Observasi Ponorogo

21
BUMI REOG Ranah PLS dibalik Sepenggal catatan perjalanan Dyah Nurhayati - Arrizqi Titis - Nurul Rizki

description

buku ini berisi sebuah cerita perjalanan kami Mahasiswa PLS di sebuah Kota Legendaris yaitu Ponorogo.

Transcript of Observasi Ponorogo

Page 1: Observasi Ponorogo

BUMI REOGRanah PLS dibalik

Sepenggal catatan perjalanan

Dyah Nurhayati - Arrizqi Titis - Nurul Rizki

Page 2: Observasi Ponorogo

Salam Luar Sekolah..!

Anda beruntung sekali telah membuka bahkan membaca halaman ini. Jangan berhenti

membaca! Lanjutkan.. Karena di dalam halaman ini hingga selanjutnya, Anda akan menemukan

banyak sekali pengetahuan, bahkan efek yang paling berbahaya Anda akan menghasilkan sebuah

inspirasi baru terkait dengan Pendidikan Luar Sekolah. Penasaran? Silahkan ikuti alurnya. Selamat

membaca..

Senin, 6 Maret 2015

Pukul 14.07 WIB. Kala itu matahari serasa tepat berada diatas ubun-ubun, panas. Teriknya

membuat orang bermalas-malasan untuk beraktivitas dan lebih menuruti rasa malasnya. Sungguh

nikmat rasanya jika waktu itu dipakai untuk tidur siang diantara sepoi angin dan gemerisik suara

pepohonan yang rindang ditambah suasana yang hampir mendung namun masih panas. Tapi, tidak

untuk kami. Saya (Dyah Nurhayati), Arrizqi Titis, dan Nurul Rizki justru bergegas untuk memulai

sebuah perjalanan panjang. Kemana? Ke Korea. Jauhnya??!!! Maksudnya “KOta Reog Asli” alias

Kota Ponorogo yang letaknya di belahan pulau Jawa bagian timur.

Perjalanan kami tempuh menggunakan sepeda motor. Nekat memang, semuanya perempuan

dan berani menanggung resiko dengan menggunakan dua motor sederhana. Namun beruntungnya

kami, Arrizqi Titis merupakan asli Ponorogo. Pasti kalian kira dia sudah sangat fasih dalam

melewati lika-liku jalan menuju Kota Reog itu. Tidak! Justru ternyata inilah kali pertamanya dia

pulang menuju kampung halamannya dengan keadaan sendiri. Jadi kami, saya Dyah dan Nurul,

cukup pasrah pada Allah SWT dan percaya saja kepada Arrizqi bahwa akan bisa sampai di

Ponorogo. Sebelum memulai perjalanan, kami cukup direpotkan dengan barang bawaan berupa

oleh-oleh untuk keluarga Ponorogo yang kami bawa dan diletakkan di jok bagian belakang salah

1

Page 3: Observasi Ponorogo

satu motor kami. Kami cukup bingung bagaimana cara membawa barang (kardus) ini. Namun kami

tak kehabisan akal. Setelah 15 menit kami berkutat dengan kardus, pukul 14.30 WIB kami mantap

memulai perjalanan yang tak lupa dimulai dengan doa.

Sepanjang perjalanan kami tidak berhenti direpotkan dengan kardus tadi. Bayangkan, setiap

15 menit perjalanan kami harus membenahi posisi kardus tersebut agar tidak miring atau terjatuh.

Sampai sekitar 8 kali pembenahan, kami menemukan posisi yang sudah lumayan dapat bertahan

atau tidak miring. Alhamdulillah..

Total waktu yang kami tempuh sekitar 7 jam perjalanan. Tiba di Ponorogo sekitar pukul 21.00

WIB. Sebenarnya dapat ditempuh dalam waktu 4 jam saja, namun karena ada beberapa kendala

yang kami temui dalam perjalanan membuat waktu tempuh melebihi perencanaan. Kendala yang

kami temui tidak main-main dan sungguh luar biasa.Kendala pertama, sore itu, saat kami

melakukan perjalanan berangkat, bertepatan dengan jam pulang kerja yang mana jalanannya

dipadati oleh kendaraan meskipun tidak sampai menyebabkan kemacetan. Walaupun tidak macet,

namun tetap kami harus tetap berhati-hati.Tipsnya, pilihlah waktu yang tepat untuk memulai

perjalanan, semisal seperti pagi hari sehingga tidak terjebak macet. Kendala Kedua, sekitar pukul

17.20 WIB ketika perjalanan kami sudah mencapai Wonogiri,cuaca mulai kurang bersahabat.

Hujan deras disertai angin yang cukup kencang terpaksa menghentikan perjalanan kami di salah

satu Masjid sembari beristirahat dan melaksanakan sholatashar dan magrib. Sungguh keadaan kami

saat itu sudah tidak senecis saat awal kami hendak memulai perjalanan, basah kuyup dan yang

sangat menyiksa kami adalah hawanya yang sangat dingin. Kardus kami yang kami khawatirkan

tadi, sudah mulai basah di sudut-sudutnya.

