PENGARUH PEMBERIAN STATIC CORE EXERCISE TERHADAP
Transcript of PENGARUH PEMBERIAN STATIC CORE EXERCISE TERHADAP
i
PENGARUH PEMBERIAN STATIC CORE EXERCISE TERHADAP
PERUBAHAN KESEIMBANGAN DINAMIS PADA PEMAIN
FUTSAL EKSTRAKURIKULER FUTSAL
SMA NEGERI 2 JENEPONTO
SKRIPSI
MEGA SAPUTRI
C 131 14 006
PROGRAM STUDI S1 FISIOTERAPI
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR 2018
ii
PENGARUH PEMBERIAN STATIC CORE EXERCISE TERHADAP
PERUBAHAN KESEIMBANGAN DINAMIS PADA PEMAIN
FUTSAL EKSTRAKURIKULER FUTSAL
SMA NEGERI 2 JENEPONTO
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana
disusun dan diajukan oleh
MEGA SAPUTRI
Kepada
PROGRAM STUDI S1 FISIOTERAPI
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT. atas segala rahmat
dan hidayah-Nya sehingga penyusun akhirnya dapat menyelesaikan skripsi ini
yang berjudul “Pengaruh Pemberian Static Core Exercise Terhadap Perubahan
Keseimbangan Dinamis pada Pemain Futsal Ekstrakurikuler Futsal SMA Negeri 2
Jeneponto”. Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu bagian dari syarat guna
meraih gelar sarjana di Program Studi S1 Fisioterapi Fakultas Keperawatan
Universitas Hasanuddin.
Dalam penyusunan skripsi ini, banyak ditemui hambatan. Namun semua
itu dapat terselesaikan dengan baik berkat mendapatkan limpahan doa, bimbingan,
arahan dan motivasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan
ini penulis ingin menghaturkan ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi-
tingginya kepada :
1. Ayahanda Makkaratong dan Ibunda Agustina yang senantiasa
mendoakan, memberikan kasih sayang, cinta dan dukungan yang tak
terhingga.
2. Saudara-saudaraku tercinta, Astriani, S.Farm., Apt., Prada. Marlin
Saulo, dan Agum Gumelar yang telah membantu dalam hal moril
maupun materil.
3. Ketua Program Studi Fisioterapi Fakultas Keperawatan Universitas
Hasanuddin, Bapak Dr. H. Djohan Aras, S.Ft, Physio, M.Pd, M.Kes
yang selalu membimbing, menasehati dan memotivasi agar segera
menyelesaikan skripsi bagi semua mahasiswanya.
vii
4. Ibu Ita Rini, S.Ft., Physio., M.Kes. selaku pembimbing I dan Ibu Andi
Rahmaniar, S.Ft, Physio, M.Kes. selaku pembimbing II yang bersedia
meluangkan waktu dan tenaganya, memberikan bimbingan, motivasi
dan doa yang semoga Allah SWT balas dengan pahala yang berlimpah.
Aamiin.
5. Bapak Adi Ahmad Gondo, S.Ft, Physio., M.Kes. selaku penguji I dan
Ibu Farahdina Bachtiar, S.Ft, Physio., M.Sc. selaku penguji II yang
telah memberikan masukan, kritik dan saran yang membangun untuk
kebaikan penulis dan perbaikan skripsi ini.
6. Pelatih Ekstrakurikuler futsal yang telah banyak membantu selama
penelitian di SMA Negeri 2 Jeneponto. Serta Adik-adik responden
yang telah bersedia menjadi sampel penelitian yang semangatnya luar
biasa serta sifat humoris yang tak henti-hentinya membuat peneliti
bahagia selama melaksanakan penelitian.
7. Staff Dosen dan Administrasi Program Studi Fisioterapi Fakultas
Keperawatan, terutama Bapak Ahmad yang dengan sabarnya
mengerjakan segala administrasi penulis hingga dapat menyelesaikan
skripsi ini.
8. Inces, Eca dan Poppy yang setia menemani dan tak henti-hentinya
memberikan semangat mulai dari penyusunan proposal, penelitian
hingga selesai skripsi ini.
9. Teman seperjuangan, Dwi Putri Khayyirah yang juga telah membantu
dalam penyusunan skripsi ini.
10. Nur Annisah talib yang telah membantu dalam mengolah data.
viii
11. Teman-teman Halaqah calon sarjana dan kak Suci Uswatun Hasanah
selaku Murabbiah yang selalu memberikan semangat serta do’a hingga
selesainya skripsi ini.
12. Sc14tic yang dengan segala kehebohan dan solidaritasnya selalu
menjadi penyemangat dalam pengerjaan skripsi ini. Penulis berharap
semoga gelar sarjana tak membuat kita lupa akan segala masa-masa
perkuliah selama ini yang telah kita lalui.
Penyusun menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, penyusun membuka diri untuk segala saran dan kritik yang sifatnya
membangun sehingga dapat dilakukan perbaikan untuk pencapaian hasil yang
lebih baik. Akhirnya, penyusun berharap semoga proposal penelitian ini
bermanfaat bagi kita semua. Aamin.
Makassar, Mei 2018
Mega Saputri
ix
ABSTRAK MEGA SAPUTRI Pengaruh Pemberian Static Core Exercise Terhadap
Perubahan Keseimbangan Dinamis pada Pemain Futsal (dibimbing oleh Ita Rini
dan Andi Rahmaniar)
Futsal merupakan olahraga yang menggunakan teknik passing, control,
dribbling, dan shooting yang membutuhkan keseimbangan dinamis yang baik
untuk menjaga kinerja stabilitas otot inti yang maksimal. Static core exercise
merupakan salah satu bentuk latihan yang digunakan dalam meningkatkan
keseimbangan dinamis dengan membentuk stabilitas dan kekuatan otot inti.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan keseimbangan dinamis pada
pemain futsal setelah pemberian static core exercise.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan design one
group pre test-post test design. Populasi penelitian ini seluruh pemain futsal
ekstrakurikuler futsal SMA Negeri 2 Jeneponto dengan sampel berjumlah 23
orang laki-laki yang memenuhi kriteria inklusi. Alat ukur yang digunakan adalah
balance board untuk mengetahui kemampuan keseimbangan dinamis sampel
sebelum dan sesudah 12 kali perlakuan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antara data pre
test dan post test keseimbangan dinamis (P=0,000), sehingga static core exercise
terbukti memberikan perubahan keseimbangan dinamis dengan selisih pre dan
post test sebesar 15,70.
Kata kunci : Keseimbangan dinamis, static core exercise, pemain futsal
x
ABSTRACT
MEGA SAPUTRI Effect of Static Core Exercise in Alteration of Dynamic
Balance on Futsal Players (guided by Ita Rini and Andi Rahmaniar)
Futsal is a sport that uses passing, control, dribbling, and shooting
techniques that require a good dynamic balance, so the players can maintain
maximum stability of core muscle performance. Static core exercise is one form of
exercise used to help improve dynamic balance by establishing stability and
strength of the core muscles. This study aims to determine the dynamic balance
changes in futsal players after they are given static core exercise.
This is an experimental research with one group pre test-post test design.
Population in this study is all the players in the futsal club of senior high school 2
of Jeneponto with a sample of 23 men who meet the inclusion criteria. Measuring
tool used is balance board to determine the ability of dynamic balance of sample
before and after 12 times treatment.
The results showed that there was a difference between the pre test and
post-test data of dynamic balance (P = 0.000). Static core exercise proved
effective for dynamic balance of futsal players with pre and post test difference of
15.70.
Keywords: dynamic balance, static core exercise, futsal player
xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................................... i
HALAMAN PENGAJUAN .......................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iv
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ........................................................ v
KATA PENGANTAR .................................................................................. vi
ABSTRAK ................................................................................................... ix
ABSTRAC ................................................................................................... x
DAFTAR ISI ................................................................................................ xi
DAFTAR TABEL ........................................................................................ xiv
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xvi
DAFTAR ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN ....................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah .......................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian ..................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian ................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 7
A. Tinjauan Umum tentang Keseimbangan Dinamis ..................... 7
1. Pengertian Keseimbangan Dinamis ..................................... 7
2. Fisiologi Keseimbangan...................................................... 8
3. Komponen Pengontrol Keseimbangan ................................ 9
xii
4. Faktor yang Mempengaruhi Keseimbangan ........................ 14
5. Pentingya Keseimbangan Dinamis Bagi Pemain
Futsal ........................................................................... ...... 20
6. Tes Keseimbangan Dinamis ............................................... 20
B. Tinjauan Umum tentang Static Core Exercise ........................... 22
1. Pengertian Static Core Exercise .......................................... 22
2. Otot Inti (Core Muscle) ....................................................... 23
3. Fungsi Static Core Muscle ................................................. 25
4. Jenis-jenis Latihan Static Core Exercise ............................. 25
5. Tujuan dan Manfaat Static Core Exercise ......................... 29
6. Pentingnya Static Core Exercise Bagi Pemain
Futsal ................................................................................ 29
C. Tinjauan Hubungan antara Static Core Exercise dengan
Keseimbangan Dinamis ........................................................... 30
D. Kerangka Teori......................................................................... 34
BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS .................................... 35
A. Kerangka Konsep ..................................................................... 35
B. Hipotesis .................................................................................. 35
BAB IV METODE PENELITIAN ............................................................... 36
A. Rancangan Penelitian ............................................................... 36
B. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................... 36
C. Populasi dan Sampel................................................................. 37
D. Alur Penelitian ......................................................................... 39
E. Variabel Penelitian ................................................................... 39
xiii
F. Prosedur Penelitian ................................................................... 41
G. Pengolahan dan Analisis Data .................................................. 44
H. Masalah Etika ........................................................................... 45
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASA.................................. 46
A. Hasil Penelitian ........................................................................ 46
B. Pembahasan.............................................................................. 52
C. Keterbatasan Penelitian ............................................................ 60
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................. 61
B. Saran ........................................................................................ 62
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 63
LAMPIRAN ................................................................................................. 67
xiv
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Norma Penilaian dan Klasifikasi One Foot Standing
Balance Test ..................................................................................... 21
2. Karakteristik Sampel Penelitian ........................................................ 46
3. Distribusi Pengukuran Stabilitas Terhadap Pemberian
Static Core Exercise ......................................................................... 47
4. Distribusi Pengukuran Koordinasi Terhadap Pemberian
Static Core Exercise ......................................................................... 48
5. Distribusi Kategori Perubahan Keseimbangan Dinamis ....................... 48
6. Uji Homogenitas .............................................................................. 50
7. Uji Normalitas dan Uji T Berpasangan ............................................. 50
8. Uji Korelasi Pearson ......................................................................... 51
xv
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1. Fisiologi Keseimbangan ..................................................................... 9
2. Sistem Visual ..................................................................................... 10
3. Sistem Vestibular ............................................................................... 11
4. Sistem Somatosensori ........................................................................ 12
5. Center Of Gravity............................................................................... 15
6. Line Of Gravity .................................................................................. 15
7. Base Of Support ................................................................................. 16
8. Mekanisme Kontraksi dan Relaksasi Otot........................................... 17
9. One Foot Standing BalanceTest ......................................................... 21
10. Deep and Superficial Core Muscle ................................................... 24
11. Latihan Supine Single Leg Marching ................................................ 26
12. Latihan Bird Dog ............................................................................. 27
13. Latihan Creepy Crawly Plank ........................................................... 28
14. Kerangka Teori ................................................................................ 34
15. Kerangka Konsep ............................................................................. 35
16. One-Group Pre-test Post-test Design Time Series ............................ 36
17. Alur Penelitian ................................................................................. 39
18. Distribusi Nilai Keseimbangan Dinamis ........................................... 49
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Naskah Penjelasan Untuk Mendapatkan Persetujuan
Dari Subyek Penelitian........................................................................ 67
2. Lembar Persetujuan Mengikuti Penelitian.......................................... 69
3. Formulir Identitas Responden ............................................................. 70
. 4. Blanko Hasil Pengukuran Keseimbangan Dinamis Anggota
Ekstrakurikuler Futsal SMA Negeri 2 Jeneponto................................ 71
. 5. Blanko Hasil Pengukuran Stabilitas dan Koordinasi Anggota
Ekstrakurikuler Futsal SMA Negeri 2 Jeneponto................................ 72
6. Hasil Olah Data SPSS.......................................................................... 73
7. Permohonan Izin Melakukan Penelitian........................................ …. 79
8. Surat Keterangan Penelitian…………........................................ ….... 80
9. Dokumentasi Penelitian........................................................................ 81
10. Riwayat Hidup Penulis........................................................................ 83
xvii
DAFTAR ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN
Lambang/ Singkatan Arti dan Keterangan
UU Undang-undang
SMA Sekolah Menengah Atas
dkk Dan Kawan-kawan
m Meter
Kg Kilogram
IMT Indeks Massa Tubuh
COM Line of Gravity
COG Center of Gravity
BOS Base of Support
ROM Range of Motion
SPSS Statistical Product and Service
Solution
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kebugaran jasmani merupakan kebutuhan fisik yang diinginkan setiap
manusia agar dapat melakukan aktivitas setiap hari, salah satunya yaitu
berolahraga yang dilakukan dengan tujuan untuk memelihara kesehatan dan
memperkuat otot-otot tubuh. Sesuai UU No. 3 Tahun 2005 tentang Sistem
Keolahragan Nasional bahwa dalam dunia pendidikan di Indonesia juga
memberikan ruang lingkup olahraga di dalamnya, yakni sebagai bagian dari
proses pendidikan, sebagai bentuk kegiatan intrakulikuler maupun
ekstrakulikuler (Setiyawan, 2016).
Seiring dengan berkembangnya aktivitas olahraga, ada banyak jenis
olahraga dalam kegiatan ekstrakulikuler salah satunya futsal. Futsal adalah
permainan sejenis sepakbola yang dimainkan dalam lapangan yang berukuran
lebih kecil. Permainan ini dimainkan oleh 10 orang (masing-masing tim 5
orang), serta menggunakan bola yang lebih kecil dan lebih berat daripada
yang digunakan dalam sepakbola. Gawang yang digunakan juga lebih kecil
(Halim, 2012).
Dalam permainan futsal harus menguasai teknik dasar yang benar juga
harus mempunyai kondisi fisik yang baik. Salah satu komponen penting
dalam kondisi fisik pada permainan futsal yaitu keseimbangan (balance)
(Royana, 2017). Terutama keseimbangan dinamis. Permainan futsal
cenderung lebih dinamis karena gerakan yang cepat (Ajis, 2014). Latihan
2
keseimbangan pada atlet telah terbukti dapat menurunkan resiko jatuh
dan cidera seperti sprain dan strain ankle (Adam, 2013). Pada keseimbangan
dinamis, kontrol keseimbangan membutuhkan interaksi antara sistem saraf
sensorik (sistem visual, sistem somatosensorik, sistem vestibular) dan saraf
motorik, peran muskuloskeletal berupa kesejajaran postural dan fleksibilitas
muskuloskeletal, serta efek kontekstual yang berhubungan dengan kedua
sistem saraf sensorik motorik dan muskuloskeletal (Kisner, 2014).
