PENGARUH PENYULUHAN TERHADAP PENGETAHUAN WANITA TENTANG SADARI SEBAGAI DETEKSI DINI KANKER...
-
Upload
ida-bagus-ananta-awatara -
Category
Documents
-
view
368 -
download
1
description
Transcript of PENGARUH PENYULUHAN TERHADAP PENGETAHUAN WANITA TENTANG SADARI SEBAGAI DETEKSI DINI KANKER...
PENGARUH PENYULUHAN TERHADAP PENGETAHUAN WANITA TENTANG SADARI SEBAGAI DETEKSI DINI
KANKER PAYUDARA DI DESA CIJALINGAN KABUPATEN SUKABUMI PERIODE APRIL – JULI
TAHUN 2010
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan Untuk Menyelesaikan Pendidikan Program Studi Diploma III Kebidanan
Disusun oleh : KRISTIN RATNA MURTI
NIM. 4004070023
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN DHARMA HUSADA
BANDUNG 2010
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan adalah hak setiap warga negara yang merupakan investasi di
masa depan. Pemerintah Indonesia telah menetapkan visi pembangunan
kesehatan, yaitu “Indonesia Sehat 2010”, harapannya agar masyarakat
Indonesia dapat hidup dalam lingkungan yang sehat, berperilaku hidup sehat
dan dapat mengakses pelayanan kesehatan secara adil dan merata.
Pembangunan kesehatan bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan
setinggi-tingginya. Ini akan terwujud jika seluruh komponen diharapkan bahu
membahu mewujudkan masyarakat yang sehat melalui berbagai partisipasi
sesuai dengan potensi yang dimiliki.
Saat ini di negara berkembang telah terjadi pergeseran penyebab
kematian utama yaitu dari penyakit menular ke penyakit tidak menular.
Kecenderungan transisi ini dipengaruhi oleh adanya perubahan gaya hidup,
urbanisasi dan globalisasi. Penyakit yang tergolong dalam penyakit tidak
menular yaitu kanker, diabetes mellitus, gangguan mental, penyakit jantung,
pembuluh darah, dan lain-lain. Kanker adalah tumor ganas yang ditandai
dengan pertumbuhan abnormal sel-sel tubuh. Keberadaan makanan instant,
rokok, alkohol, makanan banyak lemak, makanan yang diawetkan, dan
kegemukan merupakan faktor resiko tinggi penyebab terjadinya penyakit
kanker.
Menurut dr. Sutjipto, Sp.B.Onk (2008) dalam Jurnal Kesehatan RS
Kanker Dharmais, kanker payudara merupakan kanker yang sering dijumpai
dalam masyarakat Indonesia dan menempati tempat ke dua terbanyak setelah
kanker leher rahim. Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO) melaporkan, pada
tahun 2005 terdapat 1,2 juta penderita baru setiap tahun. Di Indonesia
masalah kanker payudara menjadi lebih besar lagi karena lebih dari 70%
penderita datang ke dokter pada stadium yang sudah lanjut (SUSEDA 2006)
sehingga diperkirakan setiap tahun terdapat 100 penderita baru / 100.000
penduduk. Di Jawa Barat sendiri angka kejadian kanker payudara ini
26/100.000 wanita (SURKESDAS 2007).
Kanker payudara adalah tumor ganas yang tumbuh didalam jaringan
payudara, dimana kanker ini bisa tumbuh didalam kelenjar susu, saluran susu,
jaringan lemak, maupun jaringan ikat pada payudara. Kebanyakan pasien
yang datang berobat ternyata setelah penyakitnya stadium akhir, padahal
keberadaan kanker ini bisa dideteksi secara dini. Keterlambatan diteksi dini
ini kemungkinan kurangnya pengetahuan wanita tentang diteksi dini kanker
payudara. Salah satu deteksi dini kanker payudara yaitu pemeriksaan payudara
sendiri dan pemeriksaan payudara klinis.
Penyuluhan pada masyarakat mengenai deteksi dini kanker payudara
dilakukan dengan melakukan periksa payudara sendiri (Sadari) dan
pemeriksaan payudara klinis (Saranis). Pemeriksaan payudara sendiri
dilakukan dengan meraba seluruh bagian payudara dan daerah tepi sampai
kedaerah sentral dan kedaerah aksila.
Promosi kesehatan sangat penting untuk menambah pengetahuan, salah
satu promosi kesehatan yang paling sederhana adalah dengan penyuluhan.
Penyuluhan bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman
masyarakat tentang kebiasaan diteksi dini dan perilaku hidup sehat, sehingga
dengan diteksi dini kanker payudara dapat ditemukan dan diobati dengan
cepat dan tepat, serta kemungkinan untuk sembuh lebih besar.
Rendahnya kesadaran untuk memeriksakan diri ketenaga kesehatan
berkaitan dengan paradigma sehat yang melekat pada masyarakat dimana
mereka akan pergi ketenaga kesehatan jika mereka merasakan sakit.
Pandangan ini sangat berpengaruh terhadap temuan-temuan dini terhadap
suatu penyakit terutama temuan dini kanker payudara. Berdasarkan penelitian
terdahulu tentang pengertahuan Sadari, ternyata baik di daerah perkotaan
maupun pedesaan masih banyak wanita yang tidak mengetahui pentingnya
Sadari ( Sari, 2008 ). Di desa Cijalingan saja hampir seluruh wanita tidak
mengetahui apa yang dimaksud Sadari, untuk apa dan bagaimana cara
melakukan Sadari, sehingga berdasarkan latar belakang tersebut peneliti
tertarik untuk mengetahui pengaruh penyuluhan terhadap peningkatan
pengetahuan wanita tentang Sadari di desa Cijalingan kabupaten Sukabumi.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan dapat dirumuskan
masalah “ apakah penyuluhan dapat meningkatkan pengetahuan ibu mengenai
cara pemeriksaan payudara sendiri sebagai deteksi dini kanker payudara ? “
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui pengaruh penyuluhan tehadap peningkatan pengatahuan
wanita tentang cara pemeriksaan payudara sendiri sebagai deteksi dini
kanker payudara di desa Cijalingan kabupaten Sukabumi.
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui pengetahuan wanita tentang Sadari sebelum dilakukan
penyuluhan.
b. Mengetahui pengetahuan wanita tentang Sadari setelah dilakukan
penyuluhan
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi responden
Dari hasil penelitian ini diharapkan masyarakat khususnya ibu-ibu
mengetahui cara mendeteksi dini kanker payudara dengan pemeriksaan
payudara sendiri sehingga kanker payudara pun akan teratasi sejak dini.
2. Bagi institusi pendidikan
Penelitian ini diharapkan sebagai dasar, sumber dan bahan pemikiran
untuk perkembangan penelitian selanjutnya.
