PENGARUH PROPORSI KEDELAI (Glycine max) DAN ...kedelai perlu adanya modifikasi bahan dalam pembuatan...

136
PENGARUH PROPORSI KEDELAI (Glycine max) DAN LAMTORO GUNG (Leucaena leucephala) DENGAN PENAMBAHAN ANGKAK TERHADAP KARAKTERISTIK TEMPE SKRIPSI Diajukan untuk Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Progam Studi Pendidikan Biologi Oleh : Christian Endah Pratiwi NIM : 131434022 PROGAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2018 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Transcript of PENGARUH PROPORSI KEDELAI (Glycine max) DAN ...kedelai perlu adanya modifikasi bahan dalam pembuatan...

  • PENGARUH PROPORSI KEDELAI (Glycine max) DAN LAMTORO GUNG (Leucaena leucephala) DENGAN PENAMBAHAN ANGKAK TERHADAP

    KARAKTERISTIK TEMPE

    SKRIPSI

    Diajukan untuk Salah Satu Syarat

    Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

    Progam Studi Pendidikan Biologi

    Oleh :

    Christian Endah Pratiwi

    NIM : 131434022

    PROGAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

    JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

    FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

    UNIVERSITAS SANATA DHARMA

    YOGYAKARTA

    2018

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • PENGART II PROPORSI KEDELAI (Glycinemar) DAitlLAMTORO GtiI\G {Leucaena leucephalo) DENGA}I

    PENAMBAHAN AI\GKAK TERIIADAP KARAKTERISTIKTEMPE

    Oleh

    Christian Endah Pratiwi

    anggal lf Maret 2018

    e- .r*-*'g:*{fu"**.*,* Sffi {f &*ilry}l\\ ffi# /1rr-'-'t1.;g:::I\ mr-ru-,;,. -x"**;::5 ::rY. *"*- '-"-'{, -\v:: r '--Y.@t, I d$,*,kI*o,yo6sp$i*

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • SKRIPSI

    PENGAR[}H PROPORSI KEDELAI (Glycinemax) DAN LAMTORO

    GtiNG(Ieaca ena leucephala) DENGAI\ PENAMBAIIAN AhIGKAK

    TERIIADAP KARAKTERISTIK TEMPE

    Dipersiapkan dan ditulis oleh :

    Christian Endah Pratiwi

    NIM: 131434022

    Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji Skripsi

    Program Studi Pendidikan Biologi

    JPMIPA FKIP Universitas Sanata Dharma

    pada tanggal :22 Mar*t2018

    dan dinyatakan telah memenuhi syarat

    Susunan Panitia Penguji

    Nama Lengkap

    Ketua

    Sekretaris

    Anggota

    Anggota

    Anggota

    Dr. Marcellinus Andy Ruditho, S.Pd

    Drs. Antonius Tri Priantoro, M.For.Sc.

    Drs. Antonius Tri Priantoro, M.for.sc

    Dra. Maslichah Asy'ari M.pd

    Retno Herrani Setyani, M.Biotech.

    Yogyakarta, 22 Maret 2A1 8Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

    lll

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • PERSEMBAHAN

    Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apa pun juga, tetapi nyatakan dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur

    Filipi 4 : 6

    Kuatlah dan teguhkanlah hatimu, hai semua orang yang berharap kepada Tuhan

    Mazmur 31 : 24

    Kupersembahkan untuk

    Ayah – Ibuku

    Ungkapan terimakasih, hormat

    dan baktiku

    Teman – teman, para sahabat

    dan Almamaterku

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

    Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidakmemuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalamkutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

    Yogyakarta, 22 Mar et 20 I 8

    Christian Endah Pratiwi

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAHUNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

    Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata DharmaYogyakarta

    Nama : Christian Endah Pratiwi

    NIM :131434022

    Demikian kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikankepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya Ilmiah saya yang berjudul

    PENGARUH PROPORSI KEDELAI (Glycine mux) DAN

    LAMTORO GUNG(Z eucaena leucepholu) DENGAN

    PENAMBAHAN ANGKAK TERHADAP KARAKTERISTIK

    TEMPE

    Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata

    Dharma hak untuk penyimpanan, untuk mengalihkan dalam bentuk media lain,

    mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan

    mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis

    tanpa perlu ijin dari saya maupun memberikan royalitas kepada saya selama tetap

    mencantumkan nama saya sebagai penulis.

    Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

    Dibuat di : Yogyakarla

    Padatanggal :22Maret20l8

    Yang menyatakan,

    VI

    Christian Endah Pratiwi

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • vii

    ABSTRAK

    PENGARUH PROPORSI KEDELAI (Glycine max) DAN LAMTORO GUNG(Leucaena leucephala) DENGAN PENAMBAHAN ANGKAK

    TERHADAP KARAKTERISTIK TEMPE

    Christian Endah Pratiwi

    131434022

    Universitas Sanata Dharma

    Tempe adalah makanan tradisional rakyat Indonesia yang relatif murah. Namun dalam beberapa tahun belakangan ini produksi kedelai terus merosot, sedangakan kebutuhan terhadap kedelai masih relatif besar, sehingga mengakibatkan harga kedelai semakin mahal. Maka untuk mengurangi konsumsi kedelai perlu adanya modifikasi bahan dalam pembuatan tempe. Lamtoro merupakan tanaman dari suku kacang-kacangan yang memiliki kandungan protein cukup tinggi. Angkak merupakan hasil fermentasi dari beras yang memiliki warna yang cukup menarik untuk bahan pewarna makanan. Dalam penelitian ini tempe dibuat dengan biji lamtoro gung dan angkak. Akan tetapi, sampai saat ini belum diketahui seberapa banyak proporsi lamtoro dan angkak yang bisa ditambahkan dalam proses pembuatan tempe untuk menghasilkan tempe yang disukai panelis. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh proporsi lamtoro gung dengan penambahan angkak terhadap karakteristik tempe, serta mengetahui formula tempe yang disukai oleh panelis.

    Bahan yang digunakan adalah kedelai, lamtoro gung dengan 3 taraf proporsi yaitu, 75, 50, 25 gram, angkak, serta jamur Rhizopus oligosporus yang terdapat dalam ragi. Setiap perlakuan dan kontrol dibuat 5 kali pengulangan. Tempe yang dihasilkan selanjutnya diuji organoleptik oleh 10 panelis, lalu dianalisis secara statistik menggunakan uji Anova dan dilakukan uji lanjutan yaitu uji Tukey serta didukung dengan analisis kuantitatif.

    Berdasarkan hasil uji organoleptik dijelaskan bahwa setiap perlakuan memiliki pengaruh terhadap karakteristik tempe. Dari hasil rerata kesukaan panelis terhadap produk tempe dihasilkan adalah tempe perlakuan E1 dengan penambahan angkak 50gram dan 1 sendok angkak merupakan tempe yang paling disukai oleh panelis dengan rerata 2,92. Sedangkan pada E3 dihasilkan rerata 2,87, rerata kontrol 2,36 dan pada perlakuan E2 rerata yang kesukaan panelis adalah 2,94.

    Kata kunci: tempe, kedelai, lamtoro, angkak, variasi proporsi, organoleptik.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • viii

    ABSTRACT

    EFFECT OF SOYBEAN PROPORTION (Glycine max) AND LAMTORO GUNG (Leucaena leucephala) WITH ADDITION OF ANGKAK ON TEMPE

    CHARACTERISTICS

    Christian Endah Pratiwi

    131434022

    Universitas Sanata Dharma

    Tempe is a traditional Indonesian food that is relatively cheap. But in recent years soy production continues to decline, while the need for soybeans is still relatively large, resulting in soybean prices more expensive. So to reduce soybean consumption there is a need for material modification in making tempe. Lamtoro is a plant of nuts that have a high protein content. Angkak is the result of fermentation of rice that has a quite interesting color for food coloring. In this study tempe is made with lamtoro gung and Angkak seeds. However, it is not known how much the proportion of lamtoro and Angkak can be added in the process of making tempe to produce the preferred tempe of panelists. The materials used are soybean, lamtoro gung with 3 levels of proportion that is, 75, 50, 25 gram, Angkak, and Rhizopus oligosporus fungus contained in yeast. Each treatment and control made 5 repetitions. Tempe produced then tested organoleptik by 10 panelists, then analyzed statistically using Anova test and conducted further test that is Tukey test and supported by quantitative analysis. Based on the results of organoleptic test explained that each treatment has an influence on the characteristics of tempe. From the result of the average of panelist's favorite to the product of tempe produced is tempe treatment of E1 with the addition of Angkak 50gram and 1 spoon Angkak is the most favored tempe by panelist with the average 2,92. While on E3 average mean 2.87, average control 2,36 and on average E2 treatment of panelist favor is 2,94. Keywords: tempe, soybean, lamtoro, Angkak, variation of proportion, organoleptic

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • ix

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur penulis keepada Tuhan Yang Maha Esa atas semua berkat dan rahmat-Nya sehingga penyusunan skripsi yang berjudul “Pengaruh Proporsi Kedelai (Glycine max) dan Lamtoro Gung (Leucaena leucephala) dengan Penambahan Angkak terhadap Karakteristik Tempe” dapat diselesaikan dengan baik.

    Penulis menyadari bahwa selama proses penyusunan skripsi ini banyak ditemukan kendala dan kesulitan, namun berkat doa, bantuan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak, kendala dan kesulitan tersebut dapat diatasi. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

    1. Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan penyertaan bagi penulis selama ini, dari awal perencanaan peelitian, hingga akhir penulis skripsi ini sehingga dapat berjalan dengan baik.

    2. Universitas Sanata Dharma sebagai lembaga yang telah memberikan kesempatan bagi penulis untuk menimba ilmu dan berekspresi di Pendidikan Biologi

    3. Bapak Drs. Antonius Tri Priantoro, M.For.Sc. selaku kepala Progam Studi Pendidikan Biologi sekaligus dosen pembimbing yang selalu sabar dan tulus dalam membimbing, memberikan solusi atas kendala dan kesulitan yang penulis hadapi, memberikan arahan, saran dan kritik, serta semanagt sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

    4. Bapak, Ibu yang selalu memberikan doa, dukungan, hiburan, saran, dan motivasi dalam bentuk apapun sehingga penulis selalu semangat dalam pelaksanaan hingga penyelesaian skripsi ini.

    5. Keluarga besar yang selalu mendoakan, mendukung, memperhatiakan, membantu, memberikan semangat, dan saran bagi penulis dari awal hingga akhir penulisan skripsi ini.

