perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152723... ·...
-
Upload
nguyenkhanh -
Category
Documents
-
view
221 -
download
0
Transcript of perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152723... ·...
PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publikii
Pelengkap Buku Pegangan 2014
Kebijakan Hubungan Keuangan Pusat dan Daerah (HKPD) Dalam Rangka
Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik
Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan
April 2014
KementeRiAn KeuAngAn RePubliK inDonesiA
Direktorat JenDeral Perimbangan keuangan
gedung Radius Prawiro lantai 9 - Jl. DR. Wahidin no. 1 Jakarta Pusat 10710
Website: www.djpk.depkeu.go.id
PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik kata Pengantar Menteri keuangan iii
Kata Pengantar
Menter i Keuangan rePubl iK indones ia
Puji syukur senantiasa kita haturkan kepada tuhan Yang maha Kuasa, karena atas
berkah, rahmat, petunjuk, dan karunia-nya-lah Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan
dapat menyelesaikan Pelengkap buku Pegangan tahun 2014 tentang Penyelenggaraan
Pemerintahan dan Pembangunan Daerah. Pelengkap buku Pegangan tahun 2014 ini
mengambil tema “kebijakan Hubungan keuangan Pusat dan Daerah Dalam rangka
Peningkatan kualitas Pelayanan Publik”.
Kebijakan otonomi daerah bertujuan mendorong pemerintah daerah dalam
menciptakan pelayanan publik yang dekat kepada masyarakat daerah secara lebih
berkualitas dengan memaksimalkan peran serta dan inisiatif seluruh komponen masyarakat
setempat. Kebijakan ini memiliki konsekuensi logis adanya penyerahan sebagian
kewenangan pemerintah pusat ke daerah diikuti dengan penyerahan pendanaan pusat ke
daerah berupa kebijakan desentralisasi fiskal dalam kerangka hubungan keuangan antara
pemerintah pusat dan daerah.
Kerangka hubungan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah memiliki arti
bahwa pemerintah pusat dan daerah harus bersama-sama terus berupaya untuk melakukan
komunikasi, koordinasi, harmonisasi dan sinergi kebijakan fiskal. Hal ini tercermin dari
kualitas kebijakan Anggaran Pendapatan belanja negara dan Anggaran Pendapatan
belanja Daerah yang koheren semata-mata dalam rangka mencapai keberhasilan
pembangunan nasional yang mantap, berdaya saing, berkualitas, inklusif, dan stabil untuk
mensejahterakan masyarakat.
Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, terdapat sejumlah risiko dan tantangan yang
harus dihadapi pada tahun 2014, antara lain masih adanya persoalan pada perekonomian
global. Di sisi lain tantangan juga datang dari komoditas dan harga minyak, ketersediaan
infrastruktur untuk mendukung pembangunan yang inklusif, serta terkait konsumsi dan
subsidi harga bahan bakar minyak bersubsidi domestik.
PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publikiv
namun demikian, di balik tantangan tersebut terdapat beberapa peluang yang harus
dicermati dengan tetap menjaga sinergi antara pemerintah pusat dan daerah. berdasarkan
indikator perekonomian nasional tahun 2013, secara umum pertumbuhan ekonomi masih
relatif tinggi kendati ada tekanan inflasi, pemotongan anggaran, serta tren investasi yang
relatif mengarah ke moderat. Pertumbuhan ini diyakini akan meningkat kembali di tahun
2014 dengan adanya pesta demokrasi dan membaiknya iklim investasi yang dapat
mendorong perekonomian nasional.
momentum tersebut diharapkan dapat direspon secara positif dalam kebijakan
transfer pemerintah pusat di satu sisi dan kebijakan pendapatan, belanja, dan pembiayaan
daerah di sisi yang lain. upaya yang harus dilakukan dengan tetap fokus menjaga
momentum tersebut antara lain melalui penguatan penggalian potensi perpajakan daerah
guna mendorong kemandirian pendanaan daerah, pengendalian belanja daerah dengan
menggunakan instrumen insentif dan sanksi, penyaluran dana transfer bersyarat, prioritas
belanja pada bidang infrastruktur yang mendukung layanan publik, pengendalian defisit
serta peningkatan kualitas aparatur daerah dalam mengelola keuangan daerah.
Dengan diterbitkannya pelengkap buku pegangan ini diharapkan Pemerintah Pusat
dan Pemerintah Daerah dapat saling bersinergi dalam kerangka pemahaman yang sama
yaitu menyukseskan tujuan akhir dari otonomi daerah dan desentralisasi fiskal yaitu
mendorong pertumbuhan perekonomian nasional untuk kesejahteraan masyarakat.
tidak lupa dalam kesempatan berharga ini, saya menyampaian ucapan terima kasih dan
penghargaan setinggi-tingginya kepada seluruh jajaran Direktorat Jenderal Perimbangan
Keuangan yang telah bekerja dengan sungguh-sungguh, penuh pengorbanan untuk
menyelesaikan Pelengkap buku Pegangan tahun 2014 ini dengan sebaik-baiknya. semoga
tuhan Yang maha Kuasa senantiasa memberikan bimbingan dan kemurahan-nya dalam
setiap perjuangan untuk meraih tujuan berbangsa dan bernegara yang termaktub dalam
konstitusi kita yaitu memajukan kesejahteraan umum. Amin.
menteRi KeuAngAn,
muHAmAD CHAtib bAsRi
PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik daftar Isi v
daftar isi
Kata Pengantar menteri Keuangan Republik indonesia ............................................... iii
Daftar isi .......................................................................................................................v
Daftar gambar ............................................................................................................ vii
Daftar tabel ................................................................................................................. ix
bab i Pendahuluan ..................................................................................................... i/1
bab ii Pengaturan Hubungan keuangan antara Pemerintah Pusat Dan
Pemerintahan Daerah Saat ini .................................................................................... ii/9
2.1. Kewenangan Perpajakan Dan Retribusi Daerah .........................................................ii/9
2.2. transfer Daerah Dana Perimbangan......................................................................... ii/16
2.3. Pembiayaan Daerah ................................................................................................. ii/42
2.4. sistem informasi Keuangan Daerah ......................................................................... ii/50
bab iii kebijakan transfer ke Daerah tahun 2014 ................................................... iii/53
3.1. Dana Perimbangan ................................................................................................. iii/53
3.1.1. Dana bagi Hasil (DbH) ................................................................................. iii/53
3.1.2. Dana Alokasi umum ..................................................................................... iii/68
3.1.3. Dana Alokasi Khusus (DAK) .......................................................................... iii/72
3.2. Dana otonomi Khusus dan Penyesuaian .............................................................. iii/100
3.2.1. Kebijakan Dana otonomi Khusus (otsus) .................................................. iii/100
PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publikvi
3.2.2. Kebijakan Dana tambahan infrastruktur (Dti) ............................................ iii/101
3.2.3. Dana Keistimewaan DiY ............................................................................. iii/101
3.2.4. Kebijakan Dana tunjangan Profesi guru (tPg) dan tambahan
Penghasilan (tamsil) PnsD ........................................................................ iii/103
3.2.5. Kebijakan Dana bantuan operasional sekolah (bos) ................................ iii/107
3.2.6. Kebijakan Dana insentif Daerah (DiD) ........................................................ iii/108
3.2.7. Kebijakan Dana Proyek Pemerintah Daerah dan Desentralisasi (P2D2) .... iii/115
bab iV kebijakan Hubungan keuangan Pusat Daerah dalam rangka
Peningkatan kualitas Pelayanan Publik ................................................................ iV/119
4.1. Peningkatan Pendapatan Daerah Kebijakan Perpajakan dan Retribusi Daerah ....iV/119
4.2. Pengendalian belanja Daerah ..............................................................................iV/128
4.3. Peningkatan Kualitas Aparatur Daerah .................................................................iV/136
bab V Penutup .......................................................................................................V/141
DaFtar PuStaka .................................................................................................... 143
lampiran alokasi Dana transfer ke Daerah tahun anggaran 2014 .......................... 147
PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik daftar gambar vii
daftar gaMbar
gambar 2.1 Formula Penghitungan Dana Alokasi umum .......................................... ii/19
Gambar 2.2 Penghitungan Besaran DAU Untuk Provinsi Dan Kabupaten/Kota ......... ii/20
gambar 2.3 Proses Penghitungan split Daerah induk dan Daerah otonomi baru ..... ii/21
gambar 2.4 Pola Hubungan Antar lembaga Dalam Hibah Daerah ........................... ii/36
gambar 3.1 tahap Penyaluran DbH sDA ................................................................. iii/65
gambar 4.1 mekanisme Pemungutan dan Penyetoran Pajak Rokok
sesuai PmK no. 115/PmK.07/2013 .....................................................iV/124
Gambar 4.2 Grafik Penetapan APBD Tahun Anggaran 2009 – 2013
Provinsi, Kabupaten dan Kota di Indonesia ........................................iV/129
Gambar 4.3 Trend Belanja Daerah TA 2009 – 2013 ...............................................iV/130
gambar 4.4 PenYeRAPAn belAnJA APbD tAHun AnggARAn 2013 .................iV/131
Gambar 4.5 Tren SiLPA Tahun Berkenaan 2009 – 2012 ..........................................iV/132
Gambar 4.6 Trend Dana Pemda di Perbankan 2010 – 2013 ...................................iV/132
gambar 4.7 opini bPK Atas laporan Keuangan Pemerintah Daerah
tahun 2008 - 2012 ...............................................................................iV/133
PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publikviii
PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik daftar Tabel ix
daftar tabel
tabel 1.1 Dana transfer tahun Anggaran 2014 ...........................................................i/3
tabel 2.1 Peraturan Pelaksanaan uu 28/2009 ........................................................... ii/11
Tabel 2.2 Hasil Evaluasi Raperda dan Perda PDRD Tahun 2010 - 2013 ..................... ii/12
tabel 2.3 Data Kesiapan Daerah dalam memungut Pbb-P2 ..................................... ii/13
tabel 2.4 Jenis Pelanggaran dan sanksi terhadap Peraturan PDRD ......................... ii/15
tabel 2.5 Alokasi Dana otonomi Khusus setara 2% DAu nasional
tahun 2007-2013 ........................................................................................ ii/25
Tabel 2.6 Alokasi Dana Tambahan Infrastruktur Tahun 2009 – 2013 .......................... ii/25
tabel 2.7 Alokasi tPg PnsD dan Alokasi Dana tamsil guru PnsD ........................... ii/29
tabel 2.8. Alokasi tunjangan Profesi guru PnsD dan Alokasi Dana
tambahan Penghasilan guru PnsD ........................................................... ii/32
tabel 2.9 Hibah Kepada Pemerintah Daerah ............................................................. ii/38
tabel 2.10 Komposisi Pendanaan JumFP/JeDi........................................................... ii/46
tabel 2.11 Daerah Yang melakukan Pinjaman Kepada PiP.......................................... ii/49
tabel 2.12 Penyampaian APbD 2010-2014 ................................................................. ii/51
tabel 3.1 Jenis dan Persentase DbH Pajak .............................................................. iii/54
tabel 3.2 Pembagian biaya Pemungutan Pajak bumi dan bangunan antara
Pemerintah Pusat (DJP) dengan Pemerintah Daerah ................................ iii/55
PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publikx
tabel 3.3 Penyaluran DbH Pajak dan CHt ............................................................... iii/59
tabel 3.4 Jenis dan Porsi bagi Hasil DbH sDA ........................................................ iii/61
tabel 3.5 Jenis dan tarif PnbP yang Dibagihasilkan ................................................ iii/62
tabel 3.6 Perhitungan Alokasi DbH bagi Dob.......................................................... iii/67
Tabel 3.7 Komposisi Alokasi Dasar dan Celah Fiskal untuk Provinsi dan
Kabupaten/Kota tahun 2014 ..................................................................... iii/69
tabel 3.8 Data dalam Perhitungan DAu.................................................................... iii/69
tabel 3.9 Penetapan bobot Variabel Kebutuhan Dan Kapasitas Fiskal
Dalam Penghitungan DAu tahun 2014 ...................................................... iii/70
tabel 3.10 Daerah otonomi baru ............................................................................... iii/72
tabel 3.11 Alokasi DAK tahun 2014 ........................................................................... iii/74
tabel 3.12 Jumlah Daerah Penerima DAK 2014 per bidang ....................................... iii/97
tabel 3.13 Resume Alokasi DAK tA 2014 ................................................................... iii/98
tabel 3.14 Petunjuk teknis Penggunaan DAK tA 2014 ............................................... iii/99
tabel 3.15 tabel Alokasi Anggaran Dana Keistimewaan DiY tA 2013
berdasarkan bidang Kewenangan ......................................................... iii/101
tabel 3.16 Alokasi Anggaran Dana Keistimewaan DiY tA 2014
berdasarkan bidang Kewenangan ......................................................... iii/102
tabel 3.17 Kebijakan Perhitungan DiD tahun 2010-2014.......................................... iii/109
tabel 3.18 bobot Penilaian Perhitungan DiD tahun 2013 dan 2014 .......................... iii/113
tabel 3.19 Kebijakan Alokasi minimum Perhitungan DiD tahun 2013 dan 2014 .... iii/114
tabel 4.1 Perda Pajak Rokok ..................................................................................iV/126
tabel 4.4 tabel Perkembangan jumlah peserta kegiatan lKD, KKD, dan KKDK .....iV/138
PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik Pendahuluan I/1
bab i
Pendahuluan
indonesia sebagai negara berkembang telah mencatat kinerja perekonomian yang
cukup membanggakan pada sepuluh tahun terakhir dengan rata-rata pertumbuhan ekonomi
sebesar 5,5 persen. Pertumbuhan ekonomi indonesia berada di kisaran 5,7 persen pada
tahun 2013, dan angka tersebut masih lebih baik dibandingkan rata-rata negara setara itu
yang pertumbuhannya hanya 3,6 persen.
Di tingkat regional, pada tahun 2012 perekonomian daerah menunjukkan kinerja yang
relatif baik. bahkan hal yang cukup mengejutkan terjadi, bahwa pertumbuhan yang cukup
tinggi setelah kawasan Jakarta dan Jawa, berada di Kawasan timur indonesia (Kti), yaitu
mencapai 6,0 persen. Kinerja ekspor atas sumber daya alam (SDA) dan investasi di bidang
infrastruktur menjadi penyumbang pertumbuhan yang tinggi di Kti tersebut. sedangkan di
kawasan lain permintaan domestik yang kuat ditopang oleh daya beli riil masyarakat yang
meningkat dan basis konsumen yang luas seiring dengan berkembangnya kelompok kelas
menengah di indonesia merupakan penyumbang pertumbuhan perekonomian tersebut.
namun demikian, tantangan perekonomian indonesia ke depan akan selalu
membayangi dari waktu ke waktu. indonesia sebagai negara dengan kebijakan makro
ekonomi yang dipengaruhi oleh ekonomi global (small open economic) diyakini rentan
oleh perubahan indikator perekonomian global. Kebijakan makro ekonomi negara-negara
maju menjadi faktor yang terus membayangi kebijakan makro ekonomi indonesia, antara
lain yaitu kebijakan likuiditas global, kenaikan harga komoditas pangan dan energi, dan
volatilitas daya tukar Rupiah.
Di samping itu, berdasarkan mcKinsey global institute dalam “The Archipelago
Economy: Unleashing Indonesia’s Potential”, indonesia di tahun 2030 diprediksi menjadi
PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan PublikI/2
negara dengan kekuatan ekonomi di urutan ke-7 dunia apabila bisa mengatasi tantangan-
tantangan pembangunannya. bergesernya raksasa perekonomian dunia dari belahan
benua Amerika dan eropa menuju benua Asia berpotensi mengubah indonesia menjadi
negara yang secara makro ekonomi akan mempengaruhi negara-negara lain (large open
economic). Namun demikian, saat ini tantangan kebijakan fiskal seperti kebijakan politik
anggaran, kepastian hukum, iklim investasi, dan tingkat pembangunan infrastruktur masih
belum menunjukkan indikator yang sejalan dengan gambaran di masa depan.
menghadapi tantangan di masa mendatang, indonesia harus fokus mengembangkan
kebijakan perekonomian yang bersifat inklusif. Dalam konteks desentralisasi fiskal,
pertumbuhan perekonomian harus dapat diciptakan secara merata oleh seluruh daerah
dan dirasakan pula dampaknya seluas-luasnya bagi seluruh masyarakat indonesia.
Dibangunnya koridor pusat-pusat pertumbuhan perekonomian (pool of growth) adalah
salah satu prasyarat dalam menghadapi persaingan global yang semakin ketat.
Tujuan kebijakan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal yang berdampak pada
perekonomian di daerah menjadi sangat krusial. seyogyanya, pelayanan publik juga
menunjukkan peningkatan baik secara kuantitas dan kualitas. Pelayanan publik yang baik
setidaknya mengacu kepada dua hal pokok yaitu memberikan kepuasan kepada publik
dan pelayanan yang memenuhi standar pelayanan minimum (minimum local public service
delivery standards). Dengan demikian, peningkatan pelayanan publik dapat mendorong
pembangunan ekonomi yang pada akhirnya kesejahteraan masyarakat menjadi lebih baik
(social welfare).
sebagai sarana untuk mewujudkan cita-cita dan tujuan nasional tersebut, kebijakan
desentralisasi fiskal telah mempergunakan kerangka hubungan keuangan pusat dan daerah
(HKPD) sebagai acuan. Kerangka kebijakan HKPD mengamanatkan bahwa pengaturan
hubungan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Pemda) harus dilaksanakan
secara adil, proporsional, dan akuntabel yang saat ini diatur dalam undang-undang nomor
33 tahun 2004 (uu 33/2004) tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintahan Daerah.
untuk mewujudkan harapan tersebut diperlukan berbagai sumber daya, diantaranya
adalah dalam hal pendanaan. Kebutuhan pendanaan ini cenderung meningkat seiring
dengan kompleksitas dan dinamika masalah di daerah. Dengan adanya penyerahan
sebagian kewenangan pusat ke daerah baik di sisi pendapatan maupun belanja, Pemda
berdasarkan undang-undang nomor 28 tahun 2009 (uu 28/2009) tentang Pajak Daerah
PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik Pendahuluan I/3
dan Retribusi Daerah (PDRD) didorong agar dapat menggali potensi pendapatan daerah
melalui instrumen PDRD (local taxing power). sedangkan di sisi belanja, melalui asas
money follows function yaitu penyerahan pendanaan dari pusat ke daerah yang mengikuti
arah ke mana beban tersebut berada, pengalokasiannya dilakukan melalui mekanisme
kebijakan dana perimbangan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan daerah.
sejalan dengan semakin banyaknya pelimpahan tugas pemerintahan dari Pemerintah
Pusat kepada Pemda maka semakin besar pula dana yang diserahkan dari pusat ke
daerah. untuk tahun Anggaran (tA) 2014, alokasi dana transfer ke daerah memiliki porsi
yang cukup besar, yaitu sebesar 30 persen dari total belanja Anggaran Pendapatan dan
belanja negara (APbn). untuk tA 2014 alokasi dana transfer ke daerah termasuk hibah
dialokasikan sebesar Rp595,05 triliun. Adapun rinciannya adalah sebagai berikut:
Tabel 1.1 Dana Transfer Tahun Anggaran 2014
Jenis Dana Transfer dalam triliun Rp
Dana Alokasi Umum (DAU) 341,21
Dana Alokasi Khusus (DAK) 33,00
Dana Bagi Hasil Pajak (DBH Pajak) 51,78
Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam (DBH SDA) 61,92
Dana Otonomi Khusus Aceh (Otsus Aceh) 6,82
Dana Otonomi Khusus Papua (Otsus Papua)) 6,82
Dana Tambahan Infrastruktur (DTI) 2,50
Dana Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta 0,52
Dana Hibah 2,54
Dana Penyesuaian: 87,94
Dana Tunjangan Profesi Guru (TPG) 60,54
Dana Tambahan Penghasilan Guru (Tamsil) 1,85
Biaya Operasional Sekolah (BOS) 24,07
Dana Insentif Daerah (DID) 1,39
Proyek Pemerintah Daerah dan Desentralisasi (P2D2) 0,09
Total Dana Transfer 595,05
sumber : uu 23/2013 APbn tA 2014
PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan PublikI/4
Anggaran transfer ke daerah tersebut setiap tahun mengalami peningkatan, namun
apakah anggaran transfer ke daerah yang besar itu sudah mencerminkan semakin baiknya
pelayanan publik di daerah atau malah sebaliknya? Apakah pengelolaan keuangan daerah
sudah dijalankan dengan baik? Hal tersebut tentu saja menjadi pendorong bagi kita untuk
bekerja lebih keras lagi guna menciptakan pemerintahan yang baik dan bersih, karena
berangkat dari kesadaran bahwa pelayanan publik yang baik hanya dapat dicapai dengan
tata kelola pemerintahan yang baik (good governance), dapat diartikan pula bahwa setiap
Rupiah dana yang dialokasikan harus dapat dikaitkan dengan pelayanan yang diberikan
kepada masyarakat. setiap peningkatan besaran dana yang ditransfer ke daerah harus
bisa dirasakan oleh masyarakat seperti tersedianya infrastruktur dan program-program
kesejahteraan rakyat.
Kebijakan desentralisasi diarahkan untuk memberikan diskresi yang besar dalam
pengelolaan keuangan sejalan dengan pemberian tanggung jawab yang besar pula dalam
pelayanan. Kewenangan daerah dalam perpajakan daerah terus ditingkatkan baik dari jenis
pajak yang dapat dipungut oleh daerah maupun dalam penetapan tarif pajak. Kebijakan
ini dimaksudkan agar masyarakat dapat mengendalikan pengeluaran daerah dengan
mengkaitkan pembayaran pajak dengan tingkat pelayanan di daerah. selain itu, dana
transfer yang disalurkan kepada daerah sebagian besar berupa Dana Alokasi umum (DAu).
Kebijakan ini diambil agar daerah dapat mengalokasikan dana sesuai dengan kebutuhan
tiap-tiap daerah.
Perlu kita sadari bahwa kebijakan desentralisasi yang diambil oleh Pemerintah Pusat
belum sepenuhnya sejalan dengan capaian tingkat kesejahteraan di tingkat lokal. Pertama,
Pelayanan publik yang disediakan oleh Pemda yaitu penyediaan barang-barang untuk
kebutuhan publik (public goods) seperti jalan, jembatan, pasar terminal, rumah sakit,
dan lain-lainnya. Kedua adalah pengaturan-pengaturan publik (public regulations) yang
dikemas dalam bentuk peraturan daerah (Perda) seperti Perda izin mendirikan bangunan,
Perda Kependudukan, Perda PDRD, dan lain-lainnya belum banyak memberikan kontribusi
bagi peningkatan tingkat kesejahteraan masyarakat. setelah lebih dari satu dekade
pasca reformasi, pelaksanaan otonomi daerah masih memerlukan pembenahan dalam
penyediaan pelayanan publik khususnya yang terkait dengan penyediaan pelayanan
dasar yang masih belum menunjukkan pencapaian yang signifikan dari standar pelayanan
minimal (sPm).
PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik Pendahuluan I/5
buruknya pengelolaan keuangan akan berimbas pada rendahnya kualitas dan
kuantitas pelayanan publik yang disediakan. Jika pelayanan publik belum optimal, maka
kesejahteraan rakyat akan sulit terwujud. misal, jika Pemerintah Pusat gagal menyediakan
layanan pendidikan dan kesehatan yang berkualitas dan terjangkau, hak rakyat untuk hidup
sehat dan terjangkau akan sulit diperoleh, yang berakibat pada kesejahteraan rakyat akan
sulit dicapai.
Pengelolaan keuangan daerah yang bertumpu pada kepentingan publik (public
oriented) tidak saja terlihat pada besarnya porsi pengalokasian anggaran untuk kepentingan
publik, tetapi juga terlihat pada besarnya partisipasi masyarakat dalam perencanaan,
pelaksanaan, dan pengawasan/pengendalian keuangan daerah.
Dalam ruang lingkup keuangan daerah, maka akan selalu melekat konsep anggaran
terutama terkait dengan Anggaran Pendapatan dan belanja Daerah (APbD) yaitu suatu
rencana keuangan tahunan daerah. APbD merupakan kebijakan politik yang paling
mendasar dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah. sebab melalui kebijakan ini, para
pembuat keputusan bisa melakukan alokasi sumber daya keuangan. Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah (DPRD) bersama-sama dengan Pemda menjabarkan secara terpadu tentang
arah serta sasaran Rencana Kerja Pemda untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di
daerah masing-masing.
Perlu juga diketahui bahwa penyusunan APbD yang baik, harus juga diikuti dengan
penetapan APbD secara tepat waktu, karena jika terlambat dapat pula menimbulkan
masalah dalam pelaksanaannya. berdasarkan data penetapan APbD sepanjang tahun
2010 sampai dengan tahun 2014, menunjukkan perkembangan ke arah yang positif atas
penetapan APbD tepat waktu pada tahun 2010 terdapat 214 daerah menjadi 354 daerah
pada tahun 2014. namun demikian, dari total keseluruhan sebanyak 524 daerah, masih
banyak daerah yang terlambat menetapkan APbD-nya. sedangkan tren daerah yang
terkena sanksi penundaan DAu dari tahun ke tahun juga menunjukkan indikator yang
kurang memuaskan. selama 3 tahun terakhir daerah yang terkena sanksi mengalami
peningkatan yaitu dari tahun 2012, 2013, dan 2014 secara berturut-turut adalah 16, 17, dan
23 daerah.
selanjutnya, tata kelola keuangan daerah yang baik bersumber dari kualitas APbD
yang mencerminkan kehendak rakyat untuk mendapatkan pelayanan publik yang
berkualitas, transparan, dan akuntabel. namun demikian, hal tersebut belum tergambar dari
postur APbD yang ideal. struktur belanja daerah masih didominasi oleh belanja pegawai,
PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan PublikI/6
minimnya belanja infrastruktur, dan tingginya penggunaan sisa lebih perhitungan (silPA)
anggaran daerah dari tahun sebelumnya.
selain itu, upaya konkret dalam mewujudkan akuntabilitas dan transparansi
dilingkungan Pemda mengharuskan setiap pengelola keuangan daerah menyampaikan
pertanggungjawaban pengelolaan keuangan daerah dengan cakupan luas dan tepat
waktu. Jika merujuk kepada hasil audit badan Pemeriksa Keuangan (bPK) terkait dengan
laporan Keuangan Pemerintah Daerah (lKPD) seluruh indonesia tahun 2011, tentu kita
dapat sedikit berbangga karena jumlah daerah yang mendapatkan opini bPK Wajar tanpa
Pengecualian (WtP) mengalami peningkatan yaitu sejumlah 67 lKPD dari 524 lKPD atau
sekitar 13 persen dibanding tahun sebelumnya yang hanya 19 lKPD dari 524 lKPD atau
sebesar 3 persen dari total lKPD, namun di sisi lain angka ini dapat juga diartikan bahwa
masih banyak laporan keuangan Pemda yang tidak disajikan dengan wajar sesuai dengan
standar Akuntasi Pemerintahan (sAP).
Pengaturan mengenai hubungan pusat dan daerah baik terkait politik, pembagian
urusan, dan fiskal akan disesuaikan terus dengan arah memperkuat otonomi daerah. Saat
ini Rancangan undang-undang (Ruu) tentang Pemilihan Kepala Daerah dan Pemerintahan
Daerah sedang dibahas di DPR. Sementara itu, RUU terkait desentralisasi fiskal (pengganti
uu 33/2004) juga akan disampaikan ke DPR untuk dibahas menjadi undang-undang (uu).
uu tersebut akan diarahkan untuk memperbaiki formulasi dana transfer dan pengendalian
terhadap belanja APbD. sistem pendanaan urusan akan diatur dengan jelas dan bahkan akan
dikenakan sanksi bagi setiap level pemerintahan yang mengalokasikan dana untuk kegiatan
di luar tanggung jawabnya. Pengalokasian dana perimbangan akan direformulasi dengan
arah memberikan kepastian sumber pendanaan bagi daerah dan memberikan insentif bagi
peningkatan kualitas pelayanan. Alokasi dana akan lebih diarahkan pada pencapaian sPm
pelayanan dasar dibidang pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur jalan, jembatan, sanitasi,
irigasi, dan air minum. Kementerian dan lembaga (K/l) yang menangani urusan tersebut
akan lebih berperan untuk menilai tingkat pencapaian pelayanan pada bidang tersebut dan
penilaian tersebut menjadi dasar untuk mengalokasikan Dana Alokasi Khusus (DAK).
Di tahun 2014, kebijakan desentralisasi fiskal di fokuskan pada penguatan kemampuan
keuangan daerah di sisi pendapatan asli daerah (PAD) melalui implementasi Pajak Rokok
dan pemantapan pelaksanaan Pajak bumi dan bangunan Perdesaan dan Perkotaan
(Pbb-P2). implementasi Pajak Rokok mulai diterapkan sejak 1 Januari 2014 dengan
mekanisme bagi hasil kepada Pemerintah Provinsi yang pemungutannya dilakukan oleh
PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik Pendahuluan I/7
Pemerintah Pusat dengan mengenakan tambahan pajak pada rokok meskipun sudah
dikenakan cukai (piggyback tax system). Selanjutnya bagian Pemerintah Provinsi tersebut
akan dibagihasilkan kembali ke kabupaten/kota. Penerapan Pajak Rokok ini akan terus
dimonitor mengingat mekanismenya yang sama sekali baru di indonesia.
Dalam rangka pemantapan pelaksanaan Pbb-P2, percepatan kesiapan pemungutan
dan penguatan pengelolaan pajak ini masih terus dilakukan oleh Pemerintah Pusat kepada
Pemda. momentum ini akan terus dioptimalkan mengingat tahun 2013 merupakan tahun
terakhir untuk melakukan berbagai persiapan pemungutan pajak tersebut. Pemerintah
Pusat mulai tahun 2014 tidak lagi berhak untuk memungutnya. implikasinya, Pemda tidak
lagi mendapatkan bagi hasil Pbb-P2 seperti pada tahun-tahun sebelumnya apabila daerah
dalam tahun 2014 belum memungut Pbb-P2 tersebut.
Selanjutnya, kebijakan desentralisasi fiskal tetap konsisten mencermati sisi belanja
di daerah. Pemerintah Pusat sangat serius mendorong efektivitas dan efisiensi belanja
daerah melalui mekanisme pengendalian belanja daerah. mekanisme seperti penetapan
sanksi keterlambatan penyampaian APbD, penetapan indikator layanan publik dasar dalam
pengalokasian DAK, dan pengendalian defisit secara nasional diharapkan dapat meningkatkan
kuantitas dan kualitas layanan publik dasar.
terakhir, untuk mendorong peningkatan kualitas pengelolaan keuangan daerah
tersebut, Pemerintah Pusat telah melakukan perbaikan sistem penganggaran, pelaksanaan,
dan pertanggungjawaban keuangan daerah yang didukung dengan peningkatan kapasitas
(capacity building) sumber daya manusia (sDm) Pemda. Program ini diwujudkan dalam
bentuk kursus atau pelatihan singkat di dalam negeri. Program dilaksanakan bekerja sama
dengan universitas negeri terkemuka dengan nama Latihan Keuangan Daerah (LKD) bagi
pejabat pemegang kebijakan strategis dan Kursus Keuangan Daerah (KKD) bagi pelaksana/
staff pengelola keuangan daerah. Program lKD dan KKD tersebut diselenggarakan setiap
tahun secara reguler.
PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan PublikI/8
PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik Pengaturan HkPd Saat Ini II/9
bab ii
Pengaturan hubungan Keuangan antara PeMerintah Pusat dan PeMerintahan daerah saat ini
2.1. Kewenangan Perpajakan Dan Retribusi DaerahDesentralisasi fiskal di Indonesia merupakan kebijakan yang ditempuh oleh Pemerintah
Pusat dalam rangka memberikan ruang bagi Pemerintah Daerah (Pemda) untuk mendorong
pembangunan daerah setempat. Kebijakan ini menganut prinsip “money follows function” di
mana pendanaan mengikuti fungsi atau urusan yang diserahkan kepada daerah baik yang
meliputi kebijakan expenditure dan revenue assignment.
sejalan dengan hal tersebut, dalam rangka mendukung pemenuhan sumber-sumber
pendapatan daerah, Pemda diberikan kewenangan untuk penggalian potensi pungutan
pajak dan retribusi (local taxing power) berdasarkan peraturan perundangan-undangan
yang berlaku yaitu undang-undang nomor 28 tahun 2009 (uu 28/2009) tentang Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah (PDRD). Arah kebijakan yang membedakan uu ini dengan
yang sebelumnya antara lain adalah:
1. Kebijakan dalam penetapan PDRD yang tadinya open-list menjadi closed-list system
diharapkan dapat mendukung kejelasan, kepastian, dan kesederhanaan regulasi.
2. Kewenangan yang lebih luas di bidang perpajakan dan retribusi daerah (local taxing
empowerment) antara lain melalui perluasan basis PDRD yang sudah ada, menambah
jenis, menaikkan tarif maksimum, dan diskresi penetapan tarif PDRD sehingga
PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan PublikII/10
berdampak positif bagi pencapaian Pendapatan Asli Daerah (PAD) dengan sedikit
menimbulkan efek disinsentif dalam kegiatan perekonomian.
3. Kebijakan earmarking untuk jenis pajak tertentu dalam rangka mengarahkan
kebijakan belanja daerah untuk mengatasi eksternalitas negatif di bidang kesehatan,
perhubungan, dan infrastruktur.
4. Kebijakan efektivitas pengawasan pungutan daerah dari sistem represif menjadi
sistem preventif dan korektif sehingga sejalan dengan prinsip perpajakan yang bersifat
nasional.
Alur Penetapan Peraturan Daerah (Perda) PDRD
sebelum PDRD tersebut dipungut, Pemda diwajibkan menerbitkan Perda. Prosedur
rancangan Perda (Raperda) PDRD sampai ditetapkan menjadi Perda tersebut melalui
beberapa tahapan yang harus ditempuh oleh Pemda, yaitu:
1. menyampaikan Raperda PDRD paling lambat 3 hari kerja sejak tanggal persetujuan
Kepala Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) kepada:
a. menteri Dalam negeri (mendagri) dan menteri Keuangan (menkeu), bagi Raperda
Provinsi.
b. gubernur dan menkeu, bagi Raperda Kabupaten/Kota.
2. Menyesuaikan Raperda dengan hasil evaluasi sebelum ditetapkan menjadi Perda.
3. Menyampaikan Perda PDRD kepada Mendagri untuk Perda Provinsi, Gubernur untuk
Perda Kabupaten/Kota, dan Menkeu, baik Perda Provinsi maupun Perda Kabupaten/
Kota paling lambat 7 (tujuh) hari kerja setelah ditetapkan.
4. menghentikan pelaksanaan Perda yang telah dibatalkan paling lambat 7 (tujuh) hari
kerja setelah ditetapkannya Peraturan Presiden (Perpres) tentang pembatalan Perda
dimaksud.
PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik Pengaturan HkPd Saat Ini II/11
Peraturan Pelaksanaan UU 28/2009
untuk mendukung pelaksanaan uu 28/2009 telah diterbitkan peraturan yang
memberikan arahan secara operasional mulai dari Peraturan Pemerintah (PP), Perpres,
Peraturan menteri Keuangan (Permenkeu), serta Peraturan menteri Dalam negeri
(Permendagri) dan Peraturan bersama (Perber) antara menkeu dan mendagri. tercatat
sampai dengan tahun 2013 telah terbit sejumlah peraturan yang lebih jelasnya terlihat
dalam tabel berikut ini:
Tabel 2.1 Peraturan Pelaksanaan UU 28/2009
No. Produk Hukum Tentang Keterangan
1. PP No. 91/2010 Sistim Pemungutan Pajak Daerah 2010
2. PP No. 69/2010 Tatacara Pemberian Insentif Pemungutan PDRD 2010
3. PP No. 97/2012 Retribusi Pengendalian Lalu Lintas dan Retribusi Perpanjangan lain Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing (IMTA)
2012
4. Perpres No. 36/2011 Perubahan atas Tarif Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (PBB-KB)
2011
5. Perber Menkeu & Mendagri No. 186/PMK.07/2010 & 53/2010 serta No. 127/PMK.07/2012 & 53/2012
Tahapan Persiapan Pengalihan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) sebagai Pajak Daerah
2010, 2012
6. Perber Menkeu & Mendagri No. 213/PMK.07/2010 dan 58/2010
Tahapan Persiapan Pengalihan PBB-P2 sebagai Pajak Daerah
2010
7. PMK No. 11/PMK.07/2010 Tatacara Pelaksanaan Sanksi Pelanggaran Ketentuan PDRD
2009
8. PMK No. 147/PMK.07/2010 Badan atau Perwakilan Internasional yang Dikecualikan sebagai Subjek BPHTB
2010
9. PMK No. 148/PMK.07/2010 Badan atau Perwakilan Internasional yang Dikecualikan sebagai Subjek PBB-P2
2010
10. PMK No. 115/PMK.07/2013 Tata Cara Pemungutan dan Penyetoran Pajak Rokok
2013
11. Permendagri Nilai Jual Kendaraan Bermotor (NJKB) Setiap tahun
sumber: DJPK, Kemenkeu
PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan PublikII/12
Dengan adanya aturan yang bersifat operasional tersebut diharapkan daerah
menerbitkan Perda PDRD berdasarkan azas dan prinsip yang konsisten dengan peraturan
di atasnya. selain itu, diharapkan dapat mendukung pelaksanaan pemungutan PDRD di
daerah agar menjamin kejelasan serta kepastian hukum.
Sejak tahun 2010 sampai dengan 2013, Pemerintah Pusat telah melakukan evaluasi
Perda dan Raperda sebanyak 5.879. Dari jumlah tersebut tercatat 3.912 Perda dan hasil
evaluasinya telah sesuai dengan peraturan perundangan PDRD. Jumlah ini dipastikan akan
terus meningkat dari tahun ke tahun mengingat bahwa daerah diberikan diskresi untuk
menetapkan Perda PDRD sesuai dengan arah kebijakan perekonomian daerah.
Tabel 2.2 Hasil Evaluasi Raperda dan Perda PDRD Tahun 2010 - 2013
No. Tahun RaperdaPerda dan Hasil Evaluasinya
Total Sesuai % Tidak Sesuai %
1. 2010 687 31 31 100% - 0%
2. 2011 3.297 1.501 1.471 98% 30 2%
3. 2012 1.220 1.503 1.436 96% 67 4%
4. 2013 675 1.271 974 77% 22 2%
sumber : DJPK, Kemenkeu
Implementasi Kebijakan PDRD Untuk Peningkatan PAD
sebagai bagian dari kebijakan Pemerintah Pusat atas PDRD, penerbitan peraturan
pelaksanaan mendorong Pemda untuk semakin bersemangat untuk menggali potensi
pemungutan PDRD. Hal ini mengingat bahwa pungutan kepada masyarakat tidak boleh
dilakukan sebelum ada penetapan Perda pungutan, maka diperlukan langkah-langkah atas
masukan yang bersifat bottom up agar tidak terjadi potential loss yang akan dihadapi oleh
Pemda akibat dari kekosongan peraturan pungutan PDRD.
untuk mengatasi hal tersebut diperlukan langkah-langkah implementasi kebijakan yang
dijalankan Pemerintah Pusat. Pertama, percepatan kesiapan pemungutan dan penguatan
pengelolaan Pajak bumi dan bangunan Perdesaan dan Perkotaan (Pbb-P2) di mana tahun
2013 merupakan tahun terakhir untuk melakukan berbagai persiapan pemungutan pajak
tersebut. Apabila daerah dalam tahun 2014 belum memungut Pbb-P2 tersebut, maka
PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik Pengaturan HkPd Saat Ini II/13
Pemda tidak lagi mendapatkan bagi hasil Pbb-P2 seperti pada tahun-tahun sebelumnya.
Pemerintah Pusat sejak tahun 2014 tidak lagi berhak untuk memungutnya.
Data per 13 Desember 2013 menunjukkan bahwa terdapat 405 daerah atau 82,32
persen dari jumlah daerah yang telah menetapkan Perda Pbb-P2. Potensi Pbb-P2 dari
daerah tersebut mencakup sekitar 98,72 persen dari total penerimaan Pbb-P2 tahun 2011.
sementara itu, terdapat 60 daerah atau 12,20 persen dari jumlah daerah yang masih dalam
proses menetapkan Perda Pbb-P2. Dari keseluruhan daerah ini, potensi penerimaan
Pbb-P2 sekitar 1,1 persen dari total penerimaan Pbb-P2 tahun 2011. Daerah lainnya
sebanyak 27 daerah atau 5,49 persen dari jumlah daerah yang belum menyusun Perda
Pbb-P2 dengan potensi penerimaan Pbb-P2 sekitar 0,18 persen dari total penerimaan
tahun 2011.
Data kesiapan daerah dalam memungut Pbb-P2 selengkapnya dapat dilihat pada
tabel berikut ini.
Tabel 2.3 Data Kesiapan Daerah dalam Memungut PBB-P2
No. Kesiapan Daerah
Jumlah Prosentase (%)
DaerahPotensi Berdasarkan
Penerimaan Tahun 2011 (Rp)
Jumlah Daerah
Potensi Berdasarkan
Penerimaan Tahun 2011
1. Perda yang telah siap: 405 8.154.534.488.521 82,32 98,72
a. Memungut tahun 2011 1 498.640.108.488 0,20 6,04
b. Memungut tahun 2012 17 1.074.236.906.348 3,46 13,01
c. Memungut tahun 2013 105 4.905.980.775.043 21,34 59,39
d. Memungut tahun 2014 264 1.645.474.664.781 53,65 19,92
2. Proses menyusun Perda 60 90.515.508.056 12.20 1,10
3. Belum menyusun Raperda 27 15.053.012.135 5,49 0,18
Total 492 8.260.103.008.712 100,00 100,00
sumber : DJPK, Kemenkeu
PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan PublikII/14
kedua, penguatan pemungutan Pajak Rokok yang berdasarkan Peraturan menteri
Keuangan (PmK) nomor 115/PmK.07/2013 akan mulai berlaku 1 Januari 2014. Hal ini
memerlukan sinergi yang baik antara Pemerintah Pusat dalam hal ini Kantor bea dan Cukai
bersama dengan Pemda terkait pemungutan Pajak Rokok.
ketiga, percepatan pemungutan Retribusi Perpajangan Retribusi Perpanjangan izin
mempekerjakan tenaga Kerja Asing (imtA) berdasarkan Peraturan Pemerintah nomor 97
tahun 2012 (PP 97/2012). Dengan tarif imtA sebagai Penerimaan negara bukan Pajak
(PnbP) sebesar us$100/org per bulan, jumlah tenaga Kerja Asing (tKA) yang bekerja di
Indonesia tahun 2012 sekitar 57 ribu orang dan berdasarkan hasil survei Bank Indonesia
(bi) dengan rata-rata 88% tKA memperpanjang izin bekerja di indonesia maka potensi
penerimaan retribusi ini diperkirakan cukup besar di daerah-daerah tertentu.
keempat, percepatan atau optimalisasi pemungutan PDRD lainnya yaitu:
a. PDRD lainnya yang menjadi andalan PAD sebagian besar daerah;
b. tambahan retribusi daerah dari PnbP yang dapat dialihkan menjadi retribusi daerah
sesuai dengan kewenangan Pemda dan potensi daerah.
Pengawasan Pungutan Daerah
Secara prinsip, pelaksanaan desentralisasi fiskal khususnya pemungutan PDRD
berupa penetapan besaran tarif mempertimbangkan dampak ekonomi yang akan dirasakan
oleh daerah. Iklim investasi yang baik, kompetisi yang baik, hubungan kerjasama yang
lebih baik antara Pemda dengan pengusaha merupakan tujuan dari sejalannya kebijakan
fiskal pusat dengan daerah.
Dengan memperhatikan hal-hal tersebut, maka Pemerintah Pusat diberikan
kewenangan untuk melakukan pengawasan. Pemerintah Pusat memastikan bahwa Pemda
menetapkan Perda PDRD benar-benar melalui proses evaluasi, menetapkan Perda PDRD
sejalan dengan hasil evaluasi, dan menyampaikan Perda yang telah ditetapkan agar
terhindar dari pelanggaran yang bersifat prosedural (administratif).
selain yang bersifat administratif, Pemerintah Pusat juga melakukan pengawasan yang
bersifat substantif. Pengawasan ini meliputi antara lain memastikan bahwa Pemda tidak
melaksanakan pemungutan atas Perda yang telah dibatalkan.
PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik Pengaturan HkPd Saat Ini II/15
Tabel 2.4 Jenis Pelanggaran dan Sanksi Terhadap Peraturan PDRD
No. Jenis Pelanggaran Bentuk dan Besaran Sanksi Pelaksanaan SanksiPencabutan
Sanksi
1. Pelanggaran Prosedur (Administratif):
a. Menetapkan Perda PDRD tanpa melalui proses evaluasi
b. Menetapkan Perda PDRD tidak sejalan dengan hasil evaluasi
c. Tidak menyampaikan Perda yang telah ditetapkan
Penundaan 10% DAU atau 10% DBH PPh bagi daerah yang tidak memperoleh DAU untuk setiap penyaluran.
• PenyaluranDAUbulan berikutnya setelah tanggal penetapan sanksi.
• PenyaluranDBHPajak PPh triwulan berikutnya setelah tanggal penetapan sanksi
Perda telah diterima dan selesai dievaluasi.
2. Pelanggaran Substantif:
(Tetap melaksanakan pemungutan atas dasar Perda yang telah dibatalkan)
Pemotongan DAU/DBH PPh sebesar:
a. perkiraan jumlah PDRD yang dipungut berdasarkan Perda yang telah dibatalkan; atau
b. 5% dari DAU atau DBH PPh (terbesar) dalam hal perkiraan jumlah PDRD yang dipungut tidak tersedia.
Penyaluran DAU bulan berikutnya setelah tanggal penetapan sanksi.
Penyaluran DBH Pajak Penghasilan triwulan berikutnya setelah tanggal penetapan sanksi
Surat/keputusan penghentian pelaksanaan pemungutan PDRD dari KDH ybs. telah diterima Dirjen P.K
sumber: DJPK, Kemenkeu
PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan PublikII/16
2.2. Transfer Daerah
Dana Perimbangansesuai dengan amanah undang-undang nomor 33 tahun 2004 (uu 33/2004) tentang
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah, Pemerintah
Pusat mengalokasi dana transfer ke daerah berupa dana perimbangan untuk mengatasi
kesenjangan fiskal horizontal (horizontal fiscal imbalance) dan kesenjangan fiskal vertikal
(vertical fiscal imbalance). Ketimpangan tersebut terjadi akibat dari pembagian kewenangan
antara tingkat pemerintahan, Pemerintah Pusat, Provinsi, dan Kabupaten/Kota. Instrumen
dalam mengatasi ketimpangan fiskal tersebut adalah Dana Bagi Hasil (DBH), Dana Alokasi
umum (DAu), dan Dana Alokasi Khusus (DAK).
DBH
DbH adalah dana yang bersumber dari pendapatan APbn yang dialokasikan kepada
daerah berdasarkan angka persentase tertentu untuk mendanai kebutuhan daerah dalam
rangka pelaksanaan desentralisasi. DbH dialokasikan berdasarkan prinsip by origin, dimana
daerah penghasil penerimaan negara mendapatkan bagian (persentase) yang lebih besar
dan daerah lainnya dalam satu provinsi mendapatkan bagian (persentase) berdasarkan
pemerataan. sedangkan penyaluran DbH dilakukan berdasarkan prinsip by actual, dimana
besarnya DbH yang disalurkan kepada daerah, baik daerah penghasil maupun yang
mendapat alokasi pemerataan didasarkan atas realisasi penyetoran Penerimaan negara
Pajak (PnP) dan PnbP tahun anggaran berjalan.
DbH terdiri dari DbH Pajak dan DbH sDA. DbH Pajak meliputi DbH Pajak bumi dan
bangunan (Pbb), DbH Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 25 dan Pasal 29 Wajib Pajak orang
Pribadi Dalam negeri (PPh Pasal 25/29 WP oPDn) dan PPh Pasal 21, dan DbH Cukai Hasil
tembakau (CHt). DbH sDA berasal dari kehutanan, pertambangan umum, perikanan,
pertambangan minyak bumi, pertambangan gas bumi, dan pertambangan panas bumi.
Perhitungan DbH sDA dilakukan berdasarkan PnbP dari masing-masing jenis sumber
daya alam yang menurut ketentuan uu 33 tahun 2004 dibagihasilkan kepada daerah. Dasar
Perhitungan DbH sDA adalah sebagai berikut:
PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik Pengaturan HkPd Saat Ini II/17
1. DbH sDA minyak bumi, dihitung berdasarkan produksi minyak yang terjual (lifting) dan
produksi gas yang terjual dari masing-masing Kontraktor Kontrak Kerjasama (KKKs)
setelah dikurangi dengan Domestic Market Obligation (Dmo), Fee usaha Hulu migas,
Pajak-pajak (PPn dan Pbb), serta PDRD.
2. DbH sDA Pertambangan umum, dihitung berdasarkan penerimaan dari iuran yang
diterima negara sebagai imbalan atas kesempatan penyelidikan umum, eksplorasi
atau eksploitasi pada suatu wilayah kerja (Landrent/iuran tetap) dan iuran produksi
pemegang kuasa usaha pertambangan atas hasil dari kesempatan eksplorasi/
eksploitasi (Royalty).
3. DbH sDA Kehutanan, dihitung berdasarkan penerimaan negara dari iuran izin usaha
Pemanfaatan Hutan (IIUPH), Provisi Sumber Daya Hutan (PSDH), dan Dana Reboisasi
(DR). iiuPH merupakan pungutan yang dikenakan kepada Pemegang izin usaha
Pemanfaatan Hutan atas suatu kawasan hutan tertentu yang dilakukan sekali pada saat
izin usaha diberikan. PsDH adalah pungutan yang dikenakan sebagai pengganti nilai
intrinsik dari hasil yang dipungut dari Hutan negara. sedangkan DR adalah dana yang
dipungut dari Pemegang izin usaha Pemanfaatan Hasil Hutan dari Hutan Alam yang
berupa kayu dalam rangka reboisasi dan rehabilitasi hutan.
4. DbH sDA Perikanan, dihitung berdasarkan Pungutan Pengusahaan Perikanan (P3) dan
Pungutan Hasil Perikanan (PHP). Pungutan Pengusahaan Perikanan adalah pungutan
negara yang dikenakan kepada pemegang izin usaha Perikanan dan/atau Persetujuan
Penggunaan Kapal Asing (PPKA) sebagai imbalan atas kesempatan yang diberikan
oleh Pemerintah untuk melakukan usaha perikanan dalam Wilayah Perikanan Republik
indonesia. Pungutan Hasil Perikanan adalah pungutan negara yang dikenakan kepada
pemegang surat Penangkapan ikan (sPi) dan atau surat izin Kapal Penangkap dan
Pengangkut ikan indonesia (siKPPii) dan atau surat izin Penangkapan ikan (siPi)
sesuai dengan hasil produksi perikanan yang diperoleh dan dijual di dalam negeri dan
atau luar negeri.
DbH sDA Panas bumi, dihitung berdasarkan setoran bagian Pemerintah Pusat setelah
dikurangi kewajiban perpajakan dan pungutan lainnya atas dasar kontrak pengusahaan
panas bumi yang ditandatangani sebelum uu no. 27/ 2003 tentang Panas bumi ditetapkan.
iuran tetap merupakan iuran yang dibayarkan kepada negara sebagai kesempatan
atas eksplorasi, studi kelayakan, dan ekspoitasi pada suatu wilayah, sedangkan iuran
Produksi adalah iuran yang diberikan kepada negara atas hasil yang diperoleh dari usaha
PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan PublikII/18
pertambangan panas bumi. selanjutnya PnbP sDA dimaksud dibagihasilkan ke daerah
secara triwulan sesuai dengan proporsi dana bagi hasil sDA yang diatur dalam ketentuan
uu no. 33/2004.
DAU
DAu adalah dana yang bersumber dari pendapatan dalam negeri yang ditetapkan
dalam Anggaran Pendapatan dan belanja negara (APbn) yang dialokasikan kepada daerah
dengan tujuan untuk pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk mendanai
kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. DAu merupakan instrumen
transfer yang dimaksudkan untuk meminimumkan ketimpangan fiskal antar daerah
(horizontal imbalances), sekaligus memeratakan kemampuan antar daerah (equalization
grant).
besaran pagu DAu nasional berdasarkan amanat uu 33/2004 ditetapkan sekurang-
kurangnya 26% dari Pendapatan Dalam negeri (PDn) neto. PDn neto adalah penerimaan
negara yang berasal dari pajak dan bukan pajak setelah dikurangi dengan penerimaan
negara yang dibagihasilkan kepada daerah (DBH). Proporsi DAU untuk provinsi ditetapkan
sebesar 10% dan untuk kabupaten/kota ditetapkan 90% dari besaran DAu secara nasional.
DAu sebagai salah satu komponen dana perimbangan dialokasikan berdasarkan
atas formula yang memperhitungkan konsep Alokasi Dasar (AD) dan Celah Fiskal (CF)
atau disebut sebagai Fiscal Gap. Fiscal Gap suatu daerah adalah selisih antara Kebutuhan
Fiskal (KbF) dengan Kapasitas Fiskal (KpF) daerah tersebut. AD dihitung berdasarkan
jumlah dan belanja gaji Pegawai negeri sipil Daerah (PnsD), yang meliputi gaji pokok,
tunjangan keluarga, dan tunjangan jabatan serta tunjangan yang melekat sesuai dengan
peraturan penggajian Pns termasuk di dalamnya tunjangan beras dan tunjangan PPh. KbF
mencerminkan kebutuhan dana yang diperlukan oleh daerah untuk melaksanakan fungsi
layanan dasar umum. KbF diukur dengan menggunakan variabel jumlah penduduk, luas
wilayah, indeks Kemahalan Konstruksi (iKK), Produk Domestik Regional bruto (PDRb)
per Kapita, dan indeks Pembangunan manusia (iPm). sementara KpF mencerminkan
kemampuan fiskal daerah dalam mendanai pelaksanaan layanan dasar umum. KpF dalam
perhitungan DAu adalah PAD dan DbH.
PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik Pengaturan HkPd Saat Ini II/19
Gambar 2.1 Formula Penghitungan Dana Alokasi Umum
sumber: DJPK, Kemenkeu
Dau = aD + CFKeterangan:
DAu = Dana Alokasi umum
AD = Alokasi Dasar
CF = Celah Fiskal
CF = kbF – kpFKeterangan:
CF = Celah Fiskal
KbF = Kebutuhan Fiskal
KpF = Kapasitas Fiskal
PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan PublikII/20
kbF = tbr (a1iP + a2iW + a3ikk + a4iPm + a5iPDrb)Keterangan:
tbR = total belanja Daerah Rata-rata
iP = indeks Penduduk
iW = indeks Wilayah
iKK = indeks Kemahalan Konstruksi
iPm = indeks Pembangunan manusia
iPDRb = indeks PDRb per kapita
a = bobot indeks masing-masing variabel
kpF = PaD + DbH SDa + DbH PajakKeterangan:
PAD = Pendapatan Asli Daerah
DbH sDA = Dana bagi Hasil sumber Daya Alam
DbH Pajak = Dana bagi Hasil Pajak
Gambar 2.2 Penghitungan Besaran DAU Untuk Provinsi Dan Kabupaten/Kota
sumber: DJPK, Kemenkeu
PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik Pengaturan HkPd Saat Ini II/21
DAU atas dasar celah fiskal untuk suatu provinsi dihitung berdasarkan perkalian bobot
provinsi yang bersangkutan dengan jumlah DAU atas dasar celah fiskal seluruh provinsi,
di mana angka bobot provinsinya diperoleh dari perbandingan antara celah fiskal provinsi
yang bersangkutan dengan total celah fiskal seluruh provinsi. Begitu pula dengan DAU atas
dasar celah fiskal untuk suatu kabupaten/kota, besarnya dihitung berdasarkan perkalian
bobot kabupaten/kota yang bersangkutan dengan jumlah DAU atas dasar celah fiskal
seluruh kabupaten/kota. bobot kabupaten/kota diperoleh dari perbandingan antara celah
fiskal provinsi yang bersangkutan dengan total celah fiskal seluruh kabupaten/kota.
Gambar 2.3 Proses Penghitungan Split Daerah Induk dan
Daerah Otonomi Baru
sumber: DJPK, Kemenkeu
DAU untuk daerah otonom baru (DOB) dialokasikan setelah adanya penetapan definitif
daerah yang bersangkutan melalui uu pembentukan daerah. Penghitungan DAu untuk Dob
dilakukan setelah tersedianya data yang digunakan untuk menghitung AD dan CF. Apabila
data tidak tersedia, penghitungan DAu untuk Dob dilakukan dengan cara membagi DAu
secara proporsional (split) dengan daerah induknya berdasarkan data jumlah penduduk,
PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan PublikII/22
luas wilayah, dan belanja pegawai. Dalam hal data belanja pegawai atau jumlah pegawai
PnsD tidak tersedia, maka digunakan data jumlah penduduk dan luas wilayah.
Penyaluran DAu kepada daerah dilaksanakan setiap bulan masing-masing sebesar
1/12 dari besaran alokasi masing-masing daerah. Dalam rangka penyaluran tersebut,
Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan (Dirjen PK) atau pejabat yang ditunjuk
menerbitkan surat Perintah membayar (sPm) setiap bulan dan menyampaikannya kepada
Kuasa bendahara umum negara (bun)-Kantor Pelayanan Perbendaharaan negara (KPPn)
Jakarta II – Direktorat Jenderal Perbendaharaan (DJPb).
DAK
DAK merupakan dana yang bersumber dari Pendapatan APbn yang dialokasikan
kepada daerah tertentu untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan
urusan daerah sesuai prioritas nasional. Kegiatan khusus yang didanai DAK adalah
penyediaan/perbaikan sarana dan prasarana pelayanan dasar masyarakat serta kegiatan
yang dapat mendorong percepatan pembangunan daerah dan pencapaian sasaran
prioritas nasional.
Adapun kebijakan umum pengalokasian DAK adalah sebagai berikut:
1. mendukung pencapaian prioritas nasional, termasuk program-program prioritas
nasional yang bersifat lintas sektor/kewilayahan sesuai dengan kerangka pengeluaran
jangka menengah (medium term expenditure framework) dan penganggaran berbasis
kinerja (performance based budgeting).
2. membantu daerah-daerah yang memiliki kemampuan keuangan relatif rendah
dalam membiayai pelayanan publik dalam rangka pemerataan pelayanan dasar dan
mendorong pencapaian sPm.
3. meningkatkan kualitas perhitungan alokasi DAK, serta mempercepat penyusunan
petunjuk teknis penggunaan DAK yang ditujukan untuk mendorong penyusunan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang efektif, efisien, dan tepat
waktu.
4. meningkatkan koordinasi pengelolaan DAK secara utuh dan terpadu di pusat dan
daerah sehingga terwujud sinkronisasi kegiatan DAK dengan kegiatan lain yang didanai
dari sumber-sumber pendanaan lainnya.
PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik Pengaturan HkPd Saat Ini II/23
5. meningkatkan penyediaan data-data teknis yang lebih akurat sebagai basis kebijakan
kementerian dan lembaga dalam rangka meningkatkan keserasian dan menghindari
duplikasi kegiatan antar bidang DAK.
6. mendorong penggunaan kinerja pelaporan sebagai salah satu pertimbangan dalam
penyusunan kriteria pengalokasian DAK.
Penentuan alokasi DAK dilakukan melalui 2 tahapan, yaitu (1) penentuan daerah
tertentu yang menerima DAK dan (2) penentuan alokasi DAK untuk masing-masing daerah.
Penentuan daerah tertentu didasarkan atas tiga kriteria, yaitu:
Pertama; Kriteria umum (Ku), yang ditentukan berdasarkan kemampuan keuangan
daerah (indeks fiskal neto) yang dicerminkan dari penerimaan umum APBD setelah
dikurangi belanja Pns di daerah.
Penerimaan umum APbD terdiri dari PAD, DAu, dan DbH kecuali DbH yang
penggunaannya diarahkan (earmarking). Daerah dengan Ku dibawah rata-rata Ku secara
nasional adalah daerah yang menjadi prioritas mendapatkan DAK.
Kedua; Kriteria Khusus (KK), yang ditentukan berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang mengatur penyelenggaraan otonomi khusus dan aspek karakteristik
daerah.
Karakteristik daerah, meliputi:
a. Daerah tertinggal;
b. Daerah perbatasan dengan negara lain;
c. Daerah rawan bencana;
d. Daerah pesisir dan/atau kepulauan;
e. Daerah ketahanan pangan;
f. Daerah pariwisata
Ketiga; Kriteria teknis (Kt), yang ditentukan berdasarkan indikator-indikator teknis
yang dapat menggambarkan kondisi sarana dan prasarana yang akan didanai dari DAK.
Kriteria ini dirumuskan melalui indeks teknis yang disusun oleh menteri teknis terkait.
PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan PublikII/24
Dana Otonomi Khusus (Otsus) dan Penyesuaian
Dana otonomi Khusus (Dana otsus) adalah dana yang bersumber dari pendapatan
APbn yang diberikan kepada daerah yang telah ditetapkan sebagai daerah otonomi
khusus berdasarkan uu otsus. Ada dua uu yang mengatur otsus, yaitu uu nomor 21
Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua jo. UU Nomor 35 Tahun 2008 dan
UU Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh. Alokasi Dana otsus bagi Provinsi
Papua dan Provinsi Papua Barat besarnya setara 2% dari Pagu DAU Nasional, dengan
pembagian 70% untuk Provinsi Papua dan 30% untuk Provinsi Papua Barat yang ditujukan
untuk pembiayaan pendidikan dan kesehatan. Dalam rangka otsus pula Provinsi Papua dan
Provinsi Papua Barat juga mendapatkan alokasi Dana Tambahan Infrastruktur (DTI) yang
besarnya disesuaikan dengan kemampuan keuangan negara dan tambahan porsi DbH
sDA minyak bumi dan DbH sDA gas bumi masing-masing sebesar 55% dan 40%.
Pendanaan Otsus Provinsi Papua dan Papua Barat oleh Pemerintah Pusat menurut
uu 21/2001 harus disertai dengan terbitnya Perda Khusus (Perdasus) yang mengatur
diantaranya mengenai alokasi dana kepada daerah provinsi, kabupaten, dan kota di
lingkungan Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat.
Dana Otsus Provinsi Aceh berlaku untuk jangka waktu 20 tahun sejak 2008, yang
alokasinya dibedakan menjadi dua, yakni:
1. untuk tahun pertama s.d. tahun kelimabelas, besarnya setara dengan 2% plafon DAu
nasional, dan
2. untuk tahun keenambelas s.d. tahun keduapuluh, besarnya setara dengan 1% plafon
DAu nasional.
Arah penggunaan otsus Aceh ditujukan untuk membiayai pembangunan terutama
pembangunan dan pemeliharaan infrastruktur, pemberdayaan ekonomi rakyat, pengentasan
kemiskinan, serta pendanaan pendidikan, sosial, dan kesehatan (Pasal 183, ayat 1 uu
11/2006).
PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik Pengaturan HkPd Saat Ini II/25
Tabel 2.5 Alokasi Dana Otonomi Khusus setara 2% DAU Nasional
Tahun 2007-2013 (miliar Rupiah)
Tahun Papua Papua Barat Aceh
2007 3.295,7 - -
2008 3.590,1 - 3.590,1
2009 2.609,8 1.118,5 3.728,3
2010 2.694,9 1.154,9 3.849,81
2011 3.157,5 1.353,2 4.510,70
2012 3.833,4 1.642,9 5.476,3
2013 4.355,9 1.866,8 6.222,79
sumber: DJPK, Kemenkeu
Dana Tambahan Infrastruktur (DTI)a. Dana tambahan dalam rangka pelaksanaan otsus yang besarnya ditetapkan antara
Pemerintah Pusat dan DPR berdasarkan usulan Provinsi pada setiap tahun anggaran
yang terutama ditujukan untuk pembiayaan pembangunan infrastruktur.
b. Pembangunan infrastruktur dimaksudkan agar sekurang-kurangnya dalam 25 tahun
seluruh kota-kota Provinsi, Kabupaten/Kota, Distrik atau pusat-pusat penduduk lainnya
terhubungkan dengan transportasi darat, laut, dan udara yang berkualitas, sehingga
Provinsi Papua dapat melakukan aktivitas ekonominya secara baik dan menguntungkan
sebagai bagian dari sistem perekonomian nasional dan global.
Tabel 2.6 Alokasi Dana Tambahan Infrastruktur
Tahun 2009 – 2013 (miliar Rupiah)
Tahun Papua Papua Barat
2009 800,00 600,00
2010 800,00 600,00
PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan PublikII/26
Tahun Papua Papua Barat
2011 800,00 600,00
2012 571,40 428,60
2013 571,40 428,60
sumber: DJPK, Kemenkeu
Dana Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY)
Dana keistimewaan DiY merupakan dana yang berasal dari APbn dalam rangka
pelaksanaan kewenangan Keistimewaan DiY yang diperuntukkan bagi dan dikelola oleh
Pemerintah Provinsi DIY yang pengalokasian dan penyalurannya melalui mekanisme
transfer ke daerah sesuai dengan kebutuhan Provinsi DIY dan kemampuan keuangan
negara. sesuai dengan uu nomor 13 tahun 2012 (uu 13/2012) tentang Keistimewaan
Daerah istimewa Yogyakarta, kewenangan urusan dalam keistimewaan DiY meliputi:
a. tata cara pengisian jabatan, kedudukan, tugas, dan wewenang gubernur dan Wakil
gubernur,
b. Kelembagaan Pemerintahan Daerah DiY,
c. Kebudayaan
d. Pertanahan, dan
e. tata ruang
Kewenangan keistimewaan tersebut lebih lanjut diatur dalam Peraturan Daerah
istimewa (Perdais) no.1 tahun 2013 tentang Kewenangan Dalam urusan Keisitimewaan
Daerah Istimewa Yogyakarta. Kewenangan keistimewaan DIY tersebut berada di Provinsi
DiY.
Pemerintah menyediakan pendanaan dalam rangka penyelenggaraan urusan
keistimewaan DiY dalam Anggaran Pendapatan dan belanja negara sesuai dengan
kebutuhan Provinsi DIY dan kemampuan keuangan negara. Dana dalam rangka
pelaksanaan Keistimewaan DiY tersebut dibahas dan ditetapkan oleh Pemerintah Pusat
berdasarkan pengajuan Pemerintah Provinsi DIY. Dana keistimewaan yang diperuntukkan
bagi dan dikelola oleh Pemerintah Provinsi DIY yang pengalokasian dan penyalurannya
melalui mekanisme transfer ke daerah dari Rekening Kas umum negara (RKun) ke
Rekening Kas umum Daerah (RKuD). mekanisme pengalokasian dan penyaluran dana
PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik Pengaturan HkPd Saat Ini II/27
keistimewaan tersebut diatur dalam Peraturan menteri Keuangan nomor 103/PmK.07/2013
(PmK 103/2013) tentang tata Cara Pengalokasian dan Penyaluran Dana Keistimewaan DiY.
Dalam rangka pengajuan usulan Dana Keistimewaan DiY, gubernur DiY mengajukan
usulan rencana kebutuhan Dana Keistimewaan kepada mendagri dan menteri/pimpinan
lembaga pemerintah non kementerian terkait dengan tembusan kepada menkeu dan menteri
Perencanaan Pembangunan nasional/Kepala badan Perencanaan Pembangunan nasional
(Kepala bappenas). usulan rencana kebutuhan Dana Keistimewaan tersebut dilampiri
dengan dokumen Kerangka Acuan Kegiatan yang mengacu pada Perdais, Rencana
Pembangunan Jangka menengah Daerah (RPJmD), dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah
(RKPD). selanjutnya, mendagri sebagai koordinator bersama-sama dengan kementerian/
lembaga pemerintah non kementerian yang terkait dengan kewenangan keistimewaan DiY
melakukan penilaian terhadap usulan rencana kebutuhan tersebut. mendagri kemudian
menyampaikan hasil pembahasan penilaian usulan rencana kebutuhan kepada menkeu.
sesuai dengan mekanisme APbn, menkeu dan Kepala bappenas melakukan pembahasan
untuk menentukan usulan pagu indikatif Dana Keistimewaan berdasarkan kemampuan
keuangan negara.
menkeu menetapkan alokasi Dana Keistimewaan pada APbn berdasarkan hasil
pembahasan Pemerintah Pusat dengan DPR. Penyaluran Dana Keistimewaan DiY dilakukan
berdasarkan surat Permintaan Penyaluran Dana Keistimewaan yang disampaikan oleh
gubernur DiY atau pejabat yang diberi kuasa kepada Kuasa Pengguna Anggaran (KPA)
Dana Keistimewaan. Penyaluran Dana Keistimewaan DiY berdasarkan PmK 103/2013
dilakukan dengan rincian sebagai berikut:
a. tahap i disalurkan sebesar 25% dari pagu Dana Keistimewaan;
b. tahap ii disalurkan sebesar 55% dari pagu Dana Keistimewaan setelah laporan
Pencapaian Kinerja tahap i mencapai minimal 80%; dan
c. tahap iii disalurkan sebesar 20% (dua puluh persen) dari pagu Dana Keistimewaan
setelah laporan Pencapaian Kinerja tahap i dan tahap ii mencapai minimal 80%.
Dalam rangka pelaporan, Pemprov DIY wajib menyampaikan Laporan Akhir Realisasi
Penggunaan Dana Keistimewaan kepada KPA Dana Keistimewaan DiY dan laporan
Akhir Pencapaian Kinerja Penggunaan Dana Keistimewaan kepada menteri/pimpinan
lembaga pemerintah non-kementerian terkait. menteri/pimpinan lembaga pemerintah non-
kementerian terkait melakukan verifikasi atas laporan pencapaian kinerja.
PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan PublikII/28
Guna pemantauan dan evaluasi atas penggunaan Dana Keistimewaan DIY, Menkeu
melakukan pemantauan dan evaluasi atas penyaluran dana keistimewaan DIY. Sementara
itu, menteri/pimpinan lembaga pemerintah non-kementerian terkait melakukan pemantauan
dan evaluasi atas kinerja teknis dan pencapaian output.
Dana Tunjangan Profesi Guru (TPG) PNSD dan Dana Tambahan Penghasilan (Tamsil) Guru PNSD
tujuan nasional bangsa indonesia sebagaimana tertuang dalam Pembukaan
undang-undang Dasar Republik indonesia 1945 (uuD 1945) salah satunya adalah
mencerdaskan kehidupan bangsa. salah satu pilar penting untuk mewujudkan tujuan
tersebut adalah melalui Pendidikan. untuk mewujudkan pranata sosial yang kuat dan
berwibawa memberdayakan semua warga negara indonesia berkembang menjadi manusia
yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu
berubah, diperlukan penyelenggaraan pendidikan yang berkualitas. Dalam konteks inilah,
fungsi, peran, dan kedudukan guru menjadi sangat stategis.
uu nomor 14 tahun 2005 (uu 14/2005) tentang guru dan Dosen, mendudukkan guru
sebagai tenaga profesional pada jenjang pendidikan dasar, menengah, dan pendidikan
usia dini. sebagai pendidik profesional, guru diwajibkan memiliki kualitas akademik,
kompetensi, sertifikat pendidik serta kemampuan untuk mewujudkan tujuan nasional
sebagaimana diamanatkan dalam uuD 1945.
Dalam melaksanakan keprofesionalannya, guru berhak memperoleh penghasilan
di atas kebutuhan hidup minimum dan jaminan kesejahteraan sosial. Penghasilan di
atas kebutuhan minimum meliputi gaji pokok, tunjangan yang melekat pada gaji serta
tunjangan lain berupa tunjangan profesi pendidik bagi guru yang ditetapkan dengan prinsip
penghargaan atas dasar prestasi.
Pasal 16 ayat (2) UU 14/2005 mengamanatkan bahwa guru yang telah memiliki sertifikat
pendidik yang diangkat oleh penyelenggara pendidikan dan/atau satuan pendidikan
yang diselenggarakan oleh masyarakat serta memenuhi persyaratan lainnya berhak
mendapatkan tunjangan profesi guru setara 1 (satu) kali gaji pokok. sejak tahun 2007, guru
PNSD maupun non PNSD yang sudah bersertifikasi menerima TPG PNSD yang langsung
dibayarkan oleh Pemerintah Pusat melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
(Kemendikbud), sementara untuk Guru PNSD yang belum bersertifikat mendapatkan
PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik Pengaturan HkPd Saat Ini II/29
tunjangan kemaslahatan berupa dana tamsil guru PnsD yang jumlahnya tetap setiap tahun
berdasarkan Peraturan Presiden nomor 52 tahun 2009 tentang tambahan Penghasilan
bagi guru Pegawai negeri sipil.
berkenaan dengan penyelarasan prinsip-prinsip otonomi daerah, di mana kewenangan
atas pegawai daerah termasuk guru PnsD merupakan kewenangan Pemda, sejak tahun
2009 pembayaran tamsil guru PnsD yang semula dilakukan oleh Pemerintah Pusat
(Kemendikbud) ke guru yang bersangkutan, diubah mekanismenya melalui transfer ke
Daerah, sementara untuk tPg PnsD diubah mekanisme penyalurannya sejak tahun 2010.
Kebijakan pengalihan pengelolaan tPg PnsD dan dana tamsil guru PnsD dari
Pemerintah Pusat (Kemendikbud) kepada pemerintah Kabupaten/Kota merupakan wujud
pelaksanaan desentralisasi dalam pembagian urusan pemerintahan antara pemerintah
pusat dan Pemda. Hal tersebut sejalan dengan amanat Pasal 6 dan 7 PP nomor 38
tahun 2007, bahwa pendidikan termasuk salah satu urusan pemerintahan yang wajib
diselenggarakan oleh pemerintahan daerah provinsi dan pemerintahan daerah kabupaten/
kota, berkaitan dengan pelayanan dasar. Pemerintah Pusat (Kemenkeu) melakukan
pemindahbukuan dari RKun ke RKuD masing-masing Pemda yang selanjutnya dibayarkan
kepada masing-masing guru yang berhak.
Alokasi tPg PnsD dan Dana tamsil guru PnsD per Daerah merupakan usulan dari
Kemendikbud yang disampaikan kepada Kemenkeu setiap tahun berdasarkan hasil
rekonsiliasi data guru PnsD. berdasarkan usulan tersebut, Kemenkeu menerbitkan PmK
yang menjadi dasar hukum penyaluran dari RKun ke RKuD masing-masing Pemda.
Alokasi tPg PnsD dan Alokasi Dana tamsil guru PnsD dari tahun 2009 sampai
dengan tahun 2014 adalah sebagaimana tercantum dalam tabel di bawah ini.
Tabel 2.7 Alokasi TPG PNSD dan Alokasi Dana Tamsil Guru PNSD
(dalam miliar rupiah)
Tahun Tambahan Penghasilan Guru PNSD Tunjangan Profesi Guru PNSD
2009 7.800,00 -
2010 5.800,00 10.994,89
2011 3.696,18 18.537,69
PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan PublikII/30
Tahun Tambahan Penghasilan Guru PNSD Tunjangan Profesi Guru PNSD
2012 2.898,90 30.559,80
2013 2.412,00 43.057,80
2014* 945,86 56.136,31
Keterangan:
* = PmK tentang Pedoman umum dan Alokasi tunjangan Profesi guru PnsD dan tambahan
Penghasilan guru PnsD masih dalam proses.
sumber: DJPK, Kemenkeu
TPG PNSD
tujuan nasional bangsa indonesia sebagaimana tertuang dalam Pembukaan undang-
undang Dasar Republik indonesia 1945 salah satunya adalah mencerdaskan kehidupan
bangsa. salah satu pilar penting untuk mewujudkan tujuan tersebut adalah melalui
Pendidikan. untuk mewujudkan pranata sosial yang kuat dan berwibawa memberdayakan
semua warga negara indonesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga
mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah, diperlukan
penyelenggaraan pendidikan yang berkualitas. Dalam konteks inilah, fungsi, peran dan
kedudukan guru menjadi sangat stategis.
undang - undang nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan Dosen, mendudukan guru
sebagai tenaga profesional pada jenjang pendidikan dasar, menengah dan pendidikan usia
dini. sebagai pendidik profesional, guru diwajibkan memiliki kualitas akademik, kompetensi,
sertifikat pendidik serta kemampuan untuk mewujudkan tujuan nasional sebagaimana
diamanatkan dalam uuD 1945.
Dalam melaksanakan keprofesionalannya, guru berhak memperoleh penghasilan
diatas kebutuhan hidup minimum dan jaminan kesejahteraan sosial. Penghasilan
diatas kebutuhan minimum meliputi gaji pokok, tunjangan yang melekat pada gaji serta
tunjangan lain berupa tunjangan profesi pendidik bagi guru yang ditetapkan dengan prinsip
penghargaan atas dasar prestasi.
Pasal 16 ayat (2) uu nomor 14 tahun 2005 mengamanatkan bahwa guru yang telah
memiliki sertifikat pendidik yang diangkat oleh penyelenggara pendidikan dan/atau satuan
pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat serta memenuhi persyaratan lainnya
PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik Pengaturan HkPd Saat Ini II/31
berhak mendapatkan tunjangan profesi guru setara 1 (satu) kali gaji pokok. sejak tahun
2007, Guru PNSD maupun non PNSD yang sudah bersertifikasi menerima Tunjangan Profesi
guru PnsD yang langsung dibayarkan oleh Pemerintah Pusat (Kemendikbud), sementara
untuk Guru PNSD yang belum bersertifikat mendapatkan tunjangan kemaslahatan berupa
dana tambahan Penghasilan guru PnsD yang jumlahnya tetap setiap tahun berdasarkan
Peraturan Presiden nomor 52 tahun 2009 tentang tambahan Penghasilan bagi guru
Pegawai negeri sipil.
berkenaan dengan penyelarasan prinsip-prinsip otonomi daerah, dimana kewenangan
atas pegawai daerah termasuk guru PnsD merupakan kewenangan Pemerintah Daerah,
sejak tahun 2009 pembayaran tambahan Penghasilan guru PnsD yang semula dilakukan
oleh Pemerintah Pusat (Kemendikbud) ke guru yang bersangkutan, diubah mekanismenya
melalui transfer ke Daerah, sementara untuk tunjangan Profesi guru PnsD diubah
mekanisme penyalurannya sejak tahun 2010.
Kebijakan pengalihan pengelolaan tunjangan Profesi guru PnsD dan dana tambahan
Penghasilan guru PnsD dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Pemerintah Pusat)
kepada pemerintah Kabupaten/Kota merupakan wujud pelaksanaan desentralisasi dalam
pembagian urusan pemerintahan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Hal
tersebut sejalan dengan amanat Pasal 6 dan 7 Peraturan Pemerintah nomor 38 tahun 2007,
bahwa pendidikan termasuk salah satu urusan pemerintahan yang wajib diselenggarakan
oleh pemerintahan daerah provinsi dan pemerintahan daerah kabupaten/kota, berkaitan
dengan pelayanan dasar. Pemerintah Pusat (Kemenkeu) melakukan pemindahbukuan dari
Rekening Kas umum negara (RKun) ke Rekening Kas umum Daerah (RKuD) masing-
masing Pemerintah Daerah yang selanjutnya dibayarkan kepada masing-masing guru yang
berhak.
Alokasi tunjangan Profesi guru PnsD dan Dana tambahan Penghasilan guru PnsD
per Daerah merupakan usulan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang
disampaikan kepada Kementerian Keuangan setiap tahun berdasarkan hasil rekonsiliasi
data guru PnsD. berdasarkan usulan tersebut, Kementerian Keuangan menerbitkan
Peraturan menteri Keuangan yang menjadi dasar hukum penyaluran dari RKun ke RKuD
masing-masing Pemerintah Dearah.
Alokasi tunjangan Profesi guru PnsD dan Alokasi Dana tambahan Penghasilan guru
PnsD dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2014 adalah sebagaimana tercantum dalam
tabel di bawah ini.
PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan PublikII/32
Tabel 2.8. Alokasi Tunjangan Profesi Guru PNSD dan
Alokasi Dana Tambahan Penghasilan Guru PNSD (dalam miliar rupiah)
TahunTambahan Penghasilan
Guru PNSDTunjangan Profesi
Guru PNSD
2009 7.800,00 -
2010 5.800,00 10.994,89
2011 3.696,18 18.537,69
2012 2.898,90 30.559,80
2013 2.412,00 43.057,80
2014* 945,86* 56.136,31
Keterangan:
* PmK tentang Pedoman umum dan Alokasi tambahan Penghasilan guru PnsD masih dalam
proses.
tunjangan Profesi guru PnsD dimaksudkan untuk meningkatkan mutu guru PnsD
sebagai amanat uu nomor 14 tahun 2005. tunjangan Profesi guru PnsD yang disalurkan
melalui mekanisme transfer ke Daerah adalah tunjangan profesi yang diberikan kepada
seluruh guru PNSD yang telah memiliki sertifikat pendidik kecuali guru pendidikan agama.
sementara itu, untuk guru belum menerima tunjangan profesi sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan, diberikan dana tambahan Penghasilan guru PnsD yang
besarnya Rp250.000,00 per bulan (sebanyak 12 bulan). Dana tambahan Penghasilan guru
PnsD mulai diberikan tanggal 1 Januari 2009 sesuai dengan Peraturan Presiden nomor 52
tahun 2009 tentang tambahan Penghasilan bagi guru Pegawai negeri sipil.
tambahan Penghasilan guru PnsD diberhentikan pembayarannya apabila guru yang
bersangkutan diangkat dalam jabatan struktural atau jabatan fungsional lain atau sudah
menerima tunjangan profesi atau karena hal lain sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan.
PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik Pengaturan HkPd Saat Ini II/33
Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS)
sesuai dengan PP nomor 38 tahun 2007 tentang Pembagian urusan Pemerintahan,
penyelenggaraan pendidikan dasar merupakan urusan daerah. oleh sebab itu, pada
tahun 2014 dana bos akan tetap dialokasikan sebagai dana penyesuaian. Dana bos
dialokasikan untuk mendukung penyelenggaraan pendidikan dasar sebagai urusan daerah
melalui penyaluran BOS ke RKUD Provinsi, untuk selanjutnya diteruskan ke sekolah dengan
mekanisme hibah.
bos adalah dana yang digunakan terutama untuk biaya non personalia bagi satuan
pendidikan dasar sebagai pelaksana program wajib belajar, dan dapat dimungkinkan
untuk mendanai beberapa kegiatan lain sesuai petunjuk teknis menteri Pendidikan dan
Kebudayaan. Pemberian dana bos bertujuan untuk membebaskan biaya pendidikan
bagi siswa tidak mampu dan meringankan beban biaya bagi siswa yang lain sehingga
memperoleh layanan pendidikan yang lebih bermutu dalam rangka penuntasan Wajib
belajar sembilan tahun. Dana bos merupakan stimulus bagi daerah dan bukan pengganti
(substitusi) dari kewajiban daerah untuk menyediakan anggaran pendidikan. sehubungan
dengan itu pemberian dana BOS akan diikuti dengan perkuatan monitoring dan evaluasi
untuk menghindari terjadinya penyimpangan sekaligus memastikan bahwa daerah tidak
mengurangi alokasi anggaran untuk penyelenggaraan bos Daerah (bosDA). bos akan
dikelola oleh Tim Pusat, Tim Provinsi, dan Tim Kabupaten/Kota yang berkoordinasi secara
teratur untuk menjamin agar pelaksanaan bos mulai dari perencanaan, penganggaran,
pengalokasian, penyaluran, pelaporan, monitoring dan evaluasi berjalan lancar dan dapat
meminimalkan permasalahan.
Dana Darurat
Dana Darurat merupakan dana yang berasal dari APbn yang dialokasikan kepada
daerah yang mengalami bencana nasional dan/atau peristiwa luar biasa sebagaimana yang
diamanatkan dalam ketentuan Pasal 48 uu 33/2004 tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah. Dana Darurat digunakan untuk keperluan
mendesak yang tidak dapat ditanggulangi oleh Daerah dengan menggunakan pendanaan
yang bersumber dari APbD. Keadaan yang dapat digolongkan sebagai bencana nasional
dan/peristiwa luar biasa tersebut ditetapkan oleh Presiden, sehingga hanya daerah yang
PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan PublikII/34
terkena bencana dan telah mendapat penetapan sebagai bencana nasional oleh Presiden
yang dapat mengajukan dana darurat kepada Pemerintah Pusat.
terkait dengan Dana Penanggulangan bencana yang didanai APbn, terdapat tiga
tahap dalam penanggulangan bencana, yaitu tahap Pra-bencana, tahap tanggap Darurat
dan tahap Pasca-bencana. berdasarkan PP nomor 44 tahun 2012 tentang Dana Darurat,
Dana Darurat digunakan untuk mendanai kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi pada tahap
pascabencana yang menjadi kewenangan daerah sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang mengatur kewenangan daerah. batas waktu rehabilitasi dan
rekonstruksi pasca bencana ditetapkan oleh Presiden. Dengan demikian, Dana Darurat
tersebut merupakan bagian dari dana desentralisasi yang digunakan untuk mendanai
kewenangan daerah dalam penanggulangan bencana pada tahap pasca bencana.
sementara itu, pendanaan pada tahap prabencana, tanggap darurat, dan tahap pasca
bencana yang menjadi urusan Pemerintah Pusat menjadi kewenangan badan nasional
Penanggulangan bencana (bnPb).
Pengelolaan Dana Darurat diatur dalam PmK nomor 81/PmK.07/2013 (PmK 81/2013)
tentang tata Cara Pengelolaan Dana Darurat. Dalam proses penganggaran Dana Darurat,
Pemda mengajukan permintaan Dana Darurat kepada menkeu dengan melampirkan
kerangka acuan kegiatan. menkeu bersama Kepala bnPb dan/atau menteri/pimpinan
lembaga pemerintah non kementerian terkait melakukan verifikasi dan evaluasi terhadap
permintaan Dana Darurat. selanjutnya, menkeu menetapkan alokasi Dana Darurat
berdasarkan mekanisme APbn.
Penyaluran Dana Darurat dilakukan melalui tata cara pemindahbukuan dari RKun
ke RKuD. Dana Darurat tersebut disalurkan secara bertahap sesuai dengan pencapaian
kinerja. menkeu, Kepala bnPb, dan menteri/pimpinan lembaga pemerintahan non
kementerian terkait melakukan pemantauan dan evaluasi atas penyaluran dan penggunaan
Dana Darurat. Dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran Dana Darurat,
Pemda wajib menyampaikan laporan realisasi penggunaan Dana Darurat kepada menkeu
dan laporan akhir pencapaian kinerja Dana Darurat kepada Kepala bnPb dan menteri/
pimpinan lembaga pemerintah non kementerian terkait.
Kebijakan Dana Darurat sampai saat ini belum dapat direalisasikan mengingat belum
adanya peraturan perundangan yang ditetapkan Presiden mengenai keadaan yang
dapat digolongkan sebagai bencana nasional dan/peristiwa luar biasa. Dalam rangka
implementasi kebijakan Dana Darurat, Kementerian Keuangan (Kemenkeu) bersama bnPb
PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik Pengaturan HkPd Saat Ini II/35
bersinergi untuk mempercepat Rancangan Perpres tentang Penetapan status bencana
dan batas Waktu Rehabilitasi dan Rekonstruksi. implementasi Dana Darurat akan menjadi
alternatif sumber pendanaan penanggulangan bencana bagi Daerah yang tidak mampu
mendanai melalui APbD.
Kebijakan Hibah Daerah
Hibah Daerah adalah pemberian dengan pengalihan hak atas sesuatu dari Pemerintah
Pusat atau pihak lain kepada Pemda atau sebaliknya yang secara spesifik telah ditetapkan
peruntukannya dan dilakukan melalui perjanjian. Kebijakan hibah daerah merupakan bagian
yang tidak dapat dipisahkan dari penyelenggaraan asas desentralisasi dan otonomi daerah.
Pemberian hibah oleh Pemerintah Pusat kepada Pemda atau sebaliknya merupakan wujud
pelaksanaan hubungan keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemda.
Dasar hukum yang mengatur mengenai pemberian dan penggunaan hibah kepada
pemerintah daerah tersebut telah diatur dalam PP nomor 57 tahun 2005 tentang Hibah
Kepada Daerah. sebagai pelaksanaannya, telah diterbitkan pula PmK nomor 168/
PmK.07/2008 tentang Hibah Daerah dan PmK nomor 169/PmK.07/2008 tentang tata
Cara Penyaluran Hibah Kepada Pemerintah Daerah. sebagai upaya perbaikan dalam
peningkatan akuntabilitas dan transparansi pelaksanaan hibah daerah, pada tahun 2012
telah diterbitkan PP nomor 2 tahun 2012 tentang Hibah Daerah sebagai pengganti PP
nomor 57 tahun 2005. sebagai peraturan pelaksanaannya telah ditetapkan PmK nomor
188/PmK.07/2012 tentang Hibah dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah.
beberapa ketentuan yang diatur dalam PP 2/2012 antara lain:
a. Penegasan bahwa hibah dari Pemerintah Pusat kepada Pemda atau sebaliknya
dilaksanakan melalui mekanisme APbn dan APbD.
b. Pengaturan mengenai perencanaan hibah, baik yang bersumber dari luar negeri
maupun penerimaan dalam negeri yang diberikan berdasarkan kriteria tertentu dan
kewenangan pihak-pihak yang terkait pemberian atau penerusan hibah.
c. Pengakuan terhadap variasi metode penyaluran hibah dalam bentuk uang untuk Pemda
guna menampung berbagai bentuk metode penyaluran untuk pemberian dan/atau
penerusan hibah yang selama ini telah dikenal oleh pemberi pinjaman/hibah luar negeri
PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan PublikII/36
dan telah diatur dalam PP 10/2011 tentang tata Cara Pengadaan Pinjaman luar negeri
dan Penerimaan Hibah.
d. Pengaturan bahwa penyaluran hibah kepada Pemda dapat disalurkan secara bertahap
sesuai dengan capaian kinerja dan dilakukan setelah mendapat pertimbangan terlebih
dahulu dari kementerian negara/lembaga pemerintah non kementerian.
e. Penerapan asas fleksibilitas dalam penerimaan, penganggaran, dan pelaksanaan hibah
kepada daerah terutama yang bersumber dari hibah luar negeri.
Perubahan peraturan sebagaimana dimaksud di atas merupakan respon akomodatif
atas permasalahan pelaksanaan hibah daerah dan perubahan peraturan terkait
pelaksanaan hibah daerah. salah satu karakteristik khas dalam mekanisme hibah kepada
daerah adalah upaya mendorong peningkatan kualitas belanja publik. Karakteristik ini
didukung oleh 2 (dua) hal yang menjadi pilar dalam praktek dan termuat dalam peraturan
pelaksanaan hibah kepada daerah, yaitu: penguatan hubungan antar lembaga berbasis
pada penegasan fungsi dalam penyaluran dana hibah ke daerah dan penerapan pola
penyaluran dana hibah berbasis kinerja (performance-based grant).
Gambar 2.4 Pola Hubungan Antar Lembaga Dalam Hibah Daerah
sumber: DJPK, Kemenkeu
PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik Pengaturan HkPd Saat Ini II/37
Pertama, pola hubungan antar lembaga berbasis fungsi di atas pada dasarnya
adalah mengembalikan kewenangan kepada masing-masing pihak yang memiliki dan
bertanggung jawab atas tugas dan fungsi kelembagaan yang dilaksanakan. Dalam
kerangka ini, Pemda selaku implementing agency memiliki tugas untuk melaksanakan
kegiatan hibah berdasarkan kewenangannya sesuai pedoman pelaksanaan kegiatan hibah.
selaku executing agency, kementerian negara/lembaga pemerintah non kementerian akan
melakukan supervisi dan asistensi untuk memastikan bahwa kegiatan yang dilaksanakan
di daerah sudah dilaksanakan sesuai dengan petunjuk teknis dan memenuhi kriteria yang
ditentukan. sementara itu, Kemenkeu berfungsi sebagai bun yang melaksanakan tugas
penyaluran dana hibah kepada daerah berdasarkan rekomendasi kementerian negara/
lembaga pemerintah non kementerian.
Kedua, penyaluran dana hibah didasarkan pada kinerja daerah dalam pelaksanaan
kegiatan hibah. mekanisme hibah kepada daerah menerapkan persyaratan tertentu
yang memungkinkan dilaksanakannya transfer dana kepada Pemda. Hal ini merupakan
perwujudan mekanisme hibah berbasis kinerja (performance-based grant) dalam rangka
peningkatan akuntabilitas dan transparansi pengelolaan keuangan negara. Penerapan
prinsip ini juga merupakan upaya mendorong Pemda agar melaksanakan kegiatannya
dengan berorientasi pada hasil yang telah direncanakan.
Kegiatan hibah dapat bersifat multi–years sehingga pendanaan dengan hibah cocok
diterapkan untuk mendanai kegiatan-kegiatan yang pelaksanaannya memerlukan waktu
lebih dari satu tahun, misalnya investasi di bidang infrastruktur. Selain itu, kegiatan hibah
dilaksanakan dengan pembiayaan pendahuluan (prefinancing) dari APbD. Penyaluran dana
hibah dapat dilakukan apabila seluruh persyaratan teknis dan administratif telah dipenuhi.
Hal ini dapat membantu untuk menjaga terlaksananya kegiatan sesuai dengan standar yang
ditentukan sekaligus meningkatkan rasa kepemilikan (sense of belonging) oleh Pemda.
mekanisme hibah kepada daerah mulai efektif pada tahun 2010 dengan disalurkannya
dana hibah untuk kegiatan Local Basic Education Capacity (l-beC), yang penganggarannya
sudah tercatat sejak APbn-Perubahan tA 2009. Hal ini menandai warna baru dalam
sistem pendanaan desentralisasi dalam rangka otonomi daerah di indonesia selain dana
perimbangan (DbH, DAu, dan DAK) yang sudah dikenal selama ini. Hal ini sejalan dengan
amanat uu nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan negara dan uu nomor 1 tahun
2004 tentang Perbendaharaan negara yang memuat kewajiban Pemerintah Pusat untuk
mengalokasikan dana perimbangan dan kewenangan Pemerintah Pusat untuk memberikan
PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan PublikII/38
pinjaman dan/atau hibah kepada Pemda baik yang bersumber dari dalam maupun luar
negeri. selain itu, uu 33/2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat
dan Pemerintahan Daerah juga mengatur bahwa dalam rangka penyelenggaraan asas
desentralisasi dan untuk mendanai pelaksanaan otonomi daerah, Pemda diberikan
peluang untuk memperoleh pendapatan lainnya, yaitu pendapatan hibah sebagai lain-lain
pendapatan yang sah.
Tabel 2.9 Hibah Kepada Pemerintah Daerah
No. Program HibahAPBN 2009
APBN 2010
APBN 2011
APBN 2012
APBN 2013
APBN 2014
1 Local Basic Education Capacity (L-BEC) V V V V - -
2Support to Community Health Services (SCHS)
V - - - - -
3 Dana Hibah Ke Daerah APBN - V - - - -
4 Mass Rapid Transit (MRT) - V V V V V
5 Hibah Air Minum - V V V V V
6 Hibah Air Limbah - V V - V V
7Water Sanitation Program D (WASAP-D)
- V V - - -
8Infrastructure Enhancement Grant (IEG) Sanitasi
- - V - - V
9Infrastructure Enhancement Grant (IEG) Transportasi
- - V - - -
10Water Resources and Irrigation Sector Management Program 2 (WISMP-2)
- - - V V V
11Simeulue Physical Infrastructure Project
- - - V - -
12Exploration of Seulawah Agam Geothermal Working Area Project
- - - V V V
13Sanitation – Australia Indonesia Infrastruture Grants (SAIIG)
- - - - V V
PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik Pengaturan HkPd Saat Ini II/39
No. Program HibahAPBN 2009
APBN 2010
APBN 2011
APBN 2012
APBN 2013
APBN 2014
14Provincial Road Improvement and Maintenance (PRIM)
- - - - - V
sumber: DJPK, Kemenkeu
APbn-P tA 2009 mencatat 2 (dua) program hibah, yaitu l-beC dan Support to
Community Health Services (sCHs). l-beC merupakan penerusan hibah yang bersumber
dari hibah Pemerintah Kerajaan belanda dan uni eropa dengan perwalian (Trustee) bank
Dunia dan telah selesai dilaksanakan pada tahun 2012. Hibah ini diberikan kepada 50 (lima
puluh) pemerintah kabupaten/kota dengan tujuan meningkatkan kapasitas penyelenggara
pendidikan dalam hal perencanaan, pengelolaan, dan pertanggungjawaban anggaran
sekolah berbasis teknologi informasi. sedangkan sCHs merupakan hibah dari uni
eropa yang dikelola oleh World Health Organization (WHo) untuk pembangunan instalasi
perawatan pasien flu burung di 10 (sepuluh) daerah. Namun, pada tahun ini tidak ada dana
hibah yang disalurkan kepada Pemda karena masih terdapat perbedaan penafsiran dalam
penatausahaan hibah ke daerah.
Pada APbn 2010, sempat tercantum alokasi hibah yang bersumber dari penerimaan
dalam negeri. seiring dengan proses politik anggaran, dana hibah ini direalokasi menjadi
salah satu instrumen dalam mekanisme transfer Ke Daerah pada APbn-P 2010. namun
dalam APbn-P 2010 tersebut muncul tambahan alokasi dan program hibah selain l-beC,
yaitu Mass Rapid Transit (mRt), Hibah Air minum, Hibah Air limbah, dan Water and
Sanitation Program D (WAsAP-D). Pendanaan Hibah mRt ini bersumber dari pinjaman
luar negeri yang berasal dari Japan International Cooperation Agency (JiCA). Program
ini merupakan program yang bertujuan untuk mengatasi permasalahan transportasi
di Jakarta yang menjadi prioritas pembangunan nasional dan telah tercantum dalam
Rencana Pembangunan Jangka menengah nasional (RPJmn) yang akan dilaksanakan
oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Hibah Air Minum dan Hibah Air Limbah merupakan
penerusan hibah yang bersumber dari hibah Pemerintah Australia. Hibah Air minum
bertujuan untuk meningkatkan akses penyediaan air minum bagi masyarakat yang belum
memiliki akses sambungan air minum perpipaan secara berkesinambungan dalam upaya
mencapai target Millenium Development Goals (mDgs) di 35 daerah. sedangkan Hibah Air
limbah bertujuan untuk meningkatkan akses sistem air limbah perpipaan bagi masyarakat
khusus untuk kota-kota yang sudah memiliki sistem pengelolaan air limbah terpusat di 5
PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan PublikII/40
(lima) daerah. Program ini dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan output-based
dalam mengupayakan percepatan penambahan jumlah sambungan rumah baru. Dalam
kegiatan WAsAP-D, bank Dunia memberikan hibah yang ditujukan untuk pembangunan
sarana pengelolaan air limbah bagi masyarakat berpenghasilan Rendah (mbR) di 6 (enam)
daerah.
APbn 2011 mencatat 7 (tujuh) program hibah yang sebagian besar merupakan
kelanjutan dari program tahun sebelumnya. Program baru yang muncul dalam tahun ini
adalah Infrastructure Enhancement Grant (ieg) sanitasi dan Infrastructure Enhancement
Grant (ieg) transportasi. Kedua program ini merupakan hibah dari Pemerintah Australia
untuk mempercepat pembangunan infrastruktur di sektor sanitasi dan transportasi.
ieg sanitasi diberikan kepada 22 (dua puluh dua) daerah yang memiliki kepedulian dan
komitmen dalam pembangunan sanitasi sedangkan ieg transportasi diberikan kepada
2 (dua) daerah yang telah memenuhi syarat tertentu dan ditetapkan oleh Kementerian/
lembaga (K/l) terkait.
tercatat 3 (tiga) program hibah baru dalam APbn 2012 mendampingi 2 (dua) program
lama (l-beC dan mRt). Ketiganya adalah Simeulue Physical Infrastructure Project ii (sPiP
ii), Exploration of Seulawah Agam Geothermal Working Area Project (seulawah Geothermal),
dan Water Resources and Irrigation Sector Management Program Phase 2 (WismP-2). sPiP
ii merupakan penerusan hibah yang bersumber dari pinjaman Islamic Development Bank
(iDb) kepada Pemerintah Kabupaten simeulue untuk kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi
pasca bencana tsunami dan dalam kelanjutannya, program tersebut tidak dilaksanakan
melalui mekanisme hibah daerah. Adapun Program seulawah Geothermal merupakan hibah
dari Kreditanstalt fur Wiedeaufbau (KfW) Jerman kepada Pemerintah Provinsi Nanggroe
Aceh Darussalam untuk eksplorasi energi panas bumi. sedangkan WismP-2, merupakan
kegiatan peningkatan pengelolaan irigasi partisipatif di 115 daerah yang telah berkinerja
baik pada WismP-1 dan memenuhi syarat yang ditentukan oleh K/l terkait.
Pada APbn 2013, program hibah yang dianggarkan sebanyak 6 (enam) program
meliputi: mRt, WismP-2, dan seulawah geothermal yang merupakan kelanjutan dari
program tahun anggaran sebelumnya, hibah air minum dan hibah air limbah yang
merupakan program lanjutan dari tahap pertama yang telah sukses dilaksanakan pada
tahun 2012 serta Hibah Australia-Indonesia Infrastructure Initiative (sAiig) yang merupakan
program hibah baru. Program Hibah sAiig merupakan bantuan dari Pemerintah Australia
PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik Pengaturan HkPd Saat Ini II/41
yang akan dilaksanakan sampai dengan tahun 2015 untuk mempercepat pencapaian
pembangunan bidang air limbah dan persampahan.
sementara pada APbn 2014 ini telah dianggarkan belanja hibah kepada daerah
sebesar Rp3,54 triliun untuk 8 (delapan) program hibah, yang satu diantaranya adalah
program hibah baru yaitu program Provincial Road Improvement and Maintanance (PRim)
kepada Provinsi Nusa Tenggara Barat. Program ini ditujukan untuk meningkatkan kapasitas
Pemerintah Provinsi dalam pengelolaan dan pemeliharaan jalan serta untuk mendorong
Pemerintah Provinsi agar meningkatkan alokasi dana pemeliharaan jalan.
Pada akhirnya, pelaksanaan hibah kepada daerah, khususnya yang bersumber dari
luar negeri, telah mengalami perkembangan yang cukup signifikan. Namun demikian,
masih terbuka kemungkinan-kemungkinan upaya optimalisasi dalam kebijakan pemberian
hibah kepada daerah sehingga diharapkan dapat memperkuat kapasitas fiskal daerah
dan mewujudkan pemerataan antar-daerah secara proporsional, demokratis, adil, dan
transparan dengan memperhatikan potensi, kondisi, dan kebutuhan Daerah. upaya
optimalisasi tersebut salah satunya dilakukan dengan mengidentifikasi terlebih dahulu
permasalahan-permasalahan yang menyangkut hibah kepada daerah yang bersumber dari
pinjaman luar negeri ataupun hibah luar negeri. Hal yang cukup menarik adalah perubahan
mekanisme pendanaan pada program WismP yang semula menggunakan mekanisme
dekonsentrasi dan tugas pembantuan menjadi mekanisme hibah daerah. Kondisi ini tentu
saja merupakan perwujudan komitmen K/l untuk ikut mendukung upaya desentralisasi
pendanaan sesuai dengan kewenangan yang dimiliki (prinsip money follows function). Di
sisi lain, hal ini juga menunjukkan komitmen Pemda untuk bersama-sama mendukung
pencapaian target dan prioritas nasional.
Hal lain adalah terkait dengan pemberian hibah kepada daerah yang bersumber
dari penerimaan dalam negeri. selain penerapan kebijakan-kebijakan di atas, upaya
optimalisasi dapat dilakukan antara lain dengan penataan ulang atas dana APbn yang
didesentralisasikan. Diperlukan adanya konsistensi dan ketegasan kriteria antar dana-dana
yang dilaksanakan di daerah agar tercipta pola pendanaan yang lebih adil, transparan, dan
akuntabel.
PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan PublikII/42
2.3. Pembiayaan DaerahDalam rangka meningkatkan efektivitas dan efisiensi pengelolaan pinjaman daerah
serta menyesuaikan dengan perkembangan kebutuhan dalam rangka pelaksanaan
hubungan keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah, dilakukan revisi
PP nomor 54 tahun 2005 tentang Pinjaman Daerah menjadi PP nomor 30 tahun 2011
tentang Pinjaman Daerah. Revisi PP ini dilakukan sejalan dengan dilakukannya revisi PP
nomor 2 tahun 2006 tentang tata Cara Pengadaan Pinjaman dan/atau Penerimaan Hibah
serta Penerusan Pinjaman dan/atau Hibah luar negeri menjadi PP nomor 10 tahun 2011
tentang tata Cara Pengadaan Pinjaman luar negeri dan Penerimaan Hibah.
beberapa perubahan pokok yang dimuat dalam PP 30/2011 tentang Pinjaman Daerah
antara lain:
a. Peningkatan fleksibilitas penggunaan pinjaman daerah melalui pengaturan bahwa
pinjaman jangka panjang digunakan untuk mendanai kegiatan investasi prasarana dan/
atau sarana dalam rangka penyediaan pelayanan publik yang:
i. menghasilkan penerimaan langsung berupa pendapatan bagi APbD yang
berkaitan dengan pembangunan prasarana dan sarana tersebut;
ii. menghasilkan penerimaan tidak langsung berupa penghematan terhadap belanja
APbD yang seharusnya dikeluarkan apabila kegiatan tersebut tidak dilaksanakan;
dan/atau
iii. memberikan manfaat ekonomi dan sosial.
namun demikian, khusus untuk pinjaman jangka panjang berupa obligasi daerah
dibatasi hanya untuk membiayai kegiatan investasi prasarana dan/atau sarana dalam
rangka penyediaan pelayanan publik yang menghasilkan penerimaan bagi APbD yang
diperoleh dari pungutan atas penggunaan prasarana dan/atau sarana tersebut.
b. Penambahan prinsip umum pinjaman daerah, seperti:
i. Penegasan peran menkeu selaku bun yang mempunyai kewenangan untuk
memberikan pinjaman Pemerintah Pusat kepada Pemerintahan Daerah;
ii. Penegasan bahwa Pemda dapat melakukan pinjaman dan pinjaman tersebut
harus merupakan inisiatif Pemda dalam rangka melaksanakan kewenangan Pemda
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik Pengaturan HkPd Saat Ini II/43
iii. Pinjaman daerah yang bersumber dari Pemerintah Pusat diberikan dalam kerangka
hubungan keuangan antara Pemerintah dan Pemerintahan Daerah; dan
iv. Pemda dapat meneruskan Pinjaman Daerah sebagai pinjaman, hibah, dan/atau
penyertaan modal kepada badan usaha milik Daerah (bumD) dalam kerangka
hubungan keuangan antara Pemerintahan Daerah dan bumD.
c. Pinjaman Daerah yang bersumber dari Pemerintah Pusat berasal dari APbn termasuk
dana investasi Pemerintah Pusat yang dilaksanakan melalui Pusat Investasi Pemerintah,
penerusan Pinjaman Dalam negeri, dan/atau penerusan Pinjaman luar negeri.
d. Persyaratan Pemda dalam melakukan pinjaman daerah adalah:
i. Jumlah sisa pinjaman daerah ditambah jumlah pinjaman yang akan ditarik tidak
melebihi 75% (tujuh puluh lima persen) dari jumlah penerimaan umum APbD tahun
sebelumnya.
ii. memenuhi ketentuan rasio kemampuan keuangan daerah untuk mengembalikan
pinjaman yang ditetapkan Pemerintah Pusat yaitu paling sedikit 2,5 (dua koma
lima).
iii. Persyaratan lainnya yang ditetapkan oleh calon pemberi pinjaman.
iv. Dalam hal pinjaman daerah diajukan kepada Pemerintah Pusat, Pemda juga wajib
memenuhi persyaratan tidak mempunyai tunggakan atas pengembalian pinjaman
yang bersumber dari Pemerintah Pusat.
v. Untuk pinjaman jangka menengah dan pinjaman jangka panjang wajib
mendapatkan persetujuan DPRD.
e. optimalisasi mekanisme penarikan dana pinjaman mencakup pembayaran langsung,
rekening khusus, pemindahbukuan ke RKuD, Letter of Credit (l/C), dan pembiayaan
pendahuluan.
Dalam rangka pengendalian batas maksimal defisit dan pinjaman Pemda, Menkeu
setiap bulan Agustus menetapkan PMK mengenai batas maksimal defisit APBD dan batas
maksimal pinjaman daerah. untuk tA 2014, telah ditetapkan PmK nomor 125/PmK.07/2013
tentang Batas Maksimal Kumulatif Defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, Batas
Maksimal Defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, dan Batas Maksimal Kumulatif
Pinjaman Daerah tA 2014. Dalam PmK tersebut diatur hal-hal sebagai:
a. Batas Maksimal Kumulatif Defisit APBD untuk TA 2014 ditetapkan sebesar 0,3% (nol
koma tiga persen) dari proyeksi Produk Domestik bruto (PDb) tA 2014;
PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan PublikII/44
b. batas maksimal kumulatif pinjaman daerah tA 2014 ditetapkan sebesar 0,3% (nol koma
tiga persen) dari proyeksi PDb tA 2014, di mana dalam pinjaman tersebut termasuk
pinjaman yang digunakan untuk mendanai pengeluaran pembiayaan;
c. Batas Maksimal Defisit APBD masing-masing daerah ditetapkan berdasarkan kategori
kapasitas fiskalnya, sebagai berikut:
1) sebesar 6,5% (enam koma lima persen) dari perkiraan Pendapatan Daerah tA
2014 untuk kategori sangat tinggi;
2) sebesar 5,5% (lima koma lima persen) dari perkiraan Pendapatan Daerah tA 2014
untuk kategori tinggi;
3) sebesar 4,5% (empat koma lima persen) dari perkiraan Pendapatan Daerah tA
2014 untuk kategori sedang; dan
4) sebesar 3,5% (tiga koma lima persen) dari perkiraan Pendapatan Daerah tA 2014
untuk kategori rendah.
d. Defisit yang dimaksud dalam Batas Maksimal Kumulatif Defisit APBD adalah defisit
yang dibiayai dari Pinjaman Daerah;
e. Kategori kapasitas fiskal sebagaimana dimaksud di atas sesuai dengan kategori
kapasitas fiskal sebagaimana ditetapkan dalam PMK mengenai kapasitas fiskal untuk
tA 2013
f. Dalam hal defisit APBD melampaui batas yang telah ditetapkan, maka defisit APBD
tersebut harus mendapatkan persetujuan dari menkeu;
g. Persetujuan tersebut diberikan berdasarkan penilaian sebagai berikut:
1. Batas Maksimal Kumulatif Defisit APBD yang dibiayai dari pinjaman sebesar 0,3%
(nol koma tiga persen) dari proyeksi PDb tidak terlampaui;
2. batas maksimal Kumulatif Pinjaman Daerah sebesar 0,3% (nol koma tiga persen)
dari proyeksi PDb tidak terlampaui;
3. Pinjaman sudah dinyatakan efektif, untuk pinjaman yang bersumber dari
Pemerintah Pusat; dan
4. Rencana Pinjaman sudah mendapat Pertimbangan mendagri, untuk pinjaman yang
bersumber dari Pemda, lembaga keuangan bank, dan lembaga keuangan bukan
bank.
PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik Pengaturan HkPd Saat Ini II/45
h. Persetujuan atau penolakan Menkeu terhadap pelampauan Batas Maksimal Defisit
APbD yang dibiayai dari Pinjaman Daerah menjadi dokumen yang dipersyaratkan
dalam proses evaluasi Raperda tentang APBD atau evaluasi Raperda tentang APBD-
Perubahan (APbD-P).
Tata cara pengajuan permohonan persetujuan melebihi Batas Maksimal Defisit APBD
dilakukan dengan prosedur sebagai berikut:
I. Permohonan persetujuan pelampauan Batas Maksimal Defisit APBD diajukan oleh
kepala daerah kepada menkeu c.q. Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan (Dirjen
PK) sebelum APbD/APbD-P ditetapkan.
ii. Format permohonan persetujuan tercantum dalam lampiran Peraturan menteri
Keuangan no. 125/PmK.07/2013.
iii. Dirjen PK atas nama menkeu memberikan persetujuan atau penolakan atas
permohonan pelampauan Batas Maksimal Defisit APBD.
iV. Persetujuan atau penolakan sebagaimana dimaksud diberikan paling lama 15 (lima
belas) hari kerja setelah surat permohonan dari kepala daerah diterima secara lengkap.
Kegiatan-kegiatan yang dibiayai dengan pinjaman daerah:
Proyek Jakarta Emergency Dredging Initiative (JEDI)/ Jakarta Urgent Flood Mitigation Project (JUMFP)
JumFP/JeDi bertujuan untuk mendukung peningkatan operasional dan pemeliharaan
sistem pengendalian banjir di wilayah DKi Jakarta melalui:
a) Pengerukan sungai/kanal dan waduk
b) Rehabilitasi dan konstruksi tanggul
c) Peningkatan kapasitas intansi yang bertanggung jawab dalam meningkatkan
operasional, pemeliharaan, dan pengelolaan sistem pengendalian banjir.
berdasarkan simulasi banjir yang terjadi pada tahun 2007 bisa diprediksikan bahwa
40% dari dampak banjir dapat dihindari jika sistem pengendalian banjir yang ada bisa
berfungsi pada kapasitas yang semestinya.
PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan PublikII/46
Rencana komposisi pendanaan untuk keseluruhan proyek JumFP/JeDi adalah sebagai
berikut:
Tabel 2.10 Komposisi Pendanaan JUMFP/JEDI
Item Total
Counterpart Funding
IBRD Bilateral Grant
(US$ million)
COMPONENT 1
1Dredging and rehabilitation of selected key floodways,canalsandretentionbasins.
a. Directorate General of Water Resources (DGWR)
53.2 10.8 42.4
b. DGCK 22.4 4.6 17.8
c. DKI Jakarta 100.5 31.16 69.34
Subtotal Component 1 176.1 46.56 129.54
COMPONENT 2
2
Supervision Consultant (contracts management, engineering design reviews and construction supervision, support to project GRS and implementation of RPs)
9.6 9.6
3 Flood Management Information System (FMIS) 0.5 0.5
4 Panel of Experts 0.5 0.5
5 Resettlement Costs (DKI Jakarta) 2.8 2.8
Subtotal Component 2 13.4 2.8 10.1 0.5
Total Project Cost 189.5 49.36 139.64 0.5
Front End Fee (0.25%) 0.35 0.35
Total Financing Required 189.9 49.71 139.64 0.5
sumber : DJPb, Kemenkeu
Pada tanggal 17 Januari 2012, Board of Executive Directors The World Bank telah
menyetujui pinjaman untuk JuFmP/JeDi dan secara resmi telah disampaikan melalui surat
Executive Director The World Bank tanggal 20 Januari 2012. Pada tanggal 17 Februari 2012
PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik Pengaturan HkPd Saat Ini II/47
telah dilakukan penandatangan Loan Agreement (lA) antara Goverment Of Indonesian
(goi) dan World Bank. Proses selanjutnya adalah Penandatangan Penerusan Pinjaman
luar negeri (Subsidiary Loan Agreement/slA) antara Pemerintah Pusat c.q. Kemenkeu dan
Pememerintah Provinsi DKI Jakarta.
Direktur Jenderal Perbendaharaan (Dirjen Perbendaharaan) memberitahukan gubernur
DKI Jakarta melalui Surat Nomor S-7617/PB/2013 tanggal 25 November 2013 bahwa syarat
efektif dari perjanjian penerusan pinjaman nomor slA-1247/Dsmi/2012 tanggal 16 mei
2012 sudah dinyatakan lengkap, sehingga naskah Perjanjian Penerusan Pinjaman antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dinyatakan berlaku efektif sejak
tanggal surat tersebut ditetapkan.
Rencana Penarikan tahunan (RPt) JeDi untuk tahun 2014 adalah sebesar
usD44.250.000, sedangkan Kemenkeu hanya mengalokasikan dana APbn 2014 sebesar
usD15.940.000,-, sehingga badan Pengelola Keuangan Daerah (bPKD) DKi meminta agar
Kekurangan alokasi dana sebesar usD28.310.000 untuk dialokasikan di APbn-P 2014.
Rencana Penerbitan Obligasi Daerah Provinsi Jawa Barat
Obligasi Daerah merupakan salah satu alternatif pembiayaan investasi sektor publik
yang menghasilkan penerimaan dan memberikan manfaat bagi masyarakat. Pemda dapat
menerbitkan obligasi Daerah sepanjang memenuhi persyaratan Pinjaman Daerah. obligasi
Daerah merupakan efek yang diterbitkan oleh Pemda dan tidak dijamin oleh Pemerintah
Pusat. Penerbitan obligasi Daerah hanya dapat digunakan untuk membiayai kegiatan
investasi prasarana dan/atau sarana dalam rangka penyediaan Pelayanan Publik yang
menghasilkan penerimaan bagi APbD yang diperoleh dari pungutan atas penggunaan
prasarana dan/atau sarana tersebut.
Pemerintah Provinsi Jawa Barat telah mengajukan usulan rencana penerbitan Obligasi
Daerah kepada menkeu untuk membiayai bandara internasional Jawa barat (biJb) Kertajati
yang direncanakan akan mulai dilaksanakan pada tahun 2015. nilai proyek diperkirakan
sebesar Rp8 triliun, dengan sharing dari Pemerintah Pusat sebesar Rp4 triliun dan Rp4
triliun sisanya adalah jumlah yang akan dibiayai dari penerbitan obligasi Daerah oleh
Pemprov Jawa Barat. Dari inisiasi awal yang sudah dilakukan Kemenkeu yang bekerja
sama dengan Asian Development Bank (ADb) dan lembaga rating diketahui bahwa
PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan PublikII/48
Pemprov Jawa Barat sudah layak untuk menerbitkan Obligasi Daerah yang ditandai dengan
hasil kajian yang berupa:
• Berdasarkan hasil penilaian kemampuan keuangan, Pemprov Jawa Barat bisa dan
mampu untuk menerbitkan obligasi dengan nilai emisi hingga Rp4 triliun.
• Atas hasil shadow rating oleh Pefindo Pemprov Jawa Barat memperoleh peringkat
obligasi idAA– (double A minus) yang bisa digolongkan sebagai kriteria investment
grade.
• Jangka waktu (tenor) Obligasi Daerah bisa dilakukan jangka panjang dan diperkirakan
bisa dilaksanakan selama-lamanya 10 tahun jadi tidak terlalu membebani APbD.
• Berdasarkan penilaian tingkat bunga (kupon) yang dikenakan atas penerbitan Obligasi
Daerah tersebut adalah setinggi-tingginya 10% per tahun.
• Dana hasil penerbitan obligasi daerah tersebut digunakan sebagai penyertaan modal
Pemprov Jawa Barat pada BUMD dan pinjaman kepada BIJB.
• Kesanggupan Pemprov Jawa Barat untuk Penyisihan dana (sinking fund) menjamin
pelunasan pokok dan pembayaran bunga (kupon) atas penerbitan obligasi Daerah.
Pinjaman Daerah Dari Pemerintah Yang Dananya Bersumber Dari Pusat Investasi Pemerintah (PIP)
Salah satu sumber pinjaman dari Pemerintah Pusat yaitu Dana Investasi Pemerintah,
termasuk di dalamnya dana yang dikelola oleh PiP. PiP merupakan Sovereign Wealth Fund
(SWF) Indonesia dan menjadi operator investasi Pemerintah Pusat. Adapun cakupan sektor
investasi PIP meliputi bidang infrastruktur dan bidang lainnya yang ditetapkan oleh Menkeu.
Investasi di bidang pembangunan infrastruktur sebagai salah satu fokus dari investasi PIP
didasarkan pada alasan filosofis bahwa pembangunan infrastruktur merupakan salah satu
roda penggerak pertumbuhan ekonomi dan dipandang sebagai lokomotif pembangunan
nasional dan daerah. Salah satu bentuk investasi langsung PIP adalah pemberian pinjaman
kepada Pemda. Pinjaman yang diberikan PiP kepada Pemda dibatasi hanya untuk
pembangunan infrastruktur dasar, antara lain mencakup: ketenagalistrikan, jalan/jembatan,
transportasi, pasar, rumah sakit, terminal, dan air bersih.
Pemda yang sudah menerima pinjaman ke PiP hingga saat ini adalah sebagai berikut:
PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik Pengaturan HkPd Saat Ini II/49
Tabel 2.11 Daerah Yang Melakukan Pinjaman Kepada PIP
No Nama Daerah Komitmen Pinjaman Tgl TTD PerjanjianJangka
Waktu (th)Penggunaan
1 Pemprov Sultra 190.000.000.000 28 Januari 2011 9 RSUD Tipe B
130.000.000.000 21 Oktober 2012 5Jalan dan jembatan
2 Pemkot Surakarta 40.500.000.000 27 Juni 2011 4 RSUD Tipe C
3 Pemkab Mukomuko 53.670.000.000 3 Mei 2012 3, 2 RSUD Tipe C
47.500.000.000 17 Oktober 2013 5Jalan dan jembatan
4 Pemkab Karangasem 49.870.000.000 25 Mei 2012 5 Pasar
46.000.000.000 8 Agustus 2012 5 RSUD Tipe C
5 Pemkab Lombok Timur 34.350.000.000 14 Mei 2012 5 Pasar
6Pemkot Bandar Lampung
96.000.000.000 4 Juni 2012 5Jalan dan jembatan
7 Pemkot Medan 77.454.148.000 6 September 2012 5 Pasar
8 Pemkab Lombok Tengah 91.610.000.000 6 November 2012 5 Jalan
9 Pemkot Palu 100.000.000.000 21 November 2013 5 RSUD Tipe B
10 Pemkot Gorontalo 35.000.000.000 30 November 2013 5 Terminal Tipe C
11Pemprov Sulawesi Selatan
500.000.000.000 29 Desember 2012 5Jalan dan jembatan
12 Pemkab Temanggung 90.172.435.000 14 Juni 2013 5 Pasar
sumber: DJPK, Kemenkeu
Implementasi Municipal Infrastructure Development Fund (MIDF) Sebagai Alternatif Percepatan Pembangunan Infrastruktur Di Daerah
Dalam rangka mendorong percepatan pembangunan infrastruktur di daerah,
Pemerintah Pusat telah memberikan alternatif pembiayaan melalui pinjaman daerah. namun
mengingat rendahnya minat daerah dalam melakukan pinjaman, diperlukan suatu skema
alternatif pinjaman yang dapat memenuhi kebutuhan Pemda akan sumber pembiayaan
PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan PublikII/50
infrastuktur yang terbuka, berkesinambungan, berbasis demand-driven, dan atraktif bagi
Pemda melalui suatu lembaga financial intermediary.
saat ini Kemenkeu bekerja sama dengan tim Asistensi Desentralisasi Fiskal (tADF)
sedang mengkaji untuk menerapkan Municipal Infrastructure Development Fund (miDF)
di indonesia. miDF merupakan suatu lembaga perantara pembiayaan yang dikhususkan
kepada pembiayaan infrastruktur bagi Pemda. miDF dapat memberikan pinjaman langsung,
pinjaman tidak langsung, menerbitkan surat hutang, maupun meneruskan hibah.
berdasarkan hasil kajian yang telah dilaksanakan, tujuan utama pendirian miDF adalah
untuk menghimpun dana baik dari Pemerintah Pusat, lembaga donor, maupun pihak
swasta untuk selanjutnya disalurkan kepada Pemda dalam bentuk pinjaman berfasilitas
untuk pembangunan infrastruktur. manfaat dari pendirian miDF adalah meningkatkan
jumlah dan kualitas infrastuktur daerah, meningkatkan akses Pemda terhadap pasar kredit,
meningkatkan belanja modal, serta mendorong akuntabilitas dan disiplin pengelolaan
keuangan daerah sehingga dapat mendorong pertumbuhan ekonomi daerah.
2.4. Sistem Informasi Keuangan DaerahKetersediaan data dan informasi yang memenuhi prinsip tRust (compleTe, Reliable,
Up-to-date, Secure, accurate) menjadi salah satu hal terpenting, tidak saja dalam
proses penyusunan/perumusan kebijakan tapi juga untuk mewujudkan transparansi dan
akuntabilitas yang sejalan dengan prinsip tata pemerintahan yang baik (good governance).
untuk itu, perwujudan sistem informasi Keuangan Daerah (siKD) sebagaimana diatur
dalam uu 33/2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintahan Daerah, dan dijabarkan lebih lanjut melalui PP 56/2005 sebagaimana direvisi
dengan PP 65/2010 menjadi sangat penting dan mutlak untuk dilaksanakan bersama-sama
antara Pemerintah Pusat dengan Pemda sesuai dengan lingkup masing-masing.
Dalam PP tersebut diamanatkan bahwa penyelenggara siKD secara nasional adalah
menkeu, sedangkan Pemda menyelenggarakan siKD di daerahnya masing-masing dengan
menggunakan sistem informasi pengelolaan keuangan daerah. siKD nasional yang
diselenggarakan oleh Kemenkeu c.q Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan (DJPK)
selama ini dilakukan berdasarkan informasi yang disampaikan oleh Pemda dalam bentuk
hardcopy.
PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik Pengaturan HkPd Saat Ini II/51
Kewajiban daerah menyampaikan informasi tersebut dan tatacara penyampaian telah
diatur dalam PmK nomor 46/PmK.02/2006 sebagaimana diubah dengan PmK nomor 04/
PmK.07/2011 tentang tata Cara Penyampaian informasi Keuangan Daerah. salah satu
perubahan yang mendasar baik di tataran PP maupun PmK adalah mengenai concern
lebih Pemerintah Pusat agar Pemda dapat menetapkan dan menyampaikan data keuangan
daerah secara lebih cepat. Hal tersebut menunjukan arti pentingnya ketersediaan data dan
informasi sekaligus juga bertujuan untuk meningkatkan tata kelola keuangan daerah yang
transparan, akuntabilitas, dan dapat dipertanggungjawabkan.
