Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Tentang Jampersal Terhadap Pengetahuan Ibu Tentang Pemanfaatan...
-
Upload
vidi-aditya-pamori -
Category
Documents
-
view
867 -
download
0
Transcript of Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Tentang Jampersal Terhadap Pengetahuan Ibu Tentang Pemanfaatan...
PROPOSAL SKRIPSI
PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN JAMPERSAL TERHADAP PENGETAHUAN IBU TENTANG PROGRAM JAMPERSAL DI
LINGKUNGAN KERJA PUSKESMAS SEDAYU 1 KABUPATEN BANTUL
OLEH :
VIDI ADITYA PAMORI WIBOWO PUTRA (G0010192)
FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA2013
4
PERSETUJUANProposal Penelitian/Skripsi dengan judul : PENGARUH PENYULUHAN
KESEHATAN JAMPERSAL TERHADAP PENGETAHUAN IBU TENTANG PROGRAM JAMPERSAL DI LINGKUNGAN KERJA
PUSKESMAS SEDAYU 1 KABUPATEN BANTUL
OLEH :
Nama : Vidi Aditya Pamori Wibowo Putra, NIM (G0010192), Tahun 2013
Telah disetujui untuk diuji di hadapan Tim Validasi Proposal
Penelitian/Tim Ujian Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas
Sebelas Maret Surakarta
Pada Hari , 2013
Pembimbing Utama,
H. Rifai Hartanto, dr, M. KesNIP. 19530621 198601 1 001
Penguji Utama,
H. Endang Sutisna Sulaiman, dr, M. KesNIP. 19751221 200501 2 001
Pembibing Pendamping, Penguji Pendamping
Sumardiyono, SKM, M.Kes
NIP. 19650706 198803 1 002
4
PERNYATAAN
Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang
pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan
tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat
yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara
tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Surakarta,
Vidi Aditya Pamori Wibowo Putra NIM. (G0010192)
4
PROPOSAL SKRIPSI
I. Nama Peneliti/NIM : Vidi Aditya Pamori Wibowo Putra /G0010192
Semester : VI (enam)
II. Judul Skripsi :
Pengaruh Penyuluhan Kesehatan JAMPERSAL Terhadap Pengetahuan Ibu Tentang Program JAMPERSAL Di Lingkungan Kerja Puskesmas Sedayu 1 Kabupaten Bantul
III. Bidang Ilmu : Ilmu Kesehatan Masyarakat
IV. Latar Belakang
Indonesia masih memiliki Angka Kematian Bayi ( AKB ) dan Angka
Kematian Ibu ( AKI ) yang masih cukup tinggi dibandingkan dengan negara
ASEAN yang lain ( JUKNIS Jampersal, 2011 ). Data dari Survey Demografi
Kesehatan Indonesia ( SDKI ) pada tahun 2007, menyatakan bahwa AKB di
Indonesia mencakup angka 228 per 100.000 kelahiran hidup, AKB 34 per
1000 kelahiran hidup, Angka Kematian Bayi Baru Lahir ( AKN ) 19 per 1000
kelahiran hidup. Jawa Tengah merupakan provinsi penyumbang kematian ibu
terbesar setelah Jawa Barat ( Mediakom, 2011 ). Indonesia yang merupakan
negara berkembang masih memiliki beberapa masalah kesehatan yang serius,
salah satu diantaranya adalah AKI dan AKB, dimana permasalahan tersebut
diprioritaskan sebagai salah satu target tujuan Millenium Development Goals
( MDG’s ) ( BAPPENAS, 2010 ). Pemerintah Republik Indonesia dalam
rangka untuk mengurangi AKI dan AKB, pada tahun 2011 mencanangkan
suatu program yang merupakan perluasan dari Program Jaminan Kesehatan
Masyarakat (Jamkesmas), yaitu Jaminan Persalinan (Jampersal) (Kementerian
Kesehatan, 2011).
1
Latar belakang lahirnya program Jampersal tidak lepas dari
kewajiban pemerintah melalui UU No 40 Tahun 2004 yang mengharuskan
pemerintah menjamin kesehatan semua masyarakatnya termasuk rakyat tidak
mampu dan miskin dalam mengurangi AKI dan AKB. Menurut Peraturan
Menteri Nomor 2526/Menkes/PER/XII/2011 tentang Petunjuk Teknis
Jaminan Persalinan (Juknis Jampersal), disebutkan : Jampersal adalah jaminan
pembiayaan pelayanan persalinan yang meliputi pemeriksaan kehamilan,
pertolongan persalinan, pelayanan nifas termasuk pelayanan KB pasca
persalinan dan pelayanan bayi baru lahir. Pada setiap program, pasti memiliki
suatu tujuan, tujuan utama dari program Jampersal adalah untuk
meningkatkan akses terhadap pelayanan persalinan yang dilakukan oleh
dokter atau bidan ( JUKNIS Jampersal, 2011 ).
Upaya penurunan AKI harus difokuskan pada penyebab langsung
kematian ibu, yang terjadi 90% pada saat persalinan dan sesaat setelah
persalinan yaitu perdarahan (28%), eklamsia (24%), infeksi (11%),
komplikasi puerperium (8%), partus macet (5%), abortus (5%), trauma
obstetric (5%), emboli (3%), dan lain-lain (11%). Kematian Ibu juga
disebabkan beberapa faktor resiko keterlambatan ( tiga terlambat ),
diantaranya terlambat dalam pemeriksaan kehamilan, terlambat dalam
memperoleh pelayanan persalinan dari tenaga kesehatan, dan terlambat
sampai di fasilitas kesehatan pada saat terjadi keadaan gawat darurat (JUKNIS
Jampersal, 2011). Salah satu faktor penyebab utama kematian ibu adalah
kondisi finansial ibu hamil yang kurang mampu.( Bertom P.C, 2011 ). Masih
mudanya program Jampersal, mengakibatkan kebanyakan dari masyarakat
terutama masyarakat di daerah terpencil yang masih belum mengetahui
tentang program Jampersal ( Pratiwi Y.I, 2011 ). Sekarang ini sudah terlihat
iklan-iklan layanan masyarakat yang ditujukan kepada masyarakat sebagai
salah satu usaha memasyarakatkan gagasan-gagasan sosial, yang isi pesannya
berasal dari golongan atau instansi tertentu ( pemerintah maupun kelompok ),
contohnya iklan layanan masyarakat mengenai kesehatan KB, iklan anti
narkoba ataupun iklan tentang pajak dan sebagainya, namun penyuluhan
4
kesehatan tentang Jampersal masih jarang ditemukan ( Wardani, 2010 ). Iklan-
iklan kesehatan tentang Jampersal diperlukan agar masyarakat mempunyai
wawasan dan pemanfaatan Jampersal dapat optimal. Pemanfaatan adalah
aktivitas menggunakan proses dan sumber belajar ( Hartono, 2010 ).
