JAMINAN SOSIAL BURUH DALAM PEMBANGUNAN

7
119 JAMINAN SOSIAL BURUH DALAM PEMBANGUNAN L--_______ OIeh : Suliati Rachmat, S.H. _______ _ Pengantar Dalam masa pembangunan seperti sekarang ini, umumnya baik rakyat maupun para pemuka masyarakat sa- ngat menginginkan kemajuan secepat- nya, agar cepat pula dapat diharapkan memperbaiki taraf kehidupan masya- rakat. Hal ini tidaklah mengherankan, apabila melihat kehidupan masyarakat di Iiegara-negara berkembang memang dirasakan sudah sangat mendesak , se- hingga amat mendambakan perubahan dalam waktu yang sesingkat mungkin, untuk dapat hidup sejajar dengan warga negara-negara maju. Untuk itu sudah tentu pula kemajuan yang kuat serta kemampuan bekerja memacu per- kemhangan diberbagai bidang kehidup- an, terutama ilmu pengetahuan dan teknologi. Pembangunan itu sendiri adalah merupakan proses yang dialami masya- rakat, secara sengaja dikehendaki dan direncanakan untuk mencapai suatu tingkat kehidupan yang lebih baik. Pembangunan yang menyeluruh dan St- multan seperti yang terjadi di Indonsia tidaklah semudah yang dikehendaki, banyak sekali kesulitan-kesulitan yang dijumpai, antara lain karena kurang- nya pengalaman dalam perencanaan pelaksanaan program-program, demi- kian pu la kurang/tiadanya data-data yang sesuai dengan perkembangan ma- syarakat diberbagai sektor kehidupan. BerlangsungnYil pem b angunan memer - lukan persyaratan-p er syaratan disam- ping kemauap. dan kemampuan meng- gunakan setiap kesempatan bagi kepe r- luan pembangunan dari anggota m a- syarakat, juga keterbukaan sikap ter- hadap usaha-usaha dan pikiran-pikiran baru. Demikian pula keaktifan 'warga masyarakat untuk turut serta mem e- cahkan masalah-masalah kehidupan, yang kesemuanya itu mungkin hanya tercapai melalui usaha penyuluhan/ pendidikan yang dilakukan oleh par a pemimpin/pelapor pembangunan. Ke- lompok-kelompok masyarakat serta pelopor-pelopor pembangunan yang kreatif, masyarakat yang kritis me- megang peranan penting dalam proses pembangunan, disamping tersedianya dana serta bahan-bahan baku. Demi- kian pula ' kegunaan ilmu-ilmu sosial, khususnya sosiologi dalam tahap awal, pelaksanaan maupun tahap-tahap eva- luasi keberhasilan. Perubahan/perkembangan , dalam satu bidang berpengaruh terhadap bi- dang-bidang lain, sehingga tidak mung- kin mengadakan pembahasan pada bidang tertentu saja tanpa memper - hitungkan kaitannya dengan bidang kehidupan yang lain. Begitu . pula perubahan dibidang hukumakan menggerakkan bidang- bidailg lain, sehingga perubahan hu- , kum dapat dipakai untuk mengubah April 1987

Transcript of JAMINAN SOSIAL BURUH DALAM PEMBANGUNAN

Page 1: JAMINAN SOSIAL BURUH DALAM PEMBANGUNAN

119

JAMINAN SOSIAL BURUH DALAM PEMBANGUNAN

L--_______ OIeh : Suliati Rachmat, S.H. _______ _

Pengantar

Dalam masa pembangunan seperti sekarang ini, umumnya baik rakyat maupun para pemuka masyarakat sa­ngat menginginkan kemajuan secepat­nya, agar cepat pula dapat diharapkan memperbaiki taraf kehidupan masya­rakat . Hal ini tidaklah mengherankan, apabila melihat kehidupan masyarakat di Iiegara-negara berkembang memang dirasakan sudah sangat mendesak, se­hingga amat mendambakan perubahan dalam waktu yang sesingkat mungkin, untuk dapat hidup sejajar dengan warga negara-negara maju. Untuk itu sudah tentu pula kemajuan yang kuat serta kemampuan bekerja memacu per­kemhangan diberbagai bidang kehidup­an, terutama ilmu pengetahuan dan teknologi.