Tabel 2.12 Penyampaian APBD 2010-2014*
Tahun
Penetapan PenyampaianDaerah yang
Terkena Sanksi
Sebelum 1 Januari
Setelah 1 Januari
JumlahSampai
dengan 31 Januari
Setelah 31 Januari
Jumlah
2010 214 310 524 221 303 524 2
2011 211 313 524 224 300 524 19
2012 274 250 524 267 257 524 16
2013 327 197 524 349 175 524 17
2014 354 162 516 325 191 516 23
*tA 2014 masih ada 23 daaerah yg belum menyampaikan APbD
sumber: DJPK, Kemenkeu, data diolah
Pelaksanaan sistem informasi pengelolaan keuangan daerah di 539 daerah
menggunakan aplikasi pengelolaan keuangan yang sangat beragam. sebagian
besar diantaranya menggunakan sistem informasi manajemen Daerah (simDA) yang
dikembangkan oleh badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (bPKP) dan sistem
informasi Pengelolaan Keuangan Daerah (siPKD) yang dikembangkan oleh Kementerian
Dalam negeri (Kemendagri). Di luar simDA dan siPKD, Pemda menggunakan aplikasi
pengelolaan keuangan daerah yang berbeda-beda tergantung pada kebijakan di daerah
masing-masing. beragamnya sistem informasi pengelolaan keuangan daerah yang ada
tentunya berpengaruh terhadap proses kompilasi dan konsolidasi data keuangan Pusat
dan Daerah. untuk mempermudah hal ini, Pemerintah Pusat tengah berencana untuk
menstandarkan elemen data yang ada sehingga proses kompilasi dan konsolidasi data
nantinya dapat dilakukan secara lebih mudah.
PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan PublikII/52
Pada sisi yang lain, dalam rangka mempercepat penyampaian informasi keuangan
daerah dari daerah kepada pusat telah dibangun sistem komunikasi dan manajemen
data nasional (KomAnDAn). tata cara mengenai penyampaian data dengan KomAnDAn
tersebut telah diterbikan surat edaran Dirjen PK nomor se-03/PK/2011 tentang tata
Cara teknis Penyampaian informasi Keuangan Daerah melalui sistem Komunikasi dan
manajemen Data nasional siKD (KomAnDAn siKD).
KONSEP KOMANDAN SIKDKomAnDAn siKD merupakan media penyampaian data keuangan daerah dalam
bentuk softcopy dengan tujuan untuk mengurangi sumber daya dalam melakukan
input dan mengolah data sehingga diharapkan dapat meningkatkan efisiensi dan
efektivitas sumberdaya yang ada. Pendekatan yang dilakukan dalam KOMANDAN
siKD adalah pembakuan elemen data melalui standarisasi output dari aplikasi
pengelolaan keuangan daerah.
KomAnDAn siKD yang ada saat ini dapat menampung data APbD, APbD
Perubahan, laporan Realisasi APbD semester i, serta laporan Realisasi APbD
Audited/Perda. Kedepannya, KomAnDAn siKD akan dikembangkan sehingga dapat
menampung laporan Realisasi APbD triwulanan, neraca, dan informasi keuangan
daerah lain yang digunakan oleh stakeholders sebagai bahan pengambilan kebijakan.
Penyelenggaraan KomAnDAn siKD sebagai perwujudan siKD secara nasional
bertujuan memberikan manfaat sebagai berikut:
1. memberi kemudahan bagi Pemda dalam mengirimkan informasi Keuangan
Daerah kepada DJPK.
2. menyediakan informasi Keuangan Daerah secara nasional yang lengkap, dapat
diandalkan, akurat dan up-to-date.
3. Menyediakan analisis pengelolaan keuangan daerah sebagai bahan evaluasi
dalam perumusan kebijakan.
4. menyediakan informasi keuangan daerah yang diperlukan dalam perhitungan
alokasi transfer ke daerah.
PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik kebijakan Transfer ke daerah Tahun 2014 III/53
bab ii i
KebijaKan transfer Ke daerah tahun 2014
3.1. Dana Perimbangan
3.1.1. Dana Bagi Hasil (DBH)DbH adalah dana yang bersumber dari pendapatan Anggaran Pendapatan dan belanja
negara (APbn) yang dialokasikan kepada daerah dengan presentase tertentu dengan
memperhatikan potensi daerah penghasil dan untuk pemerataan. DbH tersebut digunakan
untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. DbH terdiri
dari DbH Pajak dan DbH sumber Daya Alam (sDA).
DBH Pajak
sesuai dengan uu nomor 33 tahun 2004 (uu 33/2004), penerimaan pajak yang
dibagihasilkan ke daerah adalah Pajak bumi dan bangunan (Pbb), bea Perolehan
Hak Atas tanah dan bangunan (bPHtb), serta Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 25/29
Wajib Pajak orang Pribadi Dalam negeri (WPoPDn) dan PPh Pasal 21. sejalan dengan
diberlakukannya uu nomor 28 tahun 2009 (uu 28/2009) tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah (PDRD), sejak tahun 2011 bPHtb telah menjadi pajak daerah sehingga
tidak lagi dibagihasilkan kepada daerah. Demikian juga dengan Pajak bumi dan bangunan
Perkotaan dan Perdesaan (Pbb-P2), untuk semua daerah mulai tahun 2014 telah menjadi
pajak daerah sehingga tidak dibagihasilkan lagi melalui Pemerintah Pusat. selanjutnya
PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan PublikIII/54
berdasarkan ketentuan Pasal 66A uu nomor 39 tahun 2007 tentang Cukai, sejak tahun
2008 penerimaan negara dari cukai hasil tembakau termasuk penerimaan negara yang
dibagihasilkan ke daerah.
Persentase bagian provinsi dan kabupaten/kota dari PBB, PPh Pasal 21 dan Pasal
25/29 WPoPDn telah ditetapkan dalam uu 33/2004. secara lengkap besaran persentase
pembagian dapat dilihat dalam tabel di bawah ini.
Tabel 3.1 Jenis dan Persentase DBH Pajak
Jenis Pusat Provinsi Kab./Kota Keterangan
1. PBB 10% 16,2% 64,8%
9% biaya pemungutan dibagi antara Pusat, provinsi dan kab/kota, 10 % bagian pusat dikembalikan 6,5% secara merata ke seluruhkab/kota dan 3,5% sisanya sebagai insentif
2.PPh Pasal 21, Pasal 25/29
80% 8% 12%Bagian Kab/Kota 12% dibagi antara Kab/Kota WP terdaftar 8,4%, 3,6% bagi rata dalam provinsi bersangkutan
3. CHT 98% 0,6% 1,4%
Pembagian per Provinsi berdasarkan penerimaan cukai dan produksi tembakau, Pembagian per Kab/Kota dilakukan oleh Provinsi
sumber: DJPK, Kemenkeu
Pbb sektor perdesaan, perkotaan, perkebunan, kehutanan, dan pertambangan non
migas dibagi berdasarkan realisasi penerimaan dari daerah yang bersangkutan. sementara
itu, Pbb sektor pertambangan migas dari areal on shore dibagikan berdasarkan realisasi
penerimaan dari daerah yang bersangkutan, sedangkan Pbb sektor pertambangan migas
yang dikenakan atas tubuh bumi dan Pbb sektor pertambangan migas perairan (offshore)
dibagi kepada seluruh daerah termasuk kepada daerah bukan penghasil migas dengan
menggunakan formula tertentu. Hal ini disebabkan sampai dengan saat ini Pbb migas
untuk tubuh bumi dan off shore belum bisa ditatausahakan per daerah.
bagian Pemerintah Pusat dari Pbb sebesar 10% dibagihasilkan lagi kepada daerah
dengan ketentuan 6,5% dibagikan secara merata kepada kabupaten/kota dan 3,5%
PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik kebijakan Transfer ke daerah Tahun 2014 III/55
dibagikan sebagai insentif bagi kabupaten/kota yang penerimaan Pbb sektor perkotaan
dan pedesaannya melebihi target penerimaan. Pemberian insentif ini dilakukan dengan
pertimbangan bahwa Pemerintah Pusat dalam hal ini Kementerian Keuangan (Kemenkeu)
telah melibatkan kabupaten/kota dan Provinsi DKI Jakarta dalam pemungutan PBB–P2.
biaya Pemungutan Pajak bumi dan bangunan (bP Pbb) adalah dana yang
digunakan untuk pembiayaan kegiatan operasional pemungutan Pbb yang dilaksanakan
oleh Direktorat Jenderal Pajak (DJP) dan Pemerintah Daerah (Pemda). bP Pbb dibagi
antara Pemerintah Pusat dalam hal ini Direktorat Jenderal Pajak (DJP), dengan Pemda.
Pembagiannya diatur dalam Keputusan menteri Keuangan (KmK) nomor 83/KmK.04/2000
tentang Pembagian dan Penggunaan biaya Pemungutan Pbb.
imbangan pembagian bP Pbb antar DJP dan Pemda didasarkan pada besar atau
kecilnya peranan masing-masing dalam melakukan kegiatan operasional pemungutan Pbb.
besarnya imbangan pembagian bP Pbb adalah sebagai berikut:
Tabel 3.2 Pembagian Biaya Pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan antara
Pemerintah Pusat (DJP) dengan Pemerintah Daerah
No Sektor Pusat Daerah
1 Perdesaan 10 90
2 Perkotaan 20 80
3 Perkebunan 60 40
4 Perhutanan 65 35
5 Pertambangan 70 30
sumber: DJP, Kemenkeu
Sementara untuk imbangan antara Pemerintah Provinsi (Pemprov) dengan kabupaten/
kota diatur oleh masing-masing gubernur yang ditetapkan dalam Peraturan gubernur yang
selanjutnya ditetapkan dalam PmK nomor 145/PmK.07/2013. bP Pbb merupakan bagian
dari dana perimbangan, dengan demikian bP Pbb dapat digunakan untuk membiayai
pelaksanaan kegiatan yang menjadi urusan daerah sesuai peraturan perundangan.
PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan PublikIII/56
Perhitungan DBH PBB migas dan panas bumiPerhitungan alokasi DbH Pbb migas dan panas bumi ditatausahakan dengan
ketentuan sebagai berikut:
1. Pbb migas onshore dan panas bumi ditatausahakan berdasarkan letak dan kedudukan objek pajak dan dibagi by origin;
2. Pbb migas offshore dan Pbb migas tubuh bumi ditatausahakan per kabupaten/kota dengan menggunakan formula dan dibagi sesuai persentase DbH Pbb.
perhitungan Pbb migas offshore dan Pbb migas tubuh bumi per kabupaten/kota dari Pbb migas yang ditanggung Pemerintah Pusat ditetapkan sebagai berikut:
- 10% menggunakan formula
- 90% dibagi secara proporsional sesuai realisasi Pbb migas tahun anggaran sebelumnya.
Formula yang digunakan untuk menghitung Pbb migas yang ditanggung Pemerintah Pusat:
PBB per kab/kota = { (20% x rasio JP)+(10% x rasio LW)+ (5% x rasio PAD)+(65% x rasio lifting
Migas) }xPBB Migas offshore dan PBB Migas tubuh bumi
Pbb migas yang dibayar langsung oleh KKKs ke bank persepsi menggunakan formula:
PBB per kab/kota = Rasio lifting Migas x PBB Migas offshore dan PBB Migas tubuh bumi
PPh Pasal 21 dan Pasal 25/29 dibagihasilkan kepada daerah sebesar 20% dari
penerimaan pajak tersebut per kabupaten/kota. Selanjutnya dibagi kepada provinsi yang
bersangkutan sebesar 8%, kepada kabupaten/kota yang bersangkutan sebesar 8,4% dan
sebesar 3,6% dari penerimaan PPh Pasal 21 dan Pasal 25/29 dari daerah kabupaten/kota
yang bersangkutan dibagi rata kepada seluruh kabupaten/kota yang ada di provinsi yang
bersangkutan. PPh Pasal 21 dipotong oleh pemberi kerja (bendahara di Pemerintahan)
tempat karyawan yang bersangkutan bekerja, tidak dikenakan berdasarkan domisili.
Demikian juga dengan karyawan swasta PPh Pasal 21 dikenakan dan diadministrasikan di
wilayah daerah tempat kerja.
PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik kebijakan Transfer ke daerah Tahun 2014 III/57
Pajak Penghasilan Pasal 21 dan Pasal 25/29 WPOPDN- Pajak penghasilan Pasal 21 adalah pajak atas penghasilan atas gaji, upah,
honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk
apapun sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan yang
dilakukan oleh WPoP dalam negeri. Pajak Penghailan Pasal 21 dipotong, disetor,
dan dilaporkan oleh Pemotong Pajak, yaitu pemberi kerja, bendaharawan
pemerintah, dana pensiun, badan, perusahaan, dan penyelenggaraan kegiatan.
Pelaporan penerimaan PPh Pasal 21 dilakukan berdasarkan tempat kerja
- PPh Pasal 25 terkait dengan Pajak Penghasilan orang pribadi dalam negeri yang
menjalankan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas atau memperoleh penghasilan
teratur lainnya yang bersifat tidak final yang diangsur setiap bulannya. Sedangkan
PPh Pasal 29 adalah Pajak Penghasilan yang harus dilunasi oleh Wajib Pajak
orang Pribadi sebagai akibat PPh terutang dalam surat Pemberitahuan (sPt)
tahunan Pajak Penghasilan lebih besar dari pada kredit pajak yang telah disetor
sendiri. Pencatatan penerimaan PPh Pasal25/29 berdasarkan asas domisili wajib
pajak.
sementara itu, pembagian DbH Cukai Hasil tembakau (CHt) kepada kabupaten/kota
sebesar 1,4% dapat dijabarkan sebesar 0,8% dibagikan kepada kabupaten/kota penghasil
dan 0,6% dibagikan kepada kabupaten/kota lainnya. Pembagian lebih lanjut kepada
kabupaten/kota dilakukan oleh gubernur.
Perencanaan dan Penganggaran
berdasarkan PmK nomor 145/PmK.07/2013 tentang Pengalokasian Anggaran transfer
ke Daerah, indikasi kebutuhan dana dan rencana dana pengeluaran untuk bagi hasil
disusun oleh Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan (DJPK) berdasarkan perkiraan
penerimaan Pbb, PPh dan CHt setelah berkoordinasi dengan DJP, Direktur Jenderal bea
dan Cukai (Dirjen bC), dan badan Kebijakan Fiskal (bKF). indikasi kebutuhan dana DbH
Pajak dan CHt digunakan sebagai dasar penyusunan indikasi kebutuhan dana pengeluaran
PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan PublikIII/58
bendahara umum negara (bun), sedangkan rencana dana pengeluaran DbH Pajak dan
CHt digunakan sebagai dasar penyusunan rancangan uu mengenai APbn.
Penetapan Alokasi
Perhitungan alokasi DbH Pajak dan CHt dilakukan setelah ditetapkannya pagu
penerimaan pajak dan CHt tersebut dalam APbn. berdasarkan PmK nomor 145/
PmK.07/2013, perhitungan alokasi dilakukan berdasarkan data rencana penerimaan Pbb
dan PPh Pasal 21 dan Pasal 25/29 untuk perkiraan alokasi DbH Pajak dan data rencana
penerimaan CHt untuk perkiraan alokasi DbH CHt.
Perkiraan alokasi tersebut merupakan dasar untuk penyaluran DbH Pbb, PPh Pasal
21 serta Pasal 25/29 dan CHt. Khusus untuk DbH PPh Pasal 21 dan Pasal 25/29 sesuai
amanat PP nomor 55 tahun 2005 (PP 55/2005) ditetapkan perubahan perkiraan alokasi
(alokasi definitif) yang didasarkan pada prognosa realisasi penerimaan. Sesuai ketentuan
PmK nomor 145/PmK.07/2013, perkiraan alokasi DbH dapat diubah dalam hal terdapat:
a. Perubahan rencana penerimaan pajak dan Penerimaan negara bukan Pajak (PnbP)
yang mengakibatkan perubahan alokasi DbH dalam uu mengenai APbn Perubahan
lebih besar atau sama dengan 10% (sepuluh persen);
b. Prognosa realisasi penerimaan PPh Pasal 21 dan PPh WPoPDn;
c. Prognosa PnbP sDA yang mengakibatkan perubahan alokasi DbH sDA melebihi 5
(lima persen) perkiraan alokasi secara nasional;
d. Perubahan data daerah penghasil dan dasar perhitungan bagian daerah penghasil
DbH sDA dan PnbP sDA; dan/atau
e. kesalahan hitung.
Perkiraan alokasi DbH PPh Pasal 21 dan Pasal 25/29 ditetapkan paling lambat 2 (dua)
bulan sebelum tahun anggaran berjalan berdasarkan pagu rencana penerimaan yang
telah ditetapkan dalam APbn. sementara itu, perubahan perkiraan alokasi yang ditetapkan
berdasarkan prognosa realiasi penerimaan PPh Pasal 21 dan Pasal 25/29 ditetapkan paling
lambat bulan oktober tahun anggaran berjalan.
Penetapan perkiraan alokasi oleh DJPK dalam PmK dilakukan setelah data rencana
dan prognosa penerimaan disampaikan oleh DJP. Dalam hal rencana penerimaan yang
disampaikan DJP sangat berbeda dengan data realisasi tahun sebelumnya, alokasi
PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik kebijakan Transfer ke daerah Tahun 2014 III/59
sementara DbH dapat disesuaikan dengan realisasi penerimaan tahun sebelumnya.
Apabila data prognosa realisasi penerimaan tidak disampaikan oleh DJP, maka penyaluran
DbH PPh untuk triwulan iV menggunakan perkiraan alokasi.
Perkiraan alokasi DbH CHt ditetapkan berdasarkan rencana penerimaan CHt yang
ditetapkan dalam APbn dan perubahan perkiraan alokasi DbH CHt ditetapkan apabila
terdapat perubahan rencana penerimaan CHt yang mengakibatkan perubahan alokasi
DBH CHT lebih besar atau sama dengan 10%. Alokasi DBH CHT provinsi, kabupaten, dan
kota ditetapkan dalam PmK berdasarkan ketetapan pembagian DbH CHt per kabupaten/
kota oleh gubernur.
Formula Pembagian DBH – CHT Provinsi
DBH suatu Provinsi = (58% A + 38% B + 4% C) x total DBH-CHT
Keterangan:
A = persentase realisasi penerimaan CHT suatu provinsi 2 tahun sebelumnya
b = persentase rata-rata produksi daun kering tembakau 3 tahun sebelumnya satu
provinsi
C = persentase (100- IPM) tahun sebelumnya suatu provins.
Penyaluran DBH Pajak dan CHT
Tabel 3.3 Penyaluran DBH Pajak dan CHT
I Dana Bagi Hasil Pajak
A DBH PBB
a. DBH PBB Bagian Pusat (6,5%) bagi rata
Tahap I: 25%; Tahap II: 50%; dari alokasi sementara TahapIII:selisihalokasidefinitifdenganyangtelahdisalurkan
Disalurkan bulan November
Insentif PBB (3,5%)
PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan PublikIII/60
b. DBH PBB Bagian Daerah sektor P3, selain PBB Migas dan Panas Bumi
Secara mingguan mulai bulan Agustus, berdasarkan perkiraan alokasi.
c. DBH Biaya Pemungutan PBB sektor P3, selain PBB Migas dan Panas Bumi
Secara mingguan mulai bulan Agustus berdasarkan perkiraan alokasi
d. DBH PBB & Biaya Pemungutan DBH PBB Sektor Pertambangan Migas & Panas Bumi
Setiap triwulan sebesar 25% (Maret, Juni, September, Desember); dari perkiraan alokasi
B DBH PPh
a. DBH PPh Pasal 21 Triwulan I: 20%; Triwulan II: 20%; Triwulan III: 20%; darialokasisementara;TriwulanIV:selisihalokasidefinitifdengan yang telah disalurkan
b. DBH PPh Pasal 25/29 Triwulan I: 20%; Triwulan II: 20%; Triwulan III: 20%; darialokasisementara;TriwulanIV:selisihalokasidefinitifdengan yang telah disalurkan
II DBH Cukai Hasil Tembakau Tahap I: 40%; Tahap II: 40%;dari perkiraan alokasi; Tahap III: selisih antara pagu perkiraan alokasi/perubahan perkiraan alokasi dengan jumlah dana Tahap I dan II yang telah disalurkan
sumber: DJPK, Kemenkeu
Penyaluran DbH Pbb dan bP Pbb sektor pertambangan migas dan panas bumi yang
dilaksanakan setiap triwulan sebesar 25% dari perkiraan alokasi dilakukan oleh Pemerintah
Pusat melalui pemindahbukuan dari Rekening Kas umum negara (RKun) ke Rekening Kas
umum Daerah (RKuD). Demikian juga dengan penyaluran Pbb bagi rata, insentif, DbH PPh
Pasal 21 dan Pasal 25/29, dan DbH CHt dilaksanakan dari Pusat melalui pemindahbukuan.
sementara itu Pbb sektor perkebunan, perhutanan, dan pertambangan non migas serta
panas bumi termasuk bP yang merupakan bagian daerah disalurkan secara mingguan
mulai bulan Agustus berdasarkan perkiraan alokasi DbH Pbb masing-masing sektor.
Penyaluran DbH CHt dapat ditangguhkan dan/atau dihentikan bilamana terkena
sanksi. Penangguhan dan/atau penghentian atas penyaluran DbH CHt dapat disalurkan
kembali setelah dipenuhinya kewajiban yang menjadi dasar pengenaan sanksi selama
belum melampaui tahun anggaran berjalan.
PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik kebijakan Transfer ke daerah Tahun 2014 III/61
Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam (DBH SDA)
Dana bagi hasil sumber Daya Alam (DbH sDA) merupakan dana yang bersumber
dari Penerimaan negara bukan Pajak (PnbP) dari sumber Daya Alam (sDA). Jenis dan
besaran persentase bagian daerah dari PnbP sDA tersebut ditetapkan dalam uu 33/2004.
DbH sDA terdiri dari Kehutanan, Pertambangan umum, Perikanan, minyak bumi, gas
bumi, dan Panas bumi. DbH sDA diberikan kepada daerah kabupaten/kota penghasil dan
daerah kabupaten/kota lainnya dalam provinsi yang bersangkutan. Provinsi Papua, Papua
Barat, dan Aceh selain mendapatkan bagi hasil yang sama seperti provinsi lainnya, juga
mendapatkan tambahan bagi hasil minyak dan gas bumi masing-masing sebesar 55% dan
40%. berikut tabel mengenai jenis dan porsi masing-masing jenis DbH sDA.
Tabel 3.4 Jenis dan Porsi Bagi Hasil DBH SDA
Jenis Pusat Provinsi Kab/KotaKab/Kota dalam satu Provinsi (bagi rata)
Tambahan Khusus Papua, Papua Barat
dan Aceh
Kehutanan
- IIUPH 20% 16% 64% -
- PSDH 20% 16% 32% 32%
- Dana Reboisasi 60% - 40%
Pertambangan Umum
- Landrent 20% 16% 64%
- Royalti 20% 16% 32% 32%
Perikanan 20% - 80%
Minyak Bumi 55%
- Wilayah Kab/Kota 84,5% 3,1% 6,2% 6.2%
- Wilayah Provinsi 5,17% 10,33%
Gas Bumi 40%
- Wilayah Kab/Kota 69,5% 6,1 12,2% 12.2%
- Wilayah Provinsi 10,17% 20,33%
Panas Bumi 20% 16% 32% 32%
sumber: uu 33/2004, uu 11/2006 dan uu 35/2008
PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan PublikIII/62
Tarif dan dasar perhitungan PNBP yang dibagihasilkan kepada daerah sangat bervariasi
dan diatur dalam peraturan perundangan. Khusus penerimaan dari pertambangan migas
dan Panas bumi (WKP eksisting), bagian daerah dihitung setelah dikurangi dengan
kewajiban perpajakan dan pungutan lainnya sesuai ketentuan perundang-undangan.
selanjutnya, jenis dan tarif PnbP yang dibagihasilkan dapat dilihat pada tabel di bawah
ini.
Tabel 3.5 Jenis dan Tarif PNBP yang Dibagihasilkan
Jenis Dasar HukumDasar Perhitungan
PungutanTarif Keterangan
1. Kehutanan
- IIUPH PP 92/1999 Luas areal Hutan Rp/ha Besarnya tarif tergantung dari (1) kategori wilayah; (2) status HPH (baru/perpanjangan/ HPHTI).
IHPH dikenakan satu kali untuk jangka waktu berlakunya HPH (atau sekitar 20 tahun)
- PSDH - PP 6/1999
- KepMen Kehutanan dan Perkebunan Nomor 859/Kpts-II/1999
Volume kayu Rp/m3 - Besarnya tarif tergantung dari (1) kategori wilayah; (2) kelompok jenis kayu/bukan kayu.
- PSDH dikenakan terhadap pemegang HPH, pemegang Hak Pemungutan Hasil Hutan (HPHH) dan pemegang Izin Pemanfaatan Kayu (IPK).
- Dana Reboisasi PP 92/1999 Volume kayu/bahan baku serpih
USD/m3 DR dihitung dengan menjumlahkan penerimaan kayu bulat dan/atau bahan baku serpih yang berasal dari HPH sesuai dengan SAKB atau DKB dengan mengalikan tarif DR yang berlaku
PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik kebijakan Transfer ke daerah Tahun 2014 III/63
Jenis Dasar HukumDasar Perhitungan
PungutanTarif Keterangan
2. Pertambangan Umum:
- Landrent PP 9/2012 Luas Wilayah Ijin Usaha Pertambangan
(ha)
USD
- Royalti PP 9/2012 Jumlah Produksi yang terjual
% Harga Jual (USD)
3. Perikanan - PP 19/2006
- Kepmen KP No.22/MEN/2004
Ijin Tonase Kapal dan Harga Patokan Ikan
Rp/GT
4. Minyak Bumi UU 21/2001 PNBP dihitung dari hasil usaha minyak bumi dengan porsi pembagian pusat 84,5 %, Daerah 15,5 %
5. Gas Bumi UU 21/2001 PNBP dihitung dari hasil usaha gas bumi dengan porsi pembagian Pusat 69,5%, Daerah 30,5%
6. Panas Bumi
- Setoran bagian Pemerintah (WKP Existing)
Keppres 49/1991
34% Net Operating Income (NOI)
Rp Dikenakan atas kontrak pengusahaan panas bumi yang ditandatangani sebelum ditetapkan UU No. 27 Tahun 2003 tentang Panas Bumi.
- Iuran Tetap PP 9/2012 Luas wilayah ijin USD Dikenakan atas kontrak pengusahaan panas bumi yang ditandatangani setelah berlakunya UU No. 27 Tahun 2003.
- Iuran Produksi PP 9/2012 Jumlah produksi yang terjual
USD
sumber: berbagai peraturan perundang-undangan
PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan PublikIII/64
Perencanaan dan Penganggaran
berdasarkan PmK nomor 145/PmK.07/2013 tentang PengalokasianAnggaran
transfer ke Daerah, DJPK menyusun indikasi Kebutuhan Dana DbH sDA serta Rencana
Dana Pengeluaran DbH sDA setelah berkoordinasi dengan kementerian teknis yang
mengelola sDA Kehutanan, Pertambangan umum, Perikanan, migas dan Panas bumi.
indikasikebutuhan dana DbH sDA digunakan sebagai dasar penyusunan indikasi
kebutuhandana pengeluaran bun, sedangkan rencana dana pengeluaran DbHsDA
digunakan sebagai dasar penyusunan Ruu mengenai APbn.
Penetapan Alokasi
berdasarkan pagu yang ditetapkan dalam uu APbn, menteri teknis menerbitkan surat
penetapan daerah penghasil dan dasar penghitungan bagian daerah penghasil PnbP
sDA tahun anggaran bersangkutan dan menyampaikan kepada menkeu c.q. Dirjen PK
paling lambat 60 (enam puluh) hari sebelum tahun anggaran bersangkutan dilaksanakan.
berdasarkan surat penetapan daerah penghasil dan dasar perhitungan bagian daerah
penghasil PnbP sDA tersebut, DJPK melakukan perhitungan perkiraan alokasi DbH sDA
untuk provinsi, kabupaten, dan kota yang dituangkan dalam PMK tentang Perkiraan Alokasi
DbH sDA paling lama 30 (tiga puluh) hari setelah diterimanya surat Penetapan tersebut.
PmK Perkiraan Alokasi dimaksud merupakan angka perkiraan besaran alokasi DbH sDA
per daerah dan menjadi dasar penyaluran DbH sDA. Adapun dalam tahun 2014 ini,
besaran alokasi PmK Perkiraan Alokasi didasarkan atas total pagu yang telah ditetapkan
dalam APbn tA 2014.
Apabila terdapat perubahan terhadap target penerimaan sDA dalam APbn-P, maka
kementerian teknis menyampaikan kembali surat Ketetapan tentang Perubahan Penetapan
Daerah Penghasil dan Dasar Perhitungan bagian Daerah Penghasil DbH sDA paling lambat
bulan oktober tahun anggaran bersangkutan. berdasarkan perubahan tersebut Kemenkeu
c.q. DJPK dapat melakukan perubahan terhadap PmK Perkiraan Alokasi DbH sDA. Hal
ini sesuai ketentuan PmK nomor 145/PmK.07/2013, yang menyatakan bahwa perkiraan
alokasi DbH sDA dapat diubah dalam hal terdapat:
a. Perubahan rencana penerimaan pajak dan PnbP yang mengakibatkan perubahan
alokasi DbH dalam uu mengenai APbn Perubahan lebih besar atau sama dengan 10%
(sepuluh persen);
PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik kebijakan Transfer ke daerah Tahun 2014 III/65
b. Prognosa PnbP sDA yang mengakibatkan perubahan alokasi DbH sDA melebihi 5%
(lima persen) perkiraan alokasi secara nasional;
c. Perubahan data daerah penghasil dan dasar perhitungan bagian daerah penghasil
DbH sDA dan PnbP sDA; dan/atau
d. kesalahan hitung.
Penyaluran
berdasarkan PmK nomor 183/PmK.07/2013 tentang Pelaksanaan dan
Pertanggungjawaban Anggaran transfer ke Daerah, penyaluran DbH sDA dilakukan secara
triwulanan melalui pemindahbukuan dari RKun ke RKuD dengan rincian sebagai berikut:
- Triwulan I (maret) sebesar 20% PmK Perkiraan Alokasi
- Triwulan II (Juni)sebesar 20% PmK Perkiraan Alokasi
- Triwulan III (september)sebesar 30% Perkiraan Alokasi
- Triwulan IV (Desember)sebesar prognosa realisasi s.d triwulan iV dikurangi penyaluran
s.d triwulan iii
Gambar 3.1 Tahap Penyaluran DBH SDA
sumber: PmK 183/PmK.07/2013
PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan PublikIII/66
Dalam rangka perhitungan DbH sDA triwulan iV, kementerian teknis terlebih dahulu
melakukan penghitungan prognosa realisasi penerimaan sDA sampai dengan akhir
tahun anggaran berjalan untuk masing-masing daerah penghasil melalui rekonsiliasi data
antara kementerian teknis bersama Kemenkeu dan daerah penghasil. Khusus untuk sDA
Migas dan Panas Bumi (WKP Eksisting), penghitungan final prognosa realisasi dilakukan
oleh Direktorat Jenderal Anggaran (DJA) karena harus diperhitungkan dengan faktor-
faktor pengurang perpajakan dan pungutan lainnya. Hasil prognosa realisasi dimaksud
disampaikan kepada Kemenkeu c.q. Dirjen PK paling lambat minggu pertama bulan
oktober sebagai dasar penghitungan penyaluran DbH sDA triwulan iV tahun anggaran
bersangkutan.
Dalam hal hasil prognosa dimaksud terdapat perubahan alokasi DbH sDA hingga
melebihi 5% (lima persen) dari perkiraan alokasi secara nasional, maka perlu dilakukan
perubahan PmK Perkiraan Alokasi sesuai dengan besaran prognosa realisasi. namun,
apabila perubahan alokasi tersebut masih dibawah 5%, maka PmK perkiraan Alokasi tidak
perlu diubah sehingga PmK Perkiraan Alokasi menjadi dasar penyaluran DbH sDA dalam
satu tahun anggaran.
Kurang/Lebih Bayar
mengingat bahwa penyaluran DbH sDA berdasarkan ketentuan uu 33/2004
didasarkan atas realisasi penerimaan yang baru akan diketahui pada tahun berikutnya,
maka jumlah DbH yang telah disalurkan berdasarkan perkiraan alokasi dapat melampaui
(lebih bayar) atau lebih rendah (kurang bayar) dari realisasi penerimaan. Hal ini dikarenakan
penetapan perkiraan alokasi DbH sDA dilakukan berdasarkan rencana penerimaan pada
awal tahun anggaran.
untuk mengetahui realisasi DbH sDA dalam satu tahun anggaran, DJPK melakukan
rekonsiliasi perhitungan realisasi alokasi DbH sDA untuk masing-masing daerah
provinsi, kabupaten dan kota terhadap data realisasi PNBP SDA yang disampaikan oleh
kementerian teknis. Data dimaksud disampaikan paling lambat 1 (satu) minggu setelah
hasil pemeriksaan laporan Keuangan Pemerintah Pusat (lKPP) dikeluarkan oleh bPK.
Dalam hal realisasi alokasi DbH sDA lebih besar dari perkiraan alokasi dan/atau perubahan
perkiraan alokasinya, maka terdapat kurang bayar DbH sDA. sedangkan apabila realisasi
alokasi DbH sDA yang lebih kecil dari perkiraan alokasi dan/atau perubahan perkiraan
alokasinya, maka terdapat lebih bayar DbH sDA. Alokasi kurang bayar dan lebih bayar DbH
PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik kebijakan Transfer ke daerah Tahun 2014 III/67
SDA dimaksud akan ditetapkan dalam PMK yang merinci alokasi masing-masing provinsi,
kabupaten dan kota.
Dalam prosesnya, penyelesaian kurang bayar DbH sDA dalam satu tahun anggaran
dimulai dengan penganggaran alokasi kurang bayar dalam APbn/APbn-P. Adapun
penyelesaian atas lebih bayar DbH sDA dilakukan dengan memperhitungkan alokasi
DbH sDA dan/atau dana transfer lainnya masing-masing daerah untuk tahun anggaran
berikutnya.
Penghitungan Alokasi DBH Bagi DOB
Dalam tahun 2014 juga telah dialokasikan DbH untuk 15 (lima belas) Dob hasil
pembentukan tahun 2012 dan 2013 dengan ketentuan sebagai berikut:
Tabel 3.6 Perhitungan Alokasi DBH Bagi DOB
Jenis Penghitungan
DBH Pajak
• Alokasi DBH PPh Perorangan dan PBB non migas yang diperoleh daerah induk dibagi kepada DOB sesuai dengan rencana penerimaan;
• Alokasi DBH PBB Migas yang diperoleh daerah induk dibagi kepada DOB secara proporsional berdasarkan jumlah penduduk dan luas wilayah;
• Alokasi DBH Pajak hasil pemerataan yang diperoleh daerah induk dibagi kepada DOB secara merata;
• Alokasi DBH CHT yang diperoleh daerah induk dibagi kepada DOB secara proporsional berdasarkan jumlah penduduk.
DBH SDA • Alokasi DBH SDA yang diperoleh daerah induk penghasil SDA dibagi kepada DOB secara proporsional berdasarkan jumlah penduduk dan luas wilayah;
• Alokasi DBH SDA hasil pemerataan yang diperoleh daerah induk dibagi kepada DOB secara merata
sumber: Hasil Pembahasan APbn tA 2014
PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan PublikIII/68
3.1.2. Dana Alokasi Umum
Kebijakan DAU Tahun 2014
Pagu DAu untuk tahun 2014 ditetapkan sebesar 26% dari Penerimaan Dalam negeri
(PDn) netto sesuai dengan uu nomor 33/2004 dengan penetapan proporsi pembagian
DAU untuk provinsi sebesar 10% dan kabupaten/kota sebesar 90%. Alokasi DAU untuk
tahun 2014 ditetapkan sebesar Rp341.219,33 miliar dengan pembagian Rp34.121,93 miliar
untuk provinsi dan Rp307.097,39 miliar untuk kabupaten/kota.
Perhitungan Alokasi DAU1) Parameter Williamson Index (Wi) digunakan untuk mengukur tingkat pemerataan
kemampuan keuangan antar daerah. Wi terpilih adalah Wi yang menggambarkan tingkat
pemerataan yang paling optimal, relatif lebih baik dari tahun lalu, dan memperhatikan
jumlah daerah yang mengalami penurunan DAu, serta total penurunannya relatif kecil.
2) Alokasi Dasar (AD) dihitung berdasarkan data jumlah Pegawai negeri sipil Daerah
(PnsD) dan besaran belanja gaji PnsD dengan memperhatikan kebijakan-kebijakan
terkait dengan perbaikan penghasilan Pns antara lain kenaikan gaji pokok, gaji bulan
ke-13, formasi Calon PnsD (CPnsD) tahun 2013, dan kebijakan-kebijakan lain terkait
penggajian. Adapun data dasar yang digunakan adalah data gaji induk bulan Juni
2013 yang terdiri dari komponen gaji Pokok, tunjangan Keluarga, tunjangan Jabatan,
tunjangan PPh, dan tunjangan beras.
3) Untuk lebih mengoptimalkan peranan formula celah fiskal (CF) dalam perhitungan
DAU porsi AD terhadap DAU secara nasional sebesar 40% untuk provinsi dan 49%
untuk kabupaten/kota. Komponen AD dalam DAu tidak dimaksudkan untuk menutup
seluruh kebutuhan belanja gaji PNSD, terlebih untuk daerah yang memiliki fiskal tinggi
(Penjabaran dari Pasal 32 UU 33/2004). Komposisi AD dan CF untuk provinsi dan
kabupaten/kota dapat dilihat sebagai berikut:
PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik kebijakan Transfer ke daerah Tahun 2014 III/69
Tabel 3.7 Komposisi Alokasi Dasar dan Celah Fiskal
untuk Provinsi dan Kabupaten/Kota Tahun 2014
Porsi Persentase Alokasi
DAU Nasional 341.219,33
DAU Provinsi 10% 34.121,93
AD Provinsi 40% 34.121,93
CF Provinsi 60% 20.473,16
DAU Kabupaten/Kota 90% 307.097,39
AD Kabupaten/Kota 49% 150.477,72
CF Kabupaten/Kota 51% 156.619,67
sumber: DJPK, Kemenkeu
4) Data-data yang digunakan dalam penghitungan DAu adalah:
Tabel 3.8 Data dalam Perhitungan DAU
Jenis Data Basis Data Sumber/Keterangan
1. Belanja Gaji PNSD 2013 Daerah
2. Formasi CPNSD 2013 Kementerian Pendayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
3. Jumlah penduduk 2013 BPS
4. Luas Wilayah 2013 • LuaswilayahdaratanditetapkandalamPeraturanMenteri Dalam Negeri Nomor 18 Tahun 2013 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan Daerah.
• Luaswilayahperairan(laut)yangbersumberdariBadanInformasi Geospasial (BIG). Data luas wilayah perairan laut dimaksud dihitung 4 mil dari garis pantai untuk kabupaten/kota dan 12 mil untuk provinsi.
5. IKK 2013 BPS
PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan PublikIII/70
Jenis Data Basis Data Sumber/Keterangan
IKK digunakan sebagai proxy untuk mengukur tingkat kesulitangeografissuatudaerah,semakinsulitletakgeografissuatudaerahmakasemakintinggipulatingkatharga di daerah tersebut.
6. IPM 2012 BPS
IPM merupakan indikator komposit yang mengukur kualitas hidup manusia melalui pendekatan 3 (tiga) dimensi yaitu umur panjang dan sehat, pengetahuan, dan kehidupan yang layak. Indikator ini penting untuk mengukur keberhasilan dalam upaya membangun kualitas hidup manusia (masyarakat/penduduk) atau secara komprehensif dianggap sebagai ukuran kinerja suatu negara/wilayah dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi.
7. PDRB 2012 Untuk daerah dengan PDRB per kapita outlier atau pencilan, nilainya diperhitungkan untuk ditarik ke tingkat PDRB per kapita tertinggi di dalam layer dibawahnya agar hasil perhitungan lebih mencerminkan pemerataan yang lebih baik.
8. Belanja Rata-Rata 2012 Laporan Realisasi APBD dari Daerah dan Kementerian Keuangan
9. PAD 2012 Laporan Realisasi APBD dari Daerah dan Kementerian Keuangan
sumber: DJPK, Kemenkeu
5) Bobot masing-masing variabel untuk provinsi dan kabupaten/kota ditetapkan sebagai
berikut:
Tabel 3.9 Penetapan Bobot Variabel Kebutuhan Dan Kapasitas Fiskal
Dalam Penghitungan DAU Tahun 2014
Jenis DataBobot
KeteranganProvinsi Kab/Kota
Variabel Kebutuhan Fiskal
1. Indeks Jumlah Penduduk 30% 30%
PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik kebijakan Transfer ke daerah Tahun 2014 III/71
Jenis DataBobot
KeteranganProvinsi Kab/Kota
2. Indeks Luas Wilayah 14% 13%
Untuk provinsi daratan dihitung 100% sedangkan perairan dihitung 35%.Kabupaten/kota daratan dihitung 100% sedangkan perairan dihitung 40%.
3. Indeks IKK 27% 28%
4. Indeks Invers IPM 15% 15%
5. Indeks PDRB 14% 14%
Variabel Kapasitas Fiskal
6. PAD 58% 60%
7. DBH:
a. Pajak 55% 57%
b. SDA 63% 57%
sumber: DJPK, Kemenkeu
3.1.2.3 Penghitungan DAU Untuk DOB
DAu untuk Dob dialokasikan setelah undang-undang pembentukan daerah disahkan.
Penghitungan DAu untuk Dob dilakukan setelah tersedia data AD dan CF, apabila data
tidak tersedia penghitungan DAu dilakukan dengan membagi secara proporsional (split)
dengan DAu daerah induk. Penghitungan split tersebut dilakukan dengan menggunakan
data jumlah penduduk, luas wilayah, dan belanja pegawai. Dalam hal tidak tersedia data
belanja pegawai atau jumlah pegawai PnsD, maka dipergunakan data jumlah penduduk
dan luas wilayah.
Penghitungan split DAu tahun 2014 diterapkan kepada 15 Dob yang terdiri dari 1 Dob
provinsi dan 14 DOB kabupaten, karena masih menjadi beban fiskal daerah induk. Namun
demikian, ke-15 Dob tersebut akan dihitung secara mandiri untuk penghitungan DAu tahun
2015. Ke-15 DOB pada tahun 2015 sudah menjadi beban fiskal nasional, karena DOB akan
cenderung menyerap lebih banyak alokasi.
PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan PublikIII/72
Tabel 3.10 Daerah Otonomi Baru
No Daerah Otonomi Baru Provinsi Daerah Induk Dasar Pembentukan
Tahun 2012
1. Provinsi Kalimantan Utara Kalimantan Utara Kalimantan Timur UU No. 20 Tahun 2012
2. Kab. Pangandaran Jawa Barat Kab. Ciamis UU No. 21 Tahun 2012
3. Kab. Pesisir Barat Lampung Kab. Lampung Utara UU No. 22 Tahun 2012
4. Kab. Manokwari Selatan Papua Barat Kab. Manokwari UU No. 23 Tahun 2012
5. Kab. Pegunungan Arfak Papua Barat Kab. Manokwari UU No. 24 Tahun 2012
Tahun 2013
1. Kab. Mahakam Ulu Kalimantan Timur Kab. Kutai Barat UU No. 2 Tahun 2013
2. Kab. MalakaNusa Tenggara Timur
Kab. Belu UU No. 3 Tahun 2013
3. Kab. Mamuju Tengah Sulawesi Barat Kab. Mamuju UU No. 4 Tahun 2013
4. Kab. Banggai Laut Sulawesi Tengah Kab. Banggai Kep UU No. 5 Tahun 2013
5. Kab. Pulau Taliabu Maluku Utara Kab. Kep Sula UU No. 6 Tahun 2013
6.Kab. Penukal Abab Lematang Ilir
Sumatera Selatan Kab. Muara Enim UU No. 7 Tahun 2013
7. Kab. Kolaka Timur Sulawesi Tenggara Kab. Kolaka UU No. 8 Tahun 2013
8. Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah Kab. Morowali UU No. 12 Tahun 2013
9. Kab. Konawe Kepulauan Sulawesi Tenggara Kab. Konawe UU No. 13 Tahun 2013
10. Kab. Musi Rawas Utara Sumatera Selatan Kab. Musi Rawas UU No. 14 Tahun 2013
sumber: DJPK, Kemenkeu
3.1.3. Dana Alokasi Khusus (DAK)
Kebijakan DAK Tahun 2014
Arah kebijakan umum DAK tahun 2014 adalah sebagai berikut :
1. Membantu daerah dalam penyediaan sarana dan prasarana fisik pelayanan dasar
masyarakat untuk mendorong pencapaian standar Pelayanan minimal (sPm).
PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik kebijakan Transfer ke daerah Tahun 2014 III/73
2. membantu daerah dalam membiayai kegiatan tertentu dalam rangka pencapaian
sasaran prioritas nasional.
3. menyempurnakan penyusunan kebijakan DAK yang berbasis hasil (output) sesuai
dengan Rencana Pembangunan Jangka menengah nasional (RPJmn).
4. meningkatkan koordinasi penyusunan Petunjuk teknis (Juknis) agar lebih tepat sasaran
dan tepat waktu.
5. meningkatkan sinkronisasi dan sinergitas pelaksanaan DAK baik di pusat maupun di
daerah.
6. meningkatkan transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan DAK melalui
koordinasi perencanaan dan pengelolaan DAK di berbagai tingkatan pemerintahan
(mulai dari musyawarah Perencanaan Pembangunan Daerah/musrenbangda);
7. mendukung upaya percepatan pelaksanaan kegiatan di daerah dalam rangka
mewujudkan output dan outcome yang diharapkan;
8. menggunakan kinerja pelaporan pelaksanaan DAK dari daerah sebagai salah satu
pertimbangan dalam pengalokasian DAK;
9. Meningkatkan koordinasi dan kualitas pemantauan dan evaluasi pelaksanaan DAK.
sejalan dengan arah kebijakan dimaksud, DAK tahun 2014 dialokasikan sebesar
Rp33,0 triliun, terdiri dari:
1. DAK sebesar Rp30,2 triliun yang dialokasikan kepada daerah-daerah yang memenuhi
kriteria umum, kriteria khusus, dan kriteria teknis, serta diperuntukkan bagi 19
(sembilan belas) bidang, yaitu (1) Pendidikan; (2) Kesehatan; (3) infrastruktur Jalan; (4)
infrastruktur irigasi; (5) infrastruktur Air minum; (6) infrastruktur sanitasi; (7) Prasarana
Pemerintahan Daerah; (8) Kelautan dan Perikanan; (9) Pertanian; (10) lingkungan
Hidup; (11) Keluarga berencana; (12) Kehutanan; (13) sarana Perdagangan; (14)
energi Perdesaan; (15) transportasi Perdesaan; (16) sarana dan Prasarana Daerah
tertinggal; (17) sarana dan Prasarana Kawasan Perbatasan; (18) Perumahan dan
Permukiman; serta (19) Keselamatan transportasi Darat.
2. DAK Tambahan sebesar Rp2,8 triliun yang dialokasikan sebagai affirmative policy
kepada daerah tertinggal, dan digunakan untuk mendanai kegiatan di bidang
infrastruktur jalan, infrastruktur irigasi, infrastruktur air minum, dan infrastruktur sanitasi.
PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan PublikIII/74
Adapun alokasi DAK tahun 2014 dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 3.11 Alokasi DAK Tahun 2014
dalam juta rupiah
No. BIDANG DAK DAK Tambahan TOTAL
1 Pendidikan 10.041.300 - 10.041.300
2 Kesehatan 3.129.900 - 3.129.900
3 Infrastruktur Jalan 4.414.630 1.691.130 6.105.760
4 Infrastruktur Irigasi 1.654.980 633.980 2.288.960
5 Infrastruktur Air Minum 640.110 245.210 885.320
6 Infrastruktur Sanitasi 599.580 229.680 829.260
7 Prasarana Pemerintahan Daerah 499.740 - 499.740
8 Kelautan dan Perikanan 1.851.910 - 1.851.910
9 Pertanian 2.579.560 - 2.579.560
10 Lingkungan Hidup 548.100 - 548.100
11 Keluarga Berencana 462.910 - 462.910
12 Kehutanan 558.460 - 558.460
13 Sarana dan Prasarana Daerah Tertinggal 754.740 - 754.740
14 Sarana Perdagangan 730.990 - 730.990
15 Energi Pedesaan 467.940 - 467.940
16 Perumahan dan Permukiman 234.800 - 234.800
17 Keselamatan Transportasi Darat 235.940 - 235.940
18 Transportasi Perdesaan 301.340 - 301.340
19 Sarana dan Prasarana Kawasan Perbatasan 493.070 - 493.070
Total 30.200.000 2.800.000 33.000.000
sumber : Kementerian Keuangan, 2013
Dengan adanya affirmative policy melalui DAK tambahan tersebut, distribusi alokasi
DAK di 183 daerah tertinggal mencapai Rp15.299,1 miliar, atau 49,19 persen dari total
alokasi DAK sebesar Rp33.000 miliar. Dengan jumlah alokasi yang mencapai 49,19 persen
tersebut, rata-rata alokasi DAK yang diterima oleh masing-masing daerah mencapai
PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik kebijakan Transfer ke daerah Tahun 2014 III/75
Rp83,60 miliar, yang berarti lebih tinggi apabila dibandingkan dengan rata-rata alokasi DAK
yang diterima oleh masing-masing daerah non-tertinggal sebesar Rp50,65 miliar.
sementara itu, sejalan dengan affirmative policy tersebut, juga ditetapkan kebijakan
penyediaan dana pendamping untuk DAK tambahan bagi daerah tertinggal sebagai
berikut:
1. Kemampuan Keuangan Daerah rendah Sekali, diwajibkan menyediakan dana
pendamping minimal 0% (nol persen);
2. Kemampuan Keuangan Daerah rendah, diwajibkan menyediakan dana pendamping
minimal 1% (satu persen);
3. Kemampuan Keuangan Daerah Sedang, diwajibkan menyediakan dana pendamping
minimal 2% (dua persen);
4. Kemampuan Keuangan Daerah tinggi, diwajibkan menyediakan dana pendamping
minimal 3% (tiga persen);
selanjutnya, jumlah alokasi, arah kebijakan, dan ruang lingkup kegiatan untuk masing-
masing bidang DAK adalah sebagai berikut:
1. DAK Bidang Pendidikan
Dialokasikan sebesar Rp10.041,30 miliar, terdiri dari alokasi untuk:
- sekolah Dasar (sD) sebesar Rp4.016,52 miliar;
- sekolah menengah Pertama (smP) sebesar Rp2.510,33 miliar;
- sekolah menengah Atas (smA) sebesar Rp1.506,20 miliar; dan
- sekolah menengah Kejuruan (smK) sebesar Rp2.008,26 miliar.
arah kebijakan: mendukung penuntasan program wajib belajar pendidikan dasar
9 (sembilan) tahun yang bermutu dan merata, serta mendukung pelaksanaan program
Pendidikan Menengah Universal. DAK Bidang Pendidikan TA 2014 diprioritaskan untuk
pembangunan ruang kelas baru beserta perabotnya bagi sekolah yang kekurangan
ruang kelas, rehabilitasi ruang kelas rusak beserta perabotnya, pembangunan ruang
perpustakaan beserta perabotnya, pembangunan ruang belajar lainnya, penyediaan buku
teks pelajaran/perpustakaan/referensi, dan penyediaan sarana penunjang mutu pendidikan
PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan PublikIII/76
yang cukup, layak, dan merata. sasaran program DAK bidang Pendidikan tA 2014 meliputi
sD/sDlb, smP/smPlb, dan smA/smK baik negeri maupun swasta, yang secara bertahap
diarahkan dalam rangka pemenuhan sPm pendidikan dasar dan pendidikan menengah.
lingkup kegiatan: DAK bidang Pendidikan untuk jenjang sD/sDlb, smP/smPlb,
dan smA/smlb/smK adalah: (1) rehabilitasi ruang kelas/ruang belajar yang rusak beserta
perabotnya (dapat digunakan untuk membangun rumah/asrama guru, apabila rehabilitasi
ruang kelas/ruang belajar telah selesai); (2) pembangunan ruang kelas baru beserta
perabotnya (termasuk sanitasi sekolah); (3) pembangunan ruang belajar lainnya beserta
perabotnya; (4) pembangunan ruang perpustakaan beserta perabotnya; (5) pembangunan
laboratorium; (6) pengadaan buku teks/buku referensi kurikulum 2013; (7) pengadaan
peralatan laboratorium; (8) pengadaan peralatan pendidikan; (9) pengadaan sarana
peningkatan mutu pendidikan (termasuk olahraga dan kesenian); (10) pembangunan ruang
penunjang dan prasarana pendukung.
2. DAK Kesehatan
Dialokasikan sebesar Rp3.129,90 miliar, terdiri dari alokasi untuk:
- Pelayanan Dasar sebesar Rp1.251,60 miliar;
- Pelayanan Rujukan untuk provinsi sebesar Rp121,19 miliar;
- Pelayanan Rujukan untuk kabupaten/kota sebesar Rp656,42 miliar;
- Pelayanan Kefarmasian untuk provinsi sebesar Rp59,00 miliar; dan
- Pelayanan Kefarmasian untuk kabupaten/kota sebesar Rp1.041,69 miliar;
arah kebijakan: meningkatkan akses dan kualitas pelayanan kesehatan dasar,
pelayanan kesehatan rujukan dan pelayanan kefarmasian dalam rangka akselerasi
pencapaian Millenium Development Goals (mDgs) yang difokuskan untuk menurunkan
angka kematian ibu, angka kematian bayi dan anak, penanggulangan masalah gizi serta
pengendalian penyakit (menular dan tidak menular) dan penyehatan lingkungan terutama
bagi penduduk miskin dan penduduk di Daerah tertinggal, Perbatasan, dan Kepulauan
(DtPK) melalui peningkatan sarana, prasarana, dan peralatan kesehatan di Pos Kesehatan
Desa (Poskesdes), Puskesmas dan jaringannya, Rumah Sakit Provinsi/Kabupaten/Kota
serta penyediaan dan pengelolaan obat, perbekalan kesehatan, vaksin, yang berkhasiat,
PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik kebijakan Transfer ke daerah Tahun 2014 III/77
aman, dan bermutu untuk mendukung pelaksanaan sistem Jaminan sosial nasional (sJsn)
bidang Kesehatan tahun 2014.
lingkup kegiatan: (1) pelayanan kesehatan dasar yakni pemenuhan sarana,
prasarana, dan peralatan bagi Poskesdes, Puskesmas, dan jaringannya meliputi: (a)
pembangunan Puskesmas Pembantu (Pustu) dan Puskesmas di Daerah terpencil
Perbatasan dan Kepulauan (DtPK), (b) peningkatan Puskesmas menjadi Puskesmas
Perawatan di wilayah terpencil/sangat terpencil di DtPK dan peningkatan Puskesmas
menjadi mampu Puskesmas dengan Pelayanan obstetri neonatal emergensi Dasar
(PoneD), (c) pembangunan sarana instalasi Pengolahan limbah, (d) rehabilitasi Puskemas
karena rusak berat atau rehabilitasi total, (e) perawatan, termasuk rumah dinas dokter dan
paramedis, (f) penyediaan alat kesehatan, (g) penyediaan Puskesmas Keliling (Roda 4 dan
Pusling Perairan), (h) pembangunan Pos Kesehatan Desa (Poskesdes)/Pos Pembinaan
terpadu (Posbindu); (2) pelayanan kesehatan rujukan yakni pemenuhan/pengadaan
sarana, prasarana, dan peralatan Rumah Sakit Provinsi/Kabupaten/Kota meliputi: (a)
pemenuhan sarana, prasarana, dan peralatan tempat tidur Kelas iii, (b) pemenuhan
sarana, prasarana, dan peralatan instalasi gawat Darurat (igD), (c) pemenuhan sarana,
prasarana, dan peralatan Intensive Care Unit (iCu), (d) pemenuhan sarana, prasarana,
dan peralatan Pelayanan obstetri neonatal emergensi Komprehensif (PoneK) Rumah
sakit, (e) pemenuhan sarana, prasarana, dan peralatan instalasi Pengolah limbah (iPl),
(f) pemenuhan sarana dan prasarana unit transfusi Darah (utD) di Rs/bank Darah Rumah
sakit (bDRs), (g) Pemenuhan Peralatan Kalibrasi di Rs; (3) pelayanan kefarmasian, antara
lain meliputi (a) penyediaan obat dan perbekalan kesehatan untuk fasilitas pelayanan
kesehatan dasar untuk kabupaten/kota yang mengacu pada Daftar obat esensial nasional
(Doen), (b) pembangunan baru/rehabilitasi dan/atau penyediaan sarana pendukung
instalasi Farmasi Kabupaten/Kota, (c) pembangunan baru/rehabilitasi dan/atau penyediaan
sarana pendukung Instalasi Farmasi Provinsi.
3. DAK Infrastruktur Jalan
Dialokasikan sebesar Rp6.105,76 miliar, terdiri dari alokasi untuk:
- provinsi sebesar Rp662,19 miliar;
- kabupaten/kota sebesar Rp3.752,44 miliar. dan
- DAK Tambahan untuk affirmative policy kepada daerah tertinggal sebesar Rp1.691,13
miliar.
PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan PublikIII/78
arah kebijakan: (1) mempertahankan dan meningkatkan kinerja pelayanan prasarana
jalan provinsi, kabupaten dan kota yang menghubungkan outlet pelabuhan dan bandara
dalam memperlancar distribusi penumpang, barang jasa, serta hasil produksi yang
mendukung sektor pertanian, industri, dan pariwisata sehingga dapat memperlancar
pertumbuhan ekonomi regional, (2) menunjang aksesibilitas dan keterhubungan wilayah
(domestic connectivity) dalam mendukung pengembangan koridor ekonomi wilayah/
kawasan (masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan ekonomi indonesia/mP3ei),
(3) menangani Jalan dan Jembatan melalui alokasi DAK diarahkan untuk pemeliharaan
Jalan Provinsi, Jalan Kabupaten, dan Jalan Kota dan pembangunan Jalan Provinsi, Jalan
Kabupaten, Jalan Kota secara selektif, (4) mendukung kebijakan keberpihakan (affirmative
policy) untuk pembangunan daerah tertinggal dan kawasan perbatasan, (5) mendukung
pemenuhan sasaran Prioritas Rencana Pembangunan Jangka menengah nasional
(RPJmn) 2010-2014 khususnya Prioritas nasional 6 di bidang infrastruktur.
lingkup kegiatan: (1) Jalan: pemeliharaan berkala, rehabilitasi, peningkatan
struktur, dan pembangunan Jalan Provinsi/Kabupaten/Kota, (2) Jembatan: pemeliharaan,
rehabilitasi, penggantian, dan pembangunan di Jalan Provinsi/ Kabupaten/Kota, (3) Jalan
Provinsi merupakan jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan primer yang menghubungkan
Ibukota Provinsi dengan Ibukota Kabupaten/Kota, atau antar Ibukota Kabupaten/Kota;
dan Jalan strategis (4) Jalan Kabupaten merupakan jalan lokal dalam sistem jaringan
jalan primer selain Jalan Nasional dan Jalan Provinsi yang menghubungkan Ibukota antar
Kabupaten dengan ibukota Kecamatan, antar-ibukota Kecamatan, ibukota Kabupaten
dengan Pusat Kegiatan lokal, antar Pusat Kegiatan lokal, serta jalan umum dalam
sistem jaringan jalan sekunder dalam Wilayah Kabupaten, dan Jalan strategis Kabupaten,
(5) Jalan Kota merupakan jalan umum dalam sistem jaringan jalan sekunder yang
menghubungkan antarpusat pelayanan dalam kota, menghubungkan pusat pelayanan
dalam kota, menghubungkan pusat pelayanan dengan persil, menghubungkan antarpersil,
serta menghubungkan antarpusat permukiman yang berada di dalam kota.
4. DAK Infrastruktur Irigasi
Dialokasikan sebesar Rp2.288,96 miliar, terdiri dari alokasi untuk:
- provinsi sebesar Rp496,49 miliar;
- kabupaten/kota sebesar Rp1.158,49 miliar, dan
PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik kebijakan Transfer ke daerah Tahun 2014 III/79
- DAK Tambahan untuk affirmative policy kepada daerah tertinggal sebesar Rp633,98
miliar
arah kebijakan: (1) mengembalikan fungsi dan meningkatkan kinerja layanan jaringan
irigasi/rawa kewenangan pemerintah provinsi dan kabupaten/kota untuk mendukung
sasaran Prioritas nasional di bidang Ketahanan Pangan yaitu Peningkatan Produksi beras
nasional (P2bn) surplus beras 10 Juta ton pada tahun 2014, (2) penanganan jaringan
irigasi melalui alokasi DAK diarahkan untuk pencapaian SPM provinsi/kabupaten/kota,
(3) mendukung kebijakan keberpihakan (affirmative policy) untuk pembangunan daerah
tertinggal dan kawasan perbatasan.
lingkup kegiatan: Dalam rangka mendukung kebijakan Peningkatan Produksi beras
nasional (P2bn) surplus beras 10 Juta ton, pelaksanaan DAK bidang irigasi difokuskan
kepada rehabilitasi jaringan irigasi/rawa kewenangan Pemprov dan kabupaten/kota yang
dalam kondisi rusak. Pemanfaatan DAK bidang irigasi tidak dapat digunakan untuk
membiayai Operasi dan Pemeliharaan (OP). Pemerintah provinsi dan kab./kota sebagai
penerima DAK bidang irigasi bertanggung jawab dalam pelaksanaan oP irigasi yang
menjadi kewenangannya sehingga harus dialokasikan dalam APbD masing-masing.
5. DAK Infrastruktur Air Minum
Dialokasikan sebesar Rp885,32 miliar, termasuk di dalamnya DAK tambahan Rp245,21
miliar dalam rangka affirmative policy kepada daerah tertinggal.
arah kebijakan: (1) meningkatkan cakupan pelayanan air minum layak dalam rangka
percepatan pencapaian target mDgs untuk meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat
dan memenuhi sPm penyediaan air minum di kawasan perkotaan, perdesaan, termasuk
daerah tertinggal, (2) mendukung kebijakan keberpihakan (affirmative policy) untuk
pembangunan daerah tertinggal dan kawasan perbatasan, (3) mendukung pemenuhan
sasaran Prioritas RPJmn 2010-2014 khususnya Prioritas nasional 3 di bidang Kesehatan
dan Prioritas nasional 4 di bidang Penanggulangan Kemiskinan.
lingkup kegiatan: (1) perluasan dan peningkatan jaringan distribusi sampai dengan
retikulasi termasuk sambungan rumah (sR) bagi masyarakat berpenghasilan Rendah
(mbR) dan masyarakat yang belum terlayani air minum, dengan sasaran adalah kabupaten/
kota yang memiliki kapasitas yang tidak terpakai (idle capacity) yang memadai untuk
dibangun sR perpipaan, (2) pemasangan sistem meter Komunal (master meter) untuk
PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan PublikIII/80
mbR khususnya yang bermukim di kawasan kumuh perkotaan dengan sasaran adalah
kabupaten/kota yang memiliki idle capacity yang memadai untuk dibangun sistem meter
Komunal termasuk sR perpipaan; dan (3) pembangunan sistem Penyediaan Air minum
(sPAm) Perdesaan dengan sasaran adalah desa-desa dengan sumber air baku yang relatif
mudah.
