REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... ·...

296
JAMINAN SOSIAL DI INDONESIA REFORMASI “Transformasi BPJS: Indahnya Harapan Pahitnya Kegagalan” Dr. Chazali H. Situmorang, Apt, M.Sc

Transcript of REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... ·...

Page 1: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

JAMINAN SOSIALDI INDONESIA

REFORMASI

“Transformasi BPJS:Indahnya Harapan Pahitnya Kegagalan”

Dr. Chazali H. Situmorang, Apt, M.Sc

Page 2: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

REFORMASIJAMINAN SOSIAL

DI INDONESIATransformasi BPJS:

“Indahnya Harapan Pahitnya Kegagalan”

Page 3: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2001 Tentang Hak CiptaPasal 2

(1) Hak Cipta merupakan hak ekslusif bagi pencipta atau pemegang hak cipta untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya, yang timbul secara otomatis setelah suatu ciptaan dilahirkan tanpa mengurangi pembatasannya menurut perundang-undangan yang berlaku.

Ketentuan PidanaPasal 72

(1) Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah).

(2) Barang siapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau hak terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

Page 4: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

REFORMASIJAMINAN SOSIAL

DI INDONESIATransformasi BPJS:

“Indahnya Harapan Pahitnya Kegagalan”

Penulis:

Dr. Chazali H. Situmorang, Apt, M.Sc

Penerbit:CINTA Indonesia

Cimanggis Kota Depok, Juni 2013

Page 5: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIATransformasi BPJS: “Indahnya Harapan Pahitnya Kegagalan”

Oleh: Dr. Chazali H. Situmorang, Apt, M.Sc

Cetakan Pertama: Juni 2013

Diterbitkan Oleh CINTA Indonesia

Executive Office : Perkantoran Pesona View B8 2nd Floor Jl. Ir. Juanda Kota Depok, Jawa Barat.Production Office : Jl. Bhayangkara No. 9 PGS Cimanggis Kota Depok, Jawa BaratTelp/Fax : (021) 87717007/(021) 87717007Website : www.cia.web.idEmail : [email protected]

Editor : Wahyu Triono KSDesain Sampul : Wahyu Triono KSTata Letak & : Julhan Evendi SimatupangPenyelaras Bahasa Yusmiti TarmiziOrganizer : PT. SEVROASIS CITRA INTIPRIMAPercetakan : PT. Khalifah MediatamaDistributor/Penyalur : CV. Jelajah Nusa

Perpustakaan Nasional RI. Data Katalog Dalam Terbitan (KDT)

Situmorang, Chazali H. Dr, Apt, M.Sc Reformasi jaminan sosial di Indonesia :transformasi BPJS: indahnya harapan pahitnya kegagalan / penulis, Dr. Chazali H. Situmorang, Apt, MSc ; editor, Wahyu Triono KS. -- Depok : CINTA Indonesia(Central Informasi Networking Transformasi dan Aspirasi Indonesia) , 2013. 280 hlm dan xiv hlm. ; 21,00 cm x 15,00 cm

ISBN 978 - 602 - 97251- 4 - 8

1. Tenaga Kerja -- Jaminan Sosial I. Judul. II. Wahyu Triono KS

362

Page 6: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

Pengantar Penulis

esuai dengan amanat dan semangat Undang-Undang SSistem Jaminan Sosial Nasional (UU SJSN) dan Undang-Undang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial

(UU BPJS) bangsa Indonesaia akan mengimplementasikan reformasi Jaminan Sosial dengan sebenar-benarnya dan sekuat-kuatnya pada 1 Januari 2014.

Akte kelahiran telah diterbitkan oleh Negara, untuk melahirkan bayi yang bernama BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan, dari rahim sang Ibu yang bernama PT. Askes dan PT. Jamsostek dan sudah ditakdirkan bahwa sesudah melahirkan kedua Ibu separuh baya tersebut mening-galkan dunia. Artinya jalan terjal dan menantang maut tersebut harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai bentuk perlindungan sosial bagi rakyat Indonesia.

Buku yang saya tulis dengan judul Reformasi Jaminan Sosial Di Indonesia, Transformasi BPJS: “Indahnya Harapan Pahitnya Kegagalan” berusaha menjadi pondasi awal yang mencatatkan peta jalan reformasi Jaminan Sosial di Indonesia. Tentu saja buku ini akan menjadi pencatat sejarah yang otentik, karena memuat informasi dan data yang langsung menyentuh denyut nadi dari setiap perubahan dan reformasi Jaminan Sosial di Indonesia.

v

REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIATransformasi BPJS: Indahnya Harapan Pahitnya Kegagalan

Page 7: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

Penulisan buku ini dibagi menjadi sembilan bagian yang terdiri dari: Bagian Pertama: Epilog, membahas tentang Jaminan Sosial Dalam Aras Global. Bagian Kedua tentang Eksistensi Dewan Jaminan Sosial Nasional (DJSN). Bagian Ketiga, tentang Konstruksi Implementasi UU SJSN Dan UU BPJS. Bagian Keempat, Sistem Sosialisasi, Monitoring Dan Pengawasan Pelaksanaan Program Jaminan Sosial. Bagian Kelima, Undang-Undang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) Bergerak Menuju Universal Health Care. Bagian Keenam, Proyeksi Akumulasi Dana Program Jaminan Sosial, dan Bagian Ketujuh, Deskripsi Peta Jalan Menuju Jaminan Kesehatan Nasional 2012-2019.

Dalam penerbitan buku ini saya menyadari bahwa semua dapat diselesaikan berkat dukungan dan bantuan dari semua pihak. Oleh karena itu, tidak ada kata lain yang dapat saya ucapkan selain dari ungkapan terima kasih kepada semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung memberikan kontribusi dalam penerbitan buku ini.

Kepada para Anggota DJSN yang banyak memberikan pemikiran dan pandangan selama menjalankan tugas DJSN sehingga memberikan inspirasi kepada saya dalam menyusun buku ini, atas semua itu saya mengucapkan terima kasih diantaranya kepada Dr. dr. Fachmi Idris, M.Kes, Drs. Ridwan Monoarfa, Drs. Timur Soetanto ChFC.CLU, Dr. Adang Setiana, MSc, Drg. Moeryono Aladin, SIP, SH, MM, dr. Supriyantono, SpP., MARS, Drs. Djoko Sungkono, MM, Ir. Tianggur Sinaga, MS, Prof. Dr. Bambang Purwoko, SE, MA, Ir. Haryadi B Sukamdani, MM, Dr. Ir. Pos M. Hutabarat, MA, Drs. Sambas Mulyana, Pungky Sumadi, MCP, PhD, Dr. Vivi Yulaswati Msc, dr. Usman Sumantri, dan Drs. Ponco Respati Nugroho, M.Si selaku Sekretaris DJSN.

Secara khusus saya mengucapkan terimakasih kepada Dr. H. Marzuki Alie, SE, Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) yang berkenan memberikan komentar singkat pada buku ini, juga kepada para tokoh dan ahli Jaminan Sosial yang telah berkenan memberikan komentar singkatnya, antara lain kepada Dr. Sulastomo, MPH, AAK dan Prof. Dr. dr. Hasbullah Tabrany, MPH.

vi

Dr. Chazali H. Situmorang, Apt, M.Sc

Page 8: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada para pimpinan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial saat ini antara lain Dr. dr. Fachmi Idris, M.Kes, Direktur Utama PT. Askes (Persero), Elvyn G Masassya, Direktur Utama PT. Jamostek (Persero) yang memberikan komentar singkat pada buku ini.

Dengan ungkapan kasih sayang dan ucapan terima kasih saya persembahkan buku ini kepada istri saya yang tercinta Dra. Lenny Brida, M.Si dan juga kepada kedua anak saya yang tersayang Budi Syarif Amanda Situmorang, SH, LLM dan Boby Nirwan Ramadhan, SE, B. Econ.

Saya juga menyampaikan terima kasih kepada Wahyu Triono KS yang menjadi editor buku ini, juga kepada Julhan Evendi Sianturi dan Yusmiti Tarmizi yang menentukan tata letak dan menyelaraskan bahasa dalam penerbitan buku ini.

Akhirnya saya berharap kiranya buku ini memberikan kontribusi yang positif dalam upaya reformasi Jaminan Sosial di Indonesia dan transformasi BPJS serta bermanfaat sebagai referensi dalam penyelenggaraan Jaminan Sosial yang dilaksanakan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS Kesehatan) dan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan (BPJS Ketenagakerjaan), untuk mencapai Indonesia yang makin adil, makmur dan sejahtra.

Dr. Chazali H. Situmorang, Apt, M.Sc

vii

REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIATransformasi BPJS: Indahnya Harapan Pahitnya Kegagalan

Page 9: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

Daftar Isi

viii

Dr. Chazali H. Situmorang, Apt, M.Sc

Page 10: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

Daftar Isi

Pengantar Penulis – v

Daftar Isi – ix

Bagian Satu:

Jaminan Sosial Dalam Aras Global – 3Jaminan Sosial Dalam Berbagai Pemikiran – 4

Model Sistem Jaminan Sosial Di Negara Maju – 12 Jaminan Sosial Di Australia: Suatu Model Kesejahteraan

– 14

Jaminan Sosial Di Beberapa Negara Lainnya – 16

Fungsi Jaminan Sosial – 24

Program Jaminan Sosial – 27

Dinamika Jaminan Sosial – 30

Implementasi Jaminan Sosial – 33

Bagaimana pelaksanaan Jaminan Sosial di Indonesia? –

36

Penutup – 40

Bagian Dua:

Eksistensi Dewan Jaminan Sosial Nasional –

43Kedudukan DJSN Dalam Sistem Pemerintahan

Indonesia – 44

ix

REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIATransformasi BPJS: Indahnya Harapan Pahitnya Kegagalan

Page 11: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

x

Masa Penguatan Dan Pemberdayaan Lembaga

(2010-2014) – 63

Harapan Hidup – 64

Misi Ke Depan – 65

Penguatan Peran Pengawasan Regulasi Dan Kebijakan

(Supervisory Legal Control) – 66

Pembangunan Pusat Pemerataan Resiko Jaminan

Kesehatan Sosial (Risk Structure Equalisation) – 67

Penyempurnaan Kelembagaan – 68

Dewan Jaminan Sosial Di Beberapa Negara – 68

The National Council for Social Security Fund-the

People's Republic of China – 70

The Advisory Council on Social Security (1957-1996)

danthe Social Security Advisory Board (1996-……) -

the United State of America – 73

The Social Security Advisory Council-Japan – 75

The Social Security Council-Poland – 76

Bagian Tiga:

Konstruksi Implementasi UU SJSN Dan UU

BPJS – 83Latar Belakang – 83

Program Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) – 84

Kepesertaan Program Jaminan Kecelakaan Kerja

(JKK)– 85

Iuran Bagi Peserta Penerima Upah Dan Siswa Yang

Magang Di Perusahaan – 86

Iuran Bagi Peserta Bukan Penerima Upah – 88

Tata Cara Pembayaran Iuran Bagi Peserta Penerima

Upah, Dan Siswa Yang Magang Di Perusahaan – 89

Dr. Chazali H. Situmorang, Apt, M.Sc

Page 12: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

xi

Program Jaminan Kematian (JKm) – 99

Kepesertaan Program Jaminan Kematian (Jkm)– 99

Iuran Program Jaminan Kematian (Jkm)– 100

Manfaat Program Jaminan Kematian (Jkm) – 103

Program Jaminan Hari Tua (JHT) – 104

Kepesertaan Program Jaminan Hari Tua (JHT) – 104

Iuran Program Jaminan Hari Tua (JHT) – 105

Manfaat Program Jaminan Hari Tua (JHT) – 108

Program Jaminan Pensiun (JP) – 110

Kepesertaan Program Jaminan Pensiun (JP) – 110

Iuran Program Jaminan Pensiun (JP) – 111

Dana Kontingensi – 113

Manfaat Program Jaminan Pensiun (JP) – 113

Ahli Waris – 115

Jenis Program, BPJS Dan Penahapan Pendaftaran

Kepesertaan Program Jaminan Sosial Oleh Pemberi

Kerja – 116

Penahapan Kepesertaan Program Kecelakaan Kerja,

Jaminan Hari Tua, Jaminan Pensiun Dan Jaminan

Kematian Kepada BPJS Ketenagakerjaan – 117

Kewajiban Pemberi Kerja yang Belum Mendaftarkan

Pekerjanya Sebagai Peserta Jaminan Sosial – 119

Tata Cara Pendaftaran – 119

Nomor Identitas Tunggal – 120

Tata Cara Pemilihan Dan Penetapan Dewan Pengawas

Dan Direksi BPJS, Penggantian Antar Waktu Anggota

Dewan Pengawas dan Anggota Direksi BPJS – 122

Organ Badan Penyelenggara Jaminan Sosial – 122

Persyaratan Anggota Dewan Pengawas dan

Anggota Direksi – 122

REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIATransformasi BPJS: Indahnya Harapan Pahitnya Kegagalan

Page 13: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

xii

Tata Cara Pengelolaan Dan Pengembangan Aset BPJS

Dan Aset Dana Jaminan Sosial – 133

Sumber Aset BPJS dan Aset Dana Jaminan Sosial –

133

Penggunaan Aset BPJS Dan Aset Dana Jaminan

Sosial – 136

Kebijakan Pengelolaan Aset dan Jenis Aset – 138

Kebijakan Pengelolaan Aset – 138

Jenis Aset – 138

Liabilitas – 142

Liabilitas Terkait Pembayaran Manfaat Jaminan

Sosial – 142

Tata Kelola Investasi dan Keuangan Dana Jaminan

Sosial – 143

Tata Kelola Investasi – 144

Tata Kelola Keuangan – 144

Kesehatan Keuangan – 145

Surplus atau Defisit Dana Pengelolaan Program

Jaminan Sosial – 145

Laporan Pengelolaan Program dan Laporan

Keuangan Tahunan – 147

Pengawasan Internal dan Eksternal – 147

Satuan Pengawasan Internal – 147

Pengawasan Eksternal – 148

Bagian Empat:

Sistem Sosialisasi, Monitoring Dan

Pengawasan Pelaksanaan Program

Dr. Chazali H. Situmorang, Apt, M.Sc

Page 14: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

xiii

Kendala Penyelenggaraan Program Jamkesda – 176

Rekomendasi – 176

Bagian Lima:

Undang-Undang Sistem Jaminan Sosial

Nasional (SJSN) Bergerak Menuju Universal

Health Care – 179Tonggak sejarah – 179

Paradigma Baru – 180

Universal Health Care – 182

Aspek Kepesertaan – 183

Aspek Manfaat – 185

Aspek Pembiayaan – 187

Aspek Fasilitas Kesehatan – 189

Aspek Kelembagaan – 191

Peran Pemerintah – 191

Profesi Apoteker Dalam Unversal Health Care – 192

Regulasi Yang Berkaitan Dengan Sediaan Farmasi – 195

Abstraksi Peta Jalan Jaminan Kesehatan Nasional

2012-2019 – 196

Positioning Apoteker Di Era BPJS Kesehatan – 199

Mekanisme Kerja Apoteker Dengan BPJS Kesehatan –

202

Kesimpulan – 203

Bagian Enam:

Proyeksi Akumulasi Dana Program Jaminan

Sosial – 207

REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIATransformasi BPJS: Indahnya Harapan Pahitnya Kegagalan

Page 15: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

xiv

Proyeksi Iuran Per Tahun Program Jaminan Hari Tua

Dengan Usia Pensiun 55 Tahun Proyeksi Jumlah Iuran –

219

Iuran Per Tahun – 220

Proyeksi Pembayaran Klaim Meninggal Program

Jaminan Hari Tua Usia Pensiun 55 Tahun – 220

Proyeksi Pembayaran Santunan Usia Pensiun Program

Jaminan Hari Tua Usia Pensiun 55 Tahun – 220

Proyeksi Biaya Operasional Program Jaminan Hari Tua Usia

Pensiun 55 Tahun – 221

Proyeksi Akumulasi Dana Jaminan Hari Tua Dengan Usia

Pensiun 55 Tahun – 222

Proyeksi Pembayaran Klaim Meninggal Program Pensiun

Dengan Usia Pensiun 55 Tahun 55 Tahun – 223

Proyeksi Biaya Operasional Program Pensiun Dengan

Usia Pensiun 55 Tahun – 224

Proyeksi Akumulasi Dana Program Pensiun – 225

Pelaksanaan Jaminan Hari Tua Di Indonesia – 227

Pelaksanaan Jaminan Hari Tua oleh PT. Jamsostek

(Persero) – 227

Pelaksanaan Jaminan Hari Tua oleh PT. Asabri

(Persero) – 227

Pelaksanaan Jaminan Hari Tua Dan Pensiun Oleh PT.

Taspen (Persero) – 228

Program Pensiun – 229

Rekomendasi – 230

Proyeksi Program Jaminan Pensiun – 231

Hasil Simulasi – 234

Tabel-Tabel – 236

Dr. Chazali H. Situmorang, Apt, M.Sc

Page 16: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

Bagian Satu:

Jaminan Sosial Dalam Aras Global

1

REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIATransformasi BPJS: Indahnya Harapan Pahitnya Kegagalan

Page 17: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

2

Dr. Chazali H. Situmorang, Apt, M.Sc

Page 18: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

Bagian Satu:

Jaminan Sosial Dalam

Aras Global

nternasional Labour Organization (ILO) memberikan

Idefinisi Social Security sebagai berikut (ILO Convention 1102): Social Security is the protection which society provider for its

members through a series of public measure: To offset the absence or

substantial reduction of income from work resulting from various

contingencies (notable sickness, maternity, employment injury,

unimployment, invalidity, old age and death of breadwinner); To provide

people with healthcare; To provide benefit for families with children.

Definisi lain menyatakan: Social Security is a system for

providing income security tp desal with the contingency risk of life, sickness

and maternity , employment injury unemployment, invalidity, old age and

death, the provision of medical care and the provision subsidies for family

with children (Guy Standing, 2000).

Dari definisi-definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa

Sistem Jaminan Sosial adalah upaya mewujudkan kesejah-

teraan, memberikan rasa aman sepanjang hidup manusia,

melalui pendekatan sistem, yaitu harus beraturan, sistematis,

terukur. Peran negara dan masyarakat tergantung filosofi buat

3

REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIATransformasi BPJS: Indahnya Harapan Pahitnya Kegagalan

Page 19: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

Namun disisi lain, kita sadar betul tidak ada definisi

tentang Jaminan Sosial yang bisa diterima dan diterapkan

secara umum. Penjelasan yang sering digunakan adalah seluruh

rangkaian langkah wajib yang dilakukan oleh masyarakat untuk

melindungi mereka dan keluarga mereka dari segala akibat yang

timbul karena gangguan yang tidak terhindarkan, atau karena

berkurangnya penghasilan yang mereka butuhkan untuk

mempertahankan taraf hidup yang layak.

Jaminan Sosial Dalam Berbagai

PemikiranPengertian jaminan sosial begitu beragam akan tetapi

esensinya memiliki kesamaan. Dilihat dari pendekatan

asuransi sosial, maka berarti jaminan sosial sebagai teknik

atau metoda penanganan risiko yang terkait dengan hubungan

kerja yang berbasis pada hukum bilangan besar (law of large

numbers). Dari sisi bantuan sosial, maka jaminan sosial berarti

sebagai dukungan pendapatan bagi komunitas kurang

beruntung untuk keperluan konsumsi. Karena itu maka

jaminan sosial berarti sebagai (1) salah satu faktor ekonomi

seperti konsumsi, tabungan dan subsidi/konsesi untuk

redistribusi risiko; (2) instrumen Negara untuk redistribusi

risiko sosial-ekonomi melalui tes kebutuhan (means-test

application), yaitu tes apa yang telah dimiliki peserta baik

berupa rekening tabungan maupun kekayaan riil; (3) program

pengentasan kemiskinan yang ditindaklanjuti dengan

pemberdayaan komunitas; dan (4) sistem perlindungan dasar

untuk penanggulangan hilangnya sebagian pendapatan

pekerja sebagai konsekuensi risiko hubungan kerja.

Berikut adalah pengertian jaminan sosial secara spesifik

4

Dr. Chazali H. Situmorang, Apt, M.Sc

Page 20: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

nya melalui seperangkat uji kebutuhan (means test) oleh 2lembaga yang berwenang (Purwoko, 2011). Lembaga-

lembaga yang berwenang melakukan means test di beberapa

negara seperti institusi pajak di Inggris dan Institusi Central

Point di Australia. Aplikasi uji kebutuhan diperlukan untuk

keadilan agar penerima manfaat jaminan sosial adalah

memang benar-benar orang yang berhak dan membutuhkan

dukungan pendapatan.

Aplikasi uji kebutuhan bagi peserta di negara-negara

Anglo Saxon mencakup uji pendapatan (income test) dan uji

kekayaan (asset test). Uji pendapatan meliputi rekening-

rekening tabungan, deposito dan reksa dana sedang uji

kekayaan terbatas pada kepemilikan property (di Indonesia

asset test dilakukan jika berpekara secara hukum, terkait

dengan pencucian uang walaupun masih terbatas). Lembaga-

lembaga yang berwenang melakukan uji kebutuhan kepada

peserta jaminan sosial yang hendak mengajukan income

support adalah institusi pajak dan badan penyelenggara

jaminan sosial. Jika seseorang memiliki rekening tabungan

sekurang-kurangnya USD 250.000 ke atas, maka tidak berhak

mendapatkan income support, kemudian uji kelayakan dilihat

dari status properti, yaitu status milik sekurang-kurangnya 1

properti tidak berhak atas jaminan sosial.

Pemberlakuan income test pensiun berkala yang

diterima Tuan John Terry pada usia 68 sebesar USD 750

perbulan. Kemudian yang bersangkutan setelah dicek oleh

instansi yang berwenang ternyata benar tidak memiliki

rekening tabungan termasuk juga tidak memiliki properti, maka

yang bersangkutan akan mendapatkan tambahan santunan___________________________

2Purwoko, Bambang, Sistem Proteksi Sosial Dalam Dimensi Ekonomi,

Penerbit Oxford Graventa Indonesia, Jakarta 2011, hal, 39-45.

5

REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIATransformasi BPJS: Indahnya Harapan Pahitnya Kegagalan

Page 21: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

tunai sebagai dukungan pendapatan sebesar USD 750

sehingga total pensiun menjadi USD 1.500 per bulan, karena

Tuan Jhon Terry masih berpasangan dengan istri. Jika Tuan

John Terry hidup seorang diri, maka tambahan santunan tunai

ditetapkan USD 250 sehingga total pensiun menjadi USD

1.000 per bulan.

Kerangka Bagan Hubungan Antara Asuransi Sosial,

Bantuan Sosial, Instansi Pajak, Dan Bursa Tenaga Kerja

Sumber: Purwoko (2011)

Bagan tersebut diatas mengilustrasikan bagaimana uji

kebutuhan (means test application) diterapkan dalam pembe-

rian santunan jaminan sosial bagi peserta. Seperti dijelaskan

sebelumnya, bahwa peserta yang mengajukan permohonan

untuk mendapatkan tambahan pendapatan (income support)

adalah pekerja yang terkena PHK dan atau menghadapi

masalah lain seperti kekurangan uang tunai untuk konsumsi

terutama bagi para pensiunan di atas 65 tahun.

6

Angkatan Kerja &

Penempatan Kerja

Krisis

EkonomiPHK karena

Akuisisi

Merger &

Akuisisi

Jaminan

Sosial

Bantuan

Sosial

Jumlah

Penganggur/ Pencari Kerja

Bursa TK dan

Pemberdayaan

Tes kebutuhan/

Penyaringan

Instansi

Pajak

Dipekerjakan

kembali

Daya

Beli

Kemiskinan

Pemberdayaan Konsumsi

Dr. Chazali H. Situmorang, Apt, M.Sc

Page 22: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

Sektor badan usaha (employment sector) merupakan

objek pajak dan sekaligus target kepesertaan jaminan sosial.

Kemudian badan usaha akan dihadapkan pada berbagai risiko

yang mengarah pada interupsi operasional akibat kemun-

duran ekonomi (economic slow down) untuk itu perlu disela-

matkan melalui merger atau pelepasan unit bisnis strategis

yang akhirnya berpengaruh terhadap PHK. Pekerja yang

terkena PHK berhak atas santunan tunai sementara tidak

bekerja dalam sistem jaminan sosial, di Indonesia santunan

yang diterapkan baru terkait jaminan kesehatan selama 6

bulan di PHK dan jika sesudahnya tidak dapat pekerjaan dan

menjadi miskin dan tidak mampu, melapor ke perangkat

lurah/kepala desa setempat untuk masuk dalam Penerima

Bantuan Iuran (PBI) yang disediakan pemerintah sebagai

perlindungan sosial untuk program Jaminan Kesehatan.

UU SJSN menjelaskan pilar jaminan sosial terdiri dari

bantuan sosial, tabungan wajib dan asuransi sosial. Bantuan

sosial adalah suatu sistem untuk reduksi kemiskinan yang

didanai dari pajak (yang dimasukan dalam APBN dan dikeluar-

kan sebagai PBI), sedang tabungan wajib (provident fund)

merupakan skema tabungan untuk dirinya sendiri seperti JHT

Jamsostek. Asuransi sosial adalah program yang bersifat

wajib yang didanai dengan iuran peserta atau pihak lain dan

atau oleh pemerintah bagi penduduk miskin. Model asuransi

sosial ini dinilai paling baik dan efektif untuk membiayai

jaminan sosial.

Pada berbagai kesempatan Prof. Bambang Purwoko

(Anggota DJSN), mengutarakan “bahwa, sebenarnya JHT

Jamsostek tidak sepenuhnya benar dikatakan sebagai tabu-

ngan paksa (provident fund). JHT Jamsostek begitu luwes

bahwa berdasarkan pasal 14 UU No. 3/1993 Tentang Jamsos-

tek dapat diklaim sebagai jaminan pensiun, karena peserta

yang memasuki usia pensiun boleh menarik manfaat JHT

Jamsostek apakah secara berkala, sebagian berkala atau

sekaligus. Sudah barang tentu manfaat JHT Jamsostek yang

7

REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIATransformasi BPJS: Indahnya Harapan Pahitnya Kegagalan

Page 23: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

akan ditarik secara berkala harus memenuhi saldo minimum.

Akan tetapi Jamsostek lebih menghormati peserta bahwa

preferensi peserta menghendaki penarikan manfaat JHT

sekaligus”.

Berikut ini adalah kondisi ideal yang harus diwujudkan

oleh Pemerintah Indonesia yang menganut falsafah “Welfare

state” terkait dengan komitmen pemerintah pada pro job, pro

poor dan pro growth. Sebagai misal pekerja yang terkena PHK

melapor ke bursa tenaga kerja untuk mendapatkan informasi

pekerjaan baru selama 6 bulan. Dalam 6 bulan mencari

pekerjaan akan diadakan tes kebutuhan yang dilaksanakan

oleh instansi yang diberikan wewenang untuk melakukan hal

tersebut, bekerja sama dengan badan penyelenggara jaminan

sosial mengenai besarnya santunan tunai sementara tidak

bekerja. Sebelum 6 bulan yang bersangkutan mendapatkan

pekerjaan maka diwajibkan melapor melalui perusahaannya

ke instansi yang berwenang dan badan penyelenggara

jaminan sosial sehingga jaminan sosialnya berlanjut.

Setelah 6 bulan pekerja yang terkena PHK masih belum

mendapatkan pekerjaan, maka permohonan untuk mendapat-

kan dukungan pendapatan ke badan jaminan sosial setelah

dilakukan uji kebutuhan dapat diperpanjang sampai dengan 3

bulan kemudian. Jika dalam 3 bulan perpanjangan masih

belum mendapatkan pekerjaan, maka dimasukkan ke dalam

waiting list untuk penempatan kerja ke tempat lain/daerah lain

yang direkomendasi oleh bursa tenaga kerja.

Dalam hal pekerja yang terkena PHK sedang mencari

pekerjaan kemudian mengalami kecelakaan yang menimbul-

kan cacat sebagian, maka dilakukan program pemberdayaan

agar yang bersangkutan dapat bekerja kembali ke sektor

badan usaha. Dalam hal mengalami cacat total sehingga yang

bersangkutan tidak mampu bekerja lagi, maka perlindungan

sosialnya dengan sendirinya beralih dari sistem asuransi

sosial ke bantuan sosial. (skhema diatas telah diterapkan di

negara negara maju seperti Jerman dan Australia).

8

Dr. Chazali H. Situmorang, Apt, M.Sc

Page 24: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

Konsep REJDA tentang Jaminan Sosial (1994) 3

George Rejda, sebagaimana dikutip Purwoko (2011)

membagi 4 (empat) pendekatan dalam pengertian jaminan

sosial sebagai berikut:

Bantuan Sosial (Social Assistance) Adalah program jaminan sosial dalam bentuk bantuan

tunai bagi penduduk miskin, orang-orang jompo dan anak 4terlantar yang di Indonesi telah diatur dengan UU tersendiri.

Bantuan sosial ini ditujukan untuk pengentasan

kemiskinan melalui berbagai program seperti bantuan tunai,

pelayanan umum dan pemberdayaan komunitas kurang

mampu agar negara terbebas dari kemiskinan.

Karena itu, sumber pendanaan berasal dari pajak peng-

hasilan yang disisihkan dengan prosentase tertentu untuk

pembiayaan perawatan medis dan pemberian santunan

minimum kepada orang-orang miskin yang berhak.

Pendanaan swadaya masyarakat diperbolehkan akan

tetapi sifatnya sebagai pelengkap sehingga porsi pembiayaan

sepenuhnya berasal dari anggaran negara atau APBN.

Skema Universal (Demogrant Scheme)Skema Universal adalah program jaminan sosial dalam

bentuk pemberian santunan tunai (income support) atau

semacam BLT yang diberikan kepada setiap warga negara

yang berhak sebagai akibat kebijakan ekonomi yang menimpa

masyarakat menjadi kurang beruntung.

Sebagai konsekuensi, maka berlaku skema demogran

yang dibiayai sebagian kecil dari pajak penghasilan untuk

dikembalikan kepada masyarakat setelah menjalani tes

kebutuhan untuk keperluan menambah konsumsi.

___________________________

3Ibid

4UU Nomor 11 Tahun 2009 Tentang Kesejahteraan Sosial dan UU Nomor 13

9

REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIATransformasi BPJS: Indahnya Harapan Pahitnya Kegagalan

Page 25: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

Tujuan diselenggarakannya skema demogran ini adalah

untuk mempertahankan daya beli masyarakat agar tercipta

stabilitas ekonomi nasional. Skema demogran ini diberikan

kepada penduduk usia di bawah umur akan tetapi dapat

berlaku bagi penduduk usia dewasa sesuai dengan hasil

penyaringan yang dilakukan oleh instansi yang berwenang.

Untuk menetapkan berhak tidaknya seseorang menda-

patkan income support, maka terlebih dulu dilakukan penyari-

ngan (means-test) oleh instansi yang berwenang yaitu Badan

Penyelenggara Jaminan Sosial dan Instansi Pajak atau

instansi lain yang berwenang. Karena itu, skema demogran ini

dibiayai sebagian dari pajak yang mencakup tunjangan

keluarga, pelayanan medis, santunan hari tua dan santunan

pengangguran.

Asuransi Sosial (Social Insurance)Asuransi Sosial (Social Insurance) adalah program

jaminan sosial yang bersifat wajib menurut UU bagi setiap

pemberi kerja dan pekerja mandiri profesional untuk tujuan

penanggulangan hilangnya sebagian pendapatan sebagai

konsekuensi adanya hubungan kerja yang kemungkinan

menimbulkan industrial hazards.

Sebab-sebab hilangnya pendapatan pekerja berhu-

bungan dengan kecelakaan kerja, sakit, meninggal dunia

sebelum usia pensiun, terkena PHK dan mengalami pensiun.

Karena itu, pembiayaannya di luar anggaran negara dan harus

dibebankan secara bersama antara pemberi kerja dan pekerja

dalam bentuk iuran peserta untuk membiayai program-program

kecelakaan kerja, kematian dini, sakit, PHK dan pensiun.

Skema Tabungan Hari Tua (Provident Fund)Skema Tabungan Hari Tua (Provident Fund) adalah

komponen jaminan sosial dalam bentuk tabungan wajib jangka

panjang yang memberikan santunan sekaligus kepada

peserta saat mencapai usia pensiun. Skema tabungan ini

10

Dr. Chazali H. Situmorang, Apt, M.Sc

Page 26: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

bersifat pelengkap terhadap program pensiun yang memberi-

kan santunan tunai secara berkala sampai meninggal dunia,

karena seseorang saat pensiun membutuhkan sejumlah uang

tunai. Program asuransi sosial dan tabungan wajib di

Indonesia dikenal sebagai program Jamsostek.

Jaminan Sosial Sebagai Sub Sistem Proteksi Sosial

Bank Dunia menggaris bawahi pengertian jaminan

sosial sebagai proteksi sosial, karena itu jaminan sosial tidak

bisa dipisahkan dari peranan dan fungsi labor market untuk

membantu memberikan informasi tentang status dan riwayat

pekerjaan yang sangat bermanfaat bagi sistem penyeleng-

garaan jaminan sosial.

Adapun komponen-komponen proteksi sosial yang

merupakan satu kesatuan dari sistem jaminan sosial sebagai

berikut: Pertama, Labor market dan employment. Adalah

pusat layanan informasi kerja yang ditujukan untuk para

pencari kerja dan kegiatan penempatan kerja bagi pekerja

yang terkena PHK. Kemudian melakukan mutasi penempatan

kerja kepada institusi jaminan sosial agar status pekerjaan

terdaftar pada kepesertaan jaminan sosial. Penyelenggaraan

sistem jaminan sosial di negara-negara maju sudah on line

system dengan Labor Market.

Kedua, Social Insurance, adalah jaminan sosial bagi

masyarakat yang bekerja untuk perlindungan terhadap risiko

hubungan industrial termasuk untuk persiapan menghadapi

hari tua. Tujuan berlakunya asuransi sosial adalah untuk

pencegahan kemiskinan di hari tua dan juga untuk meminima-

lisasi risiko kerja.

Ketiga, Social Assistance, adalah jaminan sosial bagi

penduduk miskin untuk pengentasan kemiskinan yang

dikaitkan dengan program pemberdayaan penduduk rentan

miskin dalam bentuk pelatihan dan pengembangan usaha

mikro. Bantuan sosial ini merupakan alat kelengkapan

11

REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIATransformasi BPJS: Indahnya Harapan Pahitnya Kegagalan

Page 27: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

diimbangi dengan program pemberdayaan komunitas dan

pelatihan profesi.

Keempat, Family allowance or child protection, adalah

program pemberian santunan tunai yang diberikan kepada

anak anak dibawah usia dewasa untuk perlindungan keluarga

guna membentuk keluarga sehat dan kuat sebagai fondasi

untuk proteksi sosial di masa datang. Program ini terkait

dengan berlakunya UU mengenai hak asuh anak, sehingga ibu

rumah tangga yang bekerja harus menyediakan pengasuh

anak untuk masa depan anak sebagai generasi penerus.

Konsekuensi ibu rumah tangga yang tidak bekerja karena

untuk melakukan asuh anak, maka akan terjadi kekurangan

pendapatan. Sebagai pengganti dari kekurangan pendapatan,

maka berlaku pemberian santunan tunai kepada anak-anak

balita termasuk anak-anak yang masih menjadi tanggungan

orangtua.

Kelima, Safe Guard Policy, adalah program kompensasi

finansial yang diberikan kepada anggota masyarakat yang

merasa dirugikan haknya dan atau hilang sama sekali haknya

sebagai akibat adanya kebijaksanaan publik seperti penggu-

suran rumah, privatisasi pendidikan dan atau adanya pembu-

baran usaha sehingga masyarakat kehilangan pekerjaan dan

seterusnya. Program ini merupakan salah satu komponen

proteksi sosial yang ditujukan agar masyarakat yang kehila-

ngan pekerjaan karena dampak public policy itu tidak jatuh

miskin. Adapun sumber pendanaan berasal dari anggaran

negara.

Model Sistem Jaminan Sosial Di Negara Maju

5Wisnu mengutip pendapat Espring - Andersen (1990),

dalam bukunya “Politik Sistem Jaminan Sosial” bahwa negara-

negara di dunia mempunyai sistem jaminan sosial yang berbeda,

____________________________

5Dinna Wisnu, Politik Sistem Jaminan Sosial Menciptakan Rasa Aman dalam

12

Dr. Chazali H. Situmorang, Apt, M.Sc

Page 28: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

dan membuat salah satu klasifikasi yang menarik dan

bertahan, yakni bahwa setidaknya ada tiga model sistem

jaminan sosial di antara negara-negara maju. Ada model

Sosial Demokrat yang dianut negara-negara Skandinavia,

model Konservatif yang dianut oleh negara-negara daratan

Eropah dan model Liberal yang dianut oleh negara-negara

Anglo-Saxon seperti Amerika Serikat dan Inggeris.

Pada model Sosial Demokrat, sistem jaminan sosial

dibiayai dengan pajak dalam potongan yang relatif tinggi,

prinsip manfaat pasti, paket manfaat yang sama untuk semua

warga negara, jenis tunjangan yang luas (termasuk tunjangan

untuk anak dan orang tua yang baru saja melahirkan anak) dan

cakupan kepesertaan yang universal. Model ini memang

menarik karena paket manfaatnya begitu lengkap dan “murah

hati”. Namun model seperti ini lebih cocok diterapkan di

negara-negara yang berpenduduk raltif kecil dan perekono-

miannya membutuhkan proteksi cukup mendalam untuk

bersaing dalam pasar global.

Pada model Konservatif, sistem jaminan sosial didanai

dengan iuran peserta dan pengusaha pemberi kerjadengan

sistem iuran pasti dan paket manfaat yang disesuaikan

dengan sektor kerja (pegawai negeri mendapat tunjangan

yang jauh lebih baik) dan katagori pendapatan. Sistem ini

dikatakan konservatif, karena menjaga nilai-nilai konservatif

pembagian peran laki-laki dan perempuan dalam rumah

tangga, dimana perempuan bekerja akan kena pajak lebih

tinggi dari pada laki-laki dan komunitas (khususnya komunitas

agama) tetap punya peranan untuk mengurus kesejahteraan

penduduk di daerah sekitarnya. Kelompok pekerja yang

mempunyai kekuatan mobilitas tinggi dan relatif solid organi-

sasinya, seperti pekerja sektor metal, punya daya tawar yang

relatif tinggi pula dalam menegosiasikan sejumlah paket

manfaat bagi pekerja di sektor ini.

Pada model Liberal, sistem jaminan sosial didanai

dengan iuran peserta dan pengusaha pemberi kerja dengan

13

REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIATransformasi BPJS: Indahnya Harapan Pahitnya Kegagalan

Page 29: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

sistem manfaat pasti dan paket manfaat yang bertingkat

sesuai dengan katagorisasi pendapatan.

Sistem ini dikatakan Liberal, karena mengutamakan

mekanisme pasar dalam memberikan kesejahteraan pada

pekerja. Artinya, mereka yang berpendapatan besar otomatis

akan punya manfaat besar, sementara mereka yang

menganggur akan mendapat bantuan yang secukupnya saja

dan disertai dengan stigma negatif tertentu agar mereka

berusaha untuk segera kembali bekerja dan mengupayakan

sendiri ketersediaan jaminan sosial baginya.

Misalnya saja, program-program bantuan sosial

memang dibentuk sedemikian rupa dengan karakter bahwa

peserta adalah orang yang gagal menopang hidupnya sendiri

atau termasuk kelompok masyarakat yang patut dikasihani.

Dalam sistem sosial di negara-negara tersebut, stigma

semacam itu cukup disegani, sehingga masyarakat punya

rasa malu bila menerima bantuan melalui program tersebut.

Peranan pemerintah memang minim dalam sistem

jaminan sosial model ini, walaupun negara tetap mengatur

sistem secara keseluruhan dan memberi pagu-pagu aturan di

tingkat pemerintah pusat. Aturan dan program bantuan sosial

boleh divariasikan di level negara bagian, asalkan tetap sesuai

dengan aturan pemerintah pusat.

Jaminan Sosial Di Australia: Suatu Model Kesejahteraan

Jaminan sosial di Australia mengalami perubahan

drastis sejak tahun 1992, yaitu dari implementasi skema

demogran murni yang kemudian dirombak dengan skema

demogran yang berbasis sistem penyaringan (means-test).

Reformasi jaminan sosial di Australia dititikberatkan

pada pembentukan program keluarga yang mandiri, sehat dan

kuat (strong, healthy and independent family plan). Dengan

keluarga yang kuat dan mandiri, maka merupakan landasan

yang kokoh untuk pengembangan sistem jaminan sosial

14

Dr. Chazali H. Situmorang, Apt, M.Sc

Page 30: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

Berikut adalah instansi-instansi yang terkait dan ber-

tanggung jawab dengan keberhasilan jaminan sosial:

Pertama, Family and community service, adalah sistem

demogran yang dimodifikasi dengan sistem penyaringan

(means-test) yang diperuntukkan bagi setiap warga negara

sesuai kebutuhan termasuk warga negara asing dan atau para

mahasiswa asing yang mendapat sponsor finansial dari peme-

rintah Australia. Skema demogran ini diselenggarakan oleh

Commonwealth Departement of Family and Community

Service (Departemen Federal Pelayanan Komunitas dan

Proteksi Keluarga) dan dibiayai dengan anggaran negara/

pajak.

Kedua, The community development plan, adalah pro-

gram pemberdayaan komunitas yang diselenggarakan oleh

Instansi Pemerintah setara Departemen dengan pembiayaan

berlaku sharing antara Pemerintah Federasi dan Pemerintah

Negara Bagian. Program tersebut berupa pelatihan kerja dan

praktek pekerjaan yang ditujukan bagi komunitas yang kurang

beruntung untuk menjadikan pekerja mandiri yang profes-

sional, agar terbebas dari kemiskinan di kemudian hari. Pro-

gram ini sesungguhnya ditujukan kepada komunitas tertentu

untuk tidak menggantungkan sepenuhnya pada pemberian

pekerjaan mengingat terbatasnya lapaangan pekerjaan di

Australia.

Ketiga, Concession based plan. Adalah bagian dari pro-

gram portabilitas jaminan sosial yang khusus berlaku bagi

warga negara yang membutuhkan seperti pemangku keluarga

besar, para pensiunan dan para pelajar dan mahasiswa.

Bentuk konsesi yang diberikan berupa diskon tiket untuk

transportasi darat, laut dan udara yang menggunakan jasa

angkutan publik milik pemerintah. Mahasiswa asing yang

disponsori Pemerintah Australia juga berhak atas konsesi.

Kemudian pemberlakuan diskon untuk sewa apartemen

diberikan secara khusus bagi para pensiunan, janda dan

orangtua tunggal yang berpendapatan rendah.

15

REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIATransformasi BPJS: Indahnya Harapan Pahitnya Kegagalan

Page 31: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

Keempat, Superannuation plan. Adalah program pen-

siun wajib bagi penduduk yang bekerja dengan iuran peserta

ditetapkan sebesar 9%. Program pensiun wajib ini berlaku

sejak tahun 1992 sebagai komplemen terhadap skema

demogran agar anggaran untuk skema demogran dapat

terkendali. Pemberlakuan program pensiun wajib ini juga

merupakan proses penyaringan agar komunitas di Australia

tidak menggantungkan sepenuhnya pada skema demogran.

Program pensiun wajib ini berlaku bagi setiap warga negara/

anggota komunitas yang berpenghasilan serendah-rendah-

nya AUD 450 per bulan.

Kelima, Work injury plan. Adalah salah satu program

asuransi sosial yang berlaku wajib di Australia bagi para

pekerja yang menerima upah tetap sebagaimana terikat

dengan kesepakatan kerja bersama yang terkait dengan

hubungan kerja. Program kecelakaan kerja ini dibiayai dari

iuran peserta sesuai plafon upah dan diselenggarakan oleh

institusi asuransi sosial dan penyelenggaraannya terpisah dari

penyelenggaraan superannuation plan.

Jaminan Sosial Di Beberapa Negara Lainnya

Kasir dalam kajiannya tentang proyeksi dana jaminan 6

sosial bekerjasama dengan DJSN mengutarakan beberapa

negara yang telah melaksankan Program Perlindungan Hari

Tua, disability, kematian sebagai bagian Program Jaminan

Sosial sebagai berikut: Pertama, Di Thailand. Perlindungan

hari tua, cacat dan meninggal dunia dilaksanakan berlandas-

kan pada undang-undang yang diterbitkan pada tahun 1990,

dengan pelaksanaan bertahap yaitu tunjangan cacat sebesar

50% upah saat penetapan cacat dengan maximum 250 Bath

sehari dan tunjangan kematian sebesar 10 bulan tunjangan

___________________________

6Kajian: Proyeksi Dana Jaminan Sosial, Kerja sama DJSN dengan PT.

Katsir Imam Sapto Sejahtera Aktuaria (Kasir Iskandar, M.Sc, FSAI, AAIJ,

16

Dr. Chazali H. Situmorang, Apt, M.Sc

Page 32: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

pensiun pensiunan, ditambah bantuan penguburan 30.000

Bath, keduanya mulai di bayarkan tahun 1991.

Sedangkan pensiun tunjangan hari tua baru dilaksana-

kan tahun 1998, sebesar 15% rata-rata upah 60 bulan terakhir.

Jika peserta telah membayar iuran lebih dari 180 bulan iuran,

maka iuran peserta dibayar sekaligus. Sumber pembiayaan

untuk hari tua dan tunjangan anak, terdiri dari iuran pekerja 1%

upah, dari majikan 1% daftar upah dan dari pemerintah 1%

upah. Sedangkan untuk tunjangan cacat dan jaminan keluarga

dibiayai dari iuran program sakit dan persalinan.

Kedua, Di Filipina. Hari Tua, cacat dan meninggal dunia,

dilaksanakan dengan mekanisme asuransi-sosial berlandas-

kan undang undang tahun 1954 yang diamandemen pada

tahun 1995. Cakupan kepesertaan meliputi hampir seluruh

pekerja termasuk pelaut yang bekerja di luar negeri pada kapal

asing, pekerja mandiri dengan pendapatan lebih dari 1800

Peso setahun, pekerja mandiri pertanian dan nelayan dengan

pendapatan >1500 Peso. Bagi pembantu rumah tangga

dengan pendapatan 1.000 Peso upah bulanan, kecuali peker-

ja keluarga. Untuk PNS diatur tersendiri.

Sumber pembiayaan terdiri dari iuran pekerja 3.3% upah

berdasarkan 27 kelompok upah, iuran bagi pekerja mandiri

sebesar 8% pendapatan sesuai dengan 27 kelompok peker-

jaan. Iuran perusahaan/majikan sebesar 4,7% upah sesuai 27

kelompok upah, ditambah iuran pemerintah yang menang-

gung kekurangan pembiayaan program. Pembiayaan di atas

merupakan sumber pembiayaan untuk program tunjangan

sakit. Untuk memperoleh manfaat/jaminan diberlakukan per-

syaratan kepesertaan. Manfaat Jaminan Hari Tua terdiri dari

pensiun hari tua, pensiun cacat tetap dan pensiun keluarga.

Ketiga, Di Taiwan. Hari tua, cacat dan kematian, dilaksa-

nakan dengan dilandasi undang-undang pertama ditahun

1988, 1994, 2000 dan tahun 2001 dengan metode asuransi

sosial. Cakupan kepesertaan melingkupi pekerja perusahaan

industri, pertambangan dan perkebunan yang mempekerjakan

17

REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIATransformasi BPJS: Indahnya Harapan Pahitnya Kegagalan

Page 33: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

lebih dari 5 orang, disamping mencakup juga beberapa jenis

pekerja mandiri di bidang jasa dan nelayan.

Peraturan perundangan mengatur pula cakupan kepe-

sertaan sukarela bagi perusahaan dengan pekerja > 5 orang,

dan pekerja mandiri lainnya. Perlindungan bagi PNS, petani

dan staf sekolah swasta diatur tersendiri. Sumber pembiayaan

terdiri dari iuran peserta sebesar 1,3% upah dan bagi pekerja

mandiri 3,9% penghasilan.

Sedangkan perusahaan membayar 4,55% daftar upah,

sementara pemerintah membayar iuran sebesar 0,65% upah

pekerja dan 2,2% penghasilan pekerja mandiri serta menang-

gung biaya administrasi. Untuk menghitung pembayaran iuran

diatur jumlah maximum upah/penghasilan sebesar NT$.

42.000 sebulan. Diatur pula, iuran sebagaimana tersebut

termasuk untuk membiayai tunjangan sakit, tunjangan bersalin

serta sebagaian untuk jaminan pengangguran.

Keempat, Di Malaysia. Perlindungan hari tua, cacat dan

meninggal dunia, dalam bentuk tabungan wajib (provident

fund) dilaksanakan berdasarkan undang-undang tahun 1951

dan tahun 1969 untuk asuransi cacat dan tahun 1991 untuk

provident fund yang diamandemen pada tahun 2001. Untuk

jaminan hari tua merupakan tabungan wajib, sedangkan

program cacat dengan asuransi sosial. Cakupan kepesertaan

tabungan hari tua meliputi pekerja sektor swasta dan pekerja

publik yang tidak memiliki program pensiun.

Sumber pembiayaan program tabungan hari tua, dari

iuran pekerja 11% upah sesuai dengan kelompok upah dan

pekerja mandiri antara M$ 50 dan M$ 5000 sebulan. Iuran

perusahaan 12% daftar upah berdasarkan kelompok upah.

Sedangkan untuk program asuransi cacat iuran perusahaan

0,5% upah berdasarkan 24 kelompok upah. Pemerintah tidak

membayar iuran.

Kelima, Di China. Perlindungan hari tua bagi penduduk

China diatur sejak tahun 1951, kemudian yang berlaku seka-

rang undang-undang tahun 1953, 1978, 1986, 1991 dan tahun

18

Dr. Chazali H. Situmorang, Apt, M.Sc

Page 34: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

1996. Cakupan kepesertaan adalah pekerja perusahaan

pemerintah dan pada beberapa kepesertaan mencakup

pekerja dalam kelompok, swasta dan perusahaan investasi

asing dan atau pekerja mandiri.

Sumber pembiayaan dibayar oleh pekerja antara 3%-

5% pendapatan dasar sesuai ketentuan pemerintah daerah

setempat, untuk program asuransi pensiun dasar.

Iuran pekerja program hari tua individual paling sedikit

3% pendapatan dasar, dikembangkan bertahap menjadi 8%.

Iuran pemberi kerja program asuransi pensiun dasar adalah

20% daftar upah tergantung ketentuan pemerintah daerah dan

keikutsertaan dalam pool asuransi kota/daerah dan bila tidak

ikut berkewajiban menanggung seluruh iuran.

Iuran pengusaha untuk program hari tua individual men-

capai 11% dasar pendapatan, ditambah dengan sejumlah

kredit pada rekening pekerja, yang jumlahnya mencapai 5%

rata-rata upah setempat.

Pemerintah pusat dan daerah memberikan subsidi untuk

program pensiun dasar dan hari tua individual. Dalam penghi-

tungan upah untuk iuran adalah pendapatan bulanan terdiri

dari upah, bonus, bantuan dan subsidi dalam tahun berjalan

dengan ketentuan minimum iuran 60% pendapatan lokal sebu-

lan dan maximum 200%-300%, tergantung ketentuan setem-

pat. Pemerintah daerah/kota mengatur penyesuaian iuran

sesuai kondisi daerah setempat.

Keenam, Di Burma. Perlindungan hari tua, cacat dan

meninggal dunia hanya berlaku bagi PNS dengan bantuan

penguburan dalam program jaminan asuransi sakit.

Ketujuh, Di Korea Selatan. Dengan penduduk mende-

kati 50 juta jiwa, pengaturan perlindungan Jaminan Hari Tua,

cacat dan meninggal dunia diundangkan tahun 1973 dan

diamandemen tahun 1986, dengan metode asuransi sosial.

Cakupan kepesertaan bagi seluruh penduduk yang berusia 18

sampai 59 tahun. Bagi pegawai pemerintah, guru sekolah

swasta dan tentara diatur sendiri.

19

REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIATransformasi BPJS: Indahnya Harapan Pahitnya Kegagalan

Page 35: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

Sumber pembiayaan dibayar pekerja 4,5% pendapatan

sebulan dan 6% pendapatan bulan bagi petani, nelayan dan

pekerja mandiri.

Perusahaan menanggung iuran sebesar 4,5% pendapa-

tan tertanggung dan pemerintah membiayai sebagian untuk

administrasi, disamping iuran untuk petani dan nelayan.

Kedelapan, Di Cekoslowakia. Perlindungan hari tua,

cacat dan meninggal dunia bagi pekerja diatur sejak seabad

lalu melalui undang-undang tahun 1906 dan 1924 bagi peneri-

ma upah, kemudian undang-undang tahun 1995 dengan tipe

asuransi sosial.

Cakupan kepesertaan meliputi pekerja, anggota

kelompok termasuk pelajar, petani, artis, pengangguran,

personil militer dan pekerja mandiri. Kepesertaan sukarela

bagi perorangan dengan kategori tertentu termasuk pekerja

seseorang yang bekerja di luar negeri.

Sumber pembayaran terdiri dari pekerja 6,5% pendapa-

tan, dari perusahaan sebesar 19,5% upah dan pemerintah

membiayai kekurangan bila mengalami defisit. Persyaratan

memperoleh tunjangan hari tua diatur bertingkat, yaitu sejak 1

Januari 1996 usia pensiun secara bertahap ditingkatkan 2

bulan pertahun bagi lelaki dan 4 bulan bagi perempuan.

Ditargetkan waktu itu, per 1 Januari 2007 usia pensiun lelaki 62

tahun dan usia 57 sampai 61 tahun bagi perempuan,

tergantung jumlah tanggungan jumlah anak.

Dasar hak pensiun adalah 25 tahun masa kepesertaan.

Pensiun dipercepat dimungkinkan sampai 3 tahun sebelum

usia pensiun normal, bila semua hubungan kerja terputus.

Persyaratan pensiun cacat total (kehilangan 66% kapasitas

kerja) dan pensiun cacat sebagian (33% kehilangan kapasitas

kerja) adalah 5 tahun kepesertaan selama 10 tahun terakhir.

Persyaratan tunjangan pensiun keluarga adalah anggota

keluarga pekerja yang memenuhi syarat atau pensiunan.

Kesembilan, Di Albania. Peraturan perundangan me-

ninggal, hari tua, cacat dan meninggal dunia pertama diun-

20

Dr. Chazali H. Situmorang, Apt, M.Sc

Page 36: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

dangkan tahun 1947, kemudian diikuti undang-undang tahun

1993, diamandemen tahun 1995 dan 1998, dengan program

asuransi sosial.

Cakupan kepesertaan meliputi pekerja, pekerja mandiri

dan mahasiswa, dengan memberi kesempatan kelompok lain

menjadi peserta. Bagi PNS, pengusaha perorangan dan

pekerjanya dan tentara memperoleh sistem pelengkap/sup-

plement. Sedangkan bagi pensiunan elit politik dan pemba-

ngunan kebudayaan memperoleh pensiun dari negara.

Sumber pembiayaan dibebankan kepada pekerja sebe-

sar 11,5% pendapatan untuk perlindungan hari tua, cacat dan

kematian dan tunjangan sakit serta persalinan 10% sedang-

kan sisanya 1,5% untuk program pelayanan kesehatan.

Secara keseluruhan program jaminan sosial perusa-

haan berkewajiban membayar iuran sebesar 35% daftar upah,

terdiri program hari tua, cacat dan meninggal dunia, serta

perlindungan sakit dan persalinan 26%, untuk program

tunjangan sakit 1,5% kecelakaan kerja 1,5% dan tunjangan

pengangguran 6%. Pemerintah membiayai defisit dan bagi

wajib militer dan pengangguran dengan syarat tertentu dibia-

yai pemerintah.

Kesepuluh, Di Kanada. Perlindungan hari tua, cacat

dan meninggal dunia diundangkan pertama di tahun 1927

untuk bantuan hari tua, tahun 1937 bantuan bagi tuna netra,

dan tahun 1955 bantuan cacat. Pada tahun 1951 diundangkan

ketentuan perlindungan menyeluruh/universal bagi penduduk

atas program pensiun, kemudian tahun 1965 program pensiun

dasar/earning related pensiun dan pada tahun 1966 bantuan

tambahan/Income Tested Suplement (ITS).

Dual sistem menjamin dua lapis pensiun yaitu universal

pensiun dan asuransi sosial. Cakupan pensiun universal

adalah seluruh penduduk dan program Pensiun Pendapatan

Dasar (PPD) melindungi pekerja dan pekerja mandiri dengan

pendapatan C$ 3.500 setahun. Pengecualian bagi hubungan

kerja waktu tertentu dan borongan dan buruh pertanian.

21

REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIATransformasi BPJS: Indahnya Harapan Pahitnya Kegagalan

Page 37: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

Pemerintah provinsi dapat meminta pengecualian, jika

telah menyelenggarakan program serupa, disamping me-

mungkinkan azas portable seperti pada Quebeq Pensiun Plan.

Untuk program pensiun universal kepada peserta dan

pemberi kerja tidak dibebani iuran, sedangkan pada program

Pensiun Pendapatan Dasar (PPD) iuran peserta adalah 3,5%

upah dan 7% bagi pekerja mandiri.

Iuran pemberi kerja untuk program PPD adalah 3,5%

pendapatan pekerja. Sedangkan pemerintah menanggung

seluruh biaya pensiun universal, termasuk jaminan pendapa-

tan atas dasar pengujian (mean tested), namun sebaliknya

pemerintah tidak membiayai PPD.

Untuk penghitungan iuran dan jaminan diberlakukan

ceiling upah C$ 3.500. setahun dan maximum C$ 37.400

setahun disamping penyesuaian kenaikan rata-rata upah

bidang industri.

Kesebelas, Di Brasil. Perlindungan hari tua, cacat dan

meninggal dunia pertama dilaksanakan di industri perkereta

apian melalui undang-undang tahun 1923, perdagangan tahun

1934, industri tahun 1936 kemudian tahun 1991 dan 1998,

yang menggunakan metode asuransi sosial.

Cakupan kepesertaan meliputi pekerja sektor industri,

perdagangan dan pertanian, pembantu rumah tangga serta

pekerja mandiri dan untuk PNS diatur tersendiri.

Pembiayaan ditanggung peserta sebesar 8%-9% atau

11% pendapatan dalam tiga tingkat pendapatan/gaji. Sedang-

kan bagi pekerja mandiri iuran adalah 20% pendapatan terdiri

dari 10 kelompok pendapatan.

Perusahaan menanggung iuran termasuk perogram

sakit, kehamilan dan bantuan keluarga adalah: 20% daftar

upah, sedangkan pemerintah mengenakan dan memungut

pajak khusus (ear-merk taxes) untuk biaya administrasi dan

cadangan defisit, disamping iuran untuk pegawai pemerintah.

Untuk menghitung iuran diatur ketentuan upah maksimum

sebesar 8,54 kali gaji pada masing-masing tingkatan/level.

22

Dr. Chazali H. Situmorang, Apt, M.Sc

Page 38: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

Tingkat tertinggi adalah R$ 1.200 terhitung Mei 1988,

sedangkan jaminan minimum setara dengan upah minimum:

R$ 130 sebulan, Mei 1998.

Keduabelas, Di Italia. Perlindungan hari tua, cacat dan

meninggal dunia diundangkan pertama tahun 1919, yang

kemudian dilengkapi sejak tahun 1952 dengan beberapa

undang-undang sampai tahun 1997, dengan menggunakan

asuransi sosial.

Cakupan kepesertaan dari mulai pekerja, pembantu

rumah tangga sampai dengan pekerja mandiri tertentu, dan

diatur tersendiri bagi PNS dan pekerja mandiri lainnya.

Sumber pembiayaan dari pekerja sebesar 8,89% penghasilan,

ditambah dari perusahaan/majikan 23.81% daftar upah,

dengan ketentuan dalam keadaan tertentu beberapa jenis

industri membayar iuran khusus, dan sebaliknya bagi industri

yang mengalami kesulitan dibebaskan membayar iuran.

Kemudian pemerintah akan menanggung defisit dan juga

membayar seluruh bentuk bantuan sosial.

Untuk dasar pembayaran iuran ditentukan penghasilan

minimum Lira 159.94 seminggu bagi pekerja, dan bila lebih

tinggi menggunakan upah minimum sektor serta katagori

tertentu dalam kesepakatan bersama. Tidak ditetapkan

ketentuan maximum dasar penghasilan untuk menghitung

iuran maupun manfaat/tunjangan, kecuali bagi peserta baru.

Ketigabelas, Di Peru. Perlindungan hari tua, cacat dan

meninggal dunia diundangkan pertama pada tahun 1936 bagi

penerima upah, dan tahun 1962 bagi pekerja, yang kemudian

diperbaharui tahun 1973 perundangan pensiun dan sistem

pensiun swasta pada tahun 1991 dan 1995, dengan program

terdiri dari Social National Pensiun (SNP) dan Funded Private

Pensiun (SPP).

Cakupan kepesertaan memberi kesempatan pekerja

memilih antara cakupan SNP atau SPP. Cakupan kepesertaan

SNP meliputi penerima upah, pekerja sektor swasta, pekerja

pemerintah, pekerja pada perusahaan perorangan, usaha

23

REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIATransformasi BPJS: Indahnya Harapan Pahitnya Kegagalan

Page 39: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

koperasi, guru, supir mandiri, artis, pekerja domestik. Sistem

tersendiri bagi nelayan, stevedore dan pekerja yang tidak

dicakup dalam sistem pensiun nasional. Kepesertaan sukarela

bagi pekerja mandiri dan pensiun nasional dan ibu rumah

tangga.

Iuran program SNP dibayar tertanggung adalah 13%

penghasilan, tanpa iuran perusahaan dan pemerintah, namun

pemerintah memberi subsidi bila dibutuhkan dan menjamin

pensiun minimum. Untuk menghitung iuran ditetapkan peng-

hasilan minimum dalam program SPP iuran tertanggung

adalah 10% penghasilan, ditambah fee untuk biaya adminis-

trasi. Perusahaan dan pemerintah tidak membayar iuran.

Fungsi Jaminan SosialBerbicara tentang fungsi jaminan sosial tidak terlepas

dari azas dan prinsip jaminan sosial yang secara detail dalam

UU SJSN dicantumkan. Sehingga kita harus membacanya

dalam satu tarikan nafas mulai dari azas, prinsip, fungsi dan

program jaminan sosial. Kalau dilihat fungsi sosial dari aspek

ekonomi dapat dicermati dari dua sudut pandang yaitu

insecurity dan security economic.

Sebagaimana diketahui, bahwa jaminan sosial

merupakan sistem proteksi dasar untuk masyarakat yang

bekerja termasuk masyarakat luas yang mengalami musibah

atau kemalangan baik yang disebabkan karena peristiwa

hubungan industrial atau di luar hubungan industrial seperti

kemiskinan.

Karena itu, manfaat jaminan sosial mencakup santunan

tunai untuk dukungan pendapatan pencari nafkah utama (cash

benefit for the income support of the breadwinner), kompen-

sasi finansial untuk kasus kecelakaan kerja dan kematian dini

serta pelayanan kesehatan dan pemberian alat bantu (benefits

in kind).

Fungsi jaminan sosial secara ekonomi, pada mulanya

ditujukan untuk meminimalisasi ketidakamanan ekonomi,

24

Dr. Chazali H. Situmorang, Apt, M.Sc

Page 40: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

kemudian ditujukan untuk keamanan ekonomi. Keamanan

ekonomi tidak akan tercapai 100% akan tetapi solusinya

diperlukan penyelenggaraan sistem jaminan sosial yang

insklusif dalam arti penyelenggaraan jaminan sosial secara

komprehensif yaitu dengan program yang lengkap dan perlua-

san kepesertaan universal.

Demikian halnya dengan economic insecurity selalu

terjadi yang dapat menimpa seseorang setiap saat dan dimana

pun seseorang berada, karena itu hanya bisa diminimalisasi.

Jika economic insecurity dapat dihilangkan, maka tidak ada

lagi fungsi jaminan sosial. Economic insecurity selalu muncul

sebagai akibat dari akselarasi pembangunan ekonomi yang

berorientasi ke pertumbuhan dan peristiwa bencana yang

menyumbang ke kemiskinan secara signifikan.7Purwoko menguraikan dalam buku yang sama, bahwa

akselarasi pembangunan ekonomi di negara-negara berkem-

bang tidak diimbangi dengan pembangunan sistem jaminan

sosial sehingga timbul masalah baru setelah pembangunan

ekonomi berakhir, yaitu penyakit masyarakat atau kemiskinan.

Pembangunan ekonomi di negara maju diimbangi de-

ngan sistem jaminan sosial yang berbasis pada pendekatan

pendapatan dan berbeda dengan di negara-negara berkem-

bang yang berorientasi pada pekerjaan. Pekerjaan seseorang

banyak di Indonesia akan tetapi pendapatannya kecil-kecil

sehingga tidak terjadi keamanan ekonomi.

Secara konsep perbedaan antara economic insecurity

dan economic security adalah sebagai berikut: Pertama,

Economic insecurity, adalah suatu kondisi ketenagakerjaan

yang ditandai dengan adanya ketidakpastian kesempatan

kerja disertai dengan tingkat pendapatan yang rendah, kemu-

dian hilangnya pendapatan masyarakat karena adanya musibah

yang tidak diimbangi dengan sistem jaminan sosial yang kompre-

hensif menyusul mahalnya biaya untuk pelayanan kesehatan.

___________________________

7 Ibid hal 49-50.

25

REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIATransformasi BPJS: Indahnya Harapan Pahitnya Kegagalan

Page 41: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

Untuk pelayanan kesehatan terpaksa masyarakat

mengeluarkan biaya tambahan yang akhirnya mengurangi

uang belanja (sering disebut dengan istilah sadikin, akronim

dari sakit sedikit menjadi miskin).

Berikut ini sebab-sebab terjadinya economic insecurity,

disingkat 8M, yaitu: 1) Meninggalnya pencari nafkah sebelum

usia pensiun; 2) Menjalani masa pensiun; 3) Mengalami gang-

guan kesehatan; 4) Menganggur karena PHK; 5) Masalah

upah minimum; 6) Meningkatnya harga-harga sembako atau

terjadinya inflasi; 7) Menghadapi bencana-bencana alam dan

sosial; 8) Masalah pribadi seperti perceraian.

Kedua, Economic security, adalah suatu keadaan eko-

nomi dimana masyarakat memiliki daya beli untuk konsumsi,

tabungan dan adanya kesanggupan membayar iuran jaminan

sosial sehingga bentuk perencanaan darurat karena pendapa-

tan riil diterimanya mencukupi sehingga dapat menopang

keluarga sejahtera yang mandiri.

Berikut ini adalah ciri-ciri economic security: 1) Adanya

jaminan/kelangsungan pendapatan; 2) Pendapatan riil dalam

bentuk uang; 3) Keluarga sejahtera yang mandiri.

Dengan pendapatan yang memadai, maka tabungan

domestik dapat digunakan sebagai salah satu sumber pembia-

yaan untuk penciptaan lapangan kerja guna menyerap tenaga

kerja baru yang pada akhirnya dapat meningkatkan kepeser-

taan jaminan sosial. Penciptaan lapangan kerja juga dapat

disumbang dari sektor rumah tangga melalui usaha mikro.

Perlu dicatat bahwa sukses dalam penyelenggaraan

sistem jaminan sosial tergantung dari pertambahan peserta

dan kepatuhan perusahaan terhadap UU juga merupakan

bagian dari sukses dalam penerapan GCG.

Dampak dari penerapan GCG terhadap UU jaminan

sosial adalah kepatuhan untuk keterbukaan khususnya dalam

pemberlakuan upah layak. Jangan sampai perusahaan yang

menerapkan GCG masih tidak transparan dalam pemberla-

kuan upah untuk iuran jaminan sosial.

26

Dr. Chazali H. Situmorang, Apt, M.Sc

Page 42: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

Pokok permasalahan dalam penyelenggaraan sistem jaminan sosial adalah masih adanya pemberlakuan upah ren-dah diperusahaan-perusahaan yang menerapkan GCG dan lemahnya penindakan hukum. Masalah jaminan sosial terkait dengan masalah yang mendasar yaitu masalah pengupahan dan pemberlakuan kontrak kerja. Maka sistem jaminan sosial-nya sendiri menjadi bermasalah, dalam artian bahwa pelapo-ran data upah/data tenaga kerja tidak dilakukan dengan baik.

Kemudian peranan pemerintah dalam menyelengga-raan sistem jaminan sosial adalah pengawasan, penindakan hukum dan penciptaan lapangan kerja serta memperkecil tingkat inflasi menyusul pemberlakuan tingkat bunga pasar yang wajar untuk menjadikan mata uang stabil agar investasi dapat terarah untuk tujuan jangka panjang.

Investasi jangka panjang ditujukan untuk minimalisasi tingkat spekulasi yang menimbulkan fluktuasi, karena dana jaminan sosial sebagian besar merupakan dana jangka panjang yang tidak diperuntukkan untuk membayar likuiditas terutama dana yang bersumber dari program jaminan pensiun.

Program Jaminan SosialProgram jaminan sosial adalah cabang, manfaat dan

skema jaminan sosial yang diperuntukkan bagi peserta beserta keluarganya bilamana peserta dan atau anggota keluarga mengalami sakit, persalinan, kecelakaang kerja, terkena PHK, menghadapi hari tua dan meninggal sebelum usia pensiun terutama untuk pencari nafkah utama.

Maka dari itu, program jaminan sosial membawa konse-kuensi pembiayaan yang tidak sedikit karena lingkup proteksi-nya mencakup kepesertaan penduduk usia 0 - 14 tahun (pre employment coverage), kepesertaan penduduk usia 15 - 64 tahun (active contributor) dan kepesertaan penduduk usia senja di atas 65 tahun (post employment coverage).

Ada 5 (lima) koneksitas dalam penyelenggaraan sistem jaminan sosial yang komprehensif, yaitu mencakup: (1) program yang terkait dengan pemberian kompensasi finansial; (2) program yang terkait dengan rehabilitasi dan pemberian alat bantu; (3) program yang dikaitkan dengan

27

REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIATransformasi BPJS: Indahnya Harapan Pahitnya Kegagalan

Page 43: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

penangguhan konsumsi atau penghasilan, (4) program yang terkoneksitas dengan dukungan pendapatan dan (5) program yang terkait dengan pelayanan kesehatan dan perawatan medis serta imunisasi.

Program yang terkait dengan pemberian kompensasi finansial, biasanya berlaku untuk asuransi kecelakaan kerja (cash benefits) antara lain santunan kematian berupa uang karena kecelakaan kerja, santunan cacat total tetap atau cacat sebagian, santunan berkala seumur hidup bagi yang cacat total tetap, tunjangan sementara tidak mampu bekerja dan penggantian biaya ambulan.

Program yang berkait dengan rehabilitasi dan pembe-rian alat bantu terjadi pada asuransi kecelakaan kerja antara lain: pemberian kursi roda bagi yang mengalami cacat total tetap, pemasangan kaki palsu termasuk tangan palsu, pema-sangan gigi palsu karena kecelakaan kerja dan pemberian alat bantu untuk mendengar.

Program yang dikaitkan dengan penundaan konsumsi sekarang atau penghasilan biasanya berlaku untuk iuran jaminan hari tua dan jaminan pensiun. Kedua program tersebut saling melengkapi yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan manfaat hari tua. Penyelenggaraan boleh jadi menjadi 1 (satu) paket terpisah. Tabungan wajib dan pensiun ini dapat dikembangkan sebagai program yang mengunci dana (locked in program) antara 20 - 35 tahun.

Pengelolaan dana jangka panjang dapat dilakukan dengan mengunci sebagian dari dana tabungan yang dituju-kan untuk pembiayaan perumahan setelah memenuhi masa kepesertaan tertentu seperti di CPF Singapura dan EPF Malaysia sebagian dari dana tabungan dikembangkan untuk usaha di masa purna bhakti sedangkan sisanya untuk keper-luan hari tua.

Program yang dikaitkan dengan dukungan pendapatan berlaku untuk bantuan sosial dan skema demogran antara lain untuk pemberian tunai berbasis minimum bagi para pekerja yang terkena PHK dan para pencari pekerjaan.

Selain itu, juga untuk pemberian konsesi bagi penduduk miskin dan pemberian tunai bagi orang tua tunggal yang kurang beruntung atau yang tinggal di daerah yang terisolasi.

28

Dr. Chazali H. Situmorang, Apt, M.Sc

Page 44: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

Tunjangan keluarga diberikan untuk proteksi keluarga atau perlindungan anak. Program yang terkait dengan pelaya-nan umum berlaku untuk asuransi kesehatan sosial antara lain diagnosa dokter, rawat jalan, pemeriksaan dan bedah gigi.

Penyelenggara program-program jaminan sosial pen-siun yang dikaitkan dengan cacat dan ahli waris, sakit dan persalinan, kecelakaan kerja, santunan pengangguran bagi penganggur terbuka yang baru lulus dari sekolah dan pergu-ruan tinggi selama belum mendapatkan pekerjaan.

Selain itu, juga ada program pengangguran atau PHK dan atau dengan istilah unemployment benefit yang diperun-tukkan bagi tenaga kerja yang terputus hubungan kerja tetapi belum mencapai usia pensiun. Kemudian pemberian tunja-ngan keluarga sebagai sistem jaminan sosial di luar program asuransi sosial dan bantuan sosial atau dikenal dengan istilah demogran.

Pertumbuhan yang begitu cepat dan diselenggarakan-nya oleh banyak negara terjadi pada program asuransi kecela-kaan kerja menyusul penyelenggaraan program hari tua atau pensiun yang dikaitkan dengan cacat dan ahli waris menem-patkan urutan kedua, kemudian program sakit yang dikaitkan dengan persalinan menempati urutan ketiga. Sementara jum-lah penyelenggaraan program pengangguran, karena PHK sebelum usia pensiun dan tunjangan keluarga menempati urutan terakhir.

