Panembahan Agung Mataram Giri - Manggala

34
KISAH PANEMBAHAN AGUNG MATARAM GIRI MANGGALA RAJA MATARAM ISLAM III BANI WIRANAGAPATI DARI KELUARGA UNTUK KELUARGA DAN AKAN KEMBALI KEPADA KELUARGA

description

KISAH PANEMBAHAN AGUNG MATARAM GIRI – MANGGALA RAJA MATARAM ISLAM IIIDARI KELUARGA UNTUK KELUARGA DAN AKAN KEMBALI KEPADA KELUARGABANI WIRANAGAPATIKISAH PANEMBAHAN AGUNG MATARAM GIRI – MANGGALA RAJA MATARAM ISLAM IIIBANI WIRANAGAPATIKISAH PANEMBAHAN AGUNG MATARAM GIRI – MANGGALA RAJA MATARAM ISLAM IIIPANEMBAHAN AGUNG MATARAM GIRI – MANGGALA / RADEN MAS WURYAH KISAH GARIS KETURUNAN RAJA MATARAM ISLAM III * BANI WIRANAGAPATI * PENDAHULUANDalam tahun 1979 M, Trah/Keturunan Pangeran

Transcript of Panembahan Agung Mataram Giri - Manggala

Page 1: Panembahan Agung Mataram Giri - Manggala

KISAH PANEMBAHAN AGUNG MATARAM GIRI – MANGGALA

RAJA MATARAM ISLAM III

BANI WIRANAGAPATI

DARI KELUARGA UNTUK KELUARGA DAN AKAN KEMBALI KEPADA KELUARGA

Page 2: Panembahan Agung Mataram Giri - Manggala

KISAH PANEMBAHAN AGUNG MATARAM GIRI – MANGGALA

RAJA MATARAM ISLAM III

BANI WIRANAGAPATI

Page 3: Panembahan Agung Mataram Giri - Manggala

KISAH PANEMBAHAN AGUNG MATARAM GIRI – MANGGALA

RAJA MATARAM ISLAM III

BANI WIRANAGAPATI

PANEMBAHAN AGUNG MATARAM GIRI – MANGGALA / RADEN MAS WURYAH

KISAH GARIS KETURUNAN RAJA MATARAM ISLAM III

* BANI WIRANAGAPATI *

PENDAHULUAN

Dalam tahun 1979 M, Trah/Keturunan Pangeran Tuban Cirebon, Ajengan Raden Mashudi

cigombong bogor juga semua cicit dari keturunan Raden Mas Wuryah yang ada di jawa telah

mengawali menyalin kembali silsilah/sejarah leluhurnya, dan hingga saat ini Keluarga Keturunan

Raden Ngabehi Wiranagapati dalam wadah keluarga, inilah sebagai wujud keteguhan hati dalam

membentuk kerukunan keturunan Pangeran Tuban Cirebon dan Raden Ngabehi Wiranagapati

serta sebagai upaya menelusuri riwayat ataupun mengenang budi, dan kewibawaan leluhur.

Dalam pendahuluan ini kami berpendapat apa yang telah di tingalkan juga dimulyakan segenap

keluarga besar, adalah sebagai lembaran mengenang keagungan beliau bagi anak cucu

keturunannya,serta kerabat Trah Bani Wiranagapati.

Apabila ada keluarga Bani Wiranagapati yang ditanya mengenai riwayat leluhurnya tidak bisa

menjawab, karena memang tidak tahu karena tidak memperoleh informasi riwayat leluhur, akan

menjadi sebab keragu-raguan pihak lain, bahwa dia adalah masih keluarga, atau Trah Bani

Page 4: Panembahan Agung Mataram Giri - Manggala

KISAH PANEMBAHAN AGUNG MATARAM GIRI – MANGGALA

RAJA MATARAM ISLAM III

BANI WIRANAGAPATI

Wiranagapati langsung. Ini juga akan merugikan kehormatan nama leluhur, karena ybs tidak dapat

mencerminkan budi luhur, keharuman nama beliau. Oleh sebab itu kami secepatnya menulis

kembali (memetik) dari surat pakem berbentuk silsilah peninggalan alamarhum Raden Mashudi di

cigombong / bogor dan juga yang lainnya,

Dalam penulisan ini, kami sajikan yang kami ketahui secara keluarga dan sejarah serta yang

terlewatkan dengan harapan dapat memberi manfaat kepada seluruh Trah/Keturunan, sanak

keluarga dan kerabat Bani Wiranagapati, namun demikian apabila ada kesalahan uraian dalam

penjelasan kami dan kalimat, dan tidak berkenan, semoga dapat dimaafkan.

Awal di kisahkan Raden Mas Jolang naik tahta bergelar Panembahan Hanyakrawati Senopati Ing

Alaga menggantikan Panembahan Senopati yang wafat pada 1601, dan memerintah Mataram

selama 12 tahun pada 1601-1613. Raja Mataram ke dua itu memiliki dua istri parameswari, yakni :

(1) Parameswari Ratu Kulon adalah Ratu Tulung Ayu berasal dari Ponorogo yang melahirkan Raden

Mas Wuryah atau Adipati Martapura pada 1604, dan (2) Parameswari Ratu Wetan adalah Dyah

Banowati bergelar Ratu Hadi putri Adipati Benawa dari Pajang yang melahirkan Raden Mas

Rangsang bergelar Adipati Anom dan Ratu Pandansari (istri Pangeran Pekik Surabaya)

Sejak awal kekuasaannya, Panembahan Hanyakrawati harus menghadapi gencarnya

pemberontakan (gerakan separatis) para penguasa taklukkan Panembahan Senopati di daerah

koloni kekuasaan Mataram. Para penguasa daerah atau Adipati memandang Mataram telah lemah

tanpa Panembahan Senopati, sehingga tepat waktu untuk memerdekakan diri lepas dari

kekuasaan Mataram. Terlebih Panembahan Senapati menguasai Jawa dengan cara ekspansi

militernya.

Pada 1602, Raden Mas Kejuron atau Pangeran Puger, adalah Adipati Demak yang mengawali

pemberontakan melawan Mataram di wilayah utara Pegunungan Kendeng. Ironinya?, Pangeran

Puger adalah kakak tiri Panembahan Hanyakrawati dari Istri selir Panembahan Senopati yang

bernama Nyai Adisara.

Walhasil, Panembahan Hanyakrawati rela membagi wilayah utara Mataram tersebut pada kakak

tirinya, namun Pangeran Puger masih memberontak didukung Adipati Gending dan Adipati Panjer

menuntut wilayah Demak hingga ke Tambak Uwos, Jawa Timur. Agaknya, cita-cita mengembalikan

kejayaan Demak dan Dinasti Majapahit di Jawa tak tercapai. Panembahan Hanyakrawati

mengakhiri aksi pemberontakan tersebut dengan mengirim Tumenggung Suranata (Ki Gede

Mestaka) pada 1605, dan Pangeran Puger disantrikan ke Kudus. [Babad Momana]

Menjelang akhir pemerintahan Panembahan Anyakrawati pada 1608, muncul lagi gerakan makar

anti Mataram dipimpin Raden Mas Bathotot atau Pangeran Jayaraga yang ingin jadi Raja Jawa

Page 5: Panembahan Agung Mataram Giri - Manggala

KISAH PANEMBAHAN AGUNG MATARAM GIRI – MANGGALA

RAJA MATARAM ISLAM III

BANI WIRANAGAPATI

setelah diangkat Panembahan Hanyakrawati sebagai Adipati Ponorogo. Ternyata, masih ada lagi

pengaruh tradisi poligami Panembahan Senopati dalam kasus makar Adipati Ponorogo ini?

Pangeran Jayaraga adalah anak kesembilan Panembahan Senapati dengan istri selir dari Kajoran.

Berbeda pandangan politik dengan Pangeran Jayaraga, para bupati bawahan Adipati Ponorogo

justru bergabung dengan Mataram, yakni Pangeran Rangga, Panji Wirabumi, Ngabehi Malang, dan

Demang Nayahita. Walhasil, Panembahan Hanyakrawati segera mengutus Pangeran Pringgalaya

dan Tumenggung Martalaya untuk mengakhiri pemberontakan di Ponorogo, akhir laskar Mataram

unggul dan Pangeran Jayaraga kemudian diasingkan ke Masjid Watu, Pulau Nusa Kambangan.

Kedua pemberontakan yang terjadi di masa pemerintahan Panembahan Hanyakrawati dilakukan

justru oleh saudaranya sendiri, mengindikasikan begitu besarnya konflik suksesi dalam dinasti

Mataram. Konflik tersebut tampaknya timbul akibat adanya rasa tidak puas para pangeran muda

terhadap keputusan Panembahan Senopati yang memilih Raden Mas Jolang sebagai penggantinya.

Akibatnya, kenaikan tahta Raden Mas Jolang mendapat penolakan juga permusuhan dari saudara-

saudaranya sendiri.

H.J. De Graaf, dalam karyanya berjudul Puncak Kekuasaan Mataram: Politik Ekspansi Sultan Agung,

[terjemahan Pustaka Grafitipers & KITLV, Pustaka Grafitipers, Jakarta, 1990] menyebutkan bahwa

lawan politik Panembahan Hanyakrawati yang terkuat adalah Kadipaten Surabaya. Sebuah

dokumen VOC pada tahun 1620, menggambarkan Surabaya sebagai sebuah negara yang kuat dan

kaya, luas wilayahnya kira-kira 37 km dikelilingi sebuah parit dan diperkuat dengan meriam.

Kadipaten Surabaya bahkan telah berhasil menguasai wilayah Kadipaten Pasuruan dan

Blambangan untuk mengantisipasi ekspansi militer Mataram di ujung timur pulau Jawa itu.

Terlebih lagi, Adipati Surabaya telah meluaskan wilayah ekonomi perniagaannya meliputi Pulau

Bawean, Sukadana (Kalimantan Barat), Banjarmasin, Gresik, Lamongan, Tuban, dan Demak untuk

menutup jalur perdagangan Mataram di daerah pesisir. Hal tersebut menunjukkan jika kekuasaan

Surabaya setara dengan Mataram, terlebih Surabaya didukung para Adipati wilayah keturunan

Dinasti Majapahit, trah Prabu Brawijaya.

