PENGARUH MODEL POLYBAG DAN BEDENG TERHADAP...

15
PENGARUH MODEL POLYBAG DAN BEDENG TERHADAP PERTUMBUHAN TIGA PROVENAN RAMIN DI PERSEMAIAN BPK BANJARBARU Rusmana dan Arif Susianto Balai Penelitian Kehutanan Banjarbaru Jl. A. Yani Km 28,7, Landasan Ulin, Banjarbaru 70721 E-mail : [email protected] ABSTRAK Ramin (Gonystylus bancanus Miq. Kurz.) sat ini sudah langka dan penebangannya diatur berdasarkan kuota. Selain itu sulitnya untuk memperoleh benih generatif jenis ramin karena musim berbuahnya tidak menentu dan tidak setiap tahun. Pembangunan kebun pangkasan merupakan satu alternatif yang urgen untuk memperoleh benih vegetatif (bahan stek). Kebun pangkasan dibangun dengan 2 metode yaitu polybag dan bedeng. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh model polybag dan bedeng serta karakter pertumbuhan kebun pangkasan ramin dari masing-masing provenan sebagai sumber benih vegetatif (bahan stek). Rancangan percobaan menggunakan rancangan acak lengkap pola splitplot. Main plot adalah metode kebun pangkasan bedeng dan wadah polybag. Sebagai sub plotnya adalah provenan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan dari masing-masing provenan cukup baik dengan persentase hidup antara 90 – 95%. Untuk pertumbuhan model kebun pangkasan dengan wadah polybag (volume 10 liter/10 kg) menunjukkan pertumbuhan yang lebih baik dibanding model bedengpada umur 2 bulan. Kata Kunci: Konservasi, Ramin,Gonysthylus bancanus (Miq.)Kurtz.), Kebun pangkasan, stek I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ramin (Gonystylus bancanus (Miq.) Kurz.), adalah hasil hutan kayu dari kawasan rawa gambut yang sangat komersildi pasaran nasional maupun internasional sebelum tahun 2004. Ramin tergolong famili Themyliaceae (Martawidjaya, et. al., 1989) dan pada tahun 2004 masuk dalam Appendix III CITES (Convention on International Trade in Endangered Species), (Istomo, et.al., 2006; Wardhani et.al., 2010; Setyawati, 2010). Artinya ramin sudah dalam kategori terancam punah dan perlu rencana aksi konservasi agar tidak punah. Diperlukan teknik koservasi melalui teknik silvikultur untuk pelestarian ramin. Salah satunya adalah pembangunan sumber benih, pembangunan kebun pangkasan sebagai stockplant atau tanaman donor untuk mendapatkan bahan stek sebagai benih vegetatif untuk tindakan alternatif benih berupa biji ( seed) yang sulit diperoleh saat ini.Selain itu pengembangan produksi bibit dengan cara stek pucuk dan penanaman serta pemeliharaan ramin di lahan rawa gambut, diperlukan secara terus menerus setiap tahun (Tajudin et.al., 2010). Teknik produksi bibit dengan cara stek, saat ini telah dikuasai (Sumbayak dan Komar, 2010). 29

Transcript of PENGARUH MODEL POLYBAG DAN BEDENG TERHADAP...

Page 1: PENGARUH MODEL POLYBAG DAN BEDENG TERHADAP …foreibanjarbaru.or.id/wp-content/uploads/2016/07/Galam-Volume-I... · Diperlukan teknik koservasi melalui teknik silvikultur untuk pelestarian

PENGARUH MODEL POLYBAG DAN BEDENG TERHADAP PERTUMBUHAN TIGA PROVENAN

RAMIN DI PERSEMAIAN BPK BANJARBARU

Rusmana dan Arif Susianto

Balai Penelitian Kehutanan Banjarbaru

Jl. A. Yani Km 28,7, Landasan Ulin, Banjarbaru 70721 E-mail : [email protected]

ABSTRAK

Ramin (Gonystylus bancanus Miq. Kurz.) sat ini sudah langka dan penebangannya diatur berdasarkan kuota.

Selain itu sulitnya untuk memperoleh benih generatif jenis ramin karena musim berbuahnya tidak menentu dan

tidak setiap tahun. Pembangunan kebun pangkasan merupakan satu alternatif yang urgen untuk memperoleh

benih vegetatif (bahan stek). Kebun pangkasan dibangun dengan 2 metode yaitu polybag dan bedeng. Tujuan

penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh model polybag dan bedeng serta karakter pertumbuhan kebun

pangkasan ramin dari masing-masing provenan sebagai sumber benih vegetatif (bahan stek). Rancangan

percobaan menggunakan rancangan acak lengkap pola splitplot. Main plot adalah metode kebun pangkasan

bedeng dan wadah polybag. Sebagai sub plotnya adalah provenan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

pertumbuhan dari masing-masing provenan cukup baik dengan persentase hidup antara 90 – 95%. Untuk

pertumbuhan model kebun pangkasan dengan wadah polybag (volume 10 liter/10 kg) menunjukkan

pertumbuhan yang lebih baik dibanding model bedengpada umur 2 bulan.

Kata Kunci: Konservasi, Ramin,Gonysthylus bancanus (Miq.)Kurtz.), Kebun pangkasan, stek

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Ramin (Gonystylus bancanus (Miq.) Kurz.), adalah hasil hutan kayu dari kawasan rawa gambut yang sangat komersildi pasaran nasional maupun internasional sebelum tahun 2004. Ramin tergolong famili Themyliaceae (Martawidjaya, et. al., 1989) dan pada tahun 2004 masuk dalam Appendix III CITES (Convention on

International Trade in Endangered Species), (Istomo, et.al., 2006; Wardhani et.al., 2010; Setyawati, 2010). Artinya

ramin sudah dalam kategori terancam punah dan perlu rencana aksi konservasi agar tidak punah.

Diperlukan teknik koservasi melalui teknik silvikultur untuk pelestarian ramin. Salah satunya adalah

pembangunan sumber benih, pembangunan kebun pangkasan sebagai stockplant atau tanaman donor untuk

mendapatkan bahan stek sebagai benih vegetatif untuk tindakan alternatif benih berupa biji (seed) yang sulit

diperoleh saat ini.Selain itu pengembangan produksi bibit dengan cara stek pucuk dan penanaman serta

pemeliharaan ramin di lahan rawa gambut, diperlukan secara terus menerus setiap tahun (Tajudin et.al., 2010).