Ketika waktu istirahat cukup, kami memutuskan untuk perjalanan kembali. Namun apa yang

terjadi? Ternyata salah satu motor kami mengalami masalah yaitu bannya bocor sehingga harus

2

Page 4: Observasi Ponorogo

dibawa ke bengkel terlebih dahulu untuk diperbaiki. Hari semakin gelap namun hujan sudah

mereda. Pukul 19.15. Sambil menunggu motor diperbaiki, akhirnya kami memutuskan untuk

mencari pengganjal perut yang sudah meronta-ronta minta diisi. Sebenarnya rusaknya salah satu

motor kami adalah isyarat dari Allah SWT yang menyuruh kami untuk istirahat sejenak,

memperhatikan cacing yang ada di perut. Tak jauh dari bengkel tersebut,kami menemukan penjual

nasi goreng yang cukup ramai pelanggannya. Setelah kami mencicipi nasi goreng yang ternyata

rasanya tidak jauh berbeda dengan di Jogja, kami kembali ke bengkel dan mulai melanjutkan

perjalanan kami.

Saat kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan kembali, waktu sudah menunjukkan

pukul 19.30 WIB. Jalanan yang memanjang dihadapan kami sudah tidak terlalu padat dengan

kendaraan bermotor. Namun jalanan yang sepi itu justru mulai diramaikanoleh truk-truk besar yang

sebagian besar menuju ke arah Jawa Timur. Apalagi jalan yang kami lalui inisangat berdinamika,

naik turun bukit dan cenderung curam. Tak jarang kami juga menemui pemandangan di kanan kiri

jalan yang berupa sawah, sungai, dan hutan yang minim penerangan. Sehingga kami memang harus

ekstra hati-hati.Bisa dibayangkan betapa beresikonya perjalanan kami tiga wanita di dalam

dinginnya malam. Namun satu-satunya yang kami pikirkan hanyalah cepat sampai di Ponorogo,

sehingga kami harus tetap melanjutkan perjalanan. Tips kami, bagi yang ingin berkunjung ke

Ponorogo dengan melewati Wonogiri, sebaiknya tidak berkendara saat malam hari terutama bagi

yang belum terbiasa dengan kondisi jalanan yang ekstrim. Sebab di jalan yang bergelombang

tersebut tak jarang banyak yang berlubang dan aspalnya rusak.

Pada akhirnya, pukul 21.05 WIB kami pun sampai di rumah kediaman Arrizqi Titis. Kami

disambut dengan sangat hangat oleh keluarga besarArrizqi Titis. Jauh dari perkiraan kami bahwa

logat bicara orang Jawa Timur yang cenderung terdengar keras, ternyata tidak semuanya demikian.

3

Page 5: Observasi Ponorogo

Sambil melepas lelah dari berkendara siang hari tadi, secangkir tehmanis dan sepiring sate

khas Ponorogo yang identik dengan saus kacangnya yang lezat menjadi teman yang mengiringi

perkenalan kami dengan keluarga besar Arrizqi. Karena waktu yang semakin larut malam, kami

dipersilahkan untuk beristirahat sembari mengisi ulang tenaga untuk menjelajah kota Ponorogo

pada esok hari.

Selasa, 7 Maret 2015

Hari kedua kami di Kota Reog ini kami gunakan untuk mencari jalan menuju lembaga-

lembaga pendidikan nonformal yang akan kami observasi pada hari berikutnya. Meskipun sempat

tersesat namun pada akhirnya kami berhasil mendapatkan objek yang akan kami tuju. Tujuan untuk

mencari jalan ke lembaga sebelum hari-H observasi adalah agar ketika hari-H kita berkunjung ke

lokasi bisa tepat waktu dan tidak terkendala pada keterlambatan karena belum mengetahui alamat

lembaga tersebut. Setelah mengetahui rute perjalanan menuju lembaga yang esok akan kami

kunjungi, tak lupa kami menyempatkan diri untuk singgah di alun-alun kota Ponorogo yang tepat

berada didepan Gedung Pemkab Ponorogo. Alun-alun yang memiliki tata ruang yang unik sebab

pada keempat sudutnya terdapat patung-patung singa yang mencerminkan suatu kisah dibalik

keunikan Kota Reog ini. Tidak hanya itu, terdapat pula panggung utama yang biasanya digunakan

untuk pertunjukan reog. Pada panggung tersebut terdapat patung-patung karakter dalam kesenian

reog. Setelah lelah berkeliling, kami memutuskan untuk pulang kerumah kedua kami di kota

Ponorogo ini.

Rabu, 8 Maret 2015

Pada hari ketiga kami di Ponorogo, kami berkunjung ke lembaga pendidikan nonformal sesuai

dengan jadwal dan kesepakatan antara kami dengan pihak lembaga. Lembaga yang pertama

4

Page 6: Observasi Ponorogo

kami temui adalah PKBM Madukoro.