    6. Bapak pendeta Budi Widiyanto S.Ag, M.Si memberikan doa, dukungan, hiburan, saran, semangat dan motivasi bagi penulis dari awal hingga akhir penulis skripsi ini

    7. Rizki Azizah yang telah memberikan semangat, motivasi, saran dan menemani dalam penelitian dari awal hingga akhir.

    8. Yohanes Damop, Felisianus Alegore, Ani Petronika, Tia Ariana, Veronika Indah, Anastia Ariyantie, Theresia Retno, Karlin dan kak Merry, yang telah membantu selama proses penyusunan, hingga pengambilan data.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • x

    9. Bapak ibu Dosen serta seluruh Staf Progam Studi Pendidikan Biologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

    10. Teman – teman mahasiswa Pendidikan Biologi Universitas Sanata Dharma angkatan 2013 atas kerjasama dan bantuannya.

    11. Semua pihak yang memberikan dukungan, bimbingan, bantuan, serta motivasi kepada penulis yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

    Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis bersedia menerima kritik dan saran yang bersifat membengun demi perbeikan skripsi ini menjadi lebih baik,

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xi

    DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................... HALAMAN PENGESAHAN .................................................................... HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................. iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .................................................... v LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ..................... vi ABSTRAK .................................................................................................. vii ABSTRACT .................................................................................................. viii KATA PENGANTAR ................................................................................ ix DAFTAR ISI ............................................................................................... xi DAFTAR TABEL ....................................................................................... viii DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xiv DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xv BAB I. PENDAHULUAN ......................................................................... 1 A. Latar Belakang ..................................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ................................................................................ 4 C. Batasan Masalah ................................................................................. 5 D. Tujuan Penelitian ................................................................................. 5 E. Manfaat Penelitian ............................................................................... 5

    1. Bagi Peneliti .................................................................................... 4 2. Bagi Masyarakat.............................................................................. 6 3. Bagi Dunia Pendidikan ................................................................... 6

    BAB II. TINJAUAN PUSTAKA .............................................................. 7 A. DasarTeori ............................................................................................ 7

    1. Kedelai ......................................................................................... 7 2. Lamtoro ........................................................................................ 9 3. Angkak ......................................................................................... 11 4. Tempe .......................................................................................... 14 5. Organoleptik ................................................................................ 18

    B. Penelitian yang Relevan ....................................................................... 19 C. Kerangka Berpikir ............................................................................... 20 D. Hipotesis .............................................................................................. 21 BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ............................................. 22 A. Jenis Penelitian ..................................................................................... 22 B. Variabel Penelitian .............................................................................. 23 C. Batasan Masalah.. ................................................................................ 23 D. Waktu dan Tempat .............................................................................. 24 E. Alat dan Bahan ..................................................................................... 24 F. Cara Kerja ............................................................................................ 24 G. Pengumpulan dan Pengolahan data ..................................................... 28

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xii

    H. Metode Analisis Data.................................................................... ....... 29 BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................ 34 A. Hasil ..................................................................................................... 34 B. Pembahasan .......................................................................................... 45 C. Keterbatasan Penelitian ........................................................................ 52

    BAB V. IMPLEMENTASI HASIL PENELITIAN DALAM PROSES

    PEMBELAJARAN ..................................................................... 54 BAB VI. PENUTUP .................................................................................. 57 A. Kesimpulan .......................................................................................... 57 B. Saran .................................................................................................... 57 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 58 LAMPIRAN ............................................................................................... 60

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xiii

    DAFTAR TABEL

    Tabel 2.1 Komposisi kimia kedelai.................................................. ... 8 Tabel 2.2 Komposisi Kimia Lamtoro ............................................ ..... 11 Tabel 2.3 Komposisi Kimia Tempe ............................................... ..... 15 Tabel 2.3 Syarat Mutu Tempe Kedelai menurut Standar Nasional Indonesia......................................................... ...... 16 Tabel 3.1 Tata Letak Penyimpanan Tempe.................................... ..... 22 Tabel 3.2 Kuisoner Uji Organoleptik............................................. ...... 29 Tabel 4.1 Hasil Uji Anova Aroma.................................................. 36 Tabel 4.2 Hasil Uji Tukey Aroma.................................................. 37 Tabel 4.3 Hasil Uji Anova Warna ................................................. ...... 39 Tabel 4.4 Hasi Uji Tukey Warna ................................................... ..... 40 Tabel 4.5 Hasil Uji Anova Tekstur .............................................. ...... 42 Tabel 4.6 Hasil Uji Anova Rasa..................................................... . 44

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xiv

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 2.1 Kedelai .................................................................................. . 7 Gambar 2.2 Lamtoro ......................................................................... . 10 Gambar 2.3 Angkak ................................................................................... 12 Gambar 2.4 Tempe ..................................................................................... 15 Gambar 2.5 Diagram alir proses pembuatan tempe........................... . 17 Gambar 2.6 Diagram alir kerangka berfikir....................................... . 21 Gambar 3.1 Tampilan SPSS versi 16.0.............................................. . 30 Gambar 4.1 Grafik kesukaan panelis tehadap aroma......................... . 35 Gambar 4.2 Grafk kesukaan panelis terhadap warna........................ . 38 Gambar 4.3 Grafik kesukaan panelis terhadap tekstur...................... 41 Gambar 4.4 Grafik kesukaan panelis terhadap rasa.......................... 43 Gambar 4.5 grafik hasil uji kesukaan panelis terhadap tempe........... 45

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xv

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1. Hasil Uji Statistik................................................................... 60 Lampiran 2. Proses Pembuatan Tempe ...................................................... 65 Lampiran 3. Hasil dan Uji Oraganoleptik .................................................. 66 Lampiran 4. Haasil Uji Organoleptik ......................................................... 67 Lampiran 5. Silabus ................................................................................... 71 Lampiran 6. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ...................................... 77

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 1

    BAB 1

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Tempe merupakan makanan tradisional rakyat Indonesia yang relatif

    murah karena dapat dijangkau oleh berbagai kalangan dan mudah didapat

    karena makanan tradisional ini banyak dijual diberbagai tempat perbelanjan.

    Menu makanan Indonesia ini terbuat dari kedelai rebus yang difermentasi

    menggunakan ragi atau difermentasi oleh jamur Rhizopus. Karena memiliki

    kandungan protein yang tinggi, maka kedelai dipilih untuk dijadikan bahan

    utama pembuatan tempe. Tempe mengandung berbagi nutrisi yang diperlukan

    oleh tubuh seperti protein, lemak, karbohidrat, dan minera. Zat gizi tempe

    lebih mudah dicerna, diserap dan dimanfaatkan tubuh. Hal ini dikarenakan

    kapang yang tumbuh pada kedelai menghidrolisis senyawa-senyawa kompleks

    menjadi senyawa sederhana yang mudah dicerna oleh manusia (Cahyadi,

    2006).

    Dalam beberapa tahun belakangan ini produksi kedelai terus merosot,

    sedangkan kebutuhan terhadap kedelai masih relatif besar. Oleh karena itu

    masih perlu diimpor dari luar negeri, karena impor tersebut yang

    mengakibatkan harga kedelai terus naik (Sarwono 2012).

    Untuk mengurangi konsumsi kedelai perlu adanya modifikasi bahan

    baku dalam pembutan tempe. Modifikasi yang dilakukan dalam

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 2

    pembuatan tempe yaitu dengan menambahkan bahan lain atau dengan

    mengganti bahan pokok tempe dengan bahan lain, yang memiliki nilai gizi

    yang sama dengan kedelai atau bahan yang memiliki nilai gizi yang lebih baik

    dari kedelai dan sesuai dengan kebutuhan tubuh manusia. Salah satu

    alaternatif bahan baku pembuatan tempe adalah dari biji lamtoro gung.

    Lamtoro gung merupakan tanaman dari suku kacang-kacangan.

    Tanaman lamtoro gung dapat tumbuh baik dan banyak ditemui di berbagai

    tempat di Indonesia. Biji lamtoro gung dapat dijadikan bahan makanan. Di

    Indonesia, biji lamtoro yang muda bisa dibuat botok dan lalapan, sedangkan

    biji lamtoro yang kering biasanya dibuang dan belum dimanfaatkan,

    sebenarnya bisa dibuat sebagai bahan pembuatan tempe. Biji lamtoro gung

    mempunyai kandungan protein yang cukup tinggi dibandingkan dengan

    golongan biji-bijian yang lain, yaitu sekitar 30-40%. Biji lamtoro gung juga

    mengandung beberapa zat penting di antaranya : kalori, kalsium,fosfor, zat

    besi, dan vitamin (Suliantari, 2001). Oleh karena itu, mahalnya harga kedelai

    dapat diganti dengan memanfaatkan biji lamtoro untuk bahan pembuatan

    tempe. Biji lamtoro harganya murah dan mudah didapat karena banyak

    tanaman lamtoro gung yang tumbuh serta dijual di pasar Kecamatan Miri,

    Kabupaten Sragen, Provinsi Jawa Tengah.

    Untuk menambah variasi dalam tempe, dapat pula dilakukan satu

    inovasi yaitu salah satunya dengan penambahan angkak. Angkak adalah hasil

    fermentasi dari beras dengan Monoscus purpureus untuk menghasilkan warna

    merah. Dua komponen dalam angkak bioaktif yang diketahui terdapat di

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 3

    dalam angkak adalah mevinolin dan lovastatin, kedua komponen tersebut

    dapat menurunkian jumlah lemak dalam darah (Fardiaz, 1996). Ada pun salah

    satu fungsi penambahan angkak dalam penelitian ini yaitu memberi warna

    pada tempe, karena warna pada tempe kedelai kurang menarik yaitu berwarna

    putih polos dan bahan tambahan yang digunakan dalam pembutan tempe

    adalah biji lamtoro gung kering, sehingga warna yang dihasilkan oleh tempe

    biji lambtoro kering kurang menarik.

    Pembuatan tempe dilakukan melalui fermentasi dengan menggunakan

    jamur Rhizopus. Jamur dari jenis Rhizopus merupakan organisme yang

    terpenting dalam fermentasi tempe. Sejumlah species yang sering ditemukan

    dalam tempe ialah Rhizopus oryzae, Rhizopus oligosporus stolonifer. Di

    antara species tersebut Rhizopus oryzae dan Rhizopus oligosporus memegang

    peran utama dalam fermentasi tempe (Susilowati,2006).

    Fermentasi adalah proses metabolisme yang menghasilakan energi

    dengan cara menguraikan protein, karbohidrat dan lemak. Cara ini telah

    digunakan manusia sejak jaman purba untuk menghasilkan makanan dan

    minuman. Indonesia cukup kaya dengan teknologi pembuatan makanan

    fermentasi dengan cara tradisional yang salah satunya adalah tempe. Melalui

    proses fermentasi kualitas, kualitas gizi makanan dapat ditingkatkan dan

    kandungan anti nutrisi, toksin dan kontaminasinya dapat diturunkan. Waktu

    yang digunakan dalam proses fermentasi berpengaruh terhadap kualitas tempe

    (Steinkraus, 2002) . Ciri tempe yang berhasil adalah ada lapisan putih sekitar

    kedelai dan pada saat di potong tempe tidak hancur.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 4

    Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk memanfaatkan biji

    lamtoro sebagai bahan tambahan, Proporsi penambahan biji lamtoro gung

    yang digunakan dalam penelitian ini berupa P1(kedelai 75:25 lamtoro),

    P2(kedelai 50:50 lamtoro), P3 (kedelai 25:75 lamtoro) dan kontrol

    menggunakan kedelai. Proporsi tersebut dipilih karena selain untuk

    mengurangi penggunaan kedelai, yaitu untuk mengetahui proporsi manakah

    yang rasa tempenya disukai oleh panelis. Penambahan angkak 1 sendok teh

    pada bahan tempe, bertujuan untuk memberi warna merah pada bagian dalam

    tempe lebih agar menarik. Penulis tertarik untuk meneliti mengenai Pengaruh

    Proporsi Kedelai dan Lamtoro gung dengan penambahan Angkak terhadap

    karakteristik tempe.