Teknik produksi bibit dengan cara stek, saat ini telah dikuasai (Sumbayak dan Komar, 2010).

29

Page 2: PENGARUH MODEL POLYBAG DAN BEDENG TERHADAP …foreibanjarbaru.or.id/wp-content/uploads/2016/07/Galam-Volume-I... · Diperlukan teknik koservasi melalui teknik silvikultur untuk pelestarian

Galam Volume 1 Nomor 1, 2015 Balai Penelitian Kehutanan Banjarbaru Kendala yang dihadapi adalah sumber bahan steknya masih terbatas pada skala penelitian. Dalam hal ini,

pembangunan kebun pangkasan menjadi sangat krusial dan mendesak untuk dilakukan terus menerus

dalam skala operasional.

Permasalahan yang dihadapi juga adalah penurunan populasitegakan ramin di alam yang tajam saat

ini (Komar, 2005). Sehingga pohon induk ramin sebagai sumber benih sulit diperoleh. Ramin tidak setiap

tahun berbuah dan musimnya tidak beraturan. Konservasi ramin melalui penyediaan sumber benih

merupakan hal penting untuk menjadi pemikiran dalam pelaksanaan konservasi jenis tersebut pada saat

ini dan masa yang akan datang. Sebab, tidak mungkin dapat melakukan konservasi melalui penanaman,

jika benih dan bibit tidak tersedia (Rusmana, at. Al., 2014).

Berdasarkan permasalahan tersebut di atas telah dilakukan penelitian pembangunan kebun

pangkasan dengan metode/modeldengan 2 (dua) metode yaitu, bedengan dan polybag. Selain itu telah

dilakukan uji provenan ramin dengan 3 (tiga) provenan pada tingkat kebun pangkasan untuk penyediaan

sumber benih vegetatif (stek). Hal tersebut dilakukan untuk memperoleh bahan stek sebagai sumber benih

vegetatif dalam rangka pembuatan bibit ramin. Dengan adanya kebun pangkasan diharapkan kesulitan

untuk memperoleh benih ramin baik dari biji (generatif) dan stek pucuk (vegetatif) dapat teratasi.

B. Tujuan dan Sasaran

Tujuan penelitian adalah untuk :

1. Mengetahui pengaruh model polybag dan bedeng terhadap pertumbuhan kebun pangkasan ramin.

2. Mengetahui pengaruh pertumbuhan kebun pangkasan ramin yang lebih baik dari 3 (tiga)

porovenan benih yang diuji.

Sasaran penelitian adalah : 1. Diperolehnya data pertumbuhan kebun pangkasan ramin dengan model polybag dan bedeng

untuk pengembangan lebih lanjut dalam skala operasional.

2. Diperolehnya data pertumbuhan kebun pangkasan ramin yang lebih baik dari 3 provenan yang diuji.

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembuatan Kebun Pangkasan

Pengertian kebun pangkas adalah donor tanaman atau stocplant sebagai sumber benih klonal.

Sedangkan kebun pangkasan adalah donor tanaman atau stocplant sebagai sumber benih belum dilakukan

uji klonal (Perscom. Budi Leksono, 2011). Terkait ramin, masih belum mengalami uji klonal (clonal test)

sehingga namanya disebut kebun pangkasan.

Keberadaan kebun pangkasan penting untuk tanaman kehutanan yang benihnya berupa biji sulit

diperolah (Tolkamp dan Leppe, 2002) agar benih sebagai bahan produksi bibit tersedia setiap tahun. Benih

dari kebun pangkasan dikenal dengan nama benih vegetatif atau bahan stek.

Kebun pangkasan untuk Jenis-jenis famili dipterokarpa sudah banyak dibangun di beberapa tempat.

Sedangkan untuk jenis ramin belum banyak dilakukan. Melalui kegiatan ITTO (International Trade Tree

Organization) bekerja sama dengan Pusat Penelitian dan Pengembangan Konservasi dan Rehabilitasi Hutan

serta Balai penelitian Kehutanan Banjarbaru telah membangun kebun pangkasan ramin sebanyak ±4.000 stok

plantdi KHDTK Tumbang Nusa. Metode pembangunan kebun pangkas dengan cara penanaman

30

Page 3: PENGARUH MODEL POLYBAG DAN BEDENG TERHADAP …foreibanjarbaru.or.id/wp-content/uploads/2016/07/Galam-Volume-I... · Diperlukan teknik koservasi melalui teknik silvikultur untuk pelestarian

Pengaruh Model Polybag dan Bedeng Terhadap Pertumbuhan Tiga Provenan Ramin di Persemaian BPK Banjarbaru Rusmana, Arif Susianto

langsung di lahan rawa gambut pada tapak semak belukar, di bawah tegakan jelutung umur 6 tahun yang

jauh dari lokasi persemaian.

Kebun pamngkasan sebaiknya dibangun dekat persemaian, agar bahan stek yang diambil dapat

ditangani pada hari yang sama dan kerusakan bahan stek dapat diperkecil akibat penanganan dan

lamanya waktu transportasi, sehingga persentase daya hidupnya tinggi, karena tidak terjadi kerusakan

dalam pengangkutan bahan steknya (Tolkamp & Leppe, 2002).

Pembuatan kebun pangkasaan dapat dilakukan dengan cara di dalam bedengan (1,5 m x 6 m) dan di

polybag besar. Masing-masing model ada kelemahan dan keunggulannya antara lain jika menggunakan

bedengan perlu areal luas dan tempat khusus, namun jika menggunakan polibag besar/pot besar tidak

memerlukan tempat khsus yang permanen karena bisa di pinndah - pindah (Subikato & sakai, 2008).

B. Pemeliharaan kebun pangkasan

Pemeliharaan kebun pangkasan, hampir sama dengan pemeliharaan bibit di persemaian yang meliputi: penyiraman, pengendalian gulma, pemupukan dan pengaturan pertunasan melalui pemangkasan.

Produktivitas setiap indivitu stock plant berbeda-beda, tergantung karakter stock plant itu sendiri

(Tolkamp & Leppe, 2002). Demikian pula kecepatan pertumbuhan akar mulanya.

