Pengaruh Penerimaan Dana Otsus Dan TDBH Migas Terhadap Belanja Modal Serta Dampaknya Pada IPM...
-
Upload
syukriy-abdullah -
Category
Documents
-
view
16 -
download
5
description
Transcript of Pengaruh Penerimaan Dana Otsus Dan TDBH Migas Terhadap Belanja Modal Serta Dampaknya Pada IPM...
Jurnal Magister Akuntansi ISSN 2302-0164
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala 12 Pages pp. 12- 23
Volume 5, No. 2, Mei 2016 - 12
PENGARUH PENERIMAAN DANA OTONOMI KHUSUS DAN TAMBAHAN DANA BAGI HASIL MIGAS TERHADAP BELANJA MODAL SERTA DAMPAKNYA PADA
INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN/KOTA DI ACEH
1) Cut Sri Hartati , 2)Dr. Syukri Abdullah, SE, M. Si, Ak, 3)Dr. MuliaSaputra, SE. M. Si, Ak, CA
1) Magister AkuntansiPascasarjanaUniversyitasSyiah Kuala Banda Aceh 2,3) Staff Pengajar
Magister Akuntansi Pascasarjana Universyitas Syiah Kuala Banda Aceh.
Abstract:Since it is designated as a special autonomy province, Aceh has received substantial funds
by the central government, either the special autonomy fund and Gas Share Additional Funding. The
local government can use these funds to develop infrastructure in various sectors in order to support
the welfare of the community, one of which can be measured by the HDI (Human Development Index).
The Regencies/Cities Authorities have budgeted a subtantial capital expenditure to the infrastructure
development. The special autonomy issue associated with the community welfare measured with the
HDI is, therefore, interesting to conduct a study. The purpose of this study was to examine and analyze
the effect of the receipt of special autonomy and Gas Share Additional Fundingfunds toward the
capital expenditures and their impact on Human Development Index in Districts/Municipalities in
Aceh Province.This study is a hypothesis testing research by using path analysis to figure out the
population data collected based on documents and reports that are made available from Bappeda (the
Provincial Development Planning Agency)of Aceh, Directorate-General of Regional Fiscal Balance of
the Ministry of Finance, and Central Bureau of Statistics of Aceh. The results of this study show that
the funds allocated for the Aceh Province from Speacial Autonomy and Gas Share Additional
Fundingschemes have positive effects both jointly and simultanously toward the capital expenditures
of Districts/Municipalities in Aceh. Furthermore, the results also prove that the fundings and capital
expenditures have positive effects either jointly or partially on the HDI of the Districts/Municipalities
in the Aceh Province. For direct and indirect influences, it shows that the capital expenditures do not
mediate the effect of special autonomy fund toward the HDI. Other results prove that the capital
expenditures mediate the effect of Gas Share Additional Fundingto HDI.
Keywords: Special Autonomy Fund, Gas Share Additional Funding, Capital Expenditure, Human Development Index (HDI), Community Welfaren
Abstrack:Sejak ditetapkan sebagai daerah otonomi khusus (otsus), Aceh memperoleh dana daerah
yang cukup besar, baik dari dana otsus maupun dari TDBH migas. Dengan dana yang besar tersebut
dapat dimanfaatkan untuk melaksanakan pembangunan infrastruktur diberbagai sektor untuk dapat
menunjang kesejahteraan masyarakat yang salah satunya dapat diukur dengan IPM. Untuk
melaksanakan pembangunan infrastruktur tersebut, pemerintah Kabupaten/kota di Aceh telah
menganggarkan belanja modal yang cukup besar. Oleh karena itu, isu otonomi khusus dikaitkan
dengan tingkat kesejahteraan masyarakat yang diukur dengan IPM menjadi hal menarik untuk
dilakukan penelitian. Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan menganalisis pengaruh penerimaan
dana otonomi khusus dan TDBH Migas terhadap belanja modal serta dampaknya pada IPM
kabupaten/kota di Aceh. Jenis penelitian ini merupakan hypothesis testing reasearch dengan
menggunakan path analysis terhadap data populasi yang dikumpulkan berdasarkan dokumen dan
laporan yang telah tersedia di Bappeda Aceh, DJPK Departemen Keuangan dan Badan Pusat Statistik
(BPS) Aceh. Hasil penelitian membuktikan bahwa penerimaan dana otsus dan TDBH 2
Jurnal Mangister Akuntansi
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
13 - Volume 5, No. 2, Mei 2016
Migas berpengaruh positif baik secara bersama-sama maupun secara parsial terhadap belanja modal
kabupaten/kota di Aceh. Selanjutnya hasil penelitian juga membuktikan penerimaan dana otsus,
TDBH Migas dan belanja modal berpengaruh positf baik secara bersama-sama maupun secara parsial
terhadap IPM kabupaten/kota di Aceh. Untuk pengaruh langsung dan tidak langsung membuktikan
bahwa belanja modal tidak memediasi pengaruh dana otsus terhadap IPM. Hasil lainnya membuktikan
belanja modal memediasi pengaruh TDBH Migas terhadap IPM.
Kata kunci: Dana Otsus, TDBH Migas, Belanja Modal, IPM, Kesejahteraan Masyarakat.
PENDAHULUAN
Sejak pelaksanaan otonomi khusus
(otsus), Aceh memperoleh dana daerah yang
cukup besar, baik dari dana otsus maupun dari
tambahan dana bagi hasil migas. Dalam
melaksanakan pembangunan, pengelolaan dana
otsus dan tambahan dana bagi hasilmigas
disepakati bersama-sama antara pemerintah
Aceh dengan pemerintah kabupaten/kota seperti
yang diamanatkan dalam Qanun Aceh No.2
Tahun 2008 tentang Tata Cara Pengalokasian
Tambahan Dana bagi hasil Minyak dan Gas
Bumi dan Penggunaan Dana Otonomi Khusus.