6. DAK Infrastruktur Sanitasi
Dialokasikan sebesar Rp829,26 miliar, termasuk di dalamnya DAK tambahan Rp229,68
miliar dalam rangka affirmative policy kepada daerah tertinggal.
arah kebijakan: (1) mempercepat pemenuhan pelayanan akses aman sanitasi melalui
penyediaan prasarana sarana yang mencakup pengelolaan air limbah dan persampahan
untuk meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat dan memenuhi sPm penyediaan
sanitasi; (2) mendukung kebijakan keberpihakan (affirmative policy) untuk pembangunan
daerah tertinggal dan kawasan perbatasan, (3) mendukung pemenuhan sasaran Prioritas
RPJmn 2010-2014 khususnya Prioritas nasional 3 di bidang Kesehatan dan Prioritas
nasional 4 di bidang Penanggulangan Kemiskinan.
lingkup kegiatan: (1) subbidang air limbah: pembangunan dan pengembangan
prasarana dan sarana air limbah skala lingkungan/kawasan atau skala kota; dan (2)
subbidang persampahan: pembangunan dan pengembangan fasilitas pengelolaan sampah
yang terintegrasi dengan sistem pengelolaan sampah kota.
7. DAK Prasarana Pemerintahan Daerah
Dialokasikan sebesar Rp499,74 miliar, terdiri dari alokasi untuk:
- provinsi sebesar Rp19,99 miliar; dan
- kabupaten/kota sebesar Rp479,75 miliar.
arah kebijakan: meningkatkan kinerja pemerintahan daerah dalam menyelenggarakan
pelayanan publik di daerah pemekaran, daerah induk, daerah yang terkena dampak
pemekaran, serta daerah lainnya yang prasarana pemerintahannya belum layak
dan memadai. DAK Prasarana Pemerintahan Daerah diharapkan dapat membantu
penyelenggaraan dan pencapaian sPm dalam hal penyediaan prasarana pemerintahan.
Prasarana tersebut selain untuk meningkatkan kredibilitas Pemda, diharapkan juga
PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik kebijakan Transfer ke daerah Tahun 2014 III/81
mendukung sasaran dan indikator keberhasilan reformasi birokrasi dan tata kelola yang
merupakan Prioritas nasional, melalui peningkatan kualitas pelayanan publik kepada
masyarakat (integritas pelayanan publik di daerah). untuk keberlanjutan atas pemanfaatan
kegiatan, Pemda melalui satuan Kerja Perangkat Daerah (sKPD) terkait harus menyatakan
komitmennya untuk menyediakan biaya operasional dan pemeliharaan dari lingkup kegiatan
yang ada, sesuai dengan umur ekonomis bangunan.
lingkup kegiatan: (1) Pembangunan/perluasan gedung kantor gubernur/ bupati/
walikota, (2) Pembangunan/perluasan gedung kantor sekretariat daerah provinsi/kab/
kota, (3) Pembangunan/perluasan gedung kantor DPRD provinsi/kab/kota dan sekretariat
DPRD provinsi/kab/kota; dan (4) Pembangunan/perluasan gedung kantor inspektorat
daerah provinsi/kab/kota, (5) Pembangunan/perluasan gedung kantor Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah (Bappeda) provinsi/kab/kota, (6) Pembangunan/perluasan gedung
kantor dinas daerah provinsi/kab/kota, (7) Pembangunan/perluasan gedung kantor lembaga
teknis daerah provinsi/ kab/kota, (8) Pembangunan/perluasan gedung kantor kecamatan
di kab/kota, (9) Pembangunan/perluasan gedung kantor di provinsi yang pembentukan
perangkat dan kelembagaannya diatur dalam peraturan perundang-undangan.
8. DAK Kelautan dan Perikanan (DAK KP)
Dialokasikan sebesar Rp1.851,91 miliar, terdiri dari alokasi untuk:
- provinsi sebesar Rp187,50 miliar; dan
- kabupaten/kota sebesar Rp1.664,41 miliar.
arah kebijakan: meningkatkan sarana dan prasarana produksi, pengolahan,
mutu, pemasaran, pengawasan, penyuluhan, data statistik dalam rangka mendukung
industrialisasi kelautan dan perikanan dan minapolitan, serta penyediaan sarana prasarana
terkait dengan pengembangan kelautan dan perikanan di pulau-pulau kecil.
lingkup kegiatan: DAK KP Provinsi: untuk penyediaan kapal perikanan >30 Gross
ton (gt); DAK KP Kabupaten/Kota: (1) pengembangan sarana dan prasarana perikanan
tangkap, (2) pengembangan sarana dan prasarana perikanan budidaya, (3) pengembangan
sarana dan prasarana pengolahan, peningkatan mutu, dan pemasaran hasil perikanan,
(4) pengembangan sarana dan prasarana dasar di pesisir dan pulau-pulau kecil, (5)
pengembangan sarana dan prasarana pengawasan sumber daya kelautan dan perikanan,
PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan PublikIII/82
(6) pengembangan sarana dan prasarana penyuluhan perikanan, dan (7) pengembangan
sarana penyediaan data statistik kelautan dan perikanan.
9. DAK Pertanian
Dialokasikan sebesar Rp2.579,56 miliar, terdiri dari alokasi untuk:
- provinsi sebesar Rp250,00 miliar; dan
- kabupaten/kotasebesar Rp2.329,56 miliar.
arah kebijakan: mendukung pencapaian target surplus beras 10 juta ton tahun
2014, dan peningkatan produksi komoditas pertanian strategis lainnya, dengan melakukan
refocusing kegiatan DAK bidang Pertanian 2014 pada pembangunan/perbaikan prasarana
dan sarana dasar pertanian di provinsi dan kabupaten/kota.
lingkup kegiatan: DAK Pertanian Provinsi (1) Pembangunan/rehabilitasi/ renovasi
unit Pelaksana teknis Daerah (uPtD) Perbenihan dan sarana pendukungnya, (2)
Pembangunan/rehabilitasi/renovasi UPTD Proteksi Tanaman dan sarana pendukungnya,
(3) Pembangunan/rehabilitasi/renovasi UPTD Perbibitan dan Laboratorium Kesehatan
Hewan dan sarana pendukungya; DAK Pertanian Kabupaten/Kota (1) Pengembangan
Prasarana dan sarana Air mendukung tanaman Pangan: (a) irigasi Air tanah; (b) irigasi
Air Permukaan; (c) embung; (d) Dam Parit, (2) Pengembangan Prasarana dan sarana
Jalan Pertanian (Jalan usaha tani dan Jalan Produksi), (3) Pembangunan/Rehabilitasi/
Renovasi Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) di kecamatan dan Penyediaan Sarana
Penyuluhan Pertanian, (4) Pembangunan lumbung Pangan masyarakat dan/atau sarana
pendukungnya, (5) Pembangunan/rehabilitasi/renovasi Balai Perbenihan dan Perbibitan
serta sarana pendukungnya, (6) Pembangunan/rehabilitasi/renovasi Tempat Penampungan
susu dan Rumah Potong unggas serta sarana pendukungnya.
10. DAK Lingkungan Hidup
Dialokasikan sebesar Rp548,10 miliar.
arab kebijakan: (1) mendorong pelaksanaan sPm bidang lingkungan Hidup daerah,
(2) mendorong penguatan kapasitas kelembagaan/institusi pengelola lingkungan hidup
di daerah, dengan prioritas meningkatkan sarana dan prasarana lingkungan hidup yang
difokuskan pada kegiatan pencegahan pencemaran lingkungan, (3) menunjang percepatan
PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik kebijakan Transfer ke daerah Tahun 2014 III/83
penanganan masalah lingkungan hidup di daerah, (4) mendukung kegiatan yang terkait
dengan upaya adaptasi dan mitigasi perubahan iklim.
lingkup kegiatan: (1) pengadaan peralatan laboratorium permanen untuk uji kualitas
air, udara emisi sumber bergerak, udara emisi sumber tidak bergerak, udara ambient, dan
tanah, (2) pengadaan peralatan portable untuk uji kualitas air, udara emisi, dan tanah,
(3) pengadaan kendaraan operasional roda empat untuk pemantauan dan pengawasan
lingkungan, (4) pengadaan sarana dan prasarana pengolahan air limbah untuk: (a). instalasi
Pengolah Air limbah (iPAl) uKm; (b). iPAl Komunal; (c). iPAl Puskesmas; (d). Pengolah
sampah dengan prinsip 3R (reuse, recycle, recovery), (5) pengadaan sarana dan prasarana
pengelolaan sampah dengan prinsip 3R di tempat penampungan sampah sementara,
fasilitas umum, dan fasilitas sosial, serta sekolah-sekolah, (6) Pembuatan taman Kehati/
taman Hijau/Ruang terbuka Hijau, (7) Pengadaan unit pengolah limbah organik menjadi
biogas, (8) Pembuatan sumur resapan, (9) Pembuatan lubang resapan biopori, (10)
Pembuatan embung (kolam tampungan air), (11) Penanaman pohon di sekitar mata air,
sempadan sungai, dan danau, (12) Pengadaan pengolah gulma (tanaman pengganggu)
dan pembuatan media tanam (bitumen), (13) Pengadaan penangkap endapan (sediment
trap) vegetatif, dan (14) Pengadaan pencegah longsor ramah lingkungan.
11. DAK Keluarga Berencana (KB)
Dialokasikan sebesar Rp462,91 miliar.
arah kebijakan: untuk meningkatkan akses dan kualitas pelayanan Kb yang
merata, yang dilakukan melalui: a) peningkatan daya jangkau dan kualitas penyuluhan,
penggerakan, pembinaan program Kb lini lapangan, b) peningkatan sarana dan prasarana
pelayanan KB, c) peningkatan sarana pelayanan advokasi, komunikasi, informasi, dan
edukasi (Kie) Program Kb, d) peningkatan sarana pembinaan tumbuh kembang anak; dan
e) peningkatan pelaporan dan pengolahan data dan informasi berbasis teknologi informasi.
lingkup kegiatan: (1) Penyediaan sarana kerja dan mobilitas serta sarana
pengelolaan data dan informasi berbasis teknologi informasi bagi tenaga lini lapangan, (2)
Pemenuhan sarana pelayanan Kb di klinik Kb (statis) dan sarana dan prasarana pelayanan
Kb keliling dan pembangunan gudang alat/obat kontrasepsi, (3) Penyediaan sarana dan
prasarana penerangan Kb keliling, pengadaan public address dan Kie kit, (4) Penyediaan
PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan PublikIII/84
Bina Keluarga Balita (BKB) kit, (5) Pembangunan/renovasi Balai Penyuluhan KB tingkat
kecamatan, dan (6) penyediaan kendaraan pendistribusian alokon/pengangkut akseptor.
12. DAK Kehutanan
Dialokasikan sebesar Rp558,46 miliar, terdiri dari alokasi untuk:
- provinsi sebesar Rp27,92 miliar; dan
- kabupaten/kota sebesar Rp530,54 miliar.
arah kebijakan: (1) Peningkatan operasionalisasi Kesatuan Pengelolaan Hutan
lindung (KPHl) dan Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP), (2) Peningkatan Daya
Dukung Daerah Aliran sungai (DAs), (3) Perlindungan Hutan dan Kawasan esensial, (4)
Pemberdayaan masyarakat.
lingkup kegiatan: (1) operasionalisasi Kesatuan Pengelolaan Hutan lindung dan
Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi, (2) Rehabilitasi Hutan dan lahan, (3) Pemeliharaan
dan pengamanan tanaman hasil rehabilitasi tahun sebelumnya (t-2) dan t-1), (4)
Peningkatan penyediaan sarana dan prasarana pengamanan hutan, (5) Peningkatan
penyediaan sarana dan prasarana penyuluhan kehutanan.
13. DAK Sarana Perdagangan:
Dialokasikan sebesar Rp730,99 miliar, terdiri dari alokasi untuk:
- Pasar sebesar Rp560,99 miliar;
- gudang sebesar Rp90,00 miliar;
- metrologi untuk propinsi sebesar Rp38,00 miliar; dan
- metrologi untuk kabupaten/kota sebesar Rp42,00 miliar
arah kebijakan: meningkatkan kuantitas dan kualitas sarana perdagangan untuk
meningkatkan kelancaran distribusi bahan kebutuhan pokok masyarakat dalam rangka
mendukung sistem logistik nasional pengamanan perdagangan dalam negeri, dan
peningkatan kesejahteraan rakyat yang berkeadilan. Hal tersebut dicapai dengan: (i)
memantapkan ketersediaan dan kondisi sarana distribusi untuk mendukung kelancaran
dan ketersediaan barang (khususnya bahan pokok) sehingga daya beli dan kesejahteraan
PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik kebijakan Transfer ke daerah Tahun 2014 III/85
masyarakat dapat terjaga, terutama di daerah yang memiliki potensi dan aktivitas
perdagangan yang dilakukan secara reguler, serta daerah dengan kondisi sarana
distribusi yang tidak memadai secara kuantitas dan kualitas; (ii) meningkatkan kuantitas
dan kualitas peralatan, sarana dan fasilitas penunjang kegiatan tertib ukur sebagai upaya
perlindungan konsumen, terutama di daerah yang memiliki potensi alat-alat ukur, takar,
timbang dan Periengkapannya (uttP) yang cukup besar yang belum dapat ditangani
serta daerah dengan kondisi peralatan, sarana, dan fasilitas kemetrologian yang minim;
dan (iii) memperluas sarana penyimpanan komoditas bagi petani dan pengusaha kecil dan
menengah sebagai upaya mendapatkan harga terbaik dan menciptakan alternatif sumber
pembiayaan untuk meningkatkan kesejahteraan, terutama di daerah sentra komoditas yang
termasuk dalam sistem Resi gudang (sRg).
lingkup kegiatan: (1) Pembangunan dan pengembangan sarana distribusi
perdagangan (pasar), (2) Pembangunan dan peningkatan sarana metrologi legal, melalui:
(a) penyediaan sarana metrologi legal yang meliputi pembangunan gedung laboratorium
metrologi legal dan pengadaan peralatan pelayanan tera/tera ulang (meliputi peralatan
standar kerja, unit berjalan tera/tera ulang roda empat, unit fungsional pengawasan roda
empat dan unit mobilitas roda dua); serta (b) pengembangan (uPtD) metrologi legal
provinsi dan peremajaan peralatan standar acuan untuk mendukung ketertelusuran di
tingkat provinsi, serta (3) Pembangunan gudang komoditas pertanian dan pengadaan
fasilitas penunjang (termasuk: alat pengering, sarana transportasi, dan sarana komunikasi)
dalam kerangka sRg.
14. DAK Energi Perdesaan:
Dialokasikan sebesar Rp467,94 miliar.
arah kebijakan: diversifikasi energi. Secara khusus, DAK energi perdesaaan akan
memanfaatkan sumber energi terbarukan setempat untuk meningkatkan akses masyarakat
perdesaan terhadap energi modern.
lingkup kegiatan: (1) pembangunan Pembangkit listrik tenaga mikro Hidro (PltmH),
(2) pembangunan Pembangkit listrik tenaga surya (Plts) terpusat dan/atau Plts tersebar,
(3) pembangunan instalasi biogas skala rumah tangga, (4) pemeliharaan/rehabilitasi Plts
dan PltmH yang rusak; dan (5) perluasan/peningkatan pelayanan tenaga listrik dari PltmH
off-grid.
PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan PublikIII/86
15. DAK Transportasi Perdesaan
Dialokasikan sebesar Rp301,34 miliar.
arah kebijakan: (1) meningkatkan pelayanan mobilitas penduduk dan sumber daya
lainnya yang dapat mendukung terjadinya pertumbuhan ekonomi daerah, dan diharapkan
dapat menghilangkan keterisolasian dan memberi stimulan ke arah perkembangan di
semua bidang kehidupan sosial dan ekonomi, (2) mengembangkan sarana dan prasarana
wilayah yang memiliki nilai strategis dan diprioritaskan pada wilayah pusat-pusat
pertumbuhan kawasan yang memiliki sektor basis potensial seperti Kawasan strategis
Cepat tumbuh (KsCt), Kawasan Pengembangan ekonomi terpadu (KAPet), Kawasan
Strategis Pariwisata Nasionai (KSPN ) dan Kawasan Perhatian Investasi (KPI) yang meliputi
sektor pertanian, perikanan, pariwisata, industri, dan perdagangan, (3) untuk keberlanjutan
atas pemanfaatan kegiatan, Pemda melalui dinas terkait harus menyatakan komitmennya
untuk membiayai operasional dan pemeliharaan dari lingkup kegiatan yang ada, sesuai
masa umur ekonomis.
lingkup kegiatan: (1) jalan Poros Wilayah: Pembangunan dan peningkatan jalan
poros atau jalan antarwilayah yang menghubungkan pusat produksi dengan sentra
pemasaran di pusat-pusat pertumbuhan seperti wilayah KsCt, KsPn dan KPi; (2) Angkutan
Wilayah: Pengadaan sarana angkutan penumpang dan barang yang sesuai dengan
karakteristik dan kebutuhan daerah, seperti mini bus, pick up, dump truck, kapal kayu/kapal
mesin tempel/fiberglass dan bus potong.
16. DAK Sarana dan Prasarana Daerah Tertinggal
Dialokasikan sebesar Rp754,74 miliar.
arah kebijakan: mendukung kebijakan pembangunan daerah tertinggal yang
diamanatkan dalam RPJmn 2010-2014, yaitu “meningkatkan pengembangan perekonomian
daerah dan kualitas sumber daya manusia yang didukung oleh kelembagaan dan
ketersediaan infrastruktur perekonomian dan pelayanan dasar sehingga daerah tertinggal
dapat tumbuh dan berkembang secara lebih cepat guna dapat mengejar ketertinggalan
pembangunannya dari daerah lain yang relatif lebih maju”.
lingkup kegiatan: (1) penyediaan sarana transportasi umum darat dan air untuk
mendukung pengembangan ekonomi lokal; (2) pembangunan/rehabilitasi dermaga/
PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik kebijakan Transfer ke daerah Tahun 2014 III/87
tambatan perahu; (3) Pembangunan jalan/peningkatan kondisi permukaan jalan non status
strategis, yang menghubungkan antardesa serta menghubungkan sentra produksi dengan
pusat pelayanan distribusi dan membuka keterisolasian wilayah, yang bukan merupakan
status jalan kabupaten dan provinsi; dan (4) pembangunan/rehabilitasi jembatan desa.
17. DAK Sarana dan Prasarana Kawasan Perbatasan
Dialokasikan sebesar Rp493,07 miliar.
arah kebijakan: mendukung kebijakan pembangunan kawasan perbatasan yang
diamanatkan dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) 2014 yaitu untuk mengatasi
keterisolasian wilayah yang dapat menghambat upaya pengamanan batas wilayah,
pelayanan sosial dasar, serta pengembangan kegiatan ekonomi lokal secara berkelanjutan
di kecamatan-kecamatan lokasi prioritas yang ditetapkan oleh Keputusan Kepala badan
nasional Pengelola Perbatasan nomor 2 tahun 2011 tentang Rencana induk Pengelolaan
batas Wilayah negara dan Kawasan Perbatasan.
lingkup kegiatan: (1) Pembangunan/peningkatan kondisi permukaan jalan non-status
dan/atau jembatan yang menghubungkan kecamatan perbatasan prioritas dengan pusat
kegiatan di sekitarnya; (2) Pembangunan dan rehabilitasi dermaga kecil atau tambatan
perahu untuk mendukung angkutan orang dan barang, khususnya dermaga kecil atau
tambatan perahu di wilayah pesisir yang tidak ditangani Kementerian Perhubungan; (3)
Penyediaan moda transportasi perairan/ kepulauan untuk meningkatkan arus orang, barang
dan jasa; dan (4) penyediaan asrama sekolah (sltP, sltA) dan rumah dinas guru yang
dibangun di kecamatan perbatasan yang tidak ditangani oleh Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan.
18. DAK Perumahan dan Permukiman
Dialokasikan sebesar Rp234,80 miliar.
arah kebijakan: meningkatkan penyediaan Prasarana, sarana dan utilitas (Psu)
perumahan dan kawasan permukiman dalam rangka menstimulan pembangunan
perumahan dan permukiman bagi masyarakat berpenghasilan Rendah (mbR) di kabupaten/
kota.
PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan PublikIII/88
lingkup kegiatan: (1) Prasarana dan sarana air minum, (2) sarana air limbah
komunal, (3) tempat Pengolahan sampah terpadu (tPst), (4) Jaringan distribusi listrik, (5)
Penerangan jalan umum.
19. DAK Keselamatan Transportasi Darat
Dialokasikan sebesar Rp235,94 miliar, terdiri dari alokasi untuk:
- provinsi sebesar Rp35,39 miliar; dan
- kabupaten/kota sebesar Rp200,55 miliar.
arah kebijakan: meningkatkan kualitas pelayanan, terutama keselamatan bagi
pengguna transportasi jalan di provinsi, kabupaten/kota guna menurunkan tingkat fatalitas
(jumlah korban meninggal) akibat kecelakaan lalu lintas secara bertahap sebesar 20 persen
pada akhir tahun 2014 dan menurunkan jumlah korban luka-luka sebesar 50 persen hingga
akhir tahun 2014.
lingkup kegiatan: Pengadaan dan pemasangan fasilitas keselamatan transportasi
darat.
Perhitungan Alokasi DAK
berdasarkan uu 33/2004 dan PP 55/2005, perhitungan alokasi DAK dilakukan melalui
2 (dua) tahapan, yaitu:
1. Penentuan daerah tertentu yang menerima DAK.
2. Penentuan besaran alokasi DAK maisng-masing daerah.
Penentuan daerah tertentu penerima DAK harus memenuhi kriteria umum, kriteria
khusus, dan kriteria teknis. sementara itu, penentuan besaran alokasi DAK masing-masing
daerah dilakukan dengan perhitungan indeks berdasarkan kriteria umum, kriteria khusus,
dan kriteria teknis.
Kriteria umum disusun berdasarkan kemampuan keuangan daerah (KKD), yang
dicerminkan dari penerimaan umum APbD dikurangi belanja gaji PnsD. Penerimaan
umum APbD terdiri dari PAD, DAu dan DbH. Daerah yang memiliki KKD di bawah rata-rata
nasional indeks Fiskal nasional diprioritaskan mendapatkan alokasi DAK.
PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik kebijakan Transfer ke daerah Tahun 2014 III/89
Kriteria khusus dirumuskan berdasarkan pada peraturan perundang-undangan yang
mengatur otsus dan kharakteristik daerah. Peraturan perundang-undangan otsus dimaksud
adalah peraturan perundang-undangan yang mengatur penyelenggaraan otsus Papua
dan Papua barat. sementara itu, dalam kaitannya dengan kharakteristik daerah terdiri dari
daerah tertinggal, daerah pesisir dan/atau kepulauan, daerah perbatasan dengan negara
lain, daerah rawan bencana, daerah ketahanan pangan, dan daerah pariwisata. selanjunya,
dalam rangka affirmative policy kepada daerah tertinggal disepakati bersama antara
Pemerintah Pusat dan DPR bahwa seluruh daerah tertinggal diprioritaskan mendapatkan
alokasi DAK.
selanjutnya, kriteria teknis disusun dengan melihat kondisi sarana dan prasarana di
masing-masing daerah. Dalam hal ini lebih diarahkan untuk daerah-daerah dengan kondisi
sarana dan prasarana pelayanan publik yang kurang baik.
untuk menunjang perhitungan alokasi DAK dimaksud, digunakan data-data sebagai
berikut:
1) PAD, yang didasarkan pada laporan APbD realisasi tahun 2012 dari daerah yang
dihimpun oleh Kemenkeu.
2) DbH Pajak yang didasarkan padadata laporan Realisasi Anggaran (lRA) tahun 2012,
lRA dimaksud sudah memperhitungkan potongan lebih bayarselama tahun 2012 dan
kurang bayar yang disalurkan selama tahun 2012, namun tidak termasuk DbH CHt.
3) DbH sDA, yang didasarkan pada data lRA tahun 2012 dengan memperhitungkan DbH
sDA Panas bumi, potongan lebih bayar selama tahun 2012, serta dana cadangan dan
kurang bayar DbH yang disalurkan pada tahun 2012. Dalam hal ini, data dimaksud
tidak termasuk dana cadangan DbH tahun 2012 yang disalurkan tahun 2013, DbH
migas dalam rangka otsus, DbH Dana Reboisasi dan DbH migas 0,5% (earmark).
4) DAU yang didasarkan pada Perpres 96/2011 tentang DAU Daerah Provinsi dan
Kabupaten/Kota tA 2012.
5) gaji PnsD yang didasarkan pada data gaji PnsD tahun 2012.
6) indeks Kemahalan Konstruksi (iKK) tahun 2013.
selanjutnya, setelah diketahui daerah tertentu yang menerima DAK, dilakukan
perhitungan besaran alokasi DAK masing-masing daerah. Pada tahapan ini, perhitungan
PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan PublikIII/90
besaran alokasi dilakukan dengan menggunakan indeks berdasarkan kriteria umum
(indeks fiskal nasional/IFN), kriteria khusus (indeks kewilayahan, IKW), dan kriteria teknis
(indeks teknis, it).
sementara itu, masing-masing indeks diberikan bobot dengan kebijakan yang
disepakati Pemerintah Pusat dan DPR sebagai berikut :
1. Penentuan daerah tertentu penerima DAK, digunakan bobot :
- Indeks fiskal dan wilayah (IFW) = IFN : IKW = 50% : 50%.
- Indeks fiskal wilayah teknis (IFWT) = IFW :IT= 50% : 50%.
2. Penentuan besaran alokasi DAK, digunakan bobot :
a. iFW = iFn : iKW = 50% : 50%.
b. iFWt = iFW : it = 20% : 80%.
indikator teknis yang dipergunakan dalam perhitungan alokasi DAK tahun 2014 adalah
sebagai berikut:
1. Dak bidang Pendidikan
a. sD
1) Jumlah sekolah
2) Jumlah siswa
3) Jumlah guru Kelas 1,2,4,5
4) Jumlah Kebutuhan Ruang Kelas baru (RKb)
5) Jumlah Ruang Kelas Rusak sedang
6) Jumlah sD yang belum memiliki Perpustakaan
7) Kebutuhan Alat Pendidikan (Paket)
8) Angka Partisipasi murni (APm) sD/sDlb
b. smP
- Rehab minimal sedang
1) Kebutuhan Ruang Kelas baru (RKb)
2) Kebutuhan Perpustakaan
3) laboratorium iPA
4) laboratorium bahasa
5) laboratorium Komputer
6) Ruang serbaguna
PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik kebijakan Transfer ke daerah Tahun 2014 III/91
7) Jumlah Kebutuhan Alat iPA
8) Jumlah Kebutuhan Alat iPs
9) Jumlah Kebutuhan Alat matematika
10) Jumlah Kebutuhan Alat olah Raga
11) Jumlah Kebutuhan Alat lab. bahasa
12) Jumlah murid
13) laporan
14) Angka Partisipasi Kasar (APK) smP/mts
c. smA
1) Kebutuhan Ruang Kelas baru (RKb)
2) Kebutuhan rehabilitasi ruang belajar rusak
3) Kebutuhan Perpustakaan
4) Kebutuhan Ruang laboratorium iPA
5) Kebutuhan Alat iPA
6) Kebutuhan buku Referensi/teks
7) Kebutuhan Asrama
8) Angka Partisipasi Kasar (APK) smA
d. smK
1) Kebutuhan Ruang Kelas baru (RKb)
2) Kebutuhan rehabilitasi ruang belajar rusak
3) Kebutuhan Perpustakaan
4) Kebutuhan Ruang laboratorium iPA
5) Kebutuhan Alat iPA
6) Kebutuhan buku Referensi/teks
7) Kebutuhan Asrama
8) Kebutuhan Ruang Praktek siswa (RPs)
9) Angka Partisipasi Kasar (APK) smK
2. Dak kesehatan
a. Pelayanan Dasar
1) Jumlah Puskesmas Pembantu
2) Jumlah Puskesmas non Perawatan
3) Jumlah Puskesmas Perawatan
4) Jumlah Puskesmas Perawatan mampu PoneD
5) Jumlah Rumah Dinas Dokter dan Paramedis
PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan PublikIII/92
6) Jumlah Puskesmas Keliling
7) Jumlah instalasi Pengolahan limbah (iPl)/iPAl
8) Jumlah Pos kesehatan desa
b. Pelayanan Rujukan
1) indeks Kelas Rumah sakit
2) indeks Jenis Rumah sakit
3) indeks Akreditasi
4) indeks Rasio tempat tidur Rumah sakit/tempat tidur Kelas iii
5) indeks Fasilitas tempat tidur Kelas iii
6) indeks Rumah sakit Pelayanan obstetri neonatal emergensi Komprehensif
(PoneK)
7) indeks intalasi gawat Darurat Rumah sakit
8) Indeks Intensive Care Unit (ICU)
9) indeks unit transfusi Darah di Rumah sakit/bank Darah Rumah sakit
10) indeks iPl dan iPAl
11) indeks Alat Kalibrasi
c. Pelayanan Kefarmasian
1) indeks Alokasi obat dan Perbekkes Kabupaten/Kota
2) Indeks Sarana dan Prasarana Instalasi Farmasi Provinsi/Kabupaten/Kota
3. Dak infrastruktur Jalan
indikator teknis DAK infrastruktur jalan meliputi panjang jalan, kondisi jalan tidak
mantap, luas wilayah, jumlah penduduk, besaran APbD Pembangunan pada tahun
berjalan, alokasi APbD untuk sektor jalan (diluar DAK), dan pelaporan.
4. Dak infrastruktur irigasi
indikator teknis DAK infrastruktur irigasi mencakup luas daerah irigasi, kondisi daerah
irigasi, besaran APbD Pembangunan pada tahun berjalan, alokasi APbD untuk sektor
irigasi (diluar DAK), pertanaman (luas tanam padi dalam 1 tahun), serta pelaporan.
5. Dak infrastruktur air minum
indikator teknis DAK infrastruktur Air minum yang diperhitungkan meliputi masyarakat
berpenghasilan rendah, cakupan air minum, idle Capacity, kepedulian, dan pelaporan.
6. Dak infrastruktur Sanitasi
PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik kebijakan Transfer ke daerah Tahun 2014 III/93
Indikator Teknis DAK Infrastruktur Sanitasi: Koefisien Program Sanitasi, Cakupan
Pelayanan sanitasi, Pelaporan, dan Rawan sanitasi.
7. Dak Prasarana Pemerintahan Daerah
indikator teknis status otonomi: Daerah Pemekaran, Daerah induk/Dampak
Pemekaran, dan non Pemekaran, status Kepemilikan gedung (sewa, gabung, milik
Pemda), Kondisi bangunan (rusak berat, rusak sedang, rusak ringan), Rasio Kapasitas
Gedung: ≥ 9,6 m2/orang dan < 9,6 m2/orang dan Kepatuhan Pelaporan (baik, cukup,
buruk).
8. Dak kelautan dan Perikanan
Indikator Teknis terdiri dari: a). Untuk provinsi mencakup: Produksi Tangkap Laut,
Panjang Pantai, Jumlah nelayan ; dan b). untuk Kab./Kota mencakup: Jumlah produksi
Perikanan, Jumlah Kapal berlabuh, Jumlah Pangkalan Pendaratan ikan, luas lahan
budidaya, Jumlah tenaga Kerja Perikanan, Jumlah Pokmaswas, luas Kawasan
Konservasi Perairan, Jumlah Pasar Ikan Tradisional, Jumlah Unit Pengolahan Ikan,
Jumlah Penyuluh Perikanan, Kawasan minapolitan/industrialisasi, dan Ketertiban
laporan dan kinerja.
9. Dak Pertanian
a) Provinsi
1) luas Penggunaan lahan (meliputi sawah irigasi, sawah non irigasi, luas areal
tebu, dan luas areal bawang merah)
2) Populasi sapi dan kerbau
3) Produktivitas pertanian (terdiri : padi, jagung, kedelai, cabai, tebu)
4) uPtD perbenihan dan proteksi tanaman pangan dan hortikultura
5) laboratorium tanaman pangan dan hortikultura
6) Petugas pengawas benih, pengamat oPt, dan pengawas mutu tanaman
pangan dan hortikultura
7) uPtD perbenihan dan proteksi perkebunan
8) laboratorium Perkebunan
9) Petugas pengawas benih, pengamat oPt, dan pengawas mutu perkebunan
10) uPtD peternakan (uPtD Perbibitan, uPtD Pakan, Rumah Potong Hewan
Ruminansia, RPH unggas, Pos inseminasi buatan)
11) laboratorium kesehatan hewan
12) Petugas peternakan dan kesehatan hewan
PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan PublikIII/94
13) DPA DAK 2013
b) Kabupaten/Kota
1) luas Penggunaan lahan (meliputi sawah irigasi, sawah non irigasi)
2) Produktivitas pertanian (terdiri : padi, jagung, kedelai, ubi kayu, ubi jalar)
3) balai Penyuluh dan sarana penyuluh (bPP eksisting, bPP bangun baru dan
BPP rehabilitasi/renovasi)
4) Penyuluh pertanian Pns
5) Penduduk rawan pangan
6) lumbung Pangan masyarakat (lumbung eksisting dan lumbung yang
dibutuhkan)
7) sarana dan Prasarana Perbenihan (tanaman Pangan, Hortikultura,
Perkebunan)
8) Petugas perbenihan dan proteksi tanaman Pns
9) sarana dan Prasarana Peternakan (bangunan)
10) Petugas Peternakan dan Keswan Pns
11) laporan akhir DAK 2012
12) DPA DAK 2013
10. Dak lingkungan Hidup
indikator teknis mencakup Kepadatan Penduduk, Jumlah Panjang sungai, luas
tutupan lahan terhadap total lahan Kritis, Kelembagaan lingkungan, luas Ruang
terbuka Hijau, Jumlah (Volume) sampah per Kapita, dan Pelaporan Pelaksanaan
Kegiatan DAK.
11. Dak keluarga berencana
indikator teknis: Jumlah Penyuluh Kb (PKb)/Petugas lapangan Kb (PlKb), Jumlah
Pengendali Petugas lapangan Kb (PPlKb) /unit Pelaksana teknis (uPt), Jumlah Desa/
Kelurahan, Jumlah Kecamatan, Jumlah Klinik Kb dan Jumlah Kelompok Pusat informasi
Konseling Remaja/mahasiswa (PiK R/m).
12. Dak kehutanan
Indikator Teknis terdiri dari: a). Untuk provinsi: Kelembagaan KPH, Taman Hutan Raya,
dan Kawasan ekosistem esensial; dan b). untuk Kab./Kota: Kelembagaan Kesatuan
Pengelolaan Hutan (KPH), tingkat Kekritisan lahan, tingkat Daerah Aliran sungai
(DAs) Prioritas, Rasio Rawan longsor, dan Rasio Rawan banjir.
PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik kebijakan Transfer ke daerah Tahun 2014 III/95
13. Dak Sarana Perdagangan
a) Pasar: Densitas Penduduk, Jumlah desa yang tidak memiliki pasar permanen/semi
permanen pada jarak <3Km, Jumlah Pasar tanpa bangunan, dan Persentase
jumlah pasar rusak.
b) metrologi:
- Kabupaten/Kota
1) Potensi uttP di luar m.kWh, m.Air, dan At
2) Ketersediaan sDm yang dimiliki atau yang sedang mengikuti diklat
3) Komitmen membentuk uPtD
4) Ketersediaan lahan
5) Dukungan dari Provinsi
6) status Daerah tertib ukur atau mengusulkan menjadi Daerah tertib ukur
7) Jumlah Pasar tertib ukur
8) status Penerima DAK 2013
- Provinsi
1) Kondisi gedung kantor dan laboratorium rusak
2) Persentase peralatan dan standar rusak dan tua
3) Rata-rata klasifikasi hasil penilaian (terhadap UPTD)
4) Jumlah kabupaten/kota membentuk Ptu dan Dtu
5) Persentase kepatuhan laporan bulanan 2012.
c) Gudang: Produksi komoditi primer minimal : Padi > 200.000 ton, Jagung >100.000
ton, Kopi > 10.000 ton, Kakao > 15.000 ton, Lada > 15.000 ton, Karet > 250.000
ton, Rumput Laut > 100.000 ton, Rotan > 500 ton, dan Indeks kesiapan lahan .
14. Dak Sarana dan Prasarana Daerah tertinggal
1) indeks Kebutuhan Pembangunan Jalan non status
Kabupaten yang memiliki desa (persentase desa) yang membutuhkan jalan
beraspal
2) indeks Kebutuhan Pembangunan Jembatan
Kabupaten (persentase desa) yang membutuhkan jembatan di jalan utama desa
3) indeks Kebutuhan Pembangunan Dermaga kecil/tambatan perahu dan moda
transportasi Perairan
- Persentase desa yang berbatasan dengan laut
- Persentase desa yang ada danau waduk/danau/waduk/situ, sungai, dan untuk
transportasi
PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan PublikIII/96
4) indeks Kebutuhan moda transportasi Darat
Kabupaten (persentase desa) yang membutuhkan tambahan moda transportasi
roda 3/4 atau lebih
5) Pelaporan
6) Adanya kegiatan Prukab
7) Adanya kegiatan bedah Desa.
15. Dak energi Perdesaan
Indikator Teknis terdiri dari Rasio Elektrifikasi dan Rasio Ternak per Rumah Tangga.
16. Dak Perumahan dan Permukiman
1) Angka jumlah kekurangan rumah (Backlog);
2) Angka APbD sektor Perumahan;
3) Rencana Pembangunan Rumah tahun 2014;
4) Kinerja DAK tahun 2012; dan
5) Kesiapan lokasi yang dilihat berdasarkan legalitas Rencana tata Ruang dan
Wilayah
17. Dak keselamatan transportasi Darat
indikator teknis: Panjang Jalan, Jumlah Penduduk, luas Wilayah, dan Penyampaian
laporan.
18. Dak transportasi Perdesaan
1) indeks Kebutuhan Prasarana Angkutan
2) indeks Kebutuhan sarana Angkutan
3) indeks Karakteristik Wilayah
4) indeks Penetapan
(Kawasan strategis Cepat tumbuh, Kawasan strategis Pariwisata nasional, Kawasan
Pengembangan Ekonomi Terpadu dan Kawasan Perhatian Investasi).
19. Dak Sarana dan Prasarana kawasan Perbatasan
1) Kondisi prasarana transportasi dari desa/kelurahan menuju Jalan Raya ke kantor
camat terdekat
2) transportasi dari kantor Kepala Desa/lurah ke kantor Camat
PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik kebijakan Transfer ke daerah Tahun 2014 III/97
3) transportasi dari kantor Kepala Desa/lurah ke kantor bupati/Walikota
4) Jumlah pulau-pulau kecil terluar
5) Jumlah sekolah
6) Jumlah murid
7) Jumlah guru
8) Jarak terdekat dari pemukiman ke sekolah
sementara itu, dalam tahun 2014 juga dialokasikan DAK untuk Dob dengan kebijakan
sebagai berikut :
- Dob diprioritaskan mendapatkan alokasi DAK Prasarana Pemerintahan (sesuai dengan
amanat uu pembentukan Dob).
- Daerah induk yang terkena dampak pemekaran diprioritaskan mendapatkan alokasi
DAK Prasarana Pemerintahan.
- DAK bidang lainnya dialokasikan pada tahun kedua dengan mempertimbangkan
kesiapan perangkat daerah untuk melaksanakan kegiatan DAK.
berdasarkan perhitungan alokasi DAK dengan menggunakan indikator/indeks/data
kriteria umum, kriteria khusus dan kriteria teknis tersebut di atas, diperoleh hasil perhitungan
alokasi DAK TA 2014 kepada masing-masing daerah untuk 19 bidang DAK. Dari 34 Provinsi
dan 503 kabupaten/kota, terdapat 33 provinsi yang mendapatkan alokasi DAK dan 495
kabupaten/kota yang mendapatkan alokasi DAK, dengan perincian jumlah daerah yang
menerima alokasi DAK untuk masing-masing bidang sebagaimana dapat dilihat pada tabel
di bawah ini.
Tabel 3.12 Jumlah Daerah Penerima DAK 2014 per Bidang
No Bidang Jumlah Daerah
1 Pendidikan 459
2 Kesehatan 482
3 Infrastruktur Jalan 473
4 Infrastruktur Irigasi 417
5 Infrastruktur Air Minum 444
PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan PublikIII/98
No Bidang Jumlah Daerah
6 Infrastruktur Sanitasi 431
7 Prasarana Pemerintahan Daerah 90
8 Kelautan dan Perikanan 475
9 Pertanian 443
10 Lingkungan Hidup 422
11 Keluarga Berencana 442
12 Kehutanan 382
13 Sarana dan Prasarana Daerah Tertinggal 183
14 Sarana Perdagangan 312
15 Energi Perdesaan 101
16 Perumahan dan Permukiman 30
17 Keselamatan Transportasi Darat 468
18 Transportasi Perdesaan 84
19 Sarana dan Prasarana Kawasan Perbatasan 28
Jumlah Penerima DAK 528
sumber : Kementerian Keuangan, 2013 (data diolah)
Dari alokasi DAK tahun 2014 Rp33.000,0 miliar tersebut, terdistribusi kepada provinsi
sebesar Rp1.897,68 miliar dan kabupaten/kota sebesar Rp31.102,32 miliar. sementara itu
alokasi tertinggi diterima oleh daerah adalah sebesar Rp193,81 miliar dan alokasi terendah
sebesar Rp0,48 miliar, dengan rata-rata yang diterima oleh masing-masing provinsi sebesar
Rp57,5 miliar dan kabupaten/kota Rp62,83 miliar. Hal ini dapat dilihat pada resume alokasi
DAK tahun 2014 sebagaimana pada table berikut.
Tabel 3.13 Resume Alokasi DAK TA 2014
Keterangan dalam Juta rupiah
Alokasi Tertinggi 193.813,03
Alokasi Terendah 481,02
Alokasi Kab/Kota 31.102.320,30
PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik kebijakan Transfer ke daerah Tahun 2014 III/99
Keterangan dalam Juta rupiah
Alokasi Provinsi 1.897.680,70
Rata-Rata Alokasi Kab/Kota 62.832,97
Rata-Rata Alokasi Provinsi 57.505,45
sumber : Kementerian Keuangan, 2013 (data diolah)
Hasil perhitungan alokasi DAK tahun 2014 dimaksud ditetapkan dengan PmK nomor
180/PmK.07/2013 tentang Pedoman umum dan Alokasi Dana Alokasi Khusus tahun
Anggaran 2014.
selanjutnya, penggunaan DAK di daerah mengacu pada petunjuk teknis DAK masing-
masing bidang yang ditetapkan oleh K/l terkait. Adapun daftar petunjuk teknis DAK tahun
2014 dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 3.14 Petunjuk Teknis Penggunaan DAK TA 2014
No Bidang Nomor Juknis Tanggal Ditetapkan
1 Pendidikan :
a. SD
b. SMP
c. SMA/SMK
Permendikbud Nomor 100 Tahun 2013
Revisi Permendikbud Nomor 13 Tahun 2014
29 – 11 – 2013
17 – 02 – 2014
2 Kesehatan Permenkes Nomor 84 Tahun 2013 16 – 12 – 2103
3 Keluarga Berencana Peraturan Kepala BKKBN Nomor 342/PER/B1/2013
19 – 12 – 2013
4 Kelautan dan Perikanan Permen KP Nomor 36/PERMEN-KP/2013 18 – 12 – 2013
5 Kehutanan Permenhut Nomor P.67/Menhut-II/2013 23 – 12 – 2013
6 Pertanian Permentan Nomor 127/OT.140/12/2013 16 – 12 – 2013
7 Perdagangan Permendag nomor 78/M.dag/PER/12/2013 27 – 12 – 2013
8 Lingkungan Hidup Permen LH Nomor 09 Tahun 2013 28 – 11 – 2013
9 Infrastruktur PU (Jalan, Irigasi, Air Minum, Sanitasi)
Permen PU no. 15/PRT/M/2010 01 – 11 – 2010
10 Sarpras Daerah Tertinggal Permen PDT Nomor 1 Tahun 2014 02 – 01 – 2014
PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan PublikIII/100
No Bidang Nomor Juknis Tanggal Ditetapkan
11 Prasarana Pemerintahan Permendagri Nomor 91 Tahun 2013 31 – 12 – 2013
12 Energi Pedesaan Permen ESDM Nomor 03/2014 17 – 01 – 2014
13 Perumahan dan Permukiman Permenpera nomor 1 tahun 2014 29 – 01 – 2014
14 Keselamatan Transportasi Darat
Permenhub Nomor 96 Tahun 2013 27 – 12 – 2013
15 Transportasi Perdesaan Permendagri Nomor 91 Tahun 2013 31 – 12 – 2013
16 Sarana dan Prasarana Kawasan Perbatasan
Peraturan Kepala BNPP Nomor 5 Tahun 2014
16 – 01 – 2014
3.2. Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian
3.2.1. Kebijakan Dana Otonomi Khusus (Otsus)berdasarkan PmK nomor 195/PmK.07/2013 tentang Pedoman umum Dan Alokasi
Dana Otonomi Khusus Provinsi Aceh Tahun Anggaran 2014, yang ditandatangani Menkeu
pada 17 Desember 2013, Provinsi Aceh memperoleh alokasi Dana Otsus sebesar
Rp6.824.386.514.000,00 (enam triliun delapan ratus dua puluh empat miliar tiga ratus
delapan puluh enam juta lima ratus empat belas ribu rupiah) atau 2% dari pagu DAu.
Adapun Provinsi Papua sesuai PMK Nomor 196/PMK.07/2013 tentang Pedoman
Umum Dan Alokasi Dana Otonomi Khusus Provinsi Papua Dan Provinsi Papua Barat Serta
Dana Tambahan Infrastruktur Provinsi Papua Dan Provinsi Papua Barat Tahun Anggaran
2014, Dana Otsus Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat dialokasikan kepada Provinsi
Papua dan Provinsi Papua Barat setara 2% (dua persen) dari DAU Nasional yaitu sebesar
Rp6.824.386.514.000,00 (enam triliun delapan ratus dua puluh empat miliar tiga ratus
delapan puluh enam juta lima ratus empat belas ribu rupiah). Khusus untuk Papua dan
Papua barat, dengan rincian sebagai berikut:
a. Dana Otsus Provinsi Papua sebesar Rp4.777.070.560.000,00 (empat triliun tujuh ratus
tujuh puluh tujuh miliar tujuh puluh juta lima ratus enam puluh ribu rupiah); dan
b. Dana Otsus Provinsi Papua Barat sebesar Rp2.047.315.954.000,00 (dua triliun empat
puluh tujuh miliar tiga ratus lima belas juta sembilan ratus lima puluh empat ribu rupiah).
PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik kebijakan Transfer ke daerah Tahun 2014 III/101
3.2.2. Kebijakan Dana Tambahan Infrastruktur (DTI)Pemerintah Pusat juga memberikan Dti dalam rangka otsus sebesar Rp2,5 triliun,
dengan rincian DTI Provinsi Papua Rp2 triliun, dan DTI Provinsi Papua Barat sebesar Rp500
miliar.
3.2.3. Dana Keistimewaan DIYmenkeu sesuai dengan amanat uu 13/2012, mengalokasikan dan menyalurkan
Dana Keistimewaan DiY guna mendanai kewenangan keistimewaan DiY. Penyaluran
Dana Keistimewaan DiY tersebut dilakukan melalui mekanisme transfer ke daerah. uu
13/2012 sebagai dasar hukum pengalokasian Dana Keistimewaan DiY disahkan pada
akhir tahun 2012 pada saat proses pembahasan APbn 2013 telah berjalan. oleh karena
itu, Dana Keistimewaan DiY dalam APbn tA 2013 dialokasikan pada bagian Anggaran
belanja lainnya (bA 999.08) untuk selanjutnya dilakukan pergeseran anggaran ke bagian
Anggaran transfer ke Daerah (bA 999.05). Adapun alokasi anggaran Dana Keistimewaan
DiY tA 2013 adalah sebesar Rp523.874.719.000,-.
Alokasi Dana Keistimewaan DiY tA 2013 diberikan berdasarkan usulan Pemerintah
Provinsi DIY kepada kementerian/lembaga terkait dengan tembusan Menkeu dan Kepala
Bappenas untuk selanjutnya dibahas bersama antara Pemerintah Provinsi DIY dengan
kementerian/lembaga terkait yang dikoordinasikan oleh Kementerian Dalam negeri
(Kemendagri). Berdasarkan hasil pembahasan antara Pemerintah Provinsi DIY dengan
kementerian/lembaga terkait tersebut disepakati Anggaran Dana Keistimewaan DiY tA 2013
sebesar Rp231.392.653.500. Anggaran Dana Keistimewaan DiY tersebut digunakan untuk 4
bidang kewenangan sebagai berikut:
Tabel 3.15 Tabel Alokasi Anggaran Dana Keistimewaan DIY TA 2013
Berdasarkan Bidang Kewenangan
No. Bidang Kewenangan Jumlah (rupiah)
1. Kebudayaan 212.546.511.000
2. Pertanahan 6.300.000.000
3. Kelembagaan pemerintah 2.516.142.500
PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan PublikIII/102
No. Bidang Kewenangan Jumlah (rupiah)
4. Tata ruang 10.030.000.000
Total 231.392.653.500
sumber: PmK nomor 140/PmK.07/2013
Alokasi dan penyaluran Dana Keistimewaan DiY tA 2013 dilakukan berdasarkan PmK
nomor 140/PmK.07/2013 tentang Pedoman umum dan Alokasi Dana Keistimewaan DiY tA
2013. Penyaluran Dana Keistimewaan tA 2013 diberikan dalam 2 tahap, masing-masing
sebesar 50% dari pagu alokasi Dana Keistimewaan. namun demikian, pada pelaksanaanya
Penyaluran Dana Keistimewaan tA 2013 hanya dapat disalurkan 1 tahap mengingat
adanya keterbatasan waktu di mana Dana Keistimewaan DiY baru dapat disalurkan pada
akhir bulan November 2013. Penyaluran Dana Keistimewaan DIY tahap I diberikan sebesar
Rp115,696 miliar dengan realisasi penyerapan dana sebesar Rp54,696 mililiar dengan sisa
di kas daerah sebesar Rp61,134 miliar.
Pada tahun Anggaran 2014, alokasi Dana Keistimewaan DiY tA 2014 dianggarkan
sebesar Rp523.874.719.000,- dengan rincian penggunaan dana sebagai berikut:
Tabel 3.16 Alokasi Anggaran Dana Keistimewaan DIY TA 2014
Berdasarkan Bidang Kewenangan
No. Bidang Kewenangan Jumlah (rupiah)
1. Tata Cara Pengisian Jabatan Gubernur dan Wakil Gubernur 400.000.000
2. Kebudayaan 375.178.719.000
3. Pertanahan 23.000.000.000
4. Kelembagaan pemerintah 1.676.000.000
5. Tata ruang 123.620.000.000
Total 523.874.719.000
sumber: Kementerian Keuangan
Penyaluran Dana Keistimewaan DiY tA 2014 dilaksanakan dalam 3 tahap berdasarkan
pencapaian kinerja dengan rencana rincian masing-masing tahapan sebagai berikut:
- tahap i (sebesar 25%): Rp130,97 miliar
- tahap ii (sebesar 55%): Rp288,13 miliar
PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik kebijakan Transfer ke daerah Tahun 2014 III/103
- tahap iii (sebesar 20%): Rp104,78 miliar
Penyaluran Dana Keistimewaan DiY tA 2014 tahap i memperhitungkan sisa anggaran
Dana Keistimewaan DIY TA 2013 yang ada pada kas daerah Provinsi DIY.
3.2.4. Kebijakan Dana Tunjangan Profesi Guru (TPG) dan Tambahan Penghasilan (Tamsil) PNSD
Kebijakan Tunjangan Profesi Guru PNSD 2014
Pelaksanaan tunjangan Profesi guru PnsD tahun 2014 dilakukan berdasarkan
Peraturan menteri Keuangan (PmK) nomor 61/PmK.07/2014 tentang Pedoman umum
dan Alokasi Tunjangan Profesi Guru PNSD kepada Daerah Provinsi, Kabupaten, dan Kota
tahun Anggaran 2014. Alokasi tunjangan Profesi guru PnsD yang ditetapkan dalam
PmK tersebut merupakan hasil rekonsiliasi data guru antara Pemerintah Daerah dengan
Kemendikbud dan hasil audit badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (bPKP).
Alokasi tunjangan Profesi guru PnsD tahun 2014 yang ditetapkan dalam PmK tersebut
adalah sebesar Rp56,136 triliun. Alokasi tersebut telah memperhitungkan kekurangan
pembayaran dari tahun 2010 sampai dengan 2013 dan sisa dana tunjangan Profesi guru
PnsD yang masih terdapat di Rekening Kas umum Daerah.
Data kekurangan pembayaran tunjangan Profesi guru PnsD dan sisa Dana di
Rekening Kas umum Daerah tersebut merupakan hasil audit badan Pengawasan Keuangan
dan Pembangunan (bPKP) yang dilakukan di Pemerintah Daerah seluruh indonesia.
berdasarkan laporan Hasil Audit bPKP tersebut diperoleh data sebagai berikut:
a. terdapat kelebihan pendanaan di 355 daerah dan total kelebihan pendanaan tersebut
adalah sebesar Rp2.356,49 miliar (dikarenakan daerah-daerah tersebut memiliki sisa
dana tunjangan Profesi guru PnsD di kas daerah sebesar Rp4.827,00 miliar, sementara
total kekurangan pembayaran sebesar Rp2.471,51 miliar).
b. terdapat kekurangan pendanaan di 122 daerah dan total kekurangan pendanaan
tersebut adalah sebesar Rp598,58 miliar (dikarenakan daerah-daerah tersebut memiliki
sisa dana tunjangan Profesi guru PnsD di kas daerah sebesar Rp1.241,00 miliar,
sementara total kekurangan pembayaran sebesar Rp1.839,56 miliar).
PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan PublikIII/104
sesuai dengan laporan Hasil Audit tersebut, maka secara nasional, untuk
menanggulangi kurang bayar tunjangan Profesi guru PnsD tahun 2010-2013, Pemerintah
hanya perlu menyediakan dana sebesar Rp598,58 miliar saja dan pendanaan tersebut
langsung dapat ditampung dalam alokasi tPg PnsD 2014.
Alokasi tunjangan Profesi guru PnsD 2014 yang sudah memperhitungkan sisa dana di
Rekening Kas umum Daerah dan Kekurangan Pembayaran tunjangan Profesi guru PnsD
tahun 2010-2013 diilustrasikan pada tabel dibawah ini.
Hasil audit bPKP tersebut juga dijadikan dasar bagi Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan untuk menerbitkan sK Kurang bayar tunjangan Profesi guru PnsD tahun
2010-2013 dan selanjutnya digunakan oleh Pemerintah Daerah sebagai dasar untuk
membayar kurang bayar tunjangan Profesi guru PnsD.
Daerah yang mempunyai sisa dana di Rekening Kas umum Daerah, maka sisa
dana tersebut diperhitungkan sebagai saldo awal dan langsung dapat digunakan untuk
pembayaran guru pada triwulan i tahun 2014.
PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik kebijakan Transfer ke daerah Tahun 2014 III/105
Mekanisme Penyaluran
Penyaluran tunjangan Profesi guru PnsD dari RKun ke RKuD dilakukan setiap
triwulan. Jumlah penyaluran triwulan i yang ditetapkan dalam PmK telah memperhitungkan
sisa dana yang terdapat dalam RKuD, sehingga bagi daerah yang masih memiliki sisa
dana maka penyaluran triwulan i lebih sedikit dibandingkan dengan penyaluran triwulan
ii, triwulan iii dan triwulan iV. Hal ini dimaksudkan agar sisa dana yang terdapat di RKuD
langsung digunakan oleh Pemda untuk membayar kebutuhan tPg PnsD di triwulan i.
Penyaluran triwulan i dari RKun ke RKuD dilakukan paling lambat bulan April,
sementara untuk triwulan ii paling lambat bulan Juni, triwulan iii paling lambata bulan
September dan Triwulan IV paling lambat bulan November. Penyaluran Triwulan I dilakukan
secara serentak seluruh indonesia dengan tanpa syarat, namun untuk penyaluran triwulan
ii dilakukan setelah Pemerintah Daerah menyampaikan laporan realisasi pembayaran
tunjangan Profesi guru PnsD semester ii tahun Anggaran sebelumnya. Penyaluran
triwulan iii dan triwulan iV dilaksanakan tanpa syarat setelah penyaluran triwulan ii
dilakukan.
Pemerintah Daerah membayarkan tunjangan Profesi guru PnsD kepada guru PnsD
yang berhak paling lambat 1 (satu) bulan setelah diterimanya dana tunjangan Profesi guru
PnsD di RKuD. Jadwal pembayaran ke guru PnsD untuk triwulan i adalah pada bulan
April, triwulan ii pada bulan Juli, triwulan iii pada bulan oktober dan triwulan iV pada bulan
Desember.
Jika terdapat kekurangan pembayaran guru PnsD setelah realisasi triwulan iV, yang
diakibatkan karena dana yang ditransfer ke RKuD tidak mencukupi seluruh kebutuhan
pembayaran tunjangan Profesi guru PnsD selama 12 bulan, maka Pemerintah Daerah
dapat melakukan optimalisasi dengan cara melakukan pembayaran berdasarkan jumlah
bulan. Kebijakan ini diharapkan agar guru-guru di daerah memperoleh hak yang sama.
Kebijakan Dana Tambahan Penghasilan Guru PNSD 2014
Alokasi Dana tambahan Penghasilan guru PnsD 2014 yang ditetapkan dalam
PmK adalah sebesar Rp945.865.970.000,00. Alokasi tersebut telah memperhitungkan
kekurangan pembayaran tambahan Pengahasilan guru PnsD dari tahun 2010 sampai
PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan PublikIII/106
dengan 2013 dan juga telah memperhitungkan sisa dana yang masih terdapat di Rekening
Kas umum Daerah.
terdapat beberapa daerah yang tidak mendapat alokasi Dana tambahan Penghasilan
guru PnsD 2014 dikarenakan kebutuhan pembayaran lebih kecil dibandingan dengan sisa
dana yang masih terdapat di Rekening Kas umum Daerah.
Mekanisme Penyaluran
Penyaluran Dana tambahan Penghasilan guru PnsD dari RKun ke RKuD dilakukan
tiap triwulan dengan besaran tiap penyaluran adalah 1/4 (seperempat) dari alokasi per
daerah. Jadwal penyaluran triwulan i, triwulan ii, triwulan iii dan triwulan iV masing-masing
paling lambat bulan April, Juni, September, dan November.
Penyaluran triwulan i dilakukan secara serentak seluruh indonesia dengan tanpa syarat,
namun untuk penyaluran triwulan ii dilakukan setelah Pemerintah Daerah menyampaikan
laporan realisasi pembayaran Dana tambahan Penghasilan guru PnsD semester ii tahun
Anggaran sebelumnya. Penyaluran triwulan iii dan triwulan iV dilaksanakan tanpa syarat
setelah penyaluran triwulan ii dilakukan.
Pembayaran kepada guru yang berhak oleh Pemerintah Daerah dilaksanakan paling
lama 1 (satu) bulan setelah diterimanya dana tambahan Penghasilan guru PnsD di RKuD.
Jadwal pembayaran ke guru PnsD untuk triwulan i adalah pada bulan April, triwulan ii
pada bulan Juli, triwulan iii pada bulan oktober dan triwulan iV pada bulan Desember.
Jika terdapat kekurangan pembayaran guru PnsD setelah realisasi triwulan iV, yang
diakibatkan karena dana yang ditransfer ke RKuD tidak mencukupi seluruh kebutuhan
pembayaran tambahan Penghasilan guru PnsD selama 12 bulan, maka Pemerintah
Daerah dapat melakukan optimalisasi dengan cara melakukan pembayaran berdasarkan
jumlah bulan. Kebijakan ini diharapkan agar guru-guru di daerah memperoleh hak yang
sama.
PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik kebijakan Transfer ke daerah Tahun 2014 III/107
3.2.5. Kebijakan Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS)
Dalam tahun 2014, bos ditetapkan sebesar Rp24.074,700 miliar, ditujukan terutama
untuk stimulus bagi daerah dan bukan sebagai pengganti dari kewajiban daerah untuk
menyediakan anggaran pendidikan (bosDA) dan atau bantuan operasional Pendidikan.
Adapun unit satuan biaya dalam bos 2014 adalah sebagai berikut:
a. untuk sD/sDlb Kabupaten/Kota sebesar Rp580.000; dan
b. untuk smP/smPlb Kabupaten/Kota sebesar Rp710.000.
bos digunakan terutama untuk biaya non personalia bagi satuan pendidikan dasar
sebagai pelaksana program wajib belajar, dan dimungkinkan untuk mendanai beberapa
kegiatan lain sesuai petunjuk teknis mendikbud.
Alokasi bos per daerah berdasarkan data jumlah siswa dari Kemendikbud.Penyaluran
BOS dilakukan dari RKUN ke RKUD Provinsi, dan untuk selanjutnya diteruskan ke sekolah
melalui mekanisme hibah. Alokasi dan tata cara penyaluran bos ditetapkan dalam PmK.
Dalam perhitungan alokasi bos tA 2014, disepakati kebijakan untuk ‘sekolah kecil’
dengan rincian sebagai berikut:
a. sD dengan jumlah siswa kurang dari 80 orang akan diberikan alokasi minimal sebesar
80 siswa x Rp580 ribu; dan
b. smP dengan jumlah siswa kurang dari 120 orang akan diberikan alokasi minimal
sebesar 120 siswa x Rp710 ribu
Penyaluran Dana BOS
berdasarkan PmK nomor 201 tahun 2013 tentang Pedoman umum dan Alokasi
bantuan operasional sekolah tahun Anggaran 2014 bahwa mekanisme penyaluran bos
TA 2014 dilakukan melalui pemindahbukuan dana dari RKUN ke RKUD Provinsi, untuk
selanjutnya diteruskan secara langsung ke satuan Pendidikan Dasar dalam bentuk hibah.
Ketentuan penyaluran Dana bos tahun 2014 adalah sebagai berikut:
1. Penyaluran bos untuk daerah tidak terpencil
PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan PublikIII/108
Penyaluran bosuntuk daerah tidak terpencildilakukan secara triwulanan, yaitu:
a. triwulan i dilakukan paling lambat 14 (empat belas) hari kerja setelah Peraturan
menteri Keuangan ini diundangkan;
b. triwulan ii dilakukan paling lambat 7 (tujuh)hari kerja pada awal bulan April 2014;
c. triwulan iii dilakukan paling lambat 7 (tujuh) hari kerja pada awal bulan Juli 2014;
d. triwulan iV dilakukan paling lambat 7 (tujuh) hari kerja pada awal bulan oktober
2014.
2. Penyaluran bos untuk daerah terpencil
Penyaluran bos satuan Pendidikan Dasar di daerah terpencil dilakukan secara
semesteran, yaitu:
a. semester pertama dilakukan paling lama 14(empat belas) hari kerja setelah PmK
ini diundangkan;
b. semester kedua dilakukan paling lama 7 (tujuh) hari kerja pada awal bulan Juli
2014.