Dalam perkembangan AKI, ditemukan fakta, yaitu lima provinsi di
Indonesia yang menjadi penyumbang terbanyak AKI pada tahun 2010 adalah
sebagai berikut Jawa Barat, Jawa Tengah, Nusa Tenggara Timur, Banten dan
Jawa Barat ( mediakom, 2011 )
Secara geografis Kabupaten Bantul merupakan salah satu wilayah
yang berbatasan langsung dengan Samudera Pasifik di Daerah Istimewa
Yogyakarta. Kabupaten Bantul memiliki 17 kecamatan, dengan Kecamatan
Dlingo merupakan kecamatan yang paling luas ( 55,87 km2 ). Kecamatan
Sedayu merupakan salah satu kecamatan yang terdapat di Kabupaten Bantul
dengan luas wilayah 34,36 km2 dan terdiri dari 4 desa. Kabupaten Bantul
memiliki 921.263 jiwa penduduk dan kecamatan Sedayu memiliki kepadatan
penduduk sebesar 1304 jiwa/km2. Status kesehatan Kabupaten Bantul,
menurut catatan dinas kesehatan Bantul, terdapat angka kematian bayi 8,5 per
1000 kelahiran hidup dan angka kematian ibu melahirkan adalah 111,2 per
100.000 kelahiran hidup pada tahun 2011. Angka kematian ibu di Kabupaten
Bantul mengalami peningkatan sebesar 29,1 per 100.000 kelahiran hidup jika
dibandingkan dengan tahun 2010, dimana angka kematian ibu melahirkan
hanya sebesar 82,1 per 100.000 kelahiran hidup ( BPS Bantul, 2010 ). Hal ini
menarik, karena pada 1 januari 2011, program Jampersal sudah mulai
dilaksanakan di seluruh wilayah Indonesia, akan tetapi AKI di kecamatan
Sedayu terjadi peningkatan.
Berdasar pada masalah tersebut, maka sosialisasi kepada masyarakat
perlu dilakukan agar tujuan dari jampersal dapat terpenuhi. Berdasar dari
permasalahan tentang kurangnya sosialisasi kepada masyarakat tentang
pelayan jampersal, penulis tertarik untuk meniliti apakah terdapat pengaruh
antara penyuluhan tentang program Jampersal dengan pengetahuan
masyarakat terhadap program Jampersal, melalui penilitian dengan judul
4
PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN JAMPERSAL TERHADAP
PENGETAHUAN IBU TENTANG PROGRAM JAMPERSAL DI
LINGKUNGAN KERJA PUSKESMAS SEDAYU 1 KABUPATEN
BANTUL.
V. Perumusan Masalah
Bagaimana pengaruh penyuluhan terhadap tingkat pengetahuan
Jampersal Ibu di lingkungan kerja Puskesmas Sedayu 1 Kabupaten Bantul?
VI. Tujuan Penelitian
A. Tujuan Umum
Penelitian ini diselenggarakan dengan tujuan secara umum untuk
mengetahui pengaruh penyuluhan terhadap pengetahuan Jampersal ibu di
lingkungan kerja Puskesmas Sedayu 1 Kabupaten Bantul.
B. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui pengetahuan dasar ibu tentang Jampersal
sebelum penyuluhan.
2. Untuk mengetahui pengetahuan ibu tentang Jampersal setelah
dilakukan penyuluhan.
VII. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Orientasi penelitian ini adalah dapat menjelaskan pengaruh
penyuluhan terhadap tingkat pengetahuan ibu tentang program
Jampersal.
2. Manfaat Aplikatif
Penilitian ini diharapkan dapat menjadi suatu langkah awal untuk
menyampaikan informasi tentang program Jampersal kepada
4
masyarakat, sehingga tujuan utama dari program Jampersal dapat
tercapai.
VIII. Tinjauan Pustaka
A. Tinjauan Pustaka
1) Kesehatan Dalam bahasa inggris kata health mempunyai 2 pengertian dalam
bahasa Indonesia, yaitu “sehat” atau “kesehatan”. Sehat menjelaskan kondisi atau keadaan dari subjek, misalnya anak sehat, orang sehat, ibu sehat, dan sebagainya. Sedangkan kesehatan menjelaskan tentang sifat dari subjek, misalnya kesehatan manusia, kesehatan binatang, kesehatan masyarakat, kesehatan individu, dan sebagainya. Sehat dalam pengertian secara kondisional mempunyai batasan yang berbeda-beda. Secara awam sehat diartikan sebagai keadaan seseorang yang dalam kondisi tidak sakit, tidak ada keluhan, dapat menjalankan kegiatan sehari-hari, dan sebagainya. Menurut batasan ilmiah, sehat atau kesehatan telah dirumuskan dalam Undang-Undang Kesehatan No.36 Tahun 2009 sebagai berikut : “Keadaan sempurna baik fisik, mental dan sosial dan tidak hanya bebas dari penyakit dan cacat, serta produktif secara ekonomi dan sosial” ( Notoatmodjo, 2010 ).
Pada Undang-Undang Kesehatan No.36 Tahun 2009, kesehatan mencakup 4 aspek, yakni : fisik (badan), mental (jiwa), sosial dan ekonomi. Keempat dimensi kesehatan tersebut saling mempengaruhi dalam mewujudkan tingkat kesehatan pada seseorang, kelompok atau masyarakat. Itulah sebabnya, maka kesehatan bersifat holistik atau menyeluruh yang mengandung keempat aspek ( Hartono, 2010 ).
2) Promosi Kesehatan
a. Pengertian
Promosi kesehatan dalam ilmu kesehatan masyarakat mempunyai dua
pengertian. Pengertian promosi kesahatan yang pertama adalah sebagai bagian
dari pencegahan penyakit. Level dan Clark, mengatakan ada 4 tingkat
pencegahan penyakit dalam perspektif kesehatan masyarakat, yakni :
1. Health promotion (peningkatan/promosi kesehatan).
2. Specific protection (perlindungan khusus melalui imunisasi).
4
3. Early diagnosis and prompt treatment (diagnosis dini dan
pengobatan segera).
4. Disability limitation (membatasi atau mengurangi terjadinya
kecacatan).
5. Rehabilitation (pemulihan).
Oleh sebab itu, promosi kesehatan dalam konteks ini adalah
peningkatan kesehatan. Sedangkan pengertian yang kedua, promosi kesehatan
diartikan sebagai upaya memasarkan, menyebarluaskan, dan mengenalkan
kesehatan ( Hartono, 2010 ).
b. Strategi Promosi Kesehatan
Guna mewujudkan atau mencapai visi dan misi tersebut secara efektif
dan efisien, diperlukan cara dan pendekatan yang strategis. Cara ini sering
disebut “strategi”, yakni teknik atau cara bagaimana mencapai atau
mewujudkan visi dan misi promosi kesehatan tersebut secara berhasil guna
dan berdaya guna. Berdasarkan rumusan WHO (1994), strategi promosi
kesehatan secara global ini terdiri dari 3 hal, yaitu :
1. Advokasi ( Advocacy )
Advokasi adalah kegiatan untuk meyakinkan orang lain, agar orang
lain tersebut membantu atau mendukung terhadap apa yang diinginkan. Dalam
konteks promosi kesehatan, advokasi adalah pendekatan kepada para pembuat
keputusan atau penentu kebijakan di berbagai sektor, dan di berbagai tingkat,
sehingga para pejabat tersebut mau mendukung program kesehatan yang kita
inginkan.
2. Dukungan Sosial ( Social Support )
Strategi dukungan sosial ini adalah suatu kegiatan untuk mencari
dukungan sosial melalui tokoh-tokoh masyarakat ( toma ), baik tokoh
masyarakat formal maupun informal. Tujuan utama kegiatan ini adalah agar
para tokoh masyarakat, sebagai jembatan antar sektor kesehatan sebagai
(pelaksana program kesehatan) dengan masyarakat ( penerima program ).
4
3. Pemberdayaan Masyarakat ( empowerment )
Pemberdayaan adalah strategi promosi kesehatan yang di tujukan
kepada masyarakat langsung. Tujuan utama pemberdayaan adalah
mewujudkan kemampuan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan
kesehatan mereka sendiri ( visi promosi kesehatan ). Bentuk kegiatan
pemberdayaan ini dapat diwujudkan dengan berbagai kegiatan, antara lain :
penyuluhan kesehatan, pengorganisasian dan pengembangan masyarakat
dalam bentuk misalnya : koperasi, pelatihan-pelatihan untuk kemampuan
peningkatan pendapatan keluarga ( Notoatmodjo, 2010 ).