Kemampuan menjaga keseimbangan bergantung pada stabilitas inti,
kontrol otot panggul, tungkai bawah, dan sistem vestibular dan visual.
Kurangnya keseimbangan dapat diperbaiki dengan cepat melalui latihan
keseimbangan spesifik atau latihan stabilitas. Terdapat hubungan antara
keseimbangan dengan koordinasi dalam olahraga. Kemampuan koordinasi
merupakan salah satu komponen dasar biomotor yang merupakan gerak dasar
dalam berbagai keterampilan motorik salah satunya koordinasi kasar.
Koordinasi kasar merupakan pergerakan dan keseimbangan yang baik antara
kepala, tubuh, bahu, dan paha. Koordinasi berkurang atau terganggu apabila
kerja sama antara otot lemah, kekuatan dalam beberapa otot bertambah, atau
keseimbangan antara fungsi otot berkurang (Richarpin, 2012).
Terdapat banyak metode latihan yang bertujuan untuk meningkatkan
keseimbangan dinamis. Salah satunya adalah static core exercise yang
dirancang untuk meningkatkan kemampuan otot inti (abdominal muscle and
back muscle) dengan teknik koordinasi bilateral. Latihan ini bermanfaat untuk
menstabilkan dan menghasilkan tenaga pada kecepatan yang lebih fungsional
secara dinamis dan gerakan yang koordinasi. Static core exercise juga
3
merupakan komponen penting dalam memberikan kekuatan lokal serta
keseimbangan untuk memaksimalkan aktivitas secara efisien (Ahmadi, 2012).
Berdasarkan hasil observasi awal peneliti pada tanggal 23 Februari
2018 dengan melakukan tes keseimbangan pada siswa laki-laki di SMA
Negeri 2 Jeneponto yang mengikuti ekstrakurikuler futsal sebanyak 25 orang
pemain futsal, telah didapatkan hasil 15 pemain memperoleh nilai
keseimbangan 1-4 detik (sangat kurang) dan 10 pemain memperoleh nilai 5-
12 detik (sedang) dengan skor rata-rata <7 kategori keseimbangan kurang.
Sehingga para pemain futsal memerlukan latihan keseimbangan karena
keseimbangan sangat diperlukan dalam melakukan teknik bermain futsal,
karena saat bergerak pemain dituntut untuk mempertahankan posisinya agar
tidak jatuh dan mempertahankan bola tetap dalam penguasaannya. Melalui
hasil wawancara dengan pelatih futsal dikatakatan bahwa para pemain futsal
di SMA Negeri 2 Jeneponto belum pernah diberikan latihan keseimbangan
sehingga tujuan lain dalam latihan keseimbangan yang diberikan adalah
dengan melatih otot inti dapat mengoreksi ketidakseimbangan postur dan
mencegah terjadinya cedera.
Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Hastuti, dkk., (2014)
menyatakan bahwa pemberian Core Stability Exercise lebih meningkatkan
keseimbangan statis daripada Balance Beam Exercise. Sedangkan Syam
(2015) dalam penelitiannya ternyata Core Exercise dan Balance Exercise
sama baik dalam meningkatkan keseimbangan dinamis. Penelitian
selanjutnya yang dilakukan Hastuti, dkk., (2018) ternyata Dynamic
Neuromuscular Stabilization lebih meningkatkan keseimbangan dinamis dari
4
pada Balance Exercise. Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan,
terdapat perdebatan anatara latihan Core dalam meningkatkan keseimbangan
statis dan keseimbangan dinamis. Peneliti juga belum menemukan penelitian
tentang pengaruh Static Core Exercise terhadap keseimbangan dinamis
dengan teknik exercise koordinasi bilateral segmen tubuh.
Berdasarkan hasil observasi, wawancara, dan hal-hal lain yang telah
dipaparkan di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
mengenai pengaruh pemberian static core exercise terhadap perubahan
keseimbangan dinamis pada pemain futsal ekstrakurikuler futsal SMA Negeri
2 Jeneponto.
A. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang tersebut mengenai masalah
keseimbangan pada pemain futsal, sehingga menjadi landasan bagi peneliti
untuk melakukan penelitian tentang pengaruh pemberian static core exercise
terhadap perubahan keseimbangan dinamis pada pemain futsal
ekstrakurikuler futsal SMA Negeri 2 Jeneponto. Oleh karena itu, dapat
dikemukakan pertanyaan penelitian yaitu:
1. Bagaimana distribusi nilai keseimbangan dinamis sebelum diberikan
static core exercise pada pemain futsal ekstrakurikuler futsal SMA
Negeri 2 Jeneponto ?
2. Bagaimana distribusi nilai keseimbangan dinamis setelah diberikan static
core exercise pada pemain futsal ekstrakurikuler futsal SMA Negeri 2
Jeneponto ?
5
3. Apakah ada pengaruh pemberian static core exercise terhadap perubahan
keseimbangan dinamis pada pemain futsal ekstrakurikuler futsal SMA
Negeri 2 Jeneponto ?
B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Diketahui adanya pengaruh static core exercise terhadap perubahan
keseimbangan dinamis pada pemain futsal ekstrakurikuler futsal SMA
Negeri 2 Jeneponto.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahui distribusi nilai keseimbangan dinamis sebelum diberikan
static core exercise pada pemain futsal ekstrakurikuler futsal SMA
Negeri 2 Jeneponto.
b. Diketahui distribusi nilai keseimbangan dinamis setelah diberikan
static core exercise pada pemain futsal ekstrakurikuler futsal SMA
Negeri 2 Jeneponto.
c. Diketahui pengaruh static core exercise terhadap perubahan
keseimbangan dinamis pada pemain futsal ekstrakurikuler futsal SMA
Negeri 2 Jeneponto.
6
C. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan memiliki manfaat sebagai berikut:
1. Manfaat Akademik
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan ilmu
pengetahuan bagi para pembaca mengenai pengaruh static core exercise
dalam perubahan keseimbangan dinamis dan dapat menjadi rujukan bahan
bacaan dalam pengembangan penelitian selanjutnya.
2. Manfaat Aplikatif
Penelitian ini diharapkan menjadi data yang akurat dalam rencana
mengatur pola olahraga yang baik sehingga dapat merencanakan program
latihan yang lebih tepat untuk perubahan keseimbangan dinamis.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum tentang Keseimbangan Dinamis
1. Pengertian Keseimbangan Dinamis
Keseimbangan dinamis adalah kemampuan seseorang untuk
mempertahankan keseimbangan tubuhnya ketika melakukan berbagai
gerakanseperti ketika sedang jalan, lari, lompat, loncat atau berpindah
dari satu titik ke titik lainnya dalam satu runag (Halim, 2011).
Terdapat 2 macam keseimbangan yaitu keseimbangan statis dan
dinamis. Dalam buku “Intisari Terapi Latihan” keseimbangan statis
adalah kemampuan untuk mempertahankan postur atau posisi yang
berbeda dalam berbagai permukaan, penglihatan, kondisi perubahan
tempat. Keseimbangan dinamis adalah kemampuan untuk membuat
penyesuaian postur yang diperlukan untuk mempertahankan
keseimbangan ketika bergerak dari satu posisi ke posisi lain atau dari satu
tempat ke tempat lain, kontrol keseimbangan membutuhkan interaksi
sistem saraf sensorik (sistem visual, sistem somatosensorik, sistem
vestibular) dan saraf motorik, peran muskuloskeletal berupa kesejajaran
postural dan fleksibilitas muskuloskeletal, dan efek kontekstual yang
berhubungan dengan kedua sistem (Kisner, 2014).
8
1. Fisiologi Keseimbangan
Kemampuan tubuh untuk mempertahankan keseimbangan dan
kestabilan postur oleh aktivitas motorik tidak dapat dipisahkan dari faktor
lingkungan dan sistem regulasi yang berperan dalam pembentukan
keseimbangan (Irfan, 2016).
Fisiologi keseimbangan dimulai sejak informasi keseimbangan
tubuh akan ditangkap oleh receptor vestibular, visual dan proprioseptik.
Keseimbangan tubuh dipengaruhi oleh sistem indra yang terdapat di
tubuh manusia bekerja secara bersamaan jika salah satu sistem
mengalami gangguan maka akan terjadi gangguan keseimbangan pada
tubuh (imbalance), sistem indra yang mengatur/mengontrol
keseimbangan seperti visual, vestibular, dan somatosensoris (tactile &
proprioseptik) (Berbudi, 2015).
Proprioseptik merupakan bagian yang paling penting dalam
menjaga keseimbangan. Proprioseptik dihasilkan melalui respon secara
simultan, visual, vestibular, dan sistem somatosensoris, yang masing-
masing memainkan peran penting dalam menjaga stabilitas postural.
Fungsi dari sistem somatosensoris yang paling diperhatikan adalah
peningkatkan proprioseptik. Meliputi integrasi sensorik, motorik, dan
komponen pengolahan yang terlibat dalam mempertahankan homeostasis
bersama selama tubuh bergerak. Sistem somatosensoris mencakup
informasi yang diterima melalui reseptor saraf yang terletak di ligamen,
kapsul sendi tulang rawan, dan geometri tulang yang terlibat dalam
struktur setiap sendi. Mereka yang bertanggung jawab untuk
9
proprioseptik umumnya terletak di sendi, tendon, ligamen, dan kapsul
sendi sementara tekanan reseptor sensitif terletak di fasia dan kulit
(Berbudi, 2015).
Gambar 1. Fisiologi keseimbangan
(Sherwood, 2013)
2. Komponen Pengontrol Keseimbangan
Komponen keseimbangan termasuk komponen yang paling
berperan dalam menetapkan posisi dan gerakan tubuh, mulai dari duduk,
jongkok, berdiri, jalan, berlari, melompat, dan berbagai gerakan tubuh
lainnya. Apalagi dalam gerakan olahraga jelas komponen ini amat
dibutuhkan (Halim, 2011).
a. Sistem Informasi Sensoris
1) Sistem Visual
Keseimbangan akan terus berkembang sesuai umur, mata
akan membantu agar tetap fokus pada titik utama untuk
mempertahankan keseimbangan, dan sebagai monitor tubuh
selama melakukan gerak statik atau dinamik. Penglihatan
memegang peran penting untuk mengidentifikasi dan mengatur
jarak gerak sesuai lingkungan tempat kita berada. Penglihatan
muncul ketika mata menerima sinar yang berasal dari obyek
10
sesuai jarak pandang, maka tubuh dapat menyesuaikan atau
bereaksi terhadap perubahan bidang pada lingkungan aktivitas
sehingga memberikan kerja otot yang sinergis untuk
mempertahankan keseimbangan tubuh (Irfan, 2016).
Gambar 2. Sistem Visual
(Sherwood, 2013)
2) Sistem Vestibular
Komponen vestibular merupakan sistem sensoris yang
berfungsi penting dalam keseimbangan, kontrol kepala, dan
gerak bola mata. Reseptor sensoris vestibular berada di dalam
telinga, meliputi kanalis semisirkularis, utrikulus, serta sakulus.
Reseptor dari sistem sensoris ini disebut dengan sistem
labyrinthine yang mendeteksi perubahan posisi kepala dan
percepatan perubahan sudut. Melalui refleks vestibulo-occular,
mereka mengontrol gerak mata, terutama ketika melihat obyek
yang bergerak. Mereka meneruskan pesan melalui saraf
kranialis VIII ke nucleus vestibular yang berlokasi di batang
otak. Beberapa stimulus tidak menuju nucleus vestibular tetapi
ke serebelum, formatio retikularis, thalamus dan korteks serebri
(Irfan, 2016).
11
Nucleus vestibular menerima masukan (input) dari
reseptor labyrinth, retikular formasi, dan serebelum. Keluaran
(output) dari nucleus vestibular menuju ke motor neuron melalui
medula spinalis, terutama ke motor neuron yang menginervasi
otot-otot proksimal, kumparan otot pada leher dan otot-otot
punggung (otot-otot postural). Sistem vestibular bereaksi sangat
cepat sehingga membantu mempertahankan keseimbangan
tubuh dengan mengontrol otot-otot postural (Irfan, 2016).
Gambar 3. Sistem Vestibular
(Sherwood, 2013)
3) Sistem Somatosensoris (Tactile & Proprioceptik)
Sistem somatosensoris mempunyai beberapa neuron yang
panjang dan saling berhubungan satu sama lainnya yaitu primer
(pertama), sekunder (kedua), dan tersier (ketiga). Sistem
somatosensoris tersebar melalui semua bagian utama tubuh
mamalia dan vertebrata lainnya. Terdiri dari reseptor sensori dan
motorik (aferen) neuron di pinggiran (kulit, otot dan organ-
organ misalnya), ke neuron yang lebih dalam dari sistem saraf
pusat (Berbudi, 2015).
12
Sistem somatosensoris terdiri dari taktil atau proprioseptik
serta persepsi kognitif. Informasi proprioseptik disalurkan ke
otak melalui kolumna dorsalis medula spinalis. Sebagian besar
masukan (input) proprioseptik menuju serebelum, tetapi ada
pula yang menuju ke korteks serebri melalui lemniskus medialis
dan talamus. Kesadaran akan posisi berbagai bagian tubuh
dalam ruang sebagian bergantung pada impuls yang datang dari
alat indra dalam dan sekitar sendi yang berasal dari ujung-ujung
saraf yang beradaptasi lambat di sinovia dan ligamentum.
Impuls dari alat indra ini dari reseptor raba di kulit dan jaringan
lain, serta otot di proses di korteks menjadi kesadaran akan
posisi tubuh dalam ruang (Irfan, 2016).
Gambar 4. Sistem Somatosensori (Sherwood, 2013)
b. Central Procesing
Central Processing berfungsi untuk menentukan titik tumpu
tubuh dan aligment gravitasi pada tubuh serta mengorganisasikan
respon sensomotor yang dibutuhkan oleh tubuh. Respon motorik
yang dihasilkan oleh sistem saraf pusat berguna untuk menjaga
postur tubuh agar tetap seimbang. Sistem saraf pusat menerima input
13
sensorik, menginterpretasikan dan mengintegrasikan kemudian
menghubungkan pada sistem neuromuskular untuk memberikan
output motorik yang korektif sehingga mampu menciptakan
keseimbangan yang baik ketika dalam keadaan diam (statis) maupun
keadaan bergerak (dinamis). Komponen sistem saraf pusat yang
terlibat dalam proses kontrol postural yaitu: corteks, thalamus, basal
ganglia, nukleus, vetsibular, dan serebellum (Suadnyana, 2015).
c. Efektor
1) Respon Otot-otot Postural yang Sinergis (Postural muscles
response synergies)
Respon otot-otot postural yang sinergis mengarah pada
waktu dan jarak dari aktivitas kelompok otot yang diperlukan
untuk mempertahankan keseimbangan dan kontrol postur.
