Makalah reformasi filsafat sosial [pos]

14
MAKALAH FILSAFAT SOSIAL REFORMASI Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Filsafat Sosial Dosen : Ilim Abdul Halim, M.A, Disusun oleh : 1. Trisna Nurdiaman 2. Wildan Hamdani 3. Syintia Maharani JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG 2014

Transcript of Makalah reformasi filsafat sosial [pos]

Page 1: Makalah reformasi   filsafat sosial [pos]

MAKALAH FILSAFAT SOSIAL

REFORMASI

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Filsafat Sosial

Dosen : Ilim Abdul Halim, M.A,

Disusun oleh :

1. Trisna Nurdiaman

2. Wildan Hamdani

3. Syintia Maharani

JURUSAN SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG

2014

Page 2: Makalah reformasi   filsafat sosial [pos]

i

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji serta syukur senantiasa kita panjatkan kehadirat Allah SWT Sang

Pencipta alam semesta beserta seisinya dengan penuh kesempurnaan dan keindahan

yang tiada tara. Atas berkat rahmat dan iradat-Nya penulis dapat menyelesaikan

penyusunan makalah ini yang mengenai reformasi.

Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada baginda alam yang

telah membawa revolusi kehidupan minadzulumaati ila nnuur yakni Rasulullah

SAW dan sampai saat ini tetap menjadi Uswah Al-Hasanah bagi seluruh umat

manusia di seluruh dunia. Kepada keluarganya, para sahabatnya dan seluruh

umatnya hingga akhir zaman.

Makalah ini disusun untuk memenuhi salasatu tugas mata kuliah Filsafat

Sosial. Layaknya fitrah seorang manusia yang tidak luput dari kesalahan, penulis

sepenuhnya menyadari dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari

kesempurnaan, untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan

masukan yang konstruktif dalam penulisan makalah ini.

Akhirnya penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat yang pada

khusunya bagi penulis sendiri dan pada umumnya bagi semuanya.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Penulis

Page 3: Makalah reformasi   filsafat sosial [pos]

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Reformasi Eropa yang terjadi pada abad ke-16 masehi merupakan salah satu

bidang paling menarik untuk dipelajari yang dapat digarap oleh sejarawan.

Reformasi itu mencakup sejumlah bidang, baik reformasi moral maupun reformasi

struktur gereja dan masyarakat, pembaruan spiritualitas kekristenan, dan

pembaruan atas dasar ajaran Kristen.

Ada dua perkembangan besar di dalam gereja Abad Pertengahan akhir yang

secara bersama-sama membuat definisi dan pelaksanaan ortodoksi. Pertama,

kewibawaan dari paus dipersoalkan melalui Skisma Besar dan akibat-akibatnya.

Dengan skisma ini, berkembanglah dua teori yang saling bersaing mengenai

kewenangan di dalam gereja, yakni mereka yang berpendapat bahwa kewenangan

yang tertinggi atas ajaran terletak di dalam suatu Konsili Umum atau Persidangan

Umum (posisi konsiliaris). Kedua, bangkitnya kekuatan-kekuatan penguasa sekuler

di Eropa, yang cenderung melihat persoalan-persoalan yang berkenaan dengan paus

sebagai sesuatu yang mempunyai relevansi terbatas.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada makalah

ini adalah:

1. Bagaimana konsep reformasi?

2. Bagaimana latar belakang timbulnya reformasi?

3. Bagaimana konteks sosial dari reformasi?

4. Apa paham yang memberikan kontribusi dalam reformasi?

C. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan makalah ini adalah:

1. Untuk mengetahui konsep reformasi.

2. Untuk mengetahui latar belakang timbulnya reformasi.

3. Untuk mengetahui konteks sosial dari reformasi.

4. Untuk mengetahui paham yang memberikan kontribusi dalam reformasi

Page 4: Makalah reformasi   filsafat sosial [pos]

2

BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Reformasi

Gerakkan Reformasi Protestan yang dipelopori oleh Martin Luther, Johanes

Calvin, Zwingli, John Knox dan lain-lain berdampak luas terhadap pemikiran sosial,

keagamaan dan politik Eropa.1 Pada mulanya gerakan ini berupa protes-protes yang

dilakukan para kaum bangsawan dan penguasa Jerman terhadap kekuasaan

imperium Katholik Roma.

