PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN DEBAT … · model Debat pretest nilai tertinggi 75,3,...
Transcript of PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN DEBAT … · model Debat pretest nilai tertinggi 75,3,...
PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN DEBAT
TERHADAP KETERAMPILAN BERBICARA DI DEPAN UMUM MURID
KELAS V SD NEGERI 22 PANDANGAN KABUPATEN PANGKAJENE
DAN KEPULAUAN
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelas Sarjana
Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh
HARTINA
105401103216
JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2020
MOTO
Melibatkan Tuhan dalam bertindak
Berharap kepada do’a dan
Merealisasikan dengan usaha
InsyaAllah…
Tuhan maha baik selalu memberi kemudahan pada fase
sulit, maka yakinlah ketika ada kesulitan insyaAllah
akan ada kemudahan.
Allahummah Yassir Wala Tu’assir (QS. An-
Nisa: 78)
Dengan penuh keikhlasan dan rasa syukur
kepada Allah Swt. Kupersembahkan buat orang
tuaku Ayahanda H. Nasir dan Ibundaku Hj. Hajesia
yang tercinta dan terkasih
Atas segala keringat, desah nafas, dan
lelahnya, untaian doa, serta jutaan pengorbanan
tak ternilai tuk mencari rezeki
Semua guru dan dosenku yang telah ikhlas
membagi ilmunya, teman-teman seperjuangan
pendidikan guru sekolah dasar angkatan 2016
vi
ABSTRAK
Hartina, 2020. “Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Debat
Terhadap Keterampilan Berbicara di Depan Umum Murid Kelas V SD Negeri 22
Pandangan Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan. Skripsi. Jurusan Pendidikan
Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Muhammadiyah Makassar. Di bimbing oleh Rosmini Madeamin, dan Ummu
Khaltsum.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruhnya model
pembelajaran debat terhadap keterampilan berbicara di depan umum murid kelas
V SD Negeri 22 Pandangan Kab. Pangkep. Jenis penelitian ini adalah penelitian
eksperimen dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Dalam penelitian ini
digunakan Pre-Experimental Design dengan tipe Group Pretest-Posttest Design.
Populasi dalam penelitian ini adalah murid kelas V SD Negeri 22 Pandangan yang
berjumlah 21 orang. Penentuan sampel menggunakan teknik sampel jenuh yaitu
populasi sekaligus menjadi sampel sebanyak 21 orang. Data diperoleh dengan
menggunakan instrument tes hasil belajar keterampilan berbicara dengan jenis
pretest dan posttest. Pretest dilaksanakan sebelum menggunakan model debat,
sedangkan posttest dilaksanakan pada saat penggunaan model debat, tes lisan atau
tes berbicara yaitu dengan memberikan isi teks yang akan diperdebatkan
kemudian melakukan penilaian terhadap kemampuan berbicara murid dengan
menggunakan tes lisan atau tes berbicara.
Hasil analisis data dengan menggunakan aplikasi SPSS versi 25
memperlihatkan bahwa nilai rata-rata murid yang diajar tanpa menggunakan
model Debat pretest nilai tertinggi 75,3, dibandingkan nilai rata-rata murid yang
diajar menggunakan Debat posttest nilai tertinggi 89,2. Berdasarkan uji hipotesis
menggunakan Paired Samples Test diperoleh thitung =7,798, df = 20, dan
berdasarkan tabel distribusi diperoleh ttabel = 2,08596. Berdasarkan hasil yang
diperoleh Karena thitung > ttabel (thitung =7,798 > ttabel = 2,08596), dengan
demikian H0 ditolak dan H1 diterima.
Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh H0 ditolak dan H1 diterima.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa penggunaan Model Pembelajaran Debat
Terhadap Keterampilan Berbicara di Depan Umum Murid Kelas V SD Negeri 22
Pandangan terdapat pengaruh.
Kata Kunci : Model Debat, Keterampilan Berbicara
vii
KATA PENGANTAR
Bismillahirahmanirahim
Assalamu Alaikum Wr.Wb
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt, atas segalah
berkah dan karunia-Nya sehingga peneliti masih selalu mendapatkan rahmat
berupa nikmat iman dan nikmat kesehatan. Salam dan shalawat kepada baginda
Nabi besar Muhammad shallalahu alaihi wassallam sebagai ustwatun hasanah
dalam menjalankan aktivitas keseharian kita.
Skripsi ini yang berjudul “Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran
Debat Terhadap Keterampilan Berbicara di Depan Umum Murid Kelas V SD
Negeri 22 Pandangan Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan”. Setiap orang
dalam berkarya selalu mencari kesempurnaan, tetapi terkadang kesempurnaan itu
terasa jauh dari kehidupan seseorang. Kesempurnaan bagaikan fatamorgana yang
semakin dikejar semakin menghilang dari pandangan, bagai pelangi yang terlihat
indah dari kejauhan, tetapi menghilang jika didekati. Demikian juga tulisan ini,
kehendak hati ingin mencapai kesempurnaan, tetapi kapasitas penulis dalam
keterbatasan. Segala daya dan upaya penulis kerahkan untuk membuat tulisan ini
selesai dengan baik dan bermanfaat dalam dunia pendidikan, khususnya dalam
ruang lingkup Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas
Muhammadiyah Makassar.
Motivasi dari berbagai pihak sangat membantu dalam perampungan tulisan
ini. Segala rasa hormat, penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua
saya H. Nasir dan Hj. Hajesia yang telah berjuang, berdoa, mengasuh,
viii
membesarkan, mendidik, dan membiayai penulis dalam proses pencarian ilmu.
Demikian pula, penulis mengucapkan kepada para keluarga yang tak hentinya
memberikan motivasi dan selalu menemaniku dengan candanya, kepada Dr. Hj.
Rosmini Madeamin, M.Pd. Selaku pembimbing I dan Ummu Khaltsum, S.Pd.,
M.Pd pembimbing II, yang telah memberikan bimbingan, arahan serta motivasi
sejak awal penyusunan proposal hingga selesainya proposal ini.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada; Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag.
Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar, Erwin Akib S.Pd., M.Pd., Ph.D.
Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah
Makassar, dan Aliem Bahri, S.d., MPd. Ketua Program Studi Pendidikan Guru
Sekolah Dasar serta seluruh dosen dan staf pegawai dalam lingkup Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitad Muhammadiyah Makassar yang telah
membekali penulis dengan serangkaian ilmu pengetahuan yang sangat bermanfaat
bagi penulis.
Akhirnya, harapan dan doa penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat
bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan ibadah disisi-Nya serta dukungan,
motivasi dan doa mendapatkan rahmat dan balasan dari Allah Swt. Aamiin
Makassar, September 2020
HARTINA
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i
LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................................... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................................................... iii
SURAT PERNYATAAN ......................................................................................... iv
SURAT PERJANJIAN ............................................................................................ v
MOTO DAN PERSEMBAHAN ............................................................................. vi
ABSTRAK ................................................................................................................ vii
KATA PENGANTAR .............................................................................................. viii
DAFTAR ISI ............................................................................................................. x
DAFTAR TABEL .................................................................................................... xi
BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
A. Latar Belakang ................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian ............................................................................................. 5
D. Manfaat Penelitian ........................................................................................... 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS
PENELITIAN ........................................................................................................... 8
A. Kajian Pustaka ................................................................................................. 8
1. Penelitian yang Relevan ........................................................................... 8
2. Hakikat Model Debat ............................................................................... 8
B. Hakikat Keterampilan Berbicara ..................................................................... 16
a. Pengertian keterampilan berbicara ........................................................... 16
b. Tujuan berbicara....................................................................................... 18
c. Ragam seni keterampilan berbicara ......................................................... 19
d. Faktor penunjang dan penghambat keterampilan berbicara ..................... 20
e. Model pembelajaran berbicara ................................................................. 22
C. Kerangka Pikir ................................................................................................. 23
D. Hipotesis Penelitian ......................................................................................... 26
BAB III METODE PENELITIAN ......................................................................... 27
A. Rancangan Penelitian ...................................................................................... 27
B. Populasi Dan Sampel ....................................................................................... 29
C. Instrumen Dan Teknik Pengumpulan Data ..................................................... 30
D. Teknik Analisis Data ....................................................................................... 33
x
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................. 36
A. Hasil Penelitian ................................................................................................ 36
1. Hasil analisis statistic deskriptif ............................................................... 36
2. Hasil analisis inferensial .......................................................................... 37
B. Pembehasan ..................................................................................................... 40
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................... 43
A. Kesimpulan ...................................................................................................... 43
B. Saran ................................................................................................................ 43
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 45
LAMPIRAN-LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
xi
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
3.1 Sampel .……………………………………………………………….………29
3.2 Pemnilaian Keterampilan Berbicara…………………………..……………..31
3.3 Variabel Penelitian .......... ……………………………………………………32
3.4 Kategori Penelitian .......... ……………………………………………………34
4.1 Hasil Uji Data Analisis Statistic Deskriptif…………………..……………...36
4.2 Hasil Uji Data Normalitas Pretest Dan Posttest……………………..……….37
4.3 Hasil Uji Data Homogenitas…………………………………..……………..38
4.4 Hasil Uji Data T-Test.………………………………………………………..39
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Bagan Kerangka Pikir……………...………………...………………………25
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi manusia
dan salah satu proses yang dapat kemungkinan memberi perubahan baik dalam
hidup. Menyadari hal tersebut, pendidikan perlu mendapat perhatian baik dalam
usaha pengembangan maupun peningkatan mutu pendidikan, sebab dengan sistem
pendidikan yang baik diharapkan muncul generasi penerus bangsa yang
berkualitas dan mampu menyesuaikan diri untuk hidup bermasyarakat, berbangsa,
dan bernegara. Dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan, maka diperlukan
berbagai terobosan, baik pengembangan kurikulum, inovasi pembelajaran, dan
pemenuhan sarana dan prasarana pendidikan.
Sebagai makhluk sosial, manusia selalu berdampingan dengan manusia
lainnya. Mereka selalu hidup berkelompok, seperti kelompok kecil seperti
keluarga, sampai pada kelompok besar seperti masyarakat. Dalam setiap
kelompok itu mereka selalu berinteraksi, dan interaksi antar kelompok itu
didukung oleh alat komunikasi vital (mulut) yang mereka miliki bersama, yaitu
adalah bahasa. Bahasa merupakan faktor yang hakiki yang membedakan manusia
dan makhluk ciptaan Allah Swt. Bahasa merupakan anugerah dari Allah Stw,
yang dengannya manusia dapat mengenal memahami dirinya, sesama manusia,
alam, dan penciptanya serta mampu memposisikan dirinya sebagai makhluk
sosial. Untuk berkomunikasi dengan baik, manusia dituntut untuk memiliki
1
2
keterampilan dalam berbahasa. Keterampilan berbahasa adalah hal yang penting
dalam pembelajaran bahasa, dan didalam keterampilan berbahasa terdapat empat
aspek yaitu meliputi keterampilan menyimak, keterampilan berbicara,
keterampilan membaca, keterampilan menulis.
