perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152723... ·...

181

Transcript of perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152723... ·...

Page 1: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152723... · Provinsi, Kabupaten dan Kota di Indonesia ... tabel 3.12 Jumlah Daerah Penerima DAK 2014
Page 2: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152723... · Provinsi, Kabupaten dan Kota di Indonesia ... tabel 3.12 Jumlah Daerah Penerima DAK 2014
Page 3: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152723... · Provinsi, Kabupaten dan Kota di Indonesia ... tabel 3.12 Jumlah Daerah Penerima DAK 2014
Page 4: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152723... · Provinsi, Kabupaten dan Kota di Indonesia ... tabel 3.12 Jumlah Daerah Penerima DAK 2014

PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publikii

Pelengkap Buku Pegangan 2014

Kebijakan Hubungan Keuangan Pusat dan Daerah (HKPD) Dalam Rangka

Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik

Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan

April 2014

KementeRiAn KeuAngAn RePubliK inDonesiA

Direktorat JenDeral Perimbangan keuangan

gedung Radius Prawiro lantai 9 - Jl. DR. Wahidin no. 1 Jakarta Pusat 10710

Website: www.djpk.depkeu.go.id

Page 5: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152723... · Provinsi, Kabupaten dan Kota di Indonesia ... tabel 3.12 Jumlah Daerah Penerima DAK 2014

PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik kata Pengantar Menteri keuangan iii

Kata Pengantar

Menter i Keuangan rePubl iK indones ia

Puji syukur senantiasa kita haturkan kepada tuhan Yang maha Kuasa, karena atas

berkah, rahmat, petunjuk, dan karunia-nya-lah Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan

dapat menyelesaikan Pelengkap buku Pegangan tahun 2014 tentang Penyelenggaraan

Pemerintahan dan Pembangunan Daerah. Pelengkap buku Pegangan tahun 2014 ini

mengambil tema “kebijakan Hubungan keuangan Pusat dan Daerah Dalam rangka

Peningkatan kualitas Pelayanan Publik”.

Kebijakan otonomi daerah bertujuan mendorong pemerintah daerah dalam

menciptakan pelayanan publik yang dekat kepada masyarakat daerah secara lebih

berkualitas dengan memaksimalkan peran serta dan inisiatif seluruh komponen masyarakat

setempat. Kebijakan ini memiliki konsekuensi logis adanya penyerahan sebagian

kewenangan pemerintah pusat ke daerah diikuti dengan penyerahan pendanaan pusat ke

daerah berupa kebijakan desentralisasi fiskal dalam kerangka hubungan keuangan antara

pemerintah pusat dan daerah.

Kerangka hubungan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah memiliki arti

bahwa pemerintah pusat dan daerah harus bersama-sama terus berupaya untuk melakukan

komunikasi, koordinasi, harmonisasi dan sinergi kebijakan fiskal. Hal ini tercermin dari

kualitas kebijakan Anggaran Pendapatan belanja negara dan Anggaran Pendapatan

belanja Daerah yang koheren semata-mata dalam rangka mencapai keberhasilan

pembangunan nasional yang mantap, berdaya saing, berkualitas, inklusif, dan stabil untuk

mensejahterakan masyarakat.

Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, terdapat sejumlah risiko dan tantangan yang

harus dihadapi pada tahun 2014, antara lain masih adanya persoalan pada perekonomian

global. Di sisi lain tantangan juga datang dari komoditas dan harga minyak, ketersediaan

infrastruktur untuk mendukung pembangunan yang inklusif, serta terkait konsumsi dan

subsidi harga bahan bakar minyak bersubsidi domestik.

Page 6: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152723... · Provinsi, Kabupaten dan Kota di Indonesia ... tabel 3.12 Jumlah Daerah Penerima DAK 2014

PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publikiv

namun demikian, di balik tantangan tersebut terdapat beberapa peluang yang harus

dicermati dengan tetap menjaga sinergi antara pemerintah pusat dan daerah. berdasarkan

indikator perekonomian nasional tahun 2013, secara umum pertumbuhan ekonomi masih

relatif tinggi kendati ada tekanan inflasi, pemotongan anggaran, serta tren investasi yang

relatif mengarah ke moderat. Pertumbuhan ini diyakini akan meningkat kembali di tahun

2014 dengan adanya pesta demokrasi dan membaiknya iklim investasi yang dapat

mendorong perekonomian nasional.

momentum tersebut diharapkan dapat direspon secara positif dalam kebijakan

transfer pemerintah pusat di satu sisi dan kebijakan pendapatan, belanja, dan pembiayaan

daerah di sisi yang lain. upaya yang harus dilakukan dengan tetap fokus menjaga

momentum tersebut antara lain melalui penguatan penggalian potensi perpajakan daerah

guna mendorong kemandirian pendanaan daerah, pengendalian belanja daerah dengan

menggunakan instrumen insentif dan sanksi, penyaluran dana transfer bersyarat, prioritas

belanja pada bidang infrastruktur yang mendukung layanan publik, pengendalian defisit

serta peningkatan kualitas aparatur daerah dalam mengelola keuangan daerah.

Dengan diterbitkannya pelengkap buku pegangan ini diharapkan Pemerintah Pusat

dan Pemerintah Daerah dapat saling bersinergi dalam kerangka pemahaman yang sama

yaitu menyukseskan tujuan akhir dari otonomi daerah dan desentralisasi fiskal yaitu

mendorong pertumbuhan perekonomian nasional untuk kesejahteraan masyarakat.

tidak lupa dalam kesempatan berharga ini, saya menyampaian ucapan terima kasih dan

penghargaan setinggi-tingginya kepada seluruh jajaran Direktorat Jenderal Perimbangan

Keuangan yang telah bekerja dengan sungguh-sungguh, penuh pengorbanan untuk

menyelesaikan Pelengkap buku Pegangan tahun 2014 ini dengan sebaik-baiknya. semoga

tuhan Yang maha Kuasa senantiasa memberikan bimbingan dan kemurahan-nya dalam

setiap perjuangan untuk meraih tujuan berbangsa dan bernegara yang termaktub dalam

konstitusi kita yaitu memajukan kesejahteraan umum. Amin.

menteRi KeuAngAn,

muHAmAD CHAtib bAsRi

Page 7: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152723... · Provinsi, Kabupaten dan Kota di Indonesia ... tabel 3.12 Jumlah Daerah Penerima DAK 2014

PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik daftar Isi v

daftar isi

Kata Pengantar menteri Keuangan Republik indonesia ............................................... iii

Daftar isi .......................................................................................................................v

Daftar gambar ............................................................................................................ vii

Daftar tabel ................................................................................................................. ix

bab i Pendahuluan ..................................................................................................... i/1

bab ii Pengaturan Hubungan keuangan antara Pemerintah Pusat Dan

Pemerintahan Daerah Saat ini .................................................................................... ii/9

2.1. Kewenangan Perpajakan Dan Retribusi Daerah .........................................................ii/9

2.2. transfer Daerah Dana Perimbangan......................................................................... ii/16

2.3. Pembiayaan Daerah ................................................................................................. ii/42

2.4. sistem informasi Keuangan Daerah ......................................................................... ii/50

bab iii kebijakan transfer ke Daerah tahun 2014 ................................................... iii/53

3.1. Dana Perimbangan ................................................................................................. iii/53

3.1.1. Dana bagi Hasil (DbH) ................................................................................. iii/53

3.1.2. Dana Alokasi umum ..................................................................................... iii/68

3.1.3. Dana Alokasi Khusus (DAK) .......................................................................... iii/72

3.2. Dana otonomi Khusus dan Penyesuaian .............................................................. iii/100

3.2.1. Kebijakan Dana otonomi Khusus (otsus) .................................................. iii/100

Page 8: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152723... · Provinsi, Kabupaten dan Kota di Indonesia ... tabel 3.12 Jumlah Daerah Penerima DAK 2014

PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publikvi

3.2.2. Kebijakan Dana tambahan infrastruktur (Dti) ............................................ iii/101

3.2.3. Dana Keistimewaan DiY ............................................................................. iii/101

3.2.4. Kebijakan Dana tunjangan Profesi guru (tPg) dan tambahan

Penghasilan (tamsil) PnsD ........................................................................ iii/103

3.2.5. Kebijakan Dana bantuan operasional sekolah (bos) ................................ iii/107

3.2.6. Kebijakan Dana insentif Daerah (DiD) ........................................................ iii/108

3.2.7. Kebijakan Dana Proyek Pemerintah Daerah dan Desentralisasi (P2D2) .... iii/115

bab iV kebijakan Hubungan keuangan Pusat Daerah dalam rangka

Peningkatan kualitas Pelayanan Publik ................................................................ iV/119

4.1. Peningkatan Pendapatan Daerah Kebijakan Perpajakan dan Retribusi Daerah ....iV/119

4.2. Pengendalian belanja Daerah ..............................................................................iV/128

4.3. Peningkatan Kualitas Aparatur Daerah .................................................................iV/136

bab V Penutup .......................................................................................................V/141

DaFtar PuStaka .................................................................................................... 143

lampiran alokasi Dana transfer ke Daerah tahun anggaran 2014 .......................... 147

Page 9: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152723... · Provinsi, Kabupaten dan Kota di Indonesia ... tabel 3.12 Jumlah Daerah Penerima DAK 2014

PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik daftar gambar vii

daftar gaMbar

gambar 2.1 Formula Penghitungan Dana Alokasi umum .......................................... ii/19

Gambar 2.2 Penghitungan Besaran DAU Untuk Provinsi Dan Kabupaten/Kota ......... ii/20

gambar 2.3 Proses Penghitungan split Daerah induk dan Daerah otonomi baru ..... ii/21

gambar 2.4 Pola Hubungan Antar lembaga Dalam Hibah Daerah ........................... ii/36

gambar 3.1 tahap Penyaluran DbH sDA ................................................................. iii/65

gambar 4.1 mekanisme Pemungutan dan Penyetoran Pajak Rokok

sesuai PmK no. 115/PmK.07/2013 .....................................................iV/124

Gambar 4.2 Grafik Penetapan APBD Tahun Anggaran 2009 – 2013

Provinsi, Kabupaten dan Kota di Indonesia ........................................iV/129

Gambar 4.3 Trend Belanja Daerah TA 2009 – 2013 ...............................................iV/130

gambar 4.4 PenYeRAPAn belAnJA APbD tAHun AnggARAn 2013 .................iV/131

Gambar 4.5 Tren SiLPA Tahun Berkenaan 2009 – 2012 ..........................................iV/132

Gambar 4.6 Trend Dana Pemda di Perbankan 2010 – 2013 ...................................iV/132

gambar 4.7 opini bPK Atas laporan Keuangan Pemerintah Daerah

tahun 2008 - 2012 ...............................................................................iV/133

Page 10: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152723... · Provinsi, Kabupaten dan Kota di Indonesia ... tabel 3.12 Jumlah Daerah Penerima DAK 2014

PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publikviii

Page 11: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152723... · Provinsi, Kabupaten dan Kota di Indonesia ... tabel 3.12 Jumlah Daerah Penerima DAK 2014

PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik daftar Tabel ix

daftar tabel

tabel 1.1 Dana transfer tahun Anggaran 2014 ...........................................................i/3

tabel 2.1 Peraturan Pelaksanaan uu 28/2009 ........................................................... ii/11

Tabel 2.2 Hasil Evaluasi Raperda dan Perda PDRD Tahun 2010 - 2013 ..................... ii/12

tabel 2.3 Data Kesiapan Daerah dalam memungut Pbb-P2 ..................................... ii/13

tabel 2.4 Jenis Pelanggaran dan sanksi terhadap Peraturan PDRD ......................... ii/15

tabel 2.5 Alokasi Dana otonomi Khusus setara 2% DAu nasional

tahun 2007-2013 ........................................................................................ ii/25

Tabel 2.6 Alokasi Dana Tambahan Infrastruktur Tahun 2009 – 2013 .......................... ii/25

tabel 2.7 Alokasi tPg PnsD dan Alokasi Dana tamsil guru PnsD ........................... ii/29

tabel 2.8. Alokasi tunjangan Profesi guru PnsD dan Alokasi Dana

tambahan Penghasilan guru PnsD ........................................................... ii/32

tabel 2.9 Hibah Kepada Pemerintah Daerah ............................................................. ii/38

tabel 2.10 Komposisi Pendanaan JumFP/JeDi........................................................... ii/46

tabel 2.11 Daerah Yang melakukan Pinjaman Kepada PiP.......................................... ii/49

tabel 2.12 Penyampaian APbD 2010-2014 ................................................................. ii/51

tabel 3.1 Jenis dan Persentase DbH Pajak .............................................................. iii/54

tabel 3.2 Pembagian biaya Pemungutan Pajak bumi dan bangunan antara

Pemerintah Pusat (DJP) dengan Pemerintah Daerah ................................ iii/55

Page 12: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152723... · Provinsi, Kabupaten dan Kota di Indonesia ... tabel 3.12 Jumlah Daerah Penerima DAK 2014

PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publikx

tabel 3.3 Penyaluran DbH Pajak dan CHt ............................................................... iii/59

tabel 3.4 Jenis dan Porsi bagi Hasil DbH sDA ........................................................ iii/61

tabel 3.5 Jenis dan tarif PnbP yang Dibagihasilkan ................................................ iii/62

tabel 3.6 Perhitungan Alokasi DbH bagi Dob.......................................................... iii/67

Tabel 3.7 Komposisi Alokasi Dasar dan Celah Fiskal untuk Provinsi dan

Kabupaten/Kota tahun 2014 ..................................................................... iii/69

tabel 3.8 Data dalam Perhitungan DAu.................................................................... iii/69

tabel 3.9 Penetapan bobot Variabel Kebutuhan Dan Kapasitas Fiskal

Dalam Penghitungan DAu tahun 2014 ...................................................... iii/70

tabel 3.10 Daerah otonomi baru ............................................................................... iii/72

tabel 3.11 Alokasi DAK tahun 2014 ........................................................................... iii/74

tabel 3.12 Jumlah Daerah Penerima DAK 2014 per bidang ....................................... iii/97

tabel 3.13 Resume Alokasi DAK tA 2014 ................................................................... iii/98

tabel 3.14 Petunjuk teknis Penggunaan DAK tA 2014 ............................................... iii/99

tabel 3.15 tabel Alokasi Anggaran Dana Keistimewaan DiY tA 2013

berdasarkan bidang Kewenangan ......................................................... iii/101

tabel 3.16 Alokasi Anggaran Dana Keistimewaan DiY tA 2014

berdasarkan bidang Kewenangan ......................................................... iii/102

tabel 3.17 Kebijakan Perhitungan DiD tahun 2010-2014.......................................... iii/109

tabel 3.18 bobot Penilaian Perhitungan DiD tahun 2013 dan 2014 .......................... iii/113

tabel 3.19 Kebijakan Alokasi minimum Perhitungan DiD tahun 2013 dan 2014 .... iii/114

tabel 4.1 Perda Pajak Rokok ..................................................................................iV/126

tabel 4.4 tabel Perkembangan jumlah peserta kegiatan lKD, KKD, dan KKDK .....iV/138

Page 13: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152723... · Provinsi, Kabupaten dan Kota di Indonesia ... tabel 3.12 Jumlah Daerah Penerima DAK 2014

PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik Pendahuluan I/1

bab i

Pendahuluan

indonesia sebagai negara berkembang telah mencatat kinerja perekonomian yang

cukup membanggakan pada sepuluh tahun terakhir dengan rata-rata pertumbuhan ekonomi

sebesar 5,5 persen. Pertumbuhan ekonomi indonesia berada di kisaran 5,7 persen pada

tahun 2013, dan angka tersebut masih lebih baik dibandingkan rata-rata negara setara itu

yang pertumbuhannya hanya 3,6 persen.

Di tingkat regional, pada tahun 2012 perekonomian daerah menunjukkan kinerja yang

relatif baik. bahkan hal yang cukup mengejutkan terjadi, bahwa pertumbuhan yang cukup

tinggi setelah kawasan Jakarta dan Jawa, berada di Kawasan timur indonesia (Kti), yaitu

mencapai 6,0 persen. Kinerja ekspor atas sumber daya alam (SDA) dan investasi di bidang

infrastruktur menjadi penyumbang pertumbuhan yang tinggi di Kti tersebut. sedangkan di

kawasan lain permintaan domestik yang kuat ditopang oleh daya beli riil masyarakat yang

meningkat dan basis konsumen yang luas seiring dengan berkembangnya kelompok kelas

menengah di indonesia merupakan penyumbang pertumbuhan perekonomian tersebut.

namun demikian, tantangan perekonomian indonesia ke depan akan selalu

membayangi dari waktu ke waktu. indonesia sebagai negara dengan kebijakan makro

ekonomi yang dipengaruhi oleh ekonomi global (small open economic) diyakini rentan

oleh perubahan indikator perekonomian global. Kebijakan makro ekonomi negara-negara

maju menjadi faktor yang terus membayangi kebijakan makro ekonomi indonesia, antara

lain yaitu kebijakan likuiditas global, kenaikan harga komoditas pangan dan energi, dan

volatilitas daya tukar Rupiah.

Di samping itu, berdasarkan mcKinsey global institute dalam “The Archipelago

Economy: Unleashing Indonesia’s Potential”, indonesia di tahun 2030 diprediksi menjadi

Page 14: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152723... · Provinsi, Kabupaten dan Kota di Indonesia ... tabel 3.12 Jumlah Daerah Penerima DAK 2014

PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan PublikI/2

negara dengan kekuatan ekonomi di urutan ke-7 dunia apabila bisa mengatasi tantangan-

tantangan pembangunannya. bergesernya raksasa perekonomian dunia dari belahan

benua Amerika dan eropa menuju benua Asia berpotensi mengubah indonesia menjadi

negara yang secara makro ekonomi akan mempengaruhi negara-negara lain (large open

economic). Namun demikian, saat ini tantangan kebijakan fiskal seperti kebijakan politik

anggaran, kepastian hukum, iklim investasi, dan tingkat pembangunan infrastruktur masih

belum menunjukkan indikator yang sejalan dengan gambaran di masa depan.

menghadapi tantangan di masa mendatang, indonesia harus fokus mengembangkan

kebijakan perekonomian yang bersifat inklusif. Dalam konteks desentralisasi fiskal,

pertumbuhan perekonomian harus dapat diciptakan secara merata oleh seluruh daerah

dan dirasakan pula dampaknya seluas-luasnya bagi seluruh masyarakat indonesia.

Dibangunnya koridor pusat-pusat pertumbuhan perekonomian (pool of growth) adalah

salah satu prasyarat dalam menghadapi persaingan global yang semakin ketat.

Tujuan kebijakan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal yang berdampak pada

perekonomian di daerah menjadi sangat krusial. seyogyanya, pelayanan publik juga

menunjukkan peningkatan baik secara kuantitas dan kualitas. Pelayanan publik yang baik

setidaknya mengacu kepada dua hal pokok yaitu memberikan kepuasan kepada publik

dan pelayanan yang memenuhi standar pelayanan minimum (minimum local public service

delivery standards). Dengan demikian, peningkatan pelayanan publik dapat mendorong

pembangunan ekonomi yang pada akhirnya kesejahteraan masyarakat menjadi lebih baik

(social welfare).

sebagai sarana untuk mewujudkan cita-cita dan tujuan nasional tersebut, kebijakan

desentralisasi fiskal telah mempergunakan kerangka hubungan keuangan pusat dan daerah

(HKPD) sebagai acuan. Kerangka kebijakan HKPD mengamanatkan bahwa pengaturan

hubungan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Pemda) harus dilaksanakan

secara adil, proporsional, dan akuntabel yang saat ini diatur dalam undang-undang nomor

33 tahun 2004 (uu 33/2004) tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan

Pemerintahan Daerah.

untuk mewujudkan harapan tersebut diperlukan berbagai sumber daya, diantaranya

adalah dalam hal pendanaan. Kebutuhan pendanaan ini cenderung meningkat seiring

dengan kompleksitas dan dinamika masalah di daerah. Dengan adanya penyerahan

sebagian kewenangan pusat ke daerah baik di sisi pendapatan maupun belanja, Pemda

berdasarkan undang-undang nomor 28 tahun 2009 (uu 28/2009) tentang Pajak Daerah

Page 15: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152723... · Provinsi, Kabupaten dan Kota di Indonesia ... tabel 3.12 Jumlah Daerah Penerima DAK 2014

PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik Pendahuluan I/3

dan Retribusi Daerah (PDRD) didorong agar dapat menggali potensi pendapatan daerah

melalui instrumen PDRD (local taxing power). sedangkan di sisi belanja, melalui asas

money follows function yaitu penyerahan pendanaan dari pusat ke daerah yang mengikuti

arah ke mana beban tersebut berada, pengalokasiannya dilakukan melalui mekanisme

kebijakan dana perimbangan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan daerah.

sejalan dengan semakin banyaknya pelimpahan tugas pemerintahan dari Pemerintah

Pusat kepada Pemda maka semakin besar pula dana yang diserahkan dari pusat ke

daerah. untuk tahun Anggaran (tA) 2014, alokasi dana transfer ke daerah memiliki porsi

yang cukup besar, yaitu sebesar 30 persen dari total belanja Anggaran Pendapatan dan

belanja negara (APbn). untuk tA 2014 alokasi dana transfer ke daerah termasuk hibah

dialokasikan sebesar Rp595,05 triliun. Adapun rinciannya adalah sebagai berikut:

Tabel 1.1 Dana Transfer Tahun Anggaran 2014

Jenis Dana Transfer dalam triliun Rp

Dana Alokasi Umum (DAU) 341,21

Dana Alokasi Khusus (DAK) 33,00

Dana Bagi Hasil Pajak (DBH Pajak) 51,78

Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam (DBH SDA) 61,92

Dana Otonomi Khusus Aceh (Otsus Aceh) 6,82

Dana Otonomi Khusus Papua (Otsus Papua)) 6,82

Dana Tambahan Infrastruktur (DTI) 2,50

Dana Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta 0,52

Dana Hibah 2,54

Dana Penyesuaian: 87,94

Dana Tunjangan Profesi Guru (TPG) 60,54

Dana Tambahan Penghasilan Guru (Tamsil) 1,85

Biaya Operasional Sekolah (BOS) 24,07

Dana Insentif Daerah (DID) 1,39

Proyek Pemerintah Daerah dan Desentralisasi (P2D2) 0,09

Total Dana Transfer 595,05

sumber : uu 23/2013 APbn tA 2014

Page 16: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152723... · Provinsi, Kabupaten dan Kota di Indonesia ... tabel 3.12 Jumlah Daerah Penerima DAK 2014

PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan PublikI/4

Anggaran transfer ke daerah tersebut setiap tahun mengalami peningkatan, namun

apakah anggaran transfer ke daerah yang besar itu sudah mencerminkan semakin baiknya

pelayanan publik di daerah atau malah sebaliknya? Apakah pengelolaan keuangan daerah

sudah dijalankan dengan baik? Hal tersebut tentu saja menjadi pendorong bagi kita untuk

bekerja lebih keras lagi guna menciptakan pemerintahan yang baik dan bersih, karena

berangkat dari kesadaran bahwa pelayanan publik yang baik hanya dapat dicapai dengan

tata kelola pemerintahan yang baik (good governance), dapat diartikan pula bahwa setiap

Rupiah dana yang dialokasikan harus dapat dikaitkan dengan pelayanan yang diberikan

kepada masyarakat. setiap peningkatan besaran dana yang ditransfer ke daerah harus

bisa dirasakan oleh masyarakat seperti tersedianya infrastruktur dan program-program

kesejahteraan rakyat.

Kebijakan desentralisasi diarahkan untuk memberikan diskresi yang besar dalam

pengelolaan keuangan sejalan dengan pemberian tanggung jawab yang besar pula dalam

pelayanan. Kewenangan daerah dalam perpajakan daerah terus ditingkatkan baik dari jenis

pajak yang dapat dipungut oleh daerah maupun dalam penetapan tarif pajak. Kebijakan

ini dimaksudkan agar masyarakat dapat mengendalikan pengeluaran daerah dengan

mengkaitkan pembayaran pajak dengan tingkat pelayanan di daerah. selain itu, dana

transfer yang disalurkan kepada daerah sebagian besar berupa Dana Alokasi umum (DAu).

Kebijakan ini diambil agar daerah dapat mengalokasikan dana sesuai dengan kebutuhan

tiap-tiap daerah.

Perlu kita sadari bahwa kebijakan desentralisasi yang diambil oleh Pemerintah Pusat

belum sepenuhnya sejalan dengan capaian tingkat kesejahteraan di tingkat lokal. Pertama,

Pelayanan publik yang disediakan oleh Pemda yaitu penyediaan barang-barang untuk

kebutuhan publik (public goods) seperti jalan, jembatan, pasar terminal, rumah sakit,

dan lain-lainnya. Kedua adalah pengaturan-pengaturan publik (public regulations) yang

dikemas dalam bentuk peraturan daerah (Perda) seperti Perda izin mendirikan bangunan,

Perda Kependudukan, Perda PDRD, dan lain-lainnya belum banyak memberikan kontribusi

bagi peningkatan tingkat kesejahteraan masyarakat. setelah lebih dari satu dekade

pasca reformasi, pelaksanaan otonomi daerah masih memerlukan pembenahan dalam

penyediaan pelayanan publik khususnya yang terkait dengan penyediaan pelayanan

dasar yang masih belum menunjukkan pencapaian yang signifikan dari standar pelayanan

minimal (sPm).

Page 17: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152723... · Provinsi, Kabupaten dan Kota di Indonesia ... tabel 3.12 Jumlah Daerah Penerima DAK 2014

PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik Pendahuluan I/5

buruknya pengelolaan keuangan akan berimbas pada rendahnya kualitas dan

kuantitas pelayanan publik yang disediakan. Jika pelayanan publik belum optimal, maka

kesejahteraan rakyat akan sulit terwujud. misal, jika Pemerintah Pusat gagal menyediakan

layanan pendidikan dan kesehatan yang berkualitas dan terjangkau, hak rakyat untuk hidup

sehat dan terjangkau akan sulit diperoleh, yang berakibat pada kesejahteraan rakyat akan

sulit dicapai.

Pengelolaan keuangan daerah yang bertumpu pada kepentingan publik (public

oriented) tidak saja terlihat pada besarnya porsi pengalokasian anggaran untuk kepentingan

publik, tetapi juga terlihat pada besarnya partisipasi masyarakat dalam perencanaan,

pelaksanaan, dan pengawasan/pengendalian keuangan daerah.

Dalam ruang lingkup keuangan daerah, maka akan selalu melekat konsep anggaran

terutama terkait dengan Anggaran Pendapatan dan belanja Daerah (APbD) yaitu suatu

rencana keuangan tahunan daerah. APbD merupakan kebijakan politik yang paling

mendasar dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah. sebab melalui kebijakan ini, para

pembuat keputusan bisa melakukan alokasi sumber daya keuangan. Dewan Perwakilan

Rakyat Daerah (DPRD) bersama-sama dengan Pemda menjabarkan secara terpadu tentang

arah serta sasaran Rencana Kerja Pemda untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di

daerah masing-masing.

Perlu juga diketahui bahwa penyusunan APbD yang baik, harus juga diikuti dengan

penetapan APbD secara tepat waktu, karena jika terlambat dapat pula menimbulkan

masalah dalam pelaksanaannya. berdasarkan data penetapan APbD sepanjang tahun

2010 sampai dengan tahun 2014, menunjukkan perkembangan ke arah yang positif atas

penetapan APbD tepat waktu pada tahun 2010 terdapat 214 daerah menjadi 354 daerah

pada tahun 2014. namun demikian, dari total keseluruhan sebanyak 524 daerah, masih

banyak daerah yang terlambat menetapkan APbD-nya. sedangkan tren daerah yang

terkena sanksi penundaan DAu dari tahun ke tahun juga menunjukkan indikator yang

kurang memuaskan. selama 3 tahun terakhir daerah yang terkena sanksi mengalami

peningkatan yaitu dari tahun 2012, 2013, dan 2014 secara berturut-turut adalah 16, 17, dan

23 daerah.

selanjutnya, tata kelola keuangan daerah yang baik bersumber dari kualitas APbD

yang mencerminkan kehendak rakyat untuk mendapatkan pelayanan publik yang

berkualitas, transparan, dan akuntabel. namun demikian, hal tersebut belum tergambar dari

postur APbD yang ideal. struktur belanja daerah masih didominasi oleh belanja pegawai,

Page 18: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152723... · Provinsi, Kabupaten dan Kota di Indonesia ... tabel 3.12 Jumlah Daerah Penerima DAK 2014

PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan PublikI/6

minimnya belanja infrastruktur, dan tingginya penggunaan sisa lebih perhitungan (silPA)

anggaran daerah dari tahun sebelumnya.

selain itu, upaya konkret dalam mewujudkan akuntabilitas dan transparansi

dilingkungan Pemda mengharuskan setiap pengelola keuangan daerah menyampaikan

pertanggungjawaban pengelolaan keuangan daerah dengan cakupan luas dan tepat

waktu. Jika merujuk kepada hasil audit badan Pemeriksa Keuangan (bPK) terkait dengan

laporan Keuangan Pemerintah Daerah (lKPD) seluruh indonesia tahun 2011, tentu kita

dapat sedikit berbangga karena jumlah daerah yang mendapatkan opini bPK Wajar tanpa

Pengecualian (WtP) mengalami peningkatan yaitu sejumlah 67 lKPD dari 524 lKPD atau

sekitar 13 persen dibanding tahun sebelumnya yang hanya 19 lKPD dari 524 lKPD atau

sebesar 3 persen dari total lKPD, namun di sisi lain angka ini dapat juga diartikan bahwa

masih banyak laporan keuangan Pemda yang tidak disajikan dengan wajar sesuai dengan

standar Akuntasi Pemerintahan (sAP).

Pengaturan mengenai hubungan pusat dan daerah baik terkait politik, pembagian

urusan, dan fiskal akan disesuaikan terus dengan arah memperkuat otonomi daerah. Saat

ini Rancangan undang-undang (Ruu) tentang Pemilihan Kepala Daerah dan Pemerintahan

Daerah sedang dibahas di DPR. Sementara itu, RUU terkait desentralisasi fiskal (pengganti

uu 33/2004) juga akan disampaikan ke DPR untuk dibahas menjadi undang-undang (uu).

uu tersebut akan diarahkan untuk memperbaiki formulasi dana transfer dan pengendalian

terhadap belanja APbD. sistem pendanaan urusan akan diatur dengan jelas dan bahkan akan

dikenakan sanksi bagi setiap level pemerintahan yang mengalokasikan dana untuk kegiatan

di luar tanggung jawabnya. Pengalokasian dana perimbangan akan direformulasi dengan

arah memberikan kepastian sumber pendanaan bagi daerah dan memberikan insentif bagi

peningkatan kualitas pelayanan. Alokasi dana akan lebih diarahkan pada pencapaian sPm

pelayanan dasar dibidang pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur jalan, jembatan, sanitasi,

irigasi, dan air minum. Kementerian dan lembaga (K/l) yang menangani urusan tersebut

akan lebih berperan untuk menilai tingkat pencapaian pelayanan pada bidang tersebut dan

penilaian tersebut menjadi dasar untuk mengalokasikan Dana Alokasi Khusus (DAK).

Di tahun 2014, kebijakan desentralisasi fiskal di fokuskan pada penguatan kemampuan

keuangan daerah di sisi pendapatan asli daerah (PAD) melalui implementasi Pajak Rokok

dan pemantapan pelaksanaan Pajak bumi dan bangunan Perdesaan dan Perkotaan

(Pbb-P2). implementasi Pajak Rokok mulai diterapkan sejak 1 Januari 2014 dengan

mekanisme bagi hasil kepada Pemerintah Provinsi yang pemungutannya dilakukan oleh

Page 19: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152723... · Provinsi, Kabupaten dan Kota di Indonesia ... tabel 3.12 Jumlah Daerah Penerima DAK 2014

PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik Pendahuluan I/7

Pemerintah Pusat dengan mengenakan tambahan pajak pada rokok meskipun sudah

dikenakan cukai (piggyback tax system). Selanjutnya bagian Pemerintah Provinsi tersebut

akan dibagihasilkan kembali ke kabupaten/kota. Penerapan Pajak Rokok ini akan terus

dimonitor mengingat mekanismenya yang sama sekali baru di indonesia.

Dalam rangka pemantapan pelaksanaan Pbb-P2, percepatan kesiapan pemungutan

dan penguatan pengelolaan pajak ini masih terus dilakukan oleh Pemerintah Pusat kepada

Pemda. momentum ini akan terus dioptimalkan mengingat tahun 2013 merupakan tahun

terakhir untuk melakukan berbagai persiapan pemungutan pajak tersebut. Pemerintah

Pusat mulai tahun 2014 tidak lagi berhak untuk memungutnya. implikasinya, Pemda tidak

lagi mendapatkan bagi hasil Pbb-P2 seperti pada tahun-tahun sebelumnya apabila daerah

dalam tahun 2014 belum memungut Pbb-P2 tersebut.

Selanjutnya, kebijakan desentralisasi fiskal tetap konsisten mencermati sisi belanja

di daerah. Pemerintah Pusat sangat serius mendorong efektivitas dan efisiensi belanja

daerah melalui mekanisme pengendalian belanja daerah. mekanisme seperti penetapan

sanksi keterlambatan penyampaian APbD, penetapan indikator layanan publik dasar dalam

pengalokasian DAK, dan pengendalian defisit secara nasional diharapkan dapat meningkatkan

kuantitas dan kualitas layanan publik dasar.

terakhir, untuk mendorong peningkatan kualitas pengelolaan keuangan daerah

tersebut, Pemerintah Pusat telah melakukan perbaikan sistem penganggaran, pelaksanaan,

dan pertanggungjawaban keuangan daerah yang didukung dengan peningkatan kapasitas

(capacity building) sumber daya manusia (sDm) Pemda. Program ini diwujudkan dalam

bentuk kursus atau pelatihan singkat di dalam negeri. Program dilaksanakan bekerja sama

dengan universitas negeri terkemuka dengan nama Latihan Keuangan Daerah (LKD) bagi

pejabat pemegang kebijakan strategis dan Kursus Keuangan Daerah (KKD) bagi pelaksana/

staff pengelola keuangan daerah. Program lKD dan KKD tersebut diselenggarakan setiap

tahun secara reguler.

Page 20: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152723... · Provinsi, Kabupaten dan Kota di Indonesia ... tabel 3.12 Jumlah Daerah Penerima DAK 2014

PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan PublikI/8

Page 21: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152723... · Provinsi, Kabupaten dan Kota di Indonesia ... tabel 3.12 Jumlah Daerah Penerima DAK 2014

PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik Pengaturan HkPd Saat Ini II/9

bab ii

Pengaturan hubungan Keuangan antara PeMerintah Pusat dan PeMerintahan daerah saat ini

2.1. Kewenangan Perpajakan Dan Retribusi DaerahDesentralisasi fiskal di Indonesia merupakan kebijakan yang ditempuh oleh Pemerintah

Pusat dalam rangka memberikan ruang bagi Pemerintah Daerah (Pemda) untuk mendorong

pembangunan daerah setempat. Kebijakan ini menganut prinsip “money follows function” di

mana pendanaan mengikuti fungsi atau urusan yang diserahkan kepada daerah baik yang

meliputi kebijakan expenditure dan revenue assignment.

sejalan dengan hal tersebut, dalam rangka mendukung pemenuhan sumber-sumber

pendapatan daerah, Pemda diberikan kewenangan untuk penggalian potensi pungutan

pajak dan retribusi (local taxing power) berdasarkan peraturan perundangan-undangan

yang berlaku yaitu undang-undang nomor 28 tahun 2009 (uu 28/2009) tentang Pajak

Daerah dan Retribusi Daerah (PDRD). Arah kebijakan yang membedakan uu ini dengan

yang sebelumnya antara lain adalah:

1. Kebijakan dalam penetapan PDRD yang tadinya open-list menjadi closed-list system

diharapkan dapat mendukung kejelasan, kepastian, dan kesederhanaan regulasi.

2. Kewenangan yang lebih luas di bidang perpajakan dan retribusi daerah (local taxing

empowerment) antara lain melalui perluasan basis PDRD yang sudah ada, menambah

jenis, menaikkan tarif maksimum, dan diskresi penetapan tarif PDRD sehingga

Page 22: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152723... · Provinsi, Kabupaten dan Kota di Indonesia ... tabel 3.12 Jumlah Daerah Penerima DAK 2014

PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan PublikII/10

berdampak positif bagi pencapaian Pendapatan Asli Daerah (PAD) dengan sedikit

menimbulkan efek disinsentif dalam kegiatan perekonomian.

3. Kebijakan earmarking untuk jenis pajak tertentu dalam rangka mengarahkan

kebijakan belanja daerah untuk mengatasi eksternalitas negatif di bidang kesehatan,

perhubungan, dan infrastruktur.

4. Kebijakan efektivitas pengawasan pungutan daerah dari sistem represif menjadi

sistem preventif dan korektif sehingga sejalan dengan prinsip perpajakan yang bersifat

nasional.

Alur Penetapan Peraturan Daerah (Perda) PDRD

sebelum PDRD tersebut dipungut, Pemda diwajibkan menerbitkan Perda. Prosedur

rancangan Perda (Raperda) PDRD sampai ditetapkan menjadi Perda tersebut melalui

beberapa tahapan yang harus ditempuh oleh Pemda, yaitu:

1. menyampaikan Raperda PDRD paling lambat 3 hari kerja sejak tanggal persetujuan

Kepala Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) kepada:

a. menteri Dalam negeri (mendagri) dan menteri Keuangan (menkeu), bagi Raperda

Provinsi.

b. gubernur dan menkeu, bagi Raperda Kabupaten/Kota.

2. Menyesuaikan Raperda dengan hasil evaluasi sebelum ditetapkan menjadi Perda.

3. Menyampaikan Perda PDRD kepada Mendagri untuk Perda Provinsi, Gubernur untuk

Perda Kabupaten/Kota, dan Menkeu, baik Perda Provinsi maupun Perda Kabupaten/

Kota paling lambat 7 (tujuh) hari kerja setelah ditetapkan.

4. menghentikan pelaksanaan Perda yang telah dibatalkan paling lambat 7 (tujuh) hari

kerja setelah ditetapkannya Peraturan Presiden (Perpres) tentang pembatalan Perda

dimaksud.

Page 23: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152723... · Provinsi, Kabupaten dan Kota di Indonesia ... tabel 3.12 Jumlah Daerah Penerima DAK 2014

PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik Pengaturan HkPd Saat Ini II/11

Peraturan Pelaksanaan UU 28/2009

untuk mendukung pelaksanaan uu 28/2009 telah diterbitkan peraturan yang

memberikan arahan secara operasional mulai dari Peraturan Pemerintah (PP), Perpres,

Peraturan menteri Keuangan (Permenkeu), serta Peraturan menteri Dalam negeri

(Permendagri) dan Peraturan bersama (Perber) antara menkeu dan mendagri. tercatat

sampai dengan tahun 2013 telah terbit sejumlah peraturan yang lebih jelasnya terlihat

dalam tabel berikut ini:

Tabel 2.1 Peraturan Pelaksanaan UU 28/2009

No. Produk Hukum Tentang Keterangan

1. PP No. 91/2010 Sistim Pemungutan Pajak Daerah 2010

2. PP No. 69/2010 Tatacara Pemberian Insentif Pemungutan PDRD 2010

3. PP No. 97/2012 Retribusi Pengendalian Lalu Lintas dan Retribusi Perpanjangan lain Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing (IMTA)

2012

4. Perpres No. 36/2011 Perubahan atas Tarif Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (PBB-KB)

2011

5. Perber Menkeu & Mendagri No. 186/PMK.07/2010 & 53/2010 serta No. 127/PMK.07/2012 & 53/2012

Tahapan Persiapan Pengalihan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) sebagai Pajak Daerah

2010, 2012

6. Perber Menkeu & Mendagri No. 213/PMK.07/2010 dan 58/2010

Tahapan Persiapan Pengalihan PBB-P2 sebagai Pajak Daerah

2010

7. PMK No. 11/PMK.07/2010 Tatacara Pelaksanaan Sanksi Pelanggaran Ketentuan PDRD

2009

8. PMK No. 147/PMK.07/2010 Badan atau Perwakilan Internasional yang Dikecualikan sebagai Subjek BPHTB

2010

9. PMK No. 148/PMK.07/2010 Badan atau Perwakilan Internasional yang Dikecualikan sebagai Subjek PBB-P2

2010

10. PMK No. 115/PMK.07/2013 Tata Cara Pemungutan dan Penyetoran Pajak Rokok

2013

11. Permendagri Nilai Jual Kendaraan Bermotor (NJKB) Setiap tahun

sumber: DJPK, Kemenkeu

Page 24: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152723... · Provinsi, Kabupaten dan Kota di Indonesia ... tabel 3.12 Jumlah Daerah Penerima DAK 2014

PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan PublikII/12

Dengan adanya aturan yang bersifat operasional tersebut diharapkan daerah

menerbitkan Perda PDRD berdasarkan azas dan prinsip yang konsisten dengan peraturan

di atasnya. selain itu, diharapkan dapat mendukung pelaksanaan pemungutan PDRD di

daerah agar menjamin kejelasan serta kepastian hukum.

Sejak tahun 2010 sampai dengan 2013, Pemerintah Pusat telah melakukan evaluasi

Perda dan Raperda sebanyak 5.879. Dari jumlah tersebut tercatat 3.912 Perda dan hasil

evaluasinya telah sesuai dengan peraturan perundangan PDRD. Jumlah ini dipastikan akan

terus meningkat dari tahun ke tahun mengingat bahwa daerah diberikan diskresi untuk

menetapkan Perda PDRD sesuai dengan arah kebijakan perekonomian daerah.

Tabel 2.2 Hasil Evaluasi Raperda dan Perda PDRD Tahun 2010 - 2013

No. Tahun RaperdaPerda dan Hasil Evaluasinya

Total Sesuai % Tidak Sesuai %

1. 2010 687 31 31 100% - 0%

2. 2011 3.297 1.501 1.471 98% 30 2%

3. 2012 1.220 1.503 1.436 96% 67 4%

4. 2013 675 1.271 974 77% 22 2%

sumber : DJPK, Kemenkeu

Implementasi Kebijakan PDRD Untuk Peningkatan PAD

sebagai bagian dari kebijakan Pemerintah Pusat atas PDRD, penerbitan peraturan

pelaksanaan mendorong Pemda untuk semakin bersemangat untuk menggali potensi

pemungutan PDRD. Hal ini mengingat bahwa pungutan kepada masyarakat tidak boleh

dilakukan sebelum ada penetapan Perda pungutan, maka diperlukan langkah-langkah atas

masukan yang bersifat bottom up agar tidak terjadi potential loss yang akan dihadapi oleh

Pemda akibat dari kekosongan peraturan pungutan PDRD.

untuk mengatasi hal tersebut diperlukan langkah-langkah implementasi kebijakan yang

dijalankan Pemerintah Pusat. Pertama, percepatan kesiapan pemungutan dan penguatan

pengelolaan Pajak bumi dan bangunan Perdesaan dan Perkotaan (Pbb-P2) di mana tahun

2013 merupakan tahun terakhir untuk melakukan berbagai persiapan pemungutan pajak

tersebut. Apabila daerah dalam tahun 2014 belum memungut Pbb-P2 tersebut, maka

Page 25: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152723... · Provinsi, Kabupaten dan Kota di Indonesia ... tabel 3.12 Jumlah Daerah Penerima DAK 2014

PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik Pengaturan HkPd Saat Ini II/13

Pemda tidak lagi mendapatkan bagi hasil Pbb-P2 seperti pada tahun-tahun sebelumnya.

Pemerintah Pusat sejak tahun 2014 tidak lagi berhak untuk memungutnya.

Data per 13 Desember 2013 menunjukkan bahwa terdapat 405 daerah atau 82,32

persen dari jumlah daerah yang telah menetapkan Perda Pbb-P2. Potensi Pbb-P2 dari

daerah tersebut mencakup sekitar 98,72 persen dari total penerimaan Pbb-P2 tahun 2011.

sementara itu, terdapat 60 daerah atau 12,20 persen dari jumlah daerah yang masih dalam

proses menetapkan Perda Pbb-P2. Dari keseluruhan daerah ini, potensi penerimaan

Pbb-P2 sekitar 1,1 persen dari total penerimaan Pbb-P2 tahun 2011. Daerah lainnya

sebanyak 27 daerah atau 5,49 persen dari jumlah daerah yang belum menyusun Perda

Pbb-P2 dengan potensi penerimaan Pbb-P2 sekitar 0,18 persen dari total penerimaan

tahun 2011.

Data kesiapan daerah dalam memungut Pbb-P2 selengkapnya dapat dilihat pada

tabel berikut ini.

Tabel 2.3 Data Kesiapan Daerah dalam Memungut PBB-P2

No. Kesiapan Daerah

Jumlah Prosentase (%)

DaerahPotensi Berdasarkan

Penerimaan Tahun 2011 (Rp)

Jumlah Daerah

Potensi Berdasarkan

Penerimaan Tahun 2011

1. Perda yang telah siap: 405 8.154.534.488.521 82,32 98,72

a. Memungut tahun 2011 1 498.640.108.488 0,20 6,04

b. Memungut tahun 2012 17 1.074.236.906.348 3,46 13,01

c. Memungut tahun 2013 105 4.905.980.775.043 21,34 59,39

d. Memungut tahun 2014 264 1.645.474.664.781 53,65 19,92

2. Proses menyusun Perda 60 90.515.508.056 12.20 1,10

3. Belum menyusun Raperda 27 15.053.012.135 5,49 0,18

Total 492 8.260.103.008.712 100,00 100,00

sumber : DJPK, Kemenkeu

Page 26: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152723... · Provinsi, Kabupaten dan Kota di Indonesia ... tabel 3.12 Jumlah Daerah Penerima DAK 2014

PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan PublikII/14

kedua, penguatan pemungutan Pajak Rokok yang berdasarkan Peraturan menteri

Keuangan (PmK) nomor 115/PmK.07/2013 akan mulai berlaku 1 Januari 2014. Hal ini

memerlukan sinergi yang baik antara Pemerintah Pusat dalam hal ini Kantor bea dan Cukai

bersama dengan Pemda terkait pemungutan Pajak Rokok.

ketiga, percepatan pemungutan Retribusi Perpajangan Retribusi Perpanjangan izin

mempekerjakan tenaga Kerja Asing (imtA) berdasarkan Peraturan Pemerintah nomor 97

tahun 2012 (PP 97/2012). Dengan tarif imtA sebagai Penerimaan negara bukan Pajak

(PnbP) sebesar us$100/org per bulan, jumlah tenaga Kerja Asing (tKA) yang bekerja di

Indonesia tahun 2012 sekitar 57 ribu orang dan berdasarkan hasil survei Bank Indonesia

(bi) dengan rata-rata 88% tKA memperpanjang izin bekerja di indonesia maka potensi

penerimaan retribusi ini diperkirakan cukup besar di daerah-daerah tertentu.

keempat, percepatan atau optimalisasi pemungutan PDRD lainnya yaitu:

a. PDRD lainnya yang menjadi andalan PAD sebagian besar daerah;

b. tambahan retribusi daerah dari PnbP yang dapat dialihkan menjadi retribusi daerah

sesuai dengan kewenangan Pemda dan potensi daerah.

Pengawasan Pungutan Daerah

Secara prinsip, pelaksanaan desentralisasi fiskal khususnya pemungutan PDRD

berupa penetapan besaran tarif mempertimbangkan dampak ekonomi yang akan dirasakan

oleh daerah. Iklim investasi yang baik, kompetisi yang baik, hubungan kerjasama yang

lebih baik antara Pemda dengan pengusaha merupakan tujuan dari sejalannya kebijakan

fiskal pusat dengan daerah.

Dengan memperhatikan hal-hal tersebut, maka Pemerintah Pusat diberikan

kewenangan untuk melakukan pengawasan. Pemerintah Pusat memastikan bahwa Pemda

menetapkan Perda PDRD benar-benar melalui proses evaluasi, menetapkan Perda PDRD

sejalan dengan hasil evaluasi, dan menyampaikan Perda yang telah ditetapkan agar

terhindar dari pelanggaran yang bersifat prosedural (administratif).

selain yang bersifat administratif, Pemerintah Pusat juga melakukan pengawasan yang

bersifat substantif. Pengawasan ini meliputi antara lain memastikan bahwa Pemda tidak

melaksanakan pemungutan atas Perda yang telah dibatalkan.

Page 27: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152723... · Provinsi, Kabupaten dan Kota di Indonesia ... tabel 3.12 Jumlah Daerah Penerima DAK 2014

PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik Pengaturan HkPd Saat Ini II/15

Tabel 2.4 Jenis Pelanggaran dan Sanksi Terhadap Peraturan PDRD

No. Jenis Pelanggaran Bentuk dan Besaran Sanksi Pelaksanaan SanksiPencabutan

Sanksi

1. Pelanggaran Prosedur (Administratif):

a. Menetapkan Perda PDRD tanpa melalui proses evaluasi

b. Menetapkan Perda PDRD tidak sejalan dengan hasil evaluasi

c. Tidak menyampaikan Perda yang telah ditetapkan

Penundaan 10% DAU atau 10% DBH PPh bagi daerah yang tidak memperoleh DAU untuk setiap penyaluran.

• PenyaluranDAUbulan berikutnya setelah tanggal penetapan sanksi.

• PenyaluranDBHPajak PPh triwulan berikutnya setelah tanggal penetapan sanksi

Perda telah diterima dan selesai dievaluasi.

2. Pelanggaran Substantif:

(Tetap melaksanakan pemungutan atas dasar Perda yang telah dibatalkan)

Pemotongan DAU/DBH PPh sebesar:

a. perkiraan jumlah PDRD yang dipungut berdasarkan Perda yang telah dibatalkan; atau

b. 5% dari DAU atau DBH PPh (terbesar) dalam hal perkiraan jumlah PDRD yang dipungut tidak tersedia.

Penyaluran DAU bulan berikutnya setelah tanggal penetapan sanksi.

Penyaluran DBH Pajak Penghasilan triwulan berikutnya setelah tanggal penetapan sanksi

Surat/keputusan penghentian pelaksanaan pemungutan PDRD dari KDH ybs. telah diterima Dirjen P.K

sumber: DJPK, Kemenkeu

Page 28: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152723... · Provinsi, Kabupaten dan Kota di Indonesia ... tabel 3.12 Jumlah Daerah Penerima DAK 2014

PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan PublikII/16

2.2. Transfer Daerah

Dana Perimbangansesuai dengan amanah undang-undang nomor 33 tahun 2004 (uu 33/2004) tentang

Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah, Pemerintah

Pusat mengalokasi dana transfer ke daerah berupa dana perimbangan untuk mengatasi

kesenjangan fiskal horizontal (horizontal fiscal imbalance) dan kesenjangan fiskal vertikal

(vertical fiscal imbalance). Ketimpangan tersebut terjadi akibat dari pembagian kewenangan

antara tingkat pemerintahan, Pemerintah Pusat, Provinsi, dan Kabupaten/Kota. Instrumen

dalam mengatasi ketimpangan fiskal tersebut adalah Dana Bagi Hasil (DBH), Dana Alokasi

umum (DAu), dan Dana Alokasi Khusus (DAK).

DBH

DbH adalah dana yang bersumber dari pendapatan APbn yang dialokasikan kepada

daerah berdasarkan angka persentase tertentu untuk mendanai kebutuhan daerah dalam

rangka pelaksanaan desentralisasi. DbH dialokasikan berdasarkan prinsip by origin, dimana

daerah penghasil penerimaan negara mendapatkan bagian (persentase) yang lebih besar

dan daerah lainnya dalam satu provinsi mendapatkan bagian (persentase) berdasarkan

pemerataan. sedangkan penyaluran DbH dilakukan berdasarkan prinsip by actual, dimana

besarnya DbH yang disalurkan kepada daerah, baik daerah penghasil maupun yang

mendapat alokasi pemerataan didasarkan atas realisasi penyetoran Penerimaan negara

Pajak (PnP) dan PnbP tahun anggaran berjalan.

DbH terdiri dari DbH Pajak dan DbH sDA. DbH Pajak meliputi DbH Pajak bumi dan

bangunan (Pbb), DbH Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 25 dan Pasal 29 Wajib Pajak orang

Pribadi Dalam negeri (PPh Pasal 25/29 WP oPDn) dan PPh Pasal 21, dan DbH Cukai Hasil

tembakau (CHt). DbH sDA berasal dari kehutanan, pertambangan umum, perikanan,

pertambangan minyak bumi, pertambangan gas bumi, dan pertambangan panas bumi.

Perhitungan DbH sDA dilakukan berdasarkan PnbP dari masing-masing jenis sumber

daya alam yang menurut ketentuan uu 33 tahun 2004 dibagihasilkan kepada daerah. Dasar

Perhitungan DbH sDA adalah sebagai berikut:

Page 29: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152723... · Provinsi, Kabupaten dan Kota di Indonesia ... tabel 3.12 Jumlah Daerah Penerima DAK 2014

PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik Pengaturan HkPd Saat Ini II/17

1. DbH sDA minyak bumi, dihitung berdasarkan produksi minyak yang terjual (lifting) dan

produksi gas yang terjual dari masing-masing Kontraktor Kontrak Kerjasama (KKKs)

setelah dikurangi dengan Domestic Market Obligation (Dmo), Fee usaha Hulu migas,

Pajak-pajak (PPn dan Pbb), serta PDRD.

2. DbH sDA Pertambangan umum, dihitung berdasarkan penerimaan dari iuran yang

diterima negara sebagai imbalan atas kesempatan penyelidikan umum, eksplorasi

atau eksploitasi pada suatu wilayah kerja (Landrent/iuran tetap) dan iuran produksi

pemegang kuasa usaha pertambangan atas hasil dari kesempatan eksplorasi/

eksploitasi (Royalty).

3. DbH sDA Kehutanan, dihitung berdasarkan penerimaan negara dari iuran izin usaha

Pemanfaatan Hutan (IIUPH), Provisi Sumber Daya Hutan (PSDH), dan Dana Reboisasi

(DR). iiuPH merupakan pungutan yang dikenakan kepada Pemegang izin usaha

Pemanfaatan Hutan atas suatu kawasan hutan tertentu yang dilakukan sekali pada saat

izin usaha diberikan. PsDH adalah pungutan yang dikenakan sebagai pengganti nilai

intrinsik dari hasil yang dipungut dari Hutan negara. sedangkan DR adalah dana yang

dipungut dari Pemegang izin usaha Pemanfaatan Hasil Hutan dari Hutan Alam yang

berupa kayu dalam rangka reboisasi dan rehabilitasi hutan.

4. DbH sDA Perikanan, dihitung berdasarkan Pungutan Pengusahaan Perikanan (P3) dan

Pungutan Hasil Perikanan (PHP). Pungutan Pengusahaan Perikanan adalah pungutan

negara yang dikenakan kepada pemegang izin usaha Perikanan dan/atau Persetujuan

Penggunaan Kapal Asing (PPKA) sebagai imbalan atas kesempatan yang diberikan

oleh Pemerintah untuk melakukan usaha perikanan dalam Wilayah Perikanan Republik

indonesia. Pungutan Hasil Perikanan adalah pungutan negara yang dikenakan kepada

pemegang surat Penangkapan ikan (sPi) dan atau surat izin Kapal Penangkap dan

Pengangkut ikan indonesia (siKPPii) dan atau surat izin Penangkapan ikan (siPi)

sesuai dengan hasil produksi perikanan yang diperoleh dan dijual di dalam negeri dan

atau luar negeri.

DbH sDA Panas bumi, dihitung berdasarkan setoran bagian Pemerintah Pusat setelah

dikurangi kewajiban perpajakan dan pungutan lainnya atas dasar kontrak pengusahaan

panas bumi yang ditandatangani sebelum uu no. 27/ 2003 tentang Panas bumi ditetapkan.

iuran tetap merupakan iuran yang dibayarkan kepada negara sebagai kesempatan

atas eksplorasi, studi kelayakan, dan ekspoitasi pada suatu wilayah, sedangkan iuran

Produksi adalah iuran yang diberikan kepada negara atas hasil yang diperoleh dari usaha

Page 30: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152723... · Provinsi, Kabupaten dan Kota di Indonesia ... tabel 3.12 Jumlah Daerah Penerima DAK 2014

PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan PublikII/18

pertambangan panas bumi. selanjutnya PnbP sDA dimaksud dibagihasilkan ke daerah

secara triwulan sesuai dengan proporsi dana bagi hasil sDA yang diatur dalam ketentuan

uu no. 33/2004.

DAU

DAu adalah dana yang bersumber dari pendapatan dalam negeri yang ditetapkan

dalam Anggaran Pendapatan dan belanja negara (APbn) yang dialokasikan kepada daerah

dengan tujuan untuk pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk mendanai

kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. DAu merupakan instrumen

transfer yang dimaksudkan untuk meminimumkan ketimpangan fiskal antar daerah

(horizontal imbalances), sekaligus memeratakan kemampuan antar daerah (equalization

grant).

besaran pagu DAu nasional berdasarkan amanat uu 33/2004 ditetapkan sekurang-

kurangnya 26% dari Pendapatan Dalam negeri (PDn) neto. PDn neto adalah penerimaan

negara yang berasal dari pajak dan bukan pajak setelah dikurangi dengan penerimaan

negara yang dibagihasilkan kepada daerah (DBH). Proporsi DAU untuk provinsi ditetapkan

sebesar 10% dan untuk kabupaten/kota ditetapkan 90% dari besaran DAu secara nasional.

DAu sebagai salah satu komponen dana perimbangan dialokasikan berdasarkan

atas formula yang memperhitungkan konsep Alokasi Dasar (AD) dan Celah Fiskal (CF)

atau disebut sebagai Fiscal Gap. Fiscal Gap suatu daerah adalah selisih antara Kebutuhan

Fiskal (KbF) dengan Kapasitas Fiskal (KpF) daerah tersebut. AD dihitung berdasarkan

jumlah dan belanja gaji Pegawai negeri sipil Daerah (PnsD), yang meliputi gaji pokok,

tunjangan keluarga, dan tunjangan jabatan serta tunjangan yang melekat sesuai dengan

peraturan penggajian Pns termasuk di dalamnya tunjangan beras dan tunjangan PPh. KbF

mencerminkan kebutuhan dana yang diperlukan oleh daerah untuk melaksanakan fungsi

layanan dasar umum. KbF diukur dengan menggunakan variabel jumlah penduduk, luas

wilayah, indeks Kemahalan Konstruksi (iKK), Produk Domestik Regional bruto (PDRb)

per Kapita, dan indeks Pembangunan manusia (iPm). sementara KpF mencerminkan

kemampuan fiskal daerah dalam mendanai pelaksanaan layanan dasar umum. KpF dalam

perhitungan DAu adalah PAD dan DbH.

Page 31: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152723... · Provinsi, Kabupaten dan Kota di Indonesia ... tabel 3.12 Jumlah Daerah Penerima DAK 2014

PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik Pengaturan HkPd Saat Ini II/19

Gambar 2.1 Formula Penghitungan Dana Alokasi Umum

sumber: DJPK, Kemenkeu

Dau = aD + CFKeterangan:

DAu = Dana Alokasi umum

AD = Alokasi Dasar

CF = Celah Fiskal

CF = kbF – kpFKeterangan:

CF = Celah Fiskal

KbF = Kebutuhan Fiskal

KpF = Kapasitas Fiskal

Page 32: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152723... · Provinsi, Kabupaten dan Kota di Indonesia ... tabel 3.12 Jumlah Daerah Penerima DAK 2014

PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan PublikII/20

kbF = tbr (a1iP + a2iW + a3ikk + a4iPm + a5iPDrb)Keterangan:

tbR = total belanja Daerah Rata-rata

iP = indeks Penduduk

iW = indeks Wilayah

iKK = indeks Kemahalan Konstruksi

iPm = indeks Pembangunan manusia

iPDRb = indeks PDRb per kapita

a = bobot indeks masing-masing variabel

kpF = PaD + DbH SDa + DbH PajakKeterangan:

PAD = Pendapatan Asli Daerah

DbH sDA = Dana bagi Hasil sumber Daya Alam

DbH Pajak = Dana bagi Hasil Pajak

Gambar 2.2 Penghitungan Besaran DAU Untuk Provinsi Dan Kabupaten/Kota

sumber: DJPK, Kemenkeu

Page 33: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152723... · Provinsi, Kabupaten dan Kota di Indonesia ... tabel 3.12 Jumlah Daerah Penerima DAK 2014

PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik Pengaturan HkPd Saat Ini II/21

DAU atas dasar celah fiskal untuk suatu provinsi dihitung berdasarkan perkalian bobot

provinsi yang bersangkutan dengan jumlah DAU atas dasar celah fiskal seluruh provinsi,

di mana angka bobot provinsinya diperoleh dari perbandingan antara celah fiskal provinsi

yang bersangkutan dengan total celah fiskal seluruh provinsi. Begitu pula dengan DAU atas

dasar celah fiskal untuk suatu kabupaten/kota, besarnya dihitung berdasarkan perkalian

bobot kabupaten/kota yang bersangkutan dengan jumlah DAU atas dasar celah fiskal

seluruh kabupaten/kota. bobot kabupaten/kota diperoleh dari perbandingan antara celah

fiskal provinsi yang bersangkutan dengan total celah fiskal seluruh kabupaten/kota.

Gambar 2.3 Proses Penghitungan Split Daerah Induk dan

Daerah Otonomi Baru

sumber: DJPK, Kemenkeu

DAU untuk daerah otonom baru (DOB) dialokasikan setelah adanya penetapan definitif

daerah yang bersangkutan melalui uu pembentukan daerah. Penghitungan DAu untuk Dob

dilakukan setelah tersedianya data yang digunakan untuk menghitung AD dan CF. Apabila

data tidak tersedia, penghitungan DAu untuk Dob dilakukan dengan cara membagi DAu

secara proporsional (split) dengan daerah induknya berdasarkan data jumlah penduduk,

Page 34: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152723... · Provinsi, Kabupaten dan Kota di Indonesia ... tabel 3.12 Jumlah Daerah Penerima DAK 2014

PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan PublikII/22

luas wilayah, dan belanja pegawai. Dalam hal data belanja pegawai atau jumlah pegawai

PnsD tidak tersedia, maka digunakan data jumlah penduduk dan luas wilayah.

Penyaluran DAu kepada daerah dilaksanakan setiap bulan masing-masing sebesar

1/12 dari besaran alokasi masing-masing daerah. Dalam rangka penyaluran tersebut,

Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan (Dirjen PK) atau pejabat yang ditunjuk

menerbitkan surat Perintah membayar (sPm) setiap bulan dan menyampaikannya kepada

Kuasa bendahara umum negara (bun)-Kantor Pelayanan Perbendaharaan negara (KPPn)

Jakarta II – Direktorat Jenderal Perbendaharaan (DJPb).

DAK

DAK merupakan dana yang bersumber dari Pendapatan APbn yang dialokasikan

kepada daerah tertentu untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan

urusan daerah sesuai prioritas nasional. Kegiatan khusus yang didanai DAK adalah

penyediaan/perbaikan sarana dan prasarana pelayanan dasar masyarakat serta kegiatan

yang dapat mendorong percepatan pembangunan daerah dan pencapaian sasaran

prioritas nasional.

Adapun kebijakan umum pengalokasian DAK adalah sebagai berikut:

1. mendukung pencapaian prioritas nasional, termasuk program-program prioritas

nasional yang bersifat lintas sektor/kewilayahan sesuai dengan kerangka pengeluaran

jangka menengah (medium term expenditure framework) dan penganggaran berbasis

kinerja (performance based budgeting).

2. membantu daerah-daerah yang memiliki kemampuan keuangan relatif rendah

dalam membiayai pelayanan publik dalam rangka pemerataan pelayanan dasar dan

mendorong pencapaian sPm.

3. meningkatkan kualitas perhitungan alokasi DAK, serta mempercepat penyusunan

petunjuk teknis penggunaan DAK yang ditujukan untuk mendorong penyusunan

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang efektif, efisien, dan tepat

waktu.

4. meningkatkan koordinasi pengelolaan DAK secara utuh dan terpadu di pusat dan

daerah sehingga terwujud sinkronisasi kegiatan DAK dengan kegiatan lain yang didanai

dari sumber-sumber pendanaan lainnya.

Page 35: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152723... · Provinsi, Kabupaten dan Kota di Indonesia ... tabel 3.12 Jumlah Daerah Penerima DAK 2014

PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik Pengaturan HkPd Saat Ini II/23

5. meningkatkan penyediaan data-data teknis yang lebih akurat sebagai basis kebijakan

kementerian dan lembaga dalam rangka meningkatkan keserasian dan menghindari

duplikasi kegiatan antar bidang DAK.

6. mendorong penggunaan kinerja pelaporan sebagai salah satu pertimbangan dalam

penyusunan kriteria pengalokasian DAK.

Penentuan alokasi DAK dilakukan melalui 2 tahapan, yaitu (1) penentuan daerah

tertentu yang menerima DAK dan (2) penentuan alokasi DAK untuk masing-masing daerah.

Penentuan daerah tertentu didasarkan atas tiga kriteria, yaitu:

Pertama; Kriteria umum (Ku), yang ditentukan berdasarkan kemampuan keuangan

daerah (indeks fiskal neto) yang dicerminkan dari penerimaan umum APBD setelah

dikurangi belanja Pns di daerah.

Penerimaan umum APbD terdiri dari PAD, DAu, dan DbH kecuali DbH yang

penggunaannya diarahkan (earmarking). Daerah dengan Ku dibawah rata-rata Ku secara

nasional adalah daerah yang menjadi prioritas mendapatkan DAK.

Kedua; Kriteria Khusus (KK), yang ditentukan berdasarkan peraturan perundang-

undangan yang mengatur penyelenggaraan otonomi khusus dan aspek karakteristik

daerah.

Karakteristik daerah, meliputi:

a. Daerah tertinggal;

b. Daerah perbatasan dengan negara lain;

c. Daerah rawan bencana;

d. Daerah pesisir dan/atau kepulauan;

e. Daerah ketahanan pangan;

f. Daerah pariwisata

Ketiga; Kriteria teknis (Kt), yang ditentukan berdasarkan indikator-indikator teknis

yang dapat menggambarkan kondisi sarana dan prasarana yang akan didanai dari DAK.

Kriteria ini dirumuskan melalui indeks teknis yang disusun oleh menteri teknis terkait.

