Pengaruh Penggunaan Karbon Aktif Terhadap Kadar Endotoksin Dalam Sediaan Injeksi Intravena Glukosa

download Pengaruh Penggunaan Karbon Aktif Terhadap Kadar Endotoksin Dalam Sediaan Injeksi Intravena Glukosa

of 9

description

sssss

Transcript of Pengaruh Penggunaan Karbon Aktif Terhadap Kadar Endotoksin Dalam Sediaan Injeksi Intravena Glukosa

  • Farmaka, Volume 7 Nomor 2, Agustus 2009

    27

    PENGARUH PENGGUNAAN KARBON AKTIF TERHADAP KADAR ENDOTOKSIN DALAM SEDIAAN INJEKSI INTRAVENA GLUKOSA

    Insan Sunan K, Sohadi Warya, Mutakin, Maya Susliawathy Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran-Jatinangor

    ABSTRAK Injeksi glukosa adalah sediaan steril untuk parenteral dari glukosa yang dilarutkan dalam air sebagai injeksi. Injeksi glukosa tidak mengandung mikroba. Salah satu syarat dari sediaan injeksi intravena ialah harus bebas pirogen. Salah satu cara untuk menghilangkan atau mengurangi pirogen dari larutan injeksi intravena yaitu dengan penyerapan menggunakan karbon aktif. Telah dilakukan penelitian mengenai pengaruh penggunaan karbon aktif sebagai penjerap endotoksin dalam pembuatan sediaan injeksi intravena glukosa. Pengujian dilakukan menggunakan LAL (Limulus Amoebosit Lysate) pyrotell-t dengan metode turbidimetri. Untuk pembuatan kurva kalibrasi digunakan baku endotoksin E.coli dengan konsentrasi 1 EU/mL, 0,5 EU/mL, 0,25 EU/mL, 0,125 EU/mL, 0,0625 EU/mL dan 0,03125 EU/mL. Dari pengujian diperoleh hasil kadar endotoksin dalam sediaan injeksi intravena glukosa yang dibuat dengan penambahan karbon aktif sebesar 23451 EU/mL dan kadar endotoksin dalam sediaan tanpa penambahan karbon aktif sebesar 106028 EU/mL. Hal ini membuktikan bahwa penggunaan karbon aktif memiliki pengaruh terhadap penjerapan endotoksin dalam pembuatan sediaan injeksi intravena glukosa.

    Kata kunci : Endotoksin, Karbon aktif, LAL, Turbidimetri

  • Pengaruh Penggunaan Karbon Aktif (Insan SK)

    28

    PENDAHULUAN Sediaan injeksi intravena adalah salah satu sediaan obat yang umum digunakan terutama dalam praktek di rumah sakit. Sediaan parenteral adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi, atau suspensi atau serbuk yang harus dilarutkan atau

    disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan, yang disuntikkan dengan cara

    merobek jaringan ke dalam kulit atau melalui kulit atau selaput lendir. Sediaan parenteral terdiri dari injeksi intravena volume besar dan injeksi intravena volume kecil (Depkes, 1995). Beberapa jenis sediaan infus intravena yang sering digunakan di rumah sakit antara lain yaitu injeksi natrium klorida, injeksi glukosa, injeksi ringer, injeksi ringer laktat, injeksi natrium laktat dan sebagainya. Pada umumnya infus intravena ini digunakan sebagai penambah cairan

    tubuh, elektrolit atau sebagai pemberi nutrisi dan juga sebagai pengalkalis sistemik (Ansel, 1989). Injeksi glukosa adalah sediaan steril untuk parenteral dari glukosa yang dilarutkan dalam air sebagai injeksi. Injeksi glukosa tidak mengandung mikroba (Gennaro, 1990). Salah satu syarat dari sediaan injeksi intravena ialah harus bebas pirogen (Ansel, 1989).Salah satu cara untuk menghilangkan atau mengurangi

    pirogen dari larutan injeksi intravena yaitu dengan penyerapan menggunakan karbon aktif. Karbon aktif atau arang jerap adalah