3. Bagi Pembaca
Diharapkan penelitian ini dapat memperluas pengetahuan dan
wawasan mengenai Sadari.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini termasuk kedalam mata kuliah Kesehatan Reproduksi,
penelitian dilakukan pada wanita di desa Cijalingan kabupaten Sukabumi,
dengan memggunakan rancangan penelitian Kuasi Eksperimen dengan sampel
wanita yang berusia 30-40 tahun yang memenuhi kriteria. Teknik
pengambilan sampel pada penelitian ini adalah consecutive sampling, dengan
kuesioner sebagai instrumen penelitiannya.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Kanker payudara
1. Pengetian kanker payudara
Kanker payudara adalah tumor ganas yang tumbuh didalam
jaringan payudara,dimana kanker ini bisa tumbuh didalam kelenjar
susu,saluran susu,jaringan lemak,maupun jaringan ikat pada payudara.
2. Gejala kanker payudara
Gejala klinis dari kanker payudara pada tahap awal biasanya
penderita tidak merasakan sakit dan tidak terdapat tanda-tanda sama
sekali,akan tetapi ketika tumor semakin membesar maka penderita
akan mendapat gejala-gejala sepeti
a. Benjolan pada payudara
Umumnya benjolan yang tidak terasa nyeri pada payudara,awalnya
benjolan ini berukuran kecil semakin lama semakin besar,
kemudian melekat pada kulit
b. Perubahan ukuran dan bentuk payudara
Perubahan ini seperti kulit atau puting susu akan tertarik kedalam
(retraksi), berwarna merah muda atau kecoklatan sampai menjadi
oedema hingga kulit akan terlihat seperti kulit jeruk,mengkerut dan
kemudian akan timbul borok pada payudara.
3. Faktor penyebab kanker payudara
Faktor penyebab kanker payudara sampai saat ini belum diketahui
secara spesifik akan tetapi banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya
kanker payudara seperti faktor reproduksi,penggunaan hormon, obesitas,
konsumsi lemak yang berlebih, serta riwayat keluarga dan faktor
genetik. (Tjindarbumi D,2004:79)
4. Pencegahan kanker payudara
Upaya pencegahan kanker payudara dikelompokan dalam 3 strategi
yaitu pencegahan primer, pencegahan sekunder dan pencegahan tertier.
a. Pencegahan primer
Pencegahan pada kanker payudara ini merupakan salah satu bentuk
promosi kesehatan karena dilakukan pada orang yang sehat melalui
upaya menghindarkan diri dari terpaparnya faktor resiko dan
melaksanakan pola hidup sehat seperti berupa pemeriksaan Sadari
yang dilakukan secara rutin sehingga dapat memperkecil faktor
resiko terkena kanker payudara.
b. Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder ini dilakukan terhadap individu yang memiliki
resiko terkena kanker payudara seperti dengan melakukan skrining
melalui mamografi, USG payudara, termografi.
c. Pencegahan tertier
Pencegahan ini diarahkan pada individu yang telah positif menderita
kanker payudara.Penanganan yang tepat pada penderita sesuai
dengan stadiumnya akan mengurangi kecacatan dan memperpanjang
harapan hidup penderita
B. Pemeriksaan Payudara Sendiri
1. Pengertian Sadari
Sadari adalah singkatan dari Pemeriksaan Payudara Sendiri.
Pemeriksaan berasal dari kata dasar periksa, yang dalam kamus besar
bahasa Indonesia berarti selidik. Pemeriksaan adalah proses, cara,
penyelidikan. Secara teknis payudara disebut kelenjar susu
(KerrienLee,2004). Menurut istilah kamus besar bahasa indonesia payudara
adalah buahdada, susu, tetek. Sendiri artinya seorang diri atu tidak dengan
orang lain ( mandiri ). Dari pengertian – pengertian tersebut maka Sadari
dapat diartikan sebagai suatu proses atau cara memeriksakan payudara
secara mandiri ataupun seorang diri.
2. Pendidikan Sadari
Hingga saat ini tidak banyak wanita yang mengetahui pentingnya
Sadari, diperkirakan hanya 25% samapi 30% wanita yang melakukan
Sadari dengan baik dan teratur setiap bulannya. Sebagian besar lesi dapat
terdeteksi secara mandiri, sehingga membuat Sadari menjadi bagian
penting dari promosi kesehatan untuk mendeteksi kanker atau penyakit
payudara lainnya secara dini. Karena banyaknya penyakit payudara
terdeteksi oleh wanita itu sendiri, maka penyuluhan pada wanita
diprioritaskan mengenai bagaimana dan kapan melakukan Sadari. Sadari
dapat diajarkan kepada semua wanita dan dipraktikkan oleh semua wanita.
Petugas kesehatan berperan dalan menginformasikan dan memberi
pengarahan pada wanita tentang keuntungan Sadari yang teratur dan
pentingnya mencari bantuan medis segera ketika ditemukan benjolan.
Mengajarkan wanita bagaimana melakukan Sadari adalah bagian yang
tidak terpisahkan dalam melaksanakan pemeriksaan bulanan secara
mandiri.Pendidikan Sadari sangat penting untuk diajarkan pada wanita
sehingga dapat diraba ada tidaknya kelainan pada payudara dan selanjutnya
dapat memeriksakan diri kepelayanan kesehatan jika ditemukan kelainan
tersebut. Wanita dapat diajarkan tentang Sadari dengan 2 cara yaitu :
a. Inspeksi (melihat sendiri didepan cermin)
Inpeksi dapat dilakukan dengan cara berdiri didepan cermin dan
perhatikan apakah ada kelainan pada payudara, biasanya kedua payudara
tidak sama, terdapat benjolan yang tidak terasa nyeri dan berukuran kecil
yang lama kelamaan benjolan itu semakin besar lalu melekat pada kulit,
sehingga menimbulkan perubahan pada kulit payudara dan puting
payudara, puting akan tertarik kedalam, berwarna merah, sehinnga terlihat
seperti kulit jeruk,mengkerut dan pada akhirnya akan mengakibatkan
borok yang disertai pengeluaran cairan atau darah dari puting susu.
b. Palpasi (perabaan)
Apakah ada tumor pada payudara akan disertai dengan nyeri tekan, dapat
digerakan, menekan puting susu apakah terdapat pengeluaran cairan atau
darah, kemudian memeriksa ketiak apakah terdapat benjolan atau
tidak.Pemeriksaan payudara secara komplit dan menyeluruh
membutuhkan waktu setidaknya 5 menit atau lebih. Pemeriksaan dimulai
dengan inspeksi yaitu wanita telanjang dari kepala sampai sebatas
pinggang dan duduk dalam posisi yang nyaman menghadap cermin,
payudara diinspeksi terhadap ukuran dan kesimetrisannya, pemeriksaan
puting susu, ada tidaknya pembengkakan, serta perubahan warna.
3. Cara melakukan Sadari
Untuk mendeteksi benjolan, perubahan warna kulit, puting susu yang
bersisik, pengeluaran cairan dari puting susu atau kejanggalan-kejanggalan
lain, dapat dilakukan dengan cara memperhatikan bentuk payudara dari
depan, sisi kiri, dan sisi kanan.
