PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SYNECTICS...
Transcript of PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SYNECTICS...
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SYNECTICS TERHADAP
KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA
KONSEP ASAM BASA
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh :
Rista Firdausa Handoyo
1112016200064
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2017
ii
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI
Skripsi berjudul Pengaruh Model Pembelajaran Synectics Terhadap
Keterampilan Berpikir Kritis Siswa pada Konsep Asam Basa disusun oleh
Rista Firdausa Handoyo Nomor Induk Mahasiswa 1112016200064, Program
Studi Pendidikan Kimia, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta. Telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang
berhak untuk diajukan pada sidang munaqasah sesuai ketentuan yang ditetapkan
fakultas.
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi berjudul Pengaruh Model Pembelajaran Synectics terhadapKeterampilan Berpikir Kritis Siswa pada Konsep Asam Basa disusun olehRISTA FIRDAUSA HANDOYO Nomor Induk Siswa 1112016200064, diajukankepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri SyarifHidayatullah Jakafta, dan telah dinyatakan LULUS dalam Ujian Munaqosah padatanggal di hadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelarSarjana S1 (S.Pd) dalam bidang Pendidikan Kimia.
」akalta,18]Desclnbcr 201 7
Tanggal Tanda Tangan
Ketua Panitia
Burhanudin NIilama,NI.Pd
NIP.19770201200801 1001
Pengu」 lI
Tonih Feronika,M.PdNIP.1979601072005011007
Pcngu」 l II
Dila Fairusi,M.Si
NIP.198503302015032003
Dekan Fakul
UIN Sy
よ
一”一
X■■
…1"koI17
Kegur'ranh Jakarta
Mengetahui,lmu Tarbiy
卜「IP.195 31007
KEⅣIENTERIAN AGMIAUIN JAKARTAFITKy//r″ ノ
“α″〃レめ ,5C´
"′
α′′5イノ2/Pl′♭′ω″
FORPI(FR)
No.Dokumcn i FI]BIFR‐ AKD-089
Tgl. Terbit : 1 Maret 2010
No. Revisi: : 0lHal
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI
Saya yang bertanda tangan di bawah ini,
Nama
Tanpat/Tgl.Lahir
NIM
Jurusan / Prodi
Judul Skripsi
Rista Firdausa Handoyo
Tangeran3 21 April 1994
1112016200064
Pendidikan IPA/Pendidikan Kimia
Pengamh Modcl Pembclttaranシ ″θC″C terhadap
Keterampilan Berpikir Kritis Siswa pada Konsep Asam
Basa
Dosen Pembimbing :1.Dr.巧 .Siti Suryaningsih,M.Si
2.E宙 Sapinatul Ballriah,M.Pd
dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya
sendiri dan saya berlanggung jawab secara akademis atas apa yang saya tulis.
Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh Ujian Munaqasah.
Jakarta, 18 Desemb er 2077Mahasiswa Ybs.
Rista Firdausa Halldovo
NIM.1112016200064
lV
v
ABSTRAK
Rista Firdausa Handoyo. (NIM 1112016200064). “Pengaruh Model
Pembelajaran Synectics Terhadap Keterampilan Berpikir Kritis Siswa pada
Konsep Asam Basa”. Skripsi, Program Studi Pendidikan Kimia, Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,
2017.
Hasil studi pendahuluan menunjukkan bahwa keterampilan berpikir kritis siswa
masih rendah pada konsep asam basa. Salah satu cara untuk meningkatkan
keterampilan berpikir kritis siswa digunakan model pembelajaran synectics.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran synectics
terhadap keterampilan berpikir kritis siswa kelas XI pada konsep asam basa.
Penelitian ini dilaksanakan di SMAN 6 Kota Tangerang pada semester genap
tahun ajaran 2016/2017. Metode penelitian yang diterapkan yaitu kuasi
eksperimen dengan desain penelitian nonequivalent control group design.
Pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling dengan jumlah
sampel masing-masing 30 siswa pada kelas eksperimen dan kontrol. Sampel pada
kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran synectics dan kelas kontrol
menggunakan metode pembelajaran konvensional. Instrumen utama dalam
penelitian ini melalui instrumen tes essay sebanyak 7 butir soal yang kemudian
dianalisis dengan uji-T. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kategori nilai pada
kelas eksperimen adalah sangat baik dengan rata-rata 81,56. Sedangkan pada
kelas kontrol kategori baik dengan rata-rata 76,86. Pengaruh model pembelajaran
synectics berpengaruh nyata terhadap keterampilan berpikir kritis siswa, hal ini
dibuktikan dengan hasil nilai thitung (3,541) lebih besar dari nilai ttabel (2,002) pada
taraf signifikansi 5%. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penerapan
model pembelajaran synectics dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis
siswa pada konsep asam basa.
Kata Kunci: Model Pembelajaran Synectics, Keterampilan Berpikir Kritis Siswa,
Asam Basa
vi
ABSTRACT
Rista Firdausa Handoyo. (NIM 1112016200064). “Effects of Synectics Model
on Students Critical Thinking Skills in Subject of Acid Base”. Skripsi,
Chemistry Education Studies Program, Department of Science Education, Faculty
of Tarbiyah and Teachers Training, State Islamic University Syarif Hidayatullah
Jakarta, 2017.
The results of preliminary study showed that the student’s critical thinking skills
were still low in subject of acid base. One way to improve student’s critical
thinking skills to used learning model of synectics. This study was aimed to know
the effect of learning synectics model on critical thinking skills class XI student
in subject of acid base. This research was conducted at SMAN 6 Tangerang City
in second semester of the academic year 2016/2017. The research method applied
a quasi-experimental with nonequivalent control group design. Sampling used
purposive sampling with a sample size of each class 30 students in the
experimental and control. Sample in the experimental class used learning
synectics model and the control class used conventional teaching methods. The
prime instrument in this study is through 7 items of essay test instrument which is
analyzed by using T-test. The results showed that the value of the experimental
class category was very good with an average of 81,56. While the control class
category was good an average of 76,86. Learning model of synectics significant
effects on student’s critical thinking skills, this was evidenced by the results tcount
(3,541) were greater than ttable (2,002) in 5% significance level. From the results of
the study it can be concluded that the application of synectics model can enhance
student’s critical thinking skills in subject of acid base.
Keywords: Synectics Model, Student’s Critical Thinking Skills, Acid Base
vii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmaanirrohim,
Alhamdulillahi rabbil ‘alamin. Puji dan syukur penulis panjatkan
kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan skripsi ini. Shalawat serta salam senantiasa tercurah
kepada Nabi Muhammad SAW, semoga kita mendapatkan syafa’at beliau dihari
akhir kelak.
Skripsi yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Synectics Terhadap
Keterampilan Berpikir Kritis Siswa pada Konsep Asam Basa” ini ditujukan untuk
memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Strata 1 (S1) pada Program
Studi Pendidikan Kimia, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dalam kesempatan ini tak lupa penulis menyampaikan ucapan terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu, mendukung dan membimbing
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, diantaranya kepada:
1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Burhanudin Milama, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Kimia
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Dr. Hj. Siti Suryaningsih, M.Si., selaku dosen pembimbing I yang telah
memberikan waktu, ilmu, bimbingan dan saran serta motivasi kepada penulis
selama penyusunan skripsi ini.
4. Evi Sapinatul Bahriah, M.Pd., selaku dosen pembimbing II yang telah
memberikan bimbingan, waktu, ilmu, dan saran kepada penulis dengan penuh
kesabaran serta memberikan motivasi kepada penulis selama penyusunan
skripsi ini.
5. Nanda Saridewi, M.Si., selaku dosen pembimbing akademik yang selalu
memberikan arahan, dukungan serta masukan kepada penulis dalam
viii
melaksanakan kegiatan intra dan ekstra kampus baik akademik maupun non
akademik.
6. Dewi Murniati, M.Si., selaku dosen validator instrumen yang telah
memberikan kritik dan saran selama proses validasi.
7. Seluruh dosen Jurusan Pendidikan IPA, khususnya dosen Program Studi
Pendidikan Kimia FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah
mendidik dan memberikan ilmu yang bermanfaat kepada penulis.
8. Yaner Hutabarat, S.Pd., selaku wakil kepala SMAN 6 Kota Tangerang bidang
kurikulum yang telah mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian di
sekolah tersebut.
9. Prisca Sumiwi, S.Pd., selaku guru kimia kelas XI SMAN 6 Kota Tangerang
yang telah mendukung keberlangsungan penelitian ini.
10. Bapak dan Ibu tercinta (Muhardi Handoyo dan Fikriyati), Tante, Oom dan
Kakak-kakak (Eri Fathony Handoyo, Iklila Anggiani Handoyo, dan Ulfianti
Ulfa) yang selalu memberikan doa, dukungan, dan bantuan moril maupun
materil kepada penulis.
11. Sahabat-sahabat seperjuangan (Aida, Devi, Puput, Kiki, Anisfah) yang telah
memberikan keceriaan, dukungan, bantuan, dan selalu menghibur penulis
selama proses penyelesaian skripsi.
12. Sahabat-sahabat di rumah (Kumil, Uyo, Lutfi, Lisan, Lastri, Ooy, Silvia) yang
selalu memotivasi dan memberikan keceriaan kepada penulis selama proses
penyelesaian skripsi.
13. Teman-teman Pendidikan Kimia Kelas B angkatan 2012 yang saling
memberikan motivasi.
14. Teman-teman bimbingan Ibu Siti dan Ibu Evi yang telah berbagi kesabaran,
pengalaman, dan dukungannya.
15. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, yang telah
membantu hingga tersusunnya skripsi ini.
ix
Semoga Allah SWT membalas Kebaikan dan ketulusan semua pihak yang
telah membantu menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini
masih memiliki banyak kekurangan, untuk itu sangat diharapkan masukan berupa
kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini.
Semoga skripsi ini memberikan manfaat dan kebaikan bagi banyak pihak serta
bernilai ibadah di hadapan Allah SWT. Aamiin
Jakarta, 2017
Rista Firdausa Handoyo
NIM. 1112016200064
x
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ...................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI .............................................................. iii
SURAT PENRNYATAAN KARYA SENDIRI ................................................ iv
ABSTRAK .............................................................................................................. v
KATA PENGANTAR ......................................................................................... vii
DAFTAR ISI ........................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xii
DAFTAR BAGAN .............................................................................................. xiii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xv
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
A. Latar Belakang .................................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ............................................................................ 5
C. Pembatasan Masalah ........................................................................... 5
D. Perumusan Masalah ............................................................................ 5
E. Tujuan Penelitian ................................................................................ 6
F. Manfaat Penelitian .............................................................................. 6
BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGUJIAN HIPOTESIS ................................ 7
A. Deskripsi Teoritik................................................................................ 7
1. Pengertian Model Pembelajaran ................................................... 7
2. Model Pembelajaran Synectics ...................................................... 8
3. Keterampilan Berpikir Kritis ...................................................... 13
B. Deskripsi Konsep Asam Basa ........................................................... 19
1. Perkembangan Konsep Asam Basa ............................................. 19
2. Sifat Asam Basa dari Air............................................................. 21
3. Indikator Asam Basa ................................................................... 22
C. Penelitian yang Relevan .................................................................... 22
D. Kerangka Pikir .................................................................................. 25
xi
E. Hipotesis Penelitian ........................................................................... 27
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ............................................................... 28
A. Waktu dan Tempat Penelitian .......................................................... 28
B. Metode Penelitian............................................................................. 28
C. Prosedur Penelitian........................................................................... 29
D. Popolasi dan Sampel ........................................................................ 31
E. Teknik Pengumpulan data ................................................................ 31
F. Instrumen Penelitian......................................................................... 32
G. Validasi Instrumen ........................................................................... 35
H. Teknik Analisis Data ........................................................................ 37
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................. 41
A. Hasil Penelitian ................................................................................. 41
1. Data Hasil Pretest dan Posttest pada Kelas Kontrol dan
Eksperimen ................................................................................ 41
2. Data Hasil Pretest dan Posttest Berdasarkan Indikator
Keterampilan Berpikir Kritis ..................................................... 42
3. Data Hasil Uji Prasyarat Analisis .............................................. 44
4. Data Hasil Uji Hipotesis ............................................................ 46
B. Pembahasan ....................................................................................... 48
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................... 70
A. Kesimpulan ....................................................................................... 70
B. Saran .................................................................................................. 70
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 71
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Indikator Keterampilan Berpikir Kritis Menurut Ennis (1985) ..... 16
Tabel 3.1 Desain Penelitian Nonequivalent Control Group Design .............. 28
Tabel 3.2 Teknik Pengumpulan Data Penelitian ............................................ 31
Tabel 3.3 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian pada Tes Tertulis .......................... 32
Tabel 3.4 Kisi-Kisi Lembar Kerja Siswa (LKS) ............................................ 33
Tabel 3.5 Kisi-Kisi Lembar Observasi ........................................................... 34
Tabel 3.6 Kriteria Koefisien Korelasi ............................................................ 36
Tabel 3.7 Kriteria Koefisien Reliabilitas........................................................ 36
Tabel 3.8 Indeks Tingkat Kesukaran.............................................................. 36
Tabel 3.9 Kriteria Daya Pembeda .................................................................. 37
Tabel 3.10 Kategori Tingkat Kemapuan Siswa Melalui Tes ........................... 40
Tabel 4.1 Data Hasil Nilai Pretest dan Posttest pada Kelas Kontrol dan
Eksperimen ..................................................................................... 41
Tabel 4.2 Persentase (%) Indikator Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Hasil
Pretest Kelas Kontrol dan Eksperimen .......................................... 42
Tabel 4.3 Persentase (%) Indikator Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Hasil
Posttest Kelas Kontrol dan Eksperimen ......................................... 43
Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas Pretest dan Posttest Kelas Kontrol dan
Eksperimen ..................................................................................... 45
Tabel 4.5 Hasil Uji Homogenitas Pretest dan Posttest Kelas Kontrol dan
Eksperimen ..................................................................................... 46
Tabel 4.6 Hasil Uji-t Pretest Kelas Kontrol dan Eksperimen ........................ 46
Tabel 4.7 Hasil Uji-t Posttest Kelas Kontrol dan Eksperimen ....................... 47
xiii
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1 Kerangka Berpikir .......................................................................... 26
Bagan 3.1 Prosedur Penelitian......................................................................... 30
xiv
DAFTAR GAMBAR
Tabel 2.1 Aki .................................................................................................. 20
Tabel 2.2 Sabun .............................................................................................. 20
Tabel 2.3 Reaksi antara BF3 dengan NH3 ...................................................... 21
Tabel 2.4 Berbagai Indikator Alami ............................................................... 22
Tabel 4.1 Tahap Pertama yaitu Masukan Substantif ...................................... 53
Tabel 4.2 Tahap Kedua yaitu Analogi Langsung ........................................... 54
Tabel 4.3 Contoh Jawaban Siswa dalam LKS pada Tahap Ketiga ................ 55
Tabel 4.4 Contoh Jawaban Siswa dalam LKS pada Tahap Keempat ............ 56
Tabel 4.5 Tahap Kelima yaitu Eksplorasi ...................................................... 57
Tabel 4.6 Contoh Jawaban Siswa dalam LKS pada Tahap Keenam ............. 58
Tabel 4.7 Contoh Jawaban Siswa pada Kelas Eksperimen ............................ 60
Tabel 4.8 Contoh Jawaban Siswa pada Kelas Kontrol .................................. 60
Tabel 4.9 Contoh Jawaban Siswa dalam Memberi Penjelasan Sederhana .... 61
Tabel 4.10 Contoh Jawaban Siswa dalam Menyebutkan Contoh .................... 61
Tabel 4.11 Contoh Jawaban Siswa pada Kelas Eksperimen ............................ 62
Tabel 4.12 Contoh Jawaban Siswa pada Kelas Kontrol .................................. 63
Tabel 4.13 Contoh Jawaban Siswa dalam Melaporkan Hasil Observasi ......... 64
Tabel 4.14 Contoh Jawaban Siswa pada Kelas Eksperimen ............................ 65
Tabel 4.15 Contoh Jawaban Siswa pada Kelas Kontrol .................................. 65
Tabel 4.16 Contoh Jawaban Siswa pada Kelas Eksperimen ............................ 66
Tabel 4.17 Contoh Jawaban Siswa pada Kelas Kontrol .................................. 66
Tabel 4.18 Contoh Jawaban Siswa pada Kelas Eksperimen ............................ 67
Tabel 4.19 Contoh Jawaban Siswa pada Kelas Kontrol .................................. 68
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Analisis KD dan Indikator Pembelajaran ....................................... 79
Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Eksperimen ..... 82
Lampiran 3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Kontrol ............ 98
Lampiran 4 Lembar Validasi Uji Instrumen Tes Keterampilan Berpikir Kritis
Kimia ............................................................................................ 108
Lampiran 5 Tes Keterampilan Berpikir Kritis Pokok Bahasan Asam Basa (Uji
Coba) ............................................................................................ 138
Lampiran 6 Analisis Butir Soal Hasil Validasi................................................ 142
Lampiran 7 Kisi-Kisi Soal Tes Essay Keterampilan Berpikir Kritis Siswa pada
Konsep Asam Basa ...................................................................... 147
Lampiran 8 Tes Keterampilan Berpikir Kritis Pokok Bahasan Asam Basa
(Pretest dan Posttest) ................................................................... 149
Lampiran 9 Kisi-Kisi Lembar Kerja Siswa ..................................................... 152
Lampiran 10 Lembar Validasi LKS .................................................................. 166
Lampiran 11 Lembar Kerja Siswa Asam Basa (Pertemuan 1 dan 2) ................ 167
Lampiran 12 Hasil Tes Keterampilan Berpikir Kritis Siswa ............................ 180
Lampiran 13 Data Hasil Pretest Kelas Eksperimen Berdasarkan Indikator KBK
...................................................................................................... 182
Lampiran 14 Data Hasil Pretest Kelas Kontrol Berdasarkan Indikator KBK ... 184
Lampiran 15 Data Hasil Posttest Kelas Eksperimen Berdasarkan Indikator KBK
...................................................................................................... 186
Lampiran 16 Data Hasil Posttest Kelas Kontrol Berdasarkan Indikator KBK . 188
Lampiran 17 Data Hasil Uji Normalitas Pretest Kelas Eksperimen ................. 190
Lampiran 18 Data Hasil Uji Normalitas Pretest Kelas Kontrol ........................ 192
Lampiran 19 Data Hasil Uji Homogenitas Pretest Kelas Eksperimen dan Kontrol
...................................................................................................... 194
Lampiran 20 Data Hasil Uji Hipotesis Nilai Pretest Kelas Eksperimen dan
Kontrol ......................................................................................... 195
xvi
Lampiran 21 Data Hasil Uji Normalitas Posttest Kelas Eksperimen ................ 197
Lampiran 22 Data Hasil Uji Normalitas Posttest Kelas Kontrol ....................... 199
Lampiran 23 Data Hasil Uji Homogenitas Posttest Kelas Eksperimen dan
Kontrol ......................................................................................... 201
Lampiran 24 Data Hasil Uji Hipotesis Nilai Posttestt Kelas Eksperimen dan
Kontrol ......................................................................................... 202
Lampiran 25 Lembar Observasi ........................................................................ 204
Lampiran 26 Surat Bimbingan Skripsi .............................................................. 206
Lampiran 27 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ............................ 208
Lampiran 28 Contoh Lembar Jawaban Siswa ................................................... 209
Lampiran 29 Contoh Jawaban LKS Siswa ........................................................ 210
Lampiran 30 Dokumentasi Penelitian ............................................................... 214
Lampiran 31 Uji Referensi ................................................................................ 217
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memiliki pengaruh yang
besar dalam proses pembangunan. Pembangunan kecerdasan bangsa dapat
dilakukan dengan kegiatan pendidikan yang baik. Pendidikan yang baik dan
perkembangan ilmu pengetahuan yang bersinergi secara positif akan
menciptakan pendidikan yang bermutu (Pratiwi, Sri, & Ashadi, 2015, h. 182).
Gaffar (1987) berpendapat “Bila misi pembangunan pendidikan Indonesia
adalah manusia Indonesia yang mampu menghadapi tantangan kehidupan masa
datang maka tujuan pendidikan adalah mempersiapkan manusia
berkemampuan yang bertaqwa dan bertanggung jawab untuk kesejahteraan
bangsanya” (h. 13). Sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yaitu “untuk
berkembangnya potensi siswa menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”
(UU RI Nomor 20 Tahun 2003 BAB II pasal 3).
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat dewasa ini,
selain memberikan manfaat untuk memenuhi kebutuhan manusia, ternyata juga
memunculkan banyak permasalahan baru terkait etika, moral, dan isu-isu
global yang justru dapat mengancam martabat dan kelangsungan hidup
manusia (Nurhayati, Sri, & Yahmin, 2016, h. 137). Keadaan ini harus disikapi
dengan meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia untuk
menghasilkan generasi penerus yang siap menghadapi tantangan zaman. Upaya
peningkatan mutu sumber daya manusia Indonesia ini dapat dilakukan
diantaranya melalui pendidikan sains (Kartimi dan Liliasari, 2012, h. 21).
Pendidikan sains sebagai salah satu aspek pendidikan memiliki peran penting
dalam peningkatan mutu pendidikan khususnya di dalam menghasilkan sumber
daya manusia yang berkualitas, yaitu manusia yang mampu berpikir kritis
(Sastrika, Sadia, & Muderawan, 2013). Kemampuan berpikir tingkat tinggi,
2
termasuk di dalamnya adalah keterampilan berpikir kritis sangat diperlukan
untuk meningkatkan sumber daya manusia (SDM) (Danisa, Sri, & Suciati,
2016, h. 610). Pentingnya keterampilan berpikir kritis dalam pendidikan
tentunya siswa harus mempunyai kemampuan berpikir tingkat tinggi untuk bisa
mengerti suatu pembelajaran di sekolah, hal itu dapat dilakukan dengan terus
menggali kemampuan yang dimiliki siswa. Siswa dapat menggali kemampuan
yang dimilikinya dengan membaca buku, bereksperimen, mengamati informasi
dari internet. Jika semua itu sudah terlaksana, maka keterampilan berpikir kritis
pada siswa akan segera tumbuh dan akan bermanfaat untuk mengaplikasikan
suatu teori. Teori belajar dapat teraplikasikan jika siswa mempunyai
kemampuan berpikir tingkat tinggi yaitu berpikir kritis, bukan berpikir dengan
hanya menghafal suatu teori. Paul (1987) dalam buku Kuswana (2011) lebih
lanjut menyatakan “salah satu tujuan berpikir kritis adalah untuk
mengembangkan perspektif siswa, dan berpendapat bahwa dialog atau
pengalaman dialektis penting sebagai bahan dalam membantu mengembangkan
penilaian, tentang bagaimana dan dimana keterampilan khusus terbaik dapat
digunakan” (h. 22).
Kenyataan di lapangan berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan
di SMA Negeri 6 Tangerang pada hari selasa tanggal 4 Oktober 2016, peneliti
mendapatkan informasi bahwa kemampuan siswa dalam memecahkan masalah
masih rendah. Hal ini disebabkan guru menggunakan metode ceramah yang
bersifat teacher center (berpusat pada guru) ketika proses belajar mengajar di
kelas, siswa hanya mampu menghafal pelajaran yang telah diberikan guru
tanpa bisa memecahkan masalah. Selain itu, peneliti melakukan observasi di
MAN 1 Tangerang pada hari rabu tanggal 5 Oktober 2016, peneliti
mendapatkan informasi bahwa kemampuan siswa dalam menunjukkan rasa
empati dan memiliki wawasan sosial masih rendah. Hal ini disebabkan siswa
bersifat individual, pasif, tidak mau belajar berkelompok, siswa hanya
menunjukkan rasa empati kepada temannya jika guru yang memerintahkan,
siswa belum mampu menjelajah hal baru di luar pelajaran yang sedang
dipelajari, tidak ada kombinasi antara model dan metode pembelajaran yang
3
diterapkan guru membuat wawasan siswa menjadi sempit. Oleh karena itu,
dapat dikembangkan dan diterapkan model pembelajaran yang dapat mengatasi
semua masalah tersebut.
Model pembelajaran synectics merupakan suatu model untuk
“meningkatkan kemampuan seseorang untuk memecahkan masalah,
menunjukkan empati, dan memiliki wawasan sosial” (Sani, 2013, h. 104). Hal
penting yang diungkapkan Joyce, Marsha, & Emily (2011) bahwa “Prosedur-
prosedur synectics membantu menciptakan komunitas kesetaraan dimana
berpikir merupakan basis tunggal di dalamnya. Standar yang sangat cukup
menyenangkan seperti ini tentu akan memberikan dukungan pada siswa yang
sangat pemalu sekalipun” (h. 269). Nasution (1989) menjelaskan model
pembelajaran synectics “mendorong siswa menjelajahi hal-hal yang tak biasa,
yang lain daripada yang lain, menciptakan suasana baru, merangsang siswa
mengadakan sintesis serta pertimbangan dan pemikiran kritis kreatif” (h. 82-
83).
Model pembelajaran synectics dapat diterapkan dalam ilmu kimia
misalnya pada konsep asam basa. Peneliti mengambil konsep asam basa karena
kosep asam basa dapat dibuat suatu analogi, contohnya pada sub konsep reaksi
netralisasi. Reaksi netralisasi adalah reaksi antara asam dan basa menghasilkan
garam dan air. Seorang guru kimia membuat analogi kancing baju dan
lubangnya untuk menjelaskan reaksi netralisasi. Kancing baju melambangkan
proton (H+) dan lubangnya melambangkan ion hidroksida (OH
-). Pemasukan
kancing baju ke dalam lubangnya melambangkan reaksi kimia. menyatunya
kedua bagian kain baju dipandang sebagai pembentukan garam, dan kancing
baju yang telah terpasang serta tampak keluar melambangkan molekul air
(H2O) (Suja, 2014, h. 404). Asam basa adalah konsep kimia yang mempelajari
larutan yang bersifat asam dan basa dilihat dari ion, proton, dan pasangan
elektron bebas. Siswa mempelajari konsep asam basa dari kehidupan sehari-
hari yang sering mereka temui yaitu asam jeruk, asam cuka, air aki yang
mereka kenal sebagai larutan asam. Sedangkan air sabun dan larutan air kapur,
mereka kenal sebagai larutan basa. Mereka bisa membedakan larutan asam dan
4
basa berdasarkan rasanya dan bentuknya jika dipegang apakah licin atau kesat.
