ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN KEDELAI (Glycine...

96
ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN KEDELAI (Glycine max) Di Desa Binangun, Kecamatan Binangun, Kabupaten Blitar Oleh Lailatul Badriyah UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS PERTANIAN MALANG 2017

Transcript of ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN KEDELAI (Glycine...

  • ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN KEDELAI (Glycine max)

    Di Desa Binangun, Kecamatan Binangun, Kabupaten Blitar

    Oleh

    Lailatul Badriyah

    UNIVERSITAS BRAWIJAYA

    FAKULTAS PERTANIAN

    MALANG

    2017

  • LEMBAR PERSETUJUAN

    Judul Penelitian : Analisis Efisiensi Pemasaran Kedelai (Glycine max) Di

    Desa Binangun, Kecamatan Binangun, Kabupaten

    Blitar

    Nama Mahasiswa : Lailatul Badriyah

    NIM : 125040107111021

    Jurusan : Sosial Ekonomi Pertanian

    Program Studi : Agribisnis

    Menyetujui:

    Dosen Pembimbing Utama

    Dr. Ir. Syafrial, MS.

    NIP. 19580529 198303 1 001

    Mengetahui

    Ketua Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian

    Mangku Purnomo,SP,M.Si.,Ph.D

    NIP. 19770420 200501 1 001

    Tanggal Persetujuan :

  • LEMBAR PENGESAHAN

    Mengesahkan

    MAJELIS PENGUJI

    Tanggal Lulus:

    Penguji I

    Andrean Eka Hardana, SP., MP.,MBA

    NIK. 201607900818 1 001

    Penguji II

    Anisa Aprilia, SP., MP., MBA

    NIK. 201609870425 2001

    Penguji III

    Dr. Ir. Syafrial, MS

    NIP. 19580529 198303 1 001

  • PERNYATAAN

    Saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Analisis Efisiensi Pemasaran

    Kedelai (Glycine max) di Desa Binangun, Kecamatan Binangun, Kabupaten Blitar”

    adalah hasil penelitian saya sendiri dengan arahan dan bimbingan dosen pembimbing

    utama skripsi. Skripsi ini tidak pernah diajukan untuk tujuan lain dan hanya ditujukan

    untuk memperoleh gelar S1 di Universitas Brawijaya. Sepanjang pengetahuan saya

    tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain

    kecuali, rujukan dalam naskah ini yang disebutkan dalam daftar pustaka. Pernyataan

    ini saya buat atas kesadaran sendiri dan dengan sebenar-benarnya menurut fakta yang

    ada.

    Malang, Agustus 2017

  • iv

    RIWAYAT HIDUP

    Penulis dilahirkan di Blitar, tepatnya pada tanggal 16 September 1993 dan

    merupaka putri pertama dari dua bersaudara dari seorang Bapak bernama Suparman

    dan seorang Ibu bernama Sridatin. Pendidikan penulis dimulai dari Taman Kanak-

    Kanak di TK Pertiwi Jegu 01 (1999-2000), melanjutkan ke jenjang berikutnya di

    SD Negeri Jegu 02 (2000-2006), melanjutkan ke jenjang sekolah menengah

    pertama di SMP Negeri 1 Sutojayan (2006-2009) dan jenjang pendidikan menengah

    atas selanjutnya adalah SMA Negeri 1 Talun (2009-2012). Setelah lulus dari

    jenjang pendidikan menengah atas, penulis melanjutkan ke jenjang pendidikan

    perguruan tinggi dengan menjadi salah satu mahasiswa di Universitas Brawijaya

    dan mengambil konsentrasi keilmuan di Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian,

    Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian pada tahun 2012.

    Selama menjadi mahasiswa penulis mengikuti kegiatan baik akademik

    maupun non akademik. Penulis pernah menjadi asisten praktikum Pengantar Usaha

    Tani pada tahun 2015/2016. Kegiatan non akademik yang penulis ikuti adalah

    mengikuti kegiatan ukm mahasiswa yaitu sebagai anggota IAAS dan mengikuti

    beberapa kepanitiaan dalam kampus.

  • Halaman Persembahan

    Alhamdulillah, rasa syukur saya panjatkan kepada Allah SWT atas

    segala limpahan karunia, rahmat dan hidayahnya sehingga saya bisa memenuhi

    serta menyelesaikan tugas dan kewajiban pendidikan ini dengan baik. Tugas akhir

    skripsi saya persembahkan teruntuk:

    Kedua orangtua saya, Bapak Suparman dan Ibu Sridatin,

    Adik saya Lina Jati Fajaroh.

    Selain itu terumakasih saya ucapkan teruntuk teman seperjuangan saya (Teman-

    teman Gesrek, Teman-teman Bandar, dan Lailis) yang meluangkan waktu sibuk

    mereka untuk memberi semangat, arahan dan nasehat terkait skripsi kepada saya

    Penelitian skripsi ini mengajarkan saya dalam hal kesabaran,

    ketekunan, percaya kepada kemampuan diri sendiri dan ketentuan-Nya.

    Usaha, niat, dan ibadah menuntun saya mencapai hasil saat ini dalam menuntut

    ilmu.

  • i

    RINGKASAN

    LAILATUL BADRIYAH. 1250407111021. Analisis Efisiensi Pemasaran

    Kedelai di Desa Binangun, Kecamatan Binangun, Kabupaten Blitar. Dibawah

    bimbingan Dr. Ir. Syafrial, MS.

    Salah satu sentra kedelai di Kabupaten Blitar ada di Desa Binangun,

    Kecamatan Binangun, Kabupaten Blitar. Kedelai yang ditanam di Desa Binangun

    adalah varietas Anjasmoro. Harga jual kedelai di tingkat petani dan lembaga

    pemasaran masih rendah dibandingkan harga kedelai nasional. Harga kedelai pada

    tingkat petani Rp 6000/kg, harga tersebut terbilang rendah karena harga kedelai

    tingkat produsen nasional sebesar Rp 8327/kg. Harga kedelai tingkat pedagang

    sebesar Rp 12.764/kg sedangkan harga pada tiap lembaga pemasaran kedelai di

    lokasi penelitian dibawah Rp 7000/kg. Selisih harga di tingkat produsen berkisar

    Rp 2000/kg dan selisih harga di tingkat pedagang berkisar Rp 5000/kg. Harga jual

    kedelai lebih banyak ditentukan oleh tengkulak. Biaya pengangkutan dan

    pengambilan keuntungan pada lembaga pemasaran menyebabkan besarnya biaya

    pemasaran. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi saluran pemasaran,

    fungsi pemasaran, struktur pasar dan perilaku pasar serta untuk menganalisis

    efisiensi pemasaran ditinjau dari marjin pemasaran, share petani, efisiensi harga,

    dan efisiensi operasional.

    Metode yang digunakan ada dua yaitu analisis kualitatif dan kuantitatif.

    Analisis kualitatif digunakan untuk mengidentifikasi fungsi pemasaran, saluran

    pemasaran dan perilaku pasar. Analisis kuantitatif digunakan untuk menganalisis

    struktur pasar dengan perhitungan IHH dan CR4 dan efisiensi pemasaran melalui

    margin pemasaran, share harga petani, efisiensi harga, dan efisiensi operasional.

    Hasil dari penelitian ini terdapat 4 saluran pemasaran kedelai. Pihak yang

    terlibat dalam proses pemasaran adalah petani sebagai produsen kedelai dan

    lembaga pemasaran yang terlibat antaralain tengkulak, pengepul, pengecer dan

    pedagang besar. Fungsi pemasaran yang ada meliputi penjualan, pembelian,

    pengangkutan, penyimpanan, pengemasan, sortasi dan grading, bongkar muat,

    penanggungan resiko, retribusi dan transaksi. Masing-masing lembaga melakukan

    fungsi berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan yang mereka miliki.

    Struktur pasar yang terbentuk di daerah penelitian adalah oligopoli dan

    monopoli namun yang sesuai dengan keadaan di lapang adalah struktur pasa

    oligopoli. Perilaku pasar pada penentuan harga komoditas, petani menjadi pihak

    penerima harga dan lembaga pemasaran sebagai pembentuk harga. Kerjasama yang

    terjadi di tempat penelitian adalah antar lembaga pemasaran. Pada analisis marjin

    pemasaran, share petani, maka dari 4 saluran pemasaran yang ada di Desa

    Binangun, saluran pemasaran pertama merupakan saluran yang memberikan

    keuntungan dan share harga terbesar bagi petani, tetapi saluran pertama mempunyai

    kelemahan karean kuantitas kedelai yang dijual hanya sedikit. Saluran pemasaran

    alternatif lain yang menguntukan bagi petani adalah saluran pemasaran II karena

    memberikan share harga yang cukup tinggi bagi petani dengan jumlah pembelian

    kedelai yang banyak. Pada efisiensi harga kegiatan pemasaran sudah efisien karena

    selisih harga lebih dari biaya transportasi dan prosesing, sedangkan pada efisiensi

    operasional belum efisien karena pada saat membeli produk di petani produk yang

    diangkut tidak memenuhi muatan maksimal.

  • ii

    SUMMARY

    Lailatul Badriyah. 125040107111021. Analysis Marketing of Soybean in

    Binangun Village, Subdistric Binangun, Blitar Regency. Under the guidance

    of Dr. Ir. Syafrial, MS.

    One of the soybean center in Blitar Regency is in Binangun Village, Binangun

    Sub-District, Blitar Regency. Soybean in Binangun Village is Anjasmoro variety.

    The selling price of soybean at farmer and marketing institution in research location

    level are low compared to national soybean price. Soybean price at farmer level Rp

    6000/ kg, the price is low compare with the national soybean farmer price is Rp

    8327/ kg. Soybean price in national marketing agency is Rp 12,764/ kg while the

    price of each soybean marketing agency in research location is below Rp 7000 / kg.

    Price difference at farmers level are around Rp 2000/ kg and price difference at

    marketing agencies level are around Rp 5000/ kg. Soybean selling price is

    determined more by the middleman. Transportation costs and profit-taking on

    marketing agencies lead to the huge cost of marketing. This research aims to

    identify marketing channel, marketing function, market structure and market

    conduct and to analyze marketing efficiency refer to marketing margin, farmer

    share, price efficiency, and operational efficiency.

    There are two method used that are qualitative and quantitative analysis.

    Qualitative analysis is used to identify marketing functions, marketing channels and

    market behavior. Quantitative analysis is used to analyze market structure with IHH

    and CR4 calculation and marketing efficiency through marketing margin, farmer

    price share, price efficiency, and operational efficiency.

    The results of this study are 4 channels of soybean marketing. The people

    involved in the marketing process are farmers as producers of soybeans and

    marketing agencies involved are middle man, collectors, retailers and wholesalers.

    Marketing functions consist of purchase, sales, sorting, packaging, transportation,

    handling, storage, transaction, risk, and retribution. Each institution performs

    different functions according to their needs and abilities.

    The market structure formed in the research area are oligopoly and monopoly,

    but in accordance with the situation in the field is the oligopoly market structure.

    Market conduct on commodity pricing, farmers being the price taker and marketing

    agencies as price maker. Cooperation that occurred at the research site is between

    marketing institutions. In marketing margin analysis and farmers share from 4

    marketing channels in Binangun Village, the first marketing channel is the channel

    that gives profit and biggest share price for farmers, but the first channel has

    weakness the quantity of soybean sold only slightly. Another alternative marketing

    channel for farmers is marketing channel II because it provides a high share price

    for farmers with large quantities of soybean purchases. On the price efficiency of

    marketing activities have been efficient because the price difference is more than

    the cost of transportation and processing, while the operational efficiency is not

    efficient because at the time of purchase products in farmers, products transported

    below maximum payload.

