PENELITIAN IPM

37
ANALISA PERENCANAAN PARAMETER PENINGKATAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) KABUPATEN JOMBANG TAHUN 2007 Oleh: YOHNNIE ANWAR

description

penelitian indeks pembangunan manusia penting bagi perencana daerah

Transcript of PENELITIAN IPM

Page 1: PENELITIAN IPM

ANALISA PERENCANAAN PARAMETER PENINGKATAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) KABUPATEN JOMBANG

TAHUN 2007

Oleh:

YOHNNIE ANWAR

BAPPEDA JOMBANG2007

Page 2: PENELITIAN IPM

ABSTRACT

Peningkatan sumberdaya manusia menurut UNDP (United Nation Development

Programme) dapat diukur dengan melihat tingkat keberhasilan pembangunan manusia melalui

Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan indeks

komposit yang dihitung sebagai rata-rata sederhana dari Indeks Harapan Hidup, Indeks

Pendidikan dan Indeks Standar Hidup Layak yang tertuang dalam Paritas Daya Beli.

Pembangunan kesehatan pada hakekatnya bertujuan untuk meningkatkan kesadaran,

kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud kesehatan masyarakat

yang setinggi-tingginya.

Pendidikan merupakan salah satu indikator dalam mengukur tingkat pembangunan

manusia, selain indikator kesehatan dan indikator ekonomi. Semakin tinggi kualitas pendidikan

suatu masyarakat, maka dapat diprediksi semakin tinggi pula tingkat pembangunan

manusianya dan Paritas daya beli (Purchasing Power Parity) merupakan ukuran pendapatan

yang sudah disesuaikan dengan paritas daya beli.

Pembangunan sumberdaya manusia di Kabupaten Jombang yang diukur dengan Indeks

Pembangunan Manusia (IPM) selama tahun 2004 hingga tahun 2005 mengalami penurunan.

Pada tahun 2004, IPM Kabupaten Jombang sebesar 68,40, angka ini menurun hingga

mencapai 68,23 pada tahun 2005. Namun, pada tahun 2006, IPM Kabupaten Jombang naik

menjadi 69,99.

Kata Kunci : Indeks, Pembangunan, Manusia

1. Latar Belakang :

2

Page 3: PENELITIAN IPM

Perkembangan perekonomian suatu wilayah atau daerah merupakan salah satu

indikator kemajuan dan keberhasilan pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah di

daerah yang bersangkutan. Karena dengan adanya kemajuan di bidang ekonomi, maka

akan bisa mendukung pelaksanaan pembangunan di bidang lainnya, seperti

pembangunan politik, sosial budaya, pertahanan dan keamanan. Akan tetapi jika

pembangunan hanya terfokus pada bidang ekonomi yang hanya berorientasi pada

pertumbuhan, maka akan muncul masalah-masalah social, seperti terjadinya ketimpangan

pendapatan, kesehatan dan lain-lain.

Kondisi tersebut menimbulkan kesenjangan (gap) yang cukup besar antara

pembangunan fisik dan pembangunan di bidang manusia. Sementara itu rendahnya

pembangunan dibidang manusia akan melemahkan sendi-sendi perekonomian secara

menyeluruh, karena pembangunan manusia yang baik mempunyai multiplier effect ke

berbagai bidang. Multiplier effect yang dimaksud adalah efek penyebaran (spreads effect)

yang ditimbulkan dari suatu kegiatan yang berdampak pada kegiatan lain karena kegiatan

tersebut mempunyai keterkaitan atau saling tergantung satu sama lain, misalnya dengan

semakin membaiknya pendidikan dan kesehatan manusia maka dengan sendirinya akan

cenderung pula memperbaiki tingkat pendapatannya, dan seterusnya akan menciptakan

pula kegiatan lain yang sifatnya forward linkage seperti peningkatan pelayanan. Sejalan

dengan itu Todaro mengatakan bahwa keberhasilan pembangunan ekonomi ditunjukkan

dengan tiga nilai pokok, yaitu:

Berkembangnya kemampuan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan pokoknya (basic

needs),

Meningkatnya rasa harga diri (self-esteem) masyarakat sebagai manusia dan,

Meningkatnya kemampuan masyarakat untuk memilih (freedom from servitude) yang

merupakan salah satu dari hak asasi manusia (Arsyad, 11:1999)

3

Page 4: PENELITIAN IPM

Sesuai dengan pernyataan Todaro di atas, maka keberhasilan pembangunan

ekonomi ditunjukkan dengan peningkatan nilai nilai sumberdaya manusia. Selain itu,

pembangunan di suatu daerah pada dasarnya adalah untuk mencapai kesejahteraan

semua masyarakat. Kesejahteraan tersebut salah satunya dapat dicapai dengan

meningkatnya sumberdaya manusia, melalui pembangunan di bidang pendidikan,

kesehatan, politik, peningkatan pendapatan masyarakat dan lain-lain.

Peningkatan sumberdaya manusia menurut UNDP (United Nation Development

Programme) dapat diukur dengan melihat tingkat keberhasilan pembangunan manusia

melalui Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

merupakan indeks komposit yang dihitung sebagai rata-rata sederhana dari Indeks

Harapan Hidup, Indeks Pendidikan dan Indeks Standar Hidup Layak yang tertuang dalam

Paritas Daya Beli. Pembangunan kesehatan pada hakekatnya bertujuan untuk

meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar

terwujud kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.

Pendidikan merupakan salah satu indikator dalam mengukur tingkat pembangunan

manusia, selain indikator kesehatan dan indikator ekonomi. Semakin tinggi kualitas

pendidikan suatu masyarakat, maka dapat diprediksi semakin tinggi pula tingkat

pembangunan manusianya. Dengan demikian, diperlukan pemerataan kesempatan

pendidikan, peningkatan mutu para pendidik serta peningkatan sarana dan prasarana yang

mendukung pembangunan pendidikan baik secara nasional maupun di daerah dalam

menghadapi tantangan globalisasi. Pembangunan pendidikan merupakan bagian dari

Pembangunan Nasional. Di dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara ditetapkan bahwa

pendidikan nasional berdasarkan Pancasila, bertujuan untuk meningkatkan ketaqwaan

terhadap Tuhan Yang Maha Esa, kecerdasan dan ketrampilan, mempertinggi budi pekerti,

memperkuat kepribadian dan mempertebal semangat kebangsaan dan cinta tanah air,

agar dapat menumbuhkan manusia-manusia pembangunan yang dapat membangun

4

Page 5: PENELITIAN IPM

dirinya sendiri serta bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa. Selain

itu, tujuan nasional Bangsa Indonesia, seperti yang tercantum pada Pembukaan Undang-

undang Dasar 1945, adalah melindungi segenap Bangsa Indonesia dan seluruh tumpah

darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan

bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,

perdamaian abadi dan keadilan sosial.

