PENELITIAN IPM
description
Transcript of PENELITIAN IPM
ANALISA PERENCANAAN PARAMETER PENINGKATAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) KABUPATEN JOMBANG
TAHUN 2007
Oleh:
YOHNNIE ANWAR
BAPPEDA JOMBANG2007
ABSTRACT
Peningkatan sumberdaya manusia menurut UNDP (United Nation Development
Programme) dapat diukur dengan melihat tingkat keberhasilan pembangunan manusia melalui
Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan indeks
komposit yang dihitung sebagai rata-rata sederhana dari Indeks Harapan Hidup, Indeks
Pendidikan dan Indeks Standar Hidup Layak yang tertuang dalam Paritas Daya Beli.
Pembangunan kesehatan pada hakekatnya bertujuan untuk meningkatkan kesadaran,
kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud kesehatan masyarakat
yang setinggi-tingginya.
Pendidikan merupakan salah satu indikator dalam mengukur tingkat pembangunan
manusia, selain indikator kesehatan dan indikator ekonomi. Semakin tinggi kualitas pendidikan
suatu masyarakat, maka dapat diprediksi semakin tinggi pula tingkat pembangunan
manusianya dan Paritas daya beli (Purchasing Power Parity) merupakan ukuran pendapatan
yang sudah disesuaikan dengan paritas daya beli.
Pembangunan sumberdaya manusia di Kabupaten Jombang yang diukur dengan Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) selama tahun 2004 hingga tahun 2005 mengalami penurunan.
Pada tahun 2004, IPM Kabupaten Jombang sebesar 68,40, angka ini menurun hingga
mencapai 68,23 pada tahun 2005. Namun, pada tahun 2006, IPM Kabupaten Jombang naik
menjadi 69,99.
Kata Kunci : Indeks, Pembangunan, Manusia
1. Latar Belakang :
2
Perkembangan perekonomian suatu wilayah atau daerah merupakan salah satu
indikator kemajuan dan keberhasilan pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah di
daerah yang bersangkutan. Karena dengan adanya kemajuan di bidang ekonomi, maka
akan bisa mendukung pelaksanaan pembangunan di bidang lainnya, seperti
pembangunan politik, sosial budaya, pertahanan dan keamanan. Akan tetapi jika
pembangunan hanya terfokus pada bidang ekonomi yang hanya berorientasi pada
pertumbuhan, maka akan muncul masalah-masalah social, seperti terjadinya ketimpangan
pendapatan, kesehatan dan lain-lain.
Kondisi tersebut menimbulkan kesenjangan (gap) yang cukup besar antara
pembangunan fisik dan pembangunan di bidang manusia. Sementara itu rendahnya
pembangunan dibidang manusia akan melemahkan sendi-sendi perekonomian secara
menyeluruh, karena pembangunan manusia yang baik mempunyai multiplier effect ke
berbagai bidang. Multiplier effect yang dimaksud adalah efek penyebaran (spreads effect)
yang ditimbulkan dari suatu kegiatan yang berdampak pada kegiatan lain karena kegiatan
tersebut mempunyai keterkaitan atau saling tergantung satu sama lain, misalnya dengan
semakin membaiknya pendidikan dan kesehatan manusia maka dengan sendirinya akan
cenderung pula memperbaiki tingkat pendapatannya, dan seterusnya akan menciptakan
pula kegiatan lain yang sifatnya forward linkage seperti peningkatan pelayanan. Sejalan
dengan itu Todaro mengatakan bahwa keberhasilan pembangunan ekonomi ditunjukkan
dengan tiga nilai pokok, yaitu:
Berkembangnya kemampuan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan pokoknya (basic
needs),
Meningkatnya rasa harga diri (self-esteem) masyarakat sebagai manusia dan,
Meningkatnya kemampuan masyarakat untuk memilih (freedom from servitude) yang
merupakan salah satu dari hak asasi manusia (Arsyad, 11:1999)
3
Sesuai dengan pernyataan Todaro di atas, maka keberhasilan pembangunan
ekonomi ditunjukkan dengan peningkatan nilai nilai sumberdaya manusia. Selain itu,
pembangunan di suatu daerah pada dasarnya adalah untuk mencapai kesejahteraan
semua masyarakat. Kesejahteraan tersebut salah satunya dapat dicapai dengan
meningkatnya sumberdaya manusia, melalui pembangunan di bidang pendidikan,
kesehatan, politik, peningkatan pendapatan masyarakat dan lain-lain.
Peningkatan sumberdaya manusia menurut UNDP (United Nation Development
Programme) dapat diukur dengan melihat tingkat keberhasilan pembangunan manusia
melalui Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
merupakan indeks komposit yang dihitung sebagai rata-rata sederhana dari Indeks
Harapan Hidup, Indeks Pendidikan dan Indeks Standar Hidup Layak yang tertuang dalam
Paritas Daya Beli. Pembangunan kesehatan pada hakekatnya bertujuan untuk
meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar
terwujud kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
Pendidikan merupakan salah satu indikator dalam mengukur tingkat pembangunan
manusia, selain indikator kesehatan dan indikator ekonomi. Semakin tinggi kualitas
pendidikan suatu masyarakat, maka dapat diprediksi semakin tinggi pula tingkat
pembangunan manusianya. Dengan demikian, diperlukan pemerataan kesempatan
pendidikan, peningkatan mutu para pendidik serta peningkatan sarana dan prasarana yang
mendukung pembangunan pendidikan baik secara nasional maupun di daerah dalam
menghadapi tantangan globalisasi. Pembangunan pendidikan merupakan bagian dari
Pembangunan Nasional. Di dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara ditetapkan bahwa
pendidikan nasional berdasarkan Pancasila, bertujuan untuk meningkatkan ketaqwaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa, kecerdasan dan ketrampilan, mempertinggi budi pekerti,
memperkuat kepribadian dan mempertebal semangat kebangsaan dan cinta tanah air,
agar dapat menumbuhkan manusia-manusia pembangunan yang dapat membangun
4
dirinya sendiri serta bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa. Selain
itu, tujuan nasional Bangsa Indonesia, seperti yang tercantum pada Pembukaan Undang-
undang Dasar 1945, adalah melindungi segenap Bangsa Indonesia dan seluruh tumpah
darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan
bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial.
