KISAH PANEMBAHAN AGUNG MATARAM GIRI – MANGGALA
RAJA MATARAM ISLAM III
BANI WIRANAGAPATI
DARI KELUARGA UNTUK KELUARGA DAN AKAN KEMBALI KEPADA KELUARGA
KISAH PANEMBAHAN AGUNG MATARAM GIRI – MANGGALA
RAJA MATARAM ISLAM III
BANI WIRANAGAPATI
KISAH PANEMBAHAN AGUNG MATARAM GIRI – MANGGALA
RAJA MATARAM ISLAM III
BANI WIRANAGAPATI
PANEMBAHAN AGUNG MATARAM GIRI – MANGGALA / RADEN MAS WURYAH
KISAH GARIS KETURUNAN RAJA MATARAM ISLAM III
* BANI WIRANAGAPATI *
PENDAHULUAN
Dalam tahun 1979 M, Trah/Keturunan Pangeran Tuban Cirebon, Ajengan Raden Mashudi
cigombong bogor juga semua cicit dari keturunan Raden Mas Wuryah yang ada di jawa telah
mengawali menyalin kembali silsilah/sejarah leluhurnya, dan hingga saat ini Keluarga Keturunan
Raden Ngabehi Wiranagapati dalam wadah keluarga, inilah sebagai wujud keteguhan hati dalam
membentuk kerukunan keturunan Pangeran Tuban Cirebon dan Raden Ngabehi Wiranagapati
serta sebagai upaya menelusuri riwayat ataupun mengenang budi, dan kewibawaan leluhur.
Dalam pendahuluan ini kami berpendapat apa yang telah di tingalkan juga dimulyakan segenap
keluarga besar, adalah sebagai lembaran mengenang keagungan beliau bagi anak cucu
keturunannya,serta kerabat Trah Bani Wiranagapati.
Apabila ada keluarga Bani Wiranagapati yang ditanya mengenai riwayat leluhurnya tidak bisa
menjawab, karena memang tidak tahu karena tidak memperoleh informasi riwayat leluhur, akan
menjadi sebab keragu-raguan pihak lain, bahwa dia adalah masih keluarga, atau Trah Bani
KISAH PANEMBAHAN AGUNG MATARAM GIRI – MANGGALA
RAJA MATARAM ISLAM III
BANI WIRANAGAPATI
Wiranagapati langsung. Ini juga akan merugikan kehormatan nama leluhur, karena ybs tidak dapat
mencerminkan budi luhur, keharuman nama beliau. Oleh sebab itu kami secepatnya menulis
kembali (memetik) dari surat pakem berbentuk silsilah peninggalan alamarhum Raden Mashudi di
cigombong / bogor dan juga yang lainnya,
Dalam penulisan ini, kami sajikan yang kami ketahui secara keluarga dan sejarah serta yang
terlewatkan dengan harapan dapat memberi manfaat kepada seluruh Trah/Keturunan, sanak
keluarga dan kerabat Bani Wiranagapati, namun demikian apabila ada kesalahan uraian dalam
penjelasan kami dan kalimat, dan tidak berkenan, semoga dapat dimaafkan.
Awal di kisahkan Raden Mas Jolang naik tahta bergelar Panembahan Hanyakrawati Senopati Ing
Alaga menggantikan Panembahan Senopati yang wafat pada 1601, dan memerintah Mataram
selama 12 tahun pada 1601-1613. Raja Mataram ke dua itu memiliki dua istri parameswari, yakni :
(1) Parameswari Ratu Kulon adalah Ratu Tulung Ayu berasal dari Ponorogo yang melahirkan Raden
Mas Wuryah atau Adipati Martapura pada 1604, dan (2) Parameswari Ratu Wetan adalah Dyah
Banowati bergelar Ratu Hadi putri Adipati Benawa dari Pajang yang melahirkan Raden Mas
Rangsang bergelar Adipati Anom dan Ratu Pandansari (istri Pangeran Pekik Surabaya)
Sejak awal kekuasaannya, Panembahan Hanyakrawati harus menghadapi gencarnya
pemberontakan (gerakan separatis) para penguasa taklukkan Panembahan Senopati di daerah
koloni kekuasaan Mataram. Para penguasa daerah atau Adipati memandang Mataram telah lemah
tanpa Panembahan Senopati, sehingga tepat waktu untuk memerdekakan diri lepas dari
kekuasaan Mataram. Terlebih Panembahan Senapati menguasai Jawa dengan cara ekspansi
militernya.
Pada 1602, Raden Mas Kejuron atau Pangeran Puger, adalah Adipati Demak yang mengawali
pemberontakan melawan Mataram di wilayah utara Pegunungan Kendeng. Ironinya?, Pangeran
Puger adalah kakak tiri Panembahan Hanyakrawati dari Istri selir Panembahan Senopati yang
bernama Nyai Adisara.
Walhasil, Panembahan Hanyakrawati rela membagi wilayah utara Mataram tersebut pada kakak
tirinya, namun Pangeran Puger masih memberontak didukung Adipati Gending dan Adipati Panjer
menuntut wilayah Demak hingga ke Tambak Uwos, Jawa Timur. Agaknya, cita-cita mengembalikan
kejayaan Demak dan Dinasti Majapahit di Jawa tak tercapai. Panembahan Hanyakrawati
mengakhiri aksi pemberontakan tersebut dengan mengirim Tumenggung Suranata (Ki Gede
Mestaka) pada 1605, dan Pangeran Puger disantrikan ke Kudus. [Babad Momana]
Menjelang akhir pemerintahan Panembahan Anyakrawati pada 1608, muncul lagi gerakan makar
anti Mataram dipimpin Raden Mas Bathotot atau Pangeran Jayaraga yang ingin jadi Raja Jawa
KISAH PANEMBAHAN AGUNG MATARAM GIRI – MANGGALA
RAJA MATARAM ISLAM III
BANI WIRANAGAPATI
setelah diangkat Panembahan Hanyakrawati sebagai Adipati Ponorogo. Ternyata, masih ada lagi
pengaruh tradisi poligami Panembahan Senopati dalam kasus makar Adipati Ponorogo ini?
Pangeran Jayaraga adalah anak kesembilan Panembahan Senapati dengan istri selir dari Kajoran.
Berbeda pandangan politik dengan Pangeran Jayaraga, para bupati bawahan Adipati Ponorogo
justru bergabung dengan Mataram, yakni Pangeran Rangga, Panji Wirabumi, Ngabehi Malang, dan
Demang Nayahita. Walhasil, Panembahan Hanyakrawati segera mengutus Pangeran Pringgalaya
dan Tumenggung Martalaya untuk mengakhiri pemberontakan di Ponorogo, akhir laskar Mataram
unggul dan Pangeran Jayaraga kemudian diasingkan ke Masjid Watu, Pulau Nusa Kambangan.
Kedua pemberontakan yang terjadi di masa pemerintahan Panembahan Hanyakrawati dilakukan
justru oleh saudaranya sendiri, mengindikasikan begitu besarnya konflik suksesi dalam dinasti
Mataram. Konflik tersebut tampaknya timbul akibat adanya rasa tidak puas para pangeran muda
terhadap keputusan Panembahan Senopati yang memilih Raden Mas Jolang sebagai penggantinya.
Akibatnya, kenaikan tahta Raden Mas Jolang mendapat penolakan juga permusuhan dari saudara-
saudaranya sendiri.
H.J. De Graaf, dalam karyanya berjudul Puncak Kekuasaan Mataram: Politik Ekspansi Sultan Agung,
[terjemahan Pustaka Grafitipers & KITLV, Pustaka Grafitipers, Jakarta, 1990] menyebutkan bahwa
lawan politik Panembahan Hanyakrawati yang terkuat adalah Kadipaten Surabaya. Sebuah
dokumen VOC pada tahun 1620, menggambarkan Surabaya sebagai sebuah negara yang kuat dan
kaya, luas wilayahnya kira-kira 37 km dikelilingi sebuah parit dan diperkuat dengan meriam.
Kadipaten Surabaya bahkan telah berhasil menguasai wilayah Kadipaten Pasuruan dan
Blambangan untuk mengantisipasi ekspansi militer Mataram di ujung timur pulau Jawa itu.
Terlebih lagi, Adipati Surabaya telah meluaskan wilayah ekonomi perniagaannya meliputi Pulau
Bawean, Sukadana (Kalimantan Barat), Banjarmasin, Gresik, Lamongan, Tuban, dan Demak untuk
menutup jalur perdagangan Mataram di daerah pesisir. Hal tersebut menunjukkan jika kekuasaan
Surabaya setara dengan Mataram, terlebih Surabaya didukung para Adipati wilayah keturunan
Dinasti Majapahit, trah Prabu Brawijaya.
Bukan darah Panembahan Senopati kalau tidak mewarisi DNA darah Raja Penakluk? Pada 1608,
Raja Mataram memainkan strategi politik penaklukan Surabaya dengan terlebih dahulu
melumpuhkan Demak, simbol terakhir Dinasti Majapahit di Jawa Tengah. Menurut Babad Sengkala,
pada 1609 (1531 Jawa), Mataram melakukan serangan percobaan pertama perbatasan barat
Surabaya untuk mengukur kekuatan Surabaya. Serangan kedua, diarahkan ke Lamongan pada
1612 (1534 Jawa) dibawah komando Adipati Martalaya. Serangan ketiga, pada 1613 (1535 Jawa)
ke Gresik yang mengakibatkan daerah Tuban dan Pati takluk.
KISAH PANEMBAHAN AGUNG MATARAM GIRI – MANGGALA
RAJA MATARAM ISLAM III
BANI WIRANAGAPATI
Selama tiga waktu tahun pada 1610-1613, Mataram telah berhasil membuat peta wilayah
kekuatan militer Surabaya berikut tiitik-titik kelemahannya? Secara geografis, kondisi alam
Surabaya dilindungi oleh rawa, hutan dan benteng pertahanan bekas kejayaan Majapahit, dan
ternyata Mataram tidak menyerang Surabaya hingga Panembahan Hanyakrawati mangkat pada
1613. Namun, perekonomian Surabaya melemah akibat daerah-daerah penghasil lumbung
padinya telah dikuasai Mataram.
