Pengaruh Norma Moral Siswa Terhadap Proses Belajar

16
PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS PENGARUH NORMA MORAL SISWA TERHADAP PROSES BELAJAR DI DALAM KELAS Oleh : Nama : Agung Prasetyo Rinaldi NIM : 5215077530 Prodi : Pendidikan Teknik Elektronika Fakultas Teknik Jurusan Teknik Elektro Program Studi Pendidikan Teknik Elektronika UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA 2010

Transcript of Pengaruh Norma Moral Siswa Terhadap Proses Belajar

Page 1: Pengaruh Norma Moral Siswa Terhadap Proses Belajar

PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS

PENGARUH NORMA MORAL SISWA TERHADAP PROSES BELAJAR

DI DALAM KELAS

Oleh :

Nama : Agung Prasetyo Rinaldi

NIM : 5215077530

Prodi : Pendidikan Teknik Elektronika

Fakultas Teknik

Jurusan Teknik Elektro

Program Studi Pendidikan Teknik Elektronika

UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

2010

Page 2: Pengaruh Norma Moral Siswa Terhadap Proses Belajar

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang selalu melindungi atas semua

petunjuk, hikmah, dan hidayah – Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal ini.

Rasanya sulit bagi penulis tanpa pertolongan dari-Nya. Salawat dan salam tidak lupa semoga

tercurahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW.

Proposal ini disusun guna memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan mata kuliah

Metode Penelitian. Proposal ini membahas tentang “ Norma Moral Siswa Terhadap Proses

Belajar Di Kelas “.

Tersusunnya proposal ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan, arahan, dan petunjuk

langsung dari berbagai pihak. Sehingga pada kesempatan ini kami ingin mengucapkan terima

kasih kepada :

1. Bapak Dr. Bambang Dharmaputra, M. Pd selaku Dosen Metode Penelitian yang telah

memberikan materi dan membimbing penulis.

2. Kedua orang tua tercinta yang telah membesarkan dan mendidik dengan

curahan kasih sayang dan doa, mereka telah banyak berkorban yang tiada tara.

3. Teman – teman saya sayangi, terima kasih atas dukungannya dan bantuannya semua

pihak yang telah membantu dalam pembuatan proposal ini.

4. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu

penulis dalam pembuatan proposal penelitian ini hingga selesai dengan baik.

Dalam hal ini penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan proposal

ini. untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak.

Hanya kepada Allah SWT harapkan segala limpahan kasih sayang-Nya. Mudah-mudahan

proposal ini bermanfaat bagi kami dan pembaca.

Jakarta, Desember 2010

Penulis

Page 3: Pengaruh Norma Moral Siswa Terhadap Proses Belajar

DAFTAR ISI

TANDA PERSETUJUAN PENELITIAN…………………………….. i

KATA PENGANTAR …………………………………………………. ii

DAFTAR ISI …………………………………………………………… iii

ABSTRAK………………………………………………………………. iv

BAB I PENDAHULUAN

A Latar Belakang Masalah…………………………………………….. 1

B Identifikasi Masalah ……………………………………………….. 1

C. Tujuan Masalah……………………………………………............... 1

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pendidikan ……………………………………………... 2

2.2 Pengertian Moral……………………..……………………………... 3

2.3 Macam – Macam Norma Moral…………..…….…………………… 4

2.4 Pendidikan Moral……………... …….……………………………… 8

2.5 Tujuan Pendidikan Moral…...…..……………...…...….….………... 10

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan…………………………………………………………... 12

3.2 Saran…………………………………………………………………. 12

DAFTAR PUSAKA………………………….…………..……………….. 13

Page 4: Pengaruh Norma Moral Siswa Terhadap Proses Belajar

ABSTRAK

Realita dilapangan menunjukan bahwa siswa di Indonesia tidak dapat mengikuti

norma moral yang ada disekitarnya termasuk di dalam kelas saat pelajaran berlangsung.

