PENGARUH TINGKAT PENGETAHUAN PENYAKIT TBC, … · 2020. 1. 8. · Pabean Cantikan Subdistrict has...
Transcript of PENGARUH TINGKAT PENGETAHUAN PENYAKIT TBC, … · 2020. 1. 8. · Pabean Cantikan Subdistrict has...
Pengaruh Tingkat Pengetahuan Penyakit Tbc, Rutinitas Berobat Dan Kondisi Lingkungan Rumah Terhadap Kejadian TBC Di Kecamatan Pabean Cantikan Kota Surabaya
PENGARUH TINGKAT PENGETAHUAN PENYAKIT TBC, RUTINITAS BEROBAT DAN KONDISI
LINGKUNGAN RUMAH TERHADAP KEJADIAN TBC DI KECAMATAN PABEAN CANTIKAN KOTA
SURABAYA
JAYANTI WIJI LESTARI
Mahasiswa S1 Pendidikan Geografi, Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum, Universitas Negeri Surabaya,
Drs. Kuspriyanto, M.Kes Dosen Pembimbing Mahasiswa
Abstrak
Kecamatan Pabean Cantikan memiliki nilai prosentase penyakit TBC tertinggi di Surabaya sebesar 0,263%
pada tahun 2015. Kejadian TBC ini dikaji untuk mengetahui pengaruh umur, pendidikan, pekerjaan, jenis kelamin,
tingkat pengetahuan dan kondisi lingkungan terhadap kejadian TBC, manakah variabel yang paling berpengaruh
terhadap kejadian TBC, serta rutinitas berobat penderita TBC.
Jenis penelitian adalah survey menggunakan metode case control dengan menghitung odds ratio. Dilakukan
dengan menentukan subyek kasus sebanyak 56 orang pasien positif menderita TBC dan subyek kontrol sebanyak 56
orang yang tidak menderita TBC dengan matching jarak dari Puskesmas Perak Timur. Teknik pengumpulan data
dilakukan dengan wawancara, observasi dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis uji chi
square untuk mengetahui pengaruh semua variabel terhadap kejadian TBC dan uji regresi logistik berganda untuk
mengetahui variabel yang paling berpengaruh, serta analisis deskriptif untuk mengetahui bagaimana rutinitas berobat
penderita TBC.
Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan chi square, faktor yang berpengaruh terhadap kejadian
TBC adalah pekerjaan dengan nilai p = 0,000 dan nilai OR = 0,2 , jenis kelamin dengan nilai p = 0,001 dan nilai OR =
4,1, ventilasi dengan nilai p = 0,007 dan nilai OR = 3,2 dan lingkungan dengan nilai p = 0,000 dan nilai OR = 9,0.
Berdasarkan uji regresi logistik berganda variabel yang paling berpengaruh adalah pekerjaan dengan nilai Sig = 0,001
dan OR = 4,747 , rutinitas berobat penderita TBC rata-rata baik, dari 56 pasien, 75% memiliki rutinitas berobat baik dan
25% buruk.
Kata kunci : Kejadian TBC, Case Control
Abstract
Pabean Cantikan Subdistrict has the highest percentage of TB disease or about 0,263% in Surabaya in 2015
this study was conducted to find out the effect of age, education, occupation, gender, level of knowledge and
environmental conditions on TB disease, and which variables is the most influential to the incidence of tuberculosis,
also routine treatment for TB patients.
This study was a survey research using case control methode by counting odds ratio. Subjects were 56 patient
who positively suffered from tuberculosis and control subjects were 56 people who did not suffer from tuberculosis with
matching distance from Perak Timur Health Center. Data were collected using interview, observation and
documentation and analyzed using Chi square test analisys to know the influence all variable to tuberculoasis case and
multiple regretion logistic test to know which variable most effect, also descriptive analisys to know how treatment
routine tuberculosis sufferers.
Using chi square, the result showed that the influental factor to tuberculoasis case was job with p value =
0,000 and OR value = 0.2 , gender with p value = 0.001 and OR value = 4.1 , ventilation with p value = 0,007 and OR
value = 3,2 and environment with p value = 0,000 and OR value = 9,0. According multiple logistic regretion, most
influence variable was job with Sig value = 0.001 and OR value = 4.747 , treatment routine tuberculosis sufferers that
was categorized as good average, from 56 patient, 75% who had good treatment and 25% bad.
Keywords: TB incidence, Case Control
PENDAHULUAN
Tuberkulosis adalah penyakit menular yang dapat
mengakibatkan kematian yang disebabkan oleh kuman
TB (Mycobacteriumtuberculosis). Kondisi lingkungan
dengan kepadatan yang tinggi serta tidak adanya ventilasi
pada rumah penduduk, lemahnya pengetahuan penduduk
tentang penyakit TBC dan kurangnya kesadaran
memeriksakan diri ke puskesmas apabila sedang sakit
merupakan faktor resiko yang menyebabkan tingginya
angka masyarakat terkena TBC pada suatu daerah.
Angka prevalensi kasus penyakit tuberkulosis paru di
Indonesia cukup tinggi, yaitu 130/100.000, setiap tahun
terdapat 539.000 kasus baru dan jumlah kematian sekitar
101.000 orang pertahun, angka insidensi kasus
Tuberkulosis paru BTA (+) sekitar 110/100.000
penduduk. Penyakit ini merupakan penyebab kematian
urutan ketiga, setelah penyakit jantung dan penyakit
saluran pernapasan. Indonesia merupakan urutan kelima
setelah negara India, Cina, Afrika Selatan, Nigeria
(Dinkes dalam Gultom dan Yahya, 2013 : 1)
Berdasarkan Case Notification Rate atau CNR, yaitu
jumlah seluruh pasien TB yang di temukan tiap 100.000
penduduk di suatu wilayah sejak 2011-2014, kasus TB
terendah terdapat di DIY dengan hasil tiap 100.000
penduduk terdapat 74 kasus TB, dan kasus TB tertinggi
terdapat di Papua dengan hasil tiap 100.000 penduduk
terdapat 302 kasus TB.
Jumlah penderita penyakit Tuberculosis (TBC) di
Surabaya merupakan yang tertinggi di Jawa Timur.
Terdapat 30.000 orang penderita penyakit ini di Jatim,
sekitar 7.000 atau 23,2 persen diantaranya ada di
Surabaya. Jumlah penderita TBC di Surabaya yang besar
tak lepas dari keberadaan rumah warga di wilayah
perkotaan yang berdempet, ventilasi kurang, dan
pencahayaan yang masuk ke rumah juga kurang (dr.
