan melalui kunjungan ke lapangan

untuk memperoleh persepsi pemerintah daerah dan kementerian teknis me-

Page 22: PENGELOLAAN DAK: KONDISI DAN STRATEGI KE DEPANperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152569... · Ringkasan Eksekutif D. ana Alokasi Khusus (DAK) merupakan bagian dari

PENGELOLAAN DAK: KONDISI DAN STRATEGI KE DEPAN4

ngenai konsep dan kebijakan pelaksanaan DAK selama ini maupun untuk

strategi ke depan.

Lokasi kunjungan lapangan dan pemilihan daerah sampel didasarkan

pada data tahun 2010 untuk menentukan: 1) wilayah dengan karakteristik

per kapita alokasi DAK yang relatif besar atau yang relatif kecil, 2) wilayah

de ngan porsi DAK untuk fungsi pelayanan dasar yang relatif besar atau yang

relatif kecil.2

Berdasarkan indikator pemilihan pemerintah daerah tersebut, berikut

adalah daerah lokasi survai dan pemerintah kabupaten/kota yang berpartisipasi

dalam FGD dan penyebaran kuesioner di lima wilayah provinsi, yaitu:

1. Nusa Tenggara Barat (Kota Mataram dan Kabupaten Lombok Barat).

2. Bangka Belitung (Kabupaten Belitung dan Kabupaten Belitung Timur).

3. Gorontalo (Kota Gorontalo dan Kabupaten Gorontalo).

4. Kalimantan Barat (Kabupaten Kubu Raya dan Kota Pontianak).

5. Jawa Timur (Kabupaten Malang dan Kota Batu).

Selain kegiatan FGD, penyebaran kuesioner juga dilakukan untuk peme-

rintah daerah lainnya terutama untuk mendalami masing-masing bidang

DAK yang ada sekarang. Pemilihan wilayah FGD dilakukan dengan pendekatan

purposive sampling, maka untuk penyebaran kuesioner, pemilihan daerah

ka bupaten dan kota dilakukan melalui random sampling, dengan daftar dae-

rah dapat dilihat di Lampiran 1 dan kuesioner yang digunakan dapat dilihat

di Lampiran 2.

Sementara itu, institusi dan kementerian teknis di tingkat pemerintah

pusat yang menjadi target FGD dan penyebaran kuesioner, adalah sebagai

berikut:

1. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

2. Kementerian Kesehatan.

3. Kementerian PU.

4. Kementerian Lingkungan Hidup.

5. Kementerian Kelautan.

6. Bappenas.

2 Lihat Lampiran 1

Page 23: PENGELOLAAN DAK: KONDISI DAN STRATEGI KE DEPANperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152569... · Ringkasan Eksekutif D. ana Alokasi Khusus (DAK) merupakan bagian dari

PENDAHULUAN 5

7. Kementerian Keuangan.

8. Kementerian Dalam Negeri.

Pemilihan kementerian teknis didasarkan pada jenis DAK dari kementerian

teknis yang relatif besar ataupun yang cenderung rendah dibandingkan de ngan

rata-rata alokasi untuk setiap bidang DAK secara umum. Selain FGD, in­depth

interview dilakukan dengan kementerian yang terkait dengan pengelolaan

DAK, dengan sampel kementerian-kementerian yang menentukan kebijakan

umum alokasi DAK yaitu Kementerian Keuangan, Bappenas dan Kementerian

Dalam Negeri dan kementerian yang menentukan penggunaan DAK sesuai

dengan bidang yang mendapat alokasi DAK. Terdapat Kementerian yang me-

wa kili bidang yang mendapatkan alokasi DAK terbesar dan bidang yang

memperoleh alokasi DAK terkecil yaitu Kementerian Pendidikan dan Kebuda-

yaan, Kementerian Kesehatan dan Kementerian Lingkungan Hidup. Hal ini di-

lakukan untuk mengidentifikasi kebijakan dan perkembangan regulasi untuk

perbaikan pengelolaan DAK ke depan.

1.4. Ruang Lingkup Penelitian

Studi ini difokuskan pada masalah interaksi antara inisiatif pemerintah pusat

dan inisiatif pemerintah daerah dalam pengelolaan DAK terutama dalam

tahapan perencanaan, penetapan alokasi, penggunaan dan evaluasi. Dalam

instrumen kuesioner yang disesuaikan dengan tujuan identifikasi diskresi

pemerintah daerah dalam pengelolaan DAK, dieksplorasi mengenai konteks

penggunaan dan administrasi penyaluran alokasi DAK.

Dalam hal analisis mengenai efisiensi dari pengelolaan DAK, kajian ini

tidak akan fokus pada skema penetapan alokasi atau formula DAK, mengingat

berbagai studi terdahulu sudah banyak membahas mengenai reformulasi

for mula DAK (ADB 2011, Shah dkk 2012, DJPK dan GIZ 2013). Dari berbagai

studi tersebut, studi ini lebih pada identifikasi mengenai perspektif pemerintah

daerah dan juga instansi di pemerintah pusat untuk arah kebijakan tujuan DAK

yang dapat berimplikasi pada perbedaan atau perubahan formula alokasi

DAK.

Analisa efisiensi dalam studi dibatasi pada kajian mengenai sejauh mana

alokasi DAK dapat digunakan untuk pendanaan kegiatan yang telah ditetap-

Page 24: PENGELOLAAN DAK: KONDISI DAN STRATEGI KE DEPANperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152569... · Ringkasan Eksekutif D. ana Alokasi Khusus (DAK) merupakan bagian dari

PENGELOLAAN DAK: KONDISI DAN STRATEGI KE DEPAN6

kan dan juga kinerja penyerapan DAK oleh pemerintah daerah. Sementara

itu, kesesuaian antara tahap perencanaan terutama akan dikaitkan dengan

analisa mengenai sejauhmana DAK digunakan untuk pencapaian SPM. Untuk

analisa pencapaian SPM, studi ini membatasi pada bidang pelayanan dasar

yang utama yaitu di 3 bidang: Pendidikan, Kesehatan, dan Infrastruktur.

Oleh karena itu, laporan ini disusun lebih untuk menyesuaikan analisa

dari setiap pertanyaan masalah yang menjadi fokus dari studi ini. Terdapat

keseluruhan 6 Bab dalam laporan studi ini yang terdiri dari pendahuluan (Bab

1), perkembangan kebijakan dan pengelolaan DAK (Bab 2), hambatan dan

evaluasi pengelolaan DAK (Bab 3), kebijakan DAK dan pencapaian SPM (Bab

4), arah kebijakan pengelolaan DAK dalam rangkat mengoptimalkan diskresi

pemerintah daerah (Bab 5), serta bab terakhir adalah kesimpulan dan reko-

mendasi (Bab 6).

2

Page 25: PENGELOLAAN DAK: KONDISI DAN STRATEGI KE DEPANperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152569... · Ringkasan Eksekutif D. ana Alokasi Khusus (DAK) merupakan bagian dari

7

Perkembangan Kebijakan dan Pengelolaan DAK

K ebijakan desentralisasi yang mulai diimplementasikan sejak tahun

2001 mengubah secara fundamental sistem pemerintahan yang sen-

tralistis ke sistem yang desentralistis, dengan diundangkannya Un-

dang-Undang (UU) No. 22 Tahun 1999 dan UU No. 25 Tahun 1999. Berdasar kan

ketentuan kedua UU tersebut, tanggung jawab terhadap sektor pembangunan

sebagian besar diserahkan kepada pemerintah tingkat kabupaten dan kota,

dan hanya sebagian kecil dari fungsi pelayanan dilakukan oleh pemerintah

tingkat provinsi dan pusat. Pengalihan tanggung jawab (devolusi) ini disertai

dengan peningkatan alokasi pendanaan dari APBN kepada pemerintah pro-

vinsi dan pemerintah kabupaten dan kota. Pada saat yang sama, standar pe-

layanan minimal (SPM) untuk pelayanan dasar diperkenalkan pada tahun 2002,

dan tanggung jawab pemerintah daerah, misalnya di bidang kesehatan, pen-

didikan, administrasi umum, infrastruktur, serta pasokan air, merupakan se-

suatu yang diharuskan1. Setelah diimplementasikan, tiga tahun kemudian

ke dua undang-undang tersebut diamandemen masing-masing menjadi UU

No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan UU No. 33 Tahun 2004

1 Khususnya untuk pemerintah daerah tingkat kabupaten dan kota, sesuai dengan pembagian kewenangan berdasarkan PP 38 Tahun 2007.

2

Page 26: PENGELOLAAN DAK: KONDISI DAN STRATEGI KE DEPANperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152569... · Ringkasan Eksekutif D. ana Alokasi Khusus (DAK) merupakan bagian dari

PENGELOLAAN DAK: KONDISI DAN STRATEGI KE DEPAN8

tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan

Daerah.

Di sepanjang tahun 2010-2013, fokus kebijakan desentralisasi mulai

bergeser lagi, dengan kerangka pemikiran desentralisasi yang juga disesuaikan

dengan daya dukung politik, sosial, keberagaman kultural, harmonisasi pe-

rencanaan pembangunan, efisiensi penyelenggaraan pemerintahan dan

upaya peningkatan pelayanan publik dalam rangka pencapaian Standar

Pelayanan Minimum. Pada gilirannya, UU No. 32 Tahun 2004 dan UU No. 33

Tahun 2004 juga dalam tahap evaluasi untuk diamandemen kembali, sejalan

dengan paradigma desentralisasi yang bersifat dinamik di berbagai aspeknya.

Pemahaman mengenai konsep desentralisasi, baik di pihak pemerintah

maupun masyarakat, sangatlah penting bagi pelaksanaan proses desen trali-

sasi. Pemerintah dan masyarakat di daerah umumnya memahami prinsip-

prinsip yang terkait dengan konsep otonomi, tetapi interpretasi mengenai

konsep tersebut terkadang berbeda-beda (TADF, 2009; TADF, 2008). Komitmen

pemerintah pusat untuk melaksanakan otonomi daerah dengan pelibatan

pandangan dari pemerintah dan masyarakat di daerah akan menghilangkan

anggapan bahwa pemerintah pusat ingin kembali kepada sistem sentrali-

sasi.

2.1. Perkembangan Kebijakan Dana Alokasi Khusus

Dasar hukum DAK pada dasarnya meliputi sebagai berikut: (1) UU No. 17

Tahun 2003 tentang Keuangan Negara; (2) UU No. 25 Tahun 2004 tentang

Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional; (3) UU No. 32 Tahun 2004 ten-

tang Pemerintahan Daerah; (4) UU No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan

Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah; (5) PP No. 55

Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan; (6) Peraturan Menteri Keuangan

Nomor 201/PMK.07/2012 tentang Pedoman Umum dan Alokasi DAK Tahun

Anggaran 2013; (7) Permendagri No 20/2009 tentang Pengelolaan Keuangan

DAK di Daerah; (8) Peraturan Menteri Teknis: Petunjuk Teknis Penggunaan DAK

masing-masing Bidang yang diterbitkan oleh Kementerian/Lembaga terkait.

Dua diantara peraturan perundangan tentang desentralisasi dan otonomi

daerah tersebut, yaitu UU No. 32 Tahun 2004 dan UU No. 33 Tahun 2004,

Page 27: PENGELOLAAN DAK: KONDISI DAN STRATEGI KE DEPANperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152569... · Ringkasan Eksekutif D. ana Alokasi Khusus (DAK) merupakan bagian dari

PERKEMBANGAN KEBIJAKAN DAN PENGELOLAAN DAK 9

menjadi dasar baru bagi penerapan struktur politik dan administrasi peme-

rintahan, khususnya fiskal, di Indonesia. Pengertian DAK diatur dalam Pasal

1 angka 23 UU No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara

Keuangan Pusat dan Keuangan Daerah, menyebutkan bahwa:

“Dana Alokasi Khusus, selanjutnya disebut DAK adalah dana yang bersumber

dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah tertentu dengan

tujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan

daerah dan sesuai dengan prioritas nasional.”

Secara umum, DAK menyerupai Dana Inpres (Instruksi Presiden) yang

dikembangkan di masa Pemerintahan Orde Baru yang diimplementasikan

terakhir pada tahun 1998. DAK dialokasikan dalam Anggaran Pendapatan

dan Belanja Negara (APBN) untuk membiayai berbagai kegiatan pembangunan

khusus di daerah. Tujuannya adalah untuk mengurangi kesenjangan pelayan-

an publik antar daerah dan meningkatkan tanggung jawab pemerintah dae-

rah dalam memobilisasi sumber dayanya. Berbeda halnya dengan Dana Alo-

kasi Umum dan Dana Bagi Hasil, pemanfaatan DAK juga ditentukan oleh

Pemerintah Pusat. Sumber pendanaan DAK adalah dari Pendapatan APBN.

Sesuai dengan Pasal 1 ayat 23 UU No. 33 Tahun 2004 tersebut, pemerintah

pusat menyalurkan alokasi DAK untuk membantu daerah tertentu dalam

pendanaan kebutuhan sarana prasarana pelayanan dasar masyarakat dan

mendorong percepatan pembangunan daerah untuk pencapaian sasaran

prioritas nasional.

Pengelolaan DAK mencakup perencanaan, penetapan alokasi, pengguna-

an dan penyaluran serta pengawasan (evaluasi). Berdasarkan tujuan DAK,

pe netapan perencanaan sampai dengan penetapan alokasi ditentukan se-

penuhnya oleh pemerintah pusat. Sementara itu, peran pemerintah daerah

dimungkinkan untuk aspek penggunaan dan pengawasan dana transfer ter-

sebut.

Terkait dengan perencanaan, pemerintah pusat melalui Bappenas me-

nen tu kan target sektor penerima DAK setiap tahun, sesuai dengan prioritas

nasional. Bappenas menentukan sektor penerima DAK, dan sesuai dengan

PP No. 55 Tahun 2005, Kementerian Teknis terkait akan menetapkan program

yang menjadi prioritas nasional di sektor tersebut. Cakupan bidang DAK terus

Page 28: PENGELOLAAN DAK: KONDISI DAN STRATEGI KE DEPANperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152569... · Ringkasan Eksekutif D. ana Alokasi Khusus (DAK) merupakan bagian dari

PENGELOLAAN DAK: KONDISI DAN STRATEGI KE DEPAN10

mengalami perluasan dari hanya lima bidang pada awal introduksi di tahun

2003 hingga menjadi 19 bidang pada tahun 2011 dan tetap bertahan hingga

tahun 2013 (Tabel 2.1).

Lampiran 3 menggambarkan jenis kegiatan DAK untuk bidang pelayanan

dasar, yaitu untuk bidang pendidikan, kesehatan, dan pekerjaan umum, dan

juga untuk bidang lainnya. Dari lampiran 3, terlihat perkembangan bidang

atau jenis kegiatan tidak saja dalam lingkup pelayanan dasar tetapi juga un-

tuk bidang lainnya dengan pola ketersediaan pagu DAK untuk suatu bi dang

tidak hanya pada tahun tertentu tetapi cenderung dilanjutkan di tahun-

tahun berikutnya. Pola fragmentasi bidang DAK, selain perkembangan kegi-

at an di sektor yang terkait dengan pelayanan dasar, perkembangan alokasi

DAK juga untuk jenis sektor yang relatif merupakan urusan pilihan dari pe-

me rintah daerah seperti untuk sektor lingkungan hidup, kehutanan, dan ke-

luarga berencana, dan untuk beberapa tahun terakhir DAK juga dialokasikan

dengan penekanan karakteristik wilayah tertentu seperti pedesaan dan

wilayah perbatasan.

Tabel 2.1. Perkembangan Bidang DAK Tahun 2003-2013

Tahun Total Bidang

Jumlah Bidang Baru

Bidang Baru

2003 5 5 Pendidikan, Kesehatan, Infratruktur Jalan, Infrastruktur Irigasi & Sarana Pemerintahan

2004 6 1 Perikanan-Kelautan

2005 8 2 Pertanian & Air Minum

2006 9 1 Lingkungan Hidup

2007 9 - -

2008 11 2 Keluarga Berencana & Kehutanan

2009 13 2 Sarana Prasarana Perdesaan & Perdagangan

2010 14 1 Infrastruktur Sanitasi

Page 29: PENGELOLAAN DAK: KONDISI DAN STRATEGI KE DEPANperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152569... · Ringkasan Eksekutif D. ana Alokasi Khusus (DAK) merupakan bagian dari

PERKEMBANGAN KEBIJAKAN DAN PENGELOLAAN DAK 11

2011 19 5 Listrik Perdesaan, Transportasi Perdesaan, Sarana Prasarana Daerah Perbatasan, Perumahan-Permukiman & Keselamatan Transportasi Darat

2012 19 - -

2013 19 - -

Sumber: GIZ, 2012

Dalam hal penetapan alokasi, pemerintah daerah dapat menerima DAK

apabila memenuhi tiga kriteria, yaitu (1) kriteria umum berdasarkan indeks

fiskal neto; (2) kriteria khusus berdasarkan peraturan perundangan dan ka-

rakteristik daerah; dan (3) kriteria teknis berdasarkan indeks teknis bidang

terkait (UU No. 32 Tahun 2004 dan UU No. 33 Tahun 2004), dengan tujuan

setiap jenis (kriteria) sebagai berikut:

Kriteria umum didasarkan pada pertimbangan kemampuan keuangan

pemda dengan prioritas pada daerah yang selisih penerimaan umumnya de-

ngan belanja pegawai nol atau negatif atau berada di bawah rata-rata nasio-

nal berdasarkan indeks fiskal netto.

Kriteria khusus disusun dengan memperhatikan peraturan perundangan,

seperti daerah otonomi khusus, dan karakteristik daerah, misalnya daerah

pantai, kepulauan, perbatasan, dan lain-lain.

Kriteria teknis didasarkan pada pertimbangan yang ditentukan oleh ke-

menterian teknis/kementerian negara dengan menggunakan indikator yang

dapat menggambarkan kondisi sarana dan prasarana pada setiap bidang.

Penghitungan alokasi DAK dilakukan melalui dua tahapan, yaitu: (a) Pe-

nentuan daerah tertentu yang menerima DAK; dan (b) Penentuan besaran

alokasi DAK masing-masing daerah. Pemerintah Daerah yang dapat mene-

rima DAK harus memenuhi kriteria umum, kriteria khusus, dan kriteria teknis.

Namun dalam perkembangannya, pemerintah daerah juga dapat menerima

DAK selama memenuhi salah satu dari ketiga kriteria tersebut2.

Sementara itu, penentuan besaran alokasi DAK untuk masing-masing

daerah ditentukan dengan perhitungan indeks berdasarkan kriteria umum,

2 Disarikan dari hasil in­depth interview dan FGD dengan instansi di tingkat pemerintah pusat (2013).

Page 30: PENGELOLAAN DAK: KONDISI DAN STRATEGI KE DEPANperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152569... · Ringkasan Eksekutif D. ana Alokasi Khusus (DAK) merupakan bagian dari

PENGELOLAAN DAK: KONDISI DAN STRATEGI KE DEPAN12

kriteria khusus, dan kriteria teknis (lihat Kotak 2.1). Dalam hal ini, indikator

dan penentuan bobot dari kriteria umum ditentukan oleh Kementerian Ke-

uangan, sementara penentuan indikator untuk kriteria khusus, dan indikator

untuk kriteria teknis serta bobot dari setiap indikator tersebut ditentukan

oleh Kementerian Teknis. Besaran alokasi DAK untuk setiap daerah ditetapkan

dengan Peraturan Menteri Keuangan.

Kotak 2.1.

Proses Penentuan Alokasi DAK untuk Kabupaten/Kota

1. Penentuan kabupaten/kota yang berhak menerima DAK berdasarkan

indeks fiskal netto (IFN) atau kemampuan keuangan suatu daerah (IFN<1

otomatis daerah berhak menerima). Langkah ini termasuk ke dalam kri-

teria umum.

2. Apabila ada sebuah kabupaten/kota yang tidak memenuhi kriteria umum

namun memenuhi salah satu kriteria dari kriteria khusus, yaitu otonomi

khusus (otsus) dan daerah tertinggal sebagaimana tercantum dalam un-

dang-undang, seperti Provinsi NAD dan Provinsi Papua (untuk tahun 2007,

hanya Papua), daerah tersebut secara otomatis berhak mendapat DAK.

3. Jika daerah dimaksud tidak termasuk ke dalam wilayah Provinsi NAD atau

Provinsi Papua, daerah itu harus melalui proses penentuan berdasarkan

langkah kedua kriteria khusus, yakni karakteristik wilayah seperti daerah

pesisir, daerah yang berbatasan dengan negara tetangga, daerah terpen-

cil, daerah yang rawan banjir dan tanah longsor, daerah rawan pangan

dan, sejak tahun 2007, daerah pariwisata. Karakteristik wilayah tadi ma-

suk ke dalam indeks karakteristik wilayah (IKW).

4. Menggabungkan IFN (setelah dikonversi sesuai dengan arah IKW) dan

indeks karakteristik wilayah untuk mendapatkan indeks fiskal dan wilayah

(IFW).

5. Jika nilai IFW suatu kabupaten/kota lebih dari 1, kabupaten/kota tersebut

secara otomatis berhak menerima DAK (walaupun berdasarkan kriteria

umum daerah tadi tidak berhak). Apabila nilai IFW suatu daerah kurang

dari 1, daerah tersebut tidak berhak menerima DAK.

6. Daerah yang berhak menerima DAK adalah daerah yang memenuhi lang-

kah pertama (IFN<1) atau langkah kedua (kabupaten/kota berada pada

Page 31: PENGELOLAAN DAK: KONDISI DAN STRATEGI KE DEPANperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152569... · Ringkasan Eksekutif D. ana Alokasi Khusus (DAK) merupakan bagian dari

PERKEMBANGAN KEBIJAKAN DAN PENGELOLAAN DAK 13

wilayah provinsi NAD atau Papua, meskipun IFN>1), atau memenuhi

langkah kelima, yaitu IFW>1.

7. Menghitung bobot daerah (BD) dengan cara mengalikan indeks fiskal

dan wilayah (IFW) dengan indeks kemahalan konstruksi (IKK).

8. Untuk seluruh kabupaten/kota, kementerian teknis menghitung indeks

teknis untuk tiap sektor yang akan menerima DAK.

9. Menghitung bobot teknis (BT) dengan cara mengalikan indeks teknis de-

ngan IKK.

10. Menentukan bobot DAK berdasarkan hasil dari penggabungan BD dan

BT.

11. Setelah mendapatkan bobot DAK, Kemenkeu kemudian menentukan jum-

lah DAK untuk tiap kabupaten/kota.

Keterangan: Alur ini disusun berdasarkan hasil analisis beberapa peraturan

yang berkaitan dengan DAK dan hasil wawancara dengan ke-

men terian terkait.

Dalam hal administrasi penyaluran alokasi DAK, DAK disalurkan sebagai satu

keseluruhan alokasi seluruh bidang DAK yang diterima oleh pemerintah dae-

rah terkait. Kotak 2.2 menjelaskan prosedur dan tahapan penyaluran DAK.

Kotak 2.2.

Tahap dan Prosedur Penyaluran Alokasi DAK

1. Penyaluran DAK dilakukan dengan memindahkan rekening dari RKUN ke

RKUD. Akun tersebut didasarkan pada basis kas dan tidak berdasarkan

pengeluaran.

2. Penyaluran disalurkan dalam 3 tahap: pertama 30%, kedua 45%, dan

ketiga 25%.

3. Penyaluran DAK tidak bisa dilakukan dalam satu waktu, dan tidak dapat

dilakukan setelah satu tahun fiskal.

4. Penyaluran DAK dilakukan setelah dokumen yang diminta diterima oleh

DJPK. Penyaluran tahap pertama paling cepat adalah pada bulan Februari.

Page 32: PENGELOLAAN DAK: KONDISI DAN STRATEGI KE DEPANperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152569... · Ringkasan Eksekutif D. ana Alokasi Khusus (DAK) merupakan bagian dari

PENGELOLAAN DAK: KONDISI DAN STRATEGI KE DEPAN14

5. Dokumen (dokumen) yang harus diserahkan untuk pencairan DAK tahap

pertama adalah sebagai berikut:

a. Penyampaian Perda APBD.

b. Realisasi DAK dan laporan kegiatan DAK tahun lalu.

c. DAK realisasi laporan tahap ketiga dari DAK tahun lalu.

d. SP2D rekap pada tahap ketiga DAK tahun lalu.

e. Surat pernyataan untuk dana pendampingan DAK tahun berjalan.

6. Dokumen yang diserahkan untuk pencairan DAK tahap kedua adalah

sebagai berikut:

a. Laporan penyerapan DAK tahap pertama tahun berjalan

b. SP2D rekap DAK tahap pertama tahun berjalan.

7. Dokumen yang diserahkan pencairan DAK tahap ketiga:

a. Laporan penyerapan DAK tahap kedua tahun berjalan.

b. SP2D rekap DAK tahap kedua tahun berjalan.

8. Laporan penyerapan DAK tahap pertama dan tahap kedua dapat dilaku-

kan setelah penggunaan dana DAK sama atau lebih dari 90% dari jumlah

DAK yang telah diterima.

9. Laporan penyerapan DAK tahap pertama dan kedua dapat disampaikan

paling lambat 7 hari sebelum akhir tahun fiskal. Jika laporan disampaikan

terlambat, maka sisa dana tidak akan ditransfer.

10. Semua dokumen prasyarat di kertas kop surat dan harus ditandatangani

oleh kepala daerah dan dicap basah. Semua dokumen yang diserahkan

harus dokumen asli yang ditambahkan dengan softcopy dari laporan

excel.

Sumber: Risdiwinarsa (2012)

Diskresi yang lebih besar dari sisi pengeluaran memberi peluang bagi

pemerintah daerah untuk meningkatkan sumberdaya untuk meningkatkan

kinerja berbagai indikator pembangunan. Tetapi banyak pemerintah kabupa-

ten dan atau kota tidak memiliki kapasitas untuk menerjemahkan potensi ini

melalui perencanaan, penganggaran, pemantauan, dan evaluasi yang efektif.

Misalnya, telah ditemukan bahwa lebih dari 60 persen anggaran kabupaten

dialokasikan untuk belanja tidak langsung, seperti upah dan gaji bagi pegawai

Page 33: PENGELOLAAN DAK: KONDISI DAN STRATEGI KE DEPANperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152569... · Ringkasan Eksekutif D. ana Alokasi Khusus (DAK) merupakan bagian dari

PERKEMBANGAN KEBIJAKAN DAN PENGELOLAAN DAK 15

negeri sipil, yang hanya menyisakan sekitar 40 persen untuk belanja langsung

pegawai, belanja modal, belanja barang dan jasa, dan belanja lainnya.

Dana alokasi khusus (DAK) merupakan salah satu mekanisme transfer

dari Pemerintah Pusat kepada pemerintah daerah yang bertujuan untuk

membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan

sesuai dengan prioritas nasional. Sesuai dengan peruntukannya, DAK hanya

untuk kegiatan fisik. Walaupun kontribusi DAK relatif rendah (hanya sekitar

7%) dari total dana perimbangan, DAK dianggap memiliki peran strategis

da lam dinamika pembangunan sarana dan prasarana pelayanan dasar di dae-

rah (Bappenas dan GIZ 2011). Peran strategis DAK dapat optimal apabila me-

kanisme transfer sudah sesuai dengan prinsip desentralisasi dan akuntabilitas

bagi penyediaan pelayanan dasar masyarakat.

Dalam usaha meningkatkan efektivitas penggunaan DAK, pemerintah

daerah dapat membentuk Tim Koordinasi Kegiatan DAK yang mengoordinasi-

kan perencanaan, pelaksanaan, pelaporan, dan pemantauan. Tim ini biasanya

dikoordinasikan oleh instansi Bappeda dengan anggota dari setiap satuan

kerja perangkat daerah (SKPD) pengelola DAK. Koordinasi ini bertujuan agar

terjadi sinkronisasi dan sinergi penggunaan DAK, dan supaya penggunaannya

tidak tumpang-tindih dengan penggunaan DAK untuk kegiatan pembangunan

lain. Koordinasi ini juga bertujuan untuk menciptakan transparansi, partisipasi,

dan akuntabilitas pada setiap kegiatan yang dibiayai DAK.