Banyak siswa yang bersikap kurang baik atau tidak sewajarnya terhadap norma moral yang

disekitarnya termasuk saat di dalam kelas juga, sehingga siswa merasa cuek atau tidak

peduli saat di dalam kelas. Tentu dalam hal ini siswa tidak mampu memahami dengan baik

pelajaran yang disampaikan oleh guru-guru mereka. Sehingga ini menunjukan bahwa siswa

masih mengganggap kegiatan belajar tidak menyenangkan akibat dari norma moral siswa

berkurang dan memilih kegiatan lain di luar kontek belajar seperti minum obat- obatan

terlarang, pergaulan bebas dan lainnya. Moral berasal dari ungkapan bahasa latin mores yang

merupakan bentuk jamak dari perkataan mos yang berarti adapt kebiasaan. Dalam kamus Umum

bahasa Indonesia dikatakan bahwa moral adalah penetuan baik buruk terhadap perbuatan dan

kelakuan. Norma moral adalah tolok ukur penilaian dan pedoman yang mengikat bagi baik-buruknya

perilaku atau benar-salahnya tindakan manusia sebagai manusia salah satunya siswa.

Page 5: Pengaruh Norma Moral Siswa Terhadap Proses Belajar

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan sebuah usaha yang berjalan secara terus menurus untuk

menjadikan manusia (masyarakat) mencapai taraf kemakmuran. Pendidikan di Indonesia lihat dari segi mutunya masih sangat memprihatinkan. Barkaca dari perkembangan teknologi dan informasi yang menuntut kemampuan sumber daya manusia yang mumpuni, pendidikan sebagai sarana pengantar untuk penyeimbang antara sumber daya manusia dan kemajuan teknologi dan informasi sudah seharusnya memberikan pelayanan maupun kontribusi yang tinggi. Belum lagi masalah diatas dapat terselesaikan, seiring dengan perkembangan zaman yang ditandai dengan kemajuan dalam bidang teknologi dan informasi, pendidikan di Indonesia dihadapkan pada problem rendahnya mutu pendidikan yang sudah ada serta banyaknya siswa terutama siswa SMK yang nilai norma moralnya sudah tidak ada lagi atau berkurang.

Dengan demikian, pendidikan diarahkan pada peningkatan kualitas kemampuan intelektual dan profesional serta sikap, kepribadian dan moral manusia Indonesia terutama siswa SMK. Dengan kemampuan sikap profesional, kreatif, dengan memiliki sikap/moral yang tinggi sehingga mampu untuk hidup bersama dan tolong menolong, bukan saling menggunakan keprofesionalannya untuk membodohi yang lebih bodoh, dan tentunya apabila program diatas berjalan secara baik dan benar mutu pendidikan semakin terus membaik.

B. Identifikasi Masalah Sebagaimana yang telah diuraikan dalam latar belakang, maka masalah yang akan

diidentifikasi sebagai berikut : 1. Apakah norma moral itu ? 2. Apakah perlu pendidikan moral untuk siswa SMK ?

C. Tujuan Masalah

Dalam pelaksanaan penelitian ini penulis mempunyai tujuan, tujuan dalam hal ini yaitu : 1. Agar kita dapat mengetahui norma moral itu. 2. Agar kita dapat mengetahui perlu atau tidak pendidikan moral untuk siswa SMK.

D. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah pembaca dalam memahami alur penelitian proposal ini, maka penulis sajikan sistematika proposal berikut :

1. Bagian Awal Bagian awal ini meliputi : Halaman judul, halaman persetujuan, kata pengantar dan ucapan terima kasih, daftar isi.

2. Bagian Inti Pada bagian inti ini terdiri dari lima bab, secara berturut-turut meliputi :

Page 6: Pengaruh Norma Moral Siswa Terhadap Proses Belajar

BAB II

KERANGKA TEORITIK

Dalam bab ini akan dikemukakan uraian yang berhubungan dengan dasar-dasar teori untuk

menganalisa masalah-masalah yang akan diteliti yang merupakan hasil studi kepustakaan.

2.1 Pengertian Pendidikan

Pengertian pendidikan menurut GBHN 1988(BP 7 pusat, 1990: 105) memberikan

batasan tentang pendidikan nasional sebagai berikut:

1. Pendidikan nasional yang berakar pada kebudayaan bangsa indonesia dan berdasarkan

pancasila serta Undang-Undang Dasar 1945 diarahkan untuk memingkatkan kecerdasan

serta dapat memenuhi kebutuhan pembangunan nasional dan bertanggung jawab atas

pembangunan bangsa.

