PENGARUH VARIASI ROLLER RADIUS 4 MM, 5 MM, 6 MM …eprints.ums.ac.id/80141/1/NASKAH...
Transcript of PENGARUH VARIASI ROLLER RADIUS 4 MM, 5 MM, 6 MM …eprints.ums.ac.id/80141/1/NASKAH...
PENGARUH VARIASI ROLLER RADIUS 4 MM, 5 MM, 6 MM
TERHADAP NILAI KEKASARAN DAN KETEBALAN AKHIR
PADA PEMBUATAN MANGKUK ALUMINIUM DENGAN
METODE METAL SPINNING
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I
pada Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik
Oleh:
SANGGRA ADI TYA
D200150250
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2020
i
ii
iii
1
PENGARUH VARIASI ROLLER RADIUS 4 MM, 5 MM, 6 MM
TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN DAN KETEBALAN AKHIR
PADA PEMBUATAN MANGKUK ALUMINIUM DENGAN METODE
METAL SPINNING
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variasi radius roller terhadap
kekasaran permukaan dan ketebalan akhir pada pembuatan mangkuk bahan
aluminium dengan proses metal spinning. Penelitian ini menggunakan bahan plat
aluminium 1100 dengan tebal 1,2 mm. Proses penelitian dilakukan dengan
kecepatan mandrel 400 rpm menggunakan variasi roller radius 4 mm, 5 mm, dan 6
mm. Pengujian kekasaran permukaan menggunakan alat uji kekasaran (Surface
Roughness Tester tipe TR200 dengan standar ISO). Pengujian ketebalan akhir
menggunakan alat Mikrometer Sekrup Digital. Hasil pengukuran kekasaran
permukaan menggunakan roller radius 4 mm pada bagian 1 sebesar 1,381 µm,
bagian 2 sebesar 1,027 µm, bagian 3 sebesar 0,865 µm. Menggunakan roller
radius 5 mm nilai kekasaran pada bagian 1 sebesar 1,140 µm, bagian 2 sebesar
0,832 µm, bagian 3 sebesar 0,641 µm. Menggunakan roller radius 6 mm nilai
kekasaran pada bagian 1 sebesar 0,946 µm, bagian 2 sebesar 0,640 µm, bagian 3
sebesar 0,429 µm Hasil pengukuran ketebalan menggunakan roller radius 4 mm
pada jarak 23 mm menghasilkan ketebalan 1,196 mm, jarak 38 mm sebesar 1,153
mm, jarak 53 mm sebesar 1,110, jarak 68 mm sebesar 0,952 mm, jarak 83 mm
sebesar 0,842, jarak 98 mm sebesar 0,753, jarak 113 mm sebesar 0,680.
Penggunaan roller radius 5 mm pada jarak 23 mm menghasilkan ketebalan 1,189
mm, jarak 38 mm sebesar 1,150 mm, jarak 53 mm sebesar 1,102, jarak 68 mm
sebesar 0,911 mm, jarak 83 mm sebesar 0,791, jarak 98 mm sebesar 0,692, jarak
113 mm sebesar 0,606. Penggunaan roller radius 6 mm pada jarak 23 mm
menghasilkan ketebalan 1,184 mm, jarak 38 mm sebesar 1,143 mm, jarak 53 mm
sebesar 1,096, jarak 68 mm sebesar 0,890 mm, jarak 83 mm sebesar 0,756, jarak
98 mm sebesar 0,639, jarak 113 mm sebesar 0,542.
Kata Kunci : Metal Spinning, Aluminium, Roller, Kekasaran, Mangkuk
Abstract
This study aims to determine the effect of variations radius roller to surface
roughness and final thickness on the manufacture of aluminium bowl with metal
spinning process. This study uses aluminium plate 1100 with thickness is 1.2
mm. The research process with mandrel speed is 400 rpm using variety of roller
radius is 4 mm, 5 mm, and 6 mm. Surface roughness testing using test equipment
roughness (Surface Roughness Tester TR200 type with ISO standards). Testing
2
the final thickness using a micrometer screw Digital. The results of surface
roughness measurements using roller radius 4 mm in section 1 is 1,381 µm,
section 2 is 1,027 µm, part 3 is 0.865 µm. Using roller radius 5 mm the roughness
value in section 1 is 1.140 µm, section 2 is 0.832 µm, section 3 is 0.641 µm.