Pertumbuhan Program Jaminan Sosial Menurut Jumlah

Negara

No Program/Cabang 1940 1950 1960 1970 1980 1990 2000

1 Hari tua, santunan cacat 33 34 58 92 114 135 158dan ahli waris

2 Asuransi Sakit dan 24 36 59 65 72 84 105 Persalinan.

3 Asuransi Kecelakaan Kerja 57 57 77 117 129 136 159

4 Asuransi santunan 21 22 26 34 38 40 63 pengangguran

5. Tunjangan Keluarga 7 27 38 62 65 63 81

29

REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIATransformasi BPJS: Indahnya Harapan Pahitnya Kegagalan

Page 45: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa penyeleng-garaan progam asuransi kecelakaan kerja, pensiun dan pro-gram sakit begitu banyak diminati, karena pembiayaannya relatif murah. Hal ini menandakan bahwa status jaminan sosial nya masih terbatas pada masalah hubungan industrial yang terkait dengan hubungan kerja. Berbeda dengan penyeleng-garaan program tunjangan keluarga yang merupakan kompo-nen skema demogran masih terbatas pada negara-negara maju, karena adanya kecukupan sumber dana yang berasal dari keuangan negara.

Dinamika Jaminan SosialMenurut perkiraan yang diperoleh dari Kantor Perburu-

8han Internasional dan dikutip dalam beberapa penerbitan-nya, hanya sekitar 20-30% dari total penduduk dunia yang memiliki akses kepada tunjangan tunai jaminan sosial yang menguntungkan, 70 - 80 % selebihnya hidup dalam kondisi sosial yang tidak terjamin meski ada kemajuan dalam hak-hak asasi.

Angka-angka ini menunjukkan besarnya permasalahan yang harus dihadapi dunia saat ini dan dalamnya jurang yang memisahkan negara berkembang dengan negara industri. Untuk negara-negara berkembang termasuk Indonesia, sekitar 20% yang mendapatkan Jaminan Sosial sesuai dengan prinsip-prinsip asuransi yang mengguntungkan bagi pesertanya.

Rendahnya cakupan Jaminan Sosial yang umumnya terdiri dari Jaminan Kesehatan, Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan Kematian, Jaminan Hari Tua dan Jaminan Pensiun, tidak terlepas dari perkembangan pertumbuhan ekonomi suatu negara, tingkat pengangguran, kemiskinan, pendidikan yang masuk dalam Indeks Pembangunan Manusia.

Oleh karena itu, melalui jejaring institusi organisasi internasional, yang memonitor proses globalisasi, telah ter-bentuk sebuah komitmen politik untuk menyerukan perluasan___________________________

8 Vladimir Rys, Merumuskan Ulang Jaminan Sosial Kembali ke prinsip-Prinsip

30

Dr. Chazali H. Situmorang, Apt, M.Sc

Page 46: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

perlindungan sosial sampai ke sektor pedesaan dan ekonomi informal. Walaupun disadari upaya ini tidaklah gampang kare-na berbagai keterbatasan masyarakat pedesaan dan varian permasalahan sosialnya yang sangat lebar.

Keadaan sekarang yang dihadapi masyarakat Barat juga tidaklah sedikit, terutama dengan semakin meningkatnya penduduk yang usia tua (Aging Population), Menurut perkiraan terakhir, usia rata-rata manusia di atas 50 tahun bertambah sekitar 15 tahun. Hal ini jelas penting bukan saja untuk perlindungan masa tua tapi juga untuk risiko-risiko lain yang berkaitan dengan usia tua, seperti penyakit atau ketidakmam-puan fisik.

Reaksi pertama yang muncul terhadap berita baik ini adalah memasukkan tambahan usia hidup ini ke dalam masa pensiun tapi hal ini mungkin sulit diwujudkan mengingat dam-paknya pada biaya pensiun dan karena harus ada orang yang membayar, maka rasanya perlu diciptakan sumber keuangan dan pola pensiun yang baru, misalnya, setelah periode yang penuh dengan kegiatan ekonomi selama usia produktif, pertama-tama orang harus mendapat kesempatan untuk terlibat dalam kegiatan sosial yang bermanfaat dan memberikan pendapatan sebelum menjalani masa pensiun di usia yang tidak produktif lagi.

Kita hanya bisa berharap dapat menghindari konflik sosial apapun selama masa peralihan menuju masyarakat berumur panjang ini.

Hal ini berarti, implikasi dari peningkatan usia harapan hidup ini, tentu melebar keberbagai program perlindungan sosial lainnya, misalnya penyakit-penyakit yang timbul karena usia tua, kesepian dan ketelantaran.

Sistem Jaminan Sosial dalam lingkup global, mulai dikenal pada abad XIX, yang dirintis oleh Otto von Bismarck (1883) dari Jerman. Memperkenalkan jaminan kesehatan, jaminan pemutusan hubungan kerja dan jaminan hari tua bagi para pekerja agar mereka terjamin kesejahteraannya sehing-ga produktivitas mereka meningkat.

Sumber dana Jaminan Sosial terebut adalah dari iuran pekerja dan juga pemberi kerja. Bagaimana perkembangan Jaminan Sosial di beberapa negara diuraikan dengan baik

31

REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIATransformasi BPJS: Indahnya Harapan Pahitnya Kegagalan

Page 47: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

9oleh Emir yang dikutip berikut ini. Tentunya setiap negara mempunyai Sistem Jaminan Sosial yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat negara itu sendiri, sesuai dengan ideologi, kondisi ekonomi dan sistem politik negara yang bersangkutan. Karenanya terdapat banyak perbedaan dalam penyelenggaraannya. Sebagai contoh, sistem pensiun publik berbeda di setiap negara dalam hal sistem pendanaannya, tingkat premi, ketentuan usia, jumlah uang pensiun, serta persyaratan dalam menerima jaminan.

Di Inggeris Jaminan Sosial berarti jaminan pendapatan (income security) seperti pensiun dan tunjangan anak, oleh karena itu jangan heran di Inggeris dari mulai anak lahir sampai tumbuh besar mendapat Jaminan Sosial dari pemerintah.

Di Jepang definisi Jaminan Sosial meliputi apa yang disebut “Kebijakan Sosial” atau “Pelayanan Sosial” sebagai-mana diartikan di Inggeris, yang mencakup berbagai bentuk: jaminan pendapatan, perawatan medis, pelayanan sosial personal, kebijakan-kebijakan perumahan, pendidikan dan pekerjaan.

Di Amerika Serikat, Jaminan Sosial dimaknai sebagai jaminan pendapatan seperti pensiun, sebagai pelayanan ke-sejahteraan sosial. Makna “Kesejahteraan” merujuk pada ber-bagai pelayanan bagi masyarakat yang didanai melalui pajak dan diberikan kepada individu atau keluarga setelah melaku-kan berbagai penelitian terhadap status sosial ekonominya.

Dasar hukum Undang-Undang mengenai Jaminan Sosial di Amerika Serikat bersifat komprehensif yang membe-rikan jaminan bagi penganggur, pelayanan kesehatan bagi keluarga tanpa ayah, pelayanan kemanusiaan bagi para penyandang cacat, pelayanan medis bagi lanjut usia serta tunjangan medis yang disatukan dengan asuransi pensiun.

Perancis adalah negara yang mempunyai sejarah Jaminan Sosial yang cukup panjang, dikenal dengan istilah “Securite Sosiale”. Yang merujuk pada asuransi sosial, antara lain asuransi kesehatan dan hari tua. Selain itu negara ini juga

___________________________

9 Emir Soendoro, Jaminan Sosial Solusi Bangsa Indonesia Berdikari,

Penerbit Dinov ProGRESS Indonesia, Jakarta, 2009, hal, 36 - 42.

32

Dr. Chazali H. Situmorang, Apt, M.Sc

Page 48: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

memiliki apa yang disebut “protection Social” yang meliputi bantuan sosial (tunjangan pendapatan dan pelayanan bagi orang sakit, penyandang cacat, orang lanjut usia berdasarkan kriteria pendapatan rendah), pelayanan sosial (pelayanan kesejaheraan sosial yang diberikan tanpa melihat kriteria pen-dapatan), serta sistem “jaminan tingkat pendapatan minimum” guna menunjang kemandirian.

Di Jerman, Jamnan Sosial atau “Soziale sicherheit” mencakup asuransi sosial, kompensasi sosial (bagi korban perang, dan lain-lain), dan tunjangan sosial ( bantuan sosial atau tunjangan bagi pelajar).

Meskipun orang Jerman jarang menggunakan istilah “soziale wolfahrt” atau “kesejahteraan sosial” (social welfare), sistem Jaminan Sosial di Jerman telah memiliki akar sejarah yang panjang yang dikembangkan oleh Kanselir Bismarck sejak tahun 1880-an.

Sistem Asuransi Sosial yang kemudian dikenal dengan nama “Bismarckian Model” memiliki karakteristik sebagai berikut: Pertama, Memberikan berbagai program yang terpi-sah untuk risiko = risiko yang berbeda (pekerjaan, pensiun, perawatan kesehatan). Kedua, Mencakup terutama tenaga kerja yang memiliki pendapatan tetap (khususnya pekerja di perkotaan). Ketiga, Melibatkan kontribusi-kontribusi dari yang diasuransikan (pekerja, majikan dan negara). Keempat, Mem-berikan tunjangan-tunjangan yang terkait dengan kontribusi.

Menurut catatan dan referensi yang ditulis dr. Emir Soendoro, ada beberapa negara yang telah menyeleng-garakan Sistem Jaminan Sosial dengan berbagai modifikasi dan kemampuan dari masing-masing negara, diantaranya adalah Philipina, India,Tanzania, Paraguay, Chile, Vietnam, dan Laos. Di tingkat Asia Tenggara yang sudah lebih maju lagi menyelenggarakan Sistem Jaminan Sosial adalah Muang Thai, Singapore dan Malaysia.

Implementasi Jaminan SosialImplementasi jaminan sosial di negara-negara maju

yang telah diutarakan diatas, mengarah pada pendekatan bantuan sosial (Social Assistance) dan program dukungan

33

REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIATransformasi BPJS: Indahnya Harapan Pahitnya Kegagalan

Page 49: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

pendapatan (demogrant program). Bantuan sosial adalah pemberian jaminan tunai yang diperuntukan bagi orang miskin sedangkan demogran program adalah salah satu bentuk income support termasuk pelayanan kesehatan yang berlaku bagi setiap warga negara. Namun demikian, masih ada sebagian Negara masih mengadopsi sistem asuransi sosial seperti Jepang dan Jerman.

Program-program jaminan sosial diselenggarakan de-ngan berkoordinasi antar Kementerian yang terkait dan BPJS yang dibentuk dengan UU Jaminan Sosial. BPJS di Indonesia adalah badan hukum publik, sejajar dan mitra dengan lembaga pemerintah/kementerian sehingga istilah koordinasi di anta-ranya sangatlah tepat untuk menggambarkan kemitraan tersebut.

Purwoko meredifinisi istilah Program dimaksud dengan cabang-cabang jaminan sosial sebagai berikut: (1) Sickness: adalah gangguan kesehatan seseorang yang dapat menim-bulkan hilangnya sebagian pendapatan karena hilangnya hari dan waktu kerja yang berarti kehilangan sebagian pendapa-tan; (2) Medical care: adalah program perawatan medis terma-suk konsultasi dokter yang diberikan kepada peserta dan keluarga peserta, karena sakit. Medical care ini ditujukan atau untuk pemeliharaan kesehatan; (3) Invalidity: adalah ketidak-sempurnaan fisik seseorang baik sejak kelahiran maupun karena kecelekaan kerja, sehingga menjadikan yang bersang-kutan tidak dapat bekerja secara maksimal. Karena itu, diberi-kan dukungan pendapatan atau semacam Bantuan Langsung Tunai (BLT), Invalidity due to work accident adalah cacat fisik sebagian atau total akibat kecelakaan kerja sehingga menjadi-kan yang bersangkutan tidak dapat bekerja secara maksimal. Karena itu yang bersangkutan diberikan santunan tunai secara berkala dan atau sekaligus pengganti pendapatan tetap; (4) Employment injury: adalah kecelakaan kerja di tempat kerja dan atau di luar tempat kerja yang peristiwanya terkait dengan hubungan kerja termasuk penyakit akibat hubungan kerja. Kecelakaan kerja berkaitan dengan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K-3) sebagai langkah upaya preventif dengan semboyan lebih baik mencegah daripada kejadian. Jika K-3 rendah, maka frekuensi kecelakaan kerja semakin

34

Dr. Chazali H. Situmorang, Apt, M.Sc

Page 50: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

kerap dan atau tingkat kecelakaannya semakin parah. Akibat kecelakaan kerja, maka berarti sebagian pendapatan hilang karena hilangnya waktu kerja. Karenanya diberikan santunan kecelakaan kerja berupa santunan tunai kematian, santunan tunai cacat sebagian termasuk pelayanan kesehatan yang berupa rawat jalan dan rawat inap. (5) Maternity: adalah program pembiayaan proses dan pasca persalinan yang diberikan kepada pekerja wanita atau istri pekerja termasuk imunisasi bayi dengan tujuan untuk meringankan beban hidup setelah persalinan; (6) Premature death: adalah kematian pekerja sebelum mencapai usia pensiun, karena sakit atau karena kecelakaan kerja. Dampak dari kematian premature ini berarti sebagian pendapatan hilang sedang manfaat pension yang diterima kecil, karena berkurangnya masa iuran atau masa kepesertaan; (7) Unemployment benefit: adalah pro-gram bantuan santunan tunai yang bersifat sementara sampai dengan 6-9 bulan yang diberikan kepada setiap pekerja yang terkena PHK. Selanjutnya, pekerja yang terkena PHK wajib lapor ke bursa tenaga kerja untuk penempatan kerja baru atau diberikan kesempatan untuk mencari pekerjaan sendiri. Setelah lebih dari 6 bulan yang bersangkutan masih belum mendapatkan pekerjaan, maka pemerintah akan mengambil alih untuk penempatan ke daerah lain terlepas daerah tersebut tidak dikehendaki. Setelah mendapatkan pekerjaan baru, maka tugas bursa tenaga kerja memberitahukan ke instansi pajak dan badan penyelenggara jaminan sosial agar kepeser-taan jaminan sosial berkelanjutan; (8) Family allowance: adalah program tunjangan keluarga berupa pemberian tunai terutama untuk anak-anak dibawah umur bahkan sebelum mencapai usia dewasa antara 15-17 tahun. “Family allowance: berbeda dengan bantuan sosial. Bantuan sosial hanya berlaku bagi penduduk miskin sedangkan family allowance merupa-kan bagian dari skema demogran. Sekarang family allowance tidak secara dengan sendirinya berlaku bagi setiap warga negara akan tetapi diberikan secara selektif kepada warga negara yang membutuhkan sesuai tes kebutuhan yang dilakukan oleh BPJS; (9) Old age programs: adalah program hari tua atau program pensiun dasar dalam bentuk pemba-yaran tunai secara berkala kepada peserta yang telah

35

REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIATransformasi BPJS: Indahnya Harapan Pahitnya Kegagalan

Page 51: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

mengalami usia pensiun dan atau mengalami cacat total tetap. Pembiayaan program hari tua merupakan beban peserta dalam bentuk iuran yang dibayar secara bersamaan antara pemberi kerja dan penerima kerja. Pengenaan iuran program hari tua membawa konsekuensi penangguhan konsumsi (deferred-consumption), sehingga kewajiban pajak pengha-silan berlaku pada saat peserta mencapai usia pensiun dan menerima santunan hari tua. Mengapa santunan jaminan pensiun dikenakan pajak penghasilan? Pengenaan pajak berlaku untuk jumlah santunan pensiun tertentu, karena san-tunan pensiun merupakan bagian pendapatan yang ditunda konsumsinya.

Kesembilan cabang-cabang jaminan sosial di atas pada prinsipnya tidak dapat diselenggarakan secara bersamaan dan atau secara keseluruhan, karena perbedaan karakteristik dari masing-masing cabang dan peruntukkanya.

Karena itu, dalam penyelenggaraan jaminan sosial yang mencakup kesembilan cabang tersebut diperlukan penyeleng-garaan yang berbasis pendekatan secara terpisah yang implementasinya mencakup: Pertama, sistem asuransi sosial. Kedua, bantuan sosial. Ketiga, skema demogran, dan. Keempat, program pensiun dan atau tabungan hari tua sebagai program pensiun iuran pasti dan pasti bermanfaat bagi peserta.

Bagaimana Pelaksanaan Jaminan

Sosial Di Indonesia?Pada tahun 1992 Indonesia telah mempunyai undang-

undang yang mengatur Jaminan Sosial Tenaga Kerja, yang sering disebut dengan UU Tentang Jamsostek Nomor 3 tahun 1992. Memang undang-undang ini difokuskan pada perlindu-ngan sosial bagi tenaga kerja yang melakukan pekerjaan baik dalam hubungan kerja maupun diluar hubungan kerja.

Tujuannya untuk memberikan ketenangan kerja kepada tenaga kerja dengan memberikan jaminan sosial sehingga disiplin dan produktivitasnya meningkat.

Ada 4 (empat) program jaminan sosial yang diatur dalam

36

Dr. Chazali H. Situmorang, Apt, M.Sc

Page 52: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

Jaminan Hari Tua. Dari keempat program tersebut, 3 (tiga) diantaranya iurannya dibayar pemberi kerja (JPK, JKK, JKm) dan hanya jaminan hari tua (JHT), yang iurannya dibayar sharing pemberi kerja dan pekerja. Hal yang menarik dalam UU Nomor 3 Tahun 1992, belum mencantumkan azas dan prinsip penyelenggaran jaminan sosial yang dilakukan.

Pada pasal 3 ayat 1 menyebutkan bahwa untuk membe-rikan perlindungan kepada tenaga kerja diselenggarakan pro-gram jaminan sosial tenaga kerja yang pengelolaannya dapat dilaksanakan dengan mekanisme asuransi. Artinya pola asuransi tidaklah wajib tetapi suatu pilihan.

Hal yang menarik lainnya dan memberikan implikasi ter-hadap pelaksanaan proses transformasi BPJS sesuai dengan UU Nomor 24 tahun 2011 tentang BPJS adalah yang berkaitan dengan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan. Pada UU Nomor 3 Tahun 1992, pasal 6 ayat (1) menyebutkan ruang lingkup program jaminan sosial tenaga kerja meliputi: Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan Kematian, Jaminan Hari Tua dan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan. Pada ayat (2) Pengem-bangan program jaminan sosial tenaga kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah. Kata kuncinya adalah untuk pengembangan program, yang dapat diartikan program dapat dikembangkan sesuai dengan siatuasi yang berkembang. Sifat mengem-bangkan bukan dimaksudkan mereduksi apa yang sudah diamanatkan dalam norma undang-undang.

Pada PP Nomor 14 tahun 1993, tentang Penyeleng-garan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja, pada pasal 2 ayat (4), tercantum: Pengusaha yang telah menyelenggarakan sendiri program pemeliharaan kesehatan bagi tenaga kerjanya dengan manfaat yang lebih baik dari Paket Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Dasar menurut Peraturan Pemerin-tah ini, tidak wajib ikut dalam Jaminan Pemeliharaan Keseha-tan yang diselenggarakan oleh Badan Penyelenggara.

Implikasi tidak wajib atau disebut juga opting out Jami-nan Pemeliharaan Kesehatan menurut PP tersebut, menye-babkan tingkat kepesertaan JPK Jamsostek tidaklah optimal yaitu sekitar 10% dari jumlah pekerja formal, sedangkan ketiga program jaminan sosial lainnya sekitar 30%.

37

REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIATransformasi BPJS: Indahnya Harapan Pahitnya Kegagalan

Page 53: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

Harapan agar jaminan pemeliharaan kesehatan lebih baik yang diselenggarakan Pengusaha kenyataannya juga diselenggarakan dengan “ala kadarnya” dan tidak ada yang mengontrolnya, akibatnya ya banyak pekerja yang tidak men-dapatkan pelayanan kesehatan sebagaimana mestinya. Jika JPK diselenggarakan oleh PT. Jamsostek sebagaimana perin-tah UU Nomor 3 Tahun 1992, tentunya akan lebih mudah untuk melakukan kontrol atas pelaksanaan JPK tersebut.

UU SJSN dan UU BPJS tidak memberikan ruang kepada pengusaha untuk meneruskan pola opting out tersebut, penye-leggaraan JPK harus diserahkan dan ikut BPJS Kesehatan. Untuk itu pekerja dan pemberi kerja sama-sama membayar iuran kesehatan kewajiban sebagai peserta dan manfaat yang didapat komprehensif dengan indikasi medis, mulai dari promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.

Sebagaimana kita ketahui, penyelenggaraan Jaminan Sosial di Indonesia, secara eksisting telah diselenggarakan oleh 4 Badan Penyelenggara yaitu PT. Askes yang dibentuk dengan Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1992 tentang Pengalihan Bentuk Perusahaan Umum Husada Bhakti menja-di Perusahaan Persero, PT. Jamsostek yang dibentuk dengan Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 1995 tentang Peneta-pan Badan Penyelenggara Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja, berdasarkan UU Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial TenagaKerja, PT. Taspen yang dibentuk dengan Peratu-ran Pemerintah Nomor 26 Tahun 1981 tentang Pengalihan Bentuk Perusahaan Umum Dana Tabungan dan Asuransi Pegawai Negeri menjadi Perseroan Terbatas, berdasarkan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1969 tentang Pensiun Pegawai dan Pensiun Janda/Duda Pegawai, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian yang telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 dan Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 1981 tentang Asuransi Sosial Pegawai Negeri Sipil, PT. Asabri yang dibentuk dengan Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 1991 tentang Pengalihan Bentuk Perusahaan Umum Asuransi Sosial/Angkatan Bersenjata Republik Indonesia menjadi Perusahaan Persero.

38

Dr. Chazali H. Situmorang, Apt, M.Sc

Page 54: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

Dalam perjalanannya keempat persero tersebut berada dalam lingkup Kementerian BUMN, dengan menyelenggara-kan asuransi sosial sesuai program yang telah ditetapkan, yaitu Askes menyelenggarakan Asuransi Kesehatan bagi PNS dan keluarga, Taspen menyelenggrakan Jaminan Pensiun dan Hari Tua, Jamsostek menyelenggarakan JKK, JKm, JHT dan JP bagi Pekerja dan Asabri menyelenggarakan JPT bagi Anggota TNI/POLRI.

Sebagaimana kita ketahui, bahwa prinsip persero tentu mencari laba kepentingan pemilik perusahaan (owner), dalam hal ini ownernya adalah pemerintah, disisi lain ada kewajiban UU Dasar 45, agar negara memberikan Jaminan Sosial bagi seluruh penduduk.

Situasi ini berlangsung berpuluh tahun sehingga sulit bagi keempat Persero tersebut dapat melaksanakan tugasnya sesuai kepentingan peserta. Antara lain banyak PNS yang tidak menggunakan Askes karena merasa pelayanan yang diberikan tidak maksimal, masih banyaknya pekerja yang tidak ikut Jamsostek, semakin sulitnya Pemerintah membayar Pen-siun Pegawai (karena pay as you go), pelayanan kesehatan TNI/Polri yang mengiur hanya anggota TNI/Polri, pemerintah tidak mengiur dan masih banyak persoalan lainnya perlu segera diperbaiki. Untuk orang miskin dan tidak mampu, pemerintah meluncurkan pelayanan kesehatan yang diberi nama Askeskin dan selanjutnya menjadi Jamkesmas.

Lima tahun terakahir ini, memang dirasakan berbagai perbaikan telah dilakukan pemerintah maupun oleh keempat BPJS (eksisting) tersebut, antara lain Kementerian BUMN tidak mengambil deviden yang menjadi haknya, tapi dikembali-kan untuk peningkatan pelayanan kepada peserta. Services telah meningkat, jika ada complaint cepat tanggap dan segera ditindak lanjuti, laporan keuangan lebih terbuka. Kebijakan Manajemen sudah memposisikan sebgai BPJS eksisting sesuai dengan UU SJSN dan 1Januari 2014 sudah menjadi Badan Hukum Publik, dengan melaksanakan 9 prinsip dan beberapa diantaranya tidak ada pada badan hukum persero yaitu nirlaba, dana amanat, kegotongroyongan, kepesertaan bersifat wajib dan hasil pengelolaan dana jaminan sosial dipergunakan seluruhnya untuk pengembangan program dan

39

REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIATransformasi BPJS: Indahnya Harapan Pahitnya Kegagalan

Page 55: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

untuk sebesar-besar kepentingan peserta. Khusus PT.Jamsostek diberikan kelonggaran untuk menyelenggara-kan JKK, Jkm, JHT sampai dengan akhir Juni 2015 menye-lenggarakannya sesuai dengan UU No. 3 Tahun 1992, selan-jutnya menyelenggerakan empat program JKK, Jkm, JHT dan JP dengan mengacu pada UU SJSN dan UU BPJS serta atu-ran pelaksanaannya. PT. Taspen dan PT. Asabri akan menye-rahkan program yang diselenggarakan kepada BPJS Ketena-gakerjaan masih lama lagi yaitu 15 tahun kemudian (2029).

Dalam perjalanannya yang panjang, jaminan sosial telah berlabuh dengan utuh pada UU SJSN Nomor 40 tahun 2004 dan implementasinya dengan keluarnya UU BPJS Nomor 24 tahun 2011, memberikan kepastian bahwa bangsa Indonesia telah menetapkan pilihan Sistem Jaminan Sosial yang benar-benar menerapkan prinsip-prinsip jaminan sosial yang bersifat universal dan telah banyak diterapkan di negara-negara maju dan negara berkembang.

UU Nomor 24 tahun 2011, merupakan “akte kelahiran” yang isinya telah mencantumkan akan lahir dua orang bayi yang bernama BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan dari rahim dua orang ibu yang bernama PT. Askes dan PT. Jamsostek. Kedua orang ibu ini sudah ditetapkan takdirnya akan mati sahid sesudah melahirkan kedua bayi tersebut pada tanggal 1 Januari 2014.

Kehadiran BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenaga-kerjaan, yang telah dinanti-nanti cukup lama dengan berbagai dinamika masyarakat yang tinggi dalam proses penerbitan “akte kelahirannya” dapat menjadi batu loncatan (miles tone) mencapai cita-cita negara kesejahteraan (welfare state).

PenutupPerjalanan sejarah jaminan sosial di dunia telah melalui

proses yang panjang dengan berbagai model dan alirannya. Eropah merupakan belahan dunia yang melahirkan bebagai model dan aliran tersebut, diikuti benua Amerika dan pada negara-negara berkembang tinggal menyesuikan dengan karakter dan kemampuan masing-masing negara. Indonesia dalam lingkungan negara Asia Tenggara, masih ketinggalan

40

Dr. Chazali H. Situmorang, Apt, M.Sc

Page 56: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

dalam melaksanakan Sistem Jaminan Sosial, dibandingkan dengan Thailand, Filiphina dan apalagi dengan Singapura. Banyak faktor penyebab ketertinggalan Indonesia dan semuanya bercampur baur, faktor politik, ekonomi, budaya dan karakter bangsa Indonesia.

Mudah-mudahan bangsa Indonesia tidak mengingkari janjinya sendiri dalam melakukan reformasi jaminan sosial se-bagai amanat dan semangat UU SJSN dan UU BPJS dengan sebenar-benarnya dan sekuat-kuatnya pada 1 Januari 2014.

Akte kelahiran telah diterbitkan oleh Negara, untuk melahirkan bayi yang bernama BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan dari rahim sang Ibu yang bernama PT. Askes dan PT.Jamsostek dan sudah ditakdirkan bahwa sesudah melahirkan kedua Ibu separuh baya tersebut meninggalkan dunia.

Artinya jalan terjal dan menantang maut tersebut harus di tempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai bentuk perlindungan sosial bagi rakyat Indonesia. Tiada kata lain yang diucapkan dari seorang Ibu Pertiwi, selain: Indahnya Harapan, Pahitnya Kegagalan!

41

REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIATransformasi BPJS: Indahnya Harapan Pahitnya Kegagalan

Page 57: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

42

Dr. Chazali H. Situmorang, Apt, M.Sc

Page 58: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

Bagian Dua:Eksistensi Dewan Jaminan

Sosial Nasional

43

REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIATransformasi BPJS: Indahnya Harapan Pahitnya Kegagalan

Page 59: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

44

Dr. Chazali H. Situmorang, Apt, M.Sc

Page 60: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

Bagian Dua:Eksistensi Dewan Jaminan

Sosial Nasional

anyak pertanyaan yang diajukan kepada saya, pada

Bberbagai kesempatan memberikan sosialisasi dan

advokasi di masyarakat tentang UU SJSN maupun

UU BPJS. Pertanyaannya antara lain DJSN apakah LSM atau

lembaga yang akan menggantikan Askes atau Jamsostek.

Karena sering berbicara tentang kedua PT tersebut atau

apakah DJSN sama tugasnya dengan Dewan Perwakilan

Rakyat, siapa yang menggajinya, bagaimana hubugan kerja-

nya dengan kementerian atau apakah DJSN bagian dari

kementerian tertentu dan apa dasar hukum berdirinya dan tak

lupa menanyakan dimana kantornya.

Kedatangan berbagai kalangan ke kantor DJSNtentu

kami sambut dengan baik dan biasanya dibekali dengan

berbagai dokumen/produk DJSN untuk dipelajari, walaupun

ada juga yang tujuannya minta sumbangan.

Pertanyaan-pertanyaan tersebut wajar, karena DJSN

45

REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIATransformasi BPJS: Indahnya Harapan Pahitnya Kegagalan

Page 61: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

Kedudukan Dewan Jaminan Sosial Nasional (DJSN) dalam sistem pemerintahan Indonesia dalam penyelengga-raan negara dan relasinya dengan lembaga negara lainnya yang terkait memang perlu diketahui oleh semua stakeholder. Dengan demikian akan diketahui posisi DJSN di antara lembaga-Iembaga negara lainnya.

Demikian juga peranan DJSN dalam penyelenggaraan SJSN yang meliputi fungsi, tugas dan wewenangnya. Pada Bagian Dua ini diuraikan struktur organisasi dan mekanisme kerja DJSN.

Berbicara mengenai struktur organisasi pada dasarnya menyangkut susunan komponen-komponen (unit-unit kerja) dalam organisasi. Struktur organisasi menunjukkan adanya pembagian kerja dan menunjukkan bagaimana fungsi-fungsi atau kegiatan yang berbeda-beda tersebut diintegrasikan (koordinasi).

Mekanisme kerja DJSN berkaitan dengan prosedur pengambilan keputusan dan sistem informasi DJSN. Selanjut-nya diuraikan juga tentang Sekretariat DJSN sebagai unsur pembantu dalam pelaksanaan tugas DJSN dan tenaga ahli yang jika diperlukan dapat diminta masukan dan bantuannya oleh DJSN. Bagian akhir pada bagian ini ditutup dengan pembahasan mengenai peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan DJSN sebagai pelaksanaan UU Nomor 40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN).

Kedudukan DJSN Dalam Sistem

Pemerintahan IndonesiaUndang-Undang Dasar 1945 (UU1945) menentukan

bahwa negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat. Tanggung jawab negara tersebut dimaksudkan untuk terlaksananya hak setiap orang atas jaminan sosial yang ditentukan dalam Pasal 28H ayat (3) UUD 1945.

Sebagai pelaksanaan ketentuan UUD 1945 tersebut telah disahkan UU Nomor 40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN). Undang-Undang ini menga-tur penyelenggaraan SJSN yang meliputi Jaminan Kesehatan

46

Dr. Chazali H. Situmorang, Apt, M.Sc

Page 62: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

SJSN secara bertahap diharapkan dapat menjangkau kepesertaan yang lebih luas serta memberikan manfaat yang lebih besar bagi setiap peserta. Untuk penyelenggaraan SJSN, dengan UU Nomor 40 Tahun 2004 dibentuk DJSN.

DJSN merupakan lembaga negara penunjang (state auxiliary) yang dibentuk dengan Undang-undang dan berada di lingkungan eksekutif. Sebagai lembaga negara penunjang, DJSN dibentuk untuk mendukung tercapainya tujuan SJSN, yaitu “untuk memberikan jaminan terpenuhinya kebutuhan hidup yang layak bagi setiap peserta dan/atau anggota keluarganya." Sebagai lembaga negara penunjang di lingkungan eksekutif, maka DJSN bertanggung jawab kepada Presiden. Sehubungan dengan itu DJSN melaporkan hasil pelaksanaan tugasnya secara berkala setiap 6 (enam) bulan atau sewaktu-waktu sesuai kebutuhan kepada Preslden.

Ketua DJSN ditentukan berasal dari unsur Pemerintah. Ketua yang merangkap anggota dan anggota-anggota DJSN lainnya diangkat dan diberhentikan oleh Presiden. Keanggo-taan DJSN sebanyak 15 orang terdiri dari unsur tripartit (Pemerintah, organisasi pemberi kerja dan organisasi pekerja) plus tokoh dan/atau ahli yang memahami bidang jaminan sosia, dengan komposisi sebagai berikut: Pertama, Unsur Pemerintah, 5 (Iima) orang. Masing-masing 1 orang dari Kementerian yang bertanggung jawab di bidang keuangan, ketenagakerjaan, kesehatan, sosial dan kesejahteraan rakyat, dan/atau bidang pertahanan dan keamanan. Kedua, Unsur organisasi pemberi kerja 2 (dua) orang. Ketiga, Unsur organi-sasi pekerja 2 (dua) orang. Keempat, Unsur tokoh dan/atau ahli 6 (enam) orang.

Untuk pertama kali, Ketua dan anggota DJSN diusulkan oleh Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat. Kedudukan DJSN sebagai lembaga negara penunjang di ling-kungan eksekutif lebih nyata lagi dari aspek pembiayaan. Pasal 30 Peraturan Presiden Tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja, Tata Cara Pengangkatan, Penggantian dan Pemberhentian Anggota DJSN menentukan seluruh pembia-yaan yang diperlukan bagi pelaksanaan fungsi dan tugas DJSN dibebankan kepada APBN melalui menteri yang ber-tanggung jawab di bidang kesejahteraan rakyat.

47

REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIATransformasi BPJS: Indahnya Harapan Pahitnya Kegagalan

Page 63: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

Peraturan Pelaksanaan UU Nomor 40

Tahun 2004 Berkaitan Dengan Pendirian

DJSNSebagai pelaksanaan Undang-Undang Nomor 40 Tahun

2004, khususnya yang berkaitan dengan pembentukan DJSN diperlukan peraturan pelaksanaan sebagai berikut: Pertama, Keputusan Presiden Tentang Pengangkatan Ketua dan Ang-gota DJSN Pasal 8 ayat (2). Kedua, Peraturan Presiden Tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja DJSN Pasal 10. Ketiga, Peraturan Presiden Tentang Tata Cara Pengang-katan, Penggantian dan Pemberhentian anggota DJSN Pasal 12 ayat (2).

Peraturan perundang-undangan berkaitan dengan DJSN kini telah ditetapkan dengan lengkap, yaitu: (1) Peraturan Presiden R.I Nomor 44 Tahun 2008 Tentang Susunan Organi-sasi dan Tata Kerja, Tata Cara Pengangkatan, Penggantian dan Pemberhentian Anggota DJSN; (2) Keputusan Presiden R.I Nomor 110/M Tahun 2008 Tentang Pengangkatan Ketua dan Anggota DJSN; (3) Keputusan Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Nomor 36/PER/MENKO/KESRA/X /2008 tentang Sekretariat DJSN dan (4) Peraturan Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Nomor 02 Tahun 2013 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat DJSN tanggal 27 Februari 2013.

Proses perancangan dan penetapan Peraturan Presi-den memakan waktu sangat lama, yaitu selama 36 bulan. Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat telah mengajukan Rancangan Peraturan Presiden tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja, Tata Cara Pengangkatan, Peng-gantian dan Pemberhentian anggota DJSN pada bulan Mei 2005. Rancangan tersebut lama tidak mendapat tanggapan Pemerintah dan kemudian sempat dilaporkan oleh Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat kepada Wakil Presiden dalam rapat tanggal 3 Januari 2008.

Baru pada tanggal 13 Mei 2008 pembahasan Ranca-ngan Peraturan Presiden tersebut dilakukan di Kantor Menteri

48

Dr. Chazali H. Situmorang, Apt, M.Sc

Page 64: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

Sekretariat DJSN disepakati. Rancangan Peraturan Presiden tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja, Pengangkatan, Penggantian dan Pemberhentian Anggota DJSN yang telah disepakati tersebut diajukan kepada Presiden dengan surat Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara No.B/1305/ M.PAN/05/2008 tanggal 19 Mei 2008.Pada 24 Juni 2008 rancangan tersebut ditetapkan menjadi Peraturan Presiden No. 44 Tahun 2008.

Peraturan Presiden RI No. 44 Tahun 2008 adalah dasar hukum pendirian DJSN sebagai pelaksanaan Pasal 10 dan 12 ayat (2) UU No. 40 Tahun 2004. Substansinya terdiri dari 32 pasal yang terbagi dalam 9 Bab dan disusun dengan sistema-tika sebagai berikut: Bab I Ketentuan Umum (Pasal 1).Bab II Kedudukan, Fungsi, Tugas dan Wewenang (Pasal 2

sd 16).Bab III Susunan Organisasi (Pasal 7 sd 13).Bab IV Tata Kerja (Pasal 14 sd 16).Bab V Pengangkatan dan Pemberhentian (Pasal 17 sd 28).Bab VI Kenaikan Pangkat bagi Pegawai Negeri Sipil yang

dipekerjakan pada DJSN.Bab VII Pembiayaan (Pasal 30).Bab VIII Ketentuan Peralihan (Pasal 31).Bab IX Ketentuan Penutup (Pasal 32).

Selang tiga bulan dari waktu penerbitan Peraturan Presiden RI No. 44 Tahun 2008, Pemerintah menetapkan Keputusan Presiden No. 110/MTahun 2008 tentang Pengang-katan Ketua dan Anggota DJSN untuk pertama kalinya.

Pemerintah menetapkan Ketua DJSN berasal dari unsur Pemerintah yaitu wakil Departemen Kesehatan. Kelimabelas anggota DJSN adalah:1. Dr. Sjafii Ahmad, MPH. (Unsur Pemerintah), sebaga Ketua

merangkap anggota.2. Dr.Ir.Pos M. Hutabarat, MA. (Unsur Pemerintah), anggota.3. Drs. Marwanto Harjowiryono, MA. (Unsur Pemerintah), anggota.4. Ir. Tianggur Sinaga, MA. (Unsur Pemerintah), anggota.5. Dr. Chazali H. Situmorang, Apt, Msc. (Unsur Pemerintah),

anggota6. Dr. Adang Setiana, MSc. (unsur tokoh dan/atau ahli), anggota7. Dr. dr. Fachmi Idris, MKes. (unsur tokoh dan/atau ahli), anggota

49

REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIATransformasi BPJS: Indahnya Harapan Pahitnya Kegagalan

Page 65: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

8. drg. Moeryono Aladin, SIP., MM. (Unsur Tokoh dan/atau Ahli), anggota.

9. Drs. Harris Eko Santoso, MM, FSAI. (Unsur Tokoh dan/ atau Ahli), anggota.

10. Dr. Bambang Purwoko, SE., MA. (Unsur Tokoh dan/atau Ahli), anggota.

11. Drs. Djoko Sungkono, MM. (Unsur Tokoh dan/atau Ahli), anggota.

12. Ir. Hariyadi B. S. Sukamdani, MM. (Unsur Organisasi Pemberi Kerja), anggota.

13. Drs. Timoer Soetanto (Unsur Organisasi Pemberi Kerja), anggota.

14. Drs. Eddy Roesmadi (Unsur Organisasi Pekerja), anggota.15. Drs. Ridwan Monoarfa (Unsur Organisasi Pekerja), anggota.

Dalam perjalanannya, karena berbagai hal dari unsur Pemerintah mengalami Pergantain Antar Waktu dengan terbitnya Keputusan Presiden No. 73/M Tahun 2011, dengan perubahan susunan anggota DJSN sebagai berikut :1. Dr. Chazali H. Situmorang, Apt, M,Sc. (Unsur Pemerintah),

sebaga Ketua merangkap anggota.2. dr. Supriyantoro, Sp.P,MARS (Unsur Pemerintah), anggota.3. Dr. Ir. Pos M. Hutabarat, MA. (Unsur Pemerintah), anggota.4. Drs. Sambas Mulyana . (Unsur Pemerintah), anggota.5. Ir. Tianggur Sinaga, MA. (Unsur Pemerintah), anggota.6. Dr. Adang Setiana, MSc. (Unsur Tokoh dan/atau Ahli), anggota7. Dr. dr. Fachmi Idris, MKes. (Unsur Tokoh dan/atau Ahli), anggota.8. drg. Moeryono Aladin, SIP., MM. (Unsur Tokoh dan/atau Ahli),

anggota.9. Drs. Harris Eko Santoso,MM., FSAI. (Unsur Tokoh dan/atau

Ahli), anggota.10. Dr. Bambang Purwoko, SE., MA. (Unsur Tokoh dan/atau Ahli),

anggota.11. Drs. Djoko Sungkono, MM. (Unsur Tokoh dan/atau Ahli), anggota12. Ir. Hariyadi B. S. Sukamdani, MM. (Unsur Organisasi Pemberi

Kerja), anggota.13. Drs. Timoer Soetanto (Unsur Organisasi Pemberi Kerja),

anggota14. Drs. Eddy Roesmadi (Unsur Organisasi Pekerja), anggota.15. Drs. Ridwan Monoarfa (Unsur Organisasi Pekerja), anggota

(Almarhum).

50

Dr. Chazali H. Situmorang, Apt, M.Sc

Page 66: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

Untuk mendukung pelaksanaan tugas dan kewenangan DJSN, Pemerintah membentuk Sekretariat DJSN dengan Peraturan Menko Kesra No. 36/PER/MENKO/KESRA/X/2008, Peraturan ini mengatur lima hal, yaitu: Kedudukan, Tugas dan Fungsi; Susunan Organisasi; Eselonisasi; Kelompok Jabatan Fungsional; Tata Kerja; Ketentuan Lain-lain dan Ketentuan Penutup.

Susunan Organisasi Dan Tata Kerja

DJSNSusunan organisasi dan tata kerja DJSN diatur lebih

lanjut dalamPeraturan Presiden Nomor 44 Tahun 2008. Berdasarkan Pasal 7 Peraturan Presiden tersebut susunan organisasi DJSN terdiri dari anggota dan sekretariat.

Selanjutnya ditentukan bahwa susunan keanggotaan DJSN terdiri dari: Ketua, Ketua Komisi dan Anggota. Ketua DJSN merangkap anggota yang berasal dari unsur Pemerin-tah. Ketua Komisi sebagaimana tersebut di atas merangkap anggota, memimpin Komisi DJSN. Tidak ada penjelasan apakah Ketua DJSN menjadi anggota salah satu komisi atau tidak.Pada prakteknya ditetapkan bahwa Ketua DJSN menjadi anggota salah satu Komisi dan masing-masing anggota komisi berjumlah 5 orang.

Komisi-komisi DJSN disesuaikan dengan tugas sehing-ga tugas dan wewenang DJSN dibagi habis ke dalam komisi-komisi. Masing-masing komisi menangani satu atau lebih tugas atau wewenang DJSN. Sedangkan fungsi DJSN tidak secara tegas ditentukan di tangani oleh salah satu komisi.

Pemerintah menetapkan tiga Komisi DJSN, terdiri dari: (1) Komisi Pengkajian dan Penelitian; (2) Komisi Investasi dan Keuangan; (3) Komisi Monitoring dan Evaluasi.

Selain Komisi sebagaimana tersebut di atas, DJSN da-pat membentuk komisi sesuai dengan kebutuhan.Tidak dije-laskan apakah komisi tersebut bersifat sesaat (ad hoc) atau permanen seperti ketiga komisi sebagaimana tersebut di atas.

Tugas Komisi Pengkajian dan Penelitian adalah sebagai berikut: Pertama, Melakukan pengkajian dan penelitian yang

51

REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIATransformasi BPJS: Indahnya Harapan Pahitnya Kegagalan

Page 67: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

dalam UU No. 40 Tahun 2004; (2) Standar operasional dan prosedur BPJS; (3) Besaran iuran dan manfaat program jaminan sosial; (4) Penahapan kepesertaan dan perluasan program SJSN; (5) Pemenuhan hak peserta dan kewajiban BPJS. Kedua, Menyusun dan menyampaikan rekomendasi hasil pengkajian dan penelitian kepada sidang pleno DJSN.

Komisi Invetasi dan Keuangan mempunyai tugas: Pertama, Melakukan analisis perekonomian dan prospek investasi danajaminan sosial nasional. Kedua, Menyusun dan menyampaikan rekomendasi kebijakan investasi dana jaminan sosial nasional kepada sidang pleno DJSN.

Komisi Monitoring dan Evaluasi mempunyai tugas: Pertama, Melakukan monitoring pelaksanaan kebijakan umum SJSN. Kedua, Melakukan evaluasi terhadap tingkat kesehatan keuangan BPJS. Ketiga, Menyampaikan rekomen-dasi atas hasil monitoring dan evaluasi kepada sidang pleno DJSN.

Tata Kerja DJSN mencakup mekanisme persidangan, korum dan pengambilan keputusan. Persidangan DJSN terdiri dari sidang pleno dan rapat komisi sebagai berikut: (1) Sidang Pleno: a) DJSN mengadakan sidang Plena paling sedikit 1 (satu) kali dalam 1 (satu) bulan; b) Sidang Pleno seba-gaimana dimaksud di atas dihadiri oleh semua anggota DJSN; c) Sidang Plenosebagaimanadimaksud di atas dipimpin oleh Ketua DJSN; d) Dalam hal Ketua DJSN berhalangan, sidang dipimpin oleh salah satu anggota yang ditunjuk oleh Ketua DJSN atau salah satu anggota dari unsur Pemerintah yang disepakati bersama oleh anggota lainnya. (2) Rapat Komisi: a) Komisi mengadakan rapat paling sedikit 1 (satu) kali dalam 1 (satu) bulan; b) Rapat Komisi sebagaimana dimaksud di atas dipimpin oleh Ketua Komisi; c) Dalam hal Ketua Komisi berhalangan, Rapat Komisi dipimpin oleh salah satu anggota yang ditunjuk oleh Ketua Komisi atau salah satu anggota yang disepakati oleh para anggota komisi.

Korum dan pengambilan keputusan DJSN ditentukan sebagai berikut: (1) Sidang Pleno DJSN harus dihadiri oleh paling sedikit 2/3 dari jumlah anggota DJSN yang mewakili 4 (empat) unsur. a) Dalam hal ketentuan tersebut diatas tidak terpenuhi, maka sidang ditunda satu kali dan apabila pada

52

Dr. Chazali H. Situmorang, Apt, M.Sc

Page 68: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

sidang kedua korum juga tidak terpenuhi, maka sidang ditunda selama 30 menit; b) Dalam hal sidang telah ditunda sebagai-mana dimaksud di atas, maka sidang dapat dilanjutkan dan sidang pleno DJSN dapat mengambil keputusan; (2) Pengam-bilan keputusan sebagaimana dimaksud di atas dilakukan de-ngan mengutamakan musyawarah untuk mufakat; (3) Dalam hal musyawarah untuk mufakat sebagaimana dimaksud di atas tidak tercapai, keputusan diambil berdasarkan suara ter-banyak.

Peraturan Presiden Nomor 44 Tahun 2008 tidak menga-tur ketentuan mengenai korum dan pengambilan keputusan dalam rapat komisi dan ketentuan pengambilan keputusan suara terbanyak. Hal ini memunculkan berbagai pertanyaan operasional. Apakah berarti untuk rapat-rapat komisi tidak diperlukan korum? Apakah semua anggota komisi diwajibkan hadir? Pertanyaan berikutnya yang terpenting ialah apakah rapat komisi dapat mengambil keputusan? Kalau dapat, bagai-mana mekanismenya? Hal ini perlu diatur secara jelas untuk dijadikan pedoman oleh anggota dan Ketua Komisi, karena masing-masing komisi mendapat tugas untuk menyusun dan menyampaikan rekomendasi kepada Sidang Pleno DJSN.

Masalah lainnya ialah tentang pengambilan keputusan berdasarkan suara terbanyak. Tidak ada penjelasan mengenai apa yang dimaksud suara terbanyak. Oleh karena tidak ada penjelasan khusus mengenai soal ini, maka umumnya yang dianggap suara terbanyak ialah suara mayoritas, yaitu disetujui oleh lebih dari separuh peserta rapat yang hadir dan memenuhi korum.

Struktur Organisasi DJSN

53

Ketua DJSN

Sekretariat DJSN

Anggota

Ketua Komisi Investasi & Keuangan

Anggota

Ketua Komisi Monitoring &

Evaluasi

Anggota

Ketua Komisi Pengkajian &

Peneli�an

REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIATransformasi BPJS: Indahnya Harapan Pahitnya Kegagalan

Page 69: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

Sekretariat DJSNDalam melaksanakan tugasnya, DJSN dibantu oleh

Sekretariat Dewan yang dipimpin oleh seorang Sekretaris yang diangkat dan diberhentikan oleh Ketua DJSN. Menurut Pasal 1 sampai dengan 5 Peraturan Presiden No. 44 Tahun 2008, Sekretaris DJSN dapat dijabat oleh PNS atau bukan PNS dengan tugas memberikan dukungan administrasi dan pelayanan operasional untuk mendukung kelancaran pelaksa-naan tugas DJSN.

Ketentuan yang mengatur Sekretariat DJSN yang dija-bat oleh Pegawai Negeri Sipil cukup rinci. Sekretaris DJSN yang berasal dari PNS disetarakan dengan eselon Ila PNS yang diangkat dalam jabatan Sekretaris sebagaimana dimak-sud di atas paling rendah menduduki pangkat Pembina Tk.I (Golongan ruang IV/b).

Pembinaan kepangkatannya dilakukan oleh instansi induknya dan penyesuaian pangkat setingkat lebih tinggi apa-bila telah 4 tahun dalam pangkat terakhir Selanjutnya Sekre-taris DJSN berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Ketua DJSN. Pengaturan lebih lanjut mengenai organisasi dan tata kerja Sekretariat DJSN ditetapkan oleh Menteri yang bidang tugasnya meliputi kesejahteraan sosial setelah menda-pat persetujuan tertulis dari menteri yang bertanggung jawab di bidang pendayagunaan aparatur Negara.

Namun ketentuan yang mengatur alternatif berikutnya yaitu Sekretaris DJSN dapat dijabat oleh bukan PNS sangat sumir. Meskipun demikian apabila Ketua DJSN menentukan bahwa Sekretaris DJSN dijabat oleh bukan PNS, maka yang bersangkutan haruslah seorang professional yang diangkat berdasarkan keahlian dan integritasnya setelah melalui tes kompetensi oleh tim professional yang dibentuk oleh DJSN.

Peraturan Menteri Koordinator Bidang

Kesejahteraan Rakyat Nomor 36/Peraturan

Menko/KESRA/X/2008Mengenai organisasi dan tata kerja Sekretariat DJSN di-

54

Dr. Chazali H. Situmorang, Apt, M.Sc

Page 70: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

Organisasi dan Tata Kerja Sekretriat DJSN adalah seba-gai berikut: Pertama, Kedudukan, Tugas dan Fungsi: (1) Di-pimpin oleh Sekretaris yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Ketua DJSN (Pasal 1); (2) Bertugas memberi-kan dukungan administrasi dan pelayanan operasional untuk mendukung kelancaran pelaksanaan tugas DJSN (Pasal 2); (3) Berfungsi melakukan (Pasal 3): (a) Perencanaan serta penyusunan program dan anggaran di bidang pelaksanaan tugas DJSN; (b) Pelaksanaan administrasi umum di bidang pelaksanaan tugas DJSN; (c) Penyelenggaraan fasilitasi per-sidangan serta pengolahan data dan informasi dalam mendu-kung pelaksanaan tugas DJSN; (d) Penyelenggaraan fasilitas hubungan antara instansi Pemerintah dan partisipasi masya-rakat.

Kedua, Susunan Organisasi, terdiri dari (Pasal 4): (1) Bagian Umum Bertugas melaksanakan penyusunan pro-gram dan anggaran, serta pengelolaan tata usaha di lingku-ngan DJSN (Pasal 5). Berfungsi (Pasal 6): (a) Penyusunan program dan anggaran; (b) Pengelolaan tata usaha. Terdiri dari (Pasal 7): a) Subbagian Program dan Anggaran, bertugas melakukan penyiapan bahan penyusunan program dan ang-garan, serta melaksanakan pengelolaan administrasi keua-ngan, perbendaharaan, pembukuan dan verifikasi (Pasal 8 ayat (1)); b) Subbagian Tata Usaha, bertugas melakukan pengelolaan urusan kepegawaian, tata persuratan, pengelo-laan perlengkapan, urusan dalam, inventarisasi dan perawa-tan, keprotokolan dan perjalanan, serta tata usaha pimpinan (Pasal 8 ayat (2)). (2) Bagian Persidangan dan Informasi Bertugas melaksanakan penyelenggaraan fasilitas persida-ngan dan pengelolaan data dan informasi (Pasal 9). (a) Ber-fungsi (Pasal 10): a) Penyelenggaraan fasilitas persidangan; b) Pengelolaan data dan informasi. Terdiri dari (Pasal 11): a) Subbagian Persidangan, bertugas melakukan penyiapan penyelenggaraan fasilitas persidangan dan penyiapan bahan hasil persidangan (Pasal: 12 ayat(1)); b) Subbagian Data dan Informasi, bertugas melakukan pengolahan dan penyebar-luasan data dan informasi, serta pengembangan sistem dan jaringan informasi (Pasal 12 ayat (2)); (3) Bagian Hubungan Antar Lembaga. Bertugas melaksanakan penyelenggaran

55

REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIATransformasi BPJS: Indahnya Harapan Pahitnya Kegagalan

Page 71: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

fasilitas hubungan antar instansi Pemerintah dan pengelolaan partisipasi masyarakat (Pasal 13). (a) Berfungsi (Pasal 14): a) Penyelenggaraan fasilitas hubungan antar instansi Peme-rintah; b) Pelaksanaan pengelolaan partisipasi masyarakat. Terdiri dari (Pasal 15): a) Subbagian Hubungan Antar Instansi Pemerintah, bertugas melakukan penyiapan fasilitas hubu-ngan antar instansi Pemerintah (Pasal 16 ayat (1 )); b) Sub-bagian Partisipasi Masyarakat, bertugas melakukan pengelo-laan masukan dari masyarakat dan partisipasi masyarakat lainnya (Pasal 16 ayat (2)).

EselonisasiSekretaris DJSN adalah jabatan struktural eselon lla,

Kepala Bidang adalah jabatan struktural eselon IIla dan Kepala Sub Bidang adalah jabatan struktural eselon IVa (Pasal 17). Kelompok Jabatan Fungsional. (1) Pembentukan kelompok jabatan fungsional tertentu sesuai dengan kebutuhan (Pasal 18) dan bertugas sesuai dengan jabatan fungsional masing-masing berdasarkan peraturan perundang-undangan (Pasal 19); (2) Terdiri dari sejumlah tenaga fungsional yang terbagi dalam berbagai kelompok sesuai bidang keahliannya dan dipimpin oleh seorang tenaga fungsional senior yang ditunjuk oleh Sekretaris DJSN, Jumlah tenaga fungsional ditentukan berdasarkan analisis kebutuhan dan beban kerja, serta jenis dan jenjang jabatannya diatur berdasarkan peraturan perundang-undangan (Pasal 20).

Tata Kerja: (1) Setiap pimpinan satuan organisasi wajib menerapkan prinsip-prinsip koordinasi, integrasi dan sinkroni-sasi (Pasal 21); (2) Setiap pimpinansatuan organisasi wajib melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan tugas bawa-hannya masing-masing dan apabila terjadi penyimpangan agar mengambil langkah-Iangkah yang diperlukan sesuai de-ngan peraturan perundang-undangan (Pasal 22); (3) Menga-dakan hubungan dengan lembaga/instansi kemasyarakatan dan perorangan, baik secara resmi maupun tidak resmi, sesuai prosedur yang berlaku (Pasal 23); (4) Setiap pejabat pimpinan dibantu oleh pejabat pimpinan bawahannya dan dalam rangka pemberian bimbingan kepada bawahannya wajib mengada-

56

Dr. Chazali H. Situmorang, Apt, M.Sc

Page 72: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

kan rapat secara berkala (Pasal 24); (5) Setiap pimpinan bertanggung jawab memimpin dan mengkoordinasikan bawa-hannya masing-masing dan memberikan bimbingan, serta petunjuk bagi pelaksanaan tugas bawahannya (Pasal 25); (6) Setiap pimpinan wajib mengikuti dan mematuhi petunjuk dan bertanggung jawab kepada atasan masing-masing, serta menyampaikan laporan berkala dan/atau sewaktu-waktu (Pasal 26); (7) Setiap laporan yang diterima oleh pimpinan dari bawahannya wajib diolah dan dipergunakan sebagai bahan penyusunan laporan lebih lanjut dan untuk memberikan petun-juk kepada bawahannya (Pasal 27); (8) Tembusan laporan wajib disampaikan kepada satuan-satuan organisasi lain yang secara fungsional mempunyai hubungan kerja (Pasal 28).

Lain-lain: (1) Sekretariat DJSN secara administratif dibi-na oleh Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Kesejah-teraan Rakyat dan secara operasional berada dibawah dan bertanggungjawab kepada Ketua DJSN (Pasal 29); (2) Peru-bahan atas organisasi dan tata kerja ditetapkan oleh Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat setelah terlebih dahulu mendapat persetujuan tertulis dari menteri yang ber-tanggungjawab di bidang pendayagunaan aparatur Negara (Pasal 30).

Struktur Organisasi Sekretariat DJSN

57

Presiden RI

Sekretaris DJSN

Komisi Pengkajian

dan Peneli�an

Komisi Investasi

dan Keuangan

Bagian Umum

Sub Bagian Program

& Anggaran

Sub Bagian

Tata Usaha

Bagian Persidangan

dan Informasi

Sub Bagian

Persidangan

Sub Bagian Data

dan Informasi

Jabatan Fungsional

Bagian Hubungan dan

Lembaga

Sub Bagian Hubungan Antar Instansi

Pemerintah

Sub Bagian Par�sipasi

Masyarakat

D J S N

Komisi Monitoring

dan Evaluasi

REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIATransformasi BPJS: Indahnya Harapan Pahitnya Kegagalan

Page 73: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

Tenaga AhliDalam melaksanakan tugasnya, DJSN dapat meminta

masukan dan bantuan tenaga ahli sesuai dengan kebutuhan. Masukan dan bantuan tenaga ahli bersifat fakultatif, yaitu apa-bila diperlukan oleh DJSN. Tenaga ahli fakultatif disarankan untuk bekerjasama dengan tenaga fungsional Sekretariat DJSN dalam melakukan telaahan dan perumusan opsi-opsi kebijakan jaminan sosial.

Mengingat penyelenggaraan SJSN berdasarkan UU No. 40 Tahun 2004 baru dalam tahap perintisan, tentu banyak per-soalan yang dihadapi. Persoalan-persoalan mendasar yang memerlukan pemikiran yang mendalam antara lain berkaitan dengan kelembagaan, manajemen penyelenggaraan, kepe-sertaan, iuran, manfaat, kontrak antara badan penyelenggara dengan fasilitas kesehatan, investasi dana jaminan sosial, sistem pembiayaan program jaminan sosial bagi penerima bantuan iuran, peranan Pemerintah Daerah dan penyesuaian atau transformasi penyelenggaraan jaminan sosial yang telah berlangsung selama ini dengan UU No. 40 Tahun 2004.

Untuk menelaah secara komprhensif berbagai permasa-lahan tersebut di atas pemikiran dari tenaga ahli diperlukan. DJSN diharapkan menjalin kerjasama dengan tenaga ahli dalam berbagai bidang ilmu, baik dari kalangan perguruan tinggi, profesional, maupun dari praktisi.

Apabila diperlukan tidak tertutup kemungkinan DJSN bekerja sama dengan tenaga ahli dari luar negeri untuk lebih memperluas wawasan dan menyesuaikan penyelenggaraan program jaminan sosial di Indonesia dengan praktek-praktek yang telah teruji keberhasilannya di negara-negara lain.

Perubahan Struktur Sekretariat

DJSNDengan telah terbitnya UU BPJS Nomor 24 tahun 2011,

dirasakan bahwa Struktur Organisasi Sekretariat DJSN sesuasi dengan Peraturan Menteri Koordinator Bidang

58

Dr. Chazali H. Situmorang, Apt, M.Sc

Page 74: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Nomor 02 Tahun 2013, Tentang Orgsanisasi dan Tata Kerja Sekretariat DJSN.

Perubahan dengan Permenkokesra yang baru tersebut adalah bertambahnya satu unit Eselon III dan 4 unit Eselon IV dengan perubahan nomenklatur.

Nomenklatur yang baru untuk eselon III, Bagian Umum (tetap), Bagian Hubungan Antar Lembaga dan Partisipasi Masyarakat, Bagian Penyiapan Kebijakan Jaminan Sosial, dan Bagian Monitoring dan Evaluasi Penyelenggaraan Jami-nan Sosial.

Untuk struktur eselon IV, nomenklaturnya ada yang sama, baru dan berubah. Pada Bagian Umum, subbagnya adalah: Subbag perencanaan program anggaran dan pelapo-ran: Subbag tata usaha dan Subbag keuangan. Bagian Hubungan Antar Lembaga dan Partisipasi Masyarakat terdiri dari: Subbag hubungan antar lembaga dan Subbag partisipasi masyarakat. Bagian Penyiapan Kebijakan Jaminan Sosial terdiri dari: Subbag penyiapan kebijakan jaminan sosial kese-hatan dan Subbag penyiapan kebijakan jaminana sosial kete-nagakerjaan. Bagian Penyiapan Monitoring dan Evaluasi Penyelenggaraan Jaminan Sosial, dengan subbag penyiapan monitoring dan evaluasi penyelenggaraan jaminan sosial kesehatan, Subbag penyiapan monitoring dan evaluasi penye-lenggeraan jaminan sosial ketenagakerjaan dan Subbag data dan informasi.

P e r a n a n D J S N D a l a m

Penyelenggaraan SJSN Sesuai

Ketentuan UU Nomor 40 Tahun 2004Peranan DJSN dalam penyelenggaraan SJSN berkaitan

dengan fungsi, tugas dan kewenangan DJSN yang ditentukan dalam UU Nomor 40 Tahun 2004. Fungsi DJSN adalah meru-muskan kebijakan umum dan sinkronisasi penyelenggaraan SJSN. Tidak ada penjelasan lebih lanjut mengenai fungsi DJSN dalam Undang-Undang.

59

REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIATransformasi BPJS: Indahnya Harapan Pahitnya Kegagalan

Page 75: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

program jaminan sosial. Kebijakan makro tersebut dijadikan pedoman oleh BPJS dalam menyusun kebijakan operasional dan sekaligus dijadikan parameter untuk mengevaluasi penye-lenggaraan SJSN.

Tugas DJSN yaitu: Pertama, Melakukan kajian dan penelitian yang berkaitan dengan penyelenggaraan jaminan sosial. Kedua, Mengusulkan kebijakan investasi Dana Jaminan Sosial Nasional. Ketiga, Mengusulkan anggaran jaminan sosial bagi penerima bantuan iuran dan tersedia-nya anggaran operasional kepada Pemerintah.

Selanjutnya wewenang DSJN adalah melakukan moni-toring dan evaluasi penyelenggaraan program jaminan sosial, untuk menjamin terselenggaranya program jaminan sosial, termasuk tingkat kesehatan keuangan BPJS.

Dua dari tiga tugas DJSN menegaskan kedudukan DJSN sebagai state auxiliary organ yang berada di lingkungan eksekutif, yaitu tugas mengusulkan kebijakan investasi dana jaminan sosial, serta tugas mengusulkan anggaran jaminan sosial bagi penerima bantuan iuran dan tersedianya anggaran operasional kepada Pemerintah.

Usulan DJSN mengenai kebijakan investasi dana jami-nan sosial merupakan masukan yang harus dipertimbangkan oleh pemegang otoritas agar dalam penempatan dana betul-betul dilakukan dengan memperhatikan prinsip kehati-hatian, optimalisasi hasil, keamanan dana dan transparansi.

Sedangkan usulan DJSN mengenai anggaran merupa-kan masukan bagi Pemerintah dalam mengalokasikan ang-garan bagi penerima bantuan iuran dan anggaran operasional dalam APBN.

Walaupun DJSN berada di lingkungan eksekutif, tugas dan wewenang DJSN dalam UU Nomor 40 Tahun 2004 menempatkan DJSN sebagai lembaga penasehat (advisory organ) dalam penyelenggaraan SJSN dan bukan sebagai lembaga yang memiliki kewenangan menetapkan keputusan atau kebijakan (regulatory organ).

Hasil-hasil kajian, pengawasan dan evaluasi yang diker-jakan oleh DJSN disampaikan dalam bentuk usulan dan rekomendasi yang ditujukan kepada Presiden. Tugas melaku-kan kajian dan penelitian yang berkaitan dengan penyeleng-

60

Dr. Chazali H. Situmorang, Apt, M.Sc

Page 76: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

garaan jaminan sosial bermakna melakukan pengumpulan data dan informasi berkaitan dengan fungsi DJSN dalam merumuskan kebijakan makro dan sinkronisasi penyeleng-garaan SJSN. Tugas mengusulkan kebijakan investasi dan anggaran penerima bantuan iuran bermakna sebagai tugas mengemukakan suatu pendapat dan saran untuk dipertimba-ngkan oleh pengambil keputusan.

Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tidak mengatur hubungan kelembagaan antara DJSN dengan BPJS. Di dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 terdapat satu kewena-ngan DJSN yang terkait langsung dengan BPJS yaitu kewena-ngan melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan kebija-kan umum SJSN oleh BPJS dan tingkat kesehatan keuangan BPJS. Monitoring dan evaluasi yang dilakukan oleh DJSN ter-hadap BPJS merupakan serangkaian kegiatan pengawasan langsung maupun tidak langsung untuk mengikuti perkemba-ngan penyelenggaraan program jaminan sosial yang diikuti dengan kegiatan penilaian penyelenggaraan program jaminan sosial terhadap standar yang ditetapkan, menemukan masa-lah-masalah yang timbul dan merekomendasikan kebijakan untuk perbaikan penyelenggaraan program jaminan sosial.

Sebaliknya, bila DJSN memiliki kewenangan menetap-kan kebijakan (regulator) maka hubungan kelembagaan yang dibangun adalah hierarkial dengan lembaga-Iembaga yang berkedudukan lebih rendah, misalnya BPJS. Sebagai ilustrasi, berikut ini ditampilkan beberapa tugas terkait kewenangan DJSN sebagai regulator: Pertama, Menyetujui rencana kerja dan rencana anggaran tahunan BPJS. Kedua, Menyetujui atau menolak hasillaporan tahunan atau laporan investasi yang disampaikan oleh BPJS. Ketiga, Mengangkat dan mem-berhentikan Dewan Direktur BPJS. Keempat, Menetapkan besaran renumerasi Dewan Direktur BPJS. Kelima, Menetap-kan jenis dan besaran investasi dana jaminan sosial. Keenam, Menetapkan keputusan terhadap BPJS atas hasil monitoring dan evaluasi penyelenggaraan program (misalnya izin penye-lenggaraan, sanksi administratif, dll).

Menyimak fungsi, tugas dan kewenangan DJSN yang terbatas sebagai lembaga penasihat, maka usulan dan reko-mendasi yang disampaikan oleh DJSN kepada Presiden harus

61

REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIATransformasi BPJS: Indahnya Harapan Pahitnya Kegagalan

Page 77: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

ditindaklanjuti dengan Peraturan dan penetapan rencana kerja penyelenggaraan program oleh BPJS.

Membangun DJSN Yang Kuat Dan Efektif Dalam membangun Dewan Jaminan Sosial Nasional

(DJSN) yang kuat dan efektif ditemukan berbagai permasal-ahan berkaitan dengan tugas DJSN dan peraturan perundang-undangan tentang SJSN. Di bawah ini diulas permasalahan- permasalahan yang dihadapi oleh DJSN sebagai perumus kebijakan.

DJSN ditetapkan ketika masa peralihan UU Nomor 40 Tahun 2004 telah berlangsung selama 48 bulan dengan kondisi tidak tersedia peraturan pelaksanaan untuk menye-lenggarakan program jaminan sosial nasional.

Dalam waktu yang bersamaan, DJSN yang baru terben-tuk dihadapkan pula pada kebuntuan pembentukan RUU BPJS dan tuntutan atas pembentukan BPJS di daerah.

Terdapat tiga permasalahan utama di bidang perudang-undangan yang dihadapi DJSN, yaitu: Pertama, Penyeleng-garaan kelima program jaminan sosial (Jaminan Kesehatan, Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan Pensiun, Jaminan Hari Tua dan Jaminan Kematian) yang selanjutnya diatur dengan peraturan setingkat Peraturan Pemerintah atau Peraturan Presiden. Kedua, Pengelolaan dana jaminan sosial yang selanjutnya diatur dengan Peraturan Pemerintah. Ketiga, Pembentukan BPJS Nasional beserta mekanisme pengalihan PT. Askes (Persero), PT. Asabri (Persero), PT. Jamsostek (Persero) dan PT. Taspen (Persero) menjadi badan penye-lenggara publik nirlaba dan pedoman (norma, standar, prosedur dan kriteria) serta pembentukan BPJS Daerah sebagai kebijakan BPJS yang akan diatur dengan UU BPJS.

Proses perancangan RUU BPJS akan membuka kem-bali perdebatan-perdebatan lama di masa pembentukan RUU SJSN. Isu-isu lama yang akan mencuat kembali adalah isu bentuk badan hukum dan tata cara penyesuaian keempat BUMN menjadi badan publik nirlaba. Di samping itu, tantangan yang tidak kalah berat untuk menuju praktik-praktik penye-lenggaraan yang sesuai dengan ketentuan UU Nomor 40

62

Dr. Chazali H. Situmorang, Apt, M.Sc

Page 78: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

jaminan sosial dewasa ini secara aman dan terbebas dari ancaman terganggunya penyelenggaraan program.

Dalam waktu yang bersamaan, DJSN dituntut untuk melakukan telaah yang komprehensif mengenai penyeleng-garaan program-program jaminan sosial sebelum diberlaku-kannya UU Nomor 40 Tahun 2004. Selanjutnya, DJSN dituntut untuk merumuskan kebijakan umum penyelenggaraan jami-nan sosial dengan mempertimbangkan hasil telaahan dan merumuskan sinkronisasi penyelenggaraan program- program jaminan sosial.

Memperhatikan tuntutan dan luasnya tugas yang diha-dapi DJSN dalam kurun waktu yang sangat singkat (12 bulan) dalam masa peralihan, maka DJSN menempatkan masa pembangunan DJSN selama masa peralihan UU Nomor 40 Tahun 2004 sebagai masa kritis. Bila DJSN berhasil melewati masa kritis dan mampu menunjukkan kinerja yang optimal serta dipertahankan keberadaannya oleh Pemerintah, maka selanjutnya DJSN akan memasuki periode kedua yaitu masa penguatan dan pemberdayaan lembaga.

Perumusan Kebijakan Umum Dan

Singkronisasi Penyelenggaraan SJSNMerujuk pada ketentuan peralihan UU Nomor 40 Tahun

2004, DJSN dituntut untuk bekerja bersama Pemerintah untuk menyelesaikan agenda regulasi dan agenda pembangunan kelembagaan sebelum masa peralihan berakhir pada tanggal 18 Oktober 2004. Sebagai perumus kebijakan umum dan sinkronisasi penyelenggaraan SJSN, berikut disampaikan ruang lingkup tugas yang hendaknya dapat diselesaikan oleh DJSN menjelang masa peralihan berakhir: Pertama, Perumu-san Kebijakan Umum dan Sinkronisasi Penyelenggaraan SJSN, antara lain adalah: (1) Memetakan, menelaah dan eva-luasi kebijakan penyelenggaraan program-program jaminan sosial yang diselenggarakan oleh keempat BUMN dan oleh badan penyelenggara di daerah; (2) Memetakan, menelaah dan mengevaluasi faktor-faktor yang mempengaruhi penye-lenggaraan SJSN (kependudukan, ketenagakerjaan,

63

REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIATransformasi BPJS: Indahnya Harapan Pahitnya Kegagalan

Page 79: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

pengimplementasian UU Nomor 40 Tahun 2004 mencakup penyelenggaraan kelima program jaminan sosial (Jaminan Kesehatan, Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan Hari Tua, Jaminan Pensiun dan Jaminan Kematian); (4) Merumuskan desain dan strategi pembangunan SJSN selama 15 tahun (2010-2025) sejalan dengan Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP 2004-2025); (5) Merumuskan desain dan strategi pembangunan SJSN selama 5 (Iima) tahun untuk dimuat dalam Rencana Pembangunan Jangka Menegah (RPJM) 2010-2014; (6) Merumuskan kebijakan tata kelola penyelenggaraan SJSN truktur, organ/aktor dan fungsi masing-masing organ/aktor); (7) Menyelenggarakan seminar/ lokakarya terkait uji publik rancangan kebijakan umum SJSN yang mencakup kelima program jaminan sosial dan kelemba-gaannya.

Kedua, Perumusan Sinkronisasi Pembangunan Kelem-bagaan BPJS, antara lain: (1) Memetakan dan menelaah pera-turan perundang-undangan terkait kelembagaan BPJS; (2) Memetakan dan menelaah peraturan perundang-undangan terkait pengalihan keempat persero BUMN, PT. Asabri (Persero), PT. ASKES (Persero), PT. Jamsostek (Persero) dan PT. Taspen (Persero) menuju badan publik nirlaba (BPJS); (3) Memetakan dan menelaah pemangku kepentingan terkait pengalihan keempat BUMN menuju badan publik nir laba (BPJS); (4) Merumuskan pilihan kebijakan tentang bentuk badan hukum penyelenggara jaminan sosial; (5) Melanjutkan penyusunan naskah akademis RUU BPJS dan perancangan RUU BPJS; (6) Merumuskan strategi pengalihan keempat BUMN menjadi badan publik nir laba penyelenggara program jaminan sosial (BPJS); (7) Merumuskan kebijakan tentang norma, standar, prosedur, dan kriteria pendirian BPJS di Daerahdam (8) Berperan aktif menentukan arah kebijakan dalam perumusan substansi peraturan perundang-undangan pelaksanaan UU Nomor 40 Tahun 2004.