Mangkatnya Panembahan Hanyakrawati Suatu Konspirasi Politik Dinasti?
Mataram, dibawah Panembahan Hanyakrawati selama 12 tahun dari 1801-1613 hanya sibuk repot
mengurus berbagai pemberontakan saudara-saudaranya sendiri, nyaris tanpa sukses memperluas
wilayah kekuasaannya. Dan ambisi kekuasaan berakhir seiring kematian sang Raja.
Dalam Serat Nitik Sultan Agung, Panembahan Hanyakrawati disebutkan wafat secara misterius
pada malam Jum’at tanggal 1 Oktober 1613 (Babad Sengkala, 1535 Jawa). Penyebab kematian
hingga kini tidak diketahui secara pasti, hanya dikisahkan, jika Panembahan Hanyakrawati
meninggal karena kecelakaan akibat diserang banteng gila yang mengamuk sewaktu berburu
kijang di Hutan Krapyak.
Apakah sedemikian lemah proteksi keamanan seorang Raja hingga tidak terlindungi bahkan tewas
diseruduk seekor banteng gila? Adakah perwira prajurit yang bertanggungjawab dalam peristiwa
tragis itu? Kisah banteng Alas Krapyak ngamuk ini?, kesannya mirip kisah Jaka Tingkir yang
membunuh Kebo Danu yang menyerang Sultan Trenggono, hingga membuka jalan mulus baginya
menuju suksesi kekuasaan Demak Bintoro pada era 1549-1582.
Sedangkan, Babad Tanah Jawi memberitakan jika Panembahan Hanyakrawati meninggal di
Krapyak karena sakit parah, tanpa kejelasan apa penyakitnya? Sumber lain, Babad Mataram
menyebutkan jika Panembahan Hanyakrawati tewas akibat diracun oleh Juru Taman Danalaya?,
abdi kesayangan Raja sendiri! Abdi ini dikisahkan sering menimbulkan keonaran di lingkungan
Kraton dengan menyamar menjadi Raja, sehingga menyesatkan para istri dan selir Raja? Kisah ini
juga diintepretasikan dalam ”Suluk Wujil” berisikan wejangan mistik Kanjeng Sunan Bonang pada
abdi kesayangan Raja Majapahit.
Bagaimanapun misteri kematian Raja pasti ada jawabannya,ya?
Sebelumnya, Panembahan Hanyakrawati bagai telah mendapat firasat, sehingga Raja Mataram itu
memanggil para pangeran dan kerabat disaksikan oleh Adipati Mandaraka, Pangeran Purbaya,
KISAH PANEMBAHAN AGUNG MATARAM GIRI – MANGGALA
RAJA MATARAM ISLAM III
BANI WIRANAGAPATI
berkumpul dalam pisowanan di Pendopo Prabayaksa Kraton guna menerima wasiat agar Raden
Mas Rangsang diangkat menjadi Raja Mataram jika ia mangkat!
Wasiat Panembahan Hanyakrawati tersebut didasarkan pada ramalan Panembahan Bayat,
penasehat spiritual Kraton, yang menyatakan bahwa Raden Mas Rangsang akan membawa
kejayaan bagi Kraton Mataram dengan menguasai seluruh Jawa. Namun, sebelum menerima
ramalan itu, Raja Mataram itu sebelumnya justru telah berjanji bahwa Raden Mas Wuryah yang
akan menggantikannya.
Keputusan Raja tersebut berkembang menjadi polemik karena janji politiknya sendiri pada yang
akan mengangkat Raden Mas Wuryah putra Parameswari Ratu Kulon sebagai Raja Mataram, yang
didukung pihak keluarga Adipati Ponorogo dan Adipati Mandarakara. Sebaliknya, Parameswari
Ratu Wetan didukung keluarga Adipati Pajang dan Pangeran Purbaya juga menagih janji
Panembahan Hanyakrawati yang menunjuk Raden Mas Rangsang sebagai penggantinya.
Meskipun, jika berdasar garis genealogy?, tentulah Raden Mas Wuryah sebagai anak sulung dari
Istri Permaisuri pertama jelas lebih berhak menjadi Raja Mataram selanjutnya. Meninggalnya
Panembahan Hanyakrawati memang terkesan terlalu cepat, mungkin juga terkait adanya konflik
internal keluarga Kraton sendiri?
Raden Mas Wuryah, atau Raden Martapura [lahir di Kota Gedhe 1605, wafat di Magelang pada
1638] putra sulung Panembahan Hanyakrawati dari Parameswari-I Ratu Kulon sebagai putra
mahkota akhirnya naik tahta menjadi Raja Mataram dengan gelar Adipati Martapura. Lalu
mengapa Raja hanya bergelar Adipati? Raden Mas Wuryah di masa remajanya juga punya julukan
‘Kenthol Ponorogo’ (kemudian menjadi Panembahan Kejoran), dan adik kandungnya, Raden Mas
Cakra dijuluki ‘Kenthol Kuning’ (kemudian menjadi Panembahan Bayat).
Data lain, Serat Nitik Sultan Agung menyatakan yang seharusnya jadi putra mahkota justru Raden
Mas Rangsang karena usianya lebih tua dari Raden Mas Wuryah, juga sebagai putra tertua
Panembahan Hanyakrawati dengan Parameswari-II Ratu Adi dari Pajang.
Pengangkatan Raden Mas Martapura sebagai pejabat putra mahkota guna menghindari
kekosongan pemerintahan Mataram, karena Raden Mas Rangsang sedang bepergian jauh (tidak
dijelaskan kemana?). Sebagai putra sepuh di antara para pangeran, maka Raden Mas Martapura
dianggap berhak mengisi kedudukan Raja didasarkan pada paugeran Kraton Jawa, bahwa putra
mahkota adalah putra tertua Raja dengan Parameswari-I.
Sedangkan, kedudukan Parameswari-I dan Parameswari-II dapat digeser sesuai dengan kehendak
Raja yang berkuasa. Menurut H. J. De Graaf, Raden Mas Martapura yang usianya jauh lebih muda
KISAH PANEMBAHAN AGUNG MATARAM GIRI – MANGGALA
RAJA MATARAM ISLAM III
BANI WIRANAGAPATI
ditunjuk menjadi putra mahkota karena terlahir ketika ayahnya sudah menjadi raja. Sedangkan,
Raden Mas Rangsang lahir ketika ayahnya belum menjadi raja, bahkan belum ditunjuk menjadi
putra mahkota. Hal ini dapat dilihat dari umur kedua putra raja tersebut saat Panembahan
Anyakrawati meninggal? Raden Mas Martapura berumur 8 tahun, sedangkan Raden Mas Rangsang
sudah berumur 20 tahun.
Dalam Babad Sengkala dikisahkan, setelah 4 hari Mangkatnya Raja, pada Senin pagi tanggal 4
Oktober 1613, Raden Mas Martapura dinobatkan jadi Raja Mataram bergelar Panembahan Adipati
Martapura oleh Adipati Mandaraka dan Pangeran Purbaya, rakyat Mataram menyambut suka-ria
di Alun-alun Kraton. Dan sore harinya, Raja Baru dimohon mengadakan perjamuan rapat agung
yang memuat saran Adipati Mandaraka agar Raja Baru turun tahta dan menyerahkan tahta kepada
kakaknya, yaitu Raden Mas Rangsang berdasarkan pesan almarhum ayahnya.
Kemudian, Panembahan Adipati Martapura turun tahta dengan alih alasan sakit kurang ingatan?
Babad Tanah Jawi memberitakan, jika pemindahan hak atas tahta itu didasari alasan Raden Mas
Martapura menderita sakit ingatan musiman dan suka memakan makhluk yang masih hidup.
Keadaan itupula menyebabkan Raden Mas Martapura dianggap tidak layak dan tidak mampu
untuk memerintah Mataram, sekalipun ada Wali Negara. Raden Mas Martapura meninggal dunia
pada tahun 1638 setelah mengabdikan diri sebagai Raden Santri di Gunung Pring, Muntilan,
Magelang. Bagaimanapun hanya Raja yang punya otoritas politis tentukan siapa penggantinya?
( bisa di baca kutipan ini dari trah panembahan wongsopati ing klero / July 2010 )
Di kisahkan dari subang kuningan tersebutlah kisah, Wirananggapati putra raja Mataram. Beliau
meminta ijin kepada ibunya untuk mengembara ke negeri asing (tatar Sunda) ibunya merestui
kepergian Wirananggapati dan membekalinya berupa pusaka karembong lokcan.
Singkat cerita sampailah Raden Wirananggapati ke suatu pesantren yang berada di Desa Ciketug
(Pamulihan). Pemimpin di pesantren itu adalah Kiai Jabasraga yang mempunyai seirang anak
bernan Nyi Suka Inten. Para santri di pesantren menghina dan memperolok-olok Raden
Wirananggapati yang terlihat kotor dan kumel. Dalam keadaan prihatin Raden Wirananggapati
diberi tugas menjaga ladang Kiai Jabasraga.
Nyi Suka Inten tertarik oleh kepribadian Raden Wirananggapati, begitu pula Kiai Jabasraga
mengetahui kisah kasih mereka dan merestuinya untuk bersanding di pelaminan. Suatu waktu Kiai
Jabasraga menyuruh Raden Wirananggapati berkunjung ke Mataram.
Di Mataram Raden Wirananggapati berhasil melumpuhkan seekor banteng yang mengamuk dan
memporak porandakan paseban dengan “karembong lokcan”. Melihat pusaka karemobong lokcan
KISAH PANEMBAHAN AGUNG MATARAM GIRI – MANGGALA
RAJA MATARAM ISLAM III
BANI WIRANAGAPATI
Raden Wirananggapati oleh raja Mataram diakui sebagai anak, yang kemudian ditugaskan menjadi
Bupati di Subang.
Raden Wirananggapati semula bernama “Raden Mas Muryah Martapura” yang bergelar Pangeran
Adipati Anom. Beliau adalah perwaris tahta kerajaan Mataram ketiga dari Panembahan Krapyak
yang bergelar Sesuhunan Adiprabu Anyakrawati Senopati Ingalaga.
