Produktivitas getah karet (hevea brasiliensis muell. arg) pada pola pertanaman monokultur dan...
-
Upload
hananto-maryan-wiguna -
Category
Documents
-
view
5.142 -
download
7
description
Transcript of Produktivitas getah karet (hevea brasiliensis muell. arg) pada pola pertanaman monokultur dan...
PRODUKTIVITAS GETAH KARET (Hevea brasiliensis Muell. Arg) PADA
POLA PERTANAMAN MONOKULTUR DAN AGROFORESTRI DENGAN
TANAMAN MERANTI (Shorea sp.) DI KABUPATEN BUNGO,
PROPINSI JAMBI
Oleh :
Hananto Maryan Wiguna
Page 2
LATAR BELAKANG
Laju kerusakan hutan Indonesia mancapai 2,8 juta Ha/tahun (Awang,
2008), salah satu penyebabnya adalah pembangunan sektor
perkebunan (CIFOR, 2008).
Dibutuhkan upaya rehabilitasi untuk meningkatkan hasil hutan baik kayu
maupun non kayu, salah satu pola yang digunakan adalah agroforestri
karet.
Page 3
PERMASALAHAN
produktivitas kebun karet milik masyarakat belum menunjukkan hasil
maksimal (CIFOR, 2008), salah satu upaya meningkatkan hasil adalah
dengan pola pencampuran tanaman karet dan meranti.
Melalui upaya pencampuran jenis-jenis meranti kedalam kebun karet
rakyat, diharapkan akan meningkatan produktivitas getah hasil sadapan
dan penghasilan petani melalui hasil kayu.
Page 4
Page 5
METODE PENELITIAN
• Penelitian ini dilakukan diDesa Lembah Kuamang, Kecamatan Pelepat Ilir, Kabupaten Bungo, PropinsiJambi.
Tempat
• Waktu untuk pengambilandata lapangan dilakukanmulai Juni-Desember 2011.Waktu
a. Tempat dan Waktu
Page 6
PROSEDUR PENELITIAN
Rol meter untuk
pembuatan plot ukur
Tally sheet blangko
pengamatan
Alat tulis untuk mencatat data
Timbangan/ neraca untuk
menimbang getah hasil sadapan Cat untuk
penomoran pohon dan
penanda batas plot ukurGPS (Global
Position System)
Hagameter untuk mengukur
tinggi pohon
Pita meter untuk
menghitung keliling pohon
karet
Alat
Page 7
Monokultur(karet)
Campuran
(Merantidan Karet)
Karet umur15 tahun
dan Merantiumur 6 tahun
Bahan
Page 8
Langkah Kerja
Monokultur (3 PU) Agroforestri (15 PU)
Produktivitas tegakan
-Dekat rawa : 7 PU
-Jauh dari rawa : 8 PU
Kondisi Umum Tegakan
Produksi getah/pohon/hari
Lahan Tanaman Karet
PU 40 x 40 meter
Page 9
Cara Kerja
Pembuatan plot ukuran 40x40 m padalahan karet monokutur dan agroforestrikaret
Penentuan PU pada masing-masing kondisitempat tumbuh (dekat rawa dan jauh dari rawa)
Pengambilan data : Produksi getah (gram)/hari/pohon, Jumlah pohon (N/Ha), Tinggi dan Diameter karet, intensitas cahaya, TBBC, TTL, Lebat Tajuk (U,T,S,B), dan kordinat pohon dalam PU
Titik koordinat PU dan tinggi tempat
Pengumpulan data sekunder berupa data di petanipemilik lahan yang diamati, data statistik kecamatanPelepat Ilir 2009, dan data statistik Kabupaten Bungo2010 dan data pertumbuhan meranti.