Konsep-konsep asam basa yang dijelaskan oleh para ahli kimia menjelaskan
larutan asam basa ditinjau dari sifat mikroskopiknya, yaitu adanya ion H+ di
dalam asam dan ion OH- di dalam basa, adanya pendonor dan penerima proton,
dan adanya pendonor dan penerima elektron bebas. Siswa akan lebih mudah
mempelajari konsep-konsep yang abstrak tersebut dengan menggunakan model
pembelajaran synectics yang di dalamnya terdapat aktivitas analogi dan siswa
belajar secara berkelompok dengan tujuan lebih mudah dalam belajar.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Candrasekaran (2014)
dengan judul “Developing Scientific Attitude, Critical Thinking and Creative
Intelligence of Higher Secondary School Biology Students by Applying
Synectics Techniques”. Berdasarkan penelitian tersebut didapatkan hasil bahwa
penerapan model pembelajaran synectics dapat meningkatkan keterampilan
berpikir kritis pada siswa sebesar 80%. Penelitian yang dilakukan oleh
Sa’adah, Eko, & Ashari (2014) dengan judul “Upaya Meningkatkan
Kemampuan Berpikir Kritis dengan Penerapan Model Pembelajaran Synectics
pada Pembelajaran Fisika di SMA Negeri 6 Purworejo Tahun Pelajaran
2013/2014”. Berdasarkan penelitian tersebut didapatkan hasil bahwa
kemampuan berpikir kritis siswa dan hasil belajar siswa mengalami
peningkatan. Penelitian yang dilakukan oleh Abed, Amir, & Davoud (2015)
dengan judul “The Effect of Synectics Pattern on Increasing The Level of
Problem Solving and Critical Thinking Skills in Students of Alborz Province”.
Berdasarkan penelitian tersebut didapatkan hasil bahwa model pembelajaran
synectics dapat meningkatkan level keterampilan berpikir kritis sebesar 95%.
Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik mengkaji
permasalahan mengenai sistem pembelajaran kimia yang ada di sekolah. Maka
peneliti berinisiatif untuk mengadakan penelitian yang berjudul “Pengaruh
Model Pembelajaran Synectics terhadap Keterampilan Berpikir Kritis Siswa
pada Konsep Asam Basa”.
5
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan pokok-pokok yang terdapat dalam latar belakang masalah di
atas, maka peneliti dapat mengidentifikasi permasalahannya sebagai berikut:
1. Guru masih menggunakan metode ceramah yang bersifat teacher center
sehingga siswa hanya mampu pada tingkat menghafal tanpa bisa
memcahkan masalah.
2. Siswa bersifat individual, pasif, sulit berkelompok ketika belajar sehingga
siswa tidak bisa menunjukkan rasa empati.
3. Siswa belum bisa menjelajah hal baru karena tidak ada kombinasi antara
model dan metode pembelajaran yang diterapkan guru, sehingga siswa
memiliki wawasan sosial yang rendah.
C. Pembatasan Masalah
Penelitian yang dilakukan memfokuskan pembatasan masalah sebagai
berikut:
1. Model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran synectics
yang digagas oleh Gordon (1961).
2. Kemampuan yang diukur dalam penelitian ini adalah keterampilan berpikir
kritis menurut Ennis (1985) dengan indikator memberikan penjelasan
sederhana, membangun keterampilan dasar, menyimpulkan, mengatur
strategi dan taktik.
3. Materi yang digunakan adalah konsep asam basa.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah di atas, maka
perumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah model pembelajaran
synectics berpengaruh terhadap keterampilan berpikir kritis siswa pada konsep
asam basa?”.
6
E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu, untuk mengetahui pengaruh
pembelajaran synectics terhadap peningkatan keterampilan berpikir kritis
siswa pada konsep asam basa.
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak,
terutama bagi:
1. Siswa
Dapat memberikan masukan dalam meningkatkan keterampilan berpikir
kritis.
2. Guru
Dapat memberikan masukan yang berarti sebagai bahan kajian untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran.
3. Peneliti
Dapat dijadikan alternatif dalam menerapkan pembelajaran yang telah
dilakukan selama penelitian untuk lebih baik lagi dan dapat dijadikan
rujukan bagi peneliti selanjutnya terkait dengan model pembelajaran
synectics dan keterampilan berpikir kritis.
7
BAB II
KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Deskripsi Teoretik
1. Pengertian Model Pembelajaran
Model pembelajaran dan metode pembelajaran mempunyai makna yang
hampir sama. “Tidak ada perbedaan konsep yang tegas diantara keduanya,
dalam beberapa hal seringkali dipandang sama. Model pembelajaran adalah
suatu desain yang menggambarkan proses rincian dan penciptaan situasi
lingkungan yang memungkinkan siswa berinteraksi sehingga terjadi
perubahan atau perkembangan pada diri siswa” (Sukmadinata dan Erliana,
2012, h. 151). Sani (2013) mengungkapkan model pembelajaran adalah
kerangka pembelajaran untuk mencapai tujuan belajar dengan ciri utama
adanya tahapan atau sintaks pembelajaran (h. 89).
Huda (2014) mendeskripsikan “model pengajaran dirancang untuk
tujuan-tujuan tertentu, pengajaran konsep-konsep informasi, cara-cara
berpikir, studi nilai-nilai sosial, dan sebagainya dengan meminta siswa
untuk terlibat aktif dalam tugas-tugas kognitif dan sosial tertentu” (h. 73).
Model pembelajaran adalah rencana pembelajaran yang dipersiapkan untuk
proses pembelajaran. Model pembelajaran memiliki ciri-ciri yaitu adanya
tahapan-tahapan (Zulfiani, Tonih, & Kinkin, 2009, h. 117).
Joyce dan Marsha (2003) menjelaskan model pembelajaran dapat
“membantu siswa untuk memperoleh informasi, ide-ide, keterampilan, nilai,
jalan pikiran, dan menunjukkan pernyataan dari diri mereka. Kami juga
mengajarkan mereka bagaimana cara untuk belajar, faktanya banyak istilah
penting hasil belajar sebagai pengajaran yang dapat meningkatkan
kemampuan siswa untuk belajar dengan mudah dan efektif di masa depan”
(h. 7).
Peneliti menyimpulkan model pembelajaran adalah suatu pola yang
digunakan untuk merancang mekanisme suatu pengajaran, sebagai prosedur
sistematik dalam proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan
8
pembelajaran. Model pembelajaran dapat dikatakan sebagai langkah-
langkah dalam memulai suatu pembelajaran.
2. Model Pembelajaran Synectics
a. Pengertian Model Pembelajaran Synectics
Candrasekaran (2014) menjelaskan “Kata synectics berasal dari
bahasa Yunani yang artinya menggabungkan secara bersama dari sebuah
elemen yang berbeda” (h. 2). Sani (2013) mengungkapkan “Model
pembelajaran synectics adalah suatu model pembelajaran untuk
meningkatkan kemampuan seseorang dalam memecahkan masalah,
menunjukkan empati, dan memiliki wawasan sosial” (h. 104). Model
pembelajaran synectics digagas oleh Gordon dalam kreativitas
kelompok, sehingga dapat diaplikasikan oleh siswa (Abed, Amir, &
Davoud, 2015, h. 111). Model pembelajaran synectics digunakan untuk
melatih kreativitas siswa secara individual dan kelompok. Penemuan ide
kreatif didasari pada proses intelektual (Sukmadinata dan Erliana, 2012,
h. 157).
Joyce dan Marsha (2003) menjelaskan model pembelajaran
synectics membantu siswa berpikir dengan tenang sehingga siswa
mengetahui tujuan belajar. Aktivitas model pembelajaran synectics
adalah siswa bermain dengan analogi dan metafora (h. 236). “Synectics
berasal dari kata yunani yang artinya menggabungkan dan menyatakan
elemen-elemen yang tidak berhubungan. Pertama, mencoba membuat
sesuatu yang asing menjadi familiar dengan menarik pemecahan
masalah dari masalah jadi solusi kreatif yang dapat dikembangkan.
Kedua, mencoba membuat sesuatu yang asing menjadi familiar dengan
melihat masalah dengan cara yang baru” (Evans, 1991, h. 71).
Peneliti menyimpulkan model pembelajaran synectics adalah
sebuah model pembelajaran yang menggunakan metafora dan analogi
sebagai aktivitas belajar untuk meningkatkan kreativitas siswa. Model
pembelajaran synectics dapat meningkatkan pemikiran kritis siswa
9
dalam proses pembelajarannya, walau sebenarnya dasar model
pembelajaran synectics adalah untuk meningkatkan kreativitas siswa.
b. Asumsi-Asumsi dalam Model Pembelajaran Synectics
Djudin (2011) menjelaskan “proses khusus dari synectics
dikembangkan dari sejumlah asumsi psikologis. Asumsi pertama adalah
dengan melibatkan siswa dalam proses kreatif secara sadar dan dengan
mengembangkan alat bantu kreativitas, kita dapat meningkatkan
kemampuan kreativitas secara perorangan maupun berkelompok’’ (h. 7).
Begitu juga yang dijelaskan dalam buku Joyce, Marsha, & Emily (2011),
asumsi yang kedua adalah bahwa komponen emosional lebih penting
daripada intelektual, irasional lebih penting daripada rasional. Asumsi
ketiga adalah bahwa unsur-unsur emosional, irasional harus dipahami
dalam rangka meningkatkan kemungkinan sukses dalam situasi
pemecahan masalah (h. 253).
c. Aktivitas Analogi
Proses pembelajaran dalam model pembelajaran synectics
mendekatkan pada aktivitas analogi. “Pada hakekatnya suatu analogi
adalah suatu ceritera atau situasi yang sederhana. Ia menjadi suatu
analogi hanya bilamana dibandingkan dengan sesuatu yang lain.
Ceritera atau situasi sederhana itu haruslah sesuatu yang kita kenal.
Urutan pengembangan harus pula kita pahami. Sudah tentu harus
sesuatu yang terjadi atau suatu proses yang sedang berjalan atau suatu
tipe hubungan khusus yang harus diamati” (Sutoyo, 1991, h. 166).
Moreno, Maria, & Kristin (2014) mengungkapkan “Analogi adalah
menghubungkan situasi dari satu domain (sumber) yang secara khusus
kurang baik untuk dimengerti ke hal lain (target) yang sudah dimengerti
dengan baik dan itu mungkin seharusnya untuk dihubungkan” (h. 3).
Praswidiarini dan Suyono (2015) “Analogi bermanfaat bagi perubahan
konseptual dalam pembelajaran sains” (h. 533). “Penggunaan analogi
10
bukan pembelajaran yang baru dalam kimia, karena dalam penggunaan
strategi analogi ini dapat membantu siswa memahami konsep-konsep
teori” (h. 536).
Harrison dan Richard (2013) menjelaskan analogi adalah
membandingkan analog (kejadian yang dikenal) dengan target (proses
sains, misalnya kesetimbangan biologi kimia dan teori kinetik) (h. 40).
Ada tiga bentuk analogi yang dapat digunakan sebagai dasar latihan
synectics, yaitu: analogi pribadi, analogi langsung, dan konflik
penekanan. Djudin (2011) menjelaskan tiga bentuk analogi, sebagai
berikut (h. 7-8):
1) Analogi pribadi adalah analogi yang meminta siswa untuk menjadi
bagian dari unsur-unsur fisik suatu masalah atau objek (orang,
tumbuhan, hewan, atau benda mati).
2) Analogi langsung adalah membandingkan (mencari persamaan dan
perbedaan) dua objek yang berlainan untuk memunculkan ide baru.
3) Konflik mampatan pada umumnya mendeskripsikan suatu benda
menggunakan dua kata berlawanan atau berkontradiksi satu dengan
yang lainnya.
“Analogi dapat digunakan dengan cara yang sama. Kita dapat
menggambarkan masalah ke dalam analogi, kemudian mengembangkan
analoginya. Pada akhirnya kita menggambarkan kembali dan
mengamati apa yang terjadi dengan masalah asli. Mungkin akan lebih
berguna bila kita menghubungkan keduanya secara paralel (sejajar)”
(Sutoyo, 1991, h. 167-168).
Peneliti menyimpulkan analogi adalah menghubungkan kemiripan
antara suatu objek yang satu dengan objek yang lain dengan tujuan
lebih mudah untuk dimengerti. Suatu analogi tidak semua harus ada
kemiripan, tetapi juga mempunyai suatu perbedaan analog dengan
target.
11
d. Tahap Model Pembelajaran Synectics
Tahap model pembelajaran synectics ada enam, yaitu masukan
substantif, analogi langsung, analogi personal, analogi pembandingan,
eksplorasi, analogi pengembangan. Sukmadinata dan Erliana (2012)
menjelaskan tahap model pembelajaran synectics sebagai berikut (h.
158):
1) Masukan substantif
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran.
Guru memberikan informasi berkenaan dengan topik baru.
Siswa diberi kesempatan bertanya tentang materi baru.
2) Analogi langsung
Guru memberikan analogi langsung, disertai penjelasan
tentang aspek-aspek yang terkait.
Guru meminta siswa mengadakan analogi dan
mendeskripsikan hasil analogi tersebut.
Siswa diminta mengemukakan beberapa hubungan antara
materi yang sedang dibahas dengan aspek-aspek dalam objek
atau kegiatan yang dianalogikan. Beberapa siswa diminta
mengemukakan hasil kerjanya. Guru merangkumkan
hasilnya di papan tulis.
Siswa diminta mengemukakan beberapa perbedaan antara
aspek-aspek yang ada dalam topik baru dengan
objek/kegiatan yang dianalogikan. Beberapa siswa diminta
mengemukakan hasil kerjanya. Guru merangkumkan hasil
pekerjaan siswa di papan tulis.
3) Analogi personal
Siswa diminta untuk mengadakan analisis langsung berkenaan
dengan diri siswa, mendiskusikan dan merangkumkan hasilnya.
4) Analogi pembandingan
Siswa mengidentifikasi dan menjelaskan kesamaan antara
bahan baru dengan analogi langsung.
Siswa menjelaskan dimana ada ketidaksesuaian.
5) Eksplorasi
Siswa diminta menjelaskan kembali topik semula, dengan
bahasa sendiri mendiskusikan dalam kelompok kecil dan
merangkumkan hasil diskusi.
6) Analogi pengembangan
Siswa melakukan analogi langsung terhadap materi yang sedang
dibahas dengan objek/kegiatan lain, mencari persamaan dan
perbedaan, dan merangkumkannya.
12
e. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Synectics
Model pembelajaran memiliki keunggulan dan kelemahan,
termasuk pula model pembelajaran synectics. (Nasution, 1989, h. 82-
83) mengklasifikasikan keunggulan dan kekurangan model
pembelajaran synectics, yakni:
Keunggulan model pembelajaran synectics
1) Mendorong siswa menjelajahi hal-hal yang tak biasa, yang lain
daripada yang lain.
2) Menciptakan suasana baru.
3) Merangsang siswa mengadakan sintesis serta pertimbangan dan
pemikiran kritis kreatif.
Kekurangan model pembelajaran synectics
1) Menuntut persiapan siswa yang sering makan waktu banyak.
2) Hasilnya sering sukar dievaluasi karena memerlukan kriteria yang
kompleks.
3) Pelaksanaannya makan waktu banyak.
Keunggulan lain model pembelajaran synectics yang dijelaskan
dalam buku Munandar (2012) adalah “teknik synectics merupakan cara
yang menyenangkan untuk melibatkan siswa dalam diskusi yang
imajinatif dan menghasilkan strategi pemecahan masalah yang tidak
lazim tetapi dapat dilaksanakan. Setiap topik dari bidang studi dapat
dibahas dalam kelompok diskusi kecil atau besar. Melalui synectics
siswa dapat belajar strategi yang bermakna untuk memecahkan
masalah” (h. 202).
Model pembelajaran synectics sama seperti model pembelajaran
lain yang mempunyai keunggulan dan kekurangan. Bagaimanapun cara
guru mengajar dan siswa belajar, seharusnya kekurangan tersebut harus
bisa dikurangi dengan tujuan pembelajaran dapat tercapai.
13
3. Keterampilan Berpikir Kritis
a. Pengertian Berpikir dalam Pembelajaran
Kamus Besar Bahasa Indonesia mengartikan berpikir adalah akal
budi, budi daya akal, ingatan, hasil ingatan (h. 488). “Pengertian
berpikir, menurut etimologi yang dikemukakan, memberikan gambaran
adanya sesuatu yang berada dalam diri seseorang dan mengenai apa
yang menjadi-nya. Sesuatu yang merupakan tenaga yang dibangun oleh
unsur-unsur dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas”
(Kuswana, 2011, h. 2). Berpikir adalah cara kerja otak berdasarkan
pengalaman yang terekam dalam ingatan (Soemardjo, 1992, h. 36-37).
Ross (1955) dalam buku Kuswana (2011), berpikir merupakan
aktivitas mental dalam aspek teori dasar mengenai objek psikologis (h.
2). Ruggiero (2004) menjelaskan berpikir adalah “suatu kesadaran
proses mental untuk melakukan kegiatan pemecahan masalah, membuat
keputusan, atau memperoleh pemahaman” (h. 17). Sutoyo (1991)
menjelaskan tujuan berpikir adalah “mengumpulkan informasi serta
menggunakannya sebaik mungkin. Karena cara pikiran bekerja untuk
menciptakan konsepsi pola yang tetap, kita tidak dapat menggunakan
informasi baru secara lebih baik, kecuali jika kita mempunyai beberapa
cara untuk membangun kembali pola-pola lama, dan menyesuaikannya
dengan keadaan yang baru” (h. 14).
Peneliti menyimpulkan berpikir adalah sesuatu yang berada dalam
diri seseorang, berupa ide dan gagasan yang dilakukan dalam aktivitas
mental sebagai objek psikologis. Aktivitas berpikir berada dalam
pikiran manusia yang akan dilakukan dalam pengaruh perintah otak ke
sensor motorik. Orang yang berpikir adalah orang yang sadar apa yang
sedang ia lakukan dalam aktivitas otak.
b. Pengertian Keterampilan Berpikir Kritis
“Keterampilan adalah kemampuan melaksanakan sesuatu secara
efektif dalam keadaan tertentu. Secara garis besar dapat dinyatakan
14
bahwa berpikir adalah suatu keterampilan sejauh berpikir itu dapat
dilaksanakan dengan keterampilan” (Soemardjo, 1992, h. 53). “Berpikir
kritis merupakan sebuah proses yang terarah dan jelas yang digunakan
dalam kegiatan mental seperti memecahkan masalah, mengambil
keputusan, membujuk, menganalisis asumsi, dan melakukan penelitian
ilmiah. Berpikir kritis adalah kemampuan untuk berpendapat dengan
cara yang terorganisasi” (Johnson, 2011, h. 183). Kuswana (2011)
mengungkapkan berpikir kritis adalah menganalisis suatu masalah untuk
menentukan keputusan (h. 19).
Ruggiero (2004) mengungkapkan pokok dari berpikir kritis adalah
evaluasi. Berpikir kritis, boleh menggambarkan “suatu proses untuk
mengerjakan tuntutan tes, pendapat, dan menentukan kebaikan dan
yang tidak dilakukan. Dengan kata lain, berpikir kritis adalah pencarian
jawaban dari sebuah pertanyaan. Tidak aneh, satu dari banyak teknik
penting digunakan dalam berpikir kritis adalah meminta jawaban dari
permasalahan” (h. 17). Eggen dan Don (2012) mendefinisikan berpikir
kritis sebagai kemampuan dan kecenderungan untuk membuat dan
melakukan asesmen terhadap kesimpulan berdasarkan bukti (h. 119).
Berpikir kritis adalah “suatu kecakapan nalar secara teratur,
kecakapan sistematis dalam menilai, memecahkan masalah, menarik
keputusan, memberikan keyakinan, menganalisis asumsi dan pencarian
ilmiah. Berpikir kritis mempunyai langkah-langkah, yaitu perumusan
dan pembatasan masalah, perumusan hasil-hasil yang ingin dicapai,
pemecahan yang bisa dilakukan serta alasannya, kesimpulan”
(Sukmadinata dan Erliana, 2012, h. 122-123). Kartimi dan Liliasari
(2012) menyatakan berpikir kritis adalah rasa percaya diri yang dimiliki
siswa dalam menganalisis argumen dan memunculkan wawasan dalam
belajar (h. 23).
Peneliti menyimpulkan berpikir kritis adalah suatu proses yang
teratur dan sistematis dalam membantu memecahkan masalah,
mengambil keputusan, menganalisis asumsi, dan melakukan penelitian
15
ilmiah untuk mengevaluasi suatu masalah. Berpikir kritis dapat
memenuhi kebutuhan intelektual dengan mengamati lingkungan sekitar
dan menerima informasi yang benar dari sekelilingnya.
c. Teori Keterampilan Berpikir Kritis Robert Ennis
“Salah satu kontributor terkenal bagi perkembangan tradisi berpikir
kritis adalah Robert Ennis. Definisinya yang sudah beredar luas dalam
bidang berpikir kritis, adalah berpikir kritis adalah pemikiran yang
masuk akal dan reflektif yang berfokus untuk memutuskan apa yang
mesti dipercaya atau dilakukan” (Fisher, 2008, h. 4). Keterampilan
berpikir kritis berkaitan dengan mengajar dan belajar” (Kuswana, 2011,
h. 22).
“Ennis berpendapat bahwa berpikir kritis pada dasarnya tergantung
pada dua disposisi. Pertama, perhatikan untuk bisa melakukannya
dengan benar sejauh mungkin dan kepedulian untuk menyajikan posisi
jujur dan kejelasan. Kedua, tergantung pada proses evaluasi
(menerapkan kriteria untuk menilai kemungkinan jawaban), baik secara
proses implisit maupun eksplisit” (Kuswana, 2011, h. 21). Sebelum
menyusun sebuah indikator, Ennis (1996) dalam bukunya yang berjudul
“Critical Thinking” menjelaskan enam elemen dasar dalam berpikir
kritis yaitu Focus, Reasons, Inference, Situation, Clarity, and Overview.
Untuk lebih mudah mengingat keenam elemen dasar tersebut dapat
disingkat menjadi FRISCO (h. 4).
1) Focus (fokus/memusatkan): Membicarakan poin utama, persoalan,
pertanyaan, dan masalah.
2) Reasons (memberi alasan): Membicarakan pertimbangan setelah
membuat keputusan (setuju/tidak setuju).
3) Inference (membuat kesimpulan): Membuat kesimpulan secara
benar.
4) Situation (keadaan): Membicarakan tentang tujuan/maksud
seseorang, tentang suatu sejarah, pengetahuan, emosi, prasangka,
16
keanggotaan, minat. Hal-hal tersebut meliputi lingkungan fisik dan
lingkungan sosial (keluarga, pemerintahan, institusi, keagamaan,
pekerjaan, anggota, tetangga).
5) Clarity (memberikan penjelasan): Membicarakan kejelasan dari apa
yang ditulis dan dibicarakan.
6) Overview (peninjauan): Melakukan peninjauan kembali dari apa
yang ditemukan, putuskan/tentukan, pertimbangkan, pelajari,
simpulkan.
Keenam elemen dasar di atas, dapat dibuat sebuah indikator. Dalam
kurikulum berpikir kritis, menurut Ennis (1985) terdapat dua belas
indikator berpikir kritis yang dikelompokkan dalam lima kemampuan
berpikir, yaitu (1) memberikan penjelasan sederhana (elementary
clarification), (2) membangun keterampilan dasar (basic support), (3)
membuat inferensi (inferring), (4) membuat penjelasan lebih lanjut
(advanced clarification), dan (5) mengatur strategi dan taktik
(strategies and tactics) (h. 46). Kelima kelompok indikator
keterampilan berpikir kritis tersebut dapat dibuat tabel.
Tabel 2.1 Indikator Keterampilan Berpikir Kritis
Menurut Ennis (1985)
Keterampilan
Berpikir Kritis
Indikator
Keterampilan
Berpikir Kritis
Sub Indikator
Keterampilan Berpikir
Kritis
1. Elementary
clarification
(Memberi
penjelasan
sederhana)
1. Memfokuskan
pertanyaan
a. Mengidentifikasi atau
merumuskan pertanyaan
b. Mengidentifikasi
kriteria-kriteria untuk
mempertimbangkan
jawaban yang mungkin
c. Menjaga kondisi pikiran
2. Menganalisis
argumen
a. Mengidentifikasi
kesimpulan
b. Mengidentifikasi
kalimat-kalimat
pernyataan
c. Mengidentifikasi alasan
17
Keterampilan
Berpikir Kritis
Indikator
Keterampilan
Berpikir Kritis
Sub Indikator
Keterampilan Berpikir
Kritis
(sebab) yang dinyatakan
(eksplisit)
d. Mengidentifikasi alasan
(sebab) yang tidak
dinyatakan (implisit)
e. Mengidentifikasi
kerelevanan
f. Mencari persamaan dan
perbedaan
g. Mencari struktur dari
suatu argumen
h. Merangkum
3. Bertanya dan
menjawab
pertanyaan
klasifikasi dan
pertanyaan yang
menantang
a. Memberi penjelasan
sederhana
b. Menyebutkan contoh
2. Basic
support
(Membangun
keterampilan
dasar)
4. Mempertimbang-
kan kredibilitas
(kriteria) suatu
sumber
a. Mempertimbangkan
keahlian
b. Mempertimbangkan
kemenarikan konflik
c. Mempertimbangkan
kesesuaian sumber
d. Mempertimbangkan
reputasi
e. Mempertimbangkan
penggunaan prosedur
yang tepat
f. Mempertimbangkan
resiko untuk reputasi
g. Kemampuan untuk
memberikan alasan
h. Kebiasaan untuk berhati-
hati
5. Mengobservasi
dan
mempertimbang-
kan laporan
observasi
a. Melibatkan sedikit
dugaan
b. Menggunakan waktu
yang singkat antar
observasi dan laporan
c. Melaporkan hasil
observasi
d. Merekam hasil observasi
18
Keterampilan
Berpikir Kritis
Indikator
Keterampilan
Berpikir Kritis
Sub Indikator
Keterampilan Berpikir
Kritis
e. Menggunakan bukti-
bukti yang benar
f. Menggunakan akses
yang baik
g. Menggunakan teknologi
h. Mempertanggungjawab-
kan hasil observasi
3. Inference
(Menyimpul-
kan)
6. Mendeduksi dan
mempertimbang-
kan hasil deduksi
a. Siklus logika Euler
b. Mengondisikan logika
c. Menyatakan tafsiran
7. Menginduksi dan
mempertimbang-
kan hasil induksi
a. Mengemukakan hal yang
umum
b. Mengemukakan
kesimpulan dan hipotesis
1. Mengemukakan
hipotesis
2. Merancang
eksperimen
3. Menarik kesimpulan
sesuai fakta
4. Menarik kesimpulan
dari hasil
menyelidiki
8. Membuat dan
menentukan hasil
pertimbangan
a. Membuat dan
menentukan hasil
pertimbangan
berdasarkan latar
belakang fakta-fakta
b. Membuat dan
menentukan hasil
pertimbangan
berdasarkan akibat
c. Membuat dan
menentukan hasil
pertimbangan
berdasarkan fakta
d. Membuat dan
menentukan hasil
pertimbangan
keseimbangan-
keseimbangan dan
masalah
19
Keterampilan
Berpikir Kritis
Indikator
Keterampilan
Berpikir Kritis
Sub Indikator
Keterampilan Berpikir
Kritis
4. Advanced
clarification
(Memberi
penjelasan
lanjut)
9. Mendefinisikan
istilah dan
mempertimbang-
kan suatu definisi
a. Membuat bentuk definisi
b. Strategi membuat
definisi
1. Bertindak dengan
memberikan
penjelasan lanjut
2. Mengidentifikasi dan
menangani
ketidakbenaran yang
disengaja
c. Membuat isi definisi
10. Mengidentifikasi
asumsi-asumsi
a. Penjelasan bukan
pernyataan
b. Mengonstruksi argumen
5. Strategies
and tactics
(Mengatur
strategi dan
taktik)
11. Menentukan suatu
tindakan
a. Mengungkap masalah
b. Memilih kriteria untuk
mempertimbangkan
solusi yang mungkin
c. Merumuskan solusi
alternatif
d. Menentukan tindakan
sementara
e. Mengulang kembali
f. Mengamati
penerapannya
12. Berinteraksi
dengan orang lain
a. Menyenangkan
b. Strategi logis
c. Strategi retorika
d. Presentasi
B. Deskripsi Konsep Asam Basa
1. Perkembangan Konsep Asam dan Basa
Ilmu kimia membahas suatu reaksi kimia, “untuk memahami reaksi-
reaksi kimia yang sederhana maupun yang rumit maka perlu mengerti
konsep asam basa. Pada hakekatnya reaksi-reaksi kimia dapat dirangkum
sebagai reaksi asam basa” (Sastrohamidjojo, 2010, h. 257).