Pembangunan itu sendiri adalah merupakan proses yang dialami masya­rakat, secara sengaja dikehendaki dan direncanakan untuk mencapai suatu tingkat kehidupan yang lebih baik. Pembangunan yang menyeluruh dan St­multan seperti yang terjadi di Indonsia tidaklah semudah yang dikehendaki, banyak sekali kesulitan-kesulitan yang dijumpai, antara lain karena kurang­nya pengalaman dalam perencanaan pelaksanaan program-program, demi­kian pula kurang/tiadanya data-data yang sesuai dengan perkembangan ma­syarakat diberbagai sektor kehidupan.

BerlangsungnYil pembangunan memer­lukan persyaratan-persyaratan disam­ping kemauap. dan kemampuan meng­gunakan setiap kesempatan bagi keper­luan pembangunan dari anggota ma­syarakat, juga keterbukaan sikap ter­hadap usaha-usaha dan pikiran-pikiran baru . Demikian pula keaktifan 'warga masyarakat untuk turut serta meme­cahkan masalah-masalah kehidupan , yang kesemuanya itu mungkin hanya tercapai melalui usaha penyuluhan/ pendidikan yang dilakukan oleh para pemimpin/pelapor pembangunan. Ke­lompok-kelompok masyarakat serta pelopor-pelopor pembangunan yang kreatif, masyarakat yang kritis me­megang peranan penting dalam proses pembangunan, disamping tersedianya dana serta bahan-bahan baku. Demi­kian pula ' kegunaan ilmu-ilmu sosial, khususnya sosiologi dalam tahap awal, pelaksanaan maupun tahap-tahap eva­luasi keberhasilan .

Perubahan/perkembangan , dalam satu bidang berpengaruh terhadap bi­dang-bidang lain , sehingga tidak mung­kin mengadakan pembahasan pada bidang tertentu saja tanpa memper­

hitungkan kaitannya dengan bidang kehidupan yang lain .

Begitu . pula perubahan dibidang hukumakan menggerakkan bidang­bidailg lain, sehingga perubahan hu-,

kum dapat dipakai untuk mengubah

April 1987

Page 2: JAMINAN SOSIAL BURUH DALAM PEMBANGUNAN

120

masyarakat, mungkin pula dilain pihak mempertahankan susunan masyarakat yang sudah ada, atau mengsahkan per­ubahan-perubahan yang telah terjadi. Dalam upaya mengefektifkan fungsi­fungsi tersebut, terdapat faktor-faktor pendukung maupun penghambat.1

)

Salah satu faktor pendukung yang dibutuhkan ialah adanya perencanaan, pengaturan serta pelaks~naan jaminan sosial tenaga kerja yang mantap, sesuai dengan arahan Pancasila dan Undang­undang Dasar kita.

J aminan sosial dapat diartikan rna­cam-macam, antara lain ialah pen­dapatan buruh pada waktu-waktu ter­tentu . diluar kesalahannya tidak me­lakukan pekeIjaan, misalnya karena sakit, kecelakaan, kematian, usia lan­jut, pemeliharaan janda/yatim piatu buruh dan sebagainya.2

)

Dewasa ini telah menjadi keyakinan umum dihampir semua negara, bahwa penguasa selain harus mencegah/mem­berantas pengangguran, dalam program meningkatkan kesejahteraan pekeIja/ buruh, harus pula menyelenggarakan jaminan sosial. Kelangsungan kesejah­teraan hidup buruh mungkin terganggu baik untuk sementara atau selama­lamanya, sehingga merupakan mala­petaka apabila karena sesuatu hal penghasilannya terhenti.

Kecuali itu di dalam kehidupan se­ring teIjadi peristiwa-peristiwadarurat yang memerlukan pembiayaan khusus

1) Soerjono Soekanto, Mustafa Abdullah, Sosiologi Hukum dolam Masyarakat (Jakarta - Palem bang:. Raja wali, ce tak­an ke-2, 1982), hIm. 241-255.

