Pengaruh Strategi Pembel Ajaran disertai Peta Pikiran ...

12
Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013 Semirata 2013 FMIPA Unila |143 Pengaruh Strategi Pembel Ajaran disertai Peta Pikiran Terhadap Hasil Belajar Fisika SMA Kelas X Semester I T.P. 2011/2012 Betty M.Turnip Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh hasil belajar siswa menggunakan strategi pembelajaran kooperatif disertai peta pikiran pada materi pokok hukum Newton kelas X semester I SMA Negeri 21 Medan T.P. 2011/2012 dan untuk mengetahui aktivitas belajar siswa. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi eksperimen, sebagai populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri 21 Medan T.P 2011/2012. Sampel dalam penelitian ini terdiri dari dua kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Instrumen yang digunakan adalah tes hasil belajar dalam bentuk pilihan berganda sebanyak 20 soal dengan 5 pilihan jawaban. Uji normalitas kelas eksperimen dengan L hitung = 0,1056, L tabel = 0,1401 , dan kelas kontrol dengan L hitung = 0,1056 , L tabel 0,1401 , L hitung < L tabel , maka dikatakan sampel berdistribusi normal. Berdasarkan analisis data pada kelas eksperimen diperoleh rata-rata nilai pretes 37,25 dengan standart deviasi 10,19, untuk rata-rata nilai postes 76,125 dengan standart deviasi 10,35. Untuk kelas kontrol diperoleh rata-rata nilai pretes 36,75 dengan standart deviasi 10,04, untuk rata-rata nilai postes 69,875 dengan standart deviasi 9,77. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji t nilai kedua sample diperoleh t hitung = 2,778 pada taraf signifikan α = 0.05 dan dk = 78 dan harga t tabel = 1.994. dengan membandingkan antara t hitung dan t tabel diperoleh t hitung > t tabel atau 2,778 >1,994, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan hasil belajar siswa akibat pengaruh menggunakan strategi pembelajaran kooperatif disertai peta pikiran dengan konvensional pada materi pokok hukum newton di kelas X semester I SMA Negeri 21 Medan T.P. 2011/2012 Kata Kunci: Strategi pembelajaran , kooperatif, hasil belajar PENDAHULUAN Kualitas mutu pendidikan di Indonesia menjadi issu hangat dibicarakan dan di arahkan kepada lembaga pendidikan yang berperan melaksanakan pendidikan di sekolah. Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan Nasional selalu berupaya untuk meningkatkan kualitas mutu pendidikan, antara lain peningkatan kualitas tenaga tenaga kependidikan melalui sertifikasi guru guru, peningkatan jenjang pendidikan, mengadakan pelatihan, penataran, pengadaan buku ajar, penyempurnaan kurikulum serta kelengkapan fasilitas pembelajaran. Namun kenyataannya kualitas mutu pendidikan masih rendah, dibandingkan dengan negara negara ASEAN , mutu pendidikan di Indonesia masih rendah seperti dilaporkan Human Development Index ( HDI ), Laporan HDI tahun 2003 menunjukkan Indonesia pada urutan ke 112 ( 0,682 ) dari 175 negara. Banyak faktor yang menyebabkan rendahnya mutu pendidikan kita di antaranya terkait dengan (1) kualitas guru dan tenaga kependidikan (Kepala Sekolah, Pengawas dan Penilik), (2) kurikulum, (3) metode pembelajaran, (4) bahan ajar, (5) media pembelajaran dan (6) manajemen sekolah. Ke enam elemen ini saling berkaitan dalam upaya meningkatkan kualitas proses pembelajaran yang berpuncak pada peningkatan mutu pendidikan. Peningkatan kualitas mutu pembelajaran di sekolah dapat di awali dari rancangan skenario pembelajaran. Proses pembelajaran yang di rancang dengan baik akan meningkatkan kualitas hasil belajar. Pada dasarnya kegiatan guru saat proses pembelajaran berlangsung terdiri dari dua kegiatan pokok, yakni (1) pengelolaan

Transcript of Pengaruh Strategi Pembel Ajaran disertai Peta Pikiran ...

Page 1: Pengaruh Strategi Pembel Ajaran disertai Peta Pikiran ...

Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013

Semirata 2013 FMIPA Unila |143

Pengaruh Strategi Pembel Ajaran disertai Peta Pikiran

Terhadap Hasil Belajar Fisika SMA Kelas X Semester I T.P.

2011/2012

Betty M.Turnip

Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh hasil belajar siswa

menggunakan strategi pembelajaran kooperatif disertai peta pikiran pada materi pokok

hukum Newton kelas X semester I SMA Negeri 21 Medan T.P. 2011/2012 dan untuk

mengetahui aktivitas belajar siswa. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini

adalah quasi eksperimen, sebagai populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X

SMA Negeri 21 Medan T.P 2011/2012. Sampel dalam penelitian ini terdiri dari dua kelas

yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Instrumen yang digunakan adalah tes hasil belajar

dalam bentuk pilihan berganda sebanyak 20 soal dengan 5 pilihan jawaban. Uji normalitas

kelas eksperimen dengan Lhitung = 0,1056, Ltabel= 0,1401, dan kelas kontrol dengan Lhitung =

0,1056 , Ltabel 0,1401 , Lhitung< Ltabel, maka dikatakan sampel berdistribusi normal.