Untuk lebih jelasnya mari kita simak dan telusuri asal mula sejak berdirinya kerajaan Mataram.
Pada tahun 1586 M Sutawijaya dan Senopati dalam peperangan berhasil merebut kekuasaan
kerajaan Pajang. Dengan demikian Mataram yang tadinya hanya berbentuk Kadipaten yang tunduk
kepada kerajaan Pajang, sekarang naik kedudukannya menjadi kerajaan.
Maka berdirilah kerajaan Mataram yang pertama dengan rajanya Senopati dikenal dengan gelar
Panembahan Senopati.
Setelah Penambahan Senopati mangkat, digantikan oleh putranya yang bernama Raden Mas
Jolang dan setelah menjadi raja Mataram kedua bergelar Panembahan Kerapyak atau Sesuhunan
Anyakrawati senopati Ingalaga Mataram.
Panembahan Krapyak mempunyai mempunyai dua istri, yang pertama bernama Ratu Tulung Ayu
sebagai prameswari atau disebut Ratu Kulon, yang kedua Ratu Adi yang statusnya sebagai istri selir.
Dari istri pertama Ratu Tulang Ayu (prameswari) mendapat tiga anak yaitu satu. RM. Mutyah
Martapura/Adipati Anom, dua Adipati Pesir dan tiga Soraya.
Sedangkan dari Ratu Adi sebagai istri selir dapat anak sati yaitu RM. Rangsang atau Sujatmko
Abdurahman.
Nah, RM. Muryah Martapura atau Adipati Anom inilah yang kelak bernama Wirananggapati yang
menjadi kuwu (dalem) pertama Desa Subang dan cikal bakal adanya Desa Subang. Sedangkan RM.
Rangsang atau Sujatmiko Abdurahman kelak menjadi Sultan Agung Raja Mataram ke empat.
( bisa di baca kutipan ini dari sejarah subang kuningan 2001 )
Dalam konteks sejarah yang di tuliskan subang kuningan agar tidak terjadi kesalah pahaman dalam
pengakuan dari semua pihak yang merasa bahwa mereka masih bergariskan keturunan
Wirananggapati, kami sedikit ingin menjelaskan dari apa yang kami telusuri juga di ketahui bahwa :
Raden Wirananggapati Raja Galuh terakhir yang mempunyai seorang anak bernama
Raden Martadinata . ( bisa baca di arsip Babad Galuh I & II )
Raden Ngabehi Wiranagapati / Raden Mas Wuryah Raja Mataram Islam III yang
mempunyai lima orang anak dari istri yang berbeda menurut hasil fakta juga sejarah dari
pencarian terhadap keluarga besar ini.
KISAH PANEMBAHAN AGUNG MATARAM GIRI – MANGGALA
RAJA MATARAM ISLAM III
BANI WIRANAGAPATI
Inilah nama anak anak dari Raden Ngabehi Wiranagapati / Raden Mas Wuryah yang tercatat di
cigombong / bogor oleh alm Ajengan Raden Mashudi :
Raden Bangsa Naga ( hasil fakta pencarian beribukan Nyi Suka Inten )
Raden Martagandra ( hasil fakta pencarian beribukan Mbok Ayu Attap )
Raden Dalem Agung ( masih dalam pencarian fakta )
Raden Tanduk Baya ( hasil fakta pencarian beribukan Nyi Suka Inten )
Raden Wirasantika ( hasil fakta pencarian beribukan Nyi Suka Inten )
Informasi dari subang kuningan tepatnya di desa tarik kolot kuningan oleh beberapa warga yang
kami temui yaitu kyai Kosasih & Bapak Mahadin juga beberapa masyarakat setempat yang
menyatakan bahwa mereka masih ada keturunan bergariskan dari Raden Tanduk Baya & Raden
Wirasantika di daerah kuningan jawa barat.
Awal sejarah kisah daerah gresik dari pancer keturunan Sang Prabu Brawidjaya yang terakhir,
sebagai raja yang memegang kekuasaan di Majapahit mempunyai putra Raden Arya Damar , dan
dinobatkan sebagai Adipati di Palembang (Sumatera-Selatan). Beliau berputera Raden Kusen,
setelah dewasa mengabdikan diri ke Majapahit dan diberi nama "Petjat Tanda", kemudian
dinobatkan menjadi Adipati di wilayah "Terung", sehingga nama sering disebut "Pecat Tanda
Terung" . Letaknya adalah daerah Krian-Sidoarjo, Jawa Timur. Adapun sisa-sisa sejarah dari bentuk
bangunan yang tertinggal masih dapat dilihat. Raden Kusen wafat, digantikan oleh :
•
Raden Sengguruh, bertempat tinggal di Terung-Krian, Sidoarjo, berputra
• Kyai Goib, bertempat tinggal di Terung-Krian, Sidoarjo. berputra
• Kyai Tempel, yang bertempat tinggal didesa Setro, wilayah Gresik, berputra
• Kyai Ketib, bertempat tinggal di desa Temasik - Kebomas, wilayah Gresik, berputra
• Kyai Muruk, bertempat tinggal juga di desa Temasik, berputra
• Kyai Kemis, bertempat tinggal di desa Setro, wilayah Gresik, menikah dengan Nyai Mas Ayu,
melahirkan dua putra, adalah
• 1. Bagus Lanang Puspodiwangsa, menikah denga Lara Teleng binti Kyai Tumenngung Naladika
KISAH PANEMBAHAN AGUNG MATARAM GIRI – MANGGALA
RAJA MATARAM ISLAM III
BANI WIRANAGAPATI
• 2. Nyai Ayu, menikah dengan Bagus Prendjak (Sutadirana), bin Bagus Lasem - Trah Pragola-Pati.
Keadaan sewaktu Kyai Kemis menjabat, kekuasaan Gresik dibawah Pangeran Maswitana,
berkedudukan di Giri. Beliau mempunyai seorang punggawa Mantri bernama Kyai Gulu, berasal
dari desa Setro, karena kesetiaan pengabdian, mendapat anugerah / hadiah setengah bagian dari
wilayah kekuasaan Gresik, bagian selatan. Hal tersebut diperjelas dalam acara syukuran dalam
riwayatnya bahwa Kyai Gulu terhitung putra mantu dari Kyai Ageng Ngegot di Surabaya. Konon
cerita karena memenangkan sayembara yang diadakan Pangeran Mas Pekik, dalam hal
memeilhara / menyusui bayi Nini Sara puteri dari Mas Pekik (yang ditinggal wafat ibunya sewaktu
melahirkan), dengan kejadian tersebut sebagai tanda terima kasihnya diberi wilayah pemerintahan
Gresik bagian Selatan kepada Kyai Gulu. Selanjutnya dalam riwayat Nini Sara ini yang menurunkan
Kanjeng Sunan Mangkurat/sultan agung, dan Pangeran Puger.
Selain itu Kyai Gulu mendapatkan anugerah berupa pusaka berupa sebilah keris bernama "Maesa
Ganda Rasa", serta isteri dari garwa ampil Kanjeng Sunan Mangkurat Tegal Arum, wanita ini asal
dari Gresik, sehubungan hal ini maka Kyai Gulu mempunyaihak memakai nama gelar Kyai Ageng,
karena masih terkait dengan keluarga raja Mataram.
Isteri tersebut saat menikah dengan Kanjeng Sunan Mangkurat telah mempunyai dua puteri,
adalah: 1. Nyai Angger, dan 2. Nyai Wuragil. Sedangkan dari pernikahan dengan Kyai Gulu,
menurunkan dua putera, 1. Nyai Mas Ayu*, 2. Bagus Sateter. Saat wafatnya Kyai Ageng Gulu,
beliau Kanjeng Sunan Mangkurat mengangkat Bagus Sateter menjabat sebagai Bupati Gresik. Dan
sebagai pengiring kedudukan Bupati Giri dibagian selatan oleh Pangeran Maswitana diangkatlah
Kertilaksana, yang berasal dari keturunan china.
Setelah menjabat Bupati Gresik, Bagus Sateter nama gelarnya adalah KyaiTumenggung Naladika
dan diberi anugerah isteri oleh Kanjeng Sunan Mangkurat/sultan agung, yaitu dari garwa ampil,
yang berasal dari desa Ketubanan wilayah Gresik, bernama Nyai Gede.
Dari pernikahan Bagus Sateter dengan Kyai Gede, mempunyai putra: 1. Lara Teleng; 2.Bagus Dana;
Sedangkan Bagus Sateter dengan istri semula (garwa sepuh) mempunyai seorang putri, bernama
mBok Ayu Attap, yang menikah dengan Mertadiwangsa...( cerita lengkapnya ini bisa di baca di
sejarah kota sejarah kota gresik )
Membaca tulisan di atas ada yang terlewatkan di kisah iniI karena cerita dari pernikahan antara
Mbok Ayu Attap Mertadiwangsa tidak di ketahui kelanjutanya.
Berdasarkan pencarian data yang di dapatkan oleh kami juga bukti sejarah dan keluarga dalam
perjalanan ini untuk menyambung kembali tali silaturohim keluarga besar Bani Wiranagapati maka
kesimpulan hasil antara pernikahan Mbok Ayu Attap dengan Mertadiwangsa / R Ngabehi
Wiranagapati / Raden Martapura Mempunyai dua orang anak yang bernama Raden Dalem Agung
KISAH PANEMBAHAN AGUNG MATARAM GIRI – MANGGALA
RAJA MATARAM ISLAM III
BANI WIRANAGAPATI
dan Raden Martagandra, sedikit mengingatkan kembali dalam cerita ini bahwa abad yang di
ceritakan antara kisah keluarga Tumenggung Poesponegoro dengan kisah Raden Ngabehi
Wiranagapati / Martapura / Mertadiwangsa berada di abad yang sama serta kedudukan yang
sama sama seorang bupati di daerah yang mereka jabati masing masing.
Raden Ngabehi Wiranagapati / Raden Mas Wuryah / Mertadiwangsa / Raden Martapura adalah
kuwu pertama di subang kuningan yang tertulis di sejarah nasional masih berdarahkan Brawijaya /
Majapahit anak dari seorang ibu bernama Permaisuri Ratu Tulung Ayu dan berayahkan seorang
Raja Mataram Islam II Panembahan Hanyakrawati yang telah menduduki tahta sebagai Raja di
abab 1610 – 1613.