    karbon yang diperoleh dengan cara

    karbonisasi dan aktivitas bahan organik (Smisek,et al., 1970). Dalam sediaan parenteral volume besar perlu diadakan uji pirogen untuk mengetahui adanya kontaminasi dalam sediaan parenteral tersebut. Uji pirogen bakteri adalah uji untuk memperkirakan kadar pirogen yang mungkin ada dalam

    atau pada bahan uji (Depkes, 1995). Pirogen adalah senyawa organik yang menyebabkan demam berasal dari pencemaran mikroba dan bertanggung

    jawab untuk banyak reaksi febril yang timbul pada penderita sesudah

    penyuntikan. Diduga materi penyebab demam ini adalah lipopolisakarida dari dinding luar sel bakteri. Karena materi ini tahan panas, maka akan tetap ada dalam

    air, bahkan sesudah disterilkan dengan otoklaf atau penyaring bakteri (Ansel, 1989). Uji pirogen biasanya dilakukan dengan menggunakan kelinci sehat, selain

    pengujian oleh kelinci dapat juga pengujian dilakukan dengan LAL. Pengujian dilakukan menggunakan Limulus Amoebocyte Lysate (LAL), yang diperoleh dari ekstrak air amebosit dalam

    kepiting ladam kuda, Limulus polyphemus. Uji dengan menggunakan LAL terdiri dari tiga metode diantaranya adalah metode gel-clot, kromogenik, dan turbidimetri (Depkes, 1995).

  • Farmaka, Volume 7 Nomor 2, Agustus 2009

    29

    Metode turbidimetri dapat digunakan untuk memeriksa kandungan endotoksin

    dalam sampel. Bergantung pada dasar pengujian yang digunakan, teknik ini diklasifikasikan sebagai titik akhir turbidimetri atau kinetik turbidimetri. Titik

    akhir teknik turbidimetri didasarkan pada hubungan kuantitatif antara konsentrasi

    endotoksin dan turbiditas (Joiner TJ, et al., 2002).

    METODE PENELITIAN Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuvet, Laminar Air

    Flow (LAF), mikropipet (Thermo Labsystem), otoklaf, oven, pompa peristaltik, spektrofotometer ultraviolet

    (Specord 200), syringe steril, alat gelas yang lazim digunakan, termometer, timbangan, vortex mixer dan waterbath. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

    Alkohol 70% (Brataco), aqua pro injectionum bebas pirogen (IKA Pharma), indikator pH universal (Merck), glukosa (Brataco), karbon aktif (Brataco), LAL Reagent Water (Cape Code), LAL Reconstitution Buffer (Cape Code), Pyrotell LAL Test (Cape Code), spiritus (Brataco) dan Standar Kontrol Endotoksin (Escherichia coli) (Cape Code).

    Adapun metode kerja yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut :

    1. Preparasi Alat dan Bahan Alat gelas yang digunakan dalam

    penelitian ini dibungkus dengan kertas perkamen untuk disterilisasi terlebih dahulu dengan menggunakan otoklaf pada suhu 121oC selama 15 menit. Setelah itu, alat yang telah disterilisasi dimasukkan ke dalam oven dengan suhu 250oC untuk proses depirogenasi selama 30 menit.

    Laminar Air Flow (LAF) dibersihkan dengan menggunakan alkohol 70%. Setelah itu, lampu UV pada LAF

    dinyalakan selama 60 menit sebelum digunakan. Seluruh alat yang akan

    digunakan dibilas terlebih dahulu dengan menggunakan aqua pro injectionum bebas pirogen.

    2. Formulasi Sediaan yang akan diuji pada penelitian ini adalah injeksi intravena glukosa. Injeksi intravena glukosa yang digunakan dibuat sendiri di laboratorium

    dengan menggunakan formula berdasarkan Formularium Nasional edisi II tahun 1978 dimana tiap 100 mL injeksi mengandung glukosa sebanyak 5 gr.

    3. Pembuatan Injeksi Glukosa Injeksi intravena glukosa dibuat dalam 2 sediaan, yaitu sediaan dengan menggunakan karbon aktif dan tanpa menggunakan karbon aktif. Volume produksi untuk masing-masing injeksi tersebut adalah 120 mL.