Berdasarkan analisis data pada kelas eksperimen diperoleh rata-rata nilai pretes 37,25

dengan standart deviasi 10,19, untuk rata-rata nilai postes 76,125 dengan standart deviasi

10,35. Untuk kelas kontrol diperoleh rata-rata nilai pretes 36,75 dengan standart deviasi

10,04, untuk rata-rata nilai postes 69,875 dengan standart deviasi 9,77. Pengujian hipotesis

dilakukan dengan menggunakan uji t nilai kedua sample diperoleh thitung = 2,778 pada taraf

signifikan α = 0.05 dan dk = 78 dan harga ttabel = 1.994. dengan membandingkan antara thitung

dan ttabel diperoleh thitung> ttabel atau 2,778 >1,994, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada

perbedaan hasil belajar siswa akibat pengaruh menggunakan strategi pembelajaran

kooperatif disertai peta pikiran dengan konvensional pada materi pokok hukum newton di

kelas X semester I SMA Negeri 21 Medan T.P. 2011/2012

Kata Kunci: Strategi pembelajaran , kooperatif, hasil belajar

PENDAHULUAN

Kualitas mutu pendidikan di Indonesia

menjadi issu hangat dibicarakan dan di

arahkan kepada lembaga pendidikan yang

berperan melaksanakan pendidikan di

sekolah. Pemerintah melalui Kementerian

Pendidikan Nasional selalu berupaya untuk

meningkatkan kualitas mutu pendidikan,

antara lain peningkatan kualitas tenaga –

tenaga kependidikan melalui sertifikasi

guru – guru, peningkatan jenjang

pendidikan, mengadakan pelatihan,

penataran, pengadaan buku ajar,

penyempurnaan kurikulum serta

kelengkapan fasilitas pembelajaran.

Namun kenyataannya kualitas mutu

pendidikan masih rendah, dibandingkan

dengan negara – negara ASEAN , mutu

pendidikan di Indonesia masih rendah

seperti dilaporkan Human Development

Index ( HDI ), Laporan HDI tahun 2003

menunjukkan Indonesia pada urutan ke –

112 ( 0,682 ) dari 175 negara. Banyak

faktor yang menyebabkan rendahnya mutu

pendidikan kita di antaranya terkait dengan

(1) kualitas guru dan tenaga kependidikan

(Kepala Sekolah, Pengawas dan Penilik),

(2) kurikulum, (3) metode pembelajaran,

(4) bahan ajar, (5) media pembelajaran dan

(6) manajemen sekolah. Ke enam elemen

ini saling berkaitan dalam upaya

meningkatkan kualitas proses pembelajaran

yang berpuncak pada peningkatan mutu

pendidikan. Peningkatan kualitas mutu

pembelajaran di sekolah dapat di awali dari

rancangan skenario pembelajaran. Proses

pembelajaran yang di rancang dengan baik

akan meningkatkan kualitas hasil belajar.

Pada dasarnya kegiatan guru saat proses

pembelajaran berlangsung terdiri dari dua

kegiatan pokok, yakni (1) pengelolaan

Page 2: Pengaruh Strategi Pembel Ajaran disertai Peta Pikiran ...

betty m.turnip: pengaruh strategi pembel ajaran disertai peta pikiran terhadap hasil belajar fisika sma kelas x semester i t.p. 2011/2012

144|Semirata 2013 FMIPA Unila

proses pembelajaran dan (2) pengelolaan

kelas. Pengelolaan proses pembelajaran

menyangkut kegiatan secara langsung

materi pokok, metode pembelajaran, media

dan usaha untuk mencapai tujuan

pembelajaran, sedangkan pengelolaan kelas

menyangkut kegiatan menciptakan dan

memelihara kondisi belajar yang

memungkinkan terjadinya interaksi aktif

dalam pembelajaran dan pada akhirnya

dapat meningkatkan hasil belajar.

Secara umum ada tiga aspek yang

membedakan siswa yang satu dengan yang

lainnya yaitu (1) aspek intelektual, (2)

aspek psikologis dan (3) aspek biologi.

Ketiga aspek tersebut melahirkan perbedaan

dalam kemampuan, sikap dan tingkah laku,

oleh sebab itu pendidik harus mampu

memilih dan menerapkan strategi

pembelajaran yang sesuai dengan

perbedaan karakteristik siswa untuk

meningkatkan kualitas pembelajaran.

Fisika merupakan pendidikan yang

mengembangkan cara berpikir kritis,

sistematis, logis dan kreatif dalam

membentuk manusia yang handal dan

berkompeten secara global, dan pada

dasarnya Fisika sebagai ilmu pengetahuan

yang menarik, karena mempelajari gejala –

gejala atau fenomena – fenomena alam

serta berusaha untuk mengungkap segala

rahasia dan hukum semesta yang terjadi

dalam kehidupan sehari – hari dan yang

menjadi objek Fisika meliputi pembelajaran

karakter gejala dan peristiwa yang terjadi

dalam benda – benda mati. Untuk itu siswa

perlu dibekali dengan ilmu pengetahuan

dan dilatih keterampilan yang ada pada

materi pokok Fisika.

Namun kenyataannya ditemukan bahwa

sebagain besar siswa belum berhasil

menguasai pengetahuan, keterampilan

khususnya pemahaman konsep – konsep

Fisika maupun aplikasinya dalam

kehidupan sehari – hari, hal ini tergambar

rata – rata di setiap sekolah nilai Fisika

masih rendah dibandingkan dengan

Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang

ditetapkan sebesar 67. Berdasarkan

pengalaman peneliti ketika membimbing

mahasiswa dalam melaksanakan Program

Pengalaman Lapangan Terpadu (PPLT)

dan wawancara terhadap guru dan siswa

dapat diperoleh beberapa faktor yang

menjadi penyebab rendahnya nilai Fisika.

Faktor penyebabnya antara lain (1) metode

atau strategi pembelajaran kurang tepat dan

kurang bervariasi, pendidik dominan

metode ceramah menyuruh siswa

mengerjakan soal –soal Fisika secara

individual, sehingga siswa yang kurang

mampu akan tetap ketinggalan, (2) tidak

adanya media yang dapat mendukung siswa

dalam memahami konsep – konsep Fisika ,

atau mendemonstrasikan salah satu media

di depan kelas, ironisnya pendidik tersebut

sudah memperoleh sertifikat sebagai guru

profesional namun tidak menerapkan ilmu

yang diperoleh ketika mengikuti PLPG, (3)

siswa kurang aktif, kurang berminat

cenderung siswa mengatakan Fisika adalah

pelajaran yang sangat sulit, banyak rumus,

membosankan dengan mengerjakan soal –

soal, karena pembelajaran Fisika yang

disajikan pendidik masih kurang

melibatkan siswa dalam proses

pembelajaran, oleh sebab itu harus dicari

upaya untuk mengatasi masalah tersebut

sehingga hasil belajar siswa sesuai dengan

yang diharapkan.