Pembangunan sumberdaya manusia di Kabupaten Jombang yang diukur dengan
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) selama tahun 2004 hingga tahun 2005 mengalami
penurunan. Pada tahun 2004, IPM Kabupaten Jombang sebesar 68,40, angka ini menurun
hingga mencapai 68,23 pada tahun 2005. Namun, pada tahun 2006, IPM Kabupaten
Jombang naik menjadi 69,99. seperti tersebut pada tabel No. 1:
Tabel 1. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten JombangTahun 2004-2006
Tahun
Indeks
Harapan
Hidup
Indeks
Pendidikan
Indeks Daya
BeliIPM
2004 70,08 74,12 61,00 68,40
2005 70,53 75,12 59,04 68,23
2006 70,57 77,27 62,27 69,99
Sumber : Laporan Akhir IPM Tahun 2005 & 2006, Bappeda Kabupaten Jombang.
Meskipun akhir-akhir ini pemerintah Kabupaten Jombang telah meluangkan
perhatian yang cukup serius pada ketiga komponen pembentuk IPM, yaitu Indeks Harapan
Hidup, Indeks Pendidikan dan Indeks Daya Beli, pemerintah Kabupaten Jombang perlu
menganalisis ketiga komponen tersebut dengan analisis yang lebih mendalam dan
berkelanjutan agar didapatkan konsistensi dan keberhasilan pemerintah dalam
meningkatkan pembangunan di bidang sumberdaya manusia. Sehingga dalam penelitian
ini kami mencoba untuk menyusun Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Tahun 2007.
1. Rumusan Masalah
5
Berdasarkan latar belakang pemikiran di atas, maka rumusan masalah yang diangkat
dalam kajian ini adalah : Bagaimana Kondisi Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
kondisi Tahun 2007 di Kabupaten Jombang.
2. Maksud dan Tujuan
Adapun maksud yang terdapat pada kajian ini adalah menyusun Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) Tahun 2007 di Kabupaten Jombang agar dapat
memberikan gambaran secara detail mengenai pembangunan di Kabupaten Jombang
yang didasarkan atas pembangunan bidang kesehatan, pendidikan dan kesejahteraan
masyarakat. Adapun tujuannya adalah:
1. Memberikan gambaran perencanaan yang tepat dalam bidang sumberdaya manusia
yang terdiri dari bidang kesehatan, pendidikan dan kemampuan daya beli masyarakat
berdasarkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Tahun 2007.
2. Mengetahui indikator-indikator yang dianggap sebagai penghambat dalam proses
percepatan pembangunan manusia di Kabupaten Jombang.
3. Menghasilkan sebuah peta sebaran (mapping) yang berisi daerah-daerah tertinggal
dalam bidang pembangunan manusia.
4. Memberikan alternative-alternatif/solusi-solusi kepada pemerintah daerah dalam
perencanaan pembangunan manusia berdasarkan hasil penghitungan IPM dan
berdasarkan peta sebaran yang berisi daerah-daerah tertinggal dalam pembangunan
manusia
4. Konsep teoritis
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) adalah variabel yang mencerminkan tingkat
pencapaian kesejahteraan penduduk atas layanan dasar dibidang pendidikan dan
kesehatan. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) meliputi tiga komponen antara lain:
a. Angka Harapan Hidup (Life Expectation at Age), yakni mengukur jumlah rata-
rata tahun (umur) yang diharapkan oleh seseorang yang baru lahir untuk dijalani
sampai meninggal kelak.
6
b. Angka Melek Huruf penduduk dewasa (Adulf Literacy Rate/LIT) dan rata-rata
lama sekolah (Mean Years of Schooling/MYS) yakni mengukur pengetahuan
(knowledge) dan ketrampilan (skill).
c. Paritas daya beli (Purchasing Power Parity) merupakan ukuran pendapatan
yang sudah disesuaikan dengan paritas daya beli.
Adapun bagan penyusunan Indeks Pembangunan Manusia digambarkan
sebagai berikut .
4.1.Sumberdaya Manusia dan Pembangunan
Sebagian besar ekonom sepakat sumberdaya manusia (human resources) dari
suatu bangsa, bukan modal fisik ataupun modal material, merupakan factor yang paling
menentukan karakter percepatan pembangunan sosial dan ekonomi bangsa yang
bersangkutan (Todaro, 2000:384). Hal ini sejalan dengan pernyataan Profesor Frederick
Harbison dari Princenton University yang menyatakan bahwa:
“Sumber daya manusia….. merupakan modal dasar dari kekayaan suatu bangsa. Modal fisik dan sumberdaya alam hanyalah factor produksi yang pada dasarnya bersifat pasif; manusialah yang merupakan agen-agen aktif yang akan mengumpulkan modal, mengeksploitasikan sumber-sumber daya alam, membangun berbagai macam organisasi sosial, ekonomi dan politik, serta melaksanakan pembangunan nasional. Jelaslah bahwa jika suatu Negara tidak segera mengembangkan keahlian dan pengetahuan rakyatnya
KESEHATAN PENDIDIKAN PENDAPATAN
Angka Harapan Hidup
Angka Melek Huruf
Rata-rataLama Sekolah
Konsumsi riil per Kapita
Indeks Melek Huruf
Indeks Rata-rata
Lama Sekolah
Indeks Harapan Hidup
Indeks Pendidikan Indeks Daya Beli
INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA
7
dan tidak memanfaatkan potensi mereka secara efektif dalam pembangunan dan pengelolaan ekonomi nasional, maka untuk selanjutnya Negara tersebut tidak dapat akan mengembangkan apapun”.
4.2.Indeks Pembangunan Manusia
Pada dasarnya, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan satuan yang
dikembangkan oleh United Nations Development Programme (UNDP) untuk mengukur
keberhasilan pembangunan pada suatu negara. IPM merupakan suatu angka yang diolah
berdasarkan tiga dimensi sekaligus, masing-masing adalah panjang usia (longevity),
pengetahuan (knowledge), dan standar hidup (standard of living) suatu bangsa. Secara
teknis ketiga dimensi ini dijabarkan menjadi beberapa indikator, yaitu kesehatan,
pendidikan serta ekonomi. Indikator kesehatan menyangkut angka kematian bayi (infant
mortality rate), angka kematian balita (under-five mortality rate), dan sebagainya
menyangkut usia harapan hidup (life expectancy). Indikator pendidikan menyangkut angka
melek huruf (literacy rate), rata-rata lama sekolah (mean year of schooling) angka
partisipasi pendidikan (enrolment ratio), dan sebagainya. Sedangkan indikator ekonomi
antara lain menyangkut daya beli masyarakat yang tertuang dalam paritas daya beli.
