PENGARUH MOTIVASI. MINAT DAN LINGKUNGAN BELAJAR …/Pengaruh... · MAHASISWA AKAFARMA SUNAN GIRI...

143
PENGARUH MOTIVASI. MINAT DAN LINGKUNGAN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR MAHASISWA AKAFARMA SUNAN GIRI PONOROGO TESIS Untuk memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajad Magister Program studi: Magister Kedokteran Keluarga Minat Utama : Pendidikan Profesi Kesehatan Oleh Susilowati Andari S540908119 PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2009

Transcript of PENGARUH MOTIVASI. MINAT DAN LINGKUNGAN BELAJAR …/Pengaruh... · MAHASISWA AKAFARMA SUNAN GIRI...

PENGARUH MOTIVASI. MINAT DAN LINGKUNGAN

BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR

MAHASISWA AKAFARMA SUNAN GIRI PONOROGO

TESIS

Untuk memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajad Magister

Program studi: Magister Kedokteran Keluarga Minat Utama : Pendidikan Profesi Kesehatan

Oleh

Susilowati Andari S540908119

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2009

PENGARUH MOTIVASI. MINAT DAN LINGKUNGAN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR

MAHASISWA AKAFARMA SUNAN GIRI PONOROGO

Disusun oleh :

Susilowati Andari S540908119

Telah disetujui oleh Tim Pembimbing

Dewan Pembimbing:

Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal

Pembimbing I DR. Nunuk Suryani,M.Pd

NIP 196611081990032001

Pembimbing II Dr. Fx.Bambang Sukilarso

Sakiman,MS

NIP 195103061979031002

Mengetahui Ketua Program MKK

Prof. DR.dr. Didik Gunawan Tamtomo,M.Kes,MM.,PAk NIP : 194803131976101001

Lembar Pengesahan Penguji Tesis

Pengaruh Motivasi, Minat dan Lingkungan Belajar terhadap Prestasi

Belajar Mahasiswa Akafarma Sunan Giri Ponorogo

TESIS

Disusun Oleh :

Susilowati Andari S540908119

Telah disetujui dan disyahkan oleh Tim Penguji:

Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal

Ketua

merangkap

anggota

Prof. DR.dr. Didik Gunawan Tamtomo, MM.,M.Kes.,PAk NIP 194803131976101001

..........................

.................

Sekretaris

merangkap

anggota

Prof. Dr. Bhisma

Murti,MPH.,M.Sc.,PhD

NIP 19551021994121001

.........................

...................

Anggota DR. Nunuk Suryani,M.Pd

NIP 196611081990032001

dr. Fx. Bambang S. S, MS

NIP. 195103061979031002

..........................

........................

...................

...................

Mengetahui :

Direktur

Program Pasca Sarjana

Prof.Drs.Suranto,M.Sc,Ph.D NIP. 195708201985031004

Ketua Program Studi

Magister Kedokteran Keluarga

Prof.Dr.dr.Didik Tamtomo,MM,M.Kes,PAk NIP. 194803131976101001

KATA PENGANTAR

Ucap syukur Alhamdulillah kepada Alloh SWT yang telah melimpahkan

Rahmat dan HidayahNYA sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian “

Pengaruh Motivasi, Minat dan Lingkungan Belajar terhadap Prestasi Belajar

Mahasiswa Akafarma Sunan Giri Ponorogo” ini dengan baik.

Sholawat dan salam semoga tetap tercurah kepada junjungan Nabi Besar

Muhammad SAW yang telah membawa manusia dari jalan kegelapan menuju

jalan terang benderang.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih yang

sedalam-dalamnya kepada berbagai pihak yang telah memberi bantuan berupa

bimbingan, arahan dan dorongan yang sangat berarti sejak dari persiapan sampai

dengan terselesaikannya tulisan ini. Karenanya penulis menyampaikan

terimakasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada:

1. Prof.Dr.Suranto.MSc.,Phd selaku Direktur Program Pasca Sarjana Universitas

Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis

untuk menempuh studi lanjut

2. Prof.Dr.dr.Didik Tamtomo,MM,M.Kes,PAK, selaku Ketua Program Studi

Megister Kedokteran Keluarga Universitas Sebelas Maret Surakarta yang

telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menempuh studi lanjut.

3. DR. Nunuk Suryani,MPd selaku Dosen Pembimbing I yang telah banyak

membantu. mengarahkan, membimbing dan memberi dorongan sampai

penelitian ini selesai

4. Dr. Fx. Bambang Sukilarso Sakiman,MS selaku Pembimbing II yang telah

banyak membantu. Mengarahkan, membimbing dan memberi dorongan

sampai penelitian ini selesai

5. Dra. Hj. Maesunnah,Apt selaku Direktur Akafarma sunan Giri Ponorogo yang

telah memberi kesempatan kepada penulis untuk menempuh studi lanjut.

6. Suami dan anak-anakku yang sholih dan sholihah yang telah memberi

semangat sehingga penulis termotivasi untuk menyelesaikan penelitian ini

7. Teman-temanku di Akafarma Sunan Giri ponorogo yang telah banyak

membantu memberikan dorongan moril kepada peneliti dalam menyelesaikan

penelitian ini

8. Teman-teman seminat di program Studi Megister Kedokteran Keluarga Minat

utama Pendidikan Profesi Kesehatan yang telah banyak membantu peneliti

dalam menyelesaikan penelitian ini

Semoga amal dan kebaikan yang telah diberikan mendapat pahala dari

Alloh SWT.Amin

Surakarta, Desember 2009

Peneliti

PERNYATAAN Nama : Susilowati Andari

Nim : S540908119

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis berjudul “Pengaruh

Motivasi, Minat dan Lingkungan Belajar terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa

Akafarma Sunan Giri Ponorogo” adalah betul-betul karya sendiri. Hal-hal yang

bukan karya saya, dalam tesis tersebut diberi tanda citasi dan ditunjuk dalam

daftar pustaka.

Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka

saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang

saya peroleh dari tesis tersebut

Surakarta, Desember 2009

Yang membuat pernyataan,

Susilowati Andari

ABSTRAK Susilowati Andari.2009. Pengaruh Motivasi, Minat dan Lingkungan Belajar terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa Akafarma Sunan Giri Ponorogo.Tesis. Magister Kedokteran Keluarga, Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan. Program pasca sarjana Universitas Sebelas Maret. Surakarta. Kata Kunci: Motivasi,Minat,Lingkungan Belajar,Prestasi Belajar

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui motivasi,minat dan lingkungan belajar serta prestasi belajar dan untuk mengetahui apakah ada pengaruh yang signifikan antara motivasi, minat, dan lingkungan belajar terhadap prestasi belajar mahasiswa di Akafarma Sunan Giri Ponorogo baik secara parsial maupun simultan.

Penelitian dilakukan terhadap mahasiswa semester tiga dan lima

Akafarma Sunan Giri Ponorogo pada bulan Nopember 2009. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif dengan jenis asosiatif serta menggunakan tehnik analisis regresi, yaitu Regresi Linier Berganda. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa Akafarma Sunan Giri Ponorogo yang telah menempuh satu tahun pendidikan dengan jumlah 50 mahasiswa. Sampel yang digunakan adalah seluruh populasi dengan metode sampling Exhaustive Sampling.

Hasil Penelitian menunjukkan bahwa tingkat motivasi, minat dan

lingkungan belajar mahasiswa Akafarma Sunan Giri Ponorogo rata-rata dalam kategori baik dengan nilai masing-masing 80%, 60 %, 80%. Sedangkan prestasibelajar mahasiswa Akafarma tahun akademi 2009/2010 pada umumnya sangat memuaskan dengan nilai 64% Secara parsial motivasi mempengaruhi prestasi belajar sebesar 13 % dibuktikan dengan nilai t hitung sebesar 2.632 dengan probabilitas 0.012 yang lebih kecil dari 0.05 yang berarti variabel tersebut signifikan. Minat belajar mahasiswa mempengaruhi prsetasi belajar sebesar 22 % dibuktikan dengan nilai t hitung sebesar 3.614 dengan probabilitas 0.01 < 0.05 yang berarti variabel tersebut signifikan. Lingkungan belajar secara parsial menyumbang 22 % terhadap prestasi belajar dengan nilai t hitung sebesar 3.574 dengan probabilitas 0.001 < 0.05 yang berarti variabel tersebut signifikan. Berdasar F hitung yang didapat 51.679 dengan signifikansi 0.000, maka harga signifikansi yang kurang dari 0.05 menunjukkan nilai F hitung yang didapat signifikan dan ini berarti secara simultan motivasi, minat dan lingkungan belajar mahasiswa mempengaruhi prestasi belajarnya . Besar pengaruh kesemua variabel terhadap prestasi belajar ditunjukkan dengan nilai R2 sebesar 77.1 %, yang berarti pula ada 22.9% faktor lain yang juga mempengaruhi prestasi belajar yang tidak diteliti pada penelitian ini.

Kesimpulan pada penelitian ini adalah ada pengaruh motivasi, minat

dan lingkungan belajar terhadap prestasi belajar.

ABSTRACT Susilowati Andari. .2009. The Influence of Motivation, Interest and Learning Environment toward Students’ Achievement of Akafarma Sunan Giri Ponorogo. Thesis. Master of Family Medical, The Main Interest on Health profession Education, Post Graduate Program.of Sebelas Maret University. Surakarta Keywords: Motivation, Interest, Learning Environment, and Achievement

The purpose of this research was to investigate motivation, interest, and learning environment of Akafarma students, and is there a significant influence among motivation, interest, and learning environment toward students’achievement of Akafarma both partially or simultaneously.

This research conducted for the third and fifth semester students of

Akafarma Sunan Giri Ponorogo. The research methode used in this study was quantitative method using associative design. The technique used in analyzing data was multiple linier regression. The population of this research was 50 students of Akafarma Sunan Giri Ponorogo who have been studied for one year. All of the population was the research sample (i.e. population research).

The research results show that in average the level of motivation,

interest, and learning environment of the students of Akafarma Sunan Giri Ponorogo, have good category in each value, those are 80%, 60%, 80%. While students’achievement of Akafarma Sunan Giri Ponorogo in 2009-2010 academic year have very satisfied value with the score 64%. Motivation influences on achievement about 13%. With t value = 2.632 and p= 0.012 (<0.05) means that the variable is significant. The students interest influences on achievement about 22%. This variable is significant with t value = 3.614 and p = 0.01 (<0.05). Learning environment contributes 22% toward students’achievement. The variable is significant with t value = 3.57 and p = 0.001 (<0.05). It also find out that F value is 51.679 and p = 0.000 (<0.05), it means that motivation, interest, and learning environment have a significant influence toward students’ achievement. The influence value toward students’achievement shown by the R2 value = 77,1 %.It means that there are 22,9% influence from other factors which also affect the students’ achievement.

It can be concluded that motivation, interest, and learning environment

have a significant influence on students’ achievement of Akafarma Sunan Giri Ponorogo.

DAFTAR ISI JUDUL Hal

HALAMAN JUDUL

HALAMAN PENGESAHAN

KATA PENGANTAR

PERNYATAAN

ABSTRAK

ABSTRACT

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………

A. Latar Belakang Masalah………………………………………...

B. Rumusan Masalah……………………………………………….

C. Tujuan Penelitian……………………………………………..…

D. Manfaat Penelitian…………………………………………..…..

BAB II KAJIAN PUSTAKA…………………………………………

A. Faktor-faktor yang mempengaruhi Prestasi Belajar………..........

1. Motivasi Belajar.......................................................................

1.1. Teori Motivasi……..…………………………………….….

1.2. Fungsi Motivasi………………………………………….....

1.3. Jenis – jenis Motivasi……………………………………....

1.4. Pengertian Motivasi….……………………………………..

1.5. Faktor-faktor yang mempengaruhi Motivasi………….…....

1.6. Upaya meningkatkan motivasi belajar mahasiswa …………

i

ii

iii

iv

v

vi

vii

1

1

4

4

5

7

7

7

7

8

9

11

12

14

1.7. Indikator-indikator Motivasi……………….…….……….…

2. Minat Belajar………………………………..…………..…..

2.1. Pengertian Minat Belajar…………………………………….

2.2. Pembagian Minat……………………………………………..

2.3. Indikator-indikator Minat……………………………………..

2.4. Upaya meningkatkan Minat Mahasiswa dalam Belajar ….....

2.5. Metode Pengukuran Minat……………………………………

3. Kajian tentang Lingkungan Belajar…………………………

3.1. Pengertian Lingkungan Belajar……………………………..

3.2. Macam-macam Lingkungan Belajar……………………..….

3.2.1. Lingkungan Keluarga………………………………….…..

3.2.2. Lingkungan Kampus………………………………...…….

3.2.3. Lingkungan Masyarakat……………………………..……

B. Kajian tentang Prestasi Belajar……………………………..........

1. Belajar……………………………………………………......

1.1. Pengertian Belajar……………………………………....….

1.2. Fase dan Cara Belajar yang Efektif…………………........…

1.3. Prinsip-prinsip Belajar………………………………......…..

2. Prestasi Belajar………………………………………....……

2.1. Pengertian Prestasi Belajar…………………………......…..

2.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi Belajar…...…..

C. Penelitian yang Relevan.................................................................

D. Kerangka Berpikir.........................................................................

19

20

20

28

30

32

35

36

36

37

37

43

47

49

49

49

51

57

60

60

61

72

73

E. Hipotesis………………………………………………………..

BAB III METODE PENELITIAN …………………………………

A. Jenis Penelitian…………………………………........………….

B. Lokasi Penelitian………………………………........…………..

C. Populasi dan Sampel…………………………….........………….

D. Metode Pengumpulan Data……………………….........………..

1. Metode Angket/Kuesioner…………………….........…………

2. Metode Dokumentasi………………………….............………

E. Definisi Operasional…………………………………….........….

F. Instrumen Penelitian………………………………........………..

1. Penyusunan Instrumen...............................................................

2. Uji Kualitas Angket Penelitian…………………........……….

a. Validitas…………………………………………......………

b. Reliabilitas…………………………………….....…………

G. Tehnik Analisa Data……………………………….......……….

1. Uji Prasyarat Analisis…………………………......…………

a. Uji Normalitas………………………………......………..

b. Uji Linieritas………………………………….......……….

c. Uji Multikolinieritas………………………….......……….

2. Uji Hipotesis..............................................................................

2.1. Uji Analisis Linier Berganda........................................................

2.2. Uji F atau Uji Simultan................................................................

2.3. Uji t atau Uji Parsial.....................................................................

76

77

77

77

77

78

78

79

79

81

81

82

83

84

85

85

85

86

87

88

89

89

90

2.4. Kontribusi(Koefisien Determinant,R2).........................................

2.5. Kontribusi parsial,r2......................................................................

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

A. Hasil Penelitian...........................................................................

a. Gambaran Umum...................................................................

b. Uji Instrumen Penelitian........................................................

a. Validitas...........................................................................

b. Reliabilitas.........................................................................

c. Deskripsi hasil penelitian.........................................................

d. Analisis Uji Prasyarat..............................................................

a. Uji Normalitas..................................................................

b. Uji Linieritas....................................................................

c. Uji Multikolinieritas........................................................

e. Uji Hipotesis..........................................................................

a. Uji regresi Linier Berganda...........................................

b. Uji F atau Uji Simultan...................................................

c. Uji t atau Uji Parsial........................................................

d. Kontribusi(Koefisien Determinant,R2)...........................

e. Kontribusi parsial,r2..........................................................

B. Pembahasan.................................................................................

a. Motivasi Belajar.....................................................................

b. Minat Belajar..........................................................................

c. Lingkungan Belajar...................................................................

91

92

93

93

93

93

93

94

95

103

103

104

105

106

106

107

107

108

109

109

109

110

111

d. Prestasi Belajar...........................................................................

e. Pengaruh Motivasi, Minat dan Lingkungan Belajar terhadap

Prestasi Belajar...........................................................................

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

112

112

114

116

117

DAFTAR LAMPIRAN Hal

1. Lampiran I 119-143

2. Lampiran II 144-162

3. Lampiran III 163-167

4. Lampiran IV 168-169

DAFTAR TABEL

Hal

1. Tabel 4.1 : Variabel Motivasi Belajar 96

2. Tabel 4.2 : Tingkat Motivasi Belajar 97

3. Tabel 4.3 : Variabel Minat Belajar 98

4. Tabel 4.4 : Tingkat Minati Belajar 99

5. Tabel 4.5 : Variabel Lingkungan Belajar 100

6. Tabel 4.6 : Kategori Lingkungan Belajar 101

7. Tabel 4.7 : Prestasi Belajar Mahasiswa Akafarama Ponorogo 102

DAFTAR GAMBAR

Hal

1. Gambar 4.1 : Daigram Pie Motivasi Belajar 97

2. Gambar 4.2 : Daigram Pie Minat Belajar 99

3. Gambar 4.3 : Daigram Pie Lingkungan Belajar 102

4. Gambar 4.4 : Daigram Pie Prestasi Belajar 105

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari

kegiatan belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan prestasi

merupakan hasil dari proses belajar. Prestasi belajar merupakan tolok ukur yang

utama untuk mengetahui keberhasilan belajar seseorang. Seorang yang prestasinya

tinggi dapat dikatakan bahwa ia telah berhasil dalam belajar. Prestasi belajar dapat

digunakan sebagai indikator dari mutu pendidikan serta bisa digunakan sebagai

dasar untuk melanjutkan ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Keberhasilan

belajar atau prestasi belajar biasanya diukur berdasarkan tes. Yang kemudian

dikuantifikasikan dalam bentuk nilai atau Indeks Prestasi (IP). Apabila kita ingin

mengetahui bagaimana proses belajar mahasiswa bisa kita lihat dari nilai yang

diperoleh dari tiap semester yang diselesaikannya, karena nilai tersebut

merupakan cerminan dari proses belajar yang terjadi.

Prestasi belajar yang dicapai oleh mahasiswa dapat dipengaruhi oleh

beberapa faktor, baik yang berasal dari diri individu (faktor internal) maupun dari

luar individu (faktor eksternal). Faktor internal diantaranya adalah

kecerdasan/intelegensi, minat, bakat, motivasi, kecemasan dan kesehatan.

Sedangkan faktor eksternal diantaranya adalah faktor lingkungan belajar yang

meliputi lingkungan kampus, keluarga dan lingkungan. sosial.

Diantara banyak faktor yang mempengaruhi prestasi belajar , faktor

motivasi, minat serta lingkunganlah yang dominan. Dalam kegiatan belajar,

motivasi merupakan keseluruhan daya penggerak di dalam diri individu yang

menimbulkan kegiatan belajar,yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar

(Sardiman, 2006:75). Motivasi belajar adalah merupakan faktor psikis yang

bersifat non intelektual. Seorang mahasiswa yang mempunyai intelegensi yang

cukup tinggi, bisa gagal karena kurang adanya motivasi dalam belajarnya.

Motivasi mempunyai peranan penting dalam proses belajar mengajar

baik bagi dosen maupun mahasiswa. Bagi dosen mengetahui motivasi belajar dari

mahasiswa sangat diperlukan guna memelihara dan meningkatkan semangat

belajar mahasiswa. Bagi mahasiswa motivasi belajar dapat menumbuhkan

semangat belajar sehingga mahasiswa terdorong untuk melakukan perbuatan

belajar. Mahasiswa melakukan aktivitas belajar dengan senang karena didorong

motivasi. Seseorang akan belajar jika ada dorongan dari dalam dan akan

menyenangi pelajaran tersebut jika sesuai dengan minatnya.

Kecenderungan yang terjadi di Akafarma Sunan Giri Ponorogo,

semakin tinggi jenjang semester yang dilalui semakin menurun tingkat disiplin

dalam perkuliahan maupun praktikum. Hal ini nampak dari daftar hadir rata-rata

75% yang memberikan gambaran makin menurunnya motivasi belajar.

Proses belajar tidak bisa lepas dari faktor lingkungan belajarnya.

Lingkungan belajar adalah lingkungan pada saat perkulihan maupun di luar jam

perkuliahan. Lingkungan tempat belajar seseorang akan berpengaruh pada prestasi

belajar. Lingkungan yang kondusif, mendorong mahasiswa untuk belajar secara

sungguh-sungguh. Semakin kondusif lingkungan maka mahasiswa akan semakin

bersungguh-sungguh dalam belajar yang akhirnya dapat meningkatkan prestasi

belajar. Sebaliknya lingkungan yang tidak kondusif akan mengganggu aktivitas

belajar seseorang sehingga akan menurunkan prestasi belajarnya.

Mahasiswa Akafarma Sunan Giri Ponorogo pada umumnya berasal

dari luar kota dan sebagian kecil dari dalam kota tinggal bersama keluarga.

Mahasiswa dari luar kota biasanya menempati rumah kontrakan di sekitar

kampus, baik bersama mahasiswa lain maupun para pekerja yang bertempat

tinggal yang sama. Fasilitas yang disediakan kampus pada umumnya masih

kurang memadai, misal ruang perkuliahan tanpa kipas atau pendingin sehingga

membuat kurang nyaman dalam belajar. Pada saat perkuliahan, dosen pada

umumnya masih menggunakan papan tulis atau OHP dengan metode ceramah dan

tanya jawab sehingga mahasiswa merasa jenuh dan bosan karena kurangnya

variasi dalam mengajar.

Upaya – upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan prestasi

belajar mahasiswa adalah dengan meningkatkan motivasi, minat dan menciptakan

lingkungan belajar yang mendukung.

Berdasar penelitian pendahuluan yang dilakukan terhadap 10

mahasiswa dengan prestasi rendah, mereka umumnya bermasalah dengan keadaan

keluarga, yaitu kurangnya perhatian keluarga, atau kuliah dikarenakan adanya

paksaan dari orang tua, juga dikarenakan minat dan motivasi yang kurang dari diri

mahasiswa sendiri maupun lingkungan belajar yang kondusif.. Kampus adalah

wahana kegiatan dan proses pendidikan berlangsung. Di kampus nilai-nilai

kehidupan ditumbuhkan dan dikembangkan. Oleh karena itu, kampus menjadi

wahana yang sangat dominan bagi pengaruh dan pembentukan sikap, perilaku,

dan prestasi seorang siswa (Tu’u, 2004:18)

Atas dasar pemikiran di atas, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian

dengan judul: “Pengaruh Motivasi, Minat, dan Lingkungan Belajar terhadap

Prestasi Belajar mahasiswa Akafarma Sunan Giri Ponorogo.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diungkapkan maka dapat

dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah motivasi belajar mahasiswa di Akafarma Sunan Giri

Ponorogo?

2. Bagaimanakah minat belajar mahasiswa di Akafarma Sunan Giri

Ponorogo?

3. Bagaimanakah kondisi lingkungan belajar mahasiswa di Akafarma Sunan

Giri Ponorogo?

4. Apakah ada pengaruh yang signifikan antara motivasi, minat, dan

lingkungan belajar terhadap prestasi belajar mahasiswa di Akafarma

Sunan Giri Ponorogo baik secara parsial maupun simultan?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui motivasi belajar mahasiswa di Akafarma Sunan Giri

Ponorogo

2. Untuk mengetahui minat belajar mahasiswa di Akafarma Sunan Giri

Ponorogo

3. Untuk mengetahui kondisi lingkungan belajar mahasiswa di Akafarma

Sunan Giri Ponorogo

4. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh yang signifikan antara motivasi,

minat, dan lingkungan belajar terhadap prestasi belajar mahasiswa di

Akafarma Sunan Giri Ponorogo baik secara parsial maupun simultan

.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan oleh peneliti dari pelaksanaan penelitian ini

adalah sebagai berikut :

1 Manfaat teoritis

a. Menambah wawasan dan pengetahuan peneliti mengenai masalah yang

diteliti

b. Sebagai latihan dan pengalaman dalam mempraktekkan teori yang

diterima dibangku kuliah

2. Manfaat praktis

a. Bagi mahasiswa dapat menumbuhkan motivasi belajar yang positif dan

menenetukan lingkungan belajar yang kondusif sehingga dapat memacu

prestasi belajarnya.

b. Bagi kampus sebagai masukan dalam usaha meningkatkan kualitas

peserta didik

c. Bagi dosen sebagai masukan untuk dapat menentukan kondisi belajar

yang kondusif sehingga dapat membangkitkan motivasi belajar peserta

didik.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Faktor – faktor yang mempengaruhi Prestasi Belajar

1. Motivasi Belajar

1.1. Teori motivasi

Menurut Sri Mulyani seperti dikutip oleh Darsono (2000:62) teori

motivasi dibagi menjadi tiga yaitu: motif berprestasi, motif berafiliasi dan motif

berkuasa. Dalam Dimyati mengutip pendapat Maslow (2002:80), mengemukakan

kebutuhan akan motivasi berdasarkan 5 tingkatan penting yaitu:

a. Kebutuhan fisiologis adalah berkenaan dengan kebutuhan pokok manusia

yaitu sandang, papan atau perumahan, pangan.

b. Kebutuhan akan perasaan aman adalah berhubungan dengan keamanan yang

terkait fisik maupun psikis, bebas dari rasa takut dan cemas.

c. Kebutuhan sosial adalah diterima dalam lingkungan orang lain yaitu pemilikan

harga diri, kesempatan untuk maju.

d. Kebutuhan akan penghargaan usaha menumbuhkan jati diri.

e. Kebutuhan untuk aktualisasi diri adalah kebutuhan individu menjadi sesuatu

yang sesuai kemampuannya.