Reformasi ini melahirkan paradigma baru dalam melihat ritus-ritus

keagamaan dan melihat etos kapitalisme barat. Gerakan ini meletakan dasar

filosopis keagamaan perkembangan kapitalisme dan negara bangsa di barat. Maka

tidak berlebihan jika ada yang menyebut sebagai fase modern keagamaan barat.

Menurut McGrath,2 istilah “Reformasi” dipergunakan dalam banyak arti

dan karena itu perlu dilihat perbedaan-perbedaannya. Ada empat unsur yang

terdapat dalam definisi tentang Reformasi yaitu: Lutheranisme, gereja Reformed

(“Calvinisme”), Reformasi radikal (“Anabaptisme”) dan Kontra-Reformasi atau

Reformasi Katolik. Artinya, istilah “Reformasi” dipergunakan untuk merujuk pada

keempat gerakan ini.

1. Reformasi Luther.

Reformasi ini dikaitkan dengan wilayah-wilayah Jerman di bawah pengaruh

pribadi yang berkharisma – Martin Luther yang khusus memperhatikan masalah

doktrin pembenaran, yang merupakan pokok utama dari pemikiran keagamaannya.

Reformasi ini pada mulanya berbentuk reformasi adamis yang terutama berkenaan

dengan pembaruan pengajaran teologi di Universitas Wittenberg yang kemudian

berubah menjadi suatu program untuk pembaruan gereja dan masyarakat.

1 Ahmad Suhelmi. Pemikiran Politik Barat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 2007, hlm. 143 2 Alister McGrath. Sejarah Pemikiran Reformasi. Terjemahan Liem Sien Kie. Jakarta: Gunung Mulia. 2006, hlm. 6 - 14

Page 5: Makalah reformasi   filsafat sosial [pos]

3

Dalam 95 dalil, Martin Luther , 1957 mengedepankan pernyataan-

pernyataan dogmatis dan pastoral yang pada prinsipnya berakar antara lain dalam

refleksinya yang mendalam atas surat Santo Paulus kepada jemaat di Roma.3

2. Gereja Reformed.

Berkembang mulai dari negara Konfederasi Swiss yang berakar pada

serangkaian usaha membarui moral dan peribadahan gereja (tanpa mementingkan

ajarannya) agar lebih sesuai dengan pola yang terdapat dalam Alkitab. Tokoh

gerakan ini adalah: Huldrych Zwingli, Heinrich Bullinger, Yohanes Calvin,

Theodore Beza, William Perkins atau John Owen.

Istilah “Reformed” merujuk pada gereja-gereja (terutama di Swiss, Dataran

Rendah dan Jerman) dan pemikir-pemikir keagamaan (seperti Theodore Beza,

William Perkins atau John Owen) yang mendasarkan pemikirannya atas buku besar

karya Calvin, Christianae Religionis Institutio atau dokumen-dokumen gereja

(seperti Katekismus Heidelberg). Gereja Reformed ini lebih dikenal dengan

“Calvinisme” sejak tahun 1560-an padahal seluruh pemikiran gerakan ini bukan

hanya bersumber dari Calvin sendiri.

3. Reformasi Radikal (Anabaptisme).

Istilah “Anabaptis” mempunyai asal-usulnya pada Zwingli yang muncul

pertama kali di sekitar Zurich, setelah Reformasi Zwingli awal tahun 1520-an.