Page 36: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152723... · Provinsi, Kabupaten dan Kota di Indonesia ... tabel 3.12 Jumlah Daerah Penerima DAK 2014

PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan PublikII/24

Dana Otonomi Khusus (Otsus) dan Penyesuaian

Dana otonomi Khusus (Dana otsus) adalah dana yang bersumber dari pendapatan

APbn yang diberikan kepada daerah yang telah ditetapkan sebagai daerah otonomi

khusus berdasarkan uu otsus. Ada dua uu yang mengatur otsus, yaitu uu nomor 21

Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua jo. UU Nomor 35 Tahun 2008 dan

UU Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh. Alokasi Dana otsus bagi Provinsi

Papua dan Provinsi Papua Barat besarnya setara 2% dari Pagu DAU Nasional, dengan

pembagian 70% untuk Provinsi Papua dan 30% untuk Provinsi Papua Barat yang ditujukan

untuk pembiayaan pendidikan dan kesehatan. Dalam rangka otsus pula Provinsi Papua dan

Provinsi Papua Barat juga mendapatkan alokasi Dana Tambahan Infrastruktur (DTI) yang

besarnya disesuaikan dengan kemampuan keuangan negara dan tambahan porsi DbH

sDA minyak bumi dan DbH sDA gas bumi masing-masing sebesar 55% dan 40%.

Pendanaan Otsus Provinsi Papua dan Papua Barat oleh Pemerintah Pusat menurut

uu 21/2001 harus disertai dengan terbitnya Perda Khusus (Perdasus) yang mengatur

diantaranya mengenai alokasi dana kepada daerah provinsi, kabupaten, dan kota di

lingkungan Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat.

Dana Otsus Provinsi Aceh berlaku untuk jangka waktu 20 tahun sejak 2008, yang

alokasinya dibedakan menjadi dua, yakni:

1. untuk tahun pertama s.d. tahun kelimabelas, besarnya setara dengan 2% plafon DAu

nasional, dan

2. untuk tahun keenambelas s.d. tahun keduapuluh, besarnya setara dengan 1% plafon

DAu nasional.

Arah penggunaan otsus Aceh ditujukan untuk membiayai pembangunan terutama

pembangunan dan pemeliharaan infrastruktur, pemberdayaan ekonomi rakyat, pengentasan

kemiskinan, serta pendanaan pendidikan, sosial, dan kesehatan (Pasal 183, ayat 1 uu

11/2006).

Page 37: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152723... · Provinsi, Kabupaten dan Kota di Indonesia ... tabel 3.12 Jumlah Daerah Penerima DAK 2014

PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik Pengaturan HkPd Saat Ini II/25

Tabel 2.5 Alokasi Dana Otonomi Khusus setara 2% DAU Nasional

Tahun 2007-2013 (miliar Rupiah)

Tahun Papua Papua Barat Aceh

2007 3.295,7 - -

2008 3.590,1 - 3.590,1

2009 2.609,8 1.118,5 3.728,3

2010 2.694,9 1.154,9 3.849,81

2011 3.157,5 1.353,2 4.510,70

2012 3.833,4 1.642,9 5.476,3

2013 4.355,9 1.866,8 6.222,79

sumber: DJPK, Kemenkeu

Dana Tambahan Infrastruktur (DTI)a. Dana tambahan dalam rangka pelaksanaan otsus yang besarnya ditetapkan antara

Pemerintah Pusat dan DPR berdasarkan usulan Provinsi pada setiap tahun anggaran

yang terutama ditujukan untuk pembiayaan pembangunan infrastruktur.

b. Pembangunan infrastruktur dimaksudkan agar sekurang-kurangnya dalam 25 tahun

seluruh kota-kota Provinsi, Kabupaten/Kota, Distrik atau pusat-pusat penduduk lainnya

terhubungkan dengan transportasi darat, laut, dan udara yang berkualitas, sehingga

Provinsi Papua dapat melakukan aktivitas ekonominya secara baik dan menguntungkan

sebagai bagian dari sistem perekonomian nasional dan global.

Tabel 2.6 Alokasi Dana Tambahan Infrastruktur

Tahun 2009 – 2013 (miliar Rupiah)

Tahun Papua Papua Barat

2009 800,00 600,00

2010 800,00 600,00

Page 38: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152723... · Provinsi, Kabupaten dan Kota di Indonesia ... tabel 3.12 Jumlah Daerah Penerima DAK 2014

PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan PublikII/26

Tahun Papua Papua Barat

2011 800,00 600,00

2012 571,40 428,60

2013 571,40 428,60

sumber: DJPK, Kemenkeu

Dana Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY)

Dana keistimewaan DiY merupakan dana yang berasal dari APbn dalam rangka

pelaksanaan kewenangan Keistimewaan DiY yang diperuntukkan bagi dan dikelola oleh

Pemerintah Provinsi DIY yang pengalokasian dan penyalurannya melalui mekanisme

transfer ke daerah sesuai dengan kebutuhan Provinsi DIY dan kemampuan keuangan

negara. sesuai dengan uu nomor 13 tahun 2012 (uu 13/2012) tentang Keistimewaan

Daerah istimewa Yogyakarta, kewenangan urusan dalam keistimewaan DiY meliputi:

a. tata cara pengisian jabatan, kedudukan, tugas, dan wewenang gubernur dan Wakil

gubernur,

b. Kelembagaan Pemerintahan Daerah DiY,

c. Kebudayaan

d. Pertanahan, dan

e. tata ruang

Kewenangan keistimewaan tersebut lebih lanjut diatur dalam Peraturan Daerah

istimewa (Perdais) no.1 tahun 2013 tentang Kewenangan Dalam urusan Keisitimewaan

Daerah Istimewa Yogyakarta. Kewenangan keistimewaan DIY tersebut berada di Provinsi

DiY.

Pemerintah menyediakan pendanaan dalam rangka penyelenggaraan urusan

keistimewaan DiY dalam Anggaran Pendapatan dan belanja negara sesuai dengan

kebutuhan Provinsi DIY dan kemampuan keuangan negara. Dana dalam rangka

pelaksanaan Keistimewaan DiY tersebut dibahas dan ditetapkan oleh Pemerintah Pusat

berdasarkan pengajuan Pemerintah Provinsi DIY. Dana keistimewaan yang diperuntukkan

bagi dan dikelola oleh Pemerintah Provinsi DIY yang pengalokasian dan penyalurannya

melalui mekanisme transfer ke daerah dari Rekening Kas umum negara (RKun) ke

Rekening Kas umum Daerah (RKuD). mekanisme pengalokasian dan penyaluran dana

Page 39: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152723... · Provinsi, Kabupaten dan Kota di Indonesia ... tabel 3.12 Jumlah Daerah Penerima DAK 2014

PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik Pengaturan HkPd Saat Ini II/27

keistimewaan tersebut diatur dalam Peraturan menteri Keuangan nomor 103/PmK.07/2013

(PmK 103/2013) tentang tata Cara Pengalokasian dan Penyaluran Dana Keistimewaan DiY.

Dalam rangka pengajuan usulan Dana Keistimewaan DiY, gubernur DiY mengajukan

usulan rencana kebutuhan Dana Keistimewaan kepada mendagri dan menteri/pimpinan

lembaga pemerintah non kementerian terkait dengan tembusan kepada menkeu dan menteri

Perencanaan Pembangunan nasional/Kepala badan Perencanaan Pembangunan nasional

(Kepala bappenas). usulan rencana kebutuhan Dana Keistimewaan tersebut dilampiri

dengan dokumen Kerangka Acuan Kegiatan yang mengacu pada Perdais, Rencana

Pembangunan Jangka menengah Daerah (RPJmD), dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah

(RKPD). selanjutnya, mendagri sebagai koordinator bersama-sama dengan kementerian/

lembaga pemerintah non kementerian yang terkait dengan kewenangan keistimewaan DiY

melakukan penilaian terhadap usulan rencana kebutuhan tersebut. mendagri kemudian

menyampaikan hasil pembahasan penilaian usulan rencana kebutuhan kepada menkeu.

sesuai dengan mekanisme APbn, menkeu dan Kepala bappenas melakukan pembahasan

untuk menentukan usulan pagu indikatif Dana Keistimewaan berdasarkan kemampuan

keuangan negara.

menkeu menetapkan alokasi Dana Keistimewaan pada APbn berdasarkan hasil

pembahasan Pemerintah Pusat dengan DPR. Penyaluran Dana Keistimewaan DiY dilakukan

berdasarkan surat Permintaan Penyaluran Dana Keistimewaan yang disampaikan oleh

gubernur DiY atau pejabat yang diberi kuasa kepada Kuasa Pengguna Anggaran (KPA)

Dana Keistimewaan. Penyaluran Dana Keistimewaan DiY berdasarkan PmK 103/2013

dilakukan dengan rincian sebagai berikut:

a. tahap i disalurkan sebesar 25% dari pagu Dana Keistimewaan;

b. tahap ii disalurkan sebesar 55% dari pagu Dana Keistimewaan setelah laporan

Pencapaian Kinerja tahap i mencapai minimal 80%; dan

c. tahap iii disalurkan sebesar 20% (dua puluh persen) dari pagu Dana Keistimewaan

setelah laporan Pencapaian Kinerja tahap i dan tahap ii mencapai minimal 80%.

Dalam rangka pelaporan, Pemprov DIY wajib menyampaikan Laporan Akhir Realisasi

Penggunaan Dana Keistimewaan kepada KPA Dana Keistimewaan DiY dan laporan

Akhir Pencapaian Kinerja Penggunaan Dana Keistimewaan kepada menteri/pimpinan

lembaga pemerintah non-kementerian terkait. menteri/pimpinan lembaga pemerintah non-

kementerian terkait melakukan verifikasi atas laporan pencapaian kinerja.

Page 40: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152723... · Provinsi, Kabupaten dan Kota di Indonesia ... tabel 3.12 Jumlah Daerah Penerima DAK 2014

PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan PublikII/28

Guna pemantauan dan evaluasi atas penggunaan Dana Keistimewaan DIY, Menkeu

melakukan pemantauan dan evaluasi atas penyaluran dana keistimewaan DIY. Sementara

itu, menteri/pimpinan lembaga pemerintah non-kementerian terkait melakukan pemantauan

dan evaluasi atas kinerja teknis dan pencapaian output.

Dana Tunjangan Profesi Guru (TPG) PNSD dan Dana Tambahan Penghasilan (Tamsil) Guru PNSD

tujuan nasional bangsa indonesia sebagaimana tertuang dalam Pembukaan

undang-undang Dasar Republik indonesia 1945 (uuD 1945) salah satunya adalah

mencerdaskan kehidupan bangsa. salah satu pilar penting untuk mewujudkan tujuan

tersebut adalah melalui Pendidikan. untuk mewujudkan pranata sosial yang kuat dan

berwibawa memberdayakan semua warga negara indonesia berkembang menjadi manusia

yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu

berubah, diperlukan penyelenggaraan pendidikan yang berkualitas. Dalam konteks inilah,

fungsi, peran, dan kedudukan guru menjadi sangat stategis.

uu nomor 14 tahun 2005 (uu 14/2005) tentang guru dan Dosen, mendudukkan guru

sebagai tenaga profesional pada jenjang pendidikan dasar, menengah, dan pendidikan

usia dini. sebagai pendidik profesional, guru diwajibkan memiliki kualitas akademik,

kompetensi, sertifikat pendidik serta kemampuan untuk mewujudkan tujuan nasional

sebagaimana diamanatkan dalam uuD 1945.

Dalam melaksanakan keprofesionalannya, guru berhak memperoleh penghasilan

di atas kebutuhan hidup minimum dan jaminan kesejahteraan sosial. Penghasilan di

atas kebutuhan minimum meliputi gaji pokok, tunjangan yang melekat pada gaji serta

tunjangan lain berupa tunjangan profesi pendidik bagi guru yang ditetapkan dengan prinsip

penghargaan atas dasar prestasi.

Pasal 16 ayat (2) UU 14/2005 mengamanatkan bahwa guru yang telah memiliki sertifikat

pendidik yang diangkat oleh penyelenggara pendidikan dan/atau satuan pendidikan

yang diselenggarakan oleh masyarakat serta memenuhi persyaratan lainnya berhak

mendapatkan tunjangan profesi guru setara 1 (satu) kali gaji pokok. sejak tahun 2007, guru

PNSD maupun non PNSD yang sudah bersertifikasi menerima TPG PNSD yang langsung

dibayarkan oleh Pemerintah Pusat melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

(Kemendikbud), sementara untuk Guru PNSD yang belum bersertifikat mendapatkan

Page 41: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152723... · Provinsi, Kabupaten dan Kota di Indonesia ... tabel 3.12 Jumlah Daerah Penerima DAK 2014

PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik Pengaturan HkPd Saat Ini II/29

tunjangan kemaslahatan berupa dana tamsil guru PnsD yang jumlahnya tetap setiap tahun

berdasarkan Peraturan Presiden nomor 52 tahun 2009 tentang tambahan Penghasilan

bagi guru Pegawai negeri sipil.

berkenaan dengan penyelarasan prinsip-prinsip otonomi daerah, di mana kewenangan

atas pegawai daerah termasuk guru PnsD merupakan kewenangan Pemda, sejak tahun

2009 pembayaran tamsil guru PnsD yang semula dilakukan oleh Pemerintah Pusat

(Kemendikbud) ke guru yang bersangkutan, diubah mekanismenya melalui transfer ke

Daerah, sementara untuk tPg PnsD diubah mekanisme penyalurannya sejak tahun 2010.

Kebijakan pengalihan pengelolaan tPg PnsD dan dana tamsil guru PnsD dari

Pemerintah Pusat (Kemendikbud) kepada pemerintah Kabupaten/Kota merupakan wujud

pelaksanaan desentralisasi dalam pembagian urusan pemerintahan antara pemerintah

pusat dan Pemda. Hal tersebut sejalan dengan amanat Pasal 6 dan 7 PP nomor 38

tahun 2007, bahwa pendidikan termasuk salah satu urusan pemerintahan yang wajib

diselenggarakan oleh pemerintahan daerah provinsi dan pemerintahan daerah kabupaten/

kota, berkaitan dengan pelayanan dasar. Pemerintah Pusat (Kemenkeu) melakukan

pemindahbukuan dari RKun ke RKuD masing-masing Pemda yang selanjutnya dibayarkan

kepada masing-masing guru yang berhak.

Alokasi tPg PnsD dan Dana tamsil guru PnsD per Daerah merupakan usulan dari

Kemendikbud yang disampaikan kepada Kemenkeu setiap tahun berdasarkan hasil

rekonsiliasi data guru PnsD. berdasarkan usulan tersebut, Kemenkeu menerbitkan PmK

yang menjadi dasar hukum penyaluran dari RKun ke RKuD masing-masing Pemda.

Alokasi tPg PnsD dan Alokasi Dana tamsil guru PnsD dari tahun 2009 sampai

dengan tahun 2014 adalah sebagaimana tercantum dalam tabel di bawah ini.

Tabel 2.7 Alokasi TPG PNSD dan Alokasi Dana Tamsil Guru PNSD

(dalam miliar rupiah)

Tahun Tambahan Penghasilan Guru PNSD Tunjangan Profesi Guru PNSD

2009 7.800,00 -

2010 5.800,00 10.994,89

2011 3.696,18 18.537,69

Page 42: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152723... · Provinsi, Kabupaten dan Kota di Indonesia ... tabel 3.12 Jumlah Daerah Penerima DAK 2014

PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan PublikII/30

Tahun Tambahan Penghasilan Guru PNSD Tunjangan Profesi Guru PNSD

2012 2.898,90 30.559,80

2013 2.412,00 43.057,80

2014* 945,86 56.136,31

Keterangan:

* = PmK tentang Pedoman umum dan Alokasi tunjangan Profesi guru PnsD dan tambahan

Penghasilan guru PnsD masih dalam proses.

sumber: DJPK, Kemenkeu

TPG PNSD

tujuan nasional bangsa indonesia sebagaimana tertuang dalam Pembukaan undang-

undang Dasar Republik indonesia 1945 salah satunya adalah mencerdaskan kehidupan

bangsa. salah satu pilar penting untuk mewujudkan tujuan tersebut adalah melalui

Pendidikan. untuk mewujudkan pranata sosial yang kuat dan berwibawa memberdayakan

semua warga negara indonesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga

mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah, diperlukan

penyelenggaraan pendidikan yang berkualitas. Dalam konteks inilah, fungsi, peran dan

kedudukan guru menjadi sangat stategis.

undang - undang nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan Dosen, mendudukan guru

sebagai tenaga profesional pada jenjang pendidikan dasar, menengah dan pendidikan usia

dini. sebagai pendidik profesional, guru diwajibkan memiliki kualitas akademik, kompetensi,

sertifikat pendidik serta kemampuan untuk mewujudkan tujuan nasional sebagaimana

diamanatkan dalam uuD 1945.

Dalam melaksanakan keprofesionalannya, guru berhak memperoleh penghasilan

diatas kebutuhan hidup minimum dan jaminan kesejahteraan sosial. Penghasilan

diatas kebutuhan minimum meliputi gaji pokok, tunjangan yang melekat pada gaji serta

tunjangan lain berupa tunjangan profesi pendidik bagi guru yang ditetapkan dengan prinsip

penghargaan atas dasar prestasi.

Pasal 16 ayat (2) uu nomor 14 tahun 2005 mengamanatkan bahwa guru yang telah

memiliki sertifikat pendidik yang diangkat oleh penyelenggara pendidikan dan/atau satuan

pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat serta memenuhi persyaratan lainnya

Page 43: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152723... · Provinsi, Kabupaten dan Kota di Indonesia ... tabel 3.12 Jumlah Daerah Penerima DAK 2014

PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik Pengaturan HkPd Saat Ini II/31

berhak mendapatkan tunjangan profesi guru setara 1 (satu) kali gaji pokok. sejak tahun

2007, Guru PNSD maupun non PNSD yang sudah bersertifikasi menerima Tunjangan Profesi

guru PnsD yang langsung dibayarkan oleh Pemerintah Pusat (Kemendikbud), sementara

untuk Guru PNSD yang belum bersertifikat mendapatkan tunjangan kemaslahatan berupa

dana tambahan Penghasilan guru PnsD yang jumlahnya tetap setiap tahun berdasarkan

Peraturan Presiden nomor 52 tahun 2009 tentang tambahan Penghasilan bagi guru

Pegawai negeri sipil.

berkenaan dengan penyelarasan prinsip-prinsip otonomi daerah, dimana kewenangan

atas pegawai daerah termasuk guru PnsD merupakan kewenangan Pemerintah Daerah,

sejak tahun 2009 pembayaran tambahan Penghasilan guru PnsD yang semula dilakukan

oleh Pemerintah Pusat (Kemendikbud) ke guru yang bersangkutan, diubah mekanismenya

melalui transfer ke Daerah, sementara untuk tunjangan Profesi guru PnsD diubah

mekanisme penyalurannya sejak tahun 2010.

Kebijakan pengalihan pengelolaan tunjangan Profesi guru PnsD dan dana tambahan

Penghasilan guru PnsD dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Pemerintah Pusat)

kepada pemerintah Kabupaten/Kota merupakan wujud pelaksanaan desentralisasi dalam

pembagian urusan pemerintahan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Hal

tersebut sejalan dengan amanat Pasal 6 dan 7 Peraturan Pemerintah nomor 38 tahun 2007,

bahwa pendidikan termasuk salah satu urusan pemerintahan yang wajib diselenggarakan

oleh pemerintahan daerah provinsi dan pemerintahan daerah kabupaten/kota, berkaitan

dengan pelayanan dasar. Pemerintah Pusat (Kemenkeu) melakukan pemindahbukuan dari

Rekening Kas umum negara (RKun) ke Rekening Kas umum Daerah (RKuD) masing-

masing Pemerintah Daerah yang selanjutnya dibayarkan kepada masing-masing guru yang

berhak.

Alokasi tunjangan Profesi guru PnsD dan Dana tambahan Penghasilan guru PnsD

per Daerah merupakan usulan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang

disampaikan kepada Kementerian Keuangan setiap tahun berdasarkan hasil rekonsiliasi

data guru PnsD. berdasarkan usulan tersebut, Kementerian Keuangan menerbitkan

Peraturan menteri Keuangan yang menjadi dasar hukum penyaluran dari RKun ke RKuD

masing-masing Pemerintah Dearah.

Alokasi tunjangan Profesi guru PnsD dan Alokasi Dana tambahan Penghasilan guru

PnsD dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2014 adalah sebagaimana tercantum dalam

tabel di bawah ini.

Page 44: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152723... · Provinsi, Kabupaten dan Kota di Indonesia ... tabel 3.12 Jumlah Daerah Penerima DAK 2014

PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan PublikII/32

Tabel 2.8. Alokasi Tunjangan Profesi Guru PNSD dan

Alokasi Dana Tambahan Penghasilan Guru PNSD (dalam miliar rupiah)

TahunTambahan Penghasilan

Guru PNSDTunjangan Profesi

Guru PNSD

2009 7.800,00 -

2010 5.800,00 10.994,89

2011 3.696,18 18.537,69

2012 2.898,90 30.559,80

2013 2.412,00 43.057,80

2014* 945,86* 56.136,31

Keterangan:

* PmK tentang Pedoman umum dan Alokasi tambahan Penghasilan guru PnsD masih dalam

proses.

tunjangan Profesi guru PnsD dimaksudkan untuk meningkatkan mutu guru PnsD

sebagai amanat uu nomor 14 tahun 2005. tunjangan Profesi guru PnsD yang disalurkan

melalui mekanisme transfer ke Daerah adalah tunjangan profesi yang diberikan kepada

seluruh guru PNSD yang telah memiliki sertifikat pendidik kecuali guru pendidikan agama.

sementara itu, untuk guru belum menerima tunjangan profesi sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan, diberikan dana tambahan Penghasilan guru PnsD yang

besarnya Rp250.000,00 per bulan (sebanyak 12 bulan). Dana tambahan Penghasilan guru

PnsD mulai diberikan tanggal 1 Januari 2009 sesuai dengan Peraturan Presiden nomor 52

tahun 2009 tentang tambahan Penghasilan bagi guru Pegawai negeri sipil.

tambahan Penghasilan guru PnsD diberhentikan pembayarannya apabila guru yang

bersangkutan diangkat dalam jabatan struktural atau jabatan fungsional lain atau sudah

menerima tunjangan profesi atau karena hal lain sesuai ketentuan peraturan perundang-

undangan.

Page 45: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152723... · Provinsi, Kabupaten dan Kota di Indonesia ... tabel 3.12 Jumlah Daerah Penerima DAK 2014

PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik Pengaturan HkPd Saat Ini II/33

Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS)

sesuai dengan PP nomor 38 tahun 2007 tentang Pembagian urusan Pemerintahan,

penyelenggaraan pendidikan dasar merupakan urusan daerah. oleh sebab itu, pada

tahun 2014 dana bos akan tetap dialokasikan sebagai dana penyesuaian. Dana bos

dialokasikan untuk mendukung penyelenggaraan pendidikan dasar sebagai urusan daerah

melalui penyaluran BOS ke RKUD Provinsi, untuk selanjutnya diteruskan ke sekolah dengan

mekanisme hibah.

bos adalah dana yang digunakan terutama untuk biaya non personalia bagi satuan

pendidikan dasar sebagai pelaksana program wajib belajar, dan dapat dimungkinkan

untuk mendanai beberapa kegiatan lain sesuai petunjuk teknis menteri Pendidikan dan

Kebudayaan. Pemberian dana bos bertujuan untuk membebaskan biaya pendidikan

bagi siswa tidak mampu dan meringankan beban biaya bagi siswa yang lain sehingga

memperoleh layanan pendidikan yang lebih bermutu dalam rangka penuntasan Wajib

belajar sembilan tahun. Dana bos merupakan stimulus bagi daerah dan bukan pengganti

(substitusi) dari kewajiban daerah untuk menyediakan anggaran pendidikan. sehubungan

dengan itu pemberian dana BOS akan diikuti dengan perkuatan monitoring dan evaluasi

untuk menghindari terjadinya penyimpangan sekaligus memastikan bahwa daerah tidak

mengurangi alokasi anggaran untuk penyelenggaraan bos Daerah (bosDA). bos akan

dikelola oleh Tim Pusat, Tim Provinsi, dan Tim Kabupaten/Kota yang berkoordinasi secara

teratur untuk menjamin agar pelaksanaan bos mulai dari perencanaan, penganggaran,

pengalokasian, penyaluran, pelaporan, monitoring dan evaluasi berjalan lancar dan dapat

meminimalkan permasalahan.

Dana Darurat

Dana Darurat merupakan dana yang berasal dari APbn yang dialokasikan kepada

daerah yang mengalami bencana nasional dan/atau peristiwa luar biasa sebagaimana yang

diamanatkan dalam ketentuan Pasal 48 uu 33/2004 tentang Perimbangan Keuangan antara

Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah. Dana Darurat digunakan untuk keperluan

mendesak yang tidak dapat ditanggulangi oleh Daerah dengan menggunakan pendanaan

yang bersumber dari APbD. Keadaan yang dapat digolongkan sebagai bencana nasional

dan/peristiwa luar biasa tersebut ditetapkan oleh Presiden, sehingga hanya daerah yang

Page 46: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152723... · Provinsi, Kabupaten dan Kota di Indonesia ... tabel 3.12 Jumlah Daerah Penerima DAK 2014

PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan PublikII/34

terkena bencana dan telah mendapat penetapan sebagai bencana nasional oleh Presiden

yang dapat mengajukan dana darurat kepada Pemerintah Pusat.

terkait dengan Dana Penanggulangan bencana yang didanai APbn, terdapat tiga

tahap dalam penanggulangan bencana, yaitu tahap Pra-bencana, tahap tanggap Darurat

dan tahap Pasca-bencana. berdasarkan PP nomor 44 tahun 2012 tentang Dana Darurat,

Dana Darurat digunakan untuk mendanai kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi pada tahap

pascabencana yang menjadi kewenangan daerah sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan yang mengatur kewenangan daerah. batas waktu rehabilitasi dan

rekonstruksi pasca bencana ditetapkan oleh Presiden. Dengan demikian, Dana Darurat

tersebut merupakan bagian dari dana desentralisasi yang digunakan untuk mendanai

kewenangan daerah dalam penanggulangan bencana pada tahap pasca bencana.

sementara itu, pendanaan pada tahap prabencana, tanggap darurat, dan tahap pasca

bencana yang menjadi urusan Pemerintah Pusat menjadi kewenangan badan nasional

Penanggulangan bencana (bnPb).

Pengelolaan Dana Darurat diatur dalam PmK nomor 81/PmK.07/2013 (PmK 81/2013)

tentang tata Cara Pengelolaan Dana Darurat. Dalam proses penganggaran Dana Darurat,

Pemda mengajukan permintaan Dana Darurat kepada menkeu dengan melampirkan

kerangka acuan kegiatan. menkeu bersama Kepala bnPb dan/atau menteri/pimpinan

lembaga pemerintah non kementerian terkait melakukan verifikasi dan evaluasi terhadap

permintaan Dana Darurat. selanjutnya, menkeu menetapkan alokasi Dana Darurat

berdasarkan mekanisme APbn.

Penyaluran Dana Darurat dilakukan melalui tata cara pemindahbukuan dari RKun

ke RKuD. Dana Darurat tersebut disalurkan secara bertahap sesuai dengan pencapaian

kinerja. menkeu, Kepala bnPb, dan menteri/pimpinan lembaga pemerintahan non

kementerian terkait melakukan pemantauan dan evaluasi atas penyaluran dan penggunaan

Dana Darurat. Dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran Dana Darurat,

Pemda wajib menyampaikan laporan realisasi penggunaan Dana Darurat kepada menkeu

dan laporan akhir pencapaian kinerja Dana Darurat kepada Kepala bnPb dan menteri/

pimpinan lembaga pemerintah non kementerian terkait.

Kebijakan Dana Darurat sampai saat ini belum dapat direalisasikan mengingat belum

adanya peraturan perundangan yang ditetapkan Presiden mengenai keadaan yang

dapat digolongkan sebagai bencana nasional dan/peristiwa luar biasa. Dalam rangka

implementasi kebijakan Dana Darurat, Kementerian Keuangan (Kemenkeu) bersama bnPb

Page 47: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152723... · Provinsi, Kabupaten dan Kota di Indonesia ... tabel 3.12 Jumlah Daerah Penerima DAK 2014

PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik Pengaturan HkPd Saat Ini II/35

bersinergi untuk mempercepat Rancangan Perpres tentang Penetapan status bencana

dan batas Waktu Rehabilitasi dan Rekonstruksi. implementasi Dana Darurat akan menjadi

alternatif sumber pendanaan penanggulangan bencana bagi Daerah yang tidak mampu

mendanai melalui APbD.

Kebijakan Hibah Daerah

Hibah Daerah adalah pemberian dengan pengalihan hak atas sesuatu dari Pemerintah

Pusat atau pihak lain kepada Pemda atau sebaliknya yang secara spesifik telah ditetapkan

peruntukannya dan dilakukan melalui perjanjian. Kebijakan hibah daerah merupakan bagian

yang tidak dapat dipisahkan dari penyelenggaraan asas desentralisasi dan otonomi daerah.

Pemberian hibah oleh Pemerintah Pusat kepada Pemda atau sebaliknya merupakan wujud

pelaksanaan hubungan keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemda.

Dasar hukum yang mengatur mengenai pemberian dan penggunaan hibah kepada

pemerintah daerah tersebut telah diatur dalam PP nomor 57 tahun 2005 tentang Hibah

Kepada Daerah. sebagai pelaksanaannya, telah diterbitkan pula PmK nomor 168/

PmK.07/2008 tentang Hibah Daerah dan PmK nomor 169/PmK.07/2008 tentang tata

Cara Penyaluran Hibah Kepada Pemerintah Daerah. sebagai upaya perbaikan dalam

peningkatan akuntabilitas dan transparansi pelaksanaan hibah daerah, pada tahun 2012

telah diterbitkan PP nomor 2 tahun 2012 tentang Hibah Daerah sebagai pengganti PP

nomor 57 tahun 2005. sebagai peraturan pelaksanaannya telah ditetapkan PmK nomor

188/PmK.07/2012 tentang Hibah dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah.

beberapa ketentuan yang diatur dalam PP 2/2012 antara lain:

a. Penegasan bahwa hibah dari Pemerintah Pusat kepada Pemda atau sebaliknya

dilaksanakan melalui mekanisme APbn dan APbD.

b. Pengaturan mengenai perencanaan hibah, baik yang bersumber dari luar negeri

maupun penerimaan dalam negeri yang diberikan berdasarkan kriteria tertentu dan

kewenangan pihak-pihak yang terkait pemberian atau penerusan hibah.

c. Pengakuan terhadap variasi metode penyaluran hibah dalam bentuk uang untuk Pemda

guna menampung berbagai bentuk metode penyaluran untuk pemberian dan/atau

penerusan hibah yang selama ini telah dikenal oleh pemberi pinjaman/hibah luar negeri

Page 48: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152723... · Provinsi, Kabupaten dan Kota di Indonesia ... tabel 3.12 Jumlah Daerah Penerima DAK 2014

PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan PublikII/36

dan telah diatur dalam PP 10/2011 tentang tata Cara Pengadaan Pinjaman luar negeri

dan Penerimaan Hibah.

d. Pengaturan bahwa penyaluran hibah kepada Pemda dapat disalurkan secara bertahap

sesuai dengan capaian kinerja dan dilakukan setelah mendapat pertimbangan terlebih

dahulu dari kementerian negara/lembaga pemerintah non kementerian.

e. Penerapan asas fleksibilitas dalam penerimaan, penganggaran, dan pelaksanaan hibah

kepada daerah terutama yang bersumber dari hibah luar negeri.

Perubahan peraturan sebagaimana dimaksud di atas merupakan respon akomodatif

atas permasalahan pelaksanaan hibah daerah dan perubahan peraturan terkait

pelaksanaan hibah daerah. salah satu karakteristik khas dalam mekanisme hibah kepada

daerah adalah upaya mendorong peningkatan kualitas belanja publik. Karakteristik ini

didukung oleh 2 (dua) hal yang menjadi pilar dalam praktek dan termuat dalam peraturan

pelaksanaan hibah kepada daerah, yaitu: penguatan hubungan antar lembaga berbasis

pada penegasan fungsi dalam penyaluran dana hibah ke daerah dan penerapan pola

penyaluran dana hibah berbasis kinerja (performance-based grant).

Gambar 2.4 Pola Hubungan Antar Lembaga Dalam Hibah Daerah

sumber: DJPK, Kemenkeu

Page 49: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152723... · Provinsi, Kabupaten dan Kota di Indonesia ... tabel 3.12 Jumlah Daerah Penerima DAK 2014

PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik Pengaturan HkPd Saat Ini II/37

Pertama, pola hubungan antar lembaga berbasis fungsi di atas pada dasarnya

adalah mengembalikan kewenangan kepada masing-masing pihak yang memiliki dan

bertanggung jawab atas tugas dan fungsi kelembagaan yang dilaksanakan. Dalam

kerangka ini, Pemda selaku implementing agency memiliki tugas untuk melaksanakan

kegiatan hibah berdasarkan kewenangannya sesuai pedoman pelaksanaan kegiatan hibah.

selaku executing agency, kementerian negara/lembaga pemerintah non kementerian akan

melakukan supervisi dan asistensi untuk memastikan bahwa kegiatan yang dilaksanakan

di daerah sudah dilaksanakan sesuai dengan petunjuk teknis dan memenuhi kriteria yang

ditentukan. sementara itu, Kemenkeu berfungsi sebagai bun yang melaksanakan tugas

penyaluran dana hibah kepada daerah berdasarkan rekomendasi kementerian negara/

lembaga pemerintah non kementerian.

Kedua, penyaluran dana hibah didasarkan pada kinerja daerah dalam pelaksanaan

kegiatan hibah. mekanisme hibah kepada daerah menerapkan persyaratan tertentu

yang memungkinkan dilaksanakannya transfer dana kepada Pemda. Hal ini merupakan

perwujudan mekanisme hibah berbasis kinerja (performance-based grant) dalam rangka

peningkatan akuntabilitas dan transparansi pengelolaan keuangan negara. Penerapan

prinsip ini juga merupakan upaya mendorong Pemda agar melaksanakan kegiatannya

dengan berorientasi pada hasil yang telah direncanakan.

Kegiatan hibah dapat bersifat multi–years sehingga pendanaan dengan hibah cocok

diterapkan untuk mendanai kegiatan-kegiatan yang pelaksanaannya memerlukan waktu

lebih dari satu tahun, misalnya investasi di bidang infrastruktur. Selain itu, kegiatan hibah

dilaksanakan dengan pembiayaan pendahuluan (prefinancing) dari APbD. Penyaluran dana

hibah dapat dilakukan apabila seluruh persyaratan teknis dan administratif telah dipenuhi.

Hal ini dapat membantu untuk menjaga terlaksananya kegiatan sesuai dengan standar yang

ditentukan sekaligus meningkatkan rasa kepemilikan (sense of belonging) oleh Pemda.

mekanisme hibah kepada daerah mulai efektif pada tahun 2010 dengan disalurkannya

dana hibah untuk kegiatan Local Basic Education Capacity (l-beC), yang penganggarannya

sudah tercatat sejak APbn-Perubahan tA 2009. Hal ini menandai warna baru dalam

sistem pendanaan desentralisasi dalam rangka otonomi daerah di indonesia selain dana

perimbangan (DbH, DAu, dan DAK) yang sudah dikenal selama ini. Hal ini sejalan dengan

amanat uu nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan negara dan uu nomor 1 tahun

2004 tentang Perbendaharaan negara yang memuat kewajiban Pemerintah Pusat untuk

mengalokasikan dana perimbangan dan kewenangan Pemerintah Pusat untuk memberikan

Page 50: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152723... · Provinsi, Kabupaten dan Kota di Indonesia ... tabel 3.12 Jumlah Daerah Penerima DAK 2014

PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan PublikII/38

pinjaman dan/atau hibah kepada Pemda baik yang bersumber dari dalam maupun luar

negeri. selain itu, uu 33/2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat

dan Pemerintahan Daerah juga mengatur bahwa dalam rangka penyelenggaraan asas

desentralisasi dan untuk mendanai pelaksanaan otonomi daerah, Pemda diberikan

peluang untuk memperoleh pendapatan lainnya, yaitu pendapatan hibah sebagai lain-lain

pendapatan yang sah.

Tabel 2.9 Hibah Kepada Pemerintah Daerah

No. Program HibahAPBN 2009

APBN 2010

APBN 2011

APBN 2012

APBN 2013

APBN 2014

1 Local Basic Education Capacity (L-BEC) V V V V - -

2Support to Community Health Services (SCHS)

V - - - - -

3 Dana Hibah Ke Daerah APBN - V - - - -

4 Mass Rapid Transit (MRT) - V V V V V

5 Hibah Air Minum - V V V V V

6 Hibah Air Limbah - V V - V V

7Water Sanitation Program D (WASAP-D)

- V V - - -

8Infrastructure Enhancement Grant (IEG) Sanitasi

- - V - - V

9Infrastructure Enhancement Grant (IEG) Transportasi

- - V - - -

10Water Resources and Irrigation Sector Management Program 2 (WISMP-2)

- - - V V V

11Simeulue Physical Infrastructure Project

- - - V - -

12Exploration of Seulawah Agam Geothermal Working Area Project

- - - V V V

13Sanitation – Australia Indonesia Infrastruture Grants (SAIIG)

- - - - V V

Page 51: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152723... · Provinsi, Kabupaten dan Kota di Indonesia ... tabel 3.12 Jumlah Daerah Penerima DAK 2014

PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik Pengaturan HkPd Saat Ini II/39

No. Program HibahAPBN 2009

APBN 2010

APBN 2011

APBN 2012

APBN 2013

APBN 2014

14Provincial Road Improvement and Maintenance (PRIM)

- - - - - V

sumber: DJPK, Kemenkeu

APbn-P tA 2009 mencatat 2 (dua) program hibah, yaitu l-beC dan Support to

Community Health Services (sCHs). l-beC merupakan penerusan hibah yang bersumber

dari hibah Pemerintah Kerajaan belanda dan uni eropa dengan perwalian (Trustee) bank

Dunia dan telah selesai dilaksanakan pada tahun 2012. Hibah ini diberikan kepada 50 (lima

puluh) pemerintah kabupaten/kota dengan tujuan meningkatkan kapasitas penyelenggara

pendidikan dalam hal perencanaan, pengelolaan, dan pertanggungjawaban anggaran

sekolah berbasis teknologi informasi. sedangkan sCHs merupakan hibah dari uni

eropa yang dikelola oleh World Health Organization (WHo) untuk pembangunan instalasi

perawatan pasien flu burung di 10 (sepuluh) daerah. Namun, pada tahun ini tidak ada dana

hibah yang disalurkan kepada Pemda karena masih terdapat perbedaan penafsiran dalam

penatausahaan hibah ke daerah.

Pada APbn 2010, sempat tercantum alokasi hibah yang bersumber dari penerimaan

dalam negeri. seiring dengan proses politik anggaran, dana hibah ini direalokasi menjadi

salah satu instrumen dalam mekanisme transfer Ke Daerah pada APbn-P 2010. namun

dalam APbn-P 2010 tersebut muncul tambahan alokasi dan program hibah selain l-beC,

yaitu Mass Rapid Transit (mRt), Hibah Air minum, Hibah Air limbah, dan Water and

Sanitation Program D (WAsAP-D). Pendanaan Hibah mRt ini bersumber dari pinjaman

luar negeri yang berasal dari Japan International Cooperation Agency (JiCA). Program

ini merupakan program yang bertujuan untuk mengatasi permasalahan transportasi

di Jakarta yang menjadi prioritas pembangunan nasional dan telah tercantum dalam

Rencana Pembangunan Jangka menengah nasional (RPJmn) yang akan dilaksanakan

oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Hibah Air Minum dan Hibah Air Limbah merupakan

penerusan hibah yang bersumber dari hibah Pemerintah Australia. Hibah Air minum

bertujuan untuk meningkatkan akses penyediaan air minum bagi masyarakat yang belum

memiliki akses sambungan air minum perpipaan secara berkesinambungan dalam upaya

mencapai target Millenium Development Goals (mDgs) di 35 daerah. sedangkan Hibah Air

limbah bertujuan untuk meningkatkan akses sistem air limbah perpipaan bagi masyarakat

khusus untuk kota-kota yang sudah memiliki sistem pengelolaan air limbah terpusat di 5

Page 52: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152723... · Provinsi, Kabupaten dan Kota di Indonesia ... tabel 3.12 Jumlah Daerah Penerima DAK 2014

PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan PublikII/40

(lima) daerah. Program ini dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan output-based

dalam mengupayakan percepatan penambahan jumlah sambungan rumah baru. Dalam

kegiatan WAsAP-D, bank Dunia memberikan hibah yang ditujukan untuk pembangunan

sarana pengelolaan air limbah bagi masyarakat berpenghasilan Rendah (mbR) di 6 (enam)

daerah.

APbn 2011 mencatat 7 (tujuh) program hibah yang sebagian besar merupakan

kelanjutan dari program tahun sebelumnya. Program baru yang muncul dalam tahun ini

adalah Infrastructure Enhancement Grant (ieg) sanitasi dan Infrastructure Enhancement

Grant (ieg) transportasi. Kedua program ini merupakan hibah dari Pemerintah Australia

untuk mempercepat pembangunan infrastruktur di sektor sanitasi dan transportasi.

ieg sanitasi diberikan kepada 22 (dua puluh dua) daerah yang memiliki kepedulian dan

komitmen dalam pembangunan sanitasi sedangkan ieg transportasi diberikan kepada

2 (dua) daerah yang telah memenuhi syarat tertentu dan ditetapkan oleh Kementerian/

lembaga (K/l) terkait.

tercatat 3 (tiga) program hibah baru dalam APbn 2012 mendampingi 2 (dua) program

lama (l-beC dan mRt). Ketiganya adalah Simeulue Physical Infrastructure Project ii (sPiP

ii), Exploration of Seulawah Agam Geothermal Working Area Project (seulawah Geothermal),

dan Water Resources and Irrigation Sector Management Program Phase 2 (WismP-2). sPiP

ii merupakan penerusan hibah yang bersumber dari pinjaman Islamic Development Bank

(iDb) kepada Pemerintah Kabupaten simeulue untuk kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi

pasca bencana tsunami dan dalam kelanjutannya, program tersebut tidak dilaksanakan

melalui mekanisme hibah daerah. Adapun Program seulawah Geothermal merupakan hibah

dari Kreditanstalt fur Wiedeaufbau (KfW) Jerman kepada Pemerintah Provinsi Nanggroe

Aceh Darussalam untuk eksplorasi energi panas bumi. sedangkan WismP-2, merupakan

kegiatan peningkatan pengelolaan irigasi partisipatif di 115 daerah yang telah berkinerja

baik pada WismP-1 dan memenuhi syarat yang ditentukan oleh K/l terkait.

Pada APbn 2013, program hibah yang dianggarkan sebanyak 6 (enam) program

meliputi: mRt, WismP-2, dan seulawah geothermal yang merupakan kelanjutan dari

program tahun anggaran sebelumnya, hibah air minum dan hibah air limbah yang

merupakan program lanjutan dari tahap pertama yang telah sukses dilaksanakan pada

tahun 2012 serta Hibah Australia-Indonesia Infrastructure Initiative (sAiig) yang merupakan

program hibah baru. Program Hibah sAiig merupakan bantuan dari Pemerintah Australia

Page 53: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152723... · Provinsi, Kabupaten dan Kota di Indonesia ... tabel 3.12 Jumlah Daerah Penerima DAK 2014

PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik Pengaturan HkPd Saat Ini II/41

yang akan dilaksanakan sampai dengan tahun 2015 untuk mempercepat pencapaian

pembangunan bidang air limbah dan persampahan.

sementara pada APbn 2014 ini telah dianggarkan belanja hibah kepada daerah

sebesar Rp3,54 triliun untuk 8 (delapan) program hibah, yang satu diantaranya adalah

program hibah baru yaitu program Provincial Road Improvement and Maintanance (PRim)

kepada Provinsi Nusa Tenggara Barat. Program ini ditujukan untuk meningkatkan kapasitas

Pemerintah Provinsi dalam pengelolaan dan pemeliharaan jalan serta untuk mendorong

Pemerintah Provinsi agar meningkatkan alokasi dana pemeliharaan jalan.

Pada akhirnya, pelaksanaan hibah kepada daerah, khususnya yang bersumber dari

luar negeri, telah mengalami perkembangan yang cukup signifikan. Namun demikian,

masih terbuka kemungkinan-kemungkinan upaya optimalisasi dalam kebijakan pemberian

hibah kepada daerah sehingga diharapkan dapat memperkuat kapasitas fiskal daerah

dan mewujudkan pemerataan antar-daerah secara proporsional, demokratis, adil, dan

transparan dengan memperhatikan potensi, kondisi, dan kebutuhan Daerah. upaya

optimalisasi tersebut salah satunya dilakukan dengan mengidentifikasi terlebih dahulu

permasalahan-permasalahan yang menyangkut hibah kepada daerah yang bersumber dari

pinjaman luar negeri ataupun hibah luar negeri. Hal yang cukup menarik adalah perubahan

mekanisme pendanaan pada program WismP yang semula menggunakan mekanisme

dekonsentrasi dan tugas pembantuan menjadi mekanisme hibah daerah. Kondisi ini tentu

saja merupakan perwujudan komitmen K/l untuk ikut mendukung upaya desentralisasi

pendanaan sesuai dengan kewenangan yang dimiliki (prinsip money follows function). Di

sisi lain, hal ini juga menunjukkan komitmen Pemda untuk bersama-sama mendukung

pencapaian target dan prioritas nasional.

Hal lain adalah terkait dengan pemberian hibah kepada daerah yang bersumber

dari penerimaan dalam negeri. selain penerapan kebijakan-kebijakan di atas, upaya

optimalisasi dapat dilakukan antara lain dengan penataan ulang atas dana APbn yang

didesentralisasikan. Diperlukan adanya konsistensi dan ketegasan kriteria antar dana-dana

yang dilaksanakan di daerah agar tercipta pola pendanaan yang lebih adil, transparan, dan

akuntabel.

Page 54: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152723... · Provinsi, Kabupaten dan Kota di Indonesia ... tabel 3.12 Jumlah Daerah Penerima DAK 2014

PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan PublikII/42

2.3. Pembiayaan DaerahDalam rangka meningkatkan efektivitas dan efisiensi pengelolaan pinjaman daerah

serta menyesuaikan dengan perkembangan kebutuhan dalam rangka pelaksanaan

hubungan keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah, dilakukan revisi

PP nomor 54 tahun 2005 tentang Pinjaman Daerah menjadi PP nomor 30 tahun 2011

tentang Pinjaman Daerah. Revisi PP ini dilakukan sejalan dengan dilakukannya revisi PP

nomor 2 tahun 2006 tentang tata Cara Pengadaan Pinjaman dan/atau Penerimaan Hibah

serta Penerusan Pinjaman dan/atau Hibah luar negeri menjadi PP nomor 10 tahun 2011

tentang tata Cara Pengadaan Pinjaman luar negeri dan Penerimaan Hibah.

beberapa perubahan pokok yang dimuat dalam PP 30/2011 tentang Pinjaman Daerah

antara lain:

a. Peningkatan fleksibilitas penggunaan pinjaman daerah melalui pengaturan bahwa

pinjaman jangka panjang digunakan untuk mendanai kegiatan investasi prasarana dan/

atau sarana dalam rangka penyediaan pelayanan publik yang:

i. menghasilkan penerimaan langsung berupa pendapatan bagi APbD yang

berkaitan dengan pembangunan prasarana dan sarana tersebut;

ii. menghasilkan penerimaan tidak langsung berupa penghematan terhadap belanja

APbD yang seharusnya dikeluarkan apabila kegiatan tersebut tidak dilaksanakan;

dan/atau

iii. memberikan manfaat ekonomi dan sosial.

namun demikian, khusus untuk pinjaman jangka panjang berupa obligasi daerah

dibatasi hanya untuk membiayai kegiatan investasi prasarana dan/atau sarana dalam

rangka penyediaan pelayanan publik yang menghasilkan penerimaan bagi APbD yang

diperoleh dari pungutan atas penggunaan prasarana dan/atau sarana tersebut.

b. Penambahan prinsip umum pinjaman daerah, seperti:

i. Penegasan peran menkeu selaku bun yang mempunyai kewenangan untuk

memberikan pinjaman Pemerintah Pusat kepada Pemerintahan Daerah;

ii. Penegasan bahwa Pemda dapat melakukan pinjaman dan pinjaman tersebut

harus merupakan inisiatif Pemda dalam rangka melaksanakan kewenangan Pemda

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

Page 55: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152723... · Provinsi, Kabupaten dan Kota di Indonesia ... tabel 3.12 Jumlah Daerah Penerima DAK 2014

PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik Pengaturan HkPd Saat Ini II/43

iii. Pinjaman daerah yang bersumber dari Pemerintah Pusat diberikan dalam kerangka

hubungan keuangan antara Pemerintah dan Pemerintahan Daerah; dan

iv. Pemda dapat meneruskan Pinjaman Daerah sebagai pinjaman, hibah, dan/atau

penyertaan modal kepada badan usaha milik Daerah (bumD) dalam kerangka

hubungan keuangan antara Pemerintahan Daerah dan bumD.

c. Pinjaman Daerah yang bersumber dari Pemerintah Pusat berasal dari APbn termasuk

dana investasi Pemerintah Pusat yang dilaksanakan melalui Pusat Investasi Pemerintah,

penerusan Pinjaman Dalam negeri, dan/atau penerusan Pinjaman luar negeri.

d. Persyaratan Pemda dalam melakukan pinjaman daerah adalah:

i. Jumlah sisa pinjaman daerah ditambah jumlah pinjaman yang akan ditarik tidak

melebihi 75% (tujuh puluh lima persen) dari jumlah penerimaan umum APbD tahun

sebelumnya.

ii. memenuhi ketentuan rasio kemampuan keuangan daerah untuk mengembalikan

pinjaman yang ditetapkan Pemerintah Pusat yaitu paling sedikit 2,5 (dua koma

lima).

iii. Persyaratan lainnya yang ditetapkan oleh calon pemberi pinjaman.

iv. Dalam hal pinjaman daerah diajukan kepada Pemerintah Pusat, Pemda juga wajib

memenuhi persyaratan tidak mempunyai tunggakan atas pengembalian pinjaman

yang bersumber dari Pemerintah Pusat.

v. Untuk pinjaman jangka menengah dan pinjaman jangka panjang wajib

mendapatkan persetujuan DPRD.

e. optimalisasi mekanisme penarikan dana pinjaman mencakup pembayaran langsung,

rekening khusus, pemindahbukuan ke RKuD, Letter of Credit (l/C), dan pembiayaan

pendahuluan.

Dalam rangka pengendalian batas maksimal defisit dan pinjaman Pemda, Menkeu

setiap bulan Agustus menetapkan PMK mengenai batas maksimal defisit APBD dan batas

maksimal pinjaman daerah. untuk tA 2014, telah ditetapkan PmK nomor 125/PmK.07/2013

tentang Batas Maksimal Kumulatif Defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, Batas

Maksimal Defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, dan Batas Maksimal Kumulatif

Pinjaman Daerah tA 2014. Dalam PmK tersebut diatur hal-hal sebagai:

a. Batas Maksimal Kumulatif Defisit APBD untuk TA 2014 ditetapkan sebesar 0,3% (nol

koma tiga persen) dari proyeksi Produk Domestik bruto (PDb) tA 2014;

Page 56: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152723... · Provinsi, Kabupaten dan Kota di Indonesia ... tabel 3.12 Jumlah Daerah Penerima DAK 2014

PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan PublikII/44

b. batas maksimal kumulatif pinjaman daerah tA 2014 ditetapkan sebesar 0,3% (nol koma

tiga persen) dari proyeksi PDb tA 2014, di mana dalam pinjaman tersebut termasuk

pinjaman yang digunakan untuk mendanai pengeluaran pembiayaan;

c. Batas Maksimal Defisit APBD masing-masing daerah ditetapkan berdasarkan kategori

kapasitas fiskalnya, sebagai berikut:

1) sebesar 6,5% (enam koma lima persen) dari perkiraan Pendapatan Daerah tA

2014 untuk kategori sangat tinggi;

2) sebesar 5,5% (lima koma lima persen) dari perkiraan Pendapatan Daerah tA 2014

untuk kategori tinggi;

3) sebesar 4,5% (empat koma lima persen) dari perkiraan Pendapatan Daerah tA

2014 untuk kategori sedang; dan

4) sebesar 3,5% (tiga koma lima persen) dari perkiraan Pendapatan Daerah tA 2014

untuk kategori rendah.

d. Defisit yang dimaksud dalam Batas Maksimal Kumulatif Defisit APBD adalah defisit

yang dibiayai dari Pinjaman Daerah;

e. Kategori kapasitas fiskal sebagaimana dimaksud di atas sesuai dengan kategori

kapasitas fiskal sebagaimana ditetapkan dalam PMK mengenai kapasitas fiskal untuk

tA 2013

f. Dalam hal defisit APBD melampaui batas yang telah ditetapkan, maka defisit APBD

tersebut harus mendapatkan persetujuan dari menkeu;

g. Persetujuan tersebut diberikan berdasarkan penilaian sebagai berikut:

1. Batas Maksimal Kumulatif Defisit APBD yang dibiayai dari pinjaman sebesar 0,3%

(nol koma tiga persen) dari proyeksi PDb tidak terlampaui;

2. batas maksimal Kumulatif Pinjaman Daerah sebesar 0,3% (nol koma tiga persen)

dari proyeksi PDb tidak terlampaui;

3. Pinjaman sudah dinyatakan efektif, untuk pinjaman yang bersumber dari

Pemerintah Pusat; dan

4. Rencana Pinjaman sudah mendapat Pertimbangan mendagri, untuk pinjaman yang

bersumber dari Pemda, lembaga keuangan bank, dan lembaga keuangan bukan

bank.

Page 57: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152723... · Provinsi, Kabupaten dan Kota di Indonesia ... tabel 3.12 Jumlah Daerah Penerima DAK 2014

PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik Pengaturan HkPd Saat Ini II/45

h. Persetujuan atau penolakan Menkeu terhadap pelampauan Batas Maksimal Defisit

APbD yang dibiayai dari Pinjaman Daerah menjadi dokumen yang dipersyaratkan

dalam proses evaluasi Raperda tentang APBD atau evaluasi Raperda tentang APBD-

Perubahan (APbD-P).

Tata cara pengajuan permohonan persetujuan melebihi Batas Maksimal Defisit APBD

dilakukan dengan prosedur sebagai berikut:

I. Permohonan persetujuan pelampauan Batas Maksimal Defisit APBD diajukan oleh

kepala daerah kepada menkeu c.q. Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan (Dirjen

PK) sebelum APbD/APbD-P ditetapkan.

ii. Format permohonan persetujuan tercantum dalam lampiran Peraturan menteri

Keuangan no. 125/PmK.07/2013.

iii. Dirjen PK atas nama menkeu memberikan persetujuan atau penolakan atas

permohonan pelampauan Batas Maksimal Defisit APBD.

iV. Persetujuan atau penolakan sebagaimana dimaksud diberikan paling lama 15 (lima

belas) hari kerja setelah surat permohonan dari kepala daerah diterima secara lengkap.

Kegiatan-kegiatan yang dibiayai dengan pinjaman daerah:

Proyek Jakarta Emergency Dredging Initiative (JEDI)/ Jakarta Urgent Flood Mitigation Project (JUMFP)

JumFP/JeDi bertujuan untuk mendukung peningkatan operasional dan pemeliharaan

sistem pengendalian banjir di wilayah DKi Jakarta melalui:

a) Pengerukan sungai/kanal dan waduk

b) Rehabilitasi dan konstruksi tanggul

c) Peningkatan kapasitas intansi yang bertanggung jawab dalam meningkatkan

operasional, pemeliharaan, dan pengelolaan sistem pengendalian banjir.

berdasarkan simulasi banjir yang terjadi pada tahun 2007 bisa diprediksikan bahwa

40% dari dampak banjir dapat dihindari jika sistem pengendalian banjir yang ada bisa

berfungsi pada kapasitas yang semestinya.

Page 58: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152723... · Provinsi, Kabupaten dan Kota di Indonesia ... tabel 3.12 Jumlah Daerah Penerima DAK 2014

PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan PublikII/46

Rencana komposisi pendanaan untuk keseluruhan proyek JumFP/JeDi adalah sebagai

berikut:

Tabel 2.10 Komposisi Pendanaan JUMFP/JEDI

Item Total

Counterpart Funding

IBRD Bilateral Grant

(US$ million)

COMPONENT 1

1Dredging and rehabilitation of selected key floodways,canalsandretentionbasins.

a. Directorate General of Water Resources (DGWR)

53.2 10.8 42.4

b. DGCK 22.4 4.6 17.8

c. DKI Jakarta 100.5 31.16 69.34

Subtotal Component 1 176.1 46.56 129.54

COMPONENT 2

2

Supervision Consultant (contracts management, engineering design reviews and construction supervision, support to project GRS and implementation of RPs)

9.6 9.6

3 Flood Management Information System (FMIS) 0.5 0.5

4 Panel of Experts 0.5 0.5

5 Resettlement Costs (DKI Jakarta) 2.8 2.8

Subtotal Component 2 13.4 2.8 10.1 0.5

Total Project Cost 189.5 49.36 139.64 0.5

Front End Fee (0.25%) 0.35 0.35

Total Financing Required 189.9 49.71 139.64 0.5

sumber : DJPb, Kemenkeu

Pada tanggal 17 Januari 2012, Board of Executive Directors The World Bank telah

menyetujui pinjaman untuk JuFmP/JeDi dan secara resmi telah disampaikan melalui surat

Executive Director The World Bank tanggal 20 Januari 2012. Pada tanggal 17 Februari 2012

Page 59: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152723... · Provinsi, Kabupaten dan Kota di Indonesia ... tabel 3.12 Jumlah Daerah Penerima DAK 2014

PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik Pengaturan HkPd Saat Ini II/47

telah dilakukan penandatangan Loan Agreement (lA) antara Goverment Of Indonesian

(goi) dan World Bank. Proses selanjutnya adalah Penandatangan Penerusan Pinjaman

luar negeri (Subsidiary Loan Agreement/slA) antara Pemerintah Pusat c.q. Kemenkeu dan

Pememerintah Provinsi DKI Jakarta.

Direktur Jenderal Perbendaharaan (Dirjen Perbendaharaan) memberitahukan gubernur

DKI Jakarta melalui Surat Nomor S-7617/PB/2013 tanggal 25 November 2013 bahwa syarat

efektif dari perjanjian penerusan pinjaman nomor slA-1247/Dsmi/2012 tanggal 16 mei

2012 sudah dinyatakan lengkap, sehingga naskah Perjanjian Penerusan Pinjaman antara

Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dinyatakan berlaku efektif sejak

tanggal surat tersebut ditetapkan.

Rencana Penarikan tahunan (RPt) JeDi untuk tahun 2014 adalah sebesar

usD44.250.000, sedangkan Kemenkeu hanya mengalokasikan dana APbn 2014 sebesar

usD15.940.000,-, sehingga badan Pengelola Keuangan Daerah (bPKD) DKi meminta agar

Kekurangan alokasi dana sebesar usD28.310.000 untuk dialokasikan di APbn-P 2014.

Rencana Penerbitan Obligasi Daerah Provinsi Jawa Barat

Obligasi Daerah merupakan salah satu alternatif pembiayaan investasi sektor publik

yang menghasilkan penerimaan dan memberikan manfaat bagi masyarakat. Pemda dapat

menerbitkan obligasi Daerah sepanjang memenuhi persyaratan Pinjaman Daerah. obligasi

Daerah merupakan efek yang diterbitkan oleh Pemda dan tidak dijamin oleh Pemerintah

Pusat. Penerbitan obligasi Daerah hanya dapat digunakan untuk membiayai kegiatan

investasi prasarana dan/atau sarana dalam rangka penyediaan Pelayanan Publik yang

menghasilkan penerimaan bagi APbD yang diperoleh dari pungutan atas penggunaan

prasarana dan/atau sarana tersebut.

Pemerintah Provinsi Jawa Barat telah mengajukan usulan rencana penerbitan Obligasi

Daerah kepada menkeu untuk membiayai bandara internasional Jawa barat (biJb) Kertajati

yang direncanakan akan mulai dilaksanakan pada tahun 2015. nilai proyek diperkirakan

sebesar Rp8 triliun, dengan sharing dari Pemerintah Pusat sebesar Rp4 triliun dan Rp4

triliun sisanya adalah jumlah yang akan dibiayai dari penerbitan obligasi Daerah oleh

Pemprov Jawa Barat. Dari inisiasi awal yang sudah dilakukan Kemenkeu yang bekerja

sama dengan Asian Development Bank (ADb) dan lembaga rating diketahui bahwa

Page 60: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152723... · Provinsi, Kabupaten dan Kota di Indonesia ... tabel 3.12 Jumlah Daerah Penerima DAK 2014

PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan PublikII/48

Pemprov Jawa Barat sudah layak untuk menerbitkan Obligasi Daerah yang ditandai dengan

hasil kajian yang berupa:

• Berdasarkan hasil penilaian kemampuan keuangan, Pemprov Jawa Barat bisa dan

mampu untuk menerbitkan obligasi dengan nilai emisi hingga Rp4 triliun.

• Atas hasil shadow rating oleh Pefindo Pemprov Jawa Barat memperoleh peringkat

obligasi idAA– (double A minus) yang bisa digolongkan sebagai kriteria investment

grade.

• Jangka waktu (tenor) Obligasi Daerah bisa dilakukan jangka panjang dan diperkirakan

bisa dilaksanakan selama-lamanya 10 tahun jadi tidak terlalu membebani APbD.

• Berdasarkan penilaian tingkat bunga (kupon) yang dikenakan atas penerbitan Obligasi

Daerah tersebut adalah setinggi-tingginya 10% per tahun.

• Dana hasil penerbitan obligasi daerah tersebut digunakan sebagai penyertaan modal

Pemprov Jawa Barat pada BUMD dan pinjaman kepada BIJB.

• Kesanggupan Pemprov Jawa Barat untuk Penyisihan dana (sinking fund) menjamin

pelunasan pokok dan pembayaran bunga (kupon) atas penerbitan obligasi Daerah.

Pinjaman Daerah Dari Pemerintah Yang Dananya Bersumber Dari Pusat Investasi Pemerintah (PIP)

Salah satu sumber pinjaman dari Pemerintah Pusat yaitu Dana Investasi Pemerintah,

termasuk di dalamnya dana yang dikelola oleh PiP. PiP merupakan Sovereign Wealth Fund

(SWF) Indonesia dan menjadi operator investasi Pemerintah Pusat. Adapun cakupan sektor

investasi PIP meliputi bidang infrastruktur dan bidang lainnya yang ditetapkan oleh Menkeu.

Investasi di bidang pembangunan infrastruktur sebagai salah satu fokus dari investasi PIP

didasarkan pada alasan filosofis bahwa pembangunan infrastruktur merupakan salah satu

roda penggerak pertumbuhan ekonomi dan dipandang sebagai lokomotif pembangunan

nasional dan daerah. Salah satu bentuk investasi langsung PIP adalah pemberian pinjaman

kepada Pemda. Pinjaman yang diberikan PiP kepada Pemda dibatasi hanya untuk

pembangunan infrastruktur dasar, antara lain mencakup: ketenagalistrikan, jalan/jembatan,

transportasi, pasar, rumah sakit, terminal, dan air bersih.

Pemda yang sudah menerima pinjaman ke PiP hingga saat ini adalah sebagai berikut:

Page 61: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152723... · Provinsi, Kabupaten dan Kota di Indonesia ... tabel 3.12 Jumlah Daerah Penerima DAK 2014

PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik Pengaturan HkPd Saat Ini II/49

Tabel 2.11 Daerah Yang Melakukan Pinjaman Kepada PIP

No Nama Daerah Komitmen Pinjaman Tgl TTD PerjanjianJangka

Waktu (th)Penggunaan

1 Pemprov Sultra 190.000.000.000 28 Januari 2011 9 RSUD Tipe B

130.000.000.000 21 Oktober 2012 5Jalan dan jembatan

2 Pemkot Surakarta 40.500.000.000 27 Juni 2011 4 RSUD Tipe C

3 Pemkab Mukomuko 53.670.000.000 3 Mei 2012 3, 2 RSUD Tipe C

47.500.000.000 17 Oktober 2013 5Jalan dan jembatan

4 Pemkab Karangasem 49.870.000.000 25 Mei 2012 5 Pasar

46.000.000.000 8 Agustus 2012 5 RSUD Tipe C

5 Pemkab Lombok Timur 34.350.000.000 14 Mei 2012 5 Pasar

6Pemkot Bandar Lampung

96.000.000.000 4 Juni 2012 5Jalan dan jembatan

7 Pemkot Medan 77.454.148.000 6 September 2012 5 Pasar

8 Pemkab Lombok Tengah 91.610.000.000 6 November 2012 5 Jalan

9 Pemkot Palu 100.000.000.000 21 November 2013 5 RSUD Tipe B

10 Pemkot Gorontalo 35.000.000.000 30 November 2013 5 Terminal Tipe C

11Pemprov Sulawesi Selatan

500.000.000.000 29 Desember 2012 5Jalan dan jembatan

12 Pemkab Temanggung 90.172.435.000 14 Juni 2013 5 Pasar

sumber: DJPK, Kemenkeu

Implementasi Municipal Infrastructure Development Fund (MIDF) Sebagai Alternatif Percepatan Pembangunan Infrastruktur Di Daerah

Dalam rangka mendorong percepatan pembangunan infrastruktur di daerah,

Pemerintah Pusat telah memberikan alternatif pembiayaan melalui pinjaman daerah. namun

mengingat rendahnya minat daerah dalam melakukan pinjaman, diperlukan suatu skema

alternatif pinjaman yang dapat memenuhi kebutuhan Pemda akan sumber pembiayaan

Page 62: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152723... · Provinsi, Kabupaten dan Kota di Indonesia ... tabel 3.12 Jumlah Daerah Penerima DAK 2014

PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan PublikII/50

infrastuktur yang terbuka, berkesinambungan, berbasis demand-driven, dan atraktif bagi

Pemda melalui suatu lembaga financial intermediary.

saat ini Kemenkeu bekerja sama dengan tim Asistensi Desentralisasi Fiskal (tADF)

sedang mengkaji untuk menerapkan Municipal Infrastructure Development Fund (miDF)

di indonesia. miDF merupakan suatu lembaga perantara pembiayaan yang dikhususkan

kepada pembiayaan infrastruktur bagi Pemda. miDF dapat memberikan pinjaman langsung,

pinjaman tidak langsung, menerbitkan surat hutang, maupun meneruskan hibah.

berdasarkan hasil kajian yang telah dilaksanakan, tujuan utama pendirian miDF adalah

untuk menghimpun dana baik dari Pemerintah Pusat, lembaga donor, maupun pihak

swasta untuk selanjutnya disalurkan kepada Pemda dalam bentuk pinjaman berfasilitas

untuk pembangunan infrastruktur. manfaat dari pendirian miDF adalah meningkatkan

jumlah dan kualitas infrastuktur daerah, meningkatkan akses Pemda terhadap pasar kredit,

meningkatkan belanja modal, serta mendorong akuntabilitas dan disiplin pengelolaan

keuangan daerah sehingga dapat mendorong pertumbuhan ekonomi daerah.