Keempat aspek ini pada dasarnnya memiliki hubungan yang erat dan
saling berkaitan satu sama lain. Bahasa memiliki peran yang sangat penting dalam
berkomnikasi, penggunaan bahasa seseorang mencerminkan pikirannya. Semakin
jelas jalan pikiran seseorang, semakin terampil pula seseorang dalam berbahasa
keterampilan berbicara merupakan komponen terpenting dalam berkomunikasi.
Hal itu dikarenakan keterampilan berbicara merupakan satu-satunya keterampilan
yang memberikan komunikasi dua arah antara pembicara dan lawan bicara
dengan alat secara berbicara dengan langsung. Dalam kehidupan sehari-hari
seseorang lebih banyak berkomunikasi secara lisan dibanding dengan cara lain.
Lebih dari separuh waktu manusia dalam 24 jam digunakan untuk
berbicara dan mendengarkan,sisanya digunakan untuk menulis dan membaca.
Setiap kegiatan berbicara yang dilakukan manusia selalu mempunyai maksud dan
tujuan.
Menurut Tarigan (2008: 31) tujuan umum berbicara adalah “untuk
berkomunikasi. Agar dapat menyampaikan pikiran secara efektif, maka hendak
pembicara memahami makna segala sesuatu yang ingin disampaikan dan ia harus
mengevaluasi efek komunikasinya terhadap para pendengarnya.
Dalam pembelajaran bahasa Indonesia keterampilan membaca perlu
mendapatkan perhatian agar siswa mampu berkomunikasi dengan baik dan benar.
3
Hal ini dikarenakan murid merupakan sebagai bagian dari anggota masyarakat
dalam pendidikan di sekolah dituntut pula untuk terampil berbahasa, karena itu
bahasa merupakan media murid untuk mengespresikan dirinya. Tetapi, pada
kenyataan tidak banyak murid yang belum terampil dalam berbicara. Berdasarkan
wawancara guru kelas V SD Negeri 22 Pandangan Kab. Pangkajene dan
Kepulauan, terdapat masalah dalam keterampilan berbicara murid kelas V SD. Di
antaranya adalah yang pertama, kepercayaan berbicara murid masih rendah.
Ketika guru menyampaikan pertanyaan. Kepercayaan murid masih rendah ketika
guru menyampaikan pertanyaan, hanya segelintir yang menjawab. Demikian juga
ketika dipersilahkan untuk berbicara di depan kelas murid masih tidak berani untk
berbicara di depan. Bahkan diam saja ketika ketika guru bertanya mengenai
pelajaran atau materi yang belum dikuasai.
Keterampilan murid berbicara dari segi bahasa dan nonkebahasaan masih
rendah. Contoh adalah dari segi kebahasaan, ketika berbicara masih banyak murid
yang tidak memperhatikan ketepatan gaya bahasa, struktur kata, intonasi dan
pilihan kata. Banyak murid yang menggunakan bahasa ibu yang membuat
perbendaharaan kata yang dimiliki murid masih kurang. Sedikitnya kosa kata
yang dimiliki murid itu membuat murid menjadi ragu ketika mengucapkan kata
ketika berbicara. Bukan murid banyak mengucapkan kata secara berulang-ulang
karena keterbatasan kosa kata tersebut. Sehingga membuat para pendengar kurang
memahami apa yang disampaikan oleh pembicara. Sedangkan dari nonkebahasaan
ketika berbicara masih banyak murid gerak dan mimiknya kurang tepat,
pandangan matanya masih belum terarah dan sikapnya masih kaku, suaranya tidak
4
lantang dan cenderung seperti berbisik-bisik, dan belum menguasai topik yang
ingin dibicarakan.
Masalah selanjutnya adalah guru masih mengdominasi proses
pembelajaran dengan ceramah saja. Murid lebih terbiasa dengan pembelajaran
yang bersifat penjelasan, selanjutnya menugaskan yaitu mengerjakan tugas.
Sehingga guru kurang mengaktifkan murid untuk membiasakan melatih
keterampilan berbicaranya. Tentu hal ini menyebabkan murid kurang termotivasi
untuk berbicara depan umum. Metode-metode yang diterapkan oleh guru dalam
praktek pembelajaran berbicara pun masih belum bervariatif, hanya sekedar tanya
jawab, berdialog, dan berberita. Padahal, proses pembelajaran berbicara akan
lebih mudah jika peserta didik terlibat aktif dalam berkomunikasi.
Untuk memecahkan satu permasalahan pada keterampilan berbicara
murid, guru harus lebih kreatif dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran,
karena peran guru dalam memilih metode pembelajaran sangat berpengaruh
terhadap kesuksesan dalam mencapai tujuan dalam kegiatan proses pembelajaran.
Guru yang kreatif akan memicu keberhasilan pencapaian tujuan proses pencapaian
murid, sehingga murid tidak akan mengalami yang namanya jenuh dalam proses
pembelajaran dan dapat membuat murid lebih aktif, dengan demikian salah sat
metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk melatih dan meningkatkan
keterampilan berbicara adalah metode debat. Karena metode ini mengajak murid
untuk berinteraksi dalam memecahkan dalam satu masalah, berpikir kritis, dan
mampu mengungkapkan pendapatnya. Dalam hal ini, murid akan lebih banyak
5
mengungkapkan alasan-alasannya dan mampu berpikir secara logis. Tentunya
metode ini juga dapat melatih keterampilan murid berbicara di depan umum.
Berdasarkan uraian di atas, penulis ingin melakukan penelitian eksperimen
guna mengetahui pengaruh penerapan metode debat atau (orang benar debat)
(OBAT) terhadap keterampilan berbicara murid kelas V SD Negeri 22 Pandangan.
Adapun judul penelitian ini yaitu “Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran
Debat Terhadap Keterampilan Berbicara di Depan Umum Murid Kelas V
SD Negeri 22 Pandangan Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang maka peneliti merumuskan permasalahan
sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaruh penggunaan model pembelajaran Debat terhadap
keterampilan berbicara di depan umum murid kelas V SD Negeri 22
Pandangan Kab. Pangkep ?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah maka peneliti, tujuan yang akan dicapai dari
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Terdapat pengaruh penggunaan model pembelajaran debat terhadap
keterampilan berbicara di depan umum murid kelas V di SD Negeri 22
Pandangan Kab. Pangkep.
6
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat member manfaat secara teoretis dan
praktis.
1. Manfaat Teoretis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan kajian ilmu
pengetahuan dan menambah wawasan khusus mengenai penerapan model debat
terhadap keterampilan berbicara di depan umum.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan mebawa manfaat praktis terutama kepada :
a. Guru dan Murid
Memberi wawasan kepada guru bahwa model pembelajaran debat
merupakan salah satu model untuk meningkatkan keterampilan berbicara murid di
depan umum sehingga nantinya dapat menjadi alternatif model keterampilan
berbicara yang dapat diterapkan di dalam kelas. Dapat menambah pengetahuan
dan melatih keterampilan murid dalam meningkatkan keterampilan berbicara di
depan umum dengan penggunaan model debat.
b. Sekolah dan Pemerintah
Meningkatkan mutu pendidikan pada sekolah yang bersangkutan terkait
dengan perkembangan keterampilan berbahasa khususnya dalam keterampilan
berbicara murid di depan umum yang dapat diterapkan di dalam kelas.
c. Peneliti selanjutnya
Dapat meninglatkan pengetahuan peneliti selanjutnya tentang model debat,
menjadi pengalaman sebagai masukan sekaligus sebagai pengetahuan dalam
7
penerapan model debat terhadap keterampilan berbicara di depan umum murid
kelas V SD Negeri 22 Pandangan Kab. Pangkep.
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS
A. Kajian Pustaka
1. Penelitian Yang Relevan
Berdasarkan studi yang dilakukan mengenai keterampilan berbicara
melalui model debat, terdapat penelitian terdahulu yang berkaitan dengan
penelitian yang akan dilaksanakan. Hasil penelitian terdahulu yang dilaksanakan
adalah sebagai berikut. Hasil penelitian terdahulu yang dilaksanakan oleh
Muhammad Saldi (2017) dengan judul “meningkatkan keterampilan berbicara
murid melalui metode diskusi pada mrid kelas V SD Negeri Minasa Upa 1”. Hasil
penelitian yang diperoleh pada pra tindakan rata-rata nilai murid 60.32%, pada
siklus pertama I rata-rata nilai murid 66.7% dan pada siklus II rata-rata nilai murid
79.35%, dengan kata lain pada siklus II ini sudah mencapai ketuntasan belajar
yang diharapkan. Dapat disimpilkan penelitian terdahulu yang dilakukan
Muhammad Saldi dari tindakan-tindakan yang menggunakan metode diskusi
dapat dilihat di atas pembelajaran melalui dari pra tindakan sampai siklus I dan
siklus II selalu meningkat sehingga peneliti dikatakan berhasil menggunakan
metode diskusi ini.
Penelitian pada sekolah yang berbeda dilakukan oleh Nurfitriani
Mahcmud (2015) dengan judul “peningkatan keterampilan berbicara murid
melalui metode debat pada murid kelas V SD Negeri Pao-Pao Kecamatan Somba
Opu Kabupaten Gowa”. Hasil penelitian yang diperoleh pada siklus I rata-rata
nilai murid 63.95% dan pada siklus II dengan nilai rata-rata murid 88.37%,
8
9
dengan kata lain pada siklus II ini sudah mencapai ketuntasan belajar yang
diharapkan. Dapat disimpulkan bahwa penelitian yang dilakukan Nurfitriani
Mahcmud keterampilan berbicara murid kelas V SD Negeri Pao-Pao Kabupaten
Gowa mengalami peningkatan.
Apson Matandatu (2013), dalam skripsinya yang berjudul “meningkatkan
keterampilan berbicara melalui metode diskusi pada murid kelas V SD Inpres
Kelapa Lima Kecamatan Papayato Timur Kabupaten Pahuato dengan mata
pelajaran bahasa Indonesia”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa metode
diskusi dapat digunakan untuk meningkatkan keterampilan berbicara murid. Hal
ini nampak pada hasil pembelajaran tanpa menggunakan atau sebelum
menerapkan metode diskusi nilai rata-rata murid 68.98%, sedangkan nilai rata-rata
ang diperoleh murid dengan menggunakan metode diskusi 88.10%. Dapat
disimpulkan bahwa nepelitian yang dilakukan Apson Matandatu (2013)
meningkatkan keterampilan berbicara melalui metode diskusi pada kelas V SD
iInpres Kelapa Lima Kecamatan Papayato Timur Kabupaten Pahuato dengan mata
pelajaran bahasa Indonesia.