Gerakan ini berpusat pada individu seperti Conrad Grebel yang menuduh Zwingli

tidak setia pada prinsip-prinsip reformasinya. Orang-orang Anabaptis mempunyai

alasan yang kuat untuk menuduh Zwingli berkompromi. Misalnya, dalam tulisan

Zwingli yang berjudul Apologeticus Archeteles (1522), Zwingli mengakui ide

tentang “kepemilikan bersama” (community of goods) sebagai prinsip yang khas

Kristen, tetapi tahun 1525, Zwingli mengubah pandangannya dan sampai pada

pendapat bahwa kepemilikan pribadi atas harta benda bagaimanapun juga bukanlah

merupakan hal yang jelek. Tokoh gerakan ini adalah Balthasar Hubmaier, Pilgram

Marbeck dan Menno Simons.

3 Jan S. Aritonang. Reformasi dalam Sejarah Gereja Zaman Modern. Yogyakarta: Kanisius. 2004, hlm. 35

Page 6: Makalah reformasi   filsafat sosial [pos]

4

Ajaran yang sangat menonjol dalam gerakan ini adalah: suatu

ketidakpercayaan yang umum terhadap penguasa luar, penolakan akan baptisan

anak dan dukungan pada baptisan orang dewasa yang percaya, kepemilikan

bersama atas harta benda dan penekanan atas pasifisme dan gerakan tanpa

kekerasan. Bagi beberapa kalangan gerakan ini disebut sebagai “sayap kiri dari

Reformasi“ (Roland H.Bainton) atau “Reformasi radikal” (George Hunston

Williams).

Dokumen yang paling penting yang muncul dalam gerakan ini adalah

“Pengakuan Schleitheim” yang disusun oleh Michael Sattler pada 24 Februari 1527

yang berisi “artikel-artikel pemisahan” yang membedakan Anabaptis dengan

gerakan Reformasi maupun yang di luar Reformasi. Fungsi pengakuan ini untuk

membedakan orang-orang Anabaptis dari mereka yang di sekelilingnya – orang

papis (Katolik) dan antipapis (Protestan/Reformasi magisterial) dan pengakuan ini

juga berfungsi sebagai pemersatu perbedaan-perbedaan yang mungkin ada di antara

mereka.

4. Reformasi Katolik

Istilah ini dipakai untuk merujuk revitalisasi dari Katolikisme Roma dalam

periode setelah pembukaan Konsili Trente (1545). Gerakan ini sering digambarkan

sebagai “Kontra-Reformasi”. Gerakan ini bertujuan untuk memerangi Reformasi

Protestan dengan maksud membatasi pengaruh Protestanisme. Kemudian gerakan

ini bertujuan untuk melakukan pembaruan atas dirinya sendiri untuk menyingkirkan

alasan-alasan kritikan dari kaum Protestan.

Konsili Trente, bentuk yang paling menonjol dari Refomasi Katolik,

menjelaskan pengajaran Katolik atas sejumlah masalah yang membingungkan dan

mengintroduksikan lebih banyak lagi pembaruan yang diperlukan dalam hubungan

dengan kelakuan dari kaum rohaniwan, disiplin gerejawi, pendidikan keagamaan

dan kegiatan pekabaran Injil. Gerakan pembaruan ini terutama dirangsang oleh

reformasi dari banyak keagamaan yang lebih tua dan pendirian orde-orde yang baru

seperti Yesuit.

Page 7: Makalah reformasi   filsafat sosial [pos]

5

B. Latar Belakang Timbulnya Reformasi

Reformasi memiliki kaitan erat dengan Renaissans. Renaissans dan

reformasi muncul sebagai akibat perlawanan gigih terhadap domonasi

lembagakepausan dan gereja abad pertengahan.4

Berikut beberapa penyebab terjadinya reformasi dikalangan umat Kristiani

saat itu:

1. Banyaknya penyimpangan keagamaan seperti:

Penyogokan oleh pemuka agama kepada petinggi gereja agar mereka

memperoleh kedudukan sosial keagamaaan yang tinggi.