Beberapa kelompok otot baik pada ekstremitas atas maupun
bawah berfungsi mempertahankan postur saat berdiri tegak serta
mengatur keseimbangan tubuh dalam berbagai gerakan. Kerja
otot yang sinergi berarti bahwa adanya respon yang tepat
(kecepatan dan kekuatan) suatu otot terhadap otot yang lainnya
dalam melakukan fungsi gerak tertentu (Irfan, 2016).
2) Kekuatan otot (Muscle Strength)
Kekuatan otot umumnya diperlukan dalam melakukan
aktivitas. Semua gerakan yang dihasilkan merupakan hasil dari
adanya peningkatan tegangan otot sebagai respon motorik.
Kekuatan otot dapat digambarkan sebagai kemampuan otot
14
menahan beban baik berupa beban eksternal (eksternal force)
maupun beban internal (internal force). Kekuatan otot sangat
berhubungan dengan sistem neuromuskuler yaitu seberapa besar
kemampuan sistem saraf mengaktifasi otot untuk melakukan
kontraksi. Sehingga semakin banyak serabut otot yang
teraktifasi, maka semakin besar pula kekuatan yang dihasilkan
otot tersebut. Kekuatan otot dari kaki, lutut serta pinggul harus
adekuat untuk mempertahankan keseimbangan tubuh saat
adanya gaya dari luar. Kekuatan otot tersebut berhubungan
langsung dengan kemampuan otot untuk melawan gaya garvitasi
serta beban eksternal lainnya yang secara terus menerus
mempengaruhi posisi tubuh (Irfan, 2016).
3) Lingkup gerak sendi (Joint range of motion)
Kemampuan sendi untuk membantu gerak tubuh dan
mengarahkan gerakan terutama saat gerakan yang memerlukan
keseimbangan yang tinggi (Irfan, 2016).
3. Faktor yang Mempengaruhi Keseimbangan
a. Pusat Gravitasi (Center of Gravity - COG)
Pusat gravitasi adalah titik utama pada tubuh yang akan
mendistribusikan massa tubuh secara merata. Pada manusia, pusat
gravitasi berpindah sesuai dengan arah atau perubahan berat. Pusat
gravitasi manusia ketika berdiri tegak adalah tepat di atas pinggang
diantara depan dan belakang vertebra sakrum kedua. Derajat
stabilitas tubuh dipengaruhi oleh empat faktor, yaitu : ketinggian dari
15
titik pusat gravitasi dengan bidang tumpu, ukuran bidang tumpu,
lokasi garis gravitasi dengan bidang tumpu, serta berat badan (Irfan,
2016).
Gambar 5. Center Of Gravity
(Sunaryadi, 2009)
b. Garis Gravitasi (Line of Gravity-LOG)
Garis gravitasi merupakan garis imajiner yang berada vertikal
melalui pusat gravitasi dengan pusat bumi. Hubungan antara garis
gravitasi, pusat gravitasi dengan bidang tumpu adalah menentukan
derajat stabilitas tubuh (Irfan, 2016).
Gambar 6. Line Of Gravity (Sunaryadi, 2009)
c. Bidang Tumpu (Base of Support-BOS)
Bidang tumpu merupakan bagian dari tubuh yang berhubungan
dengan permukaan tumpuan. Stabilitas yang baik terbentuk dari
luasnya area bidang tumpu. Semakin besar bidang tumpu, semakin
tinggi stabilitas. Misalnya berdiri dengan kedua kaki akan lebih
16
stabil dibanding berdiri dengan satu kaki. Semakin dekat bidang
tumpu dengan pusat gravitasi, maka stabilitas tubuh makin tinggi
(Irfan, 2016).
Gambar 7. Base of Support
(Sunaryadi, 2009)
d. Kekuatan Otot (Muscle Strength)
Kekuatan otot adalah kemampuan otot atau grup otot
menghasilkan tegangan dengan tenaga selama usaha maksimal baik
secara dinamis atau statis. Kekuatan otot dihasilkan oleh kontraksi
otot yang maksimal. Otot yang kuat merupakan otot yang dapat
berkontraksi dan rileksasi dengan baik, jika otot kuat maka
keseimbangan dan aktivitas sehari-hari dapat berjalan dengan baik
seperti berjalan, lari, bekerja ke kantor, dan lain sebagainya (Berbudi,
2015).
Kontraksi otot dipicu oleh, impuls listrik menyebar ke seluruh
sel otot, sampai ke miofibril melalui Tubulus T. Impuls di Tubulus T
menyebabkan ion Ca2+ keluar dari retikulum sarkoplasma. Ion Ca2+
yang sampai ke miofibril berikatan dengan Troponin C. Ikatan Ca2+ -
Troponin C menyebabkan tropomiosin bergeser dan ‘binding site’
aktin untuk kepala miosin yg ditempati tropomiosin terbuka. Aktin
17
berikatan dengan kepala miosin yang juga mengandung ATP-ase yang
memecah ATP menjadi ADP sehingga menghasilkan energi untuk
menggerakkan aktin ke arah garis M. (Kontraksi). Demikian
seterusnya sampai impuls listrik berakhirdan ion Ca2+ dipompa
kembali ke retikulum sarkoplasma sehingga tidak terjadi ikatan ion
Ca2+ - troponin C dan terbukanya binding siteuntuk kepala miosin
pada aktin karena tertutup oleh tropomiosin. (Relaksasi) (Sherwood,
2013).
Gambar 8. Mekanisme Kontraksi & Relaksasi Otot (Sherwood, 2013)
e. Aktivitas Fisik
Ak tivitas fisik adalah pergerakan tubuh yang secara substansial
meningkatkan penggunaan energi dan dapat berupa kegiatan sehari-
hari (berjalan, mengerjakan pekerjaan rumah, berkebun) maupun
aktivitas olahraga (berenang, dansa, sepakbola, fitness), instabilitas
postural semata-mata disebabkan oleh inaktivitas (Syam, 2015).
f. Jenis Kelamin
Perbedaan keseimbangan tubuh berdasarkan jenis kelamin
antara pria dan wanita disebabkan oleh adanya perbedaan letak titik
berat. Pada pria letaknya kira-kira 56% dari tinggi badannya
18
sedangkan wanita letaknya kira-kira 55% dari tinggi badannya. Pada
wanita letak titik beratnya rendah karena panggul dan paha wanita
relatif lebih berat dan tungkainya pendek (Risangdiptya, 2016).
g. Usia
Fungsi organ-organ keseimbangan mulai mengalami penurunan
seiring dengan pertambahan usia. Pada anak usia 10-12 tahun,
perkembangan keseimbangan meningkat dengan baik. Pada setiap usia
anak terjadi peningkatan perkembangan keseimbangan. Secara teori
perkembangan manusia dimulai dari bayi, anak, remaja, dewasa, tua
dan akhirnya akan masuk pada fase usia lanjut dengan umur di atas 60
tahun (Syam, 2015).
h. Ketajaman Visual
Ketajaman visual juga kadang-kadang disebut sebagai salah satu
faktor yang mempengaruhi keseimbangan. Penurunan ketajaman
visus, persepsi kedalaman dan sensitifitas kontras berhubungan
signifikan dengan jatuh dan dengan instabilitas postural (Syam, 2015).
i. Gangguan Vestibular
Sebuah gangguan yang menyebabkan seseorang merasa pusing,
goyang, dan seperti berpindah tempat, dan seakan akan dunia serasa
berputar. Sebuah organ telinga bagian dalam yaitu labyrinth
merupakan organ yang berperan dalam mengatur keseimbangan dan
ini merupakan sistem yang bekerja didalam tubuh yaitu (sistem
vestibular) kita. Sistem vestibular berinteraksi dengan sistem tubuh
seperti visual, dan skeletal sistem, untuk menjaga keseimbangan posisi
19
tubuh yang mana sistem ini berhubungan dengan otak dan sistem
saraf, dapat menjadi masalah keseimbangan (Seftian, 2014).
j. Gangguan Proprioseptik
Proprioseptik mempunyai peranan penting dalam keseimbangan
karena fungsi proprioseptik merupakan faktor independen untuk
terjadinya gangguan keseimbangan postural. Meskipun dengan fungsi
visual yang baik, orang dengan gangguan proprioseptik secara
bermakna mengalami instabilitas postural (Syam, 2015).
k. Index Massa Tubuh
Index massa tubuh adalah nilai yang diambil dari perhitungan
antara berat badan dan tinggi badan seseorang dengan rumus :
Berat Badan (Kg) IMT =
Tinggi Badan2 (m)
Kegemukan tubuh berhubungan dengan keburukan performa atlet
pada salah satu tes yaitu balance (keseimbangan) (Syam, 2015).
l. Psikologis
Kepribadian olahragawan dalam lingkungan social tertentu
sebagai kesatuan biososial merupakan pusat pelatihan yang
memungkinkan perkembangan prestasi baru. Situasi tertentu dapat
berkonsentrasi secara maksimal akan mampu menyelesaikan pelatihan
dengan baik. Kepercayaan akan kemampuan diri dapat meningkatkan
keberanian dalam menyelesaikan pelatihan yang lebih sulit (Syam,
2015).
20
4. Pentingnya Keseimbangan Dinamis Bagi Pemain Futsal
Mengenai pentingnya keseimbangan dinamis pada pemain futsal,
latihan keseimbangan pada atlet telah terbukti dapat menurunkan resiko
jatuh dan cidera seperti sprain dan strain ankle (Adam, 2013).
Keseimbangan merupakan salah satu unsur-unsur kondisi fisik dalam
permaianan futsal. Faktor keseimbangan terutama keseimbangan dinamis
dalam permainan futsal diperlukan dalam pelaksanaan gerakan yang
berlangsung cepat, seperti ketika menghidari lawan, menendang jarak
dekat maupun jarak jauh (Rafsanjani, 2012).
Keseimbangan dinamis juga sangat diperlukan dalam melakukan
teknik-teknik bermain futsal untuk mendapatkan efektifitas serta
efesiensi dalam bermain futsal, diantaranya mengumpan (passing),
menahan bola (control), menggiring bola (dribbling), dan menembak
(shooting) (Riyadi, 2013).
5. Tes Keseimbangan Dinamis
Keseimbangan dinamis dapat diukur dengan menggunakan
beberapa tes, dalam buku “Tes dan Pengukuran Kesegaran Jasmani”
(Nur Ichsan Halim, 2011) salah satunya: Tes Keseimbangan Berdiri
dengan Satu Kaki (One Foot Standing Balance Test).
Tes ini bertujuan untuk mengukur kemampuan keseimbangan
dinamis dengan nilai ketepatan teknik pengukuran 0,78. Alat yang
digunakan ialah ruangan yang rata, papan keseimbangan, stop watch, dan
alat tulis. Peserta tes mengatur papan keseimbangan yang diletakkan di
atas permukaan lantai yang rata dan meletakkan kaki yang diinginkan di
21
tengah papan keseimbangan. Perlahan-lahan mengangkat kaki yang lain
dari lantai, Pertahankan sikap keseimbangan di atas papan keseimbangan
selama mungkin. Waktu mulai dihitung (stop watch dijalankan) pada saat
kaki meninggalkan lantai, stop watch dihentikan apabila kaki peserta tes
menyentuh lantai atau tidak dapat mempertahankan keseimangan
tubuhnya, kesempatan diberikan sebanyak 3 kali. Waktu terbaik 3 kali
kesempatan yang diukur berdasarkan detik dicatat sebagai hasil akhir
peserta tes. Hasil yang diperoleh dikonversikan pada tabel berikut:
Gambar 9. One Foot Standing Balance Test
(Halim, 2011)
Tabel 1. Norma Penilaian dan Klasifikasi One Foot Standing Balance Test (Halim, 2011)
Klasifikasi Nilai
Laki-laki Perempuan
Sangat bagus ≥ 17 detik ≥ 15 detik
Bagus 11 – 16 detik 9 – 14 detik
Sedang 5 – 10 detik 5 – 8 detik
Kurang 3 – 4 detik 3 – 4 detik
Sangat kurang 1 – 2 detik 1 – 2 detik
22
B. Tinjauan Umum tentang Static Core Exercise
1. Pengertian Static Core Exercise
Static Core exercise merupakan latihan terbaik untuk membentuk
stabilitas dan kekuatan core sehingga bekerja dengan baik selama
kontraksi core muscle. Static core exercise bekerja diseluruh core muscle
yang bekerja dari bahu sampai lutut, bukan hanya pada peurt. Otot-otot
tersebut bekerja bersama untuk membentuk kekuatan yang bertujuan
memepertahankan spine sesuai dengan alignment tubuh yang simetris
dan menjadi lebih stabil. Jika otot-otot inti kuat dan fleksibel anggota
gerak atau ekstrimitas akan bergerak dengan efisiensi yang lebih besar,
selain itu juga dapat membantu mencegah dan mengurangi cedera. Target
utama dalam melatih core adalah otot yang letaknya lebih dalam (deep
muscle) pada abdomen, yang terhubung dengan tulang belakang (spine),
panggul (pelvic) dan bahu (shoulder). Melatih core juga merupakan
komponen penting dalam memberikan kekuatan lokal dan keseimbangan
untuk memaksimalkan aktivitas secara efisien (Ahmadi, 2012).
Berdasarkan pergerakan tubuh core exercise terdapat dua macam
yaitu, static core exercise dan dynamic core exercise. Static core exercise
yaitu latihan otot-otot inti dengan kontraksi otot secara isometric atau
dengan tanpa adanya gerakan tubuh. Otot-otot tidak memanjang atau
memendek sehingga tidak ada nampak suatu gerakan yang nyata,
meskipun demikian di dalam otot ada tegangan (tension) dan semua
tenaga yang dikeluarkan di dalam otot diubah menjadi panas (Hemphill,
2012).
23
Core exercise (static and dynamic) melibatkan sistem otot, sistem
sendi, sistem saraf, dan terjadi dalam 3 bidang gerak. Saat melakukan
gerakan kesalah satu bidang gerak tubuh, maka otot yang bekerja tidak
murni sebagai pencetus gerakan tersebut, tetapi dibantu oleh otot lain
yang berada disekitar bidang gerak tersebut. Hal ini terjadi karena pada
saat suatu otot berkontraksi, maka terjadi penguluran atau stretch pada
otot-otot antagonisnya atau otot yang berlawanan karena kekuatan
fleksibilitas otot agonis dan antagonis saling berkaitan. Untuk membuat
fondasi keseimbangan tubuh yang baik maka otot-otot core harus dilatih
dengan benar, sehingga mempunyai kemampuan untuk menyangga
batang tubuh dengan baik. Selain latihan menggunakan badan sendiri,
latihan core juga dapat dibantu dengan beberapa alat seperti bola
keseimbangan, balance disk, dan lain sebagainya (Hermawan, 2012).
