PENGARUH MOTIVASI. MINAT DAN LINGKUNGAN BELAJAR …/Pengaruh... · MAHASISWA AKAFARMA SUNAN GIRI...
-
Upload
duongthien -
Category
Documents
-
view
264 -
download
1
Transcript of PENGARUH MOTIVASI. MINAT DAN LINGKUNGAN BELAJAR …/Pengaruh... · MAHASISWA AKAFARMA SUNAN GIRI...
PENGARUH MOTIVASI. MINAT DAN LINGKUNGAN
BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR
MAHASISWA AKAFARMA SUNAN GIRI PONOROGO
TESIS
Untuk memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajad Magister
Program studi: Magister Kedokteran Keluarga Minat Utama : Pendidikan Profesi Kesehatan
Oleh
Susilowati Andari S540908119
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA 2009
PENGARUH MOTIVASI. MINAT DAN LINGKUNGAN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR
MAHASISWA AKAFARMA SUNAN GIRI PONOROGO
Disusun oleh :
Susilowati Andari S540908119
Telah disetujui oleh Tim Pembimbing
Dewan Pembimbing:
Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal
Pembimbing I DR. Nunuk Suryani,M.Pd
NIP 196611081990032001
Pembimbing II Dr. Fx.Bambang Sukilarso
Sakiman,MS
NIP 195103061979031002
Mengetahui Ketua Program MKK
Prof. DR.dr. Didik Gunawan Tamtomo,M.Kes,MM.,PAk NIP : 194803131976101001
Lembar Pengesahan Penguji Tesis
Pengaruh Motivasi, Minat dan Lingkungan Belajar terhadap Prestasi
Belajar Mahasiswa Akafarma Sunan Giri Ponorogo
TESIS
Disusun Oleh :
Susilowati Andari S540908119
Telah disetujui dan disyahkan oleh Tim Penguji:
Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal
Ketua
merangkap
anggota
Prof. DR.dr. Didik Gunawan Tamtomo, MM.,M.Kes.,PAk NIP 194803131976101001
..........................
.................
Sekretaris
merangkap
anggota
Prof. Dr. Bhisma
Murti,MPH.,M.Sc.,PhD
NIP 19551021994121001
.........................
...................
Anggota DR. Nunuk Suryani,M.Pd
NIP 196611081990032001
dr. Fx. Bambang S. S, MS
NIP. 195103061979031002
..........................
........................
...................
...................
Mengetahui :
Direktur
Program Pasca Sarjana
Prof.Drs.Suranto,M.Sc,Ph.D NIP. 195708201985031004
Ketua Program Studi
Magister Kedokteran Keluarga
Prof.Dr.dr.Didik Tamtomo,MM,M.Kes,PAk NIP. 194803131976101001
KATA PENGANTAR
Ucap syukur Alhamdulillah kepada Alloh SWT yang telah melimpahkan
Rahmat dan HidayahNYA sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian “
Pengaruh Motivasi, Minat dan Lingkungan Belajar terhadap Prestasi Belajar
Mahasiswa Akafarma Sunan Giri Ponorogo” ini dengan baik.
Sholawat dan salam semoga tetap tercurah kepada junjungan Nabi Besar
Muhammad SAW yang telah membawa manusia dari jalan kegelapan menuju
jalan terang benderang.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih yang
sedalam-dalamnya kepada berbagai pihak yang telah memberi bantuan berupa
bimbingan, arahan dan dorongan yang sangat berarti sejak dari persiapan sampai
dengan terselesaikannya tulisan ini. Karenanya penulis menyampaikan
terimakasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada:
1. Prof.Dr.Suranto.MSc.,Phd selaku Direktur Program Pasca Sarjana Universitas
Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis
untuk menempuh studi lanjut
2. Prof.Dr.dr.Didik Tamtomo,MM,M.Kes,PAK, selaku Ketua Program Studi
Megister Kedokteran Keluarga Universitas Sebelas Maret Surakarta yang
telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menempuh studi lanjut.
3. DR. Nunuk Suryani,MPd selaku Dosen Pembimbing I yang telah banyak
membantu. mengarahkan, membimbing dan memberi dorongan sampai
penelitian ini selesai
4. Dr. Fx. Bambang Sukilarso Sakiman,MS selaku Pembimbing II yang telah
banyak membantu. Mengarahkan, membimbing dan memberi dorongan
sampai penelitian ini selesai
5. Dra. Hj. Maesunnah,Apt selaku Direktur Akafarma sunan Giri Ponorogo yang
telah memberi kesempatan kepada penulis untuk menempuh studi lanjut.
6. Suami dan anak-anakku yang sholih dan sholihah yang telah memberi
semangat sehingga penulis termotivasi untuk menyelesaikan penelitian ini
7. Teman-temanku di Akafarma Sunan Giri ponorogo yang telah banyak
membantu memberikan dorongan moril kepada peneliti dalam menyelesaikan
penelitian ini
8. Teman-teman seminat di program Studi Megister Kedokteran Keluarga Minat
utama Pendidikan Profesi Kesehatan yang telah banyak membantu peneliti
dalam menyelesaikan penelitian ini
Semoga amal dan kebaikan yang telah diberikan mendapat pahala dari
Alloh SWT.Amin
Surakarta, Desember 2009
Peneliti
PERNYATAAN Nama : Susilowati Andari
Nim : S540908119
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis berjudul “Pengaruh
Motivasi, Minat dan Lingkungan Belajar terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa
Akafarma Sunan Giri Ponorogo” adalah betul-betul karya sendiri. Hal-hal yang
bukan karya saya, dalam tesis tersebut diberi tanda citasi dan ditunjuk dalam
daftar pustaka.
Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka
saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang
saya peroleh dari tesis tersebut
Surakarta, Desember 2009
Yang membuat pernyataan,
Susilowati Andari
ABSTRAK Susilowati Andari.2009. Pengaruh Motivasi, Minat dan Lingkungan Belajar terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa Akafarma Sunan Giri Ponorogo.Tesis. Magister Kedokteran Keluarga, Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan. Program pasca sarjana Universitas Sebelas Maret. Surakarta. Kata Kunci: Motivasi,Minat,Lingkungan Belajar,Prestasi Belajar
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui motivasi,minat dan lingkungan belajar serta prestasi belajar dan untuk mengetahui apakah ada pengaruh yang signifikan antara motivasi, minat, dan lingkungan belajar terhadap prestasi belajar mahasiswa di Akafarma Sunan Giri Ponorogo baik secara parsial maupun simultan.
Penelitian dilakukan terhadap mahasiswa semester tiga dan lima
Akafarma Sunan Giri Ponorogo pada bulan Nopember 2009. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif dengan jenis asosiatif serta menggunakan tehnik analisis regresi, yaitu Regresi Linier Berganda. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa Akafarma Sunan Giri Ponorogo yang telah menempuh satu tahun pendidikan dengan jumlah 50 mahasiswa. Sampel yang digunakan adalah seluruh populasi dengan metode sampling Exhaustive Sampling.
Hasil Penelitian menunjukkan bahwa tingkat motivasi, minat dan
lingkungan belajar mahasiswa Akafarma Sunan Giri Ponorogo rata-rata dalam kategori baik dengan nilai masing-masing 80%, 60 %, 80%. Sedangkan prestasibelajar mahasiswa Akafarma tahun akademi 2009/2010 pada umumnya sangat memuaskan dengan nilai 64% Secara parsial motivasi mempengaruhi prestasi belajar sebesar 13 % dibuktikan dengan nilai t hitung sebesar 2.632 dengan probabilitas 0.012 yang lebih kecil dari 0.05 yang berarti variabel tersebut signifikan. Minat belajar mahasiswa mempengaruhi prsetasi belajar sebesar 22 % dibuktikan dengan nilai t hitung sebesar 3.614 dengan probabilitas 0.01 < 0.05 yang berarti variabel tersebut signifikan. Lingkungan belajar secara parsial menyumbang 22 % terhadap prestasi belajar dengan nilai t hitung sebesar 3.574 dengan probabilitas 0.001 < 0.05 yang berarti variabel tersebut signifikan. Berdasar F hitung yang didapat 51.679 dengan signifikansi 0.000, maka harga signifikansi yang kurang dari 0.05 menunjukkan nilai F hitung yang didapat signifikan dan ini berarti secara simultan motivasi, minat dan lingkungan belajar mahasiswa mempengaruhi prestasi belajarnya . Besar pengaruh kesemua variabel terhadap prestasi belajar ditunjukkan dengan nilai R2 sebesar 77.1 %, yang berarti pula ada 22.9% faktor lain yang juga mempengaruhi prestasi belajar yang tidak diteliti pada penelitian ini.
Kesimpulan pada penelitian ini adalah ada pengaruh motivasi, minat
dan lingkungan belajar terhadap prestasi belajar.
ABSTRACT Susilowati Andari. .2009. The Influence of Motivation, Interest and Learning Environment toward Students’ Achievement of Akafarma Sunan Giri Ponorogo. Thesis. Master of Family Medical, The Main Interest on Health profession Education, Post Graduate Program.of Sebelas Maret University. Surakarta Keywords: Motivation, Interest, Learning Environment, and Achievement
The purpose of this research was to investigate motivation, interest, and learning environment of Akafarma students, and is there a significant influence among motivation, interest, and learning environment toward students’achievement of Akafarma both partially or simultaneously.
This research conducted for the third and fifth semester students of
Akafarma Sunan Giri Ponorogo. The research methode used in this study was quantitative method using associative design. The technique used in analyzing data was multiple linier regression. The population of this research was 50 students of Akafarma Sunan Giri Ponorogo who have been studied for one year. All of the population was the research sample (i.e. population research).
The research results show that in average the level of motivation,
interest, and learning environment of the students of Akafarma Sunan Giri Ponorogo, have good category in each value, those are 80%, 60%, 80%. While students’achievement of Akafarma Sunan Giri Ponorogo in 2009-2010 academic year have very satisfied value with the score 64%. Motivation influences on achievement about 13%. With t value = 2.632 and p= 0.012 (<0.05) means that the variable is significant. The students interest influences on achievement about 22%. This variable is significant with t value = 3.614 and p = 0.01 (<0.05). Learning environment contributes 22% toward students’achievement. The variable is significant with t value = 3.57 and p = 0.001 (<0.05). It also find out that F value is 51.679 and p = 0.000 (<0.05), it means that motivation, interest, and learning environment have a significant influence toward students’ achievement. The influence value toward students’achievement shown by the R2 value = 77,1 %.It means that there are 22,9% influence from other factors which also affect the students’ achievement.
It can be concluded that motivation, interest, and learning environment
have a significant influence on students’ achievement of Akafarma Sunan Giri Ponorogo.
DAFTAR ISI JUDUL Hal
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
PERNYATAAN
ABSTRAK
ABSTRACT
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………
A. Latar Belakang Masalah………………………………………...
B. Rumusan Masalah……………………………………………….
C. Tujuan Penelitian……………………………………………..…
D. Manfaat Penelitian…………………………………………..…..
BAB II KAJIAN PUSTAKA…………………………………………
A. Faktor-faktor yang mempengaruhi Prestasi Belajar………..........
1. Motivasi Belajar.......................................................................
1.1. Teori Motivasi……..…………………………………….….
1.2. Fungsi Motivasi………………………………………….....
1.3. Jenis – jenis Motivasi……………………………………....
1.4. Pengertian Motivasi….……………………………………..
1.5. Faktor-faktor yang mempengaruhi Motivasi………….…....
1.6. Upaya meningkatkan motivasi belajar mahasiswa …………
i
ii
iii
iv
v
vi
vii
1
1
4
4
5
7
7
7
7
8
9
11
12
14
1.7. Indikator-indikator Motivasi……………….…….……….…
2. Minat Belajar………………………………..…………..…..
2.1. Pengertian Minat Belajar…………………………………….
2.2. Pembagian Minat……………………………………………..
2.3. Indikator-indikator Minat……………………………………..
2.4. Upaya meningkatkan Minat Mahasiswa dalam Belajar ….....
2.5. Metode Pengukuran Minat……………………………………
3. Kajian tentang Lingkungan Belajar…………………………
3.1. Pengertian Lingkungan Belajar……………………………..
3.2. Macam-macam Lingkungan Belajar……………………..….
3.2.1. Lingkungan Keluarga………………………………….…..
3.2.2. Lingkungan Kampus………………………………...…….
3.2.3. Lingkungan Masyarakat……………………………..……
B. Kajian tentang Prestasi Belajar……………………………..........
1. Belajar……………………………………………………......
1.1. Pengertian Belajar……………………………………....….
1.2. Fase dan Cara Belajar yang Efektif…………………........…
1.3. Prinsip-prinsip Belajar………………………………......…..
2. Prestasi Belajar………………………………………....……
2.1. Pengertian Prestasi Belajar…………………………......…..
2.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi Belajar…...…..
C. Penelitian yang Relevan.................................................................
D. Kerangka Berpikir.........................................................................
19
20
20
28
30
32
35
36
36
37
37
43
47
49
49
49
51
57
60
60
61
72
73
E. Hipotesis………………………………………………………..
BAB III METODE PENELITIAN …………………………………
A. Jenis Penelitian…………………………………........………….
B. Lokasi Penelitian………………………………........…………..
C. Populasi dan Sampel…………………………….........………….
D. Metode Pengumpulan Data……………………….........………..
1. Metode Angket/Kuesioner…………………….........…………
2. Metode Dokumentasi………………………….............………
E. Definisi Operasional…………………………………….........….
F. Instrumen Penelitian………………………………........………..
1. Penyusunan Instrumen...............................................................
2. Uji Kualitas Angket Penelitian…………………........……….
a. Validitas…………………………………………......………
b. Reliabilitas…………………………………….....…………
G. Tehnik Analisa Data……………………………….......……….
1. Uji Prasyarat Analisis…………………………......…………
a. Uji Normalitas………………………………......………..
b. Uji Linieritas………………………………….......……….
c. Uji Multikolinieritas………………………….......……….
2. Uji Hipotesis..............................................................................
2.1. Uji Analisis Linier Berganda........................................................
2.2. Uji F atau Uji Simultan................................................................
2.3. Uji t atau Uji Parsial.....................................................................
76
77
77
77
77
78
78
79
79
81
81
82
83
84
85
85
85
86
87
88
89
89
90
2.4. Kontribusi(Koefisien Determinant,R2).........................................
2.5. Kontribusi parsial,r2......................................................................
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
A. Hasil Penelitian...........................................................................
a. Gambaran Umum...................................................................
b. Uji Instrumen Penelitian........................................................
a. Validitas...........................................................................
b. Reliabilitas.........................................................................
c. Deskripsi hasil penelitian.........................................................
d. Analisis Uji Prasyarat..............................................................
a. Uji Normalitas..................................................................
b. Uji Linieritas....................................................................
c. Uji Multikolinieritas........................................................
e. Uji Hipotesis..........................................................................
a. Uji regresi Linier Berganda...........................................
b. Uji F atau Uji Simultan...................................................
c. Uji t atau Uji Parsial........................................................
d. Kontribusi(Koefisien Determinant,R2)...........................
e. Kontribusi parsial,r2..........................................................
B. Pembahasan.................................................................................
a. Motivasi Belajar.....................................................................
b. Minat Belajar..........................................................................
c. Lingkungan Belajar...................................................................
91
92
93
93
93
93
93
94
95
103
103
104
105
106
106
107
107
108
109
109
109
110
111
d. Prestasi Belajar...........................................................................
e. Pengaruh Motivasi, Minat dan Lingkungan Belajar terhadap
Prestasi Belajar...........................................................................
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
112
112
114
116
117
DAFTAR LAMPIRAN Hal
1. Lampiran I 119-143
2. Lampiran II 144-162
3. Lampiran III 163-167
4. Lampiran IV 168-169
DAFTAR TABEL
Hal
1. Tabel 4.1 : Variabel Motivasi Belajar 96
2. Tabel 4.2 : Tingkat Motivasi Belajar 97
3. Tabel 4.3 : Variabel Minat Belajar 98
4. Tabel 4.4 : Tingkat Minati Belajar 99
5. Tabel 4.5 : Variabel Lingkungan Belajar 100
6. Tabel 4.6 : Kategori Lingkungan Belajar 101
7. Tabel 4.7 : Prestasi Belajar Mahasiswa Akafarama Ponorogo 102
DAFTAR GAMBAR
Hal
1. Gambar 4.1 : Daigram Pie Motivasi Belajar 97
2. Gambar 4.2 : Daigram Pie Minat Belajar 99
3. Gambar 4.3 : Daigram Pie Lingkungan Belajar 102
4. Gambar 4.4 : Daigram Pie Prestasi Belajar 105
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari
kegiatan belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan prestasi
merupakan hasil dari proses belajar. Prestasi belajar merupakan tolok ukur yang
utama untuk mengetahui keberhasilan belajar seseorang. Seorang yang prestasinya
tinggi dapat dikatakan bahwa ia telah berhasil dalam belajar. Prestasi belajar dapat
digunakan sebagai indikator dari mutu pendidikan serta bisa digunakan sebagai
dasar untuk melanjutkan ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Keberhasilan
belajar atau prestasi belajar biasanya diukur berdasarkan tes. Yang kemudian
dikuantifikasikan dalam bentuk nilai atau Indeks Prestasi (IP). Apabila kita ingin
mengetahui bagaimana proses belajar mahasiswa bisa kita lihat dari nilai yang
diperoleh dari tiap semester yang diselesaikannya, karena nilai tersebut
merupakan cerminan dari proses belajar yang terjadi.
Prestasi belajar yang dicapai oleh mahasiswa dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor, baik yang berasal dari diri individu (faktor internal) maupun dari
luar individu (faktor eksternal). Faktor internal diantaranya adalah
kecerdasan/intelegensi, minat, bakat, motivasi, kecemasan dan kesehatan.
Sedangkan faktor eksternal diantaranya adalah faktor lingkungan belajar yang
meliputi lingkungan kampus, keluarga dan lingkungan. sosial.
Diantara banyak faktor yang mempengaruhi prestasi belajar , faktor
motivasi, minat serta lingkunganlah yang dominan. Dalam kegiatan belajar,
motivasi merupakan keseluruhan daya penggerak di dalam diri individu yang
menimbulkan kegiatan belajar,yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar
(Sardiman, 2006:75). Motivasi belajar adalah merupakan faktor psikis yang
bersifat non intelektual. Seorang mahasiswa yang mempunyai intelegensi yang
cukup tinggi, bisa gagal karena kurang adanya motivasi dalam belajarnya.
Motivasi mempunyai peranan penting dalam proses belajar mengajar
baik bagi dosen maupun mahasiswa. Bagi dosen mengetahui motivasi belajar dari
mahasiswa sangat diperlukan guna memelihara dan meningkatkan semangat
belajar mahasiswa. Bagi mahasiswa motivasi belajar dapat menumbuhkan
semangat belajar sehingga mahasiswa terdorong untuk melakukan perbuatan
belajar. Mahasiswa melakukan aktivitas belajar dengan senang karena didorong
motivasi. Seseorang akan belajar jika ada dorongan dari dalam dan akan
menyenangi pelajaran tersebut jika sesuai dengan minatnya.
Kecenderungan yang terjadi di Akafarma Sunan Giri Ponorogo,
semakin tinggi jenjang semester yang dilalui semakin menurun tingkat disiplin
dalam perkuliahan maupun praktikum. Hal ini nampak dari daftar hadir rata-rata
75% yang memberikan gambaran makin menurunnya motivasi belajar.
Proses belajar tidak bisa lepas dari faktor lingkungan belajarnya.
Lingkungan belajar adalah lingkungan pada saat perkulihan maupun di luar jam
perkuliahan. Lingkungan tempat belajar seseorang akan berpengaruh pada prestasi
belajar. Lingkungan yang kondusif, mendorong mahasiswa untuk belajar secara
sungguh-sungguh. Semakin kondusif lingkungan maka mahasiswa akan semakin
bersungguh-sungguh dalam belajar yang akhirnya dapat meningkatkan prestasi
belajar. Sebaliknya lingkungan yang tidak kondusif akan mengganggu aktivitas
belajar seseorang sehingga akan menurunkan prestasi belajarnya.
Mahasiswa Akafarma Sunan Giri Ponorogo pada umumnya berasal
dari luar kota dan sebagian kecil dari dalam kota tinggal bersama keluarga.
Mahasiswa dari luar kota biasanya menempati rumah kontrakan di sekitar
kampus, baik bersama mahasiswa lain maupun para pekerja yang bertempat
tinggal yang sama. Fasilitas yang disediakan kampus pada umumnya masih
kurang memadai, misal ruang perkuliahan tanpa kipas atau pendingin sehingga
membuat kurang nyaman dalam belajar. Pada saat perkuliahan, dosen pada
umumnya masih menggunakan papan tulis atau OHP dengan metode ceramah dan
tanya jawab sehingga mahasiswa merasa jenuh dan bosan karena kurangnya
variasi dalam mengajar.
Upaya – upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan prestasi
belajar mahasiswa adalah dengan meningkatkan motivasi, minat dan menciptakan
lingkungan belajar yang mendukung.
Berdasar penelitian pendahuluan yang dilakukan terhadap 10
mahasiswa dengan prestasi rendah, mereka umumnya bermasalah dengan keadaan
keluarga, yaitu kurangnya perhatian keluarga, atau kuliah dikarenakan adanya
paksaan dari orang tua, juga dikarenakan minat dan motivasi yang kurang dari diri
mahasiswa sendiri maupun lingkungan belajar yang kondusif.. Kampus adalah
wahana kegiatan dan proses pendidikan berlangsung. Di kampus nilai-nilai
kehidupan ditumbuhkan dan dikembangkan. Oleh karena itu, kampus menjadi
wahana yang sangat dominan bagi pengaruh dan pembentukan sikap, perilaku,
dan prestasi seorang siswa (Tu’u, 2004:18)
Atas dasar pemikiran di atas, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian
dengan judul: “Pengaruh Motivasi, Minat, dan Lingkungan Belajar terhadap
Prestasi Belajar mahasiswa Akafarma Sunan Giri Ponorogo.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diungkapkan maka dapat
dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimanakah motivasi belajar mahasiswa di Akafarma Sunan Giri
Ponorogo?
2. Bagaimanakah minat belajar mahasiswa di Akafarma Sunan Giri
Ponorogo?
3. Bagaimanakah kondisi lingkungan belajar mahasiswa di Akafarma Sunan
Giri Ponorogo?
4. Apakah ada pengaruh yang signifikan antara motivasi, minat, dan
lingkungan belajar terhadap prestasi belajar mahasiswa di Akafarma
Sunan Giri Ponorogo baik secara parsial maupun simultan?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui motivasi belajar mahasiswa di Akafarma Sunan Giri
Ponorogo
2. Untuk mengetahui minat belajar mahasiswa di Akafarma Sunan Giri
Ponorogo
3. Untuk mengetahui kondisi lingkungan belajar mahasiswa di Akafarma
Sunan Giri Ponorogo
4. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh yang signifikan antara motivasi,
minat, dan lingkungan belajar terhadap prestasi belajar mahasiswa di
Akafarma Sunan Giri Ponorogo baik secara parsial maupun simultan
.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan oleh peneliti dari pelaksanaan penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1 Manfaat teoritis
a. Menambah wawasan dan pengetahuan peneliti mengenai masalah yang
diteliti
b. Sebagai latihan dan pengalaman dalam mempraktekkan teori yang
diterima dibangku kuliah
2. Manfaat praktis
a. Bagi mahasiswa dapat menumbuhkan motivasi belajar yang positif dan
menenetukan lingkungan belajar yang kondusif sehingga dapat memacu
prestasi belajarnya.
b. Bagi kampus sebagai masukan dalam usaha meningkatkan kualitas
peserta didik
c. Bagi dosen sebagai masukan untuk dapat menentukan kondisi belajar
yang kondusif sehingga dapat membangkitkan motivasi belajar peserta
didik.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Faktor – faktor yang mempengaruhi Prestasi Belajar
1. Motivasi Belajar
1.1. Teori motivasi
Menurut Sri Mulyani seperti dikutip oleh Darsono (2000:62) teori
motivasi dibagi menjadi tiga yaitu: motif berprestasi, motif berafiliasi dan motif
berkuasa. Dalam Dimyati mengutip pendapat Maslow (2002:80), mengemukakan
kebutuhan akan motivasi berdasarkan 5 tingkatan penting yaitu:
a. Kebutuhan fisiologis adalah berkenaan dengan kebutuhan pokok manusia
yaitu sandang, papan atau perumahan, pangan.
b. Kebutuhan akan perasaan aman adalah berhubungan dengan keamanan yang
terkait fisik maupun psikis, bebas dari rasa takut dan cemas.
c. Kebutuhan sosial adalah diterima dalam lingkungan orang lain yaitu pemilikan
harga diri, kesempatan untuk maju.
d. Kebutuhan akan penghargaan usaha menumbuhkan jati diri.
e. Kebutuhan untuk aktualisasi diri adalah kebutuhan individu menjadi sesuatu
yang sesuai kemampuannya.