Dengan melihat konstruksi IPM yang terjabarkan dalam indikator-indikator tersebut,
jelaslah bahwa IPM merupakan ukuran keberhasilan atau kegagalan pembangunan
kesehatan, pendidikan, serta ekonomi pada suatu bangsa. Implikasinya IPM yang tinggi
menunjukkan keberhasilan pembangunan kesehatan, pendidikan serta ekonomi di suatu
Negara, dan sebaliknya HDI yang rendah menunjukkan kegagalan pembangunan
kesehatan, pendidikan serta ekonomi di suatu Negara.
4.3.Penelitian-penelitian terdahulu yang Berkaitan dengan Pembangunan Manusia
Studi Ramirez dkk (1998) berangkat dari terdapatnya hubungan dua arah antara
pertumbuhan ekonomi dan pembangunan manusia (human development). Dengan cari
lain, Hers (1998) juga menyebutkan adanya persoalan simultanitas dalam model empiris
8
yang banyak digunakan dalam studi-studi yang mengkaji pengaruh modal manusia
terhadap pertumbuhan ekonomi. Simultanitas ini merupakan salah satu hal yang
mengemuka dalam kritik terhadap studi-studi yang mengestimasi pengaruh modal manusia
terhadap pertumbuhan ekonomi. Adapun kedua rantai hubungan yang dimaksudkan oleh
Ramirez dkk tersebut adalah sebagai berikut. Pertama adalah dari pertumbuhan ekonomi
ke pembangunan manusia. Kinerja ekonomi mempengaruhi pembangunan manusia,
khususnya melalui aktivitas rumah tangga dan pemerintah, selain adanya peran civil
society seperti melalui organisasi masyarakat dan lembaha swadaya masyarakat. Alokasi
antar dan dalam lembaga-lembaga tersebut dan perbedaan perilakunya dapat menjadi
penyebab perbedaan kinerja pembangunan manusia sekalipun tingkat kinerja ekonominya
setara. Kecenderungan rumah tangga untuk membelanjakan pendapatan bersih mereka
untuk barang-barang yang memiliki konstribusi langsung terhadap pembangunan manusia
(seperti makanan, air, pendidikan dan kesehatan) tergantung dari sejumlah faktor seperti
tingkat dan distribusi pendapatan antar rumah tangga dan juga pada siapa yang
mengontrol alokasi pengeluaran dalam rumah tangga. Sudah umum diketahui bahwa
penduduk miskin menghabiskan porsi pendapatannya lebih banyak ketimbang penduduk
kaya untuk kebutuhan pembangunan manusia. Sementara itu, perempuan juga memiliki
andil yang tidak kecil dalam mengatur pengeluaran rumah tangga. Makin tinggi pendidikan
perempuan akan makin positif pula bagi pembangunan manusia. Sehubungan dengan itu
dapat dikatakan bahwa pembangunan manusia ditentukan bukan hanya oleh tingkat
pendapatan, tetapi juga oleh distribusi pendapatan dalam masyarakat, termasuk peran
perempuan dan peran pemerintah. Alokasi sumber daya untuk pembangunan manusia dari
sisi pemerintah tersebut merupakan fungsi dari tiga hal, yakni: total pengeluaran sektor
pemerintah, berapa banyak yang dialihkan untuk sektor-sektor pembangunan manusia,
dan bagaimana dana tersebut dialokasikan di dalam sektor sosial tersebut. Adapun peran
organisasi masyarakat dan LSM sendiri umumnya sebagai pelengkap, hanya di sejumlah
9
Negara tampak sangat dominant karena menjadi pendorong terpenting bagi pembangunan
manusia.
Adapun jalur kedua adalah dari pembangunan manusia ke pertumbuhan ekonomi.
Mengenai hubungan dari pembangunan manusia ke pertumbuhan ekonomi tersebut
relative sudah banyak diungkapkan. Tingkat pembangunan manusia yang tinggi akan
mempengaruhi perekonomian melalui peningkatan kapabilitas penduduk dan
konsekuensinya adalah juga pada produktifitas dan kreatifitas mereka. Pendidikan dan
kesehatan penduduk sangat menentukan kemampuan untuk menyerap dan mengelola
sumber-sumber pertumbuhan ekonomi baik dalam kaitannya dengan teknologi sampai
kelembagaan yang penting bagi pertumbuhan ekonomi. Dengan pendidikan yang baik,
pemanfaatan teknologi ataupun inovasi teknologi menjadi mungkin untuk terjadi. Begitu
pula, modal sosial yang akan meningkat seiring dengan tingginya pendidikan. Tentu dalam
hal ini juga penting adanya investasi dan juga distribusi pendapatan. Dengan distribusi
pendapatan yang baik membuka kemungkinan bagi tercapainya pertumbuhan ekonomi
yang tinggi. Hal ini karena dengan meratanya distribusi pendapatan maka tingkat
kesehatan dan juga pendidikan akan lebih baik dan pada gilirannya juga akan
memperbaiki tingkat produktifitas tenaga kerja. Sementara itu, investasi juga
memungkinkan sumberdaya manusia untuk bermanfaat bagi pertumbuhan ekonomi.
Dengan kata lain, pengaruh pembangunan manusia terhadap pertumbuhan ekonomi akan
lebih meyakinkan jika memang sudah ada kebiasaan untuk mendukung pendidikan yang
baik yang mana tergantung pada tahapan pembangunan itu sendiri. Selain itu, pengaruh
positif itu juga jika terdapat tingkat investasi yang tinggi, distribusi pendapatan yang lebih
merata, dukungan untuk modal sosial yang lebih baik, serta kebijakan ekonomi yang lebih
memadai.
