PENGARUH PERSEPSI SISWA MENGENAI KOMPETENSI …lib.unnes.ac.id/21441/1/2301410022-s.pdf ·...
Transcript of PENGARUH PERSEPSI SISWA MENGENAI KOMPETENSI …lib.unnes.ac.id/21441/1/2301410022-s.pdf ·...
PENGARUH PERSEPSI SISWA MENGENAI KOMPETENSI
KOMUNIKASI GURU TERHADAP MOTIVASI BELAJAR BAHASA
PRANCIS PADA SISWA KELAS XI BAHASA MAN 1 SURAKARTA
Skripsi
diajukan sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Bahasa Prancis
oleh
Siska Ayu Prisdiana
2301410022
JURUSAN BAHASA DAN SASTRA ASING
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2015
ii
iii
iv
MOTO DAN PERSEMBAHAN
Moto :
1. Kegagalan hanya terjadi bila kita menyerah. ( Lessing )
2. Sesuatu yang belum dikerjakan seringkali tampak mustahil, kita baru
yakin kalau kita telah berhasil melakukannya dengan baik. (Evelyn
Underhill)
3. Jika tidak ada usaha pasti tidak akan ada kemajuan. (Saefur Rohman)
4. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila kamu
telah selesai (dari suatu urusan) kerjakan dengan sesungguhnya (urusan)
yang lain dan hanya kepada Allah hendaknya kamu berharap. (Q.S Al-
Insyiroh:6-8)
Persembahan :
1. Ibu, Bapak dan Keluarga
2. Para sahabat terkasih
3. Almamater
v
PRAKATA
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Allah Swt, karena
dengan petunjuk dan ridho-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan
judul Pengaruh Persepsi Siswa Mengenai Kompetensi Komunikasi Guru
terhadap Motivasi Belajar Bahasa Prancis Pada Siswa Kelas XI Bahasa MAN 1
Surakartasebagai salah satu syarat dalam memperoleh gelar sarjana di Fakultas
Bahasa dan Seni Universitas Negeri Semarang.
Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari dukungan dan bimbingan dari
berbagai pihak. Untuk itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. Agus Nuryatin, M.Hum., Dekan Fakultas Bahasa dan Seni yang
telah memberikan kesempatan untuk mengadakan penelitian ini.
2. Dr. Zaim Elmubarok, M.Ag., Ketua Jurusan Bahasa dan Sastra Asing yang
telah memberikan kemudahan dalam menyusun skripsi.
3. Dra. Dwi Astuti, M.Pd., selaku dosen penguji III dan dosen pembimbing yang
telah meluangkan banyak waktunya dengan penuh kesabaran dalam
membimbing dan mengoreksi serta memberi masukan dan arahan dalam
penulisan skripsi ini.
4. Dra. Diah Vitri Widayanti, DEA., dosen penguji I yang telah memberikan
masukan, kritik dan saran sehingga terselesaikannya skripsi ini.
5. Tri Eko Agustiningrum, S.Pd.,M.Pd., dosen penguji II yang telah
memberikan masukan, kritik dan saran sehingga terselesaikannya skripsi ini.
6. Dr. B. Wahyudi Joko Santoso. M.Hum., sekretaris ujian yang telah memandu
jalannya sidang dan memberikan masukan, kritik dan saran sehingga
terselesaikannya skripsi ini.
vi
7. Bapak dan Ibu dosen Jurusan Bahasa dan Sastra Asing, yang telah membagi ilmu
yang bermanfaat.
8. Kepala sekolah dan guru bahasa Prancis MAN 1 Surakarta yang telah
memberikan izin penelitian dan telah bersedia membantu dan meluangkan
waktunya.
9. Siswa kelas XI Bahasa MAN 1 Surakarta yang telah bersedia menjadi
responden dalam penelitian ini.
10. Ayah dan Ibu tercinta yang tiada henti mendoakanku, serta memberi
dorongan, semangat dan kasih sayang.
11. Teman-teman yang menemani dan memberikan semangat serta bantuan dalam
menyelesaikan skripsi ini: Mbak Ratih, Ria, Mimah, Suci, Woro, Binti, Ema, Hira,
Hanum, Diah, teman-teman PBP‟10, dan anak-anak kos violet, serta mbak-mbak
seperjuangan skripsi : Mbak Nunik, Mbak Rina, Mbak Sari, Mbak Diah, Mbak Nita
dan Mbak Halimah.
12. Semua pihak yang telah membantu penulis sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan.
Penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk
melengkapi penelitian ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.
Semarang, Januari 2015
Penulis
vii
SARI
Prisdiana, Siska Ayu. 2014. Pengaruh Persepsi Siswa Mengenai Kompetensi
Berkomunikasi Guru terhadap Motivasi Belajar Bahasa Prancis Pada
Siswa Kelas XI Bahasa MAN 1 Surakarta. Skripsi. Jurusan Bahasa dan
Sastra Asing. Fakultas Bahasa dan Seni. Universitas Negeri Semarang.
Pembimbing. Dra. Dwi Astuti, M.Pd.
Kata Kunci: kompetensi komunikasi, motivasi
Motivasi belajar mampu membangkitkan semangat siswa untuk belajar.
Guru adalah orang tua kedua bagi siswa yang berperan mendorong siswa agar
pada dirinya tumbuh suatu motivasi. Untuk dapat menumbuhkan motivasi dalam
diri siswa, guru harus memiliki kompetensi berkomunikasi agar pesan yang
disampaikan dapat diterima baik oleh siswa. Rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah adakah pengaruh persepsi siswa mengenai kompetensi berkomunikasi
guru terhadap motivasi belajar mata pelajaran bahasa Prancis pada siswa kelas XI
Bahasa MAN 1 Surakarta.
Penelitian ini adalah penelitian korelasional. Variabel dalam penelitian ini
adalah persepsi siswa mengenai kompetensi berkomunikasi guru sebagai variabel
bebas dan motivasi belajar bahasa Prancis siswa sebagai variabel terikat.
Responden dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI Bahasa MAN 1 Surakarta.
Untuk mengumpulkan data digunakan angket dan dokumentasi. Angket pada
penelitian ini menggunakan validitas konstruk dan untuk mengukur reliabilitas
instrumen digunakan rumus Alpha. Untuk menganalisis hubungan kompetensi
berkomunikasi guru dan motivasi belajar siswa digunakan rumus korelasi Product
Moment.
Dari hasil uji hipotesis menggunakan rumus korelasi Product Moment
diperoleh sebesar 0,664 > sebesar 0,514, yang artinya hipotesis kerja
diterima. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa ada pengaruh persepsi siswa
mengenai kompetensi berkomunikasi guru terhadap motivasi belajar bahasa
Prancis siswa. Sementara itu besarnya kontribusi persepsi siswa mengenai
kompetensi berkomunikasi guru terhadap motivasi belajar bahasa Prancis siswa
adalah 44,1%.
Kata Kunci: kompetensi komunikasi, motivasi.
viii
ARTICLE
L’INFLUENCE DE LA PERCEPTION DES LYCÉENS CONCERNANT
LA COMPÉTENCE DE LA COMMUNICATION DU PROFESSEUR À LA
MOTIVATION DE L’APPRENTISSAGE DES LYCÉENS DE LA
DEUXIÈME ANNÉE DU PROGRAMME DE LA LANGUE À MAN 1
SURAKARTA
Siska Ayu Prisdiana, Dra. Dwi Astuti, M.Pd.
Section Français Langue Étrangère (FLE), Département des Langues et des
Littératures Étrangères, Faculté des Langues et des Arts, Université d’État
Semarang
ABSTRACT
Learning motivation is able to increase the students‟ passion to learn. Teachers
have to motivate their students and communication is a tool used to act. The aims
of this research is to describe the influence of students' perceptions regarding the
teachers communication competence of the learning motivation of French
language. This research is a correlational research. The variables in this research
are students' perceptions regarding the communication competence of teachers as
the independent variable and motivation of students learning French as the
dependent variable. The population in this research is the eleventh grader student
of language major MAN 1 Surakarta. To collect the data the writer used
questionnaire and documentation. The construct validity is used for the
questionare in this research and alpha formula is used to measure reliability of the
instrument. To analyse the correlation between the independent variable and the
dependent variableuse product moment correlation formula. Based on the
calculation Product Moment correlation results obtained is 0,664
> is 0,514: the hypothesis is accepted. It means that there student‟s
perceptions regarding the teacher‟s communication competence influence the
learning motivation of French. The contribution of student perceptions regarding
the communication competence of teachers to motivate students to learn French is
44.1%.
Keyword: communication competence, motivation
ix
ABSTRACT
La motivation encourage des lycéens pour faire l‟apprentissage. Le professeur
contribue à encourager les lycéens pour que les lycéens aient une motivation.
Pour motiver les lycéens, le professeur doit avoir la compétence de la
communication. La problématique de cette recherche est de savoir l‟influence de
la perception des lycéens concernant la compétence de la communication du
professeur à la motivation de l‟apprentissage des lycéens. C‟est la recherche
corrélationnelle. Les variables dans cette recherche sont la perception des lycéens
concernant la compétence de la communication du professeur comme le variable
indépendant et la motivation de l‟apprentissage des lycéens comme le variable
dépendant. Les répondants de cette recherche sont les lycéens de la deuxième
année du programme de la langue à MAN 1 Surakarta. J‟ai utilisé le questionnaire
pour collecter les données de la perception des lycéens concernant la compétence
de la communication du professeur et la motivation de l‟apprentissage des lycéens,
et la documentation est pour obtenir les données sur le nom et le nombre des
lycéens. Ce questionnaire a utilisé la validité deconstructet pour savoir la fiabilité
de l‟instrument j‟ai adopté la formule d‟Alpha. Pour analyser la corrélation entre
le variable indépendant et le variable dépendant, je me suis servi de la formule de
corrélation de Product Moment. Le résultat de l‟analyse dans cette recherche
utilisant la formule de corrélation de Product Moment, est obtenu = 0,664
> = 0,514. Donc, l‟hypothèse alternative de cette recherche est acceptée.
Cela montre qu‟il y a l‟influence de la perception du lycéen concernant la
compétence de la communication du professeur à la motivation de l‟apprentissage
des lycéens. La contribution de la compétence de la communication du professeur
à la motivation de l‟apprentissage des lycéens est de 44,1%.
Mots-clés: la compétence de la communication, la motivation
x
I. L’introduction
Le processus de l'enseignement est une activité essentielle dans la classe.
Dans le processus de l'enseignement, les lycéens subissent un changement
d'attitude qui est influencé par l‟impulsion ou le désir de l'intérieur. Cette
impulsion ou ce désir de l'intérieur est la motivation de l‟apprentissage. La
motivation est importante pour l'apprentissage, avec la motivation, les lycéens
veulent bien apprendre les matières, à part cela, la motivation facilite aussi
l'apprentissage et les résultats de l‟apprentissage des lycéens (Rifai et Catharina
2009:161). Donc, la motivation est l'un des facteurs qui va déterminer le succès
des lycéens dans l‟apprentissage.
La motivation est divisée en deux types, ce sont la motivation intrinsèque
et la motivation extrinsèque. La motivation intrinsèque est la motivation qui vient
de l'intérieur du lycéen, et la motivation extrinsèque est l'encouragement qui vient
de l'extérieur du lycéen, mais peut stimuler quel qu‟un de faire quelque chose.
Si le lycéen n'a pas de motivation intrinsèque, le professeur doit
développer la motivation extrinsèque du lycéen dans le processus de
l'enseignement. Le professeur doit pouvoir bien communiquer avec les lycéens
afin qu‟il puisse les motiver. Selon Suharto (2008:11) la communication du
professeur est un processus d'interaction entre le professeur et les lycéens dans les
activités de l'apprentissage.
La communication entre le professeur et les lycéens dans le processus de
l'enseignement n‟est pas seulement de transmettre une matière, mais aussi pour
xi
établir une relation d‟amitié entre le professeur et les lycéens. Si le professeur et
les lycéens ont la bonne relation, les lycéens aimeront son professeur, aimeront
aussi des matières qui sont données, de sorte que les lycéens essaieront de bien
apprendre les matières. Au contraire, si les lycéens détestent son professeur, ils
n‟apprendront pas les matières de son professeur, en conséquence les lycéens ne
peuvent pas continuer la matière (Slameto 2010: 66).
La communication effective peut créer la bonne relation entre le
professeur et les lycéens, parce que le message qui est reçu par les lycéens
approprié au message qui est envoyé par le professeur, puis les lycéens donnent
une réaction positive. La communication effective peut créer la bonne perception
du lycéen sur le professeur, de sorte que le lycéen veut apprendre les matières du
professeur. La différence de la perception des lycéens aura un effet sur la
différence de la motivation de l‟apprentissage à chaque lycéen.
La perception est un processus psychologique comme le résultat de la
sensation qui peut influencer le comportement de l‟individu de l'objet qui est
perçu. Selon Robert A. Baron et Paul B. Paul qui est cité par Mulyana (2005:
167), la perception est un processus interne qui permet aux individus de choisir,
d'organiser et d'interpréter des stimulus de l‟environnement de l'individu, et ce
processus influence le comportement de l‟individu. La perception des lycéens va
influencer le processus de l'apprentissage (l'intérêt) et encourager les lycéens à
faire quelque chose (la motivation).
xii
La perception du lycéen concernant la compétence de la communication
du professeur est fondamentale pour atteindre les objectifs souhaités dans
l'enseignement. Avec la compétence de la communication, quelqu'un pourra bien
communiquer. Dans la classe, il y a des interactions entre les lycéens, et les
lycéens avec le professeur. Cette interaction va créer la perception du lycéen
concernant le professeur qui peut créer une communication active dans
l'enseignement.
Dans l'enseignement, le professeur doit avoir la compétence de la
communication. Pour savoir la compétence de la communication du professeur
dans l'enseignement, il faut faire une évaluation de la part des lycéens, parce que
les lycéens sont décisifs sur la capacité du professeur à transmettre sa
connaissance. En d'autres termes, le professeur peut communiquer effectivement
ou non. Le professeur doit avoir la compétence de la communication pour qu‟il
puisse communiquer effectivement.
La compétence de la communication est la capacité d'un communicateur
pour bien envoyer des messages en utilisant des mots qui sont exactement et
effectivement dans une situation donnée (Morreale et al 2004: 28, cité par Novita
2013). La compétence de la communication se réfère à la capacité d'une personne
à communiquer effectivement. Il y a trois composantes dans cette compétence, ce
sont la motivation de la communication, la connaissance de la communication et
la compétence de la communication. Le professeur doit avoir la motivation de la
communication pour qu‟il puisse bien accomplir sa fonction et responsabilité.
xiii
Avec la motivation de la communication, le professeur va s‟intéresser à
communiquer avec les lycéens, de sorte que cela aille créer la communication
entre le professeur et les lycéens dans l'enseignement. La connaissance de la
communication est la connaissance du professeur sur les matièresenseignées et
des méthodes utilisées. Par exemple, l'utilisation de la méthode de l'enseignement
qui rend le confort aux lycéens peut éveiller une envie d‟apprendre. La dernière
compétence est la compétence de la communication. Le professeur doit avoir la
compétence de la communication pour pouvoir communiquer effectivement avec
les lycéens. Cette façon établi une bonne relation entre le professeur et les lycéens.
Cela crée la communication mutuelledans l'enseignement.
L‟objectif majeur de cette recherche est de savoir l‟influence de la
perception des lycéens concernant la compétence de la communication du
professeur à la motivation de l‟apprentissage du français aux lycéens de la
deuxième année du programme de la langue à MAN 1 Surakarta.
II. La méthode de la recherche
L‟approche de cette recherche est la recherche corrélationnelle. Les
variables de cette recherche sont la perception du lycéen concernant la
compétence de la communication du professeur et la motivation de
l‟apprentissage des lycéens. La population de cette recherche est les lycéens de la
deuxième année du programme de la langue à MAN 1 Surakarta. Pour tester la
fiabilité de l‟instrument, j‟ai choisi 4 lycéens pour remplir le questionnaire.
xiv
La méthode de collecte des données que j‟ai utilisée dans cette recherche
est le questionnaire et la documentation. Le questionnaire est utilisé pour collecter
les données sur la perception du lycéen concernant la compétence de la
communication du professeur et la motivation de l‟apprentissage des lycéens, et la
documentation est pour obtenir les données sur le nom et le nombre du lycéen.
La validité de ce questionnaire est la validité de construct, et la formule
utilisée pour savoir la fiabilité de l‟instrument est la formule d‟Alpha. Pour
examiner la relation entre la compétence de la communication du professeur et la
motivation de l‟apprentissage des lycéens, j‟ai utilisé la formule de corrélation de
Product Moment.
III. Les résultats
La population est 20 lycéens de total. J‟ai choisi 4 d‟eux pour tester la
fiabilité de l‟instrument. Donc, Il ne reste que 16 lycéens, mais il y a eu une
lycéenne qui était absente, alors il n‟y a que 15 lycéens en tant que répondants.
