Pengawasan Penyusunan Daftar Pemilih Pemilu

6
PENGAWASAN DATA PEMILIH: MEWUJUDKAN DATA PEMILIH PEMILU YANG KREDIBEL 1 Oleh: Ahsanul Minan 2 A. PENDAHULUAN Pemilihan Umum (Pemilu) merupakan instrumen demokratis yang secara reguler diselenggarakan untuk mewujudkan keterlibatan rakyat dalam menyalurkan kedaulatannya dalam proses penentuan kepimpinanan politik. Hal ini telah secara tegas diatur dalam konstitusi serta dijabarkan secara teknis dalam undang-undang pemilihan umum. Pelibatan rakyat selaku pemegang kedaulatan atas negara diimplementasikan berdasarkan atas prinsip langsung yang berarti proses pemberian suara tidak dapat diwakilkan, umum yang berarti hak rakyat untuk dapat mengikuti pemilu bersifat menyeluruh tanpa adanya diskriminasi, serta adil yang berarti tidak ada perlakuan yang istimewa atau berbeda antara warga negara satu dengan yang lainnya. Dalam rentang sejarah penyelenggaraan pemilu di Indonesia sejak Pemilu pertama tahun 1955 hingga saat ini, problematika dalam penyusunan daftar pemilih baru mencuat dan menjadi perdebatan hangat sejak dilaksanakannya Pemilu tahun 2009. Sebelum Pemilu 2009, isu penyusunan daftar pemilih tenggelam di antara berbagai isu kepemiluan antara lain kampanye, manipulasi suara, dan penetapan hasil pemilu. Meskipun demikian, bukan berarti pada rentang waktu tersebut tidak sama sekali ada permasalahan terkait dengan daftar pemilih. Demikian juga pada Pemilu 2009, isu penyusunan daftar pemilih juga baru mencuat pada saat telah ditetapkannya Daftar Pemilih Tetap oleh KPU. Hal ini tidak terlepas dari minimnya perhatian masyarakat, peserta pemilu, dan pemantau terhadap persoalan daftar pemilih ini. Pada Pemilu 2014 ini, perhatian terhadap tahapan penyusunan daftar pemilih ini semakin menguat, dimana indikasinya dapat dilihat melalui tingginya media coverage (liputan pemberitaan di media massa), banyaknya statement di media yang disampaikan oleh kalangan pemantau pemilu dan pengamat, munculnya banyak tanggapan dari peserta pemilu, serta munculnya banyak rekomendasi dari pengawas pemilu. 1 Makalah disampaikan dalam acara Focus Group Discussion tentang Penyusunan Daftar Pemilih, Bawaslu Provinsi DKI Jakarta dan Kesbangpol Pemprov DKI Jakarta, Jum'at, 20 Desember 2013 2 Pemerhati Pemilu, bekerja sebagai Program Coordinator dan Component Manager untuk Reformasi Pendanaan Parpol dan Pendanaan Kampanye, MSI SIAP-1, Anggota Panwaslu Provinsi Jawa Tengah 2003- 2004. Page 1 of 6

Transcript of Pengawasan Penyusunan Daftar Pemilih Pemilu

Page 1: Pengawasan Penyusunan Daftar Pemilih Pemilu

PENGAWASAN DATA PEMILIH: MEWUJUDKAN DATA PEMILIH PEMILU YANG KREDIBEL 1

Oleh: Ahsanul Minan2

A. PENDAHULUAN

Pemilihan Umum (Pemilu) merupakan instrumen demokratis yang secara reguler diselenggarakan untuk mewujudkan keterlibatan rakyat dalam menyalurkan kedaulatannya dalam proses penentuan kepimpinanan politik. Hal ini telah secara tegas diatur dalam konstitusi serta dijabarkan secara teknis dalam undang-undang pemilihan umum. Pelibatan rakyat selaku pemegang kedaulatan atas negara diimplementasikan berdasarkan atas prinsip langsung yang berarti proses pemberian suara tidak dapat diwakilkan, umum yang berarti hak rakyat untuk dapat mengikuti pemilu bersifat menyeluruh tanpa adanya diskriminasi, serta adil yang berarti tidak ada perlakuan yang istimewa atau berbeda antara warga negara satu dengan yang lainnya.