Bukan darah Panembahan Senopati kalau tidak mewarisi DNA darah Raja Penakluk? Pada 1608,

Raja Mataram memainkan strategi politik penaklukan Surabaya dengan terlebih dahulu

melumpuhkan Demak, simbol terakhir Dinasti Majapahit di Jawa Tengah. Menurut Babad Sengkala,

pada 1609 (1531 Jawa), Mataram melakukan serangan percobaan pertama perbatasan barat

Surabaya untuk mengukur kekuatan Surabaya. Serangan kedua, diarahkan ke Lamongan pada

1612 (1534 Jawa) dibawah komando Adipati Martalaya. Serangan ketiga, pada 1613 (1535 Jawa)

ke Gresik yang mengakibatkan daerah Tuban dan Pati takluk.

Page 6: Panembahan Agung Mataram Giri - Manggala

KISAH PANEMBAHAN AGUNG MATARAM GIRI – MANGGALA

RAJA MATARAM ISLAM III

BANI WIRANAGAPATI

Selama tiga waktu tahun pada 1610-1613, Mataram telah berhasil membuat peta wilayah

kekuatan militer Surabaya berikut tiitik-titik kelemahannya? Secara geografis, kondisi alam

Surabaya dilindungi oleh rawa, hutan dan benteng pertahanan bekas kejayaan Majapahit, dan

ternyata Mataram tidak menyerang Surabaya hingga Panembahan Hanyakrawati mangkat pada

1613. Namun, perekonomian Surabaya melemah akibat daerah-daerah penghasil lumbung

padinya telah dikuasai Mataram.

Mangkatnya Panembahan Hanyakrawati Suatu Konspirasi Politik Dinasti?

Mataram, dibawah Panembahan Hanyakrawati selama 12 tahun dari 1801-1613 hanya sibuk repot

mengurus berbagai pemberontakan saudara-saudaranya sendiri, nyaris tanpa sukses memperluas

wilayah kekuasaannya. Dan ambisi kekuasaan berakhir seiring kematian sang Raja.

Dalam Serat Nitik Sultan Agung, Panembahan Hanyakrawati disebutkan wafat secara misterius

pada malam Jum’at tanggal 1 Oktober 1613 (Babad Sengkala, 1535 Jawa). Penyebab kematian

hingga kini tidak diketahui secara pasti, hanya dikisahkan, jika Panembahan Hanyakrawati

meninggal karena kecelakaan akibat diserang banteng gila yang mengamuk sewaktu berburu

kijang di Hutan Krapyak.

Apakah sedemikian lemah proteksi keamanan seorang Raja hingga tidak terlindungi bahkan tewas

diseruduk seekor banteng gila? Adakah perwira prajurit yang bertanggungjawab dalam peristiwa

tragis itu? Kisah banteng Alas Krapyak ngamuk ini?, kesannya mirip kisah Jaka Tingkir yang

membunuh Kebo Danu yang menyerang Sultan Trenggono, hingga membuka jalan mulus baginya

menuju suksesi kekuasaan Demak Bintoro pada era 1549-1582.

Sedangkan, Babad Tanah Jawi memberitakan jika Panembahan Hanyakrawati meninggal di

Krapyak karena sakit parah, tanpa kejelasan apa penyakitnya? Sumber lain, Babad Mataram

menyebutkan jika Panembahan Hanyakrawati tewas akibat diracun oleh Juru Taman Danalaya?,

abdi kesayangan Raja sendiri! Abdi ini dikisahkan sering menimbulkan keonaran di lingkungan

Kraton dengan menyamar menjadi Raja, sehingga menyesatkan para istri dan selir Raja? Kisah ini

juga diintepretasikan dalam ”Suluk Wujil” berisikan wejangan mistik Kanjeng Sunan Bonang pada

abdi kesayangan Raja Majapahit.

Bagaimanapun misteri kematian Raja pasti ada jawabannya,ya?

Sebelumnya, Panembahan Hanyakrawati bagai telah mendapat firasat, sehingga Raja Mataram itu

memanggil para pangeran dan kerabat disaksikan oleh Adipati Mandaraka, Pangeran Purbaya,

Page 7: Panembahan Agung Mataram Giri - Manggala

KISAH PANEMBAHAN AGUNG MATARAM GIRI – MANGGALA

RAJA MATARAM ISLAM III

BANI WIRANAGAPATI

berkumpul dalam pisowanan di Pendopo Prabayaksa Kraton guna menerima wasiat agar Raden

Mas Rangsang diangkat menjadi Raja Mataram jika ia mangkat!

Wasiat Panembahan Hanyakrawati tersebut didasarkan pada ramalan Panembahan Bayat,

penasehat spiritual Kraton, yang menyatakan bahwa Raden Mas Rangsang akan membawa

kejayaan bagi Kraton Mataram dengan menguasai seluruh Jawa. Namun, sebelum menerima

ramalan itu, Raja Mataram itu sebelumnya justru telah berjanji bahwa Raden Mas Wuryah yang

akan menggantikannya.

Keputusan Raja tersebut berkembang menjadi polemik karena janji politiknya sendiri pada yang

akan mengangkat Raden Mas Wuryah putra Parameswari Ratu Kulon sebagai Raja Mataram, yang

didukung pihak keluarga Adipati Ponorogo dan Adipati Mandarakara. Sebaliknya, Parameswari

Ratu Wetan didukung keluarga Adipati Pajang dan Pangeran Purbaya juga menagih janji

Panembahan Hanyakrawati yang menunjuk Raden Mas Rangsang sebagai penggantinya.

Meskipun, jika berdasar garis genealogy?, tentulah Raden Mas Wuryah sebagai anak sulung dari

Istri Permaisuri pertama jelas lebih berhak menjadi Raja Mataram selanjutnya. Meninggalnya

Panembahan Hanyakrawati memang terkesan terlalu cepat, mungkin juga terkait adanya konflik

internal keluarga Kraton sendiri?

Raden Mas Wuryah, atau Raden Martapura [lahir di Kota Gedhe 1605, wafat di Magelang pada

1638] putra sulung Panembahan Hanyakrawati dari Parameswari-I Ratu Kulon sebagai putra

mahkota akhirnya naik tahta menjadi Raja Mataram dengan gelar Adipati Martapura. Lalu

mengapa Raja hanya bergelar Adipati? Raden Mas Wuryah di masa remajanya juga punya julukan

‘Kenthol Ponorogo’ (kemudian menjadi Panembahan Kejoran), dan adik kandungnya, Raden Mas

Cakra dijuluki ‘Kenthol Kuning’ (kemudian menjadi Panembahan Bayat).

Data lain, Serat Nitik Sultan Agung menyatakan yang seharusnya jadi putra mahkota justru Raden

Mas Rangsang karena usianya lebih tua dari Raden Mas Wuryah, juga sebagai putra tertua

Panembahan Hanyakrawati dengan Parameswari-II Ratu Adi dari Pajang.

Pengangkatan Raden Mas Martapura sebagai pejabat putra mahkota guna menghindari

kekosongan pemerintahan Mataram, karena Raden Mas Rangsang sedang bepergian jauh (tidak

dijelaskan kemana?). Sebagai putra sepuh di antara para pangeran, maka Raden Mas Martapura

dianggap berhak mengisi kedudukan Raja didasarkan pada paugeran Kraton Jawa, bahwa putra

mahkota adalah putra tertua Raja dengan Parameswari-I.

Sedangkan, kedudukan Parameswari-I dan Parameswari-II dapat digeser sesuai dengan kehendak

Raja yang berkuasa. Menurut H. J. De Graaf, Raden Mas Martapura yang usianya jauh lebih muda

Page 8: Panembahan Agung Mataram Giri - Manggala

KISAH PANEMBAHAN AGUNG MATARAM GIRI – MANGGALA

RAJA MATARAM ISLAM III

BANI WIRANAGAPATI

ditunjuk menjadi putra mahkota karena terlahir ketika ayahnya sudah menjadi raja. Sedangkan,

Raden Mas Rangsang lahir ketika ayahnya belum menjadi raja, bahkan belum ditunjuk menjadi

putra mahkota. Hal ini dapat dilihat dari umur kedua putra raja tersebut saat Panembahan

Anyakrawati meninggal? Raden Mas Martapura berumur 8 tahun, sedangkan Raden Mas Rangsang

sudah berumur 20 tahun.

Dalam Babad Sengkala dikisahkan, setelah 4 hari Mangkatnya Raja, pada Senin pagi tanggal 4

Oktober 1613, Raden Mas Martapura dinobatkan jadi Raja Mataram bergelar Panembahan Adipati

Martapura oleh Adipati Mandaraka dan Pangeran Purbaya, rakyat Mataram menyambut suka-ria

di Alun-alun Kraton. Dan sore harinya, Raja Baru dimohon mengadakan perjamuan rapat agung

yang memuat saran Adipati Mandaraka agar Raja Baru turun tahta dan menyerahkan tahta kepada

kakaknya, yaitu Raden Mas Rangsang berdasarkan pesan almarhum ayahnya.

Kemudian, Panembahan Adipati Martapura turun tahta dengan alih alasan sakit kurang ingatan?

Babad Tanah Jawi memberitakan, jika pemindahan hak atas tahta itu didasari alasan Raden Mas

Martapura menderita sakit ingatan musiman dan suka memakan makhluk yang masih hidup.

Keadaan itupula menyebabkan Raden Mas Martapura dianggap tidak layak dan tidak mampu

untuk memerintah Mataram, sekalipun ada Wali Negara. Raden Mas Martapura meninggal dunia

pada tahun 1638 setelah mengabdikan diri sebagai Raden Santri di Gunung Pring, Muntilan,

Magelang. Bagaimanapun hanya Raja yang punya otoritas politis tentukan siapa penggantinya?

( bisa di baca kutipan ini dari trah panembahan wongsopati ing klero / July 2010 )

Di kisahkan dari subang kuningan tersebutlah kisah, Wirananggapati putra raja Mataram. Beliau

meminta ijin kepada ibunya untuk mengembara ke negeri asing (tatar Sunda) ibunya merestui

kepergian Wirananggapati dan membekalinya berupa pusaka karembong lokcan.

Singkat cerita sampailah Raden Wirananggapati ke suatu pesantren yang berada di Desa Ciketug

(Pamulihan). Pemimpin di pesantren itu adalah Kiai Jabasraga yang mempunyai seirang anak

bernan Nyi Suka Inten. Para santri di pesantren menghina dan memperolok-olok Raden

Wirananggapati yang terlihat kotor dan kumel. Dalam keadaan prihatin Raden Wirananggapati

diberi tugas menjaga ladang Kiai Jabasraga.

Nyi Suka Inten tertarik oleh kepribadian Raden Wirananggapati, begitu pula Kiai Jabasraga

mengetahui kisah kasih mereka dan merestuinya untuk bersanding di pelaminan. Suatu waktu Kiai

Jabasraga menyuruh Raden Wirananggapati berkunjung ke Mataram.