Kebutuhan-kebutuhan ini hendaknya dapat dipenuhi mahasiswa.
Mahasiswa yang memiliki kebutuhan akan motivasi , akan merasa nyaman dalam
belajar, dapat giat dan tekun karena berbagai kebutuhannya dapat terpenuhi.
1.2. Fungsi motivasi
Dalam proses belajar, motivasi sangat diperlukan, sebab seseorang
yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar, tidak akan mungkin melaksanakan
aktivitas belajar. Motivasi diperlukan dalam menentukan intensitas usaha belajar
bagi para mahasiswa. Menurut Djamarah (2002 : 123) ada tiga fungsi motivasi:
a. Motivasi sebagai pendorong perbuatan. Motivasi berfungsi sebagai
pendorong untuk mempengaruhi sikap apa yang seharusnya diambil dalam
rangka belajar.
b. Motivasi sebagai penggerak perbuatan. Dorongan psikologis melahirkan
sikap terhadap seseorang itu merupakan suatu kekuatan yang tak
terbendung, yang kemudian terjelma dalam bentuk gerakan psikofisik.
c. Motivasi sebagai pengarah perbuatan. Seseorang yang mempunyai motivasi
dapat menyeleksi mana perbuatan yang harus dilakukan dan mana perbuatan
yang diabaikan.
Menurut Hamalik (2004:175) fungsi motivasi adalah :
a. Mendorong timbulnya kelakuan atau suatu perbuatan. Tanpa adanya
motivasi maka tidak akan timbul perbuatan seperti belajar
b. Motivasi berfungsi sebagai pengarah. Artinya mengarahkan perbuatan ke
pencapaian tujuan yang diinginkan.
c. Motivasi berfungsi sebagai penggerak. Motivasi berfungsi sebagai mesin
bagi mobil. Besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat lambatnya suatu
pekerjaan.
Menurut Sardiman (2007:85) ada 3 fungsi motivasi :
a. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai motor penggerak dari setiap
kegiatan yang akan dikerjakan.
b. Menentukan arah perbuatan, yaitu kearah tujuan yang hendak dicapai,
sehingga motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus
dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya.
c. Menyeleksi perbuatan yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang
harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan dengan menyisihkan
perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.
Dengan adanya usaha yang tekun dan didasari motivasi maka
mahasiswa akan belajar dengan baik dan dapat meraih prestasi belajar yang
optimal.
1.3. Jenis – jenis motivasi
Menurut Dimyati dan Mudjiono (2002:86) motivasi sebagai kekuatan
mental individu memiliki 2 jenis tingkat kekuatan, yaitu:
a. Motivasi Primer
Motivasi primer adalah motivasi yang didasarkan pada motif-motif
dasar, motif dasar tersebut berasal dari segi biologis atau jasmani manusia.
Dimyati mengutip pendapat Mc.Dougal bahwa tingkah laku terdiri dari
pemikiran tentang tujuan dan perasaan subjektif dan dorongan mencapai
kepuasan contoh mencari makan, rasa ingin tahu dan sebagainya.
b. Motivasi sekunder
Motivasi sekunder adalah motivasi yang dipelajari,motif ini dikaitkan
dengan motif sosial, sikap dan emosi dalam belajar terkait komponen penting
seperti afektif, kognitif dan kunasif, sehingga motivasi sekunder dan primer
sangat penting dikaitkan oleh mahasiswa dalam usaha pencapaian prestasi
belajar.
Suryabrata dalam(Tomi darmawan,2007) membedakan motivasi
berdasarkan sebab-sebab timbulnya motivasi itu sendiri ke dalam dua golongan,
yaitu:
a. Motivasi intrinsik
Adalah motivasi yang timbul dari dalam diri pribadi individu itu
sendiri tanpa adanya pengaruh dari luar individu. Contoh: seseorang
mempelajari sebuah buku karena ia termotivasi untuk mengetahi isi atau
bahan berupa pengetahuan yang ia dapatkan.
b. Motivasi Ekstrinsik
Adalah dorongan terhadap perilaku individu yang ada diluar perbuatan
yang dilakukannya. Ia mendapat pengaruh atau rangsangan dari luar, contoh:
seseorang akan giat belajar kalau diberitahu sebentar lagi ujian.
Motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik sangat penting bagi
mahasiswa dalam proses belajar, dengan timbulnya motivasi intrinsik dapat
menimbulkan semangat belajar yang tinggi. Motivasi ekstrinsik dapat berubah
menjadi intrinsik tanpa disuruh orang lain.Ia termotivasi belajar dan belajar
sungguh-sungguh tanpa disuruh oleh orang lain (Monks, dalam Dimyati,
2002:91).
Menurut Hamalik (2004:174), komponen motivasi adalah apa yang
diinginkan seseorang, tujuan yang menjadi arah kelakuannya. Ada dua komponen
dalam motivasi, yaitu:
a. Komponen dalam, yaitu perubahan di dalam diri seseorang, keadaan merasa
tidak puas, dan ketegangan psikologis. Jadi, komponen dalam adalah
kebutuhan-kebutuhan yang hendak dipuaskan
b. Komponen luar, yaitu apa yang diinginkan seseorang, tujuan yang menjadi
arah kelakuannya. Jadi komponen luar adalah tujuan yang hendak dicapai
Rusyan (1983:3), membagi motivasi menjadi dua, yaitu:
a. Motivasi atas dasar rangsangan, yang dibedakan atas motivasi kebutuhan
organik dan motivasi karena darurat. Kebutuhan organik antara lain adalah
makan dan bernapas
b. Motivasi berdasarkan munculnya motivasi, yang dibedakan atas motivasi
bawaan dan motivasi yang dipelajari. Motivasi bawaan dibawa sejak lahir,
seperti dorongan untuk belajar. Motivasi yang dipelajari, seperti ingin pandai
maka orang harus belajar
1.4. Pengertian motivasi
Motivasi berasal dari kata “motif” yang diartikan sebagai kekuatan
yang terdapat dalam individu, yang menyebabkan individu tersebut bertindak atau
berbuat.. Menurut Sardiman (2007:73) motif merupakan daya penggerak dari
dalam dan di dalam subyek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi
mencapai suatu tujuan..
Motivasi adalah perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang
ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan (Hamalik,
1992:173). Menurut Sardiman (2007:73) motivasi adalah perubahan energi dalam
diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “felling” dan didahului dengan
tanggapan terhadap adanya tujuan.
Menurut Mulyasa (2003:112) motivasi adalah tenaga pendorong atau
penarik yang menyebabkan adanya tingkah laku ke arah suatu tujuan tertentu.
Peserta didik akan bersungguh-sungguh karena memiliki motivasi yang tinggi.
Seseorang akan belajar bila ada faktor pendorongnya yang disebut motivasi.
Dimyati dan Mudjiono (2002:80) mengutip pendapat Koeswara
mengatakan bahwa siswa belajar karena didorong kekuatan mental, kekuatan
mental itu berupa keinginan dan perhatian, kemauan, cita-cita di dalam diri
seorang terkadang adanya keinginan yang mengaktifkan, menggerakkan,
menyalurkan dan mengarahkan sikap dan perilaku individu dalam belajar.
Jadi dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar adalah keseluruhan
daya penggerak didalam diri mahasiswa yang menimbulkan kegiatan belajar
menjamin kelangsungan dan memberikan arah pada kegiatan belajar sehingga
tujuan yang dikehendaki dapat tercapai. Motivasi itu meliputi: rasa ingin tahu,
merasa adanya kesesuaian dengan kebutuhan,adanya kepercayaan diri akan
kemampuannya serta adanya kepuasan tersendiri bila mampu menyelesaikan
tugas dengan baik, Dalam belajar, motivasi / dorongan merupakan kekuatan
mental untuk melakukan kegiatan dalam rangka pemenuhan harapan dalam hal ini
adalah pencapaian tujuan.
1.5. Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi
Menurut Max Darsono, dkk (2000:65) ada beberapa faktor yang
mempengaruhi motivasi belajar adalah:
a. Cita-cita atau aspirasi
Cita-cita atau aspirasi adalah suatu target yang ingin dicapai.Cita-cita
akan memperkuat motivasi belajar.
b. Kemampuan belajar
Dalam belajar dibutuhkan berbagai kemampuan. Kemampuan ini
meliputi beberapa aspek psikis yang terdapat dalam diri seseorang, misalnya
penghematan, perhatian, ingatan, daya pikir, fantasi.
c. Kondisi Fisik dan Psikologis
Mahasiswa adalah makhluk yang terdiri dari kesatuan psikofisik.
Kondisi yang mempengaruhi motivasi belajar di sini berkaitan dengan kondisi
fisik, dan kondisi psikologis. Seseorang yang kondisi jasmani dan rohani yang
terganggu, akan menganggu perhatian belajarnya, begitu juga sebaliknya.
d. Kondisi lingkungan
Kondisi lingkungan merupakan unsur-unsur yang datang dari luar diri
individu. Kondisi lingkungan yang sehat, kerukunan hidup, ketertiban
pergaulan perlu dipertinggi mutunya dengan lingkungan yang aman, tentram,
tertib dan indah, maka semangat dan motivasi belajar mudah diperkuat.
e. Unsur-unsur dinamis dalam belajar
Unsur-unsur dinamis dalam belajar adalah unsur-unsur yang
keberadaannya dalam proses belajar mengajar tidak stabil, kadang-kadang
kuat, kadang-kadang lemah dan bahkan hilang sama sekali. Misalnya keadaan
emosi, gairah belajar, situasi dalam keluarga dan lain-lain.
f. Upaya pendidik dalam pembelajaran peserta didik
Upaya yang dimaksud disini adalah bagaimana dosen mempersiapkan
diri dalam membelajarkan mahasiswa mulai dari penguasaan materi, cara
menyampaikannya, menarik perhatian mahasiswa, mengevaluasi hasil belajar,
dan lain-lain. Bila upaya-upaya tersebut dilaksanakan dengan berorientasi
pada kepentingan mahasiswa, maka diharapkan dapat menimbulkan motivasi
belajar mahasiswa.
Motivasi mempunyai peranan penting dalam proses belajar mengajar
baik bagi dosen maupun mahasiswa. Bagi dosen mengetahui motivasi belajar dari
mahasiswa sangat diperlukan guna memelihara dan meningkatkan semangat
belajar peserta didik. Bagi mahasiswa, motivasi belajar dapat menumbuhkan
semangat belajar sehingga terdorong untuk melakukan kegiatan belajar.
1.6. Upaya meningkatkan motivasi belajar mahasiswa
Memotivasi belajar penting artinya dalam proses belajar mahasiswa,
karena fungsinya yang mendorong dan mengarahkan kegiatan belajar. Menurut
Oemar Hamalik (2004:184) ada beberapa tehnik untuk memotivasi belajar
berdasar teori kebutuhan, yaitu:
a. Pemberian penghargaan atau ganjaran
Tehnik ini dianggap berhasil jika menumbuhkembangkan minat
mahasiswa. Minat dalah perasaan seseorang bahwa apa yang dipelajari atau
dilakukannya bermakna bagi dirinya.
b. Pemberian angka atau grade
Apabila pemberian angka didasarkan atas perbandingan interpersonal
dalam prestasi akademis, hal ini akan menimbulkan dua hal, yaitu: yang
mendapatkan angka baik dan yang mendapatkan angka jelek. Yang
mendapatkan angka jelek mungkin akan berkembang rasa rendah diri dan tak
ada semangat terhadap pekerjaan- pekerjaan belajar
c. Keberhasilan dan tingkat aspirasi
Istilah “tingkat aspirasi” menunjuk pada tingkat pekerjaan yang
diharapkan pada masa depan berdasarkan keberhasilan atau kegagalan dalam
tugas-tugas yang mendahuluinya. Konsep ini berkaitan erat dengan konsep
seseorang tentang dirinya dan kekuatann-kekuatannya. Dalam hal ini dosen
dapat menggunakan prinsip bahwa tujuan-tujuan harus dapat dicapai dan
mahasiswa merasa bahwa mereka akan mampu mencapainya.
d. Pemberian pujian
Yang harus diperhatikan dalam memberi pujian adalah efek pujian
tergantung pada siapa yang memberi dan siapa yang menerima pujian.
Mahasiswa yang sangat membutuhkan keselamatan dan harga diri ,
mengalami kecemasan, dan merasa bergantung pada orang lain akan responsif
terhadap pujian.
e. Kompetisi dan kooperasi
Persaingan merupakan insentif pada kondisi-kondisi tertentu, tetapi
dapat merusak pada kondisi yang lain. Dalam kompetisi harus terdapat
kesepakatan yang sama untuk menang. Ada tiga jenis persiangan yang efektif:
1. Kompetisi interpersonal antara teman sebaya sering menimbulkan
semangat persaingan
2. Kompetisi kelompok dimana setiap anggota dapat memberikan
sumbangan dan terlibat didalam keberhasilan kelompok merupakan
motivasi yang sangat kuat.
3. Kompetisi dengan diri sendiri, yaitu dengan catatan tentang prestasi
terdahulu, dapat merupakan motivasi yang efektif.
f. Pemberian harapan
Harapan selalu mengacu ke depan. Artinya, jika seseorang berhasil
melaksanakan tugasnya atau berhasil dalam kegiatan belajarnya, dia dapat
memperoleh dan mencapai harapan-harapan yang telah diberikan kepadanya
sebelumnya.
Menurut Sardiman (2007:92) ada beberapa bentuk dan cara untuk
menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar di tempat belajar, antara lain :
a. Memberi angka atau nilai
Angka dimaksud adalah simbol atau nilai dari hasil akivitas belajar
anak didik. Angka merupakan alat motivasi yang cukup memberikan
rangsangan kepada anak didik untuk mempertahankan atau bahkan lebih
meningkatkan prestasi belajar di masa mendatang.
b. Hadiah
Hadiah dapat membuat anak didik termotivasi untuk memperoleh nilai
yang baik. Hadiah tersebut dapat digunakan orang tua atau pendidik untuk
memacu belajar anak didik.
c. Kompetisi
Kompetisi adalah persaingan. Persaingan dapat meningkatkan prestasi
belajar anak didik. Dengan saingan atau kompetisi dapat digunakan sebagai
alat untuk mendorong belajar anak didik.
d. Ego-involvement
Menumbuhkan kesadaran anak didik agar merasakan pentingnya tugas
dan menerimanya sebagai tantangan sehingga bekerja keras dengan
mempertaruhkan harga diri adalah sebagai salah satu bentuk motivasi yang
cukup penting. Anak didik akan belajar dengan keras bisa jadi karena harga
dirinya.
e. Memberi tes
Tes bisa dijadikan sebagai alat motivasi. Mahasiswa akan menjadi giat
belajar jika mengetahui akan ada tes. Mahasiswa biasanya mempersiapkan diri
dengan belajar jauh-jauh hari untuk menghadapi tes .Oleh karena itu, memberi
tes merupakan strategi yang cukup baik untuk memotivasi mahasiswa agar
lebih giat belajar juga merupakan sarana motivasi.
f. Mengetahui hasil
Dengan mengetahui hasil belajarnya, akan mendorong seseorang
untuk giat belajar. Dengan mengetahui hasil belajar yang meningkat,
seseorang termotivasi untuk belajar dengan harapan hasilnya akan terus
meningkat.
g. Memberi pujian
Pujian adalah bentuk reinforcement positif sekaligus motivasi yang
baik. Pendidik bisa memanfaatkan pujian untuk memuji keberhasilan
siswanya dalam mengerjakan tugas. Dengan pujian yang tepat akan memupuk
suasana menyenangkan, mempertinggi gairah belajar.
h. Hukuman
Hukuman merupakan reinforcement negatif, tetapi jika dilakukan
dengan tepat dan bijak akan merupakan alat motivasi yang baik dan efektif.
i. Hasrat untuk belajar
Hasrat untuk belajar berati ada unsur kesengajaan, ada maksud untuk
belajar. Hasrat untuk belajar merupakan potensi yang ada dalam diri
seseorang. Motivasi ekstrinsik sangat diperlukan agar hasrat untuk belajar itu
menjelma menjadi perilaku belajar.
j. Minat
Minat besar pengaruhnya terhadap aktivitas belajar. Mahasiswa yang
berminat terhadap suatu mata kuliah akan mempelajarinya dengan sungguh-
sungguh, karena ada daya tarik baginya. Proses belajar akan berjalan lancar
jika disertai dengan minat. Minat dapat dibangkitkan dengan :membandingkan
adanya kebutuhan, menghubungkan dengan persoalan penggalaman yang
lampau, memberi kesempatan untuk mendapatkan hasil yang baik,
menggunakan berbagai macam metode mengajar.
k. Tujuan yang diakui
Rumusan tujuan yang diakui dan diterima oleh mahasiswa merupakan
alat motivasi yang cukup penting. Dengan memahami tujuan yang hendak
dicapai, akan timbul gairah untuk belajar.
1.7. Indikator-indikator Motivasi
Menurut Sardiman (2006 : 83) motivasi pada diri seseorang itu
memiliki ciri-ciri :
a. Tekun menghadapi tugas
b. Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa)
c. Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah
d. Lebih senang bekerja mandiri
e. Tidak cepat bosan terhadap tugas-tugas yang rutin
f. Dapat mempertahankan pendapatnya
g. Tidak cepat menyerah terhadap hal yang diyakini
h. Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal.
Apabila mahasiswa mempunyai ciri-ciri tersebut, berarti mahasiswa
mempunyai motivasi yang cukup kuat. Kegiatan belajar mengajar akan berhasil
baik jika mahasiswa memiliki motivasi untuk belajar, tekun dalam menghadapi
tugas, senang memecahkan soal-soal, ulet dalam mengatasi kesulitan belajar.
Dari berbagai uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa indikator-
indikator dari motivasi dalam penelitian ini adalah :
a. tekun dalam menghadapi tugas
b. adanya ketertarikan dengan perkuliahan
c. senang memecahkan soal-soal dan latihan
d. ulet dalam mengatasi kesulitan belajar
2. Minat Belajar
2.1 Pengertian Minat Belajar
Minat adalah kecenderungan jiwa yang tetap untuk memperhatikan
dan mengenang beberapa aktivitas atau kegiatan (Slameto, 1995). Seseorang yang
berminat terhadap suatu aktivitas akan memperhatikan itu secara konsisten dengan
rasa senang.
Apabila seseorang menaruh perhatian terhadap sesuatu, maka minat
akan menjadi motif yang kuat untuk berhubungan secara lebih aktif dengan
sesuatu yang menarik minatnya. Minat akan semakin bertambah jika disalurkan
dalam suatu kegiatan. Keterikatan dengan kegiatan tersebut akan semakin
menumbuh kembangkan minat. Sesuai pendapat yang dikemukakan Hurlock
(1990:144), “bahwa semakin sering minat diekspresikan dalam kegiatan maka
semakin kuatlah ia”. Minat dapat menjadi suatu pemusatan perhatian secara tidak
sengaja yang terlahir dengan penuh kemauan, rasa ketertarikan, keinginan, dan
kesenangan (Natawijaya, 1978:94).
Menurut Soesilowindradini dalam (Tuharjo, 1989:13), “ suatu kegiatan
yang dilakukan tidak sesuai minat akan menghasilkan prestasi yang kurang
menyenangkan”. Dapat dikatakan bahwa dengan terpenuhinya minat seseorang
akan mendapatkan kesenangan dan kepuasan batin yang dapat menimbulkan
motivasi.. Slameto dalam (Tomi Dramawan, 2007) menyatakan “ bahwa minat
adalah rasa suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas tanpa ada yang
menyuruh, minat pada hakekatnya adalah penerimaan hubungan antara diri sendiri
dengan sesuatu di luar dirinya, semakin kuat atau semakin dekat hubungan
tersebut maka semakin besar minatnya, sebaliknya kurangnya minat dapat
mengakibatkan kurangnya rasa ketertarikan pada suatu bidang tertentu, bahkan
dapat melahirkan sikap penolakan . Hal ini juga bisa terjadi pada minat terhadap
belajar jika tidak ada minat bisa jadi akan terjadi penolakan terhadap dosennya.
Suryanto (1969:9) memandang minat sebagai pemusatan perhatian
yang tidak sengaja yang terlahir dengan penuh kemauan dan tergantung dari bakat
dan lingkungan. Utami dn Fauzan dalam (Tomi Darmawan, 2007) memandang
minat sebagai kecenderungan yang realtif menetap sebagai bagian diri seseorang,
untuk tertarik dan menekuni bidang-bidang tertentu. Winkel (1987:105)
menyatakan “ bahwa minat merupakan kecenderungan subjek yang menetap
untuk merasa tertarik pada bidang studi tertentu dan merasa senang untuk
mempelajari materi itu.”
Menurut Kartono (1995), minat merupakan moment-moment dari
kecenderungan jiwa yang terarah secara intensif kepada suatu obyek yang
dianggap paling efektif (perasaan, emosional) yang didalamnya terdapat elemen-
elemen efektif (emosi) yang kuat. Minat juga berkaitan dengan kepribadian. Jadi
pada minat terdapat unsur-unsur pengenalan (kognitif), emosi (afektif), dan
kemampuan (konatif) untuk mencapai suatu objek, seseorang atau suatu situasi
yang bersangkutan dengan diri pribadi (Buchori, 1985)
Akademi Analis Farmasi dan Makanan merupakan institusi pendidikan
yang mencetak seorang analis di bidang farmasi dan makanan. Farmasi atau
identik dengan obat-obatan serta makanan dan minuman merupakan kebutuhan
sehari-hari. Dengan makin berkembangnya produk farmasi dan makanan di
pasaran menuntut adanya pengawasan yang ketat terhadap mutu produk sehingga
aman digunakan serta memberi manfaat pada penggunaannya. Karena
kenyataannya banyak produk farmasi dan makanan yang beredar di pasaran
mengandung bahan berbahaya yang mengancam kelangsungan hidup konsumen.
Dengan demikian, bidang analis farmasi dan makanan dapat melahirkan reaksi
perasaan senang, gembira, dan semangat belajar, begitu pula sebaliknya,
tergantung dari kepribadian mahasiswa sendiri apakah menaruh minat yang tinggi
terhadap bidang analis farmasi dan makanan.
Menurut Hardjana (1994), minat merupakan kecenderungan hati yang
tinggi terhadap sesuatu yang timbul karena kebutuhan, yang dirasa atau tidak
dirasakan atau keinginan untuk mengetahui hal tertentu. Minat dapat diartikan
kecenderungan untuk dapat tertarik atau terdorong untuk memperhatikan
seseorang sesuatu barang atau kegiatan dalam bidang-bidang tertentu (Lockmono,
1994).
Minat dapat menjadi sebab sesuatu kegiatan dan sebagai hasil dari
keikutsertaan dalam suatu kegiatan. Karena itu minat belajar adalah
kecenderungan hati untuk belajar untuk mendapatkan informasi, pengetahuan,
kecakapan melalui usaha, pengajaran atau pengalaman (Hardjana, 1994).
Menurut Gie (1998), minat berarti sibuk, tertarik, atau terlihat
sepenuhnya dengan sesuatu kegiatan karena menyadari pentingnya kegiatan itu.
Dengan demikian, minat belajar adalah keterlibatan sepenuhnya seseorang dengan
segenap kegiatan pikiran secara penuh perhatian untuk memperoleh pengetahuan
dan mencapai pemahaman tentang pengetahuan ilmiah yang dipelajarinya..
Minat besar pengaruhnya terhadap aktivitas belajar. Mahasiswa yang
berminat terhadap bidang analis farmasi dan makanan akan belajar dengan
sungguh-sungguh seperti rajin belajar, merasa senang mengikuti perkuliahan, dan
bahkan dapat menemukan kesulitan–kesulitan dalam belajar,,menyelesaikan soal-
soal latihan dan praktikum karena adanya daya tarik yang diperoleh dengan
mempelajari analisis farmasi dan makanan. Mahasiswa akan mudah memahami
perkuliahan yang menarik minatnya. Minat berhubungan erat dengan motivasi.
Motivasi muncul karena adanya kebutuhan, begitu juga minat, sehingga tepatlah
bila minat merupakan alat motivasi. Proses belajar akan berjalan lancar bila
disertai minat. Oleh karena itu, pendidik perlu membangkitkan minat peserta didik
agar pelajaran yang diberikan mudah dimengerti (Hasnawiyah, 1994).
Kondisi kejiwaan sangat dibutuhkan dalam proses belajar mengajar.
Itu berarti bahwa minat sebagai suatu aspek kejiwaan melahirkan daya tarik
tersendiri untuk memperhatikan suatu obyek tertentu.
Minat merupakan salah satu faktor pokok untuk meraih sukses dalam
studi. Penelitian-penelitian di Amerika Serikat mengenai salah satu sebab utama
dari kegagalan studi para pelajar menunjukkan bahwa penyebabnya adalah
kekurangan minat (Gie, 1998).