Dalam rentang sejarah penyelenggaraan pemilu di Indonesia sejak Pemilu pertama tahun 1955 hingga saat ini, problematika dalam penyusunan daftar pemilih baru mencuat dan menjadi perdebatan hangat sejak dilaksanakannya Pemilu tahun 2009. Sebelum Pemilu 2009, isu penyusunan daftar pemilih tenggelam di antara berbagai isu kepemiluan antara lain kampanye, manipulasi suara, dan penetapan hasil pemilu. Meskipun demikian, bukan berarti pada rentang waktu tersebut tidak sama sekali ada permasalahan terkait dengan daftar pemilih. Demikian juga pada Pemilu 2009, isu penyusunan daftar pemilih juga baru mencuat pada saat telah ditetapkannya Daftar Pemilih Tetap oleh KPU. Hal ini tidak terlepas dari minimnya perhatian masyarakat, peserta pemilu, dan pemantau terhadap persoalan daftar pemilih ini.

Pada Pemilu 2014 ini, perhatian terhadap tahapan penyusunan daftar pemilih ini semakin menguat, dimana indikasinya dapat dilihat melalui tingginya media coverage (liputan pemberitaan di media massa), banyaknya statement di media yang disampaikan oleh kalangan pemantau pemilu dan pengamat, munculnya banyak tanggapan dari peserta pemilu, serta munculnya banyak rekomendasi dari pengawas pemilu.

1 Makalah disampaikan dalam acara Focus Group Discussion tentang Penyusunan Daftar Pemilih, Bawaslu Provinsi DKI Jakarta dan Kesbangpol Pemprov DKI Jakarta, Jum'at, 20 Desember 2013 2 Pemerhati Pemilu, bekerja sebagai Program Coordinator dan Component Manager untuk Reformasi Pendanaan Parpol dan Pendanaan Kampanye, MSI SIAP-1, Anggota Panwaslu Provinsi Jawa Tengah 2003-2004.

Page 1 of 6

Page 2: Pengawasan Penyusunan Daftar Pemilih Pemilu

B. ARAH KEBIJAKAN PENGAWASAN DAFTAR PEMILIH OLEH BAWASLU

1. Isu Strategis

Daftar Pemilih yang kredibel menjadi salah satu kunci kesuksesan penyelenggaraan pemilu yang demokratis, karena akan memberikan pengaruh kepada terpenuhinya hak warga negara yang memenuhi syarat sebagai pemilih, serta mempengaruhi tingkat kepercayaan peserta pemilu dan legitimasi atas hasil pemilu itu sendiri.

Secara internasional, terdapat beberapa prinsip yang diakui dalam penyusunan daftar pemilih yang kredibel yakni integrity, legality, accessibility, comprehensiveness, inclusiveness, fairness, accuracy, transparency, cost-effectiveness, timeliness, credibility, and sustainability.3

Dalam kerangka hukum positif di indonesia, penyusunan daftar pemilih harus mengacu kepada prinsip-prinsip yang meliputi; prinsip wholistik, prinsip akurasi, prinsip ketetapatan waktu, prinsip efektifitas, prinsip efisiensi, prinsip transparansi, dan professionalisme.

2. Model-model Penyusunan Daftar Pemilih

Dalam diskursus sistem kepemiluan di dunia internasional, dikenal beberapa model pendekatan yang dipergunakan dalam penyusunan daftar pemilih:4

• Citizen Registration versus Voter Registration.