  • Pengaruh Penggunaan Karbon Aktif (Insan SK)

    30

    Adapun proses pembuatan sediaan

    injeksi intravena glukosa dengan menggunakan karbon aktif adalah sebagai berikut ditimbang glukosa sebanyak 6,3 gram dan karbon aktif sebanyak 0,1 gram. Kemudian glukosa dilarutkan dalam sebagian aqua pro injectionum bebas pirogen, dicek pH larutannya. Lalu ditambah aqua pro injectionum bebas pirogen hingga 120 mL. Setelah itu ditambah karbon aktif, lalu dipanaskan pada suhu 60-70oC selama 15 menit sambil diaduk. Kemudian disaring dengan kertas

    saring dalam kondisi panas, filtrat pertama dibuang. Setelah itu larutan glukosa

    dimasukkan ke dalam botol infus sebanyak 102 mL. Lalu disterilisasi dalam otoklaf 121oC selama 15 menit. Sedangkan untuk sediaan injeksi intravena glukosa tanpa karbon aktif proses pembuatannya adalah sebagai

    berikut ditimbang glukosa sebanyak 6,3 gram. Lalu dilarutkan glukosa dalam sebagian aqua pro injectionum bebas pirogen, kemudian dicek pH larutan dengan menggunakan indikator pH universal. Setelah itu ditambah aqua pro

    injectionum bebas pirogen hingga 120 mL. Lalu disaring dengan kertas saring, setelah

    itu dimasukkan larutan glukosa ke dalam botol infus sebanyak 102 mL. Setelah itu disterilisasi dalam otoklaf 121oC selama 15 menit.

    4. Preparasi Endotoksin dan LAL Kit a. Preparasi endotoksin

    Standar Kontrol Endotoksin (Escherichia coli) yang tersedia adalah 2500 EU/ vial. Sebanyak 10 mL LAL reagent water dimasukkan ke dalam vial endotoksin sehingga diperoleh konsentrasi

    endotoksin 250 EU/mL. Kemudian dilakukan pengenceran endotoksin sebagai

    berikut : i. Endotoksin 25 EU/mL

    Sebanyak 1 mL endotoksin 250 EU/mL ditambah dengan 9 mL LAL Reagent Water.

    ii. Endotoksin 1 EU/mL

    Sebanyak 1 mL endotoksin 25 EU/mL ditambah dengan 24 mL LAL Reagent Water.

    iii. Endotoksin 0,5 EU/mL Sebanyak 1 mL endotoksin 1 EU/mL ditambah dengan 1 mL LAL Reagent

    Water.

    iv. Endotoksin 0,25 EU/mL Sebanyak 1 mL endotoksin 0,5 EU/mL ditambah dengan 1 mL LAL Reagent Water.

    v. Endotoksin 0,125 EU/mL Sebanyak 1 mL endotoksin 0,25 EU/mL ditambah dengan 1 mL LAL

    Reagent Water.

    vi. Endotoksin 0,0625 EU/mL Sebanyak 1 ml endotoksin 0,125 EU/mL ditambah dengan 1 mL LAL

    Reagent Water.

    vii.Endotoksin 0,03125 EU/mL

  • Farmaka, Volume 7 Nomor 2, Agustus 2009

    31

    Sebanyak 0,0625 endotoksin 0,0625 EU/mL ditambah dengan 1 mL LAL

    Reagent Water.

    Pada penelitian ini, konsentrasi endotoksin 1 EU/mL, endotoksin 0,5 EU/mL, endotoksin 0,25 EU/mL, endotoksin 0,125 EU/mL, endotoksin 0,0625 EU/mL dan endotoksin 0,03125 EU/mL digunakan sebagai larutan baku standar. b. Preparasi LAL kit Pereaksi LAL yang digunakan dalam

    penelitian ini adalah pyrotell-T multi-test turbidimetric 5 mL/vial. Pyrotell-T tersebut dilarutkan dengan LAL Reagent Water sebanyak 5 mL. Vial yang berisi LAL dapat langsung digunakan untuk menguji endotoksin dalam sediaan injeksi glukosa yang telah dibuat.