20
a. Teori asam basa Arrhenius
“Konsep asam basa ini dikatakan masih bersifat alami. Senyawa
bersifat asam bila mempunyai rasa masam, dapat mengubah indikator
lakmus kertas biru menjadi merah, bila ditambah logam dapat
melepaskan gelembung-gelembung gas hidrogen, hingga disimpulkan
senyawa bersifat asam mengandung ion hidrogen. Senyawa bersifat
basa bila mempunyai rasa pahit, dapat mengubah indikator kertas
lakmus merah menjadi biru, dan senyawa mengandung gugus hidroksi
–OH” (Sastrohamidjojo, 2010, h. 257). Contoh asam dan basa dapat
dilihat pada gambar 2.1 dan 2.2.
Gambar 2.1 Dalam Aki Mengandung Larutan Asam Kuat H2SO4
(en.indotrading.com)
Gambar 2.2 Sabun adalah Contoh Basa (sabunherbal.com)
b. Teori asam basa Bronsted-Lowry
J. N. Bronsted di Denmark dan T. M. Lowry di Inggris pada tahun
1923 mendefinisikan teori asam basa. Asam adalah donor proton, dan
basa adalah penerima proton. Reaksi-reaksi kimia dapat terjadi dari
21
definisi tersebut, contohnya reaksi asam florida dengan air dan reaksi
amoniak dengan air (Keenan, Donald, & Jesse, 1984, h. 408-410).
c. Teori asam basa Lewis
“G. N. Lewis mengembangkan teori tentang asam basa sebagai
alternatif terhadap asam basa yang diajukan oleh Arrhenius pada
periode yang hampir sama dengan Bronsted-Lowry (1923). Teori asam
basa Lewis memiliki kelebihan tambahan dibanding Bronsted-Lowry
memungkinkan klasifikasi asam basa bagi reaksi-reaksi yang tidak
melibatkan (tidak memiliki H+ maupun
–OH)” (Sujana, dkk, 2007, h.
260). Sebuah basa Lewis merupakan suatu basa yang menyumbangkan
sepasang elektron bebas, dan suatu asam Lewis merupakan suatu asam
yang menerima sepasang elektron tersebut. Ikatan yang terbentuk
antara asam dan basa tersebut merupakan ikatan kovalen koordinat
(Oxtoby, 2001, h. 294). Konsep asam basa Lewis dapat dilihat pada
gambar 2.3.
Gambar 2.3 Reaksi antara BF3 dengan NH3 (Rahardjo, 2014)
2. Sifat Asam Basa dari Air
Air, sebagaimana kita ketahui merupakan pelarut yang unik. Salah satu
sifat khasnya adalah kemampuan untuk bertindak baik sebagai asam
maupun sebagai basa. Air berfungsi sebagai basa dalam reaksi dengan
asam-asam seperti HCl dan CH3COOH dan pelarut ini berfungsi sebagai
asam dalam reaksi dengan basa seperti NH3. Air merupakan elektrolit yang
sangat lemah dan dengan demikian merupakan penghantar listrik yang
buruk, meskipun hanya terionisasi sedikit (Chang, 2005, h. 97).
22
H2O(l)
3. Indikator Asam dan Basa
“Banyak zat organik yang warnanya berlainan dalam larutan asam dan
dalam larutan basa. Zat semacam itu dapat dijadikan indikator asam basa.
Indikator asam basa yang paling dikenal adalah lakmus yang diperoleh dari
rumput laut. Dalam suasanan asam lakmus berwarna merah sedangkan
dalam suasana basa lakmus berwarna biru. Indikator yang tajam perubahan
warnanya adalah fenolftalein. Pada suasanan basa kuat fenolftalein
berwarna merah keunguan yang kuat. Dalam suasana netral dan asam
fenolftalein tidak berwarna” (Sujana, dkk, 2007, h. 265). Ada juga
indikator alam untuk mengetahui larutan asam dan basa, contoh-contohnya
dapat dilihat pada gambar 2.4.
a b
c d
Gambar 2.4 Berbagai Indikator Alami (health.detik.com) a) wortel, b)
kembang sepatu, c) kunyit, d) daun
C. Penelitian yang Relevan
Penelitian relevan yang pertama adalah penelitian yang dilakukan oleh
Candrasekaran (2014) dengan judul “Developing Scientific Attitude, Critical
Thinking and Creative Intelligence of Higher Secondary School Biology
23
Students by Applying Synectics Techniques”. Berdasarkan penelitian tersebut
didapatkan hasil bahwa penerapan model pembelajaran synectics dapat
meningkatkan keterampilan berpikir kritis pada siswa sebesar 80%.
Penelitian relevan yang kedua adalah penelitian yang dilakukan oleh
Sa’adah, Eko, & Ashari (2014) dengan judul “Upaya Meningkatkan
Kemampuan Berpikir Kritis dengan Penerapan Model Pembelajaran Synectics
pada Pembelajaran Fisika di SMA Negeri 6 Purworejo Tahun Pelajaran
2013/2014”. Berdasarkan penelitian tersebut didapatkan hasil bahwa
kemampuan berpikir kritis siswa dan hasil belajar siswa mengalami
peningkatan.
Penelitian relevan yang ketiga adalah penelitian yang dilakukan oleh
Abed, Amir, & Davoud (2015) dengan judul “The Effect of Synectics Pattern
on Increasing The Level of Problem Solving and Critical Thinking Skills in
Students of Alborz Province”. Berdasarkan penelitian tersebut didapatkan hasil
bahwa model pembelajaran synectics dapat meningkatkan level keterampilan
berpikir kritis sebesar 95%.
Penelitian relevan yang keempat adalah penelitian yang dilakukan oleh
Dewi, Masriani, & Rahmat (2016) dengan judul “Keterampilan Berpikir Kritis
dan Hasil Belajar Siswa pada Materi Teori Asam Basa dengan Model Berbasis
Inkuiri Terbimbing”. Berdasarkan penelitian tersebut didapatkan hasil bahwa
siswa mengalami peningkatan keterampilan berpikir kritis pada kategori
terampil sebesar 62,96% pada posttest.
Penelitian relevan yang kelima adalah penelitian yang dilakukan oleh
Muharamiah, Hairida, & Rahmat (2014) dengan judul “Keterampilan Berpikir
Kritis Siswa Menggunakan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Pada
Materi Asam Basa”. Berdasarkan penelitian tersebut didapatkan hasil bahwa
model pembelajaran inkuiri terbimbing dapat meningkatkan keterampilan
berpikir kritis siswa.
Penelitian relevan yang keenam adalah penelitian yang dilakukan oleh
Patmawati (2011) dengan judul “Analisis Keterampilan Berpikir Kritis Siswa
Pada Pembelajaran Larutan Elektrolit dan Non-Elektrolit dengan Metode
24
Praktikum”. Berdasarkan penelitian tersebut didapatkan hasil bahwa secara
keseluruhan rata-rata keterampilan berpikir kritis siswa pada pembelajaran
larutan elektrolit dan non-elektrolit dengan metode praktikum tergolong sangat
baik dengan keterampilan berpikir kritis rata-rata sebanyak 82,8%.
Penelitian relevan yang ketujuh adalah penelitian yang dilakukan oleh
Hikmah, Endang, & Aman (2016) dengan judul “Pengaruh Strategi Project
Based Learning (PJBL) Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas XI
IPA Pada Materi Koloid”. Berdasarkan penelitian tersebut didapatkan hasil
bahwa terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis antara siswa yang
dibelajarkan menggunakan strategi Project Based Learning dengan siswa yang
dibelajarkan menggunakan metode konvensional.
Penelitian relevan yang kedelapan adalah penelitian yang dilakukan oleh
Merianti, Hairida, & Rahmat (2016) dengan judul “Keterampilan Berpikir
Kritis Siswa Menggunakan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Pada
Materi Larutan Penyangga”. Berdasarkan penelitian tersebut didapatkan hasil
bahwa terdapat perbedaan keterampilan berpikir kritis siswa sebelum dan
setelah diterapkannya model pembelajaran inkuiri terbimbing.
Penelitian relevan yang kesembilan adalah penelitian yang dilakukan oleh
Nugroho (2015) dengan judul “Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada
Materi Kesetimbangan Kimia Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah”.
Berdasarkan penelitian tersebut didapatkan hasil bahwa secara keseluruhan
keterampilan berpikir kritis siswa pada kelompok tinggi, kelompok sedang, dan
kelompok rendah tergolong baik dan dapat dikembangkan secara optimal.
Penelitian relevan yang kesepuluh adalah penelitian yang dilakukan oleh
Nurhayati, Sri, & Yahmin (2016) dengan judul “Pengaruh Pembelajaran Kimia
Kelarutan dengan Learning Cycle 5E (LC-5E) Berkonteks Socio Scientific
Issues (SSI) Terhadap Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA”. Berdasarkan
penelitian tersebut didapatkan hasil bahwa model pembelajaran Learning Cycle
5E berkonteks Socio Scientific Issues dapat meningkatkan keterampilan
berpikir kritis siswa SMA pada materi kelarutan dibandingkan dengan model
pembelajaran konvensional.
25
D. Kerangka Pikir
Berdasarkan fenomena yang telah diselidiki oleh peneliti, siswa
mengalami kesulitan dalam belajar kimia. Rendahnya kemampuan siswa dalam
memecahkan masalah, menunjukkan rasa empati, dan memiliki wawasan sosial
membuat siswa tidak memiliki kemampuan berpikir tingkat tinggi termasuk di
dalamnya keterampilan berpikir kritis.
Keterampilan berpikir kritis adalah suatu proses yang teratur dan sistematis
dalam membantu memecahkan masalah, mengambil keputusan, menganalisis
asumsi, dan melakukan penelitian ilmiah untuk mengevaluasi suatu masalah.
Berpikir kritis dapat memenuhi kebutuhan intelektual dengan mengamati
lingkungan sekitar dan menerima informasi yang benar dari sekelilingnya.
Model pembelajaran synectics adalah sebuah model pembelajaran yang
menggunakan metafora dan analogi sebagai aktivitas belajar untuk
meningkatkan kreativitas siswa. Model pembelajaran synectics dapat
meningkatkan pemikiran kritis siswa dalam proses pembelajarannya, walau
sebenarnya dasar model pembelajaran synectics adalah untuk meningkatkan
kreativitas siswa. Model pembelajaran synectics masuk ke dalam model
pembelajaran pemrosesan informasi yang dalam proses pelaksanannya bisa
dilakukan secara individu maupun secara kelompok.
Model pembelajaran synectics memiliki enam tahapan berawal dari
masukan substantif, analogi langsung, analogi personal, analogi pembanding,
eksplorasi, dan analogi pengembangan. Tahapan pembelajaran tersebut dapat
melatih siswa dalam berpikir kritis sesuai data dan fakta yang ada serta dapat
melatih siswa untuk saling berinteraksi satu sama lain karena di dalamnya
terdapat aktivitas kelompok.
Siswa bukan hanya membutuhkan pemahaman konsep namun juga
membutuhkan kemampuan berpikir tingkat tinggi yaitu berpikir kritis untuk
memahami konsep asam basa yang banyak membahas tentang ion dan molekul
yang bersifat mikroskopik. Oleh karena itu dalam pengajarannya, seorang guru
harus mampu mengoptimalkan semua kemampuan siswa. Dengan model
pembelajaran synectics yang digagas oleh Gordon (1961) memberikan
26
kesempatan kepada siswa untuk aktif dan mempunyai pemikiran kritis dalam
proses belajar.
Berdasarkan uraian di atas akan digunakan model pembelajaran synectics
yang digagas oleh Gordon (1961) untuk dilihat pengaruhnya terhadap
keterampilan berpikir kritis siswa berdasarkan indikator Ennis (1985), sebagai
berikut:
Bagan 2.1 Kerangka Berpikir
Diterapkan model pembelajaran synectics.
Rendahnya kemampuan siswa dalam memecahkan masalah, menunjukkan rasa empati, dan memiliki
wawasan sosial.
Indikator konsep asam basa
3.10.1 Menganalisis sifat
larutan berdasarkan konsep
asam basa dan/atau pH
larutan
3.10.2 Menentukan sifat
larutan berdasarkan konsep
asam basa dan/atau pH
larutan
4.10.1 Mengemukakan
ide/gagasan tentang
penggunaan indikator yang
tepat untuk menentukan
keasaman asam/basa atau
titrasi asam/basa
Tahapan model
pembelajaran synectics
1. Masukan
substantif
2. Analogi langsung
3. Analogi personal
4. Analogi
pembanding
5. Eksplorasi
6. Analogi
pengembangan
Indikator keterampilan berpikir
kritis
1. Memberi penjelasan
sederhana
2. Membangun keterampilan
dasar
3. Menyimpulkan
4. Mengatur strategi dan taktik
Memberikan pengaruh model pembelajaran synectics terhadap keterampilan berpikir kritis siswa pada
konsep asam basa.
27
E. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan teori-teori yang melandasi objek kajian penelitian serta
mengacu pada hasil penelitian yang relevan maka hipotesis dalam penelitian ini
adalah model pembelajaran synectics berpengaruh terhadap peningkatan
keterampilan berpikir kritis siswa.
28
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 6 Tangerang yang beralamat di
Jalan Nyi Mas Melati No. 2, Kel. Karanganyer, Kec. Neglasari Kota
Tangerang, Banten, dan dilakukan di kelas XI MIPA 4 dan XI MIPA 5.
Adapun penelitian dilakukan pada semester genap yaitu tanggal 15-19 Mei
tahun ajaran 2017.
B. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode quasi experimental design. “Desain
ini mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya
untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan
eksperimen” (Sugiyono, 2008, h. 77). Penelitian ini memakai desain
nonequivalent control group design. Desain ini akan menggunakan dua kelas,
yaitu kelas kontrol (menggunakan metode ceramah) dan kelas eksperimen
(menggunakan model pembelajaran synectics). Berikut ini tabel desain
penelitian nonequivalent control group design sebagai berikut:
Tabel 3.1 Desain Penelitian Nonequivalent Control
Group Design (Sugiyono, 2008, h. 79)
Kelompok Pretest Perlakuan Posttest
Eksperimen O X O
Kontrol O Y O
Keterangan:
O = Pretest/Posttest keterampilan berpikir kritis
X = Perlakuan pembelajaran pada kelas eksperimen dengan model
pembelajaran synectics
Y = Perlakuan pembelajaran pada kelas kontrol dengan metode
ceramah
29
C. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian terbagi atas beberapa tahapan. Skema pembagian
tahapan dapat dilihat pada bagan 3.1.
a. Tahap persiapan
1) Analisis Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD) serta silabus
kurikulum 2013 pada berbagai literatur sehingga pada penelitian dapat
dipilih materi yang tepat untuk diimplementasikan dalam model
pembelajaran synectics dengan keterampilan berpikir kritis. Materi yang
dipilih berdasarkan analisis tersebut adalah asam basa.
2) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sesuai
dengan model pembelajaran synectics dengan keterampilan berpikir
kritis.
3) Membuat instrumen penelitian sebagai alat pengumpul data berupa soal
tes essay dan lembar kerja siswa (LKS).
4) Menguji validitas instrumen penelitian kepada para ahli, yang
selanjutnya diperbaiki sesuai saran yang diberikan untuk kemudian diuji
coba kepada siswa sehingga diketahui validitas, reliabilitas, daya
pembeda, dan tingkat kesukaran.
5) Mempersiapkan surat izin penelitian ke sekolah yang dituju.
b. Tahap pelaksanaan
1) Guru mengadakan pretest untuk melihat kemampuan awal siswa di
kelas eksperimen dan kelas kontrol.
2) Guru menggunakan model pembelajaran synectics di kelas eksperimen
dan metode ceramah di kelas kontrol.
3) Guru mengadakan posttest untuk melihat kemampuan akhir siswa di
kelas eksperimen dan kelas kontrol.
c. Tahap penyelesaian
1) Mengolah data hasil keterampilan berpikir kritis berdasarkan hasil
pretest dan posttest.
30
Tidak
valid
Valid
2) Menganalisis hasil penelitian menggunakan uji T test.
3) Menarik kesimpulan dari data penelitian.
------ --
Pretest
Kelas Kontrol Kelas Eksperimen
Metode Ceramah Model Synectics
Posttest
Bagan 3.1 Prosedur Penelitian
Validitas Instrumen Revisi Pembuatan Instrumen
Penelitian
1. Soal tes essay
2. LKS
3. Lembar
Observasi
Mengolah data
Analisis data
Kesimpulan
Analisis KI, KD,
silabus
kurikulum 2013
Studi kepustakaan
Model pembelajaran synectics dengan
keterampilan berpikir Kritis
Pembuatan RPP sebagai instrumen pembelajaran dan
pembuatan instrumen penelitian
31
D. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMA Negeri 6
Tangerang. Sedangkan populasi target pada penelitian ini adalah seluruh siswa
kelas XI SMA Negeri 6 Tangerang dan yang menjadi sampel untuk kelas
eksperimen adalah siswa kelas XI MIPA 4 dan kelas kontrol adalah siswa kelas
XI MIPA 5. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive
sampling, “yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu”
(Sugiyono, 2008, h. 85).
E. Teknik Pengumpulan Data
Pelaksanaan pengumpulan data, peneliti terlibat langsung dalam mengolah
maupun menarik kesimpulan dari data yang diperoleh. Dalam penelitian ini,
teknik pengumpulan datanya yaitu:
Tabel 3.2 Teknik Pengumpulan Data Penelitian
Data Teknik Instrumen Keterangan
Keterampilan
berpikir kritis
Tes Tes essay Diberikan kepada siswa
kelas eksperimen dan
kelas kontrol sebelum
(pretest) dan sesudah
pembelajaran (posttest)
Keterlaksanaan
model
pembelajaran
synectics
Praktikum Lembar kerja
siswa (LKS)
Diberikan kepada siswa
di kelas eksperimen
ketika proses
pembelajaran
menggunakan model
pembelajaran synectics
Observasi Lembar observasi Diberikan kepada
observer untuk menilai
proses belajar siswa di
kelas eksperimen
32
F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk memperoleh data
penelitian. Instrumen tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes essay
keterampilan berpikir kritis dan lembar kerja siswa (LKS), sedangkan
instrumen non tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar
observasi.
1. Tes Essay Keterampilan Berpikir Kritis
Tes essay ini digunakan untuk mengukur keterampilan berpikir kritis.
Diberikan ke siswa pada saat awal pembelajaran (pretest) dan akhir
pembelajaran (posttest) di kelas eksperimen dan kelas kontrol. Tes essay
ini berjumlah 9 butir soal. Kisi-kisi instrumen penelitian pada tes tertulis
dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 3.3 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian pada Tes Tertulis
Keterampilan Berpikir
Kritis
Indikator KBK Nomor Soal
Sebelum
validasi
Sesudah
validasi
Memberi penjelasan
sederhana
Menganalisis
argumen
1, 2*, 3* 1, 2
Membangun
keterampilan dasar
Mempertimbangkan
kriteria sumber
8* 6
Menyimpulkan Mendeduksi dan
mempertimbangkan
hasil deduksi
7* 5
Mengatur strategi dan
taktik
Menentukan suatu
tindakan
4*, 5, 6* 3, 4
Berinteraksi 9* 7
Jumlah soal 9 7
Ket: * = soal yang valid
33
2. Lembar Kerja Siswa (LKS)
Lembar kerja siswa (LKS) digunakan untuk memandu siswa selama
praktikum. Diberikan ke siswa pada saat proses pembelajaran di kelas
eksperimen menggunakan model pembelajaran synectics. Kisi-kisi lembar
kerja siswa (LKS) dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 3.4 Kisi-Kisi Lembar Kerja Siswa (LKS)
Keterampilan Berpikir
Kritis
Indikator KBK Tahap
Synectics
Nomor Soal
Membangun
keterampilan dasar
Mengobservasi dan
mempertimbangkan
hasil observasi
Tahap 1 1
Memberi penelasan
sederhana
Bertanya dan
menjawab
pertanyaan
klasifikasi dan
pertanyaan yang
menantang
Tahap 1
dan 4
2, 3, 4, 13,
14
Membangun
keterampilan dasar
Mempertimbangkan
kriteria sumber
Tahap 1
dan 3
5, 11, 12
Memberi penelasan
sederhana
Menganalisis
argumen
Tahap 1 6
Menganalisis
argumen
Tahap 2 7, 8, 9, 10
Mengatur strategi dan
taktik
Menentukan suatu
tindakan
Tahap 5 15
Berinteraksi dengan
orang lain
Tahap 5 16
Memberi penelasan
sederhana
Bertanya dan
menjawab
pertanyaan
klasifikasi dan
pertanyaan yang
menantang
Tahap 6 17
Jumlah soal 17
3. Lembar Observasi
Lembar observasi digunakan untuk menilai proses belajar siswa
dengan menggunakan model pembelajaran synectics. Diberikan ke
34
observer di kelas eksperimen. Kisi-kisi lembar observasi dapat dilihat pada
tabel dibawah ini.
Tabel 3.5 Kisi-Kisi Lembar Observasi
No Tahapan Model
Synectics
Indikator
1 Masukan substantif Siswa menerima LKS dari guru
Siswa melakukan praktikum mengetahui
sifat larutan asam atau basa dengan
menggunakan indikator asam basa, yaitu
kertas lakmus, pH universal, dan indikator
fenolftalein
Siswa mencari sumber informasi mengenai
konsep asam basa
Siswa diberi kesempatan bertanya tentang
topik baru
2 Analogi langsung Siswa melakukan analogi berkenaan dengan
diri sendiri yang dianalogikan siswa A
menjadi asam dan siswa B menjadi basa
pada konsep asam basa Bronsted-Lowry
Siswa melakukan analogi berkenaan dengan
diri sendiri yang dianalogikan siswa A
menjadi basa dan siswa B menjadi asam
pada konsep asam basa Lewis
3 Analogi personal Siswa memberi alasan tentang diri sendiri
yang dianalogikan sebagai sebuah teori
asam basa yang saling melengkapi
Siswa memberi alasan tentang diri sendiri
yang dianalogikan sebagai sebuah teori
asam basa
4 Analogi pembanding Siswa menjelaskan perbedaan antara konsep
asam basa Bronsted-Lowry dengan analogi
permainan serah terima bola dengan 2 orang
siswa
Siswa menjelaskan kesamaan antara konsep
asam basa Lewis dengan permainan tolong
menolong
5 Eksplorasi Siswa berdiskusi dengan kelompok dan
menulis hasil diskusi
Siswa menjelaskan kembali topik semula
dengan bahasa sendiri dengan cara
presentasi
35
No Tahapan Model
Synectics
Indikator
6 Analogi
pengembangan
Siswa melakukan analogi pengembangan
dengan mencari contoh analogi yang lain
untuk konsep asam basa
G. Validasi Instrumen
1. Validitas
“Uji validitas menunjukan suatu drajat, ada yang sempurna, ada yang
sedang dan ada pula yang rendah” (Arifin, 2011, hal 247). “Sebuah tes
dikatakan valid apabila tes itu dapat tepat mengukur apa yang hendak
diukur” (Arikunto, 1999, h. 58-59). Oleh karena itu dibutuhkan uji validitas
tes dimana validitas instrumen tes terdiri dari validitas logis dan empiris
(Arikunto, 1999, h. 65-66).
a. Validitas logis
Menurut Arikunto (1999, h. 66) validitas logis terdiri dari validitas
isi dan validitas konstruk. Validitas isi bagi sebuah instrumen
menunjukkan instrumen tersebut sesuai dengan isi materi pelajaran yang
akan dievaluasi. Adapun validitas konstruk sebuah instrumen
menunjukkan instrumen tersebut sesuai dengan konstruk aspek-aspek
kejiwaan yang akan dievaluasi. Dilakukan dengan mengkonsultasikan
setiap butir soal essay, LKS, dan lembar observasi yang akan digunakan
kepada validator ahli.
b. Validitas empiris
Menurut Arikunto (1999, h. 66) validitas empiris adalah instrumen
yang sudah diuji dengan pengalaman. Untuk menguji validitas empiris
instrumen yang dibuat, tes diuji cobakan kepada siswa yang bukan
subjek penelitian lalu dihitung validitas setiap butir soalnya. Teknik uji
coba validitas menggunakan software anates. Validitas empiris hanya
dilakukan pada instrumen tes , sedangkan untuk LKS dan lembar
observasi hanya menggunakan validasi isi dan konstruk.