Menurut Gie (1998), arti penting minat dalam kaitannya dengan
pelaksanaan studi adalah :
1. Minat melahirkan perhatian yang serta merta.
2. Minat memudahnya terciptanya konsentrasi.
3. Minat mencegah gangguan dari luar
4. Minat memperkuat melekatnya bahan pelajaran dalam ingatan.
5. Minat memperkecil kebosanan belajar dalam diri sendiri.
Minat melahirkan perhatian spontan yang memungkinkan terciptanya
konsentrasi untuk waktu yang lama dengan demikian, minat merupakan landasan
bagi konsentrasi. Minat bersifat sangat pribadi, orang lain tidak bisa
menumbuhkannya dalam diri mahasiswa, tidak dapat memelihara dan
mengembangkan minat itu, serta tidak mungkin berminat terhadap sesuatu hal
sebagai wakil dari masing-masing siswa (Gie, 1995).
Minat dan perhatian dalam belajar mempunyai hubungan yang erat
sekali. Seseorang yang menaruh minat pada bidang ilmu tertentu, biasanya
cenderung untuk memperhatikan perkembangan bidang ilmu tersebut. Sebaliknya,
bila seseorang menaruh perhatian secara kontinyu baik secara sadar maupun tidak
pada objek tertentu, biasanya dapat membangkitkan minat pada objek tersebut.
Kalau seorang mahasiswa mempunyai minat pada bidang ilmu tertentu
dia akan memperhatikannya. Namun sebaliknya jika mahasiswa tidak berminat,
maka perhatian pada perkuliahan yang sedang diajarkan biasanya dia malas untuk
mengikutinya. Demikian juga dengan mahasiswa yang tidak menaruh perhatian
pada bidang ilmu yang diajarkan, maka sukarlah diharapkan mahasiswa tersebut
dapat belajar dengan baik. Hal ini tentu mempengaruhi hasil belajarnya (Kartono,
1995).
Suatu minat dapat diekspresikan melalui suatu pernyataan yang
menunjukkan bahwa mahasiswa lebih menyukai suatu hal daripada hal lainnya,
dapat pula dimanifestasikan melalui partisipasi dalam suatu aktivitas. Mahasiswa
yang memiliki minat terhadap subjek tertentu cenderung untuk memberikan
perhatian yang lebih besar terhadap subjek tersebut.
Minat terhadap sesuatu dipelajari dan mempengaruhi belajar
selanjutnya serta mempengaruhi penerimaan minat baru. Jadi minat terhadap
sesuatu merupakan hasil belajar dan menyokong belajar selanjutnya walaupun
minat terhadap sesuatu hal tidak merupakan hal yang hakiki untuk dapat
mempelajari hal tersebut.
Mengembangkan minat terhadap sesuatu pada dasarnya adalah
membantu mahasiswa melihat bagaimana hubungan antara materi yang
diharapkan untuk dipelajarinya dengan dirinya sendiri sebagai individu. Proses ini
berarti menunjukkan pada mahasiswa bagaimana pengetahuan atau kecakapan
tertentu mempengaruhi dirinya, melayani tujuan-tujuannya, memuaskan
kebutuhan-kebutuhannya. Bila mahasiswa menyadari bahwa belajar merupakan
suatu alat untuk mencapai beberapa tujuan yang dianggapnya penting dan bila
mahasiswa melihat bahwa dari hasil dari pengalaman belajarnya akan membawa
kemajuan pada dirinya, kemungkinan besar mahasiswa akan berminat dan
bermotivasi untuk mempelajarinya.
Dengan demikian perlu adanya usaha-usaha atau pemikiran yang dapat
memberikan solusi terhadap peningkatan minat belajar mahasiswa, utamanya
dengan yang berkaitan dengan bidang ilmu analis farmasi dan makanan. Minat
sebagai aspek kewajiban bukan aspek bawaan, melainkan kondisi yang terbentuk
setelah dipengaruhi oleh lingkungan. Karena itu minat sifatnya berubah-ubah dan
sangat tergantung pada individunya.
Minat belajar dapat ditingkatkan melalui latihan konsentrasi.
Konsentrasi merupakan aktivitas jiwa untuk memperhatikan suatu objek secara
mendalam. Dapat dikatakan bahwa konsentrasi itu muncul jika seseorang
menaruh minat pada suatu objek, demikian pula sebaliknya merupakan kondisi
psikologis yang sangat dibutuhkan dalam proses belajar mengajar di kampus.
Kondisi tersebut amat penting sehingga konsentrasi yang baik akan melahirkan
sikap pemusatan perhatian yang tinggi terhadap objek yang sedang dipelajari.
Minat sebagai salah satu aspek psikologis dipengaruhi oleh beberapa
faktor, baik yang sifatnya dari dalam (internal) maupun dari luar (eksternal).
Dilihat dari dalam diri mahasiswa, minat dipengaruhi oleh cita-cita, kepuasan,
kebutuhan, bakat dan kebiasaan. Sedangkan bila dilihat dari faktor luarnya minat
sifatnya tidak menetap melainkan dapat berubah sesuai dengan kondisi
lingkungan. Faktor luar tersebut dapat berupa kelengkapan sarana dan prasarana,
pergaulan dengan orang tua dan persepsi masyarakat terhadap suatu objek serta
latar belakang sosial budaya (Slameto, 1995).
Menurut Slameto (1995), faktor-faktor yang berpengaruh di atas dapat
diatasi oleh dosen di kampus dengan cara:
1. Penyajian materi yang dirancang secara sistematis, lebih praktis dan
penyajiannya lebih berseni.
2. Memberikan rangsangan kepada mahasiswa agar menaruh perhatian yang
tinggi terhadap bidang studi yang sedang diajarkan.
3. Mengembangkan kebiasaan yang teratur
4. Meningkatkan kondisi fisik mahasiswa.
5. Mempertahankan cita-cita dan aspirasi mahasiswa.
6. Menyediakan sarana penunjang yang memadai.
Minat belajar membentuk sikap akademik tertentu yang bersifat sangat
pribadi pada setiap mahasiswa. Oleh karena itu, minat belajar harus ditumbuhkan
sendiri oleh masing-masing mahasiswa. Pihak lainnya hanya memperkuat dan
menumbuhkan minat atau untuk memelihara minat yang telah dimiliki seseorang
(Loekmono, 1994).
Minat berkaitan dengan nilai-nilai tertentu. Oleh karena itu,
merenungkan nilai-nilai dalam aktivitas belajar sangat berguna untuk
membangkitkan minat. Misalnya belajar agar lulus ujian, menjadi juara, ahli
dalam salah satu ilmu, memenuhi rasa ingin tahu mendapatkan gelar atau
memperoleh pekerjaan. Dengan demikian minat belajar tidak perlu berangkat dari
nilai atau motivasi yang muluk-muluk. Bila minat belajar didapatkan pada
gilirannya akan menumbuhkan konsentrasi atau kesungguhan dalam belajar
(Sudarnoto, 1994)
Loekmono (1994), mengemukakan 5 butir motif yang penting yang
dapat dijadikan alasan untuk mendorong tumbuhnya minat belajar dalam diri
seseorang yaitu :
1. Suatu hasrat untuk memperoleh nilai-nilai yang lebih baik dalam semua mata
pelajaran.
2. Suatu dorongan batin untuk memuaskan rasa ingin tahu dalam satu atau lain
bidang studi.
3. Hasrat untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan pribadi.
4. Hasrat untuk menerima pujian dari orang tua, pengajar atau teman-teman.
5. Gambaran diri dimasa mendatang untuk meraih sukses dalam suatu bidang
khusus tertentu.
Beberapa langkah untuk menimbulkan minat belajar menurut
(Sudarnoto, 1994), yaitu :
1. Mengarahkan perhatian pada tujuan yang hendak dicapai.
2. Mengenai unsur-unsur permainan dalam aktivitas belajar.
3. Merencanakan aktivitas belajar dan mengikuti rencana itu.
4. Pastikan tujuan belajar saat itu misalnya; menyelesaikan laporan.
5. Dapatkan kepuasan setelah menyelesaikan jadwal belajar.
6. Bersikaplah positif di dalam menghadapi kegiatan belajar.
7. Melatih kebebasan emosi selama belajar.
Dari berbagai pendapat tersebut di atas dapat ditemukan adanya
beberapa unsur pokok dalam pengertian minat, yaitu adanya perhatian, daya
dorong tiap-tiap individu dan kesenangan. Kesimpulan dari beberapa definisi di
atas tentang minat, bahwa minat merupakan perhatian khusus terhadap suatu
bidang ilmu yang tercipta dengan penuh kemauan, yang dapat mendorong
kemauan belajar karena adanya rasa ketertarikan, kesenangan dan adanya harapan
yang tinggi terhadap ilmu tersebut.
2.2. Pembagian Minat
Ditinjau dari asal mulanya, minat seseorang dapat dibedakan menjadi
dua golongan, menurut Badan Penelitian dan Pengembangan Pendidikan dan
Kebudaaan dalam (Tomi Darmawan,2007), yaitu:
a. Minat bawaan.
Minat bawaan adalah minat yang muncul dengan sendirinya tanpa dipengaruhi
oleh faktor lain, baik itu faktor lingkungan maupun kebutuhan. Minat ini
bisanya dipengaruhi oleh faktor keturunan atau bakat alamiah.
b. Minat yang muncul karena pengaruh dari luar
Minat seseorang ini dapat berubah karena pengaruh dari luar individu, seperti
lingkungan dan kebutuhan. Minat ini sangat dipengaruhi oleh lingkungan,
dorongan orang tua, dan kebiasaan
H.C. Witherington dalam (Buchori, 1982 :111) membagi minat
menjadi dan, yaitu :
a. Minat Primitif
Minat yang timbul dari kebutuhan-kebutuhan jaringan, yang secara langsung
dapat langsung memuaskan dorongan untuk mempertahankan organisme.
b. Minat Kultural
Minat kultural adalah minat yang berasal dari perbuatan belajar yng lebih
tinggi tarafnya, berkisar tentang kebutuhan akan sesuatu hal yang tidak secara
langsung berhubungan dengan diri kita. Tetapi ada artinya karena ada nilai
pembeda.
Menurut Cague dalam ( Permanik,1991 :20), minat dibagi menjadi :
a. Minat Spontan
Minat spontan adalah minat yang tumbuh secara spontan dari dalam diri
seseorang tanpa terpengaruh pihak luar
b. Minat terpola
Minat terpola adalah minat yang timbul sebagai akibat adanya pengaruh dari
kegiatan-kegiatan berencana yang terpola, terutama kegiatan belajar mengajar
baik dari lembaga sekolah maupun dari luar sekolah
Moh. Surya dalam (Susilaningsih, 1993 :18), menyebutkan adanya tiga
minat, yaitu :
a. Minat volunter
Minat volunteer adalah minat yang timbul secara sukarela dan muncul dengan
sendirinya tanpa adanya pengaruh dari pihak luar
b. Minat involunter
Minat involunter adalah minat yang timbul dari diri dengan pengaruh suatu
situasi yang diciptakan.
c. Minat non volunteer
Minat non volunteer adalah minat yang ditimbulkan secara sengaja dipaksakan
atau diharuskan
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa minat dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu minat yang tumbuh secara alami (pembawaan yang
biasanya dipengaruhi faktor keturunan atau bakat alamiah), dan minat yang
tumbuh karena proses pembelajaran (bisa berubah karena pengaruh dari
lingkungan). Kedua minat tersebut sulit dipisahkan karena saling berperan dan
saling mendukung dalam pembentukan minat individu terhadap sesuatu termasuk
mendorong munculnya seseorang dalam pencapaian suatu cita-cita.
2.3. Indikator-indikator Minat
Purnama (1994:15) menjabarkan karakteristik individu yang memiliki
minat tinggi terhadap sesuatu yaitu: adanya perhatian yang besar, memiliki
harapan yang tinggi, berorientasi pada keberhasilan, mempunyai kebanggaan,
kesediaan untuk berusaha dan mempunyai pertimbangan yang positip
Ada tujuh ciri minat yang dikemukakan oleh Hurlock (1990:155), ciri
tersebut adalah sebagai berikut:
a. Minat tumbuh bersamaan dengan perkembangan fisik dan mental.
Minat juga berubah selama terjadi perubahan fisik dan mental, contohnya
perubahan minat karena perubahan usia.
b. Minat tergantung pada persiapan belajar.
Kesiapan belajar merupakan salah satu faktor penyebab meningkatnya minat.
Seseorang tidak akan mempunyai minat sebelum mereka siap secara fisik
maupun mental
c. Minat bergantung pada kesempatan belajar.
Minat anak-anak maupun dewasa bergantung pada kesempatan belajar yang
ada, sebagian anak kecil lingkungannya terbatas pada rumah, maka minat
mereka tumbuh di rumah. Dengan pertumbuhan di lingkungan social mereka
menjadi tertarik pada minat orang di luar rumah yang mereka kenal.
d. Perkembangan minat mungkin terbatas.
Hal ini disebabkan oleh keadaan fisik yang tidak memungkinkan. Seseorang
yang cacat fisik tidak memiliki minat yang sama pada olah raga sepeti teman
sebayanya yang normal. Perkembangan minat juga dibatasi oleh pengalaman
sosial terbatas.
e. Minat dipengaruhi oleh pengaruh budaya
Kemungkinan minat akan lemah jika tidak diberi kesempatan untuk menekuni
minat yang dianggap tidak sesuai oleh kelompok budaya mereka.
f. Minat berbobot emosional
Minat berhubungan dengan perasaan, bila suatu objek dihayati sebagai sesuatu
yang sangat berharga, maka timbul perasaan senang yang akhirnya
diminatinya. Bobot emosional menentukan kekuatan minat tersebut, bobot
emosional yang tidak menyenangkan melemahkan minat dan sebaliknya,
bobot emosional yang menyenangkan menguatkan minat
g. Minat dan egosentris
Minat berbobot egosentris jika seseorang terhadap sesuatu baik manusia
maupun barang mempunyai kecenderungan untuk memilikinya.
Dari beberapa pendapat diatas, indikator-indikator minat pada
penelitian ini adalah:
1. Adanya perhatian terhadap perkuliahan
2. Adanya ketertarikan dengan perkuliahan
3. Adanya harapan yang tinggi terhadap perkuliahan
4. Adanya kebanggaan/kepuasan yang berorientasi pada keberhasilan
2.4 Upaya-upaya Meningkatkan Minat Mahasiswa dalam Belajar
Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara
diri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut,
semakin besar minat yang timbul. Menurut Slameto (1988), suatu minat dapat
diekspresikan melalui suatu pernyataan yang menunjukkan bahwa seseorang lebih
menyukai suatu hal daripada hal lainnya. Dapat pula dimanifestasikan melalui
partisipasi dalam suatu aktifitas. Seseorang yang minat terhadap objek tertentu
cenderung untuk memberikan perhatian yang lebih besar terhadap objek tersebut.
Minat tidak dibawa sejak lahir melainkan diperoleh kemudian. Minat
terhadap sesuatu yang dipelajari dan mempengaruhi belajar selanjutnya serta
mempengaruhi penerimaan minat-minat baru. Jadi minat terhadap sesuatu
merupakan hasil belajar dan menyokong belajar selanjutnya. Walaupun minat
terhadap sesuatu hal tidak merupakan hal yang hakiki untuk dapat mempelajari
hal tersebut. Asumsi umum menyatakan bahwa minat akan membantu seseorang
mempelajari sesuatu (Slameto, 1988).
Mengembangkan minat mahasiswa pada bidang ilmu analisa farmasi
dan makanan pada dasarnya adalah membantu mahasiswa melihat bagaimana
hubungan antara materi yang diharapkan untuk dipelajari dengan dirinya sendiri
sebagai individu dan lingkungannya. Proses ini berarti menunjukkan pada
mahasiswa bagaimana pengetahuan atau kecakapan tertentu mempengaruhi
dirinya, melayani tujuan-tujuannya, dan memuaskan kebutuhan-kebutuhan. Bila
mahasiswa menyadari bahwa belajar merupakan alat untuk mencapai beberapa
tujuan yang dianggapnya penting, dan bila mahasiswa menyadari bahwa hasil dari
pengalaman akan membawa kemajuan pada dirinya kemungkinan besar ia akan
berminat dan bermotivasi untuk mempelajarinya. Beberapa ahli pendidikan
berpendapat bahwa cara yang paling efektif untuk membangkitkan minat pada
pada suatu subyek yang baru adalah dengan menggunakan minat-minat yang telah
ada (Slameto, 1988).
Di samping memanfaatkan minat yang telah ada, Tanner (1975, dalam
Slameto, 1988) menyarankan agar para pengajar juga berusaha membentuk minat-
minat baru pada diri sendiri. Ini dapat dicapai dengan jalan memberikan informasi
kepada siswa mengenai hubungan antara suatu bahan pengajaran yang akan
diberikan dengan bahan pelajaran yang lalu, menguraikan kegunaannya bagi
siswa di masa yang akan datang. Roijjakkers (1980, dalam Slameto, 1988)
berpendapat bahwa untuk menimbulkan minat-minat baru, dapat dicapai dengan
cara menghubungkan bahan pengajaran dengan berita sensasional yang sudah
diketahui kebanyakan mahasiswa.
Bila usaha-usaha di atas tidak berhasil, pengajar dapat memakai
insentif dalam usaha mencapai tujuan pengajaran. Insentif merupakan alat yang
dipakai untuk membujuk seseorang agar melakukan sesuatu yang tidak mau
dilakukannya atau yang tidak dilakukannya dengan baik.
Studi-studi eksperimental menunjukkan bahwa seseorang yang secara
teratur dan sistematis diberi hadiah karena telah bekerja dengan baik atau karena
perbaikan dalam kualitas pekerjaannya, cenderung bekerja lebih baik daripada
yang dimarahi atau dikritik karena pekerjaannya yang buruk atau tidak ada
kemajuan. Menghukum karena hasil kerjanya yang buruk kurang efektif, bahkan
hukuman yang terlalu kuat akan sering menghambat proses belajar tetapi
hukuman yang ringan masih lebih baik daripada tidak ada perhatian sama sekali.
Hendaknya para pengajar bertindak bijaksana dalam menggunakan insentif.
Insentif apapun yang dipakai perlu disesuaikan dengan diri siswa masing-masing
(Slameto, 1988).
Menurt Efendi dalam ( Tomi Darmawqan,2007), minat dapat
ditumbuhkan dengan cara :
a. membangkitkan suatu kebutuhan, misalnya kebutuhan untuk menghargai,
keindahan, pekerjaan, dan mendapatkan penghargaan.
b. Menghubungkan dengan pengalaman-pengalaman yang lampau
c. Memberikan kesempatan untuk mendapatkan hasil yang baik karena
mengetahui kesuksesan yang diperoleh akan menimbulkan kepuasan.
2.5. Metode Pengukuran Minat
Ada beberapa metode yang digunakan untuk mengadakan
pengukuran minat, menurut Nurkancana dan Sumartana dalam ( Tomi
Darmawan,2007), metode pengukuran minat yaitu :
a. Observasi
Pengukuran minat dengan metode observasi mempunyai satu keuntungan
karena dapat mengamati dalam kondisi yang wajar, jadi tidak dibuat-buat.
Observasi dapat dilakukan dalam setiap situasi dan pencatatan hasil-hasil
observasi dapat dilakukan selama observasi berlangsung.
b. Interview
Pelaksanaan interview biasanya lebih baik dilakukan dalam situasi yang tidak
formal, sehingga percakapan akan berlangsung lebih bebas.
c. Angket atau kuesioner
Angket atau kuesioner jauh lebih efisien dalam penggunaan waktu, isi
pertanyaan dalam kuesioner pada prinsipnya tidak jauh berbeda dengan
pertanyaan dengan interview.
d. Inventori
Inventori adalah suatu metode untuk mengadakan pengukuran sejenis
kuesioner, perbedaannya dalam kuesioner responden menulis jawaban yang
relatif panjang, sedangkan inventori responden memberi jawaban dengan
memberi tanda cek, lingkaran atau tanda yang lain yang berupa jawaban-
jawaban singkat.
Metode pengukuran minat yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan tehnik angket atau kuesioner, karena tehnik ini sangat efisien dan
efektif dalam penggunaan waktu.
3. Kajian tentang Lingkungan Blajar
3.1. Pengertian lingkungan Belajar
Lingkungan diartikan sebagai kesatuan ruang suatu benda, daya,
keadaan dan mahluk hidup termasuk manusia dan perilakunya yang
mempengaruhi kelangsungan peri kehidupan dan kesejahteraan manusia serta
mahluk hidup lainnya (Munib, 2005:76). Menurrt Webster’s New Collegiate
Dictionary diterangkan sebagai ”the aggregate of all the external condition and
influences affecting the life and development of an organism atau diartikan
sebagai kumpulan segala kondisi dan pengaruh dari luar terhadap kehidupan dan
perkembangan suatu organisme (dalam Hadikusumo, 1996:74).
Lingkungan belajar oleh para ahli sering disebut sebagi lingkungan
pendidikan. Lingkungan pendidikan adalah berbagai faktor yang berpengaruh
terhadap pendidikan atau berbagai lingkungan tempat berlangsungan proses
pendidikan. Menurut Hadikusumo (1996:74), lingkungan pendidikan adalah
segala kondisi dan pengaruh dari luar terhadap proses pendidikan. Sedangkan
menurut Tirtaraharja dan La Sulo (1994:168), lingkungan pendidikan adalah latar
tempat berlangsungnya pendidikan.
Kampus adalah wahana kegiatan dan proses pendidikan berlangsung.
Di kampus diadakan kegiatan pendidikan, pembelajaran dan latihan (Tu’u,
2004:18). Kampus merupakan lembaga pendidikan formal yang sistematis
melaksanakan program bimbingan, pengajaran, dan latihan dalam rangka
membantu mahasiswa agar mampu mengembangkan potensinya baik yang
menyangkut aspek moral, spiritual, intelektual, emosional maupun sosial (Syamsu
Yusuf, 2001:54).
Dari berbagai pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa yang
dimaksud dengan lingkungan belajar adalah tempat berlangsungnya kegiatan
belajar yang mendapatkan pengaruh dari luar terhadap keberlangsungan kegiatan
tersebut.
3.2 Macam-macam Lingkungan Belajar
Menurut Ki Hajar Dewantara, lingkungan pendidikan mencakup:
lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat
(Munib,2004:76). Ketiga lingkungan tersebut sering disebut sebagi tripusat
pendidikan yang akan mempengaruhi manusia secara bervariasi.Untuk lebih
jelasnya akan diuraikan sebagi berikut
3.2.1. Lingkungan Keluarga
3.2.1.1. Pengertian tentang lingkungan keluarga
Keluarga adalah kelompok sosial yang pertama dalam kehidupan
manusia dimana ia belajar dan menyatakan diri sebagai manusia sosial dalam
hubungan interaksi dengan kelompoknya (Gerungan, 1996:45). Keluarga adalah
kelompok sosial kecil yang umumnya terdiri dari ayah, ibu, dan anak yang
mempunyai hubungan relatif tetap dan didasarkan atas ikatan darah, perkawinan,
dan atau adopsi (Ahmadi, 1991:167). Dalam arti luas keluarga adalah satu
persekutuan hidup yang dijalin kasih sayang antara pasangan dua jenis manusia
yang dikukuhkan dengan pernikahan yang bermaksud saling menyempurnakan
diri (Soelaeman, 1994:12). Sedangkan keluarga menurut Tirtarahardja (1994:173)
adalah pengelompokan primer yang terdiri dari sejumlah kecil orang karena
hubungan semenda (hubungan menurut garis ibu) dan sedarah.
Pengaruh pertama dan utama bagi kehidupan, pertumbuhan dan
perkembangan seseorang adalah pengaruh keluarga. Banyak sekali kesempatan
dan waktu bagi seorang anak untuk berjumpa dan berinteraksi dengan keluarga.
Perjumpaan dan interaksi sangat besar pengaruhnya terhadap prestasi seseorang.
Keluarga merupakan lembaga pendidikan tertua yang bersifat informal. Keluarga
bersifat informal dapat diartikan bahwa keluarga merupakan lembaga pendidikan
yang tidak mempunyai program resmi seperti yang dimiliki lembaga pendidikan
formal.
Apabila hubungan orang tua dengan anak dan hubungan anak dengan
anak berjalan dengan harmonis maka kondisi tersebut memberi stimulus dan
respons yang bik dari anak sehingga perilaku dan prestasinya menjadi baik.
Jadi yang dimaksud lingkungan keluarga adalah segala kondisi dari
keluarga yang berpengeruh terhadap kehidupan dan perkembangan anggota
keluarga.
3.2.1.2. Fungsi keluarga
Menurut Abu Ahmadi (1991:110) fungsi keluarga adalah memelihara,
merawat, dan melindungi anak dalam rangka sosialisasinya agar mereka mampu
mengendalikan diri dan berjiwa sosial. Menurut Oqbum (dalam Abu Ahmadi
1991:108) fungsi keluarga itu adalah sebagai fungsi kasih sayang, ekonomi,
pendidikan, perlindungan/penjagaan, rekreasi, status keluarga dan agama .