Masa Kritis (2009)Pemerintah menetapkan DJSN sangat terlambat se-

hingga mengakibatkan DJSN hanya memiliki 12 bulan efektif

64

Dr. Chazali H. Situmorang, Apt, M.Sc

Page 80: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

masa peralihan yang tersisa, DJSN dituntut untuk memba-ngun kelembagaan DJSN dan pada saat yang bersamaan harus pula memetakan permasalahan penyelenggaraan sis-tem jaminan sosial secara komprehensif dalam rangka meru-muskan kebijakan umum dan sinkronisasi penyelenggaraan SJSN.

Perlu ditambahkan bahwa sesuai dengan ketentuan Pasal 5 ayat (2) Peraturan Presiden Nomor 44 Tahun 2008, DJSN melaporkan hasil pelaksanaan tugasnya secara berkala setiap 6 bulan atau sewaktu-waktu sesuai kebutuhan kepada Presiden. Dihitung sejak ditetapkannya Keputusan Presiden Nomor 110/MTahun 2008 pada tanggal 24 September 2008, maka laporan berkala DJSN sudah harus disampaikan kepada Presiden pada tanggal 24 Maret 2009.

Masa Penguatan Dan Pemberdayaan

Lembaga (2010-2014)Pembangunan kelembagaan jaminan sosial baru dise-

butkan dengan tegas dalam tahapan dan skala prioritas perio-de Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) kedua (2010-2014), sebaliknya pada RPJMN perta-ma pengembangan sistem jaminan sosial berikut kelembaga-annya tidak disebutkan. Pada RPJMN kedua disebutkan "...Kesejahteraan rakyat terus meningkat ditunjukkan oleh membaiknya berbagai indikator pembangunan sumber daya manusia, antara lain meningkatnya pendapatan per kapita, menurunnya angka kemiskinan dan tingkat pengangguran sejalan dengan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas diser-tai dengan berkembangnya lembaga jaminan sosial...”

Terlepas dari luputnya pembangunan jaminan sosial dalam RPJMN pertama (2005-2009), pembangunan jaminan sosial berikut kelembagaannya harus sudah dimulai pada periode 2005-2009.Pembangunan jaminan sosial pada periode ini adalah wujud pengimplementasian amanat UU No. 40 Tahun 2004. Pembangunan kelembagaan jaminan sosial sudah dimulai sejak UU No. 40 Tahun 2004 diundangkan pada 19 Oktober 2004 sebagaimana ditetapkan dalam Pasal 6 UU

65

REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIATransformasi BPJS: Indahnya Harapan Pahitnya Kegagalan

Page 81: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

UU Nomor 40 Tahun 2004 terintegrasi harmonis dengan UU RPJPN mulai pada tahap kedua (2010-2014) yang dinya-takan dengan rencana berkembangnya lembaga jaminan sosial, diikuti dengan tahap ketiga (2015-2019) yang dinyata-kan dengan rencana terwujudnya lembaga jaminan sosial dan tahap keempat (2020-2025) yang dinyatakan dengan jang-kauan jaminan sosial yang menyeluruh.

Dengan demikian, keberadaan DJSN sebagai dewan perumus kebijakan dan dewan pengawas penyelenggaraan jaminan sosial menjadi sangat penting bagi keberlangsungan SJSN dalam menyejahterakan rakyat.

Harapan HidupDJSN saat ini dihadapkan pada rencana penataan kem-

bali lembaga negara penunjang. Penataan akan dimulai de-ngan pengkajian keberadaan lembaga negara penunjang, tindak lanjut hasil kajian terhadap keberadaan lembaga dan pembentukan RUU tentang Lembaga Neqara.

Pemerintah akan mengkaji ulang keberadaan lembaga ini yang akan mencakup: Tingkat kepercayaan keberadaan-nya; Kadar urgensinya, Eksistensi dan kinerjanya; Efisiensi dan efektifitas pelaksanaan tugasnya.

Hasil pengkajian komprehesif dan mendalam tersebut akan ditindaklanjuti dengan tiga pilihan aksi yaitu: Pertama, Penguatan dan pemberdayaan lembaga negara penunjang yang masih diperlukan. Kedua, Pengintegrasian lembaga negara penunjang yang tugas dan fungsinya tumpang tindih, Ketiga, Penghapusan secara resmi lembaga Negara penun-jang yang tidak mempunyai urgensi dan eksistensi.

Memperhatikan rencana Pemerintah untuk menata ulang lembaga negara pendukung, keberlanjutan DJSN sangat terkait erat dengan kinerja pada tahun 2013 ini dan pada periode menjelang penataan ulang akan dilakukan.

Keberadaan DJSN yang dirasakan bermanfaat oleh para pemangku kepentingan akan menjadi tolok ukur bagi keberlanjutan DJSN.

Terdapat enam formulasi kriteria sukses DJSN sebagai mitra yang dibutuhkan keberadaannya oleh para pemangku

66

Dr. Chazali H. Situmorang, Apt, M.Sc

Page 82: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

program jaminan sosial. Keenam kriteria sukses DJSN seba-gai perumus kebijakan dan sinkronisasi penyelenggaraan SJSN adalah: (1) Mampu merumuskan kebijakan jaminan sosial yang berdampak langsung pada penguatan dan peme-rataan kesejahteraan rakyat; (2) Mampu menempatkan rakyat sebagai pemilik SJSN yang tertuang dalam kebijakan SJSN; (3) Mampu mengidentifikasi pemangku kepentingan SJSN dan mampu membangun tatanan dan formula untuk berkomu-nikasi, berkonsultasi dan bernegosiasi dengan berbagai ke-pentingan yang berbeda; (4) Mampu berperan sebagai nara sumber (think tank), motor penggerak dan agen pengubah dalam pembangunan jaminan sosial nasional; (5) Mampu menyokong dan mempengaruhi Presiden dan lembaga-lem-baga negara untuk bersungguh-sungguh membangun SJSN melalui penyampaian visi, misi dan strategi pembangunan sistem jaminan sosial yang koheren, terpadu dan tegas; (6) Mampu membantu pemangku kepentingan terutama keempat BUMN penyelenggara program jaminan sosial: PT.Askes (Persero), PT.Asabri (Persero), PT.Jamsostek (Persero), PT.Taspen (Persero) melakukan proses transfor-masi untuk melaksanakan amanat UU Nomor 40 Tahun 2004 dengan benar dan efektif.

Agar mampu melewati masa peralihan, DJSN perlu me-nyusun strategi kerja. Strategi kerja yang diusulkan adalah: (1) Seluruh anggota DJSN memahami karakteristik DJSN seba-gaimana diatur dalam UU Nomor 40 Tahun 2004; (2) DJSN bekerja berdampingan dengan pemrakarsa peraturan pelak-sanaan UU Nomor 40 Tahun 2004, yakni Kementerian Koordi-nator Bidang Kesejahteraan Rakyat beserta Panitia Antar Departemen; (3) DJSN memiliki data dan infomasi yang lengkap tentang penyelenggaraan program jaminan sosial dan berperan sebagai nara sumber; (4) DJSN berkomunikasi dan berkonsultasi dengan Presiden secara teratur dan efektif, serta menyampaikan laporan tertulis secara teratur.

Misi Ke DepanMisi pembangunan DJSN ke depan disarankan untuk

memperkuat peran DJSN sebagai perumus kebijakan dan

67

REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIATransformasi BPJS: Indahnya Harapan Pahitnya Kegagalan

Page 83: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

penyelenggaraan program jaminan sosial. Sebagai perumus kebijakan, DJSN memerlukan data

dan informasi yang akurat dan berkesinambungan. Semen-tara sebagai pengawas penyelenggaraan program jaminan sosial, fungsi DJSN perlu ditingkatkan menjadi pengawas regulasi dan kebijakan jaminan sosial (legal supervisory body) dan fungsi pusat pemerataan resiko jaminan kesehatan sosial (risk structure qualisation), serta fungsi pemerataan dana jaminan sosial.

Dengan demikian misi pembangunan kelembagaan DJSN ada tiga, yaitu 1) pembangunan pusat data dan informasi SJSN; 2) penguatan wewenang DJSN sebagai lembaga pengawas regulasi dan kebijakan (supervisory legal control); dan 3) pembangunan pusat pemerataan resiko jaminan kesehatan sosial (risk structure qualisation).

Penguatan Peran Pengawas Regulasi Dan

Kebijakan

(Supervisory Legal Control)Melengkapi fungsi DJSN sebagai perumus kebijakan

dan sinkronisasi penyelenggaraan SJSN dan penjabaran dari wewenang DJSN dalam melakukan monitoring dan evaluasi penyelenggaraan program jaminan sosial, DJSN perlu ber-fungsi pula sebagai pengawas pelaksanaan regulasi dan kebi-jakan SJSN. Pengawasan dibatasi pada pelaksanaan prinsip-prinsip jaminan sosial dalam penyelenggaraan program jaminansosial.

Di masa mendatang, wewenang DJSN sebagai lem-baga indipenden yang berwewenang mengawasi penyeleng-garaan program jaminan sosial dapat dilaksanakan melalui: (1) Dialog dan pemberian konsultasi kepada pemangku kepentingan; (2) Penelaahan atas kinerja badan penyeleng-gara dan kinerja finansial SJSN; (3) Pemberian pertimbangan hukum atas perkara jaminan sosial; (4) Pengelolaan permoho-nan, keluhan, dan pengaduan terkait penyelenggaraan program-program jaminan sosial SJSN; (5) Penelaahan atas kontrak antara asosiasi fasilitas kesehatan dan fasilitas

68

Dr. Chazali H. Situmorang, Apt, M.Sc

Page 84: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

Nasional maupun BPJS Daerah dalam menyelenggarakan prinsip-prinsip jaminan sosial; (7) Memeriksa secara berkala urusan, akutansi dan manajemen operasional BPJS Nasional dan BPJS Daerah.

Pembangunan Pusat Pemerataan Resiko Jaminan

Kesehatan Sosial

(Risk Structure Equalisation)SJSN diselenggarakan oleh banyak badan penyeleng-

gara. UU Nomor 40 Tahun 2004 mengatur bahwa penyeleng-garaan program jaminan sosial diselenggarakan oleh bebera-pa badanpenyelenggara.

Selanjutnya, setelah Putusan Mahkamah Konstitusi atas Perkara Nomor 007/PUU-111/2005 tentang Pengujian UU Nomor 40 Tahun 2004 tentang SJSN terhadap UUD 1945 dan dibacakan kepada publik pada 31 Agustus 2005, Indonesia akan menyelenggarakan pula program jaminan sosial oleh BPJS di lingkup terbatas di suatu daerah.

Penyelenggaraan program jaminan sosial khususnya program jaminan kesehatan oleh banyak badan penyeleng-gara berpeluang terjadinya ketidakmerataan dan ketidak- adilan. Masalah ini besar kemungkinannya untuk terjadi karena hingga dewasa ini Indonesia masih bermasalah dalam penyebaran tingkat perekonomian, tingkat kesejahteraan dan tingkat kesehatan.

Pemusatan pertumbuhan perekonomian di wilayah-wilayah sekitar ibu kota negara dan di kota-kota besar di pulau Jawa berdampak pada pemusatan kekuatan ekonomi penduduk atau ekonomi keluarga. Pemusatan kekuatan per-ekonomian ini akan berdampak pula pada pemusatan kapasi-tas finansial badan penyelenggara di daerah-daerah terjadi-nya pemusatan kekuatan ekonomi.

Singkatnya, terkonsentrasinya badan penyelenggara berpendapatan tinggi dan beresiko finansial di sekitar pendu-duk berkekuatan ekonomi tinggi dan beresiko kehilangan pendapatan yang rendah, serta beresiko sakit rendah.

Untuk memperkecil ketidakadilan dan ketidakmerataan

69

REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIATransformasi BPJS: Indahnya Harapan Pahitnya Kegagalan

Page 85: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

perlu diberlakukan dalam penyelenggaraan program jaminan sosial di Indonesia. Koreksi pendapatan dilaksanakan melalui penerapan mekanisme koreksi resiko yang dikenal sebagai risk structure equalisation.

DJSN sebagai lembaga independen dan berkedudukan langsung di bawah Presiden, dapat ditingkatkan fungsi dan kewenangannya sebagai pusat pemerataan resiko.

Penyempurnaan KelembagaanPembangunan kapasitas kelembagaan DJSN harus

menjadi perhatian utama dalam pembangunan SJSN. Penyelenggaraan program jaminan sosial memerlukan kelem-bagaan DJSN yang stabil, kuat dan berdaya untuk menjalan-kan fungsi perumus kebijakan umum dan sinkronisasi penye-lenggaraan SJSN dan kewenangan melakukan monitoring dan evaluasi penyelenggaraan jaminan sosial.

Diperlukan sumber daya manusia yang handal yang memiliki pengetahuan dan keahlian yang kuat mengenai penyelenggaraan program jaminan sosial dan juga memiliki motivasi yang kuat untuk bersungguh-sungguh menjadi mitra bagi pemangku kepentingan dalam pembangunan SJSN.

Memperhatikan besarnya harapan pemangku kepenti-ngan kepada DJSN adalah suatu kebutuhan mendesak untuk melakukan telaah ulang struktur organisasi DJSN dan Sekre-tariat DJSN.

Hasil telaah ulang tersebut selanjutnya dapat ditindak-lanjuti dengan perbaikan UU Nomor 40 Tahun 2004 untuk mengatur ulang ketentuan tentang DJSN. Tahun 2013 ini sudah dipersiapkan rencana revisi terkait dengan Perpres Nomor 44 Tahun 2008, untuk menelaah kembali kelembagaan DJSN mencakup bentuk, kedudukan, fungsi, kewenangan dan tugas DJSN, serta kinerja lembaga sesuai dengan UU BPJS.

Dewan Jaminan Sosial Di Beberapa NegaraStruktur organisasi sistem jaminan sosial di berbagai

negara sangat beragam bagaikan mosaik dilandasi oleh pengertian jaminan sosial yang dianut oleh masing-masing

70

Dr. Chazali H. Situmorang, Apt, M.Sc

Page 86: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

pada nilai-nilai kebangsaan dan mencerminkan sistem sosial yang tumbuh di masyarakat, situasi ekonomi dan politik negara yang bersangkutan.

Sebagai contoh, Amerika Serikat memahami jaminan sosial sebagai jaminan pendapatan (income security) menca-kup jaminan pensiun, jaminan pengangguran, jaminan kesehatan untuk keluarga tanpa ayah (kepala keluarga), layanan kemanusiaan bagi penyandang cacat, jaminan kesehatan bagi penduduk usia lanjut dan bantuan kesehatan tambahan pada program jaminan kesehatan untuk menjamin pendapatan minimum.

Sistem jaminan sosial Jepang memuat pula kebijakan sosial (social policy) atau pelayanan sosial (social servises) sehingga manfaat yang dijamin luas tidak hanya jaminan pen-dapatan, namun mencakup pula layanan sosial, perumahan, pendidikan dan ketenagakerjaan.

Sistem jaminan sosial Jerman mencakup jaminan sosial (social insurance), kompensasi sosial (social compensation) untuk korban perang dan korban lainnya, serta bantuan sosial (social assistance) untuk pelajar.

Begitu pula dengan keberadaan Dewan Jaminan Sosial, ada negara yang memiliki dewan jaminan sosial dalam sistem jaminan sosialnya, ada pula yang tidak memiliki. Bagi negara yang memiliki organ Dewan Jaminan Sosial, kedudukan, fung-si dan kewenangan dewan jaminan sosial dipengaruhi oleh struktur organisasi sistem jaminan sosial secara keseluruhan.

Berikut ini akan diulas kedudukan organ Dewan Jaminan Sosial dalam struktur organisasi sistem jaminan sosial di beberapa kelompok negara yang berbeda.

Ada negara yang meletakkan Dewan Jaminan Sosial di pucuk struktur organisasi yang berkedudukan langsung di bawah Presiden, seperti DJSN di Indonesia dan the National Council for Social Security Fund di China yang berkedudukan langsung di bawah Dewan Negara.

Ada negara yang meletakkan Dewan Jaminan Sosial di dalam organ kementerian seperti di Jepang dan Amerika Serikat. Dewan Jaminan Sosial Jepang dan Amerika Serikat berada bersama-sama dengan dewan-dewan lainnya berkedudukan di dalam struktur organisasi Departemen

71

REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIATransformasi BPJS: Indahnya Harapan Pahitnya Kegagalan

Page 87: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

Kesehatan, Tenaga Kerja dan Kesejahteraan. Ada pula negara yang mendudukkan Dewan Jaminan

Sosial sebagai wali amanah (board of trusty) di dalam struktur organisasi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial seperti di Polandia.

Dewan Jaminan Sosial berdasarkan kewenangan di dalam sistem (organizational position) secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis, yaitu: (1) Dewan Eksekutif (governing board); (2) Dewan Penasehat/Dewan Pertimbangan (advisory board); dan 3) Dewan Penunjang (line board).

Dewan Jaminan Sosial sebagai dewan eksekutif memi-liki kewenangan memerintah dan mengambil keputusan dalam penyelenggaraan program-program jaminan sosial. Sebagai Dewan Penasehat, Dewan Jaminan Sosial hanya berwewenang memberikan masukan-masukan strategis atau operasional dan tidak memiliki kewenangan memerintah atau mengambil keputusan. Sebagai Dewan Penunjang, Dewan Jaminan Sosial tidak memiliki kedua kewenangan, baik kewenangan pengambilan keputusan maupun penyampaian pertimbangan. Dewan seperti ini hanya disisipkan ke dalam sistem bila dibutuhkan dalam penyelenggaraan program.

Untuk memudahkan pemahaman kedudukan dan kewe-nangan Dewan Jaminan Sosial dalam sistem jaminan sosial, berikut diulas Dewan Jaminan Sosial dari beberapa negara yang mewakili masing-masing jenis.

The National Council for Social Security

Fund - the People's Republic of ChinaThe National Council for Social Security Fund, Republik

Rakyat China adalah salah satu contoh Dewan Jaminan Sosial yang berkedudukan langsung di bawah pimpinan tertinggi negara (Dewan Negara) dan memiliki kewenangan eksekutif.

Pada bulan Agustus 2000 Komite Pusat Partai Komunis China dan Dewan Negara Republik Rakyat China membentuk Dana Cadangan Strategis (the National Social Security Fund-NSSF) untuk mengatasi kemungkinan ledakan biaya jaminan

72

Dr. Chazali H. Situmorang, Apt, M.Sc

Page 88: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

mendirikan the National Council for Social Security Fund (NCSSF) untuk mengelola dan menjalankan aset the National Social Security Fund. Dana NSSF bersumber dari anggaran Pemerintah Pusat, aset kapital dan ekuitas yang diperoleh dari pengurangan saham milik negara dan dana-dana lain yang dikumpulkan atas izin Dewan Negara.

The National Council for Social Security Fund dibentuk dengan Keputusan Menteri Keuangan dan Menteri Tenaga Kerja dan Jaminan Sosial Nomor 12 tanggal 13 Desember 2001 tentang Ketentuan-ketentuan Jangka Pendek mengenai Administrasi Investasi Dana Jaminan Sosial.

The National Council for Social Security Fund adalah lembaga Pemerintah setingkat kementerian, berkedudukan langsung di bawah Dewan Negara dan berfungsi mengelola dan mengoperasikan the National Social Security Fund (NSSF) dan memiliki tanggung jawab sebagai berikut: (1) Mengelola dana-dana yang dikumpulkan dari ketiga sumber pendanaan; (2) Menyusun skema operasional untuk investasi dan pengorganisasian pengelolaan dana; (3) Menetapkan manajer investasi dan kustodian yang bertanggung jawab memantau investasi langsung di pasar modal dan pengelolaan aset; (4) Bertanggung jawab atas pengelolaan keuangan dan akun NSSF, serta penyiapan pernyataan akun periodik dan laporan akutansi keuangan; (5) Menerbitkan informasi tentang kondisi keuangan kepada masyarakat secara berkala yang memuat informasi tentang aset, kemajuan dan aliran dana; (6) Mendesain penyediaan dana untuk jaminan sosial bersama-sama Departemen Keuangan dan Departemen Tenaga Kerja dan Jaminan Sosial; (7) Melaksanakan tugas-tugas lainnya yang ditetapkan oleh Dewan Negara.

Struktur organisasi NCSSF terdiri dari komite tetap dan komite tidak tetap. Komite Tetap terdiri dari 9 (sembilan) departemen, terdiri dari: Pertama, Kantor Umum (Departe-men HubunganInternational) bertugas mengorkdinasikan proses-proses rutin pengelolaan dana jaminan sosial, meran-cang peraturan internal, melakukan tugas-tugas kesekreta-riatan, pengarsipan, pengamanan dan kerahasiaan, kores-pondensi, logistik dan keuangan, hubungan internasional, dokumentasi terpadu dan layanan masyarakat.

73

REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIATransformasi BPJS: Indahnya Harapan Pahitnya Kegagalan

Page 89: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

Kedua, Departemen Keuangan dan Akutansi bertugas mengumpulkan dana yang masuk, mengalokasikan dan mempersiapkan dana sesuai dengan rencana investasi, melakukan akutansi keuangan, mempersiapkan pernyataan keuangan berkala dan laporan, mengawasi dan mengelola bisnis kustodian, mengamankan aset-aset dana.

Ketiga, Departemen Investasi bertugas membuat proposal investasi strategis, membuat rencana investasi dan rencana pengalokasian aset jangka panjang, melaksanakan investasi langsung, serta memantaudan mengawasi pelaksanaan aset kustodian.

Keempat, Departemen Investasi Global bertugas mem-buat proposal investasi global, melaksanakan investasi lang-sung global dan investasi yang diamanatkan, merancang ren-cana pengalokasian aset, membuat dan memandu investasi, menyusun rencana yang disusun oleh manajer-manajer inves-tasi global, mengawasi dan menelaah pelaksanaan dana kapi-tal global, serta mengelola dan menyelenggarakan peminda-han saham-saham internasional dan saham-saham strategis.

Kelima, Departemen Manajemen Ekuitas bertugas me-ngelola dan menyelenggarakan aset ekuitas dan SSF, mem-buat proposal strategis untuk pengelolaan dan penyeleng-garaan ekuitas, mengurus hal-hal terkait pemindahan dana ekuitas milik negara, bertindak sebagai pemegang saham atas izin SSF, mengatur dan melaksanakan jalannya aset ekuitas, mengamanatkan kustodian eksternal untuk menjalankan aset ekuitas.

Keenam, Departemen Hukum dan Kepatuhan bertugas mengawasi pelaksanaan NSSF, menentukan tolok ukur pe-ngawasan resiko dan memantau pengawasan resiko, mene-laah keseluruhan kinerja operasional, bertugas untuk hal-hal terkait hukum dan kepatuhan, melakukan audit internal, menyelidiki tindakan-tindakan yang tidak sejalan selama penyelenggaraan NSSF.

Ketujuh, Departemen Informasi dan Penelitian bertugas merancang arsitektur teknologi informasi NSSF, melakukan pemeliharaan dan pengelolaan teknologi informasi, mengatur piranti lunak riset dan pengembangan, melakukan penelitian menyeluruh terkait pengembangan dana, mempelajari isu-isu

74

Dr. Chazali H. Situmorang, Apt, M.Sc

Page 90: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

terkait penyelenggaraan jaminan sosial, merancang rencana pembangunan NSSF jangka pendek dan jangka panjang.

Kedelapan, Departemen Sumber Daya Manusia ber-tanggung jawab atas masalah-masalah lembaga dan kepega-waian, melakukan penegakan disiplin, melakukan program pelatihan kerja, menetapkan renumerasi dan kepegawaian.

Kesembilan, Pusat Layanan Administrasi bertugas memberikan layanan administrasi untuk pegawai, layanan administrasi kantor, layanan pegawai dan layanan lainnya.

Sehubungan dengan tugas sementara terkait dengan administrasi penginvestasian dana, maka dibentuk 3 (tiga) Komite Tidak Tetap yang terdiri dari:

Pertama, Komite Ahli Penilaian terdiri dari tim ahli NSSF, tim ahli eksternal dan individu-individu yang bertugas menilai manajer keuangan eksternal dan kustodian eksternal. Rapat ahli dilakukan sesuai kebutuhan untuk meningkatkan pengem-bangan dana dan penentuan manajer keuangan eksternal dan kustodian merujuk pada hasil penilaian.

Kedua, Komite Investasi terdiri dari ketua dan ahli NSSF dan bertugas untuk membuat keputusan sangat penting tentang investasi secara berkala (kuartal, tahunan) atau rapat sementara sesuai dengan keputusan dewan atas prinsip-prinsip investasi.

Ketiga, Komite Manajemen Risiko terdiri dari ketua dan ahli NSSF dan bertugas untuk melakukan pengawasan risiko melalui rapat tahunan, rapat kuartal, atau rapat sementara.

The Advisory Council on Social Security

(1957-1996) Dan the Social Security

Advisory Board (1996-…) – the United State

of AmericaDewan Penasehat Jaminan Sosial (the Advisory Council

on Social Security) Amerika Serikat dibentuk oleh Undang-Undang Jaminan Sosial yang diamandemen pada tahun 1956. Dewan ini didirikan pertama kali pada tahun 1957.

Amandemen Undang-Undang Jaminan Sosial yang

75

REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIATransformasi BPJS: Indahnya Harapan Pahitnya Kegagalan

Page 91: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

Social Security dan mendirikan the Social Security Advisory Board.

The Social Security Advisory Board (SSAB) adalah Dewan Penasehat Jaminan Sosial independen yang dibentuk oleh Undang-undang Jaminan Sosial. SSAB adalah badan bipartit tetap yang terdiri dari 7 anggota, yaitu 3 anggota dipilih oleh Presiden, 2 orang ditunjuk Ketua Parlemen (DPR) berasal dari partai politik yang berbeda dan 2 orang ditunjuk oleh Presiden mewakili MPR. Masa kerja SSAB berkisar antara 2 hingga 6 tahun tergantung asal perwakilan SSAB pertama dibentuk pada Februari 1996.

The Social Security Advisory Board didirikan untuk memberikan nasehat dan masukan independen kepada Kepala Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (Commissioner of the Social Security Administration) mengenai kebijakan jaminan pendapatan hari tua bagi pensiunan, janda, penderita cacat, dan menyampaikan rekomendasi kepada Presiden dan Parlemen.

Fungsi khusus SSAB adalah: (1) Menganalisa apakah sistem pensiun nasional dan penyandang cacat nasional dan memberi rekomendasi tentang program jaminan pendapatan hari tua bagi pensiunan dan keluarganya, serta program jaminan bagi penyandang cacat dan program pendukung jaminan pendapatan, bersama sistem publik dan swasta lainnya mampu mendukung jaminan perekonomian. (2) Melakukan studi dan rekomendasi tentang koordinasi program jaminan sosial untuk penyelenggaraan jaminan kesehatan; (3) Membuat rekomendasi kepada Presiden dan Kongres tentang kepastian ketersediaan dana untuk memba-yar (solvency) program jaminan pendapatan hari tua bagi pensiun dan keluarganya dan program jaminan pendapatan bagi penyandang cacat; (4) Membuat rekomendasi terkait kualitas pelayanan kepada publik; (5) Membuat rekomendasi untuk kebijakan dan regulasi; (6) Meningkatkan pemahaman masyarakat atas sistem jaminan sosial; (7) Membuat reko-mendasi terkait program penelitian jangka panjang dan rencana evaluasi bagi SSA; (8) Meninjau dan menelaah penelitian-penelitian penting yang menjadi perhatian SSA; (10) Membuat rekomendasi tentang hal-hal lainnya yang

76

Dr. Chazali H. Situmorang, Apt, M.Sc

Page 92: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

diperlukan oleh SSA.Ketua SSAB diangkat oleh Presiden untuk masa kerja 4

(empat) tahun dan masa kerjanya seiring dengan masa kerja Presiden. Anggota-anggota SSAB harus menghadiri rapat atas permintaan ketua sekurang-kurangnya 4 (empat) kali setahun. Kuorum dibentuk oleh empat anggota SSAB dengan ketentuan anggota yang berasal dari partai yang sama hanya dibatasi sebanyak-banyaknya 3 (tiga) orang.

Anggota SSAB menerima tunjangan harian selama rapat dan menghadiri kegiatan-kegiatan SSAB dan biaya perjalanan bila melakukan perjalanan ke luar kota sesuai dengan ketentuan kepegawaian pegawai Pemerintah yang bekerja jangka pendek. SSAB mengangkat staf administrasi dan kepala administrasi yang dikepalai oleh seorang direktur untuk mendukung pelaksanaan tugas- tugasnya.

The Social Security Advisory Council-Japan

Dewan penasehat jaminan sosial Jepang adalah dewan yang beranggotakan wakil masyarakat yang berpengaruh di-bentuk oleh UU Jaminan Sosial Tahun 1947. The Government Council on Social Security pertama kali didirikan pada tahun 1950 untuk merumuskan rekomendasi kebijakan penyeleng-garaan program jaminan sosial bagi seluruh penduduk.

Saat ini, Dewan berkedudukan sebagai organ internal Kemeterian Kesehatan, Tenaga Kerja, dan Kesejahteraan ber-sama-sama sebelas dewan-dewan lainnya, seperti Konsil Ilmu Kesehatan, Konsil Kebijakan Ketenagakerjaan, dan lain-lain.

77

REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIATransformasi BPJS: Indahnya Harapan Pahitnya Kegagalan

Page 93: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

KELEMBAGAAN KEMENTERIAN KESEHATAN,

KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN PEMERINTAH

JEPANG

The Social Security Council - Poland Dewan Jaminan Sosial Polandia dibentuk oleh Undang-

undang Jaminan Sosial Tahun 1998. Dewan Jaminan Sosial Polandia adalah contoh dewan yang berkedudukan sebagai organ independen BPJS dan memiliki 3 (tiga) fungsi, yaitu

78

Kementerian Kesehatan, Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan

AFILIASI INSTINTUSI DEWAN BIRO REGIONAL BIRO EKSTERNALBIRO

Sekretariat Kementerian

Biro Kebijakan Kesehatan

Biro Pelayanan Kesehatan

Biro Keselamatan Farmasi & Makanan

Biro Standar Ketenagakerjaan

Biro Jaminan Kerja

Biro Sumber daya manusia

Biro Penyetaraan Kerja, Anak-anak

&Keluarga

Biro Kesejahteraan Sosial & Bantuan

Korban Perang

Biro Jaminan Kesehatan

Biro Pensiun

Direktur Jenderal Perencanaan

Kebijakan & Evaluasi

Biro Kesehatan & Kesejahteraan

Lansia (Lanjut Usia)

Ins�tusi-ins�tusiPeneli�an (6).

RS-RS Nasional(218).

Pos-pos Karan�na(13).

Fasilitas-fasilitasKesejahteraanSosial (10).

Dewan JaminanSosial.

Dewan IlmuKesehatan.

Dewan KebijakanKetenagakerjaan.

Dewan E�kaMedis.

DewanKefarmasian danSanitasi Makanan

Komite EvaluasiIns�tusi-Ins�tusiAdministra�fIndependen

Dewan PusatUpah Minimum

KomitePer�mbanganAsuransiKetenagakerjaan

Dewan PusatJaminan SosialPengobatan

Komite PengawasJaminan Sosial

Komite PengawasSer�fikat Penyakitdan Cacat

Komite PengawasDukunganBantuan

Biro Kesehatan & Kesejahteraan (8)

Biro PrefektualKetenagakerjaan(47)

Badan PenyelenggaranJaminan Sosial

Internal Divisi Umum Divisi Administrasi

Afiliasi Ins�tusi -ins�tusi Akademi Jaminan

Sosial Pusat Operasional

Jaminan Sosial

Biro-biro Tingkat Regional Biro Jaminan Sosial

Tingkat Regional (47).

Komisi Pusat Hubungan Ketenegakerjaan

Kantor Ekseku�f

Dr. Chazali H. Situmorang, Apt, M.Sc

Page 94: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

Saat ini terdapat 3 BPJS, yaitu 1) BPJS (kecuali jaminan kesehatan) bagi pekerja penerima upah dan pekerja mandiri; 2) BPJS Kesehatan dan 3) BPJS Petani (kecuali jaminan kesehatan). Di masing-masing BPJS tersebut dibentuk Dewan Jaminan Sosial.

Dewan Jaminan Sosial (kecuali Program Jaminan Kesehatan) -Zaklad Ubezpieczen Spolecznych (ZUS). Dewan Jaminan Sosial (Zaklad Ubezpieczen Spo/ecznych - ZUS) adalah badan tripartit mewakili Pemerintah (4 orang), pemberi kerja (4 orang) dan pekerja (3 orang), serta terdapat wakil dari asosiasi pensiunan (1 orang). Ke-12 anggota dewan diangkat oleh Perdana Menteri untuk masa kerja 5 (Iima) tahun.

Tugas Dewan Jaminan Sosial (dengan pengecualian jaminan kesehatan) meliputi: (1) Mengangkat dan member-hentikan dewan direksi BPJS; (2) Menetapkan besar renumerasi dewan direksi; (3) Menetapkan rencana kerja tahunan BPJS dan menerima laporan kerja tahunan BPJS; (4) Menerima laporan kinerja BPJS tahunan; (5) Menetapkan rencana keuangan dan menerima laporan dana cadangan teknis tahunan; (6) Melakukan telaah rutin kebijakan dan peraturan internal BPJS; (7) Mengangkat dan memberhenti-kan pengawas internal independent; (8) Mengangkat dan memberhentikan pengawas internal; (9) Memberi rekomen-dasi kebijakan pembangunan jaminan sosial.

Dewan Jaminan Kesehatan - Narodowy

Fundusz Zdrowia (NFZ)Terdapat (dua) Dewan Jaminan Kesehatan (Narodowy

Fundusz Zdrowia - NFZ), yaitu Dewan Nasional dan Dewan Regional.Dewan Jaminan Kesehatan Nasional diangkat oleh Perdana Menteri untuk 5 (Iima) tahun masa kerja.Sementara Dewan Jaminan Kesehatan Regional diangkat oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah untuk masa kerja 5 (Iima) tahun.

Dewan Jaminan Kesehatan Nasional berkedudukan di Kantor Pusat dan memiliki tiga kewenangan, yaitu kewena-ngan eksekutif, perumusan kebijakan, dan pengawasan terhadap penyelenggaraan program yang dilaksanakan oleh BPJS, seperti halnya Dewan ZUS. Sementara Dewan

79

REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIATransformasi BPJS: Indahnya Harapan Pahitnya Kegagalan

Page 95: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

pengawas penyelenggaraan pelayanan kantor cabang dan proses kontrak fasilitas kesehatan. Sebagai contoh, Dewan Jaminan Kesehatan Regional bertugas memberi masukan tentang rencana keuangan, ea Ion kepala ca bang BPJS kesehatan, dan lain-lain.

Anggota Dewan Jaminan Kesehatan Nasional terdiri dari 13 anggota. Ketua dan 4 (empat) anggota Dewan Jaminan Kesehatan Nasional diusulkan oleh Menteri Kesehatan, 1 (satu) anggota diusulkan oleh Departemen Keuangan, 1 (satu) anggota diusulkan Departemen Pertahanan, 1 (satu) anggota diusulkan oleh Departemen Hukum, 1 (satu) anggota diusulkan oleh Departemen Sosial, 2 (dua) anggota diusulkan oleh komisi tripartit dan 1 (satu) anggota diusulkan oleh komisi bipartit (Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah). Dalam rapat kerja dewan, 4 (empat) organisasi profesi, yaitu Asosiasi Dokter, Asosiai Perawat, Asosiasi Farmasi dan Asosiasi Laboratorium yang diperbolehkan menghadiri rapat dewan namun tidak diberi hak suara.

Anggota Dewan Jaminan Kesehatan Regional adalah dewan komunitas, terdiri dari 14 anggota. Ketua ditunjuk oleh anggota yang terdiri dari 2 (dua) anggota mewakili Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, 1 (satu) anggota mewakili Kantor Gubernur, 2 (dua) anggota mewakili Komisi Tripartit, 2 (dua) anggota mewakili Asosiasi DPRD Kabupaten, 1 (satu) anggota mewakili Asosiasi Dokter, 1 (satu) anggota mewakili Asosiasi Perawat, 1 (satu) anggota mewakili Asosiasi Farmasi, 1 (sa tu) anggota mewakili Asosiasi Laboratorium, 1 (satu) anggota mewakili tentara, 1 (satu) anggota mewakili polisi, dan 1 (satu) anggota mewakili pemadam kebakaran.

Dewan Jaminan Sosial Petani (Kecuali Program Kesehatan) -Kasa Rolniczego Ubezpieczenia Spolecznego (KURS). Dewan Jaminan Sosial Petani (Kasa Rolniczego Ubezpieczenia Spolecznego -KRUS) adalah lembaga bipartitmewakili kepentingan Pemerintah dan petani (pemilik tanah dan keluarganya).Anggota dipilih di antara calon-calon yang ditunjuk oleh 6 asosiasi petani untuk masa kerja 3 (tiga) tahun.Anggota sebanyak 25 orang ditetapkan oleh Wakil Perdana Menteri untuk pembangunan kesejahteraan sosial.

80

Dr. Chazali H. Situmorang, Apt, M.Sc

Page 96: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

pengawas penyelenggaraan pelayanan kantor cabang dan proses kontrak fasilitas kesehatan. Sebagai contoh, Dewan Jaminan Kesehatan Regional bertugas memberi masukan tentang rencana keuangan, calon kepala cabang BPJS kesehatan, dan lain-lain.

Anggota Dewan Jaminan Kesehatan Nasional terdiri dari 13 anggota. Ketua dan 4 (empat) anggota Dewan Jaminan Kesehatan Nasional diusulkan oleh Menteri Kesehatan, 1 (satu) anggota diusulkan oleh Departemen Keuangan, 1 (satu) anggota diusulkan Departemen Pertahanan, 1 (satu) anggota diusulkan oleh Departemen Hukum, 1 (satu) anggota diusul-kan oleh Departemen Sosial, 2 (dua) anggota diusulkan oleh komisi tripartit dan 1 (satu) anggota diusulkan oleh komisi bipartit (Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah).

Dalam rapat kerja dewan, 4 (empat) organisasi profesi, yaitu Asosiasi Dokter, Asosiai Perawat, Asosiasi Farmasi dan Asosiasi Laboratorium yang diperbolehkan menghadiri rapat dewan namun tidak diberi hak suara.

Anggota Dewan Jaminan Kesehatan Regional adalah dewan komunitas, terdiri dari 14 anggota. Ketua ditunjuk oleh anggota yang terdiri dari 2 (dua) anggota mewakili Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, 1 (satu) anggota mewakili Kantor Gubernur, 2 (dua) anggota mewakili Komisi Tripartit, 2 (dua) anggota mewakili Asosiasi DPRD Kabupaten, 1 (satu) anggota mewakili Asosiasi Dokter, 1 (satu) anggota mewakili Asosiasi Perawat, 1 (satu) anggota mewakili Asosiasi Farmasi, 1 (sa tu) anggota mewakili Asosiasi Laboratorium, 1 (satu) anggota mewakili tentara, 1 (satu) anggota mewakili polisi, dan 1 (satu) anggota mewakili pemadam kebakaran.

Dewan Jaminan Sosial Petani (Kecuali Program Kesehatan) -Kasa Rolniczego Ubezpieczenia Spolecznego (KURS). Dewan Jaminan Sosial Petani (Kasa Rolniczego Ubezpieczenia Spolecznego -KRUS) adalah lembaga bipartitmewakili kepentingan Pemerintah dan petani (pemilik tanah dan keluarganya).

Anggota dipilih di antara calon-calon yang ditunjuk oleh 6 asosiasi petani untuk masa kerja 3 (tiga) tahun. Anggota sebanyak 25 orang ditetapkan oleh Wakil Perdana Menteri untuk pembangunan kesejahteraan sosial.

81

REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIATransformasi BPJS: Indahnya Harapan Pahitnya Kegagalan

Page 97: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

Dewan Jaminan Sosial Petani berfungsi sebagai dewan eksekutif, penasehat dan pengawas penyelenggaraan jaminan sosial oleh BPJS. Tugas dan kewenangannya adalah: Mengawasi kinerja Dewan Direksi dan Presiden Direktur BPJS; dan Menetapkan besaran iuran bagi peserta.

82

Dr. Chazali H. Situmorang, Apt, M.Sc

Page 98: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

Bagian Tiga:Kontruksi Implementasi

U n d a n g - U n d a n g S J S N D a n

Undang-Undang BPJS

83

REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIATransformasi BPJS: Indahnya Harapan Pahitnya Kegagalan

Page 99: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

84

Dr. Chazali H. Situmorang, Apt, M.Sc

Page 100: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

Bagian Tiga:Kontruksi Implementasi

U n d a n g - U n d a n g S J S N D a n

Undang-Undang BPJS

Latar belakang

erbagai peraturan pelaksanaan dalam bentuk Bperaturan pemerintah maupun peraturan presiden telah dimanatkan dalam Undang-Undang SJSN

maupun undang-undang BPJS. Idealnya undang-undang BPJS seharusnya segera dapat dibentuk tidak berapa lama lahirnya undang-undang SJSN. Dalam perjalanannya memrlukan waktu 7 tahun baru undang-undang BPJS dapat dibentuk dengan berbagai dinamikanya.

Saat ini draft-draft PP maupun Perpres terkait dengan kelima program SJSN telah berhasil disiapkan oleh JSN dan pada triwulan pertama tahun 2012 diserahkan kepada Menkokesra dan kementerian terkait (Kemnterian Kesehatan, Kementerian Tenagakerja dan transmigrasi dan Kementerian Sosial) untuk selanjutnya dapat dibahas oleh kementerian tersebut dengan stakeholder terkait.

Hasilnya, saat ini telah terbit PP Nomor 101 tahun 2012 tentang Penerima Bantuan Iurana Jaminan Kesehatan dan PP

85

REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIATransformasi BPJS: Indahnya Harapan Pahitnya Kegagalan

Page 101: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

Terkait dengan Program Jaminan Kesehatan, sudah posisi yang lebih lengkap dari sisi aturan pelaksanaannya, dengan adanya RPP 101 dan Perpres 12, dan saat ini tim Regulasi BPJS Kesehatan sudah lebih foks pada regulasi tingkat aturan teknis dalam bentuk Permenkes maupuan Kepmenkes, dan draft Peraturan BPJS Kesehtan.

Sedangkan keempat program lainnya, pengelolaan dana dan aset, pengaturan tentang Dewan Pengawas dan Dewan Direksi, pengawasan eksternal, RPP dan Perpres-Perpresnya masih dalam proses pembahasan dan perdebatan panjang di Tim Regulasi BPJS Ketenagakerjaan. Uraian dibawah ini, diharapkan juga dapat sebagai pengembangan analisis untuk memahami kontruksi atara pelaksanaan UU

1SJSN dan UU BPJS.

Program Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK)Dalam Program Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) akan

dibahas secara detail tentang: Kepesertaan, Iuran Bagi Peser-ta Penerima Upah dan Siswa Yang Magang di Perusahaan, Iuran Bagi Peserta Bukan Penerima Upah, Tata Cara Pemba-yaran Iuran bagi Peserta Penerima Upah dan Siswa Yang Magang di Perusahaan, Tata Cara Pembayaran Iuran Bagi Peserta Bukan Penerima Upah, Jenis Manfaat, Perhitungan Manfaat, Pelaporan Kecelakaan Kerja, Penetapan Tingkat Kecacatan, Manfaat Pelayanan Medis, PenggantianBiaya Pengangkutan dan Pembayaran Santunan Bagi Peserta Penerima Upah dan Penggantian Biaya Pengangkutan dan Pembayaran Santunan Bagi Peserta Bukan Penerima Upah.___________________________

1 Disusun oleh Tim DJSN, bersumber dari UU SJSN, UU BPJS, UU

86

No. PP PerPres KepPres Per BPJS Per DireksiPer Dewan

Pengawas

1 Pasal 17 (5) Pasal 15 (3) Pasal 28 (3) Pasal 48 (3) Pasal 24 (4) Pasal 22 (4)

2 Pasal 19 (5) huruf b Pasal 19 (5) huruf a Pasal 44 (7)

3 Pasal 41 (3) Pasal 31

4 Pasal 43 (3) Pasal 36 (5)

5 Pasal 45 (2) Pasal 37 (7)

6 Pasal 51 (4) Pasal 44 (8)

7 Pasal 53 (4) Pasal 57 huruf c

8 Pasal 66 Pasal 60 (2) huruf b

Jumlah 8 8 1 1 2 1

Total 21

Dr. Chazali H. Situmorang, Apt, M.Sc

Page 102: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

Kepesertaan Program Jaminan Kecelakaan Kerja

(JKK)Peserta program Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK)

diklasifikasikan menjadi 2 (dua), yaitu peserta pekerja penerima upah dan peserta pekerja bukan penerima upah. Klasifikasi ini dimaksudkan untuk membedakan cara penetapan iuran. Iuran bagi peserta pekerja penerima upah ditetapkan sebesar prosentase tertentu dari upah, sedangkan iuran bagi peserta pekerja bukan penerima upah ditetapkan berdasarkan jumlah nominal tertentu yang ditinjau secara berkala oleh pemerintah.

Peserta pekerja penerima upah terdiri dari pekerja yang bekerja pada pemberi kerja penyelenggara negara dan pekerja yang bekerja pada pemberi kerja selain penyeleng-gara negara. Pekerja yang bekerja pada pemberi kerja penyelenggaranegara meliputi: (1) Pegawai Negeri Sipil; (2) Calon Pegawai Negeri Sipil; (3) Pejabat Negara; (4) pejabat lainnya yang Tupoksinya berkaitan dengan penyelenggaraan negara; (5) Pegawai tidak tetap pemerintah.

Pekerja yang bekerja pada pemberi kerja selain penye-lenggara negara adalah pekerja yang bekerja pada perusa-haan. Yang dimaksud dengan perusahaan adalah setiap bentuk usaha yang berbadan hukum atau tidak, milik orang perseorangan, milik persekutuan, milik badan hukum, baik milik swasta maupun milik Negara yang mempekerjakan pekerja/buruh dengan membayar upah atau imbalan dalam bentuk lain; dan usaha-usaha sosial dan usaha-usaha lain yang mempunyai pengurus dan mempekerjakan orang lain dengan membayar upah atau imbalan dalam bentuk lain.

Peserta pekerja bukan penerima upah meliputi: (1) pem-beri kerja, (2) orang yang berusaha sendiri (Yang dimaksud dengan orang yang berusaha sendiri adalah orang yang dalam menjalankan usahanya tidak dibantu oleh orang lain atau pekerja mandiri. Pekerja mandiri pada umumnya melakukan usaha-usaha pada ekonomi informal yang selama ini telah dianggap berjasa sebagai katup pengaman karena mampu

87

1

REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIATransformasi BPJS: Indahnya Harapan Pahitnya Kegagalan

Page 103: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

dengan sistem bagi hasil atau setoran atau komisi (yang dimaksud dengan orang yang bekerja dengan sistem bagi hasil adalah orang yang bekerjasama dengan pihak pemilik modal dengan perjanjian bahwa bagian tertentu dari pendapatan disetorkan kepada pemilik modal. Contoh orang yang bekerja dengan sistem setoran antara lain adalah supir taksi milik pribadi dengan menyetorkan penghasilan sejumlah tertentu kepada pemilik taksi sesuai kesepakatan. Pemilik taksi merupakan orang yang berusaha dengan system dibantu orang lain atau sistem mitra kerja).

Siswa yang magang di perusahaan mempunyai risikoyang sama dengan pekerja yang bekerja di tempat yang sama, oleh karena itu pemberi kerja bertanggung jawab atas risiko yang mungkin dialami oleh siswa magang. Dengan demikian siswa yang melakukan pekerjaan atau magang di perusahaan juga berhak atas manfaat JKK.

Pekerja yang pindah tempat kerja harus memberitahu-kan kepesertaannyakepada pemberi kerja yang baru dengan menunjukkan kartu peserta.Dengan pindahnya pekerja dari satu pemberi kerja ke pemberi kerja yang lain, tidak berarti kepesertaannya pada program jaminan hari tua terputus Pemberi kerja yang baru harus memberikan informasi kepada BPJS Ketenagakerjaan tentang adanya peserta yang baru pindah ke perusahaannya.Pemberitahuan pindah tempat kepada BPJS dimaksudkan agar tidak terjadi penerbitan kartu kepesertaan ganda untuk satu orang peserta. Syarat dan tata cara pendaftaran peserta akan diatur dengan Peraturan Presiden.

Iuran Bagi Peserta Penerima Upah Dan

Siswa Yang Magang Di PerusahaanIuran jaminan kecelakaan kerja bagi peserta penerima

upah dan siswa yang magang di perusahaan dibayar oleh pemberi kerja. Ketentuan ini menunjukkan bahwa pemberi kerja bertanggung jawab atas risiko kecelakaan kerja yang menimpa pekerjanya.Pemberi kerja juga bertanggung jawab atas risiko kecelakaan kerja bagi siswa yang magang di

88

Dr. Chazali H. Situmorang, Apt, M.Sc

Page 104: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

Besarnya iuran jaminan kecelakaan kerja yang harus dibayarkan oleh pemberi kerja dikelompokkan ke dalam beberapa kelompok iuran sesuai dengan tingkat risiko lingkungan kerja. Pengelompokan iuran tersebut akan disusun oleh instansi yang bertanggung di bidang Ketenagakerjaan. Sedangkan perubahan besar iuran akan diatur dengan Peraturan Presiden.

Kelompok iuran JKK bagi penerima upah adalah seba-gai berikut: (a) Kelompok I : 0,25 % dari upah sebulan; (b) Kelompok II : 0,50 % dari upah sebulan; (c) Kelompok III : 1,00 % dari upah sebulan.

Mengingat iuran program Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) untuk siswa atau magang dibayar oleh pemberi kerja, maka perlu ditetapkan standar upah sebagai dasar dalam penghitungan iuran dan besarnya pembayaran santunan jaminan kecelakaan kerja karena siswa atau magang tidak menerima upah seperti tenaga kerja penerima upah.

Dalam memperhitungkan iuran bagi siswa yang magang di perusahaan dan pegawai tidak tetap Pemerintah, berlaku ketentuan sebagai berikut: Pertama, siswa yang melakukan pekerjaan atau magang di perusahaan dianggap menerima upah sebesar upah sebulan pekerja yang melakukan peker-jaan yang sama pada perusahaan tempat siswa melakukan pekerjaan atau magang.

Kedua, pegawai tidak tetap pemerintah dianggap menerima upah sebesar honor yang ditetapkan dengan kepu-tusan pejabat pembina kepegawaian pada instansi tempat pegawai tidak tetap bekerja.

Dengan demikinan upah yang dijadikan dasar untuk penghitungan iuran adalah sebesar honorarium yang diterima oleh pegawai tidak tetap sesuai dengan keputusan yang ditetapkan. Upah sebulan yang dijadikan sebagai dasar perhitungan iuran adalah upah pokok ditambah tunjangan tetap.Yang dimaksud dengan tunjangan tetap adalah pembayaran kepada pekerja/buruh yang dilakukan secara teratur dan tidak dikaitkan dengan kehadiran pekerja/buruh atau pencapaian prestasi kerja tertentu. Batas atas upah sebagai dasar perhitungan iuran adalah sebesar 4 kali Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

89

REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIATransformasi BPJS: Indahnya Harapan Pahitnya Kegagalan

Page 105: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

pekerja lajang. Penggunaan PTKP pada ketentuan batas atas upah dimaksudkan agar fleksibel. PTKP ditinjau setiap 2 (dua) tahun sekali, dengan adanya perubahan PTKP, maka secara otomatis ketentuan batas atas upah akan mengikuti tanpa harus diatur dengan ketentuan tersendiri.

Dalam hal upah pekerja didasarkan pada satuan hasil, pekerja dianggap menerima upah sebesar upah minimum setempat.Upah pekerja yang didasarkan pada satuan hasil dapat berubah-ubah dari waktukewaktu. Penggunaan standar upah minimum setempat sebagai dasar perhitungan iuran dimaksudkan untuk memudahkan administrasi iuran.

Iuran Bagi Peserta Bukan Penerima UpahPekerja bukan penerima upah adalah pemberi kerja bagi

dirinya sendiri, oleh karena itu iuran jaminan kecelakaan kerja dibayar oleh peserta yang bersangkutan.Iuran bagi kelompok ini ditetapkan secara nominal yang akan ditinjau setiap 2 (dua) tahun sekali oleh menteri yang membidangi ketenagakerjaan.

Peninjauan nominal iuran setiap 2 tahun sekali dimaksudkan untuk menyesuaikan dengan kewajiban BPJS dalam membayarkan manfaat jaminan kecelakaan kerja.Jaminan kecelakaan kerja dalam bentuk santunan uang tunai didasarkan pada upah terakhir yang diterima oleh pekerja. Peninjauan nominal iuran secara berkala adalah untuk mengimbangi kenaikan upah, sehingga kecukupan dana untuk membayar manfaat jaminan kecelakaan kerja dapat terjamin.

Peninjauan iuran oleh kementerian yang membidangi ketenagakerjaan dengan pertimbangan bahwa pekerja bukan penerima upah adalah pekerja yang bekerja di luar hubungan kerja. Segmentasi peserta ini merupakan tugas dan fungsi kementerian yang membidangi ketenagakerjaan, oleh karena itu peninjauan besar iuran lebih tepat dilakukan dengan peraturan Menteri yang bersangkutan.

Mengingat iuran JKK bagi peserta bukan penerima upah ditetapkan secara nominal yang akan ditinjau secara berkala, maka yang ditetapkan dalam peraturan ini adalah besar iuran untuk pertama kali.Untuk pertama kali iuran tersebut

90

Dr. Chazali H. Situmorang, Apt, M.Sc

Page 106: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

Tata Cara Pembayaran Iuran Bagi Peserta

Penerima Upah Dan Siswa Yang Magang Di

PerusahaanPemberi kerja wajib membayar dan menyetorkan iuran

jaminan kecelakaan kerja kepada BPJS Ketenagakerjaan. Iuran tersebut disetorkan kepada BPJS Ketenagakerjaan setiap bulan paling lambat tanggal 15 (lima belas) bulan berikutnya dari bulan iuran yang bersangkutan.

Ketentuan ini dimaksudkan agar pemberi kerja membayar iuran tepat waktu dan sebagai acuan untuk mengenakan denda bagi pemberi kerja yang membayar iuran melewati tanggal 15 bulan berikutnya, dengan kata lain menunggak iuran. Demikian juga ketentuan ini memberikan kepastian pemenuhan hak peserta dari BPJS.

Keterlambatan pembayaran iuran bagi pemberi kerja selain penyelanggara negara dikenakan denda sebesar 1% (satu perseratus) untuk setiap bulan keterlambatan yang dihitung dari iuran yang seharusnya dibayar pemberi kerja. Pengenaan denda dimaksudkan untuk memberikan sanksi kepada pemberi kerja dan untuk mendorong kepatuhan pemberi kerja agar tidak terlambat membayar iuran.

Denda keterlambatan ditanggung sepenuhnya oleh pemberi kerja, dan pembayaran dendadilakukan sekaligus bersama-sama dengan penyetoran iuran bulan berikutnya. Keterlambatan dan denda merupakan piutang BPJS Ketenagakerjaan kepada pemberi kerja.

Pembayaran iuran oleh penyelenggara negara disesuaikan dengan mekanisme pencairan anggaran sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

Keterlambatan pembayaran iuran oleh penyelenggara negara tidak dikenakan denda.

Denda tidak dapat dikenakan kepada penyelenggara negara karena sistem pencairan anggaran terikat pada peraturan perundangan yang berlaku. Ketentuan lebih lanjut mengenai mekanisme pembayaran iuran oleh penyelanggara negara diatur lebih lanjut dengan Peraturan Presiden.

91

REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIATransformasi BPJS: Indahnya Harapan Pahitnya Kegagalan

Page 107: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

Tata Cara Pembayaran Iuran Bagi Peserta

Bukan Penerima UpahPembayaran iuran bagi peserta bukan penerima upah

dapat dilakukan langsung kepada kantor cabang BPJS Ketenagakerjaan setempat atau melalui kelompok pekerja bukan penerima upah.

Contoh kelompok pekerja misalnya: kelompok nelayan, tukang ojek dll (dapat berdasarkan lokasi, atau berdasarkan jenis pekerjaan).Iuran tersebut disetorkan kepada BPJS Ketenagakerjaan setiap bulan paling lambat tanggal 15 (lima belas) bulan berikutnya dari bulan iuran yang bersangkutan.

Peserta bukan penerima upah yang tidak membayar iuran selama 6 (enam) bulan berturut-turut tidak berhak atas manfaat jaminan kecelakaan kerja sampai peserta sebagaimana dimaksud membayar seluruh tunggakan iuran.

Ketentuan ini dimaksudkan untuk mendorong kepatuhan peserta untuk membayar iuran kepada BPJS dan kepastian peserta mendapatkan manfaat Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK).

Ketentuan lebih lanjut mengenai mekanisme penarikan iuran bagi peserta bukan penerima upah diatur lebih lanjut oleh BPJS Ketenagakerjaan.

Jenis ManfaatPeserta yang tertimpa kecelakaan kerja berhak atas

manfaat kecelakaan kerja berupa: (1) penggantian biaya pengangkutan peserta yang mengalami kecelakaan kerja ke rumah sakit dan atau ke rumahnya, termasuk biaya pertolo-ngan pertama pada kecelakaan; (2) pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan medis; (3) rehabilitasi berupa alat bantu (orthese) dan atau alat ganti (prothese) bagi peserta yang anggota badannya hilang atau tidak berfungsi akibat kecelakaan kerja; (4) santunan sementara tidak mampu bekerja atau (5) santunan uang tunai yang dibayarkan sekaligus.

Kebutuhan medis meliputi: pemeriksaan, pengobatan dan atau perawatan selama di rumah sakit, termasuk rawat

92

Dr. Chazali H. Situmorang, Apt, M.Sc

Page 108: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

iurun biaya. Ketentuan ini dimaksudkan sebagai penegasan bahwa pemberi kerja bertanggungjawab sepenuhnya kepada tenaga kerjanya yang mengalami kecelakaan kerja.

Penetapan plafon pembiayaan perawatan dan pengo-batan Jaminan Kecelakaan Kerja sesuai dengan filosofi jaminan sosial yang bersifat dasar (basic protection).

Mekanisme penganggaran iurun biaya bagi peserta yang bekerja pada penyelenggara negara diatur lebih lanjut dengan peraturan menteri yang membidangi keuangan.

Santunan sementara tidak mampu bekerja diberikan kepada pekerja yang karena tertimpa kecelakaan kerja untuk sementara waktu tidak dapat melakukan pekerjaan yang biasa dikerjakan.

Pekerja yang mengalami kecelakaan kerja perlu waktu yang cukup lama untuk pemulihan kesehatannya agar dapat bekerja kembali seperti semula. Pemberian santunan semen-tara tidak mampu bekerja dimaksudkan untuk menjamin kelangsungan penghasilan pekerja sementara menunggu pemulihan kesehatan pekerja yang bersangkutan hingga kembali dapat melakukan pekerjaan yang biasa dilakukan dengan baik.

Santunan uang tunai yang dibayarkan sekaligus diberi-kan sesuai dengan tingkat kecacatan yang ditetapkan oleh dokter yang memeriksa atau dokter penasehat.

Peserta yang tertimpa kecelakaan kerja akan menerima salah satu dari bentuk santunan berikut: (1) santunan cacat total tetap, diberikan jika peserta mengalami cacat yang meng-akibatkan ketidakmampuan seseorang untuk melakukan pekerjaan; (2) santunan cacat total sebagian, jika peserta mengalami cacat jasmani dan/atau rohani yang mengakibat-kan yang bersangkutan tidak mampu lagi melakukan peker-jaan yang biasa dilakukan dengan baik, namun masih bisa melakukan pekerjaan lain yang lebih ringan; (3) santunan cacat kekurangan fungsi: diberikan jika peserta mengalami cacat jasmani dan/atau rohani yang tidak mengakibatkan yang bersangkutan terganggu dalam melaksanakan pekerjaan yang biasa dilakukan; (4) santunan kematian apabila mening-gal dunia.

93

REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIATransformasi BPJS: Indahnya Harapan Pahitnya Kegagalan

Page 109: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

Perhitungan Manfaat Besarnya santunan sementara tidak mampu bekerja

dengan ketentuan sebagai berikut: (a) 4 bulan pertama sebe-sar 100% upah atau penghasilan sebulan; (b) 4 bulan kedua sebesar 75% upah atau penghasilan sebulan; (c) bulan selan-jutnya sampai dengan dapat bekerja kembali sebesar 50% upah atau penghasilan sebulan.

Upah sebulan yang dijadikan dasar perhitungan manfaat adalah upah pokok ditambah tunjangan tetap. Besarnya santunan cacat ditetapkan berdasarkan tingkat kecacatan yang akan ditentukan oleh menteri yang membidangi ketena-gakerjaan.

Siswa magang, pegawai tidak tetap dan peserta bukan penerima upah tidak menerima upah seperti pekerja tetap, oleh karena itu untuk keperluan perhitungan pembayaran santunan jaminan kecelakan kerja, berlaku ketentuan sebagai berikut: (a) siswa yang melakukan pekerjaan atau magang dianggap menerima upah sebesar upah sebulan pekerja yang melakukan pekerjaan yang sama pada perusahaan atau instansi/lembaga yang bersangkutan; (b) pegawai tidak tetap pemerintah dianggap menerima upah sebesar honor yang ditetapkan dengan keputusan pejabat pembina kepegawaian pada instansi tempat pegawai tidak tetap bekerja (c) peserta bukan penerima upah, dianggap mempunyai penghasilan sebesar upah minimum setempat.

Batas atas upah yang dijadikan dasar untuk perhitungan manfaat adalah sebesar 4 (empat) kali Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) pekerja lajang. Ketentuan batas upah untuk pembayaran manfaat perlu diatur karena program JKK SJSN adalah manfaat dasar.

Pekerja yang mempunyai upah lebih dari 4 (empat) kali PTKP pekerja lajang dan ingin mendapatkan manfaat yang lebih besar, dapat mengikuti program JKK komersial. Manfaat tambahan bagi peserta PNS dan Pejabat Negara diatur dengan peraturan perundangan tersendiri.

Pelaporan Kecelakaan KerjaPemberi kerja wajib memberikan pertolongan pertama

94

Dr. Chazali H. Situmorang, Apt, M.Sc

Page 110: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

beri kerja juga wajib melaporkan setiap kecelakaan kerja yang menimpa pekerja kepada instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan dan BPJS Ketenagakerjaan setem-pat sebagai laporan kecelakaan kerja tahap I dalam waktu tidak lebih dari 2 (dua) kali 24 (dua puluh empat) jam terhitung sejak terjadinya kecelakaan kerja, dengan mengisi formulir yang akan ditetapkan oleh BPJS Ketenaagkerjaan, serta melampirkan foto copy kartu kepesertaan.

Kecelakaan kerja pada peserta yang bekerja pada penyelenggara negara dilaporkan oleh unit kerja yang membi-dangi kepegawaian pada instansi tempat peserta bekerja. Kecelakaan kerja pada peserta bukan penerima upah dilaporkan oleh keluarga peserta atau yang mewakili keluarga peserta.

Pemberi kerja wajib melaporkan akibat kecelakaan kerja yang menimpa pekerja kepada instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan dan BPJS Ketenagakerjaan setempat sebagai laporan kecelakaan kerja tahap II dalam waktu tidak lebih dari 2 (dua) kali 24 (dua puluh empat) jam setelah pekerja/buruh tertimpa kecelakaan kerja dengan mengisi formulir 2 (yang akan ditetapkan oleh BPJS Ketenaga-kerjaan) berdasarkan surat keterangan dokter pemeriksa yang menerangkan: (a) keadaan sementara tidak mampu bekerja; (b) cacat sebagian untuk selama-lamanya; (c) cacat total untuk selama-lamanya baik fisik maupun mental; (d) meninggal dunia.

Laporan bagi peserta yang bekerja pada penyelenggara negara disampaikan oleh unit kerja yang membidangi kepega-waian pada instansi/lembaga tempat peserta bekerja. Sedangkan bagi peserta bukan penerima upah laporannya disampaikan oleh keluarga peserta atau yang mewakili keluarga peserta. Laporan kecelakaan kerja juga dapat dilakukan melalui on line sistem.

Laporan kecelakaan kerja tahap II yang disampaikan kepada BPJS Ketenagakerjaan berfungsi sebagai pengajuan permintaan pembayaran manfaat jaminan kecelakaan kerja kepada BPJS Ketenagakerjaan. Keterangan akibat kecela-kaan kerja yang dibuat oleh dokter dimaksudkan sebagai dasar perhitungan dalam pembayaran manfaat jaminan

95

REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIATransformasi BPJS: Indahnya Harapan Pahitnya Kegagalan

Page 111: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

kecelakaan kerja oleh BPJS Ketenagakerjaan.Penyampaian formulir dalam laporan tahap 2 disertai

bukti-bukti: a) foto copy kartu kepesertaan; b) surat ketera-ngan dokter; c) kwitansi biaya pengangkutan dan pengobatan; d) dokumen pendukung lainnya yang diperlukan.

Dalam hal bukti-bukti lengkap, BPJS Ketenagakerjaan memberitahukan kepada pemberi kerja selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari sejak laporan kecelakaan kerja tahap II diterima.

Pemberi kerja wajib melaporkan penyakit yang timbul yang berhubungan dengan pekerjaan dalam waktu tidak lebih dari 2 kali 24 jam sejak menerima hasil diagnosis dari dokter pemeriksa dengan menggunakan formulir yang akan ditetapkan oleh BPJS Ketenaagkerjaan.

Laporan bagi pekerja yang bekerja pada penyelenggara negara disampaikan oleh unit kerja yang menangani bidang kepegawaian tempat peserta bekerja. Sedangkan bagi peserta bukan penerima upah disampaikan oleh pekerja atau keluarga pekerja atau yang mewakili keluarga pekerja.

Penetapan Tingkat KecacatanPenentuan tingkat kecacatan akibat kecelakaan kerja

pada peserta yang bekerja pada penyelenggara negara ditetapkan oleh pejabat yang membidangi kesehatan pada instansi yang membidangi kesehatan berdasarkan surat keterangan tim dokter yang ditetapkan oleh Pemerintah dan keputusan tersebut final.

Penentuan tingkat kecacatan akibat kecelakaan kerja bagi peserta yang bekerja pada pemberi kerja selain penye-lenggara negara dan peserta bukan penerima upah dilakukan oleh BPJS Ketenagakerjaan berdasarkan surat keterangan dokter pemeriksa atau dokter penasehat.

Dalam hal terjadi perbedaan pendapat mengenai tingkat kecacatan akibat kecelakaan kerja, penetapan tingkat keca-catan akibat kecelakaan kerja dilakukan oleh pengawas kete-nagakerjaan. Ketentuan ini dimaksudkan untuk menyele-saikan perselisihan karena perbedaan pendapat antara BPJS dengan pekerja atau antara BPJS dengan pemberi kerja mengenai tingkat kecacatan akibat kecelakaan kerja.

96

Dr. Chazali H. Situmorang, Apt, M.Sc

Page 112: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

Dalam hal penetapan oleh pengawas ketenagakerjaan tidak dapat diterima oleh BPJS Ketenagakerjaan atau pemberi kerja atau peserta, maka penetapan akibat kecelakaan kerja dilakukan oleh menteri yang membidangi ketenagakerjaan.

Dalam hal terjadi perbedaan pendapat mengenai kece-lakaan kerja atau bukan kecelakaan kerja pada peserta penerima upah yang bekerja pada pemberi kerja selain penye-lenggara negara, maka Menteri yang membidangi Ketenaga-kerjaan dapat menetapkan dan mewajibkan pemberi kerja untuk memberikan jaminan kecelakaan kerja.

Pengaturan ini dimaksudkan untuk meningkatkan perlin-dungan kepada pekerja. Apabila pekerja mengalami kecela-kaan tetapi sulit dibuktikan apakah kecelakaan tersebut akibat kecelakaan kerja atau bukan, maka Menteri yang membidangi ketenagakerjaan dapat menetapkan bahwa jaminan kecela-kaan kerja ditanggung oleh pemberi kerja.

Manfaat Pelayanan MedisPeserta yang tertimpa kecelakaan kerja dapat langsung

memperoleh pelayanan medis di fasilitas pelayanan kese-hatan yang terdekat. Prosedur penggantian biaya pelayanan medis diatur lebih lanjut oleh BPJS atas persetujuan DJSN.

Biaya yang timbul akibat pelayanan ditagihkan langsung oleh fasilitas pelayanan kesehatan kepada BPJS. Fasilitas pelayanan kesehatan tidak diperkenankan menarik biaya kepada peserta. BPJS memberikan pembayaran kepada fasilitas pelayanan kesehatan setara dengan tarif yang berlaku di fasilitas pelayanan kesehatan yang ditunjuk.

Dalam hal kecelakaan kerja terjadi di suatu daerah yang belum tersedia fasilitas pelayanan kesehatan yang memenuhi syarat, maka guna memenuhi kebutuhan medis bagi peserta, BPJS wajib memberikan kompensasi.

Dengan pengaturan ini maka peserta mendapatkan manfaat pelayanan yang setara dengan kebutuhan medis yang seharusnya. Kompensasi yang harus dibayarkan oleh BPJS merupakan penggantian biaya pelayanan sesuai kebu-tuhan medis dan/atau mengirimkan tenaga kesehatan dan/ atau pembekalan kesehatan yang diperlukan. Penggantian

97

REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIATransformasi BPJS: Indahnya Harapan Pahitnya Kegagalan

Page 113: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

biaya pelayanan medis dapat mencakup biaya rawat jalan tingkat pertama, kedua maupun ketiga.

Penggantian Biaya Pengangkutan Dan

Pembayaran Santunan Bagi Peserta Penerima

UpahDalam hal terjadi kecelakaan kerja, pemberi kerja wajib

membayar terlebih dahulu: Pertama, Biaya pengangkutan dari tempat terjadinya kecelakaan kerja ke tempat pelayanan kesehatan atau ke rumah pekerja yang mengalami kecelakaan kerja termasuk biaya pertolongan pertama pada kecelakaan. Kedua, Biaya pemeriksaan, pengobatan dan/atau perawatan selama di rumah sakit termasuk rawat jalan. Ketentuan ini dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa pemberi kerja ber-tanggungjawab sepenuhnya atas risiko kecelakaan kerja yang menimpa pekerjanya.

BPJS Ketenagakerjaan mengganti pembayaran man-faat kepada pemberi kerja berdasarkan bukti-bukti pengelua-ran. Biaya pengangkutan bagi pekerja yang bekerja pada penyelenggara negara dibayarkan terlebih dahulu oleh Satuan Kerja tempat pekerja bekerja melalui uang persediaan (UP). Uang Persediaan (UP) yang sudah diganti oleh BPJS Ketenagakerjaan tidak dapat dinyatakan sebagai pengeluaran yang dapat dipertanggungjawabkan. Uang Persediaan (UP) dimaksudkan hanya untuk menanggulang sementara, oleh karena itu tidak dapat dipertanggungjawabkan.

Selama peserta yang tertimpa kecelakaan kerja masih belum mampu melakukan tugas, pemberi kerja tetap memba-yar upah pekerja sampai penetapan akibat kecelakaan kerja yang dialami diterima semua pihak atau dilakukan oleh menteri. Demikian juga dengan siswa magang, pemberi kerja tetap membayarkan uang saku sebagaimana biasanya. Ketentuan ini dimaksudkan agar pekerja yang tertimpa kecela-kaan kerja tidak terputus penghasilannya.

Berdasarkan penetapan akibat kecelakaan kerja BPJS Ketenagakerjaan menetapkan besarnya santunan kecelakaan kerja. BPJS Ketenagakerjaan mengganti santunan sementara tidak mam-pu bekerja atau belum mampu melakukan tugas kepada pemberi kerja yang telah dibayar terlebih dahulu oleh pemberi kerja.

Dalam hal santunan yang dibayarkan oleh BPJS Ketenaga-kerjaan lebih besar dari yang dibayarkan oleh pemberi kerja, maka selisihnya dibayarkan langsung kepada peserta.

Akan tetapi jika penggantian santunan yang dibayarkan oleh BPJS Ketenagakerjaan lebih kecil dari upah atau uang saku yang

98

Dr. Chazali H. Situmorang, Apt, M.Sc

Page 114: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

Klaim manfaat jaminan kecelakaan bagi pekerja yang mengalami penyakit yang timbul akibat pekerjaan harus disertai pembuktian oleh dokter yang ditunjuk bahwa penyakit yang dialami peserta adalah akibat kerja. Hal ini perlu diatur untuk menghindari moral hazard.

Hak peserta atas jaminan kecelakaan kerja, tidak dapat dipindah tangankan, digadaikan atau disita sebagai pelaksa-naan putusan pengadilan.

BPJS Ketenagakerjaan wajib membayar manfaat jami-nan kecelakaan kerja kepada peserta yang tertimpa kecela-kaan kerja dalam waktu tidak melebihi 14 (empat belas) hari kerja sejak dokumen dilengkapi. Yang dimaksud dengan sejak dokumen dilengkapi adalah dalam jangka waktu 14 (empat belas) hari kerja setelah dipenuhinya syarat-syarat teknis dan administratif oleh pemberi kerja dan/atau peserta.

Jika BPJS Ketenagakerjaan tidak memenuhi ketentuan ini, maka dikenakan ganti rugi sebesar 1% dari jumlah jaminan untuk setiap hari keterlambatan dan diba-yarkan kepada peserta yang. Jika peserta meninggal dunia, santunan kema-tian dibayarkan kepada ahli waris yang sah. Ahli waris sesuai dengan ketentuan perundangan yang berlaku.

Dalam hal pemberi kerja menunggak iuran kurang dari 6 (enam) bulan dan terjadi kecelakaan kerja, BPJS wajib membayar manfaat kepada peserta yang tertimpa kecelakaan kerja. Jika tunggakan iuran lebih dari 6 (enam) bulan dan terjadi kecelakaan kerja, pemberi kerja wajib membayar manfaat kepada peserta yang tertimpa kecelakaan kerja.

Ketentuan ini diperlukan agar peserta tetap menda-patkan haknya atas manfaat jaminan kematian walaupun pemberi kerja lalai dalam membayar iuran kepada BPJS Kete-nagakerjaan.

Namun pengaturan tetap mempertimbangkan rasa ke-adilan. Jika tunggakan iuran kurang dari 6 bulan maka pemberi kerja hanya dikenakan denda dan tidak diwajibkan membayar manfaat jaminan kematian kepada ahli waris peserta. Ketentuan ini untuk menjaga keseimbangan antara kelalaian pemberi kerja dengan sanksi. Pemberi kerja dikenakan sanksi dalam bentuk kewajiban untuk membayarkan manfaat jaminan kematian jika tunggakan iuran melebihi 6 bulan.