2.4. Sistem Informasi Keuangan DaerahKetersediaan data dan informasi yang memenuhi prinsip tRust (compleTe, Reliable,

Up-to-date, Secure, accurate) menjadi salah satu hal terpenting, tidak saja dalam

proses penyusunan/perumusan kebijakan tapi juga untuk mewujudkan transparansi dan

akuntabilitas yang sejalan dengan prinsip tata pemerintahan yang baik (good governance).

untuk itu, perwujudan sistem informasi Keuangan Daerah (siKD) sebagaimana diatur

dalam uu 33/2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan

Pemerintahan Daerah, dan dijabarkan lebih lanjut melalui PP 56/2005 sebagaimana direvisi

dengan PP 65/2010 menjadi sangat penting dan mutlak untuk dilaksanakan bersama-sama

antara Pemerintah Pusat dengan Pemda sesuai dengan lingkup masing-masing.

Dalam PP tersebut diamanatkan bahwa penyelenggara siKD secara nasional adalah

menkeu, sedangkan Pemda menyelenggarakan siKD di daerahnya masing-masing dengan

menggunakan sistem informasi pengelolaan keuangan daerah. siKD nasional yang

diselenggarakan oleh Kemenkeu c.q Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan (DJPK)

selama ini dilakukan berdasarkan informasi yang disampaikan oleh Pemda dalam bentuk

hardcopy.

Page 63: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152723... · Provinsi, Kabupaten dan Kota di Indonesia ... tabel 3.12 Jumlah Daerah Penerima DAK 2014

PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik Pengaturan HkPd Saat Ini II/51

Kewajiban daerah menyampaikan informasi tersebut dan tatacara penyampaian telah

diatur dalam PmK nomor 46/PmK.02/2006 sebagaimana diubah dengan PmK nomor 04/

PmK.07/2011 tentang tata Cara Penyampaian informasi Keuangan Daerah. salah satu

perubahan yang mendasar baik di tataran PP maupun PmK adalah mengenai concern

lebih Pemerintah Pusat agar Pemda dapat menetapkan dan menyampaikan data keuangan

daerah secara lebih cepat. Hal tersebut menunjukan arti pentingnya ketersediaan data dan

informasi sekaligus juga bertujuan untuk meningkatkan tata kelola keuangan daerah yang

transparan, akuntabilitas, dan dapat dipertanggungjawabkan.

Tabel 2.12 Penyampaian APBD 2010-2014*

Tahun

Penetapan PenyampaianDaerah yang

Terkena Sanksi

Sebelum 1 Januari

Setelah 1 Januari

JumlahSampai

dengan 31 Januari

Setelah 31 Januari

Jumlah

2010 214 310 524 221 303 524 2

2011 211 313 524 224 300 524 19

2012 274 250 524 267 257 524 16

2013 327 197 524 349 175 524 17

2014 354 162 516 325 191 516 23

*tA 2014 masih ada 23 daaerah yg belum menyampaikan APbD

sumber: DJPK, Kemenkeu, data diolah

Pelaksanaan sistem informasi pengelolaan keuangan daerah di 539 daerah

menggunakan aplikasi pengelolaan keuangan yang sangat beragam. sebagian

besar diantaranya menggunakan sistem informasi manajemen Daerah (simDA) yang

dikembangkan oleh badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (bPKP) dan sistem

informasi Pengelolaan Keuangan Daerah (siPKD) yang dikembangkan oleh Kementerian

Dalam negeri (Kemendagri). Di luar simDA dan siPKD, Pemda menggunakan aplikasi

pengelolaan keuangan daerah yang berbeda-beda tergantung pada kebijakan di daerah

masing-masing. beragamnya sistem informasi pengelolaan keuangan daerah yang ada

tentunya berpengaruh terhadap proses kompilasi dan konsolidasi data keuangan Pusat

dan Daerah. untuk mempermudah hal ini, Pemerintah Pusat tengah berencana untuk

menstandarkan elemen data yang ada sehingga proses kompilasi dan konsolidasi data

nantinya dapat dilakukan secara lebih mudah.

Page 64: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152723... · Provinsi, Kabupaten dan Kota di Indonesia ... tabel 3.12 Jumlah Daerah Penerima DAK 2014

PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan PublikII/52

Pada sisi yang lain, dalam rangka mempercepat penyampaian informasi keuangan

daerah dari daerah kepada pusat telah dibangun sistem komunikasi dan manajemen

data nasional (KomAnDAn). tata cara mengenai penyampaian data dengan KomAnDAn

tersebut telah diterbikan surat edaran Dirjen PK nomor se-03/PK/2011 tentang tata

Cara teknis Penyampaian informasi Keuangan Daerah melalui sistem Komunikasi dan

manajemen Data nasional siKD (KomAnDAn siKD).

KONSEP KOMANDAN SIKDKomAnDAn siKD merupakan media penyampaian data keuangan daerah dalam

bentuk softcopy dengan tujuan untuk mengurangi sumber daya dalam melakukan

input dan mengolah data sehingga diharapkan dapat meningkatkan efisiensi dan

efektivitas sumberdaya yang ada. Pendekatan yang dilakukan dalam KOMANDAN

siKD adalah pembakuan elemen data melalui standarisasi output dari aplikasi

pengelolaan keuangan daerah.

KomAnDAn siKD yang ada saat ini dapat menampung data APbD, APbD

Perubahan, laporan Realisasi APbD semester i, serta laporan Realisasi APbD

Audited/Perda. Kedepannya, KomAnDAn siKD akan dikembangkan sehingga dapat

menampung laporan Realisasi APbD triwulanan, neraca, dan informasi keuangan

daerah lain yang digunakan oleh stakeholders sebagai bahan pengambilan kebijakan.

Penyelenggaraan KomAnDAn siKD sebagai perwujudan siKD secara nasional

bertujuan memberikan manfaat sebagai berikut:

1. memberi kemudahan bagi Pemda dalam mengirimkan informasi Keuangan

Daerah kepada DJPK.

2. menyediakan informasi Keuangan Daerah secara nasional yang lengkap, dapat

diandalkan, akurat dan up-to-date.

3. Menyediakan analisis pengelolaan keuangan daerah sebagai bahan evaluasi

dalam perumusan kebijakan.

4. menyediakan informasi keuangan daerah yang diperlukan dalam perhitungan

alokasi transfer ke daerah.

Page 65: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152723... · Provinsi, Kabupaten dan Kota di Indonesia ... tabel 3.12 Jumlah Daerah Penerima DAK 2014

PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik kebijakan Transfer ke daerah Tahun 2014 III/53

bab ii i

KebijaKan transfer Ke daerah tahun 2014

3.1. Dana Perimbangan

3.1.1. Dana Bagi Hasil (DBH)DbH adalah dana yang bersumber dari pendapatan Anggaran Pendapatan dan belanja

negara (APbn) yang dialokasikan kepada daerah dengan presentase tertentu dengan

memperhatikan potensi daerah penghasil dan untuk pemerataan. DbH tersebut digunakan

untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. DbH terdiri

dari DbH Pajak dan DbH sumber Daya Alam (sDA).

DBH Pajak

sesuai dengan uu nomor 33 tahun 2004 (uu 33/2004), penerimaan pajak yang

dibagihasilkan ke daerah adalah Pajak bumi dan bangunan (Pbb), bea Perolehan

Hak Atas tanah dan bangunan (bPHtb), serta Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 25/29

Wajib Pajak orang Pribadi Dalam negeri (WPoPDn) dan PPh Pasal 21. sejalan dengan

diberlakukannya uu nomor 28 tahun 2009 (uu 28/2009) tentang Pajak Daerah dan

Retribusi Daerah (PDRD), sejak tahun 2011 bPHtb telah menjadi pajak daerah sehingga

tidak lagi dibagihasilkan kepada daerah. Demikian juga dengan Pajak bumi dan bangunan

Perkotaan dan Perdesaan (Pbb-P2), untuk semua daerah mulai tahun 2014 telah menjadi

pajak daerah sehingga tidak dibagihasilkan lagi melalui Pemerintah Pusat. selanjutnya

Page 66: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152723... · Provinsi, Kabupaten dan Kota di Indonesia ... tabel 3.12 Jumlah Daerah Penerima DAK 2014

PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan PublikIII/54

berdasarkan ketentuan Pasal 66A uu nomor 39 tahun 2007 tentang Cukai, sejak tahun

2008 penerimaan negara dari cukai hasil tembakau termasuk penerimaan negara yang

dibagihasilkan ke daerah.

Persentase bagian provinsi dan kabupaten/kota dari PBB, PPh Pasal 21 dan Pasal

25/29 WPoPDn telah ditetapkan dalam uu 33/2004. secara lengkap besaran persentase

pembagian dapat dilihat dalam tabel di bawah ini.

Tabel 3.1 Jenis dan Persentase DBH Pajak

Jenis Pusat Provinsi Kab./Kota Keterangan

1. PBB 10% 16,2% 64,8%

9% biaya pemungutan dibagi antara Pusat, provinsi dan kab/kota, 10 % bagian pusat dikembalikan 6,5% secara merata ke seluruhkab/kota dan 3,5% sisanya sebagai insentif

2.PPh Pasal 21, Pasal 25/29

80% 8% 12%Bagian Kab/Kota 12% dibagi antara Kab/Kota WP terdaftar 8,4%, 3,6% bagi rata dalam provinsi bersangkutan

3. CHT 98% 0,6% 1,4%

Pembagian per Provinsi berdasarkan penerimaan cukai dan produksi tembakau, Pembagian per Kab/Kota dilakukan oleh Provinsi

sumber: DJPK, Kemenkeu

Pbb sektor perdesaan, perkotaan, perkebunan, kehutanan, dan pertambangan non

migas dibagi berdasarkan realisasi penerimaan dari daerah yang bersangkutan. sementara

itu, Pbb sektor pertambangan migas dari areal on shore dibagikan berdasarkan realisasi

penerimaan dari daerah yang bersangkutan, sedangkan Pbb sektor pertambangan migas

yang dikenakan atas tubuh bumi dan Pbb sektor pertambangan migas perairan (offshore)

dibagi kepada seluruh daerah termasuk kepada daerah bukan penghasil migas dengan

menggunakan formula tertentu. Hal ini disebabkan sampai dengan saat ini Pbb migas

untuk tubuh bumi dan off shore belum bisa ditatausahakan per daerah.

bagian Pemerintah Pusat dari Pbb sebesar 10% dibagihasilkan lagi kepada daerah

dengan ketentuan 6,5% dibagikan secara merata kepada kabupaten/kota dan 3,5%

Page 67: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152723... · Provinsi, Kabupaten dan Kota di Indonesia ... tabel 3.12 Jumlah Daerah Penerima DAK 2014

PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik kebijakan Transfer ke daerah Tahun 2014 III/55

dibagikan sebagai insentif bagi kabupaten/kota yang penerimaan Pbb sektor perkotaan

dan pedesaannya melebihi target penerimaan. Pemberian insentif ini dilakukan dengan

pertimbangan bahwa Pemerintah Pusat dalam hal ini Kementerian Keuangan (Kemenkeu)

telah melibatkan kabupaten/kota dan Provinsi DKI Jakarta dalam pemungutan PBB–P2.

biaya Pemungutan Pajak bumi dan bangunan (bP Pbb) adalah dana yang

digunakan untuk pembiayaan kegiatan operasional pemungutan Pbb yang dilaksanakan

oleh Direktorat Jenderal Pajak (DJP) dan Pemerintah Daerah (Pemda). bP Pbb dibagi

antara Pemerintah Pusat dalam hal ini Direktorat Jenderal Pajak (DJP), dengan Pemda.

Pembagiannya diatur dalam Keputusan menteri Keuangan (KmK) nomor 83/KmK.04/2000

tentang Pembagian dan Penggunaan biaya Pemungutan Pbb.

imbangan pembagian bP Pbb antar DJP dan Pemda didasarkan pada besar atau

kecilnya peranan masing-masing dalam melakukan kegiatan operasional pemungutan Pbb.

besarnya imbangan pembagian bP Pbb adalah sebagai berikut:

Tabel 3.2 Pembagian Biaya Pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan antara

Pemerintah Pusat (DJP) dengan Pemerintah Daerah

No Sektor Pusat Daerah

1 Perdesaan 10 90

2 Perkotaan 20 80

3 Perkebunan 60 40

4 Perhutanan 65 35

5 Pertambangan 70 30

sumber: DJP, Kemenkeu

Sementara untuk imbangan antara Pemerintah Provinsi (Pemprov) dengan kabupaten/

kota diatur oleh masing-masing gubernur yang ditetapkan dalam Peraturan gubernur yang

selanjutnya ditetapkan dalam PmK nomor 145/PmK.07/2013. bP Pbb merupakan bagian

dari dana perimbangan, dengan demikian bP Pbb dapat digunakan untuk membiayai

pelaksanaan kegiatan yang menjadi urusan daerah sesuai peraturan perundangan.

Page 68: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152723... · Provinsi, Kabupaten dan Kota di Indonesia ... tabel 3.12 Jumlah Daerah Penerima DAK 2014

PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan PublikIII/56

Perhitungan DBH PBB migas dan panas bumiPerhitungan alokasi DbH Pbb migas dan panas bumi ditatausahakan dengan

ketentuan sebagai berikut:

1. Pbb migas onshore dan panas bumi ditatausahakan berdasarkan letak dan kedudukan objek pajak dan dibagi by origin;

2. Pbb migas offshore dan Pbb migas tubuh bumi ditatausahakan per kabupaten/kota dengan menggunakan formula dan dibagi sesuai persentase DbH Pbb.

perhitungan Pbb migas offshore dan Pbb migas tubuh bumi per kabupaten/kota dari Pbb migas yang ditanggung Pemerintah Pusat ditetapkan sebagai berikut:

- 10% menggunakan formula

- 90% dibagi secara proporsional sesuai realisasi Pbb migas tahun anggaran sebelumnya.

Formula yang digunakan untuk menghitung Pbb migas yang ditanggung Pemerintah Pusat:

PBB per kab/kota = { (20% x rasio JP)+(10% x rasio LW)+ (5% x rasio PAD)+(65% x rasio lifting

Migas) }xPBB Migas offshore dan PBB Migas tubuh bumi

Pbb migas yang dibayar langsung oleh KKKs ke bank persepsi menggunakan formula:

PBB per kab/kota = Rasio lifting Migas x PBB Migas offshore dan PBB Migas tubuh bumi

PPh Pasal 21 dan Pasal 25/29 dibagihasilkan kepada daerah sebesar 20% dari

penerimaan pajak tersebut per kabupaten/kota. Selanjutnya dibagi kepada provinsi yang

bersangkutan sebesar 8%, kepada kabupaten/kota yang bersangkutan sebesar 8,4% dan

sebesar 3,6% dari penerimaan PPh Pasal 21 dan Pasal 25/29 dari daerah kabupaten/kota

yang bersangkutan dibagi rata kepada seluruh kabupaten/kota yang ada di provinsi yang

bersangkutan. PPh Pasal 21 dipotong oleh pemberi kerja (bendahara di Pemerintahan)

tempat karyawan yang bersangkutan bekerja, tidak dikenakan berdasarkan domisili.

Demikian juga dengan karyawan swasta PPh Pasal 21 dikenakan dan diadministrasikan di

wilayah daerah tempat kerja.

Page 69: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152723... · Provinsi, Kabupaten dan Kota di Indonesia ... tabel 3.12 Jumlah Daerah Penerima DAK 2014

PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik kebijakan Transfer ke daerah Tahun 2014 III/57

Pajak Penghasilan Pasal 21 dan Pasal 25/29 WPOPDN- Pajak penghasilan Pasal 21 adalah pajak atas penghasilan atas gaji, upah,

honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk

apapun sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan yang

dilakukan oleh WPoP dalam negeri. Pajak Penghailan Pasal 21 dipotong, disetor,

dan dilaporkan oleh Pemotong Pajak, yaitu pemberi kerja, bendaharawan

pemerintah, dana pensiun, badan, perusahaan, dan penyelenggaraan kegiatan.

Pelaporan penerimaan PPh Pasal 21 dilakukan berdasarkan tempat kerja

- PPh Pasal 25 terkait dengan Pajak Penghasilan orang pribadi dalam negeri yang

menjalankan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas atau memperoleh penghasilan

teratur lainnya yang bersifat tidak final yang diangsur setiap bulannya. Sedangkan

PPh Pasal 29 adalah Pajak Penghasilan yang harus dilunasi oleh Wajib Pajak

orang Pribadi sebagai akibat PPh terutang dalam surat Pemberitahuan (sPt)

tahunan Pajak Penghasilan lebih besar dari pada kredit pajak yang telah disetor

sendiri. Pencatatan penerimaan PPh Pasal25/29 berdasarkan asas domisili wajib

pajak.

sementara itu, pembagian DbH Cukai Hasil tembakau (CHt) kepada kabupaten/kota

sebesar 1,4% dapat dijabarkan sebesar 0,8% dibagikan kepada kabupaten/kota penghasil

dan 0,6% dibagikan kepada kabupaten/kota lainnya. Pembagian lebih lanjut kepada

kabupaten/kota dilakukan oleh gubernur.

Perencanaan dan Penganggaran

berdasarkan PmK nomor 145/PmK.07/2013 tentang Pengalokasian Anggaran transfer

ke Daerah, indikasi kebutuhan dana dan rencana dana pengeluaran untuk bagi hasil

disusun oleh Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan (DJPK) berdasarkan perkiraan

penerimaan Pbb, PPh dan CHt setelah berkoordinasi dengan DJP, Direktur Jenderal bea

dan Cukai (Dirjen bC), dan badan Kebijakan Fiskal (bKF). indikasi kebutuhan dana DbH

Pajak dan CHt digunakan sebagai dasar penyusunan indikasi kebutuhan dana pengeluaran

Page 70: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152723... · Provinsi, Kabupaten dan Kota di Indonesia ... tabel 3.12 Jumlah Daerah Penerima DAK 2014

PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan PublikIII/58

bendahara umum negara (bun), sedangkan rencana dana pengeluaran DbH Pajak dan

CHt digunakan sebagai dasar penyusunan rancangan uu mengenai APbn.

Penetapan Alokasi

Perhitungan alokasi DbH Pajak dan CHt dilakukan setelah ditetapkannya pagu

penerimaan pajak dan CHt tersebut dalam APbn. berdasarkan PmK nomor 145/

PmK.07/2013, perhitungan alokasi dilakukan berdasarkan data rencana penerimaan Pbb

dan PPh Pasal 21 dan Pasal 25/29 untuk perkiraan alokasi DbH Pajak dan data rencana

penerimaan CHt untuk perkiraan alokasi DbH CHt.

Perkiraan alokasi tersebut merupakan dasar untuk penyaluran DbH Pbb, PPh Pasal

21 serta Pasal 25/29 dan CHt. Khusus untuk DbH PPh Pasal 21 dan Pasal 25/29 sesuai

amanat PP nomor 55 tahun 2005 (PP 55/2005) ditetapkan perubahan perkiraan alokasi

(alokasi definitif) yang didasarkan pada prognosa realisasi penerimaan. Sesuai ketentuan

PmK nomor 145/PmK.07/2013, perkiraan alokasi DbH dapat diubah dalam hal terdapat:

a. Perubahan rencana penerimaan pajak dan Penerimaan negara bukan Pajak (PnbP)

yang mengakibatkan perubahan alokasi DbH dalam uu mengenai APbn Perubahan

lebih besar atau sama dengan 10% (sepuluh persen);

b. Prognosa realisasi penerimaan PPh Pasal 21 dan PPh WPoPDn;

c. Prognosa PnbP sDA yang mengakibatkan perubahan alokasi DbH sDA melebihi 5

(lima persen) perkiraan alokasi secara nasional;

d. Perubahan data daerah penghasil dan dasar perhitungan bagian daerah penghasil

DbH sDA dan PnbP sDA; dan/atau

e. kesalahan hitung.

Perkiraan alokasi DbH PPh Pasal 21 dan Pasal 25/29 ditetapkan paling lambat 2 (dua)

bulan sebelum tahun anggaran berjalan berdasarkan pagu rencana penerimaan yang

telah ditetapkan dalam APbn. sementara itu, perubahan perkiraan alokasi yang ditetapkan

berdasarkan prognosa realiasi penerimaan PPh Pasal 21 dan Pasal 25/29 ditetapkan paling

lambat bulan oktober tahun anggaran berjalan.

Penetapan perkiraan alokasi oleh DJPK dalam PmK dilakukan setelah data rencana

dan prognosa penerimaan disampaikan oleh DJP. Dalam hal rencana penerimaan yang

disampaikan DJP sangat berbeda dengan data realisasi tahun sebelumnya, alokasi

Page 71: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152723... · Provinsi, Kabupaten dan Kota di Indonesia ... tabel 3.12 Jumlah Daerah Penerima DAK 2014

PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik kebijakan Transfer ke daerah Tahun 2014 III/59

sementara DbH dapat disesuaikan dengan realisasi penerimaan tahun sebelumnya.

Apabila data prognosa realisasi penerimaan tidak disampaikan oleh DJP, maka penyaluran

DbH PPh untuk triwulan iV menggunakan perkiraan alokasi.

Perkiraan alokasi DbH CHt ditetapkan berdasarkan rencana penerimaan CHt yang

ditetapkan dalam APbn dan perubahan perkiraan alokasi DbH CHt ditetapkan apabila

terdapat perubahan rencana penerimaan CHt yang mengakibatkan perubahan alokasi

DBH CHT lebih besar atau sama dengan 10%. Alokasi DBH CHT provinsi, kabupaten, dan

kota ditetapkan dalam PmK berdasarkan ketetapan pembagian DbH CHt per kabupaten/

kota oleh gubernur.

Formula Pembagian DBH – CHT Provinsi

DBH suatu Provinsi = (58% A + 38% B + 4% C) x total DBH-CHT

Keterangan:

A = persentase realisasi penerimaan CHT suatu provinsi 2 tahun sebelumnya

b = persentase rata-rata produksi daun kering tembakau 3 tahun sebelumnya satu

provinsi

C = persentase (100- IPM) tahun sebelumnya suatu provins.

Penyaluran DBH Pajak dan CHT

Tabel 3.3 Penyaluran DBH Pajak dan CHT

I Dana Bagi Hasil Pajak

A DBH PBB

a. DBH PBB Bagian Pusat (6,5%) bagi rata

Tahap I: 25%; Tahap II: 50%; dari alokasi sementara TahapIII:selisihalokasidefinitifdenganyangtelahdisalurkan

Disalurkan bulan November

Insentif PBB (3,5%)

Page 72: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152723... · Provinsi, Kabupaten dan Kota di Indonesia ... tabel 3.12 Jumlah Daerah Penerima DAK 2014

PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan PublikIII/60

b. DBH PBB Bagian Daerah sektor P3, selain PBB Migas dan Panas Bumi

Secara mingguan mulai bulan Agustus, berdasarkan perkiraan alokasi.

c. DBH Biaya Pemungutan PBB sektor P3, selain PBB Migas dan Panas Bumi

Secara mingguan mulai bulan Agustus berdasarkan perkiraan alokasi

d. DBH PBB & Biaya Pemungutan DBH PBB Sektor Pertambangan Migas & Panas Bumi

Setiap triwulan sebesar 25% (Maret, Juni, September, Desember); dari perkiraan alokasi

B DBH PPh

a. DBH PPh Pasal 21 Triwulan I: 20%; Triwulan II: 20%; Triwulan III: 20%; darialokasisementara;TriwulanIV:selisihalokasidefinitifdengan yang telah disalurkan

b. DBH PPh Pasal 25/29 Triwulan I: 20%; Triwulan II: 20%; Triwulan III: 20%; darialokasisementara;TriwulanIV:selisihalokasidefinitifdengan yang telah disalurkan

II DBH Cukai Hasil Tembakau Tahap I: 40%; Tahap II: 40%;dari perkiraan alokasi; Tahap III: selisih antara pagu perkiraan alokasi/perubahan perkiraan alokasi dengan jumlah dana Tahap I dan II yang telah disalurkan

sumber: DJPK, Kemenkeu

Penyaluran DbH Pbb dan bP Pbb sektor pertambangan migas dan panas bumi yang

dilaksanakan setiap triwulan sebesar 25% dari perkiraan alokasi dilakukan oleh Pemerintah

Pusat melalui pemindahbukuan dari Rekening Kas umum negara (RKun) ke Rekening Kas

umum Daerah (RKuD). Demikian juga dengan penyaluran Pbb bagi rata, insentif, DbH PPh

Pasal 21 dan Pasal 25/29, dan DbH CHt dilaksanakan dari Pusat melalui pemindahbukuan.

sementara itu Pbb sektor perkebunan, perhutanan, dan pertambangan non migas serta

panas bumi termasuk bP yang merupakan bagian daerah disalurkan secara mingguan

mulai bulan Agustus berdasarkan perkiraan alokasi DbH Pbb masing-masing sektor.

Penyaluran DbH CHt dapat ditangguhkan dan/atau dihentikan bilamana terkena

sanksi. Penangguhan dan/atau penghentian atas penyaluran DbH CHt dapat disalurkan

kembali setelah dipenuhinya kewajiban yang menjadi dasar pengenaan sanksi selama

belum melampaui tahun anggaran berjalan.

Page 73: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152723... · Provinsi, Kabupaten dan Kota di Indonesia ... tabel 3.12 Jumlah Daerah Penerima DAK 2014

PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik kebijakan Transfer ke daerah Tahun 2014 III/61

Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam (DBH SDA)

Dana bagi hasil sumber Daya Alam (DbH sDA) merupakan dana yang bersumber

dari Penerimaan negara bukan Pajak (PnbP) dari sumber Daya Alam (sDA). Jenis dan

besaran persentase bagian daerah dari PnbP sDA tersebut ditetapkan dalam uu 33/2004.

DbH sDA terdiri dari Kehutanan, Pertambangan umum, Perikanan, minyak bumi, gas

bumi, dan Panas bumi. DbH sDA diberikan kepada daerah kabupaten/kota penghasil dan

daerah kabupaten/kota lainnya dalam provinsi yang bersangkutan. Provinsi Papua, Papua

Barat, dan Aceh selain mendapatkan bagi hasil yang sama seperti provinsi lainnya, juga

mendapatkan tambahan bagi hasil minyak dan gas bumi masing-masing sebesar 55% dan

40%. berikut tabel mengenai jenis dan porsi masing-masing jenis DbH sDA.

Tabel 3.4 Jenis dan Porsi Bagi Hasil DBH SDA

Jenis Pusat Provinsi Kab/KotaKab/Kota dalam satu Provinsi (bagi rata)

Tambahan Khusus Papua, Papua Barat

dan Aceh

Kehutanan

- IIUPH 20% 16% 64% -

- PSDH 20% 16% 32% 32%

- Dana Reboisasi 60% - 40%

Pertambangan Umum

- Landrent 20% 16% 64%

- Royalti 20% 16% 32% 32%

Perikanan 20% - 80%

Minyak Bumi 55%

- Wilayah Kab/Kota 84,5% 3,1% 6,2% 6.2%

- Wilayah Provinsi 5,17% 10,33%

Gas Bumi 40%

- Wilayah Kab/Kota 69,5% 6,1 12,2% 12.2%

- Wilayah Provinsi 10,17% 20,33%

Panas Bumi 20% 16% 32% 32%

sumber: uu 33/2004, uu 11/2006 dan uu 35/2008

Page 74: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152723... · Provinsi, Kabupaten dan Kota di Indonesia ... tabel 3.12 Jumlah Daerah Penerima DAK 2014

PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan PublikIII/62

Tarif dan dasar perhitungan PNBP yang dibagihasilkan kepada daerah sangat bervariasi

dan diatur dalam peraturan perundangan. Khusus penerimaan dari pertambangan migas

dan Panas bumi (WKP eksisting), bagian daerah dihitung setelah dikurangi dengan

kewajiban perpajakan dan pungutan lainnya sesuai ketentuan perundang-undangan.

selanjutnya, jenis dan tarif PnbP yang dibagihasilkan dapat dilihat pada tabel di bawah

ini.

Tabel 3.5 Jenis dan Tarif PNBP yang Dibagihasilkan

Jenis Dasar HukumDasar Perhitungan

PungutanTarif Keterangan

1. Kehutanan

- IIUPH PP 92/1999 Luas areal Hutan Rp/ha Besarnya tarif tergantung dari (1) kategori wilayah; (2) status HPH (baru/perpanjangan/ HPHTI).

IHPH dikenakan satu kali untuk jangka waktu berlakunya HPH (atau sekitar 20 tahun)

- PSDH - PP 6/1999

- KepMen Kehutanan dan Perkebunan Nomor 859/Kpts-II/1999

Volume kayu Rp/m3 - Besarnya tarif tergantung dari (1) kategori wilayah; (2) kelompok jenis kayu/bukan kayu.

- PSDH dikenakan terhadap pemegang HPH, pemegang Hak Pemungutan Hasil Hutan (HPHH) dan pemegang Izin Pemanfaatan Kayu (IPK).

- Dana Reboisasi PP 92/1999 Volume kayu/bahan baku serpih

USD/m3 DR dihitung dengan menjumlahkan penerimaan kayu bulat dan/atau bahan baku serpih yang berasal dari HPH sesuai dengan SAKB atau DKB dengan mengalikan tarif DR yang berlaku

Page 75: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152723... · Provinsi, Kabupaten dan Kota di Indonesia ... tabel 3.12 Jumlah Daerah Penerima DAK 2014

PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik kebijakan Transfer ke daerah Tahun 2014 III/63

Jenis Dasar HukumDasar Perhitungan

PungutanTarif Keterangan

2. Pertambangan Umum:

- Landrent PP 9/2012 Luas Wilayah Ijin Usaha Pertambangan

(ha)

USD

- Royalti PP 9/2012 Jumlah Produksi yang terjual

% Harga Jual (USD)

3. Perikanan - PP 19/2006

- Kepmen KP No.22/MEN/2004

Ijin Tonase Kapal dan Harga Patokan Ikan

Rp/GT

4. Minyak Bumi UU 21/2001 PNBP dihitung dari hasil usaha minyak bumi dengan porsi pembagian pusat 84,5 %, Daerah 15,5 %

5. Gas Bumi UU 21/2001 PNBP dihitung dari hasil usaha gas bumi dengan porsi pembagian Pusat 69,5%, Daerah 30,5%

6. Panas Bumi

- Setoran bagian Pemerintah (WKP Existing)

Keppres 49/1991

34% Net Operating Income (NOI)

Rp Dikenakan atas kontrak pengusahaan panas bumi yang ditandatangani sebelum ditetapkan UU No. 27 Tahun 2003 tentang Panas Bumi.

- Iuran Tetap PP 9/2012 Luas wilayah ijin USD Dikenakan atas kontrak pengusahaan panas bumi yang ditandatangani setelah berlakunya UU No. 27 Tahun 2003.

- Iuran Produksi PP 9/2012 Jumlah produksi yang terjual

USD

sumber: berbagai peraturan perundang-undangan

Page 76: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152723... · Provinsi, Kabupaten dan Kota di Indonesia ... tabel 3.12 Jumlah Daerah Penerima DAK 2014

PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan PublikIII/64

Perencanaan dan Penganggaran

berdasarkan PmK nomor 145/PmK.07/2013 tentang PengalokasianAnggaran

transfer ke Daerah, DJPK menyusun indikasi Kebutuhan Dana DbH sDA serta Rencana

Dana Pengeluaran DbH sDA setelah berkoordinasi dengan kementerian teknis yang

mengelola sDA Kehutanan, Pertambangan umum, Perikanan, migas dan Panas bumi.

indikasikebutuhan dana DbH sDA digunakan sebagai dasar penyusunan indikasi

kebutuhandana pengeluaran bun, sedangkan rencana dana pengeluaran DbHsDA

digunakan sebagai dasar penyusunan Ruu mengenai APbn.

Penetapan Alokasi

berdasarkan pagu yang ditetapkan dalam uu APbn, menteri teknis menerbitkan surat

penetapan daerah penghasil dan dasar penghitungan bagian daerah penghasil PnbP

sDA tahun anggaran bersangkutan dan menyampaikan kepada menkeu c.q. Dirjen PK

paling lambat 60 (enam puluh) hari sebelum tahun anggaran bersangkutan dilaksanakan.

berdasarkan surat penetapan daerah penghasil dan dasar perhitungan bagian daerah

penghasil PnbP sDA tersebut, DJPK melakukan perhitungan perkiraan alokasi DbH sDA

untuk provinsi, kabupaten, dan kota yang dituangkan dalam PMK tentang Perkiraan Alokasi

DbH sDA paling lama 30 (tiga puluh) hari setelah diterimanya surat Penetapan tersebut.

PmK Perkiraan Alokasi dimaksud merupakan angka perkiraan besaran alokasi DbH sDA

per daerah dan menjadi dasar penyaluran DbH sDA. Adapun dalam tahun 2014 ini,

besaran alokasi PmK Perkiraan Alokasi didasarkan atas total pagu yang telah ditetapkan

dalam APbn tA 2014.

Apabila terdapat perubahan terhadap target penerimaan sDA dalam APbn-P, maka

kementerian teknis menyampaikan kembali surat Ketetapan tentang Perubahan Penetapan

Daerah Penghasil dan Dasar Perhitungan bagian Daerah Penghasil DbH sDA paling lambat

bulan oktober tahun anggaran bersangkutan. berdasarkan perubahan tersebut Kemenkeu

c.q. DJPK dapat melakukan perubahan terhadap PmK Perkiraan Alokasi DbH sDA. Hal

ini sesuai ketentuan PmK nomor 145/PmK.07/2013, yang menyatakan bahwa perkiraan

alokasi DbH sDA dapat diubah dalam hal terdapat:

a. Perubahan rencana penerimaan pajak dan PnbP yang mengakibatkan perubahan

alokasi DbH dalam uu mengenai APbn Perubahan lebih besar atau sama dengan 10%

(sepuluh persen);

Page 77: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152723... · Provinsi, Kabupaten dan Kota di Indonesia ... tabel 3.12 Jumlah Daerah Penerima DAK 2014

PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik kebijakan Transfer ke daerah Tahun 2014 III/65

b. Prognosa PnbP sDA yang mengakibatkan perubahan alokasi DbH sDA melebihi 5%

(lima persen) perkiraan alokasi secara nasional;

c. Perubahan data daerah penghasil dan dasar perhitungan bagian daerah penghasil

DbH sDA dan PnbP sDA; dan/atau

d. kesalahan hitung.

Penyaluran

berdasarkan PmK nomor 183/PmK.07/2013 tentang Pelaksanaan dan

Pertanggungjawaban Anggaran transfer ke Daerah, penyaluran DbH sDA dilakukan secara

triwulanan melalui pemindahbukuan dari RKun ke RKuD dengan rincian sebagai berikut:

- Triwulan I (maret) sebesar 20% PmK Perkiraan Alokasi

- Triwulan II (Juni)sebesar 20% PmK Perkiraan Alokasi

- Triwulan III (september)sebesar 30% Perkiraan Alokasi

- Triwulan IV (Desember)sebesar prognosa realisasi s.d triwulan iV dikurangi penyaluran

s.d triwulan iii

Gambar 3.1 Tahap Penyaluran DBH SDA

sumber: PmK 183/PmK.07/2013

Page 78: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152723... · Provinsi, Kabupaten dan Kota di Indonesia ... tabel 3.12 Jumlah Daerah Penerima DAK 2014

PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan PublikIII/66

Dalam rangka perhitungan DbH sDA triwulan iV, kementerian teknis terlebih dahulu

melakukan penghitungan prognosa realisasi penerimaan sDA sampai dengan akhir

tahun anggaran berjalan untuk masing-masing daerah penghasil melalui rekonsiliasi data

antara kementerian teknis bersama Kemenkeu dan daerah penghasil. Khusus untuk sDA

Migas dan Panas Bumi (WKP Eksisting), penghitungan final prognosa realisasi dilakukan

oleh Direktorat Jenderal Anggaran (DJA) karena harus diperhitungkan dengan faktor-

faktor pengurang perpajakan dan pungutan lainnya. Hasil prognosa realisasi dimaksud

disampaikan kepada Kemenkeu c.q. Dirjen PK paling lambat minggu pertama bulan

oktober sebagai dasar penghitungan penyaluran DbH sDA triwulan iV tahun anggaran

bersangkutan.

Dalam hal hasil prognosa dimaksud terdapat perubahan alokasi DbH sDA hingga

melebihi 5% (lima persen) dari perkiraan alokasi secara nasional, maka perlu dilakukan

perubahan PmK Perkiraan Alokasi sesuai dengan besaran prognosa realisasi. namun,

apabila perubahan alokasi tersebut masih dibawah 5%, maka PmK perkiraan Alokasi tidak

perlu diubah sehingga PmK Perkiraan Alokasi menjadi dasar penyaluran DbH sDA dalam

satu tahun anggaran.

Kurang/Lebih Bayar

mengingat bahwa penyaluran DbH sDA berdasarkan ketentuan uu 33/2004

didasarkan atas realisasi penerimaan yang baru akan diketahui pada tahun berikutnya,

maka jumlah DbH yang telah disalurkan berdasarkan perkiraan alokasi dapat melampaui

(lebih bayar) atau lebih rendah (kurang bayar) dari realisasi penerimaan. Hal ini dikarenakan

penetapan perkiraan alokasi DbH sDA dilakukan berdasarkan rencana penerimaan pada

awal tahun anggaran.

untuk mengetahui realisasi DbH sDA dalam satu tahun anggaran, DJPK melakukan

rekonsiliasi perhitungan realisasi alokasi DbH sDA untuk masing-masing daerah

provinsi, kabupaten dan kota terhadap data realisasi PNBP SDA yang disampaikan oleh

kementerian teknis. Data dimaksud disampaikan paling lambat 1 (satu) minggu setelah

hasil pemeriksaan laporan Keuangan Pemerintah Pusat (lKPP) dikeluarkan oleh bPK.

Dalam hal realisasi alokasi DbH sDA lebih besar dari perkiraan alokasi dan/atau perubahan

perkiraan alokasinya, maka terdapat kurang bayar DbH sDA. sedangkan apabila realisasi

alokasi DbH sDA yang lebih kecil dari perkiraan alokasi dan/atau perubahan perkiraan

alokasinya, maka terdapat lebih bayar DbH sDA. Alokasi kurang bayar dan lebih bayar DbH

Page 79: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152723... · Provinsi, Kabupaten dan Kota di Indonesia ... tabel 3.12 Jumlah Daerah Penerima DAK 2014

PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik kebijakan Transfer ke daerah Tahun 2014 III/67

SDA dimaksud akan ditetapkan dalam PMK yang merinci alokasi masing-masing provinsi,

kabupaten dan kota.

Dalam prosesnya, penyelesaian kurang bayar DbH sDA dalam satu tahun anggaran

dimulai dengan penganggaran alokasi kurang bayar dalam APbn/APbn-P. Adapun

penyelesaian atas lebih bayar DbH sDA dilakukan dengan memperhitungkan alokasi

DbH sDA dan/atau dana transfer lainnya masing-masing daerah untuk tahun anggaran

berikutnya.

Penghitungan Alokasi DBH Bagi DOB

Dalam tahun 2014 juga telah dialokasikan DbH untuk 15 (lima belas) Dob hasil

pembentukan tahun 2012 dan 2013 dengan ketentuan sebagai berikut:

Tabel 3.6 Perhitungan Alokasi DBH Bagi DOB

Jenis Penghitungan

DBH Pajak

• Alokasi DBH PPh Perorangan dan PBB non migas yang diperoleh daerah induk dibagi kepada DOB sesuai dengan rencana penerimaan;

• Alokasi DBH PBB Migas yang diperoleh daerah induk dibagi kepada DOB secara proporsional berdasarkan jumlah penduduk dan luas wilayah;

• Alokasi DBH Pajak hasil pemerataan yang diperoleh daerah induk dibagi kepada DOB secara merata;

• Alokasi DBH CHT yang diperoleh daerah induk dibagi kepada DOB secara proporsional berdasarkan jumlah penduduk.

DBH SDA • Alokasi DBH SDA yang diperoleh daerah induk penghasil SDA dibagi kepada DOB secara proporsional berdasarkan jumlah penduduk dan luas wilayah;

• Alokasi DBH SDA hasil pemerataan yang diperoleh daerah induk dibagi kepada DOB secara merata

sumber: Hasil Pembahasan APbn tA 2014

Page 80: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152723... · Provinsi, Kabupaten dan Kota di Indonesia ... tabel 3.12 Jumlah Daerah Penerima DAK 2014

PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan PublikIII/68

3.1.2. Dana Alokasi Umum

Kebijakan DAU Tahun 2014

Pagu DAu untuk tahun 2014 ditetapkan sebesar 26% dari Penerimaan Dalam negeri

(PDn) netto sesuai dengan uu nomor 33/2004 dengan penetapan proporsi pembagian

DAU untuk provinsi sebesar 10% dan kabupaten/kota sebesar 90%. Alokasi DAU untuk

tahun 2014 ditetapkan sebesar Rp341.219,33 miliar dengan pembagian Rp34.121,93 miliar

untuk provinsi dan Rp307.097,39 miliar untuk kabupaten/kota.

Perhitungan Alokasi DAU1) Parameter Williamson Index (Wi) digunakan untuk mengukur tingkat pemerataan

kemampuan keuangan antar daerah. Wi terpilih adalah Wi yang menggambarkan tingkat

pemerataan yang paling optimal, relatif lebih baik dari tahun lalu, dan memperhatikan

jumlah daerah yang mengalami penurunan DAu, serta total penurunannya relatif kecil.

2) Alokasi Dasar (AD) dihitung berdasarkan data jumlah Pegawai negeri sipil Daerah

(PnsD) dan besaran belanja gaji PnsD dengan memperhatikan kebijakan-kebijakan

terkait dengan perbaikan penghasilan Pns antara lain kenaikan gaji pokok, gaji bulan

ke-13, formasi Calon PnsD (CPnsD) tahun 2013, dan kebijakan-kebijakan lain terkait

penggajian. Adapun data dasar yang digunakan adalah data gaji induk bulan Juni

2013 yang terdiri dari komponen gaji Pokok, tunjangan Keluarga, tunjangan Jabatan,

tunjangan PPh, dan tunjangan beras.

3) Untuk lebih mengoptimalkan peranan formula celah fiskal (CF) dalam perhitungan

DAU porsi AD terhadap DAU secara nasional sebesar 40% untuk provinsi dan 49%

untuk kabupaten/kota. Komponen AD dalam DAu tidak dimaksudkan untuk menutup

seluruh kebutuhan belanja gaji PNSD, terlebih untuk daerah yang memiliki fiskal tinggi

(Penjabaran dari Pasal 32 UU 33/2004). Komposisi AD dan CF untuk provinsi dan

kabupaten/kota dapat dilihat sebagai berikut:

Page 81: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152723... · Provinsi, Kabupaten dan Kota di Indonesia ... tabel 3.12 Jumlah Daerah Penerima DAK 2014

PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik kebijakan Transfer ke daerah Tahun 2014 III/69

Tabel 3.7 Komposisi Alokasi Dasar dan Celah Fiskal

untuk Provinsi dan Kabupaten/Kota Tahun 2014

Porsi Persentase Alokasi

DAU Nasional 341.219,33

DAU Provinsi 10% 34.121,93

AD Provinsi 40% 34.121,93

CF Provinsi 60% 20.473,16

DAU Kabupaten/Kota 90% 307.097,39

AD Kabupaten/Kota 49% 150.477,72

CF Kabupaten/Kota 51% 156.619,67

sumber: DJPK, Kemenkeu

4) Data-data yang digunakan dalam penghitungan DAu adalah:

Tabel 3.8 Data dalam Perhitungan DAU

Jenis Data Basis Data Sumber/Keterangan

1. Belanja Gaji PNSD 2013 Daerah

2. Formasi CPNSD 2013 Kementerian Pendayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi

3. Jumlah penduduk 2013 BPS

4. Luas Wilayah 2013 • LuaswilayahdaratanditetapkandalamPeraturanMenteri Dalam Negeri Nomor 18 Tahun 2013 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan Daerah.

• Luaswilayahperairan(laut)yangbersumberdariBadanInformasi Geospasial (BIG). Data luas wilayah perairan laut dimaksud dihitung 4 mil dari garis pantai untuk kabupaten/kota dan 12 mil untuk provinsi.

5. IKK 2013 BPS

Page 82: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152723... · Provinsi, Kabupaten dan Kota di Indonesia ... tabel 3.12 Jumlah Daerah Penerima DAK 2014

PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan PublikIII/70

Jenis Data Basis Data Sumber/Keterangan

IKK digunakan sebagai proxy untuk mengukur tingkat kesulitangeografissuatudaerah,semakinsulitletakgeografissuatudaerahmakasemakintinggipulatingkatharga di daerah tersebut.

6. IPM 2012 BPS

IPM merupakan indikator komposit yang mengukur kualitas hidup manusia melalui pendekatan 3 (tiga) dimensi yaitu umur panjang dan sehat, pengetahuan, dan kehidupan yang layak. Indikator ini penting untuk mengukur keberhasilan dalam upaya membangun kualitas hidup manusia (masyarakat/penduduk) atau secara komprehensif dianggap sebagai ukuran kinerja suatu negara/wilayah dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi.

7. PDRB 2012 Untuk daerah dengan PDRB per kapita outlier atau pencilan, nilainya diperhitungkan untuk ditarik ke tingkat PDRB per kapita tertinggi di dalam layer dibawahnya agar hasil perhitungan lebih mencerminkan pemerataan yang lebih baik.

8. Belanja Rata-Rata 2012 Laporan Realisasi APBD dari Daerah dan Kementerian Keuangan

9. PAD 2012 Laporan Realisasi APBD dari Daerah dan Kementerian Keuangan

sumber: DJPK, Kemenkeu

5) Bobot masing-masing variabel untuk provinsi dan kabupaten/kota ditetapkan sebagai

berikut:

Tabel 3.9 Penetapan Bobot Variabel Kebutuhan Dan Kapasitas Fiskal

Dalam Penghitungan DAU Tahun 2014

Jenis DataBobot

KeteranganProvinsi Kab/Kota

Variabel Kebutuhan Fiskal

1. Indeks Jumlah Penduduk 30% 30%

Page 83: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152723... · Provinsi, Kabupaten dan Kota di Indonesia ... tabel 3.12 Jumlah Daerah Penerima DAK 2014

PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik kebijakan Transfer ke daerah Tahun 2014 III/71

Jenis DataBobot

KeteranganProvinsi Kab/Kota

2. Indeks Luas Wilayah 14% 13%

Untuk provinsi daratan dihitung 100% sedangkan perairan dihitung 35%.Kabupaten/kota daratan dihitung 100% sedangkan perairan dihitung 40%.

3. Indeks IKK 27% 28%

4. Indeks Invers IPM 15% 15%

5. Indeks PDRB 14% 14%

Variabel Kapasitas Fiskal

6. PAD 58% 60%

7. DBH:

a. Pajak 55% 57%

b. SDA 63% 57%

sumber: DJPK, Kemenkeu

3.1.2.3 Penghitungan DAU Untuk DOB

DAu untuk Dob dialokasikan setelah undang-undang pembentukan daerah disahkan.

Penghitungan DAu untuk Dob dilakukan setelah tersedia data AD dan CF, apabila data

tidak tersedia penghitungan DAu dilakukan dengan membagi secara proporsional (split)

dengan DAu daerah induk. Penghitungan split tersebut dilakukan dengan menggunakan

data jumlah penduduk, luas wilayah, dan belanja pegawai. Dalam hal tidak tersedia data

belanja pegawai atau jumlah pegawai PnsD, maka dipergunakan data jumlah penduduk

dan luas wilayah.

Penghitungan split DAu tahun 2014 diterapkan kepada 15 Dob yang terdiri dari 1 Dob

provinsi dan 14 DOB kabupaten, karena masih menjadi beban fiskal daerah induk. Namun

demikian, ke-15 Dob tersebut akan dihitung secara mandiri untuk penghitungan DAu tahun

2015. Ke-15 DOB pada tahun 2015 sudah menjadi beban fiskal nasional, karena DOB akan

cenderung menyerap lebih banyak alokasi.

Page 84: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152723... · Provinsi, Kabupaten dan Kota di Indonesia ... tabel 3.12 Jumlah Daerah Penerima DAK 2014

PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan PublikIII/72

Tabel 3.10 Daerah Otonomi Baru

No Daerah Otonomi Baru Provinsi Daerah Induk Dasar Pembentukan

Tahun 2012

1. Provinsi Kalimantan Utara Kalimantan Utara Kalimantan Timur UU No. 20 Tahun 2012

2. Kab. Pangandaran Jawa Barat Kab. Ciamis UU No. 21 Tahun 2012

3. Kab. Pesisir Barat Lampung Kab. Lampung Utara UU No. 22 Tahun 2012

4. Kab. Manokwari Selatan Papua Barat Kab. Manokwari UU No. 23 Tahun 2012

5. Kab. Pegunungan Arfak Papua Barat Kab. Manokwari UU No. 24 Tahun 2012

Tahun 2013

1. Kab. Mahakam Ulu Kalimantan Timur Kab. Kutai Barat UU No. 2 Tahun 2013

2. Kab. MalakaNusa Tenggara Timur

Kab. Belu UU No. 3 Tahun 2013

3. Kab. Mamuju Tengah Sulawesi Barat Kab. Mamuju UU No. 4 Tahun 2013

4. Kab. Banggai Laut Sulawesi Tengah Kab. Banggai Kep UU No. 5 Tahun 2013

5. Kab. Pulau Taliabu Maluku Utara Kab. Kep Sula UU No. 6 Tahun 2013

6.Kab. Penukal Abab Lematang Ilir

Sumatera Selatan Kab. Muara Enim UU No. 7 Tahun 2013

7. Kab. Kolaka Timur Sulawesi Tenggara Kab. Kolaka UU No. 8 Tahun 2013

8. Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah Kab. Morowali UU No. 12 Tahun 2013

9. Kab. Konawe Kepulauan Sulawesi Tenggara Kab. Konawe UU No. 13 Tahun 2013

10. Kab. Musi Rawas Utara Sumatera Selatan Kab. Musi Rawas UU No. 14 Tahun 2013

sumber: DJPK, Kemenkeu

3.1.3. Dana Alokasi Khusus (DAK)

Kebijakan DAK Tahun 2014

Arah kebijakan umum DAK tahun 2014 adalah sebagai berikut :

1. Membantu daerah dalam penyediaan sarana dan prasarana fisik pelayanan dasar

masyarakat untuk mendorong pencapaian standar Pelayanan minimal (sPm).

Page 85: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152723... · Provinsi, Kabupaten dan Kota di Indonesia ... tabel 3.12 Jumlah Daerah Penerima DAK 2014

PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik kebijakan Transfer ke daerah Tahun 2014 III/73

2. membantu daerah dalam membiayai kegiatan tertentu dalam rangka pencapaian

sasaran prioritas nasional.

3. menyempurnakan penyusunan kebijakan DAK yang berbasis hasil (output) sesuai

dengan Rencana Pembangunan Jangka menengah nasional (RPJmn).

4. meningkatkan koordinasi penyusunan Petunjuk teknis (Juknis) agar lebih tepat sasaran

dan tepat waktu.

5. meningkatkan sinkronisasi dan sinergitas pelaksanaan DAK baik di pusat maupun di

daerah.

6. meningkatkan transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan DAK melalui

koordinasi perencanaan dan pengelolaan DAK di berbagai tingkatan pemerintahan

(mulai dari musyawarah Perencanaan Pembangunan Daerah/musrenbangda);

7. mendukung upaya percepatan pelaksanaan kegiatan di daerah dalam rangka

mewujudkan output dan outcome yang diharapkan;

8. menggunakan kinerja pelaporan pelaksanaan DAK dari daerah sebagai salah satu

pertimbangan dalam pengalokasian DAK;

9. Meningkatkan koordinasi dan kualitas pemantauan dan evaluasi pelaksanaan DAK.

sejalan dengan arah kebijakan dimaksud, DAK tahun 2014 dialokasikan sebesar

Rp33,0 triliun, terdiri dari:

1. DAK sebesar Rp30,2 triliun yang dialokasikan kepada daerah-daerah yang memenuhi

kriteria umum, kriteria khusus, dan kriteria teknis, serta diperuntukkan bagi 19

(sembilan belas) bidang, yaitu (1) Pendidikan; (2) Kesehatan; (3) infrastruktur Jalan; (4)

infrastruktur irigasi; (5) infrastruktur Air minum; (6) infrastruktur sanitasi; (7) Prasarana

Pemerintahan Daerah; (8) Kelautan dan Perikanan; (9) Pertanian; (10) lingkungan

Hidup; (11) Keluarga berencana; (12) Kehutanan; (13) sarana Perdagangan; (14)

energi Perdesaan; (15) transportasi Perdesaan; (16) sarana dan Prasarana Daerah

tertinggal; (17) sarana dan Prasarana Kawasan Perbatasan; (18) Perumahan dan

Permukiman; serta (19) Keselamatan transportasi Darat.

2. DAK Tambahan sebesar Rp2,8 triliun yang dialokasikan sebagai affirmative policy

kepada daerah tertinggal, dan digunakan untuk mendanai kegiatan di bidang

infrastruktur jalan, infrastruktur irigasi, infrastruktur air minum, dan infrastruktur sanitasi.

Page 86: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152723... · Provinsi, Kabupaten dan Kota di Indonesia ... tabel 3.12 Jumlah Daerah Penerima DAK 2014

PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan PublikIII/74

Adapun alokasi DAK tahun 2014 dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 3.11 Alokasi DAK Tahun 2014

dalam juta rupiah

No. BIDANG DAK DAK Tambahan TOTAL

1 Pendidikan 10.041.300 - 10.041.300

2 Kesehatan 3.129.900 - 3.129.900

3 Infrastruktur Jalan 4.414.630 1.691.130 6.105.760

4 Infrastruktur Irigasi 1.654.980 633.980 2.288.960

5 Infrastruktur Air Minum 640.110 245.210 885.320

6 Infrastruktur Sanitasi 599.580 229.680 829.260

7 Prasarana Pemerintahan Daerah 499.740 - 499.740

8 Kelautan dan Perikanan 1.851.910 - 1.851.910

9 Pertanian 2.579.560 - 2.579.560

10 Lingkungan Hidup 548.100 - 548.100

11 Keluarga Berencana 462.910 - 462.910

12 Kehutanan 558.460 - 558.460

13 Sarana dan Prasarana Daerah Tertinggal 754.740 - 754.740

14 Sarana Perdagangan 730.990 - 730.990

15 Energi Pedesaan 467.940 - 467.940

16 Perumahan dan Permukiman 234.800 - 234.800

17 Keselamatan Transportasi Darat 235.940 - 235.940

18 Transportasi Perdesaan 301.340 - 301.340

19 Sarana dan Prasarana Kawasan Perbatasan 493.070 - 493.070

Total 30.200.000 2.800.000 33.000.000

sumber : Kementerian Keuangan, 2013

Dengan adanya affirmative policy melalui DAK tambahan tersebut, distribusi alokasi

DAK di 183 daerah tertinggal mencapai Rp15.299,1 miliar, atau 49,19 persen dari total

alokasi DAK sebesar Rp33.000 miliar. Dengan jumlah alokasi yang mencapai 49,19 persen

tersebut, rata-rata alokasi DAK yang diterima oleh masing-masing daerah mencapai

Page 87: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152723... · Provinsi, Kabupaten dan Kota di Indonesia ... tabel 3.12 Jumlah Daerah Penerima DAK 2014

PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik kebijakan Transfer ke daerah Tahun 2014 III/75

Rp83,60 miliar, yang berarti lebih tinggi apabila dibandingkan dengan rata-rata alokasi DAK

yang diterima oleh masing-masing daerah non-tertinggal sebesar Rp50,65 miliar.

sementara itu, sejalan dengan affirmative policy tersebut, juga ditetapkan kebijakan

penyediaan dana pendamping untuk DAK tambahan bagi daerah tertinggal sebagai

berikut:

1. Kemampuan Keuangan Daerah rendah Sekali, diwajibkan menyediakan dana

pendamping minimal 0% (nol persen);

2. Kemampuan Keuangan Daerah rendah, diwajibkan menyediakan dana pendamping

minimal 1% (satu persen);

3. Kemampuan Keuangan Daerah Sedang, diwajibkan menyediakan dana pendamping

minimal 2% (dua persen);

4. Kemampuan Keuangan Daerah tinggi, diwajibkan menyediakan dana pendamping

minimal 3% (tiga persen);

selanjutnya, jumlah alokasi, arah kebijakan, dan ruang lingkup kegiatan untuk masing-

masing bidang DAK adalah sebagai berikut:

1. DAK Bidang Pendidikan

Dialokasikan sebesar Rp10.041,30 miliar, terdiri dari alokasi untuk:

- sekolah Dasar (sD) sebesar Rp4.016,52 miliar;

- sekolah menengah Pertama (smP) sebesar Rp2.510,33 miliar;

- sekolah menengah Atas (smA) sebesar Rp1.506,20 miliar; dan

- sekolah menengah Kejuruan (smK) sebesar Rp2.008,26 miliar.

arah kebijakan: mendukung penuntasan program wajib belajar pendidikan dasar

9 (sembilan) tahun yang bermutu dan merata, serta mendukung pelaksanaan program

Pendidikan Menengah Universal. DAK Bidang Pendidikan TA 2014 diprioritaskan untuk

pembangunan ruang kelas baru beserta perabotnya bagi sekolah yang kekurangan

ruang kelas, rehabilitasi ruang kelas rusak beserta perabotnya, pembangunan ruang

perpustakaan beserta perabotnya, pembangunan ruang belajar lainnya, penyediaan buku

teks pelajaran/perpustakaan/referensi, dan penyediaan sarana penunjang mutu pendidikan

Page 88: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152723... · Provinsi, Kabupaten dan Kota di Indonesia ... tabel 3.12 Jumlah Daerah Penerima DAK 2014

PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan PublikIII/76

yang cukup, layak, dan merata. sasaran program DAK bidang Pendidikan tA 2014 meliputi

sD/sDlb, smP/smPlb, dan smA/smK baik negeri maupun swasta, yang secara bertahap

diarahkan dalam rangka pemenuhan sPm pendidikan dasar dan pendidikan menengah.

lingkup kegiatan: DAK bidang Pendidikan untuk jenjang sD/sDlb, smP/smPlb,

dan smA/smlb/smK adalah: (1) rehabilitasi ruang kelas/ruang belajar yang rusak beserta

perabotnya (dapat digunakan untuk membangun rumah/asrama guru, apabila rehabilitasi

ruang kelas/ruang belajar telah selesai); (2) pembangunan ruang kelas baru beserta

perabotnya (termasuk sanitasi sekolah); (3) pembangunan ruang belajar lainnya beserta

perabotnya; (4) pembangunan ruang perpustakaan beserta perabotnya; (5) pembangunan

laboratorium; (6) pengadaan buku teks/buku referensi kurikulum 2013; (7) pengadaan

peralatan laboratorium; (8) pengadaan peralatan pendidikan; (9) pengadaan sarana

peningkatan mutu pendidikan (termasuk olahraga dan kesenian); (10) pembangunan ruang

penunjang dan prasarana pendukung.

2. DAK Kesehatan

Dialokasikan sebesar Rp3.129,90 miliar, terdiri dari alokasi untuk:

- Pelayanan Dasar sebesar Rp1.251,60 miliar;

- Pelayanan Rujukan untuk provinsi sebesar Rp121,19 miliar;

- Pelayanan Rujukan untuk kabupaten/kota sebesar Rp656,42 miliar;

- Pelayanan Kefarmasian untuk provinsi sebesar Rp59,00 miliar; dan

- Pelayanan Kefarmasian untuk kabupaten/kota sebesar Rp1.041,69 miliar;

arah kebijakan: meningkatkan akses dan kualitas pelayanan kesehatan dasar,

pelayanan kesehatan rujukan dan pelayanan kefarmasian dalam rangka akselerasi

pencapaian Millenium Development Goals (mDgs) yang difokuskan untuk menurunkan

angka kematian ibu, angka kematian bayi dan anak, penanggulangan masalah gizi serta

pengendalian penyakit (menular dan tidak menular) dan penyehatan lingkungan terutama

bagi penduduk miskin dan penduduk di Daerah tertinggal, Perbatasan, dan Kepulauan

(DtPK) melalui peningkatan sarana, prasarana, dan peralatan kesehatan di Pos Kesehatan

Desa (Poskesdes), Puskesmas dan jaringannya, Rumah Sakit Provinsi/Kabupaten/Kota

serta penyediaan dan pengelolaan obat, perbekalan kesehatan, vaksin, yang berkhasiat,

Page 89: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152723... · Provinsi, Kabupaten dan Kota di Indonesia ... tabel 3.12 Jumlah Daerah Penerima DAK 2014

PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik kebijakan Transfer ke daerah Tahun 2014 III/77

aman, dan bermutu untuk mendukung pelaksanaan sistem Jaminan sosial nasional (sJsn)

bidang Kesehatan tahun 2014.

lingkup kegiatan: (1) pelayanan kesehatan dasar yakni pemenuhan sarana,

prasarana, dan peralatan bagi Poskesdes, Puskesmas, dan jaringannya meliputi: (a)

pembangunan Puskesmas Pembantu (Pustu) dan Puskesmas di Daerah terpencil

Perbatasan dan Kepulauan (DtPK), (b) peningkatan Puskesmas menjadi Puskesmas

Perawatan di wilayah terpencil/sangat terpencil di DtPK dan peningkatan Puskesmas

menjadi mampu Puskesmas dengan Pelayanan obstetri neonatal emergensi Dasar

(PoneD), (c) pembangunan sarana instalasi Pengolahan limbah, (d) rehabilitasi Puskemas

karena rusak berat atau rehabilitasi total, (e) perawatan, termasuk rumah dinas dokter dan

paramedis, (f) penyediaan alat kesehatan, (g) penyediaan Puskesmas Keliling (Roda 4 dan

Pusling Perairan), (h) pembangunan Pos Kesehatan Desa (Poskesdes)/Pos Pembinaan

terpadu (Posbindu); (2) pelayanan kesehatan rujukan yakni pemenuhan/pengadaan

sarana, prasarana, dan peralatan Rumah Sakit Provinsi/Kabupaten/Kota meliputi: (a)

pemenuhan sarana, prasarana, dan peralatan tempat tidur Kelas iii, (b) pemenuhan

sarana, prasarana, dan peralatan instalasi gawat Darurat (igD), (c) pemenuhan sarana,

prasarana, dan peralatan Intensive Care Unit (iCu), (d) pemenuhan sarana, prasarana,

dan peralatan Pelayanan obstetri neonatal emergensi Komprehensif (PoneK) Rumah

sakit, (e) pemenuhan sarana, prasarana, dan peralatan instalasi Pengolah limbah (iPl),

(f) pemenuhan sarana dan prasarana unit transfusi Darah (utD) di Rs/bank Darah Rumah

sakit (bDRs), (g) Pemenuhan Peralatan Kalibrasi di Rs; (3) pelayanan kefarmasian, antara

lain meliputi (a) penyediaan obat dan perbekalan kesehatan untuk fasilitas pelayanan

kesehatan dasar untuk kabupaten/kota yang mengacu pada Daftar obat esensial nasional

(Doen), (b) pembangunan baru/rehabilitasi dan/atau penyediaan sarana pendukung

instalasi Farmasi Kabupaten/Kota, (c) pembangunan baru/rehabilitasi dan/atau penyediaan

sarana pendukung Instalasi Farmasi Provinsi.

3. DAK Infrastruktur Jalan

Dialokasikan sebesar Rp6.105,76 miliar, terdiri dari alokasi untuk:

- provinsi sebesar Rp662,19 miliar;

- kabupaten/kota sebesar Rp3.752,44 miliar. dan

- DAK Tambahan untuk affirmative policy kepada daerah tertinggal sebesar Rp1.691,13

miliar.

Page 90: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152723... · Provinsi, Kabupaten dan Kota di Indonesia ... tabel 3.12 Jumlah Daerah Penerima DAK 2014

PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan PublikIII/78

arah kebijakan: (1) mempertahankan dan meningkatkan kinerja pelayanan prasarana

jalan provinsi, kabupaten dan kota yang menghubungkan outlet pelabuhan dan bandara

dalam memperlancar distribusi penumpang, barang jasa, serta hasil produksi yang

mendukung sektor pertanian, industri, dan pariwisata sehingga dapat memperlancar

pertumbuhan ekonomi regional, (2) menunjang aksesibilitas dan keterhubungan wilayah

(domestic connectivity) dalam mendukung pengembangan koridor ekonomi wilayah/

kawasan (masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan ekonomi indonesia/mP3ei),

(3) menangani Jalan dan Jembatan melalui alokasi DAK diarahkan untuk pemeliharaan

Jalan Provinsi, Jalan Kabupaten, dan Jalan Kota dan pembangunan Jalan Provinsi, Jalan

Kabupaten, Jalan Kota secara selektif, (4) mendukung kebijakan keberpihakan (affirmative

policy) untuk pembangunan daerah tertinggal dan kawasan perbatasan, (5) mendukung

pemenuhan sasaran Prioritas Rencana Pembangunan Jangka menengah nasional

(RPJmn) 2010-2014 khususnya Prioritas nasional 6 di bidang infrastruktur.

lingkup kegiatan: (1) Jalan: pemeliharaan berkala, rehabilitasi, peningkatan

struktur, dan pembangunan Jalan Provinsi/Kabupaten/Kota, (2) Jembatan: pemeliharaan,

rehabilitasi, penggantian, dan pembangunan di Jalan Provinsi/ Kabupaten/Kota, (3) Jalan

Provinsi merupakan jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan primer yang menghubungkan

Ibukota Provinsi dengan Ibukota Kabupaten/Kota, atau antar Ibukota Kabupaten/Kota;

dan Jalan strategis (4) Jalan Kabupaten merupakan jalan lokal dalam sistem jaringan

jalan primer selain Jalan Nasional dan Jalan Provinsi yang menghubungkan Ibukota antar

Kabupaten dengan ibukota Kecamatan, antar-ibukota Kecamatan, ibukota Kabupaten

dengan Pusat Kegiatan lokal, antar Pusat Kegiatan lokal, serta jalan umum dalam

sistem jaringan jalan sekunder dalam Wilayah Kabupaten, dan Jalan strategis Kabupaten,

(5) Jalan Kota merupakan jalan umum dalam sistem jaringan jalan sekunder yang

menghubungkan antarpusat pelayanan dalam kota, menghubungkan pusat pelayanan

dalam kota, menghubungkan pusat pelayanan dengan persil, menghubungkan antarpersil,

serta menghubungkan antarpusat permukiman yang berada di dalam kota.