  • iii

    KATA PENGANTAR

    Penulis mengucapkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang dengan

    rahmat dan hidayahNya telah menuntun penulis sehingga dapat menyelesaikan

    skripsi yang berjudul “Analisis Efisiensi Pemasaran Kedelai (Glycine max) di Desa

    Binangun, Kecamatan Binangun, Kabupaten Blitar”. Penelitian ini disusun sebagai

    salah satu persyaratan meraih gelar Sarjana Pertanian pada Program Studi

    Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya selain itu penyusunan laporan

    ini sebagai media penunjang kebutuhan khalayak umum yang ingin mengetahui dan

    memahami tentang efisiensi pemasaran kedelai di daerah penelitian.

    Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar -

    besarnya, kepada Dr. Ir. Syafrial, MS., selaku dosen pembimbing skripsi dan

    sebagai dosen pembimbing akademik atas segala kesabaran, nasehat, arahan dan

    bimbingannya kepada penulis. Ucapan terimakasih juga penulis ucapkan kepada

    Andrean Eka Hardana, SP., MP., MBA dan Anisa Aprilia, SP., MP., MBA sebagai

    dosen penguji atas nasihat, arahan dan bimbingan kepada penulis. Penulis juga

    mengucapkan terimakasih kepada Ketua Jurusan Mangku Purnomo, SP, M.Si, Ph.D

    dan beserta seluruh dosen atas bimbingan dan arahan yang selama ini diberikan

    serta kepada karyawan Jurusan Sosial Ekonomi, Fakultas Pertanian, Universitas

    Brawijaya atas fasilitas dan bantuan yang diberikan.

    Penghargaan yang tulus penulis berikan kepada kedua orangtua dan adik

    atas doa, cinta, kasih sayang, pengertian dan dukungan yang diberikan kepada

    penulis. Juga kepada rekan Sosial Ekonomi angkatan 2012 atas bantuan, dukungan

    dan kebersamaan selama ini. Penulis berharap semoga hasil dari penelitian ini dapat

    bermanfaat bagi banyak pihak, dan memberikan sumbangan pemikiran dalam

    kemajuan ilmu pengetahuan.

    Malang, Mei 207

    Penulis,

  • v

    DAFTAR ISI

    Halaman

    RINGKASAN ........................................................................................... i

    SUMMARY .............................................................................................. ii

    KATA PENGANTAR .............................................................................. iii

    RIWAYAT HIDUP .................................................................................. iv

    DAFTAR ISI ............................................................................................. v

    DAFTAR TABEL .................................................................................... vii

    DAFTAR GAMBAR ................................................................................ viii

    I. PENDAHULUAN ............................................................................... 1

    1.1 Latar Belakang ............................................................................... 1

    1.2 Rumusan Masalah .......................................................................... 3

    1.3 Batasan Masalah............................................................................. 5

    1.4Tujuan ............................................................................................. 5

    I.5 Kegunaan Penelitian....................................................................... 5

    II. TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 6

    2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu ....................................................... 6

    2.2 Tinjauan Tentang Pemasaran ......................................................... 9

    2.3 Struktur Pasar ................................................................................. 19 2.4 Perilaku Pasar ................................................................................. 22 2.5 Kinerja Pasar .................................................................................. 23

    III. KERANGKA TEORITIS .................................................................. 28

    3.1 Kerangka Pemikiran ....................................................................... 28

    3.2 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ............................. 29

    IV. METODE PENELITIAN .................................................................. 33

    4.1 Pendekatan Penelitian .................................................................... 33 4.2 Penentuan Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................ 33 4.3 Teknik Penentuan Sample .............................................................. 33 4.4 Teknik Pengumpulan Data ............................................................. 34 4.5 Teknik Analisis Data ...................................................................... 35

  • vi

    V. HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................... 42

    5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian .............................................. 42

    5.2 Karakteristik Responden ................................................................ 46

    5.3 Saluran Pemasaran Kedelai ............................................................ 55

    5.4 Fungsi Pemasaran .......................................................................... 57

    5.5 Struktur Pasar ................................................................................. 65

    5.6 Perilaku Pasar ................................................................................. 66 5.7 Analisis Efisiensi Pemasaran ......................................................... 67

    VI. KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 79

    6.1 Kesimpulan .................................................................................... 79

    6.2 Saran ............................................................................................... 80

    DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 81

    LAMPIRAN .............................................................................................. 84

  • vii

    DAFTAR TABEL

    Nomor Halaman

    Teks

    1. Definisi operasional ...................................................................... 30 2. Penggunaan Lahan Desa Binangun ............................................... 43 3. Jumlah Penduduk Desa Binangun ................................................. 43 4. Jumlah Penduduk Usia Produktif .................................................. 44 5. Jumlah Penduduk Desa Binangun Berdasarkan Tingkat Pendidikan ..................................................................................... 45

    6. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian ....................... 45 7. Distribusi petani kedelai berdasarkan kelompok umur ................. 47 8. Distribusi petani kedelai berdasarkan tingkat pendidikan ............ 48 9. Distribusi petani kedelai berdasarkan jumlah anggota keluarga ... 49

    10. Distribusi petani kedelai berdasarkan mata pencaharian utama ... 50 11. Distribusi petani kedelai berdasarkan mata pencaharian

    Sampingan ..................................................................................... 50

    12. Distribusi petani kedelai berdasarkan pengalaman usahatani ....... 51 13. Distribusi petani kedelai berdasarkan luas lahan .......................... 52 14. Distribusi responden lembaga pemasaran berdasarkan kelompok

    Umur ............................................................................................. 52

    15. Distribusi responden lembaga pemasaran berdasarkan tingkat Pendidikan ..................................................................................... 53

    16. Distribusi responden lembaga pemasaran berdasarkan mata pencaharian sampingan ................................................................. 54

    17. Distribusi responden lembaga pemasaran berdasarkan pengalaman usaha ......................................................................... 55

    18. Fungsi – Fungsi Pemasaran Kedelai Desa Binangun .................... 58 19. Hasil Perhitungan IHH dan CR4 ................................................... 65 20. Distribusi Margin, Share Harga, dan Ratio K/B Saluran

    Pemasaran Kedelai I ..................................................................... 68

    21. Distribusi Margin, Share Harga, dan Ratio K/B Saluran Pemasaran Kedelai II ................................................................... 69

    22. Distribusi Margin, Share Harga, dan Ratio K/B Saluran Pemasaran Kedelai III .................................................................. 71

    23. Distribusi Margin, Share Harga, dan Ratio K/B Saluran Pemasaran Kedelai IV .................................................................. 73

    24. Efisiensi Harga Berdasarkan Biaya Transportasi .......................... 75 25. Efisiensi Harga Berdasarkan Biaya Processing ............................ 76 26. Efisiensi Operasional Berdasarkan Fungsi Pengangkutan ............ 77

  • vii

    DAFTAR GAMBAR

    Nomor Halaman

    Teks

    1. Hubungan antara fungsi-fungsi pertama dan turunan terhadap margin tataniaga dan nilai margin tataniaga ................................. 26

    2. Kerangka Pemikiran Analisis Pemasaran kedelai ......................... 29 3. Skema saluran pemasaran kedelai Desa Binangun ....................... 55

  • 1

    I. PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Harga kedelai impor lebih rendah dari harga kedelai lokal merupakan faktor

    pendorong melajunya kedelai impor. Kondisi ini akan mempengaruhi posisi tawar

    petani dimana hal tersebut tidak menguntungkan bagi petani karena menyebabkan

    ketidakpastian penerimaan yang diperoleh petani dari kegiatan usahatani. Salah

    satu kendala dalam meningkatkan pendapatan petani adalah posisi tawar petani

    yang lemah dibandingkan dengan pedagang/ tengkulak. Keadaan ini disebabkan

    karena umumnya struktur pasar di tingkat petani adalah bukan pasar persaingan

    sempurna. Karakteristik komoditi pertanian salah satunya adalah bersifat homogen

    dan massal. Sifat homogen mengindikasikan bahwa konsumen tidak bisa

    mengindikasi sumber-sumber penawaran disubtitusi secara sempurna oleh

    produsen lainnya. Sifat massal memberikan indikasi bahwa jumlah komoditi

    pertanian yang dihasilkan seorang produsen dianggap sangat kecil dibandingkan

    jumlah komoditi total yang dipasarkan, sehingga produsen pertanian secara

    individual tidak dapat mempengaruhi harga yang berlaku di pasar dan bertindak

    sebagai penerima harga (price taker) (Purwanti dkk, 2008).

    Soekartawi (1993) mengemukakan, salah satu kelemahan pengembangan

    produk pertanian adalah kurang diperhatikannya aspek dan/atau permasalahan

    pemasaran produk tersebut sehingga mengakibatkan tidak efisiennya sistem

    pemasaran. Pemasaran yang tidak efisien mengakibatkan kenaikan harga yang

    berlebih ditangan konsumen, sehingga diperlukan perbaikan efisiensi pemasaran.

    Adanya pemasaran yang tidak efisien juga disebabkan oleh bentuk pasar yang

    kurang bersaing, rantai pemasaran yang terlalu panjang dan sistem kelembagaan

    yang tidak sehat, hal inilah yang merupakan masalah pemasaran yang pada

    umumnya berpengaruh terhadap tingkat harga yang diterima petani (Orizanto,

    2014).

    Menurut teori Mellor (1967) serta Smalley dan Ehui (1995), bahwa

    perbaikan efisiensi pemasaran akan mendorong pertumbuhan ekonomi dengan

    berkurangnya marjin pemasaran yang pada akhirnya mendorong kenaikan harga

    jual produsen dan lebih lanjut akan meningkatkan produksi output. Semakin besar

  • 2

    terjadi perbaikan efisiensi pemasaran hasil pertanian, semakin turun pengeluaran

    riil semua rumah tangga. Adanya perbaikan efisiensi pemasaran, akan berdampak

    pada turunnya marjin perdagangan dan pengangkutan sehingga dapat

    meningkatkan daya beli dan menekan pengeluaran riil rumah tangga, termasuk

    konsumen, pemerintah dan perusahaan (produsen). Berdasarkan persentase

    turunnya pengeluaran riil, produsen merupakan pelaku ekonomi yang mendapatkan

    keuntungan terbesar dengan adanya kebijakan perbaikan efisiensi pemasaran hasil

    pertanian.

    Syahri (2010) dan Orizanto (2014) menyebutkan fluktuasi harga kedelai

    terjadi setiap tahun, sehingga petani harus menerima harga jual yang rendah

    sehingga merugikan petani. Penyaluran kedelai dari produsen ke konsumen akhir

    banyak melibatkan lembaga pemasaran yang mengakibatkan rantai pemasaran

    panjang. Pada pelaksanakan fungsi-fungsi pemasaan, lembaga pemasaran berupaya

    memperoleh keuntungan yang tinggi dari setiap pengeluaran biaya pemasaran.

    Akibatnya pengambilan keuntungan tidak proposional dengan pengorbanannya,

    pengambilan keuntungan yang tidak proposional menjadikan margin pada saluran

    pemasaran tinggi, sehingga share harga yang diterima petani rendah. Ditambah

    kurang tanggapnya petani produsen mengetahui informasi pasar terbuka.

