MAMPU MEMBEDAKAN MANUSIA,NORMA, MORAL, DAN HUKUM

37
MAMPU MEMBEDAKAN MANUSIA,NORMA, MORAL, DAN HUKUM Disusun untuk memenuhi tugas Ilmu Sosian dan Budaya Dasar Kelompok 4 Di susun oleh: 1. Fanisa Aura Callista 2. Miftha Adiwidya Sidqon 3. Siti Fadilah 4. Putri Dewi Safitri 5. Wdyo Woro .P

description

MAMPU MEMBEDAKAN MANUSIA,NORMA, MORAL, DAN HUKUMDisusun untuk memenuhi tugas Ilmu Sosian dan Budaya DasarKelompok 4Di susun oleh:1. Fanisa Aura Callista2. Miftha Adiwidya Sidqon3. Siti Fadilah4. Putri Dewi Safitri5. Wdyo Woro .PAKADEMI KEBIDANAN PRIMA HUSADA BOGORKATA PENGANTARAlhamdulillahirabbil’alamin, penulis panjatkan puji dan syukur kehadirat illahi rabbi karena berkat rahmat taufik dan innayahnya makalah yang berjudul “Manusia, Nilai, Moral, dan Hukum” ini dapat diselesaikan. Penyusunan makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas terstruktur Ilmu Sosial Budaya Dasar.Makalah ini tidak lepas dari kekhilafan dan kekurangan. Karenanya segala kritik dan saran untuk penyempurnaan makalah ini sangat dinantikan. Mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat khususnya untuk kami dan umumnya untuk mahasiswa. Bandung, 10 Maret 2014 Penulis DAFTAR ISIKATA PENGANTAR.......................................................................................... .iDAFTAR ISI........................................................................................................ iiBAB I PENDAHULUAN.................................................................................... 1BAB II MANUSIA, NILAI, NORMA, DAN HUKUM..................................... 2A. Hakikat Nilai Moral dalam Kehidupan Manusia ............................................... 2B. Problematika Pembinaan Moral......................................................................... 8C. Manusia dan Hukum........................................................................................... 10D. Hubungan Hukum dan Moral............................................................................. 11BAB III PENUTUP....................................................................................... ..... 13 Kesimpulan ............................................................................................ 13DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... ..... 14BAB IPENDAHULUANA. Latar BelakangPendidikan pada hakikatnya adalah upaya untuk menjadikan manusia berbudaya.Budaya dalam pengertian yang sangat luas mencakup segala aspek kehidupan manusia, yang dimulai dari cara berpikir,bertingkah laku sampai produk-produk berpikir manusia yang berwujud dalam bentuk benda (materil)maupun dalam bentuk sistem nilai (in- materil).Pergaulan antar umat di dunia yang semakin intensif akan melahirkan budaya-budaya baru, baik berupa pencampuran budaya, penerimaan budaya oleh salah satu pihak atau keduanya, dominasi budaya, atau munculnya budaya baru.Keseluruhan proses ini tentu saja dipengaruhi oleh proses pendidikan di masyarakat.Pemunculan kebudayaan baru tidak sepenuhnya memberikan efek positif terhadap perkembangan suatu bangsa, tetapi ada juga yang berdampak negative. Untuk menghindari hal-hal negatif dari suatu kebudayaan baru, diperlukan berbagai upaya untuk mengadakan saringan kebudayaan yang dianggap paling tepat untuk diterapkan . Oleh karena , pemahaman terhadap kebudayaan menjadi penting bagi seorang pendidik agar pendidik memahami secara persis kebudayaan dan pengaruhnya terhadap perkembangan masyarakat.B. Rumusan MasalahAdapun rumusan masalah dalam yang terdapat pada pembahasan ini antara lain :1. Apa itu manusia?2. Apa itu nilai ?3. Apa jenis-jenis moral ?4. Proses terbentuknya hukum ?BAB IITINJAUAN MATERIA. Pengertian Manusia, Nilai, Moral dan Hukum1. ManusiaSecara bahasa manusia berasal dari kata “manu” (Sansekerta), “mens” (Latin), yang berarti berpikir, berakal budi atau makhluk ang berakal budi (mampu menguasai makhluk lain). Secara istilah ma

Transcript of MAMPU MEMBEDAKAN MANUSIA,NORMA, MORAL, DAN HUKUM

MAMPU MEMBEDAKAN MANUSIA,NORMA, MORAL, DAN HUKUM

Disusun untuk memenuhi tugas Ilmu Sosian dan Budaya Dasar

Kelompok 4

Di susun oleh:

1. Fanisa Aura Callista

2. Miftha Adiwidya Sidqon

3. Siti Fadilah

4. Putri Dewi Safitri

5. Wdyo Woro .P

AKADEMI KEBIDANAN PRIMA HUSADA

BOGOR

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin, penulis panjatkan puji dan syukur kehadirat illahi rabbi

karena berkat rahmat taufik dan innayahnya makalah yang berjudul “Manusia, Nilai, Moral, dan

Hukum” ini dapat diselesaikan. Penyusunan makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas

terstruktur Ilmu Sosial Budaya Dasar.

Makalah ini tidak lepas dari kekhilafan dan kekurangan. Karenanya segala kritik dan

saran untuk penyempurnaan makalah ini sangat dinantikan. Mudah-mudahan makalah ini dapat

bermanfaat khususnya untuk kami dan umumnya untuk mahasiswa.

Bandung, 10 Maret 2014

                                                                                               

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................... .i

DAFTAR ISI........................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................... 1

BAB II MANUSIA, NILAI, NORMA, DAN HUKUM..................................... 2

A.    Hakikat Nilai Moral dalam Kehidupan Manusia ............................................... 2

B.     Problematika Pembinaan Moral......................................................................... 8

C.     Manusia dan Hukum........................................................................................... 10

D.    Hubungan Hukum dan Moral............................................................................. 11

BAB III PENUTUP....................................................................................... ..... 13

            Kesimpulan ............................................................................................ 13

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... ..... 14

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Pendidikan pada hakikatnya adalah upaya untuk menjadikan manusia berbudaya.Budaya

dalam pengertian yang sangat luas mencakup segala aspek kehidupan manusia, yang dimulai

dari cara berpikir,bertingkah laku sampai produk-produk berpikir manusia yang berwujud dalam

bentuk benda (materil)maupun dalam bentuk sistem nilai  (in- materil).

Pergaulan antar umat di dunia yang semakin intensif akan melahirkan budaya-budaya

baru, baik berupa pencampuran budaya, penerimaan budaya oleh salah satu pihak atau

keduanya, dominasi budaya, atau munculnya budaya baru.Keseluruhan proses ini tentu saja

dipengaruhi oleh proses pendidikan di masyarakat.

Pemunculan kebudayaan baru tidak sepenuhnya memberikan efek positif terhadap

perkembangan suatu bangsa, tetapi  ada juga yang berdampak negative. Untuk menghindari hal-

hal negatif dari suatu kebudayaan baru, diperlukan berbagai upaya untuk mengadakan saringan

kebudayaan yang dianggap paling tepat untuk diterapkan . Oleh karena , pemahaman terhadap

kebudayaan menjadi penting bagi seorang pendidik agar pendidik memahami secara persis

kebudayaan dan pengaruhnya terhadap perkembangan masyarakat.