Dalam konteks Indonesia, dua jalur hubungan itu dapat pula dilihat dalam kaitannya
dengan krisis ekonomi. Krisis ekonomi tentu berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi
10
regional. Akita Alisjahbana (2002) menunjukkan bahwa Jawa dan Bali adalah wilayah yang
paling merosot perekonomiannya. Sementara itu, Irian Jaya dan Maluku justru merupakan
wilayah yang paling rendah kemerosotan indeks pembangunan manusianya (BPS-
Bappenas-UNDP, 2001). Kendati indeks pembangunan manusia kedua wilayah tersebut
tetap lebih rendah ketimbang propinsi-propinsi lainnya dan juga pendapatan perkapitanya,
namun hal ini menimbulkan pertanyaan. Apakah daerah yang sumber daya manusianya
lebih berkualitas lebih mampu bertahan dari krisis ekonomi misalnya dilihat dari besarnya
kemerosotan pendapatan perkapitanya? Sebaliknya, apakah daerah yang pendapatan
perkapitanya sudah lebih tinggi lebih bias untuk terus mendukung pembangunan manusia
di daerahnya? Pertanyaan-pertanyaan itu kurang lebih sejalan dengan pendapat Ramirez
dkk (1998) yang dari studi cross-country mereka menemukan bukti adanya hubungan
positif dan kuat pada kedua jalur hubungan pembangunan manusia dan pertumbuhan
ekonomi. Ditambahkan pula bahwa pengeluaran pemerintah untuk sektor sosial dan
pendidikan perempuan penting artinya dalam memperkuat hubungan pertumbuhan
ekonomi dengan pembangunan manusia; sementara tingkat investasi dan distribusi
pendapatan memperkuat hubungan antara pembangunan manusia dan pertumbuhan
ekonomi.
Secara empiris, Garcia dan Soelistianingsih (1998) telah mengestimasi pengaruh
variabel modal manusia (diukur dengan pangsa penduduk berumur 10 tahun ke atas yang
berpendidikan tingkat dasar dan menengah), rasio murid terhadap guru (untuk mengukur
coverage upaya pendidikan dan efisiensi penggunaan sumber daya untuk pendidikan),
fertilitas total (jumlah rata-rata anak yang lahir untuk setiap perempuan berumur 15 sampai
49 tahun) – selain pangsa sektor minyak dan gas dalam PDRB untuk mengukur
ketersediaan sumber daya alam-terhadap pertumbuhan ekonomi regional. Temuannya
adalah bahwa investasi untuk pendidikan dan kesehatan memang dibutuhkan untuk
mengurangi ketimpangan pendapatan regional. Sedangkan Wibisono (2001) memasukkan
11
variabel-variabel educational attaintment (diukur dengan tingkat pendidikan yang berhasil
ditamatkan), angka harapan hidup (life expectancy), tingkat fertilitas (fertility rate), tingkat
kematian bayi (infant mortality rate), laju inflasi dan juga variable dummy regional juga
terhadap pertumbuhan ekonomi regional. Dari estimasi-estimasi yang dilakukan, diperoleh
temuan bahwa variable yang berpengaruh positif terhadap pertumbuhan adalah
pendidikan, angka harapan hidup, dan tingkat kematian bayi. Sedangkan tingkat fertilitas
dan laju inflasi memberikan efek negatif terhadap tingkat pertumbuhan pendapatan.
5. METODE PENELITIAN
5.1.Tempat dan Waktu Penelitian
Kajian ini dilakukan di Kabupaten Jombang dalam kurun waktu 1 tahun yaitu atas
dasar perhitungan mulai dari Bulan Januari sampai dengan Bulan Desember tahun 2007.
5.2. Sifat Penelitian
Penelitian dengan menggunakan pendekatan kualitatif dengan dasar analisis
data berdasarkan formulasi IPM secara statistik berdasarkan perkembangan kondisi
indeks harapan hidup, pendidikan dan indeks daya beli tahun 2006-2007 sebagaimana
adanya di lapangan.
5.3.Cara Pengumpulan Data
Cara pengumpulan data dalam Penelitian ini dilakukan dengan telaahan terhadap
laporan perkembangan kondisi masyarakat dalam waktu 1 tahun yang meliputi pengupulan
data tentang kondisi kependidikan, daya beli masyarakat yang ditujukan dengan kontribusi
terhadap PDRB dan kondisi kesehatan masyarakat saat penelitian dilakukan.
5.4.Analisis Data
Komponen IPM terdiri dari angka harapan hidup digambarkan kondisi kesehatan
penduduk, angka pendidikan pendekatannya melalui angka melek huruf dan data-data lama
12
sekolah, serta daya beli. IPM diperoleh dengan menggabungkan ketiga komponen tersebut,
sedangkan indeks 0 menggambarkan keadaan terburuk, dan nilai 100 menggambarkan
nilai terbaik.
Berikut adalah formulasi untuk penghitungan IPM:
IPM =
Keterangan :
I(i) = indeks komponen IPM ke-I, dimana I(i) =
X(i) = nilai komponen IPM ke-i
Max.X(i) = nilai komponen IPM yang tertinggi
Max.X(i) = nilai komponen IPM ke-I yang terendah
IPM = Indeks Pembangunan Manusia
Nilai maksimum dan minimum yang digunakan dalam penghitungan IPM menurut
UNDP, sebagai berikut:
Tabel 2 Nilai Maksimum dan Minimum Komponen IPM
Indikator Komponen
IPM (Xi)
Satuan Nilai
Maksimum
Nilai
Minimum
Catatan
Angka Harapan
Hidup
Tahun 85 25 Sesuai Standar
Global (UNDP)
Angka Melek Huruf Persen 100 - Sesuai Standar
Global (UNDP)
Rata-rata Lama
Sekolah
Tahun 15 - Sesuai Standar
Global (UNDP)
Konsumsi per
Kapita yang
disesuaikan 1996
Rupiah 732.730 300.000 UNDP
Menggunakan PDB
per Kapita Riil yang
disesuaikan
Sumber : Konsep, Metode & Teknik Penghitungan IPM, BPS, 2003.