36
Tabel 3.6 Kriteria Koefisien Korelasi (Arifin, 2011, h. 257)
Rentang Keterangan
0,81-1,00 Sangat tinggi
0,61-0,80 Tinggi
0,41-0,60 Cukup
0,21-0,40 Rendah
0,00-0,20 Sangat rendah
2. Reliabilitas
“Suatu tes dikatakan dapat dipercaya jika memberikan hasil yang tetap
apabila diteskan berkali-kali. Sebuah tes dikatakan reliabel apabila hasil-
hasil tes tersebut menunjukkan ketetapan” (Arikunto, 1999, h. 60). Mencari
reliabilitas menggunakan software anates.
Tabel 3.7 Kriteria Koefisien Reliabilitas (Arikunto, 1999, h. 75)
Interval Kriteria
0,80 ≤ r ≤ 1,00 Sangat tinggi
0,70 ≤ r ≤ 0,80 Tinggi
0,40 ≤ r ≤ 0,70 Sedang
0,20 ≤ r ≤ 0,40 Rendah
r ≤ 0,2 Sangat rendah (tidak valid)
3. Indeks kesukaran
“Indeks kesukaran adalah bilangan yang menunjukkan sukar dan
mudahnya suatu soal” (Arikunto, 1999, h. 207). Mencari indeks kesukaran
menggunakan software anates.
Tabel 3.8 Indeks Tingkat Kesukaran (Arifin, 2011, h. 135)
Rentang Keterangan
0,00 – 0,30 Soal sukar
0,31 – 0,70 Soal sedang
0,71 –1,00 Soal mudah
37
4. Daya pembeda
“Perhitungan daya pembeda adalah pengukuran sejauh mana suatu butir
soal mampu membedakan siswa yang sudah menguasai kompetensi dengan
siswa yang belum/kurang menguasai kompetensi berdasarkan kriteria
tertentu. Semakin tinggi koefisien daya pembeda suatu butir soal, semakin
mampu butir soal tersebut membedakan antara siswa yang menguasai
kompetensi dengan siswa yang kurang menguasai kompetensi” (Arifin,
2011, h. 275). Mencari daya pembeda menggunakan software anates.
Tabel 3.9 Kriteria Daya Pembeda (Arikunto, 1999, h. 218)
Rentang Keterangan
0,00 – 0,20 Jelek
0,20 – 0,40 Cukup
0,40–0,70 Baik
0,70 – 1,00 Baik sekali
Negatif (DP < 0) Soal dibuang saja
H. Teknik Analisis Data
Peneliti menggunakan teknik analisis kuantitatif untuk melakukan
perhitungan terhadap hasil keterampilan berpikir kritis siswa yang didapat dari
kelas eksperimen dan kelas kontrol. Data penelitian yang diperoleh kemudian
diolah dan dibandingkan hasilnya.
Peneliti melakukan analisis statistik yaitu berupa analisis uji-t dengan
taraf signifikan 0,05. Sebelum dilakukan perhitungan statistik data yang
diperoleh maka dilakukan uji prasyarat analisis terhadap subjek yang diteliti,
yaitu dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas yang disajikan sebagai
berikut:
1. Uji Prasyarat Analisis
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan terhadap serangkaian data untuk
mengetahui apakah populasi data berdistribusi normal atau tidak, bila
data diketahui berdistribusi normal maka digunakan uji statistik
38
parametrik, sedangkan bila data tidak berdistribusi normal maka
digunakan uji statistik non parametrik (Misbahuddin dan Hasan, 2013,
h. 278). Pengujian normalitas data dalam penelitian ini menggunakan
software SPSS versi 22 dengan uji Kolmogorov-Smirnov.
Dengan kriterian pengujian:
H0 = Populasi data berdistribusi normal
H1 = Populasi data tidak berdistribusi normal
Jika probabilitas (sig) > (0,05), maka H0 diterima, H1 ditolak.
Jika probabilitas (sig) < (0,05), maka H0 ditolak, H1 diterima.
b. Uji Homogenitas
Pengujian homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah objek
yang diteliti mempunyai varian yang sama (Siregar, 2013, h. 167). Uji
homogenitas yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
software SPSS versi 22 dengan uji Levene.
Dengan kriterian pengujian:
H0 : 0 = 1 (sampel berasal dari populasi yang homogen)
H1 : 0 1 (sampel berasal dari populasi yang tidak homogen)
Jika sig > (0,05), maka H0 diterima, H1 ditolak.
Jika sig < (0,05), maka H0 ditolak, H1 diterima.
2. Uji Hipotesis
Uji hipotesis dilakukan setelah dilakukan uji prasyarat untuk
membandingkan apakah kedua variabel tersebut sama atau berbeda
(Riduwan, 2015, h. 165). Uji hipotesis dilakukan terhadap data pretest dan
posttest. Uji hipotesis pada data pretest untuk melihat keadaan awal
apakah sampel layak digunakan untuk penelitian atau tidak. Sedangkan uji
hipotesis pada data posttest digunakan untuk melihat apakah terdapat
pengaruh model pembelajaran synectics terhadap keterampilan berpikir
kritis siswa. Dalam penelitian ini, uji hipotesis menggunakan software
SPSS versi 22 dengan uji Independent Sample Test yang bertujuan untuk
39
menguji beda rata-rata dua kelompok dan untuk menguji pengaruh
variabel independen terhadap variabel dependen (Trihendradi, 2010, h.
110).
Pengujian hipotesis statistik adalah sebagai berikut:
H0 : 0 = 1
H1 : 0 1
Pengujian dilakukan dengan mengajukan hipotesis penelitian sebagai
berikut:
H0 = Tidak terdapat pengaruh model pembelajaran synectics terhadap
keterampilan berpikir kritis siswa pada konsep asam basa.
H1 = Terdapat pengaruh model pembelajaran synectics terhadap
keterampilan berpikir kritis siswa pada konsep asam basa.
Dengan kriteria:
Jika sig > (0,05), maka H0 diterima, H1 ditolak.
Jika sig < (0,05), maka H0 ditolak, H1 diterima.
3. Menentukan tingkat kemampuan siswa Berdasarkan Indikator
Keterampilan Berpikir Kritis
Menentukan tingkat keterampilan berpikir kritis siswa berdasarkan tes
essay yang mewakili indikator berpikir kritis. Setiap butir indikator yang
terdapat pada soal diberikan skor 0-4. Data yang sudah diperoleh
kemudian dianalisis dengan cara:
a. Memberikan skor mentah pada setiap jawaban siswa pada tes tertulis
berbentuk essay berdasarkan standar jawaban yang telah dibuat.
b. Menghitung skor total dari tes essay untuk masing-masing siswa.
c. Menentukan nilai persentase keterampilan berpikir kritis masing-
masing indikator.
Menurut Purwanto (2010, h. 102) di dalam bukunya disebutkan bahwa
nilai persentase dicari dengan menggunakan rumus:
NP =
100
40
Keterangan:
NP = Nilai persen yang dicari
R = Skor mentah yang diperoleh siswa
SM = Skor maksimal ideal
100 = Bilangan tetap
Kriteria:
Tabel 3.10 Kategori Tingkat Kemampuan Siswa Melalui Tes
(Arikunto, 2006, h. 245)
Skor Keterangan
80-100 Sangat Baik
66-79 Baik
56-65 Cukup
40-55 Kurang
30-39 Gagal
41
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diperoleh data hasil pretest
dan posttest pada kelas kontrol dan eksperimen. Data tersebut diperoleh dengan
menggunakan instrumen tes essay sebanyak 7 soal. Adapun data hasil
penelitian yang diperoleh dari kelas kontrol dan eksperimen adalah sebagai
berikut:
1. Data Hasil Prestest dan Posttest pada Kelas Kontrol dan Eksperimen
Data hasil pretest dan posttest pada kelas kontrol dan eksperimen
dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut:
Tabel 4.1 Data Hasil Nilai Pretest dan Posttest pada Kelas Kontrol dan
Eksperimen
Data Pretest (%) Posttest (%)
Kontrol Eksperimen Kontrol Eksperimen
Jumlah siswa 30 30 30 30
Nilai
Tertinggi
46 44 88 89
Nilai
Terendah
18 21 71 74
Rata-rata 33,60 31,50 76,86 81,56
Berdasarkan Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa nilai rata-rata pretest kelas
kontrol sebesar 33,60 (kategori gagal) dengan nilai tertinggi sebesar 46
dan nilai terendah sebesar 18. Pada kelas eksperimen rata-rata nilai pretes
yaitu sebesar 31,50 (kategori gagal) dengan nilai tertinggi sebesar 44 dan
nilai terendah sebesar 21. Nilai rata-rata pretest pada kelas kontrol lebih
tinggi daripada kelas eksperimen. Adapun hasil posttest pada kelas
kontrol rata-ratanya sebesar 76,86 (kategori baik) dengan nilai tertinggi
sebesar 88 dan nilai terendah sebesar 71. Pada kelas eksperimen rata-rata
42
nilai posttest sebesar 81,56 (kategori sangat baik) dengan nilai tertinggi
sebesar 89 dan nilai terendah sebesar 74. Hal ini menunjukkan bahwa
model pembelajaran synectics berpengaruh pada keterampilan berpikir
kritis siswa yang diajarkan di kelas eksperimen.
2. Data Hasil Pretest dan Posttest Berdasarkan Indikator Keterampilan
Berpikir Kritis pada Kelas Kontrol dan Eksperimen
a. Pretest Kelas Kontrol dan Eksperimen
Data hasil pretest mengenai analisis indikator keterampilan berpikir
kritis pada kelas kontrol dan eksperimen dapat dilihat pada tabel 4.2
berikut:
Tabel 4.2 Persentase (%) Indikator Keterampilan Berpikir Kritis
Siswa Hasil Pretest Kelas Kontrol dan Eksperimen
No Indikator
KBK
Kelas Kontrol Kelas Eksperimen
Persentase
(%)
Kategori Persentase
(%)
Kategori
1 Menganali-
sis
argumen
31,66 Gagal 30,41 Gagal
2 Menentu-
kan suatu
tindakan
33,61 Gagal 31,52 Gagal
3 Mendeduk-
si dan
memper-
timbangkan
hasil
deduksi
34,72 Gagal 32,77 Gagal
4 Memper-
timbangkan
kriteria
sumber
33,33 Gagal 31,38 Gagal
5 Berinterak-
si
38,33 Gagal 33,33 Gagal
Rata-rata 33,60 Gagal 31,50 Gagal
43
Berdasarkan tabel 4.2 menunjukkan rata-rata persentase indikator
keterampilan berpikir kritis siswa berdasarkan nilai pretest. Rata-rata
persentase kelas kontrol dan eksperimen berada pada kategori gagal.
Namun jika dilihat dari setiap nilai, rata-rata indikator keterampilan
berpikir kritis pada kelas kontrol lebih tinggi dibandingkan kelas
eksperimen. Indikator keterampilan berpikir kritis pada kelas kontrol
maupun eksperimen semuanya berada pada kategori gagal. Pada kelas
kontrol dan eksperimen, nilai persentase yang tertinggi adalah indikator
berinteraksi dengan nilai persentase sebesar 38,33% (kategori gagal)
pada kelas kontrol dan 33,33% (kategori gagal) pada kelas eksperimen,
serta nilai persentase yang terendah adalah indikator menganalisis
argumen dengan nilai persentase sebesar 31,66% (kategori gagal) pada
kelas kontrol dan 30,41% (kategori gagal) pada kelas eksperimen.
b. Posttest Kelas Kontrol dan Eksperimen
Berdasarkan data hasil posttest dapat dilakukan perhitungan
persentase dari masing-masing indikator keterampilan berpikir kritis
kelas eksperimen dan kontrol. Adapun hasilnya dapat dilihat pada tabel
4.3 berikut:
Tabel 4.3 Persentase (%) Indikator Keterampilan Berpikir Kritis
Siswa Hasil Posttest Kelas Kontrol dan Eksperimen
No Indikator
KBK
Kelas Kontrol Kelas Eksperimen
Persentase
(%)
Kategori Persentase
(%)
Kategori
1 Menganali-
sis argumen
76,94 Baik 80,55 Sangat
Baik
2 Menentukan
suatu
tindakan
75,41 Baik 81,52 Sangat
Baik
3 Mendeduksi
dan
mempertim-
bangkan
hasil
77,77 Baik 79,44 Baik
44
No Indikator
KBK
Kelas Kontrol Kelas Eksperimen
Persentase
(%)
Kategori Persentase
(%)
Kategori
deduksi
4 Memper-
timbangkan
kriteria
sumber
77,22 Baik 83,33 Sangat
Baik
5 Berinteraksi 79,72 Baik 84,44 Sangat
Baik
Rata-rata 76,86 Baik 81,56 Sangat
Baik
Tabel 4.3 menunjukkan bahwa rata-rata persentase indikator
keterampilan berpikir kritis siswa dari nilai posttest berada pada
kategori sangat baik di kelas eksperimen dan kategori baik di kelas
kontrol. Jika dilihat dari setiap nilai, indikator tertinggi pada kelas
eksperimen yaitu indikator berinteraksi degan nilai sebesar 84,44%
(kategori sangat baik), dan indikator terendah yaitu indikator
mendeduksi dan mempertimbangkan hasil deduksi dengan nilai sebesar
79,44% (kategori baik). Sedangkan pada kelas kontrol indikator
tertinggi yaitu indikator berinteraksi dengan nilai sebesar 79,72%
(kategori baik), dan indikator terendah yaitu indikator menentukan
suatu tindakan dengan nilai sebesar 75,41% (kategori baik).
3. Data Hasil Uji Prasyarat Analisis
Uji prasyarat dilakukan setelah mendapatkan data dari masing-masing
kelas. Dalam penelitian ini, uji prasyarat yang dilakukan yaitu uji
normalitas dan uji homogenitas.
a. Uji Normalitas
Perhitungan uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data
yang diperoleh berdistribusi normal atau tidak. Dalam penelitian ini
dilakukan dengan Uji Kolmogorov Smirnov menggunakan software
SPSS versi 22. Data dikatakan normal apabila Sig > α dan Dh < Dt.
Berikut data hasil uji normalitas:
45
Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas Pretest dan Posttest Kelas Kontrol
dan Eksperimen
Statistik Pretest Posttest
Kontrol Eksperimen Kontrol Eksperimen
Α 0,05 0,05 0,05 0,05
Sig 0,174 0,115 0,165 0,087
Dhitung 0,135 0,144 0,136 0,149
Dtabel 0,24 0,24 0,24 0,24
Kesimpula
n
Sig > α dan Dh < Dt (kedua kelas berdistribusi normal)
Berdasarkan tabel 4.4 terlihat bahwa hasil pengujian normalitas
data pretest dan posttest kelas kontrol dan eksperimen dengan taraf
signifikan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sebesar 5% dan
Dtabel untuk n = 30 dengan rumus Dt =
√ = 0,24. Diperoleh bahwa sig
> α dan Dh < Dt. Hal ini menunjukkan bahwa data pretest dan posttest
baik di kelas eksperimen maupun kelas kontrol berdistribusi normal.
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan setelah data pretest maupun posttest
dinyatakan normal. Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui
kesamaan dua keadaan atau populasi. Dalam penelitian ini, uji
homogenitas yang digunakan yaitu uji Levene dengan software SPSS
versi 22. Dua populasi dikatakan homogen apabila Sig > α dan Fhitung <
Ftabel. Data hasil uji homogenitas nilai pretest dan posttest dapat dilihat
pada tabel 4.5 berikut:
46
Tabel 4.5 Hasil Uji Homogenitas Pretest dan Posttest Kelas Kontrol
dan Eksperimen
Statistik Pretest Posttest
Α 0,05 0,05
Sig 0,113 0,267
Fhitung 2,586 1,256
Ftabel 4,01 4,01
Kesimpulan Sig > α dan Fh < Ft (homogen)
Berdasarkan tabel 4.5 terlihat bahwa hasil pengujian homogenitas
data pretest dan posttest kelas kontrol dan eksperimen dengan taraf
signifikansi (α) = 0,05; jumlah siswa 60 (n1 = 30, n2 = 30) maka rumus
Ft (α; k-1; n-k). Didapat harga Ftabel = 4,01. Hasil uji homogenitas
diperoleh bahwa sig > α dan Fh < Ft. Hal ini menunjukkan bahwa data
pretest dan posttest adalah homogen.
4. Data Hasil Uji Hipotesis
Uji hipotesis dilakukan setelah uji normalitas dan uji homogenitas. Uji
hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji independent sample test
menggunakan software SPSS versi 22. Uji ini dilakukan untuk mengetahui
apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara nilai pretest dan posttest
kelas kontrol dan eksperimen. Hasil uji hipotesis data pretest dan posttest
yang dilakukan pada kelas kontrol dan eksperimen dapat dilihat pada tabel
4.6 berikut:
Tabel 4.6 Hasil Uji-t Pretest Kelas Kontrol dan Eksperimen
Statistik Kesimpulan
α 0,05 Sig > α
Sig 0,333
thitung 0,977 thitung < ttabel
ttabel 2,002
Berdasarkan hasil analisis pada tabel 4.6 uji-t pretest antara kelas
kontrol dan eksperimen pada taraf signifikan (α) = 0,05 dengan n = 30 dan
47
rumus dk = (n1 + n2) – 2 diperoleh ttabel = 2,002. Sedangkan thitung = 0,977.
Diperoleh Sig > α, yaitu 0,333 > 0,05 dan thitung < ttabel, yaitu 0,977 < 2,002
sehingga H0 diterima. Dengan demikian hasil pretest siswa antara kelas
kontrol dan eksperimen menunjukkan tidak adanya perbedaan. Artinya,
dari uji hipotesis yang dilakukan pada kedua kelas yang belum mendapat
perlakuan, menunjukkan kemampuan awal siswa setara atau sama antara
kelas kontrol dan eksperimen.
Hasil uji hipotesis untuk data posttest di kelas kontrol dan eksperimen
dapat dilihat pada tabel 4.7 berikut:
Tabel 4.7 Hasil Uji-t Posttest Kelas Kontrol dan Eksperimen
Statistik Kesimpulan
α 0,05 Sig < α
Sig 0,001
thitung 3,541 thitung > ttabel
ttabel 2,002
Berdasarkan hasil analisis pada tabel 4.7 uji-t posttest antara kelas
kontrol dan eksperimen pada taraf signifikan (α) = 0,05 dengan n = 30 dan
rumus dk = (n1 + n2) – 2 diperoleh ttabel = 2,002. Sedangkan thitung = 3,541.
Berdasarkan kriteria tersebut, maka diperoleh Sig < α, yaitu 0,001 < 0,05
dan thitung > ttabel, yaitu 3,541 > 2,002 sehingga H0 ditolak. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan hasil posttest siswa
antara kelas kontrol dan eksperimen. Artinya, dari uji hipotesis yang
dilakukan pada kedua kelas tersebut menunjukkan bahwa terdapat
pengaruh model pembelajaran synectics terhadap keterampilan berpikir
kritis siswa.
48
B. Pembahasan
Berdasarkan Tabel 4.1 (halaman 45) bahwa skor rata-rata pretest pada
kelas eksperimen sebesar 31,50% (kategori gagal) dan kelas kontrol sebesar
33,60% (kategori gagal). Setelah digunakan model pembelajaran synectics pada
kelas eksperimen, didapatkan nilai rata-rata posttest sebesar 81,56% (kategori
sangat baik) sedangkan kelas kontrol dengan pembelajaran konvensional
sebesar 76,86% (kategori baik). Nilai rata-rata kelas eksperimen pada posttest
keterampilan berpikir kritis lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol.
Hal ini sesuai dengan penelitian Afshari dan Nasser (2014, h. 450) dan
penelitian Suryanata, Suara, & Ngurah (2013) yang menunjukkan bahwa nilai
rata-rata posttest kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol setelah
menggunakan model pembelajaran synectics. Begitu juga penelitian Sa’adah,
Eko, & Ashari (2014, h. 31) yang menunjukkan penggunaan model
pembelajaran synectics dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa.
Dalam penelitian ini, dilakukan terlebih dahulu uji prasyarat sampel
terhadap data pretest dan uji prasyarat analisis terhadap data posttest dari kelas
eksperimen dan kelas kontrol. Hasil yang diperoleh, yaitu data tersebut
berdistribusi normal dan homogen. Hal ini menunjukkan bahwa sampel yang
diambil memiliki keadaan awal yang sama. Selanjutnya untuk mengetahui
apakah model pembelajaran synectics berpengaruh atau tidak terhadap
keterampilan berpikir kritis siswa, maka dilakukan uji hipotesis. Uji hipotesis
dilakukan terhadap data pretest dan posttest. Hasil dari uji hipotesis pretest
menunjukkan H0 diterima, dapat diartikan bahwa antar kelas eksperimen
dengan kelas kontrol tidak terdapat perbedaan keterampilan berpikir kritis
siswa. Sehingga kedua kelas tersebut cocok dijadikan sebagai sampel dalam
penelitian. Hal ini sesuai dengan penelitian Stiawan, Liliasari, & Ijang (2014, h.
260), Pusparini (2017, h. 227-228), dan Candrasekaran (2014, h. 6) yang
menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada nilai rerata hasil
pretest kedua kelompok penelitian (kelas eksperimen dan kontrol). Dengan
kata lain, kemampuan awal siswa kelompok eksperimen setara dengan siswa
kelompok kontrol.
49
Berdasarkan hasil uji hipotesis data posttest menunjukkan adanya
penolakan H0 dan penerimaan H1 dapat diartikan bahwa terdapat perbedaan
rata-rata keterampilan berpikir kritis siswa pada kelas eksperimen dan kelas
kontrol. Hal tersebut berarti terdapat pengaruh model pembelajaran synectics
terhadap keterampilan berpikir kritis siswa. Pengaruh model pembelajaran
synectics tersebut tercermin dari perbedaan persentase rata-rata indikator
keterampilan berpikir kritis pada posttest kelas eksperimen yaitu sebesar
81,56% dan kelas kontrol hanya 76,86%. Persentase yang lebih besar yang
diperoleh kelas eksperimen menunjukkan bahwa model pembelajaran synectics
dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa. Hal ini sesuai dengan
penelitian Rosyida, Siti, & Susriyati (2016, h. 212) yang menunjukkan bahwa
terdapat perbedaan keterampilan berpikir kritis pada siswa yang dibelajarkan
dengan Remap TmPS (Reading Concept Map Timed Pair Share) dengan siswa
yang dibelajarkan dengan konvensional dan juga hasil rata-rata keterampilan
berpikir kritis siswa yang dibelajarkan dengan Remap TmPS lebih tinggi
52,06% dibandingkan keterampilan berpikir kritis pada siswa yang
dibelajarkan dengan konvensional. Berdasarkan penelitian tersebut dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran Remap TmPs lebih dapat meningkatkan
keterampilan berpikir kritis dibandingkan pembelajaran konvensional.
Arfianawati, Sudarmin, & Woro (2016, h. 49) yang menunjukkan uji t
menghasilkan nilai thitung (2,85) > ttabel (1,67), yang berarti bahwa terdapat
pengaruh model pembelajaran etnosains terhadap kemampuan berpikir kritis
siswa. Penelitian yang dilakukan oleh Setiawan, Dwi, & Budhi (2017, h. 3)
memperoleh hasil hitungan uji-t yaitu Sig. (2-tailed) 0,000 < 0,05. Hal ini
berarti terdapat pengaruh yang signifikan model pembelajaran Problem Based
Learning dipadu Student Facilitator And Explaining terhadap kemampuan
berpikir kritis siswa pada materi Kingdom Fungi. Penelitian yang dilakukan
oleh Hikmah, Endang, & Aman (2016, h. 2252) memperoleh hasil hitungan uji-
t yaitu Sig. (2-tailed) 0,001 < 0,05. Hal ini berarti terdapat pengaruh penerapan
strategi Project Based Learning terhadap kemampuan berpikir kritis siswa pada
materi koloid.
50
Pembelajaran synectics dikembangkan oleh seorang tokoh yang bernama
Gordon pada tahun 1961 (Joyce dan Marsha, 2003, h. 17). Model
pembelajaran synectics merupakan pembelajaran dengan cara yang
menyenangkan untuk melibatkan siswa dalam diskusi yang imajinatif dan
menghasilkan strategi pemecahan masalah yang tidak lazim tetapi dapat
dilaksanakan. Setiap topik dari bidang studi dapat dibahas dalam kelompok
diskusi kecil atau besar. Melalui synectics, siswa dapat belajar strategi yang
bermakna untuk memecahkan masalah (Munandar, 2012, h. 202).
Pembelajaran synectics merupakan strategi mengajar yang lazim digunakan,
tidak hanya siswa yang melakukan strategi dalam belajar, guru pun harus
melakukan strategi mengajar. Hal ini sejalan dengan teori yang ada bahwa
strategi mengajar bertambah kompleks pada tingginya tingkat tujuan kognitif,
afektif, dan keterampilan yang ingin dicapai (Nasution, 1989, h. 83).
Model pembelajaran synectics merupakan model pembelajaran untuk
meningkatkan kreativitas siswa dalam belajar. Dengan berpikir kreatif, siswa
mampu memecahkan masalah dengan berbagai cara. Kreativitas merupakan
proses mental yang melibatkan pemunculan gagasan atau konsep baru, atau
hubungan baru antara gagasan dan konsep yang sudah ada. Perkembangan
kreativitas sangat erat kaitannya dengan perkembangan kognitif individu
karena kreativitas sesungguhnya merupakan perwujudan kerja otak. Hal ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Mutmainah dan Aquami (2016,
h. 80) dan penelitian Khairani, Yurnetti, & Hamdi (2013, h. 128) yang
menyatakan bahwa penggunaan model pembelajaran synectics dapat
meningkatkan kreativitas belajar siswa pada mata pelajaran IPA.
Kegiatan pembelajaran pada kelas eksperimen dirancang berdasarkan
karakteristik model pembelajaran synectics yang tercermin dalam tahap
pembelajaran tersebut. Analogi sebagai fokus utama pembelajaran disajikan
dalam LKS. Dimana LKS yang digunakan sesuai dengan tahapan model
pembelajaran synectics. Analogi yang disajikan dalam pembelajaran
merupakan contoh kehidupan sehari-hari. Hal tersebut dapat membuat siswa
termotivasi dalam belajar secara mandiri dan kelompok. Hal yang sama telah
51
dilakukan oleh Mueller dalam buku Joyce, Marsha, & Emily (2011) serta
penelitian Sya’bani dan Yulia (2013, h. 88-89) dimana kegiatan pembelajaran
yang telah dilakukan menggunakan analogi dalam kehidupan sehari-hari.