2)

Imam Soepomo, Pengantar Hukum Perburuhan (Jakarta: Jambatan, ce-takan ke-6, 1983), hIm. 128 .

Hukum dan Pemba11lunan

yang besarnya diatas penghasilan tetap rata-rata, sehingga terpaksa dipenuhi dari sumber-sumber lain. .

Terhentinya penghasilan keluarga biasanya karen a teIjadinya risiko-risiko yang mengakibatkan ketidakmampu­an kepala keluarga pencari nafkah untuk bekerja, seperti usia lanjut, sakit, terkena PHK, meninggal dunia dan lain-lain.

Perisitiwa-peristiwa tersebut ber­sifat universal, artinya dapat atau akan terjadi pacta setiap orang, baik yang berpenghasilan rendah atau ting­

gi, di negeri berkembang atau maju pada waktu sekarang maupun dimasa yang akan datang. Oleh sebab itu pe­nanganan secara terencana, efektif

,

dan efisien sangat penting artinya. Pasal 27 (2) Undang-undang Dasar

1945 menyatakan bahwa, "Tiap warga negara berhak atas pekeIjaan dan peng­hidupan yang layak bagi kemanusia­an" . Sedang Pasal 34 berbunyi : "Fa­kir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara". Kedua pasal ini merupakan pancaran pokok-pokok pikiran dalam Pembukaan Un dang­Undang Dasar 1945,3) khususnya ten­tang keadilan sosial, yaitu bahwa negara hendak mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat; yang dija­barkan pula lebih lanjut antara. lain dalam Undang-undang No. 14 Tahun 1969 Tentang Ketentuan Pokok Te­naga Kerja, yang memuat hak-hak dasar buruh/pekerja, khususnya Pasal 13 yang berbunyi: "Tiap tenaga keIja berhak atas pekerjaan dan penghasilan yang layak bagi kemanusiaan"; serta Pasal 15 yang menyatakan, bahwa :

3) Indonesia, Undang-undang Dasar 1945.

Page 3: JAMINAN SOSIAL BURUH DALAM PEMBANGUNAN

Jaminan-S08wl Buruh ,

"Pemerintah mengatur penyelenggara­an pertanggungan so sial dan bantuan so sial bagi tenaga kerja dan keluarga­nya" ,4) di mana kedua pasal ini akan menjadi pokok bahasan.

Jaminan Sosial Sebagai Program "-e­sejahteraan

Sebagaimana dimuka secara sepin­tas telah disinggung, bahwa jaminan sosial merupakan bagian dari pro­gramkesejaheraan tenaga kerja, yang penyelenggaraannya oleh pemerin tah secara nasional dan wajib diatur dalam PP 33 Tahun 1977 Tentang Astek dan ada pula secara sukarela oleh perusahaan.

Kecuali itu sebelum program Astek berlaku, telah ada Undang-undang No. 33/Tahun 1947 Tentang Kecela­kaan yang mengatur ganti rugi ke­celakaan oleh perusahaan kepada bu­ruh, dan Peraturan Kecelakaan Pe­laut (Schepelingen Ongevallenregeling 1940) yang juga mengatur ganti rugi kecelakaan ' oleh perusahaan khusus­nya terhadap buruh laut. Demikian pula Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI Tentang Pertanggungan Sakit, Hamil, Bersalin, dan Meninggal Dunia No. 15 jo. No. 3/Tahun 1964 dan No . 3/Tahun 1967 yang semuanya di­cabut dengan berJakunya Program Astek.

Baik materi muatannya maupun se­cara hierarki perundang-undangan pe­

raturan-peraturan terse but berhubung­an satu dengan yang lain, yuridis tidak dapat dib!enarkan. Menilik muatannya

4) Imam Soepomo, Hukum Perburuhan, Un dang-un dang dan Peraturan·peratur· an (Jakarta: Jambatan, cetakan ke-9, 1985), him. 3-9.

, , ,

, ,

121

yang disertai sanksi pidana. PP No. 33/Tahun 1947 lebih tepat sebagai Undang-undang, dan bukan pula meru­pakan . peraturan pelaksanaan dari Undang-undang No. 33/Tahun 1947 Tentang Kecelakaan.