Hartman dan Kester (1990) menyatakan bahwa kondisi lingkungan seperti kelembaban dan

temperatur juga sinar matahari akan berpengaruh terhadap produktivitas kebun pangkasan.

III. BAHAN DAN METODE A. Waktu dan Tempat

Kegiatan penelitian dilakukan pada Oktober 2013 hingga Desember 2014. Pembuatan kebun pangkasan dilakukan di persemaian BPK Banjarbaru di Guntung Payung/Landasan Ulin.

Lokasi ini berdasarkan administratif masuk Desa Guntung Manggis, Kecamatan Landasan Ulin Timur,

Kota Banjarbaru, Provinsi Kalimantan Selatan.

B. Bahan dan peralatan

Bahan penelitian utama yang digunakan antara lain bibit ramin dari beberapa tempat asal sumber benih (provenances). Sedangkan peralatan utama yang digunakan antara lain sarana-prasarana

persemaian, parang, cangkul, sharlon net, meteran, kalifer dan alat tulis menulis serta kamera untuk

dokumentasi berupa photo-photo.

C. Prosedur Kerja

1. Eksplorasi benih dan pembuatan bibit

Eksplorasi benih dilakukan dari 3 (tiga)provenances dari provinsi Kalimantan Tengah. Setiap

provenance dikumpulkan minimal sebanyak 500 individu bibit jadi untuk stockplant di Kebun

pangkasan.

2. Pembuatan kebun pangkasan

Pembuatan kebun pangkasan ada dua model, yaitu dalam wadah polybag besar (isi 10 liter) dan

tanpa wadah polybag, di tanam pada lahan pada bedengan tanah dengan ukuran bedeng 1,0 m x

4 m. Bedengan dilengkapi dengan sharlon net di atasnya yang memiliki intensitas cahaya sekitar

31

Page 4: PENGARUH MODEL POLYBAG DAN BEDENG TERHADAP …foreibanjarbaru.or.id/wp-content/uploads/2016/07/Galam-Volume-I... · Diperlukan teknik koservasi melalui teknik silvikultur untuk pelestarian

Galam Volume 1 Nomor 1, 2015 Balai Penelitian Kehutanan Banjarbaru

40% – 50%.Demikian pula kebun pangkasan model polybag. Media tumbuh dalam polybag adalah campuran antara topsoil dengan sekampadi dengan

komposisi 1 : 1. Sedangkan media dalam bedeng merupakan tanah asli setempat di lokasi

penelitian yang hanya digemburkan dalam setiap titik tanamnya dengan ukuran lubang tanam 20

x 20 x 20 cm (panjang x lebar x dalam).

Jarak tanam kebun pangkasan di bedeng ± 30 x 30 cm. Sedangkan jarak tanam polybag (letak

polybag satu dengan lainnya) ± 30 x 30 cm.

D. Rancangan Penelitian

Penelitian ini terdiri dari 3 provenan (faktor A) dan 2 model kebun pangkasan (Faktor B) sebagai perlakuan yang akan dibuat kebun pangkasannya. Rancangan percobaan menggunakan Rancangan

faktorial pola splitplot(A x B atau 3 x 2), ulangan 6 kali @ 10 tanaman.Sebagai main plot adalah model

kebun pangkasannya dan subplot adalah provenance. Berdasarkan rancangan tersebut, jumlah bibit yang

diperlukan adalah 3 x 2 x 6 x 10 = 360 bibit.

Pendataan dilakukan terhadap plot penelitian kebun Pangkasan ramin dari masing-masing provenance

dengan parameter : persentase jadi bibit, persentase jadi kebun pangkasan, pertumbuhan tinggi, jumlah

daun, tunas flusing dan kondisi lingkungan kebun pangkasan (kelembapan dan temperatur tanah/media,

udara dan pH media).

Analisis data

Analisis data dilakukan terhadap masing-masing parameter yaitu daya hidup bibit, daya hidup kebun

pangkasan, pertambahan tinggi, diameter batang, jumlah daun dan jumlah tunas flusing. Model matematis analisis data (Yitnosumarto, 1993) adalah :

Y

ijk = μ ɚ ß

j + ( ɚß ɛ

+ i + )ij + ijk

i = 1, 2, ..., a j

= 1, 2, ..., b k

= 1, 2, ..., n

di mana : Yijk = hasil pengamatan untuk faktor A level ke-i, faktor B level ke-j dan pada ulangan ke-k. μ = nilai tengah umum ɚi = pengaruh faktor A (provenance) pada level ke-i ßj = pengaruh faktor B (model kebun pangkasan) ke-j (ɚß)ij = interaksi AB pada level A ke-i, level B ke-j ɛijk = galat percobaan untuk level ke-i (A), level ke-j (B), ulangan ke-k

Analsiis data dapat juga dilakukan juga dengan banyuan PC SPSS atau program sejenis.

32

Page 5: PENGARUH MODEL POLYBAG DAN BEDENG TERHADAP …foreibanjarbaru.or.id/wp-content/uploads/2016/07/Galam-Volume-I... · Diperlukan teknik koservasi melalui teknik silvikultur untuk pelestarian

Pengaruh Model Polybag dan Bedeng Terhadap Pertumbuhan Tiga Provenan Ramin di Persemaian BPK Banjarbaru Rusmana, Arif Susianto

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil

1. Eksplorasi benih

Sasaran eksplorasi benih ramin dilakukan ke daerah Desa Tumbang Nusa, Kabupaten Pulang Pisau, Desa Tasik Payawan Kabupaten Katingan, dan Desa Lahei, Kabupaten Kapuas. Semua daerah

tersebut masuk dalam wilayah Provinsi Kalimantan Tengah. Hasil eksplorasi benih ramin disampaikan dalam Tabel 2.

Tabel 2. Hasil eksplorasi benih ramin dari beberapa provenan untuk kebun pangkasan.