Model pembelajaran synectics dilakukan secara berkelompok yang masing-
masing kelompok terdiri dari 5-6 orang. Model pembelajaran synectics terdiri
dari 6 tahapan pembelajaran, yaitu masukan substantif, analogi langsung,
analogi personal, analogi pembandingan, eksplorasi, dan analogi
pengembangan (Sukmadinata dan Erliana, 2012, h. 159).
Tahap pertama yaitu masukan substantif, dimana guru bertugas
membimbing siswa untuk menemukan informasi baru tentang konsep yang
akan diterima. Siswa menemukan informasi baru dengan cara membaca buku,
membaca dari sumber internet, melakukan praktikum (Sukmadinata dan
Erliana, 2012, h. 159). Arends (2012, h. 326) dalam penelitian Armawan,
Parno, & Lia (2017, h. 657) menyatakan bahwa siswa yang berpikir kritis akan
memiliki kecenderungan mengolah terlebih dahulu konsep yang diterima.
Kegiatan di tahap masukan substantif pada pertemuan pertama, guru menarik
perhatian siswa dengan mengadakan kegiatan praktikum tentang indikator
asam basa untuk mengetahui sifat larutan. Siswa diberikan beberapa larutan
untuk diuji sifatnya menggunakan indikator asam basa seperti kertas lakmus
merah dan biru, kertas indikator universal dan fenolftalein. Siswa diminta
menulis hasil observasi yang telah dilakukan dari praktikum, sehingga terjadi
penemuan informasi baru. Hal yang sama diungkapkan oleh Hidayati (2016, h.
119) bahwa hasil kerja (pengamatan maupun penyelidikan dan diolah dalam
bentuk tabel, grafik) maka dia sekurang-kurangnya sudah melaksanakan
keterampilan berpikir kritis. Bahkan dia mampu mengerjakan soal-soal
berdasarkan pengalamannya dalam kerja ilmiah, maka siswa tersebut sudah
melaksanakan kemampuan berpikir kritis. Pada pertemuan kedua, guru
meminta siswa untuk membaca buku dan LKS untuk menemukan informasi
baru.
Kegiatan pada tahap masukan substantif bertujuan untuk mempersiapkan
siswa memasuki tahap pembelajaran selanjutnya, yaitu analogi langsung karena
52
siswa akan melakukan kegiatan analogi dalam kehidupan sehari-hari yang
dihubungkan dengan konsep asam basa. Hal ini sejalan dengan penelitian
Alentina, Putra, & Agung (2013) bahwa dengan menggunakan model
pembelajaran synectics, siswa tidak terlalu menggantungkan diri pada guru,
akan tetapi dapat menambah kepercayaan kemampuan berpikir sendiri,
menemukan informasi dari berbagai sumber, dan belajar dari siswa lain.
Indikator keterampilan berpikir kritis siswa yang diukur pada tahap pertama
adalah indikator memfokuskan pertanyaan, mengobservasi dan
mempertimbangkan hasil observasi, bertanya dan menjawab pertanyaan
klasifikasi dan pertanyaan yang menantang, mempertimbangkan kriteria
sumber, dan menganalisis argumen. Tujuan dari indikator ini adalah siswa
dapat mengidentifikasi pertanyaan, melaporkan hasil observasi, memberi
penjelasan sederhana, mengemukakan alasan, dan mengidentifikasi
kesimpulan. Gambar 4.1 merupakan tahap masukan substantif.
a
53
b c d
Gambar 4.1 Tahap pertama yaitu masukan substantif a) hasil observasi dan
contoh jawaban siswa dalam LKS b) menguji larutan
menggunakan kertas indikator universal c) menguji larutan
menggunakan indikator fenolftalein d) menguji larutan
menggunakan indikator kertas lakmus
Tahap kedua yaitu analogi langsung, di tahap ini siswa akan melakukan
kegiatan analogi dalam kehidupan sehari-hari yang dihubungkan dengan
konsep asam basa. Kegiatan di tahap analogi langsung pada pertemuan
pertama, guru memberikan permainan serah terima bola dengan dua orang
siswa yang dianalogikan dengan konsep asam basa Bronsted-Lowry.
Sedangkan pada pertemuan kedua, guru memberikan permainan tolong
menolong antara dua orang siswa yang dianalogikan dengan konsep asam basa
Lewis. Setelah siswa melakukan kegiatan analogi tersebut, siswa harus bisa
menghubungkan dan membedakan antara konsep asam basa Bronsted-Lowry
dan Lewis dengan permainan yang telah dilakukan. Kegiatan analogi harus
dapat membandingkan sesuatu yang telah diketahui dengan sesuatu yang baru.
Seperti yang diungkapkan Sutoyo (1991, h. 166) bahwa analogi hanya
bilamana dibandingkan dengan sesuatu yang lain. Situasi sederhana itu
haruslah sesuatu yang kita kenal. Penelitian yang dilakukan Munarto dan Mimi
(2016, h. 17) pada tahap analogi langsung, membimbing siswa membuat
analogi langsung dengan sesuatu yang sudah dikenal yaitu sawah dan gunung
yang dianalogikan seperti bayi dan bom. Dari objek atau kegiatan yang sudah
dikenal oleh siswa, kegiatan analogi dapat berlangsung dengan baik tanpa
membuat siswa menjadi bingung. Indikator keterampilan berpikir kritis siswa
yang diukur pada tahap kedua adalah indikator menganalisis argumen. Tujuan
54
dari indikator ini adalah siswa dapat mencari persamaan dan perbedaan. Murti
(2009, h. 1) dalam penelitian Armawan, Parno, & Lia (2017, h. 657)
menjelaskan bahwa siswa yang memiliki kecenderungan berpikir kritis akan
membandingkan, mengklarifikasikan, mengurutkan, mendeskripsikan pola,
membuat analogi. Gambar 4.2 merupakan tahap analogi langsung.
a
b c
Gambar 4.2 Tahap kedua yaitu analogi langsung a) contoh jawaban siswa
dalam LKS b) kegiatan analogi langsung teori asam basa
Bronsted-Lowry c) kegiatan analogi langsung teori asam
basa Lewis
Tahap ketiga yaitu analogi personal, di tahap ini siswa menganalisis suatu
analogi berkenaan dengan diri mereka sendiri. Di dalam LKS telah disediakan
wacana tentang solidaritas yang harus dilakukan siswa dalam kehidupan sehari-
hari. Setelah siswa membaca wacana tersebut, siswa langsung menuliskan hasil
analoginya. Tahap analogi personal membuat siswa merasakan perasaan yang
kuat karena diri merekalah yang berperan langsung dalam suatu kejadian.
Seperti yang dijelaskan oleh Mahandari, Putu, & Jampel (2012) dalam
55
penelitiannya, bahwa siswa dapat mengaitkan analogi dengan kehidupan
mereka, kemudian siswa menganalogikan (melakukan penyamaan) dengan
pengalaman siswa. Penelitian Aziz (2009, h. 8) menjelaskan bahwa teknik
pelaksanaan analogi personal dengan cara siswa diminta membandingkan
dirinya dengan sebuah objek, kemudian ditanyakan bagaimana perasaannya
seandainya hal itu terjadi. Indikator keterampilan berpikir kritis siswa yang
diukur pada tahap ketiga adalah indikator mempertimbangkan kriteria sumber.
Tujuan dari indikator ini adalah siswa dapat mengemukakan alasan. Gambar
4.3 merupakan tahap analogi personal.
Gambar 4.3 Contoh jawaban siswa dalam LKS pada tahap ketiga
Tahap keempat yaitu analogi pembanding, kegiatan pada tahap ini siswa
menjelaskan kembali hubungan dan ketidaksesuaian (perbedaan) dari analogi
yang telah dilakukan pada tahap kedua dan ketiga. Siswa menjelaskan dengan
bahasa sendiri dan menulisnya dalam LKS. Hal senada diungkapan oleh
Sya’bani dan Yulia (2013, h. 88) dalam penelitiannya yang menyatakan bahwa
pada tahap keempat dalam model pembelajaran synectics, mahasiswa
mengidentifikasi dan menjelaskan poin-poin kesamaan antara tema sebelumnya
dengan analogi personalnya. Penelitian Navaneedhan (2012, h. 607) bahwa
pada tahap ini, siswa menjelaskan persamaan dan perbedaan antara topik baru
dengan suatu analogi. Indikator keterampilan berpikir kritis siswa yang diukur
56
pada tahap keempat adalah indikator bertanya dan menjawab pertanyaan
klasifikasi dan pertanyaan yang menantang. Tujuan dari indikator ini adalah
siswa dapat memberi penjelasan sederhana. Gambar 4.4 merupakan tahap
analogi pembanding.
Gambar 4.4 Contoh jawaban siswa dalam LKS pada tahap keempat
Tahap kelima yaitu eksplorasi, kegiatan yang dilakukan yaitu berdiskusi,
menuliskan hasil diskusi di dalam LKS, dan mempresentasikan hasilnya di
depan kelas. Di dalam LKS telah disediakan untuk siswa menuliskan hasil
diskusinya, tentunya siswa mendapatkan informasi setelah mempelajari konsep
asam basa. Setelah itu, siswa mempresentasikan hasil diskusi dari masing-
masing kelompoknya. Tahap eksplorasi bertujuan untuk memproses informasi
yang telah didapat, karena memang model synectics merupakan rumpun model
pembelajaran untuk memproses informasi (Sukmadinata dan Erliana, 2012, h.
154). Model ini berfokus pada kapasitas intelektual, model ini didasarkan pada
kemampuan siswa untuk mengobservasi, mengolah data, memahami informasi,
membentuk konsep-konsep, dan memecahkan masalah (Huda, 2014, h. 76).
Sesuai dengan penelitian Khairani, Yurnetti, & Hamdi (2013, h. 128) yang
menjelaskan pada tahap eksplorasi dalam model pembelajaran synectics, siswa
mengeksplorasikan kembali topik asli yang dianalogikan tadi. Indikator
keterampilan berpikir kritis siswa yang diukur pada tahap kelima adalah
indikator menentukan suatu tindakan dan indikator berinteraksi. Indikator
57
berinteraksi merupakan keterampilan berpikir kritis yang kelima, yaitu
mengatur strategi dan taktik. Adiwijaya, Endang, & Betty (2016, h. 2385)
menjelaskan bahwa diskusi memberikan kesempatan kepada siswa untuk
berpikir kritis dan meningkatkan kemampuan untuk mengatur strategi dan
taktik. Tujuan dari indikator ini adalah siswa dapat mempresentasikan/
mengemukakan kembali hasil kerjanya. Gambar 4.5 merupakan tahap
eksplorasi.
a
b
Gambar 4.5 Tahap kelima yaitu eksplorasi. a) Kegiatan siswa pada saat
berdiskusi dan presentasi di depan kelas b) contoh hasil
diskusi siswa yang tertulis di LKS
Tahap keenam yaitu analogi pengembangan. Pada tahap ini, siswa
mengembangkan analogi dengan cara menyebutkan contoh analogi lain dalam
kehidupan sehari-hari yang dapat dianalogikan dengan konsep asam basa. Guru
dapat mengevaluasi siswa pada tahap analogi pengembangan dengan cara
58
melihat hasil kerjanya yang tertulis di dalam LKS. Karwati (2012 h. 151)
dalam penelitiannya mengatakan bahwa tahap keenam dalam model
pembelajaran synectics adalah siswa dapat kembali pada tugas masalah awal
dan menggunakan analogi tentang seluruh pengalaman synectics-nya.
Sedangkan penelitian Zen dan Ahmad (2014, h. 4) pada tahap keenam, peneliti
meminta siswa mengajukan analogi baru untuk memahami persamaan dan
perbedaan. Indikator keterampilan berpikir kritis siswa yang diukur pada tahap
keenam adalah indikator bertanya dan menjawab pertanyaan klasifikasi dan
pertanyaan yang menantang. Tujuan dari indikator ini adalah siswa dapat
menyebutkan contoh. Gambar 4.6 merupakan tahap analogi pengembangan.
Gambar 4.6 Contoh jawaban siswa dalam LKS pada tahap keenam
Dengan model pembelajaran synectics, saat kegiatan belajar secara
berkelompok setiap anggota bertanggung jawab terhadap keberhasilan dalam
belajar. Siswa menjadi aktif dalam kegiatan pembelajaran dan akan membuat
siswa berpikir lebih tinggi. Fraser et al. (1988) dan Farell (1989) dalam buku
Suwarma (2009, h. 33), menemukan bahwa kelompok dapat menciptakan
lingkungan kecil untuk berpikir kritis. Dengan demikian, tujuan model
synectics pun dapat tercapai dalam pembelajaran yaitu membuat siswa dapat
berpikir kritis dan kreatif (Nasution, 1989, h. 83).
59
Kelas kontrol dapat diketahui bahwa hasil keterampilan berpikir kritis
siswa lebih rendah. Hal ini dikarenakan metode pembelajaran yang diterapkan
menggunakan metode ceramah. Dengan metode tersebut, siswa hanya
mendengarkan penyampaian materi yang diberikan oleh guru tanpa terlibat
langsung dalam proses belajar. Sehingga siswa kurang aktif dalam memahami
materi yang menyebabkan keterampilan berpikir kritis siswa pun menjadi
kurang meningkat. Dengan metode konvensional tersebut, siswa merasa bosan
dan mengantuk ketika berlangsungnya pembelajaran. Siswa tidak memiliki
kesempatan yang besar dalam memahami materi, karena guru yang menjadi
pusat dalam pembelajaran. Hal senada diungkapkan Utami, Taufik, & Duden
(2016, h. 178) bahwa metode ceramah dianggap metode pembelajaran yang
membosankan sehingga kurang membantu siswa dalam peningkatan
penguasaan konsep maupun keterampilan berpikir kritis. Penelitian Suryanata,
Suara, & Ngurah (2013) bahwa metode ceramah yang diterapkan di kelas
kontrol membuat guru aktif memberikan suatu pengetahuan, sedangkan siswa
hanya menerima pengetahuan yang diberikan oleh guru, sehingga siswa merasa
tidak nyaman mengikuti pembelajaran dan siswa menjadi pasif dalam
mengikuti pembelajaran. Mutmainah dan Aquami (2016, h. 69) bahwa metode
konvensional membuat guru mendominasi dalam proses pembelajaran
sehingga menyebabkan proses pembelajaran menjadi pasif dan membosankan.
Berdasarkan hasil posttest menunjukkan bahwa rata-rata indikator
keterampilan berpikir kritis siswa lebih besar pada kelas eksperimen
dibandingkan kelas kontrol. Dalam penelitian ini terdapat tujuh indikator
keterampilan berpikir kritis yang diukur disesuaikan dengan tahapan model
pembelajaran synectics. Dimana lima indikator diukur menggunakan tes essay
sedangkan dua indikator lagi diukur melalui LKS.
Indikator keterampilan berpikir kritis siswa yang pertama yaitu
menganalisis argumen. Mengidentifikasi kesimpulan adalah tujuan dari
indikator menganalisis argumen. Hasil dari pencapaian keterampilan berpikir
kritis pada indikator menganalisis argumen setelah diberikan model
pembelajaran yang berbeda yaitu sebesar 80,55% pada kelas eksperimen
60
dengan kategori sangat baik dan 76,94% pada kelas kontrol dengan kategori
baik. Hasil penelitian Nurhayati, Sri, & Yahmin (2016, h. 142) didapatkan
indikator menganalisis argumen dengan model pembelajaran LC-5E (Learning
Cycle-5E) berkonteks SSI (Socio-scientific Issues) memperoleh kategori
sedang, hal itu menunjukkan bahwa model pembelajaran LC-5E berkonteks
SSI pengaruhnya cukup besar terhadap keterampilan berpikir kritis siswa pada
konsep kelarutan. Berikut ini ditampilkan contoh jawaban siswa untuk
indikator menganalisis argumen pada kelas eksperimen dan kontrol.
Gambar 4.7 Contoh jawaban siswa pada kelas eksperimen
Gambar 4.8 Contoh jawaban siswa pada kelas kontrol
Pada indikator ini diharapkan siswa mampu mengidentifikasi kesimpulan
berdasarkan data yang disajikan. Menurut Ennis (1996), dalam menganalisis
argumen sebelumnya kita harus mengidentifikasi kesimpulan yang diberikan,
lalu mengidentifikasi alasannya (h. 17). Nugroho (2015, h. 59) dalam
penelitiannya mengatakan bahwa siswa mengidentifikasi kesimpulan dari
peristiwa gelembung-gelembung dalam minuman soda dapat terjadi sehingga
siswa dapat menemukan alasan yang tepat dari peristiwa minuman bersoda.
Muharamiah, Hairida, & Rahmat (2014, h. 9) dalam penelitiannya pada konsep
asam basa, siswa menganalisis argumen dalam melakukan evaluasi untuk
menentukan kesimpulan yang valid. Berdasarkan contoh jawaban siswa pada
kelas eksperimen terlihat bahwa jawaban siswa lebih tepat dalam
mengidentifikasi kesimpulan.
61
Indikator keterampilan berpikir kritis siswa yang kedua yaitu bertanya dan
menjawab pertanyaan klasifikasi dan pertanyaan yang menantang. Memberi
penjelasan sederhana dan menyebutkan contoh adalah tujuan dari indikator
bertanya dan menjawab pertanyaan klasifikasi dan pertanyaan yang menantang.
Indikator ini dapat dilihat setelah siswa melakukan praktikum asam basa yang
terdapat dalam LKS. Berikut ini ditampilkan contoh jawaban siswa pada LKS
untuk indikator bertanya dan menjawab pertanyaan klasifikasi dan pertanyaan
yang menantang.
Gambar 4.9 Contoh jawaban siswa dalam memberi penjelasan
sederhana
Gambar 4.10 Contoh jawaban siswa dalam menyebutkan contoh
62
Pada indikator ini siswa menjawab pertanyaan yang terdapat pada tahap
pertama, keempat, dan keenam model pembelajaran synectics. Menurut
penelitian Patmawati (2011, h. 49) indikator ini dicapai dengan cara siswa
bertanya dan menjawab pertanyaan mengenai suatu penjelasan pada
pertanyaan-pertanyaan di LKS. Sedangkan penelitian Prayoga (2013, h. 44)
pada aspek memberikan penjelasan sederhana, siswa di kelas eksperimen
dilatih dengan kegiatan merumuskan permasalahan, menganalisis, bertanya dan
menjawab pertanyaan dari kegiatan-kegiatan dalam LKS. Zulhelmi, Adlim, &
Mahidin (2017, h. 75) menambahkan bahwa pengaruh media sangat membantu
dalam meningkatkan keterampilan berpikir kritis terhadap menganalisis dan
mengevaluasi sebuah pertanyaan, meskipun pertanyaan tersebut dirancang
dengan pertanyaan menantang. Menurut Suwarma (2009) indikator ini dapat
dilatih dengan memberikan penjelasan sederhana serta menyebutkan contoh.
Indikator keterampilan berpikir kritis siswa yang ketiga yaitu
mempertimbangkan kriteria sumber. Mengemukakan alasan adalah tujuan dari
indikator mempertimbangkan kriteria sumber. Pada indikator ini, siswa diminta
mengemukakan alasan dari suatu sebab. Rata-rata persentase pada kelas
eksperimen sebesar 83,33% dengan kategori sangat baik dan pada kelas kontrol
sebesar 77,22% dengan kategori baik. Sesuai dengan penelitian Permanasari,
Buchari, & Sumar (2010, h. 108), kemampuan memberikan alasan pada kelas
eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol. Berikut ini ditampilkan contoh
jawaban siswa untuk indikator mempertimbangkan kriteria sumber pada kelas
eksperimen dan kontrol.
Gambar 4.11 Contoh jawaban siswa pada kelas eksperimen
63
Gambar 4.12 Contoh jawaban siswa pada kelas kontrol
Berdasarkan jawaban siswa pada kelas eksperimen dan kontrol dapat
dilihat bahwa pada kelas eksperimen siswa lebih tepat mengemukakan alasan
suatu sebab walau jawabannya terlihat lebih singkat dibandingkan dengan kelas
kontrol. Indikator mempertimbangkan kriteria sumber mendapatkan urutan
persentase kedua tertinggi dari indikator lainnya pada posttest. Hal yang sama
juga terjadi pada penelitian Merianti, Hairida, & Rahmat (2016, h. 8), indikator
mempertimbangkan kriteria sumber menempati urutan kedua tertinggi
meningkatnya keterampilan berpikir kritis siswa dari kelima indikator lainnya
pada posttest. Istiqomah (2012, h. 62) dalam penelitiannya mengatakan bahwa
salah satu langkah menjadi pemikir kritis adalah mampu memberikan alasan
yang didasarkan pada bukti yang meyakinkan. Bukti yang dapat dipercaya
berasal dari pengalaman pribadi, pengalaman orang lain, dari perkataan para
ahli dan dari data statistik yang akurat.
Indikator keterampilan berpikir kritis siswa yang keempat yaitu
mengobservasi dan mempertimbangkan hasil observasi. Melaporkan hasil
observasi adalah tujuan dari indikator mengobservasi dan mempertimbangkan
hasil observasi. Indikator ini diukur pada lembar kerja siswa (LKS) pada tahap
pertama model pembelajaran synectics. Pada indikator ini, siswa melaporkan
hasil pengamatannya dari hasil melakukan praktikum mengetahui sifat larutan
menggunakan indikator asam basa dan siswa ikut terlibat dalam menyimpulkan
berdasarkan pengamatan yang dilakukan. Hal ini senada dengan penelitian
Subarkah dan Ade (2015, h. 50) bahwa untuk mengembangkan kemampuan
indikator ini, siswa diminta untuk menilai hasil pengamatan yang dilakukan
pada setiap kegiatan praktikum. Berikut ini ditampilkan contoh jawaban siswa
64
pada LKS untuk indikator mengobservasi dan mempertimbangkan hasil
observasi.
Gambar 4.13 Contoh jawaban siswa dalam melaporkan hasil observasi
Berdasarkan jawaban siswa pada LKS, siswa sudah bisa melaporkan hasil
observasi dari pengamatan yang telah dilakukan bersama kelompoknya. Siswa
sudah bisa melaporkan hasil observasi terlihat dari laporan siswa di dalam tabel
yang sudah benar sesuai fakta. Menurut Ennis (1996), membuat laporan
observasi sangat membantu kita dalam mengidentifikasi hal-hal yang kita lihat
ataupun dengar (h. 73). Rahmawati, Arif, & Sri (2016, h.116) dalam
penelitiannya mengatakan bahwa kegiatan intelektual yang ketat merupakan
observasi dan pengukuran terhadap fenomena yang terjadi. Kegiatan tersebut
dapat menghasilkan bukti secara empiris, tergantung pada percobaan atau
eksperimen yang berakar dari pengalaman dari dunia nyata dan objek yang ada
dalam ruang dan waktu. Sedangkan penelitian Qolbi, Kartimi, & Evi (2016, h.
109) serta penelitian Ardiyanti dan Winarti (2013, h. 32) yang mendapatkan
hasil keterampilan berpikir kritis siswa pada indikator melaporkan hasil
observasi di kelas eksperimen meningkat. Kelas eksperimen pada awal proses
pembelajaran sudah dihadapkan pada fenomena yang dapat diamati secara
langsung dari kegiatan demonstrasi.
Indikator keterampilan berpikir kritis siswa yang kelima yaitu mendeduksi
dan mempertimbangkan hasil deduksi. Menyatakan tafsiran adalah tujuan dari
indikator mendeduksi dan mempertimbangkan hasil deduksi. Hasil perolehan
persentase rata-rata kelas eksperimen yaitu sebesar 79,44% dengan kategori
65
baik dan pada kelas kontrol sebesar 77,77% dengan kategori baik. Berikut ini
ditampilkan contoh jawaban siswa untuk indikator mendeduksi dan
mempertimbangkan hasil deduksi pada kelas eksperimen dan kontrol.
Gambar 4.14 Contoh Jawaban siswa pada kelas eksperimen
Gambar 4.15 Contoh jawaban siswa pada kelas kontrol
Siswa mendeduksi dan mempertimbangkan hasil deduksi dengan cara
menyatakan tafsiran berdasarkan data praktikum tentang pengujian larutan
dengan indikator. Dapat dilihat pada kelas eksperimen siswa bisa menyatakan
tafsiran dengan tepat, sementara pada kelas kontrol siswa masih salah dalam
menafsirkan pH dan sifat larutan dari data yang disajikan. Suwarma (2009)
menjelaskan, kemampuan menggeneralisasi adalah kemampuan menentukan
aturan umum dari data yang disajikan, sedangkan kemampuan
mempertimbangkan hasil generalisasi adalah kemampuan menentukan
kebenaran hasil generalisasi beserta alasannya (h. 52). Menurut Ennis (1996),
dalam menyimpulkan suatu peristiwa dengan cara deduksi seharusnya
dilakukan dengan cara yang simpel sehingga dapat digunakan dengan mudah
dalam menafsirkan suatu peristiwa (89). Nugroho (2015, h. 64) dalam
penelitiannya menyatakan bahwa tujuan dari indikator mendeduksi dan
mempertimbangkan hasil deduksi adalah menafsirkan data, siswa diberikan
66
data dan siswa harus menganalisis data tersebut. Penelitian Dewi, Masriani, &
Rahmat (2016, h. 8) menyatakan bahwa berpikir deduktif berkaitan dengan
kemampuan menilai atau membuat generalisasi dari suatu fakta atau informasi.
Indikator mendeduksi dan mempertimbangkan hasil deduksi termasuk
keterampilan berpikir kritis yang ketiga yaitu menyimpulkan. Dalam penelitian
Nugraha, Nina, & Susilowati (2016, h. 8) menjelaskan bahwa pada tahap ini
siswa harus dapat menyimpulkan permasalahan yang terjadi berdasarkan
pemecahan masalah dan hasil analisisnya.
Indikator keterampilan berpikir kritis siswa yang keenam yaitu
menentukan suatu tindakan. Menentukan tindakan sementara adalah tujuan dari
indikator menentukan suatu tindakan. Hasil perolehan persentase rata-rata kelas
eksperimen yaitu sebesar 81,52% dengan kategori sangat baik dan pada kelas
kontrol sebesar 75,41% dengan kategori baik. Hal ini sesuai dengan hasil
penelitian Fauziansyah, Enok, & Epon (2013, h. 164) bahwa pada indikator
memutuskan suatu tindakan menunjukkan kelompok eksperimen lebih tinggi
dibandingkan kelompok kontrol. Berikut ini ditampilkan contoh jawaban siswa
untuk indikator menentukan suatu tindakan pada kelas eksperimen dan kontrol.
