PENGARUH SUBSTITUSI PUPUK NPK DAN BIO-URINE SAPI TERHADAP PERTUMBUHAN BIBITKARET (Havea...
-
Upload
ferdy-safryadi -
Category
Documents
-
view
315 -
download
3
description
Transcript of PENGARUH SUBSTITUSI PUPUK NPK DAN BIO-URINE SAPI TERHADAP PERTUMBUHAN BIBITKARET (Havea...
LAPORAN PRAKTIKUM BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN
“PENGARUH SUBSTITUSI PUPUK NPK DAN BIO-URINE
SAPI TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT
KARET (Havea brassiliensis MUELL. Arg.)
ASAL STUM MATA TIDUR POLYBAG.”
DISUSUN OLEH
ERICK GABRIEL H D1A012056
IAN SITUMORANG D1A012057
FERDY SAFRYADI D1A012058
PRODI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JAMBI
2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Karet (Hevea brasilliensis Mull Arg) merupakan komoditas perkebunan yang
peranannya sangat penting di Indonesia. Selain sebagai sumber devisa Negara kedua
setelah perkebunan kelapa sawit, karet juga mampu mendorong pertumbuhan
sentrasentra ekonomi baru di wilayah-wilayah pengembangannya (Direktorat Jendral
BinaProduksi Perkebunan, 2010). Disamping itu tanaman karet juga telah
menghidupi jutaan orang, karena sebagian besar perkebunan karet diusahakan oleh
rakyat. Luas total perkebunan karet di Indonesia telah mencapai 3.262.291 hektar.
Dari total areal tersebut, 84,5% merupakan kebun milik rakyat, 8,4% milik swasta
dan hanya 7,1% milik negara (Setiawan dan Andoko, 2010 : 47). Dari segi luas lahan,
perkebunan karet rakyat terbesar, namun produktifitasnya masih rendah yakni 926
kg/ha jika dibandingkan produktivitas perkebunan besar swasta sebesar 1.565 kg/ha
(Dirjenbun, 2010). Selain produksi lateks, pohon karet yang telah habis masa
produksi, kayunya dapat digunakan untuk pembuatan mebel (Mokhatar dan Daud,
2011 : 1)
Menurut Direktorat Jendral Bina Produksi Perkebunan, (2010) Produktivitas
perkebunan besar Negara 1.327 kg/ha dan perkebunan besar swasta sebesar 1.565
kg/ha. Rendahnya produktivitas tersebut disebabkan oleh usia tanaman lebih dari 20
tahun, pemeliharaan kebun kurang baik dan sebagian tanaman menggunakan bahan
tanam biji sapuan (seedling), bukan dari klon unggul.
Untuk meningkatkan produktivitas perkebunan karet rakyat, pemerintah telah
menempuh berbagai upaya antara lain perluasan tanaman, penyuluhan, intensifikasi,
rehabilitasi dan peremajaan serta penyebaran klon – klon unggul benih karet.
Dalamenunjang keberhasilan peningkatan produktivitas perkebunan karet, telah
dilakukanusaha khususnya terhadap benih karet (Direktorat Jenderal Bina Produksi
Perkebunan, 2010).
Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk memperbanyak tanaman karet dari
klon-klon unggul adalah dengan menggunakan teknik okulasi (Setiawan dan Andoko,
2010 : 53). Ada tiga macam tiga macam teknik okulasi pada tanaman karet, yaitu
okulasi dini, okulasi hijau dan okulasi coklat. Ketiga macam teknik okulasi tersebut
pada prinsipnya relatif sama, perbedaannya hanya terletak pada umur batang bawah
dan umur batang atas (Amypalupy, 2009 : 19)
Amypalupy,(1988 : 37) menjelaskan bahwa bahan tanaman karet asal okulasi
banyak memberi keuntungan dari sifat-sifat unggul induknya seperti pertumbuhan
tanaman seragam, produksi tinggi, mulai berproduksi dalam waktu relatif singkat,
mudah dalam penyadapan, dan tahan terhadap penyakit. Menurut Setyamidjaja (1999
: 58), hasil okulasi pada tanaman karet salah satunya adalah stum mata tidur. Stum
mata tidur adalah benih hasil okulasi dengan mata tunas okulasi yang belumtumbuh.
Pemeliharaan dalam penyediaan batang bawah merupakan pekerjaan yang
sangat penting karena akan menentukan keberhasilan pertanaman karet di kemudian
hari. Perawatan batang terdiri atas : penyulaman, penyiangan, pemupukan.
