PENGARUH PENAMBAHAN PROBIOTIK LACTOBACILLUS SP....
-
Upload
vuongnguyet -
Category
Documents
-
view
230 -
download
0
Transcript of PENGARUH PENAMBAHAN PROBIOTIK LACTOBACILLUS SP....
ARTIKEL
PENGARUH PENAMBAHAN PROBIOTIK LACTOBACILLUS SP. PADA AIR MINUM DALAM MENUNJANG PERFORMA
AYAM BROILER
Oleh:
NOHAN WIJAYA
NPM. 12.1.04.01.0021
Dibimbing oleh :
1. Nur Solikin, S.Pd., M.MA.
2. Sapta Andaruisworo, S.Pt., M.MA.
PROGRAM STUDI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI
TAHUN 2019
Artikel Skripsi
Universitas Nusantara PGRI Kediri
Nohan Wijaya| 12.1.04.01.0021 Fapet – Prodi Peternakan
simki.unpkediri.ac.id || 1||
SURAT PERNYATAAN
ARTIKEL SKRIPSI TAHUN 2019
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama Lengkap : NOHAN WIJAYA
NPM : 12.1.04.01.0021
Telepun/HP : 085856803188
Alamat Surel (Email) : [email protected]
Judul Artikel : PENGARUH PENAMBAHAN PROBIOTIK
LACTOBACILLUS SP. PADA AIR MINUM DALAM
MENUNJANG PERFORMA
AYAM BROILER
Fakultas – Program Studi : Fapet – Peternakan
Nama Perguruan Tinggi : Universitas Nusantara PGRI Kediri
Alamat Perguruan Tinggi : Jl. K.H. Achmad Dahlan 76 Kediri
Dengan ini menyatakan bahwa :
a. artikel yang saya tulis merupakan karya saya pribadi (bersama tim penulis) dan
bebas plagiarisme;
b. artikel telah diteliti dan disetujui untuk diterbitkan oleh Dosen Pembimbing I dan II.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Apabila di kemudian hari
ditemukan ketidaksesuaian data dengan pernyataan ini dan atau ada tuntutan dari pihak lain,
saya bersedia bertanggungjawab dan diproses sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Mengetahui Kediri, 14 Februari 2019
Pembimbing I
Nur Solikin, S.Pd., M.MA.
NIDN. 0707018002
Pembimbing II
Sapta Andaruisworo, S.Pt., M.MA.
NIDN. 0715096906
Penulis,
Nohan Wijaya
NPM. 12.1.04.01.0021
Artikel Skripsi
Universitas Nusantara PGRI Kediri
Nohan Wijaya| 12.1.04.01.0021 Fapet – Prodi Peternakan
simki.unpkediri.ac.id || 2||
PENGARUH PENAMBAHAN PROBIOTIK LACTOBACILLUS SP.
PADA AIR MINUM DALAM MENUNJANG PERFORMA
AYAM BROILER
Nohan Wijaya
NPM. 12.1.04.01.0021
Fapet – Prodi Peternakan
Email: [email protected]
Nur Solikin, S.Pd., M.MA. dan Sapta Andaruisworo, S.Pt., M.A.
UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan probiotik lactobacillus terhadap
performa ayam broiler. Penelitian ini dilaksanakan di Ds. Senden Kec. Kayen Kidul Kab. Kediri
tanggal 2 Oktober 2017. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen.
Proses pengambilan data sesuai variabel yang diamati yaitu performa ayam broiler, meliputi: (1)
konsumsi pakan (gr.) dilakukan dengan menghitung jumlah pakan yang diberikan dikurangi jumlah
pakan yang tercecer dan yang tersisa, (2) pertambahan bobot badan (gr.) dilakukan dengan cara
menimbang bobot badan hidup akhir dengan bobot badan hidup awal penelitian, (3) konversi pakan
dilakukan dengan membagi antara jumlah pakan yang dikonsumsi dengan pertambahan bobot badan
selama penelitian.
Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa penambahan lactobacillus ke dalam air minum
memberikan pengaruh tidak nyata (P>0,05), yang berarti P0, P1, P2, P3 memberikan pengaruh tidak
nyata terhadap konsumsi pakan dan konversi. Dari perlakuan yang telah dilakukan menunjukkan
bahwa penambahan lactobacillus ke dalam air minum memberikan pengaruh nyata (P>0,05), yang
berarti P0, P1, P2, P3 memberikan pengaruh nyata terhadap pertambahan bobot badan ayam broiler.
Kata Kunci : pengaruh, penambahan probiotik Lactobacillus Sp., air minum, performa ayam broiler
Artikel Skripsi
Universitas Nusantara PGRI Kediri
Nohan Wijaya| 12.1.04.01.0021 Fapet – Prodi Peternakan
simki.unpkediri.ac.id || 3||
I. LATAR BELAKANG
Ayam broiler biasa disebut juga ayam
pedaging yang merupakan jenis ras unggul
hasil persilangan dari bangsa-bangsa ayam
yang memiliki daya produktifitas tinggi
terutama dalam produksi daging. Hingga
kini ayam pedaging dikenal masyarakat
dengan beberapa kelebihan, karena hanya
5-6 minggu dipelihara sudah bisa dijual
atau dipotong.
Ditinjau dari genetis, ayam broiler
sengaja diciptakan agar dalam waktu
singkat dapat segera dimanfaatkan
hasilnya. Oleh karena itu istilah broiler
adalah untuk menyebut strain ayam hasil
budidaya rekayasa genetika yang memiliki
karakteristik ekonomis, memiliki
pertumbuhan cepat sebagai penghasil
daging, konversi pakan sangat irit, siap
dipotong pada umur muda, serta mampu
menghasilkan kualitas daging yang bersih,
berserat lunak dengan protein yang tinggi.
Ayam broiler masa hidupnya cukup
singkat, pertumbuhannya sangat
bergantung pada makanan. Bila makanan
yang diberikan baik kualitas maupun
kuantitasnya maka hasilnya juga akan baik,
tetapi bila sebaliknya maka hasilnya juga
akan buruk, oleh karena itu hasik akhir
pada ayam broiler mencerminkan
perlakuan peternak dalam memberikan
pakan dan cara pemeliharaan ayam.
Pertumbuhan murni mencangkup
pertumbuhan dalam bentuk berat jaringan-
jaringan pembangun seperti tulang,
jantung, otak, dan semua jaringan tubuh
lainnya kecuali jaringan lemak dan alat-
alat tubuh. Selanjutnya dinyatakan bahwa
pertumbuhan murni adalah suatu
penambahan jumlah protein dan zat-zat
mineral yang tertimbun dalam tubuh,
penambahan lemak atau penimbunan air
bukanlah pertumbuhan murni.
Pertumbuhan erat kaitannya dengan
konsumsi pakan yang mencerminkan pula
gizinya, sehingga untuk mencapai
pertumbuhan yang optimal dibutuhkan
sejumlah zat-zat yang bermutu, baik dari
segi kualitas maupun kuantitas.
Efisiensi makanan yang dimakan untuk
keperluan tubuh dan pertumbuhan,
tergantung pula pada alat pencernaan.
Apabila pada salah satu alat pencernaan
terdapat parasit atau protozoa, maka makan
yang dimakan tidak dapat diserap oleh
tubuh secara sempurna, begitu pula
kebaikannya. Alat pencernaan itu akan
bekerja baik bila tubuh ayam dalam
kondisi baik. Alam kondisi sakit efek
baliknya juga akan mengenai alat-alat
pencernaan. Pada masa petumbuhan,
broiler harus memperoleh makanan yang
banyak mengandung protein. Zat ini
berfungsi sebagai zat pembangun,
pengganti sel yang rusak dan berguna
Artikel Skripsi
Universitas Nusantara PGRI Kediri
Nohan Wijaya| 12.1.04.01.0021 Fapet – Prodi Peternakan
simki.unpkediri.ac.id || 4||
untuk pembentukan telur. Bahwa
kebutuhan protein perhari untuk broiler
yang sedang bertumbuh dibagi menjadi
tiga bagian yaitu kebutuhan protein yang
dibutuhkan untuk penumbuhan jaringan,
hidup pokok dan pertumbuhan bulu. Pada
ayam pedaging (ayam broiler) terdapat 2
proses utama dalam pertumbuhan yaitu
hiperplasia (penambahan jumlah sel tubuh)
dan hipertrofi (pembesaran ukuran sel).