Paus sebagai bapak suci berperilaku amoral yang menyangkut

hubungannya dengan wanita seperti Alexander VI yang memiliki 8 anak

haram dari hasil hubungannya dengan wanita simpanannya.

Penjualan surat-surat pengampunan dosa (indulgencies).

Adanya penyimpangan terhadap acara sakramen suci atau ritus pemujaaan

terhadap benda-benda keramat atau tokoh-tokoh suci yang nantinya akan

menimbulkan takhayul dan mitologisasi yang tidak masuk akal, seperti

para pastor yang semata-mata merupakan manusia yang memiliki sifat

yang sama dengan yang lainnya menganggap dirinya keramat.

2. Korupsi atas nama Negara

3. Pajak-pajak yang memberatkan karena ambisi kekuasaan kaum bangsawan

lokal.

4. Kebangkitan nasionalisme eropa.

5. Perkembangan kapitalisme dan krisis-krisis ekonomi dikawasan imperium

Roma.

C. Konteks Sosial Dari Reformasi.

Dengan melihat situasi sosial yang terjadi di Eropa, menurut McGrath5

bahwa keberhasilan dan kegagalan Reformasi di dalam kota-kota sebagian

tergantung pada faktor-faktor sosial dan politik. Krisis bahan makanan yang

4 Ahmad Suhelmi. op.cit., hlm. 144 5 Alister McGrath. Op.cit., hlm. 19

Page 8: Makalah reformasi   filsafat sosial [pos]

6

diakibatkan Black Death (Maut Hitam atau penyakit sampar) pada akhir abad ke-

14 dan ke-15, menyebabkan krisis agraria. Sehingga pada awal abad ke-16

keresahan sosial berkembang di banyak kota.

Pendapat beberapa ahli yang dikutip McGrath mengatakan bahwa dalam

abad ke-15 keinginan untuk urbanisasi agak tersendat disebabkan ketegangan sosial

yang berkembang di dalam kota-kota (Berndt Moeller). Moeller menaruh perhatian

pada implikasi-implikasi sosial dari ajaran Luther mengenai masalah keimanan

tradisional tertentu di dalam masyarakat urban dan merangsang timbulnya suatu

perasaan kesatuan komunal.

Pendapat lainnya dikemukakan Thomas Brady, keputusan untuk menerima

Protestanisme di Strasbourg merupakan akibat dari suatu perjuangan kelas yang di

dalamnya suatu koalesi yang kuat antara kaum bangsawan dan pedagang percaya

bahwa kedudukan sosial mereka hanya dapat diperthankan melalui persekutuan

dengan Reformasi. Sedangkan Steven Ozment berpendapat, daya tarik

Protestanisme adalah doktrinnya tentang pembenaran oleh iman yang menawarkan

pembebasan dari tekanan psikologis yang diakibatkan oleh sistem Abad

Pertengahan bagian akhir dan doktrin pembenaran “semi-Pelagian” yang saling

berkaitan.

Menurut McGrath ada beberapa ciri umum asal-usul dan perkembangan

Reformasi di sebagian besar kota Eropa Utara yaitu:

1. Reformasi di kota-kota muncul sebagai jawaban atas suatu desakan rakyat

untuk mengadakan perubahan kecuali di Nuremberg (Reformasi di tempat

ini muncul tanpa protes dan tuntutan dari masyarakat).

2. Keberhasilan Reformasi di dalam suatu kota bergantung pada sejumlah

peristiwa sejarah yang terjadi. Bagi kota-kota yang memilih tetap Katolik,

mengadopsi Reformasi berarti mengambil risiko dengan suatu perubahan

yang sangat berbahaya.

3. Visi romantis, yang kelewat ideal dari seorang reformator yang tiba di suatu

kota untuk menghkhotbahkan Injil lalu disambut dengan suatu keputusan

langsung dari kota yang bersangkutan untuk menerima prinsip-prinsip

Reformasi, harus dijauhkan karena benar-benar tidak realistis.

