PENGARUH RELIGIOSITAS, ETIKA, DAN ATTITUDE TERHADAP ...

157
PENGARUH RELIGIOSITAS, ETIKA, DAN ATTITUDE TERHADAP INTENSI KONSUMEN MUSLIM DALAM MEMBELI PRODUK PALSU (STUDI PADA MUSLIM GEN Z DI DKI JAKARTA) SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi (S.E) Disusun Oleh: Sahara Rizki Imania 11160860000014 PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2021

Transcript of PENGARUH RELIGIOSITAS, ETIKA, DAN ATTITUDE TERHADAP ...

Page 1: PENGARUH RELIGIOSITAS, ETIKA, DAN ATTITUDE TERHADAP ...

PENGARUH RELIGIOSITAS, ETIKA, DAN ATTITUDE TERHADAP

INTENSI KONSUMEN MUSLIM DALAM MEMBELI PRODUK PALSU

(STUDI PADA MUSLIM GEN Z DI DKI JAKARTA)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Sebagai Salah Satu Syarat Untuk

Meraih Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)

Disusun Oleh:

Sahara Rizki Imania

11160860000014

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2021

Page 2: PENGARUH RELIGIOSITAS, ETIKA, DAN ATTITUDE TERHADAP ...

ii

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

Pengaruh Religiositas, Etika, dan Attitude terhadap Intensi Konsumen

Muslim dalam Membeli Produk Palsu (Studi pada Muslim Gen Z di DKI

Jakarta)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negri

Syarif Hidayatullah Jakarta Untuk Memenuhi Syarat – Syarat Guna Meraih

Gelar Sarjana Ekonomi

Disusun Oleh:

Sahara Rizki Imania

11160860000014

Dibawah Bimbingan

Pembimbing I

Nur Hidayah., M.A., Ph. D.

NIP. 197610312001122002

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2021 M / 1443 H

Page 3: PENGARUH RELIGIOSITAS, ETIKA, DAN ATTITUDE TERHADAP ...

iii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPEREHENSIF

Hari ini Jum‟at Tanggal 6 Bulan Maret Tahun Dua Ribu Dua Puluh telah

dilakukan Ujian Komprehensif atas mahasiswa:

1. Nama : Sahara Rizki Imania

2. NIM : 11160860000014

3. Jurusan : Ekonomi Syariah

4. Judul Skripsi : Pengaruh Religiositas, Etika, dan Attitude terhadap Intensi

Konsumen Muslim dalam Membeli Produk Palsu (Studi

pada konsumen Muslim Gen Z di DKI Jakarta)

Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang

bersangkutan selama proses ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa

mahasiswa tersebut di atas dinyatakan lulus dan diberi kesempatan untuk

melanjutkan ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Ekonomi Syariah Fakultas Ekonomi dan

Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 6 Maret 2020

1. Dr. Nofrianto, M.Ag. NIP. 197611112003121002 (Penguji I)

2. RR. Tini Anggraeni, ST, M.Si.

NIP. (Penguji I)

Page 4: PENGARUH RELIGIOSITAS, ETIKA, DAN ATTITUDE TERHADAP ...

iv

Page 5: PENGARUH RELIGIOSITAS, ETIKA, DAN ATTITUDE TERHADAP ...

v

Page 6: PENGARUH RELIGIOSITAS, ETIKA, DAN ATTITUDE TERHADAP ...

vi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS PRIBADI

1. Nama : Sahara Rizki Imania

2. Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 09 Januari 1998

3. Jenis Kelamin : Perempuan

4. Alamat : Jl. Bulak Sari No. 35 Bumi Bintaro

Permai, Pesanggrahan, Jakarta

Selatan.

5. Telepon : 085889307360

6. Email : [email protected]

II. PENDIDIKAN

1. SD (2004-2010) : SDN 02 Pagi Pesanggrahan Jakarta

2. SMP (2010-2012) : SMPN 110 Petukangan Jakarta

3. SMA (2012-2016) : Pondok Pesantren Darunnajah

Jakarta

4. S1 (2016-2021) : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

III. LATAR BELAKANG KELUARGA

1. Ayah : Rachman Husen

2. Ibu : Alhikmah

3. Anak Ke- : Satu dari dua bersaudara

IV. PENGALAMAN ORGANISASI

1. Sharia Ecofest (2017) : Anggota Divisi Liaison Officer

2. HMJ Ekonomi Syariah (2018) : Wakil Ketua Departemen KomInfo

3. Sharia Ecofest (2018) : Ketua Divisi National Essay

V. PENGALAMAN KERJA

1. Mengajar sebagai Guru Bimbel SD dan SMP SPC (Super Private

Class) Bintaro (2017-2018).

Page 7: PENGARUH RELIGIOSITAS, ETIKA, DAN ATTITUDE TERHADAP ...

vii

The Influence of Religiosity, Ethics, and Attitude towards Muslim Consumer

Intentions in Buying Counterfeit Products (Case in DKI Jakarta).

ABSTRACT

Counterfeiting or product piracy is a global phenomenon that has a

detrimental impact on various industries and the economy of countries including

Indonesia. Based on data from MIAP (2014), economic losses on a global scale

reached US$ 450 billion and Indonesia's GDP amounted to Rp 34.2 trillion.

Indonesia is one of the countries with a high level of consumption of counterfeit

products where product piracy is commonly found and carried out in the

community. Considering that Indonesia is the largest Muslim country in the world

and the MUI has issued a fatwa regarding the prohibition of the consumption of

counterfeit products, this is done to find out and understand the influence of

religiosity, ethics, and attitudes on the intensity of Muslim consumers in buying

counterfeit products. Sampling of 100 Muslims in DKI Jakarta was then analyzed

using the Partial Least Squares-Structural Equation Modeling (PLS-SEM) method

with SmartPLS software. The results of the study show that religiosity does not

have a significant effect on the intensity of Muslim consumers in buying

counterfeit products because Muslim respondents of Generation Z consider this

behavior to have no correlation with a person's level of religiosity. Ethics

relativism has a significant effect on consumer intensity while ethical idealism has

no significant effect. This is because respondents are concerned with fulfilling

their own desires and not thinking about the consequences of losses suffered by

other people or the original product manufacturer. Attitudes towards economic

benefits and attitudes towards hedonic benefits have a significant influence on the

intensity of Muslim consumers in buying counterfeit products, because

respondents still have the desire to buy counterfeit products because of their

lifestyle needs, social status, and also the cheaper price factor to make it more

economical.

.

Key Words: Counterfeit Products, Consumption, Muslim Consumer, Religiosity,

Ethics, Attitude, SEM-PLS

Page 8: PENGARUH RELIGIOSITAS, ETIKA, DAN ATTITUDE TERHADAP ...

viii

Pengaruh Religiositas, Etika, dan Attitude terhadap Intensi Konsumen

Muslim dalam Membeli Produk Palsu (Studi pada DKI Jakarta)

ABSTRAK

Pemalsuan atau pembajakan produk merupakan sebuah fenomena global

yang memiliki dampak kerugian terhadap berbagai macam industri maupun

perekonomian negara termasuk Indonesia. Berdasarkan data dari MIAP (2014),

kerugian ekonomi pada skala global mencapai 450 Milyar US$ dan pada PDB

Indonesia sebesar Rp 34,2 Triliun. Indonesia merupakan salah satu negara dengan

tingkat konsumsi produk palsu yang tinggi dimana pembajakan produk lazim

ditemukan dan dilakukan di dalam lingkungan masyarakat. Mengingat Indonesia

adalah negara dengan mayoritas Muslim terbesar di dunia dan MUI telah

mengeluarkan fatwa mengenai larangan konsumsi produk palsu, maka penelitian

ini dilakukan untuk mengetahui dan memahami pengaruh religiositas, etika, dan

attitude terhadap intensi konsumen Muslim dalam membeli produk palsu.

Pengambilan sampel sebanyak 100 orang yang beragama Muslim di DKI Jakarta

kemudian dianalisis menggunakan metode Partial Least Squares-Structural

Equation Modelling (PLS-SEM) dengan software SmartPLS. Hasil penilitian

menunjukkan bahwa religiositas tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap

intensi konsumen Muslim dalam membeli produk palsu dikarenakan responden

muslim Generasi Z masih menganggap perilaku tersebut tidak memiliki korelasi

dengan tingkat religiusitas seseorang. Etika relativisme berpengaruh signifikan

terhadap intensi konsumen muslim sedangkan etika idealisme tidak berpengaruh

signifikan. Hal itu karena responden cenderung mementingkan keinginan diri

sendirinya terpenuhi dan kurang memikirkan akibat kerugian yang dialami orang

lain atau produsen produk asli. Attitude terhadap economic benefit maupun

attitude terhadap hedonic benefit memiliki pengaruh signifikan terhadap intensi

konsumen Muslim dalam membeli produk palsu, disebabkan responden masih

memiliki keinginan untuk membeli produk palsu karena kebutuhan gaya hidup,

status sosial, dan juga faktor harga yang lebih murah agar lebih ekonomis.

Kata kunci: Produk palsu, konsumsi, konsumen Muslim, gen Z, religiositas,

etika, attitude, SEM-PLS

Page 9: PENGARUH RELIGIOSITAS, ETIKA, DAN ATTITUDE TERHADAP ...

ix

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT atas limpahan rahmat, kasih sayang, dan

karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir kuliah yaitu

penulisan skripsi dengan sebaik-baiknya. Shalawat serta salam semoga

tercurahkan kepada junjungan kita yakni Rasulullah SAW, keluarga, dan para

sahabatnya yang telah membawa risalah Islam kepada manusia hingga saat ini.

Penulisan skripsi yang berjudul “Pengaruh Religiositas, Etika, dan

Attitude terhadap Intensi Konsumen Muslim Membeli Produk Palsu” ini

ditujukan guna memenuhi syarat-syarat untuk menyelesaikan Program Studi

Sarjana Strata Satu (S-1) Ekonomi Syariah pada Universitas Islam Negri Syarif

Hidayatullah Jakarta. Tentunya, penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih

yang tak terhingga kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan moril

dan materiil sejak proses penulisan skripsi dimulai hingga skripsi terselesaikan.

Sehingga pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Allah SWT yang telah memberikan kelancaran dan kemudahan disetiap

kesulitan dalam proses penulisan skripsi.

2. Kedua orang tua, yaitu Bapak Rachman Husen Ibu Alhikmah yang telah

memberikan kasih sayang tak terhingga, doa, semangat dan pengajaran

hidup yang sangat berharga. agar dapat menyelesaikan skripsi dengan

sebaik-baiknya. Serta adik penulis, Vio Azalia Husen, dan kucing piaraan,

Kety yang selalu mendukung dan menghibur penulis dalam proses

penulisan skripsi.

Page 10: PENGARUH RELIGIOSITAS, ETIKA, DAN ATTITUDE TERHADAP ...

x

3. Bapak Prof. Dr. Amilin, M.Si., Ak., CA., QIA., BKP., CRMP selaku

Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Ibu Dr. Erika Amelia, SE., M.Si. selaku Ketua Jurusan Ekonomi Syariah

Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Ibu Dwi Nur‟aini Ihsan, M.M selaku Sekretaris Jurusan Ekonomi Syariah

Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Ibu Nur Hidayah, M.A., Ph.D. selaku Dosen Pembimbing Skripsi penulis

yang telah bersedia meluangkan waktunya dan dengan sabar memberikan

bimbingan, arahan, dan masukan dalam proses penulisan skripsi ini.

7. Seluruh dosen dan staff Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan banyak ilmu

pengetahuan selama perkuliahan dan bantuan pelayanan sehingga penulis

bisa menyelesaikan program studi ekonomi syariah ini.

8. Nur Fahmi, teman terdekat yang selalu memberikan dukungan, do‟a,

menemani, menghibur dan mengerti penulis pada proses penulisan skripsi

ini.

9. Kak Shabrina Dwi Nova, yang telah membimbing, menjadi teman diskusi,

dan mencari solusi bersama dari awal mulai penulisan proposal skripsi

hingga skripsi selesai.

10. Teman-teman sepermainan, Trace, Ojan, Yaumil, Niza, Clara, Wardah,

Els, Shelly, Oci yang telah mewarnai kehidupan penulis, menyemangati

dan menjadi penghibur selama masa perkuliahan ini.

Page 11: PENGARUH RELIGIOSITAS, ETIKA, DAN ATTITUDE TERHADAP ...

xi

11. Kunto Aji, Maliq & D‟essentials, Baskara Putra, Soundtrack Studio Ghibli

dan Animal Crossing, yang telah menemani dan melewati proses sulit

penulisan skripsi lewat lagu-lagu dan karya-karya indahnya.

12. Kakak-kakak senior 2014 dan 2015 jurusan ekonomi syariah, teman-

teman seperjuangan jurusan Ekonomi Syariah 2016, dan teman-teman

KKN 74 Oksigen yang telah memberikan ilmu dan pengalaman tak

terlupakan selama empat tahun perkuliahan.

13. Teman-teman lain yang mungkin penulis lupa untuk tulis, tetapi tidak

mengurangi rasa terima kasih penulis terhadap kalian, karena

bagaimanapun juga, kalian telah mewarnai hidup penulis.

14. Responden yang telah berbaik hati mengisi kuesioner penelitian ini.

Semoga Allah membalas kebaikan kalian semua.

15. Dan semua pihak terlibat yang tidak dapat dituliskan satu persatu oleh

penulis yang sudah membantu, menginspirasi dan memberikan masukan

untuk penulis.

Jakarta, 30 Juli 2021

Sahara Rizki Imania

Page 12: PENGARUH RELIGIOSITAS, ETIKA, DAN ATTITUDE TERHADAP ...

xii

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI .............................................................................ii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPEREHENSIF ...........................................iii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ...............................................................iv

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN ILMIAH ........................................................v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP .......................................................................................vi

ABSTRACT .....................................................................................................................vii

ABSTRAK ......................................................................................................................viii

KATA PENGANTAR ......................................................................................................ix

DAFTAR ISI ....................................................................................................................xii

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................................xiv

DAFTAR TABEL ............................................................................................................xv

BAB 1 ..................................................................................................................................1

PENDAHULUAN ..............................................................................................................1

A. Latar Belakang .....................................................................................................1

B. Rumusan Masalah ..............................................................................................12

C. Tujuan Penelitian ...............................................................................................12

D. Manfaat Penelitian .............................................................................................12

BAB 2 ..............................................................................................................................14

Tinjauan Pustaka ............................................................................................................14

A. Landasan Teori ..................................................................................................14

1. Teori Konsumsi dalam Islam ......................................................................14

2. Intensi ...........................................................................................................23

3. Religiositas ....................................................................................................25

4. Etika ..............................................................................................................27

5. Attitude .........................................................................................................29

B. Hubungan Antar Variabel ................................................................................31

C. Penelitian Terdahulu .........................................................................................35

D. Kerangka Pemikiran ..........................................................................................52

E. Hipotesis Penelitian ............................................................................................53

BAB 3 ................................................................................................................................54

METODE PENELITIAN ...............................................................................................54

A. Ruang Lingkup Penelitian .................................................................................54

1. Unit Analisis .................................................................................................54

2. Cakupan Geografis ......................................................................................54

3. Usia Responden ............................................................................................55

B. Populasi dan Sampel ..........................................................................................55

C. Metode Pengumpulan Data ...............................................................................59

D. Definisi Operasional Variabel ...........................................................................61

E. Metode Analisis Data .........................................................................................64

1. Structural Equation Modelling (SEM).......................................................64

2. Partial Least Square (PLS) .........................................................................66

BAB 4 ...............................................................................................................................70

HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................................................70

A. Profil Responden ................................................................................................70

1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ...........................70

2. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ............................................70

3. Karakteristik Responden Berdasarkan Domisili ......................................71

Page 13: PENGARUH RELIGIOSITAS, ETIKA, DAN ATTITUDE TERHADAP ...

xiii

4. Karakteristik Responden Berdasarkan

Produk Palsu yang Pernah Dibeli...............................................................72

5. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendapatan ...............................74

B. Evaluasi Model Pengukuran (Outer Model) ...................................................75

1. Uji Validitas .................................................................................................75

a. Validitas Konvergen ...............................................................75

b. Validitas Diskriminan ..............................................................78

2. Uji Reabilitas ................................................................................................92

C. Evaluasi Model Struktural (Inner Model) .......................................................93

1. Nilai R-Square ..............................................................................................93

2. Nilai Path Coefficient ..................................................................................93

D. Pembahasan ........................................................................................................98

1. Pengaruh Religiositas terhadap Intensi Konsumen Muslim

dalam Membeli Produk Palsu ....................................................................98

2. Pengaruh Etika terhadap Intensi Konsumen Muslim

dalam Membeli Produk Palsu ....................................................................99

3. Pengaruh Attitude terhadap Intensi Konsumen Muslim

dalam Membeli Produk Palsu ..................................................................101

BAB 5 ..............................................................................................................................103

KESIMPULAN DAN SARAN .....................................................................................103

A. Kesimpulan .......................................................................................................103

B. Implikasi Manajerial .......................................................................................104

C. Saran .................................................................................................................107

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................109

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian ................................................................................121

Lampiran 2 Data Primer dari Google Form ke Excel ...............................................127

Lampiran 3 Presentasi Tiap Pertanyaan pada Kuesioner

yang Sudah diisi Responden..........................................................................................130

Page 14: PENGARUH RELIGIOSITAS, ETIKA, DAN ATTITUDE TERHADAP ...

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Nilai Loading factor .......................................................................75

Gambar 4.2 Nilai Loading factor Setelah Disesuaikan ....................................77

Gambar 4.3 Hasil PLS Bootstrapping ...............................................................94

Page 15: PENGARUH RELIGIOSITAS, ETIKA, DAN ATTITUDE TERHADAP ...

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Presentase Produk Palsu di Indonesia ................................................2

Tabel 1.2 Kerugian Ekonomi dari Produk Palsu di Berbagai Negara .............3

Tabel 1.3 Kerugian PDB secara langsung pada tiap-tiap sektor ......................5

Tabel 1.4 Dampak Pemalsuan terhadap upah dan gaji di Indonesia ...............5

Tabel 1.5 Dampak Pemalsuan terhadap pendapatan pemerintah ...................6

Tabel 3.1 Data Populasi Jumlah Penduduk

Usia 16-24 tahun di DKI Jakarta.......................................................57

Tabel 3.2 Jumlah Sampel Penelitian Berdasarkan Kuota Sampling..............59

Tabel 3.3 Definisi Operasional Variabel............................................................61

Tabel 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin...................70

Tabel 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia....................................70

Tabel 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Domisili.............................72

Tabel 4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan

Produk Palsu yang Pernah Dibeli .....................................................72

Tabel 4.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendapatan ......................75

Tabel 4.6 Nilai Average Variant Extracted (AVE) ..........................................77

Tabel 4.7 Tabel Fornerr-Lacker.........................................................................78

Tabel 4.8 Nilai Cross Loading ............................................................................79

Tabel 4.9 Composite Reability dan Cronbach‟s alpha ....................................92

Tabel 4.10 Nilai R-Square ..................................................................................93

Tabel 4.11 Path Coefficient ................................................................................94

Page 16: PENGARUH RELIGIOSITAS, ETIKA, DAN ATTITUDE TERHADAP ...

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di era digital, perkembangan internet setiap hari semakin maju dan

memudahkan manusia dalam menyelesaikan berbagai masalah terutama

konsumsi suatu barang atau jasa. Kehadiran internet sebagai suatu

kemudahan bagi masyarakat untuk mengonsumsi barang atau jasa,

ternyata disalahgunakan oleh oknum-oknum yang dapat merugikan

industri digital maupun perekonomian Indonesia. Salah satu

penyalahgunaan internet tersebut yakni pembajakan digital (Casidy, Lwin,

& Phau, 2017). Pembajakan digital merupakan sebuah fenomena bisnis

yang besar secara global. Beberapa contoh lain dalam pembajakan digital

antara lain pembajakan terhadap software (Peace, Galletta, & Thong,

2003), musik (d‟Astous, Colbert, & Montpetit, 2005), video games (Phau

& Liang, 2012), buku (Young, 2008), dan film (Phau, Lim, Liang, &

Lwin, 2014).

Indonesia merupakan negara dengan konsumen barang palsu atau

bajakan yang cukup besar. Indonesia memiliki tingkat penetrasi internet

yang tinggi, yakni sebesar 64,8% dari seluruh penduduk atau 171,17 juta

dari 246,16 juta jiwa (APJII, 2018). Hal itu memberikan korelasi positif

terhadap tingkat pembajakan digital di Indonesia karena Office of the

United States Trade Representative (USTR) mengemukakan bahwa negara

Indonesia masuk dalam kategori Priority Watch List. Kategori ini

Page 17: PENGARUH RELIGIOSITAS, ETIKA, DAN ATTITUDE TERHADAP ...

2

merupakan kategori pengawasan tertinggi oleh USTR karena pada negara

tersebut, perlindungan dan penegakan IP telah memburuk atau tetap pada

tingkat yang tidak memadai dan juga karena banyaknya kasus pembajakan

beserta kurangnya tindak regulasi yang kuat untuk memberantas

pembajakan (USTR, 2019). Masuknya Indonesia dalam Priority Watch

List USTR sebenarnya bukan tanpa sebab. Hal ini didukung oleh

persentase produk palsu di Indonesia Berdasarkan Survey Mardanugraha,

Wardhani, Ismayadi, Bergkamp, & Yappy, (2014).

Tabel 1.1 Presentase Produk Palsu di Indonesia

Produk Presentase Produk Palsu

Software 33,50%

Kosmetika 12,60%

Farmasi 3,80%

Pakaian 38,90%

Barang dari Kulit 37,20%

Makanan dan Minuman 8,50%

Sumber: (Mardanugraha et al., 2014)

Dengan adanya pembajakan produk terutama di bidang digital,

kerugian yang didapatkan oleh pemerintahan tentu tidaklah sedikit. Pada

tataran empiris, terdapat banyak studi dan laporan yang mencoba

menghitung secara pasti nilai dari kerugian dan dampak langsung terhadap

ekonomi akibat adanya kegiatan pemalsuan dan pembajakan. Hasil-hasil

tersebut ditunjukkan oleh Tabel 1.2 dan Tabel 1.3 berikut.

Page 18: PENGARUH RELIGIOSITAS, ETIKA, DAN ATTITUDE TERHADAP ...

3

Tabel 1.2 Kerugian Ekonomi dari Produk Palsu di Berbagai Negara

Sumber Objek Studi Hasil Penelitian

INTERPOL Global Nilai perdagangan seluruh barang -

barang palsu pada 2003 diduga

mencapai US$ 450 miliar

OECD Global Kerugian yang ditimbulkan akibat

pemalsuan di tahun 2007 adalah

sebesar US$ 250 miliar

WTO Global Total produksi barang-barang

konsumsi palsu dan rokok palsu di

tahun 2008 bernilai sekitar US$ 300

miliar

European Union Uni Eropa Jumlah produk palsu yang masuk ke

Eropa dari Asia mengalami

peningkatan sebesar 10 kali lipat

selama periode 1999-2008, dengan

nilai transaksi mencapai US$ 8.2

miliar per tahun

Bate Global Pasar obat-obatan palsu di dunia

bernilai US$ 14 miliar

Gastrow Afrika Timur Karena sekitar 25% rokok yang

dikonsumsi oleh negara- negara

Page 19: PENGARUH RELIGIOSITAS, ETIKA, DAN ATTITUDE TERHADAP ...

4

Afrika Timur adalah palsu dan

selundupan, pemerintah kehilangan

penerimaan dari pajak sebesar US$

100 juta

U.S.Treasury

Dept.

Eropa Mafia Camorra mendapatkan lebih

dari 10% dari US$ 25 miliar

keuntungannya dari penjualan

barang-barang palsu, seperti pakaian

bermerek, CD, DVD, dan perangkat

lunak

INTERPOL Lebanon Pada 2003, terjadi kasus penjualan

barang palsu senilai US$ 1.2 juta

yang diduga digunakan untuk

membiayai kegiatan operasi

Hizbullah

Sumber: (Shelley, 2012) dikutip oleh (Mardanugraha et al., 2014)

Tabel 1.3 Kerugian PDB secara langsung pada tiap-tiap sektor

Sektor Dampak Langsung (juta rupiah)

Makanan dan Minuman 8,093,791

Pakaian dan Barang dari Kulit 20,083,750

Obat-obatan dan Kosmetika 5,423,824

Software 1,147,732

Page 20: PENGARUH RELIGIOSITAS, ETIKA, DAN ATTITUDE TERHADAP ...

5

Ekonomi secara Total 34,749,097

Sumber: (Mardanugraha et al., 2014)

Tabel 1.4 Dampak Pemalsuan terhadap upah dan gaji di Indonesia

Sektor Dampak Langsung (juta rupiah)

Makanan dan Minuman 620,218.13

Pakaian dan Barang dari Kulit 2,320,845.18

Obat-obatan dan Kosmetika 268,450.82

Software 186,372.68

Ekonomi secara Total 3,395,886.80

Sumber: (Mardanugraha et al., 2014)

Terlihat bahwa dampak pemalsuan terhadap tenaga kerja (Tabel

1.4) adalah bahwa adanya potensi kehilangan upah dan gaji sebesar Rp.

3,4 triliun, di tingkat nasional. Nilai tersebut, berasal dari potensi

kehilangan mendapatkan upah dan gaji dari sektor pakaian dan barang dari

kulit, diikuti oleh sektor makanan dan minuman, obat-obatan dan

kosmetika, dan terakhir software sebesar Rp. 186 miliar.

Tabel 1.5 Dampak Pemalsuan terhadap pendapatan pemerintah

Sektor Dampak Langsung (juta rupiah)

Makanan dan Minuman 155,147.06

Pakaian dan Barang dari Kulit 191,992.64

Obat-obatan dan Kosmetika 42,078.75

Software 35,638.00

Page 21: PENGARUH RELIGIOSITAS, ETIKA, DAN ATTITUDE TERHADAP ...

6

Ekonomi secara Total 424,856.45

Sumber: (Mardanugraha et al., 2014)

Pemalsuan pada beberapa produk menyebabkan pemerintah

kehilangan potensi pajak sebesar Rp.424,9 miliar. Potensi kehilangan

pajak ini, berasal dari sektor pakaian dan barang dari kulit, yang

kehilangan potensi pajak sebesar Rp. 192 miliar. Diikuti dengan sektor

makanan dan minuman, yang kehilangan potensi penerimaan pajak

sebesar Rp. 155 miliar, kemudian obat-obatan dan kosmetika dan software

yang secara berturut-turut kehilangan sebesar Rp.42 miliar dan Rp

35,1miliar.

Secara global, Business Action to Stop Counterfeiting and Piracy

(BASCAP), sebuah badan milik International Chamber of Commerce,

mengemukakan bahwasanya pembajakan digital (musik, film, dan

software) secara ekonomi berjumlah antara $30 hingga $75 miliar pada

tahun 2008 (BASCAP, 2011). Sedangkan pada tahun 2015, jumlah

pembajakan digital yang beredar diseluruh dunia apabila dihitung secara

ekonomi adalah $160 miliar (BASCAP, 2016). Perlu adanya penekanan

bahwasanya secara global, terjadi peningkatan pembajakan digital, dimana

pada tahun 2008, secara ekonomi, berjumlah antara $30 hingga $75 miliar.

Dengan kehadiran produk bajakan, penjualan produk asli tetap

dapat terjual. Akan tetapi, harga dan keuntungan yang diterima oleh

penjual produk asli akan menurun (Tsai dan Chou, 2012). Penelitian

LPEM FEUI Tahun 2014 mencatat bahwa tingginya pemalsuan di

Page 22: PENGARUH RELIGIOSITAS, ETIKA, DAN ATTITUDE TERHADAP ...

7

Indonesia tidak hanya disebabkan karena produsen produk palsu banyak

memasok barang palsu ke pasar, tetapi juga adanya permintaan barang

palsu. Kurangnya sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat, serta

perlindungan konsumen membuat masyarakat Indonesia kurang

memahami kerugian mengkonsumsi barang palsu. Konsumen Indonesia

juga tidak peduli dengan peraturan yang dilanggar akibat menggunakan

produk palsu. Melanggar undang-undang hak cipta karena menggunakan

produk palsu, bukan merupakan concern bagi konsumen di Indonesia.

Nilai Produk Domestik Bruto (PDB) yang hilang akibat adanya pemalsuan

adalah sebesar Rp 34.2 triliun, dihitung berdasarkan Tabel Input Output

Tahun 2014 dari BPS (Mardanugraha et al., 2014).