Selanjutnya Berdasarkan Peraturan Gubernur
No. 79 Tahun 2013 tentang Petunjuk Teknis
Pengelolaan Tambahan Dana Bagi Hasil
Minyak dan Gas Bumi dan Dana Otonomi
Khusus dijelaskan bahwa pemanfaatan dana
otsus difokuskan pada peningkatan
kesejahteraan masyarakat antara lain pada
pembangunan bidang infrastruktur, pendanaan
pendidikan, kesehatan, dan sosial.
Jumlah dana otsus dan TDBH Migas
yang diterima oleh kabupaten/kota selama 7
(tujuh) 2008-2014 sebesar
Rp.26.053.192.699.599 (Bappeda Aceh,
2015).Berdasarkan gambar tersebut dapat
dilihat bahwa total dana otsus dan TDBH
Migasyang sudah diterima oleh kabupaten/kota
di Aceh sangat besar. Besarnya penerimaan
danadaerah tersebut akan berdampak pada
peningkatan belanja infrastruktur atau belanja
modal.
Peningkatan belanja modal
pemerintahkabupaten/kota dalam rentang
waktu selama 7 (tujuh) tahun melebihi 100
persen, dimana jumlah belanja modal pada
tahun 2008 sebesar Rp.2.935.219.000.000,-
dan pada tahun 2014 sudah mencapai
Rp.5.224.358.000.000,-. (DJPK
Departemen Keuangan, 2015)
Sehubungan dengan banyaknya
dana yang terima oleh kabupaten/kota dan
telah dianggarkan dalam belanja modal
untuk pengadaan infrastruktur publik
membuktikan bahwatheory of grants
memberikan landasan bahwa bantuan
pemerintah yang dalam praktiknya di
Indonesia dapat berbentuk transfer dana
menjadi stimulus bagi kemajuan ekonomi
daerah dan menambah tingkat daya beli
masyarakat. Tambahan kemampuan ini
pada akhirnya akan berdampak pada
pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan
masyarakat. Kesejahteraan masyarakat
salah satunya dapat diwujudkan melalui
Jurnal Magister Akuntansi
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
Volume 5, No. 2, Mei 2016 - 14
200 4 - 2009 - 20 05 2010 39 20 06 2011 20 07 2012 20 08
0 34 ,
penyediaan sarana publik yang baik,
peningkatan kesejahteraan masyarakat yang
diwujudkan melalui penyediaan sarana
publik tersebut pada akhirnya akan
meningkatkan IPM (Sumardjoko, 2014).
Selanjutnya dapat dilihat dari penelitian
Christy dan Adi (2009) di Jawa Tengah yang
menemukan bahwa belanja modal berpengaruh
terhadap IPM, ini menunjukkan besarnya
belanja modal dari APBD suatu daerah akan
menentukan pengalokasian dana bagi
peningkatan kesejahteraan masyarakat yang
dilihat dari tingkat IPM.Dalam Laporan
Pembangunan Manusia Indonesia (LPMI) tahun
2004 dikatakan bahwa dalam jangka pendek,
walaupun tidak ada pertumbuhan ekonomi yang
memuaskan, sebuah negara dapat meningkatkan
pembangunan manusia yang cukup signifikan
melalui pengeluaran publik yang direalisasikan
dengan baik. Untuk itu, tidak dapat dipungkiri
bahwa kebijakan realisasi belanja pembangunan
terutama di sektor pendidikan dan sektor
kesehatan akan memberi pengaruh yang positif
bagi perkembangan pembangunan manusia.
Secara umum, angka
ratarataIPMkabupaten/kota di Aceh selama
kurun waktu 2004-2013dapat dilihat pada Tabel
1.
1. Tabel 1.1
Indeks Pembangunan Manusia Aceh Periode 2004-2013
IPMKab/kota IPMKa
68,70 71,31
69,05 0.35 71,70 0.
69,41 0.36 72,16 0.46
70,35 0.94 72,51 0.35
70,76 0.41 2013 73,05 0.54 Rata-rata
kenaikan 0,41
Sumber: Badan Pusat Statistik Aceh(2015)
Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa
rata-rata kenaikan IPMAceh periode 2004-2008
atau sebelum adanya dana otonomi khusus
adalah 0,41 poin. Sedangkan rata-rata kenaikan
IPM periode 2009-2013 atau setelah adanya
dana otonomi khusus adalah 0,34 poin. Jika
dibandingkan rata-rata kenaikan IPM Aceh
pada kedua periode tersebut terlihat bahwa rata-
rata kenaikan IPM periode sebelum adanya
dana otonomi khusus ternyata lebih tinggi.
Seharusnya dengan jumlah anggaran yang
diterima oleh kabupaten/kota di Aceh yang
terus meningkat dari tahun ketahun terutama
dari dana otonomi khusus dan TDBH
migasdapatpula meningkatkan kesejahteraan
masyarakat.Hal ini sesuai dengan penelitian
yang dilakukan oleh Sumardjoko (2014) yang
menyimpulkan bahwa dana otonomi khusus
berpengaruh positif terhadap indeks
pembangunan manusia. Brata(2005) dalam
kajiannya berpendapat bahwa pengaruh
pengeluaran pemerintah daerah khususnya
bidang pendidikan dan kesehatan terhadap IPM
dalam konteks regional (antar provinsi) di
Indonesia, memperlihatkan bahwa pengeluaran
pemerintah bidang pendidikan dan kesehatan
memberikan pengaruh yang positif terhadap
pembangunan manusia. Semakin besar alokasi
pengeluaran bidang pendidikan dan kesehatan
semakin baik pula IPM yang dicapai.