2.2. Perkembangan Besaran Alokasi dan Daerah Penerima Dana Alokasi Khusus

Dari tahun ke tahun, DAK mengalami peningkatan yang signifikan, baik dari

segi nilai nominalnya maupun dari segi perbandingan proporsinya dengan

proporsi DAU dan DBH (Lihat Tabel 2.2). Selain disebabkan oleh kenaikan ang-

garan pada setiap bidang yang dibiayai DAK, peningkatan DAK tersebut juga

disebabkan oleh perluasan bidang cakupan pembiayaan DAK dan peningkatan

jumlah kabupaten/kota yang menerima DAK. Hasil penghitungan alokasi DAK

dituangkan dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) tentang Alokasi dan

Pedoman Pengelolaan DAK per Daerah. Menurut PP No. 55 Tahun 2005, Men-

Page 34: PENGELOLAAN DAK: KONDISI DAN STRATEGI KE DEPANperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152569... · Ringkasan Eksekutif D. ana Alokasi Khusus (DAK) merupakan bagian dari

PENGELOLAAN DAK: KONDISI DAN STRATEGI KE DEPAN16

teri Keuangan sudah harus mengeluarkan PMK ini paling lambat 2 minggu

setelah UU APBN disahkan.

Alokasi dana yang bersifat specific grant dalam bentuk DAK, juga terus

meningkat walaupun sempat turun pada tahun 2010. Alokasi DAK turun

menjadi Rp 21,0 triliun (0,3 persen terhadap PDB) di tahun 2010 sebagai

aki bat dari terbatasnya kemampuan keuangan negara. Alokasi DAK kembali

meningkat menjadi Rp24,8 triliun (0,3 persen terhadap PDB) tahun 2011 dan

Rp26,1 triliun (0,3 persen terhadap PDB) tahun 2012. Peningkatan DAK

tersebut antara lain terkait dengan (1) meningkatnya kemampuan keuangan

negara, (2) bertambahnya bidang yang didanai DAK, (3) bertambahnya dae-

rah otonom baru, dan (4) adanya pengalihan sebagian anggaran kementerian

negara/lembaga yang sebelumnya digunakan untuk mendanai urusan

pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah menjadi DAK.

Tabel 2.2. Proporsi Alokasi DAK Terhadap PDB

Tahun Alokasi DAK Nasional (Miliar Rupiah) Proporsi (%)

2004 2.839 0,12

2005 4.014 0,14

2006 11.570 0,35

2007 17.094 0,43

2008 21.202 0,43

2009 24.820 0,44

2010 21.133 0,33

2011 25.233 0,34

2012 26.116 0,32

Sumber: APBN Tahun 2012

Jumlah daerah penerima DAK juga bertambah signifikan, yakni dari 438

daerah tahun 2007, menjadi 476 daerah tahun 2008, 506 daerah tahun

2009, dan 518 daerah tahun 2010. Pada tahun 2011 dan 2012, jumlah dae-

Page 35: PENGELOLAAN DAK: KONDISI DAN STRATEGI KE DEPANperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152569... · Ringkasan Eksekutif D. ana Alokasi Khusus (DAK) merupakan bagian dari

PERKEMBANGAN KEBIJAKAN DAN PENGELOLAAN DAK 17

rah penerima DAK sama yakni 520 daerah. Perkembangan jumlah pemerintah

kabupaten dan kota yang menerima alokasi DAK di setiap bidang DAK dapat

dilihat di Tabel 2.3. Dari Tabel 2.3, terlihat bahwa jumlah pemerintah daerah

yang menerima DAK relatif terus meningkat setiap tahunnya di setiap bidang

DAK. Deskripsi di Tabel 2.3 ini menunjukkan kecenderungan yang kontradiktif

dengan amanat atau insight awal dari Pasal 162 ayat (1) UU No. 32 Tahun

2004 dan Pasal 39 UU No. 33 Tahun 2004 bahwa DAK hanya dialokasikan

ke pada daerah tertentu. Apabila alokasi DAK akan membantu pemerintah

daerah mencapai prioritas dan target nasional, tentunya setiap tahun, jumlah

pemerintah daerah yang menerima DAK akan berkurang dan bukan justru

bertambah sesuai dengan kemajuan pencapaian prioritas nasional terkait.

Pada APBN 2013, pemerintah pusat mengalokasikan DAK sebesar Rp31,7

triliun yang terdiri dari Rp29,7 triliun dialokasikan untuk 19 bidang dan bagi

seluruh pemerintah daerah serta Rp2 triliun yang dialokasikan untuk infra-

struktur jalan dan pendidikan bagi 183 daerah tertinggal. Dari 524 pemerintah

daerah, terdapat 6 daerah yang tidak mendapatkan alokasi DAK, yaitu

Provinsi DKI Jakarta, Kota Tarakan, Kota Bontang, Kota Dumai, Kabupaten

Murung Raya, dan Kabupaten Tabalong.

Tabel 2.3. Jumlah Pemerintah Kabupaten dan Kota Penerima DAK

2003-2013: Berdasarkan Bidang

Bidang 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Pendidikan SD 267 282 311 409 409 425 426 425 421 415 415

Pendidikan SMP 415 423

Kesehatan Pelayanan Dasar 267 282 309 409 409 409 406 429 374 407 395

Kesehatan Pelayanan Farmasi 414 419 416

Kesehatan Pelayanan Rujukan 229 216 255 234 370

Infrastruktur Jalan 296 285 324 409 409 446 411 457 430 447 431

Infrastruktur Irigasi 200 192 217 319 342 395 368 389 380 389 376

Page 36: PENGELOLAAN DAK: KONDISI DAN STRATEGI KE DEPANperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152569... · Ringkasan Eksekutif D. ana Alokasi Khusus (DAK) merupakan bagian dari

PENGELOLAAN DAK: KONDISI DAN STRATEGI KE DEPAN18

Bidang 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Infrastruktur Air Minum 240 408 409 425 407 426 407 419 414

Infrastruktur Sanitasi 407 423 402 423 421

Sarpras Pemerintahan Daerah

22 53 32 129 152 101 97 118 98 133 81

Kelautan Dan Perikanan 188 279 380 409 409 388 415 441 454 445

Pertanian 144 378 409 409 380 333 287 360 393

Lingkungan Hidup 311 409 409 388 394 393 417 407

Keluarga Berencana 261 351 378 355 412 422

Kehutanan 98 94 222 332 354 356

Sarpras Perdesaan 103 221 171 171 171

Perdagangan 226 109 198 218 306

Keselamatan Transportasi Darat 401 420 441

Listrik Perdesaan 39 54 70

Perumahan Dan Permukiman 58 35 42

Sarpras Kawasan Perbatasan 7 13 23

Transportasi Perdesaan 37 41 65

Sumber: Diolah dari data PMK Alokasi DAK

3

Page 37: PENGELOLAAN DAK: KONDISI DAN STRATEGI KE DEPANperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152569... · Ringkasan Eksekutif D. ana Alokasi Khusus (DAK) merupakan bagian dari

19

Hambatan dan Evaluasi Pengelolaan DAK

3.1. Hambatan Pengelolaan DAK

Dalam pengelolaan DAK, pemerintah daerah yang memperoleh alokasi DAK

harus mengikuti berbagai regulasi pusat, seperti undang-undang, peraturan

pemerintah, keputusan presiden, peraturan/keputusan menteri, Petunjuk

Teknis (Juknis) dan Surat Edaran Direktur Jenderal Kementerian dan Lembaga.

Banyaknya regulasi Pemerintah Pusat yang harus dijadikan acuan, meng aki-

batkan daerah menjadi tidak kreatif dalam membuat regulasi untuk memerinci

kebijakan pengelolaan DAK.

Tabel 3.1 dibawah ini menggambarkan mekanisme pengelolaan DAK

yang tidak sepenuhnya diketahui oleh pemerintah daerah. Pemerintah daerah

relatif tidak banyak mengetahui (dibawah 80% yang mengetahui) mengenai:

1) formula atau proses penentuan besaran alokasi DAK untuk setiap daerah,

2) penentuan pagu DAK untuk setiap bidang, 3) informasi mengenai penen-

tuan bidang DAK, serta 4) proses evaluasi DAK. Kondisi ini hampir tidak ber-

beda antara pemerintah kabupaten dan pemerintah kota, serta antar unit

SKPD yang menerima DAK.

Pada bidang DAK; cakupan dan proses evaluasi DAK di bidang pendidikan

dan kesehatan pemerintah daerah dan SKPD sudah mengetahui dengan baik.

3

Page 38: PENGELOLAAN DAK: KONDISI DAN STRATEGI KE DEPANperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152569... · Ringkasan Eksekutif D. ana Alokasi Khusus (DAK) merupakan bagian dari

PENGELOLAAN DAK: KONDISI DAN STRATEGI KE DEPAN20

Sekitar 95 persen responden di bidang pendidikan dan 96 persen responden

di bidang kesehatan relatif sudah mengetahui regulasi mengenai cakupan

dan proses evaluasi DAK di bidang terkait. Sedangkan untuk bidang pekerjaan

umum, terdapat 83 persen responden dari unit SKPD tersebut yang menya-

takan mengetahui cakupan dan proses evaluasi untuk DAK Bidang Pekerjaan

Umum. Tingginya pemahaman mengenai regulasi yang terkait dengan eva-

luasi DAK di tiga bidang ini disebabkan karena adanya dukungan sosialisasi

skema evaluasi dan ketersedian data yang lebih baik dibandingkan dengan

bidang DAK lainnya.1

Tabel 3.1. Regulasi Diketahui oleh (Unit SKPD) Pemerintah Daerah

Bappeda & DPPKAD

Pendi-dikan Kesehatan PU Bidang

Lainnya

Keselu-ruhan Bidang

Penetapan pagu bidang DAK 82.35% 60.00% 30.43% 58.33% 65.00% 61.70%

Penentuan bidang DAK 88.24% 70.00% 56.52% 88.00% 72.50% 76.06%

Formula Alokasi DAK 64.71% 64.71% 50.00% 66.67% 62.50% 60.87%

Kegiatan yang dapat didanai DAK

88.24% 100.00% 43.48% 100.00% 92.50% 95.07%

Persyaratan penyaluran DAK 93.94% 94.74% 100.00% 91.67% 87.50% 90.65%

Cakupan & proses evaluasi DAK

78.79% 94.12% 95.65% 83.33% 82.50% 85.40%

Sumber: Hasil Kuesioner, diolah

1 Untuk bidang pendidikan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah mengembangkan sistem on­line yang tersambung langsung dengan pihak sekolah. Sementara untuk bidang kesehatan, sekretariat DAK di Kementerian Kesehatan rutin dalam pengumpulan data indikator dari setiap wilayah melalui Dinas Kesehatan di masing-masing pemerintah Kabupaten dan Kota.

Page 39: PENGELOLAAN DAK: KONDISI DAN STRATEGI KE DEPANperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152569... · Ringkasan Eksekutif D. ana Alokasi Khusus (DAK) merupakan bagian dari

HAMBATAN DAN EvALUASI PENGELOLAAN DAK 21

Berdasarkan FGD di daerah sampel dan hasil kuesioner yang diedarkan,

banyak daerah menilai bahwa regulasi tentang DAK yang dikeluarkan Peme-

rintah Pusat seringkali terlambat, berubah-ubah, sangat kaku, dan tidak se-

suai dengan jadwal perencanaan di daerah. Penetapan pagu alokasi ataupun

ketentuan penggunaan dana transfer misalnya, pada umumnya ditetapkan

berdekatan atau bahkan baru terbit setelah selesainya jadwal penyusunan

APBD oleh pemerintah daerah. Akibatnya, beberapa kegiatan dalam kom-

ponen belanja dalam APBD terpaksa harus diubah dan dimusyawarahkan lagi

dengan DPRD, terutama apabila ketetapan dari pemerintah pusat berbeda

dengan perkiraan pendapatan dalam penyusunan APBD. Proses birokrasi

yang berulang ini selain menyita waktu aparatur pemerintah juga berimplikasi

pada tingginya beban administrasi.

Kotak 3.1. Regulasi Sektor:

Kesesuaian dengan Sistem Desentralisasi

Peraturan perundangan mengenai Desentralisasi, UU No. 32 Tahun 2004 dan

UU No. 33 Tahun 2004, masih sering terhambat dalam pelaksanaannya oleh

karena peraturan perundangan tentang tugas dan fungsi kementerian dan

lembaga nonkementerian belum disesuaikan dengan regulasi tersebut atau

justru menganut sistem yang berbeda. Peraturan perundangan tentang tugas

dan fungsi kementerian dan lembaga nonkementerian yang ada disusun di

bawah nuansa sentralistis dengan kewenangan yang sangat besar untuk

meng atur dan memutuskan berbagai hal di seluruh pelosok tanah air. Meskipun

sebagian besar kewenangan pemerintahan sudah didesentralisasikan, namun

struktur kementerian dan lembaga nonkementerian tetap tidak berubah. Dari

segi anggaran, unit di tingkat pemerintah pusat masih menguasai proporsi

anggaran yang cukup besar, termasuk pengelolaan dana dekonsentrasi dan

tugas pembantuan untuk urusan yang sebenarnya sudah didesentralisasikan.

Pasal 108 UU No. 33 Tahun 2004 menyatakan bahwa dana dekonsentrasi

dan tugas pembantuan yang merupakan bagian dari anggaran kementerian/

lembaga negara yang digunakan untuk melaksanakan urusan yang menurut

peraturan perundang-undangan menjadi urusan daerah secara bertahap di-

alihkan menjadi DAK. Untuk mengalihkan dana tersebut, Undang-Undang ini

memerintahkan agar Pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah pelak-

Page 40: PENGELOLAAN DAK: KONDISI DAN STRATEGI KE DEPANperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152569... · Ringkasan Eksekutif D. ana Alokasi Khusus (DAK) merupakan bagian dari

PENGELOLAAN DAK: KONDISI DAN STRATEGI KE DEPAN22

sanaannya. Setelah 9 tahun pelaksanaan undang-undang ini, proses pengalihan

secara bertahap dana dekonsentrasi dan tugas pembantuan yang merupakan

bagian dari anggaran kementerian/lembaga negara yang digunakan untuk

melaksanakan urusan yang menurut peraturan perundang-undangan menjadi

urusan daerah berjalan sangat lambat.

PP No. 55 Tahun 2005 Pasal 50 Ayat 2 menyebutkan “DAK … dialokasikan

dalam APBN sesuai dengan program yang menjadi prioritas nasional.” Se-

men tara itu, Pasal 51 meletakkan prioritas nasional mendahului urusan dae-

rah, sebagaimana tertulis dalam Ayat 1, “DAK dialokasikan kepada daerah

tertentu untuk mendanai kegiatan khusus yang merupakan bagian dari pro-

gram yang menjadi prioritas nasional … yang menjadi urusan daerah.” Dalam

perspektif ini, DAK rentan untuk diperlakukan seperti pelimpahan wewenang

seperti Dana Dekonsentrasi atau penugasan seperti Dana Tugas Pembantuan

dengan titik tekan prioritas nasional (Bappenas 2011). Dilihat dari praktek

perkembangan jumlah bidang dan juga jumlah pemerintah daerah penerima

DAK di setiap bidang, terdapat kecenderungan bahwa alokasi DAK dari pe-

me rintah pusat di bidang terkait merupakan “quasi kanwil” dari Kemen terian

terkait di daerah.

Perkembangan ini tidak terlepas dari klausul mengenai tujuan alokasi

DAK untuk mendukung prioritas nasional relatif bersifat abstrak dan perlu

untuk diperjelas apakah prioritas nasional yang dimaksud disini adalah untuk

pencapaian output atau outcome tertentu di bidang yang menjadi target

alo kasi DAK, atau bahwa prioritas nasional perlu juga untuk dijabarkan sam-

pai pada tingkat kegiatan. Selanjutnya prasyarat suatu bidang mendapatkan

pagu alokasi DAK adalah ketika bidang tersebut memang menjadi prioritas

pembangunan yang utama dan terangkum dalam dokumen RPJMN. Penge-

lolaan DAK dikoordinasikan setidaknya melalui tiga kementerian, yaitu

Kementerian Keuangan, Bappenas, dan Kementerian Dalam Negeri. Dalam

hal ini, Bappenas menentukan bidang yang mendapatkan alokasi DAK setiap

tahunnya mengacu pada RPJMN, penetapan fokus bidang juga dapat dilaku-

kan tidak setiap tahun tetapi untuk jangka waktu sesuai dengan RPJMN.

Page 41: PENGELOLAAN DAK: KONDISI DAN STRATEGI KE DEPANperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152569... · Ringkasan Eksekutif D. ana Alokasi Khusus (DAK) merupakan bagian dari

HAMBATAN DAN EvALUASI PENGELOLAAN DAK 23

Keterlibatan pemerintah daerah dalam penetapan prioritas nasional,

dilakukan melalui Musrenbang (Musyawarah Perencanaan Pembangunan

Nasional). Selain itu, sesuai dengan proses penetapan dokumen perencanaan

di tingkat pemerintah daerah, dokumen perencanaan pemerintah daerah

RPJMD, mengacu pada RPJMN atau dokumen perencanaan pemerintah di

tingkat pusat yang merupakan acuan dari penentuan prioritas nasional.

Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor

37 Tahun 2012 Tentang Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan Dan

Belanja Daerah Tahun Anggaran 2013, belanja yang bersumber dari DAK

dianggarkan pada SKPD yang berkenaan sesuai dengan tugas dan fungsinya.

Dalam rangka optimalisasi pencapaian sasaran DAK, terhadap sisa tender

pelaksanaan kegiatan DAK, agar digunakan untuk menambah target dan

capaian sasaran kinerja kegiatan DAK yang telah ditetapkan dalam petunjuk

teknis DAK masing-masing bidang. Apabila sisa tender tidak dapat dimanfaat-

kan pada tahun berkenaan dan harus dilaksanakan pada tahun anggaran

berikutnya tetap menggunakan petunjuk teknis tahun anggaran ber kenaan.

Dalam rangka peningkatan efisiensi DAK yang didasarkan pada karak-

teristik DAK untuk pencapaian prioritas nasional dan pencapaian SPM, maka

bentuk diskresi pemerintah daerah dapat dilakukan dari aspek penggunaan

DAK dalam bidang-bidang terkait. Seperti terlihat pada Diagram 3.1, sekitar

66 persen responden dari sampel di tingkat pemerintah daerah kabupaten

dan kota, menyatakan terdapat permasalahan regulasi pengelolaan DAK yang

perlu diperbaiki.

Salah satu regulasi yang relatif dianggap menghambat pemerintah dae-

rah terutama terkait dengan penggunaan DAK adalah regulasi petunjuk tek-

nis pada setiap bidang. Sekitar 70 persen dari responden yang menyetujui

terdapat masalah regulasi dalam pengelolaan DAK menyatakan bahwa regu-

lasi yang bermasalah adalah regulasi mengenai petunjuk teknis. Permasalahan

regulasi lainnya diantaranya mencakup hal yang terkait dengan tahapan

penyaluran (6,67 persen), penggunaan sisa DAK (1,33 persen), serta persya-

ratan untuk penyediaan dana pendamping (1,33 persen).

Page 42: PENGELOLAAN DAK: KONDISI DAN STRATEGI KE DEPANperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152569... · Ringkasan Eksekutif D. ana Alokasi Khusus (DAK) merupakan bagian dari

PENGELOLAAN DAK: KONDISI DAN STRATEGI KE DEPAN24

Diagram 3.1. Ada atau Tidaknya Regulasi yang Bermasalah

dan Jenis Regulasi yang Perlu Diperbaiki

34%

66%

Tidak AdaMasalahRegulasi

MasalahRegulasi

69.33%

1.33%

6.67%

1.33%

21.33%

0% 20% 40% 60% 80% 100%

Regulasi Juknis

Penggunaansisa DAK

Tahapanpenyaluran

Danapendamping

Lainnya

34%

66%

Tidak AdaMasalahRegulasi

MasalahRegulasi

69.33%

1.33%

6.67%

1.33%

21.33%

0% 20% 40% 60% 80% 100%

Regulasi Juknis

Penggunaansisa DAK

Tahapanpenyaluran

Danapendamping

Lainnya

Sumber: Hasil Kuesioner, diolah

Hal yang menjadi permasalahan utama mengenai regulasi petunjuk

teknis adalah bahwa petunjuk teknis dibanyak bidang dinilai terlalu detail

dan kaku sampai pada tingkat dimana beban administrasi yang tinggi untuk

persiapan dan pencairan dana oleh pihak ketiga sebagai pelaksana kegiatan.

Detail pelaksanaan kegiatan yang ditetapkan dalam Petunjuk Teknis, dapat

dijustifikasi ketika kegiatan bersifat teknis dan perlu untuk memenuhi standar

tertentu, misalnya dalam ketentuan mengenai penyediaan alat laboratorium

atau pengadaan kebutuhan farmasi untuk penangangan dan pencegahan

penyakit tertentu.2 Namun untuk bentuk kegiatan yang bersifat umum, detail

kegiatan yang dianggap terlalu spesifik justru dapat membuat biaya pelak-

sanaan kegiatan menjadi lebih tinggi atau bahkan tidak sesuai dengan kon-

disi yang dibutuhkan di unit atau wilayah terkait.

Dari Diagram 3.2, sebanyak 61 persen dari total responden yang menya-

takan perlunya perbaikan regulasi petunjuk teknis, memiliki pandangan bah-

wa juknis mengenai DAK di bidangnya relatif terlalu kaku. Terdapat anggapan

bahwa acuan penggunaan dalam juknis adalah untuk kegiatan yang justru

tidak sesuai dengan kebutuhan pemerintah daerah di bidang tersebut. Se-

2 Dari hasil in­depth interview di beberapa kementerian, antara lain Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, menyatakan bahwa Petunjuk Teknis yang relatif detail masih diperlukan untuk menjamin target-target nasional dapat mudah dikontrol.

34%

66%

Tidak AdaMasalahRegulasi

MasalahRegulasi

69.33%

1.33%

6.67%

1.33%

21.33%

0% 20% 40% 60% 80% 100%

Regulasi Juknis

Penggunaansisa DAK

Tahapanpenyaluran

Danapendamping

Lainnya

Page 43: PENGELOLAAN DAK: KONDISI DAN STRATEGI KE DEPANperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152569... · Ringkasan Eksekutif D. ana Alokasi Khusus (DAK) merupakan bagian dari

HAMBATAN DAN EvALUASI PENGELOLAAN DAK 25

mentara itu, sekitar 35 persen dari total responden yang menyatakan keter-

lambatan penetapan petunjuk teknis merupakan aspek yang perlu segera

ditangani dari regulasi petunjuk teknis.

Diagram 3.2. Regulasi Petunjuk Teknis (Juknis) yang Perlu Diperbaiki

61%

35%

2% 2%

Juknis yang terlalukaku

Juknis yangterlambat

Juknis Lainnya

Periode berlakunyajuknis

Sumber: Hasil Kuesioner, diolah

Keterlambatan penetapan peraturan petunjuk teknis untuk kegiatan

DAK yang hanya bersifat fisik berimplikasi pada proses pelaksanaan kegiatan

yang tidak optimal. Penyelesaian kegiatan tidak dimungkinkan karena periode

waktu yang sangat terbatas, selain juga karena mekanisme penyaluran juga

dievaluasi berdasarkan kinerja penggunaan dana secara agregat dari keselu-

ruhan alokasi DAK yang diterima oleh pemerintah daerah terkait.

Sementara itu, proses mekanisme pelaksanaan kegiatan yang perlu dila-

kukan melalui proses lelang ataupun swa-kelola, membutuhkan waktu dan

biaya persiapan administrasi. Semua hal itu dibutuhkan untuk mencari dan

menarik partisipasi dari calon atau peminat pelaksana kegiatan untuk meng-

ikuti proses lelang dan atau pihak penerima manfaat kegiatan terkait ter-

utama untuk kegiatan yang mensyaratkan pelaksanaanya berdasarkan swa-

kelola. Dalam hal ini, permasalahan mengenai keterlambatan Petunjuk Teknis

relatif cukup sering terjadi untuk DAK bidang Pendidikan (lihat Kotak 3.2).

Page 44: PENGELOLAAN DAK: KONDISI DAN STRATEGI KE DEPANperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152569... · Ringkasan Eksekutif D. ana Alokasi Khusus (DAK) merupakan bagian dari

PENGELOLAAN DAK: KONDISI DAN STRATEGI KE DEPAN26

Kotak 3.2.

Permasalahan terkait Petunjuk Teknis Bidang Pendidikan

Keterlambatan penetapan ataupun adanya perubahan Petunjuk Teknis terjadi

di tahun 2010, 2011, dan 2013, dengan sebab yang bervariasi.

Tahun 2010:

Perubahan Juknis di tengah tahun anggaran, khususnya terkait dengan:

a. Pola pelaksanaan kegiatan; berubah dari mekanisme swakelola hibah

men jadi mekanisme pengadaan barang/jasa.

b. Pelaksana kegiatan; berubah dari satuan pendidikan/sekolah menjadi

SKPD Teknis/dinas pendidikan.

c. Revisi Juknis terkait perubahan tersebut ditetapkan di akhir bulan agustus

2010.

Tahun 2011:

Keterlambatan Penerbitan Juknis :

a. Juknis diterbitkan pada bulan Agustus, karena harus dikonsultasikan dan

mendapatkan persetujuan dari Komisi X DPR RI.

b. Proses tender/lelang terlambat.

Tahun 2012:

a. Perubahan pola pelaksanaan DAK dalam Juknis, yakni dari mekanisme

pengadaan barang dan jasa, menjadi mekanisme swakelola hibah (hibah

kepada unit/satuan kerja yang berada dibawah pemda itu sendiri).

b. Perubahan tersebut membingungkan Daerah karena sesuai PP No 58 Ta hun

2005 ttg Pengelolaan Keuangan Daerah, hibah dapat diberikan ke pada

pemerintah pusat, pemerintah daerah lain, dan kelompok masyarakat/

perorangan (tidak kepada Satker di bawahnya).

c. Revisi Juknis baru terbit tgl 14 September 2012, sehingga Daerah hanya

memiliki waktu yang terbatas untuk menyesuaikan proses penganggaran

dan pelaksanaan DAK pendidikan.

Sumber: Kementerian Keuangan (2013)

Terkait dengan jadwal penetapan Petunjuk Teknis di berbagai bidang

DAK, Tabel 3.2 di bawah ini berisi informasi mengenai tanggal penetapan

Page 45: PENGELOLAAN DAK: KONDISI DAN STRATEGI KE DEPANperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152569... · Ringkasan Eksekutif D. ana Alokasi Khusus (DAK) merupakan bagian dari

HAMBATAN DAN EvALUASI PENGELOLAAN DAK 27

Petunjuk Teknis untuk periode 2008-2013. Diantara ketiga bidang pelayanan

dasar (pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur), Petunjuk Teknis untuk bi dang

Pendidikan seringkali mengalami keterlambatan dalam penetapannya. Apa-

bila untuk bidang infrastruktur relatif menggunakan Petunjuk Teknis yang

tidak berubah sejak penetapannya di tahun 2010, Petunjuk Teknis di bidang

kesehatan walaupun mengalami perubahan setiap tahunnya, cenderung tidak

terlambat dalam penetapannya. Dalam hal ini, acuan keterlambatan pene tapan

Petunjuk Teknis, sesuai dengan penjelasan PP No. 55 Tahun 2004 Pasal 59 ayat

(2) adalah apabila Petunjuk Teknis ditetapkan melewati batas waktu yaitu 2

(dua) minggu setelah penetapan alokasi DAK oleh Menteri Keuangan.