Pembangunan sumberdaya manusia di Kabupaten Jombang yang diukur dengan

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) selama tahun 2004 hingga tahun 2005 mengalami

penurunan. Pada tahun 2004, IPM Kabupaten Jombang sebesar 68,40, angka ini menurun

hingga mencapai 68,23 pada tahun 2005. Namun, pada tahun 2006, IPM Kabupaten

Jombang naik menjadi 69,99. seperti tersebut pada tabel No. 1:

Tabel 1. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten JombangTahun 2004-2006

Tahun

Indeks

Harapan

Hidup

Indeks

Pendidikan

Indeks Daya

BeliIPM

2004 70,08 74,12 61,00 68,40

2005 70,53 75,12 59,04 68,23

2006 70,57 77,27 62,27 69,99

Sumber : Laporan Akhir IPM Tahun 2005 & 2006, Bappeda Kabupaten Jombang.

Meskipun akhir-akhir ini pemerintah Kabupaten Jombang telah meluangkan

perhatian yang cukup serius pada ketiga komponen pembentuk IPM, yaitu Indeks Harapan

Hidup, Indeks Pendidikan dan Indeks Daya Beli, pemerintah Kabupaten Jombang perlu

menganalisis ketiga komponen tersebut dengan analisis yang lebih mendalam dan

berkelanjutan agar didapatkan konsistensi dan keberhasilan pemerintah dalam

meningkatkan pembangunan di bidang sumberdaya manusia. Sehingga dalam penelitian

ini kami mencoba untuk menyusun Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Tahun 2007.

1. Rumusan Masalah

5

Page 6: PENELITIAN IPM

Berdasarkan latar belakang pemikiran di atas, maka rumusan masalah yang diangkat

dalam kajian ini adalah : Bagaimana Kondisi Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

kondisi Tahun 2007 di Kabupaten Jombang.

2. Maksud dan Tujuan

Adapun maksud yang terdapat pada kajian ini adalah menyusun Indeks

Pembangunan Manusia (IPM) Tahun 2007 di Kabupaten Jombang agar dapat

memberikan gambaran secara detail mengenai pembangunan di Kabupaten Jombang

yang didasarkan atas pembangunan bidang kesehatan, pendidikan dan kesejahteraan

masyarakat. Adapun tujuannya adalah:

1. Memberikan gambaran perencanaan yang tepat dalam bidang sumberdaya manusia

yang terdiri dari bidang kesehatan, pendidikan dan kemampuan daya beli masyarakat

berdasarkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Tahun 2007.

2. Mengetahui indikator-indikator yang dianggap sebagai penghambat dalam proses

percepatan pembangunan manusia di Kabupaten Jombang.

3. Menghasilkan sebuah peta sebaran (mapping) yang berisi daerah-daerah tertinggal

dalam bidang pembangunan manusia.

4. Memberikan alternative-alternatif/solusi-solusi kepada pemerintah daerah dalam

perencanaan pembangunan manusia berdasarkan hasil penghitungan IPM dan

berdasarkan peta sebaran yang berisi daerah-daerah tertinggal dalam pembangunan

manusia

4. Konsep teoritis

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) adalah variabel yang mencerminkan tingkat

pencapaian kesejahteraan penduduk atas layanan dasar dibidang pendidikan dan

kesehatan. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) meliputi tiga komponen antara lain:

a. Angka Harapan Hidup (Life Expectation at Age), yakni mengukur jumlah rata-

rata tahun (umur) yang diharapkan oleh seseorang yang baru lahir untuk dijalani

sampai meninggal kelak.

6

Page 7: PENELITIAN IPM

b. Angka Melek Huruf penduduk dewasa (Adulf Literacy Rate/LIT) dan rata-rata

lama sekolah (Mean Years of Schooling/MYS) yakni mengukur pengetahuan

(knowledge) dan ketrampilan (skill).

c. Paritas daya beli (Purchasing Power Parity) merupakan ukuran pendapatan

yang sudah disesuaikan dengan paritas daya beli.

Adapun bagan penyusunan Indeks Pembangunan Manusia digambarkan

sebagai berikut .

4.1.Sumberdaya Manusia dan Pembangunan

Sebagian besar ekonom sepakat sumberdaya manusia (human resources) dari

suatu bangsa, bukan modal fisik ataupun modal material, merupakan factor yang paling

menentukan karakter percepatan pembangunan sosial dan ekonomi bangsa yang

bersangkutan (Todaro, 2000:384). Hal ini sejalan dengan pernyataan Profesor Frederick

Harbison dari Princenton University yang menyatakan bahwa:

“Sumber daya manusia….. merupakan modal dasar dari kekayaan suatu bangsa. Modal fisik dan sumberdaya alam hanyalah factor produksi yang pada dasarnya bersifat pasif; manusialah yang merupakan agen-agen aktif yang akan mengumpulkan modal, mengeksploitasikan sumber-sumber daya alam, membangun berbagai macam organisasi sosial, ekonomi dan politik, serta melaksanakan pembangunan nasional. Jelaslah bahwa jika suatu Negara tidak segera mengembangkan keahlian dan pengetahuan rakyatnya

KESEHATAN PENDIDIKAN PENDAPATAN

Angka Harapan Hidup

Angka Melek Huruf

Rata-rataLama Sekolah

Konsumsi riil per Kapita

Indeks Melek Huruf

Indeks Rata-rata

Lama Sekolah

Indeks Harapan Hidup

Indeks Pendidikan Indeks Daya Beli

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA

7

Page 8: PENELITIAN IPM

dan tidak memanfaatkan potensi mereka secara efektif dalam pembangunan dan pengelolaan ekonomi nasional, maka untuk selanjutnya Negara tersebut tidak dapat akan mengembangkan apapun”.