Menurut Soelaeman (1994:85) fungsi keluarga adalah sebagai berikut :
a. Fungsi edukasi
Fungsi edukasi adalah fungsi keluarga yang berkaitan dengan
pendidikan anak khususnya dan pendidikan serta pembinaan anggota keluarga
pada umumnya. Fungsi edukasi ini tidak sekedar menyangkut pelaksanaan
tetapi menyangkut pula penentuan dan pengukuan landasan yang mendasari
upaya pendidikan itu, pengarahan dan perumusan tujuan pendidikan,
perencanaan dan pengolahannya, penyedian sarana dan prasarana dan
pengayaan wawasannya.
b. Fungsi sosialisasi
Tugas keluarga tidak hanya mengembangkan individu menjadi pribadi
yang mantap tetapi juga upaya membantunya dan mempersiapkannya menjadi
anggota masyarakat yang baik. Dalam melaksanakan fungsi sosial, keluarga
menduduki kedudukan sebagai penghubung anak dengan kehidupan sosial dan
norma-norma sosial. Fungsi sosialisasi dapat membantu anak menemukan
tempatnya dalam kehidupan sosial secara mantap yang dapat diterima rekan-
rekannya bahkan masyarakat.
c. Fungsi lindungan atau fungsi proteksi
Mendidik hakekatnya bersifat melindunggi yaitu melindungi anak dari
tindakan yang tidak baik dan dari hidup yang menyimpang norma. Fungsi ini
juga melindungi anak dari ketidak mampuannya bergaul dengan lingkungan
bergaulnya, melindungi dari pengaruh yang tidak baik.
d. Fungsi afeksi atau fungsi perasaan
Anak berkomunikasi dengan lingkungannya juga dengan keluarganya
dengan keseluruhan pribadinya. Kehangatan yang terpancar dari keseluruhan
gerakan, ucapan, mimik serta perbuatan orang tua merupakan bumbu pokok
dalam pelaksanaan pendidikan anak dalam keluarga. Makna kasih sayang
orang tua pada anaknya tidak tergantung dari banyaknya hadiah yang
diberikan tetapi sejauh mana kasih sayang tersebut dipersepsikan atau
dihayati. Yang ingin dicapai dalam fungsi ini adalah menciptakan suasana
perasaan sehat dalam keluarga.
e. Fungsi religius
Keluarga wajib memperkenalkan dan mengajak anak dan anggota
keluarga lainnya kepada kehidupan beragama. Tujuannya untuk mengetahui
kaidah-kaidah agama juga untuk menjadi insan yang beragama sehingga
menggugah untuk mengisi dan mengarahkan hidupnya untuk mengabdi
kepada Tuhan.
f. Fungsi ekonomis
Fungsi ekonomis keluarga meliputi pencarian nafkah, perencanaan
pembelanjaan serta pemanfaatannya. Keadaan ekonomi keluarga berpengaruh
pada harapan orang tua akan masa depan dan harapan anak itu sendiri.
Keluarga dengan ekonomi rendah menganggap anak sebagai beban.
Sedangkan keluarga dengan ekonomi tinggi kemungkinan dapat memenuhi
semua kebutuhan akan tetapi dalam pelaksanaanya tersebut belum menjamin
pelaksanaan sebagai mana mestinya karena ekonomi keluarga tidak tergantung
dari materi yang diberikan.
g. Fungsi rekreasi
Rekreasi dirasakan orang jika ia menghayati suasana yang senang dan
damai, jauh dari ketegangan batin, segar, santai, yang memberikan perasaan
bebas dari ketegangan dan kesibukan sehari-hari. Makna fungsi rekreasi dalam
keluarga diarahkan kepada tergugahnya kemampuan untuk dapat
mempersiapkan kehidupan dalam keluarga secara wajar dan sungguh-sungguh
sebagaimana digariskan dalam kaidah hidup berkeluarga.
h. Fungsi biologis
Fungsi biologis keluarga berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan-
kebutuhan biologis anggota keluarga. Kebutuhan akan keterlindungan fisik
guna melangsungkan kehidupan seperti perlindungan kesehatan, rasa lapar,
haus dan lain-lain. Dalam pelaksanaan fungsi-fungsi itu hendaknya tidak berat
sebelah, tidak memisahkan fungsi-fungsi tersebut, tidak dilakukan oleh satu
pihak saja.
3.2.1.3. Faktor-faktor dalam lingkungan keluarga
Menurut Slameto (2003:60) lingkungan keluarga akan memberi
pengaruh pada siswa berupa :
a. Cara orang tua mendidik
Cara orang tua mendidik anaknya besar pengaruhnya terhadap belajar
anak. Orang tua yang tidak atau kurang perhatian misalnya keacuhan orang
tua tidak menyediakan peralatan sekolah, akan menyebabkan anak kurang
berhasil dalam belajar. Dalam mendidik anak hendaknya orang tua harus
memberikan kebebasan pada anak untuk belajar sesuai keinginan dan
kemampuannya, tetapi juga harus memberikan arahan dan bimbingan. Orang
tua dapat menolong anak yang mengalami kesulitan dalam belajar dengan
bimbingan tersebut. Pendidikan yang diberikan orangtua kepada anak sejak
kecil akan menjadi pedoman/dasar perkembangan anak di masa mendatang.
b. Relasi antar anggota keluarga
Relasi antar anggota keluarga terutama relasi anak dengan orang tua
dan relasi dengan anggota keluarga lain sangat penting bagi keberhasilan
belajar anak. Demi kelancaran keberhasilan belajar siswa, perlu diusahakan
relasi yang baik dalam keluarga tersebut. Hubungan yang baik didalam
keluarga akan mensukseskan belajar anak tersebut.
c. Suasana rumah
Suasana rumah yang dimaksudkan adalah kejadian atau situasi yang
sering terjadi dikeluarga. Agar anak dapat belajar dengan baik perlulah
diciptakan suasana rumah yang tenang dan tenteram sehingga anak merasa
nyaman dirumah dan dengan ketenangan itu seorang anak akan dapat belajar
dengan baik.
d. Keadaan ekonomi keluarga
Keadaan ekonomi keluarga erat kaitanya dengan belajar anak. Pada
kondisi ekonomi keluarga yang relatif kurang memyebabkan orang tua tidak
dapat memenuhi kebutuhan anak, tetapi faktor kesulitan ekonomi dapat
menjadi pendorong keberhasilan anak.
Keadaan ekonomi yang berlebih juga dapat menimbulkan masalah
dalam belajar. Orang tua dapat memenuhi kebutuhan anak termasuk fasilitas
belajar, sehingga orang tua kurang perhatian pada anak karena merasa segala
kebutuhan si anak sudah dicukupi. Akibatnya anak kurang perhatian terhadap
belajar.
e. Pengertian orang tua
Anak perlu dorongan dan pengertian dari orang tua dalam belajar.
Kadang anak yang mengalami lemah semangat, orang tua wajib memberikan
pengertian dan dorongan untuk menghadapi masalah di sekolah. Bila anak
belajar jangan dibebani dengan tugas-tugas rumah agar konsentrasi anak tidak
terpecah.
f. Latar belakang kebudayaan
Tingkat pendidikan dan kebiasaan orang tua juga berpengaruh
terhadap sikap anak. Maka perlu ditanamkan kebiasaan yang baik agar dapat
mendorong anak semangat belajar.
3.2.2. Lingkungan Kampus/Sekolah
3.2.2.1. Pengertian Lingkungan Kampus
Menurut Tulus Tu’u (2004:1) lingkungan sekolah dipahami sebagai
lembaga pendidikan formal dimanadi tempat inilah kegiatan belajar mengajar
berlangsung, ilmu pengetahuan diajarkan dan dikembangkan pada anak didik.
Menurut Gerakan Disiplin Nasional (GDN) (dalam Tu’u,2004:11), lingkungan
sekolah diartikan sebagai lingkungan dimana para siswa dibiasakan dengan nilai-
nilai tata tertib sekolah dan nilai-nilai kegiatan pembeljaran berbagai bidang studi
yang dapat meresap kedalam kesadaran hati nuraninya.
Dari beberapa definisi diatas, disimpulkan bahwa yang dimaksud
dengan lingkungan kampus adalah lingkungan dimana kegiatan perkuliahan
berlangsung dimana mahasiswa dibiasakan dengan nilai-nilai tata tertib kampus
dan nilai-nilai kegiatan perkuliahan berbagai bidang studi.
3.2.2.2. Fungsi Kampus
Menurut Muri Yusuf (1986:33) fungsi sekolah ialah yang pertama
membantu keluarga dalam pendidikan anak-anaknya di sekolah. Kampus, dosen,
mahasiswa melalui wewenang hokum yang dimilikinya berusaha melaksanakan
tugas yang kedua yaitu memberikan pengetahuan, ketrampilan dan nilai sikap
secara lengkap sesuai pula dengan apa yang dibutuhkan oleh mahasiswa dari
keluarga yang berbeda.
Menurut Nasution (2004:14) fungsi sekolah antara lain:
a. Memeprsiapkan siswanya untuk suatu pekerjaan
b. Memberikan ketrampilan dasar
c. Membuka kesempatan memperbaiki nasib
d. Menyediakan tenaga pembangunan
e. Membantu memecahkan masalah-masalah sosial
f. Menstranmisi kebudayaan
g. Membentuk manusia sosial
h. Merupakan alat mentransformasi kebudayaan
3.2.2.3. Faktor-faktor dalam Lingkungan Kampus
Menurut Slameto (2003:64) faktor-faktor kampus/sekolah yang
mempengaruhi belajar mencakup :
a. Metode mengajar
Metode mengajar adalah suatu cara atau jalan yang harus dilalui
didalam mengajar. Metode mengajar dapat mempengaruhi belajar mahasiswa.
Metode mengajar dosen yang kurang baik akan mempengaruhi belajar
mahasiswa yang tidak baik pula. Agar mahasiswa dapat belajar dengan
baik,maka metode mengajar harus diusahakan yang setepat, efisien dan efektif
mungkin.
b. Kurikulum
Kurikulum diartikan sebagai sejumlah kegiatan yang diberikan kepada
mahasiswa. Kegiatan itu sebagian besar adalah menyajikan bahan pelajaran
agar mahasiswa menerima, menguasai dan mengembangkan bahan pelajaran
itu. Kurikulum yang kurang baik akan berpengaruh tidak baik pula terhadap
belajar.
c. Relasi pendidik dengan peserta didik
Proses belajar mengajar terjadi antara pendidik dengan peserta didik.
Proses ini dipengaruhi oleh relasi didalam proses tersebut. Relasi pendidik
dengan peserta didik baik, membuat peserta didik akan menyukai pendidik
nya, juga akan menyukai mata kuliah yang diberikannya sehingga peserta
didik berusaha mempelajari sebaik-baiknya. Pendidik yang kurang
berinteraksi dengan peserta didik dengan baik menyebabkan proses belajar-
mengajar itu kurang lancar.
d. Relasi peserta didik dengan peserta didik
Peserta didik yang mempunyai sifat kurang menyenangkan, rendah
diri atau mengalami tekanan batin akan diasingkan dalam kelompoknya. Jika
hal ini semakin parah, akan berakibat terganggunya belajar. Peserta didik
tersebut akan malas untuk ke kampus dengan berbagai macam alasan yang
tidak-tidak. Jika terjadi demikian, peserta didik tersebut memerlukan
bimbingan dan penyuluhan. Menciptakan relasi yang baik antar peserta didik
akan memberikan pengaruh positif terhadap belajarnya.
e. Disiplin
Kedisiplinan kampus erat kaitannya dengan kerajinan peserta didik
dalam kampus dan belajar. Kedisiplinan mencakup kedisiplinan dosen dalam
mengajar, karyawan dalam bekerja, direktur dalam mengelola institusinya, dan
PA dalam memberikan layanan.
Seluruh staf yang mengikuti tata tertib dan bekerja dengan disiplin
membuat peserta didik disiplin pula. Dalam proses belajar, disiplin sangat
dibutuhkan untuk mengembangkan motivasi yang kuat. Agar peserta didik
belajar lebih maju, maka harus disiplin di dalam belajar baik di kampus, di
rumah maupun di tempat lain.
f. Alat pelajaran
Alat pelajaran erat hubungannya dengan cara belajar peserta didik
karena alat pelajaran tersebut dipakai untuk menerima bahan pelajaran dan
dipakai pendidik waktu mengajar. Alat pelajaran yang lengkap dan tepat akan
mempercepat penerimaan bahan pelajaran. Jika peserta didik mudah menerima
pelajaran dan menguasainya, belajar akan lebih giat dan lebih maju.
Mengusahakan alat pelajaran yang baik dan lengkap sangat dibutuhkan guna
memperlancar kegiatan belajar-mengajar.
g. Jadual perkuliahan
Pengturan jadual perkuliahan adalah sangat penting. Waktu akan
mempengaruhi belajar peserta didik. Memilih waktu pelajaran yang tepat akan
memberikan pengaruh yang positif terhadap belajar. Belajar dipagi hari adalah
adalah waktu yang paling tepat dimana pada saat itu pikiran masih segar dan
kondisi jasmani masih baik.
Dari uraian di atas, indikator-indikator dalam lingkungan kampus pada
penelitian ini adalah :
a. kedisiplinan
b. relasi dosen dengan mahasiswa
c. relasi mahasiswa dengan mahasiswa
d. fasilitas kampus
1.2.2. Lingkungan Masyarakat
3.2.3.1. Pengertian Lingkungan masyarakat
Soemarjan dan Soemardi (dalam Ari Gunawan,2004:4) mengatakan
bahwa msyarakat adalah tempat orang-orang hidup bersama yang menghasilkan
kebudayaan. Sedangkan menurut Muri Yusuf (1986:34) lingkungan masyarakat
adalh lingkungan ketiga dalam proses pembentukan kepribadian seseorang sesuai
dengan keberadaannya.
Berdasar definisi-definisi diatas dapat disimpulkan bahwa lingkungan
masyarakat adalah tempat orang-orang hidup bersama yang berpengaruh besar
terhadap perkembangan pribadi seseorang.
3.2.3.2. Peran Masyarakat dalam Pendidikan
Tanggung jawab masyarakat terhadap pendidikan sebenarnya masih
belum jelas, tidak sejelas tanggungjawab lingkungan keluarga dan
sekolah/kampus. Hal ini disebabkan factor waktu, hubungan, sifat dan isi
pergaulan yang terjadi di dalam masyarakat. Waktu pergaulan terbatas, hubungan
hanya pada waktu tertentu, sifat pergaulan bebas, dan isinya sangat beragam dan
kompleks. Meski demikian masyarakat mempunyai peran sangat besar dalam
pelaksanaan pendidikan nasional. Peran itu antara lain menciptakan suasana yang
dapat menunjang pelaksanaan pendidikan nasional, ikut menyelenggarakan
pendidikan non pemerintah (swasta), membantu pengadaan tenaga, biaya, sarana
dan prasarana, menyediakan lapangan kerja, membantu pengembangan profesi
baik secara langsung maupun tidak langsung (Fuad Ihsan,1997:59)
3.2.3.3. Faktor- faktor dalam Masyarakat
Masyarakat adalah faktor ekstern yang juga berpengaruh terhadap
prestasi belajar mahasiswa. Pengaruh itu terjadi karena keberadaan mahasiswa
didalamnya. Pengaruh itu antara lain:
a. Kegiatan Mahasiswa dalam masyarakat
b. Mass media
c. Teman bergaul
d. Bentuk kehidupan masyarakat
Dari berbagai uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud
dengan lingkungan belajar adalah berbagai faktor yang berasal dari luar individu
yang berpengaruh terhadap proses pembelajaran atau pendidikan. Faktor-faktor
tersebut meliputi faktor keluarga, kampus dan masyarakat.
Indikator-indikator Lingkungan Belajar adalah:
1. Cara orang tua mendidik
2. Keadaan ekonomi keluarga
3. hubungan antar anggota keluarga
4. pengertian orang tua
5. Kedisiplinan Kampus
6. Hubungan Mahasiswa dan Mahasiswa
7. Hubungan Mahasiswa dengan dosen
8. Keadaan Gedung dan suasana perkuliahan
9. Kegiatan mahasiswa dalam masyarakat
10. Bentuk kehidupan masyarakat di sekitar tempat tinggal mahasiswa
11. Teman bergaul Mahasiswa
B. Kajian tentang Prestasi Belajar
1. Belajar
1.1. Pengertian Belajar
Banyak orang beranggapan bahwa yang dimaksud dengan belajar
adalah mencari ilmu dan menuntut ilmu. Ada lagi yang lebih khusus mengartikan
bahwa belajar adalah menyerap pengetahuan. Belajar adalah perubahan yang
terjadi dalam tingkah laku manusia.
Para pakar pendidikan mengemukakan pengertian yang berbeda antara
satu dengan yang lainnya, namun demikian selalu mengacu pada prinsip yang
sama yaitu setiap orang yang melakukan proses belajar akan mengalami suatu
perubahan dalam dirinya. Belajar menurut Slameto (2003:2) secara psikologis
adalah”Suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari
interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya atau
belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan sesorang untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”.Skinner dalam
Dimyati(2002:9) menyatakan “belajar adalah suatu perilaku pada saat orang
belajar maka responnya menjadi lebih baik”. Sehingga dengan belajar maka orang
akan mengalami perubahan tingkah laku. Selanjutnya Winkel (1996:53) belajar
adalah “suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi yang aktif
dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan,
pemahaman, keterampilan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif
konstant.” Sedangkan Gie (2004:1 menyatakan belajar adalah segenap kegiatan
pikiran seseorang yang dilakukan secara penuh perhatian untuk memperoleh
pengetahuan dan mencapai pemahaman tentang alam semesta, kehidupan
masyarakat, perilaku manusia, gejala bahasa, atau perkembangan sejarah.
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa belajar
merupakan suatu proses dimana didalamnya terjadi suatu interaksi antara
seseorang (mahasiswa) dengan lingkungannya yang mengakibatkan adanya
perubahan tingkah laku yang akan memberikan suatu pengalaman baik bersifat
kognitif (pengetahuan), afektif (sikap), dan psikomotorik (keterampilan).
1.2. Fase dan Cara Belajar yang Efektif
Cara belajar pada dasarnya merupakan satu cara atau strategi belajar
yang diterapkan mahasiswa, hal ini sesuai dengan pendapat The Liang Gie
(1987:48) yang mengemukakan bahwa ”cara belajar adalah rangkaian kegiatan
yang dilaksanakan dalam usaha belajarnya”. Hamalik (1983: 38) secara lebih jelas
mengemukakan bahwa “cara belajar adalah kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan
sesuai dengan situasi belajarnya, misalnya kegiatan-kegiatan dalam mengikuti
pelajaran, menghadapi ulangan/ ujian dan sebagainya”. Kemampuan seseorang
untuk memahami dan mnyerap ilmu tidak sama tingkatannya. Ada yang cepat,
sedang bahkan sangat lambat. Karenanya seseorangseringkali harus menempuh
cara berbeda untuk bisa memahami sebuah informasi atau ilmu.
Dari pendapat-pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa cara
belajar seseorang adalah kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan pada situasi belajar
tertentu, kegiatan-kegiatan tersebut merupakan pencerminan usaha belajar yang
dilakukannya. Fase belajar meliputi dua fase yaitu fase persiapan belajar dan fase
proses belajar. Dalam tiap-tiap fase tersebut terdapat cara atau teknik belajar
tersendiri.
a.. Fase Persiapan Belajar
Fase ini merupakan fase sebelum belajar/persiapan belajar, landasar
utama bagi pembentukan cara belajar yang baik. Dengan persiapan sebaik-
baiknya maka kegiatan/pekerjaan akan dapat dilaksanakan dengan baik sehingga
akan memperoleh keberhasilan. Demikian pula halnya dengan belajar, beberapa
persiapan yang perlu dilakukan dalam belajar menurut Thabrany (1994:49)
adalah:
1. Persiapan mental
Persiapan mental yang dimaksud adalah bahwa tekad untuk belajar benar-
benar sudah siap. Menurut Gie (1987:58) “persiapan mental merupakan upaya
menumbuhkan sikap mental yang diperlukan dalam belajar”. Lebih lanjut
dijelaskan bahwa persiapan mental yang perlu dilakukan adalah:
a. Tujuan Belajar
Belajar di kampus perlu diarahkan pada suatu cita-cita tertentu, cita-cita
yang diperjuangkan dengan berbagai macam kegiatan belajar. Tujuan
belajar perlu diketahui oleh mahasiswa, agar mahasiswa siap menerima
materi perkuliahan, seperti apa yang dijelaskan Winarno Surachman
(1994:99) bahwa: “Tujuan itu penting anda ketahui terlebih dahulu, sebab
jika anda sudah mengetahui tujuan itu maka mental anda pun akan siap
menerima, mengolah dan mengatur semua mata pelajaran sesuai dengan
tujuan itu.”
b. Minat terhadap mata pelajaran
Setiap mahasiswa seharusnya menaruh minat yang besar terhadap mata
kuliah yang mereka ikuti, karena minat selain memusatkan pikiran juga
akan menimbulkan kegembiraan dalam usaha belajar, seperti yang
kemukakan oleh The Liang Gie (1983:12) adalah “keriangan hati akan
memperbesar kemampuan belajar seseorang dan juga membentuknya tidak
melupakan apa yang dipelajarinya itu.”.Materi perkuliahan dapat dipelajari
dengan baik bila mahasiswa dapat memusatkan pikirannya dan
menyenangi materi perkuliahan tersebut. Mahaiswa kurang berhasil dalam
menerima materi perkuliahan itu disebabkan tidak tertarik dengan materi
perkuliahan yang disampaikan.
c. Kepercayaan kepada diri sendiri
Setiap mahasiswa perlu yakin mereka mempunyai kemampuan
kepercayaan kepada diri sendiri dan itu perlu dipupuk sebagai salah satu
kesiapan sepenuhnya bahwa tidak ada mata kuliah yang tidak dapat
dipahami bila ia mau belajar dengan giat setiap hari.
d. Keuletan
Hidup seorang mahasiswa selama belajar di kampus penuh kesukaran-
kesukaran, oleh karena itu setiap mahasiswa perlu memiliki keuletan baik
jasmani maupun rohani. Untuk memupuk keuletan tersebut hendaknya
selalu menganggap setiap persoalan muncul sebagai tantangan yang harus
diatasi. Materi perkuliahan yang diberikan dosen di kampus masih
mengharuskannya melaksanakan aktifitas mental, untuk menanamkan
konsep pelajaran yang lebih baik. Untuk itu Herman Hudoyo (1989:15)
menyarankan bahwa: “Belajar haruslah aktif, tidak sekedar pasif saja
menerima apa yang diberikan. Dapat diharapkan jika mahasiswa aktif
melibatkan diri dalam menemukan suatu prinsip dasar, dia akan mengerti
konsep yang lebih baik, ingatannya lebih lama dan akan mampu
menggunakan konsep tersebut dikonteks yang lain.”
2. Persiapan sarana
Thabrany (1994: 48) mengemukakan”sarana yang dibutuhkan dalam belajar
yaitu ruang belajar dan perlengkapan belajar”
a. Ruang Belajar
Menurut Thabrany (1994: 48) “ Ruang belajar mempunyai peranan yang
cukup besar dalam menentukan hasil belajar seseorang”. Persyaratan yang
diperlukan untuk ruang belajar adalah: bebas dari gangguan, sirkulasi dan
suhu udara yang baik, penerangan yang memadai.
b. Perlengkapan belajar
Thabrany (1994:53) menjelaskan “ perlengkapan belajar yang perlu
disiapkan dalam belajar adalah:
1. Perabot belajar seperti meja, kursi, dan rak buku
2. Buku pelajaran
3. Buku catatan
4. Alat-alat tulis
b. Fase Proses Belajar
Fase ini sangat menentukan seseorang berhsail tidaknya di kampus,
pada fase proses belajar ini dituntut kepada mahasiswa untuk menerapkan cara-
cara belajar yang sebaik mungkin. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam fase ini
antara lain:
1. Pedoman dalam belajar.
Pedoman dalam belajar perlu dibuat untuk menjadi petunjuk dalam melakukan
kegiatan belajar. Karena setiap usaha apapun tentu ada azas-azas yang
dijadikan sebagai pedoman demi suksesnya usaha tersebut. Demikian pula
dalam belajar, The Liang Gie (1983:13) mengemukakan bahwa: “Prinsip-
prinsip belajar itu sekurang-kurangnya menyangkut tiga hal, yaitu keteraturan,
disiplin dan konsentrasi.” Keteraturan dalam belajar sangat penting artinya,
bila seseorang ingin belajar dengan baik, maka hendaknya dapat menjadikan
keteraturan di dalam belajar itu sebagai hal pokok sesuai dengan saran Al-
Falasany (1992:15) bahwa: “Keteraturan belajar adalah pangkal utama dari
cara belajar yang baik.” Di dalam belajar seseorang akan berhadapan dengan
bermacam-macam rintangan yang dapat menangguhkan usaha belajarnya,
tetapi dengan mendisiplinkan dirinya sendiri ia akan dapat mengatasi semua
hal itu, Al-Falasany (1992:15) mengemukakan bahwa dengan kemauan yang
keras dan dengan disiplin ia akan dapat menjauhi godaan dan gangguan yang
mendorongnya malas belajar, ogah-ogahan dan menunda-nunda studi. Setelah
faktor keteraturan dan displin di dalam belajar, maka konsentrasi juga sangat
diperlukan pada saat berada dalam proses belajar perlu konsentrasi, tanpa
konsentrasi ia tidak mungkin dapat menguasai materi pelajaran.