    B. Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan beberapa masalah

    yakni :

    Berapakah proporsi kedelai dan biji lamtoro gung yang memiliki

    karakteristis sensorik disukai oleh penelis?

    C. Batasan Masalah Penelitian

    Berdasarkan latar belakang di atas, penulis memberi batasan masalah agar

    penjelasan terarah serta dengan yang diharapkan. Penulis hanya membatasi

    pada masalah :

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 5

    1. Angkak yang digunakan 1 sendok teh

    2. Ragi yang digunakan 1 gram / 100 gram bahan

    3. Proporsi kedelai dan lamtoro gung dibedakan menjadi (75 : 25 ), (50 :

    50 ) dan (25 : 75)

    4. Suhu yang digunakan untuk fermentasi adalah suhu ruangan 370C

    5. Lama fermentasi 48 jam

    D. Tujuan Penelitian

    Menentukan kombinasi perlakuaan terbaik antara proporsi kedelai:lamtoro

    gung dengan penambahan angkak yang disukai panelis.

    E. Manfaat Penelitian

    1. Bagi Peneliti

    Menambah wawasan, pengetahuan maupun ketrampilan bagi peneliti di

    bidang bioteknologi, khususnya tentang pengaruh proporsi kedelai:lamtoro

    gung dengan penambahan angkak

    2. Bagi Pendidikan

    Sebagai persembahan pengetahuan ilmiah bagi dunia pendidikan,

    khususnya yang berkaitan dengan bioteknologi atau tempe dengan bahan

    tambahan lamtoro gung dengan penambahan angkak. Selain itu, sebagai

    kontribusi untuk memperkaya referensi, khususnya bagi peserta didik yang

    berminat untuk melakukan penelitian lebih lanjut

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 6

    3. Bagi Masyarakat

    Memberikan informasi pada masyarakat yang berkaitan dengan

    pemanfaatan biji lamtoro gung menjadi produk olahan tempe.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 7

    BAB II

    KAJIAN PUSTAKA

    A. Kedelai

    1. Klasifikasi dan morfologi kedelai

    Kedelai telah dibudidayakan sejak abad ke-17 dan telah ditanam di

    berbagai daerah di Indonesia. Daerah utama penanaman kedelai adalah Jawa

    Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Aceh, Lampung, Sulawesi dan Nusa Tenggara

    Barat. Sistematika tanaman kedelai adalah sebagai berikut :

    Kerajaan : Plantae

    Divisi : Magnoliphyta

    Kelas : Mangnoliopsida

    Ordo : Fabales

    Famili : Fabaceae

    Genus : Glycine

    Spesies : Glycine max (l.) Merrill

    Sumber: http://fredikurniawan.com/klasifikasi-dan-morfologi-kacang-kedelai/

    Gambar 2.1 Kedelai

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

    http://fredikurniawan.com/klasifikasi-dan-morfologi-kacang-kedelai/

  • 8

    Biji kedelai memiliki bentuk, ukuran dan warna yang sangat bervariasi tergantung

    dengan varietasnya. Bentuk biji bulat lonjong, bulat dan agak pipih. Warna biji

    berwarna putih, kuning, hijau, coklat hingga berwarna kehitaman. Ukuran biji

    kedelai memiliki ukuran kecil, sedang, dan besar. Perbedaan secara fisik maupun

    kimia dipengaruhi oleh varietas dan kondisi dimana kedelai tersebut

    dibudidayakan.

    2. Kandungan kedelai

    Menurut Astuti (2003) kedelai merupakan sumber gizi yang sangat

    penting, komposisi gizi kedelai bervariasi tergantung varietas yang di

    kembangkan dan juga warna kulit maupun kotiledonnya. Komposisi kimiawi

    kedelai kering per 100 gram biji dapat dilihat dari tabel dibawah ini :

    Tabel 2.1 komposisi Kimia Kedelai kering per 100gram biji Komposisi Jumlah

    Protein 46,2 g Lemak 19,1 g

    Karbohidrat 28,2 g Kalsium 254 mg Fosfor 781 mg

    Sutomo (2008)

    Kandungan lemak kedelai sebesar 18-20% sebagian besar terdiri atas asam

    lemak. Selain itu, terdapat senyawa fosfolipida dan glikopida yang merupakan

    komponen utama membran sel. Kedelai merupakan sumber asam lemak essensial

    lonoleat. Protein kedelai mengandung 18 asam amino, yaitu 9 jenis asam amino

    esensial dan 9 jenis asam amino nonesensial. Asam amino esensial meliputi sistin,

    isoleusin, lisin, metionin, fenil alanin, treonin, triptofan dan valin. Sedangkan

    asam amino nonesensial meliputi alanin, glisin, arginin, histidin, prolin, asam

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 9

    aspartat dan asam glutumat. Selain itu kedelai sangat peka terhadap perlakuan

    fisik dan kemis, misalnya pemanasan dan perubahan pH dapat menyebabkan

    perubahan sifat fisik protein seperti kelarutan, viskositas dan berat molekul.

    Perubahan-perubahan pada protein ini memberikan peran sangat penting pada

    pengelolahan pangan.

    B. Lamtoro Gung

    1. Klasifikasi dan Morfologi biji lamtoro gung

    Lamtoro merupakan salah satu tanaman yang termasuk leguminosa, yang

    biasanya digunakan untuk pakan kambing, sapi dan juga kerbau. Tanaman

    lamtoro ini berasal dari Filipini dengan sebutan ipil-ipil yang berarti giant raksasa.

    Sistematika lamtoro gung adalah sebagai berikut :

    Kingdom : Plantae

    Divisi : Magnoliophyta

    Kelas : Magnoliopsida

    Ordo : Fabales

    Famili : Fabaceae

    Genus : Leucaena

    Spesies : Leucaena leucocephala L

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 10

    Sumber :http://www.materipertanian.com/klasifikasi-dan-morfologi-tanaman-

    lamtoro/

    Gambar 2.2 Lamtoro Tanaman ini memiliki batang kuat dan tumbuh tegak, dan juga memiliki

    perakaran yang sangat kuat dan dalam. Biji lamtoro gung terdapat dalam polong

    yang pipih. Di dalam satu tadan terdapat beberapa polong yaitu berkisar 20-25

    polong dan tiap polong berisi 15-30 biji. Biji yang masih muda bersifat lembek

    berwarna hijau muda, pada biji tua bersifat agak keras dan berwarna hijau tua

    sedangankan pada biji tua bersifat keras dan berwarna kecoklat-coklatan.

    2. Kandungan Lamtoro Gung

    Biji lamtoro gung kandungan proteinnya cukup tinggi berkisar 30-40%,

    dan bila dibandingkan dengan golongan kacang-kacangan yang lain, sehingga biji

    lamtoro banyak dimanfaatkan untuk bahan pangan (Slamet, 1982).

    Tabel 2.2 Komposisi Kimiawi Lamtoro Gung per 100 gr Komposisi Jumlah

    Air 18,58 mg Protein 34,88 g Lemak 5,73 g

    Abu 5,40 g Karbohidrat 36,39 g

    Sumber : Astuti, 2003

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 11

    Kandungan karbohidrat yang tinggi, karbohidrat tersebut akan dipecah

    oleh Rhizopu, Monascus dengan lama fermentasi tertentu sehingga akan

    mempengaruhi aroma tempe yang dihasilkan. kadar air tempe semakin tinggi,

    kadar air tempe sangat menentukan tekstur tempe dan daya simpan atau kesegaran

    tempe.

    C. Angkak

    Angkak merupakan hasil fermentasi dari beras dengan kapang jenis

    Monascus purpureus. Angkak bisa digunakan untuk membuat arak merah yang

    terbuat dari beras, sebagai bahan pengawet makanan dan obat. Berdasarkan

    penelitian, angkak mampu menurunkan kadar kolesterol darah (Priantono, 2009).

    Pigmen angkak merupakan produk fermentasi Monascus yang mempunyai

    sifat kelarutan tinggi, warna stabil, mudah dicerna dan tidak karsinogenik.

    Menerut penelitian Srikandi Fardiaz, penggunaan pigmen angkak pada pangan

    cukup aman. Angkak akan menghasilkan pigmen selama proses fermentasi yaitu

    monascin dan ankaflavin yang berwarna kuning, rubropunctatin dan

    monascorubin berwarna orange, serta pigmen merah monascorubrain dan

    Rubropunctamin (Tisnadjaya, 2006). Selain itu angkak memiliki khasiat untuk

    menurunkan jumlah lemak daam darah, menurunkan kandungan trigliserida,

    kolesterol.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 12

    Sumber

    : https://encryptedtbn0.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcR8llRtcN6EFBNDScKciPWjvGRQJprEuHTGrIOFBCW0vXiz7h6v9A

    Gambar 2.3 Angkak

    Angkak merah merupakan bahan makanan hasil fermentasi antara beras

    dengan kapang jenis Monascus purpureus. Ekstrak angkak merah ini mengandung

    sterol, isoflavon, MUFA (Monounsaturated Fatty Acid) dan penurunan lipid.

    Beras yang semula putih berubah warna menjadi merah gelap. Kapang Monascus

    purpureus merupakan bahan-bahan alam yang terbukti efektif unuk mereduksi

    kadar kolesterol dalam darah.

    Monascus purpureus adalah sejenis jamur berwarna merah yang

    ditumbuhkan untuk fermentasi pada media yang mengandung subtrat pati. Warna

    merah ini adalah hasil metabolisme selama fermentasi yang meliputi pigmen,

    mevilonin, citrin vitamin dan enzim. Warna merah dari angkak dapat sebagai

    pewarna maupun pengawet makanan (Pattanagul, 2007).

    Penelitian fermentasi beras menjadi pewarna alami dilakukan Fardiz

    (1996) dari Instititut Pertanian Bogor. Hasil pengujian menunjukkan pigmen

    angkak cukup aman digunakan pada pangan. Tisnadjaja (2006) angkak

    menghasilkan empat pigmen, dua pigmen utama berwarna merah bernama

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

    https://encryptedtbn0.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcR8llRtcN6EFBNDScKciPWjvGRQJprEuHTGrIOFBCW0vXiz7h6v9Ahttps://encryptedtbn0.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcR8llRtcN6EFBNDScKciPWjvGRQJprEuHTGrIOFBCW0vXiz7h6v9A

  • 13

    monosakorubin dan monaskin. Dengan fermentasi inilah, manfaat beras teryata

    tidak Cuma mengenyangkan. Setelah diberi kapang jenis tertentu, maka akan

    berubah warna dengan bertambah senyawa aktifnya seperti lovastatin. Beras yang

    telah bergantian penampilan itu teryata menyehatkan tubuh (Fitriani, 2006).

    Monascus purpureus adalah kapang utama pada angkak. Angkak adalah

    beras yang difermentasi oleh kapang sehingga penampakannya berwarna merah.

