Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Tentang Jampersal Terhadap Pengetahuan Ibu Tentang Pemanfaatan...

58
PROPOSAL SKRIPSI PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN JAMPERSAL TERHADAP PENGETAHUAN IBU TENTANG PROGRAM JAMPERSAL DI LINGKUNGAN KERJA PUSKESMAS SEDAYU 1 KABUPATEN BANTUL OLEH : VIDI ADITYA PAMORI WIBOWO PUTRA (G0010192) FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2013 4

Transcript of Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Tentang Jampersal Terhadap Pengetahuan Ibu Tentang Pemanfaatan...

Page 1: Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Tentang Jampersal Terhadap Pengetahuan Ibu Tentang Pemanfaatan Jampersal Di Lingkungan Kerja Puskesmas Sedayu 1 Kabupaten Bantul

PROPOSAL SKRIPSI

PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN JAMPERSAL TERHADAP PENGETAHUAN IBU TENTANG PROGRAM JAMPERSAL DI

LINGKUNGAN KERJA PUSKESMAS SEDAYU 1 KABUPATEN BANTUL

OLEH :

VIDI ADITYA PAMORI WIBOWO PUTRA (G0010192)

FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA2013

4

Page 2: Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Tentang Jampersal Terhadap Pengetahuan Ibu Tentang Pemanfaatan Jampersal Di Lingkungan Kerja Puskesmas Sedayu 1 Kabupaten Bantul

PERSETUJUANProposal Penelitian/Skripsi dengan judul : PENGARUH PENYULUHAN

KESEHATAN JAMPERSAL TERHADAP PENGETAHUAN IBU TENTANG PROGRAM JAMPERSAL DI LINGKUNGAN KERJA

PUSKESMAS SEDAYU 1 KABUPATEN BANTUL

OLEH :

Nama : Vidi Aditya Pamori Wibowo Putra, NIM (G0010192), Tahun 2013

Telah disetujui untuk diuji di hadapan Tim Validasi Proposal

Penelitian/Tim Ujian Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas

Sebelas Maret Surakarta

Pada Hari , 2013

Pembimbing Utama,

H. Rifai Hartanto, dr, M. KesNIP. 19530621 198601 1 001

Penguji Utama,

H. Endang Sutisna Sulaiman, dr, M. KesNIP. 19751221 200501 2 001

Pembibing Pendamping, Penguji Pendamping

Sumardiyono, SKM, M.Kes

NIP. 19650706 198803 1 002

4

Page 3: Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Tentang Jampersal Terhadap Pengetahuan Ibu Tentang Pemanfaatan Jampersal Di Lingkungan Kerja Puskesmas Sedayu 1 Kabupaten Bantul

PERNYATAAN

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang

pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan

tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat

yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara

tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Surakarta,

Vidi Aditya Pamori Wibowo Putra NIM. (G0010192)

4

Page 4: Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Tentang Jampersal Terhadap Pengetahuan Ibu Tentang Pemanfaatan Jampersal Di Lingkungan Kerja Puskesmas Sedayu 1 Kabupaten Bantul

PROPOSAL SKRIPSI

I. Nama Peneliti/NIM : Vidi Aditya Pamori Wibowo Putra /G0010192

Semester : VI (enam)

II. Judul Skripsi :

Pengaruh Penyuluhan Kesehatan JAMPERSAL Terhadap Pengetahuan Ibu Tentang Program JAMPERSAL Di Lingkungan Kerja Puskesmas Sedayu 1 Kabupaten Bantul

III. Bidang Ilmu : Ilmu Kesehatan Masyarakat

IV. Latar Belakang

Indonesia masih memiliki Angka Kematian Bayi ( AKB ) dan Angka

Kematian Ibu ( AKI ) yang masih cukup tinggi dibandingkan dengan negara

ASEAN yang lain ( JUKNIS Jampersal, 2011 ). Data dari Survey Demografi

Kesehatan Indonesia ( SDKI ) pada tahun 2007, menyatakan bahwa AKB di

Indonesia mencakup angka 228 per 100.000 kelahiran hidup, AKB 34 per

1000 kelahiran hidup, Angka Kematian Bayi Baru Lahir ( AKN ) 19 per 1000

kelahiran hidup. Jawa Tengah merupakan provinsi penyumbang kematian ibu

terbesar setelah Jawa Barat ( Mediakom, 2011 ). Indonesia yang merupakan

negara berkembang masih memiliki beberapa masalah kesehatan yang serius,

salah satu diantaranya adalah AKI dan AKB, dimana permasalahan tersebut

diprioritaskan sebagai salah satu target tujuan Millenium Development Goals

( MDG’s ) ( BAPPENAS, 2010 ). Pemerintah Republik Indonesia dalam

rangka untuk mengurangi AKI dan AKB, pada tahun 2011 mencanangkan

suatu program yang merupakan perluasan dari Program Jaminan Kesehatan

Masyarakat (Jamkesmas), yaitu Jaminan Persalinan (Jampersal) (Kementerian

Kesehatan, 2011).

1

Page 5: Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Tentang Jampersal Terhadap Pengetahuan Ibu Tentang Pemanfaatan Jampersal Di Lingkungan Kerja Puskesmas Sedayu 1 Kabupaten Bantul

Latar belakang lahirnya program Jampersal tidak lepas dari

kewajiban pemerintah melalui UU No 40 Tahun 2004 yang mengharuskan

pemerintah menjamin kesehatan semua masyarakatnya termasuk rakyat tidak

mampu dan miskin dalam mengurangi AKI dan AKB. Menurut Peraturan

Menteri Nomor 2526/Menkes/PER/XII/2011 tentang Petunjuk Teknis

Jaminan Persalinan (Juknis Jampersal), disebutkan : Jampersal adalah jaminan

pembiayaan pelayanan persalinan yang meliputi pemeriksaan kehamilan,

pertolongan persalinan, pelayanan nifas termasuk pelayanan KB pasca

persalinan dan pelayanan bayi baru lahir. Pada setiap program, pasti memiliki

suatu tujuan, tujuan utama dari program Jampersal adalah untuk

meningkatkan akses terhadap pelayanan persalinan yang dilakukan oleh

dokter atau bidan ( JUKNIS Jampersal, 2011 ).

Upaya penurunan AKI harus difokuskan pada penyebab langsung

kematian ibu, yang terjadi 90% pada saat persalinan dan sesaat setelah

persalinan yaitu perdarahan (28%), eklamsia (24%), infeksi (11%),

komplikasi puerperium (8%), partus macet (5%), abortus (5%), trauma

obstetric (5%), emboli (3%), dan lain-lain (11%). Kematian Ibu juga

disebabkan beberapa faktor resiko keterlambatan ( tiga terlambat ),

diantaranya terlambat dalam pemeriksaan kehamilan, terlambat dalam

memperoleh pelayanan persalinan dari tenaga kesehatan, dan terlambat

sampai di fasilitas kesehatan pada saat terjadi keadaan gawat darurat (JUKNIS

Jampersal, 2011). Salah satu faktor penyebab utama kematian ibu adalah

kondisi finansial ibu hamil yang kurang mampu.( Bertom P.C, 2011 ). Masih

mudanya program Jampersal, mengakibatkan kebanyakan dari masyarakat

terutama masyarakat di daerah terpencil yang masih belum mengetahui

tentang program Jampersal ( Pratiwi Y.I, 2011 ). Sekarang ini sudah terlihat

iklan-iklan layanan masyarakat yang ditujukan kepada masyarakat sebagai

salah satu usaha memasyarakatkan gagasan-gagasan sosial, yang isi pesannya

berasal dari golongan atau instansi tertentu ( pemerintah maupun kelompok ),

contohnya iklan layanan masyarakat mengenai kesehatan KB, iklan anti

narkoba ataupun iklan tentang pajak dan sebagainya, namun penyuluhan

4

Page 6: Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Tentang Jampersal Terhadap Pengetahuan Ibu Tentang Pemanfaatan Jampersal Di Lingkungan Kerja Puskesmas Sedayu 1 Kabupaten Bantul

kesehatan tentang Jampersal masih jarang ditemukan ( Wardani, 2010 ). Iklan-

iklan kesehatan tentang Jampersal diperlukan agar masyarakat mempunyai

wawasan dan pemanfaatan Jampersal dapat optimal. Pemanfaatan adalah

aktivitas menggunakan proses dan sumber belajar ( Hartono, 2010 ).