Berdasarkan masalah yang di

kemukakan di atas, maka perlu dipilih

strategi yang dapat meningkatkan hasil

belajar siswa melalui penerapan proses

pembelajaran yang aktif, menyenangkan,

bekerja sama, saling membantu, saling

tukar pengetahuan, interaksi dengan

pendidik dalam mengerjakan tugas

merupakan strategi pokok dalam

pembelajaran kooperatif. Pembelajaran

kooperatif terjadi ketika siswa bekerja sama

dalam kelompok kecil (kelompok belajar)

untuk saling membantu dalam belajar yang

terdiri dari 4-6 orang siswa yang sederajat

tetapi sederajat tetapi heterogen,

kemampuan, jenis kelamin, suku/ras, dan

Page 3: Pengaruh Strategi Pembel Ajaran disertai Peta Pikiran ...

Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013

Semirata 2013 FMIPA Unila |145

satu sama lain saling membantu teman

sekelompoknya sesuai dengan tugas yang

diberikan pendidik, (Sherman, 2001),

seperti halnya belajar Fisika siswa akan

lebih mengerti konsep – konsep Fisika jika

belajar bersama dalam kelompok.

Pembelajaran kooperatif bertitik tolak

dari pandangan John Dewey dan Herbert

Thelan (dalam Trianto,2007 : 45) yang

menyatakan pendidikan dalam masyarakat

yang demokratis seyogianya mengajarkan

proses demokrasi secara langsung, dan

sekolah dipandang sebagai laboratorium

untuk mengembangkan tingkah laku

demokrasi. Proses demokrasi dan peran

aktif merupakan ciri yang khas dari

lingkungan pembelajaran kooperatif, dan

guru tidak dibenarkan mengelola tingkah

laku siswa dalam kelompok secara ketat

dan siswa memiliki ruang dan peluang

untuk secara bebas mengendalikan aktivitas

– aktivitas di dalam kelompoknya (Ibrahim,

dkk, 2000: Menurut teori yang mendasari

strategi pembelajaran kooperatif,

ketergantungan sosial terdiri dari

ketergantungan positif dan ketergantungan

sosial negatif. Kedua jenis ketergantungan

ini berdampak pada proses psikologis

individu ketika individu tersebut melakukan

kegiatan belajar.

Menurut Muslimin, 2000: 16

menyatakan berdasarkan hasil – hasil

penelitian yang telah ditelaah oleh Slavin

yang menunjukkan bahwa strategi

pembelajaran kooperatif lebih unggul dalam

meningkatkan hasil belajar dibandingkan

dengan pengalaman individual.

Menurut Buzan, 2004 tujuh langkah

membuat peta pikiran, yaitu: (1) Mulai dari

bagian tengah secarik kertas kosong yang

diletakkan dalam posisi memanjang, (2)

Gunakan sebuah gambar untuk gagasan

sentral, (3) Gunakan warna pada seluruh

peta pikiran, (4) Hubungkan cabang-cabang

utama ke sentral, dan hubungkan cabang

tingkat pertama , kedua, dan seterusnya, (5)

Buat cabang peta pikiran berbentuk

melengkung, bukan lurus, (6) Gunakan satu

kata kunci per baris, dan (7) Gunakan

gambar diseluruh peta pikiran.

Menurut Johnson (2008) Strategi

pembelajaran kooperatif, didasarkan pada

teori ketergantungan sosial (social

interdependence theory). Pada awalnya,

teori ketergatungan sosial menyatakan

bahwa tindakan seseorang terdorong oleh

keinginan untuk mencapai suatu tujuan

yang telah ditetapkan. Kemudian teori ini

menklaim bahwa ketergantungan sosial

terjadi bila pencapaian tujuan setiap

individu tergantung pada tindakan individu

lainnya. Dari kedua temuan ini terlihat

bahwa keinginan mencapai tujuan

merupakan faktor utama pendorong

tindakan manusia. Dalam upaya mencapai

tujuan yang diinginkan tersebut tindakan

seseorang bisa jadi tergantung pada

tindakan orang lain. Dalam kondisi seperti

ini, seseorang harus bekerja sama atau

berkompetisi dengan orang lain untuk

mencapai tujuannya. Oleh karena itu,

ketergantungan sosial dapat dibagi menjadi

dua bagian. Yang pertama adalah

ketergantungan sosial yang positif (positive

social interdependence), yang kedua adalah

ketergantungan sosial negatif (negative

social interdependence).

Yang pertama ketergantungan ini terjadi

ketika seseorang memandang bahwa dia

hanya mungkin mencapai tujuan yang

diinginkannya jika dan hanya jika dia

bekerjasama dengan orang lain. Kondisi

seperti ini mendorong setiap orang untuk

saling menolong dan saling mendorong

untuk mencapai tujuan yang dinginkannya.

Jenis kedua adalah ketergantungan sosial

negatif (negative social intedependence).

Kondisi ini terjadi ketika seseorang

menganggap bahwa keberhasilannya

mencapai tujuannya tergantung pada

kemampuannya bersaing(competitively)

atau menggagalkan orang untuk mencapai

tujuannya. Kedua jenis ketergantungan ini

berpengaruh pada proses psikologis

individu.

Page 4: Pengaruh Strategi Pembel Ajaran disertai Peta Pikiran ...

betty m.turnip: pengaruh strategi pembel ajaran disertai peta pikiran terhadap hasil belajar fisika sma kelas x semester i t.p. 2011/2012

146|Semirata 2013 FMIPA Unila

Menurut teori yang mendasari strategi

pembelajaran kooperatif, ketergantungan

sosial terdiri dari ketergantungan positif dan

ketergantungan sosial negatif. Kedua jenis

ketergantungan ini berdampak pada proses

psikologis individu ketika individu tersebut

melakukan kegiatan belajar.