2. Hakikat Model Debat
a. Pengertian Model Debat
Merupakan model pembelajaran yang mengarahkan murid untuk
berbicara dengan beradu argument terhadap masalah yang diberikan. Kegiatan
belajar mengajar mengandung beberapa komponen di dalamnya di antaranya
adalah tujuan pembelajaran, materi ajar, model, alat atau media dan sumber serta
evaluasi pembelajaran. Semua hal tersebut sangat mempengaruhi proses dan hasil
10
belajar. Namun, hal terpenting yang paling dibutuhkan oleh guru dalam sebuah
pembelajaran adalah sebuah model atau cara guru dalam mengajar di kelas.
Model pembelajaran diartikan sebagai prosedur yang sistematis dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Dapat juga
diartikan suatu pembelajaran yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran.
Sebenarnya model pembelajaran memiliki arti yang sama dengan belajar, strategi
atau metode pembelajaran. Sebagai seorang guru harus mampu memilih model
pembelajaran yang tepat untuk peserta didik. Karena itu dalam memilih model
pembelajaran, guru harus mampu memperhatikan situasi atau kebutuhan murid,
bahan pelajaran dan sumber yang ada agar model pembelajaran dapat digunakan
untuk mendukung dan menunjang belajar murid. Seorang guru diharapkan
memilki motivasi dan pembaharuan dalam proses pembelajaran dan salah satunya
model pembelajaran yang tepat agar dalam proses pembelajaran yang dijalaninya
dapat berjalan sesuai tujuan yang hendak dicapai.
Menurut Masitah dan Laksmi Dewi (2009: 156), guru yang kompeten
adalah guru yang mampu mengolah program proses belajar mengajar. Mengolah
disini memiliki arti yang luas yang membahas tentang bagaimana guru mengatur
tentang masalah pengajaran, seperti membuka dan menutup pembelajaran,
menjelaskan , memvariasi media, bertanya, memberi dukungan atau motivasi.
Adapun pengertian debat adalah suatu kegiatan mengadu argument antara
dua pihak atau lebih yang bersifat perorangan ataupun kelompok didalam
mendiskusikan dan memutuskan masalah dan perbedaan. Selain itu debat juga
memiliki struktur yaitu: (1) pengenalan pada struktur setiap tim memperkenalkan
11
diri, (2) penyampaian argumentasi yaitu setiap tim menyampaikan argumentasi
terhadap topik yang dimulai dari tim afirman, lalu tim oposisi dan diakhiri dengan
tim netral, (3) debat yaitu masing-masing tim mengomentari setiap argumentasi
dari tim lainnya, (4) simpulan yaitu setiap tim memberikan ungkapan penutup
terhadap pernyataan topik yang sesuai dengan posisinya.
Menurut Tarigan (2008: 92) menyatakan bahwa debat adalah “suatu
argumen untuk menentukan baik tidaknya usul tertentu yang didukung oleh satu
pihak yang disebut pendukung atau afirmatif, dan ditolak, disangkal oleh pihak
lain yang disebut penyangkal atau negatif”. Proses komunikasi untuk
menyampaikan argumentasi karena harus mempertahankan pendapat disebut
debat. Pendapat lain mengenai debat menurut rahmat nutrcahyo dalam hand book
panduan debat bahasa Indonesia nya, Nurchayo, Rahman (2020: 1 februari)
menyatakan bahwa “debat merupakan pertentangan argumentasi, untuk setiap isu
pasti terdapat beberapa sudut pandang terhadap isu tersebut: alasan-alasan
mengapa seseorang dapat mendukung atau tidak mendukung suatu isu”.
Perdebatan terjadi akibat adanya perbedaan pendapat yang muncul akibat
adanya dorongan untuk bebas berpendapat. Pada dasarnya debat merupakan suatu
latihan praktik persengkataan atau kontroversi. Di dalam era globalisasi pada saat
seperti ini, debat sangat lebih penting artinya. Debat memberikan kontribusi yang
besar dari kehidupan demokrasi tak terkecuali pendidikan. Nurgiyanto, Burhan.
(2001). Menatakan bahwa “dalam dunia pendidikan debat bisa menjadi model
berharga untuk meningkatkan pemikiran atau perenungan terutama jika anak didik
diharapkan mampu mengemukakan pendapat yang pada dasarnya bertentangan
12
dengan mereka sendiri” dalam mengajar model debat adalah Ridwan. (2009).
Menyatakan bahwa “model ini dimana pembicara dari pihak yang prodan kontra
menyampaikan pendapat mereka, dapat diikuti oleh suatu tangkisan atau tidak
perluh dan anggota kelompok dapat juga bertanya kepada peserta debat atau
pembicara”. Dalam kata lain debat adalah model pembelajaran yang
menggerahkan anak didik untuk menyalurkan ide, gagasan, dan pendapatnya
dengan cara adu argmentasi baik perorangan maupun kelompok. Masing-masing
pembicara saling memberikan alasan yang logis dan dapat diterima. Selain itu
juga debar merupakan forum yang sangat tepat dan strategis untuk
mengembangkan kemampuan berfikir dan mengasah keterampilan berbicara
murid depan umum.
3. Tujuan Model Debat
Menurut Rahman Nurcahyo (2011: 144) “tujuan dari pelaksanaan model
debat adalah untuk berbicara secara meyakinkan dan juga mendengarkn
pendapat-pendapat yang berbeda, dan di akhir debat dapat menghargai perbedaan
tersebut”.
Secara sederhana model debat bertujuan untuk mempengaruhi sikap dan
pendapat orang atau pihak lain agar mereka mau percaya dan akhirnya
melaksanakan, bertindak, mengikuti atau setdaknya mempunyai kencenderungan
sesuai apa yang diinginkan dan dikehendaki oleh pembicara atau penulis,
melihatjenis komunikasinya lisan atau tulisan.
Menurut Suryabrata, Trio dan Sudiyono (2008: 81) “bahwa sanya tujuan
dari model debat adalah untuk melatih murid agar mencari argumentasi yang kuat
13
dalam memecahkan suatu masalah yang kontroveksial serta memiliki sikap
demokrasi dan saling menghormati terhadap perbedaan pendapat”. Dengan
demikian, model debat merupakan sarana yang paling fungsional untuk
menampilkan, meningkatkan dan mengembangkan komunikasi verbal dan melalui
debat pembicara dapat menunjukan sikap intelektualnya. Selain itu model debat
mengajarkan anak untuk berfikir kritis dan menghargai pendapat orang lain.
a. Langkah-langkah Model Debat
Adapun langkah-langkah dalam model pembelajaran debat yaitu sebagai
berikut:
1) Susunlah sebuah pertanyaan yang berisi pendapat tentang isu
kontroveksial yang terkait dengan mata pelajaran.
2) Bagilah kelas menjadi dua team debat. Tugas secara acak posisi pro pada
suatu kelompok dan posisi kontra pada satu kelompok yang lain.
3) Selanjutnya, buatlah dua atau empat sub kelompok dalam masing-masing
team debat. Misalnya, dalam sebuah berisi 24 murid anda dapat membuat
dua sub kelompok pro, dan dua kelompok sub kontra masing-masing
terdiri dari empat anggota, perintahan dalam sub kelompok untuk
menyusun argument bagi pendapat yang dipegangnya, atau menyediakan
daftar argument yang mungkin mereka diskusikan dan dipilih. Pada akhir
dari diskusi mereka, perintahkanlah dari sub kelompok untuk memilih juru
bicara.
4) Tempatkan dua atau empat kursi (tergantun dari sub kelompok yang dibuat
dari kedua pihak) dari para pembicara dari pihak yang pro dalam posisi
14
terhadap dengan jumblah kursi yan sama bagi juru bicara dari pihak yang
kontra dan netral. Memulai dengan debat meminta para juru bicara
mengemukakan pendapat mereka, sebutlah proses ini sebagai argumen
pembuka.
5) Setelah semua murid mendengarkan argument pembuka. Hentikan debat
dan perintahkan mereka kembali ke sub kelompok awal mereka.
Perintahkan sub-sub kelompok untuk menyusun strategi dalam rangka
mengomentari argument pembuka dari pihak lawan. Sekali lagi
perintahkan tiap sub kelompok memilih juru bicara, akan lebih baik
menggunakan orang baru.
Bahkan menurut Zainal Aqib (2009) menyatakan bahwa “langkah-langkah
model debat adalah sebagai berikut:
1) Guru membagi dua kelompok peserta debat yang satu pro dan yang satu
kontra.
2) Guru memberikan tugas untuk membaca materi yang akan di debatkan
oleh kedua kelompok di atas.
3) Setelah selesai membaca materi, guru menunjuk salah satu anggota
kelompok pro untuk berbicara saat itu ditanggapi atau dibalas dengan
kelompok kontra demikian seterusnya sampai sebagian besar murid bisa
mengemukakan pendapatnya.
4) Sementara murid menyampaikan gagasannya, guru menulis gagasan inti
dan ide–ide dari setiap pembicaraan di papan tulis sampai ide yang
diharapkan guru terpenuhi.
15
5) Guru menambahkan konsep/ide yang belum terungkap
6) Dari data-data di papan tersebut, guru mengajak murid membuat
kesimpulan/rangkuman yang mengacu pada topik yang ingin dicapai.
Untuk penelitian penulis menyederhanakan kembali langkah-langkah model
Debat menjadi sebagai berikut:
1) Siapkan beberapa pertanyaan mengenai persoalan faktual yang terjadi di
kehidupan sehari-hari.
2) Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 4-5
orang kemudia setiap kelompok dibagi lagi menjadi dua kelompok yaitu
kelompok pro dan kontra.
3) Setiap kelompok diberikan sebuah pertanyaan tentang permasalahan
factual yang nantinya akan didebatkan oleh kelompok lain.
4) Sebelum memulai perdebatan dengan argument pembuka, setiap kelompok
mendiskusikan argument-argumen mereka mengenai persoalan tersebut..
5) Mulailah debat dengan meminta setiap kelompok memberikan argument
pembuka.
6) Setelah mendengarkan argument pembuka, saatnya kelompok kontra
mengomentari argument yang disampaikan oleh kelompok pro.
7) Ketika debat berlangsung pastikan untuk menyimak baik-baik antara
kedua belah pihak .
8) Ketika dirasakan sudah cukup, akhir perdebatan tersebut, tanpa
menyebutkan pemenangnya.
9) Ulangi kegiatan berikut sampai semua kelompok menampilkan datanya.