J‟ai distribué le questionnaire le 25 novembre 2014. Les lycéens ont rempli le
questionnaire de 13 questions pour mesurer la compétence de la communication
du professeur, et les 20 questions pour mesurer la motivation de l‟apprentissage
des lycéens. Le tableau suivant montre la donnée collectée sur la compétence de la
communication du professeur.
xv
Le Tableau 1. Le résultat de la Compétence de la Communication du
Professeur
NO.
NOM
La Compétence de la
Communication du
Professeur
1 AS 41
2 AF 39
3 HS 40
4 MJK 39
5 SAES 43
6 EW 37
7 H 41
8 IR 35
9 MDR 30
10 MTA 38
11 NR 40
12 NES 30
13 RPSK 39
14 SF 38
15 UM 35
Nombre 565
Selon le tableau 1, on peut savoir le score et le critère de la perception du
lycéen concernant la compétence de la communication du professeur qui peut être
regardé dans le tableau 2.
Le Tableau 2. Le Score et le Critère de la Perception du Lycéen concernant
La Compétence de la Communication du Professeur
No Critère Intervalle du
Score
Fréquence %
1. Supérieur 633,75 – 780 0 0
2. Élevé 487,49 – 633,74 15 100 %
3. Modéré 341,23 – 487,48 0 0
4. Faible 194,97 – 341,22 0 0
xvi
Basé sur le tableau 2, le score total de la variable de la compétence de la
communication est dans l‟intervalle du score 487,49 – 633,74 qui a le critère élevé.
La variable de la compétence de la communication utilise 3 indicateurs qui
sont fait en 13 questions. Pour savoir le score des indicateurs et des sous-
indicateurs de la compétence de la communication du professeur qui contribuent à
la motivation de l‟apprentissage des lycéens, je présente le tableau 3 :
Le Tableau 3. Le Score de chaque Indicateur au Variable de la Perception
du Lycéen concernant La Compétence de la Communication du Professeur
Indicateur Sous-Indicateur No.
question
Score Nombre
L‟existence de l‟intérêt du 1 34
La motivation professeur pour communiquer 2 28
de la avec des lycéens 3 42 162
Communication L‟existence de l‟impulsion du
professeur pour commencer de
communiquer avec des lycéens
4 58
L‟existence de la connaissance du 5 47
La contenu qui est eu par le 6 43
Connaissance Professeur 7 39
de la L‟existence de la connaissance 8 39 248
Communication procédurale qui est eu par le 9 41
Professeur 10 39
L‟existence d‟empathie du
professeur aux lycéens
11 43
La compétence
de la
L‟existence de la familiarité du
professeur aux lycéens
12 56 155
Communication L‟existence des efforts qui est fait
par le professeur pour réduire le
doute du lycéen
13 56
Pour savoir la contribution de chaque indicateur et sous-indicateur, on
utilise la formule : le nombre du sous-indicateur divisée par le nombre maximal
de cet indicateur (le score maximal x le nombre de questionnaire à chaque
xvii
indicateur x le nombre du répondant) fois 100%. En utilisant cette formule, on
peut regarder le résultat de la donnée à le tableau 4.
Le Tableau 4. La Contribution des Indicateurs de la Compétence
de la Communication du Professeur
Variable Indicateur Sous-Indicateur Score Nombre %
La compétence
de la
communication
a. La motivation
de la
communication
L‟existence de l‟intérêt
du professeur pour
communiquer avec des
lycéens
L‟existence de
l‟impulsion du
professeur pour
commencer de
communiquer avec des
lycéens
104
58
162
67.5%
b. La
connaissance
de la
communication
L‟existence de la
connaissance du
contenu qui est eu par
le professeur
L‟existence de la
connaissance
procédurale qui est eu
par le professeur
129
119
248
68.9%
c. La
compétence de la
communication
L‟existence d‟empathie
du professeur aux
lycéens
L‟existence de la
familiarité du
professeur aux lycéens
L‟existence des efforts
qui est fait par le
professeur pour réduire
le doute du lycéen
43
56
56
155
86.1%
D‟après le tableau 4, l‟indicateur de la motivation de la communication
contribue 67.5% dans la compétence de la communication, la connaissance de la
communication contribue 68.9% et la compétence de la communication contribue
86.1%. Parmi les indicateurs, l‟indicateur de la compétence de la communication
a la contribution la plus dominante des autres indicateurs.
xviii
Le tableau suivant montre la donnée collectée sur la motivation de
l‟apprentissage des lycéens.
Le Tableau 5. Le résultat de la Motivation de l’Apprentissage des Lycéens
NO.
NOM
La Motivation de
l’Apprentissage des
Lycéens
1 AS 68
2 AF 62
3 HS 66
4 MJK 59
5 SAES 67
6 EW 58
7 H 67
8 IR 60
9 MDR 44
10 MTA 48
11 NR 59
12 NES 59
13 RPSK 62
14 SF 55
15 UM 46
Nombre 880
Selon le tableau 5, on peut savoir le score et le critère de la motivation de
l‟apprentissage des lycéens qui peut être regardé dans le tableau 6.
Le Tableau 6. Le Score et le Critère de la Motivation de l’Apprentissage des
Lycéens
No Critère Intervalle Score Fréquence %
1. Supérieur 975 – 1200 0 0
2. Élevé 749 – 974 15 100 %
3. Modéré 523 – 748 0 0
4. Faible 297 – 522 0 0
xix
Basé sur le tableau 6, le score total de la variable de la motivation de
l‟apprentissage des lycéens est dans l‟intervalle score 749 – 974 qui a le critère
élevé.
La variable de la motivation de l‟apprentissage utilise 8 indicateurs qui
sont fait en 20 questions. Pour savoir le score des indicateurs et des sous-
indicateurs de la motivation de l‟apprentissage des lycéens, je présente le tableau
7 :
Le Tableau 7 Le Score de chaque Indicateur au Variable de la
Motivation de l’Apprentissage des Lycéens
Indicateur Sous-Indicateur No.
question
Score Nombre
Il y a la diligence du
lycéen pour faire des
tâches
Le lycéen fait le travail
continuel des tâches jusqu‟à la
fin
14 40 40
Il y a la ténacité du
lycéen pour affronter
des difficultés
Le lycéen ne désespère pas
facilement quand il trouve des
difficultés dans l‟apprentissage
15 45 45
Le lycéen a des efforts
continuels dans l‟apprentissage
16 44
Il y a la passion et le
désir du succès du
Le lycéen a l‟esprit continuel
dans l‟apprentissage
17 48 137
Lycéen Le lycéen a la confiance pour
répondre les questions du
professeur
18 45
Le lycéen veut exceller 19 50
Le lycéen a la curiosité 20 38
Il y a l‟impulsion et le
besoin du lycéen dans
l‟apprentissage
Le lycéen veut l‟existence dans
la classe calculé par le
professeur
21 48 136
Le lycéen étudie diligemment
pour atteindre le rêve
22 47
Il y a l‟espoir et le rêve
de l‟avenir du lycéen
Le lycéen pratique
diligemment pour atteindre le
rêve
23 43 144
Le lycéen pense toujours
positif pour atteindre le rêve
24 54
xx
Indicateur
Sous-Indicateur
No.
quetion
Score
Nombre
Le lycéen reçoit la félicitation
du professeur
25 39
74
Il y a l‟appréciation dans
l‟apprentissage pour des
lycéens
Le lycéen reçoit le
commentaire et le conseil du
professeur aux copies
d‟examen des lycéens
26 35
Le professeur montre l‟attitude
de l‟encouragement aux
lycéens
27 47
Le professeur utilise la
méthode de l‟enseignement qui
peut faire les lycéens actives
28 45
Il y a les activités de
l‟apprentissage qui est
l‟intérêt pour des
lycéens
Le professeur choisi et
organise les matières de
l'enseignement qui facilite les
lycéens pour les comprendre
29 41 215
Le professeur utilise le média
de l'enseignement en
conformité la capacité du
lycéen
30 36
Le professeur implique les
lycéens dans l‟évaluation de
l‟enseignement
31 44
Il y a l‟environnement
de l‟apprentissage qui
supporte des
Le lycéen a l‟environnement
de la classe qui est à l‟aise
pour faire l‟apprentissage
32 45
Lycéens Le lycéen a une bonne relation
avec le professeur
33 46 91
Pour savoir la contribution de chaque indicateur et de sous-indicateur, on
utilise la formule : le nombre du sous-indicateur divisée par le nombre maximal
de cet indicateur (le score maximal x le nombre de questionnaire à chaque
indicateur x le nombre du répondant) fois 100%. En utilisant cette formule, on
peut regarder le résultat de la donnée à le tableau 8.
Lanjutan...
xxi
Le Tableau 8. La Contribution des Indicateurs de la Motivation de
l’Apprentissage des Lycéens
Variable Indicateur Sous-Indicateur Score Nombre %
a. Il y a la
diligence du
lycéen pour faire
des tâches
Le lycéen fait le
travail continuel des
tâches jusqu‟à la fin
40
40
66,7%
b. Il y a la
ténacité du
lycéen pour
affronter des
difficultés
Le lycéen ne
désespère pas
facilement quand il
trouve des
difficultés dans
l‟apprentissage
45
45
75%
c. Il y a la
passion et le
désir du succès
du lycéen
Le lycéen a des
efforts continuels
dans l‟apprentissage
Le lycéen a l‟esprit
continuel dans
l‟apprentissage
Le lycéen a la
confiance pour
répondre les
questions du
professeur
44
48
45
137
76.1%
La motivation
de
l‟apprentissage d. Il y a
l‟impulsion et le
besoin du lycéen
dans
l‟apprentissage
Le lycéen veut
exceller
Le lycéen a la
curiosité
Le lycéen veut
l‟existence dans la
classe calculé par le
professeur
50
38
48
136
75.6%
e. Il y a l‟espoir
et le rêve de
l‟avenir du
lycéen
Le lycéen étudie
diligemment pour
atteindre le rêve
Le lycéen pratique
diligemment pour
atteindre le rêve
Le lycéen pense
toujours positif pour
atteindre le rêve
47
43
54
144
80%
xxii
Lanjutan…
Variable Indicateur Sous-Indicateur Score Nombre %
f. Il y a
l‟appréciation
dans
l‟apprentissage
pour des lycéens
Le lycéen reçoit la
félicitation du
professeur
Le lycéen reçoit le
commentaire et le
conseil du
professeur aux
copies d‟examen des
lycéens
39
35
74
61.7%
g. Il y a les
activités de
l‟apprentissage
qui est l‟intérêt
pour des lycéens
Le professeur
montre l‟attitude de
l‟encouragement
aux lycéens
Le professeur utilise
la méthode de
l‟enseignement qui
peut faire les
lycéens actives
Le professeur choisi
et organise les
matières de
l'enseignement qui
facilite les lycéens
pour les comprendre
Le professeur utilise
le média de
l'enseignement en
conformité la
capacité du lycéen
Le professeur
implique les lycéens
dans l‟évaluation de
l‟enseignement
47
45
41
36
44
215
71.7%
h. Il y a
l‟environnement
de
l‟apprentissage
qui supporte des
lycéens
Le lycéen a
l‟environnement de
la classe qui est à
l‟aise pour faire
l‟apprentissage
Le lycéen a une
bonne relation avec
le professeur
45
46
91
75.8%
xxiii
D‟après le tableau 8, l‟indicateur de la diligence du lycéen pour faire des
tâches contribue 66.7% dans la motivation de l‟apprentissage, la ténacité du
lycéen pour affronter des difficultés contribue 75%, la passion et le désir du
succès du lycéen contribue 76.1%, l‟impulsion et le besoin du lycéen dans
l‟apprentissage contribue 75.6%, l‟espoir et le rêve de l‟avenir du lycéen contribue
80%, l‟appréciation dans l‟apprentissage pour des lycéen contribue 61.7%, les
activités de l‟apprentissage qui est l‟intérêt pour des lycéen contribue 71.7%, et
l‟environnement de l‟apprentissage qui supporte des lycéen contribue 75.8%.
Parmi les indicateurs, l‟indicateur de l‟espoir et le rêve de l‟avenir du lycéen a la
contribution la plus dominante des autres indicateurs.
Le tableau suivant montre les données collectées sur la compétence de la
communication du professeur et la motivation de l‟apprentissage des lycéens.
Le Tableau 9. Le résultat de la Compétence de la Communication du
Professeur et la Motivation de l’Apprentissage des Lycéens
NO.
NOM
La Compétence
de la
Communication
du Professeur
La Motivation
de
l’Apprentissage
des Lycéens
1 AS 41 68
2 AF 39 62
3 HS 40 66
4 MJK 39 59
5 SAES 43 67
6 EW 37 58
7 H 41 67
8 IR 35 60
9 MDR 30 44
10 MTA 38 48
11 NR 40 59
12 NES 30 59
xxiv
Lanjutan…
NO.
NOM
La Compétence
de la
Communication
du Professeur
La Motivation
de
l’Apprentissage
des Lycéens
13 RPSK 39 62
14 SF 38 55
15 UM 35 46
Nombre 565 880
Ces données sont analysées dans la formule de corrélation de Product
Moment ci-dessus :
∑ ∑ ∑
√{ ∑ ∑ }{ ∑ ∑ }
Le résultat de l‟analyse montre qu‟‟il y a l‟influence de la perception du
lycéen concernant la compétence de la communication du professeur à la
motivation de l‟apprentissage des lycéens. En utilisant la formule de corrélation
de Product Moment, le résultat de recherche = 0,664 > = 0,514.
IV. La conclusion
Le résultat de l‟analyse dans cette recherche utilisant la formule de
corrélation de Product Moment, est obtenu = 0,664 > = 0,514. Donc,
l‟hypothèse alternative de cette recherche est acceptée. Cela montre qu‟il y a
l‟influence de la perception du lycéen concernant la compétence de la
communication du professeur à la motivation de l‟apprentissage des lycéens. La
contribution de la compétence de la communication du professeur à la motivation
de l‟apprentissage des lycéens est de 44,1%. Cela explique que 44,1% de la
compétence de la communication du professeur contribue la motivation de
xxv
l‟apprentissage des lycéens, et le reste (55,9%) est déterminé par d‟autres
variables par exemple le rêve du lycéen, la capacité du lycéen, la condition du
lycéen, la condition de l‟environnement du lycéen, et les éléments dynamiques
dans l‟apprentissage et l‟enseignement.
V. Les remerciements
Premièrement, je remercie Allah, le tout miséricordieux. Je remercie
spécialement pour mes parents qui prient toujours pour moi et me donnent l‟esprit.
Ensuite, je remercie Mme. Dwi Astuti en tant que le conseilleur de cette recherche,
pour le support et le conseil, surtout pendant la recherche de ce mémoire. Puis, je
remercie mon professeur du lycée qui m‟a aidé quand j‟ai fait la recherche au
lycée. Enfin, je remercie les lycéens de la deuxième année du programme de la
langue à MAN 1 Surakarta qui ont devenu le répondant dans cette recherche.
VI. Les bibliographies
Mulyana, Deddy. 2005. Ilmu Komunikasi: suatu Pengantar. Bandung : PT.
Remaja Rosdakarya.
Rifa‟i, Achmad dan Tri Anni, Catharina. 2009. Psikologi Pendidikan.
Semarang:UNNES PRESS.
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:
Rineka Cipta.
Soeharto, Karti dkk. 2008. Komunikasi Pembelajaran. Surabaya:SK.
Wulandari, Novita. 2013. “Kompetensi Komunikasi Guru dalam Kegiatan Belajar
Mengajar Berbasis Student Center Learning di SMA N 9 Semarang.”