Terik mentari mulai naik ke peradaban diiringi merdunya suara burung riang yang mungkin

sedang berbahagia melihat sang mentari kembali memberi kehangatan untuk semua makhuk di

dunia, tak luput pula di desa kecil nan tenang, Gondoloyo, Kecamatan Setono, Jenangan, Ponorogo.

Tiga anak manusia imut dan lucu kembali terbangun pada hari ke tiga perantauanya ke kota

Reog yang eksotis ini. Rasa malas dan mengantuk mengiringi kegiatan bangun pagi kita kali ini.

Rasa lelah yang sedikit menyusut dari hari sebelumnya membuata kegiatan bangun pagi kali ini

tidak seberat hari-hari sebelumnya. Suara ayam dan kicauan burung membuat kami bersemangat

untuk memulai pagi bahagia di salah satu PKBM yang berlokasikan di salah satu desa pelestari

Reog terbaik di Ponorogo ini.

Sebelum keberangkatan kedua kami untuk melaksanakan tugas negara PLS ini, mansi pagi tak

terlewatkan serta menunduk 2 rakaat kepada sang Penguasa Alam agar diberi kelancaran pada

kesempatan ini. Selagi gembul menghamburkan air segar diatas tubuhnya, kami 2 anak manusia

yang lain segera bersolek layaknya bidadari yang mencari pangeran untuk ditemui. Pakaian sopan

dan serasi kami kenakan sebaik mungkin agar pihak yang nanti kami temui merasa nyaman dan

setidaknya menghargai kedatangan para bidadari pencari pangeran tak bersayap kalin ini.

Perjalanan mencari mangsa pun kami mulai ketika benda berdenting yang menempel di

dinding menunjukan angka 2. Yah.. jam 2 siang.. mungkin sudah cukup siang untuk kami memulai

perjalanan, tapi apa daya perjanjian yang sudah mengikat kami pun tidak mampu kami lepaskan jika

kita tisdak mau mangs akami yang satu ini lepas.

2 motor dengan 3 bidadari di atasnya membuat gas berbunyi dan melajukan benda beroda dua

ini menyusuri jalanan hitan nan halus menuju sebuah desa dngan PKBM nya yang berdiri kokoh

dikelilingi tanamna hijau yang membelalakan setiap mata yang memandang.

5

Page 7: Observasi Ponorogo

Ibu salah satu pengurus PKBM yang diberi nama Madukoro ini menyambut kedatangan kami sang

pencari mangsa dengan senyum hangat, sehangat pelukan seorang ibu kepada anaknya yang tidak

mampu tergantikan oleh siapapun. Perasaan senang dan nyaman pun mulai kami rasakan sejak

pertama kami menginjakan kaki memasuki ruang demi ruang sebuah PKBM Madukoro yang telah

lama berdiri ini.

Dengan pembicaraan panjang lebar tak lama kemudian satu persatu mulai dari pengurus inti dan

staff berdatangan untuk menyambut kedatangan kami dengan senyum dan sambutan nan hangat

pula. Kira-kira 3 jam kami berbincang, informasi yang menarik dan mengagumkan pun kami dapat

berkat kata-demi kata yang diuraikan oleh sang pengurus dan penilik lemabag PKBM Madukoro.

PKBM Madukoro terletak di Jl. Madukoro no.16/a Desa Somoroto, Kecamatan Kauman,

Kabupaten Ponorogo, Provinsi Jawa Timur. PKBM Madukoro ini diketuai oleh Ernawati

Sulistyorini, S. Pd, M. Pd dan telah memiliki izin operasional di Dinas Pendidikan Kabupaten

Ponorogo No. 421.9/1948/405.43/2011, tanggal 27 Juni 2011

Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Madukoro merupakan satuan pendidikan

nonformal sebagai tempat pembelajaran dan sumber informasi yang dibentuk dan dikelola oleh

masyarakat yang berorientasi pada pemberdayaan potensi setempat untuk meningkatkan

pengetahuan, keterampilan dan sikap masyarakat dalam bidang ekonomi, sosial dan budaya.

Pada awal berdiri PKBM Madukro merupakan tempat belajar bagi warga masyarakat di sekitar

PKBM saja. PKBM Madukoro didirikan oleh masyarakat, dari masyarakat dan untuk masyarakat.

Ini berarti bahwa PKBM Madukoro adalah suatu institusi yang berbasis masyarakat (Community

Based Institution).

Dari masyarakat, berarti pendirian PKBM Madukoro merupakan inisiatif dari masyarakat.

