Respon Stum Okulasi Mata Tidur Karet (Hevea brasiliensis ... LUCY.pdf · tanaman semusim, sedangkan...

12
Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2015, Palembang 8-9 Oktober 2015 ISBN: 979-587-580-9 Respon Stum Okulasi Mata Tidur Karet (Hevea brasiliensis jacq.) pada Berbagai Takaran Larutan Mikroorganisme Lokal (MOL) Gamal Pada Media Tanam Ultisol Response of Oculation Stum of Grafting Rubber(Hevea brasiliensis jacq.) in Different Dose of Local Micrroorganisme (MOL)in Ultisol Planting Medium Lucy Robiartini Busroni *) dan Teguh Achadi * *Staff Pengajar Jurusan budidaya Pertanian FP Unsri *) Corresponding author: [email protected] ABSTRACT Rubber are the plants that have big contribution to improve the foreign exchange for indonesia. Rubber seedling grafting is a promising busines opportunity.The use of LMO (local micro-organisms) is one way for agricultural products safe for human health and environmental quality.This research aims to know the effect of the used of LMO dose to the grafting rubber seedlings. This research was conducted at the experimental farm of Agriculture Department, Agriculture Faculty, University of Sriwijaya, from November 2014 to June 2015.The experiment was conducted by Completely Randomized Design with six treatment and four replications. As for the treatment gaven, namely P 0 = without a LMO, P 1 = 100 mL, P 2 = 200 mL , P 3 = 300 mL and P 4 = 400 mL LMO gamal.The results showed that the provision of 100 mL LMO gamal solution was the correct balance optimal for the growth of the of budded stump of rubber. Key words: Stum, LMO, Ultisol ABSTRAK Karet adalah tanaman yang memiliki kontribusi besar dalam upaya peningkatan devisa Negara Indonesia. Stum okulasi mata tidur merupakan peluang bisnis yang menjanjikan. Penggunaan larutan MOL adalah salah satu cara agar hasil pertanian aman bagi kesehatan manusia dan lingkungan. Penelitian bertujuan untuk mendapatkan takaran larutan MOL gamal yang terbaik untuk pertumbuhan steum okulasi mata tidur karet. Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Unsri, dari bulan November 2014 sampai Juni 2015. Metode penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan lima perlakuan dan empat ulangan. Takaran MOL yang digunakan adalah P0 : tanpa pemberian MOL, P1 : 100 ml MOL, P2 : 200 ml MOL, P3 : 300 ml MOL, dan P4: 400 ml MOL. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian larutan MOL gamal yang efektif dan efisien terhadap pertumbuhan stum okulasi mata tidur karet adalah sebanyak 100 ml per stum. Kata kunci: Stum , MOL Gamal, Ultisol

Transcript of Respon Stum Okulasi Mata Tidur Karet (Hevea brasiliensis ... LUCY.pdf · tanaman semusim, sedangkan...

Page 1: Respon Stum Okulasi Mata Tidur Karet (Hevea brasiliensis ... LUCY.pdf · tanaman semusim, sedangkan untuk tanaman tahunan belum dilakukan. Beberapa Penelitian yang dilakukan untuk

Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2015, Palembang 8-9 Oktober 2015 ISBN: 979-587-580-9

Respon Stum Okulasi Mata Tidur Karet (Hevea brasiliensis jacq.) pada

Berbagai Takaran Larutan Mikroorganisme Lokal (MOL) Gamal Pada

Media Tanam Ultisol

Response of Oculation Stum of Grafting Rubber(Hevea brasiliensis jacq.) in

Different Dose of Local Micrroorganisme (MOL)in Ultisol Planting Medium

Lucy Robiartini Busroni

*) dan Teguh Achadi *

*Staff Pengajar Jurusan budidaya Pertanian FP Unsri *)

Corresponding author: [email protected]

ABSTRACT

Rubber are the plants that have big contribution to improve the foreign exchange for

indonesia. Rubber seedling grafting is a promising busines opportunity.The use of LMO (local

micro-organisms) is one way for agricultural products safe for human health and

environmental quality.This research aims to know the effect of the used of LMO dose to the

grafting rubber seedlings. This research was conducted at the experimental farm of

Agriculture Department, Agriculture Faculty, University of Sriwijaya, from November 2014

to June 2015.The experiment was conducted by Completely Randomized Design with six

treatment and four replications. As for the treatment gaven, namely P0 = without a LMO, P1

= 100 mL, P2 = 200 mL , P3= 300 mL and P4 = 400 mL LMO gamal.The results showed that

the provision of 100 mL LMO gamal solution was the correct balance optimal for the growth

of the of budded stump of rubber.