Pada hari minggu pertama dan kedua
proses hiperplasia lebih besar dari
hipertrofi, minggu ketiga seimbang
sedangkan setelah minggu ketiga hipertrofi
lebih dominan. Bisa dibanangkan berapa
kerugian yang dapat dialami apabila cikal
bakal sel-sel tubuh tidak dapat tersedia
pada minggu pertama akibat kekurangan
nutrient untuk pertumbuhan. Maka bisa
dipastikan ayam akan sulit mencapai berat
badan optimum pada minggu-minggu
selanjutnya.
Pakan yang dikonsumsi sebagian
dicerna dan diserap tubuh. Sebagian yang
tidak dicerna diekskresikan dalam bentuk
fases. Zat-zat makanan dari pakan yang
dicerna digunakan untuk sejumlah proses
di dalam tubuh. Penggunaannya secara
pasti bervariasi, tergantung spesies, umur,
dan produktifitas unggas. Sebagian besar
unggas menggunakan makanan yang
diserap untuk fungsi esensial, seperti
metabolisme tubuh, memelihara panas
tubuh, serta mengganti dan memperbarui
sel-sel tubuh dan jaringan. Penggunaan
pakan untuk pertumbuhan, penggemukan,
atau produksi telur dikenal sebagai
kebutuhan produksi.
Faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi konsumsi pakan antara lain
besar dan berat badan, kondisi fisiologis
ternak serta gerak laju dari makanan
tersebut di dalam alat pencernaan ternak.
Laju makanan dalam alat pencernaan dapat
mempengaruhi jumlah makanan yang
dikonsumsi. Selain itu faktor yang
mempengaruhi konsumsi adalah
palatabilitas dan selera. Palatabilitas
dipengaruhi oleh bau, rasa, dan tekstur dan
suhu makanan yang diberikan, selera
merupakan faktor internal yang
merangsang rasa lapar. Faktor lain yang
juga mempengaruhi konsumsi adalah
ternak, lingkungan dan stres karena
penyakit.
Bila ayam broiler diberi pakan dengan
kadar protein dan energi tinggi maka
broiler akan mengkonsumsi jumlah pakan
yang lebih sedikit. Sebaliknya bila pakan
yang dikonsumsi memiliki protein tinggi
dan energi rendah, maka broiler akan
mengkonsumsi pakan lebih banyak, namun
biasanya pakan yang memiliki protein
tinggi juga mempunyai kadar energi tinggi.
Kecernaan merupakan jumlah
proposional zat-zat makanan yang ditahan
Artikel Skripsi
Universitas Nusantara PGRI Kediri
Nohan Wijaya| 12.1.04.01.0021 Fapet – Prodi Peternakan
simki.unpkediri.ac.id || 5||
atau diserap oleh tubuh (Tillman et al.,
1998). Kecernaan adalah suatu perubahan
yang menunjukan seberapa banyak dari
pakan yang dikonsumsi dapat diserap oleh
tubuh, karena dalam suatu proses
pencernaan selalu ada bagian pakan yang
tidak dapat dicerna dan dikeluarkan
bersama feses (Susilowati, 2002 dalam
Rasmada, 2008). Kecernaan adalah bagian
yang tidak diekskresikam dalam feses dan
disereap oleh tubuh hewan serta
dinyatakan dalam persen dari bahan kering
(Cullison et.al, 2003 dalam Rasmada,
2008).