No. Provenan Bentuk benih Jumlah benih Tinggi tempat

(m dpl)

1. Kab. Pulang Pisau biji 2,0 Kg 24

2. Kabupaten Kapuas biji 2,0 Kg 50

3. Kabupaten Katingan biji 3,0 Kg 45

3. Produksi bibit

a. Perkecambahan benih Benih ramin hasil dari eksplorasi disemai di persemaian. Berdasarkan hasil pengamatan

perkecambahan benih dari beberapa provenan (3 provenan) disampaikan dalam Tabel 3. Dalam Tabel 3 menunjukkan, daya kecambah normal benih ramin sangat rendah yaitu provenan

Kabupten Kapuas 40%, Provenan Kabupaten Pulang Pisau 43% dan provenan Kabupaten Katingan

50%. Berdasarkan daya kecambah normal, viabilitas benih tersebut tergolong rendah karena kurang

dari 80 %. Hal ini disebabkan benih diperoleh dari alam dan banyak rusak bagian embrio benih karena

serangan predator/hama seperti tupai, burung dan kera.

Tabel 3.Persentase daya berkecambah normal, kecambah abnormal dan biji busuk benih ramin

dari 3 provenan yang diuji.

Mulai Terakhir Daya

Kecambah Biji

n berkecambah

No. Provenan berkecambah berkecambah abnormal busuk

(butir) normal

(hari ke :) (hari ke :) (%) (%)

(%)

1. Kabupaten 600 14 30 40 23 37

Kapuas

2. Kabupaten 640 16 30 43 25 32

Pulang Pisau

3. Kabupaten 900 15 30 50 15 35

Katingan

Berdasarkan persentase daya kecambah, benih dari provenan Kabupaten Katingan lebih baik daya

kecambah normalnya, yaitu 50% dibanding provenan Kabupaten Kapuas (40%) dan kabupaten Pulang

Pisau (43%). Hal tersebut disebabkan terjadi benih busuk dan kecambah abnormal. Kecambah

abnormal adalah kecambah yang tidak sempurna tumbuhnya (pertumbuhan akar tidak

33

Page 6: PENGARUH MODEL POLYBAG DAN BEDENG TERHADAP …foreibanjarbaru.or.id/wp-content/uploads/2016/07/Galam-Volume-I... · Diperlukan teknik koservasi melalui teknik silvikultur untuk pelestarian

Galam Volume 1 Nomor 1, 2015 Balai Penelitian Kehutanan Banjarbaru

wajar naik ke atas dan batang kecambah tumbuh menyerupai bentuk spriral/per dan daun seolah-

olah stagnan tidak tumbuh sempurna. Contoh kecambah normal dan abnormal disampaikan

dalam Gambar 1.

A B

Kecambah normal Kecambah tidak normal (abnormal)

Gambar 1. Kecambah normal dan abnormal jenis ramin umur 2 bulan.

Seperti dalam Gambar 1, kecambah normal pada umur 2 bulan setelah benih disemai tumbuh

baik dan berkembang daunnya. Sementara kecambah abnormal pada umur dan kondisi

perkecambahan sama (dalam greenhouse), pertumbuhan daun tidak muncul dengan

pertumbuhan batang bengkok-bengkok.

b. Pertumbuhan bibit

Pertumbuhan bibit ramin dari 3 provenan dengan pembiakan generatif umur 7bulan,disajikan dalam Gambar 2.

34

Page 7: PENGARUH MODEL POLYBAG DAN BEDENG TERHADAP …foreibanjarbaru.or.id/wp-content/uploads/2016/07/Galam-Volume-I... · Diperlukan teknik koservasi melalui teknik silvikultur untuk pelestarian

Pengaruh Model Polybag dan Bedeng Terhadap Pertumbuhan Tiga Provenan Ramin di Persemaian BPK Banjarbaru Rusmana, Arif Susianto

Gambar 2.Karakter pertumbuhan rata-rata diameter batang, tinggi dan jumlah daun bibit ramin dari 3 (tiga) provenan umur 7 bulan.

Berdasarkan data Gambar 2, benih provenan Kabupaten Kapuas untuk diameter batang dan

jumlah daun lebih baik dari provenan lainnya. Untuk tinggi, provenan Kabupaten Katingan lebih

baik.

4. Kebun pangkasan

Pertumbuhan diameter batang, tinggi, jumlah daun, tunas flusing dan survival kebun pangkasan ramin dari 3 provenan dengan model polybag dan bedengan umur 2 bulan, disampaikan dalam Tabel 4.

Tabel 4. Tinggi tanaman kebun pangkasan model polybag dan bedengan pada masing-masing

provenan umur 2 bulan di Persemaian BPK Banjarbaru.

Polybag Bedeng

Provenan N Diameter Tinggi Jumlah Tunas Survival Diameter Tinggi Jumlah Tunas Survival

(mm) (cm) daun

flusing (%) (mm) (cm) daun flusing (%)

(helai) (helai)

Kabupaten 60 3,1 a 23,6 a 3,1 a 0,4 b 96,7 2,7 a 20,5 a 2,6 a 0,2 a 95,0

Pulang Pisau

Kabupaten 60 3,8 a 30,8 b 4,1 b 0,4 b 96,7 3,2 b 22,5 a 3,4 b 0,2 a 80,0

Katingan

Kabupaten 60 3,6 a 30,9 b 4,2 b 0,3 a 98,3 3,4 b 21,8 a 3,6 b 0,3 a 95,0

Kapuas

Keterangan : angka diikuti huruf yang sama dalam kolom menunjukkan tidak ada beda nyata pada tingkat

kepercayaan 95%.

Berdasarkan analisa metode Tukey menunjukkan bahwa untuk tinggi tanaman kebun pangkasan ramin

provenan Kabutpaten Katingan dengan metode polybag (30,8 cm) dan Kabupaten Kapuas (30,9 cm) relatif

lebih baik dibanding provenan kabupaten Pulang Pisau (23,6 cm).Demikian juga untuk jumlah daun.

Sedangkan diameter batang pada masing-masing provenan dengan metode polybag tidak menunjukkan

ada perbedaan yang nyata. Namun pada metode bedeng menunjukan ada perbedaan nyata. Dalam hal ini

provenan Kabupaten Katingan (3,4 mm) dan Kabupaten Kapuas (3.2 mm) lebih baik dibanding provenan

Kabupaten Pulang Pisau (2,7 mm) dalam hal pertumbuhan diameter batang.