    Swastika (2016) pada penelitiannya mengenai structure, conduct,

    performance pada kedelai mengungkapkan akses petani terhadap informasi

    pembentukan harga masih terbatas. Petani belum mampu mempengaruhi konsumen

    sehingga petani memerlukan perantara untuk menghubungkan mereka kepada

    pasar, dimana menunjukkan tingginya tingkat ketergantungan petani kedelai

    kepada lembaga pemasaran. Evertina (2008) melakukan studi efisiensi pemasaran

    mengunakan analisis struktur, perilaku dan kinerja pasar. Pada analisis struktur

    dapat diketahui mengenai struktur pasar yang terbentuk. Struktur pasar dipengaruhi

    oleh faktor internal, yaitu konsentrasi pasar, dan faktor eksternal yaitu hambatan

    masuk ke dalam pasar dan kebijakan pemerintah. Struktur pasar yang berkaitan

    dengan jumlah pelaku usaha berikut potensi pengaruhnya di pasar menjadi salah

    satu langkah awal untuk menggali informasi yang lebih mendalam lagi tentang

    perilaku (conduct), seperti perilaku harga apa yang terjadi di pasar komoditas

  • 3

    kedelai, setelah menganalisis struktur dan perilaku dapat dianalisis kinerja

    (performance) pemasaran kedelai.

    Penelitian ini merupakan penelitian efisiensi pemasaran kedelai yang

    dilakukan di lokasi penelitian yang bertujuan untuk menganalisis struktur pasar,

    perilaku pasar, dan kinerja pasar komoditas kedelai dilokasi penelitian. Penelitian

    ini membatasi ruang lingkupnya pada struktur pasar menggunakan pengukuran

    IHH dan CR4, perilaku pasar mengenai keputusan harga dan kolusi, serta kinerja

    pasar menggunakan perhitungan margin, share petani, efisiensi harga dan efisiensi

    operasional. Perilaku pasar mengenai kebijakan harga dan promosi penjualan tidak

    dibahas di penelitian ini.

    1.2 Rumusan Masalah

    Pembangunan sektor pertanian membutuhkan perbaikan keseimbangan

    dalam produksi dan pemasaran. Pembangunan pertanian tidak akan efektif apabila

    hanya memperbaiki sistem produksi dan mengabaikan sistem pemasaran karena

    perbaikan pendapatan petani tergantung juga pada perbaikan sistem pemasaran.

    Pada sisi petani, suatu sistem tataniaga yang efektif dan efisien merupakan salah

    satu yang mendorong peningkatan produksi pertanian (Anindita, 2004).

    Usahatani kedelai dengan skala yang kecil dan tersebar (spatial) salah satu

    faktor penyebab tingginya biaya pengumpulan, sehingga fluktuasi produksi juga

    dibarengi dengan fluktuasi harga pasar. Selain hal tersebut, petani umumnya berada

    dalam posisi tawar yang lemah, sehingga harga kedelai ditingkat petani lebih

    banyak ditentukan oleh pedagang. Karena tingkah laku para pedagang/ lembaga

    pembeli kedelai cenderung menentukan harga secara sepihak, keadaan harga pasar

    ini tidak dapat di nikmati oleh petani secara maksimal (Tahir, 2011).

    Pada pemasaran panjangnya saluran pemasaran akan mempengaruhi

    besarnya marjin pemasaran. Semakin besar marjin pemasaran, maka selisih harga

    ditingkat petani dan konsumen akan semakin besar. Tidak efisiennya pemasaran

    bisa disebabkan oleh penggunaan fasilitas pemasaran yang kurang maksimal dan

    adanya perubahan harga yang meningkat yang dilakukan oleh lembaga pemasaran.

    Efisiensi pemasaran dapat tercapai apabila biaya pemasaran dapat ditekan,

    perbedaan harga yang dibayarkan oleh konsumen dan produsen tidak terlalu tinggi,

  • 4

    serta adanya fasilitas transportasi secara memadai akan mempengaruhi terwujudnya

    kompetisi pasar yang sehat (Soekartawi, 1989).

    Kedelai hasil pertanian di lokasi penelitian memiliki harga yang lebih

    rendah daripada harga kedelai tingkat nasional. Di lokasi penelitian petani memiliki

    posisi tawar yang rendah dan lembaga pemasaran mengikuti harga yang terbentuk

    di pasar. Rata-rata kedelai dijual ke luar daerah karena konsumen komoditas kedelai

    merupakan konsumen industri. Harga kedelai yang rendah sedangkan lembaga

    pemasaran melakukan fungsi-fungsi pemasaran yang membutuhkan biaya untuk

    pelaksanaanya membuat harga di tingkat petani menjadi semakin rendah pula.

    Harga kedelai pada tingkat petani di lokasi penelitian dibeli oleh lembaga

    pemasaran dengan harga Rp 6000/kg, harga tersebut terbilang rendah karena harga

    kedelai tingkat produsen nasional berdasarkan data kemendag tahun 2015 sebesar

    Rp 8327/kg. Data kemendag tahun 2015 menyebutkan harga kedelai tingkat

    pedagang sebesar Rp 12.764/kg sedangkan harga pada tiap lembaga pemasaran

    kedelai di lokasi penelitian dibawah Rp 7000/kg. Selisih harga di tingkat produsen

    berkisar Rp 2000/kg dan selisih harga di tingkat pedagang berkisar Rp 5000/kg.

    Di lokasi penelitian petani kedelai menjual produknya ke tengkulak. Pada

    transaksi jual beli petani dengan tengkulak, tengkulak lebih banyak menentukan

    harga kedelai, dari tengkulak kedelai dijual kembali ke konsumen maupun lembaga

    pemasaran lain. Permintaan kedelai banyak berasal dari luar daerah sehinga

    lembaga pemasaran menjual sebagian besar kedelai ke luar daerah yang

    mengakibatkan peningkatan biaya transportasi dan biaya untuk fungsi pemasaran

    lain. Biaya yang meningkat di lembaga pemasaran tidak diimbangi dengan harga

    kedelai yang tinggi mengakibatkan rendahnya harga kedelai di tingkat petani. Oleh

    karena itu dapat disusun pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1) Bagaimana

    saluran pemasaran,fungsi pemasaran, struktur pasar, dan perilaku pasar yang

    dilakukan lembaga pemasaran kedelai di lokasi penelitian? 2) Bagaimana efisisensi

    pemasaran kedelai dari setiap saluran pemasaran ditinjau dari analisis margin

    pemasaran, share petani, efisiensi harga, dan efisiensi operasional ?

  • 5

    1.3 Batasan Masalah

    Pada penelitian mengenai efisiensi pemasaran kedelai terdapat beberapa

    pembatasan masalah. Batasan masalah pada penelitian ini adalah kedelai yang

    diteliti adalah kedelai khusus konsumsi dengan varietas Arjuna. Harga kedelai

    adalah harga yang berlaku saat penelitian dilakukan.

    1.4 Tujuan Penelitian

    Penelitian ini dilakukan dengan tujuan:

    1. Mengidentifikasi saluran pemasaran, fungsi pemasaran, struktur pasar, dan

    perilaku pasar kedelai di lokasi penelitian.

    2. Menganalisis efisiensi pemasaran kedelai ditinjau dari analisis margin

    pemasaran, share petani, efisiensi harga, dan efisiensi operasional.

    1.5 Kegunaan Penelitian

    Kegunaan dari penelitian ini antara lain:

    1. Bagi Petani

    Penelitian dapat memberikan informasi sudah efisien atau belum kegiatan

    pemasaran yang dilakukan oleh petani.

    2. Bagi Lembaga Pemasaran

    Lembaga pemasaran akan mengetahui pemasaran yang dilakukan sudah efisien

    atau belum, serta sebagai informasi untuk menentukan langkah menuju sistem

    pemasaran yang lebih efisien.

    3. Bagi Pemerintah daerah

    Penelitian ini dapat memberikan masukan dalam menentukan kebijakan untuk

    lebih meningkatkan kesejahteraan petani kedelai khususnya di daerah

    penelitian.

    4. Bagi civitas akademi

    Penelitian ini dapat menjadi sumber informasi dan referensi untuk penelitian

    yang serupa.

  • 6

    II. TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu

    Pendekatan efisiensi pemasaran dilakukan untuk mengukur penampilan

    pasar (market performance). Kerangka untuk mengetahui bagaimana pasar berjalan

    secara fair dan efisien dalam sistem pemasaran dapat dilakukan melalui pendekatan

    struktur, tingkah laku, dan penampilan pasar atau structure, conduct, and

    performance (SCP) approach (Anindita, 2004). Penelitian tentang efisiensi

    pemasaran produk pertanian sudah banyak dilakukan untuk mengetahui bagaimana

    fenomena yang terjadi di pasar pada suatu produk pertanian. Penelitian terdahulu

    mengenai efisiensi pemasaran yang menjadi rujukan oleh peneliti adalah penelitian

    yang dilakukan oleh Syahri (2010) dan Orizanto (2014) pada komoditas kedelai,

    Sujarwo dkk (2011) pada komoditas jagung dan Krisnamurti (2002) pada

    komoditas Bawang Merah. Tinjauan penelitian terdahulu digunakan sebagai

    masukan dan menjadi acuan penelitian yang dilakukan sekarang, sehingga

    memudahkan peneliti dalam menentukan metode pengumpulan data, metode

    analisis data, dan menentukaan hipotesis data.

    Penelitian terdahulu oleh Syahri (2010), Orizanto (2014), Sujarwo dkk

    (2011), dan Krisnamurti (2002) memiliki tujuan penelitian untuk menganalisis

    saluran pemasaran dan fungsi pemasaran namun pada Krisnamurti (2002) terdapat

    penelitian tentang struktur pasar. Metode analisis yang digunakan untuk

    menganalisis saluran dan fungsi pemasaran adalah kualitatif, sedangkan untuk

    analisis struktur pasar Krisnamurti (2002) menggunakan alat analisis IHH dan

    CR4. Pada penelitian Syahri (2010) dengan judul “Analisis Efisiensi Pemasaran

    Kedelai (Glycine max L) di Desa Nglaban Kecamatan Loceret Kabupaten Nganjuk”

    terdapat tujuh saluran pemasaran dan pelaksanaan fungsi pemasaran di lokasi

    penelitian adalah fungsi pembelian, transportasi, bongkar muat, pengeringan,

    pengemasan, penyimpanan, retribusi, dan penjualan. Penelitian Orizanto (2014)

    dengan judul “Analisis Efisiensi Pemasaran Kedelai (Glycine Max) di Kecamatan

    Kencong Kabupaten Jember” mendapati empat saluran pemasaran. Fungsi

    pemasaran yang dilakukan oleh lembaga pemasaran di lokasi penelitian adalah

    fungsi pembelian, transportasi, bongkar-muat, pengemasan, penjemuran, retribusi

  • 7

    dan penjualan. Hasil penelitian Sujarwo dkk (2011) dengan judul “ Analisis

    Efisiensi Pemasaran Jagung (Zea Mays L.) di Desa Segunung, Kecamatan

    Dlanggu, Kabupaten Mojokerto” memiliki dua saluran pemasaran dengan fungsi

    pemasaran yang dilakukan oleh lembaga yang terlibat adalah fungsi penjualan,

    pembelian, transportasi, bongkar muat, pengemasan, transaksi dan retribusi. Pada

    penelitian Krisnamurti (2002) dengan judul “Analisis Efisiensi Pemasaran Bawang

    Merah (Allium ascaloniicum)” di Desa Gadingkulon Kecamaan Dau Kabupaten

    Malang terdapat tiga saluran pemasaran. Fungsi pemasaran yang dilakukan oleh

    pihak yang terkait adalah fungsi penjualan, pembelian, pengemasan, transportasi,

    bongkar muat, retribusi dan transaksi. Struktur pasar yang terbentuk di daerah

    penelitian pada tingkat tengkulak dan pengepul adalah oligopsoni.