Page 9: Makalah reformasi   filsafat sosial [pos]

7

McGrath menyimpulkan, konteks sosial Reformasi pada dirinya sendiri

adalah pokok yang sangat menarik. Contohnya, banyak ide Zwingli khususnya

mengenai fungsi kemasyarakatan dari sakramen yang secara langsung dikondisikan

oleh keadaan politik, ekonomi dan sosial dari kota Zurich. Demikian juga dengan

ide-ide Calvin tentang sturuktur-struktur yang tepat dari suatu gereja Kristen

tampak merefleksikan lembaga-lembaga yang telah ada di Jenewa sebelum

kedatangannya di kota itu.

D. Paham Yang Memberikan Kontribusi Dalam Reformasi

Menurut McGrath6, dari banyak anak sungai yang memberikan kontribusi

terhadap aliran Reformasi, yang paling penting adalah humanisme dan Renaisans.

Meskipun Reformasi dimulai di kota-kota Jerman dan Swiss, namun dapat

dikatakan bahwa Reformasi timbul sebagai akibat dari Renaisans di Italia. McGrath

dalam bab ini mencoba meneliti ide-ide dan metode-metode dari humanisme

Renaisans agar relevansinya untuk Reformasi dapat dimengerti.

1. Renaisans

Pada awalnya konsep “Renaisans” ini merupakan istilah Perancis yang

menunjuk pada kebangkitan kembali sastra dan seni pada abad ke-14 – dan ke-15.

Pada tahun 1546 Paolo Giovio merujuk abad ke-14 sebagai “abad kebahagiaan yang

dalamnya tulisan-tulisan Latin dipandang telah lahir kembali (renate)”. Namun

para sejarawan tertentu seperti Jacob Burckhardt mengemukakan bahwa Renaisans

melahirkan era modern.

Dalam era modern ini umat manusia untuk pertama kali mulai berpikir

tentang diri mereka sebagai individu-individu. Kesadaran komunal dari periode

Abad Pertengahan mengalah terhadap kesadaran individual dari Renaisans.

Florence menjadi Atena baru, ibukota intelektual dari suatu dunia baru yang berani,

dengan sungai Arno yang memisahkan dunia lama dan dunia baru.

Menurut McGrath, dalam banyak hal definisi Burckhardt tentang Renaisans

sangat diragukan, mengingat aspek nilai-nilai kolektif yang terdapat dalam

6 Alister McGrath. Op.cit., hlm. 50

Page 10: Makalah reformasi   filsafat sosial [pos]

8

humanisme Renaisans Italia. Namun dalam satu hal Burckhardt benar: sesuatu yang

baru dan menggairahkan telah berkembang dalam Renaisans Italia, yang terbukti

mampu memberi daya tarik terhadap beberapa generasi pemikir. Bahkan menurut

McGrath, tidaklah jelas sama sekali mengapa Italia pada umumnya atau Florence

pada khususnya, menjadi tempat kelahiran dari gerakan baru yang brilian di dalam

sejrah ide-ide.

McGrath memberikan alasan-alasannya yakni: (1) Italia masih memiliki

sisa-sisa kejayaan masa lampau, baik yang kelihatan maupun yang tidak kelihatan.

(2) Teologi Skolastik – kekuatan intelektual utama dari peridoe Abad Pertengahan

– tidak pernah secara khusus mempunyai pengaruh di Italia. (3) Kestabilan politik

di Florence bergantung pada pemeliharaan akan pemerintahan republiknya. (4)

Kemakmuran ekonomis dari Florence menciptakan waktu luang dan dengan

demikian menciptakan pula tuntutan akan kesusasteraan dan kesenian. (5) Karena

Byzantium mulai runtuh – Konstantinopel ahirnya jatuh pada tahun 1453 – terjadi

eksodus para intelektual berbahasa Yunani ke arah barat.