Using roller radius 6 mm the roughness value in section 1 is 0.946 µm, part 2 is
0.640 µm, part 3 is 0.429 µm. Thickness measurement using roller radius 4 mm at
distance of 23 mm produces thickness is 1,196 mm, distance of 38 mm is 1,153
mm, distance of 53 mm is 1,110, distance of 68 mm is 0,952 mm, distance of 83
mm is 0,842, distance of 98 mm is 0,753, distance of 113 mm is 0,680. Using
roller radius 5 mm at distance of 23 mm produces thickness is 1,189 mm,
distance of 38 mm is 1,150 mm, distance of 53 mm is 1,102, distance of 68 mm is
0.911 mm, distance of 83 mm is 0.791, distance of 98 mm is 0.692, distance of
113 mm is 0.606. Using roller radius 6 mm at distance of 23 mm produces
thickness is 1,184 mm, distance of 38 mm is 1,143 mm, distance of 53 mm is
1,096, distance of 68 mm is 0.890 mm, distance of 83 mm is 0.756, distance of 98
mm is 0.639, distance of 113 mm is 0.542.
Keywords : Metal Spinning, Aluminium, Roller, Roughness, Bowls
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Metal forming adalah melakukan perubahan bentuk pada logam dengan cara
memberikan gaya luar sehingga terjadi deformasi plastis. Dengan gaya luar ini
akan terjadi perubahan bentuk logam secara permanen. Pembentukan umumnya
bertujuan untuk mendapatkan suatu produk logam sesuai dengan bentuk yang
diinginkan. Selain itu, pembentukan memungkinkan diperoleh sifat-sifat mekanik
tertentu sesuai dengan yang dibutuhkan. Contoh dari metode pembentukan logam
adalah forging, extrusion, rolling, deep drawing , dan metal spinning.
Metal spinning adalah proses pembentukan plat logam yang berbentuk
lingkaran dengan memutar plat tersebut dengan kecepatan tinggi lalu diberi
tekanan menggunakan roller secara teratur sehingga bentuknya akan mengikuti
bentuk dari cetakan atau mandrel. Pola mandrel terbatas untuk bentuk kerucut,
tabung, dan kubah. Material plat yang digunakan antara lain paduan aluminium,
stainless steel, kuningan, perunggu, tembaga, dan titanium. Metal spinning
merupakan alternatif untuk membuat suatu produk selain menggunakan metode
3
pengecoran dan deep drawing karena dapat membuat produk dalam jumlah satuan
dan biaya perkakas lebih murah.
Metal spinning dibagi menjadi dua yaitu manual metal spinning dan power
metal spinning. Manual metal spinning menggunakan mesin tipe bubut
konvensional yang dioperasikan secara manual. Peralatan yang digunakan pada
proses manual metal spinning yaitu mandrel, roller, tailstock, tool rest, support
pin. Power metal spinning menggunakan mesin tipe bubut CNC yang dijalankan
secara otomatis dengan program NC (Numeric Control). Peralatan yang
digunakan pada proses power metal spinning adalah mandrel dan roller. Roller
digerakkan secara otomatis menggunakan motor servo yang dikendalikan dengan
program NC (Numeric Control).
Hasil produk metal spinning dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain
kecepatan putar mandrel, radius roller, bentuk cetakan, pelumas, dan material
yang akan dibentuk. Untuk mendapatkan hasil produk yang maksimal harus
menggunakan parameter yang tepat. Parameter tersebut akan mempengaruhi
tingkat kekasaran produk yang dihasilkan dari proses metal spinning. Selain
mempengaruhi tingkat kekasaran, faktor atau parameter di atas juga
mempengaruhi pengurangan ketebalan bahan baku yang digunakan setelah
menjadi produk.
Berdasarkan uraian di atas, metal spinning dapat diterapkan pada industri
pembuatan mangkuk aluminium. Seperti yang kita tahu, saat ini industri
pembuatan mangkuk menggunakan metode pembentukan pengecoran dan deep
drawing. Metal spinning menjadi alternatif pembuatan mangkuk selain
menggunakan proses pengecoran dan deep drawing. Waktu pengerjaan
menggunakan proses ini lebih singkat dibandingkan dengan proses pengecoran.
Proses metal spinning dapat memproduksi produk dalam jumlah satuan dan dapat
mengganti mandrel atau cetakan dengan biaya yang murah. Dalam penelitian ini,
peneliti akan mengamati perubahan ketebalan tebal plat setelah dilakukan proses
metal spinning dan mengukur nilai kekasaran permukaan.
4
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
a. Bagaimana pengaruh variasi radius roller terhadap kekasaran permukaan
dengan metode metal spinning ?
b. Bagaimana pengaruh variasi radius roller terhadap ketebalan akhir dengan
metode metal spinning ?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah :
a. Menyelidiki kekasaran permukaan dari variasi radius roller hasil proses metal
spinning.
b. Menyelidiki perubahan ketebalan akhir dari variasi radius roller hasil proses
metal spinning.
