PENGARUH PENGGUNAAN STRATEGI PETA KONSEP (CONCEPT …
Transcript of PENGARUH PENGGUNAAN STRATEGI PETA KONSEP (CONCEPT …
PENGARUH PENGGUNAAN STRATEGI PETA KONSEP (CONCEPTMAPPING) TERHADAP HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN
SOSIAL PADA MURID KELAS V SD NEGERI NO. 1 CENTREPATTALLASSANG KABUPATEN TAKALAR
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar SarjanaPendidikan pada Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Fakultas Keguruan dan Ilmu PendidikanUniversitas Muhammadiyah Makassar
Oleh:
RISMA DEWI
10540 8819 13
JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKUL TAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2017
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSARFAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
iv
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : RISMA DEWI
NIM : 10540 8819 13
Jurusan : Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Judul Skripsi :Pengaruh Penggunaan Strategi Peta Konsep (Concept
Mapping) terhadap Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan
Sosial pada Murid Kelas V SD Negeri No.1 Centre
Pattallassang Kabupaten Takalar
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya ajukan di depan tim
penguji adalah hasil karya saya sendiri dan bukan hasil karya ciptaan orang lain
atau dibuatkan oleh siapapun.
Demikian pernyataan ini saya buat dan saya bersedia menerima sanksi
apabila pernyataan ini tidak benar.
Makassar, 02 Juli 2017
Yang membuat pernyataan
Risma Dewi
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSARFAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
v
SURAT PERJANJIAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : RISMA DEWI
NIM : 10540 8819 13
Jurusan : Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Dengan ini menyatakan perjanjian sebagai berikut:
1. Mulai dari penyusunan proposal sampai selesai penyusunan skripsi ini, sayaakan menyusun sendiri skripsi saya (tidak dibuatkan oleh siapapun).
2. Dalam menyusun skripsi, saya akan selalu melakukan konsultasi denganpembimbing yang telah ditetapkan oleh fakultas.
3. Saya tidak akan melakukan penjiplakan (plagiat) dalam menyusun skripsi.4. Apabila saya melanggar perjanjian seperti pada butir 1, 2, dan 3, saya
bersedia menerima sanksi sesuai aturan yang berlaku.
Demikin perjanjian ini saya buat dengan penuh kesadaran.
Makassar, 02 Juli 2017
Yang membuat Perjanjian
Risma Dewi
vi
MOTO DAN PERSEMBAHAN
Kekurangan bukanlah batasan untuk melakukan yang terbaik.
Kekurangan adalah anugerah yang diberikan Allah SWT agar kita
mengupayakannya menjadi kelebihan.
Kupersembahkan karya ini buat:
Kedua orang tuaku, saudaraku, dan sahabatku,
atas keikhlasan dan doanya dalam mendukung penulis
mewujudkan harapan menjadi kenyataan.
Semoga Allah SWT Senantiasa Memberikan Rahmat dan Karunia-Nya
vii
ABSTRAK
Risma Dewi,2017.Pengaruh penggunaan strategi peta konsep (concept mapping)terhadap hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial siswa kelas V SD Negeri No.1Centre Pattallassang Kabupaten Takalar. Skripsi. jurusan pendidikan gurusekolah dasar,Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas muhammadiyah Makassar.Dibimbing oleh pembimbing ke I H. Nurdin dan Pembimbing ke IIHj. Maryati Z.
Penelitian ini adalah penelitian ini digolongkan ke dalam penelitianeksperimen dengan penggunaan strategi peta konsep (concept mapping) terhadaphasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial siswa kelas V SD Negeri No.1 CentrePattallassang Kabupaten Takalar. Subjek penelitian ini adalah murid kelas V SDNegeri No.1 Centre Pattallassang Kabupaten Takalar yang berjumlah 123 orangyang terdiri dari 64 laki-laki 59 perempuan pada semester ganjil pada tahunpelajaran 2016-2017. Selama empat kali pertemuan. Pengambilan data hasilbelajar murid dilakukan pada setiap proses pembelajaran berlangsung dan teshasil belajar murid telah dilakukan.
Dari hasil pengelolahan data di atas, diperoleh nilai di kelas kontroldengan mengguanakan model konvensonal adalah nilai rata-rata 80,71 sedangkannilai yang diperoleh kelas ekperimen yang mengguanakan model pembelajaranpeta konsep adalah nilai rata-rata 90,36. Dapat disimpulkan bahwa denganmenggunakan model pembelajaran peta konsep lebih berpengaruh tingkatketuntasan belajar siswa dibanding menggunakan model pembelajarankonvesional.
Katakunci: Strategi Peta Konsep, Hasil Belajar.
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah yang maha Pengasih lagi maha pemura yang
telah melimpahkan rahmat-Nya dan hidayah-Nya sehingga dapat
menyelesaikan Skripsi dengan judul “Pengaruh penggunaan strategi peta konsep
(concept mapping) terhadap hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial siswa kelas V
SD Negeri No.1 Centre Pattallassang Kabupaten Takalar” walaupun dalam
bentuk yang sangat sederhana.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan
akademik untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan pada Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan, Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar di Universitas
Muhammadiyah Makassar.
Segala usaha dan upaya telah dilakukan oleh penulis dalam rangka
menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik mungkin. Namun, penulis menyadari
sepenuhnya bahwa skripsi ini tidak luput dari berbagai kekurangan. Oleh karena
itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi perbaikan dan
penyempurnaan skripsi ini.
Tidak seorangpun yang hidup didunia ini yang memiliki kesempurnaan,
karena kesempurnaan hanya milik yang maha pencipta dan maha sempurna
Tuhan semesta alam. Untuk itu kritikan dansaran yang sifatnya membangun dari
semua pihak insya Allah penulis terima dengan senang hati.
ix
Oleh karena itu, selain ucapan puji syukur kepada Allah swt, penulis
juga mengucapkan terimakasih yang setinggi-tingginya kepada Kedua orang tua
penulis Ayahanda Muh. Darwis dan Ibunda Rugati yang dengan penuh
pengorbanan dan penuh kasih sayang dalam mendukung dan memberi semangat
kepada penulis, semoga Allah swt berkenan memberikan ampunan dan
belaskasih-Nya,serta tetap sehat walafiat dalam limpahan rahmat dan hidayah-
Nya.
Pada kesempatan ini penulisan juga mengucapkan terima kasih dan
memberikan penghargaan kepada Dr. H. A. Rahman Rahim, SE., MM. Rektor
Universitas Muhammadiyah Makassar. Erwin Akib, S.Pd., M.Pd., Ph.D., Dekan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.
Sulfasyah, S. Pd., M.A., Ph.D., Ketua Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.
Drs. H. Nurdin, M.Pd. dan Dra. Hj. Maryati Z, M.Si. masing- masing
pembimbing I dan II yang telah rela meluangkan waktunya dengan penuh
keikhlasan dalam memberikan arahan, bimbingan, petunjuk dan motivasi
dalam penyusunan skripsi ini. Sahabat-sahabatku yaitu: Nurwahidah, Mudrika,
Lilis Lestari, Nur Eva Fadliah, Sartika Mulia, Fira Yuniar, Rati Purnamasari SR,
Andini Permatasari dan teman-teman kelas K 2013 serta yang lainnya,
khususnya angkatan S1 PGSD Reguler 2013 yang tidak bisa disebutkan satu
persatu yang selalu memberikan dukungan dalam proses penyelesaian skripsi ini.
x
Semoga Allah swt memberikan imbalan amal yang berlimpah ganda
kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan kepada penulis.
Akhirnya dengan rahmat dan hidayah Allah swt semoga skripsi ini dapat
bermanfaat dan merupakan sumbangan ide pemikiran dalam bidang pendidikan
dan pengajaran, insya Allah, Amin.
Makassar, 02 Juli 2017
Peneliti,
Risma Dewi
xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ----------------------------------------------------------------- i
LEMBAR PENGESAHAN--------------------------------------------------------- ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING------------------------------------------------- iii
SURAT PERNYATAAN --------------------------------------------------- iv
SURAT PERJANJIAN-------------------------------------------------------------v
MOTO DAN PERSEMBAHAN--------------------------------------------------- vi
ABSTRAK ----------------------------------------------------------------------------- vii
KATA PENGANTAR --------------------------------------------------------------- viii
DAFTAR ISI -------------------------------------------------------------------------- xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang--------------------------------------------------------------------- 1
B. Rumusan Masalah ----------------------------------------------------------------- 5
C. Tujuan Penelitian ----------------------------------------------------------------- 5
D. Manfaat Penelitian ---------------------------------------------------------------- 5
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS
A. Kajian Pustaka -------------------------------------------------------------------- 7
1. Hasil Penelitian yang Relevan ---------------------------------------------- 7
2. Konsep yang akan Diajarkan pada Pembelajara Konsep IPS ---------- 8
3. Strategi Pembelajaran Peta Konsep (Concept Mapping)---------------- 10
4. Manfaat Pembelajaran Peta Konsep (Concept Mapping) --------------- 12
5. Pembuatan Peta Konsep (Concept Mapping)----------------------------- 14
xii
6. Kelebihan dan Kelemahan Peta Konsep (Concept Mapping) ---------- 14
7. Kegunaan Peta Konsep ------------------------------------------------------ 15
8. Cara Menyusun dan Menilai Peta Konsep yang dibuat oleh Murid --- 20
9. Hakikat Belajar --------------------------------------------------------------- 21
10. Hakekat Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar ----------------------------- 24
B. Kerangka Pikir --------------------------------------------------------------------- 26
C. Hipotesis --------------------------------------------------------------------------- 28
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian -------------------------------------------------------------------- 30
B. Desain Penelitian ------------------------------------------------------------------ 30
C. Populasi dan Sampel -------------------------------------------------------------- 31
D. Definisi Oprasional---------------------------------------------------------------- 32
E. Variabel ---------------------------------------------------------------------------- 33
F. Instrumen Penelitian -------------------------------------------------------------- 34
G. Teknik Pengumpulan Data ------------------------------------------------------- 34
H. Teknik Analisis Data-------------------------------------------------------------- 34
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian -------------------------------------------------------------------- 37
B. Pembahasan Hasil Penelitian ---------------------------------------------------- 44
C. Verfikasi Hipotesa----------------------------------------------------------------- 47
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan------------------------------------------------------------------------- 48
B. Saran -------------------------------------------------------------------------------- 48
xiii
DAFTAR PUSTAKA ---------------------------------------------------------------- 50
RIWAYAT HIDUP ........................................................................................
xiv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Pemberian skor terhadap peta konsep ----------------------------------- 21
Tabel 3.1 Desain Penelitian ----------------------------------------------------------- 30
Tabel 3.2 Keadaan Populasi ---------------------------------------------------------- 31
Tabel 3.3 Keadaan Sampel ----------------------------------------------------------- 32
Tabel 4.1 Hasil Observasi KegiatanMurid pada Kelas Kontrol------------------ 38
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi dan Presentase Aktivitas Belajar Selama
Penelitian Berlangsung pada Kelas Eksperimen----------------------- 38
Tabel 4.3 Perbandingan Aktivitas Siswa Kelas Kontrol Dengan Kelas
Eksperimen --------------------------------------------------------------- 39
Tabel 4.4 Distribusi Nilai Statistik Hasil Belajar IPS Kelas Kontrol------------ 40
Tabel 4.5 Distribusi Nilai Statistik Hasil Belajar IPS Kelas Eksperimen------- 40
Tabel 4.6 Distribusi dan Frekuensi Kategori Hasil Belajar Postes Kelas
Kontrol ---------------------------------------------------------------------- 41
Tabel 4.7 Distribusi dan Frekuensi Kategori Hasil Belajar Postes Kelas
Eksperimen ------------------------------------------------------------------ 41
Tabel 4.8 Tingkat Ketuntasan Hasil Belajar ---------------------------------------- 42
Tabel 4.9 Hasil Belajar Kelas Kontrol ----------------------------------------------- 43
Tabel 4.10 Hasil Belajar Kelas Eksperimen---------------------------------------- 43
xv
DAFTAR GAMBAR DAN GRAFIK
Halaman
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir -------------------------------------------------- 28
Grafik 4.1 Perbandingan Hasil Aktivitas Siswa Kelas Kontrol Dengan Eksperimen 40
Grafik 4.2 Perbandingan Hasil Analisis Statistik --------------------------------- 41
Grafik 4.3 Perbandingan Kategori Hasil Belajar Kelas Kontrol Dengan
Kelas Eksperimen ------------------------------------------------------- 42
Grafik 4.5 Perbandingan Hasil Ketuntasan Belajar IPS-------------------------- 42
Gambar 4.1 Analisis Koefisien ------------------------------------------------------ 44
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan memegang peranan penting karena pendidikan merupakan
wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan SDM. Oleh karena itu, banyak
perhatian khusus diarahkan kepada perkembangan dan kemajuan pendidikan guna
meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan. Salah satu cara yang dapat dilakukan
untuk meningkatkan kualitas pendidikan adalah dengan mengelola komponen-
komponen pendidikan dengan baik.
Ada tiga komponen penentu dalam kegiatan belajar mengajar
diantaranya: komponen pertama adalah input yang terdiri dari murid, guru sebagai
pendidik; komponen kedua adalah proses yang dipengaruhi oleh lingkungan dan
instrumen pengajaran; komponen ketiga hasil yaitu dampak dari interaksi antara
pendidik dengan murid dan didukung oleh proses.
Ketiga komponen tersebut antara yang satu dengan lainnya saling
bergantung dan memengaruhi dalam mencapai tujuan pendidikan. Nasution
(2001) mengatakan bahwa kualitas pendidikan banyak bergantung pada kualitas
guru dalam membimbing proses belajar mengajar. Oleh karena itu, guru
merupakan salah satu aspek yang sangat menentukan dalam mengajar, sehingga
guru harus menguasai strategi mengajarnya. Guru sebagai komponen penting
dalam transformasi pendidikan mempersiapkan bahan pelajaran kemudian
melaksanakan dan mengembangkannya.