35

Page 8: PENGARUH MODEL POLYBAG DAN BEDENG TERHADAP …foreibanjarbaru.or.id/wp-content/uploads/2016/07/Galam-Volume-I... · Diperlukan teknik koservasi melalui teknik silvikultur untuk pelestarian

Galam Volume 1 Nomor 1, 2015 Balai Penelitian Kehutanan Banjarbaru

Metode polybag dibanding metode bedeng dalam pertumbuhan kebun pangkasan ramin dari

masing-masing provenan menunjukkan bahwa metode polybag lebih cepat pertumbuhan diameter,

tinggi dan jumlah daunnya. Berdasarkan persentase, untuk diameter batang 5,9% - 18,8% lebih baik

pada metode polybag dibanding bedeng. Tinggi 15,1% - 41,7% lebih baik pada metode polybag

dibanding bedeng dan jumlah daun 16,7% - 20,6% lebih baik pada metode polybag dibanding metode

bedeng. Berdasarkan data tersebut, provenan Kabupaten Katingan dan kabupaten Kapuas adalah

provenan yang lebih baik pertumbuhannya dibanding provenan Kabupaten Pulang Pisau. Sedangkan

untuk metode kebunpangkasan, metode polybag menunjukkan pertumbuhan kebun pangkasan yang

lebih baik pertumbuhannya sampai dengan umur 2 bulan.

Produktivitas kebun pangkasan dari setiap provenan pada kedua metode penanaman tersebut

belum menghasilkan bahan stek karena ukuran tingginya masih belum memadai untuk diambil

steknya. Selain itu ruas-ruas batang antara duduk daun satu dengan berikutnya belum mencukupi.

Kebun pangkasan yang siap diambil steknya memerlukan tinggi minimal 50 cm atau jumlah ruasnya

minimal 7 ruas dan sudah berkayu. Saat ini dengan jumlah daun 2 – 4 helai, jumlah ruasnya antara 1 – 3

ruas dan liginifikasi batang belum maksimal.

Persentase hidup (survival (%)) kebun pangkasan ramin dari masing-masing provenan rata-rata

antara 80 – 96,7 % pada umur 2 bulan (Tabel 3). Hal ini dinilai masih cukup baik daya hidupnya.

Kondisi kebun pangkasan metode polybag dan bedeng dari masing-masing provenan

disampaikan dalam Gambar 3.

Metode wadah polybag Metode bedengan

Gambar 3. Kebun pangkasan ramin dari 3 provenan dengan metode wadah polybag dan bedengan umur 2 bulan. B. Pembahasan

1. Eksplorasi benih

Pohon ramin di hutan alam, musim berbuahnya tidak menentu/tidak beraturan.Pada saat ini tegakan alam ramin perlu diselamatkan dari gangguan. Eksplorasi benih ramin yang telah dilakukan merupakan

upaya konservasi materi genetik melalui uji provenan kebun pangkasan di persemaian. Dari hasil uji

provenan tersebut diharapkan ada salah satu provenan unggul untuk dipropagasi secara makro melalui stek

pucuk dan pada gilirannya untuk upaya konservasi melalui pembibitan dan program penanaman.

36

Page 9: PENGARUH MODEL POLYBAG DAN BEDENG TERHADAP …foreibanjarbaru.or.id/wp-content/uploads/2016/07/Galam-Volume-I... · Diperlukan teknik koservasi melalui teknik silvikultur untuk pelestarian

Pengaruh Model Polybag dan Bedeng Terhadap Pertumbuhan Tiga Provenan Ramin di Persemaian BPK Banjarbaru Rusmana, Arif Susianto

Dengan tersedianya bibit diharapkan upaya konservasi jenis ramin melalui teknik silvikultur dapat

direncanakan oleh para pihak yaitu pemerintah daerah dan instansi terkait di Kementrian Lingkungan

Hidup dan Kehutanan.

Berdasarkan teknik pembuatan kebun pangkasan antara metode polybag dan bedeng

menunjukkan bahwa metode polybag pertumbuhan ramin lebih baik dibanding metode bedeng.

Sedangkan berdasarkan provenan (tempat asalsumber benih) menunjukkan bahwa provenan

Kabupaten Katingan dan Kabupaten Kapuas lebih baik dari provenan Kabupaten Pulang Pisau. Oleh

karena itu untuk membangun kebun pangkasan ramin pada lahan kering direkomendasikan dengan

menggunakan metode polybag dan benih yang diambil dari provenan Kabupaten Katingan dan

Kabupaten Kapuas. Perbedaan pertumbuhan antara provenan mengindikasikan ada perbedaan

genetik. Tentang genetik perlu diuji lebih lanjut.

Berdasarkan laporan Sidiyasa et.al. (2007) dan hasil eksplorasi yang telah dilakukan tahun 2014,

untuk sumber benih ramin cukup tersedia di Kabupaten Kapuas yakni di Desa Lahei, Kecamatan

Mentangai, seluas ± 200 ha. Areal tersebut telah ditunjuk sebagai kawasan konservasi ramin oleh

Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Kapuas sejak tahun 1998. Untuk sumber benih provenan

kabupaten Katingan dapat diambil dari wilayah Taman Nasional Sebangau.

Ketersediaan sumber benih ramin dari tegakan alam berupa peta lokasi, disampaikan dalam

Lampiran. 1. Produksi bibit

a. Perkecambahan benih

Rendahnya daya kecambah benih disebabkan benih yang dikoleksi atau diunduh adalah benih yang sudah jatuh ke lantai hutan yang berasal dari tegakan alam. Karena tegakan alam, tidak

dapat dikelola secara intensif sehingga sulit untuk dimonitoring pada saat kondisi perkembangan

mulai muncul bunga hingga buah masak.Sedangkan untuk memanjat pohon dalam pengunduhan

buahnya sangat sulit karena tidak tersedianya alat panjat untuk kondisi tegakan yang tinggi (> 20

m) dan diameter batang yang besar (> 35 cm) dan buahnya berada diujung ranting. Dalam hal ini

keselamatan jiwa lebih diutamakan dan orang yang terlatih untuk pengunduhan buah tidak

tersedia.

Benih yang jatuh banyak rusak oleh predator alami seperti burung betet, tupai tanah, jenis

kera dan akibat buah jatuh sebelum masak fisiologis. Tiupan angin yang kencang dan aktivitas

predator pada tajuk tegakan ramin mengakibatkan buah jatuh sebelum masak. Benih ramin

termasuk rekalsitran artinya benih tidak dapat disimpan lama sehingga harus segera disemai dan

tidak dapat dikeringkan (diturunkan kadar airnya hingga 15%) seperti halnya benih ortodok untuk

memperoleh viabilitas benih yang tinggi.