Di Mataram Raden Wirananggapati berhasil melumpuhkan seekor banteng yang mengamuk dan

memporak porandakan paseban dengan “karembong lokcan”. Melihat pusaka karemobong lokcan

Page 9: Panembahan Agung Mataram Giri - Manggala

KISAH PANEMBAHAN AGUNG MATARAM GIRI – MANGGALA

RAJA MATARAM ISLAM III

BANI WIRANAGAPATI

Raden Wirananggapati oleh raja Mataram diakui sebagai anak, yang kemudian ditugaskan menjadi

Bupati di Subang.

Raden Wirananggapati semula bernama “Raden Mas Muryah Martapura” yang bergelar Pangeran

Adipati Anom. Beliau adalah perwaris tahta kerajaan Mataram ketiga dari Panembahan Krapyak

yang bergelar Sesuhunan Adiprabu Anyakrawati Senopati Ingalaga.

Untuk lebih jelasnya mari kita simak dan telusuri asal mula sejak berdirinya kerajaan Mataram.

Pada tahun 1586 M Sutawijaya dan Senopati dalam peperangan berhasil merebut kekuasaan

kerajaan Pajang. Dengan demikian Mataram yang tadinya hanya berbentuk Kadipaten yang tunduk

kepada kerajaan Pajang, sekarang naik kedudukannya menjadi kerajaan.

Maka berdirilah kerajaan Mataram yang pertama dengan rajanya Senopati dikenal dengan gelar

Panembahan Senopati.

Setelah Penambahan Senopati mangkat, digantikan oleh putranya yang bernama Raden Mas

Jolang dan setelah menjadi raja Mataram kedua bergelar Panembahan Kerapyak atau Sesuhunan

Anyakrawati senopati Ingalaga Mataram.

Panembahan Krapyak mempunyai mempunyai dua istri, yang pertama bernama Ratu Tulung Ayu

sebagai prameswari atau disebut Ratu Kulon, yang kedua Ratu Adi yang statusnya sebagai istri selir.

Dari istri pertama Ratu Tulang Ayu (prameswari) mendapat tiga anak yaitu satu. RM. Mutyah

Martapura/Adipati Anom, dua Adipati Pesir dan tiga Soraya.

Sedangkan dari Ratu Adi sebagai istri selir dapat anak sati yaitu RM. Rangsang atau Sujatmko

Abdurahman.

Nah, RM. Muryah Martapura atau Adipati Anom inilah yang kelak bernama Wirananggapati yang

menjadi kuwu (dalem) pertama Desa Subang dan cikal bakal adanya Desa Subang. Sedangkan RM.

Rangsang atau Sujatmiko Abdurahman kelak menjadi Sultan Agung Raja Mataram ke empat.

( bisa di baca kutipan ini dari sejarah subang kuningan 2001 )

Dalam konteks sejarah yang di tuliskan subang kuningan agar tidak terjadi kesalah pahaman dalam

pengakuan dari semua pihak yang merasa bahwa mereka masih bergariskan keturunan

Wirananggapati, kami sedikit ingin menjelaskan dari apa yang kami telusuri juga di ketahui bahwa :

Raden Wirananggapati Raja Galuh terakhir yang mempunyai seorang anak bernama

Raden Martadinata . ( bisa baca di arsip Babad Galuh I & II )

Raden Ngabehi Wiranagapati / Raden Mas Wuryah Raja Mataram Islam III yang

mempunyai lima orang anak dari istri yang berbeda menurut hasil fakta juga sejarah dari

pencarian terhadap keluarga besar ini.

Page 10: Panembahan Agung Mataram Giri - Manggala

KISAH PANEMBAHAN AGUNG MATARAM GIRI – MANGGALA

RAJA MATARAM ISLAM III

BANI WIRANAGAPATI

Inilah nama anak anak dari Raden Ngabehi Wiranagapati / Raden Mas Wuryah yang tercatat di

cigombong / bogor oleh alm Ajengan Raden Mashudi :

Raden Bangsa Naga ( hasil fakta pencarian beribukan Nyi Suka Inten )

Raden Martagandra ( hasil fakta pencarian beribukan Mbok Ayu Attap )

Raden Dalem Agung ( masih dalam pencarian fakta )

Raden Tanduk Baya ( hasil fakta pencarian beribukan Nyi Suka Inten )

Raden Wirasantika ( hasil fakta pencarian beribukan Nyi Suka Inten )

Informasi dari subang kuningan tepatnya di desa tarik kolot kuningan oleh beberapa warga yang

kami temui yaitu kyai Kosasih & Bapak Mahadin juga beberapa masyarakat setempat yang

menyatakan bahwa mereka masih ada keturunan bergariskan dari Raden Tanduk Baya & Raden

Wirasantika di daerah kuningan jawa barat.

Awal sejarah kisah daerah gresik dari pancer keturunan Sang Prabu Brawidjaya yang terakhir,

sebagai raja yang memegang kekuasaan di Majapahit mempunyai putra Raden Arya Damar , dan

dinobatkan sebagai Adipati di Palembang (Sumatera-Selatan). Beliau berputera Raden Kusen,

setelah dewasa mengabdikan diri ke Majapahit dan diberi nama "Petjat Tanda", kemudian

dinobatkan menjadi Adipati di wilayah "Terung", sehingga nama sering disebut "Pecat Tanda

Terung" . Letaknya adalah daerah Krian-Sidoarjo, Jawa Timur. Adapun sisa-sisa sejarah dari bentuk

bangunan yang tertinggal masih dapat dilihat. Raden Kusen wafat, digantikan oleh :

Raden Sengguruh, bertempat tinggal di Terung-Krian, Sidoarjo, berputra

• Kyai Goib, bertempat tinggal di Terung-Krian, Sidoarjo. berputra

• Kyai Tempel, yang bertempat tinggal didesa Setro, wilayah Gresik, berputra

• Kyai Ketib, bertempat tinggal di desa Temasik - Kebomas, wilayah Gresik, berputra

• Kyai Muruk, bertempat tinggal juga di desa Temasik, berputra

• Kyai Kemis, bertempat tinggal di desa Setro, wilayah Gresik, menikah dengan Nyai Mas Ayu,

melahirkan dua putra, adalah

• 1. Bagus Lanang Puspodiwangsa, menikah denga Lara Teleng binti Kyai Tumenngung Naladika

Page 11: Panembahan Agung Mataram Giri - Manggala

KISAH PANEMBAHAN AGUNG MATARAM GIRI – MANGGALA

RAJA MATARAM ISLAM III

BANI WIRANAGAPATI

• 2. Nyai Ayu, menikah dengan Bagus Prendjak (Sutadirana), bin Bagus Lasem - Trah Pragola-Pati.

Keadaan sewaktu Kyai Kemis menjabat, kekuasaan Gresik dibawah Pangeran Maswitana,

berkedudukan di Giri. Beliau mempunyai seorang punggawa Mantri bernama Kyai Gulu, berasal

dari desa Setro, karena kesetiaan pengabdian, mendapat anugerah / hadiah setengah bagian dari

wilayah kekuasaan Gresik, bagian selatan. Hal tersebut diperjelas dalam acara syukuran dalam

riwayatnya bahwa Kyai Gulu terhitung putra mantu dari Kyai Ageng Ngegot di Surabaya. Konon

cerita karena memenangkan sayembara yang diadakan Pangeran Mas Pekik, dalam hal

memeilhara / menyusui bayi Nini Sara puteri dari Mas Pekik (yang ditinggal wafat ibunya sewaktu

melahirkan), dengan kejadian tersebut sebagai tanda terima kasihnya diberi wilayah pemerintahan

Gresik bagian Selatan kepada Kyai Gulu. Selanjutnya dalam riwayat Nini Sara ini yang menurunkan

Kanjeng Sunan Mangkurat/sultan agung, dan Pangeran Puger.

Selain itu Kyai Gulu mendapatkan anugerah berupa pusaka berupa sebilah keris bernama "Maesa

Ganda Rasa", serta isteri dari garwa ampil Kanjeng Sunan Mangkurat Tegal Arum, wanita ini asal

dari Gresik, sehubungan hal ini maka Kyai Gulu mempunyaihak memakai nama gelar Kyai Ageng,

karena masih terkait dengan keluarga raja Mataram.

Isteri tersebut saat menikah dengan Kanjeng Sunan Mangkurat telah mempunyai dua puteri,

adalah: 1. Nyai Angger, dan 2. Nyai Wuragil. Sedangkan dari pernikahan dengan Kyai Gulu,

menurunkan dua putera, 1. Nyai Mas Ayu*, 2. Bagus Sateter. Saat wafatnya Kyai Ageng Gulu,

beliau Kanjeng Sunan Mangkurat mengangkat Bagus Sateter menjabat sebagai Bupati Gresik. Dan

sebagai pengiring kedudukan Bupati Giri dibagian selatan oleh Pangeran Maswitana diangkatlah

Kertilaksana, yang berasal dari keturunan china.

Setelah menjabat Bupati Gresik, Bagus Sateter nama gelarnya adalah KyaiTumenggung Naladika

dan diberi anugerah isteri oleh Kanjeng Sunan Mangkurat/sultan agung, yaitu dari garwa ampil,

yang berasal dari desa Ketubanan wilayah Gresik, bernama Nyai Gede.

Dari pernikahan Bagus Sateter dengan Kyai Gede, mempunyai putra: 1. Lara Teleng; 2.Bagus Dana;

Sedangkan Bagus Sateter dengan istri semula (garwa sepuh) mempunyai seorang putri, bernama

mBok Ayu Attap, yang menikah dengan Mertadiwangsa...( cerita lengkapnya ini bisa di baca di

sejarah kota sejarah kota gresik )

Membaca tulisan di atas ada yang terlewatkan di kisah iniI karena cerita dari pernikahan antara

Mbok Ayu Attap Mertadiwangsa tidak di ketahui kelanjutanya.

Berdasarkan pencarian data yang di dapatkan oleh kami juga bukti sejarah dan keluarga dalam

perjalanan ini untuk menyambung kembali tali silaturohim keluarga besar Bani Wiranagapati maka

kesimpulan hasil antara pernikahan Mbok Ayu Attap dengan Mertadiwangsa / R Ngabehi

Wiranagapati / Raden Martapura Mempunyai dua orang anak yang bernama Raden Dalem Agung

Page 12: Panembahan Agung Mataram Giri - Manggala

KISAH PANEMBAHAN AGUNG MATARAM GIRI – MANGGALA

RAJA MATARAM ISLAM III

BANI WIRANAGAPATI

dan Raden Martagandra, sedikit mengingatkan kembali dalam cerita ini bahwa abad yang di

ceritakan antara kisah keluarga Tumenggung Poesponegoro dengan kisah Raden Ngabehi

Wiranagapati / Martapura / Mertadiwangsa berada di abad yang sama serta kedudukan yang

sama sama seorang bupati di daerah yang mereka jabati masing masing.

