PENGARUH PROGRAM SISTEM JAMINAN SOSIAL NASIONAL.docx
-
Upload
khansa-haura -
Category
Documents
-
view
31 -
download
2
description
Transcript of PENGARUH PROGRAM SISTEM JAMINAN SOSIAL NASIONAL.docx
PENGARUH PROGRAM SISTEM JAMINAN SOSIAL NASIONAL (SJSN)
TERHADAP TATANAN DAN PENGENDALIAN SOSIAL
OLEH : KHANSA HAURA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI
JAKARTA
2011
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Angka kemiskinan di Indonesia dari dahulu sampai saat ini masih menunjukan kisaran
angka yang tinggi. Pada tahun 2007 sendiri, ada sekitar 33 juta kepala keluarga
(www.antara news.com, 2007). Pada tahun 2004 jumlah penduduk miskin di
Indonesia yaitu 27 juta kepala keluarga dan dana APBD untuk mengatasi angka
kemiskinan hanya sebesar 27 triliun (www.antara news.com). Di DKI Jakarta selama
tahun 2003 sampai tahun 2009 angka kemiskinan sempat mengalami penurunan pada
tahun 2004 dan 2008, namun penurunan ini masih tergolong tinggi (Jakarta.go.id,
2009). Sedangkan angka kematian penduduk Indonesia yang dikutip The World Fact
Book, pada tahun 2005 sebesar 6,25 kematian/1000 populasi.
Kondisi seperti ini, dapat dipastikan masyarakat dalam menjangkau akses pelayanan
kesehatan menjadi sangat minimal yang terhambat masalah ekonomi yang dihadapi
masyarakat. Rendahnya akses pelayanan kesehatan akan mempengaruhi penyebaran
penyakit di kalangan masyarakat.
Hasil Survei pada tahun 2007, di NTB menunjukkan angka kesakitan penduduk
pedesaan mencapai 22,99 persen, sementara angka kesakitan penduduk perkotaan
lebih rendah yakni 21,36 persen (kompas.com, 2009). Angka ini menunjukan
penurunan yang cukup berarti, sebab pada tahun 2004 angka kesakitan di NTB sekitar
23, 17 persen (lomboktimurkab.go.id, 2009). Namun, sekali lagi penurunan angka
kesakitan tetap saja masih tergolong tinggi.
Upaya yang ditawarakan oleh pemerintah dengan kondisi masyarakat Indonesia
dengan angka kemiskinan dan angka kesakitan yang masih tergolong tinggi, pada
tahun 2004 pemerintah mencanangkan suatu program yang dinamakan Sistem
Jaminan Sosial Nasional (SJSN). Program ini di kuatkan dengan dikeluarkannya
Undang-undang nomor 40 tahun 2004. Dicanangkannya SJSN memberikan dampak
yang cukup signifikan terhadap strata dan pengendalian sosial, terutama pada struktur
dan institusi sosial.
B. PERMASALAHAN
Bagaimana pengaruh program SJSN dengan struktur, interaksi dan pengendalian
sosial?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN)
Jaminan Sosial Nasional adalah program Pemerintah dan Masyarakat yang bertujuan
memberi kepastian jumlah perlindungan kesejahteraan sosial agar setiap penduduk
dapat memenuhi kebutuhan hidupnya menuju terwujudnya kesejahteraan sosial bagi
seluruh masyarakat Indonesia. Perlindungan ini diperlukan utamanya bila terjadi
hilangnya atau berkurangnya pendapatan.
Jaminan sosial merupakan hak asasi setiap warga negara sebagaimana tercantum
dalam UUD 1945 Pasal 27 ayat 2. Secara universal jaminan sosial dijamin oleh Pasal
22 dan 25 Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia oleh PBB (1948), dimana
Indonesia ikut menandatanganinya. Kesadaran tentang pentingnya jaminan
perlindungan sosial terus berkembang, seperti terbaca pada Perubahan UUD 45 tahun
2002, Pasal 34 ayat 2, yaitu “Negara mengembangkan Sistem Jaminan Sosial bagi
seluruh rakyat….”.
Perlindungan jaminan sosial mengenal beberapa pendekatan yang saling melengkapi
yang direncanakan dalam jangka panjang dapat mencakup seluruh rakyat secara
bertahap sesuai dengan perkembangan kemampuan ekonomi masyarakat. Pendekatan
pertama adalah pendekatan asuransi sosial atau compulsory social insurance, yang
dibiayai dari kontribusi/ premi yang dibayarkan oleh setiap tenaga kerja dan atau
pemberi kerja. Kontribusi/ premi dimaksud selalu harus dikaitkan dengan tingkat
pendapatan/ upah yang dibayarkan oleh pemberi kerja. Pendekatan kedua berupa
bantuan sosial (social assistance) baik dalam bentuk pemberian bantuan uang tunai
maupun pelayanan dengan sumber pembiayan dari negara danbantuan sosial dan
masyarakat lainnya.