3) Penyuluhan
a. Pengertian penyuluhan
Pengertian dari penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan
yang dilakukan dengan cara menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan,
sehingga masyarakat tidak saja sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan
bisa melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya dengan kesehatan
(Creasoft 2008). Penyuluhan kesehatan adalah gabungan berbagai kegiatan
dan kesempatan yang berlandaskan prinsip-prinsip belajar untuk mencapai
suatu keadaan, dimana individu, keluarga, kelompok atau masyarakat secara
keseluruhan ingin hidup sehat, tahu bagaimana caranya dan melakukan apa
yang bisa dilakukan, secara perseorangan maupun secara kelompok dan
meminta pertolongan. Penyuluhan dapat diartikan dalam beberapa pengertian
diantaranya ( Notoamodjo : 2007) :
1) Penyuluhan sebagai penyebarluasan informasi
Sebagai terjemahan dari kata extension, penyuluhan dapat diartikan
sebagai proses penyebarluasan informasi tentang ilmu pengetahuan, teknologi
dan seni yang dihasilkan oleh perguruan tinggi ke dalam praktek atau kegiatan
praktis.
2) Penyuluhan sebagai proses penerangan dan pemberi penjelasan.
Penyuluhan yang berasal dari kata dasar “suluh” atau obor, sekaligus
sebagai terjemahan dari kata voorlichting dapat diartikan sebagai kegiatan
4
penerangan atau memberikan keterangan bagi yang belum mengerti terhadap
suatu hal. Sehingga, penyuluhan juga sering diartikan sebagai kegiatan
penerangan.
Sebagai proses penerangan, kegiatan penyuluhan tidak saja terbatas
pada memberikan penerangan, tetapi juga menjelaskan mengenai segala
informasi yang ingin disampaikan kepada kelompok sasaran yang akan
menerima manfaat penyuluhan, sehingga mereka benar-benar memahami
seperti yang dimaksudkan oleh penyuluh atau juru penerangnya.
Penyuluhan yang dilakukan oleh penyuluh tidak boleh hanya bersifat
“searah” melainkan harus diupayakan berlangsungnya komunikasi “timbal-
balik” yang memusat sehingga penyuluh dapat memahami aspirasi
masyarakat, manakala mereka menolak atau belum siap menerima informasi
yang diberikan, hal ini penting, agar penyuluhan yang dilakukan tidak bersifat
“pemaksaan kehendak” melainkan tetap menjamin hubungan yang harmonis
antara penyuluh dan kliennya secara berkelanjutan ( Hartono, 2010 ) .
3) Penyuluhan sebagai proses perubahan perilaku
Pengertian tentang penyuluhan tidak hanya diartikan sebagai kegiatan
penerangan, yang bersifat searah (one way) dan pasif. Tetapi, penyuluhan
adalah proses aktif yang memerlukan interaksi antara penyuluh dan yang
disuluh agar terbangun proses perubahan “perilaku” (behaviour) yang
merupakan perwujudan dari pengetahuan, sikap, dan keterampilan seseorang
yang dapat diamati oleh orang atau pihak lain, baik secara langsung berupa
ucapan, tindakan, bahasa tubuh, maupun tidak langsung melalui kinerja dan
atau hasil kerjanya. Dengan kata lain, kegiatan penyuluhan tidak berhenti pada
penyebarluasan informasi dan memberikan penerangan, tetapi merupakan
proses yang dilakukan secara terus-menerus, sekuat-tenaga dan pikiran,
memakan waktu dan melelahkan, sampai terjadinya perubahan perilaku yang
ditunjukkan oleh penerima manfaat penyuluhan (beneficiaries) yang menjadi
klien penyuluhan.
4) Penyuluhan sebagai proses belajar
Penyuluhan sebagai proses pendidikan atau proses belajar diartikan
4
bahwa, kegiatan penyebarluasan informasi dan penjelasan yang diberikan
dapat merangsang terjadinya proses perubahan perilaku yang dilakukan
melalui proses pendidikan atau kegiatan belajar. Artinya, perubahan perilaku
yang terjadi dan dilakukan oleh sasaran tersebut berlangsung melalui proses
belajar. Hal ini penting untuk dipahami, karena perubahan perilaku dapat
dilakukan melalui beragam cara, seperti pembujukan, pemberian hadiah, atau
bahkan melalui kegiatan-kegiatan pemaksaan baik melalui penciptaan kondisi
lingkungan fisik maupun sosial ekonomi, maupun pemaksaan melalui aturan
dan ancaman-ancaman.
b. Tujuan Penyuluhan
1. Tercapainya perubahan perilaku individu, keluarga dan masyarakat dalam
membina dan memelihara perilaku hidup sehat dan lingkungan sehat, serta
berperan aktif dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan yang optimal.
2. Terbentuknya perilaku sehat pada individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat yang sesuai dengan konsep hidup sehat baik fisik, mental dan
sosial sehingga dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian.
3. Menurut WHO tujuan penyuluhan kesehatan adalah untuk merubah
perilaku perseorangan dan atau masyarakat dalam bidang kesehatan.
c. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan terhadap sasaran dalam
keberhasilan penyuluhan kesehatan.
1. Tingkat Pendidikan.
Pendidikan dapat mempengaruhi cara pandang seseorang terhadap
informasi baru yang diterimanya. Maka dapat dikatakan bahwa semakin tinggi
tingkat pendidikannya, semakin mudah seseorang menerima informasi yang
didapatnya ( Liawati, 2012 ).
2) Tingkat Sosial Ekonomi
Semakin tinggi tingkat sosial ekonomi seseorang, semakin mudah pula
dalam menerima informasi baru.
4
3) Adat Istiadat
Pengaruh dari adat istiadat dalam menerima informasi baru merupakan
hal yang tidak dapat diabaikan, karena masyarakat kita masih sangat
menghargai dan menganggap adat istiadat sebagai sesuatu yang tidak boleh
diabaikan.
4) Kepercayaan Masyarakat
Masyarakat lebih memperhatikan informasi yang disampaikan oleh
orang – orang yang sudah mereka kenal, karena sudah timbul kepercayaan
masyarakat dengan penyampai informasi.
5) Ketersediaan Waktu di Masyarakat
Waktu penyampaian informasi harus memperhatikan tingkat
aktifitas masyarakat untuk menjamin tingkat kehadiran masyarakat
dalam penyuluhan.
d. Metode yang dapat digunakan dalam melakukan
penyuluhan ( Notoatmodjo : 2005) :
1) Metode Ceramah
Metode ceramah adalah suatu cara dalam menerangkan dan
menjelaskan suatu ide, pengertian atau pesan secara lisan kepada sekelompok
sasaran sehingga memperoleh informasi tentang kesehatan.
2) Metode Diskusi kelompok
Metode diskusi kelompok adalah pembicaraan yang direncanakan dan
telah dipersiapkan tentang suatu topik pembicaraan diantara 5 – 20 peserta
(sasaran) dengan seorang pemimpin diskusi yang telah ditunjuk.
3) Metode Curah pendapat
Metode curah pendapat adalah suatu bentuk pemecahan masalah di
mana setiap anggota mengusulkan semua kemungkinan pemecahan masalah
yang terpikirkan oleh masing-masing peserta, dan evaluasi atas pendapat-
pendapat tadi dilakukan kemudian.
4) Metode Panel
Metode panel adalah pembicaraan yang telah direncanakan di depan
4
pengunjung atau peserta tentang sebuah topik, diperlukan 3 orang atau lebih
panelis dengan seorang pemimpin.