Dengan demikian terdapat kesan kesimpangsiuran dalam pengaturan jaminan sosial tenaga kerja, sekalipun ruang lingkup program Astek lebih luas, apalagi setelah diperluas lagi de­ngan dikeluarkaIinya beberapa peratur­'an pelaksanaan antara lain Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Per. 02/ Men/1984 Tentang Pertanggungan Sa­kit, HalJ1il dan Bersalin Bagi Tenaga Kerja.

Penyelenggaraan jaminan sosial oleh Perusahaan, yang sering disebut Pro­gram Kesejahteraan Karyawap, secara sukarela bergantung kepada kebijak­sanaan perusahaan, Ada yang dilak­sanakan oleh perusahaan sendiri se­perti Yayasan Dana Pensiun Karya­wan, melalui badan lain diluar perusa­haan, misalnya Perusahaan Asuransi Jiwa dan lain-Jain.

Program Astek dilaksanakan de­ngan sistem asuransi oleh Perum As­tek dengan PP No. 34/Th. 1977 se­bagai perusahaan asuransi sosial, yang , menitikberatkan pada segi pelayanan serta tidak bersifat komersial. Sesuai dengan keadaan sosial ekonomi buruh umumnya di Indonesia, peserta pro­gram Astek sebagian besar terdiri atas tenaga kerja yang berpenghasilan kedl, sehingga dari segi komersial memang tidak menguntungkan.

Keikutsertaan secara wajib atas be­berapa alasan pokok, yaitu :

a. Agar kegotongroyongan dapat dicapai secara efektif baik vertikai, horisonta1, sektoral dan regional

, April 1987

Page 4: JAMINAN SOSIAL BURUH DALAM PEMBANGUNAN

122

b. Perlindungan dan kemanfaatannya dapat diberikan secara merata

c. Biaya penyelenggaraannya dapat ditekan seminimal mungkin, karena besarnya jumJah peserta.

d. Mendidik tenaga kerja agar memikirkan masa depan.

e. Memaksa pengusaha agar memberikan jaminan sosial bagi karyawannya.

Dengan mekanisme asuransi sosial, akan timbul pemupukan dana ter­utama pada program-program yang berjangka pan jang. B·erlainan dengan asuransi komersial yang dapat diper­oleh siapa saja dengan jumlah santunan sesuai kebutuhan serta kemampuan pembiayaannya~ maka asuransi sosial pada program Astek, jaminan sosiaJ hanya dapat diberikan yang bersifat dasar serta minimal dibutuhkan untuk hidup layak.

Jaminan kecelakaan kerja sejak awal telah diatur dengan Undang­

undang No, 33/Th. 1947 tentaJlg ke­celakaan yang kemudian dimasukkan pula dalam program Astek, dan me­rupakan asuransi kelompok, dan dalam keadaan terpaksa dapat digunakan polis-terbuka yaitu tanpa nama ter­tanggung. Pernghitungan iuran didasar-

. kan pada persentase tertentu dari biaya tenaga kerja atau bahkan dari suatu harga proyek misalnya dalam hal tenaga kerja borongan/harian lepas.S )

Kedua jenis jaminan sosial tersebut diatas , baik yang diselenggarakan pe­merintah atau swasta/perusahaan me­rupakan dua cara yang terpisah, na-

5) H.M. Iwan Stambul, Alternatif Asuransi Sosial Sebagai Sistem Program Jaminan Sosial , makalah disampaikan pada Se­minar Aspek J aminan Sosial Dalam Hu­bungan Industrial Pancasila · Jakarta 8-9 Oktober 1986. ' ,

,

Hukum dan Pemban/IUnan

mun keduanya menggunakan sistem • asuransl.