Universitas Diponegoro Semarang.http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/.
diunduh pada tanggal 22/02/2014.
xxvi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
PENGESAHAN .............................................................................................. ii
PERNYATAAN .............................................................................................. iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................ iv
PRAKATA ..................................................................................................... v
SARI ............................................................................................................... vii
ARTICLE ......................................................................................................... viii
DAFTAR ISI .................................................................................................. xxvi
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xxvii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xxx
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 7
1.3 Tujuan Penelitian ..................................................................................... 7
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................... 7
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Tinjauan Umum Mengenai Persepsi ......................................................... 9
2.1.1 Pengertian Persepsi ........................................................................... 9
2.1.2 Objek Persepsi .................................................................................. 10
2.1.3 Faktor-Faktor Yang Berperan Dalam Persepsi ................................ 11
2.2 Tinjauan Umum Mengenai Kompetensi Komunikasi .............................. 12
2.2.1 Kompetensi Komunikasi .................................................................. 12
2.2.2 Unsur-Unsur Komunikasi ................................................................ 15
2.2.3 Komunikasi Guru Dalam Pembelajaran ........................................... 20
2.3Tinjauan Umum Mengenai Motivasi .......................................................... 24
2.3.1 Pengertian Motivasi .......................................................................... 24
2.3.2 Jenis-Jenis Motivasi .......................................................................... 25
2.3.3 Fungsi Motivasi ................................................................................. 26
2.3.4Ciri-Ciri Orang Yang Memiliki Motivasi ................................................ 27
xxvii
2.3.5 Unsur-Unsur Yang Mempengaruhi Motivasi Belajar ....................... 33
2.4 Kerangka Pikir .......................................................................................... 36
2.5 Hipotesis .................................................................................................... 38
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan Penelitian ............................................................................... 39
3.2 Variabel Penelitian .................................................................................... 39
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ................................................................ 39
3.4 Teknik Pengumpulan Data ........................................................................ 40
3.4.1 Dokumentasi .................................................................................... 40
3.4.2 Angket atau Kuesioner ..................................................................... 40
3.5 Validitas dan Reliabilitas .......................................................................... 42
3.6 Teknik Penentuan Skor ............................................................................. 43
3.7 Uji Coba Instrumen ................................................................................... 44
3.8 Teknik Analisis Data ................................................................................. 44
3.8.1 Analisis Deskriptif ............................................................................ 44
3.8.2 Analisis Kuantitatif ........................................................................... 53
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengumpulan Data ........................................................................... 55
4.1.1 Hasil Pengumpulan Data Persepsi Siswa Mengenai Kompetensi
Berkomunikasi Guru ........................................................................ 55
4.1.2 Hasil Pengumpulan Data Motivasi Belajar Bahasa Prancis Siswa .. 62
4.1.3 Uji Hipotesis .................................................................................... 74
4.2 Pembahasan ............................................................................................... 76
BAB V PENUTUP
5.1 Simpulan .................................................................................................. 81
5.2 Saran ......................................................................................................... 82
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 83
LAMPIRAN
xxviii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Kisi-kisi Instrumen Angket ............................................................. 41
Tabel 3.2 Kriteria Variabel Persepsi Siswa Mengenai
Kompetensi Berkomunikasi Guru .................................................. 46
Tabel 3.3 Kriteria Indikator Motivasi Komunikasi ......................................... 46
Tabel 3.4 Kriteria Indikator Pengetahuan Komunikasi ................................... 47
Tabel 3.5 Kriteria Indikator Keterampilan Komunikasi ................................. 47
Tabel 3.6 Kriteria Variabel Motivasi Belajar Bahasa Prancis Siswa .............. 48
Tabel 3.7 Kriteria Indikator Adanya Ketekunan Dalam Menghadapi Tugas . 49
Tabel 3.8Kriteria Indikator Adanya Keuletan Dalam Menghadapi Kesulitan.49
Tabel 3.9 Kriteria Indikator Adanya Hasrat dan Keinginan Berhasil ............. 50
Tabel 3.10 Kriteria Indikator Adanya Dorongan dan
Kebutuhan dalam Belajar .............................................................. 50
Tabel 3.11Kriteria Indikator Adanya Harapan dan Cita-cita Masa Depan ..... 51
Tabel 3.12 Kriteria Indikator Adanya Penghargaan dalam Belajar ................ 51
Tabel 3.13Kriteria Indikator Adanya Kegiatan yang Menarik dalam Belajar 52
Tabel 3.14 Kriteria Indikator Adanya Lingkungan Belajar yang Kondusif .... 52
Tabel 4.1 Hasil skor Persepsi Siswa Mengenai Kompetensi
Berkomunikasi Guru ....................................................................... 55
Tabel 4.2 Skor dan Kriteria Persepsi Siswa Mengenai Kompetensi
Berkomunikasi Guru ....................................................................... 56
Tabel 4.3 Skor masing-masing Indikator pada Variabel Persepsi Siswa
Mengenai Kompetensi Berkomunikasi Guru ................................. 57
Tabel 4.4 Kontribusi Indikator Variabel Persepsi Siswa Mengenai
Kompetensi Berkomunikasi Guru .................................................. 57
Tabel 4.5 Hasil skor Indikator Motivasi Komunikasi ..................................... 59
Tabel 4.6 Hasil Skor Indikator Pengetahuan Komunikasi .............................. 60
Tabel 4.7 Hasil Skor Indikator Keterampilan Komunikasi ............................. 61
Tabel 4.8 Hasil Skor Motivasi Belajar Bahasa Prancis Siswa ........................ 62
Tabel 4.9 Skor dan Kriteria Motivasi Belajar Bahasa Prancis Siswa ............. 62
Tabel 4.10 Skor masing-masing Indikator pada Variabel Motivasi
xxix
Belajar Bahasa Prancis Siswa ...................................................... 63
Tabel 4.11 Kontribusi Indikator Variabel Motivasi Belajar
Bahasa Prancis ............................................................................. 64
Tabel 4.12 Hasil Skor Indikator Adanya Ketekunan Dalam
Menghadapi Tugas ...................................................................... 67
Tabel 4.13 Hasil Skor Indikator Adanya Keuletan Dalam
Menghadapi Kesulitan ................................................................. 68
Tabel 4.14 Hasil Skor Indikator Adanya Hasrat dan
Keinginan Berhasil ...................................................................... 68
Tabel 4.15 Hasil Skor Indikator Adanya Dorongan dan
Kebutuhan dalam Belajar ............................................................ 69
Tabel 4.16 Hasil Skor Indikator Adanya Harapan dan
Cita-cita Masa Depan .................................................................. 70
Tabel 4.17 Hasil Skor Indikator Adanya Penghargaan
dalam Belajar ............................................................................... 71
Tabel 4.18 Hasil Skor Indikator Adanya Kegiatan yang
Menarik dalam Belajar ................................................................ 72
Tabel 4.19 Hasil Skor Indikator Adanya Lingkungan Belajar
Yang Kondusif ............................................................................. 73
Tabel 4.20 Data Skor Persepsi Siswa Mengenai Kompetensi Berkomunikasi
Guru dan Motivasi Belajar Bahasa Prancis Siswa ........................ 74
xxx
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Keputusan Pengangkatan Dosen Pembimbing .................. 84
Lampiran 2 Surat Permohonan Izin Penelitian .............................................. 85
Lampiran 3 Surat Keterangan Selesai Penelitian ............................................ 87
Lampiran 4 Daftar Nama Responden .............................................................. 88
Lampiran 5 Perhitungan Reliabilitas Instrumen Angket ................................. 89
Lampiran 6 Instrumen Penelitian .................................................................... 91
Lampiran 7 Rekap perhitungan skor angket penelitian .................................. 95
Lampiran 8 Perhitungan Korelasi Pada Variabel Penelitian
Menggunakan Rumus Korelasi Product Moment ............................................ 97
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Proses pembelajaran merupakan kegiatan inti di dalam kelas. Dalam proses
pembelajaran, biasanya siswa mengalami perubahan sikap yang dipengaruhi oleh
dorongan atau keinginan dari dalam dirinya sendiri. Dorongan atau keinginan
itulah yang seringkali disebut motivasi belajar. Motivasi bukan saja penting
karena menjadi faktor penyebab belajar, namun juga memperlancar belajar dan
hasil belajar (Rifa‟i dan Catharina 2009:161).
Motivasi merupakan salah satu faktor yang ikut menentukan keberhasilan
anak di dalam belajar. Jadi, dapat disimpulkan bahwa perubahan sikap belajar
yang dialami oleh siswa sangat bergantung pada motivasi belajarnya. Artinya
seseorang akan berhasil dalam belajar manakala dalam dirinya ada keinginan
untuk belajar. Dengan demikian, motivasi belajar ialah segala sesuatu yang dapat
memotivasi siswa atau individu untuk belajar.
Motivasi dibedakan menjadi dua jenis, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi
ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah motivasi yang berasal dari dalam diri siswa.
Sebaliknya motivasi ekstrinsik ialah dorongan yang datangnya dari luar diri
individu namun mampu merangsang untuk melakukan sesuatu. Bagi siswa yang
mempunyai motivasi intrinsik lebih kuat dibanding motivasi ekstrinsik, maka
kemauan dalam belajarnya lebih kuat karena siswa tidak bergantung pada faktor
luar. Sebaliknya siswa yang memiliki motivasi ekstrinsik lebih kuat, maka
2
kemauan dalam belajarnya pun bergantung pada faktor dari luar yang
menyebabkan seseorang memiliki motivasi untuk belajar.
Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya
penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, sehingga
tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar dapat tercapai. Siswa yang memiliki
motivasi kuat, akan merasa senang dan bersemangat untuk melakukan kegiatan
belajar sehingga pencapaian hasil belajar akan menjadi optimal. Semakin besar
motivasi yang diberikan oleh guru dalam proses pembelajaran, semakin besar pula
kemungkinan keberhasilan dalam proses pembelajaran itu tercapai.
Seorang siswa yang memiliki intelegensi cukup tinggi boleh jadi gagal
karena kekurangan motivasi. Jika siswa tidak mempunyai motivasi intrinsik, maka
guru harus mengembangkan motivasi ekstrinsik siswa. Dengan demikian,
kegagalan belajar siswa bukan semata-mata adalah kesalahan dari pihak siswa.
Salah satu faktor yang menyebabkannya adalah guru tidak berhasil dalam
memberi motivasi yang mampu membangkitkan semangat belajar siswa. Jadi
tugas guru adalah menumbuhkan motivasi siswa melalui motivasi ekstrinsik
dalam proses pembelajaran. Selanjutnya guru harus mengarahkan dan mengubah
agar siswa belajar bukan karena adanya faktor dari luar, tetapi karena kebutuhan
akan belajar, sehingga hal itu mampu menjadi motivasi yang bersifat intrinsik.
Kemampuan guru dalam memotivasi siswa tidak terlepas dari kemampuan
guru dalam berkomunikasi dengan siswa. Soeharto (2008:11) mengartikan
komunikasi guru sebagai proses interaksi antara guru dengan siswanya di dalam
kegiatan belajar mengajar. Di dalam proses pembelajaranakan terjadi proses
3
komunikasi yang merupakan interaksi. Komunikasi dilakukan manusia bukan
hanya untuk menyampaikan atau saling bertukar pesan/informasi, melainkan ada
tujuan untuk membangun dan memelihara relasi. Dalam praktik pembelajaran
pun, komunikasi yang dilakukan oleh guru dan siswa bukan hanya proses
pertukaran dan penyampaian materi pembelajaran, melainkan ada dimensi relasi
guru dan siswa. Baiknya relasi guru dan siswa menjadi prasyarat utama
terciptanya proses pembelajaran yang efektif. Selain itu relasi yang baik dapat
membantu guru memahami para siswa dengan baik pula.
Bila hubungan guru dengan siswa baik, siswa akan menyukai gurunya, juga
akan menyukai mata pelajaran yang diberikannya sehingga siswa berusaha
mempelajari sebaik-baiknya. Hal tersebut terjadi sebaliknya, jika siswa membenci
gurunya. Ia segan mempelajari mata pelajaran yang diberikannya, akibatnya siswa
tidak mengalami kemajuan dalam belajarnya (Slameto 2010:66). Relasi yang baik
dapat terjadi apabila di antara guru dan siswa terjalin komunikasi yang efektif,
yakni pesan yang diterima oleh komunikan (siswa) sesuai dengan pesan yang
dikirim oleh komunikator (guru), kemudian komunikan memberi respon yang
positif sesuai dengan yang diharapkan.
Keefektifan komunikatif seorang guru dalam pembelajaran bergantung
pada keefektifan komunikasi yang dilakukannya dengan siswa di dalam atau di
luar kelas, sehingga dapat menunjang keberhasilan pembelajaran. Pembelajaran
bukan semata-mata proses transfer pengetahuan, melainkan juga proses
komunikasi dua arah antara guru dan siswa, agar tercipta komunikasi yang efektif.
Dalam komunikasi pembelajaran, guru harus menguasai isi pembelajaran yang
4
akan disampaikan dan metode penyampaiannya. Guru juga harus memiliki
kemampuan dalam mendesain komunikasi yang efektif dengan siswa.
Kemampuan ini sangat penting karena berdampak langsung pada kualitas
pemahaman siswa akan materi yang diajarkan.
Dalam proses pembelajaran, siswa akan memiliki pengalaman belajar dan
pengalaman tersebut membentuk persepsinya terhadap guru dan mata pelajaran.
Dengan adanya komunikasi yang efektif dapat menimbulkan persepsi baik oleh
siswa terhadap guru yang berdampak pada penerimaan materi yang
disampaikannya. Adanya perbedaan persepsi siswa akan berpengaruh pada
perbedaan motivasi belajar di masing-masing siswa, sehingga dapat disimpulkan
bahwa timbulnya motivasi belajar dipengaruhi oleh adanya persepsi siswa
terhadap kompetensi berkomunikasi guru. Dengan demikian kompetensi
berkomunikasi guru sangat dibutuhkan agar mampu menciptakan komunikasi
yang efektif, serta untuk membangun relasi yang baik antara guru dan siswa.
Persepsi merupakan proses psikologis sebagai hasil penginderaan yang
dapat mempengaruhi perilaku individu terhadap objek yang dipersepsi. Menurut
Robert A. Baron dan Paul B. Paulus sebagaimana dikutip Mulyana (2005:167)
persepsi adalah proses internal yang memungkinkan individu memilih,
mengorganisasikan, dan menafsirkan rangsangan dari lingkungan individu, dan
proses tersebut mempengaruhi perilaku individu.
Persepsi siswa mengenai kompetensi berkomunikasi guru merupakan hal
yang sangat mendasar guna mencapai tujuan yang diinginkan dalam suatu
pembelajaran. Dengan kompetensi berkomunikasi, seseorang akan dapat
5
berinteraksi dengan baik. Dalam kehidupan sosial di kelas tidak lepas dari
interaksi antara siswa dengan siswa maupun siswa dengan guru. Adanya interaksi
antarkomponen yang ada di dalam kelas akan menimbulkan persepsi yang dapat
menumbuhkan komunikasi aktif.
Dalam mengajar guru harus memiliki kompetensi komunikasi. Kompetensi
komunikasi guru dalam mengajar tidak dapat diamati hanya dari latar belakang
pendidikannya saja, tetapi juga penilaian langsung dari siswa. Siswa sebagai
teman pelaku komunikasi guru menjadi penentu mengenai pesan-pesan yang
disampaikan guru dalam pembelajaran dapat diterima atau tidak. Selain itu, siswa
juga menjadi penentu kemampuan guru dalam menyampaikan ilmunya kepada
siswa sudah tercapai atau belum. Dengan kata lain, guru sudah mampu
berkomunikasi secara efektif atau belum.
Menurut Smith sebagaimana dikutip Djamaluddin dan Iriantara (1994:166),
mengajar merupakan suatu sistem tindakan yang diharapkan menjadi penyebab
terjadinya belajar. Sesuai dengan pengertian tersebut, belajar merupakan hal yang
diharapkan dalam mengajar, maka yang perlu diutamakan adalah mengajar yang
tepat. Ketepatan mengajar akan menghasilkan proses belajar yang baik. Mengajar
yang tepat tak pernah lepas dari kemampuan menyampaikan pesan. Sebagaimana
disampaikan Naim (2011:112) bahwa pada dasarnya seorang guru adalah seorang
komunikator. Proses pembelajaran yang berlangsung di dalam kelas merupakan
proses komunikasi. Dalam komunikasi pembelajaran, guru harus memenuhi
segala prasyarat komunikasi yang efektif dalam menyampaikan pelajaran. Jika
tidak, proses pembelajaran akan sulit mencapai hasil maksimal. Untuk
6
mendapatkan hasil yang maksimal dalam mengajar, guru dituntut memiliki
kompetensi komunikasi.
Kompetensi komunikasi merupakan kemampuan seorang komunikator
untuk mengirimkan pesan-pesan dengan baik menggunakan pesan-pesan yang
dianggap tepat dan efektif dalam suatu situasi tertentu (Morreale et al 2004:28
sebagaimana dikutip Novita 2013). Kompetensi komunikasi mengacu pada
kemampuan seseorang untuk berkomunikasi secara efektif. Kompetensi ini
meliputi tiga komponen, yaitu motivasi komunikasi, pengetahuan komunikasi dan
keterampilan komunikasi. Motivasi komunikasi harus dimiliki seorang guru dalam
menjalankan tugas dan tanggung jawabnya. Sedangkan pengetahuan komunikasi
guru berupa penguasaan materi yang dimilikinya serta pemilihan cara yang
dilakukan dalam penyampaian materi. Misalnya penggunaan metode belajar
dalam kelas yang membuat siswa nyaman sehingga materi yang disampaikan
dapat diterima siswa dengan baik. Kompetensi komunikasi yang terakhir adalah
keterampilan komunikasi guru yang berupa kemampuan dalam berkomunikasi
secara efektif dengan siswa. Hal itu dilakukan untuk membina hubungan baik agar
terjadi komunikasi timbal balik dalam proses pembelajaran.
Berdasarkan pemikiran di atas, hal yang akan dikaji dalam penelitian ini
adalah “Pengaruh Persepsi Siswa Mengenai Kompetensi Berkomunikasi Guru
terhadap Motivasi Belajar Mata Pelajaran Bahasa Prancis Pada Siswa Kelas XI
Bahasa MAN 1 Surakarta”
7
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah adakah pengaruh persepsi siswa mengenai
kompetensi berkomunikasi guru terhadap motivasi belajar mata pelajaran bahasa
Prancis pada siswa kelas XI Bahasa MAN 1 Surakarta ?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan yang diharapkan oleh penulis dalam penelitian ini adalah untuk
mendeskripsikan ada tidaknya pengaruh persepsi siswa mengenai kompetensi
berkomunikasi guru terhadap motivasi belajar mata pelajaran bahasa Prancis pada
siswa kelas XI Bahasa MAN 1 Surakarta.