Untuk memperoleh kuantitas dan kualitas benih yang tinggi diperlukan metode pengelolaan

dan pemeliharaan tegakan benih/sumber benih yang baik (http://www.bpthbalinusra.net/

sumberbenih) :

1) Damarkasi : upaya pemberian tanda batas yang jelas, dengan maksud untuk cepat mengenali

area pengumpulan benih, dalam pemeliharaan dan perlindungan yang akan dilaksanakan.

Tanda batas ini juga diperlukan untuk menghindari kegiatan eksploitasi yang tidak diinginkan

terhadap areal tersebut (penggembalaan ternak, penebangan dan lain-lain).

37

Page 10: PENGARUH MODEL POLYBAG DAN BEDENG TERHADAP …foreibanjarbaru.or.id/wp-content/uploads/2016/07/Galam-Volume-I... · Diperlukan teknik koservasi melalui teknik silvikultur untuk pelestarian

Galam Volume 1 Nomor 1, 2015 Balai Penelitian Kehutanan Banjarbaru

2) Perlindungan : melindungi tegakan dengan cara tertentu seperti membersihkan dan

melindungi tegakan dari bahaya kebakaran. Tindakan perlindungan juga diperlukan terhadap

hama penyakit yang mempengaruhi perkembangan bunga dan buah/benih.

3) Penyiangan : untuk membersihkan lantai tegakan dari gulma. Penyiangan ini dapat

memudahkan pengumpulan benih dan pengelolaan sumber benih serta tempat

berlindungnya predator benih.

4) Penjarangan : untuk memberikan ruang yang cukup untuk membentuk tajuk dan membersihkan

genotif yang tidak diinginkan, dapat meningkatkan pembungaan dan produksi benih.

5) Pemupukan : dilakukan jika tidak ada alternatif lain untuk produksi yang lebih baik. Jika

kualitas benih yang dihasilkan sangat rendah.

6) Isolasi : untuk perlindungan terhadap pencemaran serbuk sari dari luar yaitu

penetapanjarakyang cukup dari sumber benih yang tidak digunakan dari jenis yang sama dan

pemisahan dari sumber benih (provenan) yang berkaitan erat secara botanis dengan jenis

lain. Misalnya pohon berdaun jarum diselingi dengan pohon berdaun lebar.

7) Konservasi : sumber benih dalam kondisi tertentu berada dalam kondisi genting/

mengkhawatirkan punahakibat tekanan yang semakin meningkat dalam penggunaan hutan

alam dan lahan. Konservasi sumber benih merupakan langkah yang paling baik yaitu

merupakan tindakan dan kebijaksanaan yang menjamin kelangsungan ketersediaan dan

keberadaan sumber benih jenis tertentu yang semakin sedikit populasinya melalui in situ dan

ex situ. Dengan pengelolaan dan pemeliharaan tegakan benih, diharapkan menghasilkan

mutu benih yang tinggi. Terkait dengan konservasi ramin BPK Banjarbaru telah menunjuk

tegakan benih ramin pada level TBT (Tegakan Benih Teridentifikasi) seluas 25 ha dengan

populasi 162 pohon pada tahun 2012 di KHDTK Tumbang Nusa.

b. Pertumbuhan bibit

Pertumbuhan bibit ramin sangat lambat dibanding jenis-jenis dari marga dipterokarpa atau jenis-jenis tergolong tumbuh lambat (slowgrowing species) lainnya. Karena itu, pembibitan ramin

memakan waktu lebih dari 24 bulan untuk mencapai tinggi 50 cm jika pembiakannya dari

generatif. Sedangkan dari pembiakan vegetatif (stek pucuk) dengan panjang stek 15 cm untuk

mencapai tinggi tunas 30 cm memakan waktu 24 - 30 bulan.

Dengan demikian, pertumbuhan bibit pada pembiakan generatif dari provenan kabupaten

Katingan dalam waktu 9 bulan mencapai 23,05 cm merupakan provenan yang tergolong cepat

(2,6 cm/bulan) pertumbuhannya dibanding provenan lainnya.

Untuk memacu pertumbuhan tinggi bibit nampaknya diperlukan tambahan nutrisi dengan

cara pemupukan di persemaian yang lebih tinggi dari normal. Pemupukan normal bibit di

persemaian yaitu antara 0,4 – 0,5 gram/bibit/bulan (15 gram/270 bibit, 8 kali pemupukan dalam

sebulan) dengan menggunakan media tumbuh bibit campuran antara topsoil + sekam padi

(perbandingan volume 1:1). Hal tersebut perlu diteliti lebih lanjut dengan dosis lebih tinggi dari

normal untuk jenis ramin. Atau, memang karakter ramin lambat pertumbuhannya.

38

Page 11: PENGARUH MODEL POLYBAG DAN BEDENG TERHADAP …foreibanjarbaru.or.id/wp-content/uploads/2016/07/Galam-Volume-I... · Diperlukan teknik koservasi melalui teknik silvikultur untuk pelestarian

Pengaruh Model Polybag dan Bedeng Terhadap Pertumbuhan Tiga Provenan Ramin di Persemaian BPK Banjarbaru Rusmana, Arif Susianto

2. Kebun pangkasan

Provenan kabupaten Katingan dan Kabupaten Kapuas adalah provenan yang lebih baik pertumbuhan tingginyadibanding provenan Kabupaten Pulang Pisau. Sedangkan untuk metode kebun pangkasan,

metode polybag menunjukkan pertumbuhan kebun pangkasan yang lebih baik pertumbuhannya

sampai dengan umur 2 bulan. Berdasarkan persentase, provenan Kabupaten Katingan dan Kabupaten

Kapuas lebih baik 30,5 – 30,9% dibanding provenan Kabupaten Pulang Pisau.

Keunggulan provenan Kabupaten Katingan dan Kabupaten Kapuas diduga benih yang diperoleh

berasal dari populasi tegakan yang berbuah bersamaan lebih banyak dibanding provenan Tumbang

Nusa. Hal ini secara penyerbukan kemungkinan faktor genetik lebih baik provenan Kabupaten

Katingan dan Kabupaten Kapuas karena masih banyak populasi pohon yang baik-baik dan

berdiameter besar (> 35 cm). Sedangkan di provenan Kabupaten Pulang Pisau tegakan ramin yang

berbuah sedikit karena tegakan yang ada merupakan sisa tebangan Hak Pengusahaan Hutan PT.