Key words: Stum, LMO, Ultisol

ABSTRAK

Karet adalah tanaman yang memiliki kontribusi besar dalam upaya peningkatan devisa Negara

Indonesia. Stum okulasi mata tidur merupakan peluang bisnis yang menjanjikan. Penggunaan

larutan MOL adalah salah satu cara agar hasil pertanian aman bagi kesehatan manusia dan

lingkungan. Penelitian bertujuan untuk mendapatkan takaran larutan MOL gamal yang terbaik

untuk pertumbuhan steum okulasi mata tidur karet. Penelitian dilaksanakan di kebun

percobaan jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Unsri, dari bulan November 2014

sampai Juni 2015. Metode penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap

(RAL) dengan lima perlakuan dan empat ulangan. Takaran MOL yang digunakan adalah P0 :

tanpa pemberian MOL, P1 : 100 ml MOL, P2 : 200 ml MOL, P3 : 300 ml MOL, dan P4: 400

ml MOL. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian larutan MOL gamal yang efektif

dan efisien terhadap pertumbuhan stum okulasi mata tidur karet adalah sebanyak 100 ml per

stum.

Kata kunci: Stum , MOL Gamal, Ultisol

Page 2: Respon Stum Okulasi Mata Tidur Karet (Hevea brasiliensis ... LUCY.pdf · tanaman semusim, sedangkan untuk tanaman tahunan belum dilakukan. Beberapa Penelitian yang dilakukan untuk

Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2015, Palembang 8-9 Oktober 2015 ISBN: 979-587-580-9

PENDAHULUAN

Karet adalah tanaman yang memiliki kontribusi besar dalam upaya peningkatan devisa

negara Indonesia. Karet merupakan komoditi ekspor yang sangat menjanjikan karena jumlah

konsumsi karet dunia terus mengalami peningkatan terutama beberapa tahun terakhir, pada

tahun 2009 konsumsi karet dunia sebesar 9,277 juta ton, tahun 2010 naik menjadi 10,664 juta

ton. Konsumsi karet dunia berbanding terbalik dengan produksi karet mentah dunia yang

hanya mampu memberikan sebanyak 9,702 juta ton karet pada tahun 2009 dan meningkat

menjadi 10,219 juta ton pada tahun 2010 artinya minus sekitar 445.000 ton (Dirjen PPHP,

2010). Berdasarkan kajian yang dilakukan oleh Universitas Free, Belanda kebutuhan

karet dunia akan mencapai lebih dari 25 juta ton dan 13,473 juta ton di antaranya adalah

karet alam, pada tahun 2020 mendatang. Kemampuan negara produsen karet alam untuk

memenuhi kebutuhan konsumen hanya sekitar 7,8 juta ton (Setiawan dan Agus, 2007).

Peluang pasar yang masih terbuka ini sangat potensial bagi Indonesia sebagai negara

produsen lateks terbesar di dunia untuk meningkatkan produksinya (Marchino, 2010).

Indonesia masih memiliki potensi untuk menjadi produsen utama karet dunia, hal ini

dikarenakan melihat banyaknya industri pabrik ban mobil yang mulai beralih dari karet

sintetis ke karet alam. Indonesia juga masih memiliki lahan yang cukup luas dan potensial

untuk pengembangan karet terutama di Kalimantan Barat, kalimantan Tengah,

Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur dan Papua. (Damanik, 2012).

Semakin meningkatnya pembangunan sub sektor perkebunan karet menyebabkan

kebutuhan akan stum semakin meningkat (Indraty, 2005). Oleh sebab itu perlu hati-hati dalam

memilih bibit stum untuk menghindari kegagalan (Lasminingsih, 2012). Stum yang banyak

digunakan sebagai bahan tanam adalah stum okulasi mata tidur karena persiapannya lebih

mudah, ringan, mudah diangkut dan biayanya relatif murah. Tetapi memiliki kelemahan

diantaranya adalah persentase kematian yang besar, kemungkinan tumbuhnya tunas palsu dan

pertumbuhan stum yang tidak seragam (Penebar swadaya, 2013). Keadaan tersebut dapat

diatasi dengan pemupukan yang berimbang, sebab pemupukan adalah upaya utama agar

mempercepat pertumbuhan (Parto et al. 2011).

Berdasarkan data rekomendasi pemupukan dari Balai Penelitian Sembawa (2014) stum

karet okulasi mata tidur dalam polybag membutuhkan Urea 17 g, Sp36 21 g, KCl 7 g dan

Kiserit 7 g (per polybag) untuk tiga bulan pertama. Artinya dalam tiga bulan stum karet

okulasi mata tidur dalam polybag membutuhkan N 7,82 g, P2O5 7,56 g, K2O 4,2 g dan MgO

2,1. Rekomendasi pemupukan cukup penting untuk mengefisienkan pupuk. Penggunaan

pupuk (anorganik) pada pertanian intensif secara besar-besaran berdampak pada

kerusakan lingkungan dan dapat membahayakan kesehatan manusia. Negara-negara maju

yang memiliki tingkat kesadaran yang tinggi terhadap kesehatan dan kepedulian lingkungan

memiliki kecenderungan pergeseran pola konsumsi pada hasil pertaniannya. Semua yang

dibudidayakan dikembangkan secara organik atau pertanian ramah lingkungan sehingga

penggunaan masukan kimiawi menjadi seminim mungkin. Tujuannya adalah supaya hasil

pertaniannya aman bagi kesehatan manusia dan lingkungan (Jayadi, 2009).