B.     Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam yang terdapat pada pembahasan ini antara lain :

1.      Apa itu manusia?

2.      Apa itu nilai ?

3.      Apa jenis-jenis moral ?

4.      Proses terbentuknya hukum ?

BAB II

TINJAUAN MATERI

A. Pengertian Manusia, Nilai, Moral dan Hukum

1. Manusia

Secara bahasa manusia berasal dari kata “manu” (Sansekerta), “mens” (Latin), yang

berarti berpikir, berakal budi atau makhluk ang berakal budi (mampu menguasai makhluk lain).

Secara istilah manusia dapat diartikan sebuah konsep atau sebuah fakta, sebuah gagasan atau

realitas, sebuah kelompok (genus) atau seorang individu. Manusia adalah makhluk yang tidak

dapat dengan segera menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

2. Nilai

Nilai dapat diartikan sebagai sifat atau kualitas dari sesuatu yang bermanfaat bagi

kehidupan manusia baik lahir maupun batin. Bagi manusia nilai dijadikan sebagai landasan,

alasan atau motivasi dalam bersikap dan bertingkah laku, baik disadari maupun tidak.

3. Moral

Moral adalah perbuatan/tingkah laku/ucapan seseorang dalam ber interaksi dengan

manusia. apabila yang dilakukan seseorang itu sesuai dengan nilai rasa yang berlaku di

masyarakat tersebut dan dapat diterima serta menyenangkan lingkungan masyarakatnya, maka

orang itu dinilai mempunyai moral yang baik, begitu juga sebaliknya. Jadi moral adalah tata

aturan norma-norma yang bersifat abstrak yang mengatur kehidupan manusia untuk melakukan

perbuatan tertentu dan sebagai pengendali yang mengatur manusia untuk menjadi manusia yang

baik.

4. Hukum

Hukum adalah sistem yang terpenting dalam pelaksanaan atas rangkaian kekuasaan

kelembagaan dari bentuk penyalahgunaan kekuasaan dalam bidang politik, ekonomi dan

masyarakat dalam berbagai cara dan bertindak, sebagai perantara utama dalam hubungan sosial

antar masyarakat terhadap kriminalisasi dalam hukum pidana, hukum pidana yang berupayakan

cara negara dapat menuntut pelaku dalam konstitusi hukum menyediakan kerangka kerja bagi

penciptaan hukum, perlindungan hak asasi manusia dan memperluas kekuasaan politik serta cara

perwakilan di mana mereka yang akan dipilih.

a. Konsep Nilai Budaya

Theodorson dalam Pelly (1994) mengemukakan bahwa nilai merupakan sesuatu yang

abstrak, yang dijadikan pedoman serta prinsip – prinsip umum dalam bertindak dan bertingkah

laku. Keterikatan orang atau kelompok terhadap nilai menurut Theodorson relatif sangat kuat

dan bahkan bersifat emosional. Oleh sebab itu, nilai dapat dilihat sebagai tujuan kehidupan

manusia itu sendiri.

Sedangkan yang dimaksud dengan nilai budaya itu sendiri sduah dirmuskan oleh beberapa ahli

seperti :

1 Koentjaraningrat

Menurut Koentjaraningrat (1987:85) lain adalah nilai budaya terdiri dari konsepsi –

konsepsi  yang  hidup  dalam  alam  fikiran  sebahagian  besar  warga  masyarakat mengenai hal

– hal yang mereka anggap amat mulia. Sistem nilai yang ada dalam suatu masyarakat dijadikan

orientasi dan rujukan dalam bertindak. Oleh karena itu, nilai budaya yang dimiliki seseorang

mempengaruhinya dalam menentukan alternatif, cara – cara, alat – alat, dan tujuan – tujuan

pembuatan yang tersedia.

2 Clyde Kluckhohn dlam Pelly

Clyde Kluckhohn dalam Pelly (1994) mendefinisikan nilai budaya sebagai konsepsi

umum yang terorganisasi, yang mempengaruhi perilaku yang berhubungan dengan alam,

kedudukan manusia dalam alam, hubungan orang dengan orang dan tentang hal – hal yang

diingini dan tidak diingini yang mungkin bertalian dengan hubungan orang dengan lingkungan

dan sesama manusia.

3 Sumaatmadja dalam Marpaung

Sementara itu Sumaatmadja dalam Marpaung (2000) mengatakan bahwa pada

perkembangan,  pengembangan,  penerapan  budaya  dalam  kehidupan,  berkembang pula nilai

– nilai yang melekat di masyarakat yang mengatur keserasian, keselarasan, serta keseimbangan.

Nilai tersebut dikonsepsikan sebagai nilai budaya.

Selanjutnya, bertitik tolak dari pendapat diatas, maka dapat dikatakan bahwa setiap

individu dalam melaksanakan aktifitas vsosialnya selalu berdasarkan serta berpedoman kepada

nilai – nilai atau system nilai yang ada dan hidup dalam masyarakat itu sendiri. Artinya nilai –

nilai itu sangat banyak mempengaruhi tindakan dan perilaku manusia, baik secara individual,

kelompok atau masyarakat secara keseluruhan tentang baik buruk, benar salah, patut atau tidak

patut

Suatu nilai apabila sudah membudaya didalam diri seseorang, maka nilai itu akan

dijadikan sebagai pedoman atau petunjuk di dalam bertingkahlaku. Hal ini dapat dilihat dalam

kehidupan sehari – hari, misalnya budaya gotong royong, budaya malas, dan lain – lain. Jadi,

secara universal, nilai itu merupakan pendorong bagi seseorang dalam mencapai tujuan tertentu.

Jadi dapat disimpulkan bahwa nilai budaya adalah suatu bentuk konsepsi umum yang

dijadikan pedoman dan petunjuk di dalam bertingkah laku baik secara individual, kelompok atau

masyarakat secara keseluruhan tentang baik buruk, benar salah, patut atau tidak patut.

b. Sistem Nilai

Tylor dalam Imran Manan (1989;19) mengemukakan moral termasuk bagian dari

kebudayaan, yaitu standar tentang baik dan buruk, benar dan salah, yang kesemuanya dalam

konsep yang lebih besar termasuk ke dalam ‘nilai’. Hal ini di lihat dari aspek penyampaian

pendidikan yang dikatakan bahwa pendidikan mencakup penyampaian pengetahuan,

keterampilan, dan nilai-nilai.

Kedudukan nilai dalam setiap kebudayaan sangatlah penting, maka pemahaman tentang

sistem nilai budaya dan orientasi nilai budaya sangat penting dalam konteks pemahaman

perilaku suatu masyarakat dan sistem pendidikan yang digunakan untuk menyampaikan sisitem

perilaku dan produk budaya yang dijiwai oleh sistem nilai masyarakat yang bersangkutan.