Gambar 4.16 Contoh jawaban siswa pada kelas eksperimen
Gambar 4.17 Contoh jawaban siswa pada kelas kontrol
67
Berdasarkan jawaban siswa pada kelas eksperimen, siswa sudah bisa
dalam menulis struktur Lewis pada senyawa Na2PO3F dan siswa sudah bisa
menentukan sifat dari senyawa NaF dalam air. Siswa di kelas eksperimen bisa
menjawab soal tersebut karena telah melakukan tindakan di awal pertemuan
yaitu melakukan praktikum, jadi siswa sudah tepat dalam menentukan suatu
tindakan. Menurut Fisher (2008) ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan
dalam pengambilan keputusan, yaitu: mempertimbangkan rangkaian tindakan
alternatif yang mungkin, pertimbangkan akibat yang mungkin dalam pelbagai
alternatif, pertimbangkan seberapa mungkin/tidak mungkin dan seberapa
beharga/berisiko akibat yang mungkin itu, mempertimbangkan komitmen yang
tepat dan yang terakhir pertimbangkan alternatif mana yang paling baik
dipandang dari sudut akibat (155-160). Sedangkan dalam penelitian Sastrika,
Sadia, & Muderawan (2013), berpikir kritis adalah berpikir logis dan masuk
akal yang difokuskan pada pengambilan keputusan tentang apa yang dipercaya
dan dilakukan. Sholihah, Siti, & Susriyati (2016, h. 283) dalam penelitiannya
menjelaskan, saat siswa membuat prediksi jawaban dan mengklarifikasi, ia
akan mengelola informasi yang diperolehnya saat membaca dan digunakannya
untuk memecahkan permasalahan serta mengambil keputusan.
Indikator keterampilan berpikir kritis yang ketujuh yaitu berinteraksi.
Presentasi/mengemukakan kembali adalah tujuan dari indikator berinteraksi.
Hasil perolehan persentase rata-rata kelas eksperimen yaitu sebesar 84,44%
dengan kategori sangat baik dan pada kelas kontrol sebesar 79,72% dengan
kategori baik. Berikut ini ditampilkan contoh jawaban siswa untuk indikator
berinteraksi/mengemukakan kembali pada kelas eksperimen dan kontrol.
Gambar 4.18 Contoh jawaban siswa pada kelas eksperimen
68
Gambar 4.19 Contoh jawaban siswa pada kelas kontrol
Siswa pada kelas eksperimen sudah bisa mengemukakan kembali cara
untuk menguji air hujan dengan indikator alami serta bisa menentukan sifat air
hujan dari ciri-ciri air hujan tersebut. Sedangkan siswa pada kelas kontrol,
siswa sudah bisa menyebutkan beberapa indikator alami, tetapi perubahan
warna air hujan setelah diuji dengan indikator tersebut tidak dikemukakan serta
siswa belum bisa menentukan sifat air hujan dari ciri-ciri air hujan.
Mempresentasikan/mengemukakan kembali suatu informasi tidak dilakukan
secara lisan saja, namun juga bisa dalam bentuk tulisan. Siswa dapat
mengemukakan kembali informasi dalam bentuk tulisan dari apa yang sudah
dia amati dalam proses pembelajaran. Menurut Ennis (1985, h. 46), indikator
berinteraksi dengan orang lain merupakan keterampilan berpikir kritis yang
kelima yaitu mengatur strategi dan taktik. Sejalan dengan Rohmah dan Tutut
(2017, h. 224) menyatakan bahwa keterampilan berpikir kritis untuk mengatur
strategi dan taktik di kelas eksperimen memperoleh peningkatan dari 39,9%
menjadi 71%. Adiwijaya, Endang, & Betty (2016, h. 2385) memperoleh hasil
bahwa keterampilan berpikir kritis untuk mengatur strategi dan taktik di kelas
eksperimen memperoleh rata-rata persentase skor kemampuan berpikir kritis
79,5% lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol 70,2%.
Hasil pada kelas eksperimen yang lebih tinggi didukung pula dengan
adanya data hasil observasi. Peneliti menggunakan lembar observasi mengajar
guru dan lembar observasi kegiatan belajar siswa sebagai data pendukung
terkait dengan keterlaksanaan model pembelajaran yang digunakan dalam
penelitian. Observasi dilakukan selama 2 kali pertemuan yang dilakukan oleh
observer di kelas eksperimen.
69
Keterampilan berpikir kritis dapat diukur dengan model pembelajaran
synectics (Nasution, 1989, h. 83). Model pembelajaran synectics mengajak
siswa mampu melatih keterampilan berpikir kritis dalam pembelajaran. Hal ini
juga dijelaskan dalam penelitian Agustina, Marungkil, & Sahrul (2015, h. 42)
serta penelitian Sa’adah, Eko, & Ashari (2014, h. 31). Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran synectics dapat
meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa pada pembelajaran fisika selain
itu juga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hasil penelitian lain yang
dilakukan oleh Abed, Amir, & Davoud (2015, h. 115) menunjukkan bahwa
keterampilan berpikir kritis siswa dalam mengukur evaluasi,
mempertimbangkan deduksi, mempertimbangkan induksi, dan analisis dapat
meningkat dengan model pembelajaran synectics. Jadi, hasil penelitian yang
telah peneliti lakukan dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran synectics
dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa pada konsep asam basa.
70
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan pada bab sebelumnya,
dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh model pembelajaran synectics
terhadap keterampilan berpikir kritis siswa (memberi penjelasan sederhana,
membangun keterampilan dasar, menyimpulkan, serta mengatur strategi dan
taktik) pada konsep asam basa.
B. Saran
Peneliti memberikan beberapa saran yang dapat dipertimbangkan,
diantaranya:
1. Model pembelajaran synectics membutuhkan waktu yang cukup banyak
dalam pelaksanaannya, sehingga bagi guru yang menerapkan model
pembelajaran synectics sebaiknya dapat mengatur waktu dengan baik
dengan tujuan semua tahapan model pembelajaran synectics terlaksana
dengan maksimal.
2. Pengukuran keterampilan berpikir kritis hanya pada keterampilan memberi
penjelasan sederhana, membangun keterampilan dasar, menyimpulkan,
serta mengatur strategi dan taktik, sedangkan pada keterampilan memberi
penjelasan lanjut tidak diukur. Bagi peneliti selanjutnya hendaknya semua
keterampilan berpikir kritis harus diukur untuk melihat pengaruh model
pembelajaran synectics terhadap keterampilan berpikir kritis siswa.
71
DAFTAR PUSTAKA
Abed, Soheila., Amir, H. M. D., & Davoud, H. (2015). The Effect of Synectics
Pattern on Increasing the Level of Problem Solving and Critical Thinking
Skills in Students of Alborz Province. WALIA journal 31 (S1): 110-118.
Adiwijaya, Hera., Endang, Suarsini., & Betty, Lukiati. (2016). Penerapan
Pembelajaran Reciprocal Teaching Berbantuan Peta Konsep untuk
Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Pembelajaran
Biologi. Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian, dan Pengembangan Volume 1
Nomor 12.
Afshari, Gholambossein., & Nasser, Ghaemi. (2014). Synectics Teaching Effect
on the Academic Performance of Students’ Composition among Male Fifth
Grade Students in Dezful City. Journal of Life Science and Biomedicine.
Agustina, Silva., Marungkil, Pasaribu., & Sahrul, Saehana. (2015). Pengaruh
Model Pembelajaran Sinektik Terhadap Hasil Belajar Fisika Pada Siswa
Kelas X SMA Negeri 4 Palu. Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako, Vol. 4,
No. 2.
Alentina, Ni Pt., Md, Putra., & I Gst, Agung Oka Negara. (2013). Model
Pembelajaran Sinektik Berbasis Penilaian Portofolio Berpengaruh Terhadap
Hasil Belajar IPS Siswa Kelas V SD Gugus Letkol Wisnu Denpasar Utara.
Ardiyanti, Farida., & Winarti. (2013). Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis
Fenomena untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Sekolah
Dasar. Kaunia, Vol. IX, No. 2.
Arfianawati, Siti., Sudarmin., & Woro, Sumarni. (2016). Model Pembelajaran
Kimia Berbasis Etnosains Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis
Siswa. Jurnal Pengajaran MIPA, Volume 21, Nomor 1.
Arifin, Zainal. (2011). Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Arikunto, Suharsimi. (1999). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara.
Arikunto, Suharsimi. (2006). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara.
Armawan, Dhedhie., Parno., & Lia, Yuliati. (2017). Analisis Strategi Thinking
Maps dalam Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Terhadap Kemampuan
Berpikir Kritis. Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian, dan Pengembangan
Volume 2, Nomor 5.
Aziz, Rahmat. (2009). Pengaruh Kegiatan Synectics Terhadap Kemampuan
Menulis Kreatif. Jurnal Keberkatan dan Kreativitas.
72
Candrasekaran. (2014). Developing Scientific Attitude, Critical Thinking and
Creative Intelligence of Higher Secondary School Biology Students by
Applying Synectics Techniques. International Journal of Humanities and
Social Science Invention Vol. 3.
Chang, Raymond. (2005). Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti Edisi Ketiga Jilid 2.
Jakarta: Erlangga.
Danisa, Valent Sari., Sri, Dwiastuti., & Suciati. (2016). Pengaruh Model Guided
Inquiry Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis pada Pembelajaran Biologi.
Seminar Nasional Pendidikan dan Saintek.
Daryanto. (1997). Kamus Bahasa Indonesia Lengkap. Surabaya: Apollo.
Dewi, Melyana., Masriani., & Rahmat, Rasmawan. (2016). Keterampilan Berpikir
Kritis dan Hasil Belajar Siswa Pada Teori Asam Basa dengan Model
Pembelajaran Berbasis Inkuiri Terbimbing. Artikel Penelitian.
Djudin, Tomo. (2011). Mendekati Makna “Kreativitas” dan Model Pembelajaran
Synectics. Jurnal Cakrawala Kependidikan Vol. 9. No. 1.
Eggen, Paul., & Don, Kauchak. (2012). Strategi dan Model Pembelajaran
Mengajarkan Konten dan Keterampilan Berpikir. Jakarta: PT. Indeks.
Ennis, Robert Hugh. (1996). Critical Thinking. New Jersey: Prentice-Hall.
Ennis, Robert Hugh. (1985). A Logical Basis for Measuring Critical Thinking
Skills. Association for Supervision and Curriculum Development.
Evans, James R. (1991). Creative Thinking In the Decision and Management
Sciences. United States: Congress Cataloging.
Fauziansyah, Yudi Agus., Enok, Maryani., & Epon, Ningrum. (2013). Pengaruh
Model Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat Terhadap Keterampilan
Berpikir Kritis. Jurnal Pendidikan Geografi, Volume 13, Nomor 2.
Fisher, Alec. (2008). Berpikir Kritis Sebuah Pengantar. Jakarta: Erlangga.
Gaffar, Mohammad Fakry. (1987). Perencanaan Pendidikan: Teori dan
Metodologi. Jakarta: Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga
Kependidikan.
Harrison, Allan G., & Richard, K. Coll. (2013). Analogi dalam Kelas Sains.
Jakarta: PT. Indeks.
Hidayati, Nurul. (2016). Hasil Belajar dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa
Madrasah Tsanawiyah dalam Pembelajaran IPA Melalui Kerja Ilmiah.
Proceeding Biology Education Conference, Vol. 13(1).
73
Hikmah, Nur., Endang, Budiasih., & Aman, Santoso. (2016). Pengaruh Strategi
Project Based Learning (PJBL) Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa
Kelas XI IPA Pada Materi Koloid. Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian,
dan Pengembangan Volume. 1 Nomor. 11.
Huda, Miftahul. (2014). Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Istiqomah. (2012). Analisis Keterampilan Berpikir Kritis Siswa dalam Model
Pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Jakarta: Skripsi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Johnson, Elaine B. (2011). Contextual Teaching & Learning. Bandung: Kaifa.
Joyce, Bruce., & Marsha, Weil. (2003). Models of Teaching. New Delhi: Prentice
Hall.
Joyce, Bruce., Marsha, Weil., & Emily, Calhoun. (2011). Models of Teaching
Model-Model Pengajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Kartimi., & Liliasari. (2012). Pengembangan Alat Ukur Berpikir Kritis pada
Konsep Termokimia untuk Siswa SMA Peringkat Atas dan Menengah.
Jurnal Pendidikan IPA Indonesia (JPII) 1 (1).
Karwati, Uus. (2012). Aplikasi Model Pembelajaran Sinektik (Synectic Model).
Jurnal Seni & Budaya Panggung Vol. 22, No. 2.
Keenan, Charles W., Donald, C. Kleinfelter., & Jesse, H. Wood. (1984). Kimia
Untuk Universitas. Jakarta: Erlangga.
Khairani, Rizki., Yurnetti., & Hamdi. (2013). Pengaruh Penerapan Synectics
Lesson dalam Pembelajaran IPA Fisika untuk Meningkatkan Kompetensi
Siswa Kelas VIII di SMP 1 Solok. Pillar of Physics Education, Vol. 2.
Kuswana, Wowo Sunaryo. (2011). Taksonomi Berpikir. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Mahandari, Ni Md Jayanti., Putu, Parmiti., & Jampel. (2012). Pengaruh Model
Pembelajaran Sinektik Berbantuan Media Benda Konkret Terhadap Hasil
Belajar Mengarang Deskripsi Kelas IV Gugus IV Kecamatan Jembrana.
Merianti, Maria., Hairida., & Rahmat, Rasmawan. (2016). Keterampilan Berpikir
Kritis Siswa Menggunakan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Pada
Materi Larutan Penyangga. Artikel Penelitian.
Misbahuddin., & Hasan, Iqbal. (2013). Analisis Data Penelitian dengan Statistik.
Jakarta: Bumi Aksara.
74
Moreno, Diana P., Maria, C. Yang., & Kristin, L. Wood. (2014). Design
Creativity for Every Design Problem: A Design-by-Analogy Approach.
Design Computing and Cognition DCC’14. J. S. Gero (ed).
Muharamiah, Tenti., Hairida., & Rahmat, Rasmawan. (2014). Keterampilan
Berpikir Kritis Siswa Menggunakan Model Pembelajaran Inkuiri
Terbimbing Pada Materi Asam Basa.
Munandar, Utami. (2012). Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta:
PT. Rineka Cipta.
Munarto., & Mimi, Mulyani. (2016). Pengembangan Model Sinektik Terpimpin
Berwawasan Lingkungan Menulis Puisi dalam Pembentukan Moral Siswa.
Seloka: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.
Mutmainah, Ummi., & Aquami. (2016). Penerapan Model Sinektik (Synectics)
Terhadap Kreativitas Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan
Alam Kelas V di Madrasah Ibtidaiyah Hijriyah II Palembang. JIP: Jurnal
Ilmiah PGMI Volume 2, Nomor 1.
Nasution. (1989). Kurikulum dan Pengajaran. Bandung: Bima Aksara.
Navaneedhan, Cittoor Girija. (2012). Usage of Synectic Technique in Teaching-
Learning Chemistry Simulates Human Mind. Academic Journals, Vol.
9(17).
Nugraha, Deden., Nina, Sundari., & Susilowati. (2016). Penerapan Model
Probing-Prompting untuk Meningkatkan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi
Perkembangan Teknologi. Antologi UPI.
Nugroho, Fajar. (2015). Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi
Kesetimbangan Kimia Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah. Jakarta:
Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Nurhayati, Halimah Mustika., Sri, Rahayu., & Yahmin. (2016). Pengaruh
Pembelajaran Kimia Kelarutan dengan LC-5E Berkonteks SSI terhadap
Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA. Jurnal Pendidikan Sains, Vol. 4,
No. 4.
Oxtoby, David W., H. P. Gillis., & Norman, H. Nachtrieb. (2001). Prinsip-Prinsip
Kimia Modern Edisi Keempat Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Patmawati, Herti. (2011). Analisis Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada
Pembelajaran Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit dengan Metode
Praktikum. Jakarta: Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Permanasari., Buchari., & Sumar, Hendayana. (2010). Pengaruh Pembelajaran
Modified Problem Based Learning by Integrated Theory and Practical
75
Analytical Chemistry Terhadap Keterampilan Berpikir Kritis dan
Berkomunikasi Ilmiah. Jurnal Pengajaran MIPA, Volume 15, Nomor 2.
Praswidiarini, Dian., & Suyono. (2015). Penerapan Strategi Analogi yang
diperkuat dengan Praktikum untuk Meprevensi Miskonsepsi Siswa pada
Konsep Asam dan Basa. UNESA Journal of Chemical Education Vol. 4 No
3. pp 532-540.
Pratiwi, Yesi., Sri, Mulyani., & Ashadi. (2015). Upaya Peningkatan Prestasi
Belajar dan Interaksi Sosial Siswa dengan Menggunakan Metode
Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) Dilengkapi Media Peta
Konsep pada Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan Siswa Kelas XI
IPA SMA Batik 1 Surakarta Tahun Pelajaran 2013/2014. Jurnal Pendidikan
Kimia (JPK), Vol. 4 No.1.
Prayoga, Zumisa Nudia. (2013). Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada
Pembelajaran Materi Pengelolaan Lingkungan dengan Pendekatan
Keterampilan Proses Sains. Semarang: Skripsi Universitas Negeri
Semarang.
Purwanto, Ngalim. (2010). Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Pusparini, Septiwi Tri. (2017). Pengaruh Model Pembelajaran Problem Based
Learning Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Sistem
Koloid. Jakarta: Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Qolbi, Fatihatul., Kartimi., & Evi, Roviati. (2016). Penerapan Pembelajaran
Berbasis Sains Budaya Lokal Ngarot untuk Meningkatkan Keterampilan
Berpikir Kritis Siswa Pada Konsep Plantae. Jurnal Sains dan Pendidikan
Sains, Vol. 5, No. 2.
Rahmawati, Ika., Arif, Hidayat., & Sri, Rahayu (2016). Analisis Keterampilan
Berpikir Kritis Siswa SMP Pada Materi Gaya dan Penerapannya. Pros.
Semnas Pend. IPA Pascasarjana UM, Vol. 1.
Riadi, Edi. (2016). Statistik Penelitian (Analisis Manual dan IBM SPSS).
Yogyakarta: CV. Andi Offset.
Riduwan. (2015). Belajar Mudah Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Rohmah, Fadilla Ainur., & Tutut, Nurita. (2017). Keterampilan Berpikir Kritis
Siswa Pada Materi Getaran dan Gelombang. E-Jurnal Pensa, Volume 05,
Nomor 03.
Rosyida, Fatia., Siti, Zubaidah., & Susriyati, Mahanal. (2016). Memberdayakan
Keterampilan Berpikir Kritis dengan Model Pembelajaran Remap TmPS
(Reading Concept Map Timed Pair Share). Proceeding Biology Education
Conference (ISSN: 2528-5742), Vol. 13(1).
76
Ruggiero, Vincent Ryan. (2004). Beyond Feelings A Guide to Critical Thinking.
New York: McGraw-Hill Higher Education.
Sa’adah, Rif’atus., Eko, Setyadi Kurniawan., & Ashari. (2014). Upaya
Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dengan Penerapan Model
Pembelajaran Synectics pada Pembelajaran Fisika di SMA Negeri 6
Purworejo Tahun Pelajaran 2013/2014. Radiasi Vol. 5 No. 2.
Sani, Ridwan Abdullah. (2013). Inovasi Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Sastrika., Sadia., & Muderawan. (2013). Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis
Proyek Terhadap Pemahaman Konsep Kimia dan Keterampilan Berpikir
Kritis. E-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha,
Volume 3.
Sastrohamidjojo, Hardjuno. (2010). Kimia Dasar Edisi Ke-2. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press.
Setiawan, M. Agung., Dwi, Ari Budiretnani., & Budhi Utami. (2017). Pengaruh
Model Pembelajaran Problem Based Learning Dipadu Student Facilitator
and Explaining Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas X
SMAN 6 Kediri Pada Pokok Bahasan Fungi. Jurnal Florea Volume 4 No. 1.
Sholihah, Mar’atus., Siti, Zubaidah., & Susriyati, Mahanal. (2016). REMAP RT
(Reading Concept Map Reciprocal Teaching) untuk Meningkatkan
Keterampilan Berpikir Kritis Siswa. Proceeding Biology Education
Conference, Vol. 13.
Siregar, Sofyan. (2013). Statistik Parametrik untuk Penelitian Kuantitatif. Jakarta:
Bumi Aksara.
Soemardjo. (1992). Mengajar Berpikir. Jakarta: Erlangga.
Stiawan, Elva., Liliasari., & Ijang Rohman. (2014). Pengembangan Keterampilan
Berpikir Kritis Siswa SMA Pada Topik Teori Domain Elektron Melalui
Simulasi Interaktif Phet Molecule Shapes. Jurnal Pengajaran MIPA,
Volume 19, Nomor 2.
Subarkah, Cucu Zenab., & Ade, Winayah. (2015). Pengembangan Keterampilan
Berpikir Kritis Siswa Melalui Process Oriented Guided Inquiry Learning
(POGIL). Jurnal Pengajaran MIPA, Volume 20, Nomor 1.
Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung:
Alfabeta.
Suja, I Wayan. (2014). Penggunaan Analogi dalam Pembelajaran Kimia. Jurnal
Pendidikan Indonesia Vol. 3, No. 2.
Sujana, Atep. (2007). Konsep Dasar Kimia Untuk SD. Bandung: UPI Press.
77
Sukmadinata, Nana Syaodih., & Erliana, Syaodih. (2012). Kurikulum &
Pembelajaran Kompetensi. Bandung: PT. Refika Aditama.
Suryanata, I Gd., I Md, Suara., & I Km, Ngurah Wiyasa. (2013). Pengaruh Model
Pembelajaran Synectics Berbantuan Media Audio Visual Terhadap Hasil
Belajar IPS Kelas V SD Gugus II Kecamatan Karangasem.
Sutoyo. (1991). Edward De Bono Berpikir Lateral. Jakarta: Erlangga.
Suwarma, Dina Mayadiana. (2009). Suatu Alternatif Pembelajaran untuk
Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematika. Jakarta: Cakrawala
Maha Karya.
Sya’bani, Dewi Munawwarah., & Yulia, Puspita. (2013). Implementasi Model
Synectics dalam Pembelajaran Ilustrasi Berbasis Internalisasi Nilai-Nilai
Kearifan Lokal. ISSN 1412-565 X.
Trihendradi, C. (2010). Step by Step SPSS 18 Analisis Data Statistik. Yogyakarta:
CV. Andi.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003. Sistem Pendidikan
Nasional Bab II Pasal 3. Jakarta: Penulis.
Utami, Dea Annisa., Taufik, Ramlan Ramalis., & Duden, Saepuzaman. (2016).
Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Abduktif untuk Meningkatkan
Keterampilan Berpikir Kritis dan Penguasaan Konsep Siswa Pada Materi
Dinamika. JPPI, Vol. 2, No. 2.
Zen, Zelhendri., & Ahmad Johari Sihes. (2014). Model Pembelajaran Sinektik
dalam Meningkatkan Kreativiti Siswa Pada Mata Kuliah Kewirausahaan di
Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan.
Zulfiani., Tonih, Feronika., & Kinkin, Suartini. (2009). Strategi Pembelajaran
Sains. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta.
Zulhelmi., Adlim., & Mahidin. (2017). Pengaruh Media Pembelajaran Interaktif
Terhadap Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa. Jurnal
Pendidikan Sains Indonesia, Vol. 5, No. 1.
78
LAMPIRAN-LAMPIRAN
79
Lampiran 1
Analisis KD dan indikator pembelajaran
Mata Pelajaran : Kimia
Kelas/Semester : XI/Genap
Tahun Ajaran : 2016/2017
Kompetensi
Dasar
Indikator
Pembelajaran
Materi
Pembelajaran
Tahapan
Synectics
Aspek KBK Aktivitas
Pembelajaran
Instrumen
4.10 Mengajukan
ide/gagasan
tentang
penggunaan
indikator yang
tepat untuk
menentukan
keasaman
asam/basa atau
titrasi asam/basa
4.10.1 Mengemuka-
kan ide/gagasan
tentang penggunaan
indikator yang tepat
untuk menentukan
keasaman asam/basa
atau titrasi asam/basa
Indikator asam
basa
(1) Masukan
substantif
Memberi
penjelasan
sederhana
Membangun
Keterampilan
Dasar
Guru membagikan LKS
dan memberikan
informasi berkenaan
dengan topik baru
dengan cara
menginstruksikan siswa
untuk praktikum
mengetahui sifat
larutan asam atau basa
dengan menggunakan
indikator asam basa,
yaitu kertas lakmus, pH
universal, dan indikator
fenolftalein. Siswa
melakukan praktikum
LKS dan
Essay
80
Kompetensi
Dasar
Indikator
Pembelajaran
Materi
Pembelajaran
Tahapan
Synectics
Aspek KBK Aktivitas
Pembelajaran
Instrumen
lalu melaporkan hasil
observasi, memberi
penjelasan sederhana,
mengemukakan alasan,
dan mengidentifikasi
kesimpulan mengenai
sifat larutan
menggunakan indikator
asam basa
3.10 Menganalisis
sifat larutan
berdasarkan
konsep asam basa
dan/atau pH
larutan
3.10.1 Menganalisis
sifat larutan
berdasarkan konsep
asam basa dan/atau
pH larutan
Konsep asam
basa
(4) Analogi
pembanding
Memberi
penjelasan
sederhana
Siswa menjelaskan
analogi dengan bahasa
sendiri dan memberi
penjelasan sederhana
mengenai sifat larutan
(5) Eksplorasi Mengatur
strategi dan
taktik
Siswa berdiskusi
mengenai konsep asam
basa, menulis hasil
diskusi di LKS dan
mempresentasikan hasil
kerjanya di depan kelas
pada masing-masing
kelompok
3.10.2 Menentukan
sifat larutan
berdasarkan konsep
asam basa dan/atau
(2) Analogi
langsung
Memberi
penjelasan
sederhana
Siswa melakukan
aktivitas analogi
konsep asam basa
dengan permainan, lalu
81
Kompetensi
Dasar
Indikator
Pembelajaran
Materi
Pembelajaran
Tahapan
Synectics
Aspek KBK Aktivitas
Pembelajaran
Instrumen
pH larutan menganalisis argumen
dengan cara mencari
persamaan dan
perbedaan dari analogi
itu
(3) Analogi
personal
Membangun
Keterampilan
Dasar
Siswa membuat analogi
mengenai dirinya
sendiri lalu
mengemukakan alasan
bagaimana dirinya bisa
seperti apa yang
dianalogikan mengenai
konsep asam basa
(6) Analogi
pengembang-
an
Memberi
penjelasan
sederhana
Siswa mengembangkan
analogi dengan cara
menyebutkan contoh
lain mengenai konsep
asam basa
82
Lampiran 2
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
Kelas Eksperimen
Nama Sekolah : SMA Negeri 6 Tangerang
Mata Pelajaran : Kimia
Kelas/Semester : XI MIPA 4/2 (Genap)
Materi Pokok : Asam Basa
Alokasi Waktu : 2 x 45 menit
Pertemuan Ke- : 1
A. Kompetensi Inti
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai),
santun, responsif dan proaktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam
berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam
pergaulan dunia.