1
2
Tugas tersebut dimulai dari merumuskan tujuan, mengembangkan dan
memilih materi, menemukan strategi pembelajaran, mempersiapkan media, dan
evaluasi. Jadi, dapat disimpulkan bahwa salah satu keberhasilan pendidikan dapat
dilihat dari keterampilan guru dalam memilih strategi pembelajaran dalam proses
belajar mengajar.
Pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan di dalam kelas sering
dijumpai masalah, antara lain cara mengajar guru yang menganggap murid hanya
sebuah benda yang hanya dapat menerima pelajaran dari gurunya saja. Selain
sangat banyaknya bahan pelajaran yang harus dipelajari oleh murid, guru juga
kurang terbiasa menggunakan model pembelajaran yang inovatif.
Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa mata pelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial merupakan mata pelajaran yang sangat penting untuk
diajarkan di sekolah dasar. Oleh karna itu, seharusnya seorang guru dapat
menciptakan kondisi pembelajaran yang dapat memberikan kesempatan kepada
murid untuk berperan aktif dalam pembelajaran agar mereka dapat mengetahui,
mengenai konsep-konsep Ilmu pengetahuan sosial melalui fakta-fakta yang
mereka temukan sendiri. Namun pada kenyataanya guru kurang dapat
memanfaatkan suasana ini, guru cenderung mendominasi kegiatan pembelajaran
dengan metode ceramah yang monoton, guru selalu menggunakan metode
ceramah karena pengetahuannya kurang, tidak terlalu serius dalam melaksanakan
proses belajar-mengajar. Akibatnya murid menjadi bosan dan hasil belajarnyapun
rendah.
3
Seorang guru merupakan aktor utama yang menentukan keberhasilan
proses belajar mengajar. Dalam pembelajaran guru harus memberikan kesempatan
yang seluas-luasnya kepada murid untuk membangun sendiri pengetahuannya.
Data awal hasil diskusi peneliti dengan guru IPS di SDN No.1 Centre
Pattallassang Kabupaten Takalar diperoleh hasil adalah sebagai berikut:
1. Murid cukup sulit memahami materi IPS karena banyak dari konsep yang
bersifat abstrak.
2. Murid cenderung hanya menghafal tanpa memahami materi IPS itu sendiri.
3. Murid tidak dapat menghubungkan antara konsep satu ke konsep lain dalam
satu materi IPS
4. Interaksi di dalam kelas hanya terjadi antara guru dan murid saja sedangkan
interaksi antara murid jarang terjadi, baik dalam diskusi maupun diskusi
kelompok.
Berdasarkan fakta di atas dapat dilihat bahwa pembelajaran IPS banyak
dilakukan dengan memberi materi IPS tanpa melalui pengolahan potensi yang ada
pada diri murid. Dengan kata lain murid belajar menghafal konsep bukan
menguasai konsep sehingga murid tidak dapat memahami keterkaitan antara
konsep yang dipelajarinya dan pembelajaran fisikapun menjadi kurang bermakna
dengan tidak terbentuk kontruksi konsep IPS yang benar. Hal ini senada dengan
yang dikemukakan oleh Ratna Wilis Dahar (1988) bahwa salah satu keluhan
dalam dunia pendidikan adalah murid hanya menghafal tanpa memahami benar isi
pelajaran. Salah satu cara yang dapat mendorong murid untuk belajar secara
bermakna adalah melalui peta konsep.
4
Peta konsep adalah suatu strategi yang dapat membantu para murid
melihat dan memahami keterkaitan antar konsep yang telah dikuasainya. Strategi
peta konsep sangat efektif untuk membantu murid belajar bermakna, yaitu
memahami hubungan logika antara konsep yang satu dengan konsep yang lain.
Peta konsep yang baik adalah yang dibuat sendiri oleh murid.
Peta konsep bersifat fleksibel, artinya dapat sederhana dan dapat pula
kompleks, dapat linier atau bercabang dan dapat pula hierarkis. Pembelajaran
dengan membuat peta konsep dapat meningkatkan pemahaman suatu konsep
dengan baik, karena siswa aktif dalam kegiatan belajar mengajar dan guru
berperan aktif sebagai fasilitator atau moderator.
Strategi peta konsep dalam pembelajaran IPS sangat membantu murid
dalam proses belajarnya. Pemahaman murid jadi memadai dalam menentukan
hubungan antara keterkaitan antara satu konsep dengan konsep lain. Struktur
kognitif murid dibangun secara hieararkis dengan konsep-konsep dari yang
bersifat umum ke khusus. Namun strategi peta konsep akan lebih bermakna jika
murid menyadari adanya kaitan konsep diantara kumpulan konsep-konsep yang
saling berhubungan. Dengan menggunakan peta konsep murid diharapkan dapat
mengungkapkan seluruh pengetahuannya mengenai konsep IPS, Hal inilah yang
mendasari penulis untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Strategi
Peta Konsep (Concept Mapping) Terhadap Hasil Belajar Murid”. Penelitian ini
ingin mencari jawaban tentang pengaruh pembelajaran dengan menggunakan
strategi peta konsep terhadap hasil belajar IPS.
5
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang identifikasi masalah dan batasan masalah di
atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Adakah pengaruh
penggunaan strategi peta konsep (concept mapping) terhadap hasil belajar IPS
pada murid kelas V SDN No.1 Centre Pattallassang Kabupaten Takalar?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan, maka penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan strategi peta konsep (concept
mapping) terhadap hasil belajar IPS pada murid kelas V SDN No.1 Centre
Pattallassang Kabupaten Takalar.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada beberapa
pihak yang terlibat langsung terhadap penelitian ini, baik secara teoretis maupun
praktis. Adapun manfaat penelitian ini sebagai berikut:
1. Manfaat Teoretis
a. Sebagai bahan referensi dalam upaya mengembangkan penggunaan strategi
peta konsep (concept mapping) terhadap hasil belajar IPS pada murid kelas V
SDN No.1 Centre Pattallassang Kabupaten Takalar.
b. Sebagai bahan untuk memperluas pengetahuan peneliti dalam mempersiapkan
diri sebagai calon tenaga pendidik yang profesional.
6
2. Manfaat Praktis
a. Bagi murid, penelitian ini diharapkan dapat membantu untuk meningkatkan
hasil belajar IPS dan dapat mengurangi kebosanan selama pembelajaran
berlangsung.
b. Bagi guru mata pelajaran IPS, hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberikan alternatif pilihan dalam menyajikan materi pelajaran IPS agar
mudah diserap dan dimengerti oleh murid yang memiliki kemampuan dan
minat yang berbeda satu dengan lainnya.
c. Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan baru dalam
bidang penelitian pendidikan dan model-model pembelajaran yang akan
menjadi bekal untuk diaplikasikan dalam kehidupan nyata setelah
menyelesaikan studi.
d. Bagi peneliti lain, sebagai bahan studi lebih lanjut mengenai pemanfaatan
strategi peta konsep (concept mapping).
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS
A. Kajian Pustaka
1. Hasil Penelitian yang Relevan
a. St. Fatimah (2012) dalam penelitiannya “Peningkatan Hasil Menulis Karangan
pada Murid Kelas IV melalui Model Concept Mapping SD Inpres Padongko
Kabupaten Barru”. Menunjukkan bahwa aktivitas belajar murid diperoleh nilai
rerata 79,6 % kemudian meningkat menjadi 84,84 %. Demikian juga pada hasil
belajar murid kelas IV diperoleh nilai rerata 72,15 kategori baik (B) dengan
ketuntasan secara klasikal 70% meningkat menjadi 80,6 kategori sangat baik
(A) dengan ketuntasan secara klasikal 90%.
b. Yusniar (2014) dalam penelitiannya “Penerapan Strategi Belajar Peta Konsep
(Concept Mapping) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan
Sosial Murid Kelas IV SDN NO.53 Sauleya Kecamatan Polongbangkeng Utara
Kabupaten Takalar”. Menunjukkan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar
murid setelah penerapan strategi belajar Peta Konsep (Concept Mapping) pada
murid kelas V SDN NO.53 Sauleya Kecamatan Polongbangkeng Utara
Kabupaten Takalar, hal ini dibuktikan dari nilai rata-rata yang diperoleh yaitu
60,34 meningkat menjadi 74,82.
c. Dewi Aksari Anwar (2014) dalam penelitiannya “Peningkatan Kemampuan
Menulis Karangan Deskripsi melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Concept Mapping pada murid Kelas V SD Inpres Katangka I Kecamatan
7
8
Somba Opu Kabupaten Gowa”. Menunjukkan bahwa aktivitas belajar murid
dapat meningkat dari rata-rata hasil belajar murid yaitu 63,1 berada pada
kategori rendah jika dilihat dari presentase kelulusannya hanya 6 orang atau
25% dari jumlah murid secra keseluruhan, kemudian rata-ratanya meningkat
menjadi 73,3 berada pada kategori tinggi jika dilihat dari presentase
kelulusannya yaitu 21 orang atau 87,5% dari 24 murid dan telah mencapai
standar ketuntasan yang telah ditentukan yaitu 65 sehingga dapat disimpulkan
bahwa model pembelajaran Concept Mapping sangat baik diterapkan dalam
proses pembelajaran.
2. Konsep yang akan diajarkan pada Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
Banyak cara yang dapat dilakukan guru dalam menggunakan peta
konsep dalam pembelajaran konsep IPS.
a. Sebelum pembelajaran
Peta konsep dapat digunakan suatu unit pelajaran dimulai.
1) Dibuat oleh guru sendiri.
Peta konsep yang dibuat oleh guru tersebut berfungsi sebagai gambaran
awal pada peserta didik mengenai materi yang akan diajarkan. Dengan adanya
contoh awal tersebut, peserta didik akan memiliki gambaran penugasan dan dapat
mengetahui bahwa materi yang akan diberikan saling berkaitan dari topik yang
satu dengan topik yang lainnya. Di sini guru dapat mengarahkan peserta didik ke
arah materi yang akan diajarkan.
9
2) Memberi penugasan murid menyusun peta konsep.
Peta konsep yang disusun oleh peserta didik berfungsi untuk
mengetahui “tempat awal konseptual”, dengan kata lain guru harus mengetahui
konsep-konsep apa yang telah dimiliki peserta didik ketika pelajaran akan
dimulai. Dengan melihat hasil peta konsep yang telah dibuat peserta didik
tersebut, guru dapat memperkirakan sejauh mana konsep atau materi yang telah
diketahui murid mengenai pokok bahasan yang akan diajarkan. Dengan kata lain
hasil peta konsep sebagai acuan atau titik tolak pengembangan selanjutnya.
b. Selama Proses Pembelajaran
Selama proses pembelajaran berlangsung peta konsep diperoleh dari :
1) Peta konsep yang dibuat guru
Peta konsep tersebut digunakan sebagai media pembelajaran untuk
peserta didik. Sehingga peserta didik dapat memahami materi yang diajarkan.
2) Peta konsep yang dibuat siswa
Peta konsep ini berfungsi untuk mengetahui pemahaman peserta didik
selama proses pelajaran berlangsung. Murid diberi kesempatan untuk
memperbaiki peta konsep yang belum lengkap atau belum menghadirkan konsep
tertentu. Satu sama lain akan saling tukar pikiran dan membandingkan sehingga
tercipta peta konsep yang lebih baik.
c. Setelah pembelajaran
Peta konsep yang dipergunakan pada akhir pelajaran dibuat oleh peserta
didik dan berfungsi sebagai alat evaluasi atau penilaian.
Keuntungan menggunakan peta konsep bagi peserta didik yaitu akan
membantu peserta didik mempelajari konsep-konsep serta mengaitkan
10
pengetahuan yang dimiliki dengan yang sedang dipelajari, sehingga terjadi proses
belajar bermakna. Peserta didik dapat mengembangkan kreativitas dan
memperoleh pemahaman yang utuh tentang materi. Selain itu peserta didik dapat
berdiskusi dan membandingkan peta konsep antar teman.
Keuntungan penggunaan peta konsep bagi guru yaitu dapat
mengungkapkan struktur kognitif peserta didik dan sebagai pijakan bagi
pengembangan materi pembelajaran selanjutnya. Peta konsep juga dapat berfungsi
sebagai alat evaluasi sehingga dapat dikatakan sebagai alat yang efektif untuk
menunjukkan konsep peserta didik yang salah.
3. Strategi Pembelajaran Peta Konsep (Concept Mapping)
Masalah merupakan suatu hal yang sangat penting untuk dipecahkan,
sehingga murid dalam proses pemecahan masalah tentu memerlukan suatu strategi
yang tepat. Best (dalam Magno, 2011) menyatakan strategi merupakan sebuah
metode yang memungkinkan penyediaan beberapa solusi dari suatu masalah dan
memberikan beberapa informasi. Lebih lanjut, Wulandari (2011) menyatakan
strategi merupakan pola-pola umum kegiatan guru dan siswa dalam perwujudan
kegiatan belajar mengajar untuk mencapat tujuan yang telah digariskan.
Kurniawati, 2010:28 mengatakan bahwa :
“Strategi pembelajaran concept mapping merupakan strategipembelajaran yang dapat menguatkan siswa untuk menghadapipersoalan dengan langkah penyelesaian yang sistematis, yaitu:memahami masalah, menyusun rencana, melaksanakan rencana,dan memeriksa kembali, sehingga persoalan yang dihadapi dapatdiatasi”.
11
Kesuma et al (dalam Slamet, 2010) menyatakan bahwa banyak murid
mampu menyajikan tingkat hafalan yang baik terhadap materi ajar yang
diterimanya namun pada kenyataannya mereka tidak memahaminya. Belajar
menghafal menciptakan ketidakmampuan untuk mengkoneksikan pengetahuan
sebelumnya dengan pengetahuan baru murid (Karakuyu, 2010). Murid harus
memiliki dasar yang cukup dan berpikir kritis tentang hubungan antara konsep
yang berbeda. Belajar bermakna terjadi apabila informasi baru dikaitkan dengan
konsep-konsep relevan yang ada pada struktur kognitif murid (Dahar, 1989).