3.2.6. Kebijakan Dana Insentif Daerah (DID)DiD dialokasikan kepada daerah sebagai penghargaan atas pencapaian kinerja daerah
di bidang pengelolan keuangan, kinerja pendidikan, dan kinerja ekonomi dan kesejahteraan
dan ditujukan untuk membantu daerah dalam rangka melaksanakan fungsi pendidikan
sebagai kebijakan Pemerintah Pusat. Penghargaan kepada daerah tersebut merupakan
penjabaran dari tujuan utama dan arah kebaijakan dari pengalokasian DiD. tujuan utama
dialokasikannya DiD adalah sebagai berikut:
1. mendorong agar daerah berupaya untuk mengelola keuangannya dengan lebih baik
yag ditunjukkan dengan perolehan opini badan Pemeriksa Keuangan (bPK) terhadap
laporan Keuangan Pemda (lKPD). sejalan dengan penjelasan uu 17/2003 bab i.
Asas-asas umum pengelolaan keuangan negara ditujukan agar pengelolaan seluruh
kebijakan, kegiatan, dan hubungan hukum yang berkaitan dengan dengan pemilikan
pemilikan atau penguasaan obyek hukum keuangan negara dapat memberikan daya
dukung penyelenggaraan pemerintahan yang optimal. Asas-asas tersebut meliputi (1)
akuntabilitas yang berorientasi pada hasil; (2) profesionalitas; (3) proporsionalitas; (4)
keterbukaan dalam pengelolaan keuangan negara; (5) pemeriksaan keuangan oleh
badan pemeriksa yang bebas dan mandiri. Asas-asas baru ini sebagai pencerminan
PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik kebijakan Transfer ke daerah Tahun 2014 III/109
penerapan kaidah-kaidah yang baik (best practices) yang didukung oleh asas-asas
umum yang sebelumnya telah dipakai, seperti : asas tahunan, asas universalitas, asas
kesatuan, dan asas spesialitas.
2. mendorong agar daerah berupaya untuk selalu menetapkan APbD tepat waktu dan
mencapai kinerja dalam pengelolaan keuangan daerahnya (administrasi dan impact-
nya).
Dalam perkembangannya, kebijakan DiD telah mengalami penyempurnaan dari
sejak dialokasikannya pada tahun 2010. Penyempurnaannya meliputi: (1) pembagian
porsi alokasi bagi provinsi dan kabupaten/kota; (2) menerapkan kriteria kinerja utama; (3)
memasukkan kriteria kinerja pendidikan; (4) mengubah penyampaian perda APbD tepat
waktu menjadi penetapan perda APBD tepat waktu; (5) mengganti sub kriteria kinerja inflasi
menjadi sub kriteria yang menghubungkan kemampuan fiskal daerah dengan IPM; dan (6)
memberikan alokasi minimum.
Tabel 3.17 Kebijakan Perhitungan DID Tahun 2010-2014
No. Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012
1. Belum ada kriteria utama sebagai eligibilitas eksklusif
Kriteria utama sebagai eligibilitas eksklusif, yaitu:
1. Opini WTP atau WTP
2. APBD tepat waktu
Sama 2011
2. Kriteria kinerja terdiri dari:
1. Keuangan
2. Ekonomi dan Kesejahteraan
Kriteria kinerja terdiri dari:
1. Keuangan
2. Pendidikan, dan
3. Ekonomi dan Kesejahteraan
Sama 2011
3. Porsi pembagian alokasi:
1. Provinsi sebesar 20%
2. Kabupaten/kota 80%
Porsi pembagian alokasi:
1. Provinsi sebesar 10%
2. Kabupaten/kota 90%
Sama 2011
4. Variabel kinerja keuangan
Penyampaian Perda APBD tepat waktu
Variabel kinerja keuangan
Penyampaian Perda APBD tepat waktu
Penambahan variabel kinerja keuangan: Penyampaian LKPD kepada BPK secara tepat waktu
PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan PublikIII/110
No. Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012
5. Untuk belanja fungsi pendidikan Sama 2010 Untuk belanja fungsi pendidikan, diutamakan rehabilitasi ruang kelas SD dan SMP
6. Belum memberikan alokasi minimum
Sama 2010 Alokasi minimum untuk daerah dengan opini WTP dan Penetapan Perda APBD tepat waktu
Tahun 2013 Tahun 2014
Kriteria utama sebagai eligibilitas eksklusif, yaitu:
1. Opini WTP atau WDP
2. APBD tepat waktu
Sama 2013
Kriteria kinerja terdiri dari:
1. Keuangan
2. Pendidikan, dan
3. Ekonomi dan Kesejahteraan
Sama 2013, mengevaluasi bobot kinerja dan sub kriteria kinerja
Porsi pembagian alokasi:
1. Provinsi sebesar 10%
2. Kabupaten/kota 90%
Sama 2013
Variabel kinerja keuangan daerah: Opini BPK atas LKPD, Penetapan Perda APBD tepat waktu, Effort Peningkatan PAD, dan penyampaian LKPD tepat waktu
Sama 2013
Untuk belanja fungsi pendidikan
Sama dengan 2012
Alokasi minimum Rp 2 miliar untuk daerah dengan:
1. Opini WTP; dan
2. Penetapan Perda APBD tepat waktu
Untuk belanja fungsi pendidikan
Alokasi minimum Rp 2 miliar untuk daerah dengan:
1. Opini WTP, dan
2. Penetapan Perda APBD tepat waktu
PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik kebijakan Transfer ke daerah Tahun 2014 III/111
Tahun 2013 Tahun 2014
Alokasi minimum Rp 3 miliar untuk daerah dengan:
1. Opini WTP; dan
2. Penyampaian LKPD tepat waktu; dan
3. Penetapan Perda APBD tepat waktu; serta
4. Lulus Passing Grade
Alokasi minimum Rp 3 miliar untuk daerah dengan:
1. Opini WTP; dan
2. Penyampaian LKPD tepat waktu; dan
3. Penetapan Perda APBD tepat waktu
sumber: DJPK, Kemenkeu
Penghitungan DiD tahun 2014 sebagaimana DiD tahun 2013 menggunakan Kriteria
Kinerja dan batas minimum Kelulusan Kinerja (Passing grade). Kriteria Kinerja terdiri dari
Kriteria Kinerja utama, Kriteria Kinerja Keuangan Daerah, Kriteria Kinerja Pendidikan,
serta Kriteria Kinerja ekonomi dan Kesejahteraan. tahapan penghitungan DiD terdiri dari
penentuan daerah penerima dan penghitungan besaran alokasi DiD. Penentuan daerah
penerima berdasarkan identifikasi daerah dalam memenuhi Kriteria Kinerja Utama dan
memenuhi passing grade yang ditentukan secara statistik. skor atau nilai kinerja daerah
merupakan hasil penghitungan dari Kriteria Kinerja Keuangan Daerah, Kriteria Kinerja
Pendidikan, serta Kriteria Kinerja ekonomi dan Kesejahteraan. Apabila suatu daerah tidak
memenuhi Kriteria Kinerja utama, maka daerah tersebut tidak dapat mengikuti saringan
berikutnya yaitu penghitungan alokasi.
batas passing grade adalah nilai minimum tertentu atas hasil pembobotan terhadap
masing-masing unsur penilaian terhadap kinerja daerah dari kinerja keuangan, kinerja
pendidikan, serta kinerja ekonomi dan kesejahteraan. DiD digunakan untuk melaksanaan
fungsi pendidikan tersebut merupakan pengalokasian belanja fungsi pendidikan yang
dianggarkan dalam APbD dan/atau APbD Perubahan tahun Anggaran 2013 yang menjadi
kewenangan/urusan daerah untuk membiayai penyelenggaraan pendidikan yang menjadi
tanggung jawab Pemda.
PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan PublikIII/112
Daerah yang memenuhi kriteria kinerja utama dan bersifat eligibilitas mutlak
yaitu:
a. daerah yang mendapatkan opini Wajar tanpa Pengecualian (WtP) atau daerah
yang mendapatkan opini Wajar Dengan Pengecualian (WDP) dari bPK atas lKPD;
dan
b. daerah yang menetapkan Perda mengenai APbD secara tepat waktu.
Daerah yang memenuhi kriteria kinerja keuangan adalah:
a. daerah yang meningkatkan atau mempertahankan kualitas lKPD untuk
memperoleh opini WtP atau WDP dari bPK;
b. daerah yang menetapkan perda mengenai APbD secara tepat waktu setiap
tahunnya;
c. daerah yang mencapai kenaikan PAD di atas rata-rata nasional; dan
d. daerah yang menyampaikan lKPD kepada bPK secara tepat waktu setiap
tahunnya.
Daerah yang memenuhi kriteria kinerja pendidikan adalah:
a. daerah yang mencapai Angka Partisipasi Kasar (APK) sekolah Dasar dan
sederajatnya di atas rata-rata nasional dan/atau daerah yang mampu mencapai
Angka Partisipasi Kasar sekolah menengah Pertama dan sederajatnya di atas
rata-rata nasional; dan
b. daerah yang mengurangi jarak indeks Pembangunan manusia (iPm) terhadap iPm
ideal (100) di atas rata-rata nasional.
PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik kebijakan Transfer ke daerah Tahun 2014 III/113
Daerah yang memenuhi kriteria kinerja ekonomi dan kesejahteraan adalah:
a. daerah yang mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi di atas rata-rata tingkat
pertumbuhan ekonomi nasional;
b. daerah yang mengurangi tingkat kemiskinan di atas rata-rata pengurangan tingkat
kemiskinan nasional;
c. daerah yang mengurangi tingkat pengangguran di atas rata-rata pengurangan
tingkat pengangguran nasional; dan
d. daerah yang memiliki Kemampuan Fiskal Daerah terhadap indeks Pembangunan
manusia-nya.
Kebijakan Penghitungan DID tahun 2014Penyempurnaan kebijakan penghitungan DiD tahun 2014 dilakukan dengan tujuan
agar lebih mendorong daerah ke arah pencapaian kinerja pengelolaan keuangan daerah
yang lebih baik serta menjaga momentum perbaikan yang ada dari kondisi sekarang yang
telah dicapai daerah bila dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Ditandai dengan
perkembangan daerah yang mendapatkan opini WtP dari tahun 2009 yaitu hanya 15 daerah
menjadi 116 daerah pada tahun 2012 serta lebih mendorong daerah dalam menetapkan
perda APbD-nya tepat waktu. Kebijakan penghitungan DiD tahun 2014, meliputi :
1. Kebijakan penetapan pemberian bobot pencapaian opini bPK atas lKPD dan
penetapan perda APbD yang meningkat.
2. Kebijakan pemberian Alokasi minimum (Am) bagi daerah yang telah mendapatkan opini
WtP, tanpa melihat ketentuan “lulus Passing Grade”.
Tabel 3.18 Bobot Penilaian Perhitungan DID Tahun 2013 dan 2014
No. KriteriaBobot Penilaian
2013Bobot Penilaian
2014
Kriteria Kinerja Keuangan 50% 50%
1. Opini BPK atas LKPD 30% 35%
2. Penetapan Perda APBD tepat waktu 30% 35%
PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan PublikIII/114
No. KriteriaBobot Penilaian
2013Bobot Penilaian
2014
3. Effort Peningkatan PAD 20% 15%
4. Penyampaian LKPD tepat waktu 20% 15%
Total Bobot Penilaian Kriteria Kinerja Keuangan Daerah 100% 100%
Kriteria Kinerja Pendidikan 25% 25%
1. Partisipasi Sekolah (APK) 50% 50%
2. Reduction Shortfall IPM 50% 50%
Total Bobot Penilaian Kinerja Pendidikan 100% 100%
Kriteria Kinerja Ekonomi dan Kesejahteraan 25% 25%
1. Pertumbuhan Ekonomi 30% 30%
2. Penurunan Tingkat Kemiskinan 30% 30%
3. Penurunan TIngkat Pengangguran 20% 20%
4. Kluster Kemampuan Fiskal Daerah (KFD) 20% 20%
Total Bobot Penilaian Kinerja Ekonomi dan Kesejahteraan 100% 100%
sumber: DJPK, Kemenkeu
Tabel 3.19 Kebijakan Alokasi Minimum Perhitungan DID Tahun 2013 dan 2014
AM
DID Tahun 2013 DID Tahun 2014
WTPPerda APBD
LKPDPassing Grade
WTPPerda APBD
LKPD
Rp 3 M Đ Đ Đ Đ Đ Đ Đ
Rp 2 M Đ Đ Đ Đ Đ
Rp 2 M Đ Đ
sumber: DJPK, Kemenkeu
Penyaluran Dana Insentif Daerah (DID)Penyaluran DiD dilakukan dengan cara pemindahbukuan dari RKun ke RKuD secara
sekaligus. Alokasi DiD tahun 2014 sebesar Rp1.387,8 miliar ditetapkan dengan PmK
nomor 8/PmK.07/2014 tanggal 13 Januari 2014 tentang Pedoman umum dan Alokasi Dana
PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik kebijakan Transfer ke daerah Tahun 2014 III/115
insentif Daerah tahun Anggaran 2014. Penyaluran DiD dilakukan setelah Daerah penerima
menyampaikan kepada Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan, berupa:
a. Perda mengenai APbD tA 2014;
b. surat Pernyataan tanggung Jawab mutlak dari Kepala Daerah yang menyatakan akan
mencantumkan DiD dalam APbD dan/atau APbD-P tahun anggaran bersangkutan
dan bertanggung jawab penuh atas pelaksanaan kegiatan yang didanai dari DiD tahun
2014.
Penyaluran DiD tahun 2014 meniadakan penyampaian rencana penggunaan DiD.
Penggunaan DiD diserahkan kepada Pemda dengan mengikuti ketentuan sebagai berikut :
1. DiD digunakan untuk mendanai belanja fungsi pendidikan dan dianggarkan dalam
APbD dan/atau APbD Perubahan.
2. belanja fungsi pendidikan yang dimaksud adalah belanja fungsi pendidikan sesuai
dengan kewenangan/ urusan daerah dan yang menjadi tanggung jawab Pemda.
3. DiD tidak dapat digunakan untuk mendanai:
a. dana pendamping DAK;
b. kegiatan yang telah didanai oleh bos dari Pemerintah Pusat;
c. pendidikan kedinasan;
d. hibah kepada perusahaan daerah; dan
e. bantuan sosial.
3.2.7. Kebijakan Dana Proyek Pemerintah Daerah dan Desentralisasi (P2D2)
P2D2 merupakan pinjaman program Pemerintah Pusat yang bersumber dari bank
Dunia dalam rangka memperkuat transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan DAK
khususnya bidang infrastruktur dengan melakukan perbaikan (reform) sistem monitoring
dan evaluasi pelaksanaan DAK.
P2D2 adalah Dana yang bersumber dari APbn dan di alokasikan sebagai insentif
kepada daerah percontohan P2D2 berdasarkan hasil Verifikasi Keluaran sesuai dengan
Perjanjian Pinjaman antara Pemerintah Republik indonesia dan bank Dunia tentang Proyek
Pemda dan Desentralisasi. Dana P2D2 bertujuan untuk memberikan penghargaan (reward)
PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan PublikIII/116
kepada daerah atas pelaksanaan DAK yang telah memenuhi standar kualitas output yang
ditentukan dalam kurun waktu yang tepat.
Daerah percontohan P2D2 meliputi 5 (lima) Provinsi yaitu Provinsi Jambi, Jawa
timur, Kalimantan tengah, sulawesi barat, dan maluku utara yang dipilih berdasarkan
keberagaman secara geografis mewakili wilayah barat, tengah, dan timur Indonesia;
kinerja pelaporan DAK selama ini; kemampuan menyerap alokasi DAK; dan kesuksesan
dalam menghasilkan output yang didanai dari DAK. Dalam pemilihan kabupaten/kota
daerah percontohan P2D2 ditentukan berdasarkan kriteria daerah penerima alokasi DAK
di lima provinsi tersebut dan mengirimkan surat kesediaan berpartisipasi dalam P2D2
(Commitment Letter) kepada Pemerintah Pusat. Adapun daerah percontohan P2D2 tahun
2014 terdiri dari 75 daerah di 5 provinsi percontohan.
Verifikasi Keluaran adalah proses verifikasi atas keluaran pelaksanaan DAK Bidang
infrastruktur di Daerah Percontohan P2D2 dengan hasil yang sesuai dengan kriteria yang
telah ditetapkan serta dalam kurun waktu yang tepat berdasarkan hasil Verifikasi Keluaran
yang dilakukan oleh badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (bPKP) sesuai dengan
ketentuan Perjanjian Verifikasi antara BPKP dan Bank Dunia.
DAK bidang infrastruktur yang di verifikasi adalah bidang infrastruktur jalan, bidang
infrastruktur irigasi dan bidang infrastruktur air minum. Adapun besaran yang dialokasikan
kepada masing-masing daerah penerima P2D2 sebesar maksimal 10% (sepuluh persen)
dari nilai Verifikasi Keluaran yang dibagi secara proporsional. Penyaluran Dana P2D2
kepada daerah penerima dilakukan sekaligus setelah ditetapkannya PmK mengenai
alokasi dana P2D2.
Web Based Reporting System Dana Alokasi Khusus (WBRS-DAK)Dalam rangka meningkatkan akuntabilitas pelaksanaan DAK baik dari sisi
keuangan maupun teknis, DJPK telah membangun suatu aplikasi pelaporan DAK
berbasis web yang diberi nama Web-Based Reporting System Dana Alokasi Khusus
(WbRs) DAK pada tA 2011 melalui P2D2. Dengan adanya aplikasi ini maka seluruh
informasi proyek di daerah yang dibiayai dari DAK dapat disajikan secara cepat,
lengkap, dan akurat. Dari aplikasi ini dapat diperoleh informasi mengenai lokasi
proyek (titik koordinat latitude dan longitude), gambar (foto) riil proyek, kemajuan fisik,
dan penggunaan/penyerapan dana.
PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik kebijakan Transfer ke daerah Tahun 2014 III/117
Aplikasi tersebut telah diterapkan di 5 provinsi (berikut kabupaten/kota di
dalamnya) sebagai pilot project yaitu: Jambi, Jawa timur, Kalimantan tengah,
sulawesi barat, dan maluku utara mulai tA 2012. saat ini Aplikasi WbRs-DAK hanya
diterapkan pada DAK bidang infrastruktur (jalan, irigasi, dan air minum). Diharapkan
pada masa mendatang aplikasi ini bisa diterapkan di provinsi/kabupaten/kota seluruh
indonesia dan mencakup seluruh bidang DAK.
Key success factors implementasi Aplikasi WbRs-DAK adalah keterlibatan aktif
para petugas di Pemda dalam memasukkan data ke dalam aplikasi. Ada 4 kelompok
besar petugas yang bertanggung jawab terhadap keberhasilan implementasi Aplikasi
WbRs-DAK di Pemda yaitu: Administrator, operator Dinas Pendapatan Pengelolaan
Keuangan dan Aset, operator sKPD, dan Pemantau.
Administrator bertanggungjawab mengelola username dan password seluruh
user di Pemda yang bersangkutan. operator DPPKA bertanggungjawab memasukkan
data seluruh sP2D untuk semua bidang DAK. operator sKPD bertanggungjawab
memasukkan seluruh data perencanaan, pemaketan, dan pelaksanaan proyek yang
dibiayai dari DAK (saat ini hanya terbatas pada DAK bidang infrastruktur saja).
sedangkan kelompok Pemantau adalah pengguna informasi yang disajikan oleh
Aplikasi WbRs-DAK. Yang termasuk dalam kelompok Pemantau antara lain adalah
bappeda, gubernur/bupati/Walikota dan Wakil gubernur/Wakil bupati/Wakil Walikota.
Namun berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi terhadap implementasi
Aplikasi WbRs-DAK yang dilakukan pada akhir bulan september hingga pertengahan
Desember 2012, ditemukan fakta bahwa petugas Pemda belum optimal terlibat aktif
dalam implementasi Aplikasi WbRs-DAK.
Ada 2 faktor utama penyebab belum optimalnya keterlibatan petugas Pemda
dalam implementasi Aplikasi WbRs-DAK yaitu:
a. Transfer knowledge kepada para petugas Pemda belum maksimal karena waktu
pelaksanaan bimtek Penggunaan Aplikasi WbRs-DAK yang sangat terbatas; dan
b. Kendala teknis berupa kesulitan mengakses Aplikasi WbRs-DAK karena
rendahnya kualitas infrastruktur jaringan internet di beberapa daerah (terutama
wilayah indonesia timur).
PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan PublikIII/118
Aplikasi WbRs-DAK yang sudah ada saat ini adalah aplikasi berbasis web, di
mana untuk mengaksesnya pengguna harus mempunyai koneksi internet. Kondisi ini
mengakibatkan beberapa daerah yang infrastruktur jaringan internetnya kurang baik
mengalami kesulitan untuk mengakses Aplikasi WbRs-DAK. oleh karena itu, pada
tahun anggaran 2013, DJPK akan membangun Aplikasi WbRs-DAK Versi Offline agar
Pemda bisa tetap aktif mengisikan data ke dalam Aplikasi WbRs-DAK meskipun
koneksi internet di daerah yang bersangkutan sangat terbatas. implementasi Aplikasi
WBRS-DAK Versi Offline diutamakan di daerah (provinsi/kabupaten/kota) Kalimantan
Tengah, Provinsi Sulawasi Barat, dan Maluku Utara. Oleh karena itu, dalam rangka
transfer knowledge kepada para petugas Pemda terkait Aplikasi WbRs-DAK Versi
Offline, DJPK akan melakukan bimtek untuk aplikasi ini hanya di 3 daerah tersebut.
Pemda di luar 3 daerah dimaksud apabila menghendaki bimtek untuk Aplikasi WbRs-
DAK Vers Offline dapat menyampaikan surat permintaan resmi kepada DJPK. selain
itu, DJPK selalu siap setiap saat untuk memberikan bimtek Penggunaan Aplikasi
WbRs-DAK (Versi Online) apabila ada permintaan dari Pemda.
PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik kebijakan HkPd dalam rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik IV/119
bab iV
KebijaKan hubungan Keuangan Pusat daerah dalaM rangKa
PeningKatan Kualitas Pelayanan PubliK
4.1. Peningkatan Pendapatan Daerah
Kebijakan Perpajakan dan Retribusi DaerahPemberian kewenangan yang semakin besar kepada daerah dalam penyelenggaraan
pemerintahan dan pelayanan kepada masyarakat diikuti pula dengan pemberian
kewenangan yang besar dalam perpajakan dan retribusi. basis pajak kabupaten dan kota
yang sangat terbatas mengakibatkan daerah selalu mengalami kesulitan untuk memenuhi
kebutuhan pengeluarannya.
Ketergantungan daerah yang sangat besar terhadap dana perimbangan dari pusat
dalam banyak hal kurang mencerminkan akuntabilitas daerah. Pemerintah Daerah (Pemda)
tidak terdorong untuk mengalokasikan anggaran secara efisien dan masyarakat setempat
tidak ingin mengontrol anggaran daerah karena merasa tidak dibebani dengan pajak dan
retribusi. oleh karena itu, untuk meningkatkan akuntabilitas penyelenggaraan otonomi
daerah, Pemda diberi kewenangan yang lebih besar dalam perpajakan dan retribusi.
berkaitan dengan pemberian kewenangan sebagaimana telah diatur dalam undang-
PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan PublikIV/120
undang nomor 32 tahun 2004 (uu 32/2004) tentang Pemerintahan Daerah dan undang-
undang nomor 28 tahun 2009 (uu 28/2009) tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
(PDRD), maka perluasan kewenangan perpajakan dilakukan dengan memperluas basis
pajak daerah dan memberikan kewenangan kepada daerah dalam penetapan tarif.
Pengaturan PDRD di dalam uu 28/2009 didasarkan pada prinsip demokrasi,
pemerataan dan keadilan, peran serta masyarakat dan akuntabilitas, serta dengan
memperhatikan potensi daerah. Penerbitan uu 28/2009 merupakan langkah yang strategis
dan monumental dalam memantapkan kebijakan desentralisasi fiskal, khususnya dalam
rangka membangun hubungan keuangan antara Pusat dan Daerah yang lebih ideal.
sebagai salah satu bagian dari continuous improvement, uu 28/2009 memiliki 3 (tiga)
hal utama, yaitu penyempurnaan sistem pemungutan PDRD, pemberian kewenangan
yang lebih besar kepada daerah di bidang perpajakan (local taxing empowerment), dan
peningkatan efektifitas pengawasan.
Penyempurnaan sistem pemungutan PDRD dilakukan dengan mengubah sistem
daftar terbuka (open-list) menjadi daftar tertutup (closed-list), sehingga jenis pajak yang
dapat dipungut oleh daerah adalah hanya jenis pajak yang telah ditetapkan berdasarkan
uu 28/2009 dimaksud. Daerah tidak diberikan kewenangan dan tidak diperbolehkan untuk
menetapkan jenis pajak baru di luar yang telah ditentukan undang-undang (uu). Hal yang
demikian akan memberikan kepastian bagi masyarakat dan dunia usaha dalam memenuhi
kewajiban perpajakannya.
sedangkan penguatan local taxing power dilakukan dengan cara antara lain,
menambah jenis PDRD, memperluas basis PDRD yang sudah ada, menaikkan tarif
maksimum beberapa jenis pajak daerah, mengalihkan beberapa jenis pajak pusat menjadi
pajak daerah, serta memberikan kewenangan penetapan tarif PDRD kepada daerah sesuai
batasan yang ditetapkan dalam uu.
Perluasan basis pajak dilakukan sesuai dengan prinsip pajak yang baik. Pajak
yang diterapkan tidak akan menyebabkan ekonomi biaya tinggi dan/atau menghambat
mobilitas penduduk, lalu lintas barang dan jasa antar daerah, dan kegiatan ekspor impor.
Perluasan basis pajak daerah dilakukan dengan memperluas basis pajak yang sudah ada,
mendaerahkan pajak pusat, dan menambah jenis pajak baru. Perluasan atas basis pajak
yang sudah ada dilakukan untuk Pajak Kendaraan bermotor (PKb) dan bea balik nama
Kendaraan bermotor (bbnKb) yang diperluas hingga mencakup kendaraan Pemerintah
Pusat. Pajak Hotel diperluas hingga mencakup seluruh persewaan di hotel, sedangkan
PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik kebijakan HkPd dalam rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik IV/121
Pajak Restoran diperluas hingga mencakup pelayanan katering. Kemudian terdapat 4
(empat) jenis pajak baru bagi daerah, yaitu Pajak bumi dan bangunan Perdesaan dan
Perkotaan (Pbb-P2), bea Perolehan Hak Atas tanah dan bangunan (bPHtb), Pajak sarang
burung Walet, dan Pajak Rokok. Pbb-P2 dan bPHtb sebelumnya merupakan pajak pusat
yang kemudian dialihkan menjadi pajak daerah, sedangkan Pajak sarang burung Walet
merupakan pajak baru bagi kabupaten/kota.
berkaitan dengan pemberian kewenangan dalam penetapan tarif untuk menghindari
penetapan tarif pajak yang tinggi yang dapat menambah beban bagi masyarakat secara
berlebihan, daerah hanya diberi kewenangan untuk menetapkan tarif pajak dalam batas
maksimum yang ditetapkan dalam uu 28/2009. selain itu, untuk menghindari perang tarif
pajak antar daerah untuk objek pajak yang mudah bergerak, seperti kendaraan bermotor,
dalam uu 28/2009 juga ditetapkan tarif minimum untuk PKb. Dengan perluasan basis
pajak yang disertai dengan pemberian kewenangan dalam penetapan tarif tersebut, maka
jenis pajak yang dapat dipungut oleh daerah hanya yang ditetapkan dalam uu 28/2009.
selanjutnya untuk meningkatkan akuntabilitas pengenaan pungutan, dalam uu 28/2009
diatur bahwa sebagian hasil penerimaan pajak dialokasikan untuk membiayai kegiatan
yang berkaitan dengan pajak tersebut.
Adapun untuk meningkatkan efektivitas pengawasan, di dalam UU 28/2009 juga
telah diatur instrumen pengawasan yang cukup efektif yang dilakukan secara preventif
dan korektif. setiap Peraturan Daerah (Perda) Kabupaten/Kota tentang pajak dan retribusi
sebelum dilaksanakan harus dievaluasi terlebih dahulu oleh Gubernur dan Perda Provinsi
tentang pajak dan retribusi di evaluasi oleh Menteri Dalam Negeri (Mendagri). Hasil
evaluasi Perda tersebut harus dikoordinasikan kepada Menteri Keuangan (Menkeu).
selain itu, terhadap daerah yang menetapkan kebijakan di bidang PDRD yang melanggar
ketentuan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi akan dikenakan sanksi
berupa penundaan dan/atau pemotongan dana alokasi umum dan/atau dana bagi hasil.
Hal ini sebagai langkah untuk menghindarkan timbulnya berbagai pungutan daerah yang
bermasalah dan tumpang tindih yang dapat menghambat upaya penciptaan iklim investasi
yang kondusif di daerah.
berdasarkan hal-hal tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa dengan
diberlakukannya uu 28/2009 maka kemampuan daerah untuk membiayai kebutuhan
pengeluarannya semakin besar, karena daerah dapat dengan mudah menyesuaikan
pendapatannya sejalan dengan adanya peningkatan basis pajak daerah dan diskresi dalam
PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan PublikIV/122
penetapan tarif. sedangkan di sisi lain, dengan tidak diberikannya kewenangan kepada
daerah untuk menetapkan jenis pajak dan retribusi baru selain yang telah ditetapkan dalam
uu 28/2009, maka hal tersebut akan memberikan kepastian bagi masyarakat dan dunia
usaha yang pada gilirannya diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat dalam
memenuhi kewajiban perpajakannya.
Implementasi Kebijakan Pemungutan Pajak Rokok
Pajak Rokok merupakan jenis pajak daerah yang pemungutannya secara efektif
mulai dilaksanakan pada tanggal 1 Januari 2014. Penetapan Pajak Rokok sebagai objek
pajak daerah pada dasarnya merupakan bentuk dari pelaksanaan perluasan kewenangan
perpajakan yang dilakukan dengan memperluas basis pajak daerah dan memberikan
kewenangan kepada daerah dalam penetapan tarif. sebagaimana juga telah disampaikan
di atas, bahwa uu 28/2009 memiliki semangat untuk melaksanakan kebijakan dalam hal
penyempurnaan sistem pemungutan PDRD, pemberian kewenangan yang lebih besar
kepada daerah di bidang perpajakan (local taxing empowerment), dan peningkatan
efektifitas pengawasan. Penguatan local taxing power dilakukan dengan cara menambah
jenis PDRD, memperluas basis PDRD yang sudah ada, mengalihkan beberapa jenis pajak
pusat menjadi pajak daerah, serta memberikan diskresi kepada daerah dalam menetapkan
tarif. Perluasan basis pajak daerah dimaksudkan untuk penguatan Pendapatan Asli Daerah
(PAD) agar daerah dapat melaksanakan otonomi secara lebih nyata dan bertanggung
jawab. Dalam rangka perluasan basis pajak daerah, maka Pajak Rokok ditetapkan sebagai
objek pajak daerah di dalam uu 28/2009 dan mulai berlaku pada tahun 2014.
berdasarkan hal-hal tersebut, dengan ditetapkannya Pajak Rokok sebagai objek pajak
daerah, maka diharapkan kemampuan daerah untuk membiayai kebutuhan pengeluarannya
semakin besar dan meningkat, karena daerah dapat dengan mudah menyesuaikan
pendapatannya sejalan dengan adanya peningkatan basis pajak daerah dan diskresi dalam
penetapan tarif.
Kebijakan Pajak Rokok selain bertujuan untuk meningkatkan PAD seperti diuraikan
diatas, juga bertujuan untuk mengendalikan konsumsi rokok, mengendalikan peredaran
rokok ilegal, serta melindungi masyarakat atas bahaya rokok. Penerapan Pajak Rokok
sebesar 10 persen dari cukai rokok dimaksudkan juga untuk memberikan peran yang
optimal bagi Pemda dalam menyediakan pelayanan kesehatan masyarakat. Pemda
diberikan tugas dan tanggung jawab untuk turut serta dalam menjaga kesehatan
PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik kebijakan HkPd dalam rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik IV/123
masyarakat dari bahaya rokok dan melakukan pengawasan terhadap rokok di daerah
masing-masing termasuk peredaran rokok ilegal.
mengingat tax base Pajak Rokok adalah nilai cukai yang ditetapkan oleh Pemerintah
Pusat terhadap rokok, maka dalam rangka efektifitas dan efisiensi, pemungutan Pajak
Rokok dilakukan oleh Direktorat Jenderal bea dan Cukai (DJbC). Pemungutan Pajak Rokok
merupakan model Piggyback Tax System atau juga dikenal dengan model opsenten atau
surcharge yang juga lazim dipraktekkan di banyak negara.
Ciri dari Piggyback Tax/Opsenten/Surchage adalah:
a. Pemda berhak mengenakan tambahan beban pajak atas pajak pusat dalam daerahnya
(jurisdiction);
b. Pemda tidak memiliki diskresi dalam menentukan dasar pengenaan pajak (tax base)
atau dengan kata lain dasar pengenaannya sama dengan dasar pengenaan pajak
pusat;
c. Pajak diadministrasikan dan dipungut oleh Pemerintah Pusat yang lebih tinggi dan
kemudian menyalurkannya ke kas daerah yang bersangkutan.
semua ciri tersebut di atas terdapat dan dapat dilihat dengan jelas pada pengaturan
atau ketentuan Pajak Rokok dalam uu 28/2009.
Dalam rangka pelaksanaan pemungutan Pajak Rokok, maka sesuai dengan amanat
uu 28/2009, menkeu telah menerbitkan Peraturan menteri Keuangan (PmK) nomor 115/
PmK.07/2013 tentang tata Cara Pemungutan dan Penyetoran Pajak Rokok. PmK tersebut,
antara lain, mengatur mengenai mekanisme pemungutan Pajak Rokok yang dilakukan oleh
DJbC, dan juga mengatur mengenai mekanisme dan pola penyetoran dana penerimaan
Pajak Rokok dari rekening penampungan ke Rekening Kas Umum Daerah (RKUD) Provinsi.
mekanisme pemungutan dan penyetoran Pajak Rokok dapat dilihat pada gambar
berikut ini.
PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan PublikIV/124
Gambar 4.1 Mekanisme Pemungutan dan Penyetoran Pajak Rokok
Sesuai PMK No. 115/PMK.07/2013
KEBIJAKAN HUBUNGAN KEUANGAN PUSAT DAERAH DALAM RANGKA PENINGKATAN KUALITASPELAYANAN PUBLIK
Pelengkap Buku Pegangan Tahun 2014 109|
Mekanisme pemungutan dan penyetoran Pajak Rokok dapat dilihat pada Gambar berikut ini.
Gambar 4.1
DJPK
KPPN JKT II
DJPB
RKUD
Provinsi
RPKBUNP/RPKBUN
KPPNLaporan Bulanan
Penerimaan PR
Mekanisme Pemungutan dan
Penyetoran Pajak Rokok
Sesuai PMK No. 115/PMK.07/2013
DJBC
Daftar Realisasi
Penerimaaan PR
bulanan
Realisasipenerimaan PR
(triwulan)
SPMPenyetoran
Bank/Pos
PersepsiWP
Pemindahbukuan dana
SPPR
SSBP
CK-1
SP2D
Penyetoran
Bank
Indonesia
Memindahbukukan
dana
P
e
l
i
m
p
a
h
a
n
da
na
Perintah
Pemindahbukuan Dana
Penyampaian LHP
pada akhir hari kerja
Laporan Realisasi
Penerimaan Pajak
Rokok
KPPN
1. tata Cara Pemungutan Pajak Rokok
• Dasar pengenaan Pajak Rokok adalah cukai yang ditetapkan oleh Pemerintah
Pusat terhadap rokok;
• Tarif Pajak Rokok sebagaimana ditetapkan dalam UU 28/2009 tentang PDRD
adalah sebesar 10% (sepuluh persen) dari cukai rokok
• Besaran pokok Pajak Rokok yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif
pajak dengan dasar pengenaan pajak
• Pemungutan Pajak Rokok dilakukan oleh Kantor Bea dan Cukai bersamaan dengan
pemungutan Cukai Rokok
2. mekanisme Penyetoran Pajak Rokok
• Penyetoran penerimaan Pajak Rokok ke RKUD Provinsi dilaksanakan berdasarkan
realisasi penerimaan Pajak Rokok pada periode tertentu
PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik kebijakan HkPd dalam rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik IV/125
• Berdasarkan realisasi penerimaan Pajak Rokok, Direktorat Jenderal
Perbendaharaan (DJPb) menyampaikan data realisasi penerimaan Pajak Rokok
kepada Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan (DJPK)
• Penyampaian data realisasi penerimaan Pajak Rokok dilakukan secara triwulanan
pada minggu dan bulan pertama triwulan berikutnya
• Penyampaian data realisasi penerimaan Pajak Rokok untuk triwulan keempat
dilakukan pada minggu pertama bulan Desember berdasarkan realisasi
penerimaan Pajak Rokok sampai dengan tanggal 30 November tahun berkenaan
• Penyampaian data realisasi penerimaan Pajak Rokok sampai dengan akhir tahun
anggaran dilakukan paling lambat pada bulan Januari tahun anggaran berikutnya
• Dalam rangka penyetoran Pajak Rokok ke RKUD Provinsi, Direktur Jenderal
Perimbangan Keuangan menetapkan keputusan mengenai proporsi pembagian
Pajak Rokok untuk masing-masing Provinsi
• Keputusan mengenai proporsi pembagian Pajak Rokok untuk masing-masing
Provinsi ditetapkan setiap tahun pada bulan Desember anggaran tahun
sebelumnya.
• Keputusan mengenai proporsi pembagian Pajak Rokok untuk masing-masing
Provinsi ditetapkan berdasarkan rasio jumlah penduduk provinsi terhadap jumlah
penduduk nasional
• Rasio jumlah penduduk ditetapkan berdasarkan data jumlah penduduk yang
digunakan untuk penghitungan DAu untuk tahun anggaran yang bersangkutan
• Penyetoran Pajak Rokok ke masing-masing RKUD Provinsi, dilakukan sesuai
proporsi untuk masing-masing provinsi
• Penyetoran penerimaan Pajak Rokok ke RKUD Provinsi dilaksanakan secara
triwulanan pada bulan pertama triwulan berikutnya
• Penyetoran penerimaan Pajak Rokok bulan Oktober dan November dilakukan pada
bulan Desember
• Penyetoran Pajak Rokok ke RKUD Provinsi untuk penerimaan bulan Desember
tahun berkenaan dilaksanakan setelah ditetapkan laporan Arus Kas audited.
• Kelebihan penyetoran Pajak Rokok ke RKUD Provinsi akan diperhitungkan pada
penyetoran Pajak Rokok tahun berikutnya
• Perhitungan kelebihan pembayaran Pajak Rokok didasarkan pada hasil rekonsiliasi
antara DJPK, DJbC, dan DJPb.
PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan PublikIV/126
Penetapan jenis-jenis pungutan daerah yang diatur dalam uu 28/2009 dimaksudkan
untuk memberikan kepastian hukum kepada masyarakat. Daerah hanya boleh memungut
pajak dan retribusi apabila ketentuan pemungutannya telah diatur melalui Perda. begitu
juga untuk bisa mendapatkan Pajak Rokok, provinsi Harus terlebih dahulu menyusun dan
menetapkan Perda mengenai Pajak Rokok. berdasarkan rekapitulasi penyampaian Perda
pajak daerah dari provinsi, sampai hari ini tercatat 33 provinsi telah menentapkan Perda
Pajak Rokok, untuk Provinsi Kalimantan Utara masih berdasarkan Perda Provinsi Kalimantan
Timur sebagai provinsi induknya.
Tabel 4.1 Perda Pajak Rokok
No Daerah Nomor Perda
1 Provinsi Aceh Perda 2/2012
2 Provinsi Riau Perda 16/2013
3 Provinsi Sumatera Utara Perda 2/2011
4 Provinsi Bengkulu Perda 2/2011
5 Provinsi Sumatera Barat Perda 8/2013
6 Provinsi Sumatera Selatan Perda 3/2011
7 Provinsi Jambi Perda 6/2011
8 Provinsi Lampung Perda 2/2011
9 Provinsi Kep. Bangka Belitung Perda 1/2011
10 Provinsi Kep. Riau Perda 8/2011
11 Provinsi Kalimantan Selatan Perda 9/2013
12 Provinsi Sulawesi Selatan Perda 8/2013
13 Provinsi DKI Jakarta Perda 2/2014
14 Provinsi Jawa Barat Perda 13/2011
15 Provinsi Banten Perda 1/2011
16 Provinsi Jawa Tengah Perda 2/2011
17 Provinsi DI Yogyakarta Perda 3/2011
18 Provinsi Jawa Timur Perda 9/2010
19 Provinsi Kalimantan Barat Perda 8/2010
PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik kebijakan HkPd dalam rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik IV/127
No Daerah Nomor Perda
20 Provinsi Kalimantan Tengah Perda 7/2010
21 Provinsi Kalimantan Timur Perda 1/2011
22 Provinsi Sulawesi Utara Perda 7/2011
23 Provinsi Gorontalo Perda 5/2011
24 Provinsi Sulawesi Tengah Perda 1/2011
25 Provinsi Sulawesi Barat Perda 1/2011
26 Provinsi Sulawesi Tenggara Perda 5/2011
27 Provinsi Bali Perda 1/2011
28 Provinsi Nusa Tenggara Barat Perda 8/2013
29 Provinsi Nusa Tenggara Timur Perda 2/2010
30 Provinsi Maluku Perda 19/2013
31 Provinsi maluku Utara Perda 2/2011
32 Provinsi Papua Perda 4/2011
33 Provinsi Papua Barat Perda 6/2013
sumber : Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan
berdasarkan target penerimaan cukai hasil tembakau tahun 2014, penerimaan Pajak
Rokok tahun 2014 diperkirakan sekitar Rp 9,6 triliun. Penerimaan Pajak rokok tersebut
nantinya akan disetor ke RKUD Provinsi secara proporsional berdasarkan jumlah penduduk.
Dana penerimaan Pajak Rokok yang masuk di RKUD Provinsi, 70 persen diantaranya harus
dibagihasilkan kepada kabupaten/kota dengan memperhatikan aspek pemerataan dan/
atau potensi antar kabupaten/kota yang besangkutan.
selanjutnya sesuai dengan uu 28/2009, dana penerimaan Pajak Rokok , baik bagian
provinsi maupun bagian kabupaten/kota, harus dialokasikan paling sedikit 50 persen untuk
mendanai pelayanan kesehatan masyarakat dan penegakan hukum oleh aparat yang
berwenang.
• bidang pelayanan kesehatan masyarakat, antara lain, pembangunan/pengadaan
dan pemeliharaan sarana dan prasarana unit pelayanan kesehatan, penyediaan sarana
umum yang memadai bagi perokok (smoking area), kegiatan memasyarakatkan tentang
bahaya merokok, dan iklan layanan masyarakat mengenai bahaya merokok.
PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan PublikIV/128
• bidang penegakan hukum yang dapat dikerjasamakan oleh Pemda dengan pihak/
instansi terkait, antara lain, pemberantasan peredaran rokok ilegal dan penegakan
aturan mengenai laranagan merokok sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
4.2. Pengendalian Belanja Daerah Selama lebih dari satu dasawarsa pelaksanaan desentralisasi fiskal, Pemda mengelola
dana APbD dalam jumlah yang sangat besar, yang sebagian besar bersumber dari
Anggaran Pendapatan dan belanja negara (APbn) melalui mekanisme transfer. Desain
desentralisasi fiskal yang dianut Indonesia selama ini menitikberatkan pada desentralisasi
dari sisi pengeluaran sehingga berimplikasi pada diskresi dan kewenangan yang lebih luas
bagi daerah untuk merencanakan dan melakukan belanja. Di sisi lain, sebagai konsekuensi
pelaksanaan desentralisasi tersebut, Pemerintah Pusat setiap tahun menganggarkan
transfer ke daerah yang sebagian besar bersifat block grant dan hanya sebagian kecil yang
bersifat spesifik. Hal-hal tersebut membawa implikasi relatif kurang baiknya kualitas belanja
daerah yang berdampak pada kualitas pelayanan publik.
Hal ini nampak pada pelaksanaan belanja Anggaran Pendapatan dan belanja Daerah
(APbD) yang masih menemui beberapa kendala, antara lain, masih banyaknya daerah yang
terlambat menetapkan APbD, struktur APbD yang kurang ideal, penyerapan belanja yang
relatif lambat, masih tingginya dana idle yang tidak tergunakan dalam pengeluaran publik,
maupun kendala administratif pengelolaan keuangan yang tercermin dari masih banyaknya
daerah yang mendapat opini kurang baik dari badan Pemeriksa Keuangan (bPK). satu per
satu kendala tersebut dapat dilihat sebagai berikut.
1. Keterlambatan Penetapan APBD
Penyusunan dan penetapan APbD menjadi hal yang penting untuk dimulainya
pelaksanaan suatu siklus pengelolaan keuangan. Dengan penyusunan yang baik dan
penetapan yang tepat waktu, maka APbD akan dapat segera dieksekusi dan dapat
dirasakan manfaatnya oleh masyarakat.
berdasarkan ketentuan perundangan, APbD seharusnya ditetapkan paling lambat 31
Desember sebelum tahun anggaran berjalan. namun demikian, ternyata masih banyak
Pemda yang menetapkan APbD-nya melewati tenggat waktu tersebut.
PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik kebijakan HkPd dalam rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik IV/129
Gambar 4.2 Grafik Penetapan APBD Tahun Anggaran 2009 – 2013
Provinsi, Kabupaten dan Kota di Indonesia
sumber : DJPK (data diolah)
Adanya keterlambatan penetapan APbD dapat memberikan dampak negatif. Dampak
yang ditimbulkan dari keterlambatan dalam penyusunan APbD adalah terlambatnya
pelaksanaan program pemerintah daerah sehingga dapat berdampak pada pelayanan
publik terhadap masyarakat. selain itu dapat juga berpengaruh terhadap perekonomian
daerah, karena belanja daerah menjadi terlambat dalam memberikan injeksi bagi
pembangunan ekonomi daerah.
Di samping itu, keterlambatan penetapan APbD juga akan merugikan masyarakat
karena dapat berimbas pada dijatuhkannya sanksi penundaan penyaluran Dana Alokasi
umum (DAu), sehingga berpengaruh pada aliran uang atau transaksi di daerah.
PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan PublikIV/130
2. Dominasi Belanja Pegawai Dalam Struktur APBDselain keterlambatan penetapan APbD, hal lain yang juga menjadi kendala adalah
struktur belanja daerah yang didominasi oleh belanja pegawai. Dengan tingginya porsi
belanja pegawai, maka porsi belanja modal dan belanja yang langsung terkait dengan
layanan publik menjadi sangat terbatas.
Gambar 4.3 Trend Belanja Daerah TA 2009 – 2013
(dalam % dan miliar rupiah)
Jenis Belanja Daerah (dalam miliar rupiah)
2009 2010 2011 2012 2013
Belanja Pegawai 180,439 198,562 229,081 261,153 296,540
Belanja Barang dan Jasa 79,600 82,007 104,221 122,225 148,012
Belanja Modal 114,598 96,179 113,523 137,438 175,578
Belanja Lain-Lain 40,594 50,110 48,449 71,071 86,953
Total 415,232 426,857 495,274 591,887 707,083
sumber: Data APbD Konsolidasi 2009 - 2013 (Diolah)
berdasarkan tabel di atas, maka dapat kita amati porsi tiap jenis belanja daerah setiap
tahun dan trend kenaikan/penurunannya antar tahun. Hal ini perlu menjadi perhatian yang
serius karena belanja modal ditambah belanja barang dan jasa merupakan belanja pemda
yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi suatu daerah, di
samping pengaruh dari sektor swasta, rumah tangga, dan luar negeri. Realisasi belanja
modal akan memiliki multiplier effect dalam menggerakkan roda perekonomian daerah.
PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik kebijakan HkPd dalam rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik IV/131
3. Penyerapan Belanja APBD Relatif Lambat
Penyerapan belanja APbD yang tidak dapat dimulai pada awal tahun anggaran akan
menyebabkan proyek yang direncanakan Pemda tidak dapat diselesaikan tepat waktu
sehingga akan menghambat daya dorong pertumbuhan ekonomi di daerah. Pada grafik di
bawah terlihat bahwa penyerapan belanja, utamanya belanja modal relatif sangat lambat.
Gambar 4.4 PENYERAPAN BELANJA APBD TAHUN ANGGARAN 2013
(dalam persentase realisasi terhadap anggaran)
sumber: DJPK (data diolah)
4. Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (Silpa) dan Dana Idle Pemda di Perbankan
silPA tahun berkenaan merupakan suatu indikator yang cukup krusial dalam realisasi
APBD. SiLPA tahun berkenaan yang merupakan selisih positif antara surplus/defisit dengan
netto pembiayaan akan menunjukkan kinerja realisasi anggaran secara keseluruhan.
semakin tinggi silPA tahun berkenaan, maka semakin rendah kinerja pengelolaan APbD
secara keseluruhan. silPA tahun berkenaan (atau sering juga disebut sebagai surplus
penerimaan) menunjukkan besarnya dana publik yang tidak tergunakan dalam belanja
maupun tidak tergunakan dalam transaksi pembiayaan.
PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan PublikIV/132
Gambar 4.5 Tren SiLPA Tahun Berkenaan 2009 – 2012
sumber: DJPK (data diolah)
Dana idle merupakan dana yang tidak atau belum digunakan oleh Pemda. Dana idle
yang dapat dipantau oleh Pemerintah Pusat setiap bulannya adalah dana idle Pemda yang
disimpan di perbankan. Dana Pemda di perbankan merupakan akumulasi dana Pemda
baik yang berupa dana cadangan, investasi, dan dana idle. Pergerakan dana Pemda di
perbankan dapat dilihat dalam grafik berikut:
Gambar 4.6 Trend Dana Pemda di Perbankan 2010 – 2013
(data per Desember)
sumber : bank indonesia (data diolah)
PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik kebijakan HkPd dalam rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik IV/133
5. Belum Optimalnya Kualitas Pengelolaan Administratif untuk menilai optimal atau tidaknya pengelolaan keuangan pemda dapat pula dengan
melihat hasil opini bPK atas laporan Keuangan Pemerintah Daerah (lKPD). Hasil opini
bPK terhadap lKPD juga masih menunjukkan kondisi yang kurang menggebirakan.
meskipun daerah yang mendapat status Wajar tanpa Pengecualian (WtP) meningkat,
namun masih terdapat beberapa daerah yang mendapat opini disclaimer ataupun tidak
Wajar.
Gambar 4.7 Opini BPK Atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
Tahun 2008 - 2012
sumber Data : ikhtisar Hasil Pemeriksaan bPK s.d. semester i tahun 2013
Dengan melihat kondisi-kondisi tersebut di atas, upaya perbaikan, percepatan dan
pengendalian terhadap belanja daerah perlu dilakukan. transformasi yang dapat ditempuh
untuk mengatasi hal tersebut, antara lain dengan opsi kebijakan sebagai berikut:
1. Meningkatkan kualitas belanja daerah
Peningkatan kualitas belanja daerah dapat ditempuh dengan membuat suatu
kebijakan yang dapat mendorong Pemda untuk disiplin dalam merencanakan dan
mengimplementasikan hal-hal yang menjadi prioritas di daerahnya. Kebijakan yang
diambil ini juga harus mampu mendorong Pemda untuk mengalokasikan belanja daerah
secara tepat, seperti misalnya meningkatkan alokasi belanja modal, menggunakan belanja
PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan PublikIV/134
pegawai secara proporsional dan sesuai dengan kebutuhan, serta menyelenggarakan
pertanggungjawaban terhadap penggunaan belanja hibah dan bansos secara
transparan. Dalam meningkatkan kualitas belanja daerah, Pemda juga perlu didorong
untuk menetapkan APbD tepat waktu, serta mencapai realisasi pendapatan dan belanja
sesuai rencana. Dalam hal pertanggungjawaban APbD juga Pemda perlu berupaya untuk
meningkatkan opini dari bPK, yaitu dengan memperoleh opini WtP.
Dalam meningkatkan kualitas belanja daerah, inisiatif yang dapat diambil yaitu:
a. menyusun pedoman pengelolaan dana transfer.
tujuannya adalah agar proses perencanaan, penganggaran, dan pengalokasian
dana transfer lebih mencerminkan prioritas nasional dan kebutuhan daerah serta
penggunaan dana transfer oleh daerah yang menjamin tersedianya layanan publik yang
lebih berkualitas.
b. mempercepat penyampaian informasi seluruh alokasi dana transfer yang bertujuan
agar Pemda dapat menyelesaikan penyusunan anggaran tepat waktu.
2. Harmonisasi belanja pusat dan daerah untuk pelayanan publik yang efektif dan efisien.
Pembagian urusan antara pusat dengan daerah seringkali menimbulkan masalah di
daerah terutama dalam hal pendanaan. Pelayanan publik yang selama ini berasal dari
pendanaan pusat terkadang tumpang tindih dengan daerah. Hal ini perlu diperbaiki dengan
wacana menerapkan sanksi terhadap Kementerian/lembaga (K/l) dan Daerah yang
mendanai kegiatan yang bukan urusannya. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan efisisensi
anggaran dan perencanaan penganggaran yang berdasarkan pembagian urusan.
3. Mengembangkan keleluasaan belanja daerah yang bertanggung jawab untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas pelayanan publik dasar.
Kuantitas dan kualitas pelayanan publik dasar merupakan salah satu acuan
utama dalam tujuan pencapaian pembangunan di daerah. Pemda semestinya terus
mengembangkan kuantitas dan kualitas pelayanan publik di daerahnya dengan
pengelolaan belanja daerah yang efisien dan efektif. Anggaran daerah disusun dengan
PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik kebijakan HkPd dalam rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik IV/135
berdasarkan pencapaian standar Pelayanan minimum (sPm) sebagai kriteria utama dan
mencerminkan program/kegiatan yang sifatnya jangka panjang. inisiatif yang dapat diambil
adalah sebagai berikut:
a. menentukan indikator layanan publik dasar yang dapat digunakan dalam pengalokasian
Dana Alokasi Khusus (DAK). Hal ini akan akan sangat membantu dalam menentukan
besaran transfer DAK ke daerah yang sudah berdasarkan analisis kebutuhan yang
nyata yang harus dikeluarkan oleh Pemda, sehingga pada akhirnya dapat meningkatnya
kuantitas dan kualitas layanan publik dasar.
b. menerapkan Medium Term Expenditure Framework (mteF) dalam alokasi belanja
diperlukan dengan tujuan menjamin kejelasan hubungan antara perencanaan atau
prioritas pencapaian sektor dengan anggaran atau resource constraint.
c. Pengendalian SiLPA di daerah dengan tujuan mendorong efektifitas penggunaan APBD.
4. Membuat suatu mekanisme penilaian kinerja keuangan daerah yang komprehensif.
Kinerja keuangan daerah yang dinilai secara komprehensif diyakini mampu
mendongkrak motivasi daerah untuk meningkatkan kualitas APBD. Selama ini kualitas
APBD yang dipotret melalui laporan monitoring dan evaluasi yang sebelumnya tidak terkait
langsung dengan pemberian insentif atau disinsentif atas dasar capaian kinerja keuangan
di daerah. Hal ini dapat diarahkan sebagai masukan bagi pusat maupun daerah untuk
perbaikan pelaksanaan kebijakan dan perbaikan kualitas APbD, melalui pemberian insentif
atau disinsentif yang terkait dengan kinerja keuangan daerah. metodologi penilaian yang
komprehensif yang dapat dilihat dari kinerja keuangan daerah meliputi input, output, dan
outcome di daerah sehingga dapat mendorong Pemda semakin memperhatikan seluruh
aspek keuangan di daerahnya. Hal ini dapat dijadikan sebagai quality control untuk
pelaksanaan monitoring dan evaluasi bagi Pemerintah Pusat di mana daerah akan dikontrol
dalam penggunaan belanjanya sehingga memungkinkan penggunaan belanja yang
berkualitas. selain itu, dengan adanya mekanisme penilaian kinerja keuangan daerah yang
komprehensif juga akan mendorong daerah dalam menyampaikan data realisasinya lebih
cepat, sehingga dapat diperoleh data sekunder pada sistem informasi Keuangan Daerah
(siKD) dengan time lag yang semakin sempit untuk mengetahui informasi realisasi APbD.
PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan PublikIV/136
Dengan melihat hal tersebut di atas, dapat diambil langkah-langkah inisiatif dengan
menyusun pemeringkatan daerah sebagai bentuk penilaian kinerja keuangan daerah yang
terintegrasi dengan mekanisme pemberian insentif dengan tujuan mendorong Pemda untuk
meningkatkan kinerja keuangan daerah, kualitas output dan outcome pelayanan publik,
sehingga dapat meningkatkan penyediaan pelayanan publik (public service delivery) dan
kesejahteraan masyarakat (social welfare).
4.3. Peningkatan Kualitas Aparatur Daerahsebagai konsekuensi logis dengan pemberian kewenangan yang lebih luas melalui
desentralisasi fiskal sesuai prinsip money follows function, Pemerintah Pusat telah
mengalokasikan dana transfer ke daerah dalam APbn setiap tahun untuk menjamin bahwa
Pemda dapat menjalankan semua fungsinya dengan baik sehingga pelayanan terhadap
masyarakat yang lebih baik dapat segera terwujud. Aparat pengelola keuangan daerah
memegang peranan penting dalam pengelolaan dana yang bersumber dari APbn yang
dialokasikan ke APbD, sumber penerimaan terbesar berasal dari transfer ke daerah yang
terus meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2001 dialokasikan sebesar Rp81 triliun
dan berkembang terus hingga mencapai Rp592 triliun pada tahun 2014 atau meningkat
hampir 7,5 kali lipat.
besaran anggaran dari APbn tersebut menjadi magnitude yang paling dominan dalam
penerimaan APbD, yang apabila dikonsolidasi secara nasional mengalami peningkatan
yang signifikan. Total APBD consolidated semula pada tahun 2001 sebesar Rp150 triliun
menjadi Rp750 triliun pada tahun 2013. untuk itu, pemanfaatan belanja dalam APbD yang
berkualitas menjadi vital untuk dilakukan perbaikan. Untuk mendorong peningkatan kualitas
pengelolaan keuangan daerah, Pemerintah Pusat telah melakukan perbaikan sistem
penganggaran, pelaksanaan, dan pertanggungjawaban keuangan daerah yang didukung
dengan peningkatan kapasitas (capacity building) sumber Daya manusia (sDm) Pemda.
Penyelenggaraan program capacity building bagi aparatur pengelola keuangan daerah
telah dirintis oleh Kementerian Keuangan (Kemenkeu) sejak tahun 1981/1982. Dalam
bentuk short course serta pendidikan program master (strata 2) dan program doktoral
(strata 3), program peningkatan kualitas pengelola keuangan daerah dilaksanakan bekerja
sama dengan Universitas Birmingham Inggris dengan bantuan pendanaan dari pemerintah
Kerajaan inggris dan dengan peserta yang berasal dari para pengajar di perguruan
PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik kebijakan HkPd dalam rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik IV/137
tinggi, Pegawai negeri sipil (Pns) Pemerintah Pusat serta Pns daerah. sedangkan dalam
bentuk kursus atau pelatihan singkat di dalam negeri program dilaksanakan bekerjasama
dengan Universitas Indonesia dengan nama Latihan Keuangan Daerah (LKD) bagi pejabat
pemegang kebijakan strategis dan Kursus Keuangan Daerah (KKD) bagi pelaksana/staf
pengelola keuangan daerah.
Program lKD dan KKD diselenggarakan setiap tahun secara rutin. untuk memperluas
jangkauan terhadap peserta dari seluruh Pemda di indonesia, program ini kemudian
dikerjasamakan dengan beberapa Perguruan tinggi negeri di indonesia yang berperan
sebagai center penyelenggara pelatihan (selanjutnya disebut center). Center penyelenggara
berperan melaksanakan pelatihan dari mulai menyediakan sarana dan prasarana pelatihan
berupa sarana akomodasi dan tempat belajar sampai dengan menyediakan tenaga
pengajar pelatihan.
Program LKD dikerjasamakan dengan center Universitas Indonesia (UI) mulai 1981
dan center Universitas Gadjah Mada (UGM) mulai tahun 1995. Dalam perjalanannya, pada
awal era penerapan onotomi daerah yaitu pada tahun 2001 sampai tahun 2003, program
ini sempat terhenti karena dinilai lebih tepat dilaksanakan sendiri oleh masing-masing
Pemda. Pada tahun 2004 program lKD kembali dilaksanakan karena desakan dari banyak
Pemda yang menilai bahwa program ini masih perlu diselenggarakan oleh Pemerintah
Pusat. namun demikian, sejak tahun 2011 sampai dengan saat ini program lKD ini kembali
dihentikan karena keterbatasan APbn.
Program KKD dikerjasamakan dengan center ui sejak tahun 1981, ugm mulai tahun
1991, Universitas Hasanuddin (Unhas) mulai tahun 1994, Universitas Andalas (Unand)
mulai tahun 1996, Universitas Brawijaya (Unibraw) mulai tahun 2007, Universitas Sam
Ratulangi (unsrat) mulai tahun 2007, dan sekolah tinggi Akuntansi negara (stAn) mulai
tahun 2013. seperti halnya program lKD, program KKD juga sempat dihentikan ketika era
awal otonomi daerah yaitu pada tahun 2001 sampai dengan tahun 2003. sampai dengan
saat ini program KKD masih dilaksanakan dan dikerjasamakan dengan 7 perguruan tinggi
penyelenggara tersebut.
seiring perkembangan kebutuhan akan perbaikian kualitas lKPD, pada tahun 2007
diadakan program pelatihan khusus akuntansi yang diberi nama Kursus Keuangan Daerah
Khusus Penatausahaan/Akuntansi Keuangan Daerah (KKDK). Pada awal terbentuknya,
program KKDK dikerjasamakan dengan 6 center penyelenggara, kemudian pada tahun
2009 center stAn bergabung sebagai center penyelenggara KKDK.
PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan PublikIV/138
Perjalanan panjang program capacity building dalam bentuk lKD, KKD, dan KKDK
tersebut telah menghasilkan banyak lulusan/alumni yang tersebar di seluruh penjuru
indonesia. samapai dengan tahun 2013, ketiga jenis kursus tersebut telah meluluskan
sebanyak 12.360 peserta dengan rincian: alumni lKD sebanyak 1.851 orang, alumni
KKD sebanyak 6.398 orang dan alumni KKDK sebanyak 4.110 orang. secara rinci,
perkembangan jumlah peserta dari lKD, KKD, KKDK dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.4 Tabel Perkembangan jumlah peserta kegiatan LKD, KKD, dan KKDK
No TahunJumlah Peserta
LKD KKD KKDK Jumlah
1. 1981-2006 1.355 2.195 - 3.550
2. 2007 115 420 463 998
3. 2008 119 376 474 2.977
4. 2009 115 484 614 1.213
5. 2010 147 420 634 1.174
6. 2011 - 418 563 981
7. 2012 - 360 528 888
8. 2013 - 1.725 834 2559
Jumlah 1.851 6.398 4.110 12.359
sumber: DJPK, data diolah
Dengan terus berkembangnya jumlah aparatur Pemda yang memahami dan
mempunyai kompetensi dibidang pengelolaan keuangan daerah, diharapkan tatakelola
keuangan daerah akan semakin membaik. Peningkatan capacity building dalam bentuk lKD,
KKD, dan KKDK bukanlah salah satu faktor penentu dari tercapainya kinerja pengelolaan
keuangan yang baik, tapi paling tidak perhatian Pemeritah Pusat c.q. Kemenkeu terhadap
peningkatan kualitas sDm di Pemda-Pemda sudah menunjukkan hasil positif.