99

REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIATransformasi BPJS: Indahnya Harapan Pahitnya Kegagalan

Page 115: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

Penggantian Biaya Pengangkutan Dan

Pembayaran Santunan Bagi Peserta Bukan

Penerima UpahJika terjadi kecelakaan kerja, peserta bukan penerima

upah membayar sendiri terlebih dahulu: (1) Biaya pengang-kutan dari tempat terjadinya kecelakaan kerja ke tempat pelayanan kesehatan atau ke rumah pekerja yang mengalami kecelakaan kerja termasuk biaya pertolongan pertama pada kecelakaan; (2) Biaya pemeriksaan, pengobatan dan/atau perawatan selama di rumah sakit termasuk rawat jalan.

Ketentuan ini dimaksudkan untuk penegasan bahwa peserta bukan penerima upah bertanggungjawab sendiri terhadap risiko kerja yang dialaminya dan selanjutnya akan diajukan penggantian biaya kepada BPJS. BPJS Ketenaga-kerjaan mengganti pembayaran manfaat tersebut kepada peserta atau keluarga peserta berdasarkan bukti-bukti pengeluaran.

Berdasarkan penetapan akibat kecelakaan kerja, BPJS Ketenagakerjaan menetapkan dan membayar semua biaya dan santunan sesuai ketentuan dalam waktu 14 (empat belas) hari kerja sejak diterimanya pengajuan pembayaran jaminan. Jika peserta yang tertimpa kecelakaan kerja meninggal dunia, santunan kematian dibayarkan kepada ahli waris yang sah.

Urutan ahli waris yang berhak menerima manfaat jaminan kematian sebagaimana dimaksud adalah: (1) janda atau duda; (2) anak; (3) orang tua; (4) cucu; kakek atau nenek; (5) saudara kandung; (6) mertua.

BPJS Ketenagakerjaan membayar santunan sementara tidak mampu bekerja dengan perhitungan yang telah diten-tukan. BPJSKetenagakerjaan wajib membayar manfaat jami-nan kecelakaan dalam waktu tidak melebihi 14 (empat belas) hari kerja sejak dokumen dilengkapi. Yang dimaksud dengan sejak dokumen dilengkapi adalah dalam jangka waktu 14 (empat belas) hari kerja setelah dipenuhinya syarat-syarat teknis dan administratif oleh pemberi kerja dan/atau peserta. Jika BPJS Ketenagakerjaan tidak memenuhi ketentuan ini, akan dikenakan ganti rugi sebesar 1% (satu per seratus) dari

100

Dr. Chazali H. Situmorang, Apt, M.Sc

Page 116: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

Program Jaminan Kematian (Jkm)Dalam pembahasan Program Jaminan Kematian (Jkm)

ini akan diuraikan tentang kepesertaan, Iuran dan manfaat Jaminan Kematian (Jkm) bagi peserta.

Kepesertaan Program Jaminan Kematian

(JKm)Peserta program Jaminan Kematian (JKm) diklasifikasi-

kan menjadi 2 (dua), sebagaimana pada program JKK, yaitu peserta pekerja penerima upah dan peserta pekerja bukan penerima upah. Klasifikasi ini dimaksudkan untuk membeda-kan cara penetapan iuran. Iuran bagi peserta pekerja peneri-ma upah ditetapkan sebesar prosentase tertentu dari upah, sedangkan iuran bagi peserta pekerja bukan penerima upah ditetapkan berdasarkan jumlah nominal tertentu yang ditinjau secara berkala oleh pemerintah.

Peserta pekerja penerima upah adalah pekerja yang bekerja pada perusahaan dan penerima manfaat jaminan pensiun. Yang dimaksud dengan perusahaan adalah setiap bentuk usaha yang berbadan hukum atau tidak, milik orang perseorangan, milik persekutuan, atau milik badan hukum, baik milik swasta maupun milik negara yang mempekerjakan pekerja/buruh dengan membayar upah atau imbalan dalam bentuk lain dan usaha-usaha sosial dan usaha-usaha lain yang mempunyai pengurus dan mempekerjakan orang lain dengan membayar upah atau imbalan dalam bentuk lain. Sedangkan yang dimaksud dengan penerima manfaat pensiun adalah pensiunan pekerja perusahaan.

Peserta pekerja bukan penerima upah meliputi: (1) pemberi kerja; (2) orang yang berusaha sendiri. Orang yang berusaha sendiri adalah orang yang dalam menjalankan usahanya tidak dibantu oleh orang lain atau pekerja mandiri. Sebagai contoh adalah dokter, pengacara, tukang ojek dengan motor milik sendiri; (3) orang yang bekerja atau berusaha dengan sistem bagi hasil atau komisi.

Contoh orang yang bekerja atau berusaha dengan

101

REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIATransformasi BPJS: Indahnya Harapan Pahitnya Kegagalan

Page 117: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

bersama sesuai dengan perjanjian. Contoh orang yang beker-ja dengan sistim setoran adalah sopir taksi yang membawa taksi bukan miliknya, imbalan diperoleh dari sisa setoran.

Pekerja yang pindah tempat kerja harus memberitahu-kan kepesertaannya kepada pemberi kerja yang baru dengan menunjukkan kartu peserta.

Dengan pindahnya pekerja dari satu pemberi kerja ke pemberi kerja yang lain, tidak berarti kepesertaannya pada program jaminan hari tua terputus Pemberi kerja yang baru harus memberikan informasi kepada BPJS Ketenagakerjaan tentang adanya peserta yang baru pindah ke perusahaannya.

Pemberitahuan pindah tempat kepada BPJS dimaksud-kan agar tidak terjadi penerbitan kartu kepesertaan ganda untuk satu orang peserta. Syarat dan tata cara pendaftaran peserta akan diatur dengan Peraturan Presiden.

Iuran Program Jaminan Kematian (JKm)Iuran Jaminan Kematian (Jkm) bagi peserta pekerja

penerima upah yang masih aktif bekerja ditanggung seluruh-nya oleh pemberi kerja. Ketentuan ini menunjukkan tanggung jawab pemberi kerja terhadap pekerjanya. Iuran Jaminan Kematian (JKm bagi peserta penerima manfaat pensiun ditanggung oleh peserta. Pekerja yang sudah purna kerja tidak lagi menjadi tanggung jawab pemberi kerja.Besarnya iuran adalah sebesar 0,3% dari gaji atau upah atau manfaat pensiun. Perubahan besarnya iuran diatur lebih lanjut dengan Peraturan Presiden.

Peserta pekerja penerima upah yang mengalami pemu-tusan hubungan kerja tetap menjadi peserta program Jaminan Kematian (JKm) dan tidak wajib membayar iuran Jaminan Kematian (Jkm) sampai dengan 6 bulan sejak terjadinya pemutusan hubungan kerja. Tenggang waktu 6 bulan dimak-sudkan untuk memberikan kesempatan kepada pekerja yang ter PHK untuk mendapatkan pekerjaan yang baru.

Jika pekerja yang mengalami pemutusan hubungan kerja bekerja kembali pada pemberi kerja lain, iuran Jaminan Kematian (JKm) dibayar oleh pemberi kerja lain. Iuran program jaminan kematian bagi fakir miskin dan tidak mampu dibayar

102

Dr. Chazali H. Situmorang, Apt, M.Sc

Page 118: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

oleh Pemerintah secara bertahap. Tahapan bantuan iuran bagi fakir miskin dengan memperhatikan keuangan negara.

Upah yang dijadikan sebagai dasar perhitungan pembayaran iuran meliputi upah pokok dan tunjangan tetap. Yang dimaksud dengan tunjangan tetap adalah pembayaran kepada pekerja/buruh yang dilakukan secara tetap dan teratur serta tidak dikaitkan dengan kehadiran pekerja/buruh atau pencapaian pretasi kerja tertentu.

Dalam hal upah pekerja didasarkan pada satuan hasil, pekerja dianggap menerima upah sebesar upah minimum setempat. Upah pekerja yang didasarkan pada satuan hasil dapat berubah-ubah dari waktu ke waktu. Penggunaan standar upah minimum setempat sebagai dasar perhitungan iuran dimaksudkan untuk memudahkan administrasi iuran.

Program Jaminan Kematian (Jkm) SJSN adalah man-faat dasar, sehingga perlu adanya batas upah tertinggi sebagai dasar perhitungan iuran. Batas tertinggi upah sebagai dasar perhitungan iuran adalah sebesar 4 kali penghasilan tidak kena pajak (PTKP) pekerja lajang. Pekerja yang mempunyai upah lebih dari 4 kali PTKP pekerja lajang dan ingin menda-patkan manfaat yang lebih besar, dapat mengkuti program Jaminan Kematian (Jkm) komersial. Ketentuan PTKP dimak-sudkan agar fleksibel, PTKP ditinjau secara periodik, sehingga ketentuan batas tertinggi upah tidak perlu ditinjau lagi, cukup mengikuti perkembangan PTKP.

Dalam hal terjadi kenaikan upah pekerja, iuran jaminan kematian yang dibayarkan oleh pemberi kerja kepada BPJS Ketenagakerjaan disesuaikan dengan upah pekerja setelah mengalami kenaikan dengan tetap memperhatikan batas ter-tinggi upah. Penyesuaian upah terhitung pada bulan pertama sejak kenaikan upah.

BPJS Ketenagakerjaan menghitung kelebihan atau kekurangan iuran jaminan kematian peserta pekerja peneri-ma upah sesuai dengan upah pekerja. Hal ini perlu diatur untuk mengantisipasi masa transisi pada saat terjadi kenaikan upah, kekurangan pembayaran iuran dapat terjadi ketika kenaikan upah berlaku surut.

BPJS Ketenagakerjaan menghitung kelebihan atau kekurangan iuran jaminan kematian peserta bukan penerima

103

REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIATransformasi BPJS: Indahnya Harapan Pahitnya Kegagalan

Page 119: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

upah sesuai dengan jumlah nominal iuran bagi peserta bukan penerima upah.

Dalam hal terjadi kelebihan atau kekurangan pembaya-ran, BPJS Ketenagakerjaan memberitahukan secara tertulis kepada pemberi kerja atau kepada peserta pekerja bukan penerima upah selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari sejak diteri-manya iuran. Kelebihan atau kekurangan pembayaran iuran dapat diperhitungkan dengan pembayaran iuran bulan berikutnya.

Iuran Jaminan Kematian (Jkm) bagi peserta pekerja bukan penerima upah ditanggung sendiri oleh peserta, karena pekerja bukan penerima upah adalah pemberi kerja bagi dirinya sendiri. Besarnya iuran jaminan kematian bagi peserta pekerja bukan penerima upah untuk pertama kali ditetapkan sebesar Rp. 30.000,- (tiga puluh ribu rupiah) per bulan.

Iuran bagi peserta pekerja bukan penerima upah ditetap-kan dalam jumlah nominal yang ditinjau oleh pemerintah secara berkala, oleh karena itu besaran iuran yang ditetapkan adalah besaran iuran untuk pertama kali. Angka Rp. 30.000,- (tiga puluh ribu rupiah) lebih kurang 0,3% dari rata-rata upah minimum provinsi pada tahun 2012.

Peninjauan iuran secara berkala dimaksudkan agar ada menjamin kecukupan dana untuk pembayaran manfaat. Manfaat jaminan kematian ditetapkan sebesar jumlah nominal tertentu yang diindeks dengan PDB per kapita. Oleh karena itu nominal iuran yang harus dibayarkan oleh pekerja bukan penerima upah harus disesuaikan secara berkala.

Pemberi kerja wajib membayar dan menyetorkan iuran jaminan kematian kepada BPJS Ketenagakerjaan. Iuran terse-but disetorkan kepada BPJS Ketenagakerjaan setiap bulan paling lambat tanggal 15 (lima belas) bulan berikutnya dari bulan iuran yang bersangkutan. Tanggal pembayaran iuran perlu ditetapkan untuk menjamin ketepatan pemabayaran iuran peserta.

Keterlambatan pembayaran iuran oleh pemberi kerja dikenakan denda sebesar 1% (satu perseratus) untuk setiap bulan keterlambatan yang dihitung dari iuran yang seharusnya dibayar oleh pemberi kerja. Pembayaran denda keterlambatan dibebankan kepada pembayar iuran, yaitu: Pertama, ditang-

104

Dr. Chazali H. Situmorang, Apt, M.Sc

Page 120: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

gung sepenuhnya oleh pemberi kerja bagi peserta pekerja penerima upah yang masih aktif. Kedua, ditanggung oleh peserta bagi peserta penerima pensiun dan peserta pekerja bukan penerima upah.

Pembayaran denda dilakukan sekaligus bersama-sama dengan penyetoran iuran bulan berikutnya. Keterlambatan dan denda merupakan piutang BPJS Ketenagakerjaan kepa-da pemberi kerja. Keterlambatan dan denda sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b merupakan piutang BPJS Ketenagakerjaan kepada peserta.

Manfaat Program Jaminan Kematian (Jkm)Ahli waris yang sah dari peserta yang meninggal dunia

berhak atas manfaat jaminan kematian.Urutan ahli waris yang berhak menerima manfaat jaminan kematian adalah: (1) janda atau duda; (2) anak; (3) orang tua; (4) cucu; (5) kakek atau nenek; (6) saudara kandung; (7) mertua.

Jika tidak ada ahli waris yang sah, maka biaya pemaka-man dibayarkan kepada pihak yang mengurus pemakaman, dan uang duka diberikan kepada badan hukum publik atau sesuai putusan pengadilan.

Besarnya manfaat jaminan kematian yang dibayarkan kepada ahli waris ditetapkan sebesar Rp. 17.500.000,- (tujuh belas juta lima ratus ribu rupiah) yang diindeks dengan PDB per kapita. Karena manfaat jaminan kematian ditetapkan dalam jumlah nominal, maka perlu diindek agar nilai riilnya tetap dapat dipertahankan.

Manfaat Jaminan Kematian (JKm) sebagaimana dimak-sud pada ayat (1) wajib dibayarkan secara sekaligus (lump sum). Pembayaran manfaat jaminan kematian wajib dilakukan paling lama 7 (tujuh) hari sejak diterimanya surat keterangan kematian oleh BPJS Ketenagakerjaan.

Perlu pengaturan waktu pemabayaran manfaat agar ahli waris dapat menerima pembayaran manfaat jaminan kematian secara tepat waktu. Dalam hal pemberi kerja menunggak iuran kurang dari 6 (enam) bulan dan peserta meninggal dunia, BPJS Ketenagakerjaan tetap wajib membayarkan manfaat Jaminan Kematian (Jkm) kepada ahli waris peserta.

105

REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIATransformasi BPJS: Indahnya Harapan Pahitnya Kegagalan

Page 121: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

Perlu pengaturan ini agar peserta tetap mendapatkan haknya atas manfaat Jaminan Kematian (JKm) walaupun pemberi kerja lalai dalam membayar iuran kepada BPJS Kete-nagakerjaan.

Namun pengaturan tetap mempertimbangkan rasa ke-adilan. Jika tunggakan iuran kurang dari 6 bulan maka pemberi kerja hanya dikenakan denda dan tidak diwajibkan membayar manfaat Jaminan Kematian (Jkm) kepada ahli waris peserta.

Ketentuan ini untuk menjaga keseimbangan antara kela-laian pemberi kerja dengan sanksi. Pemberi kerja dikenakan sanksi dalam bentuk kewajiban untuk membayarkan manfaat Jaminan Kematian (Jkm).

Program Jaminan Hari Tua (JHT)Pembahasan Program Jaminan Hari Tua (JHT) meliputi:

kepesertaan, iuran dan manfaat Program Jaminan Hari Tua (JHT) yang secara terperinci diuraikan berikut ini.

Kepesertaan Program Jaminan Hari Tua

(JHT)Kepesertaan Program Jaminan Hari Tua (JHT) dimulai

sejak peserta mendaftarkan diri kepada Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan dan membayar iuran. Dengan demikian Iuran bulan pertama dibayarkan oleh pemberi kerjabersamaan dengan waktu pendaftaran sebagai peserta program Jaminan Hari Tua (JHT).

Kepesertaan program JHT berakhir dengan ketentuan sebagai berikut: (1) Peserta mencapai usia pensiun atau di-pensiunkan, hal ini untuk mengakomodir variasi usia pensiun; (2) Peserta dinyatakan mengalami cacat total tetap. Walaupun peserta yang bersangkutan belum mencapai usia pensiun, namun mengingat peserta tersebut sudah mengalami cacat total tetap dan tidak bisa bekerja lagi sehingga tidak mungkin untuk membayar iuran, maka kepesertaannya berakhir; (3) Peserta meninggal dunia; (4) Peserta meninggalkan Indonesia untuk selamanya.

Peserta yang meninggalkan Indonesia untuk selamanya

106

Dr. Chazali H. Situmorang, Apt, M.Sc

Page 122: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

selamanya. Bagi peserta yang meninggalkan Indonesia untuk sementara waktu, kepesertaannya dapat berlanjut setelah kembali ke Indonesia.

Pekerja yang pindah tempat kerja harus memberitahu-kan kepesertaannya kepada pemberi kerja yang baru dengan menunjukkan kartu peserta. Dengan pindahnya pekerja dari satu pemberi kerja ke pemberi kerja yang lain, tidak berarti kepesertaannya pada program Jaminan Hari Tua (JHT) terputus. Pemberi kerja yang baru harus memberikan infor-masi kepada BPJS Ketenagakerjaan tentang adanya peserta yang baru pindah ke perusahaannya. Pemberitahuan pindah tempat kepada BPJS dimaksudkan agar tidak terjadi penerbi-tan kartu kepesertaan ganda untuk satu orang peserta.

Masa iur pekerja yang pindah tempat kerja merupakan akumulasi dari masa iur di tempat kerja yang lama dengan masa iur di tempat kerja yang baru. Ketentuan masa iur dalam program Jaminan Hari Tua (JHT) menjadi penting terkait dengan syarat untuk mengambil sebagian manfaat Jaminan Hari Tua (JHT) sekurang-kurangnya 10 tahun. Syarat dan tata cara pendaftaran peserta akan diatur dengan Peraturan Presiden.

Iuran Program Jaminan Hari Tua (JHT)Besarnya iuran Jaminan Hari Tua (JHT) bagi peserta

pekerja penerima upah ditetapkan sebesar 5,7% dari upah. Iuran tersebut sebesar 3,7% ditanggung oleh pemberi kerja dan sebesar 2% ditanggung oleh pekerja. Sharing iuran antara pekerja dan pemberi kerja sebagai bentuk tanggung jawab pemberi kerja terhadap hari tua pekerja. Perubahan besarnya iuran diatur lebih lanjut dengan Peraturan Presiden.

Iuran Jaminan Hari Tua (JHT) bagi peserta pekerja penerima upah yang menjadi tanggungan peserta diperhitung-kan langsung dari upah bulanan pekerja. Upah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) yang dijadikan sebagai dasar perhitungan iuran adalah upah pokok ditambah tunjangan tetap.Tunjangan tetap adalah tunjangan yang tidak dikaitkan dengan kehadiran dan pencapaian prestasi kerja tertentu.

Jika upah pekerja didasarkan pada satuan hasil, pekerja

107

REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIATransformasi BPJS: Indahnya Harapan Pahitnya Kegagalan

Page 123: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

Upah pekerja yang didasarkan pada satuan hasil dapat berubah-ubah dari waktu ke waktu. Penggunaan standar upah minimum setempat sebagai dasar perhitungan iuran dimak-sudkan untuk memudahkan administrasi iuran.

Batas atas upah yang digunakan sebagai dasar perhitu-ngan iuran JHT ditetapkan sebesar 8 (delapan) kali Pendapa-tan Tidak Kena Pajak (PTKP) untuk pekerja lajang. Program Jaminan Hari Tua (JHT) SJSN adalah manfaat dasar, sehing-ga perlu adanya batas upah tertinggi sebagai dasar perhitu-ngan iuran. Penetapan batas atas upah tertinggi sebagai dasar perhitungan iuran juga dimaksudkan agar tidak memberatkan beban pemberi-kerja dan pekerja.

Pekerja yang mempunyai upah lebih dari 8 (delapan) kali PTKP pekerja lajang dan ingin menabung lebih banyak, dapat mengkuti program Jaminan Hari Tua (JHT) komersial. Ketentuan PTKP dimaksudkan agar fleksibel, PTKP ditinjau secara periodik, sehingga ketentuan batas tertinggi upah tidak perlu ditinjau lagi, cukup mengikuti perkembangan PTKP.

Dalam hal terjadi kenaikan upah pekerja, iuran JHT yang dibayarkan oleh pemberi kerja kepada BPJS Ketenagakerjaan disesuaikan dengan upah pekerja setelah mengalami kenai-kan. Ketentuan ini dimaksudkan agar tidak mengurangi hak peserta atas manfaat JHT yang akan diterima, karena manfat JHT merupakan akumulasi iuran beserta pengembangannya.

Penyesuaian iuran dilakukan terhitung mulai bulan pertama sejak kenaikan upah. Ketentuan ini untuk mengantisi-pasi masa transisi pada saat terjadi kenaikan upah, kekura-ngan pembayaran iuran dapat terjadi ketika kenaikan upah berlaku surut.

BPJS Ketenagakerjaan menghitung kelebihan atau kekurangan iuran JHT peserta pekerja penerima upah sesuai dengan upah pekerja. Dalam hal terjadi kelebihan atau kekura-ngan pembayaran, BPJS Ketenagakerjaan memberi-tahukan secara tertulis kepada pemberi kerja selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari sejak diterimanya iuran. Kelebihan atau kekura-ngan pembayaran iuran dapat diperhitungkan dengan pemba-yaran iuran bulan berikutnya. Pemberi kerja wajib memungut iuran yang menjadi tanggungan peserta dari pekerjanya dan menyetorkannya kepada BPJS Ketenagakerjaan.

108

Dr. Chazali H. Situmorang, Apt, M.Sc

Page 124: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

Pemberi kerja juga wajib membayar dan menyetorkan iuran yang menjadi tanggung jawabnya kepada BPJS Ketena-gakerjaan. Iuran disetorkan kepada BPJS Ketenagakerjaan secara bersamaan setiap bulan paling lambat tanggal 15 (lima belas) bulan berikutnya dari bulan iuran yang bersangkutan. Penetapan tanggal diperlukan untuk menjamin ketepatan waktu pembayaran iuran oleh pemberi kerja.

Iuran JHT bagi peserta pekerja bukan penerima upah ditanggung sendiri oleh peserta, karena peserta bukan peneri-ma upah adalah pemberi kerja bagi dirinya sendiri. Besarnya iuran JHT bagi peserta pekerja bukan penerima upah untuk pertama kali ditetapkan sebesar Rp 50.000 per bulan. Angka Rp 50.000,- lebih kurang sebesar 5% dari rata-rata upah minimum propinsi pada saat kebijakan ini dirumuskan.

Karena nilai riil rupiah dapat berubah dari waktu ke waktu, maka nominal iuran JHT bagi peserta bukan penerima upah harus ditinjau secara berkala.Pekerja yang bukan penerima upah adalah pekerja yang bekerja diluar hubungan kerja, yang merupakan domainnya Kementerian yang membi-dangi Ketenagakerjaan. Oleh karena itu peninjauan iuran ditetapkan dengan Keputusan Menteri yang membidangi Ketenagakerjaan.

Peserta pekerja bukan penerima upah menyetorkan iuran JHT langsung kepada BPJS Ketenagakerjaan atau melalui kelompok kerja. Contoh kelompok pekerja misalnya kelompok nelayan, tukang ojek dan lain-lain (dapat berdasar-kan lokasi atau berdasarkan jenis pekerjaan.

Keterlambatan pembayaran iuran dikenakan denda sebesar 1% untuk setiap bulan keterlambatan yang dihitung dari iuran yang seharusnya dibayarkan. Denda keterlambatan dibebankan kepada pembayar iuran, yaitu ditanggung sepe-nuhnya oleh pemberi kerja bagi peserta pekerja penerima upah dan ditanggung oleh peserta bagi peserta pekerja bukan penerima upah.

Pembayaran denda dilakukan sekaligus bersama-sama dengan penyetoran iuran bulan berikutnya.Keterlambatan pembayaran iuran selama 1 (satu) tahun atau lebih dikenakan denda sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan yang berlaku. Iuran JHT bagi peserta pekerja penerima upah dan

109

REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIATransformasi BPJS: Indahnya Harapan Pahitnya Kegagalan

Page 125: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

denda yang belum dibayar merupakan piutang BPJS Ketena-gakerjaan terhadap pemberi kerja. Sedangkan iuran JHT bagi peserta pekerja bukan penerima upah dan denda yang belum dibayar merupakan piutang BPJS Ketenagakerjaan terhadap peserta yang bersangkutan.

Pemberi kerja tidak wajib membayarkan iuran JHT kepada BPJS Ketenagakerjaan bagi pekerja yang telah Putus Hubungan Kerja terhitung bulan pertama setelah putusnya hubungan kerja. Ketentuan ini untuk mempertegas tentang waktu mulai gugurnya kewajiban pemberi kerja dalam memba-yar iuran JHT. Pemberi kerja melaporkan kepada BPJS Kete-nagakerjaan tentang pekerja yang putus hubungan kerja dalam waktu 7 (tujuh) hari sejak terjadinya pemutusan hubu-ngan kerja.

Peserta yang masih bekerja pada usia pensiun dan memilih untuk tidak menerima pembayaran manfaat JHT pada usia pensiun, tidak diwajibkan membayar iuran JHT terhitung sejak memasuki usia pensiun. Peserta yang berhenti bekerja sebelum mencapai usia pensiun dan tidak bekerja kembali tidak diwajibkan untuk membayar iuran program JHT. Dalam hal peserta memilih untuk meneruskan pembayaran iuran program JHT, keseluruhan iuran ditanggung oleh peserta.

Manfaat Program Jaminan Hari Tua (JHT)Manfaat Jaminan Hari Tua (JHT) wajib dibayarkan kepa-

da peserta dengan ketentuan sebagai berikut: (1) Peserta mencapai usia pensiun. Tujuan Program Jaminan Hari Tua (JHT) adalah agar peserta menerima uang tunai pada saat mencapai usia pensiun; (2) Peserta mengalami cacat total tetap. Tujuan program jaminan hari tua yang lain adalah untuk menjamin agar peserta menerima uang tunai ketika menga-lami cacat total tetap; (3) Peserta meninggal dunia; (4) Peserta meninggalkan Indonesia untuk selama-lamanya.

Manfaat JHT bagi peserta yang di PHK atau berhenti bekerja sebelum usia pensiun dibayarkan pada saat peserta mencapai usia pensiun. Hal ini perlu ditegaskan, sesuai dengan filosofi program jaminan hari tua, yaitu agar di usia pensiun mendapatkan uang tunai, maka perserta yang ter

110

Dr. Chazali H. Situmorang, Apt, M.Sc

Page 126: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

tidak serta merta dapat memperoleh pembayaran manfaat Jaminan Hari Tua (JHT). Pembayarannya akan diberikan pada saat memasuki usia pensiun.

Usia pensiun bervariasi, oleh karena itu usia pensiun mengacu pada ketentuan perundangan yang berlaku. Jika peserta meninggal dunia sebelum mencapai usiapensiun, manfaat JHT diberikan kepada ahli waris yang sah. Urutan ahli waris yang berhak menerima manfaat JHT adalah sebagai berikut: janda atau duda; anak; orang tua; cucu; kakek atau nenek; Saudara kandung; mertua.

Apabila tidak ada ahli waris yang sah, maka biaya pemakaman dibayarkan kepada pihak yang mengurus pema-kaman dan uang duka diberikan kepada badan hukum publik atau sesuai putusan pengadilan.

Manfaat program JHT yang akan diterima oleh peserta adalah nilai akumulasi iuran beserta pengembangannya yang tercatat dalam rekening perorangan peserta. Manfaat program ini akan dibayar secara sekaligus (lump sum).

Dalam hal peserta masih bekerja pada usia pensiun dan memilih untuk tidak menerima pembayaran manfaat JHT pada usia pensiun, maka pembayaran manfaat JHT dilakukan pada saat peserta berhenti bekerja.

BPJS Ketenagakerjaan menetapkan besarnya manfaat JHT paling lambat 30 (tiga puluh) hari sebelum peserta mencapai usia pensiun dan memberitahukan kepada peserta. Dengan demikian peserta mempunyai kesempatan untuk mengajukan klaim pembayaran manfaat JHT sehingga peserta dapat menerima manfaat jaminan hari tua tepat pada waktunya.

Pembayaran manfaat JHT dapat diberikan sebagian setelah masa kepesertaan mencapai minimal 10 (sepuluh) tahun. Batas jumlah pembayaran sebagian manfaat JHT sebanyak-banyaknya sebesar jumlah hasil pengembangan dana JHT peserta pada akhir bulan sebelum pengajuan pembayaran.

Pembayaran manfaat JHT sebanyak-banyaknya 3 (tiga) kali selama menjadi peserta. Pembatasan dilakukan agar tidak menghilangkan tujuan Program Jaminan Hari Tua (JHT).

Peserta yang telah mencapai usia pensiun, atau ahli

111

REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIATransformasi BPJS: Indahnya Harapan Pahitnya Kegagalan

Page 127: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

waris dari peserta yang meninggal dunia sebelum mencapai usia pensiun, atau peserta yang mengalami cacat total tetap sebelum mencapai usia pensiun, atau peserta yang akan meninggalkan Indonesia untuk selama–lamanya mengajukan pembayaran manfaat JHT kepada BPJS Ketenagakerjaan.

Pengajuan pembayaran manfaat JHT adalah sebagai dasar bagi BPJS untuk membayarkan manfaat jaminan hari tua. Pengajuan pembayaran manfaat JHT dilakukan dengan melampirkan kartu tanda kepesertaan sebagai bukti bahwa yang bersangkutan betul sebagai peserta jaminan hari tua. Berdasarkan pengajuan pembayaran, BPJS Ketenagakerjaan membayarkan manfaat JHT secara sekaligus kepada peserta atau ahli waris peserta yang meninggal dunia.

Pembayaran manfaat JHT dilakukan oleh BPJS Ketena-gakerjaan selambat-lambatnya 30 hari kalender sejak penga-juan pembayaran diterima oleh BPJS Ketenagakerjaan. Ketetentuan batas waktu dimaksudkan agar peserta dapat menerima pembayaran manfaat jaminan hari tua tepat waktu.

Program Jaminan Pensiun (JP) Penjelasan tentang Program Jaminan Pensiun (JP)

terkait pada kepesertaan, iuran, dana kontigensi dan manfaat Jaminan Pensiun (JP) bagi peserta dengan uraian berikut ini.

Kepesertaan Program Jaminan Pensiun (JP)Peserta program jaminan pensiun adalah pekerja yang

menerima upah yang bekerja di perusahaan, termasuk orang asing yang bekerja di Indonesia paling singkat 6 (enam) bulan, yang telah membayar iuran.

Orang asing yang diwajibkan menjadi peserta Jaminan Pensiun (JP) adalah orang asing yang bekerja di Indonesia dengan mendapatkan izin kerja baik dari pemberi kerja Indo-nesia maupun dari pemberi kerja dari negara asal yang memi-liki kontrak kerja dengan pemberi kerja tertentu di Indonesia.

Kepesertaan pada program Jaminan Pensiun dimulai sejak pekerja mendaftarkan diri kepada BPJS Ketenaga-kerjaan. Berlakunya kepesertaan jaminanpensiun ditandai

112

Dr. Chazali H. Situmorang, Apt, M.Sc

Page 128: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

Kepesertaan program Jaminan Pensiun (JP) akan ber-akhir pada saat timbulnya hak atas manfaat pensiun yaitu, peserta memasuki usia pensiun, atau Peserta meninggal dunia, atau Peserta mengalami cacat total tetap, atau Peserta meninggalkan Indonesia untuk selama-lamanya.

Pekerja yang pindah tempat kerja harus memberitahu-kan kepesertaannya kepada pemberi kerja yang baru dengan menunjukkan kartu peserta. Dengan demikian kepesertaan seseorang dalam program jaminan pensiun tetap berlanjut walaupun berpindah-pindah tempat kerja.

Pemberi kerja yang baru memberikan informasi kepada BPJS Ketenagakerjaan tentang adanya peserta yang baru pindah. Pemberitahuan pindah tempat kepada BPJS dimak-sudkan agar tidak terjadi penerbitan kartu kepesertaan ganda untuk satu orang peserta.

Masa iur pekerja yang pindah tempat kerja merupakan akumulasi dari masa iur di tempat kerja yang lama dengan masa iur di tempat kerja yang baru. Ketentuan masa iur men-jadi penting karena formula manfaat JP adalah perkalian dari masa iur dengan faktor manfaat dan upah terakhir. Tata cara pendaftaran peserta diatur lebih lanjut dengan Peraturan Presiden.

Iuran Program Jaminan Pensiun (JP)Besarnya iuran Program Jaminan Pensiun (JP) ditetap-

kan sebesar 8% dari upah. Iuran tersebut sebesar 5% ditang-gung oleh pemberi kerja dan sebesar 3% ditanggung oleh pekerja. Iuran bersama dimaksudkan sebagai salah satu ben-tuk tanggung jawab bersama antara pemberi kerja dan pekerja. Upah yang dijadikan sebagai dasar perhitungan iuran adalah upah pokok ditambah tunjangan tetap.

Tunjangan tetap adalah tunjangan yang tidak dikaitkan dengan kehadiran dan pencapaian prestasi kerja tertentu. Batas atas upah yang digunakan sebagai dasar perhitungan iuran jaminan pensiun ditetapkan sebesar 8 kali pendapatan tidak kena pajak (PTKP) untuk katagori pekerja lajang.

Program jaminan pensiun SJSN adalah manfaat dasar,

113

REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIATransformasi BPJS: Indahnya Harapan Pahitnya Kegagalan

Page 129: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

perhitungan iuran. Penetapan batas atas upah tertinggi seba-gai dasar perhitungan iuran juga dimaksudkan agar tidak memberatkan beban pemberi kerja dan pekerja.

Pekerja yang mempunyai upah lebih dari 8 kali PTKP pekerja lajang dan ingin menabung lebih banyak, dapat mengi-kuti program jaminan hari tuakomersial. Ketentuan PTKP dimaksudkan agar fleksibel PTKP ditinjau secara periodik, sehingga ketentuan batas tertinggi upah tidak perlu ditinjau.

Dalam hal terjadi kenaikan upah pekerja, iuran program jaminan pensiun yang dibayarkan oleh pemberi kerja kepada BPJS Ketenagakerjaan disesuaikan dengan upah pekerja setelah mengalami kenaikan. Penyesuaian iuran terhitung pada bulan pertama sejak kenaikan upah.

Pemberi kerja wajib memungut iuran yang menjadi beban peserta dari pekerjanya dan menyetorkannya kepada BPJS Ketenagakerjaan. Pemberi kerja juga wajib membayar dan menyetorkan iuran yang menjadi tanggung jawabnya kepada BPJS Ketenagakerjaan. Iuran tersebut disetorkan kepada BPJS ketenagakerjaan setiap bulan paling lambat tanggal 15 (lima belas) bulan berikutnya dari bulan iuran yang bersangkutan. Ketentuan ini diperlukan untuk menjamin kete-patan waktu pembayaran iuran oleh pemberikerja.

Pengaturan batas waktu penyetoran iuran oleh pemberi kerja kepada BPJS Ketenagakerjaan dimaksudkan untuk menjamin ketersediaan dana, untuk pembayaran man-faat kepada pesertadanuntuk pengembangan dana secara efektif.

Keterlambatan pembayaran iuran dikenakan denda sebesar 1% per bulan. Pengenaan denda kepada pemberi ker-ja atas keterlambatan penyetoran iuran adalah bagian dari sanksi dengan tujuan untuk melindungi peserta. Denda keter-lambatan ditanggung sepenuhnya oleh pemberi kerja.

Pembayaran denda dilakukan sekaligus bersama-sama dengan penyetoran iuran bulan berikutnya. Keterlambatan pembayaran iuran selama 6 bulan atau lebih dikenakan denda sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan yang ber-laku. Iuran Jaminan Pensiun dan denda yang belum dibayar merupakan piutang BPJS Ketenagakerjaan terhadap pemberi kerja.

114

Dr. Chazali H. Situmorang, Apt, M.Sc

Page 130: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

Dana KontingensiDalam hal akumulasi iuran Jaminan Pensiun (JP) dan

hasil pengembangannya tidak mencukupi untuk pembayaran manfaat pensiun kepada peserta, yang dapat menimbulkan terganggunya tingkat solvabilitas BPJS akibat kondisi tertentu, maka diperlukan dana kontingensi yang menjadi beban Pemerintah.

Manfaat Program Jaminan Pensiun (JP)Pekerja yang telah membayar iuran program jaminan

pensiun berhak mendapatkan manfaat jaminan pensiun pada saat pekerja mencapai usia pensiun.

Filosofi program jaminan pensiun adalah kesinambu-ngan penghasilan ketika memasuki usia pensiun. Oleh karena itu peserta yang telah membayar iuran berhak atas manfaat jaminan pensiun ketika peserta memasuki usia pensiun. Manfaat jaminan pensiun dibayarkan secara berkala setiap bulan apabila peserta memiliki masa iur sekurang-kurangnya 15 tahun.

Kepada peserta yang telah memenuhi syarat, diberikan: (1) manfaat jaminan pensiun hari tua; atau (2) manfaat jaminan pensiun cacat total tetap; atau (3) manfaat jaminan pensiun janda atau duda; atau (4) manfaat jaminan pensiun anak; atau (5) manfaat jaminan pensiun orang tua.

Manfaat Jaminan Pensiun (JP) hari tua mulai dibayarkan pada awal bulan berikutnya setelah peserta mencapai usia pensiun, tanpa memperhatikan peserta masih bekerja atau tidak. Dalam hal peserta mencapai usia pensiun sebelum memenuhi masa iur 15 (lima belas) tahun, peserta berhak mendapatkan seluruh akumulasi iuran ditambah hasil pengembangannya.

Jika peserta berhenti bekerja atas permintaan sendiri ataupun yang bersangkutan mengalami pemutusan hubungan kerja sebelum mencapai usia pensiun akan tetapi telah memiliki masa iur 15 (lima belas) tahun, manfaat Jaminan Pensiun akan dibayarkan pada saat peserta mencapai usia pensiun. Apablia peserta bekerja kembali, maka masa iur

115

REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIATransformasi BPJS: Indahnya Harapan Pahitnya Kegagalan

Page 131: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

Besarnya manfaat Jaminan Pensiun adalah hasil perka-lian antara faktor manfaat, masa iur dan upah terakhir. Upah terakhir yang dijadikan sebagai dasar perhitungan manfaat adalah upah pokok ditambah tunjangan tetap.

Faktor manfaat ditetapkan sebagai berikut: (1) Bagi pekerja yang upahnya berkisar antara 1 sampai dengan 2 kali PTKP pekerja lajang maka faktor manfaat sebesar 2 %. (2) Bagi pekerja yang upahnya berkisar antara 3 sampai dengan 4 kali PTKP pekerja lajang maka faktor manfaat sebesar 1,75 %; (3) Bagi pekerja yang upahnya berkisar antara 5 sampai dengan 8 kali PTKP pekerja lajang maka faktor manfaat sebesar 1,5 %.

Manfaat jaminan pensiun ditinjau secara berkala dan dilakukanberdasarkan tingkat rata-rata inflasi.Tingkat rata-rata inflasimerupakan hasil bagi antara angka rata-rata indeks harga konsumen pada satu tahun sebelumnya dan angka rata-rata indeks harga konsumen pada dua tahun sebelumnya. Penyesuaian manfaatpensiun diberlakukan pada tanggal 1 April tahun berjalan. Masa iur yang digunakanuntuk menghi-tung besarnya manfaat jaminan pensiun setinggi tingginya 35 (tiga puluh lima) tahun.

Besarnya manfaat Jaminan Pensiun sekurang-kurang-nya sebesar manfaat pensiun minimum dan setinggi-tingginya sebesar manfaat pensiun maksimum. Upah terakhir yang digunakan untuk menghitung manfaat jaminan pensiun minimum sekurang-kurangnya sebesar (1 (satu) kali PTKP pekerja lajang. Sedangkan Upah terakhir yang digunakan untuk menghitung manfaat jaminan pensiun maksimum) setinggi-tingginya sebesar 8 kali PTKP pekerja lajang.

Peserta yang menderita cacat total tetap berhak atas manfaat pensiun berkala. Jika peserta belum mencapai masa iur 15 tahun, masa iur diperhitungkan selama 15 tahun. Peser-ta dinyatakan cacat total tetap setelah melalui pemeriksaan yang dilakukan oleh Komisi Medis.

Komisi Medis dibentuk oleh BPJS Ketenagakerjaan untuk menganalisa dan menyetujui atau menolak aplikasi manfaat Jaminan Pensiun cacat total tetap. Menteri yang membidangi Kesehatan menerbitkan keputusan mengenai penunjukan, penghapusan dan susunan dari Komisi Medis.

116

Dr. Chazali H. Situmorang, Apt, M.Sc

Page 132: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

manfaat Jaminan Pensiun cacat total tetap serta proses pengajuan banding dan penyelesaian sengketa diatur lebih lanjut oleh menteri yang membidangi Ketenagakerjaan.

Manfaat Jaminan Pensiun bagi penderita cacat total tetap dimulai pada bulan pertama sejak tanggal disetujuinya aplikasi untuk menerima manfaat Jaminan Pensiun cacat dan berakhir apabila peserta meninggal dunia atau pulih dari cacat, atau gagal dalam menyampaikan dokumen pemeriksaan medis yang dipersyaratkan. Dokumen pemeriksaan medis diatur lebih lanjut oleh menteri yang membidangi kesehatan.

Faktor manfaat untuk menghitung manfaat pensiun cacat total tetap ditetapkan sebagai berikut : (1) untuk peserta dengan masa iur kurang dari 15 tahun faktor manfaat sebesar 2%; (2) untuk peserta dengan masa iur 15 tahun sampai dengan kurang dari 20 tahun faktor manfaat sebesar 1,75 %; (3) untuk peserta dengan masa iur 20 tahun atau lebih faktor manfaat sebesar 1,5 %.

Ahli WarisApabila peserta meninggal sebelum mencapai usia

pensiun, ahli waris berhak mendapatkan manfaat pensiun berkala. Jika peserta tersebut belum mencapai masa iur 15 tahun, masa iur diperhitungkan selama 15 tahun. Manfaat pensiun ahli waris adalah sebesar 36% dari manfaat pensiun yang seharusnya diterima peserta. Dalam peserta meninggal akibat kecelakaan kerja, manfaat pensiun ahli waris sebesar 72 % dari manfaat pensiun yang seharusnya diterima peserta.

Jika peserta penerima manfaat pensiun hari tua mening-gal dunia, janda atau duda dari peserta tersebut mendapatkan 36% dari manfaat pensiun hari tua yang diterima peserta. Janda atau duda dari peserta yang meninggal dunia dapat memperoleh manfaat pensiun hari tua dengan ketentuan peserta telah menikah secara sah sekurang-kurangnya satu tahun sebelum kematiannya, kecuali peserta meninggal karena kecelakaan.

Apabila janda atau duda meninggal dunia atau tidak memenuhi persyaratan sebagai ahli waris, maka manfaat pensiun dilanjutkan kepada anak yang memenuhi persyaratan

117

REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIATransformasi BPJS: Indahnya Harapan Pahitnya Kegagalan

Page 133: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

memenuhi persyaratan, maka manfaat pensiun dilanjutkan kepada orang tua yang memenuhi persyaratan sebagai ahli waris.

Apabila peserta penerima manfaat jaminan pensiun cacat total tetap meninggal dunia, maka manfaat jaminan pensiun dibayarkan kepada ahli waris, yang meliputi: (1) Janda atau duda yang tidak menikah kembali; (2) Anak di bawah usia 23 tahun yang belum menikah dan belum bekerja, termasuk anak tiri dan anak yang diadopsi secara hukum; (3) Orangtua bagi pekerja lajang sebagai satu-satunya orang yang bertang-gung jawab secara penuh.

Manfaat pensiun bagi ahli waris akan berhenti jika: (1) Janda atau duda menikah kembali; (2) Anak menikah atau mencapai usia 23 tahun atau telah bekerja.

Lamanya penerimaan pensiun untuk orang tua sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan yang berlaku. Jika janda atau duda atau anak atau orang tua dari peserta berhak menerima manfaat pensiun lebih dari satu manfaat, maka jan-da atau duda atau anak atau orang tua tersebut hanya dapat memilih salah satu dari manfaat pensiun yang paling besar.

Jenis Program, BPJS Dan Penahapan

Pendaftaran

Kepesertaan Program Jaminan Sosial oleh

Pemberi KerjaPada bagian ini akan diuraikan tentang Jenis Progran

dan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS), Penahapan Pendaftaran Kepesertaan Jaminan Kesehatan dan Penahapan Pendaftaran Kepesertaan Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan Hari Tua, Jaminan Kematian dan Jaminan Pensiun.

Jenis Program Dan Badan Penyelenggara

Jaminan SosialJenis Program Jaminan Sosial meliputi: (1) Jaminan

118

Dr. Chazali H. Situmorang, Apt, M.Sc

Page 134: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

Penahapan Pendaftaran Kepesertaan

Program Jaminan KesehatanPemberi kerja selain penyelenggara negara yang sudah

mengikutsertakan pekerjanya dalam program jaminan kesehatan melanjutkan mendaftarkan pekerjanya sebagai peserta program Jaminan Kesehatan. Penyelenggara Negara yang sudah mendaftarkan Pegawai Negeri dan Penerima Pesiunan Pegawai Negeri, Veteran dan Perintis Kemerdekaan sebagai peserta program Jaminan Kesehatan melanjutkan mendaftarkan Pegawai Negeri, Penerima Pensiunan Pegawai Negeri, Veteran dan Kemerdekaan sebagai peserta program Jaminan Kesehatan.

Penyelenggara negara wajib mendaftarkan pejabat negara dan pegawai tidak tetap yang diangkat oleh pejabat yang berwenang di lingkungan pemerintahan sebagai peserta program jaminan kesehat. Pimpinan lembaga yang dibentuk berdasarkan peraturan perundangan wajib mendaftarkan diri-nya dan anggota lembaga serta pegawainya sebagai peserta Program Jaminan Kesehatan. Pendaftaran oleh penyeleng-gara negara dilakukan oleh pimpinan Kementerian/ Lembaga.

Pemberi kerja selain penyelenggara negara yang yang belum mendaftarkan dirinya dan pekerjanya sebagai peserta jaminan kesehatan wajib mendaftarkan dirinya dan pekerjanya sebagai peserta Jaminan Kesehatan. Orang yang berusaha sendiri dan orang yang bekerja atau berusaha dengan sistem bagi hasil atau setoran atau komisi, wajib mendaftarkan dirinya sebagai peserta Jaminan Kesehatan.

Pendaftaran kepesertaan Jaminan Kesehatan dilaku-kan kepada BPJS Kesehatan sejak mulai beroperasinya BPJS Kesehatan pada tanggal 1 Januari 2014.

Penahapan Kepesertaan Program

Kecelakaan Kerja, Jaminan Hari Tua,

Jaminan Pensiun Dan Jaminan Kematian

119

REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIATransformasi BPJS: Indahnya Harapan Pahitnya Kegagalan

Page 135: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

tian, melanjutkan mendaftarkan pekerjanya sebagai peserta Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan Hari Tua dan Jaminan Kematian.Pemberi kerja) wajib mendaftarkan dirinya dan pekerjanya sebagai peserta Jaminan Pensiun.

Pemberi kerja selain penyelenggara negara yang mem-pekerjakan 5 orang pekerja keatas atau membayar upah sebulan paling sedikit 5 (lima) kali Pendapatan Tidak Kena Pajak Pekerja Lajang (PTKP PL) dan belum mendaftarkan dirinya dan pekerjanya sebagai peserta Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan Hari Tua, dan Jaminan Kematian, wajib men-daftarkan dirinya dan semua pekerjanya sebagai peserta jaminan sosial yang diselenggarakan oleh BPJS Ketenaga-kerjaan dengan ketentuan sebagai berikut: Pertama, pekerja dengan status hubungan kerja perjanjijan kerja waktu tidak tertentu (PKWTT) wajib didaftarkan dalam program Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan Hari Tua, Jaminan Pensiun dan Jaminan Kematian. Kedua, pekerja dengan status hubungan kerja perjanjian kerja waktu tertentu (PKWT) dan pekerja harian lepas yang telah memiliki masa kerja 3 bulan atau lebih wajib didaftarkan dalam program Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan Hari Tua, Jaminan Pensiun dan Jaminan Kematian. Ketiga, pekerja dengan status hubungan kerja perjanjian kerja waktu tertentu (PKWT) dan pekerja harian lepas yang memiliki masa kerja kurang dari 3 bulan wajib didaftarkan dalam program Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian.

Pendaftaran program Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan Kematian dan Jaminan Hari Tua dimulai pada saat PT. Jamsostek (Persero) berubah menjadi BPJS Ketenaga-kerjaan tanggal 1 Jamuari 2014. Pendaftaran program jaminan pensiun dimulai pada saat BPJS Ketenagakerjaan mulai beroperasi tanggal 1 Juli 2015.

Pemberi kerja yang mempekerjakan pekerja kurang dari 5 orang, secara bertahap mendaftarkan dirinya dan peker-janya sebagai peserta jaminan sosial pada program Jaminan Sosial yang diselenggarakan oleh BPJS Ketenagakerjaan dengan ketentuan: Pertama, pendaftaran program Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan kematian dimulai pada saat PT.Jamsostek (Persero) berubah menjadi BPJS Ketenaga-

120

Dr. Chazali H. Situmorang, Apt, M.Sc

Page 136: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

kerjaan pada tanggal 1 Januari 2014. Kedua, pendaftaran pro-gram Jaminan Hari Tua dan Jaminan Pensiun dimulai pada saat BPJS Ketenagakerjaan mulai beroperasi tanggal 1 Juli 2015.

Pekerja bukan penerima upah secara bertahap mendaf-tarkan dirinya sebagai peserta jaminan sosial yang diseleng-garakan oleh BPJS Ketenagakerjaan dengan ketentuan seba-gai berikut: (1) bagi pekerja yang berpenghasilan rata-rata sebulan paling sedikit sebesar 1 (satu) kali penghasilan tidak kena pajak pekerja lajang (PTKP PL) mendaftarkan dirinya sebagai peserta program jaminan kecelakaan kerja dan jami-nan kematian; (2) bagi pekerja yang berpenghasilan rata-rata sebulan paling sedikit 3 (tiga) kali penghasilan tidak kena pajak pekerja lajang (PTKP PL) mendaftarkan dirinya sebagai peser-ta program Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan Kematian dan Jaminan Hari Tua. Pendaftaran dilakukan kepada BPJS Kete-nagakerjaan sejak mulai beroperasinya BPJS Ketenaga-kerjaan tanggal 1 Juli 2015.

Kewajiban Pemberi Kerja Yang Belum

Mendaftarkan

Pekerjanya Sebagai Peserta Jaminan SosialDalam hal pemberi kerja belum memenuhi kewajiban-

nya dalam mendaftarkan pekerjanya sebagai peserta program jaminan sosial, pemberi kerja berkewajiban menanggung: (1) seluruh biaya perawatan dan pengobatan bagi pekerja yang sakit atau mengalami kecelakaan kerja; (2) santunan berupa uang tunai bagi pekerja yang mengalami cacat akibat kerja sesuai tingkat kecacatannya atau meninggal dunia.

Tata Cara PendaftaranPemberi kerja yang memenuhi persyaratan wajib untuk

mendaftarkan dirinya dan pekerjanya sebagai peserta jaminan sosial dengan mengisi formulir pendaftaran. Formulir pendaf-taran disediakan oleh masing-masing BPJS. Pendaftaran sebagaimana dilakukan secara kolektif oleh pemberi kerja

121

REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIATransformasi BPJS: Indahnya Harapan Pahitnya Kegagalan

Page 137: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

janya berikut anggota keluarga pekerja secara lengkap dan benar kepada BPJS.

Data pemberi kerja meliputi: (1) domisili pemberi kerja; (2) kepemilikan perusahaan, atau kepengurusan badan hu-kum atau badan usaha lainnya; (3) jenis atau bidang usaha atau kegiatan yang dilakukan; (4) jumlah pekerja yang dipe-kerjakan dengan hubungan kerja berdasarkan perjanjian kerja waktu tidak tertentu (PKWTT); dan (5) jumlah pekerja yang dipekerjakan dengan status hubungan kerja berdasarkan

Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT).Data pekerja meliputi: (1) nama setiap pekerja; (2) tang-

gal lahir pekerja; (3) nama anggota keluarga yang menjadi tanggungan pekerja; (4) alamat setiap pekerja; (5) besarnya upah setiap pekerja; dan (6) Nomor Induk Kependudukan.

Pemberi kerja menyampaikan formulir yang telah diisi dan dilengkapi dengan data-data yang diperlukan kepada masing-masing BPJS selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari sejak formulir diterima oleh pemberi kerja.

Penyerahan formulir harus disertai dengan pembayarn iuran pertama.Bentuk dan isi formulir ditetapkan oleh masing-masing BPJS. BPJS Ketenagakerjaan berkoordinasi dengan BPJS Kesehatan dalam menetapkan bentuk dan isi formulir.

Pemberi kerja wajib mengisi formulir dengan baik dan benar mengenai data pribadi pekerja dan anggota keluarga-nya, upah atau gaji yang dibayarkan kepada masing-masing pekerja, serta jumlah pekerja yang dipekerjakan.

Dalam waktu paling lambat 7 (tujuh) hari sejak formulir diterima oleh BPJS, BPJS wajib menerbitkan sertifikat kepesertaan kepada masing-masing pemberi kerja.Sertifikat kepesertaan merupakan tanda kepesertaan pemberi kerja. Tata cara pendaftaran kepesertaan jaminan sosial diatur lebih lanjut oleh masing-masing BPJS.

Nomor Identitas TunggalBPJS Kesehatan wajib memberikan nomor identitas

tunggal kepada setiap peserta dan anggota keluarga peserta. Nomor identitas tunggal digunakan oleh BPJS Ketenaga-kerjaan untuk kepesertaan Jaminan Kecelakaan Kerja, Jami-

122

Dr. Chazali H. Situmorang, Apt, M.Sc

Page 138: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

Nomor identitas tunggal merupakan tanda kepesertaan bagi pekerja dalam program Jaminan Sosial yang diikuti. Nomor Identitas tunggal disampaikan oleh masing-masing BPJS kepada pemberi kerja paling lambat 14 (empat belas) hari sejak formulir pendaftaran diterima oleh masing-masing BPJS. Nomor Identitas tunggal juga merupakan nomor pen-daftaran kepesertaan untuk pertama kalinya dan seterusnya sepanjang terdaftar sebagai penduduk Indonesia.

Pemberi kerja menyampaikan Nomor Identitas tunggal kepada masing-masing pekerja paling lambat 7 (tujuh) hari sejak nomor identitas tunggal diterima dari masing-masing BPJS.Peserta berhak mengakses informasi tentang program jaminan sosial yang diikuti. Dalam memberikan Nomor Identi-tas tunggal, BPJS Ketenagakerjaan berkoordinasi dengan BPJS Kesehatan.

PelaporanPemberi kerja wajib melaporkan kepada masing-

masing BPJS jika terjadi perubahan data pemberi kerja dan data pekerjanya.Perubahan data pemberi kerja meliputi: (1) perubahan domisili pemberi kerja; (2) perubahan kepemilikan perusahaan, atau kepengurusan badan hukum atau badan usaha lainnya; dan (3) penambahan pekerja baru atau pengu-rangan pekerja; (4) Perubahan data pekerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: perpindahan pekerja kepada pemberi kerja lain, kenaikan upah pekerja dan perubahan data keluarga pekerja.

Dalam hal pekerja mengalami PHK, pekerja yang ber-sangkutan wajib melaporkan kepada BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan. Dalam hal terjadi penutupan perusa-haan atau kepailitan perusahaan, pemberi kerja wajib mela-porkannya kepada masing-masing BPJS.

123

REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIATransformasi BPJS: Indahnya Harapan Pahitnya Kegagalan

Page 139: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

Tata Cara Pemilihan Dan Penetapan Dewan

Pengawas Dan Direksi BPJS, Penggantian

Antar Waktu Anggota Dewan Pengawas

Dan Anggota Direksi BPJS.

Organ Badan Penyelenggara Jaminan SosialOrgan BPJS terdiri atas Dewan Pengawas dan Direksi.

Dewan Pengawas terdiri atas 7 (tujuh) orang profesional, yang meliputi 2 (dua) orang unsur Pemerintah, 2 (dua) orang unsur Pekerja dan 2 (dua) orang unsur Pemberi Kerja, serta 1 (satu) orang unsur tokoh masyarakat. Dewan Pengawas BPJS diangkat dan diberhentikan oleh Presiden dan salah seorang dari anggota Dewan Pengawas ditetapkan sebagai Ketua Dewan Pengawas oleh Presiden. Dewan Pengawas diangkat untuk jangka waktu 5 (lima) tahun dan dapat diusulkan untuk diangkat kembali untuk 1 (satu) kali masa jabatan berikutnya.

Direksi BPJS terdiri atas paling sedikit 5 (lima) orang anggota yang berasal dari unsur profesional. Anggota Direksi diangkat dan diberhentikan oleh Presiden dan ditetapkan salah seorang dari Anggota Direksi sebagai Direktur Utama. Anggota Direksi diangkat untuk jangka waktu 5 (lima) tahun dan dapat diusulkan untuk diangkat kembali untuk 1 (satu) kali masa jabatan berikutnya.

Persyaratan Anggota Dewan Pengawas

dan Anggota DireksiUntuk dapat diangkat sebagai anggota Dewan Penga-

was atau anggota Direksi, calon yang bersangkutan harus memenuhi syarat sebagai berikut: (1) Warga Negara Indone-sia; (2) Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; (3) Sehat jasmani dan rohani; (4) Memiliki integritas dan kepribadian yang tidak tercela; (5) Memiliki kualifikasi dan kompetensi yang sesuai untuk pengelolaan program Jaminan Sosial; (6) Ber-

124

Dr. Chazali H. Situmorang, Apt, M.Sc

Page 140: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana kejahatan yang diancam dengan pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih; dan/atau (10) tidak pernah menjadi anggota direksi, komisaris, atau dewan pengawas pada suatu badan hukum yang dinyatakan pailit karena kesalahan yang bersangkutan.

Untuk memenuhi persyaratan umum diatas, calon ang-gota Dewan Pengawas dan anggota Direksi harus membukti-kan dengan: (1) Kartu Tanda Penduduk yang sah dan masih berlaku; (2) Surat Keterangan hasil pemeriksaan kesehatan dari rumah sakit Pemerintah; (3) Surat Keterangan Catatan Kepolisian dari Kepala Kepolisian di tempat tinggal yang ber-sangkutan; (4) Surat Pernyataan dari yang bersangkutan bah-wa tidak menjabat sebagai pengurus partai politik; (5) Surat Keterangan dari Pengadilan Negeri di tempat tinggal yang bersangkutan bahwa yang bersangkutan tidak sedang dalam proses peradilan karena melakukan tindak pidana; (6) Surat pernyataan dari yang bersangkutan bahwa tidak pernah dipidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana kejahatan yang diancam dengan pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih; (7) Surat Pernyataan dari yang bersangkutan bahwa tidak pernah menjadi anggota direksi, komisaris, atau pengawas pada suatu badan hukum yang dinyatakan pailit karena kesalahan yang bersangkutan; (8) Surat pernyataan kesediaan yang bersangkutan untuk melepaskan jabatan di pemerintahan atau badan hukum lainnya selama menjabat anggota Dewan Pengawas atau anggota Direksi.

Selain harus memiliki persyaratan umum diatas, calon anggota Dewan Pengawas harus memenuhi persyaratan khusus, yaitu memiliki kompetensi dan atau pengalaman di bidang manajemen, khususnya di bidang pengawasan paling sedikit 5 (lima) tahun.

Kompetensi dan/atau pengalaman sebagaimana dimak-sud pada ayat (1) dibuktikan dengan: (1) Sertifikat kompetensi dari lembaga yang berwenang; dan/atau (2) Surat Keterangan pengalaman kerja dari instansi/lembaga/badan hukum tempat yang bersangkutan bekerja.

125

REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIATransformasi BPJS: Indahnya Harapan Pahitnya Kegagalan

Page 141: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

Selain harus memiliki persyaratan umum, calon anggota Direksi harus memenuhi persyaratan khusus, yaitu memiliki kompetensi yang terkait untuk jabatan direksi yang bersang-kutan dan/atau memiliki pengalaman manajerial paling sedikit 5 (lima) tahun.

Kompetensi dan/atau pengalaman sebagai-mana dimaksud pada ayat (1) dibuktikan dengan: (1) Sertifikat kom-petensi dari lembaga yang berwenang; dan/atau (2) Surat Keterangan berpengalaman dari instansi/lembaga/badan hukum tempat yang bersangkutan bekerja.

Pembentukan Panitia SeleksiUntuk memilih dan menetapkan anggota Dewan Penga-

was dan anggota Direksi, Presiden membentuk Panitia Seleksi yang bertugas melaksanakan ketentuan yang diatur dalam Pe-raturan Presiden. Keanggotaan Panitia Seleksi terdiri atas 2 (dua) orang unsur Pemerintah dan 5 (lima) orang unsur masyarakat dan kemudian di tetapkan dengan Keputusan Presiden.

Unsur Pemerintah berasal dari kementerian yang menyelenggarakan urusan di bidang keuangan, kesehatan, dan/atau ketenagakerjaan.Sedangkan unsur masyarakat berasal dari tokoh masyarakat pemangku kepentingan yaitu unsur pemberi kerja, pekerja, ahli rekrutmen sumber daya manusia, tokoh dan/atau ahli jaminan sosial.

Pemilihan anggota Panitia Seleksi harus dilakukan secara transparan dan objektif dan ditetapkan dengan Keputu-san Presiden. Panitia Seleksi dibentuk Paling singkat 3 (tiga bulan) sebelum berakhirnya masa jabatan Dewan Pengawas dan Direksi atau 14 (empat belas) hari kerja terhitung sejak laporan terjadinya kekosongan jabatan Dewan Pengawas dan/atau Direksi diterima.

Panitia Seleksi melaksanakan tugas sebagai berikut :Pengumuman penerimaan calon anggota Dewan Pengawas dan anggota Direksi;Seleksi administratif;Pengumuman nama calon yang lolos seleksi administratif;Penerimaan dan pengolahan masukan/tanggapan masyarakat tentang calon yang dinyatakan lolos seleksi administratif;Penilaian kompetensi dan integritas moral calon; danPenetapan calon

126

Dr. Chazali H. Situmorang, Apt, M.Sc

Page 142: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

Tata Cara Pemilihan Dan Penetapan Dewan

P e n g a w a s D a n D i r e k s i B a d a n

Penyelenggara Jaminan Sosial

Persiapan PemilihanSebelum melakukan proses seleksi calon anggota

Dewan Pengawas dan calon anggota Direksi, Panitia Seleksi berkewajiban untuk: (1) menyusun dan menetapkan jadwal kegiatan seleksi calon Dewan Pengawas dan Direksi; (2) menyusun dan menetapkan mekanisme seleksi calon Dewan Pengawas dan Direksi.

Pengumuman penerimaan pendaftaran calon Dewan Pengawas dan Direksi dilakukan paling lama 5 (lima) hari kerja setelah Panitia Seleksi ditetapkan.

Pengumuman dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut: (1) Dilakukan 3 (tiga) hari kerja berturut-turut melalui media massa elektronik dan paling sedikit 2 (dua) media massa cetak yang memiliki peredaran luas secara nasional; (2) Paling sedikit memuat informasi mengenai: (a) waktu dan tempat pendaftaran; (b) pemberitahuan kepada pendaftar untuk menyebutkan secara jelas posisi yang dikehendaki; (c) syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh pendaftar; (d) formulir atau dokumen pendukung yang harus disertakan oleh pendaftar; (e) penutupan pendaftaran 5 (lima) hari kerja setelah pendaftaran dibuka; (f) nama dan nomor telpon/ handphone petugas yang dapat dihubungi oleh pendaftar yang memerlukan informasi lebih lanjut.

Tata Cara Pendaftaran Dan PemilihanSetiap orang yang memenuhi persyaratan untuk men-

jadi Dewan Pengawas dan Direksi dapat mendaftarkan diri kepada Panitia Seleksi dengan syarat: (1) pendaftaran dilaku-kan pada waktu dan tempat yang telah ditentukan; (2) mengisi formulir pendaftaran yang ditentukan oleh Panitia Seleksi; (3) melampirkan dokumen untuk membuktikan dipenuhinya persyaratan.

127

REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIATransformasi BPJS: Indahnya Harapan Pahitnya Kegagalan

Page 143: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

Pekerja diusulkan dan didaftarkan kepada Panitia Seleksi oleh organisasi Pekerja di tingkat nasional yang memenuhi persya-ratan keterwakilan untuk duduk dalam lembaga ketenaga-kerjaan yang bersifat tripartit, dengan melampirkan persya-ratan. Calon anggota Dewan Pengawas dari unsur Pemberi Kerja diusulkan dan didaftarkan kepada Panitia Seleksi, oleh organisasi pengusaha di tingkat nasional, dengan melampir-kan persyaratan. Keterwakilan unsur Pekerja dan Pemberi kerjasebagaimana dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Panitia Seleksi melakukan pemeriksaan pemenuhan persyaratan administratif yang ditentukan bagi setiap pendaf-tar yang telah mendaftarkan diri dalam batas waktu yang telah ditentukan oleh Panitia Seleksi dalam waktu paling lama 4 (empat) hari kerja sejak pendaftaran ditutup.

Panitia Seleksi mengumumkan nama calon anggota Dewan Pengawas dan nama calon anggota Direksi yang memenuhi persyaratan administratif. Pengumuman dilakukan melalui media massa paling lama 5 (lima) hari kerja setelah pemeriksaan pemenuhan persyaratan administrasi selesai dilaksanakan. Selain pengumuman melalui media masa, Panitia Seleksi memberitahukan secara tertulis kepada pen-daftar yang dinyatakan memenuhi persyaratan administratif.

Masyarakat diberikan kesempatan untuk menyampai-kan tanggapan terhadap nama calon anggota Dewan Penga-was dan calon anggota Direksi yang telah diumumkan oleh Panitia Seleksi. Penyampaian tanggapan oleh masyarakat dilakukan dengan ketentuan: (1) tanggapan disampaikan secara tertulis kepada Panitia Seleksi; (2) identitas anggota masyarakat yang memberi tanggapan harus dicantumkan secara jelas; (3) menyebutkan secara jelas terhadap calon mana tanggapan ditujukan; (4) anggota masyarakat yang menyampaikan tanggapan menguraikan secara jelas isi tang-gapannya disertai dengan dokumen dan bukti pendukung.

Penyampaian tanggapan oleh masyarakat dilakukan dalam waktu paling lama 15 (lima belas) hari kerja terhitung sejak tanggal pengumuman nama calon anggota Dewan Pengawas dan nama calon anggota Direksi yang memenuhi persyaratan administratif.

128

Dr. Chazali H. Situmorang, Apt, M.Sc

Page 144: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

Calon anggota Dewan Pengawas dan calon anggota Direksi yang mendapatkan tanggapan dari masyarakat diberi kesempatan untuk melakukan klarifikasi terhadap tanggapan masyarakat paling lama 3 hari setelah kesempatan menyam-paikan tanggapan disampaikan oleh Panitia Seleksi.

Paling lama 5 (lima) hari kerja setelah kesempatan menyampaikan klarifikasiatas tanggapan masyarakat ditutup, Panitia Seleksi melakukan seleksi terhadap calon Dewan Pengawas dan calon anggota Direksi yang telah dinyatakan memenuhi persyaratan administratif dan melakukan klarifikasi terhadap tanggapan masyarakat.

Seleksi meliputi aspek: kapabilitas, integritas, kesehatan dan kompetensi. Seleksi kapabilitas dilakukan melalui kegia-tan penilaian profil oleh pihak ketiga independen yang ditunjuk oleh Panitia Seleksi. Seleksi kesehatan dilakukan melalui kegiatan pemeriksaan umum kesehatan (general check up) oleh rumah sakit yang ditunjuk oleh Panitia Seleksi. Seleksi kompetensi dilakukan melalui kegiatan penulisan ilmiah dan wawancara kompetensi oleh Panitia Seleksi.

Paling lama 10 (sepuluh) hari kerja setelah kesempatan menyampaikan tanggapan masyarakat ditutup, Panitia Selek-si menentukan nama calon anggota Dewan Pengawas dan calon anggota Direksi untuk disampaikan kepada Presiden.

Laporan Panitia Seleksi kepada Presiden paling sedikit memuat: (1) proses pemilihan dan penetapan calon anggota Dewan Pengawas dan calon anggota Direksi; (2) daftar nama calon anggota Dewan Pengawas dan calon anggota Direksi yang diusulkan kepada Presiden, sebanyak 2 (dua) kali jumlah jabatan yang diperlukan. (3) daftar nama calon anggota Dewan Pengawas dilengkapi dengan keterangan unsur yang diwakili oleh calon yang bersangkutan. (4) tanggal dibuatnya laporan dan tanda tangan Panitia Seleksi. Laporan Panitia Seleksi kepada Presiden harus dilampiri dokumen proses pemilihan dan penentuan calon anggota Dewan Pengawas dan calon anggota Direksi.

Panitia Seleksi dapat secara aktif mendorong masya-rakat yang memenuhi persyaratan untuk mendaftarkan diri sebagai calon Dewan Pengawas dan Direksi atau calon Pengganti Antar Waktu. Proses dan hasil seleksi bersifat rahasia dan hanya dipergunakan oleh Panitia Seleksi.

129

REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIATransformasi BPJS: Indahnya Harapan Pahitnya Kegagalan

Page 145: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

Pemilihan dan Penetapan Calon Dewan

Pengawas dan DireksiPresiden memilih dan menetapkan anggota Dewan

Pengawas yang berasal dari unsur Pemerintah dan anggota Direksi berdasarkan usul dari Panitia Seleksi. Presiden mengajukan usulan nama calon anggota Dewan Pengawas yang berasal dari unsur Pekerja, unsur Pemberi Kerja, dan unsur tokoh masyarakat, sebanyak 2 (dua) kali jumlah jabatan yang diperlukan, kepada Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indomesia, paling lama 10 (sepuluh) hari kerja terhitung sejak tanggal diterimanya daftar nama calon dari Panitia Seleksi.

Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia memilih anggota Dewan Pengawas yang berasal dari unsur Pekerja, Pemberi Kerja, dan tokoh paling lama 20 (dua puluh) hari kerja terhitung sejak tanggal penerimaan usulan dari Presiden. Pemilihan calon anggota Dewan Pengawas dilaksanakan sesuai dengan Peraturan Tata Tertib DPR RI. Pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia menyampaikan nama calon terpilih kepada Presiden paling lama 5 (lima) hari kerja terhitung sejak tanggal berakhirnya pemilihan.

Presiden menetapkan calon terpilih. paling lama 10 (sepuluh) hari kerja terhitung sejak tanggal penerimaan surat dari pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia. Penetapan anggota Dewan Pengawas dari unsur Pemerintah dan anggota Direksi dilakukan bersama-sama dengan peneta-pan anggota Dewan Pengawas dengan Keputusan Presiden dan disampaikan kepada anggota Dewan Pengawas dan ang-gota Direksi dan tembusannya disampaikan kepada DJSN.

Tata Cara Pemilihan Dan Penetapan Calon

Pengganti Antar Waktu Dewan Pengawas

Dan/Atau Direksi BPJSDalam hal anggota Dewan Pengawas atau anggota

Direksi berhenti dan/atau diberhentikan dari jabatannya, Presiden mengangkat anggota Dewan Pengawas atau ang-

130

Dr. Chazali H. Situmorang, Apt, M.Sc

Page 146: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

dalam waktu paling lama 3 (tiga) hari kerja sejak terjadinya kekosongan jabatan dengan tembusan kepada DJSN. Presiden membentuk Panitia Seleksi untuk memilih calon Pengganti Antarwaktu dalam waktu paling lama 14 (empat belas) hari kerja terhitung sejak laporan diterima dari Dewan Pengawas atau Direksi.

Tata cara pemilihan dan penetapan calon Dewan Pengawas dan Direksi mutatis mutandis berlaku untuk pemili-han dan penetapan calon Pengganti Antarwaktu. Dalam hal sisa masa jabatan anggota Dewan Pengawas atau anggota Direksi yang digantikan kurang dari 18 (delapan belas) bulan, Presiden menetapkan anggota pengganti antarwaktu berda-sarkan usulan DJSN, tanpa membentuk Panitia Seleksi kembali.

DJSN mengajukan usulan berdasarkan peringkat hasil seleksi yang terdaftar dalam daftar nama calon Dewan Pengawas dan Direksi yang telah disampaikan Panitia Seleksi kepada Presiden dan memperhatikan keterwakilan unsur anggota Dewan Pengawas.

Dalam hal tidak ada lagi nama calon pengganti antarwaktu anggota Dewan Pengawas dan/atau anggota Direksi berdasarkan peringkat hasil seleksi, DJSN melakukan seleksi calon anggota pengganti antarwaktu Dewan Pengawas dan/atau Direksi dengan berpedoman peraturan perundang-undangan yang berlaku.

DJSN menyampaikan usulan kepada Presiden dalam waktu paling lama 3 (tiga) hari kerja terhitung sejak diterimanya tembusan laporan terjadinya kekosongan jabatan anggota Dewan Pengawas dan/atau anggota Direksi dari Dewan Pengawas atau Direksi.

Presiden menetapkan anggota Pengganti antarwaktu Dewan Pengawas dan/atau Direksi berdasarkan usulan DJSN paling lama 45 (empat puluh lima) hari kerja terhitung sejak usulan dari DJSN diterima.

Anggota Dewan Pengawas atau anggota Direksi pengganti antarwaktu meneruskan sisa masa jabatan anggota Dewan Pengawas atau anggota Direksi yang digantikan.

131

REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIATransformasi BPJS: Indahnya Harapan Pahitnya Kegagalan

Page 147: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

Gaji Atau Upah Dan Manfaat Tambahan

Lainnya Serta

Insentif Bagi Dewan Pengawas Dan Direksi

BPJS

Penghasilan Dewan Pengawas Dan DireksiPenghasilan Dewan Pengawas dan Direksi terdiri dari

Gaji atau Upah dan Manfaat Tambahan Lainnya. Manfaat tam-bahan lainnya yaitu meliputitunjangan dan fasilitas pendukung pelaksanaan tugas.