Raden Ngabehi Wiranagapati / Raden Mas Wuryah / Mertadiwangsa / Raden Martapura adalah

kuwu pertama di subang kuningan yang tertulis di sejarah nasional masih berdarahkan Brawijaya /

Majapahit anak dari seorang ibu bernama Permaisuri Ratu Tulung Ayu dan berayahkan seorang

Raja Mataram Islam II Panembahan Hanyakrawati yang telah menduduki tahta sebagai Raja di

abab 1610 – 1613.

Dari jejak yang berjulukan nama nama mereka juga tempat peristirahatannya beliau semua yang

terakhir di situlah banyak penemuan yang bermaknakan sambung menyambung untuk mencari

susunan dalam tatanan dari keluarga besar Bani Wiranagapati.

Di mulai dari cerita pernikahan antara Mbok Ayu Attap & Mertadiwangsa yang melahirkan dua

orang putra mereka adalah Raden Dalem Agung dan Raden Martagandra.

Dari Raden Martagandra mempunyai seorang anak yang bernama Raden Cakrawali / Cakrawala

(perhatikan nama cakra ini di tahun kejadian di sejarah gresik...) dan semua garis keturunan dari

Raden Cakrawali di ungsikan ke tanah sunda tepatnya di kaki gunung salak / bogor karena dapat

di simpulkan untuk menyelamatkan keturunannya dari gejolak yang sedang memanas pada saat

itu di Gresik karena pada abad itu di ceritakan bahwa mataram berhasil menduduki kota Surabaya

/ Gresik dapat di tafsirkan bahwa pada saat itu telah terjadi gejolak dimana seorang Raja Mataram

Islam IV ada kesalah pahaman dengan Raden Martapura ( bisa di baca pada kisah Babad Pacina )

atau mungkin pada saat itu pula ada gejolak dimana seorang Raja tidak menginginkan ada dua

orang Raja di tanah jawa ini (anda bisa baca kisah ini di cerita raja raja mataram kuno-mataram

islam)

Maka dari itu kenapa semua garis keturunan dari Raden Cakrawali di ungsikan ke tanah sunda agar

menjaga akan tetap ada sampai sekarang ini atau memang jejak dari Mbah Akungnya di ikuti

kembali ( bisa di liat di sejarah subang kuningan tentang hijrahnya ke tanah sunda).

Kembali lagi kita membahas mengenai jejak yang di tingalkan oleh mereka semua kepada garis

keturunan Bani Wiranagapati sampai akhirnya hijab ini terbuka.

Marta /Merta itulah nama dari Raden Mas Wuryah di Gresik dengan Nama Martapura dan nama

depannya itu di sandang kepada anaknya yang bernama Raden Martagandra yang makamnya ada

Page 13: Panembahan Agung Mataram Giri - Manggala

KISAH PANEMBAHAN AGUNG MATARAM GIRI – MANGGALA

RAJA MATARAM ISLAM III

BANI WIRANAGAPATI

di area pemakaman Eyang Buyut Sunan Gresik /Syekh Maulana Malik Ibrahim bersama makam

anaknya yang bernama Raden Cakrawali / Cakrawala.

Dan kenapa makam mereka tidak di dalam Astana pemakaman keluarga dari Tumenggung

Poesponegoro karena dapat di pastikan mereka berdua hanya berasbabkan Majapahit / Brawijaya

dari pihak Ibu dan Bapaknya mereka berasbabkan pernikahan antara pihak Brawijaya/ Majapahit

dengan Giri Kedaton.

Semua keturuan mereka yang berada di kaki gunung salak di antaranya mengunakan julukan

Diwangsa adalah Mbah Diwangsa / Raden Lasiyem & Mbah Angsadiwangsa / Raden Bangsa anak

juga cucu dari Raden Cakrawali / Cakrawala.

(bisa di amati bahwa nama dari DIWANGSA itu adalah di ambil dari nama akhir buyutnya

MERTADIWANGSA..)

PENELUSURAN

Berdasarkan pada apa yang telah kami ketahui secara baik itu dari cerita /kisah keluarga maupun

di luar dari keluarga bahwa kesimpulan dari fakta fakta yang sangat kuat kami dapati mengenai

sosok seorang yang bernama Raden Mas Wuryah /Raden Ngabehi Wiranagapati /Panembahan

Agung Giri – Manggala sebagai Buyut kami yang di tuliskan kisah sebelumnya PENDAHULUAN

sebagaimana di ceritakan oleh banyak pihak yang sangat tidak mempunyai bukti bukti kuat yang

mendasar tentang tuduhan atau fitnahan serta pembunuhan karakter terhadap buyut kami

Raden Mas Wuryah.

Page 14: Panembahan Agung Mataram Giri - Manggala

KISAH PANEMBAHAN AGUNG MATARAM GIRI – MANGGALA

RAJA MATARAM ISLAM III

BANI WIRANAGAPATI

Bila kita melihat dan membaca artikel artikel penulisan tentang Raden Mas Wuryah begitu singkat

juga tidak transparasi dalam penjelasan makna di tulisan tersebut terutama kalangan

dalem/keraton keluarganya sendiri, ada apa sebenar yang telah terjadi di saat itu…?

Karena banyak sekali tulisan yang menceritakan tentang keluarga yang saling perebutan tahta juga

kekuasan di saat itu antara kalangan keluarga besar ini juga intrik intrik untuk saling menjatuhkan

agar dapat menduduki tahta dalam persaingan antara saudara sendiri.

Banyaknya ketidak akuratan serta kejangalan kisah kisah tersebut demi mencapai apa yang telah

di niatkan untuk menduduki jabatan itu, telah sering kita baca seolah olah yang dinamakan aib di

keluarga sendiri tidak di jaga melainkan di sebar luaskan ke orang luar hanya untuk sekadar

menyatakan bahwa Raden Mas Wuryah Benar benar seorang mengidap penyakit gila tahunan.

Mungkin dalam pemikiran ini kalu sejenak kita renungkan pemaknaan arti sebenarnya MATARAM

ISLAM itu apa…? Bila kita membaca kisah demi kisah setelah berdirinya kerajaan Mataram islam ini

hanya sedikit tersirat pemaknaan berdirinya kerajaan Mataram Islam itu sendiri, yang ada justru

adalah kembalinya cerita cerita seperti di jaman kerajaan Mataram kuno sebelumnya.

Sedikit kita kembali mengenang cerita tentang berdirinya Giri Kedaton yang awal mulanya

Kerajaan islam itu mulai terbentuk begitu banyak makna dan arti dari sebuah peperangan juga

perebutan wilayah hanya untuk semata mata mensyiarkan sebuah agama di tanah nusantara ini

yaitu AGAMA ISLAM tapi kenapa malahan setelah berdirinya kerajaan MATARAM ISLAM justru

ada masa dimana banyak pembunuhan para kyai serta ulama ulama islam juga perpecahan

keluarga lantaran perebutan wilayah di keluarga itu sendiri hinga akhirnya ada beberapa dari

keluarga dalem mengunakan bantuan dari VOC untuk menyiasati perseturuan antara keluarga ini.

Memang agak sedikit menyentuh bilamana kita membaca sejarah Kerajaan MATARAM ISLAM ini

di kuasai oleh bangsa asing semua cerita dan sejarah kita di tulis oleh mereka yang bukanlah

berdarahkan bangsa sendiri apakah mungkin hubungan ini yang agak perlu di cermati secara lugas

dimana banyak perjanjian dalam kerja sama antara pihak pihak keluarga yang dekat dengan VOC

waktu itu secara tertutup untuk memudahkannya dalam perebutan tahta juga wilayah

perseturuan di keluarga sehingga apa yang di tuliskan oleh seseorang sejarawan dari bangsa lain

dalam hubungan ikatan dari keluarga sepihak itu sendiri apa benar adanya…?

Sedikit meluruskan sejarah keluargaku, ada yang perlu di pertanyakan di sini….? Di tuliskan di BABAD TANAH JAWI/BTJ di hal 91 – 93 bahwa Ki Ageng Sela menpunyai 7 orang anak

Page 15: Panembahan Agung Mataram Giri - Manggala

KISAH PANEMBAHAN AGUNG MATARAM GIRI – MANGGALA

RAJA MATARAM ISLAM III

BANI WIRANAGAPATI

1. Nyai Ageng Luruh Tengah 2. Nyai Ageng Saba 3. Nyai ageng Bangsri 4. Nyai Ageng Jati 5. Nyai ageng Patanen 6. Nyai Ageng Pakis Dadu 7. Kyai Ageng Henis Dan Ki Ageng Henis sudah mempunyai seorang anak yang bernama Pemanahan dan di nikahkan dengan putri pertama Nyai Ageng Saba. Yang bungsu bernama Ki juru Martani saudara yang jadi ipar Ki Ageng Pemanahan mempunyai 7orang anak di antaranya 5 laki laki dan 2 perempuan 1. Raden Jambu 2. Raden Bagus 3. Raden Santri 4. Raden Tompe 5. Raden Kadawung 6. Istri dari Tumenggung Mayang 7. ……. Pada di masa itu Raden Bagus di angkat anak oleh Sultan Pajang / Joko Tingkir Pertanyaannya.. Di Wikipedia di tuliskan bahwa Nyai Sabina istri ki Ageng pemanahan itu berdarahkan dari Sunan Giri berkakakan Ki Juru Martani/Brawijaya.. atau sebaliknya Nyai sabinah yang berdarah Brawijaya di nikahkan dengan Ki ageng Pemanahan anak dari pernikahan nyai saba dengan Ki Saba / Syekh Selo yang masih berdarahkan Sunan Giri II yang di angkat anak oleh Ki ageng Henis/Pemanahan Apa hukumnya bila menikahkan anak anak mereka dari hubungan dekat kakak beradik ( liat nomor 2 & 7 hal 91-93 ) dalam suatu keluarga kecil … maaf Cuma mau nanya aja karena kami yakin mereka lebih paham ini di jamannya di banding kita yang bisanya Cuma menerka jawaban ini… Kalu memang ki ageng Pemanahan Anak mereka (Ki Saba & Nyai Ageng Saba yang di nikahkan dengan anak perempuan dari sepupunya Ki Ageng Henis yaitu Ki Juru Martini yang mempunyai seorang anak bernama Nyai Sabinah…? atau Bisa juga bahwa ki juru martini yang berdarahkan