Pengetahuan baru dikaitkan dengan konsep-konsep relevan yang telah ada di
dalam struktur kognitif anak agar terjadi pembelajaran bermakna.
Stoica et al (2011) menyatakan faktor tunggal yang paling penting yang
mempengaruhi belajar adalah apa yang pelajar sudah tahu. Peta konsep
merupakan kumpulan konsep-konsep yang saling berhubungan dengan hubungan
tertentu antara pasangan konsep diidentifikasi pada link yang menghubungkan
mereka (Awofala, 2011). Peta konsep merupakan suatu media grafis dua dimensi
yang berfungsi mengorganisasikan dan merepresentasikan suatu pengetahuan,
biasanya berupa beberapa gambar kotak atau lingkaran berisikan tulisan terkait
mengenai konsep yang dipelajari (Slamet, 2010). Peta konsep adalah gabungan
beberapa konsep yang menghubungkan pengetahuan individu dengan topik
pembelajaran. Peta konsep dihasilkan dengan mengidentifikasi konsep-konsep
yang relevan. Strategi metakognitif seperti peta konsep memungkinkan murid
untuk belajar aktif (Passmore et al, 2011).
12
Peta konsep digunakan untuk menyatakan hubungan yang bermakna
antara konsep-konsep yang dihubungkan oleh kata-kata dalam suatu unit
semantik. Suatu peta konsep dalam bentuknya yang paling sederhana, hanya
terdiri atas dua konsep yang dihubungkan oleh satu kata penghubung untuk
membentuk suatu proporsi. Peta konsep adalah teknik yang digunakan untuk
mewakili hubungan antara konsep-konsep dalam grafik dua dimensi (Awofala,
2011). Karakuyu (2010) menyatakan peta konsep dapat dijadikan sebagai alat
bantu yang sangat berguna untuk meningkatkan kebermaknaan belajar dan
meningkatkan pemahaman siswa khususnya dalam pelajaran fisika dan sains. Peta
konsep merupakan suatu strategi belajar mengajar yang mampu menjembatani
antara bagaimana seseorang mempelajari sebuah pengetahuan dan bagaimana
orang belajar secara rasional (Karakuyu, 2010).
4. Manfaat Pembelajaran Peta Konsep (Concept Mapping)
Pembelajaran dengan menggunakan peta konsep mempunyai banyak
manfaat. Ausubel menyatakan dengan jaringan konsep yang digambarkan dalam
peta konsep, belajar menjadi bermakna karena pengetahuan atau informasi baru
dengan pengetahuan terstruktur yang telah dimiliki siswa tersambung sehingga
menjadi lebih mudah terserap murid (Wahidi, 2010).
Adapun manfaat pembelajaran dengan menggunakan peta konsep yang
dinyatakan (Novak & Gowin, 1985).
13
a. Bagi Guru
1) Pemetaan konsep merupakan cara terbaik menghadirkan materi pelajaran, hal
ini disebabkan peta konsep adalah alat belajar yang tidak menimbulkan efek
verbal bagi murid dengan mudah melihat, membaca, dan mengerti makna yang
diberikan.
2) Pemetaan konsep menolong guru memilih aturan pengajaran berdasarkan
kerangka kerja yang hierarki, hal ini mengingat banyak materi pelajaran yang
disajikan dalam urutan yang acak.
3) Membantu guru meningkatkan efisiensi dan efektifitas pengajarannya.
b. Bagi Murid
1) Pemetaan konsep merupakan cara belajar yang mengembangkan proses belajar
bermakna, yang akan meningkatkan pemahaman murid dan daya ingatnya.
2) Meningkatkan keaktifan dan kreativitas berfikir siswa, hal ini menimbulkan
sikap kemandirian belajar yang lebih pada murid.
3) Mengembangkan struktur kognitif yang terintegrasi dengan baik yang akan
memudahkan dalam belajar.
4) Membantu murid melihat makna materi pelajaran secara lebih komprehensif
dalam setiap komponen-komponen konsep dan mengenali hubungan.
Dahar (1989) mengungkapkan tujuan penting penggunaan peta konsep
yaitu sebagai berikut :
“Tujuan penting penggunaan peta konsep dalam menunjangberlangsungnya proses belajar bermakna yaitu: (1) menyelidiki apayang telah diketahui oleh siswa; (2) mempelajari cara belajar siswa;(3) mengungkapkan miskonsepsi yang muncul pada siswa; dan (4)sebagai alat evaluasi. Selain itu, peta konsep bermanfaat untukmemperoleh skema kognitif dan menargetkan pemahaman konsepyang mendalam”.
14
5. Pembuatan Peta Konsep (Concept Mapping)
Dahar (1989) mengungkapkan bahwa peta konsep memegang peranan
penting dalam belajar bermakna. Langkah-langkah berikut ini dapat diikuti oleh
murid untuk menciptakan suatu peta konsep.
a. Mengidentifikasi ide pokok yang melingkupi sejumlah konsep.
b. Mengidentifikasi ide-ide atau konsep-konsep sekunder yang menunjang ide
utama.
c. Menempatkan ide utama di tengah atau di puncak peta tersebut.
d. Mengelompokkan ide-ide sekunder di sekeliling ide utama yang secara visual
menunjukan hubungan ide-ide tersebut dengan ide utama.
Berdasarkan pendapat di atas dapat dikemukakan langkah-langkah
menyusun peta konsep sebagai berikut.
a. Memilih suatu bahan bacaan
b. Menentukan konsep-konsep yang relevan
c. Mengelompokkan (mengurutkan) konsep-konsep dari yang paling inklusif ke
yang paling tidak inklusif
d. Menyusun konsep-konsep tersebut dalam suatu bagan, konsep-konsep yang
paling inklusif diletakkan di bagian atas atau di pusat bagan tersebut.
6. Kelebihan dan Kelemahan Peta Konsep (Concept Mapping)
a. Kelebihan Model Pembelajaran Peta Konsep
Adapun kelebihan model pembelajaran Concept Mapping yaitu
kemampuan berpikir dengan menggunakan dua belahan otak sekaligus akan
sangat membantu murid dalam mempelajari sesuatu hal/materi dengan waktu
15
yang lebih singkat dan daya ingat yang lebih lama. Dan dapat membantu murid
dalam meningkatkan kemampuan belajar dengan menggunakan fikirannya dengan
lebih efektif. Dengan penyajian peta konsep merupakan suatu cara yang baik bagi
murid untuk memahami dan mengingat sejumlah informasi baru.
b. Kelemahan Model Pembelajaran Peta Konsep
Di samping memiliki kelebihan, model pembelajaran Concept Mapping
juga mempunyai kelemahan. Kelemahan peta konsep tersebut adalah sebagai
berikut :
1) Bila seseorang terlalu banyak menggunakan kata kunci, gambar, kode yang
hanya dimengerti oleh si pembuat, maka orang lain akan kesulitan untuk
memahaminya.
2) Kelemahan karena kurang fokus pada satu masalah
3) Memerlukan 2-3 kali penggambaran ulang agar peta konsep bisa terlihat lebih
rapi.
7. Kegunaan Peta Konsep (Concept Mapping)
Dalam pendidikan, peta konsep dapat diterapkan untuk berbagai tujuan,
antara lain:
a. Menyelidiki apa yang telah diketahui murid
Dalam mencapai proses belajar bermakna membutuhkan usaha yang
sungguh-sungguh dari pihak murid untuk menghubungkan pengetahuan baru
dengan konsep-konsep relevan yang telah mereka miliki. Untuk memperlancar
proses ini, baik guru maupun siswa perlu mengetahui tempat awal konseptual.
16
Guru harus mengetahui konsep-konsep apa yang telah dimiliki siswa
waktu pelajaran baru akan dimulai, sedangkan para siswa diharapkan dapat
menunjukan dimana mereka berada, atau konsep-konsep apa yang telah mereka
miliki dalam menghadapi pelajaran baru itu. Dengan menggunakan peta konsep
guru dapat melaksanakan apa yang telah dikemukakan diatas, dan dengan
demikian para siswa diharapkan akan mengalami belajar bermakna.
Salah satu pendekatan yang dapat digunakan guru untuk maksud ini
ialah dengan memilih satu konsep utama (key concept) dari pokok bahasan baru
yang akan dibahas. Para siswa diminta untuk menyusun peta konsep yang
memperlihatkan semua konsep yang dapat mereka kaitkan pada konsep utama itu,
serta memperlihatkan pula hubungan-hubungan antara konsep-konsep yang
mereka gambar itu. Dengan melihat hasil peta konsep yang telah disusun para
siswa itu, guru dapat mengetahui sampai berapa jauh pengetahuan para siswa
mengenai pokok bahasan yang akan diajarkan itu, dan inilah yang dijadikan titik
tolak pengembangan selanjutnya.
Pendekatan lain yang dapat digunakan guru ialah memilih beberapa
konsep penting dari pokok bahasan yang akan diajarkan. Para murid kemudian
disuruh menyusun peta konsep dengan menghubungkan konsep-konsep itu. Lalu
para murid diminta untuk menambahkan konsep-konsep dan mengaitkan konsep-
konsep itu hingga membentuk proposisi yang bermakna. Dari peta-peta konsep
yang dihasilkan oleh para murid, guru dapat mengetahui sejauh mana
pengetahuan para siswa tentang pokok bahasan yang akan diajarkan.
17
b. Mempelajari cara belajar
Bila seorang murid dihadapkan pada suatu bab dari buku pelajaran, ia
tidak akan begitu saja memahami apa yang dibacanya. Dengan diminta untuk
menyusun peta konsep dari isi bab itu, ia akan berusaha untuk mengeluarkan
konsep-konsep dari apa yang dibacanya, menempatkan konsep yang paling
inklusif pada puncak peta konsep yang dibuatnya, kemudian mengurutkan
konsep-konsep yang lain yang kurang inklusif pada konsep yang paling inklusif,
demikian seterusnya. Lalu ia mencari kata atau kata-kata penghubung untuk
mengaitkan konsep-konsep itu menjadi proposisi-proposisi yang bermakna. Lebih
dari itu ia akan berusaha mengingat konsep-konsep lain dari pelajaran yang
lampau, atau menerapkan konsep-konsep yang sedang dihadapinya ke dalam
kehidupan sehari-hari. Dengan cara demikian ia telah berusaha benar untuk
memahami isi pelajaran itu. Belajar bermakna telah berlangsung pada siswa itu.
Perlu disadari bahwa belajar bermakna baru terjadi bila pembuatan peta
konsep itu bukan untuk memenuhi keinginan guru, jadi seakan-akan mau
menyenangkan guru, melainkan harus timbul dari keinginan murid untuk mau
memahami isi pelajaran bagi dirinya sendiri. murid benar-benar harus mempunyai
kesiapan dan minat untuk belajar bermakna, seperti dikatakan oleh Ausubel. Sikap
ini harus dimiliki para murid agar belajar bermakna dapat terjadi. Jadi, peta
konsep berfungsi untuk menolong siswa mempelajari cara belajar.
Peta konsep itu mengungkapkan konsep-konsep dan proposisi-proposisi
yang dimiliki seseorang, maka guru dan murid, demikian pula murid dan murid
dapat mengadakan diskusi untuk saling mengemukakan mengapa suatu hubungan
18
proposional itu baik atau sahih. Dengan cara ini dapat diketahui kekurangan-
kekurangan dalam mengaitkan konsep-konsep, dan guru dapat menyarankan agar
siswa bersangkutan lebih baik belajar.
c. Mengungkapkan konsepsi salah
Selain kegunaan-kegunaan yang telah disebutkan di atas, peta konsep
dapat pula mengungkapkan konsepsi salah (misconception) yang terjadi pada
siswa. Konsepsi salah biasanya timbul karena terdapat kaitan antara konsep-
konsep yang mengakibatkan proposisi yang salah. Konsepsi salah yang biasa
dijumpai pada siswa ialah bahwa mereka melihat kenampakan alam alami yaitu
kenampakan alam yang terbentuk dengan sendirinya, misalnya gunung,
pegunungan, danau, pantai, sungai, dan perkebunan.
Setelah mereka menyadari bahwa kenampakan alam itu dibedakan
menjadi dua yaitu kenampakan alam alami dan kenampakan alam buatan.
Kenampakan alam alami yaitu kenampakan alam yang terbentuk dengan
sendirinya, misalnya gunung, pegunungan, danau, pantai, dan sungai. Sedangkan
kenampakan alam buatan yaitu kenampakan alam yang sengaja dibentuk oleh
manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, misalnya perkebunan, kawasan
industri, dan bendungan. Disinilah siswa mengetahui bahwa perkebunan itu
termasuk kedalam kenampakan alam buatan bukan kenampakan alam alami.
d. Alat Evaluasi
Penerapan peta konsep dalam pendidikan salah satunya adalah sebagai
alat evaluasi. Selama ini alat-alat evaluasi yang dikenal oleh guru dan siswa
19
terutama berbentuk tes objektif atau tes essai. Walaupun cara evaluasi ini akan
terus memegang peranan dalam dunia pendidikan.
Menurut Dahar, peta konsep sebagai alat evaluasi didasarkan atas tiga
prinsip dalam teori kognitif Ausubel, yaitu :
1) Struktur kognitif diatur secara hierarkis dengan konsep-konsep dan proposisi-
proposisi yang lebih inklusif, lebih umum superordinat terhadap konsep-
konsep dan proposisi-proposisi yang kurang inklusif dan lebih khusus.
2) Konsep-konsep dalam struktur kognitif mengalami diferensiasi progresif.
Prinsip Ausubel ini menyatakan bahwa belajar bermakna merupakan proses
yang kontinyu, dimana konsep-konsep baru memperoleh lebih banyak arti
dengan dibentuknya lebih banyak kaitan-kaitan proporsional. Jadi konsep-
konsep tidak pernah tuntas dipelajari, tetapi selalu dipelajari, dimodifikasi dan
dibuat lebih inklusif.