4. DAK Infrastruktur Irigasi

Dialokasikan sebesar Rp2.288,96 miliar, terdiri dari alokasi untuk:

- provinsi sebesar Rp496,49 miliar;

- kabupaten/kota sebesar Rp1.158,49 miliar, dan

Page 91: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152723... · Provinsi, Kabupaten dan Kota di Indonesia ... tabel 3.12 Jumlah Daerah Penerima DAK 2014

PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik kebijakan Transfer ke daerah Tahun 2014 III/79

- DAK Tambahan untuk affirmative policy kepada daerah tertinggal sebesar Rp633,98

miliar

arah kebijakan: (1) mengembalikan fungsi dan meningkatkan kinerja layanan jaringan

irigasi/rawa kewenangan pemerintah provinsi dan kabupaten/kota untuk mendukung

sasaran Prioritas nasional di bidang Ketahanan Pangan yaitu Peningkatan Produksi beras

nasional (P2bn) surplus beras 10 Juta ton pada tahun 2014, (2) penanganan jaringan

irigasi melalui alokasi DAK diarahkan untuk pencapaian SPM provinsi/kabupaten/kota,

(3) mendukung kebijakan keberpihakan (affirmative policy) untuk pembangunan daerah

tertinggal dan kawasan perbatasan.

lingkup kegiatan: Dalam rangka mendukung kebijakan Peningkatan Produksi beras

nasional (P2bn) surplus beras 10 Juta ton, pelaksanaan DAK bidang irigasi difokuskan

kepada rehabilitasi jaringan irigasi/rawa kewenangan Pemprov dan kabupaten/kota yang

dalam kondisi rusak. Pemanfaatan DAK bidang irigasi tidak dapat digunakan untuk

membiayai Operasi dan Pemeliharaan (OP). Pemerintah provinsi dan kab./kota sebagai

penerima DAK bidang irigasi bertanggung jawab dalam pelaksanaan oP irigasi yang

menjadi kewenangannya sehingga harus dialokasikan dalam APbD masing-masing.

5. DAK Infrastruktur Air Minum

Dialokasikan sebesar Rp885,32 miliar, termasuk di dalamnya DAK tambahan Rp245,21

miliar dalam rangka affirmative policy kepada daerah tertinggal.

arah kebijakan: (1) meningkatkan cakupan pelayanan air minum layak dalam rangka

percepatan pencapaian target mDgs untuk meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat

dan memenuhi sPm penyediaan air minum di kawasan perkotaan, perdesaan, termasuk

daerah tertinggal, (2) mendukung kebijakan keberpihakan (affirmative policy) untuk

pembangunan daerah tertinggal dan kawasan perbatasan, (3) mendukung pemenuhan

sasaran Prioritas RPJmn 2010-2014 khususnya Prioritas nasional 3 di bidang Kesehatan

dan Prioritas nasional 4 di bidang Penanggulangan Kemiskinan.

lingkup kegiatan: (1) perluasan dan peningkatan jaringan distribusi sampai dengan

retikulasi termasuk sambungan rumah (sR) bagi masyarakat berpenghasilan Rendah

(mbR) dan masyarakat yang belum terlayani air minum, dengan sasaran adalah kabupaten/

kota yang memiliki kapasitas yang tidak terpakai (idle capacity) yang memadai untuk

dibangun sR perpipaan, (2) pemasangan sistem meter Komunal (master meter) untuk

Page 92: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152723... · Provinsi, Kabupaten dan Kota di Indonesia ... tabel 3.12 Jumlah Daerah Penerima DAK 2014

PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan PublikIII/80

mbR khususnya yang bermukim di kawasan kumuh perkotaan dengan sasaran adalah

kabupaten/kota yang memiliki idle capacity yang memadai untuk dibangun sistem meter

Komunal termasuk sR perpipaan; dan (3) pembangunan sistem Penyediaan Air minum

(sPAm) Perdesaan dengan sasaran adalah desa-desa dengan sumber air baku yang relatif

mudah.

6. DAK Infrastruktur Sanitasi

Dialokasikan sebesar Rp829,26 miliar, termasuk di dalamnya DAK tambahan Rp229,68

miliar dalam rangka affirmative policy kepada daerah tertinggal.

arah kebijakan: (1) mempercepat pemenuhan pelayanan akses aman sanitasi melalui

penyediaan prasarana sarana yang mencakup pengelolaan air limbah dan persampahan

untuk meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat dan memenuhi sPm penyediaan

sanitasi; (2) mendukung kebijakan keberpihakan (affirmative policy) untuk pembangunan

daerah tertinggal dan kawasan perbatasan, (3) mendukung pemenuhan sasaran Prioritas

RPJmn 2010-2014 khususnya Prioritas nasional 3 di bidang Kesehatan dan Prioritas

nasional 4 di bidang Penanggulangan Kemiskinan.

lingkup kegiatan: (1) subbidang air limbah: pembangunan dan pengembangan

prasarana dan sarana air limbah skala lingkungan/kawasan atau skala kota; dan (2)

subbidang persampahan: pembangunan dan pengembangan fasilitas pengelolaan sampah

yang terintegrasi dengan sistem pengelolaan sampah kota.

7. DAK Prasarana Pemerintahan Daerah

Dialokasikan sebesar Rp499,74 miliar, terdiri dari alokasi untuk:

- provinsi sebesar Rp19,99 miliar; dan

- kabupaten/kota sebesar Rp479,75 miliar.

arah kebijakan: meningkatkan kinerja pemerintahan daerah dalam menyelenggarakan

pelayanan publik di daerah pemekaran, daerah induk, daerah yang terkena dampak

pemekaran, serta daerah lainnya yang prasarana pemerintahannya belum layak

dan memadai. DAK Prasarana Pemerintahan Daerah diharapkan dapat membantu

penyelenggaraan dan pencapaian sPm dalam hal penyediaan prasarana pemerintahan.

Prasarana tersebut selain untuk meningkatkan kredibilitas Pemda, diharapkan juga

Page 93: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152723... · Provinsi, Kabupaten dan Kota di Indonesia ... tabel 3.12 Jumlah Daerah Penerima DAK 2014

PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik kebijakan Transfer ke daerah Tahun 2014 III/81

mendukung sasaran dan indikator keberhasilan reformasi birokrasi dan tata kelola yang

merupakan Prioritas nasional, melalui peningkatan kualitas pelayanan publik kepada

masyarakat (integritas pelayanan publik di daerah). untuk keberlanjutan atas pemanfaatan

kegiatan, Pemda melalui satuan Kerja Perangkat Daerah (sKPD) terkait harus menyatakan

komitmennya untuk menyediakan biaya operasional dan pemeliharaan dari lingkup kegiatan

yang ada, sesuai dengan umur ekonomis bangunan.

lingkup kegiatan: (1) Pembangunan/perluasan gedung kantor gubernur/ bupati/

walikota, (2) Pembangunan/perluasan gedung kantor sekretariat daerah provinsi/kab/

kota, (3) Pembangunan/perluasan gedung kantor DPRD provinsi/kab/kota dan sekretariat

DPRD provinsi/kab/kota; dan (4) Pembangunan/perluasan gedung kantor inspektorat

daerah provinsi/kab/kota, (5) Pembangunan/perluasan gedung kantor Badan Perencanaan

Pembangunan Daerah (Bappeda) provinsi/kab/kota, (6) Pembangunan/perluasan gedung

kantor dinas daerah provinsi/kab/kota, (7) Pembangunan/perluasan gedung kantor lembaga

teknis daerah provinsi/ kab/kota, (8) Pembangunan/perluasan gedung kantor kecamatan

di kab/kota, (9) Pembangunan/perluasan gedung kantor di provinsi yang pembentukan

perangkat dan kelembagaannya diatur dalam peraturan perundang-undangan.

8. DAK Kelautan dan Perikanan (DAK KP)

Dialokasikan sebesar Rp1.851,91 miliar, terdiri dari alokasi untuk:

- provinsi sebesar Rp187,50 miliar; dan

- kabupaten/kota sebesar Rp1.664,41 miliar.

arah kebijakan: meningkatkan sarana dan prasarana produksi, pengolahan,

mutu, pemasaran, pengawasan, penyuluhan, data statistik dalam rangka mendukung

industrialisasi kelautan dan perikanan dan minapolitan, serta penyediaan sarana prasarana

terkait dengan pengembangan kelautan dan perikanan di pulau-pulau kecil.

lingkup kegiatan: DAK KP Provinsi: untuk penyediaan kapal perikanan >30 Gross

ton (gt); DAK KP Kabupaten/Kota: (1) pengembangan sarana dan prasarana perikanan

tangkap, (2) pengembangan sarana dan prasarana perikanan budidaya, (3) pengembangan

sarana dan prasarana pengolahan, peningkatan mutu, dan pemasaran hasil perikanan,

(4) pengembangan sarana dan prasarana dasar di pesisir dan pulau-pulau kecil, (5)

pengembangan sarana dan prasarana pengawasan sumber daya kelautan dan perikanan,

Page 94: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152723... · Provinsi, Kabupaten dan Kota di Indonesia ... tabel 3.12 Jumlah Daerah Penerima DAK 2014

PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan PublikIII/82

(6) pengembangan sarana dan prasarana penyuluhan perikanan, dan (7) pengembangan

sarana penyediaan data statistik kelautan dan perikanan.

9. DAK Pertanian

Dialokasikan sebesar Rp2.579,56 miliar, terdiri dari alokasi untuk:

- provinsi sebesar Rp250,00 miliar; dan

- kabupaten/kotasebesar Rp2.329,56 miliar.

arah kebijakan: mendukung pencapaian target surplus beras 10 juta ton tahun

2014, dan peningkatan produksi komoditas pertanian strategis lainnya, dengan melakukan

refocusing kegiatan DAK bidang Pertanian 2014 pada pembangunan/perbaikan prasarana

dan sarana dasar pertanian di provinsi dan kabupaten/kota.

lingkup kegiatan: DAK Pertanian Provinsi (1) Pembangunan/rehabilitasi/ renovasi

unit Pelaksana teknis Daerah (uPtD) Perbenihan dan sarana pendukungnya, (2)

Pembangunan/rehabilitasi/renovasi UPTD Proteksi Tanaman dan sarana pendukungnya,

(3) Pembangunan/rehabilitasi/renovasi UPTD Perbibitan dan Laboratorium Kesehatan

Hewan dan sarana pendukungya; DAK Pertanian Kabupaten/Kota (1) Pengembangan

Prasarana dan sarana Air mendukung tanaman Pangan: (a) irigasi Air tanah; (b) irigasi

Air Permukaan; (c) embung; (d) Dam Parit, (2) Pengembangan Prasarana dan sarana

Jalan Pertanian (Jalan usaha tani dan Jalan Produksi), (3) Pembangunan/Rehabilitasi/

Renovasi Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) di kecamatan dan Penyediaan Sarana

Penyuluhan Pertanian, (4) Pembangunan lumbung Pangan masyarakat dan/atau sarana

pendukungnya, (5) Pembangunan/rehabilitasi/renovasi Balai Perbenihan dan Perbibitan

serta sarana pendukungnya, (6) Pembangunan/rehabilitasi/renovasi Tempat Penampungan

susu dan Rumah Potong unggas serta sarana pendukungnya.

10. DAK Lingkungan Hidup

Dialokasikan sebesar Rp548,10 miliar.

arab kebijakan: (1) mendorong pelaksanaan sPm bidang lingkungan Hidup daerah,

(2) mendorong penguatan kapasitas kelembagaan/institusi pengelola lingkungan hidup

di daerah, dengan prioritas meningkatkan sarana dan prasarana lingkungan hidup yang

difokuskan pada kegiatan pencegahan pencemaran lingkungan, (3) menunjang percepatan

Page 95: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152723... · Provinsi, Kabupaten dan Kota di Indonesia ... tabel 3.12 Jumlah Daerah Penerima DAK 2014

PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik kebijakan Transfer ke daerah Tahun 2014 III/83

penanganan masalah lingkungan hidup di daerah, (4) mendukung kegiatan yang terkait

dengan upaya adaptasi dan mitigasi perubahan iklim.

lingkup kegiatan: (1) pengadaan peralatan laboratorium permanen untuk uji kualitas

air, udara emisi sumber bergerak, udara emisi sumber tidak bergerak, udara ambient, dan

tanah, (2) pengadaan peralatan portable untuk uji kualitas air, udara emisi, dan tanah,

(3) pengadaan kendaraan operasional roda empat untuk pemantauan dan pengawasan

lingkungan, (4) pengadaan sarana dan prasarana pengolahan air limbah untuk: (a). instalasi

Pengolah Air limbah (iPAl) uKm; (b). iPAl Komunal; (c). iPAl Puskesmas; (d). Pengolah

sampah dengan prinsip 3R (reuse, recycle, recovery), (5) pengadaan sarana dan prasarana

pengelolaan sampah dengan prinsip 3R di tempat penampungan sampah sementara,

fasilitas umum, dan fasilitas sosial, serta sekolah-sekolah, (6) Pembuatan taman Kehati/

taman Hijau/Ruang terbuka Hijau, (7) Pengadaan unit pengolah limbah organik menjadi

biogas, (8) Pembuatan sumur resapan, (9) Pembuatan lubang resapan biopori, (10)

Pembuatan embung (kolam tampungan air), (11) Penanaman pohon di sekitar mata air,

sempadan sungai, dan danau, (12) Pengadaan pengolah gulma (tanaman pengganggu)

dan pembuatan media tanam (bitumen), (13) Pengadaan penangkap endapan (sediment

trap) vegetatif, dan (14) Pengadaan pencegah longsor ramah lingkungan.

11. DAK Keluarga Berencana (KB)

Dialokasikan sebesar Rp462,91 miliar.

arah kebijakan: untuk meningkatkan akses dan kualitas pelayanan Kb yang

merata, yang dilakukan melalui: a) peningkatan daya jangkau dan kualitas penyuluhan,

penggerakan, pembinaan program Kb lini lapangan, b) peningkatan sarana dan prasarana

pelayanan KB, c) peningkatan sarana pelayanan advokasi, komunikasi, informasi, dan

edukasi (Kie) Program Kb, d) peningkatan sarana pembinaan tumbuh kembang anak; dan

e) peningkatan pelaporan dan pengolahan data dan informasi berbasis teknologi informasi.

lingkup kegiatan: (1) Penyediaan sarana kerja dan mobilitas serta sarana

pengelolaan data dan informasi berbasis teknologi informasi bagi tenaga lini lapangan, (2)

Pemenuhan sarana pelayanan Kb di klinik Kb (statis) dan sarana dan prasarana pelayanan

Kb keliling dan pembangunan gudang alat/obat kontrasepsi, (3) Penyediaan sarana dan

prasarana penerangan Kb keliling, pengadaan public address dan Kie kit, (4) Penyediaan

Page 96: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152723... · Provinsi, Kabupaten dan Kota di Indonesia ... tabel 3.12 Jumlah Daerah Penerima DAK 2014

PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan PublikIII/84

Bina Keluarga Balita (BKB) kit, (5) Pembangunan/renovasi Balai Penyuluhan KB tingkat

kecamatan, dan (6) penyediaan kendaraan pendistribusian alokon/pengangkut akseptor.

12. DAK Kehutanan

Dialokasikan sebesar Rp558,46 miliar, terdiri dari alokasi untuk:

- provinsi sebesar Rp27,92 miliar; dan

- kabupaten/kota sebesar Rp530,54 miliar.

arah kebijakan: (1) Peningkatan operasionalisasi Kesatuan Pengelolaan Hutan

lindung (KPHl) dan Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP), (2) Peningkatan Daya

Dukung Daerah Aliran sungai (DAs), (3) Perlindungan Hutan dan Kawasan esensial, (4)

Pemberdayaan masyarakat.

lingkup kegiatan: (1) operasionalisasi Kesatuan Pengelolaan Hutan lindung dan

Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi, (2) Rehabilitasi Hutan dan lahan, (3) Pemeliharaan

dan pengamanan tanaman hasil rehabilitasi tahun sebelumnya (t-2) dan t-1), (4)

Peningkatan penyediaan sarana dan prasarana pengamanan hutan, (5) Peningkatan

penyediaan sarana dan prasarana penyuluhan kehutanan.

13. DAK Sarana Perdagangan:

Dialokasikan sebesar Rp730,99 miliar, terdiri dari alokasi untuk:

- Pasar sebesar Rp560,99 miliar;

- gudang sebesar Rp90,00 miliar;

- metrologi untuk propinsi sebesar Rp38,00 miliar; dan

- metrologi untuk kabupaten/kota sebesar Rp42,00 miliar

arah kebijakan: meningkatkan kuantitas dan kualitas sarana perdagangan untuk

meningkatkan kelancaran distribusi bahan kebutuhan pokok masyarakat dalam rangka

mendukung sistem logistik nasional pengamanan perdagangan dalam negeri, dan

peningkatan kesejahteraan rakyat yang berkeadilan. Hal tersebut dicapai dengan: (i)

memantapkan ketersediaan dan kondisi sarana distribusi untuk mendukung kelancaran

dan ketersediaan barang (khususnya bahan pokok) sehingga daya beli dan kesejahteraan

Page 97: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152723... · Provinsi, Kabupaten dan Kota di Indonesia ... tabel 3.12 Jumlah Daerah Penerima DAK 2014

PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik kebijakan Transfer ke daerah Tahun 2014 III/85

masyarakat dapat terjaga, terutama di daerah yang memiliki potensi dan aktivitas

perdagangan yang dilakukan secara reguler, serta daerah dengan kondisi sarana

distribusi yang tidak memadai secara kuantitas dan kualitas; (ii) meningkatkan kuantitas

dan kualitas peralatan, sarana dan fasilitas penunjang kegiatan tertib ukur sebagai upaya

perlindungan konsumen, terutama di daerah yang memiliki potensi alat-alat ukur, takar,

timbang dan Periengkapannya (uttP) yang cukup besar yang belum dapat ditangani

serta daerah dengan kondisi peralatan, sarana, dan fasilitas kemetrologian yang minim;

dan (iii) memperluas sarana penyimpanan komoditas bagi petani dan pengusaha kecil dan

menengah sebagai upaya mendapatkan harga terbaik dan menciptakan alternatif sumber

pembiayaan untuk meningkatkan kesejahteraan, terutama di daerah sentra komoditas yang

termasuk dalam sistem Resi gudang (sRg).

lingkup kegiatan: (1) Pembangunan dan pengembangan sarana distribusi

perdagangan (pasar), (2) Pembangunan dan peningkatan sarana metrologi legal, melalui:

(a) penyediaan sarana metrologi legal yang meliputi pembangunan gedung laboratorium

metrologi legal dan pengadaan peralatan pelayanan tera/tera ulang (meliputi peralatan

standar kerja, unit berjalan tera/tera ulang roda empat, unit fungsional pengawasan roda

empat dan unit mobilitas roda dua); serta (b) pengembangan (uPtD) metrologi legal

provinsi dan peremajaan peralatan standar acuan untuk mendukung ketertelusuran di

tingkat provinsi, serta (3) Pembangunan gudang komoditas pertanian dan pengadaan

fasilitas penunjang (termasuk: alat pengering, sarana transportasi, dan sarana komunikasi)

dalam kerangka sRg.

14. DAK Energi Perdesaan:

Dialokasikan sebesar Rp467,94 miliar.

arah kebijakan: diversifikasi energi. Secara khusus, DAK energi perdesaaan akan

memanfaatkan sumber energi terbarukan setempat untuk meningkatkan akses masyarakat

perdesaan terhadap energi modern.

lingkup kegiatan: (1) pembangunan Pembangkit listrik tenaga mikro Hidro (PltmH),

(2) pembangunan Pembangkit listrik tenaga surya (Plts) terpusat dan/atau Plts tersebar,

(3) pembangunan instalasi biogas skala rumah tangga, (4) pemeliharaan/rehabilitasi Plts

dan PltmH yang rusak; dan (5) perluasan/peningkatan pelayanan tenaga listrik dari PltmH

off-grid.

Page 98: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152723... · Provinsi, Kabupaten dan Kota di Indonesia ... tabel 3.12 Jumlah Daerah Penerima DAK 2014

PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan PublikIII/86

15. DAK Transportasi Perdesaan

Dialokasikan sebesar Rp301,34 miliar.

arah kebijakan: (1) meningkatkan pelayanan mobilitas penduduk dan sumber daya

lainnya yang dapat mendukung terjadinya pertumbuhan ekonomi daerah, dan diharapkan

dapat menghilangkan keterisolasian dan memberi stimulan ke arah perkembangan di

semua bidang kehidupan sosial dan ekonomi, (2) mengembangkan sarana dan prasarana

wilayah yang memiliki nilai strategis dan diprioritaskan pada wilayah pusat-pusat

pertumbuhan kawasan yang memiliki sektor basis potensial seperti Kawasan strategis

Cepat tumbuh (KsCt), Kawasan Pengembangan ekonomi terpadu (KAPet), Kawasan

Strategis Pariwisata Nasionai (KSPN ) dan Kawasan Perhatian Investasi (KPI) yang meliputi

sektor pertanian, perikanan, pariwisata, industri, dan perdagangan, (3) untuk keberlanjutan

atas pemanfaatan kegiatan, Pemda melalui dinas terkait harus menyatakan komitmennya

untuk membiayai operasional dan pemeliharaan dari lingkup kegiatan yang ada, sesuai

masa umur ekonomis.

lingkup kegiatan: (1) jalan Poros Wilayah: Pembangunan dan peningkatan jalan

poros atau jalan antarwilayah yang menghubungkan pusat produksi dengan sentra

pemasaran di pusat-pusat pertumbuhan seperti wilayah KsCt, KsPn dan KPi; (2) Angkutan

Wilayah: Pengadaan sarana angkutan penumpang dan barang yang sesuai dengan

karakteristik dan kebutuhan daerah, seperti mini bus, pick up, dump truck, kapal kayu/kapal

mesin tempel/fiberglass dan bus potong.

16. DAK Sarana dan Prasarana Daerah Tertinggal

Dialokasikan sebesar Rp754,74 miliar.

arah kebijakan: mendukung kebijakan pembangunan daerah tertinggal yang

diamanatkan dalam RPJmn 2010-2014, yaitu “meningkatkan pengembangan perekonomian

daerah dan kualitas sumber daya manusia yang didukung oleh kelembagaan dan

ketersediaan infrastruktur perekonomian dan pelayanan dasar sehingga daerah tertinggal

dapat tumbuh dan berkembang secara lebih cepat guna dapat mengejar ketertinggalan

pembangunannya dari daerah lain yang relatif lebih maju”.

lingkup kegiatan: (1) penyediaan sarana transportasi umum darat dan air untuk

mendukung pengembangan ekonomi lokal; (2) pembangunan/rehabilitasi dermaga/

Page 99: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152723... · Provinsi, Kabupaten dan Kota di Indonesia ... tabel 3.12 Jumlah Daerah Penerima DAK 2014

PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik kebijakan Transfer ke daerah Tahun 2014 III/87

tambatan perahu; (3) Pembangunan jalan/peningkatan kondisi permukaan jalan non status

strategis, yang menghubungkan antardesa serta menghubungkan sentra produksi dengan

pusat pelayanan distribusi dan membuka keterisolasian wilayah, yang bukan merupakan

status jalan kabupaten dan provinsi; dan (4) pembangunan/rehabilitasi jembatan desa.

17. DAK Sarana dan Prasarana Kawasan Perbatasan

Dialokasikan sebesar Rp493,07 miliar.

arah kebijakan: mendukung kebijakan pembangunan kawasan perbatasan yang

diamanatkan dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) 2014 yaitu untuk mengatasi

keterisolasian wilayah yang dapat menghambat upaya pengamanan batas wilayah,

pelayanan sosial dasar, serta pengembangan kegiatan ekonomi lokal secara berkelanjutan

di kecamatan-kecamatan lokasi prioritas yang ditetapkan oleh Keputusan Kepala badan

nasional Pengelola Perbatasan nomor 2 tahun 2011 tentang Rencana induk Pengelolaan

batas Wilayah negara dan Kawasan Perbatasan.

lingkup kegiatan: (1) Pembangunan/peningkatan kondisi permukaan jalan non-status

dan/atau jembatan yang menghubungkan kecamatan perbatasan prioritas dengan pusat

kegiatan di sekitarnya; (2) Pembangunan dan rehabilitasi dermaga kecil atau tambatan

perahu untuk mendukung angkutan orang dan barang, khususnya dermaga kecil atau

tambatan perahu di wilayah pesisir yang tidak ditangani Kementerian Perhubungan; (3)

Penyediaan moda transportasi perairan/ kepulauan untuk meningkatkan arus orang, barang

dan jasa; dan (4) penyediaan asrama sekolah (sltP, sltA) dan rumah dinas guru yang

dibangun di kecamatan perbatasan yang tidak ditangani oleh Kementerian Pendidikan dan

Kebudayaan.

18. DAK Perumahan dan Permukiman

Dialokasikan sebesar Rp234,80 miliar.

arah kebijakan: meningkatkan penyediaan Prasarana, sarana dan utilitas (Psu)

perumahan dan kawasan permukiman dalam rangka menstimulan pembangunan

perumahan dan permukiman bagi masyarakat berpenghasilan Rendah (mbR) di kabupaten/

kota.

Page 100: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152723... · Provinsi, Kabupaten dan Kota di Indonesia ... tabel 3.12 Jumlah Daerah Penerima DAK 2014

PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan PublikIII/88

lingkup kegiatan: (1) Prasarana dan sarana air minum, (2) sarana air limbah

komunal, (3) tempat Pengolahan sampah terpadu (tPst), (4) Jaringan distribusi listrik, (5)

Penerangan jalan umum.

19. DAK Keselamatan Transportasi Darat

Dialokasikan sebesar Rp235,94 miliar, terdiri dari alokasi untuk:

- provinsi sebesar Rp35,39 miliar; dan

- kabupaten/kota sebesar Rp200,55 miliar.

arah kebijakan: meningkatkan kualitas pelayanan, terutama keselamatan bagi

pengguna transportasi jalan di provinsi, kabupaten/kota guna menurunkan tingkat fatalitas

(jumlah korban meninggal) akibat kecelakaan lalu lintas secara bertahap sebesar 20 persen

pada akhir tahun 2014 dan menurunkan jumlah korban luka-luka sebesar 50 persen hingga

akhir tahun 2014.

lingkup kegiatan: Pengadaan dan pemasangan fasilitas keselamatan transportasi

darat.

Perhitungan Alokasi DAK

berdasarkan uu 33/2004 dan PP 55/2005, perhitungan alokasi DAK dilakukan melalui

2 (dua) tahapan, yaitu:

1. Penentuan daerah tertentu yang menerima DAK.

2. Penentuan besaran alokasi DAK maisng-masing daerah.

Penentuan daerah tertentu penerima DAK harus memenuhi kriteria umum, kriteria

khusus, dan kriteria teknis. sementara itu, penentuan besaran alokasi DAK masing-masing

daerah dilakukan dengan perhitungan indeks berdasarkan kriteria umum, kriteria khusus,

dan kriteria teknis.

Kriteria umum disusun berdasarkan kemampuan keuangan daerah (KKD), yang

dicerminkan dari penerimaan umum APbD dikurangi belanja gaji PnsD. Penerimaan

umum APbD terdiri dari PAD, DAu dan DbH. Daerah yang memiliki KKD di bawah rata-rata

nasional indeks Fiskal nasional diprioritaskan mendapatkan alokasi DAK.

Page 101: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152723... · Provinsi, Kabupaten dan Kota di Indonesia ... tabel 3.12 Jumlah Daerah Penerima DAK 2014

PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik kebijakan Transfer ke daerah Tahun 2014 III/89

Kriteria khusus dirumuskan berdasarkan pada peraturan perundang-undangan yang

mengatur otsus dan kharakteristik daerah. Peraturan perundang-undangan otsus dimaksud

adalah peraturan perundang-undangan yang mengatur penyelenggaraan otsus Papua

dan Papua barat. sementara itu, dalam kaitannya dengan kharakteristik daerah terdiri dari

daerah tertinggal, daerah pesisir dan/atau kepulauan, daerah perbatasan dengan negara

lain, daerah rawan bencana, daerah ketahanan pangan, dan daerah pariwisata. selanjunya,

dalam rangka affirmative policy kepada daerah tertinggal disepakati bersama antara

Pemerintah Pusat dan DPR bahwa seluruh daerah tertinggal diprioritaskan mendapatkan

alokasi DAK.

selanjutnya, kriteria teknis disusun dengan melihat kondisi sarana dan prasarana di

masing-masing daerah. Dalam hal ini lebih diarahkan untuk daerah-daerah dengan kondisi

sarana dan prasarana pelayanan publik yang kurang baik.

untuk menunjang perhitungan alokasi DAK dimaksud, digunakan data-data sebagai

berikut:

1) PAD, yang didasarkan pada laporan APbD realisasi tahun 2012 dari daerah yang

dihimpun oleh Kemenkeu.

2) DbH Pajak yang didasarkan padadata laporan Realisasi Anggaran (lRA) tahun 2012,

lRA dimaksud sudah memperhitungkan potongan lebih bayarselama tahun 2012 dan

kurang bayar yang disalurkan selama tahun 2012, namun tidak termasuk DbH CHt.

3) DbH sDA, yang didasarkan pada data lRA tahun 2012 dengan memperhitungkan DbH

sDA Panas bumi, potongan lebih bayar selama tahun 2012, serta dana cadangan dan

kurang bayar DbH yang disalurkan pada tahun 2012. Dalam hal ini, data dimaksud

tidak termasuk dana cadangan DbH tahun 2012 yang disalurkan tahun 2013, DbH

migas dalam rangka otsus, DbH Dana Reboisasi dan DbH migas 0,5% (earmark).

4) DAU yang didasarkan pada Perpres 96/2011 tentang DAU Daerah Provinsi dan

Kabupaten/Kota tA 2012.

5) gaji PnsD yang didasarkan pada data gaji PnsD tahun 2012.

6) indeks Kemahalan Konstruksi (iKK) tahun 2013.

selanjutnya, setelah diketahui daerah tertentu yang menerima DAK, dilakukan

perhitungan besaran alokasi DAK masing-masing daerah. Pada tahapan ini, perhitungan

Page 102: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152723... · Provinsi, Kabupaten dan Kota di Indonesia ... tabel 3.12 Jumlah Daerah Penerima DAK 2014

PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan PublikIII/90

besaran alokasi dilakukan dengan menggunakan indeks berdasarkan kriteria umum

(indeks fiskal nasional/IFN), kriteria khusus (indeks kewilayahan, IKW), dan kriteria teknis

(indeks teknis, it).

sementara itu, masing-masing indeks diberikan bobot dengan kebijakan yang

disepakati Pemerintah Pusat dan DPR sebagai berikut :

1. Penentuan daerah tertentu penerima DAK, digunakan bobot :

- Indeks fiskal dan wilayah (IFW) = IFN : IKW = 50% : 50%.

- Indeks fiskal wilayah teknis (IFWT) = IFW :IT= 50% : 50%.

2. Penentuan besaran alokasi DAK, digunakan bobot :

a. iFW = iFn : iKW = 50% : 50%.

b. iFWt = iFW : it = 20% : 80%.

indikator teknis yang dipergunakan dalam perhitungan alokasi DAK tahun 2014 adalah

sebagai berikut:

1. Dak bidang Pendidikan

a. sD

1) Jumlah sekolah

2) Jumlah siswa

3) Jumlah guru Kelas 1,2,4,5

4) Jumlah Kebutuhan Ruang Kelas baru (RKb)

5) Jumlah Ruang Kelas Rusak sedang

6) Jumlah sD yang belum memiliki Perpustakaan

7) Kebutuhan Alat Pendidikan (Paket)

8) Angka Partisipasi murni (APm) sD/sDlb

b. smP

- Rehab minimal sedang

1) Kebutuhan Ruang Kelas baru (RKb)

2) Kebutuhan Perpustakaan

3) laboratorium iPA

4) laboratorium bahasa

5) laboratorium Komputer

6) Ruang serbaguna

Page 103: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152723... · Provinsi, Kabupaten dan Kota di Indonesia ... tabel 3.12 Jumlah Daerah Penerima DAK 2014

PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik kebijakan Transfer ke daerah Tahun 2014 III/91

7) Jumlah Kebutuhan Alat iPA

8) Jumlah Kebutuhan Alat iPs

9) Jumlah Kebutuhan Alat matematika

10) Jumlah Kebutuhan Alat olah Raga

11) Jumlah Kebutuhan Alat lab. bahasa

12) Jumlah murid

13) laporan

14) Angka Partisipasi Kasar (APK) smP/mts

c. smA

1) Kebutuhan Ruang Kelas baru (RKb)

2) Kebutuhan rehabilitasi ruang belajar rusak

3) Kebutuhan Perpustakaan

4) Kebutuhan Ruang laboratorium iPA

5) Kebutuhan Alat iPA

6) Kebutuhan buku Referensi/teks

7) Kebutuhan Asrama

8) Angka Partisipasi Kasar (APK) smA

d. smK

1) Kebutuhan Ruang Kelas baru (RKb)

2) Kebutuhan rehabilitasi ruang belajar rusak

3) Kebutuhan Perpustakaan

4) Kebutuhan Ruang laboratorium iPA

5) Kebutuhan Alat iPA

6) Kebutuhan buku Referensi/teks

7) Kebutuhan Asrama

8) Kebutuhan Ruang Praktek siswa (RPs)

9) Angka Partisipasi Kasar (APK) smK

2. Dak kesehatan

a. Pelayanan Dasar

1) Jumlah Puskesmas Pembantu

2) Jumlah Puskesmas non Perawatan

3) Jumlah Puskesmas Perawatan

4) Jumlah Puskesmas Perawatan mampu PoneD

5) Jumlah Rumah Dinas Dokter dan Paramedis

Page 104: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152723... · Provinsi, Kabupaten dan Kota di Indonesia ... tabel 3.12 Jumlah Daerah Penerima DAK 2014

PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan PublikIII/92

6) Jumlah Puskesmas Keliling

7) Jumlah instalasi Pengolahan limbah (iPl)/iPAl

8) Jumlah Pos kesehatan desa

b. Pelayanan Rujukan

1) indeks Kelas Rumah sakit

2) indeks Jenis Rumah sakit

3) indeks Akreditasi

4) indeks Rasio tempat tidur Rumah sakit/tempat tidur Kelas iii

5) indeks Fasilitas tempat tidur Kelas iii

6) indeks Rumah sakit Pelayanan obstetri neonatal emergensi Komprehensif

(PoneK)

7) indeks intalasi gawat Darurat Rumah sakit

8) Indeks Intensive Care Unit (ICU)

9) indeks unit transfusi Darah di Rumah sakit/bank Darah Rumah sakit

10) indeks iPl dan iPAl

11) indeks Alat Kalibrasi

c. Pelayanan Kefarmasian

1) indeks Alokasi obat dan Perbekkes Kabupaten/Kota

2) Indeks Sarana dan Prasarana Instalasi Farmasi Provinsi/Kabupaten/Kota

3. Dak infrastruktur Jalan

indikator teknis DAK infrastruktur jalan meliputi panjang jalan, kondisi jalan tidak

mantap, luas wilayah, jumlah penduduk, besaran APbD Pembangunan pada tahun

berjalan, alokasi APbD untuk sektor jalan (diluar DAK), dan pelaporan.

4. Dak infrastruktur irigasi

indikator teknis DAK infrastruktur irigasi mencakup luas daerah irigasi, kondisi daerah

irigasi, besaran APbD Pembangunan pada tahun berjalan, alokasi APbD untuk sektor

irigasi (diluar DAK), pertanaman (luas tanam padi dalam 1 tahun), serta pelaporan.

5. Dak infrastruktur air minum

indikator teknis DAK infrastruktur Air minum yang diperhitungkan meliputi masyarakat

berpenghasilan rendah, cakupan air minum, idle Capacity, kepedulian, dan pelaporan.

6. Dak infrastruktur Sanitasi

Page 105: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152723... · Provinsi, Kabupaten dan Kota di Indonesia ... tabel 3.12 Jumlah Daerah Penerima DAK 2014

PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik kebijakan Transfer ke daerah Tahun 2014 III/93

Indikator Teknis DAK Infrastruktur Sanitasi: Koefisien Program Sanitasi, Cakupan

Pelayanan sanitasi, Pelaporan, dan Rawan sanitasi.

7. Dak Prasarana Pemerintahan Daerah

indikator teknis status otonomi: Daerah Pemekaran, Daerah induk/Dampak

Pemekaran, dan non Pemekaran, status Kepemilikan gedung (sewa, gabung, milik

Pemda), Kondisi bangunan (rusak berat, rusak sedang, rusak ringan), Rasio Kapasitas

Gedung: ≥ 9,6 m2/orang dan < 9,6 m2/orang dan Kepatuhan Pelaporan (baik, cukup,

buruk).

8. Dak kelautan dan Perikanan

Indikator Teknis terdiri dari: a). Untuk provinsi mencakup: Produksi Tangkap Laut,

Panjang Pantai, Jumlah nelayan ; dan b). untuk Kab./Kota mencakup: Jumlah produksi

Perikanan, Jumlah Kapal berlabuh, Jumlah Pangkalan Pendaratan ikan, luas lahan

budidaya, Jumlah tenaga Kerja Perikanan, Jumlah Pokmaswas, luas Kawasan

Konservasi Perairan, Jumlah Pasar Ikan Tradisional, Jumlah Unit Pengolahan Ikan,

Jumlah Penyuluh Perikanan, Kawasan minapolitan/industrialisasi, dan Ketertiban

laporan dan kinerja.

9. Dak Pertanian

a) Provinsi

1) luas Penggunaan lahan (meliputi sawah irigasi, sawah non irigasi, luas areal

tebu, dan luas areal bawang merah)

2) Populasi sapi dan kerbau

3) Produktivitas pertanian (terdiri : padi, jagung, kedelai, cabai, tebu)

4) uPtD perbenihan dan proteksi tanaman pangan dan hortikultura

5) laboratorium tanaman pangan dan hortikultura

6) Petugas pengawas benih, pengamat oPt, dan pengawas mutu tanaman

pangan dan hortikultura

7) uPtD perbenihan dan proteksi perkebunan

8) laboratorium Perkebunan

9) Petugas pengawas benih, pengamat oPt, dan pengawas mutu perkebunan

10) uPtD peternakan (uPtD Perbibitan, uPtD Pakan, Rumah Potong Hewan

Ruminansia, RPH unggas, Pos inseminasi buatan)

11) laboratorium kesehatan hewan

12) Petugas peternakan dan kesehatan hewan

Page 106: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152723... · Provinsi, Kabupaten dan Kota di Indonesia ... tabel 3.12 Jumlah Daerah Penerima DAK 2014

PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan PublikIII/94

13) DPA DAK 2013

b) Kabupaten/Kota

1) luas Penggunaan lahan (meliputi sawah irigasi, sawah non irigasi)

2) Produktivitas pertanian (terdiri : padi, jagung, kedelai, ubi kayu, ubi jalar)

3) balai Penyuluh dan sarana penyuluh (bPP eksisting, bPP bangun baru dan

BPP rehabilitasi/renovasi)

4) Penyuluh pertanian Pns

5) Penduduk rawan pangan

6) lumbung Pangan masyarakat (lumbung eksisting dan lumbung yang

dibutuhkan)

7) sarana dan Prasarana Perbenihan (tanaman Pangan, Hortikultura,

Perkebunan)

8) Petugas perbenihan dan proteksi tanaman Pns

9) sarana dan Prasarana Peternakan (bangunan)

10) Petugas Peternakan dan Keswan Pns

11) laporan akhir DAK 2012

12) DPA DAK 2013

10. Dak lingkungan Hidup

indikator teknis mencakup Kepadatan Penduduk, Jumlah Panjang sungai, luas

tutupan lahan terhadap total lahan Kritis, Kelembagaan lingkungan, luas Ruang

terbuka Hijau, Jumlah (Volume) sampah per Kapita, dan Pelaporan Pelaksanaan

Kegiatan DAK.

11. Dak keluarga berencana

indikator teknis: Jumlah Penyuluh Kb (PKb)/Petugas lapangan Kb (PlKb), Jumlah

Pengendali Petugas lapangan Kb (PPlKb) /unit Pelaksana teknis (uPt), Jumlah Desa/

Kelurahan, Jumlah Kecamatan, Jumlah Klinik Kb dan Jumlah Kelompok Pusat informasi

Konseling Remaja/mahasiswa (PiK R/m).

12. Dak kehutanan

Indikator Teknis terdiri dari: a). Untuk provinsi: Kelembagaan KPH, Taman Hutan Raya,

dan Kawasan ekosistem esensial; dan b). untuk Kab./Kota: Kelembagaan Kesatuan

Pengelolaan Hutan (KPH), tingkat Kekritisan lahan, tingkat Daerah Aliran sungai

(DAs) Prioritas, Rasio Rawan longsor, dan Rasio Rawan banjir.

Page 107: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152723... · Provinsi, Kabupaten dan Kota di Indonesia ... tabel 3.12 Jumlah Daerah Penerima DAK 2014

PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik kebijakan Transfer ke daerah Tahun 2014 III/95

13. Dak Sarana Perdagangan

a) Pasar: Densitas Penduduk, Jumlah desa yang tidak memiliki pasar permanen/semi

permanen pada jarak <3Km, Jumlah Pasar tanpa bangunan, dan Persentase

jumlah pasar rusak.

b) metrologi:

- Kabupaten/Kota

1) Potensi uttP di luar m.kWh, m.Air, dan At

2) Ketersediaan sDm yang dimiliki atau yang sedang mengikuti diklat

3) Komitmen membentuk uPtD

4) Ketersediaan lahan

5) Dukungan dari Provinsi

6) status Daerah tertib ukur atau mengusulkan menjadi Daerah tertib ukur

7) Jumlah Pasar tertib ukur

8) status Penerima DAK 2013

- Provinsi

1) Kondisi gedung kantor dan laboratorium rusak

2) Persentase peralatan dan standar rusak dan tua

3) Rata-rata klasifikasi hasil penilaian (terhadap UPTD)

4) Jumlah kabupaten/kota membentuk Ptu dan Dtu

5) Persentase kepatuhan laporan bulanan 2012.

c) Gudang: Produksi komoditi primer minimal : Padi > 200.000 ton, Jagung >100.000

ton, Kopi > 10.000 ton, Kakao > 15.000 ton, Lada > 15.000 ton, Karet > 250.000

ton, Rumput Laut > 100.000 ton, Rotan > 500 ton, dan Indeks kesiapan lahan .

14. Dak Sarana dan Prasarana Daerah tertinggal

1) indeks Kebutuhan Pembangunan Jalan non status

Kabupaten yang memiliki desa (persentase desa) yang membutuhkan jalan

beraspal

2) indeks Kebutuhan Pembangunan Jembatan

Kabupaten (persentase desa) yang membutuhkan jembatan di jalan utama desa

3) indeks Kebutuhan Pembangunan Dermaga kecil/tambatan perahu dan moda

transportasi Perairan

- Persentase desa yang berbatasan dengan laut

- Persentase desa yang ada danau waduk/danau/waduk/situ, sungai, dan untuk

transportasi

Page 108: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152723... · Provinsi, Kabupaten dan Kota di Indonesia ... tabel 3.12 Jumlah Daerah Penerima DAK 2014

PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan PublikIII/96

4) indeks Kebutuhan moda transportasi Darat

Kabupaten (persentase desa) yang membutuhkan tambahan moda transportasi

roda 3/4 atau lebih

5) Pelaporan

6) Adanya kegiatan Prukab

7) Adanya kegiatan bedah Desa.

15. Dak energi Perdesaan

Indikator Teknis terdiri dari Rasio Elektrifikasi dan Rasio Ternak per Rumah Tangga.

16. Dak Perumahan dan Permukiman

1) Angka jumlah kekurangan rumah (Backlog);

2) Angka APbD sektor Perumahan;

3) Rencana Pembangunan Rumah tahun 2014;

4) Kinerja DAK tahun 2012; dan

5) Kesiapan lokasi yang dilihat berdasarkan legalitas Rencana tata Ruang dan

Wilayah

17. Dak keselamatan transportasi Darat

indikator teknis: Panjang Jalan, Jumlah Penduduk, luas Wilayah, dan Penyampaian

laporan.

18. Dak transportasi Perdesaan

1) indeks Kebutuhan Prasarana Angkutan

2) indeks Kebutuhan sarana Angkutan

3) indeks Karakteristik Wilayah

4) indeks Penetapan

(Kawasan strategis Cepat tumbuh, Kawasan strategis Pariwisata nasional, Kawasan

Pengembangan Ekonomi Terpadu dan Kawasan Perhatian Investasi).

19. Dak Sarana dan Prasarana kawasan Perbatasan

1) Kondisi prasarana transportasi dari desa/kelurahan menuju Jalan Raya ke kantor

camat terdekat

2) transportasi dari kantor Kepala Desa/lurah ke kantor Camat

Page 109: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152723... · Provinsi, Kabupaten dan Kota di Indonesia ... tabel 3.12 Jumlah Daerah Penerima DAK 2014

PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik kebijakan Transfer ke daerah Tahun 2014 III/97

3) transportasi dari kantor Kepala Desa/lurah ke kantor bupati/Walikota

4) Jumlah pulau-pulau kecil terluar

5) Jumlah sekolah

6) Jumlah murid

7) Jumlah guru

8) Jarak terdekat dari pemukiman ke sekolah

sementara itu, dalam tahun 2014 juga dialokasikan DAK untuk Dob dengan kebijakan

sebagai berikut :

- Dob diprioritaskan mendapatkan alokasi DAK Prasarana Pemerintahan (sesuai dengan

amanat uu pembentukan Dob).

- Daerah induk yang terkena dampak pemekaran diprioritaskan mendapatkan alokasi

DAK Prasarana Pemerintahan.

- DAK bidang lainnya dialokasikan pada tahun kedua dengan mempertimbangkan

kesiapan perangkat daerah untuk melaksanakan kegiatan DAK.

berdasarkan perhitungan alokasi DAK dengan menggunakan indikator/indeks/data

kriteria umum, kriteria khusus dan kriteria teknis tersebut di atas, diperoleh hasil perhitungan

alokasi DAK TA 2014 kepada masing-masing daerah untuk 19 bidang DAK. Dari 34 Provinsi

dan 503 kabupaten/kota, terdapat 33 provinsi yang mendapatkan alokasi DAK dan 495

kabupaten/kota yang mendapatkan alokasi DAK, dengan perincian jumlah daerah yang

menerima alokasi DAK untuk masing-masing bidang sebagaimana dapat dilihat pada tabel

di bawah ini.

Tabel 3.12 Jumlah Daerah Penerima DAK 2014 per Bidang

No Bidang Jumlah Daerah

1 Pendidikan 459

2 Kesehatan 482

3 Infrastruktur Jalan 473

4 Infrastruktur Irigasi 417

5 Infrastruktur Air Minum 444

Page 110: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152723... · Provinsi, Kabupaten dan Kota di Indonesia ... tabel 3.12 Jumlah Daerah Penerima DAK 2014

PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan PublikIII/98

No Bidang Jumlah Daerah

6 Infrastruktur Sanitasi 431

7 Prasarana Pemerintahan Daerah 90

8 Kelautan dan Perikanan 475

9 Pertanian 443

10 Lingkungan Hidup 422

11 Keluarga Berencana 442

12 Kehutanan 382

13 Sarana dan Prasarana Daerah Tertinggal 183

14 Sarana Perdagangan 312

15 Energi Perdesaan 101

16 Perumahan dan Permukiman 30

17 Keselamatan Transportasi Darat 468

18 Transportasi Perdesaan 84

19 Sarana dan Prasarana Kawasan Perbatasan 28

Jumlah Penerima DAK 528

sumber : Kementerian Keuangan, 2013 (data diolah)

Dari alokasi DAK tahun 2014 Rp33.000,0 miliar tersebut, terdistribusi kepada provinsi

sebesar Rp1.897,68 miliar dan kabupaten/kota sebesar Rp31.102,32 miliar. sementara itu

alokasi tertinggi diterima oleh daerah adalah sebesar Rp193,81 miliar dan alokasi terendah

sebesar Rp0,48 miliar, dengan rata-rata yang diterima oleh masing-masing provinsi sebesar

Rp57,5 miliar dan kabupaten/kota Rp62,83 miliar. Hal ini dapat dilihat pada resume alokasi

DAK tahun 2014 sebagaimana pada table berikut.

Tabel 3.13 Resume Alokasi DAK TA 2014

Keterangan dalam Juta rupiah

Alokasi Tertinggi 193.813,03

Alokasi Terendah 481,02

Alokasi Kab/Kota 31.102.320,30

Page 111: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152723... · Provinsi, Kabupaten dan Kota di Indonesia ... tabel 3.12 Jumlah Daerah Penerima DAK 2014

PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik kebijakan Transfer ke daerah Tahun 2014 III/99

Keterangan dalam Juta rupiah

Alokasi Provinsi 1.897.680,70

Rata-Rata Alokasi Kab/Kota 62.832,97

Rata-Rata Alokasi Provinsi 57.505,45

sumber : Kementerian Keuangan, 2013 (data diolah)

Hasil perhitungan alokasi DAK tahun 2014 dimaksud ditetapkan dengan PmK nomor

180/PmK.07/2013 tentang Pedoman umum dan Alokasi Dana Alokasi Khusus tahun

Anggaran 2014.

selanjutnya, penggunaan DAK di daerah mengacu pada petunjuk teknis DAK masing-

masing bidang yang ditetapkan oleh K/l terkait. Adapun daftar petunjuk teknis DAK tahun

2014 dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 3.14 Petunjuk Teknis Penggunaan DAK TA 2014

No Bidang Nomor Juknis Tanggal Ditetapkan

1 Pendidikan :

a. SD

b. SMP

c. SMA/SMK

Permendikbud Nomor 100 Tahun 2013

Revisi Permendikbud Nomor 13 Tahun 2014

29 – 11 – 2013

17 – 02 – 2014

2 Kesehatan Permenkes Nomor 84 Tahun 2013 16 – 12 – 2103

3 Keluarga Berencana Peraturan Kepala BKKBN Nomor 342/PER/B1/2013

19 – 12 – 2013

4 Kelautan dan Perikanan Permen KP Nomor 36/PERMEN-KP/2013 18 – 12 – 2013

5 Kehutanan Permenhut Nomor P.67/Menhut-II/2013 23 – 12 – 2013

6 Pertanian Permentan Nomor 127/OT.140/12/2013 16 – 12 – 2013

7 Perdagangan Permendag nomor 78/M.dag/PER/12/2013 27 – 12 – 2013

8 Lingkungan Hidup Permen LH Nomor 09 Tahun 2013 28 – 11 – 2013

9 Infrastruktur PU (Jalan, Irigasi, Air Minum, Sanitasi)

Permen PU no. 15/PRT/M/2010 01 – 11 – 2010

10 Sarpras Daerah Tertinggal Permen PDT Nomor 1 Tahun 2014 02 – 01 – 2014

Page 112: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152723... · Provinsi, Kabupaten dan Kota di Indonesia ... tabel 3.12 Jumlah Daerah Penerima DAK 2014

PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan PublikIII/100

No Bidang Nomor Juknis Tanggal Ditetapkan

11 Prasarana Pemerintahan Permendagri Nomor 91 Tahun 2013 31 – 12 – 2013

12 Energi Pedesaan Permen ESDM Nomor 03/2014 17 – 01 – 2014

13 Perumahan dan Permukiman Permenpera nomor 1 tahun 2014 29 – 01 – 2014

14 Keselamatan Transportasi Darat

Permenhub Nomor 96 Tahun 2013 27 – 12 – 2013

15 Transportasi Perdesaan Permendagri Nomor 91 Tahun 2013 31 – 12 – 2013

16 Sarana dan Prasarana Kawasan Perbatasan

Peraturan Kepala BNPP Nomor 5 Tahun 2014

16 – 01 – 2014

3.2. Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian

3.2.1. Kebijakan Dana Otonomi Khusus (Otsus)berdasarkan PmK nomor 195/PmK.07/2013 tentang Pedoman umum Dan Alokasi

Dana Otonomi Khusus Provinsi Aceh Tahun Anggaran 2014, yang ditandatangani Menkeu

pada 17 Desember 2013, Provinsi Aceh memperoleh alokasi Dana Otsus sebesar

Rp6.824.386.514.000,00 (enam triliun delapan ratus dua puluh empat miliar tiga ratus

delapan puluh enam juta lima ratus empat belas ribu rupiah) atau 2% dari pagu DAu.

Adapun Provinsi Papua sesuai PMK Nomor 196/PMK.07/2013 tentang Pedoman

Umum Dan Alokasi Dana Otonomi Khusus Provinsi Papua Dan Provinsi Papua Barat Serta

Dana Tambahan Infrastruktur Provinsi Papua Dan Provinsi Papua Barat Tahun Anggaran

2014, Dana Otsus Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat dialokasikan kepada Provinsi

Papua dan Provinsi Papua Barat setara 2% (dua persen) dari DAU Nasional yaitu sebesar

Rp6.824.386.514.000,00 (enam triliun delapan ratus dua puluh empat miliar tiga ratus

delapan puluh enam juta lima ratus empat belas ribu rupiah). Khusus untuk Papua dan

Papua barat, dengan rincian sebagai berikut:

a. Dana Otsus Provinsi Papua sebesar Rp4.777.070.560.000,00 (empat triliun tujuh ratus

tujuh puluh tujuh miliar tujuh puluh juta lima ratus enam puluh ribu rupiah); dan

b. Dana Otsus Provinsi Papua Barat sebesar Rp2.047.315.954.000,00 (dua triliun empat

puluh tujuh miliar tiga ratus lima belas juta sembilan ratus lima puluh empat ribu rupiah).

Page 113: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152723... · Provinsi, Kabupaten dan Kota di Indonesia ... tabel 3.12 Jumlah Daerah Penerima DAK 2014

PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik kebijakan Transfer ke daerah Tahun 2014 III/101

3.2.2. Kebijakan Dana Tambahan Infrastruktur (DTI)Pemerintah Pusat juga memberikan Dti dalam rangka otsus sebesar Rp2,5 triliun,

dengan rincian DTI Provinsi Papua Rp2 triliun, dan DTI Provinsi Papua Barat sebesar Rp500

miliar.

3.2.3. Dana Keistimewaan DIYmenkeu sesuai dengan amanat uu 13/2012, mengalokasikan dan menyalurkan

Dana Keistimewaan DiY guna mendanai kewenangan keistimewaan DiY. Penyaluran

Dana Keistimewaan DiY tersebut dilakukan melalui mekanisme transfer ke daerah. uu

13/2012 sebagai dasar hukum pengalokasian Dana Keistimewaan DiY disahkan pada

akhir tahun 2012 pada saat proses pembahasan APbn 2013 telah berjalan. oleh karena

itu, Dana Keistimewaan DiY dalam APbn tA 2013 dialokasikan pada bagian Anggaran

belanja lainnya (bA 999.08) untuk selanjutnya dilakukan pergeseran anggaran ke bagian

Anggaran transfer ke Daerah (bA 999.05). Adapun alokasi anggaran Dana Keistimewaan

DiY tA 2013 adalah sebesar Rp523.874.719.000,-.

Alokasi Dana Keistimewaan DiY tA 2013 diberikan berdasarkan usulan Pemerintah

Provinsi DIY kepada kementerian/lembaga terkait dengan tembusan Menkeu dan Kepala

Bappenas untuk selanjutnya dibahas bersama antara Pemerintah Provinsi DIY dengan

kementerian/lembaga terkait yang dikoordinasikan oleh Kementerian Dalam negeri

(Kemendagri). Berdasarkan hasil pembahasan antara Pemerintah Provinsi DIY dengan

kementerian/lembaga terkait tersebut disepakati Anggaran Dana Keistimewaan DiY tA 2013

sebesar Rp231.392.653.500. Anggaran Dana Keistimewaan DiY tersebut digunakan untuk 4

bidang kewenangan sebagai berikut:

Tabel 3.15 Tabel Alokasi Anggaran Dana Keistimewaan DIY TA 2013

Berdasarkan Bidang Kewenangan

No. Bidang Kewenangan Jumlah (rupiah)

1. Kebudayaan 212.546.511.000

2. Pertanahan 6.300.000.000

3. Kelembagaan pemerintah 2.516.142.500

Page 114: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152723... · Provinsi, Kabupaten dan Kota di Indonesia ... tabel 3.12 Jumlah Daerah Penerima DAK 2014

PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan PublikIII/102

No. Bidang Kewenangan Jumlah (rupiah)

4. Tata ruang 10.030.000.000

Total 231.392.653.500

sumber: PmK nomor 140/PmK.07/2013

Alokasi dan penyaluran Dana Keistimewaan DiY tA 2013 dilakukan berdasarkan PmK

nomor 140/PmK.07/2013 tentang Pedoman umum dan Alokasi Dana Keistimewaan DiY tA

2013. Penyaluran Dana Keistimewaan tA 2013 diberikan dalam 2 tahap, masing-masing

sebesar 50% dari pagu alokasi Dana Keistimewaan. namun demikian, pada pelaksanaanya

Penyaluran Dana Keistimewaan tA 2013 hanya dapat disalurkan 1 tahap mengingat

adanya keterbatasan waktu di mana Dana Keistimewaan DiY baru dapat disalurkan pada

akhir bulan November 2013. Penyaluran Dana Keistimewaan DIY tahap I diberikan sebesar

Rp115,696 miliar dengan realisasi penyerapan dana sebesar Rp54,696 mililiar dengan sisa

di kas daerah sebesar Rp61,134 miliar.

Pada tahun Anggaran 2014, alokasi Dana Keistimewaan DiY tA 2014 dianggarkan

sebesar Rp523.874.719.000,- dengan rincian penggunaan dana sebagai berikut:

Tabel 3.16 Alokasi Anggaran Dana Keistimewaan DIY TA 2014

Berdasarkan Bidang Kewenangan

No. Bidang Kewenangan Jumlah (rupiah)

1. Tata Cara Pengisian Jabatan Gubernur dan Wakil Gubernur 400.000.000

2. Kebudayaan 375.178.719.000

3. Pertanahan 23.000.000.000

4. Kelembagaan pemerintah 1.676.000.000

5. Tata ruang 123.620.000.000

Total 523.874.719.000

sumber: Kementerian Keuangan

Penyaluran Dana Keistimewaan DiY tA 2014 dilaksanakan dalam 3 tahap berdasarkan

pencapaian kinerja dengan rencana rincian masing-masing tahapan sebagai berikut:

- tahap i (sebesar 25%): Rp130,97 miliar

- tahap ii (sebesar 55%): Rp288,13 miliar

Page 115: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152723... · Provinsi, Kabupaten dan Kota di Indonesia ... tabel 3.12 Jumlah Daerah Penerima DAK 2014

PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik kebijakan Transfer ke daerah Tahun 2014 III/103

- tahap iii (sebesar 20%): Rp104,78 miliar

Penyaluran Dana Keistimewaan DiY tA 2014 tahap i memperhitungkan sisa anggaran

Dana Keistimewaan DIY TA 2013 yang ada pada kas daerah Provinsi DIY.

3.2.4. Kebijakan Dana Tunjangan Profesi Guru (TPG) dan Tambahan Penghasilan (Tamsil) PNSD

Kebijakan Tunjangan Profesi Guru PNSD 2014

Pelaksanaan tunjangan Profesi guru PnsD tahun 2014 dilakukan berdasarkan

Peraturan menteri Keuangan (PmK) nomor 61/PmK.07/2014 tentang Pedoman umum

dan Alokasi Tunjangan Profesi Guru PNSD kepada Daerah Provinsi, Kabupaten, dan Kota

tahun Anggaran 2014. Alokasi tunjangan Profesi guru PnsD yang ditetapkan dalam

PmK tersebut merupakan hasil rekonsiliasi data guru antara Pemerintah Daerah dengan

Kemendikbud dan hasil audit badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (bPKP).

Alokasi tunjangan Profesi guru PnsD tahun 2014 yang ditetapkan dalam PmK tersebut

adalah sebesar Rp56,136 triliun. Alokasi tersebut telah memperhitungkan kekurangan

pembayaran dari tahun 2010 sampai dengan 2013 dan sisa dana tunjangan Profesi guru

PnsD yang masih terdapat di Rekening Kas umum Daerah.

Data kekurangan pembayaran tunjangan Profesi guru PnsD dan sisa Dana di

Rekening Kas umum Daerah tersebut merupakan hasil audit badan Pengawasan Keuangan

dan Pembangunan (bPKP) yang dilakukan di Pemerintah Daerah seluruh indonesia.

berdasarkan laporan Hasil Audit bPKP tersebut diperoleh data sebagai berikut:

a. terdapat kelebihan pendanaan di 355 daerah dan total kelebihan pendanaan tersebut

adalah sebesar Rp2.356,49 miliar (dikarenakan daerah-daerah tersebut memiliki sisa

dana tunjangan Profesi guru PnsD di kas daerah sebesar Rp4.827,00 miliar, sementara

total kekurangan pembayaran sebesar Rp2.471,51 miliar).

b. terdapat kekurangan pendanaan di 122 daerah dan total kekurangan pendanaan

tersebut adalah sebesar Rp598,58 miliar (dikarenakan daerah-daerah tersebut memiliki

sisa dana tunjangan Profesi guru PnsD di kas daerah sebesar Rp1.241,00 miliar,

sementara total kekurangan pembayaran sebesar Rp1.839,56 miliar).

Page 116: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152723... · Provinsi, Kabupaten dan Kota di Indonesia ... tabel 3.12 Jumlah Daerah Penerima DAK 2014

PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan PublikIII/104

sesuai dengan laporan Hasil Audit tersebut, maka secara nasional, untuk

menanggulangi kurang bayar tunjangan Profesi guru PnsD tahun 2010-2013, Pemerintah

hanya perlu menyediakan dana sebesar Rp598,58 miliar saja dan pendanaan tersebut

langsung dapat ditampung dalam alokasi tPg PnsD 2014.

Alokasi tunjangan Profesi guru PnsD 2014 yang sudah memperhitungkan sisa dana di

Rekening Kas umum Daerah dan Kekurangan Pembayaran tunjangan Profesi guru PnsD

tahun 2010-2013 diilustrasikan pada tabel dibawah ini.

Hasil audit bPKP tersebut juga dijadikan dasar bagi Kementerian Pendidikan dan

Kebudayaan untuk menerbitkan sK Kurang bayar tunjangan Profesi guru PnsD tahun

2010-2013 dan selanjutnya digunakan oleh Pemerintah Daerah sebagai dasar untuk

membayar kurang bayar tunjangan Profesi guru PnsD.

Daerah yang mempunyai sisa dana di Rekening Kas umum Daerah, maka sisa

dana tersebut diperhitungkan sebagai saldo awal dan langsung dapat digunakan untuk

pembayaran guru pada triwulan i tahun 2014.

Page 117: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152723... · Provinsi, Kabupaten dan Kota di Indonesia ... tabel 3.12 Jumlah Daerah Penerima DAK 2014

PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik kebijakan Transfer ke daerah Tahun 2014 III/105

Mekanisme Penyaluran

Penyaluran tunjangan Profesi guru PnsD dari RKun ke RKuD dilakukan setiap

triwulan. Jumlah penyaluran triwulan i yang ditetapkan dalam PmK telah memperhitungkan

sisa dana yang terdapat dalam RKuD, sehingga bagi daerah yang masih memiliki sisa

dana maka penyaluran triwulan i lebih sedikit dibandingkan dengan penyaluran triwulan

ii, triwulan iii dan triwulan iV. Hal ini dimaksudkan agar sisa dana yang terdapat di RKuD

langsung digunakan oleh Pemda untuk membayar kebutuhan tPg PnsD di triwulan i.

Penyaluran triwulan i dari RKun ke RKuD dilakukan paling lambat bulan April,

sementara untuk triwulan ii paling lambat bulan Juni, triwulan iii paling lambata bulan

September dan Triwulan IV paling lambat bulan November. Penyaluran Triwulan I dilakukan

secara serentak seluruh indonesia dengan tanpa syarat, namun untuk penyaluran triwulan

ii dilakukan setelah Pemerintah Daerah menyampaikan laporan realisasi pembayaran

tunjangan Profesi guru PnsD semester ii tahun Anggaran sebelumnya. Penyaluran

triwulan iii dan triwulan iV dilaksanakan tanpa syarat setelah penyaluran triwulan ii

dilakukan.

Pemerintah Daerah membayarkan tunjangan Profesi guru PnsD kepada guru PnsD

yang berhak paling lambat 1 (satu) bulan setelah diterimanya dana tunjangan Profesi guru

PnsD di RKuD. Jadwal pembayaran ke guru PnsD untuk triwulan i adalah pada bulan

April, triwulan ii pada bulan Juli, triwulan iii pada bulan oktober dan triwulan iV pada bulan

Desember.

Jika terdapat kekurangan pembayaran guru PnsD setelah realisasi triwulan iV, yang

diakibatkan karena dana yang ditransfer ke RKuD tidak mencukupi seluruh kebutuhan

pembayaran tunjangan Profesi guru PnsD selama 12 bulan, maka Pemerintah Daerah

dapat melakukan optimalisasi dengan cara melakukan pembayaran berdasarkan jumlah

bulan. Kebijakan ini diharapkan agar guru-guru di daerah memperoleh hak yang sama.

Kebijakan Dana Tambahan Penghasilan Guru PNSD 2014

Alokasi Dana tambahan Penghasilan guru PnsD 2014 yang ditetapkan dalam

PmK adalah sebesar Rp945.865.970.000,00. Alokasi tersebut telah memperhitungkan

kekurangan pembayaran tambahan Pengahasilan guru PnsD dari tahun 2010 sampai

Page 118: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152723... · Provinsi, Kabupaten dan Kota di Indonesia ... tabel 3.12 Jumlah Daerah Penerima DAK 2014

PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan PublikIII/106

dengan 2013 dan juga telah memperhitungkan sisa dana yang masih terdapat di Rekening

Kas umum Daerah.

terdapat beberapa daerah yang tidak mendapat alokasi Dana tambahan Penghasilan

guru PnsD 2014 dikarenakan kebutuhan pembayaran lebih kecil dibandingan dengan sisa

dana yang masih terdapat di Rekening Kas umum Daerah.

Mekanisme Penyaluran

Penyaluran Dana tambahan Penghasilan guru PnsD dari RKun ke RKuD dilakukan

tiap triwulan dengan besaran tiap penyaluran adalah 1/4 (seperempat) dari alokasi per

daerah. Jadwal penyaluran triwulan i, triwulan ii, triwulan iii dan triwulan iV masing-masing

paling lambat bulan April, Juni, September, dan November.

Penyaluran triwulan i dilakukan secara serentak seluruh indonesia dengan tanpa syarat,

namun untuk penyaluran triwulan ii dilakukan setelah Pemerintah Daerah menyampaikan

laporan realisasi pembayaran Dana tambahan Penghasilan guru PnsD semester ii tahun

Anggaran sebelumnya. Penyaluran triwulan iii dan triwulan iV dilaksanakan tanpa syarat

setelah penyaluran triwulan ii dilakukan.

Pembayaran kepada guru yang berhak oleh Pemerintah Daerah dilaksanakan paling

lama 1 (satu) bulan setelah diterimanya dana tambahan Penghasilan guru PnsD di RKuD.