Penyiangan dalam budidaya tanaman karet bertujuan membebaskan tanaman karet
dari gangguan gulma yang tumbuh di lahan. Pada umumnya penyiangan dilakukan
tiga kali dalam setahun untuk menghemat biaya dan tenaga. Menurut Setiawan
danAndoko (2005. Hal 88), ada dua cara penyiangan yaitu secara manual dan secara
kimia. Selanjutnya dikemukakan oleh Barus (2003) cit Hamidah, (2009 : 1) bahwa
tujuan pengendalian gulma umum pada jalur (strip) tanaman karet untuk mengurangi
persaingan antara tanaman utama dengan gulma serta memudahkan pekerjaan
okulasi, pemupukan dan pekerjaan pengawasan lainnya. Biasanya pengendalian
gulma umum dilakukan jika kondisi penutupan gulma telah mencapai 30 – 50 %.
1.2. Tujuan
Untuk mengetahui pengaruh pertumbuhan bibit karet asal stum mata tidur
dengan subtitusi pemberian pupuk NPK dan Bio-Urine sapi di polybag.
BAB II
PRINSIP TEORI
2.1. Prinspi Teori
Perbanyakan tanaman karet (Hevea brasiliensis) dapat dilakukan secara
generatif melalui benih dan secara vegetatif melalui teknik okulasi. Perbanyakan
dengan benih saat ini sudah jarang dilakukan kecuali oleh sebagian petani tradisional
atau oleh kalangan peneliti guna perbaikan sifat genetif selanjutnya.
Perbanyakan tanaman dengan cara okulasi paling banyak dilakukan dalam
perkebunan terutama pada perkebunan karet dan kakao. Beberapa kelebihan dari
perbanyakan tanaman dengan cara okulasi antara lain penggunaan okulasi dapat
menghasilkan tanaman yang dengan produktifitas yang tinggi, pertumbuhan tanaman
yang seragam, penyiapan benih relatif singkat, dan memudahkan pengendalian
penyakit Oidium hevea.
Sedangkan kelemahan dari perbanyakan tanaman secara vegetatif dengan cara
okulasi antara lain; tanaman hasil okulasi terkadang kurang normal terjadi karena
tidak adanya keserasian antara batang bawah dengan batang atas (entres),
memerlukan menggunakan tenaga ahli untuk pengokulasian ini, dan jika salah satu
syarat dalam kegiatan pengokulasian tidak terpenuhi kemungkinan gagal atau mata
entres tidak tumbuh sangat besar.
Bibit okulasi terdiri dari batang atas dan batang bawah yang biasanya berasal
dari dua klon yang berbeda sifatnya. Okulasi bertujuan untuk menghasilkan dua klon
dalam satu individu sehingga diperoleh produksi tinggi dengan umur ekonomis
panjang.oleh karena itu perlu diperhatikan sifat-sifat unggul dari calon batang atas
dan batang bawah serta kompatibilitas kedua calon batang tersebut.
Pemilihan batang bawah yang sesuai dengan batang atas penting diperhatikan
untuk menghindari ketidakcocokan antara kombinasi batang bawah dan batang atas.
Bila ini terjadi, kombinasi tersebut tidak mampu menampilkan potensi produksi dan
karakter unggul lainnya secara maksimal. Potensi klon batang atas yang maksimum
akan tercapai bila batang bawah sesuai dengan batang atas. Saat ini biji yang
dianjurkan sebagai benih untuk batang bawah berasal dari klon GT 1, AVROS 2037,
BPM 24, PB 260, dan RRIC 100. Biji dari klon LCB 1320, PR 228, dan PR 300
masih boleh digunakan, namun sulit didapat akibat luas tanaman yang makin
berkurang.
Secara empiris, pemanfaatan bibit unggul memberikan kontribusi yang besar
dalam meningkatkan produktivitas kebun. Dengan menanam bibit unggul dari klon
unggul, produktivitas rata-rata kebun berkisar antara 1.400-2.000 kg/ha/ tahun,
bahkan untuk klon generasi IV potensi klon bisa mencapai 3.500 kg/ha/tahun.
Tanaman asal biji (semaian), produktivitasnya hanya 400 - 500 kg/ha/tahun. Oleh
karena itu, ketersediaan bibit unggul merupakan salah satu faktor penentu
keberhasilan untuk meningkatkan produktivitas perkebunan karet rakyat.
Padatanaman karet, persiapan bahan tanam dilakukan jauh hari sebelum
penanaman. Dalam hal bahan tanam ada tiga komponen yang perlu disiapkan, yaitu:
batang bawah (root stoct), entres/batang atas (budwood), dan okulasi (grafting) pada
penyiapan bahan tanam.