Belajar adalah berubah, dalam hal ini

berarti usaha mengubah tingkah laku,

perubahan tidak hanya berkaitan dengan

penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga

berbentuk kecakapan, ketrampilan, sikap,

pengertian, harga diri, minat, watak, dan

penyesuaian diri (Sardiman,

2007:21).Kemp, Morrison, and M.Ross

(1994: 120) mengatakan bahwa belajar

adalah suatu proses yang aktif membentuk

kebermaknaan antara pengetahuan baru

dengan pengetahuan yang sudah dimiliki

oleh siswa. Hasil belajar berdasarkan

taksonomi bloom adalah kognitif, afektif,

dan psikomotorik (Merril, 2009 : 64), maka

hasil belajar adalah perubahan tingkah laku

setelah mengalami proses pembelajaran

berupa kemampuan – kemampuan dan nilai.

Untuk mencapai hasil belajar yang optimal

diperlukan strategi pembelajaran. Menurut

Miarso (2004:530), strategi pembelajaran

adalah pendekatan menyeluruh

pembelajaran dalam suatu sistem

pembelajaran yang berupa suatu pedoman

umum dan kerangka kegiatan untuk

mencapai tujuan umum pembelajaran, yang

dijabarkan dari pandangan falsafah dan

teori belajar tertent

Penelitian terhadap pengaruh pencapaian

pembelajaran kooperatif secara substansial

telah mengalami kemajuan (Slavin, 1990).

Penelitian terhadap pembelajaran kooperatif

sangat luar biasa, tetapi masih banyak yang

harus dipelajari mengenai bagaimana,

mengapa dan dalam kondisi seperti apa

pembelajaran kooperatif dapat

meningkatkan pencapaian siswa, tetapi

yang jelas dalam keadaan yang ditetapkan

dengan baik pembelajaran kooperatif dapat

memberikan pengaruh yang penting

terhadap pembelajaran. Untuk mendukung

pernyataan di atas penelitian yang telah

dilakukan adalah Handayani (2006)

terdapat perbedaan secara signifikan hasil

belajar siswa SMP sebelum diberi

perlakuan dan sesudah diberikan perlakuan

dengan menggunakan pembelajaran

kooperatif, Ansari (2007) ada perbedaan

hasil belajar siswa SMA antara kelas

eksperimen dan kelas kontrol dengan

menggunakan peta pikiran, Betty (2006)

hasil belajar mahasiswa Fisika meningkat

dengan menerapkan pembelajaran

kooperatif dibuktikan dari hasil DPNA.

Berdasarkan beberapa pernyataan di atas

dan fakta hasil penelitian, maka melalui

penelitian ini akan dikaji : Apakah strategi

pembelajaran disertai peta pikiran

berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di SMA

Negeri 21 Medan tahun pembelajaran

2011/2012 semester ganjil yang dimulai

dari bulan September sampai November.

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa

kelas X SMA Negeri 21 Medan Tahun

Pembelajaran 2011/2012. Sampel diambil

secara random sebanyak 2 kelas, dimana

satu kelas eksperimen dan satu kelas

kontrol.

Jenis penelitian adalah quasi

eksperimen, yang bertujuan untuk

mengetahui ada tidaknya akibat dari sesuatu

yang dikenakan pada subjek didik yaitu

siswa. Sampel yang diambil dalam

penelitian ini dibagi dalam dua kelas yaitu

kelas eksperimen dan kelas kontrol dimana

kedua kelas ini mendapat perlakuan yang

berbeda. Kelas eksperimen diberikan

strategi pembelajaran kooperatif disertai

peta pikiran, sedangkan kelas kontrol

diberikan pembelajaran konvensional.

Desain penelitian yang digunakan adalah

Page 5: Pengaruh Strategi Pembel Ajaran disertai Peta Pikiran ...

Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013

Semirata 2013 FMIPA Unila |147

desain yang menggunakan Two group pre

test post test design.

Untuk memperoleh hasil belajar siswa,

siswa diberi instrument berupa tes tertulis.

Test tersebut berbentuk pilihan berganda

yang terdiri dari 20 soal dengan 5 option.

Salah satu option merupakan kunci

jawaban, sedangkan 4 option lainnya adalah

pengecoh. Dimana jawaban benar diberi

skor 1 (satu) dan jawaban salah diberi skor

0 (nol). Soal-soal tes tersebut disusun sesuai

dengan kurikulum dan tujuan pembelajaran

Hukum Newton yang telah ditentukan. Tes

hasil belajar digunakan untuk mengukur

penguasaan kognitif siswa pada materi

pokok Bunyi. Tes disusun berdasarkan

taksonomi Bloom dalam ranah kognitif,

yaitu ingatan (C1), pemahaman (C2),

aplikasi (C3), analisis (C4), sintesis (C5)

dan evaluasi (C6) ( Arikunto, 2009).

Observasi yang dilakukan bersifat

langsung dan dilakukan dengan bantuan 2

orang pengamat yang dilengkapi dengan

pedoman observasi aktivitas belajar siswa.

Pada observasi ini diharapkan kelas yang

diberikan perlakuan lebih aktif mengerjakan

LKS daripada menulis dan melakukan hal

yang tidak relevan dengan kegiatan proses

pembelajaran. Untuk memudahkan

pengamatan, siswa diberikan nomor

didalam kelompok sehingga pengamat

memberikan penilaian dengan menandai

pada nomor siswa yang beraktivitas.

Pengamat memberikan skor untuk setiap

aktivitas yang muncul untuk setiap

kategori.

TEKNIK ANALISIS DATA

Sebelum dilakukan pengujian hipotesis

terlebih dahulu dilakukan uji persyaratan

analisis data , dalam hal ini dilakukan uji

normalitas dan yang dipakai adalah uji

Lilliefors. Kriteria pengujian : pada taraf

signifikan α = 0,05, jika dengan kriteria

pengujian: jika Lo<Ltab. maka sampel

berdistribusi normal dan jika Lo>Ltab.

maka sampel tidak terdistribusi normal.

Untuk mengetahui apakah kedua data

homogen atau tidak maka digunakan uji

homogenitas (Sudjana, 2005: 249). Untuk

menguji homogenitas varians sampel

dengan menggunakan uji F dengan rumus:

F = iliansterkec

ariansterbes

var

var

Kriteria pengujian :

Jika Fhit Ftab maka maka Ho ditolak

yang berarti kedua kelompok mempunyai

varians berbeda . Dimana Ftabel = 2

1F

(V1,V2), dengan V1 = N1-1, V2= N2-1.