2. Cara mengikuti pelajaran
Untuk dapat mengikuti pelajaran dengan baik di kampus, maka diharapkan
kepada mahasiswa agar dapat memusatkan pikiran dan perhatiannya pada
materi perkuliahan yang sedang disajikan oleh dosen. Karena seperti ET
Ruseffendi (1982:18) mengemukakan bahwa: “Anak-anak harus belajar
berbuat sendiri dan merasakan sendiri. Makin banyak indera yang dipakai
makin efesien anak belajar.” Seseorang akan memperoleh pengalaman belajar
yang lebih banyak bila ia dapat mengikuti pelajaran dengan tertib, penuh
perhatian, mencatat dengan baik, serta mau bertanya jika ada penjelasan yang
kurang dimengerti. Dengan demikian dapat diharapkan, jika mahasiswa aktif
melibatkan diri dalam menemukan prinsip-prinsip dasar maka ia akan
mengerti konsep yang lebih baik. Namun untuk mempermudah mahasiswa
memahami konsep-konsep yang diajarkan di kampus, sebaiknya mahasiswa
sudah mempersiapkan dirinya dengan pengetahuan tentang materi-materi
sebelumnya, karena Herman Hudoyo (1989:18) menekankan bahwa: “Pada
waktu siswa mempelajari sesuatu konsep yang benar-benar baru, untuk mudah
memahami konsep-konsep tersebut, siswa perlu berorientasi dengan
pengalaman yang lampau.”
3. Cara mengulangi materi perkuliahan/membaca buku
Setelah di kampus mengikuti perkuliahan dengan baik, tentu usaha mahasiswa
untuk mendapat pengertian tentang konsep materi perkuliahan dengan baik
tidak cukup sampai di sini, tetapi dia perlu lagi mengkaji, mengulangi dan
membaca kembali materi tersebut. Belajar memang tidak lepas dari membaca
dan ternyata membaca sebenarnya tidak sesederhana yang kita bayangkan.
Membaca mempunyai teknik-teknik tersendiri, sebagaimana juga menulis.
Dengan mengikuti teknik membaca sistimatis dan cepat, kita dapat
menghemat waktu dan belajar lebih banyak. Kebanyakan seseorang membaca
sangat lamban, kurang memahami makna kata dan ungkapan-ungkapan
tertentu lebih-lebih dengan bacaan yang berat. Di samping itu tidak dapat
merefleksikan apa yang telah dibaca. Kesukaran belajar banyak ditentukan
oleh keterampilan membaca. Memang banyak faktor yang menentukannya.
Hal pertama kali yang harus diperhatikan adalah jarak mata dengan buku atau
tulisan. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Sudarmanto (1993:35)
yaitu: “Jarak membaca yang baik adalah 16 inci (+ 30 cm). Bila dalam
membaca jarak itu tidak dapat dijangkau maka ada ketidak-beresan dengan
mata.” Adapun tujuan yang dihadapkan dalam usaha mengulangi kembali
materi perkuliahan di rumah itu adalah untuk memperkuat ingatan mahasiswa
terhadap materi pelajaran yang akan digunakan untuk memecahkan masalah
atau soal-soal. Dalam hal ini Herman Hudoyo (1989:27) menegaskan bahwa:
“Ingatan memegang peranan penting di dalam belajar jika siswa harus mencari
jalan untuk menyelesaikan suatu masalah.”
Ada tujuh gaya yang efektif dalam belajar, menurut Hamzah B. Uno
(2008:183), yaitu:
1. Bermain dengan kata
2. Bermain denga pertanyaan
3. Bermain dengan gambar
4. Bermain dengan musik
5. Bermaindengan bergerak
6. Bermain dengan bersosialisai
7. Bermain dengan kesendirian.
1.3. Prinsip-prinsip Belajar
Dalam mengerjakan sesuatu seseorang harus mempunyai prinsip-
prinsip tertentu, begitu juga halnya dengan belajar. Untuk menertibkan diri dalam
belajar harus mempunyai prinsip sebagaimana yang diketahui prinsip belajar
memang kompleks tetapi dapat juga dianalisis dan diperinci dalam bentuk-bentuk
prinsip atau azas belajar sebagaimana yang dinyatakan oleh Oemar Hamalik
(2004:54) meliputi:
a. Belajar senantiasa bertujuan yang berkenaan dengan pengembangan perilaku
b. Belajar didasarkan atas kebutuhan dan motivasi tertentu
c. Belajar dilaksanakan dengan latihan daya-daya , membentuk hubungan
asosiasi, dan melalui penguatan
d. Belajar bersifat keseluruhan yang menitikberatkan pemahaman, berpikir kritis,
dan reorganisasi pengalaman
e. Belajar membutuhkan bimbingan, baik secara langsung oleh pembimbing
maupun melalui bantuan pengalaman pengganti
f. Belajar dipengaruhi oleh faktor dari dalam diri individu dan faktor luar diri
individu
g. Belajar sering dihadapkan kepada masalah dan kesulitan yang perlu
dipecahkan
h. Hasil belajar dapat ditransferka kedalam situasi lain.
Hamzah B. Uno (2008:184), menyampaiakan lima prinsip belajar,
yaitu:
a. Mengenali betul apa yang menarik untuk kita
Hal ini akan mempermudah mencari ragam informasi penting yang akan kita
pelajari. Tak ada seorangpun yang mampu memberikan informasi tentang apa
yang menarik untuk kita pelajari kecuali kita sendiri.
b. Kenalilah kepribadian diri sendiri
Mempelajari sesuatu yang sesuai dengan keinginana dan kepribadian kita
menjadi lebih mudah dilakukan,sebab, apapun yang akan kita pelajari dan
pahami, seringkali menjadi sia-sia jika ternyata tak sesuai dengan kepribadian
kia
c. Rekam semua informasi dalam kata.
Langkah yang paling mudah untuk memahami, mengingat dan mempelajari
sesuatu adalah dengan kata. Dengan demikian langkah yang paling mudah dan
bijaksana adalah apabila kita terbiasa merekam semua informasi itu dengan
cara menuliskannya kembali dalam bentuk apa saja.
d. Belajar bersama orang lain
Belajar dengan cara ini lebih ringan dan menyenangkan.
e. Hargai diri sendiri
Belajar memahami dan mnyerap informasi akan menjadi lebih terasa
bermanfaat dan berarti apabila kita menghargainya. Jadi, rencanakan apa yang
akan dipelajari dan dipahami.
Banyak mahasiswa yang telah belajar dengan giat tetapi usahanya itu
tidak memberikan hasil yang diharapkan, dan sering kali mengalami kegagalan,
bekerja keras belum tentu menjamin seseorang dapat belajar dengan berhasil. Di
samping itu seorang mahasiswa perlu memperhatikan syarat-syarat dapat belajar
secara efesien atau belajar dengan baik. Di antara syarat-syarat tersebut adalah
sebagai berikut: Kesehatan jasmani, badan yang sehat berarti tidak mengalami
gangguan penyakit dan seluruh fungsi badan berjalan dengan baik. Rohani yang
sehat, tidak berpenyakit syaraf, tidak mengalami gangguan emosional, senang dan
stabil Lingkungan yang tenang, tidak ribut, serasi bila mungkin jauh dari
keramaian dan gangguan lalu lintas dan tidak ada gangguan yang lainnya. Tempat
belajar menyenangkan, cukup udara, cukup matahari, penerangan yang memadai.
Tersedia cukup bahan dan alat-alat yang diperlukan, bahan-bahan dan alat-alat itu
menjadi sumber belajar dan alat sebagai pembantu belajar.
2. Prestasi Belajar
2.1.Pengertian Prestasi Belajar
Kemampuan intelektual mahasiswa sangat menentukan
keberhasilannya dalam memperoleh prestasi. Untuk mengetahui berhasil tidaknya
seseorang dalam belajar maka perlu dilakukan suatu evaluasi, tujuannya untuk
mengetahui prestasi yang diperoleh setelah proses belajar mengajar berlangsung.
Adapaun prestasi dapat diartikan sebagai hasil yang diperoleh karena adanya
aktivitas belajar yang telah dilakukan. Proses tersebut tidak akan terjadi apabila
tidak ada suatu yang mendorong pribadi yang bersangkutan. Prestasi belajar
merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar, karena kegiatan
belajar merupakan proses, sedangkan prestasi merupakan hasil dari proses belajar.
Memahami pengertian prestasi belajar secara garis besar harus bertitik tolak
kepada pengertian belajar itu sendiri. Untuk itu para ahli mengemukakan
pendapatnya yang berbeda-beda sesuai dengan pandangan yang mereka anut.
Namun dari pendapat yang berbeda itu dapat kita temukan satu titik persamaan.
Sehubungan dengan prestasi belajar, Poerwanto (1986:28) memberikan pengertian
prestasi belajar yaitu “hasil yang dicapai oleh seseorang dalam usaha belajar
sebagaimana yang dinyatakan dalam raport.”. Selanjutnya Winkel (1996:162)
mengatakan bahwa “prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau
kemampuan seseorang siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan
bobot yang dicapainya.” Sedangkan menurut S. Nasution (1996:17) prestasi
belajar adalah: “Kesempurnaan yang dicapai seseorang dalam berfikir, merasa dan
berbuat. Prestasi belajar dikatakan sempurna apabila memenuhi tiga aspek yakni:
kognitif, afektif dan psikomotor, sebaliknya dikatakan prestasi kurang memuaskan
jika seseorang belum mampu memenuhi target dalam ketiga kriteria tersebut.”
Prestasi belajar menurut Hamalik (1994: 45) adalah prestasi belajar yang berupa
adanya perubahan sikap dan tingkah laku setelah menerima pelajaran atau setelah
mempelajari sesuatu.
Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
prestasi belajar merupakan tingkat kemanusiaan yang dimiliki seseorang dalam
menerima, menolak dan menilai informasi-informasi yang diperoleh dalam proses
belajar mengajar. Prestasi belajar seseorang sesuai dengan tingkat keberhasilan
sesuatu dalam mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk nilai
setiap mata kuliah setelah mengalami proses belajar mengajar. Prestasi belajar
mahasiswa dapat diketahui setelah diadakan evaluasi. Hasil dari evaluasi dapat
memperlihatkan tentang tinggi atau rendahnya prestasi belajar .
2.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Belajar di Perguruan tinggi, sama halnya dengan belajar dalam arti
luas, bertujuan untuk terjadinya perubahan tingkah laku. Perubahan tingkah laku
akhir yang diharapkan adalah tercapainya pengetahuan, sehingga individu yang
bersangkutan mampu melaksanakan tugas atau kerja tertentu dengan baik.
Tingkah laku kecakapan dan keberhasilan seseorang dalam belajar disebut
prestasi. Untuk mencapai prestasi belajar sebagaimana yang diharapkan, maka
perlu diperhatikan beberapa faktor yang mempengaruhi belajar dan prestasi
belajar antara lain; faktor yang terdapat dalam diri individu (faktor intern), dan
faktor yang terdiri dari luar individu (faktor ekstern). Dalam kaitannya belajar di
perguruan tinggi, factor yang terutama mempengaruhi mahasiswa dalam mencapai
prestasi belajar adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu bersifat
biologis sedangkan faktor yang berasal dari luar diri individu antara lain adalah
faktor keluarga, kampus, masyarakat dan sebagainya.
a. Faktor Intern
Faktor intern adalah faktor yang timbul dari dalam diri individu itu sendiri,
adapun yang dapat digolongkan ke dalam faktor intern yaitu
kecedersan/intelegensi, bakat, minat dan motivasi, tingkat kecemasan dan
kesehatan.
1. Kecerdasan/intelegensi
Kecerdasan adalah kemampuan belajar disertai kecakapan untuk
menyesuaikan diri dengan keadaan yang dihadapinya. Kemampuan ini
sangat ditentukan oleh tinggi rendahnya intelegensi yang normal selalu
menunjukkan kecakapan sesuai dengan tingkat perkembangan sebaya.
Adakalanya perkembangan ini ditandai oleh kemajuan-kemajuan yang
berbeda antara satu orang dengan orang yang lainnya, sehingga seseorang
anak pada usia tertentu sudah memiliki tingkat kecerdasan yang lebih
tinggi dibandingkan dengan kawan sebayanya. Oleh karena itu jelas bahwa
faktor intelegensi merupakan suatu hal yang tidak diabaikan dalam
kegiatan belajar mengajar.
Dalam proses belajar di perguruan tinggi,factor kecerdasan
mahasiswa mempunyai hubungan yang positip dengan hasil belajar. Ini
berarti bahwa seseorang dengan taraf kecerdasan yang tinggi akan
mencapai prestasi belajar yang memuaskan.
Menurut Kartono (1995:1) kecerdasan merupakan “salah satu
aspek yang penting, dan sangat menentukan berhasil tidaknya studi
seseorang. Kalau seorang murid mempunyai tingkat kecerdasan normal
atau di atas normal maka secara potensi ia dapat mencapai prestasi yang
tinggi.”. Slameto (1995:56) mengatakan bahwa “tingkat intelegensi yang
tinggi akan lebih berhasil daripada yang mempunyai tingkat intelegensi
yang rendah.”. Muhibbin (1999:135) berpendapat mengenai intelegensi
yaitu “semakin tinggi kemampuan intelegensi seseorang siswa maka
semakin besar peluangnya untuk meraih sukses. Sebaliknya, semakin
rendah kemampuan intelegensi seseorang siswa maka semakin kecil
peluangnya untuk meraih sukses.”.Dapat disimpulkan pengertian
kecerdasan meliputi :
a. Kemampuan untuk mengemukakan masalah pada situasi baru secara
cepat dan berhasil guna (efektif)
b. Kemampuan untuk menggunakan konsep-konsep abstrak secara
berhasil guna
c. Kemampuan untuk mengerti adanya hubungan antara beberapa hal dan
untuk belajar secara cepat
2. Bakat
Dalam kaitannya bakat yang dimiliki oleh seseorang, dapat
dikatakan bahwa belajar pada bidang yang sesuai dengan bakat akan
memperbesar kemungkinan berhasilnya pendidikan tersebut. Bakat adalah
kemampuan tertentu yang telah dimiliki seseorang sebagai kecakapan
pembawaan. Ungkapan ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh
Ngalim Purwanto (1986:28) bahwa “bakat dalam hal ini lebih dekat
pengertiannya dengan kata attitude yang berarti kecakapan, yaitu
mengenai kesanggupan-kesanggupan tertentu.”. Kartono (1995:2)
menyatakan bahwa “bakat adalah potensi atau kemampuan kalau diberikan
kesempatan untuk dikembangkan melalui belajar akan menjadi kecakapan
yang nyata.” Menurut Syah Muhibbin (1999:136) mengatakan “bakat
diartikan sebagai kemampuan indivedu untuk melakukan tugas tanpa
banyak bergantung pada upaya pendidikan dan latihan.”
Dari pendapat di atas jelaslah bahwa tumbuhnya keahlian tertentu pada
seseorang sangat ditentukan oleh bakat yang dimilikinya sehubungan
dengan bakat ini dapat mempengaruhi tinggi rendahnya prestasi belajar
bidang-bidang studi tertentu. Dalam proses belajar terutama belajar
keterampilan, bakat memegang peranan penting dalam mencapai suatu
hasil akan prestasi yang baik. Apalagi seorang dosen atau orang tua
memaksa anaknya untuk melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan
bakatnya maka akan merusak keinginan anak tersebut.
3. Minat
Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan
dan mengenai beberapa kegiatan. Kegiatan yang dimiliki seseorang
diperhatikan terus menerus yang disertai dengan rasa sayang. Menurut
Winkel (1996:24) minat adalah “kecenderungan yang menetap dalam
subjek untuk merasa tertarik pada bidang/hal tertentu dan merasa senang
berkecimpung dalam bidang itu.” Selanjutnya Slameto (1995:57)
mengemukakan bahwa minat adalah “kecenderungan yang tetap untuk
memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan, kegiatan yang diminati
seseorang, diperhatikan terus yang disertai dengan rasa sayang.”.
Prestasi belajar erat hubungannya dengan minat mahasiswa
terhadap bidang pendidikan yang dimasukinya. Seseorang yang tidak
berminat mempelajari sesuatu tidak dapat diharapkan akan berhsil
mempelajarinya dengan baik. Misalkan calon mahasiswa yang berminat
pada bidang keperawatan dan tidak menyukai masalah kimia, maka dia
akan kesulitan dan dapat diramalkan tidak akan berhasil dengan baik
mencapai tujuan akhir studinya.
Materi kuliah yang menarik minat mahasiswa lebih mudah
dipelajari dan disimpan karena minat menambah kegiatan belajar. Untuk
menambah minat seorang mahasiswa di dalam menerima pelajaran di
kampus diharapkan dapat mengembangkan minat untuk melakukannya
sendiri. Minat belajar yang telah dimiliki siswa merupakan salah satu
faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajarnya. Apabila seseorang
mempunyai minat yang tinggi terhadap sesuatu hal maka akan terus
berusaha untuk melakukan sehingga apa yang diinginkannya dapat
tercapai sesuai dengan keinginannya.
Berdasarkan pendapat di atas, jelaslah bahwa minat mahasiswa
besar pengaruhnya terhadap prestasi belajar
4. Motivasi
Motivasi dalam belajar adalah faktor yang penting karena hal
tersebut merupakan keadaan yang mendorong tingkah laku individu untuk
mencapai tujuan belajar. Persoalan mengenai motivasi dalam belajar
adalah bagaimana cara mengatur agar motivasi dapat ditingkatkan.
Demikian pula dalam kegiatan perkuliahan seorang mahasiswa akan
berhasil jika mempunyai motivasi untuk belajar. Tanpa motivasi yang kuat
seseorang akan sulit mencapai keberhasilan dalam belajar. Nasution
(1995:73) mengatakan motivasi adalah “segala daya yang mendorong
seseorang untuk melakukan sesuatu.” Sedangkan Sardiman (1992:77)
mengatakan bahwa “motivasi adalah menggerakkan siswa untuk
melakukan sesuatu atau ingin melakukan sesuatu.”. Dalam
perkembangannya motivasi dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu (a)
motivasi instrinsik dan (b) motivasi ekstrinsik. Motivasi instrinsik adalah
motivasi yang bersumber dari dalam diri seseorang yang atas dasarnya
kesadaran sendiri untuk melakukan sesuatu pekerjaan belajar. Sedangkan
motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang datangnya dari luar diri
seseorang yang menyebabkan seseorang tersebut melakukan kegiatan
belajar. Dalam memberikan motivasi seorang dosen harus berusaha
dengan segala kemampuan yang ada untuk mengarahkan perhatian
mahasiswa kepada sasaran tertentu. Dengan adanya dorongan ini dalam
diri mahasiswa akan timbul inisiatif dengan alasan mengapa ia menekuni
mata kuliah tersebut. Untuk membangkitkan motivasi kepada mereka
supaya dapat melakukan kegiatan belajar dengan kehendak sendiri dan
belajar secara aktif.
5. Kecemasan
Prestasi akan mencapai hasil yang baik pada tingkat kecemasan
yang sedang. Terlalu tinggi atau terlalu rendah tingkat kecemasan
seseorang akan menghambat proses belajar yang terjadi. Oleh karenanya
untuk mencapai prestasi belajar yang baik dibutuhkan tingkat kecemasan
sedang.
6. Kesehatan
Yang dimaksud disini adalah sehat fisik dan psikis. Orang yang
berbadan sehat tentu lebih baik dalam belajar dari pada orang sakit.
Namun kesehatan badan ini harus diimbangi dengan kesehatan psikis yang
baik. Kesehatan psikis atau kesehatan mental merupakan faktor yang
sangat besar perannya dalam pencapaian prestasi belajar yang memuaskan.
Adanya gangguan atau hambatan mental atau kejiwaan seseorang akan
sangat mempengaruhi keberhasilan belajar.
b. Faktor Ekstern
Faktor ekstern adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
prestasi belajar yang sifatnya dari luar diri individu, yaitu beberapa
pengalaman-pengalaman, keadaan keluarga, lingkungan kampus dan
lingkungan sosial (masyarakat). . Pengaruh lingkungan ini pada umumnya
bersifat positif dan tidak memberikan paksaan kepada individu. Menurut
Slameto (1995:60) faktor ekstern yang dapat mempengaruhi belajar adalah
“lingkungan keluarga, keadaan kampus dan lingkungan masyarakat.”
1. Lingkungan Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan terkecil dalam masyarakat tempat
seseorang dilahirkan dan dibesarkan. Pada dasarnya keberhasilan belajar
seseorang di kampus berkaitan erat dengan tidak adanya gangguan atau
hambatan emosional yang berhubungan dengan relasi yang terjadi antara
dirinya dan keluarga atau orang yang terdekat dengan dirinya. Gangguan
emosi sering dalam bentuk ketegangan, konflik yang dirasa individu dan
sering tercermin dalam tingkah lakunya. Hal ini menyebabkan individu
kurang perhatian penuh pada saat kuliah, konsentrasi menurun dan
prestasipun menurun. Mereka kurang berprestasi meskipun secara
potensial dia cerdas. Sebaliknya hubungan yang baik pada keluarga atau
orang terdekat, suasana hangat, banyak memperoleh kesempatan dan
rangsangan intelektual akan dapat meningkatkan prestasi belajarnya.
Sebagaimana yang dijelaskan oleh Slameto bahwa: “Keluarga adalah
lembaga pendidikan pertama dan utama. Keluarga yanng sehat besar
artinya untuk pendidikan kecil, tetapi bersifat menentukan dalam ukuran
besar yaitu pendidikan bangsa, negara dan dunia.” Adanya rasa aman
dalam keluarga sangat penting dalam keberhasilan seseorang dalam
belajar. Rasa aman itu membuat seseorang akan terdorong untuk belajar
secara aktif, karena rasa aman merupakan salah satu kekuatan pendorong
dari luar yang menambah motivasi untuk belajar. Dalam hal ini Hasbullah
(1994:46) mengatakan: “Keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang
pertama, karena dalam keluarga inilah anak pertama-tama mendapatkan
pendidikan dan bimbingan, sedangkan tugas utama dalam keluarga bagi
pendidikan anak ialah sebagai peletak dasar bagi pendidikan akhlak dan
pandangan hidup keagamaan.” Oleh karena itu orang tua hendaknya
menyadari bahwa pendidikan dimulai dari keluarga. Sedangkan sekolah
merupakan pendidikan lanjutan. Peralihan pendidikan informal ke
lembaga-lembaga formal memerlukan kerjasama yang baik antara orang
tua dan dosen sebagai pendidik dalam usaha meningkatkan hasil belajar
anak. Perhatian orang tua dapat memberikan dorongan dan motivasi
sehingga anak dapat belajar dengan tekun. Karena anak memerlukan
waktu, tempat dan keadaan yang baik untuk belajar. Dalam keluarga
individu mempunyai kesempatan menjalani pendidikan secara bertahap
sebagai hasil bentuk hubungna sejak lahir. Rismiyati E Kusman (2003:10)
menyimpulkan faktor keluarga yang berpengaruh pada prestasi belajar
meliputi:
a. Tekanan prestasi, yaitu tuntutan orang tua terhadap pendidikan
anaknya, minat mereka pada pengetahuan, serta standar hadiah bagi
mereka yang berhasil dalam pendidikannya.
b. Model bahasa, yaitu kualitas bahasa orang tua dan standar yang dibuat
untuk cara berbicara anak.
c. Bimbingan akademis, yaitu kualitas bimbingan serta bantuan yang
diberikan orang tua di rumah
d. Aktivitas di rumah, berkaitan dengan stimulasi yang tersedia di rumah.
e. Intelektualitas di rumah, yaitu minat-minat intelektual dan aktivitas
intelektual
f. Kebiasaan kerja dalam kaitannya dengan penggunaan ruang dan
waktu yang teratur di rumah.
2. Keadaan kampus
Kampus merupakan lembaga pendidikan formal yang sangat
penting dalam menentukan keberhasilan belajar mahasiswa, karena itu
lingkungan kampus yang baik dapat mendorong untuk belajar yang lebih
giat. Keadaan kampus ini meliputi daya tampung peserta didik, lingkungan
fisik yang memadai, cara penyajian perkuliahan, hubungan dosen dengan
mahasiswa, media pembelajaran, kurikulum dan kehadiran dosen akan
mempengaruhi mahasiswa dalam menerima materi pembelajaran.
Lingkungan kampus yang tidak menyenangkan akan membuat mahasiswa
malas belajar yang tentunya akan mempengaruhi prestasi belajarnya juga.