16
10) Sementara menunggu giliran kelompok lain mencatat apa yang didebatkan
oleh kelompok yang sedang berdebat.
b. Kelebihan dan kekurangan model Debat
Dalam kegiatan pembelajaran sebuah model tentu sangat berperan penting
untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Oleh karena itu sebuah model harus
memiliki kelebihan agar model yang digunakan dapat berjalan dengan efektif
sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Berikut adalah kelebihan model Debat:
1) Murid menjadi lebih kritis dalam berpikir
2) Suasa kelas akan lebih bersemangat
3) Murid dapat mengungkapkan pendapatnya dan forum
4) Murid dapat memberikan pendapatnya dengan logis dan bahasa yang
menuntun
5) Murid menjadi lebih besar hati ketika pendapatnya tidak sesuai dengan
orang lain
6) Murid dapat melatih keterampilan berbicaranya di depan umum
Selain kelebihan, tentunya dalam pembelajaran sebuah model tidak luput
dari kekurangan, hal ini dikarenakan segala sesuatu itu tidak ada yang sempurna.
Berikut adalah kekurangan dari model debat sebagai berikut:
1) Biasanya murid yang aktif saja yang berbicara
2) Terkadang timbul perselisihan antar murid setelah berdebat karena tidak
terimah pendapatnya disanggah
3) Biasanya akan timbul rasa ingin saling menjatuhkan antar lawan
4) Menyita waktu yang cukup lama
17
Berdasarkan uraian di atas menyebutkan bahwa di dalam model debat para
peneliti sering mendapatkan kekurangan-kekurangan yang terjadi di dalam proses
berlangsungnya sebuag penelitian, namun hal itu tidak menjadi halangan bagi
seorang peneliti.
4. Hakikat Keterampilan Berbicara
a. Pengertian Keterampilan Berbicara
Keterampilan berbicara merupakan seni berbicara yang dimiliki seseorang
yang bertujuan untuk menyampaikan lisan secara efektif, sebagai bentuk
komunikasi kepada orang lain. Aktivitas kedua yang dilakukan manusia dalam
kehidupan bahasa setelah mendengarkan. Berbicara merupakan aktivitas
berbahasa yang kedua yang dilakukan manusia dalam kehidupan bahasa setelah
mendengarkan. Berdasarkan bunyi-bunyi yang didengarkan itulah kemudian
manusia belajar untuk mengucapkan dan akhirnya dapat berbicara. Resmini dan
Dadan Juanda (2017: 51) menyatakan bahwa “bicara secara umum dapat diartikan
suatu penyampaian maksud (ide, fikiran, dan isi hari) seseorang kepada orang lain
dengan menggunakan bahasa lisan sehingga maksud tersebut dapat dipahami oleh
orang lain”. Pengertian secara khusus banyak dikemukakan para pakar, menurut
Tarigan (2008) menyatakan bahwa “berbicara adalah merupakan kemampuan
menyebutkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengepresikan,
menyatakan atau menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan”.
Sejalan dengan para pendapat di atas, Evline dan Suregar (2011)“bahwa
berbicara adalah merupakan keterampilan menyampaikan pesan melalui bahasa
lisan”. Pendapat lain bahwa keterampilan berbicara merupakan keterampilan
18
memproduksi arus sistem bunyi artikulasi untuk menyampaikan kehendak.
Kebutuhan perasaan, dan keinginan kepada orang lain. Setiap manusia dibekali
banyak keterampilan dalam hidupnya. Salah satu keterampilan yang penting
adalah keterampilan berbahasa. Keterampilan ini terdiri dari keterampilan
menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Salah satu keterampilan berbahasa
yang perluh dilatih adalah keterampilan berbicara. Hal ini dikarenakan berbicara
adalah media seseorang untuk dapat berkomunikasi dengan orang lain dalam
kehidupan bermasyarakat.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa,
keterampilan berbicara bukan hanya sekedar mengucapkan bunyi-bunyi atau kata-
kata saja, melainkan keterampilan seseorang untuk menyampaikan pikiran,
pendapat, dan pendapatnya secara lisan agar dapat dimengerti oleh orang lain atau
lawan bicaranya.
Keterampilan berbicara ini merupakan keterampilan memproduksi arus
sistem bunyi artikulasi untuk menyampaikan kehendak, kebutuhan, perasaan, dan
keinginan kepada orang lain. Kelengkapan perlengkapan vocal seseorang (selaput
suara, lidah, bibir, dan telinga) merupakan persyaratan alamiah yang
mengizinkannya dapat memproduksi suatu ragam yang lugas dari bunyi artikulasi,
tekanan, nada bicara, kesenyapan, dan lagu bicara keterampilan ini juga didasari
kepercayaan diri untuk berbicara secara wajar, jujur, benar, dan bertanggung
jawab dengan melenyapkan problem kejiwaan seperti rasa malu, rendah diri,
ketegangan, dan berat lidah.
19
1. Tujuan Berbicara
Setiap kegiatan berbicara yang dilakukan manusia selalu mempunyai
maksud dan tujuan. Menurut Sumadi dan Suryabrata (2006) “adalah untuk
berkomunikasi. Agar dapat menyampaikan pikiran secara efektif, maka
hendaknya pembicaraan memahami makna segala sesuatu yang ingin disampaikan
dan ia harus mengevaluasi efek komunikasinya terhadap para pendengarnya.
Sedangkan menurut Hariyanto dan Suyono 2011 “tujuan berbicara
dibedakan atas empat golongan sebagai berikut:
1) Menghibur, berbicara untuk menghibur berarti pembicara menarik
perhatian pendengar dengan berbagai cara, seperti humor, spontanitas,
menggairahkan, kisah-kisah jenaka, petualangan, dan sebagainya untuk
menimbulkan suasana gembira pada pendengarnya.
2) Mengimformasikan, berbicara untuk tujuan menginformasikan untuk
melapor, dilaksanakan bila seseorang ingin ; 1. menjelaskan suatu proses,
2. menguraikan, menafsirkan atau menginterfasikan sesuatu hal member,
3. menyebarkan, atau menanamkan pengetahuan, d. menjelaskan kaitan.
3) Menstimulasi, berbicara untuk menstimulasi pendengar jauh lebih konpeks
dari tujuan berbicara lainnya, atau meyakinkan pendengarnya. Hal ini
dapat tercapai jika pembicara benar-benar mengetahui kemauan, minat,
inspirasi, kebutuhan, dan cita-cita pendengarnya.
4) Mendengarkan, dalam berbicara untuk mengerakan dibutuhkan pembicara
yang berwibawa, panutan atau toko idola masyarakat, melalui
kepintarannya dalam berbicara, kecakapan dalam memanfaatkan situasi,
20
ditambah penguasaannya terhadap ilmu jiwa massa, pembicara dapat
mengerakkan pendengarnya.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa seseorang
melakukan kegiatan berbicara selain untuk berkomunikasi juga bertujuan juga
untuk mempengaruhi orang lain dengan maksud apa yang dibicarakan dapat
diterima oleh lawan bicaranya dengan baik. Adanya hubungan timbal balik secara
aktif akan membentuk kegiatan berkomunikasi menjadi lebih aktif dan efesien.
Tujuan akan keterampilan berbicara dalam pembelajaran yaitu untuk melatih dan
mengembangkan kompetensi murid dalam menyampaikan bahasa secara lisan
untuk mengemukakan pendapat, perasaan, menjadi komunikasi dan melakukan
interaksi sosial dengan anggota masyarakat yang lain.
c. Ragam Seni Keterampilan Berbicara
Secara garis besar ragam-ragam berbicara dibagi dalam dua jenis, yaitu
berbicara dimuka dan berbicara pada konferensi. Guntur Taringan memasukan
beberapa kegiatan berbicara dalam ketegori sebagai berikut:
1) Berbicara depan umum pada masyarakat yang mencakup empat jenis yaitu: 1.
berbicara dalam situasi-situasi yang bersifat memberitahukan atau melaporkan
yang bersifat informatif, 2. berbicara dalam situasi-situasi yang bersifat
kekeluargaan, persahabatan, 3. berbicara, dalam situasi-situasi yang bersifat
membujuk, mengajak, mendesak, dan meakinkan, 4. berbicara dalam situasi-
situasi yang bersifat merundingkan dengan tenang dan hati-hati.
21
2) Berbicara pada konferensiang meliputi:
Diskusi kelompok, yang dapat dibedakan menjadi tidak resmi, dan masih
dapat diperinci lagi atas, kelompok studi, kelompok yang membuat
kebijaksanaan, komite. Resmi mencakup: konferensi, diskusi fanel,
symposium.
Berdasarkan pembagian di atas sudah jelas bahwa berbicara mempunyai
ruang lingkup pendenganr yang berbeda-beda. Berbicara pada masyarakat luas,
yang berarti memiliki ruang lingkup yang luas. Sedangkan pada konferensi ruang
lingkupnya terbatas.
d. Faktor Penunjang dan Penghambat Keterampilan Berbicara
Berbicara atau kegiatan berkomunikasi lisan merupakan kegiatan individu
dalam usaha menyampaikan pesan secara lisankepada orang lain. Adapun tujuan
pembicara atau pesan dapat sampai kepada orang lain dengan baik, perlu
diperhatikan beberapa faktor yang dapat menunjang keterampilan berbicara.
Menurut Andi Subari (2002) menyatakan bahwa “ada dua aspek yang
dapat menunjang keterampilan berbicara, yaitu: 1. aspek kebahasaan mencakup:
(a) lafal, (b) intonasi, tekanan, ritme, dan (c) penggunaan kata dan kalimat. 2.
aspek non-kebahasaan yang mencakup: (a) kenyaringan suara, (b) kelancara
berbicara, (c) sikap berbicara, (d) gerak dan mimic, (e) penalaran, dan (f) santun
berbicara”.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor
yang dapat mempengaruhi keterampilan berbicara adalah faktor kebahasaan dan
non-kebahasaan. Ada kalanya proses komunikasi mengalami gangguan yang
22
mengakibatkan pesan yang diterimah oleh pendengar tidak sama dengan apa yang
dimaksudkan oleh pembicara.