Oleh masyarakat, berarti penyelenggaraan dan pengembangan serta keberlanjutan PKBM

6

Page 8: Observasi Ponorogo

Madukoro sepenuhnya menjadi tanggungjawab masyarakat sendiri Dengan kata lain,

penyelenggaraan PKBM Madukoro tidak menunggu kelengkapan ataupun bantuan sarana dan

prasarana dari pemerintah. Untuk Masyarakat, berarti bahwa keberadaan PKBM Madukoro

sepenuhnya demi kemajuan kehidupan masyarakat sekitar. Ini berarti juga bahwa pemilihan

program-program yang diselenggarakan di PKBM Madukoro benar-benar sesuai dengan

kebutuhan masyarakat sekitar.

Komponen-komponen PKBM Madukoro adalah terdiri dari komunitas binaan PKBM

Madukoro yang menjadi tujuan atau sasaran pengembangannya. Komunitas binaan PKBM

Madukoro adalah warga desa Somoroto, kelompok yasinan, anak-anak, remaja, dan lain-lain.

Warga belajar PKBM Madukoro adalah sebagaian dari komunitas binaan atau dari komunitas

tetangga desa yang dengan suatu kesadaran yang tinggi mengikuti satu atau lebih program

pembelajaran yang ada. Warga belajar PKBM Madukoro adalah warga desa Somoroto, kelompok

yasinan, anak-anak, remaja, dan lain-lain yang mengikuti program pembelajaran di PKBM

Madukoro.

Pendidik/tutor/instruktur/nara sumber teknis adalah sebagian dari warga Desa Somoroto,

ditambah dari luar desa, yang bertangungjawab langsung atas preoses-proses pembelajaran yang

ada. Penyelenggara dan pengelola yang ada di PKBM Madukoro diambil dari beberapa warga

masyarakat desa Somoroto yang bertanggungjawab atas kelancaran dan pengembangan PKBM

serta bertanggungjawab untuk memelihara dan mengembangkannya.

Selain itu juga adanya mitra PKBM Madukoro yang terdiri dari pihak-pihak yang dengan suatu

kesadaran dan kerelaan telah turut berpartisipasi dan berkontribusi bagi kelancaran dan

pengembangan PKBM Madukoro Mitra PKBM Madukoro di antaranya salon-salon kecantikan,

toko-toko servis elektronik di Kecamatan Kauman dan sekitar, Yayasan Bantarangin selaku

.

7

Page 9: Observasi Ponorogo

pembina reog Ponorogo, perangkat desa Somoroto, Dinas Pendidikan kabupaten Ponorogo

beserta jajaran termasuk penilik PLS, tokoh-tokoh masyarakat dll.

Ada tiga tujuan penting dalam rangka pendirian dan pengembangan PKBM Madukoro, yaitu

untuk memberdayakan masyarakat agar mampu untuk mandiri, meningkatkan kualitas hidup

masyarakat baik dari segi sosial maupun ekonomi dan meningkatkan kepekaan terhadap masalah-

masalah yang terjadi dilingkungan sehingga mampu memecahkan permasalahan tersebut.

Dampak dari krisis ekonomi yang masih terus berkelanjutan, ditambah lagi munculnya berbagai

krisis seperti krisis politik, moral, intelektual telah turut menimbulkan dampak pada moral

masyarakat. Kebijakan pemerintah di bidang PLS dan PKBM, khususnya di Ponorogo merupakan

hal yang sangat menggembirakan, warga masyarakat khususnya masyarakat dengan berbagai

keterbatasan dapat belajar tanpa batasan usia yang ditentukan. Waktu belajar juga dapat ditentukan

bersama. Oleh karena itu PKBM Madukoro merupakan salah satu wadah dan mitra untuk

masyarakat dalam rangka mengangkat harkat dan martabat bangsa menjadi lebih mandiri, cerdas,

terampil dan berguna bagi masyarakat itu sendiri. PKBM Madukoro sebagai satuan pendidikan

nonformal dan wadah pembelajaran masyarakat di dalam menetapkan visi dan misi dibuat sejelas

mungkin, sehingga pendidikan atau pemberdayaan masyarakat sesuai dengan fungsi dan perannya.

Visi dan misi PKBM Madukoro dirumuskan dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

Visi :Sebagai lembaga yang membantu pemerintah dalam memberikan layanan PAUD NI

kepada masyarakat yang membutuhkan.

Misi :Mewujudkan warga yang gemar belajar, bekerja dan berusaha dengan cara

memfasilitasi kebutuhan-kebutuhan warga sekitar dengan layanan yang prima, transparan dan

akuntabel

8

Page 10: Observasi Ponorogo

Maksud :

Sebagai wadah dan wahana dalam menumbuhkembangkan sikap profesionalisme sumber daya

pendidikan sekolah (PLS) dalam mengelola program Pendidikan Luar Sekolah. Sebagai wadah dan

wahana cipta, karya, dan karsa Pendidikan Luar Sekolah dalam menciptakan dan

menyelenggarakan program-program yang inovatif dan bermanfaat bagi masyarakat.