Melihat data yang terjadi, tentunya industri-industri yang terkena

dampak pembajakan digital mengalami kerugian yang sangat besar, maka

dari itu strategi untuk memerangi pembajakan digital sebenarnya telah

dilakukan, yang ditujukan terhadap supply pembajakan digital. Strategi

perlawanan terhadap pembajakan yang mengincar suppliers seperti

menutup situs-situs yang menyediakan akses software bajakan ternyata

masih kurang efektif. Hal ini didukung oleh data BASCAP yang telah

dipaparkan sebelumnya yakni perbandingan jumlah ekonomis pembajakan

digital (musik, film, dan software) untuk tahun 2008 dan jumlah ekonomis

pembajakan digital pada tahun 2015 yang ternyata semakin meningkat

jumlahnya. Terlebih lagi, menurut Miyazaki, Rodriguez, & Langenderfer,

(2009), masih sedikit upaya untuk lebih mengerti psikologis konsumen

Page 23: PENGARUH RELIGIOSITAS, ETIKA, DAN ATTITUDE TERHADAP ...

8

terhadap mengapa mereka mau melakukan konsumsi barang bajakan yang

secara alamiah bersifat ilegal. Oleh karena itu, perlu adanya pendekatan

yang lebih difokuskan terhadap konsumen agar perlawanan terhadap

pembajakan produk dapat berjalan lebih efektif.

Menurut laporan Global Religious Futures (2019), Indonesia

merupakan negara dengan jumlah penduduk Muslim terbesar di dunia

dengan jumlah penduduk Muslim sebanyak kurang lebih 209 juta atau

sekitar 87,2% dari total masyarakat yang ada di Indonesia pada tahun 2010

dan diperkirakan dapat mencapai 229 juta penduduk pada 2020 mendatang

(Pew Research Center, 2010). Jumlah yang besar ini juga didukung

dengan tingkat religiusitas yang tinggi, dibuktikan dengan 83% orang

Indonesia menyatakan agama merupakan aspek yang sangat penting dalam

kehidupan mereka (Pew Research Center, 2019). Besarnya populasi

Muslim di Indonesia seharusnya berbanding terbalik dengan jumlah

pembajakan yang terjadi, karena Majelis Ulama Indonesia sendiri telah

mengeluarkan fatwa tentang perlindungan hak kekayaan intelektual (HKI)

yakni Hak Cipta. Maka dari itu, segala macam bentuk pembajakan produk

adalah tindakan yang illegal secara hukum dan haram dalam konteks

agama Islam, karena telah diatur dalam undang-undang maupun fatwa

MUI.

Secara legal, Majelis Ulama Indonesia diakui secara sah para

pembuat undang-undang Indonesia, baik eksekutif maupun legislatif

(Hasyim, 2015). Menjadi penasihat pemerintah dalam urusan perundang-

Page 24: PENGARUH RELIGIOSITAS, ETIKA, DAN ATTITUDE TERHADAP ...

9

undangan adalah salah satu fungsi MUI, dimana fungsi ini dapat dibagi

menjadi enam. Pertama, adalah memberikan rekomendasi dan saran

kepada pemerintah, kedua adalah memberikan arahan moral kepada para

Muslimin di Indonesia dengan cara menerbitkan fatwa, menerbitkan

majalah, selebaran, ketiga adalah menerbitkan fatwa. Fatwa adalah produk

hukum Islam, dikemukakan dikarenakan adanya kebutuhan atas kejelasan

hukum secara Islam yang belum dijelaskan didalam Al-Quran maupun

kumpulan hadis-hadis. MUI menjadi sumber utama dalam pengeluaran

fatwa di Indonesia, sehingga selain menjadi salah satu sumber hukum

ketatanegaraan, fatwa MUI menjadi sumber pedoman hidup masyarakat

Indonesia, keempat adalah membentuk ukhuwah Islamiyyah, kelima

adalah melakukan dakwah, serta fungsi keenam adalah melakukan

pelatihan terkait Islam dan syariah dengan memberikan pendidikan

terhadap ulama (Hasyim, 2011).

Berdasarkan peran Majelis Ulama Indonesia yang cukup sentral

dalam kehidupan masyarakat Indonesia dan ketatanegaraan, seharusnya

membuat kaum Muslimin patuh terhadap fatwa yang telah dikeluarkan dan

tidak mendukung perkembangan pasar produk palsu dengan tidak ikut

membelinya. Namun, seperti yang telah dijabarkan sebelumnya, kenyataan

yang terjadi terkait hal tersebut adalah sebaliknya dari apa yang

seharusnya terjadi, sebab dalam melakukan konsumsi produk apapun,

seorang Muslim menjadikan halal atau tidaknya sesuatu menjadi faktor

Page 25: PENGARUH RELIGIOSITAS, ETIKA, DAN ATTITUDE TERHADAP ...

10

terpenting sebelum mengkonsumsi barang atau jasa tersebut (Abdul,

Ismail, Hashim, & Johari, 2009).

Dalam konteks manajerial, populasi Muslim yang menjadi

konsumen dikategorikan sebagai yang paling muda secara umur apabila

dibandingkan dengan populasi lainnya, sehingga tentu hal ini akan

berpengaruh kepada pola dan gaya konsumsi, yang dimana tentunya

konsumen Muslim menginginkan mengkonsumsi barang yang halal, atau

sesuai dengan aturan syariah (Ahmad Alserhan & Ahmad Alserhan, 2012).

Maka dari itu, hal tersebut berhubungan dengan bagaimana muslim

berkonsumsi sesuai syariat islam dan harusnya menjadi persoalan di dunia

ekonomi islam atau syariah.

Di zaman yang serba modern ini, konsumsi suatu produk dilakukan

lebih mudah dengan menggunakan teknologi atau internet. Generasi

konsumen yang telah terbiasa menggunakan internet dan cenderung

mudah untuk melakukan tindakan pembajakan adalah generasi Z (Skinner,

Sarpong, & White, 2018). Oleh karena itu, dilakukan analisis yang lebih

dalam pada perspektif demand atau konsumen, dengan melihat pengaruh

religiositas, etika, dan attitude terhadap intensi konsumen muslim dalam

membeli produk palsu (studi pada Gen Z di DKI Jakarta).

Page 26: PENGARUH RELIGIOSITAS, ETIKA, DAN ATTITUDE TERHADAP ...

11

B. Rumusan Masalah

Seperti yang telah dijelaskan pada latar belakang penelitian, dalam

penelitian ini akan secara spesifik menjawab permasalahan berikut:

1. Sejauh mana dan mengapa religiositas berpengaruh terhadap intensi

konsumen Muslim dalam membeli produk palsu?

2. Sejauh mana dan mengapa etika berpengaruh terhadap intensi

konsumen Muslim dalam membeli produk palsu?

3. Sejauh mana dan mengapa attitude berpengaruh terhadap intensi

konsumen Muslim dalam membeli produk palsu?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan, maka tujuan

dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui dan menganalisis apakah religiositas berpengaruh

terhadap intensi konsumen Muslim dalam membeli produk palsu dan

faktor-faktor penyebabnya.

2. Untuk mengetahui dan menganalisis apakah etika berpengaruh

terhadap intensi konsumen Muslim dalam membeli produk palsu dan

faktor-faktor penyebabnya.

3. Untuk mengetahui dan menganalisis apakah attitude berpengaruh

terhadap intensi konsumen Muslim dalam membeli produk palsu dan

faktor-faktor penyebabnya.

Page 27: PENGARUH RELIGIOSITAS, ETIKA, DAN ATTITUDE TERHADAP ...

12

D. Manfaat Penelitian

Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat memberikan

manfaat sebagai berikut:

1. Bagi regulator, dengan adanya penelitian ini regulator menjadi lebih

memahami pengaruh religiositas, etika, dan Attitude yang

mempengaruhi intensi konsumen Muslim dalam menggunakan produk

palsu atau bajakan di Indonesia sehingga dapat membentuk peraturan

yang memasukkan peran agama untuk mengurangi tindakan

pembajakan dan pemalsuan produk yang merajalela di Indonesia.

2. Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan

dan pengalaman yang lebih mendalam mengenai pengaruh religiositas,

etika, dan Attitude terhadap intensi konsumen Muslim dalam

menggunakan produk palsu atau bajakan di Indonesia.

3. Bagi industri atau pasar, penelitian ini diharapkan memberikan

wawasan tentang pengaruh religiositas, etika, dan Attitude yang

mempengaruhi intensi konsumen Muslim dalam menggunakan produk

palsu atau bajakan di Indonesia sehingga dapat mengambil langkah

yang tepat dalam menghadapi isu ini.

4. Bagi peneliti selanjutnya, penelitian ini diharapkan dapat memberikan

referensi dan memperkaya literatur di bidang peran ekonomi syariah

sebagai pencegah tindak pembajakan dan pemalsuan produk

Page 28: PENGARUH RELIGIOSITAS, ETIKA, DAN ATTITUDE TERHADAP ...

13

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Teori Konsumsi Islam

a. Pengertian Konsumsi Islam

Konsumsi biasanya diartikan sebagai penggunaan barang

dan jasa untuk memenuhi kebutuhan manusia. Dalam ilmu

ekonomi islam, konsumsi juga memiliki arti yang sama, namun

terdapat perbedaan pada semua aspek yang melingkupinya.

Perbedaan mendasar konsumsi Islam dari konsumsi ekonomi

konvensional adalah dalam mencapai tujuan konsumsi itu sendiri,

dan cara mencapainya harus sesuai dengan pedoman hukum Islam

(Pujiyono, 2006).

Tujuan utama konsumsi bagi seorang Muslim adalah

sebagai sarana penolong untuk beribadah kepada Allah SWT.

Karena sesungguhnya mengkonsumsi sesuatu dengan niat untuk

meningkatkan ketaatan dalam mengabdi kepada Allah akan

menjadikan konsumsi itu bernilai ibadah yang dengannya manusia

akan mendapatkan pahala dan juga memiliki nilai positif dalam

kehidupannya (Pujiyono, 2006).

Menurut Al-Ghazali, konsumsi adalah penggunaan barang

atau jasa dalam upaya pemenuhan kebutuhan melalui bekerja yang

wajib dilakukan sesuai dengan etika syariah dalam rangka menuju

Page 29: PENGARUH RELIGIOSITAS, ETIKA, DAN ATTITUDE TERHADAP ...

14

kemaslahatan untuk kehidupan di dunia dan akhirat (Pujiyono,

2006).

Dalam perspektif ekonomi islam, konsumsi tidak sekedar

memenuhi kebutuhan individu untuk memenuhi perintah Allah,

tetapi juga kesadaran untuk memenuhi kebutuhan orang lain.

Dalam konteks adanya keizinan untuk mengkonsumsi rezeki yang

diberikan oleh Allah, sekaligus terpikul tanggung jawab untuk

memberikan perhatian terhadap keperluan hidup orang-orang yang

tidak punya, baik yang tidak meminta (al-qani) maupun yang

meminta (al-mu‟tar) bahkan untuk orang-orang yang sengsara (al-

bas) dan fakir miskin (Nuruddin, 2002: 313-315).

Tercukupinya kebutuhan masyarakat akan memberikan

dampak yang disebut mashlahah. Mashlahah adalah segala bentuk

keadaan, baik material maupun non material yang mampu

meningkatkan kedudukan manusia sebagai makhluk yang paling

mulia. Kandungan mashlahah terdiri atas manfaat dan berkah.

Dalam konsumsi, seorang konsumen akan mempertimbangkan

manfaat dan berkah yang dihasilkan dari kegiatan konsumsinya.

Konsumen akan merasakan adanya manfaat dalam konsumsi ketika

kebutuhannya terpenuhi. Berkah akan diperoleh ketika ia

mengkonsumsi barang dan jasa yang dihalalkan oleh syariat islam

(Pujiyono, 2006).

Page 30: PENGARUH RELIGIOSITAS, ETIKA, DAN ATTITUDE TERHADAP ...

15

Komodifikasi konsumsi pada agama adalah transformasi

nilai guna agama sebagai pedoman hidup dan sumber nilai-nilai

normatif yang berlandaskan pada keyakinan ketuhanan menjadi

nilai tukar, dengan menggunakan fungsi- fungsi ini disesuaikan

dengan kebutuhan manusia atas agama (Husna, 2019). Dalam

komodifikasi pada praktik bisnis dan pemasaran, kini nyata

bergeser dan mengalami transformasi, dari level rational

intelligence (marketing 1.0) menuju ke emotional marketing

(marketing 2.0) dan akhirnya merambah ke level spiritual

intelligence (marketing 3.0) (Husna, 2019).

Pada praktik marketing 1.0, pemasaran hanya menyentuh

aspek fungsional teknikal saja dan konsumen diposisikan sebagai

objek pasif yang cenderung memilih produk berdasarkan tinggi

rendahnya harga yang ditawarkan produsen. Pada marketing 2.0,

konsumen mulai diposisikan subjek aktif yang memilki emosi dan

perasaan. Produsen mulai dituntut untuk memahami apa keinginan

dari konsumennya dan sebisa mungkin menciptakan loyalitas

dalam diri konsumennya. Harga tidak lagi menjadi faktor penentu

karena ikatan emosional telah terjalin di dalamnya. Sedangkan,

pada marketing 3.0 konsumen mulai mencari spiritual value dalam

sebuah produk sebagai bagian dari sebuah identitas. Pada tahap ini,

brand telah menjadi reason for being. Pengkonsumsian produk

yang dilakukan bukan lagi atas dasar pemenuhan kepuasan

Page 31: PENGARUH RELIGIOSITAS, ETIKA, DAN ATTITUDE TERHADAP ...

16

melainkan sebagai penanda atas keberadaan status sosial (cultural

strategy of self definition) dalam masyarakat (Kotler, Kartajaya, &

Setiawan, 2010). Sehingga dalam hal ini religiusitas dianggap

menjadi hal penting guna menciptakan segmen pasar tertentu.

Agama tidak lagi diposisikan sebagai sumber nilai dalam

pembentukan gaya hidup, akan tetapi lebih sebagai instrumen bagi

gaya hidup itu sendiri (Beng-Huat, 2000). Berdasarkan hal-hal

dalam marketing seperti faktor harga, emosi, kebiasaan, dan

agama, maka penelitian ini diukur oleh variabel religiositas, etika,

dan attitude untuk menganalisa intensi konsumen muslim dalam

membeli produk palsu.

b. Prinsip – Prinsip Konsumsi Islam

Menurut Martinelli (2019) dan Pujiyono (2006), terdapat

enam prinsip konsumsi dalam Islam, diantaranya adalah:

1) Prinsip syariah, yaitu menyangkut dasar syariat yang harus

terpenuhi dalam melakukan konsumsi di mana terdiri dari:

a) Prinsip akidah, yaitu hakikat konsusmsi adalah sebagai

sarana untuk ketaatan/beribadah sebagai perwujudan

keyakinan manusia sebagai makhluk yang mendapatkan

beban khalifah dan amanah di bumi yang nantinya

diminta pertanggungjawaban oleh penciptanya.

Konsumsi sebagai sarana manusia untuk beribadah

Page 32: PENGARUH RELIGIOSITAS, ETIKA, DAN ATTITUDE TERHADAP ...

17

kepada Allah swt, maka konsumsi harus dilakukan

sesuai syariat Islam.

b) Prinsip Ilmu, yaitu seorang ketika akan mengkonsumsi

harus tahu ilmu tentang barang yang akan dikonsumsi

dan hukum-hukum yang berkaitan dengannya apakah

merupakan sesuatu yang halal atau haram baik ditinjau

dari zat, proses, maupun tujuannya.

c) Prinsip amaliah, sebagai konsekuensi akidah dan ilmu

yang telah diketahui tentang konsumsi Islami tersebut.

Seseorang ketika sudah berakidah yang lurus dan

berilmu, maka dia akan mengkonsumsi hanya yang

halal serta menjauhi yang haram atau syubhat.

2) Prinsip kuantitas, yaitu sesuai dengan batas-batas kuantitas

yang telah dijelaskan dalam syariat islam, di antaranya:

a) Sederhana, yaitu mengkonsumsi yang sifatnya tengah-

tengah antara menghamburkan harta dengan pelit,

tidakbermewah-mewah, tidak mubazir, dan hemat.

b) Sesuai antara pemasukan dan pengeluaran, artinya

dalam mengkonsumsi harus disesuaikan dengan

kemampuan yang dimilikinya, bukan besar pasak

daripada tiang.

Page 33: PENGARUH RELIGIOSITAS, ETIKA, DAN ATTITUDE TERHADAP ...

18

c) Menabung dan investasi, artinya tidak semua kekayaan

digunakan untuk konsumsi tapi juga disimpan untuk

kepentingan pengembangan kekayaan itu sendiri.

3) Prinsip prioritas, di mana memperhatikan urutan

kepentingan yang harus diprioritaskan agar tidak terjadi

kemudharatan, yaitu:

a) primer, yaitu konsumsi dasar yang harus terpenuhi agar

manusia dapat hidup dan menegakkan kemaslahatan

dirinya dunia dan agamanya serta orang terdekatnya,

seperti makanan pokok;

b) sekunder, yaitu konsumsi untuk menambah atau

meningkatkan tingkat kualitas hidup yang lebih baik,

misalnya konsumsi madu, susu dan sebagainya;

c) tersier, yaitu untuk memenuhi konsumsi manusia yang

jauh lebih membutuhkan.

4) Prinsip sosial, yaitu memerhatikan lingkungan sosial di

sekitarnya sehingga tercipta keharmonisan hidup dalam

masyarakat, di antaranya:

a) Kepentingan umat, yaitu konsumsi yang memikirkan

juga maslahah umat, saling menanggung dan menolong

antar masyarakat.

Page 34: PENGARUH RELIGIOSITAS, ETIKA, DAN ATTITUDE TERHADAP ...

19

b) Keteladanan, yaitu memberikan contoh yang baik

dalam berkonsumsi tentunya sesuai dengan syariat

Islam.

c) Tidak membahayakan orang yaitu dalam

mengkonsumsi justru tidak merugikan dan memberikan

mudharat ke orang lain.

5) Kaidah lingkungan, yaitu dalam mengkonsumsi harus

sesuai dengan kondisi potensi daya dukung sumber daya

alam dan tidak merusak lingkungan.

6) Tidak meniru atau mengikuti perbuatan konsumsi yang

tidak mencerminkan etika konsusmsi Islami.

Berdasarkan prinsip-prinsip dari teori konsumsi Islam

tersebut, terdapat prinsip-prinsip dasar yang perlu diperhatikan

untuk berkonsumsi barang dan jasa bagi muslim. Dengan adanya

prinsip syariah maka peneliti menggunakan variabel religiositas

untuk mengukur tingkat religiositas seseorang terhadap intensi

membeli produk palsu. Mengonsumsi suatu barang atau jasa juga

harus mengutamakan maslahah dan memperhatikan lingkungan

sosial di sekitarnya sehingga tercipta keharmonisan hidup dalam

bermasyarakat. Dalam berkonsumsi, umat Muslim harus

memikirkan kepentingan masyarakat, lingkungan, dan sumber daya

alam. Tidak merugikan dan tidak memberikan mudharat terhadap

orang lain. Maka dari itu tindakan konsumsi barang palsu tidak

Page 35: PENGARUH RELIGIOSITAS, ETIKA, DAN ATTITUDE TERHADAP ...

20

diperbolehkan karena tidak sesuai dengan prinsip sosial konsumsi

Islam. Berdasarkan prinsip sosial, peneliti menggunakan variabel

etika untuk mengukur pedoman etika yang dianut konsumen

terhadap intensi membeli produk palsu. Prinsip sosial dan prinsip

kuantitas juga membuat peneliti menggunakan variabel attitude

untuk mengukur intensi konsumen membeli produk palsu. Apakah

konsumen tersebut memiliki preferensi attitude yang lebih

mementingkan harga atau juga hanya untuk kesenangan diri

sendiri.

c. Landasan Hukum Konsumsi Islam termasuk Produk Palsu

Pengertian produk palsu menurut KBBI yaitu; produk

adalah barang atau jasa yang dibuat dan ditambah gunanya atau

nilainya dalam proses produksi dan menjadi hasil akhir dari proses

produksi itu. Palsu adalah tidak tulen, tidak sah, tiruan, gadungan.

Maka, produk palsu secara istilah adalah produk yang

dideskripsikan sebagai tiruan, replika, imitasi, kloning, atau istilah

yang sejenis bila mengacu pada nama merek dalam upaya

menyamar sebagai produk asli dari pemilik merek. Produk palsu

yaitu produk yang menghilangkan nilai simbolik dari barang

(mewah) asli dan menyamarkan brand equity (Zhou & Hui, 2003).

Berdasarkan pengertian tersebut, pandangan hukum islam

mengenai konsumsi dan juga konsumsi terhadap produk palsu

adalah sebagai berikut:

Page 36: PENGARUH RELIGIOSITAS, ETIKA, DAN ATTITUDE TERHADAP ...

21

1) Al – Qur‟an

Teori konsumsi Islam dijelaskan pada ayat 168 Surat Al –

Baqarah:

ت الشيطه ا خط بع ل تت ا فى الرض حللا طيباا ا مم ا الىاس كل ياي

بيه م لكم عد او

Artinya:

“ Wahai manusia! Makanlah dari (makanan) yang halal dan

baik yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti

langkah-langkah setan. Sungguh, setan itu musuh yang nyata

bagimu.” (QS. Al-Baqarah [2]: 168).

Dan QS. An-Nahl [16] ayat 114:

ن ان كىتم اياي تعبد ا وعمت الله اشكز حللا طيباا ا رسقكم الله ا مم فكل

Artinya:

“ Maka makanlah yang halal lagi baik dari rezeki yang telah

diberikan Allah kepadamu; dan syukurilah nikmat Allah, jika

kamu hanya kepada-Nya saja menyembah.” (QS. An-Nahl [16]

ayat 114).

Islam juga secara tegas melarang pemalsuan atau

pembajakan dalam hal apapun. Beberapa ayat yang melarang

hal tersebut antara lain:

QS. An-Nisa‟ [4]: 29:

ن تجارةا عه ان تك الكم بيىكم بالباطل ال ا ام ا ل تأكل ا الذيه امى ياي

ا كان بكم رحيما ا اوفسكم ان الله ل تقتل ىكم تزاض م

Page 37: PENGARUH RELIGIOSITAS, ETIKA, DAN ATTITUDE TERHADAP ...

22

Artinya:

“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu saling

memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil (tidak

benar), kecuali dalam perdagangan yang berlaku atas dasar

suka sama suka di antara kamu. Dan janganlah kamu

membunuh dirimu. Sungguh, Allah Maha Penyayang

kepadamu.” (QS. AL-Nisa‟ [4]: 29).

Dan juga QS. Al - Syu‟ara [26]: 183:

ا فى الرض مفسديه ل تعث م ل تبخسا الىاس اشياء

“Dan janganlah kamu merugikan manusia pada hak-haknya

dan jangan-lah kamu membuat kerusakan di bumi.” (QS. al-

Syu‟ara [26]: 183).

2) Fatwa MUI

Majelis Ulama Indonesia selaku institusi di ulama se-

Indonesia juga telah mengeluarkan fatwa terkait hal ini yang

dituangkan dalam fatwa Nomor: 1/MUNAS VII/MUI/5/2005

(MUI, 2005) tentang Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual

(HKI) yang memiliki isi sebagai berikut:

a) Pertama: Nama dagang, alamat dan mereknya, serta hasil

ciptaan (karangmengarang) dan hasil kreasi adalah hakhak

khusus yang dimiliki oleh pemiliknya, yang dalam abad

moderen hak-hak seperti itu mempunyai nilai ekonomis

Page 38: PENGARUH RELIGIOSITAS, ETIKA, DAN ATTITUDE TERHADAP ...

23

yang diakui orang sebagai kekayaan. Oleh karena itu, hak-

hak seperti itu tidak boleh dilanggar.

b) Kedua: Pemilik hak-hak non-material seperti nama dagang,

alamat dan mereknya, dan hak cipta mempunyai

kewenangan terhadap haknya itu, dan bisa ditransaksikan

dengan sejumlah uang dengan syarat terhindar dari

berbagai ketidakpastian dan tipuan, seperti halnya dengan

kewenangan seseorang terhadap hak-hak yang bersifat

material.

c) Ketiga: Hak cipta, karang-mengarang dan hak cipta lainnya

dilindungi oleh syara‟. Pemiliknya mempunyai kewenangan

terhadapnya dan tidak boleh dilanggar. Hak cipta, karang-

mengarang dan hak cipta lainnya dilindungi oleh syara‟.

Pemiliknya mempunyai kewenangan terhadapnya dan tidak

boleh dilanggar.

Adapun hasil ketentuan hukum dari fatwa tersebut adalah:

a) Dalam hukum Islam, HKI dipandang sebagai salah satu

huquq maliyyah (hak kekayaan) yang mendapat

perlindungan hukum (mashun) sebagaimana mal

(kekayaan).

b) HKI dapat dijadikan obyek akad (al-ma‟qud „alaih), baik

akad mu‟awadhah (pertukaran, komersial), maupun akad

tabarru‟at (nonkomersial), serta dapat diwaqafkan dan

diwariskan.

c) Setiap bentuk pelanggaran terhadap HKI, termasuk namun

tidak terbatas pada menggunakan, mengungkapkan,

membuat, memakai, menjual, mengimpor, mengekspor,

mengedarkan, menyerahkan, menyediakan,

mengumumkan, memperbanyak, menjiplak, memalsu,

membajak HKI milik orang lain secara tanpa hak

merupakan kezaliman dan hukumnya adalah haram.

Page 39: PENGARUH RELIGIOSITAS, ETIKA, DAN ATTITUDE TERHADAP ...

24

2. Intensi

Konsep intensi menurut Fishbein & Ajzen (1975) dalam Theory of

Reasoned Action didefinisikan sebagai kemungkinan subjektif

seseorang untuk melakukan sesuatu perilaku tertentu. Intensi dianggap

sebagai faktor motivasi seseorang yang mempengaruhi tingkah laku,

dan merupakan salah satu indikasi seberapa besar seseorang untuk

berusaha mewujudkan apa yang ingin dia lakukan.

Intensi pembelian merupakan proses pengambilan keputusan yang

dilakukan oleh konsumen sebelum membeli produk tertentu yang

dibutuhkan (Anoraga, 2000). Intensi merupakan prediktor yang baik

meramalkan suatu perilaku yang akan dilakukan oleh individu. Oleh

karena itu, intensi pembelian diartikan sebagai preferensi konsumen

untuk membeli produk atau jasa (Rasheed, Farhan, Zahid, Javed, &

Rizwan, 2014)(Younus, Rasheed, & Zia, 2015). Intensi membeli dapat

dikatakan sebagai sesuatu yang berhubungan dengan rencana

konsumen untuk membeli produk tertentu serta berapa banyak unit

produk yang dibutuhkan pada periode tertentu (Howard, 1989).

Dalam Theory of Planned Behavior, terdapat tiga dimensi yang

dapat mengukur intensi seseorang (Ajzen, 1991):

a. Sikap terhadap perilaku

Sikap terhadap perilaku merupakan keyakinan yang ditentukan

oleh konsekuensi dari perilaku, atau yang biasa disebut dengan

keyakinan perilaku. Keyakinan berkaitan dengan penilaian

Page 40: PENGARUH RELIGIOSITAS, ETIKA, DAN ATTITUDE TERHADAP ...

25

subjektif individu terhadap dunia di sekitarnya, dan

pemahaman individu tentang dirinya dan lingkungannya.

Hubungan ini dibuat dengan mengaitkan antara tindakan

tertentu dengan manfaat atau kerugian yang mungkin diperoleh

individu apabila akan melakukannya atau tidak.

b. Norma Subjektif

Norma subjektif merupakan persepsi seseorang tentang

pengaruh ekspektasi orang-orang di sekitarnya yang mana

ekspektasi tersebut memengaruhi kehidupan pribadinya.

Dengan cara ini, orang-orang di sekitar dapat memengaruhi

perilaku seseorang atau menahan diri untuk tidak melakukan

perilaku tertentu. Norma subjektif juga diartikan sebagai

keyakinan individu yang didapatkan dari pandangan orang-

orang lain terhadap objek sikap yang berhubungan dengan

individu tersebut.

c. Persepsi Kontrol Perilaku

Kontrol perilaku merupakan persepsi seseorang tentang mudah

atau sulitnya untuk mewujudkan perilaku tertentu. Hal ini

bergantung pada keyakinan individu mengenai ketersediaan

sumber daya berupa peralatan, tingkat kompatibilitas, tingkat

kemampuan, dan kesempatan yang mendukung atau

menghambat perilaku yang diinginkan, juga seberapa besar

Page 41: PENGARUH RELIGIOSITAS, ETIKA, DAN ATTITUDE TERHADAP ...