Persiapan batang bawah merupakan suatu kegiatan untuk memperoleh bahan
tanam yang mempunyai perakaran kuat dan daya serap hara yang baik. Untuk
mencapai kondisi tersebut, diperlukan pembangunan pembibitan batang bawah yang
memenuhi syarat teknis yang mencakup persiapan tanah pembibitan, penanganan
benih, perkecambahan, penanaman kecambah, serta usaha pemeliharaan tanaman di
pembibitan. Klon-klon yang dianjurkan sebagai batang bawah adalah klon GT 1,
LCB 1320 dan AVROS 2037.
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1. Waktu dan Tempat
Pelaksanaan praktikum budidaya tanaman hortikultura dilakukan pada hari
Jum’at tanggal 21,28 Maret dan 11 April 2014 pada pukul 09.30 WIB. Pelaksanaan
praktikum ini dilakukan di lahan percobaan disamping rumah kasa Fakultas Pertanian
Universitas Negeri Jambi.
3.2. Alat dan Bahan
Alat
Pisau Cutter
Gunting
Cangkul
Ember
Gelas ukur
Bahan
Polybag
Tanah
Stum mata tidur
Pupuk NPK mutiara
Urin sapi
Air
3.3. Prosedur Kerja
Praktikum 1 (Pengisian tanah didalam polybag)
1. Sediakan polybag hitam berukuran 12cm x 40cm, sebanyak 5 buah untuk
setiap kelompok.
2. Setiap masing-masing polybag diisi tanah sebanyak mungkin hingga
memenuhi polybag, padatkan agar polybag tidak mudah roboh.
3. Lipat bagian atas selebar 2-3cm, agar bagian atas tidak terlipat saat
penyiraman.
4. Selama masa menunggu stum mata tidur, tanah diberi air agar menjaga
kelembaban tanah.
5. Susun tata letak pada denah percobaan
6. Praktikum pertama selesai dilakukan.
Praktikum 2 (Penanaman stum mata tidur)
1. Sediakan masing-masing stum mata tidur untuk setiap polybag, stum mata
tidur yang digunakan adalah klon PB.260
2. Pilihlah stum mata tidur yang baik.
3. Potong akar-akar kecil yang terdapat pada masing-masing stum mata tidur
4. Stum terlebih dahulu dipotong akarnya tersisa panjang 25-35cm.
5. Pembuatan lubang tanam dengan bantuan kayu bulat seukuran ±1,5 cm.
tusukkan ketengah polybag secara vertical sedalam akar stum.
6. Masukkan akar stum dengan arah utara-selatan, padatkan sekitar pangkal
stum.
7. Setelah itu, berikan air hingga jenuh.
8. Praktikum ke – 2 selesai dilakukan.
Praktikum 3 (Pelepasan Plastik Pembungkus Okulasi)
1. Setelah 4 hari berselang, buka ikatan plastic pada stum mata tidur dengan
pisau cutter dari belakang batang okulasi. Praktikm ini di laksanakan pada
Selasa, 01 April 2014.
Praktikum 4 (Pemberian Perlakuan Pupuk NPK (Mutiara) Dan Urin Sapi)
1. Sediakan pupuk NPK mutiara dan Urin sapi untuk perlakuan pada tanaman
karet.
2. Kegiatan ini dilakukan sebanyak 5 perlakuan yang berbeda-beda dengan 4
(empat) kali pengulangan, yaitu:
P1 : 100% pupuk NPK
P2 : 75% pupuk NPK + 25% urin
P3 : 50% pupuk NPK + 50% urin
P4 : 25% pupuk NPK + 75% urin
P5 : 100% urin
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
6.1. Hasil
Praktikum 1
Pengisian polybag
Praktikum 2
Penanaman stum
Praktikum 3
Pelepasan plastik stum
Praktikum 4
Pemberian Perlakuan Pupuk NPK
(Mutiara) Dan Urin Sapi
6.2. Pembahasan
6.2.1 Pengisian polybag
penggunaan bibit polybag dalam pembibitan karet bertujuan untuk
memperoleh pertumbuhan pertumbuhan tanaman karet yang merata dan mengurangi
akibat buruk dari pemindahan bibit (transplanting) dilapangan.
Keuntungan pembibitan polybag :
pertumbuhan tanaman di lapangan lebih seragam dan lebih kuat, persentase
kematian rendah, bahkan tidak ada.
Pertumbuhan akan lebih sempurna dan tidak ada stagnasi pada saat
pemindahan.