2. Otot Inti (Core Muscle)
Core Muscle adalah otot-otot yang sangat penting untuk menunjang
pergerakan ekstremitas atas maupun bawah untuk menciptakan gerakan
yang efektif dan kuat. Core muscle terdiri dari 4 kelompok otot utama:
m. Transversus abdominis, m. Multifidus, Diafragma, dan Pelvic floor.
Adapun global muscle: m. Rectus abdominis, m. Obliques external dan
internal, m. Quadratus lumborum, m. Erector spine, dan m. Iliopsoas
(Firdha, 2016).
Static Core exercise secara efektif harus melibatkan otot-otot yang
meliputi abdominal muscles and back muscles (erector spine). Otot-otot
pelvic floor dan abdominal diperlukan untuk meningkatkan tekanan pada
24
perut yaitu Intra Abdominal Pressure, untuk menopang trunk,
menurunkan beban pada otot-otot spine, dan meningkatkan stabilitas
trunk. Kontraksi otot abdominal akan meningkatkan bracing dari lumbar
spine. M. rectus abdominalis dan m. oblique abdominal mengaktivasi
pola pada gerakan anggota gerak bawah, sekaligus memberikan postural
support sebelum anggota gerak bawah bergerak. Oleh karena itu,
kontraksi yang meningkatkan tekanan intra abdominal terjadi sebelum
gerakan segmen yang besar pada anggota gerak atas (Quinn, 2012).
Pada segmen spine terjadi stabilisasi sebelum adanya gerakan-
gerakan pada anggota gerak yang terjadi untuk membuat anggota gerak
menjadi lebih stabil dalam melakukan gerak dan aktivasi otot. Pada
sebagian kecil short muscle seperti m. multifidus dan m. erector spine
memberikan kontribusi stabilisasi pada colum vertebre mengikuti gerak
tubuh dan fungsi untuk bekerja lebih efisien dalam mengontrol gerakan
spine.
Gambar 10. Deep and Superficial Core Muscle
(Aylinmahmut, 2017)
25
3. Fungsi Static Core Muscle
Fungsi static core muscle adalah kemampuan seseorang untuk
menyelaraskan dan menstabilitasi/menjaga tubuh tetap diam melawan
dorongan kekuatan dari luar. Ketika atlet menembak menjaga tubuhnya
tetap diam melawan dorongan tolakan yang ditimbulkan dari tembakan
peluru. (Quinn, 2013).
4. Jenis-jenis Latihan Static Core Exercise
Latihan memperkuat otot-otot core merupakan latihan yang
diberikan pada fase awal latihan kekuatan, sebelum melatih tujuan
latihan kekuatan lainnya seperti kekuatan daya tahan (strength
endurance), kekuatan maksimal (maximal strength) dan kekuatan yang
cepat (speed strength/power). Jenis latihan kekuatan otot-otot core
bermaca-macam, bisa menggunakan alat atau juga tanpa alat seperti
bola keseimbangan, balance disk dan lain sebagainya. Latihan ini
dilakukan dengan pengulangan sebanyak 12-20 kali, 1-3 set, dengan
tahanan 3-10 detik untuk gerakan statis (Hermawan, 2012).
Latihan core stability exercise selama 3 minggu (3 kali seminggu
dengan interval 1 hari) dapat memberikan pengaruh terhadap
keseimbangan dinamis pada remaja flat foot usia 18-25 tahun,
berdasarkan penelitian tentang Pengaruh Core Stability Exercise
Terhadap Keseimbangan Dinamis pada Remaja Flat Foot Usia 18-25
Tahun (Winanda, 2017). Penelitian lain tentang “Pelatihan Core Stability
dan Balance Board Exercise Lebih Baik Dalam Meningkatkan
Keseimbangan Dibandingkan dengan Balance Board Exercise pada
26
Mahasiswa Usia 18–24 Tahun dengan Kurang Aktivitas” dikatakan
latihan core stability selama 4 minggu dapat meningkatkan
keseimbangan dan permorma para athlet selam 3x/minggu (Berbudi,
2015). Berikut beberapa jenis latihan static core exercise :
a. Supine Single Leg Marching
Latihan ini dapat dilakukan oleh siapa saja, target Supine
Single Leg Marching ialah kekuatan dengan memfokuskan kerja otot
gluteus, hamstring, dan abdominal. Cara melakukan, Berbaring
terlentang dengan menekuk kedua lutut dan kedua kaki menapak rata
pada lantai. Angkat pinggul dari lantai hingga membentuk garis
lurus dari lutut hingga bahu. Kencangkan otot inti tubuh. Tanpa
menurunkan pinggul, angkat satu kaki dari lantai. Kembalikan posisi
kaki ke lantai dan ulangi dengan kaki lainnya. Jaga posisi pinggul
dan tubuh bagian atas agar tetap stabil selama melakukan gerakan.
Pastikan untuk mengencangkan otot gluteus pada puncak gerakan
untuk kontraksi penuh.
Gambar 11. Latihan Supine Single Leg Marching
(Natmessnig, 2016)
27
b. Bird Dog
Bird Dog adalah latihan yang sangat baik untuk menstabilkan
tulang belakang lumbal, memperbaiki kontrol postur, meluruskan
tulang belakang, mengurangi nyeri punggung bawah dan
memperkuat bahu selama gerakan ekstremitas atas dan bawah.
Latihan ini mempengaruhi kelompok otot besar seperti gluteus
maximus, hamstring, quadratus lumborum, rectus abdominis,
pectoralis mayor, dan otot korset bahu, juga dapat dilakukan
individu sehat dan dapat mambantu atlet dan olahragawan aktif.
Cara melakukan, mulai merangkak dan tangan selebar bahu
menekan tanah, posisi lutut dan kaki selebar pinggul. Hindari
punggung melengkung, Perlahan naikkan dan luruskan lutut kiri
tanpa putaran di pinggul sambil angkat dan luruskan lengan kanan
sampai keduanya sejajar tanpa miring ke bahu, tahan dan harus
tetap selaras dengan tulang belakang sepanjang gerakan. Turunkan
kaki dan lengan ke posisi awal dan ulangi dengan anggota tubuh
yang berlawanan.
Gambar 12. Latihan Bird Dog (Natmessnig, 2016)
28
c. Creepy Crawly Plank
Latihan ini dapat dilakukan oleh siapa saja, tapi sangat baik
bagi pelari karena membantu mengembangkan stabilitas dan
kekuatan untuk berjalan efisien. Creeply Crawly Plank
mempengaruhi otot abdominal, lower back and hip flexor. Cara
melakukan, posisi plank tinggi kuat dan tangan lurus selebar bahu
menekan tanah. Libatkan gluteus dan aktifkan core untuk menjaga
punggung lurus. Bahu dan punggung harus berada dalam garis
lurus. Bawa lutut kiri ke bagian luar siku kiri terlebih dahulu,
kemudian angkat lutut ke samping dengan mempertahankan sudut
900 dengan kaki, tahan kamudian kembali posisi awal dan beraih ke
sisi lain.
Gambar 13. Latihan Creepy Crawly Plank
(Natmessnig, 2016)
29
5. Tujuan dan Manfaat Static Core Exercise
Static Core Exercise dapat meningkatkan stabilitas postur yang
baik, sehingga mendukung efisiensi gerakan pada lengan dan tungkai
(ekstremitas). Ini berarti, seiring peningkatan kekuatan otot-otot inti juga
menghasilkan peningkatan pada anggota gerak. Melatih otot core juga
dapat mengoreksi ketidakseimbangan postur yang mana dapat
meningkatkan penampilan saat berjalan dan mencegah terjadinya cidera
(Seftian, 2014).
6. Pentingnya Static Core Exercise Bagi Pemain Futsal
Static core exercise dapat meningkatkan keseimbangan dan stabiitas
pada remaja, sehingga dalam melakukan aktifitas sehari-hari berjalan dengan
baik, karena semakin stabil tulang belakang akan semakin kecil
kemungkinan orang tersebut mengalami cidera. Latihan ini juga berperan
penting dalam memberikan kekuatan lokal dan mengontrol posisi dan gerak
dari trunk sampai pelvic yang digunakan untuk melakukan gerakan secara
optimal (Ahmadi, 2012).
Pada permainan futsal keseimbangan yang diperlukan merupakan
keseimbangan dinamis mencakup kemampuan improvisasi pergerakan
transisi secara tim dari pola meyerang bertahan atau bertahan menyerang.
karena jika hanya dilakukan secara monoton, maka kubu lawan akan
dengan mudah untuk mengantisipasinya, oleh karena itu static core
exercise sangat dibutukan bagi pemain futsal karena dapat meningkatkan
keseimbangan dan juga pencegahan cedera (Anwar, 2014).
30
C. Tinjauan Hubungan antara Static Core Exercise dengan Kesimbangan
Dinamis
Pada saat berdiri otot-otot leher, trunkus, panggul, ekstensor lutut, dan
plantar fleksor menjaga agar tubuh tetap tegak, bersamaan dengan hal itu
terjadi goyangan postural sebagai usaha otot-otot diatas untuk
mempertahankan stabilitas postur. Otot-otot tersebut disebut otot postural,
secara terus menerus menjaga agar pusat massa tubuh berada di dalam
landasan penunjang. Pusat massa tubuh didefenisikan sebagai titik dimana
jumlah gaya yang bekerja padanya sama dengan nol sehingga tubuh berada
dalam keseimbangan (Utami, 2014).
Static Core exercise secara efektif harus melibatkan otot-otot yang
meliputi abdominal muscles and back muscles (erector spine) dengan gerak
penguatan dan penguluran dan terjadi dalam 3 bidang gerak melibatkan
sistem otot, sistem sendi, sistem saraf. Otot-otot pelvic floor dan abdominal
diperlukan untuk meningkatkan tekanan pada perut yaitu Intra Abdominal
Pressure, untuk menopang trunk, menurunkan beban pada otot-otot spine,
dan meningkatkan stabilitas trunk. Tiap gerakan otot menimbulkan
perangsangan terhadap muscle spindle, golgi tendon organ, dan pacinian
copuscle. Kesadaran akan posisi sebagian bergantung pada impuls yang
datang dari alat indra dalam dan sekitar sendi. Integrasi visual, vestibular dan
proprioseptif yang memberi informasi ke sistem saraf pusat, kemudian sistem
neuromusculoskeletal sebagai efektor yang mengadaptasi secara cepat
prubahan posisi dan postur (Utami, 2014).
31
Kontraksi otot abdominal akan meningkatkan bracing dari lumbar
spine. M. rectus abdominalis dan m. oblique abdominal mengaktivasi pola
pada gerakan anggota gerak bawah, sekaligus memberikan postural support
sebelum anggota gerak bawah bergerak. Oleh karena itu, kontraksi yang
meningkatkan tekanan intra abdominal terjadi sebelum gerakan segmen yang
besar pada anggota gerak atas (Quinn, 2012). Sehingga static core exercise
dapat membentuk kekuatan otot-otot postural, hal ini akan meningkatkan
stabilitas pada trunk dan postur sehingga dapat meningkatkan keseimbangan.
Kerja otot yang sinergi berarti bahwa adanya respon yang tepat (kecepatan
dan kekuatan) suatu otot terhadap otot yang lainnya dalam melakukan fungsi
gerak tertentu (Nugroho, 2011).
Keseimbangan terbaik adalah ketika COM dan COG dipertahankan di
atas BOS. Aktifitas fisik olahraga adalah perubahan-perubahan fungsional
yang terjadi sebagai respon terhadap satu sesi olahraga dan adaptasi yang
terjadi akibat sesi olahraga yang berulang teratur. Olahraga sering
memerlukan koordinasi berkepanjangan di antara berbagai sistem tubuh,
termasuk sistem otot, tulang, saraf, sirkulasi, pernapasan, kemih, integumen
(kulit), dan endokrin (pembentuk hormon) (Sherwood, 2013). Dalam
melakukan olahraga futsal, seorang pemain tentu tidak terlepas dari risiko
cedera olahrga. Kontak langsung antara pemain telah menjadikan sepak
bola/futsal sebagai olahraga yang berisiko tinggi terhadap cedera.
Keseimbangan merupakan salah satu unsur-unsur kondisi fisik dalam
permaianan sepak bola/futsal. Terutama keseimbangan dinamis diperlukan
dalam pelaksanaan gerakan yang berlangsung cepat, seperti ketika
32
menghidari lawan, menendang jarak dekat maupun jarak jauh (Swandari,
dkk., 2015). Keseimbangan dinamis juga sangat diperlukan dalam melakukan
teknik-teknik bermain futsal untuk mendapatkan efektifitas serta efesiensi
dalam bermain futsal, diantaranya mengumpan (passing), menahan bola
(control), menggiring bola (dribbling), dan menembak (shooting) (Riyadi,
2013).
Peningkatan kemampuan kerja otot akibat latihan disebabkan oleh
perubahan fisiologis yang terjadi pada system neuromuscular berupa fungsi
dan cara kerja organ-organ tubuh mahkluk hidup (Anggriawan, 2015).
Latihan selain membangun kekuatan, juga dapat meningkatkan unsur-unsur
kondisi fisik yang lain. Jika latihan bertujuan mengembangkan salah satu
komponen biomotor misalkan kekuatan, maka latihan itu dapat berpengaruh
terhadap kemampuan biomotor lain, misalkan daya tahan otot, kecepatan, dan
eksplosive power. Kekuatan sudah digambrakan sebagai usaha maksimal
yang bisa dilakukan oleh otot atau kelompok otot untuk mengatasi sebuah
tahanan. Peningkatan kekuatan otot tergantung pada faktor yang dapat
disesuaikan dengan latihan, karena tekanan-tekanan tertentu, seperti latihan
kekuatan (weight training), benang-benang otot akan bekerja menjawabnya
dengan bekerja lebih efisien dan lebih responsif terhadap ransangan yang
datang dari pusat sususnan saraf. Pengendalian sistem saraf yang lebih efesien
berarti otot-otot menjadi lebih terkoordinir (Suharjana, 2013).
Aktivasi otot-otot core digunakan untuk menghasilkan rotasi spine.
Static core exercise dan kekuatan adalah komponen yang penting untuk
memaksimalkan efisiensi keseimbangan dan fungsi pada gerakan upper dan
33
lower ekstremitas. Penguatan core muscle akan memiliki efek pada tugas-
tugas yang mencakup gerak seluruh tubuh dan kontrol postural dinamis
(Susanto, 2014).