di Aceh 2004- b/kota Pening
Tahun 2008 Tahun di Aceh katan
20092013
Peni ngk atan
Jurnal Mangister Akuntansi
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
15 - Volume 5, No. 2, Mei 2016
Beberapafenomena yang menjadi dasar
penelitian ini adalah, hasil penelitian yang
dilakukan oleh Majid (2013) angka rata-rata
IPM kabupaten/kota di Aceh anjlok dari
peringkat 17 pada tahun 2009 ke peringkat 27
secara rata-rata nasional pada tahun 2010,
selanjutnya dalam laporan perkembangan
pembangunan provinsi Aceh Tahun 2014 yang
dikeluarkan oleh Bappeda Aceh memuat
kondisi IPM beberapa kabupaten/kota di Aceh
yaitu, kabupaten Aceh Jaya, Pidie, Simeulu,
Aceh Selatan, Aceh Besar, Aceh Singkil,Gayo
Lues, Aceh Tenggara, Bireuen, dan kota
Subulussalam peningkatan IPM dibawah rata-
rata (less-pro.
human development), hal ini menjadi tantangan
bagi pemerintah daerah dalam meningkatkan
mutu pelayanan publik terutama di bidang
pendidikan dan kesehatan dan kondisi
masyarakat yang belum sejahtera juga dapat
dilihat dari data BPS tahun 2014 dengan jumlah
pendudukan Aceh sebanyak 4,905 juta jiwa,
jumlah pendudukan miskin mencapai 18.05
persen.
Berdasarkan gambaran tersebut,
permasalahan tingkat kesejahteraan masyarakat
yang diukur dengan IPM dan dikaitkan dengan
dana Otsus dan TDBH Migas menjadi hal
menarik untuk diteliti. Tujuan yang ingin
dicapai dari penelitian ini adalah untuk menguji
dan menganalisis pengaruh penerimaan dana
Otsus dan TDBH Migas terhadap belanja modal
serta bagaimana dampaknya pada IPM
Kabupaten/kota di Aceh.
KAJIAN KEPUSTAKAAN
Indek Pembangunan Manusia (IPM)
IPM merupakan indeks komposit yang
digunakan untuk mengukur pencapaian rata-rata
suatu negara dalam tiga hal mendasar
pembangunan manusia, yaitu: lama hidup, yang
diukur dengan angka harapan ketika lahir,
pendidikan yang diukur berdasarkan rata-rata
lama sekolah dan angka melek huruf penduduk
usia 15 tahun ke atas dan standar hidup yang
diukur dengan konsumsi per kapita
(Hidayat,2006). Menurut UNDP (2004) IPM
merupakan suatu indikator untuk mengukur
keberhasilan pembangunan suatu daerah yang
diukur berdasarkan tiga acuan, yakni panjang
umur dan menjalani hidup sehat (diukur dari
usia harapan hidup), terdidik (diukur dari
tingkat kemampuan baca tulis orang dewasa
dan tingkat pendaftaran di sekolah dasar,
lanjutan dan tinggi) dan memiliki standar hidup
yang layak (diukur dari paritas daya
beli,pendapatan perkapita).
Indeks ini memberikan sudut pandang yang
lebih luas untuk menilai kemajuan manusia
serta meninjau hubungan yang rumit antara
penghasilan dan kesejahteraan. Indikator IPM
merupakan salah satu indikator untuk mengukur
taraf kualitas fisik dan non fisik penduduk.
Kualitas fisik, tercermin dari angka harapan
hidup, sedangkan kualitas non fisik
(intelektualitas) melalui lamanya rata-rata
penduduk bersekolah dan angka melek huruf,
dan mempertimbangkan kemampuan ekonomi
masyarakat yang tercermin dari nilai
purcashing power parity index (Pambudi,2010).
Belanja Modal
BerdasarkanPeraturanPemerintahNo.71Ta
hun2010tentang Satandar akuntansi Pemerintah
(SAP)
BelanjaModaladalahpengeluarananggaranuntuk
p
erolehanasettetapberwujudyangmemberimanfaa
t
lebihdarisatuperiodeakuntansi.Nilaiasettetapdal
a
mbelanjamodalyaitusebesarhargabeliassetditam
b
ahseluruhbelanjayangterkaitdenganpengadaan/p
embangunanasetsampaiasettersebutsiapdigunak
Jurnal Magister Akuntansi
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
Volume 5, No. 2, Mei 2016 - 16
a n, sedangkan menurut Halim (2007:73)
belanja modal merupakan belanja pemerintah
yang manfaatnya melebihi satu tahun anggaran
dan akan menambah aset atau kekayaan
pemerintah dan selanjutnya akan menambah
belanja yang bersifat rutin seperti biaya
pemeliharaan pada kelompok belanja
operasional. Selanjutnya menurut Abdullah
(2006) Belanja modal merupakan pendanaan
kebutuhan akan saranadan prasaranabaik
untuk kelancaran pelaksanaan tugas
pemerintahan maupun fasilitaslayanan publik.
Dari beberapa uraian tentang belanja modal
dapat disimpulkan bahwa belanja modal
merupakan pengeluaran pemerintah yang
ditujukan untuk pengadaan aset tetap berwujud
yang mempunyai masa manfaat lebih dari satu
tahun yang dapat digunakan untuk mendukung
operasional pemerintah dalam rangka pelayan
publik yang lebih baik.
Dana Otonomi Khusus Aceh
Berdasarkan Qanun Aceh No. 2 Tahun 2008
tentang Tata Cara Pengalokasian Tambahan
Dana bagi hasil Minyak dan Gas Bumi dan
Penggunaan Dana Otonomi Khusus dijelaskan,
Dana Otonomi Khusus adalah dana yang
bersumber dari penerimaan APBN dan
merupakan penerimaan Pemerintah Aceh.