3) Prinsip penyesuaian integratif menyatakan bahwa belajar bermakna akan
meningkat apabila siswa menyadari akan perlunya kaitan-kaitan baru antara
segmen-segmen konsep atau proposisi. Dalam peta konsep penyesuaian
integratif ini diperlihatkan dengan kaitan-kaitan silang antara segmen-segmen
konsep. Karena peta konsep bertujuan untuk memperjelas pemahaman suatu
bacaan, sehingga dapat dipakai sebagai alat evaluasi dengan cara meminta
siswa untuk membaca peta konsep dan menjelaskan hubungan antara konsep
satu dengan konsep yang lain dalam satu peta konsep.
20
8. Cara Menyusun dan Menilai Peta Konsep yang dibuat Murid
Menyusun peta konsep tidaklah sulit. Guru dan murid dapat belajar
menyusunnya dalam waktu yang relatif singkat. Menurut Arnaudin, et.al (1984)
dalam Rusmansyah, lama waktu 3 x 20 menit diselingi dengan pekerjaan rumah
sudah cukup bagi murid untuk bisa membuat peta konsep.
Beberapa langkah yang harus diikuti untuk membuat peta konsep
dengan benar adalah sebagai berikut:
a. Memilih dan menentukan suatu bahan bacaan. Bahan bacaan dapat dipilih
dari buku bacaan, seperti buku catatan dan LKS.
b. Menentukan konsep-konsep yang relevan. Mengurutkan konsep-konsep itu
dari yang paling umum ke yang paling khusus atau contoh-contoh.
c. Menyusun/menuliskan konsep-konsep itu di atas kertas. Memetakan konsep-
konsep itu berdasarkan kriteria antara lain: konsep yang paling umum di
puncak, konsep-konsep yang berada pada tingkatan abstraksi yang sama
diletakkan sejajar satu sama lain, konsep yang lebih khusus diletakkan di
bawah konsep yang lebih umum.
d. Menghubungkan konsep-konsep dengan kata penghubung tertentu untuk
membentuk proposisi atau garis penghubung.
e. Jika peta sudah selesai, perhatikan kembali letak konsep-konsepnya dan
perbaiki atau susun kembali agar menjadi lebih baik dan berarti.
Memberi skor peta konsep secara sederhana dan ideal, pertama adalah
konstruksi/susunan konsep yang dibuat murid pada saat dievaluasi. Secara
21
sederhana pemberian skor terhadap peta konsep yang dibuat oleh murid dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2.1. Pemberian skor terhadap peta konsep
Menyatakan Skor
Hubungan 11
Hirarki 3
Cabang 7
Dari umum ke khusus 3
Hubungan silang 2
Skor Total 26
Sumber: Arnaudin, et.al (1984)
9. Hakikat belajar
a. Pengertian belajar
Pada esensinya, belajar dilakukan oleh semua makhluk hidup. Untuk
manusia, belajar adalah proses untuk mencapai berbagai kemampuan, ketrampilan
serta sikap. Mulai dari bayi hingga remaja, seseorang akan terus belajar. Ketika
dewasa, diharapkan individu akan mahir dengan tugas-tugas kerja tertentu serta
ketrampilan fungsional yang lain.
Hakekat belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan secara sadar
dan terus menerus melalui bermacam-macam aktivitas dan pengalaman guna
memperoleh pengetahuan baru sehingga menyebabkan perubahan tingkah laku
22
yang lebih baik. Perubahan tersebut bisa ditunjukkan dalam berbagai bentuk
seperti perubahan dalam hal pemahaman, pengetahuan, perubahan sikap, tingkah
laku dan daya penerimaan.
Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan untuk mendapatkan
suatu perubahan yang baru sebagai akibat pengalamannya sendiri dalam interaksi
dengan lingkungan. Hubungan belajar dengan perubahan tingkah laku terhadap
suatu situasi tertentu yang berulang-ulang dalam suatu situasi. Dari pengertian
tersebut maka dapat diartikan bahwa hakekat belajar adalah perubahan dan
meningkatnya kualitas dan kuantitas tingkah laku seseorang yang terjadi akibat
melakukan interaksi terus menerus.
Ngalim Purwanto (1992) mengemukakan bahwa belajar adalah
setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku, yang terjadi sebagi
hasil dari suatu latihan atau pengalaman.
Whiterington, 1952 : 139 menyatakan bahwa :
“Belajar adalah suatu proses perubahan dalam kepribadiansebagaimana dimanifestasikan dalam perubahan penguasaanpola-pola respontingkah laku yang baru nyata dalam perubahanketerampilan, kebiasaan, kesanggupan, dan sikap”.
Surya, 1997 : 139 juga menyatakan bahwa :
“Belajar dapat diartikan sebagai suatu proses yang dilakukanoleh individu untuk memperoleh perubahan perilaku baru secarakeseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiridalam berinteraksi dengan lingkungannya”.
Belajar adalah suatu proses perubahan perilaku yang muncul karena
pengalaman (Gage & Berliner, 2011 : 139).
23
Dari beberapa pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa belajar
adalah proses perubahan perilaku sebagai hasil dari pengalaman individu itu
sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya.
Belajar dengan mencoba coba adalah jenis belajar yang didapatkan
dengan mencoba-coba. Belajar dengan cara ini biasanya terjadi karena belum ada
teori yang mendahului apa yang akan dipelajari. Belajar pada fakta dan
pengetahuan yang biasanya dipelajari dengan cara hafalan. Contoh dari jenis
belajar informasi adalah belajar kata, definisi, istilah, persamaan, peraturan dan
lain sebagainya.
b. Hasil belajar
Hasil belajar merupakan tujuan akhir dilaksanakannya kegiatan
pembelajaran di sekolah. Hasil belajar dapat ditingkatkan melalui usaha sadar
yang dilakukan secara sistematis mengarah kepada perubahan yang positif yang
kemudian disebut dengan proses belajar. Akhir dari proses belajar adalah
perolehan suatu hasil belajar murid. Hasil belajar siswa di kelas terkumpul dalam
himpunan hasil belajar kelas. Semua hasil belajar tersebut merupakan hasil dari
suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar
di akhiri dengan proses evaluasi hasil belajar, sedangkan dari sisi murid, hasil
belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar (Dimyati dan
Mudjiono, 2009: 3).
Menurut Sudjana (2010: 22), hasil belajar adalah kemampuan yang
dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar. Selanjutnya Warsito (dalam
Depdiknas, 2006: 125) mengemukakan bahwa hasil dari kegiatan belajar ditandai
24
dengan adanya perubahan perilaku ke arah positif yang relatif permanen pada diri
orang yang belajar. Sehubungan dengan pendapat itu, maka Wahidmurni, dkk.
(2010: 18) menjelaskan bahwa sesorang dapat dikatakan telah berhasil dalam
belajar jika ia mampu menunjukkan adanya perubahan dalam dirinya. Perubahan-
perubahan tersebut di antaranya dari segi kemampuan berpikirnya,
keterampilannya, atau sikapnya terhadap suatu objek.
Jika dikaji lebih mendalam, maka hasil belajar dapat tertuang dalam
taksonomi Bloom, yakni dikelompokkan dalam tiga ranah (domain) yaitu domain
kognitif atau kemampuan berpikir, domain afektif atau sikap, dan domain
psikomotor atau keterampilan. Sehubungan dengan itu, Gagne (dalam Sudjana,
2010: 22) mengembangkan kemampuan hasil belajar menjadi lima macam antara
lain: (1) hasil belajar intelektual merupakan hasil belajar terpenting dari sistem
lingsikolastik; (2) strategi kognitif yaitu mengatur cara belajar dan berfikir
seseorang dalam arti seluas-luasnya termaksuk kemampuan memecahkan
masalah; (3) sikap dan nilai, berhubungan dengan arah intensitas emosional
dimiliki seseorang sebagaimana disimpulkan dari kecenderungan bertingkah laku
terhadap orang dan kejadian; (4) informasi verbal, pengetahuan dalam arti
informasi dan fakta; dan (5) keterampilan motorik yaitu kecakapan yang berfungsi
untuk lingkungan hidup serta memprestasikan konsep dan lambang.
10. Hakekat Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar
Pembelajaran diartikan sebagai suatu kegiatan yang mengkondisikan
seseorang belajar. Dengan demikian pembelajaran lebih menfokuskan diri agar
murid dapat belajar secara optimal melalui berbagai kegiatan eduktif yang
25
dilakukan guru. Pembelajaran sebagai suatu kombinasi yang tersusun meliputi
unsur manusia, material, fasilitas.Perlengkapan dan prosedur yang saling
mempengaruhi mencapai tujuan bersama. Secara rinci unsur-unsur yang terlibat
dalam kegiatan pembelajaran tersebut dapat dilaksanakan sebagai berikut :
a. Manusia yang terlibat dalam sistem pembelajaran anatra lain: guru, peserta
didik, tenaga kependidikan lainnya seperti petugas laboratorium, perpustakaan.
b. Material lebih merupakan bahwa yang secara langsung membantu proses
pembelajaran seperti: buku, alat peraga, media pembelajaran, dan
sebagainya.
c. Fasilitas dan perlengkapan adalah segala hal yang dikategorikan sarana yang
menunjang langsung proses pendidikan seperti ruang kelas, perpustakaan,
fasilitas laboratorium dan sebagainya.
Istilah ilmu pengetahuan sosial (IPS) yang resmi mulai digunakan di
Indonesia sejak tahun 1975 adalah istilah Indonesia unuk pengertian sosial
studies yang dipelajari Ilmu pengetahuan sosial berkenaan dengan gejala dan
masalah kehidupan masyarakat bukan dari teori keilmuan melainkan pada
kenyataan kehidupan kemasyarakatan.
Pada dasarnya memberikan batasan dalam Ilmu Pengetahuan Sosial
adalah merupakan suatu pendekatan interdisipliner (interdisciliner Appoach)
dari pelajaran ilmu-ilmu sosial. Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan integrasi
dari berbagai cabang-cabang ilmu sosial seperti sosiologi, antropologi budaya,
psikologi sosial, psikologi sosial, sejarah, geografi bahwa Ilmu Pengetahuan
Sosial merupakan hasil kombinasi atau hasil pendifusian atau perpaduan dari
26
sejumlah mata pelajaran seperti: geografi, ekonomi, sejarah, sosiologi,
antropologi, politik.
Secara gradual, dibawah ini akan diungkapkan beberapa tema Ilmu
Pengetahuan Sosial SD yang perlu mendapat perhatian kita bersama antara
lain:
a. Ilmu Pengetahuan Sosial SD sebagai nilai, yakni: mendidikkan nilai-nilai
yang baik yang merupakan norma-norma keluarga dan masyarakat;
memberikan klarifikasi nilai-nilai yang sudah dimiliki murid; nilai-nilia
inti/utama seperti menghormati hak-hak perorangan, kesetaraan, etos,
kerja, dan martabat manusia (The dignity of man and work) sebagai upaya
membangun kelas yang demogratis.
b. Ilmu Pengetahuan Sosial sebagai pendidikan multicultural, yakni mendidik
murid bahwa perbedaan itu wajar; menghormati perbedaan, etnik, budaya,
agama yang menjadikan kekayaan budaya bangsa; persamaan dan keadilan
dalam perlakuan terhadap kelompok etnik atau minoritas
c. Ilmu Pengetahuan Sosial SD sebagai pendidikan global, yakni: mendidik
murid akan kebinekaan bangsa, budaya dan peradaban di dunia;
mengurangi kemiskinan, kebodohan.
B. Kerangka Pikir
Kerangka pikir dalam penelitian ini berasal dari rendahnya hasil belajar
IPS pada murid di kelas V SD Negeri No.1 Centre Pattallassang Kabupaten
Takalar. Dengan kata lain pembelajaran melalui strategi peta konsep diduga akan
mempengaruhi hasil belajar murid. Dalam proses belajar mengajar konsep IPS,
27
murid cukup sulit memahami konsep-konsep IPS karena banyak dari konsep yang
bersifat abstrak, murid cenderung hanya menghafal tanpa memahami konsep IPS
itu sendiri, murid tidak dapat menghubungkan antara satu konsep satu ke konsep
lain dalam satu materi kenampakan alam alami dan buatan, interaksi di dalam
kelas hanya terjadi antara guru dan murid saja sedangkan interaksi antara murid
jarang terjadi, baik dalam diskusi maupun diskusi kelompok.
Konsep kenampakan alam alami dan buatan melalui peta konsep
menekankan pada hubungan antara konsep yang satu dengan konsep yang lain
sehingga menjadi konsep-konsep yang tersusun. Membawa murid pada
penguasaan belajar yang lebih sederhana. Ini berarti bahwa hasil belajar konsep
IPS pada murid yang diajar menggunakan strategi peta konsep diduga akan lebih
baik daripada yang tidak menggunakan peta konsep.
Pada desain penelitian terdapat dua kelas yaitu kelas V a diajarkan
konsep kenampakan alam alami dan buatan dengan menerapkan strategi peta
konsep sebanyak 1 (satu) kali pertemuan dan kelas V b diajarkan konsep
kenampakan alam alami dan buatan dengan metode konvensional sebanyak 1
(satu) kali pertemuan. Dalam hasil belajar adalah merupakan bagian terpenting
dalam pembelajaran, karena penelitian eksperimen harus dilakukan analisis hasil
belajar sehingga dari analisis itu, peneliti dapat membandingkan hasil belajar
kelas eksperimen dengan kelas kontrol.
Komponen temuan adalah hasil gagasan baru atau cara baru, dari
analisis hasil belajar perbandingan kelas eksperimen dengan kelas kontrol maka
telah ditemukan bahwa pembelajaran konsep kenampakan alam alami dan buatan
28
Temuan
dengan menerapkan peta konsep sangat lebih baik daripada tidak menggunakan
peta konsep. Oleh karena itu strategi peta konsep sangat baik digunakan dalam
pembelajaran konsep kenampakan alam alami dan buatan.