Berikut ini adalah langkah-langkah dalam melakukan Sadari
a. Langkah 1 :
1. Berdiri atau duduk yang nyaman menghadap cermin, tangan lurus
kebawah
2. Memeriksa payudara terhadap segala sesuatu yang tidak seperti
biasa
3. Memperhatikan adanya pengeluaran cairan dari puting susu,
kriput, dimpling atau kulit mengelupas
b. Langkah 2
1. Memperhatiakan dengan baik didepan cermin ketika melipat
tangan dibelakang kepala dan menekan tangan kearah depan
2. Memperhatikan setiap perubahan bentuk payudara
c. Langkah 3
1. Kemudian tekan tangan dengan kuat pada pinngang, agak
membungkuk kearah cermin menarik bahu dan siku kearah depan
2. Memperhatikan setiap perubahan bentuk payudara
Beberapa wanita melakukan pemerikasaan langkah 4 dan 5 ketika
sedang mandi karena jari-jari akan meluncur dengan mudah diatas
kulit yang bersabun sehinnga dapat berkonsentrasi dan merasakan
terhadap setiap perubahan didalam payudara.
d. Langkah 4
1. Mengangkat lengan kiri
2. Menggunakan 3 atau 4 jari tangan kanan untuk meraba payudara
kiri dengan lembut, kuat, hati-hati, dan menyeluruh
3. Mulailah pada tepi terluar, tekan bagian datar dengan jari tangan
dalam lingkaran kecil, bergerak melingkar dengan lambat
disekitar payudara
4. Secara bertahap lakukan kearah puting susu
5. Memastikan dilakukan pada seluruh payudara
6. Memberi perhatian khusus pada area diantara payudara dan
dibawah lengan, termasuk bagian dibawah lengan itu sendiri
7. Merasakan adanya benjolan atau massa yang tidak lazim dibawah
kulit
e. Langkah 5
1. Dengan perlahan, remas puting susu, perhatikan adanya benjolan
2. Jika terdapat benjolan selama sebulan yang terjadi ketika sedang
atau tidak melakukan Sadari segera konsultasi ke dokter
3. Ulangi pemeriksaan pada payudara kanan
f. Langkah 6
1. Langkah 4 dan 5 diulangi dalam keadaan berbaring
2. Berbaringlah mendatar terlentang dengan lengan kiri dibawah
kepala dan sebuah bantal atau handuk yang dilipat dibawah bahu
kiri (posisi ini akan mendatarkan payudara dan memudahkan
untuk memeriksanya)
3. Gunakan gerakan silkuler yang sama seperti yang diuraikan pada
langkah 4 dan 5
4. Ulangi pada payudara kanan
4. Waktu yang tepat melakukan Sadari
Agar Sadari menjadi alat skrining yang efektif untuk mengetahui lessi
kanker, penting bagi wanita untuk melakukannya setiap bulan, kebanyakan
wanita memperhatikan peningkatan nyeri dan gumpalan sebelum periode
menstruasi, oleh karena itu Sadari disarankan setelah menstruasi.
5. Manfaat Sadari
Sadari terdapat dalam garis depan pendeteksian kanker payudara dini.
Kanker payudara termasuk penyebab kematian yang cukup tinggi pada
wanita usia lebih dari 50 tahun. Oleh karena itu, diagnosis dini sangat
penting artinya karena menyangkut jiwa penderita. Dengan melakukan
Sadari secara teratur, dapat menghasilkan temuan dini dan pengobatan dini
, bermanfaat dalam penurunan angka kematian tersebut. Karena penurunan
secara dini adalah kunci untuk menyelamatkan hidup, penting bagi wanita
untuk meluangkan waktu beberapa menit setiap bulannya untuk melakukan
Sadari. Maka dari itu dengan melakukan Sadari, wanita dapat lebih
mengenali payudaranya sendiri hingga dapt menditeksi setiap perubahan
awal yang mungkin merupakan awal terjadinya kanker payudara.
(Tambunan M.W,2006 : 84).
C. Pengetahuan
1. Pengertian pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, yang terjadi setelah orang
melakukan penginderaan melalui kelima inderanya, tetapi sebagian besar
memilih suatu proses yaitu proses belajar dan membutuhkan suatu bantuan
misalnya bantuan seseorang yang lebih menguasai suatu hal, bantuan alat
misalnya buku dan sebagainya (Notoatmodjo, 2005 : 3).
2. Sumber Pengetahuan
Sumber pengetahuan biasanya diperoleh dari buku bacaan, media
seperti koran, televisi radio, promosi kesehatan. Promosi kesehatan adalah
upaya yang dilakukan terhadap masyarakat sehingga mereka mau dan
mampu untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri
(Piagam Ottawa Charter, 1986). Batasan promosi kesehatan menurut
(Victorian Health Fondation, Australia, 1997) adalah bukan hanya
perubahan perilaku tetapi juga perubahan lingkungannya, sehingga
menekankan bahwa promosi kesehatan adalah suatu program perubahan
perilaku masyarakat yang menyeluruh dalam konteks masyarakatnya.
3. Cara Memperoleh Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2007 :10), dari berbagai macam cara yang
telah digunakan untuk memperoleh kebenaran pengetahuan sepanjang
sejarah dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu:
a. Cara Tradisional atau Non Ilmiah
Cara kuno atau cara tradisional untuk memperoleh pengetahuan ini
dipakai orang untuk memperoleh kebenaran pengetahuan sebelum
ditemukannya metode ilmiah atau metode penemuan secara sistematik
dan logis. Cara cara penemuan pengetahuan pada periode ini antara lain:
1) Cara coba salah
Cara yang paling tradisional yang pernah digunakan oleh manusia
dalam memperoleh pengetahuan adalah melalui cara coba coba atau
yang lebih dikenal dengan kata “Trial and Error”. Cara coba-coba ini
dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam memecahkan
masalah dan apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil maka
dicoba kemungkinan yang lain. Apabila kemungkinan kedua gagal
pula maka dicoba kembali dengan kemungkinan yang ketiga, dan
apabila kemungkinan ketika gagal dicoba kemungkinan keempat dan
seterusnya, sampai masalah tersebut dapat terpecahkan. Itulah
sebabnya maka cara ini disebut metode Trial (coba) and Error (gagal
atau salah) atau metode coba salah atau coba coba.Contoh refleks
dari metode ini adalah ditemukannya kina sebagai obat malaria
secara coba coba oleh seorang penderita malaria.
2) Cara Kekuasaan atau Otoritas
Dalam kehidupan manusia sehari-hari banyak sekali kebiasaan
kebiasaan dan tradisi yang dilakukan oleh orang tanpa melalui
penalaran apakah yang dilakukannya tersebut baik atau tidak.