Tabel 3.2. Perbandingan Tanggal Penetapan Petunjuk Teknis DAK

dengan Tanggal Penetapan Alokasi DAK

No. Bidang DAKJuknis DAK

2008 2009 2010 2011 2012 2013

1 Pendidikan SD

09/04/08 29/01/2009 01/02/10 23/08/2011 16/12/2011 15/02/2013

SMP 23/08/2011 16/12/2011 08/02/2013

2 Kesehatan 18/11/2008 26/11/2009 17/12/2010 10/12/2011 26/12/2012

3 Jalan * 18/12/2007 18/12/2007 15/12/2009 01/11/2010 01/11/2010 01/11/2010

4 Irigasi * 18/12/2007 18/12/2007 15/12/2009 01/11/2010 01/11/2010 01/11/2010

5 Air minum * 18/12/2007 18/12/2007 15/12/2009 01/11/2010 01/11/2010 01/11/2010

6 Sanitasi * 18/12/2007 18/12/2007 15/12/2009 01/11/2010 01/11/2010 01/11/2010

8 Prasarana Pemerintah

15/12/2008 26/01/2010 28/12/2012

9 Kelautan Dan Perikanan

10/12/08 08/12/09 09/12/2010 15/12/2011 27/12/2012

10 Pertanian 17/12/2008 08/10/09 29/12/2010 27/12/2011 10/01/2013

11 Lingkungan Hidup

31/12/2008 2009 11/02/2011 29/12/2011 16/12/2012

12 Keluarga Berencana

31/12/2008 26/11/2009 20/12/2012

13 Kehutanan 24/01/2008 29/10/2008 5/1/10 20/12/2012

Page 46: PENGELOLAAN DAK: KONDISI DAN STRATEGI KE DEPANperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152569... · Ringkasan Eksekutif D. ana Alokasi Khusus (DAK) merupakan bagian dari

PENGELOLAAN DAK: KONDISI DAN STRATEGI KE DEPAN28

14Sarana Prasaran Perdesaan

Belum ada 04/02/09 28/12/2012

15 Perdagangan Belum ada 27/01/2010 28/02/2012

Penetapan Alokasi DAK

-PMK Penetapan Alokasi DAK

PMK No. 142/07/2007

PMK No. 171/07/2008

PMK No. 175/07/2009

PMK No. 216/07/2010

PMK 209/07/2011

PMK 201/07/2012

- Tanggal Penetapan

20/11/2007 13/11/2008 11/11/09 3/12/2011 12/12/2011 17/12/2012

Sumber: Update dari Kementerian Keuangan (2009) dan Kementerian Keuangan (2013)

Catatan: Tanggal yang di-Bold adalah tanggal penetapan Petunjuk Teknis yang terlambat.

Permasalahan mengenai petunjuk teknis untuk tingkatan tertentu meru-

pakan kendala bagi pemerintah daerah tidak hanya dalam pelaksanaan kegi-

atan tetapi juga untuk dimasukkannya kegiatan DAK dalam APBD. Apabila

penetapan petunjuk teknis relatif terlambat dari periode yang sudah dijad-

walkan, kegiatan DAK kemungkinan baru dapat dicantumkan di APBD Per-

ubahan (APBD-P). Namun demikian, secara keseluruhan, dari Diagram 3.3,

kegiatan yang didanai dari DAK secara umum dapat dimasukkan dalam APBD,

terlihat dari setidaknya 80 persen responden menyatakan bahwa kegi atan

DAK dapat dimasukkan dalam APBD.

Pencantuman kegiatan DAK dari bidang seperti pendidikan dan kese-

hatan pada APBD atau APBD-P lebih membutuhkan birokrasi panjang. Hal ini

dapat disebabkan dari karakteristik kegiatan dan petunjuk teknis yang dapat

berbeda dari tahun-tahun sebelumnya ataupun faktor keterlambatan dari

penetapan petunjuk teknis. Kegiatan DAK yang dapat dimasukkan di APBD

atau dalam penyusunan APBD-P juga membutuhkan proses birokrasi yang

cukup detail. Disamping itu, masalah koordinasi tidak saja terjadi antara pi-

hak eksekutif tetapi juga dengan pihak DPRD.

Page 47: PENGELOLAAN DAK: KONDISI DAN STRATEGI KE DEPANperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152569... · Ringkasan Eksekutif D. ana Alokasi Khusus (DAK) merupakan bagian dari

HAMBATAN DAN EvALUASI PENGELOLAAN DAK 29

Diagram 3.3. Jenis Kegiatan DAK dapat dimasukkan dalam APBD

73.91%

63.16%

54.55%

54.17%

48.72%

21.74%

26.32%

31.82%

41.67%

33.33%

0% 20% 40% 60% 80% 100%

Bappeda &DPPKAD

Dikbud

Dinkes

PU

Lainnya

Sangat Setuju Setuju

Sumber: Hasil Kuesioner, diolah

Permasalahan lainnya adalah mengenai tahap atau administrasi penya-

luran alokasi DAK. Tahap penyaluran DAK didasarkan pada penggunaan dana

dari keseluruhan alokasi DAK dan bukan di setiap bidang. Untuk itu, tingkat

penyerapan DAK juga terkadang disebabkan oleh keputusan dan preferensi

pemerintah daerah untuk prioritas pelaksanaan bidang DAK.3 Apabila kepu-

tusan untuk prioritas penggunaan atau pelaksanaan bidang dan kegiatan

sangat tergantung dari pilihan pemerintah daerah, aspek penyerapan alokasi

DAK di akhir periode cukup krusial karena sisa dana yang belum digunakan

untuk alokasi DAK yang sudah disalurkan hanya dapat digunakan untuk bi-

dang dengan kegiatan yang belum terlaksanakan tersebut.

Prosedur penggunaan sisa alokasi DAK yang tidak terserap dapat ber-

beda untuk setiap sektor, yang mensyaratkan bahwa penggunaan sisa alokasi

DAK di tahun sebelumnya hanya dapat digunakan untuk kegiatan yang dite-

tapkan dalam petunjuk teknis di tahun terkait. Konteks kegiatan DAK yang

merupakan kegiatan fisik memiliki karakteristik lumpiness atau bentuk pro-

3 Terkait dengan prioritas penggunaan dana dan pelaksanaan kegiatan, untuk bidang kesehatan misalnya, rekomendasi dari Kementerian Teknis umumnya adalah untuk memprioritaskan penggunaan dana untuk bidang terkait terutama karena menyangkut antisipasi dan peme-nuh an akses dan keberlanjutan pelayanan kesehatan.

Page 48: PENGELOLAAN DAK: KONDISI DAN STRATEGI KE DEPANperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152569... · Ringkasan Eksekutif D. ana Alokasi Khusus (DAK) merupakan bagian dari

PENGELOLAAN DAK: KONDISI DAN STRATEGI KE DEPAN30

gram pengeluaran yang perlu dilakukan secara keseluruhan. Oleh karena itu,

untuk pelaksanaan kegiatan DAK umumnya membutuhkan dana tertentu

yang relatif besar, tidak cocok dengan besar sisa DAK yang selain umumnya

kecil dibandingkan dengan kebutuhan total dana untuk pelaksanaan kegiatan

DAK tersebut, juga menjadi tidak relevan untuk kembali dilaksanakan jika

kegiatan terkait telah (selesai) dilakukan. Pengecualian adalah ketika jenis

fasilitas pelayanan tersebut di pemerintah daerah terkait memang relatif

masih sedikit berdasarkan standar nasional.

Penundaan atau tidak optimalnya pelaksanaan kegiatan DAK, juga

dipengaruhi oleh karakteristik dari jenis kegiatan dalam petunjuk teknis yang

relatif terbatas atau dianggap tidak sesuai dengan karakteristik daerah

terkait.4

Sementara itu, permasalahan mengenai kebijakan dana pendamping

terutama karena ketentuan yang relatif tidak mempertimbangkan aspek

kapasitas fiskal pemerintah daerah seperti dideskripsikan di Kotak 3.3.

Kotak 3.3.

Kebijakan Dana Pendamping

Berdasarkan ketentuan Pasal 41 UU No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan

Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah antara lain me-

nyatakan “Daerah penerima DAK wajib menyediakan Dana Pendamping seku-

rang-kurangnya 10% dari alokasi DAK, kecuali Daerah dengan kapasitas fiskal

tertentu yaitu Daerah yang selisih antara Penerimaan Umum APBD dan Belanja

Pegawainya sama dengan nol atau negatif”. Berdasarkan ketentuan ini, tidak

ada satu daerahpun yang dikecualikan dari ketentuan Dana Pendamping un-

tuk alokasi DAK yang diterima, atau dengan kata lain Dana Pendamping me-

rupakan suatu keharusan untuk seluruh pemerintah daerah.

Namun kenyataannya, banyak daerah mengalami keterbatasan anggaran

yang mengancam kelangsungan jasa layanan tertentu seperti kesehatan, pen-

didikan dan infrastruktur. Akibatnya alokasi DAK yang tidak terserap dalam

kurun waktu beberapa tahun anggaran, selain karena keterlambatan terbitnya

4 Kotak 4.1 di Bab 4 menggambarkan mengenai kendala petunjuk teknis yang relatif spesifik un tuk setiap sektor, dalam hal ini adalah di Sektor Pendidikan, Kesehatan, dan Infrastruktur.

Page 49: PENGELOLAAN DAK: KONDISI DAN STRATEGI KE DEPANperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152569... · Ringkasan Eksekutif D. ana Alokasi Khusus (DAK) merupakan bagian dari

HAMBATAN DAN EvALUASI PENGELOLAAN DAK 31

Juknis dan hambatan-hambatan lainnya, termasuk karena pemerintah daerah

keterbatasan sumber pendanaan untuk pemenuhan Dana Pendamping.

Dana pendamping sebagaimana yang dikemukakan dalam PP No. 55

Tahun 2005, pada pasal 60 ayat 3) DAK dibatasi untuk belanja yang bersifat

fisik (belanja modal). Selain itu beban administrasi untuk pelaksanaan kegiatan

DAK juga perlu untuk dipenuhi oleh pemerintah daerah. Oleh karena itu, pe-

merintah daerah tidak saja menyediakan alokasi dana untuk pemenuhan dana

pendamping yang merupakan bagian yang tidak terpisah dari pelaksanaan

kegiatan DAK, tetapi juga perlu menyediakan sumber pendanaan untuk be-

lanja yang bersifat non fisik yang terkait dengan administrasi, koordinasi, mau-

pun untuk kebutuhan evaluasi internal dari pelaksanaan kegiatan DAK tersebut.

3.2. Evaluasi Pengelolaan dan Kinerja Penyerapan DAK

Tahap pengelolaan DAK dapat diklasifikasikan berdasarkan proses perencana-

an dan penetapan alokasi DAK yang umumnya lebih merupakan diskresi dari

pemerintah pusat, walaupun untuk beberapa aspek, pemerintah daerah juga

dilibatkan. Misalnya dalam proses perencanaan, yaitu pada konteks penetapan

prioritas nasional, terdapat mekanisme Musrenbang dimana pemerintah

dae rah dapat urun rembuk dan memberikan feedback terkait dengan arah

kebijakan dari pemerintah pusat, dalam hal ini yang terkait dengan penetapan

prioritas nasional. Sementara itu, untuk tahap penetapan pemerintah daerah

yang dapat menerima DAK dan juga penetapan besar alokasi DAK, formula

yang dijadikan acuan ditentukan oleh instansi di tingkat pusat. Dalam hal ini,

pemerintah daerah di beberapa bidang dilibatkan untuk penyediaan data

yang akan digunakan untuk konstruksi variabel indikator teknis. Penggunaan

data dari pemerintah daerah perlu kehati-hatian agar upaya untuk meng hin-

dari gaming atau penyediaan data atau prilaku inefisiensi (apabila indikator

teknis didasarkan pada input) tidak dilakukan dengan mengorbankan trans-

paransi formula DAK.5

5 Apabila formula mengenai indikator yang dijadikan acuan untuk kriteria cenderung bersifat tetap, untuk formula kriteria teknis, bobot dan indikator cenderung berubah-ubah. Dalam hal

Page 50: PENGELOLAAN DAK: KONDISI DAN STRATEGI KE DEPANperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152569... · Ringkasan Eksekutif D. ana Alokasi Khusus (DAK) merupakan bagian dari

PENGELOLAAN DAK: KONDISI DAN STRATEGI KE DEPAN32

Tabel 3.3 memberikan gambaran peran pemerintah pusat dan keterli-

batan pemerintah daerah dalam pengelolaan DAK. Dalam hal ini, diskresi

pemerintah daerah dapat cukup besar di tahap penggunaan dan juga evaluasi

penggunaan DAK, terlebih jika mengacu bahwa yang mendapatkan penda-

na an DAK adalah urusan daerah yang juga menjadi prioritas nasional. Semen-

tara itu, seperti juga dalam proses penetapan alokasi, tahap penyaluran DAK

dilakukan sepenuhnya oleh pemerintah pusat (Kementerian Keuangan).

Tabel 3.3. Tahapan Pengelolaan DAK:

Identifikasi Diskresi Pemerintah Pusat dan Daerah

Tahap Diskresi Pusat Diskresi Daerah

Perencanaan Penetapan prioritas nasional Masukan dari Musrenbang

Penetapan Alokasi

Penetapan formula dan perhitungan Penyediaan data

Penggunaan Penetapan Juknis Usulan perubahan kegiatan

Penyaluran Penyaluran (evaluasi) untuk seluruh bidang

Evaluasi Dilakukan fragmentasi setiap Kementerian

Pelibatan provinsi di beberapa Kementerian

Dana Penyerapan DAK dapat mengacu pada besaran dana dari alokasi

DAK yang diterima oleh pemerintah daerah dan masuk di kas daerah namun

tidak atau belum dapat digunakan untuk pendanaan pelaksanaan kegiatan

yang dimaksud dalam Petunjuk Teknis. Kinerja DAK juga dapat dikaitkan de-

ngan seberapa besar untuk setiap pemerintah daerah, besar alokasi DAK yang

disalurkan oleh pemerintah pusat. Dari data pagu alokasi dan realisasi DAK,

data realisasi DAK mengacu pada besar dana DAK yang sudah masuk dalam

kas daerah. Dari keterbatasan karakteristik data tersebut, maka penyerapan

DAK hanya mengacu untuk pemerintah daerah yang memiliki besar pagu DAK

sama atau melebihi realisasi DAK. Ini berarti aspek inefisiensi hanya dari lihat

ini, perubahannya disangsikan merupakan refleksi dari perubahan atau roadmap prioritas nasional di sektor terkait.

Page 51: PENGELOLAAN DAK: KONDISI DAN STRATEGI KE DEPANperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152569... · Ringkasan Eksekutif D. ana Alokasi Khusus (DAK) merupakan bagian dari

HAMBATAN DAN EvALUASI PENGELOLAAN DAK 33

dari definisi data penyerapan DAK, yaitu kondisi bahwa tidak keseluruhan

alokasi DAK dapat disalurkan kepada pemerintah daerah.

Apabila besar alokasi atau pagu DAK tidak seluruhnya disalurkan kepada

pemerintah daerah karena prosedur yang tidak dapat dipenuhi oleh peme-

rin tah daerah, maka sisa alokasi yang belum tersalurkan tidak akan dapat

di sa lurkan di tahun berikutnya. Dalam hal ini, sisa DAK yang tidak tersalurkan

akan kembali ke kas negara. Sedangkan untuk sisa dana yang sudah ada di

Kas Daerah namun belum dimanfaatkan atau merupakan sisa penghematan

dari kegiatan tender misalnya, maka dana tersebut umumnya dapat diguna-

kan untuk peruntukan yang telah diatur dan wajib digunakan di bidang DAK

yang sama. Tentunya ketentuan ini kemungkinan akan membuat pemerintah

daerah berupaya memenuhi prosedur penggunaan DAK agar alokasi DAK,

tetap masuk sebagai Kas Daerah. Aspek governance dalam konteks ini dite-

nga rai minimal untuk pengelolaan DAK terutama untuk bidang dengan

ukuran DAK yang relatif besar.

1. Alokasi DAK dan Biaya Kegiatan

Berdasarkan hasil kuesioner, untuk bidang kesehatan, hanya sekitar 25 persen

responden yang menyatakan bahwa alokasi DAK sesuai dengan biaya yang

diperlukan untuk pelaksanaan kegiatan tersebut. Sedangkan sekitar 50 per-

sen responden di bidang pendidikan dan perkerjaan umum yang menyatakan

bahwa alokasi DAK sesuai dengan kebutuhan biaya pelaksanaan kegiatan

tersebut. Khusus untuk bidang pendidikan dan juga sub bidang sanitasi yang

menjadi bagian bidang pekerjaan umum, pelaksanaan kegiatan dilakukan

secara swakelola sementara bidang lainnya umumnya dilakukan berdasarkan

lelang.

Penggunaan alokasi DAK yang telah ditetapkan untuk jenis kegiatan

tertentu di setiap bidang, agar relatif efisien dan efektif, maka syarat kecukup-

an setidaknya menjamin adanya keterkaitan besar alokasi pendanaan dengan

kegiatan yang perlu dilakukan. Dari Diagram 3.4, sekitar 62,5 persen res pon-

den di bidang pendidikan menyatakan bahwa alokasi DAK yang diterima

untuk bidang yang terkait dengan unit SKPD-nya memang sesuai dengan biaya

yang diperlukan untuk pelaksanaan kegiatan tersebut. Namun, hanya sekitar

Page 52: PENGELOLAAN DAK: KONDISI DAN STRATEGI KE DEPANperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152569... · Ringkasan Eksekutif D. ana Alokasi Khusus (DAK) merupakan bagian dari

PENGELOLAAN DAK: KONDISI DAN STRATEGI KE DEPAN34

27,3 persen responden dari unit SKPD di bidang kesehatan yang menyatakan

bahwa alokasi DAK sudah mencerminkan biaya kegiatan.

Diagram 3.4. Alokasi DAK Mencerminkan Biaya Kegiatan

57.14%62.50%

27.27%

52.00%55.00%

0.00%

10.00%

20.00%

30.00%

40.00%

50.00%

60.00%

70.00%

Bappeda &DPPKAD

Dikbud Dinkes PU Lainnya

Sumber: Hasil Kuesioner, diolah

2. Pengelolaan DAK dan Kinerja Penyerapan Alokasi Bidang DAK

Penyerapan alokasi DAK sangat tergantung dari kinerja bidang DAK dengan

nilai alokasi yang relatif besar seperti untuk bidang-bidang yang terkait de-

ngan pelayanan dasar, seperti sektor pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur.

Tabel 3.4 menunjukkan bahwa penyerapan atau realisasi penggunaan DAK

untuk sektor pendidikan secara rata-rata dibawah 50 persen untuk tahun

2010 dan tahun 2011 (Kementerian Keuangan 2013).

Page 53: PENGELOLAAN DAK: KONDISI DAN STRATEGI KE DEPANperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152569... · Ringkasan Eksekutif D. ana Alokasi Khusus (DAK) merupakan bagian dari

HAMBATAN DAN EvALUASI PENGELOLAAN DAK 35

Tabel 3.4. Penyerapan Alokasi DAK Berdasarkan Bidang DAK

No Bidang2010 2011 2012

Pagu Real % Pagu Real % Pagu Real %

1 Pendidikan 9.334,9 4.090,2 43,8 10.041,3 3.419.1 34,1 10.041,3 7.709,7 76,8%

2 Kesehatan 2.829,8 2.619,9 92,6 3.000,8 2.710,2 90,3 3.005,9 2,745,5 91,3%

3 Inf Jalan 2.810,2 2.668,9 94,9 3.900,0 3,538.1 90,7 4.012,8 3.746,8 93,4%

4 Inf Irigasi 968,4 908,4 93,8 1.311,8 1.202,6 91,7 1.348,5 1.253,4 92,9%

5 Inf Sanitasi 357,2 312,8 87,6 419,6 375,7 89,5 463,7 422,8 91,2%

6 Inf Air Minum 357,2 335,6 93,9 419,6 381,9 91,0 502,5 457,7 91,1%

7 Pras PemdA 386,3 347,6 89,8 400,0 320,6 80,2 444,5 372,6 83,8%

8 Kelautan & Perikanan

1.207,8 1.115,1 92,3 1.500,0 1.318,9 87,9 1.547,1 1.401,9 90,6%

9 Pertanian 1.543,6 1.394,3 90,3 1.806,1 1.615,1 89,4 1.879,6 1.752,4 93,2%

10 Lingkungan Hidup

351,6 327,2 93,1 400,0 361,3 90,3 479,7 431,5 90,0%

11 Keluarga Berencana

329,0 309,1 93,9 368,1 329,8 89,6 392,3 354,5 90,4%

12 Kehutanan 250,0 221,2 88,5 400,0 350,1 87,5 489,8 440,3 89,9%

13 Sarpras Perdesaan

300,0 276,6 92,2 315,5 281,2 89,1 356,9 316,6 88,7%

14 PerdaganGan 107,3 103,2 96,1 300,0 269,6 89,9 345,1 309,9 89,8%

15 Kes Trans Darat

- - - 100,0 89,4 89,4 131,6 119,6 90,9%

16 Listrik Perdesaan

- - - 150,0 128,5 85,7 190,6 170,7 89,6%

17 Perumkim - - - 150,0 95,1 63,4 191,2 145,2 75,9%

18 Sarpras Perbatasan

- - - 100,0 87,4 87,4 121,4 108,5 89,4%

19 Trans Perdesaan

- - - 150,0 129,6 86,4 171,4 158,8 92,6%

Sumber: Kementerian Keuangan (2013)

Page 54: PENGELOLAAN DAK: KONDISI DAN STRATEGI KE DEPANperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152569... · Ringkasan Eksekutif D. ana Alokasi Khusus (DAK) merupakan bagian dari

PENGELOLAAN DAK: KONDISI DAN STRATEGI KE DEPAN36

Di bidang pendidikan, permasalahan keterlambatan tampaknya juga

disebabkan oleh kompleksnya kriteria juknis, sehingga berpengaruh terhadap

relatif rendahnya penyerapan di sektor ini, yaitu 34,1 persen di tahun 2011

dan 43,8 persen di tahun 2010. Berdasarkan hasil FGD dengan beberapa pe-

merintah daerah, ternyata masalah petunjuk teknis di bidang pendidikan me-

rupakan salah satu faktor penghambat yang paling banyak diungkapkan.

Sementara itu, penyerapan untuk DAK di bidang kesehatan sudah diatas

90 persen, walaupun apabila dilihat berdasarkan sub bidang, penyerapan

relatif rendah justru untuk jenis kesehatan pelayanan farmasi di tahun 2011,

dan pada tahun 2012 penyerapan DAK yang relatif rendah adalah penyerapan

DAK untuk pelayanan rujukan. Hal ini kemungkinan disebabkan sistem daftar

menu dengan jenis kegiatan baru ataupun penetapan sub-bidang baru yang

menjadi kendala bagi pemerintah daerah dalam melakukan persiapan dan

implementasi kegiatan.

Dibandingkan dengan penyerapan DAK di bidang pendidikan dan

kesehatan, penyerapan DAK di bidang infrastruktur relatif lebih baik. Kecuali

untuk DAK infrastruktur sanitasi, rata-rata penyerapan DAK untuk infrastruktur

selalu diatas 90 persen. Kemudahan implementasi dan juga tipe juknis yang

relatif tidak berubah-ubah memudahkan daerah dan melakukan persiapan

dan kegiatan implementasi DAK.

3. Kinerja Penyerapan Alokasi DAK dan Pengeluaran Pemerintah Daerah

Perbandingan antara penyerapan anggaran pemerintah daerah secara keselu-

ruhan dan penyerapan DAK antar daerah dapat menunjukkan sejauh mana

pengelolaan DAK terjadi karena hambatan regulasi atau lebih pada prilaku

pemerintah daerah yang relatif berbeda. Tabel 3.5 dibawah ini menunjukkan

total persentase penyerapan DAK antar provinsi (konsolidasi antara peme rin-

tah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota). Dari Tabel 3.5, penyerapan

alokasi DAK untuk tahun 2011 dan 2012 relatif rendah secara agregat untuk

pemerintah daerah seperti di Jawa Barat, Lampung, Kalimantan Selatan,

Maluku Utara, dan wilayah Papua. Secara agregat, penyerapan DAK di bidang

pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur untuk pemerintah daerah di wila-

yah-wilayah ini relatif kurang dari 50 persen. Variasi penyerapan DAK antar

Page 55: PENGELOLAAN DAK: KONDISI DAN STRATEGI KE DEPANperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152569... · Ringkasan Eksekutif D. ana Alokasi Khusus (DAK) merupakan bagian dari

HAMBATAN DAN EvALUASI PENGELOLAAN DAK 37

wilayah relatif besar untuk DAK bidang Kesehatan dan DAK bidang Perkejaan

Umum, kemungkinan menunjukkan bahwa tingkat penyerapan DAK juga

tergantung kinerja pengelolaan pemerintah daerah terkait selain disebabkan

oleh faktor eksternal dari bentuk ketetapan regulasi dari pemerintah pusat.

Dalam hal ini, penyerapan sangat rendah untuk bidang pendidikan baik

untuk tahun 2011 maupun tahun 2012 dengan variasi penyerapan maksimum

untuk provinsi dan kabupaten kota secara agregat adalah 65% dan minimum

2,21% untuk wilayah Maluku Utara. Hal ini relatif kontras dengan karakteristik

penyerapan DAK antar wilayah untuk bidang kesehatan dan bidang infra-

struktur. Di antara ketiga bidang ini, apabila permasalahan yang terkait de-

ngan regulasi pengelolaan terutama untuk penggunaan DAK kemungkinan

diantisipasi secara berbeda antar wilayah, sehingga dimungkinkan penyerapan

DAK yang tinggi di beberapa wilayah.

Apakah penyerapan DAK yang relatif tinggi merupakan bentuk dari efi-

siensi di wilayah tersebut masih perlu untuk dieksplorasi lebih lanjut. Sekilas,

dari Tabel 3.5, wilayah dengan penyerapan yang relatif tinggi umumnya ti dak

hanya spesifik di satu bidang tertentu, tetapi di keseluruhan bidang tersebut.

Terdapat kemungkinan bahwa tingkat penyerapan DAK juga tergantung ki-

nerja pengelolaan pemerintah daerah terkait selain disebabkan oleh faktor

eksternal dari bentuk ketetapan regulasi dari pemerintah pusat.

Tabel 3.5. Rata-Rata Persentase Penyerapan DAK Per Wilayah

(Konsolidasi Provinsi Dan Kabupaten/Kota)

Provinsi

2011 2012

Pendidikan Kesehatan Infra-struktur Pendidikan Kesehatan Infra-

struktur

Aceh 58.51 88.38 93.21 42.63 86.76 91.34

Sumatera Utara 56.75 74.78 90.38 39.23 80.46 90.84

Sumatera Barat 16.99 69.64 83.95 28.60 81.17 86.29

Riau 58.53 87.17 86.58 31.69 90.61 90.22

Kepulauan Riau 56.68 44.61 52.72 20.36 36.31

Jambi 38.30 42.64 50.97 25.04 31.50 53.37

Page 56: PENGELOLAAN DAK: KONDISI DAN STRATEGI KE DEPANperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152569... · Ringkasan Eksekutif D. ana Alokasi Khusus (DAK) merupakan bagian dari

PENGELOLAAN DAK: KONDISI DAN STRATEGI KE DEPAN38

Sumatera Selatan 24.01 60.01 64.42 28.00 56.69 56.49

Kep. Bangka Belitung 21.49 71.97 81.07 34.99 71.54 71.54

Bengkulu 18.37 55.17 30.01 36.14 68.06 45.46

Lampung 13.62 38.96 42.83 25.73 54.05 46.86

DKI Jakarta

Jawa Barat 4.68 26.84 16.42 14.11 25.37 16.87

Banten 9.40 54.17 81.50 37.26 60.04 82.88

Jawa Tengah 3.38 47.72 53.57 18.83 56.96 59.85

Daerah Istimewa Yogyakarta 12.37 46.66 54.28 27.59 55.07 64.21

Jawa Timur 40.87 58.28 51.81 61.31 62.88 66.59

Kalimantan Barat 13.69 52.21 57.03 24.10 37.81 54.64

Kalimantan Tengah 8.90 36.00 48.09 15.93 50.33 43.47

Kalimantan Selatan 4.42 19.60 33.65 13.74 0.43 36.17

Kalimantan Timur 27.89 44.18 36.70 5.25 18.34

Sulawesi Utara 8.12 63.78 64.68 20.98 92.07 47.59

Gorontalo 28.96 76.01 63.05 50.82 80.15 61.22

Sulawesi Tengah 28.12 89.09 65.48 58.63 85.58 72.79

Sulawesi Selatan 16.48 56.02 59.01 35.96 60.97 65.12

Sulawesi Barat 4.44 81.96 47.35 25.77 66.36 39.91

Sulawesi Tenggara 25.65 68.85 59.88 36.47 67.73 69.87

Bali 17.03 77.35 68.10 37.02 57.43 65.96

Nusa Tenggara Barat 47.68 59.31 54.06 36.31 68.51 35.53

Nusa Tenggara Timur 65.48 78.77 36.95 63.33 69.19

Maluku 46.50 71.98 80.05 43.45 67.28 79.84

Maluku Utara 2.21 34.64 38.81 27.65 30.11 47.89

Papua 14.31 26.22 37.47 15.58 39.50 40.11

Papua Barat 43.23 60.09 64.05 45.94 75.79 56.98

Page 57: PENGELOLAAN DAK: KONDISI DAN STRATEGI KE DEPANperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152569... · Ringkasan Eksekutif D. ana Alokasi Khusus (DAK) merupakan bagian dari

HAMBATAN DAN EvALUASI PENGELOLAAN DAK 39

rata-rata 26.10 57.03 59.29 32.30 58.32 57.11

maksimum 65.48 89.09 93.21 61.31 92.07 91.34

minimum 2.21 19.60 16.42 13.74 0.43 16.87

Standar Deviasi 19.53 19.51 18.60 11.99 22.94 19.70

Sumber: DJPK, diolah

Catatan: data penyerapan yang dimasukkan hanya untuk wilayah dengan data realisasi DAK (kondisi di kas daerah) tidak melebihi pagu DAK.