Kontrol postural dinamis berperan dalam tugas fungsional yang berguna
untuk gerakan fungsional, aktivitas dinamik menyebabkan COG berpindah
sebagai respon terhadap aktivitas neuromuscular. Kontrol dinamik penting
dalam banyak fungsi juga membutuhkan integrasi proprioseptif, kekuatan,
dan ROM, karena lingkup gerak sendi merupakan komponen penting
keseimbangan dimana kemampuan sendi untuk membantu gerak tubuh dan
mengarahkan gerakan terutama saat gerak yang memerlukan keseimbangan
yang tinggi (Nugroho, 2011). Seseorang yang mampu mengubah arah dari
posisi satu keposisi yang lainnya atau posisi yang berbeda dalam kondisi dan
kemampuan gerak yang baik berarti memiliki tingkat keseimbangan yang
cukup baik (Imaningsih, 2015).
34
D. Kerangka Teori
Bagan 14. Kerangka Teori
Kondisi Fisik
Keseimbangan Dinamis
Teknik dasar futsal: 1. Passing 2. Control 3. Dribbling 4. Shooting
Static Core Exercise
Aktivitas abdominal and back muscle
Kontraksi core muscle
Perubahan stabilitas postur
Sistem otot Sistem sendi Sistem saraf
Koordinasi intermuscular
↑ Bracing pada spine
Respon neuromuscular
↑ Proprioseprik ↑ Kekuatan otot ↑ Kontrol motorik
↑ Kontrol postural
↓ Resiko cedera Perubahan
keseimbangan dinamis
Perubahan fisiologi sistem neuromuscular
Integrasi sistem visual, sistem vestibular, sistem proprioseptik
↑ Kerjasama antara
grup otot yang
berbeda
35
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS
A. Kerangka Konsep
Variabel Independen Variabel Antara Variabel Dependen
Variabel Kontrol Variabel Perancu
Bagan 15. Kerangka Konsep
B. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan pertanyaan penelitian pada rumusan masalah, maka dapat
diajukan hipotesis penelitian sebagai berikut:
1. Terdapat perubahan nilai keseimbangan dinamis anatara sebelum dan
setelah diberikan static core exercise pada pemain futsal ekstrakurikuler
futsal SMA Negeri 2 Jeneponto.
2. Ada pengaruh pemberian static core exercise terhadap perubahan
keseimbangan dinamis pada pemain futsal ekstrakurikuler futsal SMA
Negeri 2 Jeneponto.
1. Perubahan stabilitas
Postur 2. Perubahan koordinasi
neuromuscular 3. Respon neuromuscular
Perubahan Keseimbangan
Dinamis Static Core Exercise
1. Aktivitas fisik
2. Psikologis 3. Makanan
4. Usia
5. IMT
6. Jenis kelamin
7. Gangguan vestibular,
visual dan proprioseptik
36
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian eksperimental jenis pre-experimental,
dengan rancangan one group pre-test post-test design. Rancangan ini
digunakan dengan maksud untuk mengetahui perubahan keseimbangan
dinamis setelah pemberian static core exercise. Adapun desain penelitian ini
digambarkan sebagai berikut:
T1 X T2
Bagan 16. One group Pre-test Post-test design
Keterangan:
T1 = Pre-test keseimbangan dinamis
X = Pemberian static core exercise
T2 = Post-test keseimbangan dinamis
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan di SMA Negeri 2 Jeneponto.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini telah berlangsung pada tanggal 10 April sampai
dengan 04 Mei 2018.
T1 X T2
37
A. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anggota futsal pada
ekstrakurikuler futsal SMA Negeri 2 Jeneponto berjumlah 25 orang.
2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini diperoleh sebanyak 23 responden
yang berasal dari jumlah populasi yang dipilih menggunakan formula
teknik purposive sampling dan memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi
yang ada sebagai berikut:
a. Kriteria Inklusi
1) Anggota futsal yang mengikuti ekstrakurikuler futsal SMA
Negeri 2 Jeneponto dan aktif mengikuti latihan
2) Jenis kelamin laki-laki
3) Usia 15-17 tahun
4) Bersedia menjadi responden penelitian dengan menandatangani
informed consent
b. Kriteria Ekslusi
Seluruh kriteria eksklusi dapat dibuktikan melalui hasil
wawancara dengan responden.
1) Memiliki riwayat cedera seperti fraktur pada area lumbal
2) Memiliki gangguan vestibular
3) Memiliki gangguan visual
38
n =
pada penelitian ini, jumlah sampel minimum yang peneliti gunakan
dengan menggunakan rumus slovin sebagai berikut:
�
1 + � � ²
Keterangan:
n = Jumlah sampel
N = Jumlah populasi
e = Batas toleransi kesalahan
nilai e = 0,1 (10%) untuk populasi dalam jumlah besar
nilai e = 0,2 (20%) untuk populasi dalam jumlah kecil
Berdasarkan rumus tersebut, maka jumlah sampel pada
penelitian ini adalah sebagai berikut:
25 n =
(1+(25 x 0,2 x 0,2))
n = 13
Jadi besar sampel minimal yang diperlukan adalah 13 orang, dan
pada penelitian ini sampel berjumlah 23 orang yang artinya memenuhi
syarat penelitian karena lebih dari sampel minimal.
39
B. Alur Penelitian
Bagan 17. Alur Penelitian
C. Variabel Penelitian
1. Identifikasi variabel
Variabel penelitian ini terdiri dari 2 variabel, yaitu: independen dan
dependen, serta 2 variabel antara yaitu: stabilitas dan koordinasi :
a. Variabel independen dalam penelitian ini adalah Static Core Exercise
b. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah perubahan
keseimbangan dinamis
c. Variabel antara dalam penelitian ini adalah stabilitas dan koordinasi
2. Definisi operasional variabel
a. Static Core Exercise adalah salah satu teknik latihan dari core exercise
yang difokuskan pada core muscle untuk memperkuat dan
menstabilkan spine dengan kontraksi otot isometrik. Latihan dilakukan
Studi Pendahuluan
Memilih & Merumuskan
Masalah
Izin Penelitian
Observasi Masalah
Pengambilan data awal
Penentuan Populai &
Sampel
Menyusun Instrumen
Pretest (One Foot Standing
Balancing)
Memberikan Perlakuan
(Static Core Exercise)
Posttest (One Foot
Standing Balancing)
Pengolahan
& Analisis
data
Laporan
Penelitian
40
selama 4 minggu dengan 3 kali latihan tiap 1 minggu dengan 10 kali
repetisi dan 5 detik kontraksi tiap sisi. Dalam latihan ini diberikan 3
bentuk Exercise, yaitu: Supine Single Leg Marching, Bird Dog, dan
Creepy Crawly Plank. Berikut metode dan dosis latihannya:
(F) Frekuensi : 3 kali/minggu (4 minggu)
(I) Intensitas : 1 set kali 10 repetisi tiap sisi (kaki kanan dan
kaki kiri), tahan selama 5 detik
(T) Teknik : Supine Single Leg Marching, Bird Dog &
Creepy Crawly Plank
(T) Time : 5 menit
b. Perubahan keseimbangan dinamis adalah kemampuan tubuh untuk
mengontrol dan mempertahankan posisi dalam keadaan bergerak agar
tubuh tetap berada dalam bidang tumpuan. Keseimbangan dinamis
dapat diukur dengan menggunakan One Foot Standing Balance Test.
Hasil dari pengukuran akan dibandingkan, sebelum dan sesudah
perlakuan. Berikut kriteria objektif untuk laki-laki (Halim, 2011) :
1) Sangat bagus : ≥ 17 detik
2) Bagus : 11 – 16 detik
3) Sedang : 5 – 10 detik
4) Kurang : 3 – 4 detik
5) Sangat kurang : 1- 2 detik
c. Perubahan stabilitas dan koordinasi adalah kemampuan dalam
menstabilkan gerakan tubuh dari dinamis ke statis melalui
kemampuan koordinasi sebagai komponen dasar dalam keterampilan
41
motorik yang akan terganggu apabila keseimbangan antara fungsi otot
berkurang. Pemeriksaan tingkat stabilitas diukur menggunakan
bridging exercise yang dinilai berdasarkan satuan menit dan
koordinasi diukur menggunakan soccer wall volley test yang dinilai
berdasarkan jumlah sepakan atau tendangan. Sebelum diberikan static
core exercise, terlebih dahulu sampel diukur kemampuan stabilitas
dan koordinasinya untuk mengetahui nilai pre test, kemudian setelah
diberikan 12 kali static core exercise maka sampel akan diukur
stabilitas dan koordinasinya kembali untuk menilai post test dari
sampel itu sendiri untuk mengetahui perbedaan skor pada pre test dan
post tes. Adapun kriteria objektifnya:
Meningkat : hasil nilai post-test lebih besar dari hasil nilai pre-test
Menetap : hasil nilai post-test sama dengan hasil nilai pre-test
Menurun : hasil nilai post-test lebih kecil dari hasil nilai pre-test
D. Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilakukan melalui empat tahapan yaitu:
1. Tahap Persiapan:
a. Mengurus surat izin penelitian
b. Peneliti membuat surat persetujuan dan harus ditandatangani subyek,
yang isinya bahwa subyek bersedia menjadi sampel penelitian ini
sampai dengan selesai.
c. Melakukan sosialisasi tentang yang akan dilaksanakan kepada subyek
dan instansi penelitian.
d. Menyiapkan instrumen penelitian
42
2. Tahap pre-test:
a. Instrumen Pengukuran
1) Ruangan yang rata
2) Balance board
3) Stop watch
4) Alat tulis
b. Prosedur Pengukuran
1) Peserta tes mengatur balance board yang diletakkan di atas
permukaan lantai yang rata dan meletakkan kaki yang diinginkan di
tengah balance board.
2) Perlahan-lahan mengangkat kaki yang lain dari lantai, Pertahankan
sikap keseimbangan di atas balance board selama mungkin.
3) Waktu mulai dihitung (stop watch dijalankan) pada saat kaki
meninggalkan lantai, stop watch dihentikan apabila kaki peserta tes
menyentuh lantai atau tidak dapat mempertahankan keseimbangan
tubuhnya, kesempatan diberikan sebanyak 3 kali.
4) Waktu terbaik 3 kali kesempatan yang diukur berdasarkan detik
dicatat sebagai hasil akhir peserta tes. Hasil yang diperoleh
kemudian dikonversikan dalam kriteria objektif dari keseimbangan
dinamis sebagai distribusi dari penilaian pengukuran. Adapun
kriteria objektif keseimbangan laki-laki (Halim, 2011):
a) Sangat bagus : ≥ 17 detik
b) Bagus : 11 – 16 detik
c) Sedang : 5 – 10 detik
43
d) Kurang : 3 – 4 detik
e) Sangat kurang : 1- 2 detik
3. Tahap Pemberian Static Core Exercise:
a. Instrumen Latihan
1) Ruangan yang rata
2) Stop watch
3) Alat tulis
b. Prosedur Static Core Exercise
1) Mempersiapkan lapangan, termasuk kebersihannya
2) Menjelaskan tentang manfaat latihan static core exercise
3) Memberikan contoh kepada pemain gerakan-gerakan static core
exercise kemudian pemain diinstruksikan untuk melakukan gerakan
tersebut.
Adapun dosis latihan static core exercise adalah:
(F) Frekuensi : 3 kali/minggu (4 minggu)
(I) Intensitas : 1 set kali 10 repetisi tiap sisi (kaki kanan dan kaki
kiri), tahan selama 5 detik
(T) Teknik : Supine Single Leg Marching, Bird Dog & Creepy
Crawly Plank
(T) Time : 5 menit
4. Tahap Post-test:
Post-test dilakukan setelah pemberian static core exercise. Adapun
instrumen yang dibutuhkan dan prosedur pelaksanaanya sama seperti
pada tahap pre-tes. Dari post-test ini, akan didapatkan hasil yang akan
44
dibandingkan dengan hasil pre-test untuk membuktikan adanya
perubahan keseimbangan dinamis yang terjadi pada peserta tes dalam
waktu yang berbeda.
E. Rencana Pengolahan dan Analisis Data
1. Analisis Deskriptif
Untuk mengetahui karakteristik data dengan cara mendeskripsikan
atau menggambarkan data hasil penelitian secara tunggal. Analisis
deskriptif meliputi median, modus, tabel distribusi frekuensi dan
persentase, diagram. Data yang digunakan dalam penelitian ini
merupakan data primer yaitu hasil pengukuran nilai keseimbangan
dinamis.
2. Analisis Inferensial
Sebelum diolah, data yang dikumpulkan diuji normalitas data
menggunakan uji Shapiro Wilk Test. Setelah diketahui sebaran data
pretest dan posttest yang berdistribusi normal, maka akan digunakan uji
T berpasangan dan apabila distribusi data tidak normal maka digunakan
uji Wilcoxon. Sedangkan untuk mengetahui hubungan static core
exercisec terhadap perubahan keseimbangan dinamis, maka dilakukan uji
korelasi Pearson bila salah satu variabel berdistribusi normal. Jika hasil
transformasi data tidak normal digunakan uji korelasi Spearmen. Semua
uji statistik dengan bantuan komputer menggunakan software SPSS.
45
F. Masalah Etika
1. Informend Consent
Lembar persetujuan akan diberikan kepada responden. Jika
sampel bersedia menjadi responden, maka harus menandatangani
lembar persetujuan dan sampel yang menolak tidak akan dipaksa dan
tetap menghormati haknya.
2. Anonimity
Menjaga kerahasiaan, peneliti tidak akan mencantumkan nama
responden, tetapi hanya memberi kode tertentu pada setiap responden.
3. Confidentiality
Kerahasiaan informasi yang diberikan oleh responden dijamin oleh
peneliti dan hanya sekelompok data yang dilaporkan dalam
hasil penelitian.
46
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di lapangan futsal SMA Negeri 2 Jeneponto
pada tanggal 10 April sampai dengan 4 Mei 2018, populasi penelitian
sebanyak 25 orang dari seluruh anggota ekstrakurikuler futsal. Berdasarkan
populasi tersebut, diperoleh jumlah sampel sebanyak 23 orang responden
yang sesuai dengan kriteria inklusi yang ditentukan oleh peneliti. Penelitian
ini dimulai dengan observasi dan penentuan sampel untuk dilibatkan ke
dalam penelitian. Sebelum dilakukan penelitian, peneliti menginformasikan
tujuan penelitian untuk memperoleh persetujuan sampel. Setelah dilakukan
pengisian informed concent, maka pada responden dilakukan pengukuran
awal berupa pengukuran tinggi badan, berat badan, nilai keseimbangan
dinamis, stabilitas, dan koordinasi. Adapun gambaran umum tentang
responden akan disajikan sebagai berikut:
1. Karakteristik Responden
Tabel 2. Karakteristik Sampel Penelitian
Karakteristik
Sampel n (%)
Umur
15 tahun
16 tahun
17 tahun
3
13
7
13,0
56,5
30,4
Total 23 100,0
IMT
Underweight (<18,5)
Normal (18,5-24,9)
Overweight (25,0-29,9)
2
20
1
8,7
87,0
4,3
Total 23 100,0
Sumber: Data Primer, 2018
47
Tabel 2 data karakteristik sampel penelitian yang diperoleh adalah
umur dan IMT. Berdasarkan umur, sampel dibagi menjadi beberapa
kelompok umur yaitu 15 tahun, 16 tahun, dan 17 tahun. Distribusi sampel
pada umur 15 tahun berjumlah 3 orang (13%), kemudian untuk umur 16
tahun merupakan jumlah terbanyak yaitu sebanyak 13 orang (56,5%), dan
umur 17 tahun sejumlah 7 orang (30,4%).