Pemanfaatan Lactobacillus sp., dalam
bidang peternakan menurut Barrow (1992)
adalah (1) untuk tujuan manipulasi
organisme saluran pencernaan bagian
anterior (crop, gizart, dan usus halus)
dengan menenempatkan mikroflora dari
strain Lactobacillus sp. (2) untuk
meningkatkan daya tahan ternak dari
infeksi Salmonella. Dilaporkan oleh Jin,
et.al. (1997). (3) Melekat atau menempel
dan berkolonisasi di dalam saluran
pencernaan. (4) Berkompetilisi terhadap
makanan dan memproduksi zat anti
mikroba. (5) Meningkatkan sistem
kekebalan hewan inang. (6) Membantu
proses pencernaan makanan dalam saluran
pencernaan secara enzimatis. (7) Dapat
memacu pertumbuhan. (8) Memperbaiki
konversi pakan. (9) Menjaga kesehatan
ternak antara lain dengan mencegah
terjadinya gangguan pencernaan. Terutama
hewan-hewan muda, pra-pencernaan
faktor-faktor anti nutrisi seprti penghambat
enzim tripsin, asam phitat, glucosinolat
dan lain-lain.
Diharapkan dengan penambahan
Lactobaccillus sp, perombakan pakan di
dalam usus ayam broiler akan sempurna
dan lebih cepat. Kemampuan ternak untuk
mengubah zat-zat nutrisi yang terdapat
dalam pakan menjadi daging, dapat dilihat
dengan penambahan bobot badan.
Penambahan bobot badan merupakan salah
satu kriteria unruk mengukur pertumbuhan
ternak. Kecepatan pertumbuhan dapat
dilihat dengan cara melakukan
penimbangan bobot badan ternak per
individu dengan berulang setiap hari,
mimggu ataun pulan. Pertumbuhan
mempunyai tahap-tahap yang cepat dan
lambat, tahap cepat terjadi pada saat bibit
sampai pubertas dan tahap lambat terjadi
pada saat kedewasaan tubuh telah tercapai
(Bell dan Weawer, 2002).
Berdasarkan latar belakang di atas,
maka peneliti tertarik untuk mengadakan
penelitian dengan judul “Pengaruh
Penambahan Probiotik Lactobacillus Sp.
pada Air Minum dalam Menunjang
Performa Ayam Broiler. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh
penambahan probiotik lactobacillus sp.
Artikel Skripsi
Universitas Nusantara PGRI Kediri
Nohan Wijaya| 12.1.04.01.0021 Fapet – Prodi Peternakan
simki.unpkediri.ac.id || 6||
terhadap performa ayam broiler. Rumusan
masalah dalam penelitian ini bagaimana
pengaruh penambahan probiotik
Lactobacillus Sp pada air minum terhadap
performa ayam broiler. Hipotesis dalam
penelitian ini yaitu Terdapat pengaruh
penambahan probiotik Lactobacillus sp.
terhadap performa ayam broiler.
II. METODE
Penelitian ini dilaksanakan di Ds.
Senden Kec. Kayen Kidul Kab. Kediri
pada tanggal 3 Oktober 2017 s/d 7
Nopember 2017. Materi yang digunakan
dalam penelitian ini yaitu 80 ekor ayam
broiler Loghman (MB 202). Pakan
menggunakan BR I dan BR II, juga
produksi dari PT. Japfa Comfeed, Tbk.
Pada air minum ditambah probiotik
Lactobacillus dari EM4 sesuai perlakuan
dan penenlitian.
Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode eksperimen
dengan perlakuan sebagai berikut :
P0 : mengandung 0 ml/liter air
minum (Probiotik
Lactobacillus) atau sebagai
kontrol 0 – 35 hari.
P1 : mengandung 1 ml/liter air
minum (probiotik
lactobacillus) 7 – 35 hari.
P2 : mengandung 1,5 ml/liter air
minum (probiotik
lactobacillus) 7 – 35 hari.
P3 : mengandung 2 ml/liter air
minum (probiotik
lactobacillus) 7 – 35 hari.