1.4 Batasan Masalah
Agar pembahasannya tidak terlalu luas dan menyimpang dari
permasalahan, maka lingkup penelitian ini dibatasi sebagai berikut :
a. Proses metal spinning menggunakan mesin bubut.
b. Menggunakan plat aluminium seri 1100 tebal 1,2 mm dengan diameter 230
mm.
c. Mandrel diameter 150 mm dengan panjang 85 mm.
d. Menggunakan roller diameter 85 mm dengan variasi radius 4 mm, 5 mm, 6
mm.
e. Kecepatan putaran mandrel 400 rpm.
f. Proses metal spinning menggunakan oli.
g. Proses penekanan menggunakan tangan.
h. Sudut penekanan roller 30º.
i. Pengukuran kekasaran permukaan dilakukan pada 3 bagian yaitu alas,
dinding, dan tepi mangkuk.
j. Pengukuran ketebalan dilakukan pada 8 titik yang memungkinkan terjadi
perubahan ketebalan
k. Uji kekasaran permukaan menggunakan Surface Roughness Tester (TR 200).
l. Uji ketebalan menggunakan Mikrometer Sekrup Digital.
5
1.5 Tinjauan Pustaka
Kalpakjian, Serope (2001) proses metal spinning adalah proses pembentukan plat
logam membentuk sesuai dengan bentuk mandrel, dengan penggunaan berbagai
tool dan roller. Proses ini agak mirip dengan proses pembentukan tanah liat di
roda tembikar. Proses metal spinning terdiri dari manual metal spinning, shear
spinning dan tube spinning. Peralatan yang digunakan dalam proses ini mirip
dengan mesin bubut, tetapi memiliki fitur khusus. Shear spinning juga dikenal
sebagai power spinning, flow turning, hydrospinning, dan spin forging. Shear
spinning menghasilkan bentuk kerucut atau curvilinier axisymmetric, sambil
mempertahankan diameter maksimum komponen dan mengurangi ketebalannya.
Meskipun roller tunggal dapat digunakan, dua rol lebih disukai untuk
menyeimbangkan gaya yang bekerja pada mandrel. Contoh produk yang dibuat
dengan proses shear spinning adalah rokets-motor casings dan kerucut pada ujung
rudal.
G. Venkateshwarlu dkk (2013) melakukan penelitian pengaruh variasi
kecepatan mandrel terhadap tingkat kekasaran rata-rata (Ra) menggunakan
material aluminium alloy 19500 dengan roller radius 4 mm pada pembuatan cup,
didapatkan hasil pada kecepatan mandrel 220 rpm tingkat kekasaran rata-rata (Ra)
sebesar 0.72 µm, kecepatan mandrel 270 rpm tingkat kekasaran rata-rata (Ra)
sebesar 0.70 µm, dan kecepatan mandrel 375 rpm tingkat kekasaran rata-rata (Ra)
sebesar 0.65 µm. Dari hasil penelitian, semakin tinggi kecepatan mandrel maka
kekasaran yang dihasilkan semakin kecil atau halus.
Pratik Pawar dkk (2017), melakukan penelitian mengenai pengaruh
penggunaan bahan aluminium pada proses metal spinning, dimana aluminium
yang digunakan adalah aluminium seri 1100. Dalam pembahasannya aluminium
seri 1100 merupakan logam yang paling lunak diantara jenis aluminium yang
lainnya. Tipe aluminium ini termasuk dalam aluminium murni. Prosentase
mengalami mulur atau pemanjangan (elongation) sampai 60% yang paling besar
diantara jenis aluminium yang lainnya.
K. Udayani dkk (2017) melakukan penelitian pengaruh variasi radius roller
terhadap tingkat kekasaran permukaan dengan material aluminium didapatkan
6
hasil pada roller radius 3 mm, kecepatan mandrel 500 rpm, ketebalan plat 2 mm,
menghasilkan kekasaran permukaan sebesar 9.38 µm. Pada roller radius 5 mm,
kecepatan mandrel 500 rpm, ketebalan plat 2 mm, menghasilkan kekasaran
permukaan sebesar 6.22 µm. Dari hasil penelitian, semakin besar radius roller
yang digunakan maka kekasaran yang dihasilkan semakin kecil atau halus.
B. Ludrovcova dkk (2017) melakukan penelitian mengenai pengaruh
parameter terhadap ketebalan. Penelitian ini menggunakan mesin CNC dalam
pengerjaannya. Variasi yang digunakan adalah gerakan roller dan kecepatan
mandrel. Gerakan roller yang digunakan adalah linier, cekung, dan cembung.
Sedangkan kecepatan mandrel menggunakan 400 rpm, 800 rpm, dan 1200 rpm.