Penggunaan MOL adalah cara agar hasil pertanian aman bagi kesehatan manusia dan

lingkungan. MOL adalah cairan yang berasal dari fermentasi bahan organik, MOL dapat

digunakan untuk menambah unsur hara di dalam tanah (Jayadi, 2009). Pembuatan MOL dapat

dibuat dengan berbagai bahan, yaitu urin sapi, domba, kelinci, rebung , air tebu, batang pisang,

buah maja, air nira, air kelapa, keong dan daun-daunan (Tinaprila, 2012).

Page 3: Respon Stum Okulasi Mata Tidur Karet (Hevea brasiliensis ... LUCY.pdf · tanaman semusim, sedangkan untuk tanaman tahunan belum dilakukan. Beberapa Penelitian yang dilakukan untuk

Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2015, Palembang 8-9 Oktober 2015 ISBN: 979-587-580-9

Gamal adalah salah satu tanaman dari famili leguminosae mengandung berbagai

hara esensial yang cukup tinggi bagi pemenuhan hara bagi tanaman pada umumnya.

Foroughbakhch, et al. (2012) menyatakan daun gamal mengandung unsur Ca, Mg, P, Cu, Zn,

Fe, Co, Mn, Al, Na, Cr dan memiliki kandungan bahan organik yang cukup tinggi. Gamal

banyak digunakan sebagai bahan tambahan untuk pakan ternak karena memiliki nilai kalori

4900 kcal kg-1

(Joker, 2005).

Penelitian tentang pemberian pupuk organik dari daun gamal banyak dilakukan pada

tanaman semusim, sedangkan untuk tanaman tahunan belum dilakukan. Beberapa Penelitian

yang dilakukan untuk melihat kualitas pupuk organik dari daun gamal pada tanaman semusim

antara lain, penelitian yang dilakukan Jayadi (2009) menyimpulkan bahwa tanaman jagung

memberikan respon yang sangat nyata terhadap pemberian pupuk organik cair daun gamal

segar maupun dari pupuk organik cair dari daun gamal kering. Berdasarkan penelitian

yang dilakukan Purwanto 2007 mengatakan tanaman gamal yang berumur satu tahun

mengandung 3-6% N, 0,31% P, 0,77% K, 15-30% serat kasar dan 10% abu K. Pada penelitian

Nugroho (2007) pemupukan G. sepium dengan dosis 10 ton ha-1

atau 11,8 g tanaman-1

dijadikan standar karena hasil budidaya dari perlakuan tersebut mampu menghasilkan

produksi di atas hasil produksi rata-rata petani selada . Penelitian Seni et al. (2013)

menyimpulkan bahwa konsentrasi daun gamal 600 cc l-1

dengan lama fermentasi tiga

minggu memilki kualitas larutan MOL yang terbaik.

Penggunaan MOL gamal dilakukan untuk menguji berbagai takaran MOL terhadap stum

okulasi mata tidur karena mengingat sejalannya waktu bahan organik akan habis jika

digunakan terus-menerus secara berlebihan.

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu. Penelitian ini dilaksanakan di kebun percobaan Jurusan Budidaya

Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya. Kegiatan penelitian ini dimulai pada

bulan Oktober 2014 sampai Juni 2015.

Alat dan Bahan. Alat-alat yang digunakan adalah cangkul, ember, kamera, parang dan

pisau okulasi. Bahan-bahan yang digunakan adalah Air, MOL gamal, Polybag 15 cm x 35 cm,

okulasi mata tidur tanaman karet, tanah.

Metode Penelitian. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan

acak Lengkap (RAL) dengan enam perlakuaan dan empat ulangan, dalam satu ulangan

terdapat 10 bibit tanaman karet okulasi mata tidur. Perlakuan tersebut adalah :

P0 : tanpa MOL dan pupuk yang mengandung unsur NPK

P1: 100 mL

P2: 200 mL

P3: 300 mL

P4: 400 mL

Persiapan Lahan dan Media Tanam. Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan

Jurusan Bududaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya. Dibuatnaungan dengan

ukuran7 m x 2 m dan tinggi 1 m. Stum okulasi mata tidur (OMT) ditanam dipolybag ukuran

15 cm x 35 cm yang diisi dengan tanah posdolik merah kuning (PMK) sebanyak 2,5 kg yang

diambil dari kebun Arboretum, Universitas Sriwijaya Indralaya. Tanah yang diambil

sebelumnya di bersihkan dari seresah-seresah pohon terlebih dahulu tanpa dilakukan

pengayakan.

Page 4: Respon Stum Okulasi Mata Tidur Karet (Hevea brasiliensis ... LUCY.pdf · tanaman semusim, sedangkan untuk tanaman tahunan belum dilakukan. Beberapa Penelitian yang dilakukan untuk

Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2015, Palembang 8-9 Oktober 2015 ISBN: 979-587-580-9

Persiapan Bahan Tanam. Penelitian ini menggunakan bibit OMT klon PB 260 yang

berumur rata-rata 25 hari setelah okulasi.