3. Memahami, menerapkan, menganalisis dan mengevaluasi pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif
berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan
kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan
pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya
di sekolah secara mandiri serta bertindak secara efektif dan kreatif, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
83
B. Kompetensi Dasar (KD)
4.10 Mengajukan ide/gagasan tentang penggunaan indikator yang tepat untuk menentukan keasaman asam/basa atau titrasi
asam/basa
3.10 Menganalisis sifat larutan berdasarkan konsep asam basa dan/atau pH larutan
C. Indikator Pembelajaran
4.10.1 Mengemukakan ide/gagasan tentang penggunaan indikator yang tepat untuk menentukan keasaman asam/basa atau titrasi
asam/basa
3.10.1 Menganalisis sifat larutan berdasarkan konsep asam basa dan/atau pH larutan
D. Tujuan Pembelajaran
1. Siswa dapat mengemukakan ide/gagasan tentang penggunaan indikator yang tepat untuk menentukan keasaman asam/basa
atau titrasi asam/basa
2. Siswa dapat menganalisis sifat larutan berdasarkan konsep asam basa dan/atau pH larutan
E. Materi Pembelajaran
1. Indikator asam basa
2. Perkembangan konsep asam basa (teori asam basa Arrhenius, Bronsted-Lowry)
F. Pendekatan, Metode Pembelajaran, dan Model Pembelajaran
Pendekatan Pembelajaran : Pendekatan Proses
Metode Pembelajaran : Metode Diskusi dan Eksperimen
Model Pembelajaran : Model Synectics
84
G. Media, Alat dan Sumber Pembelajaran
Media: LCD, PPT, LKS, Papan tulis
Alat dan Bahan
Alat: Gelas kimia, pipet tetes, plat tetes, batang pengaduk, gelas ukur, kertas lakmus, kertas indikator universal, indikator
fenolftalein (pp)
Bahan: air jeruk, cuka makan, larutan saus tomat, sabun mandi, pasta gigi, obat maag, air aki, air mineral
Sumber Pembelajaran
Sentot Budi Rahardjo. 2014. Kimia Berbasis Eksperimen. Solo: PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri
Buku-buku universitas (Keenan, Chang, Oxtoby)
Internet: www.chemistry.org
H. Langkah-langkah pembelajaran
Tahapan Kegiatan pembelajaran Indikator KBK Alokasi waktu
Guru Siswa
Kegiatan awal Pretest (15 Mei 2017) 90 menit
Guru mengkondisikan
kelas (berdo’a dan
memberi salam)
Siswa tertib berdo’a dan
menjawab salam
15 menit
Guru mengabsen siswa Siswa menunjukkan
kehadirannya
85
Tahapan Kegiatan pembelajaran Indikator KBK Alokasi waktu
Guru Siswa
Guru memberikan tujuan
pembelajaran
Siswa mencatat tujuan
pembelajaran
Guru memberikan motivasi
pembelajaran
Siswa mendengarkan
motivasi dari guru
Kegiatan inti 1. Masukan substantif
- Guru membagikan
LKS
- Guru memberikan
informasi berkenaan
dengan topik baru
dengan cara
menginstruksikan
siswa untuk praktikum
mengetahui sifat
larutan asam atau basa
dengan menggunakan
indikator asam basa,
yaitu kertas lakmus,
pH universal, dan
indikator fenolftalein
- Guru memberikan
kesempatan kepada
siswa untuk bertanya
tentang topik baru,
yaitu asam basa
1. Masukan substantif
- Siswa menerima LKS
dari guru
- Siswa melakukan
praktikum mengetahui
sifat larutan asam atau
basa dengan
menggunakan indikator
asam basa, yaitu kertas
lakmus, pH universal,
dan indikator fenolftalein
- Siswa diberi kesempatan
bertanya tentang topik
baru
- Melaporkan hasil
observasi,
Memberi
penjelasan
sederhana,
Mengemukakan
alasan,
Mengidentifikasi
kesimpulan,
- Mengidentifikasi
pertanyaan
60 menit
86
Tahapan Kegiatan pembelajaran Indikator KBK Alokasi waktu
Guru Siswa
2. Analogi langsung
- Guru memberikan
permainan serah
terima bola dengan 2
orang siswa yang
dianalogikan dengan
konsep asam basa
Bronsted-Lowry yaitu
tentang mendonorkan
dan menerima proton
3. Analogi personal
- Guru meminta siswa
memberi alasan
tentang diri siswa
yang dianalogikan
sebagai sebuah teori
asam basa yang saling
melengkapi
4. Analogi pembanding
- Guru meminta siswa
menjelaskan kesamaan
dan perbedaan antara
konsep asam basa
Bronsted-Lowry
2. Analogi langsung
- Siswa melakukan analogi
berkenaan dengan diri
sendiri yang
dianalogikan siswa A
menjadi asam dan siswa
B menjadi basa dengan
konsep asam basa
Bronsted-Lowry
3. Analogi personal
- Siswa memberi alasan
tentang diri sendiri yang
dianalogikan sebagai
sebuah teori asam basa
yang saling melengkapi
4. Analogi pembanding
- Siswa menjelaskan
kesamaan dan perbedaan
antara konsep asam basa
Bronsted-Lowry dengan
analogi permainan serah
- Mencari
persamaan dan
perbedaan
- Mengemukakan
alasan
- Memberi
penjelasan
sederhana
87
Tahapan Kegiatan pembelajaran Indikator KBK Alokasi waktu
Guru Siswa
dengan analogi
permainan serah
terima bola dengan 2
orang siswa
5. Eksplorasi
- Guru meminta siswa
berdiskusi dengan
kelompok dan menulis
hasil diskusi
- Guru meminta siswa
menjelaskan kembali
topik semula dengan
bahasa sendiri dengan
cara presentasi
6. Analogi
pengembangan
- Guru meminta siswa
melakukan analogi
pengembangan,
dengan mencari
contoh analogi yang
lain untuk konsep
asam basa
terima bola dengan 2
orang siswa
5. Eksplorasi
- Siswa berdiskusi dengan
kelompok dan menulis
hasil diskusi
- Siswa menjelaskan
kembali topik semula
dengan bahasa sendiri
dengan cara presentasi
6. Analogi pengembangan
- Siswa melakukan analogi
pengembangan, dengan
mencari contoh analogi
yang lain untuk konsep
asam basa
- Menentukan
tindakan sementara
- Mengemukakan
kembali
(presentasi)
- Menyebutkan
contoh
88
Tahapan Kegiatan pembelajaran Indikator KBK Alokasi waktu
Guru Siswa
Kegiatan penutup Guru memberikan
penguatan materi
mengenai asam basa
Siswa menyimak penjelasan
dari guru
15 menit
Guru meminta siswa
mengumpulkan LKS
Siswa mengumpulkan LKS
Guru meminta siswa
mempelajari materi
selanjutnya di rumah
Siswa melaksanakan perintah
guru
Guru menutup
pembelajaran, berdoa’a
dan mengucapkan salam
Siswa berdo’a dan
memberikan salam
I. Penilaian
1. Teknik instrumen : Tertulis
2. Bentuk instrumen : Essay, LKS, dan Lembar observasi
3. Instrumen : Terlampir
89
90
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
Kelas Eksperimen
Nama Sekolah : SMA Negeri 6 Tangerang
Mata Pelajaran : Kimia
Kelas/Semester : XI MIPA 4/2 (Genap)
Materi Pokok : Asam Basa
Alokasi Waktu : 2 x 45 menit
Pertemuan Ke- : 2
A. Kompetensi Inti
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai),
santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam
berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam
pergaulan dunia.
3. Memahami, menerapkan, menganalisis dan mengevaluasi pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif
berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan
kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan
pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya
di sekolah secara mandiri serta bertindak secara efektif dan kreatif, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
91
B. Kompetensi Dasar (KD)
3.10 Menganalisis sifat larutan berdasarkan konsep asam basa dan/atau pH larutan
C. Indikator Pembelajaran
3.10.2 Menentukan sifat larutan berdasarkan konsep asam basa dan/atau pH larutan
D. Tujuan Pembelajaran
Siswa dapat menentukan sifat larutan berdasarkan konsep asam basa dan/atau pH larutan
E. Materi Pembelajaran
1. Perkembangan konsep asam basa (Lewis)
2. Konsep pH
F. Metode Pembelajaran dan Model Pembelajaran
Metode Pembelajaran : Diskusi
Model Pembelajaran : Model Synectics
G. Media dan Sumber Pembelajaran
Media: LCD, PPT, LKS, Papan tulis
Sumber Pembelajaran
Sentot Budi Rahardjo. 2014. Kimia Berbasis Eksperimen. Solo: PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri
92
Buku-buku universitas (Keenan, Chang, Oxtoby)
Internet: www.chemistry.org
H. Langkah-langkah Pembelajaran
Tahapan Kegiatan pembelajaran Indikator KBK Alokasi waktu
Guru Siswa
Kegiatan awal Guru mengkondisikan
kelas (berdo’a dan
memberi salam)
Siswa tertib berdo’a dan
menjawab salam
15 menit
Guru mengabsen siswa Siswa menunjukkan
kehadirannya
Guru memberikan tujuan
pembelajaran
Siswa mencatat tujuan
pembelajaran
Guru memberikan motivasi
pembelajaran
Siswa mendengarkan
motivasi dari guru
Kegiatan inti 1. Masukan substantif
- Guru membagikan
LKS
- Guru memberikan
informasi berkenaan
dengan topik baru
dengan cara
menginstruksikan
siswa untuk membaca
LKS dan buku kimia
1. Masukan substantif
- Siswa menerima LKS
dari guru
- Siswa membaca LKS dan
buku kimia
60 menit
93
Tahapan Kegiatan pembelajaran Indikator KBK Alokasi waktu
Guru Siswa
tentang konsep asam
basa dan pH larutan
- Guru memberikan
kesempatan kepada
siswa untuk bertanya
tentang topik baru,
yaitu asam basa
2. Analogi langsung
- Guru memberikan
analogi permainan
tolong menolong
antara 2 orang siswa.
Siswa A bertindak
sebagai asam dan
siswa B bertindak
sebagai basa dengan
konsep asam basa
Lewis
3. Analogi personal
- Guru meminta siswa
mengemukakan
kembali tentang diri
siswa yang
dianalogikan sebagai
- Siswa diberi kesempatan
bertanya tentang topik
baru
2. Analogi langsung
- Siswa melakukan analogi
permainan tolong
menolong. Siswa A
bertindak sebagai basa
dan siswa B bertindak
sebagai asam dengan
konsep asam basa Lewis
3. Analogi personal
- Siswa mengemukakan
kembali tentang diri
siswa yang dianalogikan
sebagai sebuah spesi
kimia yang memberikan
- Mengidentifikasi
pertanyaan
- Mencari
persamaan dan
perbedaan
- Mengemukakan
alasan
94
Tahapan Kegiatan pembelajaran Indikator KBK Alokasi waktu
Guru Siswa
sebuah spesi kimia
yang memberikan
sepasang elektron
4. Analogi pembanding
- Guru meminta siswa
menjelaskan kesamaan
dan perbedaan antara
konsep asam basa
Lewis dengan analogi
permainan tolong
menolong antara 2
orang siswa
5. Eksplorasi
- Guru meminta siswa
berdiskusi dengan
kelompok dan menulis
hasil diskusi
- Guru meminta siswa
menjelaskan kembali
topik semula dengan
bahasa sendiri dengan
cara presentasi
sepasang elektron
4. Analogi pembanding
- Siswa menjelaskan
kesamaan dan perbedaan
antara konsep asam basa
Lewis dengan analogi
permainan tolong
menolong antara 2 orang
siswa
5. Eksplorasi
- Siswa berdiskusi dengan
kelompok dan menulis
hasil diskusi
- Siswa menjelaskan
kembali topik semula
dengan bahasa sendiri
dengan cara presentasi
- Memberi
penjelasan
sederhana
- Menentukan
tindakan sementara
- Mengemukakan
kembali
(presentasi)
95
Tahapan Kegiatan pembelajaran Indikator KBK Alokasi waktu
Guru Siswa
6. Analogi
pengembangan
- Guru meminta siswa
melakukan analogi
pengembangan,
dengan mencari
contoh analogi yang
lain untuk konsep
asam basa
6. Analogi pengembangan
- Siswa melakukan analogi
pengembangan, dengan
mencari contoh analogi
yang lain untuk konsep
asam basa
- Menyebutkan
contoh
Kegiatan penutup Guru memberikan
penguatan materi
mengenai asam basa
Siswa menyimak penjelasan
dari guru
15 menit
Guru meminta siswa
mengumpulkan LKS
Siswa mengumpulkan LKS
Guru menutup
pembelajaran, berdoa’a
dan mengucapkan salam
Siswa berdo’a dan
memberikan salam
Posttest (17 Mei 2017) 90 menit
96
I. Penilaian
1. Teknik instrumen : Tertulis
2. Bentuk instrumen : Essay, LKS, dan Lembar observasi
3. Instrumen : Terlampir
97
98
Lampiran 3
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
Kelas Kontrol
Nama Sekolah : SMA Negeri 6 Tangerang
Mata Pelajaran : Kimia
Kelas/Semester : XI MIPA 5/2 (Genap)
Materi Pokok : Asam Basa
Alokasi Waktu : 2 x 45 menit
Pertemuan Ke- : 1
A. Kompetensi Inti
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai),
santun, responsif dan proaktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam
berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam
pergaulan dunia.
3. Memahami, menerapkan, menganalisis dan mengevaluasi pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif
berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan
kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan
pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya
di sekolah secara mandiri serta bertindak secara efektif dan kreatif, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
99
B. Kompetensi Dasar (KD)
4.10 Mengajukan ide/gagasan tentang penggunaan indikator yang tepat untuk menentukan keasaman asam/basa atau titrasi
asam/basa
3.10 Menganalisis sifat larutan berdasarkan konsep asam basa dan/atau pH larutan
C. Indikator Pembelajaran
4.10.1 Mengemukakan ide/gagasan tentang penggunaan indikator yang tepat untuk menentukan keasaman asam/basa atau titrasi
asam/basa
3.10.1 Menganalisis sifat larutan berdasarkan konsep asam basa dan/atau pH larutan
D. Tujuan Pembelajaran
1. Siswa dapat mengemukakan ide/gagasan tentang penggunaan indikator yang tepat untuk menentukan keasaman asam/basa
atau titrasi asam/basa
2. Siswa dapat menganalisis sifat larutan berdasarkan konsep asam basa dan/atau pH larutan
E. Materi Pembelajaran
1. Indikator asam basa
2. Perkembangan konsep asam basa (teori asam basa Arrhenius, Bronsted-Lowry)
F. Metode Pembelajaran
Metode Pembelajaran : Metode ceramah, Tanya jawab
100
G. Media dan Sumber Pembelajaran
Media: LCD, Papan tulis
Sumber Pembelajaran
Sentot Budi Rahardjo. 2014. Kimia Berbasis Eksperimen. Solo: PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri
Buku-buku universitas (Keenan, Chang, Oxtoby)
H. Langkah-langkah pembelajaran
Tahapan Kegiatan pembelajaran Alokasi waktu
Guru Siswa
Kegiatan awal Pretest (15 Mei 2017) 90 menit
Guru mengkondisikan
kelas (berdo’a dan
memberi salam)
Siswa tertib berdo’a dan menjawab salam 15 menit
Guru mengabsen siswa Siswa menunjukkan kehadirannya
Guru memberikan tujuan
pembelajaran
Siswa mencatat tujuan pembelajaran
Guru memberikan motivasi
pembelajaran
Siswa mendengarkan motivasi dari guru
Kegiatan inti
Guru memberikan video
tentang indikator asam
basa serta konsep asam
basa Arrhenius dan
Bronsted-Lowry
Siswa menyimak video yang diberikan oleh guru 60 menit
Guru mempersilahkan Siswa menanyakan hal-hal yang belum dimengerti
101
Tahapan Kegiatan pembelajaran Alokasi waktu
Guru Siswa
siswa untuk menanyakan
hal-hal yang belum
dimengerti
Guru menjelaskan
mengenai indikator asam
basa dan konsep asam basa
Arrhenius dan Bronsted-
Lowry
Siswa menulis poin-poin penjelasan dari guru
Guru memberikan contoh
soal
Siswa menjawab soal yang diberikan oleh guru
Guru meminta perwakilan
siswa untuk menjawab soal
di papan tulis
Perwakilan siswa maju ke depan untuk menjawab
soal
Kegiatan penutup Guru meminta siswa
mempelajari materi
selanjutnya di rumah
Siswa melaksanakan perintah guru 15 menit
Guru menutup
pembelajaran, berdoa’a
dan mengucapkan salam
Siswa berdo’a dan memberikan salam
I. Penilaian
1. Teknik instrumen : Tertulis
2. Bentuk instrumen : Essay
3. Instrumen : Terlampir
102
103
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
Kelas Kontrol
Nama Sekolah : SMA Negeri 6 Tangerang
Mata Pelajaran : Kimia
Kelas/Semester : XI MIPA 5/2 (Genap)
Materi Pokok : Asam Basa
Alokasi Waktu : 2 x 45 menit
Pertemuan Ke- : 2
A. Kompetensi Inti
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai),
santun, responsif dan proaktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam
berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam
pergaulan dunia.
3. Memahami, menerapkan, menganalisis dan mengevaluasi pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif
berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan
kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan
pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang
dipelajarinya di sekolah secara mandiri serta bertindak secara efektif dan kreatif, dan mampu menggunakan metoda sesuai
kaidah keilmuan.
104
B. Kompetensi Dasar (KD)
3.10 Menganalisis sifat larutan berdasarkan konsep asam basa dan/atau pH larutan
C. Indikator Pembelajaran
3.10.2 Menentukan sifat larutan berdasarkan konsep asam basa dan/atau pH larutan
D. Tujuan Pembelajaran
Siswa dapat menentukan sifat larutan berdasarkan konsep asam basa dan/atau pH larutan
E. Materi Pembelajaran
1. Perkembangan konsep asam basa (teori asam basa Lewis)
2. Konsep pH
F. Metode Pembelajaran
Metode Pembelajaran : Metode ceramah, Tanya jawab
G. Media dan Sumber Pembelajaran
Media: LCD, Papan tulis
Sumber Pembelajaran
Sentot Budi Rahardjo. 2014. Kimia Berbasis Eksperimen. Solo: PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri
Buku-buku universitas (Keenan, Chang, Oxtoby)
105
H. Langkah-langkah pembelajaran
Tahapan Kegiatan pembelajaran Alokasi waktu
Guru Siswa
Kegiatan awal Guru mengkondisikan
kelas (berdo’a dan
memberi salam)
Siswa tertib berdo’a dan menjawab salam 15 menit
Guru mengabsen siswa Siswa menunjukkan kehadirannya
Guru memberikan tujuan
pembelajaran
Siswa mencatat tujuan pembelajaran
Guru memberikan motivasi
pembelajaran
Siswa mendengarkan motivasi dari guru
Kegiatan inti
Guru memberikan video
tentang konsep asam basa
Lewis dan konsep pH
Siswa menyimak video yang diberikan oleh guru 60 menit
Guru mempersilahkan
siswa untuk menanyakan
hal-hal yang belum
dimengerti
Siswa menanyakan hal-hal yang belum dimengerti
Guru menjelaskan
mengenai konsep asam
basa Lewis dan konsep pH
Siswa menulis poin-poin penjelasan dari guru
Guru memberikan contoh
soal
Siswa menjawab soal yang diberikan oleh guru
Guru meminta perwakilan
siswa untuk menjawab soal
di papan tulis
Perwakilan siswa maju ke depan untuk menjawab
soal
106
Tahapan Kegiatan pembelajaran Alokasi waktu
Guru Siswa
Kegiatan penutup Guru meminta siswa
mempelajari materi
selanjutnya di rumah
Siswa melaksanakan perintah guru 15 menit
Guru menutup
pembelajaran, berdoa’a
dan mengucapkan salam
Siswa berdo’a dan memberikan salam
Posttest (19 Mei 2017) 90 menit
I. Penilaian
1. Teknik instrumen : Tertulis
2. Bentuk instrumen : Essay
3. Instrumen : Terlampir
107
108
Lampiran 4
LEMBAR VALIDASI UJI INSTRUMEN TES KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS KIMIA
(Asam Basa)
Mata pelajaran : Kimia
Kelas/Semester : XI/Genap
Alokasi waktu : 2 x 45 menit
Jumlah soal : 9 Nomor
Bentuk soal : Essay
Kompetensi Dasar : 3.10 Menganalisis sifat larutan berdasarkan konsep asam basa dan/atau pH larutan
4.10 Mengajukan gagasan tentang penggunaan indikator yang tepat untuk menentukan keasaman asam/basa
atau titrasi asam/basa
109
Indikator
Pembelajaran
Indikator
Soal
Soal
Kunci Jawaban
Indikator
Berpikir
Kritis
Sub-
Indikator
Berpikir
Kritis
Rubrik
Penilaian
Siswa
Skor
Kesesuaian
soal dengan
indikator
pembelajaran,
indikator soal,
dan indikator
berpikir kritis
Saran
Ya Tidak 3.10.1
Menganalisis
sifat larutan
berdasarkan
konsep asam
basa dan/atau
pH larutan
Disajikan
informasi
tentang
sederetan
turunan
asam
asetat
yang atom
H
digantikan
dengan
atom Cl
beserta
nilai Ka
dari asam-
asam
tersebut.
Siswa
diminta
mengana-
lisis sifat-
sifat asam
dengan
bertambah
nya Cl
1. Asam asetat adalah asam lemah
Bronsted. Berikut ini adalah
sederetan tururnan asam asetat
dimana atom H pada gugus metil
digantikan oleh Cl. Dari tabel
berikut dapat dilihat bahwa
kekuatan sederetan asam tersebut
berbeda, tergantung banyaknya Cl di
dalam molekul.
Asam Ka
CH3COOH 1,8 x 10-5
ClCH2COOH 1,4 x 10-3
Cl2CHCOOH 3,3 x 10-2
Cl3CCOOH 2,0 x 10-1
Dari tabel tersebut, bagaimana sifat
asam-asam tersebut dengan
bertambahnya Cl dalam molekul?
Bila anda mempunyai keempat
larutan asam-asam tersebut dengan
molaritas yang sama, manakah yang
pH-nya paling besar?
Diketahui 1. Sederetan turunan asam
asetat yang atom H
digantikan oleh atom Cl
2. Sederetan asam-asam tersebut
mempunyai molaritas yang
sama
Menganalisis
argumen
Mengidenti-
fikasi kalimat -
kalimat
pernyataan
Tidak dapat
mengidenti-fikasi
kalimat-
kalimat pernyataan
0
Dapat
mengidenti-fikasi
kalimat-
kalimat pernyataan,
namun tidak
tepat
1
Dapat mengidenti-
fikasi
kalimat-kalimat
pernyataan,
namun kurang tepat
2
Dapat
mengidenti-fikasi 1 poin
kalimat
pernyataan dengan tepat
3
Dapat
mengidenti-fikasi 2 poin
kalimat-
4
110
Indikator
Pembelajaran
Indikator
Soal
Soal
Kunci Jawaban
Indikator
Berpikir
Kritis
Sub-
Indikator
Berpikir
Kritis
Rubrik
Penilaian
Siswa
Skor
Kesesuaian
soal dengan
indikator
pembelajaran,
indikator soal,
dan indikator
berpikir kritis
Saran
Ya Tidak
dalam
molekul
dan
mengana-
lisis pH
asam yang
paling
besar
kalimat
pernyataan dengan tepat
Ditanya 1. Bagaimana sifat asam-asam
tersebut dengan
bertambahnya Cl dalam
molekul?
2. Manakah yang pH-nya paling
besar?
Memfokus-
kan pertanyaan
Mengidenti-
fikasi pertanyaan
Tidak dapat
mengidenti-fikasi
pertanyaan
0
Dapat
mengidenti-fikasi
pertanyaan,
namun tidak
tepat
1
Dapat
mengidenti-fikasi
pertanyaan,
namun kurang tepat
2
Dapat
mengidenti-
fikasi 1 poin pertanyaan
dengan tepat
3
Dapat mengidenti-
fikasi 2 poin
pertanyaan dengan tepat
4
Jawab
1. Seiring dengan meningkatnya
Menganalisis
argumen
Mengidenti-
fikasi kesimpulan
Tidak dapat
mengidenti-fikasi
0
111
Indikator
Pembelajaran
Indikator
Soal
Soal
Kunci Jawaban
Indikator
Berpikir
Kritis
Sub-
Indikator
Berpikir
Kritis
Rubrik
Penilaian
Siswa
Skor
Kesesuaian
soal dengan
indikator
pembelajaran,
indikator soal,
dan indikator
berpikir kritis
Saran
Ya Tidak
atom H yang digantikan
dengan atom Cl, maka
asamnya akan semakin kuat
(Ka semakin besar).
Kekuatan asam ditentukan
oleh stabilitas basa
konjugasinya. Dalam kasus
ini, basa konjugasi asam
asetat adalah CH3COO-. Basa
konjugasi mempunyai satu
elektron berlebih. Jadi
stabilitasnya tergantung pada
bagaimana ion dapat bertahan
dengan muatan negatif.