Proses pengambilan data sesuai
variabel yang diamati yaitu meliputi :
- Konsumsi pakan (gr) dilakukan dengan
menghitung jumlah pakan yang
diberikan dikurangi jumlah pakan yang
tercecer dan yang tersisa.
- Pertambahan bobot badan (gr)
dilakukan dengan cara penimbangan
badan hidup akhir dengan bobot badan
hidup awal penelitian terbagi dalam 3
periode yakni masa starter 1-14 hari,
masa grower 15-21 hari, masa finisher
22-35 hari.
- Konversi pakan dilakukan dengan
memebagi antara jumlah pakan yang
dikonsumsi dengan pertambahan bobot
badan selama penelitian.
Data yang diperoleh dianalisis dengan
menggunakan analisis ragam rancangan
acak lengkap (RAL). Bila terdapat
perbedaan yang nyata atau sangat nyata
maka dilanjutkan dengan uji jarak
berganda Duncan (Sugandhi, 1973).
Artikel Skripsi
Universitas Nusantara PGRI Kediri
Nohan Wijaya| 12.1.04.01.0021 Fapet – Prodi Peternakan
simki.unpkediri.ac.id || 7||
III. HASIL DAN KESIMPULAN
3.1 Konsumsi Ransum
Konsumsi ransum dapat dihitung
dengan pengurangan jumlah ransum yang
diberikan dengan ransum yang tersisa. Dari
hasil penelitian menunjukan bahwa secara
rataan konsumsi pakan terendah (7387
g/ekor) dicapai oleh perlakuan P3 dengan
pemberian lactobacillus ke dalam air
minum sebesar 2 ml, sedangkan konsumsi
pakan tertinggi (7446,25 g/ekor) dicapai
oleh perlakuan P2 dengan pemberian
lactobacillus ke dalam air minum sebesar
1,5 ml. Secara berturut-turut konsumsi
pakan mulai dari yang terendah hingga
tertinggi adalah P3, P0, P1, P2.
Penambahan lactobacillus pada ayam
broiler yang tertinggi terdapat pada P2
(7446,25 g/ekor/minggu), Hal ini diduga
dengan penambahan dosis yang tepat dapat
membantu kerja sistem pencernaan secara
optimal. Meningkatnya ransum yang
dikonsumsi akan memberikan kesempatan
pada tubuh untuk meretensi zat-zat
makanan yang lebih banyak, kebutuhan
protein zat-zat makanan yang lebih
banyak, sehingga kebutuhan protein
terpenuhi (Abun, 2005). Bakteri asam
laktat yang berperan positif yang menjaga
keseimbangan mikroflora usus serta
membantu sistem kekebalan tubuh yang
disebut efek probiotik (Haryanto, 2003).
Konsumsi terendah terdapat pada
perlakuan P3 (7387 g/ekor/minggu), diikuti
P0 dan P1, turunnya konsumsi ransum
pada penambahan lactobacillus ke dalam
air minum tersebut kemungkinan bisa
disebabkan karena pengaruh terhadap
penambahan lactobacillus masih dalam
fase grower, menyeimbangkan mikroba di
dalam usus yang menyebabkan tingkat
konsumsi pakan menjadi berkurang.
Jumlah pakan yang dikonsumsi oleh seekor
ternak di antaranya dipengaruhi oleh
palatabilitas, kecernaan dan komposisi zat
makanan dalam pakan (Hammond, 1994).
Dari analisis ragam menunjukkan
bahwa penambahan lactobacillus ke dalam
air minum memberikan pengaruh tidak
nyata (P>0,05), yang berarti P0, P1, P2, P3
memberikan pengaruh tidak berbeda nyata
terhadap konsumsi pakan.