Tunjangan bagi Dewan Pengawas dan Direksi terdiri atas: (1) tunjangan jabatan; (2) tunjangan istri dan anak; dan (3) tunjangan representasi. Fasilitas pendukung pelaksanaan tugas bagi Dewan Pengawas dan Direksi terdiri dari: (1) fasili-tas pemeliharaan kesehatan; (2) fasilitas rumah jabatan dan pemeliharaannya; (3) fasilitas keanggotaan dalam perkum-pulan profesi; dan (4) fasilitas transportasi dankomunikasi.

Selain tunjangan dan fasilitas Dewan Pengawas dan Direksi diberikan tunjangan dan fasilitas lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Dewan Pengawas dan Direksi memperoleh penghasilan berdasarkan tingkat tanggung jawab serta tuntutan profesionalisme yang diperlu-kan dalam menjalankan tugas di dalam BPJS.

Penetapan penghasilan dilakukan dengan memperhati-kan tingkat kewajaran yang berlaku dan dengan mempertim-bangkan faktor pendapatan, aktiva, kondisi dan kemampuan keuangan BPJS, tingkat inflasi dan faktor-faktor lain yang relevan. Faktor-faktor lain yang relevan adalah tingkat remu-nerasi yang berlaku umum dalam industri ataupun lembaga sejenis atau lembaga yang mengelola dana atau memikul risiko sebesar yang dikelola BPJS.

Dalam hal perhitungan penghasilan dengan memper-hatikan faktor-faktorsebagaimana menyebabkan penghasilan menjadi lebih rendah daripada tahun sebelumnya, penghasi-lan yang diberikan kepada Dewan Pengawas dan Direksi

132

Dr. Chazali H. Situmorang, Apt, M.Sc

Page 148: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

anggota Direksi ditetapkan berdasarkan rumus sebagai berikut :

Gaji/Upah = Gaji/Upah Dasar x Faktor Penyesuaian Industri x Faktor Penyesuaian Inflasi x Faktor Jabatan.

Gaji/upah dasar ditetapkan berdasarkan beban kerja dan kinerja operasional BPJS. Beban Kerja yaitu pertimba-ngan atas ukuran (size) dan jumlah aset yang dikelola BPJS, besarnya tanggung jawab dan kemampuan pendapatan BPJS yang bersangkutan.

Kinerja operasional BPJS ditetapkan dengan sekurang-kurangnya mempertimbangkan indikator keuangan, pelaya-nan, mutu dan manfaat bagi masyarakat.

Gaji atau upah anggota Direksi ditetapkan sebesar 90% (sembilan puluh persen) dari gaji atau upah Direktur Utama. Besaran gaji atau upah Dewan Pengawas ditetapkan sebagai berikut: (1) Gaji atau upah Ketua Dewan Pengawas sebesar 40% (empat puluh persen) dari gaji atau upah Direktur Utama; (2) Gaji atau upah anggota Dewan Pengawas sebesar 36% (tiga puluh enam persen) dari gaji atau upah Direktur Utama. Pajak atas gaji atau upah Dewan Pengawas dan anggota Direksi ditanggung dan menjadi beban BPJS.

Dewan Pengawas dan Direksi yang diberhentikan sementara dari jabatannya memperoleh penghasilan sebesar 50% (lima puluh persen) dari gaji atau upah bulan terakhir yang berlaku sejak tanggal diberhentikan sampai dengan ditetapkannya keputusan definitif tentang jabatan yang ber-sangkutan.

Besarnya manfaat tambahan lainnya yang diterima Dewan Pengawas dan Direksi ditetapkan dengan memper-hatikan kemampuan pendapatan BPJS yang bersangkutan dan dapat mengacu kepada tunjangan dan fasilitas yang dibe-rikan kepada pejabat-pejabat setingkat pada Badan Umum Milik Negara atau badan hukum publik lainnya. Besaran peng-hasilan bagi Dewan Pengawas dan Direksi pada masing-masing BPJS diusulkan oleh masing-masing Direksi BPJS kepada Presiden.

133

REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIATransformasi BPJS: Indahnya Harapan Pahitnya Kegagalan

Page 149: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

Presiden menetapkan penghasilan bagi Dewan Penga-was dan Direksi berdasarkan usulan dari masing-masing Direksi BPJS Kepada Presiden dan kemudian penghasilan bagi Dewan Pengawas dan Direksi dibayarkan dari aset BPJS.

InsentifDewan Pengawas dan Direksi dapat memperoleh

insentif sesuai dengan kinerja BPJS.Besarnya insentif yang diterima Dewan Pengawas dan Direksi ditetapkan dengan memperhatikan prosentase tertentu dari surplus anggaran atau berdasarkan keuntungan yang diperoleh dari hasil pengembangan aset BPJS dalam tahun buku yang bersang-kutan atau berdasarkan adanya peningkatan kinerja BPJS walaupun BPJS masih mengalami kerugian dalam tahun buku yang bersangkutan dan melakukan koreksi pembukuan apa-bila diperlukan.

Besaran insentif bagi Dewan Pengawas dan Direksi pada masing-masing BPJS diusulkan kepada Presiden. Presiden menetapkan insentif bagi Dewan Pengawas dan Direksi berdasarkan usulan dari masing-masing BPJS. Insentif bagi Dewan Pengawas dan Direksi dibayarkan dari hasil pengembangan aset BPJS. Insentif bagi Dewan Pengawas dan Direksi dibayarkan setiap akhir tahun buku dari hasil pengembangan aset BPJS. Pajak atas insentif bagi Dewan Pengawas dan Direksi ditanggung dan menjadi beban BPJS.

Santunan Purna JabatanDewan Pengawas dan Direksi dapat diberikan pesa-

ngon berupa santunan purna jabatan. Santunan purna jabatan diberikan dengan mengikutsertakan Dewan Pengawas dan Direksi dalam program asuransi atau tabungan pensiun yang beban premi tahunannya ditanggung oleh BPJS. Premi tahunan ditetapkan paling banyak sebesar 25% (dua puluh lima persen) dari gaji atau upah dalam satu tahun.

Untuk pertama kalinya besaran Gaji atau Upah dan Manfaat Tambahan Lainnya serta Insentif bagi Dewan Penga-was dan Direksi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial mengi-

134

Dr. Chazali H. Situmorang, Apt, M.Sc

Page 150: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

untuk Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan dan mengikuti kondisi terakhir yang berlaku di PT. JAMSOSTEK (Persero) untuk Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kete-nagakerjaan.

T a t a C a r a P e n g e l o l a a n D a n

Pengembangan Aset BPJS Dan Aset Dana

Jaminan Sosial

Sumber Aset BPJS dan Aset Dana Jaminan

SosialSumber aset Badan Penyelenggara Jaminan Sosial

meliputi: (1) modal awal dari Pemerintah yang merupakan kekayaan negara yang dipisahkan dan tidak terbagi atas saham; (2) hasil pengalihan aset Badan Usaha Milik Negara yang menyelenggarakan program jaminan sosial; (3) hasil pengembangan aset BPJS; 4) dana operasional yang diambil dariDana Jaminan Sosial; (5) sumber lain yang sah sesuai dengan peraturan perundangan-undangan.

Sumber aset Dana Jaminan Sosial meliputi: (1) iuran jaminan sosial termasuk Bantuan Iuran. (2) hasil pengem-bangan Dana Jaminan Sosial. (3) hasil pengalihan aset prog-ram jaminan sosial yang menjadi hak peserta dari Badan Usaha Milik Negara yang menyelenggarakan program jamnan sosial. (4) sumber lain yang sah sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Modal awal dari Pemerintah untuk BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan ditetapkan masing-masing paling ban-yak Rp. 2.000.000.000.000,- (dua triliun rupiah) yang bersum-ber dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara. Jumlah nominal modal awal disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing BPJS dan/atau kondisi keuangan negara.

Mekanisme pengalokasian modal awal dari Pemerintah dan waktu penerimaannya diatur lebih lanjut dengan Pera-turan Menteri yang bertanggung jawab di bidang keuangan.

Iuran jaminan sosial dan bantuan iuran jaminan sosial

135

REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIATransformasi BPJS: Indahnya Harapan Pahitnya Kegagalan

Page 151: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

(Persero), PT. Jamsostek (Persero), PT. Taspen (Persero); PT. Asabri (Persero), PT. Askes (Persero), PT.Jamsostek (Persero), PT. Taspen (Persero) dan PT. Asabri (Persero) wajib melakukan pemisahan antara aset lembaga dengan aset program jaminan sosial sebelum melakukan pengalihan aset kepada BPJS. Aset PT. Askes (Persero), aset PT. Jamsostek (Persero), aset PT. Taspen (Persero) dan aset PT. Asabri (Persero) yang dialihkan menjadi aset BPJS adalah aset lem-baga sedangkan aset PT. Askes (Persero), aset PT. Jamsostek (Persero), aset PT. Taspen (Persero) dan aset PT. Asabri (Persero) yang dialihkan menjadi aset DJS adalah aset program.

Pada saat BPJS Kesehatan mulai beroperasi tanggal 1 Januari 2014, maka: (1) aset lembaga PT. Askes (Persero) dialihkan menjadi aset BPJS Kesehatan; (2) aset program kesehatan yang dikelola oleh PT. Askes (Persero) dan aset program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK) yang dikelola oleh PT. Jamsostek (Persero) dialihkan menjadi aset Dana Jaminan Sosial Kesehatan.

Aset lembaga dan aset dana jaminan sosial selanjutnya dikelola oleh BPJS Kesehatan. Pada saat PT. Jamsostek (Persero) berubah menjadi BPJS Ketenagakerjaan tanggal 1 Januari 2014,maka: (1) aset lembaga PT. Jamsostek (Persero) dialihkan menjadi aset BPJS Ketenagakerjaan; (2) aset program Jaminan Kecelakaan Kerja yang dikelola oleh PT. Jamsostek (Persero) dialihkan menjadi aset Dana Jaminan Sosial Kecelakaan Kerja; (3) aset program Jaminan Hari Tua yang dikelola oleh PT. Jamsostek (Persero) dialihkan menjadi aset Dana Jaminan Sosial Hari Tua; 4) aset program Jaminan Kematian yang dikelola oleh PT. Jamsostek (Persero) dialih-kan menjadi aset Dana Jaminan Sosial Kematian.

Aset program jaminan sosial diatas, selanjutnya dikelola oleh BPJS Ketenagakerjaan. Pada saat PT. Taspen (Persero) menyelesaikan pengalihan pesertanya kepada BPJS Ketena-gakerjaan yang dilakukan paling lambat pada tahun 2029, mak (a) aset lembaga PT. Taspen (Persero) dialihkan menjadi BPJS Ketenagakerjaan; (b) aset program Tabungan Hari Tua yang dikelola oleh PT. Taspen (Persero) dialihkan menjadi aset Dana Jaminan Sosial Hari Tua; (3) aset program Jaminan

136

Dr. Chazali H. Situmorang, Apt, M.Sc

Page 152: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

Pensiun yang dikelola oleh PT. Taspen (Persero) dialihkan menjadi aset Dana Jaminan Sosial Pensiun. Pada saat PT. Asabri (Persero) menyelesaikan pengalihan pesertanya kepada BPJS Ketenagakerjaan yang dilakukan paling lambat pada tahun 2029, maka: (1) aset lembaga PT. Asabri (Persero) dialihkan menjadi aset BPJS Ketenagakerjaan; (2) aset program Tabungan Hari Tua yang dikelola oleh PT. Asabri (Persero) dialihkan menjadi aset Dana Jaminan Sosial Hari Tua; (3) aset program Jaminan Pensiun yang dikelola oleh PT. Asabri (Persero) dialihkan menjadi aset Dana Jaminan Sosial Pensiun.

Pada saat PT. Asabri (Persero) menyelesaikan pengali-han pesertanya kepada BPJS Ketenagakerjaan yang dilaku-kan paling lambat pada tahun 2029, maka: (1) aset lembaga PT. Asabri (Persero) dialihkan menjadi aset BPJS Ketenaga-kerjaan; (2) aset program Tabungan Hari Tua yang dikelola oleh PT. Asabri (Persero) dialihkan menjadi aset Dana Jaminan Sosial Hari Tua; (3) aset program Jaminan Pensiun yang dikelola oleh PT. Asabri (Persero) dialihkan menjadi aset Dana Jaminan Sosial Pensiun;

Pengalihan aset PT. Askes (Persero) dan PT. Jamsostek (Persero) dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut: (1) Menteri BUMN dalam Rapat Umum Pemegang Saham mengesahkan laporan posisi keuangan penutup PT. ASKES (Persero) dan PT. JAMSOSTEK (Persero) per 31 Desember 2013 setelah dilakukan audit oleh kantor akuntan publik dan Menteri Keuangan mengesahkan laporan posisi keuangan pembuka BPJS dan DJS per 1 Januari 2014; (2) semua aset lembaga PT. ASKES (Persero) yang dialihkan menjadi aset BPJS Kesehatan, dan semua aset program Jaminan Kesehatan yang dialihkan menjadi aset Dana Jaminan Sosial Kesehatan dicantumkan dalam laporan keuangan pembukaan BPJS Kesehatan; (3) semua aset lembaga PT. JAMSOSTEK (Persero) yang dialihkan menjadi aset BPJS Ketenagakerjaan, dan aset program Jaminan Kecelakaan Kerja, aset program Jaminan Hari Tua serta aset program Jaminan Kematian yang dialihkan menjadi aset Dana Jaminan Sosial Ketenagakerjaan dicantumkan dalam laporan keuangan pembukaan BPJS Ketenagakerjaan.

137

REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIATransformasi BPJS: Indahnya Harapan Pahitnya Kegagalan

Page 153: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

Aset BPJS yang bersumber dari pengembangan aset BPJS dan aset DJS yang bersumber dari hasil pengembangan Dana Jaminan Sosial diperoleh dari hasil investasi dalam instrumen investasi sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Peraturan Pemerintah tentang Pengelolaan Dana Jaminan Sosial.

Aset BPJS yang bersumber dari dana opera-sional yang diambil dari Dana Jaminan Sosial ditetapkan sebesar persentase tertentu dari iuran masing-masing program jaminan sosial dan dari dana hasil pengembanganya. Aset BPJS yang bersumber dari sumber lain yang sah dilaksa-nakan sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Peraturan Pemerintah tentang Pengelolaan Dana Jaminan Sosial.

Penggunaan Aset BPJS Dan Aset Dana

Jaminan SosialAset BPJS dapat digunakan untuk: (1) biaya operasional

penyelenggaraan program Jaminan Sosial; (2) biaya penga-daan barang dan jasa yang digunakan untuk mendukung operasional penyelenggaraan Jaminan Sosial; (3) biaya untuk peningkatan kapasitas pelayanan; dan (4) investasi dalam instrumen investasi sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Peraturan Pemerintah.

Penggunaan aset BPJS untuk biaya operasional penyelenggaraan program Jaminan sosial meliputi biaya personel dan biaya non personel. Biaya personel yang dimak-sud meliputi; gaji atau upah dan manfaat tambahan lainnya serta insentif bagi anggota Dewan Pengawas, anggota Direksi dan karyawan BPJS. Biaya personil lainnya diatur lebih lanjut dengan Peraturan Direksi. Sedangkan biaya non personel antara lain adalah biaya umum dan administrasi, Biaya pembi-naan manajemen BPJS, biaya operasional BPJS lainnya.

Aset BPJS untuk biaya pengadaan barang dan jasa yang digunakan untuk mendukung operasional penyeleng-garaan jaminan sosial antara lain: pengadaan gedung/ kantor; pengadaan peralatan kantor; pengadaan alat pengolah data; pengadaan barang dan jasa dalam rangka pemberian nomor

138

Dr. Chazali H. Situmorang, Apt, M.Sc

Page 154: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

Penggunaan aset BPJS untuk biaya peningkatan kapa-sitas pelayanan antara lain: (1) pendidikan dan pelatihan keahlian; (2) penelitian dan pengkajian; (3) pengembangan sistem dan kualitas pelayanan; (4) pengembangan sistem kendali mutu.

Penggunaan aset BPJS untuk investasi dalam instru-men investasi dilaksanakan dengan memperhatikan keten-tuan investasi yang diperkenankan, batasan-batasan investasi dan larangan investasi. Aset DJS digunakan untuk: (1) pemba-yaran manfaat atau pembiayaan layanan Jaminan Sosial (2) dana operasional penyelenggaraan program jaminan sosial (3) investasi dalam instrumen investasi sesuai dengan keten-tuan yang diatur dalam Peraturan Pemerintah tentang Penge-lolaan Dana Jaminan Sosial.

Penggunaan aset DJS untuk pembayaran manfaat atau pembiayaan layanan jaminan sosial dengan ketentuan: (1) pelayanan jaminan kesehatan sesuai ketentuan yang diatur dalam Peraturan Presiden tentang Jaminan Kesehatan; (2) pembayaran manfaat Jaminan Kecelakaan Kerja sesuai yang diatur dalam Peraturan Pemerintah tentang Jaminan Kecelakaan Kerja; (3) pembayaran manfaat Jaminan Hari Tua sesuai ketentuan yang diatur dalam Peraturan Pemerintah tentang Jaminan Hari Tua; (4) pembayaran manfaat Jaminan Pensiun sesuai ketentuan Peraturan Presiden tentang Manfaat Jaminan Pensiun; (5) pembayaran manfaat Jaminan Kematian sesuai ketentuan Peraturan Pemerintah tentang Jaminan Kematian.

Dana operasional ditentukan berdasarkan persentase dari iuran dan/atau dari dana hasil pengembangan untuk masing-masing program jaminan sosial. Persentase dana operasional ditetapkan paling banyak: (1) Paling tinggi sebe-sar 5 % (lima persen) untuk program jaminan kesehatan, program jaminan kecelakaan kerja, jaminan kematian dari iuran yang diterima; (2) Paling tinggi sebesar 5 % (lima persen) untuk program jaminan hari tua dan jaminan pensiun dari dana hasil pengembangannya; (3) Dana hasil pengembangan yang dijadikan dasar untuk menetapkan besarnya dana opera-sional adalah dana hasil pengembangan berdasarkan laporan yang telah diaudit oleh auditor indenpenden.

139

REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIATransformasi BPJS: Indahnya Harapan Pahitnya Kegagalan

Page 155: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

Aset Dana Jaminan Sosial untuk dana operasional penyelenggaraan jaminan sosial dipergunakan sesuai dengan rencana kerja anggaran tahunan BPJS yang ditetapkan oleh Dewan Pengawas dengan memperhatikan kebijakan umum penyelenggaraan SJSN yang dirumuskan oleh DJSN.

Kebijakan Pengelolaan Aset Dan Jenis Aset

Kebijakan Pengelolaan AsetAset BPJS dan Aset DJS wajib dikelola dan dikembang-

kan secara optimal dengan mempertimbangkan aspek aspek likuiditas, solvabilitas, kehati-hatian, keamanan dan hasil yang memadai, dengan memperhatikan manajemen risiko.

Jenis AsetAset BPJS dan Aset DJS terdiri dari: (1) jenis aset yang

diperkenankan dalam bentuk investasi; dan (2) jenis aset yang diperkenankan dalam bentuk bukan investasi. Jenis aset yang diperkenankan dalam bentuk investasi yang diperkenankan meliputi: deposito, termasuk deposito berjangka, deposit on call, sertifikat deposito pada Bank yang berjangka waktu 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, sampai dengan paling lama 1 (satu) tahun, Sertifikat Bank Indonesia, Surat berharga yang yang diterbitkan oleh Negara Republik Indonesia, unit penyertaan reksadana dari: (1) reksa dana pasar uang, reksa dana pen-dapatan tetap, reksa dana campuran dan reksa dana saham; (2) reksa dana terproteksi, reksa dana dengan penjaminan dan reksa dana indeks; (3) reksa dana berbentuk kontrak investasi kolektif penyertaan terbatas; (4) reksa dana yang unit penyer-taannya diperdagangkan di bursa efek.

Obligasi yang tercatat di Bursa Efek Indonesia, Sukuk yang tercatat di Bursa Efek Indonesia, Saham yang tercatat di Bursa Efek di Indonesia,Efek Beragun Aset dari Kontrak Inves-tasi Kolektif Efek Beragun Aset, Unit Penyertaan Dana Inves-tasi Real Estat berbentuk Kontrak Investasi Kolektif yang telah mendapat pernyataan efektif dari instansi yang berwenang, Penyertaan langsung, Bangunan dengan hak strata (strata

140

Dr. Chazali H. Situmorang, Apt, M.Sc

Page 156: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

Investasi pada deposito ditempatkan pada Bank dengan tingkat kecukupan modal paling sedikit 8% (delapan persen), tingkat Non Performing Loan paling tinggi 5% (lima persen) dan memiliki total aset paling sedikit Rp 20.000.000.000.000,- (dua puluh trilyun rupiah). Investasi pada obligasi, sukuk dan Efek Beragun Aset dari kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset hanya dapat ditempatkan pada obligasi, sukuk dan Efek Beragun Aset dari Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset yang memperoleh peringkat sekurangnya A atau yang setara dari lembaga pemeringkat Efek yang telah mendapat izin usaha dari BAPEPAM-LK/OJK.

Investasi pada Efek Beragun Aset dari Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset dan Unit Penyertaan Dana Investasi Real Estate berbentuk Kontrak Investasi Kolektif hanya dapat ditempatkan pada Efek Beragun Aset dari Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset dan Unit Penyertaan Dana Investasi Real Estate berbentuk Kontrak Investasi Kolektif yang dilakukan melalui penawaran umum sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal.

Investasi pada Reksa Dana berbentuk Kontrak Investasi Kolektif Penyertaan Terbatas hanya dapat dilakukan oleh BPJS yang : 1) memiliki total investasi paling sedikit Rp200.000.000.000,- (dua ratus milyar rupiah); dan 2) memiliki manajemen risiko yang memadai.

Investasi pada tanah dan/atau bangunan harus: 1) dilengkapi dengan bukti kepemilikan atas nama BPJS; dan 2) memberikan penghasilan ke BPJS atau bertambah nilainya karena pembangunan, penggunaan, dan/atau pengelolaan oleh pihak lain yang dilakukan melalui transaksi yang didasarkan pada harga pasar yang berlaku. 3) transaksi sebagaimana dimaksud pada ayat (11) harus didasarkan pada perjanjian yang sah dihadapan notaris. 4) penempatan pada tanah dan/atau bagunan tidak dapat dilakukan pada tanah dan/atau bangunan yang diagunkan, dalam sengketa atau diblokir pihak lain.

Penilaian atas aset yang diperkenankan dalam bentuk investasi harus dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut: (1) deposito berjangka pada bank, termasuk deposit on call

141

REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIATransformasi BPJS: Indahnya Harapan Pahitnya Kegagalan

Page 157: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

dan deposito yang berjangka waktu kurang dari atau sama dengan 1 (satu) bulan, dinilai berdasarkan nilai nominal; (2) sertifikat deposito yang tidak dapat diperdagangkan (non negotiable certificate deposit) pada Bank dinilai berdasarkan nilai tunai; (3) saham yang diperdagangkan di bursa efek, dinilai berdasarkan nilai pasar dengan menggunakan informasi harga penutupan terakhir di bursa efek; (4) sukuk korporasi dinilai berdasarkan nilai pasar yang ditetapkan oleh lembaga penilaian harga efek yang telah memperoleh izin dari BAPEPAM-LK/OJK atau lembaga penilaian harga efek yang telah diakui secara internasional; (5) surat berharga negara dinilai berdasarkan nilai pasar yang ditetapkan oleh lembaga penilaian harga efek yang telah memperoleh izin dari BAPEPAM-LK/OJK atau lembaga penilaian harga efek yang diakui secara internasional; (6) sertifikat bank indonesia, dinilai berdasarkan nilai pasar; (7) reksa dana dinilai berdasarkan nilai aktiva bersih: (a) efek beragun aset yang diterbitkan berdasarkan kontrak investasi; (b) kolektif efek beragun aset, dinilai berdasarkan nilai pasar; (c) dana investasi real estate, dinilai berdasarkan nilai pasar; (d) penyertaan langsung (saham yang tidak tercatat di bursa efek) dinilai berdasarkan nilai ekuitas; (e) bangunan dengan hak strata (strata title) atau tanah dengan bagunan, untuk investasi, berdasarkan nilai yang ditetapkan oleh lembaga penilai yang terdaftar pada instansi yang berwenang atau Nilai Jual Obyek Pajak (NJOP) dalam hal tidak dilakukan penilaian oleh lembaga penilai.

Ketentuan mengenai penilaian atas aset yang diperkenankan dalam bentuk investasi dapat diubah dengan Peraturan Ketua BAPEPAM-LK/OJK hanya dalam rangka untuk mengantisipasi ketidakwajaran pasar keuangan dan diberlakukan dalam jangka waktu terbatas.

Jumlah seluruh investasi BPJS yang ditempatkan pada pihak yang terafiliasi dengan Perusahaan paling tinggi 10% (sepuluh persen) dari jumlah investasi.Jenis investasi Perusa-haan yang ditempatkan pada pihak yang terafiliasi tidak terma-suk penyertaan langsung (saham yang tidak tercatat pada bursa efek). Jumlah seluruh investasi Perusahaan yang ditempatkan pada satu pihak yang terafiliasi namun satu pihak tersebut tidak terafiliasi dengan Perusahaan, paling tinggi 20%

142

Dr. Chazali H. Situmorang, Apt, M.Sc

Page 158: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

(dua puluh persen) dari jumlah investasi. Satu pihak yang tidak terafiliasi dengan Perusahaan adalah sekelompok perusa-haan yang memiliki hubungan afiliasi satu dengan yang lain.

Pihak yang dimaksud termasuk pula pihak yang baik secara sendiri maupun bersama mempunyai hubungan Afiliasi dan/atau hubungan hukum lainnya dengan pihak lain yaitu: (1) hubungan keluarga karena perkawinan dan keturunan sampai derajat kedua baik secara horizontal maupun vertikal; (2) hubungan antara pihak dengan pegawai satu tingkat dibawah direksi, anggota direksi, atau anggota dewan komisaris dari pihak tersebut; (3) hubungan antara 2 (dua) perusahaan atau lebih dimana terdapat satu atau lebih anggota direksi atau anggota dewan komisaris yang sama; dan/atau; (4) hubungan antara perusahaan dengan pemegang saham utama.

Hubungan Afiliasi dan/atau hubungan hukum lainnya dengan pihak lain tidak termasuk hubungan karena kepemilikan atau penyertaan modal oleh Negara Republik Indonesia.

Pembatasan atas aset yang diperkenankan dalam bentuk investasi adalah sebagai berikut: (1) investasi deposito berjangka, deposit on call dan sertifikat deposito pada bank, untuk setiap bank paling tinggi 5% (lima persen); (2) investasi Surat Berharga Negara paling tinggi 20% (dua puluh persen); (3) investasi berupa Reksa Dana untuk setiap Manajer Investasi paling tinggi 5% (lima persen) dari jumlah investasi dan seluruhnya paling tinggi 30% (tiga puluh persen) dari jumlah investasi; (4) investasi berupa obligasi, dan sukuk yang diperdagangkan dalam Bursa Efek Indonesia, untuk setiap emiten paling tinggi 5% (lima persen) dari jumlah investasi, dan paling tinggi 10% (sepuluh persen) dari jumlah yang diperda-gangkan dalam Bursa Efek Indonesia, dan seluruhnya paling tinggi 40% (empat puluh persen) dari jumlah investasi; (5) investasi berupa saham yang diperdagangkan dalam Bursa Efek Indonesia untuk setiap emiten paling tinggi 5% (lima persen) dari jumlah investasi dan paling tinggi 10% (sepuluh persen) darijumlah yang diperdagangkan dalam Bursa Efek Indonesia, dan seluruhnya paling tinggi 30% (tiga puluh persen) dari jumlah investasi; (6) investasi berupa Efek

143

REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIATransformasi BPJS: Indahnya Harapan Pahitnya Kegagalan

Page 159: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

Beragun Aset dari Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset untuk setiap Manajer Investasi paling tinggi 5% (lima persen) dari jumlah investasi dan seluruhnya paling tinggi 15% (lima belas persen) dari jumlah investasi; (7) investasi berupa penyertaan langsung (saham yang tidak tercatat dalam Bursa Efek) seluruhnya paling tinggi 10% (sepuluh persen); (8) investasi berupa bangunan dengan hak strata (strata title) atau tanah dengan bangunan untuk investasi seluruhnya paling tinggi 10% (sepuluh persen) dari jumlah investasi.

Larangan terhadap BPJS terkait investasi: (1) BPJS dilarang menempatkan investasi pada jenis investasi selain yang diatur dalam Peraturan Pemerintah tentang Pengelolaan Dana Jaminan Sosial. (2) BPJS dilarang menempatkan inves-tasi melebihi batasan yang diatur dalam Peraturan Pemerintah ini. (3) BPJS dilarang melakukan transaksi derifatif dan instrumen perdagangan berjangka kecuali untuk keperluan lindung nilai. (4) BPJS dilarang menempatkan investasi di luar negeri. (5) BPJS dilarang menempatkan investasi pada perusahaan milik direksi, komisaris, anggota DJSN atau keluarga mereka dua derajat vertikal dan horizontal. (6) Transaksi derifatif untuk keperluan lindung nilai wajib mendapatkan persetujuan direksi;

Instrumen derifatif untuk keperluan lindung nilai berupa: (1) kontrak opsi jual saham atas saham yang dimiliki; (2) kontrak lindung nilai tingkat bunga. Jenis aset yang diperkenankan dalam bentuk bukan investasi meliputi: (1) kas dan Bank; (2) piutang iuran; (3) piutang investasi; (4) piutang hasil investasi; (5) bangunan dengan hak strata (strata title) atau tanah dengan bangunan untuk dipakai sendiri.

LiabilitasJenis liabilitas meliputi liabilitas yang terkait pembayaran

manfaat jaminan sosial dan liabilitas selain pembayaran man-faat jaminan sosial.

Liabilitas Terkait Pembayaran Manfaat

144

Dr. Chazali H. Situmorang, Apt, M.Sc

Page 160: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

selain pembayaran manfaat jaminan sosial. Liabilitas terkait dengan pembayaran manfaat jaminan sosial meliputi cadangan iuran, cadangan klaim dan utang klaim.

BPJS wajib membentuk cadangan tehnis sesuai dengan standar praktek aktuaria yang lazim dan berlaku umum. Liabilitas selain pembayaran manfaat jaminan sosial, yaitu meliputi utang pajak dan utang biaya pengelolaan kepada BPJS.

Pembentukan cadangan iuran wajib memperhitungkan estimasi kini penerimaan dan pengeluaran yang dapat terjadi dimasa yang akan datang dengan menggunakan asumsi estimasi sentral ditambah dengan manajemen resiko. Pembentukan cadangan iuran yang belum merupakan penda-patan wajib memperhitungkan cadangan atas seluruh resiko yang belum dijalani (unexpired risk reserve) termasuk cada-ngan atas resiko bencana (catastrophic reserve). Cadangan klaim wajib memperhitungkan cadangan klaim dalam proses penyelesaian dan cadangan klaim yang sudah terjadi namun belum dilaporkan (incurred but not reported atau IBNR).

Penilaian terhadap Liabilitas dalam bentuk cadangan tehnis dilakukan oleh aktuaris BPJS, dan dalam hal ditemukan ketidakwajaran cadangan tehnis atau bagian dari cadangan tehnis yang dibentuk BPJS Ketua DJSN dapat meminta BPJS untuk melakukan valuasi ulang atas jumlah cadangan tehnis atau atas bagian dari cadangan tehnis yang dianggap tidak wajar atau meminta dilakukan penelaahan atas cadangan tehnis atau atas bagian dari cadangan tehnis tersebut oleh pihak independen atas beban BPJS. BPJS wajib menunjuk pihak independen paling lama 1 (satu) bulan setelah permin-taan untuk dilakukan penelaahan.

Pembentukan cadangan teknis program Jaminan Hari Tua wajib dihitung berdasarkan akumulasi iuran ditambah hasil pengembangan dana. Ketentuan lebih lanjut mengenai pem-bentukan cadangan tehnis diatur dengan peraturan DJSN.

Tata Kelola Investasi Dan Keuangan Dana

Jaminan SosialBPJS menyusun Pedoman Good Corporate Governance

BPJS paling lambat tanggal 31 Desember 2015 dan BPJS

145

REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIATransformasi BPJS: Indahnya Harapan Pahitnya Kegagalan

Page 161: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

Tata Kelola InvestasiDJSN atau DJSN bersama Dewan Pengawas menetap-

kan arahan investasi BPJS. Arahan Investasi sekurang-kurangnya dicantumkan hal-hal sebagai berikut: (1) Sasaran hasil investasi setiap tahun dalam bentuk kuantitatif yang harus dicapai oleh Direksi sesuai dengan batasan-batasan investasi yang diatur dalam Peraturan Pemerintah ini; (2) Ketentuan likuiditas minimum portofolio investasi DJS untuk mendukung ketersediaan dana guna membayar manfaat setiap jenis program jaminan sosial; (3) Ketentuan yang memuat kewajiban dilakukannya pengkajian yang memadai untuk penempatan dan pelepasan investasi; (4) Sistem pengawasan dan pelaporan pelaksanaan pengelolaan investasi; (5) Ketentuan mengenai penggunaan tenaga ahli, penasehat, lembaga keuangan dan jasa lain yang dipergu-nakan dalam pengelolaan investasi.

Direksi BPJS wajib melaksanakan pengelolaan investasi sesuai dengan arahan investasi dalam PP tentang Pengelolaan Dana Jaminan Sosial. Direksi BPJS wajib menyusun rencana investasi tahunan yang memuat sekurang-kurangnya: (1) rencana komposisi jenis investasi; (2) perkiraan tingkat hasil investasi; (3) pertimbangan yang mendasari rencana komposisi jenis investasi.

Penggunaan jasa dalam pengelolaan investasi BPJS dan DJS atau pemanfaatan saran, pendapat, dorongan dan hal-hal lain dari pihak ketiga selain yang telah ditetapkan dalam arahan Investasi dan rencana investasi tahunan yang dapat mempengaruhi Direksi dalam mengambil keputusan atau tindakan dalam rangka pelaksanaan pengelolaan keka-yaan BPJS dan DJS, tidak mengurangi kewajiban Direksi untuk mematuhi ketentuan yang berlaku dalam investasi asset BPJS dan aset DJS dan tidak menghilangkan tanggung jawab Direksi atas pelaksanaan investasi dimaksud.

Tata Kelola KeuanganDewan Pengawas menetapkan rencana kerja anggaran

tahunan BPJS sedangkan Direksi melaksanakan rencana

146

Dr. Chazali H. Situmorang, Apt, M.Sc

Page 162: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

tahunan BPJS. BPJS wajib membentuk Komite Pemantau Risiko pada jajaran Dewan Pengawas sebagai pengawas kebijakan Direksi BPJS.Komite Pemantau Risiko berfungsi melakukan pengawasan atas implementasi kebijakan manajemen risiko yang telah ditetapkan.

Kesehatan KeuanganDalam mengelola aset dan liabilitas, BPJS wajib menja-

ga tingkat kesehatan keuangan Aset BPJS dan Aset DJS. Tingkat kesehatan keuangan diukur berdasarkan tingkat likuiditas dan tingkat solvabilitas.

Tingkat likuiditas adalah aset lancar dibagi dengan liabilitas lancar. Aset lancar adalah aset yang jatuh tempo penerimaannya kurang dari 1 (satu) tahun. Liabilitas lancar adalah liabilitas yang jatuh tempo pembayarannya kurang dari 1 (satu) tahun. Tingkat likuiditas huruf a sekurang-kurangnya 120% (seratus dua puluh persen).

Tingkat solvabilitas DJS adalah perbandingan antara aset yang diperkenankan dan liabilitas. Aset yang dijadikan dasar dalam perhitungan tingkat solvabilitas adalah aset yang jenis dan batasannya sesuai dengan Peraturan Pemerintah. Tingkat solvabilitas DJS setiap program masing-masing sekurang-kurangnya 120% (seratus dua puluh persen). BPJS setiap tahun wajib menetapkan target Tingkat solvabilitas setiap program jaminan sosial.

Dalam keadaan luar biasa, sehingga menyebabkan terjadinya kekurangan solvabilitas yang signifikan, Pemerintah dapat melakukan tindakan-tindakan khusus guna menjamin tingkat kesehatan keuangan BPJS.

Surplus Atau Defisit Dana Pengelolaan Program Jaminan Sosial

Surplus atau defisit dana pengelolaan terdiri dari surplus atau defisit manfaat jaminan sosial dan surplus atau defisit dana operasional. Surplus atau defisit manfaat program jaminan sosial terdiri dari: (1) Surplus atau defisit manfaat program Jaminan Kesehatan, Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian: (a) Surplus merupakan selisih dana lebih

147

REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIATransformasi BPJS: Indahnya Harapan Pahitnya Kegagalan

Page 163: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

berdasarkan laporan keuangan yang telah diaudit oleh auditor independen; (b) Defisit merupakan selisih dana kurang dari jumlah ekspektasi klaim dan hasil pengembangan dana program dikurangi realisasi klaim dalam 1 (satu) tahun berda-sarkan laporan keuangan yang telah diaudit oleh auditor independen; (c) Ekspektasi klaim adalah jumlah iuran yang diterima setelah dikurangi persentase dana operasional yang dialokasikan; (2) Surplus manfaat program Jaminan Pensiun merupakan selisih dana lebih dari jumlah akumulasi iuran yang diterima dan hasil pengembangannya dikurangi realisasi pembayaran manfaat jaminan pensiun; (3) Surplus manfaat program jaminan sosial dikembalikan ke DJS; (4) Defisit manfaat program jaminan pensiun merupakan selisih dana kurang dari jumlah akumulasi iuran yang diterima dan hasil pengembangannya dikurangi realisasi pembayaran manfaat jaminan pensiun; (5) Surplus manfaat jaminan sosial dari program tidak dapat digunakan untuk mensubsidi program lainnya; (6) Defisit manfaat program dipenuhi dengan menggu-nakan dana cadangan dan/atau Aset BPJS dan/atau setoran modal dari Pemerintah, untuk selanjutnya apabila diperlukan dilakukan revisi besaran iuran atau revisi masa iur bagi program jaminan pensiun.

Surplus dana operasional merupakan selisih dana lebih dana operasional atas realisasi biaya operasional BPJS dalam 1(satu) tahun berdasarkan laporan keuangan yang telah diau-dit oleh auditor independen. Defisit dana operasional merupa-kan selisih dana kurang dana operasional atas realisasi biaya operasional BPJS dalam 1 (satu ) tahun berdasarkan laporan keuangan yang telah diaudit oleh auditor independen.

Besarnya biaya operasional BPJS paling tinggi sebesar 80% (delapan puluh persen) dari dana operasional BPJS yang dialokasikan.

Surplus dana operasional BPJS dapat digunakan untuk biaya pengelolaan tahun berikutnya termasuk insentif untuk pengurus dan karyawan BPJS. Penggunaan alokasi surplus dana operasional harus mendapat persetujuan DJSN. Defisit dana operasional dipenuhi dengan menggunakan dana cadangan dan atau aset BPJS, untuk selanjutnya dapat dilakukan revisi besarnya persentase dana operasional BPJS.

148

Dr. Chazali H. Situmorang, Apt, M.Sc

Page 164: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

Laporan Pengelolaan Program Dan Laporan

Keuangan TahunanBPJS wajib menyampaikan Laporan Pengeloaan

Program dan Laporan Keuangan Tahunan yang telah diaudit oleh auditor independen kepada Presiden tembusan DJSN paling lambat 30 Juni tahun berikutnya. Periode Laporan Pengelolaan Program dan Laporan Keuangan dimulai 1 Januari sampai dengan 31 Desember. Laporan Pengelolaan Program terdiri dari: (1) Laporan Kinerja per Program; (2) Laporan Kinerja Investasi; (3) Laporan Likuiditas dan Solvabilitas; (4) Laporan Kesepadanan Aset Liabilitas; (5) Laporan Lainnya.

Bentuk dan isi Laporan Pengelolaan Program diusulkan oleh BPJS setelah berkonsultasi dengan DJSN. Ketentuan mengenai bentuk dan isi laporan Pengelolaan Program diatur dengan Peraturan Presiden. Laporan Keuangan terdiri dari: (1) Laporan Posisi Keuangan; (2) Laporan Surplus-Defisit; (3) Laporan Arus Kas; (4) Laporan Perubahan Aktifa Bersih; (5) Laporan Aktuaris.

Laporan Keuangan BPJS disusun dan disajikan sesuai dengan standar akutansi keuangan yang berlaku. Laporan Pengelolaan Program dan Laporan Keuangan Tahunan dipu-blikasikan dalam bentuk ringkasan eksekutif melalui media massa elektronik dan melalui paling sedikit 2 (dua) media massa cetak yang memiliki peredaran luas secara nasional paling lambat 31 Juli tahun berikutnya. Bentuk dan isi publikasi ditetapkan oleh Direksi setelah mendapat persetujuan Dewan Pengawas.

Pengawasan Internal Dan Eksternal

Satuan Pengawasan InternalKetentuan lebih lanjut mengenai kode etik pemeriksaan,

ruang dalam rangka pengendalian intern, Direksi membentuk Satuan Pengawasan Internal atau disingkat SPI. Satuan Pengawas Internal terdiri dari beberapa tenaga Pengawas Internal yang dipimpin oleh Kepala Satuan Pengawas Internal. Ruang lingkup Pengawasan Internal mencakup pengawasan

149

REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIATransformasi BPJS: Indahnya Harapan Pahitnya Kegagalan

Page 165: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

Pengawas Internal menjalankan tugas pemeriksaan secara bebas dan mandiri sesuai kode etik pemeriksaan. Pengawas Internal memiliki akses terhadap seluruh dokumen, pencatatan, personal dan fisik kekayaan di seluruh Unit Kerja BPJS untuk mendapatkan data dan informasi yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas pemeriksanan.

Pengawas Internal tidak mempunyai hubungan pertalian ke atas dan ke bawah atau sampai derajat kedua dengan jajaran pimpinan obyek pemeriksaaan. Pengawas Internal melakukan penilaian risiko dalam pengelolaan dan pengem-bangan dana SJSN dan Aset BPJS yang meliputi proses-proses identifikasi, analisis dan pengukuran risiko yang relevan sesuai tujuan BPJSdalam penyelenggaraan program-program SJSN. Lingkup, prinsip-prinsip dan prosedur penga-wasan internal akan diatur dalam Peraturan Direksi BPJS.

Pengawasan EksternalPengawasan Eksternal mengenai audit keuangan dila-

kukan oleh BPK. Sedangkan Pengawasan Eksternal oleh OJK mengenai kepatuhan peraturan dan kesehatan keuangan dan mengenai cadangan teknis program jaminan sosial dilakukan oleh Akturis Negara/OJK.

Pengawasan oleh DJSN melalui pemantauan dan evaluasi pelaksanaan program jaminan sosial paling kurang 4 (empat) kali dalam satu tahun. Pengawasan Eksternal oleh Auditor Independen tentang audit kinerja dilakukan paling kurang 1 (satu) kali dalam 3 (tiga) tahun. Pengawasan Ekster-nal oleh Aktuaris Independen tentang laporan aktuaris dilaku-kan paling kurang 1(satu) kali dalam 3 (tiga ) tahun.

150

Dr. Chazali H. Situmorang, Apt, M.Sc

Page 166: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

Bagian Empat:Sistem Sosialisasi, Monitoring Dan

Pengawasan Pelaksanaan Program

Jaminan Sosial

151

REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIATransformasi BPJS: Indahnya Harapan Pahitnya Kegagalan

Page 167: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

152

Dr. Chazali H. Situmorang, Apt, M.Sc

Page 168: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

Bagian Empat:Sistem Sosialisasi, Monitoring Dan

Pengawasan Pelaksanaan Program

Jaminan Sosial

Sistem Jaminan Sosial Nasional

erkait dengan Undang Undang SJSN Nomor 40 tahun T2004, yang dikeluarkan pada tahun 2004 pada masa akhir kepemimpinan Ibu Megawati sebagai Presiden

RI, maka ada 4 (empat) hal pokok yang menjadi substansi utama undang-undang tersebut.

Keempat hal pokok tersebut itu adalah: Pertama, Suatu tata cara penyelenggaraan program jaminan sosial oleh beberapa badan penyelenggara jaminan sosial. Kedua, Bertujuan untuk memberikan jaminan terpenuhinya kebutuhan dasar hidup yang layak bagi setiap peserta dan/atau anggota keluarganya. Ketiga, Untuk penyelenggaraan SJSN maka dibentuk Dewan Jaminan Sosial Nasional yang terdiri dari unsur pemerintah, pekerja, pemberi kerja dan tokoh/pakar jaminan sosial. Keempat, Badan Penyelenggara Jaminan Sosial harus dibentuk dengan Undang-Undang.

Dalam perjalanan sejarah berikutnya, pada periode kedua kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono

153

REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIATransformasi BPJS: Indahnya Harapan Pahitnya Kegagalan

Page 169: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

Undang-Undang. Kedua, UU BPJS merupakan transformasi ke 4 BUMN (PT. Askes, PT. Jamsostek, PT. Asabri dan PT. Taspen) untuk mempercepat terselenggaranya SJSN bagi seluruh penduduk. Kedua, BPJS adalah badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan sosial, salah satu bentuk perlindungan sosial untuk menjamin seluruh rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak. Ketiga, Dibentuk 2 BPJS: BPJS Kesehatan untuk Pro-gram Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan untuk Program Kecelakaan Kerja, Kematian, Haminan Hari Tua dan Pensiun.

Posisi Dewan Jaminan Sosial Nasional

(DJSN)Dalam Undang-Undang SJSN, untuk menyelengga-

rakan SJSN dibentuk DJSN yang bertanggung jawab lang-sung kepada Presiden. Adapun tugas pokok dan fungsi DJSN, adalah: (1) berfungsi merumuskan kebijakan umum dan sin-kronisasi penyelenggaraan SJSN; (2) bertugas melaksana-kan penelitian dan kajian, mengusulkan kebijakan investasi, mengusulkan anggaran PBI (Penerima Bantuan Iuran); (3) berwenang melakukan monitoring dan evaluasi.

Kalau dicermati UU BPJS, ada tugas-tugas lain yang harus dilakukan oleh DJSN, disamping yang diamanatkan oleh SJSN. Beberapa tugas yang diamanatkan BPJS adalah: (1) DJSN menyampaikan hasil monitoring dan evaluasi SJSN setiap 6 bulan; (2) mengusulkan PAW (Pergantian Antar Waktu), anggota Dewan Pengawas dan Direksi; (3) menerima tembusan laporan pengelolaan program dan keuangan BPJS; (4) memberikan konsultasi kepada BPJS tentang bentuk dan isi laporan pengelolaan program; (5) dan DJSN sebagai pengawas eksternal.

Dengan berbagai tugas pokok, fungsi dan wewenang yang diamanatkan UU SJSN dan UU BPJS, terhadap DJSN, maka secara perlahan tapi pasti keberadan dan eksistensi DJSN dibutuhkan semua pihak yang berkepentingan untuk terselenggaranya Program Jaminan Sosial.

Dalam melaksanakan tugas-tugas DJSN, dibentuklah 3 komisi sebagai amanat Undang-Undang, yaitu Komisi Kajian

154

Dr. Chazali H. Situmorang, Apt, M.Sc

Page 170: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

Berbagai produk telah dihasilkan oleh DJSN, terutama terkait penyusuan berbagai draft peraturan perundang-undangan sebagai amanat UU SJSN, antara lain RPP PBI JK, RPP JK, RPP JKm, RPP JHT,RPP JP, Rperpres JK dan berbagai RPerpres lainnya.

Penelitian yang telah dihasilkan beberapa diantaranya juga dikutip dalam buku ini dan sejak dua tahun terakhir ini telah dilakukan Monitoring dan Evaluasi yang mencakup seluruh Propinsi dan beberapa Kabupaten utama, kerjasama dengan PT. Askes dan PT.Jamsostek.

Transformasi BPJSUndang-Undang BPJS merupakan akte kelahiran yang

sudah disiapkan untuk kelahiran dua bayi kembar yang bernama BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan. Waktu kelahirannya juga sudah ditetapkan yaitu 1 Januari 2014. Kelahiran bayi ini sangat diharapkan dan ditunggu seluruh penduduk Indonesia. Status hukum bayi kembar tersebut juga sudah langsung ditetapkan sebagai Badan Hukum Publik. Wajarlah seluruh penduduk menyambutnya karena bayi kembar tersebut adalah milik publik.

Undang-Undang BPJS juga menugaskan kepada semua pihak Pemerintah, DJSN, Kementerian terkait dan masyarakat untuk bersama-sama mempersiapkan proses transformasi agar BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagaker-jaan dapat lahir dengan sempurna dan PT. Askes dan PT.Jamsostek bermetamorfosa masuk kedalam kedua BPJS tersebut.

Dalam UU SJSN dan UU BPJS, pada ketentuan umum tidak menyebutkan menteri tertentu yang ditugaskan untuk menyelenggarakan Sisterm Jaminan Sosial Nasional dan hal ini tidak begitu lazim dalam produk Undang-Undang. Lembaga resmi yang diberikan tugas dan tanggung jawab tertentu hanya Dewan Jaminan Sosial Nasional (DJSN) sebagai suatu lembaga Pemerintah yang anggotanya terdiri dari unsur pemerintah, pekerja, pemberi kerja dan tokoh/pakar jaminan sosial. Kondisi ini menyebabkan beberapa bulan sejak diterbit-kannya UU BPJS Oktober 2011, DJSN mengalami kesulitan

155

REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIATransformasi BPJS: Indahnya Harapan Pahitnya Kegagalan

Page 171: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

untuk berkoordinasi dengan Kementerian teknis terkait. Kondisi ini tidak lama, sesuai dengan tugas dan fungsinya Menkokesra melaksanakan rapat koordinasi dengan kementerian terkait dan DJSN, untuk membentuk Tim Pokja Persiapan Transformasi BPJS. Untuk Tim Pokja Persiapan Transformasi BPJS Kesehatan dipimpin Wamen Kesehatan, dan Tim Pokja Persiapan Transformasi BPJS Ketenaga-kerjaan dipimpin oleh Sekjen Kemenakertrans. DJSN turut mendukung dan berada dikedua Tim Pokja Persiapan Transformasi BPJS Kesehatan dan Ketenagakerjaan.

Terkait persiapan Transformasi BPJS, dapat dilakukan melalui dua pendekatan yaitu: Pertama, Pendekatan Regulasi. Penyiapan peraturan perundang-undangan sebagai implementasi Undang-Undang yang antara lain peraturan teknis berupa Keputusan Menteri teknis dan pengaturan yang diterbitkan BPJS.

Adapun regulasi yang sudah terbit adalah PP Nomor 101 tahun 2012, yang diterbitkan pada tanggal 3 Desember 2012, mengatur hal-hal terkait pendataan dan jumlah orang miskin dan tidak mampu yang iurannya akan dibayar oleh Pemerin-tah. Dalam PP tersebut sudah ditegaskan bahwa setiap 6 bulan akan dilakukan verifikasi dan validasi orang miskin dan tidak mampu, dan menteri yang diberi tanggung jawab untuk menetapkan orang miskin dan tidak mampu adalah Menteri Sosial setelah berkoordinasi dengan Menkeu dan Kemen-terian lainnya dan DJSN untuk menetapkan jumlah orang miskin dan tidak mampu yang mendapat PBI.

Untuk tahap awal PP PBI JK tersebut juga menegaskan bahwa sebagai sumber data adalah data PPLS 2011 yang dikeluarkan oleh TNP2K. Dari data tersebut 40 persen dari seluruh penduduk yang dikelompokkan dalam kelompok sangat miskin, miskin, rentan miskin totalnya adalah 96,7 juta jiwa yang data personalnya ada di TNP2K. Untuk memastikan berapa yang akan ditetapkan Pemerintah dari 96,7 juta jiwa yang masuk kelompok sangat miskin, miskin dan rentan miskin yang akan dibayarkan iurannya oleh Pemerintah sedang dihitung oleh Kemenkeu.

Disamping PP PBI JK tersebut, juga telah terbit Perpres JK Nomor 12 tahun 2013. Perpres ini sudah komprehensif

156

Dr. Chazali H. Situmorang, Apt, M.Sc

Page 172: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

memberikan pedoman pelaksanaan kesehatan yang menca-kup berbagai aspek kepesertaan, iuran, fasilitas kesehatan, pelayanan kesehatan perorangan disetiap PPK I, PPK II dan PPK III. Tetapi terkait dengan besarnya iuran bagi PBI dan non PBI, akan diatur tersendiri dengan Perpres Iuran JK.

Untuk regulasi lainnya, saat ini sedang terus dipersiap-kan oleh masing-masing Tim Pokja. Antara lain terkait dengan kelembagaan dan tata kelola BPJS Kesehatan masih dirumuskan.

Dokumen lain yang telah selesai adalah Road Map Jaminan Kesehatan Nasional 2012-2019 dan telah diluncurkan oleh Menkokesra tanggal 29 November 2012 yang lalu dan dokumen Draft Road Map Ketenagakerjaan sudah selesai 80 %, diharapkan pada dua bulan mendatang sudah dapat diluncurkan.

Kedua, Pendekatan Operasional. Berupa langkah-lang-kah penyiapan operasional oleh PT. Askes dan PT. Jamsostek menjadi BPJS. Langkah operasional dilaksanakan secara intens oleh PT.Askes dan PT.Jamsostek. Agar proses transformasi secara teknis dapat berjalan dengan lancar dan tidak mengalami hambatan yang berarti. Kedua BUMN terse-but telah mengadakan konsolidasi secara internal, maupun eksternal dengan berbagai pihak khususnya dengan DJSN.

Isu-isu penting yang perlu diselesaikan mencakup banyak hal, misalnya terkait dengan nomor identitas tunggal peserta, migrasi JPK Jamsostek ke BPJS Kesehatan mulai 1 Januari 2014, pembukaan cabang-cabang baru diseluruh Kabupaten/Kota, rekruitmen pegawai untuk peningkatan cakupan pelayanan, pemisahan aset karena perubahan status hukum, model kerjasama dengan faskes pada berbagai tingkatan PPK.

Untuk kelancaran operasionalisasi tersebut, DJSN telah mengadakan koordinasi dengan berbagai pihak, membentuk Projek Manajemen Office (PMO), dengan PT.Askes, Kementerian Kesehatan untuk membahas berbagai isu-isu stategis tersebut. PT.Askes dan PT.Jamsostek telah membuat MoU terkait peralihan JPK, demikian juga dengan Kemendagri untuk menggunakan Nomor Identitas Kependudukan Kemen-dagri sebagai nomor identitas tunggal peserta jaminan sosial.

157

REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIATransformasi BPJS: Indahnya Harapan Pahitnya Kegagalan

Page 173: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

Atas inisiatif PT.Jamsostek dan PT.Askes juga telah terbentuk forum koordinasi Meneg.BUMN dengan Kemenkes, Kemanakertrans, DJSN, sebagai forum untuk mengevaluasi progres kemajuan proses transformasi yang dilaksanakan oleh masing-masing stakeholder.

Forum LKS TripartitSekitar enam bulan yang lalu, Kementerian Tenaga

Kerja dan Transmigrasi mengadakan pertemuan Sidang Pleno LKS Tripnas dan DJSN dimintakan memberikan paparan tentang rencana penyusunan PP PBI JK dan Rperpres JK.

Isu hangat yang muncul saat itu adalah terkait dengan kriteria orang miskin dan tidak mampu yang mendapatkan bantuan iuran dari pemerintah dan kewjiban pekerja untuk membayar iuran kesehatan.

Rapat berjalan alot dan hangat, dan hasil pleno yang dapat dihasilkan adalah disepakati dibentuk Tim kecil yang terdiri dari unsur pemerintah, Apindo dan perwakilan organi-sasi pekerja, dengan fasilitator DJSN untuk mendalami isu hangat tersebut.Tim Kecil melaksanakan rapat sebanyak 5 putaran dengan berbagai dinamika yang juga tidak kalah serunya.Hasil yang diperoleh adalah pekerja sepakat untuk membayar iuran kesehatan, tetapi berapa persen dari upah dan kepan mulai membayar iuran tidak ada kesepakatan.

Hasil Tim kecil tersebut, disepakti untuk dibawakan dalam rapat Pleno LKS Tripnas, dan untuk itu DJSN telah menyurati Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi untuk melaksanakan Pleno LKS Tripnas agar dapat ditetapkan besarnya iuran untuk pekerja penerima upah, sebagai bahan Rperpres Iuran JK.

Penyiapan SosialisasiPokja Bidang Sosialisasi, Edukasi dan Advokasi, yang

diketuai Dirjen Informasi dan Komunikasi Publik Kemkominfo, telah menyusun Rencana Aksi Nasional dengan melibatkan berbagai kementerian terkait dan DJSN.

DJSN bersinergi dengan Pokja Sosialisasi telah melak-

158

Dr. Chazali H. Situmorang, Apt, M.Sc

Page 174: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

bersama-sama dengan stakeholder terkait. Berbagai media telah digunakan advetorial di majalah Tempo, serial dialogdi Radio, konferensi Pers, forum komunikasi dengan berbagai kelompok segmen masyarakat dan sebagai narasumber pada workshop, seminar, rapat kerja yang diselenggarakan berba-gai organisasi profesi dan masyarakat lainnya.

SOSIALISASI SJSN

SOSIALISASI, ADVOKASISJSN

Penyiapan Pengawasan DJSNDalam UU BPJS, ditegaskan bahwa DJSN melaksana-

kan Pengawasan Eksternal bersama dengan auditor indepen-den lainnya. Dalam penjelasan disebutkan lembaga indepen-den dimaksud adalah BPK dan OJK.

Hal ini berarti DJSN harus proaktif merumuskan penga-wasan eksternal dimaksud, sebab dalam UU BPJS tidak menyebutkan bagaimana aturan mekanisme pelaksanaan-nya. Yang pasti DJSN merujuk UU SJSN dan UU BPJS, BPK merujuk pada UU BPK dan OJK merujuk UU OJK.

Untuk kepentingan Koordinasi tahun lalu, DJSN telah mengadakan pertemuan perkenalan dengan Wakil Ketua BPK, dan baru-baru ini juga dilaksanakan pertemuan dengan anggota BPK dan Komisioner OJK dalam rangka menyusun kerangka kerja pengawasan eskternal yang efektif dan efisien.

Untuk kepentingan bersama, DJSN sedang menyusun Pedoman Kerja Pengawasan Eksternal secara komprehensif,

PETA JALANJKN

UU SJSN UU BPJSPOLICY

PAPER DJSNPERPRESJAMKES

PP PBI

MASYARAKAT PROVIDER TNI/POLRIAKADEMISIPEMERINTAH PUSAT

DAN DAERAHORGANISASI PROFESI

ORMAS/LSMPEKERJA

PEMBERI KERJA

159

REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIATransformasi BPJS: Indahnya Harapan Pahitnya Kegagalan

Page 175: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

patkan masukan, sinkronisasi dan keterpaduan pelak-sanaan pengawasan sesuai aturan dan ketentuan yang berlaku.

Disamping dengan pihak BPK dan OJK, kedepan dalam melaksanakan pengawasan yang selama ini bersifat Monito-ring dan Evaluasi (amanat UU SJSN), akan bekerja sama dengan Dewan Pengawas BPJS sebagai pengawas internasl, dengan dmikian dalam hal-hal dan batas-batas tertentu upaya pengendalian tentu lebih dikedepankan.

PENYIAPAN PENGAWASAN DJSN

Proses PengawasanDalam proses pengawasan, apa sebenarnya yang ingin

dicapai. Setidak-tidaknya ada empat hal yang perlu diketahui dan dicapai dalam suatu proses pengawasan. Pertama, adalah untuk mengukur kinerja finansial dan kinerja operasio-nal BPJS. Sebab BPJS mengelola dana yang sangat besar dan milik publik jadi harus benar-benar “secure” dalam penge-lolaannya, dan ini inheren dengan pelaksanaan operasional yang dilakukan BPJS. Kedua, membandingkan kinerja yang dicapai dengan standarisasi yang ditetapkan. Ketiga, melaku-kan pengawasan terhadap sasaran secara acak. Keempat, adalah mengupayakan opini kedua (second opinion)

Fungsi PengawasanJika dalam proses pengawasan ada empat aspek yang

160

ASPEK BPK OJK DJSN

Dasar Hukum

Pasal 23E UUD 1945

UU No 15/2004 Tentang Pemeriksaan

Pengelolaam dan Tanggung jawab

Keuangan Negara

UU No 15/2006 Tentang BPK

UU No 21/2011UU No 40/2004 Pasal 7 (4)

UU No 24/2011 Pasal 39 (3)

Tugas dan

Kewenangan

Pemeriksaan Keuangan (Laporan

Keuangan)

Pemeriksaan Kinerja (Pengelolaan

Atas Keuangan Negara, Ekonomi,

Efisiensi dan Efektifitas

Pemeriksaan dengan tujuan tertentu

Pengaturan, Pengawasan,

pemeriksaan dan Penyidikan

terhadap keseluruhan kegiatan

di sektor jasa keuangan.

Monitoring dan evaluasi

program jaminan sosial dan

pengawasan eksternal BPJS

Obyek

Pemeriksaan/

Pengawasan

Pemerintah Pusat, Pemda,

Lembaga Negara Lain, BI, BUMN,

BLU, BUMD, dan Lembaga/Badan lain

yang mengelola keuangan negara

Lembaga jasa keuangan:

Perbankan, pasar modal,

perasuransian, dana pensiun,

lembaga pembiayaan dan

lembaga jasa keuangan lainnya

BPJS Kesehatan

BPJS Ketenagakerjaan

Dr. Chazali H. Situmorang, Apt, M.Sc

Page 176: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

dengan fungsi pengawasan setidak-tidaknya ada lima fungsi pengawasan yang perlu mendapatkan perhatian. Pertama, adalah memberikan masukan untuk perbaikan kinerja BPJS. Kedua, meningkatkan intensitas pengawasan DJSN terhadap operasional BPJS. Ketiga, memberikan pembagian wewe-nang sesuai bidang tanggungjawabnya. Keempat, melakukan pencegahan, pengarahan dan pembinaan SDM. Kelima, mengamankan aset dan memberdayakan sumber daya.

Lingkup Keuangan Yang Dikelola BPJSUndang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan

Penyelenggara Jaminan Sosial, pada pasal 40 menyebutkan bahwa BPJS mengelola aset BPJS dan aset Dana Jaminan Sosial (ayat 1) dan aset Dana Jaminan Sosial bukan meru-pakan aset BPJS (ayat 3), hal ini berarti dan sesuai perintah Undang-Undang harus dilakukan pemisahan aset BPJS dan aset Dana Jaminan Sosial. Sehingga tidak akan ada penggu-naan Dana Jaminan Sosial yang bukan untuk kepentingan peserta, karena Dana Jaminan Sosial dana akumulasi dana milik peserta.

Dari mana saja sumber aset BPJS, sudah diatur dengan jelas dalam UU BPJS. Pada pasal 41 ayat (1), aset BPJS bersumber dari: (1) modal awal dari Pemerintah, yang merupakan kekayaan negara yang dipisahkan dan tidak terbagi atas saham; (2) hasil pengalihan aset Badan Usaha Milik Negara yang menyelenggarakan program jaminan sosial; (3) hasil pengembangan aset BPJS; (4) dana operasional yang diambil dari Dana Jaminan Sosial dan/atau (5) sumber lain yang sah sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Bagaimana dengan penggunaannya, diatur pada pasal 41 ayat (2), aset BPJS dapat digunakan untuk: (1) biaya opera-sional penyelenggaraan progam Jaminan Sosial; (2) biaya pengadaan barang dan jasa yang digunakan untuk mendu-kung operasional penyelenggaraan Jaminan Sosial; (3) biaya untuk peningkatan kapasitas pelayanan dan (4) investasi dalam instrumen investasi sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Pada pasal 42, sebagai bentuk tanggung jawab Peme-

161

REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIATransformasi BPJS: Indahnya Harapan Pahitnya Kegagalan

Page 177: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

BPJS Ketenagakerjaan masing-masing paling banyak 2 triliun rupiah yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.

Sesuai dengan pasal 43 ayat (1), aset Dana Jaminan Sosial bersumber dari: (1) iuran jaminan sosial termasuk bantuan iuran; (2) hasil pengembangan Dana Jaminan Sosial; (3) hasil pengalihan aset program jaminan sosial yang menjadi hak peserta dari Badan Usaha Milik Negara yang menyeleng-garakan program jaminan sosial dan (4) sumber lain yang sah sesuai dengan peraturan perndang-undangan.

Dan pada pasal 43 ayat (2) aset Dana Jaminan Sosial digunakan untuk; (1) pembayaran manfaat atau pembiayaan layanan Jaminan Sosial; (2) dana oerasional penyelengga-raan program Jaminan Sosial; dan (3) investasi dalam instru-men investasi sesuai dengan peraturan perudang-undangan.

Potensi Pelanggaran UU SJSNDJSN telah melakukan analisis terhadap berbagai

potensi kemungkinan terjadinya pelanggaran dalam pelaksa-naan SJSN oleh berbagai stakeholder terkait. Pelanggaran ini kalau lebih dini dapat diketahui tentu akan lebih mudah me-nangkalnya, sehingga kita dapat menerapkan pola preventif dari pada represif.

Pertama, penyimpangan dalam implementasi SJSN, misalnya terjadi subsidi silang antar Program Jaminan Sosial, pembuatan peraturan dan aturan pelaksanaan yang menyim-pang dan tidak sesuai dengan semangat UU SJSN dan UU BPJS. Hal-hal yang sifat multitafsir, abu-abu dan peluang terjadinya moral hazard tentu perlu terus diantisipasi. Dalam konteks ini peran LSM dan organisasi yang memantau trans-formasi BPJS perannya menjadi penting dan dibutuhkan.

Kedua, penyalahgunaan prinsip nirlaba, hal ini terkait semangat coorporate yang perlu dirubah dari orientasi mencari laba menjadi nirlaba. Hal ini dapat diukur dari pelayanan yang diberikan kepada provider untuk terseleng-garanya Jaminan Sosial secara paripurna.

Ketiga, keterbatasan akses informasi, yang dimaknai dengan kurang transparan. Transparansi ini merupakan salah

162

Dr. Chazali H. Situmorang, Apt, M.Sc

Page 178: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

informasi seluas-luasnya bagi semua peserta, dimana saja berada, tentu dengan menggunakan teknologi IT yang mema-dai dan mudah diakses.

Keempat, ketidak akuratan dalam pengelolaan ke-uangan. Artinya tidak dapat dipertanggungjawabkan. Sistem pengawasan yang berlapis diharapkan menjadi mekanisme kontrol yang efektif untuk menghindari penyimpangan keuangan ini.

Kelima, terhentinya layanan kesehatan yang berkelan-jutan, serta adanya penolakan layanan kesehatan dan adanya kepesertaan yang diberikan masih bersifat eksklusif. Disini yang perlu diperkuat dan dipertegas dalam menyusun isi MoU antara BPJS dengan fasilitas kesehatan. Sehingga jelas apa sanksinya jika pelanggaran MoU mulai dari pembatalan MoU sampai mungkin akan menjadi perkara hukum.

Keenam, kelalaian dalam pengelolaan dana amanah dan ketidaksesuaian dalam pengembalian hasil investasi kepada peserta (tidak sesuai lagi dengan bunga pasar). Kelalaian ini perlu didalami lagi apakah ada unsur kesenga-jaan atau tidak. Walaupun tidak ada unsur kesengajaan bagaimana SOPnya, apakah dipatuhi atau tidak. Semuanya harus dibuka dan transparan. Dalam hal ini, Direksi BPJS Kesehatan dan Direksi BPJS Ketenagakerjaan diamanatkan untuk melaksanakan sembilan prinsip SJSN secara konsekuen dan konsisten. Apabila terjadi pelanggaran terhadap prinsip-prinsip SJSN dapat dikenakan sanksi hukum.

Akuntabilitas BPJS Sebagai

Bentuk Pertanggungjawaban InstitusiBPJS wajib menyampaikan pertanggungjawaban atas

pelaksanaan tugasnya dalam bentuk laporan pengelolaan program dan laporan keuangan tahunan yang telah diaudit oleh akuntan publik kepada Presiden dengan tembusan kepada DJSN paling lambat tanggal 30 Juni tahun berikutnya (pasal 37 ayat 1).

Laporan keuangan BPJS dimaksud disusun dan disaji-kan sesuai dengan standar akutansi keuangan yang berlaku

163

REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIATransformasi BPJS: Indahnya Harapan Pahitnya Kegagalan

Page 179: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

Selanjutnya adalah laporan pengelolaan prgram dan laporan keuangan tahunan dimaksud dipublikasi dalam bentuk ringkasan eksekutif melalui media masa elektronik dan melalui paling sedikit 2 media massa cetak yang memiliki peredaran luas secara nasional, paling lambat tanggal 31 Juli tahun berikutnya (Pasal 3 ayat 5).

Terkait akuntabilitas BPJS, yang juga tidak kalah pentingnya adalah mencakup pemisahan dalam Pengelolaan Aset. Dalam konteks ini, UU BPJS Pasal 40 ayat 2, memerintahkan agar BPJS wajib memisahkan aset BPJS dan aset Dana Jaminan Sosial. Disamping itu BPJS wajib menyimpan dan mengadministrasikan Dana Jaminan Sosial pada bank kustodian yang merupakan badan usaha milik negara (Pasal 40 ayat 4). Dan untuk pengaturan lebih lanjut diatur dalam PP yang draftnya telah disusun oleh DJSN, mencakup sumber dan penggunaan aset BPJS dan aset Dana Jaminan Sosial (Pasal 41 ayat 3, dan Pasal 43 ayat 3).

Terkait dengan pertanggungjawaban individu, Direksi bertanggung jawab secara tanggung rentengatas kerugian finansial yang ditimbulkan atas kesalahan Pengelolaan Dana Jaminan Sosial (Pasal 38 ayat 1). Dan pada akhir masa jabatannya, Dewan pengawas dan Direksi wajib menyampai-kan pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugasnya kepada Presiden dengan tembusan kepada DJSN (Pasal 38 ayat 2).

Hambatan Dalam PengawasanBeberapa hambatan dalam pengawasan adalah sebagai

berikut: Pertama, adanya resistensi dari pelaksana kegiatan untuk tidak dilakukan audit secara rinci atas apa yang telah dilakukan. Kedua, karena acuan regulasi yang begitu ketat dan berbagai ketakutan dari para pelaksana kegiatan untuk keberha-silan suatu visi-misi dan rencana kerja, maka sering kali terjadi pemalsuan dokumen. Ketiga, karena ketakutan yang berlebihan dari para pelaksana kegiatan, maka sering dilakukan menghi-langkan dokumen atau barang bukti lain agar proses pemerik-sanaan terhenti untuk sementara waktu sekalipun akan diketahui di kemudian hari. Akan tetapi sasaran utama dalam penghi-langan dokumen ditujukan untuk terbebas dari temuan-temuan

164

Dr. Chazali H. Situmorang, Apt, M.Sc

Page 180: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

Hasil Monitoring Dan Evaluasi DJSNDewan Jaminan Sosial Nasional sebagaimana dinyata-

kan dalam pasal 7 Undang-Undang Nomor 40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional memiliki kewena-ngan untuk melaksanakan monitoring dan evaluasi penye-lenggaraan Program Jaminan Sosial.

Hal ini diperkuat dengan Peraturan Presiden Nomor 44 Tahun 2008 yang secara tegas menyatakan tugas komisi monitoring dan evaluasi yaitu: (1) melakukan monitoring pelak-sanaan kebijakan umum Sistem Jaminan Sosial Nasional; (2) melakukan evaluasi terhadap tingkat kesehatan keuangan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial dan (3) menyampaikan rekomendasi atas hasil monitoring dan evaluasi kepada sidang pleno Dewan Jaminan Sosial Nasional.

Sesuai tugas dan fungsinya, komisi monitoring dan evaluasi pada awal tahun 2011 telah menyusun rencana pelaksanaan monitoring dan evaluasi pada 9 lokasi yaitu di kota Medan, Kota Malang, Provinsi Gorontalo, Provinsi Nusa Tenggara Timur, Provinsi Riau, Provinsi Jawa Tengah, Provinsi Kalimantan Tengah, Provinsi Bengkulu dan Provinsi Lampung.

Tim Kunjungan Kerja DJSN dalam rangka monitoring dan evaluasi terdiri dari anggota DJSN yang mewakili komisi investasi dan keuangan, komisi kajian dan komisi monitoring dan evaluasi seta dibantu oleh tim sekretariat juga mengikut-sertakan perwakilan BPJS Pusat (PT. Askes dan PT. Jamsostek). Kegiatan monitoring dan evaluasi pada 9 lokasi tersebut telah selesai dilaksanakan dalam rentang waktu bulan Februari - Juni 2011.

Monitoring dan evaluasi dilaksanakan dengan tujuan: (1) untuk mendapatkan informasi tentang progress pencapaian cakupan kepesertaan program jaminan kesehatan; (2) melihat langsung kesiapan implementasi program jaminan sosial dalam menerapkan prinsip-prinsip SJSN, tantangan dan kendala yang dihadapi dan (3) mendapatkan informasi dan melakukan sosialisasi draft Roadmap Pencapaian Kepeser-taan Menyeluruh (Universal Coverage) Jaminan Kesehatan 2014 dan perkembangan pengaturan SJSN.

Implementasi Undang-Undang Nomor 40 tahun 2004

165

REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIATransformasi BPJS: Indahnya Harapan Pahitnya Kegagalan

Page 181: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

perhatian dan komitmen dari sejumlah Pemerintah Daerah. Pada awal tahun 2011, Setidaknya tercatat sekitar 250 kabu-paten/kota telah menyelenggarakan program Jaminan Kesehatan Daerah.

Temuan lapangan menunjukkan adanya variasi penye-lenggaraan Jaminan Kesehatan di daerah, sebagai berikut, Program Jaminan Kesehatan yang dilaksanakan oleh Peme-rintah Daerah Provinsi /Kabupaten/Kota merupakan imple-mentasi Jaminan Kesehatan di tingkat lokal. Hal ini tentunya mengindikasikan adanya perhatian dan komitmen Pemerintah Daerah dalam mengemban amanat konstitusi khususnya terkait dengan perlindungan sosial bagi warganya.