2. Tujuan dan proses Pendidikan

A. Tujuan pendidikan

Tujuan pendidikan memuat gambaran tentang nilai-nilai yang baik, luhur, pantas,

benar, dan indah untuk kehidupan. Pendidikan memiliki dua fungsi yaitu :memberikan

arah kepada segenap kegiatan pendidikan dan merupakan sesuatu yang ingin dicapai oleh

segenap kegiatan pendidikan.

B. Proses pendidikan

Proses pendidikan merupakan kegiatan mobilitas segenap komponen penndidikan

oleh pendidik terarah kepada pencapaian tujuan pendidikan, Kualitas proses pendidikan

menggejala pada dua segi, yaitu kualitas komponen dan kualitas pengelolaannya ,

pengelolaan proses pendidikan meliputi ruang lingkup makro, meso, mikro. Adapun

tujuan utama pengelolaan proses pendidikan yaitu terjadinya proses belajar dan

pengalaman belajar yang optimal.

Proses pendidikan melibatkan banyak hal yaitu:

- Subjek yang dibimbing (peserta didik)

- Orang yang membimbing (pendidik)

- Interaksi antara peserta didik dengan pendidik (interaksi edukatif)

- Ke arah mana bimbingan ditujukan (tujuan pendidikan)

- Pengaruh yang diberikan dalam bimbingan (materi pendidikan)

- Cara yang digunakan dalam bimbingan (alat dan metode)

- Tempat dimana peristiwa bimbingan berlangsung (lingkungan

pendidikan).

Page 7: Pengaruh Norma Moral Siswa Terhadap Proses Belajar

2.2 Pengertian Moral

Secara kebahasaan perkataan moral berasal dari ungkapan bahasa latin mores yang

merupakan bentuk jamak dari perkataan mos yang berarti adapt kebiasaan. Dalam kamus

Umum bahasa Indonesia dikatakan bahwa moral adalah penetuan baik buruk terhadap

perbuatan dan kelakuan. Istilah moral biasanya dipergunakan untuk menentukan batas-

batas suatu perbuatan, kelakuan, sifat dan perangkai dinyatakan benar, salah, baik,

buruk, layak atau tidak layak, patut maupun tidak patut. Moral dalam istilah dipahami

juga sebagai : prinsip hidup yang berkenaan dengan benar dan salah, baik dan buruk,

kemampuan untuk memahami perbedaan benar dan salah. ajaran atau gambaran tentang

tingkah laku yang baik.

Norma moral dapat saja berkaitan dengan norma agama, dan dalam praktek umumnya

memang demikian. Akan tetapi norma moral dapat dikatakan lebih berlaku umum

daripada norma agama. Norma moral adalah tolok ukur penilaian dan pedoman yang

mengikat bagi baik-buruknya perilaku atau benar-salahnya tindakan manusia sebagai

manusia. Semua manusia apa pun agamanya, sejauh ia manusia, terikat oleh norma

moral.

Sedangkan norma agama hanya berlaku untuk mereka yang memeluk agama tersebut.

Memang dalam norma-norma agama, umumnya terkandung norma-norma moral; dan

sejauh itu terjadi, maka isi norma tersebut juga berlaku bagi pemeluk agama yang lain.

Tetapi dapat terjadi bahwa ada norma agama yang dalam praktek ternyata bertentangan

dengan norma moral. Misalnya norma agama yang membenarkan penyiksaan dan

pembunuhan kaum bidaah dan orang kafir, yang melibatkan pengorbanan jiwa manusia

bagi dewa-dewa, dan yang melibatkan praktek pelacuran suci dsb., kini umumnya

disadari sebagai bertentangan dengan norma moral.

Kalau norma agama disamakan begitu saja dengan norma moral, sehingga penentuan

baik-buruk dan benar-salahnya perilaku manusia langsung dikaitkan dengan apa yang

menjadi perintah dan larangan Tuhan sebagaimana dimengerti dalam agama tertentu,

maka berlaku etika teononom murni atau etika perintah ilahi dengan bahaya relativisme

dan irrasionalisme yang sudah dibahas di atas. Ini tidak berarti bahwa etika yang

bersumberkan inspirasi keagamaan tidak dapat diterima.