Tujuan :

a) Membantu warga masyarakat dalam memajukan dan meningkatkan penguasaan

pengetahuan dan ketrampilan.

b) Membantu memberikan layanan pendidikan pada warga masyarakat yang tidak memiliki

kesempatan memperoleh pendidikan formal.

c) Membantu memberikan layanan pendidikan tambahan pada warga masyarakat yang

membutuhkan.

2 Sarana dan prasarana yang ada di PKBM Madukoro ini diataranya adalah luas tanah 500 m

2dengan luas bangunan 120 m . Tempat penyelenggaraan kegiatan yakni di rumah, balai desa,

sekolah dasar dan SMP PGRI. Dimana sarana belajar terdiri dari laptop, printer, meja dan kursi

belajar, papan tulis, lemari buku, computer, 30 jenis bahan ajar serta 400 judul bahan bacaan yang

kesemuanya dalam kondisi baik.

Sumber daya manusia atau tenaga kependidikan yang ada di PKBM Madukoro ini terdiri dari

5 pengelola, 1 tenaga administrasi, 19 tutor pendidikan keaksaraan, 7 tutor pendidikan kesetaraan

dan 6 instruktur pelatih keterampilan dimana hampir semuanya telah memiliki latar belakang

pendidikan Sarjana.

Program-program yang ada di PKBM Madukoro ini terdiri dari Taman Bacaan Masyarakat

(TBM), Keaksaraan Fungsional, KWD(potong rambut), Paket B dan C, Pelatihan Seni Kebudayaan

9

Page 11: Observasi Ponorogo

Reog, KWD (elektro), KUM, PKH Dampak Moratorium TKI, Pendidikan Keaksaraan Berbasis

Budaya Lokal dan PKH Pemberdayaan Perempuan.

Pendanaan PKBM berasal dari Swadana dimana program yang akan diadakan, dana berasal

dari iuran para oengururs ditambah dengan iuran dari warga belajar dan masyarakat setempat

sehingga tidak harus menunggu dana turun dari pemerintah pusat. Selain itu juga adanya Proyek

Pendidikan Non Formal dan Kerjasama dengan kemitraan. Seperti dengan toko elektronik, sebagai

penyedia alat bantu pengajaran, BLK Kab. Ponorogo, Salon Salon Rias Pengantin di Kec. Kauman –

Ponorogo dan Yayasan Seni Sosial, Budaya dan Olah Raga Bantarangin.

LAMPIRAN FOTO KEGIATAN DI PKBM MADUKORO

Selasa, 7 Maret 2015

Dan pada hari keempat, kami berkunjung ke UPTPK Ponorogo. Banyak sekali pengalaman dan

pengetahuan baru yang kami dapatkan dari kegiatan observasi ini. Selain mengetahui banyak hal,

kami juga bisa berlatih untuk membangun link dengan lembaga pendidikan nonformal sehingga

dapat bermanfaat bagi kami dikemudian hari nanti.

UPTPK (Unit Pelaksana Teknis Pelatihan Kerja) PONOROGO beralamat di Jl. Ngudi Kaweruh

10

Page 12: Observasi Ponorogo

Ds. Karanglo Lor, Kec. Sukorejo, Kab. Ponorogo dan beralamat email

[email protected].

Mungkin bagi warga Yogyakarta, UPTPK masih sedikit terasa asing. Apa itu UPTPK? UPTPK

merupakan kepanjangan dari Unit Pelaksana Teknis Pelatihan Kerja. Khusus yang akan dibahas

pada kali ini ialah UPTPK Ponorogo. UPTPK ini sama seperti Balai Latihan Kerja (BLK) yang

mungkin lebih familiar di telinga warga Yogyakarta. UPTPK Ponorogo ini berada di bawah naungan

Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi, dan Kependudukan Provinsi Jawa Timur. UPTPK ini juga

merupakan salah satu lembaga pendidikan non formal yang mungkin masih jarang kita ketahui.

Untuk mengenal lebih dekat seperti apa UPTPK Ponorogo ini, selanjutnya akan dibahas lebih

rinci untuk dapat menambah pengetahuan kita semua.

Dalam memperoleh data tentang UPTPK Ponorogo ini, kami didampingi oleh dua perwakilan

petugas UPTPK Ponorogo yang telah sangat ramah dan menyenangkan dalam melayani kami untuk

memperoleh informasi. Yaitu Bapak Soetrisno, SE selaku Kepala Seksi Pelatihan dan Sertifikasi

dan Bapak Setiyoko selaku Seksi Pelatihan dan Sertifikasi. Bapak Soetrisno, SE mendampingi kami

dalam hal pemaparan program-program yang ada di UPTPK Ponorogo, mulai dari pelaksanaannya,

anggaran, peserta didik, dan sebagainya. Berikut profil dari UPTPK Ponorogo untuk lebih jelasnya.