Berdasarkan Undang-Undang nomor 40 pasal 5tahun 2004, Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial adalah Perusahaan Perseroan (Persero) Jaminan Sosial Tenaga Kerja
(JAMSOSTEK), Perusahaan Perseroan (Persero) Dana tabungan dan Asuransi
Pegawai Negeri (TASPEN), Perusahaan Perseroan (Persero) Asuransi Sosial
Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ASABRI), dan Perusahaan Perseroan
(Persero) Asuransi Kesehatan Indonesia (ASKES). Program jaminan kesehatan dapat
berupa jaminan kesehatan jaminan kecelakaan kerja, jaminan hari tua, jaminan
pension, dan jaminan kematian.
Beberapa negara yang menganut welfare state yang selama ini memberikan jaminan
sosial dalam bentuk bantuan sosial mulai menerapkan asuransi sosial. Utamanya
karena jaminan melalui bantuan sosial membutuhkan dana yang besar dan tidak
mendorong masyarakat merencanakan kesejahteraan bagi dirinya. Disamping itu, dana
yang terhimpun dalam asuransi sosial dapat merupakan tabungan nasional. Secara
keseluruhan adanya jaminan sosial nasional dapat menunjang pembangunan nasional
yang berkelanjutan. Pengaturan dalam jaminan sosial ditinjau dari jenisnya terdiri dari
jaminan kesehatan, jaminan kecelakaan kerja, jaminan pemutusan hubungan kerja,
jaminan hari tua, pensiun, dan santunan kematian.
Sebenarnya, selama dekade terakhir di Indonesia telah ada beberapa program jaminan
sosial dalam bentuk asuransi sosial, namun baru mencakup sebagian kecil pekerja di
sektor formal. Dari 95 juta angkatan kerja, baru 24,6 juta jiwa memperoleh jaminan
sosial, atau baru 12% dari jumlah penduduk. Sementara di Thailand dan Malaysia
masing-masing mencapai 50% dan 40% dari total penduduk. Krisis ekonomi yang
menyebabkan angka pengangguran melonjak dengan tajam telah menimbulkan
berbagai masalah sosial ekonomi. Dalam kondisi seperti ini jaminan sosial dapat
membantu menanggulangi gejolak sosial.
Fakta tersebut membuktikan bahwa amanat UUD pasal 27 ayat 2 sebagian besar
belum dapat dilaksanakan sehingga langkah-langkah nyata untuk mewujudkannya
diperlukan, antara lain dengan menyusun suatu Sistem Jaminan Sosial Nasional
(SJSN).
Menyadari masih terbatasnya jangkauan jaminan sosial yang ada dan beberapa
kekurangan dalam pengaturan dan penyelenggaraannya, serta betapa pentingnya peran
jaminan sosial dalam pemberian perlindungan utamanya di saat berkurangnya
pendapatan maka dianggap perlu menyusun Sistem Jaminan Sosial Nasional melalui
penerbitan Undang-undang yang akan mengatur Substansi, Kelembagaan dan
Mekanisme Sistem Jaminan Sosial yang berlaku secara nasional. Sistem Jaminan
Sosial yang akan dibangun ini haruslah sifatnya adil dengan tingkat kepercayaan
publikyang tinggi dan transparan dalam penyelenggaraannya.
Putusan Sidang Tahunan MPR RI tahun 2001 menugaskan kepada Presiden
untukmembentuk Sistem Jaminan Sosial Nasional dalam rangka memberikan
perlindungan sosial yang lebih menyeluruh dan terpadu. Untuk itu Presiden
mengambil inisiatif menyusun Rancangan Undang-Undang Jaminan Sosial Nasional.
Presiden dengan Kepres No. 20 tahun 2002 membentuk Tim SJSN. Kepres ini
didahului dengan Keputusan Sekretaris Wakil Presiden No. 7 Tahun 2001, semasa Ibu
Presiden sebagai Wakil Presiden.
Saat ini Tim SJSN telah melakukan pembahasan yang cukup mendalam tentang
substansi, kelembagaan, mekanisme dan program-program jaminan sosial. Sistem
Jaminan Sosial Nasional yang akan dibangun bertumpu pada konsep asuransi sosial..