Dari jejak yang berjulukan nama nama mereka juga tempat peristirahatannya beliau semua yang
terakhir di situlah banyak penemuan yang bermaknakan sambung menyambung untuk mencari
susunan dalam tatanan dari keluarga besar Bani Wiranagapati.
Di mulai dari cerita pernikahan antara Mbok Ayu Attap & Mertadiwangsa yang melahirkan dua
orang putra mereka adalah Raden Dalem Agung dan Raden Martagandra.
Dari Raden Martagandra mempunyai seorang anak yang bernama Raden Cakrawali / Cakrawala
(perhatikan nama cakra ini di tahun kejadian di sejarah gresik...) dan semua garis keturunan dari
Raden Cakrawali di ungsikan ke tanah sunda tepatnya di kaki gunung salak / bogor karena dapat
di simpulkan untuk menyelamatkan keturunannya dari gejolak yang sedang memanas pada saat
itu di Gresik karena pada abad itu di ceritakan bahwa mataram berhasil menduduki kota Surabaya
/ Gresik dapat di tafsirkan bahwa pada saat itu telah terjadi gejolak dimana seorang Raja Mataram
Islam IV ada kesalah pahaman dengan Raden Martapura ( bisa di baca pada kisah Babad Pacina )
atau mungkin pada saat itu pula ada gejolak dimana seorang Raja tidak menginginkan ada dua
orang Raja di tanah jawa ini (anda bisa baca kisah ini di cerita raja raja mataram kuno-mataram
islam)
Maka dari itu kenapa semua garis keturunan dari Raden Cakrawali di ungsikan ke tanah sunda agar
menjaga akan tetap ada sampai sekarang ini atau memang jejak dari Mbah Akungnya di ikuti
kembali ( bisa di liat di sejarah subang kuningan tentang hijrahnya ke tanah sunda).
Kembali lagi kita membahas mengenai jejak yang di tingalkan oleh mereka semua kepada garis
keturunan Bani Wiranagapati sampai akhirnya hijab ini terbuka.
Marta /Merta itulah nama dari Raden Mas Wuryah di Gresik dengan Nama Martapura dan nama
depannya itu di sandang kepada anaknya yang bernama Raden Martagandra yang makamnya ada
KISAH PANEMBAHAN AGUNG MATARAM GIRI – MANGGALA
RAJA MATARAM ISLAM III
BANI WIRANAGAPATI
di area pemakaman Eyang Buyut Sunan Gresik /Syekh Maulana Malik Ibrahim bersama makam
anaknya yang bernama Raden Cakrawali / Cakrawala.
Dan kenapa makam mereka tidak di dalam Astana pemakaman keluarga dari Tumenggung
Poesponegoro karena dapat di pastikan mereka berdua hanya berasbabkan Majapahit / Brawijaya
dari pihak Ibu dan Bapaknya mereka berasbabkan pernikahan antara pihak Brawijaya/ Majapahit
dengan Giri Kedaton.
Semua keturuan mereka yang berada di kaki gunung salak di antaranya mengunakan julukan
Diwangsa adalah Mbah Diwangsa / Raden Lasiyem & Mbah Angsadiwangsa / Raden Bangsa anak
juga cucu dari Raden Cakrawali / Cakrawala.
(bisa di amati bahwa nama dari DIWANGSA itu adalah di ambil dari nama akhir buyutnya
MERTADIWANGSA..)
PENELUSURAN
Berdasarkan pada apa yang telah kami ketahui secara baik itu dari cerita /kisah keluarga maupun
di luar dari keluarga bahwa kesimpulan dari fakta fakta yang sangat kuat kami dapati mengenai
sosok seorang yang bernama Raden Mas Wuryah /Raden Ngabehi Wiranagapati /Panembahan
Agung Giri – Manggala sebagai Buyut kami yang di tuliskan kisah sebelumnya PENDAHULUAN
sebagaimana di ceritakan oleh banyak pihak yang sangat tidak mempunyai bukti bukti kuat yang
mendasar tentang tuduhan atau fitnahan serta pembunuhan karakter terhadap buyut kami
Raden Mas Wuryah.
KISAH PANEMBAHAN AGUNG MATARAM GIRI – MANGGALA
RAJA MATARAM ISLAM III
BANI WIRANAGAPATI
Bila kita melihat dan membaca artikel artikel penulisan tentang Raden Mas Wuryah begitu singkat
juga tidak transparasi dalam penjelasan makna di tulisan tersebut terutama kalangan
dalem/keraton keluarganya sendiri, ada apa sebenar yang telah terjadi di saat itu…?
Karena banyak sekali tulisan yang menceritakan tentang keluarga yang saling perebutan tahta juga
kekuasan di saat itu antara kalangan keluarga besar ini juga intrik intrik untuk saling menjatuhkan
agar dapat menduduki tahta dalam persaingan antara saudara sendiri.
Banyaknya ketidak akuratan serta kejangalan kisah kisah tersebut demi mencapai apa yang telah
di niatkan untuk menduduki jabatan itu, telah sering kita baca seolah olah yang dinamakan aib di
keluarga sendiri tidak di jaga melainkan di sebar luaskan ke orang luar hanya untuk sekadar
menyatakan bahwa Raden Mas Wuryah Benar benar seorang mengidap penyakit gila tahunan.
Mungkin dalam pemikiran ini kalu sejenak kita renungkan pemaknaan arti sebenarnya MATARAM
ISLAM itu apa…? Bila kita membaca kisah demi kisah setelah berdirinya kerajaan Mataram islam ini
hanya sedikit tersirat pemaknaan berdirinya kerajaan Mataram Islam itu sendiri, yang ada justru
adalah kembalinya cerita cerita seperti di jaman kerajaan Mataram kuno sebelumnya.
Sedikit kita kembali mengenang cerita tentang berdirinya Giri Kedaton yang awal mulanya
Kerajaan islam itu mulai terbentuk begitu banyak makna dan arti dari sebuah peperangan juga
perebutan wilayah hanya untuk semata mata mensyiarkan sebuah agama di tanah nusantara ini
yaitu AGAMA ISLAM tapi kenapa malahan setelah berdirinya kerajaan MATARAM ISLAM justru
ada masa dimana banyak pembunuhan para kyai serta ulama ulama islam juga perpecahan
keluarga lantaran perebutan wilayah di keluarga itu sendiri hinga akhirnya ada beberapa dari
keluarga dalem mengunakan bantuan dari VOC untuk menyiasati perseturuan antara keluarga ini.
Memang agak sedikit menyentuh bilamana kita membaca sejarah Kerajaan MATARAM ISLAM ini
di kuasai oleh bangsa asing semua cerita dan sejarah kita di tulis oleh mereka yang bukanlah
berdarahkan bangsa sendiri apakah mungkin hubungan ini yang agak perlu di cermati secara lugas
dimana banyak perjanjian dalam kerja sama antara pihak pihak keluarga yang dekat dengan VOC
waktu itu secara tertutup untuk memudahkannya dalam perebutan tahta juga wilayah
perseturuan di keluarga sehingga apa yang di tuliskan oleh seseorang sejarawan dari bangsa lain
dalam hubungan ikatan dari keluarga sepihak itu sendiri apa benar adanya…?
Sedikit meluruskan sejarah keluargaku, ada yang perlu di pertanyakan di sini….? Di tuliskan di BABAD TANAH JAWI/BTJ di hal 91 – 93 bahwa Ki Ageng Sela menpunyai 7 orang anak
KISAH PANEMBAHAN AGUNG MATARAM GIRI – MANGGALA
RAJA MATARAM ISLAM III
BANI WIRANAGAPATI
1. Nyai Ageng Luruh Tengah 2. Nyai Ageng Saba 3. Nyai ageng Bangsri 4. Nyai Ageng Jati 5. Nyai ageng Patanen 6. Nyai Ageng Pakis Dadu 7. Kyai Ageng Henis Dan Ki Ageng Henis sudah mempunyai seorang anak yang bernama Pemanahan dan di nikahkan dengan putri pertama Nyai Ageng Saba. Yang bungsu bernama Ki juru Martani saudara yang jadi ipar Ki Ageng Pemanahan mempunyai 7orang anak di antaranya 5 laki laki dan 2 perempuan 1. Raden Jambu 2. Raden Bagus 3. Raden Santri 4. Raden Tompe 5. Raden Kadawung 6. Istri dari Tumenggung Mayang 7. ……. Pada di masa itu Raden Bagus di angkat anak oleh Sultan Pajang / Joko Tingkir Pertanyaannya.. Di Wikipedia di tuliskan bahwa Nyai Sabina istri ki Ageng pemanahan itu berdarahkan dari Sunan Giri berkakakan Ki Juru Martani/Brawijaya.. atau sebaliknya Nyai sabinah yang berdarah Brawijaya di nikahkan dengan Ki ageng Pemanahan anak dari pernikahan nyai saba dengan Ki Saba / Syekh Selo yang masih berdarahkan Sunan Giri II yang di angkat anak oleh Ki ageng Henis/Pemanahan Apa hukumnya bila menikahkan anak anak mereka dari hubungan dekat kakak beradik ( liat nomor 2 & 7 hal 91-93 ) dalam suatu keluarga kecil … maaf Cuma mau nanya aja karena kami yakin mereka lebih paham ini di jamannya di banding kita yang bisanya Cuma menerka jawaban ini… Kalu memang ki ageng Pemanahan Anak mereka (Ki Saba & Nyai Ageng Saba yang di nikahkan dengan anak perempuan dari sepupunya Ki Ageng Henis yaitu Ki Juru Martini yang mempunyai seorang anak bernama Nyai Sabinah…? atau Bisa juga bahwa ki juru martini yang berdarahkan
KISAH PANEMBAHAN AGUNG MATARAM GIRI – MANGGALA
RAJA MATARAM ISLAM III
BANI WIRANAGAPATI
Brawijaya sepupu dari ki ageng henis mempunyai seorang adik perempuan yang bernama nyai Sabinah dan di nikahkan dengan Ki Ageng Pemanahan.. Fakta sejarah dalam ilmu keluarga yang di tingalkan beliau beliau adalah mereka semua itu dalam pengajaran ilmu agama islam oleh Eyang Kalijaga juga Eyang Sunan Giri III serta susunan makam antara Ki Ageng Pemanahan dengan Ki juru Martini tidaklah jauh sejajar nya itu adalah kode etik antara hubungan mereka di masa hidupnya Di tuliskan di BABAD TANAH JAWI/BTJ di hal 246 -247 Pada waktu itu Sang Raja/ Panembahan Hanyakrawti sudah mempunyai 5 orang anak 1. Mas Rangsang 2. Putri Ratu Pandan 3. Den Mas Pamenang 4. Den Mas Martapura sakit gila tahunan 5. Den Mas Cakra Pertanyaannya mengenai tulisan tentang Den Mas Martapura itu sakit gila tahunan adalah.. Berdasarkan bukti apa yang paling otentik kalu benar mas martapura itu sakit gila tahunan…? Manalah mungkin orang sakit gila tahunan dapat memimpin suatu perang di blambangan dan memimpin jadi Bupati suatu daerah dalam kurun 30 tahun juga mempunyai 5 orang putra…( bisa di liat di kisah subang kuningan 1688 & perang Blambangan abad 1633 ) Justru kami melihat disini sudah terlalu lama hampir 400 tahun dari 1613 hingga mau ke 2013 terjadi PEMBUNUHAN KARAKTER TERHADAP Raden Mas Wuryah yang di sumbangkan suara suara dengan fitnahan tidak terbukti dengan jelas bahwa dia Raden MAS Wuryah itu pengidap sakit gila tahunan, yang ada adalah justru keBOHONGAN BESAR di berikan kepada Raden Mas Wuryah setelah Tahta Rajanya di serahkan kepada Mas Rangsang atas bisikan paman pamannya, dan setelah dia di lengserkan lalu mulai tersebarlah berita BOHONG BESAR itu hingga sampai sekarang tetap tidak ada bukti kuat dan otentik bahwa dia sakit gila tahunan… Sekedar mengingat kembali amanah yang telah terucapkan oleh Eyang kita Panembahan Anyakrawati di kisah BABAD TANAH JAWI hal 247 yaitu : Sang Prabu lalu berkata kepada para putra sentana " anak anaku semua rukun - rukunlah dalam persaudaraan, siapa yang mendahului berbuat jahat TIDAKLAH SELAMAT. sudah selamat tinggal...