Sedangkan derajat kebebasan V1dan V2

masing-masing dengan dk pembilang dan

penyebutdalam rumus di atas. Jadi, Ftabel =

2

1F ( N1-1, N2-1.) dengan 10,0

UJI HIPOTESIS

Bila suatu data telah berdistribusi normal

dan homogen, maka dalam menguji

hipotesis digunakan uji beda atau uji-t

dengan rumus sebagai berikut:

t =

21

21

11

nnS

XX

Dengan:

S2 =

2

11

21

2

22

2

11

nn

SnSn

Kriteria pengujian adalah terima Ho jika

t1-1/2α<t< t1-1/2α dimana t1-1/2α didapat dari

daftar distribusi tersebut dengan dk =

n1+n2-2 dan peluang (1-1/2α) dengan α =

0,05. Untuk harga t lainnya Ho di tolak.

Dimana : 1n = ukuran sampel kelas

eksperimen, 2n = ukuran sampel kelas

control.

Page 6: Pengaruh Strategi Pembel Ajaran disertai Peta Pikiran ...

betty m.turnip: pengaruh strategi pembel ajaran disertai peta pikiran terhadap hasil belajar fisika sma kelas x semester i t.p. 2011/2012

148|Semirata 2013 FMIPA Unila

HASIL DAN PEMBAHASAN

DATA HASIL PENELITIAN PRETES

KELAS EKPERIMEN DAN KELAS

KONTROL

Penelitian ini merupakan penelitian

quasi eksperimen yang melibatkan dua

kelas yang diberi model pembelajaran yang

berbeda yaitu kelas eksperimen diajar

dengan strategi pembelajaran kooperatif

disertai peta pikiran dan kelas kontrol diajar

dengan pembelajaran konvensional. Oleh

karena itu, sebelum kedua kelas diterapkan

perlakuan yang berbeda, maka pada kedua

kelas terlebih dahulu diberikan pretes yang

bertujuan untuk mengetahui kemampuan

awal belajar siswa pada masing-masing

kelas. Seperti tertera pada tabel 1 dibawah

ini:

Nilai rata-rata pretes kelas eksperimen

yaitu 37,25 dengan nilai tertinggi 50 dan

terendah 15 serta standart deviasinya adalah

10,19 Untuk kelas kontrol nilai rata-rata

adalah 36,75 dengan nilai tertinggi 50 dan

nilai terendah 15 serta dengan standart

deviasi 10,04.

Tabel 1. Data nilai pretes kelas eksperimen dan kelas control

No Nilai Pretes kelas eksperimen Pretes kelas kontrol

f __

X SD f

__

X SD

1 15 1

37.25 10,19

2

36.75

10,04

2 20 3 2

3 25 4 5

4 30 5 3

5 35 6 6

6 40 6 8

7 45 7 9

8 50 8 5

Jumlah 40 40

Untuk melihat secara rinci hasil pretes kedua kelas dapat dilihat pada diagram batang

berikut :

Gambar 1. Diagram batang data pretes kelas eksperimen dan kelas kontrol

0123456789

10

15 20 25 30 35 40 45 50

Kelas EksperimenKelas Kontrol

Nilai Pretes

Fre

kue

nsi

Keterangan :

Page 7: Pengaruh Strategi Pembel Ajaran disertai Peta Pikiran ...

Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013

Semirata 2013 FMIPA Unila |149

Tabel 2. Hasil Analisis Uji Normalitas Pretes Kedua Kelompok Sampel

No Data Kelas Lhitung Ltabel Kesimpulan

1 Pretes Eksperimen 0,1056 0,1401 Normal

2 Pretes Kontrol 0,1040 0,1401 Normal

Untuk sampel yang diberi strategi

pembelajaran kooperatif diperoleh Lhitung =

0,1056 dan Ltabel = 0,1401 dan untuk

sampel yang diberi pembelajaran

konvensional diperoleh Lhitung = 0,1040 dan

Ltabel = 0,1401 seperti tersaji di dalam tabel

2 di bawah ini.

Berdasarkan kriteria pengujian yaitu

menerima sampel dari populasi yang

berdistribusi normal dengan syarat Lhitung <

Ltabel dan menolak kriteria pengujian jika

syarat tidak dipenuhi. Dari tabel di atas

dapat dilihat bahwa syarat kriteria

pengujian diterima, dan hal ini menyatakan

bahwa data berasal dari populasi yang

berdistribusi normal.

Pengujian homogenitas data dilakukan

untuk mengetahui apakah sampel yang

digunakan dalam penelitian homogen atau

tidak, artinya apakah sampel yang

digunakan dapat mewakili seluruh populasi

yang ada. Masing-masing data pretes dari

kedua kelompok sampel diperoleh Fhitung <

Ftabel. seperti tertera pada tabel 3 di bawah

ini : Dapat dilihat bahwa syarat Fhitung <

Ftabel dipenuhi, maka dapat dikatakan bahwa

sampel penelitian adalah homogen,

sehingga dapat digunakan untuk mewakili

seluruh populasi.

Observasi ini dilakukan selama kegiatan

proses pembelajaran berlangsung oleh 2

orang pengamat yang telah dilengkapi

dengan lembar observasi. Adapun jenis

aktivitas yang diamati pada kelas

eksperimen adalah : (1) menulis, (2)

mengajukan pertanyaan, (3) mengerjakan

LKS, (4) bertanya kepada teman kelompok,

dan (5) kegiatan yang tidak relevan dengan

kegiatan proses pembelajaran. Sedangkan

pada kelas kontrol, jenis aktivitas yang

diamati adalah : (1) menulis, (2)

mendengarkan/memperhatikan, (3)

menjawab pertanyaan, (4) pemberian tugas,

(5) yang tidak relevan dengan KBM.

Aspek-aspek tersebut diberi skor 1 sampai

3 dengan berpedoman pada penskoran

observasi aktivitas siswa seperti pada tabel

4.