Jaminan sosial merupakan salah satu bentuk perlindungan sosial yang diselenggarakan oleh negara guna menjamin pemenuhan hak dasar hidup yang layak bagi warga negaranya. Sejumlah landasan pelaksanaan program jaminan sosial ini diantaranya yaitu: Pertama, Undang-Undang Dasar 1945 pasal 28 H ayat 3, yaitu: “setiap orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia yang bermartabat” dan pasal 34 ayat 2, yaitu: “negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan” serta TAP MPR RI No. X/MPR/2001 yang menugaskan kepada Presiden RI untuk membentuk Sistem Jaminan Sosial Nasional. Kedua, Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Otonomi Daerah menyebutkan salah satu hak dan kewajiban daerah adalah mengembangkan sistem jaminan sosial (pasal 22 butir H). Ketiga, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 “Jaminansosial adalah salah satu bentuk perlindungan sosial untuk menjamin seluruh rakyat agar dapat memenuhi kebutu-han dasar hidupnya yang layak”. Jenis program jaminansosial yang dimaksudkan dalam Undang-Undang tersebut meliputi: (1) Jaminan Kesehatan; (2) Jaminan Kecelakaan Kerja; (3) Jaminan Hari Tua; (4) Jaminan Pensiun; dan (5) Jaminan Kematian.

Peraturan Pemerintah Nomor 38 tahun 2007 tentang pembagian kewenangan serta tugas dan fungsi antara Peme-rintah Pusat, Provinsi dan daerah Kabupaten/Kota, Bab B butir

166

Dr. Chazali H. Situmorang, Apt, M.Sc

Page 182: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

2 tentang Pembiayaan Kesehatan bahwa tugas dan fungsi daerah kabupaten/kota untuk menyelenggarakan yaitu penge-lolaan/penyelenggaraan, jaminan pemeliharaan kesehatan sesuai kondisi lokal.

Dalam implementasinya kemudian pada 9 Lokasi tujuan monitoring dan evaluasi ditemukan adanya keragaman dasar hukum penyelenggaraan program Jaminan Kesehatan Daerah, mulai dari Surat Keputusan Kepala Dinas Kesehatan, Keputusan Walikota, Peraturan Walikota, Surat Keputusan Gubernur, Peraturan Gubernur dan dasar hukum tertinggi adalah Peraturan Daerah.

Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi yang memeiliki dasar hukum penyelenggaraan paling tinggi yaitu Peraturan Daerah Nomor 10 tahun 2009 tentang Penyelenggaraan jamkesda Provinsi Jawa Tengah dilengkapi dengan Peraturan Gubernur Nomor 73 tahun 2010 tentang Petunjuk Penyelenggaraan Jamkesda Provinsi Jawa Tengah. Kota Medan, Provinsi Riau, Provinsi Bengkulu dan Provinsi Lampung sedang dalam proses penetapan Peraturan Daerah. Provinsi Gorontalo, sebagai salah satu provinsi yang relatif baru dibentuk memiliki dasar hukum Surat keputusan Gubernur Gorontalo tentang Pedoman Pelaksanaan Program Jamkesda Provinsi.

Hal yang kemudian menarik untuk dicermati, apakah keragaman dan perbedaan tingkatan kekuatan dasar hukum penyelenggaraan Jaminan Kesehatan Daerah ini akan terus bertahan dan menjadi komitmen Pemerintah Daerah setempat atau justru mengindikasikan komitmen yang hanya bersifat eforia sesaat. Jika demikian, dalam perkembangan selanjut-nya ke depan, bagaimanakah peran Pemerintah Pusat untuk mengatur implementasi Program Jaminan Kesehatan Daerah yang dilaksanakan oleh masing-masing Provinsi/kabupaten /Kota?

Terkait dengan aspek dasar hukum penyelenggaraan Jaminan Kesehatan Daerah, pada 7 lokasi monitoring dan evaluasi penyelenggaraan Jaminan Kesehatan Daerah dilaksanakan langsung oleh Dinas Kesehatan Provinsi/ Kabupaten/Kota sebagai Unit Pelaksana Teknis Daerah yang memilki tugas pokok terkait langsung dengan pelayanan

167

REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIATransformasi BPJS: Indahnya Harapan Pahitnya Kegagalan

Page 183: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

kesehatan. Khusus untuk kota Medan, penyelenggaraan dilaksanakan oleh Tim Pengelola PJKMS (Program Jaminan Kesehatan Medan Sehat) yang terdiri dari unsur lintas sektor dan berada dibawah Dinas Kesehatan kota Medan. Penye-lenggaraan pada Provinsi Jawa Tengah dilaksanakan melalui Koordinasi lintas sektor yang ditetapkan dengan SK Gubernur.

Selain Jaminan Kesehatan Daerah, Badan Penyeleng-gara Jaminan Sosial yang melakukan pelayanan Jaminan Kesehatan adalah PT. Askes dan PT. Jamsostek. PT Askes melaksanakan program Askes Sosial bagi PNS, Pensiunan TNI/Polri dan PT Jamsostek menyelenggarakan Program Pemeliharaan Jaminan Kesehatan bagi pekerja formal maupun informal. Khusus bagi anggota TNI/Polri aktif beserta keluarganya Jaminan Kesehatan dilaksanakan melalui fasilitas kesehatan TNI/Polri.

Kepesertaan program Jaminan Kesehatan Daerah ditandai dengan bukti kependudukan. Peserta adalah pendu-duk miskin yang tidak tertampung dalam kuota program Jamkesmas Pusat. Beberapa daerah seperti Kota Medan, Provinsi Riau dan Provinsi Jawa Tengah telah mengem-bangkan cakupan kepesertaan Jamkesda diluar kriteria pen-duduk miskin yaitu PMKS (Penyandang Masalah Kesejah-teraan Sosial) seperti gelandangan dan pengemis, anak terlantar, penghuni panti jompo. Provinsi Jawa Tengah memperluas cakupan kepesertaan Jamkesda nya pada sektor pekerja informal.

Kendala yang kerap menjadi persoalan perluasan cakupan kepesertaan adalah tentang data. Data penduduk miskin yang dikeluarkan oleh Pusat seringkali berbeda dengan kondisi di lapangan. Sehingga bisa terjadi penduduk miskin yang seharusnya masuk dalam kuota Jamkesmas tidak tertampung. Dalam kondisi inilah kemudian Jamkesda mengambil peran penting.

Data menjadi penting dan strategis dalam program jaminan sosial khususnya kesehatan. Hal ini tidak hanya menyangkut hak kepesertaan seseorang tetapi memiliki implikasi yang sangat luas. Perhitungan pembiayaan bergerak dari data yang tersedia, demikian halnya dengan sebaran PPK dan paket manfaat pelayanan kesehatan yang diberikan.

168

Dr. Chazali H. Situmorang, Apt, M.Sc

Page 184: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

Oleh karena itu, aspek data kepesertaan menjadi salah satu perhatian Pemerintah Pusat dalam upaya unifikasi dan sinkronisasi kepesertaan dan program perlindungan sosial lainnya.

Aspek manfaat pelayanan terkait erat dengan premi/ketersediaan anggaran. Secara umum paket manfaat program jaminan kesehatan daerah mengacu pada paket manfaat program Jaminan Kesehatan Masyarakat yang sangat komprehensif. Dengan variasi benefit paling rendah berupa rawat jalan di Puskesmas dan benefit tertinggi rawat inap di RSUD.

Provinsi Kalimantan Tengah sesuai Peraturan Gubernur nomor 25 tahun 2009 melaksanakan kesehatan gratis kelas III bagi penduduk miskin di luar kuota Jamkesmas dengan anggaran sebesar 4,5 Milyar setahun, dalam pelaksanaannya cukup terbebani dengan tanggungan perawatan penyakit mahal seperti Jantung dan cuci darah (ginjal).

Portabilitas pelayanan dan koordinasi benefit menjadi hal penting dan strategis dalam pembahasan manfaat pelayanan, sehingga tidak terjadi keragaman dalam paket manfaat yang diberikan. Koordinasi antar kabupaten/kota dan provinsi yang saling berdekatan juga menjadi penting dan perlu ditindaklanjuti. Seperti halnya Kota Medan yang secara geografis sangat berdekatan dan menjadi persinggahan kabupaten/kota disekitarnya.

Secara umum, penyelenggaraan jaminan kesehatan daerah mengacu pada 2 model sistem pembiayaan yaitu: (1) Jaminan/asuransi kesehatan dan (2) Pelayanan gratis. Pada 9 lokasi monitoring dan evaluasi semua pembiayaan bersumber dari APBD baik provinsi, kabupaten maupun kota.

Oleh karena itu Jaminan Kesehatan Daerah pada 9 lokasi tersebut mengacu pada model pembiayaan pelayanan gratis. Hal ini mengandung arti bahwa Pemerintah Daerah telah mengambil tugasnya dalam pembiayaan Jaminan Kesehatan bagi orang miskin dan tidak mampu melalui meka-nisme bantuan sosial dalam APBD-nya (sesuai kemampuan APBD-nya).

Pelajaran penting yang diperoleh dari lapangan menun-jukkan adanya time lag antara pencairan anggaran APBD

169

REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIATransformasi BPJS: Indahnya Harapan Pahitnya Kegagalan

Page 185: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

Pada beberapa lokasi seperti Kalimantan Tengah dan Kota Malang yaitu terjadinya keterlambatan pembayaran atas klaim, sehingga terjadi penunggakan. Pada dimensi yang lain, karena paket manfaat yang diberikan kepada peserta Jaminan kesehatan Daerah cenderung bersifat unlimited, beberapa daerah mengalami pembengkakan anggaran diatas pagu yang ditetapkan. Sisi lainnya mengindikasikan bahwa pembia-yaan Jaminan kesehatan Daerah justru hanya mencerminkan pelayanan kesehatan yang lebih bersifat kuratif ketimbang pelayanan yang bersifat promotif dan pencegahan.

Beberapa point penting terkait dengan aspek pembiayaan ini menjadi catatan penting perlunya perenca-naan pembiayaan, untuk menghindari pembiayaan yang melampaui pagu anggaran atau terjadinya penunggakan pembayaran klaim.

Peranan Jamkesda Dalam UHCPencapaian Jaminan Kesehatan Semesta (Universal

Health Coverage) merupakan tanggung jawab seluruh pemangku kepentingan. Perluasan cakupan kepesertaan menjadi perhatian pertama dan utama. Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan saat ini setidaknya dilaksanakan oleh empat pilar yaitu: PT. Askes yang mengcover pelayanan kesehatan bagi PNS dan Pensiunan TNI/Polri, PT. Jamsostek yang mengcover pelayanan kesehatan bagi pekerja sektor formal dan informal, Jaminan Kesehatan bagi orang miskin dilaksanakan melalui Jaminan Kesehatan Masyarakat dan di luar kuota Jaminan Kesehatan Masyarakat Pemerintah daerah memainkan peran strategis dalam upaya pencapaian Universal Health Coverage pada tahun 2014.

Komitmen dan strategi implementasi Jaminan Kese-hatan Daerah telah ditungkan dalam Roadmap pencapaian kepesertaan menyeluruh program Jaminan Kesehatan yang melibatkan seluruh sektor terkait dengan mencakup 4 aspek yaitu kepesertaan, fasilitas kesehatan dan manfaat pelayanan, pembiayaan dan kelembagaan.

Data cakupan kepesertaan di lapangan menunjukkan hal yang cukup mengejutkan, cakupan kepesertaan tertinggi

170

Dr. Chazali H. Situmorang, Apt, M.Sc

Page 186: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

penduduk. Provinsi Gorontalo sebagai provinsi baru telah memiliki cakupan kepesertaan program jaminan kesehatan yang relatif tinggi yaitu sebesar 61,95 %. Menyusul kemudian provinsi Riau dan Lampung dengan cakupan kepesertaan diatas 60%.

Jika dikaitakan dengan target cakupan kepesertaan menyeluruh pada tahun 2012 yaitu provinsi Riau dan provinsi kalimantan Tengah, provinsi Riau memiliki angka cakupan yang relatif signifikan dibandingkan provinsi Kalimantan Tengah, dengan kapasitas fiskal yang tinggi namun cakupan kepesertaan jaminan kesehatan baru mencapai 47,38%.

Keberadaan Jaminan Kesehatan Daerah telah berkem-bang menjadi kebutuhan untuk menjawab tantangan kesiapan dan komitmen pemerintah dalam mewujudkan perlindungan sosial khususnya jaminan kesehatan bagi seluruh warganya. Sudah saatnya pemerintah pusat memberikan rambu-rambu dan petunjuk pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Daerah.

Pada tahun 2012, monitoring dan evaluasi dilaksanakan pada 11 lokasi sesuai target pencapaian universal coverage jaminan kesehatan yang merujuk pada dokumen Roadmap Pencapaian Kepesertaan Menyeluruh (Universal Coverage) Program Jaminan Kesehatan di Indonesia yaitu provinsi Bali, Bangka Belitung, Jawa Barat, Kalimantan Timur, Jambi, Riau, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kepulauan Riau, Sumatera Selatan dan Aceh.

Monitoring dan evaluasi dilaksanakan dengan tujuan: (1) melakukan sinkronisasi program pusat dan daerah untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas program jaminan sosial; (2) mendapatkan bahan masukan yang akan dipergunakan untuk perumusan kebijakan/peraturan perundang-undangan sistem jaminan sosial nasional; (3) mengetahui kesiapan pemerintah daerah menunju universal coverage jaminan kesehatan; (4) menyamakan persepsi tentang penyeleng-garaan Jaminan Kesehatan sesuai Undang-Undang BPJS dan (5) mendapatkan informasi tentang success story dan hambatan penyelenggaraan jaminan kesehatan di daerah untuk masukan pengembangan dan keberlanjutan program jaminan sosial khususnya jaminan kesehatan.

171

REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIATransformasi BPJS: Indahnya Harapan Pahitnya Kegagalan

Page 187: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

Monitoring dan Evaluasi DJSN tahun 2012 diseleng-garakan pada rentang waktu bulan Februari - Agustus 2012 (Sebelum disahkannya UU Badan Penyelenggara Jaminan Sosial), sekaligus sebagai sarana atau media untuk menso-sialisasilan implementasi pengaturan Undang-Undang BPJS (UU Nomor 24 tahun 2011) khususnya yang terkait langsung dengan mulai beroperasinya BPJS Kesehatan pada 1 Januari 2014 dengan berbagai metode diantaranya: (1) pertemuan koordinasi dan sinkronisasi dengan pemangku kepentingan pada tiap provinsi; (2) Diskusi kelompok: regulator, penyeleng-gara dan provider; (3) Pengisian kuesioner oleh pengelola/ penyelenggara Jamkesda.

Keikutsertaan Kementerian/Lembaga lain yang terkait dengan implementasi UU BPJS ini menjadi penting dan strategis. Pada tahap pertama monev tahun ini juga diikuti oleh perwakilan kementerian (Kemenakertrans), PT. Askes dan PT. Jamsostek, sehingga terjadi sinergi yang mencerminkan komitmen pemerintah pusat, khususnya untuk implementasi UU BPJS tersebut.

Penyelenggaraan Monitoring Dan EvaluasiKoordinasi dengan pihak pemerintah daerahSecara

umum, koordinasi dengan pihak pemerintah daerah tidak mengalami kesulitan. Alur birokrasi yang berbeda-beda pada tiap provinsi berakibat pada perbedaan leading sektor sebagai penyelenggara di daerah yaitu Gubernur, Bappeda, Dinas Kesehatan dan Setda namun demikian, kondisi ini tidak mempengaruhi proses penyelenggaraan monitoring dan evaluasi secara keseluruhan. Pihak Pemerintah daerah sangat antusias dan menyambut baik kegiatan monitoring dan evaluasi SJSN.

Metode penyelenggaraan monitoring dan evaluasi SJSN juga sangat variatif, ini penting untuk saling melengkapi gambaran dan data secara utuh penyelenggaraan Jaminan Kesehatan Daerah. (1) pertemuan koordinasi dan sinkronisasi dengan pemangku kepentingan pada tiap provinsi. Kegiatan ini sangat mendapatkan dukungan dan perhatian. Pemangku kepentingan di daerah sangat antusias untuk mendapatkan

172

Dr. Chazali H. Situmorang, Apt, M.Sc

Page 188: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

nya jaminan kesehatan yang sesuai dengan UU BPJS. Keikutsertaan Tim PT. Askes (Persro) dan PT.Jamsostek (Persero) memberikan arti penting untuk memberikan gamba-ran yang utuh dan saling melengkapi mengenai penyelengga-raan jaminan kesehatan sesuai UU BPJS. Pertemuan secara terpisah dengan PT. Askes (Persero) dan PT. Jamsostek (Persero) setempat juga menjadi penting dan strategis untuk mendapatkan critical issue terkait implementasi UU BPJS nantinya, sekaligus langkah-langkah antisipasi ke depan. (2) Diskusi kelompok: Regulator, Penyelenggara dan Provider. Diskusi kelompok, dimaksudkan untuk menggali kebutuhan dan keinginan berbagai pihak dalam implementasi BPJS nantinya. Pemisahan kelompok diskusi untuk memperoleh masukan dari sisi regulator, penyelenggara dan provider. Keikutsertaan Tim PT. Askes dan Tim PT. Jamsostek dalam sessi diskusi kelompok ini menjadi penting, untuk menggali dan memetakan kebutuhan dan harapan stakeholder pada tingkatan lokal. (3) Pengisian kuesioner oleh pengelola/penye-lenggara Jamkesda. Pengisian kuesioner secara khusus dimaksudkan untuk memperoleh data penyeleng-garaan Jaminan Kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah daerah.

Gambaran Penyelenggaraan Jaminan

Kesehatan Daerah Di Sebelas ProvinsiProgram Jaminan Kesehatan yang dilaksanakan oleh

Pemerintah Daerah Provinsi /Kabupaten/Kota merupakan implementasi Jaminan Kesehatan di tingkat lokal. Hal ini tentunya mengindikasikan adanya perhatian dan komitmen Pemerintah Daerah dalam mengemban amanat konstitusi khususnya terkait dengan perlindungan sosial bagi warganya.

Jaminan sosial merupakan salah satu bentuk perlindungan sosial yang diselenggarakan oleh negara guna menjamin pemenuhan hak dasar hidup yang layak bagi warga negaranya. Sejumlah landasan pelaksanaan program jaminan sosial ini diantaranya yaitu: (1) Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28 H ayat 3, yaitu: “setiap orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan pengembangan dirinya secara

173

REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIATransformasi BPJS: Indahnya Harapan Pahitnya Kegagalan

Page 189: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

yaitu: “negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan” serta TAP MPR RI No. X/MPR/2001 yang menugaskan kepada Presiden RI untuk membentuk Sistem Jaminan Sosial Nasional; (2) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Otonomi Daerah menyebutkan salah satu hak dan kewajiban daerah adalah mengembangkan sistem jaminan sosial (Pasal 22 butir H); (3) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004. “Jaminan sosial adalah salah satu bentuk perlindungan sosial untuk menjamin seluruh rakyat agar dapat memenuhi kebutu-han dasar hidupnya yang layak”. Jenis program jaminan sosial yang dimaksudkan dalam Undang-Undang tersebut meliputi: (a) Jaminan Kesehatan, (b) Jaminan Kecelakaan Kerja, (c) Jaminan Hari Tua, (d) Jaminan Pensiun dan (e) Jaminan Kematian; (4) Peraturan Pemerintah Nomor 38 tahun 2007 tentang pembagian kewenangan serta tugas dan fungsi antara pemerintah pusat, provinsi dan daerah, Bab B butir 2 tentang Pembiayaan Kesehatan bahwa tugas dan fungsi daerah kabu-paten/kota untuk menyelenggarakan yaitu pengelolaan/ penyelenggaraan, Jaminan Pemeliharaan Kesehatan sesuai kondisi lokal.

Dari sebelas provinsi hasil monitoring dan evaluasi menunjukkan bahwa hampir seluruh daerah menggunakan dasar hukum penyelenggaraan Jamkesda berdasarkan kebijakan Gubernur Provinsi masing-masing baik berupa Peraturan maupun Surat Keputusan. Sisanya menggunakan Peraturan Daerah, SK Walikota. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 Tentang SJSN merupakan salah satu dasar pelaksanaan Jaminan Kesehatan yang digunakan hampir di seluruh lokasi monitoring dan evaluasi, namun Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 Tentang BPJS belum menjadi salah satu dasar hukum penyelenggaraan di daerah. Hal ini dikarenakan hampir semua Jamkesda pada sebelas provinsi tersebut sudah beroperasi sebelum pengesahan UU BPJS.

Ada tiga jenis bentuk badan penyelenggaran Jamkesda dari kesebelas provinsi ini, yaitu: pertama, bentuk badan penyelenggara yang masih melekat pada Dinas Kesehatan yang artinya masih diselenggarakan oleh Dinas Kesehatan

174

Dr. Chazali H. Situmorang, Apt, M.Sc

Page 190: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

provinsi sendiri. Bentuk ini merupakan bentuk yang paling ban-yak dijumpai pada lokasi monitoring dan evaluasi tahun 2012.

Selanjutnya bentuk yang kedua adalah bentuk badan penyelenggara yang diserahkan kepada pihak profesional (pihak ketiga) dalam hal ini PT Askes (Persero) yang telah mempunyai layanan yang lebih luas dan sudah berpengala-man. Penyelenggaraan bentuk ini ditemukan di provinsi Jambi, Kalimantan Tengah dan Aceh. Bentuk ketiga yang diadopsi oleh sebagaian kecil provinsi adalah bentuk Unit Pelaksana Teknis (UPT)/BLUD, diantaranya di provinsi Bali dengan UPT Jamkes Bali Mandara dan di Kota Bontang Kalimantan Timur dengan UPTD Jamkesda (BLUD Khusus).

Program Jaminan Kesehatan yang diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah belum sepenuhnya dapat menjamin semua penduduk di wilayah tersebut. Kepesertaan Jaminan Kesehatan Daerah sebagian besar meliputi penduduk miskin yang tidak tercover oleh Jamkesmas.

Pada sisi lain, adanya kendala pembiayaan yang terbatas dalam APBD mengharuskan Pemerintah Daerah menentukan batasan peserta. Beberapa Pemerintah Daerah yang menyelenggarakan Jamkesda untuk sebagian masyara-kat saja biasanya disesuaikan dengan peraturan dan kriteria yang menjadi dasar pelaksanaan Jamkesda di daerah mereka dan pada umumnya masyarakat miskin selalu masuk menjadi peserta dalam program Jamkesda. Kriteria kepesertaan ber-variasi antara satu daerah dengan daerah lainnya.

Provinsi Bali, Aceh dan Sumatera Selatan merupakan provinsi yang memberikan Jaminan Kesehatan bagi seluruh penduduknya. Sementara Kota Bontang Kalimantan Timur, merupakan salah satu kota yang memberikan Jaminan Kesehatan tambahan bagi PNS.

Cakupan kepesertaan program jaminan kesehatan pada sebelas lokasi monitoring dan evaluasi dapat dideskripsikan sebagai berikut: Pertama, Provinsi Aceh, Sumatera Selatan dan Bali merupakan tiga provinsi yang telah menyeleng-garakan program Jaminan Kesehatan secara menyeluruh, sehingga cakupan kepesertaan pada tiga provinsi tersebut mencapai angka 99% sampai 100%. Kedua, Pada beberapa provinsi di wilayah Pulau Sumatera cakupan kepesertaan ber-

175

REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIATransformasi BPJS: Indahnya Harapan Pahitnya Kegagalan

Page 191: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

turut-turut yaitu Kepulauan Riau (83,24%), Bangka Belitung (78,39%), Riau (64,31%) dan Jambi (41,72%). Ketiga, Jawa Barat dengan jumlah penduduk yang besar mencapai caku-pan kepesertaan program Jaminan Kesehatan sebesar 54,01%. Keempat, di wilayah Pulau Kalimantan cakupan kepesertaan mencapai angka 33,97% (Kalimantan Tengah) dan 58,26% (Kalimantan Selatan). Sementara itu Kalimantan Timur, dalam hal ini kota Bontang memiliki angka coverage sebesar 93,58%.

Secara keseluruhan, cakupan kepesertaan program Jaminan Kesehatan pada sebelas provinsi monitoring dan evaluasi mencapai angka 64,65%. Berdasarkan aspek penca-paian target universal coverage tahun 2012, dari sebelas provinsi tersebut diketahui bahwa tiga provinsi telah mencapai universal coverage (99%-100%) dan kota Bontang (93,58%) pada tingkat kota. Sementara itu, tiga provinsi (Kepulauan Riau, Bangka Belitung dan Riau) mencapai angka cakupan di atas 60% dan tiga provinsi lainnya (Jambi, Jawa Barat, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan) mencapai angka cakupan di bawah 60%.

Aspek manfaat pelayanan terkait erat dengan premi/ ketersediaan anggaran. Umumnya paket manfaat program Jaminan Kesehatan Daerah mengacu pada paket manfaat program Jaminan Kesehata Masyarakat yang sangat komprehensif.

Pelayanan kesehatan yang umumnya masuk ke dalam paket manfaat dasar adalah pelayanan Rawat Jalan Tingkat Pertama (RJTP), Rawat Jalan Tingkat Lanjut (RJTL), Rawat Inap Tingkat Pertama (RITP) dan Rawat Inap Tingkat Lanjut (RITL). Sedangkan untuk pelayanan kesehatan di luar dari empat pelayanan tersebut merupakan manfaat tambahan dalam paket manfaat yang ada dari sebuah program Jaminan Kesehatan.

Beberapa jenis pelayanan kesehatan yang biasanya tidak dijamin (pelayanan eksklusi) dalam suatu program Jaminan Kesehatan karena beberapa alasan seperti biaya pelayanan kesehatan yang besar, penyebab penyakit dan lain-lain. Akan tetapi, pihak penyelenggara program Jaminan Kesehatan memiliki hak untuk memasukkan jenis pelayanan

176

Dr. Chazali H. Situmorang, Apt, M.Sc

Page 192: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

eksklusi ke dalam paket manfaat program Jaminan Kesehatan yang mereka selenggarakan.

Adapun layanan eksklusi yang paling banyak diberikan pada sebelas provinsi tersebut adalah layanan cuci darah. Hal ini kemungkinan dikarenakan layanan tersebut merupakan layanan yang paling banyak diderita oleh masyarakat Indone-sia dan memerlukan biaya besar.

Layanan kedua yang paling banyak adalah pelayanan dengan alat canggih seperti laparoskopi, operasi dengan endoskopi, dan lain-lain sesuai dengan namanya, alat-alat ini sangat mahal dalam penggunaanya dan biasanya pasien akan menggunakan secara berkala.

Layanan yang masuk eksklusi (layanan yang seharus-nya tidak perlu ditanggung) juga terjadi di beberapa provinsi, meliputi Pelayanan AIDS (program pemerintah) dan penang-gulangan NAPZA (penyakit akibat perilaku menyimpang).

Pada setiap pelaksanaan kegiatan pada program apapun selalu mengeluarkan sejumlah biaya agar kegiatan dapat berjalan dengan lancar, begitu pula dengan pelaksa-naan program Jamkesda yang ada pada setiap provinsi. Terlebih lagi, program Jamkesda adalah program Jaminan Kesehatan yang berisi kegiatan seputar pemeliharaan kese-hatan serta pengobatan masalah kesehatan masyarakat yang menjadi peserta.

Dari kesebelas provinsi ini seluruhnya masih menggu-nakan anggaran dari Pemda baik secara sharing dengan Pemprov, Pemkab maupun yang full APBD Pemprov. Belum terdapat iuran yang dipungut dari masyarakat, yang artinya semua pelayanan kesehatan benar-benar bersifat gratis dan terbatas untuk penduduk kriteria tertentu.

Terkait perencanaan pembiayaannya, sebagian besar dilakukan oleh Dinas Kesehatan karena memang badan penyelenggaraannya masih melekat di Dinas Kesehatan, sedangkan pada sebagian kecil provinsi, pembiayaannya diatur oleh pemerintah provinsi.

Untuk metode perhitungan anggaran, ada dua metode yang sebagian besar digunakan yaitu: (1) menghitung angga-ran Jamkesda dengan menggunakan metode pendekatan ketersediaan anggaran dan jumlah peserta yang dapat

177

REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIATransformasi BPJS: Indahnya Harapan Pahitnya Kegagalan

Page 193: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

ditanggung; (2) menggunakan metode pendekatan ketersediaan anggaran tanpa menghitung peserta yang mereka tanggung nantinya. Dari kedua metode penghitungan pembiayaan ini, resiko yang akan terjadi adalah pembengkakan anggaran dikarenakan jumlah peserta yang bertambah disertai dengan layanan manfaat Jaminan Kesehatan yang bersifat katastropik.

Kendala Penyelenggaraan Program

JamkesdaDari keseluruhan masukan permasalahan yang dihadapi

oleh kesebelas provinsi tersebut, kendala seragam yang dihadapi adalah masalah kepesertaan yaitu data peserta yang belum akurat, tidak valid dan tidak lengkap, disamping kejelasan aturan pelaksanaan program jaminan kesehatan selanjutnya.

RekomendasiSesuai hasil kunjungan lapangan, pertemuan koordinasi

dan sinkronisasi, diskusi serta analisis data sekunder dalam rangka monitoring dan evaluasi SJSN di Provinsi Bali, Bangka Belitung, Jawa Barat, Jambi, Riau, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kepulauan Riau, Sumatera Selatan, Aceh dan Kota Bontang Provinsi Kalimantan Timur, pada periode Februari-Agustus 2012, Dewan Jaminan Sosial Nasional meru-muskan rekomendasi hasil monitoring dan evaluasi tahun 2012, sebagai berikut: Pertama, Komitmen Pemerintah Daerah dalam melak-sanakan program Jaminan Kesehatan Daerah dan upaya-upaya pecapaian cakupan kepesertaan selayaknya mendapat-kan perhatian dan apresiasi dari Pemerintah Pusat. Namun demikian, terkait implementasi BPJS Kesehatan nantinya perlu adanya mekanisme integrasi Jamkesda ke BPJS Kesehatan. Proses integrasi ini nantinya merujuk pada dokumen Peta Jalan Jaminan Kesehatan Nasional.

Kedua, Data peserta menjadi hal mendesak terkait penen-tuan jumlah Penerima Bantuan Iuran (PBI) Jaminan Kesehatan bagi orang miskin dan tidak mampu. Untuk itu diperlukan basis data terpadu sebagai rujukan penyelenggaraan program Jami-nan Kesehatan nasional yang bersumber dari APBN.

Ketiga, Perlunya sosialisasi implementasi BPJS Keseha-tan dan BPJS Ketenagakerjaan pada seluruh lapisan masyarakat

178

Dr. Chazali H. Situmorang, Apt, M.Sc

Page 194: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

Bagian Lima:UU SJSN Bergerak Menuju Universal

Health Care

179

REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIATransformasi BPJS: Indahnya Harapan Pahitnya Kegagalan

Page 195: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

180

Dr. Chazali H. Situmorang, Apt, M.Sc

Page 196: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

Bagian Lima:UU SJSN Bergerak Menuju Universal

Health Care

Tonggak Sejarah

iawali dengan adanya perasaan putus asa, karena Dtonggak sejarah pertama sudah dipancangkan oleh Presiden Keempat Republik Indonesia Ibu Megawati

Soekarnoputri pada menjelang akhir periode kepemimpinan-nya dengan lahirnya Undang-Undang tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional pada tahun 2004.

Kenapa timbul perasaan putus asa bagi bangsa Indone-sia? Karena selama lima tahun Undang-Undang tersebut di undangkan hanya menjadi catatan kertas saja dan satu-satunya produk yang dihasilkan adalah dibentuknya Dewan Jaminan Sosial Nasional sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang SJSN pada tahun 2009. Sejak itu DJSN, berusaha untuk berlari cepat, tapi kakinya terbelenggu dengan belum adanya Undang-Undang untuk pembentukan BPJS dan terbatasnya dana dan sarana yang tersedia.

Munculah tonggak sejarah kedua, yaitu dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 24 tahun 2011 di era periode kedua Presiden SBY, yaitu terbentuknya BPJS Kesehatan dan BPJS

181

REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIATransformasi BPJS: Indahnya Harapan Pahitnya Kegagalan

Page 197: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

Tonggak sejarah kedua ini dengan “jangkarnya” tonggak sejarah pertama yaitu UU Nomor 40 tahun 2004 tentang SJSN, merubah secara radikal Sistem Jaminan Sosial di Indonsesia yang selama ini diselenggarakan oleh empat BPJS eksisting (istilah di DJSN), yaitu PT. Askes, PT. Jamsostek, PT. Taspen dan PT. Asabri, dengan bentuk dan model yang penuh suka dukanya selama ini, menurut Undang-Undang SJSN dan BPJS, harus mengalami transformasi (pembubaran tanpa likuidasi), menjadi suatu lembaga yang karakternya berbeda.

Perubahan radikal pertama adalah, PT.Askes dan PT.Jamsostek tidaklagi merupakan badan hukum private yang tunduk pada undang-undang PT dan undang-undang BUMN, menjadi badan hukum publik dan tidak lagi berinduk semang pada Kementerian BUMN per 1 Januari 2014.

Perubahan kedua, pelayanan jaminan sosial harus bersifat nirlaba, fortabilitas, iuran wajib, gotongroyong dan mengutamakan manfaat sebesar-besarnya bagi peserta.

Perubahan ketiga, semua peserta, asset dan liability perusahaan harus berpindah dan dikelola oleh BPJS Keseha-tan dan Ketenagakerjaan; perubahan keempat, BPJS diwajib-kan memberikan nomor identitas tunggal setiap peserta untuk kelima program yaitu Jaminan Kesehatan (JK), Jaminan Kecelakaan Kerja JKK), Jaminan Kematian (JKm), Jaminan Hari Tua (JHT) dan Jaminan Pensiun (JP).

Perubahan kelima, keberadaan data yang akurat peser-ta dan sistem Informasi Manajemen (IT), merupakan syarat mutlak untuk terselenggaranya perubahan yang radikal dimak-sud. Perubahan tersebut harus tertuang dalam berbagai pera-turan pelaksanaannya berupa PP maupun Perpres dan Kep-res. Saat ini sedang dalam proses penyusunan oleh Tim Pokja Kemenkes dan Kemenakertrans bersama dengan DJSN.

Paradigma BaruDengan berbagai perubahan radikal yang diamantkan

dalam Undang-Undang SJSN dan BPJS, maka tentunya harus diikuti perubahan pola fikir dan sudut pandang dalam penye-lenggaraan Program Jaminan Sosial kedepan sebagai suatu prinsip asuransi sosial dan tabungan sosial. Paradigma baru

182

Dr. Chazali H. Situmorang, Apt, M.Sc

Page 198: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

birokrasi pemerintah pusat dan daerah, anggota Dewan Perwakilan Rakyat pusat dan daerah, Manajemen PT. Askes, PT.Jamsostek, sektor swasta dan seluruh masyarakat Indone-sia. Salah satu paradigma baru yang penting adalah terkait menempatkan posisi manusia Indonesia dalam konteks jaminan sosial. Kita harus sepakat betul bahwa peran manusia sangat sentral dan mulia dalam mendapatkan jaminan sosial sebagai kewajiban negara.

Namun Undang-Undang SJSN sudah memberikan garisan yang tegas bahwa bagi masyarakat yang mempu iurannya dibayar oleh mereka yang mampu tersebut. Sedang-kan kelompok masyarakat miskin dan tidak mampu iurannya dibayarakan oleh Pemerintah, yang diprioritaskan untuk Program Jaminan Kesehatan.

Janganlah diposisikan manusia sebagai beban, apalagi disebutkan kewajiban mengiur pemerintah sebagai beban fiskal anggaran pemerintah, yang seharusnya diposisikan sebagai invenstasi manusia. Konkritnya jika orang miskin dan tidak mampu menjadi sehat, maka produktivitasnya akan meningkat dan dapat masuk kelapangan pekerjaan.

Jika angkatan kerja meningkat, pengangguran berku-rang, jumlah orang tidak miskin dan mampu bertambah dan pada gilirannya akan bertambah juga peserta untuk ikut mengiur. Sehingga pada saat itu terwujud, kewajiban pemerin-tah untuk mengalokasikan bantuan iuran akan semakin mengecil.

Paradigam baru lainnya adalah tidak boleh mengabai-kan peran swasta, khususnya dalam pelayanan kesehatan. Undang-Undang SJSN tidak membedakan fasilitas kesehatan pemerintah maupun swasta. Dalam rangka amanat SJSN posisinya sama, bedanya hanya pada ikut atau tidaknya fasilitas kesehatan membangun kerjasama dengan BPJS Kesehatan sebagai “mandatory” dalam pembiayaan pelaya-nan kesehatan.

Fasilitas kesehatan pemerintah sangatlah terbatas dan sektor swasta juga akan ikut dengan senang hati sesuai dengan kebijakan distribusi wilayah dalam rangka keterjang-kauan pelayanan sepanjang ada jaminan pembiayaan yang proporsional dari BPJS dan undang-undang juga sudah

183

REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIATransformasi BPJS: Indahnya Harapan Pahitnya Kegagalan

Page 199: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

menjamin bahwa fasilias kesehatan yang ikut dalam jaringan pelayanan kesehatan BPJS Kesehatan dalam waktu 15 hari pengajuan klaim biaya fasilitas kesehatan harus dibayarkan oleh BPJS, suatu jaminan yang luar biasa yang diberikan Undang-Undang.

Paradigma baru lainnya adalah Jaminan Kesehatan ber-laku bagi peserta untuk seumur hidup dan seluruh penyakit yang berindikasi medis (kecuali HIV/AIDS), serta Jaminan Pensiun bagi pekerja (baik yang menerima upah maupun yang tidak menerima upah/mandiri).

Dengan sekelumit tonggak sejarah dan paradigma baru tersebut, maka untuk menjawab “Begitu sulitkah jaminan sosial di Indonesia untuk dilaksanakan?” Kita dapat melihat-nya dari tiga situasi yaitu pertama, dimanakah posisi penye-lenggaaraan jaminan sosial saat skearang ini, kedua, kita hendak menuju kemana sesuai amanat undang-undang dan ketiga, siapa yang mengerjakannya.

Untuk dapat mengetahui ketiga kondisi tersebut diatas secara komprehensif, maka saat ini yang dibutuhkan adanya Peta Jalan (Road Map) penyelenggaraan BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan. Walaupun melalui proses yang melelahkan dan bantuan semua pihak (Bappenas, Kemenkes), DJSN telah menyusun bersama Road Map untuk Jaminan Kesehatan dalam rangka Universal Health Coverage periode 2012-2019 dan diharapkan dokumen dimaksud dapat dijadikan dokumen resmi yang akan disampaikan kepada Menkokesra dan Kementerian terkait.

Sedangkan Road Map terkait dengan BPJS Ketenaga-kerjaan, memang masih dalam proses awal dan saat ini DJSN terus mendorong Kementerian Ketenagakerjaan dan transmi-grasi dapat lebih berperan dan proaktif menyusunnya melalui Pokja BPJS Ketenagakerjaan yang diketuai oleh Sekjen Kemenakertrans, mudah-mudahan dapat selesai dalam waktu dekat ini.

Universal Health CareSistem Jaminan Sosial Nasional mempunyai dasar hu-

kum yang kuat yaitu undang-undang sebagai suatu tonggak

184

Dr. Chazali H. Situmorang, Apt, M.Sc

Page 200: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

kup empat hal penting yaitu: Pertama, mengatur suatu tata cara penyelenggaraan program jaminan sosial oleh beberapa badan peneyelenggara jaminan sosial. Kedua, tujuannya sangat mulia untuk memberikan jaminan terpenuhinya kebutu-han dasar hidup yang layak bagi setiap peserta dan/atau ang-gota keluarganya. Ketiga, penyelenggaranya adalah Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) yang harus dibentuk dengan undang-undang. Keempat, untuk program Jaminan Kesehatan ditujukan untuk mencapai Universal Health Care.

Sebenarnya kondisi cakupan pelayanan kesehatan (universal health Care) saat ini dengan berbagai variasi mutu dan jenis pelayanan sudah mencapai lebih dari 60% dari seluruh penduduk sebanyak 237,6 juta.

Bagaimana kondisi umum saat ini dengan cakupan yang 60% tersebut, dapat dicermati antara lain: (1) sebagian besar pelayanan dipusatkan di rumah sakit kurangnya kualitas layanan yang baik; (2) banyaknya tumpang tindih antara pera-watan kesehatan pertama dan perawatan rujukan; (3) kurang-nya hubugan baik provider dengan masyarakat; (4) tingginya biaya perawatan (technology oriented); (5) ketidak adilan akses pelayanan kesehatan.

Dari situasi dan kondisi yang dihadapi dalam pelayanan kesehatan tersebut diatas, secara umum dapat dirinci lebih lanjut dalam lima aspek spesifik terkait UCJK (Universal Coverage Jaminan Kesehatan), yaitu: (1) aspek kepesertaan; (2) aspek manfaat; (3) aspek pembiayaan; (4) aspek fasilitas kesehatan; dan (5) aspek kelembagaan.

Aspek KepesertaanSampai dengan saat ini dari berbagai sumber data yang

tersedia (Kemenkes, Askes, Jamsostek), jumlah penduduk Indonesia yang di cover pelayanan kesehatannya sebanyak 139,4 juta penduduk atau sekitar 60% dari jumlah penduduk 237,6 juta dan setiap tahun jumlah penduduk bertambah sekitar 3-4 juta jiwa. Dengan rincian: (1) yang dikelola PT.Askes untuk PNS dan keluarga TNI dan Polri sebanyak 17,2 juta jiwa; (2) penduduk miskin dan tidak mampu melalui Program Jamkesmas 76,4 juta jiwa; (3) Jaminan Pelayanan

185

REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIATransformasi BPJS: Indahnya Harapan Pahitnya Kegagalan

Page 201: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

Kesehatan melalui PT. Jamsostek sebanyak 4,9 juta jiwa; (4) melalui Jamkesda/PJKMU yang ditujukan untuk orang miskin dan tidak mampu yang tidak di cover Jamkesmas, dan dibebankan kepada Pemda propinsi dan Kab/Kota sejumlah 31,6 juta jiwa; (5) Jaminan Kesehatan yang diselenggarakan oleh Perusahaan tidak melalui PT.Jamsostek (opting out) ada sebanak 6,4 juta jiwa; (6) yang melalui Asuransi Kesehatan komersial (Inhealth, Prudential, dll) ada sekitar 2, 8 juta jiwa.

Diharapkan sesuai dengan amanat Undang-Undang SJSN dalam rangka Universal Coverage, dapat dicapai men-dekati 100% peserta pada tahun 2019, melalui BPJS Keseha-tan yang harus sudah ada cabang-cabangnya diseluruh wila-yah Pemerintahan Kabupaten/Kota. Sebab menurut Undang-undang SJSN dan Undang-Undang BPJS, BPJS Kesehatan bertanggungjawab terhadap perluasan kepesertaan.

Cakupan kepesertaan ini harus dirumuskan dalam Roap Map yang dibuat oleh PT. Askes yang akan menjadi BPJS Kesehatan, dengan berbagai skema skala prioritas, terutama di sektor pekerja yang tidak mempunyai hubungan kerja atau pekerja mandiri atau pekerja informal yang mampu tetapi mentalnya senang gratis (tidak mau membayar iuran sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya).

Oleh karena itu data kepesertaan menjadi sangat penting dan merupakan faktor utama untuk berhasilnya per-luasan kepesertaan ini. Pemerintah sebenarnya sudah mem-punyai sumber data yang relatif akurat by name dan by address yang mencakup 40% paling bawah dari jumlah penduduk, yang pendataannya dilakukan oleh BPS tahun 2011, disebut dengan data PPLS 2011. Dalam 40% penduduk terbawah ini sudah masuk dalam katagori beresiko miskin, miskin dan sangat miskin.

Orang miskin dan tidak mampu yang menurut perintah Undang-Undang SJSN iurannya dibayar oleh Pemerintah (dalam hal ini Pemerintah Pusat dan melalui APBN), dengan jumlah cakupannya 40% dari jumlah penduduk tersebut adalah sebanyak 25 juta rumah tangga, equal dengan 96,7 juta jiwa (sesuai data PPLS 2011) dan didalam katagori ini sudah terma-suk orang miskin dan tidak mampu, bukan saja tidak bekerja tetapi juga yang bekerja baik sektor formal (penerima upah),

186

Dr. Chazali H. Situmorang, Apt, M.Sc

Page 202: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

maupun sektor informal (yang tidak mempunyai hubungan kerja/mandiri) tetapi pendapatannya tidak cukup untuk meme-nuhi kebutuhan dasar yang layak bagi kehidupan dirinya dan/atau keluarganya (Undang-Undang 13 Tahun 2011 Tentang Penanganan Fakiri Miskin).

Undang-Undang Nomor 13 tersebut juga memberikan kesempatan Pemerintah Daerah (Bupati/Walikota), untuk me-lakukan verifikiasi dan valasi data orang miskin dan tidak mampu tersebut supaya tidak ada yang tercecer dalam PPLS 2011, atau mereduksi terjadinya inclusive error maupun exclusive error.

Tahapan verifikasi dan validasi ini menjadi wewenang Bupati dan Walikota dengan payung hukum berupa Undang-Undang dan peluang terbuka lebar untuk dilaksanakan tahun 2012 ini sehingga pada pelaksanaan iuran PBI (Penerima Bantuan Iuraan) tahun 2014, persoalan orang miskin dan tidak mampu sudah clear dan clean untuk masuk dalam skema BPJS Kesehatan.

Dan hal ini berarti Jamkesmas dan Jamkesda sudah tercakup dalam data PPLS 2011 sesuai dengan hasil verifikiasi dan validasinya, sehingga unifikasi data dapat menjadi kenya-taan. Dengan data yang sudah ada bagi peserta PNS, TNI/Polri, peserta PBI, JPK Jamsostek, peserta perusahaan (penerima upah/mempunyai hubungan kerja dengan upah diatas UMR tentunya) maka tugas BPJS Kesehatan tentu tidak sulit untuk menjaring calon peserta yang tidak miskin dan mampu untuk membayar iuran.

Berapa jumlahnya diluar skema yang sudah terdata dan tercatat tersebut diatas, tentunya ini menjadi pekerjaan rumah dan tanggung jawab BPJS Kesehatan, (jadi jelas kerjaan siapa dan mengerjakan apa?).

Aspek ManfaatBagaimana sebenarnya manfaat (beneficieris) yang

diperoleh mereka penerima pelayanan kesehatan di Indonesia? Saat ini berlangsung berbagai variasi pelayanan disemua tingkatan PPK (Pusat Pelayanan Kesehatan). Ada yang kurang memenuhi kebutuhan medis dasar, ada yang

187

REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIATransformasi BPJS: Indahnya Harapan Pahitnya Kegagalan

Page 203: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

yang komprehensif. Ada yang mengharuskan cost sharing yang memberatkan dan yang meringankan pasien, sampai dengan management pelayanan yang belum optimal.

Sering dan menjadi sesuatu yang sudah kelaziman, penetapan paket manfaat berbanding lurus dengan jumlah iuran yang dapat diberikan Pemerintah. Misalnya Jamkesmas dengan kemampuan Pemerintah menyediakan dana Rp 6.500 perorang perbulan, tentu juga berpengaruh terhadap paket jenis manfaat yang dapat diberikan ke pasien.

Karena nilai tersebut tidak mempunyai nilai keekono-mian, maka kita tidak heran sedikit sekali fasilitas kesehatan swasta untuk ikut dalam Jamkesmas. Hal yang sama juga dialami Jamkesda yang tarif iurannya dibawah Jamkesmas, situasinya tidak jauh berbeda, apalagi paket pelayanannya berdasarkan besarnya tagihan pelayanan (fee for service), beberapa Pemda Kab/Kota, APBDnya jebol untuk membayar biaya pelayanan kesehatan rumah sakit dan ujung-ujungnya tunggakan tagihan rumah sakit membengkak.

Pelayanan kesehatan yang sub standar, cost sharing yang tinggi, pembayaran uang muka sebelum pelayanan, tidak berjalannya prinsip equitas, persoalan-persoalan terkait porta-bilitas, moral hazard dalam pelayanan, tidak berjalannya pola rujukan, merupakan issu-issu yang terus menerus dikeluhkan masyarakat. Akibatnya walaupun dengan terpaksa masyara-kat memilih pelayanan sektor swasta dengan biaya yang tinggi, demi kesehatannya dan akibanya adalah setelah sembuh dari suatu penyakit menjadi miskin karena membayar tarif kesehatan yang tinggi (sadikin-sakit dikit menjadi miskin).

Kondisi-kondisi tersebut, kedepan tentu tidak diinginkan oleh negara dan bangsa yang besar ini. Undang-Undang SJSN dan Undang-Undang BPJS melarang PPK semua ting-katan untuk mengutip bayaran bagi peserta Jaminan Kese-hatan, sebab kewajiban tersebut diambil alih dan menjadi tanggungjawab BPJS Kesehatan.

Tugas PPK fokus pada memberikan manfaat kepada peserta sesuai dengan kebutuhan medis, dan komprehensif; promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Cost sharing hanya dibenarkan untuk mencegah penyalahgunaan pelayanan (bukan indikasi medis).

188

Dr. Chazali H. Situmorang, Apt, M.Sc

Page 204: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

Sebagai ilustrasi, jika ada seorang peserta Jaminan Kesehatan mengalami sakit demam karena flu, dekat rumah-nya ada Dokter Praktek Swasta (DPS) yang ikut dalam jari-ngan BPJS Kesehatan, maka peserta tersebut cukup datang ke DPS tersebut dan menunjukan nomor identitas peserta, di cek dalam data IT di DPS tersebut, maka dilakukan diagnosa Dokter, diberikan resep untuk di ambil obatnya di apotik terdekat yang juga ikut dalam sistem jaringan pelayanan BPJS Kesehatan, (semuanya gratis), kembali kerumah istirahat untuk proses penyembuhan. Intinya penyakit ringan cukup ditangani DPS sebagai gatekeeper, tidak perlu merujuk pasiennya ke PPK yang diatasnya (ke rumah sakit).

Aspek PembiayaanJika kita menyimak makna dari Undang-Undang SJSN,

dan Undang-Undang BPJS, point pentingnya adalah adanya suatu badan mandatory yang menyelenggarakan program jaminan sosial secara nasional dengan prinsip asuransi sosial dan tabungan sosial.

Badan penyelenggara jaminan sosial ini tugasnya adalah “take over” resiko peserta (pooling of risk) yang ditim-bulkan dari suatu penyakit, kecelakaan kerja, kematian, Jaminan Hari Tua dan Jaminan Pensiun dan konsekuensinya peserta harus mengumpulkan sejumlah dana berupa iuran yang dikumpulkan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (pooling of fund).

Semakin banyak peserta, jumlah dana yang diiur setiap peserta semakin kecil, manfaat yang diperoleh semakin leng-kap, cost sharing and fee dapat dikurangi bahkan ditiadakan, kecuali pelayanan yang dapat menimbulkan moral hazard.

Dalam kerangka inilah program pelayanan kesehatan dilaksanakan oleh BPJS Kesehatan. Secara sederhana hitu-ngannya sebagai berikut: Beberapa waktu yang lalu DJSN dan Kemenkes sudah melakukan perhitungan keekonomian ten-tang besarnya iuran yang dialokasikan oleh Pemerinah untuk orang miskin dan tidak mampu yaitu Rp 27.000.- perorang perbulan. Jika diasumsikan angka ini sama untuk penduduk yang mampu mengiur (estimasi rendah, karena. kenyataan-

189

REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIATransformasi BPJS: Indahnya Harapan Pahitnya Kegagalan

Page 205: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

sebesar 237,6 juta penduduk x Rp. 27.000.- x 12 bulan = Rp.76,9 Triliun (40 % ditanggung Pemerintah dalam skema PBI). Angka kesakitan di Indonesia (morbidity rate) adalah 15%, berarti sekitar 35,6 juta penduduk menderita sakit mulai dari yang ringan sampai yang berat setiap tahunnya.

Dari berbagai studi biaya yang habis untuk pelayanan kesehatan sekitar 80% dari Pooling of fund atau sebesar 80% x Rp 76,9 Triliun = Rp 61,5 Triliun. Sisanya 15,4 Triliun menurut Undang-Undang sebagai dana cadangan jika terjadi keadaan yang luar biasa dan untuk pengembangan pelayanan keseha-tan. Dengan angka ini disertai dengan fasilitas kesehatan yang memadai dan SDM kesehatan yang cukup maka kita optimis cita-cita kesehatan untuk semua (health for all) akan tercapai paling lambat tahun 2019 sesuai dengan Road Map UHC 2012-2019.

Optimisme yang terbangun ini, salah satu daya dorong-nya adalah keterlibatan fasilitas kesehatan swasta, industri-industri farmasi, tenaga-tenaga kesehatan akan ikut berperan serta karena besarnya iuran yang proporsional dan tarif keeko-nomian sesuai dengan kompetensi tenaga medis. Organisasi profesi kesehatan, organisasi-organisasi rumah sakit, gabu-ngan perusahaan-perusahan farmasi (industri, PBF, perapo-tikan), pasti akan melakukan konsolidasi untuk ikut dalam sistem jaminan sosial, karena memberikan kepastian biaya dan pembayarannya.

Dalam kaitan kewajiban pemerintah, dihubungkan de-ngan Pemberian Bantuan Iuran bagi orang miskin dan tidak mampu, pemerintah diperhitungkan mengalokasikan angga-ran APBN sekitar 31 Triliun untuk 96.7 juta penduduk (data BPS PPLS 2011). Diharapkan dengan data tersebut tidak ada lagi perbedaan data jumlah orang miskin dan tidak mampu Pusat dan Daerah (unifikasi data).

Mengacu Undang-Undang Penanganan Fakir Miskin Nomor 13 Tahun 2011, pada Pasal 9 ayat 4 dan 5, Bupati dan Walikota dapat melakukan verifikasi dan validasi data orang miskin di wilayahnya dan menyampaikan kepada Menteri yang menangani urusan sosial. Dengan dasar undang-undang ini maka dalam tahun 2012/2013 Bupati dan Walikota dapat melakukan konsolidasi data (verifikasi dan validasi data PPLS

190

Dr. Chazali H. Situmorang, Apt, M.Sc

Page 206: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

2011), sehingga pada pelaksanaan BPJS Kesehatan 2014, data yang diperoleh sudah clear and clean. Jika data terpadu ini sudah “oke” Pemerintah Pusat dan Daerah, maka alokasi dana PBI sebesar 31 Triliun ( atau 25 triliun atau 16 triliun Insya Allah) yang disediakan dari APBN, sudah dapat meng”cover” orang miskin dan tidak mampu yang selama ini dibiayai dari Jamkesmas (APBN) dan Jamkesda (APBD), artinya tidak ada kewajiban Pemerintah Daerah mengalokasi APBD untuk biaya pelayanan kesehatan untuk orang miskin dan tidak mampu. Pos dana daerah tentu dapat dimanfaatkan untuk peningkatan fasilitas kesehatan dan pengembangan SDM kesehatan.

Aspek Fasilitas KesehatanSebagaimana telah diutarakan diatas, cakupan pelaya-

nan kesehatan di Indonesia sebenarnya sudah lumayan besar yaitu 60%, dengan menggunakan semua fasilitas kesehatan yang tersedia. Fasilitas Kesehatan Pemerintah dan sebagian kecil swasta ikut dalam Program Jamkesmas dan Jamkesda, dengan pola pelayanan yang belum menerapkan sistem rujukan pelayanan. Saat ini masyarakat cenderung datang langsung ke PPK II dan PPK III tanpa melalui PPK I (Puskesmas), akibatnya rumah sakit telah berubah fungsi menjadi Puskesmas besar, melayani pasien rawat jalan.

Belum lagi cakupan fasilitasnya yang berbeda-beda, ada yang hanya mencakup pelayanan di PPK I, ada yang mencakup sampai PPK II, di tingkat Kabupaten/Kota ada yang hanya mencakup sampai PPK II di tingkat propinsi tetapi ada pula yang mencakup PPK III di tingkat pusat.

Fasilitas kesehatan yang dicakup dalam Program Jamkesmas, JPK Jamsostek dan Askes Wajib PT. Askes dari mulai PPK I sampai PPK III di tingkat pusat, namun dengan jenis PPKnya berbeda antara satu penyelenggara dengan penyelenggara lainnya. PPK I Program Jamkesmas hanya menggunakan Puskesmas dan jaringannya. PPK I JPK Jamsostek dan PPK I Askesbanyak menggunakan praktek dokter swasta, disamping ada juga sebagian menggunakan Puskesmas. Jenis rumah sakit dan kelas perawatannya juga

191

REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIATransformasi BPJS: Indahnya Harapan Pahitnya Kegagalan

Page 207: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

Program Jamkesmas hanya menggunakan rawat inap di kelas III yang umumnya rumah sakit pemerintah. Sedangkan JPK Jamsostek dan PT. Askes menggunakan rawat inap di kelas II, kelas I bahkan VIP dan tidak hanya rumah sakit pemerintah tetapi banyak pula yang menggunakan rumah sakit swasta. Sementera itu, fasilitas kesehatan dalam Program Jamkesda punya rentang yang sangat besar dari yang hanya PPK I, ada yang sampai PPK II Kab/Kota, ada yang sampai PPK II Propinsi tetapi ada pula yang sampai PPK III Pusat. Tetapi umumnya ProgramJamkesda hanya menggunakan PPK milik Pemerintah, tidak atau jarang meng-gunakan PPK milik swasta.

Terkait dengan fasiitas kesehatan ini, tentu berkaitan erat dengan dukungan SDM yang tersedia. Cakupan fasilitas kesehatan dimaknai dan satu paket dengan dukungan tenaga medis dan non non medis yang jumlah dan kompetensinya disesuaikan dengan tingkatan PPK. Ketersediaan SDM berhubungan erat dengan jumlah fasilitas kesehatan yang ada saat ini, antara lain jumlah rumah sakit yang tersedia ( menurut data Kemenkes) dengan katagori rumah sakit publik (pemerintah dan swasta non profit) sebanyak 1.471 unit, dan rumah sakit privat (swasta dan BUMN)453 unit, dengan ribuan Puskesmas, klinik, dan Praktek dokter swasta. Menurut WHO kebutuhan tempat tidur adalahsatu tempat tidur untuk 1.000 pasien. Kekurangan tempat tidur secara rata-rata tidaklah banyak sekitar 17.000 tempat tidur, tetapi jika di petakan pola distribusinya pada tingkat Kabupaten/Kota, ada gap yang besar antara jawa dan luar jawa. Kemenkes menghitung secara ril kekurangan tempat tidur untuk menuju UHC 2014, diperlukan sekitar 100.000 tempat tidur. Dengan hitungan jumlah tempat tidur ini dapatdihutung juga jumlah tenaga medis dan non medis, obat dan bahan medis habis pakai yang dibutuhkan untuk setiap tempat tidur.

Untuk memenuhi kebutuhan fasilitas kesehatan dalam rangka BPJS Kesehatan, undang-undang SJSN menegaskan bahwa fasilitas kesehatan harus mencakup yang dikelola Pemerintah dan Swasta, dan untuk daerah yang terpencil dan tidak tersedia fasilitas kesehatan, kewajiban BPJS Kesehatan untuk memberikan kompensasi kepada peserta berupa

192

Dr. Chazali H. Situmorang, Apt, M.Sc

Page 208: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

pelayanan khusus dengan mengirimkan tim medis atau membawa pasien yang bersangkutan ke fasilitas kesehatan.

Undang-Undang SJSN menjamin setiap peserta harus mendapat pelayanan sesuai dengan indikasi medis walaupun dimana dia berada. Artinya Pemerintah (Pusat dan Daerah), BPJS Kesehatan dan swasta, bersama-sama saling meno-pang karena saling membutuhkan untuk meningkatkan jang-kauan fasilitas pelayanan bagi peserta Jaminan Kesehatan.

Aspek KelembagaanAspek Kelembagaan selama ini, bervariasi dan belum

terkoordinasi dengan baik. Lembaga yang menangani keseha-tan bermacam-macam. Ada kesehatan dikelola Askes, ada oleh Jamsostek, pelayanan kesehatan oleh TNI/Polri, ada BUMN yang mengelola rumah sakit, tentu dengan pola pengelolaan yang berbeda-beda. Tidak bisa dihindari kapasi-tas organisasi yang mengelola tentu bervariasi pula, demikian juga dengan prosedur operasinya juga tidak sama.

Dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 24 tahun 2011 tentang BPJS, sudah ditetapkan bahwa untuk program Jami-nan Kesehatan dikelola oleh satu BPJS yaitu BPJS Kese-hatan. Pemberian layanan jaminan kesehatan menjadi terko-ordinasi, fasilitas kesehatan membuat perjanjian kerjasama dengan BPJS Kesehatan untuk merumuskan pola pelayanan yang sama dan standar pelayanan yang sesuai dengan SOP. Intinya, setiap peserta Jaminan Kesehatan (tidak membeda-kan status, pekerja, jabatan, miskin, kaya, PMKS) dapat mengakses fasilitas pelayanan kesehatan yang telah mem-buat perjanjian kerja sama dngan BPJS Kesehatan dengan tetap berpedoman pada pola rujukan yang telah diatur oleh Pemerintah dan BPJS Kesehatan.

Peran PemerintahApakah Pemerintah mengalami kesulitan dalam mene-

rapkan Jaminan Sosial bagi rakyatnya yang telah diamanatkan dalam Undang-Undang SJSN dan Undang-Undang BPJS? Dalam jangka pendek mungkin Pemerintah akan mengalami

193

REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIATransformasi BPJS: Indahnya Harapan Pahitnya Kegagalan

Page 209: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

kesehatan, tetapi dalam jangka panjang Program Jaminan Sosial dengan kelima paket program akan dapat mendorong pertumbuhan perekonomian penduduk Indonesia.

Dalam situasi sekarang ini yang dibutuhkan masyarakat terhadap Pemerintah adalah keberpihakan perilaku anggaran/ keuangan negara kepada kepentingan dan perlindungan sosial bagi masyarakat miskin dan tidak mampu.

Apakah angka 31 Triliun atau 25 triliun atau 16 Triliun untuk PBI memberatkan fiskal pemerintah? Bandingkan dengan besarnya APBN 2013 sekitar Rp 1.500 Triliun dan puluhan bahkan ratusan triliun untuk subsidi BBM dan utang yang harus dibayar pemerintah beserta bunganya Rp 322 triliun dan keinginan pemerintah untuk membantu IMF untuk Uni Eropah sebesar Rp 9 Triliun. Tentu ini suatu ironi bagi pemerintah dan negara.

Mungkinkah dan maukah pemerintah menunda bunga utang yang tahun ini sebesar Rp 122 Triliun dan digunakan untuk Program Jaminan Sosial untuk jangka waktu lima tahun, dan pemerintah hanya membayar utang pokoknya? Atau mencabut subsidi BBM? Atau menggunakan cukai tembakau yang besarnya sektar 50 triliun? Memang tidak mudah siapa pun yang menyelenggarakan pemerintah ini, tetapi sangat mulia dan akan dikenang rakyat Indonesia sepanjang masa.

Waktu berjalan terus, tinggal bilangan bulan kedepan menjelang 1 Januari 2014, BPJS Kesehatan dan BPJS Kete-nagakerjaan harus sudah ada dibumi Indonesia dan menja-lankan tugasnya sesuai amanat Undang-Undang BPJS, maka tidak ada kata lain yang indah dan mengharukan yakni: Jadilah kita bangsa yang patuh dan taat kepada Undang-Undang!

Profesi Apoteker Dalam Unversal Health

CarePertanyaan pertama yang dalam fikiran pembaca buku

ini, kenapa tiba tiba penulis berbicara tentang profesi apoteker, kenapa tidak dokter atau tenaga kesehatan lainnya?

Pertanyaan tersebut wajar saja dan syah-syah saja. Hal ini tentu tidak terlepas dari kondisi subjektif yang saya rasakan

194

Dr. Chazali H. Situmorang, Apt, M.Sc

Page 210: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

Di pihak lain, jika bicara fasilitas kesehatan tentu kita cenderung berbicara tentang dokter yang melaksanakan profesinya di berbagai PPK. Kita juga menghitung bahwa dari total biaya pelayanan kesehatan, sekitar 40% adalah kompo-nen obat. Dan bicara obat tentu tidak lepas dari profesi apoteker yang bekerja mulai di industri farmasi, distributor farmasi dan instalasi farmasi di rumah sakit dan juga di apotik.

Dalam perjalanan transformasi BPJS, khususnya BPJS Kesehatan berbagai persiapan telah dan sedang dilaksana-kan, karena waktu sudah tinggal menghitung hari untuk menuju 1 Januari 2014, hari sakti yang menurut perintah UU BPJS, PT. Askes sudah dilikuidasi dan berubah menjadi BPJS Kesehatan, sebagai badan hukum publik yang melaksanakan secara penuh UU SJSN dan UU BPJS, dalam memberikan perlindungan kesehatan kepada seluruh penduduk.

Bagi PT. Askes, perubahan ini bukan perkara mudah, dari sisi peserta yang selama ini hanya menangani PNS dan Pensiunan TNI/Polri dan keluarganya, amanat Undang-Undang harus melindungi seluruh penduduk dalam kerangka Upaya Kesehatan Perorangan.

Sebagai pedoman pelaksanaan atas perintah Undang-Undang tersebut, telah diterbitkan PP Nomor 101 tahun 2012, tanggal 5 Desember 2012, tentang Penerima Bantuan Iurana untuk Jaminan Kesehatan dan Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013, tanggal 23 Januari 2013. Intinya PP tersebut memberikan wewenang kepada Menteri Sosial untuk mene-tapkan jumlah orang miskin dan tidak mampu untuk mendapat-kan PBI yang bersumber dari APBN, setelah terlebih dahulu berkoordinasi dengan Menteri Keuangan dan stakeholder terkait (Menkes dan DJSN).

Dalam Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013, terkait dengan: (1) peserta dan kepesertaan; (2) manfaat pelayanan kesehatan yang diterima peserta; (3) penyeleng-garaan pelayanan kesehatan oleh fasilitas kesehatan; (4) hubungan kerjasamanya dengan PBJS Kesehatan; dan (5) hal-hal yang terkait dengan koordinasi manfaat dan penanganan keluhan. Dalam Keppres tersebut belum diatur dan ditetapkan besarnya iuran PBI dan non PBI yang menurut Undang-Undang harus diatur dengan Keppres.

195

REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIATransformasi BPJS: Indahnya Harapan Pahitnya Kegagalan

Page 211: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

Tugas lain yang harus dilaksanakan oleh BPJS Kesehatan yang tidak dilakukan atau diamanatkan pada PT.Askes adalah melaksanakan sembilan prinsip UU SJSN dan UU BPJS, yaitu kegotong-royongan, nirlaba, keterbukaan, kehati-hatian, akuntablitas, portabilitas, kepesertaan bersifat wajib, dana amanat, dan hasil pengelolaan dana jaminan sosial dipergunakan seluruhnya untuk pengembangan pro-gram dan untuk sebesar-besarnya kepentingan peserta.

Intinya BPJS Kesehatan tidak profit oriented, memba-ngun kegotong-royongan antara yang beruntung tidak sakit untuk membantu yang sakit melalui pembayaran iuran, pela-yanan dapat dilakukan dimana saja di wilayah Republik Indonesia, laporan keuangan terbuka, sumber dana dari iuran peserta (wajib), pengelolaannya harus hati-hati dengan meng-hitung cermat secara profesional iuran yang terkumpul dan resiko sakit yang harus ditanggulangi dan jika ada lebih dari hasil pengelolaan dipergunakan untuk pengembangan pro-gram (perluasan kepesertaan dan pelayanan kesehatan) dan untuk kepentingan peserta (misalnya kemudahan pelayanan dan aksesibilitas pelayanan).

Kesembilan prinsip tersebut dinaungi oleh Asas BPJS, yaitu Asas Kemanusiaan (tidak boleh ada diskriminasi atas pertimbangan apapun), Asas Manfaat (harus bermanfaat bagi manusia), dan Asas Keadilan Sosial (mengutamakan rasa keadilan sosial masyarakat dalam penyelenggarakan BPJS).

Siapa yang diberi fungsi menurut UU SJSN, untuk meru-muskan kebijakan umum dan mensinkronisasikan penyeleng-garaan Sistem Jaminan Sosial Nasional adalah Dewan Jami-nan Sosial Nasional (DJSN). Yang mengontrol agar tugas tersebut berjalan adalah Presiden karena DJSN bertanggung jawab kepada Presiden.

Disamping fungsi tersebut,UU SJSN menugaskan DJSN untuk melakukan kajian dan penelitian yang berkaitan dengan penyelenggaraan jaminan sosial, mengusulkan kebi-jakan investasi dana jaminan sosial dan mengusulkan angga-ran jaminan sosial bagi penerima bantuan iuran dan tersedia-nya anggaran operasional kepada Pemerintah.

Agar fungsi dan tugas tersebut diatas dapat berjalan efektif, maka DJSN diberikan wewenang untuk melakukan

196

Dr. Chazali H. Situmorang, Apt, M.Sc

Page 212: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

monitoring dan evaluasi penyelenggraan program jaminan sosial, bahkan dalam UU BPJS, wewenang tersebut diperluas lagi yaitu melakukan Pengawasan Eksternal bersama dengan BPK dan OJK.

Dalam penyelenggaraan BPJS, secara makro sudah ditata dengan lengkap (Asas, Prinsip, Lembaga Pengawas-nya) dan dalam kerangka mikro banyak persoalan-persoalan teknis dan non teknis yang harus diselesaikan. Disamping persoalan iuran yang belum tuntas, masalah fasilitas keseha-tan, asosiassi fasilitas kesehatan pada pelayanan primer, sekunder dan tertier masih memerlukan penyusunan dan penatalaksanaan yang saat ini sedang ditangani oleh Sub Pokja Fasilitas Kesehatan dan Rujukan Kementerian Keseha-tan dengan merujuk pada Perpres 12 Tahun 2013.

Dalam kerangka situasi kondisi yang diuraikan di atas, salah satu poin yang hendak diutarakan adalah dimana sebe-narnya posisi Apoteker dalam pelayanan kesehatan menurut skema BPJS Kesehatan? Karena dalam proses transformasi BPJS 1 Januari 2014, banyak para Apoteker yang tertanya-tanya, bagiamana nasib profesi Apoteker apakah terkubur atau semakin subur? Artinya ada kegalauan yang tidak boleh kita biarkan berlarut larut.

Regulasi Yang Berkaitan Dengan Sediaan

FarmasiPasal 22 ayat (1) menyebutkan: manfaat Jaminan

Kesehatan bersifat pelayanan perorangan berupa pelayanan kesehatan yang mecakup pelayanan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif, termasuk obat dan bahan medis habis pakai yang diperlukan.

Hal ini berarti bahwa penyediaan obat dan bahan medis habis pakai mutlak diperlukan di setiap tingkatan pelayanan primer, sekunder dan tertier. Sesuai dengan peraturan perun-dang-undangan tenaga farmasi harus ada dan siap menyedia-kan, mengelola, menyimpan dan memberikan obat dan bahan medis habis pakai dimaksud untuk kepentingan peserta BPJS Kesehatan.

Pasal 25, menyebutkan: daftar dan harga tertinggi obat-

197

REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIATransformasi BPJS: Indahnya Harapan Pahitnya Kegagalan

Page 213: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

Dalam implementasinya diatur lebih lanjut dengan Peraturan Menteri Kesehatan sesuai dengan Perpres 12/2013.

Jika kita merujuk pada Keppres tersebut, beberapa pasal menjelaskan berbagai hal terkait ketersediaan obat dan bahan medis habis pakai dalam pasal-pasal penyelengga-raan dan fasilitas kesehatan. Lihat pasal 30, ayat (1), fasilitas kesehatan wajib menjamin peserta yang dirawat inap mendapatkan obat dan bahan medis habis pakai yang dibutuhkan sesuai dengan indikasi medis. Ayat (2) fasilitas kesehatan rawat jalan yang tidak memiliki sarana penunjang wajib membangun jejaring dengan fasilitas kesehtan penunjang untuk menjamin ketersediaan obat, bahan medis habis pakai dan pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan.

Bagaimana teknis pelaksanaannya diatur lebih lanjut dengan Peraturan yang dikeluarkan BPJS Kesehatan. Tentu dalam pengaturan lebih lanjut, pihak BPJS Kesehatan akan memperhatikan kondisi eksisiting dan dengan mengunakan prinsip kendali biaya dan kendali mutu.

Bagi Apotik sebagai tempat berprakteknya Apoteker mempunyai peran yang strategis sesuai dengan peraturan perundang-undangan untuk membangun jejaring pelayanan kesehatan dengan fasilitas kes primer (Klinik, Dokter, Praktek Dokter, Puskesmas dan Laboratorium) dan melalui asosiasi apotik membangun kerja sama dengan BPJS setelah mememuhi syarat yang ditetapkan oleh BPJS Kesehatan.

Bagaimana dengan pengaturan harga obat dan bahan medis habis pakai? Pasal 32 berbunyi: pelayanan obat dan bahan habis pakai untuk peserta Jaminan Kesehatan pada fasilitas kesehatan (RS, Klinik, Apotik, Laboratorium, Praktek Dokter) berpedoman pada daftar dan harga obat dan bahan medis habis pakai yng ditetapkan oleh Menteri. Ketetapan menteri Kesehatan tersebut berlaku untuk jangka waktu paling lama dua tahun.

Abstraksi Peta Jalan Jaminan Kesehatan

Nasional 2012-2019Secara skhematis kerangka Peta Jalan (Road Map)

Jaminan Kesehatan Nasional 2012-2019 telah disusun secara

198

Dr. Chazali H. Situmorang, Apt, M.Sc

Page 214: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

aksi sesuai dengan substansi yang telah dihimpun dalam Road Map tersebut.

Skhema tersebut dibuat untuk memudahkan kita mema-haminya, mulai dari Kerangka Konsep Menuju Universal Health Coverage, Sistem Pelayanan dan Pembiayaan Kese-hatan, Hubungan tiga pihak (BPJS, Fasilitas Kesehatan dan Peserta), Tiga Dimensi Jaminan Kesehatan Semesta, Kerangka Peta Jalan Jaminan Kesehatan 2012-2019, Peta Jalan Kepesertaan, Paket Manfaat dan Iuran, Aspek Pelaya-nan Kesehatan, Aspek Keuangan, Aspek Kelembagaan dan Organisasi, Aspek Pengawasan dan Monitoring.