B. Struktur Sosial
Struktur sosial yang menjadi bagian dalam tatanan sosial yang terdiri dari struktur
dimanis yaitu masyarakat serta struktur statis yaitu adat, budaya, norma, hukum, dan
undang-undang. Struktur sosial merupakan sebuah hubungan yang dikarakteristikan
oleh adanya suatu organisasi, baik organisasi formal maupun nonformal sehingga
dapat menciptakan suatu stabilitas dalam masyarakat.
Sasaran upaya pelayanan kesehatan adalah meningkatkan mutu kesehatan
manusia. Manusia sebagai insan individu dan sosial berkarakter dinamis. Peningkatan
pelayananan kesehatan selayaknya bertumpu pada kondisi kehidupan individu dan
masyarakat. Sebagaimana prinsip pertama pembangunan berkelanjutan: “Manusia
(penduduk) merupakan pusat perhatian pembangunan berkelanjutan,dan dikehendaki
agat memiliki kehidupan yang sehat dan produktif dalam keserasian dengan alam”
(The UN Conference of Environment and Development, 1992 dalam Soemanto,
2005).
Tindakan pemerintah untuk meningkatkan mutu kesehatan penduduk
secara nyata dan langsung berhubungan dengan upaya menekan tingkat
kematian dan ketersakitan. Maka kebijakankependudukan di bidang kesehatan harus
memperhatikan dan memperhitungkan keberadaannya terutama pada kebijakan
publik. Kebijakan publik adalah komitmen politik pemerintah berlandaskan hukum,
dan dilaksanakan dengan memperhatikan aspek sosiologis. Pemikiran hukum dalam
arti jurispruden memfokuskan kebijakan publik sebagai aturan.Aturan ini merupakan
produk yang terkodifikasi. Proses hukum berlangsungditata dan diatur oleh logika
sistem hukum, dan dilihat sebagai sesuatu yang mekanis (Soemanto, 2005).
Kebijakan publik sebagai produk hukum menggambarkan harapan, dan merupakan
suatu keharusan yang harus dilaksanakan. Secara sosiologis pelaksanaan kebijakan
publik harus diperhatikan struktur sosial yang selalu berubah. Oleh sebab itu
kebijakan publik juga perlu mementingkan perhatiannya pada adanya keragaman,
keunikan di masyarakat (Black, 1976; dan Milovanovich, 1994 dalam Soemanto,
2005). Model pemikiran hukum dan sosiologis tentang kebijakan publik merupakan
pemahaman terhadap realitas sosial, dimana pembuatan, pemberlakuan dan
pelaksanaan kebijakan publik harus mendasarkan dan mempertimbangkan pemikiran-
pemikiran tersebut. Hal itu dilakukan agar tujuan utama dari kebijakan tersebut dapat
dicapai secara optimal.
Pencanangan program Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang diambil oleh
pemerintah untuk mengatasi angka kesakitan dan kematian di Indonesia yang masih
tergolong tinggi. Latar belakang dicanangkannya UU SJSN adalah melihat kondisi
perekonomian di Indonesia yang masih terpuruk akibat krisis multi dimensi yang
berkepankangan. Keterpurukan ekonomi ditandai dengan tingginya angka
pengangguran yang telah meningkatkan kasus kriminalitas, manurunnya daya beli,
nilai tukar rupiah yang belum stabil, produktifitas yang rendah dan kondisi dunia
usaha yang sangat lemah.
Adanya Sistem Jaminan Sosial Nasional bertujuan untuk memberikan jaminan
terpenuhinya kebutuhan dasar hidup yang layak bagi setiap peserta dan/atau anggota
keluarganya dengan program jaminan kesehatan yang meliputi pelayanan promototif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif, diharapkan adanya suatu perubahan budaya pada
masyarakat dari pemanfaatan pelayanan tradisional seperti dukun, beralih pada
pemanfaatan pelayanan medik. Terutama dengan dikeluarkannya kebijakan-kebijakan
serta program-progam yang mendukung terselenggaranya SJSN untuk meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat. Sebab dengan adanya SJSN dapat memudahkan
masyarakat untuk mengakses layanan kesehatan baik di Puskesmas, posyandu, Rumah
Sakit dan Pusat Pelayanan Kesehatan lainnya.