Adapun faktor yang dapat mempengaruhi keterampilan berbicara menurut
Rusmiati adalah sebagai berikut:
1) Hambatan internal
a) Ketidak sempurnaan alat ucap, kesalahan yang diakibatkan kurang
sempurna alat ucap akan mempengaruhi keefektifan dalam berbicara.
b) Penguasaan komponen kebahasaan, komponen kebahasaan meliputi
lafal dan intonasi, pilihan kata, struktur bahasa, dan gaya bahasa.
c) Penggunaan komponen isi, komponen isi meliputi hubungan isis
dengan topik, struktur isi, kualitas isi, dan kuantitas isi.
d) Kelelahan dan kesehatan fisik maupun mental
2) Hambatan eksternal
Selain hambatan internal, pembaca akan menghadapi hambatan yang
datang dari luar dirinya. Hambatan ini kadang-kadang muncul dan tidak disadari
sebelumnya oleh pembicara, hambatan eksternal meliputi hal-hal di bawah ini:
a) Suara atau bunyi
b) Kondisi ruangan
c) Media
d) Pengetahuan pendengar
Tidak semua orang memiliki keterampilan dalam berbicara di muka
umum. Namun, keterampilan ini dapat kita miliki oleh semua orang melalui
proses belajar dan latihan secara berkesinambungan dan sistematis. Terkadang
23
dalam proses belajar mengajar pun belum bisa mendapatkan hasil yang
memuaskan. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal yang merupakan hambatan
dalam kegiatan pembicara. Hambatan-hambatan tersebut terdiri atas hambatan
yang datangnya dari pembicara sendiri (internal) dan hambatan yang dalang dari
luar pembicara (eksternal).
5. Model Pembelajaran Berbicara
Model berfungsi sebagai sarana mewujudkan pengalaman belajar yang
telah dirancang menjadi kenyataan dalam pelaksanaan pengajaran pokok bahasa
tertentu. Begitupun halnya dengan pengejaran pembicara. Karena tanpa latihan
tidak mungkin keterampilan berbicara dapat dikuasai.
Model keterampilan berbicara yang baik selalu memenuhi sebagai kriteri.
kriteria yang harus dipenuhi oleh pengajaran berbicara, antara lain:
1) Relevan dengan tujuan pengajaran
2) Memudahkan murid untuk memahami materi pengajaran.
3) Mengembangkan butir-butir keterampilan proses
4) Dapat mewujudkan pengalaman belajar yang telah dirancang
5) Merangsang murid untuk belajar mengembangkan murid untuk belajar
6) Mengembangkan smurid untuk belajar
7) Mengembangkan kretivitas murid
8) Tidak menuntuk peralatan yang rumit
9) Mudah dilaksanakan
10) Menciptakan suasana belajar-mengajar yang menyenangkan
24
Berdasarkan pemasaran cerita di atas sebuah model pengajaran berbicara
berkaitan dengan tujuan, bahan, pembinaan keterampilan proses, dan pengalaman
belajar, pengalaman belajar sediri mewujudkan melalui pnggunaan model. Isya
Cahyani Isya Cahyani dan Hodijah (2007) berikut ini merupakan beberapa model
pengajaran berbicara yang dapat dipergunakan di antaranya adalah:
a) Berdialog
b) Menyampaikan pengumuman
c) Debat
d) Berbicara
e) Bermusyawarah
f) Diskusi
g) Pidato
B. Kerangka Pikir
Berbicara adalah aktivitas berbahasa kedua yang dilakukan manusia dalam
kehidupan berbahasa, yaitu setelah aktivitas mendengarkan. Berdasarkan bunyi-
bunyi (bahasa) yang didengarkannya itulah kemudian menusia belajar
mengucapkan dan akhirnya mampu untuk berbicara. Untuk dapat berbicara dalam
suatu bahasa secara baik, pembicara harus menguasai lafal, struktur. Di sampain
itu, diperlukan juga penguasaan masalah atau gagasan yang akan disampaikan,
serta kemampuan memahami bahasa lawan bicara. Padahal di era globalisasi
seperti manusia dituntut untuk selalu berpikir kritis dan mampu menggunakan
pendapatnya. Hal ini terjadi karena katerampilan berbicara siswa masih rendah
sebagian murid masih belum berani untuk berbicara didepan umum, serta
25
xpembendaharaan kata yang mereka miliki masih sangat sedikit. Kurangnya
motivasi untuk melatih keterampilan berbicara juga mempengaruhi keterampilan
berbicara seseorang. Selain itu juga disukung oleh pembelajaran yang monoton
sehingga membuat siswa kuran aktif menggunakan pendapat atau tampil di sepan
umum.
26
Adapun bagan kerangka pikir sebagai berikut:
Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
Keterampilan Berbicara
Penggunaan Model Pembelajaran Debat (X)
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir
Postest (O2)
Hasil
Pretest (01)
Analisis Hasil Belajar
27
C. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan uraian yang terdapat pada kerangka pikir, hipotesis dalam
penelitian ini sebagai berikut:
Terdapat pengaruh terhadap keterampilan berbicara setelah menggunakan
model pembelajaran debat terhadap keterampilan berbicara di depan umum murid
kelas V SD Negeri 22 Pandangan Kel/Des Mattiro Ujung Kec. Liukan
Tupabbiring Kab. Pangkajene dan Kepulauan.
28
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
1. Jenis Penelitian
Model penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah model
kuantitatif jenis kuasai eksperimen atau bisa dikatakan model eksperimen yaitu
perilaku kelas disesuaikan dengan kondisi yang ada. Menurut Sugiyono (2010)
“tujuan dari penelitian ini adalah untuk menyelidiki ada tidaknya hubungan sebab-
akibat berapa besar hubungan sebab-akibat tersebut dengan cara memberikan
perilakuan-perlakuan tertentu pada beberapa kelompok eksperimental dan
menyediakan kelompok untuk perbandingannya”. Maka dari itu model ini
dilakukan dengan membagi kelompok yang diteliti menjadi dua kelompok.
Kelompok pertama adalah kelompok eksperimen yang diberikan perlakuan
dengan model debat. Sedangkan kelompok kedua adalah kelompok yang tanpa
diberikan perlakuan model debat.
2. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Sadja dan
Ibrahim (2009: 116)”control grup desain (desain prest posttest kelompok kontrol
dan eksperimen) menyatakan bahwa”. Dalam desain ini subjek kelompok tidak
dilakukan secara acak, misalnya kelas eksperimen di suatu kelas tertentu dengan
siswa yang telah ada atau sebagaimana adanya. Dimana dalam desain ini
dilakukan tes sebanyak dua kali yaitu sebelum eksperimen/tes awal (Y1) disebut
pretest, dan sesudah eksperimen/tes akhir (Y2) disebut posttest. Perbedaan antara
28
29
Y1 dan Y2 diasumsikan merupakan dari treatment (eksperimen). Desain
penelitian dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Pretest (O1) → Treatment (X) → Posttest (O2)
Keterangan :
O1 : sebelum dilakukan treatment (eksperimen)
X : tindakan untuk kelas eksperimen yaitu model debat
O2 : sesudah dilakukan treatment (eksperimen)
3. Lokasi dan Sumber Penelitian
1) Tempat penelitian
Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 22 Pandangan Kab. Pangkep.
Beralamatkan di Pangkajene Dan Kepulauan, Liukang Tupabbiring, Desa Mattiro
Ujung. Sulawesi Selatan 90223.
2) Waktu Penelitian
Proses penelitian ini dilakukan secara bertahap mulai dari perencanaan dan
persiapan instrument, uji cobah instrument penelitian yang dilanjutkan dengan
pengumpulan data. Adapun tahapan-tahapan penelitiannya adalah sebagai berikut:
3) Tahapan Penelitian
Pada tahap ini yang dilakukan pengajuan judul penelitian dan pembuatan
proposal penelitian yang belangsung pada bulan februari 2020.
4) Tahapan Persiapan
Pada tahap ini dilakukan adalah pembuatan dan permohonan izin ke
sekolah yang direncanakan sebagai tempat penelitian.
5) Tahapan Pelaksanaan
30
Pada tahap ini dilakukan adalah uji cobah instrument dan pengambilan
data di lapangan yaitu pada tempat penelitian.
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi menurut Sugiyono (2018: 117) menyatakan bahwa populasi
adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai
kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi bukan sekedar jumblah yang ada
pada obyek/subyek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik/sifat yang
dimiliki oleh obyek/subyek itu.
Popolasi penelitian ini adalah keseluruhan subjek penelitian yaitu : murid
kelas V SD Negeri 22 Pandangan Kab. Pangkep yang berjumblah keseluruhan
142 orang.
2. Sampel
Sugiyono (2018: 118) menyatakan bahwa “sampel adalah bagian dari
jumblah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.
Tabel 3.1 Sampel
Kelas Jenis kelamin Jumblah
Laki-laki Perempuan
VB 12 9 21 Sumber: Absen Kelas V SD Negeri 22 Pandangan
31
C. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data
a. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a) Tes hasil belajar keterampilan berbicara dengan jenis pretest dan posttest.
Pretest dilaksanakan sebelum menggunakan model Debat, sedangkan
posttest dilaksanakan pada saat penggunaan model Debat
b) Tes lisan atau tes berbicara yaitu dengan memberikan isi teks yang akan
diperdebatkan kemudian melakukan penilaian terhadap kemampuan
berbicara murid dengan menggunakan tes lisan atau tes berbicara.
Penelitian ini dilakukan dua pekan yaitu pada saat pretest untuk
mengetahui kemampuan awal murid, dan kedua yaitu posttest untuk mengetahui
hasil akhir setelah diberi perlakuan atau treatment.
Kemudian cerita penilaian selanjutnya berdasarkan penilaian keterampilan
berdebat menurut Burhan Nurgiyanto (2010), berikut adalah kriterianya
Tabel 3.2 Penilaian Keterampilan Berbicara
No Aspek-aspek yang dinilai Tingkatan skala
1. Ketepatan struktur 1 2 3 4
2. Kelancaran 1 2 3 4
3. Kemampuan menanggapi 1 2 3 4
4. Kemampuan mempertahankan pendapat 1 2 3 4
Sumber : Burhan Nurgiyanto
Namun, dalam penelitian ini kedua rujukan tersebut dimotifikasi karena
alasan penyesuaian dengan karakteristik anak sekolah dasar. Begitupun dengan
penskoran dimotifikasi menjadi 1-4 dengan tujuan untuk memudahkan penskoran,
karena kriteria-kriteria untuk aspek yang dinilai lebih singkat dan jelas.
32
b. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes
awal dan tes akhir atau pretest dan posttest, adapun pengumpulan data yang akan
dilakukan sebagai berikut.
Suryabrata (2006: 102) menyatakan bahwa pretest adalah “tes yang
dirancang untuk mengukur kemampuan awal sebelum program pembelajaran
dilakukan. Sedangkan posttest adalah tes yang dimaksud untuk mengukur hasil
belajar setelah subjek dikenakan variabel eksperimen. Posttest juga dimaksudkan
untuk mengetahui perbedaan yang terjadi antar tes yang dilakukan setelah suatu
program pembelajaran dilakukan”.