Dalam perkembangan AKI, ditemukan fakta, yaitu lima provinsi di

Indonesia yang menjadi penyumbang terbanyak AKI pada tahun 2010 adalah

sebagai berikut Jawa Barat, Jawa Tengah, Nusa Tenggara Timur, Banten dan

Jawa Barat ( mediakom, 2011 )

Secara geografis Kabupaten Bantul merupakan salah satu wilayah

yang berbatasan langsung dengan Samudera Pasifik di Daerah Istimewa

Yogyakarta. Kabupaten Bantul memiliki 17 kecamatan, dengan Kecamatan

Dlingo merupakan kecamatan yang paling luas ( 55,87 km2 ). Kecamatan

Sedayu merupakan salah satu kecamatan yang terdapat di Kabupaten Bantul

dengan luas wilayah 34,36 km2 dan terdiri dari 4 desa. Kabupaten Bantul

memiliki 921.263 jiwa penduduk dan kecamatan Sedayu memiliki kepadatan

penduduk sebesar 1304 jiwa/km2. Status kesehatan Kabupaten Bantul,

menurut catatan dinas kesehatan Bantul, terdapat angka kematian bayi 8,5 per

1000 kelahiran hidup dan angka kematian ibu melahirkan adalah 111,2 per

100.000 kelahiran hidup pada tahun 2011. Angka kematian ibu di Kabupaten

Bantul mengalami peningkatan sebesar 29,1 per 100.000 kelahiran hidup jika

dibandingkan dengan tahun 2010, dimana angka kematian ibu melahirkan

hanya sebesar 82,1 per 100.000 kelahiran hidup ( BPS Bantul, 2010 ). Hal ini

menarik, karena pada 1 januari 2011, program Jampersal sudah mulai

dilaksanakan di seluruh wilayah Indonesia, akan tetapi AKI di kecamatan

Sedayu terjadi peningkatan.

Berdasar pada masalah tersebut, maka sosialisasi kepada masyarakat

perlu dilakukan agar tujuan dari jampersal dapat terpenuhi. Berdasar dari

permasalahan tentang kurangnya sosialisasi kepada masyarakat tentang

pelayan jampersal, penulis tertarik untuk meniliti apakah terdapat pengaruh

antara penyuluhan tentang program Jampersal dengan pengetahuan

masyarakat terhadap program Jampersal, melalui penilitian dengan judul

4

Page 7: Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Tentang Jampersal Terhadap Pengetahuan Ibu Tentang Pemanfaatan Jampersal Di Lingkungan Kerja Puskesmas Sedayu 1 Kabupaten Bantul

PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN JAMPERSAL TERHADAP

PENGETAHUAN IBU TENTANG PROGRAM JAMPERSAL DI

LINGKUNGAN KERJA PUSKESMAS SEDAYU 1 KABUPATEN

BANTUL.

V. Perumusan Masalah

Bagaimana pengaruh penyuluhan terhadap tingkat pengetahuan

Jampersal Ibu di lingkungan kerja Puskesmas Sedayu 1 Kabupaten Bantul?

VI. Tujuan Penelitian

A. Tujuan Umum

Penelitian ini diselenggarakan dengan tujuan secara umum untuk

mengetahui pengaruh penyuluhan terhadap pengetahuan Jampersal ibu di

lingkungan kerja Puskesmas Sedayu 1 Kabupaten Bantul.

B. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui pengetahuan dasar ibu tentang Jampersal

sebelum penyuluhan.

2. Untuk mengetahui pengetahuan ibu tentang Jampersal setelah

dilakukan penyuluhan.

VII. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Orientasi penelitian ini adalah dapat menjelaskan pengaruh

penyuluhan terhadap tingkat pengetahuan ibu tentang program

Jampersal.

2. Manfaat Aplikatif

Penilitian ini diharapkan dapat menjadi suatu langkah awal untuk

menyampaikan informasi tentang program Jampersal kepada

4

Page 8: Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Tentang Jampersal Terhadap Pengetahuan Ibu Tentang Pemanfaatan Jampersal Di Lingkungan Kerja Puskesmas Sedayu 1 Kabupaten Bantul

masyarakat, sehingga tujuan utama dari program Jampersal dapat

tercapai.

VIII. Tinjauan Pustaka

A. Tinjauan Pustaka

1) Kesehatan Dalam bahasa inggris kata health mempunyai 2 pengertian dalam

bahasa Indonesia, yaitu “sehat” atau “kesehatan”. Sehat menjelaskan kondisi atau keadaan dari subjek, misalnya anak sehat, orang sehat, ibu sehat, dan sebagainya. Sedangkan kesehatan menjelaskan tentang sifat dari subjek, misalnya kesehatan manusia, kesehatan binatang, kesehatan masyarakat, kesehatan individu, dan sebagainya. Sehat dalam pengertian secara kondisional mempunyai batasan yang berbeda-beda. Secara awam sehat diartikan sebagai keadaan seseorang yang dalam kondisi tidak sakit, tidak ada keluhan, dapat menjalankan kegiatan sehari-hari, dan sebagainya. Menurut batasan ilmiah, sehat atau kesehatan telah dirumuskan dalam Undang-Undang Kesehatan No.36 Tahun 2009 sebagai berikut : “Keadaan sempurna baik fisik, mental dan sosial dan tidak hanya bebas dari penyakit dan cacat, serta produktif secara ekonomi dan sosial” ( Notoatmodjo, 2010 ).

Pada Undang-Undang Kesehatan No.36 Tahun 2009, kesehatan mencakup 4 aspek, yakni : fisik (badan), mental (jiwa), sosial dan ekonomi. Keempat dimensi kesehatan tersebut saling mempengaruhi dalam mewujudkan tingkat kesehatan pada seseorang, kelompok atau masyarakat. Itulah sebabnya, maka kesehatan bersifat holistik atau menyeluruh yang mengandung keempat aspek ( Hartono, 2010 ).

2) Promosi Kesehatan

a. Pengertian

Promosi kesehatan dalam ilmu kesehatan masyarakat mempunyai dua

pengertian. Pengertian promosi kesahatan yang pertama adalah sebagai bagian

dari pencegahan penyakit. Level dan Clark, mengatakan ada 4 tingkat

pencegahan penyakit dalam perspektif kesehatan masyarakat, yakni :

1. Health promotion (peningkatan/promosi kesehatan).

2. Specific protection (perlindungan khusus melalui imunisasi).

4

Page 9: Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Tentang Jampersal Terhadap Pengetahuan Ibu Tentang Pemanfaatan Jampersal Di Lingkungan Kerja Puskesmas Sedayu 1 Kabupaten Bantul

3. Early diagnosis and prompt treatment (diagnosis dini dan

pengobatan segera).

4. Disability limitation (membatasi atau mengurangi terjadinya

kecacatan).

5. Rehabilitation (pemulihan).

Oleh sebab itu, promosi kesehatan dalam konteks ini adalah

peningkatan kesehatan. Sedangkan pengertian yang kedua, promosi kesehatan

diartikan sebagai upaya memasarkan, menyebarluaskan, dan mengenalkan

kesehatan ( Hartono, 2010 ).

b. Strategi Promosi Kesehatan

Guna mewujudkan atau mencapai visi dan misi tersebut secara efektif

dan efisien, diperlukan cara dan pendekatan yang strategis. Cara ini sering

disebut “strategi”, yakni teknik atau cara bagaimana mencapai atau

mewujudkan visi dan misi promosi kesehatan tersebut secara berhasil guna

dan berdaya guna. Berdasarkan rumusan WHO (1994), strategi promosi

kesehatan secara global ini terdiri dari 3 hal, yaitu :

1. Advokasi ( Advocacy )

Advokasi adalah kegiatan untuk meyakinkan orang lain, agar orang

lain tersebut membantu atau mendukung terhadap apa yang diinginkan. Dalam

konteks promosi kesehatan, advokasi adalah pendekatan kepada para pembuat

keputusan atau penentu kebijakan di berbagai sektor, dan di berbagai tingkat,

sehingga para pejabat tersebut mau mendukung program kesehatan yang kita

inginkan.

2. Dukungan Sosial ( Social Support )

Strategi dukungan sosial ini adalah suatu kegiatan untuk mencari

dukungan sosial melalui tokoh-tokoh masyarakat ( toma ), baik tokoh

masyarakat formal maupun informal. Tujuan utama kegiatan ini adalah agar

para tokoh masyarakat, sebagai jembatan antar sektor kesehatan sebagai

(pelaksana program kesehatan) dengan masyarakat ( penerima program ).

4

Page 10: Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Tentang Jampersal Terhadap Pengetahuan Ibu Tentang Pemanfaatan Jampersal Di Lingkungan Kerja Puskesmas Sedayu 1 Kabupaten Bantul

3. Pemberdayaan Masyarakat ( empowerment )

Pemberdayaan adalah strategi promosi kesehatan yang di tujukan

kepada masyarakat langsung. Tujuan utama pemberdayaan adalah

mewujudkan kemampuan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan

kesehatan mereka sendiri ( visi promosi kesehatan ). Bentuk kegiatan

pemberdayaan ini dapat diwujudkan dengan berbagai kegiatan, antara lain :

penyuluhan kesehatan, pengorganisasian dan pengembangan masyarakat

dalam bentuk misalnya : koperasi, pelatihan-pelatihan untuk kemampuan

peningkatan pendapatan keluarga ( Notoatmodjo, 2010 ).