Plat yang digunakan mempunyai tebal 1 mm. Pengukuran tebal ditentukan pada
tiga titik, yaitu pada daerah radius (t1), bagian tengah (t2), dan pada ujung produk
(t3). Pada percobaan menggunakan kecepatan mandrel 400 rpm hasil yang
didapatkan pada t1 sebesar 0,931 mm, t2 sebesar 0,903 mm, dan t3 sebesar 0,938
mm. Kecepatan kedua adalah 800 rpm dengan nilai ketebalan yang didapatkan
pada t1 sebesar 0,932 mm, t2 sebesar 0,909 mm, dan t3 0,945 mm. Sedangkan
menggunakan putaran tertinggi yaitu 1200 rpm didapatkan t1 sebesar 0,943 mm,
t2 sebesar 0,918 mm, dan t3 sebesar 0,950 mm. Dari hasil penelitian ini, peneliti
menyarankan untuk menggunakan kecepatan tinggi untuk melakukan proses metal
spinning karena dengan kecepatan putar yang tinggi akan meningkatkan gaya
deformasi.
2. METODE
2.1 Diagram Alir Penelitian
7
Studi Pustaka
Persiapan Alat dan Bahan
Persiapan Mandrel dan Roller
Variasi Roller Radius
4 mm
Variasi Roller Radius
5 mmVariasi Roller Radius
6 mm
Proses Metal Spinning
Pembuatan Spesimen
Analisa Data
Kesimpulan
Mulai
Selesai
Pengujian Kekasaran Pengujian Ketebalan
Produk
Gambar 1. Diagram Alir Penelitian
2.2 Bahan dan Alat Penelitian
2.2.1 Bahan Penelitian
Berikut adalah bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini:
a. Aluminium seri 1100
b. Poros bahan baja karbon
c. Roller bahan baja karbon
d. Oli
2.2.2 Alat Penelitian
Ada beberapa alat yang digunakan dalam penelitian ini, diantaranya adalah:
a. Mesin bubut
b. Mandrel
c. Roller
d. Tuas pembentuk
e. Support pin
f. Tool rest
g. Mal lingkaran
h. Gunting plat
i. Sarung tangan
j. Gerinda
8
k. Kuas
l. Spidol
m. Metline
n. Surface Roughness Tester TR200
o. Mikrometer Sekrup Digital
2.3 Tahapan Penelitian
2.3.1 Proses Metal Spinning
a. Mengganti eretan atas menggunakan tumpuan roller yang sudah dibuat.
Penggantiannya dengan melepas 2 baut yang terdapat di samping kanan dan
kiri. Untuk melepasnya menggunakan kunci L dan setelah dilepas, tumpuan
roller dipasang dengan memasang 2 baut yang tadi dilepas
b. Setelah tumpuan roller terpasang, selanjutnya memasang mandrel. Bagian
mandrel yang dicekam adalah porosnya. Mandrel dan chuck harus diberi jarak
untuk menghindari benturan antara roller dengan chuck
c. Lembaran aluminium seri 1100 terlebih dahulu dibuat sketsa pada
permukaannya berbentuk lingkaran dengan diameter 230 mm menggunakan
mal lingkaran. Setelah terdapat garis melingkar, plat aluminium di potong
menggunakan gunting plat sesuai dengan garisnya
d. Lembaran aluminium yang telah dipotong dipasang pada mandrel. pemasangan
ini membutuhkan ketelitian karena lembaran yang berbentuk lingkaran tersebut
posisinya harus ditengah. Jika posisi tidak di tengah, saat proses metal spinning
akan mengalami kesulitan pada ujung lembaran.
e. Jika persiapan sudah selesai, proses metal spinning dapat dilakukan.
Sebelumnya pelumas dioleskan ke seluruh permukaan lembaran aluminium
dan pada rollernya.. Proses metal spinning dilakukan dengan kecepatan
mandrel 400 rpm dan 3 variasi radius roller, yaitu 4 mm, 5 mm, dan 6 mm.
Setiap variasinya dibuat 3 sampel untuk kemudian dilakukan pengujian dan
pengukuran. Untuk memindah penahan roller disesuaikan dengan tahap
pembentukannya. Selain itu, memindahkan posisi roller juga dapat disesuaikan
dengan eretan bawah. Proses penekanan dilakukan bertahap sampai lembaran
aluminium seri 1100 berbentuk seperti mandrel
9
f. Setelah dilakukan proses metal spinning, produk kemudian dilepas dari cetakan
atau mandrel. Produk mangkuk kemudian dicuci agar bersih dari sisa pelumas
menggunakan sabun.