Adapun gambaran kerangka pikir dapat dilihat pada gambar berikut ini:
`
Gambar 2.1 kerangka pikir
C. Hipotesis penelitian
Ada pengaruh peta konsep terhadap hasil belajar IPS pada murid kelas
V SDN No.1 Centre Pattallassang Kabupaten Takalar.
Hipotesis penelitinnya adalah :
H1 : µ1 = µ2 melawan H1 = µ1 > µ2
PBM
Konsep IPS
Strategi peta konsep
Kelas VA
EksperimenKelas V B
Kontrol
Hasil Belajar
Analisis
Rekomendasi
Metode Konvensional
29
Keterangan :
µ1 = Parameter hasil belajar murid pada kelas eksperimen
µ2 = Parameter hasil belajar murid pada kelas kontrol
H0 = Tidak terdapat pengaruh penggunaan strategi peta konsep terhadap hasil
belajar IPS
H1 = Terdapat pengaruh penggunaan strategi peta konsep terhadap hasil belajar
konsep IPS.
30
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini digolongkan ke dalam penelitian Eksperimen dengan
penggunaan strategi peta konsep (concept mapping) terhadap hasil belajar IPS
murid kelas V SD Negeri No.1 Centre Pattallassang Kabupaten Takalar.
B. Desain penelitian
Desain pretest-posttest control group design. Desain ini menggunakan
pemilihan subjek secara acak dan melibatkan dua kelompok subjek (kelompok
eksperimen dan kontrol) tanpa pretes.
Desainnya adalah:
Tabel 3.1 desain penelitian
Kelompok Perlakuan Postes
(R) Eksperimen
Diajarkan materi tentang
kenampakan alam alami dan
buatan di Indonesia dengan
menggunakan strategi peta
konsep sebanyak 1x pertemuan
O2
(R) Kontrol
Diajarkan materi tentang
kenampakan alam alami dan
buatan di Indonesia dengan
menggunakan metode
konvensional sebanyak 1x
pertemuan
O2
30
31
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah sejumlah individu yang mempunyai sifat atau
kepentingan yang sama ( Sutrisno Hadi 1983: 220 ). Populasi dalam penelitian ini
seluruh kelas murid di SDN No.1 Centre Pattallassang Kabupaten Takalar dengan
jumlah 781 murid.
Tabel 3.2 Keadaan Populasi
No KelasJenis kelamin
JumlahPerempuan Laki – Laki
1
I A 20 24
131I B 20 23
I C 20 23
2
II A 19 23
123II B 19 22
II C 18 23
3
III A 20 24
133III B 20 24
III C 20 24
4
IV A 22 26
143IV B 21 26
IV C 21 26
5
V A 23 19
125V B 22 20
V C 19 20
6
VI A 20 24
126VI B 20 24
VI C 20 24
TOTAL 353 428 781Sumber data: KTU SDN No.1 Centre Pattallassang Kabupaten Takalar
32
2. Sampel
Sampel adalah sejumlah penduduk yang kurang dari jumlah populasi
(Sutrisno Hadi 1983 : 220 ). Dalam penelitian diperlukan adanya yang dinamakan
sampel penelitian atau miniatur dari populasi yang dijadikan sebagai contoh.
Dalam menarik sampel dari populasi, supaya diperoleh sampel yang
refresentatif, harus diupayakan agar setiap subjek dalam populasi memiliki
peluang yang sama menjadi unsure sampel. Adapun teknik pengambilan sampel
dalam penelitian ini adalah Purposive Sampling yaitu sampel yang dipilih dengan
mengambil orang-orang yang terpilih betul oleh peneliti.
Tabel 3.3 Keadaan Sampel
No ObjekKelompok
Ekperimen
Kelompok
KontrolSampel
1 Kelas VA 42 - 42
2 Kelas VB - 42 42
TOTAL 84
Sumber data: KTU SDN No.1 Centre Pattallassang Kabupaten Takalar.
D. Defenisi operasional
Berdasarkan judul tersebut, maka Variabel bebasnya adalah pembelajaran
strategi peta konsep. Sedangkan Variabel terikatnya adalah hasil belajar IPS
murid.
33
E. Variabel
Variabel adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian
satu penelitian. Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang
berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga
diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.
Secara teoretis variabel dapat didefinisikan sebagai atribut seseorang,
atau objek, yang mempunyai “variasi” antara satu orang dengan orang lain atau
satu objek dengan objek yang lain. Dinamakan variabel karena ada variasinya.
Kidder menyatakan bahwa variabel adalah suatu kualitas dimana peneliti
mempelajari dan menarik kesimpulan darinya.
Berdasarkan pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa variabel
penelitian adalah suatu atribut atau sifat, atau nilai orang, objek atau kegiatan
yang mempunyai variasi tetentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya. Dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi
dua variabel yaitu:
1. Variabel bebas (independent variable) adalah variabel yang mempengaruhi
variabel penyebab. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model
pembelajaran strategi peta konsep yang diberi simbol (X).
2. Variabel terikat (dependent variable) adalah variabel yang menjadi akibat atau
dalam suatu penelitian eksperimen disebut variabel respons. Yang menajadi
variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar IPS siswa yang diberi
simbol (Y).
34
F. Instrumen Penelitian
Untuk memperoleh data penelitian digunakan instrumen penelitian.
Instrumen penelitian ini, yaitu alat yang digunakan dalam mengumpulkan data
seperti lembar tes dan dokumentasi.
G. Teknik Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data yang diperlukan maka perlu adanya teknik
pengumpulan data yang dapat digunakan secara tepat sesuai dengan masalah yang
diselidiki dan tujuan penelitian, maka penulis menggunakan beberapa metode
yang dapat mempermudah penelitian ini, antara lain:
1. Tes
Tes dimaksudkan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan yang
dimiliki murid. Tes dilakukan pada awal dan akhir kegiatan penelitian
untuk mengidentifikasi kelemahan siswa dalam pembelajaran konsep IPS siswa.
2. Dokumentasi
Dokumentasi berupa dokumen dan foto-foto selama kegiatan
berlangsung. Dokumentasi tersebut terdiri dari foto kegiatan uji coba
instrumen, pretest, posttest, dan selama proses pembelajaran berlangsung.
H. Teknik Analisis Data
1. Analisis deskriptif
Teknik analisis data deskriptif merupakan tekhnik analisis yang dipakai
untuk menganalisis data nilai statistik, kategori nilai perbandingan tuntas dan
tidak tuntas sesuai dengan standar ketuntasan minimal atau KKM yang telah
35
ditentukan dalam pembelajaran ilmu pengetahuan sosial adalah 65, oleh karena itu
dengan mendeskripsikan atau menggambarkan data-data yang sudah dikumpulkan
seadanya tanpa ada maksud membuat generalisasi dari hasil penelitian. Yang
termasuk dalam teknik analisis data statistik deskriptif diantaranya seperti
penyajian data kedalam bentuk grafik, tabel, presentase, frekwensi, diagram,
grafik, mean, modus dll. Itulah penjelasan mengenai teknik analisis data
deskriptif.
2. Analisis Statistik inferensial
Statistik inferensial adalah teknik analisis data yang digunakan untuk
menentukan sejauh mana kesamaan antara hasil yang diperoleh dari suatu sampel
dengan hasil yang akan didapat pada populasi secara keseluruhan. Jadi statistik
inferensial membantu peneliti untuk mencari tahu apakah hasil yang diperoleh
dari suatu sampel dapat digeneralisasi pada populasi.
Teknik analisis data menggunakan rumus Uji-t adalah jenis pengujian
statistika untuk mengetahui apakah ada perbedaan dari nilai yang diperkirakan
dengan nilai hasil perhitungan statistika. Uji t pada dasarnya menunjukkan
seberapa jauh pengaruh satu variabel bebas secara individual dalam menerangkan
variasi variabel terikat. Uji-t menilai apakah mean dan keragaman dari dua
kelompok berbeda secara statistik satu sama lain.
Analisis ini digunakan apabila kita ingin membandingkan mean dan
keragaman dari dua kelompok data, dan cocok sebagai analisis dua kelompok
rancangan percobaan acak.
37
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada tanggal 12 Mei sampai 12 Juli 2017 di SD
Negeri No.1 Centre Pattallassang Kabupaten Takalar pada murid kelas Va dan Vb
yang berjumlah 84 murid. Data yang dikumpulkan pada penelitian ini adalah data
yang diperoleh nilai hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial konsep kenampakan
alam.
Hasil penelitian yang telah diperoleh peneliti dideskripsikan secara rinci
untuk masing-masing variabel. Pembahasan variabel dilakukan dengan
menggunakan data kuantitatif, maksudnya adalah data yang diolah berbentuk angka
atau skor yang kemudian ditafsirkan secara deskriptif.
Data variabel yang dideskripsikan dalam penelitian ini, yaitu (1) data
variabel bebas (variabel X) yaitu penggunaan Strategi Peta Konsep (Concept
Mapping) (2) data variabel terikat (variabel Y) yaitu nilai hasil belajar mata
pelajaran IPS.
1. Aktivitas Hasil Belajar
Hasil observasi aktivitas murid pada kelas kontrol dicatat dalam lembar
observasi yang dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung. Hasil
observasi aktivitas murid pada kelas kontrol dinyatakan dalam tabel 4.1. Sedangkan
hasil observasi aktivitas murid pada kelas eksperimen dinyatakan dalam table 4.2.
38
Tabel 4.1 Hasil Observasi Kegiatan Murid pada Kelas Kontrol
No. Komponen yang diamati Frekuensi Persentase %
A. Kehadiran Siswa 39 93 %
B. Aktivitas Siswa
1. Menyimak penjelasan guru 35 83 %
2. Mengajukan pertanyaan 3 7 %
3. Menjawab pertanyaan yangdiajukan oleh guru (memberijawaban atas pertanyaanyang didapat)
10 29 %
4. Mengerjakan Lembar KerjaSiswa (LKS) yang dibagikanoleh guru
39 93 %
5. Meminta bimbingan guru(bila siswa tidak mengertidalam menjawab LKS)
5 12 %
6. Menyimpulkan materipembelajaran di depan teman-temannya dengan penuhpercaya diri
2 5 %
Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi dan Presentase Aktivitas Belajar Selama
Penelitian Berlangsung pada Kelas Eksperimen
No. Komponen yang diamati Frekuensi Persentase %
A. Kehadiran Siswa 42 100 %
B. Aktivitas Siswa
1. Menyimak penjelasan guru 36 86 %
2. Mengajukan pertanyaan 10 24 %
3. Menjawab pertanyaan yang
diajukan oleh guru (memberi
jawaban atas pertanyaan
yang didapat)
30 71 %
39
4. Mengerjakan Lembar Kerja
Siswa (LKS) yang dibagikan
oleh guru
42 100 %
5. Meminta bimbingan guru(bila siswa tidak mengertidalam menjawab LKS)
15 36 %
6. Menyimpulkan materipembelajaran di depan teman-temannya dengan penuhpercaya diri
4 10 %
Dari hasil aktivitas siswa kelas kontrol dengan kelas eksperimen dapat
dilihat pada tabel perbandingan adalah sebagai berikut:
Tabel 4.3 Perbandingan Aktivitas Siswa Kelas Kontrol Dengan KelasEksperimen
No. Komponen yang diamatiPresentase kelas
control %Persentase kelaseksperimen %
A. Kehadiran Siswa 93 % 100 %
B. Aktivitas Siswa
1. Menyimak penjelasan guru 83 % 86 %
2. Mengajukan pertanyaan 7 % 24 %
3. Menjawab pertanyaan yang
diajukan oleh guru (memberi
jawaban atas pertanyaan yang
didapat)
29 % 71 %
4. Mengerjakan Lembar Kerja Siswa
(LKS) yang dibagikan oleh guru
93 % 100 %
5. Meminta bimbingan guru (bila
siswa tidak mengerti dalam
menjawab LKS)
12 % 36 %
6. Menyimpulkan materi
pembelajaran di depan teman-
temannya dengan penuh percaya
diri
5 % 10 %
40
Grafik 4.1 Perbandingan hasil aktivitas siswa kelas kontrol dengan eksperimen
2. Hasil Belajar dengan Analisis Statistik
a. Nilai Statististik Hasil Belajar
Tabel 4.4 Distribusi nilai statistik hasil belajar IPS kelas kontrol
No Kategori nilai statistik Nilai Modus
1 Nilai tertinggi 100
802 Nilai terendah 50
3 Nilai rata-rata 80,71
4 Standar deviasi 10,215
Sumber data primer 2017 SD Negeri No.1 Centre Pattallassang Kabupaten Takalar
Tabel 4.5 Distribusi nilai statistik hasil belajar IPS kelas eksperimen
No Kategori nilai statistik Nilai Modus
1 Nilai tertinggi 100
1002 Nilai terendah 60
3 Nilai rata-rata 90,36
4 Standar deviasi 11,337
Sumber data primer 2017 SD Negeri No.1 Centre Pattallassang Kabupaten Takalar
29%
71%
00.10.20.30.40.50.60.70.8
kelas kontrol kelas ekperimen
kelas kontrol kelas eksperimen
41
Grafik 4.2 Perbandingan hasil analisis statistik
b. Kategori hasil belajar kelas kontrol dan kelas eksperimen
Tabel 4.6 Distribusi dan frekuensi kategori hasil belajar postes kelas kontrol
Tabel 4.7 Distribusi dan frekuensi kategori hasil belajar postes kelas
eksperimen
0
20
40
60
80
100
nilai tertinggi nilai terendah nilai rata-rata standar devisi
100
50
80.71
10.215
100
60
89.64
12.067
kelas kontrol kelas eksperimen
NoInterval
nilaiKategori Frekuensi
Persen(%)
1 50-60 Sangat rendah 3 7%
2 61-70 Rendah 5 12%
3 71-80 Sedang 26 62%
4 81-90 Tinggi 2 5%
5 91-100 Sangat tinggi 6 14%
NoInterval
nilaiKategori Frekuensi
Persen(%)
1 50-60 Sangat rendah 3 7%
2 61-70 Rendah 0 0%
3 71-80 Sedang 7 17%
4 81-90 Tinggi 11 26%
5 91-100 Sangat tinggi 21 50%
42
Grafik 4.3 Perbandingan kategori hasil belajar kelas kontrol dengan kelaseksperimen
c. Tingkat ketuntasan hasil belajar
Tabel 4.8 Tingkat Ketuntasan Hasil Belajar
No Kategori KetuntasanTuntas Tidak Tuntas
F % F %
1 Kelas kontrol 34 81 % 8 19%
2 Kelas eksperimen 39 93 % 3 7%
Grafik 4.4 Perbandingan hasil ketuntasan belajar IPS
0%
20%
40%
60%
80%
sangatrendah
rendah sedang tinggi sangat tinggi
7% 12%
62%
5%14%7% 0%
17%26%
50%
kelas kontrol kelas eksperimen
0%
20%
40%
60%
80%
100%
kelas kontrol kelaseksperimen
81%93%
19%
7%
tuntas tidak tuntas
43
3. Hasil Belajar dengan Analisis Statistik Inferensial
Tabel 4.9 Hasil Belajar Kelas Kontrol
Kelas Kontrol
N valid
Missing
Mean
Median
Mode
Std. Deviation
Minimum
Maximum
42
42
80,71
80
80
10,215
50
100
Hasil perhitungan dengan menggunakan SPSS 22 pada data sebelum
perlakuan kelas kontrol didapat jumlah sampel yang valid 42, skor rerata = 80,71,
nilai tengah = 80, simpangan baku = 10,215, nilai minimum = 50 dan nilai
maksimum = 100
Tabel 4.10 Hasil Belajar Kelas Eksperimen
Kelas Eksperimen
N valid
Missing
Mean
Median
Mode
Std. Deviation
Minimum
Maximum
42
42
89,64
92.50
100
12,067
60
100
44
Hasil perhitungan dengan menggunakan SPSS 22 pada data sebelum
perlakuan kelas eksperimen didapat jumlah sampel yang valid 42, skor rerata =
89,64 nilai tengah = 92,50, simpangan baku = 12,067, nilai minimum = 60 dan nilai
maksimum = 100
4. Hasil analisis statistik inferensial
Coefficients
Model
UnstandardizedCoefficients
StandardizedCoefficients
t Sig.B Std. Error Beta
1 (Constant) 102.327 11.604 8.818 .000
hasilbelajarIPS_eksperimen
.241 .128 .285 1.879 .068
a. Dependent Variable: hasilbelajarIPS_kontrol
Gambar 4.1 Analisis Koefisien
Mencari nilai t hitung dengan menggunakan SPSS 22. Jika dilihat pada
gambar diatas, nilai uji |t hitung|= 8,818. Untuk mengetahui apakah hipotesis yang
digunakan dapat diterima atau ditolak, maka berikut ini akan dilakukan pengujian
sebagai berikut :
df= N – 1
= 42 – 1
= 41
Dengan demikian tabel nilai t tabel dapat diketahui bahwa df = sebesar 41
pada taraf signifikan 5% = 2,020.