    Kapang menghasilkan pigmen yang tidak toksis dan tidak mengganggu sistem

    kekebalan tubuh. Komponen pigmen yang dihasilkan ini adalah rubropunktatin

    (merah), monoskorubin (merah), monaskin (kuning), ankaflavin (kining)

    rubropunktamin (ungu), dan monaskorubramin (ungu) (Fardiaz dan Zakaria,

    1996). Sedangkan menurut Anonim (2007), angkak menghasilkan empat pigmen.

    Dua pigmen utama berwarna merah bernama monaskorubin dan monaskin.

    Sedangkan lainnya berwarna kining dan jingga. Warna merahnya stabil dalam

    proses pengolahan.

    Di indonesia, beberapa peneliti mencoba melakukan penelitian tentang

    angkak. Penelitia ini melakuakan penelitian dalam usaha mencari pewarna alami

    untuk mengganti pewarna sintetik makanan. Hasil uji toksisitas menunjukkan

    pigmen angkak cukup aman digunakan dalam makanan, mengurangi penggunaan

    nitrit dalam memperbaiki warna merah daging olahan seperti sosis dan ham

    daging sapi, serta menghambat pertumbuhan bakteri patogen dan perusak

    berspora seperti Bacillius cereus dan Bacillius stearothermophilus. Khasiat

    angkak dapat menurunkan jumlah lemak daam darah, menurunkan kandungan

    trigliserida, kolesterol. Mevinolin dan lovastatin adalah dua komponen bioaktif

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 14

    yang diketahui terdapat di dalam angkak sehingga dapat menurunkan kadar

    kolesterol dalam darah (Ardiyansyah, 2007)

    D. Tempe

    1. Pengertian dan kandungan tempe

    Tempe adalah produk fermentasi yang amat dikenal oleh masyarakat

    Indonesia terutama di Jawa. Tempe terbuat dari kedelai rebus yang difermentasi

    oleh jamur Rhizopus. Selama fermentasi, biji-bji kedelai terperangkap dalam

    rajutan miselia jamur membentuk padatan yang kompak berwarna putih

    (Steinkraus, 1960). Di Indonesia, tempe dikonsumsi oleh hampir semua tingkatan

    masyarakat hampir di seluruh Indonesia. Penyajian kedelai menjadi tempe

    berbeda dengan berbagai penyajian sebagainpangan yang lain. Keunikan tersebut,

    ialah untuk membuat tempe kedelai disajikan dan dikonsumsi utuh, berbeda

    dengan tahu atau susu kedelai, yang dikonsumsi hanya sebagai ekstrak protein

    saja (Kasmidjo, 1990).

    Tempe merupakan makanan hasil fermentasi tradisional berbahan baku

    kedelai dengan bantuan jamur Rhizopus oligosporus. Mempunyai ciri-ciri warna

    putih, tekstur kompak dan lavor spesifik. Warna putih disebabkan adanya miselia

    jamur yang tumbuh pada permukaan biji kedelai. Tekstur yang kompak juga

    disebabkan oleh miselia-miselia jamur yang menghubungkan antara biji-biji

    kedelai. Terjadinya degradasi komponen-komponen dalam kedelai dapat

    menyebabkan terbentuknya flavor spesifik setelah fermentasi (Kasmidjo, 1990).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 15

    Sumber : https://www.google.co.id/search?q=gambar+tempe Gambar 2.4 Tempe

    Dalam tempe, kadar nitrogen totalnya sedikit bertambah, kadar abu

    meningkat, tetapi kadar lemak dan kadar nitrogen asal proteinnya berkurang.

    Komposisi tempe adalah sebagai berikut :

    Tabel 2.3 Komposisi Kimia Tempe

    Cahyadi (2006)

    Tabel di atas menunjukkan bahwa kadar protein pada tempe cukup tinggi

    yaitu 41,1% dan telah memenuhui syarat mutu tempe kedelai yaitu minimal 20%

    (b/b). Tempe juga memiliki kandungan air yang cukup tinggi yaitu 61,2% dan

    kandungan karbohidrat 29,6% (Cahyadi,2006). Menurut Standar Nasional

    Indonesia, tempe kedelai adalah produk makanan hasil fermentasi biji kedelai

    oleh kapang tertentu, berbentuk padatan kompak dan berbau khas serta berwarna

    putih atau sedikit keabu-abuan.

    Komposisi Jumlah Air (wb) 61,2%

    Protein kasar (db) 41,5% Minyak kasar (db) 22,2% Karbohidrat (db) 29,6%

    Abu (db) 4,3% Serat kasar (db) 3,4% Nitrogen (db) 7,5%

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

    https://www.google.co.id/search?q=gambar+tempe

  • 16

    Tabel 2.4 Syarat Mutu Tempe Kedelai Menurut Standar Nasional Indonesia

    Kriteria Uji Persyaratan Bau Normal (khas tempe)

    Warna Normal Rasa Normal

    Sumber : Badan Standart Nasional (1992)

    Tempe juga mengandung superoksida desmutase yang dapat menghambat

    kerusakan sel dan proses penuaan. Dalam sepotong tempe, terkandung berbagai

    unsur yang bermanfaat, seperti protein, lemak, serat, vitamin, enzim daidzein,

    serta antibakteri dan zat antioksidan yang berkhasiat sebagai obat (Cahyadi,

    2006). Selain jenis tempe kedelai ada jenis tempe yang lain, yakni tempe

    leguminosa non kedelai dan tempe non leguminosa. Tempe leguminosa non

    kedelai di antarannya adalah tempe benguk, tempe kecipir, tempe lamtoro, tempe

    kacang hijau, tempe kacang merah. Sedangkan jenis tempe non leguminosa di

    antaranya tempe gandum, tempe sorghum, dan tempe tela.

    Ciri tempe yang berhasil adalah ada lapisan putih sekitar kedelai dan pada

    saat dipotong tempe tidak hancur. Perlu diperhatikan agar pembuatan tempe

    berhasil alat yang dipergunakan untuk membuat tempe sebaiknya dijaga

    kebersihannya. Menjaga kebersihan pada saat membuat tempe ini sangat

    diperlukan karena fermentasi tempe hanya terjadi pada lingkungan yang higienis.

    Gangguan pada pembuatan tempe di antaranya adalah tempe tetap basah, jamur

    tumbuh kurang baik, tempe berbau busuk, ada bercak hitam dipermukaan tempe,

    dan jamur hanya tumbuh baik di salah satu tempat.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 17

    2. Tahapan pembuatan tempe

    Gambar 2.5 Diagram alir Proses pembuatan tempe

    Tahap pembutan tempe pertama melakukan penyotiran, proses penyotiran

    bertujuan untuk memperoleh produk tempe yang berkualitas, yaitu memilih bahan

    yang bagus dan padat berisi. Biasanya di dalam biji kedelai tercampur kotoran

    seperti pasir atau biji yang keriput dan keropos. Kemudian biji yang lolos

    penyotiran atau biji yang berkualitas dicuci. Pencucian bertujuan untuk

    menghilangkan kotoran yang melekat maupun tercdalam bahan baku pembuatan

    tempe. Setelah biji dicuci bersih biji kemudian direbus, perebusan dilakukan 2

    kali. Perebusan pertama bertujuan untuk melunakkan biji kedelai dan

    memudahkan pengupasan kulit serta bertujuan untuk menonaktifkan tripsin

    inhibitor yang ada dalam bahan baku pembuatan tempe. Selain itu perebusan

    pertama ini bertujuan untuk mengurangi bau langu pada kedelai dan dengan

    perebusan akan membunuh bakteri yang kemungkinan tumbuh dalam bahan baku

    Pencucian Perebusan I Pengupasan kulit

    Perendaman Perebusan II Penirisan dan Pendinginan

    Penginokulasian (peragian) Pembungkusan

    Pemeraman (fermentasi)

    Penyotiran

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 18

    tempe. Perebusan dilakukan selama 30 menit atau ditandai dengan mudah dengan

    yaitu jika bahan sudah lunak jika ditekan dengan jari tangan.

    Kemudian biji yang sudah direbus selama 30 menit, kemudian biji

    direndam. Perendaman bertujuan untuk melunakkan biji dan mecegah

    pertumbuhan bakteri pembusuk selama fermentasi. Ketika perendaman, pada kulit

    biji kedelai telah berlangsung proses fermentasi oleh bakteri yang terdapat di air

    terutama oleh bakteri asam laktat. Perendaman juga bertujuan memberikan

    kesempatan pada keping-keping kedelai menyerap air sehingga menjamin

    pertumbuhan kapang menjadi optimal. Perendaman dapat menggunakan air biasa

    atau air yang ditambah dengan asam asesat, sehingga pH larutan mencapai 4-5.

    Perendaman dilakukan selama 12-16 jam pada suhu kamar. Setelah biji di

    rendam, biji kembali direbus untuk yang kedua kalinya. Pada perebusan kedua ini

    bertujuan untuk mengurangi bau langu pada biji dan dengan perebusan akan

    membunuh bakteri yang kemungkinan tumbuh dalam bahan baku tempe selama

    proses perendaman. Seelah direbus biji tidak langsung dapat di inokulasi, biji

    harus ditiriskan dan didinginkan terlebih dahulu. Proses penirisan bertujuan untuk

    menurunkan kadar air pada bahan baku pembuatan tempe. Setelah lamtoro dan

    kedelai kering kemudian dilakukan penambahan ragi, ragi yang akan membentu

    proses fermentasi. Setelah bahan tercampur secara merata, kemudian bahan

    dibungkus agar bahan merekat. Kemudian baru difermentasi.

    E. Organoleptik

    Indera perasa kita dapat merasakan banyak makanan yang kita makan. Hal

    ini dapat membiasakan indera kita untuk mengenali atau menilai cita rasa dan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 19

    kualitas makanan dengan cara melatih indera tersebut. Menurut Rahayu (2001)

    yang menyatakan bila digabungkan dengan perasaan (konsistensi dan tekstur)

    dari makanan di dalam mulut, konsumen dapat membedakan suatu makanan

    dengan jenis makanan lain. Cita rasa makanan ditimbulkan oleh terjadinya

    rangsangan terhadap indera pengecap dalam tubuh manusia. Makanan yang

    memiliki cita rasa tinggi adalah makanan yang disajikan dengan menarik,

    menyebar bau yang sedap dan memberikan rasa yang lezat. Evaluasi bau dan rasa

    masih tergantung pada taste panel. Keragaman antara individu dalam respon

    intensitas dan kualitas terhadap stimulus tertentu dan pada seseorang individu

    tertentu (karena faktor luar) menyebabkan pemilihan anggota panel merupakan

    hal yang terpenting (Rahayu, 2001).

    F. Penelitia Yang Relevan

    Pada penelitian pendahulu yang dilakukan Slamet (2015) berjudul “

    Potensi Biji Lamtoro Gung dan Biji Kedelai Sebagai Bahan Baku Pembuatan

    Tempe Komplementasi” menunjukkan bahwa rasio tempe komplementasi biji

    lamtoro gung dan kedelai mempengaruhi mutu organoleptik tempe yaitu warna,

    rasa, aroma, dan rasa.