Pembangunan Masyarakat Indonesia

Sa saran utama pembangunan nasi­onal ialah peningkatan kesejahteraan bangsa secara merata bagi semua go­longan dan tingkat masyarakat. Oleh sebab itu menjadi cita-cita pula untuk meratakan hasil pembangunan secara bertallap yang akan dicapai nanti. Tenaga kerja mempunyai peranan dan .arti penting, sebagai bagian kelompok masyarakat produktif yang menunjang pelaksanaan pembangunan. Dengan demikian adalah wajar apabila diberi

perlin dungan , pemeliharaan serta di­tingka tkan kese jahteraannya. Usaha tersebut ditujukan terhadap mereka yang masih bekerja, pada hari tua maupun yang karena sesuatu hak tidak mampu lagi memenuhi kebutuhan hidupnya. Dana jaminan sosial hanya diperoleh dari perusahaan dan buruh sendiri secara bersama-sama, maupun oleh perusahaan sendiri.

8eberapa masalah yang dihadapi oleh perusahaan yang melaksanakan jaminan sosial an tara lain:

1. Keadaan so sial ekonomis pengusaha dan buruh di Indonesia yang masih terbatas, oleh karena itu jaminan sosial yang diberikan para pengusaha belum seragam dan sang at dipengaruhi ke­mampuan masing-m asing.

2. Dalam kenyataan yang menjadi peserta adalah tenaga kerja yang berpengasilan rendah dan pada sektor industri yang lemah pula

3. Tenaga kerja merasakan bahwa pro­gram jaminan sosial mengurangi jumlah upah yang diterimanya, sehingga belum disadari manfaatnya.

4. Keadaan ekonomi umumnya menyebab­kan iuran yang diterima sangat rendah sehingga tidak sebanding dengan pem­biayaan yang dikeluarkan. ,

,

Page 5: JAMINAN SOSIAL BURUH DALAM PEMBANGUNAN

Jam/nan S081a/ Buruh

01eh sebab itu dalam pelaksanaan pro­gram jaminan so sial terIihat kemampuan perusahaan yang berbeda-beda, sehingga pelayanannyapun berdeda pula

Berlakunya PP. No. 33/Th. 1947 Tentang Astek, dip an dang sebagai usaha nyata pemerintah untuk mening­katkan jaminan sosial buruh. Terdapat usaha pengusaha untuk meningkatkan ketentuan tersebut menjadi Undang­undang.6)

Dalam proses pembangunan dewasa ini kiranya beberapa masalah perlu dipertimbangkan antara lain:

1. Pengaturan dari pelaksanaan jamin­an sosial yang ada dapatlah diterap­kan disemua masyarakat kerja , atau kah hanya pada masyarakat kerja tertentu , yang sering disebut hu­bungan kerja modern 7) dan umum­nya terdapat di kota-kota serta di­atur oleh peraturan-peraturan per­buruhan baik yang dibuat oleh pe­merintah Hindia Belanda dahulu maupun Pemerintah RI sekarang.

Bagian terbesar masyarakat kerja di Indonesia, yang lahir dari hubungan kerja tradisional belum pernah di­pelajari, bahkan menurut penelitian van Dijk istilah hubungan kerja dengan pengertian yang lazim se­karang, belum pernah dikenal. 8 )

6) Muslich Nitiamidjaja, Kebijaksanaan Pe· merintah Daiam Meningkatkan Jamin an Sosiai, makalah disampaikan pada Seminar Aspek Jaminan Sosial Dalam Hu bungan Industrial Pancasila, Jakarta, 8-9 Oktober 1986.

7) Iman Soepomo, Hukum Perburuhan Bi· dang Hubungan Kerja (Jakarta: Jam­batan, 1983), cetakan ke-5, hIm. 26.

8) Soetiksno, Hukum Perburuhan (Jakarta: 1979), hIm. 92.

123

2. Pendapat Prof. Selo Soemardjan, menurut taraf struktur sosial dan kebudayaan di Indonesia dapat dijumpai tiga kategori masyara-

• kat, yaitu masyarakat sederhana, masyarakat madya dan para mo­dera/modern, masing-masing de­ngan ciri utamanya sendiri.9

)

Semua hal tersebut akan mewarnai hubungan kerja dengan semua as­peknya masing-masing, termasuk jaminan sosial. Sifat majemuk ma­syarakat Indonesia, termasuk ma­syarakat kerjanya.