• Compulsory Registration versus Voluntary Registration

• Active Registration versus Passive Registration

• Periodic Registration versus Continuous Registration

Sistem penyusunan daftar pemilih di Indonesia yang saat ini diterapkan dapat diuraikan sebagai berikut:

3 Robert Gerenge, "Voter Registration and Methodogies in Africa: A comparative Analysis", Uerope Union, United Nation Development Program, 2012, diakses dari: http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=7&cad=rja&ved=0CGMQFjAG&url=http%3A%2F%2Fwww.ec-undp-electoralassistance.org%2Findex.php%3Foption%3Dcom_docman%26task%3Ddoc_download%26gid%3D404%26Itemid%3D%26lang%3Den&ei=H2epUs_nAsmPrQeewIHYCw&usg=AFQjCNGLnKDrgny-xIN4DeVYVDqQLwUs3w&sig2=ESi-mcyY9S3FlofleoqGFQ&bvm=bv.57967247,d.bmk, diakses pada tanggal 11 Desember 2013. 4 IDEA, Voter Registration; a global report, diakses dari: www.idea.int/publications/vt/upload/Voter registration.pdf, diakses pada tanggal 11 Desember 2013

Page 2 of 6

Page 3: Pengawasan Penyusunan Daftar Pemilih Pemilu

a. Sistem penyusunan daftar pemilih tidak memisahkan secara tegas garis demarkasi antara rezim pendaftaran penduduk dengan pendaftaran pemilih. Daftar pemilih disusun berdasarkan data penduduk yang diolah oleh Pemerintah (Depdagri) melalui proses pensortiran sehingga menghasilkan daftar penduduk potensial pemilih (DP4), yang selajutnya dijadikan dasar bagi KPU untuk melakukan pemutkahiran. Dengan demikian sebenarnya Pemerintah turut (melakukan intervensi) terhadap proses penyusunan daftar pemilih. Penerapan sistem ini menjadikan ketidakjelasan yurisdiksi dan cakupan wilayah pertanggungjawaban atas kinerja penyusunan daftar pemilih, karena membuka peluang terjadinya saling lempar tanggung jawab ketika terjadi permasalahan terutama terkait perbedaan data pemilih.

b. Sistem pendaftaran pemilih menggunakan sistem voluntary voter registration, dimana pemilih diminta secara suka rela untuk mendaftarkan diri, atau memeriksa apakah pemilih sudah terdaftar atau belum tercantum dalam daftar pemilih. Namun demikian, sistem penyusunan daftar pemilih di Indonesia mewajibkan penyelenggara pemilu untuk secara aktif mendata pemilih (active registration).

c. Sistem penyusunan daftar pemilih di Indonesia menggunakan sistem periodic voter registration, sehingga daftar pemilih selalu disusun setiap menjelang penyelenggaraan pemilu. Sistem ini menjadikan tidak terbangunnya sistem data pemilih yang terintegrasi, data tidak up to date, dan berbiaya tinggi.

3. Tantangan dalam Penyusunan Daftar Pemilih

Penyelenggaraan penyusunan daftar pemilih dan pengawasannya dalam Pemilu 2014 ini terdiri atas 4 kelompok permasalahan:

a. Permasalahan di ranah Pemerintah dalam menyediakan data identitas kependudukan yang akurat. Program perekaman data penduduk belum sepenuhnya selesai, sehingga mempengaruhi kualitas DP4 yang diserahkan ke KPU.

b. Permasalahan di ranah KPU dalam mengelola kinerja jajarannya dalam melakukan pemutakhiran daftar pemilih, dimana minimnya daya dukung anggaran dan tumpang tindihnya jadwal pemutakhiran daftar pemilih dengan agenda Pemilukada di beberapa daerah mengganggu efektifitas pelaksanaan pemutakhiran daftar pemilih. Di sisi lain, sistem teknologi informasi pemilih (Sidalih) yang dibangun oleh KPU belum mampu menjawab tantangan yang muncul di lapangan, sehingga justru menimbulkan masalah baru.