13
Meningkatkan hasil pembangunan manusia dapat dilihat berdasarkan besaran
IPM. Klasifikasi status pembangunan manusia yang dapat digunakan adalah seperti tabel di
bawah ini :
Tabel 3 :Status Pembangunan Manusia
Nilai IPM Status Pembangunan
Manusia
< 49 Rendah
50 < sampai < 59 Menengah Bawah
60 < sampai < 79 Menengah Atas
> 80 Tinggi
Sumber : BPS, Tahun 2006
5. 5.1.Indeks/Angka Harapan Hidup
Indeks/Angka Harapan Hidup mengukur jumlah rata-rata umur yang diharapkan
oleh seseorang yang baru lahir untuk dijalani sampai meninggal kelak. Semakin besar
angka harapan hidup seseorang berarti semakin tinggi kualitas hidup seseorang. Angka
Harapan Hidup ini diperoleh dari data rata-rata anak lahir hidup dalam kelompok umur lima
tahunan, rata-rata anak masih hidup dalam kelompok umur lima tahunan dan wanita umur
15-49 dalam kelompok umur lima tahunan. Perhitungannya menggunakan software
Mortpack Lite.
5.5. 2.Indeks Pendidikan
Indeks pendidikan terdiri dari Angka Melek Huruf (AMH) dan Angka Rata-rata Lama
Sekolah (MYS) (Mean Years School). Angka Melek Huruf diukur melalui proporsi
penduduk yang berusia 10 tahun ke atas yang mampu membaca dan menulis,
rumusannya adalah sebagai berikut:
14
AMH =
Keterangan :
Pddk > 10 mbt = penduduk 10 tahun ke atas yang bias baca tulis
Pddk > 10 th = penduduk 10 tahun ke atas
Sedangkan Angka Rata-rata Lama Sekolah diperoleh dari jumlah penduduk yang
berumur di atas 10 tahun dan skor dari lama sekolah. Adapun rumusannya adalah sebagai
berikut:
MYS =
Keterangan:
MYS = Means Year of School (Angka Rata-rata Lama Sekolah)
fi = frekuensi jumlah penduduk yang berumur 10 tahun ke atas
pada jenjang pendidikan ke i, dimana i = 1, 2, ….. 11
si = skor masing-masing jenjang.
Skor untuk masing-masing jenjang pendidikan dapat dilihat pada tabel 4 di bawah
ini:
Tabel 4 Skor Jenjang Pendidikan
Jenjang Pendidikan Skor
Tidak, belum pernah sekolah 0
Belum tamat SD 3
Tamat SD sederajat 6
Tamat SMP 9
Tamat SMA 12
Tamat D I 13
Tamat D II 14
Tamat D III/Akademi/Sarjana muda 15
Tamat D IV/S 1 16
Tamat S 2 18
Tamat S 3 21
15
Sumber : Konsep, Metode & Teknik Penghitungan IPM, BPS, 2003.
Dengan demikian, Indeks Pendidikan dapat dihitung dengan menggabungkan
dua komponen Angka Melek Huruf dan Rata-rata Lama Sekolah. Rumusannya adalah
sebagai berikut:
IP =
Keterangan :
IP = Indeks Pendidikan
AMH = Angka Melek Huruf
MYS = Rata-rata Lama Sekolah (Means Year of School)
5.5.3. Indeks Daya Beli
Indeks Daya Beli diperoleh dari hasil penghitungan Purchasing Power Parity (PPP).
PPP adalah ukuran pendapatan yang sudah disesuaikan dengan rata-rata konsumsi riil.
Penghitungan konsumsi riil per kapita yang telah disesuaikan dilakukan melalui tahapan
pekerjaan sebagai berikut:
1. Menghitung pengeluaran konsumsi per kapita dari sampel Rumah Tangga (=A)
2. Mendeflasikan nilai A dengan Indeks Harga Kecamatan yang diperoleh dari harga-
harga bahan pokok (=B)
3. Menghitung daya beli per unit (Purchasing Power Parity/unit) dengan rumusan sebagai
berikut:
PPP/unit =
Keterangan:
PPP/ unit = Power Purchasing Parity per unit
E(i, j) = pengeluaran untuk komoditi di Kabupaten Jombang ke i
P(i, j) = harga komoditi di Kabupaten Jombang
Q(i, j) = jumlah komoditi j (unit) yang dikonsumsi di Kabupaten Jombang ke i.
16
4. Membagi nilai B dengan PPP/unit (=C)
5. Menyesuaikan nilai C dengan formula Atkinson sebagai upaya untuk memperkirakan
nilai marginal utility dari C.
Untuk menghitung indeks harga diperlukan 27 komoditi dari SUSENAS, seperti pada
tabel 3.4.Untuk komoditas sewa rumah ditentukan berdasarkan Indeks Kualitas Rumah
yang dihitung berdasarkan kualitas dan fasilitas rumah tinggal. Terdapat tujuh komponen
kualitas rumah dalam menghitung Indeks Kualitas Rumah, yaitu sebagaimana tercantum
pada tabel.5.
Tabel 5 : Daftar Komoditi Terpilih untuk Menghitung Purchasing Power Parity (PPP)
No Komoditi UnitSumbangan thd Total Konsumsi
(%)1 Beras lokal Kg 7,252 Tepung Terigu Kg 0,103 Ketala Pohon Kg 0,224 Ikan
Tongkol/tuna/cakalang Kg 0,50
5 Ikan Teri Ons 0,326 Daging Sapi Kg 0,787 Daging Ayam Kampung Kg 0,658 Telur Ayam Butir 1,489 Susu Kental Manis 397
gram0,48
10 Bayam Kg 0,3011 Kacang Panjang Kg 0,3212 Kacang Tanah Kg 0,2213 Tempe Kg 0,7914 Jeruk Butir 0,3915 Pepaya Butir 0,1816 Kelapa Ons 0,5617 Gula Pasir Ons 1,6118 Kopi Bubuk Ons 0,6019 Garam Ons 0,1520 Merica/lada Ons 0,1321 Mie instan 80 gram 0,7922 Rokok kretek filter 10
batang 2,86
23 Listrik Kwh 2,0624 Air minum M3 0,4625 Bensin Liter 1,02
17
26 Minyak Tanah\ Liter 1,7427 Sewa rumah Unit 11,56
Total 37,52Sumber : Konsep, Metode & Teknik Penghitungan IPM, BPS,
2003.