Kebutuhan-kebutuhan ini hendaknya dapat dipenuhi mahasiswa.

Mahasiswa yang memiliki kebutuhan akan motivasi , akan merasa nyaman dalam

belajar, dapat giat dan tekun karena berbagai kebutuhannya dapat terpenuhi.

1.2. Fungsi motivasi

Dalam proses belajar, motivasi sangat diperlukan, sebab seseorang

yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar, tidak akan mungkin melaksanakan

aktivitas belajar. Motivasi diperlukan dalam menentukan intensitas usaha belajar

bagi para mahasiswa. Menurut Djamarah (2002 : 123) ada tiga fungsi motivasi:

a. Motivasi sebagai pendorong perbuatan. Motivasi berfungsi sebagai

pendorong untuk mempengaruhi sikap apa yang seharusnya diambil dalam

rangka belajar.

b. Motivasi sebagai penggerak perbuatan. Dorongan psikologis melahirkan

sikap terhadap seseorang itu merupakan suatu kekuatan yang tak

terbendung, yang kemudian terjelma dalam bentuk gerakan psikofisik.

c. Motivasi sebagai pengarah perbuatan. Seseorang yang mempunyai motivasi

dapat menyeleksi mana perbuatan yang harus dilakukan dan mana perbuatan

yang diabaikan.

Menurut Hamalik (2004:175) fungsi motivasi adalah :

a. Mendorong timbulnya kelakuan atau suatu perbuatan. Tanpa adanya

motivasi maka tidak akan timbul perbuatan seperti belajar

b. Motivasi berfungsi sebagai pengarah. Artinya mengarahkan perbuatan ke

pencapaian tujuan yang diinginkan.

c. Motivasi berfungsi sebagai penggerak. Motivasi berfungsi sebagai mesin

bagi mobil. Besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat lambatnya suatu

pekerjaan.

Menurut Sardiman (2007:85) ada 3 fungsi motivasi :

a. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai motor penggerak dari setiap

kegiatan yang akan dikerjakan.

b. Menentukan arah perbuatan, yaitu kearah tujuan yang hendak dicapai,

sehingga motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus

dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya.

c. Menyeleksi perbuatan yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang

harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan dengan menyisihkan

perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.

Dengan adanya usaha yang tekun dan didasari motivasi maka

mahasiswa akan belajar dengan baik dan dapat meraih prestasi belajar yang

optimal.

1.3. Jenis – jenis motivasi

Menurut Dimyati dan Mudjiono (2002:86) motivasi sebagai kekuatan

mental individu memiliki 2 jenis tingkat kekuatan, yaitu:

a. Motivasi Primer

Motivasi primer adalah motivasi yang didasarkan pada motif-motif

dasar, motif dasar tersebut berasal dari segi biologis atau jasmani manusia.

Dimyati mengutip pendapat Mc.Dougal bahwa tingkah laku terdiri dari

pemikiran tentang tujuan dan perasaan subjektif dan dorongan mencapai

kepuasan contoh mencari makan, rasa ingin tahu dan sebagainya.

b. Motivasi sekunder

Motivasi sekunder adalah motivasi yang dipelajari,motif ini dikaitkan

dengan motif sosial, sikap dan emosi dalam belajar terkait komponen penting

seperti afektif, kognitif dan kunasif, sehingga motivasi sekunder dan primer

sangat penting dikaitkan oleh mahasiswa dalam usaha pencapaian prestasi

belajar.

Suryabrata dalam(Tomi darmawan,2007) membedakan motivasi

berdasarkan sebab-sebab timbulnya motivasi itu sendiri ke dalam dua golongan,

yaitu:

a. Motivasi intrinsik

Adalah motivasi yang timbul dari dalam diri pribadi individu itu

sendiri tanpa adanya pengaruh dari luar individu. Contoh: seseorang

mempelajari sebuah buku karena ia termotivasi untuk mengetahi isi atau

bahan berupa pengetahuan yang ia dapatkan.

b. Motivasi Ekstrinsik

Adalah dorongan terhadap perilaku individu yang ada diluar perbuatan

yang dilakukannya. Ia mendapat pengaruh atau rangsangan dari luar, contoh:

seseorang akan giat belajar kalau diberitahu sebentar lagi ujian.

Motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik sangat penting bagi

mahasiswa dalam proses belajar, dengan timbulnya motivasi intrinsik dapat

menimbulkan semangat belajar yang tinggi. Motivasi ekstrinsik dapat berubah

menjadi intrinsik tanpa disuruh orang lain.Ia termotivasi belajar dan belajar

sungguh-sungguh tanpa disuruh oleh orang lain (Monks, dalam Dimyati,

2002:91).

Menurut Hamalik (2004:174), komponen motivasi adalah apa yang

diinginkan seseorang, tujuan yang menjadi arah kelakuannya. Ada dua komponen

dalam motivasi, yaitu:

a. Komponen dalam, yaitu perubahan di dalam diri seseorang, keadaan merasa

tidak puas, dan ketegangan psikologis. Jadi, komponen dalam adalah

kebutuhan-kebutuhan yang hendak dipuaskan

b. Komponen luar, yaitu apa yang diinginkan seseorang, tujuan yang menjadi

arah kelakuannya. Jadi komponen luar adalah tujuan yang hendak dicapai

Rusyan (1983:3), membagi motivasi menjadi dua, yaitu:

a. Motivasi atas dasar rangsangan, yang dibedakan atas motivasi kebutuhan

organik dan motivasi karena darurat. Kebutuhan organik antara lain adalah

makan dan bernapas

b. Motivasi berdasarkan munculnya motivasi, yang dibedakan atas motivasi

bawaan dan motivasi yang dipelajari. Motivasi bawaan dibawa sejak lahir,

seperti dorongan untuk belajar. Motivasi yang dipelajari, seperti ingin pandai

maka orang harus belajar

1.4. Pengertian motivasi

Motivasi berasal dari kata “motif” yang diartikan sebagai kekuatan

yang terdapat dalam individu, yang menyebabkan individu tersebut bertindak atau

berbuat.. Menurut Sardiman (2007:73) motif merupakan daya penggerak dari

dalam dan di dalam subyek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi

mencapai suatu tujuan..

Motivasi adalah perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang

ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan (Hamalik,

1992:173). Menurut Sardiman (2007:73) motivasi adalah perubahan energi dalam

diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “felling” dan didahului dengan

tanggapan terhadap adanya tujuan.

Menurut Mulyasa (2003:112) motivasi adalah tenaga pendorong atau

penarik yang menyebabkan adanya tingkah laku ke arah suatu tujuan tertentu.

Peserta didik akan bersungguh-sungguh karena memiliki motivasi yang tinggi.

Seseorang akan belajar bila ada faktor pendorongnya yang disebut motivasi.

Dimyati dan Mudjiono (2002:80) mengutip pendapat Koeswara

mengatakan bahwa siswa belajar karena didorong kekuatan mental, kekuatan

mental itu berupa keinginan dan perhatian, kemauan, cita-cita di dalam diri

seorang terkadang adanya keinginan yang mengaktifkan, menggerakkan,

menyalurkan dan mengarahkan sikap dan perilaku individu dalam belajar.

Jadi dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar adalah keseluruhan

daya penggerak didalam diri mahasiswa yang menimbulkan kegiatan belajar

menjamin kelangsungan dan memberikan arah pada kegiatan belajar sehingga

tujuan yang dikehendaki dapat tercapai. Motivasi itu meliputi: rasa ingin tahu,

merasa adanya kesesuaian dengan kebutuhan,adanya kepercayaan diri akan

kemampuannya serta adanya kepuasan tersendiri bila mampu menyelesaikan

tugas dengan baik, Dalam belajar, motivasi / dorongan merupakan kekuatan

mental untuk melakukan kegiatan dalam rangka pemenuhan harapan dalam hal ini

adalah pencapaian tujuan.

1.5. Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi

Menurut Max Darsono, dkk (2000:65) ada beberapa faktor yang

mempengaruhi motivasi belajar adalah:

a. Cita-cita atau aspirasi

Cita-cita atau aspirasi adalah suatu target yang ingin dicapai.Cita-cita

akan memperkuat motivasi belajar.

b. Kemampuan belajar

Dalam belajar dibutuhkan berbagai kemampuan. Kemampuan ini

meliputi beberapa aspek psikis yang terdapat dalam diri seseorang, misalnya

penghematan, perhatian, ingatan, daya pikir, fantasi.

c. Kondisi Fisik dan Psikologis

Mahasiswa adalah makhluk yang terdiri dari kesatuan psikofisik.

Kondisi yang mempengaruhi motivasi belajar di sini berkaitan dengan kondisi

fisik, dan kondisi psikologis. Seseorang yang kondisi jasmani dan rohani yang

terganggu, akan menganggu perhatian belajarnya, begitu juga sebaliknya.

d. Kondisi lingkungan

Kondisi lingkungan merupakan unsur-unsur yang datang dari luar diri

individu. Kondisi lingkungan yang sehat, kerukunan hidup, ketertiban

pergaulan perlu dipertinggi mutunya dengan lingkungan yang aman, tentram,

tertib dan indah, maka semangat dan motivasi belajar mudah diperkuat.

e. Unsur-unsur dinamis dalam belajar

Unsur-unsur dinamis dalam belajar adalah unsur-unsur yang

keberadaannya dalam proses belajar mengajar tidak stabil, kadang-kadang

kuat, kadang-kadang lemah dan bahkan hilang sama sekali. Misalnya keadaan

emosi, gairah belajar, situasi dalam keluarga dan lain-lain.

f. Upaya pendidik dalam pembelajaran peserta didik

Upaya yang dimaksud disini adalah bagaimana dosen mempersiapkan

diri dalam membelajarkan mahasiswa mulai dari penguasaan materi, cara

menyampaikannya, menarik perhatian mahasiswa, mengevaluasi hasil belajar,

dan lain-lain. Bila upaya-upaya tersebut dilaksanakan dengan berorientasi

pada kepentingan mahasiswa, maka diharapkan dapat menimbulkan motivasi

belajar mahasiswa.

Motivasi mempunyai peranan penting dalam proses belajar mengajar

baik bagi dosen maupun mahasiswa. Bagi dosen mengetahui motivasi belajar dari

mahasiswa sangat diperlukan guna memelihara dan meningkatkan semangat

belajar peserta didik. Bagi mahasiswa, motivasi belajar dapat menumbuhkan

semangat belajar sehingga terdorong untuk melakukan kegiatan belajar.

1.6. Upaya meningkatkan motivasi belajar mahasiswa

Memotivasi belajar penting artinya dalam proses belajar mahasiswa,

karena fungsinya yang mendorong dan mengarahkan kegiatan belajar. Menurut

Oemar Hamalik (2004:184) ada beberapa tehnik untuk memotivasi belajar

berdasar teori kebutuhan, yaitu:

a. Pemberian penghargaan atau ganjaran

Tehnik ini dianggap berhasil jika menumbuhkembangkan minat

mahasiswa. Minat dalah perasaan seseorang bahwa apa yang dipelajari atau

dilakukannya bermakna bagi dirinya.

b. Pemberian angka atau grade

Apabila pemberian angka didasarkan atas perbandingan interpersonal

dalam prestasi akademis, hal ini akan menimbulkan dua hal, yaitu: yang

mendapatkan angka baik dan yang mendapatkan angka jelek. Yang

mendapatkan angka jelek mungkin akan berkembang rasa rendah diri dan tak

ada semangat terhadap pekerjaan- pekerjaan belajar

c. Keberhasilan dan tingkat aspirasi

Istilah “tingkat aspirasi” menunjuk pada tingkat pekerjaan yang

diharapkan pada masa depan berdasarkan keberhasilan atau kegagalan dalam

tugas-tugas yang mendahuluinya. Konsep ini berkaitan erat dengan konsep

seseorang tentang dirinya dan kekuatann-kekuatannya. Dalam hal ini dosen

dapat menggunakan prinsip bahwa tujuan-tujuan harus dapat dicapai dan

mahasiswa merasa bahwa mereka akan mampu mencapainya.

d. Pemberian pujian

Yang harus diperhatikan dalam memberi pujian adalah efek pujian

tergantung pada siapa yang memberi dan siapa yang menerima pujian.

Mahasiswa yang sangat membutuhkan keselamatan dan harga diri ,

mengalami kecemasan, dan merasa bergantung pada orang lain akan responsif

terhadap pujian.

e. Kompetisi dan kooperasi

Persaingan merupakan insentif pada kondisi-kondisi tertentu, tetapi

dapat merusak pada kondisi yang lain. Dalam kompetisi harus terdapat

kesepakatan yang sama untuk menang. Ada tiga jenis persiangan yang efektif:

1. Kompetisi interpersonal antara teman sebaya sering menimbulkan

semangat persaingan

2. Kompetisi kelompok dimana setiap anggota dapat memberikan

sumbangan dan terlibat didalam keberhasilan kelompok merupakan

motivasi yang sangat kuat.

3. Kompetisi dengan diri sendiri, yaitu dengan catatan tentang prestasi

terdahulu, dapat merupakan motivasi yang efektif.

f. Pemberian harapan

Harapan selalu mengacu ke depan. Artinya, jika seseorang berhasil

melaksanakan tugasnya atau berhasil dalam kegiatan belajarnya, dia dapat

memperoleh dan mencapai harapan-harapan yang telah diberikan kepadanya

sebelumnya.

Menurut Sardiman (2007:92) ada beberapa bentuk dan cara untuk

menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar di tempat belajar, antara lain :

a. Memberi angka atau nilai

Angka dimaksud adalah simbol atau nilai dari hasil akivitas belajar

anak didik. Angka merupakan alat motivasi yang cukup memberikan

rangsangan kepada anak didik untuk mempertahankan atau bahkan lebih

meningkatkan prestasi belajar di masa mendatang.

b. Hadiah

Hadiah dapat membuat anak didik termotivasi untuk memperoleh nilai

yang baik. Hadiah tersebut dapat digunakan orang tua atau pendidik untuk

memacu belajar anak didik.

c. Kompetisi

Kompetisi adalah persaingan. Persaingan dapat meningkatkan prestasi

belajar anak didik. Dengan saingan atau kompetisi dapat digunakan sebagai

alat untuk mendorong belajar anak didik.

d. Ego-involvement

Menumbuhkan kesadaran anak didik agar merasakan pentingnya tugas

dan menerimanya sebagai tantangan sehingga bekerja keras dengan

mempertaruhkan harga diri adalah sebagai salah satu bentuk motivasi yang

cukup penting. Anak didik akan belajar dengan keras bisa jadi karena harga

dirinya.

e. Memberi tes

Tes bisa dijadikan sebagai alat motivasi. Mahasiswa akan menjadi giat

belajar jika mengetahui akan ada tes. Mahasiswa biasanya mempersiapkan diri

dengan belajar jauh-jauh hari untuk menghadapi tes .Oleh karena itu, memberi

tes merupakan strategi yang cukup baik untuk memotivasi mahasiswa agar

lebih giat belajar juga merupakan sarana motivasi.

f. Mengetahui hasil

Dengan mengetahui hasil belajarnya, akan mendorong seseorang

untuk giat belajar. Dengan mengetahui hasil belajar yang meningkat,

seseorang termotivasi untuk belajar dengan harapan hasilnya akan terus

meningkat.

g. Memberi pujian

Pujian adalah bentuk reinforcement positif sekaligus motivasi yang

baik. Pendidik bisa memanfaatkan pujian untuk memuji keberhasilan

siswanya dalam mengerjakan tugas. Dengan pujian yang tepat akan memupuk

suasana menyenangkan, mempertinggi gairah belajar.

h. Hukuman

Hukuman merupakan reinforcement negatif, tetapi jika dilakukan

dengan tepat dan bijak akan merupakan alat motivasi yang baik dan efektif.

i. Hasrat untuk belajar

Hasrat untuk belajar berati ada unsur kesengajaan, ada maksud untuk

belajar. Hasrat untuk belajar merupakan potensi yang ada dalam diri

seseorang. Motivasi ekstrinsik sangat diperlukan agar hasrat untuk belajar itu

menjelma menjadi perilaku belajar.

j. Minat

Minat besar pengaruhnya terhadap aktivitas belajar. Mahasiswa yang

berminat terhadap suatu mata kuliah akan mempelajarinya dengan sungguh-

sungguh, karena ada daya tarik baginya. Proses belajar akan berjalan lancar

jika disertai dengan minat. Minat dapat dibangkitkan dengan :membandingkan

adanya kebutuhan, menghubungkan dengan persoalan penggalaman yang

lampau, memberi kesempatan untuk mendapatkan hasil yang baik,

menggunakan berbagai macam metode mengajar.

k. Tujuan yang diakui

Rumusan tujuan yang diakui dan diterima oleh mahasiswa merupakan

alat motivasi yang cukup penting. Dengan memahami tujuan yang hendak

dicapai, akan timbul gairah untuk belajar.

1.7. Indikator-indikator Motivasi

Menurut Sardiman (2006 : 83) motivasi pada diri seseorang itu

memiliki ciri-ciri :

a. Tekun menghadapi tugas

b. Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa)

c. Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah

d. Lebih senang bekerja mandiri

e. Tidak cepat bosan terhadap tugas-tugas yang rutin

f. Dapat mempertahankan pendapatnya

g. Tidak cepat menyerah terhadap hal yang diyakini

h. Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal.

Apabila mahasiswa mempunyai ciri-ciri tersebut, berarti mahasiswa

mempunyai motivasi yang cukup kuat. Kegiatan belajar mengajar akan berhasil

baik jika mahasiswa memiliki motivasi untuk belajar, tekun dalam menghadapi

tugas, senang memecahkan soal-soal, ulet dalam mengatasi kesulitan belajar.

Dari berbagai uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa indikator-

indikator dari motivasi dalam penelitian ini adalah :

a. tekun dalam menghadapi tugas

b. adanya ketertarikan dengan perkuliahan

c. senang memecahkan soal-soal dan latihan

d. ulet dalam mengatasi kesulitan belajar

2. Minat Belajar

2.1 Pengertian Minat Belajar

Minat adalah kecenderungan jiwa yang tetap untuk memperhatikan

dan mengenang beberapa aktivitas atau kegiatan (Slameto, 1995). Seseorang yang

berminat terhadap suatu aktivitas akan memperhatikan itu secara konsisten dengan

rasa senang.

Apabila seseorang menaruh perhatian terhadap sesuatu, maka minat

akan menjadi motif yang kuat untuk berhubungan secara lebih aktif dengan

sesuatu yang menarik minatnya. Minat akan semakin bertambah jika disalurkan

dalam suatu kegiatan. Keterikatan dengan kegiatan tersebut akan semakin

menumbuh kembangkan minat. Sesuai pendapat yang dikemukakan Hurlock

(1990:144), “bahwa semakin sering minat diekspresikan dalam kegiatan maka

semakin kuatlah ia”. Minat dapat menjadi suatu pemusatan perhatian secara tidak

sengaja yang terlahir dengan penuh kemauan, rasa ketertarikan, keinginan, dan

kesenangan (Natawijaya, 1978:94).

Menurut Soesilowindradini dalam (Tuharjo, 1989:13), “ suatu kegiatan

yang dilakukan tidak sesuai minat akan menghasilkan prestasi yang kurang

menyenangkan”. Dapat dikatakan bahwa dengan terpenuhinya minat seseorang

akan mendapatkan kesenangan dan kepuasan batin yang dapat menimbulkan

motivasi.. Slameto dalam (Tomi Dramawan, 2007) menyatakan “ bahwa minat

adalah rasa suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas tanpa ada yang

menyuruh, minat pada hakekatnya adalah penerimaan hubungan antara diri sendiri

dengan sesuatu di luar dirinya, semakin kuat atau semakin dekat hubungan

tersebut maka semakin besar minatnya, sebaliknya kurangnya minat dapat

mengakibatkan kurangnya rasa ketertarikan pada suatu bidang tertentu, bahkan

dapat melahirkan sikap penolakan . Hal ini juga bisa terjadi pada minat terhadap

belajar jika tidak ada minat bisa jadi akan terjadi penolakan terhadap dosennya.

Suryanto (1969:9) memandang minat sebagai pemusatan perhatian

yang tidak sengaja yang terlahir dengan penuh kemauan dan tergantung dari bakat

dan lingkungan. Utami dn Fauzan dalam (Tomi Darmawan, 2007) memandang

minat sebagai kecenderungan yang realtif menetap sebagai bagian diri seseorang,

untuk tertarik dan menekuni bidang-bidang tertentu. Winkel (1987:105)

menyatakan “ bahwa minat merupakan kecenderungan subjek yang menetap

untuk merasa tertarik pada bidang studi tertentu dan merasa senang untuk

mempelajari materi itu.”

Menurut Kartono (1995), minat merupakan moment-moment dari

kecenderungan jiwa yang terarah secara intensif kepada suatu obyek yang

dianggap paling efektif (perasaan, emosional) yang didalamnya terdapat elemen-

elemen efektif (emosi) yang kuat. Minat juga berkaitan dengan kepribadian. Jadi

pada minat terdapat unsur-unsur pengenalan (kognitif), emosi (afektif), dan

kemampuan (konatif) untuk mencapai suatu objek, seseorang atau suatu situasi

yang bersangkutan dengan diri pribadi (Buchori, 1985)

Akademi Analis Farmasi dan Makanan merupakan institusi pendidikan

yang mencetak seorang analis di bidang farmasi dan makanan. Farmasi atau

identik dengan obat-obatan serta makanan dan minuman merupakan kebutuhan

sehari-hari. Dengan makin berkembangnya produk farmasi dan makanan di

pasaran menuntut adanya pengawasan yang ketat terhadap mutu produk sehingga

aman digunakan serta memberi manfaat pada penggunaannya. Karena

kenyataannya banyak produk farmasi dan makanan yang beredar di pasaran

mengandung bahan berbahaya yang mengancam kelangsungan hidup konsumen.

Dengan demikian, bidang analis farmasi dan makanan dapat melahirkan reaksi

perasaan senang, gembira, dan semangat belajar, begitu pula sebaliknya,

tergantung dari kepribadian mahasiswa sendiri apakah menaruh minat yang tinggi

terhadap bidang analis farmasi dan makanan.

Menurut Hardjana (1994), minat merupakan kecenderungan hati yang

tinggi terhadap sesuatu yang timbul karena kebutuhan, yang dirasa atau tidak

dirasakan atau keinginan untuk mengetahui hal tertentu. Minat dapat diartikan

kecenderungan untuk dapat tertarik atau terdorong untuk memperhatikan

seseorang sesuatu barang atau kegiatan dalam bidang-bidang tertentu (Lockmono,

1994).

Minat dapat menjadi sebab sesuatu kegiatan dan sebagai hasil dari

keikutsertaan dalam suatu kegiatan. Karena itu minat belajar adalah

kecenderungan hati untuk belajar untuk mendapatkan informasi, pengetahuan,

kecakapan melalui usaha, pengajaran atau pengalaman (Hardjana, 1994).

Menurut Gie (1998), minat berarti sibuk, tertarik, atau terlihat

sepenuhnya dengan sesuatu kegiatan karena menyadari pentingnya kegiatan itu.

Dengan demikian, minat belajar adalah keterlibatan sepenuhnya seseorang dengan

segenap kegiatan pikiran secara penuh perhatian untuk memperoleh pengetahuan

dan mencapai pemahaman tentang pengetahuan ilmiah yang dipelajarinya..

Minat besar pengaruhnya terhadap aktivitas belajar. Mahasiswa yang

berminat terhadap bidang analis farmasi dan makanan akan belajar dengan

sungguh-sungguh seperti rajin belajar, merasa senang mengikuti perkuliahan, dan

bahkan dapat menemukan kesulitan–kesulitan dalam belajar,,menyelesaikan soal-

soal latihan dan praktikum karena adanya daya tarik yang diperoleh dengan

mempelajari analisis farmasi dan makanan. Mahasiswa akan mudah memahami

perkuliahan yang menarik minatnya. Minat berhubungan erat dengan motivasi.

Motivasi muncul karena adanya kebutuhan, begitu juga minat, sehingga tepatlah

bila minat merupakan alat motivasi. Proses belajar akan berjalan lancar bila

disertai minat. Oleh karena itu, pendidik perlu membangkitkan minat peserta didik

agar pelajaran yang diberikan mudah dimengerti (Hasnawiyah, 1994).

Kondisi kejiwaan sangat dibutuhkan dalam proses belajar mengajar.

Itu berarti bahwa minat sebagai suatu aspek kejiwaan melahirkan daya tarik

tersendiri untuk memperhatikan suatu obyek tertentu.

Minat merupakan salah satu faktor pokok untuk meraih sukses dalam

studi. Penelitian-penelitian di Amerika Serikat mengenai salah satu sebab utama

dari kegagalan studi para pelajar menunjukkan bahwa penyebabnya adalah

kekurangan minat (Gie, 1998).