3.2 Pertambahan Bobot Badan
Pertambahan bobot dapat dihitung
berdasarkan berat akhir minggu dikurangi
berat awal minggu dalam satuan
gram/ekor/minggu. Dari hasil penelitian
menunjukan bahwa secara total
pertambahan bobot badan terendah
(8146,75 g/ekor) dicapai oleh perlakuan P3
dengan pemberian lactobacillus ke dalam
air minum sebesar 2 ml, sedangkan
pertambahan bobot badan tertinggi (8676
g/ekor) diperoleh pakan perlakuan P2
dengan pemberian lactobacillus ke dalam
Artikel Skripsi
Universitas Nusantara PGRI Kediri
Nohan Wijaya| 12.1.04.01.0021 Fapet – Prodi Peternakan
simki.unpkediri.ac.id || 8||
air minum sebesar 1,5 ml. Secara berturut-
turut pertambahan bobot badan mulai dari
yang terendah hingga tertinggi adalah P3,
P0, P1, P2.
Pertambahan bobot tertinggi terdapat
pada perlakuan P2 (8676 g/ekor) dengan
pemberian lactobacillus ke dalam air
minum sebesar 1,5 ml telah mencukupi
terhadap pertambahan bobot badan ayam
broiler. Hal ini diduga karena pada
perlakuan penambahan probiotik
Lactobacillus sesuai dengan kebutuhan
ayam broiler sehingga dapat
mengoptimalkan kerja sistem pencernaan.
Probiotik Lactobacillus berfungsi
memeperbaiki mikroorganisme dalam usus
ayam sehingga pertumbuhan menjadi
meningkat. Actinomycytes dalam probiotik
Lactobacillus diduga akan menghasilkan
senyawa antibiotik yang bersifat toksin
terhadap penyakit sehingga ternak menjadi
sehat dan pertumbuhan menjadi meningkat
(Anonimous, 1998).
Bobot terendah terdapat pada
perlakuan P3 (8416,75 g/ekor), diikuti P0
dan P1, sehingga dapat dijelaskan bahwa
nafsu makannya menjadi berkurang
disebabkan di dalam usus halus terjadi
penekanan bakteri patogen. Hal ini sesuai
dengan pendapat Watkik et al. (1982) yang
menyatakan terjadi kompetisi antara
bakteri yang merugikan dengan probiotik,
serta adanya bacteriocin yang dihasilkan
kuman probiotik. Menurut Diaz (2008)
penambahan probiotik ke dalam ransum
kontrol, akan membantu pencernaan zat-
zat makanan di usus halus dan menurunkan
populasi bakteri pathogen. Menurut Abidin
(2002) dalam Riduwanto (2010), faktor
yang mempengaruhi pertambahan bobot
badan adalah konsumsi pakan. Dilaporkan
juga oleh Yu dkk. (2008), bahwa
penambahan probiotik ke dalam ransum
ayam dapat meningkatkan produksi enzim
B-glukanase di semua segmen saluran
pencernaan, menurunkan vikosikositas
digesta dan dapat meningkatkan
pertambahan bobot badan.
Dari perlakuan di atas, menunjukkan
bahwa penambahan lactobacillus ke dalam
air minum memberikan pengaruh nyata
(P>0,05), yang berarti P0, P1, P2, P3
memberikan pengaruh tidak berbeda nyata
terhadap pertambahan bobot badan ayam
broiler.
3.3 Konversi
Konversi dihitung berdasarkan
perbandingan antara konsumsi ransum
dengan pertambahan bobot badan setiap
minggunya. Dari hasil penelitian
menunjukan bahwa secara rataan konversi
pakan terendah (0,83 g/ekor) dicapai oleh
pakan perlakuan P2 dengan pemberian
lactobacillus sebesar 1,5 ml, sedangkan
konversi tertinggi (0,9 g/ekor) diperoleh
pada perlakuan P3 dengan pemberian
Artikel Skripsi
Universitas Nusantara PGRI Kediri
Nohan Wijaya| 12.1.04.01.0021 Fapet – Prodi Peternakan
simki.unpkediri.ac.id || 9||
lactobacillus sebesar 2 ml. Secara berturut-
turut konversi pakan mulai dari yang
terendah hingga tertinggi adalah P2, P0,
P1, P3.