Rata-rata persentase penyerapan DAK per wilayah (konsolidasi provinsi

dan kabupaten/kota) tampaknya cukup bervariasi. Tabel 3.6 menunjukkan

rata-rata persentase realisasi DAK terhadap pengeluaran pemerintah daerah,

mencakup keseluruhan pemerintah provinsi dan tingkat kabupaten dan kota

di masing-masing wilayah. Dari Tabel 3.6, terlihat bahwa alokasi DAK dari

bidang pendidikan dan juga untuk bidang kesehatan hampir diseluruh dae-

rah kecuali untuk wilayah Nusa Tenggara Timur dan Maluku, yang persentase-

nya tidaklah besar. Dana Alokasi Khusus untuk bidang Pendidikan di sebagian

besar daerah kurang dari 5 persen total pengeluaran bidang pendidikan yang

dilakukan agregat pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten dan kota

di wilayah tersebut. Sementara untuk bidang kesehatan, rata-rata alokasi DAK

mencapai 9 persen dari total pengeluaran untuk bidang kesehatan oleh pe-

merintah daerah provinsi dan kabupaten dan kota di wilayah tersebut. Dalam

hal ini, khusus untuk wilayah Nusa Tenggara Timur dan Maluku, persentase

DAK untuk bidang kesehatan cukup dominan mencapai hampir 40 persen

dari total pengeluaran pemerintah daerah untuk bidang kesehatan di wilayah

tersebut.

Page 58: PENGELOLAAN DAK: KONDISI DAN STRATEGI KE DEPANperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152569... · Ringkasan Eksekutif D. ana Alokasi Khusus (DAK) merupakan bagian dari

40

Kebijakan DAK dan Pencapaian SPM

Pelayanan dasar yang berkualitas merupakan acuan bagi efektifitas

penyediaan pelayanan oleh pemerintah, baik di tingkat pemerintah

pusat maupun untuk tingkat pemerintah daerah. Setiap tingkat pe-

me rintahan memiliki porsi tanggung jawab sesuai dengan fungsi dan ke we-

nangannya untuk menyediakan layanan yang berkualitas dalam rangka me-

ningkatkan kesejahteraan masyarakatnya. Dalam hal ini, pelayanan dasar

yang sudah mencapai standar pelayanan minimum (SPM) tertentu merupakan

awal untuk menciptakan pelayanan dasar yang berkualitas. Artinya selama

pelayanan dasar pada suatu negara ataupun daerah belum dapat terpenuhi,

maka masyarakat di negara ataupun di daerah itu boleh dikatakan belum

tercapai tingkat kesejahteraannya, meskipun pada level yang minimum.

DAK merupakan jenis transfer yang dapat diarahkan untuk pencapaian

SPM, didasarkan pada tujuan DAK yang dapat mengakomodasi setidaknya

tiga hal berikut; Pertama, diprioritaskan untuk membantu daerah-daerah yang

kemampuan keuangan daerahnya relatif rendah, dalam rangka mendorong

pencapaian Standar Pelayanan Minimal (SPM) kepada masyarakat, melalui

penyediaan sarana dan prasarana fisik pelayanan dasar masyarakat. Kedua,

mendukung prioritas percepatan peningkatan kesejahteraan masyarakat

mis kin, serta penataan kelembagaan dan pelaksanaan sistem perlindungan

4

Page 59: PENGELOLAAN DAK: KONDISI DAN STRATEGI KE DEPANperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152569... · Ringkasan Eksekutif D. ana Alokasi Khusus (DAK) merupakan bagian dari

KEBIJAKAN DAK DAN PENcAPAIAN SPM 41

sosial, terutama dalam rangka perluasan akses pelayanan dasar masyarakat

miskin. Ketiga, mendukung prioritas peningkatan kualitas sumberdaya ma-

nusia, khususnya dalam rangka meningkatkan akses dan kualitas pelayanan

di bidang pendidikan, kesehatan, dan di wilayah tertinggal.

Konteks efisiensi untuk bentuk conditional transfer seperti DAK, sebe-

narnya perlu dilihat tidak saja dari apa dan bagaimana penggunaan alokasi

dana transfer tersebut tetapi juga dalam hal: 1) penentuan prioritas nasional

yang memang dapat mendorong pencapaian kesejahteraan masyarakat, 2)

penentuan besar dana alokasi untuk setiap bidang memang mencukupi un-

tuk pencapaian prioritas nasional, 3) penentuan kegiatan yang dapat didanai

oleh DAK konsisten dan efektif untuk pencapaian prioritas di bidang tersebut,

serta 4) formula transfer yang digunakan sesuai dengan outcome yang diha-

rapkan dipengaruhi dari adanya pendanaan pelaksanaan kegiatan tersebut.

4.1. Kebijakan DAK untuk Pendanaan SPM Pelayanan Dasar

Sebagaimana sudah dikemukakan sebelumnya bahwa salah satu tujuan alo-

kasi DAK adalah untuk pencapaian SPM pada bidang pelayanan dasar. Dia-

gram 4.1 menunjukkan persepsi unit SKPD mengenai pencapaian SPM dibi-

dangnya, dan terkait dengan bidang yang menerima alokasi DAK, hampir

keseluruhan bidang yang telah menetapkan SPM juga memiliki alokasi DAK.

Sekitar 60 persen responden dari unit SKPD Kesehatan dan Pekerjaan Umum

berpandangan bahwa SPM di bidangnya relatif telah tercapai, sementara

untuk bidang pendidikan hanya sekitar 36 persen responden dari SKPD

Pendidikan yang menyatakan telah mencapai SPM di daerahnya. Persentase

pencapaian SPM di bidang pendidikan ini relatif lebih rendah dibandingkan

dengan pandangan responden dari SKPD lainnya di luar bidang pelayanan

dasar. Namun demikian, secara agregat persentase responden yang menya-

takan telah mencapai SPM di bidangnya relatif lebih tinggi dibandingkan

dengan pencapaian SPM di bidang lainnya. Adapun pelayanan dasar yang

di maksudkan di sini adalah pelayanan bidang pendidikan, bidang kesehatan

dan pelayanan dasar bidang infrastruktur.

Page 60: PENGELOLAAN DAK: KONDISI DAN STRATEGI KE DEPANperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152569... · Ringkasan Eksekutif D. ana Alokasi Khusus (DAK) merupakan bagian dari

PENGELOLAAN DAK: KONDISI DAN STRATEGI KE DEPAN42

Diagram 4.1. Persepsi Pencapaian SPM Berdasarkan Bidang

41.94%

36.84%

52.38%

65.38%

47.22%

65.00%

66.67%

94.12%

91.30%

70.83%

0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%

Bappeda & DPPKAD

Dikbud

Dinkes

PU

Lainnya

SPM tercantum dalam RPJMD

Pencapaian SPM

Sumber: Hasil Kuesioner, diolah

Dukungan dari pemerintah daerah relatif akan cukup besar ketika DAK

yang bertujuan untuk pencapaian prioritas nasional juga merupakan ke-

bijakan prioritas pemerintah daerah. Dari hasil kuesioner pemerintah daerah,

seperti ditampilkan di Diagram 4.2, mayoritas unit SKPD di pemerintah ka-

bupaten dan kota relatif berpandangan bahwa kegiatan DAK juga sesuai

dengan prioritas pemerintah daerah yang ada di RPJMD.

Didasarkan pada pandangan bahwa prioritas nasional yang terangkum

di RPJMN selayaknya juga diadopsi dalam RPJMD pemerintah daerah. Dari

Diagram 4.2, hanya sekitar 70 persen dari responden di setiap unit SKPD yang

menyatakan bahwa terdapat kesesuaian antara kegiatan DAK yang diasumsi-

kan merupakan representasi dari prioritas nasional yang ada di RPJMN de-

ngan RPJMD pemerintah daerah.

Informasi mengenai kesesuaian kegiatan DAK yang dilakukan dengan

RPJMD yang disusun dan ditetapkan oleh pemerintah daerah tentunya men-

syaratkan bahwa keseluruhan pemerintah daerah telah menetapkan dokumen

RPJMD. Dokumen RPJMD tersebut diasumsikan telah juga selaras dengan

RPJMN atau dokumen perencanaan pemerintah pusat.Namun demikian, da-

lam prakteknya, tidak semua pemerintah daerah, terutama untuk tingkat

Page 61: PENGELOLAAN DAK: KONDISI DAN STRATEGI KE DEPANperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152569... · Ringkasan Eksekutif D. ana Alokasi Khusus (DAK) merupakan bagian dari

KEBIJAKAN DAK DAN PENcAPAIAN SPM 43

ka bu paten dan kota telah menyusun dan menetapkan RPJMD ataupun RPJPD

(Kemendagri 2013).

Diagram 4.2. Kesesuaian Kegiatan DAK sesuai dengan RPJMD

50.00%

52.63%

45.45%

72.00%

52.50%

45.45%

31.58%

27.27%

24.00%

40.00%

0% 20% 40% 60% 80% 100% 120%

Bappeda & DPPKAD

Dikbud

Dinkes

PU

Lainnya

Sangat Setuju Setuju

Sumber: Hasil Kuesioner, diolah

Salah satu isu mengenai penetapan kegiatan atau program pemerintah

daerah untuk mendukung pencapaian SPM di bidang tersebut adalah bahwa

prioritas atau target pemerintah daerah untuk pencapaian SPM di bidang

tersebut sudah dimasukkan dalam dokumen RPMJD. Diagram 4.1 juga me-

nun jukkan informasi dan pandangan responden mengenai apakah indikator

SPM dicantumkan dalam RPJMD. Dalam hal ini, pandangan responden di

bidangnya masing-masing menunjukkan pola yang relatif sama dengan kon-

teks pencapaian SPM. Dari Diagram 4.1 hanya sekitar 50 persen dari respon-

den di unit SKPD bidang pendidikan kabupaten atau kota terkait yang menya-

takan bahwa indikator SPM tercantum dalam RPJMD.

Page 62: PENGELOLAAN DAK: KONDISI DAN STRATEGI KE DEPANperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152569... · Ringkasan Eksekutif D. ana Alokasi Khusus (DAK) merupakan bagian dari

PENGELOLAAN DAK: KONDISI DAN STRATEGI KE DEPAN44

Diagram 4.3. Unit SKPD Pemerintah Daerah mengetahui Indikator Teknis

untuk Penetapan Alokasi DAK

61.29% 63.16%

47.83%

69.23% 66.67%

0.00%

20.00%

40.00%

60.00%

80.00%

100.00%

Bappeda &DPPKAD

Dikbud Dinkes PU Lainnya

Sumber: Hasil Kuesioner, diolah

4.2. Kebijakan DAK untuk Pencapaian SPM: Pendekatan Top-down atau Bottom-up

Salah satu perubahan dalam cakupan tujuan DAK dalam draft revisi UU No.

33 Tahun 2004 yang disusun oleh pemerintah adalah bahwa DAK tidak hanya

untuk pencapaian prioritas nasional tetapi juga dapat digunakan untuk men-

dukung pemerintah daerah mencapai SPM di bidang yang menjadi urusan

wajib pemerintah daerah, serta untuk tujuan lainnya. Berdasarkan hasil kue-

sioner mengenai pandangan terhadap arah kebijakan DAK ke depan ini, dari

keseluruhan daerah sampel, lebih dari 80 persen responden menyatakan

bahwa penetapan DAK diperlukan untuk mengakomodasi pencapaian prio-

ritas nasional dan SPM nasional, dan hanya 6 persen responden yang menya-

takan ketidaksetujuannya. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas pemerintah

daerah juga menyadari tujuan DAK untuk prioritas nasional walaupun pe-

ngelolaan DAK berada di bawah pemerintah daerah.1

1 Sementara itu, tidak banyak responden yang menyatakan persetujuan mengenai penyaluran DAK diluar tujuan prioritas nasional dan pencapaian SPM. Hanya sekitar 30 persen responden yang menyetujui perlunya penetapan DAK untuk tujuan lainnya. Konteks DAK untuk tujuan lainnya, relatif untuk mengakomodasi adanya berbagai jenis transfer yang sebenarnya tidak atau belum diatur dalam UU No. 33 Tahun 2004 seperti jenis-jenis transfer dari pemerintah

Page 63: PENGELOLAAN DAK: KONDISI DAN STRATEGI KE DEPANperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152569... · Ringkasan Eksekutif D. ana Alokasi Khusus (DAK) merupakan bagian dari

KEBIJAKAN DAK DAN PENcAPAIAN SPM 45

Tabel 4.1. Persepsi mengenai Tujuan DAK untuk Pencapaian Prioritas

Nasional, Pencapaian SPM, dan Tujuan Lainnya

Tujuan DAK Sangat Setuju Setuju Tidak

Setuju

Sangat Tidak Setuju

Penetapan DAK Perlu untuk Mengakomodasi Pencapaian Prioritas Nasional

69.2% 24.2% 4.4% 2.2%

Penetapan DAK Perlu untuk Mengakomodasi Pencapaian SPM Nasional

67.0% 26.4% 4.4% 2.2%

Penetapan DAK Perlu untuk Mengakomodasi Tujuan Lainnya 66.7% 30.3% 3.0% 0.0%

Sumber: Hasil Kuesioner, diolah

Namun demikian, dalam hal indikator SPM yang dijadikan acuan, relatif

belum ada standar untuk penetapan SPM yang dapat menjamin bahwa indi-

kator SPM memang dapat merepresentasikan kualitas layanan di bidang ter-

kait, dan juga jenis bidang apa saja yang memang cocok untuk diterapkan

SPM yang berlaku nasional. Hasil studi dari Bappenas dan GIZ (2011) dan DSF

(2011) menyatakan bahwa hampir semua indikator SPM di bidang Pendidikan,

Kesehatan dan Pekerjaan Umum berupa input, output dan proses, dengan

jumlah indikatornya cenderung sangat banyak. Untuk bidang pendidikan

dasar, terdapat 27 indikator, bidang kesehatan 18 indikator dan bidang pe-

ker ja an umum dan penataan ruang 23 indikator. Banyaknya indikator, tentu

relatif menyulitkan untuk menghitung kebutuhan jumlah DAK untuk SPM di

masing-masing bidang.

Studi-studi terdahulu juga telah menekankan bahwa upaya pencapaian

SPM di Indonesia tidak mungkin terjadi dalam jangka pendek (satu tahun).

Desain SPM sendiri masih banyak dipermasalahkan oleh berbagai pihak baik

di tingkat Pusat maupun Daerah. Salah satu input dari FGD dan in­depth in­

ter view dengan Kementerian adalah bahwa SPM sebaiknya tidak diterapkan

pusat kepada pemerintah daerah yang masuk dalam kategori Dana Penyesuaian.

Page 64: PENGELOLAAN DAK: KONDISI DAN STRATEGI KE DEPANperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152569... · Ringkasan Eksekutif D. ana Alokasi Khusus (DAK) merupakan bagian dari

PENGELOLAAN DAK: KONDISI DAN STRATEGI KE DEPAN46

untuk seluruh urusan pemerintahan yang menjadi tanggungjawab Pemerintah

Daerah. Penetapan SPM cukup dibatasi pada beberapa urusan wajib yang

men jadi tanggung jawab Pemerintah Daerah, serta dihindari pengukuran

SPM yang ambigu. Pendanaan pencapaian SPM memerlukan kepastian dan

keberlanjutan, sehingga perhitungan DAK untuk SPM dalam jangka menengah

(paling tidak tiga tahunan) akan memberikan kepastian dan keberlanjutan.

Hasil FGD yang dilakukan dengan beberapa daerah yang menjadi sampel

dalam penelitian ini juga mengkonfirmasi kesamaan pandangan dari peme-

rintah daerah dan pemerintah pusat bahwa penggunaan DAK untuk penca-

paian SPM tidak cukup dalam satu tahun saja.

Pendekatan perencanaan dan pelaksanaan dengan model top-down,

tampaknya semakin tidak efisien untuk pencapaian SPM di daerah. Karena

itu, berdasarkan hasil FGD yang dilakukan kepada beberapa daerah dan pe-

me rintah pusat menunjukkan efisiensi yang lebih baik dalam perencanaan

dan pelaksanaan DAK. Hal ini dilakukan oleh Kementrian Kesehatan dengan

jalan memberikan menu dalam menentukan DAK ke daerah. Artinya Kemenkes

tidak menetapkan juknis yang sangat kaku (rigid) tetapi lebih fleksibel sehing-

ga setiap daerah memiliki deskresi untuk memilih menu yang sesuai dengan

kebutuhan pembangunan di daerah mereka dalam rangka pencapaian SPM.

Disamping itu, Kemenkes juga sudah memiliki sistim online yang lang-

sung dari setiap Puskesmas di daerah ke Kemenkes. Dengan demikian maka

semua informasi yang terkait dengan kebutuhan dan permasalahan dapat

dilaporkan secara cepat kepada Kemenkes sebagai penentu alokasi DAK.

Kenyataan yang demikian sudah tentu diharapkan akan dapat mempercepat

proses pencapaian SPM di daerah.

Selanjutnya, untuk melakukan evaluasi terhadap pencapaian SPM pada

Kemendikbud, maka sudah dibangun sistem informasi yang langsung dengan

setiap sekolah, sehingga pencapaian SPM itu juga dapat dievaluasi sampai

di tingkat sekolah. Namun demikian, kriteria dalam juknis untuk pendidikkan

dasar yang relatif kaku justru tidak dapat dikaitkan langsung dengan SPM dan

kualitas output dari bidang pendidikan yang menjadi target dari alokasi DAK

ini. Misalnya penggunaan DAK untuk peralatan meubeler sekolah (almari, meja

dan kursi) maka juknisnya juga sampai mengatur hal yang sangat detail se-

perti ukuran dan jenis kursi dan almari tersebut. Hal ini tentunya akan menyu-

Page 65: PENGELOLAAN DAK: KONDISI DAN STRATEGI KE DEPANperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152569... · Ringkasan Eksekutif D. ana Alokasi Khusus (DAK) merupakan bagian dari

KEBIJAKAN DAK DAN PENcAPAIAN SPM 47

litkan semua sekolah dalam pengadaan barang dan kemungkinan berimplikasi

pada biaya yang lebih tinggi.

Dari kegiatan FGD yang dilakukan pada beberapa instansi pusat dan

daerah, para peserta secara umum menyetujui agar penetapan prioritas na-

sional sebaiknya fokus pada pencapaian SPM untuk pelayanan dasar saja

yaitu: pendidikan, kesehatan, infrastruktur. Sebab dengan tetap meluaskan

sektor penerima DAK, maka cakupan sektor penerima DAK akan semakin

kecil, sehingga dapat berimplikasi pada relatif kecilnya pengaruh dari DAK

terhadap pencapaian SPM untuk masing-masing sektor terutama mengingat

pool penerimaan nasional yang disalurkan untuk jenis transfer DAK cenderung

tidak banyak berubah.

Skema alokasi DAK dengan pendekatan sektor untuk pencapaian SPM

di bidang terkait relatif dapat ditunjukkan dengan sejauh mana indikator

teknis dijadikan acuan untuk penetapan daerah penerima dan besaran alokasi

DAK. Hasil kuesioner menyatakan mayoritas daerah sampel (89 persen) setuju

adanya karakteristik teknis dalam penetapan besar alokasi DAK, dan hanya

sekitar 10 persen responden yang menyatakan tidak setuju. Adapun alasan

utama adalah agar kualitas kegiatan dapat dipertanggungjawabkan untuk

dapat mencapai target atau indikator SPM dari masing-masing daerah de-

ngan alokasi yang efektif sesuai dengan kebutuhan daerah. Sedangkan dari

10 persen yang menyatakan tidak setuju, alasan yang diutarakan adalah

karena ada hal-hal di luar karakteristik teknis yang perlu diperhatikan sesuai

dengan kebutuhan daerah itu, seperti potensi daerah dalam pariwisata untuk

Kabupaten Belitung.

Tabel 4.2. Indikator Teknis dalam Penentuan Alokasi DAK

Setuju Tidak Setuju

Pemerintah DaerahKarakteristik teknis perlu mendominasi penetapan besar alokasi DAK setiap bidang

89.02% 10.98%

Pemerintah PusatKarakteristik teknis perlu mendominasi penetapan besar alokasi DAK setiap bidang

100.00% 0.00%

Sumber: Hasil Kuesioner, diolah

Page 66: PENGELOLAAN DAK: KONDISI DAN STRATEGI KE DEPANperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152569... · Ringkasan Eksekutif D. ana Alokasi Khusus (DAK) merupakan bagian dari

PENGELOLAAN DAK: KONDISI DAN STRATEGI KE DEPAN48

Kotak 4.1.

Karakteristik Kegiatan dan Petunjuk Teknis Bidang Pendidikan,

Kesehatan, dan Pekerjaan Umum

Untuk sektor pendidikan, bidang DAK mencakup pendidikan dasar yaitu DAK

untuk SD (sekolah dasar), DAK untuk SMP (Sekolah Menengah Pertama), serta

DAK untuk pendidikan SMA dan SMK. DAK untuk SMP mulai dialokasikan

tahun 2012 sedangkan alokasi DAK untuk pendidikan SMA dan SMK dimulai

tahun 2013. Untuk DAK sektor pendidikan, terdapat kegiatan yang berbentuk

kegiatan fisik dan juga jenis kegiatan yang ditujukan untuk peningkatan mutu

pendidikan.

Sementara itu untuk sektor kesehatan, DAK dialokasikan untuk pelayanan

dasar, pelayanan rujukan, dan bidang kefarmasian. Perbedaan antara kegiatan

untuk pelayanan dasar dan pelayanan rujukan lebih pada jenis penyedia

layanannya, bahwa untuk pelayanan dasar adalah pemenuhan sarana dan

prasarana untuk puskesmas, sedangkan untuk pelayanan rujukan adalah

untuk rumah sakit. Mengenai target penyedia layanan (puskesmas dan atau

rumah sakit) yang akan diberikan DAK, penentuannya dilakukan oleh peme-

rintah daerah (Dinas Kesehatan), yang kemudian akan dilaporkan ke Kemen-

terian Kesehatan. DAK untuk pelayanan kefarmasian mulai dialokasikan tahun

2012 dan umumnya ditujukan untuk penyediaan obat dan unit farmasi.

Petunjuk teknis dari Kementerian Kesehatan bersifat menu list, dimana

pemerintah daerah dapat memilih jenis kegiatan di setiap bidang yang men-

dapatkan alokasi DAK. Namun demikian, sistem menu list untuk Petunjuk

Teknis di Kementerian Kesehatan relatif masih dipandang oleh pemerintah

daerah cukup kaku, terutama karena penetapan sistem paket dari pilihan ma-

sing-masing kegiatan di Petunjuk Teknis tersebut.2

Terkait dengan DAK untuk sektor pekerjaan umum, jenis kegiatan yang

dapat didanai dari DAK relatif tidak berubah. Untuk sektor pekerjaan umum,

DAK mencakup alokasi untuk infrastruktur jalan, infrastruktur irigasi, infra-

struktur air minum, dan infrastruktur sanitasi. Dalam hal ini, infrastruktur

irigasi relatif bersinggungan dengan kegiatan DAK dari bidang pertanian.

2

2 Akan tetapi hal ini dimaksudkan oleh Kemenkes sebagai salah satu pengawasan (control) agar daerah benar-benar digunakan untuk pencapaian SPM di daerah. Sebab bila daerah diberi

Page 67: PENGELOLAAN DAK: KONDISI DAN STRATEGI KE DEPANperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152569... · Ringkasan Eksekutif D. ana Alokasi Khusus (DAK) merupakan bagian dari

KEBIJAKAN DAK DAN PENcAPAIAN SPM 49

Terkait dengan alokasi DAK digunakan untuk pencapaian SPM di bidang

tertentu, pada prakteknya, pemerintah daerah relatif juga dapat merubah

jenis kegiatan DAK yang telah ditetapkan untuk disesuaikan agar dapat men-

capai SPM. Dalam hal ini, informasi di kuesioner, tidak mengeksplorasi lebih

lanjut mengenai apakah perubahan jenis kegiatan untuk pencapaian SPM

tersebut relatif masih sesuai dengan ketetapan yang ada dalam pentunjuk

teknis bidang terkait. Dari Diagram 4.4, terlihat bahwa hampir 92 persen

responden dari SKPD yang terkait dengan DAK Bidang Pekerjaan Umum me-

nyatakan bahwa implementasi kegiatan DAK dapat diubah untuk pencapaian

SPM di bidang tersebut. Sementara itu, sekitar 73 persen responden di bi-

dang kesehatan dan 84 persen responden di bidang pendidikan menyatakan

bahwa jenis kegiatan DAK relatif dapat diubah untuk pencapaian SPM bidang

terkait.

Diagram 4.4. Jenis Kegiatan DAK dapat diubah untuk Pencapaian SPM

77.27%

84.21%

72.73%

92.00%

84.62%

0.00% 20.00% 40.00% 60.00% 80.00% 100.00%

Bappeda & DPPKAD

Dikbud

Dinkes

PU

Lainnya

Sumber: Hasil Kuesioner, diolah.

ke le luasaan yang penuh maka seringkali daerah salah dalam menggunakan kewenangannya tersebut. Misalnya “Daerah diberi kewenangan penuh dalam menggunakan DAK untuk pem-belian kenderaan Ambulance untuk Puskesmas, tapi daerah malahan membelikan kenderaan Innova”. Oleh karena itu, sistim menu list tersebut masih perlu untuk dilakukan sebagai bentuk pengawasan.

Page 68: PENGELOLAAN DAK: KONDISI DAN STRATEGI KE DEPANperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152569... · Ringkasan Eksekutif D. ana Alokasi Khusus (DAK) merupakan bagian dari

PENGELOLAAN DAK: KONDISI DAN STRATEGI KE DEPAN50

Aspek diskresi pemerintah daerah untuk penggunaan DAK di bidang

yang telah ditetapkan pemerintah pusat dapat terdiri dari pemilihan kegiatan

yang didanai oleh DAK. Skema administrasi pengelolaan DAK, misalnya, apa-

kah melalui swa-kelola ataupun sistem lelang untuk meningkatkan penyerapan

dari alokasi yang sudah dianggap efisien tersebut, fleksibilitas atau pilihan

tahapan penyaluran, dan hal yang terkait dengan penggunaan sisa DAK.

Tabel 4.4 memberikan gambaran mengenai kesesuaian antara penye-

rapan alokasi DAK, persentase DAK yang terserap tersebut terhadap realisasi

pengeluaran pemerintah daerah di bidang terkait, dan persepsi responden

(aparat pemerintah daerah dari unit SKPD terkait) di daerah sampel mengenai

pencapaian SPM di bidang pelayanan dasar. Untuk bidang pendidikan, peme-

rintah daerah dari wilayah dengan persepsi pencapaian SPM yang relatif

tinggi cenderung terkait dengan kinerja penyerapan DAK yang rendah, seti-

daknya untuk wilayah di luar Jawa. Sementara itu, wilayah dengan proporsi

alokasi DAK bidang pendidikan yang relatif rendah terhadap total pengeluaran

pemerintah daerah di bidang tersebut cenderung juga menunjukkan kinerja

penyerapan alokasi DAK yang rendah, dengan pengecualian adalah untuk

wi layah Nusa Tenggara.

Untuk bidang infrastruktur, Tabel 4.4 juga menunjukkan pola yang sama

dengan yang tergambarkan di bidang pendidikan. Kinerja penyerapan DAK

bidang infrastruktur cenderung tinggi untuk wilayah dengan proporsi alokasi

DAK dari total pengeluaran pemerintah daerah di bidang tersebut yang juga

tinggi. Sementara itu, untuk bidang kesehatan, tidak cukup terlihat pola keter-

kaitan antara proporsi alokasi DAK terhadap pengeluaran pemerintah daerah

di bidang kesehatan dengan kinerja penyerapan DAK di bidang tersebut.