4.2.Indeks Pembangunan Manusia

Pada dasarnya, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan satuan yang

dikembangkan oleh United Nations Development Programme (UNDP) untuk mengukur

keberhasilan pembangunan pada suatu negara. IPM merupakan suatu angka yang diolah

berdasarkan tiga dimensi sekaligus, masing-masing adalah panjang usia (longevity),

pengetahuan (knowledge), dan standar hidup (standard of living) suatu bangsa. Secara

teknis ketiga dimensi ini dijabarkan menjadi beberapa indikator, yaitu kesehatan,

pendidikan serta ekonomi. Indikator kesehatan menyangkut angka kematian bayi (infant

mortality rate), angka kematian balita (under-five mortality rate), dan sebagainya

menyangkut usia harapan hidup (life expectancy). Indikator pendidikan menyangkut angka

melek huruf (literacy rate), rata-rata lama sekolah (mean year of schooling) angka

partisipasi pendidikan (enrolment ratio), dan sebagainya. Sedangkan indikator ekonomi

antara lain menyangkut daya beli masyarakat yang tertuang dalam paritas daya beli.

Dengan melihat konstruksi IPM yang terjabarkan dalam indikator-indikator tersebut,

jelaslah bahwa IPM merupakan ukuran keberhasilan atau kegagalan pembangunan

kesehatan, pendidikan, serta ekonomi pada suatu bangsa. Implikasinya IPM yang tinggi

menunjukkan keberhasilan pembangunan kesehatan, pendidikan serta ekonomi di suatu

Negara, dan sebaliknya HDI yang rendah menunjukkan kegagalan pembangunan

kesehatan, pendidikan serta ekonomi di suatu Negara.

4.3.Penelitian-penelitian terdahulu yang Berkaitan dengan Pembangunan Manusia

Studi Ramirez dkk (1998) berangkat dari terdapatnya hubungan dua arah antara

pertumbuhan ekonomi dan pembangunan manusia (human development). Dengan cari

lain, Hers (1998) juga menyebutkan adanya persoalan simultanitas dalam model empiris

8

Page 9: PENELITIAN IPM

yang banyak digunakan dalam studi-studi yang mengkaji pengaruh modal manusia

terhadap pertumbuhan ekonomi. Simultanitas ini merupakan salah satu hal yang

mengemuka dalam kritik terhadap studi-studi yang mengestimasi pengaruh modal manusia

terhadap pertumbuhan ekonomi. Adapun kedua rantai hubungan yang dimaksudkan oleh

Ramirez dkk tersebut adalah sebagai berikut. Pertama adalah dari pertumbuhan ekonomi

ke pembangunan manusia. Kinerja ekonomi mempengaruhi pembangunan manusia,

khususnya melalui aktivitas rumah tangga dan pemerintah, selain adanya peran civil

society seperti melalui organisasi masyarakat dan lembaha swadaya masyarakat. Alokasi

antar dan dalam lembaga-lembaga tersebut dan perbedaan perilakunya dapat menjadi

penyebab perbedaan kinerja pembangunan manusia sekalipun tingkat kinerja ekonominya

setara. Kecenderungan rumah tangga untuk membelanjakan pendapatan bersih mereka

untuk barang-barang yang memiliki konstribusi langsung terhadap pembangunan manusia

(seperti makanan, air, pendidikan dan kesehatan) tergantung dari sejumlah faktor seperti

tingkat dan distribusi pendapatan antar rumah tangga dan juga pada siapa yang

mengontrol alokasi pengeluaran dalam rumah tangga. Sudah umum diketahui bahwa

penduduk miskin menghabiskan porsi pendapatannya lebih banyak ketimbang penduduk

kaya untuk kebutuhan pembangunan manusia. Sementara itu, perempuan juga memiliki

andil yang tidak kecil dalam mengatur pengeluaran rumah tangga. Makin tinggi pendidikan

perempuan akan makin positif pula bagi pembangunan manusia. Sehubungan dengan itu

dapat dikatakan bahwa pembangunan manusia ditentukan bukan hanya oleh tingkat

pendapatan, tetapi juga oleh distribusi pendapatan dalam masyarakat, termasuk peran

perempuan dan peran pemerintah. Alokasi sumber daya untuk pembangunan manusia dari

sisi pemerintah tersebut merupakan fungsi dari tiga hal, yakni: total pengeluaran sektor

pemerintah, berapa banyak yang dialihkan untuk sektor-sektor pembangunan manusia,

dan bagaimana dana tersebut dialokasikan di dalam sektor sosial tersebut. Adapun peran

organisasi masyarakat dan LSM sendiri umumnya sebagai pelengkap, hanya di sejumlah

9

Page 10: PENELITIAN IPM

Negara tampak sangat dominant karena menjadi pendorong terpenting bagi pembangunan

manusia.

Adapun jalur kedua adalah dari pembangunan manusia ke pertumbuhan ekonomi.

Mengenai hubungan dari pembangunan manusia ke pertumbuhan ekonomi tersebut

relative sudah banyak diungkapkan. Tingkat pembangunan manusia yang tinggi akan

mempengaruhi perekonomian melalui peningkatan kapabilitas penduduk dan

konsekuensinya adalah juga pada produktifitas dan kreatifitas mereka. Pendidikan dan

kesehatan penduduk sangat menentukan kemampuan untuk menyerap dan mengelola

sumber-sumber pertumbuhan ekonomi baik dalam kaitannya dengan teknologi sampai

kelembagaan yang penting bagi pertumbuhan ekonomi. Dengan pendidikan yang baik,

pemanfaatan teknologi ataupun inovasi teknologi menjadi mungkin untuk terjadi. Begitu

pula, modal sosial yang akan meningkat seiring dengan tingginya pendidikan. Tentu dalam

hal ini juga penting adanya investasi dan juga distribusi pendapatan. Dengan distribusi

pendapatan yang baik membuka kemungkinan bagi tercapainya pertumbuhan ekonomi

yang tinggi. Hal ini karena dengan meratanya distribusi pendapatan maka tingkat

kesehatan dan juga pendidikan akan lebih baik dan pada gilirannya juga akan

memperbaiki tingkat produktifitas tenaga kerja. Sementara itu, investasi juga

memungkinkan sumberdaya manusia untuk bermanfaat bagi pertumbuhan ekonomi.

Dengan kata lain, pengaruh pembangunan manusia terhadap pertumbuhan ekonomi akan

lebih meyakinkan jika memang sudah ada kebiasaan untuk mendukung pendidikan yang

baik yang mana tergantung pada tahapan pembangunan itu sendiri. Selain itu, pengaruh

positif itu juga jika terdapat tingkat investasi yang tinggi, distribusi pendapatan yang lebih

merata, dukungan untuk modal sosial yang lebih baik, serta kebijakan ekonomi yang lebih

memadai.