2.3 Macam – Macam Norma Moral

Manusia hidup di tengah masyarakat dalam suatu jaringan norma-norma termasuk

dalam hal ini siswa SMK. Sejak siswa SMK lahir dan dibesarkan dalam suatu keluarga,

ia dihadapkan pada macam-macam norma atau tata aturan tentang bagaimana ia

Page 8: Pengaruh Norma Moral Siswa Terhadap Proses Belajar

seharusnya hidup dalam hubungan dengan orang lain dan dunia di sekitarnya. Di antara

macam-macam tata aturan tentang bagaimana manusia seharusnya hidup, dapat

dibedakan norma sopan santun, norma hukum, norma moral dan norma agama.

Norma sopan santun dimaksudkan etiket pergaulan hidup sehari-hari bersama orang

lain. Etika seperti meliputi adat kebiasaan setempat tentang cara bicara, cara berpakaian,

cara bersikap, cara bergaul, cara makan dsb. Penilaian baik dan buruk dalam hal ini erat

terkait dengan adat kebiasaan setempat. Misalnya cara bicara anak SMK di dalam kelas

bicara ketika guru menerangkan, cara berpakaian SMK ada yang dikeluarkan ketika

masuk kelas serta masih ada siswa SMK yang makan diam-diam saat guru menerangkan

pelajaran. Tentu semua itu akan mengakibatkan siswa SMK tidak dapat konsentrasi saat

pelajaran berlangsung sehingga apa yang diajarkan guru menjadi sia – sia karena norma

moral siswa SMK didalam kelas sudah tidak ada lagi.

Bahkan itu berulang – ulang kali ketika siswa SMK melakukan itu semua jika tidak

ketahuan guru saat mengajar. Walaupun guru sering menasehatkan banyak juga yang

masih melakukan perbuatan itu. Norma hukum atau peraturan sekolah. Norma hukum

atau peraturan yang tertulis sekolah SMK harus dilaksanakan siswa SMK sekolah

tersebut agar siswa menjadi tertib atau dapat mematuhi hukum atau peraturan di luar

sekolah. Namun peraturan sekolah sering dilanggar atau diabaikan siswa SMK.

Peraturan sekolah yang sering diabaikan atau dilanggar siswa SMK maka pihak sekolah

dapat melaksanakan peraturannya bagi siswa SMK yang melanggar peraturan sekolah

dengan ditindak dengan pasti atau dikenai sanksi hukuman oleh pihak sekolah yang sah

yang mengeluarkan dan menjamin pelaksanaan hukum tersebut. Selain itu norma hukum

atau peraturan sekolah juga harus berlaku dengan pasti dan bersifat adil terhadap siswa

SMK .

Norma agama adalah macam-macam aturan dan hukum yang berlaku dalam suatu

lingkungan agama tertentu. Setiap agama memiliki norma-norma yang mengikat dan

wajib dipatuhi oleh para pemeluknya. Norma agama tersebut bersama dengan rumusan

iman atau pokok-pokok ajaran, tata peribadatan, pengaturan hidup bersama dalam

komunitas agama tersebut dan dalam masyarakat membentuk identitas kelompok agama

itu. Tapi dalam hal ini pun siswa SMK sebagian tidak peduli atau memperhatikan norma

agama masing – masing. Sebagian siswa SMK tidak mematuhi norma agamanya masing

– masing seperti bagi para pemeluk agama Islam ada kewajiban menjalankan lima

syariat Islam dan norma-norma moral lainnya seperti perintah agama untuk menyembah

dan menghormati Allah di atas segalanya, untuk menghormati orangtua, untuk berbuat

Page 9: Pengaruh Norma Moral Siswa Terhadap Proses Belajar

amal kasih kepada sesama, Demikian juga larangan agama untuk mencuri, membunuh,

bersaksi dusta, berzinah, dsb. berlaku untuk semua manusia termasuk siswa SMK. Akan

tetapi banyak siswa SMK yang sudah tidak menyadari lagi atau melanggar norma

agamanya. Padahal disini agama, menegaskan, mendukung dan memberi dasar iman

norma moral yang berlaku umum.

Kekhususan Norma Moral

a. Norma yang paling dasariah:

Kalau memperhatikan perbandingan antara norma sopan-santun, norma

hukum, norma moral dan norma agama di atas, maka menjadi jelas bahwa

norma moral lebih dasariah daripada ketiga macam norma yang lain.