2. Humanisme

Menurut McGrath, istilah “humanisme” adalah temuan dari abad ke-19

yang dalam bahasa Jerman kata Humanismus pertama kali diciptakan pada tahun

1808, yang merujuk pada suatu bentuk pendidikan yang memberikan tempat utama

bagi karya-karya klasik Yunani dan Latin. Kata ini dipakai pertama oleh Samuel

Coleridge Taylor (1812) untuk menunjukkan suatu posisi Kristologis, yaitu

kepercayaan bahwa Yesus Kristus adalah murni manusia. Kata itu pertama kali

dipakai dalam konteks kebudayaan pada tahun 1832.

McGrath mengatakan bahwa ada dua aliran utama yang dominan dalam

menafsirkan gerakan humanisme ini. Pertama, humanisme dipandang sebagai

suatu gerakan yang mencurahkan perhatian pada ilmu-ilmu yang mempelajari

karya-karya klasik dan filologi. Kedua, humanisme adalah filsafat baru dari

Renaisans.

McGrath mengatakan bahwa ada dua kesulitan yang menghadang

penafsiran humanisme ini. Pertama, orang-orang humanis tampil terutama

berkenaan dengan peningkatan akan kefasihan. Sementara itum tidaklah benar

Page 11: Makalah reformasi   filsafat sosial [pos]

9

untuk mengatakan bahwa orang-orang humanis tidak memberikan kontribusi yang

penting pada dunia kesusasteraan. Kedua, penelitian intensif atas tulisan-tulisan

kaum humanis menyingkapkan fakta yang mengusik kita, yakni “humanisme”

benar-benar heterogen. Secara singkat, menurut McGrath, telah menjadi semakin

jelas bahwa “humanisme” tidak mempunyai filsafat yang mempersatukan. Tidak

ada satu ide filsafat atau politik yang mendominasi dan menjadi ciri utama gerakan

itu.

Pendapat lain tentang humanisme ini adalah dari Kristeller yang

menggambarkan humanisme sebagai gerakan kebudayaan dan pendidikan.

Humanisme secara esensial adalah suatu program kebudayaan, yang mengacu pada

kebudayaan kuno tetap berlaku sebagai model untuk kefasihannya.

McGrath juga menjelaskan pengaruh humanisme di beberapa daerah lain

misalnya:

Humanisme Swiss bagian Timur.

Swiss bagian Timur sangat terbuka dan bahkan menerima dengan

baik ide-ide Renaisans Italia. Konrad Celtis memastikan bahwa Wina

menjadi pusat para ahli humanis dalam tahun-tahun terakhir abad ke-15

seperti penulis besar humanis Joachim von Watt alias Vadian, Xylotectus,

Beatus Rhenanus, Glarean dan Myconius. Mereka mengatakan bahwa

kekristenan merupakan “way of life” (pandangan hidup), ketimbang

seperangkat ajaran-ajaran. Etos humanisme Swiss adalah benar-benar

moralistis. Kitab Suci dipandang sebagai yang menentukan tingkah laku

moral yang benar bagi orang-orang Kristen, ketimbang menceritakan janji-

janji Allah.

Humanisme Legal Perancis.

Humanisme legal di Perancis ini dimulai dari adanya kecenderungan

yang semakin meningkat ke arah sentralisasi administrasi pemerintahan,

melihat pembaruan legal (bidang hukum atau perundang-udangan) sebagai

sesuatu yang esensial bagi modernisasi Perancis. Salah seorang pelopor dari

antara para ahli ini adalah Guillaume Bude, yang berpendapat agar mereka

Page 12: Makalah reformasi   filsafat sosial [pos]

10

kembali langsung ke sistem perundang-undangan Romawi sebagai suatu alat

untuk menemukan sistem perundang-undangan baru yang dibutuhkan Perancis.