KISAH PANEMBAHAN AGUNG MATARAM GIRI – MANGGALA
RAJA MATARAM ISLAM III
BANI WIRANAGAPATI
PENELUSURAN KAMI DALAM PENJELASAN
Di paragraph ini kami akan mencoba menguraikan arti sebuah nama gelar untuk seseorang yang di
amanahkan kepada anak cucunya yang mengunakan nama nama tersebut dalam tahta sebagai
seorang Raja yang di pegang kuat :
Sunan Giri I ( Syekh Muhammad Ainul Yakin / Raden Fattah )
Sunan Giri II ( Syekh Abdullah / Sunan Dalem / Raden Kendur )
Sunan Giri III ( Sunan Prapen / cucu dari Sunan Giri II )
Panembahan Mataram Suro ( Raden Bagus Kuncung Mataram / Ki Ageng Pemanahan)
Panembahan Senopati ( Raden Mas Sutawijaya / Raden Ngabehi Abdurrahman)
Panembahan Anykrawati ( Raden Mas Jolang )
Panembahan Agung Mataram ( Raden Mas Wuryah / Raden Ngabehi Wiranagapati )
Bila kita melihat nama nama dan gelar di atas tersebut dapat di telusuri agar jelas dari mana bisa
beliau beliau memakai nama tersebut .
Awal mula di jaman Mataram Kuno menceritakan nama dari Panembahan itu di dapati oleh Syekh
Ahmad Jalaludin / Panembahan Agung Joyoprono yang telah menikahkan seorang putri dari
keturunan Raja Galuh / Prabu Joyoprono (makamnya ada di Bali ) dari pernikahan tersebut
lahirlah dua orang putranya yang bernama Syekh Maulana Malik Makhdum Ibrahim / Mbah Bantal
dan Syekh Maulana Ishak / Panembahan Agung Palembang.
Dari Syekh Maulana Ishak / Panembahan Agung Palembang telah menikahkan putri dari kerajaan
blambangan lahirlah seorang anak yang bernama Syekh Muhammad Ainul Yakin / Sunan Giri atau
Prabu Satmata , perlu di ketahui nama gelar Prabu Satmata ini pernah di pegang oleh syekh Siti
Djenar yang memang masih satu darah dengan Sunan Giri, karena Syekh Siti djenar & Zaenab
menpunyai seorang ayah yang berjulukan Raja Bungsu / Sayyid Shalih di Cirebon anak dari syekh
Maulana Ishak yang menikahkan putri dari keturunan Raja Pasai /Palembang.
Dari Syekh Muhammad Ainul Yakin / Sunan Giri telah menikahkan putri dari keturunan Majapahit
anaknya Ki Supa murid dari Sunan Ampel hinga lahirlah Syekh Abdullah/ Sunan Dalem .
Kemudian dari Syekh Abdullah / Sunan Giri II pernah menikah dengan seorang Putri dari negeri
Pajajaran yang bernama Putri Kendurwati yang melahirkan seorang putra bernama Ki saba / syekh
Selo, riwayat ini memang tidak begitu di kenal karena hanya beberapa orang aja yang menuliskan
KISAH PANEMBAHAN AGUNG MATARAM GIRI – MANGGALA
RAJA MATARAM ISLAM III
BANI WIRANAGAPATI
kisah ini tapi bila mau melihat keakuratannya bisa di datangi ke daerah Selomerto kira kira 1km
dari pasar selomerto di situ makam Ki saba / Syekh Selo asbab dari kerajaan MATARAM ISLAM.
Kenapa di sebutkan Ki Saba asbab dari Berdirinya kerajaan MATARAM ISLAM karena Ki Saba
/Panembahan Mataram menikahkan seorang putri anaknya dari Ki Ageng Sela yang masih
berdarahkan keturunan dari Raja Brawijaya, sangat di sayangkan di riwayat ini telah terjadi saling
tarik menarik kisah sejarah yang akhirnya terjadi banyak sekali kesimpang siuran hampir semua
garis keturunan, dari pernikahan Ki saba dan Nyai Ageng Saba melahirkan anak bernama Raden
Bagus Kuncung / Panembahan Mataram suro /Ki Ageng Pemanahan
Sedikit mengupas tentang nama dari Ki Ageng Pemanahan yang di dapati oleh Raden bagus
Kuncung ini bila kita membaca di kisah babad tanah leluhur galuh dari kisah subang –sumedang
larang akan terlihat jelas di mana seorang keturunan Raja di angkat anak atau di nikahkan oleh
Putri yang masih berdarahkan seorang Raja maka nama dari Bapaknya putri itu akan didapati atau
bisa di sandang oleh anak angkatnya ataupun mantu mantunya agar mendapatkan kedudukan
serta kehormatan dalam sisi kekeluargaan seperti kisah Raden Abdullah anak dari pangeran
sabrang lor yang di angkat anak oleh sunan Gunung jati lalu di nikahkan dengan cucunya maka
anak dari Raden Abdullah yang berada di sumedang menikah dengan seorang Putri yang masih
berdarahkan seorang keturunan raja galuh maka nama merekapun Menjadi sama Aryawangsa
dan adiknya yang bernama suryadiwangsa, padahal nama itu yang sebenarnya adalah nama putra
putra asli dari keturunan Raja Galuh ( silahkan baca di kisah babad galuh subang-sumedang larang)
mungkin sama seperti kisah Joko tingkir di angkat anak oleh Nyai Tingkir dimana nama Ki Joko
tingkir yang sebenarnya adalah sunan Giri atau Prabu Satmata (bisa di lihat di kisah daerah
Rembang ) dimana di kisahkan bahwa Joko tingkir yang masih berdarahkan Brawijaya berguru
kepada para wali9 seperti Sunan Ampel, sunan Giri juga Sunan Kalijaga di masanya inilah salah
satu metode dan cara para waliyullah mensyiarkan agama islam di tanah jawa ini memakai nama
juga gelar dari Raja Raja penduduk asli yang sangat di segani juga di hormati di daerahnya sudah
banyak nama nama juga gelar dari Raja Raja atau pemimpin setempat di sandang oleh para
keturunan para wali9 di tanah jawa ini hanya untuk sekedar memudahkan beliau semua dalam
mensyiarkan agama islam.
Jadi ada keyakinan besar di kisah ini terjadi kepada Raden Bagus Kuncung walupun memang jika
membaca kisah kisah Raden bagus Kuncung ini akan sedikit sekali kemungkinan mendapatkan
kisah yang sebenarnya atau mungkin kisah ini terlewatkan bisa juga di simpang siurkan maklum
pada masa jayanya VOC prinsip yang terjadi adalah barang siapa yang dekat dalam membantu
kaum VOC pastilah sejarah mereka akan besar dan Hebat… maaf sudah terbukti jelas di setiap
tulisan dimana yang penulisnya adalah seorang sejarawan yang berasal dari negeri VOC tapi
bilamana kita melihat dari dekat secara fakta ke tempat tempat peningalan jejak yang pernah di
tingalkan oleh leluhur kita maka akan terbuka jelas walupun terkadang ada juga dari keluarga
sepihak yang masih menutupinya sehinga kitapun sering kali kehilangan jejak tersebut.(Jogja 2008)
KISAH PANEMBAHAN AGUNG MATARAM GIRI – MANGGALA
RAJA MATARAM ISLAM III
BANI WIRANAGAPATI
Kembali lagi pada pokok penelusuran dalam penjelasan ini dari Ki ageng Pemanahan yang telah
menikahkan seorang putri masih berdarahkan seorang Raja Brawijaya yang bernama Nyai Sabinah
adik dari Ki Juru Martani anak angkat Ki ageng Henis / Pemanahan lahirlah beberapa orang anak
salah satunya yang bernama Raden Ngabehi Abdurrahman / Raden Mas Sutawijaya, di kisah inipun
telah semakin menjadi jadi kesimpang siuran tentang jalur dari Panembahan senopati , bila kita
melihat sedikit sejarah dari mana dia mendapati nama dan gelar Panembahan Senopati , di
kisahkan bahwa beliau di angkat anak oleh Joko tingkir dimana kita telah pahami Joko Tingkir itu
adalah seorang Senopati dari Raja Demak II / Sultan Trenggono lalu Joko Tingkirpun akhirnya di
nikahkan oleh Putri raja Demak II tersebut dan menjadikan dirinya seorang Raja Pajang, dan untuk
nama Panembahan itu di dapatkan oleh Raden Mas Sutawijaya karena beliau memang masih
berdarahkan darah seorang ayah yang bernama Panembahan Mataram Suro / ki Ageng
Pemanahan , melanjutkan cerita kembali dimana Raden Mas Sutawijaya yang menikahkan putri
anak dari Ki Panjawi yang bernama Ratu Kidul dan mempunyai beberapa orang anak di antaranya
yaitu Raden Mas Jolang / Panembahan Anyakrawati.