Penanaman. Sebelum penanaman media tanah di polybagdalam kondisi jenuh air.

Caranya yaitu dengan merendam polybag ke dalam baskom besar yang terisi penuh oleh air

selama kurang lebih lima menit. Setelah lima menit, bibit ditanam ke dalam polybag yang di

rendam kemudian keluarkan polybag dan di susun sesuai denah penelitian.

Pemberian Perlakuan. Larutan MOL yang diberikan ketanaman adalah 0 mL, 100 mL,

200 mL, 300 mL dan400 mL. Pupuk diberikan ke media tanam dalam bentuk larutan sesuai

dengan takaran perlakuan. Pemberian perlakuan dilakukan pada sore hari untuk mengurangi

penguapan. Perlakuan diberikan per polybag setelah dua minggu penanaman.

Untuk pemberian 100 mL, mol diberikan sebanyak tiga kali dengan takaran 50 mL

untuk bulan pertama, 25 mL untuk bulan kedua dan 25 mL untuk bulan ketiga. Untuk

pemberian 200 mL pemberian mol dilakukan sebanyak empat kali dengan takaran 50 mL

setiap bulannya sampai bulan ke empat. Untuk pemberian 300 mL pemberian mol dilakukan

sebanyak empat kali dengan takaran 75 mL setiap bulannya sampai bulan ke empat. Untuk

pemberian 400 mL mol diberikan sebanyak empat kali dengan takaran 100 mL setiap

bulannya sampai bulan ke empat. Karena kapasitas dari polybag hanya 75 mL mol maka

pemberian mol pada perlakuan 400 mL dibagi menjadi 75 mL diberikan secara bersamaan

dengan perlakuan lain dan 25 mL diberikan satu hari setelahnya.

Pemeliharaan. Pemeliharaan meliputi penyiraman yang dilakukan setiap pagi dan sore,

penyiangan gulma yang dilakukan setiap satu minggu sekali danapabila terjadi serangan hama

dan penyakit maka dilakukan pengendalian, dan pembuangan tunas palsu dilakukan apabila

ada tunas palsu yang muncul.

Pecah mata okulasi (hari). Pengamatan dimulai satu hari setelah tanam sampai

pecahnya mata okulasi, yaitu saat mata tunas sudah mentis dan berwarna hijau.

Tinggi Tunas (cm). Tinggi tunas mulai dihitung saat tinggi tunas 5 cm dari pertautan

okulasi, pengukuran tinggi tunas dilakukan setiap satu minggu sekali.

Jumlah helai daun (helai). Perhitungan jumlah helai daun dilakukan satu minggu sekali

setelah daun sudah terbuka sempurna.

Berat segar dan berat kering tunas (g). Penimbangan berat segar tunas dilakukan saat

tunas tanaman belum di oven dengan menimbang berat tunas setelah dibongkar dan

penimbangan berat kering tunas dilakukan setelah tunas tanaman karet di keringkan di dalam

oven. Tunas di oven dengan suhu 105 0C selama 24 jam.

Berat segar dan berat kering akar (g). Penimbangan berat segar akar dilakukan saat

akar tanaman belum di oven dengan menimbang bagian akar lateral yang telah dibersihkan

setelah dibongkar dari polibeg dan penimbangan berat kering akar dilakukan setelah akar

tanaman karet di keringkan di dalam oven. Akar di oven dengan suhu 105 0C selama 24 jam.

Persentase tunas hidup (%). Menghitung persentase tunas hidup dilakukan dengan

cara menghitung semua tanaman yang hidup dan mati, dibagi jumlah seluruh tanaman dan

dikali 100%.

Analisis bahan organik tanah (%). Analisis tanah yang dilakukan meliputi kandungan

bahan organik tanah. Analisis tanah ini dilakukan guna untuk mengetahui apakah ada

peningkatan kandungan bahan organik dalam tanah setelah diberikan MOL gamal. Caranya

dengan membandingkan hasil analisis awal yaitu analisis yang dilakukan sebelum penanaman

dengan analisis akhir yaitu analisis yang dilakukan setelah penelitian.

Page 5: Respon Stum Okulasi Mata Tidur Karet (Hevea brasiliensis ... LUCY.pdf · tanaman semusim, sedangkan untuk tanaman tahunan belum dilakukan. Beberapa Penelitian yang dilakukan untuk

Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2015, Palembang 8-9 Oktober 2015 ISBN: 979-587-580-9

Analisia Data. Data yang didapatkan dianalisis dengan menggunakan Analysis of

Variance(Anova) dan jika berbeda nyata dilakukan uji lanjut BNT 5%.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil analisis keragaman (uji F) didapatkan hasil bahwa pemberian mikro

organisme lokal (MOL) gamal dengan berbagai takaran untuk bibit okulasi mata tidur tanaman

karet klon PB 260 berpengaruh nyata terhadap peubah pecah mata okulasi (hari) dan tinggi

tunas (cm) dan tidak nyata pada peubah jumlah helai daun (helai), persentase tunas hidup (%),

berat segar tunas (g) berat kering tunas (g), berat segar akar (g) dan berat kering akar (g).