Selanjutnya dalam Undang-undang
No.11 Tahun 2006 Tentang Pemerintah Aceh
pasal 183 ayat (1) disebutkan: Dana Otonomi
Khusus merupakan penerimaan Pemerintah
Aceh yang ditujukan untuk membiayai
pembangunan terutama pembangunan dan
pemeliharaan infrastruktur, pemberdayaan
ekonomi rakyat, pengentasan kemiskinan, serta
pendanaan pendidikan, sosial, dan kesehatan.
Angkat (2010) menjelaskan dana otonomi
khusus pada dasarnya ditujukan bagi
peningkatan pemberian pelayanan kepada
masyarakat (public servise). Pemberian
pelayanan kepada masyarakat akan berjalan
secara efektif dan efisien, apabila proses
pelayanan tersebut didekatkan kepada
masyarakat dan bukan dijauhkan.
Berdasarkan uraian diatas diketahui bahwa
dana otonomi khusus merupakan transfer
pemerintah pusat kepada pemerintah Aceh
dalam rangka perwujudan pelaksanaan otonomi
khusus serta sebagai salah satu cara pemerintah
untuk meningkatkan pelayanan kepada
masyarakat guna terwujudnya kesejahteraan
masyarakat.
Tambahan Dana Bagi Hasil (TDBH) Migas
PengertiandanabagihasilSumberDayaAla
mMigassebagaidanabagihasilmigas yang
berasaldaripenerimaannegara yang
bersumberdarisumberdayaalampertambanganmi
n yakdan gas
bumidariwilayahkabupaten/kotamaupunwilayah
p rovinsi yang
bersangkutansetelahdikurangikomponenpajakda
n pungutanlainnya,
(DapartemenKeuanganRepublik
Indonesia,2008:46), selanjutnyaSuhardjo (2009)
menjelaskan
“dalam pelaksanaan otonomi daerah dan
desentralis asifiskal dan a bagihasil migas
adalah satu istrumend anaperim bangan dalam
rangka perimbangan keuan ganpusat dan daerah
dapat menggunakannyabersam asama dengan
dana perimbangan lainnya untuk mend anai
sebagian kewenangan yang
Dilimpah kanpemerintah pusat kepada
pemerintah daerah (money follow
functions)”.
Sedangkan pengertian TDBH Migas menurut
Pasal 1 ayat (15) Qanun Aceh No. 2 Tahun
2008 yaitu tambahan dana bagihasil minyak dan
gasbumi a dalah dana yang bersumber dari
penerimaan APBN y angmen jadi bagian dari
penerimaan Pemerintah Aceh.
Berdasarkan pengertian tersebut diketahui
bahwa tambahan dana bagi hasil migas
merupakan salah satu penerimaan daerah yang
di transfer oleh pemerintah pusat kepada daerah
penghasil minyak dan gas bumi dalam rangka
pelaksanaa otonomi daerah dan desentralisasi
fiskal serta wujud dari perimbangan keuangan
Jurnal Mangister Akuntansi
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
17 - Volume 5, No. 2, Mei 2016
pusat dan daerah.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah penelitian verifikatif
(verificative research) atau pengujian hipotesis
(hypothesis testing), yang bertujuan untuk
menjelaskan pengaruhantara variabel-variabel
melalui pengujian hipotesis. Karena bertujuan
untuk mengetahui keterkaitan antara variabel,
maka peneliti ingin menguji pengaruh variabel
independen yaitu penerimaan dana otonomi
khusus (X1), tambahan dana bagi hasil
migas(X2) terhadap belanjamodal (Y), serta
dampaknya padaindeks pembangunan
manusia(Z) kabupaten/kota di Aceh. Data yang
digunakan adalah data sekunder yang diperoleh
dariDirektorat Jenderal Perimbangan Keuangan
Departemen Keuangan, Bappeda Aceh serta
dari Badan Pusat Statistik.
Populasi dalam Penelitian ini adalah seluruh
pemerintah daerah diAceh yang berjumlah 23
(dua puluh tiga)kabupaten/kota. Penelitian ini
memiliki periode waktu 5 (lima) tahun dari
tahun 2008 sampai dengan tahun 2012.Adapun
jumlah populasi dalam penelitian ini adalah
115(23 kabupaten/kotax 5 tahun). Untuk
menganalisa dan menguji hipotesis dalam
penelitian ini digunakan data sekunder yang
berupa data yang berhubungan dengan variabel
penelitian, yaitu dengan menganalisa dokumen
penerimaan dana otsus dan tambahan dana bagi
hasil migasdari Bappeda Aceh, dokumen
realisasi belanja modal dari Direktorat Jenderal
Perimbangan Keuangan Departemen Keuangan
dan IPM yang diperoleh dari Badan Pusat
Statistik (BPS).Penelitian ini menggunakan
teknik dokumentasi yaitu dengan
mengumpulkan dokumen-dokumen
berhubungan dengan variabel penelitian, yaitu
penerimaan dana otsus dan tambahan dana bagi
hasil migas, dokumen belanja modal,serta
IPMyang telah tersedia di Bappeda Aceh,
Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan
Departemen Keuangan serta Badan Pusat
Statistik.
Analisis data dalam penelitian ini
menggunakan analisis jalur (path analysis).
Model analisis jalur digunakan untuk
menjelaskan pola hubungan antar variabel
dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh
langsung maupun tidak langsung variabel bebas
terhadap variabel terikat dan untuk melihat
pengaruh secara parsial dan simultan. Data
yang sudah diperoleh dianalisis dengan
menggunakan aplikasi SPSS (Statistical
Product and Service Solution).