3) Penyuluhan

a. Pengertian penyuluhan

Pengertian dari penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan

yang dilakukan dengan cara menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan,

sehingga masyarakat tidak saja sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan

bisa melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya dengan kesehatan

(Creasoft 2008). Penyuluhan kesehatan adalah gabungan berbagai kegiatan

dan kesempatan yang berlandaskan prinsip-prinsip belajar untuk mencapai

suatu keadaan, dimana individu, keluarga, kelompok atau masyarakat secara

keseluruhan ingin hidup sehat, tahu bagaimana caranya dan melakukan apa

yang bisa dilakukan, secara perseorangan maupun secara kelompok dan

meminta pertolongan. Penyuluhan dapat diartikan dalam beberapa pengertian

diantaranya ( Notoamodjo : 2007) :

1) Penyuluhan sebagai penyebarluasan informasi

Sebagai terjemahan dari kata extension, penyuluhan dapat diartikan

sebagai proses penyebarluasan informasi tentang ilmu pengetahuan, teknologi

dan seni yang dihasilkan oleh perguruan tinggi ke dalam praktek atau kegiatan

praktis.

2) Penyuluhan sebagai proses penerangan dan pemberi penjelasan.

Penyuluhan yang berasal dari kata dasar “suluh” atau obor, sekaligus

sebagai terjemahan dari kata voorlichting dapat diartikan sebagai kegiatan

4

Page 11: Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Tentang Jampersal Terhadap Pengetahuan Ibu Tentang Pemanfaatan Jampersal Di Lingkungan Kerja Puskesmas Sedayu 1 Kabupaten Bantul

penerangan atau memberikan keterangan bagi yang belum mengerti terhadap

suatu hal. Sehingga, penyuluhan juga sering diartikan sebagai kegiatan

penerangan.

Sebagai proses penerangan, kegiatan penyuluhan tidak saja terbatas

pada memberikan penerangan, tetapi juga menjelaskan mengenai segala

informasi yang ingin disampaikan kepada kelompok sasaran yang akan

menerima manfaat penyuluhan, sehingga mereka benar-benar memahami

seperti yang dimaksudkan oleh penyuluh atau juru penerangnya.

Penyuluhan yang dilakukan oleh penyuluh tidak boleh hanya bersifat

“searah” melainkan harus diupayakan berlangsungnya komunikasi “timbal-

balik” yang memusat sehingga penyuluh dapat memahami aspirasi

masyarakat, manakala mereka menolak atau belum siap menerima informasi

yang diberikan, hal ini penting, agar penyuluhan yang dilakukan tidak bersifat

“pemaksaan kehendak” melainkan tetap menjamin hubungan yang harmonis

antara penyuluh dan kliennya secara berkelanjutan ( Hartono, 2010 ) .

3) Penyuluhan sebagai proses perubahan perilaku

Pengertian tentang penyuluhan tidak hanya diartikan sebagai kegiatan

penerangan, yang bersifat searah (one way) dan pasif. Tetapi, penyuluhan

adalah proses aktif yang memerlukan interaksi antara penyuluh dan yang

disuluh agar terbangun proses perubahan “perilaku” (behaviour) yang

merupakan perwujudan dari pengetahuan, sikap, dan keterampilan seseorang

yang dapat diamati oleh orang atau pihak lain, baik secara langsung berupa

ucapan, tindakan, bahasa tubuh, maupun tidak langsung melalui kinerja dan

atau hasil kerjanya. Dengan kata lain, kegiatan penyuluhan tidak berhenti pada

penyebarluasan informasi dan memberikan penerangan, tetapi merupakan

proses yang dilakukan secara terus-menerus, sekuat-tenaga dan pikiran,

memakan waktu dan melelahkan, sampai terjadinya perubahan perilaku yang

ditunjukkan oleh penerima manfaat penyuluhan (beneficiaries) yang menjadi

klien penyuluhan.

4) Penyuluhan sebagai proses belajar

Penyuluhan sebagai proses pendidikan atau proses belajar diartikan

4

Page 12: Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Tentang Jampersal Terhadap Pengetahuan Ibu Tentang Pemanfaatan Jampersal Di Lingkungan Kerja Puskesmas Sedayu 1 Kabupaten Bantul

bahwa, kegiatan penyebarluasan informasi dan penjelasan yang diberikan

dapat merangsang terjadinya proses perubahan perilaku yang dilakukan

melalui proses pendidikan atau kegiatan belajar. Artinya, perubahan perilaku

yang terjadi dan dilakukan oleh sasaran tersebut berlangsung melalui proses

belajar. Hal ini penting untuk dipahami, karena perubahan perilaku dapat

dilakukan melalui beragam cara, seperti pembujukan, pemberian hadiah, atau

bahkan melalui kegiatan-kegiatan pemaksaan baik melalui penciptaan kondisi

lingkungan fisik maupun sosial ekonomi, maupun pemaksaan melalui aturan

dan ancaman-ancaman.

b. Tujuan Penyuluhan

1. Tercapainya perubahan perilaku individu, keluarga dan masyarakat dalam

membina dan memelihara perilaku hidup sehat dan lingkungan sehat, serta

berperan aktif dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan yang optimal.

2. Terbentuknya perilaku sehat pada individu, keluarga, kelompok dan

masyarakat yang sesuai dengan konsep hidup sehat baik fisik, mental dan

sosial sehingga dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian.

3. Menurut WHO tujuan penyuluhan kesehatan adalah untuk merubah

perilaku perseorangan dan atau masyarakat dalam bidang kesehatan.

c. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan terhadap sasaran dalam

keberhasilan penyuluhan kesehatan.

1. Tingkat Pendidikan.

Pendidikan dapat mempengaruhi cara pandang seseorang terhadap

informasi baru yang diterimanya. Maka dapat dikatakan bahwa semakin tinggi

tingkat pendidikannya, semakin mudah seseorang menerima informasi yang

didapatnya ( Liawati, 2012 ).

2) Tingkat Sosial Ekonomi

Semakin tinggi tingkat sosial ekonomi seseorang, semakin mudah pula

dalam menerima informasi baru.

4

Page 13: Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Tentang Jampersal Terhadap Pengetahuan Ibu Tentang Pemanfaatan Jampersal Di Lingkungan Kerja Puskesmas Sedayu 1 Kabupaten Bantul

3) Adat Istiadat

Pengaruh dari adat istiadat dalam menerima informasi baru merupakan

hal yang tidak dapat diabaikan, karena masyarakat kita masih sangat

menghargai dan menganggap adat istiadat sebagai sesuatu yang tidak boleh

diabaikan.

4) Kepercayaan Masyarakat

Masyarakat lebih memperhatikan informasi yang disampaikan oleh

orang – orang yang sudah mereka kenal, karena sudah timbul kepercayaan

masyarakat dengan penyampai informasi.

5) Ketersediaan Waktu di Masyarakat

Waktu penyampaian informasi harus memperhatikan tingkat

aktifitas masyarakat untuk menjamin tingkat kehadiran masyarakat

dalam penyuluhan.

d. Metode yang dapat digunakan dalam melakukan

penyuluhan ( Notoatmodjo : 2005) :

1) Metode Ceramah

Metode ceramah adalah suatu cara dalam menerangkan dan

menjelaskan suatu ide, pengertian atau pesan secara lisan kepada sekelompok

sasaran sehingga memperoleh informasi tentang kesehatan.

2) Metode Diskusi kelompok

Metode diskusi kelompok adalah pembicaraan yang direncanakan dan

telah dipersiapkan tentang suatu topik pembicaraan diantara 5 – 20 peserta

(sasaran) dengan seorang pemimpin diskusi yang telah ditunjuk.

3) Metode Curah pendapat

Metode curah pendapat adalah suatu bentuk pemecahan masalah di

mana setiap anggota mengusulkan semua kemungkinan pemecahan masalah

yang terpikirkan oleh masing-masing peserta, dan evaluasi atas pendapat-

pendapat tadi dilakukan kemudian.

4) Metode Panel

Metode panel adalah pembicaraan yang telah direncanakan di depan

4

Page 14: Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Tentang Jampersal Terhadap Pengetahuan Ibu Tentang Pemanfaatan Jampersal Di Lingkungan Kerja Puskesmas Sedayu 1 Kabupaten Bantul

pengunjung atau peserta tentang sebuah topik, diperlukan 3 orang atau lebih

panelis dengan seorang pemimpin.