Isu mengenai pertumbuhan, karakteristik dan struktur sebagai gambaran dari dinamika
kependudukan menjadi perhatian pemerintah Indonesia dan Badan Kependudukan
Dunia (UNFPA, 1994 dalam Soemanto, 2005). Rekomendasi program aksi
ICPD(International Coference on Population and Development, 1994 di Kairo)
menyebutkan perlunya indikator-indikator kependudukan yang relevan dengan
pembangunan kesehatan di Indonesia.
Pertama, tingkat fertilitas, mortalitas (terutama AKB, anak dan ibu bersalin) dan
pertumbuhan penduduk; indikator ini berguna untuk memudahkan terjadinya transisi
demografi yang cepat, khususnya negara (termasuk Indonesia) yang tidak ada
keseimbangan antara indikator demografis dan tujuan pembangunan sosial, ekonomi
dan lingkungan.
Kedua, anak dan generasi muda yang proporsinya paling besar dari jumlah penduduk.
Data ini terkait dengan usaha pembangunan kesehatan, pelayanan kesehatan
reproduksi, pendidikan, pekerjaan, dukungan sosial, keluarga dan
masyarakat,keselamatan dan kelangsungan hidup dan seterusnya.
Ketiga, penduduk usia lanjut yang berhubungan dengan sistem jaminan sosial,
meningkatkan kemandirian, kesehatan dan penggunaan ketrampilan. Keempat,
penyandang cacat untuk mengembangkan pencegakan dan rehabilitasi, pendidikan,
pelatihan, kesehatan reproduksi dan sebagainya. Isu penting kependudukan dunia ini
berhubungan dengan bidang-bidang kegiatan lain, khususnya program pemerintah
untuk miningkatkan banyak aspekkehidupan masyarakat, termasuk mutu dan
pelayanan kesehatan. Pemerintah Pusat dan Daerah telah dan akan terus diharapkan
mengembangkan isu tersebut ke dalam kebijakan dan untukdilaksankan, karena
ternyata relevan dengan aspirasi dan permasalahan yang timbul di masyarakat.
C. INSTITUSI SOSIAL
Institusi sosial berkaitan erat dengan upaya-upaya individu untuk memenuhi
kebutuhannya membentuk dan mengembangkan hubungan sosial dan memperhatiakan
system institusi sosial itu sendiri. Pembangunan bidang kesehatan diantaranya
bertujuan agar semua lapisan masyarakat memperoleh pelayanan kesehatan secara
mudah, murah dan merata. Upaya itu diharapkan dapat meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat yang lebih baik. Political will pemerintah tersebut dinyatakan
ke dalam berbagai usaha, seperti penyuluhan kesehatan, penyediaan fasilitas umum
seperti puskesmas, posyandu, pondok bersalin, penyediaan air bersih dan sebagainya.
Dalam era otonomi daerah, layanan program di atas harus terjangkau dan dampak
positifnya dirasakan masyarakat. Di sini semua komponen meliputi penyiapan,
pengolahan dan penyajian data penduduk; penyusunan kebijakan, perencanaan
program, penganggaran, pelaksanaan, monitor, dan evaluasi program harus dilakukan
secara terpadu dan terkoordinasi.
Wilayah kerja layanan dan peranan aparatur pemerintah daerah pada masyarakat
terjangkau dengan cepat dan mudah. Partisipasi masyarakat mudah diorganisasikan
setiap waktu, hubungan dan kerjasama pemerintah daerah dan masyarakat dalam
menyusun dan melaksanakan kebijakan dapat dilakukan dengan baik, dan peranan
legislatif dalam mendukung dan mengontrolpelaksanaan program layanan pada
masyarakat berlangsung optimal.
Gambaran pelaksanaan otonomi daerah tersebut dapat terwujud, jika tersedia data
kependudukan untuk kesehatan yang akurat, terpercaya dan rinci. Peran insitusi sosial
dalam upaya mengatasi masalah kesehatan di Indonesia melalui SJSN Statistik
Kesehatan Rakyat Indonesia tahun 2000 yang disusun berdasarkan memiliki peran
yang sangat penting dalam tercapainya tujuan dari SJSN. Peran institusi dalam hal ini
institusi kesehatan membuat suatu indikator untuk membuat suatu kebijakan suatu
program kesehatan yang efektif dan efisien.