5) Metode Bermain peran
Metode bermain peran adalah memerankan sebuah situasi dalam
kehidupan manusia dengan tanpa diadakan latihan, dilakukan oleh dua orang
atau lebih untuk dipakai sebagai bahan pemikiran oleh kelompok.
6) Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi adalah suatu cara untuk menunjukkan pengertian,
ide dan prosedur tentang sesuatu hal yang telah dipersiapkan dengan teliti
untuk memperlihatkan bagaimana cara melaksanakan suatu tindakan, adegan
dengan menggunakan alat peraga. Metode ini digunakan terhadap kelompok
yang tidak terlalu besar jumlahnya.
7) Metode Simposium
Metode simposium adalah serangkaian ceramah yang diberikan oleh 2
sampai 5 orang dengan topik yang berlebihan tetapi saling berhubungan erat.
8) Metode Seminar
Metode seminar adalah suatu cara di mana sekelompok orang
berkumpul untuk membahas suatu masalah dibawah bimbingan seorang ahli
yang menguasai bidangnya.
4. Pengetahuan
a. Pengertian pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, yang terjadi setelah orang
melakukan penginderaan melalui kelima inderanya, tetapi sebagian besar
memilih suatu proses yaitu proses belajar dan membutuhkan suatu bantuan
misalnya bantuan seseorang yang lebih menguasai suatu hal, bantuan alat
misalnya buku dan sebagainya (Notoatmodjo, 2005 : 3).
b. Sumber Pengetahuan
Sumber pengetahuan biasanya diperoleh dari buku bacaan, media
seperti koran, televisi radio, promosi kesehatan. Promosi kesehatan adalah
4
upaya yang dilakukan terhadap masyarakat sehingga mereka mau dan mampu
untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri (Piagam
Ottawa Charter, 1986). Batasan promosi kesehatan adalah bukan hanya
perubahan perilaku tetapi juga perubahan lingkungannya, sehingga
menekankan bahwa promosi kesehatan adalah suatu program perubahan
perilaku masyarakat yang menyeluruh dalam konteks masyarakatnya
(Victorian Health Fondation, Australia, 1997).
c. Cara Memperoleh Pengetahuan
Terdapat dua cara untuk memperoleh kebenaran tentang suatu
pengetahuan, yang dapat dibagi menjadi : (Notoatmojo,2007)
1) Cara Tradisional atau Non Ilmiah
Cara kuno atau cara tradisional untuk memperoleh pengetahuan ini
dipakai orang untuk mendapatkan kebenaran pengetahuan sebelum
ditemukannya metode ilmiah atau metode penemuan secara sistematik dan
logis. Cara cara penemuan pengetahuan pada periode ini antara lain:
a) Cara coba salah
Cara yang paling tradisional yang pernah digunakan oleh manusia
dalam memperoleh pengetahuan yaitu dengan menggunakan cara coba coba
atau yang lebih dikenal dengan kata Trial and Error. Cara coba-coba ini
dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah
dan apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil maka dicoba kemungkinan
yang lain. Apabila kemungkinan kedua gagal pula maka dicoba kembali
dengan kemungkinan yang ketiga, dan apabila kemungkinan ketika gagal
dicoba kemungkinan keempat dan seterusnya, sampai masalah tersebut dapat
terpecahkan. Itulah sebabnya maka cara ini disebut metode Trial (coba) and
Error (gagal atau salah) atau metode coba salah atau coba coba. Contoh
refleks dari metode ini yaitu ditemukannya kina sebagai obat malaria secara
coba coba oleh seorang penderita malaria.
b) Cara Kekuasaan atau Otoritas
Pada kehidupan manusia sehari-hari banyak sekali kebiasaan
4
kebiasaan dan tradisi yang dilakukan oleh orang tanpa melalui penalaran
apakah yang dilakukannya tersebut baik atau tidak. Kebiasaan-kebiasaan ini
biasanya diwariskan turun temurun dari generasi ke generasi misalnya
mengapa harus ada acara selapanan dan turun tanah pada bayi? Mengapa ibu
yang sedang menyusui harus minum jamu? Mengapa anak tidak boleh makan
telur?. Pendapat itu diterima oleh masyarakat pada waktu itu sampai jangka
waktu yang lama tanpa melalui pembuktian empiris. Demikian pula pendapat
yang dikeluarkan oleh tokoh tokoh ilmu pengetahuan atau filsafat yang selalu
digunakan sebagai referensi dalam memecahkan berbagai permasalahan yang
dihadapi. Pada bidang kesehatan otoritas pengetahuan tersebut bukan saja
berasal dari ahli-ahli kesehatan atau kedokteran tetapi juga berasal dari para
dukun.
a) Berdasarkan Pengalaman Pribadi
Pengalaman adalah sumber pengetahuan atau merupakan suatu cara
untuk memperoleh kebenaran pengetahuan oleh sebab itu pengalaman pribadi
pun dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan. Hal ini
dilakukan dengan cara mengenang kembali pengalaman yang diperoleh dalam
rangka memecahkan permasalahan yang dihadapai pada masa lalu apabila
dengan cara yang digunakan tersebut orang dapat memecahkan masalah yang
dihadapi, maka untuk memecahkan masalah lain yang sama orang dapat pula
menggunakan cara tersebut, tetapi bila gagal menggunakan cara tersebut ia
tidak akan mengulangi cara itu dan berusaha mencari cara yang lain sehingga
dapat berhasil memecahkannya.
b) Melalui jalan pikiran.
Sejalan dengan perkembangan kebudayaan umat manusia maka cara
berpikir manusiapun berkembang, dari sini manusia telah mampu
menggunakan penalarannya dalam memperoleh pengetahuannya dengan kata
lain, dalam memperoleh kebenaran, pengetahuan manusia telah menggunakan
jalan pikirannya baik melalui induksi maupun deduksi. Induksi pada dasarnya
adalah cara melahirkan pemikiran secara tidak langsung melalui pernyataan-
pernyataan yang dikemukakan kemudian dicari hubungannya sehingga dapat
4
dirumuskan suatu kesimpulan. Apabila proses pembuatan kesimpulan itu
melalui pernyataan pernyataan khusus kepada yang umum dinamakan induksi
sedangkan deduksi adalah pembuatan kesimpulan dari pernyataan pernyataan
umum kepada yang khusus.
2) Cara Modern atau Cara Ilmiah
Cara modern dalam memperoleh pengetahuan ialah cara baru dalam
memperoleh pengetahuan yang lebih sistematis, logis dan ilmiah. Cara ini disebut
“Metode Penelitian Ilmiah” atau lebih populer disebut Metodologi Penelitian atau
Research Metodology. Cara ini pertama kali dikembangkan oleh Francis Bacon
(1561-1626). Beliau adalah seorang tokoh yang mengembangkan metode berpikir
induktif, awalnya ia mengadakan pengamatan langsung terhadap gejala-gejala
alam atau kemasyarakatan yang kemudian hasil pengamatannya tersebut
dikumpulkan dan diklasifikasikan yang akhirnya diambil kesimpulan umum,
kemudian metode berpikir induktif yang dikembangkan oleh Bacon ini dilanjutkan
oleh Deobold Van Dallen, beliau mengatakan bahwa dalam memperoleh
kesimpulan dapat dilakukan dengan cara mengadakan observasi langsung dan
membuat pencatatan-pencatatan terhadap semua fakta yang berhubungan dengan
obyek yang diamatinya.
e. Tingkat pengetahuan
Menurut Notoatmodjo, 2007 : 3 tingkat pengetahuan memiliki enam
tingkatan diantaranya, yaitu :
1) Tahu/mengenal (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya, termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat
kembali terhadap sesuatu yang spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari atau
rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu merupakan tingkat
pengetahuan yang paling rendah.