Jadwal pembayaran ke guru PnsD untuk triwulan i adalah pada bulan April, triwulan ii

pada bulan Juli, triwulan iii pada bulan oktober dan triwulan iV pada bulan Desember.

Jika terdapat kekurangan pembayaran guru PnsD setelah realisasi triwulan iV, yang

diakibatkan karena dana yang ditransfer ke RKuD tidak mencukupi seluruh kebutuhan

pembayaran tambahan Penghasilan guru PnsD selama 12 bulan, maka Pemerintah

Daerah dapat melakukan optimalisasi dengan cara melakukan pembayaran berdasarkan

jumlah bulan. Kebijakan ini diharapkan agar guru-guru di daerah memperoleh hak yang

sama.

Page 119: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152723... · Provinsi, Kabupaten dan Kota di Indonesia ... tabel 3.12 Jumlah Daerah Penerima DAK 2014

PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik kebijakan Transfer ke daerah Tahun 2014 III/107

3.2.5. Kebijakan Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS)

Dalam tahun 2014, bos ditetapkan sebesar Rp24.074,700 miliar, ditujukan terutama

untuk stimulus bagi daerah dan bukan sebagai pengganti dari kewajiban daerah untuk

menyediakan anggaran pendidikan (bosDA) dan atau bantuan operasional Pendidikan.

Adapun unit satuan biaya dalam bos 2014 adalah sebagai berikut:

a. untuk sD/sDlb Kabupaten/Kota sebesar Rp580.000; dan

b. untuk smP/smPlb Kabupaten/Kota sebesar Rp710.000.

bos digunakan terutama untuk biaya non personalia bagi satuan pendidikan dasar

sebagai pelaksana program wajib belajar, dan dimungkinkan untuk mendanai beberapa

kegiatan lain sesuai petunjuk teknis mendikbud.

Alokasi bos per daerah berdasarkan data jumlah siswa dari Kemendikbud.Penyaluran

BOS dilakukan dari RKUN ke RKUD Provinsi, dan untuk selanjutnya diteruskan ke sekolah

melalui mekanisme hibah. Alokasi dan tata cara penyaluran bos ditetapkan dalam PmK.

Dalam perhitungan alokasi bos tA 2014, disepakati kebijakan untuk ‘sekolah kecil’

dengan rincian sebagai berikut:

a. sD dengan jumlah siswa kurang dari 80 orang akan diberikan alokasi minimal sebesar

80 siswa x Rp580 ribu; dan

b. smP dengan jumlah siswa kurang dari 120 orang akan diberikan alokasi minimal

sebesar 120 siswa x Rp710 ribu

Penyaluran Dana BOS

berdasarkan PmK nomor 201 tahun 2013 tentang Pedoman umum dan Alokasi

bantuan operasional sekolah tahun Anggaran 2014 bahwa mekanisme penyaluran bos

TA 2014 dilakukan melalui pemindahbukuan dana dari RKUN ke RKUD Provinsi, untuk

selanjutnya diteruskan secara langsung ke satuan Pendidikan Dasar dalam bentuk hibah.

Ketentuan penyaluran Dana bos tahun 2014 adalah sebagai berikut:

1. Penyaluran bos untuk daerah tidak terpencil

Page 120: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152723... · Provinsi, Kabupaten dan Kota di Indonesia ... tabel 3.12 Jumlah Daerah Penerima DAK 2014

PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan PublikIII/108

Penyaluran bosuntuk daerah tidak terpencildilakukan secara triwulanan, yaitu:

a. triwulan i dilakukan paling lambat 14 (empat belas) hari kerja setelah Peraturan

menteri Keuangan ini diundangkan;

b. triwulan ii dilakukan paling lambat 7 (tujuh)hari kerja pada awal bulan April 2014;

c. triwulan iii dilakukan paling lambat 7 (tujuh) hari kerja pada awal bulan Juli 2014;

d. triwulan iV dilakukan paling lambat 7 (tujuh) hari kerja pada awal bulan oktober

2014.

2. Penyaluran bos untuk daerah terpencil

Penyaluran bos satuan Pendidikan Dasar di daerah terpencil dilakukan secara

semesteran, yaitu:

a. semester pertama dilakukan paling lama 14(empat belas) hari kerja setelah PmK

ini diundangkan;

b. semester kedua dilakukan paling lama 7 (tujuh) hari kerja pada awal bulan Juli

2014.

3.2.6. Kebijakan Dana Insentif Daerah (DID)DiD dialokasikan kepada daerah sebagai penghargaan atas pencapaian kinerja daerah

di bidang pengelolan keuangan, kinerja pendidikan, dan kinerja ekonomi dan kesejahteraan

dan ditujukan untuk membantu daerah dalam rangka melaksanakan fungsi pendidikan

sebagai kebijakan Pemerintah Pusat. Penghargaan kepada daerah tersebut merupakan

penjabaran dari tujuan utama dan arah kebaijakan dari pengalokasian DiD. tujuan utama

dialokasikannya DiD adalah sebagai berikut:

1. mendorong agar daerah berupaya untuk mengelola keuangannya dengan lebih baik

yag ditunjukkan dengan perolehan opini badan Pemeriksa Keuangan (bPK) terhadap

laporan Keuangan Pemda (lKPD). sejalan dengan penjelasan uu 17/2003 bab i.

Asas-asas umum pengelolaan keuangan negara ditujukan agar pengelolaan seluruh

kebijakan, kegiatan, dan hubungan hukum yang berkaitan dengan dengan pemilikan

pemilikan atau penguasaan obyek hukum keuangan negara dapat memberikan daya

dukung penyelenggaraan pemerintahan yang optimal. Asas-asas tersebut meliputi (1)

akuntabilitas yang berorientasi pada hasil; (2) profesionalitas; (3) proporsionalitas; (4)

keterbukaan dalam pengelolaan keuangan negara; (5) pemeriksaan keuangan oleh

badan pemeriksa yang bebas dan mandiri. Asas-asas baru ini sebagai pencerminan

Page 121: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152723... · Provinsi, Kabupaten dan Kota di Indonesia ... tabel 3.12 Jumlah Daerah Penerima DAK 2014

PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik kebijakan Transfer ke daerah Tahun 2014 III/109

penerapan kaidah-kaidah yang baik (best practices) yang didukung oleh asas-asas

umum yang sebelumnya telah dipakai, seperti : asas tahunan, asas universalitas, asas

kesatuan, dan asas spesialitas.

2. mendorong agar daerah berupaya untuk selalu menetapkan APbD tepat waktu dan

mencapai kinerja dalam pengelolaan keuangan daerahnya (administrasi dan impact-

nya).

Dalam perkembangannya, kebijakan DiD telah mengalami penyempurnaan dari

sejak dialokasikannya pada tahun 2010. Penyempurnaannya meliputi: (1) pembagian

porsi alokasi bagi provinsi dan kabupaten/kota; (2) menerapkan kriteria kinerja utama; (3)

memasukkan kriteria kinerja pendidikan; (4) mengubah penyampaian perda APbD tepat

waktu menjadi penetapan perda APBD tepat waktu; (5) mengganti sub kriteria kinerja inflasi

menjadi sub kriteria yang menghubungkan kemampuan fiskal daerah dengan IPM; dan (6)

memberikan alokasi minimum.

Tabel 3.17 Kebijakan Perhitungan DID Tahun 2010-2014

No. Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012

1. Belum ada kriteria utama sebagai eligibilitas eksklusif

Kriteria utama sebagai eligibilitas eksklusif, yaitu:

1. Opini WTP atau WTP

2. APBD tepat waktu

Sama 2011

2. Kriteria kinerja terdiri dari:

1. Keuangan

2. Ekonomi dan Kesejahteraan

Kriteria kinerja terdiri dari:

1. Keuangan

2. Pendidikan, dan

3. Ekonomi dan Kesejahteraan

Sama 2011

3. Porsi pembagian alokasi:

1. Provinsi sebesar 20%

2. Kabupaten/kota 80%

Porsi pembagian alokasi:

1. Provinsi sebesar 10%

2. Kabupaten/kota 90%

Sama 2011

4. Variabel kinerja keuangan

Penyampaian Perda APBD tepat waktu

Variabel kinerja keuangan

Penyampaian Perda APBD tepat waktu

Penambahan variabel kinerja keuangan: Penyampaian LKPD kepada BPK secara tepat waktu

Page 122: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152723... · Provinsi, Kabupaten dan Kota di Indonesia ... tabel 3.12 Jumlah Daerah Penerima DAK 2014

PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan PublikIII/110

No. Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012

5. Untuk belanja fungsi pendidikan Sama 2010 Untuk belanja fungsi pendidikan, diutamakan rehabilitasi ruang kelas SD dan SMP

6. Belum memberikan alokasi minimum

Sama 2010 Alokasi minimum untuk daerah dengan opini WTP dan Penetapan Perda APBD tepat waktu

Tahun 2013 Tahun 2014

Kriteria utama sebagai eligibilitas eksklusif, yaitu:

1. Opini WTP atau WDP

2. APBD tepat waktu

Sama 2013

Kriteria kinerja terdiri dari:

1. Keuangan

2. Pendidikan, dan

3. Ekonomi dan Kesejahteraan

Sama 2013, mengevaluasi bobot kinerja dan sub kriteria kinerja

Porsi pembagian alokasi:

1. Provinsi sebesar 10%

2. Kabupaten/kota 90%

Sama 2013

Variabel kinerja keuangan daerah: Opini BPK atas LKPD, Penetapan Perda APBD tepat waktu, Effort Peningkatan PAD, dan penyampaian LKPD tepat waktu

Sama 2013

Untuk belanja fungsi pendidikan

Sama dengan 2012

Alokasi minimum Rp 2 miliar untuk daerah dengan:

1. Opini WTP; dan

2. Penetapan Perda APBD tepat waktu

Untuk belanja fungsi pendidikan

Alokasi minimum Rp 2 miliar untuk daerah dengan:

1. Opini WTP, dan

2. Penetapan Perda APBD tepat waktu

Page 123: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152723... · Provinsi, Kabupaten dan Kota di Indonesia ... tabel 3.12 Jumlah Daerah Penerima DAK 2014

PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik kebijakan Transfer ke daerah Tahun 2014 III/111

Tahun 2013 Tahun 2014

Alokasi minimum Rp 3 miliar untuk daerah dengan:

1. Opini WTP; dan

2. Penyampaian LKPD tepat waktu; dan

3. Penetapan Perda APBD tepat waktu; serta

4. Lulus Passing Grade

Alokasi minimum Rp 3 miliar untuk daerah dengan:

1. Opini WTP; dan

2. Penyampaian LKPD tepat waktu; dan

3. Penetapan Perda APBD tepat waktu

sumber: DJPK, Kemenkeu

Penghitungan DiD tahun 2014 sebagaimana DiD tahun 2013 menggunakan Kriteria

Kinerja dan batas minimum Kelulusan Kinerja (Passing grade). Kriteria Kinerja terdiri dari

Kriteria Kinerja utama, Kriteria Kinerja Keuangan Daerah, Kriteria Kinerja Pendidikan,

serta Kriteria Kinerja ekonomi dan Kesejahteraan. tahapan penghitungan DiD terdiri dari

penentuan daerah penerima dan penghitungan besaran alokasi DiD. Penentuan daerah

penerima berdasarkan identifikasi daerah dalam memenuhi Kriteria Kinerja Utama dan

memenuhi passing grade yang ditentukan secara statistik. skor atau nilai kinerja daerah

merupakan hasil penghitungan dari Kriteria Kinerja Keuangan Daerah, Kriteria Kinerja

Pendidikan, serta Kriteria Kinerja ekonomi dan Kesejahteraan. Apabila suatu daerah tidak

memenuhi Kriteria Kinerja utama, maka daerah tersebut tidak dapat mengikuti saringan

berikutnya yaitu penghitungan alokasi.

batas passing grade adalah nilai minimum tertentu atas hasil pembobotan terhadap

masing-masing unsur penilaian terhadap kinerja daerah dari kinerja keuangan, kinerja

pendidikan, serta kinerja ekonomi dan kesejahteraan. DiD digunakan untuk melaksanaan

fungsi pendidikan tersebut merupakan pengalokasian belanja fungsi pendidikan yang

dianggarkan dalam APbD dan/atau APbD Perubahan tahun Anggaran 2013 yang menjadi

kewenangan/urusan daerah untuk membiayai penyelenggaraan pendidikan yang menjadi

tanggung jawab Pemda.

Page 124: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152723... · Provinsi, Kabupaten dan Kota di Indonesia ... tabel 3.12 Jumlah Daerah Penerima DAK 2014

PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan PublikIII/112

Daerah yang memenuhi kriteria kinerja utama dan bersifat eligibilitas mutlak

yaitu:

a. daerah yang mendapatkan opini Wajar tanpa Pengecualian (WtP) atau daerah

yang mendapatkan opini Wajar Dengan Pengecualian (WDP) dari bPK atas lKPD;

dan

b. daerah yang menetapkan Perda mengenai APbD secara tepat waktu.

Daerah yang memenuhi kriteria kinerja keuangan adalah:

a. daerah yang meningkatkan atau mempertahankan kualitas lKPD untuk

memperoleh opini WtP atau WDP dari bPK;

b. daerah yang menetapkan perda mengenai APbD secara tepat waktu setiap

tahunnya;

c. daerah yang mencapai kenaikan PAD di atas rata-rata nasional; dan

d. daerah yang menyampaikan lKPD kepada bPK secara tepat waktu setiap

tahunnya.

Daerah yang memenuhi kriteria kinerja pendidikan adalah:

a. daerah yang mencapai Angka Partisipasi Kasar (APK) sekolah Dasar dan

sederajatnya di atas rata-rata nasional dan/atau daerah yang mampu mencapai

Angka Partisipasi Kasar sekolah menengah Pertama dan sederajatnya di atas

rata-rata nasional; dan

b. daerah yang mengurangi jarak indeks Pembangunan manusia (iPm) terhadap iPm

ideal (100) di atas rata-rata nasional.

Page 125: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152723... · Provinsi, Kabupaten dan Kota di Indonesia ... tabel 3.12 Jumlah Daerah Penerima DAK 2014

PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik kebijakan Transfer ke daerah Tahun 2014 III/113

Daerah yang memenuhi kriteria kinerja ekonomi dan kesejahteraan adalah:

a. daerah yang mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi di atas rata-rata tingkat

pertumbuhan ekonomi nasional;

b. daerah yang mengurangi tingkat kemiskinan di atas rata-rata pengurangan tingkat

kemiskinan nasional;

c. daerah yang mengurangi tingkat pengangguran di atas rata-rata pengurangan

tingkat pengangguran nasional; dan

d. daerah yang memiliki Kemampuan Fiskal Daerah terhadap indeks Pembangunan

manusia-nya.

Kebijakan Penghitungan DID tahun 2014Penyempurnaan kebijakan penghitungan DiD tahun 2014 dilakukan dengan tujuan

agar lebih mendorong daerah ke arah pencapaian kinerja pengelolaan keuangan daerah

yang lebih baik serta menjaga momentum perbaikan yang ada dari kondisi sekarang yang

telah dicapai daerah bila dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Ditandai dengan

perkembangan daerah yang mendapatkan opini WtP dari tahun 2009 yaitu hanya 15 daerah

menjadi 116 daerah pada tahun 2012 serta lebih mendorong daerah dalam menetapkan

perda APbD-nya tepat waktu. Kebijakan penghitungan DiD tahun 2014, meliputi :

1. Kebijakan penetapan pemberian bobot pencapaian opini bPK atas lKPD dan

penetapan perda APbD yang meningkat.

2. Kebijakan pemberian Alokasi minimum (Am) bagi daerah yang telah mendapatkan opini

WtP, tanpa melihat ketentuan “lulus Passing Grade”.

Tabel 3.18 Bobot Penilaian Perhitungan DID Tahun 2013 dan 2014

No. KriteriaBobot Penilaian

2013Bobot Penilaian

2014

Kriteria Kinerja Keuangan 50% 50%

1. Opini BPK atas LKPD 30% 35%

2. Penetapan Perda APBD tepat waktu 30% 35%

Page 126: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152723... · Provinsi, Kabupaten dan Kota di Indonesia ... tabel 3.12 Jumlah Daerah Penerima DAK 2014

PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan PublikIII/114

No. KriteriaBobot Penilaian

2013Bobot Penilaian

2014

3. Effort Peningkatan PAD 20% 15%

4. Penyampaian LKPD tepat waktu 20% 15%

Total Bobot Penilaian Kriteria Kinerja Keuangan Daerah 100% 100%

Kriteria Kinerja Pendidikan 25% 25%

1. Partisipasi Sekolah (APK) 50% 50%

2. Reduction Shortfall IPM 50% 50%

Total Bobot Penilaian Kinerja Pendidikan 100% 100%

Kriteria Kinerja Ekonomi dan Kesejahteraan 25% 25%

1. Pertumbuhan Ekonomi 30% 30%

2. Penurunan Tingkat Kemiskinan 30% 30%

3. Penurunan TIngkat Pengangguran 20% 20%

4. Kluster Kemampuan Fiskal Daerah (KFD) 20% 20%

Total Bobot Penilaian Kinerja Ekonomi dan Kesejahteraan 100% 100%

sumber: DJPK, Kemenkeu

Tabel 3.19 Kebijakan Alokasi Minimum Perhitungan DID Tahun 2013 dan 2014

AM

DID Tahun 2013 DID Tahun 2014

WTPPerda APBD

LKPDPassing Grade

WTPPerda APBD

LKPD

Rp 3 M Đ Đ Đ Đ Đ Đ Đ

Rp 2 M Đ Đ Đ Đ Đ

Rp 2 M Đ Đ

sumber: DJPK, Kemenkeu

Penyaluran Dana Insentif Daerah (DID)Penyaluran DiD dilakukan dengan cara pemindahbukuan dari RKun ke RKuD secara

sekaligus. Alokasi DiD tahun 2014 sebesar Rp1.387,8 miliar ditetapkan dengan PmK

nomor 8/PmK.07/2014 tanggal 13 Januari 2014 tentang Pedoman umum dan Alokasi Dana

Page 127: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152723... · Provinsi, Kabupaten dan Kota di Indonesia ... tabel 3.12 Jumlah Daerah Penerima DAK 2014

PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik kebijakan Transfer ke daerah Tahun 2014 III/115

insentif Daerah tahun Anggaran 2014. Penyaluran DiD dilakukan setelah Daerah penerima

menyampaikan kepada Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan, berupa:

a. Perda mengenai APbD tA 2014;

b. surat Pernyataan tanggung Jawab mutlak dari Kepala Daerah yang menyatakan akan

mencantumkan DiD dalam APbD dan/atau APbD-P tahun anggaran bersangkutan

dan bertanggung jawab penuh atas pelaksanaan kegiatan yang didanai dari DiD tahun

2014.

Penyaluran DiD tahun 2014 meniadakan penyampaian rencana penggunaan DiD.

Penggunaan DiD diserahkan kepada Pemda dengan mengikuti ketentuan sebagai berikut :

1. DiD digunakan untuk mendanai belanja fungsi pendidikan dan dianggarkan dalam

APbD dan/atau APbD Perubahan.

2. belanja fungsi pendidikan yang dimaksud adalah belanja fungsi pendidikan sesuai

dengan kewenangan/ urusan daerah dan yang menjadi tanggung jawab Pemda.

3. DiD tidak dapat digunakan untuk mendanai:

a. dana pendamping DAK;

b. kegiatan yang telah didanai oleh bos dari Pemerintah Pusat;

c. pendidikan kedinasan;

d. hibah kepada perusahaan daerah; dan

e. bantuan sosial.

3.2.7. Kebijakan Dana Proyek Pemerintah Daerah dan Desentralisasi (P2D2)

P2D2 merupakan pinjaman program Pemerintah Pusat yang bersumber dari bank

Dunia dalam rangka memperkuat transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan DAK

khususnya bidang infrastruktur dengan melakukan perbaikan (reform) sistem monitoring

dan evaluasi pelaksanaan DAK.

P2D2 adalah Dana yang bersumber dari APbn dan di alokasikan sebagai insentif

kepada daerah percontohan P2D2 berdasarkan hasil Verifikasi Keluaran sesuai dengan

Perjanjian Pinjaman antara Pemerintah Republik indonesia dan bank Dunia tentang Proyek

Pemda dan Desentralisasi. Dana P2D2 bertujuan untuk memberikan penghargaan (reward)

Page 128: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152723... · Provinsi, Kabupaten dan Kota di Indonesia ... tabel 3.12 Jumlah Daerah Penerima DAK 2014

PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan PublikIII/116

kepada daerah atas pelaksanaan DAK yang telah memenuhi standar kualitas output yang

ditentukan dalam kurun waktu yang tepat.

Daerah percontohan P2D2 meliputi 5 (lima) Provinsi yaitu Provinsi Jambi, Jawa

timur, Kalimantan tengah, sulawesi barat, dan maluku utara yang dipilih berdasarkan

keberagaman secara geografis mewakili wilayah barat, tengah, dan timur Indonesia;

kinerja pelaporan DAK selama ini; kemampuan menyerap alokasi DAK; dan kesuksesan

dalam menghasilkan output yang didanai dari DAK. Dalam pemilihan kabupaten/kota

daerah percontohan P2D2 ditentukan berdasarkan kriteria daerah penerima alokasi DAK

di lima provinsi tersebut dan mengirimkan surat kesediaan berpartisipasi dalam P2D2

(Commitment Letter) kepada Pemerintah Pusat. Adapun daerah percontohan P2D2 tahun

2014 terdiri dari 75 daerah di 5 provinsi percontohan.

Verifikasi Keluaran adalah proses verifikasi atas keluaran pelaksanaan DAK Bidang

infrastruktur di Daerah Percontohan P2D2 dengan hasil yang sesuai dengan kriteria yang

telah ditetapkan serta dalam kurun waktu yang tepat berdasarkan hasil Verifikasi Keluaran

yang dilakukan oleh badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (bPKP) sesuai dengan

ketentuan Perjanjian Verifikasi antara BPKP dan Bank Dunia.

DAK bidang infrastruktur yang di verifikasi adalah bidang infrastruktur jalan, bidang

infrastruktur irigasi dan bidang infrastruktur air minum. Adapun besaran yang dialokasikan

kepada masing-masing daerah penerima P2D2 sebesar maksimal 10% (sepuluh persen)

dari nilai Verifikasi Keluaran yang dibagi secara proporsional. Penyaluran Dana P2D2

kepada daerah penerima dilakukan sekaligus setelah ditetapkannya PmK mengenai

alokasi dana P2D2.

Web Based Reporting System Dana Alokasi Khusus (WBRS-DAK)Dalam rangka meningkatkan akuntabilitas pelaksanaan DAK baik dari sisi

keuangan maupun teknis, DJPK telah membangun suatu aplikasi pelaporan DAK

berbasis web yang diberi nama Web-Based Reporting System Dana Alokasi Khusus

(WbRs) DAK pada tA 2011 melalui P2D2. Dengan adanya aplikasi ini maka seluruh

informasi proyek di daerah yang dibiayai dari DAK dapat disajikan secara cepat,

lengkap, dan akurat. Dari aplikasi ini dapat diperoleh informasi mengenai lokasi

proyek (titik koordinat latitude dan longitude), gambar (foto) riil proyek, kemajuan fisik,

dan penggunaan/penyerapan dana.

Page 129: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152723... · Provinsi, Kabupaten dan Kota di Indonesia ... tabel 3.12 Jumlah Daerah Penerima DAK 2014

PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik kebijakan Transfer ke daerah Tahun 2014 III/117

Aplikasi tersebut telah diterapkan di 5 provinsi (berikut kabupaten/kota di

dalamnya) sebagai pilot project yaitu: Jambi, Jawa timur, Kalimantan tengah,

sulawesi barat, dan maluku utara mulai tA 2012. saat ini Aplikasi WbRs-DAK hanya

diterapkan pada DAK bidang infrastruktur (jalan, irigasi, dan air minum). Diharapkan

pada masa mendatang aplikasi ini bisa diterapkan di provinsi/kabupaten/kota seluruh

indonesia dan mencakup seluruh bidang DAK.

Key success factors implementasi Aplikasi WbRs-DAK adalah keterlibatan aktif

para petugas di Pemda dalam memasukkan data ke dalam aplikasi. Ada 4 kelompok

besar petugas yang bertanggung jawab terhadap keberhasilan implementasi Aplikasi

WbRs-DAK di Pemda yaitu: Administrator, operator Dinas Pendapatan Pengelolaan

Keuangan dan Aset, operator sKPD, dan Pemantau.

Administrator bertanggungjawab mengelola username dan password seluruh

user di Pemda yang bersangkutan. operator DPPKA bertanggungjawab memasukkan

data seluruh sP2D untuk semua bidang DAK. operator sKPD bertanggungjawab

memasukkan seluruh data perencanaan, pemaketan, dan pelaksanaan proyek yang

dibiayai dari DAK (saat ini hanya terbatas pada DAK bidang infrastruktur saja).

sedangkan kelompok Pemantau adalah pengguna informasi yang disajikan oleh

Aplikasi WbRs-DAK. Yang termasuk dalam kelompok Pemantau antara lain adalah

bappeda, gubernur/bupati/Walikota dan Wakil gubernur/Wakil bupati/Wakil Walikota.

Namun berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi terhadap implementasi

Aplikasi WbRs-DAK yang dilakukan pada akhir bulan september hingga pertengahan

Desember 2012, ditemukan fakta bahwa petugas Pemda belum optimal terlibat aktif

dalam implementasi Aplikasi WbRs-DAK.

Ada 2 faktor utama penyebab belum optimalnya keterlibatan petugas Pemda

dalam implementasi Aplikasi WbRs-DAK yaitu:

a. Transfer knowledge kepada para petugas Pemda belum maksimal karena waktu

pelaksanaan bimtek Penggunaan Aplikasi WbRs-DAK yang sangat terbatas; dan

b. Kendala teknis berupa kesulitan mengakses Aplikasi WbRs-DAK karena

rendahnya kualitas infrastruktur jaringan internet di beberapa daerah (terutama

wilayah indonesia timur).

Page 130: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152723... · Provinsi, Kabupaten dan Kota di Indonesia ... tabel 3.12 Jumlah Daerah Penerima DAK 2014

PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan PublikIII/118

Aplikasi WbRs-DAK yang sudah ada saat ini adalah aplikasi berbasis web, di

mana untuk mengaksesnya pengguna harus mempunyai koneksi internet. Kondisi ini

mengakibatkan beberapa daerah yang infrastruktur jaringan internetnya kurang baik

mengalami kesulitan untuk mengakses Aplikasi WbRs-DAK. oleh karena itu, pada

tahun anggaran 2013, DJPK akan membangun Aplikasi WbRs-DAK Versi Offline agar

Pemda bisa tetap aktif mengisikan data ke dalam Aplikasi WbRs-DAK meskipun

koneksi internet di daerah yang bersangkutan sangat terbatas. implementasi Aplikasi

WBRS-DAK Versi Offline diutamakan di daerah (provinsi/kabupaten/kota) Kalimantan

Tengah, Provinsi Sulawasi Barat, dan Maluku Utara. Oleh karena itu, dalam rangka

transfer knowledge kepada para petugas Pemda terkait Aplikasi WbRs-DAK Versi

Offline, DJPK akan melakukan bimtek untuk aplikasi ini hanya di 3 daerah tersebut.

Pemda di luar 3 daerah dimaksud apabila menghendaki bimtek untuk Aplikasi WbRs-

DAK Vers Offline dapat menyampaikan surat permintaan resmi kepada DJPK. selain

itu, DJPK selalu siap setiap saat untuk memberikan bimtek Penggunaan Aplikasi

WbRs-DAK (Versi Online) apabila ada permintaan dari Pemda.

Page 131: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152723... · Provinsi, Kabupaten dan Kota di Indonesia ... tabel 3.12 Jumlah Daerah Penerima DAK 2014

PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik kebijakan HkPd dalam rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik IV/119

bab iV

KebijaKan hubungan Keuangan Pusat daerah dalaM rangKa

PeningKatan Kualitas Pelayanan PubliK

4.1. Peningkatan Pendapatan Daerah

Kebijakan Perpajakan dan Retribusi DaerahPemberian kewenangan yang semakin besar kepada daerah dalam penyelenggaraan

pemerintahan dan pelayanan kepada masyarakat diikuti pula dengan pemberian

kewenangan yang besar dalam perpajakan dan retribusi. basis pajak kabupaten dan kota

yang sangat terbatas mengakibatkan daerah selalu mengalami kesulitan untuk memenuhi

kebutuhan pengeluarannya.

Ketergantungan daerah yang sangat besar terhadap dana perimbangan dari pusat

dalam banyak hal kurang mencerminkan akuntabilitas daerah. Pemerintah Daerah (Pemda)

tidak terdorong untuk mengalokasikan anggaran secara efisien dan masyarakat setempat

tidak ingin mengontrol anggaran daerah karena merasa tidak dibebani dengan pajak dan

retribusi. oleh karena itu, untuk meningkatkan akuntabilitas penyelenggaraan otonomi

daerah, Pemda diberi kewenangan yang lebih besar dalam perpajakan dan retribusi.

berkaitan dengan pemberian kewenangan sebagaimana telah diatur dalam undang-

Page 132: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152723... · Provinsi, Kabupaten dan Kota di Indonesia ... tabel 3.12 Jumlah Daerah Penerima DAK 2014

PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan PublikIV/120

undang nomor 32 tahun 2004 (uu 32/2004) tentang Pemerintahan Daerah dan undang-

undang nomor 28 tahun 2009 (uu 28/2009) tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah

(PDRD), maka perluasan kewenangan perpajakan dilakukan dengan memperluas basis

pajak daerah dan memberikan kewenangan kepada daerah dalam penetapan tarif.

Pengaturan PDRD di dalam uu 28/2009 didasarkan pada prinsip demokrasi,

pemerataan dan keadilan, peran serta masyarakat dan akuntabilitas, serta dengan

memperhatikan potensi daerah. Penerbitan uu 28/2009 merupakan langkah yang strategis

dan monumental dalam memantapkan kebijakan desentralisasi fiskal, khususnya dalam

rangka membangun hubungan keuangan antara Pusat dan Daerah yang lebih ideal.

sebagai salah satu bagian dari continuous improvement, uu 28/2009 memiliki 3 (tiga)

hal utama, yaitu penyempurnaan sistem pemungutan PDRD, pemberian kewenangan

yang lebih besar kepada daerah di bidang perpajakan (local taxing empowerment), dan

peningkatan efektifitas pengawasan.

Penyempurnaan sistem pemungutan PDRD dilakukan dengan mengubah sistem

daftar terbuka (open-list) menjadi daftar tertutup (closed-list), sehingga jenis pajak yang

dapat dipungut oleh daerah adalah hanya jenis pajak yang telah ditetapkan berdasarkan

uu 28/2009 dimaksud. Daerah tidak diberikan kewenangan dan tidak diperbolehkan untuk

menetapkan jenis pajak baru di luar yang telah ditentukan undang-undang (uu). Hal yang

demikian akan memberikan kepastian bagi masyarakat dan dunia usaha dalam memenuhi

kewajiban perpajakannya.

sedangkan penguatan local taxing power dilakukan dengan cara antara lain,

menambah jenis PDRD, memperluas basis PDRD yang sudah ada, menaikkan tarif

maksimum beberapa jenis pajak daerah, mengalihkan beberapa jenis pajak pusat menjadi

pajak daerah, serta memberikan kewenangan penetapan tarif PDRD kepada daerah sesuai

batasan yang ditetapkan dalam uu.

Perluasan basis pajak dilakukan sesuai dengan prinsip pajak yang baik. Pajak

yang diterapkan tidak akan menyebabkan ekonomi biaya tinggi dan/atau menghambat

mobilitas penduduk, lalu lintas barang dan jasa antar daerah, dan kegiatan ekspor impor.

Perluasan basis pajak daerah dilakukan dengan memperluas basis pajak yang sudah ada,

mendaerahkan pajak pusat, dan menambah jenis pajak baru. Perluasan atas basis pajak

yang sudah ada dilakukan untuk Pajak Kendaraan bermotor (PKb) dan bea balik nama

Kendaraan bermotor (bbnKb) yang diperluas hingga mencakup kendaraan Pemerintah

Pusat. Pajak Hotel diperluas hingga mencakup seluruh persewaan di hotel, sedangkan

Page 133: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152723... · Provinsi, Kabupaten dan Kota di Indonesia ... tabel 3.12 Jumlah Daerah Penerima DAK 2014

PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik kebijakan HkPd dalam rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik IV/121

Pajak Restoran diperluas hingga mencakup pelayanan katering. Kemudian terdapat 4

(empat) jenis pajak baru bagi daerah, yaitu Pajak bumi dan bangunan Perdesaan dan

Perkotaan (Pbb-P2), bea Perolehan Hak Atas tanah dan bangunan (bPHtb), Pajak sarang

burung Walet, dan Pajak Rokok. Pbb-P2 dan bPHtb sebelumnya merupakan pajak pusat

yang kemudian dialihkan menjadi pajak daerah, sedangkan Pajak sarang burung Walet

merupakan pajak baru bagi kabupaten/kota.

berkaitan dengan pemberian kewenangan dalam penetapan tarif untuk menghindari

penetapan tarif pajak yang tinggi yang dapat menambah beban bagi masyarakat secara

berlebihan, daerah hanya diberi kewenangan untuk menetapkan tarif pajak dalam batas

maksimum yang ditetapkan dalam uu 28/2009. selain itu, untuk menghindari perang tarif

pajak antar daerah untuk objek pajak yang mudah bergerak, seperti kendaraan bermotor,

dalam uu 28/2009 juga ditetapkan tarif minimum untuk PKb. Dengan perluasan basis

pajak yang disertai dengan pemberian kewenangan dalam penetapan tarif tersebut, maka

jenis pajak yang dapat dipungut oleh daerah hanya yang ditetapkan dalam uu 28/2009.

selanjutnya untuk meningkatkan akuntabilitas pengenaan pungutan, dalam uu 28/2009

diatur bahwa sebagian hasil penerimaan pajak dialokasikan untuk membiayai kegiatan

yang berkaitan dengan pajak tersebut.

Adapun untuk meningkatkan efektivitas pengawasan, di dalam UU 28/2009 juga

telah diatur instrumen pengawasan yang cukup efektif yang dilakukan secara preventif

dan korektif. setiap Peraturan Daerah (Perda) Kabupaten/Kota tentang pajak dan retribusi

sebelum dilaksanakan harus dievaluasi terlebih dahulu oleh Gubernur dan Perda Provinsi

tentang pajak dan retribusi di evaluasi oleh Menteri Dalam Negeri (Mendagri). Hasil

evaluasi Perda tersebut harus dikoordinasikan kepada Menteri Keuangan (Menkeu).

selain itu, terhadap daerah yang menetapkan kebijakan di bidang PDRD yang melanggar

ketentuan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi akan dikenakan sanksi

berupa penundaan dan/atau pemotongan dana alokasi umum dan/atau dana bagi hasil.

Hal ini sebagai langkah untuk menghindarkan timbulnya berbagai pungutan daerah yang

bermasalah dan tumpang tindih yang dapat menghambat upaya penciptaan iklim investasi

yang kondusif di daerah.

berdasarkan hal-hal tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa dengan

diberlakukannya uu 28/2009 maka kemampuan daerah untuk membiayai kebutuhan

pengeluarannya semakin besar, karena daerah dapat dengan mudah menyesuaikan

pendapatannya sejalan dengan adanya peningkatan basis pajak daerah dan diskresi dalam

Page 134: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152723... · Provinsi, Kabupaten dan Kota di Indonesia ... tabel 3.12 Jumlah Daerah Penerima DAK 2014

PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan PublikIV/122

penetapan tarif. sedangkan di sisi lain, dengan tidak diberikannya kewenangan kepada

daerah untuk menetapkan jenis pajak dan retribusi baru selain yang telah ditetapkan dalam

uu 28/2009, maka hal tersebut akan memberikan kepastian bagi masyarakat dan dunia

usaha yang pada gilirannya diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat dalam

memenuhi kewajiban perpajakannya.

Implementasi Kebijakan Pemungutan Pajak Rokok

Pajak Rokok merupakan jenis pajak daerah yang pemungutannya secara efektif

mulai dilaksanakan pada tanggal 1 Januari 2014. Penetapan Pajak Rokok sebagai objek

pajak daerah pada dasarnya merupakan bentuk dari pelaksanaan perluasan kewenangan

perpajakan yang dilakukan dengan memperluas basis pajak daerah dan memberikan

kewenangan kepada daerah dalam penetapan tarif. sebagaimana juga telah disampaikan

di atas, bahwa uu 28/2009 memiliki semangat untuk melaksanakan kebijakan dalam hal

penyempurnaan sistem pemungutan PDRD, pemberian kewenangan yang lebih besar

kepada daerah di bidang perpajakan (local taxing empowerment), dan peningkatan

efektifitas pengawasan. Penguatan local taxing power dilakukan dengan cara menambah

jenis PDRD, memperluas basis PDRD yang sudah ada, mengalihkan beberapa jenis pajak

pusat menjadi pajak daerah, serta memberikan diskresi kepada daerah dalam menetapkan

tarif. Perluasan basis pajak daerah dimaksudkan untuk penguatan Pendapatan Asli Daerah

(PAD) agar daerah dapat melaksanakan otonomi secara lebih nyata dan bertanggung

jawab. Dalam rangka perluasan basis pajak daerah, maka Pajak Rokok ditetapkan sebagai

objek pajak daerah di dalam uu 28/2009 dan mulai berlaku pada tahun 2014.

berdasarkan hal-hal tersebut, dengan ditetapkannya Pajak Rokok sebagai objek pajak

daerah, maka diharapkan kemampuan daerah untuk membiayai kebutuhan pengeluarannya

semakin besar dan meningkat, karena daerah dapat dengan mudah menyesuaikan

pendapatannya sejalan dengan adanya peningkatan basis pajak daerah dan diskresi dalam

penetapan tarif.

Kebijakan Pajak Rokok selain bertujuan untuk meningkatkan PAD seperti diuraikan

diatas, juga bertujuan untuk mengendalikan konsumsi rokok, mengendalikan peredaran

rokok ilegal, serta melindungi masyarakat atas bahaya rokok. Penerapan Pajak Rokok

sebesar 10 persen dari cukai rokok dimaksudkan juga untuk memberikan peran yang

optimal bagi Pemda dalam menyediakan pelayanan kesehatan masyarakat. Pemda

diberikan tugas dan tanggung jawab untuk turut serta dalam menjaga kesehatan

Page 135: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152723... · Provinsi, Kabupaten dan Kota di Indonesia ... tabel 3.12 Jumlah Daerah Penerima DAK 2014

PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik kebijakan HkPd dalam rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik IV/123

masyarakat dari bahaya rokok dan melakukan pengawasan terhadap rokok di daerah

masing-masing termasuk peredaran rokok ilegal.

mengingat tax base Pajak Rokok adalah nilai cukai yang ditetapkan oleh Pemerintah

Pusat terhadap rokok, maka dalam rangka efektifitas dan efisiensi, pemungutan Pajak

Rokok dilakukan oleh Direktorat Jenderal bea dan Cukai (DJbC). Pemungutan Pajak Rokok

merupakan model Piggyback Tax System atau juga dikenal dengan model opsenten atau

surcharge yang juga lazim dipraktekkan di banyak negara.

Ciri dari Piggyback Tax/Opsenten/Surchage adalah:

a. Pemda berhak mengenakan tambahan beban pajak atas pajak pusat dalam daerahnya

(jurisdiction);

b. Pemda tidak memiliki diskresi dalam menentukan dasar pengenaan pajak (tax base)

atau dengan kata lain dasar pengenaannya sama dengan dasar pengenaan pajak

pusat;

c. Pajak diadministrasikan dan dipungut oleh Pemerintah Pusat yang lebih tinggi dan

kemudian menyalurkannya ke kas daerah yang bersangkutan.

semua ciri tersebut di atas terdapat dan dapat dilihat dengan jelas pada pengaturan

atau ketentuan Pajak Rokok dalam uu 28/2009.

Dalam rangka pelaksanaan pemungutan Pajak Rokok, maka sesuai dengan amanat

uu 28/2009, menkeu telah menerbitkan Peraturan menteri Keuangan (PmK) nomor 115/

PmK.07/2013 tentang tata Cara Pemungutan dan Penyetoran Pajak Rokok. PmK tersebut,

antara lain, mengatur mengenai mekanisme pemungutan Pajak Rokok yang dilakukan oleh

DJbC, dan juga mengatur mengenai mekanisme dan pola penyetoran dana penerimaan

Pajak Rokok dari rekening penampungan ke Rekening Kas Umum Daerah (RKUD) Provinsi.

mekanisme pemungutan dan penyetoran Pajak Rokok dapat dilihat pada gambar

berikut ini.

Page 136: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152723... · Provinsi, Kabupaten dan Kota di Indonesia ... tabel 3.12 Jumlah Daerah Penerima DAK 2014

PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan PublikIV/124

Gambar 4.1 Mekanisme Pemungutan dan Penyetoran Pajak Rokok

Sesuai PMK No. 115/PMK.07/2013

KEBIJAKAN HUBUNGAN KEUANGAN PUSAT DAERAH DALAM RANGKA PENINGKATAN KUALITASPELAYANAN PUBLIK

Pelengkap Buku Pegangan Tahun 2014 109|

Mekanisme pemungutan dan penyetoran Pajak Rokok dapat dilihat pada Gambar berikut ini.

Gambar 4.1

DJPK

KPPN JKT II

DJPB

RKUD

Provinsi

RPKBUNP/RPKBUN

KPPNLaporan Bulanan

Penerimaan PR

Mekanisme Pemungutan dan

Penyetoran Pajak Rokok

Sesuai PMK No. 115/PMK.07/2013

DJBC

Daftar Realisasi

Penerimaaan PR

bulanan

Realisasipenerimaan PR

(triwulan)

SPMPenyetoran

Bank/Pos

PersepsiWP

Pemindahbukuan dana

SPPR

SSBP

CK-1

SP2D

Penyetoran

Bank

Indonesia

Memindahbukukan

dana

P

e

l

i

m

p

a

h

a

n

da

na

Perintah

Pemindahbukuan Dana

Penyampaian LHP

pada akhir hari kerja

Laporan Realisasi

Penerimaan Pajak

Rokok

KPPN

1. tata Cara Pemungutan Pajak Rokok

• Dasar pengenaan Pajak Rokok adalah cukai yang ditetapkan oleh Pemerintah

Pusat terhadap rokok;

• Tarif Pajak Rokok sebagaimana ditetapkan dalam UU 28/2009 tentang PDRD

adalah sebesar 10% (sepuluh persen) dari cukai rokok

• Besaran pokok Pajak Rokok yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif

pajak dengan dasar pengenaan pajak

• Pemungutan Pajak Rokok dilakukan oleh Kantor Bea dan Cukai bersamaan dengan

pemungutan Cukai Rokok

2. mekanisme Penyetoran Pajak Rokok

• Penyetoran penerimaan Pajak Rokok ke RKUD Provinsi dilaksanakan berdasarkan

realisasi penerimaan Pajak Rokok pada periode tertentu

Page 137: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152723... · Provinsi, Kabupaten dan Kota di Indonesia ... tabel 3.12 Jumlah Daerah Penerima DAK 2014

PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik kebijakan HkPd dalam rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik IV/125

• Berdasarkan realisasi penerimaan Pajak Rokok, Direktorat Jenderal

Perbendaharaan (DJPb) menyampaikan data realisasi penerimaan Pajak Rokok

kepada Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan (DJPK)

• Penyampaian data realisasi penerimaan Pajak Rokok dilakukan secara triwulanan

pada minggu dan bulan pertama triwulan berikutnya

• Penyampaian data realisasi penerimaan Pajak Rokok untuk triwulan keempat

dilakukan pada minggu pertama bulan Desember berdasarkan realisasi

penerimaan Pajak Rokok sampai dengan tanggal 30 November tahun berkenaan

• Penyampaian data realisasi penerimaan Pajak Rokok sampai dengan akhir tahun

anggaran dilakukan paling lambat pada bulan Januari tahun anggaran berikutnya

• Dalam rangka penyetoran Pajak Rokok ke RKUD Provinsi, Direktur Jenderal

Perimbangan Keuangan menetapkan keputusan mengenai proporsi pembagian

Pajak Rokok untuk masing-masing Provinsi

• Keputusan mengenai proporsi pembagian Pajak Rokok untuk masing-masing

Provinsi ditetapkan setiap tahun pada bulan Desember anggaran tahun

sebelumnya.

• Keputusan mengenai proporsi pembagian Pajak Rokok untuk masing-masing

Provinsi ditetapkan berdasarkan rasio jumlah penduduk provinsi terhadap jumlah

penduduk nasional

• Rasio jumlah penduduk ditetapkan berdasarkan data jumlah penduduk yang

digunakan untuk penghitungan DAu untuk tahun anggaran yang bersangkutan

• Penyetoran Pajak Rokok ke masing-masing RKUD Provinsi, dilakukan sesuai

proporsi untuk masing-masing provinsi

• Penyetoran penerimaan Pajak Rokok ke RKUD Provinsi dilaksanakan secara

triwulanan pada bulan pertama triwulan berikutnya

• Penyetoran penerimaan Pajak Rokok bulan Oktober dan November dilakukan pada

bulan Desember

• Penyetoran Pajak Rokok ke RKUD Provinsi untuk penerimaan bulan Desember

tahun berkenaan dilaksanakan setelah ditetapkan laporan Arus Kas audited.

• Kelebihan penyetoran Pajak Rokok ke RKUD Provinsi akan diperhitungkan pada

penyetoran Pajak Rokok tahun berikutnya

• Perhitungan kelebihan pembayaran Pajak Rokok didasarkan pada hasil rekonsiliasi

antara DJPK, DJbC, dan DJPb.

Page 138: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152723... · Provinsi, Kabupaten dan Kota di Indonesia ... tabel 3.12 Jumlah Daerah Penerima DAK 2014

PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan PublikIV/126

Penetapan jenis-jenis pungutan daerah yang diatur dalam uu 28/2009 dimaksudkan

untuk memberikan kepastian hukum kepada masyarakat. Daerah hanya boleh memungut

pajak dan retribusi apabila ketentuan pemungutannya telah diatur melalui Perda. begitu

juga untuk bisa mendapatkan Pajak Rokok, provinsi Harus terlebih dahulu menyusun dan

menetapkan Perda mengenai Pajak Rokok. berdasarkan rekapitulasi penyampaian Perda

pajak daerah dari provinsi, sampai hari ini tercatat 33 provinsi telah menentapkan Perda

Pajak Rokok, untuk Provinsi Kalimantan Utara masih berdasarkan Perda Provinsi Kalimantan

Timur sebagai provinsi induknya.

Tabel 4.1 Perda Pajak Rokok

No Daerah Nomor Perda

1 Provinsi Aceh Perda 2/2012

2 Provinsi Riau Perda 16/2013

3 Provinsi Sumatera Utara Perda 2/2011

4 Provinsi Bengkulu Perda 2/2011

5 Provinsi Sumatera Barat Perda 8/2013

6 Provinsi Sumatera Selatan Perda 3/2011

7 Provinsi Jambi Perda 6/2011

8 Provinsi Lampung Perda 2/2011

9 Provinsi Kep. Bangka Belitung Perda 1/2011

10 Provinsi Kep. Riau Perda 8/2011

11 Provinsi Kalimantan Selatan Perda 9/2013

12 Provinsi Sulawesi Selatan Perda 8/2013

13 Provinsi DKI Jakarta Perda 2/2014

14 Provinsi Jawa Barat Perda 13/2011

15 Provinsi Banten Perda 1/2011

16 Provinsi Jawa Tengah Perda 2/2011

17 Provinsi DI Yogyakarta Perda 3/2011

18 Provinsi Jawa Timur Perda 9/2010

19 Provinsi Kalimantan Barat Perda 8/2010

Page 139: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152723... · Provinsi, Kabupaten dan Kota di Indonesia ... tabel 3.12 Jumlah Daerah Penerima DAK 2014

PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik kebijakan HkPd dalam rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik IV/127

No Daerah Nomor Perda

20 Provinsi Kalimantan Tengah Perda 7/2010

21 Provinsi Kalimantan Timur Perda 1/2011

22 Provinsi Sulawesi Utara Perda 7/2011

23 Provinsi Gorontalo Perda 5/2011

24 Provinsi Sulawesi Tengah Perda 1/2011

25 Provinsi Sulawesi Barat Perda 1/2011

26 Provinsi Sulawesi Tenggara Perda 5/2011

27 Provinsi Bali Perda 1/2011

28 Provinsi Nusa Tenggara Barat Perda 8/2013

29 Provinsi Nusa Tenggara Timur Perda 2/2010

30 Provinsi Maluku Perda 19/2013

31 Provinsi maluku Utara Perda 2/2011

32 Provinsi Papua Perda 4/2011

33 Provinsi Papua Barat Perda 6/2013

sumber : Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan

berdasarkan target penerimaan cukai hasil tembakau tahun 2014, penerimaan Pajak

Rokok tahun 2014 diperkirakan sekitar Rp 9,6 triliun. Penerimaan Pajak rokok tersebut

nantinya akan disetor ke RKUD Provinsi secara proporsional berdasarkan jumlah penduduk.

Dana penerimaan Pajak Rokok yang masuk di RKUD Provinsi, 70 persen diantaranya harus

dibagihasilkan kepada kabupaten/kota dengan memperhatikan aspek pemerataan dan/

atau potensi antar kabupaten/kota yang besangkutan.

selanjutnya sesuai dengan uu 28/2009, dana penerimaan Pajak Rokok , baik bagian

provinsi maupun bagian kabupaten/kota, harus dialokasikan paling sedikit 50 persen untuk

mendanai pelayanan kesehatan masyarakat dan penegakan hukum oleh aparat yang

berwenang.

• bidang pelayanan kesehatan masyarakat, antara lain, pembangunan/pengadaan

dan pemeliharaan sarana dan prasarana unit pelayanan kesehatan, penyediaan sarana

umum yang memadai bagi perokok (smoking area), kegiatan memasyarakatkan tentang

bahaya merokok, dan iklan layanan masyarakat mengenai bahaya merokok.

Page 140: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152723... · Provinsi, Kabupaten dan Kota di Indonesia ... tabel 3.12 Jumlah Daerah Penerima DAK 2014

PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan PublikIV/128

• bidang penegakan hukum yang dapat dikerjasamakan oleh Pemda dengan pihak/

instansi terkait, antara lain, pemberantasan peredaran rokok ilegal dan penegakan

aturan mengenai laranagan merokok sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

4.2. Pengendalian Belanja Daerah Selama lebih dari satu dasawarsa pelaksanaan desentralisasi fiskal, Pemda mengelola

dana APbD dalam jumlah yang sangat besar, yang sebagian besar bersumber dari

Anggaran Pendapatan dan belanja negara (APbn) melalui mekanisme transfer. Desain

desentralisasi fiskal yang dianut Indonesia selama ini menitikberatkan pada desentralisasi

dari sisi pengeluaran sehingga berimplikasi pada diskresi dan kewenangan yang lebih luas

bagi daerah untuk merencanakan dan melakukan belanja. Di sisi lain, sebagai konsekuensi

pelaksanaan desentralisasi tersebut, Pemerintah Pusat setiap tahun menganggarkan

transfer ke daerah yang sebagian besar bersifat block grant dan hanya sebagian kecil yang

bersifat spesifik. Hal-hal tersebut membawa implikasi relatif kurang baiknya kualitas belanja

daerah yang berdampak pada kualitas pelayanan publik.

Hal ini nampak pada pelaksanaan belanja Anggaran Pendapatan dan belanja Daerah

(APbD) yang masih menemui beberapa kendala, antara lain, masih banyaknya daerah yang

terlambat menetapkan APbD, struktur APbD yang kurang ideal, penyerapan belanja yang

relatif lambat, masih tingginya dana idle yang tidak tergunakan dalam pengeluaran publik,

maupun kendala administratif pengelolaan keuangan yang tercermin dari masih banyaknya

daerah yang mendapat opini kurang baik dari badan Pemeriksa Keuangan (bPK). satu per

satu kendala tersebut dapat dilihat sebagai berikut.

1. Keterlambatan Penetapan APBD

Penyusunan dan penetapan APbD menjadi hal yang penting untuk dimulainya

pelaksanaan suatu siklus pengelolaan keuangan. Dengan penyusunan yang baik dan

penetapan yang tepat waktu, maka APbD akan dapat segera dieksekusi dan dapat

dirasakan manfaatnya oleh masyarakat.

berdasarkan ketentuan perundangan, APbD seharusnya ditetapkan paling lambat 31

Desember sebelum tahun anggaran berjalan. namun demikian, ternyata masih banyak

Pemda yang menetapkan APbD-nya melewati tenggat waktu tersebut.

Page 141: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152723... · Provinsi, Kabupaten dan Kota di Indonesia ... tabel 3.12 Jumlah Daerah Penerima DAK 2014

PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik kebijakan HkPd dalam rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik IV/129

Gambar 4.2 Grafik Penetapan APBD Tahun Anggaran 2009 – 2013

Provinsi, Kabupaten dan Kota di Indonesia

sumber : DJPK (data diolah)

Adanya keterlambatan penetapan APbD dapat memberikan dampak negatif. Dampak

yang ditimbulkan dari keterlambatan dalam penyusunan APbD adalah terlambatnya

pelaksanaan program pemerintah daerah sehingga dapat berdampak pada pelayanan

publik terhadap masyarakat. selain itu dapat juga berpengaruh terhadap perekonomian

daerah, karena belanja daerah menjadi terlambat dalam memberikan injeksi bagi

pembangunan ekonomi daerah.

Di samping itu, keterlambatan penetapan APbD juga akan merugikan masyarakat

karena dapat berimbas pada dijatuhkannya sanksi penundaan penyaluran Dana Alokasi

umum (DAu), sehingga berpengaruh pada aliran uang atau transaksi di daerah.

Page 142: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152723... · Provinsi, Kabupaten dan Kota di Indonesia ... tabel 3.12 Jumlah Daerah Penerima DAK 2014

PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan PublikIV/130

2. Dominasi Belanja Pegawai Dalam Struktur APBDselain keterlambatan penetapan APbD, hal lain yang juga menjadi kendala adalah

struktur belanja daerah yang didominasi oleh belanja pegawai. Dengan tingginya porsi

belanja pegawai, maka porsi belanja modal dan belanja yang langsung terkait dengan

layanan publik menjadi sangat terbatas.

Gambar 4.3 Trend Belanja Daerah TA 2009 – 2013

(dalam % dan miliar rupiah)

Jenis Belanja Daerah (dalam miliar rupiah)

2009 2010 2011 2012 2013

Belanja Pegawai 180,439 198,562 229,081 261,153 296,540

Belanja Barang dan Jasa 79,600 82,007 104,221 122,225 148,012

Belanja Modal 114,598 96,179 113,523 137,438 175,578

Belanja Lain-Lain 40,594 50,110 48,449 71,071 86,953

Total 415,232 426,857 495,274 591,887 707,083

sumber: Data APbD Konsolidasi 2009 - 2013 (Diolah)

berdasarkan tabel di atas, maka dapat kita amati porsi tiap jenis belanja daerah setiap

tahun dan trend kenaikan/penurunannya antar tahun. Hal ini perlu menjadi perhatian yang

serius karena belanja modal ditambah belanja barang dan jasa merupakan belanja pemda

yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi suatu daerah, di

samping pengaruh dari sektor swasta, rumah tangga, dan luar negeri. Realisasi belanja

modal akan memiliki multiplier effect dalam menggerakkan roda perekonomian daerah.

Page 143: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152723... · Provinsi, Kabupaten dan Kota di Indonesia ... tabel 3.12 Jumlah Daerah Penerima DAK 2014

PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik kebijakan HkPd dalam rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik IV/131

3. Penyerapan Belanja APBD Relatif Lambat

Penyerapan belanja APbD yang tidak dapat dimulai pada awal tahun anggaran akan

menyebabkan proyek yang direncanakan Pemda tidak dapat diselesaikan tepat waktu

sehingga akan menghambat daya dorong pertumbuhan ekonomi di daerah. Pada grafik di

bawah terlihat bahwa penyerapan belanja, utamanya belanja modal relatif sangat lambat.

Gambar 4.4 PENYERAPAN BELANJA APBD TAHUN ANGGARAN 2013

(dalam persentase realisasi terhadap anggaran)

sumber: DJPK (data diolah)

4. Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (Silpa) dan Dana Idle Pemda di Perbankan

silPA tahun berkenaan merupakan suatu indikator yang cukup krusial dalam realisasi

APBD. SiLPA tahun berkenaan yang merupakan selisih positif antara surplus/defisit dengan

netto pembiayaan akan menunjukkan kinerja realisasi anggaran secara keseluruhan.

semakin tinggi silPA tahun berkenaan, maka semakin rendah kinerja pengelolaan APbD

secara keseluruhan. silPA tahun berkenaan (atau sering juga disebut sebagai surplus

penerimaan) menunjukkan besarnya dana publik yang tidak tergunakan dalam belanja

maupun tidak tergunakan dalam transaksi pembiayaan.

Page 144: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152723... · Provinsi, Kabupaten dan Kota di Indonesia ... tabel 3.12 Jumlah Daerah Penerima DAK 2014

PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan PublikIV/132

Gambar 4.5 Tren SiLPA Tahun Berkenaan 2009 – 2012

sumber: DJPK (data diolah)

Dana idle merupakan dana yang tidak atau belum digunakan oleh Pemda. Dana idle

yang dapat dipantau oleh Pemerintah Pusat setiap bulannya adalah dana idle Pemda yang

disimpan di perbankan. Dana Pemda di perbankan merupakan akumulasi dana Pemda

baik yang berupa dana cadangan, investasi, dan dana idle. Pergerakan dana Pemda di

perbankan dapat dilihat dalam grafik berikut:

Gambar 4.6 Trend Dana Pemda di Perbankan 2010 – 2013

(data per Desember)

sumber : bank indonesia (data diolah)

Page 145: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152723... · Provinsi, Kabupaten dan Kota di Indonesia ... tabel 3.12 Jumlah Daerah Penerima DAK 2014

PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik kebijakan HkPd dalam rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik IV/133

5. Belum Optimalnya Kualitas Pengelolaan Administratif untuk menilai optimal atau tidaknya pengelolaan keuangan pemda dapat pula dengan

melihat hasil opini bPK atas laporan Keuangan Pemerintah Daerah (lKPD). Hasil opini

bPK terhadap lKPD juga masih menunjukkan kondisi yang kurang menggebirakan.

meskipun daerah yang mendapat status Wajar tanpa Pengecualian (WtP) meningkat,

namun masih terdapat beberapa daerah yang mendapat opini disclaimer ataupun tidak

Wajar.

Gambar 4.7 Opini BPK Atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah

Tahun 2008 - 2012

sumber Data : ikhtisar Hasil Pemeriksaan bPK s.d. semester i tahun 2013

Dengan melihat kondisi-kondisi tersebut di atas, upaya perbaikan, percepatan dan

pengendalian terhadap belanja daerah perlu dilakukan. transformasi yang dapat ditempuh

untuk mengatasi hal tersebut, antara lain dengan opsi kebijakan sebagai berikut:

1. Meningkatkan kualitas belanja daerah

Peningkatan kualitas belanja daerah dapat ditempuh dengan membuat suatu

kebijakan yang dapat mendorong Pemda untuk disiplin dalam merencanakan dan

mengimplementasikan hal-hal yang menjadi prioritas di daerahnya. Kebijakan yang

diambil ini juga harus mampu mendorong Pemda untuk mengalokasikan belanja daerah

secara tepat, seperti misalnya meningkatkan alokasi belanja modal, menggunakan belanja

Page 146: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152723... · Provinsi, Kabupaten dan Kota di Indonesia ... tabel 3.12 Jumlah Daerah Penerima DAK 2014

PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan PublikIV/134

pegawai secara proporsional dan sesuai dengan kebutuhan, serta menyelenggarakan

pertanggungjawaban terhadap penggunaan belanja hibah dan bansos secara

transparan. Dalam meningkatkan kualitas belanja daerah, Pemda juga perlu didorong

untuk menetapkan APbD tepat waktu, serta mencapai realisasi pendapatan dan belanja

sesuai rencana. Dalam hal pertanggungjawaban APbD juga Pemda perlu berupaya untuk

meningkatkan opini dari bPK, yaitu dengan memperoleh opini WtP.

Dalam meningkatkan kualitas belanja daerah, inisiatif yang dapat diambil yaitu:

a. menyusun pedoman pengelolaan dana transfer.

tujuannya adalah agar proses perencanaan, penganggaran, dan pengalokasian

dana transfer lebih mencerminkan prioritas nasional dan kebutuhan daerah serta

penggunaan dana transfer oleh daerah yang menjamin tersedianya layanan publik yang

lebih berkualitas.

b. mempercepat penyampaian informasi seluruh alokasi dana transfer yang bertujuan

agar Pemda dapat menyelesaikan penyusunan anggaran tepat waktu.

2. Harmonisasi belanja pusat dan daerah untuk pelayanan publik yang efektif dan efisien.

Pembagian urusan antara pusat dengan daerah seringkali menimbulkan masalah di

daerah terutama dalam hal pendanaan. Pelayanan publik yang selama ini berasal dari

pendanaan pusat terkadang tumpang tindih dengan daerah. Hal ini perlu diperbaiki dengan

wacana menerapkan sanksi terhadap Kementerian/lembaga (K/l) dan Daerah yang

mendanai kegiatan yang bukan urusannya. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan efisisensi

anggaran dan perencanaan penganggaran yang berdasarkan pembagian urusan.

3. Mengembangkan keleluasaan belanja daerah yang bertanggung jawab untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas pelayanan publik dasar.

Kuantitas dan kualitas pelayanan publik dasar merupakan salah satu acuan

utama dalam tujuan pencapaian pembangunan di daerah. Pemda semestinya terus

mengembangkan kuantitas dan kualitas pelayanan publik di daerahnya dengan

pengelolaan belanja daerah yang efisien dan efektif. Anggaran daerah disusun dengan

Page 147: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152723... · Provinsi, Kabupaten dan Kota di Indonesia ... tabel 3.12 Jumlah Daerah Penerima DAK 2014

PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik kebijakan HkPd dalam rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik IV/135

berdasarkan pencapaian standar Pelayanan minimum (sPm) sebagai kriteria utama dan

mencerminkan program/kegiatan yang sifatnya jangka panjang. inisiatif yang dapat diambil

adalah sebagai berikut:

a. menentukan indikator layanan publik dasar yang dapat digunakan dalam pengalokasian

Dana Alokasi Khusus (DAK). Hal ini akan akan sangat membantu dalam menentukan

besaran transfer DAK ke daerah yang sudah berdasarkan analisis kebutuhan yang

nyata yang harus dikeluarkan oleh Pemda, sehingga pada akhirnya dapat meningkatnya

kuantitas dan kualitas layanan publik dasar.

b. menerapkan Medium Term Expenditure Framework (mteF) dalam alokasi belanja

diperlukan dengan tujuan menjamin kejelasan hubungan antara perencanaan atau

prioritas pencapaian sektor dengan anggaran atau resource constraint.

c. Pengendalian SiLPA di daerah dengan tujuan mendorong efektifitas penggunaan APBD.

4. Membuat suatu mekanisme penilaian kinerja keuangan daerah yang komprehensif.

Kinerja keuangan daerah yang dinilai secara komprehensif diyakini mampu

mendongkrak motivasi daerah untuk meningkatkan kualitas APBD. Selama ini kualitas

APBD yang dipotret melalui laporan monitoring dan evaluasi yang sebelumnya tidak terkait

langsung dengan pemberian insentif atau disinsentif atas dasar capaian kinerja keuangan

di daerah. Hal ini dapat diarahkan sebagai masukan bagi pusat maupun daerah untuk

perbaikan pelaksanaan kebijakan dan perbaikan kualitas APbD, melalui pemberian insentif

atau disinsentif yang terkait dengan kinerja keuangan daerah. metodologi penilaian yang

komprehensif yang dapat dilihat dari kinerja keuangan daerah meliputi input, output, dan

outcome di daerah sehingga dapat mendorong Pemda semakin memperhatikan seluruh

aspek keuangan di daerahnya. Hal ini dapat dijadikan sebagai quality control untuk

pelaksanaan monitoring dan evaluasi bagi Pemerintah Pusat di mana daerah akan dikontrol

dalam penggunaan belanjanya sehingga memungkinkan penggunaan belanja yang

berkualitas. selain itu, dengan adanya mekanisme penilaian kinerja keuangan daerah yang

komprehensif juga akan mendorong daerah dalam menyampaikan data realisasinya lebih

cepat, sehingga dapat diperoleh data sekunder pada sistem informasi Keuangan Daerah

(siKD) dengan time lag yang semakin sempit untuk mengetahui informasi realisasi APbD.

Page 148: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152723... · Provinsi, Kabupaten dan Kota di Indonesia ... tabel 3.12 Jumlah Daerah Penerima DAK 2014

PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan PublikIV/136

Dengan melihat hal tersebut di atas, dapat diambil langkah-langkah inisiatif dengan

menyusun pemeringkatan daerah sebagai bentuk penilaian kinerja keuangan daerah yang

terintegrasi dengan mekanisme pemberian insentif dengan tujuan mendorong Pemda untuk

meningkatkan kinerja keuangan daerah, kualitas output dan outcome pelayanan publik,

sehingga dapat meningkatkan penyediaan pelayanan publik (public service delivery) dan

kesejahteraan masyarakat (social welfare).

4.3. Peningkatan Kualitas Aparatur Daerahsebagai konsekuensi logis dengan pemberian kewenangan yang lebih luas melalui

desentralisasi fiskal sesuai prinsip money follows function, Pemerintah Pusat telah

mengalokasikan dana transfer ke daerah dalam APbn setiap tahun untuk menjamin bahwa

Pemda dapat menjalankan semua fungsinya dengan baik sehingga pelayanan terhadap

masyarakat yang lebih baik dapat segera terwujud. Aparat pengelola keuangan daerah

memegang peranan penting dalam pengelolaan dana yang bersumber dari APbn yang

dialokasikan ke APbD, sumber penerimaan terbesar berasal dari transfer ke daerah yang

terus meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2001 dialokasikan sebesar Rp81 triliun

dan berkembang terus hingga mencapai Rp592 triliun pada tahun 2014 atau meningkat

hampir 7,5 kali lipat.

besaran anggaran dari APbn tersebut menjadi magnitude yang paling dominan dalam

penerimaan APbD, yang apabila dikonsolidasi secara nasional mengalami peningkatan

yang signifikan. Total APBD consolidated semula pada tahun 2001 sebesar Rp150 triliun

menjadi Rp750 triliun pada tahun 2013. untuk itu, pemanfaatan belanja dalam APbD yang

berkualitas menjadi vital untuk dilakukan perbaikan. Untuk mendorong peningkatan kualitas

pengelolaan keuangan daerah, Pemerintah Pusat telah melakukan perbaikan sistem

penganggaran, pelaksanaan, dan pertanggungjawaban keuangan daerah yang didukung

dengan peningkatan kapasitas (capacity building) sumber Daya manusia (sDm) Pemda.