    Berdasarkan penelitian terdahulu tentang efisiensi pemasaran yang

    dilakukan oleh Syahri (2010), Orizanto (2014), Sujarwo dkk (2011), dan

    Krisnamurti (2002), alat analisis yang digunakan adalah margin pemasaran, share

    harga di tingkat petani, efisiensi harga dan efisiensi operasional. Penelitian

    terdahulu mengungkapkan bahwa share petani terbesar terdapat pada saluran

    pertama karena petani berhadapan langsung dengan konsumen. Hasil analisis

    Syahri (2010), mengungkapkan bahwa efisiensi harga pada fungsi transportasi dan

    fungsi prosesing yang dilakukan lembaga pemasaran telah efisien karena selisih

    harga yang didapat lebih tinggi dari rata-rata biaya yang dikeluarkan untuk

    transportasi dan fungsi prosesing. Melalui analisis efisiensi operasional pada fungsi

    transportasi dari ke enam saluran pemasaran yang melakukan transportasi dapat

    disimpulkan bahwa kapasitas angkut yang digunakan oleh masing-masing lembaga

    pemasaran tidak efisien pada tingkat tengkulak karena penggunaan transportasi

    dibawah muatan maksimal. Pada analisis margin diperoleh margin terkecil pada

    saluran pemasaran ke II dengan jumlah Rp 109,52/kg hal ini menunjukkan bahwa

    saluran ke II efisien karena memperoleh marjin pemasaran yang paling rendah.

    Orizanto (2014) pada analisis margin, saluran pemasaran ke II telah efisien karena

    memiliki total margin paling kecil dengan jumlah sebesar Rp 184,00/kg. Melalui

    analisis efisiensi harga didapatkan hasil fungsi transportasi dan fungsi prosessing

    yang dilakukan lembaga pemasaran efisien karena selisih harga yang didapat lebih

    tinggi dari rata-rata biaya yang dikeluarkan untuk fungsi transportasi dan fungsi

  • 8

    prosessing. Melalui analisis efisiensi operasional fungsi transportasi dapat

    disimpulkan dari ketiga saluran pemasaran yang melakukan transportasi tidak

    efisien hal ini karena penggunaan alat transportasi dibawah kapasitas angkut.

    Penelitian yang dilakukan oleh Sujarwo, dkk (2011). Share paling tinggi yang

    diterima petani ada pada saluran pemasaran I sebesar 59,65%. Sedangkan share

    paling rendah diterima petani terdapat pada saluran pemasaran ke II, yakni 56,34%..

    Rendahnya share yang diterima petani menunjukkan bahwa petani tidak cukup

    terlibat dalam proses pembentukan harga. Melalui pendekatan analisis efisiensi

    harga didapatkan hasil bahwa fungsi transportasi dan fungsi prosesing yang

    dilakukan oleh lembaga pemasaran sudah efisien karena selisih harga yang didapat

    lebih besar dari rata-rata biaya yang dikeluarkan untuk melakukan fungsi

    transportasi dan fungsi prosesing. Pada efisiensi operasional belum efisien karena

    komoditas yang di bawwa alat angkut tidak memenuhi muatan maksimal.

    Krisnamurti (2002), margin pemasaran yang ada pada berbagai saluran pemasaran

    adalah berbeda-beda dan jumlahnya belum merata bila dibandingkan volume yang

    diperdagangkan. Share biaya pemasaran dan keuntungan lembaga pemasaran

    memiliki nilai yang berbeda-beda tiap lembaga pemasaran yang terlibat sehingga

    jumlahnya belum merata. Nilai K/B ratio sebenarnya sudah menunjukkan suatu

    pemasaran yang efisien, tetapi karena distribusinya tidak merata maka pemasaran

    dianggap belum efisien.

    Berdasarkan hasil penelitian-penelitian terdahulu pemasaran hasil pertanian

    dikataan tidak efisien apabila saluran pemasarannya terlalu panjang, share petani

    rendah, margin pemasaran yang terlalu besar, penggunaan alat transportasi dibawah

    muatan maksimal. Terdapat kesamaan dalam analisis efisiensi pemasaran dengan

    penelitian terdahulu yaitu persamaan dalam penggunaan alat analisis yaitu IHH dan

    CR4 untuk mengetahui struktur pasar, margin pemasaran, share harga, efisiensi

    harga dan efisiensi operasional untuk menganalisis efisiensi pemasaran. Perbedaan

    penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada lokasi dilakukannya

    penelitian dan adanya analisis perilaku pasar tentang kesepakatan harga dan kolusi.

  • 9

    2.2 Tinjauan Tentang Pemasaran

    2.2.1 Pengertian Pemasaran

    Pasar seringkali didefinisikan sebagai tempat bertemunya pembeli dan

    penjual di suatu tempat yang dikatakan sebagai pasar, sehingga jika berbicara

    tentang suatu pasar seringkali kita mengasumsikan pasti menyangkut pembeli,

    penjual, dan fasilitas pasar. Seiring dengan kemajuan zaman, pada kenyataannya

    suatu pasar bukan berarti pembeli dan penjual harus saling bertemu, tetapi mereka

    dapat melakukan transaksi dengan bantuan fasilitas yang ada (telepon, faksimile,

    internet, dan lainlain) tanpa perlu saling bertemu di suatu tempat (Modul PHP,

    2012). Pasar menurut Kotler (1998) meliputi keseluruhan pembeli potensial yang

    akan memenuhi kebutuhan dan keinginannya, dimana pembeli tersebut bersedia

    dan mampu membeli alat-alat pemuas melalui pertukaran. Ini merupakan definisi

    berdasarkan sudut pandang penjual, sehingga pasar dianggap sebagai sumber

    permintaan dari barang-barang yang ditawarkan.

    Banyak definisi tentang pemasaran, seperti yang dikemukakan Downey dan

    Erickson (1989) bahwa pemasaran merupakan ilmu yang menelaah terhadap aliran

    produk secara fisik dan ekonomis dari produsen melalui lembaga pemasaran kepada

    konsumen. Pemasaran menurut Kotler (1998) adalah proses sosial dan manajemen,

    dimana individu-individu atau kelompok dapat memenuhi kebutuhan dan

    keinginannya melalui pembuatan dan pertukaran suatu produk dan uang dengan

    individuindividu atau kelompok-kelompok lainnya.

    FAO pada tahun 1958 dalam Sudiyono (2004) mendefinisikan pemasaran

    hasil pertanian sebagai serangkaian kegiatan ekonomi berturut-turut yang terjadi

    selama perjalanan komoditi hasil-hasil pertanian mulai dari produsen primer sampai

    ke tangan konsumen. Definisi pemasaran dari Anindita (2004) menyatakan bahwa

    pemasaran hasil pertanian merupakan suatu runtutan kegiatan atau jasa yang

    dilakukan untuk memindahkan suatu produk dari titik produsen ke titik konsumen.

    2.2.2 Lembaga Pemasaran

    Menurut Koerniawati (2012) lembaga pemasaran adalah badan usaha atau

    individu yang menyelenggarakan aktivitas pemasaran, menyalurkan jasa dan

    produk pertanian kepada konsumen akhir serta memiliki jejaring dan koneksitas

    dengan badan usaha dan atau individu lainnya. Lembaga pemasaran muncul sebagai

  • 10

    akibat kebutuhan konsumen untuk memperoleh produk yang diinginkan sesuai

    waktu, tempat dan bentuknya.

    Peran lembaga pemasaran adalah melakukan fungsi-fungsi pemasaran serta

    memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen secara maksimal. Konsumen

    memberikan balas jasa atas fungsi pemasaran yang dilakukan oleh

    lembagakonsumen. Nilai balas jasa tersebut tercermin pada besarnya margin

    pemasaran. Umumnya lembaga pemasaran dapat digolongkan menurut

    penguasaannya terhadap komoditi yang dipasarkan dan fungsi pemasaran yang

    dilakukan (Koerniawati, 2012).

    Berdasarkan penguasaannya terhadap komoditi yang diperjualbelikan

    lembaga pemasaran, Koerniawati (2012) membedakan lembaga pemasaran menjadi

    tiga kelompok yaitu:

    1. Lembaga pemasaran yang bukan pemilik namun mempunyai kuasa atas produk

    (agent middleman) , di antaranya:

    a. Perantara, makelar, atau broker baik selling broker maupun buying broker.

    Broker merupakan pedagang perantara yang tidak secara aktif berpartisipasi

    dalam melakukan fungsi pemasaran, mereka hanya berperan menghubungkan

    pihak-pihak yang bertransaksi. Bila transaksi berhasil dilaksanakan, broker

    akan memperoleh komisi atas jasa mereka

    b. Commission agent, yaitu pedagang perantara yang secara aktif turut serta

    dalam pelaksanaan fungsi pemasaran terutama yang berkaitan dengan proses

    seleksi produk, penimbangan dan grading. Umumnya mereka memperoleh

    komisi dari perbedaan harga produk

    2. Lembaga pemasaran yang memiliki dan menguasai produk pertanian yang

    diperjual belikan, antara lain:

    a. Pedagang pengepul atau pengumpul, penebas, tengkulak atau contract buyer,

    whole seller: mereka umumnya menaksir total nilai produk pertanian dengan

    cara menaksir jumlah hasil panen dikalikan dengan harga yang diharapkan

    pada saat panen (expectation price). Dalam praktek on farm bila contract buyer

    adalah penebas atau ijon maka setelah ada kesepakatan harga, mereka akan

    bertanggung jawab memelihara tanaman sampai panen selesai dilakukan.

    Biaya panen dibayar oleh penebas.

  • 11

    b. Grain millers : pedagang atau lembaga pemasaran yang memiliki gudang

    penyimpan produk pertanian. Mereka membel aneka produk pertanian

    utamanya padi dan palawija dan sekaligus menangani pasca panen

    c. Eksporter dan importer

    3. Lembaga pemasaran yang tidak memiliki dan tidak menguasai produk

    pertanian yang ditransaksikan:

    a. Processors dan manufaktur: lembaga-lembaga ini sangat berperan dalam

    proses tata niaga agroproduk sebab keberadaannya menjadi jaminan pasar bagi

    produk pertanian. Sebagai contoh dapat diamati industri-industri pangan

    olahan seperti produsen sari apel, buah kaleng, susu Pasteurisasi, pakan ternak,

    penggilingan padi, baik dalam skala mikro, kecil, menengah hingga industri

    besar seperti Pabrik Gula (PG), Pabrik Kelapa Sawit (PKS), dan sebagainya.

    b. Facilitative organizations: salah satu bentuk organisasi fasilitatif yang sudah

    dikenal di Indonesia adalah pasar lelang ikan. Sub Terminal Agribisnis,

    walaupun belum sepenuhnya berjalan dengan baik sudah menawarkan

    alternatif transaksi berbagai produk pertanian melalui lelang.

    c. Trade associations: asosiasi perdagangan agroproduk yang terutama bertujuan

    untuk mengumpulkan, mengevaluasi, dan mendistribusikan informasi pada

    anggotanya. Contoh asosiasi dagang semacam ini adalah AEKI (Asosiasi

    Ekspor Kopi Indonesia) dan ICO (international Coffe Agreement).