Studi terkini berjudul “Studi Efektivitas dan Dampak (impact assesment) Kursus
Keuangan Daerah (KKD) dan Kursus Keuangan Khusus Penatausahaan dan Akuntansi
Keuangan Daerh (KKDK) yang didukung oleh giZ-germany dibantu oleh para peneliti
yang memiliki expertise di bidang capacity building yaitu Prof. DR. bambang Juanda, Dr.
Kodrat Wibowo, dan lenard milich (2013) menyimpulkan bahwa kegiatan-kegiatan tersebut
PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik kebijakan HkPd dalam rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik IV/139
berkorelasi positif dengan perkembangan kualitas pengelolaan keuangan Pemda yang
diindikasikan dengan semakin baiknya opini yang diberikan oleh bPK atas lKPD, telah
mampu meningkatkan keterampilan manajemen keuangan publik, penganggaran yang
lebih baik, serta pemahaman atas prosedur dan laporan akuntansi keuagan daerah dari
aparat Pemda yang mengikuti pelatihan. selain itu, inspektorat Kemenkeu juga memberikan
penilaian positif atas terselenggaranya kegiatan KKD dan KKDK. Dalam laporan hasil audit
kinerja atas kegiatan KKD-KKDK tA 2012 menyebutkan bahwa pelaksanaan kegiatan KKD
dan KKDk sudah cukup efektif dan perlu untuk terus ditingkatkan target peserta dengan
memprioritaskan daerah-daerah yang masih mendapat opini “tidak memberikan pendapat
(tmP)” dan “tidak wajar (tW)” dari bPK atas lKPD-nya.
berbagai isu terkait pengelolaan keuangan daerah seperti rendahnya kualitas
pengelolaan keuangan daerah, keterlambatan penetapan APbD, lKPD yang didominasi
oleh opini WDP, tW dan tmP merupakan sebagian permasalahan klasik yang terus
membayangi akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah. isu-isu nasional tersebut
mendorong perubahan mendasar atas pelaksanaan kegiatan penguatan capacity building
ini yang tertuang dalam “Cetak biru: transformasi Capacity Building Pengelola Keuangan
Daerah 2014 – 2025” yang merupakan bagian dari “Cetak Biru Transformasi Kelembagaan
DJPK” yang secara resmi sudah di-launching oleh menkeu pada 11 maret 2014.
Dalam cetak biru tersebut ditargetkan bahwa paling kurang 5 orang pejabat
pengelola keuangan di setiap satuan Kerja Perangkat Daerah (sKPD) di seluruh indonesia
(diperkirakan sekitar 82.000 orang) yang terdiri dari bendahara, pejabat pengelola
keuangan/PPK, pejabat pelaksana teknis kegiatan/PPtK, Kuasa Pengguna Anggaran/KPA
dan Pengguna Anggaran/PA) mendapatkan pelatihan dan bimbingan teknis dalam bidang
pengelolaan keuangan dan akuntansi keuangan daerah. Dengan demikian, diharapkan
akan terjadi akselerasi perbaikan kinerja pengelolaan keuangan secara menyeluruh, tidak
hanya peningkatan kualitas lKPD tetapi juga kualitas pelayanan masyarakat yang berujung
pada segera tercapainya kesejahteraan masyarakat seperti yang dicita-citakan oleh sistem
pemerintahan yang terdesentralisasi ini.
Kebutuhan dana untuk melaksanakan transformasi capacity building tersebut cukup
besar yang diestimasi sekitar Rp534 milyar dalam kurun waktu minimal 2 (dua) tahun dan
tentunya tidak hanya mengandalkan sumber pendanaan APbn, namun perlu cost sharing
dari APbD sebagai wujud sharing burden and ownership karena rasa memiliki dan yang
memanfaatkan hasil dari capacity building adalah kembali lagi kepada Pemda dan Dewan
PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan PublikIV/140
Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). beberapa strategi sebagai langkah antasipasi telah
dipersiapkan diantaranya adalah dengan menjalin kerjasama dengan lembaga donor
internasional seperti Australia - Indonesia Partnership for Decentralisation (AiPD) dan
Deutsche Gesellschaft für Internationale Zusammenarbeit (giZ)-Germany.
Disamping itu, peran dan komitmen Pemda sangat diharapkan dalam melaksanakan
transformasi capacity building ini karena penerima manfaat terbesar adalah Pemda.
oleh karena itu, Pemda akan diajak serta mensukseskan Cetak biru dalam bidang
peningkatan kapasitas sDm ini. strategi jangka pendek untuk keterlibatan Pemda adalah
dengan mengubah skema cost sharing yang selama ini dilaksanakan, yaitu Pemda hanya
menanggung biaya transportasi (perjalanan dinas minus akomodasi dan konsumsi)
peserta. Diharapkan Pemda secara bertahap dapat meningkatkan porsi cost sharing
yaitu dengan menanggung semua biaya perjalanan dinas peserta yang dikirim (termasuk
akomodasi dan konsumsi). strategi lainnya bagi daerah-daerah yang mempunyai kapasitas
tinggi akan didorong untuk melaksanakan kegiatan peningkatan kapasitas sDm-nya
dalam bidang pengelolaan keuangan secara mandiri, dalam arti pemda membiaya seluruh
kegiatan capacity building tersebut dan DJPK akan memafasilitasi kegiatan tersebut dalam
hal penyediaan kurikulum, modul, dan pengajar yang kompeten sesuai dengan kebutuhan
pelatihan.
Peningkatan kualitas sDm bidang pengelolaan keuangan yang serentak dan massif
diharapkan dapat menimbulkan efek yang signifikan terhadap peningkatan performa
pengelolaan keuangan daerah yang lebih transparan dan akuntabel dan alokasi belanja
yang responsif terhadap kebutuhan dan keinginan masyarakat setempat, sehingga
pemberian pelayanan kepada masyarakat dapat memenuhi sPm dan bahkan standar
Pelayanan nasional (sPn), serta pembangunan daerah dapat mendorong pertumbuhan
perekonomian yang mampu menciptakan banyak lapangan pekerjaan, menekan tingkat
pengangguran dan mempercepat pengurangan kemiskinan.
PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik Penutup V/141
bab V
PenutuP
Dengan kebijakan desentralisasi fiskal sesuai prinsip money follows function,
pemerintah pusat telah mengalokasikan dana transfer ke daerah dalam Anggaran
Pendapatan dan belanja negara (APbn) setiap tahun kepada daerah. Dana transfer ke
daerah merupakan salah satu sumber pendapatan bagi daerah dalam melaksanakan
pemerintahan dan pembangunan daerah. namun demikian, pada kenyataannya dana
transfer tersebut lebih banyak tersedot untuk belanja pegawai, sehingga anggaran untuk
membiayai pembangunan daerah sangat minim.
Dalam rangka penyelenggaraan pelayanan publik tidak dapat dilepaskan dengan
ketersediaan dana yang dimiliki oleh masing-masing pemda. Dapat dikatakan hampir
semua penyelenggaraan pelayanan publik mengalami keterbatasan anggaran yang
menyebabkan tidak optimalnya pelayanan publik yang diberikan kepada masyarakat.
untuk menambah sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD), maka daerah diberikan
kewenangan yang lebih besar di bidang perpajakan dan retribusi daerah (local taxing
empowerment). Dengan kebijakan tersebut diharapkan daerah dapat menyediakan
anggaran yang lebih untuk memenuhi kebutuhan dana dalam penyelenggaraan pelayanan
publik. namun demikian, Pemda juga harus bijak dalam membelanjakan uangnya dengan
memprioritaskan untuk belanja publik sesuai dengan apa yang paling dibutuhkan oleh
masyarakatnya. belanja publik tersebut harus harmonis antara pusat dan daerah agar
penyelenggaraan pelayanan publik menjadi efektif dan efisien. Jangan sampai terjadi
pendanaan ganda untuk jenis pelayanan publik yang sama, baik yang dibiayai melalui
pendanaan dari Kementerian dan lembaga (K/l) ataupun melalui Dana Alokasi Khusus
(DAK).
PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan PublikV/142
tidak dapat dipungkiri salah satu faktor penting dalam pertumbuhan dan
perkembangan suatu daerah adalah sumber Daya manusia (sDm). Dengan sDm yang
unggul dan produktif, maka tujuan pembangunan daerah akan berhasil dicapai secara
efektif dan efisien. Namun demikian, tidak mudah untuk menemukan SDM yang unggul dan
produktif dalam mengelola keuangan daerah terutama untuk daerah-daerah pemekaran.
Dalam rangka untuk memenuhi sDm tersebut, sudah disusun rencana Kursus Keuangan
Daerah (KKD) dan Kursus Keuangan Daerah Khusus Penatausahaan/Akuntansi Keuangan
Daerah (KKDK). Dengan terus berkembangnya jumlah aparatur pemerintah daerah
yang memahami dan mempunyai kompetensi dibidang pengelolaan keuangan daerah,
diharapkan tata kelola keuangan daerah akan semakin membaik. Harapan ke depan
dengan aparatur pemda yang kompeten dalam pengelolaan keuangan daerah akan
menjamin bahwa pemda dapat menjalankan semua fungsinya dengan baik sehingga
pelayanan terhadap masyarakat yang lebih baik dapat segera terwujud.
PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik daftar Pustaka 143
daftar PustaKa
Cetak biru transformasi Kelembagaan Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan 2014-
2025, Jenderal Perimbangan Keuangan Kementerian Keuangan, maret 2014
buku Pegangan Perencanaan Pembangunan Daerah 2014: memantapkan Perekonomian
nasional bagi Peningkatan Kesejahteraan Rakyat yang berkeadilan, Kementerian
Perencanaan Pembangunan nasional/badan Perencanaan Pembangunan
nasional, April 2013
Buku Pelengkap Buku Pegangan 2013: Affirmative Policy Dalam Percepatan Pembangunan
Daerah untuk Peningkatan Kesejahteraan Rakyat Direktorat, Jenderal
Perimbangan Keuangan Kementerian Keuangan, April 2013
Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2014 tentang Dana Alokasi Umum Daerah Provinsi dan
Kabupaten/Kota tahun Anggaran 2014
nota Keuangan dan Rancangan Anggaran Pendapatan dan belanja negara tahun
Anggaran 2014.
PmK nomor 8/PmK.07/2014 tentang Pedoman umum dan Alokasi Dana insentif tahun
Anggaran 2014
PmK nomor 145/PmK.07/2013 tentang Pengalokasian Anggaran transfer
PmK nomor 180/PmK.07/2013 tentang Pedoman umum dan Alokasi Dana Alokasi Khusus
tahun Anggaran 2014
PmK nomor 202/PmK.07/2013 tentang Perkiraan Alokasi Dana bagi Hasil Pajak tahun
Anggaran 2014
PmK nomor 183 /PmK.07/2013 tentang Pelaksanaan dan Pertanggungjawaban Anggaran
transfer ke Daerah
PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik144
PMK Nomor 125/PMK.07/2013 tentang Batas Kumulatif Defisit Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah. Batas Maksimal Defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah, dan batas maksimal Kumulatif Pinjaman Daerah tahun Anggaran 2014.
PmK nomor 115/PmK.07/2013 tentang tata Cara Pemungutan dan Penyetoran Pajak Rokok
PmK nomor 74 tahun 2013 tentang indeks Fiskal dan Kemiskinan Daerah dalam
rangka Perencanaan Pendanaan urusan bersama Pusat dan Daerah untuk
Penanggulangan Kemiskinan tahun Anggaran 2014
PmK nomor 103/PmK.07/2013 tentang tata Cara Pengalokasian dan Penyaluran Dana
Keistimewaan DiY
PmK nomor 81/PmK.07/2013 tentang tata Cara Pengelolaan Dana Darurat
PP nomor 54 tahun 2005 tentang Pinjaman Daerah.
PP nomor 55 tahun 2005 tentang Dana Perimbangan.
PP nomor 58 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah.
PP nomor 65 tahun 2010 tentang sistem informasi Keuangan Daerah.
PP nomor 10 tahun 2011 tentang tatacara Pengadaan Pinjaman luar negeri dan
Penerimaan Hibah.
PP nomor 30 tahun 2011 tentang Pinjaman Daerah.
PP nomor 2 tahun 2012 tentang Hibah Daerah.
sistem informasi Keuangan Daerah (siKD), Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan,
Kementerian Keuangan.
statistik ekonomi dan Keuangan indonesia (seKi) dan statistik ekonomi dan Keuangan
Daerah (seKDA), bank indonesia.
modul Pengelolaan Keuangan negara, badan Pendidikan dan Pelatiahan Keuangan,
Kementerian Keuangan, 2011
uu nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan negara.
uu nomor 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan negara.
uu nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
uu nomor 33 tahun 2004 tentang Hubungan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan
Daerah.
PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik daftar Pustaka 145
uu nomor 39 tahun 2007 tentang Perubahan atas uu nomor 11 tahun 1995 tentang Cukai.
uu nomor 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
uu nomor 19 tahun 2012 tentang Anggaran Pendapatan dan belanja negara tahun 2013.
uu nomor 22 tahun 2011 tentang Anggaran Pendapatan dan belanja negara tahun 2012.
uu nomor 4 tahun 2012 tentang Perubahan atas uu nomor 22 tahun 2011 tentang
Anggaran Pendapatan dan belanja negara tahun 2012.
PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik146
PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik lampiran alokasi Transfer ke daerah Tahun anggaran 2014 147
la
MPi
ran
a
loK
asi
da
na
tra
nsf
er K
e d
aer
ah
ta
hu
n a
ng
ga
ran
20
14
NoNa
ma D
aera
h D
BH P
AJAK
*)
DBH
CHT
**)
DBH
SDA
**)
DAU
D
AK
DAK
TAM
BAHA
N O
TSUS
TA
MSI
L**)
TJ
. PRO
F D
ID
BOS
J
UMLA
H TO
TAL
2014
1Pr
ovins
i Ace
h 1
97.6
62.5
88.0
79
3.2
90.6
91.5
60
924
.563
.573
.779
1
.201
.612
.787
.000
72
.953
.790
.000
-
6.8
24.3
86.5
14.0
00
279
.000
.000
-
- 4
63.0
66.0
40.0
00
9.6
87.8
14.9
84.4
18
2Ka
b. A
ceh
Bara
t 1
2.84
8.67
2.51
5 1
49.5
76.8
89
13.
566.
419.
511
550
.414
.472
.000
54
.522
.690
.000
1
6.89
9.38
0.00
0 -
3.7
44.0
00.0
00
70.
549.
565.
000
- -
722
.694
.775
.915
3Ka
b. A
ceh
Besa
r 1
6.37
1.51
9.19
5 4
51.9
96.1
13
9.0
06.4
45.3
98
673
.776
.666
.000
58
.845
.450
.000
1
8.32
2.88
0.00
0 -
- 1
03.8
20.4
08.0
00
3.0
00.0
00.0
00
- 8
83.5
95.3
64.7
06
4Ka
b. A
ceh
Selat
an 1
5.40
8.14
0.01
0 1
49.5
76.8
89
8.9
38.1
29.8
53
582
.668
.161
.000
49
.874
.560
.000
1
3.35
9.28
0.00
0 -
4.1
73.5
00.0
00
75.
728.
981.
000
- -
750
.300
.328
.752
5Ka
b. A
ceh
Sing
kil 1
3.94
0.07
6.12
5 1
49.5
76.8
89
8.1
53.5
72.6
88
380
.851
.529
.000
41
.169
.750
.000
1
0.47
8.89
0.00
0 -
2.5
33.5
00.0
00
29.
087.
676.
000
- -
486
.364
.570
.702
6Ka
b. A
ceh
Teng
ah 1
4.68
3.29
6.45
7 5
32.7
79.3
30
10.
869.
486.
251
564
.691
.527
.000
48
.446
.100
.000
-
- 2
.962
.500
.000
6
1.52
9.07
2.00
0 -
- 7
03.7
14.7
61.0
38
7Ka
b. A
ceh
Teng
gara
11.
076.
917.
446
149
.576
.889
8
.279
.587
.893
5
20.3
94.6
00.0
00
46.1
92.9
90.0
00
- -
2.0
33.2
50.0
00
42.
505.
965.
000
- -
630
.632
.887
.228
8Ka
b. A
ceh
Timur
50.
415.
254.
140
149
.576
.889
7
.922
.930
.428
7
03.8
98.1
53.0
00
72.1
35.8
20.0
00
19.
550.
500.
000
- 4
.454
.750
.000
6
9.31
0.91
0.00
0 -
- 9
27.8
37.8
94.4
57
9Ka
b. A
ceh
Utar
a 1
95.4
81.4
11.3
58
149
.576
.889
1
22.7
08.3
09.4
22
755
.061
.139
.000
70
.250
.520
.000
-
- -
133
.473
.876
.000
-
- 1
.277
.124
.832
.669
10Ka
b. B
ireun
22.
777.
823.
215
149
.576
.889
7
.893
.584
.391
7
70.7
80.3
01.0
00
61.0
83.9
50.0
00
- -
2.7
14.2
50.0
00
128
.788
.545
.000
-
- 9
94.1
88.0
30.4
95
11Ka
b. P
idie
13.
634.
836.
679
292
.501
.043
9
.517
.436
.839
7
46.9
37.9
53.0
00
65.7
17.5
70.0
00
- -
1.9
88.0
00.0
00
119
.383
.507
.000
-
- 9
57.4
71.8
04.5
61
12Ka
b. S
imeu
lue 1
1.37
7.66
2.00
1 1
49.5
76.8
89
7.7
55.8
31.0
93
378
.859
.516
.000
55
.142
.390
.000
1
1.88
5.08
0.00
0 -
3.2
99.2
50.0
00
32.
493.
550.
000
- -
500
.962
.855
.983
13Ko
ta B
anda
Ace
h 2
8.25
1.44
5.70
0 1
49.5
76.8
89
7.7
55.8
31.0
93
610
.554
.730
.000
38
.833
.120
.000
-
- -
114
.931
.514
.000
2
4.28
1.44
7.00
0 -
824
.757
.664
.682
14Ko
ta S
aban
g 1
3.19
9.98
3.64
1 1
49.5
76.8
89
7.8
00.4
05.7
70
324
.038
.882
.000
31
.401
.610
.000
-
- 8
85.0
00.0
00
19.
791.
254.
000
3.0
00.0
00.0
00
- 4
00.2
66.7
12.3
00
15Ko
ta La
ngsa
16.
813.
436.
039
149
.576
.889
7
.928
.540
.842
4
19.7
67.0
05.0
00
32.3
55.3
30.0
00
- -
- 7
0.82
0.31
1.00
0 -
- 5
47.8
34.1
99.7
70
16Ko
ta Lh
okse
umaw
e 3
8.72
6.33
3.60
9 1
49.5
76.8
89
7.7
55.8
31.0
93
469
.956
.588
.000
33
.752
.780
.000
-
- 1
.601
.000
.000
6
6.54
7.97
1.00
0 -
- 6
18.4
90.0
80.5
91
17Ka
b. N
agan
Ray
a 1
5.52
7.92
7.07
6 1
49.5
76.8
89
10.
850.
501.
307
500
.941
.291
.000
56
.245
.710
.000
1
8.31
3.58
0.00
0 -
2.2
92.7
50.0
00
47.
564.
907.
000
3.0
00.0
00.0
00
- 6
54.8
86.2
43.2
72
18Ka
b. A
ceh
Jaya
12.
446.
790.
381
149
.576
.889
8
.014
.076
.173
3
82.1
01.1
38.0
00
42.9
08.6
80.0
00
12.
104.
410.
000
- 2
.738
.750
.000
1
6.53
0.70
2.00
0 -
- 4
76.9
94.1
23.4
43
19Ka
b. A
ceh
Bara
t Day
a 1
2.44
8.92
8.94
4 1
49.5
76.8
89
8.9
69.5
28.8
56
406
.138
.315
.000
49
.904
.630
.000
1
7.53
6.34
0.00
0 -
- 5
6.85
7.12
8.00
0 -
- 5
52.0
04.4
47.6
89
20Ka
b. G
ayo
Lues
14.
075.
988.
409
3.2
59.7
30.7
52
8.9
76.7
20.6
93
403
.096
.648
.000
40
.619
.070
.000
1
1.26
6.42
0.00
0 -
2.0
22.5
70.0
00
31.
120.
072.
000
- -
514
.437
.219
.854
21Ka
b. A
ceh
Tami
ang
54.
901.
901.
210
149
.576
.889
3
8.84
5.51
5.08
9 4
67.0
34.1
24.0
00
46.1
82.2
10.0
00
- -
1.8
59.1
20.0
00
62.
527.
203.
000
- -
671
.499
.650
.188
22Ka
b. B
ener
Mer
iah 1
1.75
5.54
0.62
6 3
40.1
42.4
27
7.7
55.8
31.0
93
410
.897
.128
.000
46
.127
.280
.000
1
4.19
8.01
0.00
0 -
2.8
94.2
50.0
00
38.
454.
629.
000
- -
532
.422
.811
.146
PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik148
NoNa
ma D
aera
h D
BH P
AJAK
*)
DBH
CHT
**)
DBH
SDA
**)
DAU
D
AK
DAK
TAM
BAHA
N O
TSUS
TA
MSI
L**)
TJ
. PRO
F D
ID
BOS
J
UMLA
H TO
TAL
2014
23Ko
ta S
ubulu
ssala
m 1
0.85
6.37
8.92
7 1
49.5
76.8
89
8.0
18.6
63.9
16
278
.513
.125
.000
27
.329
.480
.000
-
- 2
.676
.000
.000
1
5.99
2.67
3.00
0 3
.000
.000
.000
-
346
.535
.897
.732
24Ka
b. P
idie
Jaya
10.
844.
813.
908
258
.323
.528
7
.791
.608
.373
3
91.7
89.5
35.0
00
43.7
08.3
90.0
00
11.
992.
600.
000
- 1
.319
.500
.000
6
8.33
9.92
6.00
0 -
- 5
36.0
44.6
96.8
09
25Pr
ovins
i Sum
ater
a Uta
ra 4
42.1
42.8
94.9
33
5.6
17.3
08.6
88
28.
023.
150.
093
1.3
49.1
32.2
76.0
00
79.6
37.8
50.0
00
- -
368
.250
.000
-
- 1
.540
.512
.940
.000
3
.445
.434
.669
.714
26Ka
b. A
saha
n 5
6.34
8.59
1.69
3 1
75.5
40.8
97
1.9
50.3
48.9
73
795
.350
.930
.000
6
7.95
4.34
0.00
0 -
- 2
.063
.740
.000
1
51.1
85.8
59.0
00
- -
1.0
75.0
29.3
50.5
63
27Ka
b. D
airi
17.
794.
646.
878
547
.725
.330
3
.295
.192
.171
5
32.7
23.2
59.0
00
48.
992.
230.
000
- -
3.0
21.0
00.0
00
78.
460.
689.
000
- -
684
.834
.742
.379
28Ka
b. D
eli S
erda
ng 5
4.77
1.88
3.43
7 8
29.0
72.9
97
2.0
49.8
82.9
73
1.3
63.8
11.2
50.0
00
104
.687
.700
.000
-
- 4
.830
.370
.000
3
07.2
79.9
81.0
00
- -
1.8
38.2
60.1
40.4
07
29Ka
b. Ta
nah
Karo
15.
764.
717.
007
987
.407
.464
2
.061
.540
.678
6
86.8
34.5
62.0
00
56.
292.
580.
000
- -
4.1
14.0
00.0
00
111
.329
.290
.000
-
- 8
77.3
84.0
97.1
49
30Ka
b. La
buha
n Ba
tu 4
0.44
8.19
6.09
3 1
75.5
40.8
97
1.9
99.2
54.0
09
561
.476
.208
.000
4
0.22
4.71
0.00
0 -
- 1
.283
.750
.000
7
8.91
1.34
1.00
0 -
- 7
24.5
18.9
99.9
99
31Ka
b. La
ngka
t 1
10.7
24.9
22.9
04
713
.082
.818
9
.448
.165
.973
1
.039
.650
.946
.000
6
7.16
2.55
0.00
0 -
- 1
0.18
2.00
0.00
0 2
16.0
95.6
19.0
00
- -
1.4
53.9
77.2
86.6
95
32Ka
b. M
anda
iling
Nata
l 2
7.06
5.94
8.67
6 1
90.9
26.6
63
9.0
13.9
78.0
80
692
.133
.576
.000
5
9.87
5.53
0.00
0 -
- 6
.165
.120
.000
9
5.30
5.32
3.00
0 -
- 8
89.7
50.4
02.4
19
33Ka
b. N
ias 9
.638
.953
.288
1
75.5
40.8
97
1.9
50.3
48.9
73
347
.698
.829
.000
5
8.04
1.36
0.00
0 1
4.05
0.90
0.00
0 -
1.2
60.0
00.0
00
8.7
10.6
11.0
00
- -
441
.526
.543
.158
34Ka
b. S
imalu
ngun
56.
686.
549.
436
310
.145
.782
1
4.20
1.64
9.26
9 1
.077
.985
.764
.000
7
8.06
3.89
0.00
0 -
- -
220
.763
.020
.000
-
- 1
.448
.011
.018
.487
35Ka
b. Ta
panu
li Sela
tan
28.
293.
207.
581
175
.540
.897
1
9.88
0.51
5.31
5 5
73.2
44.1
82.0
00
63.
547.
730.
000
- -
3.4
48.2
50.0
00
51.
332.
350.
000
- -
739
.921
.775
.793
36Ka
b. Ta
panu
li Ten
gah
18.
380.
566.
777
175
.540
.897
2
.657
.024
.173
5
41.4
91.9
07.0
00
61.
641.
680.
000
14.
048.
160.
000
- 3
.874
.250
.000
7
3.14
0.34
7.00
0 -
- 7
15.4
09.4
75.8
47
37Ka
b. Ta
panu
li Uta
ra 1
7.02
7.65
1.60
0 4
61.3
70.5
85
5.3
47.5
37.7
30
596
.841
.256
.000
4
8.31
6.86
0.00
0 -
- 3
.629
.190
.000
1
03.2
43.6
62.0
00
- -
774
.867
.527
.915
38Ka
b. To
ba S
amos
ir 1
5.06
0.16
4.36
3 1
75.5
49.0
57
2.1
87.9
21.0
26
495
.377
.257
.000
6
7.78
4.13
0.00
0 -
- 7
51.2
50.0
00
118
.706
.054
.000
-
- 7
00.0
42.3
25.4
46
39Ko
ta B
injai
23.
463.
347.
819
175
.540
.897
2
.638
.201
.973
5
26.0
69.6
78.0
00
31.
534.
230.
000
- -
543
.500
.000
1
04.0
68.4
32.0
00
- -
688
.492
.930
.689
40Ko
ta M
edan
215
.848
.707
.673
6
50.4
52.2
17
1.9
50.3
48.9
73
1.3
93.5
04.5
80.0
00
74.
109.
590.
000
- -
6.1
39.5
00.0
00
358
.604
.640
.000
-
- 2
.050
.807
.818
.863
41Ko
ta P
emat
ang
Sian
tar
21.
998.
750.
938
3.8
63.4
18.5
73
1.9
50.3
48.9
73
519
.435
.661
.000
3
2.66
2.57
0.00
0 -
- 1
82.6
20.0
00
143
.508
.797
.000
-
- 7
23.6
02.1
66.4
84
42Ko
ta S
ibolga
15.
271.
824.
923
175
.540
.897
1
.950
.348
.973
3
71.8
12.8
25.0
00
33.
880.
280.
000
- -
1.3
54.5
00.0
00
51.
142.
901.
000
- -
475
.588
.220
.793
43Ko
ta Ta
njung
Bala
i 1
1.89
9.16
0.36
5 1
75.5
40.8
97
1.9
50.3
48.9
73
387
.259
.055
.000
3
4.02
7.32
0.00
0 -
- 3
73.1
70.0
00
46.
579.
070.
000
- -
482
.263
.665
.235
44Ko
ta Te
bing
Tingg
i 1
3.92
5.03
8.97
6 1
75.5
40.8
97
1.9
50.3
48.9
73
385
.030
.433
.000
3
6.23
1.72
0.00
0 -
- 1
50.0
00.0
00
68.
482.
763.
000
- -
505
.945
.844
.846
45Ko
ta P
adan
g Si
dimpu
an 1
8.07
4.23
0.03
4 1
75.5
40.8
97
3.4
29.4
20.9
73
470
.353
.368
.000
3
8.32
9.26
0.00
0 -
- 1
.223
.750
.000
7
8.05
1.04
6.00
0 -
- 6
09.6
36.6
15.9
04
46Ka
b. P
akpa
k Bha
rat
14.
056.
714.
980
175
.540
.897
5
.012
.331
.432
3
13.5
91.3
45.0
00
48.
322.
960.
000
13.
861.
990.
000
- 2
.292
.450
.000
5
2.59
4.56
0.00
0 -
- 4
49.9
07.8
92.3
09
47Ka
b. N
ias S
elata
n 1
5.57
6.05
8.78
4 1
75.5
40.8
97
20.
662.
680.
154
455
.533
.985
.000
7
9.40
0.61
0.00
0 1
5.73
4.58
0.00
0 -
4.1
92.5
00.0
00
51.
531.
010.
000
- -
642
.806
.964
.835
48Ka
b. H
umba
ng
Hasu
ndut
an 1
6.18
9.97
0.70
6 5
16.0
02.3
97
5.0
17.3
93.6
42
487
.059
.684
.000
5
6.95
9.62
0.00
0 -
- 1
.053
.750
.000
8
0.09
0.75
4.00
0 3
.000
.000
.000
-
649
.887
.174
.745
49Ka
b. S
erda
ng B
edag
ai 4
1.16
5.06
9.89
1 1
75.5
40.8
97
1.9
50.3
48.9
73
698
.412
.747
.000
6
9.56
4.97
0.00
0 -
- 8
83.5
00.0
00
130
.615
.053
.000
-
- 9
42.7
67.2
29.7
61
PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik lampiran alokasi Transfer ke daerah Tahun anggaran 2014 149
NoNa
ma D
aera
h D
BH P
AJAK
*)
DBH
CHT
**)
DBH
SDA
**)
DAU
D
AK
DAK
TAM
BAHA
N O
TSUS
TA
MSI
L**)
TJ
. PRO
F D
ID
BOS
J
UMLA
H TO
TAL
2014
50Ka
b. S
amos
ir 1
1.98
2.91
6.40
6 1
75.5
40.8
97
6.3
35.5
48.9
93
441
.619
.455
.000
4
6.70
0.96
0.00
0 -
- 1
.372
.850
.000
5
1.27
8.60
7.00
0 -
- 5
59.4
65.8
78.2
96
51Ka
b. B
atub
ara
24.
296.
013.
059
175
.540
.897
1
.950
.348
.973
5
91.7
20.0
62.0
00
51.
819.
020.
000
- -
1.9
69.2
50.0
00
82.
017.
037.
000
- -
753
.947
.271
.929
52Ka
b. La
buha
n Ba
tu U
tara
31.
769.
058.
307
175
.540
.897
2
.946
.468
.013
5
03.0
53.6
78.0
00
46.
487.
070.
000
- -
1.6
90.2
50.0
00
64.
810.
124.
000
- -
650
.932
.189
.217
53Ka
b. La
buha
n Ba
tu
Selat
an 2
4.89
9.57
2.92
2 1
75.5
40.8
97
2.4
24.9
18.7
62
450
.151
.264
.000
5
2.26
0.82
0.00
0 -
- -
45.
082.
567.
000
- -
574
.994
.683
.581
54Ka
b. P
adan
g La
was U
tara
26.
680.
989.
536
175
.540
.897
5
.123
.644
.973
4
18.7
26.9
23.0
00
36.
461.
510.
000
- -
2.1
09.9
40.0
00
33.
820.
182.
000
- -
523
.098
.730
.406
55Ka
b. P
adan
g La
was
29.
860.
809.
945
175
.540
.897
8
.061
.453
.730
4
08.0
43.8
34.0
00
34.
723.
910.
000
- -
1.8
76.8
70.0
00
38.
028.
900.
000
- -
520
.771
.318
.572
56Ka
b. N
ias U
tara
9.4
84.8
75.9
23
175
.540
.897
1
.950
.348
.973
3
55.3
54.6
27.0
00
59.
275.
900.
000
14.
675.
230.
000
- 1
.430
.750
.000
1
8.38
1.60
5.00
0 -
- 4
60.7
28.8
77.7
93
57Ka
b. N
ias B
arat
8.3
57.3
36.3
80
175
.540
.897
1
.950
.348
.973
2
79.6
74.6
72.0
00
41.
663.
010.
000
7.7
21.6
80.0
00
- 7
38.0
00.0
00
23.
772.
766.
000
- -
364
.053
.354
.250
58Ko
ta G
unun
gsito
li 1
0.41
3.85
0.40
6 1
75.5
40.8
97
1.9
50.3
48.9
73
383
.524
.614
.000
3
2.23
1.50
0.00
0 -
- 2
.393
.940
.000
4
4.98
4.40
9.00
0 -
- 4
75.6
74.2
03.2
76
59Pr
ovins
i Sum
ater
a Bar
at 1
27.2
73.5
72.5
78
3.0
70.5
00.0
10
21.
079.
232.
656
1.1
29.8
86.3
06.0
00
54.
108.
200.
000
- -
584
.250
.000
-
3.0
00.0
00.0
00
552
.263
.610
.000
1
.891
.265
.671
.244
60Ka
b. Li
mapu
luh K
ota
13.
946.
032.
740
2.4
82.7
92.3
94
2.8
64.8
44.6
90
700
.183
.206
.000
5
9.92
9.54
0.00
0 -
- 3
.448
.270
.000
1
33.3
92.5
91.0
00
- -
916
.247
.276
.824
61Ka
b. A
gam
16.
155.
914.
759
405
.897
.597
2
.707
.493
.677
7
39.3
59.8
73.0
00
73.
233.
820.
000
- -
1.4
15.7
50.0
00
169
.488
.753
.000
-
- 1
.002
.767
.502
.033
62Ka
b. K
epula
uan
Men
tawa
i 1
1.85
0.37
9.60
5 1
70.5
83.3
34
7.7
77.8
64.2
09
531
.389
.939
.000
8
0.27
7.16
0.00
0 2
3.10
3.86
0.00
0 -
- 3
.856
.074
.000
-
- 6
58.4
25.8
60.1
48
63Ka
b. P
adan
g Pa
riama
n 1
0.88
5.53
8.46
6 1
70.5
83.3
34
2.6
30.6
38.0
00
683
.752
.765
.000
8
2.27
7.99
0.00
0 2
5.93
1.26
0.00
0 -
3.2
39.7
50.0
00
153
.638
.200
.000
-
- 9
62.5
26.7
24.8
00
64Ka
b. P
asam
an 1
2.92
3.27
6.46
7 4
02.4
90.6
66
4.0
20.6
94.9
62
542
.067
.878
.000
5
0.66
9.03
0.00
0 -
- 1
.500
.750
.000
9
7.60
4.14
4.00
0 -
- 7
09.1
88.2
64.0
95
65Ka
b. P
esisi
r Sela
tan
19.
193.
364.
073
170
.583
.334
3
.535
.971
.042
7
53.9
84.9
39.0
00
85.
835.
990.
000
21.
729.
630.
000
- 4
.297
.750
.000
1
38.1
10.4
62.0
00
- -
1.0
26.8
58.6
89.4
49
66Ka
b. S
ijunju
ng 1
3.86
4.44
5.86
6 1
70.5
83.3
34
17.
070.
405.
891
498
.591
.200
.000
5
7.92
8.46
0.00
0 1
5.09
8.80
0.00
0 -
2.6
59.7
50.0
00
61.
847.
305.
000
- -
667
.230
.950
.091
67Ka
b. S
olok
14.
014.
070.
044
460
.780
.479
6
.008
.613
.982
6
51.7
30.6
91.0
00
73.
179.
100.
000
17.
660.
780.
000
- -
134
.533
.707
.000
-
- 8
97.5
87.7
42.5
05
68Ka
b. Ta
nah
Data
r 1
2.60
1.84
7.34
7 4
70.5
36.2
17
2.6
88.0
12.0
92
650
.563
.368
.000
6
0.90
5.78
0.00
0 -
- 8
88.0
00.0
00
135
.457
.968
.000
3
.000
.000
.000
-
866
.575
.511
.656
69Ko
ta B
ukit
Tingg
i 1
2.40
1.11
1.47
6 1
70.5
83.3
34
2.6
30.6
38.0
00
404
.285
.567
.000
3
3.14
8.85
0.00
0 -
- 8
02.0
00.0
00
60.
821.
658.
000
- -
514
.260
.407
.810
70Ko
ta P
adan
g Pa
njang
9.7
56.7
11.8
85
170
.583
.334
2
.630
.638
.000
3
41.7
43.1
53.0
00
31.
839.
720.
000
- -
405
.220
.000
2
9.78
1.36
5.00
0 -
- 4
16.3
27.3
91.2
19
71Ko
ta P
adan
g 6
0.19
0.68
5.02
7 1
70.5
83.3
34
2.6
33.9
36.1
76
1.0
60.9
17.6
48.0
00
76.
349.
870.
000
- -
- 3
23.0
50.8
25.0
00
- -
1.5
23.3
13.5
47.5
37
72Ko
ta P
ayak
umbu
h 9
.902
.308
.985
4
59.9
34.1
89
2.6
30.6
38.0
00
412
.929
.814
.000
3
2.50
3.17
0.00
0 -
- 7
48.7
50.0
00
59.
267.
994.
000
- -
518
.442
.609
.174
73Ko
ta S
awah
lunto
10.
786.
614.
850
435
.068
.474
1
4.55
5.47
0.96
2 3
36.9
99.7
66.0
00
31.
072.
890.
000
- -
411
.000
.000
3
4.37
5.22
7.00
0 -
- 4
28.6
36.0
37.2
86
74Ko
ta S
olok
10.
247.
604.
444
170
.583
.334
2
.630
.638
.000
3
54.3
72.8
62.0
00
32.
287.
100.
000
- -
684
.000
.000
3
9.09
0.89
3.00
0 3
.000
.000
.000
-
442
.483
.680
.778
75Ko
ta P
ariam
an 1
3.00
9.86
0.75
6 1
70.5
83.3
34
2.6
30.6
38.0
00
386
.256
.228
.000
3
8.43
8.43
0.00
0 -
- 1
.684
.000
.000
9
2.56
0.37
8.00
0 -
- 5
34.7
50.1
18.0
90
76Ka
b. P
asam
an B
arat
20.
006.
472.
372
170
.583
.334
3
.949
.894
.050
5
80.4
06.9
54.0
00
62.
395.
550.
000
16.
556.
680.
000
- 2
.140
.750
.000
9
1.47
3.21
5.00
0 -
- 7
77.1
00.0
98.7
56
PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik150
NoNa
ma D
aera
h D
BH P
AJAK
*)
DBH
CHT
**)
DBH
SDA
**)
DAU
D
AK
DAK
TAM
BAHA
N O
TSUS
TA
MSI
L**)
TJ
. PRO
F D
ID
BOS
J
UMLA
H TO
TAL
2014
77Ka
b. D
harm
asra
ya 1
9.03
2.10
4.96
0 1
70.5
83.3
34
14.
835.
759.
335
450
.393
.254
.000
5
8.36
0.94
0.00
0 1
2.51
9.69
0.00
0 -
2.3
02.0
00.0
00
50.
979.
259.
000
- -
608
.593
.590
.629
78Ka
b. S
olok S
elata
n 1
5.94
7.24
5.39
9 1
70.5
83.3
34
18.
033.
455.
520
406
.540
.345
.000
5
3.57
0.45
0.00
0 1
8.89
3.83
0.00
0 -
2.2
31.5
50.0
00
49.
400.
193.
000
- -
564
.787
.652
.253
79Pr
ovins
i Riau
557
.486
.112
.441
-
2.3
33.9
90.7
80.6
46
820
.984
.584
.000
4
3.73
7.51
0.00
0 -
- 2
89.5
00.0
00
- -
648
.146
.530
.000
4
.404
.635
.017
.087
80Ka
b. B
engk
alis
363
.514
.211
.686
-
2.4
43.7
75.9
86.2
17
85.
777.
928.
000
35.
738.
130.
000
- -
6.0
00.0
00.0
00
94.
996.
073.
000
- -
3.0
29.8
02.3
28.9
03
81Ka
b. In
drag
iri H
ilir 5
4.33
3.24
3.01
1 -
474
.579
.671
.164
8
47.8
60.7
50.0
00
66.
555.
430.
000
- -
4.8
78.5
00.0
00
84.
047.
943.
000
- -
1.5
32.2
55.5
37.1
75
82Ka
b. In
drag
iri H
ulu 9
7.29
2.06
6.25
5 -
459
.114
.766
.509
6
31.1
68.4
31.0
00
11.
923.
740.
000
- -
4.4
79.0
00.0
00
116
.921
.553
.000
-
- 1
.320
.899
.556
.764
83Ka
b. K
ampa
r 1
55.1
73.9
11.9
22
- 9
98.2
08.4
04.9
12
742
.583
.673
.000
4
8.75
5.37
0.00
0 -
- 2
.342
.800
.000
1
44.6
45.9
39.0
00
- -
2.0
91.7
10.0
98.8
34
84Ka
b. K
uant
an S
inging
i 3
7.54
0.20
4.47
4 -
432
.017
.591
.392
6
18.8
21.0
44.0
00
12.
166.
190.
000
- -
1.8
90.7
50.0
00
91.
513.
208.
000
- -
1.1
93.9
48.9
87.8
66
85Ka
b. P
elalaw
an 1
28.6
04.8
45.1
56
- 4
61.9
23.6
97.8
03
536
.384
.455
.000
1
3.97
4.54
0.00
0 -
- 2
.899
.250
.000
5
0.72
0.83
2.00
0 -
- 1
.194
.507
.619
.959
86Ka
b. R
okan
Hilir
189
.202
.172
.357
-
1.1
68.5
94.2
80.2
41
413
.982
.787
.000
3
9.59
2.19
0.00
0 -
- 1
.282
.830
.000
4
2.40
1.00
9.00
0 -
- 1
.855
.055
.268
.598
87Ka
b. R
okan
Hulu
88.
236.
773.
399
- 4
37.8
97.5
79.6
98
571
.522
.210
.000
1
0.58
2.32
0.00
0 -
- 5
.762
.250
.000
6
9.74
0.05
0.00
0 -
- 1
.183
.741
.183
.097
88Ka
b. S
iak 2
62.0
16.8
25.1
00
- 1
.204
.443
.889
.186
2
76.1
81.9
35.0
00
14.
097.
620.
000
- -
2.9
12.0
00.0
00
65.
495.
514.
000
22.
587.
378.
000
- 1
.847
.735
.161
.286
89Ko
ta D
umai
48.
197.
914.
185
- 4
33.1
33.7
66.8
11
359
.840
.493
.000
-
- -
- 6
9.83
0.19
9.00
0 -
- 9
11.0
02.3
72.9
96
90Ko
ta P
ekan
baru
128
.926
.063
.613
-
424
.371
.075
.875
8
09.9
87.1
56.0
00
45.
643.
430.
000
- -
672
.810
.000
1
93.8
09.7
35.0
00
- -
1.6
03.4
10.2
70.4
88
91Ka
b. K
epula
uan
Mer
anti
69.
505.
441.
244
- 4
79.5
09.0
80.0
01
371
.269
.172
.000
1
.944
.790
.000
-
- 1
.722
.670
.000
3
8.32
0.81
9.00
0 -
- 9
62.2
71.9
72.2
45
92Pr
ovins
i Kep
ulaua
n Ri
au 1
90.2
29.8
20.7
88
1.4
81.5
75.8
51
834
.123
.294
.128
6
98.0
09.3
18.0
00
41.
678.
090.
000
- -
57.
000.
000
- 3
.000
.000
.000
1
74.6
62.3
60.0
00
1.9
43.2
41.4
58.7
67
93Ka
b. B
intan
38.
403.
529.
750
246
.929
.308
2
67.0
41.3
27.5
58
304
.974
.241
.000
1
7.29
4.00
0.00
0 -
- 1
.647
.200
.000
4
6.38
6.19
0.00
0 3
.000
.000
.000
-
678
.993
.417
.616
94Ka
b. N
atun
a 1
36.8
50.0
67.2
05
246
.929
.308
6
43.9
90.3
26.0
57
187
.950
.770
.000
6
0.15
8.97
0.00
0 1
5.67
8.33
0.00
0 -
1.9
36.7
50.0
00
68.
306.
798.
000
- -
1.1
15.1
18.9
40.5
70
95Ka
b. K
arim
un 4
8.97
1.76
8.31
4 2
46.9
29.3
08
275
.583
.872
.945
3
24.1
70.5
18.0
00
9.3
06.4
80.0
00
- -
1.7
33.0
00.0
00
60.
434.
081.
000
23.
444.
300.
000
- 7
43.8
90.9
49.5
67
96Ko
ta B
atam
130
.246
.839
.217
1
.975
.434
.468
2
54.4
05.9
55.0
57
559
.103
.958
.000
5
6.68
7.43
0.00
0 -
- 1
.667
.000
.000
5
6.31
5.08
5.00
0 2
3.76
2.47
6.00
0 -
1.0
84.1
64.1
77.7
42
97Ko
ta Ta
njung
Pina
ng 3
3.28
9.11
2.46
2 2
46.9
29.3
08
260
.349
.861
.404
3
60.5
87.4
51.0
00
- -
- 7
63.5
00.0
00
54.
085.
728.
000
- -
709
.322
.582
.174
98Ka
b. Li
ngga
29.
014.
610.
898
246
.929
.308
2
67.5
58.9
53.7
13
316
.390
.446
.000
1
5.39
5.60
0.00
0 -
- 3
.405
.500
.000
3
0.60
6.66
0.00
0 -
- 6
62.6
18.6
99.9
19
99Ka
b. K
epula
uan
Anam
bas
62.
871.
715.
021
246
.929
.308
4
64.1
82.1
56.0
57
215
.651
.064
.000
4
9.50
5.91
0.00
0 1
2.19
7.61
0.00
0 -
1.0
71.7
50.0
00
7.8
38.0
96.0
00
- -
813
.565
.230
.386
100
Prov
insi J
ambi
184
.446
.680
.975
1
.796
.513
.719
3
67.7
89.3
27.3
57
948
.337
.712
.000
4
9.35
5.51
0.00
0 -
- -
- 1
9.65
0.58
4.00
0 3
41.4
54.9
70.0
00
1.9
12.8
31.2
98.0
51
101
Kab.
Bat
angh
ari
107
.068
.695
.001
1
79.6
51.3
72
89.
137.
402.
401
527
.233
.482
.000
2
8.20
9.03
0.00
0 -
- 2
.963
.250
.000
6
6.56
8.54
3.00
0 3
.000
.000
.000
-
824
.360
.053
.774
102
Kab.
Bun
go 3
8.14
7.85
8.22
2 1
79.6
51.3
72
104
.719
.744
.141
5
79.6
00.6
48.0
00
61.
138.
860.
000
- -
1.4
10.0
00.0
00
84.
638.
399.
000
- -
869
.835
.160
.735
103
Kab.
Ker
inci
12.
979.
763.
644
1.8
30.3
48.0
62
73.
094.
174.
222
545
.365
.585
.000
5
0.48
5.98
0.00
0 -
- -
80.
929.
209.
000
- -
764
.685
.059
.928
PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik lampiran alokasi Transfer ke daerah Tahun anggaran 2014 151
NoNa
ma D
aera
h D
BH P
AJAK
*)
DBH
CHT
**)
DBH
SDA
**)
DAU
D
AK
DAK
TAM
BAHA
N O
TSUS
TA
MSI
L**)
TJ
. PRO
F D
ID
BOS
J
UMLA
H TO
TAL
2014
104
Kab.
Mer
angin
41.
678.
113.
308
711
.862
.573
7
9.08
3.59
2.31
9 6
33.6
57.9
22.0
00
49.
331.
620.
000
- -
16.
828.
500.
000
91.
307.
722.
000
- -
912
.599
.332
.200
105
Kab.
Mua
ro J
ambi
76.
917.
141.
949
179
.651
.372
9
8.15
6.68
9.10
9 5
65.2
56.8
83.0
00
48.
929.
950.
000
- -
2.2
18.5
00.0
00
79.
804.
461.
000
3.0
00.0
00.0
00
- 8
74.4
63.2
76.4
30
106
Kab.
Sar
olang
un 5
8.81
3.75
6.12
5 1
79.6
51.3
72
112
.855
.981
.044
5
21.5
91.1
09.0
00
47.
315.
940.
000
- -
1.9
45.7
50.0
00
56.
868.
022.
000
- -
799
.570
.209
.541
107
Kab.
Tanju
ng J
abun
g Ba
rat
84.
656.
696.
629
179
.651
.372
4
16.0
52.5
27.7
65
429
.955
.329
.000
1
.802
.400
.000
-
- 1
0.35
5.75
0.00
0 5
5.17
2.95
0.00
0 -
- 9
98.1
75.3
04.7
66
108
Kab.
Tanju
ng J
abun
g Tim
ur 7
5.70
3.74
1.67
5 1
79.6
51.3
72
270
.181
.689
.087
4
55.9
96.4
16.0
00
16.
298.
880.
000
- -
669
.870
.000
6
3.51
9.49
8.00
0 -
- 8
82.5
49.7
46.1
34
109
Kab.
Tebo
52.
857.
424.
927
179
.651
.372
9
8.81
8.67
9.93
0 5
09.3
96.9
69.0
00
50.
680.
030.
000
- -
1.5
79.2
50.0
00
69.
423.
650.
000
- -
782
.935
.655
.229
110
Kota
Jam
bi 5
1.61
9.15
8.67
7 1
79.6
51.3
72
81.
807.
160.
159
678
.620
.172
.000
5
0.24
8.33
0.00
0 -
- -
146
.714
.108
.000
-
- 1
.009
.188
.580
.208
111
Kota
Sun
gai P
enuh
8.6
96.6
56.0
42
212
.443
.736
7
3.09
4.17
4.22
2 3
65.2
98.1
30.0
00
27.
039.
360.
000
- -
608
.250
.000
6
2.15
1.66
3.00
0 -
- 5
37.1
00.6
77.0
00
112
Prov
insi S
umat
era S
elata
n 4
96.1
97.1
86.4
15
1.7
17.8
55.1
75
1.5
09.8
44.0
91.4
41
985
.542
.760
.000
6
2.75
4.90
0.00
0 -
- 5
34.0
00.0
00
- -
805
.514
.020
.000
3
.862
.104
.813
.031
113
Kab.
Laha
t 8
5.98
6.75
2.32
9 1
90.1
67.9
09
384
.409
.081
.297
6
15.2
40.3
06.0
00
60.
680.
800.
000
22.
151.
320.
000
- 2
.493
.450
.000
1
06.6
15.2
00.0
00
- -
1.2
77.7
67.0
77.5
35
114
Kab.
Mus
i Ban
yuas
in 4
33.7
75.5
75.4
45
122
.703
.941
2
.065
.852
.483
.984
4
11.8
69.6
75.0
00
24.
077.
660.
000
- -
5.1
43.9
40.0
00
75.
279.
860.
000
- -
3.0
16.1
21.8
98.3
70
115
Kab.
Mus
i Raw
as 1
01.4
43.6
48.9
52
83.
353.
335
277
.037
.854
.122
4
20.5
62.3
46.0
00
68.
285.
030.
000
14.
546.
250.
000
- 3
.981
.000
.000
4
5.55
7.10
4.00
0 -
- 9
31.4
96.5
86.4
09
116
Kab.
Mua
ra En
im 3
02.7
67.2
37.6
90
86.
235.
419
506
.089
.451
.114
5
93.5
64.3
98.0
00
59.
604.
080.
000
- -
2.7
42.0
00.0
00
106
.743
.478
.000
-
- 1
.571
.596
.880
.223
117
Kab.
Oga
n Ko
merin
g Ilir
51.
652.
631.
753
122
.703
.941
2
24.6
83.1
42.2
05
931
.158
.869
.000
7
2.32
2.11
0.00
0 1
6.54
8.65
0.00
0 -
4.6
34.5
00.0
00
99.
674.
758.
000
- -
1.4
00.7
97.3
64.8
99
118
Kab.
Oga
n Ko
merin
g Ul
u 5
9.09
6.28
3.39
8 1
22.7
03.9
41
262
.472
.508
.922
5
68.7
71.2
01.0
00
9.2
66.1
90.0
00
- -
729
.250
.000
6
1.88
4.71
6.00
0 -
- 9
62.3
42.8
53.2
61
119
Kota
Pale
mban
g 1
11.9
25.8
54.9
35
122
.703
.941
2
14.1
32.4
52.7
28
1.2
03.6
62.4
53.0
00
66.
056.
370.
000
- -
5.2
91.1
60.0
00
397
.852
.996
.000
2
2.85
8.97
0.00
0 -
2.0
21.9
02.9
60.6
04
120
Kota
Pag
ar A
lam 1
7.17
8.94
7.23
3 2
26.5
11.4
01
214
.157
.943
.078
3
54.7
27.4
29.0
00
36.
716.
820.
000
- -
1.3
72.5
00.0
00
38.
539.
329.
000
- -
662
.919
.479
.712
121
Kota
Lubu
k Ling
gau
19.
838.
579.
190
176
.457
.490
2
14.1
32.4
52.7
28
414
.757
.867
.000
4
4.03
8.20
0.00
0 -
- -
56.
220.
033.
000
2.0
00.0
00.0
00
- 7
51.1
63.5
89.4
08
122
Kota
Pra
bumu
lih 5
0.24
4.28
4.75
7 1
22.7
03.9
41
226
.762
.184
.568
3
83.3
13.7
15.0
00
32.
536.
350.
000
- -
1.0
96.8
10.0
00
39.
798.
567.
000
- -
733
.874
.615
.266
123
Kab.
Ban
yuas
in 1
16.8
13.3
87.9
24
122
.703
.941
2
75.0
88.5
37.6
63
824
.218
.824
.000
9
6.00
4.59
0.00
0 1
6.26
3.44
0.00
0 -
5.1
51.7
50.0
00
110
.263
.617
.000
3
.000
.000
.000
-
1.4
46.9
26.8
50.5
28
124
Kab.
Oga
n Ilir
52.
393.
907.
754
122
.703
.941
2
29.2
09.1
39.7
28
561
.376
.933
.000
5
9.06
5.27
0.00
0 1
5.06
5.79
0.00
0 -
7.3
78.5
00.0
00
68.
802.
634.
000
- -
993
.414
.878
.423
125
Kab.
Oga
n Ko
merin
g Ul
u Tim
ur 2
1.81
1.09
1.27
6 4
15.1
92.8
86
222
.151
.771
.817
6
80.7
13.5
25.0
00
67.
063.
390.
000
- -
3.7
72.2
50.0
00
124
.205
.637
.000
3
.000
.000
.000
-
1.1
23.1
32.8
57.9
79
126
Kab.
Oga
n Ko
merin
g Ul
u Se
latan
17.
824.
902.
416
1.7
72.9
59.6
45
215
.446
.145
.528
5
12.1
26.2
70.0
00
50.
150.
370.
000
10.
440.
230.
000
- 4
.454
.500
.000
3
1.37
7.33
0.00
0 -
- 8
43.5
92.7
07.5
89
127
Kab.
Empa
t Law
ang
20.
766.
240.
576
122
.703
.941
2
15.8
87.6
76.4
08
360
.871
.981
.000
4
9.15
0.99
0.00
0 1
3.72
7.68
0.00
0 -
2.4
17.7
50.0
00
42.
544.
653.
000
- -
705
.489
.674
.925
128
Kab.
Pen
ukal
Abab
Le
mata
ng Ili
r 6
5.95
4.11
7.04
3 3
6.46
8.52
2 1
38.7
51.7
64.9
12
110
.386
.837
.000
-
--
1.3
20.0
00.0
00
15.
385.
300.
000
- -
331
.834
.487
.477
129
Kab.
Mus
i Raw
as U
tara
60.
421.
943.
734
39.
350.
606
187
.667
.276
.162
2
84.4
08.5
93.0
00
- -
- 1
.587
.000
.000
1
2.17
2.97
2.00
0 -
- 5
46.2
97.1
35.5
02
PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik152
NoNa
ma D
aera
h D
BH P
AJAK
*)
DBH
CHT
**)
DBH
SDA
**)
DAU
D
AK
DAK
TAM
BAHA
N O
TSUS
TA
MSI
L**)
TJ
. PRO
F D
ID
BOS
J
UMLA
H TO
TAL
2014
130
Prov
insi B
angk
a Beli
tung
49.
381.
644.
011
- 1
16.5
34.3
11.3
92
806
.820
.146
.000
4
3.37
2.46
0.00
0 -
- -
- -
131
.299
.480
.000
1
.147
.408
.041
.403
131
Kab.
Ban
gka
19.
226.
996.
298
- 1
05.3
63.9
43.5
21
492
.721
.831
.000
4
8.38
9.00
0.00
0 -
- 1
.959
.040
.000
5
8.51
7.13
4.00
0 3
.000
.000
.000
-
729
.177
.944
.819
132
Kab.
Beli
tung
19.
269.
186.
138
- 4
3.00
9.49
4.49
7 4
28.6
19.2
59.0
00
48.
319.
720.
000
- -
1.5
51.5
00.0
00
98.
333.
532.
000
- -
639
.102
.691
.635
133
Kota
Pan
gkal
Pinan
g 2
3.48
5.04
2.81
4 -
31.
908.
558.
049
414
.685
.923
.000
4
0.86
8.60
0.00
0 -
- 9
90.5
00.0
00
72.
152.
289.
000
- -
584
.090
.912
.863
134
Kab.
Ban
gka S
elata
n 1
7.34
6.41
6.66
5 -
45.
574.
597.
153
413
.170
.287
.000
4
7.91
7.61
0.00
0 1
4.59
6.05
0.00
0 -
1.4
32.5
00.0
00
30.
093.
580.
000
- -
570
.131
.040
.818
135
Kab.
Ban
gka T
enga
h 1
7.27
3.78
0.85
2 -
38.
455.
111.
435
377
.712
.293
.000
4
1.38
0.76
0.00
0 -
- 1
.203
.750
.000
8
2.30
1.72
7.00
0 2
3.13
7.88
2.00
0 -
581
.465
.304
.287
136
Kab.
Ban
gka B
arat
19.
883.
237.
401
- 6
5.42
6.91
4.27
3 4
13.6
80.1
94.0
00
41.
455.
370.
000
- -
1.3
69.4
90.0
00
48.
504.
139.
000
- -
590
.319
.344
.674
137
Kab.
Beli
tung
Timu
r 2
3.62
4.61
7.71
0 -
46.
222.
864.
801
392
.975
.926
.000
4
1.74
6.08
0.00
0 -
- 1
.441
.250
.000
4
1.51
4.73
0.00
0 -
- 5
47.5
25.4
68.5
11
138
Prov
insi B
engk
ulu 4
5.56
5.62
0.84
7 -
58.
150.
228.
526
955
.095
.187
.000
5
3.92
7.02
0.00
0 -
- 1
68.7
50.0
00
- 2
.000
.000
.000
2
04.7
07.5
10.0
00
1.3
19.6
14.3
16.3
73
139
Kab.
Ben
gkulu
Sela
tan
10.
358.
937.
367
- 1
3.26
7.58
5.22
0 4
90.4
36.8
78.0
00
49.
499.
850.
000
- -
1.0
37.7
20.0
00
75.
081.
325.
000
- -
639
.682
.295
.587
140
Kab.
Ben
gkulu
Uta
ra 1
7.70
3.40
6.21
0 -
69.
988.
596.
137
558
.467
.872
.000
5
7.57
8.74
0.00
0 -
- 1
.892
.500
.000
8
2.19
8.92
9.00
0 -
- 7
87.8
30.0
43.3
47
141
Kab.
Reja
ng Le
bong
11.
493.
039.
480
- 1
2.91
4.95
6.66
3 5
41.4
51.9
89.0
00
47.
344.
430.
000
- -
3.0
51.7
50.0
00
101
.927
.561
.000
-
- 7
18.1
83.7
26.1
43
142
Kota
Ben
gkulu
20.
896.
336.
676
- 1
2.87
5.16
5.41
1 6
02.7
42.3
91.0
00
51.
533.
280.
000
- -
- 1
63.4
31.4
17.0
00
- -
851
.478
.590
.087
143
Kab.
Kau
r 1
2.01
4.20
1.22
2 -
14.
163.
306.
083
371
.883
.436
.000
5
6.35
3.73
0.00
0 1
3.07
4.01
0.00
0 -
2.9
08.7
10.0
00
35.
937.
107.
000
2.0
00.0
00.0
00
- 5
08.3
34.5
00.3
05
144
Kab.
Selu
ma 1
3.11
9.68
0.75
5 -
15.
750.
313.
628
444
.698
.984
.000
5
3.11
7.71
0.00
0 1
6.98
7.33
0.00
0 -
854
.380
.000
5
1.00
2.52
6.00
0 -
- 5
95.5
30.9
24.3
83
145
Kab.
Muk
omuk
o 1
8.03
5.12
7.82
0 -
13.
617.
389.
411
454
.993
.409
.000
5
3.12
2.13
0.00
0 1
2.26
0.28
0.00
0 -
1.8
50.0
00.0
00
56.
621.
983.
000
- -
610
.500
.319
.231
146
Kab.
Lebo
ng 1
2.27
0.08
4.83
6 -
13.
185.
572.
963
373
.700
.225
.000
4
7.07
7.60
0.00
0 1
2.93
3.04
0.00
0 -
1.3
83.2
50.0
00
45.
832.
121.
000
2.0
00.0
00.0
00
- 5
08.3
81.8
93.7
99
147
Kab.
Kep
ahian
g 1
0.98
3.20
5.60
6 -
12.
875.
165.
411
402
.021
.565
.000
4
6.11
6.56
0.00
0 1
2.90
0.45
0.00
0 -
3.0
59.5
00.0
00
43.
896.
572.
000
- -
531
.853
.018
.017
148
Kab.
Ben
gkulu
Teng
ah 9
.660
.516
.982
-
58.
477.
024.
220
379
.669
.582
.000
4
3.16
6.04
0.00
0 9
.416
.250
.000
-
1.4
54.3
10.0
00
44.
282.
215.
000
2.0
00.0
00.0
00
- 5
48.1
25.9
38.2
02
149
Prov
insi L
ampu
ng 1
35.6
50.7
77.1
15
3.9
09.1
20.5
15
165
.863
.686
.685
1
.136
.053
.041
.000
4
8.85
1.62
0.00
0 -
- 2
85.7
50.0
00
- 2
.000
.000
.000
7
51.8
15.6
80.0
00
2.2
44.4
29.6
75.3
15
150
Kab.
Lamp
ung
Bara
t 1
1.11
9.84
5.72
9 4
66.2
64.0
88
12.
358.
416.
232
388
.754
.357
.000
6
4.69
2.26
0.00
0 1
7.37
8.52
0.00
0 -
3.9
66.0
00.0
00
52.
302.
207.
000
3.0
00.0
00.0
00
- 5
54.0
37.8
70.0
49
151
Kab.
Lamp
ung
Selat
an 2
2.02
6.41
8.89
6 7
66.9
41.8
90
24.
604.
525.