Adapun hal-hal yang harus diperhatikan dalam pengumpulan data tersebut
adalah sebagai berikut:
1. Variabel Penelitian
Variabel yang terdapat pada penelitian ini adalah:
a. Variabel bebas : Model debat
b. Variabel terikat : Keterampilan berbicara murid
Tabel 3.3 Variabel Penelitian
Kelompok Pretest Perlakuan Posttest
Eksperimen
(R)
Y1 X Y2
Kelas Y1 - Y2
Sumber: Buku Sugiyono (metode penelitian kombinasi)
Keterangan:
R : pretest_posttest
Y1 : sebelum dilakukan treatment (eksperimen)/pretest
33
Y2 : sesudah dilakukan treatment (eksperimen)/posttest
X : tindakan untuk kelas eksperimen yaitu model debat
2. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah murid yang menjadi sampel
penelitian kelas V SD Negeri 22 pandangan.
D. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini diolah dengan menggunakan teknik analisis
deskriftif. Melalui analisis data ini, dapat diketahui bahwa penggunaan model
pembelajaran debat dapat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa pada mata
pelajaran bahasa indinesia yang merupakan fokus dari penelitian ini.
1. Analisis Statistik Deskriptif
Analisis statistik deskriptif tersebut digunakan untuk memperoleh
gambaran tentang hasil tes belajar siswa dalam mata pelajaran bahasa Indonesia
sebelum dan sesudah diberikan perlakuan berupa penerapan model pembelajaran
orang benar debat. Dalam hal ini digunakan tabel frekuensi skor rata-rata, standar
revisi, skor minimum dan skor maksimal, dapat dianalisis dengan teknik analisis
presentase dengan rumus sebagai dan dengan bantuan SPSS versi 25 for windows
(statistical product and servise solusion):
P = x 100%
Keterangan:
P = Perentase
F = frekuensi yang dicari persentasenya
N = jumblah subjek eksperimen
34
Untuk mendapatkan hasil gambaran yang jelas tentang keberhasilan
belajar murid pada mata pelajaran bahasa Indonesia maka dibutuhkan 5 (lima)
kategori penilaian sebagai berikut:
Tabel 3.4 Kategori Penilaian
No Kategori Interval
1 Sangat Baik 90-100
2 Baik 80-89
3 Cukup 70-69
4 Kurang 60-69 Sumber : Data penelitian murid Kelas V SD Neheri 22 pandangan
2. Analisis Statistik Inferensial
Pada penelitian ini dilakukan juga analisis statistik inferensial yang
digunakan untuk melakukan uji normalitas, homogenitas dan T-tes.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dimaksudkan apakah data-data yang digunakan
berdistribusi normal atau tidak. Pengujian normalitas data hasil penelitian dengan
menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov pada aplikasi SPSS versi 25.
Kriteria pengujian normalitas dengan hasil olahan SPSS versi 25 yaitu:
1) Jika sig > 0,05 maka data berdistribusi normal dan
2) Jika sig < 0,05 maka data berdistribusi tidak normal.
b. Uji Homogenitas
Pengujian homogenitas dilakukan pada data hasil pretest dan posttest.
Pada taraf signifikan, α = 0,05. Adapun kriteria dalam pengujian homogenitas
yaitu:
1) Jika sig > 0,05 maka data homogen dan
2) Jika sig < 0,05 maka data tidak homogen.
35
c. Uji T-Tes
Untuk menguji hipotesis penelitian mengenai perbedaan kemampuan
belajar murid kelas V SD Negeri 22 pandangan dalam pelajaran bahasa Indonesia
antara sebelum dan sesudah penerapan model pembelajaran debat terhadap
keterampilan berbicara di depan umum murid kelas V SD Negeri 22 Pandangan
Kab. Pangkep. Zaenal arifin (2011: 245) menyatakan bahwa “uji t-tes adalah suatu
derajat ketetapan instrument (alat ukur), maksudnya apakah instrument yang
digunakan betul-betul tepat mengukur apa yang akan diukur”
36
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini akan diuraikan secara rinci analisis data dari hasil
penelitian yang telah dilakukan dengan memaparkan bukti yang diperoleh setelah
melakukan penelitian. Pemaparan ini merujuk pada rumusan masalah yang telah
dikemukakan pada bab 1 yaitu apakah penggunaan model pembelajaran Debat
terhadap keterampilan berbicara di depan umum murid kelas V SD Negeri 22
Pandangan Kel/Des Mattiro Ujung Kec. Liukang Tupabbiring Kab. Pangkajene
dan Kepulauan. Merujuk pada permasalahan diatas maka dilakukan penelitian,
pada penelitian tersebut diperoleh nilai pretest dan posttest siswa yang dapat
dilihat pada lampiran.
1. Analisis Statistik Deskriptif
Berdasarkan Pretest dan Posttest yang diberikan pada murid terkait
keterampilan berbicara murid, hasil dari analisis data ststistik deskriptif
menggunakan aplikasi SPSS versi 25 diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 4.1 uji data analisis statistic deskriptif
Descriptive Statistics
N Range Minimum
Maximu
m Mean
Std.
Deviatio
n
Varianc
e
Statistic Statistic Statistic Statistic Statistic
Std.
Error Statistic Statistic
PRETEST 21 28 50 78 61.81 1.909 8.750 76.562
POSTEST 21 13 71 84 75.43 1.041 4.770 22.757
36
37
Valid N
(listwise)
21
Sumber: data output SPSS 25
Hasil analisis statistik deskriptif menunjukan bahwa metode
pembelajaran Debat terhadap keterampilan berbicara di depan umum murid kelas
V SD Negeri 22 pandangan. Memperoleh nilai pada pretest adalah range 28,
minimum 50, maximum 78, mean (statistic 61.81) dan (std. error 1.909), std
deviation 8.750, variance 76.562. Sedangkan nilai pada posttest adalah range 13,
minimum 71, maximum 84, mean (statistic 75.43) dan (std error 1.041), std
deviation 4.770, variance 22.757. data tersebut menunjukkan tingkat keberagaman
data yang diperoleh.
2. Hasil Analisis Statistik Inferensial
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dimaksudkan apakah data-data yang digunakan
berdistribusi normal atau tidak. Pengujian normalitas data hasil penelitian dengan
menggunakan uji kolmogorov-smirnov pada aplikasi SPSS 25.
Kriteria pengujian normalitas dengan hasil olahan SPSS versi 25 yaitu:
1) Jika sig > 0,05 maka data berdistribusi normal dan
2) Jika sig < 0,05 maka data berdistribusi tidak normal.
Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas Pretest dan Posttest
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 21
Normal Parametersa,b Mean .0000000
Std. Deviation 3.82555688
Most Extreme Differences Absolute .100
38
Positive .100
Negative -.088
Test Statistic .100
Asymp. Sig. (2-tailed) 0,200c,d
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
Sumber: data output SPSS 25
Berdasarkan tabel 4.3 uji normalitas menunjukkan bahwa nilai pretest dan
posttest 0,200 > 0,05. Dengan demikian data dari nilai pretest dan posttest
berdistribusi normal.
b. Uji Homogenitas
Pengujian homogenitas dilakukan pada data hasil pretest dan posttest.
Pada taraf signifikan, α = 0,05. Adapun kriteria dalam pengujian homogenitas
yaitu:
1) Jika sig > 0,05 maka data homogen dan
2) Jika sig < 0,05 maka data tidak homogen.
Tabel 4.3 Hasil Uji Data Homogenitas
Test of Homogeneity of Variances
Levene Statistic df1 df2 Sig.
keterampilan
berbicara
Based on Mean 8.091 1 40 .007
Based on Median 8.599 1 40 .006
Based on Median and with
adjusted df
8.599 1 31.681 .006
Based on trimmed mean 8.265 1 40 .006
Sumber: data output SPSS 25
Berdasarkan tabel 4.4 dapat disimpulkan bahwa kedua kelompok data
memiliki yang sama atau homogen karena nilai signifikansi lebih besar dan nilai α
= 0,05 dengan hasil uji homogenitas yakni 0,06 > 0,05
39
c. Uji T-Test
Pengujian hipotesis yang digunakan yaitu uji Paired Samples Test.
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada pengaruh atau tidanya
terhadap keterampilan berbicara di depan umum murid kelas V SD Negeri 22
Pandangan. Adapun pedoman atau dasar pengambilan keputusannya adalah
sebagai berikut:
1) Jika thitung > ttabel maka H0 ditolak dan H1 diterima, berarti model pembelajaran
Debat terhadap keterampilan berbicara di depan umum murid kelas V SD
Negeri 22 Pandangan.
2) Jika thitung < ttabel maka H0 diterima dan H1 ditolak, berarti penggunaan model
pembelajaran Debat terhadap keterampilan berbicara di depan umum murid
kelas V SD Negeri 22 pandangan.
Tabel 4.4 Hasil Uji data T-Test
Paired Samples Test
Paired Differences
T Df
Sig. (2-
tailed) Mean
Std.
Deviation
Std.
Error
Mean
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
pretest -
postest
-13.619 8.003 1.746 -17.262 -9.976 -7.798 20 .000
Sumber: data output SPSS 25
Berdasarkan tabel 4.4 di atas menunjukkan bahwa nilai thitung = 7,798 dan
nilai sig. (2-tailed)= 0,00 dengan taraf signifikan α = 0,05. Dengan ttabel dilihat
pada tabel statistik dengan signifikan 0,05 : 2 = 0,025 dengan derajat kebebasan
(df) 21-1 = 20, hasil diperoleh untuk ttabel = 2,08596 (terdapat pada lampiran).
Maka dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima. Sehingga telah
40
diketahui bahwa terdapat pengaruh penggunaan model Debatterhadap
keterampilan berbicara murid di depan umum murid kelas V SD Negeri 22
Pandangan.
Sedangkan, pengambilan keputusan uji paired sample T-Test berdasarkan
perbandingan nilai signifikansi yaitu diketahui nilai signifikansi sebesar 0,00
karena nilai signifikansi (0,00 < 0,05) sesui dasar pengambilan keputusan dalam
paired sample T-Test, maka disimpulkan pula bahwa H0 ditolak dan H1 diterima
yaitu terdapat pengaruh pada penggunaan model pembelajaran debat terhadap
keterampilan berbicara di depan umum murid kelas V SD Negeri 22 pandangan.
B. Pembahasan
Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 22 Pandangan pada kelas V
dengan sampel 21 murid, sebelum dilakukan model pembelajaran debat terhadap
keterampilan berbicara di depan umum murid kelas V SD Negeri 22 Pandangan
murid belajar seperti biasanya yaitu tanpa menggunakan model pembelajaran
debat atau sebagai pretest untuk mengetahui nilai murid sebelum melakukan
treatment atau sebagai posttest, yang dilakukan menggunakan model
pembelajaran debat sebagai pretest dan posttest. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui penggunaan dan pengaruhnya, model pembelajaran debat terhadap
keterampilan berbicara di depan umum murid kelas V SD Negeri 22 Pandagan
berpengaruh tidaknya dalam pembelajaran bahasa Indonesia untuk mengetahui
murid dan instrument yang digunakan dalam penelitian iniadalah: tes hasil belajar
keterampilan berbicara dengan jenis pretest dan posttest. Pretest dilaksanakan
sebelum menggunakan model debat, sedangkan posttest dilaksanakan pada saat
41
penggunaan model debat, tes lisan atau tes berbicara yaitu dengan memberikan isi
teks yang akan diperdebatkan kemudian melakukan penilaian terhadap
kemampuan berbicara murid dengan menggunakan tes lisan atau tes berbicara.