Dari Panembahan Anyakrawati menikahi seorang putri yang masi keturunan dari Syekh Batara
Katong /Ponorogo yang berdarah kuat Majapahit yaitu Ratu Tulung Ayu dan Panembahan
Hanyakrawati juga telah menikahi putri anak dari Pangeran Benawa yang bernama Ratu Dyah
Banowati masi berdarahkan dari pihak keluarga Sultan Hadiwijaya/Joko Tingkir Raja Pajang.
Dikisah ini pula kami mencoba untuk belajar mengerti dalam melihat dari berbagai sudut pandang
tentang kisah demi kisah yang telah banyak di tuliskan oleh beberapa sejarawan maupun itu dari
pihak luar atau pihak keluarga yang sepihak, di tuliskan bahwa sebelum menjadi seorang Raja
Mataram Islam Panembahan Anyakrawati belum mempunyai anak dari istrinya yang pertama
Ratu Tulung Ayu tapi dari istrinya yang kedua Ratu Dyah telah lahir seorang anak laki laki yang
bernama Raden Mas Rangsang /Sultan Agung Hanyakusumo.
Hampir sekian lama akhirnya Panembahan Anyakrawati mendapatkan seorang anak dari istri
pertamanya Ratu Tulung Ayu yaitu Raden Mas Wuryah, kejadian ini setelah Panembahan
Anyakrawati di angkat menjadi seorang Raja Mataram Islam II, untuk pengertian di kejadian ini
jelas bahwa yang di anggap seorang Putra Mahkota Raja yang syah adalah anak pertama dari istri
pertama seorang ayah yang telah menjadi Raja itulah yang di namakan PUTRA MAHKOTA RAJA
YANG SYAH karena bila anak seorang Raja lahir sebelum ayahnya menjadi Raja dia hanyalah
PUTRA seorang Raja, dan di kisah ini di ceritakan juga bahwa Panembahan Anyakrawati
mempunyai beberapa orang anak baik laki laki maupun perempuan ( untuk nama nama tersebut
dapat di baca di berbagai tulisan yang ada di kisah Panembahan Hanyakrawati ).
Bila kita membaca kembali riwayat pemberitaan tentang kematian dari Panembahan Anyakrawati
begitu banyak pula kejangalan juga ke tidak akuratan serta sangat membingungkan ada yang
KISAH PANEMBAHAN AGUNG MATARAM GIRI – MANGGALA
RAJA MATARAM ISLAM III
BANI WIRANAGAPATI
menuliskan bahwa beliau di seruduk banteng saat berburu, ada pula yang menuliskan bahwa
beliau sakit keras setelah pulang berburu dari hutan kapryak.
Sebelum wafatnya Panembahan Anyakrawati, beliaupun berpesan kepada keluarga besarnya
Adipati Manda Raka dan Pangeran Purbaya untuk menjadikan Raden Mas Wuryah / Panembahan
Agung Mataram putra pertamanya dari istrinya yang bernama Ratu Tulung Ayu di jadikan Raja
Mataram Islam III sebelum tahta kedudukannya di berikan kepada anaknya juga dari istri keduanya
Ratu Dyah yaitu Raden Mas Rangsang / Sultan Agung Hanyakusumo.
Dalam kisah yang di atas ini kami begitu sangat dapat mengerti dan pahami karena bagaimanapun
juga tidak mungkin suatu kerajaan di pimpin oleh seorang Raja yang masih berumur sekitar 8tahun
sedangkan di saat itu antara Raden Mas Wuryah dengan Raden Mas Rangsang terpaut sekitar
12tahun jadi sangatlah wajar bila kedudukan tahta kerajaan di berikan kepada Mas Rangsang
setelah tahta Raja Mataram Islam III itu di berikan kepada Raden Mas wuryah lalu Ki Adipati
Manda Raka membisikan kepadanya supaya lengser keprabon serta menyerahkan kedudukan itu
kepada Raden Mas Rangsang sebagai Raja Mataram Islam IV.
Setelah lengsernya Raden Mas Wuryah beliau di beri nama gelar Panembahan Agung di Kerajaan
Mataram Islam, inilah yang kami pahami dari mana nama gelar Panembahan Agung itu di
dapatkan oleh Raden Mas Wuryah / Raden Ngabehi Wiranagapati.
Jadi nama atau gelar yang mereka sandang pastilah ada makna juga artinya di dalam lingkup
kekeluargaan nurun menurun tidaklah mungkin seorang anak atau cucu juga keturunannya dapat
menyandang atau mengunakan nama dan gelar yang memang bukan dari garis darah
keturunannya melalui pihak seorang yang berdarahkah murni dari ayahnya.
GARIS KETURUNAN RADEN MAS WURYAH / PANEMBAHAN AGUNG MATARAM GIRI - MANGGALA
Dari Pihak istri anaknya Kyai Jabas Raga yang bernama Nyai soka Inten mempunyai beberapa
orang anak di antaranya :
3. Raden Bangsa Naga ( Subang Kuningan )
4. Raden Tanduk Baya ( Subang Kuningan – Bandung )
5. Raden Wirasantika ( Subang kuningan – Kalimantan )
KISAH PANEMBAHAN AGUNG MATARAM GIRI – MANGGALA
RAJA MATARAM ISLAM III
BANI WIRANAGAPATI
Dari pihak istri anaknya Ki Bagus Sateter yang bernama Mbok Ayu Attap mempunyai dua orang
anak bernama :
1. Raden Dalem Agung ( Gresik )
2. Raden Marta Gandra ( Gresik )
Dalam penulisan kisah di atas ini dapat di baca/lihat di tulisan pertama di pendahuluan Keluarga
Besar Raden Mas Wuryah / Raden Ngabehi Wiranagapati.
kami akan mencoba untuk memberikan nama nama keturunan Raden Mas Wuryah melalui anak
cucu juga cicit cicitnya dari :
2. Raden Marta Gandra
Di tuliskan dalam silsilah keluarga oleh alm Aki Raden Mashudi bahwa Raden Marta Gandra
mempunyai seorang anak yang bernama Raden Cakrawali / Cakrawala (petilasan beliau ada di
Cibeureuy/Bogor dan makam beliau berada di Gresik di dalam lingkungan makam dari Sunan
Gresik persis di bawah kaki petilasan makam dari Syekh maulana Ishak dan makam beliau
berdampingan dengan ayahnya yaitu makam Raden Marta Gandra ) di tuliskan bahwa :
1. Raden Cakrawali / Cakrawala mempunyai tiga orang anak :
2.1. Raden Bangsa / Mbah Angsadiwangsa pemegang kunci Gunung Salak dan Gunung
Bundar Bogor ( makamnya berada di Cibeureuy /kaki Gunung Salak Bogor )
2.2. Raden Bahun/Banun /Mbah Armat ( makamnya berada di Cibeureuy /kaki Gunung
Salak Bogor )
2.3. Raden Rahmat / sholeh (makamnya berada di Cibeureuy / kaki Gunung Salak Bogor )
Di tuliskan bahwa Raden Bahun / banun / Mbah Armat mempunyai tiga orang anak yaitu :
1.2 Raden Samian / Raden Surya Kencana ( makamnya berada di Cijeruk perbatasan
antara Bogor dan Sukabumi melalui jalur Cigombong / Ciapus Bogor )
2.2 Raden Lasiyem / Mbah Diwangsa ( makamnya berada di Cigombong Bogor seberang
pemakaman keluarga dekat pesantren yang di pimpin oleh Alm Aki Raden Mashudi )
2.3 Raden Saelam / Raden Surya Manggala (makamnya berada di daerah Rancamaya
Bogor )
KISAH PANEMBAHAN AGUNG MATARAM GIRI – MANGGALA
RAJA MATARAM ISLAM III
BANI WIRANAGAPATI
Di tuliskan bahwa Raden Samian / Raden Surya Kencana Mempunyai beberapa orang anak yaitu :
1. 1.2. Raden Amunah
2. 1.2. Nyai Raden Arthini
3. 1.2. Raden Ersa
4. 1.2. Raden Murna
5. 1.2. Nyai Raden Nuci
6. 1.2. Raden Bastar