3. Proses industrialisasi yang sudah di­mulai, bahkan dipercepat dengan gejala-gejala antara Jain seperti proses alih teknologi, meningkat­nya kebutuhan-kebutuhan primer dan sekunder yang mempercepat ­masuknya teknologi, sikap terbuka masyarakat Indonesia khususnya golongan elite, dan seterusnya. 10

)

Sehubungan hal tersebut perlu memperhitungkan kemasa depan pengusahanya terhadap masyarakat kerja.

4. Bagi kelangsungan proses pemba­ngunan dapat menempuh cara: 1. Struktural (mencakup perencanaan,

pembentukan dan evaluasi Iembaga­Iembaga kemasyarakatan, prosedur serta pembangunan secara materiil).

2. Spiritual (meliputi pembentukan wa­tak dan pendidikan di daIam cara-

9) Soerjono Soekanto, Beberapa Teori So· sioiogi Tentang Struktur Masyarakat (Jakarta: RajawaIi, 1984), cetakan ke-2, hIm. 49-52.

10) Soerjono Soekanto, Pendektztall Sosioi Mellgenai PHK Massal, makalah disam­paikan pada Seminar PHK massal dan masalahnya, Jakarta, 12-13 Agustus 1986 .

April 1987

Page 6: JAMINAN SOSIAL BURUH DALAM PEMBANGUNAN

124

cara berpikir dalam ilmu pengetahuan dan teknologi).

Persyaratan-persyaratan pada tahap awal seperti: keamanan, sikap ter­buka, . aktivitas serta kreativitas ma­syarakat dan sebagainya, yang di­kaitkan dengan kegunaan ilmu-ilmu sosial khususnya sosiologi urituk menunjang pembangunan, diperlu­kan juga pada tarafpelaksanaan dan evaluasi keberhasilan_

5 _ Partisipasi aktif seluruh masyarakat kerja, tidak hanya pemerintah, teta­pi juga peranan pengusaha dan bu­

. ruh sendiri perlu didorong untuk mendukung terjadinya kepatuhan hukum, agar tercipta hukum yang efektifY)

6. Terjadinya proses saling mempenga­ruhi antar sistem hukum (misalnya sistem hukum transisional, sistem hukum pramodern/modern) dengan lembaga-lembaga lain seperti ekono­mi, politik, agama, pendidikan dan sebagainya, serta sejumlah proses kemasyarakatan lainnya seperti: urbanisasi, perubahan nilai-riilai, modernisasi, perkembangan tek­nologi/industrialisasi dan sebagai­nya.l~ Pemanfaatan sosiologi dalam bi­dang haluan/policy sosial, misalnya dalam penetapan/pelaksanaan pro­gram-program untuk meningkat­kan kesejahteraan masyarakat.

7. Sifat interdepensi lembaga-lembaga sosial yang menyebabkan suatu per-

11) Soerjono Soekanto, Efektivitasi Hukum dan Peranan Sanksi (Bandung: Rema· ja Karya, 1985), hlm. 24:""29_

12) Soerjono Soekanto, Perspektif Teoretil /' Studi Hukum dIllllm Masyarakat (Jakar·

ta: Rajawali, 1985), hlm. 63-79.

Hukum dan Pembanllunan

ubahan pada SUatu lembaga terten­tu (misalnya hukum) menjalar ke bidang-bidang lain . . Dalam hal ini masalah utama, sampai sejauh mana hukum dapat mengubah bidang lam dan sebaliknya, misalnya perubah­an-perubahan sosial yang tidak di­ikuti oleh penyesuaian hukum yang bersifat parale!. 1~

Di Indonesia misalnya perubahan-per­ubahan di bidang politik, ekonomi, pendidikan dan bidang-bidang lain ter­hadap hukum perburuhan nasional yang masih relatif muda usianya, dan dikehendaki masyarakat sendiri sebagai suatu konsensus nasional. 14)

Penutup •

Hubungan kerja melahirkan masya­rakat kerja serta menciptakan pola interaksi antar pengusaha buruh dan pemerintah, kebudayaan khusus mau­pun status tertentu para pekerja dan keluarganya.