Model rancangan pengujian hipotesis
untuk analisis jalur sesuai dengan kerangka
pemikiran yang telah dijelaskan pada bab dua
ρ4
Gambar 2.1 Struktur Lengkap Pengaruh
Variabel Independen terhadap Variabel
Dependen, (Juliandi, et al. 2014:174).
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pengaruh Dana Otonomi Khusus dan TDBH
Migas terhadap Belanja Modal
Kabupaten/Kota di Aceh (Sub struktur 1)
Untuk menguji hipotesis pertama pengaruh
dana Otsus dan TDBH Migas terhadap belanja
modal Kabupaten/kota di Aceh dapat dilakukan
dengan menghitung nilai koefisien jalur yang
digunakan dari hasil pengolahan data dengan
menggunakan SPSS sebagaimana dapat dilihat
pada Tabel 2.1.
TABEL 2.1
HASIL UJI DETERMINASI DAN
KORELASI
SUBSTRUKTUR 1
Model R R Adjusted Std. Error
Squar R Square of the e
Estimate
Data Sekunder diolah, 2015
1 .653 a .426 .416 .343
ditunjukkan pada G ambar 2 .1.
ρ 3 ε 1 ε 2
ρ 1
ρ 5
ρ 2
X 1
X 2
Y Z
Jurnal Magister Akuntansi
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
Volume 5, No. 2, Mei 2016 - 18
Berdasarkan Tabel 2.1 diperoleh nilai
koefisien korelasi (R) sebesar 0,653 dan
koefisien determinasi (R2) sebesar 0.426 yang
dapat dijelaskan sebagai berikut:
Koefisien korelasi (R) sebesar 0,653
menunjukkan bahwa derajat hubungan
(korelasi) antara variabel independen dengan
variabel dependen adalah sebesar 65,3 persen.
Artinya penerimaan dana otonomi khusus dan
TDBH Migas memiliki hubungan terhadap
belanja modal sebesar 65,3 persen. Koefisien
determinasi (R2) diperoleh nilai sebesar 0,426
artinya variabel belanja modal dipengaruhi oleh
penerimaan dana otonomi khusus dan TDBH
Migas sebesar 42,6 persen, sedangkan sisanya
sebesar 57,4 persen dipengaruhi oleh variabel
lain yang tidak dimasukkan dalam penelitian ini.
Selanjutnya pengujian
hipotesis substruktur 1 baik secara
bersama-sama maupun secara parsial dapat
dilihat nilai koefisien regresi sebagaimana yang
ditunjukkan dalam Tabel 2.2.
2. TABEL 2.2
3. KOEFISIEN SUBSTRUKTUR 1
4. PENGARUH X1 DAN X2 TERHADAP
Y
Model Unstandardiz ed
Coefficients
Standardi zed
Coefficie
nts
B Std. Error
Beta
(Constant)
Dana
10.12 2,547
1
Otonomi Khusus
.284 .106 .203
TDBH Migas
.341 .046 .559
Sumber: Data Sekunder Diolah (2015)
Berdasarkan Tabel 2.2
diperoleh persamaan Y = 0,203X1 +
0,559X2, sehingga dapat diinterprestasikan
sebagai berikut:
Pengaruh Penerimaan Dana Otonomi Khusus
dan TDBH Migas terhadap Belanja Modal
Kabupaten/Kota di Aceh (substruktur I)
Berdasarkan hasil pengujian diketahui
penerimaandanaotonomikhususdan TDBH
Migas secara bersama-sama berpengaruh
terhadap belanja modal. Pengujian dilakukan
dengan melihat koefesien regresi semua
variabel independen, dengan kriteria apabila
paling sedikit terdapat satu koefesien regresi
(ρi) lebih besar dari nol (ρi >0) maka hipotesis
diterima atau Ha diterima. Berdasarkan Tabel
2.2 nilai koefisien regresi (ρ1,2) adalah ρ1 = 0,203,
dan ρ2 = 0,559.
Pengaruh Penerimaan Dana Otonomi Khusus
terhadap Belanja Modal Kabupaten/Kota di
Aceh
Berdasarkan hasil pengujian penerimaan
dana otonomi khusus berpengaruh terhadap
belanja modal, hal ini dapat dilhat dari koefisen
regresi (ρ1) diperoleh sebesar 0,203 atau ρ1> 0.
Artinya penerimaan dana otonomi khusus
berpengaruh positif terhadap belanja modal.
atau dengan kata lain setiap terjadi kenaikan 1
persen perubahan dalam penerimaan dana
otonomi khusus secara relatif akan menaikkan
0,203 persen belanja modal.
Pengaruh TDBH Migas terhadap Belanja
Modal Kabupaten/Kota di Aceh
Hasil pengujian membuuktikan TDBH Migas
berpengaruh terhadap belanja modal, hal ini
dapat dilihat dari koefisien regresi (ρ2) sebesar
0,559 atau ρ2> 0. Artinya variabel TDBH Migas
(X2) mempunyai pengaruh yang positif atau
dengan kata lain setiap terjadi penambahan 1
persen tambahan dana bagi hasil migas secara
relatif akan menaikkan 0,559 persen belanja
modal.
Hasil pengujian sub struktur 1 dapat
Jurnal Mangister Akuntansi
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
19 - Volume 5, No. 2, Mei 2016
Hasil Pengujian Pengaruh Penerimaan Dana
OtonomiKhusus, TDBH Migas danBelanja
modal terhadap IPM kabupaten/kota di Aceh
(Sub struktur 2). Untuk menguji hipotesis sub struktur kedua
pengaruh penerimaan dana otonomi khusus,
TDBH Migas dan belanja modal terhadap IPM
dapat dilakukan dengan menghitung nilai
koefisien jalur masing-masing variabel. Untuk
menjelaskan koefesien korelasi (R) dan
koefisien determinasi (R2) dapat dilihat dari
Table 2.3.