Di tuliskan bahwa Raden Amunah mempunyai Beberapa orang anak yaitu :
1. 1.1.2. Raden Adi / Jayadi
2. 1.1.2 Nyai Raden Alsah
3. 1.1.2. Nyai Raden Dalsah
4. 1.1.2. Raden Madsari
Di tuliskan bahwa Raden Adi / Jayadi mempunyai beberapa orang anak yaitu :
1. 1.1.1.2. Raden Saip
2. 1.1.1.2. Raden Ain
3. 1.1.1.2. Raden Enco
4. 1.1.1.2. Raden Anyan
5. 1.1.1.2. Nyai Raden Nenti
6. 1.1.1.2. Nyai Raden Sa’an
7. 1.1.1.2. Nyai Raden Rumi
8. 1.1.1.2. Raden Haji Bunyani
Di tuliskan bahwa Raden Anyan mempuyai beberapa orang anak yaitu :
1. 4.1.1.1.2. Nyai Raden Atika
2. 4.1.1.1.2. Nyai Raden Yayat
KISAH PANEMBAHAN AGUNG MATARAM GIRI – MANGGALA
RAJA MATARAM ISLAM III
BANI WIRANAGAPATI
3. 4.1.1.1.2. Raden Ujang
4. 4.1.1.1.2. Nyai Raden Tuti
Di tuliskan bahwa Raden Haji Bunyani mempunyai beberapa orang anak yaitu :
1. 8.1.1.1.2. Nyai Raden Saidah
2. 8.1.1.1.2. Nyai Raden Aisyah
Di tuliskan bahwa Raden Saelam / Raden Surya Manggala mempunyai beberapa orang anak yaitu :
1. 2.3. Raden Embi
2. 2.3. Nyai Raden Ante
3. 2.3. Nyai Raden Naesi
4. 2.3. Nyai Raden Erna
5. 2.3. Nyai Raden Eno
Di tuliskan bahwa Raden Lasiyem / Mbah Diwangsa mempunyai beberapa orang anak yaitu :
1. 2.2. Raden Raitam / Raden Sholeh
2. 2.2. Nyai Raden Atis
3. 2.2. Raden Sain
4. 2.2. Nyai Raden Warti
5. 2.2. Raden Haji Ahmad
6. 2.2. Raden Eci / Ayah Duri
Di tuliskan bahwa Raden Raitam mempunyai beberapa orang anak yaitu :
1. 1.2.2. Raden Paptawijaya
2. 1.2.2. Nyai Raden Aminah
3. 1.2.2. Raden Jai
4. 1.2.2. Nyai Raden Nuki
5. 1.2.2. Nyai Raden Ratna
KISAH PANEMBAHAN AGUNG MATARAM GIRI – MANGGALA
RAJA MATARAM ISLAM III
BANI WIRANAGAPATI
6. 1.2.2. Raden Awin Sarnawi
7. 1.2.2. Raden H. Sanusi
8. 1.2.2. Raden Ajum
Dituliskan bahwa Raden Jai mempunyai beberapa orang anak yaitu :
1. 3.1.1.2. Raden Padni
2. 3.1.1.2. Raden Karna
3. 3.1.1.2. Raden Sukarya
4. 3.1.1.2. Nyai Raden Juariah
Di tulisakan bahwa Raden Awin Sarnawi Mempunyai beberapa orang anak yaitu :
1. 6.1.2.2. Raden Ujang
2. 6.1.2.2. Raden Ali Mamat
3. 6.1.2.2. Raden Apandi
4. 6.1.2.2. Nyai Raden Iis Wasiah
5. 6.1.2.2. Raden Juanda
6. 6.1.2.2. Raden Dani
7. 6.1.2.2. Nyai Raden Titin Sutina
D tuliskan bahwa Raden Haji Sanusi mempunyai beberapa orang anak yaitu :
1. 7.1.2.2. Raden U Saefudin
2. 7.1.2.2. Nyai Raden Rahmah
3. 7.1.2.2. Nyai Raden Atikah
4. 7.1.2.2. Nyai Raden Fatimah
5. 7.1.2.2. Raden Haji Sofyan R
6. 7.1.2.2. Nyai Raden I Halimah
KISAH PANEMBAHAN AGUNG MATARAM GIRI – MANGGALA
RAJA MATARAM ISLAM III
BANI WIRANAGAPATI
Di tuliskan bahwa Raden Ajum mempunyai beberapa orang anak yaitu :
1. 8.1.2.2. Nyai Raden Mamah
2. 8.1.2.2. Raden Jundi
3. 8.1.2.2. Nyai Raden Dedeh
4. 8.1.2.2. Raden Suwandi
5. 8.1.2.2. Raden Mansyur
6. 8.1.2.2. Nyai Raden Yuyun
Di tuliskan bahwa Raden Haji Ahmad mempunyai beberapa orang anak yaitu :
1. 5.2.2. Raden Rafei
2. 5.2.2. Nyai Raden Halimah
3. 5.2.2. Nyai Raden Emok
4. 5.2.2. Raden Kasim
5. 5.2.2.Raden H. Musa
6. 5.2.2. Nyai Raden Ratna
7. 5.2.2. Nyai Raden Enung
Di tuliskan bahwa Raden Sain mempunyai seorang anak yaitu :
1. 3.2.2. yang bernama Raden Djasmadi / Raden Junaedi mempunyai tiga orang anak yaitu :
1. 1.3.2.2. Nyai Raden Enur
2. 1.3.2.2. Raden Haji Ukay
3. 1.3.2.2. Raden Haji Muhammad Enoch
4. 1.3.2.2. Nyai Raden Eem
Di tuliskan bahwa Raden Haji Ukay mempunyai beberapa orang anak yaitu :
1. 2.1.3.2.2. Raden Iyang
2. 2.1.3.2.2. Nyai Raden Wati
KISAH PANEMBAHAN AGUNG MATARAM GIRI – MANGGALA
RAJA MATARAM ISLAM III
BANI WIRANAGAPATI
3. 2.1.3.2.2. Raden Agus
4. 2.1.3.2.2. Nyai Raden Tini
5. 2.1.3.2.2. Nyai Raden Endang
6. 2.1.3.2.2. Raden Iwan
7. 2.1.3.2.2. Raden Andi
Di tuliskan bahwa Raden Haji Muhammad Enoch mempunyai beberapa orang anak yaitu :
1. 3.1.3.2.2. Raden Haji Erdi Nuruddin
2. 3.1.3.2.2. Raden Erdi Handayani
3. 3.1.3.2.2. Raden Erdi Safruddin
4. 3.1.3.2.2. Raden Tadjriyani
5. 3.1.3.2.2. Nyai Raden Mulyanah
6. 3.1.3.2.2. Nyai Raden Hayati Nupus
7. 3.1.3.2.2. Nyai Raden Kurniasih
8. 3.1.3.2.2. Raden Agus Gunawan
9. 3.1.3.2.2. Raden Agus Gunadi
10. 3.1.3.2.2. Raden Bambang Sumarna
Di tuliskan bahwa Raden Haji Erdi Nuruddin mempunyai beberapa orang anak yaitu :
1. 1.3.1.3.2.2. Raden Adri Andriansyah
2. 1.3.1.3.2.2. Raden Ayu Irra Riawati
3. 1.3.1.3.2.2. Raden Fikri Firmansyah
4. 1.3.1.3.2.2. Raden Ayu Erna Rismawati
5. 1.3.1.3.2.2. Raden Wiwit Nurmansyah
6. 1.3.1.3.2.2. Raden Ayu Arie Restinawati
7. 1.3.1.3.2.2. Raden Riris Ferdiansyah
KISAH PANEMBAHAN AGUNG MATARAM GIRI – MANGGALA
RAJA MATARAM ISLAM III
BANI WIRANAGAPATI
Di tuliskan bahwa Raden Erdi Hanyani mempunyai beberapa orang anak yaitu :
1. 2.3.1.3.2.2. Raden Erwin Wiramanggala
2. 2.3.1.3.2.2. Raden Ruli Wiramanggala
3. 2.3.1.3.2.2. Raden Ayu Dessy
4. 2.3.1.3.2.2. Raden Ayu Irma
5. 2.3.1.3.2.2. Raden Hari Apriyah
Di tuliskan bahwa Raden Erdi Safruddin mempunyai beberapa orang anak yaitu :
1. 3.3.1.3.2.2. Raden Ayu Hanu Yuliawati
2. 3.3.1.3.2.2. Raden Ayu Putri Rahmawati
3. 3.3.1.3.2.2. Raden Ayu Tia Qodariyah
Di tuliskan bahwa Raden Tadjriyani mempunyai beberapa orang anak yaitu :
1. 4.3.1.3.2.2. Raden Teguh Adimarta
2. 4.3.1.3.2.2. Raden Taufik Wibisono
3. 4.3.1.3.2.2. Raden Ayu Nurul Fauziah
Di tuliskan bahwa Raden Agus Gunawan mempunyai beberapa orang anak yaitu :
1. 8.3.1.3.2.2. Raden Ringga
2. 8.3.1.3.2.2. Raden Ajeng Listi
3. 8.3.1.3.2.2. Raden Deka
4. 8.3.1.3.2.2. Raden Ocim
Di tuliskan bahwa Raden Agus Gunadi mempunyai beberapa orang anak yaitu :
1. 9.3.1.3.2.2. Raden Reno
2. 9.3.1.3.2.2. Raden Ajeng Icha
3. 9.3.1.3.2.2. Raden Reza
KISAH PANEMBAHAN AGUNG MATARAM GIRI – MANGGALA
RAJA MATARAM ISLAM III
BANI WIRANAGAPATI
Di tuliskan bahwa Raden Bambang Sumarna mempunyai beberapa orang anak yaitu :
1. 10.3.1.3.2.2. Raden Ajeng Syavira Sumarna
2. 10.3.1.3.2.2. Raden Tito F. A Sumarna
3. 10.3.1.3.2.2. Raden T.W Alvin Sumarna
Itulah beberapa nama nama anak sampai cucu serta cicit dari Raden Mas Wuryah Yang Masih
Berdarah Murni dari Keturunan kuat NGABEHI melalui garis keturunan Raden Marta Gandra yang
kami dapati juga ketahui walaupun masih ada banyak sekali garis keturunannya yang belum di
tuliskan di sini, tanpa mengurangi rasa hormat kami kepada seluruh keturunan dari keluarga besar
Bani Wiranagapati di tanah nusantara ini.