Norma moral yang merupakan tolok ukur penilaian tentang benar-salahnya

tindakan atau baik-buruknya perilaku manusia sebagai manusia, memang

langsung mengenai inti pribadi seseorang. Tuduhan bahwa seseorang tidak

bermoral jauh lebih berat daripada bahwa dia tidak patuh pada hukum, atau

tidak sopan.

Cukup umum diterima bahwa norma moral mempunyai otoritas yang

lebih tinggi sebagai pedoman perilaku manusia daripada pedoman perilaku

yang lain. Kalau ada konflik antara ketiga norma tersebut, maka norma

moral mesti didahulukan. Mengenai hal ini misalnya filsuf moral Alan

Gewirth pernah menyatakan bahwa norma moral “bermaksud untuk

menetapkan bagi perilaku setiap orang, tuntutan-tuntutan yang mengatasi

semua bentuk pedoman lain untuk perilaku, bahkan termasuk kepentingan

diri pribadi-pribadi kepada siapa norma moral itu ditujukan.

b. Norma yang menegaskan kewajiban dasariah manusia dalam bentuk

perintah atau larangan (prescriptive):

Kekhususan norma moral, dalam arti suatu unsur yang harus ada di

dalamnya, adalah cirinya sebagai norma yang menegaskan kewajiban

dasariah manusia dalam bentuk perintah atau larangan (prescriptive).

Dalam bentuk perintah atau larangan (seperti: bertindaklah adil, jangan

merampas hak orang lain,bertindaklah jujur, jangan bohong, hormatilah

hidup manusia, jangan membunuh, dsb.) norma moral merupakan pedoman

baik-buruk atau benar -salah bagi manusia dalam bertindak menghayati

hidupnya sebagai manusia. Bentuk yang memerintah dan melarang

memang bukan ciri khas norma moral dalam arti norma-norma lain tidak

Page 10: Pengaruh Norma Moral Siswa Terhadap Proses Belajar

dapat dirumuskan secara demikian, karena norma hukum dan norma sopan-

santun pun juga seringkali dirumuskan demikian.

c. Norma yang berlaku umum (universal):

Ciri khas lain dari norma moral dibandingkan dengan norma-norma

yang lain adalah keberlakuanumumnya. Norma moral mesti berlaku umum

atau berlaku secara kurang lebih sama bagi setiap orang dalam situasi yang

kurang lebih sama. Prinsip konsistensi dalam logika pemikiran dan dalam

tindakan, menuntut hal ini. Karena, seandainya dikatakan bahwa dengan

telah siswa SMK merokok bagi kepentingan pribadinya siswa SMK secara

moral salah, hal yang sama dapat dikatakan pula untuk mahasiswa, pelajar

SMP, atau pun pelajar SMA. Norma moral menetapkan aturan untuk

perilaku setiap manusia sebagai manusia, jadi apakah dia itu pandai atau

bodoh, berpangkat tinggi atau rendah, kaya atau miskin, berhadapan

dengan norma moral semua manusia berkedudukan sama.

Asumsi dasar di balik ciri keberlakuanumum norma moral adalah

bahwa norma tersebut bukanlah sekedar suatu penetapan subjektif dan

sewenang-wenang, tetapi ada dasar objektif dan dapat dipertanggung-

jawabkan secara rasional. Seperti masih akan kita lihat lebih jauh pada

bagian pembicaraan tentang etika normatif, bagi filsuf moral seperti

Immanuel Kant, norma moral secara kategoris (mutlak tanpa syarat),

mengikat setiap manusia sebagai makhluk rasional, karena pada dasarnya

moralitas erat terkait dengan rasionalitas manusia. Di mana saja dan kapan

saja kalau manusia mau menjadi baik sebagai manusia, ada kaidah-kaidah

tertentu yang secara rasional ditetapkan dan wajib dipatuhi tanpa syarat

atau tanpa mengindahkan apakah akibatnya secara pribadi mengenakkan

atau menyusahkan.

d. Norma moral mengarahkan perilaku manusia pada kesuburan dan

kepenuhan hidupnya sebagai manusia, pada kesejahteraan umum, atau

sekurang-kurangnya pada kepedulian terhadap kepen-tingan orang lain:

Ciri lain yang semestinya menandai norma moral adalah bahwa dari

segi isinya norma tersebut mengarahkan perilaku manusia pada kesuburan

dan kepenuhan hidupnya sebagai manusia, pada kesejahteraan umum, atau

sekurang-kurangnya pada kepedulian terhadap kepentingan orang lain.