Clyde Kluckhohn mendefinisikan nilai sebagai sebuah konsepsi, eksplisit atau implisit,

menjadi ciri khusus seseorang atau sekelompok orang, mengenai hal-hal yang diinginkan yang

mempengaruhi pemilihan dari berbagai cara-cara, alat-alat, tujuan-tujuan perbuatan yang

tersedia. Orientasi nilai budaya adalah Konsepsi umum yang terorganisasi, yang mempengaruhi

perilaku yang berhubungan dengan alam, kedudukan manusia dalam alam, hubungan orang

dengan orang dan tentang hal-hal yang diingini dan tak diingini yang mungkin bertalian dengan

hubungan antar orang dengan lingkungan dan sesama manusia.

Sistem nilai budaya ini merupakan rangkaian dari konsep-konsep abstrak yang hidup

dalam masyarakat, mengenai apa yang dianggap penting dan berharga, tetapi juga mengenai apa

yang dianggap remeh dan tidak berharga dalam hidup. Sistem nilai budaya ini menjadipedoman

dan pendorong perilaku manusia dalam hidup yang memanifestasi kongkritnya terlihat dalam

tata kelakuan. Dari sistem nilai budaya termasuk norma dan sikap yang dalam bentuk abstrak

tercermin dalam cara berfikir dan dalam bentuk konkrit terlihat dalam bentuk pola perilaku

anggota-anggota suatu masyarakat.

Kluckhohn mengemukakan kerangka teori nilai nilai yang mencakup pilihan nilai yang

dominan yang mungkin dipakai oleh anggota-anggota suatu masyarakat dalam memecahkan 6

masalah pokok kehidupan.

c. Orientasi Nilai Buday

Kluckhohn dalam Pelly (1994) mengemukakan bahwa nilai budaya merupakan  sebuah 

konsep  beruanglingkup  luas  yang  hidup  dalam  alam  fikiran sebahagian besar warga suatu

masyarakat, mengenai apa yang paling berharga dalam hidup. Rangkaian konsep itu satu sama

lain saling berkaitan dan merupakan sebuah sistem nilai – nilai budaya. Secara  fungsional 

sistem  nilai  ini  mendorong  individu  untuk  berperilaku seperti  apa  yang  ditentukan. 

Mereka  percaya,  bahwa  hanya  dengan  berperilaku seperti itu mereka akan berhasil (Kahl,

dalam Pelly:1994). Sistem nilai itu menjadi pedoman yang melekat erat secara emosional pada

diri seseorang atau sekumpulan orang, malah merupakan tujuan hidup yang diperjuangkan.

Oleh karena itu,

merubah sistem nilai manusia tidaklah mudah, dibutuhkan waktu.Sebab, nilai–nilaitersebut

merupakan wujud ideal dari lingkungan sosialnya. Dapat pula dikatakan bahwa sistem   nilai  

budaya   suatu   masyarakat   merupakan   wujud   konsepsional   dari kebudayaan mereka, yang

seolah – olah berada diluar dan di atas para individu warga masyarakat itu. Ada lima

masalah pokok kehidupan manusia dalam setiap kebudayaan yang dapat ditemukan secara

universal. Menurut Kluckhohn dalam Pelly (1994) kelima masalah pokok tersebut adalah:

1) masalah hakekat hidup,

2) hakekat kerja atau karya manusia,

3) hakekat kedudukan manusia dalam ruang dan waktu,

4) hakekat hubungan manusia dengan alam sekitar, dan

5) hakekat dari hubungan manusia dengan manusia sesamanya.

Berbagai   kebudayaan   mengkonsepsikan   masalah   universal   ini   dengan berbagai 

variasi  yang  berbeda  –  beda.  Seperti  masalah  pertama,  yaitu  mengenai hakekat hidup

manusia. Dalam banyak kebudayaan yang dipengaruhi oleh agama Budha misalnya,

menganggap hidup itu buruk dan menyedihkan.Oleh karena itu pola kehidupan masyarakatnya

berusaha untuk memadamkan hidup itu guna mendapatkan   nirwana,   dan  

mengenyampingkan   segala   tindakan   yang   dapat menambah rangkaian hidup kembali

(samsara) (Koentjaraningrat, 1986:10). Pandangan  seperti  ini  sangat  mempengaruhi 

wawasan  dan  makna  kehidupan  itu secara keseluruhan. Sebaliknya banyak kebudayaan yang

berpendapat bahwa hidup itu baik. Tentu konsep – konsep kebudayaan yang berbeda ini

berpengaruh pula pada sikap dan wawasan mereka.

Masalah kedua mengenai hakekat kerja atau karya dalam

kehidupan. Ada kebudayaan yang memandang bahwa kerja itu sebagai usaha untuk

kelangsungan hidup (survive) semata. Kelompok ini kurang tertarik kepada kerja keras. Akan

tetapi ada juga yang menganggap kerja untuk mendapatkan status, jabatan dan kehormatan.

Namun, ada yang berpendapat bahwa kerja untuk mempertinggi prestasi. Mereka ini berorientasi

kepada prestasi bukan kepada status. Masalah ketiga mengenai orientasi manusia terhadap

waktu. Ada budaya yang memandang penting masa lampau, tetapi ada yang melihat masa kini

sebagai focus usaha dalam perjuangannya. Sebaliknya ada yang jauh melihat kedepan.

Pandangan yang berbeda dalam dimensi waktu ini sangat mempengaruhi perencanaan hidup

masyarakatnya.Masalah keempat berkaitan dengan kedudukan fungsional manusia terhadap

alam. Ada yang percaya bahwa alam itu dahsyat dan mengenai kehidupan manusia. Sebaliknya

ada yang menganggap alam sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa untuk dikuasai manusia.

Akan tetapi, ada juga kebudayaan ingin mencari harmoni dan keselarasan dengan alam. Cara

pandang ini akan berpengaruh terhadap pola aktivitas masyarakatnya.Masalah kelima

menyangkut hubungan antar manusia. Dalam banyak kebudayaan hubungan ini tampak dalam

bentuk orientasi berfikir, cara bermusyawarah, mengambil keputusan dan bertindak.

Kebudayaan yang menekankan hubungan horizontal (koleteral) antar individu, cenderung untuk

mementingkan hak azasi, kemerdekaan dan kemandirian seperti terlihat dalam masyarakat –

masyarakat eligaterian. Sebaliknya kebudayaan yang menekankan hubungan vertical cenderung

untuk mengembangkan orientasi keatas (kepada senioritas, penguasa atau pemimpin). Orientasi

ini banyak terdapat dalam masyarakat paternalistic (kebapaan). Tentu saja pandangan ini sangat

mempengaruhi proses dinamika dan mobilitas social masyarakatnya.

Inti permasalahan disini seperti yang dikemukakan oleh Manan

dalam Pelly (1994) adalah siapa yang harus mengambil keputusan. Sebaiknya dalam system

hubungan vertical keputusan dibuat oleh atasan (senior) untuk semua orang. Tetapi dalam 

masyarakat  yang  mementingkan  kemandirian  individual,  maka  keputusan dibuat dan

diarahkan kepada masing – masing individu. pola orientasi nilai budaya yang hitam putih

tersebut di atas merupakan pola yang ideal untuk masing – masing pihak. Dalam kenyataannya

terdapat nuansa atau variasi  antara  kedua  pola  yang  ekstrim  itu  yang  dapat  disebut  sebagai 

pola transisional. Kerangka Kluckhohn mengenai lima masalah dasar dalam hidup yang

menentukan orientasi nilai budaya manusia dapat dilihat pada Tabel 1.