5) Metode Bermain peran

Metode bermain peran adalah memerankan sebuah situasi dalam

kehidupan manusia dengan tanpa diadakan latihan, dilakukan oleh dua orang

atau lebih untuk dipakai sebagai bahan pemikiran oleh kelompok.

6) Metode Demonstrasi

Metode demonstrasi adalah suatu cara untuk menunjukkan pengertian,

ide dan prosedur tentang sesuatu hal yang telah dipersiapkan dengan teliti

untuk memperlihatkan bagaimana cara melaksanakan suatu tindakan, adegan

dengan menggunakan alat peraga. Metode ini digunakan terhadap kelompok

yang tidak terlalu besar jumlahnya.

7) Metode Simposium

Metode simposium adalah serangkaian ceramah yang diberikan oleh 2

sampai 5 orang dengan topik yang berlebihan tetapi saling berhubungan erat.

8) Metode Seminar

Metode seminar adalah suatu cara di mana sekelompok orang

berkumpul untuk membahas suatu masalah dibawah bimbingan seorang ahli

yang menguasai bidangnya.

4. Pengetahuan

a. Pengertian pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, yang terjadi setelah orang

melakukan penginderaan melalui kelima inderanya, tetapi sebagian besar

memilih suatu proses yaitu proses belajar dan membutuhkan suatu bantuan

misalnya bantuan seseorang yang lebih menguasai suatu hal, bantuan alat

misalnya buku dan sebagainya (Notoatmodjo, 2005 : 3).

b. Sumber Pengetahuan

Sumber pengetahuan biasanya diperoleh dari buku bacaan, media

seperti koran, televisi radio, promosi kesehatan. Promosi kesehatan adalah

4

Page 15: Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Tentang Jampersal Terhadap Pengetahuan Ibu Tentang Pemanfaatan Jampersal Di Lingkungan Kerja Puskesmas Sedayu 1 Kabupaten Bantul

upaya yang dilakukan terhadap masyarakat sehingga mereka mau dan mampu

untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri (Piagam

Ottawa Charter, 1986). Batasan promosi kesehatan adalah bukan hanya

perubahan perilaku tetapi juga perubahan lingkungannya, sehingga

menekankan bahwa promosi kesehatan adalah suatu program perubahan

perilaku masyarakat yang menyeluruh dalam konteks masyarakatnya

(Victorian Health Fondation, Australia, 1997).

c. Cara Memperoleh Pengetahuan

Terdapat dua cara untuk memperoleh kebenaran tentang suatu

pengetahuan, yang dapat dibagi menjadi : (Notoatmojo,2007)

1) Cara Tradisional atau Non Ilmiah

Cara kuno atau cara tradisional untuk memperoleh pengetahuan ini

dipakai orang untuk mendapatkan kebenaran pengetahuan sebelum

ditemukannya metode ilmiah atau metode penemuan secara sistematik dan

logis. Cara cara penemuan pengetahuan pada periode ini antara lain:

a) Cara coba salah

Cara yang paling tradisional yang pernah digunakan oleh manusia

dalam memperoleh pengetahuan yaitu dengan menggunakan cara coba coba

atau yang lebih dikenal dengan kata Trial and Error. Cara coba-coba ini

dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah

dan apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil maka dicoba kemungkinan

yang lain. Apabila kemungkinan kedua gagal pula maka dicoba kembali

dengan kemungkinan yang ketiga, dan apabila kemungkinan ketika gagal

dicoba kemungkinan keempat dan seterusnya, sampai masalah tersebut dapat

terpecahkan. Itulah sebabnya maka cara ini disebut metode Trial (coba) and

Error (gagal atau salah) atau metode coba salah atau coba coba. Contoh

refleks dari metode ini yaitu ditemukannya kina sebagai obat malaria secara

coba coba oleh seorang penderita malaria.

b) Cara Kekuasaan atau Otoritas

Pada kehidupan manusia sehari-hari banyak sekali kebiasaan

4

Page 16: Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Tentang Jampersal Terhadap Pengetahuan Ibu Tentang Pemanfaatan Jampersal Di Lingkungan Kerja Puskesmas Sedayu 1 Kabupaten Bantul

kebiasaan dan tradisi yang dilakukan oleh orang tanpa melalui penalaran

apakah yang dilakukannya tersebut baik atau tidak. Kebiasaan-kebiasaan ini

biasanya diwariskan turun temurun dari generasi ke generasi misalnya

mengapa harus ada acara selapanan dan turun tanah pada bayi? Mengapa ibu

yang sedang menyusui harus minum jamu? Mengapa anak tidak boleh makan

telur?. Pendapat itu diterima oleh masyarakat pada waktu itu sampai jangka

waktu yang lama tanpa melalui pembuktian empiris. Demikian pula pendapat

yang dikeluarkan oleh tokoh tokoh ilmu pengetahuan atau filsafat yang selalu

digunakan sebagai referensi dalam memecahkan berbagai permasalahan yang

dihadapi. Pada bidang kesehatan otoritas pengetahuan tersebut bukan saja

berasal dari ahli-ahli kesehatan atau kedokteran tetapi juga berasal dari para

dukun.

a) Berdasarkan Pengalaman Pribadi

Pengalaman adalah sumber pengetahuan atau merupakan suatu cara

untuk memperoleh kebenaran pengetahuan oleh sebab itu pengalaman pribadi

pun dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan. Hal ini

dilakukan dengan cara mengenang kembali pengalaman yang diperoleh dalam

rangka memecahkan permasalahan yang dihadapai pada masa lalu apabila

dengan cara yang digunakan tersebut orang dapat memecahkan masalah yang

dihadapi, maka untuk memecahkan masalah lain yang sama orang dapat pula

menggunakan cara tersebut, tetapi bila gagal menggunakan cara tersebut ia

tidak akan mengulangi cara itu dan berusaha mencari cara yang lain sehingga

dapat berhasil memecahkannya.

b) Melalui jalan pikiran.

Sejalan dengan perkembangan kebudayaan umat manusia maka cara

berpikir manusiapun berkembang, dari sini manusia telah mampu

menggunakan penalarannya dalam memperoleh pengetahuannya dengan kata

lain, dalam memperoleh kebenaran, pengetahuan manusia telah menggunakan

jalan pikirannya baik melalui induksi maupun deduksi. Induksi pada dasarnya

adalah cara melahirkan pemikiran secara tidak langsung melalui pernyataan-

pernyataan yang dikemukakan kemudian dicari hubungannya sehingga dapat

4

Page 17: Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Tentang Jampersal Terhadap Pengetahuan Ibu Tentang Pemanfaatan Jampersal Di Lingkungan Kerja Puskesmas Sedayu 1 Kabupaten Bantul

dirumuskan suatu kesimpulan. Apabila proses pembuatan kesimpulan itu

melalui pernyataan pernyataan khusus kepada yang umum dinamakan induksi

sedangkan deduksi adalah pembuatan kesimpulan dari pernyataan pernyataan

umum kepada yang khusus.

2) Cara Modern atau Cara Ilmiah

Cara modern dalam memperoleh pengetahuan ialah cara baru dalam

memperoleh pengetahuan yang lebih sistematis, logis dan ilmiah. Cara ini disebut

“Metode Penelitian Ilmiah” atau lebih populer disebut Metodologi Penelitian atau

Research Metodology. Cara ini pertama kali dikembangkan oleh Francis Bacon

(1561-1626). Beliau adalah seorang tokoh yang mengembangkan metode berpikir

induktif, awalnya ia mengadakan pengamatan langsung terhadap gejala-gejala

alam atau kemasyarakatan yang kemudian hasil pengamatannya tersebut

dikumpulkan dan diklasifikasikan yang akhirnya diambil kesimpulan umum,

kemudian metode berpikir induktif yang dikembangkan oleh Bacon ini dilanjutkan

oleh Deobold Van Dallen, beliau mengatakan bahwa dalam memperoleh

kesimpulan dapat dilakukan dengan cara mengadakan observasi langsung dan

membuat pencatatan-pencatatan terhadap semua fakta yang berhubungan dengan

obyek yang diamatinya.

e. Tingkat pengetahuan

Menurut Notoatmodjo, 2007 : 3 tingkat pengetahuan memiliki enam

tingkatan diantaranya, yaitu :

1) Tahu/mengenal (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya, termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat

kembali terhadap sesuatu yang spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari atau

rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu merupakan tingkat

pengetahuan yang paling rendah.

2) Memahami (Comprehension)

Memahami merupakan kemampuan untuk menjelaskan secara benar

tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut

4

Page 18: Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Tentang Jampersal Terhadap Pengetahuan Ibu Tentang Pemanfaatan Jampersal Di Lingkungan Kerja Puskesmas Sedayu 1 Kabupaten Bantul

secara benar. Orang yang telah memahami obyek atau materi harus dapat

menjelaskan, meramalkan, menyebutkan. Contoh menyimpulkan terhadap

obyek yang telah dipelajarinya.