Berdasarkan karakteristik sampel menurut IMT menunjukkan bahwa
pada kategori underweight (kurus) sebanyak 2 orang (8,7%), kemudian
untuk kategori normal sebanyak 20 orang (87%), dan kategori overweight
(kegemukan) sebanyak 1 orang (4,3%).
Tabel 3. Distribusi Pengukuran Stabilitas Terhadap Pemberian Static Core Exercise
Variabel Antara Kategori Perubahan n
Stabilitas
Meningkat
Tetap
Menurun
23
0
0
Total 23
n = frekuensi Sumber : Data Primer, 2018
Tabel 3 menunjukkan bahwa distribusi hasil pengukuran stabilitas
setelah pemberian static core exercise. Dimana seluruh sampel berada
pada kategori meningkat dengan berjumlah 23 orang. Hal ini menunjukkan
bahwa pemberian static core exercise dapat meningkatkan stabilitas pada
anggota ekstrakurikuler futsal SMA Negeri 2 Jeneponto dengan adanya
peningkatan stabilitas dari keseluruhan sampel, sehingga dapat
disimpulkan terdapat peningkatan stabilitas setelah pemberian 12 kali
static core exercise.
48
Tabel 4. Distribusi Pengukuran Koordinasi Terhadap Pemberian Static Core Exercise
Variabel Antara Kategori Perubahan n
Koordinasi
Meningkat
Tetap
Menurun
9
10
4
Total 23
n = frekuensi Sumber : Data Primer, 2018
Tabel 4 menunjukkan bahwa distribusi hasil pengukuran koordinasi
setelah pemberian static core exercise. Pada kategori meningkat berjumlah
9 orang, kategori menetap berjumlah 10 orang, dan kategori menurun
berjumlah 4 orang. Hal ini memunjukkan bahwa pemberian 12 kali static
core exercise tidak memberikan peningkatan kepada seluruh jumlah
sampel, sehingga dapat disimpulkan bahwa setelah pemberian static core
exercise tidak memberikan pengaruh terhadap peningkatan koordinasi.
1. Distribusi Perubahan Nilai Keseimbangan Dinamis Sebelum dan
Setelah Pemberian Static Core Exercise Tabel 5. Distribusi Kategori Perubahan Keseimbangan Dinamis
Kategori
Pre-Test Post-Test
n (%) n (%)
Sangat Bagus
Bagus
Sedang
Kurang
Sangat Kurang
1 (4,3)
5 (21,7)
9 (39,1)
5 (21,7)
3 (13,0)
21 (91,3)
2 (8,7)
0 (0)
0 (0)
0 (0)
Total 23 (100) 23 (100)
n = frekuensi; (%) = persentase Sumber : Data Primer, 2018
Tabel 5 menunjukkan bahwa keseimbangan dinamis sebelum dan
sesudah diberikan pemberian static core exercise. Pada pre test terdapat 1
orang (4,3%) yang hasilnya berada pada kategori sangat bagus untuk
keseimbangan dinamisnya, pada kategori bagus terdapat 5 orang (21,7%),
49
kategori sedang terdapat 9 orang (39,1%), kategori kurang 5 orang
(21,7%), dan kategori sangat kurang terdapat 3 orang (13%). Sedangkan
pada post test, terdapat 21 orang (91,3%) hasilnya berada pada kategori
sangat bagus, dan pada kategori bagus, terdapat 2 orang (8,7%).
Gambar 18. Distribusi Nilai Keseimbangan Dinamis
Gambar 18 berupa distribusi nilai dari keseimbangan dinamis
dengan menggunakan balance board. Pada grafik merupakan nilai post
test keseimbangan dinamis tiap minggu setelah pemeberian static core
exercise. Gambar menunjukkan bahwa post test pada 23 sampel terdapat
perubahan yang signifikan dalam pengukuran tiap minggu. Perubahan
yang dimaksud adalah peningkatan nilai keseimbangan dinamis dengan
area grafik yang tiap minggunya semakin besar yang sesuai dengan jenis
pengukuran balance board dimana semakin besar nilai keseimbangan
dinamis maka semakin bagus.
50
2. Pengaruh Pemberian Static Core Exercise Terhadap Perubahan
Keseimbangan Dinamis
Tabel 6. Uji Homogenitas
Variabel Levene’s Test Sig. (P) Keterangan
Keseimbangan
dinamis 1,967 0,175 Homogen
Sumber : Data Primer, 2018
Tabel 6 Hasil uji homogenitas diketahui bahwa perolehan data
variabel terikat yaitu keseimbangan dinamis memiliki varians data yang
homogen. Hal tersebut bisa dilihat dari nilai signifikansi dari data lebih
besar dari taraf signifikansi 0,175 (p>0.05). Sehingga dapat disimpulkan
bahwa populasi dari varians yang sama atau homogen.
Tabel 7. Uji Normalitas dan Uji T Berpasangan (paried sample t-test)
SD= Standar deviasi; r= Nilai selisih Sumber : Data Primer, 2018
Tabel 7 Setelah diketahui sebaran data pre test dan post test
keseimbangan dinamis yang berdistribusi normal dengan uji normalitas
menggunakan Shapiro-Wilk, diperoleh hasil pre test sebesar P=0,224
(p>0,05) dan post test sebesar P=0,365 (p>0,05) sehingga dapat
disimpulkan bahwa data tersebut berdistribusi normal.
Perubahan
Keseimbangan
Dinamis
Mean SD Uji Normalitas r
Uji t
Pre Test 8,00 5,196 0,224 15,696 0,000
Post Test 23,70 5,138 0,365
51
Melihat hasil uji normalitas kedua data diatas, maka dilakukan
menggunakan uji statistik parametrik yaitu uji t berpasangan (paired
sample t-test) untuk mengetahui apakah ada pengaruh pemberian static
core exercise terhadap perubahan keseimbangan dinamis.
Hasil uji t berpasangan menunjukkan bahwa rata-rata sebelum
diberikan latihan static core exercise adalah 8,00 dan setelah diberikan
latihan static core exercises adalah 23,70 dengan nilai selisih sebesar
15,696. Diperoleh nilai signifikan p=0,001 (p<0,05), dimana hal ini berarti
hipotesis penelitian dapat diterima dan dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang bermakna sebelum dan
sesudah diberikan static core exercise.
Selanjutnya dilakukan uji korelasi untuk mengetahui hubungan
antara keseimbangan dinamis dengan stabilitas dan koordinasi terhadap
pemberian static core exercises sebelum terjadi peningkatan keseimbangan
dinamis. Dimana data berdistribusi normal, maka digunakan uji korelasi
pearson sebagai berikut.
Tabel 8. Uji Korelasi Pearson
Stabilitas Koordinasi
Perubahan Keseimbangan Dinamis
r 0,653 0,102
p
0,001 0,644
n 23 23
r= nilai koefisien korelasi; p= nilai signifikan korelasi; n= total sampel Sumber : Data Primer, 2018
Tabel 8 uji korealasi pearson, dimana menunjukkan bahwa terdapat
korelasi antara keseimbangan dinamis dengan stabilitas diperoleh nilai
p= 0,001 (p<0,05) yang menunjukkan ada korelasi yang bermakna. Nilai
52
koefisien korelasi sebesar r= 0,653 menunjukkan bahwa hubungan antara
keseimbangan dinamis dengan stabilitas searah yang mengindikasikan
memiliki korelasi yang kuat. Sedangkan nilai signifikan korelasi
koordinasi diperoleh p= 0,644 (p>0,05) dengan nilai r= 0,102 yang
menunjukkan tidak ada korelasi yang bermakna antara keseimbangan
dinamis dengan koordinasi..
B. Pembahasan
1. Karakteristik Responden
a. Karakteristik Umur dan IMT
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui adanya pengaruh
pemberian static core exercise terhadap perubahan keseimbangan
dinamis pada pemain futsal ekstrakurikuler futsal SMA Negeri 2
Jeneponto. Data pada penelitian ini merupakan data primer dengan
memperoleh data langsung dari sampel. Berdasarkan kriteria inklusi
yang ditetapkan, maka sampel dalam penelitian ini berjumlah 23 orang
dari keseluruhan populasi.
Hasil analisis Tabel 2 menunjukkan bahwa rata-rata sampel dalam
penelitian ini berada pada umur 16 tahun yaitu sebanyak 13 orang (56,5
%). Hal ini dikarenakan, pada umur tersebut merupakan masa siswa
SMA yang aktif mengikuti kegiatan keolahragaan (youth atlet) dimana
usianya berkisar 15-17 tahun karena usia remaja 15-20 tahun kebutuhan
energi dan protein meningkat untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhan
cepat yang disebabkan proses masa pubertas (Lesmana, 2012). Fungsi
organ-organ keseimbangan mulai mengalami penurunan seiring dengan
53
pertambahan usia, sehingga pada usia remaja 15-20 tahun
perkembangan keseimbngan meningkat dengan baik (Syam, 2015).
Pada karakteristik IMT diperoleh hasil bahwa dari hasil penelitian
ini rata-rata sampel memiliki IMT normal yaitu sebanyak 20 orang
(87,0 %). Hal ini terjadi karena sampel usia remaja yang sebagai
anggota ekstrakurikuler futsal yang merupakan kelompok olahraga
yang mana terpenuhinya kebutuhan energi dan protein ditandai dengan
berat badan dan tinggi badan yang normal (Lesmana, 2012). Orang
yang memiliki IMT obesitas berhubungan dengan dampak buruk
terhadap performa atlet pada salah satu tes yaitu keseimbangan (Syam,
2015).
b. Perubahan Hasil Stabilitas dan Koordinasi Setelah Pemberian
Static Core Exercise
Pemeriksaan tingkat stabilitas diukur menggunakan bridging test
dan koordinasi diukur menggunakan soccer wall volley test. Sebelum
diberikan static core exercise, terlebih dahulu sampel diukur
kemampuan stabilitas dan koordinasinya kemudian setelah diberikan 12
kali static core exercise sampel kembali diukur stabilitas dan
koordinasinya. Hasil pengukuran stabilitas dari keseluruhan jumlah
sampel yaitu 23 orang memiliki tingkat stabilitas yang meningkat.
Sedangkan hasil pengukuran koordinasi dari 23 sampel, rata-rata
tingkat koordinasinya menetap yaitu sebanyak 10 orang.
54
Trunkus berperan penting dalam mempertahankan postur yang
stabil melawan gravitasi, sehingga dapat memberikan kestabilan pada
bagian proksimal dari ekstremitas dan tulang belakang (Kim J.H. et
al.,2013). Latihan static core akan meningkatkan kekuatan otot-otot
stabilisator trunkus seperti otot multifidus, erector spine, dan abdominal
(transversus, rektus, dan obliques). Hal ini sejalan dengan penelitian
Paulina E.W. et al., latihan static core 3 kali seminggu sebanyak 12
kali perlakuan dapat memperbaiki stabilitas trunkus dan keseimbangan.
Menurut hasil penelitian Amran Hadi, 2006 (Nazzala, 2016) yang
berjudul ”Hubungan Kelincahan, Koordinasi, Keseimbangan, dan
Kelentukan terhadap Keterampilan Shooting.” Sampel yang digunakan
ialah pemain sepakbola UKM UGM sebanyak 35 orang. Hasil
penelitian menunjukkan sumbangan koordinasi sebesar 18,352 %.
Pemain futsal yang mempunyai koordinasi tubuh yang baik akan lebih
mudah dalam melakukan tiap gerakan baik dengan bola maupun tanpa
bola.
Berdasarkan uraian di atas bahwa koordinasi dalam futsal
merupakan kemampuan seorang pemain futsal dalam melakukan
gerakan yang kompleks, pada tingkat kesulitan tertentu dengan cepat
dan efisien. Contohnya, ketika melakukan menendang bola pada
gawang, koordinasi kaki menunjang keseimbangan tubuh sangat
diperlukan agar tendangan tersebut dapat dilakukan dengan baik dan
dihasilkan ke arah gawang. Koordinasi yang dimaksud adalah gerakan
teknik yang baik, seperti koordinasi teknik menendang yang baik,
55
antara posisi kaki, perkenaan kaki dengan bola, tumpuan kaki, posisi
badan, dan lain sebagainya (Nazzala, 2016).
2. Perubahan Hasil Pre Test dan Post Test Keseimbangan Dinamis
Pemeriksaan tingkat keseimbangan dinamis diukur menggunakan
balance board yang dinilai berdasarkan detik dengan 3 kali kesempatan
tes. Waktu terbaik dari 3 kali kesempatan yang diukur adalah sebagai hasil
akhir tes. Sebelum diberikan static core exercise, terlebih dahulu sampel
diukur tingkat keseimbangan dinamisnya untuk menilai pre test dari
sampel tersebut dengan hasil dari total 23 sampel, rata-rata sampel dalam
penelitian ini 9 orang memiliki kategori sedang jika diukur dengan nilai
maka memiliki nilai keseimbangan dinamis 5-10. Hal ini disebabkan
pemain futsal belum pernah melakukan latihan static core exercise yang
dapat mempengaruhi otot core dan mengontrol keseimbangan khususnya
keseimbangan dinamis bagi pemain futsal selama pertandingan maupun
latihan.
Setelah data pre test didapatkan, maka dilanjutkan dengan pemberian
static core exercise kepada semua sampel sebanyak 12 kali perlakuan,
kemudian setelah diberikan perlakuan, maka sampel diukur kembali
tingkat keseimbangannya untuk menilai post test dari sampel itu sendiri.
Rata-rata hasil yang diperoleh, 21 orang memiliki kategori sangat bagus
dengan nilai ≥17. Jika dibandingkan hasil pemeriksaan tingkat
keseimbangan dinamis sebelum dan setelah 12 kali perlakuan maka
diperoleh adanya perbedaan yang signifikan antara pre test dan post test
untuk pemberian static core exercise.