Hubungan antara dosen dan mahasiswa yang kurang baik akan
mengakibatkan seseorang tidak senang pada dosen dan tidak menyukai
segala sesuatu yang berhubungan dengan dosen tersebut. Termasuk
perkuliahan yang diajarkannya sehingga ini akan mempengaruhi hasil-
hasil belajarnya. Menurut Kartono (1995:6) mengemukakan “guru dituntut
untuk menguasai bahan pelajaran yang akan diajarkan, dan memiliki
tingkah laku yang tepat dalam mengajar.” Oleh sebab itu, dosen juga
dituntut untuk menguasai bahan perkuliahan yang disajikan, dan memiliki
metode yang tepat dalam mengajar.
3. Lingkungan Masyarakat
Di samping orang tua, lingkungan masyarakat juga merupakan
salah satu faktor yang tidak sedikit pengaruhnya terhadap hasil belajar
seseorang dalam proses pelaksanaan pendidikan karena lingkungan sosial
berpengaruh relatif besar terhadap perkembangan proses belajar
mahasiswa. Perkembangan kecerdasan seseorang misalnya dipengaruhi
oleh lingkungan sosial karena lingkungan sosial dalam hal ini turut
membentuk proses belajar dan cara berpikir seseorang. Mereka yang hidup
di masyarakat dengan sosial ekonomi rendah akan cenderung bersifat
”malnutrition” yang berakibat pada prestasi belajarnya. Karena merasa
kekurangan mereka berkembang menjadi orang yang selalu mengarahkan
dirinya pada hal yang bersifat material. Pemuasan kebutuhan rasa lapar
dirasa lebih penting dari pada perkembangan intelektual sehingga mereka
akan terhambat dari segi material, fisik dan mental, yang akhirnya
berpengaruh pada prestasi belajarnya. Lingkungan alam sekitar sangat
besar pengaruhnya terhadap perkembangan pribadi seseorang, sebab
dalam kehidupan akan lebih banyak bergaul dengan lingkungan dimana
dia itu berada.
Lingkungan masyarakat sekitar baik di rumah maupun tempat kost
berpengaruh pada pola belajar mahasiswa. Apabila seseorang berada di
lingkungan sesama mahasiswa , yang rajin belajar, maka dia akan
terangsang untuk rajin belajar. Sebaliknya jika orang-orang di lingkungan
sekitarnya merupakan kumpulan orang-orang yang bukan pelajar,
misalnya adalah pekerja atau bahkan pengangguran,maka hal ini akan
mempengaruhi pola belajar mahasiswa,.
Dengan demikian dapat dikatakan lingkungan membentuk
kepribadian seseorang, karena dalam pergaulan sehari-hari seseorang akan
selalu menyesuaikan dirinya dengan kebiasaan-kebiasaan lingkungannya.
Oleh karena itu, apabila seorang mahasiswa bertempat tinggal di suatu
lingkungan temannya yang rajin belajar maka kemungkinan besar hal
tersebut akan membawa pengaruh pada dirinya, sehingga ia akan turut
belajar sebagaimana temannya.
C. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang
telah dilakukan oleh Tri Minarni dengan judul .”Pengaruh Disiplin dan
lingkungan Belajar Terhadap Prestasi Belajar Mata Pelajaran Ekonomi siswa
kelas VIII Semester I SMP Negeri11 Semarang Tahun ajaran 2004/2005” Hasil
penelitian tersebut adalah disiplin dan lingkungan belajar berpengaruh positif dan
signifikan terhadap prestasi belajar. Besarnya pengaruh secara simultan atau
bersama-sama dari disiplin belajar dan lingkungna belajar terhadap prestasi
belajar mata pelajaran ekonomi yaitu sebesar 57,8%. Diantara disiplin dan
lingkungan belajar yang memberikan pengaruh paling besar terhadap prestasi
belajar mata pelajaran ekonomi secara parsial adalah disiplin belajar yaitu sebesar
25,50%., sedangkan lingkungan belajar lebih kecil pengaruhnya yaitu sebesar
18,57%.
Penelitian lain yang relevan dengan judul ” Pengaruh Motivasi Belajar,
Persepsi siswa tentang metode mengajar guru dan lingkungan belajar di sekolah
terhadap Prestasi Belajar Ekonomi-Akuntansi pada siswa kelas XI IPS semester
ganjil SMAN 1 Sumberjaya Lampung Barat Tahun Pelajaran 2008/2009” oleh
Emi Tusaida,2009. Hasil Penelitian tersebut adalah berdasar uji statsistik
menggunakan uji regresi dapat diketahui bahwa ada pengaruh yang positip antara
motivasi belajar siswa, persepsi siswa tentang metode mengajar guru dan
lingkungan belajar di sekolah terhadap prestasi belajar ekonomi-akuntansi siswa
kelas XI IPS semester ganjil SMAN 1 Sumberjaya Lampung Barat Tahun
Pelajarn 2008/2009, dengan F hitung > F tabel yaitu 53,281 > 2,71 maka hipotesis
diterima. Dengan kata lain motivasi belajar siswa, persepsi siswa tentang metode
mengajar guru dan lingkungan belajar di sekolah berpengaruhterhadap prestasi
belajar ekonomi-akuntansi siswa kelas XI IPS semester ganjil SMAN 1
Sumberjaya Lampung Barat Tahun Pelajarn 2008/2009
D. Kerangka Berpikir
Belajar merupakan suatu usaha yang dilakukan secara sadar oleh
manusia untuk mencapai perubahan. proses atau usaha yang dilakukan seseorang
untuk mencapai perubahan. Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan
seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya.
Prestasi belajar merupakan cerminan dari hasil kegiatan belajar mahasiswa
dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik faktor yang berasal dari dalam diri
individu maupun yang berasal dari luar diri individu. Faktor dari dalam diri
individu seperti kecerdasan, bakat, minat, motivasi, kecemasan, kesehatan, dan
perhatian sedangkan faktor yang berasal dari luar diri individu seperti, lingkungan
keluarga, lingkungan kampus dan lingkungan masyarakat. Kedua faktor tersebut
sangat mempengaruhi prestasi belajar mahasiswa.
Faktor utama dari dalam diri seseorang yang mempengahi belajar adalah
motivasi dan minat. Motivasi merupakan faktor utama yang harus ada dalam
belajar. Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan
daya penggerak dalam diri mahasiswa yang menimbulkan kegiatan belajar.
Motivasi akan menentukan berhasil atau tidaknya kegiatan belajar mahasiswa.
Untuk itu agar dapat mencapai prestasi belajar yang optimal, mahasiswa harus
memiliki motivasi belajar yang tinggi.
Seseorang yang mempunyai motivasi belajar yang tinggi dapat
diketahui pada saat ia mengikuti perkuliahan, seperti adanya minat untuk belajar
reaksi kimia, tekun dalam mengerjakan tugas, senang memecahkan soal-soal, ulet
dalam mengatasi kesulitan belajar. Motivasi belajar agar dapat aktif dan berfungsi
dengan baik membutuhkan dukungan yang kondusif dari lingkungan sekitarnya.
Minat dan motivasi adalah dua hal yang tak dapat dipisahkan.
Keduanya mempunyai hubungan yang sangat erat. Adanya minat terhadap bidang
ilmu analis farmasi dan makanan maka akan mendorong mahasiswa tersebut
untuk mempelajari lebih tekun mengenai bidang ilmu tersebut. Sebaliknya
motivasi yang ada dapat menumbuhkan minat baru yaitu mempelajari ilmu
farmasi secara lebih mendalam.
Lingkungan belajar adalah lingkungan yang memberikan pengaruh
yang sangat besar terhadap prestasi belajar mahasiswa. Lingkungan belajar
meliputi lingkungan keluarga, lingkungan kampus serta lingkungan masyarakat.
Lingkungan keluarga merupakan lingkungan yang utama bagi
mahasiswa. Di lingkungan keluarga terjadi banyak interaksi, terutama dengan
orang tua. Pendidikan dan teladan dari orang tua yang baik sangat diperlukan.
Selain itu orang tua harus dapat menciptakan kondisi yang harmonis dalam
keluarga seperti menciptakan hubungan yang harmonis antar anggota keluarga,
sehingga perasaan nyaman dan tentram bagi mahasiswa akan membawa pada
kondisi mental yang baik untuk belajar dan seorang mahasiswa akan lebih baik
dalam konsentrasi belajarnya..
Di kampus mahasiswa akan menerima perkuliahan dan berinteraksi
dengan anggota masyarakat kampus lainnya misalnya dosen, karyawan, maupun
pimpinan kampus. Kampus merupakan tempat belajar formal dengan seperangkat
aturan-aturannya. Apabila kampus berhasil menciptakan situasi belajar yang
kondusif, hubungan dan komunikasi yang baik antar warga kampus, metode
pembelajaran yang aktif, penyediaan fasilitas yang memadai, serta mahasiswa
yang tertib dan disiplin maka akan mendorong mahasiswa untuk belajar dan
berkompetensi dalam pembelajaran dengan baik sehingga hasil belajar menjadi
lebih baik pula.
Proses pembelajaran tidak hanya terjadi di kampus dan keluarga saja,
melainkan lingkungan masyarakat di sekitarnya turut memebentuk kepribadian
seseorang sehingga turut menentukan sikap terhadap proses belajar yang secara
langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi prsetasi belajar mahasiswa
Berdasarkan uraian diatas, maka kerangka berfikir dalam penelitian ini
dapat disederhanakan menjadi :
Keterangan :
= Diteliti ----------- = Tidak diteliti
E. Hipotesis
Hipotesis dalam penalitian ini adalah :
1. Ada pengaruh motivasi terhadap prestasi belajar mahasiswa Akafarma
Sunan Giri Ponorogo
2. Ada pengaruh minat terhadap prestasi belajar mahasiswa Akafarma Sunan
Giri Ponorogo
3. Ada pengaruh antara lingkungan belajar terhadap prestasi belajar
mahasiswa Akafarma Sunan Giri Ponorogo
4. Ada pengaruh antara motivasi, minat dan lingkungan belajar terhadap
prestasi belajar mahasiswa Akafarma Sunan Giri Ponorogo
PRESTASI BELAJAR
MOTIVASI
MINAT
LINGKUNGAN BELAJAR
INTELEGENSI
KESEHATAN
BAKAT
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini digunakan untuk menjelaskan hubungan dua variabel
yaitu variabel bebas yang meliputi Motivasi belajar (X1) , Minat (X2), Lingkungan
belajar (X3), dengan variabel terikat yaitu prestasi belajar (Y)., maka jenis
penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dengan jenis asosiatif, karena peneliti
ingin mengetahui ada tidaknya pengaruh antara variabel-variabel melalui
pengujian hipotesa yang telah dirumuskan. Untuk memprediksi besarnya variasi,
bentuknya hubungan dan menentukan arah dan besarnya pengaruh antar variabel
bebas dengan variabel terikat menggunakan tehnik analisis regresi.
B. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Akafarma Sunan Giri Ponorogo. Alasan
penelitian tersebut adalah merupakan tempat peneliti mengabdikan ilmunya,
dengan harapan hasil penelitian ini akan berguna untuk pengembangan instiusi
dan peneliti.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian (Arikunto, 2002:108)
Populasi adalah keseluruhan data yang menjadi perhatian kita dalam suatu ruang
lingkup dan waktu yang kita tentukan (Margono, 2003:118).Populasi adalah
wilayah generalisasi yang terdiri atas subyek/obyek yang mempunyai karakteristik
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya
(Sugiyono 2002:57).
Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa Akafarma Sunan Giri
Ponorogo yang terdiri dari 2 angkatan dengan jumlah 50 mahasiswa
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi. Menurut Last, 2001 (dalam Bhisma murti,2006:49) sampel merupakan
sebuah subset yang dicuplik dari populasi, yang akan diamati atau diukur peneliti .
3. Tehnik Sampling
Tehnik sampling yang digunakan dalam penentuan sampel pada penelitian
ini adalah dengan Exhaustive Sampling Pada penelitian ini seluruh populasi
sumber digunakan sebagai sampel. Hal ini dikarenakan untuk menghindari
timbulnya persepsi diskriminasi terhadap kelompok tertentu yang diteliti.
D. Metode Pengumpulan Data
1 Metode Angket/ Kuesioner
Angket atau kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan
untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya
atau hal-hal yang ia ketahui (Arikunto, 2002:128).
Dalam penelitian ini angket digunakan utuk memperoleh data tentang
motivasi belajar, minat, lingkungan belajar. Angket yang digunakan adalah angket
langsung dan tertutup.
2 Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah mencari data hal atau variabel yang berupa
catatan, transkrip, buku surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda dan
lain sebagainya.
Metode ini digunakan untuk memperoleh data Indeks Prestasi Semester
tiap mahasiswa yaitu dari kartu Hasil Studi (KHS) pada semester genap..
E. Definisi Operasional
1. Motivasi Belajar adalah keseluruhan daya penggerak didalam diri mahasiswa
yang menimbulkan kegiatan belajar menjamin kelangsungan dan memberikan
arah pada kegiatan belajar sehingga tujuan yang dikehendaki dapat tercapai.
Motivasi itu meliputi: rasa ingin tahu, merasa adanya kesesuaian dengan
kebutuhan, adanya kepercayaan diri akan kemampuannya serta adanya
kepuasan tersendiri bila mampu menyelesaikan tugas dengan baik,.
Indikator-indikator motivasi belajar:
1. Tekun dalam menghadapi tugas
2. Adanya ketertarikan dengan perkuliahan
3. Senang memecahkan soal-soal dan latihan
4. Ulet dalam mengatasi kesulitan belajar
2. Minat Belajar adalah perhatian khusus terhadap suatu bidang ilmu yang
tercipta dengan penuh kemauan, yang dapat mendorong kemauan belajar
karena adanya rasa ketertarikan, kesenangan dan adanya harapan yang tinggi
terhadap ilmu tersebut.
Indikator-indikator minat belajar:
1. Adanya perhatian terhadap perkuliahan
2. Adanya ketertarikan dengan perkuliahan
3. Adanya harapan yang tinggi terhadap perkuliahan
4. Adanya kebanggaan/kepuasan yang berorientasi pada keberhasilan
3. Lingkungan Belajar atau lingkungan pendidikan adalah berbagai faktor yang
berasal dari luar individu yang berpengaruh terhadap proses pembelajaran atau
pendidikan. Faktor-faktor tersebut meliputi Faktor keluarga, kampus dan
masyarakat.
Indikator-indikator Lingkungan Belajar adalah:
1. Cara orang tua mendidik
2. Keadaan ekonomi keluarga
3. hubungan antar anggota keluarga
4. pengertian orang tua
5. Kedisiplinan Kampus
6. Hubungan Mahasiswa dan Mahasiswa
7. Hubungan Mahasiswa dengan dosen
8. Keadaan Gedung dan suasana perkuliahan
9. Kegiatan mahasiswa dalam masyarakat
10. Bentuk kehidupan masyarakat di sekitar tempat tinggal mahasiswa
11. Teman bergaul Mahasiswa
4. Prestasi belajar adalah hasil belajar berupa Indeks Prestasi Semester (IP) tiap
semester .
F. Instrumen penelitian
1. Penyusunan Instrumen
Instrumen penelitian merupakan alat atau fasilitas yang digunakan oleh
peneliti dalam mengumpulkan data supaya pekerjannya lebih mudah dan hasilnya
lebih baik dalam arti lebih cermat, lengkap, obyektif, dan sistematis. Kuesioner
merupakan alat ukur yang tepat karena data yang dihasilkan realtif obyektif dan
konstan serta dapat untuk mengukur aspek psikososial, dapat digunakan dalam
jumlah sampel banyak dan relatif murah. Untuk mengetahui variabel independen
tentang motivasi, minat dan lingkungan belajar menggunakan alat pengukuran
kuesioner, yaitu sejumlah prtanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh
informasi dari responden
a. Dokumentasi
Alat yang digunakan untuk mengukur prestasi belajar mahasiswa adalah
Indeks Prestasi Semester Genap .
b.Angket
Angket digunakan untuk mengukur motivasi, minat, lingkungan belajar
menggunakan sekala linkert, melalui jawaban responden terhadap pertanyaan-
pertanyaan dan alternatif jawaban yang tersedia tentang motivasi, minat,
lingkungan belajar. Pemberian skor untuk pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah
1 dan nilai tertinggi 5 setiap pertanyaan dengan kategori sebagai berikut:
Tingkat Pencapaian Skor
12. STS (Sangat Tidak Setuju) 13. TS ( Tidak Setuju) 14. R (Ragu-ragu) 15. S (Setuju) 16. SS (Sangat Setuju)
1 2 3 4 5
Rekapitulasi skor yang diberikan mahasiswa terhadap pertanyaan-
pertanyaan dalam angket motivasi, minat, lingkungan belajar dibuat dengan
ketentuan sebagai berikut:
1. Untuk pertanyaan dengan kriteria positip:
Tingkat Pencapaian Skor
1. STS (Sangat Tidak Setuju) 2. TS ( Tidak Setuju) 3. R (Ragu-ragu) 4. S (Setuju) 5. SS (Sangat Setuju)
1 2 3 4 5
2. Untuk pertanyaan dengan kriteria negatip:
Tingkat Pencapaian Skor
1. STS (Sangat Tidak Setuju) 2. TS ( Tidak Setuju) 3. R (Ragu-ragu) 4. S (Setuju) 5. SS (Sangat Setuju)
5 4 3 2 1
3. Menghitung skor rata-rata gabungan dari kriteria positip dan negatip tiap
kondisi, kemudian menentukan kategorinya dengan ketentuan skor rata-rata :
Skor rata-rata Kategori
1. 1.00-1.49 2. 1.50-2.49 3. 2.50-3.49 4. 3.50-4.49 5. 4.50-5.00
Sangat Kurang Kurang Tinggi Cukup Tinggi Tinggi Sangat Tinggi
2. Uji Kualitas Angket Penelitian
Sebelum mengambil data penelitian, maka instrumen perlu diuji terlebih
dahulu. Instrumen ini akan diujicobakan pada mahasiswa semester I (satu)
sebanyak 30 orang. Langkah-langkah dalam uji coba angket adalah sebagai
berikut :
a. Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan
atau kesahihan suatu instrumen. Instrumen dikatakan valid apabila mampu
mengukur apa yang diinginkan (Arikunto, 2002:144). Untuk mengetahui validitas
tiap item dari instrumen dengan menggunakan rumus korelasi yang dikemukakan
oleh Pearson yang dikenal dengan rumus korelasi Product Moment, yaitu:
N ∑XY – (∑X)( ∑Y)
r xy =
√{(N∑X2-(∑X)2}{N∑Y2-(∑Y) 2}
Keterangan:
r = koefisien korelasi antar skor item dengan total item
X = Skor pertanyaan
Y = Skor total
N = jumlah responden
(Suharsimi Arikunto, 2002:71)
Kriteria pengukuran yaitu dengan membandingkan antara r hitung dengan r
tabel. Pengukuran dinyatakan valid jika r hitung> r tabel. Pada penelitian ini
penghitungan dilakukan secara komputasi dengan program SPSS 11.5 for
Windows.
b. Reliabilitas
Uji reliabilitas digunakan untuk menguji sejauh mana alat ukur relatif
konsisten apabila pengukuran diulang dua kali atau lebih. Reliabilitas
menunjukkan bahwa suatu instrumen dapat dipercaya sebagai alat pengumpul
data. Untuk menguji reliabilitas angket dalam penelitian ini digunakan rumus
koefisien alpha Cronbach dengan rumus:
k ∑ Si2
r 1= 1-
k-1 St2
Keterangan:
k = banyaknya item
∑ Si = jumlah varian item
St = varian total
Rumus varian total dan varian item.
JKi JKs Si2 = - n n
Keterangan:
Jki = Jumlah seluruh skor
JKs = Junmlah kuadrat subyek
Setelah harga r1 diketahui, kemudian diinterpretasikan dengan indeks
korelasi : 0,800 < r1 ≤1,00 berarti sangat tinggi; 0,600 < r1 ≤ 0,800 berarti tinggi;
0,400 < r1 ≤ 0,600 berarti cukup; 0,200 < r1 ≤ 0,400 berarti rendah; 0,00 < r1 ≤
0,2000 berarti sangat rendah. Ada kriteria lain yang menyatakan bahwa jika r1
lebih besar dari rtabel pada n (jumlah responden) dan α= 5 % dikatakan instrumen
tersebut reliabel.
Pada penelitian ini penghitungan dilakukan secara komputasi dengan
program SPSS 11.5 for Windows.
G. Tehnik Analisis Data
Tehnik analisis data adalah suatu tehnik yang digunakan untuk mengolah
hasil penelitian guna memperoleh suatu kesimpulan. Penghitungan analisa data
dilakukan secara komputasi dengan program SPSS 11.5 for Windows Tehnik
analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah:
1. Uji Prasyarat Analisis
Sebelum uji hipotesis, maka terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat
analisis. Adapun uji prasyarat yang dipakai dalam penelitian ini meliputi uji
normalitas, uji linieritas ,dan uji multikolinieritas.
a. Uji Normalitas
Dalam uji ini mempunyai tujuan untuk mengetahui normal tidaknya
distribusi data masing-masing variabel. Apabila data terdistribusi normal, maka
pada pengujian hipotesis penelitian ini dapat digunakan statistik parametrik, yaitu
analisa regresi, sebaliknya apabila tidak terdistribusi normal dapat digunakan
statistik non parametrik seperti korelasi rank spearman. Uji normalitas dalam
penelitian ini menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov dengan perhitungan
komputasi SPSS 11,5 for Windows. Uji Kolmogorov-Smirnov memusatkan
perhatian pada penyimpangan atau deviasi maksimum. Normalitas dipenuhi jika
hasil uji tidak signifikan untuk taraf signifikan tertentu (α = 0,05). Sebaliknya jika
hasil uji signifikan, maka normalitas tidak terpenuhi. Cara mengetahui signifikan
atau tidak signifikan hasil uji normalitas adalah dengan memperhatikan bilangan
pada kolom Signifikansi (Sig).apabila harganya lebih besar dari 0.05 maka
dikatakan data terdistribusi secara normal.
b. Uji Linieritas
Uji linieritas bertujuan untuk mengetahui linier atau tidaknya
hubungan antara variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y) dapat dilihat dengan
persamaan regresi yang dibentuk oleh setiap variabel-variabel bebas dan variabel
terikat. Antara variabel bebas dan terikat dikatakan mempunyai hubungan yang
linier apabila kenaikan skor variabel bebas diikuti oleh kenaikan skor variabel
terikat.
Uji statistik yang digunakan adalah uji F dengan rumus sebagai
berikut:
RKKetidaksamaan F = RKError
Keterangan : RKKetidaksamaan = Kuadrat rerata ketidaksamaan
RKError = Kuadrat rerata error
Untuk interprestasinya, jika F hitung lebih kecil atau sama dengan dari
F tabel maka berarti hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat adalah
linier, namun jika F hitung lebih besar dari F tabel maka berarti hubungan antara
variabel bebas dan terikat bersifat tidak linier.
Uji Linieritas regresi pada penelitian ini menggunakan perhitungan
komputasi SPSS 11,5 for windows. Kriteria yang digunakan adalah jika harga
Signifikansi diatas 0.05 maka dikatakan regresi tersebut linier, sebaliknya apabila
signifikansi yang didapat kurang atau sama dengan 0.05 maka regresi tersebut
tidak linier
c. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas dilakukan sebagai syarat digunakan analisis
regresi ganda. Multikolinieritas adalah suatu keadaan dimana terdapat hubungan
linier yang sempurna antara variabel-variabel penjelasnya. Uji ini berfungsi untuk
mengetahui sejauh mana hubungan antar variabel bebas. Menurut Algifari
(2000:840), apabila diantara variabel bebas terjadi multikolinieritas berarti
diantara variabel bebas itu sendiri saling berkorelasi sehingga dalam hal ini sangat
sulit untuk mengetahui variabel bebas mana yang mempengaruhi variabel terikat.
Jika terjadi multikolinieritas antar variabel bebas maka untuk
persyaratan uji regresi linier berganda tidak dapat dilanjutkan, sebaliknya jika
tidak terjadi multikolinieritas antar variabel bebas maka uji regresi linier berganda
dapat dilanjutkan.
Menguji terjadi tidaknya multikolinieritas antar variabel bebas
dilakukan dengan menyelidiki besarnya interkorelasi antar variabel bebas, untuk
itu digunakan tehnik korelasi product moment
Uji ini menggunakan korelasi product moment dengan rumus:
N ∑XY – (∑X)( ∑Y)
r xy =
√{(N∑X2-(∑X)2}{N∑Y2-(∑Y) 2}
Keterangan:
r = koefisien korelasi antar skor item dengan total item
X = Skor pertanyaan
Y = Skor total
N = jumlah responden
(Suharsimi Arikunto, 2002:71)
Jika harga interkorelasi antar variabel bebas sangat tinggi atau
mendekati satu, maka antar variabel bebas tersebut cenderung terjadi
multikolinieritas, sedangkan menurut Suharsimi Arikunto (1996:528), korelasi itu
tinggi apabila berada pada 0,800 -1,00.sehingga jika harga interkorelasi antar
variabel bebas lebih kecil dari 0,800 berarti antar variabel bebas cenderung tidak
terjadi multikolinieritas.