3) Aplikasi (Aplication)

Aplikasi adalah kemampuan menggunakan materi yang telah dipelajari

pada situasi atau kondisi nyata dan dapat menerapkan dalam kehidupan sehari

hari.

4) Analisis (Analysis)

Analisis merupakan suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau

obyek kedalam komponen-komponen akan tetapi masih didalam suatu

struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitan antara yang satu dengan

yang lainnya.

5) Sintesis (Syntesis)

Sintesis merupakan suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk yang baru dan formasi

yang ada. Misalnya merumuskan, menyusun dan merencanakan.

6) Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi adalah kemampuan untuk melakukan judifikasi atau penelitian

terhadap materi atau obyek. Penilaian ini berdasarkan pada suatu kriteria yang

ada.

f. Pengukuran Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau

angket yang menyatakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subyek

penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui

atau kita ukur dapat disesuaikan dengan tingkatan domain di atas

(Notoatmojo,2003).

Beberapa teori telah dicoba untuk mengungkapkan determinan

perilaku dari analisis faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku, khususnya

perilaku yang berhubungan dengan kesehatan, antara lain teori dari Lawrence

Green dalam buku yang dikarang oleh Notoatmojo (2003) yang mencoba

4

Page 19: Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Tentang Jampersal Terhadap Pengetahuan Ibu Tentang Pemanfaatan Jampersal Di Lingkungan Kerja Puskesmas Sedayu 1 Kabupaten Bantul

menganalisa perilaku manusia dari tingkat kesehatan. Kesehatan seseorang

atau masyarakat dipengaruhi perilaku (non behaviour causes). Selanjutnya

perilaku itu sendiri ditentukan atau dibentuk dari 3 faktor, yaitu :

1) Faktor-faktor pengaruh (predisposing factor) yang terwujud dalam

pengetahuan, sikap, keyakinan, dan nilai-nilai.

2) Faktor-faktor pendukung (enabling factor) yang terwujud dalam

lingkungan fisik, tersedia atau tidaknya fasilitas-fasilitas atau sarana-

sarana kesehatan.

3) Faktor-faktor penguat (reinforcing factor) yang terwujud dalam sikap dan

perilaku kesehatan.

5. Jaminan Persalinan

a. Pengertian Jaminan Persalinan

Jaminan persalinan (jampersal) adalah jaminan pembiayaan pelayanan

persalinan yang meliputi pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan,

pelayanan nifas termasuk pelayanan KB pasca persalinan dan pelayanan bayi

baru lahir yang dilakukan oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan (Juknis

jampersal, 2011).

b. Tujuan Jampersal

Pada dasaranya jampersal adalah perluasan kepesertaan dari Jaminan

Kesahatan dan tidak hanya mencakup masyarakat miskin saja. Manfaat yang

diterima oleh penerima manfaat jaminan persalinan terbatas pada pelayanan

kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir dan KB pasca persalinan (Juknis

Jampersal, 2011).

1) Tujuan umum

Meningkatkan akses terhadap pelayanan kehamilan, persalinan, nifas,

bayi baru lahir dan KB pasca persalinan yang dilakukan oleh tenaga

kesehatan yang kompeten dan berwenang di fasilitas kesehatan dalam

rangka menurunkan AKI dan AKB.

4

Page 20: Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Tentang Jampersal Terhadap Pengetahuan Ibu Tentang Pemanfaatan Jampersal Di Lingkungan Kerja Puskesmas Sedayu 1 Kabupaten Bantul

2) Tujuan Khusus

a) Meningkatkan cakupan pemeriksaan kehamilan, pertolongan

persalinan, dan pelayanan nifas ibu oleh tenaga kesehatan yang

kompeten.

b) Meningkatkan cakupan pelayanan : 1) bayi baru lahir; 2) keluarga

berencana pasca persalinan; 3) penanganan komplikasi ibu hamil,

bersalin, nifas, dan bayi baru lahir, KB pasca persalinan oleh tenaga

kesehatan yang kompeten.

c) Terselenggaranya pengelolaan keuangan yang efisien, efektif,

transparan, dan akuntabel.

c. Sasaran Jampersal

Sesuai dengan tujuan jampersal yakni untuk menurunkan AKI dan

AKB, maka sasaran jampersal dikaitkan dengan pencapaian tujuan tersebut.

Sasaran yang dijamin oleh Jampersal adalah : 1) ibu hamil; 2) ibu bersalin; 3)

ibu nifas (sampai 42 hari pasca melahirkan); 4) bayi baru lahir (sampai dengan

usia 28 hari).

Sasaran yang dimaksud diatas adalah kelompok sasaran yang berhak

mendapat pelayanan yang berkaitan langsung dengan kehamilan dan

persalinan baik normal maupun dengan komplikasi atau resiko tinggi untuk

mencegah AKI dan AKB dari suatu proses persalinan.

d. Ruang Lingkup Jampersal

Ruang lingkup pelayanan kesehatan Program Jamkesmas di puskesmas

dan jaringannya meliputi upaya pelayanan kesehatan perorangan (promotif,

preventif, kuratif dan rehabilitatif) yang berupa rawat jalan dan rawat inap

bagi peserta Program Jamkesmas, pelayanan jaminan persalinan peserta

Jamkesmas di PPK Jampersal, pelayanan transportasi rujukan termasuk

persiapan rujukan dan pelayanan spesialistik. Penyelenggaraan pelayanan

kesehatan program Jamkesmas mencakup semua jenis pelayanan kesehatan

4

Page 21: Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Tentang Jampersal Terhadap Pengetahuan Ibu Tentang Pemanfaatan Jampersal Di Lingkungan Kerja Puskesmas Sedayu 1 Kabupaten Bantul

dasar yang tersedia di puskesmas dan jaringannya, dengan standar, pedoman

SOP yang sama bagi setiap masyarakat sesuai indikasi medis.

Ruang lingkup Program Jamkesmas di puskesmas dan jaringannya

meliputi:

1) Pelayanan Kesehatan Dasar

a) Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan Tingkat Pertama

Pelayanan rawat jalan tingkat pertama yang dimaksud adalah

pelayanan kesehatan yang diberikan oleh puskesmas dan jaringannya yang

meliputi: 1) konsultasi medis, pemeriksaan fisik dan penyuluhan kesehatan;

2) laboratorium sederhana (darah, urin, dan feses rutin); 3) tindakan medis

kecil; 4) pemeriksaan dan pengobatan gigi, termasuk cabut atau tambal; 5)

pemeriksaan ibu hamil/nifas/menyusui, bayi dan balita; 6) pelayanan

Keluarga Berencana (alat kontrasepsi disediakan BKKBN), termasuk

penanganan efek samping dan komplikasi; 7) pemberian obat

Tempat pelayanan kesehatan rawat jalan tingkat pertama adalah di

puskesmas dan jaringannya baik berupa kegiatan pelayanan kesehatan di

dalam gedung maupun kegiatan pelayanan kesehatan di luar gedung.

2) Pelayanan Kesehatan Rawat Inap Tingkat Pertama

Pada kondisi pasien memerlukan perawatan maka harus dilakukan

perawatan lanjutan di puskesmas perawatan jenis pelayanan rawat inap tingkat

pertama pada puskesmas perawatan meliputi: 1) penanganan gawat darurat; 2)

perawatan persalinan dan pasca persalinan; 3) perawatan pasien rawat inap

(termasuk akomodasi dan makan pasien) termasuk perawatan gizi buruk dan

gizi kurang; 4) perawatan satu hari (one day care); 5) tindakan medis yang

diperlukan; 5) pemberian obat; 6) pemeriksaan laboratorium dan penunjang

medis lainnya; 7) pelayanan rujukan; 8) pertolongan sementara persiapan

rujukan; 9) observasi penderita dalam rangka diagnostik.