1.4 Manfaat Penelitian
Sesuai permasalahan yang diangkat, penelitian ini memiliki beberapa
manfaat baik manfaat secara teoritis maupun manfaat secara praktis.
1.4.1 Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah memberikan sumbangsih di
bidang pendidikan tentang pengaruh kompetensi berkomunikasi guru terhadap
motivasi belajar siswa dan sebagai bahan acuan di bidang penelitian yang sejenis.
8
1.4.2 Manfaat praktis
Manfaat praktis dari penelitian ini adalah sebagai bahan pertimbangan
untuk menciptakan proses belajar mengajar yang mampu meningkatkan motivasi
belajar siswa khususnya dalam mata pelajaran bahasa Prancis.
9
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Tinjauan Umum Mengenai Persepsi
2.1.1 Pengertian Persepsi
Secara etimologis, persepsi atau perception berasal dari bahasa Latin
perceptio; dari percipere, yang artinya menerima atau mengambil (Sobur
2003:45). Menurut Leavitt sebagaimana dikutip Sobur (2003:45), persepsi
(perception) dalam arti sempit ialah penglihatan, bagaimana seseorang melihat
sesuatu, sedangkan dalam arti luas ialah pandangan atau pengertian, yaitu
bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu.
Slameto (2010:102) menyatakan bahwa persepsi adalah proses yang
menyangkut masuknya pesan atau informasi ke dalam otak manusia. Melalui
persepsi manusia terus-menerus mengadakan hubungan dengan lingkungannya.
Hubungan ini dilakukan lewat inderanya, yaitu indera penglihat, pendengar,
peraba, perasa, dan pencium.
Menurut Mulyana (2005:167) persepsi adalah proses ketika individu
menjadi sadar akan banyaknya stimulus yang mempengaruhi indra. Persepsi
adalah inti komunikasi, sedangkan penafsiran (interpretasi) adalah inti persepsi,
yang identik dengan penyandian-balik (decoding) dalam proses komunikasi. Hal
ini jelas tampak pada definisi John R. Wenburg dan William W. Wilmot
sebagaimana dikutip Mulyana (2005:167), “persepsi dapat didefinisikan sebagai
cara organisme memberi makna.” Sedangkan Rudolph F. Verderber sebagaimana
10
dikutip Mulyana (2005:167), menyatakan bahwa persepsi adalah proses
menafsirkan informasi indrawi.
Dalam proses persepsi, individu dituntut untuk memberikan penilaian
terhadap suatu objek yang dapat bersifat positif atau negatif, baik atau buruk,
senang atau tidak senang, dan sebagainya. Persepsi manusia, baik berupa persepsi
positif maupun negatif akan mempengaruhi tindakan yang tampak. Tindakan
positif biasanya muncul apabila individu mempersepsi seseorang secara positif
dan sebaliknya.
Berdasarkan paparan tersebut, dalam penelitian ini persepsi yang
merupakan inti komunikasi digunakan untuk menilai atau mengukur kompetensi
berkomunikasi guru menurut pandangan siswa berupa reaksi atau penilaian positif
atau negatif serta baik atau buruknya rangsangan yang diberikan oleh guru.
Dengan demikian, persepsi siswa terhadap kompetensi berkomunikasi guru adalah
suatu pandangan, pendapat, dan penilaian terhadap pesan ataupun informasi yang
disampaikan oleh guru dengan tujuan memberikan pengaruh bagi perkembangan
motivasi siswa. Persepsi menentukan individu memilih suatu pesan dan
mengabaikan pesan yang lain. Persepsi positif siswa akan mampu mendorong
siswa untuk melaksanakan sesuatu, dalam hal ini siswa akan memiliki motivasi
belajar.
2.1.2 Objek Persepsi
Menurut Walgito (2010:108-109) objek persepsi dapat dibedakan atas
objek yang non manusia dan manusia. Objek persepsi yang berwujud manusia ini
disebut person perception atau juga ada yang menyebutkan sebagai social
11
perception. Pada objek persepsi manusia, manusia yang dipersepsi mempunyai
kemampuan, perasaan, ataupun aspek-aspek lain seperti halnya pada orang yang
mempersepsi. Orang yang dipersepsi akan dapat mempengaruhi orang yang
mempersepsi.
Dari pendapat tersebut bisa dikatakan bahwa orang yang dipersepsi dalam
penelitian ini adalah guru, sedangkan orang yang mempersepsi dalam penelitian
ini adalah siswa, sehingga bisa diambil kesimpulan bahwa orang yang dipersepsi
(guru) dapat mempengaruhi orang yang mempersepsi (siswa). Siswa mempersepsi
suatu komunikasi yang dilakukan guru dengan siswa saat proses pembelajaran.
Jika persepsi siswa positif akan berpengaruh terhadap tingginya motivasi belajar
siswa dan sebaliknya.
2.1.3 Faktor-faktor yang berperan dalam persepsi
Menurut Walgito (2010:101) faktor-faktor yang berperan dalam persepsi
yaitu:
1. Objek yang Dipersepsi
Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indra atau reseptor.
Stimulus dapat datang dari luar individu yang mempersepsi, tetapi juga dapat
datang dari dalam diri individuyang bersangkutan yang langsung mengenai syaraf
penerima yang bekerja sebagai reseptor.
2. Alat Indra, Syaraf, dan Pusat Susunan Syaraf
Alat indra atau reseptor merupakan alat untuk menerima stimulus. Di
samping itu juga harus ada syaraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus
yang diterima reseptor ke pusat susunan syaraf, yaitu otak sebagai pusat kesadaran.
12
3. Perhatian
Untuk menyadari atau untuk mengadakan persepsi diperlukan adanya
perhatian, yaitu merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan dalam
rangka mengadakan persepsi.
Dari pendapat di atas, dapat diambil simpulan bahwa ketika siswa
menerima objek yang dipersepsi (komunikasi yang dilakukan guru) dan alat
indranya dapat merasakan, maka siswa akan melakukan sebuah perhatian.
Perhatian siswa dapat menjadikan tinggi rendahnya suatu persepsi yang
mempengaruhi tinggi rendahnya motivasi belajar. Apabila komunikasi yang
dilakukan guru berlangsung menyenangkan, maka persepsi positif siswa akan
mendorong siswa untuk memperhatikan apa yang sedang dikomunikasikan guru,
dan sebaliknya. Dengan demikian, persepsi siswa mengenai komunikasi guru ini
dapat mempengaruhi tinggi rendahnya motivasi belajar siswa.
2.2 Tinjauan Umum Mengenai Kompetensi Komunikasi
2.2.1 Kompetensi Komunikasi
Kompetensi komunikasi merupakan kemampuan seorang komunikator
untuk mengirimkan pesan-pesan dengan baik menggunakan pesan-pesan yang
dianggap tepat dan efektif dalam suatu situasi tertentu (Morreale et al 2004:28
sebagaimana dikutip Novita 2013). Kompetensi komunikasi ini dapat diukur
dengan indikator motivasi komunikasi, pengetahuan komunikasi, dan
keterampilan komunikasi (Morreale et al 2004:37 sebagaimana dikutip Novita
2013).
13
Motivasi komunikasi merupakan daya tarik dari komunikator yang
mendorong seseorang untuk berkomunikasi dengan orang lain. Pada dasarnya,
aktifitas manusia selalu berhubungan dengan adanya dorongan, alasan ataupun
kemauan. Motivasi komunikasi ini merupakan hasil dari usaha dan keinginan
yang mengarahkan perbuatan individu menuju hal yang positif seperti ketertarikan
untuk berkomunikasi dan dorongan untuk memulai komunikasi.
Pengetahuan komunikasi dibagi menjadi dua jenis yaitu pengetahuan
konten dan pengetahuan prosedural (Morreale et al 2004:38 sebagaimana dikutip
Novita 2013). Pengetahuan konten meliputi pengetahuan tentang topik apa, kata-
kata yang digunakan, pemahaman situasi dan seterusnya yang dibutuhkan dalam
suatu situasi. Pengetahuan prosedural merujuk pada pengetahuan bagaimana cara
menyusun, merencanakan, dan mentransfer pengetahuan yang dimiliki dalam
situasi tertentu.
Keterampilan komunikasi merupakan kemampuan yang dapat membimbing
seseorang untuk menghadirkan sebuah perilaku tertentu yang cukup dan mampu
mendukung proses komunikasi secara tepat dan efektif. Untuk mengurangi
keraguan, seorang komunikator sedapat mungkin harus memiliki tiga
keterampilan yaitu empati, berperilaku seluwes mungkin, dan kemampuan
mengurangi keraguan itu sendiri (Morreale et al 2004:39 sebagaimana dikutip
Novita 2013).
Berdasarkan teori di atas, dalam penelitian ini indikator yang digunakan
untuk kompetensi komunikasi guru, digunakan teori kompetensi komunikasi oleh
Morreale. Berdasarkan teori tersebut terdapat 3 indikator untuk kompetensi
14
komunikasi, yaitu motivasi komunikasi, pengetahuan komunikasi, dan
keterampilan komunikasi. Ketiga indikator tersebut sesuai digunakan untuk
mengetahui kompetensi komunikasi guru. Dengan memiliki motivasi komunikasi,
seorang guru akan tertarik dan terdoronguntuk berkomunikasi dengan siswanya
saat proses pembelajaran. Kemudian pengetahuan komunikasi yang dimiliki guru
dapat membuat pembelajaran menjadi efektif karena pengetahuan komunikasi
merupakan pengetahuan apa yang akan diinformasikan dan bagaimana cara
menyampaikannya agar dapat diterima baik oleh siswa. Selain itu, pengetahuan
komunikasi juga mencakup bagaimana seseorang memahami situasi yang terjadi
di dalam kelas selama proses pembelajaran. Hal ini bertujuan agar guru dapat
menjaga situasi di kelas berlangsung kondusif selama proses pembelajaran.
Misalnya dengan penggunaan metode belajar yang bervariasi dan diselingi dengan
permainan akan dapat membangkitkan semangat siswa dalam belajar serta dapat
meminimalisir kejenuhan dalam diri siswa. Dengan memiliki pengetahuan
komunikasi ini guru dapat memilih dan menerapkan metode yang cocok untuk
menarik perhatian siswa dalam situasi pembelajaran yang berbeda-beda, dengan
harapan materi yang disampaikan dapat diterima baik oleh siswa. Kompetensi
komunikasi yang terakhir yang harus dimiliki guru adalah keterampilan
komunikasi yang berupa kemampuan dalam berkomunikasi secara efektif. Dalam
hal ini guru harus bersikap empati terhadap siswa agar dapat mengetahui keadaan
siswa. Dengan bersikap empati guru dapat memberikan perhatian lebih pada siswa
yang mempunyai masalah belajar maupun masalah pribadi sehingga akan tercipta
keakraban diantara guru dan siswa. Hubungan yang akrab ini akan berdampak
pada proses pembelajaran menjadi lebih efektif, karena antara guru dan siswa
sudah saling mengenal lebih dekat. Hal ini membuat siswa senang berinteraksi
dengan guru, mereka tidak takut atau cemas untuk bertanya maupun menjawab
15
pertanyaan guru selama proses pembelajaran. Dengan demikian, seorang guru
seharusnya memiliki kompetensi berkomunikasi agar proses pembelajaran
berjalan efektif dan hubungan guru-siswa menjadi akrab, sehingga dapat
meningkatkan motivasi belajar siswa.
2.2.2 Unsur-unsur Komunikasi
Dalam model komunikasi Berlo (1960) sebagaimana dikutip Cangara
(2003:22), komunikasi terdiri dari 4 proses utama yaitu SMRC (Source, Message,
Channel, dan Receiver). Shannon, dkk sebagaimana dikutip Cangara (2003:23),
menambahkan unsur efek dan umpan balik (feedback) sebagai pelengkap dalam
membangun komunikasi yang sempurna. Kemudian, Joseph, dkk sebagaimana
dikutip Cangara (2003:23), menambahkan faktor lingkungan sebagai unsur yang
tidak kalah pentingnya dalam mendukung terjadinya proses komunikasi.
Dari penjelasan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 1.2 Gambar unsur-unsur komunikasi
Lingkungan
Sumber Pesan Media Penerima Efek
Umpan
Balik
16
1. Sumber
Semua peristiwa komunikasi akan melibatkan sumber sebagai pembuat atau
pengirim informasi. Dalam komunikasi antarmanusia, sumber bisa terdiri dari satu
orang, tetapi bisa juga dalam bentuk kelompok misalnya partai, organisasi atau
lembaga. Sumber sering disebut pengirim, komunikator atau dalam bahasa
Inggrisnya disebut source, sender atau encoder.
2. Pesan
Pesan yang dimaksud dalam proses komunikasi adalah sesuatu yang
disampaikan pengirim kepada penerima. Pesan dapat disampaikan dengan cara
tatap muka atau melalui media komunikasi. Isinya bisa berupa ilmu pengetahuan,
hiburan, informasi, nasihat atau propaganda. Dalam bahasa Inggris pesan biasanya
diterjemahkan dengan kata message, content, atau Information.
3. Media
Media yang dimaksud di sini adalah alat yang digunakan untuk
memindahkan pesan dari sumber kepada penerima. Saluran komunikasi terdiri
atas 3 bagian,lisan, tertulis (cetak), dan elektronik. Misalnya dalam komunikasi
antarpribadi, maka media komunikasi yang digunakan adalah panca indra atau
bisa memakai media telepon, surat, telegram yang digolongkan sebagai media
komunikasi antarpribadi. Sedangkan komunikasi yang bersifat massa (komunikasi
massa), dapat menggunakan media cetak (koran, surat kabar, majalah, dll) , dan
media elektornik (TV, Radio).
17
4. Penerima
Penerima adalah pihak yang menjadi sasaran pesan yang dikirim oleh
sumber. Penerima bisa terdiri dari satu orang atau lebih, bisa dalam bentuk
kelompok, partai atau negara. Penerima adalah elemen yang penting dalam
menjalankan sebuah proses komunikasi, karena dialah yang menjadi sasaran dari
komunikasi. Penerima biasa disebut dengan berbagai macam istilah, seperti
khalayak, sasaran, komunikan, atau dalam bahasa Inggris disebut audience atau
receiver.
Megenali khalayak adalah prinsip dasar dalam berkomunikasi. Karena
mengetahui dan memahami karakteristik penerima (khalayak), berarti suatu
peluang untuk mencapai suatu keberhasilan komunikasi.
5. Efek
Pengaruh atau efek adalah perbedaan antara apa yang dipikirkan, dirasakan
dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima pesan. Pengaruh ini
bisa terjadi pada pengetahuan, sikap dan tingkah laku seseorang. Oleh karena itu,
pengaruh bisa juga diartikan perubahan atau penguatan keyakinan pada
pengetahuan, sikap dan tindakan seseorang sebagai akibat penerimaan pesan.
6. Umpan Balik
Umpan balik sebenarnya adalah salah satu bentuk dari pada pengaruh yang
berasal dari penerima.
18
7. Lingkungan
Lingkungan atau situasi ialah faktor-faktor tertentu yang mempengaruhi
jalannya komunikasi. Faktor ini dapat digolongkan atas empat macam, yakni
lingkungan fisik, sosial budaya, psikologis, dan dimensi waktu.
Lingkungan fisik menunjukkan bahwa suatu proses komunikasi hanya bisa
terjadi kalau tidak terdapat rintangan fisik, misalnya geografis. Komunikasi
seringkali sulit dilakukan karena faktor jarak yang begitu jauh, di mana tidak
tersedia fasilitas komunikasi seperti telepon, kantor pos atau jalan raya.
Lingkungan sosial menunjukkan faktor sosial budaya, ekonomi dan politik
yang bisa menjadi kendala terjadinya komunikasi, misalnya kesamaan bahasa,
kepercayaan, adat istiadat dan status sosial.
Dimensi psikologis adalah pertimbangan kejiwaan yang digunakan dalam
berkomunikasi. Misalnya menghindari kritik yang menyinggung perasaan orang
lain, menyajikan materi yang sesuai dengan usia khalayak. Dimensi psikologis ini
biasa disebut dengan dimensi internal.
Adapun dimensi waktu menunjukkan situasi yang tepat untuk melakukan
kegiatan komunikasi. Banyak proses komunikasi tertunda karena pertimbangan
waktu, misalnya musim.