Page 69: PENGELOLAAN DAK: KONDISI DAN STRATEGI KE DEPANperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152569... · Ringkasan Eksekutif D. ana Alokasi Khusus (DAK) merupakan bagian dari

KEBIJAKAN DAK DAN PENcAPAIAN SPM 51

Tabel 4.4. Pencapaian SPM, Penyerapan Alokasi DAK

& Persentase Realisasi Terhadap Pengeluaran Daerah (Konsolidasi Kabupaten/Kota Sampel)

Pencapaian SPM Penyerapan (%)

Realisasi Terhadap

Pengeluaran (%)

Pendidikan SD Pendidikan SMP 2011 2012 2011

Sumatera 50.00 50.00 13.88 47.23 2.28

Jawa 20.00 20.00 2.01 19.97 0.12

Kalimantan 100.00 100.00 21.10 27.26 1.62

Sulawesi 16.67 0.00 38.06 46.42 3.01

Nusa Tenggara 33.33 33.33 8.91 55.80 10.16

Kesehatan Dasar 2011 2012 2011

Sumatera 42.86 27.20 61.12 7.29

Jawa 75.00 12.70 35.13 4.34

Kalimantan 66.67 42.38 28.90 9.45

Sulawesi 66.67 34.33 12.01 4.96

Nusa Tenggara 50.00 25.83 15.33 25.99

Infrastruktur Jalan

Infrastruktur Sanitasi 2011 2012 2011

Sumatera 85.71 60.00 56.96 57.19 9.98

Jawa 0.00 0.00 33.54 49.48 21.85

Kalimantan 50.00 50.00 23.09 0.00 6.05

Sulawesi 80.00 25.00 49.33 21.57 16.25

Nusa Tenggara 100.00 0.00 10.13 16.03 14.34

Sumber: Hasil Kuesioner dan DJPK, diolah

Catatan: Data konsolidasi hanya memasukkan daerah yang termasuk dalam sampel.

Page 70: PENGELOLAAN DAK: KONDISI DAN STRATEGI KE DEPANperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152569... · Ringkasan Eksekutif D. ana Alokasi Khusus (DAK) merupakan bagian dari

52

Arah Kebijakan Pengelolaan Dana Alokasi Khusus: Identifikasi Diskresi Pemerintah Daerah

Diskresi pemerintah daerah yang lebih besar terkait dengan penge-

lolaan DAK dapat dilakukan dari aspek kebijakan: 1) perencanaan

yang mencakup penentuan prioritas nasional dan bentuk kegiatan

atau target dari DAK, 2) formula alokasi DAK dari kebijakan yang terkait de-

ngan penetapan dana pendamping, penggunaan indikator teknis dan penye-

diaan data oleh pemerintah daerah, sampai pada 3) mekanisme moni toring

dan evaluasi yang melibatkan pemerintah provinsi ataupun pemerintah

kabupaten dan kota untuk penekanan bahwa mekanisme evaluasi DAK dapat

dilakukan secara internal dan reguler.

5.1. Kebijakan Perencanaan DAK

Peningkatan diskresi pemerintah daerah dalam aspek perencanaan dapat

meningkatkan efektifitas dan kemungkinan juga terkait dengan efisiensi

pengelolaan DAK. Pemerintah daerah akan lebih terdorong untuk meman-

faatkan DAK apabila target dari penggunaan dana tersebut memang sesuai

dengan kebutuhan pemerintah daerah. Untuk kegiatan yang juga memang

5

Page 71: PENGELOLAAN DAK: KONDISI DAN STRATEGI KE DEPANperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152569... · Ringkasan Eksekutif D. ana Alokasi Khusus (DAK) merupakan bagian dari

ARAH KEBIJAKAN PENGELOLAAN DANA ALOKASI KHUSUS: IDENTIFIKASI DISKRESI . . . 53

menjadi prioritas dan kebutuhan pemerintah daerah, pemerintah daerah

kemungkinan akan meningkatkan pelayanan atau jenis kegiatan dari yang

sudah didanai melalui DAK.

Karena DAK ditujukan untuk mencapai prioritas-prioritas nasional yang

sudah menjadi kewenangan daerah, seyogyanya pemerintah daerah lebih

berperan dalam perencanaan DAK. Pemerintah daerah dianggap lebih me-

ngetahui dan memahami kekhususan dan kebutuhan daerahnya. Dalam hal

ini, peraturan pelaksanaan sangat dibutuhkan oleh pemerintah daerah untuk

menjalankan kewenangannya dalam kerangka desentralisasi. Peraturan pe-

laksanaan yang terutama dibutuhkan adalah yang terkait dengan prosedur,

standar, dan arahan untuk menjalankan berbagai tugas dan kewenangan

pemerintah daerah, misalnya standar pelayanan publik.

Dokumen perencanaan terkait dengan penentuan kegiatan DAK dengan

pola yang lebih bottom­up dan terintegrasi kedalam mekanisme dan siklus

perencanaan pembangunan nasional dan daerah merupakan alternatif untuk

mendorong pembangunan di daerah yang sesuai dengan prioritas nasional.

Perencanaan melalui proses Musyawarah Perencanaan Pembangunan me-

rupakan salah satu mekanisme untuk mengidentifikasi bidang dan kegiatan

prioritas nasional yang juga dapat didukung oleh pemerintah daerah.

Pelaksanaan kegiatan DAK terkait erat dengan koordinasi perencanaan

pemerintah daerah dan pemerintah pusat dan kemungkinan relatif banyak

kegiatan DAK yang memerlukan investasi beberapa tahun (multi­years). Oleh

karena itu, DAK idealnya mengadopsi pendekatan yang berorientasi jangka

menengah sesuai dengan RPJMN.

Dalam hal karakteristik alokasi DAK untuk setiap bidang yang diterima

oleh pemerintah daerah, seperti terlihat di Diagram 5.1, untuk bidang pela-

yanan dasar dan jenis bidang yang relatif telah cukup lama menjadi bidang

DAK, sebagian besar daerah umumnya terus menerima DAK setidaknya se lama

tiga tahun berturut-turut. Misalnya, untuk bidang pendidikan dasar (SD), infra-

struktur jalan, dan juga DAK di bidang Kelautan dan Perikanan, lebih dari 80

persen pemerintah daerah yang menerima DAK telah menerima DAK seti dak-

nya selama tiga tahun berurutan. Dalam hal ini, untuk jenis pelayanan dasar

dan juga untuk bidang DAK yang disalurkan terkait dengan karakteristik wila-

yah daerah, penentuan suatu daerah menerima DAK atau tidak untuk jangka

Page 72: PENGELOLAAN DAK: KONDISI DAN STRATEGI KE DEPANperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152569... · Ringkasan Eksekutif D. ana Alokasi Khusus (DAK) merupakan bagian dari

PENGELOLAAN DAK: KONDISI DAN STRATEGI KE DEPAN54

waktu lebih dari satu tahun pada prakteknya telah dijalankan. Implikasi dari

hal ini adalah, bahwa untuk bidang-bidang tertentu, penentuan daerah dan

besar alokasi memang relevan untuk disusun dalam konteks medium term.

Diagram 5.1. Jumlah Pemerintah Daerah yangMendapatkan Alokasi DAK

selama 1, 2, dan 3 Tahun Berturut-Turut (2010-2012)

0 100 200 300 400 500

Sekolah Dasar (Pendidikan)

Pelayanan dasar (Kesehatan)

Pelayanan rujukan (Kesehatan)

Infrastruktur Jalan (PU)

Infrastruktur Irigasi (PU)

Air Minum (PU)

Sanitasi (PU)

Kelautan & Perikanan

Prasarana Pemerintah

Pertanian

Lingkungan Hidup

Keluarga Berencana

Kehutanan

Sarana Prasarana Pedesaan

Perdagangan3 Tahun

2 Tahun

1 Tahun

Sumber: DJPK, diolah

Hasil kuesioner di Tabel 5.1 menunjukkan bahwa sekitar 76.25 persen

responden dari daerah sampel dan 80 persen pemerintah pusat menyatakan

setuju agar arah kebijakan alokasi DAK untuk periode lebih dari satu tahun.

Alasan yang diutarakan terutama adalah untuk mengurangi ketidakpastian

besaran alokasi di tahun ke depannya sehingga perencanaan dapat menjadi

lebih cepat dan tepat. Alasan lainnya adalah agar dapat terdanai dan lebih ter-

ja min keberlanjutannya kegiatan-kegiatan yang membutuhkan waktu lebih

dari satu tahun. Sementara itu hanya sekitar 20 persen responden me nyatakan

Page 73: PENGELOLAAN DAK: KONDISI DAN STRATEGI KE DEPANperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152569... · Ringkasan Eksekutif D. ana Alokasi Khusus (DAK) merupakan bagian dari

ARAH KEBIJAKAN PENGELOLAAN DANA ALOKASI KHUSUS: IDENTIFIKASI DISKRESI . . . 55

tidak setuju, mayoritas beralasan bahwa beban administrasi akan tinggi ka rena

birokrasi dan pertanggungjawaban yang lebih rumit dan kekakuan ter kait

dengan kebutuhan daerah yang bisa berubah-ubah untuk setiap tahun.

Tabel 5.1. Persepsi mengenai Penetapan DAK dalam Medium Term

Framework (MTF)

Setuju Tidak Setuju

Pemerintah Daerah Besar alokasi DAK bidang tertentu ditetapkan untuk periode lebih dari satu tahun

76.25% 23.75%

Pemerintah Pusat Besar alokasi DAK bidang tertentu ditetapkan untuk periode lebih dari satu tahun

80.00% 20.00%

Sumber: Hasil Kuesioner, diolah

5.2. Kebijakan Formula Alokasi DAK

Penetapan formula alokasi DAK apabila dilihat dari penentuan formula alo-

kasi dapat dikatakan bersifat top­down. Namun demikian, untuk pengukuran

besar alokasi yang diterima oleh pemerintah daerah, salah satu bentuk dis-

kresi pemerintah daerah adalah pemerintah pusat menggunakan data yang

disampaikan oleh pemerintah daerah.1 Hal ini terkait dengan kemungkinan

data yang disampaikan bukan merupakan data yang benar, dan apabila veri-

fikasi tidak dilakukan, dapat terjadi bahwa alokasi yang diterima oleh peme-

rintah daerah lebih tinggi dari yang seharusnya. Bila hal itu terjadi maka ter-

dapat kelompok di pemerintah daerah yang cenderung dirugikan.

Seperti telah dijelaskan sebelumnya, formula alokasi DAK didasarkan pada

kriteria umum mengenai kondisi kapasitas fiskal pemerintah daerah, kriteria

1 Terkait dengan data yang didasarkan atau dilaporkan oleh pemerintah daerah ini, sulit untuk menjamin kebenaran data yang disampaikan oleh pemerintah kabupaten dan pemerintah kota. Pengukuran alokasi DAK didasarkan pada data yang disampaikan oleh pemerintah dae-rah, tingkat provinsi maupun tingkat kabupaten dan kota, relatif sulit untuk dikatakan reliable. Data dari pemerintah daerah ini digunakan untuk menentukan kelayakan suatu daerah (ber da-sarkan kriteria teknis) termasuk capaian pelayanan daerah untuk mendapatkan alokasi DAK.

Page 74: PENGELOLAAN DAK: KONDISI DAN STRATEGI KE DEPANperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152569... · Ringkasan Eksekutif D. ana Alokasi Khusus (DAK) merupakan bagian dari

PENGELOLAAN DAK: KONDISI DAN STRATEGI KE DEPAN56

khusus atau karakteristik wilayah pemerintah daerah, dan indikator teknis

yang terkait dengan target pelaksanaan kegiatan untuk mencapai prioritas

nasional di sektor terkait. Dalam hal ini, persyaratan pemerintah daerah yang

dapat menerima alokasi DAK adalah pemerintah daerah yang relatif memiliki

kapasitas fiskal yang rendah, merupakan wilayah yang memang menjadi

prio ritas pengembangan karena kondisi khusus tertentu (misalnya wilayah

perbatasan). Kondisi pencapaian outcome dari sektor terkait juga perlu untuk

ditingkatkan karena merupakan bagian dari prioritas nasional.

Berdasarkan PP No. 55 Tahun 2005, indikator formula alokasi DAK sudah

ditetapkan untuk indikator yang bersifat indikator umum yaitu mengenai

pengukuran kapasitas fiskal pemerintah daerah dan juga cakupan dari indi-

kator karakteristik khusus. Namun demikian untuk cakupan indikator teknis

yang digunakan, tidak terangkum dalam PP No. 55 Tahun 2005, dengan per-

timbangan bahwa pemilihan indikator teknis didasarkan untuk pencapaian

prioritas nasional.

Sementara itu, terkait dengan dana pendamping yang apakah perlu un-

tuk disesuaikan dengan kapasitas fiskal pemerintah daerah, mayoritas res-

pon den baik yang berasal dari sampel institusi pemerintah daerah maupun

dari instansi pemerintah pusat menyatakan setuju bahwa dana pendamping

DAK disesuaikan dengan kapasitas fiskal pemerintah daerah. Dana pendam-

ping dirasa memberatkan pemerintah daerah selain juga karena berbedanya

kemampuan fiskal antar daerah. Berdasarkan diskusi pada FGD hal ini juga

telah disadari oleh pemerintah pusat dan telah ada rencana untuk menye su-

aikan dana pendamping tersebut dengan kapasitas fiskal pemerintah daerah

dengan dibaginya daerah dalam beberapa kluster.

Tabel 5.2. Dana Pendamping DAK dari Pemerintah Daerah disesuaikan

dengan Kapasitas Fiskal Pemerintah Daerah

Setuju Tidak

Setuju

Pemerintah DaerahDana pendamping DAK dari pemda disesuaikan dengan kapasitas fiskal pemda tersebut

93.90% 6.10%

Page 75: PENGELOLAAN DAK: KONDISI DAN STRATEGI KE DEPANperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152569... · Ringkasan Eksekutif D. ana Alokasi Khusus (DAK) merupakan bagian dari

ARAH KEBIJAKAN PENGELOLAAN DANA ALOKASI KHUSUS: IDENTIFIKASI DISKRESI . . . 57

Pemerintah PusatDana pendamping DAK dari pemda disesuaikan dengan kapasitas fiskal pemda tersebut

100.00% 0.00%

Sumber: Hasil Kuesioner, diolah

Berbeda dari pertanyaan lainnya, pada pertanyaan mengenai pembatasan

karakteristik khusus pemerintah daerah relatif lebih banyak sampel pemerintah

daerah yang menyatakan tidak setuju dengan persentase lebih dari setengah

(61,84 persen). Mayoritas alasan yang diutarakan adalah terkait dengan per-

bedaan kondisi antar daerah untuk setiap bidangnya sehingga prioritas ke-

bu tuhan setiap daerah juga berbeda. Dari 38,16 persen yang menyatakan se-

tuju bahwa karakteristik khusus pemerintah daerah perlu dibatasi, keseluruhan

sampel dari pemerintah pusat termasuk di dalamnya. Alasan terbesar adalah

agar alokasi DAK dapat sesuai dengan prioritas nasional dan tidak digunakan

semena-mena oleh pemerintah daerah untuk kebutuhan yang sebenarnya

bukan prioritas.

Tabel 5.3. Karakteristik Khusus Pemerintah Daerah Perlu Dibatasi

untuk Beberapa Bidang DAK

Setuju Tidak Setuju

Pemerintah DaerahKarakteristik khusus pemerintah daerah perlu dibatasi untuk beberapa bidang

38.16% 61.84%

Pemerintah PusatKarakteristik khusus pemerintah daerah perlu dibatasi untuk beberapa bidang

90.00% 10.00%

Sumber: Hasil Kuesioner, diolah

Perkembangan dan perbaikan sistem administrasi pengelolaan DAK ada-

lah untuk menyelaraskan penetapan peraturan yang terkait dengan DAK agar

dapat sesuai dengan jadwal pengelolaan keuangan baik di tingkat pemerintah

pusat maupun pemerintah daerah. Penetapan regulasi mengenai informasi

Page 76: PENGELOLAAN DAK: KONDISI DAN STRATEGI KE DEPANperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152569... · Ringkasan Eksekutif D. ana Alokasi Khusus (DAK) merupakan bagian dari

PENGELOLAAN DAK: KONDISI DAN STRATEGI KE DEPAN58

kegiatan dan besar alokasi DAK yang akan diterima pemerintah daerah di-

upa yakan untuk tidak berimplikasi pada penundaan penyusunan dan perse-

tujuan pelaksanaan kegiatan oleh pemerintah daerah terkait.

Jadwal pengelolaan keuangan yang relatif tidak jauh berbeda antara

pemerintah pusat dan pemerintah daerah menyebabkan keterlambatan pe-

netapan regulasi kebijakan akan sangat berpengaruh ke tingkat pemerintah

daerah. Untuk DAK, tidak hanya informasi mengenai besar alokasi untuk DAK

dan juga besar dana pendamping yang perlu disediakan oleh pemerintah

daerah akan berakibat pada penyesuaian penyusunan APBD, bentuk kegiatan

dari DAK juga perlu dicantumkan dalam APBD. Dari kebijakan DAK saat ini,

penetapan regulasi mengenai bentuk kegiatan DAK di tingkat pemerintah

pusat baru dilakukan setelah adanya keputusan mengenai alokasi DAK yang

akan diterima oleh setiap daerah.

5.3. Kebijakan Penggunaan: Petunjuk Teknis yang Bersifat Umum dan terkait SPM

Kebijakan terkait dengan review atas penetapan indikator teknis ataupun

detail persyaratan dan prosedur penggunaan yang ada di peraturan Petunjuk

Teknis, kemungkinan dapat berimplikasi pada penurunan inefisiensi. Hal ini

misalnya dapat terjadi untuk pihak yang melakukan evaluasi dan monitoring

reguler.

Dari hasil kuesioner mengenai arah kebijakan DAK, sekitar 65 persen

responden dari sampel pemerintah daerah dan 50 persen instansi pusat me-

nyatakan kesetujuannya akan petunjuk teknis yang bersifat umum. Alasan

yang diutarakan di antaranya adalah agar pelaksanaan dapat menjadi lebih

mudah dan fleksibel serta agar terbentuk keseragaman dan integrasi antar

bidang sehingga proses monitoring akan lebih mudah. Sekitar sepertiga dari

sampel menyatakan pandangan yang berbeda dengan alasan terbesar adalah

karena setiap bidang memiliki karakteristik teknis yang berbeda. Juknis yang

bersifat umum dirasakan dapat mengakibatkan tumpang tindih dan rentan

akan penyalahgunaan.

Page 77: PENGELOLAAN DAK: KONDISI DAN STRATEGI KE DEPANperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152569... · Ringkasan Eksekutif D. ana Alokasi Khusus (DAK) merupakan bagian dari

ARAH KEBIJAKAN PENGELOLAAN DANA ALOKASI KHUSUS: IDENTIFIKASI DISKRESI . . . 59

Tabel 5.4. Kebijakan DAK Ke Depan: Pandangan Mengenai Juknis

yang Bersifat Umum

Setuju Tidak

Setuju

Pemerintah DaerahJuknis bersifat umum berlaku untuk semua bidang

65.00% 35.00%

Pemerintah PusatJuknis bersifat umum berlaku untuk semua bidang

50.00% 50.00%

Sumber: Hasil Kuesioner, diolah

Dari Lampiran 5.1-5.5, terlihat variasi informasi yang terdapat dalam Petunjuk

Teknis antar bidang. Dalam hal ini, untuk Juknis bidang Pendidikan dan Juknis

bidang Lingkungan Hidup, selain menetapkan penggunaan dan bentuk kegi-

atan, juknis di bidang tersebut juga menetapkan pengelolaan anggaran atau

proses penyaluran dari alokasi DAK. Sedangkan untuk, mekanisme monitoring

dan evaluasi serta pelaporan juga terangkum dalam petunjuk teknis di hampir

setiap bidang. Dalam hal ini, mekanisme monitoring dan evaluasi serta pela-

poran yang ditampilkan di bidang Kesehatan cukup komprehensif dengan

menyertakan pemerintah provinsi untuk pelaporan dan monitoring DAK

yang dialokasikan ke tingkat pemerintah kabupaten dan kota.

Dari informasi yang ada dalam Petunjuk Teknis, selayaknya Petunjuk

Teknis hanya menampilkan kriteria atau acuan penggunaan untuk DAK, dan

tidak perlu untuk menetapkan informasi lainnya yang kemungkinan juga

dapat berbeda dengan prosedur yang berlaku secara umum. Seperti untuk

Juknis di bidang pendidikan, pengelolaan anggaran DAK yang ditetapkan

da lam Juknis berbeda dengan mekanisme pengelolaan anggaran pemerintah

daerah yang diatur Kementerian Dalam Negeri.

Untuk itu, terkait dengan format Petunjuk Teknis yang bersifat umum, maka

bentuk informasi yang ada dalam Petunjuk Teknis tidak perlu untuk mengatur

hal lain terkait dengan pengelolaan DAK selain aspek penggunaan dana. Ke-

bi jakan mengenai evaluasi DAK dapat diatur tidak dalam bentuk Petunjuk

Page 78: PENGELOLAAN DAK: KONDISI DAN STRATEGI KE DEPANperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152569... · Ringkasan Eksekutif D. ana Alokasi Khusus (DAK) merupakan bagian dari

PENGELOLAAN DAK: KONDISI DAN STRATEGI KE DEPAN60

Teknis, tetapi misalnya, melalui regulasi bersama misalnya antara Kementerian

Keuangan, Kementerian Dalam Negeri, dan Kementerian Teknis untuk meka-

nisme evaluasi dan monitoring DAK yang bersifat terpadu. Ter masuk untuk

mekanisme sinkronisasi antara dokumen perencanaan dan ben tuk peng gu-

naan DAK, diperlukan koordinasi antara Bappenas dan Kemen terian Teknis.

Dalam hal bentuk informasi penggunaan DAK, dalam konteks Petunjuk

Teknis yang bersifat umum, dapat membebaskan pilihan kegiatan selama

dana digunakan di bidang terkait, dan pelaksanaan kegiatan terkait dengan

kualitasnya telah memenuhi standar atau guideline yang telah ditetapkan

oleh pemerintah pusat (Kementerian Teknis) tidak hanya untuk kegiatan yang

didanai dari DAK tetapi juga kegiatan yang relatif sama dengan pendanaan

lainnya. Penekanan pada pencapaian SPM juga mengindikasikan bahwa

Petunjuk Teknis DAK dapat juga disesuaikan dengan SPM di bidang terkait,

atau dalam hal ini aturan penggunaan dana dalam Petunjuk Teknis tidak di-

da sarkan pada bentuk detail kegiatan (yang bersifat input) tetapi lebih dilihat

dari pencapaian output atau target di bidang tersebut.

Persepsi pemerintah daerah, dari hasil kuesioner di sampel pemerintah

daerah, dapat dijadikan acuan untuk mengidentifikasi jenis regulasi yang

dianggap menghambat efektifitas pengelolaan DAK. Seperti juga telah dije-

laskan di bagian sebelumnya, regulasi mengenai pengelolaan DAK yang

diang gap menciptakan beban administrasi yang cukup besar bagi pemerintah

daerah adalah terkait dengan masalah: 1) petunjuk teknis yang mengatur

penggunaan dana alokasi khusus di setiap sektor dan perlu ditetapkan dalam

alokasi anggaran di APBD, 2) peraturan dan prosedur penggunaan sisa ang-

garan dari DAK tahun sebelumnya yang dapat berbeda antar sektor, 3) dana

pendamping yang bersumber dari penerimaan pemerintah daerah di APBD,

dan 4) mekanisme pelaporan dan evaluasi penggunaan DAK.

5.4. Kebijakan Monitoring dan Evaluasi DAK: Pelibatan Pemerintah Provinsi dan Performance-Based Criteria

Inefisiensi tidak hanya dapat terjadi dari aspek kinerja penggunaan alokasi

DAK, tetapi juga dari proses monitoring dan evaluasi yang relatif kurang

Page 79: PENGELOLAAN DAK: KONDISI DAN STRATEGI KE DEPANperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152569... · Ringkasan Eksekutif D. ana Alokasi Khusus (DAK) merupakan bagian dari

ARAH KEBIJAKAN PENGELOLAAN DANA ALOKASI KHUSUS: IDENTIFIKASI DISKRESI . . . 61

cakupannya. Disamping itu juga karena hasil monitoring dan evaluasi yang

tidak disebarkan antar institusi atau diketahui oleh pemerintah daerah terkait

untuk perbaikan pengelolaan, dan kurangnya pemanfaatan komunitas atau

masyarakat sebagai penerima manfaat untuk terlibat dalam pengawasan.

Mekanisme monitoring dan evaluasi DAK yang dilakukan oleh pemerintah

pusat, terlepas dari sudah adanya Sekretariat Bersama, proses monitoring

dan evaluasi yang dilakukan cenderung fragmented. Monitoring dan evaluasi

dilakukan oleh setiap instansi pusat, walaupun sudah menghindari overlap ping

dengan penetapan fokus evaluasi yang berbeda, hasil dari monitoring dan

evaluasi ini cenderung tidak ada follow­up dalam konteks pemerintah dae rah

tidak mendapatkan feedback dari proses monitoring dan evaluasi yang telah

dilakukan.

Dalam hal cakupan kegiatan monitoring dan evaluasi oleh pemerintah

pusat yang relatif minimal, selain karena keterbatasan jumlah sumberdaya

yang dapat melakukan kegiatan monitoring dan evaluasi, juga kemungkinan

dapat disebabkan dari proses pengelolaan DAK yang bersifat hanya satu ta-

hun. Perbaikan skema monitoring dan evaluasi tidak hanya terkait jadwal te-

tapi juga institusi yang terlibat.

Mekanisme monitoring dan evaluasi yang ditetapkan dalam buku Pe-

tunjuk Teknis cenderung berbeda antar bidang. Dalam hal ini, seperti juga

telah dijelaskan sebelumnya, mekanisme evaluasi dan monitoring di Kemen-

terian Kesehatan relatif lebih baik dibandingkan dengan bidang lainnya

terutama karena mengkaitkan aspek pelaporan penggunaan DAK dan juga

pelibatan provinsi dalam pelaporan dan kegiatan monitoring dan evaluasi.

Kegiatan monitoring dan evaluasi yang dilakukan oleh Kementerian Tek-

nis (K/L), adalah bahwa pemerintah daerah provinsi dapat menjadi perwakilan

pemerintah pusat. Pemerintah provinsi dilibatkan dalam pelaporan hasil eva-

luasi penggunaan DAK tingkat pemerintah kabupaten dan kota serta mem-

berikan atau meneruskan feedback terkait dengan penggunaan DAK dari

pemerintah pusat. Selanjutnya, hasil evaluasi untuk tingkatan tertentu dikait-

kan dengan alokasi DAK di periode akan datang (performance­based criteria).

Page 80: PENGELOLAAN DAK: KONDISI DAN STRATEGI KE DEPANperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152569... · Ringkasan Eksekutif D. ana Alokasi Khusus (DAK) merupakan bagian dari

62

Kesimpulan dan Rekomendasi

6.1. Kesimpulan

Secara umum, dari hasil kuesioner dan deskripsi data sekunder, serta studi

literatur mengenai penerapan kebijakan DAK, persepsi dan pandangan pe me-

rintah daerah dan juga pemerintah pusat mengenai permasalahan pengelo-

laan DAK relatif sama. Berikut adalah kesimpulan dari analisis perkembangan

pengelolaan DAK termasuk dalam aspek pencapaian SPM melalui DAK:

1. Penentuan prioritas nasional relatif belum terlihat jelas terkait de-

ngan periode pencapaian dan evaluasi bidang DAK.

Alokasi DAK, hampir di setiap bidang, mengalami peningkatan terkait

dengan jumlah penerima. Juga tidak ada periode yang cukup jelas me-

ngenai suatu bidang dan kegiatan tertentu di bidang tersebut sebagai

prioritas nasional yang juga menjadi urusan daerah. DAK dialokasikan

pada sekitar 90% daerah kabupaten dan kota yang meliputi 19 bidang.

2. Alur penetapan DAK relatif bersifat supply driven dan cenderung

tidak mengikuti prinsip “money follow functions”.

Alur yang berlaku saat ini, penetapan petunjuk teknis (juknis) terkait de-

ngan penggunaan DAK dilakukan setelah adanya penetapan alokasi

6

Page 81: PENGELOLAAN DAK: KONDISI DAN STRATEGI KE DEPANperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152569... · Ringkasan Eksekutif D. ana Alokasi Khusus (DAK) merupakan bagian dari

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 63

DAK. Apabila Kementerian Teknis terkait sudah menyusun Petunjuk

Teknis, sebelum APBN ditetapkan, Petunjuk Teknis tersebut tidak dapat

diterbitkan. Hal ini mengindikasikan bahwa penetapan DAK masih ber-

sifat supply driven. Dalam hal ini, ketentuan di Petunjuk Teknis terkadang

juga disesuaikan dengan besar alokasi DAK yang ditetapkan.