Pada penelitian ini pengujian adanya multikolinieritas dilakukan
dengan perhitungan berdasar komputasi dengan program SPSS 11.5 for Windows.
Pengujian kemungkinan adanya ini dapat dilakukan dengan melihat nilai VIF
pada masing-masing variable bebasnya. Jika nilai VIFnya lebih kecil dari 10,
maka tidak ada kecenderungan terjadinya multikoliner.
2. Uji Hipotesis
Semua uji pada penelitian ini dilakukan penghitungan secara
komputasi dengan program SPSS 11.5 for Windows.
2.1. Uji Regresi Linier Berganda
Model analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah regresi linier
berganda. Dalam penelitian ini terdapat empat variabel, yaitu tiga variabel bebas
yang terdiri dari motivasi belajar (X1), minat (X2), dan lingkungan belajar (X3)
serta satu variabel terikat, yaitu prestasi belajar (Y). Setelah data terkumpul
selanjutnya akan dilakukan analisis data dengan menggunakan analisis regresi tiga
prediktor. Analisis regresi dalam penelitian ini akan digunakan untuk mengukur
pengaruh motivasi, minat dan lingkungan belajar terhadap prestasi belajar
mahasiswa Akafarma Sunan Giri Ponorogo tahun akademi 2009/2010.
Persamaan garis regresi linier berganda dalam penelitian ini adalah:
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3
Keterangan:
Y = Prestasi Belajar Mahasiswa
b1 = koefisien regresi motivasi belajar
b2 = koefisien regresi minat
b3 = koefisien regresilingkungan belajar
a = konstanta
2.2. Uji F atau Uji Simultan
Uji F dilakukan untuk mengetahui pengaruh semua variabel bebas
secara bersama-sama terhadap variabel terikat. Nilai F hitung dapat dicari dengan
rumus:
Rk reg F Reg = Rk Res
Keterangan:
F Reg = harga bilangan F untuk garis regresi
Rk Reg = rata-rata kuadrat regresi
Rk res = rata-rata kuadrat residu
Untuk memudahkan penghitungan bilangan F, maka dibuat tabel
rangkuman analisis regresi sebagai berikut:
Ringkasan Analisis Regresi;
Sumber variasi Db Jk Rk Freg
Regresi Residu
m N-(m+1)
R2(∑Y2) (1-R2)( ∑Y2)
Jk/Db Rkreg/Rkres
Total n-1 ∑Y2
Dari perhitungan F regresi, ada dua kemungkinan yaitu:
Nilai F hitung< F tabel, berarti menerima Ho dan menolak Ha, yang
artinya variabel motivasi, minat dan lingkungan belajar secara simultan tidak
mempengaruhi prestasi belajar mahasiswa Akafarma Sunan Giri Ponorogo tahun
akademi 2009/2010. Sebaliknya jika F hitung lebih besar dari F tabel, berarti Ho
ditolak dan menerima Ha, yang artinya variabel motivasi, minat dan lingkungan
belajar secara simultan mempengaruhi prestasi belajar mahasiswa Akafarma
Sunan Giri Ponorogo tahun akademi 2009/2010.
2.3. Uji t atau uji Parsial
Untuk menguji makna koefisien regresi secara parsial, maka digunakan
uji t dengan taraf signifikansi 5%. Untuk itu dalam penelitian ini diajukan
Hipotesa:
Ho : b1 = b2 = b3 = 0, artinya tidak ada pengaruh yang signifikan antara
motivasi, minat dan lingkungan belajar secara parsial terhadap prestasi belajar
mahasiswa Akafarma Sunan Giri Ponorogo.
Ha : b1 ≠ b2 ≠ b3 ≠ 0, artinya ada pengaruh yang signifikan antara
motivasi, minat dan lingkungan belajar secara parsial terhadap prestasi belajar
mahasiswa Akafarma Sunan Giri Ponorogo.
Apabila t hitung lebih besar dari t tabel, maka Ho ditolak dan Ha
diterima, yang artinya bahwa artinya ada pengaruh yang signifikan antara
motivasi, minat dan lingkungan belajar secara parsial terhadap prestasi belajar
mahasiswa Akafarma Sunan Giri Ponorogo tahun akademi 2009/2010
2.4. Kontribusi (Koefisien Determinan/R2)
Untuk mengetahui besarnya kontribusi variabel bebas terhadap
variabel terikat, maka perlu dicari koefisien determinasi secara kesekuruhan.
Untuk mencari koefisien determinasi secara keseluruhan dapat dilakukan dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
b1∑X1Y + b2∑X2Y + b3∑X3Y R2 = ∑Y2
Keterangan:
R2 = koefisien determinan antara prestasi belajar (Y) denag motivasi (X1),
minat (X2) dan lingkungan belajar (X3)
b1 = koefisien variabel motivasi belajar
b2 = koefisien variabel minat
b3 = koefisien variabel lingkungan belajar
∑X1Y = Jumlah hasil motivasi belajar dengan prestasi belajar
∑X2Y = Jumlah hasil minat belajar dengan prestasi belajar
∑X3Y = Jumlah hasil lingkungan belajar dengan prestasi belajar
∑Y2 = Jumlah kuadrat prestasi belajar
Hasil perhitungan untuk R2 secara keseluruhan digunakan untuk
mengukur ketepatan yang paling baik dari analisis regresi berganda. Apabila R2
mendekati satu, maka dapat dikatakan semakin kuat model tersebut dalam
menerangkan variasi variabel bebas terhadap variabel terikat dan sebaliknya
apabila mendekati R2 nol maka semakin lemah variasi variabel bebas dalam
menerangkan variabel terikat.
2.5. Kontribusi Parsial (Koefisien determinasi parsial)
Untuk mengetahui besarnya kontribusi yang diberikan oleh masing-
masing variabel bebas, yaitu besarnya sumbangan yang diberikan oleh variabel
motivasi, minat dan lingkungan belajar terhadap prestasi belajar dapat digunakan
rumus:
∑XiY – (∑Xi)( ∑Y)/n r xy = √{( ∑Xi2-(∑Xi)2/n}{∑Y-(∑Y) 2/n}
Pada penelitian ini penghitungan dilakukan dengan komputasi
program SPSS 11.5 for Windows.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
A. HASIL PENELITIAN
1. Gambaran Umum
Penelitian dilakukan pada mahasiswa semester III dan V AKAFARMA
Sunan Giri Ponorogo yang beralamat di Jl. Batorokatong No. 32 Kel. Kertosari
Kab. Ponorogo. Jumlah populasi penelitian sebanyak 50 mahasiswa dan
kesemuanya digunakan sebagai sampel penelitian dengan tehnik Exhaustive
Sampling. Komposisi responden menurut jenis kelamin adalah 32 % mahasiswa
dan 64 % mahasiswi
Pengambilan data penelitian dilakukan dengan pemberian angket untuk
variabel motivasi, minat dan lingkungan belajar, sedang untuk variabel prestasi
belajar diambil dari Kartu Hasil Studi (KHS) dari semester genap.
2. Uji Instrumen Penelitian
a. Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat
kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Instrumen dikatakan valid apabila
mampu mengukur apa yang diinginkan (Arikunto, 2002:144). Untuk mengetahui
validitas tiap item dari instrumen, pada penelitian ini digunakan perhitungan
dengan komputasi melalui program SPSS 11.5 for Windows dengan kriteria
pengukuran dikatakan valid jika nilai korelasi (Pearson Correlation ) adalah
positip dan lebih besar atau sama dengan r tabel (untuk n= 30 pada α = 0,05 r
tabel = 0,361) , nilai probabilitas korelasi [Sig.(2-tail] ≤ taraf signifikansi (α)
sebesar 0,05.
Berdasar uji coba angket penelitian yang terdiri dari 24 butir soal untuk
motivasi belajar, 24 butir soal untuk variabel minat belajar dan 35 butir soal untuk
lingkungan belajar setelah diujicobakan pada semester I dengan 30 mahasiswa
kemudian dianalisis menggunakan korelasi product moment dengan bantuan
komputasi SPSS 11.5 for windows didapatkan data bahwa dari keseluruhan butir
soal pada taraf kesalahan 5% dengan n = 30, diperoleh r tabel = 0.361 , untuk setiap
butir soal didapatkan r hitung diatas r tabel. Selengkapnya bisa dilihat pada
lampiran I.hal 140-142. Karena r hitung lebih besar dari r tabel maka semua butir
soal pada angket dikatakan valid dan dapat digunakan untuk mengambil data
penelitian.
b. Reliabilitas
Menurut Suharsimi” Reliabilitas menunjukkan pada suatu pengertian
bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat
pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik” (2002:154). Instrumen
yang sudah dikatakan reliabel, ketika akan digunakan mengambil data maka data
yang diperoleh sudah dapat dipercaya kebenarannya. Reliabilitas disini
menunjukkan pada tingkat keterandalan suatu instrumen pengumpul data.
Pada penelitian ini untuk mengetahui reliabilitas dari instrumen
motivasi, minat dan lingkungan belajar digunakan reliabilitas internal, dengan
menggunakan rumus alpha.
Hasil uji reliabilitas dikonsultasikan pada nilai r pada taraf
kepercayaan 5% dengan n= 30.Jika r hasil perhitungan lebih besar dari rtabel, maka
dikatakan instrumen tersebut reliabel dan dapat digunakan untuk alat
pengumpulan data.
Berdasar uji reliabilitas dengan rumus alpha menggunakan bantuan
penghitungan komputasi SPSS 11.5 for Windows didapat rhitung untuk motivasi
belajar sebesar 0.9447 , untuk minat belajar sebesar 0.9004 dan lingkungan belajar
0.9362 dan pada taraf kepercayaan 5% n = 30 diperoleh nilai kritik tabel sebesar
0,361. Selengkapnya bisa dilihat pada lampiran I.hal 143 Karena koefisien
reliabilitas lebih besar dari rtabel (=0.361) maka angket tersebut reliabel dan
tergolong sangat tinggi karena nilai berada pada rentang 0,800 < r1 ≤1,00.
3. Deskripsi Hasil Penelitian
Dalam pendiskripsian ini terdapat lima kriteria penilaian jawaban
responden terhadap item pertanyaan dalam instrumen. Meliputi : Tidak
Baik,Kurang Baik, Cukup Baik, Baik dan Sangat Baik. Hasil angket dan
pengolahannya selengkapnya bisa dilihat pada lampiran II.hal 144-162 Untuk
lebih jelasnya akan diuraikan satu persatu dari variabel yang ada.
a. Motivasi Belajar
Variabel motivasi belajar terdiri dari indikator tekun dalam menghadapi
tugas, adanya ketertarikan dengan perkuliahan, senang memecahkan soal-soal dan
latihan, ulet dalam mengatasi kesulitan belajar. Untuk lebih jelasnya berikut
adalah tabel yang menjelaskan jumlah atau persentase jawaban dari setiap item
pertanyaan mengenai variabel motivasi belajar.
Tabel 4.1: Variabel Motivasi Belajar No Indikator Sangat
Kurang Kurang Tinggi
Cukup Tinggi
Tinggi Sangat Tinggi
1. Tekun dalam menghadapi tugas
0 0 16 % 80 % 4 %
2. Adanya ketertarikan dengan perkuliahan
0 2 % 6 % 80% 12 %
3. Senang memecahkan soal-soal dan latihan
0 2 % 32 % 58% 8 %
4. Ulet dalam mengatasi kesulitan belajar
0 0 30 % 62 % 8 %
Rata-rata 1% 21 % 70% 8%
Berdasar tabel diatas mahasiswa yang tekun menghadapi tugas sebanyak
16 % dengan kriteria cukup tinggi, 80 % dengan kriteria tinggi dan 4 % dengan
kriteria sangat tinggi. Mahasiswa yang mempunyai ketertarikan dengan
perkuliahan sebanyak 2 % dengan kriteria kurang tinggi, 6 % dengan kriteria
cukup tinggi , 80 % dengan kriteria tinggi dan 12 % dengan kriteria sangat tinggi.
Mahasiswa yang senang memecahkan soal-soal dan latihan sebanyak 2 % dengan
kriteria kurang tinggi, 32 % dengan kriteria cukup tinggi, 58 % dengan kriteria
tinggi, dan 8 % dengan kriteria sangat tinggi . Mahasiswa yang ulet dalam
mengatasi kesulitan belajar sebanyak 30 % dengan kriteria cukup tinggi, 62 %
dengan kriteria tinggi dan 8 % dengan kriteria sangat tinggi.
Sementara berdasar hasil analisis deskriptif persentase untuk variabel
motivasi belajar mahasiswa terangkum dalam tabel berikut:
Tabel 4.2. Tingkat Motivasi Belajar mahasiswa Motivasi Belajar No Kriteria
F % 1. Sangat Kurang 0 0 2. Kurang tinggi 0 0 3. Cukup tinggi 9 18 4. Tinggi 40 80 5. Sangat tinggi 1 2
Jumlah 50 100
MOTIVASI BELAJAR
CUKUPTINGGITINGGI
SANGATTINGGI
Gambar 4.1: Diagram Pie Motivasi Belajar Mahasiswa Akafarma Sunan
Giri Ponorogo. Berdasar penelitian tersebut dapat diketahui mahasiswa yang memiliki
motivasi belajar dengan kriteria cukup tinggi sebanyak 9 orang (18 %), dengan
kriteria tinggi sebanyak 40 orang (80 %) dan dengan kriteria sangat tinggi
sebanyak 1 orang (2%).
b. Minat Belajar
Variabel minat belajar terdiri dari adanya perhatian terhadap
perkuliahan, adanya ketertarikan dengan perkuliahan, adanya harapan yang tinggi
terhadap perkuliahan, adanya kebanggaan/kepuasan yang berorientasi pada
keberhasilan.
Untuk lebih jelasnya berikut adalah tabel yang menjelaskan jumlah atau
persentase jawaban dari setiap item pertanyaan mengenai variabel minat belajar.
Tabel 4.3. Variabel Minat Belajar No Indikator Sangat
Kurang Kurang tinggi
Cukup tinggi
Tinggi Sangat tinggi
1. adanya perhatian terhadap perkuliahan
0 0 % 42 % 52 % 6 %
2. adanya ketertarikan dengan perkuliahan
0 2 % 46 % 50 % 2%
3. adanya harapan yang tinggi terhadap perkuliahan
0 2 % 32 % 66 % 0 %
4. adanya kebanggaan/ kepuasan yang berorientasi pada keberhasilan
0 0 24 % 68 % 8 %
Rata-rata 0 % 1 % 36 % 59 % 4 %
Berdasar tabel diatas mahasiswa yang mempunyai perhatian terhadap
perkuliahan sebanyak 42 % dengan kriteria cukup tinggi, 52 % dengan kriteria
tinggi, dan 6 % dengan kriteria sangat tinggi. Mahasiswa yang mempunyai
ketertarikan dengan perkuliahan sebanyak 2 % dengan kriteria kurang tinggi, 46
% dengan kriteria cukup tinggi, dan 50 % dengan kriteria tinggi dan 2 % dengan
kriteria sangat tinggi. Mahasiswa yang mempunyai harapan yang tinggi dengan
perkuliahan sebanyak 2 % dengan kriteria kurang tinggi, 32 % dengan kriteria
cukup tinggi dan 66 % dengan kriteria tinggi . Mahasiswa yang mempunyai
kebanggan/kepuasan yang berorientasi pada keberhasilan sebanyak 24 % dengan
kriteria cukup tinggi, 68 % dengan kriteria tinggi dan 8 % dengan kriteria sangat
tinggi .
Sementara berdasar hasil analisis deskriptif persentase untuk variabel
minat belajar mahasiswa terangkum dalam tabel berikut:
Tabel 4.4. Tingkat Minat Belajar mahasiswa Motivasi Belajar No Kriteria
F % 1. Sangat Kurang 0 0 2. Kurang tinggi 0 0 3. Cukup tinggi 19 38 4. Tinggi 30 60 5. Sangat tinggi 1 2
Jumlah 50 100 .
MINAT MHS AKAFARMA
CUKUP TINGGITINGGISANGAT TINGGI
Gambar 4.2 : Diagram Pie Minat belajar Mahasiswa Akafarma Sunan
Giri Ponorogo
Berdasar penelitian tersebut dapat diketahui mahasiswa yang memiliki
minat belajar sebanyak 19 orang dengan kriteria cukup tinggi ( 38 % ), 30 orang
dengan kriteria tinggi (60%), dan 1 orang dengan kriteria sangat tinggi (2%).
c. Lingkungan Belajar
Variabel lingkungan belajar terdiri dari indikator cara orang tua
mendidik, keadaan ekonomi keluarga, hubungan antar anggota keluarga,
pengertian orang tua, kedisiplinan kampus, hubungan mahasiswa dan mahasiswa,
hubungan mahasiswa dengan dosen, keadaan gedung dan suasana perkuliahan,
kegiatan mahasiswa dalam masyarakat, bentuk kehidupan masyarakat di sekitar
tempat tinggal mahasiswa, teman bergaul mahasiswa. Untuk lebih jelasnya berikut
adalah tabel yang menjelaskan jumlah atau persentase jawaban dari setiap item
pertanyaan mengenai variabel lingkungan belajar.
Tabel 4.5. Variabel Lingkungan Belajar No Indikator Tidak
baik Kurang
Baik Cukup Baik
Baik Sangat Baik
1.
Lingkungan Keluarga cara orang tua mendidik
0
0
10 %
50 %
40 %
2. keadaan ekonomi keluarga
0 0 14 % 62 % 24 %
3. hubungan antar anggota keluarga
0 0 20 % 44 % 36 %
4. pengertian orang tua 0 2% 12 % 60 % 26 % Rata-rata 0.5% 14% 54 % 31.5% 5.
Lingkungan Kampus kedisiplinan kampus
0
28 %
46 %
26 %
0
6. hubungan mahasiswa dan mahasiswa
0 10 % 48 % 40 % 2 %
7. hubungan mahasiswa dengan dosen
0 2 % 24 % 56 % 18 %
8. keadaan gedung dan suasana perkuliahan
0 18 % 56 % 24 % 2 %
Rata-rata 14.5% 43.5% 36.5% 5.5% 9.
Lingkungan masyarakat kegiatan mahasiswa dalam masyarakat
0
18 %
40 %
36 %
6 %
10. bentuk kehidupan masyarakat di sekitar tempat tinggal mahasiswa
0 2 % 26 % 56 % 16 %
11. teman bergaul mahasiswa
0 10 % 66 % 22 % 2 %
Rata-rata 10 % 44% 38% 8% Rata-rata 8.18 % 32.91
% 43.27
% 15.64
%
Berdasar tabel diatas mahasiswa yang dididik orang tua dengan cukup
baik sebanyak 10 %, baik 50 % dan sangat baik sebanyak 40 %. Mahasiswa
dengan keadaan ekonomi keluarga cukup baik sebanyak 14 %, baik 62 % dan
sangat baik sebanyak 24 %. Hubungan antar anggota keluarga mahasiswa dalam
keadaan cukup baik sebanyak 20 %, dalam keadaan baik 44 % dan sangat baik
sebanyak 36 %. Pengertian orang tua terhadap mahasiswa sebanyak 2% kurang,12
% cukup baik, 60 % baik dan sebanyak 26 % sangat baik. Mahasiswa yang
berpendapat bahwa kedisiplinan kampus kurang baik sebanyak 28 %, 46% cukup
baik dan 26 % baik. Hubungan antar mahasiswa sebanyak 10 % dengan kriteria
kurang baik, 48 % cukup baik, 40 % baik dan 2 % sangat baik. Hubungan
mahasiswa dengan dosen sebanyak 2 % dengan kriteria kurang baik, 24 % dengan
kriteria cukup baik,56 % dengan kriteria baik dan 18 % dengan kriteria sangat
baik. Kadaan gedung dan suasana perkuliahan sebanyak 18 % dengan kriteria
kurang baik, 56 % dengan kriteria cukup baik, 24 % dengan kriteria baik dan 2 %
dengan kriteria sangat baik. Kegiatan mahasiswa dalam masyarakat sebanyak 18
% dengan kriteria kurang baik, 40 % dengan kriteria cukup baik, 36 % dengan
kriteria baik, dan 6 % dengan kriteria sangat baik. Bentuk kehidupan masyarakat
di sekitar tempat tinggal mahasiswa sebanyak 2 % dengan kriteria kurang baik,
26 % dengan kriteria cukup baik, 56 % dengan kriteria baik, dan 16 % dengan
kriteria sangat baik. Teman bergaul mahasiswa sebanyak 10 % dengan kriteria
kurang baik, 66 % dengan kriteria cukup baik, 22 % dengan kriteria baik dan 2 %
dengan kriteria sangat baik.
Sementara berdasar hasil analisis deskriptif persentase untuk variabel
lingkungan belajar mahasiswa terangkum dalam tabel berikut:
Tabel 4.6. Kategori Lingkungan Belajar mahasiswa Lingkungan Belajar No Kriteria
F % 1. Tidak baik 0 0 2. Kurang Baik 0 0 3. Cukup Baik 19 38 4. Baik 30 60 5. Sangat Baik 1 2
Jumlah 50 100 .
LINGKUNGAN MHS AKAFARMA
CUKUPBAIKBAIK
SANGATBAIK
Gambar 4.3 : Diagram Pie Lingkungan Mahasiswa Akafarma Sunan
Giri Ponorogo Berdasar penelitian tersebut dapat diketahui mahasiswa yang memiliki
lingkungan belajar dengan kriteria cukup baik sebanyak 19 orang ( 38 %), 30
orang dengan kriteria baik (60%) dan dengan kriteria sangat baik sebanyak 1
orang (2%).
d. Prestasi Belajar
Prestasi yang dimaksud pada penelitian ini adalah hasil yang telah
dicapai dari usaha belajar mahasiswa selama satu semester, yang dinyatakan
dalam bentuk angka yang lazim disebut Indeks Prestasi Semester (IPS). Berdasar
hasil analisis deskriptif terhadap prestasi belajar mahasiswa Akafarma Sunan Giri
Ponorogo Semester tiga dan lima yang diambil dari Kartu Hasil Studi (KHS)
mahasiswa terangkum dalam tabel:
Tabel 4.7 : Prestasi Belajar Mahasiswa Akafarma Sunan Giri Ponorogo Prestasi Belajar No Kriteria
F % 1. 2. 3. 4. 5.
Tidak Lulus Cukup Memuaskan Sangat memuaskan Pujian
0 2 7 32 9
0 4 14 64 18
Jumlah 50 100
Prestasi belajar
0%4% 14%
64%
18% 0%Tidak Lulus
Cukup
Memuaskan
SangatMemuaskanPujian
Gambar 4.4. : Diagram Pie Prestasi Belajar Mahasiswa
Akafarma Sunan Giri Ponorogo
Berdasar penelitian tersebut dapat diketahui bahwa mahasiswa yang
mempunyai nilai cukup sebanyak 2 orang (4%), memuaskan 7 orang (14%),
sangat memuaskan sebanyak 32 orang (64%) dan prestasi yang mendapat sebutan
pujian sebanyak 9 orang (18%).
4. Analisis Uji Prasyarat
Data selengkapnya untuk analisis uji prasyarat beserta pengolahannya
dapat dilihat pada lampiran III hal 163-167.
a. Uji Normalitas
Uji ini mempunyai tujuan untuk mengetahui normal tidaknya distribusi
data masing-masing variabel. Apabila data terdistribusi normal, maka pada
pengujian hipotesis penelitian ini dapat digunakan statistik parametrik, yaitu
analisa regresi, sebaliknya apabila tidak terdistribusi normal dapat digunakan
statistik non parametrik seperti korelasi rank spearman. Uji normalitas dalam
penelitian ini menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov dengan perhitungan
komputasi SPSS 11,5 for Windows. Normalitas dipenuhi jika hasil uji tidak
signifikan untuk taraf signifikan tertentu (α = 0,05). Sebaliknya jika hasil uji
signifikan, maka normalitas tidak terpenuhi. Cara mengetahui signifikan atau
tidak signifikan hasil uji normalitas adalah dengan memperhatikan bilangan pada
kolom Signifikansi (Sig).
Berdasar hasil perhitungan pada Lampiran III hal 163-165 diperoleh
taraf signifikansi untuk variabel motivasi belajar adalah 0.200, taraf signifikansi
untuk variabel minat belajar sebesar 0.200 dan taraf signifikansi untuk variabel
lingkungan belajar sebesar 0.200. Hasil yang didapatkan pada ketiga variabel
tersebut diatas 0.05. Dengan demikian data berasal dari populasi yang terdistribusi
normal, pada taraf signifikansi 0.05.
b. Uji Linieritas
Uji linieritas garis regresi dimaksud untuk mengetahui apakah data
yang diperoleh berbentuk linier atau tidak. Jika data berbentuk linier, maka
penggunaan analisis regresi linier pada uji hipotesa dapat dipertanggungjawabkan,
akan tetapi jika tidak linier, maka harus digunakan analisis regresi non linier. Uji
Linieritas regresi pada penelitian ini menggunakan perhitungan komputasi SPSS
11,5 for windows.