    5. Prosedur Metode Turbidimetri Alat dan bahan injeksi intravena glukosa disiapkan dan dimasukkan ke

    dalam LAF kemudian dilakukan pengerjaan metode turbidimetri. a. Pembuatan kurva kalibrasi Kadar endotoksin dalam sediaan

    injeksi intravena glukosa dapat diketahui dengan cara mengukur onset time

    turbiditas dengan spektrofotometri sinar ultra violet. Onset time turbiditas yang diperoleh sebanding dengan kadar endotoksin dalam sediaan injeksi intravena glukosa.

    Untuk pembuatan kurva kalibrasi dilakukan :

    1. Pembuatan larutan blanko Larutan blanko yang digunakan adalah aqua pro injectionum bebas pirogen.

    2. Pembuatan kurva kalibrasi

    Diambil sebanyak 1,2 mL larutan baku endotoksin 1 EU/mL yang telah

    disiapkan, lalu larutan baku endotoksin 1 EU/mL dimasukkan ke kuvet. Kemudian ke dalam kuvet tersebut ditambah pereaksi LAL sebanyak 300

    L pereaksi LAL dan 1 tetes buffer. Kuvet dimasukkan ke dalam

    spektrofotometer ultraviolet yang telah

    dihubungkan dengan waterbath yang telah diatur suhunya 37oC. Kemudian diukur pada panjang gelombang 340 nm. Dilakukan perlakuan yang sama pada larutan baku

    0,5 EU/mL, 0,25 EU/mL, 0,125 EU/mL, 0,0625 EU/mL dan 0,03125 EU/mL.

    b. Penetapan kadar endotoksin dalam injeksi glukosa

    Diambil sebanyak 1,2 mL sampel

    injeksi intravena glukosa yang telah disiapkan, lalu larutan baku sampel

    tersebut dimasukkan ke kuvet. Kemudian ke dalam kuvet tersebut ditambah pereaksi LAL sebanyak 300 L pereaksi LAL. Kuvet dimasukkan ke dalam

    spektrofotometer ultraviolet (gambar di lampiran 7) yang telah dihubungkan

  • dengan waterbath yang telah diatur suhunya 37oC. Kemudian diukur pada panjang gelombang 340 nm. Dilakukan perlakuan yang sama untuk sampel i

    glukosa yang menggunakan karbon aktif

    dan sampel injeksi glukosa tanpa karbon aktif.

    6. Analisis Data Untuk mengetahui apakah terdapat

    pengaruh penggunaan karbon aktif terhadap kadar endotoksin, maka data yang

    diperoleh dimasukkan ke persamaanregresi dari kurva baku endotoksin dan diperoleh hasil kadar endotoksin.

    HASIL DAN PEMBAHASAN1. Kurva baku Hasil pengukuran onset time

    dari larutan baku endotoksin dapat dilihat

    dalam Tabel 1 dan Gambar 1 di bawah ini :

    Tabel 1. Hasil Pengukuran

    Turbiditas Larutan Baku Endotoksin

    Konsentrasi (EU/ML)

    Onset Time ( detik )

    1

    0,5

    0,25

    0,125

    0,0625

    0,03125

    Dari hasil pengukuran

    turbiditas, dibuat kurva bakumengubah onset time turbiditasnya ke

    Pengaruh Penggunaan Karbon Aktif

    yang telah diatur

    C. Kemudian diukur pada panjang gelombang 340 nm. Dilakukan perlakuan yang sama untuk sampel injeksi glukosa yang menggunakan karbon aktif

    dan sampel injeksi glukosa tanpa karbon

    Untuk mengetahui apakah terdapat

    pengaruh penggunaan karbon aktif terhadap kadar endotoksin, maka data yang

    diperoleh dimasukkan ke persamaan regresi dari kurva baku endotoksin dan diperoleh hasil kadar endotoksin.

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    onset time turbiditas dari larutan baku endotoksin dapat dilihat

    dalam Tabel 1 dan Gambar 1 di bawah ini :

    Hasil Pengukuran Onset Time Turbiditas Larutan Baku

    Onset Time ( detik )

    Dari hasil pengukuran onset time

    turbiditas, dibuat kurva baku dengan cara turbiditasnya ke

    dalam bentuk Log T dan konsentrasi

    diubah ke dalam bentuk Log (1/C).