26

sumber daya memiliki peran untuk mewujudkan perilaku

tersebut.

Menurut Ajzen (1991), sikap terhadap perilaku, norma subjektif,

dan kontrol perilaku memiliki tingkat signifikansi yang berbeda-beda

pada setiap perilaku dan situasi, sehingga tidak bisa digeneralisasi

untuk setiap tindakan dan situasi yang dihadapi seseorang dalam

melakukan suatu tindakan atau perilaku.

3. Religiositas

Religiositas berdasarkan pengertian dari McDaniel & Burnett

(1990) adalah sub-kategori dari nilai-nilai yang dianut oleh manusia

yang berkaitan dengan bagaimana hubungan antar manusia dengan

dengan Tuhannya dan bagaimana seseorang mengekspresikan

hubungan itu dalam masyarakat. Religiositas berkaitan erat dengan

agama dan komitmen seseorang untuk berperilaku mengikuti prinsip-

prinsip yang ia percaya yang telah diturunkan oleh Tuhan. Menurut

Yousaf & Malik (2013), religiositas dideskripsikan sebagai derajat

seorang umat beragama menerima kepercayaan dan menjalankan

perintah yang diperintahkan oleh agamanya (Ilter, Bayraktaroglu, &

Ipek, 2017).

Menurut Shyan Fam, Waller, & Zafer Erdogan (2004) agama

memberikan tujuan bagi individu-individu dan juga memberikan cita-

cita dalam kehidupan, hal inilah yang menjadikan agama penting dan

berpengaruh terhadap kehidupan pribadi dan sosial (Bakar, Lee, &

Page 42: PENGARUH RELIGIOSITAS, ETIKA, DAN ATTITUDE TERHADAP ...

27

Rungie, 2013). Ilter et al., (2017) juga berpendapat bahwa agama

adalah faktor budaya yang penting dan menjadi salah satu lembaga

sosial paling universal dan berpengaruh yang memiliki pengaruh

signifikan terhadap sikap, nilai, dan perilaku masyarakat baik di

tingkat individu maupun masyarakat, sehingga di seluruh aspek baik

psikologi maupun bisnis, faktor religiositas sering menjadi bahan

pembelajaran untuk dilihat pengaruhnya.

Taylor, Halstead, & Haynes (2010) mengatakan bahwa religiositas

pun dipercaya dapat mempengaruhi consumer behavior. Penelitian-

penelitian sebelumnya juga menunjukkan bahwa keyakinan beragama

dan tingkat religiositas memengaruhi pengambilan keputusan dan

pembelian, dan menyarankan kepercayaan sebagai dasar yang layak

untuk segmentasi pemasaran.

Dalam konteks masyarakat Muslim, Islam membimbing para

pengikutnya dalam setiap aspek kehidupan dan mengajarkan mereka

tentang bagaimana dan apa yang harus diperdagangkan, bagaimana

berinteraksi dengan orang lain dan apa yang harus dikonsumsi.

Sebagai cara untuk mencerminkan kesesuaian dan kesetiaan mereka

pada agama mereka, umat Islam cenderung membeli dan

mengkonsumsi produk sesuai dengan prinsip dan pedoman agama

mereka (Islam & Chandrasekaran, 2015).

Menurut agama Islam dan agama mana pun, dalam kasus

melanggar nilai-nilai esensial seperti melanggar hak-hak orang, baik

Page 43: PENGARUH RELIGIOSITAS, ETIKA, DAN ATTITUDE TERHADAP ...

28

materi maupun intelektual merupakan suatu hal yang pasti dilarang

(Beekun & Badawi, 2005). Namun sayangnya, tidak semua Muslim

berperilaku sesuai dengan ajaran Islam (Alserhan, 2010). Maka dari itu

bagi Souiden & Jabeur (2015), tingkat religiusitas adalah penentu

utama dari sikap dan perilaku umat Muslim. Dan juga faktanya hanya

beberapa penelitian yang meneliti peran religiusitas dalam

mempengaruhi sikap dan niat beli produk palsu (Casidy et al., 2017).

Mempertimbangkan konteks khusus bahwa Indonesia sebagai

negara dengan mayoritas Muslim, Souiden, Ladhari, & Zarrouk Amri

(2018) berpendapat bahwa orang-orang Muslim memiliki tingkat

religiusitas yang berbeda yang sebagian besar ditentukan oleh tiga

dimensi. Dimensi pertama "takut akan hukum Allah" mencerminkan

ketakutan umat Islam akan perilaku yang telah dilakukannya tidak

sesuai dengan hukum syariah. Karena mereka takut akan hukuman

yang diterima, umat Islam melakukan yang terbaik untuk menghindari

dosa. Dimensi kedua "keterlibatan agama" mencerminkan tingkat

minat dan praktik dalam beragama. Seperti beribadah dan mengikuti

acara-acara keagamaan. Dimensi ketiga "keimanan terhadap agama”

mengacu pada tingkat kepercayaan atau keyakinan seseorang terhadap

agama yang dianutnya.

4. Etika

Etika moral merupakan salah satu perangkat pengukur pada

kegiatan ekonomi, baik pada sisi produsen maupun konsumen karena

Page 44: PENGARUH RELIGIOSITAS, ETIKA, DAN ATTITUDE TERHADAP ...

29

pilihan dalam berekonomi sering dikaitkan oleh hubungan sosial dan

diatur oleh berbagai jenis norma dan pandangan etis (Wight, 2015).

Taylor (1975) mendefinisikan etika sebagai penyelidikan terhadap sifat

dan dasar moralitas di mana istilah moralitas diartikan sebagai

penilaian moral, standar, dan aturan perilaku. Menurut Wilson, (2003),

etika diartikan sebagai pedoman untuk berperilaku yang dapat diterima

secara moral. Etika juga merupakan suatu ilmu yang membicarakan

masalah perbuatan atau tingkah laku manusia, mana yang dapat dinilai

baik maupun tidak baik (Rismawaty, 2008).

Berdasarkan banyaknya penelitian yang menerapkan etika, Forsyth

(1980) membedakan moral menjadi dua bagian yaitu idealisme dan

relativisme. Idealisme mengacu pada suatu hal yang dipercaya

individu bahwa sikap perilaku seseorang tidak boleh melanggar nilai -

nilai etika moral dan tidak dapat membuat kerugian pada orang lain.

Idealisme berhubungan dengan seberapa besar individu percaya bahwa

konsekuensi yang diinginkan (konsekuensi positif) bisa didapat tanpa

melanggar kaidah moral. Sikap idealis juga diartikan sebagai sikap

tidak memihak dan terhindar dari berbagai kepentingan.

Sedangkan relativisme mengacu pada suatu hal yang dipercaya

individu bahwa sebuah prilaku bisa dibilang etis ataupun tidak etis

memiliki ketergantungan pada pandangan dari masyarakat (Forsyth,

1980). Etika dalam relativisme mempunyai sifat tidak universal

dikarenakan latar belakang etika adalah budaya dimana masing-

Page 45: PENGARUH RELIGIOSITAS, ETIKA, DAN ATTITUDE TERHADAP ...

30

masing budaya mempunyai aturan yang tidak sama. Sikap relativisme

secara implisit menolak moral mutlak pada perilakunya. Dalam artian

Individu yang relativistik percaya bahwa moral itu bersifat subyektif

dan berbeda-beda antara individu satu dengan lainnya.

Konsep idealisme dan relativisme tidak berlawanan, namun

menunjukkan dua skala yang terpisah. Peneliti menggunakan variabel

etika karena penelitian terdahulu telah menemukan bahwa idealisme

dan relativisme memiliki pengaruh penting pada keputusan etis

pembelian konsumen (Paolillo & Vitell, 2003; Pekerti & Arli, 2015).

5. Attitude

Berdasarkan theory of planned behavior, perilaku (attitude)

pembelian ditentukan oleh intensi pembelian seseorang, dimana intensi

tersebut ditentukan oleh Attitude (Ang, Cheng, Lim, & Tambyah,

2001). Attitude toward behavior atau sikap terhadap perilaku

merupakan perasaan mendukung dan memihak atau perasaan tidak

mendukung dan tidak memihak terhadap suatu objek yang akan

disikapi. Dalam hal sikap terhadap barang palsu, Attitude dapat

dikatakan sebagai penilaian dan keyakinan seseorang baik itu secara

positif dan negatif terhadap produk palsu yang akan dibeli. Chang

(1998) menyatakan bahwa pengambilan keputusan yang tidak etis

seperti membeli barang palsu dapat dijelaskan oleh sikap (Attitude)

konsumen itu sendiri. Ang et al., (2001) telah menyimpulkan bahwa

sikap konsumen terhadap pemalsuan produk berpengaruh signifikan

Page 46: PENGARUH RELIGIOSITAS, ETIKA, DAN ATTITUDE TERHADAP ...

31

dalam menciptakan keinginan pembelian. Jika sikap konsumen

terhadap barang palsu atau bajakan positif, maka akan semakin tinggi

kemungkinan konsumen tersebut membeli produk tersebut.

Penelitian ini menggunakan variabel attitude karena menurut

beberapa penelitian terdahulu, keputusan konsumen dalam pembelian

produk ditentukan oleh faktor attitude terhadap economic benefits dan

attitude terhadap hedonic benefits (Cesareo & Pastore, 2014;

Kaufmann, Petrovici, Filho, & Ayres, 2016; Yoo & Lee, 2009).

Hedonic benefits (sikap terhadap pembelian produk yang cenderung

mempertimbangkan manfaat hedonis) dapat diartikan sebagai persepsi

konsumen ketika melakukan pembelian dan mengkonsumsi produk

bajakan atau palsu yang memberikan emosi kesenangan dan kepuasan.

Menurut Yoo & Lee, (2009), beberapa konsumen menganggap barang

bajakan sebagai nilai yang baik untuk uang dan menyenangkan. Selain

itu, terdapat juga perasaan gembira yang muncul karena melakukan

tindakan ilegal tersebut (Cesareo & Pastore, 2014).

Economic benefit (sikap terhadap pembelian produk yang

cenderung mempertimbangkan manfaat ekonomis) dapat diartikan

sebagai persepsi konsumen dalam membeli barang bajakan atau palsu

karena harga barang-barang tersebut lebih murah dibandingkan dengan

barang yang asli (Bian & Moutinho, 2009). Keuntungan dari murahnya

produk bajakan dibandingkan produk asli secara konsisten menjadi

salah satu motivasi bagi konsumen untuk membeli produk palsu

Page 47: PENGARUH RELIGIOSITAS, ETIKA, DAN ATTITUDE TERHADAP ...

32

tersebut. Konsumen kebanyakan lebih mementingkan keuntungan

harga murah yang ditawarkan oleh barang palsu daripada kualitas

produk tersebut. Beberapa konsumen juga kadang dengan sedang hati

memperdagangkan kualitas produk asli dengan harga murah (Yoo &

Lee, 2009).

Menurut Chitturi, Raghunathan, & Mahajan (2008), hedonic

benefits merupakan manfaat yang berhubungan dengan estetika,

pengalaman, dan kesenangan seperti membawa nama merek terkenal,

logo, dan karakteristik desain. Pada dasarnya persepsi konsumen

mereka merujuk pada hiburan, eksplorasi, dan ekspresi nilai, terutama

memberikan kesenangan, emosi pada diri dan harga diri (Chandon,

Wansink, & Laurent, 2000). Sedangkan economic benefits adalah

manfaat yang dapat dikuantifikasi dalam bentuk uang yang dihasilkan

dan juga penghematan uang sebagai kebijakan untuk mengurangi biaya

membeli.

Yoo & Lee (2009) berpendapat bahwa baik economic benefits dan

hedonic benefits adalah penentu utama niat konsumen untuk membeli

barang bajakan. Studi empiris mereka di kalangan mahasiswa Korea

menegaskan dampak positif dari persepsi economic benefits dan

hedonic benefits pada niat pembelian produk palsu. Dalam penelitian

lain di antara konsumen Indonesia, Lianto (2015) menemukan efek

positif dari Attitude terhadap intensi membeli produk palsu dengan

mempertimbangkan economic benefits, dan sikap terhadap produk

Page 48: PENGARUH RELIGIOSITAS, ETIKA, DAN ATTITUDE TERHADAP ...

33

palsu dengan mempertimbangkan hedonic benefits, terhadap intensi

pembelian produk palsu.

B. Hubungan Antar Variabel

1. Hubungan antara Religiositas dengan Intensi Konsumen Muslim

dalam Membeli Produk Palsu

Konsep yang sangat berkaitan dengan agama disebut dengan

religiositas (Ilter et al., 2017). Religiositas dapat diartikan sebagai

keyakinan seseorang kepada Tuhan yang disertai dengan komitmen

untuk mengikuti prinsip-prinsip yang telah ditetapkan oleh Tuhan

(McDaniel & Burnett, 1990). Religiositas juga dapat dijelaskan

sebagai sejauh mana orang yang beragama menerima keyakinan dan

menegakkan tatanan agamanya (Ilter et al., 2017).

Berdasarkan Qur‟an Surat Al Ankabut ayat 45, umat beragama

Islam diperintahkan untuk beribadah agar mereka dapat

menghindarkan diri mereka dari perbuatan yang buruk, hal ini

sekaligus menggambarkan hubungan negatif diantara religiositas

dengan perbuatan buruk, bahwa ketika tingkat religiositas seseorang

meningkat seharusnya perbuatan buruk yang mereka kerjakan pun

berkurang. Sama seperti kegiatan membeli produk palsu, apabila

tingkat religiositas seseorang tinggi, maka seharusnya semakin kecil

pula intensi seorang Muslim untuk membeli produk palsu.

Page 49: PENGARUH RELIGIOSITAS, ETIKA, DAN ATTITUDE TERHADAP ...

34

Tingkat religiositas seseorang memegang peranan penting dalam

menentukan sikap dan perilaku seseorang, sama seperti halnya dalam

konsep intensi membeli produk palsu. Berdasarkan penelitian (Souiden

et al., 2018) mengenai pengaruh religiositas tehadap intensi pembelian

konsumen Muslim pada produk palsu, ditemukan bahwa semakin

tinggi tingkat religiusitas yang dimiliki seorang Muslim, maka

semakin sedikit niat atau intensi Muslim untuk membeli produk palsu.

2. Hubungan antara Etika dengan Intensi Konsumen Muslim dalam

Membeli Produk Palsu

Menurut Hartman dan DesJardins (2011) etika merupakan

bagaimana manusia seharusnya menjalani kehidupannya dengan baik.

Fraedrich, (1993) juga menjelaskan bahwa etika sebagai standar umum

yang mengacu pada perilaku yang adil atau benar antara individu

dalam situasi tertentu. Etika didefinisikan sebagai aturan, standar,

prinsip, dan kode etik sebagai pedoman, sehingga perilaku bisnis

sesuai dengan prinsip etika yang ada (Singh & Twalo, 2015).

Menurut Forsyth (1980), individu dengan tingkat idealisme yang

tinggi tidak akan melakukan perilaku yang tidak etis dikarenakan

secara tegas individu tersebut tidak akan melakukan tindakan yang

mengarah pada tindakan berkonsekuensi negatif apalagi merugikan

orang lain, sedangkan individu dengan relativisme yang tinggi,

memiliki kemungkinan untuk tetap melakukan tindakan perilaku tidak

etis karena individu tersebut menolak prinsip dan aturan moral secara

Page 50: PENGARUH RELIGIOSITAS, ETIKA, DAN ATTITUDE TERHADAP ...

35

universal dan merasa bahwa tindakan moral tersebut tergantung pada

seseorang dan situasi yang ada. Dalam penelitian (Souiden et al.,

2018), etika idealisme memiliki pengaruh yang tidak signifikan

terhadap intensi pembelian konsumen pada produk palsu, sedangkan

etika relativisme memiliki pengaruh yang sangat signifikan terhadap

intensi pembelian konsumen pada produk palsu.

3. Hubungan antara Attitude dengan Intensi Konsumen Muslim

dalam Membeli Produk Palsu

Attitude atau sikap didefinisikan sebagai suatu sifat atau kesiapan

untuk menanggapi suatu situasi dengan suatu reaksi yang dipersiapkan,

sikap adalah bagaimana seseorang merasakan, melihat, dan

menafsirkan situasi tertentu (Moekijat, 2000). Attitude atau sikap

merupakan ekspresi perasaan yang berasal dari dalam diri seseorang

yang mencerminkan perasaan senang atau tidak senang, suka atau

tidak suka dan setuju atau tidak setuju terhadap suatu objek (Schiffman

& Kanuk, 2008).

Dalam hal ini, objek dari Attitude individu tersebut ialah produk

palsu. Beberapa penelitian menjelaskan bahwa keputusan konsumen

dalam pembelian produk ditentukan oleh sikap dengan faktor

economic benefits dan hedonic benefits (Cesareo & Pastore, 2014;

Kaufmann et al., 2016). Yoo & Lee, (2009) juga berpendapat bahwa

baik economic benefits dan hedonic benefits adalah penentu utama niat

konsumen untuk membeli produk palsu.

Page 51: PENGARUH RELIGIOSITAS, ETIKA, DAN ATTITUDE TERHADAP ...

36

Pada penelitian (Souiden et al., 2018), economic benefits dan

hedonic benefits ternyata memiliki pengaruh positif terhadap intensi

konsumen Muslim dalam membeli produk palsu karena ternyata

konsumen tersebut masih mempertimbangkan faktor emosi

kesenangan atau kepuasan, nama brand yang terkenal dan juga faktor

keuntungan dari produk palsu yang lebih murah.

C. Penelitian Terdahulu

No

.

Judul, Nama,

dan Tahun

Penelitian

Metode

Analisis

Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan Kesimpulan

1. Is buying

counterfeit

sinful?

Investigation

of

consumers‟

Attitudes and

purchase

intentions of

counterfeit

products in a

Muslim

country

(Souiden et

al., 2018)

Kuantitatif

, Regresi,

Anova

Religiositas,

etika

relativisme,

attitude terhadap

economic

benefit dan

hedonic benefit

memiliki

pengaruh yang

signifikan

terhadap intensi

konsumen

Muslim Tunisia

dalam membeli

produk palsu,

sedangkan etika

idealisme tidak

Memiliki

pengaruh

signifikan

terhadap

pembelian

produk palsu.

Variabel

yang

digunakan

dalam

mengukur

intensi

pembelian

produk

palsu.

Penelitian

tersebut

dilakukan di

negara

Tunisia

sedangkan

penelitian

ini

dilakukan di

Jakarta,

Indonesia.

Metode

pengambila

n sample

dan analisis

data yang

digunakan

berbeda.

Kategori

responden

yang

berbeda.

Semakin idealis

seseorang,

ternyata tidak

mempengaruhi

niatnya untuk

membeli produk

palsu. Namun,

Semakin

seseorang

relativistik,

semakin besar

niatnya untuk

membeli produk

palsu. Semakin

seseorang takut

akan hukuman

dari Tuhan,

semakin sedikit

niatnya untuk

membeli

produk palsu.

Semakin

seseorang

memiliki

Page 52: PENGARUH RELIGIOSITAS, ETIKA, DAN ATTITUDE TERHADAP ...

37

keyakinan agama

yang kuat,

semakin sedikit

niatnya untuk

membeli produk

palsu. Semakin

seseorang rajin

terlibat praktik

dalam agama,

semakin sedikit

niatnya untuk

membeli produk

palsu. Sikap

membeli barang

palsu dengan

mempertimbangk

an economic

benefits secara

positif

mempengaruhi

niat untuk

membeli produk

palsu. Sikap

membeli barang

palsu dengan

mempertimbangk

an hedonic

benefits

berpengaruh

positif terhadap

niat membeli

produk palsu.

2. Factors

affecting

consumers‟

intention to

purchase

counterfeit

product:

Empirical

Kuantitatif

, dengan

SmartPLS

Faktor

Religiusitas,

ethical concern,

dan persepsi

terhadap hukum

secara langsung

maupun tidak

langsung

Terdapat

dua

variabel

yang sama

yaitu

religiositas

dan etika

dalam

Menambahk

an variabel

persepsi

terhadap

hukum dan

penelitian

tersebut

dilakukan di

Semakin tinggi

tingkat penilaian

moral seseorang,

semakin kecil

kemungkinan

konsumen dalam

membeli produk

palsu. Hal ini

Page 53: PENGARUH RELIGIOSITAS, ETIKA, DAN ATTITUDE TERHADAP ...

38

study in the

Malaysian

market

(Quoquab,

Pahlevan,

Mohammad,

&

Thurasamy,

2017)

memiliki mengukur

pembelian

produk

palsu

Malaysia. sejalan dengan

Theory of

Planned

Behaviour yang

menganggap

bahwa sikap

terhadap suatu

perilaku tertentu

dipengaruhi oleh

keyakinan

seseorang

tersebut. Dengan

kata lain, individu

yang beragama

dan beretika lebih

cenderung

menahan diri

untuk tidak

melakukan

tindakan apa pun

yang bertentangan

dengan prinsip-

prinsip idealis

mereka.

3. God Blesses

Those Who

Wear Prada:

Exploring the

Impact of

Religiousness

on Attitudes

toward

Luxury

among the

Youth of

Indonesia

(Arli,

Cherrier, &

Tjiptono,

2016)

Kuantitatif

dengan

metode

SEM

mengguna

kan SPSS

Amos 21

Religiusitas

intrinsik tidak

memiliki

hubungan yang

signifikan dan

negatif dengan

niat membeli

barang mewah.

Religiusitas

intrinsik

memiliki

pengaruh yang

positif terhadap

sikap afektif

terhadap brand

mewah.

Religiusitas

intrinsik tidak

Terdapat

variabel

religiusitas

untuk

meneliti

materialis

me intensi

konsumen

membeli

produk

bermerek

mewah,

dan tempat

penelitian

tersebut

berada di

Penelitian

ini

mengukur

pembelian

produk

mewah baik

yang asli

maupun

yang palsu.

Terdapat

variabel lain

untuk

mengukur

pembelian

prosuk

bermerek

mewah

seperti

Konsumen yang

religiusitas

intrinsiknya

(Agama sebagai

tujuan dalam

menjalani hidup)

tinggi tidak

menentang

materialisme dan

ternyata ternyata

memiliki perasaan

positif (sikap

afektif) dari

penggunaan

produk bermerek

mewah.

Meskipun orang-

orang religius,

Page 54: PENGARUH RELIGIOSITAS, ETIKA, DAN ATTITUDE TERHADAP ...

39

memiliki

hubungan yang

signifikan

dengan sikap

presentasi diri

terhadap brand

mewah.

Religiusitas

ekstrinsik

memiliki

hubungan yang

positif terhadap

niat membeli

produk mewah.

Religiusitas

ekstrinsik tidak

memiliki

hubungan yang

signifikan dan

negatif dengan

sikap afektif

terhadap barang

mewah.

Religiusitas

ekstrinsik

memiliki

hubungan yang

positif dengan

sikap presentasi

diri terhadap

brand mewah.

Sikap afektif

dan presentasi

diri memiliki

hubungan positif

dengan niat

membeli merek

mewah. Sikap

afektif

memediasi

hubungan antara

religiusitas

intrinsik dengan

niat membeli

merek mewah,

namun

Indonesia. sikap afektif

diri dan

presentasi

diri

mereka yang

memiliki

hubungan positif

dengan sikap

afektif terhadap

brand mewah,

akan tetap

memiliki

niat/keinginan

untuk

membelinya,

walaupun

bertentangan

dengan norma

agamanya.

Konsumen

dengan

Religiusitas

ekstrinsik

(peranan agama

dari luar sebagai

dukungan sosial

dalam menjalani

hidup) yang

tinggi mendukung

materialisme dan

sikap presentasi

diri terhadap

pembelian produk

bermerek mewah

namun tidak

berkaitan dengan

sikap afektif diri.

Page 55: PENGARUH RELIGIOSITAS, ETIKA, DAN ATTITUDE TERHADAP ...

40

presentasi diri

tidak bisa

memediasi

kedua tersebut.

Presentasi diri

memediasi

hubungan antara

religiusitas

ekstrinsik

dengan niat

membeli produk

mewah, namun

sikap afektif

tidak bisa

memediasi dua

hal tersebut.

4. Hip to be

cool: A Gen

Y view of

counterfeit

luxury

products

(Francis,

Burgess, &

Lu, 2015).

Kuantitatif

, regresi

berganda

Gen Y dalam

mengonsumsi

produk mewah

palsu memiliki

hubungan positif

dengan sikap

terhadap produk

palsu dan

persepsi kontrol

perilaku

terhadap produk

palsu. Dan juga

persepsi kontrol

perilaku

terhadap produk

palsu tidak

memiliki

hubungan yang

signifikan

dengan merek /

brand asli

Consumer-

Based Brand

Equity (CBBE)

atau harga. Gen

Y yang memiliki

produk mewah

palsu akan

menunjukkan

loyalitas yang

Variabel

sikap

(Attitude)

terhadap

produk

palsu yang

diteliti

hubungan

nya

dengan

intensi

membeli

produk

palsu

Penelitian

tersebut

lebih fokus

terhadap

Gen Y

dalam

membeli

produk

mewah

yang palsu,

dan

pengaruh

dari brand

mewah.

Konsumen Gen Y

baik yang

memiliki maupun

tidak memiliki

produk palsu

menganggap

bahwa

mengkonsumsi

produk palsu

bukan karena

ingin membeli

produk yang

bermerek mewah

atau harga namun

karena

faktor sikap,

norma, dan

keyakinan terkait

pembelian produk

palsu.

Page 56: PENGARUH RELIGIOSITAS, ETIKA, DAN ATTITUDE TERHADAP ...

41

lebih besar

kepada produk

palsu dalam hal

niat membeli

daripada Gen Y

yang tidak

memiliki produk

palsu. Gen Y

yang memiliki

ataupun tidak

memiliki produk

mewah palsu

sama- sama

tidak dipengaruh

oleh harga dan

CBBE/ brand

dalam intensi

membeli produk

palsu.

5. Intention to

purchase fake

products in

an Islamic

country

(Riquelme,

Mahdi Sayed

Abbas, &

Rios, 2012)

Kuantitatif

, SEM

Kesadaran nilai,

norma subjektif,

dan norma

deskriptif

memiliki

pengaruh positif

dengan attitude

terhadap produk

palsu. Etika

maupun risiko

kinerja memiliki

hubungan

negatif dengan

attitude terhadap

produk palsu.

Orang

berpenghasilan

tinggi juga

membeli barang

palsu. Orang

yang lebih tua

(45 tahun ke

atas)

Sama-

sama

mengukur

intensi

produk

palsu

dengan

mengguna

kan

metode

SEM dan

tempat

penelitian

yang

mayoritas

agamanya

Islam.

Terdapat

beberapa

variabel

yang

berbeda

dalam

mengukur

intensi

membeli

produk

palsu, yaitu

kesadaran

nilai, norma

subjektif,

norma

deskriptif,

etika, dan

risiko

kinerja.

Responden

tampaknya tidak

setuju bahwa

membeli barang

palsu secara etis

salah dan

mempertahankan

pandangan positif

tentang barang

palsu. Semakin

konsumen sadar

akan nilai yang

dimiliki produk

palsu, semakin

positif juga sikap

mereka terhadap

produk palsu.

Semakin banyak

responden melihat

teman, keluarga,

dan orang lain

dalam

masyarakatnya

membeli produk

palsu, semakin

tinggi pula sikap

positif terhadap

Page 57: PENGARUH RELIGIOSITAS, ETIKA, DAN ATTITUDE TERHADAP ...

42

menunjukkan

niat yang lebih

besar untuk

membeli barang

palsu daripada

orang yang lebih

muda.

produk palsu.

Mereka

mengamati

seolah-olah tidak

ada salahnya

membeli produk

palsu ini karena

banyak orang

disekitarnya yang

melakukannya.

Responden juga

menyadari bahwa

produk palsu

kadang tidak awet

dan mudah rusak,

maka dari itu

risiko kinerja

yang lebih tinggi

memiliki

hubungan negatif

terhadap

pembelian produk

palsu.

6. Moral

Philosophy,

Materialism,

and

Consumer

Ethics: An

Exploratory

Study in

Indonesia

(Lu & Lu,

2010).