3) Pelayanan Jaminan Persalinan

a) Pemeriksaan kehamilan Antenatal Care (ANC) sesuai standar yang

dibiayai oleh program ini mengacu pada buku Pedoman Kesehatan Ibu

dan Anak (KIA), dimana selama hamil, ibu hamil diperiksa sebanyak 4

4

Page 22: Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Tentang Jampersal Terhadap Pengetahuan Ibu Tentang Pemanfaatan Jampersal Di Lingkungan Kerja Puskesmas Sedayu 1 Kabupaten Bantul

kali dengan frekuensi: 1) kali pada triwulan pertama; 2) 1 kali pada

triwulan kedua; 3) 2 kali pada triwulan ketiga. Pemeriksaan kehamilan

yang jumlahnya melebihi frekuensi diatas pada tiap-tiap triwulan tidak

dibiayai oleh program ini. Dalam pelaksanaan ANC juga dilaksanakan

konseling yang meliputi pengetahuan komplikasi kehamilan,

persalinan dan nifas, deteksi dini dan antisipasi oleh keluarga,

persiapan persalinan, Inisiasi Menyusui Dini (IMD), ASI eksklusif,

perawatan bayi baru lahir, Keluarga Berencana (KB), dan anjuran

senam hamil.

b) Penatalaksanaan komplikasi kehamilan antara lain :1) penatalaksanaan

abortus imminen, abortus inkompletus dan missed abortion; 2)

penatalaksanaan hiperemesis gravidarum; 3) stabilisasi dan persiapan

rujukan pada kasus : Hipertensi dalam kehamilan dan perdarahan pada

masa kehamilan.

c) Penatalaksanaan persalinan:

Persalinan per vaginam : 1) persalinan per vaginam normal; 2)

persalinan per vaginam dengan tindakan (sungsang, ekstraksi

vacum/ekstraksi forcep); 3) persalinan per vaginam dengan kondisi

bayi kembar.

d) Penatalaksanaan komplikasi persalinan: 1) perdarahan; 2) hipertensi

dalam persalinan; 3) retensio plasenta; 4) penyulit pada persalinan; 5)

Infeksi.

E. Pengelolaan Dana

Agar penyelengggaraan Jampersal terlaksana dengan baik, lancar,

transparan, dan akuntabel, pengelolaan dana dilakukan dengan tetap

memperhatikan dan merujuk pada ketentuan pengelolaan keuangan yang

berlaku.

Langkah-langkah pengelolaan dilaksanakan sebagai berikut :

1) Kepala Dinas Kesehatan menunjuk seorang staf di Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota sebagai pengelola keuangan Jamkesmas pelayanan

4

Page 23: Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Tentang Jampersal Terhadap Pengetahuan Ibu Tentang Pemanfaatan Jampersal Di Lingkungan Kerja Puskesmas Sedayu 1 Kabupaten Bantul

dasar dan Jaminan Persalinan.

2) Pengelola keuangan di Kabupaten/Kota harus memiliki buku catatan

( buku kas umum ) dan dilengkapi dengan buku kas pembantu untuk

mencatat setiap uang masuk dan keluar dari kas yang terpisah dengan

sumber pembiayaan yang lain, dan pembukuan terbuka bagi pengawas

ekstern setelah memperoleh klaim dengan langkah berikut :

3) Tim pengelola Jamkesmas Kabupaten/Kota melakukan pembayaran

atas klaim dengan langkah sebagai berikut :

a) Puskesmas melakukan pengajuan klaim atas :

(1) Pelayanan kesehatan dasar yang dilakukan oleh

puskesmas dan jaringan berdasarkan kepada Perda tarif

yang berlaku di daerah tersebut. Apabila tidak ada

Perda tarif yang berlaku di daerah tersebut maka dapat

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaen/Kota, yang

mengusulkan besaran tarif pelayanan untuk ditetapkan

oleh Bupati/Walikota

(2) Pelayanan persalinan (baik untuk peserta Jamkesmas

dan maupun penerima manfaat Jampersal non peserta

Jamkesmas) mengacu pada tarif pelayanan Jampersal

yang ditetapkan Menteri Kesehatan.

b) Klaim pelayanan Jampersal yang diajukan fasilitas/tenaga

kesehatan swasta (bidan praktik mandiri, klinik bersalin, dan

sebagainya)

c) Pembayaran atas klaim-klaim sebagaimana dimaksud pada

huruf a danb dilakukan berdasarkan verifikasi yang dilakukan

tim pengelola kabupaten/kota.

d) Tim pengelola Jampersal kabupaten/kota melakukan verifikasi

atas klaim mencakup

(1) Kesesuaian realisasi pelayanan dan besaran tarif disertai

bukti pendukungnya.

(2) Pengecekan klaim dari fasilitas/tenaga kesehatan swasta

4

Page 24: Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Tentang Jampersal Terhadap Pengetahuan Ibu Tentang Pemanfaatan Jampersal Di Lingkungan Kerja Puskesmas Sedayu 1 Kabupaten Bantul

yang memberikan pelayanan Jampersal beserta bukti

pendukungnya.

(3) Melakukan kunjungan ke lapangan untuk pegecekan

kesesuaian dengan kondisi sebenarnya bila diperlukan.

(4) Memberikan rekomendasi dan laporan

pertanggungjawaban atas klaim-klaim tersebut kepada

Kepala Dinas Kesehatan setiap bulan yang akan

dijadikan laporan pertanggungjawaban keuangan pusat.

4) Sesuai dengan ketentuan pengelolaan keuangan negara, jasa

giro/bunga bank harus disetorkan oleh Tim Pengelola Jamkesmas

Kabupaten/Kota ke kas negara.

5) Seluruh berkas rincian bukti-bukti, yakni :

a) Dokumen pengeluaran dana dan dokumen atas klaim

Jamkesmas dan Jampersal di pelayanan dasar oleh Puskesmas

dan fasilitas kesehatan swasta serta,

b) Bukti-bukti pendukung klaim sebagaimana dipersyaratkan,

disimpan di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sebagai

dokumen yang dipersiapkan apabila dilakukan audit oleh

aparat pengawas funsional.

6). Tim pengelola Jampersal kabupaten/kota membuat dan

mengirimkan pertanggungjawaban berupa laporan rekapitulasi

realisasi penggunaan dana dan pemanfaatan pelayanan

Jamkesmas dan Jampersal di pelayanan dasar yang telah

dibayarkan ke Puskesmas dan fasilitas kesehatan swasta ke tim

pengelola pusat.

7) Untuk mempercepat penyampaian informasi mengenai

pemanfaatan pelayanan Jamkesmas dan Jampersal serta

penyerapan dana, tim pengelola kabupaten/kota mengirimkan

rekapitulasi pemanfaatan program melalui format yang

ditentukan berbasis web kepada tim pengelola Jamkesmas dan

Jampersal pusat.

4

Page 25: Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Tentang Jampersal Terhadap Pengetahuan Ibu Tentang Pemanfaatan Jampersal Di Lingkungan Kerja Puskesmas Sedayu 1 Kabupaten Bantul

Program jampersal dilaksanakan di seluruh wilayah Indonesia yang

terdiri dari 33 provinsi dengan jumlah kabupaten/kota sebanyak 497.

Jampersal mulai berlaku sejak januari 2011. Sedangkan untuk klaim, dapat

diajukan sepanjang memenuhi ketentuan yang diatur dalam Permenkes No

631 Tahun 2011 tentang Juknis Jampersal, yang meliputi :

Dokumen klaim lengkap

Pelayanan diberikan di fasilitas kesehatan yang telah ditentukan

Klien tidak dijamin oleh pihak/asuransi lain

Telah diverifikasi oleh Tim Pengelola Kabupaten/Kota.

Pelayanan Jampersal ini terdapat di fasilitas kesehatan pemerintah

seperti Puskesmas dan jaringannya termasuk Poskesdes/Polindes dan rumah

sakit. Juga di fasilitas kesehatan swasta yang memiliki perjanjian kerja sama

dengan tim pengelola yang meliputi dokter praktik swasta, klinik swasta,

bidan praktik swasta, klini bersalin, atau rumah sakit swasta. Bagi mereka

yang tidak memiliki jaminan pembiayaan persalinan dapat memanfaatkan

program Jampersal. Mereka hanya membutuhkan kartu identitas diri untuk

mendapatkan pelayanan Jampersal yang dijamin oleh pemerintah ( Buku Saku

Jampersal, 2011 ).

IX. Kerangka Pemikiran

4

Peningkatan pengetahuan

program JampersalPada tahap know

(tahu)

1.Tingkat sosial2.Tingkat Pendidikan3.Tingkat Ekonomi4.Ketersediaan waktu5.Pengalaman

Subyek Sasaran

MetodeAlat BantuPendidik

Penyuluhan Program Jampersal

Page 26: Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Tentang Jampersal Terhadap Pengetahuan Ibu Tentang Pemanfaatan Jampersal Di Lingkungan Kerja Puskesmas Sedayu 1 Kabupaten Bantul

Diteliti : Tidak diteliti :

X. Hipotesis

Hipotesis penelitian ini adalah penyuluhan meningkatkan

pengetahuan ibu tentang program Jampersal.

XI. Metodologi Penelitian

A. Jenis Penilitian

4

Page 27: Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Tentang Jampersal Terhadap Pengetahuan Ibu Tentang Pemanfaatan Jampersal Di Lingkungan Kerja Puskesmas Sedayu 1 Kabupaten Bantul

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental kuasi : ( Pretest

posttest with control group ) karena dalam pemberian penyuluhan

tidak dilakukan randomisasi dan kontrol terhadap variabel-variabel

yang berpengaruh terhadap eksperimen tidak dilakukan ( arief, 2004 ).