Tabel 3. Hasil Analisis Uji Homogenitas Pretes Kedua Kelompok Sampel

No Data Varians Fhitung Ftabel Kesimpulan

1 Pretes K. Eksperimen 103,78 1,03 1,77

Homogen

2 Pretes K. Kontrol 100,71

Tabel 4. Tabel Skor Aktivitas Belajar Siswa kelas eksperimen

No Jumlah

pertemuan

Nilai rata-rata

setiap pertemuan Keterangan

Rata-rata semua

nilai aktivitas

1 I 58.25 Cukup aktif

61.33 2 II 61.65 Aktif

3 III 64.225 Aktif

Keterangan Aktif

Page 8: Pengaruh Strategi Pembel Ajaran disertai Peta Pikiran ...

betty m.turnip: pengaruh strategi pembel ajaran disertai peta pikiran terhadap hasil belajar fisika sma kelas x semester i t.p. 2011/2012

150|Semirata 2013 FMIPA Unila

Tabel 5.Tabel Skor Aktivitas Belajar Siswa kelas control

Tabel 6. Data nilai postes kelas eksperimen dan kelas control

Nilai Postes kelas eksperimen Postes kelas kontrol

f Tuantas

individu

Tuntas

Klasikal

__

X SD f Tuntas

individu

Tuntas

klasikal

__

X

S

D

55 2 - -

76,1

25

10,3

5

5 - -

69,875

9,

7

7

60 2 - - 5 - -

65 5 5 12,5 % 6 6 15 %

70 6 6 15 % 9 9 22,5 %

75 6 6 15 % 7 7 17,5 %

80 6 6 15 % 3 3 7,5 %

85 6 6 15 % 3 3 7,5 %

90 7 7 17,5% 2 2 5 %

Jumla

h

4

0 36 90 %

4

0 30 75 %

Gambar 2. Diagram batang data postes kelas eksperimen dan kelas control

No Jumlah

pertemuan

Nilai rata-rata setiap

pertemuan Keterangan

Rata-rata semua

nilai aktivitas

1 I 56.725 Cukup aktif

58.741 2 II 58.625 Cukup aktif

3 III 60.875 Aktif

Keterangan Cukup aktif

0123456789

10

55 60 65 70 75 80 85 90

Kelas EksperimenKelas Kontrol

Nilai Postes

Fre

kue

nsi

Keterangan :

Page 9: Pengaruh Strategi Pembel Ajaran disertai Peta Pikiran ...

Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013

Semirata 2013 FMIPA Unila |151

Dari Tabel 4. di atas, terdapat rata-rata

aktivitas siswa mulai dari pertemuan I

sampai dengan III adalah 58.25, 61.65, dan

64.225. Kemudian setelah ketiga nilai

pertemuan itu dirata-ratakan, maka

diperoleh rata-rata 61.33 dengan kategori

aktif. Skor aktivitas belajar dapat dilihat

pada tabel 5 di bawah ini:

Dari Tabel 5. terdapat rata-rata aktivitas

siswa mulai dari pertemuan I sampai

dengan III adalah 56.725, 58.625 dan

60.875. Kemudian, setelah ketiga nilai

dirata-ratakan, diperoleh rata-rata 58.741

dengan kategori cukup aktif.

Setelah pada sampel diterapkan

pembelajaran yang berbeda dimana kelas

eksperimen diterapkan strategi

pembelajaran kooperatif disertai peta

pikiran dan kelas kontrol diterapkan

pembelajaran konvensional seperti pada

tabel 6. di bawah ini. Dari daftar tabel

terlihat bahwa skor rata-rata di kelas

eksperimen lebih tinggi daripada skor rata-

rata dikelas kontrol.

Uji normalitas menggunakan uji

Lilliefors dari postes kelas eksperimen dan

kelas kontrol. Uji normalitas dimaksudkan

untuk mengetahui apakah data kedua

sampel berdistribusi normal atau tidak

dengan harga-harga L untuk uji Lilliefors

dengan α = 0,05. Hasil analisis uji

normalitas postes kedua kelompok sampel

disajikan pada tabel 7.

Dari tabel 7 tersebut menunjukkan

bahwa data-data nilai hasil belajar siswa,

dinyatakan memiliki sebaran data yang

berdistribusi normal pada taraf signifikansi

α = 0,05 dan n = 40 untuk kelas eksperimen

dan n = 40 untuk kelas postes yaitu Lhitung <

Ltabel , sekaligus berarti bahwa data nilai

hasil belajar siswa melalui strategi

pembelajaran kooperatif dan melalui

pembelajaran konvensional berdistibusi

normal.

Pengujian homogenitas dilakukan

dengan menggunakan uji F untuk

mengetahui apakah kelompok sampel

berasal dari populasi yang homogen atau

tidak. Secara ringkas hasil perhitungan uji

homogenitas data pretes dan data postes

kedua kelas ditunjukkan pada tabel dibawah

ini.

Dari tabel 8 diketahui bahwa sampel

yang berupa kelas eksperimen dan kelas

kontrol berasal dari populasi yang

homogen. Hal ini terlihat dari harga Fhitung

tidak melebihi Ftabel yang mengindikasikan

bahwa sampel berasal dari populasi yang

homogen.

Berdasarkan hasil uji normalitas data tes

akhir ternyata kedua sampel berdistribusi

normal dan mempunyai varians yang

homogen, maka untuk menguji hipotesis

digunakan uji kesamaan rata-rata dengan uji

t. Kriteria pengujiannya adalah : Ho

diterima jika –t (1-1/2α) < thitung < t (1-

1/2α).