Unit Pelaksana Teknis Pelatihan Kerja Ponorogo dibangun di wilayah Ponorogo bagian barat

tepatnya di Jalan Ngudi Kaweruh, Desa Karanglo Lor, Kecamatan Sukorejo, Kabupaten Ponorogo,

Provinsi Jawa Timur. UPTPK Ponorogo memungkinkan untuk dijadikan tempat pelatihan bagi

warga yang berasal dari Kabupaten Ponorogo, Pacitan dan Magetan. Bahkan memungkinkan juga

untuk warga yang berasal dari wilayah Jawa Tengah seperti Wonogiri. Seperti UPT lain, awalnya

UPTPK Ponorogo ini diberi nama Kursus Latihan Kerja (KLK) yang kemudian berubah menjadi

Loka Latihan kerja (LLK) yang mulai beroperasi tahun 1985. Kemudian berubah kembali

11

Page 13: Observasi Ponorogo

menjadi BLK (Balai Latihan Kerja) UKM dan sekarang menjadi UPT Pelatihan Kerja. Seiring

dengan perkembangan zaman dan kebutuhan masyarakat, yang awalnya UPTPK Ponorogo ini

digunakan untuk tempat pelatihan dan Tempat Uji Kompetensi (TUK), selainnya dapat digunakan

pula untuk tempat pelatihan dibidang Pertanian dan Pelatihan calon TKI (Tenaga Kerja Indonesia).

Hal ini dikarenakan berada di daerah pengirim TKI yang sangat besar.

Visi Lembaga ini adalah Terciptanya lembaga kerja terampil, kompeten, disiplin dan produktif yang

mampu bersaing di pasar global. Yang diwujudkan dalam misinya yaitu :

1) Menyusun rencana program pelatihan sesuai kebutuhan pasar kerja.

2) Melaksanakan pelatihan sesuai program yang telah ditetapkan.

3) Melakukan uji kompetensi dan sertifikasi.

4) Meningkatkan jejaring kerja dengan instansi terkait, dunia usaha dan dunia industri.

5) Membimbing usaha mandiri serta penempatannya.

6) Meningkatkan pelayanan, sarana dan prasarana pelatihan.

Motto

“Pelayanan Terbaik Menuju Kesuksesan Adalah Budaya Kerja Kami”.

Motto ini ternyata memang benar-benar dipegang erat oleh keluarga UPTPK Ponorogo. Terbukti

dari selama kami berada di sana, kami sangat dilayani dengan menyenangkan dan ramah. Jadi tidak

perlu ragu untuk siapapun, khususnya para calon peserta pelatihan yang ingin mendaftar, karena di

sana siapapun akan dilayani dengan baik.

Dasar hukum pelaksanaan di UPTPK Ponorogo tertuang pada Peraturan Daerah Provinsi

Jawa Timur Nomor : 9 Tahun 2008 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Dinas Daerah Prov. Jatim dan

Peraturan Gubernur Provinsi Jawa Timur Nomor : 122 Tahun 2008 Tentang Organisasi Dan Tata

Kerja Unit Pelaksana Teknis Disnakertransduk Prov. Jatim.

12

Page 14: Observasi Ponorogo

Sesuai Perda no. 9 tahun 2008 tanggal 25 Agustus 2008 tentang organisasi dan tata kerja unit

pelaksana teknis Dinas Tenaga Kerja Transmigrasi dan Kependudukan Provinsi Jawa Timur, Tugas

Pokok UPTPK adalah melaksanakan sebagian tugas Dinas dalam pelatihan, pengetahuan dan

ketatausahaan serta pelayanan masyarakat yang selanjutnya mempunyai fungsi :

a. Penyusunan rencana dan pelaksanaan kegiatan pelatihan serta kerja sama pelatihan,

b. Pelayanan dan penyebarluasan informasi bidang pelatihan,

c. Penyiapan metode, kurikulum, jadwal dan alat peraga pelatihan,

d. Pelaksanaan pemasaran program pelatihan hasil produksi dan jasa,

e. Pelaksanaan pelatihan dan uji ketrampilan atau kompetensi dan sertifikasi tenaga kerja,

f. Pendayagunaan fasilitas pelatihan,

g. Pelaksanaan ketatausahaan dan pelayanan masyarakat,

h. Pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas.

Sebagaimana kita ketahui sebelumnya pada penjelasan awal profil lembaga, bahwa walaupun

pada namanya tertulis Ponorogo, namun wilayah kerja dari UPTPK Ponorogo tidak hanya terbatas

di Kabupaten Ponorogo saja. Selain itu meliputi pula Kabupaten Pacitan, Magetan, bahkan

Wonogiri juga. Jadi, bagi para warga Pacitan, Magetan, dan Wonogiri yang ingin mengikuti

pelatihan di UPTPK Ponorogo sangat diperbolehkan.

Pelaksanaan program pelatihan di UPTPK Ponorogo ditunjang oleh Sumber Daya Manusia

(Tenaga Administrasi dan Tenaga Instruktur) UPTPK Ponorogo dengan kekuatan personil sebanyak

43 orang terdiri dari Kepala UPTPK, Kepala Sub Bagian Tata Usaha, Kepala Seksi Pelatihan dan

Sertifikasi, Kepala Seksi Pengembangan dan Pemasaran, serta Instruktur sebanyak : 27 orang.