Harsono dalam Harian Surya, 30 November 2015).
Data kasus TBC tahun 2015 adalah data paling baru
yang dikeluarkan Dinas Kesehatan Kota Surabaya yang
sudah disetujui oleh pihak pemerintah Provinsi Jawa
Timur untuk dipublikasikan kepada masyarakat,
sedangkan untuk data pada tahun 2016 belum disetujui
oleh pihak pemerintah Provinsi Jawa Timur untuk
dipublikasikan. Berdasarkan data ini, Kecamatan Pabean
Cantikan Kota Surabaya memiliki kasus TBC yang
prosentase tertinggi di Surabaya pada tahun 2015 sebesar
0,263 persen, selain itu mengingat Pabean Cantikan
merupakan suatu daerah dekat pelabuhan yang memiliki
pemukiman-pemukiman padat penduduk sehingga
memiliki faktor resiko tinggi terjangkit TBC.
Berdasarkan alasan di atas permasalahan yang judul
diangkat Adalah Pengaruh Tingkat Pengetahuan
Penyakit TBC, Rutinitas Berobat Dan Kondisi
Lingkungan Rumah Terhadap Kejadian TBC Di
Kecamatan Pabean Cantikan Kota Surabaya.
Penelitian dilaksanakan Bulan Mei sampai dengan Juni
2017. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
pengaruh umur terhadap kejadian TBC di Kecamatan
Pabean Cantikan, pengaruh pendidikan terhadap kejadian
TBC di Kecamatan Pabean Cantikan, pekerjaan terhadap
kejadian TBC di Kecamatan Pabean Cantikan, jenis
kelamin terhadap kejadian TBC di Kecamatan Pabean
Cantikan, pengaruh tingkat pengetahuan penyakit TBC
terhadap kejadian TBC di Kecamatan Pabean Cantikan,
pengaruh kondisi lingkungan terhadap kejadian TBC di
Kecamatan Pabean Cantikan, diantara tingkat
pengetahuan, kondisi lingkungan, umur, pendidikan, jenis
kelamin dan pekerjaan yang paling berpengaruh terhadap
kejadian TBC di Kecamatan Pabean Cantikan, dan
rutinitas berobat penderita TBC di Kecamatan Pabean
Cantikan.
METODE
Jenis penelitian yang akan digunakan disini adalah
survey. Rancangan penelitian yang digunakan disini
adalah case control yaitu merupakan penelitian yang
dilakukan dengan cara membandingkan antara kelompok
kasus dan kelompok kontrol berdasarkan status
paparannya (Murti, 1997 : 115 ). Hal tersebut bergerak
dari akibat ( penyakit ) ke sebab ( paparan ).
Lokasi penelitian ini adalah wilayah Kecamatan
Pabean Cantikan Kota Surabaya. Wilayah ini memiliki
tingkat prosentase kejadian TBC terbesar di Surabaya
pada tahun 2015. Subyek kasus dalam penelitian ini
adalah semua pasien penderita TBC pada tahun 2017
yang positif menderita penyakit TBC berdasarkan tes
dahak pertama di Puskesmas Perak timur sebanyak 56
orang dan subyek kontrol dalam penelitian ini dipilih dari
jarak yang sama subyek kasus yang tidak menderita TBC
sebanyak 56 orang. Matching sama-sama berjarak 2 Km
dari Puskesmas..
Variabel dalam penelitian ini adalah kejadian TBC,
pendidikan, pekerjaan, umur, jenis kelamin, dinding,
lantai, plafon, ventilasi, pencahayaan, kepadatan hunian,
kelembaban dan lingkungan bersama-sama. Analisis
yang digunakan adalah uji Chi square, uji regresi logistik
berganda dan analisis deskriptif.
HASIL PENELITIAN
1. Analisis Pengujian Hipotesis Dengan
Menggunakan Chi square
Hasil chi square akan diperoleh odds ratio (OR)
yang menggambarkan besarnya pengaruh masing-
masing variabel bebas yaitu umur, tingkat pendidikan,
pekerjaan, jenis kelamin, tingkat pengetahuan dan
kondisi lingkungan rumah berupa dinding, lantai,
plafon, ventilasi, kepadatan hunian, kelembaban dan
pencahayaan terhadap variabel terikat yaitu kejadian
TBC.
a. Pengaruh Pendidikan Terhadap Kejadian TBC
Pengaruh pendidikan terhadap kejadian TBC
Cantikan dapat dilihat pada tabel 1 berikut
Tabel 1. Pengaruh Pendidikan Terhadap
Kejadian TBC
Pendidikan
Kejadian TBC Jumlah
Sakit Tidak Sakit
n % n % n %
Lulusan SD dan SMP
36 32,1 42 37,5 78 69,6
Lulusan SMA dan PT
20 17,9 14 12,5 34 30,4
Total 56 50,0 56 50,0 112 100,0
χ2 = 1,056 p = 0,304
Sumber : Data Primer Hasil Analisis 2018
Hasil uji chi square dapat diketahui p = 0,304 dan
nilai chi square = 1,056 dengan menggunakan
derajad kesalahan (α) sebesar 0,05 sehingga akan
memiliki pengaruh jika p < α, maka p > α (0,304 >
0,05) artinya tidak ada pengaruh yang signifikan
antara tingkat pendidikan terhadap kejadian TBC di
Kecamatan Pabean Cantikan Kota Surabaya.
b. Pengaruh Pekerjaan Terhadap Kejadian TBC
Pengaruh pekerjaan terhadap kejadian TBC
Cantikan dapat dilihat pada tabel 2 berikut
Tabel 2. Pengaruh Pekerjaan Terhadap Kejadian
TBC
Pekerjaan
Kejadian TBC Jumlah
Sakit Tidak Sakit
n % n % n %
Tidak Bekerja 22 19,6 42 37,5 64 57,1
Bekerja 34 30,4 14 12,5 48 42,9
Total 56 50,0 56 50,0 112 100,0
χ2 = 13,161 p = 0,000
Sumber : Data Primer Hasil Analisis 2018
Hasil uji chi square dapat diketahui p = 0,000 dan
nilai chi square = 13,161 dengan menggunakan
derajad kesalahan (α) sebesar 0,05 sehingga akan
memiliki pengaruh jika p < α, maka p > α (0,000 <
0,05) artinya ada pengaruh yang signifikan antara
pekerjaan terhadap kejadian TBC di Kecamatan
Pabean Cantikan Kota Surabaya. Odd Ratio sebesar
𝑂𝑅 =𝑎 𝑥 𝑑
𝑏 𝑥 𝑐=
22 𝑥 14
42 𝑥 34=
308
1428= 0,2
Artinya responden yang tidak bekerja kemungkinan
untuk sakit TBC 0,2 kali lebih besar daripada
responden yang tidak bekerja.