Dalam konteks Indonesia, dua jalur hubungan itu dapat pula dilihat dalam kaitannya

dengan krisis ekonomi. Krisis ekonomi tentu berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi

10

Page 11: PENELITIAN IPM

regional. Akita Alisjahbana (2002) menunjukkan bahwa Jawa dan Bali adalah wilayah yang

paling merosot perekonomiannya. Sementara itu, Irian Jaya dan Maluku justru merupakan

wilayah yang paling rendah kemerosotan indeks pembangunan manusianya (BPS-

Bappenas-UNDP, 2001). Kendati indeks pembangunan manusia kedua wilayah tersebut

tetap lebih rendah ketimbang propinsi-propinsi lainnya dan juga pendapatan perkapitanya,

namun hal ini menimbulkan pertanyaan. Apakah daerah yang sumber daya manusianya

lebih berkualitas lebih mampu bertahan dari krisis ekonomi misalnya dilihat dari besarnya

kemerosotan pendapatan perkapitanya? Sebaliknya, apakah daerah yang pendapatan

perkapitanya sudah lebih tinggi lebih bias untuk terus mendukung pembangunan manusia

di daerahnya? Pertanyaan-pertanyaan itu kurang lebih sejalan dengan pendapat Ramirez

dkk (1998) yang dari studi cross-country mereka menemukan bukti adanya hubungan

positif dan kuat pada kedua jalur hubungan pembangunan manusia dan pertumbuhan

ekonomi. Ditambahkan pula bahwa pengeluaran pemerintah untuk sektor sosial dan

pendidikan perempuan penting artinya dalam memperkuat hubungan pertumbuhan

ekonomi dengan pembangunan manusia; sementara tingkat investasi dan distribusi

pendapatan memperkuat hubungan antara pembangunan manusia dan pertumbuhan

ekonomi.

Secara empiris, Garcia dan Soelistianingsih (1998) telah mengestimasi pengaruh

variabel modal manusia (diukur dengan pangsa penduduk berumur 10 tahun ke atas yang

berpendidikan tingkat dasar dan menengah), rasio murid terhadap guru (untuk mengukur

coverage upaya pendidikan dan efisiensi penggunaan sumber daya untuk pendidikan),

fertilitas total (jumlah rata-rata anak yang lahir untuk setiap perempuan berumur 15 sampai

49 tahun) – selain pangsa sektor minyak dan gas dalam PDRB untuk mengukur

ketersediaan sumber daya alam-terhadap pertumbuhan ekonomi regional. Temuannya

adalah bahwa investasi untuk pendidikan dan kesehatan memang dibutuhkan untuk

mengurangi ketimpangan pendapatan regional. Sedangkan Wibisono (2001) memasukkan

11

Page 12: PENELITIAN IPM

variabel-variabel educational attaintment (diukur dengan tingkat pendidikan yang berhasil

ditamatkan), angka harapan hidup (life expectancy), tingkat fertilitas (fertility rate), tingkat

kematian bayi (infant mortality rate), laju inflasi dan juga variable dummy regional juga

terhadap pertumbuhan ekonomi regional. Dari estimasi-estimasi yang dilakukan, diperoleh

temuan bahwa variable yang berpengaruh positif terhadap pertumbuhan adalah

pendidikan, angka harapan hidup, dan tingkat kematian bayi. Sedangkan tingkat fertilitas

dan laju inflasi memberikan efek negatif terhadap tingkat pertumbuhan pendapatan.

5. METODE PENELITIAN

5.1.Tempat dan Waktu Penelitian

Kajian ini dilakukan di Kabupaten Jombang dalam kurun waktu 1 tahun yaitu atas

dasar perhitungan mulai dari Bulan Januari sampai dengan Bulan Desember tahun 2007.

5.2. Sifat Penelitian

Penelitian dengan menggunakan pendekatan kualitatif dengan dasar analisis

data berdasarkan formulasi IPM secara statistik berdasarkan perkembangan kondisi

indeks harapan hidup, pendidikan dan indeks daya beli tahun 2006-2007 sebagaimana

adanya di lapangan.

5.3.Cara Pengumpulan Data

Cara pengumpulan data dalam Penelitian ini dilakukan dengan telaahan terhadap

laporan perkembangan kondisi masyarakat dalam waktu 1 tahun yang meliputi pengupulan

data tentang kondisi kependidikan, daya beli masyarakat yang ditujukan dengan kontribusi

terhadap PDRB dan kondisi kesehatan masyarakat saat penelitian dilakukan.

5.4.Analisis Data

Komponen IPM terdiri dari angka harapan hidup digambarkan kondisi kesehatan

penduduk, angka pendidikan pendekatannya melalui angka melek huruf dan data-data lama

12

Page 13: PENELITIAN IPM

sekolah, serta daya beli. IPM diperoleh dengan menggabungkan ketiga komponen tersebut,

sedangkan indeks 0 menggambarkan keadaan terburuk, dan nilai 100 menggambarkan

nilai terbaik.

Berikut adalah formulasi untuk penghitungan IPM:

IPM =

Keterangan :

I(i) = indeks komponen IPM ke-I, dimana I(i) =

X(i) = nilai komponen IPM ke-i

Max.X(i) = nilai komponen IPM yang tertinggi

Max.X(i) = nilai komponen IPM ke-I yang terendah

IPM = Indeks Pembangunan Manusia

Nilai maksimum dan minimum yang digunakan dalam penghitungan IPM menurut

UNDP, sebagai berikut:

Tabel 2 Nilai Maksimum dan Minimum Komponen IPM

Indikator Komponen

IPM (Xi)

Satuan Nilai

Maksimum

Nilai

Minimum

Catatan

Angka Harapan

Hidup

Tahun 85 25 Sesuai Standar

Global (UNDP)

Angka Melek Huruf Persen 100 - Sesuai Standar

Global (UNDP)

Rata-rata Lama

Sekolah

Tahun 15 - Sesuai Standar

Global (UNDP)

Konsumsi per

Kapita yang

disesuaikan 1996

Rupiah 732.730 300.000 UNDP

Menggunakan PDB

per Kapita Riil yang

disesuaikan

Sumber : Konsep, Metode & Teknik Penghitungan IPM, BPS, 2003.