    2.2.3 Saluran Pemasaran Produk Pertanian

    Saluran pemasaran adalah rute yang dilalui oleh produk pertanian ketika

    produk bergerak dari farm gate yaitu petani produsen ke pengguna atau pemakai

    terakhir. Produk pertanian yang berbeda akan mengikuti saluran pemasaran yang

    berbeda pula. Umumnya saluran pemasaran terdiri atas sejumlah lembaga

    pemasaran dan pelaku pendukung. Mereka secara bersama-sama megirimkan dan

    memindahkan hak kepemilikan atas produk dari tempat produksi hingga ke penjual

    terakhir (Musselman dkk, 1992). C. Glenn Walters dalam Bayuswastha (1982)

    mendefinisikan saluaran pemasaran sebagai sekelompok pedagang dan agen

    perusahaan yang mengkombinasikan antara pemindahan fisik dan nama dari suatu

    produk untuk menciptakan kegunaan bagi pasar tertentu.

  • 12

    Panjang pendeknya saluran pemasaran menurut Hanafiah (1986) tergantung

    antara lain pada faktor-faktor sebagai berikut:

    1. Jarak antara produsen ke konsumen

    2. Cepat tidaknya produk yang ditransaksikan rusak

    3. Skala produksi

    4. Posisi keuangan lembaga pemasaran yang terlibat.

    Saluran pemasaran barang konsumsi umumnya ada lima saluran yaitu:

    a. Produsen – Konsumen

    Saluran terpendek, saluran paling sederhana untuk distribusi barang-barang

    konsumen tanpa melalui atau melibatkan perantara.

    b. Produsen – Pengecer – Konsumen

    Dalam saluran ini produsen menjual pada pengecer dalam jumlah yang besar,

    tanpa menggunakan perantara.

    c. Produsen – Wholesaler (Pedagang Besar) – Pengecer – Konsumen

    Saluran ini banyak digunakan oleh produsen dan sering disebut distribusi

    tradisional. Di sini produsen hanya melayani pembelian dalam jumlah yang

    besar saja dan tidak menjual pada pengecer. Pembelian pengecer dilayani

    wholesaler dan pembelian konsumen dilayani pengecer.

    d. Produsen – Agen – Pengecer – Konsumen

    Banyak produsen lebih suka menggunakan manufacturer agen broker atau

    perantara agen yang lain daripada menggunakan wholesaler untuk mencapai

    pasar pengecer, khususnya middleman agen antara produsen dan retailer

    (pengecer).

    e. Produsen – Agen – Wholesaler (Pedagang Besar) –Pengecer - Konsumen

    Produsen sering menggunakan agen sebagai perantara untuk menyalurkan

    barangnya pada wholesaler yang kemudian menjualnya pada pengecer kecil.

    2.2.4 Fungsi-Fungsi Pemasaran

    Dalam proses tata niaga produk pertanian dari produsen hingga konsumen

    akhir, terjadi peningkatan nilai tambah baik berupa nilai guna, tempat maupun

    waktu. Hal ini disebabkan oleh pelaksanaan fungsi produksi sebelum produk

    pertanian sampai ke konsumen. Fungsi-fungsi pemasaran yang dilakukan oleh

  • 13

    lembaga-lembaga pertanian antara lain mencakup fungsi pertukaran, fungsi fisik

    dan fungsi fasilitasi (Koerniawati, 2012).

    1. Fungsi Pertukaran

    Dalam tata niaga produk pertanian fungsi ini mencakup kegiatan pengalihan

    hak pemilikan atas produk. Fungsi pertukaran terdiri dari fungsi penjualan dan

    pembelian. Dalam melakukan fungsi penjualan, produsen harus memperhatikan

    kualitas, kuantitas, bentuk dan waktu yang diinginkan konsumen atau partisipan

    pasar dari rantai pemasaran berikutnya. Selain itu fungsi pertukaran juga menjadi

    titik penentuan harga pasar. Sesuai dengan karakteristik konsentrasi distributif pada

    sistem tataniaga produk pertanian, fungsi pembelian umumnya diawali dengan

    aktivitas mencari produk, mengumpulkan dan menegosiasikan harga.

    2. Fungsi Fisik

    Fungsi fisik ini mencakup aktivitas handling (perlakuan), pengangkutan

    (pemindahan), penyimpanan dan perubahan fisik produk sebagai berikut:

    a. Storage function : fungsi penyimpanan merupakan aktivitas yang bertujuan

    agar produk tersedia dalam volume transaksi yang memadai pada waktu yang

    diinginkan. Sebagaimana diketahui, sebagian besar produk pertanian bersifat

    musiman sehingga ketersediaannya tidak terdistribusi merata sepanjang tahun.

    Agar produk pertanian tertentu selalu tersedia dalam volume transaksi dan

    waktu yang diinginkan harus dilakukan pengelolaan stok produksi tahunan.

    Dengan demikian ada beberapa tipe penyimpanan berdasarkan motivasi atau

    alasan dilakukannya penyimpanan, yaitu:

    1) Seasonal stocks: ada sejumlah produk pertanian yang proses konsumsinya

    dilakukan sepanjang tahun namun periode panennya relatif pendek, contoh

    bawang putih. Peyimpanan musiman ini bersifat jangka pendek tergantung

    pada daya simpan produk dan periode panennya

    2) Carryover stocks: hal ini dilakukan untuk produk pertanian yang tersedia

    sepanjang tahun namun level produktivitasnya fluktuatif, contohnya telur dan

    daging ayam. Fungsi penyimpanan umumnya ditujukan agar harga produk

    stabil. Penyimpanan persediaan juga harus mempertimbangkan penurunan

    kualitas produk akibat lamanya waktu penyimpanan

  • 14

    3) Speculative stocks: jenis penyimpanan ini dilakukan untuk produk-produk

    pertanian yang pola permintaannya sepanjang tahun berbeda. Misalnya

    permintaan kurma, tepung terigu dan bahan-bahan pembuat kue yang selalu

    meningkat menjelang lebaran mendorong pedagang untuk melakukan

    speculative stocks. Penyimpanan atau penimbunan produk umumnya

    dilakukan pedagang sejak harga produk dan pola permintaan belum meningkat.

    Stok spekulatif juga dilakukan karena alasan jarak tempuh transportasi yang

    intensif waktu. Untuk mengantisipasi permintaan mendadak, lembaga

    pemasaran harus memiliki simpanan cadangan produk.

    Ada dua jenis fungsi penyimpanan yang biasa dilakukan lembaga pemasaran

    yaitu:

    1) penyimpanan yang dilakukan untuk menyetarakan produksi tahunan dengan

    pola permintaan, contoh dari penyimpanan semacam ini adalah reserve atau

    buffer stock beras di gudang-gudang Dolog (Anindita,2004)

    2) penyimpanan pada setiap level saluran pemasaran oleh lembaga pemasaran

    yang berkepentingan menjaga kontinyuitas distribusi produk. Hal ini dapat

    diamati pada inventarisasi stok produk baik yang dilakukan oleh produsen,

    penjual grosir, pengecer maupun oleh konsumen.

    Pada umumnya penyimpanan menjadi hal yang sangat penting dilakukan

    jika komoditas pertanian yang ditransaksikan dipanen dan dipasarkan dalam jangka

    waktu pendek. Penyimpanan menjadi kurang penting untuk produk pertanian yang

    dipasarkan sepanjang tahun dan melimpah pada saat panen raya. Storage function

    hampir tak pernah dilakukan untuk produk-produk yang dipasarkan dalam kuantitas

    yang relatif sama sepanjang tahun. Meskipun demikian dalam skala kecil pengguna

    produk pertanian khususnya agroindustri selalu memiliki unit manajemen inventory

    untuk menjamin kelancaran pasokan bahan baku produksinya.

    b. Transportation function: kegiatan bongkar dan muat termasuk dalam fungsi

    transportasi

    Tujuan utama transportasi adalah untuk memberikan nilai guna tempat pada

    suatu produk dengan memindahkannya dari sentra produksi ke sentra konsumsi.

    Beberapa faktor yang mempengaruhi fungsi transportasi antara lain: jarak dan

    waktu tempuh transportasi ke lokasi produksi, daerah pasar yang dilayani, kualitas

  • 15

    dan ukuran produk yang dikemas, bentuk komoditi ketika dipasarkan, jenis dan tipe

    layanan transportasi yang digunakan.Biaya transportasi telah memainkan peran

    yang luar biasa dalam tataniaga produk pertanian. Biaya transportasi terendah dari

    lokasi produksi akan menentukan keunggulan komparatif suatu produk pertanian.

    Untuk jenis komoditi tertentu, truk mungkin menjadi alat transportasi dengan tarif

    termurah, namun untuk komoditi lain bisa jadi kereta apilah yang termurah. Dengan

    demikian bila dalam tata niaga mungkin saja terjadi disparitas harga produk

    pertanian yang sama, sebagai akibat perbedaan jarak antara sentra produksi dan

    lokasi penjualan (pasar). Disparitas harga tersebut besarnya adalah harga pasar

    dikurangi biaya transport.

    c. Processing function: fungsi ini dicirikan oleh adanya perubahan wujud fisik

    produk

    Biaya transportasi juga erat kaitannya dengan fungsi pengolahan. Produk

    olahan susu, seperti keju, susu bubuk dan mentega yang telah mengalami

    transformasi bentuk akan lebih mudah dipasarkan dengan biaya transportasi rendah

    dibandingkan dengan susu cair. Oleh karena itu penjualan susu murni cair lebih

    banyak dilakukan di sekitar lokasi pemerahan sapi.

    Dari uraian di atas diperoleh informasi bahwa biaya transportasi tidak hanya

    dipengaruhi oleh perbedaan lokasi produksi, tetapi juga lokasi agroindustri di mana

    produk pertanian diolah lebih lanjut. Selain itu fungsi transportasi berhubungan

    timbal balik dengan fungsi pengolahan dalam hal ukuran dan kualitas produk yang

    ditransaksikan. Karena pada umumnya harga produk semakin mahal seiring dengan

    semakin tingginya kualitas dan ukuran produk, maka produsen dan penjual

    berusaha untuk tidak memasarkan produk dengan ukuran terkecil dan kualitas

    terendah agar dapat menutup biaya pemasaran. Hal ini merupakan alasan

    pentingnya ditentukan ukuran dan tingkatan kualitas produk pertanian (grade)

    sebelum dipasarkan.

    3. Fungsi Fasilitasi.

    Pada dasarnya fungsi fasilitasi adalah segala hal yang bertujuan untuk

    memperlancar fungsi pertukaran dan fungsi fisik. Dimaksudkan fungsi ini dapat

    menjadi upaya perbaikan sistem tata niaga sehingga efisiensi operasional dan

    penetapan harga jual dapat tercapai. Termasuk dalam fungsi fasilitasi adalah

  • 16

    standarisasi dan grading, fungsi pembiayaan, fungsi penanggungan resiko, fungsi

    informasi pasar, riset pemasaran dan penciptaan permintaan.

    a. Standarisasi dan grading: Fungsi ini merupakan fungsi penunjang keberhasilan

    atau kelancaraan terjadinya transaksi. Standarisasi merupakan kegiataan yang

    meliputi penetapan standar untuk produk, pengolahan produk dalam rangka

    penetapan standar-standar yang sesuai dan bila perlu dilakukan tindakan

    pengorganisasian sesuai dengan standar yang ditetapkan (Assauri, 1987).