Dengan melakukan treatment atau pada akhir pembelajaran diberikan posttest,
pengaruh dari diberikannya treatment, sehingga diperoleh nilai rata-rata posttest
lebih tinggi dibandingkan nilai rata-rata pretest.
Pada saat proses pembelajaran awal atau pertemuan pertama
melaksanakan pembelajaran murid masih banyak malu pada saat proses
pembelajaran, setelah beberapa pertuan berikutnya murid mulai lebih berani
bertanya dan berbicara, dan pada saat melakukan pembelajaran dengan
penggunaan model pembelajaran debat terhadap keterampilan berbicara di depan
umum murid kelas V SD Negeri 22 Pandangan murid telah berani bertanya dan
berbicara kepada guru pada saat proses pembelajaran. Hal tersebut dikarenakan,
dengan menggunakan model pembelajaran debat terhadap keterampilan berbicara
di depan umum murid kelas V SD Negeri 22 Pandangan lebih berbeda dibanding
pembelajaran lain, siswa lebih berani mengemukakan pendapat dengan teman-
temannya dan melakukan perdebatan dalam pembelajaran khususnya mata
pelajaran bahasa Indonesia.
Dari hasil penelitian ini menunjukkan deskripsi data diuraikan tentang
pengaruh penggunaan model pembelajaran debat terhadap keterampilan berbicara
di depan umum murid kelas V SD Negeri 22 Pandangan. Berdasarkan analisis
deskriptif dengan penggunaan program SPSS versi 25 diperoleh nilai pretest
42
dengan nilai rendah dan tertinggi yaitu 50 dan 78 . Nilai rata-rata (mean) 61,81
yaitu 76,562 dengan kategori sedang.
Pengujian data T-test dilakukan dengan menggunakan program SPSS
versi 25 One Sample Kolmogorov-Smirnov Test. Berdasarkan hasil uji T-test
menunjukkan bahwa nilai thitung = 7,798, df=20 dan nilai sig. (2-tailed)= 0,00.
Berdasarkan tabel output paired sample test, diketahui thitung = 7,798 jika thitung >
ttabe maka H0 ditolak dan H1 diterima. Sedangkan jika thitung < ttabel maka H0
diterima dan H1 ditolak. Pada uji T-tes menggunakan paired sample test thitung =
7,798 sedangkan ttabel = 2,08596, karena thitung > ttabel, (thitung = 7,798 > ttabel =
2,08596) maka hipotesis diterima. Dengan demikian penggunaan model
pembelajaran debat terhadap keterampilan berbicara di depan umum murid kelas
V SD Negeri 22 Pandangan Kel/Desa Mattiro Ujung Kec. Liukang Tupabbiring
Kab. Pangkajene dan Kepualauan.
43
BAB V
SARAN DAN SIMPULAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka diperoleh kesimpilan
sebagai berikut:
Menggunakan model pembelajaran debat terhadap keterampilan berbicara di
depan umum murid kelas V SD Negeri 22 Pandangan Kab. Pangkep sebelum dan
sesudah menggunakan model pembelajaran debat mengalami peningkatan. Hal ini
terlihat rata-rata nilai keterampilan berbicara, selain itu dapat mengembangkan
kajian ilmu pengetahuan guru dan juga memudahkan guru dalam mengembangkan
keterampilan berbicara murid.
B. Saran
Berdasarkan hasil pembahasan dan kesimpulan penelitian yang dikemukakan
di atas, saran yang dapat dikemukakan bagi pihak-pihak yang terkait sebagai
berikut:
1. Guru dan murid
Guru dapat menerapkan model pembelajaran debat terhadap keterampilan
berbicara di depan umum murid kelas V SD Negeri 22 Pandangan dengan
materi pelajaran yang lain. Murid juga belajar menggunakan model
pembelajaran debat dengan materi yang ditentukan guru, karena mempunyai
banyak manfaat untuk ke depannya, salah satunya dapat melatih keterampilan
berbicara dan melatih mental anak agar tidak mengalami canggung atau kaku
pada saat berbicara di depan umum.
44
2. Sekolah dan pemerintah
Diharapkan sekolah dapat lebih membina kinerja guru-guru dan membina
kerja sama dengan dinas pendidikan agar kedepannya sekolah dapat lebih
meningkat sehingga mutu pendidikan dapat tercapai dengan baik .
3. Peneliti selanjutnya
Untuk para peneliti selanjutnya diharapkan terus mengembangkan model
pembelajaran debat ini karena model pembelajaran debat bertujuan untuk
meningkatkan keterampilan berbicara murid di depan umum.
45
DAFTAR PUSTAKA
Aqib Zainal. 2009. Model-Model, Media, Dan Strategi Pembelajaran Konstektual
(Inovatif).
Arifin, Zainal. 2011. Penelitian Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya
Cahyani, Isah dan Hodijah. 2007. Kemampuan Berbahasa Indonesia di Sekolah
Dasar, Bandung: UPI PRESS.
http://jurnalcendekiawan,blogspot.com/2011/12.html
Masitah dan Laksmi Dewi. 2009. Strategi pembelajaran. Jakarta. Direktorat
Jendral Pendidikan Islam Departemen Agama Republik Indonesia.
Nurcahyo, Rahman. 01 Februari 2020, 13.30 WIB. Panduan Debat Bahasa
Indonesia http://staff.uny.co.id
Nurgiyanto, Burhan. 2010. Penilaian dalam pengajaran bahasa dan sastra
Yogyakarta: BPFE-YOGYAKARTA
Resmini, Novi dan Dadan Juana. 2017. Pendidikan bahasa dan sastra di kelas
tinggi. Bandung: UPI PRESS
Ridwan. 2009. Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru-Karyawan Dalam
Penelitian Pemula. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2018. Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif, dan Kombinasi (Mixed
Methods). Bandung: Alfabeta cv.
2010. Metode Penelitian. Bandung: Alfabeta.
2018. Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif, dan Kombinasi (Mixed
Methods). Bandung: Alfabeta
Suregar, Evline dan Hartini Nata. 2011. Teori Belajar Dan Pembelajaran. Bogor.
Ghalia Indonesia
Subari, Andi. 2002. Seni Negosiasi. Jakarta Efhar.
45
46
Sudjan, Nana dan Ibrahim. 2009. Penelitian dan penilaian pendidkan. Bandung:
Sinar Baru Algesindo.
Suryabrata, Trio dan Sudiyono. 2008. Strategi Pembelajaran Partisipatori di
perguruan tinggi. Malang: UIN Malang Press.
Suryabrata, Sumadi. 2006. Metodologi Penelitian. Jakarta. PT. Raja Grafindo
persada.
Suyono dan Hariyanto. 2011. Belajar dan pembelajaran teori dan kondep dasar.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Tarigan, Henry Guntur. 2008. Berbicara sebagai suatu keterampilan berbahasa.
Bandung: Angkasa.
Pedoman Penulisan Skripsi (2017). Tim Penyusun FKIP Unismuh Makassar
47
LAMPIRAN 1. RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran)
2. T tabel
3. Soal Pembelajaran
4. Lembar Penilaian
5. Dokumentasi
6. Riwayat Hidup
48
Lampiran 2
49
Lampiran 5
s s
50
51
52
53
Lampiran 7
RIWAYAT HIDUP
HARTINA, lahir di pulau balang lompo, Kabupaten
Pangkep, Provinsi Sulawesi Selatan pada tanggal 06
November 1997. Anak kedua dari tiga bersaudara, yakni
pasangan Ayahanda H. Nasir dengan Ibunda Hj. Hajesia.
Penulis mulai memasuki jenjang pendidikan sekolah dasar
pada tahun 2004 di SD Negeri 26 balang lompo dan tamat pada tahun 2009. Pada
tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 1 Liukang
Tupabbiring tamat pada tahun 2012. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan
pendidikan di SMA Negeri 1 Liukang Tupabbiring dan tamat pada tahun 2015.
Pada tahun 2016 penulis melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi dan
terdaftar di Universitas Muhammadiyah Makassar pada Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) dengan
Program Strata Satu (S1).
Lampiran 1
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Satuan Pendidikan : SD Negeri 22 pandangan
Kelas / Semester : V (lima)/2
Tema 6 : Lingkungan
Sub Tema 1 : Lingkungan Rumahku
Fokus Pembelajaran : Bahasa Indonesia
Alokasi waktu : 2 x 35 menit
A. KOMPETENSI INTI
1. Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya.
2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan
percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru dan
tetangga.
3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati [mendengar,
melihat, membaca] dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang
dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang
dijumpainya di rumah, sekolah.
4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas dan logis dan
sistematis, dalam karya yang estetis dalam gerakan yang mencerminkan
anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak
beriman dan berakhlak mulia.
B. KOMPETENSI DASAR
Muatan: Bahasa Indonesia
No Kompetensi Dasar Indikator
3.8
Menganalisi dan mengomentari persoalan
faktual disertai alasan yang mendukung
3.8.1 Siswa dapat
mencermati
persoalan faktual
yang diajukan.
3.8.2 siswa dapat
menanggapi
masalah yang
diajukan.
C. TUJUAN
1. Dengan menganalisis siswa dapat mencermati persoalan faktual yang di
ajukan
2. Melalui diskusi siswa dapat menanggapi masalah yang diajukan dengan
bahasa yang baik dan tepat
D. MATERI
Tentang Persoalan Faktual
E. PENDEKATAN & METODE
Pendekatan Pembelajaran : Saintifik
Model Pembelajaran : Tanya Jawab, Penugasan, Dan Ceramah
F. KEGIATAN PEMBELAJARAN
Kegiatan Deskripsi Kegiatan
Alokas
Waktu
Kegiatan
Pendahuluan
1. Kelas dimulai dengan dibuka dengan salam,
menanyakan kabar dan mengecek kehadiran siswa.
2. Kelas dilanjutkan dengan do’a dipimpin oleh salah
seorang siswa atau ketua kelas.
3. Siswa diingatkan untuk selalu mengutamakan sikap
disiplin setiap saat dan hidup bersih sekitar
lingkungan.
4. Menyanyikan salah satu lagu wajib dan atau
nasional. Guru memberikan penguatan tentang
pentingnya menanamkan semangat Nasionalisme.