Menurut Gie (1998), arti penting minat dalam kaitannya dengan

pelaksanaan studi adalah :

1. Minat melahirkan perhatian yang serta merta.

2. Minat memudahnya terciptanya konsentrasi.

3. Minat mencegah gangguan dari luar

4. Minat memperkuat melekatnya bahan pelajaran dalam ingatan.

5. Minat memperkecil kebosanan belajar dalam diri sendiri.

Minat melahirkan perhatian spontan yang memungkinkan terciptanya

konsentrasi untuk waktu yang lama dengan demikian, minat merupakan landasan

bagi konsentrasi. Minat bersifat sangat pribadi, orang lain tidak bisa

menumbuhkannya dalam diri mahasiswa, tidak dapat memelihara dan

mengembangkan minat itu, serta tidak mungkin berminat terhadap sesuatu hal

sebagai wakil dari masing-masing siswa (Gie, 1995).

Minat dan perhatian dalam belajar mempunyai hubungan yang erat

sekali. Seseorang yang menaruh minat pada bidang ilmu tertentu, biasanya

cenderung untuk memperhatikan perkembangan bidang ilmu tersebut. Sebaliknya,

bila seseorang menaruh perhatian secara kontinyu baik secara sadar maupun tidak

pada objek tertentu, biasanya dapat membangkitkan minat pada objek tersebut.

Kalau seorang mahasiswa mempunyai minat pada bidang ilmu tertentu

dia akan memperhatikannya. Namun sebaliknya jika mahasiswa tidak berminat,

maka perhatian pada perkuliahan yang sedang diajarkan biasanya dia malas untuk

mengikutinya. Demikian juga dengan mahasiswa yang tidak menaruh perhatian

pada bidang ilmu yang diajarkan, maka sukarlah diharapkan mahasiswa tersebut

dapat belajar dengan baik. Hal ini tentu mempengaruhi hasil belajarnya (Kartono,

1995).

Suatu minat dapat diekspresikan melalui suatu pernyataan yang

menunjukkan bahwa mahasiswa lebih menyukai suatu hal daripada hal lainnya,

dapat pula dimanifestasikan melalui partisipasi dalam suatu aktivitas. Mahasiswa

yang memiliki minat terhadap subjek tertentu cenderung untuk memberikan

perhatian yang lebih besar terhadap subjek tersebut.

Minat terhadap sesuatu dipelajari dan mempengaruhi belajar

selanjutnya serta mempengaruhi penerimaan minat baru. Jadi minat terhadap

sesuatu merupakan hasil belajar dan menyokong belajar selanjutnya walaupun

minat terhadap sesuatu hal tidak merupakan hal yang hakiki untuk dapat

mempelajari hal tersebut.

Mengembangkan minat terhadap sesuatu pada dasarnya adalah

membantu mahasiswa melihat bagaimana hubungan antara materi yang

diharapkan untuk dipelajarinya dengan dirinya sendiri sebagai individu. Proses ini

berarti menunjukkan pada mahasiswa bagaimana pengetahuan atau kecakapan

tertentu mempengaruhi dirinya, melayani tujuan-tujuannya, memuaskan

kebutuhan-kebutuhannya. Bila mahasiswa menyadari bahwa belajar merupakan

suatu alat untuk mencapai beberapa tujuan yang dianggapnya penting dan bila

mahasiswa melihat bahwa dari hasil dari pengalaman belajarnya akan membawa

kemajuan pada dirinya, kemungkinan besar mahasiswa akan berminat dan

bermotivasi untuk mempelajarinya.

Dengan demikian perlu adanya usaha-usaha atau pemikiran yang dapat

memberikan solusi terhadap peningkatan minat belajar mahasiswa, utamanya

dengan yang berkaitan dengan bidang ilmu analis farmasi dan makanan. Minat

sebagai aspek kewajiban bukan aspek bawaan, melainkan kondisi yang terbentuk

setelah dipengaruhi oleh lingkungan. Karena itu minat sifatnya berubah-ubah dan

sangat tergantung pada individunya.

Minat belajar dapat ditingkatkan melalui latihan konsentrasi.

Konsentrasi merupakan aktivitas jiwa untuk memperhatikan suatu objek secara

mendalam. Dapat dikatakan bahwa konsentrasi itu muncul jika seseorang

menaruh minat pada suatu objek, demikian pula sebaliknya merupakan kondisi

psikologis yang sangat dibutuhkan dalam proses belajar mengajar di kampus.

Kondisi tersebut amat penting sehingga konsentrasi yang baik akan melahirkan

sikap pemusatan perhatian yang tinggi terhadap objek yang sedang dipelajari.

Minat sebagai salah satu aspek psikologis dipengaruhi oleh beberapa

faktor, baik yang sifatnya dari dalam (internal) maupun dari luar (eksternal).

Dilihat dari dalam diri mahasiswa, minat dipengaruhi oleh cita-cita, kepuasan,

kebutuhan, bakat dan kebiasaan. Sedangkan bila dilihat dari faktor luarnya minat

sifatnya tidak menetap melainkan dapat berubah sesuai dengan kondisi

lingkungan. Faktor luar tersebut dapat berupa kelengkapan sarana dan prasarana,

pergaulan dengan orang tua dan persepsi masyarakat terhadap suatu objek serta

latar belakang sosial budaya (Slameto, 1995).

Menurut Slameto (1995), faktor-faktor yang berpengaruh di atas dapat

diatasi oleh dosen di kampus dengan cara:

1. Penyajian materi yang dirancang secara sistematis, lebih praktis dan

penyajiannya lebih berseni.

2. Memberikan rangsangan kepada mahasiswa agar menaruh perhatian yang

tinggi terhadap bidang studi yang sedang diajarkan.

3. Mengembangkan kebiasaan yang teratur

4. Meningkatkan kondisi fisik mahasiswa.

5. Mempertahankan cita-cita dan aspirasi mahasiswa.

6. Menyediakan sarana penunjang yang memadai.

Minat belajar membentuk sikap akademik tertentu yang bersifat sangat

pribadi pada setiap mahasiswa. Oleh karena itu, minat belajar harus ditumbuhkan

sendiri oleh masing-masing mahasiswa. Pihak lainnya hanya memperkuat dan

menumbuhkan minat atau untuk memelihara minat yang telah dimiliki seseorang

(Loekmono, 1994).

Minat berkaitan dengan nilai-nilai tertentu. Oleh karena itu,

merenungkan nilai-nilai dalam aktivitas belajar sangat berguna untuk

membangkitkan minat. Misalnya belajar agar lulus ujian, menjadi juara, ahli

dalam salah satu ilmu, memenuhi rasa ingin tahu mendapatkan gelar atau

memperoleh pekerjaan. Dengan demikian minat belajar tidak perlu berangkat dari

nilai atau motivasi yang muluk-muluk. Bila minat belajar didapatkan pada

gilirannya akan menumbuhkan konsentrasi atau kesungguhan dalam belajar

(Sudarnoto, 1994)

Loekmono (1994), mengemukakan 5 butir motif yang penting yang

dapat dijadikan alasan untuk mendorong tumbuhnya minat belajar dalam diri

seseorang yaitu :

1. Suatu hasrat untuk memperoleh nilai-nilai yang lebih baik dalam semua mata

pelajaran.

2. Suatu dorongan batin untuk memuaskan rasa ingin tahu dalam satu atau lain

bidang studi.

3. Hasrat untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan pribadi.

4. Hasrat untuk menerima pujian dari orang tua, pengajar atau teman-teman.

5. Gambaran diri dimasa mendatang untuk meraih sukses dalam suatu bidang

khusus tertentu.

Beberapa langkah untuk menimbulkan minat belajar menurut

(Sudarnoto, 1994), yaitu :

1. Mengarahkan perhatian pada tujuan yang hendak dicapai.

2. Mengenai unsur-unsur permainan dalam aktivitas belajar.

3. Merencanakan aktivitas belajar dan mengikuti rencana itu.

4. Pastikan tujuan belajar saat itu misalnya; menyelesaikan laporan.

5. Dapatkan kepuasan setelah menyelesaikan jadwal belajar.

6. Bersikaplah positif di dalam menghadapi kegiatan belajar.

7. Melatih kebebasan emosi selama belajar.

Dari berbagai pendapat tersebut di atas dapat ditemukan adanya

beberapa unsur pokok dalam pengertian minat, yaitu adanya perhatian, daya

dorong tiap-tiap individu dan kesenangan. Kesimpulan dari beberapa definisi di

atas tentang minat, bahwa minat merupakan perhatian khusus terhadap suatu

bidang ilmu yang tercipta dengan penuh kemauan, yang dapat mendorong

kemauan belajar karena adanya rasa ketertarikan, kesenangan dan adanya harapan

yang tinggi terhadap ilmu tersebut.

2.2. Pembagian Minat

Ditinjau dari asal mulanya, minat seseorang dapat dibedakan menjadi

dua golongan, menurut Badan Penelitian dan Pengembangan Pendidikan dan

Kebudaaan dalam (Tomi Darmawan,2007), yaitu:

a. Minat bawaan.

Minat bawaan adalah minat yang muncul dengan sendirinya tanpa dipengaruhi

oleh faktor lain, baik itu faktor lingkungan maupun kebutuhan. Minat ini

bisanya dipengaruhi oleh faktor keturunan atau bakat alamiah.

b. Minat yang muncul karena pengaruh dari luar

Minat seseorang ini dapat berubah karena pengaruh dari luar individu, seperti

lingkungan dan kebutuhan. Minat ini sangat dipengaruhi oleh lingkungan,

dorongan orang tua, dan kebiasaan

H.C. Witherington dalam (Buchori, 1982 :111) membagi minat

menjadi dan, yaitu :

a. Minat Primitif

Minat yang timbul dari kebutuhan-kebutuhan jaringan, yang secara langsung

dapat langsung memuaskan dorongan untuk mempertahankan organisme.

b. Minat Kultural

Minat kultural adalah minat yang berasal dari perbuatan belajar yng lebih

tinggi tarafnya, berkisar tentang kebutuhan akan sesuatu hal yang tidak secara

langsung berhubungan dengan diri kita. Tetapi ada artinya karena ada nilai

pembeda.

Menurut Cague dalam ( Permanik,1991 :20), minat dibagi menjadi :

a. Minat Spontan

Minat spontan adalah minat yang tumbuh secara spontan dari dalam diri

seseorang tanpa terpengaruh pihak luar

b. Minat terpola

Minat terpola adalah minat yang timbul sebagai akibat adanya pengaruh dari

kegiatan-kegiatan berencana yang terpola, terutama kegiatan belajar mengajar

baik dari lembaga sekolah maupun dari luar sekolah

Moh. Surya dalam (Susilaningsih, 1993 :18), menyebutkan adanya tiga

minat, yaitu :

a. Minat volunter

Minat volunteer adalah minat yang timbul secara sukarela dan muncul dengan

sendirinya tanpa adanya pengaruh dari pihak luar

b. Minat involunter

Minat involunter adalah minat yang timbul dari diri dengan pengaruh suatu

situasi yang diciptakan.

c. Minat non volunteer

Minat non volunteer adalah minat yang ditimbulkan secara sengaja dipaksakan

atau diharuskan

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa minat dapat

dibedakan menjadi dua, yaitu minat yang tumbuh secara alami (pembawaan yang

biasanya dipengaruhi faktor keturunan atau bakat alamiah), dan minat yang

tumbuh karena proses pembelajaran (bisa berubah karena pengaruh dari

lingkungan). Kedua minat tersebut sulit dipisahkan karena saling berperan dan

saling mendukung dalam pembentukan minat individu terhadap sesuatu termasuk

mendorong munculnya seseorang dalam pencapaian suatu cita-cita.

2.3. Indikator-indikator Minat

Purnama (1994:15) menjabarkan karakteristik individu yang memiliki

minat tinggi terhadap sesuatu yaitu: adanya perhatian yang besar, memiliki

harapan yang tinggi, berorientasi pada keberhasilan, mempunyai kebanggaan,

kesediaan untuk berusaha dan mempunyai pertimbangan yang positip

Ada tujuh ciri minat yang dikemukakan oleh Hurlock (1990:155), ciri

tersebut adalah sebagai berikut:

a. Minat tumbuh bersamaan dengan perkembangan fisik dan mental.

Minat juga berubah selama terjadi perubahan fisik dan mental, contohnya

perubahan minat karena perubahan usia.

b. Minat tergantung pada persiapan belajar.

Kesiapan belajar merupakan salah satu faktor penyebab meningkatnya minat.

Seseorang tidak akan mempunyai minat sebelum mereka siap secara fisik

maupun mental

c. Minat bergantung pada kesempatan belajar.

Minat anak-anak maupun dewasa bergantung pada kesempatan belajar yang

ada, sebagian anak kecil lingkungannya terbatas pada rumah, maka minat

mereka tumbuh di rumah. Dengan pertumbuhan di lingkungan social mereka

menjadi tertarik pada minat orang di luar rumah yang mereka kenal.

d. Perkembangan minat mungkin terbatas.

Hal ini disebabkan oleh keadaan fisik yang tidak memungkinkan. Seseorang

yang cacat fisik tidak memiliki minat yang sama pada olah raga sepeti teman

sebayanya yang normal. Perkembangan minat juga dibatasi oleh pengalaman

sosial terbatas.

e. Minat dipengaruhi oleh pengaruh budaya

Kemungkinan minat akan lemah jika tidak diberi kesempatan untuk menekuni

minat yang dianggap tidak sesuai oleh kelompok budaya mereka.

f. Minat berbobot emosional

Minat berhubungan dengan perasaan, bila suatu objek dihayati sebagai sesuatu

yang sangat berharga, maka timbul perasaan senang yang akhirnya

diminatinya. Bobot emosional menentukan kekuatan minat tersebut, bobot

emosional yang tidak menyenangkan melemahkan minat dan sebaliknya,

bobot emosional yang menyenangkan menguatkan minat

g. Minat dan egosentris

Minat berbobot egosentris jika seseorang terhadap sesuatu baik manusia

maupun barang mempunyai kecenderungan untuk memilikinya.

Dari beberapa pendapat diatas, indikator-indikator minat pada

penelitian ini adalah:

1. Adanya perhatian terhadap perkuliahan

2. Adanya ketertarikan dengan perkuliahan

3. Adanya harapan yang tinggi terhadap perkuliahan

4. Adanya kebanggaan/kepuasan yang berorientasi pada keberhasilan

2.4 Upaya-upaya Meningkatkan Minat Mahasiswa dalam Belajar

Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara

diri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut,

semakin besar minat yang timbul. Menurut Slameto (1988), suatu minat dapat

diekspresikan melalui suatu pernyataan yang menunjukkan bahwa seseorang lebih

menyukai suatu hal daripada hal lainnya. Dapat pula dimanifestasikan melalui

partisipasi dalam suatu aktifitas. Seseorang yang minat terhadap objek tertentu

cenderung untuk memberikan perhatian yang lebih besar terhadap objek tersebut.

Minat tidak dibawa sejak lahir melainkan diperoleh kemudian. Minat

terhadap sesuatu yang dipelajari dan mempengaruhi belajar selanjutnya serta

mempengaruhi penerimaan minat-minat baru. Jadi minat terhadap sesuatu

merupakan hasil belajar dan menyokong belajar selanjutnya. Walaupun minat

terhadap sesuatu hal tidak merupakan hal yang hakiki untuk dapat mempelajari

hal tersebut. Asumsi umum menyatakan bahwa minat akan membantu seseorang

mempelajari sesuatu (Slameto, 1988).

Mengembangkan minat mahasiswa pada bidang ilmu analisa farmasi

dan makanan pada dasarnya adalah membantu mahasiswa melihat bagaimana

hubungan antara materi yang diharapkan untuk dipelajari dengan dirinya sendiri

sebagai individu dan lingkungannya. Proses ini berarti menunjukkan pada

mahasiswa bagaimana pengetahuan atau kecakapan tertentu mempengaruhi

dirinya, melayani tujuan-tujuannya, dan memuaskan kebutuhan-kebutuhan. Bila

mahasiswa menyadari bahwa belajar merupakan alat untuk mencapai beberapa

tujuan yang dianggapnya penting, dan bila mahasiswa menyadari bahwa hasil dari

pengalaman akan membawa kemajuan pada dirinya kemungkinan besar ia akan

berminat dan bermotivasi untuk mempelajarinya. Beberapa ahli pendidikan

berpendapat bahwa cara yang paling efektif untuk membangkitkan minat pada

pada suatu subyek yang baru adalah dengan menggunakan minat-minat yang telah

ada (Slameto, 1988).

Di samping memanfaatkan minat yang telah ada, Tanner (1975, dalam

Slameto, 1988) menyarankan agar para pengajar juga berusaha membentuk minat-

minat baru pada diri sendiri. Ini dapat dicapai dengan jalan memberikan informasi

kepada siswa mengenai hubungan antara suatu bahan pengajaran yang akan

diberikan dengan bahan pelajaran yang lalu, menguraikan kegunaannya bagi

siswa di masa yang akan datang. Roijjakkers (1980, dalam Slameto, 1988)

berpendapat bahwa untuk menimbulkan minat-minat baru, dapat dicapai dengan

cara menghubungkan bahan pengajaran dengan berita sensasional yang sudah

diketahui kebanyakan mahasiswa.

Bila usaha-usaha di atas tidak berhasil, pengajar dapat memakai

insentif dalam usaha mencapai tujuan pengajaran. Insentif merupakan alat yang

dipakai untuk membujuk seseorang agar melakukan sesuatu yang tidak mau

dilakukannya atau yang tidak dilakukannya dengan baik.

Studi-studi eksperimental menunjukkan bahwa seseorang yang secara

teratur dan sistematis diberi hadiah karena telah bekerja dengan baik atau karena

perbaikan dalam kualitas pekerjaannya, cenderung bekerja lebih baik daripada

yang dimarahi atau dikritik karena pekerjaannya yang buruk atau tidak ada

kemajuan. Menghukum karena hasil kerjanya yang buruk kurang efektif, bahkan

hukuman yang terlalu kuat akan sering menghambat proses belajar tetapi

hukuman yang ringan masih lebih baik daripada tidak ada perhatian sama sekali.

Hendaknya para pengajar bertindak bijaksana dalam menggunakan insentif.

Insentif apapun yang dipakai perlu disesuaikan dengan diri siswa masing-masing

(Slameto, 1988).

Menurt Efendi dalam ( Tomi Darmawqan,2007), minat dapat

ditumbuhkan dengan cara :

a. membangkitkan suatu kebutuhan, misalnya kebutuhan untuk menghargai,

keindahan, pekerjaan, dan mendapatkan penghargaan.

b. Menghubungkan dengan pengalaman-pengalaman yang lampau

c. Memberikan kesempatan untuk mendapatkan hasil yang baik karena

mengetahui kesuksesan yang diperoleh akan menimbulkan kepuasan.

2.5. Metode Pengukuran Minat

Ada beberapa metode yang digunakan untuk mengadakan

pengukuran minat, menurut Nurkancana dan Sumartana dalam ( Tomi

Darmawan,2007), metode pengukuran minat yaitu :

a. Observasi

Pengukuran minat dengan metode observasi mempunyai satu keuntungan

karena dapat mengamati dalam kondisi yang wajar, jadi tidak dibuat-buat.

Observasi dapat dilakukan dalam setiap situasi dan pencatatan hasil-hasil

observasi dapat dilakukan selama observasi berlangsung.

b. Interview

Pelaksanaan interview biasanya lebih baik dilakukan dalam situasi yang tidak

formal, sehingga percakapan akan berlangsung lebih bebas.

c. Angket atau kuesioner

Angket atau kuesioner jauh lebih efisien dalam penggunaan waktu, isi

pertanyaan dalam kuesioner pada prinsipnya tidak jauh berbeda dengan

pertanyaan dengan interview.

d. Inventori

Inventori adalah suatu metode untuk mengadakan pengukuran sejenis

kuesioner, perbedaannya dalam kuesioner responden menulis jawaban yang

relatif panjang, sedangkan inventori responden memberi jawaban dengan

memberi tanda cek, lingkaran atau tanda yang lain yang berupa jawaban-

jawaban singkat.

Metode pengukuran minat yang digunakan dalam penelitian ini

menggunakan tehnik angket atau kuesioner, karena tehnik ini sangat efisien dan

efektif dalam penggunaan waktu.

3. Kajian tentang Lingkungan Blajar

3.1. Pengertian lingkungan Belajar

Lingkungan diartikan sebagai kesatuan ruang suatu benda, daya,

keadaan dan mahluk hidup termasuk manusia dan perilakunya yang

mempengaruhi kelangsungan peri kehidupan dan kesejahteraan manusia serta

mahluk hidup lainnya (Munib, 2005:76). Menurrt Webster’s New Collegiate

Dictionary diterangkan sebagai ”the aggregate of all the external condition and

influences affecting the life and development of an organism atau diartikan

sebagai kumpulan segala kondisi dan pengaruh dari luar terhadap kehidupan dan

perkembangan suatu organisme (dalam Hadikusumo, 1996:74).

Lingkungan belajar oleh para ahli sering disebut sebagi lingkungan

pendidikan. Lingkungan pendidikan adalah berbagai faktor yang berpengaruh

terhadap pendidikan atau berbagai lingkungan tempat berlangsungan proses

pendidikan. Menurut Hadikusumo (1996:74), lingkungan pendidikan adalah

segala kondisi dan pengaruh dari luar terhadap proses pendidikan. Sedangkan

menurut Tirtaraharja dan La Sulo (1994:168), lingkungan pendidikan adalah latar

tempat berlangsungnya pendidikan.

Kampus adalah wahana kegiatan dan proses pendidikan berlangsung.

Di kampus diadakan kegiatan pendidikan, pembelajaran dan latihan (Tu’u,

2004:18). Kampus merupakan lembaga pendidikan formal yang sistematis

melaksanakan program bimbingan, pengajaran, dan latihan dalam rangka

membantu mahasiswa agar mampu mengembangkan potensinya baik yang

menyangkut aspek moral, spiritual, intelektual, emosional maupun sosial (Syamsu

Yusuf, 2001:54).

Dari berbagai pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa yang

dimaksud dengan lingkungan belajar adalah tempat berlangsungnya kegiatan

belajar yang mendapatkan pengaruh dari luar terhadap keberlangsungan kegiatan

tersebut.

3.2 Macam-macam Lingkungan Belajar

Menurut Ki Hajar Dewantara, lingkungan pendidikan mencakup:

lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat

(Munib,2004:76). Ketiga lingkungan tersebut sering disebut sebagi tripusat

pendidikan yang akan mempengaruhi manusia secara bervariasi.Untuk lebih

jelasnya akan diuraikan sebagi berikut

3.2.1. Lingkungan Keluarga

3.2.1.1. Pengertian tentang lingkungan keluarga

Keluarga adalah kelompok sosial yang pertama dalam kehidupan

manusia dimana ia belajar dan menyatakan diri sebagai manusia sosial dalam

hubungan interaksi dengan kelompoknya (Gerungan, 1996:45). Keluarga adalah

kelompok sosial kecil yang umumnya terdiri dari ayah, ibu, dan anak yang

mempunyai hubungan relatif tetap dan didasarkan atas ikatan darah, perkawinan,

dan atau adopsi (Ahmadi, 1991:167). Dalam arti luas keluarga adalah satu

persekutuan hidup yang dijalin kasih sayang antara pasangan dua jenis manusia

yang dikukuhkan dengan pernikahan yang bermaksud saling menyempurnakan

diri (Soelaeman, 1994:12). Sedangkan keluarga menurut Tirtarahardja (1994:173)

adalah pengelompokan primer yang terdiri dari sejumlah kecil orang karena

hubungan semenda (hubungan menurut garis ibu) dan sedarah.

Pengaruh pertama dan utama bagi kehidupan, pertumbuhan dan

perkembangan seseorang adalah pengaruh keluarga. Banyak sekali kesempatan

dan waktu bagi seorang anak untuk berjumpa dan berinteraksi dengan keluarga.

Perjumpaan dan interaksi sangat besar pengaruhnya terhadap prestasi seseorang.

Keluarga merupakan lembaga pendidikan tertua yang bersifat informal. Keluarga

bersifat informal dapat diartikan bahwa keluarga merupakan lembaga pendidikan

yang tidak mempunyai program resmi seperti yang dimiliki lembaga pendidikan

formal.

Apabila hubungan orang tua dengan anak dan hubungan anak dengan

anak berjalan dengan harmonis maka kondisi tersebut memberi stimulus dan

respons yang bik dari anak sehingga perilaku dan prestasinya menjadi baik.

Jadi yang dimaksud lingkungan keluarga adalah segala kondisi dari

keluarga yang berpengeruh terhadap kehidupan dan perkembangan anggota

keluarga.

3.2.1.2. Fungsi keluarga

Menurut Abu Ahmadi (1991:110) fungsi keluarga adalah memelihara,

merawat, dan melindungi anak dalam rangka sosialisasinya agar mereka mampu

mengendalikan diri dan berjiwa sosial. Menurut Oqbum (dalam Abu Ahmadi

1991:108) fungsi keluarga itu adalah sebagai fungsi kasih sayang, ekonomi,

pendidikan, perlindungan/penjagaan, rekreasi, status keluarga dan agama .