2.3.2 Pengujian Kekasaran
a. Memotong mangkuk menjadi spesimen uji dengan hati-hati sehingga tidak
terjadi perubahan atau cacat pada permukaan yang akan diukur.
b. Memasang Pick Up TS100 pada alat uji kekasaran dengan memasukkan pada
lubang yang ada pada bagian bawah.
c. Melakukan kalibrasi alat menggunakan sampel yang sudah ada untuk
mengetahui alat itu dapat berfungsi dengan baik atau tidak. Sampel yang
disediakan terbuat dari acrylic yang dibuat kasar dan tertulis nilai
kekasarannya.
d. Meletakkan spesimen uji pada permukaan yang datar dan letakkan ujung stylus
pada titik yang akan diuji. Lalu atur posisi alat uji benar-benar datar
menggunakan acuan yang ada pada alatnya. Acuan yang digunakan adalah
tanda panah. Jika tanda panah sudah berada di titik 0 maka alat tersebut sudah
memiliki posisi yang tepat untuk dilakukan pengukuran.
e. Mulai menguji kekasaran dengan menekan tombol biru yang ada simbol
segitiga, maka akan muncul pada display tulisan measuring. Setelah stylus
berjalan sesuai jarak yang ditentukan, maka layar akan menampilkan hasil
pengukuran berupa nilai Roughness Average (Ra) dalam satuan µm.
2.3.3 Pengujian Ketebalan
a. Memotong hasil metal spinning menjadi 2 dengan dimensi yang sama agar
dapat dilakukan pengukuran. Pemotongan menggunakan gerinda potong.
b. Bersihkan daerah yang akan dilakukan pengukuran untuk mendapatkan hasil
yang akurat. Setelah bersih memberi tanda titik 0-7 dengan jarak antar titik 15
mm yang telah ditentukan.
c. Menyiapkan mikrometer sekrup digital dan mengkalibrasi dengan menekan
tombol zero agar hasil pengukuran lebih akurat.
d. Mengamati hasil pengukuran pada display mikrometer sekrup digital dari titik
0-7.
10
e. Mengukur ketebalan pada setiap spesimen lalu hasilnya ditulis dalam tabel
untuk selanjutnya di analisa penyebab dari perubahan ketebalannya.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Produk Hasil Proses Metal Spinning
Gambar 2. Produk hasil proses metal spinning dengan roller radius 4 mm
Gambar 3. Produk hasil proses metal spinning dengan roller radius 5 mm
Gambar 4. Produk hasil proses metal spinning dengan roller radius 6 mm
3.2 Pengujian Kekasaran
Pengujian kekasaran dilakukan untuk mengetahui kekasaran rata-rata permukaan
(Ra) dengan menggunakan alat Surface Roughness Tester TR200. Setiap produk
mangkuk diambil tiga spesimen dan setiap spesimen dilakukan pengujian
kekasaran sebanyak lima titik. Hal tersebut agar dapat mengetahui kekasaran rata-
11
rata permukaan pada setiap spesimen. Panjang pengujian yang dilakukan oleh alat
ukur kekasaran ini adalah 4 mm yang merupakan panjang maksimal pengujian
pada alat ini.
Gambar 5. Spesimen uji kekasaran
3.2.1 Hasil Pengujian Kekasaran
Tabel 1. Hasil pengujian kekasaran pada bagian 1
Radius Roller Roughness Average
(mm) (µm)
4 1,381
5 1,140
6 0,946
Tabel 2. Hasil pengujian kekasaran pada bagian 2
Radius Roller Roughness Average
(mm) (µm)
4 1,027
5 0,832
6 0,640
12
Tabel 3. Hasil pengujian kekasaran pada bagian 3
Radius Roller Roughness Average
(mm) (µm)
4 0,865
5 0,641
6 0,429
Gambar 6. Grafik nilai kekasaran pada setiap bagian dengan variasi roller radius 4
mm, 5 mm, 6 mm
3.2.2 Pembahasan Pengujian Kekasaran
Pada bagian dasar mangkuk memiliki rata-rata kekasaran paling besar dari bagian
dinding mangkuk dan ujung mangkuk. Kekasaran yang besar disebabkan bagian
tersebut hanya mendapat penekanan dan deformasi plastis paling kecil. Pada
bagian dasar mangkuk hanya mendapat beberapa penekanan sudah menyentuh
cetakan. Penggunaan roller 6 mm pada bagian ini menghasilkan kekasaran paling
kecil. Hal ini disebabkan karena ketika proses metal spinning menggunakan roller
dengan radius 6 mm, deformasi yang terjadi saat dilakukan penekanan lebih
merata sehingga permukaan yang terbentuk lebih halus. Menggerakkan roller juga
akan lebih halus jika menggunakan roller dengan radius 6 mm. Selain faktor itu,
ketrampilan operator dalam menggerakkan dan menekan roller juga diperlukan
agar hasilnya sesuai yang diinginkan.