Dalam penilitian ini, peneliti memberikan perlakuan ( intervensi )

terhadap kelompok eksperimen, yaitu penyuluhan tentang program

Jampersal, dan hasil perlakuan diamati, diukur, dan dianalisis.

B. Lokasi penelitian

Penilitian ini dilakukan di Puskesmas Sedayu 1 Kabupaten Bantul.

C. Subjek Penelitian

Populasi dalam penilitian ini adalah ibu di ruang lingkup kerja

puskesmas Sedayu 1 Kabupaten Bantul. Anggota populasi yang

menjadi subjek penilitian adalah ibu dengan kriteria

1. Kriteria inklusi:

a) bersedia menjadi sampel penelitian

b) hadir dalam penyuluhan

c) pendidikan formal minimal Sekolah Menengah Pertama

( SMP )

d) umur antara 20-25 tahun

e) ibu yang belum mengikuti program Jampersal

2. kriteria eksklusi:

a) tidak bersedia menjadi sampel penilitian

b) tidak hadir dalam penyuluhan

c) pendidikan formal di bawah SMP

d) umur kurang dari 20 tahun dan lebih dari 25 tahun

e) Ibu yang sudah mengikuti program Jampersal

4

Page 28: Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Tentang Jampersal Terhadap Pengetahuan Ibu Tentang Pemanfaatan Jampersal Di Lingkungan Kerja Puskesmas Sedayu 1 Kabupaten Bantul

D. Teknik Sampling

Analisis bivariat adalah analisis yang melibatkan sebuah variabel

dependen dan sebuah variabel independen. Menurut patokan umum,

dalam bahasa inggris disebut Rule Of Thumb, dimana setiap penelitian

yang datanya akan dianalisis secara statistik dengan analisis bivariat

membtuhkan sampel minimal 30 subjek, dimana sampel tersebut

merupakan hasil restriksi ( dengan kriteria inklusi-eksklusi ). Dari

pernyataan tersebut peniliti mengambil 30 sampel untuk masing-

masing kelompok baik kelompok eksperimen atau kontrol yang sudah

masuk ke dalam kriteria inklusi.

E. Variabel Penelitian

1. Variabel bebas : paparan penyuluhan

2. Variabel terikat : tingkat pengetahuan

3. Variabel luar

a) Dapat dikendalikan : usia dan tingkat pendidikan

formal

b) Tidak dapat dikendalikan : pendidikan non-formal, tingkat

sosial, fasilitas, dan tingkat ekonomi.

F. Definisi Operasional Variabel

1. Variabel Bebas : paparan penyuluhan

a) Definisi

Proses belajar non-formal kepada sekolompok individu

atau masyarakat yang di pimpin oleh seorang pembicara

dan di tunjang oleh beberapa alat penunjang tertentu.

b) Metode penyuluhan : ceramah

c) Media penyuluhan

slide ( power point ), print out materi, dan alat tulis

d) Materi penyuluhan

1) Definisi dan ruang lingkup pelayanan Jampersal

4

Page 29: Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Tentang Jampersal Terhadap Pengetahuan Ibu Tentang Pemanfaatan Jampersal Di Lingkungan Kerja Puskesmas Sedayu 1 Kabupaten Bantul

2) Tata cara mengikuti program Jampersal

3) Siapa saja yang berhak atas Jampersal

4) Tempat atau instansi yang menyediakan layanan

Jampersal

e) Alat ukur : terpapar ( hadir ) dicatat dalam

lembar presensi

f) Skala pengukuran : kategorikal-nominal

g) Satuan : satu kali paparan penyuluhan

dalam satu periode penelitian

2. Variabel Terikat : tingkat pengetahuan

a) Definisi : jenjang atau perihal yang

diketahui seseorang terhadap sesuatu

b) Pengetahuan yang diukur

1) Mengetahui definisi dan ruang lingkup pelayanan

Jampersal

2) Mengetahui tata cara mengikuti program Jampersal

3) Mengetahui siapa saja yang berhak mengikuti

program Jampersal

4) Mengetahui tempat dan instansi yang menyediakan

layanan Jampersal

c) Teknis Pengukuran Tingkat Pengetahuan :

Tingkat pengetahuan dapat diukur melalui kuesioner,

dalam penelitian ini tingkat pengetahuan diukur sebelum

penyuluhan ( pretes ) dan sesudah penyuluhan ( postest ).

Pretest dan Postest idealnya tidak dilaksanakan dalam hari

yang sama, melainkan berselang waktu kira-kira 15-30 hari

dengan alasan

1) Untuk menghindari faktor retensi yang

mempengaruhi validasi rancangan penelitian pada

penelitian prepostest, yaitu menghindarkan subjek

yang masih mengingat / pernah melakukan hal

4

Page 30: Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Tentang Jampersal Terhadap Pengetahuan Ibu Tentang Pemanfaatan Jampersal Di Lingkungan Kerja Puskesmas Sedayu 1 Kabupaten Bantul

yang sama pada saat pretest. Makin pendek jarak

waktu antara uji awal dan uji akhir, makin besar

terjadinya pengaruh faktor retensi.

2) Bila terlalu lama kurun waktu antara uji awal

dengan uji akhir maka hasilya kurang bagus, karena

mungkin sudah terjadi perubahan pada diri

responden dalam hal variabel yang hendak diukur.

Akan tetapi, pretest dan postest pada penelitian ini

dilakukan dalam hari yang sama dikarenakan keterbatasan

waktu dan kemampuan peneliti, namun untuk

meminimalisir faktor retensi, peniliti akan mengubah

kalimat yang ada pada soal postest, mengacak nomor, serta

mengacak pilihan jawaban, sehingga soal postest akan

tampak berbeda dari soal pretest namun masih memiliki

inti yang sama.

d) Alat Ukur : kuesioner

e) Satuan :

f) Skala pengukuran : numerik – rasio

3. Variabel Luar Terkendali

a) Usia

1) Definisi : jumlah tahun yang dihitung

sejak tahun kelahiran sampai ulang tahun terakhir

saat dilakukan penelitian

2) Alat Ukur : lembar isian data

3) Skala pengukuran : numerik-rasio

b) Tingkat pendidikan formal terakhir

1) Definisi : jenjang pendidikan terakhir

sesuai kurikulum yang dijalani oleh individu, saat

dilakukan penelitian

2) Alat ukur : lembar isian data

4

Page 31: Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Tentang Jampersal Terhadap Pengetahuan Ibu Tentang Pemanfaatan Jampersal Di Lingkungan Kerja Puskesmas Sedayu 1 Kabupaten Bantul

3) Skala pengukuran : kategorikal

4. Variabel Luar Tak Terkendali

a) Pendidikan non formal

1) Definisi : pendidikan yang tidak

dilakukan oleh pendidik formal dan tidak masuk ke

dalam kurikulum, seperti : pendidikan dari kader-

kader puskesmas atau penyuluhan tentang

Jampersal sebelumnya.

2) Skala Pengukuran : kategorikal-nominal

b) Tingkat Sosial

1) Definisi : merupakan keadaan sosial yang

ada pada diri sampel yang ditentukan oleh pekerjaan

individu yang diteliti

2) Skala Pengukuran : kategorikal-nominal

c) Tingkat Ekonomi

1) Definisi : merupakan keadaan ekonomi

dari individu yang ditentukan oleh jumlah

pendapatan dan pekerjaan individu

2) Skala Pengukuran : kategorikal-nominal

d) Adat Istiadat

1) Definisi : merupakan suatu kebiasaan

hidup yang berlaku dalam masyarakat yang sudah

dianut dan dilestarikan dalam kehidupan sehari-

hari.

2) Skala Pengukuran : kategorikal-nominal

e) Fasilitas

1) Definisi : merupakan ketersediaan sarana

dan prasarana dirumah subjek penelitian yang

ditentukan oleh jumlah pendapatan dan pekerjaan

subjek penelitian.

4

Page 32: Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Tentang Jampersal Terhadap Pengetahuan Ibu Tentang Pemanfaatan Jampersal Di Lingkungan Kerja Puskesmas Sedayu 1 Kabupaten Bantul

2) Skala Pengukuran : kategorikal-nominal

G. Rancangan Penelitian

KE : O1 ( X ) O2

KK : O3 ( - ) O4

Gambar 1. Skema Rancangan Penilitian

Keterangan :

KE : kelompok eksperimen

O1 : hasil pengukuran kelompok eksperimen sebelum perlakuan

( pretest )

( X ): pemberian perlakuan penyuluhan

O2 : hasil pengukuran efek perlakuan ( postest ) pada kelompok

perlakuan

KK : kelompok kontrol

O3 : hasil pengukuran kelompok kontrol sebelum perlakuan ( pretest )

O4 : hasil pengukuran efek perlakuan ( postest ) pada kelompok

kontrol

( - ) : tidak diberikan perlakuan penyuluhan

H. Instrumen Penelitian

Alat dan bahan yang digunakan dalam penilitian ini adalah : 1)

ruangan penyuluhan, 2) kursi, 3) LCD proyektor, 4) laptop, 5) slide

penyuluhan, 6) kuesioner.