5. TABEL 2.3
Hasil Uji Koefisien Korelasi dan Determinasi
Pengaruh X1, X2 dan Y Terhadap Z
Mode l
R R Squar e
Adjuste d R Square
Std. Error of the Estimat
e
1 .337 a
.114 .009 2,449
Sumber: Data Sekunder diolah (2015).
Berdasarkan Tabel 2.3 diperoleh nilai
koefisien korelasi (R) sebesar 0,337 dan
koefisien determinasi (R2) sebesar 0,114 yang
dapat dijelaskan, nilai koefisien korelasi (R)
sebesar 0,337 menunjukkan bahwa derajat
hubungan (korelasi) antara variabel independen
dengan variabel dependen adalah sebesar 33,7
persen, ini artinya penerimaan dana otonomi
khusus, TDBH Migas dan belanja modal
memiliki hubungan terhadap IPM sebesar 24
persen, sedangkan koefisien determinasi (R2)
diperoleh nilai sebesar 0,114 artinya IPM
dipengaruhi oleh penerimaan dana otonomi
khusus, TDBH Migas dana belanja modal
sebesar 11,4 persen sedangkan sisanya sebesar
89,6 persen dipengaruhi oleh variabel lain yang
tidak dimasukkan dalam penelitian ini.
Selanjutnya pengujian hipotesis sub
struktur 2 baik secara bersama-sama ataupun
secara parsial dapat dilihat nilai koefisien jalur
sebagaimana yang ditunjukkan dalam Tabel 2.4.
6. TABEL 2.4
7. COEFFICIENTS SUB STRUKTUR 2
8. PENGARUH X1, X2 DAN Y
TERHADAP Z
Model Unstandardized
Coefficients
Standar dized
Coeffici
ents
B Std.
Error
Beta
(Constant) 22.813 19.40
7
Dana Otonomi
Khusus 2.647 .780 .330
TDBH Migas .501 .401 .144
Belanja
modal
1.158 .674 .203
Sumber: Data Sekunder Diolah (2015)
Berdasarkan Table 2.4
diperoleh persamaan Z1 = (0,330X1 +
0,144X2) + 0,203Y sehingga dapat
diinterprestasikan sebagai berikut:
Pengaruh Penerimaan Dana Otonomi Khusus,
TDBH Migas dan Belanja Modal terhadap
IPM (substruktur II)
Penerimaan dana otonomi khusus, TDBH
Migas dan belanja modal secara bersama-sama
berpengaruh terhadap IPM. Pengujian
dilakukan dengan melihat koefesien regresi
semua variabel independen, dengan kriteria
apabila paling sedikit satu koefesien regresi (ρi)
lebih besar dari nol (ρi >0) maka hipotesis
diterima atau Ha diterima. Berdasarkan tabel
dilihat selengkanya dalam G ambar 2.2 .
0,203
= 0,574
0,559
Gambar 2.2 Hasil
PengujianSubstruktur 1.
X 2
Y
X 2
Jurnal Magister Akuntansi
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
Volume 5, No. 2, Mei 2016 - 20
4.8 nilai koefisien adalah ρ3 = 0,330, ρ4 = 0,144,
dan ρ5 = -0,203.
Pengaruh Penerimaan Dana Otonomi Khusus
terhadap IPM Kabupaten/Kota di Aceh
Penerimaan dana otonomi khusus
berpengaruh terhadap IPM, diuji dengan
melihat koefisien regresi (ρ3) untuk variabel
penerimaan dana otonomi khusus, dan
diperoleh nilai sebesar 0,330 atau ρ3> 0, artinya
penerimaan dana otonomi khusus berpengaruh
positif terhadap IPM atau dengan kata lain
setiap terjadi kenaikan 1 persen penerimaan
dana otonomi khusus secara relatif akan
menaikkan 0,330 persen IPM.
Pengaruh TDBH Migas terhadap IPM
Kabupaten/Kota di Aceh
TDBH Migas berpengaruh terhadap
IPM, diuji dengan melihat koefisien regresi (ρ4)
untuk koefisien jalur TDBH Migas diperoleh
sebesar 0,144 atau ρ4> 0. artinya TDBH Migas
berpengaruh positif terhadap IPM atau dengan
kata lain setiap terjadi kenaikan 1 persen
penerimaan dana otonomi khusus secara relatif
akan menaikkan 0,144 persen IPM.
Pengaruh Belanja Modal Terhadap IPM
Kabupaten/Kota di Aceh
Belanja modal berpengaruh terhadap
IPM, diuji dengan melihat koefisien jalur (ρ5)
untuk variabel belanja modal diperoleh sebesar
0,203 atau ρ5> 0, artinya belanja modal
berpengaruh positif terhadap IPM atau dengan
kata lain setiap terjadi kenaikan 1 persen
belanja modal secara relatif akan menaikkan
0,203 persen IPM.
Hasil pengujian sub-struktur 2
pengaruh penerimaan dana otonomi khusus,
TDBH Migas
Gambar 2.3. Hasil Pengujian Pengaruh X 1, X2 dan Y terhadap Z
Untuk mengatahui pengaruh penerimaan
dana otonomi khusus dan TDBH Migas baik
secara langsung ataupun melalui belanja
modal sebagai pemediasi dapat dilihat dari
Tabel 2.5.