    Gambar 1 Kurva baku endotoksin Kurva baku endotoksin dihasilkan dari pengenceran endotoksin pada konsentrasi 1

    EU/mL, 0,5 EU/mL, 0,25 EU/mL, 0,125 EU/mL, 0,0625 EU/ml dan 0,03125 EU/mL yang direaksikan dengan LAL. LAL yang diperoleh berupa serbuk yang harus dilarutkan dahulu dengamenggunakan LAL Reagent Water

    yang memenuhi persyaratan USP (State Pharmacopeia) untuk Injection (WFI). Berdasarkan data pada Tabel 1 dan

    Gambar 1 di atas, maka dapat diperoleh persamaan regresi linier yaitu y = 0,171 x + 3,0534. Dimana y = Log T (turbiditas), dan x = Log 1/C ( konsentrasi endotoksin ) dengan r = 0,997.

    2. Hasil Onset Time Turbiditas Hasil onset time turbiditas untuk sediaan injeksi intravena glukosa yang

    Penggunaan Karbon Aktif (Insan SK)

    32

    dalam bentuk Log T dan konsentrasi

    diubah ke dalam bentuk Log (1/C).

    Gambar 1 Kurva baku endotoksin Kurva baku endotoksin dihasilkan dari

    pengenceran endotoksin pada konsentrasi 1

    EU/mL, 0,5 EU/mL, 0,25 EU/mL, 0,125 EU/mL, 0,0625 EU/ml dan 0,03125 EU/mL yang direaksikan dengan LAL. LAL yang diperoleh berupa serbuk yang harus dilarutkan dahulu dengan

    LAL Reagent Water (LRW) yang memenuhi persyaratan USP (United

    untuk Water for

    Berdasarkan data pada Tabel 1 dan

    Gambar 1 di atas, maka dapat diperoleh persamaan regresi linier yaitu y = 0,171 x

    3,0534. Dimana y = Log T (onset time turbiditas), dan x = Log 1/C ( konsentrasi endotoksin ) dengan r = 0,997.

    Turbiditas turbiditas untuk

    sediaan injeksi intravena glukosa yang

  • Farmaka, Volume 7 Nomor 2, A

    33

    menggunakan karbon aktif dan tanpakarbon aktif adalah sebesar 156 detik dibandingkan waktu terjadinya kekeruhan pada sediaan yang menggunakan karbon

    aktif sebesar 202 detik. Semakin cepat waktu terjadinya kekeruhan menunjukkan semakin besar kadar endotoksin yang terkandung pada sediaan tersebut. Reaksi

    LAL dengan sediaan injeksi menyebabkan campuran menjadi keruh. Dari hasil yang diperoleh turbiditas dari sediaan injeksi intravena glukosa yang menggunakan karbon aktif dan tanpa karbon aktif, dapat dilihat bahwa onset time turbiditas dari sediaan yang menggunakan karbon aktif lebih lama

    waktunya dibandingkan dengan sediaan tanpa karbon aktif. Reaksi LAL dengan

    sediaan injeksi intravena glukosa dengan karbon aktif lebih lambat waktu awal terjadinya kekeruhan karena karbon memiliki sifat absorpsi dan adsorpsi menjerap endotoksin, karbon aktif memiliki pori yang sangat halus dan

    menjebak endotoksin didalamnya.3. Hasil Penetapan Kadar Endotoksin

    dari Sediaan Injeksi Intravena Glukosa

    Penetapan kadar dilakukan pada panjang gelombang maksimum 340 nm, pada maksimum diperoleh serapan

    maksimum, dimana perubahan serapan karena konsentrasi juga maksimum, sehingga menghasilkan kepekaan dan keakuratan yang lebih tinggi.