Tabel 6 :Komponen Kualitas Rumah
Komponen Uraian Skor
Lantaia. Keramik, marmer
atau granit 1
b. Lainnya 0Luas lantai per kapita
a. > 10 m2 1b. Lainnya 0
Dinding a. Tembok 1b. Lainnya 0
Fasilitas Penerangan
a. Listrik 1b. Lainnya 0
Fasilitas Air Minum
a. Ledeng 1b. Lainnya 0
Jamban a. Milik Sendiri 1b. Lainnya 0
Skor awal tiap rumah
1
Sumber : BPS, Tahun 2003.
Indeks Kualitas Rumah merupakan penjumlahan dari skor yang dimiliki oleh
suatu tempat tinggal dan bernilai antara 1 sampai dengan 8. Kuantitas dari rumah yang
dikonsumsi oleh suatu rumah tangga adalah Indeks Kualitas Rumah Tangga dibagi
delapan. Sedangkan formula Atkinson yang digunakan untuk penyesuaian rata-rata
konsumsi riil secara matematis dinyatakan sebagai berikut:
C(i)* = C(i) , jika C(i) ≤ Z
C(i)* = Z + 2(C(i)-Z) , jika Z = C(i) ≤ 2Z
C(i)* = Z + 2(Z) + 3( C(i)- 2Z) , jika 2Z < C(i) ≤ 3Z
C(i)* = Z + 2(Z) + 3(Z) + 4(C(i)-3Z) , jika 3Z < C(i) ≤ 4Z
Keterangan :
C(i) = konsumsi per kapita
18
Z = threshold atau tingkat pendapatan tertentu yang digunakan sebagai batas
kecukupan. Dalam penulisan ini nilai Z ditetapkan sebesar Rp. 549.500,00
per kapita setahun atau Rp. 1.500,00 per kapita sehari. (Konsep, Metode &
Teknik Penghitungan IPM, BPS, 2003).
6. ANALISIS HASIL
6.1. Indeks Pembangunan Manusia Tingkat Kabupaten
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Jombang pada tahun 2007
adalah sebesar 70,21. Peningkatan IPM ini karena indeks komposit sebagai pembentuk
IPM mengalami peningkatan dibandingkan pada tahun 2006. Indeks Harapan Hidup
mengalami peningkatan sebesar 0.36 menjadi 70,81 dari tahun sebelumnya, yaitu 70,57.
Indeks Pendidikan pada tahun 2007 meningkat 0,21 menjadi sebesar 77,33 dari 77,12
pada tahun 2006. Indeks Daya Beli juga mengalami peningkatan sebesar 0,20 menjadi
62,47 dari 62,27 pada tahun sebelumnya. Dengan demikian IPM kabupaten Jombang
pada tahun 2007 berada pada menengah atas, yaitu antara 60 sampai dengan 79,
selanjutnya dapat dilihat pada tabel 7
Tabel 7 : Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Jombang
Tahun 2006 – 2007
Tahun
Indeks
Harapan
Hidup
Indeks
Pendidikan
Indeks Daya
BeliIPM
2006 70,57 77,12 62,27 69,99
2007 70,81 77,33 62,47 70,21*
Sumber : Bappeda Jombang Tahun 2006 olahan
Jika dilihat dari masing-masing komponennya, kontribusi terbesar pada IPM
kabupaten Jombang tahun 2007 adalah berasal Indeks Pendidikan sebesar 77,33,
berikutnya adalah Indeks Harapan Hidup sebesar 70,81 dan yang terakhir adalah Indeks
Daya Beli sebesar 62,47. Hal tersebut cukup mewakili kondisi kabupaten Jombang, karena
19
sektor pendidikan merupakan sektor basis yang dapat dibanggakan oleh pemerintah dan
masyarakat Kabupaten Jombang.
Indeks Pembangunan Manusia dapat pula dilihat pada setiap kecamatan. Tiga
peringkat IPM tertinggi di Kecamatan Jombang sebesar 73,37, disusul oleh Kecamatan
Ploso sebesar 72,07 dan yang ketiga adalah Kecamatan Diwek sebesar 71,67.
Sebaliknya, tiga peringkat IPM terendah terdapat di Kecamatan Ngusikan sebesar 68,42,
kemudian Kecamatan Kabuh sebesar 68,56 dan Kecamatan Kudu sebesar 68,63.
Kecamatan-kecamatan yang mempunyai IPM terendah perlu mendapatkan perhatian
khusus yang berkaitan dengan pembangunan di bidang sumberdaya manusia, agar
kesenjangan atau disparitas IPM dapat diperkecil. Tabel 8 dibawah ini akan menyajikan
data IPM menurut kecamatan:
Tabel 8 : Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Jombang per Kecamatan Tahun 2007
No. Kecamatan Indeks
Harapan Hidup
Indeks Pendidikan
Indeks Daya Beli
Indeks Pembangunan Manusia
1 Bandar Kedungmulyo 70.85 77.16 62.61 70.212 Perak 70.58 78.74 63.05 70.793 Gudo 72.90 78.25 62.62 71.264 Diwek 72.00 80.01 62.99 71.675 Ngoro 72.70 78.13 62.92 71.256 Mojowarno 70.57 76.04 62.73 69.787 Bareng 71.88 73.33 61.75 69.268 Wonosalam 70.13 74.55 62.31 69.009 Mojoagung 71.22 79.54 63.25 71.33
10 Sumobito 69.82 76.81 62.66 69.7611 Jogoroto 72.43 77.21 62.03 70.5612 Peterongan 69.37 81.05 63.15 71.1913 Jombang 72.57 84.18 63.37 73.3714 Megaluh 69.67 76.76 62.01 69.4815 Tembelang 68.85 76.70 61.99 69.1816 Kesamben 68.98 77.84 61.93 69.5917 Kudu 69.22 74.83 61.85 68.6318 Ngusikan 68.73 74.75 61.77 68.4219 Ploso 72.50 80.39 63.30 72.0720 Kabuh 69.83 74.01 61.83 68.56
20
65.0066.0067.0068.0069.0070.0071.0072.0073.0074.00
Series2
21 Plandaan 72.25 73.74 61.78 69.26Kabupaten Jombang 2007 70.81 77.33 62.47 70.21Kabupaten Jombang 2006 70.57 77.12 62.27 69.99Sumber : hasil analisis
Indeks Pembangunan Manusia per Kecamatan
Gambar 2 :Indeks Pembangunan Manusia per Kecamatan.