Guru (sumber) dan siswa (penerima) merupakan unsur yang penting dalam
proses pembelajaran karena mereka merupakan pelaku utama terjadinya proses
pembelajaran. Tanpa guru dan siswa, tidak akan terjadi proses pembelajaran,
sehingga jika salah satu dari mereka ada yang bermasalah, misalnya guru sedang
sakit dan ketika mengajar suaranya kurang jelas, akibatnya materi yang
19
disampaikan guru tidak dapat diterima baik oleh siswa. Selanjutnya jika siswa
yang mengalami gangguan, kasus yang sering terjadi ketika proses pembelajaran
berlangsung adalah kondisi siswa yang mulai letih dan merasa lapar, hal ini akan
menyebabkan konsentrasi siswa dalam pelajaran berkurang, sehingga tidak dapat
menyerap materi dengan baik. Dalam kasus tersebut, apabila kedua unsur (sumber
dan penerima) bermasalah, dapat dipastikan komunikasi tidak berjalan efektif,
sehingga umpan balik dan efek (dari segi pengetahuan) yang diharapkan tidak
terjadi pada diri siswa. Selain itu, unsur media dan lingkungan juga berpengaruh
dalam terciptanya komunikasi efektif. Jika guru ingin mengajar tentang
mendengarkan dan ternyata speakernya rusak, atau pada saat yang bersamaan
cuaca mendung dan hujan deras yang dapat mengganggu pendengaran siswa,
maka proses pembelajaran menjadi terganggu. Gangguan tersebut berasal dari
media yang tidak dapat diputar karena adanya kerusakan pada speaker dan
gangguan pada lingkungan, yaitu pada dimensi waktu (saat berlangsungnya proses
pembelajaran bertepatan dengan hujan deras).
Berdasarkan paparan tersebut dapat disimpulkan bahwa setiap unsur
komunikasi memberi peranan yang sangat penting dalam membangun proses
komunikasi. Bahkan ketujuh unsur ini saling mempengaruhi satu sama lain.
Artinya apabila salah satu unsurada yang terganggu atau mengalami hambatan,
maka proses komunikasi akan terganggu. Akibatnya komunikasi tidak akan
efektif dan tidak akan menghasilkan dampak sebagaimana yang diharapkan.
20
2.2.3 Komunikasi Guru dalam Pembelajaran
Komunikasi mencakup berbagai aspek kehidupan sehari-hari, termasuk di
antaranya komunikasi dalam bidang pendidikan. Hampir sebagian besar aktivitas
pembelajaran yang dilakukan guru di ruang kelas adalah kegiatan komunikasi,
baik verbal maupun nonverbal.Oleh karenanya, hasil buruk penerimaan materi
oleh para siswa dapat dikarenakan guru tidak memiliki kompetensi
berkomunikasi, sehingga dapat menyebabkan komunikasi guru kurang baik di
depan para siswa. Sebagai contoh, salah satu komponen dari kompetensi
berkomunikasi adalah pengetahuan komunikasi yang meliputi penguasaan materi
dan metode penyampaiannya. Apabila guru menguasai materi, namun kurang
menguasai metode, dapat dipastikan komunikasi yang terjalin pada saat proses
pembelajaran menjadi tidak efektif.
Menurut Iriantara dan Syaripudin (2013:72), komunikasi pendidikan bukan
sekadar komunikasi yang berlangsung dengan latar pembelajaran atau pendidikan,
melainkan juga proses komunikasi yang di dalamnya terkandung nilai-nilai
pendidikan.
Efektivitas pembelajaran bergantung pada efektivitas komunikasi. Oleh
karena itu, efektivitas seorang guru dalam pembelajaran bergantung pada seberapa
efektif komunikasinya dengan siswa di dalam atau di luar kelas (Iriantara dan
Syaripudin 2013:73). Komunikasi di dalam kelas adalah komunikasi yang
berlangsung secara formal, di mana lebih kuat dimensi pertukaran atau
penyampaian pesannya dibanding dimensi relasinya. Sedangkan komunikasi di
luar kelas berlangsung secara informal, di mana lebih kuat dimensi relasinya
21
dibanding dimensi pertukaran atau penyampaian pesannya. Dalam proses
pembelajaran di sekolah, baik komunikasi formal maupun informal sama
pentingnya untuk mendorong peningkatan mutu pembelajaran.
Guru yang baik adalah guru yang memahami bahwa komunikasi dan
pembelajaran adalah dua hal yang saling bergantung yang lebih mementingkan
apa yang sudah siswa pelajari dari pada apa yang sudah diajarkannya, dan yang
terus menerus memilih dan menentukan apa yang harus dikomunikasikan dan
bagaimana mengkomunikasikannnya (Richmond et.al, 2009) sebagaimana
dikutip Iriantara dan Syaripudin (2013:74). Intinya adalah guru yang baik adalah
komunikator yang baik, atau guru yang efektif adalah komunikator yang efektif.
Menurut Richmond et.al (2009) sebagaimana dikutip Iriantara dan
Syaripudin (2013:74), komunikasi pembelajaran merupakan proses di mana guru
membangun relasi komunikasi yang efektif dan afektif dengan siswa sehingga
siswa berkesempatan meraih keberhasilan yang maksimal dalam proses
pembelajaran. Tujuan membangun komunikasi efektif dan afektif adalah untuk
mewujudkan kegiatan pembelajaran yang dapat memfasilitasi siswa mencapai
tujuan pembelajaran. Komunikasi yang efektif artinya guru dan siswa sama-sama
memahami apa yang dikomunikasikan dan bagaimana mengkomunikasikannya.
Sedangkan komunikasi afektif bertujuan membangun keadaan saling memahami
perasaan antara guru dan siswa terhadap proses komunikasi dan apa yang sedang
dibelajarkan.
Guru yang peduli, yang penuh perhatian terhadap siswanya akan membuat
siswa tak segan untuk mengajaknya berdiskusi tentang berbagai hal. Ada
22
banyakpenelitian yang menunjukkan bagaimana relasi guru dan siswa ini
berdampak terhadap proses pembelajaran. Menurut hasil penelitian yang
dilakukan Dais et.al (2003) sebagaimana dikutip Iriantara dan Syaripudin
(2013:72), relasi yang baik antara guru dan siswa berpengaruh terhadap prestasi
dan motivasi belajar siswa. Selain itu relasi positif guru-siswa merupakan senjata
yang ampuh untuk menciptakan iklim pembelajaran yang membuat siswa lebih
menghormati orang dewasa disekitarnya dan menghormati sesamanya, serta
menjadi lebih memiliki perhatian karena merasa diperhatikan (Thompson 1998)
dan (Canter & Canter 1997) sebagaimana dikutip Iriantara dan Syaripudin
(2013:73). Sedangkan Marzano (2003:18) sebagaimana dikutip Iriantara dan
Syaripudin (2013:73) menunjukan relasi guru dan siswa juga membuat siswa
lebih mudah menjadi orang yang disiplin dan taat aturan. Selain itu, relasi siswa
dan guru ini membuat siswa lebih menyimak apa yang disampaikan gurunya
karena merasa keberadaannya dinilai dan dihargai (Zem & Kottler 1993)
sebagaimana dikutip Iriantara dan Syaripudin (2013:73).
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa pentingnya
membangun relasi yang baik antara guru dan siswa karena berdampak pada
komunikasi pembelajaran dan proses pembelajaran menjadi lebih efektif. Selain
itu juga menunjukkan pentingnya komunikasi bukan hanya dalam artian
pertukaran atau penyampaian pesan, melainkan juga dalam menjaga relasi. Relasi
yang baik ini dapat terjalin apabila guru mempedulikan dan memperhatikan setiap
siswa baik di dalam maupun di luar kelas. Dengan demikian ketika siswa
mengalami kesulitan dalam belajar atau mempunyai masalah pribadi yang
23
mengganggu aktivitas belajarnya, siswa dengan senang hati akan bercerita pada
guru, kemudian mendengarkan nasihat dari guru.
Dalam pembelajaran bahasa Prancis, relasi baik guru bahasa Prancis
dengan siswanya sangat berpengaruh pada keefektifan komunikasi guru dalam
menyampaikan materi. Mengingat bahasa Prancis adalah bahasa baru bagi siswa,
maka relasi yang baik ini sangat diperlukan untuk menumbuhkan motivasi siswa.
Untuk pembelajar pemula biasanya akan menemui banyak kesulitan baik dalam
pengucapan maupun penulisan. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan dalam
pengucapan dan penulisan bahasa Prancis. Selain itu, terdapat sistem
pengkonjugasian kata kerja serta bahasa Prancis juga mengenal adanya dua jenis
kata benda ( masculin dan feminim ) yang berpengaruh pada penggunaan article.
Kesulitan dalam mempelajari bahasa Prancis dapat membuat siswa tidak
tertarik dan tidak menyukai bahasa Prancis. Dengan demikian, guru bahasa
Prancis sebaiknya menjalin relasi baik dengan siswanya. Relasi yang baik akan
mendorong siswa untuk memperhatikan guru ketika menyampaikan materi, hal ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan Zen dan Kottler (1993) sebagaimana
dikutip Iriantara dan Syaripudin (2013:73). Meskipun pada mulanya perhatian
siswa disebabkan karena rasa hormatnya terhadap guru, lama kelamaan siswa
dengan sendirinya akan menyukai bahasa Prancis karena dalam setiap proses
pembelajaran siswa mau memperhatikan, sehingga dapat menyelesaikan setiap
tugas yang diberikan, dan siswa akan berani bertanya pada guru apabila menemui
kesulitan dalam mempelajari bahasa Prancis.
24
2.3 Tinjauan Umum Mengenai Motivasi
2.3.1 Pengertian Motivasi
Dalam kegiatan belajar mengajar, dikenal adanya motivasi belajar yaitu
motivasi yang diterapkan dalam kegiatan belajar. Motivasi belajar adalah
keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan dan
menjamin kelangsungan belajar demi mencapai tujuan. Siswa yang memiliki
motivasi belajar akan menciptakan kondisi sedemikian rupa sehingga anak itu
mau dan ingin melakukan kegiatan belajar, dan bila ia tidak suka, maka akan
berusaha untuk meniadakan atau mengelakkan perasaan tidak suka itu, sehingga
siswa yang memiliki motivasi kuat, akan mempunyai banyak energi untuk
melakukan kegiatan belajar.
Untuk menjelaskan pengertian motivasi, Sardiman (2007:73) menjelaskan
bahwa motivasi itu sendiri terbentuk dari kata “motif” yang diartikan sebagai daya
upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu atau dapat juga
dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam subjek untuk melakukan aktifitas-
aktifitas tertentu demi mencapai tujuan.
Menurut Mc. Donald sebagaimana dikutip Hamalik (2003:158), motivation
is an energy change within theperson characterized by affective arousal and
anticipatory goal reaction. Motivasi adalah perubahan energi dalam diri (pribadi)
seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai
tujuan.
25
Slavin (1994) sebagaimana dikutip Rifa‟i dan Catharina (2009:159)
menyatakan bahwa motivasi merupakan proses internal yang mengaktifkan,
memandu, dan memelihara perilaku seseorang secara terus menerus.
Menurut Thomas L. Good dan Jere B. Brophy (1986) sebagaimana dikutip
Prayitno (1989:8), motivasi sebagai suatu energi penggerak, pengarah, dan
memperkuat tingkah laku.
Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar
merupakan suatu dorongan dari dalam diri siswa yang memunculkan keinginan
untuk beraktivitas atau melakukan sesuatu, serta menggerakkan dan mengarahkan
aktivitas siswa dalam mencapai tujuan maupun kebutuhannya akan belajar. Jadi
motivasi siswa dalam belajar bahasa Prancis adalah dorongan dalam diri siswa
untuk mempelajari segala sesuatu yang berhubungan dengan bahasa Prancis, serta
menggerakkan dan mengarahkan siswa untuk memperhatikan bahasa Prancis
ketika proses pembelajaran berlangsung.
2.3.2 Jenis-jenis Motivasi
Hamzah (2010:23) mengungkapkan bahwa, “motivasi belajar dapat timbul
karena faktor intrinsik, berupa hasrat dan keinginan berhasil dan dorongan
kebutuhan belajar, harapan akan cita-cita. Sedangkan faktor ekstrinsik adalah
adanya penghargaan, lingkungan belajar yang kondusif, dan kegiatan belajar yang
menarik.”
Hal ini sejalan dengan pendapat Hamalik (2003:162-163), bahwa motivasi
dibagi menjadi dua jenis, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik.
26
Motivasi intrinsik adalah motivasi yang tercakup di dalam situasi belajar dan
memenuhi kebutuhan dan tujuan-tujuan siswa. Motivasi ini sering juga disebut
motivasi murni. Motivasi yang sebenarnya yang timbul dalam diri siswa. Jadi,
motivasi ini timbul tanpa pengaruh dari luar. Sedangkan motivasi ekstrinsik
adalah motivasi yang disebabkan oleh faktor-faktor dari luar situasi belajar.
Motivasi ekstrinsik ini tetap diperlukan di sekolah, sebab pengajaran di sekolah
tidak semuanya menarik minat siswa atau sesuai dengan kebutuhan siswa.
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi dibagi menjadi dua
jenis, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah
motivasi yang berasal dari dalam diri siswa yang keberadaannya tidak dipengaruhi
oleh rangsangan dari luar. Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang
keberadaannya disebabkan karena pengaruh rangsangan dari luar. Dalam proses
pembelajaran, baik motivasi intrinsik maupun motivasi ekstrinsik sama
pentingnya. Hal ini dikarenakan tidak semua siswa tertarik pada semua mata
pelajaran, sehingga guru dapat menumbuhkan motivasi ekstrinsik siswa agar tetap
mau belajar.
2.3.3 Fungsi Motivasi
Sardiman (2007:85) yang menyatakan fungsi motivasi dalam belajar adalah
sebagai berikut:
1. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang
melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari
setiap kegiatan yang akan dikerjakan.
27
2. Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai. Dengan
demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan
sesuai dengan rumusan tujuannya.
3. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus
dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-
perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut. Seseorang siswa yang
akan menghadapi ujian dengan harapan dapat lulus, tentu akan melakukan
kegitan belajar dan tidak akan menghabiskan waktunya untuk bermain kartu
atau membaca komik, sebab tidak serasi dengan tujuan.
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi berfungsi sebagai
pendorong, penggerak, pengarah maupun penyeleksi seseorang dalam melakukan
perbuatan tertentu untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Siswa yang memiliki
motivasi belajar, mereka akan terdorong untuk melakukan kegiatan belajar demi
mencapai tujuannya, sehingga meningggalkan kegiatan yang mengganggu
aktivitas belajarnya.
2.3.4 Ciri-ciri Orang yang Memiliki Motivasi
Menurut Sardiman (2007:83) siswa yang memiliki motivasi belajar akan
memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a. Tekun menghadapi tugas (seseorang dapat bekerja terus menerus dalam waktu
yang lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai).
28
b. Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa) tidak memerlukan dorongan
dari luar untuk berprestasi sebaik mungkin (tidak dapat puas dengan prestasi
yang telah dicapainya).
c. Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah untuk orang dewasa
(misalnya masalah pembangunan agama, politik, ekonomi, keadilan,
pemberantasan korupsi, pantangan terhadap setiap tindak kriminal moral dan
sebagainya).
d. Lebih senang bekerja mandiri.
e. Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin (hal-hal yang bersifat mekanis,
berulang-ulang begitu saja, sehingga kurang kreatif).
f. Dapat mempertahankan pendapatnya (kalau sudah yakin akan sesuatu).
g. Tidak mudah melepaskan hal yang di yakini.
h. Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal.
Sedangkan Hamzah (2010:31) menyatakan bahwa ciri-ciri siswa dapat
dikatakan mempunyai motivasi belajar bila memenuhi indikator-indikator di
bawah ini :
1. Adanya hasrat dan keinginan berhasil
Menurut Jauhary (2008:3) usaha dan semangat yang bertubi-tubi serta rasa
percaya diri dalam diri seseorang merupakan penentu dalam meraih
kesuksesan/keberhasilan dan pencapaian tujuan yang maksimal.
29
2. Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar.
Menurut teori kebutuhan, manusia termotivasi untuk bertindak kalau ia
ingin memenuhi kebutuhannya (Prayitno 1989:34). Robert C. Beck (1978)
sebagaimana dikutip Prayitno (1989:8) mengemukakan bahwa pengertian
motivasi yang dibahas oleh para ahli meliputi pembahasan tentang need for
achievement, need for affiliation dan perasaan ingin tahu yang berasal dari dalam
diri siswa. Need for achievement yang disingkat dengan n.ach adalah kebutuhan
untuk berprestasi, yaitu suatu keinginan untuk selalu unggul atau menjadi terbaik.
Sedangkan need for affiliation yang disingkat dengan n.aff adalah kebutuhan
untuk berhubungan sosial yang meliputi kebutuhan untuk diakrabi, bekerja sama
dan diakui secara sosial.
3. Adanya harapan dan cita-cita masa depan.
Dengan rajin menimba ilmu, tekun berlatih, dan selalu berpikiran positif,
individu akan dapat mencapai tahapan-tahapan cita-cita yang diinginkan (Jauhary
2008:13).