288
847
.657
.151
.000
9
6.47
1.57
0.00
0 -
- 1
.829
.500
.000
1
60.4
26.6
47.0
00
- -
1.1
53.7
82.7
54.0
74
152
Kab.
Lamp
ung
Teng
ah 4
3.24
9.23
8.55
4 7
50.1
63.0
30
24.
578.
606.
173
1.1
77.5
13.2
82.0
00
83.
469.
500.
000
- -
1.1
99.1
90.0
00
250
.525
.694
.000
2
3.32
6.05
1.00
0 -
1.6
04.6
11.7
24.7
57
153
Kab.
Lamp
ung
Utar
a 2
2.76
4.83
7.86
4 9
44.4
74.3
54
24.
540.
941.
578
838
.661
.589
.000
6
9.05
0.04
0.00
0 2
0.26
5.37
0.00
0 -
- 1
84.5
99.1
24.0
00
- -
1.1
60.8
26.3
76.7
96
154
Kab.
Lamp
ung
Timur
48.
166.
071.
191
2.3
10.8
39.5
58
97.
872.
311.
266
940
.041
.243
.000
6
6.46
2.79
0.00
0 -
- 3
.998
.000
.000
2
43.3
15.2
35.0
00
- -
1.4
02.1
66.4
90.0
15
155
Kab.
Tang
gamu
s 1
8.96
1.84
9.67
8 5
74.0
05.2
20
30.
880.
307.
687
669
.512
.156
.000
8
4.43
1.86
0.00
0 -
- 3
.186
.000
.000
1
20.9
65.7
78.0
00
- -
928
.511
.956
.585
156
Kab.
Tulan
g Ba
wang
32.
686.
902.
455
282
.861
.683
2
5.22
7.43
9.30
6 5
33.3
13.6
84.0
00
59.
728.
060.
000
- -
2.1
53.5
00.0
00
55.
891.
030.
000
- -
709
.283
.477
.444
PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik lampiran alokasi Transfer ke daerah Tahun anggaran 2014 153
NoNa
ma D
aera
h D
BH P
AJAK
*)
DBH
CHT
**)
DBH
SDA
**)
DAU
D
AK
DAK
TAM
BAHA
N O
TSUS
TA
MSI
L**)
TJ
. PRO
F D
ID
BOS
J
UMLA
H TO
TAL
2014
157
Kab.
Way
Kan
an 2
2.46
9.85
5.99
2 2
98.3
87.1
82
24.
905.
852.
384
573
.114
.161
.000
6
4.47
7.27
0.00
0 1
7.79
3.66
0.00
0 -
2.8
64.8
10.0
00
72.
940.
157.
000
3.0
00.0
00.0
00
- 7
81.8
64.1
53.5
58
158
Kota
Ban
dar L
ampu
ng 4
8.61
0.56
1.86
4 2
92.3
62.9
65
24.
448.
712.
266
921
.826
.931
.000
4
2.84
1.64
0.00
0 -
- -
250
.170
.293
.000
2
6.27
3.76
4.00
0 -
1.3
14.4
64.2
65.0
95
159
Kota
Met
ro 1
6.70
0.26
4.08
2 4
09.7
34.1
20
24.
448.
712.
266
414
.624
.161
.000
3
4.07
8.24
0.00
0 -
- 4
82.2
50.0
00
74.
507.
726.
000
3.0
00.0
00.0
00
- 5
68.2
51.0
87.4
68
160
Kab.
Pes
awar
an 1
2.45
0.11
7.33
7 5
63.6
14.4
56
24.
640.
630.
090
625
.845
.694
.000
5
8.69
0.94
0.00
0 1
9.76
2.32
0.00
0 -
269
.750
.000
9
6.95
9.73
0.00
0 -
- 8
39.1
82.7
95.8
83
161
Kab.
Prin
gsew
u 1
6.18
2.29
6.95
2 6
56.7
67.4
50
24.
478.
554.
442
547
.622
.366
.000
4
7.23
2.13
0.00
0 -
- 2
33.7
50.0
00
150
.033
.245
.000
-
- 7
86.4
39.1
09.8
44
162
Kab.
Mes
uji 9
.602
.209
.793
2
82.8
21.2
52
26.
710.
004.
920
387
.694
.110
.000
5
1.80
9.92
0.00
0 -
- 2
.141
.250
.000
3
3.78
0.54
7.00
0 -
- 5
12.0
20.8
62.9
65
163
Kab.
Tulan
g Ba
wang
Bar
at 1
2.39
7.16
4.69
3 2
81.2
44.4
43
24.
448.
712.
266
424
.389
.404
.000
5
0.44
4.53
0.00
0 -
- 2
.536
.500
.000
5
6.49
0.12
0.00
0 3
.000
.000
.000
-
573
.987
.675
.402
164
Kab.
Pes
isir B
arat
8.2
49.8
58.8
19
240
.799
.510
1
2.33
1.36
5.35
0 2
27.3
14.1
57.0
00
6.2
69.9
60.0
00
--
1.4
31.0
00.0
00
35.
106.
892.
000
- -
290
.944
.032
.679
165
Prov
insi D
KI J
akar
ta 1
1.46
3.98
4.57
9.32
6 -
311
.968
.611
.374
8
5.98
5.28
2.00
0 -
- -
17.
714.
250.
000
1.7
73.4
78.0
00.0
00
- 7
23.5
98.7
20.0
00
14.
376.
729.
442.
700
166
Prov
insi J
awa B
arat
1.1
57.2
47.8
30.4
63
68.
049.
759.
263
362
.098
.839
.010
1
.687
.686
.386
.000
7
8.21
5.03
0.00
0 -
- 4
.106
.250
.000
-
3.0
00.0
00.0
00
4.0
18.2
49.9
80.0
00
7.3
78.6
54.0
74.7
36
167
Kab.
Ban
dung
101
.363
.417
.264
7
.666
.964
.434
9
4.83
3.39
7.28
0 1
.897
.769
.300
.000
1
57.3
74.5
20.0
00
- -
- 5
23.8
04.1
54.0
00
- -
2.7
82.8
11.7
52.9
78
168
Kab.
Bek
asi
304
.338
.716
.244
2
3.74
6.95
0.55
7 9
3.55
9.83
4.23
4 1
.195
.757
.868
.000
1
11.1
71.9
10.0
00
- -
4.3
72.5
00.0
00
247
.335
.303
.000
-
- 1
.980
.283
.082
.035
169
Kab.
Bog
or 1
61.9
82.9
61.8
74
2.7
21.9
90.3
71
93.
193.
836.
623
2.0
55.9
44.9
91.9
00
189
.997
.540
.000
-
- -
469
.126
.565
.000
-
- 2
.972
.967
.885
.768
170
Kab.
Ciam
is 3
5.61
0.54
7.56
5 2
.138
.519
.946
1
6.26
6.25
3.83
4 1
.068
.289
.296
.000
1
33.3
08.2
00.0
00
- -
- 3
05.0
58.3
38.0
00
- -
1.5
60.6
71.1
55.3
45
171
Kab.
Cian
jur 5
2.75
8.18
7.33
4 2
.819
.782
.408
3
2.30
5.47
5.15
0 1
.407
.469
.628
.000
9
8.79
3.88
0.00
0 -
- 1
.243
.740
.000
3
53.0
47.7
83.0
00
- -
1.9
48.4
38.4
75.8
92
172
Kab.
Cire
bon
55.
580.
696.
802
3.9
22.0
58.4
88
28.
849.
935.
357
1.4
06.8
62.5
23.0
00
101
.527
.360
.000
-
- 5
54.7
50.0
00
376
.373
.950
.000
-
- 1
.973
.671
.273
.647
173
Kab.
Gar
ut 8
0.09
4.82
4.33
9 1
7.27
2.18
8.37
9 4
3.57
3.14
2.62
5 1
.702
.452
.909
.000
1
29.9
44.8
40.0
00
16.
639.
800.
000
- -
496
.329
.783
.000
-
- 2
.486
.307
.487
.343
174
Kab.
Indr
amay
u 1
20.3
66.0
03.1
49
2.7
21.9
90.3
71
76.
498.
089.
996
1.2
67.3
37.1
59.0
00
102
.472
.650
.000
-
- -
294
.517
.869
.000
-
- 1
.863
.913
.761
.516
175
Kab.
Kar
awan
g 1
90.7
74.4
70.6
50
33.
531.
360.
652
73.
299.
080.
397
1.1
88.4
78.4
70.0
00
124
.624
.020
.000
-
- 4
.161
.310
.000
3
60.6
28.5
61.0
00
- -
1.9
75.4
97.2
72.6
99
176
Kab.
Kun
ingan
34.
803.
545.
350
3.3
32.2
25.0
43
29.
051.
479.
660
1.1
12.2
71.8
83.0
00
74.
369.
300.
000
- -
- 2
95.4
62.5
81.0
00
- -
1.5
49.2
91.0
14.0
53
177
Kab.
Maja
lengk
a 5
0.72
2.28
8.64
4 7
.351
.233
.853
3
1.10
6.73
7.70
4 1
.092
.495
.173
.000
8
0.15
0.50
0.00
0 -
- -
279
.958
.668
.000
-
- 1
.541
.784
.601
.201
178
Kab.
Pur
waka
rta
58.
247.
754.
929
2.7
21.9
90.3
71
29.
149.
173.
861
786
.592
.072
.000
4
1.05
0.47
0.00
0 -
- 5
64.0
00.0
00
192
.370
.091
.000
-
- 1
.110
.695
.552
.161
179
Kab.
Sub
ang
108
.380
.733
.998
2
.736
.806
.744
8
2.21
8.35
7.97
8 1
.139
.779
.043
.000
7
4.71
0.08
0.00
0 -
- 3
94.7
50.0
00
313
.034
.816
.000
-
- 1
.721
.254
.587
.720
180
Kab.
Suk
abum
i 6
8.97
2.76
2.36
6 2
.961
.874
.512
6
7.14
2.15
9.28
5 1
.458
.379
.433
.000
1
34.2
93.8
60.0
00
26.
598.
100.
000
- -
338
.609
.888
.000
-
- 2
.096
.958
.077
.163
181
Kab.
Sum
edan
g 4
1.81
2.29
2.68
8 1
2.38
6.62
5.36
7 2
9.47
5.27
2.74
6 1
.104
.417
.363
.000
9
1.29
2.06
0.00
0 -
- -
259
.517
.897
.000
-
- 1
.538
.901
.510
.801
182
Kab.
Tasik
malay
a 4
1.78
8.76
3.79
6 2
.746
.519
.732
2
9.76
7.15
4.20
2 1
.342
.934
.278
.000
1
10.3
12.2
10.0
00
- -
- 4
11.1
37.6
53.0
00
- -
1.9
38.6
86.5
78.7
30
183
Kota
Ban
dung
230
.419
.761
.885
2
.722
.942
.152
2
8.84
5.67
7.23
4 1
.596
.749
.326
.000
6
3.60
7.14
0.00
0 -
- 9
21.7
70.0
00
502
.264
.440
.000
-
- 2
.425
.531
.057
.271
PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik154
NoNa
ma D
aera
h D
BH P
AJAK
*)
DBH
CHT
**)
DBH
SDA
**)
DAU
D
AK
DAK
TAM
BAHA
N O
TSUS
TA
MSI
L**)
TJ
. PRO
F D
ID
BOS
J
UMLA
H TO
TAL
2014
184
Kota
Bek
asi
103
.199
.926
.289
2
.721
.990
.371
2
8.84
5.67
7.23
4 1
.133
.417
.253
.000
7
1.42
0.08
0.00
0 -
- 8
08.3
70.0
00
252
.028
.351
.000
-
- 1
.592
.441
.647
.894
185
Kota
Bog
or 6
4.44
6.25
9.27
0 2
.721
.990
.371
2
8.84
5.67
7.23
4 7
32.3
37.0
58.0
00
33.
477.
500.
000
- -
801
.550
.000
1
56.4
99.5
61.0
00
- -
1.0
19.1
29.5
95.8
75
186
Kota
Cire
bon
38.
900.
143.
528
2.7
21.9
90.3
71
28.
845.
677.
234
583
.927
.691
.000
3
2.14
5.38
0.00
0 -
- 6
89.6
90.0
00
151
.819
.967
.000
-
- 8
39.0
50.5
39.1
33
187
Kota
Dep
ok 7
1.26
3.27
9.61
3 2
.721
.990
.371
2
8.84
5.67
7.23
4 8
38.5
72.7
84.0
00
44.
913.
130.
000
- -
- 1
73.9
56.0
51.0
00
22.
197.
377.
000
- 1
.182
.470
.289
.218
188
Kota
Suk
abum
i 3
1.38
1.02
3.63
2 2
.722
.104
.891
2
8.84
5.67
7.23
4 4
84.9
38.6
64.0
00
27.
957.
170.
000
- -
67.
050.
000
95.
919.
330.
000
- -
671
.831
.019
.757
189
Kota
Cim
ahi
29.
869.
309.
228
2.7
21.9
90.3
71
28.
845.
677.
234
537
.371
.615
.000
3
5.91
3.67
0.00
0 -
- -
141
.501
.002
.000
-
- 7
76.2
23.2
63.8
33
190
Kota
Tasik
malay
a 3
7.81
4.85
2.14
7 2
.741
.751
.938
2
8.88
5.41
3.12
9 7
32.5
08.3
13.0
00
42.
397.
940.
000
- -
356
.250
.000
2
23.0
97.9
93.0
00
- -
1.0
67.8
02.5
13.2
14
191
Kota
Ban
jar 2
8.39
9.21
0.51
3 2
.741
.910
.751
2
8.97
0.03
3.42
1 3
42.2
67.8
48.0
00
25.
380.
740.
000
- -
329
.000
.000
7
7.81
2.46
4.00
0 -
- 5
05.9
01.2
06.6
85
192
Kab.
Ban
dung
Bar
at 4
1.96
0.43
0.93
3 2
.774
.919
.292
2
9.04
4.82
9.63
0 9
92.2
54.8
84.0
00
49.
797.
380.
000
- -
3.5
66.2
50.0
00
266
.800
.261
.000
-
- 1
.386
.198
.954
.855
193
Kab.
Pan
gand
aran
22.
565.
102.
147
690
.109
.511
1
5.30
6.16
1.88
5 3
63.8
82.4
72.0
00
5.1
66.4
70.0
00
- 6
87.0
00.0
00
140
.501
.924
.000
-
- 5
48.7
99.2
39.5
43
194
Prov
insi B
ante
n 4
52.5
20.5
38.8
15
- 4
.589
.888
.872
7
28.4
90.0
12.0
00
16.
717.
970.
000
- -
604
.500
.000
-
- 1
.008
.829
.420
.000
2
.211
.752
.329
.687
195
Kab.
Leba
k 5
1.18
8.37
6.34
9 -
2.5
70.1
89.0
86
1.0
00.8
78.5
05.0
00
85.
707.
880.
000
18.
508.
230.
000
- 5
02.0
00.0
00
216
.855
.669
.000
-
- 1
.376
.210
.849
.435
196
Kab.
Pan
degla
ng 5
1.66
3.56
3.83
5 -
8.8
36.9
82.0
50
1.0
77.0
77.6
28.0
00
105
.966
.030
.000
2
2.06
0.42
0.00
0 -
4.2
13.2
50.0
00
232
.877
.804
.000
-
- 1
.502
.695
.677
.885
197
Kab.
Ser
ang
68.
476.
581.
943
- 1
.943
.012
.620
9
50.7
04.6
48.0
00
83.
752.
840.
000
- -
2.8
84.2
50.0
00
192
.241
.322
.000
3
.000
.000
.000
-
1.3
03.0
02.6
54.5
63
198
Kab.
Tang
eran
g 1
50.3
60.1
51.8
32
- 1
.645
.737
.523
1
.213
.857
.913
.000
1
03.9
12.3
30.0
00
- -
5.7
94.1
30.0
00
216
.577
.243
.000
3
.000
.000
.000
-
1.6
95.1
47.5
05.3
55
199
Kota
Cile
gon
83.
449.
828.
766
- 1
.645
.737
.523
4
90.9
17.5
99.0
00
481
.020
.000
-
- 1
.314
.250
.000
1
41.9
35.7
49.0
00
- -
719
.744
.184
.289
200
Kota
Tang
eran
g 1
96.2
75.7
47.7
90
- 1
.645
.737
.523
8
90.2
13.1
31.0
00
38.
067.
490.
000
- -
- 2
14.6
08.5
84.0
00
3.0
00.0
00.0
00
- 1
.343
.810
.690
.313
201
Kota
Ser
ang
38.
329.
952.
976
- 1
.645
.737
.523
5
64.2
82.6
98.0
00
42.
079.
440.
000
- -
36.
060.
000
113
.647
.141
.000
1
9.30
6.57
1.00
0 -
779
.327
.600
.499
202
Kota
Tang
eran
g Se
latan
107
.307
.071
.966
-
1.6
45.7
37.5
23
566
.429
.457
.000
2
3.97
2.48
0.00
0 -
- 1
20.7
50.0
00
108
.312
.570
.000
2
5.27
0.92
7.00
0 -
833
.058
.993
.489
203
Prov
insi J
awa T
enga
h 5
57.6
48.4
51.8
25
144
.452
.816
.482
1
7.09
8.41
6.58
9 1
.803
.931
.189
.000
7
9.16
5.24
0.00
0 -
- 1
.396
.500
.000
-
3.0
00.0
00.0
00
2.6
76.5
90.4
70.0
00
5.2
83.2
83.0
83.8
96
204
Kab.
Ban
jarne
gara
22.
789.
242.
550
4.1
30.9
29.5
80
1.6
72.1
80.7
94
826
.044
.419
.000
6
1.06
6.04
0.00
0 -
- -
209
.121
.660
.000
-
- 1
.124
.824
.471
.924
205
Kab.
Ban
yuma
s 5
3.47
3.01
5.93
6 4
.138
.854
.180
2
.244
.469
.702
1
.224
.710
.992
.000
8
2.51
9.14
0.00
0 -
- -
317
.319
.844
.000
3
.000
.000
.000
-
1.6
87.4
06.3
15.8
18
206
Kab.
Bat
ang
25.
348.
074.
801
4.4
91.5
80.7
92
2.5
48.9
64.7
86
682
.182
.894
.000
5
2.17
6.60
0.00
0 -
- -
164
.824
.223
.000
-
- 9
31.5
72.3
37.3
80
207
Kab.
Blor
a 5
1.74
9.37
9.21
6 7
.107
.196
.212
1
6.83
0.05
5.29
7 8
23.8
74.0
89.0
00
61.
140.
660.
000
- -
12.
750.
000
246
.896
.367
.000
-
- 1
.207
.610
.496
.725
208
Kab.
Boy
olali
23.
361.
933.
502
10.
078.
088.
198
1.8
40.1
53.5
27
943
.220
.456
.000
8
1.09
5.72
0.00
0 -
- -
258
.782
.884
.000
3
.000
.000
.000
-
1.3
21.3
79.2
35.2
27
209
Kab.
Bre
bes
32.
519.
001.
076
4.1
99.4
40.5
21
2.3
28.9
02.2
51
1.1
86.9
69.8
45.0
00
97.
975.
310.
000
- -
- 2
23.3
35.4
48.0
00
- -
1.5
47.3
27.9
46.8
48
210
Kab.
Cila
cap
60.
127.
699.
395
4.1
94.1
01.4
03
5.6
24.2
43.4
90
1.2
91.1
21.7
04.0
00
110
.203
.960
.000
-
- -
315
.332
.567
.000
-
- 1
.786
.604
.275
.288
PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik lampiran alokasi Transfer ke daerah Tahun anggaran 2014 155
NoNa
ma D
aera
h D
BH P
AJAK
*)
DBH
CHT
**)
DBH
SDA
**)
DAU
D
AK
DAK
TAM
BAHA
N O
TSUS
TA
MSI
L**)
TJ
. PRO
F D
ID
BOS
J
UMLA
H TO
TAL
2014
211
Kab.
Dem
ak 3
2.04
3.52
2.68
9 1
4.09
6.81
0.98
6 1
.399
.938
.988
7
95.8
74.7
48.0
00
74.
599.
670.
000
- -
1.0
49.5
00.0
00
196
.179
.701
.000
-
- 1
.115
.243
.891
.663
212
Kab.
Gro
boga
n 3
8.93
0.93
6.68
0 6
.009
.731
.572
2
.804
.216
.497
9
77.6
75.5
12.0
00
85.
838.
690.
000
- -
2.4
87.0
00.0
00
218
.839
.331
.000
-
- 1
.332
.585
.417
.749
213
Kab.
Jep
ara
31.
880.
017.
689
6.9
22.5
52.2
01
1.7
10.1
72.9
26
887
.768
.694
.000
8
1.29
4.11
0.00
0 -
- 4
82.2
30.0
00
150
.201
.964
.000
2
2.25
3.21
6.00
0 -
1.1
82.5
12.9
56.8
16
214
Kab.
Kar
anga
nyar
23.
345.
270.
727
4.8
98.2
25.0
16
1.4
01.3
51.6
69
870
.001
.752
.000
5
7.23
8.71
0.00
0 -
- 1
.806
.000
.000
2
52.8
83.0
52.0
00
18.
935.
183.
000
- 1
.230
.509
.544
.412
215
Kab.
Keb
umen
26.
248.
955.
725
5.3
99.5
10.5
77
1.5
78.0
48.7
83
1.1
25.5
68.8
84.0
00
80.
709.
170.
000
- -
- 2
69.3
85.2
79.0
00
21.
867.
375.
000
- 1
.530
.757
.223
.085
216
Kab.
Ken
dal
32.
571.
463.
321
21.
646.
450.
392
2.6
68.0
39.3
83
852
.170
.849
.000
6
3.84
8.82
0.00
0 -
- 1
.165
.670
.000
2
15.2
82.7
19.0
00
- -
1.1
89.3
54.0
11.0
96
217
Kab.
Klat
en 2
5.90
7.93
5.57
9 1
1.50
3.65
3.27
2 1
.399
.330
.815
1
.142
.586
.588
.000
6
6.57
6.42
0.00
0 -
- -
307
.400
.751
.000
-
- 1
.555
.374
.678
.666
218
Kab.
Kud
us 6
9.56
1.28
8.07
0 1
04.5
14.3
11.8
01
1.4
02.5
66.7
72
795
.851
.851
.000
5
5.18
8.90
0.00
0 -
- 1
.637
.750
.000
1
67.7
00.0
07.0
00
- -
1.1
95.8
56.6
74.6
43
219
Kab.
Mag
elang
23.
368.
801.
013
10.
082.
967.
976
1.4
24.3
49.1
64
965
.124
.427
.000
6
4.98
1.49
0.00
0 -
- 4
.558
.000
.000
2
21.7
32.1
21.0
00
- -
1.2
91.2
72.1
56.1
53
220
Kab.
Pat
i 3
0.86
8.32
7.30
0 4
.943
.501
.549
2
.110
.330
.105
1
.043
.498
.355
.000
7
9.85
2.63
0.00
0 -
- -
276
.109
.361
.000
-
- 1
.437
.382
.504
.954
221
Kab.
Pek
along
an 2
2.56
5.33
2.45
2 4
.127
.223
.328
1
.505
.132
.000
8
31.5
79.0
00.0
00
60.
380.
950.
000
- -
- 1
92.6
13.9
16.0
00
- -
1.1
12.7
71.5
53.7
80
222
Kab.
Pem
alang
26.
983.
078.
575
4.5
54.1
73.3
09
2.2
98.7
63.7
62
1.0
16.8
13.3
33.0
00
72.
024.
740.
000
- -
- 2
38.2
22.4
14.0
00
- -
1.3
60.8
96.5
02.6
46
223
Kab.
Pur
balin
gga
20.
014.
248.
815
4.7
16.2
49.4
98
1.4
71.5
90.0
70
777
.989
.499
.000
5
7.26
7.33
0.00
0 -
- 5
09.7
50.0
00
173
.211
.107
.000
-
- 1
.035
.179
.774
.383
224
Kab.
Pur
wore
jo 2
1.09
6.06
6.97
7 4
.746
.291
.486
1
.515
.268
.818
8
54.7
37.4
95.0
00
57.
024.
620.
000
- -
- 2
05.9
29.7
41.0
00
3.0
00.0
00.0
00
- 1
.148
.049
.483
.281
225
Kab.
Rem
bang
24.
358.
056.
900
5.4
22.5
13.4
79
3.5
06.0
61.6
62
700
.774
.721
.000
6
1.60
8.00
0.00
0 -
- -
232
.816
.985
.000
-
- 1
.028
.486
.338
.041
226
Kab.
Sem
aran
g 3
1.35
7.82
5.76
8 6
.365
.226
.251
1
.696
.082
.193
8
48.7
36.0
10.0
00
67.
407.
340.
000
- -
2.9
05.2
50.0
00
169
.808
.560
.000
3
.000
.000
.000
-
1.1
31.2
76.2
94.2
12
227
Kab.
Sra
gen
21.
321.
093.
316
4.7
76.7
78.4
20
1.4
02.5
64.2
04
946
.826
.641
.000
7
6.46
9.30
0.00
0 -
- -
263
.333
.193
.000
-
- 1
.314
.129
.569
.940
228
Kab.
Suk
ohar
jo 2
7.55
9.77
2.26
8 5
.139
.361
.612
1
.399
.330
.815
8
26.8
91.4
81.0
00
56.
904.
480.
000
- -
- 2
06.9
58.1
51.0
00
- -
1.1
24.8
52.5
76.6
95
229
Kab.
Tega
l 2
7.96
7.35
6.21
7 4
.681
.599
.805
2
.315
.927
.890
1
.044
.211
.310
.000
8
4.86
2.43
0.00
0 -
- -
237
.902
.077
.000
-
- 1
.401
.940
.700
.912
230
Kab.
Tema
nggu
ng 1
9.03
8.24
9.91
4 2
2.58
0.99
0.52
0 1
.479
.244
.056
7
08.7
64.7
53.0
00
56.
702.
810.
000
- -
444
.310
.000
2
14.6
85.2
10.0
00
3.0
00.0
00.0
00
- 1
.026
.695
.567
.490
231
Kab.
Won
ogiri
23.
015.
107.
912
4.8
33.3
62.7
18
1.7
90.4
11.0
95
1.0
01.3
78.4
39.0
00
59.
392.
120.
000
- -
2.7
86.2
30.0
00
305
.708
.022
.000
-
- 1
.398
.903
.692
.725
232
Kab.
Won
osob
o 2
0.57
5.29
4.46
9 7
.638
.974
.012
1
.557
.805
.798
7
24.2
45.0
09.0
00
59.
423.
010.
000
- -
1.5
18.4
50.0
00
167
.949
.263
.000
-
- 9
82.9
07.8
06.2
79
233
Kota
Mag
elang
17.
668.
982.
385
4.1
71.1
79.7
45
1.3
99.3
30.8
15
417
.211
.449
.000
3
4.20
9.87
0.00
0 -
- 3
88.0
00.0
00
74.
586.
179.
000
- -
549
.634
.990
.945
234
Kota
Pek
along
an 2
1.83
5.82
1.00
4 5
.138
.081
.085
1
.399
.330
.815
4
12.8
71.0
94.0
00
34.
173.
710.
000
- -
- 9
1.91
1.24
4.00
0 -
- 5
67.3
29.2
80.9
04
235
Kota
Sala
tiga
15.
950.
003.
029
4.4
54.3
65.0
93
1.3
99.3
30.8
15
399
.083
.343
.000
3
2.05
7.05
0.00
0 -
- 2
23.0
00.0
00
73.
440.
265.
000
- -
526
.607
.356
.937
236
Kota
Sem
aran
g 1
31.4
21.9
10.9
28
5.9
69.4
50.3
97
2.5
55.9
79.9
24
1.1
04.7
39.4
73.0
00
38.
982.
620.
000
- -
- 2
83.9
17.4
99.0
00
- -
1.5
67.5
86.9
33.2
49
237
Kota
Sur
akar
ta 5
4.60
1.27
7.95
7 5
.255
.621
.479
1
.399
.330
.815
7
10.8
03.9
34.0
00
43.
848.
110.
000
- -
- 2
07.6
38.5
08.0
00
24.
840.
490.
000
- 1
.048
.387
.272
.251
PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik156
NoNa
ma D
aera
h D
BH P
AJAK
*)
DBH
CHT
**)
DBH
SDA
**)
DAU
D
AK
DAK
TAM
BAHA
N O
TSUS
TA
MSI
L**)
TJ
. PRO
F D
ID
BOS
J
UMLA
H TO
TAL
2014
238
Kota
Tega
l 2
0.86
4.53
7.59
9 4
.127
.223
.328
1
.399
.330
.815
3
90.7
32.5
36.0
00
30.
578.
350.
000
- -
1.0
07.7
50.0
00
79.
179.
445.
000
- -
527
.889
.172
.742
239
Prov
insi D
I Yog
yaka
rta
97.
577.
540.
776
6.0
03.9
82.2
00
31.
106.
157
899
.923
.550
.000
3
7.13
1.61
0.00
0 -
- -
- 2
0.05
6.00
6.00
0 2
74.3
00.5
40.0
00
1.3
35.0
24.3
35.1
33
240
Kab.
Ban
tul
27.
742.
098.
187
4.2
65.5
63.6
02
404
.381
.205
9
49.2
52.1
88.0
00
60.
914.
370.
000
- -
529
.200
.000
2
60.6
17.7
26.0
00
24.
700.
344.
000
- 1
.328
.425
.870
.994
241
Kab.
Gun
ung
Kidul
22.
223.
805.
516
1.7
43.9
15.1
49
408
.083
.274
8
47.3
88.2
94.0
00
61.
562.
860.
000
- -
1.3
62.2
50.0
00
197
.054
.989
.000
-
- 1
.131
.744
.196
.939
242
Kab.
Kulo
n Pr
ogo
19.
205.
843.
235
2.4
92.8
06.4
24
516
.066
.395
6
39.4
09.2
11.0
00
47.
077.
300.
000
- -
- 1
72.9
29.7
97.0
00
- -
881
.631
.024
.054
243
Kab.
Slem
an 4
4.88
0.84
9.81
3 4
.001
.153
.024
4
03.9
83.0
92
952
.102
.502
.000
4
8.67
3.21
0.00
0 -
- -
248
.783
.205
.000
2
5.87
8.50
7.00
0 -
1.3
24.7
23.4
09.9
29
244
Kota
Yogy
akar
ta 5
9.64
5.09
9.77
2 1
.505
.853
.600
4
03.9
83.0
92
618
.742
.352
.000
2
.249
.900
.000
-
- 5
.899
.910
.000
1
87.4
79.3
35.0
00
24.
187.
647.
000
- 9
00.1
14.0
80.4
64
245
Prov
insi J
awa T
imur
798
.406
.867
.612
3
43.4
06.3
88.5
03
485
.270
.582
.552
1
.866
.548
.185
.000
1
01.8
75.9
70.0
00
- -
114
.000
.000
-
22.
249.
995.
000
2.7
83.2
19.4
10.0
00
6.4
01.0
91.3
98.6
67
246
Kab.
Ban
gkala
n 4
8.91
7.54
5.33
8 9
.625
.158
.241
4
0.00
5.24
0.24
5 8
54.8
73.8
85.0
00
85.
773.
020.
000
13.
212.
460.
000
- 3
.210
.810
.000
2
15.9
61.3
79.0
00
22.
112.
413.
000
- 1
.293
.691
.910
.824
247
Kab.
Ban
yuwa
ngi
42.
762.
852.
388
12.
032.
180.
172
30.
679.
831.
963
1.2
54.4
96.2
29.0
00
64.
053.
640.
000
- -
- 3
04.2
87.1
04.0
00
- -
1.7
08.3
11.8
37.5
23
248
Kab.
Blit
ar 2
4.31
1.84
7.16
9 1
1.88
9.40
4.26
6 2
7.27
2.87
7.56
4 1
.027
.251
.687
.000
7
1.41
7.13
0.00
0 -
- 2
73.7
80.0
00
340
.037
.604
.000
-
- 1
.502
.454
.329
.999
249
Kab.
Bojo
nego
ro 1
06.3
10.7
12.9
60
30.
510.
730.
483
813
.932
.994
.426
9
20.5
22.3
57.0
00
59.
399.
170.
000
- -
- 2
58.3
59.4
58.0
00
- -
2.1
89.0
35.4
22.8
69
250
Kab.
Bon
dowo
so 2
0.43
2.98
8.17
8 1
7.52
6.70
1.21
0 2
6.82
0.55
2.83
3 8
26.2
84.3
68.0
00
70.
428.
500.
000
20.
634.
570.
000
- 4
45.7
50.0
00
163
.045
.289
.000
2
4.93
9.39
2.00
0 -
1.1
70.5
58.1
11.2
21
251
Kab.
Gre
sik 1
01.2
91.7
06.1
51
9.5
03.0
78.4
62
43.
740.
817.
885
863
.397
.519
.000
7
2.05
1.26
0.00
0 -
- -
211
.561
.698
.000
2
1.13
6.99
7.00
0 -
1.3
22.6
83.0
76.4
98
252
Kab.
Jem
ber
47.
533.
936.
083
41.
960.
194.
037
28.
745.
783.
402
1.5
39.7
22.5
08.0
00
87.
951.
090.
000
- -
- 4
10.8
25.9
31.0
00
3.0
00.0
00.0
00
- 2
.159
.739
.442
.522
253
Kab.
Jom
bang
38.
771.
317.
845
16.
790.
137.
663
26.
800.
936.
536
1.0
07.1
66.1
93.0
00
47.
292.
080.
000
- -
- 2
82.5
45.3
78.0
00
- -
1.4
19.3
66.0
43.0
44
254
Kab.
Ked
iri 3
4.24
3.42
8.52
2 3
2.87
8.53
3.96
1 2
7.52
6.44
4.96
4 1
.144
.878
.533
.000
6
8.47
9.34
0.00
0 -
- -
316
.056
.862
.000
-
- 1
.624
.063
.142
.447
255
Kab.
Lamo
ngan
37.
992.
793.
006
27.
343.
438.
081
27.
119.
691.
250
1.0
42.1
24.5
14.0
00
77.
845.
000.
000
- -
- 2
63.6
54.6
92.0
00
20.
407.
073.
000
- 1
.496
.487
.201
.337
256
Kab.
Luma
jang
26.
458.
978.
398
13.
034.
422.
644
27.
986.
278.
645
898
.217
.627
.000
6
9.25
7.83
0.00
0 -
- 5
73.5
00.0
00
217
.844
.398
.000
-
- 1
.253
.373
.034
.687
257
Kab.
Mad
iun 2
1.26
3.68
6.05
0 1
0.32
8.56
9.95
4 2
8.87
4.26
1.06
2 8
08.8
42.7
90.0
00
62.
841.
120.
000
- -
656
.500
.000
2
04.2
95.8
71.0
00
- -
1.1
37.1
02.7
98.0
66
258
Kab.
Mag
etan
21.
354.
377.
464
10.
483.
046.
734
26.
594.
129.
867
840
.086
.597
.000
5
8.96
4.98
0.00
0 -
- 5
.161
.840
.000
2
54.3
99.2
47.0
00
- -
1.2
17.0
44.2
18.0
65
259
Kab.
Mala
ng 4
1.95
5.42
1.20
9 4
3.29
4.12
7.30
5 2
7.08
7.03
7.16
1 1
.572
.191
.571
.000
1
30.0
50.5
80.0
00
- -
- 4
51.0
15.3
10.0
00
- -
2.2
65.5
94.0
46.6
75
260
Kab.
Mojo
kert
o 4
1.73
7.68
8.07
2 1
0.77
0.77
3.98
9 2
6.68
2.53
2.94
7 8
99.1
09.1
79.0
00
55.
556.
660.
000
- -
4.8
39.5
00.0
00
231
.913
.146
.000
-
- 1
.270
.609
.480
.008
261
Kab.
Nga
njuk
29.
554.
667.
572
10.
924.
747.
205
27.
013.
196.
373
1.0
04.0
37.7
64.0
00
67.
785.
290.
000
- -
197
.450
.000
2
94.2
20.2
62.0
00
- -
1.4
33.7
33.3
77.1
50
262
Kab.
Nga
wi 2
6.11
7.30
5.58
4 1
3.35
6.07
1.79
7 2
7.28
6.30
3.80
5 9
80.5
30.1
32.0
00
65.
997.
050.
000
- -
232
.750
.000
2
50.2
21.1
62.0
00
- -
1.3
63.7
40.7
75.1
86
263
Kab.
Pac
itan
20.
581.
926.
286
10.
849.
951.
730
27.
139.
218.
596
700
.743
.024
.000
5
1.86
9.86
0.00
0 -
- -
181
.430
.769
.000
-
- 9
92.6
14.7
49.6
12
264
Kab.
Pam
ekas
an 3
2.57
1.18
0.66
3 3
6.09
3.14
6.76
3 2
6.55
0.10
8.77
3 7
88.6
17.7
77.0
00
85.
175.
090.
000
16.
343.
900.
000
- 1
.154
.250
.000
1
78.9
17.4
72.0
00
- -
1.1
65.4
22.9
25.1
99
PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik lampiran alokasi Transfer ke daerah Tahun anggaran 2014 157
NoNa
ma D
aera
h D
BH P
AJAK
*)
DBH
CHT
**)
DBH
SDA
**)
DAU
D
AK
DAK
TAM
BAHA
N O
TSUS
TA
MSI
L**)
TJ
. PRO
F D
ID
BOS
J
UMLA
H TO
TAL
2014
265
Kab.
Pas
urua
n 4
9.11
3.05
5.56
8 1
09.4
60.9
90.2
17
26.
576.
373.
154
1.0
68.8
68.8
61.0
00
83.
588.
340.
000
- -
- 2
57.0
56.9
29.0
00
- -
1.5
94.6
64.5
48.9
39
266
Kab.
Pon
orog
o 2
7.61
7.61
2.77
0 1
0.36
2.82
5.58
1 2
6.94
7.72
3.36
3 9
70.7
88.1
18.0
00
65.
691.
470.
000
- -
216
.000
.000
2
54.0
94.0
00.0
00
- -
1.3
55.7
17.7
49.7
14
267
Kab.
Pro
bolin
ggo
33.
553.
781.
768
29.
853.
307.
449
26.
652.
682.
182
929
.380
.602
.000
6
9.70
7.43
0.00
0 -
- 9
57.5
00.0
00
201
.272
.389
.000
-
- 1
.291
.377
.692
.399
268
Kab.
Sam
pang
35.
615.
115.
317
13.
719.
368.
526
26.
550.
108.
773
753
.954
.218
.000
7
9.22
7.86
0.00
0 1
1.96
9.22
0.00
0 -
2.2
86.2
50.0
00
123
.478
.379
.000
-
- 1
.046
.800
.519
.616
269
Kab.
Sido
arjo
109
.278
.034
.405
1
0.65
3.58
9.62
7 2
7.96
6.66
1.77
3 1
.199
.036
.154
.000
7
8.46
9.81
0.00
0 -
- -
354
.694
.923
.000
-
- 1
.780
.099
.172
.805
270
Kab.
Situ
bond
o 2
4.79
8.10
5.86
3 2
0.45
8.24
9.72
1 2
6.70
3.37
0.82
7 7
66.5
42.9
99.0
00
75.
196.
220.
000
16.
875.
820.
000
- 2
.308
.500
.000
1
48.4
70.5
50.0
00
- -
1.0
81.3
53.8
15.4
11
271
Kab.
Sum
enep
81.
878.
051.
727
24.
498.
608.
184
27.
155.
590.
846
984
.839
.445
.000
6
3.57
0.20
0.00
0 -
- 3
.311
.500
.000
1
72.3
24.1
64.0
00
- -
1.3
57.5
77.5
59.7
57
272
Kab.
Tren
ggale
k 2
2.90
3.90
0.52
1 9
.567
.332
.514
2
7.16
0.04
2.76
7 8
15.5
08.1
43.0
00
61.
684.
690.
000
- -
- 2
89.8
20.2
13.0
00
- -
1.2
26.6
44.3
21.8
02
273
Kab.
Tuba
n 5
5.47
4.36
5.99
8 1
2.65
8.26
3.07
0 4
0.31
4.75
1.88
8 9
26.6
85.1
97.0
00
48.
566.
930.
000
- -
- 2
88.1
63.7
94.0
00
- -
1.3
71.8
63.3
01.9
56
274
Kab.
Tulun
gagu
ng 2
5.90
4.80
2.00
4 1
2.30
6.14
8.54
2 2
6.75
2.91
8.92
3 1
.083
.859
.022
.000
7
3.75
2.10
0.00
0 -
- -
313
.883
.234
.000
2
5.20
8.95
5.00
0 -
1.5
61.6
67.1
80.4
69
275
Kota
Blit
ar 1
6.59
6.80
7.55
4 1
0.23
1.37
7.21
5 2
6.55
0.10
8.77
3 3
92.2
21.9
11.0
00
30.
796.
880.
000
- -
159
.350
.000
6
9.19
6.20
1.00
0 -
- 5
45.7
52.6
35.5
42
276
Kota
Ked
iri 2
9.15
2.98
7.34
5 5
8.52
9.47
0.71
0 2
6.55
0.10
8.77
3 6
34.3
51.5
39.0
00
34.
980.
320.
000
- -
- 1
16.2
12.5
33.0
00
- -
899
.776
.958
.828
277
Kota
Mad
iun 2
1.83
8.04
2.39
2 9
.421
.958
.430
2
6.55
0.10
8.77
3 5
11.0
89.9
13.0
00
31.
922.
300.
000
- -
1.1
05.5
00.0
00
109
.860
.678
.000
-
- 7
11.7
88.5
00.5
95
278
Kota
Mala
ng 4
4.01
8.99
5.65
4 2
7.02
1.75
8.23
4 2
6.55
0.10
8.77
3 8
08.4
47.8
25.0
00
31.
304.
060.
000
- -
- 1
90.2
51.2
58.0
00
27.
655.
721.
000
- 1
.155
.249
.726
.661
279
Kota
Mojo
kert
o 1
9.12
4.09
1.98
6 9
.771
.825
.950
2
6.55
0.10
8.77
3 3
80.7
79.7
89.0
00
24.
742.
070.
000
- -
- 4
9.24
4.65
5.00
0 2
3.16
1.01
7.00
0 -
533
.373
.557
.709
280
Kota
Pas
urua
n 1
9.51
5.13
0.27
3 9
.471
.706
.157
2
6.55
0.10
8.77
3 3
91.8
43.1
24.0
00
28.
041.
850.
000
- -
- 5
6.81
3.88
0.00
0 -
- 5
32.2
35.7
99.2
03
281
Kota
Pro
bolin
ggo
21.
470.
592.
270
9.4
91.1
68.5
42
26.
550.
108.
773
454
.208
.196
.000
3
2.64
4.61
0.00
0 -
- -
86.
059.
278.
000
21.
943.
361.
000
- 6
52.3
67.3
14.5
85
282
Kota
Sur
abay
a 2
82.4
21.9
98.2
99
35.
154.
571.
800
26.
550.
108.
773
1.2
00.8
89.3
59.0
00
66.
182.
230.
000
- -
- 4
48.2
97.9
75.0
00
23.
629.
261.
000
- 2
.083
.125
.503
.872
283
Kota
Bat
u 1
5.74
5.90
9.61
0 9
.454
.638
.007
2
6.55
8.61
3.62
2 4
12.3
78.2
55.0
00
30.
351.
360.
000
- -
1.3
21.5
00.0
00
54.
343.
932.
000
- -
550
.154
.208
.239
284
Prov
insi K
alima
ntan
Bar
at 1
21.4
52.3
44.4
69
- 6
1.22
6.86
9.36
2 1
.290
.222
.856
.000
6
3.18
9.48
0.00
0 -
- 2
03.2
50.0
00
- -
555
.369
.350
.000
2
.091
.664
.149
.831
285
Kab.
Ben
gkay
ang
20.
305.
156.
591
- 8
.312
.254
.552
4
94.2
45.0
71.0
00
69.
929.
640.
000
19.
472.
320.
000
- 3
.085
.500
.000
3
7.01
1.00
3.00
0 -
- 6
52.3
60.9
45.1
43
286
Kab.
Land
ak 2
3.77
0.87
4.53
2 -
14.
193.
714.
067
589
.729
.984
.000
6
9.43
1.38
0.00
0 1
9.07
1.39
0.00
0 -
3.3
51.7
50.0
00
61.
954.
622.
000
- -
781
.503
.714
.599
287
Kab.
Kap
uas H
ulu 2
9.62
3.67
9.04
0 -
19.
314.
445.
364
873
.552
.160
.000
8
7.41
4.87
0.00
0 2
0.63
5.15
0.00
0 -
3.3
77.1
60.0
00
50.
193.
242.
000
- -
1.0
84.1
10.7
06.4
04
288
Kab.
Ket
apan
g 4
8.06
8.47
3.27
6 -
109
.614
.736
.629
1
.020
.384
.603
.000
1
10.5
25.7
80.0
00
26.
499.
570.
000
- 2
.661
.500
.000
6
2.38
5.89
0.00
0 -
- 1
.380
.140
.552
.905
289
Kab.
Pon
tiana
k 1
1.53
7.71
8.61
7 -
8.2
63.9
55.2
24
503
.427
.631
.000
5
0.20
7.80
0.00
0 -
- 5
28.2
50.0
00
94.
243.
763.
000
- -
668
.209
.117
.841
290
Kab.
Sam
bas
22.
556.
051.
045
- 1
0.92
0.00
4.98
7 7
63.0
59.8
43.0
00
91.
329.
160.
000
17.
756.
310.
000
- 2
.673
.000
.000
1
11.5
77.8
99.0
00
- -
1.0
19.8
72.2
68.0
32
291
Kab.
San
ggau
31.
959.
143.
561
- 3
9.53
5.09
9.82
0 7
40.6
10.4
77.0
00
81.
421.
390.
000
15.
373.
220.
000
- 3
.656
.000
.000
8
2.81
0.20
7.00
0 -
- 9
95.3
65.5
37.3
81
PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik158
NoNa
ma D
aera
h D
BH P
AJAK
*)
DBH
CHT
**)
DBH
SDA
**)
DAU
D
AK
DAK
TAM
BAHA
N O
TSUS
TA
MSI
L**)
TJ
. PRO
F D
ID
BOS
J
UMLA
H TO
TAL
2014
292
Kab.
Sint
ang
29.
533.
317.
963
- 2
8.88
2.94
4.33
0 8
20.0
84.0
62.0
00
105
.652
.620
.000
2
4.02
3.18
0.00
0 -
2.7
95.0
00.0
00
65.
383.
119.
000
3.0
00.0
00.0
00
- 1
.079
.354
.243
.293
293
Kota
Pon
tiana
k 3
9.18
0.38
5.60
9 -
7.2
96.3
69.3
04
670
.090
.725
.000
1
4.34
3.83
0.00
0 -
- 1
.007
.750
.000
1
32.0
24.1
80.0
00
23.
352.
481.
000
- 8
87.2
95.7
20.9
13
294
Kota
Sing
kawa
ng 1
1.64
7.84
8.22
7 -
7.2
96.3
69.3
04
467
.557
.081
.000
4
7.86
8.46
0.00
0 -
- 1
.854
.750
.000
5
9.69
7.73
4.00
0 -
- 5
95.9
22.2
42.5
31
295
Kab.
Sek
adau
18.
241.
998.
893
- 7
.630
.289
.768
4
24.1
28.3
92.0
00
52.
687.
960.
000
12.
871.
260.
000
- 3
.325
.000
.000
3
9.71
8.83
5.00
0 -
- 5
58.6
03.7
35.6
61
296
Kab.
Mela
wi 1
9.19
9.52
9.00
0 -
35.
542.
123.
336
557
.198
.047
.000
8
3.23
6.41
0.00
0 3
0.01
4.13
0.00
0 -
3.7
97.2
50.0
00
14.
241.
287.
000
- -
743
.228
.776
.336
297
Kab.
Kay
ong
Utar
a 1
3.93
6.89
0.99
2 -
10.
800.
612.
657
380
.125
.181
.000
5
0.56
0.84
0.00
0 1
1.40
9.70
0.00
0 -
1.1
92.2
80.0
00
13.
198.
820.
000
- -
481
.224
.324
.649
298
Kab.
Kub
u Ra
ya 2
4.58
9.68
1.45
7 -
47.
006.
987.
046
699
.700
.430
.000
8
2.07
6.28
0.00
0 -
- 1
.419
.000
.000
9
3.74
4.36
9.00
0 -
- 9
48.5
36.7
47.5
03
299
Prov
insi K
alima
ntan
Te
ngah
143
.757
.236
.325
-
264
.185
.396
.087
1
.152
.428
.738
.000
6
1.92
9.83
0.00
0 -
- -
- -
283
.547
.520
.000
1
.905
.848
.720
.412
300
Kab.
Bar
ito S
elata
n 2
7.32
2.08
2.18
7 -
66.
449.
328.
607
552
.539
.111
.000
4
3.39
4.42
0.00
0 -
- 1
.947
.750
.000
4
4.68
0.87
9.00
0 -
- 7
36.3
33.5
70.7
94
301
Kab.
Bar
ito U
tara
35.
308.
531.
971
- 1
41.7
96.7
79.8
48
514
.638
.471
.000
4
0.85
7.21
0.00
0 -
- 2
.811
.370
.000
3
6.99
3.77
5.00
0 -
- 7
72.4
06.1
37.8
19
302
Kab.
Kap
uas
36.
387.
513.
287
- 1
17.2
71.0
22.7
33
798
.733
.269
.000
6
2.02
8.23
0.00
0 -
- 1
.160
.710
.000
1
22.5
73.0
82.0
00
- -
1.1
38.1
53.8
27.0
20
303
Kab.
Kot
awar
ingin
Bara
t 3
3.61
7.23
7.29
3 -
88.
290.
087.
816
597
.665
.464
.000
5
0.76
9.00
0.00
0 -
- 1
.833
.500
.000
5
0.12
9.73
4.00
0 -
- 8
22.3
05.0
23.1
09
304
Kab.
Kot
awar
ingin
Timur
58.
723.
535.
729
- 6
8.82
7.57
6.41
6 7
78.8
42.7
92.0
00
35.
696.
100.
000
- -
3.7
85.5
00.0
00
68.
084.
277.
000
- -
1.0
13.9
59.7
81.1
45
305
Kota
Pala
ngka
raya
25.
619.
489.
465
- 3
7.88
7.73
0.52
8 5
89.4
49.6
68.0
00
42.
229.
350.
000
- -
1.0
31.0
00.0
00
103
.669
.117
.000
-
- 7
99.8
86.3
54.9
93
306
Kab.
Bar
ito Ti
mur
29.
835.
374.
879
- 8
1.90
9.71
3.40
8 4
64.6
78.6
58.0
00
45.
411.
740.
000
- -
- 4
3.58
0.62
1.00
0 -
- 6
65.4
16.1
07.2
87
307
Kab.
Mur
ung
Raya
36.
253.
197.
348
- 2
30.8
86.2
73.8
81
585
.234
.541
.000
3
.791
.770
.000
-
- 2
.059
.120
.000
2
2.32
6.18
7.00
0 -
- 8
80.5
51.0
89.2
29
308
Kab.
Pula
ng P
isau
15.
218.
402.
364
- 3
6.90
5.95
3.06
1 5
04.0
13.0
63.0
00
48.
819.
520.
000
- -
2.8
16.0
00.0
00
57.
217.
857.
000
- -
664
.990
.795
.425
309
Kab.
Gun
ung
Mas
21.
692.
797.
314
- 7
8.53
4.23
7.86
7 5
15.3
37.2
53.0
00
53.
054.
850.
000
- -
3.5
03.7
50.0
00
28.
390.
744.
000
- -
700
.513
.632
.181
310
Kab.
Lama
ndau
23.
222.
672.
770
- 6
2.25
7.38
7.99
1 4
24.3
51.6
36.0
00
39.
994.
220.
000
- -
829
.450
.000
1
5.01
1.21
6.00
0 -
- 5
65.6
66.5
82.7
61
311
Kab.
Suk
amar
a 1
8.30
1.10
2.91
8 -
37.
783.
934.
501
409
.309
.371
.000
4
6.36
3.57
0.00
0 -
- 1
.413
.750
.000
-
- -
513
.171
.728
.419
312
Kab.
Kat
ingan
22.
268.
395.
087
- 9
2.59
6.56
9.68
4 6
45.8
88.9
42.0
00
51.
378.
640.
000
- -
2.9
99.0
00.0
00
29.
971.
761.
000
- -
845
.103
.307
.771
313
Kab.
Ser
uyan
47.
632.
132.
443
- 8
5.89
6.93
2.32
5 5
45.4
46.4
15.0
00
47.
966.
050.
000
14.
770.
550.
000
- 2
.090
.500
.000
1
0.27
9.73
6.00
0 -
- 7
54.0
82.3
15.7
68
314
Prov
insi K
alima
ntan
Se
latan
171
.788
.324
.852
-
777
.181
.094
.564
7
01.7
25.5
36.0
00
54.
189.
940.
000
- -
159
.750
.000
-
- 3
28.5
93.4
50.0
00
2.0
33.6
38.0
95.4
16
315
Kab.
Ban
jar 3
4.80
4.49
1.58
0 -
224
.502
.410
.539
6
24.1
36.7
21.0
00
26.
255.
820.
000
- -
2.4
90.0
20.0
00
89.
639.
115.
000
- -
1.0
01.8
28.5
78.1
19
316
Kab.
Bar
ito K
uala
22.
544.
514.
218
- 1
28.5
84.3
41.8
90
512
.015
.486
.000
6
9.37
4.64
0.00
0 1
8.21
1.95
0.00
0 -
1.6
58.2
50.0
00
76.
314.
684.
000
- -
828
.703
.866
.108
317
Kab.
Hulu
Sun
gai S
elata
n 2
8.21
8.74
6.12
5 -
153
.204
.152
.537
4
78.0
93.7
68.0
00
48.
282.
940.
000
- -
1.9
18.7
50.0
00
69.
535.
191.
000
- -
779
.253
.547
.662
PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik lampiran alokasi Transfer ke daerah Tahun anggaran 2014 159
NoNa
ma D
aera
h D
BH P
AJAK
*)
DBH
CHT
**)
DBH
SDA
**)
DAU
D
AK
DAK
TAM
BAHA
N O
TSUS
TA
MSI
L**)
TJ
. PRO
F D
ID
BOS
J
UMLA
H TO
TAL
2014
318
Kab.
Hulu
Sun
gai T
enga
h 1
8.09
3.02
1.12
0 -
128
.555
.409
.257
4
85.5
21.1
39.0
00
48.
035.
890.
000
- -
138
.000
.000
8
2.37
7.60
1.00
0 -
- 7
62.7
21.0
60.3
77
319
Kab.
Hulu
Sun
gai U
tara
20.
899.
217.
361
- 1
28.4
65.0
11.8
17
451
.127
.460
.000
5
7.48
1.72
0.00
0 1
6.28
1.07
0.00
0 -
2.4
69.9
70.0
00
60.
946.
509.
000
- -
737
.670
.958
.178
320
Kab.
Kot
abar
u 6
8.40
9.70
0.53
8 -
378
.071
.035
.624
6
11.8
98.4
56.0
00
35.
822.
460.
000
- -
2.5
37.9
20.0
00
39.
170.
467.
000
- -
1.1
35.9
10.0
39.1
62
321
Kab.
Taba
long
57.
279.
639.
799
- 3
32.2
20.0
49.9
75
444
.103
.855
.000
1
.858
.700
.000
-
- -
70.
785.
456.
000
- -
906
.247
.700
.774
322
Kab.
Tana
h La
ut 2
3.21
0.29
6.31
0 -
394
.695
.886
.438
4
63.3
09.9
49.0
00
23.
710.
400.
000
- -
2.3
03.0
00.0
00
82.
362.
541.
000
- -
989
.592
.072
.748
323
Kab.
Tapin
29.
179.
407.
647
- 3
10.7
48.8
36.3
13
416
.564
.087
.000
3
9.54
6.66
0.00
0 -
- 2
.172
.000
.000
4
8.80
9.12
4.00
0 -
- 8
47.0
20.1
14.9
60
324
Kota
Ban
jarba
ru 2
1.17
2.85
4.29
9 -
128
.692
.927
.337
3
89.1
07.8
68.0
00
48.
678.
260.
000
- -
1.1
18.7
50.0
00
73.
938.
930.
000
- -
662
.709
.589
.636
325
Kota
Ban
jarma
sin 4
7.90
9.10
3.67
0 -
128
.465
.011
.817
6
78.1
76.0
89.0
00
19.
966.
860.
000
- -
- 1
86.6
42.8
92.0
00
- -
1.0
61.1
59.9
56.4
87
326
Kab.
Bala
ngan
31.
677.
300.
794
- 2
74.1
56.1
99.8
89
319
.202
.334
.000
1
2.97
3.91
0.00
0 -
- 1
.387
.690
.000
2
5.27
7.72
4.00
0 -
- 6
64.6
75.1
58.6
83
327
Kab.
Tana
h Bu
mbu
39.
339.
045.
377
- 4
10.7
53.3
74.9
46
426
.008
.216
.000
1
5.48
7.87
0.00
0 -
- 2
.141
.000
.000
4
9.44
6.26
5.00
0 -
- 9
43.1
75.7
71.3
23
328
Prov
insi K
alima
ntan
Timu
r 6
36.7
07.7
16.0
02
- 3
.040
.543
.696
.435
5
7.31
2.51
5.00
0 1
.383
.900
.000
-
- -
- -
351
.631
.430
.000
4
.087
.579
.257
.437
329
Kab.
Ber
au 5
6.48
9.90
5.78
9 -
1.0
35.8
66.2
36.7
42
498
.008
.861
.000
7
.762
.700
.000
-
- 3
.666
.000
.000
3
3.87
9.83
7.00
0 -
- 1
.635
.673
.540
.531
330
Kab.
Bulu
ngan
118
.764
.186
.479
-
753
.299
.943
.983
3
32.4
29.5
48.0
00
10.
711.
300.
000
- -
2.8
36.9
50.0
00
42.
016.
441.
000
- -
1.2
60.0
58.3
69.4
62
331
Kab.
Kut
ai Ka
rtan
egar
a 6
47.9
90.7
05.6
67
- 3
.175
.270
.157
.606
1
27.0
10.9
80.0
00
72.
361.
100.
000
- -
14.
623.
500.
000
149
.976
.727
.000
-
- 4
.187
.233
.170
.273
332
Kab.
Kut
ai Ba
rat
62.
322.
822.
806
- 5
93.8
09.7
68.0
29
468
.645
.135
.000
7
0.27
6.77
0.00
0 2
0.40
2.43
0.00
0 -
2.9
40.0
00.0
00
48.
186.
724.
000
- -
1.2
66.5
83.6
49.8
35
333
Kab.
Kut
ai Tim
ur 1
86.3
37.5
31.6
01
- 1
.773
.230
.208
.176
5
65.7
46.9
99.0
00
15.
432.
190.
000
- -
2.8
20.6
90.0
00
40.
353.
284.
000
- -
2.5
83.9
20.9
02.7
77
334
Kab.
Mali
nau
35.
052.
303.
403
- 7
70.2
14.7
33.7
24
653
.156
.829
.000
5
3.40
1.20
0.00
0 1
5.39
6.33
0.00
0 -
2.7
21.0
00.0
00
28.
454.
665.
000
- -
1.5
58.3
97.0
61.1
27
335
Kab.
Nun
ukan
75.
948.
113.
511
- 7
86.0
03.5
93.1
86
311
.776
.974
.000
8
2.80
4.51
0.00
0 1
2.17
9.08
0.00
0 -
3.5
93.2
50.0
00
28.
091.
953.
000
- -
1.3
00.3
97.4
73.6
97
336
Kab.
Pas
ir 8
8.96
7.07
7.60
6 -
901
.550
.688
.747
3
08.2
51.1
83.0
00
7.7
05.7
00.0
00
- -
- 7
4.76
5.38
8.00
0 -
- 1
.381
.240
.037
.353
337
Kota
Bali
kpap
an 1
87.0
18.8
14.1
74
- 6
15.5
30.4
10.8
20
449
.982
.262
.000
7
.989
.240
.000
-
- 1
.558
.750
.000
1
06.4
32.6
39.0
00
- -
1.3
68.5
12.1
15.9
94
338
Kota
Bon
tang
148
.887
.039
.558
-
640
.161
.569
.700
1
53.1
85.7
76.0
00
- -
- 7
18.5
00.0
00
49.
511.
781.
000
- -
992
.464
.666
.258
339
Kota
Sam
arind
a 1
22.7
29.2
57.8
62
- 7
03.7
09.0
19.9
98
614
.366
.913
.000
2
0.90
3.18
0.00
0 -
- 1
.613
.250
.000
1
82.0
09.3
78.0
00
- -
1.6
45.3
30.9
98.8
60
340
Kota
Tara
kan
81.
590.
999.
852
- 6
43.4
91.9
64.8
20
249
.949
.676
.000
3
.786
.510
.000
-
- 1
.266
.250
.000
8
2.39
4.67
5.00
0 -
- 1
.062
.480
.075
.672
341
Kab.
Pen
ajam
Pase
r Uta
ra 1
00.5
54.8
99.5
44
- 6
98.5
81.5
81.3
16
188
.713
.598
.000
2
.216
.250
.000
-
- 2
10.5
00.0
00
40.
867.
901.
000
- -
1.0
31.1
44.7
29.8
60
342
Kab.
Tana
Tidu
ng 2
2.40
1.54
7.26
2 -
682
.601
.151
.203
2
04.4
15.4
27.0
00
- -
- 9
32.4
40.0
00
38.
980.
309.
000
- -
949
.330
.874
.465
343
Kab.
Mah
akam
Ulu
26.
124.
238.
021
- 3
56.4
14.9
21.0
39
141
.922
.703
.000
5
.250
.580
.000
-
- 1
.341
.000
.000
1
4.07
6.52
8.00
0 -
- 5
45.1
29.9
70.0
60
344
Prov
insi K
alima
ntan
Uta
ra 9
3.62
1.78
8.32
7 -
1.0
91.1
72.8
72.2
48
20.
567.
986.
000
8.2
21.2
70.0
00
--
- -
- 7
2.98
1.44
0.00
0 1
.286
.565
.356
.575
PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik160
NoNa
ma D
aera
h D
BH P
AJAK
*)
DBH
CHT
**)
DBH
SDA
**)
DAU
D
AK
DAK
TAM
BAHA
N O
TSUS
TA
MSI
L**)
TJ
. PRO
F D
ID
BOS
J
UMLA
H TO
TAL
2014
345
Prov
insi S
ulawe
si Ut
ara
70.
596.
672.
428
- 2
0.29
8.23
0.56
1 9
49.8
52.6
22.0
00
59.
675.
060.
000
- -
159
.750
.000
-
19.
563.
185.
000
269
.266
.300
.000
1
.389
.411
.819
.989
346
Kab.
Bola
ang
Mon
gond
ow 8
.733
.143
.854
-
3.2
81.9
58.0
75
485
.630
.988
.000
5
8.71
7.45
0.00
0 -
- 1
.848
.750
.000
5
7.36
9.29
4.00
0 -
- 6
15.5
81.5
83.9
29
347
Kab.
Mina
hasa
14.
050.
729.
929
- 3
.729
.153
.303
5
95.5
65.0
85.0
00
56.
058.
270.
000
- -
- 1
43.2
59.2
57.0
00
- -
812
.662
.495
.232
348
Kab.
San
gihe
8.5
02.0
44.3
39
- 3
.157
.729
.467
4
71.8
48.3
15.0
00
106
.397
.410
.000
1
4.74
1.54
0.00
0 -
3.6
16.7
50.0
00
55.