0,000
0,200
0,400
0,600
0,800
1,000
1,200
1,400
1,600
Bagian 1 Bagian 2 Bagian 3
Kek
asa
ran
(µ
m)
Area Pengukuran
Radius 4 mm
Radius 5 mm
Radius 6 mm
13
Nilai kekasaran pada bagian dua ini lebih rendah dari bagian satu. Hal ini
disebabkan oleh penekanan yang terjadi berulang-ulang dan deformasi plastis
yang diberikan lebih besar dari bagian satu. Tetapi, variasi radius roller tetap
berpengaruh dimana semakin besar radius roller, semakin rendah nilai rata-rata
kekasarannya.
Nilai rata-rata pada bagian tiga lebih rendah dari bagian satu dan bagian
dua. Pada bagian ini mendapat tekanan berulang-ulang dan deformasi plastis
paling besar karena plat jarak plat logam dengan cetakan paling jauh. Deformasi
plastis yang besar menghasilkan rata-rata kekasaran paling kecil. Untuk pengaruh
variasi radius roller pada bagian satu, dua dan tiga penggunaan roller radius 6 mm
menghasilkan kekasaran permukaan paling kecil. Selain faktor radius roller,
kecepatan putar mandrel, faktor kemampuan operator sangat dibutuhkan. Jika
operator sudah berpengalaman, maka sudah paham kecepatan dalam
menggerakkan rollernya.
3.3 Pengujian Ketebalan
Pengujian ketebalan dilakukan untuk mengetahui pengaruh variasi radius roller
terhadap perubahan ketebalan pada proses metal spinning. Pengujian ini dilakukan
menggunakan mikrometer sekrup digital dengan ketelitian 0,001 mm. Pengujian
ketebalan ditentukan pada 8 titik dengan jarak antar titik 15 mm. Spesimen
pengujian ketebalan dapat dilihat pada gambar 4.8
Gambar 7. Spesimen Uji Ketebalan
14
3.3.1 Hasil Pengukuran Ketebalan
Tabel 4. Hasil Pengukuran Ketebalan dengan roller radius 4 mm
Spesimen
Ketebalan (mm)
Jarak
0
mm
Jarak
23
mm
Jarak
38
mm
Jarak
53
mm
Jarak
68
mm
Jarak
83
mm
Jarak
98
mm
Jarak
113
mm
1 1,200 1,198 1,153 1,111 0,950 0,842 0,751 0,680
2 1,200 1,196 1,154 1,109 0,953 0,840 0,755 0,681
3 1,200 1,194 1,152 1,110 0,952 0,844 0,753 0,679
Rata-rata 1,200 1,196 1,153 1,110 0,952 0,842 0,753 0,680
Tabel 5. Hasil Pengukuran Ketebalan dengan roller radius 5 mm
Spesimen
Ketebalan (mm)
Jarak
0
mm
Jarak
23
mm
Jarak
38
mm
Jarak
53
mm
Jarak
68
mm
Jarak
83
mm
Jarak
98
mm
Jarak
113
mm
1 1,200 1,186 1,150 1,100 0,911 0,790 0,692 0,608
2 1,200 1,191 1,151 1,104 0,910 0,789 0,690 0,604
3 1,200 1,190 1,149 1,102 0,912 0,794 0,694 0,606
Rata-rata 1,200 1,189 1,150 1,102 0,911 0,791 0,692 0,606
Tabel 6. Hasil Pengukuran Ketebalan dengan roller radius 6 mm
Spesimen
Ketebalan (mm)
Jarak
0
mm
Jarak
23
mm
Jarak
38
mm
Jarak
53
mm
Jarak
68
mm
Jarak
83
mm
Jarak
98
mm
Jarak
113
mm
1 1,200 1,185 1,143 1,094 0,890 0,755 0,640 0,542
2 1,200 1,184 1,145 1,096 0,891 0,756 0,639 0,541
3 1,200 1,182 1,141 1,098 0,889 0,757 0,638 0,543
Rata-rata 1,200 1,184 1,143 1,096 0,890 0,756 0,639 0,542
15
Gambar 8. Grafik nilai ketebalan dengan variasi roller radius 4 mm, 5 mm, 6 mm
3.3.2 Pembahasan pengukuran Ketebalan
Penggunaan roller radius 4 mm, pada jarak 23 mm sampai 113 mm ketebalan
mengalami penurunan. Hal ini disebabkan tekanan yang diperoleh pada jarak 23
mm sampai 113 mm selalu bertambah besar. Selain tekanan, faktor lain yang
membuat perbedaan ketebalan itu adalah tarikan yang diperoleh pada daerah awal
yaitu pada jarak 23 mm sampai 53 mm hanya beberapa kali sampai bentuknya
sudah sesuai dengan bentuk awal mandrel. Sedangkan daerah pada jarak 68 mm
sampai 113 mm mendapatkan tekanan yang besar dan memperoleh tarikan dengan
jumlah lebih banyak.