Menurut Soelaeman (1994:85) fungsi keluarga adalah sebagai berikut :

a. Fungsi edukasi

Fungsi edukasi adalah fungsi keluarga yang berkaitan dengan

pendidikan anak khususnya dan pendidikan serta pembinaan anggota keluarga

pada umumnya. Fungsi edukasi ini tidak sekedar menyangkut pelaksanaan

tetapi menyangkut pula penentuan dan pengukuan landasan yang mendasari

upaya pendidikan itu, pengarahan dan perumusan tujuan pendidikan,

perencanaan dan pengolahannya, penyedian sarana dan prasarana dan

pengayaan wawasannya.

b. Fungsi sosialisasi

Tugas keluarga tidak hanya mengembangkan individu menjadi pribadi

yang mantap tetapi juga upaya membantunya dan mempersiapkannya menjadi

anggota masyarakat yang baik. Dalam melaksanakan fungsi sosial, keluarga

menduduki kedudukan sebagai penghubung anak dengan kehidupan sosial dan

norma-norma sosial. Fungsi sosialisasi dapat membantu anak menemukan

tempatnya dalam kehidupan sosial secara mantap yang dapat diterima rekan-

rekannya bahkan masyarakat.

c. Fungsi lindungan atau fungsi proteksi

Mendidik hakekatnya bersifat melindunggi yaitu melindungi anak dari

tindakan yang tidak baik dan dari hidup yang menyimpang norma. Fungsi ini

juga melindungi anak dari ketidak mampuannya bergaul dengan lingkungan

bergaulnya, melindungi dari pengaruh yang tidak baik.

d. Fungsi afeksi atau fungsi perasaan

Anak berkomunikasi dengan lingkungannya juga dengan keluarganya

dengan keseluruhan pribadinya. Kehangatan yang terpancar dari keseluruhan

gerakan, ucapan, mimik serta perbuatan orang tua merupakan bumbu pokok

dalam pelaksanaan pendidikan anak dalam keluarga. Makna kasih sayang

orang tua pada anaknya tidak tergantung dari banyaknya hadiah yang

diberikan tetapi sejauh mana kasih sayang tersebut dipersepsikan atau

dihayati. Yang ingin dicapai dalam fungsi ini adalah menciptakan suasana

perasaan sehat dalam keluarga.

e. Fungsi religius

Keluarga wajib memperkenalkan dan mengajak anak dan anggota

keluarga lainnya kepada kehidupan beragama. Tujuannya untuk mengetahui

kaidah-kaidah agama juga untuk menjadi insan yang beragama sehingga

menggugah untuk mengisi dan mengarahkan hidupnya untuk mengabdi

kepada Tuhan.

f. Fungsi ekonomis

Fungsi ekonomis keluarga meliputi pencarian nafkah, perencanaan

pembelanjaan serta pemanfaatannya. Keadaan ekonomi keluarga berpengaruh

pada harapan orang tua akan masa depan dan harapan anak itu sendiri.

Keluarga dengan ekonomi rendah menganggap anak sebagai beban.

Sedangkan keluarga dengan ekonomi tinggi kemungkinan dapat memenuhi

semua kebutuhan akan tetapi dalam pelaksanaanya tersebut belum menjamin

pelaksanaan sebagai mana mestinya karena ekonomi keluarga tidak tergantung

dari materi yang diberikan.

g. Fungsi rekreasi

Rekreasi dirasakan orang jika ia menghayati suasana yang senang dan

damai, jauh dari ketegangan batin, segar, santai, yang memberikan perasaan

bebas dari ketegangan dan kesibukan sehari-hari. Makna fungsi rekreasi dalam

keluarga diarahkan kepada tergugahnya kemampuan untuk dapat

mempersiapkan kehidupan dalam keluarga secara wajar dan sungguh-sungguh

sebagaimana digariskan dalam kaidah hidup berkeluarga.

h. Fungsi biologis

Fungsi biologis keluarga berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan-

kebutuhan biologis anggota keluarga. Kebutuhan akan keterlindungan fisik

guna melangsungkan kehidupan seperti perlindungan kesehatan, rasa lapar,

haus dan lain-lain. Dalam pelaksanaan fungsi-fungsi itu hendaknya tidak berat

sebelah, tidak memisahkan fungsi-fungsi tersebut, tidak dilakukan oleh satu

pihak saja.

3.2.1.3. Faktor-faktor dalam lingkungan keluarga

Menurut Slameto (2003:60) lingkungan keluarga akan memberi

pengaruh pada siswa berupa :

a. Cara orang tua mendidik

Cara orang tua mendidik anaknya besar pengaruhnya terhadap belajar

anak. Orang tua yang tidak atau kurang perhatian misalnya keacuhan orang

tua tidak menyediakan peralatan sekolah, akan menyebabkan anak kurang

berhasil dalam belajar. Dalam mendidik anak hendaknya orang tua harus

memberikan kebebasan pada anak untuk belajar sesuai keinginan dan

kemampuannya, tetapi juga harus memberikan arahan dan bimbingan. Orang

tua dapat menolong anak yang mengalami kesulitan dalam belajar dengan

bimbingan tersebut. Pendidikan yang diberikan orangtua kepada anak sejak

kecil akan menjadi pedoman/dasar perkembangan anak di masa mendatang.

b. Relasi antar anggota keluarga

Relasi antar anggota keluarga terutama relasi anak dengan orang tua

dan relasi dengan anggota keluarga lain sangat penting bagi keberhasilan

belajar anak. Demi kelancaran keberhasilan belajar siswa, perlu diusahakan

relasi yang baik dalam keluarga tersebut. Hubungan yang baik didalam

keluarga akan mensukseskan belajar anak tersebut.

c. Suasana rumah

Suasana rumah yang dimaksudkan adalah kejadian atau situasi yang

sering terjadi dikeluarga. Agar anak dapat belajar dengan baik perlulah

diciptakan suasana rumah yang tenang dan tenteram sehingga anak merasa

nyaman dirumah dan dengan ketenangan itu seorang anak akan dapat belajar

dengan baik.

d. Keadaan ekonomi keluarga

Keadaan ekonomi keluarga erat kaitanya dengan belajar anak. Pada

kondisi ekonomi keluarga yang relatif kurang memyebabkan orang tua tidak

dapat memenuhi kebutuhan anak, tetapi faktor kesulitan ekonomi dapat

menjadi pendorong keberhasilan anak.

Keadaan ekonomi yang berlebih juga dapat menimbulkan masalah

dalam belajar. Orang tua dapat memenuhi kebutuhan anak termasuk fasilitas

belajar, sehingga orang tua kurang perhatian pada anak karena merasa segala

kebutuhan si anak sudah dicukupi. Akibatnya anak kurang perhatian terhadap

belajar.

e. Pengertian orang tua

Anak perlu dorongan dan pengertian dari orang tua dalam belajar.

Kadang anak yang mengalami lemah semangat, orang tua wajib memberikan

pengertian dan dorongan untuk menghadapi masalah di sekolah. Bila anak

belajar jangan dibebani dengan tugas-tugas rumah agar konsentrasi anak tidak

terpecah.

f. Latar belakang kebudayaan

Tingkat pendidikan dan kebiasaan orang tua juga berpengaruh

terhadap sikap anak. Maka perlu ditanamkan kebiasaan yang baik agar dapat

mendorong anak semangat belajar.

3.2.2. Lingkungan Kampus/Sekolah

3.2.2.1. Pengertian Lingkungan Kampus

Menurut Tulus Tu’u (2004:1) lingkungan sekolah dipahami sebagai

lembaga pendidikan formal dimanadi tempat inilah kegiatan belajar mengajar

berlangsung, ilmu pengetahuan diajarkan dan dikembangkan pada anak didik.

Menurut Gerakan Disiplin Nasional (GDN) (dalam Tu’u,2004:11), lingkungan

sekolah diartikan sebagai lingkungan dimana para siswa dibiasakan dengan nilai-

nilai tata tertib sekolah dan nilai-nilai kegiatan pembeljaran berbagai bidang studi

yang dapat meresap kedalam kesadaran hati nuraninya.

Dari beberapa definisi diatas, disimpulkan bahwa yang dimaksud

dengan lingkungan kampus adalah lingkungan dimana kegiatan perkuliahan

berlangsung dimana mahasiswa dibiasakan dengan nilai-nilai tata tertib kampus

dan nilai-nilai kegiatan perkuliahan berbagai bidang studi.

3.2.2.2. Fungsi Kampus

Menurut Muri Yusuf (1986:33) fungsi sekolah ialah yang pertama

membantu keluarga dalam pendidikan anak-anaknya di sekolah. Kampus, dosen,

mahasiswa melalui wewenang hokum yang dimilikinya berusaha melaksanakan

tugas yang kedua yaitu memberikan pengetahuan, ketrampilan dan nilai sikap

secara lengkap sesuai pula dengan apa yang dibutuhkan oleh mahasiswa dari

keluarga yang berbeda.

Menurut Nasution (2004:14) fungsi sekolah antara lain:

a. Memeprsiapkan siswanya untuk suatu pekerjaan

b. Memberikan ketrampilan dasar

c. Membuka kesempatan memperbaiki nasib

d. Menyediakan tenaga pembangunan

e. Membantu memecahkan masalah-masalah sosial

f. Menstranmisi kebudayaan

g. Membentuk manusia sosial

h. Merupakan alat mentransformasi kebudayaan

3.2.2.3. Faktor-faktor dalam Lingkungan Kampus

Menurut Slameto (2003:64) faktor-faktor kampus/sekolah yang

mempengaruhi belajar mencakup :

a. Metode mengajar

Metode mengajar adalah suatu cara atau jalan yang harus dilalui

didalam mengajar. Metode mengajar dapat mempengaruhi belajar mahasiswa.

Metode mengajar dosen yang kurang baik akan mempengaruhi belajar

mahasiswa yang tidak baik pula. Agar mahasiswa dapat belajar dengan

baik,maka metode mengajar harus diusahakan yang setepat, efisien dan efektif

mungkin.

b. Kurikulum

Kurikulum diartikan sebagai sejumlah kegiatan yang diberikan kepada

mahasiswa. Kegiatan itu sebagian besar adalah menyajikan bahan pelajaran

agar mahasiswa menerima, menguasai dan mengembangkan bahan pelajaran

itu. Kurikulum yang kurang baik akan berpengaruh tidak baik pula terhadap

belajar.

c. Relasi pendidik dengan peserta didik

Proses belajar mengajar terjadi antara pendidik dengan peserta didik.

Proses ini dipengaruhi oleh relasi didalam proses tersebut. Relasi pendidik

dengan peserta didik baik, membuat peserta didik akan menyukai pendidik

nya, juga akan menyukai mata kuliah yang diberikannya sehingga peserta

didik berusaha mempelajari sebaik-baiknya. Pendidik yang kurang

berinteraksi dengan peserta didik dengan baik menyebabkan proses belajar-

mengajar itu kurang lancar.

d. Relasi peserta didik dengan peserta didik

Peserta didik yang mempunyai sifat kurang menyenangkan, rendah

diri atau mengalami tekanan batin akan diasingkan dalam kelompoknya. Jika

hal ini semakin parah, akan berakibat terganggunya belajar. Peserta didik

tersebut akan malas untuk ke kampus dengan berbagai macam alasan yang

tidak-tidak. Jika terjadi demikian, peserta didik tersebut memerlukan

bimbingan dan penyuluhan. Menciptakan relasi yang baik antar peserta didik

akan memberikan pengaruh positif terhadap belajarnya.

e. Disiplin

Kedisiplinan kampus erat kaitannya dengan kerajinan peserta didik

dalam kampus dan belajar. Kedisiplinan mencakup kedisiplinan dosen dalam

mengajar, karyawan dalam bekerja, direktur dalam mengelola institusinya, dan

PA dalam memberikan layanan.

Seluruh staf yang mengikuti tata tertib dan bekerja dengan disiplin

membuat peserta didik disiplin pula. Dalam proses belajar, disiplin sangat

dibutuhkan untuk mengembangkan motivasi yang kuat. Agar peserta didik

belajar lebih maju, maka harus disiplin di dalam belajar baik di kampus, di

rumah maupun di tempat lain.

f. Alat pelajaran

Alat pelajaran erat hubungannya dengan cara belajar peserta didik

karena alat pelajaran tersebut dipakai untuk menerima bahan pelajaran dan

dipakai pendidik waktu mengajar. Alat pelajaran yang lengkap dan tepat akan

mempercepat penerimaan bahan pelajaran. Jika peserta didik mudah menerima

pelajaran dan menguasainya, belajar akan lebih giat dan lebih maju.

Mengusahakan alat pelajaran yang baik dan lengkap sangat dibutuhkan guna

memperlancar kegiatan belajar-mengajar.

g. Jadual perkuliahan

Pengturan jadual perkuliahan adalah sangat penting. Waktu akan

mempengaruhi belajar peserta didik. Memilih waktu pelajaran yang tepat akan

memberikan pengaruh yang positif terhadap belajar. Belajar dipagi hari adalah

adalah waktu yang paling tepat dimana pada saat itu pikiran masih segar dan

kondisi jasmani masih baik.

Dari uraian di atas, indikator-indikator dalam lingkungan kampus pada

penelitian ini adalah :

a. kedisiplinan

b. relasi dosen dengan mahasiswa

c. relasi mahasiswa dengan mahasiswa

d. fasilitas kampus

1.2.2. Lingkungan Masyarakat

3.2.3.1. Pengertian Lingkungan masyarakat

Soemarjan dan Soemardi (dalam Ari Gunawan,2004:4) mengatakan

bahwa msyarakat adalah tempat orang-orang hidup bersama yang menghasilkan

kebudayaan. Sedangkan menurut Muri Yusuf (1986:34) lingkungan masyarakat

adalh lingkungan ketiga dalam proses pembentukan kepribadian seseorang sesuai

dengan keberadaannya.

Berdasar definisi-definisi diatas dapat disimpulkan bahwa lingkungan

masyarakat adalah tempat orang-orang hidup bersama yang berpengaruh besar

terhadap perkembangan pribadi seseorang.

3.2.3.2. Peran Masyarakat dalam Pendidikan

Tanggung jawab masyarakat terhadap pendidikan sebenarnya masih

belum jelas, tidak sejelas tanggungjawab lingkungan keluarga dan

sekolah/kampus. Hal ini disebabkan factor waktu, hubungan, sifat dan isi

pergaulan yang terjadi di dalam masyarakat. Waktu pergaulan terbatas, hubungan

hanya pada waktu tertentu, sifat pergaulan bebas, dan isinya sangat beragam dan

kompleks. Meski demikian masyarakat mempunyai peran sangat besar dalam

pelaksanaan pendidikan nasional. Peran itu antara lain menciptakan suasana yang

dapat menunjang pelaksanaan pendidikan nasional, ikut menyelenggarakan

pendidikan non pemerintah (swasta), membantu pengadaan tenaga, biaya, sarana

dan prasarana, menyediakan lapangan kerja, membantu pengembangan profesi

baik secara langsung maupun tidak langsung (Fuad Ihsan,1997:59)

3.2.3.3. Faktor- faktor dalam Masyarakat

Masyarakat adalah faktor ekstern yang juga berpengaruh terhadap

prestasi belajar mahasiswa. Pengaruh itu terjadi karena keberadaan mahasiswa

didalamnya. Pengaruh itu antara lain:

a. Kegiatan Mahasiswa dalam masyarakat

b. Mass media

c. Teman bergaul

d. Bentuk kehidupan masyarakat

Dari berbagai uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud

dengan lingkungan belajar adalah berbagai faktor yang berasal dari luar individu

yang berpengaruh terhadap proses pembelajaran atau pendidikan. Faktor-faktor

tersebut meliputi faktor keluarga, kampus dan masyarakat.

Indikator-indikator Lingkungan Belajar adalah:

1. Cara orang tua mendidik

2. Keadaan ekonomi keluarga

3. hubungan antar anggota keluarga

4. pengertian orang tua

5. Kedisiplinan Kampus

6. Hubungan Mahasiswa dan Mahasiswa

7. Hubungan Mahasiswa dengan dosen

8. Keadaan Gedung dan suasana perkuliahan

9. Kegiatan mahasiswa dalam masyarakat

10. Bentuk kehidupan masyarakat di sekitar tempat tinggal mahasiswa

11. Teman bergaul Mahasiswa

B. Kajian tentang Prestasi Belajar

1. Belajar

1.1. Pengertian Belajar

Banyak orang beranggapan bahwa yang dimaksud dengan belajar

adalah mencari ilmu dan menuntut ilmu. Ada lagi yang lebih khusus mengartikan

bahwa belajar adalah menyerap pengetahuan. Belajar adalah perubahan yang

terjadi dalam tingkah laku manusia.

Para pakar pendidikan mengemukakan pengertian yang berbeda antara

satu dengan yang lainnya, namun demikian selalu mengacu pada prinsip yang

sama yaitu setiap orang yang melakukan proses belajar akan mengalami suatu

perubahan dalam dirinya. Belajar menurut Slameto (2003:2) secara psikologis

adalah”Suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari

interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya atau

belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan sesorang untuk memperoleh suatu

perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil

pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”.Skinner dalam

Dimyati(2002:9) menyatakan “belajar adalah suatu perilaku pada saat orang

belajar maka responnya menjadi lebih baik”. Sehingga dengan belajar maka orang

akan mengalami perubahan tingkah laku. Selanjutnya Winkel (1996:53) belajar

adalah “suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi yang aktif

dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan,

pemahaman, keterampilan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif

konstant.” Sedangkan Gie (2004:1 menyatakan belajar adalah segenap kegiatan

pikiran seseorang yang dilakukan secara penuh perhatian untuk memperoleh

pengetahuan dan mencapai pemahaman tentang alam semesta, kehidupan

masyarakat, perilaku manusia, gejala bahasa, atau perkembangan sejarah.

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa belajar

merupakan suatu proses dimana didalamnya terjadi suatu interaksi antara

seseorang (mahasiswa) dengan lingkungannya yang mengakibatkan adanya

perubahan tingkah laku yang akan memberikan suatu pengalaman baik bersifat

kognitif (pengetahuan), afektif (sikap), dan psikomotorik (keterampilan).

1.2. Fase dan Cara Belajar yang Efektif

Cara belajar pada dasarnya merupakan satu cara atau strategi belajar

yang diterapkan mahasiswa, hal ini sesuai dengan pendapat The Liang Gie

(1987:48) yang mengemukakan bahwa ”cara belajar adalah rangkaian kegiatan

yang dilaksanakan dalam usaha belajarnya”. Hamalik (1983: 38) secara lebih jelas

mengemukakan bahwa “cara belajar adalah kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan

sesuai dengan situasi belajarnya, misalnya kegiatan-kegiatan dalam mengikuti

pelajaran, menghadapi ulangan/ ujian dan sebagainya”. Kemampuan seseorang

untuk memahami dan mnyerap ilmu tidak sama tingkatannya. Ada yang cepat,

sedang bahkan sangat lambat. Karenanya seseorangseringkali harus menempuh

cara berbeda untuk bisa memahami sebuah informasi atau ilmu.

Dari pendapat-pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa cara

belajar seseorang adalah kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan pada situasi belajar

tertentu, kegiatan-kegiatan tersebut merupakan pencerminan usaha belajar yang

dilakukannya. Fase belajar meliputi dua fase yaitu fase persiapan belajar dan fase

proses belajar. Dalam tiap-tiap fase tersebut terdapat cara atau teknik belajar

tersendiri.

a.. Fase Persiapan Belajar

Fase ini merupakan fase sebelum belajar/persiapan belajar, landasar

utama bagi pembentukan cara belajar yang baik. Dengan persiapan sebaik-

baiknya maka kegiatan/pekerjaan akan dapat dilaksanakan dengan baik sehingga

akan memperoleh keberhasilan. Demikian pula halnya dengan belajar, beberapa

persiapan yang perlu dilakukan dalam belajar menurut Thabrany (1994:49)

adalah:

1. Persiapan mental

Persiapan mental yang dimaksud adalah bahwa tekad untuk belajar benar-

benar sudah siap. Menurut Gie (1987:58) “persiapan mental merupakan upaya

menumbuhkan sikap mental yang diperlukan dalam belajar”. Lebih lanjut

dijelaskan bahwa persiapan mental yang perlu dilakukan adalah:

a. Tujuan Belajar

Belajar di kampus perlu diarahkan pada suatu cita-cita tertentu, cita-cita

yang diperjuangkan dengan berbagai macam kegiatan belajar. Tujuan

belajar perlu diketahui oleh mahasiswa, agar mahasiswa siap menerima

materi perkuliahan, seperti apa yang dijelaskan Winarno Surachman

(1994:99) bahwa: “Tujuan itu penting anda ketahui terlebih dahulu, sebab

jika anda sudah mengetahui tujuan itu maka mental anda pun akan siap

menerima, mengolah dan mengatur semua mata pelajaran sesuai dengan

tujuan itu.”

b. Minat terhadap mata pelajaran

Setiap mahasiswa seharusnya menaruh minat yang besar terhadap mata

kuliah yang mereka ikuti, karena minat selain memusatkan pikiran juga

akan menimbulkan kegembiraan dalam usaha belajar, seperti yang

kemukakan oleh The Liang Gie (1983:12) adalah “keriangan hati akan

memperbesar kemampuan belajar seseorang dan juga membentuknya tidak

melupakan apa yang dipelajarinya itu.”.Materi perkuliahan dapat dipelajari

dengan baik bila mahasiswa dapat memusatkan pikirannya dan

menyenangi materi perkuliahan tersebut. Mahaiswa kurang berhasil dalam

menerima materi perkuliahan itu disebabkan tidak tertarik dengan materi

perkuliahan yang disampaikan.

c. Kepercayaan kepada diri sendiri

Setiap mahasiswa perlu yakin mereka mempunyai kemampuan

kepercayaan kepada diri sendiri dan itu perlu dipupuk sebagai salah satu

kesiapan sepenuhnya bahwa tidak ada mata kuliah yang tidak dapat

dipahami bila ia mau belajar dengan giat setiap hari.

d. Keuletan

Hidup seorang mahasiswa selama belajar di kampus penuh kesukaran-

kesukaran, oleh karena itu setiap mahasiswa perlu memiliki keuletan baik

jasmani maupun rohani. Untuk memupuk keuletan tersebut hendaknya

selalu menganggap setiap persoalan muncul sebagai tantangan yang harus

diatasi. Materi perkuliahan yang diberikan dosen di kampus masih

mengharuskannya melaksanakan aktifitas mental, untuk menanamkan

konsep pelajaran yang lebih baik. Untuk itu Herman Hudoyo (1989:15)

menyarankan bahwa: “Belajar haruslah aktif, tidak sekedar pasif saja

menerima apa yang diberikan. Dapat diharapkan jika mahasiswa aktif

melibatkan diri dalam menemukan suatu prinsip dasar, dia akan mengerti

konsep yang lebih baik, ingatannya lebih lama dan akan mampu

menggunakan konsep tersebut dikonteks yang lain.”

2. Persiapan sarana

Thabrany (1994: 48) mengemukakan”sarana yang dibutuhkan dalam belajar

yaitu ruang belajar dan perlengkapan belajar”

a. Ruang Belajar

Menurut Thabrany (1994: 48) “ Ruang belajar mempunyai peranan yang

cukup besar dalam menentukan hasil belajar seseorang”. Persyaratan yang

diperlukan untuk ruang belajar adalah: bebas dari gangguan, sirkulasi dan

suhu udara yang baik, penerangan yang memadai.

b. Perlengkapan belajar

Thabrany (1994:53) menjelaskan “ perlengkapan belajar yang perlu

disiapkan dalam belajar adalah:

1. Perabot belajar seperti meja, kursi, dan rak buku

2. Buku pelajaran

3. Buku catatan

4. Alat-alat tulis

b. Fase Proses Belajar

Fase ini sangat menentukan seseorang berhsail tidaknya di kampus,

pada fase proses belajar ini dituntut kepada mahasiswa untuk menerapkan cara-

cara belajar yang sebaik mungkin. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam fase ini

antara lain:

1. Pedoman dalam belajar.

Pedoman dalam belajar perlu dibuat untuk menjadi petunjuk dalam melakukan

kegiatan belajar. Karena setiap usaha apapun tentu ada azas-azas yang

dijadikan sebagai pedoman demi suksesnya usaha tersebut. Demikian pula

dalam belajar, The Liang Gie (1983:13) mengemukakan bahwa: “Prinsip-

prinsip belajar itu sekurang-kurangnya menyangkut tiga hal, yaitu keteraturan,

disiplin dan konsentrasi.” Keteraturan dalam belajar sangat penting artinya,

bila seseorang ingin belajar dengan baik, maka hendaknya dapat menjadikan

keteraturan di dalam belajar itu sebagai hal pokok sesuai dengan saran Al-

Falasany (1992:15) bahwa: “Keteraturan belajar adalah pangkal utama dari

cara belajar yang baik.” Di dalam belajar seseorang akan berhadapan dengan

bermacam-macam rintangan yang dapat menangguhkan usaha belajarnya,

tetapi dengan mendisiplinkan dirinya sendiri ia akan dapat mengatasi semua

hal itu, Al-Falasany (1992:15) mengemukakan bahwa dengan kemauan yang

keras dan dengan disiplin ia akan dapat menjauhi godaan dan gangguan yang

mendorongnya malas belajar, ogah-ogahan dan menunda-nunda studi. Setelah

faktor keteraturan dan displin di dalam belajar, maka konsentrasi juga sangat

diperlukan pada saat berada dalam proses belajar perlu konsentrasi, tanpa

konsentrasi ia tidak mungkin dapat menguasai materi pelajaran.