Kuantitatif

, Regresi

Sikap konsumen

pada bisnis

memiliki

hubungan

negatif yang

signifikan antar

satu sama lain

terhadap

kegiatan yang

mendapatkan

keuntungan

secara aktif

seperti kegiatan

ilegal (ACBEN)

dan praktik

penipuan

(DELEGAL).

Empat faktor

penilaian etis

memiliki

korelasi positif

yang signifikan

Sama-

sama

mengukur

sikap

konsumen

terhadap

tindakan

yang

meraguka

n seperti

membeli

produk

palsu.

Studi

kasus

sama

berada di

Indonesia.

Terdapat

banyak

variabel

yang diukur

selain

membeli

produk

palsu, yaitu

tindakan

etika

konsumen

yang

meragukan

maupun

yang

menyimpan

g dalam

bisnis.

Responden yang

sikap negatifnya

tinggi terhadap

bisnis cenderung

lebih toleran

terhadap perilaku

aktif yang

menguntungkan,

baik dari aktivitas

ilegal maupun

tindakan yang

meragukan

(questionable).

Responden yang

memiliki sikap

yang lebih positif

terhadap

wiraniaga

cenderung tidak

akan terlibat

dalam aktivitas

konsumen yang

Page 58: PENGARUH RELIGIOSITAS, ETIKA, DAN ATTITUDE TERHADAP ...

43

dengan sikap

responden

terhadap para

wiraniaga.

Sikap terhadap

tindakan ilegal

tidak memiliki

hubungan

signifkan

dengan praktik

yang “tidak

berbahaya /

tidak

melanggar”.

Sikap konsumen

terhadap

pemerintah

memiliki

hubungan

signifikan yang

negatif dengan

praktik

konsumen yang

meragukan.

Etika

materialisme,

relativisme, dan

idealisme

berpengaruh

signifikan

terhadap sikap

konsumen

terhadap

tindakan yang

meragukan.

Etika konsumen

yang

meragukan:

1. ACBEN:

keuntungan

yang didapat

dari terlibat

secara aktif

dalam aktivitas

yang dianggap

ilegal; 2.

meragukan.

Konsumen yang

percaya bahwa

beberapa tindakan

ilegal itu tidak

etis, akan kurang

toleran terhadap

perilaku ACBEN,

PASBEN,

DELEGAL.

Aktivitas

NOHARM /

nofoul

ternyata tidak

dianggap tidak

etis bagi

responden.

Meskipun

pemerintah

bertanggung

jawab untuk

menegakkan

norma-norma

sosial, peraturan

terkait praktik

'tidak berbahaya /

dilarang' seperti

pembajakan tidak

begitu berlaku

dan berpengaruh

bagi responden.

Orang Indonesia

dengan tingkat

materialisme dan

relativisme yang

tinggi cenderung

terlibat dalam

tindakan yang

meragukan, tetapi

tidak ilegal.

Namun,

konsumen

Indonesia yang

memiliki ideologi

etika idealis akan

menjadi yang

Page 59: PENGARUH RELIGIOSITAS, ETIKA, DAN ATTITUDE TERHADAP ...

44

PASBEN:

manfaat yang

ditimbulkan

karena secara

pasif terlibat

dalam kegiatan

yang

meragukan; 3.

DELEGAL:

manfaat yang

ditimbulkan

karena secara

aktif terlibat

dalam aktivitas

yang meragukan

atau menipu

yang dianggap

legal; dan 4.

NOHARM /

NOFOUL:

perilaku yang

dianggap

melibatkan

aktivitas '' tidak

berbahaya /

tidak

melanggar”

paling kecil

kemungkinannya

untuk memulai

aktivitas ilegal

yang

menguntungkan

mereka.

Penelitian ini

membandingkan

kategori

responden seperti

usia, jenis

kelamin,

pendidikan, dan

keagamaan.

Beberapa kategori

tersebut memiliki

perbedaan hasil

yang bervariasi

kecuali kategori

agama. Agama

Islam secara

signifikan tidak

berbeda dari

agama yang

lainnya dalam hal

keputusan etis

konsumen.

Terutama agama

Islam memiliki

skor tertinggi

daripada agama

lain dalam

aktivitas penipuan

(DELEGAL) dan

Aktivitas tidak

berbahaya / tidak

melanggar

(NOHARM).

7. Modelling the

Effects of

Materialism,

Ethics and

Variety-

Seeking

Kuantitatif

, SEM

Materialisme

memiliki

pengaruh negatif

dengan etika

konsumen.

Terdapat

Sama

sama

mengukur

variabel

etika

terhadap

Terdapat

variabel

yang

berbeda

yaitu

materialism

Semakin

seseorang

materialistis maka

semakin tidak etis

orang tersebut.

Semakin tinggi

Page 60: PENGARUH RELIGIOSITAS, ETIKA, DAN ATTITUDE TERHADAP ...

45

Behaviour

On

Counterfeit

Consumption

of Young

Consumers

(Nagar &

Singh, 2019).

hubungan positif

antara

materialisme

dan perilaku

konsumen

dalam mencari

keragaman

produk. Etika

tidak memiliki

pengaruh negatif

dengan niat

untuk membeli

barang palsu.

Perilaku

konsumen

dalam pencarian

keragaman

produk memiliki

hubungan positif

terhadap intensi

membeli produk

palsu.

intensi

pembelian

produk

palsu, dan

reponden

yang

masih

muda

berumur

20-an.

e dan

perilaku

pencarian

keragaman

produk

terhadap

niat

membeli

produk

palsu.

konsumen

memiliki

keinginan

mencari produk

yang beragam

maka semakin

tinggi niat nya

untuk membeli

produk palsu.

Konsumen lebih

memilih untuk

memiliki harta

agar hidup

bahagia daripada

harus bersikap

kurang

materialistis

walaupun paham

etika, sehingga

menghasilkan

kemungkinan

yang lebih besar

bagi mereka

untuk terlibat

dalam perilaku

tidak etis untuk

mendapatkan

harta tersebut.

8. Attitudes

Toward

Counterfeit

Purchases

and

Ethical

Beliefs

Among

Korean and

American

University

Students (Lee

& Workman,

2011).

Kuantitatif

, Analisis

Faktor

Tidak terdapat

perbedaan bagi

pelajar Korea

dan Amerika

dalam sikap

(attitude)

terhadap barang

palsu. Pembeli

barang palsu,

bukan pembeli

barang palsu,

pelajar Korea

dan pelajar

Amerika tidak

Sama

sama

mengukur

intensi

pembelian

produk

palsu

dalam hal

etika dan

sikap

(attitude).

Penelitian

dilakukan

dengan

responden

pelajar

Korea dan

Amerika.

Dan tidak

memiliki

keterkaitan

dengan

keagamaan

atau

religiusitas.

Pembeli barang

palsu

dibandingkan

dengan yang non

pembeli

cenderung

menganggap tidak

ada yang salah

dengan membeli

barang palsu

karena membeli

barang palsu tidak

memengaruhi

ekonomi atau

Page 61: PENGARUH RELIGIOSITAS, ETIKA, DAN ATTITUDE TERHADAP ...

46

memiliki

perbedaan

dalam hal etika

konsumen.

produsen produk

yang asli atau sah

secara hukum.

Pembeli palsu

memiliki lebih

banyak persepsi

negatif tentang

etika bisnis

daripada yang

non pembeli, dan

siswa Korea

memiliki persepsi

etika bisnis yang

lebih negatif

daripada siswa

AS. Pelajar Korea

yang lebih

cenderung

membeli produk

mewah palsu dan

otentik akan

memiliki sikap

yang lebih positif

terhadap barang

palsu.

9. Consumer

Buying

Attitudes

towards

Counterfeit

and Green

Products:

Application

of Social

Comparison

Theory and

Materialism

(Usmani &

Ejaz, 2020).

Kuantitatif

, SEM

PLS

Harga diri

memiliki

hubungan

signifikan

dengan

materialisme,

Materialisme

memiliki

hubungan yang

signifikan

terhadap

pembelian

produk palsu.

Penggunaan

sosial media

memiliki

hubungan

signifikan

dengan

materialisme.

Religiusitas

Sama

sama

mengukur

sikap

terhadap

perilaku

membeli

produk

palsu.

Terdapat

variabel

berbeda

untuk

mengukur

pembelian

produk

palsu dan

konsumsi

yang ramah

lingkungan

seperti

materialism

e, dan

penilaian

individu

seperti

transendensi

diri, harga

diri, dan

peningkatan

Harga diri tidak

memiliki

keterkaitan

dengan konsumsi

ramah

lingkungan,

namun harga diri

memiliki

hubungan

langsung dengan

pembelian barang

palsu.

Harga diri

implisit

mempengaruhi

preferensi produk

palsu mewah.

Orang yang

menggunakan

media sosial

secara berlebihan

Page 62: PENGARUH RELIGIOSITAS, ETIKA, DAN ATTITUDE TERHADAP ...

47

memiliki

hubungan

Signifikan

dengan

materialisme.

Materialisme

memediasi

antara harga diri

dengan

pembelian

produk palsu,

antara

penggunaan

sosial media

dengan

pembelian

produk palsu,

dan antara

religiusitas

dengan

pembelian

produk palsu.

Peningkatan diri

memiliki

hubungan positif

signifikan

terhadap

materialisme.

Transendensi

diri memiliki

hubungan

negatif signifkan

terhadap

materialisme.

Materialisme

memediasi

hubungan positif

antara

peningkatan diri

dengan

Pembelian

produk palsu.

diri. lebih materialistis

daripada yang

lain. Orang yang

religius kurang

cenderung ke arah

materialisme.

Nilai-

nilai peningkatan

diri berhubungan

langsung dengan

materialisme.

Semakin tinggi

fokus seseorang

pada peningkatan

dan pencapaian

diri sendiri,

semakin tinggi

pula materialisme

seseorang.

Semakin tinggi

trandensensi diri

seseorang atau

kepedulian

terhadap orang

lain dan

lingkungan, maka

semakin rendah

materialisme

seseorang.

10. Factors

Affecting

Young

Indonesian‟s

Kuantitatif

, regresi

Terdapat

hubungan positif

signifikan antara

brand image

Meneliti

faktor

yang

mempenga

Variabel

yang

digunakan

untuk

Semakin tinggi

perilaku

konsumen (citra

merek, harga, dan

Page 63: PENGARUH RELIGIOSITAS, ETIKA, DAN ATTITUDE TERHADAP ...

48

Intention to

Purchase

Counterfeit

Luxury

Goods

(Fenitra &

Haryanto,

2020).

atau citra merek,

kualitas, dan

harga dengan

sikap terhadap

barang mewah

palsu.

Citra merek dan

harga memiliki

hubungan positif

signifikan

dengan intensi

membeli produk

mewah palsu.

Sedangkan

kualitas tidak

berpengaruh

signifikan

terhadap intensi

membeli produk

palsu.

ruhi

intensi

konsumen

membeli

produk

mewah

palsu dan

responden

yang

dipilih

masih

berusia

muda.

mengukur

intensi

membeli

produk

mewah

palsu yaitu

sitra merek,

kualitas,

dan harga.

kualitas) maka

semakin tinggi

intensi konsumen

dalam membeli

produk palsu.

Ketika harga

sesuai dengan

ekspektasi

konsumen yang

mana lebih

murah, maka

konsumen akan

lebih sering

membeli barang

mewah palsu.

Produk yang

bergengsi atau

bermerek

eksklusif

memberikan

ekspresi diri

positif kepada

konsumen yang

secara positif

memengaruhi niat

untuk membeli

barang mewah

palsu. Konsumen

tidak menganggap

kualitas produk

sebagai

pendorong intensi

untuk membeli

barang mewah

palsu.

11. Faktor-

Faktor

Psikologis

Penentu Niat

Ibu-Ibu

Rumah

Tangga di

Indonesia

untuk

Membeli

Produk

Kualitatif

dan

kuantitatif.

Explanator

y, SEM

dan

analisis

faktor.

Sikap terhadap

perilaku

berbelanja

produk

tiruan/palsu

mempunyai

pengaruh positif

pada niat untuk

membeli ulang

produk

tiruan/palsu.

Meneliti

niat

konsumen

terhadap

produk

palsu

Berfokus

pada

konsumen

ibu-ibu

rumah

tangga saja

dan variabel

faktor

psikologis

perilaku

konsumenn

Semakin positif

sikap ibu-ibu

rumah tangga

terhadap perilaku

berbelanja produk

tiruan/palsu,

maka akan

semakin

meningkatkan

niatnya untuk

membeli kembali

Page 64: PENGARUH RELIGIOSITAS, ETIKA, DAN ATTITUDE TERHADAP ...

49

Tiruan/Palsu

(Hendrian &

Patiro, 2019).

Norma subyektif

mengenai

perilaku

berbelanja

produk

tiruan/palsu

mempunyai

pengaruh positif

pada niat untuk

membeli ulang

kembali.

Kontrol

keperilakuan

yang dirasakan

ibu-ibu rumah

tangga

mengenai

perilaku

berbelanja

produk

tiruan/palsu

memiliki

pengaruh positif

pada niatnya

untuk membeli

kembali. Status

sosial yang

dimiliki ibu-ibu

rumah tangga

memiliki

pengaruh positip

pada niatnya

untuk membeli

produk

tiruan/palsu

kembali. Nilai

yang dianut ibu-

ibu rumah

tangga

berpengaruh

positip pada

sikap terhadap

perilaku

berbelanja

produk tiruan /

palsu. Perilaku

ya. produk

tiruan/palsu. Ibu-

ibu rumah tangga

memiliki niat

untuk membeli

kembali produk

tiruan/palsu

ketika ibu-ibu

rumah tangga

tersebut meyakini

bahwa orang

terdekatnya

(teman, keluarga,

orang tua, dan

saudara) juga

menyetujuinya

untuk membeli

kembali produk

tiruan/palsu

(norma subjektif).

Semakin positif

kontrol perilaku

(pengendalian

internal maupun

eksternal) yang

dimiliki oleh

ibu-ibu rumah

tangga mengenai

perilaku

berbelanja produk

tiruan / palsu,

maka niat untuk

berbelanja

kembali semakin

besar. Pengguna

produk bermerek

mampu untuk

menyesuaikan diri

dengan situasi

sosial yang

dihadapi. Nilai

yang dianut

individu secara

signifikan

memengaruhi

sikap dan perilaku

Page 65: PENGARUH RELIGIOSITAS, ETIKA, DAN ATTITUDE TERHADAP ...

50

berbelanja ibu

ibu rumah

tangga di masa

lalu berpengaruh

positif pada

kontrol

perilakunya

dalam

berbelanja

produk tiruan

/palsu.

individu yang

menganut value

expressive

attitude. Semakin

positif

pengalamannya di

masa lalu dalam

berbelanja, maka

kontrol perilaku

yang dimiliki oleh

ibu-ibu rumah

tangga untuk

berbelanja produk

tiruan/palsu juga

semakin tinggi.

12. Analisis

Faktor yang

memengaruhi

minat

konsumen

dalam

membeli film

bajakan

(Utama,

2019).

Kuantitatif

, Regresi

Faktor harga

berpengaruh

positif

signifikan

terhadap minat

pembelian film

bajakan. Faktor

kualitas

berpengaruh

positif terhadap

minat pembelian

film bajakan.

Meneliti

sisi

konsumen

produk

palsunya.

Memiliki

objek

penelitian

yang

berbeda

yaitu film

bajakan

saja.

Responden lebih

berminat terhadap

film bajakan

daripada film

original karena

dengan harga

murah tetapi

sudah

mendapatkan

kualitas

selayaknya

kualitas film

original. Indikator

terkuat yang

mendukung

variabel faktor

harga terhadap

minat pembelian

film bajakan

adalah kesadaran

akan nilai produk.

Responden

merasa film

bajakan yang

bernilai jual lebih

murah

mempunyai

kesamaan fasilitas

dengan yang

ditawarkan pada

film original.

Page 66: PENGARUH RELIGIOSITAS, ETIKA, DAN ATTITUDE TERHADAP ...

51

Indikator terkuat

yang mendukung

variabel faktor

kualitas terhadap

minat pembelian

film bajakan

adalah kesamaan

produk.

D. Kerangka Pemikiran

Religiositas

(X1)

Etika

(X2)

Attitude

(X1)

Model Pengukuran (Outer

Model):

1. Validitas Konvergen

2. Validitas Diskriminan

3. Reabilitas

Intensi Konsumen Membeli Produk Palsu (Y)

Model Struktural (Inner Model):

1. R – Square

2. Path Coefficient

Page 67: PENGARUH RELIGIOSITAS, ETIKA, DAN ATTITUDE TERHADAP ...

52

E. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka pemikiran sebelumnya, maka dapat dirumuskan

suatu hipotesis yang merupakan dugaan sementara dalam menguji suatu

penelitian, yaitu:

1. H₀1 : β1 = 0, : tidak terdapat pengaruh antara variabel religiositas

terhadap intensi konsumen Muslim dalam membeli produk palsu.

Hₐ1 : β1 ≠ 0 , : terdapat pengaruh antara variabel religositas terhadap

intensi konsumen Muslim dalam membeli produk palsu.

2. H₀2 : β2 = 0, : tidak terdapat pengaruh antara variabel etika terhadap

intensi konsumen Muslim dalam membeli produk palsu.

Hₐ2 : β2 ≠ 0, : terdapat pengaruh antara variabel etika terhadap intensi

konsumen Muslim dalam membeli produk palsu.

3. H₀3 : β3 = 0, : tidak terdapat pengaruh antara variabel sikap (Attitude)

terhadap intensi konsumen Muslim dalam membeli produk palsu.

Hₐ3 : β3 ≠ 0,: terdapat pengaruh antara variabel sikap (Attitude)

terhadap intensi konsumen Muslim dalam membeli produk palsu.

Page 68: PENGARUH RELIGIOSITAS, ETIKA, DAN ATTITUDE TERHADAP ...

53

BAB 3

METODE PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

1. Unit Analisis

Responden dalam penelitian ini adalah orang yang beragama Islam

baik laki-laki maupun perempuan yang pernah membeli produk palsu

atau bajakan dalam satu tahun terakhir. Hal ini karena pertimbangan

agar hasil survei selama 1 tahun tidak bias.

2. Cakupan Geografis

Peneliti menentukan Kota DKI Jakarta sebagai cakupan geografis

penelitian dengan pertimbangan bahwa Jakarta merupakan Ibukota

Indonesia. Menurut penelitian dari LPEM UI (2014), terdapat banyak

produsen yang menjual barang palsu di DKI Jakarta. Jakarta memiliki

tingkat pertumbuhan ekonomi yang cukup pesat dan merupakan

wilayah yang sangat strategis baik dalam lingkup nasional, regional,

maupun internasional (Bappeda DKI Jakarta, 2018). Provinsi DKI

Jakarta terletak pada posisi 6° 12‟ Lintang Selatan dan 106° 48” Bujur

Timur dan merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-rata +7

meter di atas permukaan laut. Berdasarkan SK Gubernur Nomor 171

tahun 2007, luas wilayah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta

Jakarta adalah 7.639,83 km², dengan luas daratan 662,33 km²

(termasuk 110 pulau yang tersebar di Kepulauan Seribu) dan luas

lautan 6.977,5 km2. Provinsi DKI Jakarta dibagi menjadi 5 (lima) kota

Page 69: PENGARUH RELIGIOSITAS, ETIKA, DAN ATTITUDE TERHADAP ...

54

administrasi dan 1 (satu) kabupaten administrasi, diantaranya: Jakarta

Selatan, Jakarta Timur, Jakarta Barat, Jakarta Pusat, Jakarta Utara, dan

Kepulauan Seribu.

3. Usia Responden

Rentang usia responden untuk penelitian ini yaitu yang memasuki

kategori generasi millennials muda atau generasi Z. Terdapat beberapa

perbedaan definisi umur dari para ahli untuk kategori ini, namun

peneliti mengikuti penelitian milik Skinner et al., (2018) yang

mendefinisikan kedua usia generasi ini diantara 16-24 tahun. Generasi

ini merupakan generasi yang telah terbiasa dengan internet dan

cenderung mudah dalam melakukan tindakan pembajakan (Risch,

2013; Skinner et al., 2018). Mereka sudah mengenal dan sudah

berpengalaman dengan gadget, smartphone dan kecanggihan teknologi

lainnya ketika usia mereka yang masih dini (Skinner et al., 2018).

Generasi Z juga memiliki pola pikir yang cenderung instan, praktis dan

juga gaya hidup yang lebih modern (Skinner et al., 2018).

B. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian merupakan wilayah yang ingin diteliti

oleh peneliti. Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas

obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya (Sugiyono, 2014). Dari pendapat tersebut penulis

menjadikan salah satu acuan untuk menentukan populasi. Populasi yang

Page 70: PENGARUH RELIGIOSITAS, ETIKA, DAN ATTITUDE TERHADAP ...

55

akan digunakan sebagai penelitian adalah Muslim di Jakarta yang pernah

membeli produk palsu atau bajakan dalam satu tahun terakhir. Terdapat

85% jumlah penduduk beragama Islam dari total jumlah penduduk

berdomisili DKI Jakarta. Maka dari itu terdapat sekitar 9,4 juta jiwa dari

11,06 juta jiwa yang beragama Islam (Badan Pusat Statistik, 2020a).

Metode pengambilan sampel terdiri dari dua jenis, yaitu

probability sampling dan non-probability sampling. Probability sampling

merupakan sampling berdasarkan konsep pemilihan acak dengan prosedur

kontrol yang memastikan bahwa setiap komponen populasi mengetahui

informasi bahwa mereka memiliki kesempatan untuk diseleksi menjadi

sampel. Non-Probability sampling merupakan pendekatan sampling yang

sifatnya subjektif dan tidak mementingkan probabilitas dari pemilihan

komponen populasi, sehingga setiap anggota dari populasi tidak

mengetahui imformasi bahwa mereka berpeluang masuk menjadi bagian

dari sampel (Cooper & Schindler, 2014).

Metode sampling yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah

non-probability sampling, dimana setiap anggota populasi tidak

mempunyai kesempatan yang sama untuk dimasukkan sebagai sampel

(Cooper & Schindler, 2014). Teknik non-probability sampling yang

digunakan adalah teknik sampling kuota yaitu teknik untuk menentukan

sampel dari populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah

(kuota) yang diinginkan. Teknik ini jumlah populasi tidak diperhitungkan

akan tetapi diklasifikasikan dalam beberapa kelompok. Sampel diambil

Page 71: PENGARUH RELIGIOSITAS, ETIKA, DAN ATTITUDE TERHADAP ...

56

dengan memberikan jatah atau quorum tertentu terhadap kelompok.

Pengumpulan data dilakukan langsung pada unit sampling. Setelah jatah

terpenuhi, maka pengumpulan data dihentikan.

Pengambilan sampel untuk penelitian ini dilakukan

dengan menggunakan Rumus Slovin (Umar, 2013), yaitu:

n =

( )

Keterangan:

n : Jumlah Sampel

N : Populasi

e : Presentase kelonggaran ketidak telitian (10%), semakin kecil jumlah

persennya,berarti semakin besar sampel yang diambil.

Tabel 3.1 Data Populasi Jumlah Penduduk Usia 16-24 tahun di DKI

Jakarta

No. Wilayah Administrasi Jumlah Penduduk (Jiwa)

1. Jakarta Selatan 299.662

2. Jakarta Barat 388.877

3. Jakarta Timur 383.579

4. Jakarta Pusat 121.777

5. Jakarta Utara 266.837

6. Kepulauan Seribu 2.920

Total 1.463.652

Sumber: (Badan Pusat Statistik, 2020a)

Page 72: PENGARUH RELIGIOSITAS, ETIKA, DAN ATTITUDE TERHADAP ...

57

Total jumlah penduduk di DKI Jakarta berusia sebanyak 1.463.652 jumlah

jiwa. Maka dari itu peneliti merumuskannya sebagai berikut:

( )

= 99,998

= 100

Dapat diketahui berdasarkan perhitungan untuk mengetahui jumlah

sampel dengan tingkat kesalahan 10% adalah sebanyak 100 responden dari

penduduk di DKI Jakarta usia 16-24 tahun. Selanjutnya peneliti membagi

jumlah sampel berdasarkan bagian wilayah administrasi dengan

menggunakan kuota sampling. Kuota sampling merupakan teknik untuk

menentukan sampel dari populasi yang mempunyai ciri tertentu sampai

kuota yang diinginkan, Teknik ini jumlah populasi tidak diperhitungkan

tetapi di klasifikasikan (Margono, 2004). Sampel diambil dengan

memberikan jatah tertentu terhadap kelompok, dimana pada penelitian ini

adalah berdasarkan wilayah administrasi. Setiap wilayah administrasi

memiliki jumlah penduduk rentang usia yang berbeda-beda, untuk

mengetahui jumlah persentase yang nantinya akan menjadi jumlah sampel

maka peneliti menggunakan rumus sebagai berikut:

Tabel 3.2 Jumlah Sampel Penelitian Berdasarkan Kuota Sampling

No. Wilayah

Administrasi

Jumlah

Penduduk (Jiwa)

Persentase Jumlah

Sampel

Page 73: PENGARUH RELIGIOSITAS, ETIKA, DAN ATTITUDE TERHADAP ...

58

1. Jakarta Selatan 299.662 20,4 20

2. Jakarta Barat 388.877 26,5 27

3. Jakarta Timur 383.579 26,2 26

4. Jakarta Pusat 121.777 8,3 8

5. Jakarta Utara 266.837 18 18

6. Kepulauan Seribu 2.920 0,19 1

Total 1.463.652 100 100

Sumber: (Badan Pusat Statistik, 2020a)

C. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data terdiri dari dua jenis, yaitu metode

pengumpulan data primer dan metode pengumpulan data sekunder.

Menurut Malhotra & Birks (2006), data primer diperoleh oleh peneliti atas

tujuan tertentu dalam rangka menyelesaikan masalah penelitian dan

menjawab pertanyaan penelitian. Data yang digunakan bersifat kuantitatif.

Data primer akan diperoleh melalui kuesioner yang disebar kepada sampel

dengan kriteria yang telah ditentukan. Sedangkan data sekunder

merupakan data yang dikumpulkan untuk tujuan lain selain menyelesaikan

permasalahan penelitian yang telah disusun. Data sekunder untuk

penelitian ini berasal dari berbagai artikel jurnal dan situs, penelitian

terdahulu, buku, internet dan studi kepustakaan lainnya.

Penelitian ini menggunakan sumber data primer, dimana data ini

dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan penelitian (Malhotra, 2010).

Peneliti mengumpulkan data primer melalui survei kuesioner yang

Page 74: PENGARUH RELIGIOSITAS, ETIKA, DAN ATTITUDE TERHADAP ...

59

diajukan kepada responden dengan menggunakan fasilitas google form

yang terdiri dari pertanyaan tertutup (close ended question). Kuesioner

penelitian berbentuk google form ini disebar melalui media sosial seperti

instagram, twitter, tinder, whatsapp grup Alumni SMP dan SMA yang

berada di Jakarta, grup kuliah, dan juga meminta bantuan kepada teman-

teman untuk meneruskan kuesioner tersebut kepada rekan-rekan mereka.

Terdapat dua bentuk pertanyaan dalam kuesioner tersebut, antara lain:

1. Multiple choice question, bentuk pertanyaan dengan beberapa pilihan

jawaban yang telah disediakan peneliti, yang akan digunakan pada

bagian profil responden.

2. Likert scale question, merupakan pertanyaan yang menunjukkan

tingkat persetujuan atau penilaian responden terhadap masing- masing

pertanyaan yang diberikan. Kerangka Likert pada penelitian ini

memiliki rentang dari (1) untuk „sangat tidak setuju‟, (2) „tidak setuju‟,

(3) „ragu-ragu‟, (4) „setuju‟ dan (5) „sangat setuju‟.

Selain data yang diperoleh dari penyebaran kuesioner kepada

responden, peneliti juga mengumpulkan data sekunder atau pendukung

penelitian yang diperoleh dari literatur jurnal, buku, internet, dan hasil

penelitian terdahulu.

D. Definisi Operasional Variabel

Operasionalisasi variable digunakan untuk mencari indikator

terukur yang mampu mencerminkan variabel-variabel yang ada dalam

metode penelitian. Dalam penelitian ini, terdapat tiga variabel independen

Page 75: PENGARUH RELIGIOSITAS, ETIKA, DAN ATTITUDE TERHADAP ...

60

yaitu Religiusitas, Etika, dan Sikap (Attitude). Kemudian variabel

dependen dalam penelitian ini yaitu Intensi Konsumen Muslim dalam

Membeli Produk Palsu.