294.
218.
000
- -
663
.558
.006
.806
349
Kota
Bitu
ng 1
2.88
5.90
1.17
2 -
6.7
33.3
88.3
25
469
.745
.053
.000
5
2.86
9.75
0.00
0 -
- 1
.369
.870
.000
5
1.93
9.91
4.00
0 2
3.74
6.63
3.00
0 -
619
.290
.509
.497
350
Kota
Man
ado
35.
226.
243.
793
- 3
.096
.800
.493
7
29.2
13.7
79.0
00
49.
614.
960.
000
- -
1.1
25.7
50.0
00
151
.159
.212
.000
-
- 9
69.4
36.7
45.2
86
351
Kab.
Kep
ulaua
n Ta
laud
10.
752.
556.
822
- 3
.732
.612
.027
4
28.0
36.8
55.0
00
95.
163.
720.
000
12.
663.
050.
000
- 1
.329
.720
.000
6
4.22
6.72
6.00
0 -
- 6
15.9
05.2
39.8
49
352
Kab.
Mina
hasa
Sela
tan
11.
209.
311.
749
- 3
.817
.080
.484
4
76.1
05.0
45.0
00
53.
610.
170.
000
- -
1.9
91.2
50.0
00
93.
667.
575.
000
- -
640
.400
.432
.233
353
Kota
Tomo
hon
14.
295.
788.
603
- 4
.236
.905
.530
3
76.3
34.1
35.0
00
37.
483.
280.
000
- -
- 5
4.05
4.76
7.00
0 -
- 4
86.4
04.8
76.1
33
354
Kab.
Mina
hasa
Uta
ra 1
5.55
2.73
6.85
4 -
25.
519.
040.
229
425
.937
.354
.000
6
7.79
7.59
0.00
0 -
- 1
.248
.500
.000
4
9.98
0.23
7.00
0 -
- 5
86.0
35.4
58.0
83
355
Kota
Kot
amob
agu
11.
769.
621.
654
- 3
.090
.529
.467
3
40.0
81.9
03.0
00
37.
428.
140.
000
- -
518
.250
.000
6
3.86
1.21
6.00
0 -
- 4
56.7
49.6
60.1
21
356
Kab.
Bola
ang
Mon
gond
ow
Utar
a 9
.511
.700
.003
-
3.8
72.3
90.0
36
326
.625
.009
.000
4
5.00
2.63
0.00
0 -
- 2
.335
.830
.000
2
1.97
3.75
1.00
0 -
- 4
09.3
21.3
10.0
39
357
Kab.
Kep
ulaua
n Si
au
Tagu
landa
ng B
iaro
8.0
19.9
27.0
19
- 3
.090
.529
.467
3
40.2
18.9
76.0
00
42.
201.
940.
000
8.3
39.9
80.0
00
- -
41.
894.
043.
000
- -
443
.765
.395
.486
358
Kab.
Mina
hasa
Teng
gara
9.4
80.3
96.5
12
- 3
.478
.214
.633
4
00.6
61.7
37.0
00
49.
912.
030.
000
- -
1.2
57.6
70.0
00
50.
614.
787.
000
- -
515
.404
.835
.145
359
Kab.
Bola
ang
Mon
gond
ow
Timur
6.7
24.2
95.6
28
- 7
.929
.957
.753
2
88.4
06.8
75.0
00
41.
528.
520.
000
- -
321
.870
.000
1
5.38
4.49
1.00
0 -
- 3
60.2
96.0
09.3
81
360
Kab.
Bola
ang
Mon
gond
ow
Selat
an 6
.899
.425
.595
-
8.8
16.6
56.8
31
289
.221
.846
.000
4
5.71
6.37
0.00
0 -
- 1
.055
.750
.000
1
2.04
8.13
7.00
0 -
- 3
63.7
58.1
85.4
26
361
Prov
insi G
oron
talo
22.
835.
744.
673
- 1
.282
.137
.046
7
34.2
79.4
38.0
00
42.
374.
060.
000
- -
- -
- 1
26.8
46.0
30.0
00
927
.617
.409
.719
362
Kab.
Boa
lemo
10.
029.
408.
260
- 6
91.9
54.6
33
389
.548
.660
.000
6
0.40
7.61
0.00
0 1
1.99
9.70
0.00
0 -
2.6
56.7
50.0
00
37.
350.
797.
000
- -
512
.684
.879
.893
363
Kab.
Gor
onta
lo 9
.663
.531
.249
-
1.6
55.0
92.5
13
601
.207
.484
.000
6
3.95
5.90
0.00
0 -
- 1
.291
.750
.000
9
6.99
4.31
8.00
0 3
.000
.000
.000
-
777
.768
.075
.762
364
Kota
Gor
onta
lo 1
4.85
0.59
3.76
7 -
428
.347
.109
4
56.3
31.4
70.0
00
39.
692.
200.
000
- -
- 9
2.99
0.63
6.00
0 -
- 6
04.2
93.2
46.8
76
365
Kab.
Poh
uwat
o 1
0.97
0.36
5.83
5 -
1.9
99.8
69.3
58
438
.955
.271
.000
5
6.96
4.08
0.00
0 1
4.87
8.87
0.00
0 -
2.7
13.0
00.0
00
49.
767.
183.
000
- -
576
.248
.639
.193
366
Kab.
Bon
e Bo
lango
11.
652.
808.
285
- 1
.896
.858
.602
4
08.5
00.7
50.0
00
52.
754.
060.
000
- -
775
.750
.000
7
7.79
2.43
2.00
0 -
- 5
53.3
72.6
58.8
87
367
Kab.
Gor
onta
lo Ut
ara
8.8
70.1
27.3
40
- 1
.369
.594
.345
3
24.1
21.5
52.0
00
53.
679.
960.
000
14.
164.
580.
000
- 1
.735
.750
.000
3
7.13
6.69
3.00
0 -
- 4
41.0
78.2
56.6
85
368
Prov
insi S
ulawe
si Te
ngah
66.
806.
486.
234
1.7
14.4
34.4
56
36.
563.
589.
045
1.0
87.8
85.0
14.0
00
63.
942.
480.
000
- -
27.
750.
000
- 1
9.21
8.24
4.00
0 3
43.2
85.2
00.0
00
1.6
19.4
43.1
97.7
35
369
Kab.
Ban
ggai
23.
940.
978.
656
171
.443
.444
2
1.31
9.21
1.63
4 7
94.8
40.0
29.0
00
66.
948.
230.
000
14.
772.
750.
000
- 3
.494
.250
.000
9
9.28
8.48
3.00
0 2
2.65
5.76
6.00
0 -
1.0
47.4
31.1
41.7
34
PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik lampiran alokasi Transfer ke daerah Tahun anggaran 2014 161
NoNa
ma D
aera
h D
BH P
AJAK
*)
DBH
CHT
**)
DBH
SDA
**)
DAU
D
AK
DAK
TAM
BAHA
N O
TSUS
TA
MSI
L**)
TJ
. PRO
F D
ID
BOS
J
UMLA
H TO
TAL
2014
370
Kab.
Ban
ggai
Kepu
lauan
8.9
62.5
36.8
29
77.
149.
550
3.1
07.8
56.5
00
347
.051
.160
.000
5
1.36
1.85
0.00
0 1
1.31
6.51
0.00
0 -
2.0
19.0
00.0
00
33.
746.
009.
000
- -
457
.642
.071
.879
371
Kab.
Buo
l 1
3.28
8.99
7.62
1 1
71.4
43.4
44
10.
584.
188.
871
455
.657
.415
.000
4
5.73
6.61
0.00
0 1
0.84
9.82
0.00
0 -
3.7
75.2
50.0
00
38.
144.
113.
000
- -
578
.207
.837
.936
372
Kab.
Toli-T
oli 1
2.08
4.43
5.16
5 1
71.4
43.4
44
10.
635.
127.
099
535
.154
.857
.000
6
1.80
7.18
0.00
0 1
3.92
3.70
0.00
0 -
3.4
73.0
00.0
00
38.
059.
384.
000
- -
675
.309
.126
.708
373
Kab.
Don
ggala
16.
627.
335.
146
171
.443
.444
9
.246
.718
.876
5
73.6
70.2
22.0
00
53.
585.
850.
000
13.
020.
770.
000
- 3
.598
.500
.000
7
4.08
3.73
4.00
0 2
5.15
6.54
3.00
0 -
769
.161
.116
.466
374
Kab.
Mor
owali
13.
521.
039.
920
94.
293.
894
20.
452.
859.
052
286
.764
.166
.000
5
3.39
1.82
0.00
0 1
0.40
0.29
0.00
0 -
1.8
30.0
00.0
00
30.
578.
306.
000
3.0
00.0
00.0
00
- 4
20.0
32.7
74.8
66
375
Kab.
Pos
o 1
6.55
5.33
2.89
4 1
71.4
43.4
44
10.
796.
778.
959
642
.281
.901
.000
6
6.15
9.94
0.00
0 1
5.89
8.31
0.00
0 -
4.0
65.7
50.0
00
82.
441.
339.
000
22.
317.
301.
000
- 8
60.6
88.0
96.2
97
376
Kota
Palu
25.
460.
734.
190
2.2
85.9
12.5
96
7.0
24.7
64.7
12
637
.378
.278
.000
6
1.69
7.38
0.00
0 -
- 1
.468
.500
.000
1
34.3
68.3
38.0
00
27.
588.
057.
000
- 8
97.2
71.9
64.4
98
377
Kab.
Par
igi M
outo
ng 1
5.02
2.91
8.57
0 1
71.4
43.4
44
9.4
08.7
49.7
64
660
.265
.526
.000
6
8.36
1.35
0.00
0 1
4.68
6.52
0.00
0 -
2.1
85.0
00.0
00
69.
089.
821.
000
- -
839
.191
.328
.778
378
Kab.
Tojo
Una U
na 1
3.41
0.07
2.09
7 1
71.4
43.4
44
20.
357.
964.
501
482
.416
.599
.000
6
3.53
5.76
0.00
0 1
2.22
0.69
0.00
0 -
3.7
97.2
50.0
00
26.
882.
035.
000
22.
625.
623.
000
- 6
45.4
17.4
37.0
42
379
Kab.
Sigi
10.
434.
518.
960
171
.443
.444
7
.247
.416
.633
5
63.0
92.4
55.0
00
57.
308.
500.
000
9.8
41.0
70.0
00
- 2
.296
.250
.000
6
0.06
4.41
8.00
0 3
.000
.000
.000
-
713
.456
.072
.037
380
Kab.
Ban
ggai
Laut
5.1
17.4
98.5
54
94.
293.
894
3.1
07.8
56.5
00
153
.501
.061
.000
4
.973
.950
.000
-
- 1
.005
.000
.000
1
9.05
9.85
2.00
0 -
- 1
86.8
59.5
11.9
48
381
Kab.
Mor
owali
Uta
ra 1
4.79
5.25
8.30
2 7
7.14
9.55
0 2
7.88
0.79
3.20
5 3
95.4
47.7
52.0
00
- -
- 1
.197
.000
.000
2
5.90
9.90
4.00
0 -
- 4
65.3
07.8
57.0
57
382
Prov
insi S
ulawe
si Se
latan
238
.355
.333
.754
4
.787
.653
.342
4
0.78
5.79
0.57
7 1
.209
.598
.741
.000
7
2.97
6.48
0.00
0 -
- 5
77.5
00.0
00
- 1
9.04
1.98
6.00
0 9
22.4
01.6
30.0
00
2.5
08.5
25.1
14.6
73
383
Kab.
Ban
taen
g 1
4.75
2.83
7.28
2 2
15.4
69.1
71
3.6
92.6
00.8
31
424
.570
.861
.000
4
7.28
7.96
0.00
0 -
- 1
.140
.750
.000
5
1.83
2.57
6.00
0 -
- 5
43.4
93.0
54.2
84
384
Kab.
Bar
ru 1
5.00
1.37
6.09
2 2
17.4
52.0
98
3.8
50.6
01.4
71
471
.135
.015
.000
5
0.75
5.42
0.00
0 -
- 1
.285
.500
.000
6
7.26
4.91
7.00
0 -
- 6
09.5
10.2
81.6
61
385
Kab.
Bon
e 3
4.06
4.46
5.17
8 1
.098
.493
.145
3
.697
.917
.695
9
50.4
01.9
34.0
00
86.
315.
710.
000
- -
- 2
17.1
83.9
81.0
00
- -
1.2
92.7
62.5
01.0
18
386
Kab.
Bulu
kumb
a 1
9.59
9.03
6.77
7 3
26.4
39.9
90
3.9
61.4
00.8
31
653
.897
.726
.000
7
5.44
4.82
0.00
0 -
- -
138
.608
.723
.000
2
2.82
9.85
4.00
0 -
914
.668
.000
.598
387
Kab.
Enre
kang
18.
129.
038.
860
208
.231
.944
3
.948
.383
.073
4
84.9
07.2
85.0
00
50.
131.
700.
000
- -
2.5
49.7
50.0
00
95.
530.
424.
000
19.
225.
406.
000
- 6
74.6
30.2
18.8
77
388
Kab.
Gow
a 1
7.18
3.89
8.51
0 2
08.1
58.8
40
3.6
92.6
00.8
31
746
.700
.092
.000
8
0.22
7.53
0.00
0 -
- 5
.977
.750
.000
1
42.7
15.6
23.0
00
3.0
00.0
00.0
00
- 9
99.7
05.6
53.1
81
389
Kab.
Jen
epon
to 1
6.53
2.28
7.86
6 2
46.6
20.3
17
3.6
92.6
00.8
31
542
.150
.883
.000
5
9.32
5.09
0.00
0 1
2.69
7.95
0.00
0 -
1.9
87.7
50.0
00
74.
953.
191.
000
- -
711
.586
.373
.014
390
Kab.
Luwu
13.
490.
524.
775
210
.525
.560
5
.192
.474
.301
5
95.6
99.1
50.0
00
68.
010.
320.
000
- -
- 7
9.89
4.31
1.00
0 -
- 7
62.4
97.3
05.6
36
391
Kab.
Luwu
Uta
ra 1
9.11
7.82
8.59
7 2
08.1
58.8
40
6.8
28.9
06.0
31
573
.100
.112
.000
5
1.87
9.10
0.00
0 -
- 2
.142
.500
.000
6
8.86
3.29
7.00
0 -
- 7
22.1
39.9
02.4
68
392
Kab.
Mar
os 1
7.02
7.33
3.84
8 2
08.1
58.8
40
3.8
17.0
61.9
51
614
.598
.482
.000
7
8.42
6.63
0.00
0 -
- -
84.
883.
687.
000
21.
883.
191.
000
- 8
20.8
44.5
44.6
39
393
Kab.
Pan
gkaje
ne
Kepu
lauan
28.
504.
215.
591
212
.727
.797
3
.720
.220
.031
6
23.4
18.9
90.0
00
59.
074.
820.
000
13.
472.
670.
000
- 2
.503
.750
.000
9
4.87
3.90
5.00
0 2
2.19
1.24
5.00
0 -
847
.972
.543
.419
394
Kab.
Pinr
ang
17.
089.
162.
120
208
.158
.840
3
.692
.600
.831
6
29.2
85.5
50.0
00
56.
046.
540.
000
- -
717
.930
.000
1
12.3
71.7
04.0
00
26.
687.
187.
000
- 8
46.0
98.8
32.7
91
395
Kab.
Kep
ulaua
n Se
layar
15.
301.
192.
510
208
.158
.840
4
.758
.954
.623
4
58.0
19.0
13.0
00
56.
078.
800.
000
13.
730.
230.
000
- -
63.
375.
993.
000
- -
611
.472
.341
.973
396
Kab.
Side
nren
g Ra
ppan
g 2
0.50
8.32
6.68
6 2
08.1
58.8
40
4.0
52.3
69.5
73
533
.655
.220
.000
5
1.75
5.94
0.00
0 -
- -
95.
364.
599.
000
- -
705
.544
.614
.099
PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik162
NoNa
ma D
aera
h D
BH P
AJAK
*)
DBH
CHT
**)
DBH
SDA
**)
DAU
D
AK
DAK
TAM
BAHA
N O
TSUS
TA
MSI
L**)
TJ
. PRO
F D
ID
BOS
J
UMLA
H TO
TAL
2014
397
Kab.
Sinj
ai 1
3.76
1.53
9.98
9 1
.461
.880
.542
4
.250
.999
.231
5
21.6
28.3
40.0
00
55.
315.
050.
000
- -
704
.000
.000
1
00.3
32.1
51.0
00
- -
697
.453
.960
.762
398
Kab.
Sop
peng
14.
690.
082.
928
3.9
72.6
27.3
02
3.6
95.2
88.8
31
569
.126
.996
.000
4
3.71
9.30
0.00
0 -
- -
106
.392
.484
.000
-
- 7
41.5
96.7
79.0
61
399
Kab.
Taka
lar 1
7.74
9.70
8.46
4 2
08.1
58.8
40
3.6
92.6
55.9
35
565
.195
.363
.000
6
4.13
2.72
0.00
0 -
- 1
.656
.660
.000
9
4.02
8.19
9.00
0 -
- 7
46.6
63.4
65.2
39
400
Kab.
Tana
Tora
ja 1
3.41
8.59
5.61
1 2
54.7
62.1
98
3.7
99.5
78.1
63
486
.447
.423
.000
5
8.94
7.98
0.00
0 -
- 1
.272
.640
.000
7
4.76
1.60
8.00
0 -
- 6
38.9
02.5
86.9
72
401
Kab.
Wajo
62.
045.
767.
347
243
.486
.013
3
0.81
0.59
2.11
1 6
31.2
47.1
60.0
00
63.
351.
730.
000
- -
1.9
63.5
00.0
00
130
.324
.704
.000
2
2.57
9.56
1.00
0 -
942
.566
.500
.471
402
Kota
Par
e-pa
re 1
6.24
9.82
8.46
0 2
08.1
58.8
40
3.6
92.6
00.8
31
426
.405
.955
.000
3
2.48
5.35
0.00
0 -
- 1
.833
.700
.000
1
02.2
88.2
91.0
00
- -
583
.163
.884
.131
403
Kota
Mak
assa
r 9
4.91
8.00
1.15
2 2
08.1
58.8
40
3.6
92.6
00.8
31
1.1
14.8
53.2
12.0
00
64.
792.
920.
000
- -
2.2
73.2
70.0
00
316
.829
.383
.000
-
- 1
.597
.567
.545
.823
404
Kota
Palo
po 1
4.01
6.19
7.22
2 2
08.1
58.8
40
4.1
57.5
84.5
11
449
.242
.430
.000
3
6.48
1.00
0.00
0 -
- 1
.703
.250
.000
7
1.09
4.41
1.00
0 -
- 5
76.9
03.0
31.5
73
405
Kab.
Luwu
Timu
r 4
8.50
6.96
7.48
0 2
08.1
58.8
40
38.
453.
390.
380
462
.819
.314
.000
5
5.59
5.03
0.00
0 -
- 2
.190
.000
.000
6
3.80
5.54
2.00
0 2
2.27
0.51
6.00
0 -
693
.848
.918
.700
406
Kab.
Tora
ja Ut
ara
10.
019.
027.
456
212
.727
.797
1
7.95
7.11
6.21
4 4
48.4
17.2
28.0
00
67.
834.
880.
000
18.
195.
300.
000
- 1
.776
.060
.000
8
9.95
9.83
9.00
0 -
- 6
54.3
72.1
78.4
67
407
Prov
insi S
ulawe
si Ba
rat
27.
932.
220.
882
- 3
.109
.360
.560
7
76.2
14.1
22.0
00
50.
585.
710.
000
- -
236
.250
.000
-
- 1
58.4
50.3
80.0
00
1.0
16.5
28.0
43.4
42
408
Kab.
Maje
ne 1
4.15
3.46
4.37
7 -
1.2
29.3
33.8
86
457
.679
.754
.000
5
7.02
8.57
0.00
0 1
0.70
8.39
0.00
0 -
2.4
32.1
60.0
00
59.
751.
931.
000
- -
602
.983
.603
.263
409
Kab.
Mam
uju 2
0.78
1.61
8.05
2 -
7.0
70.2
47.1
29
463
.324
.979
.000
5
8.10
8.65
0.00
0 1
2.63
8.45
0.00
0 -
1.4
97.0
00.0
00
75.
182.
333.
000
2.0
00.0
00.0
00
- 6
40.6
03.2
77.1
81
410
Kab.
Pole
wali M
anda
r 1
4.41
7.96
3.45
0 -
2.0
06.8
91.6
46
603
.283
.761
.000
6
7.36
6.89
0.00
0 1
2.98
6.64
0.00
0 -
2.4
31.2
00.0
00
117
.653
.395
.000
-
- 8
20.1
46.7
41.0
96
411
Kab.
Mam
asa
11.
404.
794.
043
- 9
44.0
09.6
87
438
.577
.823
.000
5
8.01
4.32
0.00
0 1
7.81
1.94
0.00
0 -
1.4
85.1
20.0
00
62.
311.
826.
000
- -
590
.549
.832
.730
412
Kab.
Mam
uju U
tara
28.
117.
193.
533
- 1
.307
.877
.246
3
83.3
92.2
81.0
00
53.
813.
540.
000
9.3
31.1
20.0
00
- 5
.329
.290
.000
3
0.13
3.90
9.00
0 -
- 5
11.4
25.2
10.7
79
413
Kab.
Mam
uju Te
ngah
9.2
23.3
24.5
16
- 4
.018
.503
.849
1
76.3
75.6
04.0
00
- -
- 8
49.0
00.0
00
26.
397.
492.
000
- -
216
.863
.924
.365
414
Prov
insi S
ulawe
si Te
ngga
ra 5
4.96
2.21
2.27
2 -
58.
848.
029.
326
1.0
53.6
36.0
11.0
00
58.
750.
010.
000
- -
- -
- 3
12.1
01.4
40.0
00
1.5
38.2
97.7
02.5
98
415
Kab.
But
on 1
5.18
3.97
7.44
8 -
15.
909.
075.
931
601
.624
.424
.000
7
0.06
1.05
0.00
0 1
3.85
4.37
0.00
0 -
2.9
76.0
20.0
00
91.
222.
155.
000
21.
301.
307.
000
- 8
32.1
32.3
79.3
79
416
Kab.
Kon
awe
9.5
14.6
71.3
11
- 1
7.56
9.23
3.45
4 5
84.0
33.0
36.0
00
70.
237.
930.
000
14.
663.
020.
000
- 1
.359
.000
.000
8
1.29
6.38
2.00
0 1
9.50
8.46
9.00
0 -
798
.181
.741
.765
417
Kab.
Kola
ka 2
2.29
5.31
1.32
5 -
33.
042.
262.
147
454
.342
.506
.000
6
8.05
9.09
0.00
0 -
- 2
.226
.000
.000
6
7.06
2.45
1.00
0 1
9.34
1.24
6.00
0 -
666
.368
.866
.472
418
Kab.
Mun
a 1
0.64
4.97
9.44
8 -
11.
741.
117.
278
689
.447
.643
.000
6
8.09
2.95
0.00
0 1
3.08
2.11
0.00
0 -
1.4
12.5
20.0
00
130
.008
.735
.000
-
- 9
24.4
30.0
54.7
26
419
Kota
Ken
dari
21.
942.
745.
777
- 1
0.34
7.75
4.68
0 6
11.1
79.5
29.0
00
55.
353.
980.
000
- -
1.3
71.5
60.0
00
109
.106
.304
.000
-
- 8
09.3
01.8
73.4
57
420
Kota
Bau
-bau
12.
590.
295.
144
- 1
0.45
6.11
8.09
1 4
65.5
83.8
77.0
00
41.
601.
960.
000
- -
2.5
38.0
00.0
00
86.
869.
741.
000
- -
619
.639
.991
.235
421
Kab.
Kon
awe
Selat
an 1
3.32
3.07
3.80
1 -
27.
077.
425.
062
581
.807
.666
.000
8
5.74
9.87
0.00
0 2
0.20
6.88
0.00
0 -
2.4
99.7
50.0
00
60.
368.
369.
000
- -
791
.033
.033
.863
422
Kab.
Bom
bana
13.
285.
856.
445
- 1
9.61
2.48
4.63
5 4
14.0
06.9
48.0
00
62.
016.
600.
000
15.
783.
520.
000
- 1
.620
.000
.000
3
9.29
9.02
2.00
0 2
0.57
5.03
0.00
0 -
586
.199
.461
.080
423
Kab.
Wak
atob
i 1
0.13
6.80
7.60
9 -
10.
347.
754.
680
387
.267
.035
.000
5
6.80
1.23
0.00
0 1
4.75
4.73
0.00
0 -
2.0
14.2
50.0
00
41.
525.
756.
000
- -
522
.847
.563
.289
PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik lampiran alokasi Transfer ke daerah Tahun anggaran 2014 163
NoNa
ma D
aera
h D
BH P
AJAK
*)
DBH
CHT
**)
DBH
SDA
**)
DAU
D
AK
DAK
TAM
BAHA
N O
TSUS
TA
MSI
L**)
TJ
. PRO
F D
ID
BOS
J
UMLA
H TO
TAL
2014
424
Kab.
Kola
ka U
tara
11.
076.
796.
147
- 1
9.30
8.16
8.34
8 4
38.7
46.7
57.0
00
53.
527.
880.
000
14.
211.
440.
000
- 2
.074
.000
.000
3
6.39
4.60
1.00
0 -
- 5
75.3
39.6
42.4
95
425
Kab.
Kon
awe
Utar
a 1
4.50
8.63
4.62
2 -
29.
362.
060.
815
441
.295
.580
.000
4
5.97
4.05
0.00
0 8
.741
.230
.000
-
1.8
01.0
00.0
00
18.
648.
374.
000
- -
560
.330
.929
.437
426
Kab.
But
on U
tara
6.9
29.2
47.8
81
- 1
1.41
3.19
4.47
5 3
66.5
51.4
66.0
00
53.
513.
420.
000
11.
347.
510.
000
- 2
.073
.750
.000
2
2.35
5.62
1.00
0 -
- 4
74.1
84.2
09.3
56
427
Kab.
Kola
ka Ti
mur
5.8
99.4
06.9
98
- 2
5.02
6.42
5.44
5 2
23.1
77.1
56.0
00
5.4
86.5
20.0
00
--
1.1
04.0
00.0
00
23.
630.
460.
000
- -
284
.323
.968
.443
428
Kab.
Kon
awe
Kepu
lauan
2.9
33.4
03.0
33
- 3
.155
.937
.859
9
7.69
8.63
0.00
0 -
--
1.1
10.0
00.0
00
14.
117.
604.
000
- -
119
.015
.574
.892
429
Prov
insi B
ali 1
65.8
22.6
56.4
03
3.3
40.1
47.9
76
- 8
32.2
97.4
73.0
00
41.
600.
750.
000
- -
1.9
30.1
20.0
00
- -
380
.385
.340
.000
1
.425
.376
.487
.379
430
Kab.
Bad
ung
59.
465.
447.
975
417
.518
.497
4
02.4
14.4
86
324
.815
.695
.000
5
51.1
60.0
00
- -
1.0
16.5
00.0
00
130
.516
.028
.000
2
3.31
1.37
9.00
0 -
540
.496
.142
.958
431
Kab.
Ban
gli 1
6.51
0.42
2.37
2 4
56.5
86.3
80
402
.414
.486
4
86.3
81.0
05.0
00
43.
195.
920.
000
- -
1.9
04.5
00.0
00
70.
094.
513.
000
- -
618
.945
.361
.238
432
Kab.
Bule
leng
30.
443.
756.
993
3.6
09.4
37.0
80
402
.414
.486
8
54.5
32.2
48.0
00
64.
898.
210.
000
- -
790
.250
.000
2
17.9
90.9
74.0
00
- -
1.1
72.6
67.2
90.5
59
433
Kab.
Gian
yar
24.
243.
169.
762
1.1
82.8
48.6
40
402
.414
.486
6
26.6
74.6
08.0
00
44.
882.
840.
000
- -
713
.250
.000
1
57.1
17.8
02.0
00
19.
943.
276.
000
- 8
75.1
60.2
08.8
88
434
Kab.
Jem
bran
a 1
7.59
4.71
7.36
1 4
17.5
18.4
97
402
.414
.486
4
84.8
25.8
04.0
00
43.
546.
330.
000
- -
1.3
29.7
50.0
00
94.
906.
804.
000
- -
643
.023
.338
.344
435
Kab.
Kar
anga
sem
20.
338.
565.
748
457
.214
.025
4
02.4
14.4
86
614
.793
.461
.000
6
0.47
3.98
0.00
0 -
- 2
.998
.250
.000
1
39.0
72.7
71.0
00
- -
838
.536
.656
.259
436
Kab.
Klun
gkun
g 1
6.32
8.71
7.56
9 4
17.5
18.4
97
402
.414
.486
4
74.4
27.7
96.0
00
42.
267.
390.
000
- -
1.2
89.7
50.0
00
88.
673.
765.
000
- -
623
.807
.351
.552
437
Kab.
Taba
nan
21.
970.
222.
682
417
.518
.497
4
02.4
14.4
86
719
.621
.530
.000
5
8.51
4.49
0.00
0 -
- 2
.025
.500
.000
1
57.7
21.6
76.0
00
- -
960
.673
.351
.665
438
Kota
Den
pasa
r 8
2.67
3.32
4.99
4 4
17.5
18.4
97
402
.414
.486
6
15.9
61.9
06.0
00
24.
642.
780.
000
- -
- 1
82.1
10.9
33.0
00
22.
763.
285.
000
- 9
28.9
72.1
61.9
77
439
Prov
insi N
usa T
engg
ara
Bara
t 8
4.75
8.18
8.79
2 6
8.22
5.85
0.41
9 3
8.74
3.38
7.67
7 9
80.3
90.3
40.0
00
54.
663.
430.
000
- -
1.4
49.0
00.0
00
- 3
.000
.000
.000
4
59.0
73.4
00.0
00
1.6
90.3
03.5
96.8
88
440
Kab.
Bim
a 1
4.74
5.51
2.85
9 8
.261
.378
.634
1
0.26
1.37
9.52
6 7
71.0
58.9
47.0
00
73.
107.
750.
000
17.
837.
590.
000
- 3
.137
.500
.000
1
32.8
69.3
33.0
00
- -
1.0
31.2
79.3
91.0
19
441
Kab.
Dom
pu 1
2.75
5.42
1.42
6 4
.493
.919
.543
9
.551
.581
.631
5
21.6
67.7
43.0
00
51.
626.
440.
000
14.
374.
880.
000
- -
70.
734.
806.
000
- -
685
.204
.791
.600
442
Kab.
Lomb
ok B
arat
14.
534.
378.
026
11.
745.
641.
725
8.6
00.9
13.7
48
685
.318
.844
.000
5
8.94
6.38
0.00
0 1
1.76
6.67
0.00
0 -
1.1
94.7
50.0
00
120
.522
.888
.000
-
- 9
12.6
30.4
65.4
99
443
Kab.
Lomb
ok Te
ngah
17.
956.
857.
512
38.
147.
077.
401
8.3
50.0
49.4
28
865
.423
.847
.000
6
6.40
3.04
0.00
0 1
4.51
8.06
0.00
0 -
2.7
09.7
50.0
00
178
.325
.531
.000
2
2.80
9.99
4.00
0 -
1.2
14.6
44.2
06.3
41
444
Kab.
Lomb
ok Ti
mur
18.
925.
089.
505
50.
912.
478.
129
8.3
50.0
76.3
08
1.0
39.1
24.6
22.0
00
101
.042
.760
.000
2
2.71
4.29
0.00
0 -
1.3
58.9
00.0
00
218
.799
.196
.000
-
- 1
.461
.227
.411
.942
445
Kab.
Sum
bawa
19.
207.
214.
945
7.9
71.8
18.9
95
12.
999.
697.
369
724
.963
.659
.000
6
6.03
8.06
0.00
0 1
5.20
6.73
0.00
0 -
2.1
54.5
00.0
00
115
.120
.871
.000
2
2.05
2.55
5.00
0 -
985
.715
.106
.309
446
Kota
Mat
aram
27.
271.
142.
072
28.
789.
814.
676
8.3
50.0
49.4
28
564
.661
.391
.000
5
2.22
2.91
0.00
0 -
- -
119
.413
.450
.000
-
- 8
00.7
08.7
57.1
76
447
Kota
Bim
a 1
2.90
9.19
6.14
7 2
.694
.013
.117
8
.350
.049
.428
4
10.4
83.3
10.0
00
33.
992.
090.
000
- -
- 7
8.09
4.21
8.00
0 -
- 5
46.5
22.8
76.6
92
448
Kab.
Sum
bawa
Bar
at 4
3.40
5.23
7.21
5 2
.190
.604
.200
7
6.33
1.52
6.97
1 3
49.2
83.8
34.0
00
44.
717.
880.
000
11.
382.
060.
000
- 1
.632
.000
.000
3
4.09
7.97
3.00
0 -
- 5
63.0
41.1
15.3
86
449
Kab.
Lomb
ok U
tara
8.5
88.2
55.8
40
3.9
86.9
04.5
58
8.3
50.0
49.4
28
339
.993
.327
.000
4
3.99
2.85
0.00
0 9
.175
.880
.000
-
773
.500
.000
4
5.00
5.58
8.00
0 -
- 4
59.8
66.3
54.8
26
PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik164
NoNa
ma D
aera
h D
BH P
AJAK
*)
DBH
CHT
**)
DBH
SDA
**)
DAU
D
AK
DAK
TAM
BAHA
N O
TSUS
TA
MSI
L**)
TJ
. PRO
F D
ID
BOS
J
UMLA
H TO
TAL
2014
450
Prov
insi N
usa T
engg
ara
Timur
67.
802.
415.
535
3.3
35.4
01.8
47
3.4
85.3
19.4
24
1.1
31.6
87.5
90.0
00
74.
235.
910.
000
- -
- -
- 7
16.0
42.3
00.0
00
1.9
96.5
88.9
36.8
06
451
Kab.
Alor
9.9
76.6
84.8
56
197
.077
.152
7
96.2
43.9
68
510
.220
.213
.000
8
3.20
3.56
0.00
0 1
5.52
5.84
0.00
0 -
4.5
83.2
40.0
00
47.
135.
915.
000
- -
671
.638
.773
.976
452
Kab.
Belu
7.5
74.1
58.5
06
626
.055
.421
1
.438
.092
.296
3
49.3
81.4
71.0
00
82.
491.
950.
000
13.
171.
310.
000
- 4
.752
.000
.000
4
3.25
5.66
2.00
0 -
- 5
02.6
90.6
99.2
23
453
Kab.
Ende
10.
184.
382.
366
1.6
44.9
49.0
46
1.3
80.6
85.4
29
546
.281
.332
.000
5
1.72
2.47
0.00
0 1
1.45
8.79
0.00
0 -
2.4
17.4
30.0
00
84.
616.
684.
000
- -
709
.706
.722
.841
454
Kab.
Flor
es Ti
mur
11.
627.
015.
392
290
.111
.399
5
11.4
12.4
79
531
.905
.134
.000
6
3.39
9.41
0.00
0 1
1.19
6.22
0.00
0 -
3.4
82.1
40.0
00
71.
213.
233.
000
- -
693
.624
.676
.270
455
Kab.
Kup
ang
9.8
44.1
83.1
32
234
.254
.921
1
.167
.297
.919
5
98.3
32.5
49.0
00
71.
364.
090.
000
13.
715.
810.
000
- 3
.857
.250
.000
7
6.23
5.69
5.00
0 -
- 7
74.7
51.1
29.9
72
456
Kab.
Lemb
ata
8.8
72.4
35.6
34
602
.695
.838
7
11.0
92.4
79
388
.625
.200
.000
5
1.50
2.28
0.00
0 1
2.73
1.47
0.00
0 -
2.0
40.0
60.0
00
45.
809.
450.
000
- -
510
.894
.683
.951
457
Kab.
Man
ggar
ai 1
0.47
4.23
2.34
6 2
06.7
13.2
46
783
.365
.503
5
07.7
25.9
30.0
00
84.
916.
470.
000
24.
514.
740.
000
- 4
.256
.000
.000
5
5.34
0.79
5.00
0 -
- 6
88.2
18.2
46.0
95
458
Kab.
Nga
da 7
.281
.854
.561
1
84.5
40.5
87
938
.441
.599
4
10.6
43.1
71.0
00
51.
185.
280.
000
12.
877.
300.
000
- 2
.237
.250
.000
3
6.24
1.57
3.00
0 -
- 5
21.5
89.4
10.7
47
459
Kab.
Sikk
a 1
1.24
3.94
4.33
9 4
31.5
67.6
22
549
.467
.518
5
53.3
76.9
47.0
00
57.
200.
420.
000
12.
405.
540.
000
- 2
.786
.750
.000
7
9.90
4.19
6.00
0 -
- 7
17.8
98.8
32.4
79
460
Kab.
Sum
ba B
arat
7.0
49.7
03.9
87
414
.648
.367
8
84.3
72.4
79
350
.946
.291
.000
4
7.11
0.78
0.00
0 1
1.15
9.47
0.00
0 -
1.9
65.0
10.0
00
40.
203.
207.
000
- -
459
.733
.482
.833
461
Kab.
Sum
ba Ti
mur
13.
317.
018.
126
243
.712
.980
1
.176
.316
.159
5
61.0
28.3
22.0
00
55.
844.
720.
000
15.
796.
710.
000
- 3
.248
.250
.000
5
2.91
8.74
3.00
0 -
- 7
03.5
73.7
92.2
65
462
Kab.
Timo
r Ten
gah
Selat
an 1
1.71
3.40
5.17
0 1
90.0
31.7
37
1.6
62.3
43.8
71
658
.897
.183
.000
7
9.22
1.34
0.00
0 1
5.47
6.90
0.00
0 -
6.9
65.5
00.0
00
80.
509.
232.
000
- -
854
.635
.935
.778
463
Kab.
Timo
r Ten
gah
Utar
a 1
0.92
8.86
9.93
3 1
66.7
70.0
92
2.4
69.1
18.1
11
506
.713
.353
.000
7
7.11
1.26
0.00
0 1
3.37
3.61
0.00
0 -
2.7
02.0
60.0
00
46.
923.
720.
000
- -
660
.388
.761
.136
464
Kota
Kup
ang
20.
095.
908.
941
166
.770
.092
5
11.4
12.4
79
598
.804
.801
.000
6
1.43
9.47
0.00
0 -
- -
127
.517
.782
.000
-
- 8
08.5
36.1
44.5
12
465
Kab.
Rot
e Nd
ao 8
.964
.409
.429
1
66.7
70.0
92
719
.065
.855
3
61.6
23.4
23.0
00
68.
124.
580.
000
15.
408.
880.
000
- 2
.233
.420
.000
3
4.66
4.99
2.00
0 -
- 4
91.9
05.5
40.3
76
466
Kab.
Man
ggar
ai Ba
rat
9.4
16.5
92.8
74
300
.292
.358
5
11.4
12.4
79
442
.388
.310
.000
7
0.70
8.82
0.00
0 2
1.32
5.97
0.00
0 -
4.6
49.1
10.0
00
95.
173.
327.
000
- -
644
.473
.834
.711
467
Kab.
Nag
ekeo
8.2
13.1
50.7
25
393
.201
.798
1
.438
.951
.231
3
81.4
11.3
61.0
00
53.
814.
920.
000
14.
968.
790.
000
- 1
.770
.750
.000
4
6.43
8.09
7.00
0 -
- 5
08.4
49.2
21.7
54
468
Kab.
Sum
ba B
arat
Day
a 8
.828
.690
.047
6
14.9
14.4
61
1.1
34.2
22.0
79
413
.582
.665
.000
5
7.77
9.65
0.00
0 1
4.15
1.13
0.00
0 -
778
.750
.000
3
8.56
3.94
8.00
0 -
- 5
35.4
33.9
69.5
87
469
Kab.
Sum
ba Te
ngah
7.8
96.9
88.5
18
166
.770
.092
1
.060
.167
.679
3
02.0
33.7
21.0
00
47.
199.
820.
000
11.
365.
610.
000
- 2
.011
.750
.000
1
3.12
0.21
8.00
0 -
- 3
84.8
55.0
45.2
89
470
Kab.
Man
ggar
ai Tim
ur 8
.034
.178
.935
3
13.7
22.8
24
686
.883
.775
4
21.4
42.2
87.0
00
60.
619.
330.
000
15.
999.
210.
000
- 1
.944
.190
.000
5
1.31
8.47
0.00
0 -
- 5
60.3
58.2
72.5
34
471
Kab.
Sab
u Ra
ijua
4.8
48.7
99.8
87
227
.034
.183
5
65.1
72.4
79
314
.254
.688
.000
5
9.31
5.15
0.00
0 1
0.00
5.25
0.00
0 -
- 1
5.20
2.94
7.00
0 -
- 4
04.4
19.0
41.5
49
472
Kab.
Mala
ka 4
.791
.791
.917
-
1.2
96.4
44.0
20
285
.088
.668
.000
-
--
1.9
35.0
00.0
00
50.
102.
952.
000
- -
343
.214
.855
.937
473
Prov
insi M
aluku
56.
936.
519.
467
- 1
1.13
2.00
0.18
3 1
.019
.704
.312
.000
7
0.13
4.16
0.00
0 -
- 3
21.0
00.0
00
- -
227
.306
.730
.000
1
.385
.534
.721
.650
474
Kab.
Malu
ku Te
ngga
ra
Bara
t 1
3.26
8.02
1.57
0 -
5.1
00.5
75.5
20
487
.859
.601
.000
8
8.68
1.95
0.00
0 1
5.37
0.89
0.00
0 -
5.7
35.7
50.0
00
41.
974.
893.
000
- -
657
.991
.681
.090
475
Kab.
Malu
ku Te
ngah
22.
730.
616.
574
- 2
0.37
8.04
0.01
1 8
48.6
38.6
32.0
00
79.
024.
340.
000
18.
790.
490.
000
- 1
0.66
4.19
0.00
0 6
8.73
0.79
2.00
0 -
- 1
.068
.957
.100
.585
PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik lampiran alokasi Transfer ke daerah Tahun anggaran 2014 165
NoNa
ma D
aera
h D
BH P
AJAK
*)
DBH
CHT
**)
DBH
SDA
**)
DAU
D
AK
DAK
TAM
BAHA
N O
TSUS
TA
MSI
L**)
TJ
. PRO
F D
ID
BOS
J
UMLA
H TO
TAL
2014
476
Kab.
Malu
ku Te
ngga
ra 1
3.85
6.81
7.58
5 -
1.9
70.8
48.0
96
399
.953
.093
.000
5
7.67
7.58
0.00
0 -
- 3
.342
.750
.000
3
1.25
5.10
9.00
0 -
- 5
08.0
56.1
97.6
81
477
Kab.
Bur
u 1
1.64
8.27
3.97
0 -
15.
527.
685.
891
392
.051
.367
.000
4
6.46
8.86
0.00
0 9
.586
.130
.000
-
4.6
16.9
40.0
00
24.
770.
798.
000
- -
504
.670
.054
.861
478
Kota
Amb
on 2
5.67
7.51
9.04
7 -
1.9
70.8
48.0
96
601
.627
.489
.000
4
5.44
4.83
0.00
0 -
- 5
.079
.000
.000
1
29.3
15.6
71.0
00
- -
809
.115
.357
.143
479
Kab.
Ser
am B
agian
Bar
at 1
4.14
0.66
3.68
7 -
1.9
72.4
66.5
10
495
.911
.700
.000
5
2.50
4.70
0.00
0 1
0.72
6.94
0.00
0 -
5.1
23.2
50.0
00
31.
802.
071.
000
- -
612
.181
.791
.197
480
Kab.
Ser
am B
agian
Timu
r 4
3.75
3.15
5.89
8 -
5.7
63.4
75.6
12
436
.637
.414
.000
5
1.19
6.04
0.00
0 9
.529
.450
.000
-
10.
118.
400.
000
13.
246.
500.
000
- -
570
.244
.435
.510
481
Kab.
Kep
ulaua
n Ar
u 1
5.21
8.10
1.78
3 -
6.5
18.7
40.7
01
469
.996
.166
.000
5
4.91
2.10
0.00
0 7
.598
.930
.000
-
3.3
07.5
00.0
00
14.
823.
231.
000
- -
572
.374
.769
.484
482
Kota
Tual
7.4
02.3
81.0
93
- 1
.970
.848
.096
3
11.2
36.5
53.0
00
37.
646.
940.
000
- -
1.2
80.2
50.0
00
27.
492.
128.
000
- -
387
.029
.100
.189
483
Kab.
Malu
ku B
arat
Day
a 1
2.37
1.97
7.86
5 -
8.6
91.5
76.5
44
483
.431
.553
.000
8
6.57
1.11
0.00
0 2
1.05
2.50
0.00
0 -
3.2
18.2
50.0
00
19.
978.
032.
000
- -
635
.314
.999
.409
484
Kab.
Bur
u Se
latan
9.1
63.5
30.6
98
- 1
7.16
2.56
0.66
5 3
62.5
24.0
10.0
00
69.
525.
730.
000
12.
404.
500.
000
- 1
.611
.000
.000
1
5.89
5.74
0.00
0 -
- 4
88.2
87.0
71.3
63
485
Prov
insi M
aluku
Uta
ra 4
7.25
7.04
1.10
5 -
75.
924.
233.
098
906
.623
.550
.000
7
4.62
3.09
0.00
0 -
- 2
01.7
50.0
00
- -
154
.892
.720
.000
1
.259
.522
.384
.203
486
Kab.
Halm
aher
a Ten
gah
15.
649.
957.
353
- 4
0.44
9.05
7.97
6 3
92.1
80.4
12.0
00
53.
023.
530.
000
9.5
28.0
90.0
00
- 2
.632
.880
.000
2
3.66
3.11
9.00
0 -
- 5
37.1
27.0
46.3
29
487
Kab.
Halm
aher
a Bar
at 1
4.65
2.98
1.06
6 -
18.
808.
220.
432
410
.351
.504
.000
5
6.55
0.83
0.00
0 1
3.64
9.59
0.00
0 -
3.0
66.9
10.0
00
43.
212.
484.
000
- -
560
.292
.519
.498
488
Kota
Tern
ate
23.
535.
186.
236
- 1
8.16
3.64
4.00
5 5
36.4
43.8
79.0
00
59.
724.
230.
000
- -
2.4
23.7
50.0
00
82.
776.
610.
000
- -
723
.067
.299
.241
489
Kab.
Halm
aher
a Tim
ur 1
5.45
3.81
5.46
8 -
82.
237.
304.
640
372
.886
.814
.000
5
8.57
4.14
0.00
0 1
5.73
3.51
0.00
0 -
2.9
21.9
60.0
00
34.
323.
754.
000
- -
582
.131
.298
.108
490
Kota
Tido
re K
epula
uan
13.
755.
027.
410
- 1
9.18
3.49
5.33
2 4
97.4
17.0
22.0
00
49.
139.
160.
000
- -
1.0
07.2
50.0
00
38.
806.
355.
000
- -
619
.308
.309
.742
491
Kab.
Kep
ulaua
n Su
la 9
.967
.114
.625
-
18.
932.
122.
142
339
.809
.267
.000
6
3.32
5.90
0.00
0 1
2.41
0.71
0.00
0 -
2.8
26.0
00.0
00
48.
732.
004.
000
- -
496
.003
.117
.767
492
Kab.
Halm
aher
a Sela
tan
19.
403.
834.
497
- 4
8.34
0.16
2.08
1 5
24.8
14.3
72.0
00
48.
965.
100.
000
9.2
47.6
90.0
00
- 1
.430
.000
.000
3
7.09
7.06
6.00
0 -
- 6
89.2
98.2
24.5
78
493
Kab.
Halm
aher
a Uta
ra 1
9.87
3.47
0.40
0 -
47.
731.
812.
621
422
.491
.517
.000
5
8.88
9.94
0.00
0 1
4.37
4.52
0.00
0 -
3.8
59.5
00.0
00
34.
147.
182.
000
- -
601
.367
.942
.021
494
Kab.
Pula
u M
orot
ai 8
.013
.541
.406
-
18.
357.
300.
965
323
.758
.154
.000
7
7.85
0.06
0.00
0 9
.039
.750
.000
-
1.9
56.7
50.0
00
10.
855.
053.
000
- -
449
.830
.609
.371
495
Kab.
Pula
u Ta
liabu
5.6
06.7
89.6
82
- 1
3.26
8.94
1.06
5 1
27.6
80.3
29.0
00
7.5
00.2
60.0
00
- 1
.011
.000
.000
1
9.06
2.84
0.00
0 -
174
.130
.159
.747
496
Prov
insi P
apua
308
.851
.687
.582
-
406
.107
.926
.469
1
.991
.202
.341
.100
1
20.5
05.6
40.0
00
- 4
.777
.070
.560
.000
-
- -
345
.040
.400
.000
7
.948
.778
.555
.151
497
Kab.
Biak
Num
for
15.
063.
681.
624
- 2
7.90
8.03
6.61
1 5
25.0
97.2
45.0
00
55.
772.
490.
000
9.9
21.0
60.0
00
- 1
.049
.250
.000
3
4.59
6.27
1.00
0 -
- 6
69.4
08.0
34.2
35
498
Kab.
Jay
apur
a 2
2.78
7.46
9.90
1 -
30.
538.
448.
816
597
.199
.562
.000
6
5.49
9.13
0.00
0 -
- -
48.
199.
964.
000
- -
764
.224
.574
.717
499
Kab.
Jay
awija
ya 1
7.48
3.45
2.74
5 -
28.
071.
568.
891
608
.581
.629
.000
1
03.9
79.5
00.0
00
19.
836.
330.
000
- 1
.624
.500
.000
5
0.00
7.68
0.00
0 -
- 8
29.5
84.6
60.6
36
500
Kab.
Mer
auke
33.
911.
599.
509
- 6
3.59
9.42
6.45
7 1
.161
.464
.820
.000
1
54.8
68.6
80.0
00
38.
944.
350.
000
- 5
.407
.000
.000
4
9.32
7.11
3.00
0 -
- 1
.507
.522
.988
.966
501
Kab.
Mim
ika 2
49.4
63.7
14.4
39
- 7
38.1
90.2
24.5
35
582
.498
.865
.000
6
3.56
7.80
0.00
0 1
7.82
3.76
0.00
0 -
324
.750
.000
3
1.17
0.91
6.00
0 -
- 1
.683
.040
.029
.974
502
Kab.
Nab
ire 1
7.98
8.65
2.60
9 -
38.
396.
893.
025
643
.898
.180
.000
6
6.64
6.81
0.00
0 1
4.08
5.95
0.00
0 -
3.1
07.0
00.0
00
46.
146.
145.
000
- -
830
.269
.630
.634
PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik166
NoNa
ma D
aera
h D
BH P
AJAK
*)
DBH
CHT
**)
DBH
SDA
**)
DAU
D
AK
DAK
TAM
BAHA
N O
TSUS
TA
MSI
L**)
TJ
. PRO
F D
ID
BOS
J
UMLA
H TO
TAL
2014
503
Kab.
Pan
iai 1
3.18
1.46
4.33
9 -
34.
716.
950.
011
508
.843
.453
.000
9
0.40
7.21
0.00
0 2
0.80
3.53
0.00
0 -
- 6
.101
.591
.000
-
- 6
74.0
54.1
98.3
50
504
Kab.
Pun
cak J
aya
15.
719.
555.
825
- 3
2.73
6.91
5.45
1 6
32.4
14.3
92.0
00
119
.407
.740
.000
1
7.10
2.58
0.00
0 -
1.0
51.5
00.0
00
16.
323.
868.
000
- -
834
.756
.551
.276
505
Kab.
Kep
ulaua
n Ya
pen
18.
835.
313.
681
- 2
7.89
8.73
0.49
1 4
69.8
40.5
15.0
00
66.
838.
450.
000
12.
087.
900.
000
- 1
.944
.890
.000
2
6.00
9.48
7.00
0 -
- 6
23.4
55.2
86.1
72
506
Kota
Jay
apur
a 3
0.86
3.77
0.98
6 -
27.
898.
730.
491
624
.312
.379
.000
5
2.06
0.64
0.00
0 -
- 3
.872
.700
.000
1
10.7
10.7
43.0
00
- -
849
.718
.963
.477
507
Kab.
Sar
mi 1
9.31
6.67
5.37
2 -
69.
944.
222.
698
667
.002
.043
.000
5
6.45
4.58
0.00
0 1
2.33
3.46
0.00
0 -
1.0
47.7
50.0
00
10.
995.
112.
000
- -
837
.093
.843
.070
508
Kab.
Kee
rom
19.
030.
508.
281
- 3
8.72
9.18
6.16
5 5
00.5
46.2
16.0
00
85.
323.
760.
000
14.
779.
540.
000
- -
22.
842.
170.
000
- -
681
.251
.380
.446
509
Kab.
Yahu
kimo
20.
420.
720.
034
- 3
4.94
0.75
2.89
1 6
06.9
20.9
46.0
00
89.
638.
500.
000
16.
242.
020.
000
- 2
.072
.250
.000
1
3.22
5.61
2.00
0 -
- 7
83.4
60.8
00.9
25
510
Kab.
Peg
unun
gan
Bint
ang
22.
329.
466.
322
- 3
0.98
4.15
1.29
1 7
84.4
49.4
74.0
00
140
.512
.710
.000
2
0.77
5.73
0.00
0 -
1.0
95.2
50.0
00
12.
804.
576.
000
- -
1.0
12.9
51.3
57.6
13
511
Kab.
Tolik
ara
17.
727.
108.
522
- 2
9.84
3.36
4.09
1 6
61.6
80.6
51.0
00
134
.631
.230
.000
2
3.99
8.77
0.00
0 -
218
.250
.000
1
0.64
3.28
0.00
0 -
- 8
78.7
42.6
53.6
13
512
Kab.
Bov
en D
igoel
26.
828.
403.
087
- 5
1.58
6.89
6.79
9 7
40.0
02.4
49.0
00
66.
284.
590.
000
12.
367.
020.
000
- 2
.400
.000
.000
1
2.56
9.64
0.00
0 -
- 9
12.0
38.9
98.8
86
513
Kab.
Map
pi 2
4.29
9.08
3.19
9 -
28.
142.
767.
627
728
.591
.348
.000
7
4.80
3.49
0.00
0 2
2.29
8.17
0.00
0 -
- 4
7.45
2.43
1.00
0 -
- 9
25.5
87.2
89.8
26
514
Kab.
Asm
at 2
2.59
4.56
2.07
8 -
32.
644.
919.
010
822
.115
.038
.000
7
7.01
3.57
0.00
0 1
3.89
5.06
0.00
0 -
2.3
54.7
50.0
00
15.
396.
796.
000
- -
986
.014
.695
.088
515
Kab.
War
open
23.
926.
362.
174
- 3
0.86
1.48
6.70
7 4
67.7
80.8
10.0
00
48.
642.
950.
000
11.
690.
650.
000
- 1
.760
.250
.000
2
3.85
5.48
0.00
0 -
- 6
08.5
17.9
88.8
81
516
Kab.
Sup
iori
12.
401.
843.
526
- 2
7.89
8.73
0.49
1 4
09.3
97.4
85.0
00
85.
798.
620.
000
8.0
37.8
30.0
00
- -
39.
243.
844.
000
- -
582
.778
.353
.017
517
Kab.
Mam
bera
mo R
aya
41.
950.
123.
249
- 5
1.75
7.45
1.77
8 6
50.8
44.6
07.0
00
58.
866.
700.
000
13.
897.
810.
000
- 1
.818
.000
.000
1
1.80
7.78
8.00
0 -
- 8
30.9
42.4
80.0
27
518
Kab.
Mam
bera
mo Te
ngah
8.3
19.1
17.0
27
- 2
7.89
8.73
0.49
1 5
54.0
42.4
20.0
00
105
.700
.670
.000
2
2.85
8.82
0.00
0 -
129
.750
.000
4
1.95
3.42
0.00
0 -
- 7
60.9
02.9
27.5
18
519
Kab.
Yalim
o 9
.321
.141
.196
-
27.
898.
730.
491
567
.217
.623
.000
1
15.5
23.0
40.0
00
22.
281.
350.
000
- 4
43.2
50.0
00
26.
463.
008.
000
- -
769
.148
.142
.687
520
Kab.
Lann
y Jay
a 1
0.34
3.53
7.66
6 -
27.
898.
730.
491
594
.234
.876
.000
1
32.5
57.3
80.0
00
25.
403.
150.
000
- 1
.150
.500
.000
7
1.38
7.17
6.00
0 -
- 8
62.9
75.3
50.1
57
521
Kab.
Ndu
ga 8
.968
.809
.424
-
27.
898.
730.
491
506
.372
.604
.000
9
4.72
8.54
0.00
0 1
5.12
0.71
0.00
0 -
1.7
37.0
00.0
00
13.
507.
160.
000
- -
668
.333
.553
.915
522
Kab.
Dog
iyai
12.
253.
614.
335
- 2
7.89
8.73
0.49
1 4
62.1
08.5
90.0
00
69.
838.
410.
000
15.
491.
610.
000
- -
24.
278.
908.
000
- -
611
.869
.862
.826
523
Kab.
Pun
cak
14.
047.
732.
826
- 2
7.89
8.73
0.49
1 7
22.7
26.4
55.0
00
116
.286
.770
.000
3
7.61
4.88
0.00
0 -
- 1
6.07
6.03
2.00
0 -
- 9
34.6
50.6
00.3
17
524
Kab.
Inta
n Ja
ya 1
2.85
1.81
0.26
7 -
27.
898.
730.
491
636
.141
.574
.000
1
15.4
71.0
40.0
00
13.
083.
610.
000
- 7
1.50
0.00
0 1
1.10
4.37
2.00
0 -
- 8
16.6
22.6
36.7
58
525
Kab.
Deiy
ai 1
0.45
5.71
8.69
5 -
27.
898.
730.
491
405
.595
.790
.000
6
9.32
3.66
0.00
0 1
0.45
3.60
0.00
0 -
1.2
21.7
50.0
00
15.
105.
968.
000
- -
540
.055
.217
.186
526
Prov
insi P
apua
Bar
at 1
66.6
00.6
14.5
78
- 6
72.5
33.0
24.4
21
1.1
22.2
64.6
59.0
00
61.
215.
730.
000
- 2
.047
.315
.954
.000
1
02.7
50.0
00
- -
124
.213
.930
.000
4
.194
.246
.661
.999
527
Kab.
Sor
ong
148
.931
.551
.011
-
90.
771.
783.
166
473
.691
.257
.000
6
2.21
2.05
0.00
0 2
0.64
7.52
0.00
0 -
1.2
70.2
50.0
00
61.
953.
099.
000
- -
859
.477
.510
.177
528
Kab.
Man
okwa
ri 3
9.44
7.28
3.54
2 -
16.
911.
415.
706
426
.037
.888
.000
5
5.15
5.51
0.00
0 -
- 1
.017
.000
.000
4
0.08
0.04
6.00
0 -
- 5
78.6
49.1
43.2
48
529
Kab.
Fak F
ak 3
7.81
3.81
3.72
5 -
28.
679.
724.
724
626
.893
.988
.000
5
3.39
9.52
0.00
0 -
- 1
.319
.070
.000
3
3.41
6.23
7.00
0 -
- 7
81.5
22.3
53.4
49
PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik lampiran alokasi Transfer ke daerah Tahun anggaran 2014 167
NoNa
ma D
aera
h D
BH P
AJAK
*)
DBH
CHT
**)
DBH
SDA
**)
DAU
D
AK
DAK
TAM
BAHA
N O
TSUS
TA
MSI
L**)
TJ
. PRO
F D
ID
BOS
J
UMLA
H TO
TAL
2014
530
Kota
Sor
ong
28.
514.
032.
181
- 1
4.72
1.64
3.38
5 4
20.3
63.5
15.0
00
45.
538.
650.
000
- -
2.1
13.7
50.0
00
60.
301.
587.
000
- -
571
.553
.177
.566
531
Kab.
Sor
ong
Selat
an 3
3.34
8.32
1.85
3 -
17.
485.
901.
284
396
.040
.495
.000
5
5.33
6.80
0.00
0 8
.856
.800
.000
-
2.3
64.5
00.0
00
40.
829.
786.
000
- -
554
.262
.604
.137
532
Kab.
Raja
Amp
at 3
8.67
0.02
5.53
4 -
20.
695.
550.
746
591
.036
.221
.000
8
0.56
0.46
0.00
0 1
8.06
1.37
0.00
0 -
1.2
36.0
00.0
00
15.
208.
968.
000
- -
765
.468
.595
.280
533
Kab.
Teluk
Bint
uni
178
.489
.069
.806
-
86.
614.
243.
822
576
.627
.839
.000
5
3.48
4.71
0.00
0 1
2.74
7.45
0.00
0 -
2.0
88.0
00.0
00
23.
110.
495.
000
- -
933
.161
.807
.628
534
Kab.
Teluk
Won
dama
21.
821.
077.
003
- 3
4.81
1.20
3.77
2 3
73.0
39.6
43.0
00
55.
296.
190.
000
8.1
35.6
80.0
00
- 2
.124
.750
.000
2
3.57
8.75
8.00
0 -
- 5
18.8
07.3
01.7
75
535
Kab.
Kaim
ana
24.
077.
097.
578
- 3
1.18
9.54
9.17
2 5
61.5
72.5
09.0
00
53.
083.
940.
000
8.2
01.3
00.0
00
- 1
.876
.970
.000
7
6.45
7.78
4.00
0 -
- 7
56.4
59.1
49.7
50
536
Kab.
May
brat
15.
902.
642.
986
- 1
8.46
3.74
7.25
9 3
77.4
64.8
87.0
00
61.
978.
050.
000
10.
651.
140.
000
- -
22.
839.
683.
000
- -
507
.300
.150
.245
537
Kab.
Tamb
raw
14.
637.
779.
110
- 1
9.50
6.14
0.42
5 4
94.7
24.1
24.0
00
69.
152.
440.
000
16.
194.
260.
000
- 1
92.1
90.0
00
5.9
44.3
07.0
00
- -
620
.351
.240
.535
538
Kab.
Man
okwa
ri Se
latan
7.8
40.4
91.2
90
- 7
.272
.794
.697
8
5.43
2.17
3.00
0 4
.737
.640
.000
-
- 9
96.0
00.0
00
9.0
65.5
40.0
00
- -
115
.344
.638
.987
539
Kab.
Peg
unun
gan
Arfak
8.2
37.6
84.7
10
- 7
.441
.774
.701
9
1.40
3.52
0.00
0 8
.467
.420
.000
-
- 9
96.0
00.0
00
56.
927.
620.
000
- -
173
.474
.019
.411
PAGU
TOTA
L 3
9.23
7.60
3.58
0.85
6 2
.213
.999
.999
.987
60
.560
.606
.544
.471
34
1.21
9.32
5.65
1.00
0 30
.200
.000
.000
.000
2.
800.
000.
000.
000
-13.
648.
773.
028.
000
945
.865
.970
.000
56
.136
.316
.551
.000
1.
387.
800.
000.
000
23.2
29.6
60.6
70.0
00
571.
579.
951.
995.
314
JUM
LAH
DAER
AH53
932
353
853
952
818
33
429
505
9934
539
*) P
Ph P
mK
nom
or 2
02/P
mK
.07/
2013
**)
Pm
K d
alam
pro
ses
pena
ndat
anga
n m
enke
u
PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik168
PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik lampiran alokasi Transfer ke daerah Tahun anggaran 2014 169