Nilai Budaya Manusia

Masalah Dasar Dalam Hidup Orientasi Nilai Budaya

Konservatif Transisi Progresif

Hakekat Hidup Hidup itu

buruk

Hidup itu baik Hidup itu sukar

tetapi harus

diperjuangkan

Hakekat Kerja/karya Kelangsunga

n hidup

Kedudukan dan

kehormatan /

prestise

Mempertinggi

prestise

Hubungan Manusia Dengan

Waktu

Orientasi ke

masa lalu

Orientasi ke masa

kini

Orientasi ke masa

depan

Hubungan Manusia Dengan Alam Tunduk

kepada alam

Selaras dengan

alam

Menguasai alam

Hubungan Manusia Dengan

Sesamanya

Vertikal Horizontal/

kolekial

Individual/mandiri

*) Dimodifikasi dari Pelly (1994:104)

Meskipun cara mengkonsepsikan lima masalah pokok dalam kehidupan manusia yang

universal itu sebagaimana yang tersebut diatas berbeda – beda untuk tiap masyarakat dan

kebudayaan, namun dalam tiap lingkungan masyarakat dan kebudayaan tersebut lima hal

tersebut di atas selalu ada.

Sementara itu Koentjaraningrat telah menerapkan kerangka Kluckhohn di atas untuk

menganalisis masalah nilai budaya bangsa Indonesia, dan menunjukkan titik – titik   kelemahan  

dari   kebudayaan   Indonesia   yang   menghambat   pembangunan nasional. Kelemahan utama

antara lain mentalitas meremehkan mutu, mentalitas suka menerabas, sifat tidak percaya kepada

diri sendiri, sifat tidak berdisiplin murni, mentalitas suka mengabaikan tanggungjawab.

Kerangka Kluckhohn itu juga telah

dipergunakan dalam penelitian dengan kuesioner untuk mengetahui secara objektif cara berfikir

dan bertindak suku – suku di Indonesia umumnya yang menguntungkan dan merugikan

pembangunan.Selain itu juga, penelitian variasi orientasi nilai budaya tersebut dimaksudkan

disamping untuk mendapatkan gambaran sistem nilai budaya kelompok – kelompok etnik di

Indonesia, tetapi juga untuk menelusuri sejauhmana kelompok masyarakat itu memiliki system

orientasi nilai budaya yang sesuai dan menopang pelaksanaan pembangunan nasional.

B. SISTEM NILAI BUDAYA

a. SISTEM

Sistem merupakan istilah dari bahasa yunani “system” yang artinya adalah himpunan

bagian atau unsur yang saling berhubungan secara teratur untuk mencapai tujuan bersama.

Pengertian sistem menurut sejumlah para ahli :

1. L. James Havery

Menurutnya sistem adalah prosedur logis dan rasional untuk merancang suatu rangkaian

komponen yang berhubungan satu dengan yang lainnya dengan maksud untuk berfungsi sebagai

suatu kesatuan dalam usaha mencapai suatu tujuan yang telah ditentukan.

2. John Mc Manama

Menurutnya sistem adalah sebuah struktur konseptual yang tersusun dari fungsi-fungsi

yang saling berhubungan yang bekerja sebagai suatu kesatuan organik untuk mencapai suatu

hasil yang diinginkan secara efektif dan efesien.

3. C.W. Churchman.

Menurutnya sistem adalah seperangkat bagian-bagian yang dikoordinasikan untuk

melaksanakan seperangkat tujuan.

4. J.C. Hinggins

Menurutnya sistem adalah seperangkat bagian-bagian yang saling berhubungan.

5. Edgar F Huse dan James L. Bowdict

Menurutnya sistem adalah suatu seri atau rangkaian bagian-bagian yang saling

berhubungan dan bergantung sedemikian rupa sehingga interaksi dan saling pengaruh dari satu

bagian akan mempengaruhi keseluruhan.

b.     NILAI

Nilai adalah sesuatu yang berharga, bermutu, menunjukkan kualitas, dan berguna

bagi manusia. Sesuatu itu bernilai berarti sesuatu itu berharga atau berguna

c. NILAI BUDAYA

Nilai-nilai budaya merupakan nilai- nilai yang disepakati dan tertanam dalam suatu

masyarakat, lingkup organisasi, lingkungan masyarakat, yang mengakar pada suatu kebiasaan,

kepercayaan (believe), simbol-simbol, dengan karakteristik tertentu yang dapat dibedakan satu

dan lainnya sebagai acuan prilaku dan tanggapan atas apa yang akan terjadi atau sedang terjadi.

Nilai-nilai budaya akan tampak pada simbol-simbol, slogan, moto, visi misi, atau sesuatu yang

nampak sebagai acuan pokok moto suatu lingkungan atau organisasi.

Ada tiga hal yang terkait dengan nilai-nilai budaya ini yaitu :

Simbol-simbol, slogan atau yang lainnya yang kelihatan kasat mata (jelas)

Sikap, tindak laku, gerak gerik yang muncul akibat slogan, moto tersebut

Kepercayaan yang tertanam (believe system) yang mengakar dan menjadi kerangka acuan dalam

bertindak dan berperilaku (tidak terlihat).

d.     SISTEM NILAI BUDAYA

Sistem Nilai Budaya, Pandangan Hidup, dan Ideologi. Sistem budaya merupakan

tingkatan tingkat yang paling tinggi dan abstrak dalam adat istiadat. Hal itu disebabkan karena

nilai – nilai budaya itu merupakan konsep – konsep mngenai apa yang hidup dalam alam pikiran

sebagian besar dari dari warga suatu masyarakat mengenai apa yang mereka anggap bernilai ,

berharga, dan penting dalam hidup, sehingga dapat berfungsi sebagai suatu pedoman yang

memberi arah dan orientasi kepada kehidupan para warga masyarakat itu sendiri.

      Nilai – nilai budaya ini bersifat umum , luas dan tak konkret maka nilai – nilai budaya dalam

suatu kebudayaan tidak dapat diganti dengan nilai-nilai budaya yang lain dalam waktu yang

singkat.

      Dalam masyarakat ada sejumlah nilai budaya yang satu dan yang lain berkaitan satu sama

lain sehingga merupakan suatu sistem, dan sistem itu sebagai suatu pedoman dari konsep –

konsep ideal dalam kebudayaan memberi pendorong yang kuat terhadap arah kehidupan

masyarakat.