Kebiasaan kebiasaan ini biasanya diwariskan turun temurun dari
generasi ke generasi misalnya mengapa harus ada acara selapanan
dan turun tanah pada bayi? Mengapa ibu yang sedang menyusui
harus minum jamu? Mengapa anak tidak boleh makan telur?.
Pendapat itu diterima oleh masyarakat pada waktu itu sampai
jangka waktu yang lama tanpa melalui pembuktian empiris.
Demikian pula pendapat yang dikeluarkan oleh tokoh tokoh ilmu
pengetahuan atau filsafat yang selalu digunakan sebagai referensi
dalam memecahkan berbagai permasalahan yang dihadapi.
Dibidang kesehatan otoritas pengetahuan tersebut bukan saja
berasal dari ahli ahli kesehatan atau kedokteran tetapi juga berasal
dari para dukun.
3) Berdasarkan Pengalaman Pribadi
Pengalaman merupakan sumber pengetahuan atau merupakan suatu
cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan oleh sebab itu
pengalaman pribadi pun dapat digunakan sebagai upaya
memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara
mengenang kembali pengalaman yang diperoleh dalam rangka
memecahkan permasalahan yang dihadapai pada masa lalu apabila
dengan cara yang digunakan tersebut orang dapat memecahkan
masalah yang dihadapi, maka untuk memecahkan masalah lain yang
sama orang dapat pula menggunakan cara tersebut, tetapi bila gagal
menggunakan cara tersebut ia tidak akan mengulangi cara itu dan
berusaha mencari cara yang lain sehingga dapat berhasil
memecahkannya.
4) Melalui jalan pikiran.
Sejalan dengan perkembangan kebudayaan umat manusia cara
berpikir manusiapun berkembang dari sini manusia telah mampu
menggunakan penalarannya dalam memperoleh pengetahuannya
dengan kata lain dalam memperoleh kebenaran pengetahuan
manusia telah menggunakan jalan pikirannya baik melalui induksi
maupun deduksi. Induksi maupun pada dasarnya cara melahirkan
pemikiran secara tidak langsung melalui pernyataan pernyataan
yang dikemukakan kemudian dicari hubungannya sehingga dapat
dibuat suatu kesimpulan. Apabila proses pembuatan kesimpulan itu
melalui pernyataan pernyataan khusus kepada yang umum
dinamakan induksi sedangkan deduksi adalah pembuatan
kesimpulan dari pernyataan pernyataan umum kepada yang khusus.
b. Cara Modern atau cara Ilmiah
Cara modern dalam memperoleh pengetahuan adalah cara baru dalam
memperoleh pengetahuan yang lebih sistematis, logis dan ilmiah. Cara ini
disebut “Metode Penelitian Ilmiah” atau lebih populer disebut Metodologi
Penelitian atau (Research Metodology). Cara ini mula mula dikembangkan
oleh Francis Bacon (1561-1626). Dia adalah seorang tokoh yang
mengembangkan Metode berpikir Induktif, mula mula ia mengadakan
pengamatan langsung terhadap gejala gejala alam atau kemasyarakatan
yang kemudian hasil pengamatannya tersebut dikumpulkan dan di
klasifikasikan yang akhirnya diambil kesimpulan umum, kemudian metode
berpikir induktif yang dikembangkan oleh Bacon ini dilanjutkan oleh
Deobold Van Dallen dia mengatakan bahwa dalam memperoleh
kesimpulan dilakukan dengan mengadakan observasi langsung dan
membuat pencatatan pencatatan terhadap semua fakta yang berhubungan
dengan obyek yang diamatinya.
4. Tingkat pengetahuan
Menurut Notoatmodjo, 2007 : 3 tingkat pengetahuan memiliki enam
tingkatan diantaranya, yaitu :
a. Tahu/mengenal (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya, termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah
mengingat kembali terhadap sesuatu yang spesifik dan seluruh bahan
yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu
Tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.
b. Memahami (Comprehension)
Memahami merupakan kemampuan untuk menjelaskan secara benar
tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi
tersebut secara benar. Orang yang telah memahami obyek atau materi
harus dapat menjelaskan, meramalkan, menyebutkan. Contoh
menyimpulkan terhadap obyek yang telah dipelajarinya.
c. Aplikasi (Aplication)
Aplikasi adalah kemampuan menggunakan materi yang telah dipelajari
pada situasi atau kondisi nyata dan dapat menerapkan dalam
kehidupan sehari hari.
d. Analisis (Analysis)
Analisis merupakan suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau
obyek kedalam komponen komponen tetapi masih didalam suatu
struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitan antara yang satu
dengan yang lainnya.
e. Sintesis (Syntesis)
Sintesis merupakan suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian bagian didalam suatu bentuk yang baru dan
formasi yang ada. Misalnya merumuskan, menyusun, merencanakan.
f. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi adalah kemampuan untuk melakukan judifikasi atau
penelitian terhadap materi atau obyek. Penilaian ini berdasarkan pada
suatu kriteria yang ada.
D. Penyuluhan
1. Pengertian penyuluhan
Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan
dengan cara menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga
masyarakat tidak saja sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa
melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya dengan kesehatan.
Penyuluhan kesehatan adalah gabungan berbagai kegiatan dan kesempatan
yang berlandaskan prinsip-prinsip belajar untuk mencapai suatu keadaan,
dimana individu, keluarga, kelompok atau masyarakat secara keseluruhan
ingin hidup sehat, tahu bagaimana caranya dan melakukan apa yang bisa
dilakukan, secara perseorangan maupun secara kelompok dan meminta
pertolongan. Penyuluhan dapat diartikan dalam beberapa pengertian
diantaranya ( Notoamodjo : 2007) :
a. Penyuluhan sebagai penyebarluasan informasi
Sebagai terjemahan dari kata “extension”, penyuluhan dapat diartikan
sebagai proses peyebarluasan informasi tentang ilmu pengetahuan,
teknologi dan seni yang dihasilkan oleh perguruan tinggi ke dalam
praktek atau kegiatan praktis.
b. Penyuluhan sebagai proses penerangan dan pemberi penjelasan
Penyuluhan yang berasal dari kata dasar “suluh” atau obor, sekaligus
sebagai terjemahan dari kata “voorlichting” dapat diartikan sebagai
kegiatan penerangan atau memberikan terang bagi yang dalam
kegelapan. Sehingga, penyuluhan juga sering diartikan sebagai kegiatan
penerangan.
Sebagai proses penerangan, kegiatan penyuluhan tidak saja terbatas
pada memberikan penerangan, tetapi juga menjelaskan mengenai segala
informasi yang ingin disampaikan kepada kelompok sasaran yang akan
menerima manfaat penyuluhan, sehingga mereka benar-benar
memahami seperti yang dimaksudkan oleh penyuluh atau juru
penerangnya.