Arjuna Wiwaha (perusahaan tutup tahun 2001), dimana pohon yang baik ditebang seluruhnya dan

yang ditinggal pohon-pohon berdiameter kecil.

Persilangan antara sesama pohon yang baik, benihnya secara genetis akan baik pula dan persilangan

antara pohon yang jelek dan baik diindikasikan akan menghasilkan benih 50% baik dan 50% jelek.

Sedangkan jika terjadi persilangan antara pohon jelek dengan jelek akan menghasilkan benih yang jelek.

Persilangan secara inbreeding juga akan mengakibatkan genetik kurang baik (Leksono, 2007)

Faktor genetik ramin masih belum banyak diidentifikasi sampai saat ini. Namun, Balai Besar

Bioteknologi dan Pemuliaan Pohon Yogyakarta telah mengidentifikasi genetik ramin yang tumbuh

alami di Nyarumenteng, Kalimantan Tengah merupakan variasi genetik yang lebih baik. Namun,

sayang kondisi tegakan ramin di Nyarumenteng banyak rusak dan tidak menghasilkan buah/benih

karena terganggu oleh orang utan karena di Nyarumenteng merupakan lokasi introduksi orang utan

oleh proyek BOS (Borneo Orang Utan Survival) sejak tahun 1999 hingga sekarang.

Kebun pangkasan ramin yang telah ada di persemaian akan terus dilakukan pemeliharaan dan

pendataannya hingga diketahui produktivitas bahan steknya untuk setiap provenan pada masing-masing

metode kebun pangkasan (polybag dan bedeng). Tindakan konservasi melalui teknik silvikultur dan

pengembangan kebun pangkasan sangat urgen dilakukan agar jenis ramin yang sudah langka saat ini dapat

dilakukan penanaman pengayaan dalam bentuk kebun konservasi dengan skala operasional.

Untuk masa depan, kebun pangkasan polybag akan dijadikan kebun pangkasan bergulir. Artinya,

jika stockplantsudah lebih dari 3 tahun dan bahan stek sudah sulit tumbuh akar karena stockplantnya

sudah tua, maka stockplant tersebut bisa ditanam ke lapang. Sementara bibit stek yang dibuat sudah

dapat diambil steknya sebelum ditanam diambil dahulu bahan steknya, stockplantnya (pohon

induknya) baru ditanam kelapang. Diagram kebun pangkasan bergulir disampaikan dalam gambar

berikut (Subiakto & Sakai, 2007) :

39

Page 12: PENGARUH MODEL POLYBAG DAN BEDENG TERHADAP …foreibanjarbaru.or.id/wp-content/uploads/2016/07/Galam-Volume-I... · Diperlukan teknik koservasi melalui teknik silvikultur untuk pelestarian

Galam Volume 1 Nomor 1, 2015 Balai Penelitian Kehutanan Banjarbaru

Gambar 4.Diagram alur kegiatan operasional pengambilan bahan stek secara bergulir untuk kebun pangkasan metode polybag di masa yang akan datang.

Pembangunan kebun pangkasan untuk jenis-jenis tidak teratur musim berbuahnya seperti jenis

ramin merupakan langkah yang bijaksana dan strategis untuk menyiapkan benih berupa bahan stek

(benih vegetatif). Ramin merupakan jenis komersil tinggi dari kawasan hutan rawa gambut yang perlu

dilestarikan keberadaanya. Konservasi ramin secara insitu dan eks-situ perlu terus dikembangkan agar

tidak terjadi kepunahan.

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

1. Pertumbuhan awal kebun pangkasan ramin dengan wadah polybag menunjukkan pertumbuhan

lebih baik 15 – 41,7% dibanding dengan metode bedengan. Hal ini disebabkan media dalam

polybag aerasi dan drainase medianya lebih baikdibanding pada bedengan lantai tanah,

2. Provenan Kabupaten Katingan dan Kabupaten Kapuas relatif lebih baik 30,5 – 30,9%

pertumbuhan tingginya pada umur 2 bulan di kebun pangkasan dengan metode polybag.

Provenan Kabupaten Katingan dan Kabupaten Kapuas merupakan provenan terpilih dari segi

pertumbuhan tinggi. Penelitian lanjutan kedepan yang perlu dilakukan adalah keberhasilan stek

berakar dan penandaan genetiknya untuk setiap provenan.

3. Kebun pangkasan umur 1 bulan dengan materi dari biji (seed) pada umur 9 bulan sejak disemai

dan umur 2 bulan dalam kebun pangkasan pada 3 provenan yang diuji tersebut belum

menghasilkan bahan stek. Pemeliharaan dan pendataan kebun pangkasan perlu dilanjutkan.

40

Page 13: PENGARUH MODEL POLYBAG DAN BEDENG TERHADAP …foreibanjarbaru.or.id/wp-content/uploads/2016/07/Galam-Volume-I... · Diperlukan teknik koservasi melalui teknik silvikultur untuk pelestarian

Pengaruh Model Polybag dan Bedeng Terhadap Pertumbuhan Tiga Provenan Ramin di Persemaian BPK Banjarbaru Rusmana, Arif Susianto

B. Saran

1. Pendataan dan pemeliharaan kebun pangkasan perlu dilanjutkan sampai diketahui produktivitas

bahan stek dari masing-masing provenan.

2. Konservasi ramin melalui teknik silvikultur perlu dikembangkan. Salah satu yang dapat dilakukan

adalah pembangunan kebun pangkasan sebagai sumber benih vegetatif, konservasi sumber daya

genetik, pembangunan tegakan benih dan melindungi habitat tempat tumbuh alaminya yaitu

hutan rawa gambut agar ramin tidak punah.

3. Permudaan alam ramin di hutan rawa gambut yang masih cukup banyak anakan alamnya

diperlukan pemeliharaan yang relatif intemsif agar ramin kembali mengisi hutan rawa gambut

sebagai habitat alami ramin dari species bancanus.