c. Pengaruh Usia Terhadap Kejadian TBC
Pengaruh usia terhadap kejadian TBC Cantikan
dapat dilihat pada tabel 3 berikut
Tabel 3. Pengaruh Usia Terhadap Kejadian TBC
Usia
Kejadian TBC Jumlah
Sakit Tidak Sakit
n % n % n %
Usia Non Produktif 11
9,8 13
11,6 24
21,4
Usia Produktif 45 40,2 43 38,4 88 78,6
Total 56 50,0 56 50,0 112 100,0
χ2 = 0,053 p = 0,818
Sumber : Data Primer Hasil Analisis 2018
Hasil uji chi square dapat diketahui p = 0,818 dan
nilai chi square = 0,053 dengan menggunakan
derajad kesalahan (α) sebesar 0,05 sehingga akan
memiliki pengaruh jika p < α, maka p > α (0,818 >
0,05) artinya tidak ada pengaruh yang signifikan
antara usia terhadap kejadian TBC di Kecamatan
Pabean Cantikan Kota Surabaya.
d. Pengaruh Jenis Kelamin Terhadap Kejadian
TBC
Pengaruh jenis kelamin terhadap kejadian TBC
Cantikan dapat dilihat pada tabel 4 berikut
Tabel 4. Pengaruh Jenis Kelamin Terhadap
Kejadian TBC
Jenis Kelamin
Kejadian TBC Jumlah
Sakit Tidak Sakit
N % N % n %
laki-Laki 37 33,0 18 16,1 55 49,1
Perempuan 19 17,0 38 33,9 57 50,9
Total 56 50,0 56 50,0 112 100,0
χ2 = 11,575 p = 0,001
Sumber : Data Primer Hasil Analisis 2018
Hasil uji chi square dapat diketahui p = 0,001 dan
nilai chi square = 11,575 dengan menggunakan
derajad kesalahan (α) sebesar 0,05 sehingga akan
memiliki pengaruh jika p < α, maka p < α (0,001 >
0,05) artinya ada pengaruh yang signifikan antara
jenis kelamin terhadap kejadian TBC di
Kecamatan Pabean Cantikan Kota Surabaya. Odd
Ratio sebesar
𝑂𝑅 =𝑎 𝑥 𝑑
𝑏 𝑥 𝑐=
37 𝑥 38
18 𝑥 19=
1406
342= 4,1
Artinya responden laki-laki kemungkinan untuk
sakit TBC 4,1 kali lebih besar daripada responden
perempuan.
e. Pengaruh Tingkat Pengathuan Tentang Penyakit
TBC Terhadap Kejadian TBC
Pengaruh tingkat pengetahuan penyakit TBC
terhadap kejadian TBC Cantikan dapat dilihat pada
tabel 5 berikut
Tabel 5. Pengaruh Tingkat Pengetahuan Tentang
Penyakit TBC Terhadap Kejadian TBC
Tingkat Pengetahuan
Kejadian TBC Jumlah
Sakit Tidak Sakit
N % N % n %
Di bawah rata-rata 32
28,6 34
30,4 66
58,9
Di atas rata-rata 24 21,4 22 19,6 46 41,1
Total 56 50,0 56 50,0 112 100,0
χ2 = 0,037 p =0,848
Sumber : Data Primer Hasil Analisis 2018
Hasil uji chi square dapat diketahui p = 0,848 dan
nilai chi square = 0,037 dengan menggunakan
derajad kesalahan (α) sebesar 0,05 sehingga akan
memiliki pengaruh jika p < α. Berdasarkan data di
atas, maka p > α (0,848 < 0,05) artinya tidak ada
pengaruh yang signifikan antara tingkat pengetahuan
tentang penyakit TBC terhadap kejadian TBC di
Kecamatan Pabean Cantikan Kota Surabaya.
f. Pengaruh Dinding Terhadap Kejadian TBC
Pengaruh dinding terhadap kejadian TBC
Cantikan dapat dilihat pada tabel 6 berikut
Tabel 6. Pengaruh Dinding Terhadap Kejadian
TBC
Kondisi Dinding
Kejadian TBC Jumlah
Sakit Tidak Sakit
N % N % n %
Bukan tembok 16 14,3 11 9,8 27 24,1
Tembok 40 35,7 45 40,2 85 75,9
Total 56 50,0 56 50,0 112 100,0
χ2 = 0,781 p =0,377
Sumber : Data Primer Hasil Analisis 2018
Hasil uji chi square dapat diketahui p = 0,377 dan
nilai chi square = 0,0781 dengan menggunakan
derajad kesalahan (α) sebesar 0,05 sehingga akan
memiliki pengaruh jika p < α, maka p > α (0,377 >
0,05) artinya tidak ada pengaruh yang signifikan
antara kondisi dinding terhadap kejadian TBC di
Kecamatan Pabean Cantikan Kota Surabaya.
g. Pengaruh Lantai Terhadap Kejadian TBC
Pengaruh lantai terhadap kejadian TBC Cantikan
dapat dilihat pada tabel 7 berikut
Tabel 7. Pengaruh Lantai Terhadap Kejadian
TBC
Kondisi Lantai
Kejadian TBC Jumlah
Sakit Tidak Sakit
N % n % n %
Batu bata dan tanah
5 4,5 1 0,9 6 5,4
Keramik, tegel dan plester
51 45,5 55 49,1 106 94,6
Total 56 50,0 56 50,0 112 100,0
χ2 = 1,585 p = 0,208
Sumber : Data Primer Hasil Analisis 2018
Hasil uji chi square dapat diketahui p = 0,208 dan
nilai chi square = 1,585 dengan menggunakan
derajad kesalahan (α) sebesar 0,05 sehingga akan
memiliki pengaruh jika p < α, maka p > α (0,208 >
0,05) artinya tidak ada pengaruh yang signifikan
antara kondisi lantai terhadap kejadian TBC di
Kecamatan Pabean Cantikan Kota Surabaya.