2) Memahami (Comprehension)
Memahami merupakan kemampuan untuk menjelaskan secara benar
tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut
4
secara benar. Orang yang telah memahami obyek atau materi harus dapat
menjelaskan, meramalkan, menyebutkan. Contoh menyimpulkan terhadap
obyek yang telah dipelajarinya.
3) Aplikasi (Aplication)
Aplikasi adalah kemampuan menggunakan materi yang telah dipelajari
pada situasi atau kondisi nyata dan dapat menerapkan dalam kehidupan sehari
hari.
4) Analisis (Analysis)
Analisis merupakan suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau
obyek kedalam komponen-komponen akan tetapi masih didalam suatu
struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitan antara yang satu dengan
yang lainnya.
5) Sintesis (Syntesis)
Sintesis merupakan suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk yang baru dan formasi
yang ada. Misalnya merumuskan, menyusun dan merencanakan.
6) Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi adalah kemampuan untuk melakukan judifikasi atau penelitian
terhadap materi atau obyek. Penilaian ini berdasarkan pada suatu kriteria yang
ada.
f. Pengukuran Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau
angket yang menyatakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subyek
penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui
atau kita ukur dapat disesuaikan dengan tingkatan domain di atas
(Notoatmojo,2003).
Beberapa teori telah dicoba untuk mengungkapkan determinan
perilaku dari analisis faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku, khususnya
perilaku yang berhubungan dengan kesehatan, antara lain teori dari Lawrence
Green dalam buku yang dikarang oleh Notoatmojo (2003) yang mencoba
4
menganalisa perilaku manusia dari tingkat kesehatan. Kesehatan seseorang
atau masyarakat dipengaruhi perilaku (non behaviour causes). Selanjutnya
perilaku itu sendiri ditentukan atau dibentuk dari 3 faktor, yaitu :
1) Faktor-faktor pengaruh (predisposing factor) yang terwujud dalam
pengetahuan, sikap, keyakinan, dan nilai-nilai.
2) Faktor-faktor pendukung (enabling factor) yang terwujud dalam
lingkungan fisik, tersedia atau tidaknya fasilitas-fasilitas atau sarana-
sarana kesehatan.
3) Faktor-faktor penguat (reinforcing factor) yang terwujud dalam sikap dan
perilaku kesehatan.
5. Jaminan Persalinan
a. Pengertian Jaminan Persalinan
Jaminan persalinan (jampersal) adalah jaminan pembiayaan pelayanan
persalinan yang meliputi pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan,
pelayanan nifas termasuk pelayanan KB pasca persalinan dan pelayanan bayi
baru lahir yang dilakukan oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan (Juknis
jampersal, 2011).
b. Tujuan Jampersal
Pada dasaranya jampersal adalah perluasan kepesertaan dari Jaminan
Kesahatan dan tidak hanya mencakup masyarakat miskin saja. Manfaat yang
diterima oleh penerima manfaat jaminan persalinan terbatas pada pelayanan
kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir dan KB pasca persalinan (Juknis
Jampersal, 2011).
1) Tujuan umum
Meningkatkan akses terhadap pelayanan kehamilan, persalinan, nifas,
bayi baru lahir dan KB pasca persalinan yang dilakukan oleh tenaga
kesehatan yang kompeten dan berwenang di fasilitas kesehatan dalam
rangka menurunkan AKI dan AKB.
4
2) Tujuan Khusus
a) Meningkatkan cakupan pemeriksaan kehamilan, pertolongan
persalinan, dan pelayanan nifas ibu oleh tenaga kesehatan yang
kompeten.
b) Meningkatkan cakupan pelayanan : 1) bayi baru lahir; 2) keluarga
berencana pasca persalinan; 3) penanganan komplikasi ibu hamil,
bersalin, nifas, dan bayi baru lahir, KB pasca persalinan oleh tenaga
kesehatan yang kompeten.
c) Terselenggaranya pengelolaan keuangan yang efisien, efektif,
transparan, dan akuntabel.
c. Sasaran Jampersal
Sesuai dengan tujuan jampersal yakni untuk menurunkan AKI dan
AKB, maka sasaran jampersal dikaitkan dengan pencapaian tujuan tersebut.
Sasaran yang dijamin oleh Jampersal adalah : 1) ibu hamil; 2) ibu bersalin; 3)
ibu nifas (sampai 42 hari pasca melahirkan); 4) bayi baru lahir (sampai dengan
usia 28 hari).
Sasaran yang dimaksud diatas adalah kelompok sasaran yang berhak
mendapat pelayanan yang berkaitan langsung dengan kehamilan dan
persalinan baik normal maupun dengan komplikasi atau resiko tinggi untuk
mencegah AKI dan AKB dari suatu proses persalinan.
d. Ruang Lingkup Jampersal
Ruang lingkup pelayanan kesehatan Program Jamkesmas di puskesmas
dan jaringannya meliputi upaya pelayanan kesehatan perorangan (promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif) yang berupa rawat jalan dan rawat inap
bagi peserta Program Jamkesmas, pelayanan jaminan persalinan peserta
Jamkesmas di PPK Jampersal, pelayanan transportasi rujukan termasuk
persiapan rujukan dan pelayanan spesialistik. Penyelenggaraan pelayanan
kesehatan program Jamkesmas mencakup semua jenis pelayanan kesehatan
4
dasar yang tersedia di puskesmas dan jaringannya, dengan standar, pedoman
SOP yang sama bagi setiap masyarakat sesuai indikasi medis.
Ruang lingkup Program Jamkesmas di puskesmas dan jaringannya
meliputi:
1) Pelayanan Kesehatan Dasar
a) Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan Tingkat Pertama
Pelayanan rawat jalan tingkat pertama yang dimaksud adalah
pelayanan kesehatan yang diberikan oleh puskesmas dan jaringannya yang
meliputi: 1) konsultasi medis, pemeriksaan fisik dan penyuluhan kesehatan;
2) laboratorium sederhana (darah, urin, dan feses rutin); 3) tindakan medis
kecil; 4) pemeriksaan dan pengobatan gigi, termasuk cabut atau tambal; 5)
pemeriksaan ibu hamil/nifas/menyusui, bayi dan balita; 6) pelayanan
Keluarga Berencana (alat kontrasepsi disediakan BKKBN), termasuk
penanganan efek samping dan komplikasi; 7) pemberian obat
Tempat pelayanan kesehatan rawat jalan tingkat pertama adalah di
puskesmas dan jaringannya baik berupa kegiatan pelayanan kesehatan di
dalam gedung maupun kegiatan pelayanan kesehatan di luar gedung.
2) Pelayanan Kesehatan Rawat Inap Tingkat Pertama
Pada kondisi pasien memerlukan perawatan maka harus dilakukan
perawatan lanjutan di puskesmas perawatan jenis pelayanan rawat inap tingkat
pertama pada puskesmas perawatan meliputi: 1) penanganan gawat darurat; 2)
perawatan persalinan dan pasca persalinan; 3) perawatan pasien rawat inap
(termasuk akomodasi dan makan pasien) termasuk perawatan gizi buruk dan
gizi kurang; 4) perawatan satu hari (one day care); 5) tindakan medis yang
diperlukan; 5) pemberian obat; 6) pemeriksaan laboratorium dan penunjang
medis lainnya; 7) pelayanan rujukan; 8) pertolongan sementara persiapan
rujukan; 9) observasi penderita dalam rangka diagnostik.