Dan di akhir tulisan ini kami juga akan memberitahu nara sumber nama nama serta tempat dari
informasi yang kami telah kumpulkan dan kami pelajari dalam perjalanan keluarga besar Bani
Wiranagapati serta saudara keluarga kami, guru juga sahabat dan tidak lupa semua petuah
petuah yang kami datangi sebagai tanda Terima Kasih kami Selain kepada ALLAH SWT atas
Ridhonya dan bantuan dalam doa maupun kerja sama atas informasi yang kami dapati selama ini
sebagai tanda dari kembalinya talisilaturohim kami sebagai berikut :
Guru Besar Sayyid Ajengan Alm. Aki Raden Mashudi (Cigombong Bogor )
Guru Besar Sayyid Ajengan Alm. Aki Ali Abdurahman / Mamah Jefrah ( Cipanas )
Guru Besar Alhabib Kyai Ustd Lutfhi bin Yahya (Pekalongan )
Guru Besar Alhabib Munzir Almusawa (Majelis Rasulullah Jakarta )
Nyai Raden Eem dan Raden Yayang (Anak dan cucu dari Raden Junaedi )
Raden Ngabehi Tadjriyani (Anak dari Raden Muhammad Enoch )
Nyai Raden Hayati Nupus dan menantunya Bapak Bayan Mulyani Nganjuk – Jawa Timur
Raden Ngabehi Bambang Sumarna ( Anak dari Raden Muhammad Enoch )
Raden Ngabehi Agus Gunawan ( Anak dari Raden Muhammad Enoch )
Alm. Raden Ngabehi Agus Gunadi ( Anak dari Raden Muhammad Enoch )
Raden Ngabehi Adri Andriansyah ( Anak dari Raden Erdi Nuruddin )
KISAH PANEMBAHAN AGUNG MATARAM GIRI – MANGGALA
RAJA MATARAM ISLAM III
BANI WIRANAGAPATI
Raden Agung Joko Susanto bin Suratman Hadi Utomo dan Keluarga ( Klaten )
Raden Agung Andre Maulana bin Iriawan dan anaknya Raden Axel R. A (Bandung )
Raden Agung A. Maru bin Adenan dan Keluarga (Palembang )
Raden Ngabehi Ruli Wiramanggala ( anak dari Raden Handayani / Kalimantan )
Aa Saidi dan anaknya Aa Risyad (Ketua Adat Baduy Luar dan Dalam )
Aki Puun Baduy Dalam
Bapak Kyai di pemakaman Eyang Ki Saba tahun 2006 Selomerto Jawa Tengah
Kakak Musafir di pemakaman Eyang Syek Maulana Ishak Paciran - Kemantren Jawa Timur
Para Petuah juga Saudaraku di Trowulon pemakaman Eyang Jumadil Kubro dan Eyang
Ngudung juga Mbah Satim / Tumenggung Majapahit Jawa Timur
Bapak Syarif dan Keluarga ( Kuncen Makam Raden Bahun,Raden Rahmat,Raden Bangsa di
Cibereuy Bogor )
Bapak Tatang ( Kuncen Petilasan Raden Cakrawali di Cibereuy Bogor )
Bapak Oeng dan Keluarga (kuncen makam Raden Shoheh Citeureup Bogor )
Bapak Ismail (kuncen Eyang Sunan giri gresik )
Putri None Ayu Surabaya dan Raden Dalem Agung Andhika Satria Pratama Wirawangsa
juga Rara Ajeng Radhea Ayu Permata Sari Wirawangsa di Surabaya Jawa Timur
Kyai Syarohni (kuncen Eyang Sayyid Ali Murthado gresik )
Romo Dadi dan Keluarga kuncen di Keraton Kartasuro (solo / Jawa Tengah )
Ustad Sobirin gurunya Raden Ng Wirawangsa (Depok /Jawa barat)
Bapak Suar di Alas Kethu Wonogiri Jawa Tengah
Bapak Har Kuncen Makam Eyang Dalem Pandawa ( Tasikmalaya Pamijahan )
Kyai Kosasih / Opik dan Bapak Jejen serta Keluarga (Desa Tarik Kolot Subang Kuningan )
Bapak Mahidin dan Keluarga (Desa Tarik Kolot Subang Kuningan )
Mas Mumu Kuncen Eyang Syarit Hidayatullah Cirebon Jawa Barat
KISAH PANEMBAHAN AGUNG MATARAM GIRI – MANGGALA
RAJA MATARAM ISLAM III
BANI WIRANAGAPATI
Bapak Raden Suwito / Bapak Angkat Raden Ng Wirawangsa (Depok Timur Jawa Barat)
Kuncen Makam Raden Undik Cilacap Jawa-tengah
Putri None Ayu Cilacap dan Rara Ajeng Zahra Jasmine Ardhandy Wirawangsa juga Rara
Ajeng Vasthi Ghaniya Ardhandy Wirawangsa Cilacap Jawa Tengah
Seluruh & Segenap Keluarga Kuncen Abdi Dalem Astana Kota Gede
Mbah Puji Kuncen Ala Ketonggo Ngawi Jawa Timur
Bapak Bagio security di Pemakaman Sunan Gresik Jawa Timur
Mas Hamid di Tuban dan Mas Mul di Bukit Giri Gresik Jawa timur
Bapak Supomo di Jl. Kemuning Pasar Minggu Jakarta ( keturunan Raden Anusapati Galuh )
Bapak Junaedi dan Bapak Eli & Keluarga di Wates Gunung Bundar Bogor – Jawa Barat
Bapak Andre dan Romo Adi di Sindang Laut Cirebon – Jawa Barat
Kyai kamaluddin dan Keluarga di Desa Tarik Kolot Subang Kuningan- Jawa Barat
Segenap Keluarga Besar juga masyarakat Subang Kuningan Tarik kolot ( Subang Kuningan )
Ustd Taman dan Bapak Surahadi di pemakaman Syekh Awwal (Kebumen Jawa Tengah )
Bapak Iwan di poltangan Pasar Minggu Jakarta Selatan keturunan dari Pangeran Megatsari
Bapak Kopral di pemakaman Jati Negara Kaum Jakarta
Alm. Mbah Suwito Pawiro Kuncen Gunung lanang Kulon Progo Jawa tengah
Mas Mustari & Keluarga serta Bapak Sarkam di Gunung Lanang Kulon Progo Jawa Tengah
Segenap Seluruh Masyarakat di Gunung lanang dan Gunung Putri Kulon Progo
Pak Le Tadi dan keluarga di klangon Jawa Tengah
Kuncen Pemakaman Eyang Singosari di Muntilan Jawa Tengah
Alm. Abah Adong Al haddad di Kalibata Jakarta
Abah Ceker Al Haddad di Luar Batang Jakarta
Suhu Daniel Wahiddiyah di Batu Tulis Bogor
KISAH PANEMBAHAN AGUNG MATARAM GIRI – MANGGALA
RAJA MATARAM ISLAM III
BANI WIRANAGAPATI
Bapak Yanto di Asrama Prajurit Keraton di jalan Lasem Yogjakarta Jawa tengah
Segenap Keluarga Besar Majlis Burdah di pisangan Lama Jatinegara Jakarta yang di pimpin
oleh Ustd Bazar
Abah Daud Kuncen makam Pangeran Mansyuruddin Al Banteni -Cikeudeun Banten
Keluarga Besar Majlis Majedub tahun 2004 di Mesjid At Taubah Jakarta Selatan ( Makam
Hb Kuncung )
Seluruh Pengurus di Mesjid Al Mubarok Meseum Satria Mandala Jakarta Selatan
(pemakaman anak cucu serta cicit dari serta petilasan dari Pangeran Kuningan )
Abah Rohim dan Hb Adurrahman Assegaf Mesjid At Taubah Kalibata Jakarta Selatan
Segenap kuncen di pemakaman Syekh Asnawi / Kyai Agung Banten
Mantu dari Alm Aki Raden Ali Abdurrahman / Mamah Jefrah Cipanas Bogor
Mas Manto di purwokerto (sahabat kami di station kereta Purwokerto ) Jawa Tengah
Gus Rohim Lirboyo di Jl. Ampera Jakarta Selatan
Aa Nanang di Cipasung Darma Subang Kuningan Jawa Barat
Sayyid Al Muqaddam pemimpin majlis Syifah di Cipinang lama Jakarta Timur
Bang Rudi Kuncen di pemakaman Hb Husein Al Idrus Luar Batang Jakarta Utara ( 2003)
Kuncen Raden Papak di Jakarta Timur (di jalan alternative cocacola arah ke pulo gadung )
Keluarga dari Kuncen Selogiri pemakaman Pangeran Samber Nyawa di solo Jawa tengah
Segenap Kuncen di pemakaman Syekh Nur Iman di Jogja kalasan jawa Tengah
Segenap para pengurus di pemakaman Sunan Gresik dan sunan Giri jawa Timur
Abah Wan Syehan Al Bahar di Bintara Jakarta Timur
Mbah Rohma binti Kyai Mansyur Madura Jawa Timur
Serta seluruh dan segenap saudara saudara kami juga keluarga kami dari barat ke tengah
hingga ke timur di tanah jawa ini bila mana nama nama kalian yang tidak tercantum di
tulisan ini tanpa mengurangi rasa hormat dan terima kasih dari kami atas semua apa yang
telah kita lalui dalam perjalanan kisah ini.
KISAH PANEMBAHAN AGUNG MATARAM GIRI – MANGGALA
RAJA MATARAM ISLAM III
BANI WIRANAGAPATI
Keluarga Besar Mataram Islam yang kami hormati mohon sekiranya maaf beribu maaf tidak ada maksud apa apa dalam hal ini kami hanya menyampaikan apa yang telah di amanahkan oleh beliau beliau hingga sudah hampir sepuluh tahun perjalanan kami Dari barat hingga Ke timur untuk mencari bukti bukti kuat tentang keluarga besar ini. Kami hanyalah di tugaskan untuk mengali, menyapu serta membersihkan tanah dalam perjalanan untuk keluarga besar Bani Wiranagapati serta kembalinya mereka semua membumi ke tanah ini....amin allahuma amin yaa robbul alamin. Hormat Kami /Perwakilan, Raden Ngabehi Abdullah Rahmat Wirawangsa
KISAH PANEMBAHAN AGUNG MATARAM GIRI – MANGGALA
RAJA MATARAM ISLAM III
BANI WIRANAGAPATI
KISAH PANEMBAHAN AGUNG MATARAM GIRI – MANGGALA
RAJA MATARAM ISLAM III
BANI WIRANAGAPATI
Top Related