h. Pengaruh Ventilasi Terhadap Kejadian TBC
Pengaruh ventilasi terhadap kejadian TBC
Cantikan dapat dilihat pada tabel 8 berikut
Tabel 8. Pengaruh Ventilasi Terhadap Kejadian
TBC
Kondisi Ventilasi
Kejadian TBC Jumlah
Sakit Tidak Sakit
n % n % n %
< 10% dari luas lantai
29 25,9 14 12,5 43 38,4
> 10% dari luas lantai
27 24,1 42 37,5 69 61,6
Total 56 50,0 56 50,0 112 100,0
χ2 = 8,493 p = 0,007
Sumber :Data Primer Hasil Analisis 2018
Hasil uji chi square dapat diketahui p = 0,007 dan
nilai chi square = 8,493 dengan menggunakan
derajad kesalahan (α) sebesar 0,05 sehingga akan
memiliki pengaruh jika p < α, maka p < α (0,007 <
0,05) artinya ada pengaruh yang signifikan antara
kondisi ventilasi terhadap kejadian TBC di
Kecamatan Pabean Cantikan Kota Surabaya. Odd
Ratio sebesar
𝑂𝑅 =𝑎 𝑥 𝑑
𝑏 𝑥 𝑐=
29 𝑥 42
27 𝑥 14=
1218
378= 3,2
Artinya responden yang ventilasinya buruk
kemungkinan untuk sakit TBC 3,2 kali lebih besar
daripada responden yang ventilasinya baik.
i. Pengaruh Kepadatan Hunian Terhadap
Kejadian TBC
Pengaruh dinding terhadap kejadian TBC
Cantikan dapat dilihat pada tabel 9 berikut
Tabel 9. Pengaruh Kepadatan Hunian
Terhadap Kejadian TBC
Kepadatan Hunian
Kejadian TBC Jumlah
Sakit Tidak Sakit
n % n % n %
Luas ruangan < 8m2 / orang
45 40,2 36 32,1 81 72,3
Luas ruangan > 8m2 / orang
11 9,8 20 17,9 31 27,7
Total 56 50,0 56 50,0 112 100,0 χ2 = 2,855 p =0,091
Sumber :Data Primer Hasil Analisis 2018
Hasil uji chi square dapat diketahui p = 0,091 dan
nilai chi square = 2,855 dengan menggunakan
derajad kesalahan (α) sebesar 0,05 sehingga akan
memiliki pengaruh jika p < α, maka p > α (0,091 >
0,05) artinya tidak ada pengaruh yang signifikan
antara kondisi kepadatan hunian terhadap kejadian
TBC di Kecamatan Pabean Cantikan Kota Surabaya.
j. Pengaruh Pencahayaan Terhadap Kejadian TBC
Pengaruh pencahayaan terhadap kejadian TBC
Cantikan dapat dilihat pada tabel 10 berikut
Tabel 10. Pengaruh Pencahayaan Terhadap
Kejadian TBC
Kondisi Pencahayaan
Kejadian TBC Jumlah
Sakit Tidak Sakit
n % n % n %
Tidak dapat membaca huruf jelas
8 7,1 7 6,3 15 13,4
Dapat membaca huruf jelas
48 42,9 49 43,8 97 86,6
Total 56 50,0 56 50,0 112 100,0 χ2 = 0,000 p = 1,000
Sumber : Data PrimerHasil Analisis 2018
Hasil uji chi square dapat diketahui p = 1,000 dan
nilai chi square = 0,000 dengan menggunakan
derajad kesalahan (α) sebesar 0,05 sehingga akan
memiliki pengaruh jika p < α, maka p > α (1,000 >
0,05) artinya tidak ada pengaruh yang signifikan
antara kondisi pencahayaan terhadap kejadian TBC
di Kecamatan Pabean Cantikan Kota Surabaya.
k. Pengaruh Kelembaban Terhadap Kejadian TBC
Pengaruh kelembaban terhadap kejadian TBC
Cantikan dapat dilihat pada tabel 11 berikut
Tabel 11. Pengaruh Kelembaban Terhadap
Kejadian TBC
Kondisi Kelembaban
Kejadian TBC Jumlah
Sakit Tidak Sakit
n % n % n %
Buruk (< 40 % - > 70 %)
35 31,3 33 29,5 68 60,7
Baik (40 % - 70 %) 21 18,8 23 20,5 44 39,3
Total 56 50,0 56 50,0 112 100,0
χ2 = 0,037 p = 0,847
Sumber : Data Primer Hasil Analisis 2018
Hasil uji chi square dapat diketahui p = 0,847 dan
nilai chi square = 0,037 dengan menggunakan
derajad kesalahan (α) sebesar 0,05 sehingga akan
memiliki pengaruh jika p < α, maka p > α (0,847 >
0,05) artinya tidak ada pengaruh yang signifikan
antara kondisi kelembaban terhadap kejadian TBC di
Kecamatan Pabean Cantikan Kota Surabaya.
l. Pengaruh Lingkungan Bersama-Sama Terhadap
Kejadian TBC
Pengaruh lingkungan bersama-sama terhadap
kejadian TBC Cantikan dapat dilihat pada tabel 12
berikut
Tabel 12. Pengaruh Lingkungan Bersama-Sama
Terhadap Kejadian TBC
Rata-rata lingkungan rumah
Kejadian TBC Jumlah
Sakit Tidak Sakit
n % n % n %
Di bawah rata-rata 19 17,0 3 2,7 22 19,6
Di atas rata-rata 37 33,0 53 47,3 90 80,4
Total 56 50,0 56 50,0 112 100,0
χ2 = 12,727 p =0,000
Sumber : Data Primer Hasil Analisis 2018
Hasil uji chi square dapat diketahui p = 0,000 dan
nilai chi square = 12,727 dengan menggunakan
derajad kesalahan (α) sebesar 0,05 sehingga akan
memiliki pengaruh jika p < α, maka p < α (0,000 <
0,05) artinya ada pengaruh yang signifikan antara
kondisi lingkungan secara bersama-sama terhadap
kejadian TBC di Kecamatan Pabean Cantikan Kota
Surabaya. Odd Ratio sebesar
𝑂𝑅 =𝑎 𝑥 𝑑
𝑏 𝑥 𝑐=
19 𝑥 53
3 𝑥 37=
1007
111= 9,0
Artinya responden yang kondisi lingkungannya
buruk kemungkinan untuk sakit TBC 9,0 kali lebih
besar daripada responden yang kondisi
lingkungannya baik.