Tabel 4.1. Hasil analisis keragaman terhadap peubah yang diamati

No Peubah F hitung KK

1. Pecahnya mata okulasi (hari) 3,58*

12,52

2. Tinggi tunas (cm) 3,73* 8,94

3. Jumlah helai daun (helai) 1,76tn 27,94

4. Persentase tunas hidup (%) 1,97tn 19,94

5. Berat segar tunas (g) 1,80tn 40,13

6. Berat kering tunas (g) 1,02tn 42.52

7. Berat segar akar (g) 0,48tn 38.10

8. Berat kering akar (g) 0,26tn

41.59

F tabel 0,05 3,05

tn = tidak nyata * = nyata

1. Pecah Mata Okulasi (hari)

Pemberian larutan MOL gamal dengan berbagai takaran berpengaruh nyata terhadap

pecahnya mata okulasi berdasarkan uji BNT 0,05 (Tabel 4.2). Berdasarkan hasil pengamatan

rata-rata pecah mata okulasi tercepat adalah pada pemberian larutan MOL gamal dengan

takaran 400 mL yaitu 21,88 hari dan terlama pada pemberian larutan MOL dengan takaran

300 mL.

Tabel 4.2. Pengaruh pemberian larutan MOL gamal terhadap pecahnya mata okulasi (hari).

Perlakuan Rata-rata Notasi

P0 27.66 b

P1 22.97 a

P2 27.43 b

P3 28.55 b

P4 21.88 a

BNT 0,05 2,42

Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama berarti tidak berbeda nyata

2. Tinggi Tunas (cm)

Pemberian larutan MOL gamal berpengaruh nyata terhadap tinggi tunas. Berdasarkan

hasil pengukuran tinggi tunas rata-rata tinggi tunas tertinggi adalah pemberian 400 mL yaitu

36,54 cm danrata-rata tinggi tunas terendah terdapat pada perlakuan 0 mL yaitu 26,64 cm.

Page 6: Respon Stum Okulasi Mata Tidur Karet (Hevea brasiliensis ... LUCY.pdf · tanaman semusim, sedangkan untuk tanaman tahunan belum dilakukan. Beberapa Penelitian yang dilakukan untuk

Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2015, Palembang 8-9 Oktober 2015 ISBN: 979-587-580-9

Hasil uji BNT 0,05 terhadap tinggi tunas menunjukkan bahwa pemberian larutan MOL

gamal memberikan pengaruh nyata (Tabel 4.3).

Tabel 4.3. Pengaruh pemberian larutan MOL gamal terhadap tinggi tunas (cm)

Perlakuan Rata-rata Notasi

P0 26,64 a

P2 33,44 b

P3 36,03 c

P4 36,39 c

P5 36,54 c

BNT 0,05 2,28 Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama berarti tidak berbeda nyata

3. Jumlah Helai Daun (Helai)

Berdasarkan hasil pengamatan jumlah helai daun, rata-rata jumlah helai daun terbanyak

adalah pemberian 400 mL yaitu 34,25 helai daundan rata-rata jumlah helai daun terendah

terdapat pada perlakuan pemberian 0 mL yaitu 19,73 helai daun.

Gambar 4.1. Pengaruh pemberian larutan MOL gamal terhadap Jumlah Daun

P0 P1 P2 P3 P4

Gambar 4.2. Penampilan bibit tanaman karet pada berbagai perlakuan

22.23 27.43

23.17

29.71 34.75

P0 P1 P2 P3 P4

Jum

lah

Dau

n (

hel

ai)

Page 7: Respon Stum Okulasi Mata Tidur Karet (Hevea brasiliensis ... LUCY.pdf · tanaman semusim, sedangkan untuk tanaman tahunan belum dilakukan. Beberapa Penelitian yang dilakukan untuk

Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2015, Palembang 8-9 Oktober 2015 ISBN: 979-587-580-9

4. Persentase Tunas Hidup (%)

Gambar 4.3. Pengaruh pemberian larutan MOL gamal terhadap Persentase Tunas Hidup

Pemberian larutan MOL gamal berpengaruh tidak nyata terhadap Persentase tunas

hidup. Berdasarkan hasil pengamatan jumlah tanaman yang hidup, rata-rata jumlah tanaman

yang hidup dengan persentase tertinggi adalah pada pemberian 100 mL yaitu 85%. Rata-rata

persentase tunas hidup terendah terdapat pada perlakuan pemberian 200 mL yaitu

60%(Gambar 4.3).

5. Berat Segar dan Berat Kering Tunas (g)

Pemberian larutan MOL gamal tidak berpengaruh nyata terhadap berat segar tunas.