Penyelenggaraan program capacity building bagi aparatur pengelola keuangan daerah

telah dirintis oleh Kementerian Keuangan (Kemenkeu) sejak tahun 1981/1982. Dalam

bentuk short course serta pendidikan program master (strata 2) dan program doktoral

(strata 3), program peningkatan kualitas pengelola keuangan daerah dilaksanakan bekerja

sama dengan Universitas Birmingham Inggris dengan bantuan pendanaan dari pemerintah

Kerajaan inggris dan dengan peserta yang berasal dari para pengajar di perguruan

Page 149: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152723... · Provinsi, Kabupaten dan Kota di Indonesia ... tabel 3.12 Jumlah Daerah Penerima DAK 2014

PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik kebijakan HkPd dalam rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik IV/137

tinggi, Pegawai negeri sipil (Pns) Pemerintah Pusat serta Pns daerah. sedangkan dalam

bentuk kursus atau pelatihan singkat di dalam negeri program dilaksanakan bekerjasama

dengan Universitas Indonesia dengan nama Latihan Keuangan Daerah (LKD) bagi pejabat

pemegang kebijakan strategis dan Kursus Keuangan Daerah (KKD) bagi pelaksana/staf

pengelola keuangan daerah.

Program lKD dan KKD diselenggarakan setiap tahun secara rutin. untuk memperluas

jangkauan terhadap peserta dari seluruh Pemda di indonesia, program ini kemudian

dikerjasamakan dengan beberapa Perguruan tinggi negeri di indonesia yang berperan

sebagai center penyelenggara pelatihan (selanjutnya disebut center). Center penyelenggara

berperan melaksanakan pelatihan dari mulai menyediakan sarana dan prasarana pelatihan

berupa sarana akomodasi dan tempat belajar sampai dengan menyediakan tenaga

pengajar pelatihan.

Program LKD dikerjasamakan dengan center Universitas Indonesia (UI) mulai 1981

dan center Universitas Gadjah Mada (UGM) mulai tahun 1995. Dalam perjalanannya, pada

awal era penerapan onotomi daerah yaitu pada tahun 2001 sampai tahun 2003, program

ini sempat terhenti karena dinilai lebih tepat dilaksanakan sendiri oleh masing-masing

Pemda. Pada tahun 2004 program lKD kembali dilaksanakan karena desakan dari banyak

Pemda yang menilai bahwa program ini masih perlu diselenggarakan oleh Pemerintah

Pusat. namun demikian, sejak tahun 2011 sampai dengan saat ini program lKD ini kembali

dihentikan karena keterbatasan APbn.

Program KKD dikerjasamakan dengan center ui sejak tahun 1981, ugm mulai tahun

1991, Universitas Hasanuddin (Unhas) mulai tahun 1994, Universitas Andalas (Unand)

mulai tahun 1996, Universitas Brawijaya (Unibraw) mulai tahun 2007, Universitas Sam

Ratulangi (unsrat) mulai tahun 2007, dan sekolah tinggi Akuntansi negara (stAn) mulai

tahun 2013. seperti halnya program lKD, program KKD juga sempat dihentikan ketika era

awal otonomi daerah yaitu pada tahun 2001 sampai dengan tahun 2003. sampai dengan

saat ini program KKD masih dilaksanakan dan dikerjasamakan dengan 7 perguruan tinggi

penyelenggara tersebut.

seiring perkembangan kebutuhan akan perbaikian kualitas lKPD, pada tahun 2007

diadakan program pelatihan khusus akuntansi yang diberi nama Kursus Keuangan Daerah

Khusus Penatausahaan/Akuntansi Keuangan Daerah (KKDK). Pada awal terbentuknya,

program KKDK dikerjasamakan dengan 6 center penyelenggara, kemudian pada tahun

2009 center stAn bergabung sebagai center penyelenggara KKDK.

Page 150: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152723... · Provinsi, Kabupaten dan Kota di Indonesia ... tabel 3.12 Jumlah Daerah Penerima DAK 2014

PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan PublikIV/138

Perjalanan panjang program capacity building dalam bentuk lKD, KKD, dan KKDK

tersebut telah menghasilkan banyak lulusan/alumni yang tersebar di seluruh penjuru

indonesia. samapai dengan tahun 2013, ketiga jenis kursus tersebut telah meluluskan

sebanyak 12.360 peserta dengan rincian: alumni lKD sebanyak 1.851 orang, alumni

KKD sebanyak 6.398 orang dan alumni KKDK sebanyak 4.110 orang. secara rinci,

perkembangan jumlah peserta dari lKD, KKD, KKDK dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.4 Tabel Perkembangan jumlah peserta kegiatan LKD, KKD, dan KKDK

No TahunJumlah Peserta

LKD KKD KKDK Jumlah

1. 1981-2006 1.355 2.195 - 3.550

2. 2007 115 420 463 998

3. 2008 119 376 474 2.977

4. 2009 115 484 614 1.213

5. 2010 147 420 634 1.174

6. 2011 - 418 563 981

7. 2012 - 360 528 888

8. 2013 - 1.725 834 2559

Jumlah 1.851 6.398 4.110 12.359

sumber: DJPK, data diolah

Dengan terus berkembangnya jumlah aparatur Pemda yang memahami dan

mempunyai kompetensi dibidang pengelolaan keuangan daerah, diharapkan tatakelola

keuangan daerah akan semakin membaik. Peningkatan capacity building dalam bentuk lKD,

KKD, dan KKDK bukanlah salah satu faktor penentu dari tercapainya kinerja pengelolaan

keuangan yang baik, tapi paling tidak perhatian Pemeritah Pusat c.q. Kemenkeu terhadap

peningkatan kualitas sDm di Pemda-Pemda sudah menunjukkan hasil positif.

Studi terkini berjudul “Studi Efektivitas dan Dampak (impact assesment) Kursus

Keuangan Daerah (KKD) dan Kursus Keuangan Khusus Penatausahaan dan Akuntansi

Keuangan Daerh (KKDK) yang didukung oleh giZ-germany dibantu oleh para peneliti

yang memiliki expertise di bidang capacity building yaitu Prof. DR. bambang Juanda, Dr.

Kodrat Wibowo, dan lenard milich (2013) menyimpulkan bahwa kegiatan-kegiatan tersebut

Page 151: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152723... · Provinsi, Kabupaten dan Kota di Indonesia ... tabel 3.12 Jumlah Daerah Penerima DAK 2014

PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik kebijakan HkPd dalam rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik IV/139

berkorelasi positif dengan perkembangan kualitas pengelolaan keuangan Pemda yang

diindikasikan dengan semakin baiknya opini yang diberikan oleh bPK atas lKPD, telah

mampu meningkatkan keterampilan manajemen keuangan publik, penganggaran yang

lebih baik, serta pemahaman atas prosedur dan laporan akuntansi keuagan daerah dari

aparat Pemda yang mengikuti pelatihan. selain itu, inspektorat Kemenkeu juga memberikan

penilaian positif atas terselenggaranya kegiatan KKD dan KKDK. Dalam laporan hasil audit

kinerja atas kegiatan KKD-KKDK tA 2012 menyebutkan bahwa pelaksanaan kegiatan KKD

dan KKDk sudah cukup efektif dan perlu untuk terus ditingkatkan target peserta dengan

memprioritaskan daerah-daerah yang masih mendapat opini “tidak memberikan pendapat

(tmP)” dan “tidak wajar (tW)” dari bPK atas lKPD-nya.

berbagai isu terkait pengelolaan keuangan daerah seperti rendahnya kualitas

pengelolaan keuangan daerah, keterlambatan penetapan APbD, lKPD yang didominasi

oleh opini WDP, tW dan tmP merupakan sebagian permasalahan klasik yang terus

membayangi akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah. isu-isu nasional tersebut

mendorong perubahan mendasar atas pelaksanaan kegiatan penguatan capacity building

ini yang tertuang dalam “Cetak biru: transformasi Capacity Building Pengelola Keuangan

Daerah 2014 – 2025” yang merupakan bagian dari “Cetak Biru Transformasi Kelembagaan

DJPK” yang secara resmi sudah di-launching oleh menkeu pada 11 maret 2014.

Dalam cetak biru tersebut ditargetkan bahwa paling kurang 5 orang pejabat

pengelola keuangan di setiap satuan Kerja Perangkat Daerah (sKPD) di seluruh indonesia

(diperkirakan sekitar 82.000 orang) yang terdiri dari bendahara, pejabat pengelola

keuangan/PPK, pejabat pelaksana teknis kegiatan/PPtK, Kuasa Pengguna Anggaran/KPA

dan Pengguna Anggaran/PA) mendapatkan pelatihan dan bimbingan teknis dalam bidang

pengelolaan keuangan dan akuntansi keuangan daerah. Dengan demikian, diharapkan

akan terjadi akselerasi perbaikan kinerja pengelolaan keuangan secara menyeluruh, tidak

hanya peningkatan kualitas lKPD tetapi juga kualitas pelayanan masyarakat yang berujung

pada segera tercapainya kesejahteraan masyarakat seperti yang dicita-citakan oleh sistem

pemerintahan yang terdesentralisasi ini.

Kebutuhan dana untuk melaksanakan transformasi capacity building tersebut cukup

besar yang diestimasi sekitar Rp534 milyar dalam kurun waktu minimal 2 (dua) tahun dan

tentunya tidak hanya mengandalkan sumber pendanaan APbn, namun perlu cost sharing

dari APbD sebagai wujud sharing burden and ownership karena rasa memiliki dan yang

memanfaatkan hasil dari capacity building adalah kembali lagi kepada Pemda dan Dewan

Page 152: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152723... · Provinsi, Kabupaten dan Kota di Indonesia ... tabel 3.12 Jumlah Daerah Penerima DAK 2014

PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan PublikIV/140

Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). beberapa strategi sebagai langkah antasipasi telah

dipersiapkan diantaranya adalah dengan menjalin kerjasama dengan lembaga donor

internasional seperti Australia - Indonesia Partnership for Decentralisation (AiPD) dan

Deutsche Gesellschaft für Internationale Zusammenarbeit (giZ)-Germany.

Disamping itu, peran dan komitmen Pemda sangat diharapkan dalam melaksanakan

transformasi capacity building ini karena penerima manfaat terbesar adalah Pemda.

oleh karena itu, Pemda akan diajak serta mensukseskan Cetak biru dalam bidang

peningkatan kapasitas sDm ini. strategi jangka pendek untuk keterlibatan Pemda adalah

dengan mengubah skema cost sharing yang selama ini dilaksanakan, yaitu Pemda hanya

menanggung biaya transportasi (perjalanan dinas minus akomodasi dan konsumsi)

peserta. Diharapkan Pemda secara bertahap dapat meningkatkan porsi cost sharing

yaitu dengan menanggung semua biaya perjalanan dinas peserta yang dikirim (termasuk

akomodasi dan konsumsi). strategi lainnya bagi daerah-daerah yang mempunyai kapasitas

tinggi akan didorong untuk melaksanakan kegiatan peningkatan kapasitas sDm-nya

dalam bidang pengelolaan keuangan secara mandiri, dalam arti pemda membiaya seluruh

kegiatan capacity building tersebut dan DJPK akan memafasilitasi kegiatan tersebut dalam

hal penyediaan kurikulum, modul, dan pengajar yang kompeten sesuai dengan kebutuhan

pelatihan.

Peningkatan kualitas sDm bidang pengelolaan keuangan yang serentak dan massif

diharapkan dapat menimbulkan efek yang signifikan terhadap peningkatan performa

pengelolaan keuangan daerah yang lebih transparan dan akuntabel dan alokasi belanja

yang responsif terhadap kebutuhan dan keinginan masyarakat setempat, sehingga

pemberian pelayanan kepada masyarakat dapat memenuhi sPm dan bahkan standar

Pelayanan nasional (sPn), serta pembangunan daerah dapat mendorong pertumbuhan

perekonomian yang mampu menciptakan banyak lapangan pekerjaan, menekan tingkat

pengangguran dan mempercepat pengurangan kemiskinan.

Page 153: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152723... · Provinsi, Kabupaten dan Kota di Indonesia ... tabel 3.12 Jumlah Daerah Penerima DAK 2014

PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik Penutup V/141

bab V

PenutuP

Dengan kebijakan desentralisasi fiskal sesuai prinsip money follows function,

pemerintah pusat telah mengalokasikan dana transfer ke daerah dalam Anggaran

Pendapatan dan belanja negara (APbn) setiap tahun kepada daerah. Dana transfer ke

daerah merupakan salah satu sumber pendapatan bagi daerah dalam melaksanakan

pemerintahan dan pembangunan daerah. namun demikian, pada kenyataannya dana

transfer tersebut lebih banyak tersedot untuk belanja pegawai, sehingga anggaran untuk

membiayai pembangunan daerah sangat minim.

Dalam rangka penyelenggaraan pelayanan publik tidak dapat dilepaskan dengan

ketersediaan dana yang dimiliki oleh masing-masing pemda. Dapat dikatakan hampir

semua penyelenggaraan pelayanan publik mengalami keterbatasan anggaran yang

menyebabkan tidak optimalnya pelayanan publik yang diberikan kepada masyarakat.

untuk menambah sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD), maka daerah diberikan

kewenangan yang lebih besar di bidang perpajakan dan retribusi daerah (local taxing

empowerment). Dengan kebijakan tersebut diharapkan daerah dapat menyediakan

anggaran yang lebih untuk memenuhi kebutuhan dana dalam penyelenggaraan pelayanan

publik. namun demikian, Pemda juga harus bijak dalam membelanjakan uangnya dengan

memprioritaskan untuk belanja publik sesuai dengan apa yang paling dibutuhkan oleh

masyarakatnya. belanja publik tersebut harus harmonis antara pusat dan daerah agar

penyelenggaraan pelayanan publik menjadi efektif dan efisien. Jangan sampai terjadi

pendanaan ganda untuk jenis pelayanan publik yang sama, baik yang dibiayai melalui

pendanaan dari Kementerian dan lembaga (K/l) ataupun melalui Dana Alokasi Khusus

(DAK).

Page 154: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152723... · Provinsi, Kabupaten dan Kota di Indonesia ... tabel 3.12 Jumlah Daerah Penerima DAK 2014

PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan PublikV/142

tidak dapat dipungkiri salah satu faktor penting dalam pertumbuhan dan

perkembangan suatu daerah adalah sumber Daya manusia (sDm). Dengan sDm yang

unggul dan produktif, maka tujuan pembangunan daerah akan berhasil dicapai secara

efektif dan efisien. Namun demikian, tidak mudah untuk menemukan SDM yang unggul dan

produktif dalam mengelola keuangan daerah terutama untuk daerah-daerah pemekaran.

Dalam rangka untuk memenuhi sDm tersebut, sudah disusun rencana Kursus Keuangan

Daerah (KKD) dan Kursus Keuangan Daerah Khusus Penatausahaan/Akuntansi Keuangan

Daerah (KKDK). Dengan terus berkembangnya jumlah aparatur pemerintah daerah

yang memahami dan mempunyai kompetensi dibidang pengelolaan keuangan daerah,

diharapkan tata kelola keuangan daerah akan semakin membaik. Harapan ke depan

dengan aparatur pemda yang kompeten dalam pengelolaan keuangan daerah akan

menjamin bahwa pemda dapat menjalankan semua fungsinya dengan baik sehingga

pelayanan terhadap masyarakat yang lebih baik dapat segera terwujud.

Page 155: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152723... · Provinsi, Kabupaten dan Kota di Indonesia ... tabel 3.12 Jumlah Daerah Penerima DAK 2014

PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik daftar Pustaka 143

daftar PustaKa

Cetak biru transformasi Kelembagaan Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan 2014-

2025, Jenderal Perimbangan Keuangan Kementerian Keuangan, maret 2014

buku Pegangan Perencanaan Pembangunan Daerah 2014: memantapkan Perekonomian

nasional bagi Peningkatan Kesejahteraan Rakyat yang berkeadilan, Kementerian

Perencanaan Pembangunan nasional/badan Perencanaan Pembangunan

nasional, April 2013

Buku Pelengkap Buku Pegangan 2013: Affirmative Policy Dalam Percepatan Pembangunan

Daerah untuk Peningkatan Kesejahteraan Rakyat Direktorat, Jenderal

Perimbangan Keuangan Kementerian Keuangan, April 2013

Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2014 tentang Dana Alokasi Umum Daerah Provinsi dan

Kabupaten/Kota tahun Anggaran 2014

nota Keuangan dan Rancangan Anggaran Pendapatan dan belanja negara tahun

Anggaran 2014.

PmK nomor 8/PmK.07/2014 tentang Pedoman umum dan Alokasi Dana insentif tahun

Anggaran 2014

PmK nomor 145/PmK.07/2013 tentang Pengalokasian Anggaran transfer

PmK nomor 180/PmK.07/2013 tentang Pedoman umum dan Alokasi Dana Alokasi Khusus

tahun Anggaran 2014

PmK nomor 202/PmK.07/2013 tentang Perkiraan Alokasi Dana bagi Hasil Pajak tahun

Anggaran 2014

PmK nomor 183 /PmK.07/2013 tentang Pelaksanaan dan Pertanggungjawaban Anggaran

transfer ke Daerah

Page 156: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152723... · Provinsi, Kabupaten dan Kota di Indonesia ... tabel 3.12 Jumlah Daerah Penerima DAK 2014

PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik144

PMK Nomor 125/PMK.07/2013 tentang Batas Kumulatif Defisit Anggaran Pendapatan

dan Belanja Daerah. Batas Maksimal Defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja

Daerah, dan batas maksimal Kumulatif Pinjaman Daerah tahun Anggaran 2014.

PmK nomor 115/PmK.07/2013 tentang tata Cara Pemungutan dan Penyetoran Pajak Rokok

PmK nomor 74 tahun 2013 tentang indeks Fiskal dan Kemiskinan Daerah dalam

rangka Perencanaan Pendanaan urusan bersama Pusat dan Daerah untuk

Penanggulangan Kemiskinan tahun Anggaran 2014

PmK nomor 103/PmK.07/2013 tentang tata Cara Pengalokasian dan Penyaluran Dana

Keistimewaan DiY

PmK nomor 81/PmK.07/2013 tentang tata Cara Pengelolaan Dana Darurat

PP nomor 54 tahun 2005 tentang Pinjaman Daerah.

PP nomor 55 tahun 2005 tentang Dana Perimbangan.

PP nomor 58 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah.

PP nomor 65 tahun 2010 tentang sistem informasi Keuangan Daerah.

PP nomor 10 tahun 2011 tentang tatacara Pengadaan Pinjaman luar negeri dan

Penerimaan Hibah.

PP nomor 30 tahun 2011 tentang Pinjaman Daerah.

PP nomor 2 tahun 2012 tentang Hibah Daerah.

sistem informasi Keuangan Daerah (siKD), Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan,

Kementerian Keuangan.

statistik ekonomi dan Keuangan indonesia (seKi) dan statistik ekonomi dan Keuangan

Daerah (seKDA), bank indonesia.

modul Pengelolaan Keuangan negara, badan Pendidikan dan Pelatiahan Keuangan,

Kementerian Keuangan, 2011

uu nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan negara.

uu nomor 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan negara.

uu nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

uu nomor 33 tahun 2004 tentang Hubungan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan

Daerah.

Page 157: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152723... · Provinsi, Kabupaten dan Kota di Indonesia ... tabel 3.12 Jumlah Daerah Penerima DAK 2014

PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik daftar Pustaka 145

uu nomor 39 tahun 2007 tentang Perubahan atas uu nomor 11 tahun 1995 tentang Cukai.

uu nomor 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.

uu nomor 19 tahun 2012 tentang Anggaran Pendapatan dan belanja negara tahun 2013.

uu nomor 22 tahun 2011 tentang Anggaran Pendapatan dan belanja negara tahun 2012.

uu nomor 4 tahun 2012 tentang Perubahan atas uu nomor 22 tahun 2011 tentang

Anggaran Pendapatan dan belanja negara tahun 2012.

Page 158: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152723... · Provinsi, Kabupaten dan Kota di Indonesia ... tabel 3.12 Jumlah Daerah Penerima DAK 2014

PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik146

Page 159: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152723... · Provinsi, Kabupaten dan Kota di Indonesia ... tabel 3.12 Jumlah Daerah Penerima DAK 2014

PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik lampiran alokasi Transfer ke daerah Tahun anggaran 2014 147

la

MPi

ran

a

loK

asi

da

na

tra

nsf

er K

e d

aer

ah

ta

hu

n a

ng

ga

ran

20

14

NoNa

ma D

aera

h D

BH P

AJAK

*)

DBH

CHT

**)

DBH

SDA

**)

DAU

D

AK

DAK

TAM

BAHA

N O

TSUS

TA

MSI

L**)

TJ

. PRO

F D

ID

BOS

J

UMLA

H TO

TAL

2014

1Pr

ovins

i Ace

h 1

97.6

62.5

88.0

79

3.2

90.6

91.5

60

924

.563

.573

.779

1

.201

.612

.787

.000

72

.953

.790

.000

-

6.8

24.3

86.5

14.0

00

279

.000

.000

-

- 4

63.0

66.0

40.0

00

9.6

87.8

14.9

84.4

18

2Ka

b. A

ceh

Bara

t 1

2.84

8.67

2.51

5 1

49.5

76.8

89

13.

566.

419.

511

550

.414

.472

.000

54

.522

.690

.000

1

6.89

9.38

0.00

0 -

3.7

44.0

00.0

00

70.

549.

565.

000

- -

722

.694

.775

.915

3Ka

b. A

ceh

Besa

r 1

6.37

1.51

9.19

5 4

51.9

96.1

13

9.0

06.4

45.3

98

673

.776

.666

.000

58

.845

.450

.000

1

8.32

2.88

0.00

0 -

- 1

03.8

20.4

08.0

00

3.0

00.0

00.0

00

- 8

83.5

95.3

64.7

06

4Ka

b. A

ceh

Selat

an 1

5.40

8.14

0.01

0 1

49.5

76.8

89

8.9

38.1

29.8

53

582

.668

.161

.000

49

.874

.560

.000

1

3.35

9.28

0.00

0 -

4.1

73.5

00.0

00

75.

728.

981.

000

- -

750

.300

.328

.752

5Ka

b. A

ceh

Sing

kil 1

3.94

0.07

6.12

5 1

49.5

76.8

89

8.1

53.5

72.6

88

380

.851

.529

.000

41

.169

.750

.000

1

0.47

8.89

0.00

0 -

2.5

33.5

00.0

00

29.

087.

676.

000

- -

486

.364

.570

.702

6Ka

b. A

ceh

Teng

ah 1

4.68

3.29

6.45

7 5

32.7

79.3

30

10.

869.

486.

251

564

.691

.527

.000

48

.446

.100

.000

-

- 2

.962

.500

.000

6

1.52

9.07

2.00

0 -

- 7

03.7

14.7

61.0

38

7Ka

b. A

ceh

Teng

gara

11.

076.

917.

446

149

.576

.889

8

.279

.587

.893

5

20.3

94.6

00.0

00

46.1

92.9

90.0

00

- -

2.0

33.2

50.0

00

42.

505.

965.

000

- -

630

.632

.887

.228

8Ka

b. A

ceh

Timur

50.

415.

254.

140

149

.576

.889

7

.922

.930

.428

7

03.8

98.1

53.0

00

72.1

35.8

20.0

00

19.

550.

500.

000

- 4

.454

.750

.000

6

9.31

0.91

0.00

0 -

- 9

27.8

37.8

94.4

57

9Ka

b. A

ceh

Utar

a 1

95.4

81.4

11.3

58

149

.576

.889

1

22.7

08.3

09.4

22

755

.061

.139

.000

70

.250

.520

.000

-

- -

133

.473

.876

.000

-

- 1

.277

.124

.832

.669

10Ka

b. B

ireun

22.

777.

823.

215

149

.576

.889

7

.893

.584

.391

7

70.7

80.3

01.0

00

61.0

83.9

50.0

00

- -

2.7

14.2

50.0

00

128

.788

.545

.000

-

- 9

94.1

88.0

30.4

95

11Ka

b. P

idie

13.

634.

836.

679

292

.501

.043

9

.517

.436

.839

7

46.9

37.9

53.0

00

65.7

17.5

70.0

00

- -

1.9

88.0

00.0

00

119

.383

.507

.000

-

- 9

57.4

71.8

04.5

61

12Ka

b. S

imeu

lue 1

1.37

7.66

2.00

1 1

49.5

76.8

89

7.7

55.8

31.0

93

378

.859

.516

.000

55

.142

.390

.000

1

1.88

5.08

0.00

0 -

3.2

99.2

50.0

00

32.

493.

550.

000

- -

500

.962

.855

.983

13Ko

ta B

anda

Ace

h 2

8.25

1.44

5.70

0 1

49.5

76.8

89

7.7

55.8

31.0

93

610

.554

.730

.000

38

.833

.120

.000

-

- -

114

.931

.514

.000

2

4.28

1.44

7.00

0 -

824

.757

.664

.682

14Ko

ta S

aban

g 1

3.19

9.98

3.64

1 1

49.5

76.8

89

7.8

00.4

05.7

70

324

.038

.882

.000

31

.401

.610

.000

-

- 8

85.0

00.0

00

19.

791.

254.

000

3.0

00.0

00.0

00

- 4

00.2

66.7

12.3

00

15Ko

ta La

ngsa

16.

813.

436.

039

149

.576

.889

7

.928

.540

.842

4

19.7

67.0

05.0

00

32.3

55.3

30.0

00

- -

- 7

0.82

0.31

1.00

0 -

- 5

47.8

34.1

99.7

70

16Ko

ta Lh

okse

umaw

e 3

8.72

6.33

3.60

9 1

49.5

76.8

89

7.7

55.8

31.0

93

469

.956

.588

.000

33

.752

.780

.000

-

- 1

.601

.000

.000

6

6.54

7.97

1.00

0 -

- 6

18.4

90.0

80.5

91

17Ka

b. N

agan

Ray

a 1

5.52

7.92

7.07

6 1

49.5

76.8

89

10.

850.

501.

307

500

.941

.291

.000

56

.245

.710

.000

1

8.31

3.58

0.00

0 -

2.2

92.7

50.0

00

47.

564.

907.

000

3.0

00.0

00.0

00

- 6

54.8

86.2

43.2

72

18Ka

b. A

ceh

Jaya

12.

446.

790.

381

149

.576

.889

8

.014

.076

.173

3

82.1

01.1

38.0

00

42.9

08.6

80.0

00

12.

104.

410.

000

- 2

.738

.750

.000

1

6.53

0.70

2.00

0 -

- 4

76.9

94.1

23.4

43

19Ka

b. A

ceh

Bara

t Day

a 1

2.44

8.92

8.94

4 1

49.5

76.8

89

8.9

69.5

28.8

56

406

.138

.315

.000

49

.904

.630

.000

1

7.53

6.34

0.00

0 -

- 5

6.85

7.12

8.00

0 -

- 5

52.0

04.4

47.6

89

20Ka

b. G

ayo

Lues

14.

075.

988.

409

3.2

59.7

30.7

52

8.9

76.7

20.6

93

403

.096

.648

.000

40

.619

.070

.000

1

1.26

6.42

0.00

0 -

2.0

22.5

70.0

00

31.

120.

072.

000

- -

514

.437

.219

.854

21Ka

b. A

ceh

Tami

ang

54.

901.

901.

210

149

.576

.889

3

8.84

5.51

5.08

9 4

67.0

34.1

24.0

00

46.1

82.2

10.0

00

- -

1.8

59.1

20.0

00

62.

527.

203.

000

- -

671

.499

.650

.188

22Ka

b. B

ener

Mer

iah 1

1.75

5.54

0.62

6 3

40.1

42.4

27

7.7

55.8

31.0

93

410

.897

.128

.000

46

.127

.280

.000

1

4.19

8.01

0.00

0 -

2.8

94.2

50.0

00

38.

454.

629.

000

- -

532

.422

.811

.146

Page 160: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152723... · Provinsi, Kabupaten dan Kota di Indonesia ... tabel 3.12 Jumlah Daerah Penerima DAK 2014

PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik148

NoNa

ma D

aera

h D

BH P

AJAK

*)

DBH

CHT

**)

DBH

SDA

**)

DAU

D

AK

DAK

TAM

BAHA

N O

TSUS

TA

MSI

L**)

TJ

. PRO

F D

ID

BOS

J

UMLA

H TO

TAL

2014

23Ko

ta S

ubulu

ssala

m 1

0.85

6.37

8.92

7 1

49.5

76.8

89

8.0

18.6

63.9

16

278

.513

.125

.000

27

.329

.480

.000

-

- 2

.676

.000

.000

1

5.99

2.67

3.00

0 3

.000

.000

.000

-

346

.535

.897

.732

24Ka

b. P

idie

Jaya

10.

844.

813.

908

258

.323

.528

7

.791

.608

.373

3

91.7

89.5

35.0

00

43.7

08.3

90.0

00

11.

992.

600.

000

- 1

.319

.500

.000

6

8.33

9.92

6.00

0 -

- 5

36.0

44.6

96.8

09

25Pr

ovins

i Sum

ater

a Uta

ra 4

42.1

42.8

94.9

33

5.6

17.3

08.6

88

28.

023.

150.

093

1.3

49.1

32.2

76.0

00

79.6

37.8

50.0

00

- -

368

.250

.000

-

- 1

.540

.512

.940

.000

3

.445

.434

.669

.714

26Ka

b. A

saha

n 5

6.34

8.59

1.69

3 1

75.5

40.8

97

1.9

50.3

48.9

73

795

.350

.930

.000

6

7.95

4.34

0.00

0 -

- 2

.063

.740

.000

1

51.1

85.8

59.0

00

- -

1.0

75.0

29.3

50.5

63

27Ka

b. D

airi

17.

794.

646.

878

547

.725

.330

3

.295

.192

.171

5

32.7

23.2

59.0

00

48.

992.

230.

000

- -

3.0

21.0

00.0

00

78.

460.

689.

000

- -

684

.834

.742

.379

28Ka

b. D

eli S

erda

ng 5

4.77

1.88

3.43

7 8

29.0

72.9

97

2.0

49.8

82.9

73

1.3

63.8

11.2

50.0

00

104

.687

.700

.000

-

- 4

.830

.370

.000

3

07.2

79.9

81.0

00

- -

1.8

38.2

60.1

40.4

07

29Ka

b. Ta

nah

Karo

15.

764.

717.

007

987

.407

.464

2

.061

.540

.678

6

86.8

34.5

62.0

00

56.

292.

580.

000

- -

4.1

14.0

00.0

00

111

.329

.290

.000

-

- 8

77.3

84.0

97.1

49

30Ka

b. La

buha

n Ba

tu 4

0.44

8.19

6.09

3 1

75.5

40.8

97

1.9

99.2

54.0

09

561

.476

.208

.000

4

0.22

4.71

0.00

0 -

- 1

.283

.750

.000

7

8.91

1.34

1.00

0 -

- 7

24.5

18.9

99.9

99

31Ka

b. La

ngka

t 1

10.7

24.9

22.9

04

713

.082

.818

9

.448

.165

.973

1

.039

.650

.946

.000

6

7.16

2.55

0.00

0 -

- 1

0.18

2.00

0.00

0 2

16.0

95.6

19.0

00

- -

1.4

53.9

77.2

86.6

95

32Ka

b. M

anda

iling

Nata

l 2

7.06

5.94

8.67

6 1

90.9

26.6

63

9.0

13.9

78.0

80

692

.133

.576

.000

5

9.87

5.53

0.00

0 -

- 6

.165

.120

.000

9

5.30

5.32

3.00

0 -

- 8

89.7

50.4

02.4

19

33Ka

b. N

ias 9

.638

.953

.288

1

75.5

40.8

97

1.9

50.3

48.9

73

347

.698

.829

.000

5

8.04

1.36

0.00

0 1

4.05

0.90

0.00

0 -

1.2

60.0

00.0

00

8.7

10.6

11.0

00

- -

441

.526

.543

.158

34Ka

b. S

imalu

ngun

56.

686.

549.

436

310

.145

.782

1

4.20

1.64

9.26

9 1

.077

.985

.764

.000

7

8.06

3.89

0.00

0 -

- -

220

.763

.020

.000

-

- 1

.448

.011

.018

.487

35Ka

b. Ta

panu

li Sela

tan

28.

293.

207.

581

175

.540

.897

1

9.88

0.51

5.31

5 5

73.2

44.1

82.0

00

63.

547.

730.

000

- -

3.4

48.2

50.0

00

51.

332.

350.

000

- -

739

.921

.775

.793

36Ka

b. Ta

panu

li Ten

gah

18.

380.

566.

777

175

.540

.897

2

.657

.024

.173

5

41.4

91.9

07.0

00

61.

641.

680.

000

14.

048.

160.

000

- 3

.874

.250

.000

7

3.14

0.34

7.00

0 -

- 7

15.4

09.4

75.8

47

37Ka

b. Ta

panu

li Uta

ra 1

7.02

7.65

1.60

0 4

61.3

70.5

85

5.3

47.5

37.7

30

596

.841

.256

.000

4

8.31

6.86

0.00

0 -

- 3

.629

.190

.000

1

03.2

43.6

62.0

00

- -

774

.867

.527

.915

38Ka

b. To

ba S

amos

ir 1

5.06

0.16

4.36

3 1

75.5

49.0

57

2.1

87.9

21.0

26

495

.377

.257

.000

6

7.78

4.13

0.00

0 -

- 7

51.2

50.0

00

118

.706

.054

.000

-

- 7

00.0

42.3

25.4

46

39Ko

ta B

injai

23.

463.

347.

819

175

.540

.897

2

.638

.201

.973

5

26.0

69.6

78.0

00

31.

534.

230.

000

- -

543

.500

.000

1

04.0

68.4

32.0

00

- -

688

.492

.930

.689

40Ko

ta M

edan

215

.848

.707

.673

6

50.4

52.2

17

1.9

50.3

48.9

73

1.3

93.5

04.5

80.0

00

74.

109.

590.

000

- -

6.1

39.5

00.0

00

358

.604

.640

.000

-

- 2

.050

.807

.818

.863

41Ko

ta P

emat

ang

Sian

tar

21.

998.

750.

938

3.8

63.4

18.5

73

1.9

50.3

48.9

73

519

.435

.661

.000

3

2.66

2.57

0.00

0 -

- 1

82.6

20.0

00

143

.508

.797

.000

-

- 7

23.6

02.1

66.4

84

42Ko

ta S

ibolga

15.

271.

824.

923

175

.540

.897

1

.950

.348

.973

3

71.8

12.8

25.0

00

33.

880.

280.

000

- -

1.3

54.5

00.0

00

51.

142.

901.

000

- -

475

.588

.220

.793

43Ko

ta Ta

njung

Bala

i 1

1.89

9.16

0.36

5 1

75.5

40.8

97

1.9

50.3

48.9

73

387

.259

.055

.000

3

4.02

7.32

0.00

0 -

- 3

73.1

70.0

00

46.

579.

070.

000

- -

482

.263

.665

.235

44Ko

ta Te

bing

Tingg

i 1

3.92

5.03

8.97

6 1

75.5

40.8

97

1.9

50.3

48.9

73

385

.030

.433

.000

3

6.23

1.72

0.00

0 -

- 1

50.0

00.0

00

68.

482.

763.

000

- -

505

.945

.844

.846

45Ko

ta P

adan

g Si

dimpu

an 1

8.07

4.23

0.03

4 1

75.5

40.8

97

3.4

29.4

20.9

73

470

.353

.368

.000

3

8.32

9.26

0.00

0 -

- 1

.223

.750

.000

7

8.05

1.04

6.00

0 -

- 6

09.6

36.6

15.9

04

46Ka

b. P

akpa

k Bha

rat

14.

056.

714.

980

175

.540

.897

5

.012

.331

.432

3

13.5

91.3

45.0

00

48.

322.

960.

000

13.

861.

990.

000

- 2

.292

.450

.000

5

2.59

4.56

0.00

0 -

- 4

49.9

07.8

92.3

09

47Ka

b. N

ias S

elata

n 1

5.57

6.05

8.78

4 1

75.5

40.8

97

20.

662.

680.

154

455

.533

.985

.000

7

9.40

0.61

0.00

0 1

5.73

4.58

0.00

0 -

4.1

92.5

00.0

00

51.

531.

010.

000

- -

642

.806

.964

.835

48Ka

b. H

umba

ng

Hasu

ndut

an 1

6.18

9.97

0.70

6 5

16.0

02.3

97

5.0

17.3

93.6

42

487

.059

.684

.000

5

6.95

9.62

0.00

0 -

- 1

.053

.750

.000

8

0.09

0.75

4.00

0 3

.000

.000

.000

-

649

.887

.174

.745

49Ka

b. S

erda

ng B

edag

ai 4

1.16

5.06

9.89

1 1

75.5

40.8

97

1.9

50.3

48.9

73

698

.412

.747

.000

6

9.56

4.97

0.00

0 -

- 8

83.5

00.0

00

130

.615

.053

.000

-

- 9

42.7

67.2

29.7

61

Page 161: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152723... · Provinsi, Kabupaten dan Kota di Indonesia ... tabel 3.12 Jumlah Daerah Penerima DAK 2014

PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik lampiran alokasi Transfer ke daerah Tahun anggaran 2014 149

NoNa

ma D

aera

h D

BH P

AJAK

*)

DBH

CHT

**)

DBH

SDA

**)

DAU

D

AK

DAK

TAM

BAHA

N O

TSUS

TA

MSI

L**)

TJ

. PRO

F D

ID

BOS

J

UMLA

H TO

TAL

2014

50Ka

b. S

amos

ir 1

1.98

2.91

6.40

6 1

75.5

40.8

97

6.3

35.5

48.9

93

441

.619

.455

.000

4

6.70

0.96

0.00

0 -

- 1

.372

.850

.000

5

1.27

8.60

7.00

0 -

- 5

59.4

65.8

78.2

96

51Ka

b. B

atub

ara

24.

296.

013.

059

175

.540

.897

1

.950

.348

.973

5

91.7

20.0

62.0

00

51.

819.

020.

000

- -

1.9

69.2

50.0

00

82.

017.

037.

000

- -

753

.947

.271

.929

52Ka

b. La

buha

n Ba

tu U

tara

31.

769.

058.

307

175

.540

.897

2

.946

.468

.013

5

03.0

53.6

78.0

00

46.

487.

070.

000

- -

1.6

90.2

50.0

00

64.

810.

124.

000

- -

650

.932

.189

.217

53Ka

b. La

buha

n Ba

tu

Selat

an 2

4.89

9.57

2.92

2 1

75.5

40.8

97

2.4

24.9

18.7

62

450

.151

.264

.000

5

2.26

0.82

0.00

0 -

- -

45.

082.

567.

000

- -

574

.994

.683

.581

54Ka

b. P

adan

g La

was U

tara

26.

680.

989.

536

175

.540

.897

5

.123

.644

.973

4

18.7

26.9

23.0

00

36.

461.

510.

000

- -

2.1

09.9

40.0

00

33.

820.

182.

000

- -

523

.098

.730

.406

55Ka

b. P

adan

g La

was

29.

860.

809.

945

175

.540

.897

8

.061

.453

.730

4

08.0

43.8

34.0

00

34.

723.

910.

000

- -

1.8

76.8

70.0

00

38.

028.

900.

000

- -

520

.771

.318

.572

56Ka

b. N

ias U

tara

9.4

84.8

75.9

23

175

.540

.897

1

.950

.348

.973

3

55.3

54.6

27.0

00

59.

275.

900.

000

14.

675.

230.

000

- 1

.430

.750

.000

1

8.38

1.60

5.00

0 -

- 4

60.7

28.8

77.7

93

57Ka

b. N

ias B

arat

8.3

57.3

36.3

80

175

.540

.897

1

.950

.348

.973

2

79.6

74.6

72.0

00

41.

663.

010.

000

7.7

21.6

80.0

00

- 7

38.0

00.0

00

23.

772.

766.

000

- -

364

.053

.354

.250

58Ko

ta G

unun

gsito

li 1

0.41

3.85

0.40

6 1

75.5

40.8

97

1.9

50.3

48.9

73

383

.524

.614

.000

3

2.23

1.50

0.00

0 -

- 2

.393

.940

.000

4

4.98

4.40

9.00

0 -

- 4

75.6

74.2

03.2

76

59Pr

ovins

i Sum

ater

a Bar

at 1

27.2

73.5

72.5

78

3.0

70.5

00.0

10

21.

079.

232.

656

1.1

29.8

86.3

06.0

00

54.

108.

200.

000

- -

584

.250

.000

-

3.0

00.0

00.0

00

552

.263

.610

.000

1

.891

.265

.671

.244

60Ka

b. Li

mapu

luh K

ota

13.

946.

032.

740

2.4

82.7

92.3

94

2.8

64.8

44.6

90

700

.183

.206

.000

5

9.92

9.54

0.00

0 -

- 3

.448

.270

.000

1

33.3

92.5

91.0

00

- -

916

.247

.276

.824

61Ka

b. A

gam

16.

155.

914.

759

405

.897

.597

2

.707

.493

.677

7

39.3

59.8

73.0

00

73.

233.

820.

000

- -

1.4

15.7

50.0

00

169

.488

.753

.000

-

- 1

.002

.767

.502

.033

62Ka

b. K

epula

uan

Men

tawa

i 1

1.85

0.37

9.60

5 1

70.5

83.3

34

7.7

77.8

64.2

09

531

.389

.939

.000

8

0.27

7.16

0.00

0 2

3.10

3.86

0.00

0 -

- 3

.856

.074

.000

-

- 6

58.4

25.8

60.1

48

63Ka

b. P

adan

g Pa

riama

n 1

0.88

5.53

8.46

6 1

70.5

83.3

34

2.6

30.6

38.0

00

683

.752

.765

.000

8

2.27

7.99

0.00

0 2

5.93

1.26

0.00

0 -

3.2

39.7

50.0

00

153

.638

.200

.000

-

- 9

62.5

26.7

24.8

00

64Ka

b. P

asam

an 1

2.92

3.27

6.46

7 4

02.4

90.6

66

4.0

20.6

94.9

62

542

.067

.878

.000

5

0.66

9.03

0.00

0 -

- 1

.500

.750

.000

9

7.60

4.14

4.00

0 -

- 7

09.1

88.2

64.0

95

65Ka

b. P

esisi

r Sela

tan

19.

193.

364.

073

170

.583

.334

3

.535

.971

.042

7

53.9

84.9

39.0

00

85.

835.

990.

000

21.

729.

630.

000

- 4

.297

.750

.000

1

38.1

10.4

62.0

00

- -

1.0

26.8

58.6

89.4

49

66Ka

b. S

ijunju

ng 1

3.86

4.44

5.86

6 1

70.5

83.3

34

17.

070.

405.

891

498

.591

.200

.000

5

7.92

8.46

0.00

0 1

5.09

8.80

0.00

0 -

2.6

59.7

50.0

00

61.

847.

305.

000

- -

667

.230

.950

.091

67Ka

b. S

olok

14.

014.

070.

044

460

.780

.479

6

.008

.613

.982

6

51.7

30.6

91.0

00

73.

179.

100.

000

17.

660.

780.

000

- -

134

.533

.707

.000

-

- 8

97.5

87.7

42.5

05

68Ka

b. Ta

nah

Data

r 1

2.60

1.84

7.34

7 4

70.5

36.2

17

2.6

88.0

12.0

92

650

.563

.368

.000

6

0.90

5.78

0.00

0 -

- 8

88.0

00.0

00

135

.457

.968

.000

3

.000

.000

.000

-

866

.575

.511

.656

69Ko

ta B

ukit

Tingg

i 1

2.40

1.11

1.47

6 1

70.5

83.3

34

2.6

30.6

38.0

00

404

.285

.567

.000

3

3.14

8.85

0.00

0 -

- 8

02.0

00.0

00

60.

821.

658.

000

- -

514

.260

.407

.810

70Ko

ta P

adan

g Pa

njang

9.7

56.7

11.8

85

170

.583

.334

2

.630

.638

.000

3

41.7

43.1

53.0

00

31.

839.

720.

000

- -

405

.220

.000

2

9.78

1.36

5.00

0 -

- 4

16.3

27.3

91.2

19

71Ko

ta P

adan

g 6

0.19

0.68

5.02

7 1

70.5

83.3

34

2.6

33.9

36.1

76

1.0

60.9

17.6

48.0

00

76.

349.

870.

000

- -

- 3

23.0

50.8

25.0

00

- -

1.5

23.3

13.5

47.5

37

72Ko

ta P

ayak

umbu

h 9

.902

.308

.985

4

59.9

34.1

89

2.6

30.6

38.0

00

412

.929

.814

.000

3

2.50

3.17

0.00

0 -

- 7

48.7

50.0

00

59.

267.

994.

000

- -

518

.442

.609

.174

73Ko

ta S

awah

lunto

10.

786.

614.

850

435

.068

.474

1

4.55

5.47

0.96

2 3

36.9

99.7

66.0

00

31.

072.

890.

000

- -

411

.000

.000

3

4.37

5.22

7.00

0 -

- 4

28.6

36.0

37.2

86

74Ko

ta S

olok

10.

247.

604.

444

170

.583

.334

2

.630

.638

.000

3

54.3

72.8

62.0

00

32.

287.

100.

000

- -

684

.000

.000

3

9.09

0.89

3.00

0 3

.000

.000

.000

-

442

.483

.680

.778

75Ko

ta P

ariam

an 1

3.00

9.86

0.75

6 1

70.5

83.3

34

2.6

30.6

38.0

00

386

.256

.228

.000

3

8.43

8.43

0.00

0 -

- 1

.684

.000

.000

9

2.56

0.37

8.00

0 -

- 5

34.7

50.1

18.0

90

76Ka

b. P

asam

an B

arat

20.

006.

472.

372

170

.583

.334

3

.949

.894

.050

5

80.4

06.9

54.0

00

62.

395.

550.

000

16.

556.

680.

000

- 2

.140

.750

.000

9

1.47

3.21

5.00

0 -

- 7

77.1

00.0

98.7

56

Page 162: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152723... · Provinsi, Kabupaten dan Kota di Indonesia ... tabel 3.12 Jumlah Daerah Penerima DAK 2014

PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik150

NoNa

ma D

aera

h D

BH P

AJAK

*)

DBH

CHT

**)

DBH

SDA

**)

DAU

D

AK

DAK

TAM

BAHA

N O

TSUS

TA

MSI

L**)

TJ

. PRO

F D

ID

BOS

J

UMLA

H TO

TAL

2014

77Ka

b. D

harm

asra

ya 1

9.03

2.10

4.96

0 1

70.5

83.3

34

14.

835.

759.

335

450

.393

.254

.000

5

8.36

0.94

0.00

0 1

2.51

9.69

0.00

0 -

2.3

02.0

00.0

00

50.

979.

259.

000

- -

608

.593

.590

.629

78Ka

b. S

olok S

elata

n 1

5.94

7.24

5.39

9 1

70.5

83.3

34

18.

033.

455.

520

406

.540

.345

.000

5

3.57

0.45

0.00

0 1

8.89

3.83

0.00

0 -

2.2

31.5

50.0

00

49.

400.

193.

000

- -

564

.787

.652

.253

79Pr

ovins

i Riau

557

.486

.112

.441

-

2.3

33.9

90.7

80.6

46

820

.984

.584

.000

4

3.73

7.51

0.00

0 -

- 2

89.5

00.0

00

- -

648

.146

.530

.000

4

.404

.635

.017

.087

80Ka

b. B

engk

alis

363

.514

.211

.686

-

2.4

43.7

75.9

86.2

17

85.

777.

928.

000

35.

738.

130.

000

- -

6.0

00.0

00.0

00

94.

996.

073.

000

- -

3.0

29.8

02.3

28.9

03

81Ka

b. In

drag

iri H

ilir 5

4.33

3.24

3.01

1 -

474

.579

.671

.164

8

47.8

60.7

50.0

00

66.

555.

430.

000

- -

4.8

78.5

00.0

00

84.

047.

943.

000

- -

1.5

32.2

55.5

37.1

75

82Ka

b. In

drag

iri H

ulu 9

7.29

2.06

6.25

5 -

459

.114

.766

.509

6

31.1

68.4

31.0

00

11.

923.

740.

000

- -

4.4

79.0

00.0

00

116

.921

.553

.000

-

- 1

.320

.899

.556

.764

83Ka

b. K

ampa

r 1

55.1

73.9

11.9

22

- 9

98.2

08.4

04.9

12

742

.583

.673

.000

4

8.75

5.37

0.00

0 -

- 2

.342

.800

.000

1

44.6

45.9

39.0

00

- -

2.0

91.7

10.0

98.8

34

84Ka

b. K

uant

an S

inging

i 3

7.54

0.20

4.47

4 -

432

.017

.591

.392

6

18.8

21.0

44.0

00

12.

166.

190.

000

- -

1.8

90.7

50.0

00

91.

513.

208.

000

- -

1.1

93.9

48.9

87.8

66

85Ka

b. P

elalaw

an 1

28.6

04.8

45.1

56

- 4

61.9

23.6

97.8

03

536

.384

.455

.000

1

3.97

4.54

0.00

0 -

- 2

.899

.250

.000

5

0.72

0.83

2.00

0 -

- 1

.194

.507

.619

.959

86Ka

b. R

okan

Hilir

189

.202

.172

.357

-

1.1

68.5

94.2

80.2

41

413

.982

.787

.000

3

9.59

2.19

0.00

0 -

- 1

.282

.830

.000

4

2.40

1.00

9.00

0 -

- 1

.855

.055

.268

.598

87Ka

b. R

okan

Hulu

88.

236.

773.

399

- 4

37.8

97.5

79.6

98

571

.522

.210

.000

1

0.58

2.32

0.00

0 -

- 5

.762

.250

.000

6

9.74

0.05

0.00

0 -

- 1

.183

.741

.183

.097

88Ka

b. S

iak 2

62.0

16.8

25.1

00

- 1

.204

.443

.889

.186

2

76.1

81.9

35.0

00

14.

097.

620.

000

- -

2.9

12.0

00.0

00

65.

495.

514.

000

22.

587.

378.

000

- 1

.847

.735

.161

.286

89Ko

ta D

umai

48.

197.

914.

185

- 4

33.1

33.7

66.8

11

359

.840

.493

.000

-

- -

- 6

9.83

0.19

9.00

0 -

- 9

11.0

02.3

72.9

96

90Ko

ta P

ekan

baru

128

.926

.063

.613

-

424

.371

.075

.875

8

09.9

87.1

56.0

00

45.

643.

430.

000

- -

672

.810

.000

1

93.8

09.7

35.0

00

- -

1.6

03.4

10.2

70.4

88

91Ka

b. K

epula

uan

Mer

anti

69.

505.

441.

244

- 4

79.5

09.0

80.0

01

371

.269

.172

.000

1

.944

.790

.000

-

- 1

.722

.670

.000

3

8.32

0.81

9.00

0 -

- 9

62.2

71.9

72.2

45

92Pr

ovins

i Kep

ulaua

n Ri

au 1

90.2

29.8

20.7

88

1.4

81.5

75.8

51

834

.123

.294

.128

6

98.0

09.3

18.0

00

41.

678.

090.

000

- -

57.

000.

000

- 3

.000

.000

.000

1

74.6

62.3

60.0

00

1.9

43.2

41.4

58.7

67

93Ka

b. B

intan

38.

403.

529.

750

246

.929

.308

2

67.0

41.3

27.5

58

304

.974

.241

.000

1

7.29

4.00

0.00

0 -

- 1

.647

.200

.000

4

6.38

6.19

0.00

0 3

.000

.000

.000

-

678

.993

.417

.616

94Ka

b. N

atun

a 1

36.8

50.0

67.2

05

246

.929

.308

6

43.9

90.3

26.0

57

187

.950

.770

.000

6

0.15

8.97

0.00

0 1

5.67

8.33

0.00

0 -

1.9

36.7

50.0

00

68.

306.

798.

000

- -

1.1

15.1

18.9

40.5

70

95Ka

b. K

arim

un 4

8.97

1.76

8.31

4 2

46.9

29.3

08

275

.583

.872

.945

3

24.1

70.5

18.0

00

9.3

06.4

80.0

00

- -

1.7

33.0

00.0

00

60.

434.

081.

000

23.

444.

300.

000

- 7

43.8

90.9

49.5

67

96Ko

ta B

atam

130

.246

.839

.217

1

.975

.434

.468

2

54.4

05.9

55.0

57

559

.103

.958

.000

5

6.68

7.43

0.00

0 -

- 1

.667

.000

.000

5

6.31

5.08

5.00

0 2

3.76

2.47

6.00

0 -

1.0

84.1

64.1

77.7

42

97Ko

ta Ta

njung

Pina

ng 3

3.28

9.11

2.46

2 2

46.9

29.3

08

260

.349

.861

.404

3

60.5

87.4

51.0

00

- -

- 7

63.5

00.0

00

54.

085.

728.

000

- -

709

.322

.582

.174

98Ka

b. Li

ngga

29.

014.

610.

898

246

.929

.308

2

67.5

58.9

53.7

13

316

.390

.446

.000

1

5.39

5.60

0.00

0 -

- 3

.405

.500

.000

3

0.60

6.66

0.00

0 -

- 6

62.6

18.6

99.9

19

99Ka

b. K

epula

uan

Anam

bas

62.

871.

715.

021

246

.929

.308

4

64.1

82.1

56.0

57

215

.651

.064

.000

4

9.50

5.91

0.00

0 1

2.19

7.61

0.00

0 -

1.0

71.7

50.0

00

7.8

38.0

96.0

00

- -

813

.565

.230

.386

100

Prov

insi J

ambi

184

.446

.680

.975

1

.796

.513

.719

3

67.7

89.3

27.3

57

948

.337

.712

.000

4

9.35

5.51

0.00

0 -

- -

- 1

9.65

0.58

4.00

0 3

41.4

54.9

70.0

00

1.9

12.8

31.2

98.0

51

101

Kab.

Bat

angh

ari

107

.068

.695

.001

1

79.6

51.3

72

89.

137.

402.

401

527

.233

.482

.000

2

8.20

9.03

0.00

0 -

- 2

.963

.250

.000

6

6.56

8.54

3.00

0 3

.000

.000

.000

-

824

.360

.053

.774

102

Kab.

Bun

go 3

8.14

7.85

8.22

2 1

79.6

51.3

72

104

.719

.744

.141

5

79.6

00.6

48.0

00

61.

138.

860.

000

- -

1.4

10.0

00.0

00

84.

638.

399.

000

- -

869

.835

.160

.735

103

Kab.

Ker

inci

12.

979.

763.

644

1.8

30.3

48.0

62

73.

094.

174.

222

545

.365

.585

.000

5

0.48

5.98

0.00

0 -

- -

80.

929.

209.

000

- -

764

.685

.059

.928

Page 163: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152723... · Provinsi, Kabupaten dan Kota di Indonesia ... tabel 3.12 Jumlah Daerah Penerima DAK 2014

PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik lampiran alokasi Transfer ke daerah Tahun anggaran 2014 151

NoNa

ma D

aera

h D

BH P

AJAK

*)

DBH

CHT

**)

DBH

SDA

**)

DAU

D

AK

DAK

TAM

BAHA

N O

TSUS

TA

MSI

L**)

TJ

. PRO

F D

ID

BOS

J

UMLA

H TO

TAL

2014

104

Kab.

Mer

angin

41.

678.

113.

308

711

.862

.573

7

9.08

3.59

2.31

9 6

33.6

57.9

22.0

00

49.

331.

620.

000

- -

16.

828.

500.

000

91.

307.

722.

000

- -

912

.599

.332

.200

105

Kab.

Mua

ro J

ambi

76.

917.

141.

949

179

.651

.372

9

8.15

6.68

9.10

9 5

65.2

56.8

83.0

00

48.

929.

950.

000

- -

2.2

18.5

00.0

00

79.

804.

461.

000

3.0

00.0

00.0

00

- 8

74.4

63.2

76.4

30

106

Kab.

Sar

olang

un 5

8.81

3.75

6.12

5 1

79.6

51.3

72

112

.855

.981

.044

5

21.5

91.1

09.0

00

47.

315.

940.

000

- -

1.9

45.7

50.0

00

56.

868.

022.

000

- -

799

.570

.209

.541

107

Kab.

Tanju

ng J

abun

g Ba

rat

84.

656.

696.

629

179

.651

.372

4

16.0

52.5

27.7

65

429

.955

.329

.000

1

.802

.400

.000

-

- 1

0.35

5.75

0.00

0 5

5.17

2.95

0.00

0 -

- 9

98.1

75.3

04.7

66

108

Kab.

Tanju

ng J

abun

g Tim

ur 7

5.70

3.74

1.67

5 1

79.6

51.3

72

270

.181

.689

.087

4

55.9

96.4

16.0

00

16.

298.

880.

000

- -

669

.870

.000

6

3.51

9.49

8.00

0 -

- 8

82.5

49.7

46.1

34

109

Kab.

Tebo

52.

857.

424.

927

179

.651

.372

9

8.81

8.67

9.93

0 5

09.3

96.9

69.0

00

50.

680.

030.

000

- -

1.5

79.2

50.0

00

69.

423.

650.

000

- -

782

.935

.655

.229

110

Kota

Jam

bi 5

1.61

9.15

8.67

7 1

79.6

51.3

72

81.

807.

160.

159

678

.620

.172

.000

5

0.24

8.33

0.00

0 -

- -

146

.714

.108

.000

-

- 1

.009

.188

.580

.208

111

Kota

Sun

gai P

enuh

8.6

96.6

56.0

42

212

.443

.736

7

3.09

4.17

4.22

2 3

65.2

98.1

30.0

00

27.

039.

360.

000

- -

608

.250

.000

6

2.15

1.66

3.00

0 -

- 5

37.1

00.6

77.0

00

112

Prov

insi S

umat

era S

elata

n 4

96.1

97.1

86.4

15

1.7

17.8

55.1

75

1.5

09.8

44.0

91.4

41

985

.542

.760

.000

6

2.75

4.90

0.00

0 -

- 5

34.0

00.0

00

- -

805

.514

.020

.000

3

.862

.104

.813

.031

113

Kab.

Laha

t 8

5.98

6.75

2.32

9 1

90.1

67.9

09

384

.409

.081

.297

6

15.2

40.3

06.0

00

60.

680.

800.

000

22.

151.

320.

000

- 2

.493

.450

.000

1

06.6

15.2

00.0

00

- -

1.2

77.7

67.0

77.5

35

114

Kab.

Mus

i Ban

yuas

in 4

33.7

75.5

75.4

45

122

.703

.941

2

.065

.852

.483

.984

4

11.8

69.6

75.0

00

24.

077.

660.

000

- -

5.1

43.9

40.0

00

75.

279.

860.

000

- -

3.0

16.1

21.8

98.3

70

115

Kab.

Mus

i Raw

as 1

01.4

43.6

48.9

52

83.

353.

335

277

.037

.854

.122

4

20.5

62.3

46.0

00

68.

285.

030.

000

14.

546.

250.

000

- 3

.981

.000

.000

4

5.55

7.10

4.00

0 -

- 9

31.4

96.5

86.4

09

116

Kab.

Mua

ra En

im 3

02.7

67.2

37.6

90

86.

235.

419

506

.089

.451

.114

5

93.5

64.3

98.0

00

59.

604.

080.

000

- -

2.7

42.0

00.0

00

106

.743

.478

.000

-

- 1

.571

.596

.880

.223

117

Kab.

Oga

n Ko

merin

g Ilir

51.

652.

631.

753

122

.703

.941

2

24.6

83.1

42.2

05

931

.158

.869

.000

7

2.32

2.11

0.00

0 1

6.54

8.65

0.00

0 -

4.6

34.5

00.0

00

99.

674.

758.

000

- -

1.4

00.7

97.3

64.8

99

118

Kab.

Oga

n Ko

merin

g Ul

u 5

9.09

6.28

3.39

8 1

22.7

03.9

41

262

.472

.508

.922

5

68.7

71.2

01.0

00

9.2

66.1

90.0

00

- -

729

.250

.000

6

1.88

4.71

6.00

0 -

- 9

62.3

42.8

53.2

61

119

Kota

Pale

mban

g 1

11.9

25.8

54.9

35

122

.703

.941

2

14.1

32.4

52.7

28

1.2

03.6

62.4

53.0

00

66.

056.

370.

000

- -

5.2

91.1

60.0

00

397

.852

.996

.000

2

2.85

8.97

0.00

0 -

2.0

21.9

02.9

60.6

04

120

Kota

Pag

ar A

lam 1

7.17

8.94

7.23

3 2

26.5

11.4

01

214

.157

.943

.078

3

54.7

27.4

29.0

00

36.

716.

820.

000

- -

1.3

72.5

00.0

00

38.

539.

329.

000

- -

662

.919

.479

.712

121

Kota

Lubu

k Ling

gau

19.

838.

579.

190

176

.457

.490

2

14.1

32.4

52.7

28

414

.757

.867

.000

4

4.03

8.20

0.00

0 -

- -

56.

220.

033.

000

2.0

00.0

00.0

00

- 7

51.1

63.5

89.4

08

122

Kota

Pra

bumu

lih 5

0.24

4.28

4.75

7 1

22.7

03.9

41

226

.762

.184

.568

3

83.3

13.7

15.0

00

32.

536.

350.

000

- -

1.0

96.8

10.0

00

39.

798.

567.

000

- -

733

.874

.615

.266

123

Kab.

Ban

yuas

in 1

16.8

13.3

87.9

24

122

.703

.941

2

75.0

88.5

37.6

63

824

.218

.824

.000

9

6.00

4.59

0.00

0 1

6.26

3.44

0.00

0 -

5.1

51.7

50.0

00

110

.263

.617

.000

3

.000

.000

.000

-

1.4

46.9

26.8

50.5

28

124

Kab.

Oga

n Ilir

52.

393.

907.

754

122

.703

.941

2

29.2

09.1

39.7

28

561

.376

.933

.000

5

9.06

5.27

0.00

0 1

5.06

5.79

0.00

0 -

7.3

78.5

00.0

00

68.

802.

634.

000

- -

993

.414

.878

.423

125

Kab.

Oga

n Ko

merin

g Ul

u Tim

ur 2

1.81

1.09

1.27

6 4

15.1

92.8

86

222

.151

.771

.817

6

80.7

13.5

25.0

00

67.

063.

390.

000

- -

3.7

72.2

50.0

00

124

.205

.637

.000

3

.000

.000

.000

-

1.1

23.1

32.8

57.9

79

126

Kab.

Oga

n Ko

merin

g Ul

u Se

latan

17.

824.

902.

416

1.7

72.9

59.6

45

215

.446

.145

.528

5

12.1

26.2

70.0

00

50.

150.

370.

000

10.

440.

230.

000

- 4

.454

.500

.000

3

1.37

7.33

0.00

0 -

- 8

43.5

92.7

07.5

89

127

Kab.

Empa

t Law

ang

20.

766.

240.

576

122

.703

.941

2

15.8

87.6

76.4

08

360

.871

.981

.000

4

9.15

0.99

0.00

0 1

3.72

7.68

0.00

0 -

2.4

17.7

50.0

00

42.

544.

653.

000

- -

705

.489

.674

.925

128

Kab.

Pen

ukal

Abab

Le

mata

ng Ili

r 6

5.95

4.11

7.04

3 3

6.46

8.52

2 1

38.7

51.7

64.9

12

110

.386

.837

.000

-

--

1.3

20.0

00.0

00

15.

385.

300.

000

- -

331

.834

.487

.477

129

Kab.

Mus

i Raw

as U

tara

60.

421.

943.

734

39.

350.

606

187

.667

.276

.162

2

84.4

08.5

93.0

00

- -

- 1

.587

.000

.000

1

2.17

2.97

2.00

0 -

- 5

46.2

97.1

35.5

02

Page 164: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152723... · Provinsi, Kabupaten dan Kota di Indonesia ... tabel 3.12 Jumlah Daerah Penerima DAK 2014

PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik152

NoNa

ma D

aera

h D

BH P

AJAK

*)

DBH

CHT

**)

DBH

SDA

**)

DAU

D

AK

DAK

TAM

BAHA

N O

TSUS

TA

MSI

L**)

TJ

. PRO

F D

ID

BOS

J

UMLA

H TO

TAL

2014

130

Prov

insi B

angk

a Beli

tung

49.

381.

644.

011

- 1

16.5

34.3

11.3

92

806

.820

.146

.000

4

3.37

2.46

0.00

0 -

- -

- -

131

.299

.480

.000

1

.147

.408

.041

.403

131

Kab.

Ban

gka

19.

226.

996.

298

- 1

05.3

63.9

43.5

21

492

.721

.831

.000

4

8.38

9.00

0.00

0 -

- 1

.959

.040

.000

5

8.51

7.13

4.00

0 3

.000

.000

.000

-

729

.177

.944

.819

132

Kab.

Beli

tung

19.

269.

186.

138

- 4

3.00

9.49

4.49

7 4

28.6

19.2

59.0

00

48.

319.

720.

000

- -

1.5

51.5

00.0

00

98.

333.

532.

000

- -

639

.102

.691

.635

133

Kota

Pan

gkal

Pinan

g 2

3.48

5.04

2.81

4 -

31.

908.

558.

049

414

.685

.923

.000

4

0.86

8.60

0.00

0 -

- 9

90.5

00.0

00

72.

152.

289.

000

- -

584

.090

.912

.863

134

Kab.

Ban

gka S

elata

n 1

7.34

6.41

6.66

5 -

45.

574.

597.

153

413

.170

.287

.000

4

7.91

7.61

0.00

0 1

4.59

6.05

0.00

0 -

1.4

32.5

00.0

00

30.

093.

580.

000

- -

570

.131

.040

.818

135

Kab.

Ban

gka T

enga

h 1

7.27

3.78

0.85

2 -

38.

455.

111.

435

377

.712

.293

.000

4

1.38

0.76

0.00

0 -

- 1

.203

.750

.000

8

2.30

1.72

7.00

0 2

3.13

7.88

2.00

0 -

581

.465

.304

.287

136

Kab.

Ban

gka B

arat

19.

883.

237.

401

- 6

5.42

6.91

4.27

3 4

13.6

80.1

94.0

00

41.

455.

370.

000

- -

1.3

69.4

90.0

00

48.

504.

139.

000

- -

590

.319

.344

.674

137

Kab.

Beli

tung

Timu

r 2

3.62

4.61

7.71

0 -

46.

222.

864.

801

392

.975

.926

.000

4

1.74

6.08

0.00

0 -

- 1

.441

.250

.000

4

1.51

4.73

0.00

0 -

- 5

47.5

25.4

68.5

11

138

Prov

insi B

engk

ulu 4

5.56

5.62

0.84

7 -

58.

150.

228.