Penyuluhan yang dilakukan oleh penyuluh tidak boleh hanya bersifat
“searah” melainkan harus diupayakan berlangsungnya komunikasi
“timbal-balik” yang memusat sehingga penyuluh dapat memahami
aspirasi masyarakat, manakala mereka menolak atau belum siap
menerima informasi yang diberikan, hal ini penting, agar penyuluhan
yang dilakukan tidak bersifat “pemaksaan kehendak” melainkan tetap
menjamin hubungan yang harmonis antara penyuluh dan kliennya
secara berkelanjutan.
c. Penyuluhan sebagai proses perubahan perilaku
pengertian tentang penyuluhan tidak hanya diartikan sebagai kegiatan
penerangan, yang bersifat searah (one way) dan pasif. Tetapi, penyuluhan
adalah proses aktif yang memerlukan interaksi antara penyuluh dan yang
disuluh agar terbangun proses perubahan “perilaku” (behaviour) yang
merupakan perwujudan dari pengetahuan, sikap, dan keterampilan seseorang
yang dapat diamati oleh orang atau pihak lain, baik secara langsung berupa
ucapan, tindakan, bahasa-tubuh, maupun tidak langsung melalui kinerja dan
atau hasil kerjanya.
Dengan kata lain, kegiatan penyuluhan tidak berhenti pada penyebar-luasan
informasi dan memberikan penerangan, tetapi merupakan proses yang
dilakukan secara terus-menerus, sekuat-tenaga dan pikiran, memakan waktu
dan melelahkan, sampai terjadinya perubahan perilaku yang ditunjukkan oleh
penerima manfaat penyuluhan (beneficiaries) yang menjadi klien penyuluhan.
d. Penyuluhan sebagai proses belajar
Penyuluhan sebagai proses pendidikan atau proses belajar diartikan
bahwa, kegiatan penyebarluasan informasi dan penjelasan yang diberikan
dapat merangsang terjadinya proses perubahan perilaku yang dilakukan
melalui proses pendidikan atau kegiatan belajar. Artinya, perubahan
perilaku yang terjadi dan dilakukan oleh sasaran tersebut berlangsung
melalui proses belajar. Hal ini penting untuk dipahami, karena perubahan
perilaku dapat dilakukan melalui beragam cara, seperti pembujukan,
pemberian hadiah, atau bahkan melalui kegiatan-kegiatan pemaksaan baik
melalui penciptaan kondisi lingkungan fisik maupun sosial ekonomi,
maupun pemaksaan melalui aturan dan ancaman-ancaman.
2. Tujuan penyuluhan
a. Tercapainya perubahan perilaku individu, keluarga dan masyarakat
dalam membina dan memelihara perilaku hidup sehat dan lingkungan
sehat, serta berperan aktif dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan
yang optimal.
b. Terbentuknya perilaku sehat pada individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat yang sesuai dengan konsep hidup sehat baik fisik, mental
dan sosial sehingga dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian.
c. Menurut WHO tujuan penyuluhan kesehatan adalah untuk merubah
perilaku perseorangan dan atau masyarakat dalam bidang kesehatan.
3. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan terhadap sasaran dalam
keberhasilan penyuluhan kesehatan
1. Tingkat Pendidikan.
Pendidikan dapat mempengaruhi cara pandang seseorang terhadap
informasi baru yang diterimanya. Maka dapat dikatakan bahwa
semakin tinggi tingkat pendidikannya, semakin mudah seseorang
menerima informasi yang didapatnya
2. Tingkat Sosial Ekonomi
Semakin tinggi tingkat sosial ekonomi seseorang, semakin mudah pula
dalam menerima informasi baru.
3. Adat Istiadat
Pengaruh dari adat istiadat dalam menerima informasi baru merupakan
hal yang tidak dapat diabaikan, karena masyarakat kita masih sangat
menghargai dan menganggap sesuatu yang tidak boleh diabaikan.
4. Kepercayaan Masyarakat
Masyarakat lebih memperhatikan informasi yang disampaikan oleh
orang – orang yang sudah mereka kenal, karena sudah timbul
kepercayaan masyarakat dengan penyampai informasi.
5. Ketersediaan Waktu di Masyarakat
Waktu penyampaian informasi harus memperhatikan tingkat aktifitas
masyarakat untuk menjamin tingkat kehadiran masyarakat dalam
penyuluhan.
4. Metode yang dapat digunakan dalam melakukan penyuluhan
( Notoatmodjo : 2005) :
1. Metode Ceramah
Adalah suatu cara dalam menerangkan dan menjelaskan suatu ide,
pengertian atau pesan secara lisan kepada sekelompok sasaran
sehingga memperoleh informasi tentang kesehatan.
2. Metode Diskusi kelompok
Adalah pembicaraan yang direncanakan dan telah dipersiapkan tentang
suatu topik pembicaraan diantara 5 – 20 peserta (sasaran) dengan
seorang pemimpin diskusi yang telah ditunjuk.
3. Metode Curah pendapat
Adalah suatu bentuk pemecahan masalah di mana setiap anggota
mengusulkan semua kemungkinan pemecahan masalah yang
terpikirkan oleh masing-masing peserta, dan evaluasi atas pendapat-
pendapat tadi dilakukan kemudian.
4. Metode Panel
Adalah pembicaraan yang telah direncanakan di depan pengunjung
atau peserta tentang sebuah topik, diperlukan 3 orang atau lebih
panelis dengan seorang pemimpin.
5. Metode Bermain peran
Adalah memerankan sebuah situasi dalam kehidupan manusia dengan
tanpa diadakan latihan, dilakukan oleh dua orang atu lebih untuk
dipakai sebagai bahan pemikiran oleh kelompok.
6. Metode Demonstrasi
Adalah suatu cara untuk menunjukkan pengertian, ide dan prosedur
tentang sesuatu hal yang telah dipersiapkan dengan teliti untuk
memperlihatkan bagaimana cara melaksanakan suatu tindakan, adegan
dengan menggunakan alat peraga. Metode ini digunakan terhadap
kelompok yang tidak terlalu besar jumlahnya.
7. Metode Simposium
Adalah serangkaian ceramah yang diberikan oleh 2 sampai 5 orang
dengan topik yang berlebihan tetapi saling berhubungan erat.
8. Metode Seminar
Adalah suatu cara di mana sekelompok orang berkumpul untuk
membahas suatu masalah dibawah bimbingan seorang ahli yang
menguasai bidangnya.
5. Langkah - langkah yang harus diperhatikan dalam melakukan
penyuluhan yaitu :
1. Mengkaji kebutuhan kesehatan masyarakat
2. Menetapkan masalah kesehatan
3. Memprioritaskan masalah yang terlebih dahulu ditangani melalui
penyuluhan kesehatan masyarakat.