Dari hasil penelitian konversi
terendah terdapat pada P2 (0,83 g/ekor),
pada perlakuan P2 konsumsi sebanding
dengan pertambahan bobot badan sehingga
konversinya lebih sedikit dibanding
dengan perlakuan yang lainnya. Sehingga
dengan konversi yang rendah maka
pemberian lactobacillus ke dalam air
minum sebesar 1,5 ml bisa digunakan pada
ayam broiler dan mengurangi biaya. AAK
(2003), menyatakan bahwa jika angka
konversi pakan semakin besar, maka
penggunaan pakan tersebut kurang
ekonomis. Sebaliknya, jika angka konversi
pakan semakin kecil maka semakin
ekonomis.
Hasil keragaman pada lampiran
menunjukkan pengaruh yang tidak nyata
(P>0,05), yang berarti bahwa perlakuan
P0, P1, P2, dan P3 pada pakan ayam
broiler berpengaruh terhadap konversi
ayam broiler, kemungkinan jumlah ayam
broiler dijenis yang sama dan pakan yang
diberikan juga sama, dan level pemberian
lactubacillus yang sedikit, konversi ransum
dipengaruhi oleh genetika, ukuran tubuh,
suhu lingkungan, kesehatan, tercukupinya
nutrien ransum (Rasyaf, 1987).
IV. PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian, dapat
disimpulkan bahwa penambahan probiotik
Lactobacillus tidak berpengaruh nyata
terhadap konsumsi dan konversi.
Penambahan probiotik. Berdasarkan hasil
penelitian dapat disarankan sebagai
berikut: pemberian probiotik Lactobacillus
ke dalam air minum tidak berpengaruh
maksimal terhadap ayam broiler, sebaiknya
menggunakan probiotik jenis yang berbeda
dengan proses dan waktu yang berbeda.
V. DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Z. 2002. Kiat Mengatasi
Permasalahan Praktis
Penggemukan Sapi Potong.
Agromedia Pustaka. Jakarta.
Abun. 2005. Efek Fermentasi Ampas Umbi
Garut (Maranta arundinacea Linn)
dengan Kapang Aspergillus niger
terhadap Nilai Kecernaan Ransum
Ayam Pedaging. Fakultas
Peternakan, Universitas Padjajaran.
Aksi Agraris Kanisius (AAK). 2003.
Beternak Ayam Pedaging. Cetakan
keenam. Yogyakarta: Kanisius.
Anggorodi, R. 2003. Nutrisi Aneka Ternak
Unggas. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
Barrow, P. A. 1992. Probiotics. In: R.
Fuller 1st Ed. Probiotics The
Scientitic Basic. Chapman and
Hall, London. Hal: 225-250.
Bell, D. D., and W. D. Weaver. 2002.
Comercial Chicken Meat and Egg
Production. 5th Edition. Springer
Science and Business Media, Inc.,
New York.
Artikel Skripsi
Universitas Nusantara PGRI Kediri
Nohan Wijaya| 12.1.04.01.0021 Fapet – Prodi Peternakan
simki.unpkediri.ac.id || 10||
Diaz, D. 2008. Safety and efficacy of
Ecobiol® (Bacillus
amyloliquefaciens) as feed additive
for chickens for fattening. The
EFSA Journal 773: 2-13.
Ensminger, M., E. Old Field J. E.,
Heinemann W. W. 1990. Feeds and
Nutrotion. Second Edition. The
Ensminger Publishing Company,
USA.
Fuad, Y. 2000. Usaha Peternakan Ayam
Potong: Memproduksi Karkas
Ayam. Jakarta: Akademika
Pressindo.
Fuller, R. 1992. History and development
of probiotics. In: Probiotics The
Scientific Basis. Fuller. (Ed).
Chapman & Hall. London, New
York, Tokyo, Melbourne, Madras.
Gusmanizar, Neni dan Rusnam. 2007.
Pemanfaatan Limbah Pertanian
dan Peternakan untuk Pembuatan
Kompos Menggunakan
Mikroorganisme Lokal. Universitas
Andalas: Padang.
Hammond. 1994. The effect of
Lactobacillus acidophilus on the
production and chemical
composition of eggs. Poultry Sci.
75: 491-494.