4. Adanya penghargaan dalam belajar.
Penghargaan sangat efektif untuk memotivasi siswa dalam mengerjakan
tugas-tugas baik yang harus diselesaikan dengan segera maupun tugas-tugas yang
berlangsung secara terus-menerus (Dumbo 1981) sebagaimana dikutip Prayitno
(1989:84). Penghargaan ini dapat berupa ungkapan verbal, misalnya bagus, baik,
atau betul dan penghargaan yang berupa nilai pada kertas tugas ataupun kertas
30
ujian siswa dengan dilengkapi komentar dan saran-saran agar siswa dapat bekerja
lebih baik lagi.
5. Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar.
Pengajaran yang efektif adalah pengajaran yang dapat mengembangkan
motivasi siswa dalam belajar semaksimal mungkin (Prayitno 1989:94). Untuk itu
guru sebagai penanggung jawab keberhasilan pengajaran perlu mengusahakan
agar setiap komponen yang terlibat dalam pengajaran dapat mendukung
peningkatan motivasi siswa dalam belajar.
Menurut Prayitno (1989:128-130) komponen-komponen yang terlibat
dalam pengajaran meliputi sikap guru, metode mengajar, materi pengajaran,
media pengajaran, dan penilaian hasil pengajaran sangat mempengaruhi minat dan
kegairahan siswa dalam belajar.
Sikap/tingkah laku guru dijadikan model oleh siswa-siswanya. Guru yang
memberi semangat kepada siswa dengan menekankan bahwa semua siswa dapat
berhasil dalam belajar, asal berusaha keras, rajin, tekun dan tidak mengenal putus
asa, akan menimbulkan semangat siswa untuk belajar. Mereka tidak takut untuk
salah dalam belajar, karena mereka yakin jika salah mereka boleh berusaha lagi
untuk memperoleh yang benar.
Metode mengajar yang dapat meraih minat siswa untuk belajar adalah
yang memungkinkan siswa terlibat secara aktif dalam belajar.
Materi pengajaran tidak kalah pentingnya dalam pengajaran. Guru harus
mampu memilih dan mengorganisasikan materi pengajaran agar menarik dan
memudahkan siswa dalam memahami materi.
31
Media pengajaran dapat berfungsi untuk mendorong siswa belajar dengan
minat dan kegairahannya apabila media pengajaran itu dipilih dengan
mempertimbangkan karakteristik siswa, tujuan pengajaran itu sendiri dan bentuk
evaluasi pengajaran yang akan dilaksanakan.
Komponen yang terakhir adalah evaluasi pengajaran. Menurut Prayitno
(1989:127) suatu cara penilaian yang dapat dilakukan oleh guru adalah melibatkan
siswa dalam melakukan penilaian. Mereka dilibatkan untuk menilai pekerjaan
mereka sendiri dan kawan-kawannya. Cara seperti ini dilakukan untuk
memperlihatkan bahwa siswa-siswa sangat termotivasi dalam belajar dan merasa
puas dengan penilaian yang mereka terima (Morton dan Machbeth 1977)
sebagaimana dikutip Prayitno (1989:128). Hal ini disebabkan karena mereka
menyadari dengan sungguh-sungguh kesalahan-kesalahan yang mereka lakukan
dan cara-cara yang seharusnya mereka perbuat.
6. Adanya lingkungan belajar yang kondusif sehingga memungkinkan seorang
siswa dapat belajar dengan baik.
Menurut Prayitno (1989:133) lingkungan yang besar dan penting
pengaruhnya terhadap minat dan keseriusan siswa dalam belajar adalah
lingkungan sekolah dan keluarga (orang tua). Lingkungan sekolah mencakup
lingkungan fisik dan lingkungan sosial yang terdapat di dalam kelas atau sekolah
pada umumnya. Lingkungan fisik sekolah mengacu pada kebutuhan rasa aman,
nyaman dan ketersediaan fasilitas belajar yang menunjang minat siswa untuk
belajar. Sedangkan lingkungan sosial di sekolah lebih mengacu pada hubungan
32
guru dengan siswa maupun siswa dengan siswa. Dembo (1988) sebagaimana
dikutip Prayitno (1989:147) mengemukakan bahwa siswa butuh pengakuan dari
guru dan teman-temannya sebagai sumber motivasi dalam belajar. Banyak siswa
yang bergairah dan menampakkan aktivitas yang tinggi dalam belajar bukan
karena memiliki motivasi berprestasi, tetapi karena sokongan sosial. Mereka
menampakkan kegairahan dalam belajar jika mereka mempunyai hubungan sosial
yang akrab dengan guru maupun dengan teman sekelas.
Berdasarkan teori di atas, dalam penelitian ini indikator yang digunakan
untuk motivasi belajar peneliti menggunakan teori ciri-ciri motivasi belajar oleh
Sardiman dan Hamzah. Berdasarkan teori dari Sardiman peneliti mengambil ciri
motivasi tekun menghadapi tugas dan ulet menghadapi kesulitan. Menurut peneliti
kedua ciri tersebut sesuai digunakan untuk mengetahui motivasi belajar siswa.
Dalam pembelajaran bahasa Prancis, siswa yang memiliki motivasi belajar akan
tekun menghadapi tugas dan ulet menghadapi kesulitan. Selain itu peneliti juga
menggunakan teori dari Hamzah yang menyatakan bahwa ada 6 ciri-ciri siswa
dikatakan memiliki motivasi belajar. Dari keenam ciri tersebut, tiga diantaranya
adalah motivasi belajar yang berasal dari dalam diri siswa yaitu adanya hasrat dan
keinginan berhasil, adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar, adanya
harapan dan cita-cita masa depan, dan tiga diantaranya adalah motivasi belajar
yang berasal dari luar diri siswa yaitu adanya penghargaan dalam belajar, adanya
kegiatan yang menarik dalam belajar, serta adanya lingkungan belajar yang
33
kondusif. Menurut peneliti ciri-ciri motivasi belajar tersebut sesuai digunakan
dalam penelitian ini karena selain ketekunan dan keuletan, siswa yang memiliki
motivasi belajar dalam dirinya ada keinginan untuk berhasil dalam meraih cita-
citanya, sehingga siswa akan tertarik dan terdorong untuk belajar serta memenuhi
kebutuhan belajarnya dengan menciptakan lingkungan belajar yang kondusif.
2.3.5 Unsur- Unsur Yang Mempengaruhi Motivasi Belajar
Menurut Dimyati dan Mudjio (1994:89-92) unsur –unsur yang
mempengaruhi motivasi belajar adalah (1) cita-cita atau aspirasi siswa, (2)
kemampuan siswa, (3) kondisi siswa, (4) kondisi lingkungan siswa, (5) unsur-
unsur dinamis dalam belajar dan pembelajaran, dan (6) upaya guru dalam
membelajarkan siswa.
1. Cita-cita atau Aspirasi Siswa
Cita-cita dapat berlangsung dalam waktu sangat lama, bahkan sepanjang
hayat. Cita-cita siswa untuk ”menjadi seseorang” akan memperkuat semangat
belajar dan mengarahkan perilaku belajar. Cita-cita akan memperkuat motivasi
belajar intrinsik maupun ektrinsik, sebab tercapainya suatu cita-cita akan
mewujudkan aktualisasi diri.
2. Kemampuan Siswa
Keinginan seorang anak perlu dibarengi dengan kemampuan atau
kecakapan mencapainya. Kemampuan akan memperkuat motivasi anak untuk
melaksanakan tugas-tugas perkembangan. Siswa yang mempunyai kemampuan
34
belajar tinggi, biasanya lebih termotivasi dalam belajar, karena siswa seperti itu
lebih sering memperoleh sukses, dan kesuksesan tersebut memperkuat
motivasinya.
3. Kondisi Siswa
Kondisi siswa yang meliputi kondisi jasmani dan rohani mempengaruhi
motivasi belajar. Seorang siswa yang sedang sakit, lapar atau marah-marah akan
mengganggu perhatian belajar. Sebaliknya, seorang siswa yang sehat, kenyang
dan gembira akan mudah memusatkan perhatian.
4. Kondisi Lingkungan Siswa
Kondisi lingkungan merupakan unsur-unsur yang datangnya dari luar diri
siswa. Lingkungan siswa berupa keadaan alam, lingkungan tempat tinggal,
pergaulan sebaya, dan kehidupan masyarakat. Sebagai anggota masyarakat, maka
siswa dapat terpengaruh oleh lingkungan sekitar. Bencana alam, tempat tinggal
yang kumuh, ancaman rekan yang nakal, perkelahian antar siswa akan
mengganggu kesungguhan belajar. Sebaliknya lingkungan sekolah yang indah,
pergaulan siswa yang rukun akan memperkuat motivasi belajar.
5. Unsur-unsur Dinamis dalam Belajar dan Pembelajaran
Unsur-unsur dinamis dalam belajar adalah unsur-unsur yang
keberadaannyatidak stabil, sehingga dapat mempengaruhi proses belajar. Siswa
memiliki perasaan, perhatian, kemauan, ingatan, pikiran yang mengalami
perubahan berkat pengalaman hidup. Pengalaman dengan teman sebayanya
35
berpengaruh pada motivasi dan perilaku belajar. Lingkungan siswa yang berupa
lingkungan alam, lingkungan tempat tinggal, dan pergaulan juga mengalami
perubahan. Lingkungan budaya siswa yang berupa surat kabar, majalah, radio,
televisi dan film semakin menjangkau siswa. Kesemua lingkungan tersebut
mendinamiskan motivasi belajar. Berdasarkan hal tersebut, guru profesional
diharapkan mampu memanfaatkan surat kabar, majalah, siaran radio, televisi, dan
sumber belajar di sekitar sekolah untuk memotivasi belajar siswa.
6. Upaya Guru dalam Membelajarkan Siswa
Upaya yang dimaksud disini adalah bagaimana guru mempersiapkan diri
dalam membelajarkan siswa mulai dari penguasaan materi, cara
menyampaikannya, dan menarik perhatian siswa. Upaya pembelajaran tersebut
meliputi (i) pemanfaatan penguatan berupa hadiah, kritik, hukuman secara tepat
guna, dan (ii) mendidik cinta belajar. Dengan memberi penguatan pada siswa akan
menarik perhatian siswa untuk mengikuti proses pembelajaran, dan cara guru
dalam mendidik cinta belajar dapat dilakukan dengan menyampaikan materi
menggunakan metode yang bervariasi dan menyenangkan. Dengan demikian,
dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa.
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat enam unsur yang
mempengaruhi motivasi belajar siswa, yaitu cita-cita atau aspirasi siswa,
kemampuan siswa, kondisi siswa, kondisi lingkungan siswa, unsur-unsur dinamis
dalam belajar dan pembelajaran, serta upaya guru dalam membelajarkan siswa.
Siswa yang memiliki cita-cita dalam dirinya akan timbul suatu keinginan untuk
36
mencapainya. Keinginan siswa untuk mencapai cita-cita tidak terlepas dari
kemampuan siswa. Antara siswa yang satu dengan siswa yang lain memiliki
kemampuan yang berbeda-beda, ada siswa yang pandai dalam bidang A namun
kurang pandai dalam bidang B, dan sebaliknya. Dengan perbedaan ini akan
menyebabkan perbedaan cita-cita yang dimiliki siswa, sehingga motivasi belajar
siswa akan berbeda pula sesuai dengan cita-cita yang ingin dicapainya. Kondisi
lingkungan siswa seperti lingkungan tempat tinggal, pergaulan siswa, dan
lingkungan masyarakat juga dapat mempengaruhi motivasinya, lingkungan siswa
yang mendukung untuk belajar akan meningkatkan motivasi belajar siswa. Selain
itu, upaya guru dalam membelajarkan siswa dapat dilakukan dengan memberikan
penguatan yang berupa hadiah, kritik, maupun hukuman untuk menumbuhkan
motivasi belajar siswa.
2.4 Kerangka Pikir
Dalam proses pembelajaran di kelas tidak terlepas dari kegiatan belajar
yang dilakukan oleh siswa. Kegiatan belajar tersebut bergantung dari motivasi
yang ada dalam diri siswa. Motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak di
dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan dan menjamin kelangsungan belajar
demi mencapai tujuan. Siswa yang memiliki motivasi belajar akan tekun dalam
belajar untuk mencapai tujuan yang diharapkannya.
Motivasi belajar dibagi menjadi dua, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi
ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah motivasi yang ada dalam diri siswa, sehingga
keberadaanya tidak membutuhkan rangsangan dari luar. Sedangkan motivasi
ekstrinsik adalah kebalikan dari motivasi intrinsik, yaitu motivasi yang ada di luar
37
diri siswa, yang keberadaannya membutuhkan rangsangan dari luar. Apabila siswa
tidak mempunyai motivasi intrinsik, guru sebagai sumber utama belajar harus
mampu menciptakan motivasi belajar siswa. Motivasi yang timbul akibat
rangsangan dari guru inilah yang disebut dengan motivasi ekstrinsik.
Seorang guru akan dapat memotivasi siswanya dengan baik jika guru
mampu berkomunikasi dengan baik pula dengan siswa. Komunikasi yang baik
antara guru dan siswa akan menimbulkan relasi yang baik bagi keduanya,
sehingga hubungan guru dan siswa menjadi akrab. Dengan menjalin hubungan
yang akrab, guru akan dengan mudah memotivasi siswa karena siswa merasa
nyaman dan keberadaannya dihargai dan dianggap oleh guru, sehingga akan
membuat siswa mau melaksanakan perintah guru.
Komunikasi yang baik ini akan menimbulkan persepsi positif siswa
terhadap guru, sehingga proses pembelajaran akan berjalan sesuai dengan yang
diharapkan. Siswa akan dengan senang hati memperhatikan materi yang diajarkan
guru, dan mengerjakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya. Namun agar
dapat berkomunikasi dengan baik dan efektif, seorang guru seharusnya memiliki
kompetensi berkomunikasi. Dengan memiliki kompetensi berkomunikasi, guru
akan memiliki keinginan untuk selalu berkomunikasi dengan siswanya baik di
dalam maupun di luar kelas. Selain itu, guru juga akan mampu melihat kondisi
siswa baik dari segi fisik maupun psikis, dan situasi kelas ketika proses
pembelajaran, sehingga guru dapat menggunakan metode pembelajaran yang
sesuai dengan kondisi dan situasi tersebut, serta guru dapat memberikan treatmen
kepada siswa yang memiliki kesulitan belajar dan masalah pribadi.
38
2.5 Hipotesis
Hipotesis merupakan suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap
permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul
(Arikunto 2010:110). Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah “ Ada
pengaruhpersepsi siswa mengenai kompetensi berkomunikasi
guruterhadapmotivasi belajar bahasa Prancis siswa kelas XI Bahasa MAN 1
Surakarta.”
39
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini pendekatan korelasional digunakan untuk mengetahui
pengaruh persepsi siswa mengenai kompetensi berkomunikasi guru terhadap
motivasi belajar bahasa Prancis siswa.
3.2 Variabel Penelitian
Variabel adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian
suatu penelitian (Arikunto 2010:161). Penelitianini memiliki dua variabel, yang
pertama adalah variabel bebas (X) yaitu persepsi siswa mengenai kompetensi
berkomunikasi guru, dan yang kedua adalah variabel terikat (Y) yaitu motivasi
belajar bahasa Prancis siswa.
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswakelas XI Bahasa MAN 1
Surakarta yang berjumlah 20 siswa. Sampel dalam penelitian ini sama dengan
populasi. Menurut Arikunto (2010:112) bahwa jika populasi kurang dari 100,
lebih baik diambil semua sehingga penelitian ini disebut penelitian populasi.
40
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Pada penelitian ini digunakan dua metode pengumpulan data, yaitu metode
dokumentasi dan metode angket atau kuesioner. Berikut ini penjabaran kedua
metode tersebut :
3.4.1 Dokumentasi
Metode dokumentasi digunakan untuk mendapatkan data mengenai nama
dan jumlah siswa kelas XI Bahasa MAN 1 Surakarta yang menjadi responden
dalam penelitian.
3.4.2 Angket atau kuesioner
Angket dalam penelitian ini terdiri dari daftar butir-butir pertanyaan yang
dibagikan kepada responden dan dipergunakan untuk mengumpulkan data yang
berkaitan dengan variabel kompetensi berkomunikasi guru dan motivasi belajar
bahasa Prancis.
Untuk memperoleh data mengenai kompetensi berkomunikasi guru,
peneliti mengkonstruk instrumen berdasarkan teori kompetensi komunikasioleh
Morreale et al sebagaimana dikutip Novita (2013) dan untuk variabel motivasi
belajar bahasa Prancis, peniliti mengkonstruk instrumen berdasarkan teori ciri-
ciri motivasi oleh Sardiman (2008:83) dan Hamzah (2008:31). Angket yang
digunakan dalam penelitian ini adalah angket tertutup yaitu angket yang telah
disediakan pilihan jawabannya. Bentuk angketnya adalah angket berjenjang
dengan 4 pilihan jawaban. Skala penilaian yang digunakan adalah 4, 3, 2, 1.
41
Alternatif jawaban berupa SL (Selalu), SR (Sering), KK (Kadang-kadang), TP
(Tidak Pernah).