9. TABEL 2.5
Pengaruh X1, X2 terhadap Y dan dampaknya terhadap Z
secara langsung dan tidak langsung
Variabel Koefisi Langsun Tidak
Total Keterang en g langsu an
jalur ng
X1 terhadap
Z
0,330 (0.330)2
= 0.109
0.109 Berpeng aruh
Positif
X2
terhadap
Z
0,144 (0,144)2
=
0.021
0.021
Berpeng
aruh Positif
Y terhadap
Z
0,203 (0,203) 2 =
0.041
0,041
Berpeng aruh
Positif
X1 terhadap Z melalui Y
0.203x0 .203 = 0.041
0,109+ 0,041= 0,150
Berpeng aruh
Positif
X2
terhadap
Z melalui
Y
0.559x0 0.021+ .203= 0,113= 0,113 0,134
Berpeng aruh
Positif
Z
modal dan belanja terhadap IPM dapat dilihat
selengkapnya dalam Gambar 2.3.
E 2 = 0,896
0,330
0,203
0,144
X 1
X 2
Y
Jumlah Pengaruh
Jurnal Mangister Akuntansi
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
21 - Volume 5, No. 2, Mei 2016
Sumber: data sekunder diolah (2015)
Belanja Modal Secara Partially atau Fully
Tidak Memediasi Pengaruh Penerimaan
Dana Otonomi Khusus terhadap IPM
Kabupaten/Kota di Aceh.
Belanja modal secara partially atau fully
tidak memediasi pengaruh penerimaan dana
Otsus terhadap IPM kabupaten/kota di Aceh.
Berdasarkan Tabel 4.9 diperoleh nilai
pengaruh langsung dan tidak langsung yaitu
(ρ1)2 x (ρ5)2< ρ3 (0.041 < 0.109), berdasarkan
rancangan hipotesis yang telah ditetapkan
sebelumnya apabila nilai perkalian (ρ1)2
dengan (ρ5)2 lebih kecil dari ρ3 makadapat
disimpulkanbahwa belanja modal tidak
memediasi pengaruh penerimaan dana
otonomi khusus terhadap IPM, hal ini dapat
diartikan bahwa belanja modal secara partially
atau fully tidak memediasi pengaruh
penerimaan dana Otsus terhadap IPM
kabupaten/kota di Aceh.
Belanja Modal Secara Partially atau Fully
Memediasi Pengaruh TDBH Migas terhadap
IPM Kabupaten/Kota di Aceh
Belanja modal secara partially atau fully
memediasi pengaruh penerimaan dana Otsus
terhadap IPM kabupaten/kota di
Aceh.
Berdasarkan Tabel 4.9 diperoleh nilai pengaruh
langsung dan tidak langsung yaitu (ρ2) 2 x
(ρ5)2> ρ4 (0,134 > 0.041), berdasarkan
rancangan hipotesis yang telah ditetapkan
sebelumnya diketahui apabila nilai perkalian
(ρ2)2 dengan (ρ5)2 lebih besar dari ρ4,
makadapat disimpulkan bahwabelanja modal
memediasi pengaruh TDBH Migas terhadap
IPM, hal ini dapat diartikan bahwa belanja
modal secara fully memediasi pengaruh TDBH
Migas terhadap IPM kabupaten/kota di Aceh.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Dari hasil pengujian yang telah dilakukan
terhadap permasalahan yang dirumuskan dalam
hipotesis, maka dapat ditarik kesimpulan yaitu,
hasil pengujian menunjukkan bahwa variabel
penerimaan dana otonomi khusus dan TDBH
Migas berpengaruh positif baik secara
bersamasama maupun secara parsial terhadap
belanja modal kabupaten/kota di Aceh.
Penerimaan dana otonomi khusus, TDBH
Migas dan belanja modal baik secara
bersamasama maupun secara parsial
berpengaruh terhadap IPM kabupaten/kota di
Aceh. Hal ini menunjukkan dengan penerimaan
dana yang besar dari dana otonomi khusus dan
TDBH Migas dan di alokasikan dalam belanja
modal yang cukup, dapat meningkatkan IPM.
Hasil pengujian pengaruh langsung dan tidak
langsung membuktikan bahwa belanja modal
tidak memediasi pengaruh penerimaan dana
otonomi khusus terhadap IPM, selanjutnya hasil
pengujian juga membuktikanbelanja modal
memediasi pengaruh TDBH Migas terhadap
IPM.
Saran
Untuk menguatkan dan mendukung hasil
penelitian ini, maka perlu dilakukan pengujian
kembali untuk melihat konsistensi penelitian ini
dengan penelitian berikutnya dengan
menambah:
a. Periode waktu pengamatan lebih dari 5
(lima) tahun.
b. Variabel lain seperti: Dana Alokasi Khusus
(DAK), Pendapatan Asli Daerah (PAD), dan
Dana Alokasi Umum (DAU).
Rancangan model penelitian dengan
wawancara atau dengan mengubah metode
kuantitatif ke metode kualitati.
DAFTAR PUSTAKA Abdullah, S. 2006. Studi atas Belanja Modal pada
Anggaran Pemerintah Daerah dalamHubungannya dengan Belanja PemeliharaanDan Sumber Pendapatan. Jurnal Akuntansi Pemerintah, Volume 2, No. 2: 17-32.
Jurnal Magister Akuntansi
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
Volume 5, No. 2, Mei 2016 - 22
Andaiyani. 2013. Pengaruh Indeks Pembangunan
Manusia, Pertumbuhan Ekonomi, dan Belanja Operasi Terhadap Jumlah
Alokasi Belanja Modal Pada Pemerintahan Kabupaten/Kota
di Provinsi Kalimatan Barat. Jurnal Ekonomi Daerah, 1(1).