2. Cara mengikuti pelajaran

Untuk dapat mengikuti pelajaran dengan baik di kampus, maka diharapkan

kepada mahasiswa agar dapat memusatkan pikiran dan perhatiannya pada

materi perkuliahan yang sedang disajikan oleh dosen. Karena seperti ET

Ruseffendi (1982:18) mengemukakan bahwa: “Anak-anak harus belajar

berbuat sendiri dan merasakan sendiri. Makin banyak indera yang dipakai

makin efesien anak belajar.” Seseorang akan memperoleh pengalaman belajar

yang lebih banyak bila ia dapat mengikuti pelajaran dengan tertib, penuh

perhatian, mencatat dengan baik, serta mau bertanya jika ada penjelasan yang

kurang dimengerti. Dengan demikian dapat diharapkan, jika mahasiswa aktif

melibatkan diri dalam menemukan prinsip-prinsip dasar maka ia akan

mengerti konsep yang lebih baik. Namun untuk mempermudah mahasiswa

memahami konsep-konsep yang diajarkan di kampus, sebaiknya mahasiswa

sudah mempersiapkan dirinya dengan pengetahuan tentang materi-materi

sebelumnya, karena Herman Hudoyo (1989:18) menekankan bahwa: “Pada

waktu siswa mempelajari sesuatu konsep yang benar-benar baru, untuk mudah

memahami konsep-konsep tersebut, siswa perlu berorientasi dengan

pengalaman yang lampau.”

3. Cara mengulangi materi perkuliahan/membaca buku

Setelah di kampus mengikuti perkuliahan dengan baik, tentu usaha mahasiswa

untuk mendapat pengertian tentang konsep materi perkuliahan dengan baik

tidak cukup sampai di sini, tetapi dia perlu lagi mengkaji, mengulangi dan

membaca kembali materi tersebut. Belajar memang tidak lepas dari membaca

dan ternyata membaca sebenarnya tidak sesederhana yang kita bayangkan.

Membaca mempunyai teknik-teknik tersendiri, sebagaimana juga menulis.

Dengan mengikuti teknik membaca sistimatis dan cepat, kita dapat

menghemat waktu dan belajar lebih banyak. Kebanyakan seseorang membaca

sangat lamban, kurang memahami makna kata dan ungkapan-ungkapan

tertentu lebih-lebih dengan bacaan yang berat. Di samping itu tidak dapat

merefleksikan apa yang telah dibaca. Kesukaran belajar banyak ditentukan

oleh keterampilan membaca. Memang banyak faktor yang menentukannya.

Hal pertama kali yang harus diperhatikan adalah jarak mata dengan buku atau

tulisan. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Sudarmanto (1993:35)

yaitu: “Jarak membaca yang baik adalah 16 inci (+ 30 cm). Bila dalam

membaca jarak itu tidak dapat dijangkau maka ada ketidak-beresan dengan

mata.” Adapun tujuan yang dihadapkan dalam usaha mengulangi kembali

materi perkuliahan di rumah itu adalah untuk memperkuat ingatan mahasiswa

terhadap materi pelajaran yang akan digunakan untuk memecahkan masalah

atau soal-soal. Dalam hal ini Herman Hudoyo (1989:27) menegaskan bahwa:

“Ingatan memegang peranan penting di dalam belajar jika siswa harus mencari

jalan untuk menyelesaikan suatu masalah.”

Ada tujuh gaya yang efektif dalam belajar, menurut Hamzah B. Uno

(2008:183), yaitu:

1. Bermain dengan kata

2. Bermain denga pertanyaan

3. Bermain dengan gambar

4. Bermain dengan musik

5. Bermaindengan bergerak

6. Bermain dengan bersosialisai

7. Bermain dengan kesendirian.

1.3. Prinsip-prinsip Belajar

Dalam mengerjakan sesuatu seseorang harus mempunyai prinsip-

prinsip tertentu, begitu juga halnya dengan belajar. Untuk menertibkan diri dalam

belajar harus mempunyai prinsip sebagaimana yang diketahui prinsip belajar

memang kompleks tetapi dapat juga dianalisis dan diperinci dalam bentuk-bentuk

prinsip atau azas belajar sebagaimana yang dinyatakan oleh Oemar Hamalik

(2004:54) meliputi:

a. Belajar senantiasa bertujuan yang berkenaan dengan pengembangan perilaku

b. Belajar didasarkan atas kebutuhan dan motivasi tertentu

c. Belajar dilaksanakan dengan latihan daya-daya , membentuk hubungan

asosiasi, dan melalui penguatan

d. Belajar bersifat keseluruhan yang menitikberatkan pemahaman, berpikir kritis,

dan reorganisasi pengalaman

e. Belajar membutuhkan bimbingan, baik secara langsung oleh pembimbing

maupun melalui bantuan pengalaman pengganti

f. Belajar dipengaruhi oleh faktor dari dalam diri individu dan faktor luar diri

individu

g. Belajar sering dihadapkan kepada masalah dan kesulitan yang perlu

dipecahkan

h. Hasil belajar dapat ditransferka kedalam situasi lain.

Hamzah B. Uno (2008:184), menyampaiakan lima prinsip belajar,

yaitu:

a. Mengenali betul apa yang menarik untuk kita

Hal ini akan mempermudah mencari ragam informasi penting yang akan kita

pelajari. Tak ada seorangpun yang mampu memberikan informasi tentang apa

yang menarik untuk kita pelajari kecuali kita sendiri.

b. Kenalilah kepribadian diri sendiri

Mempelajari sesuatu yang sesuai dengan keinginana dan kepribadian kita

menjadi lebih mudah dilakukan,sebab, apapun yang akan kita pelajari dan

pahami, seringkali menjadi sia-sia jika ternyata tak sesuai dengan kepribadian

kia

c. Rekam semua informasi dalam kata.

Langkah yang paling mudah untuk memahami, mengingat dan mempelajari

sesuatu adalah dengan kata. Dengan demikian langkah yang paling mudah dan

bijaksana adalah apabila kita terbiasa merekam semua informasi itu dengan

cara menuliskannya kembali dalam bentuk apa saja.

d. Belajar bersama orang lain

Belajar dengan cara ini lebih ringan dan menyenangkan.

e. Hargai diri sendiri

Belajar memahami dan mnyerap informasi akan menjadi lebih terasa

bermanfaat dan berarti apabila kita menghargainya. Jadi, rencanakan apa yang

akan dipelajari dan dipahami.

Banyak mahasiswa yang telah belajar dengan giat tetapi usahanya itu

tidak memberikan hasil yang diharapkan, dan sering kali mengalami kegagalan,

bekerja keras belum tentu menjamin seseorang dapat belajar dengan berhasil. Di

samping itu seorang mahasiswa perlu memperhatikan syarat-syarat dapat belajar

secara efesien atau belajar dengan baik. Di antara syarat-syarat tersebut adalah

sebagai berikut: Kesehatan jasmani, badan yang sehat berarti tidak mengalami

gangguan penyakit dan seluruh fungsi badan berjalan dengan baik. Rohani yang

sehat, tidak berpenyakit syaraf, tidak mengalami gangguan emosional, senang dan

stabil Lingkungan yang tenang, tidak ribut, serasi bila mungkin jauh dari

keramaian dan gangguan lalu lintas dan tidak ada gangguan yang lainnya. Tempat

belajar menyenangkan, cukup udara, cukup matahari, penerangan yang memadai.

Tersedia cukup bahan dan alat-alat yang diperlukan, bahan-bahan dan alat-alat itu

menjadi sumber belajar dan alat sebagai pembantu belajar.

2. Prestasi Belajar

2.1.Pengertian Prestasi Belajar

Kemampuan intelektual mahasiswa sangat menentukan

keberhasilannya dalam memperoleh prestasi. Untuk mengetahui berhasil tidaknya

seseorang dalam belajar maka perlu dilakukan suatu evaluasi, tujuannya untuk

mengetahui prestasi yang diperoleh setelah proses belajar mengajar berlangsung.

Adapaun prestasi dapat diartikan sebagai hasil yang diperoleh karena adanya

aktivitas belajar yang telah dilakukan. Proses tersebut tidak akan terjadi apabila

tidak ada suatu yang mendorong pribadi yang bersangkutan. Prestasi belajar

merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar, karena kegiatan

belajar merupakan proses, sedangkan prestasi merupakan hasil dari proses belajar.

Memahami pengertian prestasi belajar secara garis besar harus bertitik tolak

kepada pengertian belajar itu sendiri. Untuk itu para ahli mengemukakan

pendapatnya yang berbeda-beda sesuai dengan pandangan yang mereka anut.

Namun dari pendapat yang berbeda itu dapat kita temukan satu titik persamaan.

Sehubungan dengan prestasi belajar, Poerwanto (1986:28) memberikan pengertian

prestasi belajar yaitu “hasil yang dicapai oleh seseorang dalam usaha belajar

sebagaimana yang dinyatakan dalam raport.”. Selanjutnya Winkel (1996:162)

mengatakan bahwa “prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau

kemampuan seseorang siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan

bobot yang dicapainya.” Sedangkan menurut S. Nasution (1996:17) prestasi

belajar adalah: “Kesempurnaan yang dicapai seseorang dalam berfikir, merasa dan

berbuat. Prestasi belajar dikatakan sempurna apabila memenuhi tiga aspek yakni:

kognitif, afektif dan psikomotor, sebaliknya dikatakan prestasi kurang memuaskan

jika seseorang belum mampu memenuhi target dalam ketiga kriteria tersebut.”

Prestasi belajar menurut Hamalik (1994: 45) adalah prestasi belajar yang berupa

adanya perubahan sikap dan tingkah laku setelah menerima pelajaran atau setelah

mempelajari sesuatu.

Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

prestasi belajar merupakan tingkat kemanusiaan yang dimiliki seseorang dalam

menerima, menolak dan menilai informasi-informasi yang diperoleh dalam proses

belajar mengajar. Prestasi belajar seseorang sesuai dengan tingkat keberhasilan

sesuatu dalam mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk nilai

setiap mata kuliah setelah mengalami proses belajar mengajar. Prestasi belajar

mahasiswa dapat diketahui setelah diadakan evaluasi. Hasil dari evaluasi dapat

memperlihatkan tentang tinggi atau rendahnya prestasi belajar .

2.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Belajar di Perguruan tinggi, sama halnya dengan belajar dalam arti

luas, bertujuan untuk terjadinya perubahan tingkah laku. Perubahan tingkah laku

akhir yang diharapkan adalah tercapainya pengetahuan, sehingga individu yang

bersangkutan mampu melaksanakan tugas atau kerja tertentu dengan baik.

Tingkah laku kecakapan dan keberhasilan seseorang dalam belajar disebut

prestasi. Untuk mencapai prestasi belajar sebagaimana yang diharapkan, maka

perlu diperhatikan beberapa faktor yang mempengaruhi belajar dan prestasi

belajar antara lain; faktor yang terdapat dalam diri individu (faktor intern), dan

faktor yang terdiri dari luar individu (faktor ekstern). Dalam kaitannya belajar di

perguruan tinggi, factor yang terutama mempengaruhi mahasiswa dalam mencapai

prestasi belajar adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu bersifat

biologis sedangkan faktor yang berasal dari luar diri individu antara lain adalah

faktor keluarga, kampus, masyarakat dan sebagainya.

a. Faktor Intern

Faktor intern adalah faktor yang timbul dari dalam diri individu itu sendiri,

adapun yang dapat digolongkan ke dalam faktor intern yaitu

kecedersan/intelegensi, bakat, minat dan motivasi, tingkat kecemasan dan

kesehatan.

1. Kecerdasan/intelegensi

Kecerdasan adalah kemampuan belajar disertai kecakapan untuk

menyesuaikan diri dengan keadaan yang dihadapinya. Kemampuan ini

sangat ditentukan oleh tinggi rendahnya intelegensi yang normal selalu

menunjukkan kecakapan sesuai dengan tingkat perkembangan sebaya.

Adakalanya perkembangan ini ditandai oleh kemajuan-kemajuan yang

berbeda antara satu orang dengan orang yang lainnya, sehingga seseorang

anak pada usia tertentu sudah memiliki tingkat kecerdasan yang lebih

tinggi dibandingkan dengan kawan sebayanya. Oleh karena itu jelas bahwa

faktor intelegensi merupakan suatu hal yang tidak diabaikan dalam

kegiatan belajar mengajar.

Dalam proses belajar di perguruan tinggi,factor kecerdasan

mahasiswa mempunyai hubungan yang positip dengan hasil belajar. Ini

berarti bahwa seseorang dengan taraf kecerdasan yang tinggi akan

mencapai prestasi belajar yang memuaskan.

Menurut Kartono (1995:1) kecerdasan merupakan “salah satu

aspek yang penting, dan sangat menentukan berhasil tidaknya studi

seseorang. Kalau seorang murid mempunyai tingkat kecerdasan normal

atau di atas normal maka secara potensi ia dapat mencapai prestasi yang

tinggi.”. Slameto (1995:56) mengatakan bahwa “tingkat intelegensi yang

tinggi akan lebih berhasil daripada yang mempunyai tingkat intelegensi

yang rendah.”. Muhibbin (1999:135) berpendapat mengenai intelegensi

yaitu “semakin tinggi kemampuan intelegensi seseorang siswa maka

semakin besar peluangnya untuk meraih sukses. Sebaliknya, semakin

rendah kemampuan intelegensi seseorang siswa maka semakin kecil

peluangnya untuk meraih sukses.”.Dapat disimpulkan pengertian

kecerdasan meliputi :

a. Kemampuan untuk mengemukakan masalah pada situasi baru secara

cepat dan berhasil guna (efektif)

b. Kemampuan untuk menggunakan konsep-konsep abstrak secara

berhasil guna

c. Kemampuan untuk mengerti adanya hubungan antara beberapa hal dan

untuk belajar secara cepat

2. Bakat

Dalam kaitannya bakat yang dimiliki oleh seseorang, dapat

dikatakan bahwa belajar pada bidang yang sesuai dengan bakat akan

memperbesar kemungkinan berhasilnya pendidikan tersebut. Bakat adalah

kemampuan tertentu yang telah dimiliki seseorang sebagai kecakapan

pembawaan. Ungkapan ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh

Ngalim Purwanto (1986:28) bahwa “bakat dalam hal ini lebih dekat

pengertiannya dengan kata attitude yang berarti kecakapan, yaitu

mengenai kesanggupan-kesanggupan tertentu.”. Kartono (1995:2)

menyatakan bahwa “bakat adalah potensi atau kemampuan kalau diberikan

kesempatan untuk dikembangkan melalui belajar akan menjadi kecakapan

yang nyata.” Menurut Syah Muhibbin (1999:136) mengatakan “bakat

diartikan sebagai kemampuan indivedu untuk melakukan tugas tanpa

banyak bergantung pada upaya pendidikan dan latihan.”

Dari pendapat di atas jelaslah bahwa tumbuhnya keahlian tertentu pada

seseorang sangat ditentukan oleh bakat yang dimilikinya sehubungan

dengan bakat ini dapat mempengaruhi tinggi rendahnya prestasi belajar

bidang-bidang studi tertentu. Dalam proses belajar terutama belajar

keterampilan, bakat memegang peranan penting dalam mencapai suatu

hasil akan prestasi yang baik. Apalagi seorang dosen atau orang tua

memaksa anaknya untuk melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan

bakatnya maka akan merusak keinginan anak tersebut.

3. Minat

Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan

dan mengenai beberapa kegiatan. Kegiatan yang dimiliki seseorang

diperhatikan terus menerus yang disertai dengan rasa sayang. Menurut

Winkel (1996:24) minat adalah “kecenderungan yang menetap dalam

subjek untuk merasa tertarik pada bidang/hal tertentu dan merasa senang

berkecimpung dalam bidang itu.” Selanjutnya Slameto (1995:57)

mengemukakan bahwa minat adalah “kecenderungan yang tetap untuk

memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan, kegiatan yang diminati

seseorang, diperhatikan terus yang disertai dengan rasa sayang.”.

Prestasi belajar erat hubungannya dengan minat mahasiswa

terhadap bidang pendidikan yang dimasukinya. Seseorang yang tidak

berminat mempelajari sesuatu tidak dapat diharapkan akan berhsil

mempelajarinya dengan baik. Misalkan calon mahasiswa yang berminat

pada bidang keperawatan dan tidak menyukai masalah kimia, maka dia

akan kesulitan dan dapat diramalkan tidak akan berhasil dengan baik

mencapai tujuan akhir studinya.

Materi kuliah yang menarik minat mahasiswa lebih mudah

dipelajari dan disimpan karena minat menambah kegiatan belajar. Untuk

menambah minat seorang mahasiswa di dalam menerima pelajaran di

kampus diharapkan dapat mengembangkan minat untuk melakukannya

sendiri. Minat belajar yang telah dimiliki siswa merupakan salah satu

faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajarnya. Apabila seseorang

mempunyai minat yang tinggi terhadap sesuatu hal maka akan terus

berusaha untuk melakukan sehingga apa yang diinginkannya dapat

tercapai sesuai dengan keinginannya.

Berdasarkan pendapat di atas, jelaslah bahwa minat mahasiswa

besar pengaruhnya terhadap prestasi belajar

4. Motivasi

Motivasi dalam belajar adalah faktor yang penting karena hal

tersebut merupakan keadaan yang mendorong tingkah laku individu untuk

mencapai tujuan belajar. Persoalan mengenai motivasi dalam belajar

adalah bagaimana cara mengatur agar motivasi dapat ditingkatkan.

Demikian pula dalam kegiatan perkuliahan seorang mahasiswa akan

berhasil jika mempunyai motivasi untuk belajar. Tanpa motivasi yang kuat

seseorang akan sulit mencapai keberhasilan dalam belajar. Nasution

(1995:73) mengatakan motivasi adalah “segala daya yang mendorong

seseorang untuk melakukan sesuatu.” Sedangkan Sardiman (1992:77)

mengatakan bahwa “motivasi adalah menggerakkan siswa untuk

melakukan sesuatu atau ingin melakukan sesuatu.”. Dalam

perkembangannya motivasi dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu (a)

motivasi instrinsik dan (b) motivasi ekstrinsik. Motivasi instrinsik adalah

motivasi yang bersumber dari dalam diri seseorang yang atas dasarnya

kesadaran sendiri untuk melakukan sesuatu pekerjaan belajar. Sedangkan

motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang datangnya dari luar diri

seseorang yang menyebabkan seseorang tersebut melakukan kegiatan

belajar. Dalam memberikan motivasi seorang dosen harus berusaha

dengan segala kemampuan yang ada untuk mengarahkan perhatian

mahasiswa kepada sasaran tertentu. Dengan adanya dorongan ini dalam

diri mahasiswa akan timbul inisiatif dengan alasan mengapa ia menekuni

mata kuliah tersebut. Untuk membangkitkan motivasi kepada mereka

supaya dapat melakukan kegiatan belajar dengan kehendak sendiri dan

belajar secara aktif.

5. Kecemasan

Prestasi akan mencapai hasil yang baik pada tingkat kecemasan

yang sedang. Terlalu tinggi atau terlalu rendah tingkat kecemasan

seseorang akan menghambat proses belajar yang terjadi. Oleh karenanya

untuk mencapai prestasi belajar yang baik dibutuhkan tingkat kecemasan

sedang.

6. Kesehatan

Yang dimaksud disini adalah sehat fisik dan psikis. Orang yang

berbadan sehat tentu lebih baik dalam belajar dari pada orang sakit.

Namun kesehatan badan ini harus diimbangi dengan kesehatan psikis yang

baik. Kesehatan psikis atau kesehatan mental merupakan faktor yang

sangat besar perannya dalam pencapaian prestasi belajar yang memuaskan.

Adanya gangguan atau hambatan mental atau kejiwaan seseorang akan

sangat mempengaruhi keberhasilan belajar.

b. Faktor Ekstern

Faktor ekstern adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi

prestasi belajar yang sifatnya dari luar diri individu, yaitu beberapa

pengalaman-pengalaman, keadaan keluarga, lingkungan kampus dan

lingkungan sosial (masyarakat). . Pengaruh lingkungan ini pada umumnya

bersifat positif dan tidak memberikan paksaan kepada individu. Menurut

Slameto (1995:60) faktor ekstern yang dapat mempengaruhi belajar adalah

“lingkungan keluarga, keadaan kampus dan lingkungan masyarakat.”

1. Lingkungan Keluarga

Keluarga merupakan lingkungan terkecil dalam masyarakat tempat

seseorang dilahirkan dan dibesarkan. Pada dasarnya keberhasilan belajar

seseorang di kampus berkaitan erat dengan tidak adanya gangguan atau

hambatan emosional yang berhubungan dengan relasi yang terjadi antara

dirinya dan keluarga atau orang yang terdekat dengan dirinya. Gangguan

emosi sering dalam bentuk ketegangan, konflik yang dirasa individu dan

sering tercermin dalam tingkah lakunya. Hal ini menyebabkan individu

kurang perhatian penuh pada saat kuliah, konsentrasi menurun dan

prestasipun menurun. Mereka kurang berprestasi meskipun secara

potensial dia cerdas. Sebaliknya hubungan yang baik pada keluarga atau

orang terdekat, suasana hangat, banyak memperoleh kesempatan dan

rangsangan intelektual akan dapat meningkatkan prestasi belajarnya.

Sebagaimana yang dijelaskan oleh Slameto bahwa: “Keluarga adalah

lembaga pendidikan pertama dan utama. Keluarga yanng sehat besar

artinya untuk pendidikan kecil, tetapi bersifat menentukan dalam ukuran

besar yaitu pendidikan bangsa, negara dan dunia.” Adanya rasa aman

dalam keluarga sangat penting dalam keberhasilan seseorang dalam

belajar. Rasa aman itu membuat seseorang akan terdorong untuk belajar

secara aktif, karena rasa aman merupakan salah satu kekuatan pendorong

dari luar yang menambah motivasi untuk belajar. Dalam hal ini Hasbullah

(1994:46) mengatakan: “Keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang

pertama, karena dalam keluarga inilah anak pertama-tama mendapatkan

pendidikan dan bimbingan, sedangkan tugas utama dalam keluarga bagi

pendidikan anak ialah sebagai peletak dasar bagi pendidikan akhlak dan

pandangan hidup keagamaan.” Oleh karena itu orang tua hendaknya

menyadari bahwa pendidikan dimulai dari keluarga. Sedangkan sekolah

merupakan pendidikan lanjutan. Peralihan pendidikan informal ke

lembaga-lembaga formal memerlukan kerjasama yang baik antara orang

tua dan dosen sebagai pendidik dalam usaha meningkatkan hasil belajar

anak. Perhatian orang tua dapat memberikan dorongan dan motivasi

sehingga anak dapat belajar dengan tekun. Karena anak memerlukan

waktu, tempat dan keadaan yang baik untuk belajar. Dalam keluarga

individu mempunyai kesempatan menjalani pendidikan secara bertahap

sebagai hasil bentuk hubungna sejak lahir. Rismiyati E Kusman (2003:10)

menyimpulkan faktor keluarga yang berpengaruh pada prestasi belajar

meliputi:

a. Tekanan prestasi, yaitu tuntutan orang tua terhadap pendidikan

anaknya, minat mereka pada pengetahuan, serta standar hadiah bagi

mereka yang berhasil dalam pendidikannya.

b. Model bahasa, yaitu kualitas bahasa orang tua dan standar yang dibuat

untuk cara berbicara anak.

c. Bimbingan akademis, yaitu kualitas bimbingan serta bantuan yang

diberikan orang tua di rumah

d. Aktivitas di rumah, berkaitan dengan stimulasi yang tersedia di rumah.

e. Intelektualitas di rumah, yaitu minat-minat intelektual dan aktivitas

intelektual

f. Kebiasaan kerja dalam kaitannya dengan penggunaan ruang dan

waktu yang teratur di rumah.

2. Keadaan kampus

Kampus merupakan lembaga pendidikan formal yang sangat

penting dalam menentukan keberhasilan belajar mahasiswa, karena itu

lingkungan kampus yang baik dapat mendorong untuk belajar yang lebih

giat. Keadaan kampus ini meliputi daya tampung peserta didik, lingkungan

fisik yang memadai, cara penyajian perkuliahan, hubungan dosen dengan

mahasiswa, media pembelajaran, kurikulum dan kehadiran dosen akan

mempengaruhi mahasiswa dalam menerima materi pembelajaran.

Lingkungan kampus yang tidak menyenangkan akan membuat mahasiswa

malas belajar yang tentunya akan mempengaruhi prestasi belajarnya juga.