     

Menurut ahli antropologi terkenal C.Kluckhohn , tiap sistem nilai budaya dalam tiap

kebudayaan itu mengenai lima masalah dasar dalam kehidupan manusia yang menjadi landasan

bagi kerangka variasi system nilai budaya adalah :

1. Masalah mengenai hakekat dari hidup manusia (disingkat MH)

Ada kebudayaan yang memandang hidup manusia itu pada hakekatnya suatu hal yang buruk dan

menyedihkan .Pada agama Budha misalnya,pola – pola tindakan manusia akan mementingkan

segala usaha untuk menuju arah tujuan bersama dan memadamkan hidup baru. Adapun

kebudayaan – kebudayaan lain memandang hidup manusia dapat mengusahakan untk

menjadikannya suatu hal yang indah dan menggembirakan.

2. Masalah mengenai hakekat dari karya manusia ( disingkat MK)

Kebudayaan memandang bahwa karya manusia bertujuan untuk memungkinkan

hidup,kebudayaan lain menganggap hakekat karya manusia itu untuk memberikannya

kehormatan,ada juga kebudayaan lain yang menganggap karya manusia sebagai suatu gerak

hidup yang harus menghasilkan lebih banyak karya lagi.

3. Masalah mengenai hakekat dari kedudukan manusia dalam ruang dan waktu (disingkat

MW)

4. Kebudayaan memandang penting dalam kehidupan manusia pada masa lampau, keadaan

serupa ini orang akan mengambil pedoman dalam tindakannya contoh – contoh dan kejadian-

kejadaian dalam masa lampau. Sebaliknya ada kebudayaan dimana orang hanya mempunyai

suatu pandangan waktu yang sempit. Dalam kebudayaan ini perencanaan hidup menjadi suatu

hal yang sangat amat penting.

5. Masalah mengenai hakekat hubungan manusia dengan alam sekitarnya (disingkat MA)

6. Kebudayaan yangh memandang alam sebagai suatu hal yang begitu dahsyat sehingga

manusia hanya dapat bersifat menyerah tanpa dapat berusaha banyak. Sebaliknya ,banyak pula

kebudayaan lain yang memandang alam sebagai lawan manusia dan mewajibkan manusia untuk

selalu berusaha menaklukan alam. Kebudayaan lain masih ad yang menganggap bahwa  manusia

dapat berusaha mencari keselarasan dengan alam.

7. Masalah mengenai hakekat hubungan manusia dengan sesamanya (disingkat MM)

Ada kebudayaan  yang memntingkan hubungan vertical antara manusia dengan sesmanya.

Tingkah lakunya akan berpedoman pada tokoh – tokoh pemimpin. Kebudayaan lain

mementingkan hubungan horizontal antara manusia dan sesamanya. Dan berusaha menjaga

hubungan baik dengan tetangga dan sesamanya merupakan suatu hal yang penting dalam hidup.

Kecuali pada kebudayaan lain yang tidak menganggap manusia tergantung pada manusia lain,

sifat ini akan menimbulkan individualisme.

c.Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan nilai budaya

Menurut Munandar Sulaiman (1992), faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan

perkembangan nilai budaya adalah :

1.      Jarak komunikasi antara kelompok etnis.

Masih terdapat jarak komunikasi antara kelompok etnis, hal yang sering menimbulkan konflik

budaya seseorang yang bergerak dari satu kelompiok etnis ke kelompok etnis yang lain. Contoh

migdrasi ke kelompok etnis yang berbeda mungkin menimbulkan pergeseran sistem nilai budaya

yang sudah ada di daerah kelompok etnis penduduk asli, misalnya menganggap rendah status

etnis pendatang (negatif), tetapi mungkin juga etnis pendatang menjadi penggerak pembangunan

di daerah kelompok etnis penduduk asli (positif).

2.      Pelaksanaan pembangunan,

Pelaksanaan pembangunan yang terus menerus akan dapat merubah sistem nilai ke arah yang

positif dan negatif.

         Pergeseran sistem nilai yang mengarah ke perbaikan antara lain :

a.       Pola hidup tradisional, dan bertaraf lokal yang berbau mistis, berubah menjadi pola hidup

modern bertaraf nasional-internasional yang berbasis ilmu pengetahuan dan teklnologi.

b.      Pola hidup sederhana yang hanya bergantung pada alam lingkungan, meningkat menjadi

pola hidup modern yang mampu menguasai alam lingkungan dengan dukungan prasarana dan

sarana serta teknologi.

c.       Pola hidup makmur yang hanya kecukupan sandang, pangan, dan perumahan meningkat

menjadi pola hidup makmur dan juga sehat, teratur, bersih dan senang serta aman sesuai dengan

standar menurut ilmu pengetahuan dan teknologi.

d.      Kemampuan kerja yang hanya berbasis kekuatan fisik dan pengalaman, meningkat menjadi

kemampuan kerja berbasis keahlian, dan ketrampilan yang didukung teknologi.

         Pergeseran sitem nilai yang mengarah negatif antara lain :

a. Penggusuran hak milik seseorang untuk kepentingan pembangunan tanpa prosedur

hukum yang pasti dan tanpa ganti kerugian yang layak, bahkan tanpa ganti kerugian sama sekali.

b. Mengurangi atau meniadakan arti kemanusiaan seseorang memandang manusia sebagai

obyek sasaran yang selalu dikenai penertiban, serta hak asasinya tidak dihargai.

c. Tindakan sewenang-wenang dan tidak ada kepastian hukum dalam hubungan antara

penguasa / pejabat / majikan dengan rakyat bawahan /buruh.

3.      Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dapat menimbulkan konflik dengan tata nilai budaya

yang sudah ada, perubahan kondisi kehidupan manusia, sehingga manusia bingung sendiri

terhadap kemajuan yang telah diciptakan. Hal ini merupakan akibat sifat ambivalen teknologi

yang selain memiliki segi positif, juga memiliki segi negatif.Sebagai dampak negatif teknologi,

manusia menjadi resah. Keresahan manusia muncul akibat adanya benturan nilai teknologi

modern dengan nilai-nilai tradisional (konvensional). Ilmu pengetahuan dan teklnologi berpihjak

pada suatu kerangka budaya. Kontak budaya yang ada dengan budaya asing menimbulkan

perubahan orientasi budaya yang mengakibatkan perubahan sistem nilai budaya.

D.     Perbedaan nilai dan moral

1.      Pengertian Nilai

Nilai merupakan kumpulan sikap perasaan ataupun anggapan terhadap sesuatu hal mengenai

baik-buruk, benar-salah, patut-tidak patut, mulia-hina, maupun penting atau tidak penting.

Dalam kenyataannya orang dapat saja mengembangkan perasaannya sendiri yang mungkin saja

berbeda dengan perasaan sebagian besar warga masyarakat. Kenyataan ini melahirkan adanya

nilai individual, yakni nilai-nilai yang dianut oleh individu sebagai sebagai orang perorangan

yang mungkin saja selaras dengan nilai-nilai yang dianut oleh orang lain, tetapi dapat pula

berbeda atau bahkan bertentangan. Adapun nilai-nilai yang dianut oleh sebagian warga

masyarakat dinamakannilai sosial.

Berikut dikemukakan beberapa definisi yang dikemukakan oleh para ahli mengenai nilai sosial :

1. Kimball Young, nilai sosial adalah asumsi abstrak dan sering tidak disadari tentang apa

yang benar dan apa yang penting.