2. Analisis Pengujian Hipotesis Dengan
Menggunakan Regresi Logistik Berganda
a. Analisis Regresi Logistik Berganda Step 1
Faktor yang paling mempengaruhi dari variabel
bebas terhadap kejadian TBC di Kecamatan Pabean
Cantikan Kota Surabaya adalah pekerjaan, jenis
kelamin, ventilasi dan kepadatan hunian dapat dilihat
pada tabel 13 berikut
Tabel 13. Analisis Regresi Logistik Berganda
Step 1
Variabel Koef. (B)
Sig. OR Keterangan
Pekerjaan 1,627 0,001 5,091 Berpengaruh
Jenis
kelamin
-
1,209 0,009 0,298
Berpengaruh
Ventilasi -
1,572 0,003 0,208
Berpengaruh
Kepadatan
Hunian
-
1,627 0,006 0,196
Berpengaruh
Konstanta 1,455
Sumber : Data Primer Hasil Analisis 2018
Responden yang tidak bekerja mempunyai
kemungkinan sehat sebesar OR (5,091) kali
dibandingkan dengan responden yang bekerja. Atau
dengan kata lain, responden yang bekerja memiliki
kemungkinan sehat sebesar 1/5,091 kali atau sebesar
0,1 kali dibandingkan dengan responden yang tidak
bekerja. Responden laki-laki kemungkinan sehat
sebesar OR (0,298) kali dibandingkan dengan
responden perempuan. Atau dengan kata lain
responden perempuan kemungkinan sehat sebesar
1/0,298 kali atau sebesar 3,3 kali dibanding
responden laki-laki. Responden yang memiliki
ventilasi buruk kemungkinan sehat sebesar OR
(0,208) kali dibandingkan dengan responden yang
memiliki ventilasi baik. Atau dengan kata lain
responden yang memiliki ventilasai baik
kemungkinan sehat sebesar 1/0,208 kali atau sebesar
4,8 kali dibanding responden yang memiliki ventilasi
buruk. Responden yang memiliki kepadatan hunian
buruk kemungkinan sehat sebesar OR (0,196) kali
dibandingkan dengan responden yang memiliki
kepadatan hunian baik. Atau dengan kata lain
responden yang memiliki kepadatan hunian baik
kemungkinan sehat sebesar 1/0,196 kali atau sebesar
5,1 kali dibanding responden yang memiliki
kepadatan hunian buruk.
b. Analisis Regresi Logistik Berganda Step 2
Faktor yang paling mempengaruhi dari variabel
bebas terhadap kejadian TBC di Kecamatan Pabean
Cantikan Kota Surabaya adalah pekerjaan, jenis
kelamin dan lingkungan secara bersama-sama dapat
dilihat pada tabel 14 berikut
Tabel 14. Analisis Regresi Logistik Berganda
Step 2
Variabel Koef. (B)
Sig. OR Keterangan
Pekerjaan 1,557 0,001 4,747 Berpengaruh
Jenis Kelamin -1,460 0,002 0,232 Berpengaruh
Lingkungan bersama-
sama
-2,444 0,001 0,087 Berpengaruh
Pekerjaan 1,557 0,001 4,747 Berpengaruh
Konstanta 0,233
Sumber : Data Primer Hasil Analisis 2018
Responden yang tidak bekerja mempunyai
kemungkinan sehat sebesar OR (4,747) kali
dibandingkan dengan responden yang bekerja. Atau
dengan kata lain, responden yang bekerja memiliki
kemungkinan sehat sebesar 1/4,747 kali atau sebesar
0,2 kali dibandingkan dengan responden yang tidak
bekerja. Responden laki-laki kemungkinan sehat
sebesar OR (0,232) kali dibandingkan dengan
responden perempuan. Atau dengan kata lain
responden perempuan kemungkinan sehat sebesar
1/0,232 kali atau sebesar 4,3 kali dibanding
responden laki-laki. Responden yang memiliki
lingkungan buruk kemungkinan sehat sebesar OR
(0,087) kali dibandingkan dengan responden yang
memiliki lingkungan baik. Atau dengan kata lain
responden yang memiliki lingkungan baik
kemungkinan sehat sebesar 1/0,087 kali atau sebesar
11,4 kali dibanding responden yang memiliki
lingkungan buruk.
PEMBAHASAN
1. Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Kejadian
TBC
Hasil analisis chi –Square menunjukkan dari 13
variabel yang diteliti, ada 4 faktor yang memiliki
resiko secara statistik dengan kejadian TBC di
Kecamatan Pabean Cantikan yang memiliki nilai p
kurang atau sama dengan 0,05 yaitu pekerjaan, jenis
kelamin, ventilasi dan lingkungan secara bersama-
sama. Laki-laki, tidak bekerja, ventilasi buruk dan
lingkungan rumah buruk berpengaruh terhadap
kejadian TBC. Dan ada 9 faktor yang tidak memiliki
hubungan bermakna dengan kejadian TBC yaitu
umur, tingkat pendidikan, tingkat pengetahuan
tentang penyakit TBC, dinding, plafon, lantai,
kepadatan hunian, kelembaban dan pencahayaan.
a. Pekerjaan
Hasil analisis Chi square menunjukkan bahwa
pekerjaan memiliki nilai P = 0,000 dengan Odd
Ratio sebesar 0,2 artinya responden yang tidak
bekerja kemungkinan untuk sakit TBC 0,2 kali lebih
besar daripada responden yang bekerja. Hasil ini
sejalan dengan berita yang dimuat surat kabar Online
Tempo tertanggal Senin, 1 Oktober 2018 dengan
judul “Tempat Kerja, Salah Satu Tempat Risiko
Tinggi Penyebaran TBC” memuat pernyataan Irfan
Maulana, Kepala Bidang Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit, Dinas Kesehatan Kabupaten
Bekasi. Beliau mengatakan bahwa “Salah satu satu
kelompok populasi yang mungkin sudah terpapar
dengan TB adalah populasi di perusahaan. Cukup
banyak karyawan dengan dugaan TB atau sudah
dinyatakan TB yang mengakses fasilitas kesehatan
swasta atau mempunyai unit perawatan atau klinik
yang memberikan pengobatan TB.” (Tempo, 2018).
b. Jenis Kelamin
Hasil analisis Chi square menunjukkan bahwa
jenis kelamin memiliki nilai P = 0,001 dengan Odd
Ratio sebesar 4,1 artinya responden laki-laki
kemungkinan untuk sakit TBC 4,1 kali lebih besar
daripada responden perempuan. Hal ini sejalan
dengan penelitian Jendra dan Margareth tahun 2015
tentang faktor risiko yang berhubungan dengan
penderita tuberculosis di Desa Wori Kecamatan
Wori Minahasa Utara Tahun 2014 menghasilkan
simpulan ada hubungan yang bermakna antara Jenis
Kelamin dengan kejadian penyakit TB Paru di Desa
Wori Kecamatan Wori. Jenis Kelamin laki-laki
mempunyai kemungkinan 6x lebih besar untuk
terkena penyakit TB di banding jenis kelamin
perempuan. Nilai p 0,000 (p < 0,05) dan OR 6.212
(95% Cl 2.451-15.743) (Jendra & Margareth, 2015 : 63). Laki-laki lebih banyak merokok daripada
perempuan dan hal ini memicu penyakit TBC. Laki-
laki juga lebih banyak melakukan mobilitas sehingga
lebih mudah untuk terkena penyakit TBC.