Page 16: Panembahan Agung Mataram Giri - Manggala

KISAH PANEMBAHAN AGUNG MATARAM GIRI – MANGGALA

RAJA MATARAM ISLAM III

BANI WIRANAGAPATI

Brawijaya sepupu dari ki ageng henis mempunyai seorang adik perempuan yang bernama nyai Sabinah dan di nikahkan dengan Ki Ageng Pemanahan.. Fakta sejarah dalam ilmu keluarga yang di tingalkan beliau beliau adalah mereka semua itu dalam pengajaran ilmu agama islam oleh Eyang Kalijaga juga Eyang Sunan Giri III serta susunan makam antara Ki Ageng Pemanahan dengan Ki juru Martini tidaklah jauh sejajar nya itu adalah kode etik antara hubungan mereka di masa hidupnya Di tuliskan di BABAD TANAH JAWI/BTJ di hal 246 -247 Pada waktu itu Sang Raja/ Panembahan Hanyakrawti sudah mempunyai 5 orang anak 1. Mas Rangsang 2. Putri Ratu Pandan 3. Den Mas Pamenang 4. Den Mas Martapura sakit gila tahunan 5. Den Mas Cakra Pertanyaannya mengenai tulisan tentang Den Mas Martapura itu sakit gila tahunan adalah.. Berdasarkan bukti apa yang paling otentik kalu benar mas martapura itu sakit gila tahunan…? Manalah mungkin orang sakit gila tahunan dapat memimpin suatu perang di blambangan dan memimpin jadi Bupati suatu daerah dalam kurun 30 tahun juga mempunyai 5 orang putra…( bisa di liat di kisah subang kuningan 1688 & perang Blambangan abad 1633 ) Justru kami melihat disini sudah terlalu lama hampir 400 tahun dari 1613 hingga mau ke 2013 terjadi PEMBUNUHAN KARAKTER TERHADAP Raden Mas Wuryah yang di sumbangkan suara suara dengan fitnahan tidak terbukti dengan jelas bahwa dia Raden MAS Wuryah itu pengidap sakit gila tahunan, yang ada adalah justru keBOHONGAN BESAR di berikan kepada Raden Mas Wuryah setelah Tahta Rajanya di serahkan kepada Mas Rangsang atas bisikan paman pamannya, dan setelah dia di lengserkan lalu mulai tersebarlah berita BOHONG BESAR itu hingga sampai sekarang tetap tidak ada bukti kuat dan otentik bahwa dia sakit gila tahunan… Sekedar mengingat kembali amanah yang telah terucapkan oleh Eyang kita Panembahan Anyakrawati di kisah BABAD TANAH JAWI hal 247 yaitu : Sang Prabu lalu berkata kepada para putra sentana " anak anaku semua rukun - rukunlah dalam persaudaraan, siapa yang mendahului berbuat jahat TIDAKLAH SELAMAT. sudah selamat tinggal...

Page 17: Panembahan Agung Mataram Giri - Manggala

KISAH PANEMBAHAN AGUNG MATARAM GIRI – MANGGALA

RAJA MATARAM ISLAM III

BANI WIRANAGAPATI

PENELUSURAN KAMI DALAM PENJELASAN

Di paragraph ini kami akan mencoba menguraikan arti sebuah nama gelar untuk seseorang yang di

amanahkan kepada anak cucunya yang mengunakan nama nama tersebut dalam tahta sebagai

seorang Raja yang di pegang kuat :

Sunan Giri I ( Syekh Muhammad Ainul Yakin / Raden Fattah )

Sunan Giri II ( Syekh Abdullah / Sunan Dalem / Raden Kendur )

Sunan Giri III ( Sunan Prapen / cucu dari Sunan Giri II )

Panembahan Mataram Suro ( Raden Bagus Kuncung Mataram / Ki Ageng Pemanahan)

Panembahan Senopati ( Raden Mas Sutawijaya / Raden Ngabehi Abdurrahman)

Panembahan Anykrawati ( Raden Mas Jolang )

Panembahan Agung Mataram ( Raden Mas Wuryah / Raden Ngabehi Wiranagapati )

Bila kita melihat nama nama dan gelar di atas tersebut dapat di telusuri agar jelas dari mana bisa

beliau beliau memakai nama tersebut .

Awal mula di jaman Mataram Kuno menceritakan nama dari Panembahan itu di dapati oleh Syekh

Ahmad Jalaludin / Panembahan Agung Joyoprono yang telah menikahkan seorang putri dari

keturunan Raja Galuh / Prabu Joyoprono (makamnya ada di Bali ) dari pernikahan tersebut

lahirlah dua orang putranya yang bernama Syekh Maulana Malik Makhdum Ibrahim / Mbah Bantal

dan Syekh Maulana Ishak / Panembahan Agung Palembang.

Dari Syekh Maulana Ishak / Panembahan Agung Palembang telah menikahkan putri dari kerajaan

blambangan lahirlah seorang anak yang bernama Syekh Muhammad Ainul Yakin / Sunan Giri atau

Prabu Satmata , perlu di ketahui nama gelar Prabu Satmata ini pernah di pegang oleh syekh Siti

Djenar yang memang masih satu darah dengan Sunan Giri, karena Syekh Siti djenar & Zaenab

menpunyai seorang ayah yang berjulukan Raja Bungsu / Sayyid Shalih di Cirebon anak dari syekh

Maulana Ishak yang menikahkan putri dari keturunan Raja Pasai /Palembang.

Dari Syekh Muhammad Ainul Yakin / Sunan Giri telah menikahkan putri dari keturunan Majapahit

anaknya Ki Supa murid dari Sunan Ampel hinga lahirlah Syekh Abdullah/ Sunan Dalem .

Kemudian dari Syekh Abdullah / Sunan Giri II pernah menikah dengan seorang Putri dari negeri

Pajajaran yang bernama Putri Kendurwati yang melahirkan seorang putra bernama Ki saba / syekh

Selo, riwayat ini memang tidak begitu di kenal karena hanya beberapa orang aja yang menuliskan

Page 18: Panembahan Agung Mataram Giri - Manggala

KISAH PANEMBAHAN AGUNG MATARAM GIRI – MANGGALA

RAJA MATARAM ISLAM III

BANI WIRANAGAPATI

kisah ini tapi bila mau melihat keakuratannya bisa di datangi ke daerah Selomerto kira kira 1km

dari pasar selomerto di situ makam Ki saba / Syekh Selo asbab dari kerajaan MATARAM ISLAM.

Kenapa di sebutkan Ki Saba asbab dari Berdirinya kerajaan MATARAM ISLAM karena Ki Saba

/Panembahan Mataram menikahkan seorang putri anaknya dari Ki Ageng Sela yang masih

berdarahkan keturunan dari Raja Brawijaya, sangat di sayangkan di riwayat ini telah terjadi saling

tarik menarik kisah sejarah yang akhirnya terjadi banyak sekali kesimpang siuran hampir semua

garis keturunan, dari pernikahan Ki saba dan Nyai Ageng Saba melahirkan anak bernama Raden

Bagus Kuncung / Panembahan Mataram suro /Ki Ageng Pemanahan

Sedikit mengupas tentang nama dari Ki Ageng Pemanahan yang di dapati oleh Raden bagus

Kuncung ini bila kita membaca di kisah babad tanah leluhur galuh dari kisah subang –sumedang

larang akan terlihat jelas di mana seorang keturunan Raja di angkat anak atau di nikahkan oleh

Putri yang masih berdarahkan seorang Raja maka nama dari Bapaknya putri itu akan didapati atau

bisa di sandang oleh anak angkatnya ataupun mantu mantunya agar mendapatkan kedudukan

serta kehormatan dalam sisi kekeluargaan seperti kisah Raden Abdullah anak dari pangeran

sabrang lor yang di angkat anak oleh sunan Gunung jati lalu di nikahkan dengan cucunya maka

anak dari Raden Abdullah yang berada di sumedang menikah dengan seorang Putri yang masih

berdarahkan seorang keturunan raja galuh maka nama merekapun Menjadi sama Aryawangsa

dan adiknya yang bernama suryadiwangsa, padahal nama itu yang sebenarnya adalah nama putra

putra asli dari keturunan Raja Galuh ( silahkan baca di kisah babad galuh subang-sumedang larang)

mungkin sama seperti kisah Joko tingkir di angkat anak oleh Nyai Tingkir dimana nama Ki Joko

tingkir yang sebenarnya adalah sunan Giri atau Prabu Satmata (bisa di lihat di kisah daerah

Rembang ) dimana di kisahkan bahwa Joko tingkir yang masih berdarahkan Brawijaya berguru

kepada para wali9 seperti Sunan Ampel, sunan Giri juga Sunan Kalijaga di masanya inilah salah

satu metode dan cara para waliyullah mensyiarkan agama islam di tanah jawa ini memakai nama

juga gelar dari Raja Raja penduduk asli yang sangat di segani juga di hormati di daerahnya sudah

banyak nama nama juga gelar dari Raja Raja atau pemimpin setempat di sandang oleh para

keturunan para wali9 di tanah jawa ini hanya untuk sekedar memudahkan beliau semua dalam

mensyiarkan agama islam.