Berdasarkan hasil penimbangan berat segar tunas, rata-rata berat segar tunas tertinggi adalah

pemberian 400 mL yaitu 21,78 g dan rata-rata berat segar tunas terendah terdapat pada

perlakuan 0 mL yaitu 10,63 g (Gambar 4.4).

Gambar 4.4. Pengaruh pemberian larutan MOL gamal terhadap Berat Segar Tunas (g)

Pemberian larutan MOL gamal berpengaruh tidak nyata terhadap berat kering tunas.

Berdasarkan hasil penimbangan berat kering tunas, rata-rata berat kering tunas tertinggi adalah

pemberian 400 mL yaitu 7,00 g dan rata-rata berat kering tunas terendah terdapat pada

perlakuan pemberian 0 mL yaitu 4, 23 g (Gambar 4.4)

67.50

85.00

60.00 65.00

72.50

P0 P1 P2 P3 P4

Per

senta

se T

unas

Hid

up (

%)

10.63

15.75 13.58

18.62

21.78

P0 P1 P2 P3 P4

Ber

at S

egar

Tu

nas

(g

)

Page 8: Respon Stum Okulasi Mata Tidur Karet (Hevea brasiliensis ... LUCY.pdf · tanaman semusim, sedangkan untuk tanaman tahunan belum dilakukan. Beberapa Penelitian yang dilakukan untuk

Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2015, Palembang 8-9 Oktober 2015 ISBN: 979-587-580-9

Gambar 4.5. Pengaruh pemberian larutan MOL gamal terhadap berat kering tunas (g)

6. Berat Segar dan Berat Kering Akar (g)

Gambar 4.6. Pengaruh pemberian larutan MOL gamal terhadap berat segar akar (g)

Pemberian larutan MOL gamal berpengaruh tidak nyata terhadap berat segar akar.

Berdasarkan hasil penimbangan berat segar akar, rata-rata berat segar tertinggi adalah pada

pemberian larutan gamal 300 mL yaitu 9,69 g. Rata-rata berat segar akar terendah terdapat

pada pemberian larutan MOL gamal 0 mL yaitu 7,17 g (Gambar 4.6).

Gambar 4.7. Pengaruh pemberian larutan MOL gamal terhadap berat kering akar (g)

Pemberian larutan MOL gamal berpengaruh tidak nyata terhadap berat kering akar.

Berdasarkan hasil penimbangan berat kering akar, rata-rata berat kering tertinggi adalah pada

pemberian larutan gamal 300 mL yaitu 2,80 g. Rata-rata berat segar akar terendah terdapat

pada pemberian larutan MOL gamal 0 mL yaitu 2,16 g (Gambar 4.7).

4.23

5.36 4.84

6.80 7.00

P0 P1 P2 P3 P4

Ber

at K

erin

g T

un

as (

g)

7.17 7.22 7.96

9.69

7.48

P0 P1 P2 P3 P4

Ber

at S

eag

r A

kar

(g)

2.16 2.23 2.38 2.80

2.56

P0 P1 P2 P3 P4

Ber

at K

erin

g A

kar

(g

)

Page 9: Respon Stum Okulasi Mata Tidur Karet (Hevea brasiliensis ... LUCY.pdf · tanaman semusim, sedangkan untuk tanaman tahunan belum dilakukan. Beberapa Penelitian yang dilakukan untuk

Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2015, Palembang 8-9 Oktober 2015 ISBN: 979-587-580-9

P0 P1 P2P3 P4

Gambar 4.8. Pertumbuhan akar tanaman karet pada berbagai perlakuan

7. Analisis Bahan Organik Tanah(%)

Berdasarkan hasil analisis bahan organik tanah di laboratorium Kimia, Biologi dan

Kesuburan Tanah Jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya pemberian

larutan MOL gamal dapat meningkatkan kandungan bahan organik tanah. Kandungan bahan

organik tanah tertinggi adalah pada pemberian larutan gamal 300 mL yaitu 0,61%.

Kandungan bahan organik terendah terdapat pada pemberian larutan MOL gamal 0 mL yaitu

0,34% (Gambar 4.9).

Gambar 4.9. Pengaruh pemberian larutan MOL gamal terhadap kandungan bahan organik

PEMBAHASAN

Pemberian larutan MOL gamal berpengaruh nyata terhadap pecahnya mata okulasi,

berdasarkan hasil rata-rata waktu pecahnya mata okulasi di dapatkan hasil bahwa perlakuan

tercepat adalah pemberian takaran 400 mL yaitu 21,88 hari. Hal ini diduga karena terdapat

banyak mikroorganisme perombak yang mampu membuat kebutuhan stum karet terpenuhi.