6.2. Indeks Pembangunan Manusia per Komponen
Selain dapat dianalisis secara umum (general), Indeks Pembangunan Manusia juga
dapat dianalisis setiap komponennya (partial). Komponen-komponen pembentuk IPM
tersebut antara lain :
6.2.1.Indeks Harapan Hidup
Indeks Harapan Hidup (Life Expectation at Age) dapat menggambarkan jumlah
rata-rata tahun (umur) yang diharapkan oleh seseorang yang baru lahur untuk dijalani
sampai meninggal kelak. Dengan kata lain menunjukkan rata-rata lama hidup penduduk di
kabupaten Jombang pada tahun 2007.
Berdasarkan hasil penghitungan didapatkan bahwa Indeks Harapan Hidup yang
terdapat di kecamatan-kecamatan di kabupaten Jombang cukup beragam. Rata-rata Indeks
Harapan Hidup di Kabupaten Jombang adalah sebesar 70,81. Sedangkan pada tingkat
kecamatan, Indeks Harapan Hidup tertinggi terdapat di kecamatan Gudo sebesar 72,90,
diikuti oleh Kecamatan Ngoro sebesar 72,70. Sedangkan Indeks Harapan Hidup terendah
IPM
21
adalah di kecamatan Ngusikan sebesar 68,73, diikuti oleh kecamatan Tembelang sebesar
68,85. Untuk lebih lanjut dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 9 : Indeks Harapan Hidup per Kecamatan Kabupaten Jombang Tahun 2007.
No Kecamatan Angka
Harapan Hidup
Indeks Harapan Hidup
Peringkat
1 Gudo 67,51 72,90 12 Ngoro 67,35 72,70 23 Jombang 68,74 72,57 34 Ploso 68,20 72,50 45 Jogoroto 68,62 72,43 56 Plandaan 67,34 72,25 67 Diwek 68,13 72,00 78 Bareng 67,08 71,88 89 Mojoagung 67,73 71,22 9
10 Bandar Kedungmulyo 66,89 70,85 1011 Perak 68,46 70,58 1112 Mojowarno 66,62 70,57 1213 Wonosalam 68,54 70,13 1314 Kabuh 66,80 69,83 1415 Sumobito 66,31 69,82 1516 Megaluh 66,39 69,67 1617 Peterongan 66,53 69,37 1718 Kudu 66,24 69,22 1819 Kesamben 68,80 68,98 1920 Tembelang 66,90 68,85 2021 Ngusikan 68,35 68,73 21
Kabupaten Jombang 67,49 70,80Sumber : hasil analisis
66.0067.0068.0069.0070.0071.0072.0073.0074.00
Gambar 3 : Indeks Pembangunan Hidup per Kecamatan
Kecamatan
Inde
ks H
arap
an H
idup
22
Apabila dilihat kembali pada tabel 4.3, maka didapatkan kecamatan-kecamatan
yang mempunyai Indeks Harapan Hidup rendah, seperti kecamatan Kabuh, Sumobito,
Megaluh, Peterongan, Kudu, Kesamben, Tembelang dan Ngusikan. Kecamatan-
kecamatan tersebut memerlukan perhatian lebih dari pemerintah terkait dengan tingkat
kesehatan masyarakat yang tertuang dalam Indeks Harapan Hidup.
Faktor mendasar yang mempengaruhi Indeks Harapan Hidup adalah aspek
lingkungan, budaya sehat masyarakatnya dan aksesibilitas / jarak antara masyarakat
dengan sarana dan tenaga kesehatan di suatu daerah. Tiga aspek mendasar tersebut
mempunyai hubungan sebab akibat (horizontal causality), dimana lingkungan yang sehat
disebabkan oleh budaya sehat masyarakatnya, demikian juga sebaliknya. Budaya yang
sehat juga disebabkan oleh aksesibilitas/jrak antara masyarakat dengan sarana dan
tenaga kesehatan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan di suatu daerah.
Faktor yang mempengaruhi Indeks Harapan Hidup berikutnya adalah
ketersediaan tenaga kesehatan (bidang, dokter, dokter spesialis, dll), sarana kesehatan
(puskesmas, rumah sakit, posyandu, dll), kualitas tenaga kesehatan dan kualitas sarana
kesehatan. Faktor-faktor ini mempengaruhi faktor-faktor di atasnya yaitu banyaknya
masyarakat yang melakukan perawatan dan rujukan pada sarana kesehatan dan tenaga
kesehatan di suatu daerah.
Rujukan dan perawatan tersebut berkaitan dengan imunisasi, pencegahan dan
perawatan penyakit menular serta pelayanan-pelayanan kesehatan lainnya. Pada
akhirnya, imunisasi, pencegahan dan perawatan penyakit menular serta pelayanan-
pelayanan kesehatan lainnya akan mempengaruhi angka kematian bayi, angka kematian
ibu melahirkan dan angka kematian keseluruhan masyarakat.
Dari ketiga angka di atas, tingkat kesehatan masyarakat di suatu daerah dapat
diukur melalui Angka Harapan Hidup yang kemudian diolah menjadi Indeks Harapan Hidup
sebagai salah satu komponen pembentuk IPM.
7. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
23
7.1.Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik beberapa
kesimpulan sebagai berikut:
1. Indeks Pembangunan Manusia di Kabupaten Jombang pada tahun 2007 adalah
sebesar 70,21. Indeks ini mengalami peningkatan dibandingkan pada tahun 2006,
yaitu sebesar 69,99.
2. Konstribusi terbesar pada IPM Kabupaten Jombang adalah berasal dari Indeks
Pendidikan sebesar 77,33, kemudian diikuti oleh Indeks Harapan Hidup sebesar
70,81 dan Indeks Daya Beli sebesar 62,47.
3. Kecamatan Jombang mempunyai IPM tertinggi dibandingkan dengan kecamatan-
kecamatan yang lain, yakni sebesar 73,37. Berikutnya adalah Kecamatan Ploso
dengan IPM sebesar 72,07. Sedangkan, peringkat ketiga adalah Kecamatan Diwek
dengan IPM sebesar 71,67.