Dengan kesuburan dan kepenuhan hidup sebagai manusia dimaksudkan

Page 11: Pengaruh Norma Moral Siswa Terhadap Proses Belajar

sesuatu yang cukup luas cakupannya. Di dalamnya tentu saja masih ada

kemungkinan perbedaan pendapat tentang apa persis isi pengertian atau

yang dimaksud dengan “kesuburan dan kepenuhan hidup sebagai manusia”.

Kemungkinan perbedaan pendapat lebih besar lagi kalau sudah sampai

pada penilaian dan penentuan apakah tindakan X atau tindakan Y yang

akan lebih membawa ke tujuan tersebut dan mengapa demikian. Pengertian

tersebut erat berkaitan dengan suatu konsep tertentu tentang manusia.

Kalau ciri ini diartikan sebagai yang secara khusus membedakan norma

moral dari norma-norma yang lain kiranya memang tidak tepat, karena

norma- norma yang lain pun isinya mengarah pada tujuan yang sama. Maka

dengan kekhususan di sini kiranya, sebagaimana berlaku untuk kekhususan

b. lebih dimengerti sebagai yang semestinya ada padanya dan bukan

sebagai ciri khas yang membedakannya dari norma-norma yang lain.

2.4 Pendidikan Moral

Pendidikan moral adalah upaya dari orang dewasa dalam membentuk tingkah laku

yang baik, yaitu tingkah laku yang sesuai dengan harapan masyarakat yang dilakukan

secara sadar. (Daryono, 1998:13) mengemukakan bahwa: ”Pendidikan moral adalah

merupakan suatu usaha sadar untuk menanamkan nilai – nilai moral pada anak didik

sehingga anak bisa bersikap dan bertingkah laku sesuai dengan nilai – nilai moral

tersebut”. Dewey (Daroeso, 1986:32) menyatakan pendidikan moral seperti

pendidikan intelektual mempunyai basis pada berfikir aktif mengenai masalah –

masalah moral dan keputusan – keputusan selanjutnya ia mengatakan tujuan

pendidikan adalah pertumbuhan atau perkembangan moral dan intelektual.

Sementara itu (Sudarminta, 004:108) menyatakan bahwa pendidikan moral pada

umumnya, baik di dalam keluarga maupun di sekolah, sebagai bagian pendidikan

nilai, adalah upaya untuk membantu subjek didik mengenal, menyadari pentingnya,

dan menghayati nilai – nilai moral yang seharusnya dijadikan panduan bagi sikap dan

tingkah lakunya sebagai manusia, baik secara perorangan maupun bersama – sama

dalam suatu masyarakat. (Daroeso, 1986:45), berpendapat tentangpendidikan moral

bahwa: “pendidikan moral adalah pendidikan yang menyangkut aspek dari pada

watak seseorang yang sama pendidikannya, watak itu tidak baru dimulai pada saat ia

masuk sekolah”.

Pendidikan moral dapat dirumuskan sebagai suatu proses yang disengaja di mana

para warga muda dari masyarakat dibantu supaya berkembang dari orientasi yang

Page 12: Pengaruh Norma Moral Siswa Terhadap Proses Belajar

berpusat pada diri sendiri mengenai hak – hak dan kewajiban mereka, ke arah

pandangan yang lebih luas, yaitu bahwa dirinya berada dalam masyarakat dan ke arah

pandangan yang lebih mendalam mengenai diri sendiri (Salam, 2000:76). Kehidupan

manusia memang mempunyai otonomi, tetapi manusia tidak bebas sepenuhnya.

Kehidupan manusia terkait oleh ketentuan – ketentuan yang ada dalam masyarakat.

Ketentuan –ketentuan itu menurut Daroeso (1986:23) sebagai berikut:

1. ketentuan agama yang berdasarkan wahyu.

2. ketentuan kodrat yang terutama dalam diri manusia, termasuk didalamya

ketentuan moral universal yaitu moral yang seharusnya.