Menurut Handayani et al. (2015) Larutan MOL mengandung unsur hara makro, mikro,

dan mengandung mikroorganisme yang berpotensi sebagai perombak bahan organik,

perangsang pertumbuhan, dan agen pengendali hama dan penyakit tanaman sehingga

baik digunakan sebagai dekomposer, pupuk hayati, dan pestisida organik. larutan MOL

merupakan larutan hasil fermentasi dengan bahan baku berbagai sumber daya yang

tersedia di sekitar lingkungan, seperti nasi, daun gamal, keong mas, bonggol pisang, dan

lain-lain. Bahan-bahan tersebut disukai oleh perombak bahan-bahan organik (dekomposer)

sebagai media untuk hidup dan berkembangnya sehingga berguna dalam mempercepat

atau sebagai tambahan nutrisi bagi tanaman.

0.34

0.48

0.58 0.61 0.58

P0 P1 P2 P3 400 mL

Bah

an O

rgan

ik (

%)

Page 10: Respon Stum Okulasi Mata Tidur Karet (Hevea brasiliensis ... LUCY.pdf · tanaman semusim, sedangkan untuk tanaman tahunan belum dilakukan. Beberapa Penelitian yang dilakukan untuk

Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2015, Palembang 8-9 Oktober 2015 ISBN: 979-587-580-9

Pecahnya mata okulasi juga dapat dipegaruhi oleh proses metabolisme dalam tanaman.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Syukur (2013), pecahnya mata tunas terjadi mulai

umur 10 hingga 40 hari setelah tanam hal ini tergantung dari klon yang digunakan sebagai

batang atas, hal ini diduga dipengaruhi oleh proses metabolisme di dalam tanaman yang

selanjutnya berpengaruh pada laju kecepatan pemecahan mata tunas.

Menurut Indarty (2007) kecepatan pemecahan mata tunas dipengaruhi oleh umur

pohon induk yang digunakan sebagai batang atas (entres). Pohon induk berumur 2 tahun

tingkat keberhasilan okulasi 96% dan kecepatan pemecahan mata tunas dalam 2 minggu

mencapai 80%. Sedangkan pohon induk yang berumur 22 tahun tingkat keberhasilannya

hanya 80% dan kecepatan pemecahan mata tunas hanya 63,5%.

Hampir pada semua peubah tidak terdapat banyak perbedaan pada berbagai takaran

pemberian Mol gamal (0 mL, 100 mL, 200 mL, 300 mL dan 400 mL). Perbedaan hanya

terdapat pada pecah mata okulasi (hari) (Tabel 4.2) dan pertumbuhan tanaman tinggi tunas

(tabel 4.3) sedangkan untuk peubah jumlah helai daun (Gambar 4.1), persentase tunas hidup

(Gambar 4.3), berat segar tunas (tabel 4.4) berat kering tunas (Gambar 4.5), berat segar akar

(Gambar 4.6) dan berat kering akar (Gambar 4.7) Pemberian 100 mL Mol gamal merupakan

pemberian yg paling optimal. Hal ini didasarkan pada hasil uji BNT 5% pada pecah mata

okulasi (Tabel 4.1) dan tinggi tunas (tabel 4.2). Pemberian 100 mL mol gamal tidak berbeda

nyata dengan perlakuan terbaik pada pecah mata okulasi, memiliki persentase tunas hidup

tertinggi yaitu 85 % dan tinggi tunas yang tidak berbeda jauh dengan perlakuan terbaik (Tabel

4.3).

Pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh kandungan bahan organik dalam tanah. Menurut

Maryani et al. (2012) kondisi tanah yang baik, baik segi fisik, kimia maupun biologi akan

membuat pertumbuhan dan perkembangan bibit yang baik. Berdasarkan hasil analisis bahan

organik tanah di laboratorium Kimia, Biologi dan Kesuburan Tanah Jurusan Ilmu Tanah

Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya pemberian larutan MOL gamal dapat meningkatkan

kandungan bahan organik tanah. Kandungan bahan organik tanah tertinggi adalah pada

pemberian larutan gamal 300 mL yaitu 0,61% (Gambar 4.9). Namun selisih antar perlakuan

tidak berbeda jauh dan percepatan perombakan bahan organik untukmenciptakan lingkungan

tumbuh yang baik bagi stum tidak terlihat perbedaannya.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan yakniPemberian larutan MOL

gamal yang optimal untuk pertumbuhan stum okulasi mata tidur adalah 100 mL.

DAFTAR PUSTAKA

Balai Penelitian Sembawa. 2014. Rekomendasi Pemupukan Tanaman karet. Balai Penelitian

Sembawa, Sembawa.

Damanik, S. 2012. Pengembangan Tanaman karet (Havea brasiliensis) Berkelanjutan Di

Indonesia. JurnalPerspektif 11 (1) 91 – 102. ISSN: 1412-8004.

Ditjen PPHP. 2014. Potensi dan Perkembangan Pasar Ekspor Tanaman karet Indonesia di

pasar Dunia. Kementerian Pertanian. http://pphp.deptan.go.id (Diakses tanggal 27

Maret 2014).