Penggunaan roller radius 5 mm, pada jarak 23 mm sampai 53 mm
penurunan yang terjadi tidak signifikan karena tebal pada ketiga titik tersebut
masih di atas 1 mm. Hal ini terjadi karena tekanan yang didapatkan titik ini tidak
besar. Tekanan yang diperlukan untuk membentuk pada jarak 23 mm sampai 53
mm kecil karena antara plat aluminium yang akan dibentuk dengan cetakan
mempunyai jarak yang dekat, sehingga dengan tekanan yang kecil jarak 23 mm
sampai 53 mm sudah terbentuk sesuai dengan mandrel atau cetakan. Selain itu,
pengerjaan pada titik ini hanya memerlukan beberapa kali proses penekanan
sehingga daerah ini mengalami tarikan yang sedikit. Sedangkan pada jarak 68 mm
0,00
0,20
0,40
0,60
0,80
1,00
1,20
1,40
0 23 38 53 68 83 98 113
Ket
eba
lan
(m
m)
Titik pengukuran ketebalan (mm)
Radius 4 mm
Radius 5 mm
Radius 6 mm
16
sampai 113 mm mengalami penurunan yang signifikan karena pada jarak tersebut
membutuhkan penekanan dan tarikan berulang ulang yang sangat banyak.
Penggunaan roller radius 6 mm, pada jarak 23 mm sampai 53 mm
mengalami pengurangan ketebalan yang tidak signifikan seperti halnya yang
terjadi pada roller radius 4 mm dan 5 mm. Pada jarak 68 mm pengurangan
ketebalan signifikan dan ketebalan berkurang hingga pada jarak 113 mm. Dari
uraian di atas, menunjukkan bahwa perubahan itu disebabkan karena tekanan yang
terjadi pada setiap titik berbeda. Seperti pada jarak 23 mm sampai 53 mm tekanan
yang diberikan ketika proses spinning kecil karena dengan tekanan kecil lembaran
plat sudah bisa terbentuk sesuai mandrel. Pada titik 68 mm sampai 113 mm
mengalami penekanan dan tarikan yang berulang-ulang sehingga pengurangan
ketebalan semakin besar.
Jika dilihat dari hasil pengukuran ketebalan yang telah dilakukan, ketebalan
pada bagian yang dikerjakan dengan metal spinning mengalami perubahan
ketebalan. Proses metal spinning menghasilkan produk yang ketebalannya
berbeda dengan tebal awal, maka termasuk dalam kategori shear spinning. Tetapi
dalam praktiknya jika diterapkan rumus dari proses shear spinning, ketebalan
secara teori dan di lapangan berbeda karena terdapat berbagai faktor, yaitu
kecepatan putar, radius roller, jenis material yang digunakan, dan operator yang
mengerjakan karena gaya yang diberikan oleh setiap orang akan berbeda-beda.
Dari semua variasi radius roller yang paling besar mengalami perubahan
ketebalan yaitu radius 6 mm karena gaya tekan yang diberikan pada plat lebih
besar yang menyebabkan plat menjadi tipis. Penggunaan roller dari radius 4 mm
sampai 6 mm perubahan ketebalan yang dihasilkan semakin besar menyebabkan
plat menjadi tipis.
4. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan analisa pengujian serta pembahasan data yang diperoleh,
dapat disimpulkan :
a. Hasil pengukuran kekasaran pada 3 bagian dari mangkuk dengan bahan
aluminium seri 1100 tebal 1,2 mm kecepatan mandrel 400 rpm, menggunakan
17
roller radius 4 mm pada bagian 1 sebesar 1,381 µm, bagian 2 sebesar 1,027
µm, bagian 3 sebesar 0,865 µm. Menggunakan roller radius 5 mm nilai
kekasaran pada bagian 1 sebesar 1,140 µm, bagian 2 sebesar 0,832 µm, bagian
3 sebesar 0,641 µm. Menggunakan roller radius 6 mm nilai kekasaran pada
bagian 1 sebesar 0,946 µm, bagian 2 sebesar 0,640 µm, bagian 3 sebesar 0,429
µm. Penggunaan roller dari 4 mm sampai 6 mm kekasaran rata-rata permukaan
yang dihasilkan semakin menurun. Hal ini dikarenakan permukaan roller
semakin besar yang membuat gaya tekan pada permukaan plat semakin besar,
maka dari itu kekasaran yang dihasilkan semakin menurun.
