Pengaruh sertifikasi Terhadap mutu pendidikan bab I by HELDY ERISTON

5
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Ada yang berpendapat bahwa sertifikasi adalah alat untuk meningkatkan kesejahteraan guru. Bahkan yang lebih berani mengatakan bahwa sertifikasi adalah akal- akalan pemerintah untuk menaikkan gaji guru. Kata sertifikasi hanyalah kata pembungkus agar tidak menimbulkan kecemburuan profesi lain. Pemahaman seperti itu tidak terlalu salah sebab dalam Undang-Undang Guru dan Dosen (UUGD) pasal 16 disebutkan bahwa guru yang memiliki sertifikat pendidik, berhak mendapatkan insentif yang berupa tunjangan profesi. Besar insentif tunjangan profesi yang dijanjikan oleh UUGD adalah sebesar satu kali gaji pokok untuk setiap bulannya. Sertifikasi guru merupakan sebuah terobosan dalam dunia pendidikan untuk meningkatkan kualitas dan profesionalitas seorang guru, sehingga ke depan semua guru harus memiliki sertifikat sebagai lisensi atau ijin mengajar. Dengan demikian, upaya pembentukan guru 1

Transcript of Pengaruh sertifikasi Terhadap mutu pendidikan bab I by HELDY ERISTON

Page 1: Pengaruh sertifikasi Terhadap mutu pendidikan bab I by HELDY ERISTON

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Ada yang berpendapat bahwa sertifikasi adalah alat untuk meningkatkan

kesejahteraan guru. Bahkan yang lebih berani mengatakan bahwa sertifikasi

adalah akal-akalan pemerintah untuk menaikkan gaji guru. Kata sertifikasi

hanyalah kata pembungkus agar tidak menimbulkan kecemburuan profesi lain.

Pemahaman seperti itu tidak terlalu salah sebab dalam Undang-Undang Guru dan

Dosen (UUGD) pasal 16 disebutkan bahwa guru yang memiliki sertifikat

pendidik, berhak mendapatkan insentif yang berupa tunjangan profesi. Besar

insentif tunjangan profesi yang dijanjikan oleh UUGD adalah sebesar satu kali

gaji pokok untuk setiap bulannya.

Sertifikasi guru merupakan sebuah terobosan dalam dunia pendidikan

untuk meningkatkan kualitas dan profesionalitas seorang guru, sehingga ke depan

semua guru harus memiliki sertifikat sebagai lisensi atau ijin mengajar. Dengan

demikian, upaya pembentukan guru yang profesional di Indonesia segera menjadi

kenyataan dan diharapkan tidak semua orang dapat menjadi guru dan tidak semua

orang menjadikan profesi guru sebagai batu loncatan untuk memperoleh pekerjaan

seperti yang terjadi belakangan ini.

Namun, persepsi seperti itu cenderung mencari-cari kesalahan suatu

program pemerintah dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan nasional.

Peningkatan kesejahterann guru dalam kaitannya dengan sertifikasi harus

dipahami dalam kerangka peningkatan mutu pendidikan nasional , baik dari segi

proses (layanan) maupun hasil (luaran) pendidikan. Peraturan Pemerintah No. 19

1

Page 2: Pengaruh sertifikasi Terhadap mutu pendidikan bab I by HELDY ERISTON

2

Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan secara eksplisit mengisyaratkan

adanya standarisasi isi, proses, kompetensi lulusan, pendidik dan tenaga

kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiyaan, dan penilaian

pendidikan dalam mencapai tujuan pendidikan nasional.

Di samping itu, menurut Samami dkk. (2006), yang perlu disadari adalah

bahwa guru adalah subsistem pendidikan nasional. Dengan adanya sertifikasi,

diharapkan kompetensi guru sebagai agen pembelajaran akan meningkat sesuai

dengan standar yang telah ditetapkan. Dengan kompetensi guru yang memenuhi

standar minimal dan kesejahteraan yang memadai diharapkan kinerja guru dalam

mengelola proses pembelajaran dapat meningkat. Kualitas pembelajaran yang

meningkat diharapkan akan bermuara akhir pada terjadinya peningkatan prestasi

hasil belajar siswa.

Pada dasarnya terdapat barbagai faktor yang mempengaruhi keberhasilan

pendidikan, antara lain: guru, siswa, sarana dan prasarana, lingkungan

pendidikan,dan kurikulum. Dari beberapa faktor tersebut, guru dalam kegiatan

proses pembelajaran di sekolah nemempati kedudukan yang sangat penting dan

tanpa mengabaikan faktor penunjang yang lain, guru sebagai subjek pendidikan

sangat menentuksn keberhasilan pendidikan itu sendiri. Studi yang dilakukan

Heyneman dan Loxley pada tahun 1983 di 29 negara bahwa di antara berbagai

masukan yang menentukan mutu pendidikan (yang ditunjukan oleh prestasi

belajar siswa) sepertiganya ditentukan oleh guru. Peranan guru makin penting lagi

di tengah keterbatasan sarana dan prasarana sebagaimana dialami oleh negara-

negara sedang berkembang. Fasli Jalal (2007) mengatakan bahwa pendidikan

yang bermutu sangat tergantung pada keberadaan guru yang bermutu, yakni guru

yang profesional, sejahtera dan bermatabat. Oleh karena itu keberadaan guru

bermutu merupakan syarat mutlak hadirnya sistem dan praktik pendidikan yang

bermutu.

Program sertifikasi tersebut dapat diterapkan untuk guru-guru agar dapat

memiliki standar kompetensi yang telah diterangkan di atas. Guru diharapkan

mampu memahami dan menguasai materi ajar yang ada dalam kurikulum,

Page 3: Pengaruh sertifikasi Terhadap mutu pendidikan bab I by HELDY ERISTON

3

memahami struktur, konsep dan metode keilmuan yang koheren dengan materi

ajar, memahami hubungan konsep antar mata pelajaran yang terkait dan

menginternalisasikan nilai-nilai dalam kehidupan sehari-hari (life skill). Selain itu

melalui sertifikasi guru diharapkan mampu menguasai langkah-langkah penelitian

dan kajian kritis untuk memperdalam pengetahuan kompetensinya.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Sudah barang tentu, setelah cukup lama melakukan sosialisasi UUGD,

patut mulai dipertanyakan apakah sertifikasi akan secara otomatis meningkatkan

kualitas kompetensi guru, dan kemudian akan meningkatkan mutu pendidikan di

Indonesia, dan adakah jaminan bahwa dengan memiliki sertifikasi, guru akan

lebih bermutu. Pertanyaan ini penting untuk dijawab secara kritis analitis. Karena

bukti-bukti hasil sertifikasi dalam kaitan dengan peningkatan mutu guru

bervariasi. Di Amerika Serikat kebijakan sertifikasi bagi guru belum berhasil

meningkatkan kualitas kompetensi guru, hal antara lain dikarenakan kuatnya

resistensi dari kalangan guru sehingga pelaksanaan sertifikasi berjalan amat

lambat. Sebagai contoh dalam kurun waktu sepuluh tahun, mulai tahun 1997 –

2006, Amerika Serikat hanya mentargetkan 100.000 guru untuk disertifikasi.

Bandingkan dengan Indonesia yang dalam kurun waktu yang sama mentargetkan

mensertifikasi 2,7 juta guru. Sebaliknya kebijakan yang sama telah berhasil

meningkatkan kualitas kompetensi guru di Singapore dan Korea Selatan.