D. Pengendalian Sosial
Pengendalian sosial adalah merupakan suatu mekanisme untuk mencegah
penyimpangan sosial serta mengajak dan mengarahkan masyarakat untuk berperilaku
dan bersikap sesuai norma dan nilai yang berlaku. Dengan adanya pengendalian sosial
yang baik diharapkan mampu meluruskan anggota masyarakat yang berperilaku
menyimpang / membangkang. Sepanjang semua anggota masyarakat bersedia
mentaati aturan yang berlaku, hampir bisa dipastikan kehidupan bermasyarakat akan
bisa berlangsung dengan lancar dan tertib. Tetapi, berharap semua anggota masyarakat
bisa berperilaku selalu taat, tentu merupakan hal yang mahal.
Kenyataan, tentu tidak semua orang akan selalu bersedia dan bisa memenuhi
ketentuan atau aturan yang berlaku dan bahkan tidak jarang ada orang-orang tertentu
yang sengaja melanggar aturan yang berlaku untuk kepentingan pribadi atau
kelompoknya.
Menurut Soekanto dalam Nugroho (2008), beberapa faktor yang menyebabkan warga
masyarakat berperilaku menyimpang dari norma-norma yang berlaku adalah sebagai
berikut :
(i) karena kaidah-kaidah yang ada tidak memuaskan bagi pihak tertentu atau karena
tidah memenuhi kebutuhan dasarnya
(ii) kaidah yang ada kurang jelas perumusannya sehingga menimbulkan aneka
penafsiran dan penerapan
(iii) di dalam masyarakat terjadi konflik antara peranan-peranan yang dipegang warga
masyarakat, dan
(iv) memang tidak mungkin untuk mengatur semua kepentingan warga masyarakat
secara merata.
Pegendalian sosial pada dasarnya merupakan sistem dan proses untuk mendidik,
mengajak dan bahkan memaksa warga masyarakat untuk berperilaku sesuai dengan
norma-norma sosial,
(1) System mendidik dimaksudkan agar dalam diri seseorang terdapat perubahan sikap
dan tingkah laku untuk bertindak sesuai dengan norma-norma
(2) System mengajak bertujuan untuk mengarahkan agar perbuatan seseorang
didasarkan pada norma-norma dan tidak menurut kemauan individu-individu
(3) Sistem memaksa bertujuan utnuk mempengaruhi secara tegas agar seseorang
bertindak sesuai dengan norma-norma dan jika ia tidak menaati kaidah yang berlaku
maka akan dikenai sanksi.
Pelaksanaan dari ketiga system tersebut haruslah melibatkan pihak pengendali dan
pihak yang dikendalikan. Pihak pengendali yang disebut lembaga atau agen
pengendali terdri dari banyak unsur. Situasi di mana orang memperhitungkan bahwa
dengan melanggar atau menyimpangi sesuatu norma dia malahan akan bisa
memperoleh sesuatu reward atau sesuatu keuntungan lain yang lebih besar, maka di
dalam hal demikianlah enforcement demi tegaknya norma lalu terpaksa harus
dijalankan dengan sarana suatu kekuatan dari luar.
Norma tidak lagi self-enforcing (norma-norma sosial tidak lagi dapat terlaksana atas
kekuatannya sendiri), dan akan gantinya harus dipertahankan oleh petugas-petugas
kontrol sosial dengan cara mengancam atau membebankan sanksi-sanksi kepada
mereka-mereka yang terbukti melanggar atau menyimpang dari norma.
Pengendalian sosial yang dapat berupa pengendalian formal yang terwujud dalam
setiap program yang dicanangkan oleh institusi kesehatan dan pemerintah untuk
menanggulangi dan mencegah meningkatnya masalah kesehatan di Indonesia
berdasarkan Undang-Undang nomor 40 tahun 2004 sehingga tujuan SJSN dalam
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dapat terwujud.
BAB III
PENUTUP
Sistem Jaminan Kesehatan Nasional dilaksanankan dengan melihat struktur sosial
baik struktur dinamis dan struktur statis yang merupakan bagian dari tatanan sosial.
Suatu institusi sosial dalam hal ini adalah institusi kesehatan seperti puskesmas,
posyandu dan Rumah Sakit serta Pusat Pelayanan Kesehatan lainnya berperan untuk
penyedia lanyanan kesehatan dan pembuatan kebijakan berdasarkan indikator yang
telah ditentukan. Pengendalian sosial yang dilakukan oleh institusi kesehatan dan
pemerintah dilakukan agar tujuan program SJSN dapat terwujud yang salah satunya
diatur dalam UU nomer 40 tahun 2004 .
DAFTAR PUSTAKA
Jurnal ekonomi rakyat. Artikel – Th. I – No. 7 – September 2002. Ditulis oleh Yaumil
Ch. Agoes Achir
Blog Public Health. Ditulis oleh Adnan Depressionz