13

Page 14: PENELITIAN IPM

Meningkatkan hasil pembangunan manusia dapat dilihat berdasarkan besaran

IPM. Klasifikasi status pembangunan manusia yang dapat digunakan adalah seperti tabel di

bawah ini :

Tabel 3 :Status Pembangunan Manusia

Nilai IPM Status Pembangunan

Manusia

< 49 Rendah

50 < sampai < 59 Menengah Bawah

60 < sampai < 79 Menengah Atas

> 80 Tinggi

Sumber : BPS, Tahun 2006

5. 5.1.Indeks/Angka Harapan Hidup

Indeks/Angka Harapan Hidup mengukur jumlah rata-rata umur yang diharapkan

oleh seseorang yang baru lahir untuk dijalani sampai meninggal kelak. Semakin besar

angka harapan hidup seseorang berarti semakin tinggi kualitas hidup seseorang. Angka

Harapan Hidup ini diperoleh dari data rata-rata anak lahir hidup dalam kelompok umur lima

tahunan, rata-rata anak masih hidup dalam kelompok umur lima tahunan dan wanita umur

15-49 dalam kelompok umur lima tahunan. Perhitungannya menggunakan software

Mortpack Lite.

5.5. 2.Indeks Pendidikan

Indeks pendidikan terdiri dari Angka Melek Huruf (AMH) dan Angka Rata-rata Lama

Sekolah (MYS) (Mean Years School). Angka Melek Huruf diukur melalui proporsi

penduduk yang berusia 10 tahun ke atas yang mampu membaca dan menulis,

rumusannya adalah sebagai berikut:

14

Page 15: PENELITIAN IPM

AMH =

Keterangan :

Pddk > 10 mbt = penduduk 10 tahun ke atas yang bias baca tulis

Pddk > 10 th = penduduk 10 tahun ke atas

Sedangkan Angka Rata-rata Lama Sekolah diperoleh dari jumlah penduduk yang

berumur di atas 10 tahun dan skor dari lama sekolah. Adapun rumusannya adalah sebagai

berikut:

MYS =

Keterangan:

MYS = Means Year of School (Angka Rata-rata Lama Sekolah)

fi = frekuensi jumlah penduduk yang berumur 10 tahun ke atas

pada jenjang pendidikan ke i, dimana i = 1, 2, ….. 11

si = skor masing-masing jenjang.

Skor untuk masing-masing jenjang pendidikan dapat dilihat pada tabel 4 di bawah

ini:

Tabel 4 Skor Jenjang Pendidikan

Jenjang Pendidikan Skor

Tidak, belum pernah sekolah 0

Belum tamat SD 3

Tamat SD sederajat 6

Tamat SMP 9

Tamat SMA 12

Tamat D I 13

Tamat D II 14

Tamat D III/Akademi/Sarjana muda 15

Tamat D IV/S 1 16

Tamat S 2 18

Tamat S 3 21

15

Page 16: PENELITIAN IPM

Sumber : Konsep, Metode & Teknik Penghitungan IPM, BPS, 2003.

Dengan demikian, Indeks Pendidikan dapat dihitung dengan menggabungkan

dua komponen Angka Melek Huruf dan Rata-rata Lama Sekolah. Rumusannya adalah

sebagai berikut:

IP =

Keterangan :

IP = Indeks Pendidikan

AMH = Angka Melek Huruf

MYS = Rata-rata Lama Sekolah (Means Year of School)

5.5.3. Indeks Daya Beli

Indeks Daya Beli diperoleh dari hasil penghitungan Purchasing Power Parity (PPP).

PPP adalah ukuran pendapatan yang sudah disesuaikan dengan rata-rata konsumsi riil.

Penghitungan konsumsi riil per kapita yang telah disesuaikan dilakukan melalui tahapan

pekerjaan sebagai berikut:

1. Menghitung pengeluaran konsumsi per kapita dari sampel Rumah Tangga (=A)

2. Mendeflasikan nilai A dengan Indeks Harga Kecamatan yang diperoleh dari harga-

harga bahan pokok (=B)

3. Menghitung daya beli per unit (Purchasing Power Parity/unit) dengan rumusan sebagai

berikut:

PPP/unit =

Keterangan:

PPP/ unit = Power Purchasing Parity per unit

E(i, j) = pengeluaran untuk komoditi di Kabupaten Jombang ke i

P(i, j) = harga komoditi di Kabupaten Jombang

Q(i, j) = jumlah komoditi j (unit) yang dikonsumsi di Kabupaten Jombang ke i.

16

Page 17: PENELITIAN IPM

4. Membagi nilai B dengan PPP/unit (=C)

5. Menyesuaikan nilai C dengan formula Atkinson sebagai upaya untuk memperkirakan

nilai marginal utility dari C.

Untuk menghitung indeks harga diperlukan 27 komoditi dari SUSENAS, seperti pada

tabel 3.4.Untuk komoditas sewa rumah ditentukan berdasarkan Indeks Kualitas Rumah

yang dihitung berdasarkan kualitas dan fasilitas rumah tinggal. Terdapat tujuh komponen

kualitas rumah dalam menghitung Indeks Kualitas Rumah, yaitu sebagaimana tercantum

pada tabel.5.

Tabel 5 : Daftar Komoditi Terpilih untuk Menghitung Purchasing Power Parity (PPP)

No Komoditi UnitSumbangan thd Total Konsumsi

(%)1 Beras lokal Kg 7,252 Tepung Terigu Kg 0,103 Ketala Pohon Kg 0,224 Ikan

Tongkol/tuna/cakalang Kg 0,50

5 Ikan Teri Ons 0,326 Daging Sapi Kg 0,787 Daging Ayam Kampung Kg 0,658 Telur Ayam Butir 1,489 Susu Kental Manis 397

gram0,48

10 Bayam Kg 0,3011 Kacang Panjang Kg 0,3212 Kacang Tanah Kg 0,2213 Tempe Kg 0,7914 Jeruk Butir 0,3915 Pepaya Butir 0,1816 Kelapa Ons 0,5617 Gula Pasir Ons 1,6118 Kopi Bubuk Ons 0,6019 Garam Ons 0,1520 Merica/lada Ons 0,1321 Mie instan 80 gram 0,7922 Rokok kretek filter 10

batang 2,86

23 Listrik Kwh 2,0624 Air minum M3 0,4625 Bensin Liter 1,02

17

Page 18: PENELITIAN IPM

26 Minyak Tanah\ Liter 1,7427 Sewa rumah Unit 11,56

Total 37,52Sumber : Konsep, Metode & Teknik Penghitungan IPM, BPS,

2003.