Hubungan antara dosen dan mahasiswa yang kurang baik akan

mengakibatkan seseorang tidak senang pada dosen dan tidak menyukai

segala sesuatu yang berhubungan dengan dosen tersebut. Termasuk

perkuliahan yang diajarkannya sehingga ini akan mempengaruhi hasil-

hasil belajarnya. Menurut Kartono (1995:6) mengemukakan “guru dituntut

untuk menguasai bahan pelajaran yang akan diajarkan, dan memiliki

tingkah laku yang tepat dalam mengajar.” Oleh sebab itu, dosen juga

dituntut untuk menguasai bahan perkuliahan yang disajikan, dan memiliki

metode yang tepat dalam mengajar.

3. Lingkungan Masyarakat

Di samping orang tua, lingkungan masyarakat juga merupakan

salah satu faktor yang tidak sedikit pengaruhnya terhadap hasil belajar

seseorang dalam proses pelaksanaan pendidikan karena lingkungan sosial

berpengaruh relatif besar terhadap perkembangan proses belajar

mahasiswa. Perkembangan kecerdasan seseorang misalnya dipengaruhi

oleh lingkungan sosial karena lingkungan sosial dalam hal ini turut

membentuk proses belajar dan cara berpikir seseorang. Mereka yang hidup

di masyarakat dengan sosial ekonomi rendah akan cenderung bersifat

”malnutrition” yang berakibat pada prestasi belajarnya. Karena merasa

kekurangan mereka berkembang menjadi orang yang selalu mengarahkan

dirinya pada hal yang bersifat material. Pemuasan kebutuhan rasa lapar

dirasa lebih penting dari pada perkembangan intelektual sehingga mereka

akan terhambat dari segi material, fisik dan mental, yang akhirnya

berpengaruh pada prestasi belajarnya. Lingkungan alam sekitar sangat

besar pengaruhnya terhadap perkembangan pribadi seseorang, sebab

dalam kehidupan akan lebih banyak bergaul dengan lingkungan dimana

dia itu berada.

Lingkungan masyarakat sekitar baik di rumah maupun tempat kost

berpengaruh pada pola belajar mahasiswa. Apabila seseorang berada di

lingkungan sesama mahasiswa , yang rajin belajar, maka dia akan

terangsang untuk rajin belajar. Sebaliknya jika orang-orang di lingkungan

sekitarnya merupakan kumpulan orang-orang yang bukan pelajar,

misalnya adalah pekerja atau bahkan pengangguran,maka hal ini akan

mempengaruhi pola belajar mahasiswa,.

Dengan demikian dapat dikatakan lingkungan membentuk

kepribadian seseorang, karena dalam pergaulan sehari-hari seseorang akan

selalu menyesuaikan dirinya dengan kebiasaan-kebiasaan lingkungannya.

Oleh karena itu, apabila seorang mahasiswa bertempat tinggal di suatu

lingkungan temannya yang rajin belajar maka kemungkinan besar hal

tersebut akan membawa pengaruh pada dirinya, sehingga ia akan turut

belajar sebagaimana temannya.

C. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang

telah dilakukan oleh Tri Minarni dengan judul .”Pengaruh Disiplin dan

lingkungan Belajar Terhadap Prestasi Belajar Mata Pelajaran Ekonomi siswa

kelas VIII Semester I SMP Negeri11 Semarang Tahun ajaran 2004/2005” Hasil

penelitian tersebut adalah disiplin dan lingkungan belajar berpengaruh positif dan

signifikan terhadap prestasi belajar. Besarnya pengaruh secara simultan atau

bersama-sama dari disiplin belajar dan lingkungna belajar terhadap prestasi

belajar mata pelajaran ekonomi yaitu sebesar 57,8%. Diantara disiplin dan

lingkungan belajar yang memberikan pengaruh paling besar terhadap prestasi

belajar mata pelajaran ekonomi secara parsial adalah disiplin belajar yaitu sebesar

25,50%., sedangkan lingkungan belajar lebih kecil pengaruhnya yaitu sebesar

18,57%.

Penelitian lain yang relevan dengan judul ” Pengaruh Motivasi Belajar,

Persepsi siswa tentang metode mengajar guru dan lingkungan belajar di sekolah

terhadap Prestasi Belajar Ekonomi-Akuntansi pada siswa kelas XI IPS semester

ganjil SMAN 1 Sumberjaya Lampung Barat Tahun Pelajaran 2008/2009” oleh

Emi Tusaida,2009. Hasil Penelitian tersebut adalah berdasar uji statsistik

menggunakan uji regresi dapat diketahui bahwa ada pengaruh yang positip antara

motivasi belajar siswa, persepsi siswa tentang metode mengajar guru dan

lingkungan belajar di sekolah terhadap prestasi belajar ekonomi-akuntansi siswa

kelas XI IPS semester ganjil SMAN 1 Sumberjaya Lampung Barat Tahun

Pelajarn 2008/2009, dengan F hitung > F tabel yaitu 53,281 > 2,71 maka hipotesis

diterima. Dengan kata lain motivasi belajar siswa, persepsi siswa tentang metode

mengajar guru dan lingkungan belajar di sekolah berpengaruhterhadap prestasi

belajar ekonomi-akuntansi siswa kelas XI IPS semester ganjil SMAN 1

Sumberjaya Lampung Barat Tahun Pelajarn 2008/2009

D. Kerangka Berpikir

Belajar merupakan suatu usaha yang dilakukan secara sadar oleh

manusia untuk mencapai perubahan. proses atau usaha yang dilakukan seseorang

untuk mencapai perubahan. Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan

seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara

keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan

lingkungannya.

Prestasi belajar merupakan cerminan dari hasil kegiatan belajar mahasiswa

dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik faktor yang berasal dari dalam diri

individu maupun yang berasal dari luar diri individu. Faktor dari dalam diri

individu seperti kecerdasan, bakat, minat, motivasi, kecemasan, kesehatan, dan

perhatian sedangkan faktor yang berasal dari luar diri individu seperti, lingkungan

keluarga, lingkungan kampus dan lingkungan masyarakat. Kedua faktor tersebut

sangat mempengaruhi prestasi belajar mahasiswa.

Faktor utama dari dalam diri seseorang yang mempengahi belajar adalah

motivasi dan minat. Motivasi merupakan faktor utama yang harus ada dalam

belajar. Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan

daya penggerak dalam diri mahasiswa yang menimbulkan kegiatan belajar.

Motivasi akan menentukan berhasil atau tidaknya kegiatan belajar mahasiswa.

Untuk itu agar dapat mencapai prestasi belajar yang optimal, mahasiswa harus

memiliki motivasi belajar yang tinggi.

Seseorang yang mempunyai motivasi belajar yang tinggi dapat

diketahui pada saat ia mengikuti perkuliahan, seperti adanya minat untuk belajar

reaksi kimia, tekun dalam mengerjakan tugas, senang memecahkan soal-soal, ulet

dalam mengatasi kesulitan belajar. Motivasi belajar agar dapat aktif dan berfungsi

dengan baik membutuhkan dukungan yang kondusif dari lingkungan sekitarnya.

Minat dan motivasi adalah dua hal yang tak dapat dipisahkan.

Keduanya mempunyai hubungan yang sangat erat. Adanya minat terhadap bidang

ilmu analis farmasi dan makanan maka akan mendorong mahasiswa tersebut

untuk mempelajari lebih tekun mengenai bidang ilmu tersebut. Sebaliknya

motivasi yang ada dapat menumbuhkan minat baru yaitu mempelajari ilmu

farmasi secara lebih mendalam.

Lingkungan belajar adalah lingkungan yang memberikan pengaruh

yang sangat besar terhadap prestasi belajar mahasiswa. Lingkungan belajar

meliputi lingkungan keluarga, lingkungan kampus serta lingkungan masyarakat.

Lingkungan keluarga merupakan lingkungan yang utama bagi

mahasiswa. Di lingkungan keluarga terjadi banyak interaksi, terutama dengan

orang tua. Pendidikan dan teladan dari orang tua yang baik sangat diperlukan.

Selain itu orang tua harus dapat menciptakan kondisi yang harmonis dalam

keluarga seperti menciptakan hubungan yang harmonis antar anggota keluarga,

sehingga perasaan nyaman dan tentram bagi mahasiswa akan membawa pada

kondisi mental yang baik untuk belajar dan seorang mahasiswa akan lebih baik

dalam konsentrasi belajarnya..

Di kampus mahasiswa akan menerima perkuliahan dan berinteraksi

dengan anggota masyarakat kampus lainnya misalnya dosen, karyawan, maupun

pimpinan kampus. Kampus merupakan tempat belajar formal dengan seperangkat

aturan-aturannya. Apabila kampus berhasil menciptakan situasi belajar yang

kondusif, hubungan dan komunikasi yang baik antar warga kampus, metode

pembelajaran yang aktif, penyediaan fasilitas yang memadai, serta mahasiswa

yang tertib dan disiplin maka akan mendorong mahasiswa untuk belajar dan

berkompetensi dalam pembelajaran dengan baik sehingga hasil belajar menjadi

lebih baik pula.

Proses pembelajaran tidak hanya terjadi di kampus dan keluarga saja,

melainkan lingkungan masyarakat di sekitarnya turut memebentuk kepribadian

seseorang sehingga turut menentukan sikap terhadap proses belajar yang secara

langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi prsetasi belajar mahasiswa

Berdasarkan uraian diatas, maka kerangka berfikir dalam penelitian ini

dapat disederhanakan menjadi :

Keterangan :

= Diteliti ----------- = Tidak diteliti

E. Hipotesis

Hipotesis dalam penalitian ini adalah :

1. Ada pengaruh motivasi terhadap prestasi belajar mahasiswa Akafarma

Sunan Giri Ponorogo

2. Ada pengaruh minat terhadap prestasi belajar mahasiswa Akafarma Sunan

Giri Ponorogo

3. Ada pengaruh antara lingkungan belajar terhadap prestasi belajar

mahasiswa Akafarma Sunan Giri Ponorogo

4. Ada pengaruh antara motivasi, minat dan lingkungan belajar terhadap

prestasi belajar mahasiswa Akafarma Sunan Giri Ponorogo

PRESTASI BELAJAR

MOTIVASI

MINAT

LINGKUNGAN BELAJAR

INTELEGENSI

KESEHATAN

BAKAT

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini digunakan untuk menjelaskan hubungan dua variabel

yaitu variabel bebas yang meliputi Motivasi belajar (X1) , Minat (X2), Lingkungan

belajar (X3), dengan variabel terikat yaitu prestasi belajar (Y)., maka jenis

penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dengan jenis asosiatif, karena peneliti

ingin mengetahui ada tidaknya pengaruh antara variabel-variabel melalui

pengujian hipotesa yang telah dirumuskan. Untuk memprediksi besarnya variasi,

bentuknya hubungan dan menentukan arah dan besarnya pengaruh antar variabel

bebas dengan variabel terikat menggunakan tehnik analisis regresi.

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Akafarma Sunan Giri Ponorogo. Alasan

penelitian tersebut adalah merupakan tempat peneliti mengabdikan ilmunya,

dengan harapan hasil penelitian ini akan berguna untuk pengembangan instiusi

dan peneliti.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian (Arikunto, 2002:108)

Populasi adalah keseluruhan data yang menjadi perhatian kita dalam suatu ruang

lingkup dan waktu yang kita tentukan (Margono, 2003:118).Populasi adalah

wilayah generalisasi yang terdiri atas subyek/obyek yang mempunyai karakteristik

tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya

(Sugiyono 2002:57).

Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa Akafarma Sunan Giri

Ponorogo yang terdiri dari 2 angkatan dengan jumlah 50 mahasiswa

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi. Menurut Last, 2001 (dalam Bhisma murti,2006:49) sampel merupakan

sebuah subset yang dicuplik dari populasi, yang akan diamati atau diukur peneliti .

3. Tehnik Sampling

Tehnik sampling yang digunakan dalam penentuan sampel pada penelitian

ini adalah dengan Exhaustive Sampling Pada penelitian ini seluruh populasi

sumber digunakan sebagai sampel. Hal ini dikarenakan untuk menghindari

timbulnya persepsi diskriminasi terhadap kelompok tertentu yang diteliti.

D. Metode Pengumpulan Data

1 Metode Angket/ Kuesioner

Angket atau kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan

untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya

atau hal-hal yang ia ketahui (Arikunto, 2002:128).

Dalam penelitian ini angket digunakan utuk memperoleh data tentang

motivasi belajar, minat, lingkungan belajar. Angket yang digunakan adalah angket

langsung dan tertutup.

2 Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah mencari data hal atau variabel yang berupa

catatan, transkrip, buku surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda dan

lain sebagainya.

Metode ini digunakan untuk memperoleh data Indeks Prestasi Semester

tiap mahasiswa yaitu dari kartu Hasil Studi (KHS) pada semester genap..

E. Definisi Operasional

1. Motivasi Belajar adalah keseluruhan daya penggerak didalam diri mahasiswa

yang menimbulkan kegiatan belajar menjamin kelangsungan dan memberikan

arah pada kegiatan belajar sehingga tujuan yang dikehendaki dapat tercapai.

Motivasi itu meliputi: rasa ingin tahu, merasa adanya kesesuaian dengan

kebutuhan, adanya kepercayaan diri akan kemampuannya serta adanya

kepuasan tersendiri bila mampu menyelesaikan tugas dengan baik,.

Indikator-indikator motivasi belajar:

1. Tekun dalam menghadapi tugas

2. Adanya ketertarikan dengan perkuliahan

3. Senang memecahkan soal-soal dan latihan

4. Ulet dalam mengatasi kesulitan belajar

2. Minat Belajar adalah perhatian khusus terhadap suatu bidang ilmu yang

tercipta dengan penuh kemauan, yang dapat mendorong kemauan belajar

karena adanya rasa ketertarikan, kesenangan dan adanya harapan yang tinggi

terhadap ilmu tersebut.

Indikator-indikator minat belajar:

1. Adanya perhatian terhadap perkuliahan

2. Adanya ketertarikan dengan perkuliahan

3. Adanya harapan yang tinggi terhadap perkuliahan

4. Adanya kebanggaan/kepuasan yang berorientasi pada keberhasilan

3. Lingkungan Belajar atau lingkungan pendidikan adalah berbagai faktor yang

berasal dari luar individu yang berpengaruh terhadap proses pembelajaran atau

pendidikan. Faktor-faktor tersebut meliputi Faktor keluarga, kampus dan

masyarakat.

Indikator-indikator Lingkungan Belajar adalah:

1. Cara orang tua mendidik

2. Keadaan ekonomi keluarga

3. hubungan antar anggota keluarga

4. pengertian orang tua

5. Kedisiplinan Kampus

6. Hubungan Mahasiswa dan Mahasiswa

7. Hubungan Mahasiswa dengan dosen

8. Keadaan Gedung dan suasana perkuliahan

9. Kegiatan mahasiswa dalam masyarakat

10. Bentuk kehidupan masyarakat di sekitar tempat tinggal mahasiswa

11. Teman bergaul Mahasiswa

4. Prestasi belajar adalah hasil belajar berupa Indeks Prestasi Semester (IP) tiap

semester .

F. Instrumen penelitian

1. Penyusunan Instrumen

Instrumen penelitian merupakan alat atau fasilitas yang digunakan oleh

peneliti dalam mengumpulkan data supaya pekerjannya lebih mudah dan hasilnya

lebih baik dalam arti lebih cermat, lengkap, obyektif, dan sistematis. Kuesioner

merupakan alat ukur yang tepat karena data yang dihasilkan realtif obyektif dan

konstan serta dapat untuk mengukur aspek psikososial, dapat digunakan dalam

jumlah sampel banyak dan relatif murah. Untuk mengetahui variabel independen

tentang motivasi, minat dan lingkungan belajar menggunakan alat pengukuran

kuesioner, yaitu sejumlah prtanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh

informasi dari responden

a. Dokumentasi

Alat yang digunakan untuk mengukur prestasi belajar mahasiswa adalah

Indeks Prestasi Semester Genap .

b.Angket

Angket digunakan untuk mengukur motivasi, minat, lingkungan belajar

menggunakan sekala linkert, melalui jawaban responden terhadap pertanyaan-

pertanyaan dan alternatif jawaban yang tersedia tentang motivasi, minat,

lingkungan belajar. Pemberian skor untuk pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah

1 dan nilai tertinggi 5 setiap pertanyaan dengan kategori sebagai berikut:

Tingkat Pencapaian Skor

12. STS (Sangat Tidak Setuju) 13. TS ( Tidak Setuju) 14. R (Ragu-ragu) 15. S (Setuju) 16. SS (Sangat Setuju)

1 2 3 4 5

Rekapitulasi skor yang diberikan mahasiswa terhadap pertanyaan-

pertanyaan dalam angket motivasi, minat, lingkungan belajar dibuat dengan

ketentuan sebagai berikut:

1. Untuk pertanyaan dengan kriteria positip:

Tingkat Pencapaian Skor

1. STS (Sangat Tidak Setuju) 2. TS ( Tidak Setuju) 3. R (Ragu-ragu) 4. S (Setuju) 5. SS (Sangat Setuju)

1 2 3 4 5

2. Untuk pertanyaan dengan kriteria negatip:

Tingkat Pencapaian Skor

1. STS (Sangat Tidak Setuju) 2. TS ( Tidak Setuju) 3. R (Ragu-ragu) 4. S (Setuju) 5. SS (Sangat Setuju)

5 4 3 2 1

3. Menghitung skor rata-rata gabungan dari kriteria positip dan negatip tiap

kondisi, kemudian menentukan kategorinya dengan ketentuan skor rata-rata :

Skor rata-rata Kategori

1. 1.00-1.49 2. 1.50-2.49 3. 2.50-3.49 4. 3.50-4.49 5. 4.50-5.00

Sangat Kurang Kurang Tinggi Cukup Tinggi Tinggi Sangat Tinggi

2. Uji Kualitas Angket Penelitian

Sebelum mengambil data penelitian, maka instrumen perlu diuji terlebih

dahulu. Instrumen ini akan diujicobakan pada mahasiswa semester I (satu)

sebanyak 30 orang. Langkah-langkah dalam uji coba angket adalah sebagai

berikut :

a. Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan

atau kesahihan suatu instrumen. Instrumen dikatakan valid apabila mampu

mengukur apa yang diinginkan (Arikunto, 2002:144). Untuk mengetahui validitas

tiap item dari instrumen dengan menggunakan rumus korelasi yang dikemukakan

oleh Pearson yang dikenal dengan rumus korelasi Product Moment, yaitu:

N ∑XY – (∑X)( ∑Y)

r xy =

√{(N∑X2-(∑X)2}{N∑Y2-(∑Y) 2}

Keterangan:

r = koefisien korelasi antar skor item dengan total item

X = Skor pertanyaan

Y = Skor total

N = jumlah responden

(Suharsimi Arikunto, 2002:71)

Kriteria pengukuran yaitu dengan membandingkan antara r hitung dengan r

tabel. Pengukuran dinyatakan valid jika r hitung> r tabel. Pada penelitian ini

penghitungan dilakukan secara komputasi dengan program SPSS 11.5 for

Windows.

b. Reliabilitas

Uji reliabilitas digunakan untuk menguji sejauh mana alat ukur relatif

konsisten apabila pengukuran diulang dua kali atau lebih. Reliabilitas

menunjukkan bahwa suatu instrumen dapat dipercaya sebagai alat pengumpul

data. Untuk menguji reliabilitas angket dalam penelitian ini digunakan rumus

koefisien alpha Cronbach dengan rumus:

k ∑ Si2

r 1= 1-

k-1 St2

Keterangan:

k = banyaknya item

∑ Si = jumlah varian item

St = varian total

Rumus varian total dan varian item.

JKi JKs Si2 = - n n

Keterangan:

Jki = Jumlah seluruh skor

JKs = Junmlah kuadrat subyek

Setelah harga r1 diketahui, kemudian diinterpretasikan dengan indeks

korelasi : 0,800 < r1 ≤1,00 berarti sangat tinggi; 0,600 < r1 ≤ 0,800 berarti tinggi;

0,400 < r1 ≤ 0,600 berarti cukup; 0,200 < r1 ≤ 0,400 berarti rendah; 0,00 < r1 ≤

0,2000 berarti sangat rendah. Ada kriteria lain yang menyatakan bahwa jika r1

lebih besar dari rtabel pada n (jumlah responden) dan α= 5 % dikatakan instrumen

tersebut reliabel.

Pada penelitian ini penghitungan dilakukan secara komputasi dengan

program SPSS 11.5 for Windows.

G. Tehnik Analisis Data

Tehnik analisis data adalah suatu tehnik yang digunakan untuk mengolah

hasil penelitian guna memperoleh suatu kesimpulan. Penghitungan analisa data

dilakukan secara komputasi dengan program SPSS 11.5 for Windows Tehnik

analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah:

1. Uji Prasyarat Analisis

Sebelum uji hipotesis, maka terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat

analisis. Adapun uji prasyarat yang dipakai dalam penelitian ini meliputi uji

normalitas, uji linieritas ,dan uji multikolinieritas.

a. Uji Normalitas

Dalam uji ini mempunyai tujuan untuk mengetahui normal tidaknya

distribusi data masing-masing variabel. Apabila data terdistribusi normal, maka

pada pengujian hipotesis penelitian ini dapat digunakan statistik parametrik, yaitu

analisa regresi, sebaliknya apabila tidak terdistribusi normal dapat digunakan

statistik non parametrik seperti korelasi rank spearman. Uji normalitas dalam

penelitian ini menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov dengan perhitungan

komputasi SPSS 11,5 for Windows. Uji Kolmogorov-Smirnov memusatkan

perhatian pada penyimpangan atau deviasi maksimum. Normalitas dipenuhi jika

hasil uji tidak signifikan untuk taraf signifikan tertentu (α = 0,05). Sebaliknya jika

hasil uji signifikan, maka normalitas tidak terpenuhi. Cara mengetahui signifikan

atau tidak signifikan hasil uji normalitas adalah dengan memperhatikan bilangan

pada kolom Signifikansi (Sig).apabila harganya lebih besar dari 0.05 maka

dikatakan data terdistribusi secara normal.

b. Uji Linieritas

Uji linieritas bertujuan untuk mengetahui linier atau tidaknya

hubungan antara variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y) dapat dilihat dengan

persamaan regresi yang dibentuk oleh setiap variabel-variabel bebas dan variabel

terikat. Antara variabel bebas dan terikat dikatakan mempunyai hubungan yang

linier apabila kenaikan skor variabel bebas diikuti oleh kenaikan skor variabel

terikat.

Uji statistik yang digunakan adalah uji F dengan rumus sebagai

berikut:

RKKetidaksamaan F = RKError

Keterangan : RKKetidaksamaan = Kuadrat rerata ketidaksamaan

RKError = Kuadrat rerata error

Untuk interprestasinya, jika F hitung lebih kecil atau sama dengan dari

F tabel maka berarti hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat adalah

linier, namun jika F hitung lebih besar dari F tabel maka berarti hubungan antara

variabel bebas dan terikat bersifat tidak linier.

Uji Linieritas regresi pada penelitian ini menggunakan perhitungan

komputasi SPSS 11,5 for windows. Kriteria yang digunakan adalah jika harga

Signifikansi diatas 0.05 maka dikatakan regresi tersebut linier, sebaliknya apabila

signifikansi yang didapat kurang atau sama dengan 0.05 maka regresi tersebut

tidak linier

c. Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas dilakukan sebagai syarat digunakan analisis

regresi ganda. Multikolinieritas adalah suatu keadaan dimana terdapat hubungan

linier yang sempurna antara variabel-variabel penjelasnya. Uji ini berfungsi untuk

mengetahui sejauh mana hubungan antar variabel bebas. Menurut Algifari

(2000:840), apabila diantara variabel bebas terjadi multikolinieritas berarti

diantara variabel bebas itu sendiri saling berkorelasi sehingga dalam hal ini sangat

sulit untuk mengetahui variabel bebas mana yang mempengaruhi variabel terikat.

Jika terjadi multikolinieritas antar variabel bebas maka untuk

persyaratan uji regresi linier berganda tidak dapat dilanjutkan, sebaliknya jika

tidak terjadi multikolinieritas antar variabel bebas maka uji regresi linier berganda

dapat dilanjutkan.

Menguji terjadi tidaknya multikolinieritas antar variabel bebas

dilakukan dengan menyelidiki besarnya interkorelasi antar variabel bebas, untuk

itu digunakan tehnik korelasi product moment

Uji ini menggunakan korelasi product moment dengan rumus:

N ∑XY – (∑X)( ∑Y)

r xy =

√{(N∑X2-(∑X)2}{N∑Y2-(∑Y) 2}

Keterangan:

r = koefisien korelasi antar skor item dengan total item

X = Skor pertanyaan

Y = Skor total

N = jumlah responden

(Suharsimi Arikunto, 2002:71)

Jika harga interkorelasi antar variabel bebas sangat tinggi atau

mendekati satu, maka antar variabel bebas tersebut cenderung terjadi

multikolinieritas, sedangkan menurut Suharsimi Arikunto (1996:528), korelasi itu

tinggi apabila berada pada 0,800 -1,00.sehingga jika harga interkorelasi antar

variabel bebas lebih kecil dari 0,800 berarti antar variabel bebas cenderung tidak

terjadi multikolinieritas.