3. Petunjuk Teknis yang diterbitkan oleh berbagai K/L sangat bervariasi

yang menimbulkan berbagai masalah, terutama:

a. Menu dalam juknis sangat rinci, tapi seringkali terdapat kebutuhan

daerah yang tidak ada dalam menu sehingga membatasi keleluasaan

daerah dalam pengadaan.

b. Juknis sering berubah-ubah dan penerbitannya terlambat.

c. Juknis pada umumnya berlaku hanya dalam satu tahun anggaran

meskipun untuk beberapa K/L tidak ada perubahan yang signifikan,

tetapi pemerintah daerah tetap saja menunggu penerbitan juknis

untuk menghindari penyimpangan pengadaan barang dan jasa

yang tidak sesuai dengan juknis.

Beberapa juknis yang diterbitkan K/L seperti Bidang PU dan Bidang

Kesehatan secara umum dinilai oleh pemerintah daerah relatif baik, mi-

salnya juknis Bidang PU berlaku untuk beberapa tahun dan menunya

relatif fleksibel (memberikan diskresi pada daerah).

4. Koordinasi antar K/L dalam perencanaan, penyusunan kebijakan dan

monitoring dan evaluasi sangat lemah karena jangkauan pemerintah

pusat yang terbatas.

Dalam hal ini, sedikit pemerintah daerah yang mengetahui tentang me-

kanisme penentuan bidang dan pagu DAK serta formula untuk penentuan

alokasi DAK.

5. Dari aspek efisiensi, terdapat pola yang berbeda antar bidang dan

juga antar wilayah. Termasuk dalam hal tingkat kepentingan alokasi

DAK terhadap pengeluaran pemerintah daerah di bidang terkait.

a. Penyerapan DAK relatif tidak jauh berbeda antara bidang yang ter-

kait dengan pelayanan dasar dan bidang lainnya. Penyerapan DAK

cenderung sangat rendah untuk bidang pendidikan.

Page 82: PENGELOLAAN DAK: KONDISI DAN STRATEGI KE DEPANperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152569... · Ringkasan Eksekutif D. ana Alokasi Khusus (DAK) merupakan bagian dari

PENGELOLAAN DAK: KONDISI DAN STRATEGI KE DEPAN64

b. Berdasarkan kinerja penyerapan antar wilayah, untuk bidang infra-

struktur, penyerapan juga rendah untuk wilayah dengan kapasitas

fiskal (PDRB per kapita yang rendah).

c. Porsi DAK dari pengeluaran pemerintah daerah di bidang terkait,

antara 3 bidang yaitu Pendidikan, Kesehatan, dan Infrastruktur, cu-

kup dominan (diatas 10 persen) hanya untuk bidang infrastruktur.

6. Pencapaian SPM dipersepsikan mendukung pencapaian prioritas

nasional, dan relatif merupakan tujuan DAK yang lebih valid diban-

dingkan dengan tujuan untuk pendanaan kegiatan khusus.

7. Untuk bidang pendidikan, penyerapan DAK cenderung rendah di

wilayah sampel dengan persepsi pencapaian SPM yang tinggi.

6.2. Rekomendasi Umum

1. Prioritas DAK untuk Pencapaian SPM Sektor Pelayanan Dasar

- Diperlukan evaluasi prioritas nasional terutama untuk bidang de-

ngan SPM yang relatif terkait serta penetapan standar SPM agar

SPM lebih bersifat output­based dibandingkan dengan input­based.

Hal ini dapat dilakukan melalui review baik yang dilakukan berdasar-

kan feedback dari forum Musrenbang atau melalui koordinasi di

tingkat pemerintah pusat.

- Bagi sektor yang sudah tercapai SPM-nya, maka alokasi bidang DAK

dari 19 bidang sebaiknya dikurangi secara bertahap berdasarkan

eva luasi indikator teknis dan juga kesesuaian dengan hasil atau

cakup an pelayanannya.

- SPM sebaiknya diarahkan untuk bidang pelayanan dasar yang men-

jadi urusan wajib daerah saja, terutama bidang kesehatan, pendi-

dikan dan infrastruktur.

2. Simplifikasi Informasi dan Tahap Penetapan Petunjuk Teknis

- Terkait bidang pelayanan dasar, terutama Bidang Pendidikan, pe-

tun juk teknis perlu lebih fleksibel untuk memberikan diskresi bagi

daerah dalam penggunaan DAK untuk percepatan pencapaian prio-

ritas nasional dan SPM.

Page 83: PENGELOLAAN DAK: KONDISI DAN STRATEGI KE DEPANperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152569... · Ringkasan Eksekutif D. ana Alokasi Khusus (DAK) merupakan bagian dari

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 65

- Sebelum penentuan alokasi DAK, maka sebaiknya petunjuk teknis

sudah diterbitkan sehingga implementasi DAK lebih mudah dilaku-

kan oleh daerah untuk pencapaian prioritas nasional dan SPM di

daerah. Apabila DAK bertujuan untuk mendanai prioritas nasional

dan menekankan pada koordinasi perencanaan pembangunan an-

tara pemerintah pusat dan daerah, maka penerbitan pentunjuk tek-

nis seharusnya merupakan tahap awal setelah penetapan prioritas

nasional dilakukan. Penerbitan petunjuk teknis dijadikan acuan un-

tuk menentukan alokasi DAK yang juga disesuaikan dengan peren-

canaan kewilayahan.

- Juknis bersifat umum dan hanya menetapkan kriterita penggunaan

dana yang dapat mengacu pada output seperti SPM, dan tidak me-

netapkan aspek lainnya terutama yang terkait dengan pengelolaan

anggaran.

- Juknis berlaku untuk periode lebih dari 1 tahun.

- Tim koordinasi di tingkat pusat, misalnya melalui DPOD, sebaiknya

dioptimalkan sebagai clearing­house untuk menyamakan juknis

yang lebih sederhana agar daerah lebih memiliki diskresi.

3. Perbaikan Formula Alokasi DAK dan Penerapan MTF untuk Pagu DAK

- Aplikasi kriteria umum, teknis dan khusus agar disederhanakan dan

diperketat sedemikian rupa sehingga hanya daerah-daerah tertentu

yang benar-benar memenuhi syarat yang menerima alokasi DAK

- Untuk daerah-daerah penerima DAK yang memiliki kapasitas fiskal

di bawah rata-rata untuk bidang-bidang pelayanan dasar tertentu,

tidak dipersyaratkan adanya dana pendamping.

- Estimasi alokasi DAK untuk jangka menengah (forward estimate)

sebaiknya disusun oleh Kementerian Keuangan dan Bappenas untuk

memudahkan perencanaan daerah dan antisipasi ketika pemerintah

daerah tidak lagi mendapatkan DAK untuk bidang-bidang tertentu

yang phase­out terutama yang sudah mencapai SPM.

Page 84: PENGELOLAAN DAK: KONDISI DAN STRATEGI KE DEPANperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152569... · Ringkasan Eksekutif D. ana Alokasi Khusus (DAK) merupakan bagian dari

PENGELOLAAN DAK: KONDISI DAN STRATEGI KE DEPAN66

4. Simplifikasi Prosedur Penyaluran, Monitoring dan Evaluasi Kegiatan

DAK

- Kemudahan persyaratan penyaluran dana dengan dimungkinkannya

untuk didasarkan pada kinerja setiap bidang.

- Tahap penyaluran dapat dilakukan dalam termin yang lebih fleksibel,

apakah bersifat lumpsum (satu kali penyaluran) atau bersifat rutin

per bulan agar implementasi DAK tidak bias ke bidang tertentu yang

relatif memiliki alokasi DAK cukup besar diantara bidang lainnya.

- Monitoring dan evaluasi cukup minimal untuk aspek keuangan (ka-

rena sudah tercakup dalam pertanggungjawaban APBD) dan yang

perlu ditekankan adalah evaluasi teknis untuk kesesuaian pencapaian

target atau pelaksanaan kegiatan, dengan perencanaan, melalui

pelibatan pemerintah provinsi.

Page 85: PENGELOLAAN DAK: KONDISI DAN STRATEGI KE DEPANperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152569... · Ringkasan Eksekutif D. ana Alokasi Khusus (DAK) merupakan bagian dari

67

Daftar Pustaka

ADB (2011). Proposals for Reform of the Special Allocations Grant (DAK).

DJPK dan GIZ. (2013). Penyusunan Mekanisme Dana Alokasi Khusus Untuk

Pembiayaan Standar Pelayanan Minimum.

DSF. (2011). Status Pelaksanaan Program Pengembangan Kapasitas Peren­

canaan Pembiayaan dan Pelaksanaan SPM.

BAPPENAS. (2009). Evaluasi Dana Alokasi Khusus (DAK). Sekretariat Bersama

DAK. Kementerian Perencanaan dan Pembangunan Nasional/Bappenas:

Jakarta. White Paper.

BAPPENAS dan GIZ (2012). Analisis Perspektif, Permasalahan dan Dampak

Dana Alokasi Khusus (DAK). White Paper Keuangan antara Pemerintah

Pusat dan Pemerintahan Daerah. Jakarta.

Kementerian Dalam Negeri. (2013), Hasil Evaluasi Penyusunan Rencana Pem-

bangunan Daerah dan Rencana SKPD Provinsi, Kabupaten/Kota Tahun

2012. Direktorat Jenderal Bina Pembangunan Daerah, Kementerian

Dalam Negeri Republik Indonesia.

Kementerian Keuangan Republik Indonesia. (2009a). Grand Design Desen­

tralisasi Fiskal Indonesia. Kemenkeu. Jakarta.

Kementerian Keuangan Republik Indonesia. (2009b). Laporan Hasil Monitoring

dan Evaluasi DAK 2009.

Page 86: PENGELOLAAN DAK: KONDISI DAN STRATEGI KE DEPANperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152569... · Ringkasan Eksekutif D. ana Alokasi Khusus (DAK) merupakan bagian dari

PENGELOLAAN DAK: KONDISI DAN STRATEGI KE DEPAN68

Kementerian Keuangan Republik Indonesia. (2012). Nota Keuangan dan Ran­

cangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Neagra 2013. Kemenkeu,

Jakarta.

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 201/PMK.07/2012 Tentang Pedoman

Umum dan Alokasi DAK Tahun Anggaran 2013.

Peraturan Menteri Dalam Negeri No 20/2009 Tentang Pengelolaan Keuangan

DAK di Daerah.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2012

Tentang Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan Dan Belanja

Dae rah Tahun Anggaran 2013.

Republik Indonesia. (2003). Undang­Undang No.17 Tahun 2003 tentang

Keuangan Negara; Jakarta.

______. (2004). Undang­Undang No. 25 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

Daerah. Jakarta.

______. (2004). Undang­Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

Daerah. Jakarta.

______. (2004). Undang­Undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan

Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan pemerintahan Daerah. Ja karta.

______. (2005). Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2005 tentang Dana Per­

imbangan. Jakarta.

Shah, A., R., Qibthiyyah, dan A. Ditta (2012). General Purpose Central-pro-

vincial-local Transfers (DAU) in Indonesia From Gap Filling to Ensuring

Fair Access to Essential Public Services for All. Policy research Working

Paper 6075. Worldbank.

Tim Asistensi Kementerian Keuangan Bidang Desentralisasi Fiskal. (2006).

Pengalihan Dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan Yang Mendanai

Urusan Daerah Menjadi DAK, Laporan Penelitian.

Tim Asistensi Kementerian Keuangan Bidang Desentralisasi Fiskal. (2008).

Grand Design Desentralisasi Fiskal di Indonesia.

Tim Asistensi Kementerian Keuangan Bidang Desentralisasi Fiskal. (2009).

Review Kebijakan Specific Grants DAK: Evaluasi Perspektif Daerah.

Page 87: PENGELOLAAN DAK: KONDISI DAN STRATEGI KE DEPANperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152569... · Ringkasan Eksekutif D. ana Alokasi Khusus (DAK) merupakan bagian dari

69

Lampiran

Lampiran 1. Daftar Daerah Sampel dan Jumlah Responden

1. Gambaran Umum Penerimaan Kuesioner: Kuesioner I

No FGD Jumlah Kuesioner yang Diterima

1 Lombok 15

2 Belitung 23

3 Gorontalo 15

4 Pontianak 14

5 Malang 22

Total 89

No 40 Daerah Jumlah Kuesioner yang Diterima

1 Kab. Bombana 1

2 Kab. Asahan 0

3 Kab. Konawe Utara 5

4 Kab. Indragiri Hulu 0

5 Kab. Brebes 5

6 Kab. Gunung Mas 1

7 Kab. Sumba Barat 1

Page 88: PENGELOLAAN DAK: KONDISI DAN STRATEGI KE DEPANperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152569... · Ringkasan Eksekutif D. ana Alokasi Khusus (DAK) merupakan bagian dari

PENGELOLAAN DAK: KONDISI DAN STRATEGI KE DEPAN70

8 Kab. Badung 1

9 Kab. Minahasa Utara 0

10 Kab. Kepulauan Mentawai 0

11 Kota Pekanbaru 0

12 Kab. Maros 0

13 Kota Padang Sidimpuan 0

14 Kab. Pidie 5

15 Kab. Ponorogo 2

16 Kota Magelang 5

17 Kota Singkawang 1

18 Kab. Tegal 0

19 Kab. Bantaeng 1

20 Kab. Cilacap 3

21 Kab. Karawang 2

22 Kab. Lampung Selatan 1

23 Kota Palangkaraya 0

24 Kab. Agam 5

25 Kota Samarinda 0

26 Kab. Pemalang 0

27 Kab. Lombok Utara 5

28 Kab. Ngada 2

29 Kab. Sukamara 0

30 Kab. Kampar 1

31 Kota Denpasar 0

32 Kab. Kaur 1

33 Kota Lhokseumawe 0

34 Kota Bengkulu 5

35 Kab. Nagekeo 0

36 Kab. Timor Tengah Utara 0

37 Kota Pare-pare 0

38 Kota Padang 0

39 Kab. Buol 8

40 Kab. Rembang 1

Total 62

Total Seluruh Kuesioner I 151

Page 89: PENGELOLAAN DAK: KONDISI DAN STRATEGI KE DEPANperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152569... · Ringkasan Eksekutif D. ana Alokasi Khusus (DAK) merupakan bagian dari

LAMPIRAN 71

2. Gambaran Umum Penerimaan Kuesioner: Kuesioner II

Dari dua metode persebaran kuesioner, yaitu melalui FGD dan melalui pengi-

riman ke 40 daerah, kuesioner II hanya disebarkan pada saat FGD baik di

dae rah maupun FGD dengan pemerintah pusat di Jakarta. Dari lima FGD di

daerah sampel yang mencakup 10 kabupaten/kota dan satu FGD pusat kue-

sioner yang terkumpul berjumlah 99 buah dengan rincian seperti pada Diagram

1. Penerimaan kuesioner terbanyak adalah dari FGD di Belitung yang menca-

kup Kab. Belitung dan Kab. Belitung Timur serta dari FGD di Malang yang

men cakup Kota Batu dan Kab. Malang dengan masing-masing penerimaan

kuesioner sebanyak 23 buah.

Diagram 1. Jumlah Penerimaan Kuesioner II

15

23

1513

23

10

0

5

10

15

20

25

Lombok Belitung GorontaloPontianak Malang Pusat

Page 90: PENGELOLAAN DAK: KONDISI DAN STRATEGI KE DEPANperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152569... · Ringkasan Eksekutif D. ana Alokasi Khusus (DAK) merupakan bagian dari

PENGELOLAAN DAK: KONDISI DAN STRATEGI KE DEPAN72

Lampiran 2. Daftar Pertanyaan Kuesioner I dan Kuesioner II

Kuesioner i

Pengelolaan DAK: Kondisi dan Strategi DAK Ke Depan

Nama : .................................................................

Nama Daerah (Kabupaten/Kota) : .................................................................

Unit SKPD : .................................................................

I. Informasi Umum

1. Apakah unit SKPD Bapak/Ibu telah mencapai SPM (Standar Pelayanan

Minimum)

a. Ya b. Tidak

Sejak (tahun): ............................

2. (Jika jawaban pertanyaan I.1: Ya), Apakah SPM di unit Bapak/Ibu

tercantum dalam RPJMD?

a. Ya b. Tidak

3. Menurut pengetahuan Bapak/Ibu, apakah pemerintah daerah telah

mencapai SPM di bidang/unit berikut?

3.1. Pendidikan SD a. Ya b. Belum

3.2. Pendidikan SMP a. Ya b. Belum

3.3. Kesehatan Dasar a. Ya b. Belum

3.4. Infrastruktur Jalan a. Ya b. Belum

3.5 Infrastruktur Sanitasi a. Ya b. Belum

3.6. Lainnya (sebutkan bidang/unit yang telah mencapai SPM):

.................................................................................................................

...............................................................................................................

4. Apakah unit SKPD Bapak/Ibu mendapatkan alokasi DAK selama tiga

tahun terakhir ini (tahun 2011-2013)?

a. Ya b. Tidak

Page 91: PENGELOLAAN DAK: KONDISI DAN STRATEGI KE DEPANperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152569... · Ringkasan Eksekutif D. ana Alokasi Khusus (DAK) merupakan bagian dari

LAMPIRAN 73

II. Perencanaan

1. Bagaimana kesesuaian target RPJMD untuk unit SKPD Bapak/Ibu dengan

target RPJMN nasional?

a. Sesuai b. Sebagian tidak sesuai c. Sama sekali tidak sesuai

2. Bagaimana pandangan Bapak/Ibu mengenai jenis kegiatan DAK dalam

petunjuk teknis di unit SKPD Bapak/Ibu?

(1: sangat setuju ­ 4: sangat tidak setuju)

2.1. Jenis kegiatan sesuai dengan RPJMD 1 2 3 4

2.2. Jenis kegiatan dapat dapat diubah untuk 1 2 3 4

mencapai SPM daerah

2.3. Jenis kegiatan dapat dimasukkan dalam APBD 1 2 3 4

III. Penetapan dan Penggunaan

1. Apakah Bapak/Ibu mengetahui indikator teknis yang digunakan untuk

penetapan besar alokasi DAK di bidang/unit SKPD Bapak/Ibu?

a. Ya b. Tidak

2. Apakah besar alokasi DAK mencerminkan biaya pelaksanaan kegiatan?

a. Ya b. Tidak (lebih besar/lebih kecil)

3. Menurut pandangan Bapak/Ibu, apakah kegiatan DAK di bidang/unit

SKPD Bapak/Ibu juga telah mendukung pemerintah daerah dalam hal:

(1: selalu sesuai 2: seringkali sesuai 3: jarang sesuai ­ 4: tidak sesuai sama

sekali)

1.1. Pencapaian prioritas daerah 1 2 3 4

1.2. Pencapaian SPM daerah 1 2 3 4

1.3. Tujuan khusus lainnya 1 2 3 4

(sebutkan: …………………………......................................................)

4. Apakah unit SKPD Bapak/Ibu menggunakan keseluruhan alokasi DAK

yang disalurkan?

a. Ya b. Tidak

(Jika Tidak) Alasannya:

................................................................................................................

................................................................................................................

................................................................................................................

Page 92: PENGELOLAAN DAK: KONDISI DAN STRATEGI KE DEPANperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152569... · Ringkasan Eksekutif D. ana Alokasi Khusus (DAK) merupakan bagian dari

PENGELOLAAN DAK: KONDISI DAN STRATEGI KE DEPAN74

IV. Regulasi Pendukung

1. Apakah Bapak/Ibu mengetahui peraturan terkait dengan:

1.1. Penetapan pagu bidang DAK a. Ya b. Tidak

1.2. Penentuan bidang (jenis) DAK a. Ya b. Tidak

1.3. Formula alokasi DAK a. Ya b. Tidak

1.4. Kegiatan yang dapat didanai DAK a. Ya b. Tidak

1.5. Persyaratan penyaluran DAK a. Ya b. Tidak

1.6. Cakupan dan proses evaluasi DAK a. Ya b. Tidak

2. Menurut pandangan Bapak/Ibu, adakah regulasi spesifik yang perlu di-

per baiki dari pengelolaan DAK?

a. Ya b. Tidak

(Jika pertanyaan II.2: Ya) Sebutkan nama regulasi tersebut dan berikan

alasannya:

................................................................................................................

................................................................................................................

................................................................................................................

................................................................................................................

Kuesioner ii

Pengelolaan DAK: Kondisi dan Strategi DAK Ke Depan

Nama : .............................................................

Nama Kementerian/Kabupaten/Kota : ............................................................

Direktorat/Unit SKPD : ............................................................

I. Kebijakan Umum DAK

1. Menurut pandangan Bapak/Ibu, apakah penetapan DAK perlu untuk meng-

akomodasi tujuan berikut (1: sangat setuju ­ 4: sangat tidak setuju):

1.1. Pencapaian prioritas nasional 1 2 3 4

1.2. Pencapaian SPM nasional 1 2 3 4

Page 93: PENGELOLAAN DAK: KONDISI DAN STRATEGI KE DEPANperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152569... · Ringkasan Eksekutif D. ana Alokasi Khusus (DAK) merupakan bagian dari

LAMPIRAN 75

1.3. Tujuan khusus lainnya 1 2 3 4

(sebutkan: …….)

2. (3) Apakah Bapak/Ibu menyetujui bahwa karakteristik teknis perlu men-

dominasi penetapan besar alokasi DAK setiap bidang?

a. Ya b. Tidak

Alasannya:

................................................................................................................

................................................................................................................

................................................................................................................

................................................................................................................

3. (6) Apakah Bapak/Ibu menyetujui petunjuk teknis yang bersifat umum

ber laku untuk semua bidang?

a. Ya b. Tidak

Alasannya:

................................................................................................................

................................................................................................................

................................................................................................................

................................................................................................................

4. (2) Apakah Bapak/Ibu menyetujui besar alokasi DAK bidang tertentu dite-

tapkan untuk periode lebih dari satu tahun?

a. Ya b. Tidak

Alasannya:

................................................................................................................

................................................................................................................

................................................................................................................

................................................................................................................

5. Apakah Bapak/Ibu menyetujui bahwa dana pendamping DAK dari peme-

rintah daerah disesuaikan dengan kapasitas fiskal pemerintah daerah

tersebut?

a. Ya b. Tidak

Alasannya:

................................................................................................................

................................................................................................................

................................................................................................................

Page 94: PENGELOLAAN DAK: KONDISI DAN STRATEGI KE DEPANperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152569... · Ringkasan Eksekutif D. ana Alokasi Khusus (DAK) merupakan bagian dari

PENGELOLAAN DAK: KONDISI DAN STRATEGI KE DEPAN76

6. (4) Menurut Bapak/Ibu apakah karakteristik khusus pemerintah daerah

perlu dibatasi untuk beberapa bidang?

a. Ya b. Tidak

Alasannya:

................................................................................................................

................................................................................................................

................................................................................................................

................................................................................................................

Page 95: PENGELOLAAN DAK: KONDISI DAN STRATEGI KE DEPANperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152569... · Ringkasan Eksekutif D. ana Alokasi Khusus (DAK) merupakan bagian dari

LAMPIRAN 77

Lampiran 3. Arah Kegiatan DAK: Perkembangan Petunjuk Teknis di 19 Bidang DAK

1) DAK Pendidikan, Tujuan DAK bidang pendidikan adalah mewujudkan

pengelolaan pendidikan yang transparan, profesional, dan bertanggung

gugat; melibatkan masyarakat secara aktif; mendorong masyarakat

untuk ikut mengawasi kegiatan pendidikan secara langsung; dan meng-

gerakkan perekonomian masyarakat bawah. Arah kebijakannya, antara

lain, untuk menghindari ketumpangtindihan dengan kegiatan yang di-

danai anggaran kementerian dan secara bertahap mengalihkan pen da-

naan kegiatan yang telah menjadi urusan daerah dari dana dekonsentrasi

dan tugas pembantuan ke DAK. DAK Pendidikan diarahkan untuk menun-

jang penuntasan program Wajib Belajar (Wajar) Pendidikan Dasar 9 tahun

yang bermutu, dan merata dalam rangka memenuhi SPM dan secara ber-

tahap memenuhi Standar Nasional Pendidikan terutama yang diperuntuk-

kan bagi SD, baik negeri maupun swasta, yang diprioritaskan pada daerah ter-

tinggal, daerah terpencil, daerah perbatasan, daerah rawan bencana, dan

daerah pesisir dan pulau- pulau kecil.

Kegiatan DAK Pendidikan tahun 2013 diprioritaskan untuk melaksa-

nakan rehabilitasi ruang kelas dan/atau ruang belajar rusak sedang

jenjang SD/SDLB dan SMP/SMPLB, rehabilitasi ruang belajar rusak berat

jenjang SMA/SMK/ SMLB, pembangunan Ruang Kelas Baru (RKB) dan

Ruang Belajar Lain (RBL) beserta perabotnya bagi jenjang SMP/SMPLB,

pembangunan ruang perpustakaan beserta perabotnya, penyediaan

buku referensi perpustakaan, pembangunan laboratorium bagi jenjang

SMA/SMK/SMLB, dan penyediaan peralatan pendidikan. Sekolah pene-

rima DAK Bidang Pendidikan tahun 2013 meliputi jenjang SD/SDLB, SMP/

SMPLB, dan SMA/SMK/ SMLB, baik negeri maupun swasta. Lingkup kegi-

atannya diprioritaskan untuk melaksanakan: (1) rehabilitasi ruang kelas

rusak sedang jenjang SD/SDLB; (2) rehabilitasi ruang kelas rusak sedang

jenjang SMP/SMPLB; (3) pembangunan ruang belajar jenjang SMP/

SMPLB; (4) rehabilitasi ruang belajar rusak berat jenjang SMA/SMK/

SMLB; (5) pembangunan ruang kelas baru jenjang SMP/SMPLB; (6) pem-

bangunan perpustakaan jenjang SD/SDLB, SMP/SMPLB dan SMA/SMK/

Page 96: PENGELOLAAN DAK: KONDISI DAN STRATEGI KE DEPANperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152569... · Ringkasan Eksekutif D. ana Alokasi Khusus (DAK) merupakan bagian dari

PENGELOLAAN DAK: KONDISI DAN STRATEGI KE DEPAN78

SMLB; (7) pembangunan ruang Laboratorium jenjang SMA/SMK/ SMLB;

(8) pengadaan peralatan pendidikan jenjang SD/SDLB, SMP/SMPLB, dan

SMA/ SMK/ SMLB; serta (9) pengadaan buku teks pelajaran/ referensi

jenjang SMP/SMPLB dan SMA/SMK/SMLB.

2) DAK Kesehatan, Tujuan kebijakan DAK bidang kesehatan diarahkan un-

tuk meningkatkan akses dan kualitas pelayanan kesehatan dalam rangka

percepatan pencapaian target MDGs yang difokuskan pada penurunan

angka kematian ibu, bayi dan anak, penanggulangan masalah gizi, serta

pencegahan penyakit dan penyehatan lingkungan terutama untuk pela-

yanan kesehatan penduduk miskin dan penduduk di daerah tertinggal,

terpencil, perbatasan dan kepulauan (DTPK) dan daerah bermasalah ke-

se hatan (DBK), dengan dukungan penyediaan jaminan persalinan dan

jaminan kesehatan di pelayanan kesehatan dasar dan rujukan pening-

katan sarana prasarana pelayanan kesehatan dasar dan rujukan termasuk

kelas III Rumah Sakit, penyediaan dan pengelolaan obat, perbekalan

kesehatan dan vaksin yang berkhasiat, aman, bermutu dan bermanfaat

dalam rangka mempersiapkan pelaksanaan Badan Penyelenggaran

Jaminan Sosial (BPJS) kesehatan. Lingkup kegiatannya adalah: (1) pela-

yan an kesehatan dasar yakni pemenuhan sarana, prasarana, dan per alat-

an bagi puskesmas dan jaringannya, antara lain meliputi: (a) Pemba ngun-

an Puskesmas Pembantu/Puskesmas di DTPK/Puskesmas Perawatan mampu

PONED/Instalasi pengolahan limbah puskesmas/pembangunan poskes-

des/ pos bindu, (b) Peningkatan Puskesmas menjadi Puskesmas Perawatan

di DTPK, (c) Rehabilitasi puskesmas/rumah dinas dokter/dokter gigi/

paramedis (Kope l), (d) Penyediaan sarana dan prasarana penyehatan

lingkungan/pengadaan UKBM Kit; (2) pelayanan kesehatan rujukan yak ni

pemenuhan/pengadaan sarana, prasarana dan peralatan bagi RSUD an-

tara lain meliputi: (a) Pengadaan sarana dan prasarana RS Siap PONEK,

(b) Penyediaan fasilitas Tempat Tidur Kelas III RS, (c) Pembangunan IPL

RS, (d) Pemenuhan peralatan UTD RS/ BDRS, (e) Pengadaan sarana dan

prasarana ICU dan IGD; (3) pelayanan kefarmasian, antara lain meliputi:

(a) Penyediaan obat dan perbekalan kesehatan, (b) Pembangunan baru,

rehabilitasi, penyediaan sarana pendukung instalasi Farmasi Kabupaten/

Page 97: PENGELOLAAN DAK: KONDISI DAN STRATEGI KE DEPANperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152569... · Ringkasan Eksekutif D. ana Alokasi Khusus (DAK) merupakan bagian dari

LAMPIRAN 79

Kota, (c) Pembangunan baru Instalasi Farmasi gugus kepulauan/satelite

dan sarana pendukungnya.