3. ketentuan adat istiadat buatan manusia termasuk didalamnya ketentuan

moral yang sedang berlaku pada suatu waktu.

4. ketentuan hukum buatan manusia, baik berbentuk adat istiadat

atau hukum negara.

Diungkapkan oleh Magnis (Daroeso, 1986:27) bahwa: berkesadaran moral tidak lain

adalah merasa wajib untuk melakukan tindakan yang bermoral. Perasaan wajib atau

keharusan untuk melakukan tindakan yang bermoral itu ada dan terjadi di dalam hati

sanubari manusia, siapapun, dimanapun dan kapanpun juga.

Kohlberg seorang pakar Perkembangan Moral secara Kognitif (Cognitive Moral

Development) memandang pendidikan moral adalah pendidikan mengenai prinsip –

prinsip umum tentang moralitas dengan menggunakan metode pertimbangan moral

atau cara – cara memberi pertimbangan moral. Prinsip – prinsip moralitas adalah

prinsip mengenai pilihan. Kohlberg melihat pendidikan moral adalah kegiatan untuk

membantu peserta didik menuju kearah yang sesuai dengan kesiapan mereka, dan

tidak memaksakan pola – pola eksternal terhadapnya. Dalam pendidikan moral

senantiasa melibatkan stimulasi perkembangan melalui tahap – tahap, dan tidak

sekedar mengajarkan kebenaran – kebenaran yang sudah baku. Secara umum

pendidikan moral berkenaan dengan aturan – aturan (moral rules), sikap – sikap

(behavior), dan tingkah laku (action).

Pandangan Wilson tentang esensi dari pendidikan moral adalah menanamkan

pilihan – pilihan yang benar dan klarifikasi akan perasaan dan disposisi tersebut.

Pendidikan moral umumnya lebih menunjuk kepada pengembangan konsepsi

keadilan yang begitu dipengaruhi oleh pemikiran – pemikiran Kant (Haricahyono,

1995:210) moralitas mencakup makna yang begitu luas, antara lain:

Page 13: Pengaruh Norma Moral Siswa Terhadap Proses Belajar

a. Tingkah laku membantu orang lain,

b. Tingkah laku yang sesuai dengan norma – norma sosial,

c. Internaliasasi norma – norma sosial,

d. Timbulnya empati atau rasa salah, atau bahkan keduanya,

e. Penalaran tentang keadilan, dan

f. Memperhatikan kepentingan orang lain.

2.5 Tujuan Pendidikan Moral

Sasaran dari moral adalah keselarasan dari perbuatan manusia dengan aturan –

aturan yang mengenai perbuatan – perbuatan manusia itu (Salam, 2000:9). Tujuan

secara khusus pendidikan moral: untuk berkembangnya siswa dalam penalaran moral

(moral reasioning) dan melaksanakan nilai – nilai moral (Salam, 2000:77).

Pandangan Salam (2000: 80) tentang tujuan pendidikan moral adalah: membimbing

para generasi muda untuk memahami dan menghayati Pancasila secara keseluruhan

dan setiap sila. Tujuan akhirnya adalah agar dapat menumbuhkan manusia – manusia

pembangunan yang dapat membangun dirinya sendiri serta bersama – bersama

bertanggungjawab atas pembangunan. Ditambahkan bahwa tujuan pendidikan moral

adalah: (1) Meningkatkan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, (2)

Meningkatkan kecerdasan dan keterampilan dan mempertinggi budi pekerti,

memperkuat kepribadian dan mempertebal semangat kebangsaan. Tujuan utama

pendidikan moral adalah untuk meningkatkan kapasitas berpikir secara moral dan

mengambil keputusan moral. Tujuan pendidikan moral juga perlu ditekankan pada

metode pertimbangan moral dan untuk membantu anak– anak untuk mengenal apa

yang menjadi dasar untuk menerima suatu nilai. Selain itu tujuan pendidikan moral

adalah untuk mengusahakan perkembangan yang optimal bagi setiap individu.

Lickona (Koyan, 2000:85) mengemukakan tentang dua tujuan utama pendidikan

moral, yaitu kebijakan dan kebaikan.