Tabel 3.3 Definisi Operasional Variabel

No. Variabel Dimensi Indikator Skala

1. Religiositas

(Souiden &

Rani, 2015)

Takut Akan

Hukum Allah

Takut membeli produk

bajakan atau palsu karna

dapat merugikan orang lain

dan mendapat dosa dari

perbuatan tersebut

Likert

Jika membeli produk palsu

maka melanggar hukum

syariah

Likert

Keterlibatan

dan Praktik

Agama

Tidak membeli produk

palsu karena ingin

menerapkan nilai-nilai

agama dalam kehidupan

sehari-hari.

Likert

Mengetahui pengetahuan

dasar yang penting di

dalam agama, termasuk

tentang membeli produk

palsu

Likert

Kepercayaan

terhadap

Agama

Merasa sedih, gelisah, dan

tidak tenang jika membeli

produk palsu karena

bertentangan dengan iman

Likert

Berdoa dan meminta

kepada Allah agar dihindari

dari perilaku yang

melanggar aturan Allah,

termasuk membeli produk

palsu

Likert

2. Etika

(Forsyth,

1980)

Relativisme Selalu membeli produk

palsu yang suka dan tidak

peduli terhadap pendapat

negatif dari teman atau

anggota keluarga.

Likert

Hanya membeli produk

yang rasa nyaman, baik

palsu ataupun tidak dan

Likert

Page 76: PENGARUH RELIGIOSITAS, ETIKA, DAN ATTITUDE TERHADAP ...

61

tidak pernah peduli dengan

pendapat orang lain

Membeli produk palsu

tergantung pada kondisi

tempat, situasi, dan

penerapannya.

Likert

Standar moral bagi tiap

individu terhadap aturan

produk palsu itu

berbeda-beda

Likert

Tindakan membeli produk

palsu sama seperti

kebohongan yang dapat

diperbolehkan atau tidak

tergantung pada situasi

yang terjadi

Likert

Idealisme Tidak membeli barang

palsu karena dapat

merugikan pihak lain

yang tidak bersalah

Likert

Tidak membeli produk

palsu karena bisa

menimbulkan pendapat

negatif dari orang lain

Likert

Tidak ingin mengorbankan

kesejahteraan produsen

original demi membeli

produk palsu yang

diinginkan

Likert

Tidak ingin membeli

produk palsu karena tidak

ingin mendapat risiko

seperti cacat produk,

kualitas yang tidak jelas,

dll.

Likert

3. Attitude

(X3)

(Yoo &

Lee, 2009)

Economic

Benefit

Membeli produk palsu jika

merasa produk asli dari

produsen asli itu terlalu

mahal

Likert

Membeli produk palsu jika

tidak mampu membeli

produk dari produsen asli

Likert

Membeli produk palsu

tanpa keraguan jika ada

kesempatan untuk membeli

produk palsu tersebut

Likert

Page 77: PENGARUH RELIGIOSITAS, ETIKA, DAN ATTITUDE TERHADAP ...

62

Biasanya membeli produk

palsu karena sulit

membedakan antara yang

palsu dan yang asli

Likert

Hedonic

Benefit

Tetap membeli produk

palsu bahkan jika masih

mampu membeli produk

asli

Likert

Membeli produk palsu

yang terlihat mewah untuk

mengesankan orang lain

terhadap barang yang

miliki

Likert

Membanggakan produk

palsu seolah - olah itu

adalah produk merek asli

Likert

4. Intensi (Y)

(Saw, Goh,

& Isa,

2015)

Niat beli

konsumen

Adanya kemauan dalam

diri untuk melakukan

pembelian produk palsu

Likert

Tidak ada unsur

keterpaksaan ketika

melakukan pembelian

produk palsu

Likert

Terdapat pengalaman

menyenangkan ketika

melakukan pembelian

produk palsu

Likert

E. Metode Analisis Data

Metode pengukuran data yang digunakan adalah metode Structural

Equation Modelling (SEM). SEM digunakan sebagai teknik pengukuran

yang memiliki kelebihan daripada alat regresi sederhana sehingga teknik

ini lebih banyak digunakan dalam penelitian, karena memungkinkan

peneliti untuk menguji serangkaian hubungan yang saling berhubungan

(Hair, Black, Babin, & Anderson, 2010). Peneliti kemudian menggunakan

Page 78: PENGARUH RELIGIOSITAS, ETIKA, DAN ATTITUDE TERHADAP ...

63

software Partial Least Square (PLS) untuk menganalisis data dalam

penelitian ini.

1. Structural Equation Modelling (SEM)

Metode Pengukuran SEM adalah sebuah teknik statistik yang

digunakan untuk melihat, mengamati, dan menganalisis hubungan

antara satu atau lebih variabel-variabel yang ada, yaitu variabel

independen dan variabel dependen, serta kesalahan dalam pengukuran

secara langsung. Kemudian, variabel-variabel tersebut diuji pada saat

yang bersamaan dan memiliki keterkaitan antar variabel yang ada

(Ullman & Bentler, 2003). SEM adalah teknik multivariate yang dapat

mengkombinasikan antara multiple regression dan aspek faktor

analisis dari penelitian tersebut.

Secara umum, SEM memiliki empat manfaat dalam

penggunaannya (Ullman & Bentler, 2003). Antara lain:

a) Manfaat pertama adalah metode SEM memiliki kemampuan dalam

mengamati variabel dan suatu hubungan yang jumlahnya lebih dari

satu, sedangkan jika menggunakan model statistik biasa, maka

hanya dapat mengamati beberapa variabel dan satu hubungan saja.

b) Manfaat kedua adalah metode SEM memperhitungkan

measurement error, dimana hal ini memberikan dampak analisa

dan pengamatan yang lebih baik apabila melakukan uji validitas

dan reliabilitas suatu instrumen. Hal ini berbeda apabila

Page 79: PENGARUH RELIGIOSITAS, ETIKA, DAN ATTITUDE TERHADAP ...

64

menggunakan metode statistik biasa, dimana measurement error

tidak diperhitungkan sama sekali.

c) Manfaat ketiga dari metode SEM adalah metode ini memiliki

kemampuan yang lebih baik dalam mengamati dan menganalisa

model teoritikal yang bersifat kompleks.

d) Manfaat keempat dari metode SEM adalah lebih mudah digunakan

jika dibandingkan daripada aplikasi statistik lainnya.

Komponen dalam metode SEM terbagi menjadi dua yakni model

pengukuran dan model struktural. Model pengukuran adalah model

yang dapat mengukur hubungan antara beberapa indikator (yaitu

variabel independen dan dependen) dalam satu faktor (Hair et al.,

2010). Confirmatory factor analysis biasanya digunakan dalam

pengukuran model ini, dimana analisis ini mengkaji hubungan yang

terjadi antara indikator dengan konstruk yang dibangun dalam

penelitian, dan dapat menggunakan skala yang ada (seperti factor

loadings) untuk mengukur validitas konstruk tersebut (Ullman &

Bentler, 2003). Dalam model struktural, terdapat suatu hubungan yang

terjadi antara konstruk yang ada dan juga memiliki keterkaitan dengan

path analysis, dimana ini merupakan teknik yang menghubungkan

suatu variabel independen dengan dependen. Model struktural juga

dapat menjelaskan hubungan antara satu konstruk dengan konstruk

yang lainnya, variabel dependen yang dapat berubah menjadi variabel

independen untuk variabel dependen yang lainnya ketika dilakukan

Page 80: PENGARUH RELIGIOSITAS, ETIKA, DAN ATTITUDE TERHADAP ...

65

pengamatan yang berbeda, serta kemampuan untuk menganalisis

variabel tersebut dalam model struktural yang ada (Hair et al., 2010).

SEM sendiri memiliki tiga pendekatan berbeda yakni Covariance

Based SEM (CB-SEM), Partial Least Squares (PLS), dan Generalized

Structured Component Analysis (GSCA) (Wong, 2013). Pendekatan

SEM yang digunakan pada penelitian ini menggunakan PLS dengan

software SmartPLS.

2. Partial Least Square (PLS)

Untuk menggunakan Metode SEM-PLS dalam penelitian, peneliti

harus terlebih dahulu melakukan Analisis Model. Analisis Model

dibagi menjadi dua jenis: model pengukuran (outer model) dan model

struktural (inner model). Model pengukuran dirancang untuk

mengukur indikator – indikator yang telah dirumuskan untuk variabel,

dan juga dapat digunakan untuk mengukur validitas konstruk. Dan

model struktural bertujuan untuk menganalisis hubungan antara

variabel independen dan dependen dalam penelitian (Wong, 2013).

a) Model Pengukuran (outer model)

Outer model menunjukkan bagaimana hubungan antara setiap

indikator dan variabel laten, dan digunakan untuk mengukur

validitas konstruk dan reliabilitas instrumen. Uji validitas

dilakukan peneliti untuk melihat apakah variabel penelitian yang

digunakan benar-benar dapat mengukur apa yang peneliti ingin

ketahui. Sedangkan uji reliabilitas dirancang untuk mengetahui

Page 81: PENGARUH RELIGIOSITAS, ETIKA, DAN ATTITUDE TERHADAP ...

66

apakah skala pengukuran yang digunakan menunjukkan hasil yang

sama atau konsisten apabila dilakukan berulang kali (Hair et al.,

2010; Malhotra, 2010). Beberapa parameter pengujian pada outer

model menurut (Hair et al., 2010) adalah:

1) Validitas Konvergen, dimana nilai ini merupakan nilai dari

standarized loading factor yang menggambarkan besarnya

hubungan antar indikator dengan konstruknya. Nilai yang

diharapkan dari uji ini adalah > 0.5 untuk penelitian tahap awal.

2) Validitas Diskriminan, dimana nilai ini merupakan nilai cross

loading factor yang berguna untuk mengetahui apakah konstruk

memiliki diskriminan yang mencukupi atau valid, yakni dengan

melihat lalu membandingkan nilai loading factor pada konstruk

yang sama harus lebih besar daripada nilai loading factor

konstruk lainnya yang berbeda.

3) Uji Reabilitas. mengukur value suatu variabel laten yang lebih

baik dalam mengestimasi konsistensi internal suatu variabel

laten. Nilai yang dikategorikan sebagai tingkat reliabilitas

tinggi adalah > 0.7.

4) Average variance extracted (AVE). AVE adalah rata-rata

presentase skor varians yang didapatkan dari seperangkat

variabel laten yang telah diestimasi untuk mengetahui apakah

variabel laten bisa menjelaskan lebih dari setengah varian dari

indikator-indikator yang digunakan. Indikator dianggap valid

Page 82: PENGARUH RELIGIOSITAS, ETIKA, DAN ATTITUDE TERHADAP ...

67

apabila memiliki nilai AVE > 0.5 atau memperlihatkan outer

loading dimana keseluruhan nilai loading memiliki nilai > 0.5

sehingga memenuhi kriteria validitas konvergen.

5) Cronbach‟s alpha, dimana nilai ini dapat memperkuat uji

reliabilitas selain composite reliability. Apabila nilai

cronbach‟s alpha > 0.7 untuk semua konstruk maka

dikategorikan reliabel.

b) Model Struktural (inner model)

Pada model ini, pengujian dilakukan untuk menentukan

hubungan antar konstruk variabel laten (Hair et al., 2010).

Beberapa parameter uji pada inner model menurut Hair et al.

(2010):

1) R-Square

R-square digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh

variabel laten independen terhadap variabel laten dependen

(Ghozali & Latan, 2015). Untuk mengukur hubungan

kausalitas antar variabel laten, maka digunakan proses

bootstrapping. Nilai ini merupakan koefisien dari determinasi

pada konstruk endogen, dimana apabila nilai R2 sebesar 0.19

maka berarti memiliki kategori lemah, kemudian 0.33 kategori

moderat, serta 0.67 memiliki kategori kuat

Page 83: PENGARUH RELIGIOSITAS, ETIKA, DAN ATTITUDE TERHADAP ...

68

2) Path Coefficient

Path coefficients adalah besarnya hubungan variabel laten,

yang dilakukan dengan menggunakan bootstrapping.

Menggunakan nilai statistik sebesar alpha 5% dan t-statistics

sebesar 1.96. Untuk melihat uji signifikansi dan hasil

hipotesisnya, dilihat pada nilai T-Statistics > 1.96 yang artinya

H0 ditolak. Untuk nilai probabilitasnya melihat P-value < 0.05

makan H0 ditolak (Hussein, 2015).

Page 84: PENGARUH RELIGIOSITAS, ETIKA, DAN ATTITUDE TERHADAP ...

69

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Profil Responden

Responden yang diambil dalam penelitian ini adalah Muslim baik laki-

laki maupun perempuan berusia 16-24 tahun yang pernah membeli produk

palsu dan berdomisili di DKI Jakarta. Sampel yang diambil dalam

penelitian ini adalah 100 responden.

1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel 4.1 Jumlah Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Keterangan Jumlah Presentase

Laki-laki 45 45%

Perempuan 55 55%

Total 100 100%

Sumber: Hasil Pengolahan Peneliti

Berdasarkan Tabel 4.1 dari 100 responden, sebanyak 45 orang atau

45% berjenis kelamin laki-laki, dan sebanyak 55 orang atau 55%

berjenis kelamin perempuan.

2. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

Tabel berikut merupakan tabel usia responden, terlihat bahwa

seperti yang dijelaskan dalam penelitian ini keseluruhan usia

responden memasuki kategori generasi millennials dan generasi Z.

Tabel 4.2 Jumlah Responden Berdasarkan Usia

Page 85: PENGARUH RELIGIOSITAS, ETIKA, DAN ATTITUDE TERHADAP ...

70

Keterangan Jumlah Presentase

17 2 2%

18 3 3%

19 5 5%

20 9 9%

21 16 16%

22 32 32%

23 17 17%

24 16 16%

Total 100 100%

Sumber: Hasil Pengolahan Peneliti

Dikarenakan kuesioner lebih banyak disebar pada kalangan

mahasiswa, maka usia yang paling dominan adalah 20-24 tahun

dengan jumlah 90 atau 90% dari total responden. Dalam konteks usia

termuda, hanya ada dua responden yang berusia 17 tahun atau 2% dari

total responden sedangkan usia tertua responden adalah 24 tahun

dengan persentase sebesar 16 % dari total responden atau berjumlah 16

orang.

3. Karakteristik Responden Berdasarkan Domisili

Berdasarkan perhitungan kuota sampling yang telah dilakukan,

maka masing-masing domisili memiliki responden yang sesuai dengan

kuota tersebut.

Tabel 4.3 Jumlah Responden Berdasarkan Domisili

Page 86: PENGARUH RELIGIOSITAS, ETIKA, DAN ATTITUDE TERHADAP ...

71

Keterangan Jumlah Presentase

Jakarta Selatan 20 20%

Jakarta Barat 27 27%

Jakarta Timur 26 26%

Jakarta Pusat 8 8%

Jakarta Utara 18 18%

Kepulauan Seribu 1 1%

Total 100 100%

Sumber: Hasil Pengolahan Peneliti

Tabel 4.3 menunjukan bahwa mayoritas responden berdomisili

Jakarta Barat yaitu sebanyak 27 orang atau 27%. Responden

berdomisili Jakarta Selatan sejumlah 20 orang atau 20%, Jakarta Timur

sebanyak 26 orang atau 26%, Jakarta Pusat sebanyak 8 orang atau 8%,

Jakarta Utara sebanyak 18 orang atau 18%, dan yang paling sedikit

adalah domisili Kepulauan Seribu sebanyak 1 orang atau 1%.

4. Karakteristik Responden Berdasarkan Produk Palsu yang Pernah

Dibeli

Peneliti juga memberikan pertanyaan terkait produk palsu apa yang

pernah dibeli oleh konsumen Muslim DKI Jakarta yang tersedia dalam

tabel berikut.

Tabel 4.4 Jumlah Responden Berdasarkan Produk Palsu yang

Pernah Dibeli

Keterangan Jumlah Presentase

Page 87: PENGARUH RELIGIOSITAS, ETIKA, DAN ATTITUDE TERHADAP ...

72

Buku 25 25%

Software 25 25%

Pakaian 22 22%

Jam Tangan 13 13%

Platform Digital 6 6%

Perhiasan 4 4%

Sepatu 4 4%

DVD 1 1%

Total 100 100%

Sumber: Hasil Pengolahan Peneliti

Dari Tabel 4.4 dapat diketahui bahwa produk palsu pilihan

responden yang terbanyak yaitu buku dan software yang sama-sama

berjumlah 25 orang atau 25%. Kemudian dilanjutkan dengan pakaian

sebanyak 22 orang atau 22%, jam tangan sebanyak 13 orang atau 13%,

platform digital sebanyak 6 orang atau 6%, perhiasan sebanyak 4

orang atau 4%, sepatu sebanyak 4 orang atau 4%, dan yang terakhir

DVD sebanyak 1 orang atau 1%. Berdasarkan data tersebut, penyebab

buku menjadi urutan teratas adalah bahwa menurut IKAPI (Ikatan

Penerbit Indonesia), buku bajakan tidak hanya dijual di pasar-pasar

buku, masyarakat dapat dengan mudah menemukan buku bajakan di

marketplace atau tempat berjualan daring yang menyediakan hingga

ribuan buku bajakan. Hal ini menunjukkan bahwa pasar produk palsu

Page 88: PENGARUH RELIGIOSITAS, ETIKA, DAN ATTITUDE TERHADAP ...

73

terutama buku bajakan adalah pasar yang sangat besar dan banyak

peminatnya (Republika, 2019).

Menurut Badan Pusat Statistik (2020) pada Statistik Pemuda

Indonesia 2020, pemuda pada kelompok umur 16-18 tahun memiliki

angka partisipasi sekola (APS) sebesar 72,72 % dan yang berumur 19-

24 tahun sebesar 25,56 %. Secara umum, APS pemuda di perkotaan

seperti DKI Jakarta lebih tinggi daripada di pedesaan. Hal itu bisa

menjadi penyebab dari produk palsu yang tertinnggi dibeli oleh

kelompok umur tersebut adalah buku dan software, yang mana

penggunaan buku bajakan diakibatkan oleh keterbatasan buku asli, dan

harga buku asli yang cukup mahal menjadi alasan pelajar membeli

buku bajakan tersebut (Utami, 2009).

Selain itu, lebih dari separuh pemuda bekerja berada pada

kelompok umur 19-24 tahun dan juga masih ada sekitar 21,08 persen

pemuda usia 16-18 tahun yang bekerja (Badan Pusat Statistik, 2020).

Hal ini bisa menjadi penyebab bahwa produk palsu yang sering dibeli

selain buku dan software adalah kebutuhan sandang dan sekunder

seperti pakaian, sepatu, jam tangan, perhiasan, dan lain-lain untuk

memenuhi gaya hidup yang lebih murah dan terlihat bermerek karna

menyesuaikan pendapatannya (K, Anastasia Devi. N, Hari Susanta.

Dewi, 2012)

Page 89: PENGARUH RELIGIOSITAS, ETIKA, DAN ATTITUDE TERHADAP ...

74

5. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendapatan

Berdasarkan data dari Bidang Pengolahan dan Analisis Data

Ketenagakerjaan (2020), Generasi Z atau penduduk yang berusia 16-

24 tahun memiliki pendapatan sebagai berikut:

Tabel 4.5 Jumlah Pendapatan Gen Z

Usia Laki-Laki Perempuan Rata-rata upah / Gaji /

Pendapatan

16-24 tahun 2.044.841 1.952.150 2.007.889

(Bidang Pengolahan dan Analisis Data Ketenagakerjaan, 2020)

Berdasarkan tabel tersebut, rata-rata pendapatan usia 16-24 tahun

yang berada di daerah perkotaan seperti DKI Jakarta adalah sebesar

2.007.889 rupiah per bulannya. Rata-rata pendapatan tersebut yaitu

penduduk pada usia 16-24 yang menjadi pekerja aktif baik yang

pelajar maupun non pelajar(Bidang Pengolahan dan Analisis Data

Ketenagakerjaan, 2020).

B. Evaluasi Model Pengukuran (outer model)

1. Uji Validitas

a. Validitas Konvergen

Uji validitas konvergen digunakan untuk mengetahui

apakah indikator tersebut sudah tepat dalam mengukur variabel

(Hair et al., 2010; Malhotra, 2010). Maka untuk mengetahui

validitas konvergen bisa dilihat nilai dari loading factor. Indikator

Page 90: PENGARUH RELIGIOSITAS, ETIKA, DAN ATTITUDE TERHADAP ...

75

yang memenuhi hasil baik dalam validitas konvergen yaitu apabila

nilai loading factor pada indikator tersebut adalah > 0,7.

Gambar 4.1 Nilai Loading factor

Sumber: Hasil Pengolahan SmartPLS

Berdasarkan gambar diatas, Indikator X1.2.2, X1.3.2,

X2.1.4, X2.1.5, X2.2.1, X2.2.2, X3.1.4 memiliki nilai dibawah 0,7

dan tidak memenuhi syarat. Maka nilai pada indikator-indikator

tersebut harus dikeluarkan sehingga model yang terbentuk adalah

sebagai berikut:

Gambar 4.2 Nilai Loading factor Setelah Disesuaikan

Page 91: PENGARUH RELIGIOSITAS, ETIKA, DAN ATTITUDE TERHADAP ...

76

Sumber: Hasil Pengolahan SmartPLS

Berdasarkan gambar 4.2 nilai loading factor pada tiap

indikator sudah disesuaikan atau dipilih sehingga nilai-nilai

tersebut diatas 0,7 dan memenuhi syarat uji validitas konvergen

(Ghozali, 2008).

Setelah melakukan uji validitas konvergen, tahap

selanjutnya yaitu dengan melihat nilai Average Variant Extracted

(AVE). Nilai AVE yang dimiliki setiap variabel harus diatas 0,5

agar indikator dapat dikatakan valid.

Tabel 4.6 Nilai Average Variant Extracted (AVE)

Variabel Average Variant Extracted

(AVE)

Page 92: PENGARUH RELIGIOSITAS, ETIKA, DAN ATTITUDE TERHADAP ...

77

X1 (Religiositas) 0,723

X2.1 (Etika Relativisme) 0,777

X2.2 (Etika Idealisme) 0,804

X3.1 (Attitude terhadap

Economic Benefit)

0,750

X3.2 (Attitude terhadap

Hedonic Benefit)

0,851

Y (Intensi Membeli Produk

Palsu

0,759

Sumber: Hasil Pengolahan SmartPLS

Dapat dilihat dalam tabel 4.6 semua variabel memiliki nilai

AVE diatas 0,50 sesuai kriteria yang direkomendasikan (Ghozali,

2008) Sehingga penelitian dapat dilanjutkan ketahap selanjutnya.

b. Validitas Diskriminan

Untuk mengetahui hasil uji validitas diskriminan dengan

menggunakan nilai cross loading. Nilai cross loading setiap

indikator variabelnya adalah yang paling besar dibandingkan nilai

indikator pada variabel yang lain. Uji validitas diskriminan

dilakukan dengan menggunakan metode Fornell-Larrcker

Criterion dimana metode ini menggunakan akar dari AVE masing-

masing variabel yang akan dibandingkan korelasinya dengan

variabel lainnya. Cara mendapatkan hasilnya pada SmartPLS 3.0

Page 93: PENGARUH RELIGIOSITAS, ETIKA, DAN ATTITUDE TERHADAP ...

78

adalah dengan melihat tabel Fornell-Lacker Criterion. Berikut

adalah hasil analisis discriminant validity penelitian ini.

Tabel 4.7 Tabel Fornerr-Lacker

X1

(Religiosit

as)

X2.1

(Etika

Relativisme)

X2.2

(Etika

Idealisme

)

X3.1

(Attitude

terhadap

Economic

Benefit)

X3.2

(Attitude

Hedonic

Benefit)

Y

(Intensi

Membeli

Produk

Palsu)

X1 0,850

X2.1 -0,189 0,882

X2.2 0,412 -0,100 0,897

X3.1 -0,274 0,737 -0,194 0,866

X3.2 -0,060 0,556 -0,085 0,574 0,923

Y -0,127 0,682 -0,233 0,717 0,682 0,871

Sumber: Hasil Pengolahan SmartPLS

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwasanya nilai

dari akar AVE korelasi variabel-variabel yang ada memiliki nilai

yang lebih besar daripada nilai korelasi variabel yang lainnya.

Contohnya adalah pada variabel X1, bernilai korelasi dengan

variabel X1 sebesar 0.850, lebih besar daripada nilai korelasi

dengan variabel lainnya. Hal ini juga berlaku untuk variabel

lainnya. Dengan demikian, syarat Validitas Diskriminan

terpenuhi.

Selanjutnya melihat nilai tiap indikator pada variabel itu

sendiri dibandingkan dengan nilai indikator tersebut terhadap

variabel lain. Nilai indikator terhadap variabel itu sendiri tersebut

Page 94: PENGARUH RELIGIOSITAS, ETIKA, DAN ATTITUDE TERHADAP ...

79

harus lebih besar daripada nilai indikator terhadap variabel lain

apabila ingin dilanjutkan ke tahap berikutnya.

Tabel 4.8 Nilai Cross Loading

X1

(Religiosit

as)

X2.1

(Etika

Relativisme)

X2.2

(Etika

Idealisme

)

X3.1

(Attitude

terhadap

Economic

Benefit)

X3.2

(Attitude

Hedonic

Benefit)

Y

(Intensi

Membeli

Produk

Palsu) X1.1.1 0,777 -0,185 0,335 -0,200 -0,033 -0,058

X1.1.2 0,915 -0,176 0,379 -0,258 -0,080 -0,148

X1.2.1 0,879 -0,146 0,367 -0,219 -0,090 -0,111

X1.3.1 0,824 -0,151 0,315 -0,253 0,048 -0,074

X2.1.1 -0,136 0,908 -0,034 0,719 0,613 0,650

X2.1.2 -0,130 0,909 -0,106 0,672 0,463 0,616

X2.1.3 -0,249 0,826 -0,135 0,544 0,376 0,530

X2.2.3 0,317 -0,071 0,853 -0,171 -0,034 -0,161

X2.2.4 0,373 -0,104 0,939 -0,179 -0,105 -0,243

X3.1.1 -0,260 0,667 -0,198 0,901 0,375 0,597

X3.1.2 -0,234 0,603 -0,114 0,882 0,341 0,589

X3.1.3 -0,217 0,637 -0,817 0,812 0,740 0,665

X3.2.1 -0,053 0,593 -0,099 0,544 0,898 0,668

X3.2.2 -0,056 0,493 -0,065 0,539 0,940 0,596

X3.2.3 -0,057 0,444 -0,069 0,502 0,930 0,617

Y1.1 -0,114 0,560 -0,202 0,641 0,688 0,877

Y1.2 -0,033 0,565 -0,140 0,607 0,481 0,892

Y1.3 -0,176 0,657 -0,259 0,626 0,601 0,894

Sumber: Hasil Pengolahan SmartPLS

Page 95: PENGARUH RELIGIOSITAS, ETIKA, DAN ATTITUDE TERHADAP ...

80

Berdasarkan tabel cross loading tersebut, maka dapat

dijelaskan sebagai berikut:

1) X1.1.1 (Indikator pertanyaan tentang takut terhadap

hukum Allah)

Loading factor X1.1.1 (Indikator pertanyaan tentang takut

terhadap hukum Allah) dengan variabelnya yaitu X1

(Religiositas) memiliki nilai korelasi sebesar 0,777 yang lebih

besar dibandingkan loading factor variabel lain yaitu X2 (Etika

relativisme dan idealisme) sebesar -0,185 dan 0,335 ; X3

(Attitude terhadap economic benefit dan hedonic benefit)

sebesar -0,200 dan -0,033 ; dan Y (Intensi membeli produk

palsu) sebesar -0,058. Maka terjadi uji diskriminan validitas

yang baik pada X1.1.1 karena nilai korelasi indikator terhadap

variabelnya X1 (Religiositas) lebih tinggi dibandingkan

korelasi indikator terhadap variabel-variabel yang lain.

2) X1.1.2 (Indikator pertanyaan tentang hubungannya dengan

hukum syariah)

Loading factor X1.1.2 (Indikator pertanyaan tentang

hubungannya dengan hukum syariah) dengan variabelnya yaitu

X1 (Religiositas) memiliki nilai korelasi sebesar 0,915 yang

lebih besar dibandingkan loading factor variabel lain yaitu X2

(Etika relativisme dan idealisme) sebesar -0,176 dan 0,379 ; X3

(Attitude terhadap economic benefit dan hedonic benefit)

Page 96: PENGARUH RELIGIOSITAS, ETIKA, DAN ATTITUDE TERHADAP ...