c. Ventilasi
Hasil analisis Chi square menunjukkan bahwa
kondisi ventilasi memiliki nilai P = 0,007 dengan
Odd Ratio sebesar 3,2 artinya responden yang
ventilasinya buruk kemungkinan untuk sakit TBC
3,2 kali lebih besar daripada responden yang
ventilasinya baik. Penelitian ini sejalan dengan
tulisan Narasimhan dalam Kuswandi dkk tahun 2016
bahwa seseorang dengan status ekonomi lebih
rendah memiliki kecenderungan lebih tinggi untuk
terpapar keramaian atau kepadatan penduduk,
kurangnya ventilasi udara dan kekurangan fasilitas
masak yang aman. Faktor tersebut juga
meningkatkan risiko TB (Narasimhan dalam
Kuswandi dkk , 2016 :43). Ventilasi adalah jalan
masuk dan keluarnya udara sehingga udara dalam
suatu ruangan bisa berganti. Udara adalah jalan
penularan penyakit TBC yang paling utama, apabila
kondisi ventilasi buruk maka rumah akan terasa
pengap, udara tak sehat yang mengandung penyakit
akan terjebak di dalam rumah dan tak berganti
dengan udara segar, hal ini memicu anggota keluarga
yang terkena penyakit TBC menulari anggota
keluarga lain yang serumah dengannya.
d. Lingkungan Bersama-Sama
Hasil analisis Chi square menunjukkan bahwa
kondisi lingkungan rumah memiliki nilai P = 0,000
dengan Odd Ratio sebesar 9,0 artinya responden
yang kondisi lingkungannya buruk kemungkinan
untuk sakit TBC 9,0 kali lebih besar daripada
responden yang kondisi lingkungannya baik.Salah
satu kelebihan dari penelitian ini dibanding
penelitian yang lain adalah juga melihat apakah
faktor lingkungan rumah mempengaruhi baik secara
sendiri-sendiri maupun bersama-sama dan terbukti
bahwa lingkungan rumah secara bersama-sama rata-
rata buruk memiliki pengaruh terhadap kejadian
TBC di Kecamatan Pabean Cantikan.
2. Faktor Yang Tidak Berpengaruh Terhadap
Kejadian TBC
a. Umur
Hasil analisis Chi square menunjukkan bahwa
usia memiliki nilai p = 0,818 artinya tidak ada
pengaruh yang signifikan antara usia terhadap
kejadian TBC di Kecamatan Pabean Cantikan Kota
Surabaya. Hasil ini tidak sejalan dengan hasil
penelitian tentang faktor risiko yang berhubungan
dengan penderita tuberculosis di Desa Wori
Kecamatan Wori Tahun 2014 menghasilkan
simpulan bahwa ada hubungan yang bermakna
antara Umur dengan kejadian penyakit TB Paru di
Desa Wori Kecamatan Wori. Dimana nilai p 0,012
(p < 0,05) (Jendra & Margareth, 2015 : 63). Hal ini
kemungkinan karena mayoritas penduduk di
kecamatan Pabean Cantikan berada di usia produktif
dan kebanyakan penderita TBC juga berada di usia
produktif. Penyakit TBC mudah menyerang
seseorang dengan kondisi tubuh di usia non
produktif karena kekebalan tubuh seseorang di usia
non produktif cenderung lemah, penyakit TBC
mudah masuk karena lemahnya Host. Sedangkan di
Kecamatan Pabean Cantikan lebih karena penduduk
usia produktif terjangkit karena cepatnya penularan
akibat interaksi dengan penduduk yang lain.
b. Pendidikan
Hasil analisis Chi square menunjukkan bahwa
tingkat pendidikan memiliki nilai p = 0,304 artinya
tidak ada pengaruh yang signifikan antara tingkat
pendidikan terhadap kejadian TBC di Kecamatan
Pabean Cantikan Kota Surabaya. Hal ini kurang
sejalan dengan hasil Riskesdas tahun 2013 yang
dimuat dalam publikasi online Kemenkes tentang
penyakit TBC yang menyatakan bahwa penduduk
yang berpendidikan rendah paling banyak terjangkit
penyakit TBC (Kemenkes RI, 2014). Alasan terkuat
mengapa tingkat pendidikan tidak berpengaruh
adalah karena baik jenjang pendidikan tinggi
maupun rendah sama-sama tak di ajarkan tentang
penyakit TBC sehingga baik penduduk yang
berpendidikan tinggi maupun rendah tidak menjamin
memahami betul bagaimana pencegahan agar tidak
tertular dan bagaimana pengobatan TBC sampai
sembuh. Pendidikan yang rendah identik dengan
buruknya kondisi ekonomi dimana kondisi ekonomi
yang buruk menjadi lahan bagi tumbuhnya berbagai
macam penyakit pada lingkungan masyarakat.
c. Tingkat Pengetahuan
Hasil analisis Chi square menunjukkan bahwa
tingkat pengetahuan responden tentang penyakit
TBC memiliki nilai p = 0,848 artinya tidak ada
pengaruh yang signifikan antara tingkat pengetahuan
tentang penyakit TBC terhadap kejadian TBC di
Kecamatan Pabean Cantikan Kota Surabaya. Hasil
ini tidak sejalan dengan hasil penelitian Shinta tahun
2017. Penelitian tentang pengetahuan dan sikap akan
meningkatkan pencegahan tuberkulosis (TBC) tahun
2017 menghasilkan simpulan bahwa Ada hubungan
antara tingkat pengetahuan dengan tindakan
pencegahan TBC (p=0,001). Ada hubungan antara
sikap dengan tindakan pencegahan TBC (p=0,000).