    Apabila produk mempunyai kualitas, ukuran dan jenis yang seragam serta nilai

    ciri-ciri sesuai dengan standar yang ditetapkan, maka konsumen dapat membeli

    produk tersebut dengan kepercayaan bahwa produk itu sesuai dengan

    kebutuhannya (Assauri, 1987).

    b. Pembiayaan: Fungsi pembiayaan mencakup fungsi pengelolaan sumber daya

    dan pengalokasian dana, termasuk pengaturan syarat-syarat penbayaran atau

    kredit yang dibutuhkan dalam rangka usaha untuk memungkinkan barang atau

    produk mencapai konsumen akhir. Kegiatan fungsi-fungsi pemasaran yang

    memerlukan dana atau pembiayaan adalah pembelian atau penjualan, biaya

    penggudangan, biaya angkut pengepakan, sortasi dan kegiatan promosi

    (Assauri, 1987).

    c. Penanggungan Resiko: dalam pemasaran barang dan jasa selalu terdapat

    sejumlah resiko yang tidak dapat dihindarkan. Resiko yang terdapat dalam

    pemasaran mencakup penurunan mutu, kehilangan, kerusakan, perpanjangan

    kredit dan perubahan penawaran atau permintaan yang semuanya berdampak

    terhadap harga. Resiko ini disebabkan pergerakan atau pemindahan barang

    melalui saluran pemasaran yang sering memakan waktu (Assauri, 1987).

    Untuk produk-produk pertanian mempunyai resiko dalam kerusakan atau

    turunnya mutu akibat pergerakkan atau pemindahan barang dalam saluran

    pemasaran yang membutuhkan waktu. Guna menghindari dan mengatasi resiko

    di atas dapat dilakukan beberapa cara diantaranya usaha pengadaan cold storage

    dan kendaraan pendingin (refrigerated cars), usaha ini dapat di tempuh dalam

    rangka mengurangi tingkat resiko yang timbul dari penurunan mutu atau

    kerusakan produk pertanian.

  • 17

    d. Informasi Pasar: informasi dibutuhkan dalam menetapkan keputusan yang akan

    diambil untuk pemasaran suatu produk. Informasi pasar mengenai produk apa

    dan produk yang bagaimana yang diinginkan oleh kelompok konsumen yang

    ingin dilayani serta berapa besar jumlahnya akan sangat menentukan

    keberhasilan pemasaran produk yang dihasilkan. Untuk dapat menentukan

    produk yang akan dihasilkan dengan tepat maka dibutuhkan informasi, baik dari

    konsumen maupun informasi tentang perusahaan pesaing. Informasi pasar yang

    dikumpulkan berupa data–data yang harus dinilai atau dianalisis dan

    diimplementasikan untuk dapat melihat situasi dan kondisi yang dihadapi dalam

    pemasaran produk. Baik tidaknya hasil penganalisaan informasi pasar

    ditentukan oleh kelengkapan dan ketepatan data serta metode analisa yang

    digunakan. Keahlian tenaga penjual diuji dengan melihat kemampuan dalam

    menganalisa data dan informasi pasar (Assauri, 1987).

    2.2.5 Biaya Pemasaran

    Menurut Anindita (2004), biaya-biaya yang terlibat dalam perhitungan

    biaya pemasaran adalah biaya transportasi, biaya pengepakan, biaya prosesing,

    biaya gudang, dan biaya atas modal yang digunakan. Dalam perhitungannya perlu

    dirinci biaya-biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan pemasaran yang dilakukan.

    Ada 8 kemungkinan biaya yang terjadi dalam biaya pemasaran produk pertanian,

    yaitu:

    1. Biaya Persiapan dan Biaya Pengepakan

    Biaya yang masuk dalam biaya persiapan adalah biaya pembersihan, sortasi,

    dan grading. Sedangkan biaya pengepakan tergantung dari tujuan penjualan,

    sebagai contoh penjualan ke supermarket akan mengeluarkan biaya pengepakan

    yang relatif lebih mahal jika dibandingkan dengan penjualan ke pasar tradisional.

    2. Biaya Handling

    Kegiatan yang diperhitungkan dalam biaya handling adalah pengepakan dan

    pembukaan pak, bongkar dan muat yang kemudian dimasukkan kegudang/toko dan

    akan dikeluarkan kembali untuk dijual.

  • 18

    3. Biaya Transportasi

    Pengangkutan yang dilakukan di daerah pedesaan, peran manusia dan

    hewan dalam transportasi relatif besar. Transportasi dengan truk atau kontainer

    membutuhkan perhitungan biaya yang cermat.

    4. Biaya Produk yang Hilang

    Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam pemasaran seperti sortasi,

    grading, dan lain-lain akan menyebabkan penyusutan karena banyak kerusakan

    yang terjadi serta penanganan yang kurang baik. Sehingga harga satu kilogram

    dipetani tidak dapat disamakan dengan harga satu kilogram di tingkat pengecer.

    Satu kilogram ditingkat petani bisa saja menjadi kurang dari satu kilogram ditingkat

    pengecer. Penyusutan yang besar sering terjadi pada saat musim panen karena

    produk tidak laku. Penyusutan juga dapat disebabkan oleh jarak yang jauh.

    Perhitungan penyusutan akan menjadi susah ketika berat produk tetap, tetapi

    produk telah mengalami penurunan kualitas.

    5. Biaya Penyimpanan

    Tujuan penyimpanan adalah untuk menyediakan produk ada di setiap

    waktu. Biaya yang dikeluarkan tidak sedikit terutama untuk biaya gudang yang

    digunakan. Yang perlu diperhitungkan apakah biaya penyimpanan relatif sesuai

    dengan kenaikan harga jual dari sebuah produk pertanian.

    6. Biaya Processing

    Biaya processing perlu memperhitungkan konversi. Biaya prosesing

    tergantung dari tingkat efisiensi organisasi yang melakukan. Biaya ini juga

    tergantung dari biaya bahan bakar, biaya depresiasi, upah tenaga kerja, dan lain-

    lain.

    7. Biaya Modal

    Biaya modal mungkin tidak begitu nyata, tetapi sebenarnya penting untuk

    diperhitungkan karena bisa saja pedagang meminjam dari bank. Uang yang

    dipinjam tersebut perlu ditambah dengan biaya kolateral dan bunga. Biaya yang

    tidak berasal dari pinjaman perlu dihitung opportunity cost-nya.

  • 19

    8. Pungutan-pungutan, Komisi, dan Pembayaran tidak resmi

    Biaya retribusi di pasar, komisi ke pedagang perantara, pajak-pajak dan

    biaya yang dikeluarkan secara tidak resmi harus dimasukkan dalam biaya

    pemasaran.

    Selisih harga yang dipasarkan ke produsen dan harga yang diberikan oleh

    konsumen dikurangi dengan biaya pemasaran disebut keuntungan pemasaran.

    Masing-masing lembaga ingin mendapatkan keuntungan, maka harga yang

    dibayarkan oleh masing-masing lembaga pemasaran juga berbeda. Semakin maju

    tingkat pengetahuan produsen, lembaga pemasaran dan konsumen terhadap

    penguasaan informasi pasar, maka semakin merata distribusi marjin pemasaran

    yang diterima. Jarak yang mengantarkan produksi pertanian dari produsen ke

    konsumen menyebabkan terjadinya perbedaan besarnya keuntungan. Perbedaan

    harga di masing-masing lembaga pemasaran sangat bervariasi tergantung besar

    kecilnya keuntungan yang diambil oleh masing-masing lembaga pemasaran

    (Soekartawi, 1993).

    2.3 Struktur Pasar

    Struktur pasar adalah bagaimana suatu pasar terorganisasi berdasarkan pada

    karakteristik yang menentukan hubungan antara berbagai penjual di pasar, antara

    berbagai pembeli, dan antara pembeli dan penjual di pasar. Dengan kata lain,

    struktur pasar membahas organisasi dari suatu pasar sehingga organisasi pasar

    mempengaruhi keadaan persaingan dan penentuan harga di pasar (Anindita, 2004).

    Struktur pasar merupakan environment yang berpengaruh dimana perusahaan itu

    berada, jadi dengan sendirinya apabila environment itu berada, maka kebijakannya

    itu juga akan berada. Environment itu tak hanya bentuk pasar,tetapi ada juga hal –

    hal yang lain, yaitu misalnya struktur pemerintah, bentuk kenegaraan, sistem

    sosialnya dan sebagainya.

    Terdapat ada empat karakteristik pasar yang perlu dipertimbangkan dalam

    menentukan struktur pasar, yaitu : jumlah atau ukuran pasar, kondisi atau keadaan

    produk, kondisi keluar atau masuk pasar, tingkat pengetahuan informasi pasar yang

    dimiliki oleh partisipan dalam pemasaran misalnya biaya, harga, dan kondisipasar

    antara partisipan (Dahl dan Hammond 1977). Berdasarkan sifat dan bentuknya,

  • 20

    pasar menurut Limbong dan Sitorus (1987) diklasifikasikan menjadi dua struktur

    pasar yaitu :

    1. Pasar bersaing sempurna yang mempunyai ciri-ciri antara lain : terdapat

    banyak jumlah pembeli maupun penjual, pembeli dan penjual hanya menguasai

    sebagian kecil dari barang dan jasa yang dipasarkan sehingga tidak dapat

    mempengaruhi harga (penjual dan pembeli berperan sebagai penerima harga,

    barang atau jasa yang dipasarkan bersifat homogen, serta penjual dan pembeli

    bebas keluar masuk pasar).

    2. Pasar bersaing tidak sempurna, dapat dilihat dari dua sisi yaitu dari sisi pembeli

    dan sisi penjual. Dari sisi pembeli terdiri dari pasar monopolistik, monopoli,

    oligopoli dan duopoli.

    Karakteristik pasar persaingan murni adalah jumlah penjual dan pembeli

    relatif banyak dan seimbang dalam jumlah sehingga harga yang terbentuk

    merupakan hasil akhir dari interaksi penawaran dan permintaan. Petani secara

    individu tidak dapat mempengaruhi harga bebas sebab pangsa pasar (market share)

    yang dimiliki petani tersebut sangat kecil sekali (Sudiyono 2001).

    Pasar persaingan monopolistik mempunyai 3 karakteristik utama yaitu,

    produk yang dihasilkan berbeda corak, jumlah penjual relatif banyak dan adanya

    persaingan tidak sempurna, terdiri dari banyak penjual dan pembeli yang

    melakukan transaksi pada berbagai harga dan bukan atas harga dengan produk yang

    berbeda corak (Sudiyono 2001). Karakteristik utama pasar oligopoli adalah adanya

    beberapa perusahaan yang menghasilkan produk yang homogen ataupun berbeda

    corak, sehingga tindakan perusahaan satu mempengaruhi dan mendapatkan reaksi

    perusahaan lain. Oligopoli yang menghasilkan produk yang homogen disebut

    oligopoli murni, sedangkan oligopoli yang menghasilkan produk berbeda corak

    disebut oligopoli terdeferensiasi (Sudiyono, 2001).

    Struktur pasar produk pertanian yang banyak dijumpai dalam praktek adalah

    pasar persaingan monopolistik dan oligopoli (Sudiyono 2001). Hal ini

    disebabkan oleh beberapa hal :

    1. Bagian pangsa pasar (market share) yang dimiliki petani umumnya sangat

    kecil, sehingga petani dalam pemasaran produk pertanian bertindak sebagai

    penerima harga (price taker).

  • 21

    2. Produk pertanian pada umumnya diproduksi secara masal dan homogen,

    sehingga apabila petani menaikkan harga komoditi yang dihasilkan akan

    menyebabkan konsumen beralih untuk mengkonsumsi komoditi yang

    dihasilkan petani lainnya.

    3. Komoditi yang dihasilkan mudah rusak (perishable), sehingga harus

    secepatnya dijual tanpa memperhitungkan harga.

    4. Lokasi produksi terpencil dan sulit dicapai oleh alat transportasi yang mudah

    dan cepat.

    5. Petani kekurangan informasi harga dan kualitas serta kuantitas yang diinginkan

    konsumen, sehingga petani mudah diperdaya lembaga-lembaga pemasaran

    yang berhubungan dengan petani langsung.