Tabel 6 :Komponen Kualitas Rumah

Komponen Uraian Skor

Lantaia. Keramik, marmer

atau granit 1

b. Lainnya 0Luas lantai per kapita

a. > 10 m2 1b. Lainnya 0

Dinding a. Tembok 1b. Lainnya 0

Fasilitas Penerangan

a. Listrik 1b. Lainnya 0

Fasilitas Air Minum

a. Ledeng 1b. Lainnya 0

Jamban a. Milik Sendiri 1b. Lainnya 0

Skor awal tiap rumah

1

Sumber : BPS, Tahun 2003.

Indeks Kualitas Rumah merupakan penjumlahan dari skor yang dimiliki oleh

suatu tempat tinggal dan bernilai antara 1 sampai dengan 8. Kuantitas dari rumah yang

dikonsumsi oleh suatu rumah tangga adalah Indeks Kualitas Rumah Tangga dibagi

delapan. Sedangkan formula Atkinson yang digunakan untuk penyesuaian rata-rata

konsumsi riil secara matematis dinyatakan sebagai berikut:

C(i)* = C(i) , jika C(i) ≤ Z

C(i)* = Z + 2(C(i)-Z) , jika Z = C(i) ≤ 2Z

C(i)* = Z + 2(Z) + 3( C(i)- 2Z) , jika 2Z < C(i) ≤ 3Z

C(i)* = Z + 2(Z) + 3(Z) + 4(C(i)-3Z) , jika 3Z < C(i) ≤ 4Z

Keterangan :

C(i) = konsumsi per kapita

18

Page 19: PENELITIAN IPM

Z = threshold atau tingkat pendapatan tertentu yang digunakan sebagai batas

kecukupan. Dalam penulisan ini nilai Z ditetapkan sebesar Rp. 549.500,00

per kapita setahun atau Rp. 1.500,00 per kapita sehari. (Konsep, Metode &

Teknik Penghitungan IPM, BPS, 2003).

6. ANALISIS HASIL

6.1. Indeks Pembangunan Manusia Tingkat Kabupaten

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Jombang pada tahun 2007

adalah sebesar 70,21. Peningkatan IPM ini karena indeks komposit sebagai pembentuk

IPM mengalami peningkatan dibandingkan pada tahun 2006. Indeks Harapan Hidup

mengalami peningkatan sebesar 0.36 menjadi 70,81 dari tahun sebelumnya, yaitu 70,57.

Indeks Pendidikan pada tahun 2007 meningkat 0,21 menjadi sebesar 77,33 dari 77,12

pada tahun 2006. Indeks Daya Beli juga mengalami peningkatan sebesar 0,20 menjadi

62,47 dari 62,27 pada tahun sebelumnya. Dengan demikian IPM kabupaten Jombang

pada tahun 2007 berada pada menengah atas, yaitu antara 60 sampai dengan 79,

selanjutnya dapat dilihat pada tabel 7

Tabel 7 : Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Jombang

Tahun 2006 – 2007

Tahun

Indeks

Harapan

Hidup

Indeks

Pendidikan

Indeks Daya

BeliIPM

2006 70,57 77,12 62,27 69,99

2007 70,81 77,33 62,47 70,21*

Sumber : Bappeda Jombang Tahun 2006 olahan

Jika dilihat dari masing-masing komponennya, kontribusi terbesar pada IPM

kabupaten Jombang tahun 2007 adalah berasal Indeks Pendidikan sebesar 77,33,

berikutnya adalah Indeks Harapan Hidup sebesar 70,81 dan yang terakhir adalah Indeks

Daya Beli sebesar 62,47. Hal tersebut cukup mewakili kondisi kabupaten Jombang, karena

19

Page 20: PENELITIAN IPM

sektor pendidikan merupakan sektor basis yang dapat dibanggakan oleh pemerintah dan

masyarakat Kabupaten Jombang.

Indeks Pembangunan Manusia dapat pula dilihat pada setiap kecamatan. Tiga

peringkat IPM tertinggi di Kecamatan Jombang sebesar 73,37, disusul oleh Kecamatan

Ploso sebesar 72,07 dan yang ketiga adalah Kecamatan Diwek sebesar 71,67.

Sebaliknya, tiga peringkat IPM terendah terdapat di Kecamatan Ngusikan sebesar 68,42,

kemudian Kecamatan Kabuh sebesar 68,56 dan Kecamatan Kudu sebesar 68,63.

Kecamatan-kecamatan yang mempunyai IPM terendah perlu mendapatkan perhatian

khusus yang berkaitan dengan pembangunan di bidang sumberdaya manusia, agar

kesenjangan atau disparitas IPM dapat diperkecil. Tabel 8 dibawah ini akan menyajikan

data IPM menurut kecamatan:

Tabel 8 : Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Jombang per Kecamatan Tahun 2007

No. Kecamatan Indeks

Harapan Hidup

Indeks Pendidikan

Indeks Daya Beli

Indeks Pembangunan Manusia

1 Bandar Kedungmulyo 70.85 77.16 62.61 70.212 Perak 70.58 78.74 63.05 70.793 Gudo 72.90 78.25 62.62 71.264 Diwek 72.00 80.01 62.99 71.675 Ngoro 72.70 78.13 62.92 71.256 Mojowarno 70.57 76.04 62.73 69.787 Bareng 71.88 73.33 61.75 69.268 Wonosalam 70.13 74.55 62.31 69.009 Mojoagung 71.22 79.54 63.25 71.33

10 Sumobito 69.82 76.81 62.66 69.7611 Jogoroto 72.43 77.21 62.03 70.5612 Peterongan 69.37 81.05 63.15 71.1913 Jombang 72.57 84.18 63.37 73.3714 Megaluh 69.67 76.76 62.01 69.4815 Tembelang 68.85 76.70 61.99 69.1816 Kesamben 68.98 77.84 61.93 69.5917 Kudu 69.22 74.83 61.85 68.6318 Ngusikan 68.73 74.75 61.77 68.4219 Ploso 72.50 80.39 63.30 72.0720 Kabuh 69.83 74.01 61.83 68.56

20

Page 21: PENELITIAN IPM

65.0066.0067.0068.0069.0070.0071.0072.0073.0074.00

Series2

21 Plandaan 72.25 73.74 61.78 69.26Kabupaten Jombang 2007 70.81 77.33 62.47 70.21Kabupaten Jombang 2006 70.57 77.12 62.27 69.99Sumber : hasil analisis

Indeks Pembangunan Manusia per Kecamatan

Gambar 2 :Indeks Pembangunan Manusia per Kecamatan.