4. Sebaliknya, Kecamatan Ngusikan mempunyai IPM terendah di antara kecamatan-
kecamatan yang lain, yaitu sebesar 68,42. Disusul oleh Kecamatan Kabuh sebesar
68,56 dan Kecamatan Kudu sebesar 68,63.
5. Berdasarkan analisis per komponen didapatkan bahwa Indeks Harapan Hidup
tertinggi berada di Kecamatan Gudo sebesar 72,90. Sebaliknya, Indeks Harapan
Hidup terendah berada di Kecamatan Ngusikan sebesar 68,73. Untuk Indeks
Harapan Hidup Kabupaten Jombang adalah sebesar 70,81.
6. Indeks Pendidikan Kabupaten Jombang adalah sebesar 77,33. Berdasarkan
kecamatan, Kecamatan Jombang merupakan kecamatan paling tinggi dalam
Indeks Pendidikan, yaitu sebesar 84,18. Sedangkan, Kecamatan Bareng
merupakan kecamatan yang mempunyai angka Indeks Pendidikan paling rendah,
yaitu sebesar 73,33.
7. Rata-rata tingkat daya beli penduduk kabupaten Jombang pada tahun 2007 adalah
sebesar Rp. 570.332,76. Sedangkan Indeks Daya Beli untuk Kabupaten Jombang
adalah sebesar 62,47. Indeks Daya Beli tertinggi terdapat di Kecamatan Jombang,
24
yaitu sebesar 63,37. Sebaliknya, Kecamatan Bareng merupakan kecamatan yang
mempunyai Indeks Daya Beli paling rendah, yaitu sebesar 61,75.
7.2.Rekomendasi
1. Perlu peningkatan pembangunan fisik di bidang kesehatan, yaitu pembangunan
puskesmas, rumah sakit dan pengadaan tenaga kesehatan. Solusi non-fisik berupa
penyuluhan hidup sehat, kegiatan-kegiatan perbaikan gizi, peningkatan pelayanan
publik di bidang kesehatan, biaya kesehatan murah bagi penduduk yang kurang
mampu dan system asuransi kesehatan atau jaminan sosial yang tepat sasaran.
2. Pada Indeks Pendidikan didapatkan bahwa sebaran tenaga pengajar dan fasilitas
fisik berupa kelas pada setiap kecamatan cukup merata. Namun, bila ditinjau
kembali berdasarkan Angka Mengulang, Angka Putus Sekolah dan Angka Lulus
serta rasio antara jumlah penduduk dan jumlah siswa menggambarkan perlunya
solusi kebijakan di bidang pendidikan, antara lain:
a. Di bidang non-fisik meliputi, peningkatan sumberdaya guru, penyempurnaan
kurikulum, meminimalisasi biaya pendidikan, alokasi anggaran Pemerintah
terhadap sektor pendidikan, peningkatan kesadaran masyarakat tentang
pentingnya pendidikan dan optimalisasi program pendidikan luar sekolah.
b. Di bidang fisik meliputi, perbaikan fasilitas sekolah yang rusak, penambahan
buku-buku sebagai penunjang kegiatan belajar mengajar dan berbaikan
aksesibilitas atau sarana transportasi menuju ke tempat pendidikan.
3. Solusi untuk meningkatkan Indeks Daya Beli yang rendah meliputi, menjaga
stabilitas kondisi perekonomian nasional maupun daerah, pelatihan-pelatihan
wirausaha (entrepeneruship), perluasan kesempatan kerja, kebijakan dalam
menarik investasi dari luar daerah, serta kebijakan-kebijakan pengurangan beban
biaya hidup bagi masyarakat miskin, seperti kredit lunak dan program penjaminan
ketersediaan kebutuhan pokok.
8. Ucapan Terima kasih
25
Dengan telah selesainya penulisan artikel ini sebagai ringkasan dari laporan hasil
Penyusunan Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Jombang Tahun 2008, kami
ucapkan terima kasih kepada Bapak Kepala Bappeda Kabupaten Jombang, Kepala
Bidang Litbang Data Bappeda dan seluruh staf pada Bidang Data Bappeda Kabupaten
Jombang yang telah menyediakan fasilitas sehingga tulisan ini dapat diselesaikan.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada CV Hera Muda dengan kerjasama
dengan Bappeda telah membantu menganalisis tersusunnya IPM di Kabupaten
Jombang tahun 2007.
DAFTAR PUSTAKA
A. Mappadjantji Amien, 1992, “Identifikasi dan Analisis Kelayakan Program Pembangunan”,
LP Universitas Hasanudin.
ADB. 1992. “Benefit Monitoring and Evaluation”, A. Handbook For Bank Staff Of Executing
Agencies and Consultans.
Akita T. dan A. Alisjahbana. 2002. “Regional Income Inequality in Indonesia and the Initial
Impact of the Economic Crisis”, Bulletin of Indonesian Economic Studies 38 (2) :
201-222.
26
Arsyad, Lincolin. 1999. “Ekonomi Pembangunan”, Edisi ke-4, Cetakan ke-1, STIE YKPN,
Yogyakarta.
Garcia, J.G. dan L. Soelistianingsih. 1998. “Why Do Differences in Provincial Income Persist in
Indonesia?”, Bulletin of Indonesian Economic Studies 34 (1): 95-120.
Harbison, Frederick H. 1973. “Human Resources as the Wealth of Nations”, Oxford University,
New York.
Hers, J. 1998. “Human Capital and Economic Growth: A Survey of the Literature”. CPB Report
1998/2.
Mubyarto, 1993. “Peluang Kerja dan Berusaha di Pedesaan”. UGM: Yogyakarta.
Ramirez, A., G. Ranis, dan F. Stewart, 1998. “Economic Growth and Human Capital”. QEH.
Working Paper No. 18.
Todaro, Michael. 2000. “Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga”, Edisi, Ketujuh, Erlangga.
Wibisono, Y., 2001. “Determinan Pertumbuhan Ekonomi Regional: Studi Empiris Antar Propinsi
di Indonesia”. Jurnal Ekonomi dan Pembanguan Indonesia, Vol. 1 No. 2, 52-83.
Renstra Kabupaten Jombang Th. 2003
BPS, Bappenas. UNDP-2001.
IPM. Kabupaten Jombang 2006.
27