Tabel 7. Hasil Analisis Uji Normalitas Postes Kedua Kelompok Sampel

No Data Kelas Lhitung Ltabel Kesimpulan

1 Postes Eksperimen 0,0974 0,1401 Normal

2 Postes Kontrol 0,1210 0,1401 Normal

Tabel 8. Hasil Analisis Uji Homogenitas Pretes Kedua Kelompok Sampel

No Data Varians Fhitung Ftabel Kesimpulan

1 Postes K. Eksperimen 107,04 1,12 1,774 Homogen

2 Postes K. Kontrol 95,50

Page 10: Pengaruh Strategi Pembel Ajaran disertai Peta Pikiran ...

betty m.turnip: pengaruh strategi pembel ajaran disertai peta pikiran terhadap hasil belajar fisika sma kelas x semester i t.p. 2011/2012

152|Semirata 2013 FMIPA Unila

Tabel 9. Uji Hipotesis Postes Kelas Eksperimen dan Kontrol

No Data Nilai

rata-rata thitung ttabel Kesimpulan

2

Postes Eksperimen 76,125

2,778 1,994

Ada perbedaan yang

signifikan Postes Kontrol 69,875

Data selanjutnya dapat dilihat pada tabel

9 Uji hipotesis dengan uji beda (uji t)

sebagai berikut :

Setelah diberi perlakuan, hasil postes kelas

eksperimen diperoleh nilai rata-rata =

76,125 dan dan hasil postes kelas kontrol =

69,875. Dari perhitungan uji perbedaan

nilai rata-rata postes untuk kelas

eksperimen dan kelas kontrol diperoleh

thitung = 2,778 > ttabel = 1,994. Hasil

penelitian menunjukkan ada perbedaan

antara rata-rata postes pada kelas

eksperimen dan kelas kontrol maka dapat

disimpulkan ada perbedaan yang signifikan

hasil belajar siswa akibat pengaruh

penggunaan strategi pembelajaran

kooperatif disertai peta pikiran dan

pembelajaran konvensional pada materi

pokok Hukum Newton di kelas X semester

I SMA Negeri 21 Medan.

PEMBAHASAN

Penelitian ini diawali dengan

memberikan pretes terhadap kedua kelas

sampel dengan THB ada 20 item dalam

bentuk pilihan ganda dengan 5 option yaitu

pada kelas eksperimen dan kontrol. Pada

kelas kelas eksperimen sebelum diberikan

perlakuan nilai rata-rata pretes 37,25 dan

nilai rata-rata pretes pada kelas kontrol

36,75. Setelah memperoleh nilai pretes,

maka nilai tersebut dianalisis. Pertama

dengan melakukan uji normalitas untuk

mengetahui apakah data tersebut

berdistribusi normal. Pada kelas eksperimen

didapat Lhitung = 0,1056 dan Ltabel = 0,1401

dan untuk kelas kontrol diperoleh Lhitung =

0,1040 dan Ltabel = 0,1401. Sesuai dengan

statistika Lhitung < Ltabel, maka data

berdistribusi normal.

Tahap selanjutnya dianalisis dengan uji

homogenitas untuk mengetahui apakah

kedua sampel tersebut homogen atau tidak.

Ketika dilakukan uji homogenitas, maka

diperoleh Fhitung 1,03 dan Ftabel 1,77. Sesuai

dengan statistika, jika Fhitung < Ftabel maka

data tersebut homogen. Tahapan

selanjutnya, data tersebut dianalisis dengan

uji hipotesis yaitu dengan menggunakan uji

t dua pihak untuk melihat kemampuan awal

kedua sampel sebelum diberi perlakuan.

Dari uji hipotesis tersebut diperoleh thitung =

0,221 dan ttabel = 1,994. Sesuai dengan

statistika jika thitung < ttabel maka tidak

terdapat perbedaan yang signifikan antara

kemampuan awal kedua kelompok sampel.

Dari hasil pengujian tersebut dapat

disimpulkan bahwa pengambilan data dapat

dilanjutkan.

Setelah diberi perlakuan yang berbeda

pada kedua kelas sampel,diperoleh nilai

rata-rata dikelas eksperimen 76,125

sedangkan dikelas kontrol 69,875 . Hal ini

memperlihatkan pembelajaran dengan

menggunakan pendekatan keterampilan

proses memberikan hasil belajar fisika yang

lebih baik dari pada menerapkan

pembelajaran konvensional. Kembali

dilakukan uji normalitas data dan diperoleh

pada kelas eksperimen Lhitung = 0,0974 dan

Ltabel = 0,1401, dan pada kelas kontol

terdapat Lhitung = 0,1210 dan Ltabel = 0,140.

Maka dapat disimpulkan kedua sampel

tersebut berdistribusi normal. Selanjutnya

dilakukan kembali uji homogenitas postes

Page 11: Pengaruh Strategi Pembel Ajaran disertai Peta Pikiran ...

Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013

Semirata 2013 FMIPA Unila |153

kedua sampel, maka diperoleh Fhitung = 1,12

dan Ftabel 1,774 dan dapat disimpulkan

bahwa data kedua kelompok sampel

homogen.

Selanjutnya untuk membuktikan apakah

benar-benar ada perbedaan yang signifikan

secara statistik, maka dilakukan pengujian

terhadap hipotesis. Berdasarkan hasil

pengujian hipotesis pada lampiran yang

menggunakan uji t dan diperoleh thitung =

2,778 > ttabel = 1,994, maka dapat

disimpulkan bahwa ada perbedaan hasil

belajar yang signifikan akibat pengaruh

penggunaan strategi pembelajaran

kooperatif dengan konvensional pada

materi pokok Hukum Newton di kelas X

SMA Negeri 21 Medan T.P. 2011/2012

Dalam penelitian ini, tugas-tugas yang

diberikan guru menuntut siswa untuk saling

bekerja sama serta bertanggung jawab

dengan kelompok, dan memelihara

hubungan kerja sama yang efektif, keadaan

ini juga terjadi ketika guru membimbing

kelompok bekerja dan belajar. Dari

hasil pengamatan diketahui bahwasannya

aktivitas siswa mengalami peningkatan

yang positif pada kelas eksperimen pada

pertemuan I sampai pertemuan III yaitu

dengan nilai rata – rata 61,33 dengan

kriteria baik hal ini dikarenakan strategi

pembelajaran kooperatif membuat siswa

itu sendiri aktif dan mampu memecahkan

suatu masalah yang diajukan dan hampir

seluruh siswa aktif dalam mengajukan

pertanyaan. Pada kelas kontrol pada

pertemuan I sampai pertemuan III yaitu

dengan nilai rata – rata 58,741 dengan

kriteria cukup, hal ini dikarenakan

pembelajaran yang monoton yang berpusat

pada guru, dan siswa malas bertanya

ataupun menjawab pertanyaan yang

diajukan guru.