6.2. Indeks Pembangunan Manusia per Komponen

Selain dapat dianalisis secara umum (general), Indeks Pembangunan Manusia juga

dapat dianalisis setiap komponennya (partial). Komponen-komponen pembentuk IPM

tersebut antara lain :

6.2.1.Indeks Harapan Hidup

Indeks Harapan Hidup (Life Expectation at Age) dapat menggambarkan jumlah

rata-rata tahun (umur) yang diharapkan oleh seseorang yang baru lahur untuk dijalani

sampai meninggal kelak. Dengan kata lain menunjukkan rata-rata lama hidup penduduk di

kabupaten Jombang pada tahun 2007.

Berdasarkan hasil penghitungan didapatkan bahwa Indeks Harapan Hidup yang

terdapat di kecamatan-kecamatan di kabupaten Jombang cukup beragam. Rata-rata Indeks

Harapan Hidup di Kabupaten Jombang adalah sebesar 70,81. Sedangkan pada tingkat

kecamatan, Indeks Harapan Hidup tertinggi terdapat di kecamatan Gudo sebesar 72,90,

diikuti oleh Kecamatan Ngoro sebesar 72,70. Sedangkan Indeks Harapan Hidup terendah

IPM

21

Page 22: PENELITIAN IPM

adalah di kecamatan Ngusikan sebesar 68,73, diikuti oleh kecamatan Tembelang sebesar

68,85. Untuk lebih lanjut dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 9 : Indeks Harapan Hidup per Kecamatan Kabupaten Jombang Tahun 2007.

No Kecamatan Angka

Harapan Hidup

Indeks Harapan Hidup

Peringkat

1 Gudo 67,51 72,90 12 Ngoro 67,35 72,70 23 Jombang 68,74 72,57 34 Ploso 68,20 72,50 45 Jogoroto 68,62 72,43 56 Plandaan 67,34 72,25 67 Diwek 68,13 72,00 78 Bareng 67,08 71,88 89 Mojoagung 67,73 71,22 9

10 Bandar Kedungmulyo 66,89 70,85 1011 Perak 68,46 70,58 1112 Mojowarno 66,62 70,57 1213 Wonosalam 68,54 70,13 1314 Kabuh 66,80 69,83 1415 Sumobito 66,31 69,82 1516 Megaluh 66,39 69,67 1617 Peterongan 66,53 69,37 1718 Kudu 66,24 69,22 1819 Kesamben 68,80 68,98 1920 Tembelang 66,90 68,85 2021 Ngusikan 68,35 68,73 21

Kabupaten Jombang 67,49 70,80Sumber : hasil analisis

66.0067.0068.0069.0070.0071.0072.0073.0074.00

Gambar 3 : Indeks Pembangunan Hidup per Kecamatan

Kecamatan

Inde

ks H

arap

an H

idup

22

Page 23: PENELITIAN IPM

Apabila dilihat kembali pada tabel 4.3, maka didapatkan kecamatan-kecamatan

yang mempunyai Indeks Harapan Hidup rendah, seperti kecamatan Kabuh, Sumobito,

Megaluh, Peterongan, Kudu, Kesamben, Tembelang dan Ngusikan. Kecamatan-

kecamatan tersebut memerlukan perhatian lebih dari pemerintah terkait dengan tingkat

kesehatan masyarakat yang tertuang dalam Indeks Harapan Hidup.

Faktor mendasar yang mempengaruhi Indeks Harapan Hidup adalah aspek

lingkungan, budaya sehat masyarakatnya dan aksesibilitas / jarak antara masyarakat

dengan sarana dan tenaga kesehatan di suatu daerah. Tiga aspek mendasar tersebut

mempunyai hubungan sebab akibat (horizontal causality), dimana lingkungan yang sehat

disebabkan oleh budaya sehat masyarakatnya, demikian juga sebaliknya. Budaya yang

sehat juga disebabkan oleh aksesibilitas/jrak antara masyarakat dengan sarana dan

tenaga kesehatan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan di suatu daerah.

Faktor yang mempengaruhi Indeks Harapan Hidup berikutnya adalah

ketersediaan tenaga kesehatan (bidang, dokter, dokter spesialis, dll), sarana kesehatan

(puskesmas, rumah sakit, posyandu, dll), kualitas tenaga kesehatan dan kualitas sarana

kesehatan. Faktor-faktor ini mempengaruhi faktor-faktor di atasnya yaitu banyaknya

masyarakat yang melakukan perawatan dan rujukan pada sarana kesehatan dan tenaga

kesehatan di suatu daerah.

Rujukan dan perawatan tersebut berkaitan dengan imunisasi, pencegahan dan

perawatan penyakit menular serta pelayanan-pelayanan kesehatan lainnya. Pada

akhirnya, imunisasi, pencegahan dan perawatan penyakit menular serta pelayanan-

pelayanan kesehatan lainnya akan mempengaruhi angka kematian bayi, angka kematian

ibu melahirkan dan angka kematian keseluruhan masyarakat.

Dari ketiga angka di atas, tingkat kesehatan masyarakat di suatu daerah dapat

diukur melalui Angka Harapan Hidup yang kemudian diolah menjadi Indeks Harapan Hidup

sebagai salah satu komponen pembentuk IPM.

7. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

23

Page 24: PENELITIAN IPM

7.1.Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik beberapa

kesimpulan sebagai berikut:

1. Indeks Pembangunan Manusia di Kabupaten Jombang pada tahun 2007 adalah

sebesar 70,21. Indeks ini mengalami peningkatan dibandingkan pada tahun 2006,

yaitu sebesar 69,99.

2. Konstribusi terbesar pada IPM Kabupaten Jombang adalah berasal dari Indeks

Pendidikan sebesar 77,33, kemudian diikuti oleh Indeks Harapan Hidup sebesar

70,81 dan Indeks Daya Beli sebesar 62,47.

3. Kecamatan Jombang mempunyai IPM tertinggi dibandingkan dengan kecamatan-

kecamatan yang lain, yakni sebesar 73,37. Berikutnya adalah Kecamatan Ploso

dengan IPM sebesar 72,07. Sedangkan, peringkat ketiga adalah Kecamatan Diwek

dengan IPM sebesar 71,67.