Pada penelitian ini pengujian adanya multikolinieritas dilakukan

dengan perhitungan berdasar komputasi dengan program SPSS 11.5 for Windows.

Pengujian kemungkinan adanya ini dapat dilakukan dengan melihat nilai VIF

pada masing-masing variable bebasnya. Jika nilai VIFnya lebih kecil dari 10,

maka tidak ada kecenderungan terjadinya multikoliner.

2. Uji Hipotesis

Semua uji pada penelitian ini dilakukan penghitungan secara

komputasi dengan program SPSS 11.5 for Windows.

2.1. Uji Regresi Linier Berganda

Model analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah regresi linier

berganda. Dalam penelitian ini terdapat empat variabel, yaitu tiga variabel bebas

yang terdiri dari motivasi belajar (X1), minat (X2), dan lingkungan belajar (X3)

serta satu variabel terikat, yaitu prestasi belajar (Y). Setelah data terkumpul

selanjutnya akan dilakukan analisis data dengan menggunakan analisis regresi tiga

prediktor. Analisis regresi dalam penelitian ini akan digunakan untuk mengukur

pengaruh motivasi, minat dan lingkungan belajar terhadap prestasi belajar

mahasiswa Akafarma Sunan Giri Ponorogo tahun akademi 2009/2010.

Persamaan garis regresi linier berganda dalam penelitian ini adalah:

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3

Keterangan:

Y = Prestasi Belajar Mahasiswa

b1 = koefisien regresi motivasi belajar

b2 = koefisien regresi minat

b3 = koefisien regresilingkungan belajar

a = konstanta

2.2. Uji F atau Uji Simultan

Uji F dilakukan untuk mengetahui pengaruh semua variabel bebas

secara bersama-sama terhadap variabel terikat. Nilai F hitung dapat dicari dengan

rumus:

Rk reg F Reg = Rk Res

Keterangan:

F Reg = harga bilangan F untuk garis regresi

Rk Reg = rata-rata kuadrat regresi

Rk res = rata-rata kuadrat residu

Untuk memudahkan penghitungan bilangan F, maka dibuat tabel

rangkuman analisis regresi sebagai berikut:

Ringkasan Analisis Regresi;

Sumber variasi Db Jk Rk Freg

Regresi Residu

m N-(m+1)

R2(∑Y2) (1-R2)( ∑Y2)

Jk/Db Rkreg/Rkres

Total n-1 ∑Y2

Dari perhitungan F regresi, ada dua kemungkinan yaitu:

Nilai F hitung< F tabel, berarti menerima Ho dan menolak Ha, yang

artinya variabel motivasi, minat dan lingkungan belajar secara simultan tidak

mempengaruhi prestasi belajar mahasiswa Akafarma Sunan Giri Ponorogo tahun

akademi 2009/2010. Sebaliknya jika F hitung lebih besar dari F tabel, berarti Ho

ditolak dan menerima Ha, yang artinya variabel motivasi, minat dan lingkungan

belajar secara simultan mempengaruhi prestasi belajar mahasiswa Akafarma

Sunan Giri Ponorogo tahun akademi 2009/2010.

2.3. Uji t atau uji Parsial

Untuk menguji makna koefisien regresi secara parsial, maka digunakan

uji t dengan taraf signifikansi 5%. Untuk itu dalam penelitian ini diajukan

Hipotesa:

Ho : b1 = b2 = b3 = 0, artinya tidak ada pengaruh yang signifikan antara

motivasi, minat dan lingkungan belajar secara parsial terhadap prestasi belajar

mahasiswa Akafarma Sunan Giri Ponorogo.

Ha : b1 ≠ b2 ≠ b3 ≠ 0, artinya ada pengaruh yang signifikan antara

motivasi, minat dan lingkungan belajar secara parsial terhadap prestasi belajar

mahasiswa Akafarma Sunan Giri Ponorogo.

Apabila t hitung lebih besar dari t tabel, maka Ho ditolak dan Ha

diterima, yang artinya bahwa artinya ada pengaruh yang signifikan antara

motivasi, minat dan lingkungan belajar secara parsial terhadap prestasi belajar

mahasiswa Akafarma Sunan Giri Ponorogo tahun akademi 2009/2010

2.4. Kontribusi (Koefisien Determinan/R2)

Untuk mengetahui besarnya kontribusi variabel bebas terhadap

variabel terikat, maka perlu dicari koefisien determinasi secara kesekuruhan.

Untuk mencari koefisien determinasi secara keseluruhan dapat dilakukan dengan

menggunakan rumus sebagai berikut:

b1∑X1Y + b2∑X2Y + b3∑X3Y R2 = ∑Y2

Keterangan:

R2 = koefisien determinan antara prestasi belajar (Y) denag motivasi (X1),

minat (X2) dan lingkungan belajar (X3)

b1 = koefisien variabel motivasi belajar

b2 = koefisien variabel minat

b3 = koefisien variabel lingkungan belajar

∑X1Y = Jumlah hasil motivasi belajar dengan prestasi belajar

∑X2Y = Jumlah hasil minat belajar dengan prestasi belajar

∑X3Y = Jumlah hasil lingkungan belajar dengan prestasi belajar

∑Y2 = Jumlah kuadrat prestasi belajar

Hasil perhitungan untuk R2 secara keseluruhan digunakan untuk

mengukur ketepatan yang paling baik dari analisis regresi berganda. Apabila R2

mendekati satu, maka dapat dikatakan semakin kuat model tersebut dalam

menerangkan variasi variabel bebas terhadap variabel terikat dan sebaliknya

apabila mendekati R2 nol maka semakin lemah variasi variabel bebas dalam

menerangkan variabel terikat.

2.5. Kontribusi Parsial (Koefisien determinasi parsial)

Untuk mengetahui besarnya kontribusi yang diberikan oleh masing-

masing variabel bebas, yaitu besarnya sumbangan yang diberikan oleh variabel

motivasi, minat dan lingkungan belajar terhadap prestasi belajar dapat digunakan

rumus:

∑XiY – (∑Xi)( ∑Y)/n r xy = √{( ∑Xi2-(∑Xi)2/n}{∑Y-(∑Y) 2/n}

Pada penelitian ini penghitungan dilakukan dengan komputasi

program SPSS 11.5 for Windows.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

A. HASIL PENELITIAN

1. Gambaran Umum

Penelitian dilakukan pada mahasiswa semester III dan V AKAFARMA

Sunan Giri Ponorogo yang beralamat di Jl. Batorokatong No. 32 Kel. Kertosari

Kab. Ponorogo. Jumlah populasi penelitian sebanyak 50 mahasiswa dan

kesemuanya digunakan sebagai sampel penelitian dengan tehnik Exhaustive

Sampling. Komposisi responden menurut jenis kelamin adalah 32 % mahasiswa

dan 64 % mahasiswi

Pengambilan data penelitian dilakukan dengan pemberian angket untuk

variabel motivasi, minat dan lingkungan belajar, sedang untuk variabel prestasi

belajar diambil dari Kartu Hasil Studi (KHS) dari semester genap.

2. Uji Instrumen Penelitian

a. Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat

kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Instrumen dikatakan valid apabila

mampu mengukur apa yang diinginkan (Arikunto, 2002:144). Untuk mengetahui

validitas tiap item dari instrumen, pada penelitian ini digunakan perhitungan

dengan komputasi melalui program SPSS 11.5 for Windows dengan kriteria

pengukuran dikatakan valid jika nilai korelasi (Pearson Correlation ) adalah

positip dan lebih besar atau sama dengan r tabel (untuk n= 30 pada α = 0,05 r

tabel = 0,361) , nilai probabilitas korelasi [Sig.(2-tail] ≤ taraf signifikansi (α)

sebesar 0,05.

Berdasar uji coba angket penelitian yang terdiri dari 24 butir soal untuk

motivasi belajar, 24 butir soal untuk variabel minat belajar dan 35 butir soal untuk

lingkungan belajar setelah diujicobakan pada semester I dengan 30 mahasiswa

kemudian dianalisis menggunakan korelasi product moment dengan bantuan

komputasi SPSS 11.5 for windows didapatkan data bahwa dari keseluruhan butir

soal pada taraf kesalahan 5% dengan n = 30, diperoleh r tabel = 0.361 , untuk setiap

butir soal didapatkan r hitung diatas r tabel. Selengkapnya bisa dilihat pada

lampiran I.hal 140-142. Karena r hitung lebih besar dari r tabel maka semua butir

soal pada angket dikatakan valid dan dapat digunakan untuk mengambil data

penelitian.

b. Reliabilitas

Menurut Suharsimi” Reliabilitas menunjukkan pada suatu pengertian

bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat

pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik” (2002:154). Instrumen

yang sudah dikatakan reliabel, ketika akan digunakan mengambil data maka data

yang diperoleh sudah dapat dipercaya kebenarannya. Reliabilitas disini

menunjukkan pada tingkat keterandalan suatu instrumen pengumpul data.

Pada penelitian ini untuk mengetahui reliabilitas dari instrumen

motivasi, minat dan lingkungan belajar digunakan reliabilitas internal, dengan

menggunakan rumus alpha.

Hasil uji reliabilitas dikonsultasikan pada nilai r pada taraf

kepercayaan 5% dengan n= 30.Jika r hasil perhitungan lebih besar dari rtabel, maka

dikatakan instrumen tersebut reliabel dan dapat digunakan untuk alat

pengumpulan data.

Berdasar uji reliabilitas dengan rumus alpha menggunakan bantuan

penghitungan komputasi SPSS 11.5 for Windows didapat rhitung untuk motivasi

belajar sebesar 0.9447 , untuk minat belajar sebesar 0.9004 dan lingkungan belajar

0.9362 dan pada taraf kepercayaan 5% n = 30 diperoleh nilai kritik tabel sebesar

0,361. Selengkapnya bisa dilihat pada lampiran I.hal 143 Karena koefisien

reliabilitas lebih besar dari rtabel (=0.361) maka angket tersebut reliabel dan

tergolong sangat tinggi karena nilai berada pada rentang 0,800 < r1 ≤1,00.

3. Deskripsi Hasil Penelitian

Dalam pendiskripsian ini terdapat lima kriteria penilaian jawaban

responden terhadap item pertanyaan dalam instrumen. Meliputi : Tidak

Baik,Kurang Baik, Cukup Baik, Baik dan Sangat Baik. Hasil angket dan

pengolahannya selengkapnya bisa dilihat pada lampiran II.hal 144-162 Untuk

lebih jelasnya akan diuraikan satu persatu dari variabel yang ada.

a. Motivasi Belajar

Variabel motivasi belajar terdiri dari indikator tekun dalam menghadapi

tugas, adanya ketertarikan dengan perkuliahan, senang memecahkan soal-soal dan

latihan, ulet dalam mengatasi kesulitan belajar. Untuk lebih jelasnya berikut

adalah tabel yang menjelaskan jumlah atau persentase jawaban dari setiap item

pertanyaan mengenai variabel motivasi belajar.

Tabel 4.1: Variabel Motivasi Belajar No Indikator Sangat

Kurang Kurang Tinggi

Cukup Tinggi

Tinggi Sangat Tinggi

1. Tekun dalam menghadapi tugas

0 0 16 % 80 % 4 %

2. Adanya ketertarikan dengan perkuliahan

0 2 % 6 % 80% 12 %

3. Senang memecahkan soal-soal dan latihan

0 2 % 32 % 58% 8 %

4. Ulet dalam mengatasi kesulitan belajar

0 0 30 % 62 % 8 %

Rata-rata 1% 21 % 70% 8%

Berdasar tabel diatas mahasiswa yang tekun menghadapi tugas sebanyak

16 % dengan kriteria cukup tinggi, 80 % dengan kriteria tinggi dan 4 % dengan

kriteria sangat tinggi. Mahasiswa yang mempunyai ketertarikan dengan

perkuliahan sebanyak 2 % dengan kriteria kurang tinggi, 6 % dengan kriteria

cukup tinggi , 80 % dengan kriteria tinggi dan 12 % dengan kriteria sangat tinggi.

Mahasiswa yang senang memecahkan soal-soal dan latihan sebanyak 2 % dengan

kriteria kurang tinggi, 32 % dengan kriteria cukup tinggi, 58 % dengan kriteria

tinggi, dan 8 % dengan kriteria sangat tinggi . Mahasiswa yang ulet dalam

mengatasi kesulitan belajar sebanyak 30 % dengan kriteria cukup tinggi, 62 %

dengan kriteria tinggi dan 8 % dengan kriteria sangat tinggi.

Sementara berdasar hasil analisis deskriptif persentase untuk variabel

motivasi belajar mahasiswa terangkum dalam tabel berikut:

Tabel 4.2. Tingkat Motivasi Belajar mahasiswa Motivasi Belajar No Kriteria

F % 1. Sangat Kurang 0 0 2. Kurang tinggi 0 0 3. Cukup tinggi 9 18 4. Tinggi 40 80 5. Sangat tinggi 1 2

Jumlah 50 100

MOTIVASI BELAJAR

CUKUPTINGGITINGGI

SANGATTINGGI

Gambar 4.1: Diagram Pie Motivasi Belajar Mahasiswa Akafarma Sunan

Giri Ponorogo. Berdasar penelitian tersebut dapat diketahui mahasiswa yang memiliki

motivasi belajar dengan kriteria cukup tinggi sebanyak 9 orang (18 %), dengan

kriteria tinggi sebanyak 40 orang (80 %) dan dengan kriteria sangat tinggi

sebanyak 1 orang (2%).

b. Minat Belajar

Variabel minat belajar terdiri dari adanya perhatian terhadap

perkuliahan, adanya ketertarikan dengan perkuliahan, adanya harapan yang tinggi

terhadap perkuliahan, adanya kebanggaan/kepuasan yang berorientasi pada

keberhasilan.

Untuk lebih jelasnya berikut adalah tabel yang menjelaskan jumlah atau

persentase jawaban dari setiap item pertanyaan mengenai variabel minat belajar.

Tabel 4.3. Variabel Minat Belajar No Indikator Sangat

Kurang Kurang tinggi

Cukup tinggi

Tinggi Sangat tinggi

1. adanya perhatian terhadap perkuliahan

0 0 % 42 % 52 % 6 %

2. adanya ketertarikan dengan perkuliahan

0 2 % 46 % 50 % 2%

3. adanya harapan yang tinggi terhadap perkuliahan

0 2 % 32 % 66 % 0 %

4. adanya kebanggaan/ kepuasan yang berorientasi pada keberhasilan

0 0 24 % 68 % 8 %

Rata-rata 0 % 1 % 36 % 59 % 4 %

Berdasar tabel diatas mahasiswa yang mempunyai perhatian terhadap

perkuliahan sebanyak 42 % dengan kriteria cukup tinggi, 52 % dengan kriteria

tinggi, dan 6 % dengan kriteria sangat tinggi. Mahasiswa yang mempunyai

ketertarikan dengan perkuliahan sebanyak 2 % dengan kriteria kurang tinggi, 46

% dengan kriteria cukup tinggi, dan 50 % dengan kriteria tinggi dan 2 % dengan

kriteria sangat tinggi. Mahasiswa yang mempunyai harapan yang tinggi dengan

perkuliahan sebanyak 2 % dengan kriteria kurang tinggi, 32 % dengan kriteria

cukup tinggi dan 66 % dengan kriteria tinggi . Mahasiswa yang mempunyai

kebanggan/kepuasan yang berorientasi pada keberhasilan sebanyak 24 % dengan

kriteria cukup tinggi, 68 % dengan kriteria tinggi dan 8 % dengan kriteria sangat

tinggi .

Sementara berdasar hasil analisis deskriptif persentase untuk variabel

minat belajar mahasiswa terangkum dalam tabel berikut:

Tabel 4.4. Tingkat Minat Belajar mahasiswa Motivasi Belajar No Kriteria

F % 1. Sangat Kurang 0 0 2. Kurang tinggi 0 0 3. Cukup tinggi 19 38 4. Tinggi 30 60 5. Sangat tinggi 1 2

Jumlah 50 100 .

MINAT MHS AKAFARMA

CUKUP TINGGITINGGISANGAT TINGGI

Gambar 4.2 : Diagram Pie Minat belajar Mahasiswa Akafarma Sunan

Giri Ponorogo

Berdasar penelitian tersebut dapat diketahui mahasiswa yang memiliki

minat belajar sebanyak 19 orang dengan kriteria cukup tinggi ( 38 % ), 30 orang

dengan kriteria tinggi (60%), dan 1 orang dengan kriteria sangat tinggi (2%).

c. Lingkungan Belajar

Variabel lingkungan belajar terdiri dari indikator cara orang tua

mendidik, keadaan ekonomi keluarga, hubungan antar anggota keluarga,

pengertian orang tua, kedisiplinan kampus, hubungan mahasiswa dan mahasiswa,

hubungan mahasiswa dengan dosen, keadaan gedung dan suasana perkuliahan,

kegiatan mahasiswa dalam masyarakat, bentuk kehidupan masyarakat di sekitar

tempat tinggal mahasiswa, teman bergaul mahasiswa. Untuk lebih jelasnya berikut

adalah tabel yang menjelaskan jumlah atau persentase jawaban dari setiap item

pertanyaan mengenai variabel lingkungan belajar.

Tabel 4.5. Variabel Lingkungan Belajar No Indikator Tidak

baik Kurang

Baik Cukup Baik

Baik Sangat Baik

1.

Lingkungan Keluarga cara orang tua mendidik

0

0

10 %

50 %

40 %

2. keadaan ekonomi keluarga

0 0 14 % 62 % 24 %

3. hubungan antar anggota keluarga

0 0 20 % 44 % 36 %

4. pengertian orang tua 0 2% 12 % 60 % 26 % Rata-rata 0.5% 14% 54 % 31.5% 5.

Lingkungan Kampus kedisiplinan kampus

0

28 %

46 %

26 %

0

6. hubungan mahasiswa dan mahasiswa

0 10 % 48 % 40 % 2 %

7. hubungan mahasiswa dengan dosen

0 2 % 24 % 56 % 18 %

8. keadaan gedung dan suasana perkuliahan

0 18 % 56 % 24 % 2 %

Rata-rata 14.5% 43.5% 36.5% 5.5% 9.

Lingkungan masyarakat kegiatan mahasiswa dalam masyarakat

0

18 %

40 %

36 %

6 %

10. bentuk kehidupan masyarakat di sekitar tempat tinggal mahasiswa

0 2 % 26 % 56 % 16 %

11. teman bergaul mahasiswa

0 10 % 66 % 22 % 2 %

Rata-rata 10 % 44% 38% 8% Rata-rata 8.18 % 32.91

% 43.27

% 15.64

%

Berdasar tabel diatas mahasiswa yang dididik orang tua dengan cukup

baik sebanyak 10 %, baik 50 % dan sangat baik sebanyak 40 %. Mahasiswa

dengan keadaan ekonomi keluarga cukup baik sebanyak 14 %, baik 62 % dan

sangat baik sebanyak 24 %. Hubungan antar anggota keluarga mahasiswa dalam

keadaan cukup baik sebanyak 20 %, dalam keadaan baik 44 % dan sangat baik

sebanyak 36 %. Pengertian orang tua terhadap mahasiswa sebanyak 2% kurang,12

% cukup baik, 60 % baik dan sebanyak 26 % sangat baik. Mahasiswa yang

berpendapat bahwa kedisiplinan kampus kurang baik sebanyak 28 %, 46% cukup

baik dan 26 % baik. Hubungan antar mahasiswa sebanyak 10 % dengan kriteria

kurang baik, 48 % cukup baik, 40 % baik dan 2 % sangat baik. Hubungan

mahasiswa dengan dosen sebanyak 2 % dengan kriteria kurang baik, 24 % dengan

kriteria cukup baik,56 % dengan kriteria baik dan 18 % dengan kriteria sangat

baik. Kadaan gedung dan suasana perkuliahan sebanyak 18 % dengan kriteria

kurang baik, 56 % dengan kriteria cukup baik, 24 % dengan kriteria baik dan 2 %

dengan kriteria sangat baik. Kegiatan mahasiswa dalam masyarakat sebanyak 18

% dengan kriteria kurang baik, 40 % dengan kriteria cukup baik, 36 % dengan

kriteria baik, dan 6 % dengan kriteria sangat baik. Bentuk kehidupan masyarakat

di sekitar tempat tinggal mahasiswa sebanyak 2 % dengan kriteria kurang baik,

26 % dengan kriteria cukup baik, 56 % dengan kriteria baik, dan 16 % dengan

kriteria sangat baik. Teman bergaul mahasiswa sebanyak 10 % dengan kriteria

kurang baik, 66 % dengan kriteria cukup baik, 22 % dengan kriteria baik dan 2 %

dengan kriteria sangat baik.

Sementara berdasar hasil analisis deskriptif persentase untuk variabel

lingkungan belajar mahasiswa terangkum dalam tabel berikut:

Tabel 4.6. Kategori Lingkungan Belajar mahasiswa Lingkungan Belajar No Kriteria

F % 1. Tidak baik 0 0 2. Kurang Baik 0 0 3. Cukup Baik 19 38 4. Baik 30 60 5. Sangat Baik 1 2

Jumlah 50 100 .

LINGKUNGAN MHS AKAFARMA

CUKUPBAIKBAIK

SANGATBAIK

Gambar 4.3 : Diagram Pie Lingkungan Mahasiswa Akafarma Sunan

Giri Ponorogo Berdasar penelitian tersebut dapat diketahui mahasiswa yang memiliki

lingkungan belajar dengan kriteria cukup baik sebanyak 19 orang ( 38 %), 30

orang dengan kriteria baik (60%) dan dengan kriteria sangat baik sebanyak 1

orang (2%).

d. Prestasi Belajar

Prestasi yang dimaksud pada penelitian ini adalah hasil yang telah

dicapai dari usaha belajar mahasiswa selama satu semester, yang dinyatakan

dalam bentuk angka yang lazim disebut Indeks Prestasi Semester (IPS). Berdasar

hasil analisis deskriptif terhadap prestasi belajar mahasiswa Akafarma Sunan Giri

Ponorogo Semester tiga dan lima yang diambil dari Kartu Hasil Studi (KHS)

mahasiswa terangkum dalam tabel:

Tabel 4.7 : Prestasi Belajar Mahasiswa Akafarma Sunan Giri Ponorogo Prestasi Belajar No Kriteria

F % 1. 2. 3. 4. 5.

Tidak Lulus Cukup Memuaskan Sangat memuaskan Pujian

0 2 7 32 9

0 4 14 64 18

Jumlah 50 100

Prestasi belajar

0%4% 14%

64%

18% 0%Tidak Lulus

Cukup

Memuaskan

SangatMemuaskanPujian

Gambar 4.4. : Diagram Pie Prestasi Belajar Mahasiswa

Akafarma Sunan Giri Ponorogo

Berdasar penelitian tersebut dapat diketahui bahwa mahasiswa yang

mempunyai nilai cukup sebanyak 2 orang (4%), memuaskan 7 orang (14%),

sangat memuaskan sebanyak 32 orang (64%) dan prestasi yang mendapat sebutan

pujian sebanyak 9 orang (18%).

4. Analisis Uji Prasyarat

Data selengkapnya untuk analisis uji prasyarat beserta pengolahannya

dapat dilihat pada lampiran III hal 163-167.

a. Uji Normalitas

Uji ini mempunyai tujuan untuk mengetahui normal tidaknya distribusi

data masing-masing variabel. Apabila data terdistribusi normal, maka pada

pengujian hipotesis penelitian ini dapat digunakan statistik parametrik, yaitu

analisa regresi, sebaliknya apabila tidak terdistribusi normal dapat digunakan

statistik non parametrik seperti korelasi rank spearman. Uji normalitas dalam

penelitian ini menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov dengan perhitungan

komputasi SPSS 11,5 for Windows. Normalitas dipenuhi jika hasil uji tidak

signifikan untuk taraf signifikan tertentu (α = 0,05). Sebaliknya jika hasil uji

signifikan, maka normalitas tidak terpenuhi. Cara mengetahui signifikan atau

tidak signifikan hasil uji normalitas adalah dengan memperhatikan bilangan pada

kolom Signifikansi (Sig).

Berdasar hasil perhitungan pada Lampiran III hal 163-165 diperoleh

taraf signifikansi untuk variabel motivasi belajar adalah 0.200, taraf signifikansi

untuk variabel minat belajar sebesar 0.200 dan taraf signifikansi untuk variabel

lingkungan belajar sebesar 0.200. Hasil yang didapatkan pada ketiga variabel

tersebut diatas 0.05. Dengan demikian data berasal dari populasi yang terdistribusi

normal, pada taraf signifikansi 0.05.

b. Uji Linieritas

Uji linieritas garis regresi dimaksud untuk mengetahui apakah data

yang diperoleh berbentuk linier atau tidak. Jika data berbentuk linier, maka

penggunaan analisis regresi linier pada uji hipotesa dapat dipertanggungjawabkan,

akan tetapi jika tidak linier, maka harus digunakan analisis regresi non linier. Uji

Linieritas regresi pada penelitian ini menggunakan perhitungan komputasi SPSS

11,5 for windows.