2. A. W. Green : nilai sosial adalah kesadaran yang secara relatif berlangsung disertai

emosi terhadap obyek.

3. Woods: nilai sosial merupakan petunjuk-petunjuk umum yang telah berlangsung lama

yang mengarahkan tingkah laku dan kepuasan dalam kehidupan sehari-hari.

         Jenis-jenis nilai

Notonegoro membedakan nilai menjadi tiga macam, yaitu sebagai berikut :

1. Nilai material, yakni meliputi berbagai konsepsi mengenai segala sesuatu yang berguna

bagi jasmani manusia.

2. Nilai vital, yaitu meliputi bergai konsepsi yang berkaitan dengan segala sesuatu yang

berguna bagi manusia dalam melaksanakan berbagai aktivitas.

3. Nilai kerohanian, yaitu meliputi berbagai konsepsi yang berkaitan dengan segala sesuatu

yang berhubungan dengan kebutuhan rohani manusia seperti :

a. Nilai kebenaran, yakni yang bersumber pada akal manusia (cipta)

b. Nilai keindahan, yakni nilai yang bersumber pada unsur perasaan(estetika)

c. Nilai moral, yakni yang bersumber pada unsur kehendak (karsa) dan

d. Nilai keagamaan, (religiusitas), yakni nilai yang bersumber pada revelasi (wahyu) dari

Tuhan.

         Ciri-ciri nilai sosial

Untuk lebih mengenal nilai sosial, berikut dikemukakan beberapa ciri tentang nilai sesuai yang

dikemukakan oleh Huky:

1. Nilai merupakan konstruksi masyarakat yang tercipta melalui interaksi di antara para

anggota masyarakat. Nilai tercipta secara sosial bukan secara biologis ataupun bawaan lahir.

2. Nilai sosial diimbaskan. Nilai dapat diteruskan dan diimbaskan dari satu orang atau

kelompok ke orang atau kelompok lain melalui berbagai macam proses sosial seperti kontak

sosial, komunikasi interaksi, difusi, adaptasi, adopsi, akulturasi maupun asimilasi.

3. Nilai dipelajari. Nilai diperoleh, dicapai dan dijadikan milik diri melalui proses belajar,

yakni sosialisasi yang berlangsung sejak masa kanak-kanak dalam keluarga

4. Nilai memuaskan manusia dan mengambil bagian dalam usaha pemenuhan kebutuhan-

kebutuhan sosial. Nilai yang disetujui dan yang telah diterima secara sosial itu menjadi dasar

bagi tindakan dan tingkah laku, baik secara pribadi, kelompok maupun masyarakat secara

keseluruhan.

5. Nilai merupakan asumsi-asumsi abstrak dimana terdapat konsensus sosial tentang harga

relatif dari obyek dalam masyarakat. Nilai-nilai sosial secara konseptual merupakan abstraksi

dari unsur-unsur nilai bermacam-macam obyek di dalam masyarakat.

6. Nilai-nilai cenderung berkaitan satu dengan yang lain dan membentuk pola-pola dan

sistem nilai dalam masyarakat. Dalam hal ini apabila tidak terjadi keharmonisan jalinan integral

dari nilai-nilai akan timbul problema sosial dalam masyarakat.

7. Sistem-sistem nilai beragam bentuknya antara kebudayaan yang satu dengan kebudayaan

yang lain, sesuai dengan penilian yang diperlihatkan oleh setiap kebudayaan terhadap bentuk-

bentuk kegiatan tertentu dalam masyarakat yang bersangkutan. Dengan kata lain,

keanekaragaman kebudayaan dengan bentuk dan fungsi yang saling berbeda, menghasilkan

sistem nilai yang berbeda pula.

8. Nilai selalu memberikan pilihan dari sistem-sistem nilai yang ada, sesuai dengan

tingkatan kepentingannya.

9. Masing-masing nilai dapat mempunyai pengaruh yang berbeda terhadap orang

perorangan dan masyarakat sebagai keseluruhan.

10. Nilai-nilai juga melibatkan emosi dan perasaan.

11. Nilai-nilai dapat mempengaruhi perkembangan pribadi dalam masyarakat secara positif

maupun negatif.

         Fungsi nilai sosial

Fungsi sosial antara lain sebagai berikut:

1. Sebagai faktor pendorong, hal ini berkaitan dengan nilai-nilai yang  berhubungan dengan

cita-cita atau harapan.

2. Sebagai petunjuk arah: cara berpikir, berperasaan, dan bertindak, serta panduan

menentukan pilihan, sarana untuk menimbang penilaian masyarakat, penentu dalam memenuhi

peran sosial, dan pengumpulan orang dalam suatu kelompok sosial.

3. Nilai dapat berfungsi sebagai alat pengawas dengan daya tekan dan pengikat tertentu.

Nilai mendorong, menuntun, dan kadang-kadang menekan para individu untuk berbuat dan

bertindak sesuai dengan nilai yang bersangkutan. Nilai menimbulkan perasaan bersalah dan

menyiksa bagi pelanggarnya.

4. Nilai dapat berfungsi sebagai alat solidaritas di kalangan kelompok atau masyarakat.

5. Nilai dapat berfungsi sebagai benteng perlindungan atau penjaga stabilitas budaya

kelompok atau masyarakat.

Pengertian Norma Sosial

Nilai dan norma selalu berkaitan, walaupun demikian keduanya dapat dibedakan. Untuk

melihat kejelasan hubungan antara nilai dengan norma, dapat dinyatakan bahwa norma pada

dasarnya adalah juga nilai tetapi disertai dengan sanksi yang tegas terhadap pelanggarnya. Nilai

merupakan sikap dan peerasaan-perasaan yang diperlihatkan oleh orang perorangan, kelompok

ataupun masyarakat secara keseluruhan tentang baik-buruk, benar-salah, suka/tidak suka, dan

sebagainya terhadap obyek, baik material maupun non material. Norma merupakan aturanaturan

dengan sanksi-sanksi yang dimaksudkan untuk mendorong bahkan menekan orang-perorang,

kelompok atau masyarakat secara keseluruhan untuk mencapai nilai-nilai sosial. Dengan kata

lain, nilai dan norma sosial bergandengan dalam mendorong dan menekan anggota masyarakat

untuk memenuhi atau mencapai hal-hal yang dianggap baik dalam masyarakat.

Norma merupakan ukuran yang digunakan oleh masyarakat apakah tindakan yang dilakukan

oleh seseorang atau sekelompok orang merupakan tindakan yang wajar dan dapat diterima

karena sesuai dengan harapan sebagian besar warga masyarakat ataukah merupakan tindakan

yang menyimpang karena tidak sesuai dengan harapan sebagian besar masyarakat. Norma

dibangun di atas nilai sosial, dan norma sosial diciptakan untuk menjaga dan mempertahankan

nilai sosial.

         Macam-macam norma sosial

Dilihat dari tingkat sanksi atau kekuatan mengikatnya terdapat beberapa macam norma.