3) Pelayanan Jaminan Persalinan
a) Pemeriksaan kehamilan Antenatal Care (ANC) sesuai standar yang
dibiayai oleh program ini mengacu pada buku Pedoman Kesehatan Ibu
dan Anak (KIA), dimana selama hamil, ibu hamil diperiksa sebanyak 4
4
kali dengan frekuensi: 1) kali pada triwulan pertama; 2) 1 kali pada
triwulan kedua; 3) 2 kali pada triwulan ketiga. Pemeriksaan kehamilan
yang jumlahnya melebihi frekuensi diatas pada tiap-tiap triwulan tidak
dibiayai oleh program ini. Dalam pelaksanaan ANC juga dilaksanakan
konseling yang meliputi pengetahuan komplikasi kehamilan,
persalinan dan nifas, deteksi dini dan antisipasi oleh keluarga,
persiapan persalinan, Inisiasi Menyusui Dini (IMD), ASI eksklusif,
perawatan bayi baru lahir, Keluarga Berencana (KB), dan anjuran
senam hamil.
b) Penatalaksanaan komplikasi kehamilan antara lain :1) penatalaksanaan
abortus imminen, abortus inkompletus dan missed abortion; 2)
penatalaksanaan hiperemesis gravidarum; 3) stabilisasi dan persiapan
rujukan pada kasus : Hipertensi dalam kehamilan dan perdarahan pada
masa kehamilan.
c) Penatalaksanaan persalinan:
Persalinan per vaginam : 1) persalinan per vaginam normal; 2)
persalinan per vaginam dengan tindakan (sungsang, ekstraksi
vacum/ekstraksi forcep); 3) persalinan per vaginam dengan kondisi
bayi kembar.
d) Penatalaksanaan komplikasi persalinan: 1) perdarahan; 2) hipertensi
dalam persalinan; 3) retensio plasenta; 4) penyulit pada persalinan; 5)
Infeksi.
E. Pengelolaan Dana
Agar penyelengggaraan Jampersal terlaksana dengan baik, lancar,
transparan, dan akuntabel, pengelolaan dana dilakukan dengan tetap
memperhatikan dan merujuk pada ketentuan pengelolaan keuangan yang
berlaku.
Langkah-langkah pengelolaan dilaksanakan sebagai berikut :
1) Kepala Dinas Kesehatan menunjuk seorang staf di Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota sebagai pengelola keuangan Jamkesmas pelayanan
4
dasar dan Jaminan Persalinan.
2) Pengelola keuangan di Kabupaten/Kota harus memiliki buku catatan
( buku kas umum ) dan dilengkapi dengan buku kas pembantu untuk
mencatat setiap uang masuk dan keluar dari kas yang terpisah dengan
sumber pembiayaan yang lain, dan pembukuan terbuka bagi pengawas
ekstern setelah memperoleh klaim dengan langkah berikut :
3) Tim pengelola Jamkesmas Kabupaten/Kota melakukan pembayaran
atas klaim dengan langkah sebagai berikut :
a) Puskesmas melakukan pengajuan klaim atas :
(1) Pelayanan kesehatan dasar yang dilakukan oleh
puskesmas dan jaringan berdasarkan kepada Perda tarif
yang berlaku di daerah tersebut. Apabila tidak ada
Perda tarif yang berlaku di daerah tersebut maka dapat
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaen/Kota, yang
mengusulkan besaran tarif pelayanan untuk ditetapkan
oleh Bupati/Walikota
(2) Pelayanan persalinan (baik untuk peserta Jamkesmas
dan maupun penerima manfaat Jampersal non peserta
Jamkesmas) mengacu pada tarif pelayanan Jampersal
yang ditetapkan Menteri Kesehatan.
b) Klaim pelayanan Jampersal yang diajukan fasilitas/tenaga
kesehatan swasta (bidan praktik mandiri, klinik bersalin, dan
sebagainya)
c) Pembayaran atas klaim-klaim sebagaimana dimaksud pada
huruf a danb dilakukan berdasarkan verifikasi yang dilakukan
tim pengelola kabupaten/kota.
d) Tim pengelola Jampersal kabupaten/kota melakukan verifikasi
atas klaim mencakup
(1) Kesesuaian realisasi pelayanan dan besaran tarif disertai
bukti pendukungnya.
(2) Pengecekan klaim dari fasilitas/tenaga kesehatan swasta
4
yang memberikan pelayanan Jampersal beserta bukti
pendukungnya.
(3) Melakukan kunjungan ke lapangan untuk pegecekan
kesesuaian dengan kondisi sebenarnya bila diperlukan.
(4) Memberikan rekomendasi dan laporan
pertanggungjawaban atas klaim-klaim tersebut kepada
Kepala Dinas Kesehatan setiap bulan yang akan
dijadikan laporan pertanggungjawaban keuangan pusat.
4) Sesuai dengan ketentuan pengelolaan keuangan negara, jasa
giro/bunga bank harus disetorkan oleh Tim Pengelola Jamkesmas
Kabupaten/Kota ke kas negara.
5) Seluruh berkas rincian bukti-bukti, yakni :
a) Dokumen pengeluaran dana dan dokumen atas klaim
Jamkesmas dan Jampersal di pelayanan dasar oleh Puskesmas
dan fasilitas kesehatan swasta serta,
b) Bukti-bukti pendukung klaim sebagaimana dipersyaratkan,
disimpan di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sebagai
dokumen yang dipersiapkan apabila dilakukan audit oleh
aparat pengawas funsional.
6). Tim pengelola Jampersal kabupaten/kota membuat dan
mengirimkan pertanggungjawaban berupa laporan rekapitulasi
realisasi penggunaan dana dan pemanfaatan pelayanan
Jamkesmas dan Jampersal di pelayanan dasar yang telah
dibayarkan ke Puskesmas dan fasilitas kesehatan swasta ke tim
pengelola pusat.
7) Untuk mempercepat penyampaian informasi mengenai
pemanfaatan pelayanan Jamkesmas dan Jampersal serta
penyerapan dana, tim pengelola kabupaten/kota mengirimkan
rekapitulasi pemanfaatan program melalui format yang
ditentukan berbasis web kepada tim pengelola Jamkesmas dan
Jampersal pusat.
4
Program jampersal dilaksanakan di seluruh wilayah Indonesia yang
terdiri dari 33 provinsi dengan jumlah kabupaten/kota sebanyak 497.
Jampersal mulai berlaku sejak januari 2011. Sedangkan untuk klaim, dapat
diajukan sepanjang memenuhi ketentuan yang diatur dalam Permenkes No
631 Tahun 2011 tentang Juknis Jampersal, yang meliputi :
Dokumen klaim lengkap
Pelayanan diberikan di fasilitas kesehatan yang telah ditentukan
Klien tidak dijamin oleh pihak/asuransi lain
Telah diverifikasi oleh Tim Pengelola Kabupaten/Kota.
Pelayanan Jampersal ini terdapat di fasilitas kesehatan pemerintah
seperti Puskesmas dan jaringannya termasuk Poskesdes/Polindes dan rumah
sakit. Juga di fasilitas kesehatan swasta yang memiliki perjanjian kerja sama
dengan tim pengelola yang meliputi dokter praktik swasta, klinik swasta,
bidan praktik swasta, klini bersalin, atau rumah sakit swasta. Bagi mereka
yang tidak memiliki jaminan pembiayaan persalinan dapat memanfaatkan
program Jampersal. Mereka hanya membutuhkan kartu identitas diri untuk
mendapatkan pelayanan Jampersal yang dijamin oleh pemerintah ( Buku Saku
Jampersal, 2011 ).
IX. Kerangka Pemikiran
4
Peningkatan pengetahuan
program JampersalPada tahap know
(tahu)
1.Tingkat sosial2.Tingkat Pendidikan3.Tingkat Ekonomi4.Ketersediaan waktu5.Pengalaman
Subyek Sasaran
MetodeAlat BantuPendidik
Penyuluhan Program Jampersal
Diteliti : Tidak diteliti :
X. Hipotesis
Hipotesis penelitian ini adalah penyuluhan meningkatkan
pengetahuan ibu tentang program Jampersal.