PERSIAPAN IMPLEMENTASI SJSN:

MENUJU UNIVERSAL HEALTH COVERAGE

Skema 1

199

REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIATransformasi BPJS: Indahnya Harapan Pahitnya Kegagalan

KESEJAHTERAAN UMUM

POKOK-POKOK PERSOALAN:

1. Bgmn Kesiapan Faskes (primer, sekunder), Sistem Rujukan & Infrastruktur, Penetapan Gate Keeper, rencana Pembiayaan Faskes kedepan

2. Bagaimana Penetapan Paket Manfaat, Iuran, Co-sharing, transformasi program dan pentahapan kepesertaan, trnasformasi kelembagaan

3. Penetapan Regulasi (Perpres Jamkes, PP PBI),keterkaitan dg peraturan lainnya & solusi

4. Pemenuhan Kebutuhan Tenaga Kes

5. Kesiapan ketersediaan Obat & Alkes termasuk kontrol kualitas/harga

6. Sosialisasi & Penguatan koordinasi dan monitoring

STRATEGIUPAYA

SJSN BIDANG KESEHATAN BERJALAN OPTIMAL

UUD 1945

UU no 40/2004

UU No 17/2010

UU No 24/2011

KONDISI PROGRAMJAMINAN

KESEHATAN SAAT INI

PERKEMBANGANLINGKUNGAN

STRATEGIS

PELUANG DAN KENDALA

KONDISI PROGRAMJAMINAN

KESEHATAN YANG

DIHARAPKAN (2014)

Page 215: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

SJSN BIDANG KESEHATAN

Skema 2

Kerangka Peta Jalan Menuju Jaminan

Kesehatan Nasional

2012-2019

Dari Peta Jalan tersebut, akan terlihat siapa yang

200

Dr. Chazali H. Situmorang, Apt, M.Sc

Regulator

BPJS Kesehatan:

Peserta Jaminan Kesehatan

Fasilitas KesehatanMencari Pelayanan

Memberi Pelayanan

Regulasi Sistem Pelayanan Kesehatan (rujukan, dll)

Regulasi (stdrisasi) Kualitas Yankes, Obat, Alkes

Regulasi Tarif Pelayanan Kesehatan, dan Co-sharing

Penanganan Program Public Health & Goods

Penanganan Kes DTPK, dll

Pemerintah

Sistem RujukanNon Peserta Jaminan

Kesehatan; Pada Akhirnya Menjadi Peserta Jamkes

Kendali

Bia

ya &

Kualit

as

Yanke

s

2012 2013

Brain-storming

Konsensus

Paket Manfaat

Iuran

Pentahapan

UHC

2014 - 2019

BPJSKes

Sosialisasi, Edukasi, Advokasi

Implementasi Seluruh Kegiatan yang Disepaka� di Roadmap

BPJS Kesehatan bertransformasi dan menyelenggarakan JK secara profesional

Koordinasi, Pengawasan, Monitoring, Evaluasi

Kemenkes, Pemda, Provider Swasta, Asosiasi Provoder, Farmasi mempersiapkan diri dengan harga keekonomian layanan dan ketersediaan layanan

Langkah dan Kegiatan

Persiapan Transformasi BPJS

Perpres

PP dan Peraturan

Lainnya

Komunikasi dg

Stakeholders: Pekerja dan

Majikan

Roadmap

Page 216: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

yang dikerjakan tersebut. Sederhananya seperti itu, tetapi dalam prakteknya memang memerlukan koordinasi, kerjasama dan yang tidak kalah penting adanya komitmen yang tinggi untuk melindungi rakyat untuk mendapatkan derajat kesehatan yang tinggi.

Bagi seorang Apoteker, dimanapun bekerja, apakah di produksi obat, distribusi, dan pelayanan obat di apotik atau instalasi farmasi lainnya tentu mengetahui betul bahwa memahami Road Map Jaminan Kesehatan dapat dijadikan panduan untuk memposisikan obat sebagai komponen penting dalam menyembuhkan orang sakit. Komponen obat mengambil porsi yang besar dalam pembiayaan kesehatan (30-40%), dan sangat dibutuhkan oleh BPJS Kesehatan dalam rngka memenuhi kewajibannya untuk menyediakan obat kepada peserta BPJS.

Dengan porsi yang besar tersebut, berapa besar porsi Apoteker yang diperoleh sebagai jasa profesi dalam komponen tarif obat yang nantinya akan dirumuskan bersama antara asosiasi faskes kefarmasian dengan BPJS Kesehatan, sebelum ditetapkan dengan Keputusan Menteri Kesehatan.

Positioning Apoteker Di Era BPJS

KesehatanBicara posisi Apoteker di Era BPJS Kesehatan, tidak

terlepas perenungan kita atas bagaimana kiprah Apoteker saat ini secara realita dikaitkan dengan fungsi dan tugasnya yang diamanatkan dalam peraturan perundang-undang yang ada.

Memang ada perbedaan tugas yang spesifik antara dokter dengan apoteker. Dokter sebagai pribadi/perorangan dapat melakukan pekerjaan praktek kedokterannya dan mendapatkan ijin untuk itu, disamping bekerja pada fasilitas kesehatan yang telah ditetapkan untuk itu (Misalnya: RS dan klinik). Seorang Apoteker tidak dikenal praktek perorangan dalam melaksankaan profesi kefarmasiannya dan tidak ada izin dari pemerintah untuk melakukan hal tersebut.

Praktek kefarmasian seorang Apoteker dilakukan dalam suatu sarana/fasilitas kesehatan yang antara lain adalah apotik untuk pelayanan langsung kepada pasien yang membu-tuhkan

201

REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIATransformasi BPJS: Indahnya Harapan Pahitnya Kegagalan

Page 217: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

Aturan terkini tentang tenaga kefarmasian adalah pada PP Nomor 51 tahun 2009, tentang Pekerjaan Kefarmasian sebagai implementasi dari UU Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Dalam PP tersebut dinyatakan bahwa Tenaga Kefarmasian adalah tenaga yang melakukan pekerjaan Kefarmasian yang terdiri atas Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian.

Pada ayat lain di Ketentuan Umum PP tersebut, menegaskan bahwa Pelayanan Kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien.

Dalam konteks posisi Apoteker di Apotik, sebagai bagian dari pelayanan kesehatan primer dan berfungsi juga sebagai Gate Keeper dalam pola rujukan, menjadi penting untuk mengadvokasi pasien yang membawa resep dokter ke apotik untuk dilayani dengan sebaik-baiknya.

Kalau perlu ikut dipantau pemakaian obatnya, sehingga pasien sembuh dan mencegah pasien untuk ke fasilitas kesehatan sekunder. Poinnya adalah kesembuhan seorang pasien disamping penegakan diagnosa penyakitnya oleh dokter yang melakukan pemeriksanaan, tetapi juga peranan Apoteker di apotik untuk memastikan obat yang diberikan bermutu, cara pemakaiannya benar dan obat diminum sesuai dengan aturannya.

Hal ini berkaitan dengan UU Kesahatan (No.36/2009) disebutkan bahwa penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan dilakukan dengan pengendalian, pengobatan dan/ atau perawatan. Hal yang relevan disebutkan dalam Pasal 108 UU Kesehatan, bahwa untuk penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan pasien, diperlukan obat/sediaan farmasi.

Untuk itu seorang Apoteker tugasnya melakukan prak-tek kefarmasian yang meliputi pembuatan, termasuk pengen-dalian untuk sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat atau obat tradisional.

202

Dr. Chazali H. Situmorang, Apt, M.Sc

Page 218: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

Di Era BPJS Kesehatan, dimana pembayaran pada fasilitas kesehatan primer (PPK I), dilakukan dengan kapitasi, diuraikan bahwa komponen kapitasi diantaranya untuk Jasa Medik, Obat dan laboratorium sederhana.

Untuk pemberian obat di Apotik dalam kaitan kerjasama denganBPJS, maka obat harus diberikan kepada peserta BPJS yang membawa resep dokter sesuai dengan jejaring pelayanan kesehatan yang sudah terbentuk.

Tentunya pihak BPJS Kesehatan hanya membayar klaim obat yang didukung dengan copy resep yang dikeluar-kan apotik. Daftar dan harga obat yang dibiayai oleh BPJS secara Nasional harga tertingginya sudah ditetapkan dengan Permenkes, namun setiap antar wilayah/regional tentu tidak sama, ada proses negosiasi antar Fasilitas Kesehatan/ Kefar-masian dengan BPJS Kesehatan di masing-masing wilayah. Dengan demikian harga obat di semua apotik di wilayah yang sama harus sama dan harga obat dapat berbeda di wilayah yang berbeda.

Dengan demikian setiap apotik yang membangun jejaring dengan BPJS Kesehatan dan Klinik maupun dokter praktik di wilayah yang sama tidak boleh ada perbedaan harga obat, sehingga keunggulan antar apotik tentu terletak pelaya-nan yang diberikan sehingga pasien merasa puas. Salah satu bentuknya bagaimana informasi penggunaan obat disampai-kan dengan jelas dan ramah, dan diberikan dengan gratis.

Lalu, siapa yang membayar atas jasa profesi yang telah dibaerikan Apoteker kepada pasien tersebut? Jawabnya harus diperhitungkan dari Harga Jual Apotik (HJA) yang disepakati antara BPJS Kesehatan dengan Asosiasi Apotik di masing-masing wilayah. Untuk itu, hitungannya tidak dapat dilakukan di hilir (apotik), tetapi harus dimulai dari hulunya yaitu Industri Farmasi.

Memang dalam era BPJS Kesehatan, harga obat harus terbuka dan dibuka lebar (sesuai prinsip SJSN yaitu akuntabilitas), harus jelas berapa ongkos produksi, berapa biaya kemasan, biaya distribusi, margin keuntungan industri, distribusi, dan sampai di apotik didapat berapa Harga Netto Apotik (HNA) dan dari HNA ke HJA (Harga Jual Apotik), disepakati oleh Asosiasi dan BPJS Kesehatan berapa

203

REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIATransformasi BPJS: Indahnya Harapan Pahitnya Kegagalan

Page 219: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

keuntungan untuk manajemen apotik, dn berapa jasa profesi Apoteker dan Asisten Apoteker. Jika konsep formulasi ini dapat diterapkan, maka seorang Apoteker mendapatkan incomenya dari gaji tetap dari manajemen apotik dan jasa profesi atas penyerahan obat melalui resep dokter kepada pasien. Bagaimana caranya agar income Apoteker di apotik dapat lebih besar lagi? Jawabannya sangat mudah, “upayakan agar Apoteker menjadi pemilik apotik”.

Uraian strukur harga obat yang diuraikan diatas, tentu merujuk pada UU SJSN, yang menegaskan bahwa dalam penyediaan obat dan bahan medis habis pakai menggunakan prinsip kendali biaya dan kendali mutu. Kita mencermati bahwa BPJS Kesehatan merupakan captive market dan dalam penyediaan obat harus menggunakan obat yang bermutu dan murah. Jenis obatnya kalau adanya generic tentu itu yang disediakan karena lebih murah dengan mutu yang baik, tetapi juga obat patent harus disediakan sebagai drug of choice.

Untuk kepentingan peserta BPJS Kesehatan, penye-diaan obat harus dalam jumlah besar, karena untuk memenuhi kebutuhan penduduk yangsakit sekitar 20%. Dengan jumlah industri farmasi di Indonesia yang masih terbatas, maka dikalangan industri farmasi perlu melakukan konsolidasi untuk dapat memenuhi kebutuhan obat dimaksud dan pendistribu-siannya. GP Farmasi harus melakukan hitung-hitungan yang cermat bersama BPJS Kesehatan, sehingga ada penye-suaian-penyesuaian antara supply and demand.

Dengan amanat UU SJSN dan UU BPJS, maka BPJS Kesehatan mendapatkan mandatory dari negara dan pemerin-tah Indonesia untuk menjamin tersedianya obat untuk kesem-buhan peserta BPJS. BPJS Kesehatan berkepentingan dengan jaringan industri farmasi yang bergabung dalam GP Farmasi maupun IPMG. Kebutuhan bersama ini dibangun dengan sinergitas yang didasarkan pada keterbukaan, saling mengun-tungkan dan mendorong produktivitas industri farmasi.

Mekanisme Kerja Apoteker Dengan BPJS

KesehatanUndang-undang SJSN, maupun undang-undang BPJS,

204

Dr. Chazali H. Situmorang, Apt, M.Sc

Page 220: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

BPJS Kesehatan melakukan kerjasama dengan institusi /sarana yang disebut dengan Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang berhimpun dalam asosiasi yang disebut dengan Asosiasi Fasilitas Kesehatan. Asosiasi yang mana yang akan bekerja-sama dengan BPJS Kesehatan, dalam Perpres 12/2913 dite-tapkan dengan Keputusan Menteri Kesehatan.

Terkait dengan akan ditetapkannya Asosiasi Fasilitas Kesehatan dengan Kepmenkes, maka sudah saatnya tenaga kesehatan khususnya di fasilitas kesehatan primer melakukan konsolidasi untuk membangun Asosiasi Fasilitas Kesehatan yang solid, termasuk Asosiasi Apotik untuk menjadi mita yang profesional dengan BPJS Kesehatan.

Kesimpulan Eksistensi Apoteker di Apotik dalam Era BPJS Keseha-

tan semakin penting dan menentukan dalam memberikan pelayanan kefarmasian.

Tuntutan pelayanan di apotik yang prima, informasi obat yang benar dan jelas, menjadi kebutuhan peserta BPJS Kesehatan dan kepuasan peserta merupakan ukuran keber-hasilan apoteker dalam mengabdikan profesinya di apotik.

Diberlakukannya BPJS Kesehatan memberikan kesem-patan yang luas kepada Apoteker untuk mengabdikan profesi-nya secara profesional, bertanggung jawab dan berkontribusi meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

205

REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIATransformasi BPJS: Indahnya Harapan Pahitnya Kegagalan

Page 221: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

206

Dr. Chazali H. Situmorang, Apt, M.Sc

Page 222: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

Bagian Enam:Proyeksi Akumulasi Dana Program

Jaminan Sosial

REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIATransformasi BPJS: Indahnya Harapan Pahitnya Kegagalan

207

Page 223: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

208

Dr. Chazali H. Situmorang, Apt, M.Sc

Page 224: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

Bagian Enam:Proyeksi Akumulasi Dana Program

Jaminan Sosial

esuai dengan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 STentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) mengamanatkan pembentukan lima program asuransi

sosial wajib untuk seluruh penduduk Indonesia yaitu program Jaminan Pensiun, program Jaminan Hari Tua, program Jaminan Kesehatan, program Jaminan Kecelakaan Kerja dan program Jaminan Kematian.

Ruang lingkup kajian ini adalah menghitung proyeksi akumulasi dana untuk jangka panjang sampai dengan tahun 2050 atas diberlakukannya program-program SJSN ditinjau dari karakteristik waktu pendanaan dan pemberian jaminan kelima program SJSN, maka program Jaminan Hari Tua dan program Jaminan Pensiun dapat digolongkan sebagai pro-gram jangka panjang, oleh karenanya perhitungan akumulasi dana dihitung dari sumber iuran dari kedua program tersebut yaitu program jaminan hari tua dan jaminan pensiun.

Formula yang digunakan dalam perhitungan proyeksi akumulasi dana adalah:

Dt = Dt - 1 (1 + i ) + It - Kt - Bt

Dimana: Dt = Dana pada akhir tahun ke t i = Tingkat bunga It = Iuran pada tahun ke t Kt = Klaim pada tahun ke t

REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIATransformasi BPJS: Indahnya Harapan Pahitnya Kegagalan

209

1

1

Page 225: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

Kepesertaan adalah bersifat wajib dan diasumsikan 30% dari angkatan kerja yang berusia 20 tahun sampai dengan usia 54 tahun menjadi peserta pengiur sedangkan kelompok yang tidak mampu iurannya dibayar oleh pemerin-tah. Kepesertaan pengiur diolah dari sumber data yang diambil dari sensus penduduk tahun 2010 dan Susenas tahun 2008.

Besarnya iuran untuk program Jaminan Hari Tua dite-tapkan sebesar 5,7% dari upah sesuai dengan yang diberlaku-kan pada program Jaminan Hari Tua Jamsostek saat ini, sedang iuran untuk program Jaminan Pensiun ditetapkan sebesar 7% dari upah sejalan dengan penyelarasan dengan UU No 13 tentang Ketenagakerjaan. Upah yang digunakan adalah upah rata-rata hasil Susenas tahun 2008 kemudian dibuat asumsi kenaikan upah setiap tahun sebesr 5% sedang-kan hasil investasi ditetapkan sebesar 7%.

Asumsi tingkat kematian digunakan tabel mortalita Indonesia II tahun 1999. Sedangkan biaya operasional tahun berjalan ditetapkan sebesar 0,5 (setengah) persen dari akumulasi dana tahun sebelumnya. Dana yang terkumpul pada tahun 2050 dari program JHT adalah sebesar Rp 2.089.439.438.000.000,- Sedangkan dari program Jaminan Pensiun sebesar Rp10.757.022.626.000.000,- sehingga total dana yang terkumpul pata tahun 2050 adalah sebesar Rp 12.846.462.064.000.000,-.Ringkasan Hasil perhitungan akumulasi dana yang bersumber dari program Jaminan Hari Tua dan program Jaminan Pensiun adalah sebagai berikut:

Proyeksi Akumulasi Dana

(Dalam Jutaan Rupiah)

210

Dr. Chazali H. Situmorang, Apt, M.Sc

TahunAkumulasiDana JHT

AkumulasiDana Pensiun

Total

2011 92.427.871 118.356.309 210.784.180

2020 483.177.044 678.524.388 1.161.701.432

2030 1.306.383.203 2.114.283.371 3.420.666.573

2040 2.353.111.277 5.149.575.276 7.502.686.553

2050 2.089.439.438 10.757.022.626 12.846.462.064

Page 226: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

211

REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIATransformasi BPJS: Indahnya Harapan Pahitnya Kegagalan

Dalam upaya mempercepat program kesejahteraan bangsa dalam jangka panjang maka sebaiknya program jaminan hari tua dan program pensiun segera bisa diimplementasikan dengan penuh kehati-hatian. Dalam penerapannya hendaknya dilakukan penyelarasan tentang program-program kesejahteraan yang berdasarkan Undang-Undang yang ada yaitu antara Undang-Undang No 13 tentang Ketenagakerjaan dan UU No 40 tentang SJSN, sehingga tidak mengurangi hak-hak pekerja yang diberlakukan namun juga tidak memberatkan para pemberi kerja.

Dana yang terkumpul harus dikelola dengan hati-hati, aman dan memberikan hasil investasi yang seoptimal mungkin agar maksud dan tujuan diberlakukan program jaminan hari tua dan program jaminan pensiun dapat tercapai. Jika realisasi pertambahan angkatan kerja dan hasil investasi lebih kecil dari asumsi yang yang ditetapkan dalam perhitungan maka pada suatu kurun waktu tertentu BPJS akan mengalami penurunan akumulasi dana dan akhirnya bisa insolvent.

Ruang lingkup untuk melakukan PerhitunganProyeksi Akumulasi Dana Program Jaminan Sosial Sistem Jaminan Sosial Nasional antara lain, meliputi: (1) Melakukan review semua bentuk dan besarnya iuran yang dipungut oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial antara lain: PT (Persero) Jamsostek, PT Dana Tabungan dan Asuransi Pegawai Negeri (TASPEN) dan PT (Persero) Asuransi Sosial Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ASABRI); (2) Melakukan perhitungan akumulasi dana yang dapat dihimpun pada kurun waktu 10 sampai dengan 40 tahun kedepan; (3) Memberikan rekomendasi kepada DJSN yang berisi langkah-langkah yang harus dilakukan dalam rangka pelaksanaan pasal 52 ayat 2 UU No 40 /2004.

Dana SJSN adalah dana amanat milik seluruh peserta yang merupakan himpunan iuran beserta hasil pengemba-ngannya yang dikelola oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) untuk pembayaran manfaat kepada peserta dan pembiayaan operasional penyelenggaraan program jaminan sosial. Dana jaminan sosial wajib dikelola dan dikembangkan oleh BPJS secara optimal dengan mempertimbangkan aspek likuiditas, solvabilitas, kehati-hatian, keamanan dana dan hasil yang memadai.

Page 227: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

212

Dana jaminan sosial dapat menjadi sumber pembiayaan jangka panjang bagi pemerintah sehingga dapat membantu menyokong proses pembangunan Indonesia kedepan.

Untuk melihat proyeksi akumulasi dana program SJSN, maka Dewan Jaminan Sosial Nasional (DJSN) telah melaku-kan hitungan Proyeksi Akumulasi Dana Program Jaminan Sosial yang dikelola BPJS.

Maksud dari penulisan ini adalah untuk menganalisis proyeksi akumulasi pendanaan program jaminan sosial yang dikelola oleh BPJS untuk 10 sampai dengan 40 tahun yang akan datang.

Tujuannya adalah untuk memberikan informasi kepada DJSN dan stakeholder terkait, tentang proyeksi potensi aku-mulasi dana program jaminan sosial yang dikelola oleh BPJS untuk 10 sampai dengan 40 tahun yang akan datang sehingga dapat membantu DJSN dalam mengambil kebijakan, melaku-kan monitoring dan evaluasi penyelenggaraan program jami-nan sosial.

Hasil yang diharapkan adalah untuk menganalisa aku-mulasi pendanaan program jaminan sosial setiap tahunnya selama 10 tahun kedepan sampai 40 tahun ke depan beserta hasil pengembangannya yang dikelola oleh Badan Penyeleng-gara Jaminan Sosial (BPJS) berdasarkan Undang-Undang No 40 tahun 2004 tentang SJSN.

Hasil kajian diharapkan dapat dijadikan bahan untuk mengambil keputusan tentang akumulasi dana dan hasil pengembangannya yang dikelola oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS), sehingga program yang diberlakukan dapat berjalan secara berkesinambungan dalam mewujudkan tujuan dan maksud yang dikandung dalam UU N0 40 tahun 2004 tentang SJSN.

Sumber data diperoleh dengan melakukan wawancara langsung, membuat daftar pertanyaan dan permintaan data dan informasi kepada pihak-pihak yang berkompeten, serta melakukan studi literatur melalui buku laporan Biro Pusat statistik dan website serta melakukan komunikasi dengan pihak yang terkait.

Metoda yang dilakukan adalah: (1) Metoda analisis deskriftif dalam pendefinisian komponen dalam penyusunan

Dr. Chazali H. Situmorang, Apt, M.Sc

Page 228: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

213

proyeksi akumulasi dana; (2) Metoda Aktuaria yang lazim digunakan pada asuransi sosial untuk melakukan proyeksi-proyeksi; (3) Melakukan kajian dalam bentuk wawancara dan membuat daftar pertanyaan dan permintaan informasi dan data kepada pihak yang berkompeten.

Program-Program Sistem Jaminan Sosial

NasionalJenis jaminan sosial meliputi Jaminan Kesehatan (JK),

Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK), Jaminan Hari Tua (JHT), Jaminan Pensiun (JP) dan Jaminan Kematian (JKm).

Program Jaminan Kesehatan (JK)Berikut ini adalah uraian singkat mengenai program

Jaminan Kesehatan: Pertama, Maksud Dan Tujuan Jaminan Kesehatan. Jaminan kesehatan diselenggarakan secara nasional berdasarkan prinsip ekuitas. Jaminan kesehatan diselenggarakan dengan tujuan menjamin agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan.

Kedua, Kepesertaan. Peserta jaminan kesehatan adalah setiap orang yang telah membayar atau iurannya dibayar oleh Pemerintah. Anggota keluarga peserta berhak menerima manfaat jaminan kesehatannya dengan penambahan iuran.

Ketiga, Manfaat Jaminan Kesehatan. Manfaat jaminan kesehatan bersifat pelayanan perseorangan berupa pelayanan kesehatan yang mencakup pelayanan promotif, preventtif, kuratif dan rehabilitatif, termasuk obat dan bahan medis habis pakai yang diperlukan.

Keempat, Besarnya Iuran. Besarnya iuran Jaminan Kesehatan untuk peserta penerima upah ditentukan berdasar-kan persentase dari upah sampai batas tertentu, yang secara bertahap ditanggung bersama oleh pekerja dan pemberi kerja. Besarnya iuran Jaminan Kehatan yang tidak menerima upah ditentukan berdasarkan nominal.Jika mengacu pada program JPK Jamsostek besarnya iuran bagi pekerja lajang adalah sebesar 3% dan bagi pekerja yang berkeluarga sebesar 6% dari upah dengan batasan maksimum upah sebesar Rp 1.000.000,-.

REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIATransformasi BPJS: Indahnya Harapan Pahitnya Kegagalan

Page 229: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

214

Kelima, Karakteristik Pendanaan Jaminan Kesehatan. Program Jaminan Kesehatan dapat dikategorikan sebagai program jangka pendek ditinjau dari sistem keperuntukan dan sistem pendanaan dimana dana yang terkumpul segera habis, sehingga hampir tidak ada dana yang diinvestasikan dalam jangka panjang. Terjadi penumpukan dana jika pendanaan Jaminan Kesehatan pada masa pensiun dilakukan pada masa aktif bekerja.

Program Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK)Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) diselenggarakan

secara nasional berdasarkan prinsip asuransi sosial. Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) diselenggarakan dengan tujuan agar peserta memperoleh manfaat pelayanan kesehatan dan santunan uang tunai apabila seorang pekerja mengalami kecelakaan kerja atau penyakit akibat kerja.

Beberapa hal penting dalam penyelenggaraan program Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) adalah: Pertama, Kepeser-taan. Peserta jaminan kecelakaan kerja adalah seseorang yang telah membayar iuran.

Kedua, Manfaat Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK). Peserta yang mengalami kecelakaan kerja berhak mendapatkan manfaat berupa pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan medisnya dan mendapatkan manfaat berupa uang tunai apabila terjadi cacat total tetap atau meninggal dunia. Manfaat jaminan kecelakaan kerja yang berupa uang tunai. Diberikan sekaligus kepada ahli waris pekerja yang meninggal dunia atau pekerja yang cacat sesuai dengan tingkat kecacatannya.

Ketiga, Besarnya iuran. Besarnya iuran Jaminan Kecelakaan Kerja adalah sebesar persentase tertentu dari upah atau penghasilan yang ditanggung seluruhnya oleh pemberi kerja. Besarnya iuran jaminan kecelakaan kerja untuk pesertayang tidak menerima upah adalah jumlah nominal yang ditetapkan secara berkala oleh Pemerintah.Besarnya iuran bervariasi untuk setiap kelompok pekerja sesuai dengan risiko lingkungan kerja.

Keempat, Karakteristik pendanaan Jaminan Kecela-

Dr. Chazali H. Situmorang, Apt, M.Sc

Page 230: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

215

program jangka pendek, dana yang dikumpulkan habis untuk membiayai jaminan kecelakaan pada tahun yang berjalan bersamaan tahun diperolehnya iuran. Dengan demikian tidak ada dana yang berarti untuk diinvestasikan dalam jangka panjang.

Program Jaminan Hari Tua (JHT)Jaminan Hari Tua (JHT) diselenggarakan secara nasio-

nal berdasarkan prinsip asuransi sosial atau tabungan wajib. Jaminan Hari Tua (JHT) diselenggarakan dengan tujuan untuk menjamin agar peserta menerima uang tunai apabila mema-suki masa pensiun, mengalami cacat total tetap atau mening-gal dunia.

Peserta Jaminan Hari Tua adalah peserta yang telah membayar iuran. Manfaat Jaminan Hari Tua berupa uang tunai dibayarkan sekaligus pada saat peserta memasuki usia pensiun, meninggal dunia, atau mengalami cacat total tetap. Besarnya manfaat Jaminan Hari Tua ditentukan berdasarkan seluruh akumulasi iuran yang telah disetorkan ditambah hasil pengembangannya. Pembayaran manfaat Jaminan Hari Tua dapat diberikan sebagian sampai batas tertentu setelah kepesertaan mencapai minimal 10 tahun.

Besarnya iuran Jaminan Hari Tua untuk peserta peneri-ma upah ditetapkan berdasarkan persentase tertentu dari upah atau penghasilan tertentu yang ditanggung bersama oleh pemberi kerja dan pekerja. Besarnya iuran Jaminan Hari Tua yang tidak menerima upah ditetapkan berdasarkan jumlah nominal yang ditetapkan secara berkala oleh pemerintah.

Jaminan Hari Tua termasuk golongan program jangka panjang dimana dana yang dikumpulkan dari para peserta dari waktu ke waktu harus diinvestasikan dengan hasil yang seopti-mal mungkin untuk kemudian diberikan kepada para peserta setelah menabung minimal dalam jangka waktu 10 tahun.

Program Jaminan Pensiun (JP)Jaminan pensiun diselenggarakan secara nasional

berdasarkan prinsip asuransi sosial atau tabungan wajib.

REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIATransformasi BPJS: Indahnya Harapan Pahitnya Kegagalan

Page 231: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

216

derajat kehidupan yang layak pada saat peserta kehilangan atau berkurang penghasilannya karena memasuki usia pensiun atau mengalami cacat total tetap. Jaminan pensiun diselenggarakan berdasarkan manfaat pasti.

Peserta jaminan pensiun adalah pekerja yang telah membayar iuran. Manfaat pensiun berwujud uang tunai yang diterima setiap bulan sebagai pensiun hari tua atau cacat diterima peserta setelah pensiun sampai meninggal dunia.

Pensiun janda/duda diterima sampai meninggal dunia atau menikah lagi. Pensiun anak diterima sampai usia 23 tahun, bekerja atau menikah. Pensiun orang tua ahli waris peserta lajang sampai batas waktu tertentu.Setiap peserta atau ahli warisnya berhak mendapatkan pembayaran pensiun berkala setiap bulan setelah memenuhi masa iur minimal 15 tahun. Manfaat jaminan pensiun dibayarkan kepada peserta yang telah mencapai usia pensiun.

Besarnya iuran jaminan pensiun untuk peserta penerima upah ditentukan berdasarkan persentase tertentu dari upah atau penghasilan atau suatu jumlah nominal tertentu yang ditanggung bersama antara pemberi kerja dan pekerja.

Program Jaminan Pensiun adalah program jangka panjang, seseorang bisa menabung selama puluhan tahun dan bisa menerima manfaat selama puluhan tahun pula. Oleh karenanya dana yang terkumpul pada BPJS Jaminan Pensiun harus diinvestasikan dengan hasil semaksimal mungkin dan seaman mungkin untuk kesejahteraan para peserta pada masa pensiun.

Program Jaminan Kematian (JKm)Jaminan kematian diselenggarakan secara nasional

berdasarkan prinsip asuransi sosial.Jaminan kematian diselenggarakan dengan tujuan untuk memberikan santunan kematian yang dibayarkan kepada ahli waris peserta yang meinggal dunia.

Peserta jaminan kematian adalah setiap orang yang telah membayar iuran. Manfaat jaminan kematian berupa uang tunai dibayarkan kepada ahli waris. Besarnya jaminan

Dr. Chazali H. Situmorang, Apt, M.Sc

Page 232: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

217

Besarnya iuran jaminan kematian bagi peserta penerima upah ditentukan berdasarkan persentase tertentu dari upah atau penghasilan.Besarnya iuran jaminan kematian bagi peserta bukan penerima upah ditentukan berdasarkan jumlah nominal tertentu dibayar oleh peserta.

Program jaminan kematian dapat dikategorikan sebagai program jangka pendek dalam arti dana yang terkumpul pada tahun berjalan dipergunakan untuk membayar manfaat jaminan kematian pada tahun tersebut sehingga tidak dana yang dinvestasikan yang besarnya cukup berarti.

Asumsi-asumsi dan ketetapan aktuaria. Asumsi dan ketetapan dibuat berdasarkan studi yang dilakukan pada PT. Jamsostek, Asabri dan PT. Taspen serta praktek aktuaria yang terbaik selama ini.

Sumber Program Sebagai Akumulasi DanaSumber program yang dihitung sebagai akumulasi dana

adalah program SJSN yang dapat dikategorikan program jangka panjang yaitu program Jaminan Hari Tua dan Program Jaminan Pensiun, sedangkan program jaminan kesehatan, kecelakaan dan kematian diabaikan.

Besarnya iuran untuk program hari tua dan program jaminan pensiun belum ditetapkan oleh pemerintah, namun apabila mengacu pada program hari tua jamsostek besarnya iuran setiap bulan sebesar 5,7% dari upah. Saat ini seseorang ketika berhenti bekerja karena telah memasuki usia pensiun mendapatkan jaminan Hari Tua dari Jamsostek dan uang pesangon yang besarnya maksimum sebesar 32,2 upah.

Pada saat diterapkannya UU SJSN sudah barang tentu para pekerja tidak mau dikurangi haknya sebaliknya para majikan juga mengharapkan tidak terlalu dibebani adanya UU SJSN untuk itupada kajian ini besarnya iuran jaminan pensiun digunakan 7% dari upah. Dalam hal seorang pekerja dengan masa kerja 30 tahun apabila mengiur sebesar 7% dari upah pada saat pensiun akan memperoleh 34 kali upah terakhir atau uang pensiun bulanan sebesar 26,73% dari upah terakhir.

Pada saat diberlakukan program Jaminan Hari Tua dan Program Jaminan Pensiun diasumsikan semua angkatan

REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIATransformasi BPJS: Indahnya Harapan Pahitnya Kegagalan

Page 233: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

218

yar iuran akan dibantu oleh pemerintah sesuai dengan UU SJSN. Kelompok potensial pembayar iuran adalah penduduk pekerja yang berusia 20 tahun sampai dengan usia 54 tahun.

Besarnya rata-rata upah Nominal perbulan digunakan data Statistik Indonesia pada tahun 2008 dimana rata-rata upah nominal perbulan pada kuartal ke dua tahun 2007 sebe-sar Rp 1.003.700,- kemudian diasumsikan adanya kenaikan setiap tahun sebesar 5% dari tahun sebelumnya.

Hasil investasi dibuat sekonservasif mungkin yang besarnya ditentukan 7% pertahun. Asumsi tingkat mortalita digunakan tabel mortalita Indonesia II tahun 1999.

Usia Pensiun, Tingkat Penguduran Diri

Dan Biaya OperasionalBerdasarkan informasi dari PT Jamsosotek, hingga saat

ini sebagian besar perusahaan memberlakukan usia pensiun 55 tahun, sehingga pada kajian ini ditetapkan usia pensiun adalah pada saat seorang pekerja mencapai usia 55tahun.

Mengingat program SJSN adalah wajib maka diasumsi-kan tidak ada yang mengundurkan diri. Biaya operasional tahun berjalan diasumsikan sebesar 0,5 (setengah) persen dari akumulasi dana tahun sebelumnya.

Formula Perhitungan Proyeksi Akumulasi

Dana

Dt = Dt - 1 (1 + i ) + It - Kt - Bt

Dimana: Dt = Dana pada akhir tahun ke t i = Tingkat bunga It = Iuran pada tahun ke t Kt = Klaim pada tahun ke t Bt = Biaya tahun ke t

Dr. Chazali H. Situmorang, Apt, M.Sc

Page 234: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

219

Hasil Perhitungan

Proyeksi Angkatan Kerja (Jumlah Angkatan

Kerja Potensi Peserta)

Berdasarkan Laporan Sensus tahun 2008 jumlah angka-tan kerja adalah penduduk yang berumur dari 15 tahun sampai dengan 64 tahun, dengan proyeksi bahwa angkatan kerja pada tahun 2020 menjadi 144.869.019 juta dan pada tahun 2050 menjadi 183.504.337 juta.

REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIATransformasi BPJS: Indahnya Harapan Pahitnya Kegagalan

TahunJumlah

AngkatanKerja

2011 120.181.8882020 144.869.0192030 165.712.0582040 180.222.3432050 183.504.337

Proyeksi Angkatan Kerja

Page 235: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

220

Proyeksi kepesertaanLaju pertambahan penduduk telah mengalami penuru-

nan sejak tahun 1980, sehingga BPS meramalkan laju pertum-buhan penduduk selalu menurun, namun berdasarkan sensus penduduk tahun 2010 laju pertambahan penduduk dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2010 rata-rata setiap tahun sebesar 1.49%.

Sehingga peneliti menetapkan asumsi laju pertambahan kepesertaan sebesar 4,03% secara konstan yang setara dengan 2,43 dari tahun sebelumnya untuk proyeksi sampai dengan tahun 2050. Proyeksi kepesertaan diperkirakan sebesar 30% dari angkatan kerja yang potensial.

Angkatan kerja potensial menjadi peserta Program Jaminan Hari Tua dan Program Jaminan Pensiun adalah angkatan kerja yang berumur 20 tahun sampai dengan 54 tahun. Diasumsikan bahwa angkatan kerja potensial yang baru terjangkau menjadi peserta sebesar 30%.

Proyeksi Kepesertaan

Dr. Chazali H. Situmorang, Apt, M.Sc

Tahun JumlahPeserta PotensialPeserta2011 31.047.404 103.491.3472020 37.632.101 125.440.3382030 42.372.907 141.243.0252040 43.747.947 145.826.4912050 40.090.414 133.634.712

Page 236: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

221

Proyeksi Rata-Rata Upah Per Tahun Per Pekerja Dengan Usia

Pensiun 55 Tahun

Rata-Rata Upah Per Bulan

Proyeksi Iuran Per Tahun Program Jaminan Hari Tua

Dengan Usia Pensiun 55 Tahun Proyeksi Jumlah Iuran

(Dalam Jutaan Rupiah)

REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIATransformasi BPJS: Indahnya Harapan Pahitnya Kegagalan

TAHUN RATA-RATA UPAH

2011 1.157.625

2020 1.795.856

2030 2.925.261

2040 4.764.941

2050 7.761.588

Tahun Iuran Per Tahun

2011 24.583.8162020 46.225.9842030 84.783.0322040 142.584.1842050 212.837.034

Page 237: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

222

Iuran Per Tahun

Proyeksi Pembayaran Klaim Meninggal

Program Jaminan Hari Tua Usia Pensiun 55 Tahun

(Dalam Jutaan Rupiah)

Klaim Meninggal (Dalam Jutaan)

Proyeksi Pembayaran Santunan Usia Pensiun

Program Jaminan Hari Tua Usia Pensiun 55 Tahun (Dalam

Jutaan Rupiah)

Dr. Chazali H. Situmorang, Apt, M.Sc

Tahun Santunan Usia Pensiun JHT

2011 1.613.570

2020 10.894.671

2030 39.564.930

2040 186.380.570

2050 315.987.916

Tahun Klaim Meninggal2011 246.606

2020 1.508.3462030 5.822.012

2040 18.225.1902050 31.728.121

Page 238: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

223

Klaim Habis Kontrak (Dalam Jutaan Rupiah)

Proyeksi Biaya Operasional Program Jaminan Hari Tua

Usia Pensiun 55 Tahun (Dalam Jutaan Rupiah)

Biaya Operasional (Dalam Jutaan Rupiah)

Tahun Biaya Operasional JHT

2011 448.683

2020 2.358.288

2030 6.432.590

2040 12.171.259

2050 11.597.550

REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIATransformasi BPJS: Indahnya Harapan Pahitnya Kegagalan

2010 2020 2030 2040 2050

2040 205014.000.000

12.000.000

10.000.000

8.000.000

6.000.000

4.000.000

2.000.000

0

2011

2020

2030

Page 239: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

224

Proyeksi Akumulasi Dana Jaminan Hari Tua

Dengan Usia Pensiun 55 Tahun (Dalam Jutaan Rupiah)

Proyeksi Iuran Pertahun Program Pensiun

Dengan Usia Pensiun 55 Tahun (Dalam Jutaan Rupiah)

Biaya Operasional (Dalam Jutaan Rupiah)

Dr. Chazali H. Situmorang, Apt, M.Sc

Tahun Akumulasi Dana

2011 92.427.871

2020 483.177.044

2030 1.306.383.203

2040 2.353.111.277

2050 2.089.439.438

Tahun Jumlah Iuran

2011 30.190.651

2020 56.768.752

2030 104.119.514

2040 175.103.383

2050 261.378.814

0

2.000.000.000

1.500.000.000

1.000.000.000

500.000.000

2011 2020 2030 2040 2050

2011

2020

2030

2040

20502.500.000.000

Page 240: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

225

Jumlah Iuran (Dalam Jutaan Rupiah)

Proyeksi Pembayaran Klaim Meninggal Program

Pensiun

Dengan Usia Pensiun 55 Tahun (Dalam Jutaan Rupiah)

Proyeksi Pembayaran Santunan Program Pensiun

Dengan Usia Pensiun 55 Tahun (Dalam Jutaan Rupiah)

REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIATransformasi BPJS: Indahnya Harapan Pahitnya Kegagalan

250.000.000

0

200.000.000

150.000.000

100.000.000

50.000.000

2011 2020 2030 2040 2050

2011

2020

2030

2040

2050500.000.000

TahunKlaim MeninggalProgram Pensiun

2011 30.710

2020 191.005

2030 743.547

2040 2.342.823

2050 4.063.268

Tahun Uang Pensiun

2011 208.959

2020 1.410.8702030 5.123.695

2040 24.136.4552050 40.920.726

Page 241: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

226

Klaim Meninggal Program Jaminan Pensiun

(Dalam Jutaan Rupiah)

Uang Pensiun (Dalam Jutaan Rupiah)

Proyeksi Biaya Operasional Program Jaminan Pensiun

Dengan Usia Pensiun 55 Tahun (Dalam Jutaan Rupiah)

4.500.000

4.000.000

3.500.000

3.000.000

2.500.000

2.000.000

1.500.000

1.000.000

500.000

0

2011 2020 2030 2040 2050

Tahun Biaya Operasional

2011 564.3562020 3.236.4772030 10.089.037

2040 24.630.9892050 51.402.879

Dr. Chazali H. Situmorang, Apt, M.Sc

45.000.000

40.000.000

35.000.000

30.000.000

25.000.000

20.000.000

15.000.000

10.000.000

5.000.000

0

2011 2020 2030 2040 2050

Page 242: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

227

Klaim Meninggal Program Jaminan Pensiun

(Dalam Jutaan Rupiah)

Biaya Operasional (Dalam Jutaan Rupiah)

Proyeksi Akumulasi Dana Program Jaminan Pensiun

(Dalam Jutaan Rupiah)

4.500.000

4.000.000

3.500.000

3.000.000

2.500.000

2.000.000

1.500.000

1.000.000

500.000

0

2011 2020 2030 2040 2050

60.000.000

50.000.000

40.000.000

30.000.000

20.000.000

10.000.000

0

2011 2020 2030 2040 2050

Tahun Akumulasi Dana

2011 118.356.309

2020 678.524.388

2030 2.114.283.371

2040 5.149.575.276

2050 10.757.022.626

REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIATransformasi BPJS: Indahnya Harapan Pahitnya Kegagalan

Page 243: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

228

Akumulasi Dana (Dalam Jutaan Rupiah)

Proyeksi Akumulasi Dana Program Jaminan Hari Tua

Dan Program Jaminan Pensiun (Dalam Jutaan Rupiah )

Akumulasi Dana Program Jaminan Pensiun + Jaminan

Hari Tua

12.000.000.000

10.000.000.000

8.000.000.000

6.000.000.000

4.000.000.000

2.000.000.000

0

2011 2020 2030 2040 2050

TahunAkumulasiDana JHT

AkumulasiDana Pensiun

Total

2011 92.427.871 118.356.309 210.784.1802020 483.177.044 678.524.388 1.161.701.432

2030 1.306.383.203 2.114.283.371 3.420.666.5732040 2.353.111.277 5.149.575.276 7.502.686.5532050 2.089.439.438 10.757.022.626 12.846.462.064

12.000.000.000

10.000.000.000

8.000.000.000

6.000.000.000

4.000.000.000

2.000.000.000

0

2011 2020 2030 2040 2050

14.000.000.000

Total

Akumulasi Dana Pensiun

Akumulasi Dana JHT

Dr. Chazali H. Situmorang, Apt, M.Sc

Page 244: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

229

Pelaksanaan Jaminan Hari Tua Di Indonesia

Pelaksanaan Jaminan Hari Tua Oleh PT.

Jamsostek (Persero)PT.Jamsostek (Persero) mengelola pelaksanaan

pengadaan Jaminan Hari Tuauntuk Karyawan Perusahaan Swasta di Indonesia dengan Program yangdisebut Program Paket. Program Paket adalah program Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK), Jaminan Kematian (JK) dan Jaminan Hari Tua (JHT). Program tersebut wajib diikuti oleh perusahaan ataupun tenaga kerja sebagaimana tercantum dalam PP Nomor 14 Tahun 1993.

Iuran atas program tersebut adalah untuk Jaminan Hari Tua (JHT) sebesar 5,7% dari Upah yaitu 3,7% beban perusahaan dan 2% beban karyawan, JKK sebesar 0,24% dari upah dan Jaminan Kematian 0,30% dari upah. Pada tahun tahun 1978 saat pertama kali diselenggarakan program Jamsostek,jumlah perusahaan yang mendaftar sebanyak 3.263 perusahaan.

Dalam kurunwaktu beberapa tahun terakhir rata-rata peningkatan kepesertaan Jamsosteksebesar 7,77%. Setiap tenaga kerja yang didaftarkan sebagai pesertaJamsostek, diberi Kartu Peserta Jamsostek (KPJ) sebagai bukti kepesertaan.Jumlah KPJ yang diterbitkan oleh PT Jamsostek selalu mengalami peningkatan.

Namun peningkatan tersebut tidak sepenuhnya mencerminkan peningkatanjumlah peserta yang aktif. Saat ini peserta Jamsostek sebesar 29 juta orang,sekitar 8,7 juta merupakan peserta pasif. Pembayaran santunan dari 2005 s/d 2009 untuk Jaminan Hari Tua sebesarRp. 5.789.841.319.201,- untuk Jaminan Kematian Rp. 254.510.116.000,- dan untuk Jaminan Kecelakaan Kerja sebesar Rp. 338.495.959.651,

Pelaksanaan Jaminan Hari Tua Oleh PT. Asabri

(Persero)PT ASABRI (PERSERO) mengelola administrasi iuran

REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIATransformasi BPJS: Indahnya Harapan Pahitnya Kegagalan

Page 245: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

230

Pengelolaan Iuran Dana Pensiun dilakukan oleh Menhan RI. Program yang dikelola PT. Asabri untuk anggota ABRI dan PNS di instansi ABRI adalah mengelola Asuransi Jaminan Sosial (THT), yang produknya adalah: Pertama, Santunan Asuransi (SA). Diberikan kepada Peserta yang diberhentikan dengan Hak pensiun/Tunjangan bersifat pensiun. Kedua, Santunan Nilai Tunai Asuransi (SNTA). Diberikan kepada Peserta yang diberhentikan tanpa hak pensiun. Ketiga, Santunan Resiko Kematian (SRK). Diberikan kepada Ahli Waris dari Peserta yang meninggal dunia dalamstatus dinas aktif. Keempat, Santunan Biaya Pemakaman (SBP). Diberikan kepada ahli waris dari peserta pensiunan yang meninggal dunia. Kelima, Santunan Risiko Kematian Khusus (SRKK). Diberikan kepada Ahli waris dari peserta yang gugur atau tewas. Keenam, Santunan Cacat Karena Dinas (SCKD). Diberikan kepada penderita cacat yang terjadi dalam tugas operasi militer dalam masa kedinasan bagi Prajurir TNI, Anggota POLRI dan PNS Kemhan/POLRI. Ketujuh, Santunan Cacat Bukan Karena Dinas (SCBKD). Diberikan kepada penderita cacat yang terjadi diluar tugas operasi militer. Kedelapan, Santunan Biaya Pemakaman Isteri/Suami (SBPI/S). Diberikan kepada Ahli waris dari istri/suami peserta aktif/pensiunan yangmeninggal dunia. Kesembilan, Santunan Biaya Pemakaman Anak (SBPA). Diberikan kepada ahli waris dari Anak peserta aktif/pensiunan yangmeninggal dunia.

Pelaksanaan Jaminan Hari Tua Dan Pensiun Oleh

PT. Taspen (Persero)

Program Jaminan Hari TuaSesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 25 tahun

1981, Taspen mengelola program Tabungan Hari Tua (THT) yang merupakan program asuransi terdiri dari asuransi dwi-guna yang dikaitkan dengan usia pensiun ditambah dengan asuransi kematian. Asuransi Dwiguna adalah jenis asuransi yang memberikan jaminan keuangan kepada peserta pada saat mencapai usia pensiun atau bagi ahli warisnya apabila peserta meninggal dunia sebelum mencapai usia pensiun.

Dr. Chazali H. Situmorang, Apt, M.Sc

Page 246: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

231

suami/anak meninggal dunia atau bagi ahli warisnya apabila peserta meninggal dunia. ASKEM anak diberikan apabila belum berusia 21 tahun atau 25 tahun yang masih sekolah dan belum menikah.

ASKEM merupakan manfaat tambahan yang diberikan tanpa dipungut iuran. Kepesertaan program THT dimulai sejak yang bersangkutan diangkat sebagai pegawai/pejabat negara sampai dengan pegawai/pejabat negara tersebut meninggal. Iuran program THT adalah sebesar 3,25% dari penghasilan sebeulan berdasar Kepres Nomor 8 Tahun 1977.

Program PensiunProgram Pensiun merupakan jaminan hari tua berupa

pemberian uang setiap bulan kepada Pegawai Negeri Sipil yang telah memenuhi kriteria sebagai berikut: (1) Mencapai Usia Pensiun; (2) Meninggal pada masa aktif, yang akan diberikan kepada janda/duda atau anaknya sebelum berumur 25 tahun. Iuran program Pensiun adalah sebesar 4,75% dari penghasilan sebulan berdasar Kepres Nomor 8 Tahun 1977.

Kontribusi Jaminan Sosial Di Beberapa

Negara Dalam Prosentase Upah

REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIATransformasi BPJS: Indahnya Harapan Pahitnya Kegagalan

Nama NegaraIuran Pekerja

% UpahIuran Majikan

% UpahPemerintah

% UpahThailand 1 1 1Filipina 3,33 10,00 29,00Taiwan 1,30 24,55 43,85Malaysia 11 7,65 23,50China 3,50 19,90 41,10Burma 0,5 - 1 15,50 42,21Korea Selatan 11,85 11,92 27,44Cekoslowakia 6,5 11,00 41,00Albania 11,00 7,00 30,00Kanada 3,50 3,50Brazil 8 - 10Italia 8,89 23,81Peru 9Indonesia 2 4,24 10,74

Page 247: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

232

RekomendasiRekomendasi yang dapat dikemukanan adalah sebagai

berikut: Pertama, Dalam rangka meningkatkan program kese-jahteraan bangsa khususnyakesejahteraan pada usia lanjut maka Program Jaminan Hari Tua dan Program Pensiun sela-yaknya segera dilaksanakan paling tidak pada tahun 2011.

Kedua, Besarnya iuran yang dibebankan kepada majikan diusahakan tidak terlalumemberatkan bagi majikan, namun juga tidak mengurangi hak-hak para pekerja yang telah diterima saat ini.

Ketiga, BPJS program THT dan program JP harus mengelola dana secara hati-hati, dana dikelola seaman mungkin dengan hasil investasi yang sebesar mungkin dengan ukuran minimal sama dengan hasil investasi pada obligasi pemerintah. Untuk itu perlu adanya arahan investasi serta dilakukan pengendalian secara cermat.

Hasil investasi seyogyanya melebihi dari hasil investasi masyarakat pada deposito pada Bank pemerintah, hal ini dikarenakan program bersifat wajib sehingga biaya operasio-nal lebih kecil dari institusi perbankan, dengan demikian mas-yarakat akan merasa lebih yakin dan lebih senang mengikuti progam-program SJSN.

Keempat, Asumsi-asumsi dalam perhitungan pada kajian ini dalam realisasinya bisa terjadi penyimpangan untuk jangka panjang, oleh karenanya kajian dalam waktu relatif pendek perlu dilakukan dengan menggunakan asumsi asumsi yang lebih realistis paling tidak dilakukan tiga tahun sekali.

Kelima, Akumulasi dana program JHT dan JP akan sangat menjadi besar yaitu pada tahun 2020 diproyeksikan sebesar Rp 1.161 trilliun dan tahun 2050 menjadi Rp 12.846 trilliun, sehingga dapat dijadikan dana pembangungan jangka panjang. Oleh karenanya investasinya sebaiknya tidak di tem-patkan pada proyek-proyek yang dikerjakan di luar negeri meskipun hasil investasinya diluar negeri menjanjikanhasil yang lebih besar.

Keenam, Sejalan dengan bertambahnya pengharapan hidup bangsa Indonesia serta dalam rangka pemupukan dana yang lebih besar perlu kiranya untuk dikaji tentang perubahan

Dr. Chazali H. Situmorang, Apt, M.Sc

Page 248: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

233

Proyeksi Program Jaminan Pensiun Peserta Jaminan Pensiun adalah pekerja yang telah

membayar iuran. Sesuai Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2004 bahwa, setiap peserta atau ahli waris-nya berhak mendapatkan pembayaran uang pensiun berkala setiap bulan setelah memenuhi masa iur minimal 15 (lima belas) tahun. Manfaat pensiun dibayarkan kepada peserta yang telah mencapai usia pensiun sesuai formula yang ditetapkan.

Maksud dari tulisan ini adalah adanya gambaran tentang beberapa alternatif besarnya iuran bulanja Jaminan Pensiun bagi pekerja dan manfaat pensiun bagi peserta penerima upah untuk dijadikan dasar dalam mengambil keputusan tentang ruang lingkup manfaat dan besarnya iuran sesuai dengan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) Pasal 41 dan 42.

Sebagian besar para pekerja Indonesia belum memiliki program pensiun, hal ini tercermin dari jumlah peserta program jaminan pensiun baik Dana Pensiun Pemberi Kerja maupun Dana Pensiun Lembaga Keuangan per 31 Juli 2009 yang jumlah pesertanya 2.559.112 orang yang terdiri dari 1.178.999 peserta DPPK dan 1.380.113 peserta DPLK.

Jumlah Dana Pensiun Pemberi Kerja per 31 Juli 2009 sebanyak 255, jumlah ini dari tahun ke tahun terus menurun jumlahnya.Sedangkan jumlah Dana Pensiun Lembaga Keuangan sebanyak 26. Upah yang digunakan adalah upah rata-rata hasil susenas tahun 2008 kemudiandibuat asumsi kenaikan upah setiap tahun sebesar 5% sedangkan hasil investasiditetapkan sebesar 7% per tahun. Diperkirakan rata-rata gaji pekerja yang digunakan dalam perhitungan ini adalah sebesar Rp 1.000.000,- (satu juta rupiah) per pekerja.

Adapun asumsi-asumsi aktuaria yang digunakan dalam perhitungan simulasi ini adalah sebagai berikut: (1) Usia Pensiun Normal (UPN): 55 Tahun dan 60 tahun; (2) Tingkat Kenaikan Gaji: 5% per tahun; (3) Tingkat Bunga: 7% per tahun;Biaya Operasional: 0,5% dari total Dana Akhir; (4) Tabel Mortalita: Tabel Mortalita Indonesia 1999 (TMI 1999); (5) Tingkat Pengunduran diri: 1% per tahun pada usia 25 - 50 tahun; (6) Tingkat Kecacatan: 1% dari Tingkat Kematian; (7) Eskalasi Uang Pensiun: 0%, 2% dan 4% per tahun; (8) Iuran/ Premi

REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIATransformasi BPJS: Indahnya Harapan Pahitnya Kegagalan

Page 249: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

234

Dengan menggunakan asumsi-asumsi diatas, maka hasil Simulasi Perhitungan adalah sebagai berikut :

1. Usia Pensiun 55 Tahun Tanpa Eskalasi.

2. Usia Pensiun 60 Tahun Tanpa Eskalasi.

3. Usia Pensiun 55 Tahun Eskalasi 2% Per Tahun

Dr. Chazali H. Situmorang, Apt, M.Sc

Usia MulaiPeserta

BesarIuran

LamaMengiur

Saldo Dana AkhirSetelah Biaya

Uang PensiunPer Bulan

Saldo Dana AkhirTerhadap Gaji

Prosentase AnuitasTerhadap Gaji

Tahun % Tahun Rp Rp Kali %

20 4% 35 126.761.527 1.002.975 23 18,18%

20 5% 35 158.451.909 1.253.719 29 22,73%

20 6% 35 109.142.290 1.504.462 34 27,27%

20 7% 35 221.832.627 1.755.206 40 31,82%

20 8% 35 253.532.054 2.005.950 46 36,37%

25 4% 30 80.900.944 640.112 19 14,81%

25 5% 30 101.126.180 800.140 23 18,51%

25 6% 30 121.351.415 960.168 28 22,22%

25 7% 30 141.576.651 1.120.197 33 25,92%

25 8% 30 161.801.887 1.280.225 37 29,62%

Usia MulaiPeserta

BesarIuran

Lama Mengiur

Saldo Dana AkhirSetelah Biaya

Uang PensiunPerbulan

Saldo Dana AkhirTerhadap Gaji

Presentase AnuitasTerhadap Gaji

Tahun % Tahun Rp Rp kali %

20 4% 35 126.761.527 837.461 23 15,18%

20 5% 35 158.451.909 1.046.826 29 18,98%

20 6% 35 190.142.290 1.256.192 34 22,77%

20 7% 35 221.832.672 1.465.557 40 26,57%

20 8% 35 253.523.054 1.674.922 46 30,36%

25 4% 30 80.900.944 534.479 19 12,37%

25 5% 30 101.126.180 668.099 23 15,46%

25 6% 30 121.351.415 801.719 28 18,55%

25 7% 30 141.576.651 935.338 33 21,64%

25 8% 30 161.801.887 1.068.958 37 24,73%

Usia MulaiPeserta

BesarIuran

Lama Mengiur

Saldo Dana AkhirSetelah Biaya

Uang Pensiun Perbulan

Saldo Dana Akhir Terhadap Gaji

Presentase AnuitasTerhadap Gaji

Tahun % Tahun Rp Rp kali %

20 4% 40 194.702.298 1.710.305 28 24,29%

20 5% 40 243.377.873 2.137.881 35 30,37%

20 6% 40 292.053.447 2.565.457 41 36,44%

20 7% 40 340.729.022 2.993.033 48 42,51%

20 8% 40 389.404.596 3.420.610 55 48,59%

25 4% 35 126.761.527 1.113.499 23 20,19%

25 5% 35 158.451.909 1.391.874 29 25,23%

25 6% 35 190.142.290 1.670.249 34 30,28%

25 7% 35 221.832.672 1.948.624 40 35,33%

25 8% 35 253.523.054 2.226.998 46 40,37%

Page 250: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

235

4. Usia Pensiun 60 Tahun Eskalasi 2% Per Tahun.

5. Usia Pensiun 55 Tahun Eskalasi 4% Per Tahun.

6. Usia Pensiun 60 Tahun Eskalasi 4% Per Tahun

Usia MulaiPeserta

BesarIuran

Lama Mengiur

Saldo Dana AkhirSetelah Biaya

Uang Pensiun Perbulan

Saldo Dana Akhir Terhadap Gaji

Presentase Anuitas Terhadap Gaji

Tahun % Tahun Rp Rp Kali %

20 4% 40 194.702.298 1.458.226 28 20,71%

20 5% 40 243.377.873 1.822.783 35 25,89%

20 6% 40 292.053.447 2.187.339 41 31,07%

20 7% 40 340.729.022 2.551.896 48 36,25%

20 8% 40 389.404.596 2.916.452 55 41,43%

25 4% 35 126.761.527 949.383 23 17,21%

25 5% 35 158.451.909 1.186.728 29 21,51%

25 6% 35 190.142.290 1.424.074 34 25,82%

25 7% 35 221.832.672 1.661.419 40 30,12%

25 8% 35 253.523.054 1.898.765 46 34,42%

Usia MulaiPeserta

Besar Iuran

Lama Mengiur

Saldo Dana Akhir Setelah Biaya

Uang Pensiun Perbulan

Saldo Dana AkhirTerhadap Gaji

Presentase Anuitas Terhadap Gaji

Tahun % Tahun Rp Rp Kali %

20 4% 35 126.761.527 686.316 23 12,44%

20 5% 35 158.451.909 857.896 29 15,55%

20 6% 35 190.142.290 1.029.475 34 18,66%

20 7% 35 221.832.627 1.201.054 40 21,77%

20 8% 35 253.523.054 1.372.633 46 24,88%

25 4% 30 80.900.944 438.017 19 10,13%

25 5% 30 101.126.180 547.521 23 12,67%

25 6% 30 121.351.415 657.025 28 15,20%

25 7% 30 141.576.651 766.529 33 17,74%

25 8% 30 161.801.887 876.033 37 20,27%

Usia MulaiPeserta

Besar Iuran

Lama Mengiur

Saldo Dana Akhir Setelah Biaya

Uang Pensiun Perbulan

Saldo Dana AkhirTerhadap Gaji

Presentase AnuitasTerhadap Gaji

Tahun % Tahun Rp Rp kali %

20 4% 40 194.702.298 1.225.889 28 17,41%

20 5% 40 243.377.837 1.532.361 35 21,77%

20 6% 40 292.053.447 1.838.833 41 26,12%

20 7% 40 340.792.022 2.145.305 48 30,47%

20 8% 40 389.404.596 2.451.777 55 34,83%

25 4% 35 126.761.527 798.119 23 14,47%

25 5% 35 158.451.909 997.648 29 18,09%

25 6% 35 190.142.290 1.197.178 34 21,70%

25 7% 35 221.832.627 1.396.708 40 25,32%

25 8% 35 253.523.054 1.596.237 46 28,94%

REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIATransformasi BPJS: Indahnya Harapan Pahitnya Kegagalan

Page 251: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

236

Hasil SimulasiBerdasarkan hasil simulasi perhitungan diatas, dapat

diperoleh gambaran sebagai berkut: Pertama, Jika Usia Pen-siun Normal adalah 55 tahun dan usia saat menjadi Peserta adalah 25 tahun dengan iuran sebesar 7% maka jumlah akumulasi dana setelah biaya sebesar Rp 141.576.651,- atau 33 kali dari gaji saat pensiun. Jika akumu-lasi dana dibayarkan secara anuitas, maka pembayaran secara bulanan sebesar Rp.1.120.197,- atau 25,92% dari gaji terakhir saat pensiun.

Kedua, Jika Usia Pensiun Normal adalah 60 tahun dan usia saat menjadi Peserta adalah25 tahun dengan iuran sebesar 6% maka jumlah akumulasi dana setelah biaya sebesar Rp 190.142.290,- atau 34 kali dari gaji saat pensiun. Jika akumulasi dana dibayarkan secara anuitas, maka pemba-yaran secara bulanan sebesar Rp 1.670.249,- atau 30,28% dari gaji terakhir saat pensiun.

Ketiga, Agar para pengusaha tidak diberi beban yang memberatkan dan para pekerja tidak dikurangi haknya seperti yang diberlakukan saat ini, maka iuran program Jaminan pen-siun disarankan sebesar 7% dari upah jika usia pensiun dite-tapkan 55 tahun atau 6% jika usia pensiun ditetapkan 60 tahun.

Keempat, Berdasarkan Undang-Undang Dana Pensiun No. 11 Tahun 1992, ada 2 Jenis program Pensiun yaitu Pro-gram Pensiun Manfaat Pasti dan Program Pensiun Iuran Pasti.

Program Pensiun Manfaat Pasti (PPMP) dimana besar-nya formula uang pensiun telah ditetapkan terlebih dahulu, kemudian ditetapkan besarnya iuran. Pada umumnya besar-nya iuran yang dibebankan kepada pekerja merupakan suatu angka yang tetap dari Gaji Pokok, sehingga kekurangan iuran dibebankankepada Pemberi Kerja.

Dalam hal terjadi kekurangan dana (unfunded) maka pemberi kerja berkewajiban untuk menutupinya. Pada Pro-gram Pensiun Iuran Pasti (PPIP) dimana besarnya iuran ditetapkan terlebih dahulu dan besarnya manfaat tergantung pada besarnya iuran, hasil investasi dan lamanya iuran.

Pada Undang-Undang SJSN ditentukan bahwa Program Pensiun diselenggarakan atas dasar Tabungan Wajib atau Asuransi, dimana manfaatnya berupa uang yang diberikan

Dr. Chazali H. Situmorang, Apt, M.Sc

Page 252: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

237

Atas dasar hal tersebut, Program Jaminan Pensiun dapat dikombinasikan antara lain sebagaimana berikut ini: Pada masa aktif bekerja harus memberikan iuran tiap bulan sampai dengan usiapensiun (misal iuran 7% dengan batasan maksimal gaji UMR) dan manfaatnyasebesar 30 % dari gaji UMR pada saat pensiun (jika mengiur selama 30 tahun). Dalam hal terjadi kekurangan dana, maka kewajiban Pemerintah untuk memenuhinya. Jika hal ini diterapkan maka terjadi subsidi silang antar peserta, sebagaimana konsep asuransi.

REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIATransformasi BPJS: Indahnya Harapan Pahitnya Kegagalan

Page 253: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

238

Tabel-TabelTabel Mortalita Indonesia

TMII II Tahun 1999 Umur Qx

20 0,0014621 0,0014722 0,0014523 0,0014324 0,0013925 0,0013726 0,0013627 0,0013528 0,0013629 0,0013730 0,0013731 0,0013932 0,0014233 0,0014734 0,0015535 0,0016436 0,0017537 0,0018838 0,0020139 0,0021440 0,00227

Umur Qx

41 0,0024242 0,0025943 0,0028044 0,0030545 0,0033846 0,0037947 0,0042948 0,0048549 0,0054650 0,0060951 0,0067252 0,0073053 0,0078454 0,0084155 0,0090856 0,0099357 0,0110058 0,0122959 0,0136960 0,01505

Dr. Chazali H. Situmorang, Apt, M.Sc

Page 254: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

239

Tabel Proyeksi Angkatan Kerja

Tahun 2011 Sampai Dengan 2050Tahun Angkatan Kerja

2011 120.181.888

2012 122.741.912

2013 125.420.155

2014 128.208.264

2015 131.098.154

2016 134.082.160

2017 136.949.600

2018 139.702.140

2019 142.341.409

2020 144.869.019

2021 147.286.490

2022 149.627.025

2023 151.890.606

2024 154.077.096

2025 156.186.264

2026 158.217.858

2027 160.186.929

2028 162.092.768

2029 163.934.696

2030 165.712.058

Tahun Angkatan Kerja

2031 167.424.169

2032 169.073.711

2033 170.659.885

2034 172.181.928

2035 173.639.080

2036 175.030.610

2037 176.386.261

2038 177.704.498

2039 178.983.734

2040 180.222.343

2041 181.418.740

2042 182.567.453

2043 183.666.847

2044 184.715.134

2045 185.354.814

2046 185.592.695

2047 185.520.824

2048 185.144.681

2049 184.470.292

2050 183.504.337

REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIATransformasi BPJS: Indahnya Harapan Pahitnya Kegagalan

Page 255: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

240

Tabel Proyeksi Peserta Potensial

Tahun 2011 Sampai Dengan 2050Tahun Angkatan Kerja

2011 103.491.347

2012 107.366.652

2013 110.947.556

2014 113.229.358

2015 115.432.809

2016 117.557.632

2017 119.621.291

2018 121.623.246

2019 123.563.035

2020 125.440.338

2021 127.254.891

2022 129.010.385

2023 130.706.588

2024 132.343.272

2025 133.920.156

2026 135.436.912

2027 136.928.495

2028 138.394.019

2029 139.832.545

2030 141.243.025

Tahun Angkatan Kerja

2031 142.624.367

2032 143.970.941

2033 145.281.609

2034 146.555.256

2035 147.378.183

2036 147.753.543

2037 147.783.220

2038 147.469.878

2039 146.816.509

2040 145.826.491

2041 144.503.481

2042 142.973.789

2043 141.240.089

2044 139.305.149

2045 137.578.563

2046 136.058.981

2047 134.744.898

2048 133.634.712

2049 133.634.712

2050 133.634.712

Dr. Chazali H. Situmorang, Apt, M.Sc

Page 256: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

241

Tabel Proyeksi Kepesertaan

Tahun 2011 Sampai Dengan 2050Tahun Angkatan Kerja

2011 31.047.404

2012 32.209.996

2013 33.284.267

2014 33.968.807

2015 34.629.843

2016 35.267.290

2017 35.886.387

2018 36.486.974

2019 37.068.910

2020 37.632.101

2021 38.176.467

2022 38.703.116

2023 39.211.976

2024 39.702.982

2025 40.176.047

2026 40.631.073

2027 41.078.548

2028 41.518.206

2029 41.949.764

2030 42.372.907

Tahun Angkatan Kerja

2031 42.787.310

2032 43.191.282

2033 43.584.483

2034 43.966.577

2035 44.213.455

2036 44.326.063

2037 44.334.966

2038 44.240.964

2039 44.044.953

2040 43.747.947

2041 43.351.044

2042 42.892.137

2043 42.372.027

2044 41.791.545

2045 41.273.569

2046 40.817.694

2047 40.423.469

2048 40.090.414

2049 40.090.414

2050 40.090.414

REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIATransformasi BPJS: Indahnya Harapan Pahitnya Kegagalan

Page 257: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

242

Tabel Proyeksi Klaim Program JHT

Tahun 2011 Sampai Dengan 2050Tahun Meninggal Habis Kontrak

2008 49.704 288.740

2009 107.077 648.311

2010 172.558 1.086.875

2011 246.606 1.613.570

2012 330.215 2.194.422

2013 424.389 2.864.727

2014 530.345 3.636.196

2015 649.466 4.522.162

2016 783.366 5.537.657

2017 934.063 6.642.822

2018 1.103.645 7.892.846

2019 1.294.272 9.304.190

2020 1.508.346 10.894.671

2021 1.748.550 12.683.950

2022 2.018.071 14.670.691

2023 2.320.361 16.896.543

2024 2.659.353 19.386.714

2025 3.039.411 22.168.973

2026 3.465.730 25.273.461

2027 3.947.898 28.356.720

2028 4.494.319 31.748.215

2029 5.115.146 35.474.751

2030 5.822.012 39.564.930

2031 6.628.095 44.048.042

2032 7.547.506 49.035.433

2033 8.595.852 54.485.775

2034 9.790.256 60.464.044

2035 11.060.308 76.766.665

2036 12.393.075 95.538.636

2037 13.796.344 114.246.140

2038 15.253.286 135.459.719

2039 16.739.813 159.420.640

2040 18.225.190 186.380.570

2041 19.670.825 216.604.050

2042 21.080.089 244.960.244

2043 22.416.318 276.202.181

2044 23.637.394 310.511.999

2045 24.840.080 324.392.031

2046 26.020.182 337.050.240

2047 27.191.554 348.400.436

2048 28.346.837 358.117.324

2049 30.073.179 299.505.956

2050 31.728.121 315.987.916

Dr. Chazali H. Situmorang, Apt, M.Sc

Page 258: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

243

Tabel Proyeksi Klaim Program Pensiun

Tahun 2011 Sampai Dengan 2050Tahun Meninggal Pensiun

2011 30.710 208.959

2012 41.429 284.1802013 53.580 370.9852014 66.985 470.8912015 82.063 585.5242016 99.020 717.132

2017 118.117 860.2522018 139.621 1.022.1312019 163.821 1.204.9012020 191.005 1.410.8702021 221.552 1.642.583

2022 255.869 1.899.8682023 294.405 2.188.1182024 337.673 2.510.5972025 386.245 2.870.9022026 440.804 3.272.936

2027 502.605 3.672.2212028 572.748 4.111.4232029 652.557 4.594.0132030 743.547 5.123.6592031 847.422 5.704.262

2032 966.015 6.350.134

2033 1.101.344 7.057.253

2034 1.255.613 7.830.149

2035 1.419.568 9.941.345

2036 1.591.561 12.372.341

2037 1.772.586 14.794.980

2038 1.960.407 17.542.158

2039 2.151.839 20.645.120

2040 2.342.823 24.136.455

2041 2.528.276 28.050.424

2042 2.708.613 31.722.577

2043 2.879.026 35.768.437

2044 3.034.018 40.211.589

2045 3.186.439 42.009.066

2046 3.335.823 43.648.316

2047 3.484.038 45.118.117

2048 3.630.244 46.376.523

2049 3.851.328 38.786.297

2050 4.063.268 40.920.726

REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIATransformasi BPJS: Indahnya Harapan Pahitnya Kegagalan

Page 259: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

244

Tabel Proyeksi Akumulasi Dana

Tahun 2011 Sampai Dengan 2050Tahun Program JHT Program Pensiun Jumlah

2011 92.427.871 118.356.309 210.784.180

2012 122.729.030 158.588.991 281.318.021

2013 156.194.855 203.701.196 359.896.051

2014 192.666.442 253.672.496 446.338.938

2015 232.287.063 308.878.351 541.165.414

2016 275.195.722 369.717.381 644.913.103

2017 321.587.499 436.627.068 758.214.568

2018 371.616.287 510.067.276 881.683.563

2019 425.431.605 590.526.687 1.015.958.292

2020 483.177.044 678.524.388 1.161.701.432

2021 544.988.103 774.611.454 1.319.599.558

2022 611.014.199 879.377.594 1.490.391.793

2023 681.374.943 993.446.060 1.674.821.003

2024 756.174.867 1.117.477.757 1.873.652.625

2025 835.499.920 1.252.173.070 2.087.672.990

2026 919.413.568 1.398.273.754 2.317.687.322

2027 1.008.344.362 1.556.636.791 2.564.981.154

2028 1.102.416.333 1.728.133.125 2.830.549.458

2029 1.201.734.922 1.913.687.907 3.115.422.829

2030 1.306.383.203 2.144.283.371 3.420.666.573

2031 1.416.418.996 2.330.962.038 3.747.381.034

2032 1.531.787.962 2.564.815.781 4.096.603.743

2033 1.652.462.261 2.817.010.516 4.469.472.777

2034 1.778.374.586 3.088.781.803 4.867.156.389

2035 1.899.380.623 3.379.774.589 5.279.155.212

2036 2.012.668.299 3.379.774.589 5.703.265.996

2037 2.117.861.631 4.022.282.677 6.140.144.308

2038 2.211.985.526 4.375.550.413 6.587.535.938

2039 2.291.667.604 4.751.094.418 7.042.762.022

2040 2.353.111.277 5.149.575.276 7.502.686.553

2041 2.392.065.897 5.571.614.233 7.963.680.129

2042 2.409.849.217 6.018.650.289 8.427.942.485

2043 2.400.849.217 6.491.555.356 8.892.404.573

2044 2.362.429.651 6.991.194.995 9.353.624.646

2045 2.313.412.768 7.522.127.912 9.835.540.679

2046 2.254.998.979 8.086.708.621 10.341.707.600

2047 2.188.567.258 8.687.476.031 10.876.043.289

2048 2.115.948.161 9.327.200.949 11.443.149.110

2049 2.106.672.897 10.019.197.001 12.125.869.898

2050 2.089.439.438 10.575.022.626 12.846.462.064

Dr. Chazali H. Situmorang, Apt, M.Sc

Page 260: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

245

Bagian Tujuh:Deskripsi Peta Jalan Menuju Jaminan

Kesehatan Nasional 2012-2019

REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIATransformasi BPJS: Indahnya Harapan Pahitnya Kegagalan

Page 261: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

246

Dr. Chazali H. Situmorang, Apt, M.Sc

Page 262: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

247

REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIATransformasi BPJS: Indahnya Harapan Pahitnya Kegagalan

Bagian Tujuh:Deskripsi Peta Jalan Menuju Jaminan

Kesehatan Nasional 2012-2019

Pengantar Dan Sasaran

ada tahun 1999 UUD 1945 diamendemen dengan me-Pmasukan hak jaminan sosial bagi seluruh rakyat (pasal 28H) dan pada tahun 2002 dalam amandemen keempat

UUD45 Negara diperintahkan untuk mengembangkan sistem jaminan sosial untuk seluruh rakyat.