Kriteria yang digunakan adalah jika harga Signifikansi diatas 0.05

maka dikatakan regresi tersebut linier, sebaliknya apabila signifikansi yang

didapat kurang atau sama dengan 0.05 maka regresi tersebut tidak linier. Uji

linieritas untuk variabel motivasi belajar diperoleh harga F sebesar 1.532 dengan

probabilitas 0.147 lebih besar dari 0.05. Untuk variabel minat belajar diperoleh

harga F sebesar 1.136 dengan probabilitas 0.381 lebih besar dari 0.05 serta untuk

lingkungan belajar diperoleh harga F sebesar 0.923 dengan probabilitas 0.588

lebih besar dari 0.05. Selengkapnya dapat dilihat pada lampiran III hal 166.

Dengan demikian menunjukkan bahwa motivasi belajar dengan prestasi belajar,

minat belajar dengan prestasi belajar, lingkungan belajar dengan prestasi belajar

membentuk garis linier sehingga dapat digunakan analisis regresi linier berganda

untuk menguji hipotesis penelitian.

c. Uji Multikoliniertas

Uji Multikolinieritas ini bertujuan untuk mengetahui apakah tiap-tiap

variabel bebas saling berhubungan secara linier. Jika ada kecenderungan adanya

multikoliner maka salah satu variabel memiliki gejala multikolinier. Pengujian

kemungkinan adanya ini dapat dilakukan dengan pennghitungan melalui

komputasi program SPSS 11.5 for Windows dengan melihat nilai VIF pada

masing-masing variabel bebasnya. Jika nilai VIFnya lebih kecil dari 10, maka

tidak ada kecenderungan terjadinya multikoliner.

Tabel 4.8: Uji Multikolinieritasa data penelitian Coefficients(a)

Model Collinearity Statistics

Tolerance VIF 1 X1 .395 2.533 X2 .428 2.339 X3 .608 1.643

a Dependent Variable: Y

Dari hasil pengujian diperoleh niali VIF untuk variabel motivasi, minat

dan lingkungan belajar sangat jauh dari 10. Dengan demikian dapat disimpulkan

tidak terjadi multikolinier dalam regresi.

5. Uji Hipotesis

Data selengkapnya beserta pengolahannya untuk uji hipotesis dapat

dilihat pada lampiran IV.hal 168-169

a. Uji Regresi Linier Berganda

Analisis yang digunakan pada penelitian ini merupakan regresi

berganda tiga prediktor, yaitu motivasi belajar (X1), minat belajar (X2) dan

lingkungan belajar (X3) sebagai variabel bebas dan prestasi belajar (Y) sebagai

variabel terikat. Ada beberapa hal yang dapat diketahui dari analisis ini antara

lain: model regresi yang dapat digunakan untuk mengetahui bentuk hubungan

antara motivasi, minat dan lingkungan belajar terhadap prestasi belajar, uji t untuk

mengetahui secara parsial apakah variabel-variabel bebas tersebut berpengaruh

secara signifikan, uji F atau simultan untuk menguji secara bersama-sama antara

motivasi, minat dan lingkungan belajar berpengaruh secara nyata terhadap prestasi

belajar, koefisien determinasi simultan untuk mengetahui besarnya kontribusi

secara bersama-sama variabel bebas terhadap variabel terikat dan koefisien

determinasi parsial untuk mengetahui besarnya sumbangan secara parsial tiap

variabel bebas terhadap variabel terikat.

Berdasar hasil data yang diperoleh dengan perhitungan komputasi

dengan program SPSS 11,5 for Windows diperoleh persamaan regresi:

Y = 0.240 + 0.256X1 + 0.310X2 + 0.257 X3

Model persamaan regresi tersebut mengandung arti bahwa setiap

terjadi kenaikan 1 unit skor motivasi belajar, maka akan diikuti kenaikan prestasi

belajar sebesar 0.256 dengan asumsi bahwa minat dan lingkungan belajar bersifat

tetap. Setiap terjadi kenaikan 1 unit skor minat belajar, maka akan diikuti

kenaikan prestasi belajar sebesar 0.310 dengan asumsi bahwa motivasi dan

lingkungan belajar bersifat tetap. Setiap kenaikan 1 unit skor lingkungan belajar,

maka akan diikuti kenaikan prestasi belajar sebesar 0.257 dengan asumsi motivasi

dan minat belajar bersifat konstan. Setiap terjadi kenaikan secara bersama-sama

motivasi, minat dan lingkungan belajar masing-masing 1 unit skor akan diikuti

kenaikan prestasi belajar sebesar = 0.256+0.310+0.257

b. Uji F atau Uji Simultan

Berdasar hasil uji F pada lampiran IV hal 168 dengan menggunakan

analisis dengan menggunakan analisis varians untuk regresi diperoleh F hitung

sebesar 51.679 dengan probabilitas 0.000<0.05 yang berarti signifikan. Karena

harga signifikansi kurang dari 0,05 menunjukkan nilai F hitung yang diperoleh

tersebut signifikan sehingga hipotesis yang berbunyi ” Ada pengaruh antara

motivasi, minat dan lingkungan belajar terhadap prestasi belajar mahasiswa

Akafarma Sunan Giri Ponorogo” Diterima.

c. Uji t atau uji Parsial.

Pengujian hipotesis secara parsial ini dimaksudkan untuk menguji

keberartian pengaruh dari masing-masing variabel bebas, yaitu motivasi (X1),

minat (X2) dan lingkungan belajar (X3) terhadap prestasi balajar (Y).

Berdasar perhitungan pada lampiran IV hal 169 diperoleh t hitung

untuk variabel motivasi belajar (X1) sebesar 2.632 dengan probabilitas 0.012<

0.05 yang berarti variabel tersebut signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa secara

parsial, ada pengaruh yang nyata antara motivasi belajar dengan prestasi belajar.

Semakin tinggi motivasi belajar maka semakin tinggi prestasi yang diraihnya,

sebaliknya apabila terjadi penurunan motivasi belajar akan mengakibatkan

menurunnya prestasi belajar.

Hasil uji parsial untuk variabel Minat belajar (X2) diperoleh t hitung

sebesar 3.614 dengan probabilitas 0.01< 0.05 yang berarti variabel tersebut

signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa secara parsial, ada pengaruh yang nyata

antara minat belajar dengan prestasi belajar. Semakin tinggi minat belajar maka

semakin tinggi prestasi yang diraihnya, sebaliknya apabila terjadi penurunan

minat belajar akan mengakibatkan menurunnya prestasi belajar .

Hasil uji parsial untuk variabel lingkungan belajar (X3) diperoleh t

hitung sebesar 3.574 dengan probabilitas 0.001< 0.05 yang berarti variabel

tersebut signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa secara parsial, ada pengaruh yang

nyata antara lingkungan belajar dengan prestasi belajar. Semakin baik lingkungan

belajar maka semakin tinggi prestasi yang diraihnya, sebaliknya apabila kondisi

lingkungan belajar memburuk maka akan mengakibatkan menurunnya prestasi

belajar

d. Kontribusi (Koefisien Determinan/R2)

Berdasar hasil analisis pada lampiran IV hal 168 diperoleh koefisien

korelasi (R) secara simultan sebesar 0.878 dan koefisien determinasi secara

simultan (R2) sebesar 0.771. Dengan demikian menunjukkan bahwa secara

bersama-sama motivasi, minat dan lingkungan belajar berpengaruh terhadap

prestasi belajar sebesar 77.1 % mengandung makna pula bahwa prestasi belajar

juga dipengaruhi oleh selain faktor di atas sebesar 22.9%

e. Kontribusi Parsial (Koefisien determinasi parsial), (r2)

Berdasar hasil analisis korelasi secara parsial pada lampiran IV hal 169

diperoleh koefisien korelasi parsial (r) motivasi belajar sebesar 0.362 dan

determinasi parsial (r2) sebesar 0.13. koefisien korelasi parsial (r) minat belajar

0.470 dan determinasi parsial (r2) sebesar 0.22 dan koefisien korelasi parsial (r)

lingkungan belajar 0.466 dan determinasi parsial (r2) sebesar 0.22. Dengan

demikian menunjukkan bahwa sumbangan pengaruh motivasi belajar, minat

belajar serta lingkungan belajar terhadap prestasi belajar masing-masing sebesar

13 %, 22 % dan 22 %.

6. Pembahasan

a. Motivasi Belajar Mahasiswa

Hasil analisa data menunjukkan tingkat motivasi belajar mahasiswa

Akafarma Sunan Giri Ponorogo Tahun Akademi 2009/2010 tergolong tinggi,

dengan nilai 80 %. Faktor yang dominan adalah karena adanya ketertarikan

terhadap perkuliahan di Akafarma ditunjang dengan tekun menghadapi tugas.

Lulusan Akafarma pada saat ini sangat dibutuhkan dimana semakin hari terjadi

permasalah kesehatan yang semakin komplek termasuk di dalamnya maraknya

peredaran produk farmasi dan makanan yang memerlukan pengawasan lebih

serius. Adanya ketertarikan terhadap masalah yang terjadi di masyarakat akan

memotivasi seseorang untuk mempelajari lebih jauh mengenai permasalahan

tersebut, tanpa adanya ketertarikan seseorang tidak akan mempelajari maslah

tersebut kecuali terpaksa dan sifat terpaksa tidak akan menumbuhkan motivasi

seseorang. Hal ini menunjukkan bahwa motivasi akan menjadi kuat apabila dalam

diri mahasiswa ada ketertarikan dengan masalah yang dihadapi sehingga ada

dorongan untuk mempelajari lebih jauh terhadap masalah tersebut dengan

berbagai cara.

Motivasi belajar mahasiswa Akafarma Sunan Giri Ponorogo tahun

akademi 2009/2010 mempunyai hubungan yang nyata terhadap prestasi

belajarnya. Hasil ini ditunjukkan nilai yang diperoleh bahwa motivasi belajar

berpengaruh terhadap prestasi belajar sebesar 13%. Dengan kata lain

menunjukkan bahwa ada pengaruh yang nyata antara motivasi belajar dengan

prestasi belajar mahasiswa Akafarma Sunan Giri Ponorogo. Hal ini berarti bahwa

makin tinggi motivasi belajar mahasiswa akan dapat mengoptimalkan prestasi

belajarnya, sebaliknya semakin rendah motivasi belajar akan dapat menurunkan

prestasi belajarnya.

b. Minat Belajar

Hasil analisa data menunjukkan tingkat minat belajar mahasiswa

Akafarma Sunan Giri Ponorogo Tahun Akademi 2009/2010 tergolong tinggi,

dengan nilai 60 %. Faktor yang dominan adalah karena adanya kebanggan yang

berorinetasi pada keberhasilan ditunjang adanya harapan yang tinggi dari hasil

belajarnya. Dari hasil penelusuran pada saat pendaftaran mahasiswa masuk, pada

umumnya calon mahasiswa berminat kuliah di Akafarma Sunan Giri Ponorogo

karena keberhasilan dan tingkat kesejahteraan yang diperoleh oleh alumnus

Akafarma Sunan Giri Ponorogo. Contoh nyata lebih bisa memberi pengaruh

positip daripada hanya sekedar cerita.

Minat belajar mahasiswa Akafarma Sunan Giri Ponorogo tahun

akademi 2009/2010 mempunyai hubungan yang nyata terhadap prestasi

belajarnya. Hasil ini ditunjukkan nilai yang diperoleh bahwa motivasi belajar

berpengaruh terhadap prestasi belajar sebesar 22%. Dengan kata lain ada

pengaruh yang nyata antara minat belajar mahasiswa Akafarma Suna Giri

Ponorogo terhadap prestasi belajar. Dengan demikian makin tinggi minat belajar

mahasiswa akan mampu mengoptimalkan prestasi akademiknya, sebaliknya

makin turun minat atau tidak adanya minat belajar maka akan berdampak pada

menurunnya prestasi akademiknya.

c. Lingkungan Belajar

Hasil analisa data menunjukkan lingkungan belajar mahasiswa

Akafarma Sunan Giri Ponorogo Tahun Akademi 2009/2010 tergolong baik,

dengan nilai 60 %. Lingkungan yang paling mendukung adalah dari faktor

keluarga. Lingkungan keluarga sebagai lingkungan pertamakali menanamkan

pendidikan dan kesadaran dari orang tua untuk mendidik anaknya dalam belajar.

Orang tua selalu memberi pengarahan dalam pendidikan anaknya, memperhatikan

kebutuhan dan memberikan dukungan dalam belajar serta memberikan fasilitas

belajar. Selain lingkungan keluarga lingkungan kampus dan masyarakat juga perlu

diperhatikan. Lingkungan kampus yang mendukung akan berpengaruh terhadap

proses belajar di kampus, sebaliknya lingkungan kampus yang tidak kondusif

akan menyebabkan proses belajar yang tidak nyaman. Fasilitas kampus yang tidak

memadai dan jauh dari kelengkapan akan menghambat proses belajar. Mahasiswa

belajar tidak hanya di kampus saja, pola belajar mahasiswa di luar kampus sangat

dipengaruhi oleh bentuk pergaulan kesehariannya. Mahasiswa yang berkomunitas

dengan pelajar atau lingkungan berpendidikan akan menjaga pola belajarnya

dengan baik, sebaliknya pergaulan bebas yang tiada makna akan menjauhkannya

dari semangat belajar.

Lingkungan belajar Mahasiswa Akafarma Sunan Giri Ponorogo

mempunyai hubungan yang nyata terhadap prestasi belajarnya. Hasil ini

ditunjukkan oleh nilai sumbangan pengaruh terhadap prestasi sebesar 22%.

Dengan kata lain ada pengaruh lingkungan belajar terhadap prestasi belajar.

Dengan demikian semakin baik lingkungan belajar akan mampu mengoptimalkan

prestasi belajar dan sebaliknya lingkungan yang kurang mendukung akan

menurunkan prestasi belajar.

d. Prestasi Belajar

Dari analisa yang telah dilakukan, menunjukkan rata-rata prestasi

belajar mahasiswa sangat memuaskan dengan prosentase sebesar 64 % sedang

yang masih dengan predikat cukup sebanyak 4%. Memuaskan 14 % serta

mahasiswa dengan predikat pujian sebanyak 18%.

e. Pengaruh Motivasi, Minat dan Lingkungan Belajar terhadap Prestasi

Belajar

Berdasar hasil analisa data secara simultan motivasi, minat dan

lingkungan belajar berpengaruh pada prestasi belajar sebesar 77.1 % dimana F

hitung sebesar 51,679 dengan signifikansi 0,000 . Karena harga signifikansi

kurang dari 0,05 menunukkan nilai F hitung yang diperoleh tersebut signifikan

sehingga hipotesis yang berbunyi ” Ada pengaruh antara motivasi, minat dan

lingkungan belajar terhadap prestasi belajar mahasiswa Akafarma Sunan Giri

Ponorogo” Diterima.

Dengan kata lain prestasi belajar mahasiswa Akafarma Sunan Giri

Ponorogo tahun akademi 2009/2010 sebesar 77.1% dipengaruhi oleh

motivasi,minat dan lingkungan belajarnya.

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Simpulan

Dari hasil penelitian dan pembahasan yang diuraikan pada bab IV

dapat ditarik simpulan:

1. Tingkat motivasi belajar mahasiswa Akafarma Sunan Giri Ponorogo tahun

akademi 2009/2010 mayoritas termasuk kategori tinggi (80%).

2. Tingkat minat belajar mahasiswa Akafarma Sunan Giri Ponorogo tahun

akademi 2009/2010 mayoritas termasuk kategori tinggi (60%).

3. Lingkungan belajar mahasiswa Akafarma Sunan Giri Ponorogo tahun akademi

2009/2010 mayoritas termasuk kategori baik (80%).

4. a. Ada pengaruh secara parsial antara variabel bebas terhadap variabel

terikat:

1. Motivasi belajar mempengaruhi prestasi belajar mahasiswa Akafarma

Sunan Giri Ponorogo tahun akademi 2009/2010 sebesar 13 %

2. Minat belajar dengan prestasi belajar mahasiswa Akafarma Sunan Giri

Ponorogo tahun akademi 2009/2010 sebesar 22 %

3. Lingkungan belajar dengan prestasi belajar mahasiswa Akafarma

Sunan Giri Ponorogo tahun akademi 2009/2010 sebesar 22 %

b. Ada pengaruh secara simultan antara motivasi belajar, minat belajar dan

lingkungan dengan prestasi belajar mahasiswa Akafarma Sunan Giri

Ponorogo tahun akademi 2009/2010 sebesar 77.1 %

B. Implikasi

Sebagai suatu penelitian yang telah dilakukan di lingkungan

pendidikan maka kesimpulan yang ditarik tentu mempunyai implikasi dalam

bidang pendidikan dan juga penelitian-penelitian selanjutnya. Dari penelitian ini

diketahui terdapat hubungan yang positip dan signifikan antara variabel bebas dan

variabel terikat. Adapun implikasi yang dapat dikemukakan adalah:

a. Implikasi Teoritik

Aspek-aspek yang diteliti dan penelitian ini dilakukan dengan

pendekatan kuantitatif, maka untuk lebih mendalami faktor-faktor apa saja yang

turut berpengaruh terhadap Prestasi Belajar ,perlu kiranya dilakukan penelitian

lebih lanjut dengan pendekatan kuantitatif.

b. Implikasi Praktis

1. Terdapat hubungan yang signifikan antara motivasi belajar dengan prestasi

belajar mahasiswa Akafarma Sunan Giri Ponorogo, dengan faktor dominan

adanya ketertarikan terhadap perkuliahan, maka diupayakan agar ditingkatkan

sosialisai akan kebutuhan tenaga analis farmasi di masa depan sehingga dapat

menggugah dan membangun motivasi untuk mempelajari ilmu di bidang

analisa farmasi dan makanan.

2. Terdapat hubungan yang signifikan antara minat belajar dengan prestasi

belajar mahasiswa Akafarma Sunan Giri Ponorogo dengan faktor yang

dominan adalah karena adanya kebanggan yang berorientasi pada keberhasilan

ditunjang adanya harapan yang tinggi dari hasil belajarnya, maka diupayakan

agar dalam proses pembelajaran di Akafarma dioptimalkan sehingga

menghasilkan lulusan yang kompeten sesuai dengan kebutuhan pasar yang

akhirnya akan merangsang minat untuk mempelajar lebih mendalam mengenai

keilmuan di Akafarma.

3. Terdapat hubungan yang signifikan antara lingkungan belajar dengan prestasi

belajar mahasiswa Akafarma Sunan Giri Ponorogo dengan faktor yang

dominan adalah faktor keluarga, maka diupayakan agar orang tua

meningkatkan perhatiannya terhadap belajar anaknya sehingga seorang anak

akan mampu memahami pentingnya belajar dengan tujuan agar prestasi

belajar selalu meningkat. Mahasiswa juga harus mampu memelihara

pergaulannya, mampu memilih dan memilah pergaulan yang sekiranya

mengganggu proses belajar sebaiknya dihindari dan pergaulan yang

mendukung proses belajar hendaknya senantiasa dipelihara. Lingkungan

belajar di rumah ataupun di kampus diupayakan selalu kondusif sehingga

menunjang kegiatan belajar yang akhirnya dapat meningkatkan prestasi

belajar mahasiswa.

C. Saran

a. Kepada setiap mahasiswa harus mampu memelihara dan memupuk serta

mengembangkan motivasi dan minat yang telah ada pada dirinya serta

menghindari pergaulan yang tidak berguna yang mengganggu proses belajar

untuk dapat meningkatkan prestasi

b. Kepada para dosen maupun orang tua harus mampu membantu mahasiswa dan

anaknya untuk tetap konsisten dalam belajar sehingga prestasi belajarnya kian

meningkat

c. Kepada pimpinan dan jajaran manajemen kampus untuk senantiasa

memperhatikan lingkungan baik fisik maupun non fisik kampus sehingga

mahasiswa merasa nyaman dan makin giat belajar.

DAFTAR PUSTAKA Achmadi,Abu.2004. Sosiologi Pendidikan.Jakarta: Rineka Cipta. Arikunto, Suharsimi,2002.Prosedur Penelitian Pendekatan Praktek. Jakarta :

Rineksa Cipta Ali, Muhammad.1996. Guru dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar

Baru Algesindon B.Uno,Hamzah.2008.Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran.Cetakan

Kedua. Jakarta: Bumi Antariksa Darsono, Max. 2000. Belajar dan Pembelajaran. Semarang: IKIP Semarang Press

Dimyati.2005.Belajar dan Pembelajaran.Jakarta: Depdikbud.

Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka

Cipta

Djamarah,Syaiful Bahri.2002.Strategi Belajar Mengajar.Jakarta:Rineka Cipta.

----------------2002.Psikologi Belajar.Jakarta:Rineka Cipta.

Gerungan.1996.Psikologi Sosial.Yogyakarta : PT Eresco.

Gunawan,Ari.2000.Sosiologi Pendidikan. Jakarta:Rineka Cipta

Faturrohman,Pupuh,Sutikno S.2007.Strategi Belajar Mengajar.Cetakan Kedua. Bandung:Refika Aditama

Hadikusumo , Kunaryo.1996.Pengantar Pendidikan. Semarang. IKIP Semarang

Hamalik,Oemar. 2008. Perencanaan Pengajaran berdasarkan Pendekatan Sistem.Cetakan ketujuh. Jakarta:Bumi Aksara

-----------------.2004.Psikologi Belajar dan Mengajar. Cetakan Keempat. Bandung: Sinar Baru Algensindo

----------------. 1994. Metode Belajar dan kesulitan-Kesulitan Belajar. Surabaya:

Usaha Nasional Hartono.2009 SPSS16.0 Analisis Data Statistika dan Penelitian. Yogyakarta.

Pustaka Pelajar

Hurlock.E.B.1993.Perkembangan anak Edisi keenam Jakarta:Erlangga

Ihsan, Fuad.1997.Dasar-dasar Kependidikan. Jakarta:Rineka Cipta Kerlinger F. Dan Pedhazur E. 1987. Korelasi dan Analisis Regresi Ganda,

Yogyakarta : Nur Cahaya Margono.2003.Metodologi Penelitian Pendidikan.Jakarta:Rineka Cipta Moedijono, 2000, Proses Belajar Mengajar, Bandung : Remaja Rosdakarya Mulyasa,E.2003.Kurikulum Berbasis Kompetensi.Bandung:Remaja Rosdakarya. Munib,Achmad.2004.Pengantar Ilmu Pendidikan.Semarang: UPT UNNES Press Murti, Bhisma.2006.Desain dan Ukuran Sampel Untuk Penelitian Kuantitatif dan

Kualitatif di Bidang Kesehatan.Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

Nasution.2004.Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta Ngalim Purwanto.1991. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosda Notoatmodjo S. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan.Jakarta:Rineka Cipta Purwanto.2007.Instrumen Penelitian Sosial dan Pendidikan.Yogyakarta: Pustaka

Pelajar Rakhmad,Cece.2006.Psikologi Pendidikan. Edisi 1. Bandung: Upi Press Roestiyah.N.K.Dra..1986 Masalah-masalah Ilmu Keguruan, Jakarta : Bina

Aksara. -----------------.,2001. Strategi Belajar Mengajar.Jakarta : PT Rineka Cipta. Ruseffendi, E.T. 1991. Pengantar kepada Membantu Guru Mengembangkan

Kompetensinya dalam Pengajaran matematika untuk Meningkatkan CBSA. Bandung : Tarsito

Sardiman,A.M.2006.Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar.Jakarta: Raja

Grafindo Persada Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka

Cipta. Sugiono.2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D .Alfabata

Bandung :157

----------. 2002. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta Soeryabrata, S, Drs. 1989. Proses belajar Mengajar di Pergururan Tinggi.

Yogyakarta: Andi Offset. Suciati.2001.Teori Belajar dan Motivasi .Preasetya Irawan.-penyunting trini

Prastati Jakarta.PAU-PPAIUniversitas Terbuka Sujana,nana.2005. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru ---------1992.Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar.Bandung:Remaja

Rosdakarya. Suryabrata, Sumadi. 2002. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. Grafindo Perkasa

Rajawali. Syah, Muhibin. 1995. Psikology Pendidikan Suatu Pendekatan Baru. Bandung

:Remaja Rosdakarya. Tabrani Rusyan.1992. Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung:

Remaja Rosdakarya Thabrany, H. 1994. Rahasia Kunci Sukses Belajar. Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada The Liang Gie. 2004. Cara Belajar yang Baik bagi Mahasiswa.Edisi

kedua.Cetakan keempat. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

--------.2000.Cara Belajar yang Efisien.Yogyakarta Liberty

Tirtarahardja, Umar dan La Sulo.1994. Pengantar Pendidikan. Jakarta. Dirjen

Dikti. Depdikbud

Tu’u,Tulus.2004.Peran Disiplin pada Perilaku dan Prestasi Siswa.Jakarta:Rineka

Cipta

Winkel,WS.1996.Psikologi Pengajaran. Jakarta: PT Grasindo