Keputusan Menteri Kesehatan No. 7/Menkes/SK/I/2007 tentang Pe-

tun juk Teknis Penggunaan DAK Tahun Anggaran 2007 dikeluarkan pada

8 Januari 2007 atau 3 minggu setelah keluarnya PMK tentang Penetapan

Alokasi DAK 2007. DAK bidang kesehatan dialokasikan untuk usaha

peningkatan akses dan mutu pelayanan kesehatan. Kegiatannya diarah-

kan untuk peningkatan, rehabilitasi, perluasan, pengadaan, dan pem-

ba ngunan berbagai jenis unit pelayanan kesehatan serta pengadaan

peralatan kesehatan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan dasar.

Pendistribusian alokasi DAK bidang kesehatan ke puskesmas dan jaring-

annya ditetapkan oleh bupati/walikota atas usulan Dinas Kesehatan ka-

bupaten/kota. Pendistribusian ini tidak didasarkan atas asas pemerataan,

melainkan diprioritaskan pada pemenuhan kebutuhan pemanfaatnya.

Setiap kabupaten wajib memprioritaskan pembangunan pos kesehatan

desa (poskesdes) dalam rangka mendukung Program Desa Siaga. 12

Bupati/walikota menunjuk SKPD bidang kesehatan sebagai penanggung

jawab pelaksana kegiatan kesehatan yang dibiayai DAK. Setiap triwulan

sekali (pada Maret, Juni, September, dan Desember), bupati/walikota

ha rus menyampaikan laporan yang berisi jenis kegiatan, realisasi fisik,

realisasi keuangan, dan permasalahan kepada Sekretaris Jenderal Dep-

kes. Pada Maret, kabupaten/kota juga diminta untuk mengirimkan data

jumlah dan kondisi seluruh sarana kesehatan di wilayahnya.

3) DAK Infrastruktur Jalan, diarahkan untuk mempertahankan dan me-

ningkatkan kinerja pelayanan prasarana jalan provinsi, kabupaten dan

kota serta menunjang aksesibilitas keterhubungan wilayah (domestic

connectivity) dalam mendukung pengembangan koridor ekonomi wila-

yah/kawasan. Lingkup kegiatannya adalah: (1) pemeliharaan berkala jalan

dan jembatan yang kewenangan pengaturannya oleh pemerintah pro-

vinsi/ kabupaten/kota, (2) peningkatan dan pembangunan jalan yang

kewenangan pengaturannya oleh pemerintah provinsi/kabupaten/kota,

(3) penggantian dan pembangunan jembatan yang kewenangan peng-

aturannya oleh pemerintah provinsi / kabupaten/kota.

Page 98: PENGELOLAAN DAK: KONDISI DAN STRATEGI KE DEPANperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152569... · Ringkasan Eksekutif D. ana Alokasi Khusus (DAK) merupakan bagian dari

PENGELOLAAN DAK: KONDISI DAN STRATEGI KE DEPAN80

4) DAK Infrastruktur Irigasi, diarahkan untuk mempertahankan dan me-

ningkatkan kinerja layanan jaringan irigasi/rawa kewenangan Pemerintah

Provinsi dan Kabupaten/Kota dalam rangka mendukung pemenuhan

sasaran Prioritas Nasional di Bidang Ketahanan Pangan khususnya Pe-

ningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN) Menuju Surplus Beras 10 Juta

Ton Pada Tahun 2014. Lingkup kegiatannya adalah untuk kegiatan reha-

bilitasi jaringan irigasi yang kewenangan Pemerintah Provinsi/ Kabupaten/

Kota dengan tidak menutup kemungkinan dimanfaatkan untuk kegiatan

peningkatan jaringan irigasi. Untuk mengoptimalkan pemanfaatan DAK

Irigasi, kegiatan SID dan Operasi/Pemeliharaan jaringan irigasi menjadi

tanggungjawab Pemerintah Daerah sebagai kegiatan komplementer.

5) DAK Infrastruktur Air Minum, diarahkan untuk meningkatkan cakupan

pelayanan air dalam rangka percepatan pencapaian target MDGs untuk

meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat dan memenuhi Standar

Pelayanan Minimal (SPM) penyediaan air minum di kawasan perkotaan,

perdesaan termasuk daerah tertinggal. Lingkup kegiatannya adalah:(1)

perluasan dan peningkatan sambungan rumah (SR) perpipaan bagi ma-

sya rakat berpenghasilan rendah (MBR) perkotaan. Daerah yang menjadi

sasaran adalah kabupaten/kota yang memiliki idle capacity yang me ma-

dai untuk dibangun SR perpipaan, (2) pemasangan master meter untuk

MBR perkotaan khususnya yang bermukim di kawasan kumuh perkotaan.

Daerah yang menjadi sasaran adalah kabupaten/kota yang memiliki idle

capacity yang memadai untuk dibangun SR perpipaan; dan (3) pemba-

ngunan sistem penyediaan air minum (SPAM) perdesaan Daerah yang men-

jadi sasaran adalah desa-desa dengan sumber air baku yang relatif

mudah.

6) DAK Infrastruktur Sanitasi, diarahkan untuk meningkatkan cakupan dan

kehandalan pelayanan sanitasi, terutama dalam pengelolaan air limbah

dan persampahan secara komunal/terdesentralisasi untuk meningkatkan

kualitas kesehatan masyarakat dan memenuhi standar pelayanan mini-

mal (SPM) penyediaan sanitasi di kawasan daerah rawan sanitasi, ter ma-

suk daerah tertinggal. Lingkup Kegiatannya adalah: (1) sub bidang air lim-

bah: pembangunan dan pengembangan prasarana dan sarana air lim bah

komunal; dan (2) sub bidang persampahan: pembangunan dan pengem-

Page 99: PENGELOLAAN DAK: KONDISI DAN STRATEGI KE DEPANperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152569... · Ringkasan Eksekutif D. ana Alokasi Khusus (DAK) merupakan bagian dari

LAMPIRAN 81

bangan fasilitas pengelolaan sampah dengan pola 3R (reduce, reuse,

dan recycle) di tingkat komunal yang terhubung dengan sistem penge-

lolaan sampah di tingkat kota.

7) DAK Prasarana Pemerintahan Daerah, diarahkan untuk meningkatkan

kinerja pemerintahan daerah dalam menyelenggarakan pelayanan pu-

blik. Prioritas diberikan kepada daerah pemekaran, dan daerah tertinggal

guna meningkatkan kualitas pelayanan publik di daerah tersebut. Ling-

kup Kegiatannya adalah: (1) Pembangunan/perluasan gedung kantor

Bupati/Walikota, (2) Pembangunan/perluasan gedung kantor Setda Kab/

Kota, (3) Pembangunan/perluasan gedung kantor DPRD Kab/Kota dan

Sekretariat DPRD Kab/Kota, dan (4) Pembangunan/ perluasan gedung

kantor SKPD Kab/Kota.

8) DAK Kelautan dan Perikanan, diarahkan untuk meningkatkan sarana

dan prasarana produksi, pengolahan, mutu, pemasaran, pengawasan,

penyuluhan, data statistik dalam rangka mendukung industrialisasi

kelautan dan perikanan dan minapolitan, serta penyediaan sarana pra-

sarana terkait dengan pengembangan kelautan dan perikanan di pulau-

pulau kecil. Lingkup Kegiatannya adalah untuk DAK KP Provinsi yaitu

penyediaan kapal perikanan > 30 GT dan untuk DAK KP Kabupaten/Kota

yaitu: (1) pengembangan sarana dan prasarana perikanan tangkap, (2)

pengembangan sarana dan prasarana perikanan budidaya, (3) pengem-

bangan sarana dan prasarana pengolahan, peningkatan mutu dan pe-

masaran hasil perikanan, (4) pengembangan sarana dan prasarana dasar

di pesisir dan pulau-pulau kecil, (5) pengembangan sarana dan prasarana

pengawasan sumber daya kelautan dan perikanan, (6) pengembangan

sarana dan prasarana penyuluhan perikanan, dan (7) pengembangan

sarana penyediaan data statistik kelautan dan perikanan.

9) DAK Pertanian, diarahkan untuk mendukung pengembangan prasarana

dan sarana air, pengembangan prasarana dan sarana lahan, pemba-

ngunan dan rehabilitasi balai penyuluhan pertanian serta pengembangan

lumbung pangan masyarakat dalam rangka peningkatan produksi ba-

han pangan dalam negeri guna mendukung ketahanan pangan nasional.

Lingkup Kegiatannya adalah: (a) untuk provinsi: (1) Pembangunan/Reha-

bilitasi PTD/ Balai/Pembenihan/Perbibitan, (2) Pembangunan/Rehabilitasi

Page 100: PENGELOLAAN DAK: KONDISI DAN STRATEGI KE DEPANperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152569... · Ringkasan Eksekutif D. ana Alokasi Khusus (DAK) merupakan bagian dari

PENGELOLAAN DAK: KONDISI DAN STRATEGI KE DEPAN82

UPTD/Proteksi Tanaman, (3) Pembangunan/Rehabilitasi Laboratorium

Kesehatan Hewan; (b) untuk Kabupaten/ Kota: (1) Pengembangan Prasa-

rana dan Sarana Air, (2) Pengembangan Prasarana dan Sarana Lahan,

(3) Pembangunan/Rehabilitasi balai penyuluhan pertanian kecamatan;

dan (4) Pembangunan Lumbung Pangan masyarakat.

10) DAK Lingkungan Hidup, diarahkan untuk membantu Kab/Kota, dalam

rangka mendanai kegiatan untuk memenuhi standar pelayanan minimal

(SPM) di bidang lingkungan hidup yang merupakan urusan daerah, dan

upaya pencegahan perubahan iklim, (2) Menunjang percepatan pena-

nganan masalah lingkungan hidup di daerah, (3) Memperkuat kapasitas

kelembagaan/institusi pengelolaan LH di daerah, (4) Mendorong pencip-

ta an komitmen Pimpinan Daerah untuk memperbaiki dan atau memper-

tahankan kualitas lingkungan, (5) Mendorong pimpinan institusi LH dae-

rah untuk meningkatkan kapasitas dan kinerja lembaganya, (6) Men do rong

pengembangan orientasi pengelolaan LH yang berbasis output dan

outcome sebagai upaya pemecahan masalah lingkungan, (7) Mendorong

pencapaian indikator kinerja utama (IKU) Kab/Kota, Provinsi dan KLH;

dan (8) Mendorong peran Pusat Pengelolaan Ekoregion (PPE) dan Pro-

vinsi dalam pembinaan dan pengawasan pelaksanaan DAK Bidang LH di

Kab/Kota guna peningkatan kinerja DAK Bidang Lingkungan Hidup.

Ling kup Kegiatannya adalah :(1) alat pemantauan dan pengawasan LH

melalui kegiatan: pengadaan peralatan laboratorium (untuk laboratorium

yang telah beroperasi) dan kendaraan operasional pemantauan dan

pengawasan, (2) alat pengendalian pencemaran lingkungan melalui

kegiatan: pembangunan IPAL UKM, IPAL Medik, IPAL Komunal dan unit

pengolah sampah 3R (Reduce, Reuse, Recycle) di fasilitas umum, (3) ke-

giatan pencegahan perubahan iklim melalui kegiatan: pembangunan

taman hijau/kehati dan instalasi biogas; dan, (4) kegiatan perlindungan

fungsi lingkungan melalui kegiatan: pembangunan sumur resapan/bio-

pori, pengolahan gulma, pencegah longsor/turap, embung, dan pena-

naman pohon.

11) DAK Keluarga Berencana, diarahkan untuk mendukung kebijakan pe-

ningkatan akses dan kualitas pelayanan KB yang merata, yang dilakukan

melalui: (a) peningkatan daya jangkau dan kualitas penyuluhan, peng-

Page 101: PENGELOLAAN DAK: KONDISI DAN STRATEGI KE DEPANperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152569... · Ringkasan Eksekutif D. ana Alokasi Khusus (DAK) merupakan bagian dari

LAMPIRAN 83

gerakan, pembinaan program KB lini lapangan, (b) peningkatan sarana

dan prasarana pelayanan KB, (c) peningkatan sarana pelayanan advokasi,

komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) Program KB, (d) peningkatan

sarana pembinaan tumbuh kembang anak; dan (e) peningkatan pela-

poran dan pengolahan data dan informasi berbasis teknologi informasi.

Lingkup Kegiatannya adalah: (1) penyediaan sarana kerja dan mobilitas

serta sarana pengelolaan data dan informasi berbasis teknologi informasi

bagi tenaga lini lapangan, (2) pemenuhan sarana pelayanan KB di klinik

KB (statis) dan sarana dan prasarana pelayanan KB keliling dan pemba-

ngunan gudang alat/obat kontrasepsi, (3) penyediaan sarana dan pra-

sarana penerangan KB keliling, pengadaan Public Address dan KIE Kit,

(4) Penyediaan Bina Keluarga Balita (BKB) Kit, (5) Pembangunan/Renovasi

Balai Penyuluhan KB tingkat Kecamatan.

12) DAK Kehutanan, diarahkan untuk peningkatan fungsi Daerah Aliran

Sungai (DAS) terutama di daerah hulu dalam rangka memperta hankan

dan meningkatkan daya dukung wilayah, mendukung komitmen Presi-

den dalam penurunan emisi gas rumah kaca sebesar 26% dengan usaha

sendiri dan sampai dengan 41% dengan dukungan internasional pada

tahun 2020 sebagaimana tercantum dalam Peraturan Presiden Nomor

61 Tahun 2011 tentang Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Ru-

mah Kaca (RAN-GRK). Selain itu, DAK Bidang Kehutanan diarahkan un tuk

meningkatkan tata kelola kehutanan melalui pembentukan, operasio-

nalisasi dan perkuatan KPHP dan KPHL yang menjadi tanggung jawab

kabupaten/kota. Lingkup Kegiatannya adalah: (1) rehabilitasi hutan lin dung

dan lahan kritis di luar kawasan hutan (termasuk hutan rakyat, penghi-

jauan lingkungan, turus jalan), kawasan mangrove, hutan pantai, Tahura

dan Hutan Kota, (2) Pengelolaan Tahura dan Hutan Kota termasuk peng-

amanan hutan, (3) Pemeliharaan tanaman hasil rehabilitasi tahun sebe-

lumnya, (4) Pembangunan dan pemeliharaan bangunan sipil teknis (ba-

ngunan Konservasi Tanah dan Air/KTA) yang meliputi dam penahan, dam

pengendali, gully plug, sumur resapan, embung dan bangunan konser-

vasi tanah dan air lainny a, (5) Peningkatan penyediaan sarana dan pra-

sarana pengamanan hutan, (6) Peningkatan penyediaan sarana dan

Page 102: PENGELOLAAN DAK: KONDISI DAN STRATEGI KE DEPANperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152569... · Ringkasan Eksekutif D. ana Alokasi Khusus (DAK) merupakan bagian dari

PENGELOLAAN DAK: KONDISI DAN STRATEGI KE DEPAN84

prasarana penyuluhan kehutanan; dan (7) Pe ningk at an penyediaan

sa rana dan prasarana operasionalisasi KPH.

13) DAK Sarana dan Prasarana Perdagangan, diarahkan untuk mening-

katkan kuantitas dan kualitas sarana perdagangan untuk mendukung:

(1) Pasokan dan ketersediaan barang (khususnya bahan pokok) sehingga

dapat meningkatkan daya beli masyarakat, terutama di daerah-daerah

tertinggal, perbatasan, daerah pemekaran, dan/atau daerah yang minim

sarana perdagangannya, serta (2) Pelaksanaan tertib ukur untuk men-

dukung upaya perlindungan konsumen dalam hal jaminan ke bena ran

has il pengukuran terutama di daerah-daerah yang memiliki potensi

UTTP yang cukup besar dan belum dapat ditangani. Lingkup Kegiatannya

adalah: (1) Pembangunan dan pengembangan sarana distribusi perda-

gangan (pasar), (2) Pembangunan dan peningkatan sarana metrologi

legal, melalui pembangunan gedung laboratorium Metrologi Legal dan

pengadaan peralatan pelayanan tera/tera ulang (meliputi peralatan stan-

dar kerja, unit berjalan tera/tera ulang roda empat, unit fungsional peng-

awasan roda empat dan unit mobilitas roda dua); serta (3) Pembangunan

gudang komoditas pertanian dalam kerangka Sistem Resi Gudang.

14) DAK Sarana dan Prasarana Daerah Tertinggal, diarahkan untuk men-

dukung kebijakan pembangunan daerah tertinggal yang diamanatkan

dalam RPJMN 2010-2014 dan RKP 2013 yaitu pengembangan per eko-

nomian lokal di daerah tertinggal melalui peningkatan kapasitas, pro-

duktivitas dan industrialisasi berbasis komoditas unggulan lokal secara

berkesinambungan beserta sarana prasarana pendukungnya sehingga

daerah tertinggal dapat tumbuh dan berkembang secara lebih cepat

guna dapat mengejar ketertinggalan pembangunannya dari daerah lain

yang relatif lebih maju. Lingkup Kegiatannya adalah:(1) penyediaan sa-

rana transportasi umum darat dan air untuk menduk ung pengembangan

ekonomi lokal, (2) pembangunan/ rehabilitasi dermaga kecil/tambatan

perahu, (3) pembangunan embung di daerah rawan air.

15) DAK Energi Perdesaan, diarahkan untuk diversifikasi energi: meman-

faatkan sumber energi terbarukan setempat untuk meningkatkan akses

masyarakat perdesaan, termasuk masyarakat di daerah tertinggal dan

ka wasan perbatasan, terhadap energi modern. Lingkup kegiatannya ada-

Page 103: PENGELOLAAN DAK: KONDISI DAN STRATEGI KE DEPANperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152569... · Ringkasan Eksekutif D. ana Alokasi Khusus (DAK) merupakan bagian dari

LAMPIRAN 85

lah: (1) Pembangunan PLTMH baru, (2) Rehabilitasi PLTMH yang rusak,

(3) Perluasan/peningkatan pelayanan tenaga listrik dari PLTMH, (4)

Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Terpusat dan PLTS tersebar (SHS);

dan (5) Pembangunan instalasi biogas.

16) DAK Perumahan dan Permukiman, diarahkan untuk meningkatkan

pe nyediaan Prasarana, Sarana dan Utilitas (PSU) perumahan dan ka was-

an permukiman dalam rangka menstimulan pembangunan perumahan

dan permukiman bagi Masyarakat Berpenghasilan Menengah dan Ma-

syarakat Berpenghasilan Rendah (MBM/R) di Kabupaten/Kota termasuk

kawasan tertinggal, rawan air dan rawan sanitasi. Lingkup Kegiatannya

adalah membantu daerah dalam mendanai kebutuhan fisik infrastruktur

perumahan dan permukiman dalam rangka mencapai Standar Pelayanan

Minimum (SPM) meliputi: (1) Penyediaan jaringan pipa air minum, (2)

Sarana air limbah komunal, (3) Tempat Pengolahan Sampah Terpadu

(TPST), (4) Jaringan distribusi listrik, (5) Penerangan jalan umum.

17) DAK Keselamatan Transportasi Darat, diarahkan untuk meningkatkan

kualitas pelayanan terutama keselamatan bagi pengguna transportasi

jalan di provinsi, kabupaten/kota guna menurunkan tingkat fatalitas

(jumlah korban meninggal) akibat kecelakaan lalu lintas secara bertahap

sebesar 20% pada akhir tahun 2014 dan menurunkan korban luka-luka

sebesar 50% hingga akhir tahun 2014. Lingkup kegiatannya adalah: (1)

pengadaan dan pemasangan fasilitas keselamatan transportasi darat;

dan (2) pengadaan dan pemasangan alat pengujian kendaraan bermotor.

18) DAK Transportasi Perdesaan, diarahkan untuk: (1) meningkatkan pe-

layanan mobilitas penduduk dan sumber daya lainnya yang dapat men-

dukung terjadinya pertumbuhan ekonomi daerah perdesaan, dan diha-

rapkan dapat menghilangkan keterisolasian dan memberi stimulan ke

arah perkembangan di semua bidang kehidupan, baik perdagangan,

industri maupun sektor lainnya di daerah perdesaan, (2) pengembangan

sarana dan prasarana wilayah perdesaan yang memiliki nilai strategis

dan diprioritaskan untuk mendukung pusat-pusat pertumbuhan di ka-

wasan strategis cepat tumbuh yang meliputi sektor pertanian, perikanan,

pariwisata, industri, energi dan sumber daya mineral, kehutanan dan

perdagangan. Lingkup Kegiatannya adalah: (1) pembangunan, pening-

Page 104: PENGELOLAAN DAK: KONDISI DAN STRATEGI KE DEPANperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152569... · Ringkasan Eksekutif D. ana Alokasi Khusus (DAK) merupakan bagian dari

PENGELOLAAN DAK: KONDISI DAN STRATEGI KE DEPAN86

katan, dan pemeliharaan jalan poros desa; (2) pengadaan sarana trans-

portasi perdesaan.

19) DAK Sarana dan Prasarana Kawasan Perbatasan, diarahkan untuk

mendukung kebijakan pembangunan kawasan perbatasan yang diama-

natkan dalam RKP 2013 yaitu untuk mengatasi keterisolasian wilayah

yang dapat menghambat upaya pengamanan batas wilayah, pelayanan

sosial dasar, serta pengembangan kegiatan ekonomi lokal secara

berkelanjutan di kecamatan-kecamatan lokasi prioritas yang ditetapkan

oleh Keputusan Kepala Badan Nasional Pengelola Perbatasan Nomor 2

Tahun 2011 tentang Rencana Induk Pengelolaan Batas Wilayah Negara

dan Kawasan Perbatasan. Lingkup Kegiatannya adalah: (1) pembangunan/

peningkatan kondisi permukaan jalan non-status yang menghubungkan

kecamatan perbatasan prioritas dengan pusat kegiatan di sekitarnya, (2)

pembangunan dan rehabilitasi dermaga kecil atau tambatan perahu

un tuk mendukung angkutan orang dan barang, khususnya dermaga

kecil atau tambatan perahu di wilayah pesisir yang tidak ditangani Ke-

men terian Perhubungan; dan (3) penyediaan moda transportasi perairan/

kepulauan untuk meningkatkan arus orang, barang dan jasa.

Page 105: PENGELOLAAN DAK: KONDISI DAN STRATEGI KE DEPANperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152569... · Ringkasan Eksekutif D. ana Alokasi Khusus (DAK) merupakan bagian dari

LAMPIRAN 87

Lampiran 4. SPM Bidang Pendidikan, Kesehatan, dan Pekerjaan Umum

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Dalam rangka pencapaian SPM dibidang pendidikan maka Kementerian

Pendidikan dan Kebudayaan telah menetapkan Peraturan Menteri Pendidikan

Nasional Republik Indonesia No.15 Tahun 2010 tentang Standar Pelayanan

Minimal (SPM) Bidang Pendidikan dasar di Kabupaten/Kota. Sedangkan,

peraturan mengenai Pedoman Teknis SPMnya ditetapkan dalam Keputusan

Dirjen Pendidikan Dasar. Akan tetapi sampai sekarang ini tampaknya belum ada

pedoman teknis perencanaan pembiayaan tentang SPM. Saat ini sedang di-

buat atau dihitung unit cost untuk masing-masing indikator pencapaian SPM.

Disamping itu Permendiknas yang mengatur mengenai SPM ini tampaknya

juga mengalami perubahan. Kenyataan yang demikian sudah tentu akan mem-

bawa kesulitan dan beberapa kendala bagi setiap daerah untuk mencapai

SPM nya, sebab setiap ada perubahan Permendiknas tentang SPM sudah tentu

akan membutukan dana, sumber daya manusia serta sarana dan prasarana

untuk mendukungnya.

Dalam Permendiknas No.15 Tahun 2010 tentang SPM itu dijelaskan bah-

wa ada 14 indikator SPM yang merupakan Pelayanan Pendidikan Dasar oleh

Kabupaten/Kota, dan ada 13 indikator SPM yang merupakan Pelayanan Pen-

didikan Dasar oleh Satuan Pendidikan. Pendidikan dasar disini mencakup Seko-

lah Dasar (SD/Madrasah Ibtidaiyah) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP/

Madrasah Tsanawiyah). Pada tahun 2013 Permendikbud No. 23 tahun 2013

menjelaskan perubahan atas Permendiknas Tahun 2010 tentang SPM di ka-

bupaten/kota. Terjadinya perubahan Permendibud tersebut adalah akibat

dari adanya perubahan kurikulum pendidikan. Meskipun dari sisi jumlah indi-

kator SPM yang ada memang tidak mengalami perubahan yang mendasar,

akan tetapi membawa implikasi terhadap pencapaian SPM nya. Sebab de ngan

adanya perubahan kurikulum membawa dampak terhadap perubahan Juknis

dan juga realiasi pelaksanaan DAK baik dari sisi jumlah kebutuhan dana nya

maupun dari sisi kualitas pelayanan. Hal ini terjadi karena didalam implemen-

tasi kebijakannya masih berorientasi kepada input. Hal ini berarti, bahwa

Page 106: PENGELOLAAN DAK: KONDISI DAN STRATEGI KE DEPANperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152569... · Ringkasan Eksekutif D. ana Alokasi Khusus (DAK) merupakan bagian dari

PENGELOLAAN DAK: KONDISI DAN STRATEGI KE DEPAN88

semua indikator SPM di bidang pendidikan menggambarkan input dan

proses, karena sesuai pemahaman tentang SPM yang harusnya

menggambarkan input atau proses dalam pelayanan pendidikan dasar.

Dalam penyusunan 27 Indikator SPM ini Kemendikbud memang telah

mendapatkan pendampingan dari Kemendagri. Akan tetapi menurut Anwar

Syah (2007) pelaksanaan DAK yang masih berorientasi terhadap input paling

lemah pengaruhnya terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat, akun-

tabilitas keuangan dan penambahan kapasitas keuangan daerah. Kondisi yang

demikian jelas akan sulit untuk mencapai SPM sesuai dengan yang diharapkan.

Hal ini terjadi karena disamping jenis transfernya adalah bersyarat dengan

tujuan khusus, kelihatannya masih banyak juga Pemda yang belum mengerti

dan memahami masalah SPM tersebut.

Meskipun untuk pencapaian SPM pendidikan sudah disosialisasikan ke

masyarakat, namun masih banyak Pemda yang belum mengerti terhadap

SPM. Disamping itu, berdasarkan hasil survey yang dilakukan oleh ADB (2011)

ternyata ada 1 indikator yang sulit diukur, terutama di daerah luar Jawa ten-

tang “tersedianya satuan pendidikan dalam jarak yang terjangkau dengan

berjalan kaki yaitu maksimal 3 km untuk SD/MI dan 6 km untuk SMP/MTs dari

kelompok pemukiman permanen di daerah terpencil.”

Suatu hal yang cukup menggembirakan dalam mewujudkan pencapaian

SPM untuk daerah kabupaten/kota, adalah saat ini Kemendikbud sedang

menyusun dan mengembangkan Sistem Database Sekolah, yang diantaranya

berisi pencapaian SPM di satuan pendidikan, dan kemudian diagregasi ke ting-

kat Kabupaten/Kota. Dengan adanya sistem database sekolah ini “diharapkan”

tahun depan dapat dilihat pencapaian SPM seluruh satuan pendidikan secara

lengkap di Indonesia. Dengan adanya sistim ini, maka setiap sekolah juga akan

dapat menginformasikan semua kebutuhannya di daerah baik kebutuhan fisik

maupun kebutuhan peningkatan mutu untuk pencapaian SPM tersebut.