5. Mengulas sedikit materi yang telah disampaikan
hari sebelumnya
6. Guru mengulas tugas belajar dirumah bersama
orangtua yang telah dilakukan. (Mandiri)
7. Menyampaikan tujuan pembelajaran hari ini.
10
menit
Kegiatan
Inti
1. guru memberikan penjelasan tentang persoalan
faktual
2. guru memberikan contoh tentang faktual secara
langsung dengan kehidupan sehari-hari
3. guru melibatkan murid secara langsung untuk
memberikan contoh tentang persoalan faktual
4. setelah siswa dilibatkan secara langsung untuk
memberikan contoh tentang persoalan faktual siswa
dapat lebih cepat mengerti
5. setelah dilibatkan secara langsung siswa akan
diminta untuk mengerjakan soal tentang persoalan
faktual
6. guru melakukan pengawasan pada saat siswa
mengerjakan soal tentang persoalan faktual
7. setelah mengerjakan soal, siswa diminta untuk
maju kedepan dan meceritakan tentang persoalan
faktual dan mengaitkan dengan kehidupan sehari-
hari nya
8. setiap siswa dapat maju ke depan untuk
menceritakan tentang persoalan faktual, sedikitnya
yang di ceritakan
9. siswa diharapkan bisa maju ke depan untuk
menceritakan tentang persoalan faktual yang
mengaitkan dengan kehidupan sehari-harinya untuk
55
menit
melati mental nya
10. guru kembali menjelaskan tentang persoalan
faktual untuk merefleksi materi yang berlangsung
11. guru memberikan hadiah kepada siswa yang telah
berani maju ke depan dan bercerita tentang
persoalan faktual yang mengaitkan kehidupan
sehari-hari nya
12. guru kembali menjelaskan tentang materi
pembelajaran yang berlangsung dan ketepatan pada
cerita siswa
13. guru dan siswa diharapkan dapat menyimpulkan
materi pembelajaran yang teklah berlangsung.
Kegiatan
Penutup
1. Siswa dan guru melakukan refleksi bersama tentang
pembelajaran yang telah berlangsung
2. Guru menyampaikan beberapa hal yang menjadi
catatan evaluasi selama kegiatan belajar
berlangsung baik catatan positif maupun negatif,
agar siswa memiliki kepedulian terhadap hal-hal
tersebut.
3. Guru juga memberikan reward kepada siswa yang
menunjukkan sikap-sikap positif menonjol agar
menjadi contoh buat siswa lain.
4. Guru menyampaikan tugas dirumah kerja sama
dengan Orang Tua, Siswa menyelesaikan tugas
rumah sendiri dengan bimbingan orang tua.
(Mandiri)
5. Memberikan nasehat dan motivadi kepada siswa
agar terdorong semangatnya untuk lebih baik
kedepannya.
6. Salam dan do’a penutup di pimpin oleh salah satu
siswa atau ketua kelas. (Religius)
5 menit
G. SUMBER DAN MEDIA
1. Buku Pedoman Guru (Buku Tematik Terpadu Kurikulum 2013, Jakarta:
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2017).
2. Buku siswa tematik kelas 1-6.
H. PENILAIAN
Penilaian terhadap proses dan hasil pembelajaran dilakukan oleh guru
untuk mengukur tingkat pencapaian kompetensi peserta didik. Hasil penilaian
digunakan sebagai bahan penyusunan laporan kemajuan hasil belajar dan
memperbaiki proses pembelajaran. Penilaian terhadap materi ini dapat
dilakukan sesuai kebutuhan guru yaitu dari pengamatan sikap, tes
pengetahuan dan presentasi unjuk kerja atau hasil karya/projek dengan rubric
penilaian sebagai berikut.
No Aspek-Aspek Yang Dinilai Tingkat Skala 1 Ketepatan struktur 1 2 3 4
2 Kelancaran 1 2 3 4
3 Kemampuan menanggapi 1 2 3 4
4 Kemampuan mempertahankan tanggapan 1 2 3 4
Catatan Guru:
Pulau Pandangan, Agustus 2020
Mahasiswa
HARTINA
NIM. 10540 1123216
Mengetahui,
Kepala SD Negeri 22 Pandangan guru kelas V
Muhammad Sakir, S.Pd. AWALIA, S.Pd
NIP.19810717 200212 1 006
Refleksi Guru:
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Kelas Eksperimen
Satuan Pendidikan : SD Negeri 22 pandangan
Kelas / Semester : V (lima)/2
Tema 6 : Lingkungan
Sub Tema 1 : Lingkungan Rumahku
Fokus Pembelajaran : Bahasa Indonesia
Alokasi waktu : 2 x 35 menit
A. KOMPETENSI INTI
1. Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya.
2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan
percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru dan
tetangga.
3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati [mendengar,
melihat, membaca] dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang
dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang
dijumpainya di rumah, sekolah.
4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas dan logis dan
sistematis, dalam karya yang estetis dalam gerakan yang mencerminkan
anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak
beriman dan berakhlak mulia.
B. KOMPETENSI DASAR
Muatan: Bahasa Indonesia
No Kompetensi Dasar Indikator
3.8
Menganalisi dan mengomentari persoalan
faktual disertai alasan yang mendukung
3.8.1 Siswa dapat
mencermati persoalan
factual yang
diajukan.
3.8.2 siswa dapat
menanggapi masalah
yang diajukan.
C. TUJUAN
1. Dengan menganalisis siswa dapat mencermati persoalan faktual yang di
ajukan
2. Melalui diskusi siswa dapat menanggapi masalah yang diajukan dengan
bahasa yang baik dan tepat
D. MATERI
Tentang Persoalan Faktual
E. PENDEKATAN & METODE
Pendekatan Pembelajaran : Saintifik
Model Pembelajaran : Tanya Jawab, Penugasan, dan Debat
F. KEGIATAN PEMBELAJARAN
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi
Waktu
Kegiatan
Pendahuluan
1. Kelas dimulai dengan dibuka dengan salam,
menanyakan kabar dan mengecek kehadiran
siswa.
2. Kelas dilanjutkan dengan do’a dipimpin oleh
salah seorang siswa atau ketua kelas.
3. Siswa diingatkan untuk selalu
mengutamakan sikap disiplin setiap saat dan
hidup bersih sekitar lingkungan.
4. Menyanyikan salah satu lagu wajib dan
atau nasional. Guru memberikan penguatan
tentang pentingnya menanamkan semangat
Nasionalisme.
5. Mengulas sedikit materi yang telah
disampaikan hari sebelumnya
6. Guru mengulas tugas belajar dirumah
bersama orangtua yang telah dilakukan.
(Mandiri)
7. Menyampaikan tujuan pembelajaran hari ini.
10
menit
Kegiatan
Inti
1. Guru membentuk beberapa kelompok secara
homogen dengan 4-5 anggota
2. Guru menjelaskan peraturan pada saat
melakukan debat dan cara debar
3. Guru menjelaskan tentang persoalan faktual
atau materi pelajaran hari ini
4. Guru memberikan contoh tentang persoalan
faktul agar siswa lebih memahami materi
debat
5. Guru membagikan materi debat kepada
setiap kelompok
6. Sebelum memulai pembelajaran debat setiap
kelompok diwajibkan untuk berdiskusi
mengenai materi pembelajaran tentang
persoalan faktual
7. Guru memili ketua setiap kelompok
8. Sementara siswa menyampaikan gagasan
dan ketua kelompok wajib menulis gagasan
inti
9. Guru memantau debat dan menulis gagasan
55
menit
inti yang di sampaikan anggota debat
10. Guru menambah kan ide-ide dan meluruskan
argumen yang belum tuntas
11. Guru mengajak siswa untuk menyimpulkan
pada materi pelajaran tentang persoalan
faktual
12. Ketua kelompok yang telah di amanahkan
menulis gagasan inti agar mengumpulkan
kepada guru
13. Guru kembali melakukan refleksi materi
pembelajaran yang telah berlangsung
Kegiatan
Penutup
1. Guru menyampaikan beberapa hal yang
menjadi catatan evaluasi selama kegiatan
belajar berlangsung baik catatan positif
maupun negatif, agar siswa memiliki
kepedulian terhadap hal-hal tersebut.
2. Guru juga memberikan reward kepada siswa
yang menunjukkan sikap-sikap positif
menonjol agar menjadi contoh buat siswa
lain.
3. Guru menyampaikan tugas dirumah kerja
sama dengan Orang Tua, Siswa
menyelesaikan tugas rumah sendiri dengan
bimbingan orang tua. (Mandiri)
4. Memberikan nasehat dan motivadi kepada
siswa agar terdorong semangatnya untuk
lebih baik kedepannya.
5. Salam dan do’a penutup di pimpin oleh
salah satu siswa atau ketua kelas. (Religius)
5 menit
G. SUMBER
1. Buku Pedoman Guru (Buku Tematik Terpadu Kurikulum 2013, Jakarta:
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2017).
2. Buku siswa tematik kelas 1-6.
H. PENILAIAN
Penilaian terhadap proses dan hasil pembelajaran dilakukan oleh guru
untuk mengukur tingkat pencapaian kompetensi peserta didik. Hasil penilaian
digunakan sebagai bahan penyusunan laporan kemajuan hasil belajar dan
memperbaiki proses pembelajaran. Penilaian terhadap materi ini dapat
dilakukan sesuai kebutuhan guru yaitu dari pengamatan sikap, tes
pengetahuan dan presentasi unjuk kerja atau hasil karya/projek dengan rubric
penilaian sebagai berikut.
No Aspek-Aspek Yang Dinilai Tingkatan
Skala
1 Ketepatan struktur 1 2 3 4
2 Kelancaran 1 2 3 4
3 Kemampuan menanggapi 1 2 3 4
4 Kemampuan mempertahankan tanggapan 1 2 3 4
Pandangan, Agustus 2020
Mahasiswa
HARTINA
NIM.10540 11232 16
Mengetahui,
Kepala SD Negeri 22 Pandangan guru kelas V
Muhammad Sakir, S.Pd. AWALIA, S.Pd
NIP.19810717 200212 1 006
Refleksi Guru:
Lampiran 3
Berbicara
Sekarang, kamu akan belajar menanggapi masalah, dan masalah ini
seringkali terjadi pada lingkungan sekitarmu.
Perhatikan dan diskusikan permasalahan berikut:
Tono sedang kerja PR, tiba-tiba Toni datang dan melihat Tono kerja PR
dan ternyata diam-diam Toni menyontek PR Tono. Tapi Tono tidak menegur Toni
karena Toni adalah sahabat dan tetangganya juga.
Tono menghadapi masalah dengan sahabatnya apa yang seharusnya
dilakukan Tono? Dapatkah kamu membantu memecahkan masalah tersebut?
“Ayo Sampaikan Tanggapanmu”