Page 3 of 6

Page 4: Pengawasan Penyusunan Daftar Pemilih Pemilu

c. Permasalahan di ranah stakeholder peserta pemilu dan masyarakat. Tingkat partisipasi peserta pemilu dan masyarakat masih perlu ditingkatkan sebagai instrument deteksi permasalahan akurasi daftar pemilih.

d. Permasalahan di ranah pengawas pemilu, yang mengalami keterlambatan dalam pembentukan jajaran Pengawas Pemilu Lapangan yang menjadi ujung tombak pengawasan pemutakhiran daftar Pemilih.

4. Arah Kebijakan dalam Pengawasan Penyusunan Daftar Pemilih

Dalam konstruksi situasi dan permasalahan tersebut di atas, Bawaslu menetapkan arah kebijakan pengawasan terhadap penyelenggaraan tahapan penyusunan dan penetapan daftar pemilih sebagai berikut:

a. Menetapkan fokus pengawasan kepada; a) keterpenuhan prosedur dan persyaratan pemilih, b) akurasi daftar pemilih.

b. Menetapkan titik rawan/potensi pelanggaran melalui; a) pemetaan potensi pelanggaran dengan membuat analisa kewajaran prosentase jumlah pemilih dibandingkan dengan jumlah penduduk, b) memetakan daerah-daerah rawan pelanggaran, c) memetakan kelompok penduduk/pemilih rentan (berpotensi tidak terdaftar karena problem administrasi kependudukan.

c. Melakukan audit daftar pemilih dengan metode; a) list to voters audit, dan b) voter to list audit.

d. Melakukan pengawasan terhadap proses penetapan daftar pemilih oleh PPS, penetapan rekapitulasi daftar pemilih oleh PPK, KPU Kab/Kota, KPU Provinsi, dan KPU RI.

e. Menyampaikan rekomendasi temuan pada kesempatan pertama kepada KPU untuk dilakukan perbaikan administratif atas daftar pemilih.

C. TEMUAN DAN REKOMENDASI HASIL PENGAWASAN

Dari berbagai pelaksanaan kegiatan pengawasan oleh Bawaslu dan jajarannya, ditemukan berbagai temuan permasalahan dalam penyelenggaraan tahapan pemutakhiran daftar pemilih, yang secara garis besar dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Ketidaklengkapan data administrasi pemilih

2. Ketidakakuratan data pemilih yang mencakup; a) pemilih yang tidak memenuhi syarat tetapi terdaftar dalam daftar pemilih, b) pemilih fiktif, c) pemilih tidak terdaftar.

3. Tidak dipatuhinya prosedur pemutakhiran daftar pemilih oleh penyelenggara pemilu, yang mencakup antara lain; a) di beberapa daerah terjadi penetapan

Page 4 of 6

Page 5: Pengawasan Penyusunan Daftar Pemilih Pemilu

Daftar Pemilih tanpa melalui rapat pleno, b) di beberapa daerah KPU daerah tidak melakukan pemutakhiran daftar pemilih melainkan menggunakan DPT pemilukada.

4. Tidakakuratnya data DP4 yang disampaikan oleh Depdagri, yang salah satu indikatornya terlihat dari banyaknya jumlah pemilih yang tidak memiliki NIK.

5. Adanya komposisi data pemilih yang tidak wajar jika diperbandingkan dengan data penduduk. Komposisi tidak wajar ini mengacu kepada data sensus penduduk yang secara umum menunjukkan bahwa penduduk yang berumur di bawah 17 tahun tidak lebih dari 30 persen.

6. KPU memutuskan untuk memperpanjang masa perbaikan DPT hingga H-14 pemungutan suara, dengan sisa "permasalahan" DPT sejumlah kurang lebih 3 juta pemilih, Hal ini akan mempengaruhi proses pengadaan surat suara, dan pada giliran berikutnya akan membuka ruang manipulasi dalam proses pemungutan dan penghitungan suara.