45
B. Pembahasan Hasil Penelitian
1. Aktivitas belajar
Dari hasil aktivitas siswa kelas kontrol dengan kelas eksperimen
menunjukkan bahwa pada umumnya persentase murid yang aktif selama proses
pembelajaran berlangsung berdasarkan aspek yang diamati telah mengalami
peningkatan sebesar 71% jika dibandingkan dengan aktivitas murid kelas kontrol
hanya 29%. Dapat disimpulkan bahwa hasil aktifitas siswa telah mengalami
peningkatan dari 29% menjadi 71% karena telah dipengaruhi oleh penggunaan
model pembelajaran dimana kelas kontrol menggunakan model konvensional
sedangkan kelas eksperimen menggunakan Strategi Peta Konsep (Concept
Mapping) sehingga lebih berpengaruh dibandingkan dengan model konvensional.
Hal ini diperkuat oleh seorang ahli yang bernama (Passmore et al, 2011).
Menyatakan bahwa Peta konsep adalah gabungan beberapa konsep yang
menghubungkan pengetahuan individu dengan topik pembelajaran. Peta konsep
dihasilkan dengan mengidentifikasi konsep-konsep yang relevan. Strategi
metakognitif seperti peta konsep memungkinkan siswa untuk belajar lebih aktif.
2. Hasil belajar siswa
a. Perbandingan hasil statistik deskriftif
1) Perbandingan nilai statistik
Disimpulkan bahwa nilai statistik kelas eksperimen jauh lebih tinggi
daripada kelas kontrol, Stoica et al (2011) menyatakan faktor tunggal yang paling
penting yang mempengaruhi belajar adalah apa yang pelajar sudah tahu. Peta
konsep merupakan kumpulan konsep-konsep yang saling berhubungan dengan
46
hubungan tertentu antara pasangan konsep diidentifikasi pada link yang
menghubungkan mereka.
2) Perbandingan kategori kelas kontrol dan eksperimen
Disimpulkan bahwa hasil kategori nilai perbandingan menunjukkan bahwa
kelas kontrol yang menggunakan model pelajaran konvensional memiliki hasil yang
masih banyak nilai di kategori rendah, sedangkan kelas eksperimen dengan
menggunakan model pembelajaran peta konsep sudah tidak terdapat nilai kategori
rendah, hal ini dapat diketahui bahwa ada pengaruh menggunakan model peta
konsep dibanding menggunakan model konvensional.
3) Perbandingan tingkat ketuntasan hasil belajar
Tingkat ketuntasan hasil belajar IPS kelas kontrol dan kelas eksperimen
yaitu dengan hasil yang signifikan, oleh karena itu dapat dilihat peningkatan hasil
ketuntasan hasil belajar melalui grafik di bawah ini:
Jelas terlihat bahwa yang mempunyai ketuntasan lebih banyak adalah kelas
eksprimen dengan model peta konsep dan kelas kontrol lebih banyak tidak tuntas
sehingga penelitian ini dapat dikatakan berhasil.
3. Hasil analisis statistik inferensial
Mencari nilai t hitung dengan menggunakan SPSS 22. Jika dilihat pada
gambar diatas, nilai uji |t hitung|= 8,818. Untuk mengetahui nilai pengujian
hipotesis penilitian maka, nilai |t hitung| dibandingkan dengan nilai t tabel pada taraf
5%. Kriteria pengujian hipotesis adalah sebagai berikut :
a. Apabila nilai |t hitung| lebih besar daripada t tabel (|t hitung| ≥ t tabel) maka
hipotesis diterima (H0 ditolak dan H1 diterima).
b. Apabila nilai |t hitung| lebih kecil daripada t tabel (|t hitung| ≤ t tabel) maka
hipotesis ditolak (H0 diterima dan H1 ditolak).
47
Oleh karena itu, |t hitung| sebesar 8,818 ternyata ≥ (lebih besar) dari t tabel
sebesar 2,020 pada taraf signifikan 5%, sehingga dapat disimpulkan bahwa dengan
menggunakan model peta konsep baik digunakan dalam tingkat ketuntasan belajar
siswa dibanding menggunakan model pembelajaran konvesional.
Hasil penelitian telah diketahui, sekarang menghubungkan hipotesis yang
diajukan Ho ditolak, sehingga disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang
signifikan antara hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial kelas kontrol dan kelas
eksperimen dengan menggunakan strategi peta konsep pada murid kelas V SD
Negeri No.1 Centre Pattallassang.
C. Verifikasi Hipothesa
Berdasarkan hasil penelitian dan analisa data mengenai data perbandingan
nilai statistik, perbandingan nilai kategori hasil, nilai ketuntasan hasil belajar serta
hasil analisis inferensial telah membuktikan terjadinya peningkatan hasil belajar dari
kelas kontrol ke kelas eksperimen sehingga H1 diterima, ada pengaruh signifikan
model peta konsep.
48
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh dalam penelitian ini, maka
di kemukakan simpulan sebagai berikut:
1. Diketahui t tabel = 2,020 sedangkan |t hitung| = 8,818, Sehingga |t hitung| ≥ t
tabel. Jadi, Ho ditolak , sehingga disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang
signifikan antara hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial kelas kontrol dan kelas
eksperimen dengan menggunakan strategi peta konsep.
2. Dari hasil pengelolahan data di atas, diperoleh nilai di kelas kontrol dengan
menggunakan model konvensional adalah nilai rata-rata 80,71 sedangkan nilai
yang diperoleh kelas ekperimen yang menggunakan strategi peta konsep adalah
nilai rata-rata 89,64.
B. Saran
Berdasarkan hasil pembahasan dan kesimpulan yang diperoleh dari
penelitian ini, maka penulis mengajukan saran sebagai berikut:
1. Dalam mengajarkan materi pelajaran, yang pertama-tama harus diperhatikan
oleh seorang guru adalah bagaimana memilih suatu model pengajaran yang
sesuai dengan materi yang akan diajarkan karena dengan pemilihan model yang
tepat dapat membantu siswa untuk meningkatkan hasil belajar IPS.
48
49
2. Dari hasil penelitian yang diperoleh, model strategi peta konsep sebaiknya
dijadikan sebagai salah satu model pembelajaran pada murid kelas V di SD
Negeri No.1 Centre Pattallassang Kabupaten Takalar karena dapat
meningkatkan hasil belajar IPS siswa.
3. Diharapkan pada pihak sekolah agar memaksimalkan sarana dan prasarana
misalnya buku cetak dan alat tulis serta alat peraga IPS yang akan membantu
dalam proses pembelajaran.
1. Rencana pelaksanaan pembelajaran
(rpp)
2. Lembar kerja murid (postest)
3. Lembar jawaban murid
4. DAFTAR HADIR MURID KELAS V.a
5. Daftar hadir murid kelas v.b
6. Lembar observasi
1. Daftar nilai hasil belajar kelas v.a
2. Daftar nilai hasil belajar kelas v.b
3. Lembar hasil penelitian
1. Tabel Hasil Observasi Kegiatan Murid pada Kelas Kontrol
2. Tabel Distribusi Frekuensi dan Presentase Aktivitas Belajar
Selama Penelitian Berlangsung pada Kelas Eksperimen
3. Tabel Distribusi nilai statistik hasil belajar IPS kelas kontrol
4. Tabel Distribusi nilai statistik hasil belajar IPS kelas
eksperimen
5. Tabel Distribusi dan frekuensi kategori hasil belajar postes
kelas control
6. Tabel Distribusi dan frekuensi kategori hasil belajar
postes kelas eksperimen
7. Tabel Distribusi dan frekuensi kategori hasil belajar
postes kelas kontrol
8. Tabel Distribusi dan frekuensi kategori hasil belajar
postes kelas eksperimen
9. Tabel Hasil perbandingan nilai statistik kelas kontrol
dengan eksperimen
10. Tabel Perbandingan hasil ketuntasan belajar IPS kelas
kontrol dan eksperimen
1. Data statistic hasil penelitian
menggunakan SPSS v.22
2. Table nilai uji-t
DOKUMENTASI
Daftar Nilai Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial Murid Kelas Vb SD
Negeri 1 Centre Pattallassang Kabupaten Takalar
No Nama SiswaJenis
KelaminNilai Kategori
1 AKAT L 80 Sedang
2 KWI L 70 Rendah
3 MJHY L 80 Sedang
4 MFM L 70 Rendah
5 MH L 60SangatRendah
6 MSY L 80 Sedang
7 MZI L 80 Sedang
8 MEP L 70 Rendah
9 MFD L 80 Sedang
10 MI L 80 Sedang
11 RPA L 80 Sedang
12 ANI L 80 Sedang
13 AI L 70 Rendah
14 FAH L 80 Sedang
15 FI L 80 Sedang
16 HIS L 100 Sangat Tinggi
17 HKI P 80 Sedang
18 IANA P 100 Sangat Tinggi
19 NAS P 100 Sangat Tinggi
20 NFS P 80 Sedang
21 NII P 80 Sedang
22 SNFL P 60SangatRendah
23 SAR P 80 Sedang
24 VAJ P 80 Sedang
25 FS P 100 Sangat Tinggi
26 AB P 80 Sedang
27 EEW P 90 Tinggi
28 NWR P 90 Tinggi
29 MNR P 80 Sedang
30 MIM L 80 Sedang
31 MIRH L 70 Rendah
32 MRRAL L 80 Sedang
33 MRAH L 80 Sedang
34 NA P 80 Sedang
35 NNA P 100 Sangat Tinggi
36 NSC P 100 Sangat Tinggi
37 NA P 80 Sedang
38 NA P 80 Sedang
39 M P 80 Sedang
40 AD L 60SangatRendah
41 MA L 80 Sedang
42 AHIA L 80 Sedang
LEMBAR OBSERVASI
PERBANDINGAN AKTIVITAS SISWA KELAS KONTROL DENGAN
KELAS EKSPERIMEN
No. Komponen yang diamatiPresentase kelas
control %Persentase kelaseksperimen %
A. Kehadiran Siswa 93 % 100 %
B. Aktivitas Siswa
1. Menyimak penjelasan guru 83 % 86 %
2. Mengajukan pertanyaan 7 % 24 %
3. Menjawab pertanyaan yang
diajukan oleh guru (memberi
jawaban atas pertanyaan yang
didapat)
29 % 71 %
4. Mengerjakan Lembar Kerja Siswa
(LKS) yang dibagikan oleh guru
93 % 100 %
5. Meminta bimbingan guru (bila
siswa tidak mengerti dalam
menjawab LKS)
12 % 36 %
6. Menyimpulkan materi
pembelajaran di depan teman-
temannya dengan penuh percaya
diri
5 % 10 %
Observer
Risma Dewi10540 8819 13
Lembar Kerja Murid
(Post Test)
Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan benar!