I. Alur Penelitian

1. Survei lokasi penelitian

2. Sampel penelitian dikumpulkan di ruang penyuluhan yang

berbeda.

3. Kelompok sampel eksperimen dan kelompok sampel kontrol

tersebut diminta untuk mengisi kuesioner ( pretes ) sebagai

pengukuran tingkat pengetahuan dasar sampel penelitian

terhadap program Jampersal.

4

Page 33: Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Tentang Jampersal Terhadap Pengetahuan Ibu Tentang Pemanfaatan Jampersal Di Lingkungan Kerja Puskesmas Sedayu 1 Kabupaten Bantul

4. Penyuluhan diberikan kepada kelompok sampel eksperimen

sebanyak satu kali dalam penelitian ini.

5. Sampel penelitian, abik kelompok sampel penelitian maupun

kelomok sampel kontrol diminta untuk mengisi kuesioner

kembali ( posttest ) untuk mengetahui perkembangan tingkat

pengetahuan sampel terhadap program Jampersal.

6. Penghitungan skor pretest dan posttest.

7. Analisis data.

J. Uji Analisis

Uji analisis yang digunakan adalah uji bivariat dengan menggunakan

Uji T tidak berpasangan, apabila data yang didapat nantinya memenuhi

syarat untuk Uji T tidak berpasangan, yaitu :

1. Data harus berdistribusi normal ( wajib )

2. Varians data boleh sama, boleh juga tidak sama

3. Jika memenuhi syarat ( data berdistribusi normal ), maka

dipilih uji T tidak berpasangan.

4. Jika tidak memenuhi syarat ( data tidak berdistribusi normal ),

maka dilakukan terlebih dahulu transformasi data.

5. Jika variabel baru hasil transformasi berdistribusi normal maka

digunakan uji T tidak berpasangan

6. Jika variabel baru hasil transformasi tidak berdistribusi normal

maka digunakan uji Mann-Whitney ( Dahlan, 2012 ).

4

Page 34: Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Tentang Jampersal Terhadap Pengetahuan Ibu Tentang Pemanfaatan Jampersal Di Lingkungan Kerja Puskesmas Sedayu 1 Kabupaten Bantul

XII. Daftar Pustaka

Arief, M. 2004. Pengantar Metodologi Penelitian untuk Ilmu Kesehatan.

Surakarta: CSGF (The Community of Self Help Group Frum),

pp:43-51.

Bertom Pajung C (2012). Faktor-faktor yang mempengaruhi

pemanfaatan jaminan persalinan (Jampersal) di Kota Bitung.

Universitas Gajah Mada Yogyakarta. Thesis S2

Dahlan, M. S. (2012). Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan.

Jakarta : Salemba Medika, pp: 113-125.

Hartono. B. ( 2010 ). Promosi Kesehatan Di Puskesmas Dan Rumah

Sakit. Jakarta : Rineka Cipta, pp : 6-26.

Hidayat, Sarip (2012). Kepuasan Bidan Terhadap Sistem Pembayaran

Jampersal Di Kabupaten Sumbawa Provinsi NTB, Universitas

Gadjah Mada Yogyakarta. Thesis sarjana S-2

http://bantulkab.bps.go.id/index.php/2013-01-05-15-13-09/2013-01-05-

15-13-46/statistik-daerah-bantul/book/4-bantul-dalam-angka-

2011/7-statistik-daerah-bantul. Diakses pada Maret 2013.

Ika Pratiwi, Y. (2012). Pelayanan Kesehatan Ibu Melalui Program

Jaminan Kesehatan Studi Kasus Di Kabupaten Gunung Kidul.

Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Thesis Sarjana S-2

Jannati rahmah M (2013). Private Practice midwives Motivation in

Signing delivery assurance of Memorandum of Understanding in

Semarang City. Jurnal Kesehatan masyarakat Universitas

Diponegoro., 2 (1) : 2-5

4

Page 35: Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Tentang Jampersal Terhadap Pengetahuan Ibu Tentang Pemanfaatan Jampersal Di Lingkungan Kerja Puskesmas Sedayu 1 Kabupaten Bantul

Kemenkes, (2003). Profil kesehatan indonesia. Jakarta.

Kemenkes RI, (2011), Peraturan menteri kesehatan republik Indonesia

nomor 2562/MENKES/XII/2011 tentang petunjuk teknis jaminan

persalinan

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/BAPPENAS, (2010).

Peta jalannya percepatan pencapaian tujuan pembangunan

milenium di Indonesia. Jakarta.

Kimani, J.K. Ettarh, R.,Kyobutungi, C.,Mberu, B., Muindi, K., (2012).

Determinants for participiant in a public health insurance program

among resident of urbant slums in Nairobi, Kenya: results from a

cross-sectional survey. BMC health services research. 12(1),p.66.

Liawati. E. ( 2012 ). Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan Pengetahuan

Ibu Hamil Tentang Jampersal Di RSUD Kota Bandung tahun 2012.

Penelitian.http://id.scribd.com/doc/97656793/Bab-i-amp-II-

Jampersal-Diakses Maret 2013

Mandasari, E. (2012) Analisis Perbandingan Pelaksanaan Jaminan

Persalinan ( Jampersal Pada Bidan Praktek Swasta (BPS) Di

Wilayah Puskesmas Kota Semarang dengan Petunjuk Teknis

Juknis) Jampersal Tahun 2012. Jurnal Kesehatan Masyarakat

Universitas Diponegoro, 2 (1) : 1-9

Murti, Bhisma. (2006) Desain Dan Ukuran Sampel Untuk Penelitian

Kuantitatif Dan Kualitatif Di Bidang Kesehatan.Yogyakarta :

Gadjah Mada Press, pp: 135-138

4

Page 36: Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Tentang Jampersal Terhadap Pengetahuan Ibu Tentang Pemanfaatan Jampersal Di Lingkungan Kerja Puskesmas Sedayu 1 Kabupaten Bantul

Notoatmodjo,S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta :

Rineka Cipta, pp:50-64, pp:75-90, pp:148-150.

____________. (2005). Promosi Kesehatan Teori & Aplikasi. Jakarta :

Rineka Cipta, pp: 45-49.

____________. (2007). Promosi Kesehatan & Perilaku. Jakarta : Rineka

Cipta, pp: 24-27.

____________. (2010). Promosi Kesehatan Teori & Aplikasi edisi revisi

2010. Jakarta : Rineka Cipta, pp: 32-37, pp: 49-53.

Ricketts, T.C.,& Goldsmith, L. J. (2005). Acces in Health Services

Research : The Battle of The Frameworks. Nursing Outlook. 53,

274-280.

Ristrini, & Budiarto, W. ( 2005). Utilisasi Pelayanan Maternal oleh

Masyarakat Miskin di Pedesaan Dalam Rangka Kehamilan Aman.

Jurnal Berita Kedokteran Masyarakat, XXI (01), 25-32.

Shoima, N. F. (2012). Persepsi Masyarakat Tentang Jampersal Di

Kabupaten Jember. Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Thesis

sarjana S-2

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2004 Tentang

Sistem Jaminan Sosial Nasional. (2004)

Wardani, Rachma (2010). Pengaruh Penyuluhan Terhadap Tingkat

Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja Perempuan SMP

Muhammadiyah 7 Surakarta, Skripsi, Universitas Negeri Surakarta.

4

Page 37: Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Tentang Jampersal Terhadap Pengetahuan Ibu Tentang Pemanfaatan Jampersal Di Lingkungan Kerja Puskesmas Sedayu 1 Kabupaten Bantul

Wulan Febrianti, Ayu. (2012). Tingkat Pengetahuan Ibu Rumah Tangga

di Surabaya Tentang Iklan Layanan Masyarakat “Jampersal” di

televisi. Surabaya, Universitas Pembangunan Nasional

4

Page 38: Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Tentang Jampersal Terhadap Pengetahuan Ibu Tentang Pemanfaatan Jampersal Di Lingkungan Kerja Puskesmas Sedayu 1 Kabupaten Bantul

4

Page 39: Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Tentang Jampersal Terhadap Pengetahuan Ibu Tentang Pemanfaatan Jampersal Di Lingkungan Kerja Puskesmas Sedayu 1 Kabupaten Bantul