1. Tata cara (usage)

Tata cara merupakan norma yang menunjuk kepada satu bentuk perbuatan dengan sanksi yang

sangat ringan terhadap pelanggarnya, misalnya aturan  memegang garpu atau sendok ketika

makan, cara memegang gelas ketika minum, serta mencuci tangan sebelum makan. Suatu

pelanggaran atau penyimpangan terhadapnya tidak akan mengakibatkan hukuman yang berat,

tetapi hanya sekadar celaan atau dinyatakan tidak sopan oleh orang lain.

2. Kebiasaan (folkways)

Kebiasaan atau folksways merupakan cara-cara bertindak yang digemari masyarakat sehingga

dilakukan berulang-ulang oleh banyak orang. Folksways mempunyai kekuatan mengikat lebih

besar dari pada tata cara. Misalnya mengucapkan salam ketika bertemu, membungkukkan badan

sebagai tanda penghormatan kepada orang yang lebih tua, serta membuang sampah pada

tempatnya. Apabila perbuatan tersebut tidak dilakukan, maka dianggap sebagai penyimpangan

terhadap kebiasaan umum dalam masyarakat dan setiap orang akan menyalahkannya. Sanksinya

dapat berupa teguran, sindiran atau dipergunjingkan.

3. Tata kelakuan (mores)

Tata kelakuan merupakan norma yang bersumber kepada filsafat, ajaran agama atau ideologi

yang dianut oleh masyarakat. Pelanggarnya disebut jahat. Contoh :

larangan berzina, berjudi, minum minuman keras, penggunaan narkotika dan zat-zat aditif (obat-

obatan terlarang), dan mencuri. Menurut Mac Iver dan Page, apabila kebiasaan (folkways) tidak

hanya dianggap sebagai cara berperilaku,tetapi juga diterima sebagai norma pengatur, maka

kebiasaan tadi pun menjadi mores. Ia mencerminkan sifat-sifat yang hidup dan secara sadar atau

tidak digunakan sebagai alat pengawas oleh masyarakat terhadap warganya. Tata kelakuan di

satu pihak memaksakan suatu perbuatan dan di lain pihak melarang suatu perbuatan, sehingga

secara langsung merupakan suatu alat pengendalian sosial agar anggota masyarakat

menyesuaikan tindakan-tindakan dan perbuatan-perbuatannya dengan tata kelakuan itu.

Tata kelakuan sangat penting dalam masyarakat, karena berfungsi:

a. Memberi batas-batas kepada kelakuan-kelakuan individu. Setiap masyarakat mempunyai

tata kelakuan masing-masing yang sering kali berbeda antara yang satu dengan yang lain. Suatu

masyarkat dengan tegas malarang pergaulan bebas antara pemuda dengan pemudi, sebaliknya

larangan tersebut dapat saja tidak jelas pada masyarakat yang lain. Namun juga terdapat

perilaku-perilaku yang secara umum atau universal ditentang atau dilarang oleh tata kelakuan

yang berlaku di berbagai masyarakat dari berbagai suku bangsa di dunia.

b. Tata kelakuan mengidentifikasikan individu dengan kelompoknya. Di satu pihak tata

kelakuan memaksa agar individu menyesuaikan tindakan-tindakannya dengan tata kelakuan

yang berlaku, dan di lain pihak memaksa masyarakat untuk menerima individu berdasarkan

kesanggupannya menyesuaikan dirinya dengan tata kelakuan yang berlaku. Bahkan, tata

kelakuan dapat masyarakat memberikan penghargaan kepada para warganya yang dapat

dianggap sebagai teladan dalam bertindak dan bertingkah laku.

c. Tata kelakuan menjaga solidaritas antara anggota-anggota masyarakat sehingga

mengukuhkan ikatan dan mendorong tercapainya integrasi sosial yang kuat.

4. Adat ( customs)

Adat merupakan norma yang tidak tertulis namun sangat kuat mengikat sehingga anggota-

anggota masyarakat yang melanggar adat-istiadat akan menderita, karena sanksi keras yang

kadang-kadang secara tidak langsung dikenakan. Misalnya pada masyarakat yang melarang

terjadinya perceeraian, apabila terjadi suatu perceraian maka tidak hanya yang bersangkutan

yang mendapatkan sanksi atau menjadi tercemar, tetapi seluruh keluarga atau bahkan

masyarakatnya. Sanksi atas pelanggaran terhadap adat istiadat dapat berupa pengucilan,

dikeluarkan dari masyarakat atau harus memenuhi persyaratan tertentu, misalnya melakukan

upacara tertentu sebagai media rehabilitasi dirinya.

5. Hukum (laws)

Hukum merupakan norma yang bersifat formal dan berupa aturan tertulis. Ketentuan sanksi

terhadap pelanggar paling tegas apabila dibandingkan dengan norma-norma yang disebut

terdahulu. Hukum adalah suatu rangkaian aturan yang ditujukan kepada anggota masyarakat

yang berisi ketentuan-ketentuan, perintah, kewajiban ataupun larangan, agar dalam masyarakat

tercipta suatu ketertiban dan keadilan. Ketentuan-ketentuan dalam norma hukum lazimnya

diindikasikan dalam bentuk kitab undang-undang atau konvensi-konvensi. Disamping norma-

norma yang tersebut di atas, dalam masyarakat masih terdapat pula norma yang mengatur

tentang tindakan-tindakan yang berkaitan dengan estetika, seperti tari-tarian, pakaian, musik,

arsitektur rumah, dan interior mobil. Mirip dengan estetika adalah mode atau fashion. Mode atau

fashion merupakan cara atau gaya dalam melakukan atau membuat sesuatu yang sering berubah-

ubah dan diikuti oleh banyak orang. Salah satu ciri khas mode adalah sifatnya yang massal dan

tibatiba dalam waktu yang relatif singkat.

Norma yang berlaku dalam masyarakat dapat pula dibedakan berdasarkan jenis atau sumbernya

yaitu sebagai berikut :

1. Norma agama, yakni ketentuan-ketentuan hidup bermasyarakat yang bersumber pada

ajaran agama (wahyu atau revelasi).

2. Norma kesopanan atau etika, yakni ketentuan-ketentuan hidup yang berlaku dalam

hubungan atau interaksi sosial antar manusia dalam masyarakat.

3. Norma kesusilaan, yakni ketentuan-ketentuan yang bersumber pada hati nurani, moral

atau filsafat hidup.

4. Norma hukum, yakni ketentuan-ketenteuan tertulis yang berlaku dalam bersumber pada

kitab undang-undang suatu negara tertentu.