Karena pendanaan DAK pendidikan untuk pencapaian SPM juga relative

terbatas, maka untuk percepatan pencapaian SPM maka DAK itu harus diga-

bungkan atau diintegrasikan dengan pendanaan dari sumber-sumber lainnya

(DSF 2011). Saat ini misalnya, pendanaan untuk peningkatan mutu SD di-

prioritaskan untuk perpustakaan, dan SMP diprioritaskan untuk laboratorium.

Mekanisme pendanaan dari BOS melalui alokasi ke Provinsi dialokasikan

Page 107: PENGELOLAAN DAK: KONDISI DAN STRATEGI KE DEPANperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152569... · Ringkasan Eksekutif D. ana Alokasi Khusus (DAK) merupakan bagian dari

LAMPIRAN 89

langsung ke satuan pendidikan (SD/MI dan SMP/MTs). Berkaitan dengan hal

itu, maka harus ada pembagian yang jelas antara berbagai sumber pendanaan

ini dengan DAK pendidikan yang dilokasikan langsung ke Kabupaten/Kota

maupun kedalam satuan pendidikan. Disamping itu juga diperlukan petunjuk

teknis yang terintegrasi, sehingga akan relatif lebih mudah dalam menyusun

perencanaan serta evaluasi dan monitoringnya. Saat ini, umumnya Kabupaten/

kota boleh dikatakan malas untuk memonitor satuan pendidikan yang relatif

jauh.

Untuk mempercepat pencapaian SPM, maka Kemendikbud sangat men-

dukung pendanaan melalui DAK. Jika pendanaan DAK untuk pencapaian SPM

ini diberlakukan, paling tidak untuk tahun pertama ada permasalahan yang

terkait dengan ketersediaan data. Sampai sekarang ini ternyata masih ada dae-

rah yang belum punya data yang diperlukan untuk menghitung SPM sebagai-

mana yang nanti ditetapkan oleh peraturan tersebut. Karena itu, ketersediaan

data untuk mengukur SPM bidang Pendidikan Dasar nampaknya akan menj-

adi persoalan dalam menentukan jumlah DAK-SPM.

Dalam rangka percepatan pencapaian SPM maka mau tidak mau peran

Gubernur selaku wakil pemeritah di daerah hendaklah difungsikan. Fungsi

tersebut adalah terkait dengan melakukan monitoring dan evaluasi terhadap

pencapaian SPM Kabupaten/Kota sesuai dengan Peraturan Menteri pendidikan

tersebut. Hal ini sudah tentu akan menjadi tugas tambahan (dekonsentrasi)

bagi Propinsi yang juga memerlukan kapasitas sumber daya manusia yang

memadai. Bahkan untuk perhitungan DAK yang sekarang ini, perlu adanya per-

baikan data dasar DAK, karena dirasa sudah tidak valid lagi dan datanya itu

perlu diperbaharui kembali (update).

Kementerian Kesehatan

Sejak tahun 2003 Kementerian Kesehatan sudah mengeluarkan Keputusan

Menteri Kesehatan No.1457/MENKES/SK/X/2003 tentang SPM bidang kese-

hatan untuk kabupaten/kota. Didalam keputusan Menkes ini sudah dijelaskan

beberapa hal yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan yang meliputi

jenis pelayanan beserta indicator kinerja dan target yang ingin dicapai pada

tahun 2010. Didalam Kemenkes ini dijelaskan bahwa ada lebih kurang terda-

Page 108: PENGELOLAAN DAK: KONDISI DAN STRATEGI KE DEPANperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152569... · Ringkasan Eksekutif D. ana Alokasi Khusus (DAK) merupakan bagian dari

PENGELOLAAN DAK: KONDISI DAN STRATEGI KE DEPAN90

pat 26 jenis pelayanan. Masing-masing jenis pelayanan tersebut juga memiliki

indikator yang bervariasi antara satu dengan lainnya (lihat Lampiran 4).

Oleh karena banyaknya jenis pelayanan tersebut maka jelas mengalami

kesulitan didalam mengimplementasikannya terutama untuk mencapai SPM

bidang kesehatan. Karena itu, untuk mempercepat pencapaian Standar Pela-

yanan Minimal (SPM) maka Kementerian Kesehatan juga telah menetapkan

Peraturan Menteri Kesehatan No.741 Tahun 2008 tentang Standar Pelayanan

Minimal (SPM) Bidang Kesehatan di kabupaten/Kota. Di dalam Permenkes

tentang SPM ini dijelaskan bahwa terdapat 4 Jenis Pelayanan Dasar yaitu:

Pertama adalah Pelayanan Kesehatan Dasar (Puskesmas) yang terdiri dari 14

indikator SPM. Kedua adalah Pelayanan Kesehatan Rujukan (Rumah Sakit) yang

terdiri dari 2 indikator SPM. Ketiga adalah Penyelidikan Epidemiologi dan

Penanggulangan KLB dengan hanya 1 indikator SPM saja, serta Keempat ada-

lah Promosi Kesehatan dan pemberdayaan Masyarakat yang juga hanya mem-

punyai 1 indikator SPM saja (Bappenas, 2012)

Selanjutnya juga dijelaskan bahwa untuk jenis Pelayanan Kesehatan

Dasar (Puskesmas), 9 indikator SPM ditargetkan telah dicapai pada Tahun

2010. Sedangkan batas waktu pencapaian SPM untuk 9 indikator lainnya ada-

lah pada Tahun 2015. Menurut salah satu Kasub di Biro Perencanaan Kemen-

kes, data mengenai 18 indikator SPM di Kabupaten/Kota sudah ada, meskipun

untuk beberapa Kabupaten datanya belum lengkap. Ketidak-lengkapan data

diantaranya disebabkan karena pemekaran daerah. Untuk Puskesmas, ada

400 laporan yang rutin disampaikan tiap bulan.

Disamping adanya perubahan peraturan Kemenkes untuk percepatan

pencapaian SPM tersebut, suatu kebijakan yang cukup menggembirakan

yang dilakukan oleh Kemenkes adalah membangun jaringan langsung antara

Puskesmas dengan dengan Kementerian. Dengan adanya jaringan ini jelas akan

dapat mempercepat mekanisme penyampaian data atau informasi ter kait

dengan Pelayanan Kesehatan Dasar. Dalam hal ini, data atau informasi terse-

but disampaikan oleh masing-masing Puskesmas ke Dinas kesehatan di daerah,

kemudian disampaikan ke Direktorat yang terkait di Kemenkes. Sedangkan

mekanisme penyampaian data atau informasi terkait dengan Pelayanan

Kesehatan Rujukan disampaikan oleh masing-masing Rumah Sakit langsung

ke Direktorat yang terkait di Kemenkes.

Page 109: PENGELOLAAN DAK: KONDISI DAN STRATEGI KE DEPANperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152569... · Ringkasan Eksekutif D. ana Alokasi Khusus (DAK) merupakan bagian dari

LAMPIRAN 91

Meskipun untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dalam

Kemenkes sudah dilakukan reformasi terhadap jenis pelayanan kesehatan,

na mun tampaknya belum semua jenis layanan kesehatan dapat terpenuhi

SPM nya. Hal ini terbukti dimana pada tahun 2010, tidak semua 9 indikator

SPM jenis Pelayanan Kesehatan Dasar dicapai, tergantung konteknya. Misal-

nya Polio, sampai tahun tertentu bebas polio. Saat ini ada 45 daerah DTPK

(Daerah Terpencil Kepulauan) dan DBK (Daerah berusaha Kesehatan) yang

diprioritaskan oleh Kemenkes. Selain itu sudah 101 Puskesmas telah mencapai

SPM terkait dengan PONEK dengan pendanaan DAK (Bappenas 2011).

Kementerian Pekerjaan Umum

Salah satu pelayanan dasar yang juga harus disediakan oleh Pemerintah ada-

lah sarana dan prasarana infrastruktur yang memadai sesuai dengan SPM.

Berkaitan dengan hal ini, dalam rangka pencapaian SPM itu, maka Kementerian

PU telah menetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Tentang Standar

Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang,

lengkap dengan petunjuk teknisnya. Namun demikian didalam Permen PU ini

ternyata belum ada pedoman teknis perencanaan pembiayaan SPM.

Peraturan tersebut ternyata juga belum memuat SPM Propinsi, sehingga

ada rencana untuk melakukan revisi Peraturan Menteri tersebut dan sekaligus

melakukan revisi terkait SPM Kabupaten/Kota. Saat ini Peraturan Menteri

sedang dalam proses revisi. Dengan menambah SPM Propinsi, maka peraturan

tentang SPM menjadi lebih menyeluruh. Hasil penelitian yang dilakukan oleh

Tim dari Bappenas (2011) menunjukkan bahwa terdapat beberapa kelemahan

dari Peraturan mentri PU tersebut sehingga harus dilakukan perubahan. Ada-

pun beberapa kelemahan yang telah diketahui dalam peraturan tersebut

antara lain adalah:

a. Untuk bidang jalan, indikator yang diambil dengan amanat Peraturan

Pemerintah tentang jalan, hanya bisa dipakai jika ada sinergi pusat dan

daerah serta lintas sektor (terkait dengan sektor lain). Sebagai contoh,

indi kator Aksesibilitas, jaringan dasar bisa diukur jika ada jalan Propinsi

dan Nasional. Sementara itu, di Pusat tidak dihitung indikator aksesibilitas

Page 110: PENGELOLAAN DAK: KONDISI DAN STRATEGI KE DEPANperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152569... · Ringkasan Eksekutif D. ana Alokasi Khusus (DAK) merupakan bagian dari

PENGELOLAAN DAK: KONDISI DAN STRATEGI KE DEPAN92

dan mobilitas. Jadi perubahan Permen direncanakan untuk membuat SPM

terkait dengan kewenangan masing-masing tingkatan pemerintahan.

b. Indikator yang ada saat ini merupakan indikator pada tinggi tingkatan

output yang lebih tinggi (kalaupun tidak bisa disebut outcome). Renca na-

nya indikator akan diturunkan ke level output langsung (direct output).

Beberapa indikator mungkin akan dipertahankan, seperti indikator kon-

disi mantap, supaya sejalan dengan target pusat (membina dan mem-

fasilitasi kondisi jalan kab/kota), tetapi yang lain akan lebih direct output,

seperti peningkatan jalan dari tanah ke aspal, dll.

c. Untuk Bidang Cipta Karya kemungkinan indikatornya tetap yang lama

dan lebih berbasis outcome (MDGs). Di Cipta Karya ada mekanisme RPJM,

sharing pembiayaan, mulai dari jaringan air baku sampai kran.

d. Permasalahan lain terkait dengan SPM adalah semua daerah belum punya

Perda RTRW.

e. Permeu PU SPM yang lama, ketika dirancang tidak mengundang unit

teknis. Jadi target-target dirasa tidak realistis.

f. Indikator SPM daerah sepertinya perlu dikaitkan dengan IKU KementErian

PU yang saat ini ada 35 indikator (diciutkan dari 104).

Disamping adanya beberapa kelemahan seperti diatas, permasalahan

lain yang juga cukup mendasar adalah terkait dengan ketersediaan data.

Tidak semua daerah punya data yang diperlukan untuk menghitung SPM seba-

gai mana yang ditetapkan oleh peraturan tersebut. Ketersediaan data untuk

mengukur SPM bidang Pekerjaan Umum untuk seluruh daerah nampaknya

akan menjadi persoalan dalam menentukan jumlah DAK untuk pencapaian SPM.

Menurut Peraturan Menteri tersebut, Gubernur selaku Wakil Pemerintah di

daerah harus melakukan monitoring dan evaluasBebei terhadap pencapaian

SPM Kabupaten/Kota. Hal ini sudah tentu akan menjadi tugas tambahan (de-

kon sentrasi) bagi Propinsi yang juga memerlukan kapasitas sumber daya

manusia yang memadai

Page 111: PENGELOLAAN DAK: KONDISI DAN STRATEGI KE DEPANperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152569... · Ringkasan Eksekutif D. ana Alokasi Khusus (DAK) merupakan bagian dari

LAMPIRAN 93

Lampiran 5.1. Tabel Ulasan Singkat Petunjuk Teknis Bidang Kesehatan dan Infrastruktur

Kesehatan Infrastruktur

1. Juknis selalu berubah 3 tahun terakhir ini.

Ya (Subbidang tetap sama, namun kegiatan di dalam setiap subbidang mengalami beberapa

perubahan)

Tidak (Juknis tidak berubah sejak 2010 hingga sekarang)

2. Jenis kegiatan perlu dilakukan seluruhnya atau sistem pilihan (menu)

Menu Menu

3. Waktu pengesahan juknis 17-Dec-10 2011

1-Nov-10 15-Dec-11 2012

26-Dec-12 2013

4. Informasi apakah juknis yang ditetapkan utk satu tahun berjalan pernah diubah

Tidak Tidak

5. Ada standar biaya ditetapkan di juknis. Mengikuti standar biaya dari PU daerah

6. Jumlah halaman juknis dan lampirannya 134 2011

84 124 2012

144 2013

7. Jumlah kegiatan yg ada Pelayanan Kesehatan Dasar 5

2011

Prasarana Jalan 8

Pelayanan Kesehatan Rujukan 6 Prasarana Irigasi 2

Pelayanan Kefarmasian 3 Prasarana Air Minum 1

Pelayanan Kesehatan Dasar 4

2012

Prasarana Sanitasi 1

Pelayanan Kesehatan Rujukan 4

Pelayanan Kefarmasian 3

Pelayanan Kesehatan Dasar 4

2013 Pelayanan Kesehatan Rujukan 6

Pelayanan Kefarmasian 4

8. Untuk sektor dengan sub-bidang di pendidikan/kesehatan/infrastruktur apakah detail kegiatan relatif sama antar sub bidang (jika tidak sub-bidang mana di setiap bidang/sektor yang relatif lebih detail.

Detail kegiatan relatif berbeda antar setiap subbidang sesuai dengan klasifikasi subbidang.

Subbidang pelayanan kesehatan rujukan relatif lebih detail dengan lebih kompleksnya

persyaratan teknis untuk setiap kegiatan

Selain pembangunan, kegiatan-kegiatan dalam

setiap subbidang berbeda. Subbidang Air Minum &

Sanitasi hanya terdiri dari kegiatan pembangunan.

Subbidang jalan dan irigasi masih serupa

dalam hal rehabilitasi dan peningkatan

Page 112: PENGELOLAAN DAK: KONDISI DAN STRATEGI KE DEPANperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152569... · Ringkasan Eksekutif D. ana Alokasi Khusus (DAK) merupakan bagian dari

PENGELOLAAN DAK: KONDISI DAN STRATEGI KE DEPAN94

Lampiran 5.2. Tabel Ulasan Singkat Petunjuk Teknis Bidang Pendidikan

Pendidikan 2011

1. Juknis selalu berubah 3 tahun terakhir ini. Ya (Empat juknis pada 2011)

2. Jenis kegiatan perlu dilakukan seluruhnya atau sistem pilihan (menu)

Menu

3. Waktu pengesahan juknis 9-Aug-11 SD

9-Aug-11 SMP

23-Aug-11 Mutu Pendidikan SD

23-Aug-11 Mutu Pendidikan SMP

4. Informasi apakah juknis yang ditetapkan utk satu tahun berjalan pernah diubah

Tidak

5. Ada standar biaya ditetapkan di juknis.

6. Jumlah halaman juknis dan lampirannya

86 SD

136 SMP

85 Mutu Pendidikan SD

110 Mutu Pendidikan SMP

7. Jumlah kegiatan yg ada Rehabilitasi Ruang Kelas Rusat Sedang & berat 1

SD Ruang Kelas Baru &

Perabotnya 1

Perpustakaan & Perabotnya 1

Sarana Peningkatan Mutu Pendidikan 1

Pembangunan Ruang Kelas Baru 1

SMP

Pembangunan Perpustakaan 1

Pembangunan Lab IPA 1

Pembangunan Lab Komputer 1

Pembangunan Lab Bahasa 1

Pembangunan Ruang Keterampilan 1

Pembangunan Ruang Kesenian 1

Rehabilitasi Ruang Belajar 1

Page 113: PENGELOLAAN DAK: KONDISI DAN STRATEGI KE DEPANperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152569... · Ringkasan Eksekutif D. ana Alokasi Khusus (DAK) merupakan bagian dari

LAMPIRAN 95

buku pengayaan 1

Mutu Pendidikan SD

buku referensi 1

buku panduan pendidik 1

alat peraga pendidikan 1

sarana teknologi informasi dan komunikasi pendidikan 1

multimedia interaktif 1

Alat Laboratortium IPA 1

Mutu Pendidikan SMP

Alat Laboratorium bahasa. 1

Peralatan Matematika 1

Peralatan IPS 1

Peralatan Kesenian 1

Peralatan Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan 1

Buku Perpustakaan 1

Sarana TIK Pendidikan dan Multimedia Pembelajaran Interaktif

1

8. Untuk sektor dengan sub-bidang di pendidikan/kesehatan/infrastruktur apakah detail kegiatan relatif sama antar sub bidang (jika tidak sub-bidang mana di setiap bidang/sektor yang relatif lebih detail.

Jenis kegiatan dalam juknis SD & SMP berbeda namun masing-masing juga memasukkan kegiatan peningkatan mutu pendidikan yang memiliki juknis

sendiri

Pendidikan 2012

1. Juknis selalu berubah 3 tahun terakhir ini. Ya (2 Juknis terbagi menjadi SD & SMP)

2. Jenis kegiatan perlu dilakukan seluruhnya atau sistem pilihan (menu)

Menu

3. Waktu pengesahan juknis 16-Dec-11 SD

16-Dec-11 SMP

4. Informasi apakah juknis yang ditetapkan utk satu tahun berjalan pernah diubah

Ya (Juknis SD Permendikbud No. 56 Tahun 2011 diperbaharui dengan Permendikbud No. 61 Tahun 2012 pada bulan September)

5. Ada standar biaya ditetapkan di juknis.

6. Jumlah halaman juknis dan lampirannya 93 SD

Page 114: PENGELOLAAN DAK: KONDISI DAN STRATEGI KE DEPANperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152569... · Ringkasan Eksekutif D. ana Alokasi Khusus (DAK) merupakan bagian dari

PENGELOLAAN DAK: KONDISI DAN STRATEGI KE DEPAN96

110 SMP

7. Jumlah kegiatan yg ada Rehabilitasi ruang kelas rusak berat termasuk perabotnya 1

SD

Pembangunan ruang perpustakaan termasuk perabotnya

2

Pengadaan Sarana Peningkatan Mutu Pendidikan berupa peralatan pendidikan

6

Rehabilitasi ruang kelas rusak berat termasuk perabotnya 1

SMP Pengadaan Sarana Peningkatan Mutu Pendidikan berupa peralatan pendidikan

3

8. Untuk sektor dengan sub-bidang di pendidikan/kesehatan/infrastruktur apakah detail kegiatan relatif sama antar sub bidang (jika tidak sub-bidang mana di setiap bidang/sektor yang relatif lebih detail.

Secara keseluruhan jenis kegiatan hanya berbeda pada tidak adanya pembangunan ruang perpustakaan dalam juknis SMP dan pada rincian

kegiatan

Pendidikan 2013

1. Juknis selalu berubah 3 tahun terakhir ini. Ya (Dua juknis terbagi menjadi pendidikan dasar dan pendidikan menengah)

2. Jenis kegiatan perlu dilakukan seluruhnya atau sistem pilihan (menu)

Menu

3. Waktu pengesahan juknis 11-Feb-13 Pendidikan Dasar

20-Feb-13 Pendidikan Menengah

4. Informasi apakah juknis yang ditetapkan utk satu tahun berjalan pernah diubah

Ya (Kedua juknis Permendikbud No. 8 & No.12 Tahun 2013 diperbaharui dengan Permendikbud No. 74 & 79 Tahun 2013 untuk masing-masing juknis)

5. Ada standar biaya ditetapkan di juknis. IKK

6. Jumlah halaman juknis dan lampirannya 19* Pendidikan Dasar

18* Pendidikan Menengah

7. Jumlah kegiatan yg ada SD: Rehabilitasi ruang kelas rusak sedang 1 Pendidikan Dasar

SD: Pembangunan ruang perpustakaan termasuk perabotnya

1

SD: Pengadaan Sarana Peningkatan Mutu Pendidikan 6

Page 115: PENGELOLAAN DAK: KONDISI DAN STRATEGI KE DEPANperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152569... · Ringkasan Eksekutif D. ana Alokasi Khusus (DAK) merupakan bagian dari

LAMPIRAN 97

SMP: Penggandaan dan distribusi buku teks pelajaran sesuai kurikulum 2013 sehingga seluruh peserta didik kelas VII terpenuhi kebutuhan bukunya

1

SMP: Peningkatan prasarana pendidikan dan pengadaan sarana peningkatan mutu pendidikan

10

Penggandaan dan distribusi buku teks pelajaran 1 Pendidikan Menengah

Rehabilitasi ruang belajar rusak berat 1

Pengadaan sarana dan prasarana peningkatan mutu pendidikan

4

8. Untuk sektor dengan sub-bidang di pendidikan/kesehatan/infrastruktur apakah detail kegiatan relatif sama antar sub bidang (jika tidak sub-bidang mana di setiap bidang/sektor yang relatif lebih detail.

Secara keseluruhan jenis kegiatan dalam pendidikan dasar & pendidikan menengah hanya berbeda pada detailnya namun tetap terkait dengan

rehabilitasi ruang belajar, pengadaan perpustakaan & sapras peningkatan mutu serta distribusi buku

Lampiran 5.3. Tabel Ulasan Singkat Petunjuk Teknis Bidang Lingkungan Hidup

LH

1. Juknis selalu berubah 3 tahun terakhir ini. Ya (Kategori kegiatan berubah pada tahun 2012)

2. Jenis kegiatan perlu dilakukan seluruhnya atau sistem pilihan (menu)

Menu

3. Waktu pengesahan juknis 11-Feb-11 2011

29-Dec-11 2012

28-Dec-12 2013

4. Informasi apakah juknis yang ditetapkan utk satu tahun berjalan pernah diubah

Tidak

5. Ada standar biaya ditetapkan di juknis.

6. Jumlah halaman juknis dan lampirannya 41 2011

Page 116: PENGELOLAAN DAK: KONDISI DAN STRATEGI KE DEPANperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152569... · Ringkasan Eksekutif D. ana Alokasi Khusus (DAK) merupakan bagian dari

PENGELOLAAN DAK: KONDISI DAN STRATEGI KE DEPAN98

64 2012

68 2013

7. Jumlah kegiatan yg ada Pemantauan Kualitas LH 4

2011

Pengendalian Pencemaran LH 4

Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca 2

Perlindungan Fungsi LH 2

Sistem Informasi Kualitas Lingkungan 3

Pemantauan Kualitas LH 3

2012

Pengendalian Pencemaran LH 4

Adaptasi & Mitigasi Perubahan Iklim 2

Perlindungan Fungsi LH 6

Program Tambahan (Bank Sampah & Adiwiyata) 2

Pemantauan Kualitas LH 3

2013

Pengendalian Pencemaran LH 4

Adaptasi & Mitigasi Perubahan Iklim 4

Perlindungan Fungsi LH 7

Program Tambahan (Bank Sampah, Adiwiyata & Kampung Iklim) 3

Lampiran 5.4. Tabel Ulasan Singkat Petunjuk Teknis Bidang Kelautan

Kelautan

1. Juknis selalu berubah 3 tahun terakhir ini. Ya (Kategori kegiatan tetap namun kegiatan di dalamnya mengalami berubah)

2. Jenis kegiatan perlu dilakukan seluruhnya atau sistem pilihan (menu)

Menu

3. Waktu pengesahan juknis 9-Dec-10 2011

15-Dec-11 2012

27-Dec-12 2013

4. Informasi apakah juknis yang ditetapkan utk satu tahun berjalan pernah diubah

Tidak

5. Ada standar biaya ditetapkan di juknis.

Page 117: PENGELOLAAN DAK: KONDISI DAN STRATEGI KE DEPANperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152569... · Ringkasan Eksekutif D. ana Alokasi Khusus (DAK) merupakan bagian dari

LAMPIRAN 99

6. Jumlah halaman juknis dan lampirannya 148 2011

151 2012

173 2013

7. Jumlah kegiatan yg ada sarana dan prasarana produksi perikanan tangkap 3

2011

sarana dan prasarana produksi perikanan budidaya 2

sarana dan prasarana pengolahan, peningkatan mutu dan pemasaran hasil perikanan 2

sarana dan prasarana pemberdayaan ekonomi masyarakat di pesisir dan pulau-pulau kecil 3

sarana dan prasarana pengawasan sumber daya kelautan dan perikanan 4

sarana dan prasarana penyuluhan perikanan 6

penyediaan sarana statistik kelautan dan perikanan 3

sarana dan prasarana produksi perikanan tangkap 6

2012

sarana dan prasarana produksi perikanan budidaya 2

sarana dan prasarana pengolahan, peningkatan mutu dan pemasaran hasil perikanan 2

sarana dan prasarana pemberdayaan ekonomi masyarakat di pesisir dan pulau-pulau kecil 3

sarana dan prasarana pengawasan sumber daya kelautan dan perikanan 6

sarana dan prasarana penyuluhan perikanan 6

penyediaan sarana statistik kelautan dan perikanan 3

sarana dan prasarana produksi perikanan tangkap 6

2013

sarana dan prasarana produksi perikanan budidaya 2

sarana dan prasarana pengolahan, peningkatan mutu dan pemasaran hasil perikanan 2

sarana dan prasarana pemberdayaan ekonomi masyarakat di pesisir dan pulau-pulau kecil 3

sarana dan prasarana pengawasan sumber daya kelautan dan perikanan 6

sarana dan prasarana penyuluhan perikanan 6

penyediaan sarana statistik kelautan dan perikanan 3

Page 118: PENGELOLAAN DAK: KONDISI DAN STRATEGI KE DEPANperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152569... · Ringkasan Eksekutif D. ana Alokasi Khusus (DAK) merupakan bagian dari

PENGELOLAAN DAK: KONDISI DAN STRATEGI KE DEPAN100

Lampiran 5.5. Tabel Ulasan Singkat Petunjuk Teknis Bidang Pertanian

Pertanian1. Juknis selalu berubah 3 tahun terakhir ini.

Ya (Tahun 2013 dipisahkan menu kegiatan untuk provinsi dan untuk kabupaten/kota)

2. Jenis kegiatan perlu dilakukan seluruhnya atau sistem pilihan (menu)

Menu

3. Waktu pengesahan juknis 29-Dec-10 2011 27-Dec-11 2012 10-Jan-13 20134. Informasi apakah juknis yang ditetapkan utk satu tahun berjalan pernah diubah

Tidak

5. Ada standar biaya ditetapkan di juknis.

6. Jumlah halaman juknis dan lampirannya 14 2011

28 2012 39 20137. Jumlah kegiatan yg ada Perluasan areal pertanian 4

2011

Sapras pengelolaan air 4 Sapras pengelolaan lahan 5 Lumbung pangan masyarakat dan atau gudang

pangan pemerintah 1

Pembangunan/rehabilitasi Balai Penyuluhan Pertanian/Kecamatan 4

Sapras Balai Perbenihan untuk tanaman pangan/hortikultura/perkebunan/peternakan 4

Pembangunan/rehabilitasi Pusat Pelayanan Kesehatan Hewan dan Inseminasi Buatan 1

Perluasan areal pertanian 3

2012

Sapras pengelolaan air 3 Sapras pengelolaan lahan 4 Lumbung pangan masyarakat dan atau gudang

pangan pemerintah 4

Pembangunan/rehabilitasi Balai Penyuluhan Pertanian/Kecamatan 5

Sapras Balai Perbenihan untuk tanaman pangan/hortikultura/perkebunan/peternakan 4

Pembangunan/rehabilitasi Pusat Pelayanan Kesehatan Hewan dan Inseminasi Buatan 1

Penanganan Pasca Panen 4

Page 119: PENGELOLAAN DAK: KONDISI DAN STRATEGI KE DEPANperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152569... · Ringkasan Eksekutif D. ana Alokasi Khusus (DAK) merupakan bagian dari

LAMPIRAN 101

Sapras Air 4

2013

Sapras Lahan Jalan Usaha Tani 3 Pembangunan/rehabilitasi/renovasi Balai

Penyuluhan Pertanian & Penyedian Sarana Penyuluhan

5

Lumbung pangan masyarakat 1