Untuk basis pendidikannya sangatlah beragam. Mulai dari D3, S1, hingga S2.Sasaran dari program-

program di UPTPK Ponorogo diantaranya adalah pencari kerja, korban Pemutusan Hubungan Kerja

13

Page 15: Observasi Ponorogo

(PHK), Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), Sekolah/Perguruan Tinggi, Pengusaha Pemula

dan Karyawan Perusahaan

Program yang ada dibedakan menjadi dua jenis, yaitu program yang berasal dari dana APBD dan

program yang berasal dari APBN. Program yang didanai oleh APBD meliputi menjahit, sablon,

elektronika, processing 1-3, motor diesel, las, mebelair, border, teknik kendaraan ringan, teknik

sepeda motor dan teknik computer dan jaringan. Sedangkan program yang didanai oleh APBN

adalah las listrik, mesin produksi, teknik AC domestic, audio video, pengolahan hasil pertanian,

mebelair/furniture, teknik sepeda motor, teknik kendaraan ringan, teknik computer, menjahit,

border, sablon dan office tool.

Selain dapat diklasifikasikan dalam hal pembiayaannya, program pelatihan tersebut dapat pula

diklasifikasikan menjadi sebagai Program Institusional yang merupakan sistem pelatihan

konvensional dimana para peserta latihan (siswa) mengikuti proses pelatihan di UPTPK Ponorogo

dan Pelatihan Non Institusional atau Mobile Training Unit (MTU) . MTU ini merupakan metode

pelatihan kerja dimana seluruh komponen pelatihan yang meliputi Instruktur, sarana atau peralatan

dan bahan mendatangi tempat latihan (pemohon) dan Kepala Daerah (Kelurahan/Desa) atau

Lembaga selaku pemohon diminta menyiapkan 16 orang calon peserta dalam 1 kejuruan berikut

tempat atau lahan untuk proses pelatihan.

Dua kegiatan tersebut (Institusional atau MTU) dilaksanakan selama 240 Jam Pelajaran (± 35

hari efektif) dengan rincian 20% teori, 80% praktik dan untuk penyelenggaraannya didukung dana

APBN/APBD.Pelatihan dalam rangka pendayagunaan fasilitas latihan UPTPK Ponorogo yang

pelaksanaannya atas dasar permintaan dari pihak ke III yakni Perorangan,

kelompok/organisasi/Lembaga Pemerintah/Swasta, industri atas biaya pihak ketiga (peminta

sendiri). Adapun jumlah peserta, waktu dan jadwal pelatihan lebih fleksibel tergantung kebutuhan

14

Page 16: Observasi Ponorogo

biaya ditanggung oleh peserta/orang. Selain itu juga Praktek Kerja Industri bagi siswa setingkat

Sekolah Lanjutan (SMK, SMA, dll).

Sarana prasarana yang terdapat di UPTPK Ponorogo tergolong sangat beragam dan keadaannya

sangatlah baik. Berikut penjabaran sarana dan prasarananya :

a. Workshop Teknologi Mekanik : Mesin bubut, mesin frais, mesin bor, mesin travo las,

mesin skrap, dll.

b. Workshop Tata Niaga : Terdiri dari personal computer, printer, jaringan internet, dll.

c. Workshop Aneka Kejuruan : Terdiri dari mesin jahit, mesin obras, mesin jahit juki,

mesin press, dan lain-lain.

d. Workshop Bangunan : Terdiri dari Mesin gergaji potong, mesin gergaji belah, mesin

bor, mesin ketam kayu, mesin jiksaw, dan lain-lain.

e. Workshop Otomotif : Trainer mesin sepeda motor, trainer mesin mobil bensin, trainer

mesin mobil diesel, ragum, pressing mekanik, free hidrolik, scanner, dll.

f. Kios 3 in 1 : Terdiri dari personal computer, printer, jaringan internet, informasi bursa

kerja.

g. Kejuruan Elektronika : Terdiri dari alat ukur mekanik dan kelistrikan, handtool set,

trainer AC, trainer mesin listrik, peralatan instalasi listrik, dll.

h. Ruang Aula atau Auditorium

i. Kejuruan Processing : Terdiri dari vacum day oven, vacum praying, mixer, kompor

gas, hand tracktor, mesin ice cream, dll.

j. Lapangan Tenis/Sarana Olahraga

k. Asrama : Di dalamnya terdapat single Bad, AC, TV

15

Page 17: Observasi Ponorogo

Walaupun bebas biaya, pendaftaran untuk pesertanya tetap dibatasi. Pada setiap periode dan

jurusannya, pelatihan yang diadakan di UPTPK ini hanya menerima 16 orang maksimal. Namun

pada kenyataannya, antusias para pendaftar sangat tinggi sehingga pada setiap pembukaan

pendaftaran selalu banyak warga yang ingin mendaftar. Untuk mengantisipasi hal tersebut,

UPTPK juga menerima peserta tambahan dengan status mandiri atau pembiayaan sendiri. Jenis

kelamin tidak dibatasi selama peserta dirasa mampu untuk mengikuti pelatihan (Kecuali untuk

jurusan keteknikan). Sebelum terdaftar sebagai peserta pelatihan, calon peserta harus melewati

beberapa tes untuk mempertimbangkan apakah calon peserta tersebut dalam mengikuti

pelatihan esok dapat berjalan lancar atau tidak.