Bibit yang di pindahkan kelapangan adalah bibit yang benar-benar tumbuh
baik karena seleksi dapat di laksanakan dengan mudah dan tepat.
Seleksi klon lebih mudah di laksanakan, sehingga pemisahannya dalam
penanaman di lapangan lebih mudah.
Perhatian dalam pemeliharaan lebih baik, sehingga bibit polybag
memungkinkan masa sadap lebih awal.
Kondisi bibit lebih kuat, sehingga pelaksanaan penanama di lapangan dapat
lebih awal, walaupun hujan belum banyak.
6.2.2 Penanaman stum mata tidur
Kriteria Bibit Stump Mata Tidur yang Baik
Memiliki akar tunggang lurus, tidak bercabang, panjangminimal 35 cm dan
akar lateral yang disisakan panjangnya 5cm.
Tinggi batang di atas okulasi sekitar 5-7 cm, memiliki diameter batang sekitar
2,5 cm. Bagian bekas pemotongan diolesi TB 192 atau parafin.
Mata okulasi tempelan terlihat hidup (Perisai mata okulasi berwarna hijau
kalau digores).
Jika bibit memiliki akar tunggang lebih dari satu, pilih satu akar tunggang
yang paling baik dan yang lainnya dibuang.
6.2.3 Pelepasan Plastik Pembungkus Okulasi
Pelepasan plastic pada stum bertujuan untuk memudahkan mentis keluar.
Mengetahui bagus tidaknya mata tunas.
6.2.4 Pemberian Perlakuan Pupuk NPK (Mutiara) Dan Urin Sapi
pemberian pupuk NPK dan urin sapi bertujuan untuk member perlakuan pada
setiap tanaman karet, dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pada
80 tanaman. Yang akan di teliti pada praktikum berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Setyamidjaja, D. 1993. Karet Budidaya dan Pengolahan. Penerbit Kanisius,
Yogyakarta.
Amypalupy, K. 1988. Pengaruh Pengunaan Mulsa dan Periode Pemberian Air
Terhadap Pertumbuhan Bibit Karet Dalam kantong Palstik. Balai Penelitian
Perkebunan Sembawa. Sumatera Selatan.
Amypalupy, K. 1990. Pengaruh Tinggi dan Pemotongan Batang Bawah Pada system
Pencabutan Dengan Mengunakan Dongkrak Bibit Terhadap Pertumbuhan Bibit
Karet Dalam polybag. Pusat Penelitian Perkebunan Sembawa. Sumatera
Selatan.
Amypalupy. K, 2009. Pembuatan Bahan Tanam Dalam Sapta Bina Usaha Tani
Karet Rakyat. Pusat Penelitian Karet. Balai Penelitian Sembawa. Sumatera
Selatan.
Boerhendy, Kuswandi dan Amypalupy, 1992. Polybag Mini Untuk Mendukung
Pengembangan Karet Rakyat. Pusat Penelitian Perkebunan Sembawa. Sumatera
Selatan.
Direktorat Jenderal Bina Produksi Perkebunan, 2010. Statistik Perkebunan
IndonesiaTahun 2008-2010. Departemen Pertanian. Direktorat Jenderal Bina
Produksi Perkebunan. Jakarta.
Dinas Perkebunan, 2009. Statistik Perkebunan Provinsi Jambi tahun 2009. Dinas
Perkebunan Jambi.
Hadi dan Anwar, 2006. Dukungan Pusat Penelitian Karet Dalam Penyediaan Benih
Karet. Warta Perkareta. 25(1):1-12.
Hamidah (2009) Pengaruh Pengendalian Gulma dan Pemberian Pupuk NPK Phonska
Terhadap Pertumbuhan Tanaman Karet (Hevea Brasiliensis Mull. Arg) Pada
Klon PB 260. ISSN 2085-3584
Mokhatar, S, J, Daud, N, W. (2011). Performance of Hevea brasiliensis on Haplic
Acrisol Soil as Affected by Different Source of Fertilizer. Department of Crop
Science, Faculty of Agriculture University Putra Malaysia, (1) 1: 50
Nazaruddin dan F.B.Paimin, 2006. Karet Budidaya dan Pengolahan
StrategiPemasaran. Penebar Swadaya. Jakarta.
Pukesmawati.E.S. 2006. Respon Bibit Tanaman Karet (Hevea brasilliensis Mull Arg)
di Polybag Terhadap Pemberian Kinetin. Tesis Universitas Andalas Padang
Setiawan, D. H dan A. Andoko. 2010. Petunjuk Lengkap Budidaya Karet.
Agromedia Pustaka. Jakarta.