XI. Metodologi Penelitian
A. Jenis Penilitian
4
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental kuasi : ( Pretest
posttest with control group ) karena dalam pemberian penyuluhan
tidak dilakukan randomisasi dan kontrol terhadap variabel-variabel
yang berpengaruh terhadap eksperimen tidak dilakukan ( arief, 2004 ).
Dalam penilitian ini, peneliti memberikan perlakuan ( intervensi )
terhadap kelompok eksperimen, yaitu penyuluhan tentang program
Jampersal, dan hasil perlakuan diamati, diukur, dan dianalisis.
B. Lokasi penelitian
Penilitian ini dilakukan di Puskesmas Sedayu 1 Kabupaten Bantul.
C. Subjek Penelitian
Populasi dalam penilitian ini adalah ibu di ruang lingkup kerja
puskesmas Sedayu 1 Kabupaten Bantul. Anggota populasi yang
menjadi subjek penilitian adalah ibu dengan kriteria
1. Kriteria inklusi:
a) bersedia menjadi sampel penelitian
b) hadir dalam penyuluhan
c) pendidikan formal minimal Sekolah Menengah Pertama
( SMP )
d) umur antara 20-25 tahun
e) ibu yang belum mengikuti program Jampersal
2. kriteria eksklusi:
a) tidak bersedia menjadi sampel penilitian
b) tidak hadir dalam penyuluhan
c) pendidikan formal di bawah SMP
d) umur kurang dari 20 tahun dan lebih dari 25 tahun
e) Ibu yang sudah mengikuti program Jampersal
4
D. Teknik Sampling
Analisis bivariat adalah analisis yang melibatkan sebuah variabel
dependen dan sebuah variabel independen. Menurut patokan umum,
dalam bahasa inggris disebut Rule Of Thumb, dimana setiap penelitian
yang datanya akan dianalisis secara statistik dengan analisis bivariat
membtuhkan sampel minimal 30 subjek, dimana sampel tersebut
merupakan hasil restriksi ( dengan kriteria inklusi-eksklusi ). Dari
pernyataan tersebut peniliti mengambil 30 sampel untuk masing-
masing kelompok baik kelompok eksperimen atau kontrol yang sudah
masuk ke dalam kriteria inklusi.
E. Variabel Penelitian
1. Variabel bebas : paparan penyuluhan
2. Variabel terikat : tingkat pengetahuan
3. Variabel luar
a) Dapat dikendalikan : usia dan tingkat pendidikan
formal
b) Tidak dapat dikendalikan : pendidikan non-formal, tingkat
sosial, fasilitas, dan tingkat ekonomi.
F. Definisi Operasional Variabel
1. Variabel Bebas : paparan penyuluhan
a) Definisi
Proses belajar non-formal kepada sekolompok individu
atau masyarakat yang di pimpin oleh seorang pembicara
dan di tunjang oleh beberapa alat penunjang tertentu.
b) Metode penyuluhan : ceramah
c) Media penyuluhan
slide ( power point ), print out materi, dan alat tulis
d) Materi penyuluhan
1) Definisi dan ruang lingkup pelayanan Jampersal
4
2) Tata cara mengikuti program Jampersal
3) Siapa saja yang berhak atas Jampersal
4) Tempat atau instansi yang menyediakan layanan
Jampersal
e) Alat ukur : terpapar ( hadir ) dicatat dalam
lembar presensi
f) Skala pengukuran : kategorikal-nominal
g) Satuan : satu kali paparan penyuluhan
dalam satu periode penelitian
2. Variabel Terikat : tingkat pengetahuan
a) Definisi : jenjang atau perihal yang
diketahui seseorang terhadap sesuatu
b) Pengetahuan yang diukur
1) Mengetahui definisi dan ruang lingkup pelayanan
Jampersal
2) Mengetahui tata cara mengikuti program Jampersal
3) Mengetahui siapa saja yang berhak mengikuti
program Jampersal
4) Mengetahui tempat dan instansi yang menyediakan
layanan Jampersal
c) Teknis Pengukuran Tingkat Pengetahuan :
Tingkat pengetahuan dapat diukur melalui kuesioner,
dalam penelitian ini tingkat pengetahuan diukur sebelum
penyuluhan ( pretes ) dan sesudah penyuluhan ( postest ).
Pretest dan Postest idealnya tidak dilaksanakan dalam hari
yang sama, melainkan berselang waktu kira-kira 15-30 hari
dengan alasan
1) Untuk menghindari faktor retensi yang
mempengaruhi validasi rancangan penelitian pada
penelitian prepostest, yaitu menghindarkan subjek
yang masih mengingat / pernah melakukan hal
4
yang sama pada saat pretest. Makin pendek jarak
waktu antara uji awal dan uji akhir, makin besar
terjadinya pengaruh faktor retensi.
2) Bila terlalu lama kurun waktu antara uji awal
dengan uji akhir maka hasilya kurang bagus, karena
mungkin sudah terjadi perubahan pada diri
responden dalam hal variabel yang hendak diukur.
Akan tetapi, pretest dan postest pada penelitian ini
dilakukan dalam hari yang sama dikarenakan keterbatasan
waktu dan kemampuan peneliti, namun untuk
meminimalisir faktor retensi, peniliti akan mengubah
kalimat yang ada pada soal postest, mengacak nomor, serta
mengacak pilihan jawaban, sehingga soal postest akan
tampak berbeda dari soal pretest namun masih memiliki
inti yang sama.
d) Alat Ukur : kuesioner
e) Satuan :
f) Skala pengukuran : numerik – rasio
3. Variabel Luar Terkendali
a) Usia
1) Definisi : jumlah tahun yang dihitung
sejak tahun kelahiran sampai ulang tahun terakhir
saat dilakukan penelitian
2) Alat Ukur : lembar isian data
3) Skala pengukuran : numerik-rasio
b) Tingkat pendidikan formal terakhir
1) Definisi : jenjang pendidikan terakhir
sesuai kurikulum yang dijalani oleh individu, saat
dilakukan penelitian
2) Alat ukur : lembar isian data
4
3) Skala pengukuran : kategorikal
4. Variabel Luar Tak Terkendali
a) Pendidikan non formal
1) Definisi : pendidikan yang tidak
dilakukan oleh pendidik formal dan tidak masuk ke
dalam kurikulum, seperti : pendidikan dari kader-
kader puskesmas atau penyuluhan tentang
Jampersal sebelumnya.
2) Skala Pengukuran : kategorikal-nominal
b) Tingkat Sosial
1) Definisi : merupakan keadaan sosial yang
ada pada diri sampel yang ditentukan oleh pekerjaan
individu yang diteliti
2) Skala Pengukuran : kategorikal-nominal
c) Tingkat Ekonomi
1) Definisi : merupakan keadaan ekonomi
dari individu yang ditentukan oleh jumlah
pendapatan dan pekerjaan individu
2) Skala Pengukuran : kategorikal-nominal
d) Adat Istiadat
1) Definisi : merupakan suatu kebiasaan
hidup yang berlaku dalam masyarakat yang sudah
dianut dan dilestarikan dalam kehidupan sehari-
hari.
2) Skala Pengukuran : kategorikal-nominal
e) Fasilitas
1) Definisi : merupakan ketersediaan sarana
dan prasarana dirumah subjek penelitian yang
ditentukan oleh jumlah pendapatan dan pekerjaan
subjek penelitian.