4. Menyusun perencanaan penyuluhan
5. Menetapkan tujuan
6. Penentuan sasaran
7. Menyusun materi / isi penyuluhan
8. Memilih metoda yang tepat
9. Menentukan jenis alat peraga yang akan digunakan
10. Penentuan kriteria evaluasi.
11. Pelaksanaan penyuluhan
12. Penilaian hasil penyuluhan
13. Tindak lanjut dari penyuluhan
BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL ,DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL DAN HIPOTESIS
A. Kerangka konsepsional
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, yang terjadi setelah orang
melakukan penginderaan melalui kelima inderanya, tetapi sebagian besar
memilih suatu proses yaitu proses belajar dan membutuhkan suatu bantuan
misalnya bantuan seseorang yang lebih menguasai suatu hal (Notoatmodjo,
2007:3). Pengetahuan dalam penelitian ini yaitu pengetahuan wanita tentang
Sadari sebagai deteksi dini kanker payudara. Berdasarkan teori Notoatmodjo
salah satu faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan yaitu adanya
promosi kesehatan. Penyuluhan adalah salah satu upaya promosi kesehatan
dalam memberikan informasi atau nasehat yang ditujukan kepada individu,
kelompok ataupun masyarakat. Adanya penyuluhan mengenai Sadari
diharapkan seluruh wanita di desa Cijalingan dapat memperoleh pengetahuan
baru mengenai Sadari. Berdasarkan uraian diatas, dapat digambarkan kerangka
konsep dalam skema berikut
Variabel indefenden variabel difenden Faktor predisposisis
Gambar 3.1
Bagan kerangka konsep
Penyuluhan
Pengetahuan wanita tentang Sadari
Umur Pendidikan Pekerjaan
B. Definisi Operasional
Tabel 3.1
Definisi operasional
N
o
Variabel Jenis
variabel
Definisi operasional Kategori
( hasil ukur )
Skala
ukur
1
.
Penyulahan
Kesehatan
tentang
Sadari
Variabel
bebas
kegiatan pendidikan
yang bertujuan
memberikan informasi
kesehatan mengenai
pemeriksaan payudara
sendiri
- -
2
.
Pengetahuan
wanita
Variabel
terikat
Perbedaan
pengetahuan sebelum
dan sesudah diberikan
penyuluhan yang
diukur dari bagaimana
Relata nilai
kuesioner
Rasio
wanita tersebut
mengisi kuesioner
tentang Sadari sebelum
diberi penyuluhan
C. Hipotesis Penelitian
Ada hubungan antara penyuluhan dengan peningkatkan pengetahuan tentang
Sadari sebagai deteksi dini kanker payudara.
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian rancangan semu eksperimen
atau Kuasi Eksperimen yaitu suatu penelitian yang dipandang sebagai
eksperimen yang tidak sebenarnya karena masih terdapat variabel luar yang
ikut berpengaruh terhadap terbentuknya varibael dipenden (Arikunto: 2010).
Intervensi dalam penelitian ini adalah dengan melakukan penyuluhan untuk
membandingkan pengetahuan wanita pada saat sebelum penyuluhan dan
pengetahuan wanita setelah penyuluhan.
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh wanita usia 30-40 tahun di
desa Cijalingan kabupaten Sukabumi tahun 2010.
2. Sampel
Sampel pada penelitian ini adalah sebagian wanita usia 30-40 tahun di desa
Cijalingan Kabupaten Sukabumi. Teknik pengambilan sampel pada
penelitian ini menggunakan consecutive sampling yaitu cara pengambilan
sampel yang dilakukan dengan memilih sampel yang memenuhi kriteria
penelitian sampai kurun waktu tertentu sehingga jumlah sampel terpenuhi.
(Alimul Hidayat, 2009 : 83).
Sampel pada penelitian eksperimen bersifat homogen oleh karena
itu terdapat kriteria dalam pemilihan sampel yaitu:
1. Wanita dengan rentan usia produktif 30-40 tahun
2. Wanita dengan pendidikan terakhir Sekolah Dasar
3. Wanita yang tidak bekerja atau ibu rumah tangga.
C. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu variabel bebas
(indipendent variabel) dan variabel terikat (dependent variabel), variabel
bebas pada penelitian ini adalah penyuluhan sedangkan yang menjadi
variabel terikatnya adalah pengetahuan wanita.
D. Instrument Penelitian
Instrument didefinisikan sebagai alat pengumpulan data yang telah baik
atau memiliki standar validitas dan reliabilitas. Instrumen yang digunakan
dalam penelitian ini adalah kuesioner. Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan
tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam
arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui, dalam 1
pertanyaan kuesioner diberi bobot nilai 5, sehingga jika pertanyaan 20 maka
bobot nilai yang akan dicapai adalah 100. Dalam penelitian ini kuesioner
diberikan pada saat sebelum eksperimen (01) disebut pre-test.kemudian
dilakukan penyuluhan dan setelah itu kuesioner diberikan kembali sesudah
eksperimen (02) disebut post-test.Perbedaan antara 01 dan 0 2 diasumsikan
merupakan efek dari eksperimen.
E. Uji Validitas Pengetahuan
Apabila bentuk item adalah dichotomous (correct/incorrect, true/false). Rumus
untuk korelasi point-biserial pada item ke-i adalah :
pp
SDXXr
X
iPB
1
dimana : X Rata-rata pada test untuk semua orang
iX Rata-rata pada test hanya untuk orang-orang yang menjawab benar
pada item ke-i
p = Proporsi dari orang yang menjawab benar pada item ke-i.
1- p = Proporsi dari orang yang menjawab salah pada item ke-i.
XSD Standar deviasi pada test untuk semua orang
Menurut Friedenberg (1995) biasanya dalam pengembangan dan penyusunan
skala-skala psikologi, digunakan harga koefisien korelasi yang minimal sama dengan
0,30. Dengan demikian, semua item yang memiliki korelasi kurang dari 0,30 dapat
disisihkan, dan item-item yang akan dimasukkan dalam alat test adalah item-item
yang memiliki korelasi diatas 0,30 dengan pengertian semakin tinggi korelasi itu
mendekati angka satu (1,00) maka semakin baik pula konsistensinya (validitasnya).
2. Uji Reliabilitas
Teknik perhitungan koefisien reliabilitas yang digunakan disini adalah dengan
menggunakan Koefisien Reliabilitas Kuder-Richardson (KR-20), metode ini
merupakan koefisien reliabilitas yang dapat menggambarkan variasi dari item-item
untuk jawaban benar/salah yang diberi skor 1 atau 0 (Guilford and Benjamin, 1978).
Koefisien Reliabilitas Kuder-Richardson (KR-20) dapat dihitung dengan
menggunakan rumus sebagai berikut :
dimana : n = jumlah item
St2 = Varians total
p = Proporsi dari orang yang menjawab benar pada item ke-i.