56
Selain itu, bisa juga dilihat dari grafik nilai post test keseimbangan
dinamis tiap minggunya yang menunjukkan bahwa area grafik pada
minggu keempat yang paling besar dari area grafik pada minggu pertama
sampai ketiga. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar nilai
keseimbangan dinamis maka tingkat keseimbangannya juga semakin
bagus, sehingga terdapat perubahan yang bermakna pada tiap minggunya
setelah diberikan static core exercise.
Peningkatan nilai keseimbangan dinamis disebabkan karena latihan
core itu sendiri mampu meningkatkan kekuatan, daya tahan, dan kontrol
saraf pada daerah tulang belakang dan daerah abdominal, sehingga otot-
otot ekstremitas atas dapat meningkat dengan melatih otot core. Latihan
ini juga efektif dalam menjaga keseimbangan tubuh saat melakukan
berbagai gerakan dinamis (Khamooshi et al., 2016).
Peningkatan keseimbangan dinamis dapat terjadi karena saat
diberikan static core exercise akan terjadi respon kontrol motorik
kompleks yang melibatkan deteksi dan integrasi informasi sensorik untuk
menilai posisi dan gerakan tubuh dalam ruang dan pelaksanaan respon
muskuloskeletal yang sesuai untuk mengontrol posisi tubuh. Integrasi
sensorimotor penting untuk menghubungkan sensasi ke respon motor serta
untuk adaptasi dan antisipasi, strategi motorik untuk merencanakan,
memprogram, dan mengeksekusi respon keseimbangan (Kisner dan Colby,
2014).
57
3. Pengaruh Static Core Exercise terhadap Perubahan Keseimbangan
Dinamis
Hasil dari static core exercise, dilakukan uji t berpasangan untuk
menilai apakah ada perbedaan yang berarti dari pemberian static core
exercise terhadap perubahan keseimbangan dinamis. Pada hasil tes
diperoleh nilai selisih perubahan keseimbangan dinamis dari pre test ke
post test sebesar 15,70 dengan nilai p = 0,001 (p<0,05) yang berarti
hipotesis yang diajukan peneliti diterima dan mengindikasikan bahwa ada
pengaruh yang bermakna dari static core exercise terhadap perubahan
keseimbangan dinamis.
Selain itu, bisa juga dilihat dari hasil uji korelasi untuk mengetahui
hubungan antara keseimbangan dinamis dengan stabilitas dan koordinasi
terhadap pemberian static core exercises. Diperoleh nilai stabilitas p=
0,001 (p<0,05) yang menunjukkan ada korelasi yang bermakna antara
keseimbangan dinamis terhadap stabilitas dengan nilai r= 0,653 yang
mengindikasikan nilai korelasi kuat. Sedangkan diperoleh nilai koordinasi
p= 0,644 (p>0,05) dengan nilai r= 0,102 yang menunjukkan tidak ada
korelasi yang bermakna antara keseimbangan dinamis dengan koordinasi.
Oleh karenanya dapat disimpulkan bahwa setelah 12 kali perlakuan static
core exercise ada korelasi yang signifikan antara stabilitas dengan
keseimbangan dinamis.
Peningkatan keseimbangan dinamis setelah sampel diberikan 12 kali
perlakuan terjadi karena static core exercise merupakan suatu latihan yang
memberikan keseimbangan dinamis untuk memaksimalkan aktivitas secara
58
efisien. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Berbudi
(2015) terhadap 14 responden yang menunjukkan perubahan signifikan
terhadap peningkatkan nilai keseimbangan pada pre dan post test 14,32
dengan nilai p= 0,0001 (p<0,05).
Secara fisiologis dari latihan core stability yaitu terhadap otot-otot
core, memberikan manfaat terhadap kestabilan dan peningkatan komponen
sensorik dan motorik yang terkait dengan sistem tulang belakang agar
dapat bekerja secara optimal. Hal ini sejalan dengan teori dari hasil
penelitian yang dilakukan Suadnyana (2015) yaitu latihan untuk
keseimbangan dapat menimbulkan adanya kontraksi otot. Ketika otot
berkontraksi, sintesa protein kontraktil otot berlangsung jauh lebih cepat
dari penghancurannya sehingga menghasilkan filamen aktin dan miosin
yang bertambah banyak secara progresif dalam miofibril, sehingga akan
memecah di dalam setiap serat otot untuk membentuk miofibril baru.
Peningkatan jumlah miofibril akan menyebabkan serat otot menjadi
hipertropi yang meningkatkan komponen sistem metabolisme fosfagen,
termasuk ATP dan fosfokreatin. Hal ini mengakibatkan peningkatan
kemampuan sistem metabolik aerob dan anaerob yang dapat meningkatkan
energi dan kekuatan otot. Peningkatan kekuatan otot inilah yang membuat
anggota futsal semakin kuat dalam menopang tubuh serta melakukan
gerakan (Guyton, 2014).
Prinsip latihan core exercise adalah mengaktifkan kerja core muscle
(deep muscle and superficial mascle) dari individu anggota futsal.
Teraktifasinya core muscle ini akan meningkatkan stabilitas tulang
59
belakang karena dapat meningkatkan tekanan intra abdominal dan hal
tersebut yang membentuk abdominal brace yang akan meningkatkan
stabilitas dari tulang belakang. Peningkatan aktivitas dan co-aktivitas
antagonis otot trunk dapat meningkatkan kontrol tulang belakang pada
individu anggota futsal. Hal tersebut mendorong pemeliharaan dari posisi
lumbopelvic agar tetap stabil. Pemberian latihan berupa static core
exercise yang dilakukan dengan benar dapat memberikan peningkatan
kekuatan otot yang mengalami kelemahan sekaligus dapat mengurangi
rasa nyeri dan meningkatkan aktivitas fungsional. Keseimbangan dinamis
yang baik lebih diperlukan pada pemain futsal sebagai mobilitas ketika
bermain futsal, karena permasalahan pada keseimbangan dinamis pada
pemain futsal adalah berkurangnya stabilitas pada punggung bawah
(Pramita, 2015).
Static core exercise juga memiliki pengaruh pada orang normal,
bukan hanya pada orang sakit seperti penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Zulvikar (2016) yang menunjukkan bahwa terdapat
hubungan core stability statis yang mempengaruhi keseimbangan dan
pemulihan gerak setelah stroke.
60
C. Keterbatasan Penelitian
Dalam melakukan penelitian maupun saat menulis laporan akhir dari
penelitian ini, terdapat beberapa keterbatasan yang menjadi kelemahan dari
penelitian yang dilakukan ini, keterbatasan yang dimaksud antara lain :
1. Pada saat penelitian, sulitnya di kontrol kehadiran sampel secara
bersamaan, sehingga sampel yang tidak mengikuti exercise sesuai jadwal
latihan pada sore hari maka diberikan perlakuan pada jam sekolah
dikeesokan hari setelah jadwal latihan.
2. Area lokasi exercise kurang nyaman, sehingga mempengaruhi kondisi
sampel ketika diberikan perlakuan.
61
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan tujuan dan hasil penelitian mengenai pengaruh pemberian
static core exercise terhadap perubahan keseimbangan dinamis pada pemain
futsal ekstrakurikuler futsal SMA Negeri 2 Jeneponto maka dapat
disimpulkan sebagai berikut.
1. Terdapat perubahan nilai keseimbangan dinamis sebelum diberikan static
core exercise pada pemain futsal ekstrakurikuler futsal SMA Negeri 2
Jeneponto dengan nilai mean 8,00, standar deviasi 5,196, dan nilai uji
normalitas 0,224 (P>0,05).
2. Terdapat perubahan nilai keseimbangan dinamis setalah diberikan static
core exercise pada pemain futsal ekstrakurikuler futsal SMA Negeri 2
Jeneponto dengan nilai mean 23,70, standar deviasi 5,138, dan nilai uji
normalitas 0,365 (P>0,05).
3. Ada pengaruh pemberian pemberian static core exercise terhadap
perubahan keseimbangan dinamis pada pemain futsal ekstrakurikuler
futsal SMA Negeri 2 Jeneponto dengan nilai uji t = 0,000 (P < 0,005).
62
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka disarankan
beberapa hal sebagai berikut:
1. Disarankan hasil dari penelitian ini dapat menjadi masukan yang positif
bagi pihak ekstrakulikuler futsal SMA Negeri 2 Jeneponto dan menjadi
referensi dari pihak terkait untuk menggunakan hasil penelitian ini, sebagai
pengetahuan betapa pentingnya core exercise dalam olahraga, seperti
static core exercise yang dapat meningkatkan keseimbangan dinamis.
2. Bagi peneliti lanjutan serupa, dilakukan dengan jumlah sampel yang lebih
banyak dan homogen, sebagai contoh klub olahraga pada sebuah sekolah
asrama yang notabene memiliki aktivitas dan pola hidup yang hampir
homogen keseluruhan.
3. Disarankan bagi anggota futsal SMA Negeri 2 Jeneponto untuk lebih
sering melakukan static core exercise di rumah untuk menunjang
tercapainya hasil yang maksimal.
63
DAFTAR PUSTAKA
Adam, larcom. 2013. The Effects Of Balance Training On Dynamic Balance Capabilities In The Elite Australian Rules Footballer. Research Thesis Presented To School Of Sport And Exercise Science, Victoria University.
Ahmadi, R., Hasan, D., dan Hosin, B. A. 2012. The effect of 6 weeks core stabilization training program on the balance in mentally retarded students. International Journal of Sport Studies. Vol., 2 (10), 496-501.
Ajis, Ilman. 2014. Kontribusi Kelentukan Pinggang, Kelincahan, dan Kecepatan (speed) terhadap keterampilan Dribbling pada Cabor Futsal. Skripsi tidak diterbitkan. Bandung: Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Universitas Pendidikan Indonesia.
Anggriawan, Nofa. 2015. Peran Fisiologi Olahraga Dalam Menunjang Prestasi. Jurnal Olahraga Prestasi. Volume 11, Nomor 2.
Anwar, C., Tianing, N. W., Winaya, M. N. 2014. Pemberian Core Exercise
Meningkatkan Jangkauan Throw-in pada Siswa Sekolah Sepakbola Bali Soccer Ball Usia 11-13 Tahun. Skripsi tidak diterbitkan. Bali: Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Denpasar Bali.
Aylinmahmut. 2017. Core Strength and Back Pain. (Online). (https://draylinmahmut.com/2017/03/22/1675/, diakses 9 Maret 2018).
Berbudi A. 2015. Pelatihan Core Stability dan Balance Board Exercise Lebih Baik Dalam Meningkatkan Keseimbangan Dibandingkan dengan Balance Board Exercise pada Mahasiswa Usia 18 – 24 Tahun dengan Kurang Aktivitas Fisik. Jurnal Fisioterapi Volume 15 Nomor 1.
Dahlan, M. Sopiyudin. 2017. Statistika Untuk Kedokteran dan Kesehatan: Deskriptif, Bivariat, dan Multivariat. Edisi 6. Jakarta: Epidemiologi Indonesia.
Firdha, Hajrianti. 2016. Pengaruh Pemberian Core Stability Exercise Terhadap
Kelincahan pada Pemain Futsal Tahun 2016. Skripsi tidak diterbitkan. Makassar: Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.
Guyton, and Hall. 2014. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 12. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Halim, Nur Ichsan. 2011. Tes dan Pengukuran Kesegaran Jasmani. Makassar: Universitas Negeri Makassar.
Halim, Sahda. 2012. 1 Hari Pintar Main Futsal. (Online). (http://www.media-pressindo.com, diakses 20 Februari 2018).
Hastuti, Santi Bery, Pangkahila, J. Alex, Irfan, Muhammad. 2018. Dynamic Neuromuscular Stabilization Lebih Meningkatkan Keseimbangan Dinamis
64
Dari pada Balance Exercise pada Siswa Usia (-10 Tahun Di Sekolah Negeri 11 Sumerta Denpasar. Skripsi tidak diterbitkan. Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Denpasar.
Hastuti, Santi Bery, Wibawa, Ari, Muliarta, I Made. 2014. Pemberian Core Stability Exercise Lebih Meningkatkan Keseimbangan Statis Daripada Balance Beam Exercise pada Siswa Sekolah Dasar Negeri 11 Sumerta Denpasar. Skripsi tidak diterbitkan. Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Denpasar.
Hemphill, N. 2012. Core Exercise for Athletic Performance. (Online).
(http://www.oneresult.com/training/core-exercise-athletic-performane, diakses 28 Februari 2018).
Hermawan, Iwan. 2012. Gerak Dasar Permainan Olahraga Petanque. Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Jakarta.
Imaningsih. 2015. Penambahan Proprioseptive Exercise pada Intervensi Strengthening Exercise Lebih Meningkatkan Keseimbangan pada Pemain Sepakbola. Tesis tidak diterbitkan. Denpasar: Program Pascasarjana Universitas Udayana Denpasar.
Irfan. 2016. Keseimbangan Pada Manusia. (Online). (https://www.ifi.or.id/artikel 02.html, diakses 20 Februari 2018).
Khamooshi, R., Mohammadieh, SM., Rahmana, N., dan Zalani, F.R. 2016. Comparing the Effect of Simultaneus Eight-Week Stretching/Strengthening Training with Core Stability Exercise on the Flat Foot Deformity of 9 to 13. International Journal of Musculoskeletal Pain prevention Year Old Female Students. Vol. 1. No: 4.
Kim J.H., Lee L.K., Lee J.U., Kim M.Y., Yang S.M., Jeon H.J., et al. 2013. A
Pilot Study on the Effect of Functional Electrikal Stimulation of Stroke Patients in a Sitting Potition on Balance and Activities of Dialy Living. J Phys Ther Sci.
Kisner, C. dan Colby, L. A. 2014. Intisari Terapi Latihan. Jakarta: EGC Lesmana, Syahmirza Indra. 2012. Perbedaan Pengaruh Metode Latihan Beban
Terhadap Kekuatan dan Daya Tahan Otot Biceps Brachialis Ditinjau Dari Perbedaan Gender. Jakarta, Universitas Esa Unggul.
Natmessing, Herwig. 2016. 6 Amazing Core Exercise You Should Be Doing If You’re A Runner. (Online). (https://www.runtastic.com, diakses 5 Maret 2018).
Nazzala, Gigih Nenaz. 2016. Hubungan Koordinasi, Keseimbangan, dan Power Otot Tungkai Dengan Kemampuan Shooting Futsal Menggunakan Punggung Kaki Pada Olahraga Futsal. Skripsi tidak diterbitkan. Yogyakarta: Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta.
65
Nugroho, S. 2011. Materi Kinesiologi. Universitas Negeri Yogyakarta
Paulina E.W., Lidwina, S.S., dan Julius, H.L. 2016. Pengaruh Latihan Core-
Strengthening Terhadap Stabilitas Trunkus dan Keseimbangan Pasien Pasca Stroke. Jurnal Biomedik, Vol. 8, No. 1 : 43-50.