Jadi ada keyakinan besar di kisah ini terjadi kepada Raden Bagus Kuncung walupun memang jika

membaca kisah kisah Raden bagus Kuncung ini akan sedikit sekali kemungkinan mendapatkan

kisah yang sebenarnya atau mungkin kisah ini terlewatkan bisa juga di simpang siurkan maklum

pada masa jayanya VOC prinsip yang terjadi adalah barang siapa yang dekat dalam membantu

kaum VOC pastilah sejarah mereka akan besar dan Hebat… maaf sudah terbukti jelas di setiap

tulisan dimana yang penulisnya adalah seorang sejarawan yang berasal dari negeri VOC tapi

bilamana kita melihat dari dekat secara fakta ke tempat tempat peningalan jejak yang pernah di

tingalkan oleh leluhur kita maka akan terbuka jelas walupun terkadang ada juga dari keluarga

sepihak yang masih menutupinya sehinga kitapun sering kali kehilangan jejak tersebut.(Jogja 2008)

Page 19: Panembahan Agung Mataram Giri - Manggala

KISAH PANEMBAHAN AGUNG MATARAM GIRI – MANGGALA

RAJA MATARAM ISLAM III

BANI WIRANAGAPATI

Kembali lagi pada pokok penelusuran dalam penjelasan ini dari Ki ageng Pemanahan yang telah

menikahkan seorang putri masih berdarahkan seorang Raja Brawijaya yang bernama Nyai Sabinah

adik dari Ki Juru Martani anak angkat Ki ageng Henis / Pemanahan lahirlah beberapa orang anak

salah satunya yang bernama Raden Ngabehi Abdurrahman / Raden Mas Sutawijaya, di kisah inipun

telah semakin menjadi jadi kesimpang siuran tentang jalur dari Panembahan senopati , bila kita

melihat sedikit sejarah dari mana dia mendapati nama dan gelar Panembahan Senopati , di

kisahkan bahwa beliau di angkat anak oleh Joko tingkir dimana kita telah pahami Joko Tingkir itu

adalah seorang Senopati dari Raja Demak II / Sultan Trenggono lalu Joko Tingkirpun akhirnya di

nikahkan oleh Putri raja Demak II tersebut dan menjadikan dirinya seorang Raja Pajang, dan untuk

nama Panembahan itu di dapatkan oleh Raden Mas Sutawijaya karena beliau memang masih

berdarahkan darah seorang ayah yang bernama Panembahan Mataram Suro / ki Ageng

Pemanahan , melanjutkan cerita kembali dimana Raden Mas Sutawijaya yang menikahkan putri

anak dari Ki Panjawi yang bernama Ratu Kidul dan mempunyai beberapa orang anak di antaranya

yaitu Raden Mas Jolang / Panembahan Anyakrawati.

Dari Panembahan Anyakrawati menikahi seorang putri yang masi keturunan dari Syekh Batara

Katong /Ponorogo yang berdarah kuat Majapahit yaitu Ratu Tulung Ayu dan Panembahan

Hanyakrawati juga telah menikahi putri anak dari Pangeran Benawa yang bernama Ratu Dyah

Banowati masi berdarahkan dari pihak keluarga Sultan Hadiwijaya/Joko Tingkir Raja Pajang.

Dikisah ini pula kami mencoba untuk belajar mengerti dalam melihat dari berbagai sudut pandang

tentang kisah demi kisah yang telah banyak di tuliskan oleh beberapa sejarawan maupun itu dari

pihak luar atau pihak keluarga yang sepihak, di tuliskan bahwa sebelum menjadi seorang Raja

Mataram Islam Panembahan Anyakrawati belum mempunyai anak dari istrinya yang pertama

Ratu Tulung Ayu tapi dari istrinya yang kedua Ratu Dyah telah lahir seorang anak laki laki yang

bernama Raden Mas Rangsang /Sultan Agung Hanyakusumo.

Hampir sekian lama akhirnya Panembahan Anyakrawati mendapatkan seorang anak dari istri

pertamanya Ratu Tulung Ayu yaitu Raden Mas Wuryah, kejadian ini setelah Panembahan

Anyakrawati di angkat menjadi seorang Raja Mataram Islam II, untuk pengertian di kejadian ini

jelas bahwa yang di anggap seorang Putra Mahkota Raja yang syah adalah anak pertama dari istri

pertama seorang ayah yang telah menjadi Raja itulah yang di namakan PUTRA MAHKOTA RAJA

YANG SYAH karena bila anak seorang Raja lahir sebelum ayahnya menjadi Raja dia hanyalah

PUTRA seorang Raja, dan di kisah ini di ceritakan juga bahwa Panembahan Anyakrawati

mempunyai beberapa orang anak baik laki laki maupun perempuan ( untuk nama nama tersebut

dapat di baca di berbagai tulisan yang ada di kisah Panembahan Hanyakrawati ).

Bila kita membaca kembali riwayat pemberitaan tentang kematian dari Panembahan Anyakrawati

begitu banyak pula kejangalan juga ke tidak akuratan serta sangat membingungkan ada yang

Page 20: Panembahan Agung Mataram Giri - Manggala

KISAH PANEMBAHAN AGUNG MATARAM GIRI – MANGGALA

RAJA MATARAM ISLAM III

BANI WIRANAGAPATI

menuliskan bahwa beliau di seruduk banteng saat berburu, ada pula yang menuliskan bahwa

beliau sakit keras setelah pulang berburu dari hutan kapryak.

Sebelum wafatnya Panembahan Anyakrawati, beliaupun berpesan kepada keluarga besarnya

Adipati Manda Raka dan Pangeran Purbaya untuk menjadikan Raden Mas Wuryah / Panembahan

Agung Mataram putra pertamanya dari istrinya yang bernama Ratu Tulung Ayu di jadikan Raja

Mataram Islam III sebelum tahta kedudukannya di berikan kepada anaknya juga dari istri keduanya

Ratu Dyah yaitu Raden Mas Rangsang / Sultan Agung Hanyakusumo.

Dalam kisah yang di atas ini kami begitu sangat dapat mengerti dan pahami karena bagaimanapun

juga tidak mungkin suatu kerajaan di pimpin oleh seorang Raja yang masih berumur sekitar 8tahun

sedangkan di saat itu antara Raden Mas Wuryah dengan Raden Mas Rangsang terpaut sekitar

12tahun jadi sangatlah wajar bila kedudukan tahta kerajaan di berikan kepada Mas Rangsang

setelah tahta Raja Mataram Islam III itu di berikan kepada Raden Mas wuryah lalu Ki Adipati

Manda Raka membisikan kepadanya supaya lengser keprabon serta menyerahkan kedudukan itu

kepada Raden Mas Rangsang sebagai Raja Mataram Islam IV.

Setelah lengsernya Raden Mas Wuryah beliau di beri nama gelar Panembahan Agung di Kerajaan

Mataram Islam, inilah yang kami pahami dari mana nama gelar Panembahan Agung itu di

dapatkan oleh Raden Mas Wuryah / Raden Ngabehi Wiranagapati.

Jadi nama atau gelar yang mereka sandang pastilah ada makna juga artinya di dalam lingkup

kekeluargaan nurun menurun tidaklah mungkin seorang anak atau cucu juga keturunannya dapat

menyandang atau mengunakan nama dan gelar yang memang bukan dari garis darah

keturunannya melalui pihak seorang yang berdarahkah murni dari ayahnya.

GARIS KETURUNAN RADEN MAS WURYAH / PANEMBAHAN AGUNG MATARAM GIRI - MANGGALA

Dari Pihak istri anaknya Kyai Jabas Raga yang bernama Nyai soka Inten mempunyai beberapa

orang anak di antaranya :

3. Raden Bangsa Naga ( Subang Kuningan )

4. Raden Tanduk Baya ( Subang Kuningan – Bandung )

5. Raden Wirasantika ( Subang kuningan – Kalimantan )

Page 21: Panembahan Agung Mataram Giri - Manggala

KISAH PANEMBAHAN AGUNG MATARAM GIRI – MANGGALA

RAJA MATARAM ISLAM III

BANI WIRANAGAPATI

Dari pihak istri anaknya Ki Bagus Sateter yang bernama Mbok Ayu Attap mempunyai dua orang

anak bernama :

1. Raden Dalem Agung ( Gresik )

2. Raden Marta Gandra ( Gresik )

Dalam penulisan kisah di atas ini dapat di baca/lihat di tulisan pertama di pendahuluan Keluarga

Besar Raden Mas Wuryah / Raden Ngabehi Wiranagapati.

kami akan mencoba untuk memberikan nama nama keturunan Raden Mas Wuryah melalui anak

cucu juga cicit cicitnya dari :

2. Raden Marta Gandra

Di tuliskan dalam silsilah keluarga oleh alm Aki Raden Mashudi bahwa Raden Marta Gandra

mempunyai seorang anak yang bernama Raden Cakrawali / Cakrawala (petilasan beliau ada di

Cibeureuy/Bogor dan makam beliau berada di Gresik di dalam lingkungan makam dari Sunan

Gresik persis di bawah kaki petilasan makam dari Syekh maulana Ishak dan makam beliau

berdampingan dengan ayahnya yaitu makam Raden Marta Gandra ) di tuliskan bahwa :

1. Raden Cakrawali / Cakrawala mempunyai tiga orang anak :

2.1. Raden Bangsa / Mbah Angsadiwangsa pemegang kunci Gunung Salak dan Gunung

Bundar Bogor ( makamnya berada di Cibeureuy /kaki Gunung Salak Bogor )

2.2. Raden Bahun/Banun /Mbah Armat ( makamnya berada di Cibeureuy /kaki Gunung

Salak Bogor )

2.3. Raden Rahmat / sholeh (makamnya berada di Cibeureuy / kaki Gunung Salak Bogor )

Di tuliskan bahwa Raden Bahun / banun / Mbah Armat mempunyai tiga orang anak yaitu :

1.2 Raden Samian / Raden Surya Kencana ( makamnya berada di Cijeruk perbatasan

antara Bogor dan Sukabumi melalui jalur Cigombong / Ciapus Bogor )

2.2 Raden Lasiyem / Mbah Diwangsa ( makamnya berada di Cigombong Bogor seberang

pemakaman keluarga dekat pesantren yang di pimpin oleh Alm Aki Raden Mashudi )

2.3 Raden Saelam / Raden Surya Manggala (makamnya berada di daerah Rancamaya

Bogor )

Page 22: Panembahan Agung Mataram Giri - Manggala

KISAH PANEMBAHAN AGUNG MATARAM GIRI – MANGGALA

RAJA MATARAM ISLAM III

BANI WIRANAGAPATI

Di tuliskan bahwa Raden Samian / Raden Surya Kencana Mempunyai beberapa orang anak yaitu :

1. 1.2. Raden Amunah

2. 1.2. Nyai Raden Arthini

3. 1.2. Raden Ersa

4. 1.2. Raden Murna

5. 1.2. Nyai Raden Nuci

6. 1.2. Raden Bastar

Di tuliskan bahwa Raden Amunah mempunyai Beberapa orang anak yaitu :

1. 1.1.2. Raden Adi / Jayadi

2. 1.1.2 Nyai Raden Alsah

3. 1.1.2. Nyai Raden Dalsah

4. 1.1.2. Raden Madsari

Di tuliskan bahwa Raden Adi / Jayadi mempunyai beberapa orang anak yaitu :

1. 1.1.1.2. Raden Saip

2. 1.1.1.2. Raden Ain

3. 1.1.1.2. Raden Enco

4. 1.1.1.2. Raden Anyan

5. 1.1.1.2. Nyai Raden Nenti

6. 1.1.1.2. Nyai Raden Sa’an

7. 1.1.1.2. Nyai Raden Rumi

8. 1.1.1.2. Raden Haji Bunyani

Di tuliskan bahwa Raden Anyan mempuyai beberapa orang anak yaitu :