1- p = Proporsi dari orang yang menjawab salah pada item ke-i = q
Bila koefisien reliabilitas telah dihitung, maka untuk menentukan keeratan
hubungan bisa digunakan kriteria Guilford (1956), yaitu :
1. Kurang dari 0,20 : Hubungan yang sangat kecil dan bisa diabaikan
2
2
120
t
t
SpqS
nnKR
2. 0,20 - < 0,40 : Hubungan yang kecil (tidak erat)
3. 0,40 - < 0,70 : Hubungan yang cukup erat
4. 0,70 - < 0,90 : Hubungan yang erat (reliabel)
5. 0,90 - < 1,00 : Hubungan yang sangat erat (sangat reliabel)
6. 1,00 : Hubungan yang sempurna
F. Proses Pengambilan Data
Setelah sampel terpilih, sampel dikumpulkan pada satu waktu yang
kemudian diberi informed consent untuk persetujuan untuk bersedia menjadi
responden, setelah itu peneliti menyebarkan kuesioner pada setiap wanita
yang berusia 30-40 tahun sebelum melakukan penyuluhan, responden diberi
penjelasan tentang tujuan penelitian yang dilakukan, dan kemudian responden
diminta untuk mengisi lembaran kuesioner yang telah disediakan. Kuesioner
yang digunakan berbentuk pertanyaan, responden tinggal memilih jawaban
sesuai yang dilakukan responden. kuesioner yang digunakan adalah kuesioner
langsung. kuesioner yang diberikan langsung kepada orang yang diminta
informasinya tentang dirinya sendiri. Lembaran kuesioner yang telah di isi
responden kemudian dikumpulkan dan selanjutnya diolah. Setelah itu
dilakukan penyuluhan sebagai sumber informasi yang dapat merubah
pengetahuan, dan kemudian kuesioner
disebarkan kembali pada responden yang sama untuk mengetahui pengaruh
penyuluhan terhadap pengetahuan mereka.
G. Pengolahan Data
Data yang terkumpul belum merupakan hasil yang tepat, karena belum
dapat di baca dan hasil merupakan data yang mentah. Oleh karena itu untuk
memperoleh hasil yang diinginkan diperlukan pengolahan dan analisis.
Langkah yang dilakukan dalam pengolahan dan penganalisaan data sebagai
berikut:
1. Editing data
Dilakukan untuk memeriksa kelengkapan kuisioner apakah masih ada yang kurang
lengkap atau jawaban yang kurang konsisten.
2. Coding data
Yaitu mengubah jawaban yang berbentuk huruf kedalam bentuk angka sehingga
memudahkan mengentry data.
3. Tabulating data
Yaitu pengorganisasian data agar dapat dengan mudah dijumlahkan, disusun dan
ditata untuk disajikan serta dianalisis.
4. Entry data
Yaitu memasukkan data kedalam komputer untuk diolah dengan menggunakan
software khusus.
H. Analisis Data
Analisis yang dipergunakan penulis dalam pengolahan data penelitian ini
adalah :
a. Analisis Univariat
Analisis univariat digunakan untuk mengetahui rata-rata pengetahuan
sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan. Rata-rata hitung arithmatic
mean atau yang lebih dikenal dengna mean adalah nilai yang baik mewakili
satu data. Nilai ini sering dipakai dan bahkan paling banyak dikenal dalah
menyimpulkan sekelompok data. Adapun sifat dari mean yaitu mean
merupakan wakil dari keseluruhan nilai.
Rumus dari mean adalah
Keterangan :
= Mean atau rata-rata
Xn = Data ke n
n = Jumlah data
I. Analisis Bivariat
Analisis bivariat bertujuan untuk melihat hubungan dari masing-
masing variabel bebas yaitu penyuluhan dengan variabel terikat yaitu
pengetahuan wanita tentang Sadari.
Untuk membuktikan hipotesis, uji T ( t test) digunakan untuk
mengetahui perbedaan mean dua kelompok data yaitu mengetahui
perbedaan pengetahuan sebelum diberikan penyuluhan dan sesudah
diberikan penyuluhan.
Rumus uji t dua variable adalah sebagai berikut:
1 2
1 2 1 2
1 2 1 2
2hitung
x xtS S s srn n n n
Dimana:
r : Nilai korelasi X1 dengan X2
n: Jumlah sampel
1x : Rata-rata sampel ke-1
2x : Rata-rata sampel ke-2
1s : Standar deviasi sampel ke-1
2s : Standar deviasi sampel ke-2
1S : Standar deviasi populasi ke-1
2S : Standar deviasi populasi ke-2
(Riduwan,2009:126)
H. Lokasi dan waktu penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di desa Cijalingan kabupaten Sukabumi,
dengan waktu penelitian dilakukan pada periode April sampai dengan juli
2010.
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
pada penelitian ini akan dibahas mengenai pengaruh penyuluhan terhadap
pengetahuan wanita tentang sadari sebagai deteksi dini kanker payudara di Desa
Cijalingan Kabupaten Sukabumi.
A. Analisis univariat
Pengetahuan wanita tentang SADARI sebagai deteksi dini kanker payudara
dapat dilihat kenaikan rata-ratanya dari rata-rata sebelum dan sesudah penyuluhan,
yang dapat dilihat dari tabel di bawah ini:
Tabel 5.1 Pengetahuan Wanita Tentang SADARI sebagai Deteksi Dini
Kanker Payudara Sebelum Dan Sesudah Penyuluhan di Desa Cijalingan Kabupaten Sukabumi
No. Responden Pengetahuan Tentang SADARI
Jumlah Item Pertanyaan = 20 Sebelum Sesudah
1 9 17 2 15 19 3 16 19 4 19 20 5 10 16
6 8 15 7 9 10 8 18 19 9 9 13 10 18 19 11 15 13 12 18 20 13 13 18 14 14 18 15 14 18 16 13 15 17 10 13 18 10 13 19 7 13 20 10 11 21 16 15 22 16 15 23 13 15 24 13 15 25 10 12 26 5 9 27 5 10 28 5 10 29 5 11 30 12 16
Rata-rata 11.83 14.90
No. Responden
Pengetahuan Tentang SADARI sebagai Deteksi Dini kanker Payudara
Jumlah Item Pertanyaan = 20 Sebelum Sesudah
1 9 17 2 15 19 3 16 19 4 19 20 5 10 16
6 8 15 7 9 10 8 18 19 9 9 13
10 18 19 11 15 13 12 18 20 13 13 18 14 14 18 15 14 18 16 13 15 17 10 13 18 10 13 19 7 13 20 10 11 21 16 15 22 16 15 23 13 15 24 13 15 25 10 12 26 5 9 27 5 10 28 5 10 29 5 11 30 12 16
Rata-rata 11.83 14.90
Berdasarkan tabel 5.1, dapat dilihat bahwa dari 30 responden sebelum
diberikan penyuluhan, dari 20 item pertanyaan rata-rata pengetahuan responden
mengetahui SADARI sebagai deteksi dini kanker payudara sebesar 11.83, dan
setelah diberikan penyuluhan, rata-rata pengetahuan responden mengetahui SADARI
sebagai deteksi dini kanker payudara sebesar 14.90.
Dilihat dari kenaikan nilai rata-rata pengetahuan remaja tentang sadari sebagai
deteksi dini kanker payudara, dapat ditarik kesimpulan pengetahuan remaja lebih baik
setelah dilakukan penyuluhan dibandingkan dengan sebelum penyuluhan.