Humanisme Perancis ini berlawanan dengan kebiasaan orang Italia (mos

italicus) dalam hal membaca teks undang-undang, yang memandangnya dari

sudut keterangan tambahan, maka orang Perancis mengembangkan prosedur

mos gallicus untuk mendekati secara langsung sumber-sumber perundang-

undangan klasik yang asli dalam bahasa mereka yang asli pula.

Humanisme Inggris.

Ada tiga unsur utama dalam bidang keagamaan dan intelektual yang

berperan di belakang Reformasi Inggris, yakni: Lollardy, Lutheranisme, dan

humanisme. Ketiga aliran ini dianggap sebagai unsur-unsur yang sangat penting

oleh para ahli yang mempelajari Reformasi. Menurut McGrath, pusat

humanisme yang paling penting pada awal abad ke-16 di Inggris adalah

Universitas Cambridge disamping Universitas Oxford dan London. Cambridge

adalah rumah dari Reformasi Inggris mula-mula, yang berpusat dalam apa yang

disebut “White Horse Cicle”, yaitu tempat sekelompok orang seperti Robert

Barnes bertemu untuk membaca sampai habis dan mendiskusikan tulisan-

tulisan terakhir dari Martin Luther selama awal tahun 1520-an. Humanisme

Inggris sama sekali bukan merupakan gerakan asli Inggris, melainkan import.

Robert Weiss memperlihatkan bahwa asal-usul humanisme Inggris dapat

ditelusuri ke sejarah Italia pada abad ke-15 dan awal abad ke-16 Universitas

Cambridge cenderung mengangkat orang-orang Italia menjadi dosen – antara

lain Gaio Auberino, Stefano Surigone dan Lorenzo Traversagni.

Page 13: Makalah reformasi   filsafat sosial [pos]

11

BAB III

PENUTUP

A. ANALISIS

Dari sajian informasi mengenai reformasi tersebut, maka penulis

menganalisis bahwa hakikat dari reformasi adalah perbaikkan. Yang mana

perbaikkan ini merupakan upaya untuk mengadakan pergerakan yang menentang

pada penyelewengan-penyelewengan yang terjadi.

Pelajaran penting yang dapat kita ambil dari adanya reformasi tersebut

adalah bahwa tidak setiap hal yang salah harus diatasi dengan revolusi. Revolusi

berarti mengubah seluruh sistem yang telah ada. Sedangkan reformasi dilakukan

dengan cara melakukan perbaikkan pada kekurangan-kekurangan yang ada pada

sistem tersebut.

B. KESIMPULAN

1. Konsep reformasi mengacu pada empat pergerakan yaitu: Refomasi Protestan

Luther (Lutheranisme), gereja Reformed (“Calvinisme”), Reformasi radikal

(“Anabaptisme”) dan Kontra-Reformasi atau Reformasi Katolik.

2. Latar belakang timbulnya reformasi adalah karena adanya praktik-praktik yang

dilakukan oleh pemuka agama yang dianggap menyimpang.

3. Konteks sosial dari reformasi tersebut memunculkan berbagai dampak pada

berbagai sendi kehidupan sosial masyarakat tersebut.

4. Paham yang memberikan kontribusi penting bagi terjadinya reformasi tersebut

adalah paham renaisans dan Humanisme.

C. SARAN

Sebagai insan akademis yang berkecimpung dalam dunia pendidika, maka

sudah seharus bagi para setiap mahasiswa yang khususnya berada dalam tataran

wilayah filsafat mengetahui dan dapat mengambil hikmah dari dari reformasi

tersebut sebagai bagian dari kajian filsafat sosial.

Page 14: Makalah reformasi   filsafat sosial [pos]

12

DAFTAR PUSTAKA

Aritonang, Jan S. Reformasi dari dalam Sejarah Gereja Zaman Modern.

Yogyakarta: Kanisius. 2004

Suhelmi, Ahmad. Pemikiran Politik Barat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 2007

McGrath, Alister. Sejarah Pemikiran Reformasi. Terjemahan Liem Sien Kie.

Jakarta: Gunung Mulia. 2006