Kriteria yang digunakan adalah jika harga Signifikansi diatas 0.05
maka dikatakan regresi tersebut linier, sebaliknya apabila signifikansi yang
didapat kurang atau sama dengan 0.05 maka regresi tersebut tidak linier. Uji
linieritas untuk variabel motivasi belajar diperoleh harga F sebesar 1.532 dengan
probabilitas 0.147 lebih besar dari 0.05. Untuk variabel minat belajar diperoleh
harga F sebesar 1.136 dengan probabilitas 0.381 lebih besar dari 0.05 serta untuk
lingkungan belajar diperoleh harga F sebesar 0.923 dengan probabilitas 0.588
lebih besar dari 0.05. Selengkapnya dapat dilihat pada lampiran III hal 166.
Dengan demikian menunjukkan bahwa motivasi belajar dengan prestasi belajar,
minat belajar dengan prestasi belajar, lingkungan belajar dengan prestasi belajar
membentuk garis linier sehingga dapat digunakan analisis regresi linier berganda
untuk menguji hipotesis penelitian.
c. Uji Multikoliniertas
Uji Multikolinieritas ini bertujuan untuk mengetahui apakah tiap-tiap
variabel bebas saling berhubungan secara linier. Jika ada kecenderungan adanya
multikoliner maka salah satu variabel memiliki gejala multikolinier. Pengujian
kemungkinan adanya ini dapat dilakukan dengan pennghitungan melalui
komputasi program SPSS 11.5 for Windows dengan melihat nilai VIF pada
masing-masing variabel bebasnya. Jika nilai VIFnya lebih kecil dari 10, maka
tidak ada kecenderungan terjadinya multikoliner.
Tabel 4.8: Uji Multikolinieritasa data penelitian Coefficients(a)
Model Collinearity Statistics
Tolerance VIF 1 X1 .395 2.533 X2 .428 2.339 X3 .608 1.643
a Dependent Variable: Y
Dari hasil pengujian diperoleh niali VIF untuk variabel motivasi, minat
dan lingkungan belajar sangat jauh dari 10. Dengan demikian dapat disimpulkan
tidak terjadi multikolinier dalam regresi.
5. Uji Hipotesis
Data selengkapnya beserta pengolahannya untuk uji hipotesis dapat
dilihat pada lampiran IV.hal 168-169
a. Uji Regresi Linier Berganda
Analisis yang digunakan pada penelitian ini merupakan regresi
berganda tiga prediktor, yaitu motivasi belajar (X1), minat belajar (X2) dan
lingkungan belajar (X3) sebagai variabel bebas dan prestasi belajar (Y) sebagai
variabel terikat. Ada beberapa hal yang dapat diketahui dari analisis ini antara
lain: model regresi yang dapat digunakan untuk mengetahui bentuk hubungan
antara motivasi, minat dan lingkungan belajar terhadap prestasi belajar, uji t untuk
mengetahui secara parsial apakah variabel-variabel bebas tersebut berpengaruh
secara signifikan, uji F atau simultan untuk menguji secara bersama-sama antara
motivasi, minat dan lingkungan belajar berpengaruh secara nyata terhadap prestasi
belajar, koefisien determinasi simultan untuk mengetahui besarnya kontribusi
secara bersama-sama variabel bebas terhadap variabel terikat dan koefisien
determinasi parsial untuk mengetahui besarnya sumbangan secara parsial tiap
variabel bebas terhadap variabel terikat.
Berdasar hasil data yang diperoleh dengan perhitungan komputasi
dengan program SPSS 11,5 for Windows diperoleh persamaan regresi:
Y = 0.240 + 0.256X1 + 0.310X2 + 0.257 X3
Model persamaan regresi tersebut mengandung arti bahwa setiap
terjadi kenaikan 1 unit skor motivasi belajar, maka akan diikuti kenaikan prestasi
belajar sebesar 0.256 dengan asumsi bahwa minat dan lingkungan belajar bersifat
tetap. Setiap terjadi kenaikan 1 unit skor minat belajar, maka akan diikuti
kenaikan prestasi belajar sebesar 0.310 dengan asumsi bahwa motivasi dan
lingkungan belajar bersifat tetap. Setiap kenaikan 1 unit skor lingkungan belajar,
maka akan diikuti kenaikan prestasi belajar sebesar 0.257 dengan asumsi motivasi
dan minat belajar bersifat konstan. Setiap terjadi kenaikan secara bersama-sama
motivasi, minat dan lingkungan belajar masing-masing 1 unit skor akan diikuti
kenaikan prestasi belajar sebesar = 0.256+0.310+0.257
b. Uji F atau Uji Simultan
Berdasar hasil uji F pada lampiran IV hal 168 dengan menggunakan
analisis dengan menggunakan analisis varians untuk regresi diperoleh F hitung
sebesar 51.679 dengan probabilitas 0.000<0.05 yang berarti signifikan. Karena
harga signifikansi kurang dari 0,05 menunjukkan nilai F hitung yang diperoleh
tersebut signifikan sehingga hipotesis yang berbunyi ” Ada pengaruh antara
motivasi, minat dan lingkungan belajar terhadap prestasi belajar mahasiswa
Akafarma Sunan Giri Ponorogo” Diterima.
c. Uji t atau uji Parsial.
Pengujian hipotesis secara parsial ini dimaksudkan untuk menguji
keberartian pengaruh dari masing-masing variabel bebas, yaitu motivasi (X1),
minat (X2) dan lingkungan belajar (X3) terhadap prestasi balajar (Y).
Berdasar perhitungan pada lampiran IV hal 169 diperoleh t hitung
untuk variabel motivasi belajar (X1) sebesar 2.632 dengan probabilitas 0.012<
0.05 yang berarti variabel tersebut signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa secara
parsial, ada pengaruh yang nyata antara motivasi belajar dengan prestasi belajar.
Semakin tinggi motivasi belajar maka semakin tinggi prestasi yang diraihnya,
sebaliknya apabila terjadi penurunan motivasi belajar akan mengakibatkan
menurunnya prestasi belajar.
Hasil uji parsial untuk variabel Minat belajar (X2) diperoleh t hitung
sebesar 3.614 dengan probabilitas 0.01< 0.05 yang berarti variabel tersebut
signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa secara parsial, ada pengaruh yang nyata
antara minat belajar dengan prestasi belajar. Semakin tinggi minat belajar maka
semakin tinggi prestasi yang diraihnya, sebaliknya apabila terjadi penurunan
minat belajar akan mengakibatkan menurunnya prestasi belajar .
Hasil uji parsial untuk variabel lingkungan belajar (X3) diperoleh t
hitung sebesar 3.574 dengan probabilitas 0.001< 0.05 yang berarti variabel
tersebut signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa secara parsial, ada pengaruh yang
nyata antara lingkungan belajar dengan prestasi belajar. Semakin baik lingkungan
belajar maka semakin tinggi prestasi yang diraihnya, sebaliknya apabila kondisi
lingkungan belajar memburuk maka akan mengakibatkan menurunnya prestasi
belajar
d. Kontribusi (Koefisien Determinan/R2)
Berdasar hasil analisis pada lampiran IV hal 168 diperoleh koefisien
korelasi (R) secara simultan sebesar 0.878 dan koefisien determinasi secara
simultan (R2) sebesar 0.771. Dengan demikian menunjukkan bahwa secara
bersama-sama motivasi, minat dan lingkungan belajar berpengaruh terhadap
prestasi belajar sebesar 77.1 % mengandung makna pula bahwa prestasi belajar
juga dipengaruhi oleh selain faktor di atas sebesar 22.9%
e. Kontribusi Parsial (Koefisien determinasi parsial), (r2)
Berdasar hasil analisis korelasi secara parsial pada lampiran IV hal 169
diperoleh koefisien korelasi parsial (r) motivasi belajar sebesar 0.362 dan
determinasi parsial (r2) sebesar 0.13. koefisien korelasi parsial (r) minat belajar
0.470 dan determinasi parsial (r2) sebesar 0.22 dan koefisien korelasi parsial (r)
lingkungan belajar 0.466 dan determinasi parsial (r2) sebesar 0.22. Dengan
demikian menunjukkan bahwa sumbangan pengaruh motivasi belajar, minat
belajar serta lingkungan belajar terhadap prestasi belajar masing-masing sebesar
13 %, 22 % dan 22 %.
6. Pembahasan
a. Motivasi Belajar Mahasiswa
Hasil analisa data menunjukkan tingkat motivasi belajar mahasiswa
Akafarma Sunan Giri Ponorogo Tahun Akademi 2009/2010 tergolong tinggi,
dengan nilai 80 %. Faktor yang dominan adalah karena adanya ketertarikan
terhadap perkuliahan di Akafarma ditunjang dengan tekun menghadapi tugas.
Lulusan Akafarma pada saat ini sangat dibutuhkan dimana semakin hari terjadi
permasalah kesehatan yang semakin komplek termasuk di dalamnya maraknya
peredaran produk farmasi dan makanan yang memerlukan pengawasan lebih
serius. Adanya ketertarikan terhadap masalah yang terjadi di masyarakat akan
memotivasi seseorang untuk mempelajari lebih jauh mengenai permasalahan
tersebut, tanpa adanya ketertarikan seseorang tidak akan mempelajari maslah
tersebut kecuali terpaksa dan sifat terpaksa tidak akan menumbuhkan motivasi
seseorang. Hal ini menunjukkan bahwa motivasi akan menjadi kuat apabila dalam
diri mahasiswa ada ketertarikan dengan masalah yang dihadapi sehingga ada
dorongan untuk mempelajari lebih jauh terhadap masalah tersebut dengan
berbagai cara.
Motivasi belajar mahasiswa Akafarma Sunan Giri Ponorogo tahun
akademi 2009/2010 mempunyai hubungan yang nyata terhadap prestasi
belajarnya. Hasil ini ditunjukkan nilai yang diperoleh bahwa motivasi belajar
berpengaruh terhadap prestasi belajar sebesar 13%. Dengan kata lain
menunjukkan bahwa ada pengaruh yang nyata antara motivasi belajar dengan
prestasi belajar mahasiswa Akafarma Sunan Giri Ponorogo. Hal ini berarti bahwa
makin tinggi motivasi belajar mahasiswa akan dapat mengoptimalkan prestasi
belajarnya, sebaliknya semakin rendah motivasi belajar akan dapat menurunkan
prestasi belajarnya.
b. Minat Belajar
Hasil analisa data menunjukkan tingkat minat belajar mahasiswa
Akafarma Sunan Giri Ponorogo Tahun Akademi 2009/2010 tergolong tinggi,
dengan nilai 60 %. Faktor yang dominan adalah karena adanya kebanggan yang
berorinetasi pada keberhasilan ditunjang adanya harapan yang tinggi dari hasil
belajarnya. Dari hasil penelusuran pada saat pendaftaran mahasiswa masuk, pada
umumnya calon mahasiswa berminat kuliah di Akafarma Sunan Giri Ponorogo
karena keberhasilan dan tingkat kesejahteraan yang diperoleh oleh alumnus
Akafarma Sunan Giri Ponorogo. Contoh nyata lebih bisa memberi pengaruh
positip daripada hanya sekedar cerita.
Minat belajar mahasiswa Akafarma Sunan Giri Ponorogo tahun
akademi 2009/2010 mempunyai hubungan yang nyata terhadap prestasi
belajarnya. Hasil ini ditunjukkan nilai yang diperoleh bahwa motivasi belajar
berpengaruh terhadap prestasi belajar sebesar 22%. Dengan kata lain ada
pengaruh yang nyata antara minat belajar mahasiswa Akafarma Suna Giri
Ponorogo terhadap prestasi belajar. Dengan demikian makin tinggi minat belajar
mahasiswa akan mampu mengoptimalkan prestasi akademiknya, sebaliknya
makin turun minat atau tidak adanya minat belajar maka akan berdampak pada
menurunnya prestasi akademiknya.
c. Lingkungan Belajar
Hasil analisa data menunjukkan lingkungan belajar mahasiswa
Akafarma Sunan Giri Ponorogo Tahun Akademi 2009/2010 tergolong baik,
dengan nilai 60 %. Lingkungan yang paling mendukung adalah dari faktor
keluarga. Lingkungan keluarga sebagai lingkungan pertamakali menanamkan
pendidikan dan kesadaran dari orang tua untuk mendidik anaknya dalam belajar.
Orang tua selalu memberi pengarahan dalam pendidikan anaknya, memperhatikan
kebutuhan dan memberikan dukungan dalam belajar serta memberikan fasilitas
belajar. Selain lingkungan keluarga lingkungan kampus dan masyarakat juga perlu
diperhatikan. Lingkungan kampus yang mendukung akan berpengaruh terhadap
proses belajar di kampus, sebaliknya lingkungan kampus yang tidak kondusif
akan menyebabkan proses belajar yang tidak nyaman. Fasilitas kampus yang tidak
memadai dan jauh dari kelengkapan akan menghambat proses belajar. Mahasiswa
belajar tidak hanya di kampus saja, pola belajar mahasiswa di luar kampus sangat
dipengaruhi oleh bentuk pergaulan kesehariannya. Mahasiswa yang berkomunitas
dengan pelajar atau lingkungan berpendidikan akan menjaga pola belajarnya
dengan baik, sebaliknya pergaulan bebas yang tiada makna akan menjauhkannya
dari semangat belajar.
Lingkungan belajar Mahasiswa Akafarma Sunan Giri Ponorogo
mempunyai hubungan yang nyata terhadap prestasi belajarnya. Hasil ini
ditunjukkan oleh nilai sumbangan pengaruh terhadap prestasi sebesar 22%.
Dengan kata lain ada pengaruh lingkungan belajar terhadap prestasi belajar.
Dengan demikian semakin baik lingkungan belajar akan mampu mengoptimalkan
prestasi belajar dan sebaliknya lingkungan yang kurang mendukung akan
menurunkan prestasi belajar.
d. Prestasi Belajar
Dari analisa yang telah dilakukan, menunjukkan rata-rata prestasi
belajar mahasiswa sangat memuaskan dengan prosentase sebesar 64 % sedang
yang masih dengan predikat cukup sebanyak 4%. Memuaskan 14 % serta
mahasiswa dengan predikat pujian sebanyak 18%.
e. Pengaruh Motivasi, Minat dan Lingkungan Belajar terhadap Prestasi
Belajar
Berdasar hasil analisa data secara simultan motivasi, minat dan
lingkungan belajar berpengaruh pada prestasi belajar sebesar 77.1 % dimana F
hitung sebesar 51,679 dengan signifikansi 0,000 . Karena harga signifikansi
kurang dari 0,05 menunukkan nilai F hitung yang diperoleh tersebut signifikan
sehingga hipotesis yang berbunyi ” Ada pengaruh antara motivasi, minat dan
lingkungan belajar terhadap prestasi belajar mahasiswa Akafarma Sunan Giri
Ponorogo” Diterima.
Dengan kata lain prestasi belajar mahasiswa Akafarma Sunan Giri
Ponorogo tahun akademi 2009/2010 sebesar 77.1% dipengaruhi oleh
motivasi,minat dan lingkungan belajarnya.
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan
Dari hasil penelitian dan pembahasan yang diuraikan pada bab IV
dapat ditarik simpulan:
1. Tingkat motivasi belajar mahasiswa Akafarma Sunan Giri Ponorogo tahun
akademi 2009/2010 mayoritas termasuk kategori tinggi (80%).
2. Tingkat minat belajar mahasiswa Akafarma Sunan Giri Ponorogo tahun
akademi 2009/2010 mayoritas termasuk kategori tinggi (60%).
3. Lingkungan belajar mahasiswa Akafarma Sunan Giri Ponorogo tahun akademi
2009/2010 mayoritas termasuk kategori baik (80%).
4. a. Ada pengaruh secara parsial antara variabel bebas terhadap variabel
terikat:
1. Motivasi belajar mempengaruhi prestasi belajar mahasiswa Akafarma
Sunan Giri Ponorogo tahun akademi 2009/2010 sebesar 13 %
2. Minat belajar dengan prestasi belajar mahasiswa Akafarma Sunan Giri
Ponorogo tahun akademi 2009/2010 sebesar 22 %
3. Lingkungan belajar dengan prestasi belajar mahasiswa Akafarma
Sunan Giri Ponorogo tahun akademi 2009/2010 sebesar 22 %
b. Ada pengaruh secara simultan antara motivasi belajar, minat belajar dan
lingkungan dengan prestasi belajar mahasiswa Akafarma Sunan Giri
Ponorogo tahun akademi 2009/2010 sebesar 77.1 %
B. Implikasi
Sebagai suatu penelitian yang telah dilakukan di lingkungan
pendidikan maka kesimpulan yang ditarik tentu mempunyai implikasi dalam
bidang pendidikan dan juga penelitian-penelitian selanjutnya. Dari penelitian ini
diketahui terdapat hubungan yang positip dan signifikan antara variabel bebas dan
variabel terikat. Adapun implikasi yang dapat dikemukakan adalah:
a. Implikasi Teoritik
Aspek-aspek yang diteliti dan penelitian ini dilakukan dengan
pendekatan kuantitatif, maka untuk lebih mendalami faktor-faktor apa saja yang
turut berpengaruh terhadap Prestasi Belajar ,perlu kiranya dilakukan penelitian
lebih lanjut dengan pendekatan kuantitatif.
b. Implikasi Praktis
1. Terdapat hubungan yang signifikan antara motivasi belajar dengan prestasi
belajar mahasiswa Akafarma Sunan Giri Ponorogo, dengan faktor dominan
adanya ketertarikan terhadap perkuliahan, maka diupayakan agar ditingkatkan
sosialisai akan kebutuhan tenaga analis farmasi di masa depan sehingga dapat
menggugah dan membangun motivasi untuk mempelajari ilmu di bidang
analisa farmasi dan makanan.
2. Terdapat hubungan yang signifikan antara minat belajar dengan prestasi
belajar mahasiswa Akafarma Sunan Giri Ponorogo dengan faktor yang
dominan adalah karena adanya kebanggan yang berorientasi pada keberhasilan
ditunjang adanya harapan yang tinggi dari hasil belajarnya, maka diupayakan
agar dalam proses pembelajaran di Akafarma dioptimalkan sehingga
menghasilkan lulusan yang kompeten sesuai dengan kebutuhan pasar yang
akhirnya akan merangsang minat untuk mempelajar lebih mendalam mengenai
keilmuan di Akafarma.
3. Terdapat hubungan yang signifikan antara lingkungan belajar dengan prestasi
belajar mahasiswa Akafarma Sunan Giri Ponorogo dengan faktor yang
dominan adalah faktor keluarga, maka diupayakan agar orang tua
meningkatkan perhatiannya terhadap belajar anaknya sehingga seorang anak
akan mampu memahami pentingnya belajar dengan tujuan agar prestasi
belajar selalu meningkat. Mahasiswa juga harus mampu memelihara
pergaulannya, mampu memilih dan memilah pergaulan yang sekiranya
mengganggu proses belajar sebaiknya dihindari dan pergaulan yang
mendukung proses belajar hendaknya senantiasa dipelihara. Lingkungan
belajar di rumah ataupun di kampus diupayakan selalu kondusif sehingga
menunjang kegiatan belajar yang akhirnya dapat meningkatkan prestasi
belajar mahasiswa.
C. Saran
a. Kepada setiap mahasiswa harus mampu memelihara dan memupuk serta
mengembangkan motivasi dan minat yang telah ada pada dirinya serta
menghindari pergaulan yang tidak berguna yang mengganggu proses belajar
untuk dapat meningkatkan prestasi
b. Kepada para dosen maupun orang tua harus mampu membantu mahasiswa dan
anaknya untuk tetap konsisten dalam belajar sehingga prestasi belajarnya kian
meningkat
c. Kepada pimpinan dan jajaran manajemen kampus untuk senantiasa
memperhatikan lingkungan baik fisik maupun non fisik kampus sehingga
mahasiswa merasa nyaman dan makin giat belajar.
DAFTAR PUSTAKA Achmadi,Abu.2004. Sosiologi Pendidikan.Jakarta: Rineka Cipta. Arikunto, Suharsimi,2002.Prosedur Penelitian Pendekatan Praktek. Jakarta :
Rineksa Cipta Ali, Muhammad.1996. Guru dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar
Baru Algesindon B.Uno,Hamzah.2008.Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran.Cetakan
Kedua. Jakarta: Bumi Antariksa Darsono, Max. 2000. Belajar dan Pembelajaran. Semarang: IKIP Semarang Press
Dimyati.2005.Belajar dan Pembelajaran.Jakarta: Depdikbud.
Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka
Cipta
Djamarah,Syaiful Bahri.2002.Strategi Belajar Mengajar.Jakarta:Rineka Cipta.
----------------2002.Psikologi Belajar.Jakarta:Rineka Cipta.
Gerungan.1996.Psikologi Sosial.Yogyakarta : PT Eresco.
Gunawan,Ari.2000.Sosiologi Pendidikan. Jakarta:Rineka Cipta
Faturrohman,Pupuh,Sutikno S.2007.Strategi Belajar Mengajar.Cetakan Kedua. Bandung:Refika Aditama
Hadikusumo , Kunaryo.1996.Pengantar Pendidikan. Semarang. IKIP Semarang
Hamalik,Oemar. 2008. Perencanaan Pengajaran berdasarkan Pendekatan Sistem.Cetakan ketujuh. Jakarta:Bumi Aksara
-----------------.2004.Psikologi Belajar dan Mengajar. Cetakan Keempat. Bandung: Sinar Baru Algensindo
----------------. 1994. Metode Belajar dan kesulitan-Kesulitan Belajar. Surabaya:
Usaha Nasional Hartono.2009 SPSS16.0 Analisis Data Statistika dan Penelitian. Yogyakarta.
Pustaka Pelajar
Hurlock.E.B.1993.Perkembangan anak Edisi keenam Jakarta:Erlangga
Ihsan, Fuad.1997.Dasar-dasar Kependidikan. Jakarta:Rineka Cipta Kerlinger F. Dan Pedhazur E. 1987. Korelasi dan Analisis Regresi Ganda,
Yogyakarta : Nur Cahaya Margono.2003.Metodologi Penelitian Pendidikan.Jakarta:Rineka Cipta Moedijono, 2000, Proses Belajar Mengajar, Bandung : Remaja Rosdakarya Mulyasa,E.2003.Kurikulum Berbasis Kompetensi.Bandung:Remaja Rosdakarya. Munib,Achmad.2004.Pengantar Ilmu Pendidikan.Semarang: UPT UNNES Press Murti, Bhisma.2006.Desain dan Ukuran Sampel Untuk Penelitian Kuantitatif dan
Kualitatif di Bidang Kesehatan.Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
Nasution.2004.Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta Ngalim Purwanto.1991. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosda Notoatmodjo S. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan.Jakarta:Rineka Cipta Purwanto.2007.Instrumen Penelitian Sosial dan Pendidikan.Yogyakarta: Pustaka
Pelajar Rakhmad,Cece.2006.Psikologi Pendidikan. Edisi 1. Bandung: Upi Press Roestiyah.N.K.Dra..1986 Masalah-masalah Ilmu Keguruan, Jakarta : Bina
Aksara. -----------------.,2001. Strategi Belajar Mengajar.Jakarta : PT Rineka Cipta. Ruseffendi, E.T. 1991. Pengantar kepada Membantu Guru Mengembangkan
Kompetensinya dalam Pengajaran matematika untuk Meningkatkan CBSA. Bandung : Tarsito
Sardiman,A.M.2006.Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar.Jakarta: Raja
Grafindo Persada Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka
Cipta. Sugiono.2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D .Alfabata
Bandung :157
----------. 2002. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta Soeryabrata, S, Drs. 1989. Proses belajar Mengajar di Pergururan Tinggi.
Yogyakarta: Andi Offset. Suciati.2001.Teori Belajar dan Motivasi .Preasetya Irawan.-penyunting trini
Prastati Jakarta.PAU-PPAIUniversitas Terbuka Sujana,nana.2005. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru ---------1992.Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar.Bandung:Remaja
Rosdakarya. Suryabrata, Sumadi. 2002. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. Grafindo Perkasa
Rajawali. Syah, Muhibin. 1995. Psikology Pendidikan Suatu Pendekatan Baru. Bandung
:Remaja Rosdakarya. Tabrani Rusyan.1992. Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung:
Remaja Rosdakarya Thabrany, H. 1994. Rahasia Kunci Sukses Belajar. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada The Liang Gie. 2004. Cara Belajar yang Baik bagi Mahasiswa.Edisi
kedua.Cetakan keempat. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
--------.2000.Cara Belajar yang Efisien.Yogyakarta Liberty
Tirtarahardja, Umar dan La Sulo.1994. Pengantar Pendidikan. Jakarta. Dirjen
Dikti. Depdikbud
Tu’u,Tulus.2004.Peran Disiplin pada Perilaku dan Prestasi Siswa.Jakarta:Rineka
Cipta
Winkel,WS.1996.Psikologi Pengajaran. Jakarta: PT Grasindo