526

955

.095

.187

.000

5

3.92

7.02

0.00

0 -

- 1

68.7

50.0

00

- 2

.000

.000

.000

2

04.7

07.5

10.0

00

1.3

19.6

14.3

16.3

73

139

Kab.

Ben

gkulu

Sela

tan

10.

358.

937.

367

- 1

3.26

7.58

5.22

0 4

90.4

36.8

78.0

00

49.

499.

850.

000

- -

1.0

37.7

20.0

00

75.

081.

325.

000

- -

639

.682

.295

.587

140

Kab.

Ben

gkulu

Uta

ra 1

7.70

3.40

6.21

0 -

69.

988.

596.

137

558

.467

.872

.000

5

7.57

8.74

0.00

0 -

- 1

.892

.500

.000

8

2.19

8.92

9.00

0 -

- 7

87.8

30.0

43.3

47

141

Kab.

Reja

ng Le

bong

11.

493.

039.

480

- 1

2.91

4.95

6.66

3 5

41.4

51.9

89.0

00

47.

344.

430.

000

- -

3.0

51.7

50.0

00

101

.927

.561

.000

-

- 7

18.1

83.7

26.1

43

142

Kota

Ben

gkulu

20.

896.

336.

676

- 1

2.87

5.16

5.41

1 6

02.7

42.3

91.0

00

51.

533.

280.

000

- -

- 1

63.4

31.4

17.0

00

- -

851

.478

.590

.087

143

Kab.

Kau

r 1

2.01

4.20

1.22

2 -

14.

163.

306.

083

371

.883

.436

.000

5

6.35

3.73

0.00

0 1

3.07

4.01

0.00

0 -

2.9

08.7

10.0

00

35.

937.

107.

000

2.0

00.0

00.0

00

- 5

08.3

34.5

00.3

05

144

Kab.

Selu

ma 1

3.11

9.68

0.75

5 -

15.

750.

313.

628

444

.698

.984

.000

5

3.11

7.71

0.00

0 1

6.98

7.33

0.00

0 -

854

.380

.000

5

1.00

2.52

6.00

0 -

- 5

95.5

30.9

24.3

83

145

Kab.

Muk

omuk

o 1

8.03

5.12

7.82

0 -

13.

617.

389.

411

454

.993

.409

.000

5

3.12

2.13

0.00

0 1

2.26

0.28

0.00

0 -

1.8

50.0

00.0

00

56.

621.

983.

000

- -

610

.500

.319

.231

146

Kab.

Lebo

ng 1

2.27

0.08

4.83

6 -

13.

185.

572.

963

373

.700

.225

.000

4

7.07

7.60

0.00

0 1

2.93

3.04

0.00

0 -

1.3

83.2

50.0

00

45.

832.

121.

000

2.0

00.0

00.0

00

- 5

08.3

81.8

93.7

99

147

Kab.

Kep

ahian

g 1

0.98

3.20

5.60

6 -

12.

875.

165.

411

402

.021

.565

.000

4

6.11

6.56

0.00

0 1

2.90

0.45

0.00

0 -

3.0

59.5

00.0

00

43.

896.

572.

000

- -

531

.853

.018

.017

148

Kab.

Ben

gkulu

Teng

ah 9

.660

.516

.982

-

58.

477.

024.

220

379

.669

.582

.000

4

3.16

6.04

0.00

0 9

.416

.250

.000

-

1.4

54.3

10.0

00

44.

282.

215.

000

2.0

00.0

00.0

00

- 5

48.1

25.9

38.2

02

149

Prov

insi L

ampu

ng 1

35.6

50.7

77.1

15

3.9

09.1

20.5

15

165

.863

.686

.685

1

.136

.053

.041

.000

4

8.85

1.62

0.00

0 -

- 2

85.7

50.0

00

- 2

.000

.000

.000

7

51.8

15.6

80.0

00

2.2

44.4

29.6

75.3

15

150

Kab.

Lamp

ung

Bara

t 1

1.11

9.84

5.72

9 4

66.2

64.0

88

12.

358.

416.

232

388

.754

.357

.000

6

4.69

2.26

0.00

0 1

7.37

8.52

0.00

0 -

3.9

66.0

00.0

00

52.

302.

207.

000

3.0

00.0

00.0

00

- 5

54.0

37.8

70.0

49

151

Kab.

Lamp

ung

Selat

an 2

2.02

6.41

8.89

6 7

66.9

41.8

90

24.

604.

525.

288

847

.657

.151

.000

9

6.47

1.57

0.00

0 -

- 1

.829

.500

.000

1

60.4

26.6

47.0

00

- -

1.1

53.7

82.7

54.0

74

152

Kab.

Lamp

ung

Teng

ah 4

3.24

9.23

8.55

4 7

50.1

63.0

30

24.

578.

606.

173

1.1

77.5

13.2

82.0

00

83.

469.

500.

000

- -

1.1

99.1

90.0

00

250

.525

.694

.000

2

3.32

6.05

1.00

0 -

1.6

04.6

11.7

24.7

57

153

Kab.

Lamp

ung

Utar

a 2

2.76

4.83

7.86

4 9

44.4

74.3

54

24.

540.

941.

578

838

.661

.589

.000

6

9.05

0.04

0.00

0 2

0.26

5.37

0.00

0 -

- 1

84.5

99.1

24.0

00

- -

1.1

60.8

26.3

76.7

96

154

Kab.

Lamp

ung

Timur

48.

166.

071.

191

2.3

10.8

39.5

58

97.

872.

311.

266

940

.041

.243

.000

6

6.46

2.79

0.00

0 -

- 3

.998

.000

.000

2

43.3

15.2

35.0

00

- -

1.4

02.1

66.4

90.0

15

155

Kab.

Tang

gamu

s 1

8.96

1.84

9.67

8 5

74.0

05.2

20

30.

880.

307.

687

669

.512

.156

.000

8

4.43

1.86

0.00

0 -

- 3

.186

.000

.000

1

20.9

65.7

78.0

00

- -

928

.511

.956

.585

156

Kab.

Tulan

g Ba

wang

32.

686.

902.

455

282

.861

.683

2

5.22

7.43

9.30

6 5

33.3

13.6

84.0

00

59.

728.

060.

000

- -

2.1

53.5

00.0

00

55.

891.

030.

000

- -

709

.283

.477

.444

Page 165: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152723... · Provinsi, Kabupaten dan Kota di Indonesia ... tabel 3.12 Jumlah Daerah Penerima DAK 2014

PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik lampiran alokasi Transfer ke daerah Tahun anggaran 2014 153

NoNa

ma D

aera

h D

BH P

AJAK

*)

DBH

CHT

**)

DBH

SDA

**)

DAU

D

AK

DAK

TAM

BAHA

N O

TSUS

TA

MSI

L**)

TJ

. PRO

F D

ID

BOS

J

UMLA

H TO

TAL

2014

157

Kab.

Way

Kan

an 2

2.46

9.85

5.99

2 2

98.3

87.1

82

24.

905.

852.

384

573

.114

.161

.000

6

4.47

7.27

0.00

0 1

7.79

3.66

0.00

0 -

2.8

64.8

10.0

00

72.

940.

157.

000

3.0

00.0

00.0

00

- 7

81.8

64.1

53.5

58

158

Kota

Ban

dar L

ampu

ng 4

8.61

0.56

1.86

4 2

92.3

62.9

65

24.

448.

712.

266

921

.826

.931

.000

4

2.84

1.64

0.00

0 -

- -

250

.170

.293

.000

2

6.27

3.76

4.00

0 -

1.3

14.4

64.2

65.0

95

159

Kota

Met

ro 1

6.70

0.26

4.08

2 4

09.7

34.1

20

24.

448.

712.

266

414

.624

.161

.000

3

4.07

8.24

0.00

0 -

- 4

82.2

50.0

00

74.

507.

726.

000

3.0

00.0

00.0

00

- 5

68.2

51.0

87.4

68

160

Kab.

Pes

awar

an 1

2.45

0.11

7.33

7 5

63.6

14.4

56

24.

640.

630.

090

625

.845

.694

.000

5

8.69

0.94

0.00

0 1

9.76

2.32

0.00

0 -

269

.750

.000

9

6.95

9.73

0.00

0 -

- 8

39.1

82.7

95.8

83

161

Kab.

Prin

gsew

u 1

6.18

2.29

6.95

2 6

56.7

67.4

50

24.

478.

554.

442

547

.622

.366

.000

4

7.23

2.13

0.00

0 -

- 2

33.7

50.0

00

150

.033

.245

.000

-

- 7

86.4

39.1

09.8

44

162

Kab.

Mes

uji 9

.602

.209

.793

2

82.8

21.2

52

26.

710.

004.

920

387

.694

.110

.000

5

1.80

9.92

0.00

0 -

- 2

.141

.250

.000

3

3.78

0.54

7.00

0 -

- 5

12.0

20.8

62.9

65

163

Kab.

Tulan

g Ba

wang

Bar

at 1

2.39

7.16

4.69

3 2

81.2

44.4

43

24.

448.

712.

266

424

.389

.404

.000

5

0.44

4.53

0.00

0 -

- 2

.536

.500

.000

5

6.49

0.12

0.00

0 3

.000

.000

.000

-

573

.987

.675

.402

164

Kab.

Pes

isir B

arat

8.2

49.8

58.8

19

240

.799

.510

1

2.33

1.36

5.35

0 2

27.3

14.1

57.0

00

6.2

69.9

60.0

00

--

1.4

31.0

00.0

00

35.

106.

892.

000

- -

290

.944

.032

.679

165

Prov

insi D

KI J

akar

ta 1

1.46

3.98

4.57

9.32

6 -

311

.968

.611

.374

8

5.98

5.28

2.00

0 -

- -

17.

714.

250.

000

1.7

73.4

78.0

00.0

00

- 7

23.5

98.7

20.0

00

14.

376.

729.

442.

700

166

Prov

insi J

awa B

arat

1.1

57.2

47.8

30.4

63

68.

049.

759.

263

362

.098

.839

.010

1

.687

.686

.386

.000

7

8.21

5.03

0.00

0 -

- 4

.106

.250

.000

-

3.0

00.0

00.0

00

4.0

18.2

49.9

80.0

00

7.3

78.6

54.0

74.7

36

167

Kab.

Ban

dung

101

.363

.417

.264

7

.666

.964

.434

9

4.83

3.39

7.28

0 1

.897

.769

.300

.000

1

57.3

74.5

20.0

00

- -

- 5

23.8

04.1

54.0

00

- -

2.7

82.8

11.7

52.9

78

168

Kab.

Bek

asi

304

.338

.716

.244

2

3.74

6.95

0.55

7 9

3.55

9.83

4.23

4 1

.195

.757

.868

.000

1

11.1

71.9

10.0

00

- -

4.3

72.5

00.0

00

247

.335

.303

.000

-

- 1

.980

.283

.082

.035

169

Kab.

Bog

or 1

61.9

82.9

61.8

74

2.7

21.9

90.3

71

93.

193.

836.

623

2.0

55.9

44.9

91.9

00

189

.997

.540

.000

-

- -

469

.126

.565

.000

-

- 2

.972

.967

.885

.768

170

Kab.

Ciam

is 3

5.61

0.54

7.56

5 2

.138

.519

.946

1

6.26

6.25

3.83

4 1

.068

.289

.296

.000

1

33.3

08.2

00.0

00

- -

- 3

05.0

58.3

38.0

00

- -

1.5

60.6

71.1

55.3

45

171

Kab.

Cian

jur 5

2.75

8.18

7.33

4 2

.819

.782

.408

3

2.30

5.47

5.15

0 1

.407

.469

.628

.000

9

8.79

3.88

0.00

0 -

- 1

.243

.740

.000

3

53.0

47.7

83.0

00

- -

1.9

48.4

38.4

75.8

92

172

Kab.

Cire

bon

55.

580.

696.

802

3.9

22.0

58.4

88

28.

849.

935.

357

1.4

06.8

62.5

23.0

00

101

.527

.360

.000

-

- 5

54.7

50.0

00

376

.373

.950

.000

-

- 1

.973

.671

.273

.647

173

Kab.

Gar

ut 8

0.09

4.82

4.33

9 1

7.27

2.18

8.37

9 4

3.57

3.14

2.62

5 1

.702

.452

.909

.000

1

29.9

44.8

40.0

00

16.

639.

800.

000

- -

496

.329

.783

.000

-

- 2

.486

.307

.487

.343

174

Kab.

Indr

amay

u 1

20.3

66.0

03.1

49

2.7

21.9

90.3

71

76.

498.

089.

996

1.2

67.3

37.1

59.0

00

102

.472

.650

.000

-

- -

294

.517

.869

.000

-

- 1

.863

.913

.761

.516

175

Kab.

Kar

awan

g 1

90.7

74.4

70.6

50

33.

531.

360.

652

73.

299.

080.

397

1.1

88.4

78.4

70.0

00

124

.624

.020

.000

-

- 4

.161

.310

.000

3

60.6

28.5

61.0

00

- -

1.9

75.4

97.2

72.6

99

176

Kab.

Kun

ingan

34.

803.

545.

350

3.3

32.2

25.0

43

29.

051.

479.

660

1.1

12.2

71.8

83.0

00

74.

369.

300.

000

- -

- 2

95.4

62.5

81.0

00

- -

1.5

49.2

91.0

14.0

53

177

Kab.

Maja

lengk

a 5

0.72

2.28

8.64

4 7

.351

.233

.853

3

1.10

6.73

7.70

4 1

.092

.495

.173

.000

8

0.15

0.50

0.00

0 -

- -

279

.958

.668

.000

-

- 1

.541

.784

.601

.201

178

Kab.

Pur

waka

rta

58.

247.

754.

929

2.7

21.9

90.3

71

29.

149.

173.

861

786

.592

.072

.000

4

1.05

0.47

0.00

0 -

- 5

64.0

00.0

00

192

.370

.091

.000

-

- 1

.110

.695

.552

.161

179

Kab.

Sub

ang

108

.380

.733

.998

2

.736

.806

.744

8

2.21

8.35

7.97

8 1

.139

.779

.043

.000

7

4.71

0.08

0.00

0 -

- 3

94.7

50.0

00

313

.034

.816

.000

-

- 1

.721

.254

.587

.720

180

Kab.

Suk

abum

i 6

8.97

2.76

2.36

6 2

.961

.874

.512

6

7.14

2.15

9.28

5 1

.458

.379

.433

.000

1

34.2

93.8

60.0

00

26.

598.

100.

000

- -

338

.609

.888

.000

-

- 2

.096

.958

.077

.163

181

Kab.

Sum

edan

g 4

1.81

2.29

2.68

8 1

2.38

6.62

5.36

7 2

9.47

5.27

2.74

6 1

.104

.417

.363

.000

9

1.29

2.06

0.00

0 -

- -

259

.517

.897

.000

-

- 1

.538

.901

.510

.801

182

Kab.

Tasik

malay

a 4

1.78

8.76

3.79

6 2

.746

.519

.732

2

9.76

7.15

4.20

2 1

.342

.934

.278

.000

1

10.3

12.2

10.0

00

- -

- 4

11.1

37.6

53.0

00

- -

1.9

38.6

86.5

78.7

30

183

Kota

Ban

dung

230

.419

.761

.885

2

.722

.942

.152

2

8.84

5.67

7.23

4 1

.596

.749

.326

.000

6

3.60

7.14

0.00

0 -

- 9

21.7

70.0

00

502

.264

.440

.000

-

- 2

.425

.531

.057

.271

Page 166: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152723... · Provinsi, Kabupaten dan Kota di Indonesia ... tabel 3.12 Jumlah Daerah Penerima DAK 2014

PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik154

NoNa

ma D

aera

h D

BH P

AJAK

*)

DBH

CHT

**)

DBH

SDA

**)

DAU

D

AK

DAK

TAM

BAHA

N O

TSUS

TA

MSI

L**)

TJ

. PRO

F D

ID

BOS

J

UMLA

H TO

TAL

2014

184

Kota

Bek

asi

103

.199

.926

.289

2

.721

.990

.371

2

8.84

5.67

7.23

4 1

.133

.417

.253

.000

7

1.42

0.08

0.00

0 -

- 8

08.3

70.0

00

252

.028

.351

.000

-

- 1

.592

.441

.647

.894

185

Kota

Bog

or 6

4.44

6.25

9.27

0 2

.721

.990

.371

2

8.84

5.67

7.23

4 7

32.3

37.0

58.0

00

33.

477.

500.

000

- -

801

.550

.000

1

56.4

99.5

61.0

00

- -

1.0

19.1

29.5

95.8

75

186

Kota

Cire

bon

38.

900.

143.

528

2.7

21.9

90.3

71

28.

845.

677.

234

583

.927

.691

.000

3

2.14

5.38

0.00

0 -

- 6

89.6

90.0

00

151

.819

.967

.000

-

- 8

39.0

50.5

39.1

33

187

Kota

Dep

ok 7

1.26

3.27

9.61

3 2

.721

.990

.371

2

8.84

5.67

7.23

4 8

38.5

72.7

84.0

00

44.

913.

130.

000

- -

- 1

73.9

56.0

51.0

00

22.

197.

377.

000

- 1

.182

.470

.289

.218

188

Kota

Suk

abum

i 3

1.38

1.02

3.63

2 2

.722

.104

.891

2

8.84

5.67

7.23

4 4

84.9

38.6

64.0

00

27.

957.

170.

000

- -

67.

050.

000

95.

919.

330.

000

- -

671

.831

.019

.757

189

Kota

Cim

ahi

29.

869.

309.

228

2.7

21.9

90.3

71

28.

845.

677.

234

537

.371

.615

.000

3

5.91

3.67

0.00

0 -

- -

141

.501

.002

.000

-

- 7

76.2

23.2

63.8

33

190

Kota

Tasik

malay

a 3

7.81

4.85

2.14

7 2

.741

.751

.938

2

8.88

5.41

3.12

9 7

32.5

08.3

13.0

00

42.

397.

940.

000

- -

356

.250

.000

2

23.0

97.9

93.0

00

- -

1.0

67.8

02.5

13.2

14

191

Kota

Ban

jar 2

8.39

9.21

0.51

3 2

.741

.910

.751

2

8.97

0.03

3.42

1 3

42.2

67.8

48.0

00

25.

380.

740.

000

- -

329

.000

.000

7

7.81

2.46

4.00

0 -

- 5

05.9

01.2

06.6

85

192

Kab.

Ban

dung

Bar

at 4

1.96

0.43

0.93

3 2

.774

.919

.292

2

9.04

4.82

9.63

0 9

92.2

54.8

84.0

00

49.

797.

380.

000

- -

3.5

66.2

50.0

00

266

.800

.261

.000

-

- 1

.386

.198

.954

.855

193

Kab.

Pan

gand

aran

22.

565.

102.

147

690

.109

.511

1

5.30

6.16

1.88

5 3

63.8

82.4

72.0

00

5.1

66.4

70.0

00

- 6

87.0

00.0

00

140

.501

.924

.000

-

- 5

48.7

99.2

39.5

43

194

Prov

insi B

ante

n 4

52.5

20.5

38.8

15

- 4

.589

.888

.872

7

28.4

90.0

12.0

00

16.

717.

970.

000

- -

604

.500

.000

-

- 1

.008

.829

.420

.000

2

.211

.752

.329

.687

195

Kab.

Leba

k 5

1.18

8.37

6.34

9 -

2.5

70.1

89.0

86

1.0

00.8

78.5

05.0

00

85.

707.

880.

000

18.

508.

230.

000

- 5

02.0

00.0

00

216

.855

.669

.000

-

- 1

.376

.210

.849

.435

196

Kab.

Pan

degla

ng 5

1.66

3.56

3.83

5 -

8.8

36.9

82.0

50

1.0

77.0

77.6

28.0

00

105

.966

.030

.000

2

2.06

0.42

0.00

0 -

4.2

13.2

50.0

00

232

.877

.804

.000

-

- 1

.502

.695

.677

.885

197

Kab.

Ser

ang

68.

476.

581.

943

- 1

.943

.012

.620

9

50.7

04.6

48.0

00

83.

752.

840.

000

- -

2.8

84.2

50.0

00

192

.241

.322

.000

3

.000

.000

.000

-

1.3

03.0

02.6

54.5

63

198

Kab.

Tang

eran

g 1

50.3

60.1

51.8

32

- 1

.645

.737

.523

1

.213

.857

.913

.000

1

03.9

12.3

30.0

00

- -

5.7

94.1

30.0

00

216

.577

.243

.000

3

.000

.000

.000

-

1.6

95.1

47.5

05.3

55

199

Kota

Cile

gon

83.

449.

828.

766

- 1

.645

.737

.523

4

90.9

17.5

99.0

00

481

.020

.000

-

- 1

.314

.250

.000

1

41.9

35.7

49.0

00

- -

719

.744

.184

.289

200

Kota

Tang

eran

g 1

96.2

75.7

47.7

90

- 1

.645

.737

.523

8

90.2

13.1

31.0

00

38.

067.

490.

000

- -

- 2

14.6

08.5

84.0

00

3.0

00.0

00.0

00

- 1

.343

.810

.690

.313

201

Kota

Ser

ang

38.

329.

952.

976

- 1

.645

.737

.523

5

64.2

82.6

98.0

00

42.

079.

440.

000

- -

36.

060.

000

113

.647

.141

.000

1

9.30

6.57

1.00

0 -

779

.327

.600

.499

202

Kota

Tang

eran

g Se

latan

107

.307

.071

.966

-

1.6

45.7

37.5

23

566

.429

.457

.000

2

3.97

2.48

0.00

0 -

- 1

20.7

50.0

00

108

.312

.570

.000

2

5.27

0.92

7.00

0 -

833

.058

.993

.489

203

Prov

insi J

awa T

enga

h 5

57.6

48.4

51.8

25

144

.452

.816

.482

1

7.09

8.41

6.58

9 1

.803

.931

.189

.000

7

9.16

5.24

0.00

0 -

- 1

.396

.500

.000

-

3.0

00.0

00.0

00

2.6

76.5

90.4

70.0

00

5.2

83.2

83.0

83.8

96

204

Kab.

Ban

jarne

gara

22.

789.

242.

550

4.1

30.9

29.5

80

1.6

72.1

80.7

94

826

.044

.419

.000

6

1.06

6.04

0.00

0 -

- -

209

.121

.660

.000

-

- 1

.124

.824

.471

.924

205

Kab.

Ban

yuma

s 5

3.47

3.01

5.93

6 4

.138

.854

.180

2

.244

.469

.702

1

.224

.710

.992

.000

8

2.51

9.14

0.00

0 -

- -

317

.319

.844

.000

3

.000

.000

.000

-

1.6

87.4

06.3

15.8

18

206

Kab.

Bat

ang

25.

348.

074.

801

4.4

91.5

80.7

92

2.5

48.9

64.7

86

682

.182

.894

.000

5

2.17

6.60

0.00

0 -

- -

164

.824

.223

.000

-

- 9

31.5

72.3

37.3

80

207

Kab.

Blor

a 5

1.74

9.37

9.21

6 7

.107

.196

.212

1

6.83

0.05

5.29

7 8

23.8

74.0

89.0

00

61.

140.

660.

000

- -

12.

750.

000

246

.896

.367

.000

-

- 1

.207

.610

.496

.725

208

Kab.

Boy

olali

23.

361.

933.

502

10.

078.

088.

198

1.8

40.1

53.5

27

943

.220

.456

.000

8

1.09

5.72

0.00

0 -

- -

258

.782

.884

.000

3

.000

.000

.000

-

1.3

21.3

79.2

35.2

27

209

Kab.

Bre

bes

32.

519.

001.

076

4.1

99.4

40.5

21

2.3

28.9

02.2

51

1.1

86.9

69.8

45.0

00

97.

975.

310.

000

- -

- 2

23.3

35.4

48.0

00

- -

1.5

47.3

27.9

46.8

48

210

Kab.

Cila

cap

60.

127.

699.

395

4.1

94.1

01.4

03

5.6

24.2

43.4

90

1.2

91.1

21.7

04.0

00

110

.203

.960

.000

-

- -

315

.332

.567

.000

-

- 1

.786

.604

.275

.288

Page 167: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152723... · Provinsi, Kabupaten dan Kota di Indonesia ... tabel 3.12 Jumlah Daerah Penerima DAK 2014

PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik lampiran alokasi Transfer ke daerah Tahun anggaran 2014 155

NoNa

ma D

aera

h D

BH P

AJAK

*)

DBH

CHT

**)

DBH

SDA

**)

DAU

D

AK

DAK

TAM

BAHA

N O

TSUS

TA

MSI

L**)

TJ

. PRO

F D

ID

BOS

J

UMLA

H TO

TAL

2014

211

Kab.

Dem

ak 3

2.04

3.52

2.68

9 1

4.09

6.81

0.98

6 1

.399

.938

.988

7

95.8

74.7

48.0

00

74.

599.

670.

000

- -

1.0

49.5

00.0

00

196

.179

.701

.000

-

- 1

.115

.243

.891

.663

212

Kab.

Gro

boga

n 3

8.93

0.93

6.68

0 6

.009

.731

.572

2

.804

.216

.497

9

77.6

75.5

12.0

00

85.

838.

690.

000

- -

2.4

87.0

00.0

00

218

.839

.331

.000

-

- 1

.332

.585

.417

.749

213

Kab.

Jep

ara

31.

880.

017.

689

6.9

22.5

52.2

01

1.7

10.1

72.9

26

887

.768

.694

.000

8

1.29

4.11

0.00

0 -

- 4

82.2

30.0

00

150

.201

.964

.000

2

2.25

3.21

6.00

0 -

1.1

82.5

12.9

56.8

16

214

Kab.

Kar

anga

nyar

23.

345.

270.

727

4.8

98.2

25.0

16

1.4

01.3

51.6

69

870

.001

.752

.000

5

7.23

8.71

0.00

0 -

- 1

.806

.000

.000

2

52.8

83.0

52.0

00

18.

935.

183.

000

- 1

.230

.509

.544

.412

215

Kab.

Keb

umen

26.

248.

955.

725

5.3

99.5

10.5

77

1.5

78.0

48.7

83

1.1

25.5

68.8

84.0

00

80.

709.

170.

000

- -

- 2

69.3

85.2

79.0

00

21.

867.

375.

000

- 1

.530

.757

.223

.085

216

Kab.

Ken

dal

32.

571.

463.

321

21.

646.

450.

392

2.6

68.0

39.3

83

852

.170

.849

.000

6

3.84

8.82

0.00

0 -

- 1

.165

.670

.000

2

15.2

82.7

19.0

00

- -

1.1

89.3

54.0

11.0

96

217

Kab.

Klat

en 2

5.90

7.93

5.57

9 1

1.50

3.65

3.27

2 1

.399

.330

.815

1

.142

.586

.588

.000

6

6.57

6.42

0.00

0 -

- -

307

.400

.751

.000

-

- 1

.555

.374

.678

.666

218

Kab.

Kud

us 6

9.56

1.28

8.07

0 1

04.5

14.3

11.8

01

1.4

02.5

66.7

72

795

.851

.851

.000

5

5.18

8.90

0.00

0 -

- 1

.637

.750

.000

1

67.7

00.0

07.0

00

- -

1.1

95.8

56.6

74.6

43

219

Kab.

Mag

elang

23.

368.

801.

013

10.

082.

967.

976

1.4

24.3

49.1

64

965

.124

.427

.000

6

4.98

1.49

0.00

0 -

- 4

.558

.000

.000

2

21.7

32.1

21.0

00

- -

1.2

91.2

72.1

56.1

53

220

Kab.

Pat

i 3

0.86

8.32

7.30

0 4

.943

.501

.549

2

.110

.330

.105

1

.043

.498

.355

.000

7

9.85

2.63

0.00

0 -

- -

276

.109

.361

.000

-

- 1

.437

.382

.504

.954

221

Kab.

Pek

along

an 2

2.56

5.33

2.45

2 4

.127

.223

.328

1

.505

.132

.000

8

31.5

79.0

00.0

00

60.

380.

950.

000

- -

- 1

92.6

13.9

16.0

00

- -

1.1

12.7

71.5

53.7

80

222

Kab.

Pem

alang

26.

983.

078.

575

4.5

54.1

73.3

09

2.2

98.7

63.7

62

1.0

16.8

13.3

33.0

00

72.

024.

740.

000

- -

- 2

38.2

22.4

14.0

00

- -

1.3

60.8

96.5

02.6

46

223

Kab.

Pur

balin

gga

20.

014.

248.

815

4.7

16.2

49.4

98

1.4

71.5

90.0

70

777

.989

.499

.000

5

7.26

7.33

0.00

0 -

- 5

09.7

50.0

00

173

.211

.107

.000

-

- 1

.035

.179

.774

.383

224

Kab.

Pur

wore

jo 2

1.09

6.06

6.97

7 4

.746

.291

.486

1

.515

.268

.818

8

54.7

37.4

95.0

00

57.

024.

620.

000

- -

- 2

05.9

29.7

41.0

00

3.0

00.0

00.0

00

- 1

.148

.049

.483

.281

225

Kab.

Rem

bang

24.

358.

056.

900

5.4

22.5

13.4

79

3.5

06.0

61.6

62

700

.774

.721

.000

6

1.60

8.00

0.00

0 -

- -

232

.816

.985

.000

-

- 1

.028

.486

.338

.041

226

Kab.

Sem

aran

g 3

1.35

7.82

5.76

8 6

.365

.226

.251

1

.696

.082

.193

8

48.7

36.0

10.0

00

67.

407.

340.

000

- -

2.9

05.2

50.0

00

169

.808

.560

.000

3

.000

.000

.000

-

1.1

31.2

76.2

94.2

12

227

Kab.

Sra

gen

21.

321.

093.

316

4.7

76.7

78.4

20

1.4

02.5

64.2

04

946

.826

.641

.000

7

6.46

9.30

0.00

0 -

- -

263

.333

.193

.000

-

- 1

.314

.129

.569

.940

228

Kab.

Suk

ohar

jo 2

7.55

9.77

2.26

8 5

.139

.361

.612

1

.399

.330

.815

8

26.8

91.4

81.0

00

56.

904.

480.

000

- -

- 2

06.9

58.1

51.0

00

- -

1.1

24.8

52.5

76.6

95

229

Kab.

Tega

l 2

7.96

7.35

6.21

7 4

.681

.599

.805

2

.315

.927

.890

1

.044

.211

.310

.000

8

4.86

2.43

0.00

0 -

- -

237

.902

.077

.000

-

- 1

.401

.940

.700

.912

230

Kab.

Tema

nggu

ng 1

9.03

8.24

9.91

4 2

2.58

0.99

0.52

0 1

.479

.244

.056

7

08.7

64.7

53.0

00

56.

702.

810.

000

- -

444

.310

.000

2

14.6

85.2

10.0

00

3.0

00.0

00.0

00

- 1

.026

.695

.567

.490

231

Kab.

Won

ogiri

23.

015.

107.

912

4.8

33.3

62.7

18

1.7

90.4

11.0

95

1.0

01.3

78.4

39.0

00

59.

392.

120.

000

- -

2.7

86.2

30.0

00

305

.708

.022

.000

-

- 1

.398

.903

.692

.725

232

Kab.

Won

osob

o 2

0.57

5.29

4.46

9 7

.638

.974

.012

1

.557

.805

.798

7

24.2

45.0

09.0

00

59.

423.

010.

000

- -

1.5

18.4

50.0

00

167

.949

.263

.000

-

- 9

82.9

07.8

06.2

79

233

Kota

Mag

elang

17.

668.

982.

385

4.1

71.1

79.7

45

1.3

99.3

30.8

15

417

.211

.449

.000

3

4.20

9.87

0.00

0 -

- 3

88.0

00.0

00

74.

586.

179.

000

- -

549

.634

.990

.945

234

Kota

Pek

along

an 2

1.83

5.82

1.00

4 5

.138

.081

.085

1

.399

.330

.815

4

12.8

71.0

94.0

00

34.

173.

710.

000

- -

- 9

1.91

1.24

4.00

0 -

- 5

67.3

29.2

80.9

04

235

Kota

Sala

tiga

15.

950.

003.

029

4.4

54.3

65.0

93

1.3

99.3

30.8

15

399

.083

.343

.000

3

2.05

7.05

0.00

0 -

- 2

23.0

00.0

00

73.

440.

265.

000

- -

526

.607

.356

.937

236

Kota

Sem

aran

g 1

31.4

21.9

10.9

28

5.9

69.4

50.3

97

2.5

55.9

79.9

24

1.1

04.7

39.4

73.0

00

38.

982.

620.

000

- -

- 2

83.9

17.4

99.0

00

- -

1.5

67.5

86.9

33.2

49

237

Kota

Sur

akar

ta 5

4.60

1.27

7.95

7 5

.255

.621

.479

1

.399

.330

.815

7

10.8

03.9

34.0

00

43.

848.

110.

000

- -

- 2

07.6

38.5

08.0

00

24.

840.

490.

000

- 1

.048

.387

.272

.251

Page 168: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152723... · Provinsi, Kabupaten dan Kota di Indonesia ... tabel 3.12 Jumlah Daerah Penerima DAK 2014

PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik156

NoNa

ma D

aera

h D

BH P

AJAK

*)

DBH

CHT

**)

DBH

SDA

**)

DAU

D

AK

DAK

TAM

BAHA

N O

TSUS

TA

MSI

L**)

TJ

. PRO

F D

ID

BOS

J

UMLA

H TO

TAL

2014

238

Kota

Tega

l 2

0.86

4.53

7.59

9 4

.127

.223

.328

1

.399

.330

.815

3

90.7

32.5

36.0

00

30.

578.

350.

000

- -

1.0

07.7

50.0

00

79.

179.

445.

000

- -

527

.889

.172

.742

239

Prov

insi D

I Yog

yaka

rta

97.

577.

540.

776

6.0

03.9

82.2

00

31.

106.

157

899

.923

.550

.000

3

7.13

1.61

0.00

0 -

- -

- 2

0.05

6.00

6.00

0 2

74.3

00.5

40.0

00

1.3

35.0

24.3

35.1

33

240

Kab.

Ban

tul

27.

742.

098.

187

4.2

65.5

63.6

02

404

.381

.205

9

49.2

52.1

88.0

00

60.

914.

370.

000

- -

529

.200

.000

2

60.6

17.7

26.0

00

24.

700.

344.

000

- 1

.328

.425

.870

.994

241

Kab.

Gun

ung

Kidul

22.

223.

805.

516

1.7

43.9

15.1

49

408

.083

.274

8

47.3

88.2

94.0

00

61.

562.

860.

000

- -

1.3

62.2

50.0

00

197

.054

.989

.000

-

- 1

.131

.744

.196

.939

242

Kab.

Kulo

n Pr

ogo

19.

205.

843.

235

2.4

92.8

06.4

24

516

.066

.395

6

39.4

09.2

11.0

00

47.

077.

300.

000

- -

- 1

72.9

29.7

97.0

00

- -

881

.631

.024

.054

243

Kab.

Slem

an 4

4.88

0.84

9.81

3 4

.001

.153

.024

4

03.9

83.0

92

952

.102

.502

.000

4

8.67

3.21

0.00

0 -

- -

248

.783

.205

.000

2

5.87

8.50

7.00

0 -

1.3

24.7

23.4

09.9

29

244

Kota

Yogy

akar

ta 5

9.64

5.09

9.77

2 1

.505

.853

.600

4

03.9

83.0

92

618

.742

.352

.000

2

.249

.900

.000

-

- 5

.899

.910

.000

1

87.4

79.3

35.0

00

24.

187.

647.

000

- 9

00.1

14.0

80.4

64

245

Prov

insi J

awa T

imur

798

.406

.867

.612

3

43.4

06.3

88.5

03

485

.270

.582

.552

1

.866

.548

.185

.000

1

01.8

75.9

70.0

00

- -

114

.000

.000

-

22.

249.

995.

000

2.7

83.2

19.4

10.0

00

6.4

01.0

91.3

98.6

67

246

Kab.

Ban

gkala

n 4

8.91

7.54

5.33

8 9

.625

.158

.241

4

0.00

5.24

0.24

5 8

54.8

73.8

85.0

00

85.

773.

020.

000

13.

212.

460.

000

- 3

.210

.810

.000

2

15.9

61.3

79.0

00

22.

112.

413.

000

- 1

.293

.691

.910

.824

247

Kab.

Ban

yuwa

ngi

42.

762.

852.

388

12.

032.

180.

172

30.

679.

831.

963

1.2

54.4

96.2

29.0

00

64.

053.

640.

000

- -

- 3

04.2

87.1

04.0

00

- -

1.7

08.3

11.8

37.5

23

248

Kab.

Blit

ar 2

4.31

1.84

7.16

9 1

1.88

9.40

4.26

6 2

7.27

2.87

7.56

4 1

.027

.251

.687

.000

7

1.41

7.13

0.00

0 -

- 2

73.7

80.0

00

340

.037

.604

.000

-

- 1

.502

.454

.329

.999

249

Kab.

Bojo

nego

ro 1

06.3

10.7

12.9

60

30.

510.

730.

483

813

.932

.994

.426

9

20.5

22.3

57.0

00

59.

399.

170.

000

- -

- 2

58.3

59.4

58.0

00

- -

2.1

89.0

35.4

22.8

69

250

Kab.

Bon

dowo

so 2

0.43

2.98

8.17

8 1

7.52

6.70

1.21

0 2

6.82

0.55

2.83

3 8

26.2

84.3

68.0

00

70.

428.

500.

000

20.

634.

570.

000

- 4

45.7

50.0

00

163

.045

.289

.000

2

4.93

9.39

2.00

0 -

1.1

70.5

58.1

11.2

21

251

Kab.

Gre

sik 1

01.2

91.7

06.1

51

9.5

03.0

78.4

62

43.

740.

817.

885

863

.397

.519

.000

7

2.05

1.26

0.00

0 -

- -

211

.561

.698

.000

2

1.13

6.99

7.00

0 -

1.3

22.6

83.0

76.4

98

252

Kab.

Jem

ber

47.

533.

936.

083

41.

960.

194.

037

28.

745.

783.

402

1.5

39.7

22.5

08.0

00

87.

951.

090.

000

- -

- 4

10.8

25.9

31.0

00

3.0

00.0

00.0

00

- 2

.159

.739

.442

.522

253

Kab.

Jom

bang

38.

771.

317.

845

16.

790.

137.

663

26.

800.

936.

536

1.0

07.1

66.1

93.0

00

47.

292.

080.

000

- -

- 2

82.5

45.3

78.0

00

- -

1.4

19.3

66.0

43.0

44

254

Kab.

Ked

iri 3

4.24

3.42

8.52

2 3

2.87

8.53

3.96

1 2

7.52

6.44

4.96

4 1

.144

.878

.533

.000

6

8.47

9.34

0.00

0 -

- -

316

.056

.862

.000

-

- 1

.624

.063

.142

.447

255

Kab.

Lamo

ngan

37.

992.

793.

006

27.

343.

438.

081

27.

119.

691.

250

1.0

42.1

24.5

14.0

00

77.

845.

000.

000

- -

- 2

63.6

54.6

92.0

00

20.

407.

073.

000

- 1

.496

.487

.201

.337

256

Kab.

Luma

jang

26.

458.

978.

398

13.

034.

422.

644

27.

986.

278.

645

898

.217

.627

.000

6

9.25

7.83

0.00

0 -

- 5

73.5

00.0

00

217

.844

.398

.000

-

- 1

.253

.373

.034

.687

257

Kab.

Mad

iun 2

1.26

3.68

6.05

0 1

0.32

8.56

9.95

4 2

8.87

4.26

1.06

2 8

08.8

42.7

90.0

00

62.

841.

120.

000

- -

656

.500

.000

2

04.2

95.8

71.0

00

- -

1.1

37.1

02.7

98.0

66

258

Kab.

Mag

etan

21.

354.

377.

464

10.

483.

046.

734

26.

594.

129.

867

840

.086

.597

.000

5

8.96

4.98

0.00

0 -

- 5

.161

.840

.000

2

54.3

99.2

47.0

00

- -

1.2

17.0

44.2

18.0

65

259

Kab.

Mala

ng 4

1.95

5.42

1.20

9 4

3.29

4.12

7.30

5 2

7.08

7.03

7.16

1 1

.572

.191

.571

.000

1

30.0

50.5

80.0

00

- -

- 4

51.0

15.3

10.0

00

- -

2.2

65.5

94.0

46.6

75

260

Kab.

Mojo

kert

o 4

1.73

7.68

8.07

2 1

0.77

0.77

3.98

9 2

6.68

2.53

2.94

7 8

99.1

09.1

79.0

00

55.

556.

660.

000

- -

4.8

39.5

00.0

00

231

.913

.146

.000

-

- 1

.270

.609

.480

.008

261

Kab.

Nga

njuk

29.

554.

667.

572

10.

924.

747.

205

27.

013.

196.

373

1.0

04.0

37.7

64.0

00

67.

785.

290.

000

- -

197

.450

.000

2

94.2

20.2

62.0

00

- -

1.4

33.7

33.3

77.1

50

262

Kab.

Nga

wi 2

6.11

7.30

5.58

4 1

3.35

6.07

1.79

7 2

7.28

6.30

3.80

5 9

80.5

30.1

32.0

00

65.

997.

050.

000

- -

232

.750

.000

2

50.2

21.1

62.0

00

- -

1.3

63.7

40.7

75.1

86

263

Kab.

Pac

itan

20.

581.

926.

286

10.

849.

951.

730

27.

139.

218.

596

700

.743

.024

.000

5

1.86

9.86

0.00

0 -

- -

181

.430

.769

.000

-

- 9

92.6

14.7

49.6

12

264

Kab.

Pam

ekas

an 3

2.57

1.18

0.66

3 3

6.09

3.14

6.76

3 2

6.55

0.10

8.77

3 7

88.6

17.7

77.0

00

85.

175.

090.

000

16.

343.

900.

000

- 1

.154

.250

.000

1

78.9

17.4

72.0

00

- -

1.1

65.4

22.9

25.1

99

Page 169: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152723... · Provinsi, Kabupaten dan Kota di Indonesia ... tabel 3.12 Jumlah Daerah Penerima DAK 2014

PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik lampiran alokasi Transfer ke daerah Tahun anggaran 2014 157

NoNa

ma D

aera

h D

BH P

AJAK

*)

DBH

CHT

**)

DBH

SDA

**)

DAU

D

AK

DAK

TAM

BAHA

N O

TSUS

TA

MSI

L**)

TJ

. PRO

F D

ID

BOS

J

UMLA

H TO

TAL

2014

265

Kab.

Pas

urua

n 4

9.11

3.05

5.56

8 1

09.4

60.9

90.2

17

26.

576.

373.

154

1.0

68.8

68.8

61.0

00

83.

588.

340.

000

- -

- 2

57.0

56.9

29.0

00

- -

1.5

94.6

64.5

48.9

39

266

Kab.

Pon

orog

o 2

7.61

7.61

2.77

0 1

0.36

2.82

5.58

1 2

6.94

7.72

3.36

3 9

70.7

88.1

18.0

00

65.

691.

470.

000

- -

216

.000

.000

2

54.0

94.0

00.0

00

- -

1.3

55.7

17.7

49.7

14

267

Kab.

Pro

bolin

ggo

33.

553.

781.

768

29.

853.

307.

449

26.

652.

682.

182

929

.380

.602

.000

6

9.70

7.43

0.00

0 -

- 9

57.5

00.0

00

201

.272

.389

.000

-

- 1

.291

.377

.692

.399

268

Kab.

Sam

pang

35.

615.

115.

317

13.

719.

368.

526

26.

550.

108.

773

753

.954

.218

.000

7

9.22

7.86

0.00

0 1

1.96

9.22

0.00

0 -

2.2

86.2

50.0

00

123

.478

.379

.000

-

- 1

.046

.800

.519

.616

269

Kab.

Sido

arjo

109

.278

.034

.405

1

0.65

3.58

9.62

7 2

7.96

6.66

1.77

3 1

.199

.036

.154

.000

7

8.46

9.81

0.00

0 -

- -

354

.694

.923

.000

-

- 1

.780

.099

.172

.805

270

Kab.

Situ

bond

o 2

4.79

8.10

5.86

3 2

0.45

8.24

9.72

1 2

6.70

3.37

0.82

7 7

66.5

42.9

99.0

00

75.

196.

220.

000

16.

875.

820.

000

- 2

.308

.500

.000

1

48.4

70.5

50.0

00

- -

1.0

81.3

53.8

15.4

11

271

Kab.

Sum

enep

81.

878.

051.

727

24.

498.

608.

184

27.

155.

590.

846

984

.839

.445

.000

6

3.57

0.20

0.00

0 -

- 3

.311

.500

.000

1

72.3

24.1

64.0

00

- -

1.3

57.5

77.5

59.7

57

272

Kab.

Tren

ggale

k 2

2.90

3.90

0.52

1 9

.567

.332

.514

2

7.16

0.04

2.76

7 8

15.5

08.1

43.0

00

61.

684.

690.

000

- -

- 2

89.8

20.2

13.0

00

- -

1.2

26.6

44.3

21.8

02

273

Kab.

Tuba

n 5

5.47

4.36

5.99

8 1

2.65

8.26

3.07

0 4

0.31

4.75

1.88

8 9

26.6

85.1

97.0

00

48.

566.

930.

000

- -

- 2

88.1

63.7

94.0

00

- -

1.3

71.8

63.3

01.9

56

274

Kab.

Tulun

gagu

ng 2

5.90

4.80

2.00

4 1

2.30

6.14

8.54

2 2

6.75

2.91

8.92

3 1

.083

.859

.022

.000

7

3.75

2.10

0.00

0 -

- -

313

.883

.234

.000

2

5.20

8.95

5.00

0 -

1.5

61.6

67.1

80.4

69

275

Kota

Blit

ar 1

6.59

6.80

7.55

4 1

0.23

1.37

7.21

5 2

6.55

0.10

8.77

3 3

92.2

21.9

11.0

00

30.

796.

880.

000

- -

159

.350

.000

6

9.19

6.20

1.00

0 -

- 5

45.7

52.6

35.5

42

276

Kota

Ked

iri 2

9.15

2.98

7.34

5 5

8.52

9.47

0.71

0 2

6.55

0.10

8.77

3 6

34.3

51.5

39.0

00

34.

980.

320.

000

- -

- 1

16.2

12.5

33.0

00

- -

899

.776

.958

.828

277

Kota

Mad

iun 2

1.83

8.04

2.39

2 9

.421

.958

.430

2

6.55

0.10

8.77

3 5

11.0

89.9

13.0

00

31.

922.

300.

000

- -

1.1

05.5

00.0

00

109

.860

.678

.000

-

- 7

11.7

88.5

00.5

95

278

Kota

Mala

ng 4

4.01

8.99

5.65

4 2

7.02

1.75

8.23

4 2

6.55

0.10

8.77

3 8

08.4

47.8

25.0

00

31.

304.

060.

000

- -

- 1

90.2

51.2

58.0

00

27.

655.

721.

000

- 1

.155

.249

.726

.661

279

Kota

Mojo

kert

o 1

9.12

4.09

1.98

6 9

.771

.825

.950

2

6.55

0.10

8.77

3 3

80.7

79.7

89.0

00

24.

742.

070.

000

- -

- 4

9.24

4.65

5.00

0 2

3.16

1.01

7.00

0 -

533

.373

.557

.709

280

Kota

Pas

urua

n 1

9.51

5.13

0.27

3 9

.471

.706

.157

2

6.55

0.10

8.77

3 3

91.8

43.1

24.0

00

28.

041.

850.

000

- -

- 5

6.81

3.88

0.00

0 -

- 5

32.2

35.7

99.2

03

281

Kota

Pro

bolin

ggo

21.

470.

592.

270

9.4

91.1

68.5

42

26.

550.

108.

773

454

.208

.196

.000

3

2.64

4.61

0.00

0 -

- -

86.

059.

278.

000

21.

943.

361.

000

- 6

52.3

67.3

14.5

85

282

Kota

Sur

abay

a 2

82.4

21.9

98.2

99

35.

154.

571.

800

26.

550.

108.

773

1.2

00.8

89.3

59.0

00

66.

182.

230.

000

- -

- 4

48.2

97.9

75.0

00

23.

629.

261.

000

- 2

.083

.125

.503

.872

283

Kota

Bat

u 1

5.74

5.90

9.61

0 9

.454

.638

.007

2

6.55

8.61

3.62

2 4

12.3

78.2

55.0

00

30.

351.

360.

000

- -

1.3

21.5

00.0

00

54.

343.

932.

000

- -

550

.154

.208

.239

284

Prov

insi K

alima

ntan

Bar

at 1

21.4

52.3

44.4

69

- 6

1.22

6.86

9.36

2 1

.290

.222

.856

.000

6

3.18

9.48

0.00

0 -

- 2

03.2

50.0

00

- -

555

.369

.350

.000

2

.091

.664

.149

.831

285

Kab.

Ben

gkay

ang

20.

305.

156.

591

- 8

.312

.254

.552

4

94.2

45.0

71.0

00

69.

929.

640.

000

19.

472.

320.

000

- 3

.085

.500

.000

3

7.01

1.00

3.00

0 -

- 6

52.3

60.9

45.1

43

286

Kab.

Land

ak 2

3.77

0.87

4.53

2 -

14.

193.

714.

067

589

.729

.984

.000

6

9.43

1.38

0.00

0 1

9.07

1.39

0.00

0 -

3.3

51.7

50.0

00

61.

954.

622.

000

- -

781

.503

.714

.599

287

Kab.

Kap

uas H

ulu 2

9.62

3.67

9.04

0 -

19.

314.

445.

364

873

.552

.160

.000

8

7.41

4.87

0.00

0 2

0.63

5.15

0.00

0 -

3.3

77.1

60.0

00

50.

193.

242.

000

- -

1.0

84.1

10.7

06.4

04

288

Kab.

Ket

apan

g 4

8.06

8.47

3.27

6 -

109

.614

.736

.629

1

.020

.384

.603

.000

1

10.5

25.7

80.0

00

26.

499.

570.

000

- 2

.661

.500

.000

6

2.38

5.89

0.00

0 -

- 1

.380

.140

.552

.905

289

Kab.

Pon

tiana

k 1

1.53

7.71

8.61

7 -

8.2

63.9

55.2

24

503

.427

.631

.000

5

0.20

7.80

0.00

0 -

- 5

28.2

50.0

00

94.

243.

763.

000

- -

668

.209

.117

.841

290

Kab.

Sam

bas

22.

556.

051.

045

- 1

0.92

0.00

4.98

7 7

63.0

59.8

43.0

00

91.

329.

160.

000

17.

756.

310.

000

- 2

.673

.000

.000

1

11.5

77.8

99.0

00

- -

1.0

19.8

72.2

68.0

32

291

Kab.

San

ggau

31.

959.

143.

561

- 3

9.53

5.09

9.82

0 7

40.6

10.4

77.0

00

81.

421.

390.

000

15.

373.

220.

000

- 3

.656

.000

.000

8

2.81

0.20

7.00

0 -

- 9

95.3

65.5

37.3

81

Page 170: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152723... · Provinsi, Kabupaten dan Kota di Indonesia ... tabel 3.12 Jumlah Daerah Penerima DAK 2014

PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik158

NoNa

ma D

aera

h D

BH P

AJAK

*)

DBH

CHT

**)

DBH

SDA

**)

DAU

D

AK

DAK

TAM

BAHA

N O

TSUS

TA

MSI

L**)

TJ

. PRO

F D

ID

BOS

J

UMLA

H TO

TAL

2014

292

Kab.

Sint

ang

29.

533.

317.

963

- 2

8.88

2.94

4.33

0 8

20.0

84.0

62.0

00

105

.652

.620

.000

2

4.02

3.18

0.00

0 -

2.7

95.0

00.0

00

65.

383.

119.

000

3.0

00.0

00.0

00

- 1

.079

.354

.243

.293

293

Kota

Pon

tiana

k 3

9.18

0.38

5.60

9 -

7.2

96.3

69.3

04

670

.090

.725

.000

1

4.34

3.83

0.00

0 -

- 1

.007

.750

.000

1

32.0

24.1

80.0

00

23.

352.

481.

000

- 8

87.2

95.7

20.9

13

294

Kota

Sing

kawa

ng 1

1.64

7.84

8.22

7 -

7.2

96.3

69.3

04

467

.557

.081

.000

4

7.86

8.46

0.00

0 -

- 1

.854

.750

.000

5

9.69

7.73

4.00

0 -

- 5

95.9

22.2

42.5

31

295

Kab.

Sek

adau

18.

241.

998.

893

- 7

.630

.289

.768

4

24.1

28.3

92.0

00

52.

687.

960.

000

12.

871.

260.

000

- 3

.325

.000

.000

3

9.71

8.83

5.00

0 -

- 5

58.6

03.7

35.6

61

296

Kab.

Mela

wi 1

9.19

9.52

9.00

0 -

35.

542.

123.

336

557

.198

.047

.000

8

3.23

6.41

0.00

0 3

0.01

4.13

0.00

0 -

3.7

97.2

50.0

00

14.

241.

287.

000

- -

743

.228

.776

.336

297

Kab.

Kay

ong

Utar

a 1

3.93

6.89

0.99

2 -

10.

800.

612.

657

380

.125

.181

.000

5

0.56

0.84

0.00

0 1

1.40

9.70

0.00

0 -

1.1

92.2

80.0

00

13.

198.

820.

000

- -

481

.224

.324

.649

298

Kab.

Kub

u Ra

ya 2

4.58

9.68

1.45

7 -

47.

006.

987.

046

699

.700

.430

.000

8

2.07

6.28

0.00

0 -

- 1

.419

.000

.000

9

3.74

4.36

9.00

0 -

- 9

48.5

36.7

47.5

03

299

Prov

insi K

alima

ntan

Te

ngah

143

.757

.236

.325

-

264

.185

.396

.087

1

.152

.428

.738

.000

6

1.92

9.83

0.00

0 -

- -

- -

283

.547

.520

.000

1

.905

.848

.720

.412

300

Kab.

Bar

ito S

elata

n 2

7.32

2.08

2.18

7 -

66.

449.

328.

607

552

.539

.111

.000

4

3.39

4.42

0.00

0 -

- 1

.947

.750

.000

4

4.68

0.87

9.00

0 -

- 7

36.3

33.5

70.7

94

301

Kab.

Bar

ito U

tara

35.

308.

531.

971

- 1

41.7

96.7

79.8

48

514

.638

.471

.000

4

0.85

7.21

0.00

0 -

- 2

.811

.370

.000

3

6.99

3.77

5.00

0 -

- 7

72.4

06.1

37.8

19

302

Kab.

Kap

uas

36.

387.

513.

287

- 1

17.2

71.0

22.7

33

798

.733

.269

.000

6

2.02

8.23

0.00

0 -

- 1

.160

.710

.000

1

22.5

73.0

82.0

00

- -

1.1

38.1

53.8

27.0

20

303

Kab.

Kot

awar

ingin

Bara

t 3

3.61

7.23

7.29

3 -

88.

290.

087.

816

597

.665

.464

.000

5

0.76

9.00

0.00

0 -

- 1

.833

.500

.000

5

0.12

9.73

4.00

0 -

- 8

22.3

05.0

23.1

09

304

Kab.

Kot

awar

ingin

Timur

58.

723.

535.

729

- 6

8.82

7.57

6.41

6 7

78.8

42.7

92.0

00

35.

696.

100.

000

- -

3.7

85.5

00.0

00

68.

084.

277.

000

- -

1.0

13.9

59.7

81.1

45

305

Kota

Pala

ngka

raya

25.

619.

489.

465

- 3

7.88

7.73

0.52

8 5

89.4

49.6

68.0

00

42.

229.

350.

000

- -

1.0

31.0

00.0

00

103

.669

.117

.000

-

- 7

99.8

86.3

54.9

93

306

Kab.

Bar

ito Ti

mur

29.

835.

374.

879

- 8

1.90

9.71

3.40

8 4

64.6

78.6

58.0

00

45.

411.

740.

000

- -

- 4

3.58

0.62

1.00

0 -

- 6

65.4

16.1

07.2

87

307

Kab.

Mur

ung

Raya

36.

253.

197.

348

- 2

30.8

86.2

73.8

81

585

.234

.541

.000

3

.791

.770

.000

-

- 2

.059

.120

.000

2

2.32

6.18

7.00

0 -

- 8

80.5

51.0

89.2

29

308

Kab.

Pula

ng P

isau

15.

218.

402.

364

- 3

6.90

5.95

3.06

1 5

04.0

13.0

63.0

00

48.

819.

520.

000

- -

2.8

16.0

00.0

00

57.

217.

857.

000

- -

664

.990

.795

.425

309

Kab.

Gun

ung

Mas

21.

692.

797.

314

- 7

8.53

4.23

7.86

7 5

15.3

37.2

53.0

00

53.

054.

850.

000

- -

3.5

03.7

50.0

00

28.

390.

744.

000

- -

700

.513

.632

.181

310

Kab.

Lama

ndau

23.

222.

672.

770

- 6

2.25

7.38

7.99

1 4

24.3

51.6

36.0

00

39.

994.

220.

000

- -

829

.450

.000

1

5.01

1.21

6.00

0 -

- 5

65.6

66.5

82.7

61

311

Kab.

Suk

amar

a 1

8.30

1.10

2.91

8 -

37.

783.

934.

501

409

.309

.371

.000

4

6.36

3.57

0.00

0 -

- 1

.413

.750

.000

-

- -

513

.171

.728

.419

312

Kab.

Kat

ingan

22.

268.

395.

087

- 9

2.59

6.56

9.68

4 6

45.8

88.9

42.0

00

51.

378.

640.

000

- -

2.9

99.0

00.0

00

29.

971.

761.

000

- -

845

.103

.307

.771

313

Kab.

Ser

uyan

47.

632.

132.

443

- 8

5.89

6.93

2.32

5 5

45.4

46.4

15.0

00

47.

966.

050.

000

14.

770.

550.

000

- 2

.090

.500

.000

1

0.27

9.73

6.00

0 -

- 7

54.0

82.3

15.7

68

314

Prov

insi K

alima

ntan

Se

latan

171

.788

.324

.852

-

777

.181

.094

.564

7

01.7

25.5

36.0

00

54.

189.

940.

000

- -

159

.750

.000

-

- 3

28.5

93.4

50.0

00

2.0

33.6

38.0

95.4

16

315

Kab.

Ban

jar 3

4.80

4.49

1.58

0 -

224

.502

.410

.539

6

24.1

36.7

21.0

00

26.

255.

820.

000

- -

2.4

90.0

20.0

00

89.

639.

115.

000

- -

1.0

01.8

28.5

78.1

19

316

Kab.

Bar

ito K

uala

22.

544.

514.

218

- 1

28.5

84.3

41.8

90

512

.015

.486

.000

6

9.37

4.64

0.00

0 1

8.21

1.95

0.00

0 -

1.6

58.2

50.0

00

76.

314.

684.

000

- -

828

.703

.866

.108

317

Kab.

Hulu

Sun

gai S

elata

n 2

8.21

8.74

6.12

5 -

153

.204

.152

.537

4

78.0

93.7

68.0

00

48.

282.

940.

000

- -

1.9

18.7

50.0

00

69.

535.

191.

000

- -

779

.253

.547

.662

Page 171: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152723... · Provinsi, Kabupaten dan Kota di Indonesia ... tabel 3.12 Jumlah Daerah Penerima DAK 2014

PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik lampiran alokasi Transfer ke daerah Tahun anggaran 2014 159

NoNa

ma D

aera

h D

BH P

AJAK

*)

DBH

CHT

**)

DBH

SDA

**)

DAU

D

AK

DAK

TAM

BAHA

N O

TSUS

TA

MSI

L**)

TJ

. PRO

F D

ID

BOS

J

UMLA

H TO

TAL

2014

318

Kab.

Hulu

Sun

gai T

enga

h 1

8.09

3.02

1.12

0 -

128

.555

.409

.257

4

85.5

21.1

39.0

00

48.

035.

890.

000

- -

138

.000

.000

8

2.37

7.60

1.00

0 -

- 7

62.7

21.0

60.3

77

319

Kab.

Hulu

Sun

gai U

tara

20.

899.

217.

361

- 1

28.4

65.0

11.8

17

451

.127

.460

.000

5

7.48

1.72

0.00

0 1

6.28

1.07

0.00

0 -

2.4

69.9

70.0

00

60.

946.

509.

000

- -

737

.670

.958

.178

320

Kab.

Kot

abar

u 6

8.40

9.70

0.53

8 -

378

.071

.035

.624

6

11.8

98.4

56.0

00

35.

822.

460.

000

- -

2.5

37.9

20.0

00

39.

170.

467.

000

- -

1.1

35.9

10.0

39.1

62

321

Kab.

Taba

long

57.

279.

639.

799

- 3

32.2

20.0

49.9

75

444

.103

.855

.000

1

.858

.700

.000

-

- -

70.

785.

456.

000

- -

906

.247

.700

.774

322

Kab.

Tana

h La

ut 2

3.21

0.29

6.31

0 -

394

.695

.886

.438

4

63.3

09.9

49.0

00

23.

710.

400.

000

- -

2.3

03.0

00.0

00

82.

362.

541.

000

- -

989

.592

.072

.748

323

Kab.

Tapin

29.

179.

407.

647

- 3

10.7

48.8

36.3

13

416

.564

.087

.000

3

9.54

6.66

0.00

0 -

- 2

.172

.000

.000

4

8.80

9.12

4.00

0 -

- 8

47.0

20.1

14.9

60

324

Kota

Ban

jarba

ru 2

1.17

2.85

4.29

9 -

128

.692

.927

.337

3

89.1

07.8

68.0

00

48.

678.

260.

000

- -

1.1

18.7

50.0

00

73.

938.

930.

000

- -

662

.709

.589

.636

325

Kota

Ban

jarma

sin 4

7.90

9.10

3.67

0 -

128

.465

.011

.817

6

78.1

76.0

89.0

00

19.

966.

860.

000

- -

- 1

86.6

42.8

92.0

00

- -

1.0

61.1

59.9

56.4

87

326

Kab.

Bala

ngan

31.

677.

300.

794

- 2

74.1

56.1

99.8

89

319

.202

.334

.000

1

2.97

3.91

0.00

0 -

- 1

.387

.690

.000

2

5.27

7.72

4.00

0 -

- 6

64.6

75.1

58.6

83

327

Kab.

Tana

h Bu

mbu

39.

339.

045.

377

- 4

10.7

53.3

74.9

46

426

.008

.216

.000

1

5.48

7.87

0.00

0 -

- 2

.141

.000

.000

4

9.44

6.26

5.00

0 -

- 9

43.1

75.7

71.3

23

328

Prov

insi K

alima

ntan

Timu

r 6

36.7

07.7

16.0

02

- 3

.040

.543

.696

.435

5

7.31

2.51

5.00

0 1

.383

.900

.000

-

- -

- -

351

.631

.430

.000

4

.087

.579

.257

.437

329

Kab.

Ber

au 5

6.48

9.90

5.78

9 -

1.0

35.8

66.2

36.7

42

498

.008

.861

.000

7

.762

.700

.000

-

- 3

.666

.000

.000

3

3.87

9.83

7.00

0 -

- 1

.635

.673

.540

.531

330

Kab.

Bulu

ngan

118

.764

.186

.479

-

753

.299

.943

.983

3

32.4

29.5

48.0

00

10.

711.

300.

000

- -

2.8

36.9

50.0

00

42.

016.

441.

000

- -

1.2

60.0

58.3

69.4

62

331

Kab.

Kut

ai Ka

rtan

egar

a 6

47.9

90.7

05.6

67

- 3

.175

.270

.157

.606

1

27.0

10.9

80.0

00

72.

361.

100.

000

- -

14.

623.

500.

000

149

.976

.727

.000

-

- 4

.187

.233

.170

.273

332

Kab.

Kut

ai Ba

rat

62.

322.

822.

806

- 5

93.8

09.7

68.0

29

468

.645

.135

.000

7

0.27

6.77

0.00

0 2

0.40

2.43

0.00

0 -

2.9

40.0

00.0

00

48.

186.

724.

000

- -

1.2

66.5

83.6

49.8

35

333

Kab.

Kut

ai Tim

ur 1

86.3

37.5

31.6

01

- 1

.773

.230

.208

.176

5

65.7

46.9

99.0

00

15.

432.

190.

000

- -

2.8

20.6

90.0

00

40.

353.

284.

000

- -

2.5

83.9

20.9

02.7

77

334

Kab.

Mali

nau

35.

052.

303.

403

- 7

70.2

14.7

33.7

24

653

.156

.829

.000

5

3.40

1.20

0.00

0 1

5.39

6.33

0.00

0 -

2.7

21.0

00.0

00

28.

454.

665.

000

- -

1.5

58.3

97.0

61.1

27

335

Kab.

Nun

ukan

75.

948.

113.

511

- 7

86.0

03.5

93.1

86

311

.776

.974

.000

8

2.80

4.51

0.00

0 1

2.17

9.08

0.00

0 -

3.5

93.2

50.0

00

28.

091.

953.

000

- -

1.3

00.3

97.4

73.6

97

336

Kab.

Pas

ir 8

8.96

7.07

7.60

6 -

901

.550

.688

.747

3

08.2

51.1

83.0

00

7.7

05.7

00.0

00

- -

- 7

4.76

5.38

8.00

0 -

- 1

.381

.240

.037

.353

337

Kota

Bali

kpap

an 1

87.0

18.8

14.1

74

- 6

15.5

30.4

10.8

20

449

.982

.262

.000

7

.989

.240

.000

-

- 1

.558

.750

.000

1

06.4

32.6

39.0

00

- -

1.3

68.5

12.1

15.9

94

338

Kota

Bon

tang

148

.887

.039

.558

-

640

.161

.569

.700

1

53.1

85.7

76.0

00

- -

- 7

18.5

00.0

00

49.

511.

781.

000

- -

992

.464

.666

.258

339

Kota

Sam

arind

a 1

22.7

29.2

57.8

62

- 7

03.7

09.0

19.9

98

614

.366

.913

.000

2

0.90

3.18

0.00

0 -

- 1

.613

.250

.000

1

82.0

09.3

78.0

00

- -

1.6

45.3

30.9

98.8

60

340

Kota

Tara

kan

81.

590.

999.

852

- 6

43.4

91.9

64.8

20

249

.949

.676

.000

3

.786

.510

.000

-

- 1

.266

.250

.000

8

2.39

4.67

5.00

0 -

- 1

.062

.480

.075

.672

341

Kab.

Pen

ajam

Pase

r Uta

ra 1

00.5

54.8

99.5

44

- 6

98.5

81.5

81.3

16

188

.713

.598

.000

2

.216

.250

.000

-

- 2

10.5

00.0

00

40.

867.

901.

000

- -

1.0

31.1

44.7

29.8

60

342

Kab.

Tana

Tidu

ng 2

2.40

1.54

7.26

2 -

682

.601

.151

.203

2

04.4

15.4

27.0

00

- -

- 9

32.4

40.0

00

38.

980.

309.

000

- -

949

.330

.874

.465

343

Kab.

Mah

akam

Ulu

26.

124.

238.