Keuntungan dari menggunakan strategi

pembelajaran kooperatif adalah bagi siswa

yang kemampuannya lebih rendah maupun

siswa yang kemampuannya lebih tinggi

dapat bekerja sama dalam menyelesaikan

tugas-tugas. Hal ini disebabkan siswa yang

kemampuannya lebih tinggi dapat

membantu teman-temannya, dan siswa

yang kemampuannya lebih rendah dapat

menerima pengetahuan/informasi dari siswa

yang kemampuannya lebih tinggi.

Pembelajaran ini juga melibatkan siswa

lebih banyak siswa untuk menelaah materi

yang tercakup dalam suatu pelajaran

tersebut, kondisi ini terjadi pada saat siswa

bekerja dan belajar di dalam kelompok.

Namun dalam penelitian ini masih

terdapat kendala-kendala yang ditemukan

peneliti di lapangan, yaitu keterbatasan

waktu, keterbatasan waktu pada saat

mengajukan hasil diskusi

(mempresentasikan) sehingga tidak semua

kelompok dapat mengajukan hasil diskusi

mereka dan kerja sama kelompok sering

kali hanya melibatkan yang mampu , sebab

mereka dapat mengarahkan siswa yang

kurang mampu. Di samping itu, peneliti

sudah berusaha mengatur waktu sesuai

dengan yang direncanakan dalam RPP,

namun dalam pelaksanaan pembelajaran di

dalam kelas, peneliti masih menemukan

kekurangan waktu dikarenakan di dalam

pelaksaan diskusi memerlukan waktu yang

lama khususnya pada saat penggunaan

media pembelajaran. Maka dalam hal ini

penggunaan waktu sangat penting untuk

diperhatikan oleh guru di dalam

pembelajaran sehingga dapat

memaksimalkan pencapaian hasil belajar.

KESIMPULAN

Aktivitas siswa pada kelas eksperimen

adalah 63,40 dengan kategori aktif

sedangkan aktivitas kelas kontrol adalah

59,8 dengan kategori cukup aktif yang

berarti siswa di kelas eksperimen lebih aktif

daripada di kelas kontrol.

Dengan menggunakan uji t diketahui

bahwa ada perbedaan yang signifikan

antara hasil belajar siswa yang diajar

dengan strategi pembelajaran kooperatif

dan pembelajaran konvensional pada materi

Page 12: Pengaruh Strategi Pembel Ajaran disertai Peta Pikiran ...

betty m.turnip: pengaruh strategi pembel ajaran disertai peta pikiran terhadap hasil belajar fisika sma kelas x semester i t.p. 2011/2012

154|Semirata 2013 FMIPA Unila

pokok Hukum Newton di Kelas X SMA

Negeri 21 Medan Tahun Pembelajaran

2011/2012.

SARAN

Pembelajaran dengan menggunakan

strategi pembelajaran kooperatif dapat

digunakan sebagai alternatif dalam

pembelajaran untuk meningkatkan hasil

belajar fisika siswa.

Diharapkan bagi guru yang ingin

menerapkan pembelajaran dengan strategi

pembelajaran kooperatif dapat

menggunakan waktu sesuai yang sudah

direncanakan dalam Rencana Pelaksanaan

pembelajaran (RPP). Alokasi yang

digunakan harus benar-benar di sesuaikan

dengan rencana pembelajaran yang telah

dibuat.

Untuk peneliti selanjutnya yang akan

menggunakan strategi pembelajaran

kooperatif ini disarankan untuk lebih

memperhatikan kekondusifan siswa ketika

melakukan percobaan, karena pada saat

peneliti menerapkan pendekatan ini, masih

banyak siswa yang ribut ketika melakukan

percobaan.

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, Larin, W. Dan Krathwohl, David

R., (editors), 2001, A Taxonomy For

Learning Teaching And Assessing A

Revision of Bloom’s Taxonomy of

Education Objectives, New York :

Addison Wesley Longman, Inc

Frey, N., Fisher, D. Dan Everlove, S. 2009.

Productive Group: How to Engage

Students, Build Team Work, and

Promote Understanding. Alexandria:

ASCD

Ibrahim, M. Rachmadiarti, F. Nur, M dan

Ismono, 2000, Pembelajaran Kooperatif,

Surabaya : University Press

Johnson. D.W. dan Johnson, R.T. 2008. The

Teacher’s Role in Implementing

Cooperative Learning in the Classroom.

New York: Springer.

Miarso, Yusufhadi, 2004,Menyemai Benih

Teknologi Pendidikan, Jakarta : Prenada

Kencana

Merrill, M. David, 2009, First Principles of

Instruction Dalam Charles M. Reigeluth,

Instructional Design Theories and

Models, Volume III Building a Common

Knowledge Base, New York and London

: Taylor and Francis Publishers

Kanginan, M, 2004, Fisika untuk SMA

Kelas XI, Jakarta : Erlangga

Kolb, A.Y dan Kolb, A.D. 2005. The Kolb

Learning Style Inventory – Version 3.1.

Technical Specification, Experience

Based Learning Systems. Englewood

Cliffs, NJ.: Hay Group.

Sardiman, A.M., 2007, Interaksi dan

Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta :

Raja Grafindo Persada

Sudjana, M.A., 2005. Metode Stastika,

Bandung : Tarsito

Slavin, R.E. 1983. When Does Cooperative

Learning Increase Student Achievement.

Psychological Bulletin. Vol. 94 No. 3

(429-445). New York: APA

Sardiman, A.M., 2007, Interaksi dan

Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta :

Raja Grafindo Persada.

Sherman, L.W, 2001. Cooperative learning

and computer – supported learning

experiences, In C.R. Wolfe (Ed),

Learning and Teaching on the World

Wide Web, San Diego : Academic Press

Santrock, John, W., 2008, Psikologi

Pendidikan, Alih Bahasa Tri Wibowo,

Jakarta : Kencana Prenada Media Group

Trianto, 2007, Model – model

Pembelajaran Inovatif Berorientasi

Bermaknativistik, Jakarta