Ada hubungan antara tingkat pengetahuan dan sikap
dengan tindakan pencegahan TBC pada remaja di
Notoprajan Kecamatan Ngampilan Kota Yogyakarta
(p=0,000) (Shinta, 2017 :16). Alasan mengapa
penelitian ini tidak menghasilkan adanya pengaruh
antara tingkat pengetahuan dengan kejadian TBC
adalah karena baik responden penderita TBC
maupun yang tidak menderita TBC sama-sama tidak
memiliki informasi dan pengetahuan yang baik
terkait penyakit TBC. Responden tidak memahami
betul apa dan bagaimana penyakit TBC, bahkan
responden yang mengalami penyakit TBC langsung
pun tidak menjamin membuatnya mencari tahu
tentang penyakit yang di deritanya, mereka
mencukupkan diri dengan manut aturan berobat dari
puskesmas.
d. Dinding, Plafon, Kepadatan Hunian, Lantai,
Kelembaban dan Pencahayaan
Hasil analisis Chi square menunjukkan bahwa
kondisi dinding memiliki nilai p = 0,377 , kondisi
plafon memiliki nilai p = 0,186 , kondisi lantai
memiliki nilai p = 0,849 , kondisi kepadatan hunian
memiliki nilai p = 1,000 , kelembaban memiliki nilai
p = 0,698 dan kondisi pencahayaan memiliki nilai p
= 0,087 artinya tidak ada pengaruh yang signifikan
antara kondisi pencahayaan terhadap kejadian TBC
di Kecamatan Pabean Cantikan Kota Surabaya.
Kondisi dinding, lantai, plafon, kepadatan hunian,
kelembaban dan pencahayaan tidak ada pengaruh
signifikan terhadap kejadian TBC.
Hal ini bertentangan dengan hasil penelitian Erlin
dkk tahun 2016. Penelitian tentang hubungan faktor
lingkungan rumah dengan kejadian TB Paru di Kota
Magelang tahun 2016 menghasilkan simpulan bahwa
ada hubungan bermakna antara kejadian tuberkulosis
dengan kondisi dinding, suhu dan tingkat
kelembaban rumah (Erlin dkk, 2016 : 158).
Dalam penelitian ini tidak ditemukan adanya
pengaruh masing-masing komponen rumah terhadap
kejadian TBC di Kecamatan pabean Cantikan namun
apabila faktor-faktor lingkungan ini di jumlah dan di
rata-rata terdapat hasil adanya pengaruh. Jadi, di
Kecamatan Pabean Cantikan ini kondisi lingkungan
mempengaruhi secara bersama-sama terhadap
kejadian TBC, faktor-faktor lingkungan rumah ini
terikat satu sama lain dalam mempengaruhi kejadian
TBC.
3. Faktor Independen Yang Paling Berpengaruh
Terhadap Kejadian TBC
Hasil analisis regresi logistik berganda pada step 1,
responden yang tidak bekerja mempunyai
kemungkinan sehat sebesar OR (5,091) kali
dibandingkan dengan responden yang bekerja.
Responden yang bekerja memiliki kemungkinan sehat
sebesar 1/5,091 kali atau sebesar 0,1 kali dibandingkan
dengan responden yang tidak bekerja. Analisis regresi
logistik bergana pada step 2, responden yang tidak
bekerja mempunyai kemungkinan sehat sebesar OR
(4,747) kali dibandingkan dengan responden yang
bekerja. Responden yang bekerja memiliki
kemungkinan sehat sebesar 1/4,747 kali atau sebesar
0,2 kali dibandingkan dengan responden yang tidak
bekerja. Orang yang bekerja lebih rawan terkena
penyakit TBC daripada orang yang tidak bekerja.
Hasil ini sejalan dengan berita yang dimuat surat
kabar Online Tempo tertanggal Senin, 1 Oktober 2018
dengan judul “Tempat Kerja, Salah Satu Tempat
Risiko Tinggi Penyebaran TBC” (Tempo, 2018),
namun tidak sejalan dengan penelitian Fariz Muaz
yang menyebutkan bahwa orang yang tidak bekerja
lebih rawan terkena penyakit TBC karena tidak
bekerja identik dengan tidak adanya pendapatan
(Fariz Muaz, 2014 : 49). Kurang sejalan dengan hasil
Riskesdas tahun 2013 yang menjelaskkan bahwa
prevalensi kejadian tuberkulosis berdasarkan jenis
pekerjaan bahwa penduduk yang tidak bekerja
ternyata memiliki prevalensi tertinggi. (Infodatin,
2016 : 4).
Seseorang rawan terkena penyakit TBC di
lingkungan umum tempat kerja, kantor dan
perusahaan. Daerah penelitian ini adalah daerah transit
yaitu pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya. Penduduk
di daerah ini kebanyakan bekerja di pelabuhan ini
sebagai supir truk/tanki dan sebagai buruh kapal.
Pelabuhan adalah daerah transit dimana orang dapat
datang dan pergi termasuk juga menjadi tempat yang
rawan menularkan penyakit, terutama penyakit TBC.
Salah satu responden yang berprofesi sebagai supir
truk mengaku terkena penyakit TBC di tempat
kerjanya di pelabuhan. Selain itu, faktor stress, sering
begadang dan kelelahan bekerja juga dapat memicu
seseorang rawan terkena penyakit TBC.
4. Rutinitas Berobat Penderita TBC
Penderita TBC yang teratur minum obat ketika
dilapangan banyak yang sudah dipastikan sembuh oleh
petugas puskesmas. Kebanyakan dari mereka benar-
benar memperhatikan resiko kematian karena penyakit
TBC dari arahan petugas puskesmas. Beberapa dari
mereka yang rutin mengkonsumsi obat TBC memiliki
pengalaman ada tetangga yang meninggal akibat
keteledoran mengkonsumsi obat TBC. Sebagian kecil
yang tidak rutin mengkonsumsi obat beralasan karena
lebih mempercayai khasiat obat herbal daripada obat
kimia, ada satu orang yang tidak rutin mengkonsumsi
obat TBC ini karena hamil dan kebanyakan tidak
mengerti apa itu penyakit TBC dan seberapa
bahayanya penyakit ini. Hampir semua responden
dilapangan yang tidak mengkonsumsi obat TBC
menyatakan dirinya sudah tidak sakit kendati masih
batuk terus menerus ketika diwawancarai.
Penderita TBC yang sudah dinyatakan sembuh
oleh petugas puskesmas hampir semua mengerti
dengan benar jadwal meminum obat TBC per hari, per
minggu dan per bulan. Responden mengerti kapan
harus kontrol ke puskesmas dan dapat bercerita
dengan tegas bagaimana pihak keluarga lain
senantiasa mengingatkan bahwa minum obat itu harus
di jam yang sama tiap harinya, semisal meminum
obat hari ini jam 8 pagi, untuk selanjutnya harus
minum tiap jam 8 pagi dan tak boleh telat sama sekali
barang sejam pun. Obat senantiasa diambil di
puskesmas tiap minggu dan kontrol ke dokter tiap
bulan sambil melaporkan rutinitas hariannya minum
obat TBC. Pasien senantiasa diperhatikan dengan betul
oleh petugas puskesmas apabila dalam satu bulan tak
kunjung datang ke puskesmas, pihak puskesmas
sendiri yang akan mendatangi alamat penderita.