Dalam konteks penyusunan daftar pemilih di wilayah DKI Jakarta, terdapat beberapa isu krusial yang perlu diperhatikan, antara lain:

a. Sebagai daerah urban, DKI Jakarta memiliki banyak kantong penduduk yang tingkat mobilitasnya tinggi, misalnya daerah kos.

b. DKI juga memiliki banyak kantong konsentrasi penduduk yang memiliki karakter tertutup misalnya penghuni apartemen, lembaga permasyarakatan.

c. Berdasarkan data hasil pengawasan pemilu yang dikumpulkan oleh Bawaslu, di DKI masih terdapat sejumlah masalah terkait dengan akurasi DPT

D. REKOMENDASI PERBAIKAN SISTEM PEMUTAKHIRAN DAFTAR PEMILIH

Mencermati berbagai temuan dan hasil kajian tersebut di atas, maka Bawaslu RI menyimpulkan bahwa penyelenggaraan tahapan pemutkahiran daftar pemilih oleh KPU RI beserta jajarannya secara umum dinilai telah berjalan baik, karena jika diprosentasikan secara kuantitatif maka hampir 94% daftar pemilih telah masuk dalam kategori akurat setelah melalui 2 kali perbaikan. Capaian ini sejajar dengan

VERSI PANWAS PLENO VERSI KPU

No PROVINSI NIK

INVALID VERSI KPU

NIK INVALID VERSI

PENGAWAS PEMILU

MEMILIKI IDENTITAS

TIDAK MEMILIKI

IDENTITAS TIDAK

MEMENUHI SYARAT

SISA NIK INVALID / 2 DESEMBER

NIK SUDAH DIPERBAIKI

TIDAK MEMILIKI IDENTITA

S TIDAK

MEMENUHI SYARAT

JUMLAH DPT 2

NOVEMBER

JUMLAH DPT 2

DESEMBER SELISIH

11 DKI

66,089

55,511

40,762

25,327

5,364

19,703

45,393

10,292

7,021,514

7,011,729

9,785

Page 5 of 6

Page 6: Pengawasan Penyusunan Daftar Pemilih Pemilu

capaian di beberapa negara lain seperti Amerika Serikat (80,4%), Australia (82,3%), Mesir (89%), dan Jerman (92,3%).5

Adapun terkait dengan sisa permasalahan akurasi daftar pemilih untuk Pemilu 2014, Bawaslu RI memandang bahwa KPU tetap harus melakukan perbaikan daftar pemilih dengan bekerja sama secara konstruktif dan intensif dengan Pemerintah (dalam hal ini Depdagri, Departemen Luar Negeri, Depkumham).

Namun demikian, masih terdapat beberapa agenda ke depan yang perlu diperbaiki untuk menyempurnakan sistem pendaftaran pemilih. Adapun beberapa agenda perbaikan tersebut meliputi:

Perlu dilakukan reformasi sistem pendaftaran pemilih dengan cara:

1. Melakukan pemisahan secara jelas dan tegas antara rezim pendaftaran kependudukan dengan rezim pendaftaran dan pemeliharaan daftar pemilih. Rezim Pendaftaran dan Pemeliharaan Daftar Pemilih sebaiknya diserahkan sepenuhnya kepada KPU dan jajarannya.

2. Pemeliharaan daftar pemilih yang mencakup up-dating daftar pemilih dilakukan secara continuous voter registration systems oleh KPU dan jajarannya dalam interval waktu setiap 6 bulan. Proses ini diawasi oleh Bawaslu RI dan jajarannya. Pemeliharaan secara berkelanjutan ini dapat menjamin keterbaruan dan akurasi data pemilih yang bermanfaat tidak hanya untuk kepentingan pemilu nasional tetapi juga pemilukada.

3. Guna menunjang kinerja pemeliharaan daftar pemilih tersebut, seyogyanya seluruh instansi pemerintah yang berurusan dengan data kependudukan diwajibkan untuk membagi data dan informasi kependudukan kepada KPU. Sharing data ini dilakukan bersamaan sesuai dengan jadwal pemeliharaan daftar pemilih oleh KPU.

Wallohu a'lam bish showab.

5 Diolah dari data yang disediakan oleh International IDEA, http://www.idea.int/vt/countryview.cfm?id=61

Page 6 of 6