81

sebesar -0,258 dan -0,080 ; dan Y (Intensi membeli produk

palsu) sebesar -0,148. Maka terjadi uji diskriminan validitas

yang baik pada X1.1.2 karena nilai korelasi indikator terhadap

variabelnya X1 (Religiositas) lebih tinggi dibandingkan

korelasi indikator terhadap variabel-variabel yang lain.

3) X1.2.1 (Indikator pertanyaan tentang penerapan nilai

agama)

Loading factor X1.2.1 (Indikator pertanyaan tentang

penerapan nilai agama) dengan variabelnya yaitu X1

(Religiositas) memiliki nilai korelasi sebesar 0,879 yang lebih

besar dibandingkan loading factor variabel lain yaitu X2 (Etika

relativisme dan idealisme) sebesar -0,146 dan 0,367 ; X3

(Attitude terhadap economic benefit dan hedonic benefit)

sebesar -0,219 dan -0,090 ; dan Y (Intensi membeli produk

palsu) sebesar -0,111. Maka terjadi uji diskriminan validitas

yang baik pada X1.2.1 karena nilai korelasi indikator terhadap

variabelnya X1 (Religiositas) lebih tinggi dibandingkan

korelasi indikator terhadap variabel-variabel yang lain.

4) X1.3.1 (Indikator pertanyaan tentang iman)

Loading factor X1.3.1 (Indikator pertanyaan tentang iman)

dengan variabelnya yaitu X1 (Religiositas) memiliki nilai

korelasi sebesar 0,824 yang lebih besar dibandingkan loading

factor variabel lain yaitu X2 (Etika relativisme dan idealisme)

Page 97: PENGARUH RELIGIOSITAS, ETIKA, DAN ATTITUDE TERHADAP ...

82

sebesar -0,151 dan 0,315 ; X3 (Attitude terhadap economic

benefit dan hedonic benefit) sebesar -0,253 dan 0,048 ; dan Y

(Intensi membeli produk palsu) sebesar -0,074. Maka terjadi uji

diskriminan validitas yang baik pada X1.3.1 karena nilai

korelasi indikator terhadap variabelnya X1 (Religiositas) lebih

tinggi dibandingkan korelasi indikator terhadap variabel-

variabel yang lain.

5) X2.1.1 (Indikator pertanyaan tentang ketidakpedulian

pendapat negatif dari orang sekitar)

Loading factor X2.1.1 (Indikator pertanyaan tentang

tentang ketidakpedulian pendapat negatif dari orang sekitar)

dengan variabelnya yaitu X2.1 (Etika Relativisme) memiliki

nilai korelasi sebesar 0,908 yang lebih besar dibandingkan

loading factor variabel lain yaitu X1 (Religiositas) sebesar -

0,136 ; X2.2 (Etika Idealisme) sebesar -0,034 ; X3 (Attitude

terhadap economic benefit dan hedonic benefit) sebesar 0,719

dan 0,613 ; dan Y (Intensi membeli produk palsu) sebesar

0,650. Maka terjadi uji diskriminan validitas yang baik pada

X2.1.1 karena nilai korelasi indikator terhadap variabelnya

X2.1 (Etika Relativisme) lebih tinggi dibandingkan korelasi

indikator terhadap variabel-variabel yang lain.

6) X2.1.2 (Indikator pertanyaan tentang kenyamanan

terhadap barang)

Page 98: PENGARUH RELIGIOSITAS, ETIKA, DAN ATTITUDE TERHADAP ...

83

Loading factor X2.1.2 (Indikator pertanyaan tentang

tentang kenyamanan terhadap barang) dengan variabelnya yaitu

X2.1 (Etika Relativisme) memiliki nilai korelasi sebesar 0,909

yang lebih besar dibandingkan loading factor variabel lain yaitu

X1 (Religiositas) sebesar -0,130 ; X2.2 (Etika Idealisme)

sebesar -0,106 ; X3 (Attitude terhadap economic benefit dan

hedonic benefit) sebesar 0,672 dan 0,463 ; dan Y (Intensi

membeli produk palsu) sebesar 0,616. Maka terjadi uji

diskriminan validitas yang baik pada X2.1.2 karena nilai

korelasi indikator terhadap variabelnya X2.1 (Etika

Relativisme) lebih tinggi dibandingkan korelasi indikator

terhadap variabel-variabel yang lain.

7) X2.1.3 (Indikator pertanyaan tentang ketergantungan

kondisi dan tempat)

Loading factor X2.1.3 (Indikator pertanyaan tentang

ketergantungan kondisi dan tempat) dengan variabelnya yaitu

X2.1 (Etika Relativisme) memiliki nilai korelasi sebesar 0,826

yang lebih besar dibandingkan loading factor variabel lain yaitu

X1 (Religiositas) sebesar -0,249 ; X2.2 (Etika Idealisme)

sebesar -0,135 ; X3 (Attitude terhadap economic benefit dan

hedonic benefit) sebesar 0,544 dan 0,376 ; dan Y (Intensi

membeli produk palsu) sebesar 0,530. Maka terjadi uji

diskriminan validitas yang baik pada X2.1.3 karena nilai

Page 99: PENGARUH RELIGIOSITAS, ETIKA, DAN ATTITUDE TERHADAP ...

84

korelasi indikator terhadap variabelnya X2.1 (Etika

Relativisme) lebih tinggi dibandingkan korelasi indikator

terhadap variabel-variabel yang lain

8) X2.2.3 (Indikator pertanyaan tentang keinginan untuk

tidak mengorbankan kesejahteran produsen produk

original)

Loading factor X2.2.3 (Indikator pertanyaan tentang

keinginan untuk tidak mengorbankan kesejahteran produsen

produk original) dengan variabelnya yaitu X2.2 (Etika

Idealisme) memiliki nilai korelasi sebesar 0,853 yang lebih

besar dibandingkan loading factor variabel lain yaitu X1

(Religiositas) sebesar 0,317 ; X2.1 (Etika Relativisme) sebesar

-0,071 ; X3 (Attitude terhadap economic benefit dan hedonic

benefit) sebesar -0,171 dan -0,034 ; dan Y (Intensi membeli

produk palsu) sebesar -0,161. Maka terjadi uji diskriminan

validitas yang baik pada X2.2.3 karena nilai korelasi indikator

terhadap variabelnya X2.2 (Etika Relativisme) lebih tinggi

dibandingkan korelasi indikator terhadap variabel-variabel

yang lain.

9) X2.2.4 (Indikator pertanyaan tentang keinginan untuk

tidak mendapatkan risiko pembelian produk palsu)

Loading factor X2.2.4 (Indikator pertanyaan tentang

keinginan untuk tidak mendapatkan risiko pembelian produk

Page 100: PENGARUH RELIGIOSITAS, ETIKA, DAN ATTITUDE TERHADAP ...

85

palsu) dengan variabelnya yaitu X2.2 (Etika Idealisme)

memiliki nilai korelasi sebesar 0,939 yang lebih besar

dibandingkan loading factor variabel lain yaitu X1

(Religiositas) sebesar 0,373 ; X2.1 (Etika Relativisme) sebesar

-0,194 ; X3 (Attitude terhadap economic benefit dan hedonic

benefit) sebesar -0,179 dan -0,105 ; dan Y (Intensi membeli

produk palsu) sebesar -0,243. Maka terjadi uji diskriminan

validitas yang baik pada X2.2.4 karena nilai korelasi indikator

terhadap variabelnya X2.2 (Etika Relativisme) lebih tinggi

dibandingkan korelasi indikator terhadap variabel-variabel

yang lain.

10) X3.1.1 (Indikator pertanyaan tentang harga produk asli

yang lebih mahal)

Loading factor X3.1.1 (Indikator pertanyaan tentang harga

produk asli yang lebih mahal) dengan variabelnya yaitu X3.1

(Attitude terhadap economic benefit) memiliki nilai korelasi

sebesar 0,901 yang lebih besar dibandingkan loading factor

variabel lain yaitu X1 (Religiositas) sebesar -0,260 ; X2 (Etika

Relativisme dan Idealisme) sebesar 0,667 dan -0,198 ; X3.2

(Attitude terhadap hedonic benefit) sebesar 0,375 ; dan Y

(Intensi membeli produk palsu) sebesar 0,597. Maka terjadi uji

diskriminan validitas yang baik pada X3.1.1 karena nilai

korelasi indikator terhadap variabelnya X3.1 (Attitude terhadap

Page 101: PENGARUH RELIGIOSITAS, ETIKA, DAN ATTITUDE TERHADAP ...

86

economic benefit) lebih tinggi dibandingkan korelasi indikator

terhadap variabel-variabel yang lain.

11) X3.1.2 (Indikator pertanyaan tentang tidak mampu

membeli produk dari produsen asli)

Loading factor X3.1.2 (Indikator tentang tidak mampu

membeli produk dari produsen asli) dengan variabelnya yaitu

X3.1 (Attitude terhadap economic benefit) memiliki nilai

korelasi sebesar 0,882 yang lebih besar dibandingkan loading

factor variabel lain yaitu X1 (Religiositas) sebesar -0,234 ; X2

(Etika Relativisme dan Idealisme) sebesar 0,603 dan -0,114 ;

X3.2 (Attitude terhadap hedonic benefit) sebesar 0,341 ; dan Y

(Intensi membeli produk palsu) sebesar 0,589. Maka terjadi uji

diskriminan validitas yang baik pada X3.1.2 karena nilai

korelasi indikator terhadap variabelnya X3.1 (Attitude terhadap

economic benefit) lebih tinggi dibandingkan korelasi indikator

terhadap variabel-variabel yang lain.

12) X3.1.3 (Indikator pertanyaan tentang kesempatan untuk

membeli produk palsu)

Loading factor X3.1.3 (Indikator tentang kesempatan untuk

membeli produk palsu) dengan variabelnya yaitu X3.1

(Attitude terhadap economic benefit) memiliki nilai korelasi

sebesar 0,812 yang lebih besar dibandingkan loading factor

variabel lain yaitu X1 (Religiositas) sebesar -0,217 ; X2 (Etika

Page 102: PENGARUH RELIGIOSITAS, ETIKA, DAN ATTITUDE TERHADAP ...

87

Relativisme dan Idealisme) sebesar 0,637 dan -0,817 ; X3.2

(Attitude terhadap hedonic benefit) sebesar 0,740 ; dan Y

(Intensi membeli produk palsu) sebesar 0,665. Maka terjadi uji

diskriminan validitas yang baik pada X3.1.3 karena nilai

korelasi indikator terhadap variabelnya X3.1 (Attitude terhadap

economic benefit) lebih tinggi dibandingkan korelasi indikator

terhadap variabel-variabel yang lain.

13) X3.2.1 (Indikator pertanyaan tentang kemampuan membeli

produk asli maupun palsu)

Loading factor X3.2.1 (Indikator tentang kemampuan

membeli produk asli maupun palsu) dengan variabelnya yaitu

X3.2 (Attitude terhadap hedonic benefit) memiliki nilai

korelasi sebesar 0,898 yang lebih besar dibandingkan loading

factor variabel lain yaitu X1 (Religiositas) sebesar -0,053 ; X2

(Etika Relativisme dan Idealisme) sebesar 0,593 dan -0,009 ;

X3.1 (Attitude terhadap economic benefit) sebesar 0,544 ; dan

Y (Intensi membeli produk palsu) sebesar 0,668. Maka terjadi

uji diskriminan validitas yang baik pada X3.2.1 karena nilai

korelasi indikator terhadap variabelnya X3.2 (Attitude terhadap

hedonic benefit) lebih tinggi dibandingkan korelasi indikator

terhadap variabel-variabel yang lain.

14) X3.2.2 (Indikator pertanyaan tentang memberi kesan

terhadap orang lain)

Page 103: PENGARUH RELIGIOSITAS, ETIKA, DAN ATTITUDE TERHADAP ...

88

Loading factor X3.2.2 (Indikator tentang memberi kesan

terhadap orang lain) dengan variabelnya yaitu X3.2 (Attitude

terhadap hedonic benefit) memiliki nilai korelasi sebesar 0,940

yang lebih besar dibandingkan loading factor variabel lain yaitu

X1 (Religiositas) sebesar -0,056 ; X2 (Etika Relativisme dan

Idealisme) sebesar 0,493 dan -0,065 ; X3.1 (Attitude terhadap

economic benefit) sebesar 0,539 ; dan Y (Intensi membeli

produk palsu) sebesar 0,596. Maka terjadi uji diskriminan

validitas yang baik pada X3.2.2 karena nilai korelasi indikator

terhadap variabelnya X3.2 (Attitude terhadap hedonic benefit)

lebih tinggi dibandingkan korelasi indikator terhadap variabel-

variabel yang lain.

15) X3.2.3 (Indikator pertanyaan tentang membanggakan

produk palsu)

Loading factor X3.2.3 (Indikator tentang membanggakan

produk palsu) dengan variabelnya yaitu X3.2 (Attitude

terhadap hedonic benefit) memiliki nilai korelasi sebesar 0,930

yang lebih besar dibandingkan loading factor variabel lain yaitu

X1 (Religiositas) sebesar -0,057 ; X2 (Etika Relativisme dan

Idealisme) sebesar 0,444 dan -0,069 ; X3.1 (Attitude terhadap

economic benefit) sebesar 0,502 ; dan Y (Intensi membeli

produk palsu) sebesar 0,617. Maka terjadi uji diskriminan

validitas yang baik pada X3.2.3 karena nilai korelasi indikator

Page 104: PENGARUH RELIGIOSITAS, ETIKA, DAN ATTITUDE TERHADAP ...

89

terhadap variabelnya X3.2 (Attitude terhadap hedonic benefit)

lebih tinggi dibandingkan korelasi indikator terhadap variabel-

variabel yang lain

16) Y1.1 (Indikator pertanyaan tentang kemauan dalam diri)

Loading factor Y1.1 (Indikator pertanyaan tentang

kemauan dalam diri) dengan variabelnya yaitu Y (Intensi

membeli produk palsu) memiliki nilai korelasi sebesar 0,877

yang lebih besar dibandingkan loading factor variabel lain yaitu

X1 (Religiositas) sebesar -0,114 ; X2 (Etika relativisme dan

idealisme) sebesar 0,560 dan -0,202 ; dan X3 (Attitude

terhadap economic benefit dan hedonic benefit) sebesar 0,641

dan 0,688. Maka terjadi uji diskriminan validitas yang baik

pada Y1.1 karena nilai korelasi indikator terhadap variabelnya

Y (Intensi membeli produk palsu) lebih tinggi dibandingkan

korelasi indikator terhadap variabel-variabel yang lain.

17) Y1.2 (Indikator pertanyaan tentang tidak ada unsur

keterpaksaan)

Loading factor Y1.2 (Indikator pertanyaan tentang tidak

ada unsur keterpaksaan) dengan variabelnya yaitu Y (Intensi

membeli produk palsu) memiliki nilai korelasi sebesar 0,892

yang lebih besar dibandingkan loading factor variabel lain yaitu

X1 (Religiositas) sebesar -0,033 ; X2 (Etika relativisme dan

idealisme) sebesar 0,565 dan -0,140 ; dan X3 (Attitude

Page 105: PENGARUH RELIGIOSITAS, ETIKA, DAN ATTITUDE TERHADAP ...

90

terhadap economic benefit dan hedonic benefit) sebesar 0,607

dan 0,481. Maka terjadi uji diskriminan validitas yang baik

pada Y1.2 karena nilai korelasi indikator terhadap variabelnya

Y (Intensi membeli produk palsu) lebih tinggi dibandingkan

korelasi indikator terhadap variabel-variabel yang lain.

18) Y1.3 (Indikator pertanyaan tentang pengalaman

menyenangkan)

Loading factor Y1.3 (Indikator pertanyaan tentang

pengalaman menyenangkan) dengan variabelnya yaitu Y

(Intensi membeli produk palsu) memiliki nilai korelasi sebesar

0,894 yang lebih besar dibandingkan loading factor variabel

lain yaitu X1 (Religiositas) sebesar -0,176 ; X2 (Etika

relativisme dan idealisme) sebesar 0,657 dan -0,259 ; dan X3

(Attitude terhadap economic benefit dan hedonic benefit)

sebesar 0,626 dan 0,601. Maka terjadi uji diskriminan validitas

yang baik pada Y1.3 karena nilai korelasi indikator terhadap

variabelnya Y (Intensi membeli produk palsu) lebih tinggi

dibandingkan korelasi indikator terhadap variabel-variabel

yang lain.

2. Uji Reabilitas

Untuk mengetahui uji realibilitas dengan melihat nilai composite

realibility dan cronbach‟s alpha dimana suatu variabel dapat dikatakan

memenuhi composite realibility dan cronbach‟s alpha jika memiliki

Page 106: PENGARUH RELIGIOSITAS, ETIKA, DAN ATTITUDE TERHADAP ...

91

nilai > 0.70 (Eisingerich & Rubera, 2010). Berikut dapat dilihat pada

tabel 4.8 Untuk melihat nilai composite realibility dan cronbach‟s

alpha dari setiap variabel.

Tabel 4.9 Composite Reability dan Cronbach‟s alpha

Variabel Composite Reability Cronbach‟s alpha

X1 (Religiositas) 0,912 0,878

X2.1 (Etika Relativisme) 0,913 0,856

X2.2 (Etika Idealisme) 0,891 0,766

X3.1 (Attitude terhadap

Economic Benefit)

0,900 0,832

X3.2 (Attitude terhadap

Hedonic Benefit)

0,945 0,913

Y (Intensi Membeli

Produk Palsu)

0,904 0,842

Sumber: Hasil Pengolahan SmartPLS

Berdasarkan data tabel 4.9 di atas, dapat dilihat bahwa nilai

composite realibility dan cronbach‟s alpha semua variabel penelitian

bernilai lebih dari 0,7 (Eisingerich & Rubera, 2010). Hasil tersebut

menunjukan bahwa semua variabel sudah memenuhi syarat composite

realibility dan cronbach‟s alpha yang baik sehingga dapat

disimpulkan semua variabel dalam penelitian ini memiliki tingkat

realibilitas yang sesuai.

Page 107: PENGARUH RELIGIOSITAS, ETIKA, DAN ATTITUDE TERHADAP ...

92

C. Evaluasi Model Struktural (inner model)

1) Nilai R – Square

R-Square digunakan untuk mengetahui didalam sebuah penelitian

seberapa besar suatu variabel eksogen menjelaskan variabel

endogennya.

Tabel 4.10 Nilai R-Square

R-Square

Y (Intensi Konsumen Membeli

Produk Palsu)

0,667

Sumber: Hasil Pengolahan SmartPLS

Tabel 4.10 menunjukkan bahwa variabel Y (Intensi Konsumen

Membeli Produk Palsu) mampu dijelaskan oleh variabel religiositas,

etika dan Attitude sebesar 66,7 % dan sisanya sebanyak 33,3 %

dijelaskan oleh variabel lain.

2) Nilai Path Coefficient

Untuk pengujian signifikansi variabel dan pengujian hipotesis

dapat dilakukan dengan melakukan kalkulasi bootstrapping kemudian

dengan melihat tabel path coefficient yang terdiri dari T-statistic, P-

values, dan Original Sample.

Gambar 4.3 Hasil PLS Bootstrapping

Page 108: PENGARUH RELIGIOSITAS, ETIKA, DAN ATTITUDE TERHADAP ...

93

Sumber: Hasil Pengolahan SmartPLS

Selanjutnya melihat nilai T-Satistics dan nilai P-Values pada

bagian Path Coefficient. Variabel eksogen memiliki pengaruh yang

signifikansi terhadap variabel endogen apabila nilai T - statistik lebih

besar dari pada nilai T - tabel (1,96), dan Hipotesis dalam sebuah

penelitian dapat diterima apabila nilai P-Values < 0,05 (Yamin &

Kurniawan, 2011).

Tabel 4.11 Path Coefficient

Original

Sample (O)

T Statistic

(|O/STDEV|)

P Values

X1 (Religiositas) ->

Y (Intensi Konsumen

Membeli Produk

Palsu)

0,094 1,145 0,253

Page 109: PENGARUH RELIGIOSITAS, ETIKA, DAN ATTITUDE TERHADAP ...

94

X2 (Etika

Relativisme) -> Y

(Intensi Konsumen

Membeli Produk

Palsu)

0,247 2,837 0,005

X2 (Etika Idealisme)

-> Y (Intensi

Konsumen Membeli

Produk Palsu)

-0,153 1,640 0,102

X3 (Attitude

terhadap Economic

Benefit) -> Y (Intensi

Konsumen Membeli

Produk Palsu)

0,332 3,342 0,001

X3 (Attitude

terhadap Hedonic

Benefit) ) -> Y

(Intensi Konsumen

Membeli Produk

Palsu)

0,347 4,518 0,000

Sumber: Hasil Pengolahan SmartPLS

a) Religiositas

Pada tabel 4.11 terlihat bahwa hubungan antara Religiositas

(X1) terhadap Intensi Konsumen Membeli Produk Palsu (Y)

memiliki nilai original sample sebesar 0,094 dengan nilai T-

Statistics 1,145 < T-Table (1,96), dan P-Values sebesar 0,253.

Artinya religiositas (X1) memiliki hubungan yang tidak

signifikan dan negatif terhadap Intensi Konsumen Membeli

Produk Palsu (Y). Maka dari itu H01 diterima.

b) Etika

Pada tabel 4.11 terlihat bahwa hubungan antara Etika

Relativisme (X2.1) terhadap Intensi Konsumen Membeli

Page 110: PENGARUH RELIGIOSITAS, ETIKA, DAN ATTITUDE TERHADAP ...

95

Produk Palsu (Y) memiliki nilai original sample sebesar 0,247

dengan nilai T-Statistics 2,837 > T-Table (1,96), dan P-Values

sebesar 0,005. Artinya Etika Relativisme (X2.1) memiliki

hubungan yang signifikan dan positif terhadap Intensi

Konsumen Membeli Produk Palsu (Y). Sedangkan, Etika

Idealisme (X2.2) terhadap Intensi Konsumen Membeli Produk

Palsu (Y) memiliki nilai original sample sebesar -0,153 dengan

nilai T-Statistics 1,640 < T-Table (1,96), dan P-Values sebesar

0,102. Artinya Etika Idealisme (X2.2) memiliki hubungan yang

tidak signifikan dan negatif terhadap Intensi Konsumen

Membeli Produk Palsu (Y). Maka dari itu H02 ditolak.

c) Attitude

Pada tabel 4.11 terlihat bahwa hubungan antara Attitude

terhadap Economic Benefit (X3.1) terhadap Intensi Konsumen

Membeli Produk Palsu (Y) memiliki nilai original sample

sebesar 0,332 dengan nilai T-Statistics 3,342 > T-Table (1,96),

dan P-Values sebesar 0,001. Artinya Attitude terhadap

Economic Benefit (X3.1) memiliki hubungan yang signifikan

dan positif terhadap Intensi Konsumen Membeli Produk Palsu

(Y). Dan juga Attitude terhadap Hedonic Benefit (X3.2)

terhadap Intensi Konsumen Membeli Produk Palsu (Y)

memiliki nilai original sample sebesar 0,347 dengan nilai T-

Statistics 4,518 > T-Table (1,96), dan P-Values sebesar 0,000.

Page 111: PENGARUH RELIGIOSITAS, ETIKA, DAN ATTITUDE TERHADAP ...

96

Artinya Attitude terhadap Hedonic Benefit (X3.2) memiliki

hubungan yang signifikan dan positif terhadap Intensi

Konsumen Membeli Produk Palsu (Y). Maka dari itu H03

ditolak.

Berdasarkan hasil original sample yang didapatkan dari Tabel 4.11

dapat dibuat suatu persamaan sebagai berikut:

Y = 0,094 X1+ 0,247 X2.1 – 0,153 X2.2 + 0,332 X3.1 + 0,347 X3.2

Keterangan:

Y : Intensi Membeli Produk Palsu

X1 : Religiositas

X2.1 : Etika Relativisme

X2.2 : Etika Idealisme

X3.1 : Attitude terhadap Economic Benefit

X3.2 : Attitude terhadap Hedonic Benefit

Dari persamaan tersebut dapat dijelaskan bahwa:

1) Nilai original sample Religiositas (X1) sebesar 0,094 menunjukan

bahwa jika variabel Religiositas (X1) meningkat sebanyak 1%

maka Intensi Membeli Produk Palsu (Y) akan meningkat sebanyak

0,094.

2) Nilai original sample Etika Relativisme (X1) sebesar 0,247

menunjukan bahwa jika variabel Etika Relativisme (X1)

meningkat sebanyak 1% maka Intensi Membeli Produk Palsu (Y)

akan meningkat sebanyak 0,247.

Page 112: PENGARUH RELIGIOSITAS, ETIKA, DAN ATTITUDE TERHADAP ...

97

3) Nilai original sample Etika Idealisme (X1) sebesar 0,153

menunjukan bahwa jika variabel Etika Idealisme (X1) menurun

sebanyak 1% maka Intensi Membeli Produk Palsu (Y) akan

menurun sebanyak 0,153.

4) Nilai original sample Attitude terhadap Economic Benefit (X1)

sebesar 0,332 menunjukan bahwa jika variabel Attitude terhadap

Economic Benefit (X1) meningkat sebanyak 1% maka Intensi

Membeli Produk Palsu (Y) akan meningkat sebanyak 0,332.

5) Nilai original sample Attitude terhadap Hedonic Benefit (X1)

sebesar 0,347 menunjukan bahwa jika variabel Attitude terhadap

Hedonic Benefit (X1) meningkat sebanyak 1% maka Intensi

Membeli Produk Palsu (Y) akan meningkat sebanyak 0,347.

D. Pembahasan

Berdasarkan hasil dari data yang telah diolah atau diuji, maka

penjabaran dari hasil tersebut adalah sebagai berikut:

1. Pengaruh Religiositas terhadap Intensi Konsumen Muslim dalam

Membeli Produk Palsu.

Pada penelitian ini, hasil data yang telah diolah menunjukkan

bahwa religiositas (X1) tidak terdapat pengaruh signifikan terhadap

intensi konsumen membeli produk palsu (Y). Hal ini berarti tidak ada

korelasi antara religiositas dengan keinginan membeli produk palsu.

Penelitian ini berbanding terbalik dengan penelitian yang telah

Page 113: PENGARUH RELIGIOSITAS, ETIKA, DAN ATTITUDE TERHADAP ...

98

dilakukan oleh Souiden et al., (2018) dengan responden konsumen

Muslim di Tunisia bahwa variabel religiositas berpengaruh signifikan

terhadap intensi membeli produk palsu dalam artian semakin seorang

konsumen religius maka semakin sedikit pula intensi konsumen

tersebut untuk membeli produk palsu.

Namun penelitian ini memiliki hasil yang sejalan dengan penelitian

Arli et al., (2016) di Indonesia, yang mana religiusitas tidak memiliki

korelasi terhadap penggunaan barang mewah yang palsu maupun tidak

palsu. Orang dengan religiusitas yang tinggi akan tetap memiliki niat

atau keinginan untuk membeli produk mewah yang palsu dan masih

memiliki perasaan positif ketika membeli dan menggunakannya (Arli

et al., 2016). Meskipun konsumen hidup dalam masyarakat yang

sangat religius, mereka masih memegang keyakinan bahwa kebahagian

disebabkan karena kepuasan dalam mendapatkan lebih banyak barang

yang diinginkan (Swinyard, Kau, & Phua, 2001).

Sama halnya dengan penelitian Lu & Lu, (2010) yang dilakukan di

Indonesia menunjukkan bahwa orang yang religius terutama bergama

Islam secara signifikan tidak berbeda dari agama yang lainnya dalam

hal keputusan etis konsumen terhadap membeli produk palsu. Pada

umumnya mereka merasa bahwa membeli produk palsu bukan

merupakan aktivitas yang salah dan tidak dianggap sebagai isu yang

penting dalam etika konsumen (Lu & Lu, 2010). Mereka kurang

menyadari bahwa perilaku membeli produk bajakan seperti film,

Page 114: PENGARUH RELIGIOSITAS, ETIKA, DAN ATTITUDE TERHADAP ...

99

software, buku, dan lain-lain dapat merugikan orang lain dan tidak etis

(Lu & Lu, 2010), yang mungkin dapat menjelaskan mengapa

pembajakan melalui internet seperti software, e-book, dan sebagainya

ironisnya berkembang cukup baik di negara-negara yang sangat

religius seperti Indonesia (Casidy, Phau, & Lwin, 2016).