    6. Adanya kredit dan pinjaman dari lembaga kepada petani yang bersifat

    mengikat.

    Apabila hal-hal tersebut berbeda, maka kebijakannya akan berbeda pula.

    Untuk mengetahui market structure maka penggolongan tingkat konsentrasi pasar

    didasarkan pada tingkat konsentrasi pasar yang diukur dengan menggunakan

    rumusan Concretation Ratio (CR) dan The Herfindahl-Hirschman Index (HHI).

    Karena tingkat konsentrasi industri merupakan suatu variable, maka variable ini

    tentunya dapat diukur.

    Concentration Rasio (CR) secara luas dipergunakan untuk mengukur

    pangsa dari output, turnover, value added, jumlah pegawai atau nilai aset dari total

    industri. Biasanya jumlah perusahaan N yang dihitung proporsi pangsa pasarnya

    adalah 4, sehingga dikenal sebagai CR4. Menurut Baladina (2011), CR4 digunakan

    untuk mengetahui derajat konsentrasi pasar empat pembeli terbesar dipasar,

    sehingga dapat diketahui secara umum gambaran imbangan posisi tawar-menawar

    petani terhadap pedagang dengan rumus :

    CR4 = 𝐾𝑟1+...+𝐾𝑟4

    𝐾𝑟 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙𝑥100% ………………………………………………. (1)

    Kriteria CR4:

    a. CR4

  • 22

    Angka CR4 yang tinggi akan menunjukkan bahwa pasar didominasi oleh

    sejumlah kecil perusahaan, yang berarti bentuk struktur oligopoli. Terdapat

    tingkatan oligopoli, mulai dari moderately concentrated oligopolistic markets

    hingga highly concentrated oligopolies, yang mengindikasikan tingkat rendah

    hingga tinggi dari pengaruh pasar. Semakin rendah CR4, semakin dekat pasar pada

    kondisi perfectly competitive.

    HHI bertujuan untuk mengetahui derajat konsentrasi pembeli di pasar,

    sehingga dapat diketahui secara umum gambaran imbangan posisi tawar-menawar

    petani terhadap pedagang. Indeks Herfindhal didefinisikan sebagai jumlah pangkat

    dua pangsa pasar dari seluruh perusahaan yang ada dalam industri, dan

    diformulasikan:

    HHI = ∑ 𝐾𝑟𝑖𝑛𝑖=0 2………………………………………………………... (2)

    Dimana :

    Kri = Pangsa pembelian komoditi dari pedagang ke-i.

    n = jumlah pedagang yang ada pada suatu wilayah pasar produk.

    IIH = Indeks Hirschman-Herfindahl

    Keterangan :

    1) HHI = 1 maka pasar mengarah monopoli/monopsoni.

    2) HHI = 0 maka pasar mengarah pada pasar persaingan sempurna.

    3) 0 < HHI < 1 maka pasar mengarah pada oligopoli/oligopsoni.

    2.4 Perilaku Pasar

    Perilaku pasar atau market conduct merupakan cara perusahaan

    menyesuaikan situasi di pasar dimana perusahaan tersebut ikut sebagai pembeli

    atau penjual. Tingkah laku atau pola perusahaan yang ditunjukkan di pasar

    seringkali dikatakan sebagai marketing practices. Ada lima dimensi dari tingkah

    laku dalam pasar menurut Anindita (2004) yaitu:

    1. Prinsip dan metode yang digunakan perusahaan atau sekelompok perusahaan

    dalam menentukan harga dan tingkat output.

    2. Kebijakan harga dari perusahaan atau sekelompok perusahaan.

    3. Promosi penjualan dari perusahaan atau sekelompok perusahaan.

  • 23

    4. Alat koordinasi dan saling penyesuaian dari harga, produk, dan promosi

    penjualan dalam persaingan di antara penjual. Hal ini berkaitan dengan berbagai

    persetujuan kolusi berkenaan dengan harga, produk, atau pengeluaran promosi

    penjualan, kolusi tersembunyi (tacit collusion) dalam bentuk dari pengendali

    harga (price leadership) oleh satu perusahaan utama atau pembatalan

    persetujuan kolusi melalui pemotongan harga secara rahasia yang mengarah

    dalam persaingan tidak sempurna (imperfect competition).

    5. Adanya atau tidak adanya taktik khusus atau tindakan preatory.

    Tingkah laku pasar yang merupakan cerminan dari struktur pasar dapat

    menggambarkan tingkat efisiensi ekonomi di pasar (Anindita, 2004). Ada beberapa

    kriteria yang menunjukkan tingkat efisiensi ekonomi meliputi:

    1. Banyak perusahaan di pasar untuk menciptakan persaingan yang kompetitif.

    2. Perusahaan berusaha menjual pada tingkat harga yang lebih rendah daripada

    pesaingnya.

    3. Perusahaan menawarkan perbaikan produk untuk merangsang minat pembeli.

    4. Perusahaan menekankan kualitas dan jasa.

    5. Tidak ada kerjasama secara hokum diantara perusahaan dalam harga atau hal

    lain, dengan kata lain perusahaan tidak bersama dalam satu perusahaan dan

    setuju tidak bersaing.

    6. Klaim produk secara benar.

    7. Perbedaan atau batas produk ada dan didasarkan atas perbedaan yang jelas

    bukan atas perbedaan psikologis yang diciptakan oleh advertensi.

    2.5 Kinerja Pasar

    Penampilan atau kinerja pasar adalah penilaian terhadap sumberdaya

    ekonomi yaitu sampai berapa jauh tindakan atau tingkah laku industri di pasar

    menyimpang dari kemungkinan sumbangan terbaik yang dapat dicapai sesuai

    dengan tujuan social ekonomi masyarakat yang relevan.

    Struktur pasar dan tindakan pasar secara langsung akan mempengaruhi

    penampilan dari suatu industri Jika struktur dan tindakan pasar sesuai harapan

    masyarakat, sehingga pasar menjadi fair dan efisien, maka penampilan pasar akan

    sesuai pula dengan harapan masyarakat (Anindita, 2004).

  • 24

    Ada beberapa faktor yang digunakan untuk menilai sampai seberapa jauh

    penyimpangan penampilan pasar dari tujuan masyarakat yaitu:

    1. Tujuan yang relevan dari masyarakat.

    2. Komponen kelembagaan dan fungsional dari system pemasaran.

    3. Faktor-faktor lingkungan yang sesuai sehingga sistem pemasaran dapat

    berjalan.

    Untuk mengetahui penampilan pasar dapat dilakukan dengan mencermati

    beberapa hal antara lain:

    1. Harga relatif terhadap biaya rata-rata produksi atau tingkat keuntungan

    2. Relatif efisiensi produksi. Efisiensi produksi dipengaruhi oleh skala usaha atau

    ukuran mesin. Suatu perusahaan dapat bekerja paling efisien karena berjalan

    pada tingkat kelebihan kapasitas (excess capacity).

    3. Ukuran dari biaya promosi penjualan relatif terhadap biaya produksi.

    4. Karakteristik produk, meliputi pemilihan desain, tingkat kualitas, dan ragam

    produk dalam berbagai pasar.

    5. Tingkat kemajuan perusahaan dan industry, baik pengembangan produk

    maupun teknik produksi.

    6. Ukuran margin pemasaran relatif terhadap biaya produksi.

    7. Ukuran tingkat penjualan relatif terhadap sumberdaya pemasaran.

    8. Ukuran dari marketing loss.

    Menurut Mubyarto (1987), efisiensi pemasaran adalah suatu proses atau

    upaya untuk memperoleh manfaat atau guna yang maksimal dengan pengorbanan

    yang minimal. Sehingga efisiensi pemasaran didefinisikan sebagai proses untuk

    memperoleh keuntungan yang maksimal dengan biaya yang minimal. Terdapat dua

    batasan pemasaran yang efisien, yaitu:

    1. Mampu menyampaikan hasil-hasil dari petani produsen ke konsumen dengan

    biaya semurah-murahnya.

    2. Mampu mengadakan pembagian yang adil terhadap marjin pemasaran.

    Pengukuran efisiensi pemasaran menggunakan perbandingan output

    pemasaran dengan biaya pemasaran pada umumnya dapat digunakan untuk

    memperbaiki efisiensi pemasaran dengan mengubah rasio keduanya. Upaya

    perbaikan efisiensi pemasaran dapat dilakukan dengan meningkatkan output

  • 25

    pemasaran atau mengurangi biaya pemasaran (Sudiyono, 2002). Efisiensi ekonomi

    dapat diukur dengan nilai persentase marjin pemasaran dan bagian yang diterima

    oleh produsen. Kriteria yang digunakan untuk mengetahui bahwa pemasaran

    dianggap efisien secara ekonomis yaitu apabila tiap-tiap saluran pemasaran

    mempunyai nilai marjin pemasaran yang rendah dan nilai persentase bagian yang

    diterima produsen tinggi (Darmawanti, 2005).

    Menurut Soekartawi (1993), faktor-faktor yang dapat digunakan sebagai

    ukuran efisiensi pemasaran adalah sebagai berikut:

    1. Keuntungan pemasaran

    2. Harga yang diterima konsumen.

    3. Tersedianya fasilitas fisik pemasaran yang memadai untuk melancarkan

    transaksi jual beli barang, penyimpanan, dan transportasi.

    4. Kompetisi pasar, persaingan diantara pelaku pemasaran.

    Menurut Azzaino (1981), kriteria mengenai pasar yang tidak efisien adalah

    terjadinya perbedaan yang besar antar daerah, terjadi perbedaan harga yang besar

    antar musim, dan kecilnya persentase yang diterima petani. Sedangkan menurut

    Anindita (2004), ada tiga macam penyebab pemasaran tidak efisien yaitu

    panjangnya saluran pemasaran, tingginya biaya pemasaran, dan kegagalan pasar.

    Marjin didefinisikan sebagai perbedaan harga yang dibayar kepada penjual

    pertama dan harga yang dibayar oleh pembeli terakhir (Saefuddin dan Hanafiah

    1986). Perlakuan yang berbeda-beda yang diberikan masing-masing pelaku

    pemasaran terhadap komoditas yang dipasarkan menyebabkan perbedaan harga jual

    antar tiap lembaga yang terlibat hingga sampai ke konsumen akhir. Perbedaan harga

    inilah yang disebut dengan marjin pemasaran.

  • 26

    Gambar 1. Hubungan antara fungsi-fungsi pertama dan turunan terhadap margin

    tataniaga dan nilai margin tataniaga

    Sumber: Hammond dan Dahl, 1977

    Keterangan :

    Pr : Harga retail Sr : Supply retail Dr : Demand retail

    Pf : Harga farmer Sf : Supply farmer Df : Demand farmer

    Qr, f : Jumlah keseimbangan di tingkat petani dan konsumen

    Pada gambar 1 diatas dapat dilihat besarnya margin pemasaran adalah hasil

    perkalian dari perbedaan harga pada dua tingkat lembaga pemasaran dengan jumlah

    produk yang dipasarkan (Pr – Pf) x Qr,f. Besaran (Pr – Pf) menunjukkan marjin

    pemasaran komoditi per unit.

    Rendahnya marjin pemasaran suatu komoditas belum tentu dapat

    mencerminkan efisiensi yang tinggi. Salah satu indikator yang berguna dalam

    melihat efisiensi kegiatan tataniaga adalah dengan membandingkan harga yang

    diterima petani terhadap harga yang dibayar konsumen akhir (farmer’s share).

    Share yang diterima lembaga tataniaga sering dinyatakan dalam persentase

    (Limbong dan Sitorus 1987).