Kisi – kisi instrumen angket dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Tabel 3.1 Kisi-kisi Instrumen Angket
Variabel Indikator Sub indikator No.butir
soal
Kompetensi
Komunikasi
Motivasi
Komunikasi
Adanya ketertarikan guru untuk
berkomunikasi dengan siswa
1, 2, 3
Adanya dorongan guru untuk
memulai komunikasi dengan
siswa
4
Pengetahuan
Komunikasi
Adanya pengetahuan konten
yang dimiliki oleh guru
5, 6, 7
Adanya pengetahuan prosedural
yang dimiliki oleh guru
8, 9, 10
Keterampilan
komunikasi
Adanya sikap empati guru
terhadap siswa
11
Adanya perilaku yang akrab atau
tidak kaku guru dengan siswa
12
Adanya upaya yang dilakukan
oleh guru dalam mengurangi
keraguan siswa
13
Motivasi
Belajar
Adanya
ketekunan
dalam
menghadapi
tugas
Mengerjakan tugas terus
menerus sampai selesai
14
Adanya
keuletan dalam
menghadapi
kesulitan
Tidak lekas putus asa saat
menemui kesulitan dalam belajar
15
Adanya hasrat
dan keinginan
Usaha yang terus menerus dalam
belajar
16
Berhasil Semangat yang terus menerus
dalam belajar
17
Rasa percaya diri dalam
menjawab pertanyaan dari guru
18
42
Variabel
Indikator
Sub-Indikator
No.Butir
Soal
Ingin berprestasi 19
dorongan dan Mempunyai perasaan ingin tahu 20
kebutuhan
dalam belajar
Ingin keberadaannya dalam
kelas diperhitungkan oleh guru
21
Adanya
harapan dan
Rajin menimba ilmu dalam
meraih cita-cita
22
cita-cita masa
depan
Tekun berlatih dalam meraih
cita-cita
23
Selalu berfikiran positif dalam
meraih cita-cita
24
Adanya Pujian dari guru 25
penghargaan
dalam belajar
Pemberian komentar dan saran
dari guru pada kertas ujian siswa
26
Adanya
kegiatan yang
Sikap guru dalam menyemangati
siswa
27
menarik dalam
belajar
Penggunaan metode mengajar
yang dapat membuat siswa aktif
28
Pemilihan dan pengorganisasian
materi pengajaran yang
memudahkan siswa memahami
29
Penggunaan media pengajaran
yang sesuai dengan kemampuan
siswa
30
Evaluasi pengajaran yang
melibatkan siswa
31
Adanya
lingkungan
Lingkungan kelas yang nyaman
dalam belajar
32
belajar yang
kondusif
Mempunyai hubungan yang
akrab dengan guru
33
Lanjutan…
43
3.5 Validitas dan Reliabilitas
a. ValiditasInstrumen
Penelitian ini menggunakan validitas konstruk karena instrumen penelitian
ini disusun berdasarkan teori tentang kompetensi berkomunikasi guru dan
motivasi belajar bahasa Prancis.
b. Reliabilitas Instrumen
Reliabilitas menunjukkan bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya
untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah
baik (Arikunto 2010:221).
Dalam penelitian ini untuk mengetahui reliabilitas instrumen yang berupa
angket, digunakan rumus Alpha.Rumus Alpha digunakan untuk mencari
reliabilitas instrumen yang skornya bukan 1 dan 0 (Arikunto 2010:239). Adapun
rumusnya sebagai berikut :
(
)
∑
Keterangan :
= Reliabilitas instrumen
k = Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
∑ = Jumlah varians butir
= Varians total
44
3.6 Teknik Penentuan Skor
Data yang didapat dari angket berupa data kualitatif. Agar data tersebut
dapat dianalisis maka haruslah diubah menjadi data kuantitatif. Oleh karena itu,
masing-masing jawaban diberi tingkat-tingkat skor sebagai berikut :
1. Untuk pilihan jawaban SL diberi skor 4
2. Untuk pilihan jawaban SR diberi skor 3
3. Untuk pilihan jawaban KK diberi skor 2
4. Untuk pilihan jawaban TP diberi skor 1
3.7 Uji Coba Instrumen
Instrumen penelitian yang berupa angket telah diuji cobakan kepada 4
orang siswakelas XI Bahasa MAN 1 Surakarta pada tanggal 17November
2014untuk mengetahui reliabilitas instrumen.
Setelah uji coba instrumen, data ditabulasikan ke dalam tabel skor uji dan
tabel perhitungan, berikut rincian perhitungannya :
[
] [
∑
]
(
) (
)
= [
] [ ]
=
= 0,958
Dari hasil analisis dengan menggunakan rumus Alpha diperoleh nilai =
0,958, sedangkan r tabel product moment untuk taraf N 4 taraf signifikansi 95 %
45
= 0,950. Oleh karena r hitung > r tabel, yaitu 0,958 > 0,950, maka dapat
disimpulkan bahwa alat ukur dalam penelitian ini reliabel.
3.8 Teknik Analisis Data
Analisis data penelitian ini melalui dua tahap analisis yaitu deskriptif dan
analisis data kuantitatif.
3.8.1 Analisis deskriptif
Analisis deskriptif digunakan untuk mengetahui gambaran dari variabel
bebas yaitu persepsi siswa mengenai kompetensi berkomunikasi guru dan variabel
terikat yaitu motivasi belajar bahasa Prancis siswa. Pengukuran pada kedua
variabel tersebut dilakukan dengan memberikan skor dari jawaban angket yang
diisi oleh responden.
Langkah-langkahnya sebagai berikut :
1. Membuat tabulasi data dari angket yang telah diisi responden dengan cara
menentukan skor jawaban responden dengan ketentuan skor yang ditetapkan.
2. Menentukan perhitungan tabel kriteria variabel bebas dan terikat serta
masing-masing indikatornya dengan cara sebagai berikut :
Menentukan perhitungan kriteria total skor data yang diperoleh dengan cara
sebagai berikut :
1. Skor minimal = skor terendah x jumlah soal x jumlah responden
2. Skor maksimal = skor tertinggi x jumlah soal x jumlah responden
3. Rentang soal = skor tertinggi – skor terendah
4. Interval skor = skor tertinggi – skor terendah : 4
46
Pada variabel persepsi siswa mengenai kompetensi berkomunikasi guru
digunakan 13 butir pernyataan, masing-masing pernyataan skornya 1-4, berikut
perhitungannya :
Skor minimal : 1 x 13 x 15 = 195
Skor maksimal : 4 x 13 x 15 = 780
Rentang skor : 780 – 195 = 585
Interval kelas : 780 – 195 : 4 = 146,25
Dari hasil perhitungan tersebut, dapat dibuat tabel kriteria variabel
persepsi siswa mengenai kompetensi komunikasi guru di bawah ini :
Tabel 3.2 Kriteria Variabel Persepsi Siswa Mengenai Kompetensi
Komunikasi Guru
Interval Skor Kriteria
633,75 – 780 Sangat Tinggi
487,49 – 633,74 Tinggi
341,23 – 487,48 Sedang
194,97 – 341,22 Rendah
Pada indikator motivasi komunikasi digunakan 4 butir pernyataan, di mana
nilai skornya 1-4, berikut perhitungannya :
Skor minimal : 1 x 4 x 15 = 60
Skor maksimal : 4 x 4 x 15 = 240
Rentang skor : 240 – 60 = 180
Interval kelas : 240 – 60 : 4 = 45
Dari hasil perhitungan tersebut, dapat dibuat tabel kriteria indikator
motivasi komunikasi di bawah ini :
47
Tabel 3.3 Kriteria Indikator Motivasi Komunikasi
Interval Skor Kriteria
195 – 240 Sangat Tinggi
149 – 194 Tinggi
103 – 148 Sedang
57 – 102 Rendah
Pada indikator pengetahuan komunikasi digunakan 6 butir pernyataan, di
mana nilai skornya 1-4, berikut perhitungannya :
Skor minimal : 1 x 6 x 15 = 90
Skor maksimal : 4 x 6 x 15 = 360
Rentang skor : 360 – 90 = 270
Interval kelas : 360 – 90 : 4 = 67,5
Dari hasil perhitungan tersebut, dapat dibuat tabel kriteria indikator
pengetahuan komunikasi di bawah ini :
Tabel 3.4 Kriteria Indikator Pengetahuan Komunikasi
Interval Skor Kriteria
292,5 – 360 Sangat Tinggi
224,9 – 292,4 Tinggi
157,3 – 224,8 Sedang
89,7 – 157,2 Rendah
Pada indikator keterampilan komunikasi digunakan 3 butir pernyataan, di
mana nilai skornya 1-4, berikut perhitungannya :
Skor minimal : 1 x 3 x 15 = 45
Skor maksimal : 4 x 3 x 15 = 180
Rentang skor : 180 – 45 = 135
Interval kelas : 180 – 45 : 4 = 33,75
48
Dari hasil perhitungan tersebut, dapat dibuat tabel kriteria indikator
keterampilan komunikasi di bawah ini :
Tabel 3.5 Kriteria Indikator Keterampilan Komunikasi
Interval Skor Kriteria
146,25 – 180 Sangat Tinggi
112,49 – 146,24 Tinggi
78,73 – 112,48 Sedang
44,97 – 78,72 Rendah
Pengukuran kriteria variabel terikat berupa motivasi belajar bahasa Prancis
siswa sebagai berikut :
Menentukan perhitungan kriteria total skor data yang diperoleh dengan cara
sebagai berikut :
1. Skor minimal = skor terendah x jumlah soal x jumlah responden
2. Skor maksimal = skor tertinggi x jumlah soal x jumlah responden
3. Rentang soal = skor tertinggi – skor terendah
4. Interval skor = skor tertinggi – skor terendah : 4
Pada variabel motivasi belajar bahasa Prancis siswa digunakan 20 butir
pernyataan, masing-masing pernyataan skornya 1-4, berikut perhitungannya :
Skor minimal : 1 x 20 x 15 = 300
Skor maksimal : 4 x 20 x 15 = 1200
Rentang skor : 1200 – 300 = 900
Interval kelas : 1200 – 300 : 4 = 225
Dari hasil perhitungan tersebut, dapat dibuat tabel kriteria variabel
motivasi belajarbahasa Prancis siswa di bawah ini :
49
Tabel 3.6 Kriteria Variabel Motivasi BelajarBahasa Prancis Siswa
Interval Skor Kriteria
975 – 1200 Sangat Tinggi
749 – 974 Tinggi
523 – 748 Sedang
297 – 522 Rendah
Pada indikator adanya ketekunan dalam menghadapi tugas digunakan 1
butir pernyataan, di mana nilai skornya 1-4, berikut perhitungannya :
Skor minimal : 1 x 1 x 15 = 15
Skor maksimal : 4 x 1 x 15 = 60
Rentang skor : 60 – 15 = 45
Interval kelas : 60 – 15 : 4 = 11,25
Dari hasil perhitungan tersebut, dapat dibuat tabel kriteria indikator adanya
ketekunan dalam menghadapi tugasdi bawah ini :
Tabel 3.7 Kriteria Indikator Adanya Ketekunan dalam Menghadapi Tugas
Interval Skor Kriteria
48,75 – 60 Sangat Tinggi
37,49 – 48,74 Tinggi
26,23 – 37,48 Sedang
14,97 – 26,22 Rendah
Pada indikator adanya keuletan dalam menghadapi kesulitan digunakan 1
butir pernyataan, di mana nilai skornya 1-4, berikut perhitungannya :
Skor minimal : 1 x 1 x 15 = 15
Skor maksimal : 4 x 1 x 15 = 60
Rentang skor : 60 – 15 = 45
Interval kelas : 60 – 15 : 4 = 11,25
50
Dari hasil perhitungan tersebut, dapat dibuat tabel kriteria indikator adanya
keuletan dalam menghadapi kesulitan di bawah ini :
Tabel 3.8 Kriteria Indikator Adanya Keuletan dalam Menghadapi Kesulitan
Interval Skor Kriteria
48,75 – 60 Sangat Tinggi
37,49 – 48,74 Tinggi
26,23 – 37,48 Sedang
14,97 – 26,22 Rendah
Pada indikator adanya hasrat dan keinginan berhasil digunakan 3 butir
pernyataan, di mana nilai skornya 1-4, berikut perhitungannya :
Skor minimal : 1 x 3 x 15 = 45
Skor maksimal : 4 x 3 x 15 = 180
Rentang skor : 180 – 45 = 135
Interval kelas : 180 – 45 : 4 = 33,75
Dari hasil perhitungan tersebut, dapat dibuat tabel kriteria indikator adanya
hasrat dan keinginan berhasil di bawah ini :
Tabel 3.9 Kriteria Indikator Adanya Hasrat dan Keinginan Berhasil
Interval Skor Kriteria
146,25 – 180 Sangat Tinggi
112,49 – 146,24 Tinggi
78,73 – 112,48 Sedang
44,97 – 78,72 Rendah
Pada indikator adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar digunakan 3
butir pernyataan, di mana nilai skornya 1-4, berikut perhitungannya :
Skor minimal : 1 x 3 x 15 = 45
Skor maksimal : 4 x 3 x 15 = 180
51
Rentang skor : 180 – 45 = 135
Interval kelas : 180 – 45 : 4 = 33,75
Dari hasil perhitungan tersebut, dapat dibuat tabel kriteria indikator adanya
dorongan dan kebutuhan dalam belajar di bawah ini :
Tabel 3.10 Kriteria Indikator Adanya Dorongan dan Kebutuhan Dalam
Belajar
Interval Skor Kriteria
146,25 – 180 Sangat Tinggi
112,49 – 146,24 Tinggi
78,73 – 112,48 Sedang
44,97 – 78,72 Rendah
Pada indikator adanya harapan dan cita-cita masa depan digunakan 3 butir
pernyataan, di mana nilai skornya 1-4, berikut perhitungannya :
Skor minimal : 1 x 3 x 15 = 45
Skor maksimal : 4 x 3 x 15 = 180
Rentang skor : 180 – 45 = 135
Interval kelas : 180 – 45 : 4 = 33,75
Dari hasil perhitungan tersebut, dapat dibuat tabel kriteria indikator adanya
harapan dan cita-cita masa depan di bawah ini :
Tabel 3.11 Kriteria Indikator Adanya Harapan dan Cita-Cita Masa Depan
Interval Skor Kriteria
146,25 – 180 Sangat Tinggi
112,49 – 146,24 Tinggi
78,73 – 112,48 Sedang
44,97 – 78,72 Rendah
Pada indikator adanya penghargaan dalam belajar digunakan 2 butir
pernyataan, di mana nilai skornya 1-4, berikut perhitungannya :
52
Skor minimal : 1 x 2 x 15 = 30
Skor maksimal : 4 x 2 x 15 = 120
Rentang skor : 120 – 30 = 90
Interval kelas : 120 – 30 : 4 = 22,5
Dari hasil perhitungan tersebut, dapat dibuat tabel kriteria indikator adanya
penghargaan dalam belajar di bawah ini :
Tabel 3.12 Kriteria Indikator Adanya Penghargaan Dalam Belajar
Interval Skor Kriteria
97,5 – 120 Sangat Tinggi
74,9 – 97,4 Tinggi
52,3 – 74,8 Sedang
29,7 – 52,2 Rendah
Pada indikator adanya kegiatan yang menarik dalam belajar digunakan 5
butir pernyataan, di mana nilai skornya 1-4, berikut perhitungannya :
Skor minimal : 1 x 5 x 15 = 75
Skor maksimal : 4 x 5 x 15 = 300
Rentang skor : 300 – 75 = 225
Interval kelas : 300 – 75 : 4 = 56,25
Dari hasil perhitungan tersebut, dapat dibuat tabel kriteria indikator adanya
kegiatan yang menarik dalam belajar di bawah ini :
Tabel 3.13 Kriteria Indikator Adanya Kegiatan Yang Menarik Dalam
Belajar
Interval Skor Kriteria
243,75 – 300 Sangat Tinggi
187,49 – 243,74 Tinggi
131,55 – 187,8 Sedang
75,29 – 131,54 Rendah
Pada indikator adanya lingkungan belajar yang kondusif digunakan 2 butir
pernyataan, di mana nilai skornya 1-4, berikut perhitungannya :
53
Skor minimal : 1 x 2 x 15 = 30
Skor maksimal : 4 x 2 x 15 = 120
Rentang skor : 120 – 30 = 90
Interval kelas : 120 – 30 : 4 = 22,5
Dari hasil perhitungan tersebut, dapat dibuat tabel kriteria indikator adanya
lingkungan belajar yang kondusif di bawah ini :
Tabel 3.14 Kriteria Indikator Adanya Lingkungan Belajar Yang Kondusif
Interval Skor Kriteria
97,5 – 120 Sangat Tinggi
74,9 – 97,4 Tinggi
52,3 – 74,8 Sedang
29,7 – 52,2 Rendah
3.8.2 Analisis Kuantitatif
Analisis data kuantitatif digunakan untuk menguji pengaruh variabel
persepsi siswa mengenai kompetensi komunikasi guru (X) dengan
variabelmotivasi belajar bahasa Prancis siswa (Y). Adapun metode statistik yang
digunakan adalah ;
1. Koefisien Korelasi Product Moment
∑ ∑ ∑
√{ ∑ (∑ } { ∑ ∑ }
Keterangan :
rxy : angka indeks korelasi r product moment
N : jumlah sampel
Σx : jumlah skor x
Σy : jumlah skor y
54
Σxy: jumlah hasil kali antara x dan y
Untuk mengetahui adanya hubungan yang tinggi atau rendah antara kedua
variabel berdasarkan nilai r (koefisien korelasi), digunakan tabel korelasi yang
mencantumkan batas-batas r yang signifikan yaitu sebesar 5%. Bila nilai r tersebut
signifikan, berarti hipotesis kerja/hipotesis alternatif dapat diterima.