    Jurnal penelitian yang dilakukan Fenny (2012) berjudul “ Pembuatan

    Tempe Proporsi Biji Kedelai:Lamtoro Gung dengan Penambahan Angkak”

    menyatakan bahwa perlakuan terbaik adalah pada perlakuan proporsi biji kedelai :

    lamtoro gung (70:30) dengan penambahan angkak 1% . Pada penelitian ini

    menunjukakan bahwa lama fermentasi akan mempengaruhi karakteristik tempe.

    Pada penelitian ini menunjukkan bahwa lama fermentasi 48 jam merupakan lama

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 20

    fermentasi yang terbaik untuk menghasilkan tekstur tempe yang kompak.

    Semakin kecil prosentase biji lamtoro dengan lama fermentasi 48 jam, akan

    menghasilkan tekstur tempe yang semakin padat pada tempe lamtoro, sehingga

    semakin lama fermentasi yang dilakukakan tekstur tempe lamtoro akan semakin

    baik.

    G. Kerangka Berpikir

    Penelitian ini menggunakan biji lamtoro gung sebagai bahan tambahan

    dan dengan penambahan angkak sebagai perwarna alami dalam pembuatan tempe.

    Peneliti akan melakukan uji orgonoleptik karakteristik sensorik pada tempe yaitu

    bau, warna, tekstur dan rasa. Dalam penelitian ini proses fermentasi dilakukan

    dengan menggunakan jamur Rhizopus. Sebelum melakukan penelitian,

    penelitmelakukan pra penelitian untuk mendapatkan proporsi yang baik, maka

    peneliti menetapkan proporsi bahan yang akan digunakan untuk membuatan

    tempe yaitu 50:50, 25:75 dan 75:25 dengan penambahan angkak 1 sendok teh dan

    difermentasi selama 48 jam. Dari hasil fermentasi ini akan dihasilkan diversifikasi

    tempe yang kemudia menjadi sumber gizi alternatif bagi konsumen. Adapun

    kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat disajikan dalam bagan sebagai

    berikut :

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 21

    Gambar 2.6 Diagram alir Kerangka Berpikir

    H. Hipotesis

    Adapun hipotesis perlakuan yang digunakan yaitu :

    1. Penambahan biji lamtro gung dan angkak sebagai bahan tambahan dan

    pewarna alami dalam proses pembuatan tempe mempengaruhi karateristik

    tempe

    2. Penambahan biji lamtoro gung dan angkak dalam proses pembuatan tempe

    yang paling disukai panelis sebagai bahan tambahan dan pewarna alami

    dalam pembutan tempe adalah perbandingan kedelai dan lamtoro 75 : 25

    dan penambahan angkak 1 sendok teh

    Kedelai Lamtoro

    Angkak

    Pra penelitian

    Didapat perbandinag 50:50, 25:75 dan 75:25 dan penambahan angkak

    1 sendok teh

    Kedelai+lamtoro gung+angkak

    fermentasi

    Diversifikasi Tempe

    Kesukaan konsumen

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 22

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    A. Jenis dan Rancangan Penelitian

    Jenis penelitian yang diterapkan adalah eksperimen dengan

    menggunkan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri satu faktor dengan

    3 perlakuan, 5 kali pengulangan. Penelitian ini menguji 3 proposi kedelai dan

    kontrol pada tempe kedelai secara organoleptik. Pengujian secara organoleptik

    ini meliputi warna (penampakan), aroma (penciuman), tekstur dan rasa

    (pengecapan). Berikut adalah tata letak wadah fermentasi yang dilakukan

    dengan cara pengundian :

    Tabel 3.1 Tata Letak Penyimpanan Tempe

    E1(2) C(3) C(1) E2(4) E3(1) E1(3) C(4) E1(4) E3(3) E2(5) E2(2) E3(2) C(5) E2(1) E3(4) E1(5) E2(3) E3(5) E1(1) C(2)

    Keterangan :

    C : Kontrol E1 : Proposi bahan kedelai dengan lamtoro 75:25 gram dan 1sendok

    teh angkak E2 : Proposi bahan kedelai dengan lamtoro 50:50 gram dan 1sendok

    teh angkak E3 : Proposi bahan kedelai dengan lamtoro 25:75 gram dan 1sendok

    teh angkak

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 23

    B. Variabel Penelitian

    1. Variabel bebas

    Variabel bebas dalam penelitian ini adalah variasi proporsi

    penambahan lamtoro gung dan angkak yang ditambahkan pada proses

    pembuatan tempe. Proporsi tersebut terdiri dari 3 taraf dengan pengulangan

    masing-masing sebanyak 5 kali pengulangan. Karena penelitian ini merupakan

    Rancangan Acak Lengkap (RAL), sehingga dilakukan randomisasi terhadap

    letak wadah fermentasi dengan cara undian.

    2. Variabel Terikat

    Variabel terkait dalam penelitian ini adalah aroma, warna, tekstur dan

    rasa tempe.

    3. Variabel kontrol

    Variabel kontrol dalam penelitian ini adalah wadah fermentasi berupa

    keranjang, angkak sebanyak 1 sendok teh, ragi 1 gram, lama fermentasi 48

    jam.

    C. Batasan Penelitian

    Agar masalah dalam ekspiremen ini tetap terarah, maka disusun

    batasan masalah sebagai berikut :

    1. Angkak yang di gunakan 1 sendok teh

    2. Ragi yang digunakan 1 gram / 100 gram bahan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 24

    3. Proporsi kedelai dan lamtoro gung dibedakan menjadi (75 : 25 ), (50 :

    50 ) dan (25 : 75)

    4. Suhu yang digunakan untuk fermentasi adalah suhu ruangan 370C

    5. Lama fermentasi 48 jam

    D. Waktu dan Tempat Penelitian

    Secara keseluruhan, penelitian ini dilakukan dari 1 Agustus sampai dengan

    4 Agustus 2017. Pembuatan tempe dan uji organoleptik dilakukan di

    Laboratorium Biologi Kampus III Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

    E. Alat dan Bahan

    Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah panci, kompor,

    sendok, timbangan, nampan, dan baskom. Sedangkan bahan-bahan yang

    digunakan adalah biji kedelai dan lamtoro gung yang diperoleh dari Pasar

    Legi Surakarta, serta Angkak yang diperoleh di jalan Wonosari, dan plastik

    kiloan yang diperoleh di toko klontong.

    F. Cara Kerja

    1. Persiapan dan Sterilisasi alat

    Persiapan penelitian diawali dengan proses penyiapan alat-alat yang

    akan digunakan dan sterilisasi perlu dilakukan untuk meminimalisir resiko

    kontaminasi saat pembuatan tempe. Berikut adalah langkah kerja sterilisasi

    alat yang digunakan :

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 25

    a. Alat – alat seperti baskom, panci, timbangan, sendok, dan nampan

    dicuci menggunakan sabun.

    2. Pembuatan Tempe

    a. Tempe Kontrol (tanpa tambahan lamtoro gung dan angkak)

    1. Siapkan kedelai sebanyak 500 gram.

    2. Pilih kedelai yang berkualitas

    3. Cuci kedelai yang menggunakan air bersih

    4. Rebus kedelai yang sudah dibersihkan selama 30 menit

    5. Setelah direndam kupas kulit ari pada kedelai

    6. Kemudian rendam kedelai selama 12 jam

    7. Setelah di rendam kedelai kembali direbus sampai biji kedelai cukup

    lemak

    8. Kumudian setelah direbus biji kedelai ditiriskan dan didinginkan

    9. Setelah dingin kedelai ditambahkan ragi, dan dicampurkan hingga

    merata

    10. Setelah merata barulah kedelai dibungkus menggunakan plastik

    11. Beri label pada plastik

    12. Inkubasi dilakukan dalam rak di Laboratorium Biologi Kampus III

    Universitas Sanata Dharma Yogyakarta pada suhu kamar, selama 48

    jam.

    13. Dilakukan uji organoleptik

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 26

    b. Tempe dengan Penambahan Lamtoro Gung dan Angkak

    1. Kedelai dan lamtoro gung dicuci menggunakan air bersih di tempat

    yang berbeda

    2. Kedelai dan lamtoro gung direbus selama 30 menit pada panci yang

    berbeda

    3. Kupas kulit ari pada kedelai dan lamtoro gung

    4. Rendam kedelai selama 12 jam

    5. Kedelai kembali direbus sampai lunak

    6. Lamtoro gung dan kedelai yang yang sudah di rebus ditiriskan dan

    didinginkan

    7. Setelah dingin timbang dan lamtoro gung kedelai sesuai ukuran yang

    telah di tentukan yaitu 25 gram kedelai dan 75 gram lamtoro gung

    8. Kemudian ditambahkan ragi, dan dicampurkan hingga merata

    9. Tambahkan angkak dan di campurkan hingga merata

    10. Kemudian dibungkus menggunakan plastik

    11. Beri label pada plastik

    12. Inkubasi dilakukan dalam rak di Lablaboratorium Biologi Kampus III

    Universitas Sanata Dharma Yogyakarta pada suhu kamar, selama 48

    jam

    13. Dilakukan uji organoleptik

    14. Lakukan langkah kerja yang sama untuk tempe dengan proporsi

    kedelai 50 gram kedelai : 50 gram lamtoro gung dan 75 gram kedelai :

    25 lamtoro gung

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 27

    3. Pengujian Organoleptik

    Pengujian organoleptik adalah pengujian yang didasarkan pada proses

    penginderaan. Penginderaan diartikan sebagai suatu proses fisio-psikologis,

    yaitu kesadaran atau pengenalan alat indera akan sifat-sifat benda karena

    adanya rangsangan yang diterima alat indera yang berasal dari benda tersebut

    (Susiwi,2009). Bagian tubuh yang kali ini berperan dalam uji organoleptik

    adalah mata (indera penglihatan), hidung (indera pembau), tangan (indera

    peraba), dan lidah (indera pengecap). Pengujian organoleptik dilakukan oleh

    seseorang yang disebut panelis. Panelis merupakan anggota panel atau orang

    yang terlibat dalam penilaian organoleptik dari berbagai kesan subjektif untuk

    menilai produk yang disajikan (Fitriyono,2014).

    Uji orgoleptik ini dilakukan oleh 10 orang panelis yang merupakan

    rekan peneliti. Para panelis ini tergolong dalam jenis panelis yang agak

    terlatih. Hal ini dikarenakan para panelis sudah pernah melakukan uji

    organoleptik terhadap tempe. Pengujian organoleptik dilakuakan secara acak

    sesuai kode yang ada. Adapun aspek yang harus diuji adalah penampakan,

    bau, dan rasa. Berikut cara kerja uji organoleptik :

    a. Uji Warna

    1. Diambil beberapa tempe, kemudian diletakkan di atas nampan yang

    bersih dan kering

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 28

    2. Dilihat beberapa saat, kemudian memberi skor terhadap warna dari

    masing-masing perlakuan

    3. Dilakukan pengerjakan oleh 10 orang panelis.

    b. Uji Aroma

    1. Sampel tempe diambil beberapa buah di letakkan di atas nampan yang

    bersih dan kering

    2. Sampel tempe dicium pada jarak kira-kira ½ cm dari hidung untuk

    mengetahui aromanya.