Survey dan pembuatan rancangan penelitian
Page 10
ANALISIS DATA
Produksi getah pada masing-masing kondisi tempat tumbuh :
Produksi getah (gr)/pohon/hr = total produksi getah (gr/hari)
jumlah batang karet yang disadap
Produksi getah pada kelas diameter batang :
0-10 cm = total produksi getah (gr/hari) pada kelas 0-10 cm
jumlah batang karet yang disadap
10-20 cm = total produksi getah (gr/hari) pada kelas 10-20 cm
jumlah batang karet yang disadap
20-30 cm = total produksi getah (gr/hari) pada kelas 20-30 cm
jumlah batang karet yang disadap
30-40 cm = total produksi getah (gr/hari) pada kelas 30-40 cm
jumlah batang karet yang disadap
Produktivitas getah karet pada masing-masing pola pertanaman :
Produktivitas (gr/Ha/hari) = Produksi getah(gr/pohon/hr) x jumlah pohon yg disadap (n/Ha)
Page 11
HASIL DAN PEMBAHASAN1. Kondisi Umum Tegakan
Monokultur Karet
No PURata-rata Diameter
(cm)
Ketinggian Tempat
(mdpl)
Intensitas Cahaya
(%)Lokasi Tumbuh Nama Pemilik Lahan
1 18.47 95 6.76 jauh dari rawa Pak Paimin
2 18.82 92 15.21 jauh dari rawa Pak Jumadi
3 17.41 94 9.04 jauh dari rawa Pak Paijo
Agroforestri Karet dan Meranti
1 24.18 88 9.78 dekat rawa Pak Paimin
2 21.22 115 8.20 jauh dari rawa Pak Paimin
3 20.42 105 4.17 jauh dari rawa Pak Sarnun
4 17.29 99 8.25 dekat rawa Pak Sarnun
5 16.63 47 5.45 dekat rawa Pak Waris
6 16.60 68 3.05 dekat rawa Pak Cipto
7 17.60 94 1.91 jauh dari rawa Pak Cipto
8 15.92 108 4.41 jauh dari rawa Pak Kaimin
9 15.60 70 11.22 dekat rawa Pak Marni
10 15.59 73 12.32 dekat rawa Pak Ponidi
1114.88
763.36
jauh dari rawa Pak Kadikun/Zaini
12 14.06 52 5.82 dekat rawa Pak Jari
1317.25
8011.65
jauh dari rawa Pak Talut/Asni
14 17.88 80 6.27 dekat rawa Pak Slamet
15 19.18 90 7.45 jauh dari rawa Pak Slamet
Ketinggian tempat antara 47-115 Mdpl,
Samsulbahri (1996) menyebutkan bahwa karet tumbuh optimal pada ketinggian sampai 200 Mdpl,
lebih dari ketinggian itu akan mengalami penundaan masa panen awal selama sekitar 6 bulan.
Page 12
Produksi Getah Pada Masing-masing Kondisi Tempat Tumbuh
Tegakan Rerata produksi getah
(gr/pohon/hari)
Standar
deviasiN/PU N/ha
Monokultur 16,79 2,72 67,67 422,92
Agroforestri jauh dari
rawa12,23 4,18 100,57 628,57
Agroforestri dekat
rawa12,06 4,33 96,88 605,47
Perbedaan produksi getah pada dua kondisi tempat tumbuh di tegakan agroforestri karet
rakyat hanya sebesar 0,17 gram/pohon/hari.
Syamsulbahri(1996) menyebutkan bahwa untuk bisa tumbuh maksimal, karet tidak memerlukan persyaratan khusus
pada kondisi tempat tumbuhnya. Tanaman karet tidak cocok tumbuh untuk lokasi yang memiliki bulan kering sepanjang
tahun.
Page 13
Produksi Getah Karet Berdasarkan Kelas Diameter
• Rerata produksi getah karet tertinggi terdapat pada kelas diameter 30-40 cm
dengan rata-rata produksi berkisar antara 29 sampai 31 gram/pohon/hari.
• Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin besar kelas diameter batang karet
maka produksi getahnya semakin tinggi.
Page 14
Produktivitas Getah Karet
Monokultur Agroforestri
N/Ha awal 625 batang 625 batang
*Enrichmen Meranti - 625 batang
Jumlah batang karet
sekarang
(15 th)
433 batang 617 batang
Produksi getah/ha/hari 7,1 Kg 7,5 Kg
% jadi tanaman karet
(15 th)69,28 % 98,72 %
1. Tegakan monokultur memiliki % kematian pohonnya mencapai 30,72 % atau lebih tinggi
jika dibandingkan dengan tegakan agroforestri karet (1,28 %).