Berbagai perubahan lembaga-lemba­ga, baik karena pengaruh dari luar seperti teknologi dan industri, pendi­dikan politik, ejwnomi dan sebagai­nya, maupun berbagai interaksi sosial antar individu, individu · dan kelom­pok, serta antar kelompok dalam ma­syarakat, proses kemasyarakatan, sikap

. optimis dari parapelopor pembangun­an serta pelaksanaan pembangunan itu sendiri, banyak menimbulkan harapan maupun kesulitan-kesulitan, serta kete-

13) Soerjono Soekanto. Kesadaran Hukum dan Kepatuhan Hukum (Jakarta: Raja­wall, 1982), hIm 47-58.

14) Hubungan Perburuhan Pancasilll. hasil seminar Hubungan Perburuhan sebagai konsensus nasional. Jakarta, 4-7 Desem­ber 1974 .

Page 7: JAMINAN SOSIAL BURUH DALAM PEMBANGUNAN

Jaminan Sosial Buruh

gangan-ketegangan bahkan kadang-ka­dang menunjuk kepada suatu gejala krisis.

Oleh sebab itu perlu ada penelitian serta pemilihan, terhadap pengaruh kekuatan-kekuatan dari luar terutama Barat maupun kekuatan-kekuatan da­lam kebudayaan sendiri, yang membe­rikan pengaruh positif terhadap per­ubahan/pertumbuhan dalam pemba­ngunan yang sedang berlangsung. Demi-

Daftar Pustaka

125

kian pula kemungkinan-kemungkinan yang ada terhadap pertumbuhan di ne­gara-negara industri baru (NIC) , yang dapat ditransformasikan.

Sebab tujuan pembangunan nasio­nal pada akhirnya tetap mengarah kepada manusia Indonesia sendiri, sedang teknologi, birokrasi dan semua kelembagaannya berfungsi sebagai sa­rana untuk mewujudkannya.

Bakels, H.L., Arbeidsrechtelijke Geschriften, Kluwer, Deventer, 1977. Hubungan Perburuhan Pancasila, hasil seminar Hubungan Perburuhan sebagai konsensus

nasional, Jakarta, 4-7 Desember 1974. Indonesia, Undimg- Undang Dasar 1945. Iwan Stambul, H.M., Alternatif Asuransi So sial sebagai Sistem Program laminan So sial,

makalah disampaikan pada Seminar Aspek Jaminan Sosial dalam Hubungan Industrial Pancasila, Jakarta, 8-9 Oktober 1986.

Nitiamidjaja, Muslich, Kebija.ksanaan Pemerintah dalam Meningkatkan laminan Sosial, makalah disampaikan pada Seminar Aspek Jaminan Hubungan Industrial Pancasila, Jakarta, 8-9 Oktober 1986.

Soepomo, Iman, Pengantar Hukum Perburuhan (Jakarta: Jambatan, 1983), cetakan ke-6. Soepmo, Iman, Hukum Perburuhan, Undang-uruiang dan Peraturan-peraturan (Jakarta:

Jambatan, 1985). Soepomo, Iman, Hukum Perburuhan Bidang Hubungan Kerja (Jakarta: Jambatan, 1983),

cetakan ke-5. Soetikno, Hukum Perburuhan (Jakarta: 1979). Soekanto, Soerjono, dan Mustafa Abdullah, Sosiologi Hukum dalam Masyarakat (Jakarta­

Palembang: Rajawaii, 1982), cetakan ke-2 . Soekanto, Soerjono, Beberapa Teori Sosiologi Tentang Struktur Masyarakat (Jakarta: Ra­

jawaH, 1984), cetakan ke-2. Soekanto, Soerjono, Pendekatan Sosial Mengenai PHK Massal, makalah disampaikan pada

Seminar PHK massal dan masalahnya, Jakarta, 12-13 Agustus 1986. Soekanto, Soerjono, Efektivitasi Hukum dan Peranan Sanksi (Bandung: Remaja Karya,

1985). Soekanto, Soerjono, Perspektif Teoretis Studi Hukum dolam Masyarakat (Jakarta: Raja­

waH, 1985 ). Soekanto, Soerjono, Kesadaran Hukum dan Kepatuhan Hukum (Jakarta: RajawaH, 1982).

,

• April 1987 •