Hartono, M., S. Suharyati, dan P. E.
Santosa. 2002. Dasar Fisiologi
Ternak. Buku Ajar Fakultas
Pertanian Universitas Lampung.
Bandar Lampung.
Haryanto, B. 2003. Penggunaan probiotik
dalam pakan untuk meningkatkan
kualitas karkas dan daging domba.
JITV 5: 224-228.
Istriani, R. 2009. Pengaruh Jenis Bahan
Litter terhadap Respon Fisiologis
Broiler Umur 1-14 Hari Di
Kandang Panggung. Skripsi.
Universitas Lampung. Bandar
Lampung.
Jin LJ, Ho YW, N Abdullah, M.A Ali, and
S Jalaludin. 1997. Studies on the
intestinal microflora of chicken
under tropical condition. J Animal
Sci. 5 : 495-504.
Kartasudjana, R. dan E. Suprijatna. 2006.
Manajemen Ternak Unggas.
Jakarta: Penebar Swadaya
Murtidjo, B. A. 2006. Pengendalian Hama
dan Penyakit Ayam. Kanisius.
Yogyakarta. Hal 110-111.
North and Bell. 1990. Commercial Chicken
Production Manual. 3rd Ed.
Westport, Connecticut: The Avi
Publishing Company, Inc.
Rasmada, Sada. 2008. Analisis Kebutuhan
Nutrien dan Kecernaan Pakan
pada Owa Jawa (Hylobates
moloch) di Pusat Penyelamatan
Satwa Gadog-Ciawi Bogor,
Skripsi, Fakultas Peternakan IPB,
Bogor.
Rasyaf, M. 2001. Beternak Ayam
Pedaging. Cetakan Ke-XX. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Rasyaf, M. 2012. Panduan Beternak Ayam
Petelur. Jakarta: Penebar Swadaya.
Hal: 106-109.
Rasyaf, M., 2003. Beternak Ayam
Pedaging. Jakarta: Penebar
Swadaya.
Rasyaf, Muhammad. 1987. Beternak Ayam
Pedaging. Jakarta: Penebar
Swadaya.
Riduwanto. 2010. Usaha Pemeliharaan
Ayam pedaging dengan
Penambahan Tetes Tebu
(Molasses) dan Kunyit (Curcuma
Domestica) pada Air Minum.//http:
riduwanto.blogspot.co.id.htm//.
Artikel Skripsi
Universitas Nusantara PGRI Kediri
Nohan Wijaya| 12.1.04.01.0021 Fapet – Prodi Peternakan
simki.unpkediri.ac.id || 11||
Siregar, A.P., M. Sabrani, dan S. Pramu.
1992. Teknik Beternak Ayam
Pedaging di Indonesia. Cetakan ke-
2. Margie Group. Jakarta.
Soeharsono. 1976. Respon Broiler
Terhadap Berbagai Kondisi
Lingkungan. Disertasi. Program
Pascasarjana Universitas
Padjadjaran Bandung.
Tilman, et al. 2002. Ilmu Makanan Ternak
Dasar. Universitas Gadjah Mada.
Yogyakarta.
Wahyu, J. 2000. Ilmu Nutrisi Unggas.
Yogyakarta: UGM-Press.
Warwick, E. J. dan J. E. Legates. 1986.
Breeding and Improvemen of Farm
Animal. Mc Graw Hill Publishing:
New Delhi.
Warwick, E. J., J. M. Astuti dan W.
Hardjosubroto. 1984. Pemuliaan
Ternak. Cetakan ke empat. Gadjah
Mada University Press,
Yogyakarta.
Wiharto. 2002. Petunjuk Beternak Ayam.
Lembaga Penerbitan Universitas
Brawijaya. Malang.
Yu, B., J. R. Liu, F. S. Hsiao & P. W. S.
Chiou. 2008. Evaluation of
Lactobacillus reuteri Pg4 strain
expressing heterologous ß-glu-
canase as a probiotic in poultry
diets based on barley. Anim. Feed
Sci. and Tech. 141: 82-91.