4
2) Skala Pengukuran : kategorikal-nominal
G. Rancangan Penelitian
KE : O1 ( X ) O2
KK : O3 ( - ) O4
Gambar 1. Skema Rancangan Penilitian
Keterangan :
KE : kelompok eksperimen
O1 : hasil pengukuran kelompok eksperimen sebelum perlakuan
( pretest )
( X ): pemberian perlakuan penyuluhan
O2 : hasil pengukuran efek perlakuan ( postest ) pada kelompok
perlakuan
KK : kelompok kontrol
O3 : hasil pengukuran kelompok kontrol sebelum perlakuan ( pretest )
O4 : hasil pengukuran efek perlakuan ( postest ) pada kelompok
kontrol
( - ) : tidak diberikan perlakuan penyuluhan
H. Instrumen Penelitian
Alat dan bahan yang digunakan dalam penilitian ini adalah : 1)
ruangan penyuluhan, 2) kursi, 3) LCD proyektor, 4) laptop, 5) slide
penyuluhan, 6) kuesioner.
I. Alur Penelitian
1. Survei lokasi penelitian
2. Sampel penelitian dikumpulkan di ruang penyuluhan yang
berbeda.
3. Kelompok sampel eksperimen dan kelompok sampel kontrol
tersebut diminta untuk mengisi kuesioner ( pretes ) sebagai
pengukuran tingkat pengetahuan dasar sampel penelitian
terhadap program Jampersal.
4
4. Penyuluhan diberikan kepada kelompok sampel eksperimen
sebanyak satu kali dalam penelitian ini.
5. Sampel penelitian, abik kelompok sampel penelitian maupun
kelomok sampel kontrol diminta untuk mengisi kuesioner
kembali ( posttest ) untuk mengetahui perkembangan tingkat
pengetahuan sampel terhadap program Jampersal.
6. Penghitungan skor pretest dan posttest.
7. Analisis data.
J. Uji Analisis
Uji analisis yang digunakan adalah uji bivariat dengan menggunakan
Uji T tidak berpasangan, apabila data yang didapat nantinya memenuhi
syarat untuk Uji T tidak berpasangan, yaitu :
1. Data harus berdistribusi normal ( wajib )
2. Varians data boleh sama, boleh juga tidak sama
3. Jika memenuhi syarat ( data berdistribusi normal ), maka
dipilih uji T tidak berpasangan.
4. Jika tidak memenuhi syarat ( data tidak berdistribusi normal ),
maka dilakukan terlebih dahulu transformasi data.
5. Jika variabel baru hasil transformasi berdistribusi normal maka
digunakan uji T tidak berpasangan
6. Jika variabel baru hasil transformasi tidak berdistribusi normal
maka digunakan uji Mann-Whitney ( Dahlan, 2012 ).
4
XII. Daftar Pustaka
Arief, M. 2004. Pengantar Metodologi Penelitian untuk Ilmu Kesehatan.
Surakarta: CSGF (The Community of Self Help Group Frum),
pp:43-51.
Bertom Pajung C (2012). Faktor-faktor yang mempengaruhi
pemanfaatan jaminan persalinan (Jampersal) di Kota Bitung.
Universitas Gajah Mada Yogyakarta. Thesis S2
Dahlan, M. S. (2012). Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan.
Jakarta : Salemba Medika, pp: 113-125.
Hartono. B. ( 2010 ). Promosi Kesehatan Di Puskesmas Dan Rumah
Sakit. Jakarta : Rineka Cipta, pp : 6-26.
Hidayat, Sarip (2012). Kepuasan Bidan Terhadap Sistem Pembayaran
Jampersal Di Kabupaten Sumbawa Provinsi NTB, Universitas
Gadjah Mada Yogyakarta. Thesis sarjana S-2
http://bantulkab.bps.go.id/index.php/2013-01-05-15-13-09/2013-01-05-
15-13-46/statistik-daerah-bantul/book/4-bantul-dalam-angka-
2011/7-statistik-daerah-bantul. Diakses pada Maret 2013.
Ika Pratiwi, Y. (2012). Pelayanan Kesehatan Ibu Melalui Program
Jaminan Kesehatan Studi Kasus Di Kabupaten Gunung Kidul.
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Thesis Sarjana S-2
Jannati rahmah M (2013). Private Practice midwives Motivation in
Signing delivery assurance of Memorandum of Understanding in
Semarang City. Jurnal Kesehatan masyarakat Universitas
Diponegoro., 2 (1) : 2-5
4
Kemenkes, (2003). Profil kesehatan indonesia. Jakarta.
Kemenkes RI, (2011), Peraturan menteri kesehatan republik Indonesia
nomor 2562/MENKES/XII/2011 tentang petunjuk teknis jaminan
persalinan
Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/BAPPENAS, (2010).
Peta jalannya percepatan pencapaian tujuan pembangunan
milenium di Indonesia. Jakarta.
Kimani, J.K. Ettarh, R.,Kyobutungi, C.,Mberu, B., Muindi, K., (2012).
Determinants for participiant in a public health insurance program
among resident of urbant slums in Nairobi, Kenya: results from a
cross-sectional survey. BMC health services research. 12(1),p.66.
Liawati. E. ( 2012 ). Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan Pengetahuan
Ibu Hamil Tentang Jampersal Di RSUD Kota Bandung tahun 2012.
Penelitian.http://id.scribd.com/doc/97656793/Bab-i-amp-II-
Jampersal-Diakses Maret 2013
Mandasari, E. (2012) Analisis Perbandingan Pelaksanaan Jaminan
Persalinan ( Jampersal Pada Bidan Praktek Swasta (BPS) Di
Wilayah Puskesmas Kota Semarang dengan Petunjuk Teknis
Juknis) Jampersal Tahun 2012. Jurnal Kesehatan Masyarakat
Universitas Diponegoro, 2 (1) : 1-9
Murti, Bhisma. (2006) Desain Dan Ukuran Sampel Untuk Penelitian
Kuantitatif Dan Kualitatif Di Bidang Kesehatan.Yogyakarta :
Gadjah Mada Press, pp: 135-138
4
Notoatmodjo,S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta :
Rineka Cipta, pp:50-64, pp:75-90, pp:148-150.
____________. (2005). Promosi Kesehatan Teori & Aplikasi. Jakarta :
Rineka Cipta, pp: 45-49.
____________. (2007). Promosi Kesehatan & Perilaku. Jakarta : Rineka
Cipta, pp: 24-27.
____________. (2010). Promosi Kesehatan Teori & Aplikasi edisi revisi
2010. Jakarta : Rineka Cipta, pp: 32-37, pp: 49-53.
Ricketts, T.C.,& Goldsmith, L. J. (2005). Acces in Health Services
Research : The Battle of The Frameworks. Nursing Outlook. 53,
274-280.
Ristrini, & Budiarto, W. ( 2005). Utilisasi Pelayanan Maternal oleh
Masyarakat Miskin di Pedesaan Dalam Rangka Kehamilan Aman.
Jurnal Berita Kedokteran Masyarakat, XXI (01), 25-32.
Shoima, N. F. (2012). Persepsi Masyarakat Tentang Jampersal Di
Kabupaten Jember. Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Thesis
sarjana S-2
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2004 Tentang
Sistem Jaminan Sosial Nasional. (2004)
Wardani, Rachma (2010). Pengaruh Penyuluhan Terhadap Tingkat
Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja Perempuan SMP
Muhammadiyah 7 Surakarta, Skripsi, Universitas Negeri Surakarta.
4
Wulan Febrianti, Ayu. (2012). Tingkat Pengetahuan Ibu Rumah Tangga
di Surabaya Tentang Iklan Layanan Masyarakat “Jampersal” di
televisi. Surabaya, Universitas Pembangunan Nasional
4
4