Kebanyakan penderita TBC yang yang belum sembuh
adalah tidak rutin meminum obat, tidak mengambil
obat tiap minggu dan tidak melakukan kontrol
perbulan dengan alasan malas mengantri di
puskesmas, puskesmas selalu penuh dan ramai sesak
dengan orang kendati berobat penyakit TBC gratis.
Ada satu responden yang juga penderita TBC
sekaligus diabetes tidak mau mengkonsumsi obat TBC
dengan alasan lebih fokus menangani penyakit
diabetesnya.
Responden penderita TBC dilapangan yang masih
belum sembuh hampir semua tidak membatasi
komunikasinya dengan orang-orang di sekitarnya
dengan alasan yang kurang meyakinkan seperti
bertawakkal saja atau menganggap penyakit TBC
adalah penyakit biasa seperti flue. Beberapa responden
yang belum sembuh mengaku istri atau anaknya juga
pernah diperiksa dan dinyatakan terkena penyakit
TBC, beberapa lagi menjumpai tetangga atau teman
sekolah penderita terkena penyakit TBC. Kejadian
yang paling parah terjadi di area gang masjid komplek
perumahan indrapura jaya, gang kalimas barat nomor
4 dan kalimas baru dimana responden yang
diwawancarai mengaku tetangga-tangga terdekat dari
rumahnya banyak yang terkena penyakit TBC
sehingga dapat disimpulkan bahwa penularan penyakit
TBC di tiga area ini sangat cepat.
PENUTUP
Kesimpulan
1. Tidak ada pengaruh umur terhadap kejadian TBC
di Kecamatan Pabean Cantikan.
2. Tidak ada pengaruh pendidikan terhadap kejadian
TBC di Kecamatan Pabean Cantikan.
3. Ada pengaruh pekerjaan terhadap kejadian TBC di
Kecamatan Pabean Cantikan.
4. Ada pengaruh jenis kelamin terhadap kejadian
TBC di Kecamatan Pabean Cantikan.
5. Tidak ada pengaruh tingkat pengetahuan penyakit
TBC terhadap kejadian TBC di Kecamatan Pabean
Cantikan.
6. Ada pengaruh kondisi ventilasi dan lingkungan
rumah secara bersama-sama terhadap kejadian
TBC di Kecamatan Pabean Cantikan.
7. Pekerjaan adalah faktor yang paling berpengaruh
terhadap kejadian TBC di Kecamatan Pabean
Cantikan.
8. Rutinitas berobat penderita TBC di Kecamatan
Pabean Cantikan rata-rata baik.
Saran
1. Pemerintah
Kepada pemerintah agar mengadakan
sosialisasi tentang bahaya TBC di lingkungan kerja
atau industri di Kecamatan Pabean Cantikan.
2. Peneliti Lain
Kepada masyarakat pada umumnya terutama
laki-laki diharap menghindari merokok, minum-
minuman keras dan memakai masker apabila
melakukan perjalanan ke suatu tempat dan
berusaha menerapkan lingkungan rumah sehat.
DAFTAR PUSTAKA
Data Dinkes. (2015). Data Kasus Baru Tb Bta+, Seluruh
Kasus Tb, Kasus Pada Tb Pada Anak, Dan
Case Notification Rate (CNR) Per 100.000
Penduduk Menurut Jenis Kelamin,
Kecamatan, Dan Puskesmas Kota
Surabaya Tahun 2015. Dinas Kesehatan
Kota Surabaya. Surabaya : Dinkes Kota
Surabaya.
Dewi, Erlin fitria, dkk. (2016). Jurnal penelitian.
Hubungan Faktor Lingkungan Rumah
Dengan Kejadian Tb Paru Di Kota
Magelang. Semarang : Universitas
Diponegoro.
Dotulong, Jendra F.J dan Margareth R. Saputele. (2015).
Jurnal penelitian. Hubungan Faktor Resiko
Umur, Jenis Kelamin Dan Kepadatan
Hunian Dengan Kejadian Penyakit TB
Paru Di Desa Wori Kecamatan Wori.
Manado : Universitas Sam Ratulangi
Manado
Gultom, Zuli Agustina & Yahya, Krenayana. (2013).
Jurnal Penelitian. Pemetaan Penyakit
Tuberkulosis Di Kota Surabaya Tahun
2012 Analisa Statistik Multivariat.
Surabaya : Institut Teknologi Sepuluh
Nopember.
Infodatin.(2016). Tuberkulosis Temukan Obati Sampai
Sembuh. Pusat Data Kementrian Kesehatan
RI.
Kuswandi, dkk . (2016). Mengenal Anti- Tuberkulosis.
Yogyakarta : Universitas Gajah mada
Muaz, Fariz. (2014). Skripsi. Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Kejadian Tuberkulosis
Paru Basil Tahan Asam Positif Di
Puskesmas Wilayah Kecamatan Serang
Kota Serang Tahun 2014. Jakarta : UIN
Syarif Hidayatullah.
Murti B. (1997). Prinsip dan Metode Riset
Epidemiologi. Yogyakarta : Gajah Mada
University Press.
Rahmawati, Shinta Alifiana. (2017). Jurnal penelitian.
Pengetahuan dan Sikap Akan
Meningkatkan Tindakan Pencegahan
Tuberculosis (TBC). Yogyakarta :
Universitas ‘Aisyiyah
Tempo Online. (2018). Tempat Kerja, Salah Satu Tempat
Risiko Tinggi Penyebaran TBC. Diakses
pada tanggal 11 Januari 2019.
https://gaya.tempo.co/read/1131640/tempat
-kerja-salah-satu-tempat-risiko-tinggi-
penyebaran-tbc/full&view=ok.
Tribunnews Online. (2016). Penderita TB di Surabaya Tertinggi di Jatim, Kedua Jember, dan Ketiga Sidoarjo, Ini Data Lengkapnya. Diakses pada tanggal 01 November 2016. http://surabaya.tribunnews.com.
Data Dinkes. (2015). Data Kasus Baru Tb Bta+, Seluruh
Kasus Tb, Kasus Pada Tb Pada Anak, Dan
Case Notification Rate (CNR) Per 100.000
Penduduk Menurut Jenis Kelamin,
Kecamatan, Dan Puskesmas Kota
Surabaya Tahun 2015. Dinas Kesehatan
Kota Surabaya. Surabaya : Dinkes Kota
Surabaya.