Page 11: Respon Stum Okulasi Mata Tidur Karet (Hevea brasiliensis ... LUCY.pdf · tanaman semusim, sedangkan untuk tanaman tahunan belum dilakukan. Beberapa Penelitian yang dilakukan untuk

Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2015, Palembang 8-9 Oktober 2015 ISBN: 979-587-580-9

Foroughbakhch PR., AC Parra, AR Estrada, MAA Vazquez and MLC Avila. 2012. Nutrient

Content and In Vitro Dry Matter Digestibility of Gliricidia sepium (Jacq.) Walp.

AndLaucaena leucocephala (Lam. De Wit.). Universidad Autonoma de Nuevo Leon,

Mexico.

Handayani SH. A Yani dan A Susilowati. 2015. Uji Kualitas Pupuk Organik Cair Dari

Berbagai Macam Mikroorganisme Lokal (MOL). El-Vivo 3(1) : 54-60. ISSN: 2339-

1901. http://jurnal.pasca.uns.ac.id

Indraty, I. S. 2005. Stum Tanaman karet Klonal dalam Polibeg Cocok Untuk Lahan Bekas

Hutan. Jurnal Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian 27 (6) : 16-17.

Indarty, I,S, 2007. Batasan umur kebun kayu okulasi untuk perbanyakan tanaman karet.

Warta perkaretan. Pusat penelitian karet. Lembaga riset perkebunan Indonesia. (26) 2 :

52-57.

Jayadi, M. 2009. Pengaruh Pupuk Organik Cair Daun Gamal Dan Pupuk Anorganik Terhadap

Pertumbuhan Tanaman Jagung. JurnalAgrisistem, Desember 2009, 5 (2).

Joker, D. 2005. Seed Leaflet Gliricidia sepium (Jacq.) Steud. Denmark : Forest & Landscape

No. 51.

Lakitan B. 2011. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. Cetakan ke-10. PT Raja Grafindo Persada.

Jakarta.

Lasminingsih M, H.H. Sipayung. 2012. Petunjuk Praktis Pemstuman Tanaman karet. Jakarta.

PT. Agromedia Pustaka

Marchino F., Y.M. Zen, I. Suliansyah. 2010. Pertumbuhan Stum Mata Tidur Beberapa Klon

Entres Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) pada Batang Bawah Pb 260 di

Lapangan. Jerami volume 3 (3) September – Desember 2010. ISSN 1979-0228

Maryani A.T., Akmal, E.H. Tarigan. 2012. Respon Pertumbuhan Bibit Karet (Hevea

brasiliensis Muell. Arg.) terhadap Campuran Pupuk NPK dan Arang Hayati (Bibit Karet

Asal Biji dan Approach Grafting dengan Jelutung (Dyera lowii)). ISSN:2302-6472.

1(3):171-178.

Nugroho, Y. A. 2007. Peningkatan Sinkronisasi Nitrogen Pemupukan Biomas Tanaman

Gamal (Gliricidia sepium) Pada Budidaya Selada (Lactuca sativa) Berbasis Modeling

Dinamik. Journal of Tropical Soils 14 (2).

Parto, Y, Y. Syawal dan T. Achadi. 2011. Pengaruh Penggunaan Pupuk Urea dan Aplikasi

Pestisida Pra-Tumbuh Terhadap Pertumbuhan Stum Tanaman karet (Hevea brasiliensis

Muell.Arg.) dan Gulma di Pemstuman. JurnalAgrovivor Volume 5 (2) ISSN: 1979-

5777.

Purwanto. 2007. Pemanfaatan Daun Gamal Sebagai Larutan MOL.

Onlinehttp://riefarm.blogspot.com/. (Diakses tanggal 27 Maret 2014).

Seni, I.A.Y, I.W.D. Atmaja dan N.W.S. Sutari. 2013. Analisis Kualitas Larutan MOL

(Mikoorganisme Lokal) Berbasis Daun Gamal (Gliricidia Sepium ). E-Jurnal

Agroekoteknologi Tropika ISSN: 2301-6515.

Setiawan, D.H. dan Agus, A. 2007. Petunjuk Lengkap Budidaya Karet. AgroMedia

Pustaka. Jakarta.

Syukur. 2013. Kajian Okulasi Benih Tanaman karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg)

dengan Perbedaan Mata Tunas (Entres) dan Klon. Widyaswara Balai Pelatihan

Pertanian Jambi. Jambi.

Tim Penulis PS. 2013. Panduan Lengkap Tanaman karet. Jakarta : Penebar Swadaya.

Page 12: Respon Stum Okulasi Mata Tidur Karet (Hevea brasiliensis ... LUCY.pdf · tanaman semusim, sedangkan untuk tanaman tahunan belum dilakukan. Beberapa Penelitian yang dilakukan untuk

Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2015, Palembang 8-9 Oktober 2015 ISBN: 979-587-580-9

Tinaprila, N. 2012. Pengaruh Penerapan Teknologi Organik Sri (System Rice Intensification)

Terhadap Penggunaan Sumber Modal Eksternal (Kasus Petani Padi Di Kecamatan

Kebon Pedes, Kabupaten Sukabumi). Prosiding Seminar Penelitian Unggulan

Departemen Agribisnis 2012.