b. Hasil pengukuran ketebalan pada penggunaan roller radius 4 mm pada jarak 23
mm menghasilkan ketebalan 1,196 mm, jarak 38 mm sebesar 1,153 mm, jarak
53 mm sebesar 1,110, jarak 68 mm sebesar 0,952 mm, jarak 83 mm sebesar
0,842, jarak 98 mm sebesar 0,753, jarak 113 mm sebesar 0,680. Penggunaan
roller radius 5 mm pada jarak 23 mm menghasilkan ketebalan 1,189 mm, jarak
38 mm sebesar 1,150 mm, jarak 53 mm sebesar 1,102, jarak 68 mm sebesar
0,911 mm, jarak 83 mm sebesar 0,791, jarak 98 mm sebesar 0,692, jarak 113
mm sebesar 0,606. Penggunaan roller radius 6 mm pada jarak 23 mm
menghasilkan ketebalan 1,184 mm, jarak 38 mm sebesar 1,143 mm, jarak 53
mm sebesar 1,096, jarak 68 mm sebesar 0,890 mm, jarak 83 mm sebesar 0,756,
jarak 98 mm sebesar 0,639, jarak 113 mm sebesar 0,542. Penggunaan roller
dari radius 4 mm sampai 6 mm menyebabkan perubahan ketebalan semakin
meningkat. Hal ini dikarenakan penekanan pada plat semakin meningkat dan
tarikan berulang-ulang yang menyebabkan plat menjadi tipis.
4.2. Saran
Dari keseluruhan proses penelitian ini penulis mempunyai saran yang perlu
diperhatikan, diantaranya :
a. Untuk penelitian selanjutnya dapat menggunakan material plat selain
aluminium yaitu stainless steel, kuningan, perunggu, tembaga.
b. Sudut penekanan dapat menggunakan 35º, 40º,dan 45º.
c. Kecepatan mandrel dapat diubah menjadi 600 rpm, 800 rpm, dan 1200 rpm.
18
d. Roller dapat dibuat dengan radius 8 mm, 9 mm, dan 10 mm.
e. Cara penekanan dapat diatur secara otomatis dengan mesin CNC.
DAFTAR PUSTAKA
Nugroho, Argo. 2006. Analisa Gaya Pembentukan Pada Proses Pembuatan
Wajan Stainless Steels Menggunakan Metode Shear Spinning. ITS.
Surabaya.
Kalpakjian, Serope. 2001. Manufacturing Engineering And Tecnology, 4th
edition. Addison-Wesley Publishing Company,Inc.
Venkateshwarlu, G, dkk. 2013. Experimental Investigation on Spinning of
Aluminium Alloy 19599 Cup. International Journal of Engineering
Science and Innovative Technology (IJESIT). Volume 2. Issue 1. Hal.
357-363.
Thoharudin, dkk. 2017. Perancangan Roller Spinning Sebagai Mesin Pembuat
Panci Dari Plat Alumunium. Jurnal Meterial dan Proses Manufaktur.
Volume 1. No. 2. Hal. 96-102.
Udayani, K, dkk. 2017. Optimization of Process Parameter of Metal Spinning
Using Respon Surface Methodology. International Journal of Emerging
Technology in Engineering Research (IJETER). Volume 5. Issue 4. Hal.
253-256.
Husodo, Nur, dkk. 2011. Proses Produksi Produk Wajan Bahan Plat Baja Karbon
Dengan Metode Spinning. Politeknology ITS. Volume 10. No. 3. Hal.
305-314.
Pawar, Pratik, dkk. 2017. Review on Spinning Attachment to Lathe Machine.
International Conferencee on Ideas, Impact and Innovative in Mechanical
Engineering (ICIIIME). Volume 5. Issue 6. Hal.1280-1291.
Amol Jadhav, dkk.2014. Design of material Spinning Parameters for General
Late. Yashawantrao Chavan College Of of Engineering. Nagpur, India.
Lin Wang, dkk. 2010. Analysis of Single-Pass Conventional Spinning by Taguchi
and Finite Element Methods. Durham University.
19
M Frncik, dkk. 2017. The Effect of Conventional Metal Spinning Parameters on
The Spun-Part Wall Thickness Variation. Institut of Production
Thecnologies, Slovakia.
Mohamed Abd-Alrazzaq, dkk. 2018. Experimental Investigation on the
Geometrical Accuracy of the CNC Multi-Pass Sheet Metal Spinning
Process. Alexandria University, Egypt.
http://www.hialeahmetalspinning.com/metal-spinning.html [diakses 10 September
2019 pukul 20:10]
http://stangroup.us/our-production/spinning-metals-lathe-and-tools/manual-metal-
spinning-lathe-d47 [17 September 2019 pukul 20:53]