2. Koefisien Determinasi
Teknik ini digunakan untuk mengetahui berapa persen (%) besarnya
pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Perhitungan dengan
mengkuadratkan nilai koefisien korelasi product moment (rxy)2dan dikalikan
dengan 100%.
Cara perhitungannya digunakan rumus sebagai berikut :
KD = (rxy)2
x 100%
Keterangan :
KD : koefisien determinasi
rxy : koefisien korelasi product moment antara x dan y.
82
BAB V
PENUTUP
5.1. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh, dapat diambil simpulan
sebagai berikut. Pertama, dari hasil uji hipotesis dengan menggunakan rumus
korelasi Product Moment, diperoleh sebesar 0,664 > sebesar 0,514,
yang artinya hipotesis kerja diterima. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
ada pengaruh persepsi siswa mengenai kompetensi berkomunikasi guru terhadap
motivasi belajar bahasa Prancis siswa.
Kedua, dari hasil analisis diperoleh Koefisien Determinasi sebesar 44,1%.
Artinya, persepsi siswa mengenai kompetensi berkomunikasi guru berkontribusi
pada motivasi belajar bahasa Prancis siswa sebesar 44,1%, dan sisanya 55,9%
ditentukan oleh variabel lain misalnya cita-cita atau aspirasi siswa, kemampuan
siswa, kondisi siswa, kondisi lingkungan siswa, dan unsur-unsur dinamis dalam
belajar dan pembelajaran.
5.2. Saran
Saran yang dapat peneliti berikan dalam penelitian ini adalah dalam
pembelajaran di kelas, guru hendaknya tetap memiliki kompetensi berkomunikasi,
agar persepsi siswa terhadap guru bersifat positif, dan persepsi tersebut dapat
meningkatkan motivasi belajar bahasa Prancis. Dengan memiliki motivasi belajar,
siswa akan mempelajari materi yang diajarkan oleh guru dengan baik, dan siswa
akan memperhatikan saat proses pembelajaran, sehingga tujuan pembelajaran
dapat tercapai.
83
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian:Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Cangara, Hafied. 2003. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Djamaluddin, Dedy dan Iriantara, Yosal. 1994. Komunikasi Persuasif. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Dimyati dan Mudjio.1994. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Hamalik, Oemar. 2003. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Iriantara, Yosal dan Syaripudin, Usep. 2013. Komunikasi Pendidikan. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.
Jauhary, Haziq. 2008. Membangun Motivasi. Semarang: CV. Ghyyas Putra.
Mulyana, Deddy. 2005. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
Naim, Ngainun. 2011. Dasar-dasar Komunikasi Pendidikan.Jogjakarta: Ar-Ruzzmedia.
Prayitno, Elida. 1989. Motivasi dalam Belajar. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Rifa‟i, Achmad dan Tri Anni, Catharina. 2009. Psikologi Pendidikan. Semarang:UNNES PRESS.
Sardiman. 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Sobur, Alex. 2003. Psikologi Umum. Bandung: Pustaka Setia.
Soeharto, Karti dkk. 2008. Komunikasi Pembelajaran. Surabaya:SK.
Uno, Hamzah. 2008. Teori Motivasi dan Pengukurannya: Analisis di Bidang Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Walgito, Bimo. 2010. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Penerbit Andi Yogyakarta.
Wulandari, Novita. 2013.“Kompetensi Komunikasi Guru dalam Kegiatan Belajar
Mengajar Berbasis Student Center Learning di SMA N 9
Semarang.”Universitas Diponegoro Semarang. http://www.ejournal-
s1.undip.ac.id/. diunduh pada tanggal 22/02/2014.
84
Lampiran
40
84
Lampiran 1
85
Lampiran 2
86
87
Lampiran 3
88
Lampiran 4
Daftar Nama Responden
No No. Induk Nama
1 12301 Abdullah Santoso
2 12231 Ahmad Fatoni
3 12416 Hery Saputro
4 12234 Mohammad Jefri Kurnianta
5 12241 Syaiful Adnan Eka Saputra
6 12290 Endang Wariyanti
7 12293 Hidayah
8 12313 Isna Rahmawati
9 12317 Monet Dian Ratri
10 12250 Mutmainah Tri Astuti
11 12318 Nikmatul Rosidah
12 12322 Nur Evita Sari
13 12259 Rizky Puteri Setyawati Kartini
14 12260 Siti Fatimah
15 12263 Umi Mukaromah
89
Lampiran 5
Perhitungan Reliabilitas Instrumen Angket
Nomor Butir Responden ΣX Σ(X2)
1 2 3 4
1 2 2 2 2 8 16
2 2 2 2 4 10 28
3 3 2 3 2 10 26
4 3 3 4 4 14 50
5 2 2 3 3 10 26
6 2 2 3 2 9 21
7 2 2 3 2 9 21
8 2 2 3 3 10 26
9 2 1 3 2 8 18
10 2 2 3 2 9 21
11 2 2 3 4 11 33
12 3 2 4 4 13 45
13 2 3 4 4 13 45
14 2 2 3 2 9 21
15 2 2 2 2 8 16
16 2 2 2 2 8 16
17 2 3 3 4 12 38
18 2 2 3 2 9 21
19 3 2 3 2 10 26
20 1 1 2 2 6 10
21 2 2 3 3 10 26
22 2 2 2 2 8 16
23 2 1 2 3 8 18
24 2 3 4 3 12 38
25 2 1 1 3 7 15
26 1 2 3 2 8 18
27 2 2 3 3 10 26
28 2 3 3 3 11 31
29 2 2 3 3 10 26
30 2 1 3 2 8 18
31 2 2 3 2 9 21
32 1 1 2 2 6 10
33 2 2 3 2 9 21
ΣY 67 65 93 87 312
ΣY2 4489 4225 8649 7569 24932
90
RUMUS ALPHA
[
] [
∑
]
(
) (
)
[
] [ ]
0,958
Dari hasil analisis dengan menggunakan rumus Alpha diperoleh nilai =
0,958, sedangkan r tabel product moment untuk taraf N 4 taraf signifikansi 95 %
= 0,950. Oleh karena r hitung > r tabel, yaitu 0,958 > 0,950, maka dapat
disimpulkan bahwa alat ukur dalam penelitian ini reliabel.
91
Lampiran 6
ANGKET
PENGARUH PERSEPSI SISWA MENGENAI KOMPETENSI
BERKOMUNIKASI GURU TERHADAP MOTIVASI BELAJAR BAHASA
PRANCIS PADA SISWA KELAS XI BAHASA MAN 1 SURAKARTA
Angketinidibuatuntuktujuanpenelitian.Pengisianangketinisamasekalitidakmempe
ngaruhinilai Anda. Pengisianangketinitidakdinilai „benar‟ atau „salah‟, oleh
karenaitudiharapkanAndamemberikanjawaban yang sebenar-benarnyasesuai
dengan pandangan dan keadaan Anda.
AtaskesediaanAndamengisiangket, sayaucapkanterimakasih.
Penulis,
Siska Ayu Prisdiana
92
Nama :
No absen :
Petunjuk pengisian:
Dibawah ini disajikan beberapa pernyataan, Anda diminta untuk memilih satu dari
empat jawaban dengan memberi tanda cek ( √ ) pada jawaban yang tersedia sesuai
dengan pandangan dan pendapat Anda. Singkatan setiap jawaban adalah sebagai
berikut :
SL : selalu
SR : sering
KK : kadang-kadang
TP : tidak pernah
Angket Kompetensi Komunikasi Guru
No Pernyataan SL SR KK TP
1. Guru bahasa Prancis menilai positif kemampuan
berbahasa Prancis yang Anda miliki.
2. Dalam proses pembelajaran, guru bahasa Prancis lebih
suka mendekati siswa dibanding duduk atau berdiri di
depan kelas.
3. Guru bahasa Prancis berperilaku positif dan tidak
membeda-bedakan pada semua siswa.
4. Guru bahasa Prancis menanyakan kabar siswa sebelum
pembelajaran.
5. Guru bahasa Prancis mampu menyampaikan materi
dengan baik sesuai pokok bahasan yang sedang
diajarkan.
6. Dalam menyampaikan materi, guru bahasa Prancis
menggunakan kata-kata yang mudah dipahami siswa.
7. Ketika situasi pembelajaran sudah membuat siswa bosan,
guru bahasa Prancis menyelingi dengan bercanda/
permainan.
8. Guru bahasa Prancis mampu menyusun dengan baik
materi yang akan disampaikan pada siswa.
9. Guru bahasa Prancis mampu merencanakan kegiatan
pembelajaran yang menyenangkan sehingga siswa
memperhatikan pelajaran dari awal sampai akhir.
93
10. Guru bahasa Prancis mampu mentransfer materi yang
dimilikinya dengan baik.
11. Guru bahasa Prancis ikut merasakan kesedihan siswa
yang mengalami kegagalan dalam belajar.
12. Guru bahasa Prancis menjalin komunikasi yang akrab
dengan siswa.
13. Guru bahasa Prancis banyak berinteraksi dengan siswa
selama proses pembelajaran, sehingga siswa dapat
mengenal karakter guru bahasa Prancis dengan baik.
Angket Motivasi Belajar
No Pernyataan SL SR KK TP
14. Saya baru akan berhenti mengerjakan tugas bahasa
Prancis setelah tugas saya selesai.
15. Saya tidak lekas putus asa saat menemui kesulitan belajar
bahasa Prancis.
16. Saya terus berusaha untuk mempelajari bahasa Prancis
walaupun tidak ada ulangan.
17. Saya bersemangat untuk belajar bahasa Prancis agar saya
berhasil menguasai bahasa Prancis dengan baik.
18. Saya percaya diri untuk menjawab pertanyaan dari guru
bahasa Prancis saat pembelajaran berlangsung.
19. Saya bekerja keras dalam belajar bahasa Prancis agar
berprestasi.
20. Saya ingin tahu lebih banyak tentang bahasa Prancis
sehingga saya mencari informasi tentang bahasa Prancis
yang tidak diajarkan di kelas.
21. Saya berperan aktif dalam proses pembelajaran bahasa
Prancis agar keberadaan saya dalam kelas
diperhitungkan.
22. Saya rajin belajar bahasa Prancis agar cita-cita saya
tercapai.
23. Saya tekun berlatih bahasa Prancis agar cita-cita saya
tercapai.
24. Saya selalu berfikiran positif jika saya belajar dan
berlatih dengan tekun saya dapat meraih cita-cita saya.
25. Saya berusaha menjawab pertanyaan dengan benar agar
guru bahasa Prancis memuji saya.
26. Saya senang mempelajari kembali kertas ulangan saya
karena guru bahasa Prancis memberi komentar dan saran
94
pada kertas nilai ulangan siswa.
27. Saya terus belajar walaupun pernah mengalami kegagalan
karena sikap guru bahasa Prancis yang memberikan
semangat pada siswa.
28. Saya aktif mengikuti pembelajaran bahasa Prancis karena
guru bahasa Prancis menggunakan metode yang
bervariasi dalam setiap pembelajaran.
29. Saya mudah memahami materi bahasa Prancis karena
guru bahasa Prancis menyampaikan materi dari yang
mudah ke yang sulit.
30. Saya mudah memahami materi bahasa Prancis karena
guru bahasa Prancis menggunakan media pengajaran
yang sesuai dengan kemampuan siswa.
31. Saya dapat mengetahui dan memperbaiki kesalahan saya
karena guru bahasa Prancis melibatkan siswa dalam
mengoreksi ulangan.
32. Saya senang belajar di kelas karena kelas saya nyaman.
33. Saya mempunyai hubungan yang akrab dengan guru
bahasa Prancis sehingga saya memperhatikan
penjelasannya dengan baik.
95
Lampiran 7
Rekap Perhitungan Skor Angket Penelitian
Rekap Skor Instrumen Penelitian pada Variabel Persepsi Siswa Mengenai Kompetensi Berkomunikasi Guru
Responden N O. S O A L Σ X
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
1 3 2 3 4 4 3 3 2 3 3 3 4 4 41
2 2 3 3 3 4 3 2 3 3 3 2 4 4 39
3 3 3 3 4 3 4 2 3 3 3 2 3 4 40
4 2 2 4 4 3 3 2 2 3 2 4 4 4 39
5 3 2 3 4 4 3 3 3 3 3 4 4 4 43
6 2 2 2 4 3 3 3 2 3 2 3 4 4 37
7 2 1 4 4 3 3 4 3 3 2 4 4 4 41
8 2 2 3 4 3 2 2 3 2 4 2 4 2 35
9 2 1 2 4 2 2 2 2 2 3 2 3 3 30
10 2 2 3 4 3 3 4 2 2 2 3 4 4 38
11 3 1 3 4 4 3 3 3 3 3 2 4 4 40
12 2 1 2 4 2 2 2 2 2 3 2 3 3 30
13 2 2 2 4 3 4 2 4 3 2 3 4 4 39
14 2 2 2 4 3 3 4 2 3 2 3 4 4 38
15 2 2 3 3 3 2 1 3 3 2 4 3 4 35
Jumlah 34 28 42 58 47 43 39 39 41 39 43 56 56 565
96
Rekap Skor Instrumen Penelitian pada Variabel Motivasi Belajar Bahasa Prancis Siswa
Responden N O. S O A L Σ Y
14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
1 3 3 3 4 3 4 2 4 4 3 3 4 3 3 3 3 4 4 4 4 68
2 3 4 3 4 3 4 2 3 4 3 4 3 2 4 3 3 2 3 2 3 62
3 3 3 3 4 3 4 3 4 3 2 4 4 3 4 3 3 2 3 4 4 66
4 4 3 4 3 3 4 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 2 2 3 3 59
5 3 3 4 3 4 4 3 4 4 3 4 3 3 3 3 3 3 4 3 3 67
6 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 2 3 3 2 3 3 3 2 3 58
7 3 4 3 4 4 4 3 3 3 4 4 1 2 4 4 3 2 4 4 4 67
8 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 4 2 2 3 3 3 3 3 2 3 60
9 1 2 2 1 2 3 1 3 2 2 4 3 2 2 2 2 2 3 3 2 44
10 2 2 2 3 2 2 3 3 4 4 3 3 1 2 2 2 1 3 2 2 48
11 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 4 3 3 2 3 4 3 59
12 3 3 2 4 3 4 2 3 3 3 3 3 2 3 4 3 2 2 4 3 59
13 2 4 3 4 4 3 2 3 3 3 4 2 2 3 4 3 3 2 4 4 62
14 2 3 3 3 2 3 4 3 2 2 4 2 3 3 3 2 3 2 3 3 55
15 2 2 3 2 2 2 2 3 2 2 4 2 2 3 3 2 2 3 1 2 46
Jumlah 40 45 44 48 45 50 38 48 47 43 54 39 35 47 45 41 36 44 45 46 880
97
Lampiran 8
Perhitungan Korelasi Pada Variabel Penelitian Menggunakan Rumus
Korelasi Product Moment
No Responden X Y X2
Y2
XY
1 AS 41 68 1681 4624 2788
2 AF 39 62 1521 3844 2418
3 HS 40 66 1600 4356 2640
4 MJK 39 59 1521 3481 2301
5 SAES 43 67 1849 4489 2881
6 EW 37 58 1369 3364 2146
7 H 41 67 1681 4489 2747
8 IR 35 60 1225 3600 2100
9 MDR 30 44 900 1936 1320
10 MTA 38 48 1444 2304 1824
11 NR 40 59 1600 3481 2360
12 NES 30 59 900 3481 1770
13 RPSK 39 62 1521 3844 2418
14 SF 38 55 1444 3025 2090
15 UM 35 46 1225 2116 1610
Jumlah 565 880 21481 52434 33413
∑
∑
∑ ∑ ∑
√{ ∑ ∑ }{ ∑ ∑ }
√{ }{ }
√{ }{ }
√{ }{ }
√
98
Dari hasil perhitungan menggunakan rumus korelasi Product Moment,
diperoleh sebesar 0,664. Untuk taraf kepercayaan 95% dengan N=15
diperoleh sebesar 0,514. Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa ada
pengaruh persepsi siswa mengenai kompetensi berkomunikasi guru terhadap
motivasi belajar bahasa Prancis siswa.