2. Pengaruh Etika terhadap Intensi Konsumen Muslim dalam

Membeli Produk Palsu.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa etika relativisme

memiliki pengaruh yang signifikan dan positif terhadap intensi

konsumen Muslim dalam membeli produk palsu. Hasil tersebut sejalan

dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Souiden et al., (2018)

dimana variabel etika berpengaruh positif terhadap intensi konsumen

Muslim Tunisia dalam membeli produk palsu. Etika yang berpengaruh

positif dalam penelitian Souiden et al., (2018) adalah etika relativisme

yang berarti seseorang dengan relativisme yang tinggi memiliki intensi

membeli produk palsu yang tinggi juga.

Sebagaimana telah dijelaskan pada bab 2, individu yang menganut

paham etika relativisme diartikan sebagai individu yang percaya

bahwa moral itu bersifat subyektif dan berbeda-beda antara individu

satu dengan lainnya. Menurut penelitian Lu & Lu, (2010) ditemukan

juga bahwa konsumen yang beretika relativisme cenderung terlibat

dalam perilaku pembajakan. Hal ini disebabkan karena mereka lebih

Page 115: PENGARUH RELIGIOSITAS, ETIKA, DAN ATTITUDE TERHADAP ...

100

fleksibel dan tidak terlalu terikat dengan peraturan, termasuk mengenai

pembelian produk palsu (Paolillo & Vitell, 2003).

Dalam hal etika idealisme, dapat diartikan bahwa individu yang

menganut paham idealisme percaya bahwa sikap perilaku seseorang

tidak boleh melanggar nilai-nilai etika moral dan tidak dapat membuat

kerugian pada orang lain (Forsyth, 1980). Penelitian ini sejalan dengan

penelitian Souiden et al., (2018) yang mengatakan bahwa etika

idealisme tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap intensi muslim

dalam membeli produk palsu. Begitupun pada penelitian Li & Seaton

(2015) dan Souiden et al., (2018) yang menunjukan bahwa konsumen

yang menganut paham idealis dalam beberapa hal tertentu karena

pengaruh budaya disekitarnya menjadi lebih individualis dan kurang

aware terhadap larangan mengonsumsi produk palsu.

3. Pengaruh Attitude terhadap Intensi Konsumen Muslim dalam

Membeli Produk Palsu

Variabel attitude dalam penelitian ini ternyata berpengaruh

signifikan dan positif terhadap intensi konsumen Muslim dalam

membeli produk palsu. Sebagaimana telah dijelaskan pada bab 2,

Attitude terhadap economic benefit diartikan sebagai persepsi

konsumen dalam membeli barang bajakan atau palsu karena harga

barang-barang tersebut lebih murah dibandingkan dengan barang yang

asli (Bian & Moutinho, 2009). Sedangkan Attitude terhadap hedonic

Page 116: PENGARUH RELIGIOSITAS, ETIKA, DAN ATTITUDE TERHADAP ...

101

benefit adalah persepsi konsumen ketika melakukan pembelian dan

mengkonsumsi produk palsu dapat memberikan emosi kesenangan dan

kepuasan untuk batin maupun status sosial konsumen (Yoo & Lee,

2009).

Hasil penelitian tersebut memiliki kesamaan dengan hasil

penelitian yang telah dilakukan oleh Souiden et al., (2018) yaitu

Attitude atau sikap terhadap economic benefit maupun hedonic benefit

memiliki pengaruh yang signifikan terhadap intensi konsumen Muslim

Tunisia dalam membeli produk palsu, yang berarti semakin tinggi

aspek economic dan hedonic benefit konsumen maka semakin tinggi

pula intensi membeli produk palsunya. Yoo & Lee (2009) juga

berpendapat bahwa economic dan hedonic benefit merupakan penentu

utama niat konsumen membeli produk palsu. Penelitian Lianto (2015)

juga mengungkapkan bahwa Konsumen Indonesia memiliki hubungan

positif antara sikap pada produk palsu dengan mempertimbangkan

manfaat hedonis dan ekonomis terhadap niat membeli produk palsu.

Hal ini disebabkan karena penentu utama niat konsumen dalam

membeli produk palsu adalah karena attitude terhadap economic

benefit seperti harga produk palsu yang lebih rendah dari pada produk

aslinya, kesempatan dari produk palsu yang lebih mudah didapat

daripada produk asli, dan ketidakmampuan konsumen untuk membeli

produk asli karena pendapatan yang terbatas (Yoo & Lee, 2009).

Page 117: PENGARUH RELIGIOSITAS, ETIKA, DAN ATTITUDE TERHADAP ...

102

Adapun penyebab konsumen yang memiliki preferensi attitude

terhadap hedonic benefit memiliki beberapa alasan seperti

mengutamakan nama atau popularitas merek dari produk asli namun

dengan harga yang lebih affordable, gaya hidup konsumen, keperluan

status sosial, dan juga persepsi harga diri atau gengsi (Ergin, 2010).

Page 118: PENGARUH RELIGIOSITAS, ETIKA, DAN ATTITUDE TERHADAP ...

103

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis dan pembahasan data mengenasi intensi

konsumen Muslim membeli produk palsu maka dapat ditarik kesimpulan

sebagai berikut:

1. Religiositas tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap intensi

konsumen Muslim dalam membeli produk palsu. Hal ini menunjukkan

bahwa responden yang religius belum tentu menghindari perilaku

membeli produk palsu dikarenakan masih menganggap perilaku

tersebut tidak memiliki korelasi dengan tingkat religiusitas seseorang.

Hal ini disebabkan karena kurangnya kesadaran dan pengetahuan

tentang hukum mengonsumsi produk palsu dalam pandangan Islam.

Pada umumnya mereka merasa bahwa membeli produk palsu bukan

merupakan aktivitas yang salah dan tidak dianggap sebagai isu yang

penting dalam etika konsumen karena sudah menjadi preferensi

pemilihan produk yang disukai saja dan pengaruh dari kebiasaan orang

sekitarnya.

2. Etika memiliki pengaruh signifikan dan positif dalam aspek

relativisme terhadap intensi konsumen Muslim dalam membeli produk

palsu, sedangkan etika dalam aspek idealisme tidak memiliki pengaruh

signifikan terhadap intensi konsumen Muslim dalam membeli produk

palsu. Hal ini dikarenakan konsumen cenderung mementingkan

Page 119: PENGARUH RELIGIOSITAS, ETIKA, DAN ATTITUDE TERHADAP ...

104

keinginan diri sendirinya terpenuhi dan kurang memikirkan akibat

kerugian yang dialami orang lain atau produsen produk asli. Semakin

relativistis etika seorang konsumen, maka semakin tinggi niat membeli

produk palsunya, sedangkan etika idealis konsumen tidak

mempengaruhi sikap konsumen terhadap niatnya membeli produk

palsu. Hal ini disebabkan karena konsumen hanya membeli produk

yang rasa nyaman, baik palsu ataupun tidak, tidak pernah peduli

dengan pendapat orang lain, membeli produk palsu tergantung pada

kondisi tempat, situasi, dan penerapannya, dan standar moral bagi tiap

individu terhadap aturan produk palsu itu berbeda-beda menurut

mereka.

3. Attitude terhadap economic benefit maupun hedonic benefit memiliki

pengaruh signifikan dan positif dalam aspek terhadap intensi

konsumen Muslim dalam membeli produk palsu. Semakin tinggi sikap

pada produk palsu dengan mempertimbangkan aspek economic dan

hedonic benefit, semakin tinggi pula intensi konsumen tersebut dalam

membeli produk palsu. Hal ini dikarenakan responden menganggap

konsumen membeli produk palsu untuk memenuhi gaya hidup, emosi

kesenangan atau kebahagiaan, status sosial, dan barang yang terkenal

bermerek mewah dengan harga yang lebih ekonomis.

Page 120: PENGARUH RELIGIOSITAS, ETIKA, DAN ATTITUDE TERHADAP ...

105

B. Implikasi Manajerial

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, maraknya produk palsu

merupakan fenomena global dan dapat merugikan berbagai jenis industri

seperti industri software, buku, fashion, dan lain-lain. Indonesia juga

menjadi salah satu yang berkontribusi terhadap adanya kerugian tersebut,

ditunjukkan dengan tingkat pembajakan produk beserta kerugian yang

dihasilkan. Hal ini tentunya memberikan pertanyaan karena Indonesia

merupakan negara dengan penduduk Muslim terbesar di dunia. Besarnya

populasi Muslim di Indonesia tentu dapat mempengaruhi sikap dan

tindakan seorang Muslim terhadap pemalsuan atau pembajakan. Sebagai

contoh, seorang Muslim seharusnya tidak membeli produk palsu apabila

hal ini dilarang dalam agama, dimana hal ini dituang dalam fatwa yang

dikeluarkan oleh Majelis Ulama Indonesia. Namun, faktanya tidak semua

mengikuti fatwa.

Oleh karena itu, melalui hasil penelitian ini, maka analisis

implikasi manajerial untuk mencegah seorang Muslim dalam membeli

produk palsu, beberapa pihak yang terlibat seperti pemerintah dan dan

industri yang dirugikan adalah:

1. Berdasarkan hasil penelitian dari variabel religiositas yang tidak

berpengaruh terhadap intensi konsumen muslim dalam membeli

produk palsu, implikasinya adalah berkaitan dengan MUI yang dapat

memperhatikan lebih kebiasaan atau habit Muslim yang telah

mendarah daging dalam perilaku pemalsuan atau pembajakan di

Page 121: PENGARUH RELIGIOSITAS, ETIKA, DAN ATTITUDE TERHADAP ...

106

Indonesia dengan menggunakan otoritas MUI dalam memanfaatkan

ustadz-ustadz dan pemuka agama Islam untuk melakukan sosialisasi

dan edukasi dengan menyebarkan ajaran Islam secara intens bahwa

baik membajak produk ataupun membeli produk palsu adalah tindakan

yang dilarang dalam agama. Para ustadz, pemuka agama, pengajar-

pengajar ekonomi syariah lainnya dapat menyampaikan materi ini

dalam kajian-kajian agama, diskusi dalam kelas, dan memanfaatkan

media yang ada seperti media sosial yang mereka miliki. Pemerintah

juga dapat mengubah kebiasaan pembajakan dengan mengadakan

kurikulum untuk mengatasi permasalahan ini pada sekolah-sekolah

sehingga konsumen Muslim sedari kecil sudah menyadari bahwa

membeli maupun memalsukan produk dapat merugikan negara serta

tindakan yang dilarang secara agama.

2. Berdasarkan hasil penelitian dari variabel etika, pemerintah dapat

mencegah kebiasaan masyarakat Indonesia generasi selanjutnya dalam

hal pemalsuan produk melalui sosialisasi lebih giat lagi mengenai

hukum membeli dan menjual produk palsu secara menyeluruh bagi

produsen dan konsumen. Pemerintah secara langsung melakukan

menindak Dengan begitu, masyarakat mungkin akan lebih jera dan

berpikir dua kali dalam melakukan tindakan pemalsuan karena adanya

pengetahuan hukuman tersebut. Pakar-pakar ekonomi termasuk

ekonomi syariah juga dapat menghimbau dan melakukan edukasi

Page 122: PENGARUH RELIGIOSITAS, ETIKA, DAN ATTITUDE TERHADAP ...

107

secara langsung mengenai hukum-hukum konsumsi dan produksi

barang palsu.

3. Dilihat dari hasil penelitian mengenai variabel Attitude, implikasinya

berhubungan dengan Pemerintah juga dapat melakukan sosialisasi dan

edukasi secara langsung kepada publik mengenai risiko-risiko yang

akan muncul ketika melakukan pembelian produk palsu. Sebagai

contohnya adalah dengan menyelenggarakan seminar atau diskusi

terbuka tentang produk palsu, kemudian memanfaatkan sosial media

dan mengajak public figure, dan orang berpengaruh lainnya untuk

mengajak masyarakat melawan tindakan pemalsuan dan pembajakan.

Tiap-tiap individu masyarakat juga harus bertanggung jawab untuk

mulai menjauhi kebiasaan menggunakan produk palsu, dan

menggantinya dengan produk lokal yang kualitasnya tidak kalah bagus

seperti dan tentunya dengan harga yang lebih terjangkau. Masyarakat

juga harus menyadari bahwa perilaku membeli produk palsu memiliki

risiko-risiko yang tidak diinginkan, seperti barang tidak awet, mudah

rusak, apabila software komputer dan sejenisnya dapat terkena virus

dan hack, dan lain-lain. Masyarakat harus memahami hal ini dengan

benar hingga akhirnya mereka memiliki keinginan untuk berhenti dari

kebiasaan menggunakan produk palsu.

Page 123: PENGARUH RELIGIOSITAS, ETIKA, DAN ATTITUDE TERHADAP ...

108

C. Saran

Berdasarkan hasil kesimpulan yang telah dipaparkan, maka ada

beberapa saran bagi penelitian selanjutnya sebagai berikut:

1. Sebaiknya penelitian selanjutnya lebih mempertimbangkan pembagian

responden berdasarkan pendapatan atau penghasilan, melihat

karakteristik jenis pasar produk palsu yang dibeli konsumen, dan

mempertimbangkan responden yang memang rajin mengikuti kajian

atau ceramah.

2. Penelitian selanjutnya dapat menambahkan dimensi risiko untuk

mendapatkan hasil penelitian yang lebih baik, seperti risiko keuangan

yang dapat mengukur keterlibatan uang dan materi dalam tindakan

pembelian produk palsu.

3. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat meneliti sasaran objek

penelitian yang lebih luas dengan variabel-variabel yang berbeda dan

beragam, sebab masih ada variabel-variabel lain yang mempengaruhi

persepsi Muslim mengenai intensi pembelian produk palsu diluar dari

variabel-variabel yang digunakan pada penelitian ini.

Page 124: PENGARUH RELIGIOSITAS, ETIKA, DAN ATTITUDE TERHADAP ...

109

DAFTAR PUSTAKA

Abdul, M., Ismail, H., Hashim, H., & Johari, J. (2009). Consumer decision

making process in shopping for halal food in Malaysia. China-USA Business

Review, 8(9), 40–48.

Ahmad Alserhan, B., & Ahmad Alserhan, Z. (2012). Researching Muslim

consumers: do they represent the fourth-billion consumer segment? Journal

of Islamic Marketing, 3(2), 121–138.

https://doi.org/10.1108/17590831211232546

Ajzen, I. (1991). The Theory of Planned Behavior. Organizational Behavior and

Human Decision Processes, 50, 179–211.

https://doi.org/10.1080/10410236.2018.1493416

Alserhan, B. A. (2010). On Islamic branding: Brands as good deeds. Journal of

Islamic Marketing, 1(2), 101–106.

https://doi.org/10.1108/17590831011055842

Ang, S. H., Cheng, P. S., Lim, E. A. C., & Tambyah, S. K. (2001). Spot the

difference: Consumer responses towards counterfeits. Journal of Consumer

Marketing, 18(3), 219–233. https://doi.org/10.1108/07363760110392967

Anoraga, Pandji. 2000. Manajemen Bisnis. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

APJII. (2018). Penetrasi & Profil Perilaku Pengguna Internet Indonesia. Apjii, 51.

Retrieved from www.apjii.or.id

Page 125: PENGARUH RELIGIOSITAS, ETIKA, DAN ATTITUDE TERHADAP ...

110

Arli, D., Cherrier, H., & Tjiptono, F. (2016). God Blesses Those Who Wear

Prada : Exploring the Impact of Religiousness on Attitudes toward Luxury

among the Youth of Indonesia. Marketing Intelligence & Planning, 34(1).

https://doi.org/http://dx.doi.org/10.1108/MIP-12-2014-0232

Badan Pusat Statistik. (2020a). Proyeksi Penduduk Kabupaten/Kota Provinsi DKI

Jakarta.

Badan Pusat Statistik. (2020b). Statistik Pemuda Indonesia 2020. Jakarta.

Bakar, A., Lee, R., & Rungie, C. (2013). The effects of religious symbols in

product packaging on Muslim consumer responses. Australasian Marketing

Journal, 21(3), 198–204. https://doi.org/10.1016/j.ausmj.2013.07.002

Bappeda DKI Jakarta. (2018). RPJMD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2017-2022.

(2018), 1–167. Retrieved from

https://bappeda.jakarta.go.id/uploads/document/2018-05-

28/63/63__Bab_2_RPJMD_DKI_2022.pdf

BASCAP. (2011). Estimating the global economic and social impacts of

counterfeiting and piracy.

BASCAP. (2016). THE ECONOMIC IMPACTS OF COUNTERFEITING AND

PIRACY Report prepared for BASCAP and INTA The economic impacts of

counterfeiting and piracy.

Beekun, R. I., & Badawi, J. A. (2005). Balancing ethical responsibility among

multiple organizational stakeholders: The Islamic perspective. Journal of

Page 126: PENGARUH RELIGIOSITAS, ETIKA, DAN ATTITUDE TERHADAP ...

111

Business Ethics, 60(2), 131–145. https://doi.org/10.1007/s10551-004-8204-5

Beng-Huat, C. (2000). Consumption in Asia: Lifestyle and Identities. New York:

Routledge

Bian, X., & Moutinho, L. (2009). An investigation of determinants of counterfeit

purchase consideration. Journal of Business Research, 62(3), 368–378.

https://doi.org/10.1016/j.jbusres.2008.05.012

Bidang Pengolahan dan Analisis Data Ketenagakerjaan. (2020). Ketenagakerjaan

Dalam Data Jilid 2. Retrieved from https://satudata.kemnaker.go.id

Casidy, R., Lwin, M., & Phau, I. (2017). Investigating the role of religiosity as a

deterrent against digital piracy. Marketing Intelligence and Planning, 35(1),

62–80. https://doi.org/10.1108/MIP-11-2015-0221

Casidy, R., Phau, I., & Lwin, M. (2016). Religiosity and Digital Piracy: An

Empirical Examination. Services Marketing Quarterly, 37(1), 1–13.

https://doi.org/10.1080/15332969.2015.1112172

Cesareo, L., & Pastore, A. (2014). Consumers‟ attitude and behavior towards

online music piracy and subscription-based services. Journal of Consumer

Marketing, 31(6–7), 515–525. https://doi.org/10.1108/JCM-07-2014-1070

Chandon, P., Wansink, B., & Laurent, G. (2000). A Benefit Congruency

Framework of Sales Promotion Effectiveness. Journal of Marketing, 65–81.

Chang, M. K. (1998). Predicting unethical behavior: A comparison of the theory

Page 127: PENGARUH RELIGIOSITAS, ETIKA, DAN ATTITUDE TERHADAP ...

112

of reasoned action and the theory of planned behavior. Journal of Business

Ethics, 17, 1825–1834. https://doi.org/10.1023/A:1005721401993

Chitturi, R., Raghunathan, R., & Mahajan, V. (2008). Delight by Design : The

Role of Hedonic Versus Utilitarian Benefits. 72(May), 48–63.

Cooper, D., & Schindler, P. (2014). Business research methods.

d‟Astous, A., Colbert, F., & Montpetit, D. (2005). Music piracy on the web - How

effective are anti-piracy arguments? Evidence from the theory of planned

behaviour. Journal of Consumer Policy, 28(3), 289–310.

https://doi.org/10.1007/s10603-005-8489-5

Eisingerich, A. B., & Rubera, G. (2010). Drivers of brand commitment: A cross-

national investigation. Journal of International Marketing, 18(2), 64–79.

https://doi.org/10.1509/jimk.18.2.64

Ergin, E. A. (2010). The rise in the sales of counterfeit brands: The case of

Turkish consumers. African Journal of Business Management, 4(10), 2181–

2186.

Fenitra, R. M., & Haryanto, B. (2020). Factors Affecting Young Indonesian‟s

Intention to Purchase Counterfeit Luxury Goods. Jurnal Dinamika

Manajemen, 10(2), 289–283. https://doi.org/10.15294/jdm.v10i2.18573

Fishbein, M., & Ajzen, I. (1975). Fishbein & Ajzen (1975). Belief, Attitude,

Intention and Behaviour; An Introduction to Theory and Research. Retrieved

from http://people.umass.edu/aizen/f&a1975.html

Page 128: PENGARUH RELIGIOSITAS, ETIKA, DAN ATTITUDE TERHADAP ...

113

Forsyth, D. R. (1980). A Taxonomy of Ethical Ideologies. Journal of Personality

and Social Psychology, 39(1), 175–184. https://doi.org/10.2307/524528

Fraedrich, J. P. (1993). The ethical behavior of retail managers. Journal of

Business Ethics, 12(3), 207–218. https://doi.org/10.1007/BF01686448

Francis, J. E., Burgess, L., & Lu, M. (2015). Hip to be cool: A Gen y view of

counterfeit luxury products. Journal of Brand Management, 1–15.

https://doi.org/10.1057/bm.2015.31

Ghozali, Imam., 2008, Structural Equation Modeling Metode Alternatif dengan

Partial Least Square (PLS), Semarang: Badan Penerbit Universitas

Diponegoro.

Ghozali, Imam dan Latan, Hengky. (2015). Partial Least Square Konsep Teknik

dan Aplikasi Menggunakan Program SmartPLS 3.0 (2nd Edition). Semarang:

Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Hair, J. F., Black, W. C., Babin, B. J., & Anderson, R. E. (2010). Multivariate

Data Analysis.

Hartman, P., Laura dan Desjardins, Joe. (2011). Etika Bisnis, Jakarta: Erlangga

Hartono, Hasyim, S. (2011). The Council of Indonesian Ulama (Majelis Ulama

Indonesia, MUI) and Religious Freedom. Irasec‟s Discussion Papers, (12),

1–26.

Hasyim, S. (2015). Majelis Ulama Indonesia and pluralism in Indonesia.

Page 129: PENGARUH RELIGIOSITAS, ETIKA, DAN ATTITUDE TERHADAP ...

114

Philosophy and Social Criticism, 41(4–5), 487–495.

https://doi.org/10.1177/0191453714566547

Hendrian, & Patiro, S. P. S. (2019). Faktor-Faktor Psikologis Penentu Niat Ibu-

Ibu Rumah Tangga di Indonesia untuk Membeli Produk Tiruan/Palsu. Jurnal

Ilmiah Manajemen, 9(1), 88–108.

Howard, I.A. (1989). Consumer behavior in marketing strategy. New Jersey:

Barson Prentice Hall.

Husna, A. (2019). Komodifikasi Agama: Pergeseran Praktik Bisnis dan

Kemunculan Kelas Menengah Muslim. Jurnal Komunikasi Global, 7(2),

227–239. https://doi.org/10.24815/jkg.v7i2.12050

Hussein, A. S. (2015). Penelitian Bisnis dan Manajemen Menggunakan Partial

Least Squares dengan SmartPLS 3.0. Universitas Brawijaya, 1, 1–19.

https://doi.org/10.1023/A:1023202519395

Ilter, B., Bayraktaroglu, G., & Ipek, I. (2017). Impact of Islamic religiosity on

materialistic values in Turkey. Journal of Islamic Marketing, 8(4), 533–557.

https://doi.org/10.1108/JIMA-12-2015-0092

Islam, T., & Chandrasekaran, U. (2015). Religiosity and Ecologically Conscious

Consumption Behaviour. Asian Journal of Business Research, 5(2), 18–30.

https://doi.org/10.14707/ajbr.150014

K, Anastasia Devi. N, Hari Susanta. Dewi, R. S. (2012). PENGARUH CITRA

MEREK, HARGA DAN GAYA HIDUP TERHADAP KEPUTUSAN

Page 130: PENGARUH RELIGIOSITAS, ETIKA, DAN ATTITUDE TERHADAP ...

115

PEMBELIAN PRODUK IMITASI ( Studi Kasus Pembelian Tas Imitasi

Louis Vuitton pada Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Diponegoro ). Journal Administrasi Bisnis, 4(1), 1–10. Retrieved

from https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jiab/article/view/7208

Kaufmann, H. R., Petrovici, D. A., Filho, C. G., & Ayres, A. (2016). Identifying

moderators of brand attachment for driving customer purchase intention of

original vs counterfeits of luxury brands. Journal of Business Research,

69(12), 5735–5747. https://doi.org/10.1016/j.jbusres.2016.05.003

Kotler, P., Kartajaya, H., & Setiawan, I. (2010). Marketing 3.0: From Products to

Customers to the Human Spirit. Retrieved from

http://www.biblionet.gr/book/157184/Συλλογικό_έργο/Marketing_3.0

Lee, S. H., & Workman, J. E. (2011). Attitudes Toward Counterfeit Purchases and

Ethical Beliefs Among Korean and American University Students. Family

and Consumer Sciences Research Journal, 39(3), 289–305.

https://doi.org/10.1111/j.1552-3934.2010.02067.x

Li, T., & Seaton, B. (2015). Emerging Consumer Orientation, Ethical Perceptions,

and Purchase Intention in the Counterfeit Smartphone Market in China.

Journal of International Consumer Marketing, 27(1), 27–53.

https://doi.org/10.1080/08961530.2014.967903

Lianto, V. T. (2015). The Impact of Past Behavior , Attitude towards Counterfeit ,

Self Characteristic , and Purchase Intention of Original Crocs towards

Consumer Purchase Intention of Counterfeit Crocs. IBuss Management, 3(2),

Page 131: PENGARUH RELIGIOSITAS, ETIKA, DAN ATTITUDE TERHADAP ...

116

119–130.

Lu, L. C., & Lu, C. J. (2010). Moral philosophy, materialism, and consumer

ethics: An exploratory study in Indonesia. Journal of Business Ethics, 94(2),

193–210. https://doi.org/10.1007/s10551-009-0256-0

Malhotra, N. K. (2010). Marketing Research. In Journal of Chemical Information

and Modeling. https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004

Malhotra, N. K., & Birks, D. F. (2006). An Applied Approach Updated Second

European Edition.

Mardanugraha, E., Wardhani, S., Ismayadi, B., Bergkamp, D., & Yappy, B.

(2014). Economic Impact of Counterfeiting in Indonesia.

Margono, 2004, Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta :Rineka Cipta

Martinelli, I. (2019). Ajaran Islam Tentang Prinsip Dasar Konsumsi Oleh

Konsumen. Jurnal EduTech, 5(1), 76–83.

McDaniel, S. W., & Burnett, J. J. (1990). Consumer religiosity and retail store

evaluative criteria. Journal of the Academy of Marketing Science, 18(2),

101–112. https://doi.org/10.1007/BF02726426

Miyazaki, A. D., Rodriguez, A. A., & Langenderfer, J. (2009). Price, Scarcity,

and Consumer Willingness to Purchase Pirated Media Products. Journal of

Public Policy & Marketing, 28(1), 71–84.

https://doi.org/10.1509/jppm.28.1.71

Page 132: PENGARUH RELIGIOSITAS, ETIKA, DAN ATTITUDE TERHADAP ...

117

Moekijat. 2000. Kamus Manajemen, Bandung, Penerbit CV. Mandar Maju.

MUI. (2005). Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual. 462–471. Retrieved from

http://www.dgip.go.id/images/ki-images/pdf-files/FatwaMUI.pdf

Nagar, K., & Singh, V. P. (2019). Modelling the Effects of Materialism, Ethics

and Variety-Seeking Behaviour on Counterfeit Consumption of Young

Consumers. Global Business Review, 1–14.

https://doi.org/10.1177/0972150918818015

Nuruddin, Amiur, 2002, Dari mana Sumber Hartamu (Renungan tentang Bisnis

Islam dan Ekonomi Syaria), Surabaya: Erlangga.

Paolillo, J. G. P., & Vitell, S. J. (2003). Consumer Ethics: The Role of Religiosity.

Journal of Business Ethics, 46(2), 151–162. Retrieved from

https://link.springer.com/content/pdf/10.1023%2FA%3A1025081005272.pdf

Peace, A. G., Galletta, D. F., & Thong, J. Y. L. (2003). Software Piracy in the

Workplace: A Model and Empirical Test. Journal of Management

Information Systems, 20(1), 153–177.

https://doi.org/10.1080/07421222.2003.11045759

Pekerti, A. A., & Arli, D. (2015). Do Cultural and Generational Cohorts Matter to

Ideologies and Consumer Ethics? A Comparative Study of Australians,

Indonesians, and Indonesian Migrants in Australia. Journal of Business

Ethics, 143(2), 387–404. https://doi.org/10.1007/s10551-015-2777-z

Pew Research Center. (2019). A Changing World: Global Views on Diversity,

Page 133: PENGARUH RELIGIOSITAS, ETIKA, DAN ATTITUDE TERHADAP ...