    , Agustus 2009

    menggunakan karbon aktif dan tanpa karbon aktif adalah sebesar 156 detik dibandingkan waktu terjadinya kekeruhan pada sediaan yang menggunakan karbon

    aktif sebesar 202 detik. Semakin cepat waktu terjadinya kekeruhan menunjukkan semakin besar kadar endotoksin yang

    rsebut. Reaksi

    LAL dengan sediaan injeksi menyebabkan

    Dari hasil yang diperoleh onset time turbiditas dari sediaan injeksi intravena glukosa yang menggunakan karbon aktif dan tanpa karbon aktif, dapat dilihat

    turbiditas dari sediaan yang menggunakan karbon aktif lebih lama

    waktunya dibandingkan dengan sediaan tanpa karbon aktif. Reaksi LAL dengan

    sediaan injeksi intravena glukosa dengan karbon aktif lebih lambat waktu awal terjadinya kekeruhan karena karbon aktif memiliki sifat absorpsi dan adsorpsi menjerap endotoksin, karbon aktif memiliki pori yang sangat halus dan

    menjebak endotoksin didalamnya. Hasil Penetapan Kadar Endotoksin dari Sediaan Injeksi Intravena

    adar dilakukan pada panjang gelombang maksimum 340 nm,

    maksimum diperoleh serapan

    maksimum, dimana perubahan serapan karena konsentrasi juga maksimum, sehingga menghasilkan kepekaan dan

    Onset time turbiditas yang diperoleh, digunakan untuk menghitung kadar

    endotoksin yang terdapat pada sediaan injeksi glukosa yang menggunakan karbon aktif dan tanpa karbon aktif. Dilakukan perhitungan kadar endotoksin menggunakan persamaan regresi linier y =

    0,171 x + 3,054, sehingga diperoleh kadar endotoksin yang terdapat di dalam sediaan injeksi intravena glukosa.

    Gambar 2 Grafik perhitungan kadar endotoksin

    Dari gambar 2 terlihat bahwa sediaan injeksi intravena glukosa yang menggunakan karbon aktif dan tanpa karbon aktif terdapat perbedaan kadar

    endotoksin. Kadar endotoksin pada sediaan yang menggunakan karbon aktif lebih

    sedikit, hal ini disebabkan karpenambahan karbon aktif yang mempunyai

    daya menjerap endotoksin dalam sediaan. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi adsorpsi dari karbon aktif ini diantaranya luas permukaan karbon aktif, suhu, dan

    proses pengadukan. Terdapat beberapa faktor ya

    mempengaruhi hasil pengujian endotoksin pada sediaan injeksi intravena glukosa

    0

    100000

    200000

    Sediaan tanpa karbon aktifSediaan dengan karbon aktif

    106028

    23451

    Kadar Endotoksin

    turbiditas yang diperoleh, digunakan untuk menghitung kadar

    endotoksin yang terdapat pada sediaan injeksi glukosa yang menggunakan karbon aktif dan tanpa karbon aktif. Dilakukan perhitungan kadar endotoksin menggunakan persamaan regresi linier y =

    x + 3,054, sehingga diperoleh kadar endotoksin yang terdapat di dalam sediaan

    Gambar 2 Grafik perhitungan kadar endotoksin

    Dari gambar 2 terlihat bahwa sediaan injeksi intravena glukosa yang menggunakan karbon aktif dan tanpa karbon aktif terdapat perbedaan kadar

    endotoksin. Kadar endotoksin pada sediaan yang menggunakan karbon aktif lebih

    sedikit, hal ini disebabkan karena penambahan karbon aktif yang mempunyai

    daya menjerap endotoksin dalam sediaan. faktor yang dapat mempengaruhi

    adsorpsi dari karbon aktif ini diantaranya luas permukaan karbon aktif, suhu, dan

    Terdapat beberapa faktor yang dapat

    mempengaruhi hasil pengujian endotoksin pada sediaan injeksi intravena glukosa

    Sediaan dengan karbon aktif

    Kadar Endotoksin

    Sediaan tanpa

    karbon aktif

    Sediaan dengan

    karbon aktif

  • Pengaruh Penggunaan Karbon Aktif (Insan SK)

    34

    yaitu diantaranya adanya kontaminan,

    yang menurut CPOB adalah masuknya pengotor (impurities) yang dapat berupa bahan kimia, mikroba dan partikel asing ke dalam bahan awal/produk antara. Hal ini dapat disebabkan pada saat proses pengerjaan. Alat-alat yang digunakan dalam pengerjaan walaupun telah didepirogenisasi memungkinkan masih

    melekatnya kontaminan. Kondisi dan udara dari sekitar alat spektrofotometer UV dan ruangan pengujian dapat menyebabkan adanya kontaminan pada

    saat pengujian. Faktor lainnya yang dapat

    mempengaruhi reaksi LAL antara lain

    suhu yang tidak terjaga (suhu tidak berada pada rentang 371C) dan pH yang tidak berada pada rentangnya (pH 6 8).

    SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kadar endotoksin sediaan injeksi intravena glukosa yang menggunakan

    karbon aktif adalah 23451 EU/mL dan sediaan injeksi intravena glukosa yang tanpa karbon aktif kadar endotoksin adalah 106028 EU/mL. Hal ini membuktikan bahwa karbon aktif berpengaruh terhadap penjerapan endotoksin dalam sediaan yang dibuat. Semakin cepat onset time turbiditas

    menunjukkan semakin besar kandungan endotoksin dalam sediaan glukosa.

    Saran Dari hasil penelitian dapat disarankan untuk menggunakan alat toksinometer

    sebagai alternatif pembanding dalam

    penetapan kadar endotoksin dan penggunaan penyaring SEITZ dan metode

    electrosmosis atau reverse osmosis dalam hal pembebasan endotoksin dalam suatu sediaan injeksi intravena.

    DAFTAR PUSTAKA

    Akers, Michael J. 1994. Parenteral Quality Control. 2nd Edition. United States of America : Marcel Dekker, Inc. P.101-147

    Anief, M. 2000. Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktik. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. Hal.193-196

    Ansel, Howard C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Jakarta : UI Press. Hal. 399-400

    Barnett, Barry. 1982. Inorganic Chemistry. Second Edition. Longman Green and Co Ltd. P. 309

  • Farmaka, Volume 7 Nomor 2, Agustus 2009

    35

    Blechova, R., Pivodova, D. 2001. Limulus Amoebocyte Lysate (LAL) Test An Alternative Method For Detection of Bacterial Endotoxin. http://www.vfu. cz/actavet/actavet.htm [12 Desember 2006]

    Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Hal. 300-301, 908-909

    Depkes RI. 1978. Formularium Nasional. Edisi II. Jakarta : Departemen Kesehatan RI. Hal.137

    Gennaro, Alfonso R. 1990. Remingtons Pharmaceutical Sciences. 18th Edition. Vol.2. Easton : Mack Publishing Company. P. 1550-1551

    Groves, M.J. 1989. Parenteral Technology Manual. Second Edition. USA : Interpharm Press. P. 43-45

    Hessler, J.W. 1951. Activated Carbon. New York: Chemical Publishing Co. Brooklyn. P. 23-24, 174-175

    Joiner, Timothy J., Paul F. Kraus, Thomas C. Kupiec, Ph.D. 2002. Comparison of Endotoxin Testing Methods for Pharmaceutical Products. International Journal of Pharmaceutical Compounding Vol.6/No.6. P. 408-409

    Lukas, Stefanus. 2006. Formulasi Steril. C.V. Yogyakarta : Andi Offset. Hal. 11-14, 81-98

    Purwakusuma, Wahyu. 2007. Filter Kimia. http://www.o-fish.com/ Filter/ filter_kimia.php. [15 April 2007]

    Smisek Millan, RNDr., Cerny Slavoj RNDr, Csc.1970. Active Carbon Manufacture Properties and Applications. Amsterdam : Elsivier publishing Co. P. 11-24

    Suwandi, Usman, Drs. 1988. Uji Pirogenitas dengan Kelinci dan Limulus Amoebocyt Lysate. http://www.kalbefarma.com/files/ cdk/files/52_08_UjiPirogenitasdenganKelincidanLimulus.pdf/52_08_UjiPirogenitasdenganKelincidanLimulus.html [12 April 2007]

    Societys Department of Pharmaceutical Sciences. 1996. Martindale : The Extra Pharmacopoeia. 31st Edition. Vol II. London : The Pharmaceutical Press. P. 1184

    Voigt, R. 1995. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Edisi kelima. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. Hal. 462 463

    Williams, K.L. 2003. Endotoxin, Pirogens, LAL Testing and Depyrogenation. Vol III. New York : Marcel Dekker, Inc. P.12-15