    3. Dilakukan pengerjakan oleh 10 orang panelis.

    c. Uji Rasa

    1. Sampel tempe dikukus kemudian dipotong kecil kira-kira 2 cm dan

    dirasakan menggunakan lidah

    2. Dilakukan pengerjakan oleh 10 orang panelis

    G. Pengumpulan dan Pengolahan Data

    Data yang dikumpulkan adalah data primer yang didapat dari uji

    orgoleptik terhadap proporsi kedelai:lamtoro gung dengan penambahan

    angkak yang dihasilkan. Setelah melakukan uji orgoleptik, para panelis akan

    memberikan penilaian sesuai skala hedonik yang peneliti sediakan dan diisi

    secara subyektif dan spontan.. Untuk memperoleh proses analisis data, maka

    sebelumnya perlu dilakukan tabulasi data seperti dibawah ini :

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 29

    Tabel 3.2 Uji Organoleptik

    Keterangan :

    C : Kontrol

    E1 : Proposi bahan kedelai dengan lamtoro 75:25 gram dan 1sendok teh angkak

    E2 : Proposi bahan kedelai dengan lamtoro 50:50 gram dan 1sendok teh angkak

    E3 : Proposi bahan kedelai dengan lamtoro 25:75 gram dan 1sendok teh angkak

    H. Analisis Data

    Penelitian ini terdiri dari 3 kelompok perlakuan yaitu E1 dengan

    penambahan lamtoro sebanyak 25gram, E2 dengan penambahan lamtoro gung

    Panelis/ Pengulang

    an

    Uji Organoleptik

    Aroma Warna Tekstur Rasa

    C E1

    E2

    E3

    C E1

    E2

    E3

    C E1

    E2

    E3

    C E1

    E2

    E3

    A 1

    2

    3

    4

    5

    B 1

    2

    3

    4

    5

    ... ...

    ... ...

    ... ...

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 30

    50gram dan E3 dengan penambahan lamtoro sebanyak 75gram, dan kontrol

    dengan pengulan masing-masing 5 kali. Hasil yang dipeleh akan diolah

    menggunakan uji Anova dan apabila signifikan akan dilanjutkan

    menggunakan uji Tukey. Berikut adalah langkah-langkah uji Anova dan

    Tukey menggunakan PSS versi 16.0.

    Gambar 3.1 Tampilan SPSS versi 16.0

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 31

    a. Uji Anova

    1. Menginput data

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 32

    a. Membuka progam SPSS versi 16.0, kemudian akan muncul kotak

    dialog SPSS Statistics 16.0, Klik type in data, klik Ok

    b. Pada SPSS Statistics Data Editor klik variable view dibagian kiri

    bawah

    c. Masukkan variabel perlakuan aroma, warna, tekstur dan rasa

    d. Pada variabel perlakuan, klik pada kolom value, maka akan muncul

    kotak dialog value labels. Pada value isi dengan angka, sedangkan

    pada label isi dengan keterangan skala perlakuan (Kontrol, E1, E2

    dan E3)

    e. Pada variabel aroma, klik pada kolom value, maka akan muncul

    kotak diaolog value labels. Pada value isi dengan angka (1,2,3,4, dan

    5), sedangkan pada label isi dengan keterangan hedonic.

    f. Klik data view di bagian kiri bawah, masukkan data sesuai dengan

    nama variabel dan data yang diperoleh

    2. Melakukan Uji Anova

    a. Untuk melakukan uji Anova, klik menu Analyze – Compare Means –

    One Way ANOVA

    b. Klik variabel karakteristik, masukkan kedalam Dependen List,

    kemudian klik variabel perlakuan ke Factor

    c. Klik Options, pada Statistiks, pilih Descriptive dan Homogenity of

    variance test kemudian klik continue

    d. Klik Post-Hoc, dari pilihan yang ada pilih Bonferroni dan Tukey lalu

    klik continue

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 33

    3. Pengujian Hipotesis dan Pengambilan Keputusan

    a. Hipotesis

    Adapun hipotesis yang digunakan pada pengujian ini adalah

    sebagai berikut:

    Ho : Tidak ada perbedaan yang nyata dari beberapa kelompok

    perlakuan

    Hi : Terdapat perbedaan yang nyata dari beberapa kelompok

    perlakuan.

    b. Pengambilan Keputusan

    Pengambilan keputusan yang di gunkan adalah berdasarkan

    probabilitas

    • Jika Asymp. Sig. > 0,05 maka Ho di terima. Dengan kata

    lain tidak ada perbedaan yang nyata dari beberapa

    kelompok perlakuan

    • Jika Asymp. Sig. < 0,05 maka Ho ditolak. Dengan kata lain,

    terdapat perbedaan nyata dari beberapa kelompok

    perlakuan.

    I. Rancangan Pemanfaatan Hasil Penelitian dalam Pembelajaran

    Hasil penelitian akan dijadikan refrensi tambahan bagi peneliti yang

    kelak akan menjadi tenaga pendidik. Penelitian proporsi tempe dengan

    penambahan angkak berkaitan dengan mata pelajaran biologi pada materi

    bioteknologi di kelas XII SMA. Pendidik tenaga pendidik lainnya dan

    bersama-sama peserta didik dapat membuat tempe dengan proporsi tempe

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 34

    yang berbeda dengan penambahan angkak ini sebagai implementasi

    pengetahuan yang di dapatkan mengenai tempe.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 35

    BAB IV

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    A. Hasil Uji Organoleptik

    Setelah melakukan uji organoleptik aroma, warna tekstur dan rasa

    tempe berbahan kedelai dengan penambahan biji lamtoro gung menggunakan

    proporsi 75 :25 gram, 50:50 gram, dan 25:75 gram dan penambahan angkak 1

    sendok teh, diperoleh data sebagai berikut :

    1. Aroma

    Aroma merupakan salah satu bagian dari uji organoleptik. Pengujian

    aroma dilakukan dengan cara penelis mencium sampel yang sudah disiapkan

    disiapkan di atas nampan, kemudian panelis memberi penilaian sesuai dengan

    skala yang tersedia pada kuisoner. Hasil penilaian terhadap aroma dari tempe

    di tampilkan pada gambar 4.1.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 36

    Gambar 4.1 Grafik rerata kesukaan panelis terhadap aroma

    Keterangan :

    C : Kontrol

    E1 : Proposi bahan kedelai dengan lamtoro 75:25 gram dan 1sendok teh angkak

    E2 : Proposi bahan kedelai dengan lamtoro 50:50 gram dan 1sendok teh angkak

    E3 : Proposi bahan kedelai dengan lamtoro 25:75 gram dan 1sendok teh angkak

    Pada grafik di atas dapat dilihat bahwa rerata skor yang diberikan

    panelis terhadap aroma tempe yang dihasilkan tertinggi adalah pada perlakuan

    E2 yaitu 2,64 . Selanjutnya rerata skor yang mendekati perlakuan E2 adalah

    pada perlakuan E3 dengan skor 2,56 dan disusul oleh perlakuan E1 dengan

    skor 2,54, lalu yang paling terendah adalah pada perlakuan kontrol dengan

    skor 2,12.

    Hasil dari rata-rata selanjutnya diuji menggunkan Anova one factor

    betweensubject desain untuk melihat apakah terdapat perbedaan yang

    0

    0,5

    1

    1,5

    2

    2,5

    3

    3,5

    4

    C E1 E2 E3

    Perlakuan

    Rer

    ata

    Skor

    Aro

    ma

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 37

    signifikan. Setelah dilakukan pengujian didapatkan hasil sebagai seperti pada

    tabel 4.1.

    Tabel 4.1 hasil uji anova aroma

    ANOVA Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

    Between Groups .821 3 .274 3.830 .030 Within Groups 1.144 16 .071 Total 1.965 19

    Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa aroma

    menunjukakan hasil 0,03 < 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa ada perbedaan

    yang signifikan, sehingga dari empat kelompok perlakuan menyatakan bahwa

    ada berbeda secara nyata atau dengan kata lain tingkat kesukaan panelis

    terhadap aroma tempe dari semua perlakuan adalah berbeda. Guna mengetahui

    adanya perbedaan yang nyata dari aroma tempe antara keempat perlakuan,

    maka dilakukan uji lanjut yaitu Tukey. Hasil uji Tukey adalah pada tabel 4.2.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 38

    Tabel 4.2 Hasil Uji Tukey Aroma

    Dependent Variable:Perlakuan

    (I) Karakteristi

    k

    (J)

    Karakteristi

    k

    Mean Difference (I-

    J)

    Aroma C E1 -.4200

    E2 -.5200*

    E3 -.4400

    E1 C .4200

    E2 -.1000

    E3 -.0200

    E2 C .5200*

    E1 .1000

    E3 .0800

    E3 C .4400

    E1 .0200

    2 -.0800 *. The mean difference is significant at the 0.05 level

    Berdasarkan tabel diaatas dapat dilihat bahwa adanya beda nyata

    ditandai bintang yang terdapat pada ujung angka. Aroma pada perlakuan

    kontrol memiliki beda nyata terhadap perlakuan E2 yaitu dengan proporsi

    kedelai dan lamtoro gung 50:50 gram dengan penambahan angkak satu sendok

    teh.

    2. Warna

    Selain aroma, warna juga merupakan salah satu komponen

    organoleptik yang diujikan. Pengujian warna dilakukan dengan cara panelis

    mengambil sampel yang telah disediakan diatas nampan kemudian panelis

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 39

    mengamati warna menggunakan indra penglihat. Hasil penilaian panelis

    terhadap warna dari tempe seperti pada gambar 4.2.

    Gambar 4.2 Grafik rerata kesukaan panelis terhadap warna

    Keterangan :

    C : Kontrol

    E1 : Proposi bahan kedelai dengan lamtoro 75:25 gram dan 1sendok teh angkak

    E2 : Proposi bahan kedelai dengan lamtoro 50:50 gram dan 1sendok teh angka

    E3 : Proposi bahan kedelai dengan lamtoro 25:75 gram dan 1sendok teh angkak

    Pada grafik d iatas dapat dilihat bahwa rerata skor yang diberikan oleh

    panelis terhadap warna, skor tertinggi adalah E3 yaitu 3,5. Untuk perlakuan

    yang mendekati E3 yaitu E1 yaitu 3,28 dan disusul oleh perlakuan E2 yaitu

    3,1 lalu yang paling terendah pada perlakuan kontrol yaitu 1,76.

    Hasil rata-rata dari uji organoleptik oleh panelis selanjutnya diuji

    menggunAkan Anova one factor between subject desain untuk melihat apakah

    00,5

    11,5

    22,5

    33,5

    4

    c e1 e2 e3

    Perlakuan

    Rer

    ata

    Skor

    War

    na

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 40

    terdapat perbedaan yang signifikan. Setelah dilakukan pengujian didapatkan

    hasil seperti pada tabel 4.3.

    Tabel 4.3 hasil uji anova warna

    ANOVA Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

    Between Groups 9.337 3 3.112 20.343 .000 Within Groups 2.448 16 .153 Total 11.785 19

    Berdasarkan hasil uji anova di atas dapat disimpulkan bahwa warna

    menunjukkan hasil 0,000 < 0,05 yang berarti Ho ditolak. Hal ini

    menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan dari kempat kelompok

    perlakuan antara kontrol, penambahana proporsi bahan kedelai dengan biji

    lamtoro sebanyak 75:25, 50:50 dan 25:75 gram dengan 1 sendok teh angkak.