Tahun 2004 lahirlah Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN). Tujuh tahun kemudian, lahirlah Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 Tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial yang antara lain menetapkan PT. (Persero) Asuransi Kesehatan Indonesia berubah menjadi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan pada tanggal 1 Januari 2014.

Dengan penetapan BPJS Kesehatan, maka Indonesia memasuki era baru dimana akan terbentuk sebuah sistem pembayar tunggal (single payer system) layanan medis untuk seluruh penduduk. Sistem ini merupakan sistem yang berkea-dilan untuk seluruh rakyat sekaligus yang mampu mengen-dalikan belanja biaya kesehatan.

Sebuah sistem besar perlu difahami oleh semua pemangku kepentingan dan dijalankan dalam satu arah upaya yang sinkron agar tujuan akhir sistem jaminan kesehatan dalam UU SJSN, atau Sistem Jaminan Kesehatan Nasional, dapat dicapai dalam waktu yang diharapkan. Untuk itu, perlu

Page 263: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

248

Tujuan disusunnya peta jalan ini adalah untuk memberi-kan arah dan langkah-langkah yang perlu dilakukan secara sistematis, konsisten, koheren, terpadu dan terukur dari waktu ke waktu dalam rangka: Pertama, Mempersiapkan beropera-sinya BPJS Kesehatan pada 1 Januari 2014. Kedua, Terwujud sebuah Sistem Jaminan Kesehatan Nasional (INA-Medicare) bagi seluruh penduduk Indonesia. Ketiga, Terselenggaranya Jaminan Kesehatan sesuai dengan ketentuan UU Nomor 40 Tahun 2004 Tentang SJSN dan UU Nomor 24 Tahun 2011 Tentang BPJS berikut peraturan pelaksananya.

Peta jalan ini merupakan pegangan bagi semua pihak untuk memahami dan mempersiapkan diri berperan aktif mempersiapkan beroperasinya BPJS Kesehatan pada 1 Januari 2014 dan mencapai cakupan universal satu Jaminan Kesehatan untuk seluruh penduduk Indonesia pada Tahun 2019. Untuk itu, dirumuskan sasaran yang akan dicapai pada tahun 2014 dan sasaran yang akan dicapai pada tahun 2019.

Telah ditetapkan 8 (delapan) Sasaran Pokok yang dirumuskan bersama pemangku kepentingan dengan rincian sebagaimana dalam tabel berikut:

Tabel 7.1:

Delapan Sasaran Pokok Peta Jalan Jaminan Kesehatan

Nasional Tahun 2012-2019

Dr. Chazali H. Situmorang, Apt, M.Sc

SASARAN 1 JANUARI 2014 SASARAN 2019

1. BPJS Kesehatanmulai beroperasi 1. BPJS Kesehatanberoperasidenganbaik.

2.. BPJS Kesehatanmengelolajaminankesehatan

setidaknya bagi 121,6 juta peserta (sekitar50 juta masih

dikelola Badanlain).

2. Seluruh penduduk Indonesia (yang pada 2019 diperkirakan

sekitar 257,5 juta jiwa) mendapatjaminankesehatanmelalui

BPJS Kesehatan.

3. Paket manfaat medis yang dijamin adalahseluruh

pengobatan untukseluruhpenyakit. Namun, masih ada

perbedaan kelasperawatandi rumah sakit bagiyang

mengiur sendiri dan bagi PenerimaBantuanIuran(PBI)

yang iurannya dibayarkanoleh Pemerintah.

3. Paket manfaat medis dan non medis (kelasperawatan)

sudah sama, tidak ada perbedaan, untukmewujudkan

keadilan sosial bagi seluruhrakyat..

4. Rencana Aksi Pengembanganfasilitaskesehatan

tersusun dan mulai dilaksanakan.

4. Jumlah dan sebaran fasilitaspelayanankesehatan(termasuk

tenaga dan alat-alat) sudahmemadaiuntuk menjamin

seluruh penduduk memenuhikebutuhanmedis mereka.

5. Seluruh peraturan pelaksanaan(PP, Perpres, Peraturan

Menteri dan PeraturanBPJS) yang merupakanturunan

UU SJSN dan UU BPJS telah diundangkandan

diterbitkan.

5. Semua peraturan pelaksanaan telah disesuaikan secara

berkala untuk menjamin kualitas layanan yang memadai

dengan harga keekonomian yang layak.

6 Paling sedikit 75% pesertamenyatakanpuas, baik dalam

layanan di BPJS maupun dalamlayanandi fasilitas

kesehatan yang dikontrakBPJS.

6. Paling sedikit 85% pesertamenyatakanpuas, baik dalam

layanan di BPJS maupun dalamlayanandi fasilitas

kesehatan yang dikontrakBPJS.

7. Paling sedikit 65% tenagadan fasilitaskesehatan

menyatakan puas atau mendapatpembayaran

yang layak dari BPJS.

7. Paling sedikit 80% tenagadan fasilitaskesehatan

menyatakan puas atau mendapatpembayaranyang layak

dari BPJS.

8. BPJS dikelola secaraterbuka, efisien dan akuntabel. 8. BPJS dikelola secaraterbuka, efisien, dan akuntabel.

Page 264: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

249

Kegiatan-Kegiatan PokokUntuk mencapai Sasaran Pokok tersebut, akan dilaku-

kan sejumlah kegiatan untuk aspek: peraturan perundangan, kepesertaan, paket manfaat dan iuran, pelayanan kesehatan, keuangan, organisasi dan kelembagaan. Secara lebih rinci, kegiatan pokok untuk masing-masing aspek adalah:

Aspek Peraturan PerundanganSelama tahun 2012-menjelang akhir tahun 2013, perlu

disusun dan diterbitkan peraturan perundangan sebagai berikut: Pertama, Peraturan Presiden tentang Jaminan Kesehatan. Kedua, Peraturan Pemerintah tentang Penerima Bantuan Iuran. Ketiga, Peraturan Pemerintah tentang pelak-sanaan UU No. 24 Th 2011 yang mengatur tata kelola BPJS yang baik (Gabungan BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan). Keempat, Peraturan Presiden tentang Tata Cara Pemilihan dan Penetapan Dewan Pengawas dan Dewan Direksi BPJS (Gabungan BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan). Kelima, Peraturan Presiden tentang Renumerasi Dewan Pengawas dan Direksi BPJS (Gabungan BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan). Keenam, Peraturan Pemerintah tentang Modal Awal BPJS dan Pengelolaan Dana Amanat (Gabungan BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan). Ketujuh, Keputusan Presiden tentang Pengangkatan Dewan Komisaris dan Dewan Direksi PT. Askes (persero) yang aktif bertugas di akhir tahun 2013 menjadi Dewan pengawas dan Direksi BPJS Kesehatan.

Untuk menyelesaikan semua Peraturan Pemerintah dan Perpres semua pihak harus mencapai konsensus di tahun 2012 tentang pokok-pokok pengaturan seluruh aspek.

Agar seluruh penduduk memahami secara rinci, maka paling lambat tanggal 1 Juni 2013, PP dan Perpres tentang Jaminan Kesehatan dan Operasional BPJS Kesehatan harus telah selesai. Diperlukan waktu minimal 6 (enam) bulan untuk sosialisasi atau pendidikan publik tentang JKN dan Perpres Jaminan Kesehatan.

REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIATransformasi BPJS: Indahnya Harapan Pahitnya Kegagalan

Page 265: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

250

Aspek Perluasan PesertaPada pertengahan tahun 2012 diperkirakan 151,5 juta

(63%) penduduk Indonesia telah memiliki jaminan kesehatan dalam berbagai bentuk dan luasnya jaminan. Jumlah penduduk Tahun 2012 mencapai 239,7 juta jiwa, maka upaya perluasan jaminan harus dilakukan untuk menjamin 88,1 juta jiwa (37%) sisanya. Selain itu, perluasan kepesertaan juga akan dibarengi dengan penyetaraan paket layanan kesehatan yang saat ini masih bervariasi luas.

Tabel 7.2:

Jumlah Penduduk Yang Memiliki Jaminan

Kesehatan

Menurut Jenis Jaminan Tahun 2012 (Dalam

Juta)

Perluasan kepesertaan yang akan dikelola oleh BPJS Keseahtan dan penyetaraan paket layanan yang dijamin dilakukan dengan tahapan sebagai berikut: Seluruh peserta jaminan kesehatan yang berasal dari Askes Sosial/PNS, Jamkesmas, JPK Jamsostek, TNI/POLRI dan sebagian

1Jamkesda (sekitar 121,6 juta jiwa) akan dikelola oleh BPJS

Dr. Chazali H. Situmorang, Apt, M.Sc

Jenis Jaminan KesehatanJumlah

(Juta Jiwa)

Peserta Askes PNS 17,3

TNI/Polri 2,2

Peserta Jamkesmas (Yang dijamin Kemenkes) 76,4

Peserta JPK Jamsostek 5,6

Peserta Jamkesda (Yang dijamin Pemda) 31,8

Jaminan Perusahaan (Self Insured) 15,4

Peserta Askes Komersial 2,9

Total 15,5

Page 266: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

251

1. Peserta Askes PNS dan pensiunan PNS akan berganti

nama menjadi peserta JKN, karena sebelumnya secara

sik sudah dikelola oleh PT (Persero) Askes yang berubah

menjadi BPJS Kesehatan

2. Penduduk miskin dan tidak mampu (peserta Jamkesmas)

yang mendapat bantuan iuran dari Pemerintah yang kini

dikelola oleh Kemenkes akan diserahkan ke dan dikelola

oleh BPJS Kesehatan. Peserta ini tidak membayar iuran,

tetapi mendapat bantuan iuran dari Pemerintah yang

dibayarkan kepada BPJS.

3. Seluruh pegawai negeri anggota TNI dan POLRI yang kini

dijamin oleh Dinas Kesehatan masing-masing angkatan

akan diserahkan ke dan dikelola oleh BPJS Kesehatan

4. Pemberi kerja swasta yang sebelumnya mendaftarkan diri

dan pekerjanya ke PT (Persero) Jamsostek, mulai Januari

2014 mendaftarkan ke BPJS Kesehatan.

5. Penegakkan hukum bagi pemberi kerja agar menjamin

kesehatan pekerjanya (beserta anggota keluarganya) akan

dilakukan secara bertahap sampai tahun 2019. Dalam

periode ini akan terjadi penambahan peserta yang dikelola

oleh BPJS Kesehatan dengan tahapan berikut:

a. Peserta Jamkesda (baik yang kini dikelola oleh PT Askes

dengan naman (program Jaminan Kesehatan

Masyarakat Umum (PJKMU) ataupun yang dikelola

dengan skema lain harus bergabung menjadi peserta

BPJS Kesehatan paling lambat akhir tahun 2016.

b. Penegakkan hukum (dengan sanksi administratif dan

sanksi layanan publik) akan dilakukan secara bertahap.

Penegakkan hukum ditujukan terlebih dahulu kepada

pemberi kerja dengan jumlah karyawan besar yang

belum menjamin karyawan (pekerja)nya. Sementara

pemberi kerja yang kini telah menyediakan jaminan

kesehatan melalui asuransi komersial atau menjamin

sendiri (self-insured) mendapat masa tunggu (wait and

see) sampai awal tahun 2019. Pemberi kerja ini dapat

REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIATransformasi BPJS: Indahnya Harapan Pahitnya Kegagalan

Page 267: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

252

mendaftarkan pekerjanya kapan saja (any time) selama

tahun 2014-2019. Penegakkan hukum dilakukan secara

sistematik mulai dari pemberi kerja dengan jumlah

pekerja lebih dari 100 orang, menyusul pemberi kerja

dengan jumlah pekerja 50 -100 orang, dan seterusnya

sampai pemberi kerja dengan pekerja satu orang

(termasuk rumah tangga) mendaftarkan pekerjanya

kepada BPJS di Tahun 2019.

c. Pekerja mandiri (bukan penerima upah) yang

mendapatkan penghasilan dari usaha sendiri

mendaftarkan diri kapan saja (any time) selama tahun

2014-2019.

d. Di Tahun 2019, tidak boleh lagi ada pekerja yang tidak

terdaftar dalam BPJS Kesehatan.

Aspek Paket Manfaat Dan Iuran1. Penetapan Paket Manfaat Layanan Yang Dijamin

Telah disepakati bahwa paket manfaat yang dijamin adalah semua layanan yang berindikasi medis. Artinya, jika dokter mendiagnosis ada penyakit yang harus diobati, maka pengobatan itu dijamin.

Namun, karena Pemerintah membayar iuran bagi penduduk miskin dan tidak mampu masih berbeda dengan rata-rata besaran iuran untuk pekerja penerima upah, maka untuk tahap awal kelas perawatan masih berbeda.

Penerima Bantuan Iuran (PBI, penduduk miskin dan tidak mampu) berhak mendapat perawatan di kelas III RS pemerintah maupun RS swasta yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan.

Sedangkan yang membayar iuran berhak dirawat dikelas II atau kelas I, tergantung besaran upah atau golongan pangkat pegawai negeri. Ketika Pemerintah sudah membayar iuran sebesar rata-rata besaran iuran per orang pekerja penerima upah dan rumah sakit sudah siap memberikan layanan standar, maka kelas perawatan akan disamakan untuk semua.

Dr. Chazali H. Situmorang, Apt, M.Sc

Page 268: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

253

Pada saat itu, Pemerintah dan Pemda tidak perlu lagi

menyediakan dana operasional bagi Puskesmas dan Rumah

Sakit milik pemerintah. Jadi kewajiban pemerintah dialihkan

dari penyediaan langsung layanan ke pembayaran iuran bagi

penduduk miskin dan tidak mampu. Diperkirakan kondisi ini

dicapai pada Tahun 2019.

2. Penetapan Besaran Iuran

Besaran iuran merupakan kunci dari kesinambungan,

kualitas Jaminan Kesehatan, dampak terhadap pemiskinan

baru, dan peningkatan produktifitas penduduk . Apabila iuran

ditetapkan tanpa perhitungan yang matang, atau hanya

dengan kesepakatan, maka terdapat ancaman BPJS tidak

mampu membayar fasilitas kesehatan, jaminan tidak tersedia,

dan rakyat tidak percaya lagi kepada negara. Hal ini harus

dicegah dengan mengumpulkan iuran yang mecukupi (prinsip

adequacy dalam asuransi).

Besaran iuran harus: (1) cukup untuk membayar laya-

nan kesehatan dengan kualitas baik, (2) cukup untuk menda-

nai operasional BPJS dengan kualitas baik dengan harga

keekonomian yang layak , (3) tersedia dana cadangan teknis

jika sewaktu-waktu terjadi klaim yang tinggi, (3) tersedia dana

pengembangan program, riset operasional, atau pengobatan

baru. Semua pengiur tidak perlu khawatir jika seandainya iuran

terlalu tinggi sehingga terjadi kelebihan dana (surplus) karena

prinsip nirlaba BPJS akan meluncurkan surplus untuk tahun-

tahun berikutnya. Jika dana cadangan dari akumulasi surplus

besar sekali, cukup mendanai klaim selama 5 (lima) tahun,

maka BPJS sudah sangat kuat dan besaran iuran dapat

diturunkan. Sebaliknya, jika ternyata dalam tahun-tahun perta-

ma besaran iuran tidak memadai, maka seluruh peserta dan

pemberi kerja harus siap untuk menambah iuran. Sudah

barang tentu, pekerja dan atau pemberi kerja memiliki hak

untuk memantau dan mengetahui kondisi keuangan BPJS

yang memang harus dikelola secara transparan.

REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIATransformasi BPJS: Indahnya Harapan Pahitnya Kegagalan

Page 269: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

254

Tidak ada alasan untuk mengkhawatirkan bahwa jika

ada surplus, dana tersebut dibagikan sebagai dividen atau

diambil Pemerintah atau pihak lain. Dana yang terkumpul dan

akumulasi surplus atau hasil investasi adalah Dana Amanat,

yang tidak boleh digunakan oleh BPJS atau pihak lain kecuali

untuk membayar layanan kesehatan yang digunakan oleh

peserta.

Tim ahli Dewan Jaminan Sosial Nasional (DJSN),

Universitas Indonesia, Universitas lain, Bank Dunia, tim Askes,

tim Jamsostek dan Tim Nasional Percepatan dan Penanggula-

ngan Kemiskinan (TNP2K) telah melakukan kajian ilmiah

kecukupan iuran.

Hasil perhitungan itu diadopsi oleh DJSN untuk

mengusulkan besaran iuran sementara yang harus dibayar

Pemerintah untuk penduduk miskin dan tidak mampu adalah

Rp 27.000 per orang per bulan. Besaran iuran ini masih

mempertimbangkan RS milik pemerintah masih mendapat

dana APBN/APBD. Sedangkan besaran iuran untuk pekerja

penerima upah berkisar antara 5-6% dari upah (take home

income). Porsi iuran pekerja dan pemberi kerja diusulkan

antara 2 - 3% pekerja dan 3 - 4% pemberi kerja. Dengan

kontribusi iuran oleh pekerja, maka diharapkan pekerja

memiliki daya kontrol kepada BPJS.

Besaran iuran nominal bagi pekerja bukan penerima

upah diperhitungkan sama dengan rata-rata besaran iuran per

orang per bulan yang diterima dari 5-6% upah sebulan.

Besaran iuran tambahan per orang bagi pekerja yang memiliki

anak lebih dari tiga orang dan atau ingin menjamin orang tua,

mertua atau sanak-famili lainnya (peserta sponsor) adalah 1%

dari upah per orang per bulan. Iuran ini hanya menjadi beban

pekerja. Besaran iuran bagi pekerja bukan penerima upah

diperkirakan sebesar 100% rata-rata iuran per orang per

bulan. Selama masa transisi dua besaran iuran yaitu setara

100% penerima upah untuk perawatan kelas II dan 125%

untuk perawatan di kelas I. Besarnya maksimum upah (batas

Dr. Chazali H. Situmorang, Apt, M.Sc

Page 270: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

255

atas) yang diperhitungkan untuk iuran dan juga besaran iuran

ditetapkan setiap dua tahun oleh Presiden.

Dengan demikian terjadi sistem yang berkeadilan

dimana semua penduduk bertanggungjawab atas dirinya

dengan mengiur yang porsinya terhadap penghasilan relatif

sama. Yang berpenghasilan rendah mengiur dengan nilai

nominal lebih kecil dan yang berpenghasilan tinggi mengiur

dengan nilai nominal lebih besar, tetapi prosentase upah/

penghasilan relatif sama. Dengan demikian, terjadi subsidi

silang atau kegotong royongan nasional antara mereka yang

lebih kaya kepada yang lebih miskin, yang muda kepada yang

tua dan yang sehat kepada yang sakit.

Aspek Pelayanan KesehatanLayanan kesehatan yang berkualitas dan tersedia dalam

jarak tempuh relatif singkat merupakan kunci keberhasilan

kedua dari penyelenggaraan JKN. Dalam UU SJSN telah

ditetapkan bahwa BPJS akan membayar fasilitas kesehatan

milik pemerintah maupun milik swasta dengan tarif

kesepakatan untuk suatu wilayah.

Ketentuan ini berindikasi bahwa pembayaran haruslah

berbasis harga keekonomian dimana fasilitas swasta dapat

menutup biaya-biaya yang dikeluarkan yang dapat bervariasi

antar wilayah. Untuk menjamin efisiensi, fasilitas kesehatan

akan dibayar dengan tarif paket per orang per bulan (kapitasi)

atau tarif per diagnosis.

Dengan penetapan tarif yang sama untuk seluruh fasili-

tas kesehatan di suatu wilayah, maka akan terjadi persaingan

dalam mutu pelayanan. Selain itu, sistem ini akan dengan

sendirinya mendorong penyebaran fasilitas kesehatan ke

daerah yang kini kurang tersedia.

Pengertian wilayah adalah wilayah dengan tingkat biaya

hidup yang relatif seragam. Bisa saja suatu wilayah adalah

sebagian provinsi dan bisa juga satu wilayah mencakup bebe-

rapa provinsi. Kriteria yang digunakan adalah indeks biaya hidup.

REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIATransformasi BPJS: Indahnya Harapan Pahitnya Kegagalan

Page 271: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

256

Pengaturan aspek pelayanan kesehatan ini dapat

berjalan seiring dengan beroperasinya BPJS Kesehatan.

Sesungguhnya selama ini prosedur dan ketentuan tentang

mutu layanan kesehatan seperti akreditasi rumah sakit sudah

berjalan.

Proses peningkatan mutu layanan tidak harus selesai

sebelum BPJS Kesehatan beroperasi. Seiring perjalanan

waktu, peserta BPJS Kesehatan dapat memilih fasilitas

kesehatan yang telah memenuhi standar dan harapan

mereka. Hal ini akan mendorong fasilitas kesehatan yang

belum terpilih untuk meningkatkan kualitasnya. Kuncinya

adalah Peraturan Presiden harus memberikan kebebasan

memilih fasilitas kesehatan primer, sekunder dan tersier

kepada peserta.

Harus diakui bahwa pada kondisi sekarang, sebaran dan

kualitas layanan kesehatan memang belum memenuhi

harapan banyak pihak. Hal tersebut dipengaruhi oleh sistem

terdahulu dimana layanan kesehatan dibayar oleh masing-

masing orang sesuai tarif jasa per layanan (fee for services).

Model tersebut memaksa terjadi maldistribusi dokter dan

fasilitas kesehatan. Karena yang mampu bayar berada di kota

besar, maka distribusi fasilitas kesehatan terkonsentrasi di

kota-kota besar.

Sistem JKN mengatur BPJS Kesehatan membayar

setiap orang yang sakit, yang hampir sama banyaknya di

pedesaan. Karena nanti BPJS yang bayar dengan harga

keeknomian, maka orang di pedesaan juga akan dilayani dan

dibayar oleh BPJS Kesehatan.

Oleh karenanya, akan terjadi redistribusi tenaga dan

fasilitas keseahtan secara alamiah. Kuncinya, BPJS

Kesehatan harus membayar fasilitas kesehatan dengan harga

keekonomian dimana swasta akan tertantang untuk melayani

dan tertutup ongkos-ongkos produksinya.

Sesungguhnya Indonesia telah memiliki cukup tenaga

dan fasilitas kesehatan. Kini tersedia lebih dari 85.000 dokter

Dr. Chazali H. Situmorang, Apt, M.Sc

Page 272: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

257

berlisensi praktik umum dan hampir 25.000 dokter berlisensi

praktik spesialis. Demikian juga ketersediaan dokter gigi dan

dokter gigi spesialis, serta tenaga kesehatan lainnya. Jumlah

dokter mencukupi untuk rasio ideal 1 dokter melayani 3.000

orang, untuk seluruh Indoensia.

Masalahnya hanya pada distribusi. Masalah distribusi

akan dapat diselesaikan jika pembayaran BPJS memadai.

Tentu saja untuk mendapatkan pembayaran yang memadai,

diperlukan iuran yang memadai. Selain itu, kita memiliki

hampir 2.000 rumah sakit dan hampir 3.000 puskesmas yang

memiliki tempat tidur perawatan.

Menurut UU Rumah Sakit, Puskesmas yang memiliki

tempat tidur dan melayani rawat inap seharusnya termasuk

golongan rumah sakit. Jika seluruh tempat tidur RS dan

puskesmas serta klinik yang memiliki tempat tidur perawatan

dibandingkan dengan jumlah penduduk, maka rasio 1 : 1.000

sudah memadai.

Jika diperhatikan angka utilisasi (BOR) RS tersebut

secara keseluruhan, maka tampak jumlah tempat tidur yang

ada sekarang belum optimal digunakan. Angka BOR rata-rata

masih sekitar 70%. Hanya di kota-kota besar, BOR sebagian

RS mencapai diatas 80%. Tingginya BOR di kota besar bukan

merupakan efek jaminan, akan tetapi efek pasar, tingkat sosial

dan pendidikan masyarakat dan akses.

Namun, banyak pihak menilai jumlah tempat tidur masih

jauh kurang karena mereka tidak melihat secara keseluruhan.

Penambahan TT jumlah dengan berpegang pada rasio statis

satu TT per 1.000 populasi yang sama untuk tidak Kota/ Kabu-

paten berbahaya jika demand belum tumbuh. Fakta data utili-

sasi sekarang menunjukkan bahwa demand di beberapa wila-

yah belum cukup baik karena belum tersedia jaminan keseha-

tan yang efektif untuk semua penduduk, distribusi pemukiman

yang menyebar dan kualitas layanan belum memadai. Oleh

karenanya, kita tidak perlu terburu-buru menyediakan tamba-

han tempat tidur sebanyak rasio yang ditargetkan.

REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIATransformasi BPJS: Indahnya Harapan Pahitnya Kegagalan

Page 273: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

258

Proses peningkatan demand akan berkembang secara

bertahap sejalan dengan perluasan kepesertaan. Menunda

perluasan jaminan kesehatan dengan alasan belum tersedia

cukup fasilitas kesehatan belum merata dapat melanggar hak

sekitar 60-80% penduduk yang telah tinggal dalam jarak

kurang dari satu jam ke salah satu faskes, tetapi tidak memiliki

dana untuk membayar layanan kesehatan.

Selain itu, tidak akan pernah terjadi dan tidak pernah

terjadi di negara maju sekalipun terdapat distribusi fasilitas

kesehatan yang merata dengan rasio yang sama. Memang

tingkat ketimpangan rasio fasilitas kesehatan dan tenaga

kesehatan terhadap populasi di negara maju tidak sebesar

ketimpangan di Indonesia.Namun, hal itu terjadi setelah

mereka memiliki jaminan kesehatan untuk semua penduduk.

Mekanisme pasar akan dengan sendirinya menarik

investor membangun lebih banyak fasilitas kesehatan dan

mencari tenaga kesehatan untuk melayani peserta jaminan di

berbagai daerah yang kini belum cukup tersedia layanan.

Kuncinya, pembayaran yang memadai atau dengan harga

keekonomian.

Menurut UU Pemerintah Daerah, Pemda wajib menye-

diakan fasilitias kesehatan. Pada kasus-kasus dimana jumlah

penduduk dan sebaran penduduk yang jarang, investor

swasta tidak tertarik untuk membangun faskes; maka Pemda

(yang memiliki dana APBN/APBD atau dana rakyat) wajib

menyediakan fasilitas dengan kualitas yang baik.

Selain itu, pemda-pemda yang selama ini membayar

iuran Jamkesda (yang bukan kewajibannya), didorong untuk

memindahkan dananya guna membangun dan memperbaiki

fasilitas kesehatan dan membayar (menambah insentif)

tenaga kesehatan agar mereka mampu melayani penduduk

daerah itu dengan kualitas yang memuaskan . Pendekatan ini,

jauh lebih adil dan lebih efektif daripada meminta pemda

membayar iuran untuk kelompok non-kuota seperti yang

terjadi sekarang ini.

Dr. Chazali H. Situmorang, Apt, M.Sc

Page 274: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

259

Namun demikian, karena sebaran fasilitas kesehatan

(termasuk tenaga kesehatan) dan layanan yang berkualitas

masih memiliki ketimpangan besar, maka perlu dilakukan hal-

hal berikut:

1. Peningkatan Ketersediaan dan Kualitas Fasilitas Kesehatan.

a. Kemenkes perlu menyusun peta ketersediaan dan kuali-

tas layanan dan rencana aksi pengembangan fasilitas

kesehatan, termasuk tenaga kesehatan, alat, obat,

bahan medis habis pakai dan kelengkapan lainnya.

b. Pemerintah (termasuk pemda) memberikan informasi

dan peluang kepada sector swasta perorangan atau

kelembagaan untuk berperan aktif menyediakan

layanan kesehatan bagi peserta BPJS.

c. Menjamin bahwa prinsip any willing provider (yaitu

setiap fasilitas kesehatan yang bersedia menerima

pembayaran dari BPJS yang besarnya disepakati untuk

suatu wilayah) diterapkan. Tidak boleh ada diskriminasi

dimana suatu fasilitas kesehatan tidak dikontrak BPJS,

padahal fasilitas kesehatan tersebut bersedia menerima

dan memenuhi ketentuan peraturan perundangan. 2. Penyusunan Sistem/Standar Operasional Pelayanan.

a. Kemenkes juga perlu segera melakukan perumusan dan penerapan standar kualitas medis dan non-medis serta mekanisme pemantauan yang harus diumumkan agar peserta dapat mengidentifikasi fasilitas kesehatan (terma-suk dokter/dokter gigi praktik) yang memenuhi standar.

b. Kemenkes bersama Konsil Kedokteran Indonesia harus menerapkan standar kompetensi yang telah disusun dan memantau bahwa kompetensi tersebut dijalankan. Sebagian besar pemantauan standar kompetensi didelegasikan kepada pemda.

c. BPJS Kesehatan menysun pedoman Kredensialing /Re-Kredensialing (ketentuan yang harus dipenuhi fasilitas kesehatan untuk menjamin bahwa fasilitas kesehatan memenuhi standar layanan sebelum dikontrak dan ketika kontrak akan diperpanjang).

REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIATransformasi BPJS: Indahnya Harapan Pahitnya Kegagalan

Page 275: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

260

d. BPJS Kesehatan meyusun dan mengembangkan sis-

tem kendali mutu layanan kesehatan yang mencakup

mutu layanan medis, layanan non medis, layanan lain

oleh fasilitas kesehatan yang dikontrak. Selain itu BPJS

juga harus menyusun sistem kendali mutu layanan

BPJS kepada peserta, kepada fasilitas kesehatan dan

kepada pihak-pihak lain.

Aspek KeuanganAspek keuangan sangat penting untuk diperhatikan

dalam penyelenggaraan jaminan kesehatan. Oleh karenanya

penyusunan peraturan dan prosedur hal-hal yang menyangkut

keuangan harus sudah selesai sebelum BPJS Kesehatan

beroperasi pada 1 Januari 2014.

Untuk memberikan waktu cukup bagi pegawai BPJS

Kesehatan mempersiapkan diri dengan pengaturan keuangan

baru, maka semua peraturan yang menyangkut aspek

keuangan diselesaikan sampai pertengahan tahun 2013.

Aspek terpenting dari keuangan adalah transparansi yang

akan menjadi indikator penting bagi kepercayaan publik

terhadap BPJS dan sistem JKN.

Pengelolaan keuangan jaminan kesehatan perlu dilaku-

kan secara hati-hati (prudent) dalam rangka (1) memastikan

tersedianya dana yang cukup dan berkelanjutan; (2) pembaya-

ran ke fasilitas kesehatan dengan harga keekonomian yang

wajar; (3) membayar tenaga BPJS maupun pengadaan ba-

rang dan jasa dengan harga wajar; (4) memastikan pengelo-

laan dana yang efisien dan manajemen risiko yang baik atas

pengelolaan aktiva dan kewajiban BPJS (ALMA); (5) pertang-

gungjawaban pencatatan dan pelaporan (accountability repor-

ting) yang sehat dan diterima umum (sound practices), (6) me-

menuhi sistem pengendalian internal yang baik (strong inter-

nal control); (7) dapat diperiksa (auditable) dan transparan.

Dalam persiapan beroperasinya BPJS Kesehatan,

maka kegiatan yang harus dilakukan adalah:

Dr. Chazali H. Situmorang, Apt, M.Sc

Page 276: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

261

1. Pembayaran Manfaat

a. Pemerintah (Kemenkes) bersama DJSN merumuskan

kebijakan umum tentang metoda pembayaran, besaran/

pola pembayaran dan batas atas (ceiling) besaran yang

wajar harga keekonomian layanan kesehatan di berba-

gai wilayah. Pengaturan pembayaran diperlukan agar

tercapai keseimbangan dana amanat dan Belanja Laya-

nan kesehatan untuk menjamin likuiditas (mampu mem-

bayar semua layanan kesehatan dalam waktu 15 hari

setelah tagihan bersih diajukan) dan solvabilitas

(mampu membayar layanan kesehatan di masa-masa

mendatang) BPJS Kesehatan.

b. BPJS Kesehatan menyisihkan 0,5% iuran yang diterima

dan merupakan bagian dari dana operasional BPJS,

untuk riset dan/atau kajian pengembangan pembayaran

layanan kesehatan, pengembangan manfaat jaminan

kesehatan dan pengembangan iuran yang memadai

untuk mencapai keseimbangan dan kesinambungan

program Jaminan Kesehatan Nasional. Pelaksaan riset

dilakukan oleh lembaga-lembaga riset publik maupun

swasta yang berkompeten.

2. Pengelolaan Dana:

a. Pemerintah bersama DJSN merumuskan kebijakan

umum tentang pengelolaan dana Amanat dalam

investasi dana dengan keseimbangan hasil yang

memadai, risiko tidak besar, dan mampu menjaga

likuiditas dan solvabilitas BPJS Kesehatan.

b. Pemerintah bersama DJSN mengkaji dan menentukan

besaran dana operasional BPJS Kesehatan yang tidak

boleh melebihi 5% dari iuran yang diterima.

c. Pemerintah bersama DJSN mengkaji dan menentukan

cadangan teknis minimum dan semua surplus yang

terjadi diakumulasikan dan ditanamkan dalam instru-

ment investasi yang memenuhi kriteria sebagaimana

tercantum pada poin 1.

REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIATransformasi BPJS: Indahnya Harapan Pahitnya Kegagalan

Page 277: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

262

d. DJSN memantau dan berkomunikasi efektif sebagai

bagian dari fungsi pengawasan/pemantauan perenca-

naan keuangan (financial planning) BPJS Kesehatan

dari waktu ke waktu.3. Pertanggungjawaban Keuangan. a. Pemerintah (Kemenkeu) bersama DJSN dan BPJS

menyusun Pedoman Pencatatan dan Pelaporan Keua-ngan yang sesuai dengan Standar Akuntansi Khusus Jaminan Sosial yang ditetapkan dengan Peraturan Menteri Keuangan. Peraturan Keuangan BPJ harus memenuhi peraturan keuangan negara dan dapat dengan mudah diakses dan difahami publik sebagai syarat transparansi manajemen keuangan. Salah satu aspek penting dari Badan Hukum Nirlaba adalah kedudukan surplus BPJS yang bukan obyek pajak sehingga tidak dikenakan PPh badan.

b. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) mempersiapkan tenaga dan prosedur khusus pengawasan dan audit keuangan BPJS.

c. BPJS mempersiapkan prosedur tetap untuk memasti-kan bahwa secara berkala (minimum tiap enam bulan) BPJS mampu menyampaikan laporan yang auditable kepada publik, baik di media cetak maupun di media elektronik.

4. Sistem Pengendalian Intern Dan Auditabilitas Laporan. a. DJSN bersama BPJS Kesehatan menyusun Pedoman

Sistem Pengendalian Intern untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan dalam mengelola Dana Amanat maupun dana opersional BPJS.

b. BPJS Kesehatan melakukan pelatihan khusus bagi pegawai dan atau calon pegawai BPJS untuk menjamin terwujudnya tata kelola yang baik (good corporate governance) yang akuntabel.

5. Dampak Fiskal Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan. a. Analisis dampak fiskal diperlukan untuk pengendalian

biaya layanan kesehatan dan kesinambungan program, baik untuk bantuan iuran bagi orang miskin dan tidak mampu maupun untuk peserta pembayar iuran.

Dr. Chazali H. Situmorang, Apt, M.Sc

Page 278: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

263

Pengalaman negara-negara yang telah mencapai caku-

pan universal menunjukkan bahwa pada tingkat maturi-

tas, belanja negara untuk kesehatan berkisar antara 6-

11% Produk Domestik Bruto (PDB). Besaran belanja

kesehatan tersebut dibarengi dengan kemampuan

Pemerintah mengumpulkan dana pajak dengan rasio

pajak yang terhimpun (tax ratio) diatas 20% PDB.

Indonesia sesungguhnya lebih memerlukan kajian fiskal

untuk perencanaan peningkatan belanja kesehatan

daripada kajian dampak fiskal pengendalian belanja

kesehatan. Sebab, sampai saat ini belanja kesehatan

Indonesia belum pernah mencapai 3% PDB. Sementara

rasio pajak terhadap PDB juga masih sangat rendah,

yaitu 12,3%. Pengalaman di Muangtai menunjukkan

korelasi positif perluasan jaminan kesehatan untuk

semua penduduk dengan kenaikan rasio pajak. Kajian

dampak fiskal harus terus dilakukan sepanjang tahun,

sebagai bagian dari pemantauan National Health

Account yang standar dan prosedurnya telah disusun

oleh World Health Organization.

b. Beban iuran Pemerintah untuk Penerima Bantuan Iuran

yang diusulkan DJSN dengan iuran Rp 27.000 per orang

per bulan untuk 96,4 juta penduduk hanyalah 0,3% PDB.

Nilai iuran Rp 27.000 tersebut sesungguhnya masih

memperhitungkan adanya anggaran Pemerintah dan

Pemda untuk operasional fasilitas kesehatan milik

publik. Kelak, anggaran operasional tersebut dialihkan

menjadi bantuan iuran sehingga Pemerintah dan pemda

hanya mendanai belanja investasi fasilitas kesehatan

publik. Kajian-kajian fiskal di pusat dan di daerah

diperlukan untuk proses transisi penganggaran jaminan

kesehatan, penganggaran fasilitas kesehatan dan untuk

meningkatkan dukungan politis perluasan jaminan

kesehatan. Para politisi dan pengambil keputusan ang-

garan perlu mendapat pemahaman bahwa diperlukan

REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIATransformasi BPJS: Indahnya Harapan Pahitnya Kegagalan

Page 279: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

264

dana yang lebih besar untuk meningkatkan mutu

layanan yang memadai untuk mencegah kemiskinan

baru akibat mahalnya biaya berobat bagi yang belum

terjamin. Apabila Pemerintah bersedia membayar iuran

bagi seluruh pekerja bukan penerima upah, seperti yang

dilakukan Pemerintah Muangtai, maka beban skal

hanyalah berkisar 0,5%-1% PDB.Dibandingkan dengan

bantuan biaya produksi BBM (subsidi BBM), sesung-

guhnya beban skal PBI ini yang bisa mencegah pemis-

kinan 150 juta penduduk Indonesia tidak ada artinya.

6. Persiapan Perubahan PT. Askes (Persero) Menjadi BPJS

Kesehatan.

a. Sebelum BPJS beroperasi, sebagaimana dikemukan

di atas, Kemenkeu meyusun Standar Akuntansi Keua-

ngan khusus BPJS. Pada gilirannya, standar akuntansi

ini akan memudahkan Indonesia menyusun NHA

(National Health Account) yang sesuai dengan standar

WHO maupun negara-negara OECD.

b. Pemerintah (Meneg BUMN dan Kemenkeu) menyiap-

kan Penutupan Laporan Keuangan PT. Askes (Persero)

per 31Desember 2013 yang harus merupakan hasil

audit Kantor Akuntan Publik atau BPK dan pengesahan

neraca awal BPJS Kesehatan per 1 Januari 2014.

c. Dalam peraturan dan penetapan neraca tersebut akan

jelas kedudukan modal awal BPJS, dan perubahan

struktur modal.

Aspek Organisasi Dan KelembagaanAspek kelembagaan dan organisasi menentukan terlin-

dungi atau tidaknya penduduk dari kebangkrutan ekonomi/

pemiskinan jika suatu penyakit menimpanya. Organisasi dan

Kelembagaan yang lemah akan menyebabkan perlindungan

tidak memadai. Dalam waktu singkat, paling tidak sampai

Desember 2013, hal-hal berikut harus telah selesai: (1) proses

transformasi yang mulus dari PT. Askes (Persero) menjadi

Dr. Chazali H. Situmorang, Apt, M.Sc

Page 280: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

265

BPJS Kesehatan; (2) pengembangan BPJS Kesehatan

untuk memungkinkan seluruh penduduk terjamin; (3)

pengembangan sistem informasi; (4 ) sosialisi, edukasi

dan advokasi; (5 ) koordinasi dan pemantauan.

1. Transisi Menuju BPJS Kesehatan.

BPJS yang dikelola dengan baik (good corporate

government) akan menjadi kunci keberhasilan Jaminan

Kesehatan Nasional (INA-Medicare). Persiapan yang tidak

matang akan menghancurkan Sistem Jaminan Kesehatan

Nasional dan menghancurkan reputasi Indonesia di mata

Internasional.

Berita tentang BPJS dan cakupan rencana universal

health coverage Indonesia telah mendunia. Untuk itu,

PT.Askes harus mempersiapkan diri dan DJSN bersama

Pemerintah perlu merumuskan kebijakan-kebijakan konkrit

selama masa transisi untuk ditindak-lanjuti oleh Pimpinan dan

manajemen PT. Askes Indonesia.

a. Penyiapan Beroperasinya BPJS Kesehatan Oleh PT Askes

(Persero). Kegiatan yang akan dilakukan dalam menyiap-

kan beroperasinya BPJS Kesehatan antara lain:

1) Menyusun sistem dan prosedur operasi standar yang

diperlukan untuk beroperasinya BPJS Kesehatan yang

merupakan pembaruan sistem yang ada sekarang

untuk mengubah arah menuju visi-misi baru sebagai

Badan Hukum Publik.

2) Melakukan sosialisasi kepada seluruh pemangku

kepentingan jaminan kesehatan dengan tahapan

pertama kepada masyarakat kelas menengah,

sebelum PP dan Peraturan Presiden terbit. Tujuannya

adalah mendapatkan masukan untuk penyusunan

prosedur operasi standar. Tahap berikutnya adalah

setelah PP dan Perpres diterbitkan yang merupakan

upaya pemberian penjelasan implementasi. Sosialisasi

ini ditujukan kepada semua potensi calon peserta sesuai

dengan pentahapan perluasan kepesertaan.

REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIATransformasi BPJS: Indahnya Harapan Pahitnya Kegagalan

Page 281: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

266

Dr. Chazali H. Situmorang, Apt, M.Sc

3) Berkoordinasi dengan Kementrian Kesehatan untuk pengalihan peserta jaminan kesehatan masyarakat (Jamkesmas) ke BPJS Kesehatan. Meskipun saat ini seluruh peserta Jamkesmas ada dalam basis data di PT. Askes, proses pengkinian data dengan Nomor Induk Kependudukan perlu mendapat perhatian serius.

4) Berkoordinasi dengan PT Jamsostek (Persero) untuk pengalihan peserta jaminan kesehatan (JPK Jamsos-tek) ke BPJS Kesehatan. Meskipun secara konsep pengalihan ini sederhana yaitu perubahan tempat pendaftaran dari rekening pembayaran iuran dari di PT. Jamsostek dan ke rekening PT Jamsostek ke kantor dan rekening BPJS Kesehatan, perlu diantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan.

5) Berkoordinasi dengan Kementrian Pertahanan dan Kepolisian Republik Indonesia untuk pengalihan peserta jaminan kesehatan bagi anggota TNI/POLRI dan PNS di lingkungan Kemenhan, TNI dan POLRI beserta anggota keluarganya dari Dinas Kesehatan TNI/POLRI ke BPJS Kesehatan .

6) Berkoordinasi dengan berbagai Pemda yang telah menyediakan jaminan kesehatan, baik yang dikelola oleh PT. Askes maupun yang tidak dikelola PT. Askes, untuk pengalihan peserta tersebut ke BPJS Kesehatan.

7) Mengidentifikasi dan melanjutkan kontrak kerja dengan fasilitas kesehatan yang selama ini dikontrak oleh Kemenkes maupun PT. Jamsostek agar peserta dapat terus dilayani di fasilitas tersebut ketika BPJS Keseha-tan mulai beroperasi.

8) Perubahan AD/ART PT. Askes Indonesia menjadi AD/ ART BPJS Kesehatan dengan menyesuaikan aturan dan target yang sesuai dengan UU SJSN, UU BPJS dan Peta Jalan ini.

9) Perubahan atribut BPJS Kesehatan, termasuk sayembara untuk kata kunci logo baru yang mudah difahami, mudah diingat dan tampak bersahabat.

10) Pengembangan sistem informasi peserta, fasilitas kese-hatan, pola penyakit, pola penggunaan layanan keseha-tan dan klaim yang siap untuk keperluan manajemen.

Page 282: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

267

Sistem informasi baru yang terpadu harus mencakup informasi tentang penerimaan iuran, pembayaran kapitasi, dan klaim layanan, pemantauan utilisasi dan kualitas layanan, pemantauan kepuasan peserta, pola epidemiologis, national health account, keperluan riset jaminan/layanan kesehatan, dan lain-lain.

11) Pengembangan kantor dan sumber daya manusia yang memahami sistem jaminan sosial, UU SJSN, UU BPJS, karakter unik layanan kesehatan dan memenuhi kompe-tensi yang dibutuhkan dalam menjalankan JKN.

b. Pengalihan aset dan liabilitas, pegawai, serta hak dan kewajiban PT Askes (Persero) ke BPJS Kesehatan oleh

PT.Askes (Persero). Dalam rangka pengalihan ini maka perlu dilakukan:

1) Penunjukkan Kantor Akuntan Publik atau Badan Peme-riksa Keuangan untuk melakukan audit dan menyusun:

a) Laporan Keuangan Penutupan PT Askes (Persero). b) Laporan Posisi Keuangan Pembukaan BPJS

Kesehatan dan c) Laporan Posisi Keuangan Pembukaan Dana Amanat

Jaminan Kesehatan.2) Pengesahan Laporan Keuangan Penutupan PT. Askes

(Persero) oleh Meneg BUMN.3) Pengesahan Laporan Keuangan Pembukaan BPJS

Kesehatan dan Laporan Keuangan Pembuka Dana Amanat Jaminan Kesehatan oleh Menteri Keuangan.

c. Pengangkatan Dewan Pengawas dan Dewan Direksi BPJS Kesehatan oleh Presiden. Untuk pertama kali Dewan Komisaris dan Dewan Direksi PT Askes diangkat menjadi Dewan Pengawas dan Direksi BPJS Kesehatan untuk paling lama 2 (dua) tahun. Dalam rangka pengangkatan ini perlu disiapkan pengganti Dewan Direksi dan Dewan Komisaris yang kini masa jabatannya hampir habis dengan orang-orang yang memahami dan mempunyai komitmen kuat menjalankan JKN dan BPJS Kesehatan. Selain itu, segera disiapkan Rancangan Keputusan Presiden yang dikoordinasikan oleh Kementrian BUMN, Kementrian Kesehatan dan DJSN.

REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIATransformasi BPJS: Indahnya Harapan Pahitnya Kegagalan

Page 283: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

268

d. Pembentukan PMO (Project Management Office). Proses transisi PT.Askes ke BPJS Kesehatan memerlukan perhatian khusus pihak-pihak yang kini mengelola peserta jaminan kesehatan. Agar proses transisi berjalan efektif maka PT Askes (Persero) bersama-sama Kemenkes dan PT. Jamsostek perlu membentuk unit PMO (Project Management Office). Unit PMO akan menyusun prosedur dan proses agar pengalihan peserta program (JPK Jamsostek dan Jamkesmas ) berlangsung tepat waktu,tidak menimbulkan gangguan penerimaan hak jaminan kesehatan peserta Jamsostek dan Jamkesmas, sertia dalam koridor anggaran yang efisien. Selain itu unit ini juga melakukan pemantauan masalah-masalah yang timbul di lapangan, baik dalam rangka kepesertaan maupun dalam rangka berobat atau mendapat perawatan di fasilitas kesehatan yang dikontrak BPJS. PT. Askes (Persero ) sebagai calon BPJS Kesehatan membentuk PMO sebagai unit adhoc dengan tugas utama antara lain:

1) Sebelum 1 Januari 2014 (Pra BPJS), PMO menjamin agar semua peserta program JPK Jamsostek , Jamkesmas, dan Jamkesda serta peserta Askes yang saat ini terdaftar akurat dengan informasi yang lebih lengkap dalam sistem informasi baru BPJSKesehatan.

2) Melakukan perpanjangan kontrak fasilitas kesehatan yang selama ini sudah melakukan kontrak dengan PT.Jamsostek dan atau Kemenkes tetapi belum melakukan kontrak dengan PT Askes Indonesia.

3) Sesudah 1 Januari 2014, petugas PMO memberikan dukungan teknis terhadap operasional BPJS Kesehatan yang berkaitan dengan proses pengkinian (updating) peserta hingga batas waktu maksimal satu tahun atau hingga permasalahan yang berkaitan dengan pelayanan peserta berjalan lancar.

Pengembangan Organ i sa s i BP JS Kesehatan

Penyiapan organisasi BPJS Kesehatan akan dilakukan

oleh BPJS bersama Kemenkes, Kemenkeu, Kemeneg BUMN,

Dr. Chazali H. Situmorang, Apt, M.Sc

Page 284: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

269

1. Pengembangan struktur organisasi BPJS Kesehatan yang konsisten dengan peraturan perundangan dan strategi perluasan peserta yang efektif dan efisien (stucture follows functions).

2. Analisis kebutuhan sumber daya manusia untuk BPJS Kesehatan menurut berbagai kuali kasi (pimpinan, relasi publik, aktuaris, veri kator, administrasi, sistem informasi, ekonomi kesehatan/health technology assessment, analis, dan lain-lain) dan strategi pemenuhannya.

3. Penyusunan pola karir berbasis kompetensi baik untuk jabatan manajerial maupun non manajerial dengan kejela-san fungsi dan tanggung jawab.

4. Mempersiapkan kantor perwakilan (kantor cabang dan anak cabang) berdasarkan beban kerja, jumlah peserta dan kondisi geografis. Perumusan dan pengembangan budaya organisasi baru yang berorientasi kepada optimali-sasi layanan peserta, baik pada tingkat BPJ maupun pada fasilitas kesehatan.

5. Penyusunan syarat kompetensi SDM BPJS Kesehatan, prosedur perekrutan dan pemilihan pejabat manajerial yang terbuka berbasis kompetensi (tidak terikat pada status pegawai BPJS).

6. Pembukaan kantor perwakilan/cabang yang baru dan pemenuhan sumber daya manusia yang diperlukan.

Analisis dan publikasi kinerja BPJS secara rutin yang mencakup akses dan kualitas layanan kesehatan yang diterima oleh peserta di berbagai wilayah,efisiensi manajemen, kepuasan peserta, dan cost-effectiveness layanan yang dijamin.

(7) Pengembangan indikator dan proses pemantauan GCG (Good Corporate Governance) BPJS serta pemantauan/ pengawasan kualitas layanan BPJS maupun layanan fasilitas kesehatan oleh pengawas internal dan pengawas eksternal.

Pengembangan sistem informasi Sistem informasi merupakan sistem syaraf JKN yang

harus dirancang dengan baik agar penyelenggaraan JKN sen-

REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIATransformasi BPJS: Indahnya Harapan Pahitnya Kegagalan

Page 285: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

270

Selain itu sistem informasi JKN juga harus terbuka yang memungkinkan lembaga riset dapat menggunakan data-data yang ada di BPJS Kesehatan untuk keperluan riset dan pengembangan JKN. Untuk itu perlu disusun langkah-langkah berikut:1. Penyusunan cetak biru (Blue Print ) Sistem Informasi yang

mencakup SDM, infrastruktur dan aplikasi dengan berbasis web/online, untuk memungkinkan digunakan oleh peserta dengan birokrasi minimal, produksi informasi yang tepat waktu (timely) dan akurat. Penggunaan NIK dan bioiden-titas secara online memberikan peluang terwujudnya sistem informasi yang baik.

2. Perumusan dan Pengembangan Bisnis Proses BPJS Kesehatan yang mencakup idetifikasi kebutuhan SDM, pe-rangkat lunak, perangkat kasar, kesinambungan, biaya dan prosedur penggunaan data.

3. Data Ware house JKN secara nasional dan regional berda-sarkan dimensi demogar, wilayah, dan waktu Interkoneksi PT. Askes dengan seluruh jaringan fasilitas kesehatan dan instansi terkait untuk percepatan penagih dan pembayaran iuran, klaim dan pengendalian pelayanan.

Sosialisasi, Edukasi Dan AdvokasiInvestasi dalam sosialisasi merupakan kunci keberha-

silan JKN dalam kondisi tingkat pemahaman dan tingkat pendidikan calon peserta yang relatif rendah. Sistem JKN harus mengalokasikan jumlah dana yang besar, harus lebih banyak dibanding dengan sosialisasi pemilihan umum karena JKN merupakan program untuk seluruh penduduk.

Sosialisasi yang baik akan memberikan pemahaman dan kesadaran kepada peserta dan pemberi kerja akan hak dan kewajibannya. Sosialisasi adalah sama dengan pema-saran pada produk komersial. Pada produk komersial, angga-ran pemasaran untuk produk baru dapat mencapai 30-50% dari biaya produksi.

Dengan pemasaran yang memadai, penjualan produk mencapai target yang diharapkan dan pemberi kerja meraih

Dr. Chazali H. Situmorang, Apt, M.Sc

Page 286: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

271

JKN yang berbasis pada mekanisme asuransi sosial harus melakukan pemasaran/sosialisasi atau pemasaran sosial yang memadai.

Untuk mencapai pemahaman dan kesadaran luas akan sistem JKN, maka sosialisasi harus dilakukan dengan dua tahap besar:1. Tahap sosialisasi kepada pemangku kepentingan kunci,

yaitu para tokoh/pimpinan serikat pekerja, para pemberi kerja, para akadmisi, para penggiat organisasi kemasyara-katan dan para pejabat di pusat dan di daerah. Tahap penyusunan peraturan perundangan perlu dikawal dengan sosialisasi tersebut melalui forum temu muka, loka karya, rodashow, publikasi di media cetak dan elektronik tertentu yang konsumennya umumnya kelas menengah keatas.

2. Tahap sosialisasi kepada seluruh publik (peserta) dilakukan setelah peraturan perundangan, fasilitas/tenaga kesehatan telah dikontrak, sistem dan prosedur baku telah disusun dan diuji, serta bahan yang dibutuhkan telah tersedia. Fasilitas dan tenaga kesahatan yang bekerja di fasilitas kesehatan atau yang dikontrak secara mandiri (perorangan) telah memahami berbagai aspek layanan yang telah dilatihkan. Sosialisasi ini dilakukan dengan bahasa sederhana dan mudah difahami. Model sukses atau testimoni merupakan salah satu bentuk yang mampu menarik perhatian publik awam seperti pekerja operator, pedagang eceran, petani, nelayan dan masyarakat pada umumnya. Pada tahap ini, kumandang satu mars atau lagu yang mendorong setiap orang menjadi peserta secara aktif. Slide, poster, film pendek, isi sinetron, talkshow, buku pelajaran dan berbagai tulisan yang mengacu pada satu sumber/standar perlu diproduksi dan disebar-luaskan (ditempatkan dalam laman yang bisa diunduh) dalam dua bahasa (Indonesia dan Inggris). Pembuatan bahan informasi/sosialisasi standar dalam dua bahasa mutlak diperlukan karena di masa datang: investor, peneliti, penggiat, pembanding dan juga pengenalan keberhasilan Indonesia sebagai negara dengan pembayar tunggal (single payer) layanan kesehatan akan menguntungkan Indonesia.

REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIATransformasi BPJS: Indahnya Harapan Pahitnya Kegagalan

Page 287: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

272

Dalam rangka sosialiasi dan advokasi tersebut, sampai dengan pertengahan tahun 2013 akan dilakukan hal-hal sebagai berikut:1. Perumusan Strategi Sosialisasi dan Advokasi.2. Penyiapan Bahan-Bahan Sosialisasi dan Advokasi.3. Penganggaran dan pengorganisasian dan Pelaksanaan

Sosialisasi dan Advokasi.4. Pemantauan Dampak Sosialisasi dan Advokasi.

Koordinasi, Monitoring Dan Kajian-KajianSelama proses penyusunan peraturan perundangan,

penyusunan prosedur, penyiapan fasilitas kesehatan, sosiali-sasi, dan lain-lain. DJSN yang mendapat mandat UU SJSN untuk mengawal sinkronisasi dan transisi yang lancar, bersa-ma pemangku kepentingan lain akan melakukan:1. Penyusunan Standar Operaional dan Mekanisme Penga-

wasan BPJS Kesehatan yang akan dilakukan oleh DJSN.2. Pengembangan Indikator Kinerja BPJS Kesehatan.3. Penyusunan Pedoman Monitoring dan Evaluasi Penye-

lenggaraan Jaminan Kesehatan.4. Monitoring dan koordinasi pelaksanaan kegiatan sesuai Pe

Peta Jalan ini yang dilakukan oleh berbagai kementrian dan lembaga terkait lainnya.

5. Pengawasan dan evaluasi kinerja BPJS Kesehatan dalam persiapan dan penyelenggaraan jaminan kesehatan.

6. Analisis terhadap laporan penyelenggaraan Jaminan Kese hatan yang disusun oleh BPJS Kesehatan.

PenutupPeta Jalan (Road Map) disusun agar semua pemangku

kepentingan berjalan selaras dan terpadu guna mencapai tujuan akhir perlindungan kesehatan yang meniadakan terjadinya pemiskinan baru bagi penduduk Indonesia ketika bencana sakit datang.

Pemahaman berbagai pemangku kepentingan akan sistem JKN secara utuh mutlak diperlukan. Semua pihak, termasuk Pemberi kerja dan pekerja, harus berperan aktif

Dr. Chazali H. Situmorang, Apt, M.Sc

Page 288: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

273

konsekuen. Selain itu para akademisi, wartawan, organisasi profesi, dan organisasi kemasyarakatan yang peduli dengan nasib bangsa di masa datang juga harus bersama-sama Pemerintah dan pengelola BPJS Kesehatan mewujudkan sinergi penyelenggaraan JKN. Semoga Allah Yang Maha Esa memberkati kita semua dalam mencapai jaminan kesehatan yang adil dan merata.

REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIATransformasi BPJS: Indahnya Harapan Pahitnya Kegagalan

Page 289: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

274

Dr. Chazali H. Situmorang, Apt, M.Sc

Page 290: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

275

Daftar Pustaka

DJSN, Road Map Jaminan Kesehatan Nasional 2012-2019, Penerbit DJSN, Jakarta, 2013.

Eka Putri, Asih, A.A.Oka Mahendra, M.W.Manicki, ”Membangun Kelembagaan DJSN Pilihan yang tersedia dan proyeksi ke depan”, Untuk Kalangan Terbatas, tidak dipublikasikan, Jakarta, 2009.

Herliyanto, Gatot, “Matematika Asuransi Jiwa”Komisi Tabel Mortalita Indonesia, “Tabel Mortalita Indonesia II”,

Dewan Asuransi Indonesia, tanggal 7 Desember 1999.MsKinmon, Roddy, Richard Levinsky (Editor), “Jaminan Sosial Dan

Perubahan Abad XXI”, Penerbit Yayasan Lingkar Meridian dan The Open Generation, Jakarta, 2010.

Purwoko, Bambang, “Sistem Proteksi Sosial Dalam Dimensi Ekonomi”, Penerbit Oxford Graventa Indonesia, Jakarta, 2011.

Situmorang, Chazali H., Program Jaminan Kesehatan: Pengawasan dan Pengendalian, Makalah disampaikan pada forum Seminar Nasional Rumah Sakit Daerah, Jakarta, 6 Februari 2013.

_____,Sosialisasi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial, Makalah disampaikan pada Workshop “Penguatan Peran dan Fungsi Strategis Bakohumas Untuk Meraih Akseptasi dan legimitasi Publik” Pontianak, 2 April 2013.

_____,Peran Profesi Apoteker Dalam Membangun Program

REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIATransformasi BPJS: Indahnya Harapan Pahitnya Kegagalan

Page 291: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

_____,Tugas dan Fungsi DJSN Dalam Proses Implementas Jaminan Kesehatan Nasional 2014, Makalah disampaikan pada Seminar Ekonomi Kesehatan, FKM UI , 18 Desember 2012.

_____,Peran PPK I (Gate Keeper) Dalam Implementasi BPJS Kesehata Makalah disampaikan pada Forum Asosiasi KLINIK Tingkat Nasional , Jakarta, 7 Maret 2013.

_____, Pengaturan Program Jaminan Kecelakaan Kerja Dan Program Jaminan Kematian Sistem Jaminan Sosial Nasional, Makalah disampaikan pada Jamsostek Journalists Club, 11 Juni 2012.

_____, Status dan Pokok-Pokok Pangaturan JKN Dalam Perspektif Profesi Apoteker, Makalah disampaikan pada Seminar “Peran Apoteker Dalam BPJS Kesehatan” Kampus Fakultas Farmasi USU, oleh DPD IAI Sumatera Utara, 7 Mei 2013.

_____, Peran Apoteker Dalam Implementasi SJSN, Makalah disampaikan pada Seminar”Positioning Apoteker Dalam Menjamin Cost Effectivenes di era SJSN”, Hotel Bidakara Jakarta, oleh IA Farmasi ITB, 4 April 2013.

_____, National Social Security Providers Law-Moving Towards Universal Health Care, Makalah disampaikan pda EIBD Forum (EU-Indonesia Business Dialogue), Pharmaceutical Working Group, Nikko Hotel Bali, 8 November 2012.

_____,Jaminan Kesehatan SJSN: Bagaimana RS/Klinik Non Pemerintah? Makalah disampaikan pada Rapat paripurna anggota PERDHAKI , Jakarta, 20 Juli 2012.

Sudarto, J, Dasar-Dasar Ilmu Pasti Asuransi Jiwa.Soelastomo,”SistemJaminan Sosial Nasional sebuah Introduksi”,

Rajawali Pers, Jakarta 2008._____,“Sistem Jaminan Sosial Nasional Mewujudkan Amanat

Konstitusi”, Penerbit Kompas, Jakarta 2011Soendoro, Emir, Wahyu Triono KS (Editor), “Jaminan Sosial Solusi

Bangsa Indonesia Berdikari”, Penerbit Dinov ProGRESS Indonesia, Jakarta, 2009.

Vladimir Rys,”Merumuskan Ulang Jaminan Sosial Kembali ke Prinsip-Prinsip Dasar”, Penerbit PT. Pustaka Alvabet , Jakarta 2011.

Wisnu, Dinna, “Politik Sistem Jaminan Sosial Menciptakan Rasa Aman dalam Ekonomi Pasar”, Penerbit PT.Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2012.

Dr. Chazali H. Situmorang, Apt, M.Sc

276

Page 292: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

Peraturan Perundang-undangan:

1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945).

2. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jamsostek.3. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1992 Tentang Dana Pensiun.4. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang

Ketenagakerjaan.5. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan.6. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2011 Tentang Penanganan

Fakir Miskin.7. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004, Tentang Sistem

Jaminan Sosial Nasional.8. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011, Tentang Badan

Penyelenggara Jaminan Sosial.9. PP Nomor 14 Tahun 1993 Tentang Penyelenggaraan Program

Jaminan Tenaga Kerja.10. PP Nomor 51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan Kefarmasian.11. PP Nomor 101 Tahun 2012 Tentang Penerima Banuan Iuran

Jaminan Kesehatan.12. Peraturan Presiden Nomor 44 Tahun 2008 Tentang Susunan

Organisasi dan Tata Kerja, Tata Cara Pengangkatan, Pergantian dan Pemberhentian Anggota DJSN.

13. Peratauran Presiden Nomor 12 Tahun 2013 Tentang Jaminan Kesehatan Nasional.

14. Permenkokesra Nomor 36/PER/MENKO/KESRA/X/2008, Tentang Oragnisasi dan Tata Kerja Sekretariat DJSN.

16. Permenkokesra Nomor 02Tahun 2013 Tentang Organisasi Tata Kerja Sekretariat DJSN.

17. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 343/KMK.017/1998 Tentang Iuran dan Manfaat Pensiun.

18. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia Nomor PER-02/MEN/1995 tanggal 29 Mei 1995.

REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIATransformasi BPJS: Indahnya Harapan Pahitnya Kegagalan

277

Page 293: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

278

Dr. Chazali H. Situmorang, Apt, M.Sc

Page 294: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

Riwayat HidupDr. Chazali H. Situmorang, Apt, M.Sc, lahir di Medan

Sumatera Utara tanggal 25 Juni 1955, merupakan

putra ketiga dari sembilan bersaudara, dari Bapak Haji

Idham Situmorang (Almarhum),Purnawirawan TNI dan

Ibu Hajjah Isnaniah (Almarhumah), seorang ibu rumah

tangga yang gigih mendorong pendidikan anak-anak-

nya. Menyelesaikan pendidikan SD Negeri di sebuah

perkebunan negara di Kabupaten Deli Serdang tahun

1968, SMP Negeri Perbaungan Kabupaten Deli Serdang tahun 1971, SAA

(Sekolah Asisten Apoteker) Negeri Medan tahun 1974.

Menyelesaikan pendidikan Sarjana Farmasi di FMIPA Universitas

Sumatera Utara (USU) tahun 1981 dan pendidikan profesi Apoteker tahun

1982. Pada tahun 1988-1990 melanjutkan pendidikan S2 Public Health di

Pasca Sarjana Universitas Indonesia (UI) bidang studi Biostatistik dan

Kependudukan dan mendapatkan predikat lulusan terbaik II dan pada tahun

2010 menyelesaikan pendidikan S3 Bidang Studi Manajemen Pendidikan di

Universitas Negeri Jakarta (UNJ).

Semasa mahasiswa aktif dalam organisasi intra dan ekstra

universitas. Pernah duduk sebagai Pengurus Senat Mahasiswa FMIPA USU,

Ikatan Mahasiswa Farmasi FMIPA USU, Ketua Umum HMI Cabang Medan

dan Ketua Badko HMI Sumatera Bagian Utara.

Mulai bekerja di BKKBN Propinsi Sumatera Utara tahun 1983 dan

pada tahun 1984 sebagai PH Kasi Kontrasepsi, kemudian melanjutkan

pendidikan S2 dengan tugas belajar dan pada tahun 1990 di tugaskan

sebagai Kepala BKKBN Kota Pematang Siantar. Tahun 1994 ditarik ke

BKKBN Pusat dan berturut-turut menjabat sebagai Kepala Bagian Pemeli-

haraan dan Kendaraan Biro Tata Usaha, Kabag Peningkatan Mutu

Pelayanan Kontrasepsi Biro Kontrasepsi, Kepala Sub Direktorat Pening-

katan Kelompok Usaha Direktorat Pemberdayaan Ekonomi Keluarga. Tahun

2001 pindah ke Departemen Sosial dan menjabat sebagai Sekretaris

Direktorat Jenderal Bantuan dan Jaminan Sosial, tahun 2006 menjabat

sebagai Direktur Jenderal Bantuan dan Jaminan Sosial dan akhir tahun 2007

menjabat sebagai Sekretaris Jenderal sampai dengan Oktober 2010. Dan

sejak Oktober 2010 sampai dengan saat ini menjabat sebagai Staf Ahli

Menteri Sosial Bidang Otonomi Daerah.

279

REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIATransformasi BPJS: Indahnya Harapan Pahitnya Kegagalan

Page 295: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

Disamping jabatan di Kemensos, pada September 2008 diangkat

sebagai Anggota Dewan Jaminan Sosial Nasional (DJSN), Agustus 2010

sebagai Plt. Ketua DJSN dan sejak tahun 2011 dengan Keputusan Presiden

diangkat sebagai Ketua definitif. Pada Agustus 2009 diangkat dengan

Keputusan Presiden sebagai Anggota Dewan Pengarah BNPB (Badan

Nasional Penanggulangan Bencana).

Pada tahun 1982-1988 pernah juga mengajar sebagai Guru SAA di

Medan dan Dosen Luar Biasa Jurusan Tadris Fakultas Tarbiyah IAIN

Sumatera Utara. Anggota Panja RUU Penanggulangan Bencana (2007),

Ketua Panja unsur Pemerintah pada Penyusunan RUU tentang

Kesejahteraan Sosial tahun 2008, anggota Panja RUU Penanganan Fakir

Miskin (2011) dan anggota Panja RUU BPJS (2010-2011). Seluruh jenjang

pendidikan Struktural kedinasan telah diikuti (Spama, Diklat PIM Tkt.II dan

Diklat PIM Tk.I mendapat katagori 10 lulusan terbaik). Telah mengunjungi

berbagai negara dalam rangka pelatihan, konferensi internasional dan studi

banding ke Swedia, Finlandia, Belanda, Jepang, Korea Selatan, Thailand,

Australia, New Zealand, Iran, India, Sudan, Inggris, Jerman, Taiwan dan

Philipina.

Saat ini juga aktif mengajar di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

(FISIP) Universitas Nasional (UNAS) dan Kepala Laboratorium Administrasi

Negara FISIP UNAS dan di Fakultas Ilmu Pendidikan dan Studi Islam UNIDA

Ciawi Bogor dan pernah sebagai Konsultan beberapa penelitian di

Puslitbangkesos.

Di organisasi profesi, aktif sebagai pengurus pusat Ikatan Sarjana

Farmasi Indonesia (ISFI) dan saat ini sebagai Wakil Ketua Penasehat BPP

IAI ( Pengganti nama dari ISFI) dan Ketua Yayasan ISFI.

Pada organisasi intelektual muslim, sewaktu bertugas di Kota

Pematang Siantar, membentuk dan menjadi Ketua Orsat ICMI Pematang

Siantar. Salah satu tugas waktu itu adalah mendirikan BPRS Amanah

Bangsa dan selama 18 tahun sampai dengan saat ini BPRS tersebut tetap

eksis untuk menghadang rentenir yang cukup banyak di Siantar. Sehari-hari

di celah waktu yang tersisa masih menyempatkan diri memberikan pelaya-

nan profesi kefarmasian di Apotik sebagai pengelola dan pemilik Apotik.

Menikah dengan Dra. Leny Brida Siregar, Dipl. TESOL, M,Psi

(Mahasiswa S3 UNJ, Dosen Politeknik Negeri Jakarta), pada tahun 1983

dan dikaruniai dua orang putra, Budi Syarif Amanda Situmorang,SH, LL,M,

dan Boby Nirwan Ramadhan Situmorang, SE, B,Econ (Mahasiswa Post

Graduate Ilmu Ekonomi University Of Quensland Australia).

280

Dr. Chazali H. Situmorang, Apt, M.Sc

Page 296: REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI INDONESIArepository.unas.ac.id/303/1/REFORMASI JAMINAN SOSIAL DI... · 2019. 1. 8. · harus ditempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai

Mutu Pekerja SosialDi Era Otonomi Daerah

Chazali H. Situmorang, Lahir di Medan, 25 Juni 1955. Menyelesaikan pendidikan Sarjana Farmasi di FMIPA USU tahun 1981, dan pendidi-kan profesi Apoteker tahun 1982. Pada tahun 1988-1990 melanjutkan pendidikan S2 Public Health di Pasca Sarjana Universitas Indonesia

bidang studi Biostatistik dan Kependudukan, dan pada tahun 2010 menyelesaikan pendidikan S3 bidang studi Manajemen Pendidikan di Universitas Negeri Jakarta (UNJ). Di Kementerian Sosial menjabat sebagai Direktur Jenderal Bantuan dan Jaminan Sosial tahun 2006 dan akhir tahun 2007-Oktober 2010 menjabat sebagai Sekretaris Jenderal. Saat ini menjabat sebagai Staf Ahli Menteri Sosial Bidang Otonomi Daerah, Ketua Dewan Jaminan Sosial Nasional (DJSN), juga aktif mengajar di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Nasional (UNAS). Mutu Pekerja Sosial

Di Era Otonomi Daerah

Sesuai dengan amanat dan semangat Undang-Undang Sistem Jaminan Sosial Nasional (UU SJSN) dan Undang-Undang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (UU BPJS) bangsa Indonesaia akan mengimplementasikan reformasi Jaminan Sosial dengan sebenar-benarnya dan sekuat-kuatnya pada 1 Januari 2014.

Akte kelahiran telah diterbitkan oleh Negara, untuk melahirkan bayi yang bernama BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan, dari rahim sang Ibu yang bernama PT. Askes dan PT. Jamsostek, dan sudah ditakdirkan bahwa sesudah melahirkan kedua Ibu separuh baya tersebut meninggalkan dunia. Artinya jalan terjal dan menantang maut tersebut harus di tempuh untuk mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai bentuk perlindungan sosial bagi rakyat Indonesia.

Buku Reformasi Jaminan Sosial Di Indonesia, “Transformasi BPJS: Indahnya Harapan Pahitnya Kegagalan” yang ditulis oleh Dr. Chazali H. Situmorang, Apt, M.Sc berusaha menjadi pondasi awal yang mencatatkan peta jalan reformasi Jaminan Sosial di Indonesia.Tentu saja buku ini akan menjadi pencatat sejarah yang otentik, karena memuat informasi dan data yang langsung menyentuh denyut nadi dari setiap perubahan dan reformasi Jaminan Sosial di Indonesia, lantaran ditulis oleh Ketua Dewan Jaminan Sosial Nasional (DJSN).

donesiaCINTACentral Informasi Networking Transformasi & Aspirasi IndonesiaPenerbit:CINTA IndonesiaPGS Building Jl. Bhayangkara No. 9 CimanggisKota Depok Jawa Barat 16951Telp: 021-87717007; Fax: 021-87717007