Bagi warga yang ingin mendaftar dalam pelatihan, terdapat beberapa syarat sebelum

mendaftar. Namun tidak usah khawatir karena persyaratannya tidak terlalu susah. Berikut

persyaratannya :

A. Persyaratan peserta yang dapat mendaftar :

1) Laki-laki/Wanita

2) Umur 17 tahun – 48 tahun. namun tidak menutup kemungkinan juga untuk di atas 48

tahun, namun hanya diperuntukkan bagi yang benar-benar mampu mengikuti

pelatihan tersebut.

3) Sehat jasmani/rohani dan tidak buta warna

4) Pendidikan sesuai kejuruan

B. Menyerahkan

a) Foto copy KTP yang masih berlaku

b) Foto copy ijazah terakhir

c) Mengisi formulir pernyataan yang sudah disediakan

16

Page 18: Observasi Ponorogo

Fasilitas yang terdapat di UPTPK Ponorogo ini tergolong sangat lengkap dan sangat nyaman.

Jadi tidak heran dapat memberikan kenyamanan pada peserta pelatihan yang mengikuti

pelatihan di sana. Berikut beberapa fasilitas yang ada di sana :

? Gedung kantor/administrasi

? Ruang rapat

? Gedung serba guna/aula

? Ruang auditorium

? Perpustakaan

? Ruang pamer

? Ruang TUK (Tempat Uji Kompetensi)

? Area pertanian

? KIOS 3in1

? Bengkel/workshop 7 kejuruan. Di dalamnya terdapat ruang teori kejuruan, ruang

praktik kejuruan, dan peralatan kejuruan yang lengkap.

? Ruang kelas ber-AC

? Asrama berkapasitas 32 orang

? Mushola

? Sarana olah raga yaitu lapangan tenis, area tenis meja, area volley, dan lapangan bulu

tangkis

? Musik set (sarana hiburan)

? Kantin

? Area parkir

? Hotspot area

17

Page 19: Observasi Ponorogo

UPTPK ini merupakan Unit Pelaksana Teknik di bawah Dinas Tenaga Kerja Transmigrasi Dan

Kependudukan Provinsi Jawa Timur. Tentu saja dalam hal pendanaan bergantung pada APBD dan

APBN. Termasuk dalam pendanaan program-program pelatihannya. Ini merupakan kelebihan yang

diperoleh oleh para peserta pelatihan. Dengan didanainya program dari dana APBD dan APBD,

maka program pelatihan 100% bebas biaya. Bahkan peserta pelatihan dimungkinkan mendapat

uang transport dan difasilitasi juga dengan asrama bagi peserta yang berasal dari luar Kabupaten

Ponorogo apabila pelatihan diadakan di UPTPK Ponorogo. Namun apabila pelatihan diadakan di

Desa yang telah bekerja sama dengan UPTPK, tentunya tidak diperlukan untuk menggunakan

asrama.

Selain biayanya yang gratis, peserta pelatihan juga disuguhkan dengan fasilitas pelatihan yang

sangat memadai. Mulai dari ruangan untuk pelatihan yang terdiri dari ruangan teori dan ruangan

praktik, peralatan praktik yang memadai, KIOS 3in1, tutor yang berpengalaman, dan sebagainya.

Dilihat dari segi sumber daya manusianya, UPT Pelatihan Kerja mempunyai personil 40 orang

dengan kekuatan instruktur 23 orang

Selain untuk tempat pelatihan, UPTPK juga merupakan tempat yang digunakan sebagai TUK

(Tempat Uji Kompetensi) oleh beberapa lembaga pelatihan di bawahnya.

18

Page 20: Observasi Ponorogo

DOKUMENTASI OBSERVASI

Gambar : Penyerahan kenang-kenangan untuk UPTPK

19

Page 21: Observasi Ponorogo

Semoga sepotong jejak kami di Kota Reog ini mampu menambah wawasan bagi pembaca dan

semakin menginspirasi kita agar kelak mampu menciptakan karya nyata di masyarakat demi

tercapainya cita-cita bangsa Indonesia. Dan bahwa pendidikan menjadi salah satu jalan kita untuk

memperbaiki dan ikut berpartisipasi menuju Indonesia yang lebih baik.

Salam Luar Sekolah!!!

20