    Guna mengetahui adanya perbedaan yang nyata dari warna tempe antara

    keempat perlakuan, maka dilakukan uji lanjut yaitu Tukey. Hasil uji Tukey

    ditampilkan pada tabel 4.4.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 41

    Tabel 4.4 Hasil Uji Tukey warna

    (I) Perlakuan

    (J) Perlakuan

    Mean Difference (I-J)

    Warna C E1 -1.5200*

    E2 -1.3400*

    E3 -1.7600*

    E1 C 1.5200*

    E2 .1800

    E3 -.2400

    E2 C 1.3400*

    E1 -.1800

    E3 -.4200

    E3 C 1.7600*

    E1 .2400

    E2 .4200 *. The mean difference is significant at the 0.05 level.

    Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa adanya beda nyata

    ditandai bintang yang terdapat pada ujung angka. Warna pada kontrol

    memiliki beda nyata terhadap perlakuan E1 yaitu proporsi kedelai dan biji

    lamtoro gung 75:25 gram dengan penambahan angkak satu sedok teh, E2

    proporsi kedelai dan biji lamtoro gung 50:50 gram dengan penambahan

    angkak satu sedok teh, dan E3 proporsi kedelai dan biji lamtoro gung 25:75

    gram dengan penambahan angkak satu sedok teh.

    3. Tekstur

    Tekstur aspek lain dari uji organoleptik adalah tekstur. Pengujian

    tekstur dilakukan dengan cara panelis mengambil sampel yang telah

    disediakan di atas nampan kemudian panelis menekan dengan indra peraba.

    Selanjutnya panelis diminta untuk memberi nilai sesuai dengan skala hendonik

    nilai 1: sangat lunak, 2: agak lunak, 3: lunak, 4: agak keras, 5: sangat keras,

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 42

    yang terdapat pada kuisioner yang telah dibuat. Hasil penilaian terhadap

    aroma dari tempe seperti pada gambar 4.3.

    Gambar 4.3 Grafik rerata kesukaan panelis terhadap tekstur Keterangan : C : Kontrol E1 : Proposi bahan kedelai dengan lamtoro 75:25 gram dan 1sendok teh

    angkak E2 : Proposi bahan kedelai dengan lamtoro 50:50 gram dan 1sendok teh

    angkak E3 : Proposi bahan kedelai dengan lamtoro 25:75 gram dan 1sendok teh

    angkak

    Pada grafik di atas, dapat dilihat bahwa skor yang diberikan oleh

    panelis terhadap tekstur pada perlakuan E2 lebih tinggi dari pada perlakuan

    E1, E3 dan kontrol. Berdasarkan penilaian panelis E3 merupakan perlakuan

    yang memiliki rerata skor paling rendah. Sedangkan rerata skor yang

    diberikan panelis pada perlakuan E1 adalah 3,18. Dan rerata skor yang

    diberikan oleh panelis pada perlakuan kontrol yaitu 3,12.

    Hasil dari rata-rata selanjutnya diuji menggunkan Anova one factor

    between subject desain untuk melihat apakah terdapat perbedaan yang

    0

    0,5

    1

    1,5

    2

    2,5

    3

    3,5

    4

    C E1 E2 E3

    Perlakuan

    Rer

    ata

    Skor

    Tek

    stur

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 43

    signifikan. Setelah dilakukan pengujian didapatkan hasil sebagai pada tabel

    4.5.

    Tabel 4.5 hasil uji anova tekstur

    ANOVA Sum of Squares df Mean Square F Sig.

    Between Groups .546 3 .182 .651 .594 Within Groups 4.476 16 .280 Total 5.022 19

    Berdasarkan tabel uji anova di atas dapat disimpulkan bahwa tektur

    menunjukkan hasil 0,594 > 0,05 yang berarti Ho di terima. Hal ini

    menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan dari keempat

    kelompok perlakuan antara kontrol, penambahan proporsi bahan kedelai

    dengan biji lamtoro sebanyak 75:25, 50:50 dan 25:75 gram dengan 1 sendok

    teh angkak.

    4. Rasa

    Rasa aspek terakhir yang diuji adalah rasa. Pengujian rasa

    dilakukan dengan cara panelis mengambil sampel yang telah disediakan di

    atas nampan kemudian panelis merasakan menggunakan indra pengecap. Hasil

    penilaian panelis terhadap rasa dari tempe seperti yang terdapat pada gambar

    4.4.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 44

    Gambar 4.4 Grafik rerata kesukaan panelis terhadap rasa Keterangan : C : Kontrol E1 : Proposi bahan kedelai dengan lamtoro 75:25 gram dan 1sendok teh

    angkak E2: Proposi bahan kedelai dengan lamtoro 50:50 gram dan 1sendok teh

    angkak E3 : Proposi bahan kedelai dengan lamtoro 25:75 gram dan 1sendok teh

    angkak

    Grafik di atas menunjukkan bahwa ada perbedaan rerata skor yang

    diberikan panelis untuk rasa dari tempe yang dihasilkan. Rasa pada perlakuan

    E1 dan E2 memiliki nilai yang sama yaitu 2,64, sedangkan perlakuan E3

    memiliki rerata2,6 dan kontrol memiliki rerata skor terendah yaitu 2,46.

    Hasil rata-rata dari uji organoleptik oleh panelis selanjutnya diuji

    menggunkan Anova one factor betweensubject desain untuk melihat apakah

    terdapat perbedaan yang signifikan. Setelah dilakukan pengujian didapatkan

    hasil seperti pada tabel 4.6.

    0

    0,5

    1

    1,5

    2

    2,5

    3

    3,5

    4

    C E1 E2 E3

    Perlakuan

    Rer

    ata

    skor

    Ras

    a

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 45

    Tabel 4.6 hasil uji anova rasa

    ANOVA Sum of Squares df Mean Square F Sig.

    Between Groups .089 3 .030 .406 .751 Within Groups 1.176 16 .073 Total 1.265 19

    Berdasarkan tabel uji anova di atas dapat disimpulkan bahwa tektur

    menunjukkan hasil 0,751 > 0,05 yang berarti Ho di terima. Hal ini

    menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan dari keempat

    kelompok perlakuan antara kontrol, penambahan proporsi bahan kedelai

    dengan biji lamtoro sebanyak 75:25, 50:50 dan 25:75 gram dengan 1 sendok

    teh angkak.

    5. Uji Rangking (overall)

    Pada penelitian ini juga digunakan uji rangking terhadap semua

    parameter organoleptik tempe. Pengujian ini dilakukan untuk mempertegas

    formula tempe yang terbaik atau yang paling disukai oleh panelis. Dari uji

    yang dilakukan didapatkan hasil :

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 46

    Gambar 4.5 Grafik rerata uji Kesukaan panelis terhadap tempe Keterangan : C : Kontrol E1 : Proposi bahan kedelai dengan lamtoro 75:25 gram dan 1sendok teh

    angkak E2 : Proposi bahan kedelai dengan lamtoro 50:50 gram dan 1sendok teh

    angkak E3 : Proposi bahan kedelai dengan lamtoro 25:75 gram dan 1sendok teh

    angkak

    Pada grafik di atas tempe dengan perlakuan E2 adalah tempe yang

    disukai oleh panelis dengan rerata 2,94. Untuk perlakuan yang mendekati E2

    adalah perlakuan E1 dengan rerata 2,92. Selanjutnya diurutan ketiga tingkat

    kesukaan panelis terhadap tempe yang dihasilkan adalah pada perlakuan E3

    dengan skor 2,87. Sedangkan perlakuan yang terendah dari kempat perlakuan

    adalah c dengan rerata skor 2,36.

    6. Pembahasan

    Uji organoleptik adalah suatu cara penilaian yang melibatkan indera.

    Prinsip uji organoleptik adalah proses penginderaan yang berarti alat indera

    0

    0,5

    1

    1,5

    2

    2,5

    3

    3,5

    4

    C E1 E2 E3

    Perlakuan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 47

    dikenalkan dengan sifat-sifat benda melalui rangsanganyng diterima alat

    indera. Bagian tubuh yang ganoleptik kali ini berperan dalam uji organoleptik

    adalah mata (indera penglihatan), hidung (indera pembau), tangan (indera

    peraba), dan lidah (indera pengecap).

    1. Aroma

    Aroma merupakan bau yang sangat subjektif dan sulit diukur, sebab

    setiap orang mempunyai sensitiftas dan kesukaan yang berbeda-beda.

    Meskipun mereka dapat mendeteksi, tetapi setiap individu memiliki kesukaan

    yang berlainan (Surayah dan Sugianto, 2005). Uji aroma ini dilakukan untuk

    mengetahui tingkat kesukaan panelis terhadap sediaan tempe yang dihasilkan

    kepada panelis untuk mendapatkan nilai kesukaan panelis tersebut.

    Dari rerata skor kesukaan panelis terhadap uji aroma tempe,

    didapatkan hasil paling tinggi adalah pada perlakuan E2 yaitu dengan proporsi

    bahan kedelai dan lamtoro 50:50 gram dengan penambahan satu sendok teh

    angkak). Kesukaan panelis pada perlakuan E2 disebabkan karena aroma yang

    dihasilkan pada sampel perlakuan E1 dan E3 tercium bau alkohol. Semakin

    tinggi penambahan proporsi biji lamtoro gung menghasilkan aroma seperti

    tape atau alkohol. Hal ini disebabkan karena biji lamtoro gung mengandung

    karbohidrat yang tinggi, karbohidrat tersebut akan dipecah oleh Rhizopu,

    Monascus dengan lama fermentasi tertentu, maka dihasilkan aroma alkohaol

    yang menonjol. Sedangkan pada perlakuan kontrol menghasilkan aroma

    langu dan gosong. Aroma langu khas kedelai disebakan karena enzim

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 48

    Lipsigenase yang terkandung dalam kedelai (Sediaoetama, 1993). Sehingga

    panelis lebih memilih aroma yang sesuai dengan kesukaan mereka yaitu pada

    perlakuan E2.

    Berdasarkan uji anova yang telah dilakukan menunjukkan bahwa

    terbukti adanya beda nyata dari keempat perlakuan tersebut yang berarti hasil

    yang didapatkan signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan yang

    diberikan pada tempe memberikan pengaruh pada aroma dari tempe yang

    dihasilkan atau dengan kata lain tingkat kesukaan panelis terhadap aroma

    tempe dari semua perlakuan berbeda. Penyebabnya adalah penambahan

    lamtoro gung berbeda pada tiap perlakuan, sehingga aroma yang dihasilkan

    berbeda-beda. Perbedaan aroma pada masing-masing perlakuan karena

    penambahan lamtoro pada setiap perlakuan berbeda-beda. Semakin banyak

    penambahan biji lamtoro gung maka akan menghasilkan aroma alkohol yang

    lebih kuat. Dari komentar yang dituliskan oleh panelis, dikatakan bahwa

    hampir semua perlakuan berbau gosong dan berbau alkohol.