021

- 3

56.4

14.9

21.0

39

141

.922

.703

.000

5

.250

.580

.000

-

- 1

.341

.000

.000

1

4.07

6.52

8.00

0 -

- 5

45.1

29.9

70.0

60

344

Prov

insi K

alima

ntan

Uta

ra 9

3.62

1.78

8.32

7 -

1.0

91.1

72.8

72.2

48

20.

567.

986.

000

8.2

21.2

70.0

00

--

- -

- 7

2.98

1.44

0.00

0 1

.286

.565

.356

.575

Page 172: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152723... · Provinsi, Kabupaten dan Kota di Indonesia ... tabel 3.12 Jumlah Daerah Penerima DAK 2014

PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik160

NoNa

ma D

aera

h D

BH P

AJAK

*)

DBH

CHT

**)

DBH

SDA

**)

DAU

D

AK

DAK

TAM

BAHA

N O

TSUS

TA

MSI

L**)

TJ

. PRO

F D

ID

BOS

J

UMLA

H TO

TAL

2014

345

Prov

insi S

ulawe

si Ut

ara

70.

596.

672.

428

- 2

0.29

8.23

0.56

1 9

49.8

52.6

22.0

00

59.

675.

060.

000

- -

159

.750

.000

-

19.

563.

185.

000

269

.266

.300

.000

1

.389

.411

.819

.989

346

Kab.

Bola

ang

Mon

gond

ow 8

.733

.143

.854

-

3.2

81.9

58.0

75

485

.630

.988

.000

5

8.71

7.45

0.00

0 -

- 1

.848

.750

.000

5

7.36

9.29

4.00

0 -

- 6

15.5

81.5

83.9

29

347

Kab.

Mina

hasa

14.

050.

729.

929

- 3

.729

.153

.303

5

95.5

65.0

85.0

00

56.

058.

270.

000

- -

- 1

43.2

59.2

57.0

00

- -

812

.662

.495

.232

348

Kab.

San

gihe

8.5

02.0

44.3

39

- 3

.157

.729

.467

4

71.8

48.3

15.0

00

106

.397

.410

.000

1

4.74

1.54

0.00

0 -

3.6

16.7

50.0

00

55.

294.

218.

000

- -

663

.558

.006

.806

349

Kota

Bitu

ng 1

2.88

5.90

1.17

2 -

6.7

33.3

88.3

25

469

.745

.053

.000

5

2.86

9.75

0.00

0 -

- 1

.369

.870

.000

5

1.93

9.91

4.00

0 2

3.74

6.63

3.00

0 -

619

.290

.509

.497

350

Kota

Man

ado

35.

226.

243.

793

- 3

.096

.800

.493

7

29.2

13.7

79.0

00

49.

614.

960.

000

- -

1.1

25.7

50.0

00

151

.159

.212

.000

-

- 9

69.4

36.7

45.2

86

351

Kab.

Kep

ulaua

n Ta

laud

10.

752.

556.

822

- 3

.732

.612

.027

4

28.0

36.8

55.0

00

95.

163.

720.

000

12.

663.

050.

000

- 1

.329

.720

.000

6

4.22

6.72

6.00

0 -

- 6

15.9

05.2

39.8

49

352

Kab.

Mina

hasa

Sela

tan

11.

209.

311.

749

- 3

.817

.080

.484

4

76.1

05.0

45.0

00

53.

610.

170.

000

- -

1.9

91.2

50.0

00

93.

667.

575.

000

- -

640

.400

.432

.233

353

Kota

Tomo

hon

14.

295.

788.

603

- 4

.236

.905

.530

3

76.3

34.1

35.0

00

37.

483.

280.

000

- -

- 5

4.05

4.76

7.00

0 -

- 4

86.4

04.8

76.1

33

354

Kab.

Mina

hasa

Uta

ra 1

5.55

2.73

6.85

4 -

25.

519.

040.

229

425

.937

.354

.000

6

7.79

7.59

0.00

0 -

- 1

.248

.500

.000

4

9.98

0.23

7.00

0 -

- 5

86.0

35.4

58.0

83

355

Kota

Kot

amob

agu

11.

769.

621.

654

- 3

.090

.529

.467

3

40.0

81.9

03.0

00

37.

428.

140.

000

- -

518

.250

.000

6

3.86

1.21

6.00

0 -

- 4

56.7

49.6

60.1

21

356

Kab.

Bola

ang

Mon

gond

ow

Utar

a 9

.511

.700

.003

-

3.8

72.3

90.0

36

326

.625

.009

.000

4

5.00

2.63

0.00

0 -

- 2

.335

.830

.000

2

1.97

3.75

1.00

0 -

- 4

09.3

21.3

10.0

39

357

Kab.

Kep

ulaua

n Si

au

Tagu

landa

ng B

iaro

8.0

19.9

27.0

19

- 3

.090

.529

.467

3

40.2

18.9

76.0

00

42.

201.

940.

000

8.3

39.9

80.0

00

- -

41.

894.

043.

000

- -

443

.765

.395

.486

358

Kab.

Mina

hasa

Teng

gara

9.4

80.3

96.5

12

- 3

.478

.214

.633

4

00.6

61.7

37.0

00

49.

912.

030.

000

- -

1.2

57.6

70.0

00

50.

614.

787.

000

- -

515

.404

.835

.145

359

Kab.

Bola

ang

Mon

gond

ow

Timur

6.7

24.2

95.6

28

- 7

.929

.957

.753

2

88.4

06.8

75.0

00

41.

528.

520.

000

- -

321

.870

.000

1

5.38

4.49

1.00

0 -

- 3

60.2

96.0

09.3

81

360

Kab.

Bola

ang

Mon

gond

ow

Selat

an 6

.899

.425

.595

-

8.8

16.6

56.8

31

289

.221

.846

.000

4

5.71

6.37

0.00

0 -

- 1

.055

.750

.000

1

2.04

8.13

7.00

0 -

- 3

63.7

58.1

85.4

26

361

Prov

insi G

oron

talo

22.

835.

744.

673

- 1

.282

.137

.046

7

34.2

79.4

38.0

00

42.

374.

060.

000

- -

- -

- 1

26.8

46.0

30.0

00

927

.617

.409

.719

362

Kab.

Boa

lemo

10.

029.

408.

260

- 6

91.9

54.6

33

389

.548

.660

.000

6

0.40

7.61

0.00

0 1

1.99

9.70

0.00

0 -

2.6

56.7

50.0

00

37.

350.

797.

000

- -

512

.684

.879

.893

363

Kab.

Gor

onta

lo 9

.663

.531

.249

-

1.6

55.0

92.5

13

601

.207

.484

.000

6

3.95

5.90

0.00

0 -

- 1

.291

.750

.000

9

6.99

4.31

8.00

0 3

.000

.000

.000

-

777

.768

.075

.762

364

Kota

Gor

onta

lo 1

4.85

0.59

3.76

7 -

428

.347

.109

4

56.3

31.4

70.0

00

39.

692.

200.

000

- -

- 9

2.99

0.63

6.00

0 -

- 6

04.2

93.2

46.8

76

365

Kab.

Poh

uwat

o 1

0.97

0.36

5.83

5 -

1.9

99.8

69.3

58

438

.955

.271

.000

5

6.96

4.08

0.00

0 1

4.87

8.87

0.00

0 -

2.7

13.0

00.0

00

49.

767.

183.

000

- -

576

.248

.639

.193

366

Kab.

Bon

e Bo

lango

11.

652.

808.

285

- 1

.896

.858

.602

4

08.5

00.7

50.0

00

52.

754.

060.

000

- -

775

.750

.000

7

7.79

2.43

2.00

0 -

- 5

53.3

72.6

58.8

87

367

Kab.

Gor

onta

lo Ut

ara

8.8

70.1

27.3

40

- 1

.369

.594

.345

3

24.1

21.5

52.0

00

53.

679.

960.

000

14.

164.

580.

000

- 1

.735

.750

.000

3

7.13

6.69

3.00

0 -

- 4

41.0

78.2

56.6

85

368

Prov

insi S

ulawe

si Te

ngah

66.

806.

486.

234

1.7

14.4

34.4

56

36.

563.

589.

045

1.0

87.8

85.0

14.0

00

63.

942.

480.

000

- -

27.

750.

000

- 1

9.21

8.24

4.00

0 3

43.2

85.2

00.0

00

1.6

19.4

43.1

97.7

35

369

Kab.

Ban

ggai

23.

940.

978.

656

171

.443

.444

2

1.31

9.21

1.63

4 7

94.8

40.0

29.0

00

66.

948.

230.

000

14.

772.

750.

000

- 3

.494

.250

.000

9

9.28

8.48

3.00

0 2

2.65

5.76

6.00

0 -

1.0

47.4

31.1

41.7

34

Page 173: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152723... · Provinsi, Kabupaten dan Kota di Indonesia ... tabel 3.12 Jumlah Daerah Penerima DAK 2014

PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik lampiran alokasi Transfer ke daerah Tahun anggaran 2014 161

NoNa

ma D

aera

h D

BH P

AJAK

*)

DBH

CHT

**)

DBH

SDA

**)

DAU

D

AK

DAK

TAM

BAHA

N O

TSUS

TA

MSI

L**)

TJ

. PRO

F D

ID

BOS

J

UMLA

H TO

TAL

2014

370

Kab.

Ban

ggai

Kepu

lauan

8.9

62.5

36.8

29

77.

149.

550

3.1

07.8

56.5

00

347

.051

.160

.000

5

1.36

1.85

0.00

0 1

1.31

6.51

0.00

0 -

2.0

19.0

00.0

00

33.

746.

009.

000

- -

457

.642

.071

.879

371

Kab.

Buo

l 1

3.28

8.99

7.62

1 1

71.4

43.4

44

10.

584.

188.

871

455

.657

.415

.000

4

5.73

6.61

0.00

0 1

0.84

9.82

0.00

0 -

3.7

75.2

50.0

00

38.

144.

113.

000

- -

578

.207

.837

.936

372

Kab.

Toli-T

oli 1

2.08

4.43

5.16

5 1

71.4

43.4

44

10.

635.

127.

099

535

.154

.857

.000

6

1.80

7.18

0.00

0 1

3.92

3.70

0.00

0 -

3.4

73.0

00.0

00

38.

059.

384.

000

- -

675

.309

.126

.708

373

Kab.

Don

ggala

16.

627.

335.

146

171

.443

.444

9

.246

.718

.876

5

73.6

70.2

22.0

00

53.

585.

850.

000

13.

020.

770.

000

- 3

.598

.500

.000

7

4.08

3.73

4.00

0 2

5.15

6.54

3.00

0 -

769

.161

.116

.466

374

Kab.

Mor

owali

13.

521.

039.

920

94.

293.

894

20.

452.

859.

052

286

.764

.166

.000

5

3.39

1.82

0.00

0 1

0.40

0.29

0.00

0 -

1.8

30.0

00.0

00

30.

578.

306.

000

3.0

00.0

00.0

00

- 4

20.0

32.7

74.8

66

375

Kab.

Pos

o 1

6.55

5.33

2.89

4 1

71.4

43.4

44

10.

796.

778.

959

642

.281

.901

.000

6

6.15

9.94

0.00

0 1

5.89

8.31

0.00

0 -

4.0

65.7

50.0

00

82.

441.

339.

000

22.

317.

301.

000

- 8

60.6

88.0

96.2

97

376

Kota

Palu

25.

460.

734.

190

2.2

85.9

12.5

96

7.0

24.7

64.7

12

637

.378

.278

.000

6

1.69

7.38

0.00

0 -

- 1

.468

.500

.000

1

34.3

68.3

38.0

00

27.

588.

057.

000

- 8

97.2

71.9

64.4

98

377

Kab.

Par

igi M

outo

ng 1

5.02

2.91

8.57

0 1

71.4

43.4

44

9.4

08.7

49.7

64

660

.265

.526

.000

6

8.36

1.35

0.00

0 1

4.68

6.52

0.00

0 -

2.1

85.0

00.0

00

69.

089.

821.

000

- -

839

.191

.328

.778

378

Kab.

Tojo

Una U

na 1

3.41

0.07

2.09

7 1

71.4

43.4

44

20.

357.

964.

501

482

.416

.599

.000

6

3.53

5.76

0.00

0 1

2.22

0.69

0.00

0 -

3.7

97.2

50.0

00

26.

882.

035.

000

22.

625.

623.

000

- 6

45.4

17.4

37.0

42

379

Kab.

Sigi

10.

434.

518.

960

171

.443

.444

7

.247

.416

.633

5

63.0

92.4

55.0

00

57.

308.

500.

000

9.8

41.0

70.0

00

- 2

.296

.250

.000

6

0.06

4.41

8.00

0 3

.000

.000

.000

-

713

.456

.072

.037

380

Kab.

Ban

ggai

Laut

5.1

17.4

98.5

54

94.

293.

894

3.1

07.8

56.5

00

153

.501

.061

.000

4

.973

.950

.000

-

- 1

.005

.000

.000

1

9.05

9.85

2.00

0 -

- 1

86.8

59.5

11.9

48

381

Kab.

Mor

owali

Uta

ra 1

4.79

5.25

8.30

2 7

7.14

9.55

0 2

7.88

0.79

3.20

5 3

95.4

47.7

52.0

00

- -

- 1

.197

.000

.000

2

5.90

9.90

4.00

0 -

- 4

65.3

07.8

57.0

57

382

Prov

insi S

ulawe

si Se

latan

238

.355

.333

.754

4

.787

.653

.342

4

0.78

5.79

0.57

7 1

.209

.598

.741

.000

7

2.97

6.48

0.00

0 -

- 5

77.5

00.0

00

- 1

9.04

1.98

6.00

0 9

22.4

01.6

30.0

00

2.5

08.5

25.1

14.6

73

383

Kab.

Ban

taen

g 1

4.75

2.83

7.28

2 2

15.4

69.1

71

3.6

92.6

00.8

31

424

.570

.861

.000

4

7.28

7.96

0.00

0 -

- 1

.140

.750

.000

5

1.83

2.57

6.00

0 -

- 5

43.4

93.0

54.2

84

384

Kab.

Bar

ru 1

5.00

1.37

6.09

2 2

17.4

52.0

98

3.8

50.6

01.4

71

471

.135

.015

.000

5

0.75

5.42

0.00

0 -

- 1

.285

.500

.000

6

7.26

4.91

7.00

0 -

- 6

09.5

10.2

81.6

61

385

Kab.

Bon

e 3

4.06

4.46

5.17

8 1

.098

.493

.145

3

.697

.917

.695

9

50.4

01.9

34.0

00

86.

315.

710.

000

- -

- 2

17.1

83.9

81.0

00

- -

1.2

92.7

62.5

01.0

18

386

Kab.

Bulu

kumb

a 1

9.59

9.03

6.77

7 3

26.4

39.9

90

3.9

61.4

00.8

31

653

.897

.726

.000

7

5.44

4.82

0.00

0 -

- -

138

.608

.723

.000

2

2.82

9.85

4.00

0 -

914

.668

.000

.598

387

Kab.

Enre

kang

18.

129.

038.

860

208

.231

.944

3

.948

.383

.073

4

84.9

07.2

85.0

00

50.

131.

700.

000

- -

2.5

49.7

50.0

00

95.

530.

424.

000

19.

225.

406.

000

- 6

74.6

30.2

18.8

77

388

Kab.

Gow

a 1

7.18

3.89

8.51

0 2

08.1

58.8

40

3.6

92.6

00.8

31

746

.700

.092

.000

8

0.22

7.53

0.00

0 -

- 5

.977

.750

.000

1

42.7

15.6

23.0

00

3.0

00.0

00.0

00

- 9

99.7

05.6

53.1

81

389

Kab.

Jen

epon

to 1

6.53

2.28

7.86

6 2

46.6

20.3

17

3.6

92.6

00.8

31

542

.150

.883

.000

5

9.32

5.09

0.00

0 1

2.69

7.95

0.00

0 -

1.9

87.7

50.0

00

74.

953.

191.

000

- -

711

.586

.373

.014

390

Kab.

Luwu

13.

490.

524.

775

210

.525

.560

5

.192

.474

.301

5

95.6

99.1

50.0

00

68.

010.

320.

000

- -

- 7

9.89

4.31

1.00

0 -

- 7

62.4

97.3

05.6

36

391

Kab.

Luwu

Uta

ra 1

9.11

7.82

8.59

7 2

08.1

58.8

40

6.8

28.9

06.0

31

573

.100

.112

.000

5

1.87

9.10

0.00

0 -

- 2

.142

.500

.000

6

8.86

3.29

7.00

0 -

- 7

22.1

39.9

02.4

68

392

Kab.

Mar

os 1

7.02

7.33

3.84

8 2

08.1

58.8

40

3.8

17.0

61.9

51

614

.598

.482

.000

7

8.42

6.63

0.00

0 -

- -

84.

883.

687.

000

21.

883.

191.

000

- 8

20.8

44.5

44.6

39

393

Kab.

Pan

gkaje

ne

Kepu

lauan

28.

504.

215.

591

212

.727

.797

3

.720

.220

.031

6

23.4

18.9

90.0

00

59.

074.

820.

000

13.

472.

670.

000

- 2

.503

.750

.000

9

4.87

3.90

5.00

0 2

2.19

1.24

5.00

0 -

847

.972

.543

.419

394

Kab.

Pinr

ang

17.

089.

162.

120

208

.158

.840

3

.692

.600

.831

6

29.2

85.5

50.0

00

56.

046.

540.

000

- -

717

.930

.000

1

12.3

71.7

04.0

00

26.

687.

187.

000

- 8

46.0

98.8

32.7

91

395

Kab.

Kep

ulaua

n Se

layar

15.

301.

192.

510

208

.158

.840

4

.758

.954

.623

4

58.0

19.0

13.0

00

56.

078.

800.

000

13.

730.

230.

000

- -

63.

375.

993.

000

- -

611

.472

.341

.973

396

Kab.

Side

nren

g Ra

ppan

g 2

0.50

8.32

6.68

6 2

08.1

58.8

40

4.0

52.3

69.5

73

533

.655

.220

.000

5

1.75

5.94

0.00

0 -

- -

95.

364.

599.

000

- -

705

.544

.614

.099

Page 174: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152723... · Provinsi, Kabupaten dan Kota di Indonesia ... tabel 3.12 Jumlah Daerah Penerima DAK 2014

PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik162

NoNa

ma D

aera

h D

BH P

AJAK

*)

DBH

CHT

**)

DBH

SDA

**)

DAU

D

AK

DAK

TAM

BAHA

N O

TSUS

TA

MSI

L**)

TJ

. PRO

F D

ID

BOS

J

UMLA

H TO

TAL

2014

397

Kab.

Sinj

ai 1

3.76

1.53

9.98

9 1

.461

.880

.542

4

.250

.999

.231

5

21.6

28.3

40.0

00

55.

315.

050.

000

- -

704

.000

.000

1

00.3

32.1

51.0

00

- -

697

.453

.960

.762

398

Kab.

Sop

peng

14.

690.

082.

928

3.9

72.6

27.3

02

3.6

95.2

88.8

31

569

.126

.996

.000

4

3.71

9.30

0.00

0 -

- -

106

.392

.484

.000

-

- 7

41.5

96.7

79.0

61

399

Kab.

Taka

lar 1

7.74

9.70

8.46

4 2

08.1

58.8

40

3.6

92.6

55.9

35

565

.195

.363

.000

6

4.13

2.72

0.00

0 -

- 1

.656

.660

.000

9

4.02

8.19

9.00

0 -

- 7

46.6

63.4

65.2

39

400

Kab.

Tana

Tora

ja 1

3.41

8.59

5.61

1 2

54.7

62.1

98

3.7

99.5

78.1

63

486

.447

.423

.000

5

8.94

7.98

0.00

0 -

- 1

.272

.640

.000

7

4.76

1.60

8.00

0 -

- 6

38.9

02.5

86.9

72

401

Kab.

Wajo

62.

045.

767.

347

243

.486

.013

3

0.81

0.59

2.11

1 6

31.2

47.1

60.0

00

63.

351.

730.

000

- -

1.9

63.5

00.0

00

130

.324

.704

.000

2

2.57

9.56

1.00

0 -

942

.566

.500

.471

402

Kota

Par

e-pa

re 1

6.24

9.82

8.46

0 2

08.1

58.8

40

3.6

92.6

00.8

31

426

.405

.955

.000

3

2.48

5.35

0.00

0 -

- 1

.833

.700

.000

1

02.2

88.2

91.0

00

- -

583

.163

.884

.131

403

Kota

Mak

assa

r 9

4.91

8.00

1.15

2 2

08.1

58.8

40

3.6

92.6

00.8

31

1.1

14.8

53.2

12.0

00

64.

792.

920.

000

- -

2.2

73.2

70.0

00

316

.829

.383

.000

-

- 1

.597

.567

.545

.823

404

Kota

Palo

po 1

4.01

6.19

7.22

2 2

08.1

58.8

40

4.1

57.5

84.5

11

449

.242

.430

.000

3

6.48

1.00

0.00

0 -

- 1

.703

.250

.000

7

1.09

4.41

1.00

0 -

- 5

76.9

03.0

31.5

73

405

Kab.

Luwu

Timu

r 4

8.50

6.96

7.48

0 2

08.1

58.8

40

38.

453.

390.

380

462

.819

.314

.000

5

5.59

5.03

0.00

0 -

- 2

.190

.000

.000

6

3.80

5.54

2.00

0 2

2.27

0.51

6.00

0 -

693

.848

.918

.700

406

Kab.

Tora

ja Ut

ara

10.

019.

027.

456

212

.727

.797

1

7.95

7.11

6.21

4 4

48.4

17.2

28.0

00

67.

834.

880.

000

18.

195.

300.

000

- 1

.776

.060

.000

8

9.95

9.83

9.00

0 -

- 6

54.3

72.1

78.4

67

407

Prov

insi S

ulawe

si Ba

rat

27.

932.

220.

882

- 3

.109

.360

.560

7

76.2

14.1

22.0

00

50.

585.

710.

000

- -

236

.250

.000

-

- 1

58.4

50.3

80.0

00

1.0

16.5

28.0

43.4

42

408

Kab.

Maje

ne 1

4.15

3.46

4.37

7 -

1.2

29.3

33.8

86

457

.679

.754

.000

5

7.02

8.57

0.00

0 1

0.70

8.39

0.00

0 -

2.4

32.1

60.0

00

59.

751.

931.

000

- -

602

.983

.603

.263

409

Kab.

Mam

uju 2

0.78

1.61

8.05

2 -

7.0

70.2

47.1

29

463

.324

.979

.000

5

8.10

8.65

0.00

0 1

2.63

8.45

0.00

0 -

1.4

97.0

00.0

00

75.

182.

333.

000

2.0

00.0

00.0

00

- 6

40.6

03.2

77.1

81

410

Kab.

Pole

wali M

anda

r 1

4.41

7.96

3.45

0 -

2.0

06.8

91.6

46

603

.283

.761

.000

6

7.36

6.89

0.00

0 1

2.98

6.64

0.00

0 -

2.4

31.2

00.0

00

117

.653

.395

.000

-

- 8

20.1

46.7

41.0

96

411

Kab.

Mam

asa

11.

404.

794.

043

- 9

44.0

09.6

87

438

.577

.823

.000

5

8.01

4.32

0.00

0 1

7.81

1.94

0.00

0 -

1.4

85.1

20.0

00

62.

311.

826.

000

- -

590

.549

.832

.730

412

Kab.

Mam

uju U

tara

28.

117.

193.

533

- 1

.307

.877

.246

3

83.3

92.2

81.0

00

53.

813.

540.

000

9.3

31.1

20.0

00

- 5

.329

.290

.000

3

0.13

3.90

9.00

0 -

- 5

11.4

25.2

10.7

79

413

Kab.

Mam

uju Te

ngah

9.2

23.3

24.5

16

- 4

.018

.503

.849

1

76.3

75.6

04.0

00

- -

- 8

49.0

00.0

00

26.

397.

492.

000

- -

216

.863

.924

.365

414

Prov

insi S

ulawe

si Te

ngga

ra 5

4.96

2.21

2.27

2 -

58.

848.

029.

326

1.0

53.6

36.0

11.0

00

58.

750.

010.

000

- -

- -

- 3

12.1

01.4

40.0

00

1.5

38.2

97.7

02.5

98

415

Kab.

But

on 1

5.18

3.97

7.44

8 -

15.

909.

075.

931

601

.624

.424

.000

7

0.06

1.05

0.00

0 1

3.85

4.37

0.00

0 -

2.9

76.0

20.0

00

91.

222.

155.

000

21.

301.

307.

000

- 8

32.1

32.3

79.3

79

416

Kab.

Kon

awe

9.5

14.6

71.3

11

- 1

7.56

9.23

3.45

4 5

84.0

33.0

36.0

00

70.

237.

930.

000

14.

663.

020.

000

- 1

.359

.000

.000

8

1.29

6.38

2.00

0 1

9.50

8.46

9.00

0 -

798

.181

.741

.765

417

Kab.

Kola

ka 2

2.29

5.31

1.32

5 -

33.

042.

262.

147

454

.342

.506

.000

6

8.05

9.09

0.00

0 -

- 2

.226

.000

.000

6

7.06

2.45

1.00

0 1

9.34

1.24

6.00

0 -

666

.368

.866

.472

418

Kab.

Mun

a 1

0.64

4.97

9.44

8 -

11.

741.

117.

278

689

.447

.643

.000

6

8.09

2.95

0.00

0 1

3.08

2.11

0.00

0 -

1.4

12.5

20.0

00

130

.008

.735

.000

-

- 9

24.4

30.0

54.7

26

419

Kota

Ken

dari

21.

942.

745.

777

- 1

0.34

7.75

4.68

0 6

11.1

79.5

29.0

00

55.

353.

980.

000

- -

1.3

71.5

60.0

00

109

.106

.304

.000

-

- 8

09.3

01.8

73.4

57

420

Kota

Bau

-bau

12.

590.

295.

144

- 1

0.45

6.11

8.09

1 4

65.5

83.8

77.0

00

41.

601.

960.

000

- -

2.5

38.0

00.0

00

86.

869.

741.

000

- -

619

.639

.991

.235

421

Kab.

Kon

awe

Selat

an 1

3.32

3.07

3.80

1 -

27.

077.

425.

062

581

.807

.666

.000

8

5.74

9.87

0.00

0 2

0.20

6.88

0.00

0 -

2.4

99.7

50.0

00

60.

368.

369.

000

- -

791

.033

.033

.863

422

Kab.

Bom

bana

13.

285.

856.

445

- 1

9.61

2.48

4.63

5 4

14.0

06.9

48.0

00

62.

016.

600.

000

15.

783.

520.

000

- 1

.620

.000

.000

3

9.29

9.02

2.00

0 2

0.57

5.03

0.00

0 -

586

.199

.461

.080

423

Kab.

Wak

atob

i 1

0.13

6.80

7.60

9 -

10.

347.

754.

680

387

.267

.035

.000

5

6.80

1.23

0.00

0 1

4.75

4.73

0.00

0 -

2.0

14.2

50.0

00

41.

525.

756.

000

- -

522

.847

.563

.289

Page 175: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152723... · Provinsi, Kabupaten dan Kota di Indonesia ... tabel 3.12 Jumlah Daerah Penerima DAK 2014

PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik lampiran alokasi Transfer ke daerah Tahun anggaran 2014 163

NoNa

ma D

aera

h D

BH P

AJAK

*)

DBH

CHT

**)

DBH

SDA

**)

DAU

D

AK

DAK

TAM

BAHA

N O

TSUS

TA

MSI

L**)

TJ

. PRO

F D

ID

BOS

J

UMLA

H TO

TAL

2014

424

Kab.

Kola

ka U

tara

11.

076.

796.

147

- 1

9.30

8.16

8.34

8 4

38.7

46.7

57.0

00

53.

527.

880.

000

14.

211.

440.

000

- 2

.074

.000

.000

3

6.39

4.60

1.00

0 -

- 5

75.3

39.6

42.4

95

425

Kab.

Kon

awe

Utar

a 1

4.50

8.63

4.62

2 -

29.

362.

060.

815

441

.295

.580

.000

4

5.97

4.05

0.00

0 8

.741

.230

.000

-

1.8

01.0

00.0

00

18.

648.

374.

000

- -

560

.330

.929

.437

426

Kab.

But

on U

tara

6.9

29.2

47.8

81

- 1

1.41

3.19

4.47

5 3

66.5

51.4

66.0

00

53.

513.

420.

000

11.

347.

510.

000

- 2

.073

.750

.000

2

2.35

5.62

1.00

0 -

- 4

74.1

84.2

09.3

56

427

Kab.

Kola

ka Ti

mur

5.8

99.4

06.9

98

- 2

5.02

6.42

5.44

5 2

23.1

77.1

56.0

00

5.4

86.5

20.0

00

--

1.1

04.0

00.0

00

23.

630.

460.

000

- -

284

.323

.968

.443

428

Kab.

Kon

awe

Kepu

lauan

2.9

33.4

03.0

33

- 3

.155

.937

.859

9

7.69

8.63

0.00

0 -

--

1.1

10.0

00.0

00

14.

117.

604.

000

- -

119

.015

.574

.892

429

Prov

insi B

ali 1

65.8

22.6

56.4

03

3.3

40.1

47.9

76

- 8

32.2

97.4

73.0

00

41.

600.

750.

000

- -

1.9

30.1

20.0

00

- -

380

.385

.340

.000

1

.425

.376

.487

.379

430

Kab.

Bad

ung

59.

465.

447.

975

417

.518

.497

4

02.4

14.4

86

324

.815

.695

.000

5

51.1

60.0

00

- -

1.0

16.5

00.0

00

130

.516

.028

.000

2

3.31

1.37

9.00

0 -

540

.496

.142

.958

431

Kab.

Ban

gli 1

6.51

0.42

2.37

2 4

56.5

86.3

80

402

.414

.486

4

86.3

81.0

05.0

00

43.

195.

920.

000

- -

1.9

04.5

00.0

00

70.

094.

513.

000

- -

618

.945

.361

.238

432

Kab.

Bule

leng

30.

443.

756.

993

3.6

09.4

37.0

80

402

.414

.486

8

54.5

32.2

48.0

00

64.

898.

210.

000

- -

790

.250

.000

2

17.9

90.9

74.0

00

- -

1.1

72.6

67.2

90.5

59

433

Kab.

Gian

yar

24.

243.

169.

762

1.1

82.8

48.6

40

402

.414

.486

6

26.6

74.6

08.0

00

44.

882.

840.

000

- -

713

.250

.000

1

57.1

17.8

02.0

00

19.

943.

276.

000

- 8

75.1

60.2

08.8

88

434

Kab.

Jem

bran

a 1

7.59

4.71

7.36

1 4

17.5

18.4

97

402

.414

.486

4

84.8

25.8

04.0

00

43.

546.

330.

000

- -

1.3

29.7

50.0

00

94.

906.

804.

000

- -

643

.023

.338

.344

435

Kab.

Kar

anga

sem

20.

338.

565.

748

457

.214

.025

4

02.4

14.4

86

614

.793

.461

.000

6

0.47

3.98

0.00

0 -

- 2

.998

.250

.000

1

39.0

72.7

71.0

00

- -

838

.536

.656

.259

436

Kab.

Klun

gkun

g 1

6.32

8.71

7.56

9 4

17.5

18.4

97

402

.414

.486

4

74.4

27.7

96.0

00

42.

267.

390.

000

- -

1.2

89.7

50.0

00

88.

673.

765.

000

- -

623

.807

.351

.552

437

Kab.

Taba

nan

21.

970.

222.

682

417

.518

.497

4

02.4

14.4

86

719

.621

.530

.000

5

8.51

4.49

0.00

0 -

- 2

.025

.500

.000

1

57.7

21.6

76.0

00

- -

960

.673

.351

.665

438

Kota

Den

pasa

r 8

2.67

3.32

4.99

4 4

17.5

18.4

97

402

.414

.486

6

15.9

61.9

06.0

00

24.

642.

780.

000

- -

- 1

82.1

10.9

33.0

00

22.

763.

285.

000

- 9

28.9

72.1

61.9

77

439

Prov

insi N

usa T

engg

ara

Bara

t 8

4.75

8.18

8.79

2 6

8.22

5.85

0.41

9 3

8.74

3.38

7.67

7 9

80.3

90.3

40.0

00

54.

663.

430.

000

- -

1.4

49.0

00.0

00

- 3

.000

.000

.000

4

59.0

73.4

00.0

00

1.6

90.3

03.5

96.8

88

440

Kab.

Bim

a 1

4.74

5.51

2.85

9 8

.261

.378

.634

1

0.26

1.37

9.52

6 7

71.0

58.9

47.0

00

73.

107.

750.

000

17.

837.

590.

000

- 3

.137

.500

.000

1

32.8

69.3

33.0

00

- -

1.0

31.2

79.3

91.0

19

441

Kab.

Dom

pu 1

2.75

5.42

1.42

6 4

.493

.919

.543

9

.551

.581

.631

5

21.6

67.7

43.0

00

51.

626.

440.

000

14.

374.

880.

000

- -

70.

734.

806.

000

- -

685

.204

.791

.600

442

Kab.

Lomb

ok B

arat

14.

534.

378.

026

11.

745.

641.

725

8.6

00.9

13.7

48

685

.318

.844

.000

5

8.94

6.38

0.00

0 1

1.76

6.67

0.00

0 -

1.1

94.7

50.0

00

120

.522

.888

.000

-

- 9

12.6

30.4

65.4

99

443

Kab.

Lomb

ok Te

ngah

17.

956.

857.

512

38.

147.

077.

401

8.3

50.0

49.4

28

865

.423

.847

.000

6

6.40

3.04

0.00

0 1

4.51

8.06

0.00

0 -

2.7

09.7

50.0

00

178

.325

.531

.000

2

2.80

9.99

4.00

0 -

1.2

14.6

44.2

06.3

41

444

Kab.

Lomb

ok Ti

mur

18.

925.

089.

505

50.

912.

478.

129

8.3

50.0

76.3

08

1.0

39.1

24.6

22.0

00

101

.042

.760

.000

2

2.71

4.29

0.00

0 -

1.3

58.9

00.0

00

218

.799

.196

.000

-

- 1

.461

.227

.411

.942

445

Kab.

Sum

bawa

19.

207.

214.

945

7.9

71.8

18.9

95

12.

999.

697.

369

724

.963

.659

.000

6

6.03

8.06

0.00

0 1

5.20

6.73

0.00

0 -

2.1

54.5

00.0

00

115

.120

.871

.000

2

2.05

2.55

5.00

0 -

985

.715

.106

.309

446

Kota

Mat

aram

27.

271.

142.

072

28.

789.

814.

676

8.3

50.0

49.4

28

564

.661

.391

.000

5

2.22

2.91

0.00

0 -

- -

119

.413

.450

.000

-

- 8

00.7

08.7

57.1

76

447

Kota

Bim

a 1

2.90

9.19

6.14

7 2

.694

.013

.117

8

.350

.049

.428

4

10.4

83.3

10.0

00

33.

992.

090.

000

- -

- 7

8.09

4.21

8.00

0 -

- 5

46.5

22.8

76.6

92

448

Kab.

Sum

bawa

Bar

at 4

3.40

5.23

7.21

5 2

.190

.604

.200

7

6.33

1.52

6.97

1 3

49.2

83.8

34.0

00

44.

717.

880.

000

11.

382.

060.

000

- 1

.632

.000

.000

3

4.09

7.97

3.00

0 -

- 5

63.0

41.1

15.3

86

449

Kab.

Lomb

ok U

tara

8.5

88.2

55.8

40

3.9

86.9

04.5

58

8.3

50.0

49.4

28

339

.993

.327

.000

4

3.99

2.85

0.00

0 9

.175

.880

.000

-

773

.500

.000

4

5.00

5.58

8.00

0 -

- 4

59.8

66.3

54.8

26

Page 176: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152723... · Provinsi, Kabupaten dan Kota di Indonesia ... tabel 3.12 Jumlah Daerah Penerima DAK 2014

PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik164

NoNa

ma D

aera

h D

BH P

AJAK

*)

DBH

CHT

**)

DBH

SDA

**)

DAU

D

AK

DAK

TAM

BAHA

N O

TSUS

TA

MSI

L**)

TJ

. PRO

F D

ID

BOS

J

UMLA

H TO

TAL

2014

450

Prov

insi N

usa T

engg

ara

Timur

67.

802.

415.

535

3.3

35.4

01.8

47

3.4

85.3

19.4

24

1.1

31.6

87.5

90.0

00

74.

235.

910.

000

- -

- -

- 7

16.0

42.3

00.0

00

1.9

96.5

88.9

36.8

06

451

Kab.

Alor

9.9

76.6

84.8

56

197

.077

.152

7

96.2

43.9

68

510

.220

.213

.000

8

3.20

3.56

0.00

0 1

5.52

5.84

0.00

0 -

4.5

83.2

40.0

00

47.

135.

915.

000

- -

671

.638

.773

.976

452

Kab.

Belu

7.5

74.1

58.5

06

626

.055

.421

1

.438

.092

.296

3

49.3

81.4

71.0

00

82.

491.

950.

000

13.

171.

310.

000

- 4

.752

.000

.000

4

3.25

5.66

2.00

0 -

- 5

02.6

90.6

99.2

23

453

Kab.

Ende

10.

184.

382.

366

1.6

44.9

49.0

46

1.3

80.6

85.4

29

546

.281

.332

.000

5

1.72

2.47

0.00

0 1

1.45

8.79

0.00

0 -

2.4

17.4

30.0

00

84.

616.

684.

000

- -

709

.706

.722

.841

454

Kab.

Flor

es Ti

mur

11.

627.

015.

392

290

.111

.399

5

11.4

12.4

79

531

.905

.134

.000

6

3.39

9.41

0.00

0 1

1.19

6.22

0.00

0 -

3.4

82.1

40.0

00

71.

213.

233.

000

- -

693

.624

.676

.270

455

Kab.

Kup

ang

9.8

44.1

83.1

32

234

.254

.921

1

.167

.297

.919

5

98.3

32.5

49.0

00

71.

364.

090.

000

13.

715.

810.

000

- 3

.857

.250

.000

7

6.23

5.69

5.00

0 -

- 7

74.7

51.1

29.9

72

456

Kab.

Lemb

ata

8.8

72.4

35.6

34

602

.695

.838

7

11.0

92.4

79

388

.625

.200

.000

5

1.50

2.28

0.00

0 1

2.73

1.47

0.00

0 -

2.0

40.0

60.0

00

45.

809.

450.

000

- -

510

.894

.683

.951

457

Kab.

Man

ggar

ai 1

0.47

4.23

2.34

6 2

06.7

13.2

46

783

.365

.503

5

07.7

25.9

30.0

00

84.

916.

470.

000

24.

514.

740.

000

- 4

.256

.000

.000

5

5.34

0.79

5.00

0 -

- 6

88.2

18.2

46.0

95

458

Kab.

Nga

da 7

.281

.854

.561

1

84.5

40.5

87

938

.441

.599

4

10.6

43.1

71.0

00

51.

185.

280.

000

12.

877.

300.

000

- 2

.237

.250

.000

3

6.24

1.57

3.00

0 -

- 5

21.5

89.4

10.7

47

459

Kab.

Sikk

a 1

1.24

3.94

4.33

9 4

31.5

67.6

22

549

.467

.518

5

53.3

76.9

47.0

00

57.

200.

420.

000

12.

405.

540.

000

- 2

.786

.750

.000

7

9.90

4.19

6.00

0 -

- 7

17.8

98.8

32.4

79

460

Kab.

Sum

ba B

arat

7.0

49.7

03.9

87

414

.648

.367

8

84.3

72.4

79

350

.946

.291

.000

4

7.11

0.78

0.00

0 1

1.15

9.47

0.00

0 -

1.9

65.0

10.0

00

40.

203.

207.

000

- -

459

.733

.482

.833

461

Kab.

Sum

ba Ti

mur

13.

317.

018.

126

243

.712

.980

1

.176

.316

.159

5

61.0

28.3

22.0

00

55.

844.

720.

000

15.

796.

710.

000

- 3

.248

.250

.000

5

2.91

8.74

3.00

0 -

- 7

03.5

73.7

92.2

65

462

Kab.

Timo

r Ten

gah

Selat

an 1

1.71

3.40

5.17

0 1

90.0

31.7

37

1.6

62.3

43.8

71

658

.897

.183

.000

7

9.22

1.34

0.00

0 1

5.47

6.90

0.00

0 -

6.9

65.5

00.0

00

80.

509.

232.

000

- -

854

.635

.935

.778

463

Kab.

Timo

r Ten

gah

Utar

a 1

0.92

8.86

9.93

3 1

66.7

70.0

92

2.4

69.1

18.1

11

506

.713

.353

.000

7

7.11

1.26

0.00

0 1

3.37

3.61

0.00

0 -

2.7

02.0

60.0

00

46.

923.

720.

000

- -

660

.388

.761

.136

464

Kota

Kup

ang

20.

095.

908.

941

166

.770

.092

5

11.4

12.4

79

598

.804

.801

.000

6

1.43

9.47

0.00

0 -

- -

127

.517

.782

.000

-

- 8

08.5

36.1

44.5

12

465

Kab.

Rot

e Nd

ao 8

.964

.409

.429

1

66.7

70.0

92

719

.065

.855

3

61.6

23.4

23.0

00

68.

124.

580.

000

15.

408.

880.

000

- 2

.233

.420

.000

3

4.66

4.99

2.00

0 -

- 4

91.9

05.5

40.3

76

466

Kab.

Man

ggar

ai Ba

rat

9.4

16.5

92.8

74

300

.292

.358

5

11.4

12.4

79

442

.388

.310

.000

7

0.70

8.82

0.00

0 2

1.32

5.97

0.00

0 -

4.6

49.1

10.0

00

95.

173.

327.

000

- -

644

.473

.834

.711

467

Kab.

Nag

ekeo

8.2

13.1

50.7

25

393

.201

.798

1

.438

.951

.231

3

81.4

11.3

61.0

00

53.

814.

920.

000

14.

968.

790.

000

- 1

.770

.750

.000

4

6.43

8.09

7.00

0 -

- 5

08.4

49.2

21.7

54

468

Kab.

Sum

ba B

arat

Day

a 8

.828

.690

.047

6

14.9

14.4

61

1.1

34.2

22.0

79

413

.582

.665

.000

5

7.77

9.65

0.00

0 1

4.15

1.13

0.00

0 -

778

.750

.000

3

8.56

3.94

8.00

0 -

- 5

35.4

33.9

69.5

87

469

Kab.

Sum

ba Te

ngah

7.8

96.9

88.5

18

166

.770

.092

1

.060

.167

.679

3

02.0

33.7

21.0

00

47.

199.

820.

000

11.

365.

610.

000

- 2

.011

.750

.000

1

3.12

0.21

8.00

0 -

- 3

84.8

55.0

45.2

89

470

Kab.

Man

ggar

ai Tim

ur 8

.034

.178

.935

3

13.7

22.8

24

686

.883

.775

4

21.4

42.2

87.0

00

60.

619.

330.

000

15.

999.

210.

000

- 1

.944

.190

.000

5

1.31

8.47

0.00

0 -

- 5

60.3

58.2

72.5

34

471

Kab.

Sab

u Ra

ijua

4.8

48.7

99.8

87

227

.034

.183

5

65.1

72.4

79

314

.254

.688

.000

5

9.31

5.15

0.00

0 1

0.00

5.25

0.00

0 -

- 1

5.20

2.94

7.00

0 -

- 4

04.4

19.0

41.5

49

472

Kab.

Mala

ka 4

.791

.791

.917

-

1.2

96.4

44.0

20

285

.088

.668

.000

-

--

1.9

35.0

00.0

00

50.

102.

952.

000

- -

343

.214

.855

.937

473

Prov

insi M

aluku

56.

936.

519.

467

- 1

1.13

2.00

0.18

3 1

.019

.704

.312

.000

7

0.13

4.16

0.00

0 -

- 3

21.0

00.0

00

- -

227

.306

.730

.000

1

.385

.534

.721

.650

474

Kab.

Malu

ku Te

ngga

ra

Bara

t 1

3.26

8.02

1.57

0 -

5.1

00.5

75.5

20

487

.859

.601

.000

8

8.68

1.95

0.00

0 1

5.37

0.89

0.00

0 -

5.7

35.7

50.0

00

41.

974.

893.

000

- -

657

.991

.681

.090

475

Kab.

Malu

ku Te

ngah

22.

730.

616.

574

- 2

0.37

8.04

0.01

1 8

48.6

38.6

32.0

00

79.

024.

340.

000

18.

790.

490.

000

- 1

0.66

4.19

0.00

0 6

8.73

0.79

2.00

0 -

- 1

.068

.957

.100

.585

Page 177: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152723... · Provinsi, Kabupaten dan Kota di Indonesia ... tabel 3.12 Jumlah Daerah Penerima DAK 2014

PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik lampiran alokasi Transfer ke daerah Tahun anggaran 2014 165

NoNa

ma D

aera

h D

BH P

AJAK

*)

DBH

CHT

**)

DBH

SDA

**)

DAU

D

AK

DAK

TAM

BAHA

N O

TSUS

TA

MSI

L**)

TJ

. PRO

F D

ID

BOS

J

UMLA

H TO

TAL

2014

476

Kab.

Malu

ku Te

ngga

ra 1

3.85

6.81

7.58

5 -

1.9

70.8

48.0

96

399

.953

.093

.000

5

7.67

7.58

0.00

0 -

- 3

.342

.750

.000

3

1.25

5.10

9.00

0 -

- 5

08.0

56.1

97.6

81

477

Kab.

Bur

u 1

1.64

8.27

3.97

0 -

15.

527.

685.

891

392

.051

.367

.000

4

6.46

8.86

0.00

0 9

.586

.130

.000

-

4.6

16.9

40.0

00

24.

770.

798.

000

- -

504

.670

.054

.861

478

Kota

Amb

on 2

5.67

7.51

9.04

7 -

1.9

70.8

48.0

96

601

.627

.489

.000

4

5.44

4.83

0.00

0 -

- 5

.079

.000

.000

1

29.3

15.6

71.0

00

- -

809

.115

.357

.143

479

Kab.

Ser

am B

agian

Bar

at 1

4.14

0.66

3.68

7 -

1.9

72.4

66.5

10

495

.911

.700

.000

5

2.50

4.70

0.00

0 1

0.72

6.94

0.00

0 -

5.1

23.2

50.0

00

31.

802.

071.

000

- -

612

.181

.791

.197

480

Kab.

Ser

am B

agian

Timu

r 4

3.75

3.15

5.89

8 -

5.7

63.4

75.6

12

436

.637

.414

.000

5

1.19

6.04

0.00

0 9

.529

.450

.000

-

10.

118.

400.

000

13.

246.

500.

000

- -

570

.244

.435

.510

481

Kab.

Kep

ulaua

n Ar

u 1

5.21

8.10

1.78

3 -

6.5

18.7

40.7

01

469

.996

.166

.000

5

4.91

2.10

0.00

0 7

.598

.930

.000

-

3.3

07.5

00.0

00

14.

823.

231.

000

- -

572

.374

.769

.484

482

Kota

Tual

7.4

02.3

81.0

93

- 1

.970

.848

.096

3

11.2

36.5

53.0

00

37.

646.

940.

000

- -

1.2

80.2

50.0

00

27.

492.

128.

000

- -

387

.029

.100

.189

483

Kab.

Malu

ku B

arat

Day

a 1

2.37

1.97

7.86

5 -

8.6

91.5

76.5

44

483

.431

.553

.000

8

6.57

1.11

0.00

0 2

1.05

2.50

0.00

0 -

3.2

18.2

50.0

00

19.

978.

032.

000

- -

635

.314

.999

.409

484

Kab.

Bur

u Se

latan

9.1

63.5

30.6

98

- 1

7.16

2.56

0.66

5 3

62.5

24.0

10.0

00

69.

525.

730.

000

12.

404.

500.

000

- 1

.611

.000

.000

1

5.89

5.74

0.00

0 -

- 4

88.2

87.0

71.3

63

485

Prov

insi M

aluku

Uta

ra 4

7.25

7.04

1.10

5 -

75.

924.

233.

098

906

.623

.550

.000

7

4.62

3.09

0.00

0 -

- 2

01.7

50.0

00

- -

154

.892

.720

.000

1

.259

.522

.384

.203

486

Kab.

Halm

aher

a Ten

gah

15.

649.

957.

353

- 4

0.44

9.05

7.97

6 3

92.1

80.4

12.0

00

53.

023.

530.

000

9.5

28.0

90.0

00

- 2

.632

.880

.000

2

3.66

3.11

9.00

0 -

- 5

37.1

27.0

46.3

29

487

Kab.

Halm

aher

a Bar

at 1

4.65

2.98

1.06

6 -

18.

808.

220.

432

410

.351

.504

.000

5

6.55

0.83

0.00

0 1

3.64

9.59

0.00

0 -

3.0

66.9

10.0

00

43.

212.

484.

000

- -

560

.292

.519

.498

488

Kota

Tern

ate

23.

535.

186.

236

- 1

8.16

3.64

4.00

5 5

36.4

43.8

79.0

00

59.

724.

230.

000

- -

2.4

23.7

50.0

00

82.

776.

610.

000

- -

723

.067

.299

.241

489

Kab.

Halm

aher

a Tim

ur 1

5.45

3.81

5.46

8 -

82.

237.

304.

640

372

.886

.814

.000

5

8.57

4.14

0.00

0 1

5.73

3.51

0.00

0 -

2.9

21.9

60.0

00

34.

323.

754.

000

- -

582

.131

.298

.108

490

Kota

Tido

re K

epula

uan

13.

755.

027.

410

- 1

9.18

3.49

5.33

2 4

97.4

17.0

22.0

00

49.

139.

160.

000

- -

1.0

07.2

50.0

00

38.

806.

355.

000

- -

619

.308

.309

.742

491

Kab.

Kep

ulaua

n Su

la 9

.967

.114

.625

-

18.

932.

122.

142

339

.809

.267

.000

6

3.32

5.90

0.00

0 1

2.41

0.71

0.00

0 -

2.8

26.0

00.0

00

48.

732.

004.

000

- -

496

.003

.117

.767

492

Kab.

Halm

aher

a Sela

tan

19.

403.

834.

497

- 4

8.34

0.16

2.08

1 5

24.8

14.3

72.0

00

48.

965.

100.

000

9.2

47.6

90.0

00

- 1

.430

.000

.000

3

7.09

7.06

6.00

0 -

- 6

89.2

98.2

24.5

78

493

Kab.

Halm

aher

a Uta

ra 1

9.87

3.47

0.40

0 -

47.

731.

812.

621

422

.491

.517

.000

5

8.88

9.94

0.00

0 1

4.37

4.52

0.00

0 -

3.8

59.5

00.0

00

34.

147.

182.

000

- -

601

.367

.942

.021

494

Kab.

Pula

u M

orot

ai 8

.013

.541

.406

-

18.

357.

300.

965

323

.758

.154

.000

7

7.85

0.06

0.00

0 9

.039

.750

.000

-

1.9

56.7

50.0

00

10.

855.

053.

000

- -

449

.830

.609

.371

495

Kab.

Pula

u Ta

liabu

5.6

06.7

89.6

82

- 1

3.26

8.94

1.06

5 1

27.6

80.3

29.0

00

7.5

00.2

60.0

00

- 1

.011

.000

.000

1

9.06

2.84

0.00

0 -

174

.130

.159

.747

496

Prov

insi P

apua

308

.851

.687

.582

-

406

.107

.926

.469

1

.991

.202

.341

.100

1

20.5

05.6

40.0

00

- 4

.777

.070

.560

.000

-

- -

345

.040

.400

.000

7

.948

.778

.555

.151

497

Kab.

Biak

Num

for

15.

063.

681.

624

- 2

7.90

8.03

6.61

1 5

25.0

97.2

45.0

00

55.

772.

490.

000

9.9

21.0

60.0

00

- 1

.049

.250

.000

3

4.59

6.27

1.00

0 -

- 6

69.4

08.0

34.2

35

498

Kab.

Jay

apur

a 2

2.78

7.46

9.90

1 -

30.

538.

448.

816

597

.199

.562

.000

6

5.49

9.13

0.00

0 -

- -

48.

199.

964.

000

- -

764

.224

.574

.717

499

Kab.

Jay

awija

ya 1

7.48

3.45

2.74

5 -

28.

071.

568.

891

608

.581

.629

.000

1

03.9

79.5

00.0

00

19.

836.

330.

000

- 1

.624

.500

.000

5

0.00

7.68

0.00

0 -

- 8

29.5

84.6

60.6

36

500

Kab.

Mer

auke

33.

911.

599.

509

- 6

3.59

9.42

6.45

7 1

.161

.464

.820

.000

1

54.8

68.6

80.0

00

38.

944.

350.

000

- 5

.407

.000

.000

4

9.32

7.11

3.00

0 -

- 1

.507

.522

.988

.966

501

Kab.

Mim

ika 2

49.4

63.7

14.4

39

- 7

38.1

90.2

24.5

35

582

.498

.865

.000

6

3.56

7.80

0.00

0 1

7.82

3.76

0.00

0 -

324

.750

.000

3

1.17

0.91

6.00

0 -

- 1

.683

.040

.029

.974

502

Kab.

Nab

ire 1

7.98

8.65

2.60

9 -

38.

396.

893.

025

643

.898

.180

.000

6

6.64

6.81

0.00

0 1

4.08

5.95

0.00

0 -

3.1

07.0

00.0

00

46.

146.

145.

000

- -

830

.269

.630

.634

Page 178: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152723... · Provinsi, Kabupaten dan Kota di Indonesia ... tabel 3.12 Jumlah Daerah Penerima DAK 2014

PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik166

NoNa

ma D

aera

h D

BH P

AJAK

*)

DBH

CHT

**)

DBH

SDA

**)

DAU

D

AK

DAK

TAM

BAHA

N O

TSUS

TA

MSI

L**)

TJ

. PRO

F D

ID

BOS

J

UMLA

H TO

TAL

2014

503

Kab.

Pan

iai 1

3.18

1.46

4.33

9 -

34.

716.

950.

011

508

.843

.453

.000

9

0.40

7.21

0.00

0 2

0.80

3.53

0.00

0 -

- 6

.101

.591

.000

-

- 6

74.0

54.1

98.3

50

504

Kab.

Pun

cak J

aya

15.

719.

555.

825

- 3

2.73

6.91

5.45

1 6

32.4

14.3

92.0

00

119

.407

.740

.000

1

7.10

2.58

0.00

0 -

1.0

51.5

00.0

00

16.

323.

868.

000

- -

834

.756

.551

.276

505

Kab.

Kep

ulaua

n Ya

pen

18.

835.

313.

681

- 2

7.89

8.73

0.49

1 4

69.8

40.5

15.0

00

66.

838.

450.

000

12.

087.

900.

000

- 1

.944

.890

.000

2

6.00

9.48

7.00

0 -

- 6

23.4

55.2

86.1

72

506

Kota

Jay

apur

a 3

0.86

3.77

0.98

6 -

27.

898.

730.

491

624

.312

.379

.000

5

2.06

0.64

0.00

0 -

- 3

.872

.700

.000

1

10.7

10.7

43.0

00

- -

849

.718

.963

.477

507

Kab.

Sar

mi 1

9.31

6.67

5.37

2 -

69.

944.

222.

698

667

.002

.043

.000

5

6.45

4.58

0.00

0 1

2.33

3.46

0.00

0 -

1.0

47.7

50.0

00

10.

995.

112.

000

- -

837

.093

.843

.070

508

Kab.

Kee

rom

19.

030.

508.

281

- 3

8.72

9.18

6.16

5 5

00.5

46.2

16.0

00

85.

323.

760.

000

14.

779.

540.

000

- -

22.

842.

170.

000

- -

681

.251

.380

.446

509

Kab.

Yahu

kimo

20.

420.

720.

034

- 3

4.94

0.75

2.89

1 6

06.9

20.9

46.0

00

89.

638.

500.

000

16.

242.

020.

000

- 2

.072

.250

.000

1

3.22

5.61

2.00

0 -

- 7

83.4

60.8

00.9

25

510

Kab.

Peg

unun

gan

Bint

ang

22.

329.

466.

322

- 3

0.98

4.15

1.29

1 7

84.4

49.4

74.0

00

140

.512

.710

.000

2

0.77

5.73

0.00

0 -

1.0

95.2

50.0

00

12.

804.

576.

000

- -

1.0

12.9

51.3

57.6

13

511

Kab.

Tolik

ara

17.

727.

108.

522

- 2

9.84

3.36

4.09

1 6

61.6

80.6

51.0

00

134

.631

.230

.000

2

3.99

8.77

0.00

0 -

218

.250

.000

1

0.64

3.28

0.00

0 -

- 8

78.7

42.6

53.6

13

512

Kab.

Bov

en D

igoel

26.

828.

403.

087

- 5

1.58

6.89

6.79

9 7

40.0

02.4

49.0

00

66.

284.

590.

000

12.

367.

020.

000

- 2

.400

.000

.000

1

2.56

9.64

0.00

0 -

- 9

12.0

38.9

98.8

86

513

Kab.

Map

pi 2

4.29

9.08

3.19

9 -

28.

142.

767.

627

728

.591

.348

.000

7

4.80

3.49

0.00

0 2

2.29

8.17

0.00

0 -

- 4

7.45

2.43

1.00

0 -

- 9

25.5

87.2

89.8

26

514

Kab.

Asm

at 2

2.59

4.56

2.07

8 -

32.

644.

919.

010

822

.115

.038

.000

7

7.01

3.57

0.00

0 1

3.89

5.06

0.00

0 -

2.3

54.7

50.0

00

15.

396.

796.

000

- -

986

.014

.695

.088

515

Kab.

War

open

23.

926.

362.

174

- 3

0.86

1.48

6.70

7 4

67.7

80.8

10.0

00

48.

642.

950.

000

11.

690.

650.

000

- 1

.760

.250

.000

2

3.85

5.48

0.00

0 -

- 6

08.5

17.9

88.8

81

516

Kab.

Sup

iori

12.

401.

843.

526

- 2

7.89

8.73

0.49

1 4

09.3

97.4

85.0

00

85.

798.

620.

000

8.0

37.8

30.0

00

- -

39.

243.

844.

000

- -

582

.778

.353

.017

517

Kab.

Mam

bera

mo R

aya

41.

950.

123.

249

- 5

1.75

7.45

1.77

8 6

50.8

44.6

07.0

00

58.

866.

700.

000

13.

897.

810.

000

- 1

.818

.000

.000

1

1.80

7.78

8.00

0 -

- 8

30.9

42.4

80.0

27

518

Kab.

Mam

bera

mo Te

ngah

8.3

19.1

17.0

27

- 2

7.89

8.73

0.49

1 5

54.0

42.4

20.0

00

105

.700

.670

.000

2

2.85

8.82

0.00

0 -

129

.750

.000

4

1.95

3.42

0.00

0 -

- 7

60.9

02.9

27.5

18

519

Kab.

Yalim

o 9

.321

.141

.196

-

27.

898.

730.

491

567

.217

.623

.000

1

15.5

23.0

40.0

00

22.

281.

350.

000

- 4

43.2

50.0

00

26.

463.

008.

000

- -

769

.148

.142

.687

520

Kab.

Lann

y Jay

a 1

0.34

3.53

7.66

6 -

27.

898.

730.

491

594

.234

.876

.000

1

32.5

57.3

80.0

00

25.

403.

150.

000

- 1

.150

.500

.000

7

1.38

7.17

6.00

0 -

- 8

62.9

75.3

50.1

57

521

Kab.

Ndu

ga 8

.968

.809

.424

-

27.

898.

730.

491

506

.372

.604

.000

9

4.72

8.54

0.00

0 1

5.12

0.71

0.00

0 -

1.7

37.0

00.0

00

13.

507.

160.

000

- -

668

.333

.553

.915

522

Kab.

Dog

iyai

12.

253.

614.

335

- 2

7.89

8.73

0.49

1 4

62.1

08.5

90.0

00

69.

838.

410.

000

15.

491.

610.

000

- -

24.

278.

908.

000

- -

611

.869

.862

.826

523

Kab.

Pun

cak

14.

047.

732.

826

- 2

7.89

8.73

0.49

1 7

22.7

26.4

55.0

00

116

.286

.770

.000

3

7.61

4.88

0.00

0 -

- 1

6.07

6.03

2.00

0 -

- 9

34.6

50.6

00.3

17

524

Kab.

Inta

n Ja

ya 1

2.85

1.81

0.26

7 -

27.

898.

730.

491

636

.141

.574

.000

1

15.4

71.0

40.0

00

13.

083.

610.

000

- 7

1.50

0.00

0 1

1.10

4.37

2.00

0 -

- 8

16.6

22.6

36.7

58

525

Kab.

Deiy

ai 1

0.45

5.71

8.69

5 -

27.

898.

730.

491

405

.595

.790

.000

6

9.32

3.66

0.00

0 1

0.45

3.60

0.00

0 -

1.2

21.7

50.0

00

15.

105.

968.

000

- -

540

.055

.217

.186

526

Prov

insi P

apua

Bar

at 1

66.6

00.6

14.5

78

- 6

72.5

33.0

24.4

21

1.1

22.2

64.6

59.0

00

61.

215.

730.

000

- 2

.047

.315

.954

.000

1

02.7

50.0

00

- -

124

.213

.930

.000

4

.194

.246

.661

.999

527

Kab.

Sor

ong

148

.931

.551

.011

-

90.

771.

783.

166

473

.691

.257

.000

6

2.21

2.05

0.00

0 2

0.64

7.52

0.00

0 -

1.2

70.2

50.0

00

61.

953.

099.

000

- -

859

.477

.510

.177

528

Kab.

Man

okwa

ri 3

9.44

7.28

3.54

2 -

16.

911.

415.

706

426

.037

.888

.000

5

5.15

5.51

0.00

0 -

- 1

.017

.000

.000

4

0.08

0.04

6.00

0 -

- 5

78.6

49.1

43.2

48

529

Kab.

Fak F

ak 3

7.81

3.81

3.72

5 -

28.

679.

724.

724

626

.893

.988

.000

5

3.39

9.52

0.00

0 -

- 1

.319

.070

.000

3

3.41

6.23

7.00

0 -

- 7

81.5

22.3

53.4

49

Page 179: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152723... · Provinsi, Kabupaten dan Kota di Indonesia ... tabel 3.12 Jumlah Daerah Penerima DAK 2014

PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik lampiran alokasi Transfer ke daerah Tahun anggaran 2014 167

NoNa

ma D

aera

h D

BH P

AJAK

*)

DBH

CHT

**)

DBH

SDA

**)

DAU

D

AK

DAK

TAM

BAHA

N O

TSUS

TA

MSI

L**)

TJ

. PRO

F D

ID

BOS

J

UMLA

H TO

TAL

2014

530

Kota

Sor

ong

28.

514.

032.

181

- 1

4.72

1.64

3.38

5 4

20.3

63.5

15.0

00

45.

538.

650.

000

- -

2.1

13.7

50.0

00

60.

301.

587.

000

- -

571

.553

.177

.566

531

Kab.

Sor

ong

Selat

an 3

3.34

8.32

1.85

3 -

17.

485.

901.

284

396

.040

.495

.000

5

5.33

6.80

0.00

0 8

.856

.800

.000

-

2.3

64.5

00.0

00

40.

829.

786.

000

- -

554

.262

.604

.137

532

Kab.

Raja

Amp

at 3

8.67

0.02

5.53

4 -

20.

695.

550.

746

591

.036

.221

.000

8

0.56

0.46

0.00

0 1

8.06

1.37

0.00

0 -

1.2

36.0

00.0

00

15.

208.

968.

000

- -

765

.468

.595

.280

533

Kab.

Teluk

Bint

uni

178

.489

.069

.806

-

86.

614.

243.

822

576

.627

.839

.000

5

3.48

4.71

0.00

0 1

2.74

7.45

0.00

0 -

2.0

88.0

00.0

00

23.

110.

495.

000

- -

933

.161

.807

.628

534

Kab.

Teluk

Won

dama

21.

821.

077.

003

- 3

4.81

1.20

3.77

2 3

73.0

39.6

43.0

00

55.

296.

190.

000

8.1

35.6

80.0

00

- 2

.124

.750

.000

2

3.57

8.75

8.00

0 -

- 5

18.8

07.3

01.7

75

535

Kab.

Kaim

ana

24.

077.

097.

578

- 3

1.18

9.54

9.17

2 5

61.5

72.5

09.0

00

53.

083.

940.

000

8.2

01.3

00.0

00

- 1

.876

.970

.000

7

6.45

7.78

4.00

0 -

- 7

56.4

59.1

49.7

50

536

Kab.

May

brat

15.

902.

642.

986

- 1

8.46

3.74

7.25

9 3

77.4

64.8

87.0

00

61.

978.

050.

000

10.

651.

140.

000

- -

22.

839.

683.

000

- -

507

.300

.150

.245

537

Kab.

Tamb

raw

14.

637.

779.

110

- 1

9.50

6.14

0.42

5 4

94.7

24.1

24.0

00

69.

152.

440.

000

16.

194.

260.

000

- 1

92.1

90.0

00

5.9

44.3

07.0

00

- -

620

.351

.240

.535

538

Kab.

Man

okwa

ri Se

latan

7.8

40.4

91.2

90

- 7

.272

.794

.697

8

5.43

2.17

3.00

0 4

.737

.640

.000

-

- 9

96.0

00.0

00

9.0

65.5

40.0

00

- -

115

.344

.638

.987

539

Kab.

Peg

unun

gan

Arfak

8.2

37.6

84.7

10

- 7

.441

.774

.701

9

1.40

3.52

0.00

0 8

.467

.420

.000

-

- 9

96.0

00.0

00

56.

927.

620.

000

- -

173

.474

.019

.411

PAGU

TOTA

L 3

9.23

7.60

3.58

0.85

6 2

.213

.999

.999

.987

60

.560

.606

.544

.471

34

1.21

9.32

5.65

1.00

0 30

.200

.000

.000

.000

2.

800.

000.

000.

000

-13.

648.

773.

028.

000

945

.865

.970

.000

56

.136

.316

.551

.000

1.

387.

800.

000.

000

23.2

29.6

60.6

70.0

00

571.

579.

951.

995.

314

JUM

LAH

DAER

AH53

932

353

853

952

818

33

429

505

9934

539

*) P

Ph P

mK

nom

or 2

02/P

mK

.07/

2013

**)

Pm

K d

alam

pro

ses

pena

ndat

anga

n m

enke

u

Page 180: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152723... · Provinsi, Kabupaten dan Kota di Indonesia ... tabel 3.12 Jumlah Daerah Penerima DAK 2014

PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik168

Page 181: perpustakaan.bappenas.go.idperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/152723... · Provinsi, Kabupaten dan Kota di Indonesia ... tabel 3.12 Jumlah Daerah Penerima DAK 2014

PelengkaP Buku Pegangan 2014 · kebijakan HkPd dalam Rangka Peningkatan kualitas Pelayanan Publik lampiran alokasi Transfer ke daerah Tahun anggaran 2014 169