1. Kenampakan alam dikelompokkan menjadi? Sebutkan!
2. Sebutkan empat contoh wilayah daratan!
3. Gunung tertinggi di Indonesia adalah?
4. Sebutkan tiga nama gunung yang kamu ketahui!
5. Apa yang dimaksud dengan wilayah perairan?
6. Sebutkan empat contoh wilayah perairan!
7. Apa yang dimaksud dengan danau?
8. Sebutkan beberapa teluk yang ada di Indonesia!
9. Kenampakan alam apa sajakah yang ada di provinsimu?
10. Gambarkan simbol pada peta kenampakan alam yang meliputi simbol
gunung, sungai dan danau!
Kunci Jawaban
1. Dikelompokkan menjadi 2, yaitu wilayah daratan dan perairan
2. Pegunungan, dataran tinggi, dataran rendah, dan pantai
3. Gunung Puncak Jaya
4. Gunung kelud, gunung bromo, gunung arjuno dll.
5. Wilayah perairan adalah
6. Danau, laut, sungai, dan teluk
7. Danau adalah genangan air yang sangat luas yang dikelilingi oleh daratan
8. Teluk lampung, Teluk balikpapan, Teluk bone, Teluk Cendrawasih, dan
Teluk tomini
9. Pegunungan, Dataran tinggi, Dataran Rendah, Pantai, Laut, Teluk
10. Gunung ( ), danau ( ), sungai ( )
Tabel Hasil Observasi Kegiatan Murid pada Kelas Kontrol
No. Komponen yang diamati Frekuensi Persentase %
A. Kehadiran Siswa 39 93 %
B. Aktivitas Siswa
1. Menyimak penjelasan guru 35 83 %
2. Mengajukan pertanyaan 3 7 %
3. Menjawab pertanyaan yang
diajukan oleh guru (memberi
jawaban atas pertanyaan
yang didapat)
10 29 %
4. Mengerjakan Lembar Kerja
Siswa (LKS) yang dibagikan
oleh guru
39 93 %
5. Meminta bimbingan guru
(bila siswa tidak mengerti
dalam menjawab LKS)
5 12 %
6. Menyimpulkan materi
pembelajaran di depan teman-
temannya dengan penuh
percaya diri
2 5 %
Tabel Distribusi Frekuensi dan Presentase Aktivitas Belajar Selama
Penelitian Berlangsung pada Kelas Eksperimen
No. Komponen yang diamati Frekuensi Persentase %
A. Kehadiran Siswa 42 100 %
B. Aktivitas Siswa
1. Menyimak penjelasan guru 36 86 %
2. Mengajukan pertanyaan 10 24 %
3. Menjawab pertanyaan yang
diajukan oleh guru (memberi
jawaban atas pertanyaan
yang didapat)
30 71 %
4. Mengerjakan Lembar Kerja
Siswa (LKS) yang dibagikan
oleh guru
42 100 %
5. Meminta bimbingan guru
(bila siswa tidak mengerti
dalam menjawab LKS)
15 36 %
6. Menyimpulkan materi
pembelajaran di depan teman-
temannya dengan penuh
percaya diri
4 10 %
Tabel Distribusi nilai statistik hasil belajar IPS kelas kontrol
No Kategori nilai statistik Nilai Modus
1 Nilai tertinggi 100
802 Nilai terendah 50
3 Nilai rata-rata 80,71
4 Standar deviasi 10,215
Tabel Distribusi nilai statistik hasil belajar IPS kelas eksperimen
No Kategori nilai statistik Nilai Modus
1 Nilai tertinggi 100
1002 Nilai terendah 60
3 Nilai rata-rata 90,36
4 Standar deviasi 11,337
Tabel Distribusi dan frekuensi kategori hasil belajar postes kelas kontrol
NoInterval
nilaiKategori Frekuensi
Persen(%)
1 50-60 Sangat rendah 3 7%
2 61-70 Rendah 5 12%
3 71-80 Sedang 26 62%
4 81-90 Tinggi 2 5%
5 91-100 Sangat tinggi 6 14%
Tabel Distribusi dan frekuensi kategori hasil belajar postes kelas eksperimen
Tabel Distribusi dan frekuensi kategori hasil belajar postes kelas kontrol
Tabel Distribusi dan frekuensi kategori hasil belajar postes kelas eksperimen
NoInterval
nilaiKategori Frekuensi
Persen(%)
1 50-60 Sangat rendah 3 7%
2 61-70 Rendah 0 0%
3 71-80 Sedang 7 17%
4 81-90 Tinggi 11 26%
5 91-100 Sangat tinggi 21 50%
NoInterval
nilaiKategori Frekuensi
Persen(%)
1 50-60 Sangat rendah 3 7%
2 61-70 Rendah 5 12%
3 71-80 Sedang 26 62%
4 81-90 Tinggi 2 5%
5 91-100 Sangat tinggi 6 14%
NoInterval
nilaiKategori Frekuensi
Persen(%)
1 50-60 Sangat rendah 3 7%
2 61-70 Rendah 0 0%
3 71-80 Sedang 7 17%
4 81-90 Tinggi 11 26%
5 91-100 Sangat tinggi 21 50%
Tabel Hasil perbandingan nilai statistik kelas kontrol dengan eksperimen
No Kategori nilai statistikNilai kelas
kontrol
Nilai kelas
eksperimen
1 Nilai tertinggi 100 100
2 Nilai terendah 50 60
3 Nilai rata-rata 80,71 89,64
4 Standar deviasi 10,215 12,067
Tabel Perbandingan hasil ketuntasan belajar IPS kelas kontrol dan
eksperimen
No Kategori KetuntasanTuntas Tidak Tuntas
F % F %
1 Kelas kontrol 34 81 % 8 19%
2 Kelas eksperimen 39 93 % 3 7%
Statistics
hasilbelajarIPS_
kontrol
hasilbelajarIPS_
eksperimen
N Valid 42 42
Missing 0 0
hasilbelajarIPS_kontrol
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 60 3 7.1 7.1 7.1
70 5 11.9 11.9 19.0
80 26 61.9 61.9 81.0
90 2 4.8 4.8 85.7
100 6 14.3 14.3 100.0
Total 42 100.0 100.0
hasilbelajarIPS_eksperimen
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 50 1 2.4 2.4 2.4
60 2 4.8 4.8 7.1
80 7 16.7 16.7 23.8
85 6 14.3 14.3 38.1
90 5 11.9 11.9 50.0
95 5 11.9 11.9 61.9
100 16 38.1 38.1 100.0
Total 42 100.0 100.0
Case Processing Summary
Cases
Included Excluded Total
N Percent N Percent N Percent
hasilbelajarIPS_kontrol 42 100.0% 0 0.0% 42 100.0%
hasilbelajarIPS_eksperimen 42 100.0% 0 0.0% 42 100.0%
Statistics
hasilbelajarIPS_kontrol hasilbelajarIPS_eksperimen
N Valid 42 42
Missing 0 0
Mean 80.71 89.64
Median 80.00 92.50
Mode 80 100
Std. Deviation 10.215 12.067
Minimum 60 50
Maximum 100 100
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.B Std. Error Beta
1 (Constant) 102.327 11.604 8.818 .000
hasilbelajarIPS_eksperimen .241 .128 .285 1.879 .068
a. Dependent Variable: hasilbelajarIPS_kontrol
Correlations
hasilbelajarIPS
_eksperimen
hasilbelajarIPS
_kontrol
hasilbelajarIPS_eksperimen Pearson Correlation 1 .527
Sig. (2-tailed) .000
N 42 42
Bootstrapa Bias 0 .000
Std. Error 0 .000
hasilbelajarIPS_kontrol Pearson Correlation .527 1
Sig. (2-tailed) .000
N 42 42
Bootstrapa Bias .000 0
Std. Error .000 0
a. Unless otherwise noted, bootstrap results are based on 1000 stratified bootstrap samples
Correlations
hasilbelajarIPS_e
ksperimen
hasilbelajarI
PS_kontrol skor_total
hasilbelajarIPS_eksperimen Pearson Correlation 1 .281* .663**
Sig. (1-tailed) .036 .000
N 42 42 42
hasilbelajarIPS_kontrol Pearson Correlation .281* 1 .515**
Sig. (1-tailed) .036 .000
N 42 42 42
skor_total Pearson Correlation .663** .515** 1
Sig. (1-tailed) .000 .000
N 42 42 42
*. Correlation is significant at the 0.05 level (1-tailed).
**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).
HASIL PENELITIAN
No.
Nilai Statistika
NamaKelas
KontrolNama
Kelas
Eksperimen
1 Abdul Kuddus Amin Talli 80 A.Muh. Rafif Jamal 100
2 Kemal Wahyana Irfan 70 Ade Muhammad Nurdin 100
3 M. Jasir Husaini Yusuf 80 Anshari Thabrani Tahir 95
4 Muh. Fathul Mubarak 70 Dwi Prasetya Putra Utama 90
5 Muh. Haidir 60 M. Kamal Fauzan 100
6 Muh. Syukur Yusuf 80 Muh. Aryah Mauliding 60
7 Muh. Zulkifli Ibrahim 80 Muh. Fais Dhaulhaq 95
8 Muhammad Edi Prayugi 70 Muh. Farel Ijazullutfli 95
9 Muhammad Fakhrul Darozy 80 Muh. Mursyid Lazuardi 100
10 Muhammad Ikhsan 80 Muhammad Maulana Arief 100
11 Reza Putra Ardiansyah 80 Muhammad Naufal Hasnur 60
12 Atikah Nurul Izzah 80 Muhammad Taufiq Hidayat 100
13 Ayuwandira Irajira 70 Putra Praja Hanindya 100
14 Fatimah Az Zahrah Husain 80 Sultan Ahmad 100
15 Fauziyyah Inayah 80 Alya Malhika Tahir 100
16 Hulwah Izza Sabrina 100 Andini Dwi Rahmadani 85
17 Husnul Khatimah Ilham 80 Andi Firza Aulia Syawali 80
18 Ince A. Nazwah Azizah 100 Andi Puji Widyastuti 100
19 Nayla Azzahra Subair 100 Annisa Putri Afdy Salsabila 90
20 Nisa Fatika Sari 80 Kartini 100
21 Nurial Indah Islamiah 80 Maulida Sri Pujianti 100
22 Siti Nur Fadhillah Lewa 60 Naila Annissa Zakri 100
23 Suci Aulia Rasuli 80 Nur Alya Isyana Barlian 100
24 Valencia Angelika Joseph 80 Nur Mutmainnah Syabila 100
25 Fadel Sahabuddin 100 Nursaqinah 50
26 Fauzi Al Buqhori 80 Nurul Maulina Syafar 90
27 Erna Erawati Wawan 90 Putri Aulia Israwati 95
28 Nia Wulan Ramadhani 90 Salsabila M. 90
29 Muhammad Nabil Ridha 80 Siti Hardianti Handayani 100
30 Muh. Idil Mubarak 80 Sri Rosita 85
31 Muh. Iqra Ramadhan H 70 Tri Suci Nurhikmah Putri 95
32 Muh. Radzy Azzi Laja 80 Vina Zakiyah Amalia 90
33 Muh. Rezki Aditya Hanapi 80 Renaldi Satya Perkasa 85
34 Nurafiah A 80 A.Maulana Yusuf 85
35 Nur Namira Annisa 100 Fajar Arnandi 80
36 Nurfadilah Syasa Cahyani 100 Muh. Mukhlas. K 85
37 Nur Azizah 80 M. Palinrungi 85
38 Nur Annisa 80 Tenri Ole 80
39 Mutmainnah 80 Iin Herlina 80
40 Ahmad Dani 60 Musdalifah Muis 80
d.f.