4. Sebaliknya, Kecamatan Ngusikan mempunyai IPM terendah di antara kecamatan-

kecamatan yang lain, yaitu sebesar 68,42. Disusul oleh Kecamatan Kabuh sebesar

68,56 dan Kecamatan Kudu sebesar 68,63.

5. Berdasarkan analisis per komponen didapatkan bahwa Indeks Harapan Hidup

tertinggi berada di Kecamatan Gudo sebesar 72,90. Sebaliknya, Indeks Harapan

Hidup terendah berada di Kecamatan Ngusikan sebesar 68,73. Untuk Indeks

Harapan Hidup Kabupaten Jombang adalah sebesar 70,81.

6. Indeks Pendidikan Kabupaten Jombang adalah sebesar 77,33. Berdasarkan

kecamatan, Kecamatan Jombang merupakan kecamatan paling tinggi dalam

Indeks Pendidikan, yaitu sebesar 84,18. Sedangkan, Kecamatan Bareng

merupakan kecamatan yang mempunyai angka Indeks Pendidikan paling rendah,

yaitu sebesar 73,33.

7. Rata-rata tingkat daya beli penduduk kabupaten Jombang pada tahun 2007 adalah

sebesar Rp. 570.332,76. Sedangkan Indeks Daya Beli untuk Kabupaten Jombang

adalah sebesar 62,47. Indeks Daya Beli tertinggi terdapat di Kecamatan Jombang,

24

Page 25: PENELITIAN IPM

yaitu sebesar 63,37. Sebaliknya, Kecamatan Bareng merupakan kecamatan yang

mempunyai Indeks Daya Beli paling rendah, yaitu sebesar 61,75.

7.2.Rekomendasi

1. Perlu peningkatan pembangunan fisik di bidang kesehatan, yaitu pembangunan

puskesmas, rumah sakit dan pengadaan tenaga kesehatan. Solusi non-fisik berupa

penyuluhan hidup sehat, kegiatan-kegiatan perbaikan gizi, peningkatan pelayanan

publik di bidang kesehatan, biaya kesehatan murah bagi penduduk yang kurang

mampu dan system asuransi kesehatan atau jaminan sosial yang tepat sasaran.

2. Pada Indeks Pendidikan didapatkan bahwa sebaran tenaga pengajar dan fasilitas

fisik berupa kelas pada setiap kecamatan cukup merata. Namun, bila ditinjau

kembali berdasarkan Angka Mengulang, Angka Putus Sekolah dan Angka Lulus

serta rasio antara jumlah penduduk dan jumlah siswa menggambarkan perlunya

solusi kebijakan di bidang pendidikan, antara lain:

a. Di bidang non-fisik meliputi, peningkatan sumberdaya guru, penyempurnaan

kurikulum, meminimalisasi biaya pendidikan, alokasi anggaran Pemerintah

terhadap sektor pendidikan, peningkatan kesadaran masyarakat tentang

pentingnya pendidikan dan optimalisasi program pendidikan luar sekolah.

b. Di bidang fisik meliputi, perbaikan fasilitas sekolah yang rusak, penambahan

buku-buku sebagai penunjang kegiatan belajar mengajar dan berbaikan

aksesibilitas atau sarana transportasi menuju ke tempat pendidikan.

3. Solusi untuk meningkatkan Indeks Daya Beli yang rendah meliputi, menjaga

stabilitas kondisi perekonomian nasional maupun daerah, pelatihan-pelatihan

wirausaha (entrepeneruship), perluasan kesempatan kerja, kebijakan dalam

menarik investasi dari luar daerah, serta kebijakan-kebijakan pengurangan beban

biaya hidup bagi masyarakat miskin, seperti kredit lunak dan program penjaminan

ketersediaan kebutuhan pokok.

8. Ucapan Terima kasih

25

Page 26: PENELITIAN IPM

Dengan telah selesainya penulisan artikel ini sebagai ringkasan dari laporan hasil

Penyusunan Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Jombang Tahun 2008, kami

ucapkan terima kasih kepada Bapak Kepala Bappeda Kabupaten Jombang, Kepala

Bidang Litbang Data Bappeda dan seluruh staf pada Bidang Data Bappeda Kabupaten

Jombang yang telah menyediakan fasilitas sehingga tulisan ini dapat diselesaikan.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada CV Hera Muda dengan kerjasama

dengan Bappeda telah membantu menganalisis tersusunnya IPM di Kabupaten

Jombang tahun 2007.

DAFTAR PUSTAKA

A. Mappadjantji Amien, 1992, “Identifikasi dan Analisis Kelayakan Program Pembangunan”,

LP Universitas Hasanudin.

ADB. 1992. “Benefit Monitoring and Evaluation”, A. Handbook For Bank Staff Of Executing

Agencies and Consultans.

Akita T. dan A. Alisjahbana. 2002. “Regional Income Inequality in Indonesia and the Initial

Impact of the Economic Crisis”, Bulletin of Indonesian Economic Studies 38 (2) :

201-222.

26

Page 27: PENELITIAN IPM

Arsyad, Lincolin. 1999. “Ekonomi Pembangunan”, Edisi ke-4, Cetakan ke-1, STIE YKPN,

Yogyakarta.

Garcia, J.G. dan L. Soelistianingsih. 1998. “Why Do Differences in Provincial Income Persist in

Indonesia?”, Bulletin of Indonesian Economic Studies 34 (1): 95-120.

Harbison, Frederick H. 1973. “Human Resources as the Wealth of Nations”, Oxford University,

New York.

Hers, J. 1998. “Human Capital and Economic Growth: A Survey of the Literature”. CPB Report

1998/2.

Mubyarto, 1993. “Peluang Kerja dan Berusaha di Pedesaan”. UGM: Yogyakarta.

Ramirez, A., G. Ranis, dan F. Stewart, 1998. “Economic Growth and Human Capital”. QEH.

Working Paper No. 18.

Todaro, Michael. 2000. “Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga”, Edisi, Ketujuh, Erlangga.

Wibisono, Y., 2001. “Determinan Pertumbuhan Ekonomi Regional: Studi Empiris Antar Propinsi

di Indonesia”. Jurnal Ekonomi dan Pembanguan Indonesia, Vol. 1 No. 2, 52-83.

Renstra Kabupaten Jombang Th. 2003

BPS, Bappenas. UNDP-2001.

IPM. Kabupaten Jombang 2006.

27