1. 4.1.1.1.2. Nyai Raden Atika

2. 4.1.1.1.2. Nyai Raden Yayat

Page 23: Panembahan Agung Mataram Giri - Manggala

KISAH PANEMBAHAN AGUNG MATARAM GIRI – MANGGALA

RAJA MATARAM ISLAM III

BANI WIRANAGAPATI

3. 4.1.1.1.2. Raden Ujang

4. 4.1.1.1.2. Nyai Raden Tuti

Di tuliskan bahwa Raden Haji Bunyani mempunyai beberapa orang anak yaitu :

1. 8.1.1.1.2. Nyai Raden Saidah

2. 8.1.1.1.2. Nyai Raden Aisyah

Di tuliskan bahwa Raden Saelam / Raden Surya Manggala mempunyai beberapa orang anak yaitu :

1. 2.3. Raden Embi

2. 2.3. Nyai Raden Ante

3. 2.3. Nyai Raden Naesi

4. 2.3. Nyai Raden Erna

5. 2.3. Nyai Raden Eno

Di tuliskan bahwa Raden Lasiyem / Mbah Diwangsa mempunyai beberapa orang anak yaitu :

1. 2.2. Raden Raitam / Raden Sholeh

2. 2.2. Nyai Raden Atis

3. 2.2. Raden Sain

4. 2.2. Nyai Raden Warti

5. 2.2. Raden Haji Ahmad

6. 2.2. Raden Eci / Ayah Duri

Di tuliskan bahwa Raden Raitam mempunyai beberapa orang anak yaitu :

1. 1.2.2. Raden Paptawijaya

2. 1.2.2. Nyai Raden Aminah

3. 1.2.2. Raden Jai

4. 1.2.2. Nyai Raden Nuki

5. 1.2.2. Nyai Raden Ratna

Page 24: Panembahan Agung Mataram Giri - Manggala

KISAH PANEMBAHAN AGUNG MATARAM GIRI – MANGGALA

RAJA MATARAM ISLAM III

BANI WIRANAGAPATI

6. 1.2.2. Raden Awin Sarnawi

7. 1.2.2. Raden H. Sanusi

8. 1.2.2. Raden Ajum

Dituliskan bahwa Raden Jai mempunyai beberapa orang anak yaitu :

1. 3.1.1.2. Raden Padni

2. 3.1.1.2. Raden Karna

3. 3.1.1.2. Raden Sukarya

4. 3.1.1.2. Nyai Raden Juariah

Di tulisakan bahwa Raden Awin Sarnawi Mempunyai beberapa orang anak yaitu :

1. 6.1.2.2. Raden Ujang

2. 6.1.2.2. Raden Ali Mamat

3. 6.1.2.2. Raden Apandi

4. 6.1.2.2. Nyai Raden Iis Wasiah

5. 6.1.2.2. Raden Juanda

6. 6.1.2.2. Raden Dani

7. 6.1.2.2. Nyai Raden Titin Sutina

D tuliskan bahwa Raden Haji Sanusi mempunyai beberapa orang anak yaitu :

1. 7.1.2.2. Raden U Saefudin

2. 7.1.2.2. Nyai Raden Rahmah

3. 7.1.2.2. Nyai Raden Atikah

4. 7.1.2.2. Nyai Raden Fatimah

5. 7.1.2.2. Raden Haji Sofyan R

6. 7.1.2.2. Nyai Raden I Halimah

Page 25: Panembahan Agung Mataram Giri - Manggala

KISAH PANEMBAHAN AGUNG MATARAM GIRI – MANGGALA

RAJA MATARAM ISLAM III

BANI WIRANAGAPATI

Di tuliskan bahwa Raden Ajum mempunyai beberapa orang anak yaitu :

1. 8.1.2.2. Nyai Raden Mamah

2. 8.1.2.2. Raden Jundi

3. 8.1.2.2. Nyai Raden Dedeh

4. 8.1.2.2. Raden Suwandi

5. 8.1.2.2. Raden Mansyur

6. 8.1.2.2. Nyai Raden Yuyun

Di tuliskan bahwa Raden Haji Ahmad mempunyai beberapa orang anak yaitu :

1. 5.2.2. Raden Rafei

2. 5.2.2. Nyai Raden Halimah

3. 5.2.2. Nyai Raden Emok

4. 5.2.2. Raden Kasim

5. 5.2.2.Raden H. Musa

6. 5.2.2. Nyai Raden Ratna

7. 5.2.2. Nyai Raden Enung

Di tuliskan bahwa Raden Sain mempunyai seorang anak yaitu :

1. 3.2.2. yang bernama Raden Djasmadi / Raden Junaedi mempunyai tiga orang anak yaitu :

1. 1.3.2.2. Nyai Raden Enur

2. 1.3.2.2. Raden Haji Ukay

3. 1.3.2.2. Raden Haji Muhammad Enoch

4. 1.3.2.2. Nyai Raden Eem

Di tuliskan bahwa Raden Haji Ukay mempunyai beberapa orang anak yaitu :

1. 2.1.3.2.2. Raden Iyang

2. 2.1.3.2.2. Nyai Raden Wati

Page 26: Panembahan Agung Mataram Giri - Manggala

KISAH PANEMBAHAN AGUNG MATARAM GIRI – MANGGALA

RAJA MATARAM ISLAM III

BANI WIRANAGAPATI

3. 2.1.3.2.2. Raden Agus

4. 2.1.3.2.2. Nyai Raden Tini

5. 2.1.3.2.2. Nyai Raden Endang

6. 2.1.3.2.2. Raden Iwan

7. 2.1.3.2.2. Raden Andi

Di tuliskan bahwa Raden Haji Muhammad Enoch mempunyai beberapa orang anak yaitu :

1. 3.1.3.2.2. Raden Haji Erdi Nuruddin

2. 3.1.3.2.2. Raden Erdi Handayani

3. 3.1.3.2.2. Raden Erdi Safruddin

4. 3.1.3.2.2. Raden Tadjriyani

5. 3.1.3.2.2. Nyai Raden Mulyanah

6. 3.1.3.2.2. Nyai Raden Hayati Nupus

7. 3.1.3.2.2. Nyai Raden Kurniasih

8. 3.1.3.2.2. Raden Agus Gunawan

9. 3.1.3.2.2. Raden Agus Gunadi

10. 3.1.3.2.2. Raden Bambang Sumarna

Di tuliskan bahwa Raden Haji Erdi Nuruddin mempunyai beberapa orang anak yaitu :

1. 1.3.1.3.2.2. Raden Adri Andriansyah

2. 1.3.1.3.2.2. Raden Ayu Irra Riawati

3. 1.3.1.3.2.2. Raden Fikri Firmansyah

4. 1.3.1.3.2.2. Raden Ayu Erna Rismawati

5. 1.3.1.3.2.2. Raden Wiwit Nurmansyah

6. 1.3.1.3.2.2. Raden Ayu Arie Restinawati

7. 1.3.1.3.2.2. Raden Riris Ferdiansyah

Page 27: Panembahan Agung Mataram Giri - Manggala

KISAH PANEMBAHAN AGUNG MATARAM GIRI – MANGGALA

RAJA MATARAM ISLAM III

BANI WIRANAGAPATI

Di tuliskan bahwa Raden Erdi Hanyani mempunyai beberapa orang anak yaitu :

1. 2.3.1.3.2.2. Raden Erwin Wiramanggala

2. 2.3.1.3.2.2. Raden Ruli Wiramanggala

3. 2.3.1.3.2.2. Raden Ayu Dessy

4. 2.3.1.3.2.2. Raden Ayu Irma

5. 2.3.1.3.2.2. Raden Hari Apriyah

Di tuliskan bahwa Raden Erdi Safruddin mempunyai beberapa orang anak yaitu :

1. 3.3.1.3.2.2. Raden Ayu Hanu Yuliawati

2. 3.3.1.3.2.2. Raden Ayu Putri Rahmawati

3. 3.3.1.3.2.2. Raden Ayu Tia Qodariyah

Di tuliskan bahwa Raden Tadjriyani mempunyai beberapa orang anak yaitu :

1. 4.3.1.3.2.2. Raden Teguh Adimarta

2. 4.3.1.3.2.2. Raden Taufik Wibisono

3. 4.3.1.3.2.2. Raden Ayu Nurul Fauziah

Di tuliskan bahwa Raden Agus Gunawan mempunyai beberapa orang anak yaitu :

1. 8.3.1.3.2.2. Raden Ringga

2. 8.3.1.3.2.2. Raden Ajeng Listi

3. 8.3.1.3.2.2. Raden Deka

4. 8.3.1.3.2.2. Raden Ocim

Di tuliskan bahwa Raden Agus Gunadi mempunyai beberapa orang anak yaitu :

1. 9.3.1.3.2.2. Raden Reno

2. 9.3.1.3.2.2. Raden Ajeng Icha

3. 9.3.1.3.2.2. Raden Reza

Page 28: Panembahan Agung Mataram Giri - Manggala

KISAH PANEMBAHAN AGUNG MATARAM GIRI – MANGGALA

RAJA MATARAM ISLAM III

BANI WIRANAGAPATI

Di tuliskan bahwa Raden Bambang Sumarna mempunyai beberapa orang anak yaitu :

1. 10.3.1.3.2.2. Raden Ajeng Syavira Sumarna

2. 10.3.1.3.2.2. Raden Tito F. A Sumarna

3. 10.3.1.3.2.2. Raden T.W Alvin Sumarna

Itulah beberapa nama nama anak sampai cucu serta cicit dari Raden Mas Wuryah Yang Masih

Berdarah Murni dari Keturunan kuat NGABEHI melalui garis keturunan Raden Marta Gandra yang

kami dapati juga ketahui walaupun masih ada banyak sekali garis keturunannya yang belum di

tuliskan di sini, tanpa mengurangi rasa hormat kami kepada seluruh keturunan dari keluarga besar

Bani Wiranagapati di tanah nusantara ini.