Untuk melihat ada tidaknya pengaruh penyuluhan yang dilakukan terhadap
pengetahuan remaja tentang sadari sebagai deteksi dini kanker payudara dapat
dilakukan dengan menggunakan paired t-test (uji t berpasangan) yang akan dibahas
pada analisis bivariat.
B. Pengaruh Penyuluhan Terhadap Pengetahuan Wanita Tentang Sadari
Sebagai Deteksi Dini Kanker Payudara Di Desa Cijalingan Kabupaten
Sukabumi
Sebelum melakukan uji rata-rata, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi
normalitas terhadap data sebelum dan sesudah dilakukan penyuluhan tentang sadari
sebagai deteksi dini kanker payudara.
Uji normalitas yang digunakan adalah uji Shapiro-wilks, dimana hasilnya nilai
p-value (0.155) > α (0,05), maka variabel pengetahuan remaja sebelum penyuluhan
berdistribusi normal dan hasil dari uji normalitas untuk variabel pengetahuan remaja
sesudah penyuluhan adalah nilai p-value (0,105) > α (0,05), maka variabel
pengetahuan remaja sesudah penyuluhan berdistribusi normal
Karena asumsi normalitas telah terpenuhi, peneliti menggunakan statistik uji t
untuk uji beda rata-rata.
Pengaruh Penyuluhan Terhadap Pengetahuan Wanita Tentang SADARI
Sebagai Deteksi Dini Kanker Payudara
Untuk melihat ada atau tidaknya pengaruh penyuluhan terhadap pengetahuan
wanita tentang SADARI sebagai deteksi dini kanker payudara, pada penelitian ini
analisis yang digunakan adalah uji t berpasangan (paired t test).
Tabel 5.2
Pengaruh Penyuluhan Terhadap Pengetahuan Wanita Tentang SADARI
Sebagai Deteksi Kanker Dini
Uji t Berpasangan
Mean Std. Deviation Varians P-value
Sebelum 11.8 2.41 5.79 0.00 Sesudah 14.9
Berdasarkan hasil penelitian, dapat dilihat bahwa p-value (sig) bernilai 0,000.
Karena nilainya lebih kecil dari 0,05, maka Ho ditolak. Selain itu pun, nilai t hitung (-
6.981) < t tabel (-2,045), maka Ho ditolak. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa
terdapat perbedaan tingkat pengetahuan wanita sebelum dan setelah penyuluhan
tentang SADARI sebagai deteksi dini kanker payudara. Hal ini pun dapat dilihat dari
hasil perbandingan nilai rata-ratanya.
Dari hasil perhitungan diperoleh rata-rata tingkat pengetahuan wanita sebelum
penyuluhan tentang SADARI sebagai deteksi dini kanker payudara bernilai 11.83.
Sedangkan rata-rata tingkat pengetahuan wanita setelah penyuluhan tentang SADARI
sebagai deteksi dini kanker payudara bernilai 14.90. Perbedaan yang signifikan
tersebut mengindikasikan bahwa terdapat peningkatan tingkat pengetahuan wanita
sebelum dan setelah penyuluhan tentang SADARI sebagai deteksi dini kanker
payudara
HASIL MANUAL PAIRED T TEST
Pengaruh penyuluhan Terhadap Pengetahuan Wanita Tentang Sadari Sebagai
Deteksi Dini Kanker Payudara Di Desa Cijalingan Kabupaten Sukabumi
No. Responden
Pengetahuan Tentang SADARI sebagai Deteksi Dini kanker Payudara Jumlah Item Pertanyaan = 20 Sebelum Sesudah
1 9 17 2 15 19
3 16 19 4 19 20 5 10 16 6 8 15 7 9 10 8 18 19 9 9 13
10 18 19 11 15 13 12 18 20 13 13 18 14 14 18 15 14 18 16 13 15 17 10 13 18 10 13 19 7 13 20 10 11 21 16 15 22 16 15 23 13 15 24 13 15 25 10 12 26 5 9 27 5 10 28 5 10 29 5 11 30 12 16
Rata-rata 11.83 14.90 Simpangan Baku 4.227 3.315
varians 17.868 10.990 Korelasi 0.823
Satistuk Uji:
1 2
1 2 1 2
1 2 1 2
2hitung
x xtS S s srn n n n
11.83 14.9017.868 10.990 4.227 3.3152(0.823)
30 30 30 303.07
0.4396.98
hitung
hitung
hitung
t
t
t
Kriteria Uji:
Tolak Ho jika , dan terima Ho jika
1 2 2 30 30 2 58dk n n , dengan α=5%
Jadi,
Kesimpulan:
Karena =-2.045, maka Ho ditolak, artinya penyuluhan
merupakan pengaruh terhadap pengetahuan wanita tentang sadari sebagai deteksi
dini kanker payudara di desa cijalingan kabupaten sukabumi.
LAMPIRAN OUTPUT SPSS
Paired Samples Statistics
11.8333 30 4.22703 .7717514.9000 30 3.31506 .60525
SebelumSesudah
Pair1
Mean N Std. DeviationStd. Error
Mean
Tests of Normality
.134 30 .176 .949 30 .155
.125 30 .200* .942 30 .105SebelumSesudah
Statistic df Sig. Statistic df Sig.Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
This is a lower bound of the true significance.*.
Lilliefors Significance Correctiona.
Paired Samples Correlations
30 .823 .000Sebelum & SesudahPair 1N Correlation Sig.
Paired Samples Test
-3.06667 2.40593 .43926 -3.96506 -2.16828 -6.981 29 .000Sebelum - SesudahPair 1Mean Std. Deviation
Std. ErrorMean Lower Upper
95% ConfidenceInterval of the
Difference
Paired Differences
t df Sig. (2-tailed)
LAMPIRAN HASIL UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS
No Item
Koef Validitas
Titik Kritis Kesimpulan Koef
Reliabilitas Titik Kritis Kesimpulan
Pretest Penyuluhan Terhadap Peningkatan Pengetahuan Wanita Tentang SADARI Sebagai Deteksi Dini Kangker Payudara
P_1 0.403 0.3 Valid
0.806 0.7 Reliabel
P_2 0.403 0.3 Valid P_3 0.352 0.3 Valid P_4 0.430 0.3 Valid P_5 0.554 0.3 Valid P_6 0.470 0.3 Valid P_7 0.379 0.3 Valid P_8 0.456 0.3 Valid P_9 0.330 0.3 Valid P_10 0.368 0.3 Valid P_11 0.451 0.3 Valid P_12 0.439 0.3 Valid P_13 0.376 0.3 Valid P_14 0.660 0.3 Valid P_15 0.688 0.3 Valid P_16 0.509 0.3 Valid P_17 0.419 0.3 Valid P_18 0.419 0.3 Valid P_19 0.419 0.3 Valid P_20 0.419 0.3 Valid