Angkat, Nur Aulia. 2010. Analisis
Yuridis Pengelolaan Dana Otonomi
Khusus di Provinsi Aceh Berdasarkan
Undang-undang
Nomor 11 tahun 2006
Tentang
Pemerintahan Aceh. Tesis-Abstrak. Medan: Program Pascasarjana Universitas Sumatra Utara.
Azril. 2000. Pembangunan Sumber Daya
Manusia dan Indeks Pembangunan Manusia di Indonesia. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia.Volume 15. No.1:1-14.
Brata, Aloysius Gunadi. 2005. Investasi Sektor
Publik Lokal, Pembangunan Manusia,
dan Kemiskinan. Yogyakarta:
Lembaga
Penelitian–Universitas Atma Jaya.
BPS. 2015. Statistik Indeks Sosial. BPS Aceh.
Christy, Fhino Andrea dan Priyo Hari Adi. 2009.
Hubungan Antara Dana Alokasi Umum, Belanja Modal dan Kualitas Pembangunan Manusia. The 3 rdNational Conference UKWMS Surabaya, October 10th.
Cooper, Donald R dan Pamela S. Schindler,
2006. Metode Riset Bisnis, Volume 2. Edisi Sembilan. Jakarta: PT. Media Global Edukasi.
Frazier, Patricia A & Baron, KE, P. Tix Andrew.
2004. Testing Mediator & Moderator Variabel in Conseling Phycology. Journal of Conceling Psycology Vol. 51. No.1: 115134.
Ghozali. 2011. Aplikasi analisis Multivariate
dengan Program IBM SPSS 19. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Handayani Kristina. 2008. Pengaruh Dana
Alokasi Khusus (DAK) dan Pendapatan
Asli Daerah (PAD) terhadap Belanja
Daerah Bidang Pendidikan pada
Kabupaten/Kota di Sulawesi.
Fakultas Ekonomi Sebelas Maret
Surakarta.
Iryanti, S. Wiwie. 2014. Dampak Otonomi
Khusus terhadap Kesejateraan Masyarakat Asli Papua di Distrik Mimika Timur Kabupaten Mimika Propinsi Papua. Jurnal administrasi Publik. Volume 2, No.3. 107-119.
Majid, M. Shabri Abd. 2014. Analisis Tingkat
Pendidikan dan Kemiskinan di Aceh. Majelis Pendidikan Daerah Aceh, Volume 8, No.1:15-37
Maiharyanti, Eva. 2011. Pengaruh Pendapatan
Daerah terhadap Indeks Pembangunan Manusia dan Belanja Modal sebagai Variabel Intervening pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Aceh. Medan:. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Megister Akuntansi Universitas Sumatra Utara.
Mirza, Denni Sulistio. 2012. Pengaruh
Kemiskinan, Pertumbuhan Ekonomi, dan Belanja Modal terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Jawa Tengah Tahun 2006-2009. Economic Development Analysis Journal. EDAJ 1 (1): 1-15.
Mustofa. 2010. Dana Bagi Hasil dan Konservasi
Sumber Daya Alam di Indonesia Periode Desentralisasi. Jurnal Ekonomi & Pendidikan,Volume 8 Nomor 2: 119-134.
Nordiawan, Deddi. 2006. Akuntansi Sektor Publik.
Jakarta: Salemba Empat.
Jurnal Mangister Akuntansi
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
23 - Volume 5, No. 2, Mei 2016
Perkumpulan Obstetrik dan Genekologi
Indonesia (POGI). 2015. Angka Kematian Ibu Melahirkan di Aceh Masih Diatas
Persentase Nasional.
http://pogi.or.id/publish/angka-kematianibu-melahirkan-di aceh- masih-di-ataspersentase-nasional/.
Peraturan Gubernur Aceh Nomor. 79 Tahun
2013 Tentang Petunjuk
Teknis Pengelolaan Tambahan
Dana Bagi Hasil Minyak Dana Gas
Bumi dan Dana Otonomi Khusus.
Republik Indonesia, Undang-undang Nomor 32
Tahun 2004 Tentang Pemerintah
Daerah.
----------------, Undang-undang Nomor 11 Tahun
2006Tentang Pemerintah Aceh.
---------------, Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 13 Tahun 2006Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.
---------------, Peraturan Menteri
Dalam NegeriNomor 59 Tahun 2007
Tentang
Perubahan Kedua atas Peraturan
Menteri
Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006. Tentang Pedoman pengelolaan Keuangan Daerah.
--------------, Peraturan PemerintahNomor 71
Tahun 2010 Tentang Standar
Akuntansi
Pemerintah.
Sarjono, Haryadi & Julianita, Winda. 2001
SPSS vs LISREL: Sebuah Pengantar, Aplikasi untuk
Riset. Jakarta: Salemba empat
Satrio. 2015. Masalah Dana Otsus Aceh.
Indonesia Revieu.Com.
http://indonesianreview.com/endriahmadi/masalah-dana-otsus-aceh
Sekaran, Uma dan R.Bougie. 2010 Research
Methods for Business: A Skill Approach. Fifth Edition United Kingdom: John Wirley & Son Ltd.
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif
Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sumardjoko, Imam 2014. Pengaruh Penerimaan
Dana Otonomi Khusus terhadap Indeks Pembangunan Manusia Papua dan Papua Barat dengan Belanja Modal sebagai Variabel Intervening. SNA 17 Mataram Lombok. Universitas Mataram. 24-27.
---------, 2001.Indonesia Human Development
Report
2001. Towards a New Consensus: Democracy and Human Development in Indonesia. Jakarta:BPS-Statistics Indonesia, Bappenas dan UNDP.
---------, 2004. Laporan Pembangunan Manusia
Indonesia. Menuju Konsensus Baru Demokrasi
dan pembangunan Manusia di Indonesia,
Jakarta:
Bappenas, BPS, UNDP.