    Dari hasil uji Anova menyatakan bahwa semua perlakuan

    menunjukkan perbedaan yang signifikan dan dilakukan uji lanjut untuk

    mengetahui beda nyata terhadap keempat perlakuan. Bersadarkan uji lanjut

    yaitu uji Tukey (lihat pada lampiran 1) bahwa perlakuan C memiliki beda

    nyata terhadap E2. Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan yang diberikan pada

    tempe memberikan pengaruh pada aroma dari tempe yang dihasilkan atau

    dengan kata lain tingkat kesukaan panelis terhadap warna tempe dari semua

    perlakuan berbeda. Penyebabnya adalah penambahan lamtoro gung berbeda

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 49

    pada tiap perlakuan, sehingga aroma yang dihasilkan berbeda. Oleh karena itu

    panelis lebih menyukai tempe dengan penambahan lamtoro dan angkak.

    2. Warna

    Ketertarikan terhadap makanan dapat dipengaruhi oleh warna,suhu,

    dan teksturnya (Wade dan Tavris, 2008). Peryataan tersebut menekankan

    bahwa warna merupakan salah satu penyebab konsumen tertarik pada sebuah

    produk makanan. Pada penelitian ini, panelis melakukan penskoran warna

    dengan cara melihat tempe yang telah disediakan, kemudian memberikan skor

    sesuai dengan kesukaan mereka.

    Tempe mempunyai ciri-ciri kenampakan berwarna putih. Warna putih

    disebabkan adanya miselia jamur yang tumbuh pada pada permukaan biji

    kedelai (Kasmidjo, 1990). Dari hasil rerata skor kesukaan panelis terhadap uji

    warna tempe, diketahui bahwa warna yang paling diminati oleh panelis adalah

    warna pada perlakuan E3, yaitu proporsi bahan kedelai dan lomtoro gung

    25:75 gram dengan penambahan satu sendok teh angkak). Kesukaan panelis

    pada perlakuan E3 disebabkan karena warna yang dihasilkan pada sampel

    perlakuan E1 dan E2 berwarna merah kecoklatan. Sedangkan pada perlakuan

    kontrol menghasilkan tempe berwarna putih kekuningan. Semakin banyak

    penambahan lamtoro gung ssemakin menambah kesukaan panelis terhadap

    produk, sebab warna tempe yang dihasilkan menjadi warna merah kecoklatan.

    Tempe mempunyai ciri-ciri kenampakan berwarna putih. Perbedaan

    warna pada tempe disebabkan oleh warna bahan yang digunakan dalam

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 50

    pembuatan tempe. Pada penelitian ini menggunkan bahan tambahan biji

    lamtoro gung dan angkak, sehingga ada perlakuan E1, E2 dan E3 yang

    menghasilkan tempe berwarna yang kemerahan maupun kecoklatan.

    Disamping itu pada perlakuan C terdapat warna kuning pada tempe, warna

    kuning muncul disebabkan karena pada kedelai sendiri mempunyai unsur

    warna kuning (Adisarwanto,2005)

    Dari hasil uji Anova menyatakan bahwa semua perlakuan

    menunjukkan perbedaan yang signifikan dan dilakukan uji lanjut untuk

    mengetahui beda nyata terhadap keempat perlakuan. Bersadarkan uji lanjut

    yaitu uji Tukey (lihat pada lampiran 1) bahwa perlakuan C memiliki beda

    nyata terhadap E1,E2 dan E3. Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan yang

    diberikan pada tempe memberikan pengaruh pada warna dari tempe yang

    dihasilkan atau dengan kata lain tingkat kesukaan panelis terhadap warna

    tempe dari semua perlakuan berbeda. Penyebabnya adalah penambahan

    lamtoro gung berbeda pada tiap perlakuan, sehingga warna yang dihasilkan

    berbeda. Oleh karena itu panelis lebih menyukai tempe dengan penambahan

    lamtoro dn angkak.

    3. Tekstur

    Pengindraan tekstur yang berasal dari sentuhan dapat ditangkap oleh

    seluruh permukaan kulit. Biasanya jika orang ingin menilai tekstur yang

    digunakan adalah ujung tangan. Macam-macam tekstur yang dapat dinilaingan

    ujung jari meliputi kebasahan, kering, keras, halus, kasar, dan berminyak

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 51

    (Soewarno, 1985). Pada penelitian ini, uji tekstur dilakukan dengan ujung jari.

    Semua sediaan tempe dinilai memiliki tekstur yang kompak dan flavor

    spesifik.

    Tempe mempunyai ciri-ciri tekstur kompak dan flavor spesifik.

    Tekstur yang kompak juga disebabkan oleh miselia-miselia jamur yang

    menghubungkan antara biji-biji kedelai. Terjadinya degradasi komponen-

    komponen dalam kedelai dapat menyebabkan terbentuknya flavor spesifik

    setelah fermentasi (Kasmidjo, 1990).

    Dilihat dari hasil rerata skor uji tekstur panelis lebih banyak memilih

    sediaan tempe pada perlakuan E2 (proporsi kedelai dan lamtoro gung 50:50

    gram dengan menambahan satu sendok teh angkak) dengan rerata 3,34.

    Kesukaan panelis pada perlakuan E2 disebabkan karena tekstur yang

    dihasilkan pada sampel perlakuan C dan E1 menghasilkan tekstur tempe yang

    keras karena semakin banyak lamtoro yang digunkan maka kadar air pada

    tempe sedikit sehingga tekstur semakin keras. Sedangkan pada perlakuan E3

    memiliki tekstur yang terlalu lunak. Tekstur lunak pada perlakuan E3

    disebabkan karena terlalu banyak penambahan lamtoro gung, maka kadar air

    tempe semakin tinggi dan tekstur semakin lunak. Semakin banyak lamtoro

    yang ditambahkan maka kadar air tempe semakin tinggi, kadar air tempe

    sangat menentukan tekstur tempe dan daya simpan atau kesegaran tempe.

    Kadar air yang tinggi akan mengakibatkan tempe yang dihasilkan akan lunak

    dan cepat membusuk (Iskandar, 2005).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 52

    Berdasarkan uji anova yang telah dilakukan menunjukkan bahwa tidak

    terbukti adanya beda nyata dari keempat perlakuan tersebut yang berarti hasil

    yang didapatkan tidak signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan yang

    diberikan pada tempe tidak memberikan pengaruh pada tekstur dari tempe

    yang dihasilkan atau dengan kata lain tingkat kesukaan panelis terhadap

    tekstur tempe dari semua perlakuan sama. Penyebabnya adalah walaupun

    penambahan lamtoro gung berbeda pada tiap perlakuan, namun tekstur yang

    dihasilkan rata-rata keras.

    4. Rasa

    Rasa merupakan tanggapan atas adanya rangsangan kimiawi yang

    sampai di indera pengecap lidah, khususnya jenis rasa dasar yaitu manis, asin,

    asam, dan pahit. Rasa juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

    tingkat kesukaan seseorang terhadap suatu produk makanan (Surayah dan

    Sugianto, 2005).

    Dilihat dari hasil rerata skor uji rasa panelis lebih banyak memilih

    sediaan tempe pada perlakuan E1 dan E2 dengan rerata 2,64. Kesukaan

    panelis pada perlakuan E1 dan E2 disebabkan karena menghasilkan rasa yang

    gurih. Semakin banyak proporsi kedelai yang ditambahkan akan membuat rasa

    tempe semakin gurih. Rasa gurih tersebut disebabkan karena adanya peptida-

    peptida pendek hasil dari hidrolisis protein tempe tempe lamtoro gung-angkak

    oleh enzim protease.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 53

    Menurut Mega (1998), dengan menggunakan protease, protein tempe

    dihidrolisis menghasilkan asam-asam amino dan berbagai ragam peptida.

    Proses hidrolisis pada taraf tertentu akan menghasilkan peptida-peptida

    pendek yang mempunyai rasa gurih. Sedangkan rasa pada perlakuan E3 tidak

    terlalu enak, karena terlalu banyak penambahan bahan lamtoro. Semakin

    banyak penamabahan lamtoro gung menghasilkan rasa tempe yang kurang

    gurih. Dan perlakuan kontrol yang hanya berbahan kedelai memiliki skor

    rerata terendah, karena pada perlakuan kontrol sangat terasa rasa sangit atau

    gosong.

    Berdasarkan uji anova yang telah dilakukan menunjukkan bahwa tidak

    terbukti adanya beda nyata dari keempat perlakuan tersebut yang berarti hasil

    yang didapatkan tidak signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan yang

    diberikan pada tempe tidak memberikan pengaruh pada rasa dari tempe yang

    dihasilkan atau dengan kata lain tingkat kesukaan panelis terhadap rasa tempe

    dari semua perlakuan sama. Penyebabnya adalah walaupun penambahan

    lamtoro gung berbeda pada tiap perlakuan, namun rasa yang dihasilkan rata-

    rata sama.

    C. Keterbatasan Penelitian

    Dalam penelitian kali ini, terdapat keterbatasan yang dialami selama

    penelitian. Keterbatasan tersebut antara lain :

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 54

    1. Dalam penelitian ini sebaiknya dilakukan pengujian kadar protein dan

    kadar air guna mengetahui karakteristik kimia pada tempe dengan

    penambahan bahan lamtoro dan angkak

    2. Jumlah panelis yang dilibatkan dalam uji organoleptik merupakan panelis

    agak terlatih yang berjumlh 10 orang, sehinga tidak memungkinkan untuk

    dilakukan uji daya terima konsumen.

    3. Kesungguhan panelis dalam memberikan skor kesukaan melakukan uji

    organoleptik merupakan hal yang berada diluar jangkauan peneliti

    4. Penambahan angkak sebaiknya dengan ditimbang agar lebih akurat

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 55

    BAB V

    APLIKASI HASIL PENNELITIAN SEBAGAI SUMBER

    PEMBELJARAN BIOLOGI

    Hasil penelitian mengenai uji formula proporsi kedelai dan lamtoro

    gung penambahan angkak yang dilakukan secara organoleptik ini, dapat

    digunakan sebagai bahan pembelajaran serta referensi untuk diadakannya

    praktikum di sekolah. Materi pembelajaran yang berkenan dengan penelitian

    ini adalah Bioteknologi untuk Sekolah Menengah Atas (SMA) kelas XII

    semester II. Apabila menerapkan kurikulum 2013, maka Kompetensi Inti dan

    Kompetensi Dasar yang digunakan adalah sebagai berikut :

    A. Kompetensi Inti

    KI 1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianut.

    KI 2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung

    jawab peduli (gotong royong, kerjasama, toleransi, damai), santun

    responsif dan pro aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari

    solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif

    dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri

    sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.

    KI 3. Memahami,menerapkan,menganalisis dan mengevaluasi

    pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dana metakognitif

    berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan,

    teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 56

    kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradapan terkait

    penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan

    prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat

    dan minatnya untuk memecahkan masalah

    K1 4. Mengolah, menalar, menyaji, dan mencipta dalam ranah ronkret

    dalam ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang

    dipelajarinya disekolah secara mandiri serta bertindak secara

    efektif dan kreatif, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah

    keilmuan

    B. Kompetensi Dasar

    1.1 Mengagumi keteraturan dan kompleksitas ciptaan Tuhan tentang

    struktur dan fungsi DNA, gen dan kromosom dalam p