Pramita, Indah. Pangkahila, Alex. Sugijanto. 2015. Core Stability Exercise Lebih Baik Meningkatkan Aktivitas Fungsional Dari Pada William’s Flexion Excercise Pada Pasien Nyeri Punggung Bawah Miogenik. Sport and Fitness Journal. Volume 3, No 1 : 35-49.
Quinn, E. 2012. Medical Review Board, Sit And Reach Flexibility Test. (Online).
(http://sportsmedicine.about.com/old/fitnessevalandassesment/qt/sitandreach.htm, diakses 28 Februari 2018).
Quinn, Elizabeth. 2013. Exercise for Injury-Free Throwing. (Online). (http://spo rtmedicine.com/od/sampleworkouts/a/Exercise-For-Injury-Free-Throwing.htm, diakses 28 Februari 2018).
Rafsanjani, Johan. 2012. Hubungan Antara Kekuatan Otot Tungkai Keseimbangan dan Panjang Tungkai dengan Ketepatan Hasil Operan Tendangan Jarak Jauh pada Siswa Peserta Ekstrakulikuler Sepakbola Di SMP Negeri 1 Pleret Kabupaten Bantul. Skripsi tidak diterbitkan. Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta.
Richarpin, Yohanes. 2012. Koordinasi dan Keseimbangan. (Online). (http://richarpinnumerouno.blogspot.com, diakses 26 Maret 2018).
Risangdiptya, G. dan Ambarwati, E. 2016. Perbedaan Antara Keseimbangan Tubuh Sebelum dan Sesudah Senam Pilates pada Waktu Usia Muda. (Online). (http://ejournal-s1.undp.ac.id/index.php/medico, diakses 2 Maret 2018). Volume 5, nomor 4.
Riyadi, N. 2013. Tingkat Keterampilan Teknik Dasar Bermain Futsal Pemain yang Menggunakan Lapangan Agung Futsal Arena Jatinom Klaten. Skripsi tidak diterbitkan. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakara.
Royana, Ibnu Fatkhu. 2017. Analisis Kondisi Fisik Pemain Tim Futsal UPGRIS. Semarang: Universitas PGRI Semarang.
Seftian, Antu. 2014. Pengaruh Core Stability Exercise Terhadap Keseimbangan pada Pesilat PPLP Gorontalo. Skripsi tidak diterbitkan. Gorontalo: Fakultas Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan Universitas Negeri Gorontalo.
Setiyawan. 2016. Implementasi Undang-undang Sistem Keolahragaan Nasional.
(Online). (http://journal.upgris.ac.id, diakses 27 Februari 2018). Sherwood, Lauralee. 2013. Introduction to Human Physiology, 8th edition.
Penerbit Yolanda Cossio.
66
Suadnyana, I.A. Astiti, Nurmawan, Sutha, dan Muliarta, I Made. 2015. Core Stability Exercise Meningkatkan Keseimbangan Dinamis Lanjut Usia di Banjar Bebengan, Desa Tangeb, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung. Skripsi tidak diterbitkan. Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.
Suharjana. 2013. Pendidikan Kesegaran Jasmani. Yogyakarta: Jogja Global Media
Sunaryadi, Yadi. 2009. Aplikasi Biomekanika Dalam Pelatihan Judo. (Online). (http://docplayer.info/, diakses 11 Maret 2018).
Susanto, Dedi. 2014. Pengaruh Core Stability Terhadap peningkatan Keseimbangan Dinamik pada Resimen Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surakarta. Skripsi tidak diterbitkan. Surakarta: Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Swandari, N. L., Nurmawan, I. S., dan Ratna, L. H. 2015. Pelatihan Proprioseptif Efektif Dalam Meningkatkan Keseimbangan Dinamis pada Pemain Sepakbola dengan Functional Ankle Instability di SSB Pegok. Skripsi tidak diterbitkan. Bali: Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Denpasar Bali.
Syam, Sitti Fatimah. 2015. Perbedaan Core Exercise dengan Balance Execise Dalam Meningkatkan Keseimbangan Dinamis Pemain Futsal. Skripsi tidak diterbitkan. Bali: Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.
Utami, Kurnia Putri. 2014. Gambaran Tingkat Keseimbangan Dinamis pada Atlet Sepakbola Pusat Pendidikan dan Latihan Olahraga Pelajar Sulawesi Selatan Tahun 2013. Skripsi tidak diterbitkan. Makassar: Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.
Winanda, Erick Nur. 2017. Pengaruh Core Stability Exercise Terhadap
Keseimbangan Dinamis pada Remaja Flat Foot Usia 18-25 Tahun. Skripsi tidak diterbitkan. Surakarta: Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Zulvikar, Januarshah. 2016. Pengaruh Latihan Core Stability Statis (Plank dan
Side Plank) dan Core Stability Dinamis (Side Lying Hip Abduction dan Oblique Crunch) Terhadap Keseimbangan. Journal of Physical Education, Health and Sport.
67
Lampiran 1
NASKAH PENJELASAN UNTUK MENDAPATKAN
PERSETUJUAN DARI SUBYEK PENELITIAN
Judul Penelitian :
Pengaruh Pemberian Static Core Exercise Terhadap Perubahan Keseimbangan
Dinamis pada Pemain Futsal Ekstrakulikuler Futsal SMA Negeri 2 Jeneponto.
Penjelasan kepada subyek penelitian:
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Saya Mega Saputri akan
melakukan penelitian tentang Pengaruh Pemberian Static Core Exercise Terhadap
Perubahan Keseimbangan Dinamis pada Pemain Futsal Ekstrakulikuler Futsal
SMA Negeri 2 Jeneponto. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
pemberian static core exercise terhadap perubahan keseimbangan dinamis pada
pemain futsal. Keuntungan mengikuti penelitian ini adalah akan menambah
pengetahuan saudara. Manfaat aplikatifnya sebagai data yang dapat
dipertimbangkan dan menjadi edukasi sebagai pemain futsal, apakah jenis
penelitian dapat membantu keseimbangan pemain saat bermain.
Jika Saudara setuju untuk berpartisipasi, maka kami akan mengambil data
terkait, seperti nama, umur, jenis kelamin, alamat. Kemudian, saudara akan
mengikuti prosedur penelitian seperti pengambilan data pre test, melakukan
prosedur pelaksanaan penelitian terkait pemberian perlakuan static core exercise.
Setelah itu akan dilakukan prosedur pengambilan data post test. Penelitian ini
tidak berdampak negatif kepada saudara. Data penelian ini nantinya akan
menggunakan kode, bukan nama sebenarnya dari saudara. Peneliti akan
memberikan salinan hasil pengukuran kepada responden untuk diketahui.
Kami sangat berharap saudara bersedia untuk ikut dalam penelitian ini, dan
bila bersedia diharapkan dapat memberikan persetujuan secara tertulis.
Keikutsertaan saudara dalam penelitian ini bersifat sukarela tanpa paksaan. Oleh
karena itu, saudara berhak untuk menolak atau mengundurkan diri jika terdapat
hal-hal yang tidak berkenan. Bila Saudara merasa masih ada yang belum jelas atau
belum dimengerti, maka dapat menanyakan atau meminta penjelasan pada saya :
68
Mega Saputri (Hp. 081343726818). Jika Saudara setuju diharapkan
menandatangani Lembar Persetujuan Mengikuti Penelitian, atas kesediaan dan
kerjasamanya diucapkan terima kasih.
Identitas Peneliti
Nama : Mega Saputri
Status : Mahasiswa Program Sarjana (S1) Program Studi Fisioterapi
Fakultas Keperawatan Universitas Hasanuddin
Alamat : Tamanroya Timur
Telepon : 081343726818
69
Lampiran 2
Lembar Persetujuan Mengikuti Penelitian
Judul Penelitian :
Pengaruh Pemberian Static Core Exercise Terhadap Perubahan Keseimbangan
Dinamis pada Pemain Futsal Ekstrakulikuler Futsal SMA Negeri 2 Jeneponto.
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Alamat :
Setelah mendapatkan penjelasan penelitian dan memahami informasi yang
diberikan oleh peneliti serta mengetahui tujuan dan manfaat penelitian, maka
dengan ini saya menyatakan secara sukarela bersedia untuk berpartisipasi dalam
penelitian ini.
Saya mengetahui bahwa saya berhak untuk menolak atau berhenti dari
penelitian ini. Bila masih ada hal yang belum saya mengerti atau saya ingin
mendapatkan penjelasan lebih lanjut, saya bisa mendapatkannya dari peneliti
secara langsung.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan penuh
kesadaran dan tanpa paksaan dari siapapun.
Makassar, Maret 2018
Nama Subyek,
(…………………..…….)
70
Lampiran 3
FORMULIR IDENTITAS RESPONDEN
Kode Responden :
Nama :
Tempat, Tanggal lahir :
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur :
Alamat :
Agama :
Kelas :
Indeks Massa Tubuh : Tinggi Badan : m
Berat Badan : kg
Riwayat Cedera :
Cedera yang dialami saat ini :
Mengalami gangguan penglihatan : Ya/Tidak
Mengalami gangguan pendengaran : Ya/Tidak
71
Lampiran 4
Blanko Hasil Pengukuran Keseimbangan Dinamis Anggota
Ekstrakurikuler Futsal SMA Negeri 2 Jeneponto
No Kode
Responden IMT TD
Pre Test Post Test
Hasil
(s)
Inter
pretasi
Hasil
(s)
Inter
pretasi
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
72
Lampiran 5
Blanko Hasil Pengukuran Stabilitas dan Koordinasi
Anggota Ekstrakurikuler Futsal SMA Negeri 2 Jeneponto
No Kode Responden
Stabilitas Koordinasi
Hasil (detik) Inter
pretasi
Hasil (Sepakan) Inter
pretasi Pre
test
Post
test Pre test
Post
test
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
73
Lampiran 6
Hasil Olah Data SPSS
A. Karakteristik Responden Penelitian
Umur
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 15 3 13,0 13,0 13,0
16 13 56,5 56,5 69,6
17 7 30,4 30,4 100,0
Total 23 100,0 100,0
IMT
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Underweight 2 8,7 8,7 8,7
Normal 20 87,0 87,0 95,7
Overweight 1 4,3 4,3 100,0
Total 23 100,0 100,0
74
PrePost_Stabilitas
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Meningkat 23 100,0 100,0 100,0
PrePost_koordinasi
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid meningkat 9 39,1 39,1 39,1
menetap 10 43,5 43,5 82,6
menurun 4 17,4 17,4 100,0
Total 23 100,0 100,0
75
B. Distribusi Distribusi Perubahan Nilai Keseimbangan Dinamis Sebelum
dan Setelah Pemberian Static Core Exercise
Descriptives
Statistic Std. Error
Pre_KeseimbanganDinamis Mean 8,00 1,083
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 5,75
Upper Bound 10,25
5% Trimmed Mean 7,75
Median 7,00
Variance 27,000
Std. Deviation 5,196
Minimum 1
Maximum 20
Range 19
Interquartile Range 8
Skewness ,643 ,481
Kurtosis -,311 ,935
Post_KeseimbanganDinamis Mean 23,70 1,071
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 21,47
Upper Bound 25,92
5% Trimmed Mean 23,97
Median 25,00
Variance 26,403
Std. Deviation 5,138
Minimum 11
Maximum 31
Range 20
Interquartile Range 8
Skewness -,682 ,481
Kurtosis ,216 ,935
76
Pre_KeseimbanganDinamis
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid sangat bagus 1 4,3 4,3 4,3
Bagus 5 21,7 21,7 26,1
Sedang 9 39,1 39,1 65,2
Kurang 5 21,7 21,7 87,0
sangat kurang 3 13,0 13,0 100,0
Total 23 100,0 100,0
Post_KeseimbanganDinamis
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid sangat bagus 21 91,3 91,3 91,3
Bagus 2 8,7 8,7 100,0
Total 23 100,0 100,0
77
C. Pengaruh Pemberian Static Core Exercise Terhadap Perubahan
Keseimbangan Dinamis
Test of Homogeneity of Variances
Pre_KeseimbanganDinamis
Levene Statistic df1 df2 Sig.
1,967 1 21 ,175
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Pre_KeseimbanganDinamis ,127 23 ,200* ,945 23 ,224
Post_KeseimbanganDinamis ,132 23 ,200* ,955 23 ,365
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction
78
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig. (2-
tailed) Mean
Std.
Deviation
Std. Error
Mean
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
Pre_Keseimbangan
Dinamis -
Post_Keseimbangan
Dinamis
-15,696 5,112 1,066 -17,906 -13,485 -14,725 22 ,000
Correlations
Post_Keseimba
nganDinamis Post_Stabilitas Post_Koordinasi
Post_KeseimbanganDinamis Pearson Correlation 1 ,653** ,102
Sig. (2-tailed) ,001 ,644
N 23 23 23
Post_Stabilitas Pearson Correlation ,653** 1 ,260
Sig. (2-tailed) ,001 ,231
N 23 23 23
Post_Koordinasi Pearson Correlation ,102 ,260 1
Sig. (2-tailed) ,644 ,231
N 23 23 23
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
79
Lampiran 7
80
Lampiran 8
81
Lampiran 9
Dokumentasi Penelitian
Pre test keseimbangan dinamis
Pre test stabilitas Pre test koordinasi
Static Core Exercise
(Supine Single Leg Marching) (Bird Dog) (Creepy Crawly Plank)
82
Static Core Exercise
(Supine Single Leg Marching) (Bird Dog) (Creepy Crawly Plank)
Post test stabilitas Post test keseimbangan dinamis Post test koordinasi
83
Lampiran 10
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Nama : Mega Saputri
Tempat/Tanggal Lahir : Jeneponto/ 08 Maret 1997
Alamat : Jl. Sahabat Raya, UNHAS
No. Telp : 081343726818
Jurusan : Fisioterapi
Fakultas : Keperawatan Universitas Hasanuddin
Nama Ayah : Makkaratong
Nama Ibu : Agustina
Riwayat Pendidikan:
1. (2000-2002) TK Aisyah Tamalatea
2. (2002-2008) SD Inpres No. 122 Tamanroya
3. (2008-2011) SMP Negeri 1 Tamalatea
4. (2011-2014) SMA Negeri 1 Tamalatea
5. (2014-2018) Program Studi S1 Fisioterapi Fakultas Keperawatan UNHAS
Riwayat Organisasi:
1. (2015-2016) Anggota Panitia CONSIST Fisioterapi Himafisio UNHAS
2. (2015-2016) Koordinator LK 1 Fisioterapi Himafisio UNHAS
3. (2015-2016) Anggota Panitia Baksos Fisioterapi Himafisio UNHAS
4. (2016-2017) Anggota Divisi Kesekretariatan Himafisio UNHAS
5. (2016-2017) SC LK 1 Fisioterapi Himafisio UNHAS