4. Tegakan benih ramin yang telah ditunjuk oleh BPTH Wilayah Kalimantan di daerah Lahe,

Kecamatan Mentangai, Kabupaten Kapuas diharapkan dapat di pelihara oleh Dinas Kehutanan

atau Balai Konservasi Sumber daya Alam (BKSDA) sebagai hutan konservasi dan pemeliharaan

lingkungan hidup ramin yang tersisa seluas 200 Ha di Kalimantan Tengah.

DAFTAR PUSTAKA Daryono, H. 1996. Kondisi Tegakan dan Permudaan Alam Hutan Rawa Gambut Setelah Pembalakan dan

Teknik Propagasinya. Diskusi Hasil-hasil Penelitian Dalam Menunjang Pemanfaatan Hutan yang

Lestari di Cisarua. Puslitbang Hutan dan Konservasi Alam. Hanafiah, A.K. 2004. Rancangan Percobaan. Teori dan aplikasi (Edisi ketiga). Fakultas pertanian Universitas

Sriwijaya Palembang. Divisi perguruan tinggi. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. P. 259. Hamzah, Kh.A. 2010. Gonystylus bancanus : Jewel of the peat swamp forest. Forest Research Institute

Malaysia. Printed in Malaysia by Gemilang Press Sdn. Bhd, Sungai Buloh. P.83 Hartman, Hudson.T, Dale E Kester & Fred Davis. 1990. Plant Propagation Principles and Practice.

Fifth Editions. Prentice-Hall. Internanional. Inc. London. Istomo. 2006. Komar E.T (edt.). Evaluasi dan penyesuaian sistem silvikultur hutan rawa gambut, khususnya

jenis ramin ( Gonystylus bancanus (Miq.) Kurz.) di Indonesia. Alternatif Kebijakan dalam

Pelestarian dan Pemanfaatan Ramin. Prosiding Workshop Nasional. Pusat Litbang Hutan dan

Konservasi Alam bekerjasama dengan ITTO PPD 87/03 Rev.2 (F). Bogor. Pp. 55 – 81. Leksono, B. 2012. Program Pemuliaan tanaman Hutan Untuk Menghasilkan Benih Unggul. Balai Besar

Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan. Materi Inhouse Training di Balai

Perbenihan Tanaman Hutan Kalimantan. Banjarbaru 25 Juli 2012. Tidak diterbitkan Rusmana, Panjaitan, S. & Santosa, P.B. 2004. Teknik Budidaya Jenis Pohon di Hutan Rawa Gambut.

Makalah Seminar Ilmiah Hasil-hasil Penelitian di Palangkaraya tanggal 12 Mei 2004. Balai

Penelitian Kehutanan Banjarbaru. P : 7. Rusmana, Ariani, R., Nduka, S. & Susianto, A. 2012. Teknik Konservasi ramin (Gonystylus bancanus (Miq.)

Kurz.). Balai penelitian Kehutanan Banjarbaru. Laporan Hasil Penelitian. Tidak diterbitkan. Rusmana, Susianto, A. &Nduka, S. 2013. Teknik Konservasi ramin (Gonystylus bancanus (Miq.) Kurz.). Balai

penelitian Kehutanan Banjarbaru. Laporan Hasil Penelitian. Tidak diterbitkan. Setyawati, T. 2010. Konservasi Flora, Fauna dan Mikroorganisme. Rencana Penelitian Integratif (RPI) Tahun

2010 – 2014.Pusat Penelitian dan Pengembangan Konservasi dan Rehabilitasi Hutan. Pp. 105 – 142.

41

Page 14: PENGARUH MODEL POLYBAG DAN BEDENG TERHADAP …foreibanjarbaru.or.id/wp-content/uploads/2016/07/Galam-Volume-I... · Diperlukan teknik koservasi melalui teknik silvikultur untuk pelestarian

Galam Volume 1 Nomor 1, 2015 Balai Penelitian Kehutanan Banjarbaru Sidiyasa, K., Yafid, B., Adinugroho, C.W. dan Rusmana. 2007. seed sources of ramin in west and Central

Kalimantan. Forestry Research and Development Agency in cooperation with International

Tropical Timber Organization. Bogor. P. 30. Sumbayak, E.S.S dan Komar T.E. 2010. Pedoman pembuatan stek pucuk ramin (Gonystylus bancanus)

dengan sistem pengkabutan KOFFCO. Pusat Litbang dan Konservasi Alam bekerja sama dengan

ITTO – CITES Project. Bogor. P. 20 Supriadi, G & L. Valli. 1988. Manual Persemaian ATA-267 Mechanized Nursery and Plantation Project in South

Kalimantan (Indonesia-Finlandia). Balai Teknologi Reboisiasi Banjarbaru. Penerbitan No. 52. Tajudin, E.K., Savitri, E. Dan Rusmana. 2010. Conservation and the establishment of ramin (Gonystylus

bancanus) Genepool. Paper presented on the Regional Workshop on the Sharing of Findings from

the Activities Implemented in Malaysia and Indonesia under the ITTO – CITES Project on Ensuring

International Trade in CITES – Listed Timber Species is Consent with their Sustainable

Management and Conservation. Kuantan, Pahang Malysia 1 – 4 December 2010. Tolkamp.G.W & Leppe, D. 2002. Edt. Yasman, I & Hernawan. Pembangunan Kebun Pangkas. Bagian dari

buku Manual Persemaian Dipterocarpaceae. Kerjasama antara Badan Litbang Kehutanan dengan

Asosiasi Pengusaha hutan Indonesia. Jakarta. P. V-1 – V-11. Wardhani,M., Yafid, B., Komar, T.E., Nurjanah, S. dan Rosita, D.T. 2010 (edt.). Gonystylus spp. (ramin):

population status, genetics and gene conservation. IITO – CITES Project in cooperation with

Center for Forest and Nature Conservation Research and Development. Printed by CV. Biografika.

Bogor. P. 28. http://www.bpthbalinusra.net/sumberbenih. Pengelolaan dan Pemeli-haraan Sumber Benih. Balai

Perbenihan Tanaman Hutan Bali dan Nusa Tenggara. Diakses Desember 2014.

42

Page 15: PENGARUH MODEL POLYBAG DAN BEDENG TERHADAP …foreibanjarbaru.or.id/wp-content/uploads/2016/07/Galam-Volume-I... · Diperlukan teknik koservasi melalui teknik silvikultur untuk pelestarian