dua sisi 20% 10% 5% 2% 1% 0,2% 0,1%
satu sisi 10% 5% 2,5% 1% 0,5% 0,1% 0,05%
1 3,078 6,314 12,706 31,821 63,657 318,309 636,619
2 1,886 2,920 4,303 6,965 9,925 22,327 31,599
3 1,638 2,353 3,182 4,541 5,841 10,215 12,924
4 1,533 2,132 2,776 3,747 4,604 7,173 8,610
5 1,476 2,015 2,571 3,365 4,032 5,893 6,869
6 1,440 1,943 2,447 3,143 3,707 5,208 5,959
7 1,415 1,895 2,365 2,998 3,499 4,785 5,408
8 1,397 1,860 2,306 2,896 3,355 4,501 5,041
9 1,383 1,833 2,262 2,821 3,250 4,297 4,781
10 1,372 1,812 2,228 2,764 3,169 4,144 4,587
11 1,363 1,796 2,201 2,718 3,106 4,025 4,437
12 1,356 1,782 2,179 2,681 3,055 3,930 4,318
13 1,350 1,771 2,160 2,650 3,012 3,852 4,221
14 1,345 1,761 2,145 2,624 2,977 3,787 4,140
15 1,341 1,753 2,131 2,602 2,947 3,733 4,073
16 1,337 1,746 2,120 2,583 2,921 3,686 4,015
17 1,333 1,740 2,110 2,567 2,898 3,646 3,965
18 1,330 1,734 2,101 2,552 2,878 3,610 3,922
19 1,328 1,729 2,093 2,539 2,861 3,579 3,883
20 1,325 1,725 2,086 2,528 2,845 3,552 3,850
21 1,323 1,721 2,080 2,518 2,831 3,527 3,819
22 1,321 1,717 2,074 2,508 2,819 3,505 3,792
23 1,319 1,714 2,069 2,500 2,807 3,485 3,768
24 1,318 1,711 2,064 2,492 2,797 3,467 3,745
25 1,316 1,708 2,060 2,485 2,787 3,450 3,725
26 1,315 1,706 2,056 2,479 2,779 3,435 3,707
27 1,314 1,703 2,052 2,473 2,771 3,421 3,690
28 1,313 1,701 2,048 2,467 2,763 3,408 3,674
29 1,311 1,699 2,045 2,462 2,756 3,396 3,659
30 1,310 1,697 2,042 2,457 2,750 3,385 3,646
31 1,309 1,696 2,040 2,453 2,744 3,375 3,633
32 1,309 1,694 2,037 2,449 2,738 3,365 3,622
33 1,308 1,692 2,035 2,445 2,733 3,356 3,611
34 1,307 1,691 2,032 2,441 2,728 3,348 3,601
35 1,306 1,690 2,030 2,438 2,724 3,340 3,591
36 1,306 1,688 2,028 2,434 2,719 3,333 3,582
37 1,305 1,687 2,026 2,431 2,715 3,326 3,574
38 1,304 1,686 2,024 2,429 2,712 3,319 3,566
39 1,304 1,685 2,023 2,426 2,708 3,313 3,558
40 1,303 1,684 2,021 2,423 2,704 3,307 3,551
41 1,303 1,683 2,020 2,421 2,701 3,301 3,544
42 1,302 1,682 2,018 2,418 2,698 3,296 3,538
43 1,302 1,681 2,017 2,416 2,695 3,291 3,532
TINGKAT SIGNIFIKANSI
44 1,301 1,680 2,015 2,414 2,692 3,286 3,526
45 1,301 1,679 2,014 2,412 2,690 3,281 3,520
46 1,300 1,679 2,013 2,410 2,687 3,277 3,515
47 1,300 1,678 2,012 2,408 2,685 3,273 3,510
48 1,299 1,677 2,011 2,407 2,682 3,269 3,505
49 1,299 1,677 2,010 2,405 2,680 3,265 3,500
50 1,299 1,676 2,009 2,403 2,678 3,261 3,496
51 1,298 1,675 2,008 2,402 2,676 3,258 3,492
52 1,298 1,675 2,007 2,400 2,674 3,255 3,488
53 1,298 1,674 2,006 2,399 2,672 3,251 3,484
54 1,297 1,674 2,005 2,397 2,670 3,248 3,480
55 1,297 1,673 2,004 2,396 2,668 3,245 3,476
56 1,297 1,673 2,003 2,395 2,667 3,242 3,473
57 1,297 1,672 2,002 2,394 2,665 3,239 3,470
58 1,296 1,672 2,002 2,392 2,663 3,237 3,466
59 1,296 1,671 2,001 2,391 2,662 3,234 3,463
60 1,296 1,671 2,000 2,390 2,660 3,232 3,460
61 1,296 1,670 2,000 2,389 2,659 3,229 3,457
62 1,295 1,670 1,999 2,388 2,657 3,227 3,454
63 1,295 1,669 1,998 2,387 2,656 3,225 3,452
64 1,295 1,669 1,998 2,386 2,655 3,223 3,449
65 1,295 1,669 1,997 2,385 2,654 3,220 3,447
66 1,295 1,668 1,997 2,384 2,652 3,218 3,444
67 1,294 1,668 1,996 2,383 2,651 3,216 3,442
68 1,294 1,668 1,995 2,382 2,650 3,214 3,439
69 1,294 1,667 1,995 2,382 2,649 3,213 3,437
70 1,294 1,667 1,994 2,381 2,648 3,211 3,435
71 1,294 1,667 1,994 2,380 2,647 3,209 3,433
72 1,293 1,666 1,993 2,379 2,646 3,207 3,431
73 1,293 1,666 1,993 2,379 2,645 3,206 3,429
74 1,293 1,666 1,993 2,378 2,644 3,204 3,427
75 1,293 1,665 1,992 2,377 2,643 3,202 3,425
76 1,293 1,665 1,992 2,376 2,642 3,201 3,423
77 1,293 1,665 1,991 2,376 2,641 3,199 3,421
78 1,292 1,665 1,991 2,375 2,640 3,198 3,420
79 1,292 1,664 1,990 2,374 2,640 3,197 3,418
80 1,292 1,664 1,990 2,374 2,639 3,195 3,416
81 1,292 1,664 1,990 2,373 2,638 3,194 3,415
82 1,292 1,664 1,989 2,373 2,637 3,193 3,413
83 1,292 1,663 1,989 2,372 2,636 3,191 3,412
84 1,292 1,663 1,989 2,372 2,636 3,190 3,410
85 1,292 1,663 1,988 2,371 2,635 3,189 3,409
86 1,291 1,663 1,988 2,370 2,634 3,188 3,407
87 1,291 1,663 1,988 2,370 2,634 3,187 3,406
88 1,291 1,662 1,987 2,369 2,633 3,185 3,405
89 1,291 1,662 1,987 2,369 2,632 3,184 3,403
90 1,291 1,662 1,987 2,368 2,632 3,183 3,402
91 1,291 1,662 1,986 2,368 2,631 3,182 3,401
92 1,291 1,662 1,986 2,368 2,630 3,181 3,399
93 1,291 1,661 1,986 2,367 2,630 3,180 3,398
94 1,291 1,661 1,986 2,367 2,629 3,179 3,397
95 1,291 1,661 1,985 2,366 2,629 3,178 3,396
96 1,290 1,661 1,985 2,366 2,628 3,177 3,395
97 1,290 1,661 1,985 2,365 2,627 3,176 3,394
98 1,290 1,661 1,984 2,365 2,627 3,175 3,393
99 1,290 1,660 1,984 2,365 2,626 3,175 3,392
100 1,290 1,660 1,984 2,364 2,626 3,174 3,390
Daftar Nilai Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial Murid Kelas Va
SD Negeri No. 1 Centre Pattallassang Kabupaten Takalar
No Nama Siswa L/P Nilai Kategori1 AMRJ L 100 Sangat Tinggi2 AMN L 100 Sangat Tinggi3 ATT L 95 Sangat Tinggi4 DPPU L 90 Tinggi5 MKF L 100 Sangat Tinggi6 MAMM L 60 Sangat Rendah7 MFDD L 95 Sangat Tinggi8 MFI L 95 Sangat Tinggi9 MMLI L 100 Sangat Tinggi10 MMA L 100 Sangat Tinggi11 MNH L 60 Sangat Rendah12 MTH L 100 Sangat Tinggi13 PPH L 100 Sangat Tinggi14 SA L 100 Sangat Tinggi15 AMT P 100 Sangat Tinggi16 ADR P 85 Tinggi17 AFUS P 80 Sedang18 APW P 100 Sangat Tinggi19 APAS P 90 Tinggi20 K P 100 Sangat Tinggi21 MSP P 100 Sangat Tinggi22 NAZ P 100 Sangat Tinggi23 NAIB P 100 Sangat Tinggi24 NMSS P 100 Sangat Tinggi25 N P 50 Sangat Rendah26 NMS P 90 Tinggi27 PAI P 95 Sangat Tinggi28 SM P 90 Tinggi29 SHH P 100 Sangat Tinggi30 SR P 85 Tinggi31 TSNP P 95 Sangat Tinggi32 VZA P 90 Tinggi33 RSP L 85 Tinggi34 AMY L 85 Tinggi
35 FA L 80 Sedang36 MMK L 85 Tinggi37 MP P 85 Tinggi38 TO P 80 Sedang39 IH P 80 Sedang40 MM P 80 Sedang41 NAM P 80 Sedang42 N P 80 Sedang
Daftar Hadir Murid Kelas Vb SD Negeri No. 1 Centre
Pattallassang Kabupaten Takalar
NoNama Siswa L/P
Pertemuan
1 2 3 4
1 AKAT L
2 KWI L
3 MJHY L
4 MFM L
5 MH L
6 MSY L
7 MZI L
8 MEP L
9 MFD L
10 MI L
11 RPA L
12 ANI L
13 AI L
14 FAH L
15 FI L
16 HIS L
17 HKI P
18 IANA P
19 NAS P
20 NFS P
21 NII P
22 SNFL P
23 SAR P
24 VAJ P
25 FS P
26 AB P
27 EEW P
28 NWR P
29 MNR P
30 MIM L
31 MIRH L
32 MRRAL L
33 MRAH L
34 NA P
35 NNA P
36 NSC P
37 NA P
38 NA P
39 M P
40 AD L
41 MA L
42 AHIA L
Daftar Hadir Murid Kelas Va SD Negeri No. 1 Centre Pattallassang
Kabupaten Takalar
NoNama Siswa L/P
Pertemuan
1 2 3 4
1 AMRJ L
2 AMN L
3 ATT L
4 DPPU L
5 MKF L
6 MAMM L
7 MFDD L
8 MFI L
9 MMLI L
10 MMA L
11 MNH L
12 MTH L
13 PPH L
14 SA L
15 AMT P
16 ADR P
17 AFUS P
18 APW P
19 APAS P
20 K P
21 MSP P
22 NAZ P
23 NAIB P
24 NMSS P
25 N P
26 NMS P
27 PAI P
28 SM P
29 SHH P
30 SR P
31 TSNP P
32 VZA P
33 RSP L
34 AMY L
35 FA L
36 MMK L
37 MP P
38 TO P
39 IH P
40 MM P
41 NAM P
42 N P
Gambar 1. Tampak Depan Sekolah
Gambar 2. Ketua Kelas Menyiapkan Sebelum Belajar
Gambar 3. Murid Membaca Doa Belajar dipimpin oleh Ketua Kelas
Gambar 4. Melakukan Apresiasi Sebelum Masuk ke Materi Pembelajaran
Gambar 5. Menulis di Papan Tulis Materi yang akan diajarkan
Gambar 6. Menjelaskan Materi Kenampakan Alam
Gambar 7. Menjelaskan Materi Kenampakan Alam Menggunakan Metode PetaKonsep yang ditulis pada Papan Tulis
Gambar 8. Bertanya Jawab dengan Murid
Gambar 9. Bertanya Jawab dengan Murid
Gambar 10. Membagikan Lembar Post Test kepada Murid
Gambar 11. Murid Mngerjakan Lembar Post Test dengan Tenang
Gambar 12. Murid Bertanya Tentang Soal yang Kurang dimengertinya
50
DAFTAR PUSTAKA
Amien, Moh. 1998. Pemetaan Konsep Suatu Teknik untuk Meningkatkan BelajarYang Bermakna. Bandung: Jurnal Mimbar Pendidikan, Juli,IX, 55-69.
Aryulina, Diah.2003.Perbaikan Bimbingan PPL dengan Menerapkan Teknik PetaKonsep. Jurnal Forum Kependidikan FKIP Univeritas SriwijayaPalembang.
Asan, A. 2007. Concept Mapping in Science Class: A Case Study of fifth gradestudents.
Awofala. A. O. A. 2011. Effect of Concept Mapping Strategi on StudentsAchievement in Junior Secondary School Mathematics.New York:International Journal of The Physical Sciences.
Dahar, Ratna Wilis. 2003. Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga.
Depdiknas. 2006. Kurikulum Pendidikan Dasar.Jakarta:Depdiknas
. 2006. Bunga Rampai Keberhasilan Guru dalam Pembelajaran (SMA,SMK, dan SLB). Jakarta: Depdiknas.
Dimyati dan Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT RinekaCipta.
Hamalik, Oemar. 2006. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara
Kadir. Efektivitas Strategi Peta Konsep dalam Pembelajaran Ilmu PengetahuanSosial. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan No. 051, Tahun ke-10November 2004.
Karakuyu, Y. 2010. The Effect on Concept Mapping on Attitude and Achievementin a Physics Course.New York :International Journal of The PhysicalSciences.
Karli, H dan Sriyuliaratnaningsih. 2004. Implementasi Kurikulum BerbasisKompetensi. Bandung: Rosdakarya.
51
Kidder. 2006. Variabel. Jakarta: Alfabeta
Kurniawati . 2010. Strategi Pembelajaran Peta Konsep. Bandung :Mizan Pustaka
Novak J. D. and Gowin. 1999. Learning How To Learn. New York:CambridgeUniversity Press.
Nur, M. 2000. Strategi Strategi Belajar. Surabaya: Pustaka Setia
Poedjiati.2005.Pengembangan Pembelajaran IPS. Jakarta: PT Rineka.
Purwanto, Ngalim. 1998. PsikologiPendidikan. Bandung :RemajaRosdakarya.
Sudjana, Nana. 2010. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. (Cet. XV).Bandung: PT. Ramaja Rosdakarya.
Sudijono, Anas. 2006. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja GrafindoPersada.
Sukmadinata, N.S. 2003. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung:Remaja Rosdakarya.
Surya, Moh. 1997. Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran. Bandung :PBB.IKIP Bandung.
Sutrisno. 2006. Populasi dan Sampel. Yogyakarta : UGM
Uno, Hamzah B., Abdul Karim Rauf, dan Najamuddin Petta Solong. 2008.Pengantar Teori Belajar dan Pembelajaran. (Cet. II). Gorontalo: NurulJannah.
Usman, Moh Uzer dan Lilis Setiawati. 2001. Upaya Optimalisasi KegiatanBelajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Wahidi, A. 2010. Peta Konsep untuk Melatih Keterampilan Berpikir. Bandung :Mizan Pustaka
52
Wahidmurni, Alifin Mustikawan, dan Ali Ridho. 2010. Evaluasi Pembelajaran:Kompetensi dan Praktik. Yogyakarta: Nuha Letera.
Yusuf dkk. 2008. Konsep Dasar dan Pengelolaan Kegiatan Belajar Mengajar.Bandung: Andira
RIWAYAT HIDUP
Risma Dewi Darwis dilahirkan di Tala, Kabupaten
Takalar pada tanggal 28 April 1995, anak tunggal dari
buah kasih pasangan Bapak Muh. Darwis dan Ibu
Rugati. Peneliti dan keluarga berasal dari suku
Makassar. Peneliti pertama kali menempuh pendidikan
di bangku Sekolah Dasar pada tahun 2001 tepatnya di
SDN No. 7 Tala Kabupaten Takalar dan tamat pada
tahun 2007. Kemudian pada tahun 2007 peneliti melanjutkan pendidikan ke
jenjang Menengah Pertama tepatnya di MTs. Muhammadiyah Ballo Kabupaten
Takalar dan tamat pada tahun 2010. Selanjutnya pada tahun 2010 peneliti
melanjutkan pendidikan ke jenjang Menengah Akhir tepatnya di SMK Negeri 2
Takalar dan tamat pada tahun 2013. Pada tahun yang sama peneliti terdaftar
sebagai mahasiswa Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar ( PGSD ) FKIP
Universitas Muhammadiyah Makassar.