E.Fungsi nilai moral dan hukum dimasyarakat

            Nilai moral dan hukum mempunyai keterkaitan yang sangat erat sekali. nilai dianggap

penting oleh manusia itu harus jelas, harus semakin diyakini oleh individu dan hasrus

diaplikasikan dalam perbuatan.moralitas diidentikan dengan perbuatan baik dan perbuatan

buruk(etika) yang mana cara mengukurannya adalah melalui nilai- nilai yang terkandung dalam

perbuatan tersebut

            Pada dasarnya nilai, moral, dan hukum mempunyai fungsi yaitu untuk melayani manusia.

pertama, berfungsi mengingatkan manusia untuk melakukan kebaikan demi diri sendiri dan

sesame sebagai bagian dari masyarakat. kedua, menarik perhatian pada permaslahan-

permasalahan moral yang kurang ditanggapi manusia. Ketiga, dapat menjadi penarik perhatian

manusia kepada gejala “Pembiasaan emosional”

Selain itu fungsi dari nilai, moral dan hukum yaitu dalam rangka untuk pengendalian dan

pengaturan. Pentingnya system hukum ialah sebagai perlindungan bagi kepentingan-kepentingan

yang telah dilindungi agama, kaidah kesusilaan dan kaidah kesopanan karena belum cukup kuat

untuk melindungi dan menjamin mengingat terdapat kepentingan-kepentingan yang tidak

teratur.untuk melindungi lebih lanjut kepentingan yang telah dilindungi kaidah-kaidah tadi maka

diperlukanlah system hukum. Hukum yang mengatur kehidupan masyarakat dan nyata berlaku

dalam masyarakat , disebut hukum positif.

            Istilah hukum positif dimaksudkan untuk menandai “diferensi”(perbedaan) dan hukum

terhadap kaidah-kaidah lain dalam masyarakat tampil lebih jelas tegas, dan didukung oleh

perlengkapan yang cukup agar diikuti oleh anggota masyarakat .sebagai attribut positif ini ialah:

1. Bukanlah kaidah social yang mengambang atau tidak jelas bentuk dan tujuannya

sehingga dibutuhkan lembaga khusus yang bertujuan merumuskan dengan jelas tujuan

yang hendak dicapai oleh hukum.

2. dibutuhkan staf(orang / personalia) yang menjaga berlakunya hukum, seperti polisi dan

pengadilan.

Bahkan tatkala terjadi dilema di dalam hukum sendiri, yang dapat disebabkan karena

adanya konflik, baik dari lembaga-lembaga hukum, sarana prasarana hukum bahkan rendahnya

budaya hukum dalam masyarakat, maka setiap orang (masyarakat dan aparatur hukum) harus

mengembalikannya pada rasa keadilan hukum masyarakat, artinya harus mengutamakan

moralitas masyarakat.

F.    HUBUNGAN HUKUM DAN MORAL

Antar hukum dan moral terdapat hubungan yang erat sekali, ada pepatah roma yang

mengatakan “quid leges sine morimbus?” apa artinya undang undang kalau tidak disertai

moralitas? Dengan demikian hukum tidak akan berarti tanpa dijiwai moralitas, hukum akan

kosong tanpa moralitas. Oleh karena itu kualitas hukum harus selalu diukur dengan norma

moral, perundang-ungan yang immoral harus diganti. Disisi lain, moral juga membutuhkan

hukum, sebab moral tanpa hukum hanya angan-angan saja, kalau tidak diundangkan atau

dilembagakan dalam masyarakat. Dengan demikian hukum bisa meningkatkan dampak social

dari moralitas. Meskipun tidak semua harus diwujudkan dalam bentuk hukum, karena hal itu

mustahil. Hukum hanya membatasi diri dengan mengatur hubungan antar manusia yang relevan.

Meskipun hungan antra hukum dan moral begitu erat, namun hukum dan moral tetap

berbeda, sebab dalam kenyataanya “ mungkin” ada hukum yang bertentangan dengan moral,

yang berarti terdapa ketidakcocokan antara hukum dengan moral. Hukum dapat dijiwai oleh

moralitas. Kualitas hukum terletak pada bobot moral yang menjiwainya. Namun demikian

perbedaan hukum dengan moral sangat jelas, setidaknya seperti yang diungkapkan oleh K.

Bertens yang menyatakan bahwa selain itu ada empat perbedaan antara hukum dan moral;

pertama, hukum lebih dikodifikasikan daripada moralitas, artinya dibukukan secara sistematis

dalam kitab perundang-undangan. Oleh karena itu norma hukum lebih memiliki kepastian dan

objektif dibandingkan dengan norma moral, sedangkan norma moral bersifat lebih subjektif dan

akibatnya lebih banyak “diganggu”oleh diskusi-diskusiyang mencari kejelasan tentang yang

harus dianggap etis dan tidak etis. Kedua, meskipun hukum dan moral mengatur tingka laku

manusia, namun hukummembatasi diri pada tingkah laku lahiriah saja, sedangkan moral

menyangkut juga batin seseorang. Ketiga, sanksi yang berkaitan dengan hukum berbeda dengan

sanksi yang berkaitan dengan moralitas. Hukum untuk sebagian terbesar dapat dipaksakan,

pelanggar akan terkena hukumannya. Tapi norma etis tidak bisa dipaksakan, sebab paksaan

hanya menyentuh bagian luar, sedangkan perbuatan etis justru berasal dari dalam. Satu-satunya

sanksi dibidang moralitas adalah hati nurani yang tidak tenang. Keempat, hukum didasarkan

pada kehendak masyarakat dan akhirnya menjadi kehendak Negara. Meskipun hukum tidak

langsung berasal dari Negara seperti hukum adat, namun hukum itu harus diakui oleh Negara

supaya berlaku sebagai hukum. Moralitas didasarkan pada norma-norma moral yang melebihi

pada individu dan masyarakat. Dengan cara demokratis atau dengan cara lain masyarakat dapat

mengubah hukum, tapi tidak pernah masyarakat dapat mengubah atau membatalkan suatu norma

moral. Moral memiliki hukum dan tidak sebaliknya.

BAB III

PENUTUP

A.    Kesimpulan

Manusia, nilai, moral dan hukum adalah suatu hal yang saling berkaitan dan saling

menunjang. Sebagai warga negara kita perlu mempelajari, menghayati dan melaksanakan

dengan ikhlas mengenai nilai, moral dan hukum agar terjadi keselarasan dan harmoni kehidupan.

B.     Saran

Penegakan hukum harus memperhatikan keselarasan antara keadilan dan kepastian

hukum. Karena, tujuan hukum antara lain adalah untuk menjamin terciptanya keadilan (justice),

kepastian hukum (certainty of law), dan kesebandingan hukum (equality before the law).

Penegakan hukum-pun harus dilakukan dalam proporsi yang baik dengan penegakan hak

asasi manusia. Dalam arti, jangan lagi ada penegakan hukum yang bersifat diskriminatif,

menyuguhkan kekerasan dan tidak sensitif jender. Penegakan hukum jangan dipertentangkan

dengan penegakan HAM. Karena, sesungguhnya keduanya dapat berjalan seiring ketika para

penegak hukum memahami betul hak-hak warga negara dalam konteks hubungan antara negara

hukum dengan masyarakat sipil.

DAFTAR PUSTAKA

http://grms.multiply.com/journal/item/26

http://bambang1988.wordpress.com/2009/04/13/manusia-nilai-moral-dan-hukum/

http://hanstoe.wordpress.com/2009/02/21/problematika-nilai-moral-dan-hukum-dalam-

masyarakat/

http://herususetyo.multiply.com/journal/item/9

Juanda, dkk. 2010. Bahan Ajar Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta: UNJ.

http://Sutriyadinata.blogspot.com