Dan di akhir tulisan ini kami juga akan memberitahu nara sumber nama nama serta tempat dari

informasi yang kami telah kumpulkan dan kami pelajari dalam perjalanan keluarga besar Bani

Wiranagapati serta saudara keluarga kami, guru juga sahabat dan tidak lupa semua petuah

petuah yang kami datangi sebagai tanda Terima Kasih kami Selain kepada ALLAH SWT atas

Ridhonya dan bantuan dalam doa maupun kerja sama atas informasi yang kami dapati selama ini

sebagai tanda dari kembalinya talisilaturohim kami sebagai berikut :

Guru Besar Sayyid Ajengan Alm. Aki Raden Mashudi (Cigombong Bogor )

Guru Besar Sayyid Ajengan Alm. Aki Ali Abdurahman / Mamah Jefrah ( Cipanas )

Guru Besar Alhabib Kyai Ustd Lutfhi bin Yahya (Pekalongan )

Guru Besar Alhabib Munzir Almusawa (Majelis Rasulullah Jakarta )

Nyai Raden Eem dan Raden Yayang (Anak dan cucu dari Raden Junaedi )

Raden Ngabehi Tadjriyani (Anak dari Raden Muhammad Enoch )

Nyai Raden Hayati Nupus dan menantunya Bapak Bayan Mulyani Nganjuk – Jawa Timur

Raden Ngabehi Bambang Sumarna ( Anak dari Raden Muhammad Enoch )

Raden Ngabehi Agus Gunawan ( Anak dari Raden Muhammad Enoch )

Alm. Raden Ngabehi Agus Gunadi ( Anak dari Raden Muhammad Enoch )

Raden Ngabehi Adri Andriansyah ( Anak dari Raden Erdi Nuruddin )

Page 29: Panembahan Agung Mataram Giri - Manggala

KISAH PANEMBAHAN AGUNG MATARAM GIRI – MANGGALA

RAJA MATARAM ISLAM III

BANI WIRANAGAPATI

Raden Agung Joko Susanto bin Suratman Hadi Utomo dan Keluarga ( Klaten )

Raden Agung Andre Maulana bin Iriawan dan anaknya Raden Axel R. A (Bandung )

Raden Agung A. Maru bin Adenan dan Keluarga (Palembang )

Raden Ngabehi Ruli Wiramanggala ( anak dari Raden Handayani / Kalimantan )

Aa Saidi dan anaknya Aa Risyad (Ketua Adat Baduy Luar dan Dalam )

Aki Puun Baduy Dalam

Bapak Kyai di pemakaman Eyang Ki Saba tahun 2006 Selomerto Jawa Tengah

Kakak Musafir di pemakaman Eyang Syek Maulana Ishak Paciran - Kemantren Jawa Timur

Para Petuah juga Saudaraku di Trowulon pemakaman Eyang Jumadil Kubro dan Eyang

Ngudung juga Mbah Satim / Tumenggung Majapahit Jawa Timur

Bapak Syarif dan Keluarga ( Kuncen Makam Raden Bahun,Raden Rahmat,Raden Bangsa di

Cibereuy Bogor )

Bapak Tatang ( Kuncen Petilasan Raden Cakrawali di Cibereuy Bogor )

Bapak Oeng dan Keluarga (kuncen makam Raden Shoheh Citeureup Bogor )

Bapak Ismail (kuncen Eyang Sunan giri gresik )

Putri None Ayu Surabaya dan Raden Dalem Agung Andhika Satria Pratama Wirawangsa

juga Rara Ajeng Radhea Ayu Permata Sari Wirawangsa di Surabaya Jawa Timur

Kyai Syarohni (kuncen Eyang Sayyid Ali Murthado gresik )

Romo Dadi dan Keluarga kuncen di Keraton Kartasuro (solo / Jawa Tengah )

Ustad Sobirin gurunya Raden Ng Wirawangsa (Depok /Jawa barat)

Bapak Suar di Alas Kethu Wonogiri Jawa Tengah

Bapak Har Kuncen Makam Eyang Dalem Pandawa ( Tasikmalaya Pamijahan )

Kyai Kosasih / Opik dan Bapak Jejen serta Keluarga (Desa Tarik Kolot Subang Kuningan )

Bapak Mahidin dan Keluarga (Desa Tarik Kolot Subang Kuningan )

Mas Mumu Kuncen Eyang Syarit Hidayatullah Cirebon Jawa Barat

Page 30: Panembahan Agung Mataram Giri - Manggala

KISAH PANEMBAHAN AGUNG MATARAM GIRI – MANGGALA

RAJA MATARAM ISLAM III

BANI WIRANAGAPATI

Bapak Raden Suwito / Bapak Angkat Raden Ng Wirawangsa (Depok Timur Jawa Barat)

Kuncen Makam Raden Undik Cilacap Jawa-tengah

Putri None Ayu Cilacap dan Rara Ajeng Zahra Jasmine Ardhandy Wirawangsa juga Rara

Ajeng Vasthi Ghaniya Ardhandy Wirawangsa Cilacap Jawa Tengah

Seluruh & Segenap Keluarga Kuncen Abdi Dalem Astana Kota Gede

Mbah Puji Kuncen Ala Ketonggo Ngawi Jawa Timur

Bapak Bagio security di Pemakaman Sunan Gresik Jawa Timur

Mas Hamid di Tuban dan Mas Mul di Bukit Giri Gresik Jawa timur

Bapak Supomo di Jl. Kemuning Pasar Minggu Jakarta ( keturunan Raden Anusapati Galuh )

Bapak Junaedi dan Bapak Eli & Keluarga di Wates Gunung Bundar Bogor – Jawa Barat

Bapak Andre dan Romo Adi di Sindang Laut Cirebon – Jawa Barat

Kyai kamaluddin dan Keluarga di Desa Tarik Kolot Subang Kuningan- Jawa Barat

Segenap Keluarga Besar juga masyarakat Subang Kuningan Tarik kolot ( Subang Kuningan )

Ustd Taman dan Bapak Surahadi di pemakaman Syekh Awwal (Kebumen Jawa Tengah )

Bapak Iwan di poltangan Pasar Minggu Jakarta Selatan keturunan dari Pangeran Megatsari

Bapak Kopral di pemakaman Jati Negara Kaum Jakarta

Alm. Mbah Suwito Pawiro Kuncen Gunung lanang Kulon Progo Jawa tengah

Mas Mustari & Keluarga serta Bapak Sarkam di Gunung Lanang Kulon Progo Jawa Tengah

Segenap Seluruh Masyarakat di Gunung lanang dan Gunung Putri Kulon Progo

Pak Le Tadi dan keluarga di klangon Jawa Tengah

Kuncen Pemakaman Eyang Singosari di Muntilan Jawa Tengah

Alm. Abah Adong Al haddad di Kalibata Jakarta

Abah Ceker Al Haddad di Luar Batang Jakarta

Suhu Daniel Wahiddiyah di Batu Tulis Bogor

Page 31: Panembahan Agung Mataram Giri - Manggala

KISAH PANEMBAHAN AGUNG MATARAM GIRI – MANGGALA

RAJA MATARAM ISLAM III

BANI WIRANAGAPATI

Bapak Yanto di Asrama Prajurit Keraton di jalan Lasem Yogjakarta Jawa tengah

Segenap Keluarga Besar Majlis Burdah di pisangan Lama Jatinegara Jakarta yang di pimpin

oleh Ustd Bazar

Abah Daud Kuncen makam Pangeran Mansyuruddin Al Banteni -Cikeudeun Banten

Keluarga Besar Majlis Majedub tahun 2004 di Mesjid At Taubah Jakarta Selatan ( Makam

Hb Kuncung )

Seluruh Pengurus di Mesjid Al Mubarok Meseum Satria Mandala Jakarta Selatan

(pemakaman anak cucu serta cicit dari serta petilasan dari Pangeran Kuningan )

Abah Rohim dan Hb Adurrahman Assegaf Mesjid At Taubah Kalibata Jakarta Selatan

Segenap kuncen di pemakaman Syekh Asnawi / Kyai Agung Banten

Mantu dari Alm Aki Raden Ali Abdurrahman / Mamah Jefrah Cipanas Bogor

Mas Manto di purwokerto (sahabat kami di station kereta Purwokerto ) Jawa Tengah

Gus Rohim Lirboyo di Jl. Ampera Jakarta Selatan

Aa Nanang di Cipasung Darma Subang Kuningan Jawa Barat

Sayyid Al Muqaddam pemimpin majlis Syifah di Cipinang lama Jakarta Timur

Bang Rudi Kuncen di pemakaman Hb Husein Al Idrus Luar Batang Jakarta Utara ( 2003)

Kuncen Raden Papak di Jakarta Timur (di jalan alternative cocacola arah ke pulo gadung )

Keluarga dari Kuncen Selogiri pemakaman Pangeran Samber Nyawa di solo Jawa tengah

Segenap Kuncen di pemakaman Syekh Nur Iman di Jogja kalasan jawa Tengah

Segenap para pengurus di pemakaman Sunan Gresik dan sunan Giri jawa Timur

Abah Wan Syehan Al Bahar di Bintara Jakarta Timur

Mbah Rohma binti Kyai Mansyur Madura Jawa Timur

Serta seluruh dan segenap saudara saudara kami juga keluarga kami dari barat ke tengah

hingga ke timur di tanah jawa ini bila mana nama nama kalian yang tidak tercantum di

tulisan ini tanpa mengurangi rasa hormat dan terima kasih dari kami atas semua apa yang

telah kita lalui dalam perjalanan kisah ini.

Page 32: Panembahan Agung Mataram Giri - Manggala

KISAH PANEMBAHAN AGUNG MATARAM GIRI – MANGGALA

RAJA MATARAM ISLAM III

BANI WIRANAGAPATI

Keluarga Besar Mataram Islam yang kami hormati mohon sekiranya maaf beribu maaf tidak ada maksud apa apa dalam hal ini kami hanya menyampaikan apa yang telah di amanahkan oleh beliau beliau hingga sudah hampir sepuluh tahun perjalanan kami Dari barat hingga Ke timur untuk mencari bukti bukti kuat tentang keluarga besar ini. Kami hanyalah di tugaskan untuk mengali, menyapu serta membersihkan tanah dalam perjalanan untuk keluarga besar Bani Wiranagapati serta kembalinya mereka semua membumi ke tanah ini....amin allahuma amin yaa robbul alamin. Hormat Kami /Perwakilan, Raden Ngabehi Abdullah Rahmat Wirawangsa

Page 33: Panembahan Agung Mataram Giri - Manggala

KISAH PANEMBAHAN AGUNG MATARAM GIRI – MANGGALA

RAJA MATARAM ISLAM III

BANI WIRANAGAPATI

Page 34: Panembahan Agung Mataram Giri - Manggala

KISAH PANEMBAHAN AGUNG MATARAM GIRI – MANGGALA

RAJA MATARAM ISLAM III

BANI WIRANAGAPATI