    Ada dua macam pengukuran efisiensi pemasaran yaitu operational

    efficiency dan pricing efficiency. Operational efficiency digunakan untuk

    mengukur suatu kejadian dimana biaya pemasaran berkurang tetapi output dapat

    meningkat sedangkan pricing efficiency adalah bentuk kedua efisiensi pemasaran

    yang didasarkan atas asumsi pasar kompetitif yang efisien. Efisiensi operasional

    memperhatikan hubungan antara input dan output. Apabila tingkat output dapat

  • 27

    meningkat dengan jumlah input tetap atau semakin menurun berarti terjadi

    peningkatan dalam efisiensi operasional (Anindita, 2004). Pricing efficiency

    (efisiensi harga) berkenaan dengan kemampuan system pemasaran dalam

    mengalokasikan sumberdaya dan mengkoordinasikan proses produksi dan

    pemasaran sesuai dengan keinginan konsumen (Crawford, 1997). Dalam pasar yang

    bersaing sempurna, harga di pasar akan mencerminkan biaya produksi.

    Efisiensi harga seringkali diukur melalui ratio antara input dan output,

    seperti efisiensi tenaga kerja diukur melalui jumlah tenaga kerja yang dilakukan

    dengan output yang dihasilkan. Dalam efisiensi pemasaran di pertanian, input dapat

    berupa tenaga kerja, mesin, energi dan lain-lain sedangkan output meliputi waktu,

    bentuk, tempat, dan kepemilikan (Anindita, 2004). Pengukuran efisiensi

    transportasi digunakan juga dengan kapasitas muatan maksimal alat angkut yaitu

    apakah alat angkut digunakan secara penuh (full capacity), apakah alat angkut

    digunakan tidak memenuhi kapasitas muatan maksimal (under capacity), atau alat

    angkut digunakan melebihi kapasitas (over capacity). Alat angkut yang tidak

    digunakan secara penuh menunjukkan bahwa penggunaan alat angkut tersebut tidak

    efisien. Sedangkan alat angkut yang penuh dan melebihi kapasitas dapat dikatakan

    sudah efisien (Anindita, 2004).

  • 28

    III. KERANGKA TEORITIS

    3.1. Kerangka Pemikiran

    Pemasaran yang efisien adalah pemasaran yang mampu menyampaikan

    hasil-hasil dari petani atau produsen kepada konsumen dengan biaya yang semurah-

    murahnya dan mampu mengadakan pembagian secara adil dari keseluruhan harga

    yang dikeluarkan konsumen terakhir pada semua pihak yang ikut serta dalam

    kegiatan produksi dan pemasaran barang tersebut (Mubyarto, 1989). Pendekatan

    SCP dilakukan untuk mengawasi persaingan diantara perusahaan di berbagai pasar.

    Bagaimana perusahaan melakukan tindakan akibat struktur pasar yang ada dan

    lebih lanjut terhadap penampilan pasar. Apabila pasar berjalan tidak sesuai harapan

    maka akan berdampak terhadap fairness dan efisiensi dari sistem pemasaran

    (Anindita, 2004).

    Alat analisis yang digunakan terdapat analisis saluran pemasaran untuk

    melihat panjang pendeknya saluran pemasaran kedelai di lokasi penelitian, fungsi

    pemasaran untuk mengetahui kegiatan-kegiatan yang dilakukan lembaga

    pemasaran untuk memasarkan kedelai serta biaya yang dikeluarkan untuk

    melakukan fungsi pemasaran. Analisis struktur pasar dengan IHH dan CR4 untuk

    mengetahui konsentrasi pasar dan hambatan keluar masuk pasar . Perilaku pasar

    kedelai untuk mengetahui kesepakatan harga yang terjadi di pasar dan kolusi/

    kerjasama antara produsen dengan produsen, produsen dengan lembaga pemasaran

    dan lembaga pemasaran dengan sesama lembaga pemasar. Melalui analisis margin

    pemasaran dapat diketahui rasio keuntungan dan biaya ditingkat lembaga

    pemasaran dan petani. Apabila berdasarkan marjin pemasaran share harga yang

    diterima oleh petani cukup besar, maka pemasaran dapat dikatakan efisien. Selain

    itu ada dua macam pengukuran efisiensi pemasaran yaitu operational eficiency dan

    pricing eficiency. Efisiensi operasional digunakan untuk mengukur suatu kejadian

    di mana biaya pemasaran berkurang tetapi output dapat meningkat sedangkan untuk

    efisiensi harga adalah bentuk kedua efisiensi pemasaran yang didasarkan atas

    asumsi pasar kompetitif yang efisien (Anindita, 2004).

    Dalam upaya menyalurkan kedelai dari produsen menuju konsumen

    diperlukan sarana transportasi untuk mengangkutnya. Masih sedikitnya jumlah

  • 29

    produksi akan mempengaruhi rendahnya kapasitas angkut kendaraan dan bongkar

    muat. Hal ini akan berdampak pada rendahnya efisiensi operasional yang dilakukan

    oleh lembaga pemasaran dalam mengangkut kedelai. Maka dari itu perbaikan

    efisiensi pemasaran sangat diperlukan dalam sistem pemasaran kedelai, baik dalam

    penganggaran biaya pemasaran maupun penggunaan fasilitas transportasi yang ada.

    Hal ini dimaksudkan agar dapat meningkatkan pendapatan bagi petani maupun

    lembaga pemasaran yang terlibat. Berdasarkan uraian tersebut, maka secara ringkas

    kerangka pemikiran disajikan dalam gambar 2.

    Gambar 2. Kerangka Pemikiran Analisis Pemasaran kedelai

    Sumber: Anindita, 2004

    3.2. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

    Definisi operasional adalah pengartian suatu variabel dalam istilah yang

    bisa diamati, bisa diuji, atau bisa dijadikan angka. Tanpa sebuah definisi

    operasional, variabel memicu penafsiran yang luas. Pada saat menentukan konsep-

    konsep yang perlu didefinisikan secara operasional bisa dilihat dari judul penelitian

    walaupun tidak semua judul dapat memberi petunjuk hal yang perlu didefinisikan

    secara operasional (Djiwandono, 2015). Berikut definisi operasional efisiensi

    pemasaran kedelai di lokasi penelitian.

    Pemasaran Kedelai

    Struktur Pasar Perilaku Pasar Kinerja Pasar

    a. Konsentrasi pasar

    b. Jumlah

    pemasar

    a. Kesepakatan harga

    b. Kolusi

    a. Margin pemasaran

    b. Share harga di tingkat petani

    c. Efisiensi harga d. Efisiensi

    operasional

  • 30

    Tabel 1. Definisi operasional Efisiensi Pemasaran Kedelai

    No Konsep Variabel Definisi operasional variabel Pengukuran variabel

    1 Pendekatan struktur

    pasar CR4 a. CR4=

    𝐾𝑟1+...+𝐾𝑟4

    𝐾𝑟 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙𝑥100%

    konsentrasi rasio

    Kuantitas kedelai yang dibeli

    oleh 4 lembaga pemasaran

    terbesar.

    Berat komoditas kedelai yang

    dibeli perlembaga (kg)

    konsentrasi rasio total Kuantitas kedelai yang dibeli

    semua pedagang

    Jumlah total berat komoditas

    yang dibeli oleh semua lemaga

    (kg)

    Pendekatan struktur

    pasar

    b. Hirschman Herfindahl Index

    (HHI)

    HHI = ∑ 𝐾𝑟𝑖𝑛𝑖=0 2

    konsentrasi rasio ke-i Kuantitas kedelai yang dibeli

    oleh lembaga pemasaran ke i

    Berat komoditas kedelai yang

    dibeli perlembaga (kg)

    Konsentrasi rasio total Kuantitas kedelai yang dibeli

    semua pedagang

    Jumlah total berat komoditas

    yang dibeli oleh semua lemaga

    (kg)

    2 Perilaku pasar

    a. Penetapan Harga Harga komoditas Harga komoditas yang terbentuk

    di tingkat petani dan lembaga

    pemasaran. Penetapan harga

    lebih banyak dipengarui oleh

    petani atau lebih banyak

    dtentukan oleh lembaga pemasar.

    -

  • 31

    Tabel 1. (Lanjutan)

    No Konsep Variabel Definisi operasional variabel Pengukuran variabel

    Perilaku pasar

    b. Kolusi dan taktik Kerjasama antara produsen dan

    lembaga pemasaran

    Kerjasama yang dilakukan

    diantara produsen dengan

    produsen, produsen dengan

    lembaga pemasaran maupun

    kerjasama lembaga pemasaran

    satu dengan yang lain pada

    kegiatan pemasaran.

    -

    3 Kinerja Pasar.

    a. Margin pemasaran MP= Pr-Pf

    Harga ditingkat produsen Harga yang ditawarkan petani

    kepada lembaga pemasaran

    Harga kedelai di tingkat petani

    dalam satuan Rp/kg

    Harga ditingkat pengecer Harga yang ditawarkan pengecer

    kepada konsumen

    Harga kedelai di tingkat pengecer

    dalam satuan Rp/kg Rp/kg

    Distribusi margin Perbandingan besarnya margin

    terhadap masing-masing lembaga

    pemasaran

    Pembagian besar margin

    dinyatakan dalam persentase (%)

    b. Share harga petani

    Shp =𝑃𝑓

    𝑃𝑟 𝑥 100%

    Harga ditingkat produsen Harga ditingkat produsen adalah

    harga yang akan ditawarkan oleh

    petani ke lembaga pemasaran

    Harga kedelai di tingkat petani

    dalam satuan Rp/kg

    Harga ditingkat pengecer Harga yang ditawarkan pengeer

    kepada konsumen

    Harga kedelai di tingkat pengecer

    dalam satuan Rp/kg

  • 32

    Tabel 1. (Lanjutan)

    No Konsep Variabel Definisi Variabel Pengukuran

    c. Efisiensi Pemasaran (Efisiensi harga)

    Hji – Hj(i-1)≥ BT

    Hji – Hj(i-1)≥ BP

    Harga jual pada lembaga

    pemasaran ke-i

    Harga jual kedelai pada lembaga

    pemasaran ke-i

    Harga jual kedelai dalam satuan

    Rp/Kg

    Harga jual pada lembaga

    pemasaran sebelum i

    Harga jual kedelai pada lembaga

    pemasaran sebelum lembaga

    pemasaran ke-i

    Harga jual kedelai dalam satuan

    Rp/Kg

    Biaya transportasi Biaya transportasi yang

    dilakukan oleh pihak yang terkait

    pemasaran

    Biaya yang dikeluarkan untuk

    fungsi transportasi dalam satuan

    Rp/kg

    Biaya prosesing Biaya prosesing yang dilakukan

    oleh pihak yang terkait

    pemasaran

    Biaya yang dikeluarkan untuk

    fungsi prosesing dalam satuan

    Rp/kg

    d. Efisiensi Pemasaran (Efisiensi Operasional)

    Cp = 100%, maka efisien

    Cp < 100%, dikatakan

    tidak efisien

    Kapasitas angkut Muatan kedelai pada kendaraan

    dalam mengangkut komoditas

    kedelai dari masing-masing

    lembaga pemasaran

    Berat kedelai yang diangkut pada

    satu alat transportasi dengan

    satuan kg/ alat angkut

  • 33

    IV. METODE PENELITIAN

    4.1 Pendekatan Penelitian

    Pendekatan dilakukan dengan analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis

    kualitatif digunakan untuk menganalisis saluran pemasaran, fungsi pemasaran dan

    perilaku pasar di lokasi penelitian. Efisiensi pemasaran menggunakan analisis

    kuantitatif dengan alat analisis margin pemasaran, share harga di ti