2. Produktivitas tegakan dg umur yang sama : lebih tinggi AF dari pada monokultur.
Page 15
Prospek Pengembangan Sistem Agroforestri Karet dan Meranti
Pengelolaan agroforestri karet yang dilakukan secara lestari diharapkanmemberikan prospek yang baik untuk pengembangan hutan di masa depan. Pola agroforestri karet dan meranti memberi nilai ganda pada petani berupakayu di masa datang dan hasil getah karet sebagai pendapatan utama(ICRAF, 2008).
Di Pelepat Ilir, meranti yang ditanam didalam jalur tanaman karet dengantahun tanam meranti 2006 telah mencapai rata-rata diameter 9,4 cm atau rata-rata pertumbuhan meranti sebesar 1,5 cm/tahun.
Prospek peningkatan produksi getah melalui penggunaan indukan unggul, rekomendasi individu unggul dalam tegakan yang diteliti :
PU No. Pohon Tinggi (m) Diameter (cm) Produksi (gr/hari) Standar Deviasi
1 10 19 39,04 32,35 1,36
3 3 18 29,20 28,63 3,78
1 21 15 30,89 25,58 1,04
PU No. pohon Tinggi (m) Diameter cm) Produksi (gr/hari) Standar Deviasi
1 22 16 32,32 34,06 4,95
7 140 19.5 29,43 32,62 1,11
8 24 18 22,99 31,87 2,94
14 3 18 38,28 30,16 3,75
monokultur
agroforestri
Page 16
KESIMPULAN
• Semakin besar kelas diameter diameter batang maka produksi getah karet semakintinggi. Produksi getah karet tertinggi pada pola monokultur karet dan agroforestri karetpada umur 15 tahun didapat pada kelas diameter batang 30-40 cm dengan produksisebesar 29-31 gr/pohon/hari.
• Kondisi tempat tumbuh (dekat rawa dan jauh dari rawa) tidak berpengaruh terhadapproduksi getah.
Faktor tegakan memiliki keterkaitan terhadap produksi getah sepertiberikut :
Sampai umur 15 tahun produktivitas getah karet pada tegakanagroforestri karet rakyat lebih tinggi dari pada produktivitas getahkaret di tegakan monokultur karet rakyat dengan hasil getahmencapai 7,5 Kg/Ha/hari.
Page 17
Saran
Perlu adanya tindakan pemuliaan tanaman dalam perkembangan AF karetdengan tujuan keseragaman pertumbuhan dan produksi hasil getah.
Perlu adanya penelitian yang membahas fungsi ekologi dari kawasanagroforestri sebelum penerapan sistem ini dalam tahap lebih lanjut.
Perlu adanya riset lebih lanjut tentang intensitas serangan dan luas seranganpenyakit tanaman karet pada dua pola pertanaman (mono dan AF).
Inventarisasi hasil kayu dari tegakan AF dan tindakan silvikultur tegakan AF karet dan meranti (ex : pola penjarangan dan jarak tanam ideal).
Page 18
Daftar Pustaka
Adhy B. P. 2008. Potret Karet Alam Indonesia. Economic Review No. 213. Jakarta
Adnan H., Djuhendi T., Yuliani E.L., Komarudin H., Lopulalan D., Siagian Y.L., Munggoro D.W. 2008. Belajar Dari Bungo : Mengelola Sumberdaya Alam di Era Desentralisasi. Center For International Forestry Research (CIFOR). Bogor.
Anonim. 2009. Pelepat Ilir Dalam Angka. Badan Pusat Statistik Kabupaten Bungo. Muara Bungo.
Anonim. 2010. Statistik Daerah Kabupaten Bungo 2010. Badan Pusat Statistik Kabupaten Bungo. Muara Bungo.
Awang. S. A. 2008. Deforestasi Hutan RI Capai 2,8 Juta Ha/Tahun. http://www.ugm.ac.id/koran/files/4463/SMI%2019-06-08.jpg. (Diakses tanggal 5 Oktober 2011).
Syamsulbahri. 1996. Bercocok Tanam Tanaman Perkebunan Tahunan. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
William. D. 1997. Laju dan Penyebab Deforestasi di Indonesia : Penelaah Kerancuan dan Penyelesaiannya. CIFOR. Bogor.
Page 19
TERIMA KASIH