Tujuan Pendidikan moral perlu diefektifkan, karena adanya kecenderungan

remaja bertingkah laku menyimpang. Membangun manusia seutuhnya adalah masalah

dan tugas pendidikan di lingkungan keluarga, sekolah, lingkungan manusia seutuhnya

adalah tugas untuk membantu manusia dalam perkembangannya menjadi manusia

insan kamil/manusia yang sempurna, manusia yang sehat jasmani dan rohani,

manusia yang seimbang dalam perkembangannya sebagai insan sosial yang adil

(Daroeso, 1986:43).

Page 14: Pengaruh Norma Moral Siswa Terhadap Proses Belajar

Adapun pendidikan moral memiliki tujuan dan sasaran sebagai berikut:

1. Perkembangan anak seutuhnya,

2. Membina warga negara yang bertanggung jawab,

3. Mengembangkan rasa hormat menghormati martabat individu dan

kesucian hak asasi manusia,

4. Menanamkan patriotisme dan integrasi nasional,

5. Mengembangkan cara hidup dan berpikir demokratis,

6. Mengembangkan toleransi, mengerti perbedaan,

7. Mengembangkan persaudaraan,

8. Mendorong tumbuhnya iman,

9. Menanamkan prinsip moral.

Page 15: Pengaruh Norma Moral Siswa Terhadap Proses Belajar

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pendidikan merupakan sebuah usaha yang berjalan secara terus menurus untuk

menjadikan manusia (masyarakat) mencapai taraf kemakmuran. Pendidikan sebagai

sarana pengantar untuk penyeimbang antara sumber daya manusia dan kemajuan

teknologi dan informasi sudah seharusnya memberikan pelayanan maupun kontribusi

yang tinggi. Pendidikan memiliki dua fungsi yaitu :memberikan arah kepada segenap

kegiatan pendidikan dan merupakan sesuatu yang ingin dicapai oleh segenap kegiatan

pendidikan. Pendidikan dalam kegiatan pendidikan memiliki tujuan utama

pengelolaan proses pendidikan yaitu terjadinya proses belajar dan pengalaman belajar

yang optimal.

Akan tetapi, pendidikan di indonesia dihadapkan pada problem rendahnya

mutu pendidikan yang sudah ada serta banyaknya siswa terutama siswa SMK yang

nilai norma moralnya sudah tidak ada lagi atau berkurang. Untuk itu, diperlukan

pendidikan moral untuk siswa SMK. Ini dilakukan agar siswa SMK dapat membentuk

tingkah laku yang baik, yaitu tingkah laku yang sesuai dengan harapan masyarakat

yang dilakukan secara sadar. Dewey (Daroeso, 1986:32) menyatakan pendidikan

moral seperti pendidikan intelektual mempunyai basis pada berfikir aktif mengenai

masalah – masalah moral dan keputusan – keputusan selanjutnya ia mengatakan

tujuan pendidikan adalah pertumbuhan atau perkembangan moral dan intelektual.

3.2 Saran

Saran saya dalam proposal ini, kita harus sama – sama sebagai insan pendidik harus

dapat mengajak peserta didik terutama siswa SMK yang norma moralnya berkurang

perlahan – lahan dan harus adanya pendidikan moral yang dimana pendidikan itu

dapat membuat tingkah laku atau norma moralnya bisa semakin baik, sehingga apa

yang diharapkan lingkungan terhadap siswa SMK tidak buruk lagi.

Page 16: Pengaruh Norma Moral Siswa Terhadap Proses Belajar

DAFTAR PUSAKA

Alan Gewirth, Reason and Morality, Chicago: The University of Chicago Press, 1981, p. 1.

Dr. Franz Magnis-Suseno, Etika Dasar: Masalah-Masalah Pokok Filsafat Moral, Yogyakarta:

Kinesis, 1987, hlm. 16-17.

tekpend-unm.com/index2.php?option=com_content&do_pdf. Tirtarahardja, Umar dan S.L. La Sulo. 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka

digilib.unnes.ac.id/.../library?. http://joko1234.wordpress.com/2010/03/13/indentifikasi-pemecahan-masalah/

http://www.detiknews.com.

http://www.sib-bangkok.org.

Pidarta, Prof. Dr. Made. 2004. Manajemen Pendidikan Indonesia. Jakarta: PT Rineka Cipta.

sayapbarat.wordpress.com/2007/08/29/masalah-pendidikan-di-indonesia.