118

Gender Equality, Family Life and the Importance of Religion People see

more diversity and gender equality happening but say family ties have

weakened FOR MEDIA OR OTHER INQUIRIES. 22(April). Retrieved from

https://www.pewresearch.org/global/wp-

content/uploads/sites/2/2019/04/Pew-Research-Center_Global-Views-of-

Cultural-Change_2019-04-22.pdf

Phau, I., & Liang, J. (2012). Downloading digital video games: predictors,

moderators and consequences. Marketing Intelligence & Planning, 30(7),

740–756. https://doi.org/10.1108/02634501211273832

Phau, I., Lim, A., Liang, J., & Lwin, M. (2014). Engaging in digital piracy of

movies: a theory of planned behaviour approach. Internet Research, 24(2),

246–266. https://doi.org/10.1108/IntR-11-2012-0243

Pujiyono, A. (2006). Teori Konsumsi Islami. 3(2), 196–207.

Quoquab, F., Pahlevan, S., Mohammad, J., & Thurasamy, R. (2017). Factors

affecting consumers‟ intention to purchase counterfeit product: Empirical

study in the Malaysian market. Asia Pacific Journal of Marketing and

Logistics. Retrieved from

http://dx.doi.org/10.1108/13555851011090538%5Cnhttp://dx.doi.org/10.110

8/03090569810216118%5Cnhttp://

Rasheed, A., Farhan, M., Zahid, M., Javed, N., & Rizwan, M. (2014). Customer‟s

Purchase Intention of Counterfeit Mobile Phones in Pakistan. Journal of

Public Administration and Governance, 4(3), 39.

Page 134: PENGARUH RELIGIOSITAS, ETIKA, DAN ATTITUDE TERHADAP ...

119

https://doi.org/10.5296/jpag.v4i3.5848

Republika. (2019). https://nasional.republika.co.id/berita/q0g6w3384/ikapi-

pembajakan-buku-sudah-jadi-industri-di-indonesia

Riquelme, H. E., Mahdi Sayed Abbas, E., & Rios, R. E. (2012). Intention to

purchase fake products in an Islamic country. Education, Business and

Society: Contemporary Middle Eastern Issues, 5(1), 6–22.

https://doi.org/10.1108/17537981211225835

Risch, B. (2013). Behavioral Tendencies behind Online Piracy. Internation

Journal of Humanities and Social Science, 3(2), 276–283.

Rismawaty. 2008. Kepribadian dan Etika Humas. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Saw, S. L., Goh, Y. N., & Isa, S. M. (2015). Exploring consumers‟ intention

toward online hotel reservations: Insights from Malaysia. Problems and

Perspectives in Management, 13(2), 249–257.

Schiffman, L & Kanuk, L. L. 2008. Perilaku Konsumen Edisi 7. Jakarta: Indeks.

Shyan Fam, K., Waller, D. S., & Zafer Erdogan, B. (2004). The influence of

religion on attitudes towards the advertising of controversial products.

European Journal of Marketing, 38(5/6), 537–555.

https://doi.org/10.1108/03090560410529204

Singh, P., & Twalo, T. (2015). Mismanaging unethical behaviour in the

workplace. Journal of Applied Business Research, 31(2), 515–530.

Page 135: PENGARUH RELIGIOSITAS, ETIKA, DAN ATTITUDE TERHADAP ...

120

https://doi.org/10.19030/jabr.v31i2.9150

Skinner, H., Sarpong, D., & White, G. R. T. (2018). Meeting the needs of the

Millennials and Generation Z: gamification in tourism through geocaching.

Journal of Tourism Futures, JTF-12-2017-0060. https://doi.org/10.1108/JTF-

12-2017-0060

Souiden, N., & Jabeur, Y. (2015). The impact of Islamic beliefs on consumers‟

attitudes and purchase intentions of life insurance Nizar Souiden Yosr Jabeur

Article. International Journal of Bank Marketing, 33(4), 423–441.

Souiden, N., Ladhari, R., & Zarrouk Amri, A. (2018). Is buying counterfeit

sinful? Investigation of consumers‟ attitudes and purchase intentions of

counterfeit products in a Muslim country. International Journal of Consumer

Studies, 42(6), 687–703. https://doi.org/10.1111/ijcs.12466

Souiden, N., & Rani, M. (2015). Consumer attitudes and purchase intentions

toward Islamic banks: The influence of religiosity. International Journal of

Bank Marketing, 33(2), 143–161. https://doi.org/10.1108/IJBM-10-2013-

0115

Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Swinyard, W., Kau, A.-K., & Phua, H.-Y. (2001). Happiness, Materialism, and

Religious Experience in the US AND SINGAPORE. Journal of Happiness

Studies, 2(1), 13–32. https://doi.org/10.1023/A:1011596515474

Page 136: PENGARUH RELIGIOSITAS, ETIKA, DAN ATTITUDE TERHADAP ...

121

Taylor, V. A., Halstead, D., & Haynes, P. J. (2010). Consumer responses to

christian religious symbols in advertising. Journal of Advertising, 39(2), 79–

92. https://doi.org/10.2753/JOA0091-3367390206

Taylor, W. Paul (1975). Principles of Ethics: An Introduction

Tsai, Ming-Fang, & Chiou, Jiunn-Rong, Counterfeiting, enforcement and social

welfare, J Econ (2012) 107:1–21

Ullman, J. B., & Bentler, P. M. (2003). Structural Equation Modeling. Handbook

of Psychology.

Umar, H. (2013). Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis. Rajawali.

Usmani, S., & Ejaz, A. (2020). Consumer Buying Attitudes towards Counterfeit

and Green Products: Application of Social Comparison Theory and

Materialism. South Asian Journal of Management Sciences, 14(1), 82–103.

https://doi.org/10.21621/sajms.2020141.05

USTR. (2019). Special 301 Report. (April).

Utama, S. P. (2019). ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MINAT

KONSUMEN DALAM MEMBELI FILM BAJAKAN ( Studi Pada Masyarakat

Di Kota Malang ). 18(1), 24–31.

Utami, P. Widya. (2009). Analisis Faktor-Faktor yang Bepengaruh terhadap

Preferensi dan Perilaku Membeli Produk Bajakan.

Wight, J. B. (2015). Ethics in economics: a critical thinking approach. 1–20.

Page 137: PENGARUH RELIGIOSITAS, ETIKA, DAN ATTITUDE TERHADAP ...

122

Wong, K. K. K.-K. (2013). 28/05 - Partial Least Squares Structural Equation

Modeling (PLS-SEM) Techniques Using SmartPLS. Marketing Bulletin,

24(1), 1–32. Retrieved from http://marketing-

bulletin.massey.ac.nz/v24/mb_v24_t1_wong.pdf%5Cnhttp://www.researchg

ate.net/profile/Ken_Wong10/publication/268449353_Partial_Least_Squares_

Structural_Equation_Modeling_(PLS-

SEM)_Techniques_Using_SmartPLS/links/54773b1b0cf293e2da25e3f3.pdf

Yoo, B., & Lee, S. H. (2009). Buy genuine luxury fashion products or

counterfeits? Advances in Consumer Research, 36, 280–286.

Young, J. R. (2008). On the Web, a Textbook Proliferation of Piracy. Chronicle of

Higher Education, 54(44), 1.

Younus, S., Rasheed, F., & Zia, A. (2015). Identifying the Factors Affecting

Customer Purchase Intention, Global Journal of Management and Business

Research: A Administration and Management, 15(2), 2249-4588.

Yousaf, S., & Malik, M. S. (2013). Evaluating the influences of religiosity and

product involvement level on the consumers. Journal of Islamic Marketing,

4(2), 163–186. https://doi.org/10.1108/17590831311329296

Zhou, L., & Hui, M. K. (2003). Symbolic Value of Foreign Products in the

People‟s Republic of China. Journal of International Marketing, 11(2), 36–

58. https://doi.org/10.1509/jimk.11.2.36.20163

Page 138: PENGARUH RELIGIOSITAS, ETIKA, DAN ATTITUDE TERHADAP ...

123

Lampiran 1

KUESIONER PENELITIAN PENGARUH RELIGIOSITAS, ETIKA, DAN

ATTITUDE TERHADAP INTENSI KONSUMEN MUSLIM DALAM

MEMBELI PRODUK PALSU (STUDI PADA MUSLIM GEN Z DKI

JAKARTA)

Assalamualaikum Wr. Wb.

Pertama-tama, marilah kita panjatkan puji syukur atas kehadirat Allah

SWT. Shalawat dan salam tak lupa kita hanturkan kepada baginda Nabi

Muhammad SAW.

Perkenalkan saya, Sahara Rizki Imania Mahasiswi Jurusan Ekonomi

Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Pada

kesempatan kali ini memohon kesediaan Saudara/Saudari untuk berkenan mengisi

kuesioner ini dalam rangka membantu saya dalam menyelesaikan skripsi yang

berjudul “Pengaruh Religiositas, Etika, dan Attitude terhadap Intensi Konsumen

Muslim dalam Membeli Produk Palsu (Studi pada DKI Jakarta)” dengan kriteria

responden sebagai berikut:

1. Muslim

2. Berusia 16-24 tahun

3. Domisili DKI Jakarta

4. Pernah membeli produk palsu / bajakan / barang kw

Dalam pengisian kuesioner ini disarankan untuk membaca petunjuk umum

yang terdapat pada awal bagian dengan seksama sebelum menjawab pertanyaan

sesuai pendapat Saudara/Saudari. Identitas dan respon yang diberikan akan dijaga

kerahasiaannya dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian saja. Atas

perhatian dan kesediaannya, saya ucapkan terima kasih. Wassalamualaikum

Wr.Wb.

Hormat Saya,

Sahara Rizki Imania

(Mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)

Page 139: PENGARUH RELIGIOSITAS, ETIKA, DAN ATTITUDE TERHADAP ...

124

Lampiran 2

A. Pertanyaan Screening

Petunjuk :

Pilihlah jawaban yang menurut Anda tepat dengan memberikan tanda silang

(X) pada pilihan yang tersedia

1. Apakah Anda beragama Islam?

a. Ya

b. Tidak (stop sampai disini, terimakasih atas kesediaan Anda)

2. Apakah Anda berusia 16-24 tahun?

a. Ya

b. Tidak (stop sampai disini, terimakasih atas kesediaan Anda)

3. Apakah Anda berdomisili DKI Jakarta?

a. Ya

b. Tidak (stop sampai disini, terimakasih atas kesediaan Anda)

4. Apakah Anda pernah membeli produk palsu?

a. Ya

b. Tidak (stop sampai disini, terimakasih atas kesediaan Anda)

B. Profil Responden

1. Nama / Inisial : ...

2. Jenis Kelamin :

a. Laki-laki

b. Perempuan

3. Usia

Page 140: PENGARUH RELIGIOSITAS, ETIKA, DAN ATTITUDE TERHADAP ...

125

a. 16 tahun e. 20 tahun i. 24 tahun

b. 17 tahun f. 21 tahun

c. 18 tahun g. 22 tahun

d. 19 tahun h. 23 tahun

4. Domisili

a. Jakarta Selatan

b. Jakarta Barat

c. Jakarta Timur

d. Jakarta Pusat

e. Jakarta Utara

f. Kepulauan Seribu

5. Produk Palsu yang pernah dibeli.

a. Pakaian

b. Jam tangan

c. Buku

d. Software

e. Platform digital

f. Perhiasan

g. Dan lain lain

Page 141: PENGARUH RELIGIOSITAS, ETIKA, DAN ATTITUDE TERHADAP ...

126

C. Pertanyaan Inti

Petunjuk Pengisian

Pilihlah jawaban paling tepat yang mewakili pendapat Anda mengenai

pernyataan terkait intensi membeli produk palsu dengan memberi tanda

centang (V) pada kolom di bawah ini.

Keterangan :

Angka 1 = Sangat Tidak Setuju Angka 2 = Tidak Setuju

Angka 3 = Ragu-ragu Angka 4 = Setuju

Angka 5 = Sangat Setuju

Bagian 1: Religiositas

No. Pernyataan 1 Sangat Tidak Setuju

2 Tidak Setuju

3 Ragu - ragu

4 Setuju

5 Sangat Setuju

1. X1.1.1 Saya takut membeli produk bajakan

atau palsu karna dapat merugikan

orang lain dan mendapat dosa dari

perbuatan tersebut. Saya takut

membeli produk bajakan atau palsu

karna dapat merugikan orang lain

dan mendapat dosa dari perbuatan

tersebut.

2. X1.1.2 Jika saya membeli produk palsu

maka saya melanggar hukum syariah.

3. X1.2.1 Saya tidak membeli produk palsu

karena saya ingin menerapkan nilai-

nilai agama saya dalam kehidupan sehari-hari.

4. X1.2.2 Saya mengetahui pengetahuan

dasar yang penting di dalam agama

saya, termasuk tentang membeli produk palsu.

Page 142: PENGARUH RELIGIOSITAS, ETIKA, DAN ATTITUDE TERHADAP ...

127

Bagian 2: Etika

No. Pernyataan 1 Sangat

Tidak Setuju

2 Tidak

Setuju

3 Ragu -

ragu

4 Setuju

5 Sangat

Setuju

1. X2.1.1 Saya akan membeli produk palsu

yang saya suka dan tidak peduli

terhadap pendapat negatif dari teman atau anggota keluarga.

2. X2.1.2 Saya hanya membeli produk yang

saya rasa nyaman, baik palsu

ataupun tidak dan tidak pernah peduli dengan pendapat orang lain.

3. X2.1.3 Saya membeli produk palsu tergantung pada kondisi tempat, situasi, dan penerapannya.

4. X2.1.4 Menurut saya, standar moral bagi tiap individu terhadap aturan produk palsu itu berbeda-beda.

5. X2.1.5 Menurut saya, tindakan membeli

produk palsu sama seperti

kebohongan yang dapat

diperbolehkan atau tidak tergantung

pada situasi yang terjadi.

6. X2.2.1 Saya tidak membeli barang palsu karena dapat merugikan pihak lain yang tidak bersalah.

7. X2.2.2 Saya tidak membeli produk palsu karena bisa menimbulkan pendapat negatif dari orang lain.

5. X1.3.1 Saya merasa sedih, gelisah, dan

tidak tenang jika membeli produk

palsu karena bertentangan dengan iman saya.

6. X1.3.2 Saya berdoa dan meminta kepada

Allah agar saya dihindari dari

perilaku yang melanggar syariah, termasuk membeli produk palsu.

Page 143: PENGARUH RELIGIOSITAS, ETIKA, DAN ATTITUDE TERHADAP ...

128

8. X2.2.3 Saya tidak ingin mengorbankan

kesejahteraan produsen original

demi membeli produk palsu yang saya inginkan.

9. X2.3.4 Saya tidak ingin membeli produk

palsu karena tidak ingin mendapat

risiko seperti cacat produk, kualitas yang tidak jelas, dll

Bagian 3: Attitude

No. Pernyataan 1 Sangat

Tidak Setuju

2 Tidak

Setuju

3 Ragu -

ragu

4 Setuju

5 Sangat

Setuju

1. X3.1.1 Saya membeli produk palsu jika

saya merasa produk asli dari produsen asli itu terlalu mahal.

2. X3.1.2 Saya membeli produk palsu jika saya tidak mampu membeli produk

dari produsen asli.

3. X3.1.3 Saya membeli produk palsu tanpa

keraguan jika ada kesempatan

untuk membeli produk palsu tersebut.

4. X3.1.4 Saya biasanya membeli produk palsu karena sulit membedakan antara yang palsu dan yang asli.

5. X3.2.1 Saya akan tetap membeli produk palsu bahkan jika saya masih mampu membeli produk asli

6. X3.2.2 Saya membeli produk palsu yang terlihat mewah untuk mengesankan orang lain terhadap barang yang saya miliki.

7. X3.2.3 Saya membanggakan produk palsu seolah-olah itu adalah produk merek asli.

Page 144: PENGARUH RELIGIOSITAS, ETIKA, DAN ATTITUDE TERHADAP ...

129

Bagian 4: Intensi

No. Pernyataan 1

Sangat

Tidak

Setuju

2 Tidak

Setuju

3 Ragu -

ragu

4 Setuju

5 Sangat

Setuju

1. Y1.1 Adanya kemauan dalam diri untuk melakukan pembelian produk palsu

2. Y1.2 Tidak ada unsur keterpaksaan

ketika saya melakukan pembelian produk palsu.

3. Y3.3 Saya memiliki pengalaman menyenangkan ketika melakukan

pembelian produk palsu

Page 145: PENGARUH RELIGIOSITAS, ETIKA, DAN ATTITUDE TERHADAP ...

130

Lampiran 2 : Data Primer dari google form ke excel

X 1 . 1 . 1

X 1 . 1 . 2

X 1 . 2 . 1

X 1 . 2 . 2

X 1 . 3 . 1

X 1 . 3 . 2

X 2 . 1 . 1

X 2 . 1 . 2

X 2 . 1 . 3

X 2 . 1 . 4

X 2 . 1 . 5

X 2 . 2 . 1

X 2 . 2 . 2

X 2 . 2 . 3

X 2 . 2 . 4

X 3 . 1 . 1

X 3 . 1 . 2

X 3 . 1 . 3

X 3 . 1 . 4

X 3 . 2 . 1

X 3 . 2 . 2

X 3 . 2 . 3

Y 1 . 1

Y 1 . 2

Y 1 . 3

5 4 3 4 5 3 5 4 5 4 5 4 4 5 4 5 4 5 4 5 4 5 4 5 5

4 5 4 4 4 5 3 3 5 4 3 4 4 4 5 5 4 3 3 2 2 2 3 4 4

4 3 4 4 3 3 4 5 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 2 5 5 5

5 5 5 5 5 5 3 3 3 3 3 5 5 5 5 4 4 2 4 1 1 1 1 3 2

4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 2 2 1 1 1 2 3 3

4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 2 3 4 3 2 4 4 2 2 1 1 1 3 4 3

4 4 4 4 4 4 2 2 2 4 4 4 4 4 4 4 4 2 1 1 1 1 2 2 2

4 4 4 4 4 4 2 2 4 4 2 3 3 3 3 5 5 2 2 1 1 1 4 3 2

4 4 4 4 4 4 2 2 2 3 3 4 4 4 4 2 2 2 3 2 2 2 2 3 3

4 4 4 4 4 4 2 2 4 4 4 4 4 4 4 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3

5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

4 5 5 5 4 5 2 2 2 3 2 4 4 4 4 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2

5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 5 4 5 5 5 3 3 3

4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 4 5 5 2 1 1 1 1 2 4 4

4 4 4 3 2 4 4 5 4 5 4 4 3 4 4 5 5 4 3 2 2 2 2 2 2

4 4 3 5 3 5 4 4 4 4 3 4 4 4 5 4 4 5 5 5 5 5 3 5 3

4 4 4 4 4 4 2 3 2 4 3 4 4 4 4 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2

4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 5 5 5 3 3 3 3 4 4 3

5 3 4 3 3 5 1 2 2 4 4 4 4 5 5 2 2 2 4 1 1 1 2 3 3

5 3 3 2 3 3 4 3 3 4 3 4 4 4 4 3 3 5 4 4 3 3 3 3 2

5 5 5 5 5 5 3 1 1 3 1 4 4 5 4 1 4 1 4 1 1 1 1 3 1

3 3 4 4 3 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 5 3 2 2 3 4 4

3 3 4 2 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 4 4 3 3 4 2 2 2 3 3 3

3 3 3 3 3 3 2 1 3 5 3 3 5 5 5 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1

3 3 3 3 3 3 2 1 3 5 3 3 5 5 5 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1

5 4 4 4 5 4 4 3 4 4 5 5 5 4 5 3 3 4 5 4 5 4 4 4 3

3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4

5 5 5 4 5 5 1 1 1 2 2 5 5 5 5 1 1 1 2 1 1 1 1 3 1

4 4 4 4 3 4 3 3 4 4 3 4 4 4 4 5 5 3 3 2 2 2 4 4 3

4 4 4 5 4 3 4 4 5 5 4 4 5 4 5 4 3 4 4 5 3 5 4 5 4

5 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 5 4 4 4 4 3 3 3 4 3 3

5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 4 5 4 5 5 4 5 4 5 3 1 1 3 4 3

5 5 5 5 5 4 2 3 3 3 4 4 5 5 5 1 3 1 3 1 1 1 3 4 3

Page 146: PENGARUH RELIGIOSITAS, ETIKA, DAN ATTITUDE TERHADAP ...

131

4 4 4 4 4 4 3 3 4 3 3 3 3 4 4 5 4 3 5 4 3 3 3 3 3

4 4 5 5 5 5 4 4 3 5 4 3 3 4 4 5 5 4 2 4 3 3 3 5 4

5 5 5 5 5 5 3 3 2 2 2 5 5 5 5 4 4 4 4 1 1 1 2 5 1

5 4 5 4 5 4 4 5 4 5 4 5 5 4 1 3 3 4 5 4 5 5 5 4 5

4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 5 5 4 4 4 4 4 4

3 3 3 4 3 4 4 4 5 5 4 3 3 3 3 5 5 4 4 4 4 3 4 4 4

3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4

3 3 3 3 3 3 4 4 4 5 3 3 3 3 3 5 5 4 4 4 3 3 4 5 5

3 3 3 3 5 5 5 5 5 5 3 3 3 2 4 4 3 3 4 3 1 1 2 4 3

4 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 4 5 4 4 3 4 4 4

4 3 3 2 2 4 4 4 3 4 3 3 2 4 3 4 4 4 3 2 3 1 3 3 3

3 4 3 4 2 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 4 2 5 5 4 4 4

4 4 4 5 4 4 4 5 5 5 5 5 2 2 2 4 4 5 5 4 2 2 4 5 4

4 3 3 4 3 3 4 5 5 5 4 3 3 3 4 5 5 4 3 2 2 2 3 4 3

2 2 3 5 3 5 5 5 5 5 3 2 5 5 2 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

4 3 3 4 4 3 5 4 4 3 4 4 3 5 4 4 4 3 5 4 3 4 4 5 3

4 3 5 3 3 3 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 3 5 4 3 3 4 4 3

4 5 4 4 3 5 5 5 5 4 4 4 5 4 5 5 4 3 4 4 5 5 5 5 5

4 5 5 4 4 5 4 4 5 4 3 5 4 5 5 4 4 3 3 2 3 3 2 4 3

3 3 4 4 4 2 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 2 4 4 3

5 5 4 4 5 5 5 4 5 4 4 4 5 5 5 5 4 4 5 4 5 4 2 4 4

5 5 5 5 5 5 2 2 2 2 2 5 5 5 5 4 4 2 3 1 2 2 3 3 1

5 5 5 5 5 5 1 2 3 5 1 2 2 1 2 2 1 3 2 2 3 3 1 2 1

5 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 5 3 4 4 4 4 4

5 5 5 5 5 5 4 4 4 5 2 4 5 3 4 5 4 5 4 5 4 4 5 5 5

5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 3 2 2 3 2 3 3 4 2 2

4 4 4 4 3 3 2 2 5 4 4 4 2 4 5 4 4 2 1 1 1 1 3 2 2

5 4 5 4 5 4 5 4 4 5 4 5 4 5 4 5 4 4 5 4 5 2 5 4 2

5 5 5 5 5 5 4 4 3 4 5 5 5 5 5 3 4 4 4 5 5 2 3 3 3

4 4 4 5 5 5 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 2 1 5 1 1 2 2 4

5 3 4 4 5 5 3 3 2 3 3 4 4 5 5 4 4 4 3 3 4 4 3 3 2

4 4 4 3 4 5 5 5 5 5 5 5 3 5 4 5 5 4 1 1 1 1 3 5 5

3 3 4 4 3 3 4 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 4 4 5 4 4 4 4 3

4 4 4 4 4 4 2 3 3 4 4 4 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3

5 5 5 5 5 4 2 2 5 5 5 5 5 5 5 2 2 2 1 1 1 1 2 4 2

5 5 4 4 4 3 2 5 5 5 5 5 5 5 5 3 3 2 2 2 2 2 3 4 4

3 4 3 3 4 4 3 3 4 4 3 3 4 5 4 3 4 4 3 4 4 5 4 3 3

4 3 4 3 3 3 4 4 4 5 3 4 3 3 4 5 5 4 3 2 3 3 4 4 4

4 3 2 3 4 4 3 2 4 3 3 3 4 3 4 3 4 4 4 3 3 3 4 4 3

5 5 5 5 5 5 3 3 3 4 5 4 5 4 4 4 4 5 5 3 2 4 4 4 3

5 5 5 5 5 5 3 3 3 5 4 3 4 5 5 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4

5 5 5 5 5 5 3 3 3 5 4 3 4 5 5 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4

Page 147: PENGARUH RELIGIOSITAS, ETIKA, DAN ATTITUDE TERHADAP ...

132

5 4 4 4 4 4 3 3 4 5 3 5 4 3 3 4 4 3 4 5 4 4 4 4 4

4 4 4 4 4 5 3 4 3 4 3 4 4 4 3 5 4 4 4 3 3 3 3 4 4

4 4 4 4 3 5 4 4 4 5 4 3 3 4 4 4 4 4 2 1 2 2 2 4 4

5 5 5 5 5 5 1 1 1 1 1 5 5 5 5 3 3 1 3 1 2 2 3 4 1

4 3 4 3 3 3 3 3 4 4 3 4 4 4 4 5 5 3 2 2 2 2 4 4 3

5 3 3 5 2 3 3 5 3 5 5 3 2 4 4 4 5 3 4 2 1 1 3 3 4

4 4 3 5 3 5 3 3 4 2 2 3 3 4 3 4 2 2 4 1 1 1 2 4 2

3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 2 3 3 3 4 3

4 4 4 4 3 4 5 5 4 5 5 4 2 2 2 4 5 4 1 5 4 4 5 5 5

3 4 4 4 3 5 4 4 4 3 3 3 3 4 4 4 4 3 4 3 3 3 2 5 3

5 5 5 4 5 5 1 3 1 4 5 5 5 5 5 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1

4 4 4 4 4 4 4 3 3 5 5 4 5 3 3 5 4 4 3 4 4 5 5 5 5

4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 5 5 4 4 4 3 4 4 3 4 3 3 4 3 4

4 5 4 4 4 5 2 4 4 4 4 4 2 4 5 4 4 1 1 1 1 1 2 4 1

5 4 5 4 4 5 4 5 4 5 4 5 4 5 4 4 5 4 5 5 4 3 5 5 4

4 4 4 3 4 5 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 5

4 4 4 3 3 4 4 4 4 5 3 4 3 4 4 5 5 3 3 2 2 2 4 4 3

3 4 4 4 3 5 4 4 4 3 3 3 3 4 4 4 4 3 4 3 3 3 2 5 3

4 4 3 3 3 4 2 3 3 4 4 4 4 4 5 4 4 2 4 2 2 4 2 3 2

3 4 3 4 2 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 4 2 5 5 4 4 4

3 3 3 3 3 4 4 5 5 5 3 3 2 3 4 5 5 4 5 2 4 3 3 4 3

5 4 3 3 4 4 3 4 4 5 5 4 4 2 5 3 5 4 4 4 4 3 4 5 5

3 3 4 2 3 4 2 3 4 5 3 3 3 4 4 4 5 2 5 2 3 1 2 3 2

4 3 3 4 2 4 2 2 5 4 1 3 3 3 2 4 3 2 5 1 1 1 3 3 3

Page 148: PENGARUH RELIGIOSITAS, ETIKA, DAN ATTITUDE TERHADAP ...

133

Lampiran 3: Presentase tiap pertanyaan pada kuesioner yang sudah di isi

responden (google form)

Page 149: PENGARUH RELIGIOSITAS, ETIKA, DAN ATTITUDE TERHADAP ...

134

Page 150: PENGARUH RELIGIOSITAS, ETIKA, DAN ATTITUDE TERHADAP ...

135

Page 151: PENGARUH RELIGIOSITAS, ETIKA, DAN ATTITUDE TERHADAP ...

136

Page 152: PENGARUH RELIGIOSITAS, ETIKA, DAN ATTITUDE TERHADAP ...

137

Page 153: PENGARUH RELIGIOSITAS, ETIKA, DAN ATTITUDE TERHADAP ...

138

Page 154: PENGARUH RELIGIOSITAS, ETIKA, DAN ATTITUDE TERHADAP ...

139

Page 155: PENGARUH RELIGIOSITAS, ETIKA, DAN ATTITUDE TERHADAP ...

140

Page 156: PENGARUH RELIGIOSITAS, ETIKA, DAN ATTITUDE TERHADAP ...

141

Page 157: PENGARUH RELIGIOSITAS, ETIKA, DAN ATTITUDE TERHADAP ...

142