Penggantian H dengan Cl,
yang lebih besar dan lebih
elektronegatif dari H, maka
akan dapat menstabilkan
muatan negatif pada basa
konjugasinya. Jadi, bila Cl
meningkat maka asamnya
makin kuat
2. pH larutan yang terbesar
adalah larutan CH3COOH,
karena nilai Ka-nya paling
kecil (1,8 x 10-5
)
kesimpulan
Dapat
mengidenti-fikasi
kesimpulan, namun tidak
tepat
1
Dapat
mengidenti-fikasi
kesimpulan,
namun
kurang tepat
2
Dapat
mengidenti-fikasi 1 poin
kesimpulan
dengan tepat
3
Dapat mengidenti-
fikasi 2 poin
kesimpulan dengan tepat
4
112
Indikator
Pembelajaran
Indikator
Soal
Soal
Kunci Jawaban
Indikator
Berpikir
Kritis
Sub-
Indikator
Berpikir
Kritis
Rubrik
Penilaian
Siswa
Skor
Kesesuaian
soal dengan
indikator
pembelajaran,
indikator soal,
dan indikator
berpikir kritis
Saran
Ya Tidak 3.10.1
Menganalisis
sifat larutan
berdasarkan
konsep asam
basa dan/atau
pH larutan
Disajikan
informasi
tentang
tiga
contoh
asam yang
mengan-
dung
oksigen,
yaitu
HXO,
HXO2,
dan
HXO3.
Siswa
diminta
mengana-
lisis sifat
asam yang
paling
kuat dari
ketiga
asam
tersebut
2. Seiring dengan bertambahnya atom
oksigen dalam setiap deret asam
yang mengandung oksigen, seperti
HXO, HXO2, HXO3, dan
seterusnya. Bagaimana kekuatan
asamnya? Manakah asam yang
paling kuat?
Diketahui 1. Suatu asam bisa bertambah
atom oksigen dalam deretnya
2. Terdapat asam yang
mengandung atom oksigen,
yaitu HXO, HXO2, HXO3
Menganalisis
argumen
Mengidenti-
fikasi kalimat -
kalimat
pernyataan
Tidak dapat
mengidenti-fikasi
kalimat-
kalimat pernyataan
0
Dapat
mengidenti-fikasi
kalimat-
kalimat pernyataan,
namun tidak
tepat
1
Dapat mengidenti-
fikasi
kalimat-kalimat
pernyataan,
namun kurang tepat
2
Dapat
mengidenti-fikasi 1 poin
kalimat
pernyataan dengan tepat
3
Dapat
mengidenti-fikasi 2 poin
kalimat
4
113
Indikator
Pembelajaran
Indikator
Soal
Soal
Kunci Jawaban
Indikator
Berpikir
Kritis
Sub-
Indikator
Berpikir
Kritis
Rubrik
Penilaian
Siswa
Skor
Kesesuaian
soal dengan
indikator
pembelajaran,
indikator soal,
dan indikator
berpikir kritis
Saran
Ya Tidak pernyataan
dengan tepat
Ditanya 1. Bagaimana kekuatan
asamnya?
2. Manakah asam yang paling
kuat?
Memfokus-kan
pertanyaan
Mengidenti-fikasi
pertanyaan
Tidak dapat mengidenti-
fikasi pertanyaan
0
Dapat
mengidenti-
fikasi pertanyaan,
namun tidak
tepat
1
Dapat
mengidenti-
fikasi pertanyaan,
namun
kurang tepat
2
Dapat mengidenti-
fikasi 1 poin
pertanyaan dengan tepat
3
Dapat
mengidenti-fikasi 2 poin
pertanyaan
dengan tepat
4
Jawab
1. Yang dijadikan perbandingan
adalah jumlah atom O pada
Menganalisis argumen
Mengidenti-fikasi
kesimpulan
Tidak dapat mengidenti-
fikasi kesimpulan
0
114
Indikator
Pembelajaran
Indikator
Soal
Soal
Kunci Jawaban
Indikator
Berpikir
Kritis
Sub-
Indikator
Berpikir
Kritis
Rubrik
Penilaian
Siswa
Skor
Kesesuaian
soal dengan
indikator
pembelajaran,
indikator soal,
dan indikator
berpikir kritis
Saran
Ya Tidak asam tersebut. Semakin
banyak jumlah atom O pada
asam okso maka kekuatan
asamnya akan semakin
meningkat. Karena dengan
meningkatnya jumlah atom O
pada asam okso akan
menjadikan basa konjugatnya
akan semakin stabil. Dengan
stabilnya basa konjugat ini
maka asam semakin kuat
karena ion H+ jumlahnya
tetap
2. Asam yang paling kuat
adalah HXO3
Dapat
mengidenti-fikasi
kesimpulan,
namun tidak tepat
1
Dapat
mengidenti-fikasi
kesimpulan,
namun kurang tepat
2
Dapat
mengidenti-
fikasi 1 poin kesimpulan
dengan tepat
3
Dapat mengidenti-
fikasi 2 poin
kesimpulan dengan tepat
4
3.10.1
Menganalisis
sifat larutan
berdasarkan
konsep asam
basa dan/atau
pH larutan
Disajikan
informasi
tentang
data air
yang
ditemukan
di rumah
3. Ani melakukan studi kasus beberapa
air yang dia temukan di rumah dan
pabrik. Ani mendapatkan data
informasi sebagai berikut. Sumber air Ciri-ciri
Air sumur Tidak dapat untuk
mencuci pakaian dan
Diketahui
1. Air sumur tidak dapat
mencuci pakaian dan perabot
dapur
2. Air mineral di rumah untuk
dikonsumsi, tidak berasa dan
tidak berbau
Menganalisis
argumen
Mengidenti-
fikasi kalimat -
kalimat
pernyataan
Tidak dapat
mengidenti-fikasi
kalimat-
kalimat pernyataan
0
Dapat
mengidenti-fikasi
1
115
Indikator
Pembelajaran
Indikator
Soal
Soal
Kunci Jawaban
Indikator
Berpikir
Kritis
Sub-
Indikator
Berpikir
Kritis
Rubrik
Penilaian
Siswa
Skor
Kesesuaian
soal dengan
indikator
pembelajaran,
indikator soal,
dan indikator
berpikir kritis
Saran
Ya Tidak dan
pabrik.
Siswa
diminta
mengana-
lisis sifat
air
berdasar-
kan ciri-
ciri air
perabot dapur
Air mineral di rumah
Untuk dikonsumsi, tidak berasa dan tidak berbau
Air limbah
pabrik
Dapat mengemulsi
minyak
Berdasarkan data air tersebut,
tentukanlah sifat dari sumber air
tersebut?
3. Air limbah di pabrik dapat
mengemulsi minyak
kalimat-
kalimat pernyataan,
namun tidak
tepat
Dapat
mengidenti-
fikasi 1 poin kalimat
pernyataan
dengan tepat
2
Dapat
mengidenti-
fikasi 2 poin
kalimat-kalimat
pernyataan
dengan tepat
3
Dapat
mengidenti-
fikasi 3 poin kalimat-
kalimat
pernyataan dengan tepat
4
Ditanya
1. Tentukanlah sifat air sumur?
2. Tentukanlah sifat air mineral?
3. Tentukanlah sifat air limbah?
Memfokus-
kan
pertanyaan
Mengidenti-
fikasi
pertanyaan
Tidak dapat
mengidenti-
fikasi pertanyaan
0
Dapat
mengidenti-fikasi
1
116
Indikator
Pembelajaran
Indikator
Soal
Soal
Kunci Jawaban
Indikator
Berpikir
Kritis
Sub-
Indikator
Berpikir
Kritis
Rubrik
Penilaian
Siswa
Skor
Kesesuaian
soal dengan
indikator
pembelajaran,
indikator soal,
dan indikator
berpikir kritis
Saran
Ya Tidak
pertanyaan,
namun tidak tepat
Dapat
mengidenti-fikasi 1 poin
pertanyaan
dengan tepat
2
Dapat mengidenti-
fikasi 2 poin
pertanyaan
dengan tepat
3
Dapat
mengidenti-fikasi 3 poin
pertanyaan
dengan tepat
4
Jawab
1. Air sumur mempunyai ciri-
ciri tidak dapat dipakai untuk
mencuci pakaian dan perabot
dapur. Air atau larutan yang
tidak dapat dipakai untuk
mencuci, berarti air tersebut
sudah tidak bersifat netral.
Air sumur bersifat asam
karena airnya sudah tercemar
bahan-bahan yang bersifat
Menganalisis argumen
Mengidenti-fikasi
kesimpulan
Tidak dapat mengidenti-
fikasi
kesimpulan
0
Dapat
mengidenti-
fikasi kesimpulan,
namun tidak
tepat
1
Dapat mengidenti-
fikasi 1 poin kesimpulan
2
117
Indikator
Pembelajaran
Indikator
Soal
Soal
Kunci Jawaban
Indikator
Berpikir
Kritis
Sub-
Indikator
Berpikir
Kritis
Rubrik
Penilaian
Siswa
Skor
Kesesuaian
soal dengan
indikator
pembelajaran,
indikator soal,
dan indikator
berpikir kritis
Saran
Ya Tidak asam sehingga menyebabkan
berbahaya jika dipakai untuk
mencuci.
2. Air mineral di rumah untuk
dikonsumsi, tidak berasa dan
tidak berbau. Air yang
bersifat netral memang aman
untuk dikonsumsi, tidak ada
rasa asam atau pahit, dan
tidak memiliki bau yang
menyengat seperti bau logam.
Jadi, air mineral di rumah
bersifat netral
3. Air limbah pabrik dapat
mengemulsi minyak, artinya
air limbah pabrik sudah
bercampur oleh minyak yang
membentuk emulsi cair
antara air dengan minyak.
Jadi, air limbah pabrik
bersifat basa
dengan tepat
Dapat
mengidenti-fikasi 2 poin
kesimpulan dengan tepat
3
Dapat
mengidenti-
fikasi 3 poin kesimpulan
dengan tepat
4
3.10.2
Menentukan
sifat larutan
berdasarkan
Disajikan
informasi
tentang
reaksi
4. Anilin (C6H5NH2) adalah suatu
senyawa organik-nitrogen yang di
dalam air memberikan sifat basa.
Bila direaksikan dengan larutan
Diketahui
1. Kb anilin adalah 4,0 x 10-10
2. Molaritas larutan anilinium
klorida 0,080 M
Menganalisis
argumen
Mengidenti-
fikasi
kalimat-kalimat
pernyataan
Tidak dapat
mengidenti-
fikasi kalimat-
kalimat
0
118
Indikator
Pembelajaran
Indikator
Soal
Soal
Kunci Jawaban
Indikator
Berpikir
Kritis
Sub-
Indikator
Berpikir
Kritis
Rubrik
Penilaian
Siswa
Skor
Kesesuaian
soal dengan
indikator
pembelajaran,
indikator soal,
dan indikator
berpikir kritis
Saran
Ya Tidak konsep asam
basa dan/atau
pH larutan
anilin
dengan
larutan
HCl.
Siswa
diminta
menentu-
kan reaksi
anilin
dalam air,
menentu-
kan nilai
Ka ion
anilinium,
dan
menentu-
kan pH
larutan
anilinium
klorida
HCl, akan membentuk konjugasi
asamnya, ion anilinium, sesuai
reaksi:
C6H5NH2(aq) + HCl(aq)
C6H5N (aq) + Cl
-(aq)
Tuliskan reaksi asam basa C6H5NH2
dalam air? Bila Kb untuk anilin
adalah 4,0 x 10-10
, berapa nilai Ka
untuk ion anilinium? Berapa pH dari
larutan 0,080 M larutan anilinium
klorida?
pernyataan
Dapat
mengidenti-fikasi
kalimat-kalimat
pernyataan,
namun tidak tepat
1
Dapat
mengidenti-
fikasi
kalimat-
kalimat
pernyataan, namun
kurang tepat
2
Dapat mengidenti-
fikasi 1 poin
kalimat pernyataan
dengan tepat
3
Dapat
mengidenti-fikasi 2 poin
kalimat-
kalimat pernyataan
dengan tepat
4
Ditanya Memfokus-kan
Mengiden-tifikasi
Tidak dapat mengidenti-
0
119
Indikator
Pembelajaran
Indikator
Soal
Soal
Kunci Jawaban
Indikator
Berpikir
Kritis
Sub-
Indikator
Berpikir
Kritis
Rubrik
Penilaian
Siswa
Skor
Kesesuaian
soal dengan
indikator
pembelajaran,
indikator soal,
dan indikator
berpikir kritis
Saran
Ya Tidak 1. Tuliskan reaksi asam basa
C6H5NH2 dalam air?
2. Berapa nilai Ka untuk ion
anilinium?
3. Berapa pH dari larutan
anilinium klorida?
pertanyaan
pertanyaan
fikasi
pertanyaan
Dapat mengidenti-
fikasi pertanyaan,
namun tidak
tepat
1
Dapat mengidenti-
fikasi 1 poin
pertanyaan
dengan tepat
2
Dapat
mengidenti-fikasi 2poin
pertanyaan
dengan tepat
3
Dapat mengidenti-
fikasi 3 poin
pertanyaan dengan tepat
4
Jawab
1. C6H5NH2(aq) + H2O(l)
C6H5N (aq) + OH
-(aq)
2. Ka = Kw/Kb
Ka =
Ka = 2,5 x 10-5
Menentukan
suatu tindakan
Menentukan
tindakan sementara
Tidak dapat
menentukan tindakan
sementara
0
Dapat
menentukan tindakan
sementara, namun tidak
1
120
Indikator
Pembelajaran
Indikator
Soal
Soal
Kunci Jawaban
Indikator
Berpikir
Kritis
Sub-
Indikator
Berpikir
Kritis
Rubrik
Penilaian
Siswa
Skor
Kesesuaian
soal dengan
indikator
pembelajaran,
indikator soal,
dan indikator
berpikir kritis
Saran
Ya Tidak 3. [H
+] = √
[H+] = {(2,5 x 10
-5)
(0,080)}1/2
[H+] = 1,41 x 10
-3
pH = -log [H+]
pH = -log 1,41 x 10-3
pH = 3-log 1,41
pH = 2,84
tepat
Dapat
menentukan 1 poin
tindakan sementara
dengan tepat
2
Dapat
menentukan 2 poin
tindakan
sementara
dengan tepat
3
Dapat
menentukan 3 poin
tindakan
sementara dengan tepat
4
121
Indikator
Pembelajaran
Indikator
Soal
Soal
Kunci Jawaban
Indikator
Berpikir
Kritis
Sub-
Indikator
Berpikir
Kritis
Rubrik
Penilaian
Siswa
Skor
Kesesuaian
soal dengan
indikator
pembelajaran,
indikator soal,
dan indikator
berpikir kritis
Saran
Ya Tidak 3.10.2
Menentukan
sifat larutan
berdasarkan
konsep asam
basa dan/atau
pH larutan
Disajikan
informasi
tentang
proses
terjadinya
hujan
asam.
Siswa
diminta
menentu-
kan reaksi
yang
terjadi
dari
proses
hujan
asam dan
menentu-
kan pH
suatu
larutan
5. Air hujan yang normal bersifat
sedikit asam karena mengandung
gas karbondioksida yang terlarut.
Karbondioksida yang larut dalam air
membuat larutan bersifat asam
CO2(aq) + H2O(l)
H+(aq) + HC
(aq) Ka = 4,3 x 10-7
Dilain pihak, hujan asam adalah
problem utama dibanyak bagian
permukaan bumi. Hujan asam
mengandung sejumlah asam kuat
seperti H2SO4 dan HNO3. Asam-
asam ini terutama dihasilkan dari
pembakaran bahan fosil (batubara,
minyak bumi, dan gas alam) yang
mengandung sulfur. Pembakaran
tersebut menghasilkan sulfur
dioksida yang selanjutnya bereaksi
dengan oksigen di atmosfer
membentuk sulfur trioksida. Sulfur
trioksida larut dalam air dan
membentuk asam sulfat. Akibatnya,
keasaman air hujan meningkat yang
akan merusak pepohonan,
kehidupan air, korosi pada logam,
Diketahui 1. Sulfur dioksida bereaksi
dengan oksigen di atmosfer
membentuk sulfur trioksida.
Sulfur trioksida larut dalam
air membentuk asam sulfat
2. Konsentrasi H2SO4 4,0 x 10-4
M
3. Ka2 = 1,2 x 10-2
Menganalisis
argumen
Mengidenti-
fikasi kalimat -
kalimat
pernyataan
Tidak dapat
mengidenti-fikasi
kalimat-
kalimat pernyataan
0
Dapat
mengidenti-fikasi
kalimat-
kalimat pernyataan,
namun tidak
tepat
1
Dapat mengidenti-
fikasi 1 poin
kalimat pernyataan,
dengan tepat
2
Dapat mengidenti-
fikasi 2 poin
kalimat-kalimat
pernyataan
dengan tepat
3
Dapat mengidenti-
fikasi 3 poin kalimat-
kalimat
4
122
Indikator
Pembelajaran
Indikator
Soal
Soal
Kunci Jawaban
Indikator
Berpikir
Kritis
Sub-
Indikator
Berpikir
Kritis
Rubrik
Penilaian
Siswa
Skor
Kesesuaian
soal dengan
indikator
pembelajaran,
indikator soal,
dan indikator
berpikir kritis
Saran
Ya Tidak
dan mengikis batuan atau bangunan.
Tulislah reaksi-reaksi yang terjadi,
mulai dari sulfur membentuk sulfur
dioksida, sulfur trioksida, dan asam
sulfat! Bila pada awalnya SO2
dioksidasi menjadi SO3, maka
konsentrasi H2SO4 4,0 x 10-4
M,
hitunglah pH larutan H2SO4 (H2SO4,
Ka1sangat besar, dan terionisasi
sempurna, dan Ka2 = 1,2 x 10-2
)?
pernyataan
dengan tepat
Ditanya 1. Tulislah reaksi-reaksi yang
terjadi, mulai dari sulfur
membentuk sulfur dioksida,
sulfur trioksida, dan asam
sulfat!
2. Hitunglah pH larutan H2SO4?
Memfokus-kan
pertanyaan
Mengiden-tifikasi
pertanyaan
Tidak dapat mengidenti-
fikasi
pertanyaan
0
Dapat mengidenti-
fikasi
pertanyaan,
namun tidak
tepat
1
Dapat mengidenti-
fikasi
pertanyaan, namun
kurang tepat
2
Dapat
mengidenti-fikasi 1poin
pertanyaan
dengan tepat
3
Dapat
mengidenti-
fikasi 2 poin pertanyaan
dengan tepat
4
Jawab Menentukan
suatu
Menentukan
tindakan
Tidak dapat
menentukan
0
123
Indikator
Pembelajaran
Indikator
Soal
Soal
Kunci Jawaban
Indikator
Berpikir
Kritis
Sub-
Indikator
Berpikir
Kritis
Rubrik
Penilaian
Siswa
Skor
Kesesuaian
soal dengan
indikator
pembelajaran,
indikator soal,
dan indikator
berpikir kritis
Saran
Ya Tidak
1. S(dari bahan bakar fosil) +
O2(g) SO2(g)
2SO2(g) + O2(g) 2SO3(g)
SO3(g) + H2O(air hujan)
H2SO4(aq)
2. Karena konsentrasi rendah
dan Ka2 > 10-4
, maka
digunakan persamaan
kuadrat.
H2SO4(aq) + H2O(l) HS (aq)
+ H3O+(
aq) (dianggap sempurna)
HS (aq) + H2O(l) S
(aq) +
H3O+(aq) Ka = 1,2 x 10
-2
Maka harus dihitung hasil H+
dari ionisasi kedua:
1,2 x 10-2
= [H+] [S
]/
[ HS ]
[H+] [S ] [HS
]
awal 4,0 x 10-4
0 4,0 x 10-4
Pergese-
ran
+ x + x -x
tindakan sementara tindakan
sementara
Dapat menentukan
tindakan sementara,
namun tidak
tepat
1
Dapat menentukan
tindakan
sementara,
namun
kurang tepat
2
Dapat menentukan
1 poin
tindakan sementara
dengan tepat
3
Dapat
menentukan 2 poin
tindakan
sementara dengan tepat
4
124
Indikator
Pembelajaran
Indikator
Soal
Soal
Kunci Jawaban
Indikator
Berpikir
Kritis
Sub-
Indikator
Berpikir
Kritis
Rubrik
Penilaian
Siswa
Skor
Kesesuaian
soal dengan
indikator
pembelajaran,
indikator soal,
dan indikator
berpikir kritis
Saran
Ya Tidak Kesetim-
bangan
4,0 x
10-4
+ x
x 4,0 x
10-4
- x
1,2 x 10-2
= (4,0 x 10-4
+ x) x /
(4,0 x 10-4
– x)
x2 + (1,24 x 10
-2) x – (4,8 x 10
-6)
= 0
Dengan persamaan kuadrat,
diperoleh:
x = 0,00039
[H+] = 4,0 x 10
-4 + x =
0,00079
Jadi, pH = 3,1
3.10.2
Menentukan
sifat larutan
berdasarkan
konsep asam
basa dan/atau
pH larutan
Disajikan
informasi
tentang
fluor yang
terkan-
dung
dalam
pasta gigi.
Siswa
diminta
menggam-
barkan
struktur
6. Kandungan fluor dalam pasta gigi
memberikan sumbangan bagi
kesehatan gigi. Akan tetapi, jumlah
kandungan ion fluorida yang
melampaui batas justru dapat
memberikan sifat toksik (racun).
Pasta gigi untuk anak-anak perlu
mendapatkan perhatian yang serius,
dan untuk itu harus diuji kandungan
fluornya dengan teliti. Sebagai
sumber fluor biasanya digunakan
campuran garam natrium
monofluorofosfat, Na2PO3F (144
Diketahui
1. Massa natrium
monofluorofosfat, Na2PO3F
(144 g/mol), dan massa
natrium fluorida, NaF (42
g/mol) 2. Ka HF = 6,8 x 10
-4
Menganalisis argumen
Mengidenti-fikasi
kalimat-
kalimat pernyataan
Tidak dapat mengidenti-
fikasi
kalimat-kalimat
pernyataan
0
Dapat
mengidenti-
fikasi kalimat-
kalimat
pernyataan, namun tidak
tepat
1
Dapat mengidenti-
2
125
Indikator
Pembelajaran
Indikator
Soal
Soal
Kunci Jawaban
Indikator
Berpikir
Kritis
Sub-
Indikator
Berpikir
Kritis
Rubrik
Penilaian
Siswa
Skor
Kesesuaian
soal dengan
indikator
pembelajaran,
indikator soal,
dan indikator
berpikir kritis
Saran
Ya Tidak
Lewis dan
menentu-
kan sifat
larutan
g/mol), dan natrium fluorida, NaF
(42 g/mol). Gambarkan struktur
lewis untuk senyawa Na2PO3F?
Bagaimana sifat larutan NaF dalam
pelarut air (asam, basa, atau netral)
diketahui Ka HF = 6,8 x 10-4
?
fikasi
kalimat-kalimat
pernyataan,
namun kurang tepat
Dapat
mengidenti-fikasi 1 poin
kalimat
pernyataan dengan tepat
3
Dapat
mengidenti-
fikasi 2 poin kalimat-
kalimat
pernyataan dengan tepat
4
Ditanya
1. Gambarkan struktur lewis
untuk senyawa Na2PO3F?
2. Bagaimana sifat larutan NaF
dalam pelarut air (asam, basa,
atau netral)?
Memfokus-
kan pertanyaan
Mengiden-
tifikasi pertanyaan
Tidak dapat
mengidenti-fikasi
pertanyaan
0
Dapat
mengidenti-fikasi
pertanyaan,
namun tidak tepat
1
Dapat
mengidenti-fikasi
2
126
Indikator
Pembelajaran
Indikator
Soal
Soal
Kunci Jawaban
Indikator
Berpikir
Kritis
Sub-
Indikator
Berpikir
Kritis
Rubrik
Penilaian
Siswa
Skor
Kesesuaian
soal dengan
indikator
pembelajaran,
indikator soal,
dan indikator
berpikir kritis
Saran
Ya Tidak pertanyaan,
namun kurang tepat
Dapat
mengidenti-fikasi 1 poin
pertanyaan
dengan tepat
3
Dapat mengidenti-
fikasi 2 poin
pertanyaan
dengan tepat
4
Jawab
1.
2. Senyawa NaF dalam air
bersifat basa, karena NaF
terionisasi menjadi Na+ dan
F-. ion F
- mengalami
hidrolisis:
F-(aq) + H2O(l) HF(aq) +
OH-(aq)
Menentukan
suatu tindakan
Menentukan
tindakan sementara
Tidak dapat
menentukan tindakan
sementara
0
Dapat
menentukan tindakan
sementara,
namun tidak tepat
1
Dapat
menentukan tindakan
sementara,
namun kurang tepat
2
Dapat
menentukan 1 poin
3
127
Indikator
Pembelajaran
Indikator
Soal
Soal
Kunci Jawaban
Indikator
Berpikir
Kritis
Sub-
Indikator
Berpikir
Kritis
Rubrik
Penilaian
Siswa
Skor
Kesesuaian
soal dengan
indikator
pembelajaran,
indikator soal,
dan indikator
berpikir kritis
Saran
Ya Tidak
tindakan
sementara dengan tepat
Dapat
menentukan 2 poin
tindakan
sementara dengan tepat
4
4.10.1
Mengemuka-
kan gagasan
tentang
penggunaan
indikator yang
tepat untuk
menentukan
keasaman
asam/basa atau
titrasi
asam/basa
Disajikan
informasi
tentang
data
larutan
yang telah
diuji
dengan
larutan
indikator.
Siswa
diminta
menyata-
kan
tafsiran
7. Perhatikan tabel!
Gunakan tabel dibawah ini untuk
membantu menjawab soal nomor 7
Nama
indikator Daerah pH perubahan
warna
Perubahan warna dari
pH rendah
ke pH tinggi
Metil jingga 3,2 - 4,4 Merah - kuning
Metil merah 4,8 – 6,0 Merah - kuning
Bromtimol
biru
6,0 – 7,6 Kuning - biru
Fenolftalein 8,3 – 10,1 Tak berwarna -
merah
Diketahui 1. Air aki, pada pengujian
dengan indikator mj berwarna
orange, dengan indikator mm
berwarna merah, dengan
indikator BTB berwarna
kuning, dengan indikator pp
tidak berwarna
2. Larutan soda kue, pada
pengujian dengan indikator
mj berwarna kuning, dengan
indikator mm berwarna
kuning, dengan indikator
BTB berwarna biru, dengan
indikator pp berwarna merah
Menganalisis
argumen
Mengidenti-
fikasi
kalimat -
kalimat
pernyataan
Tidak dapat
mengidenti-
fikasi
kalimat-
kalimat
pernyataan
0
Dapat
mengidenti-
fikasi 1 poin kalimat
pernyataan
dengan tepat
1
Dapat mengidenti-
fikasi 2 poin
kalimat-kalimat
pernyataan
dengan tepat
2
128
Indikator
Pembelajaran
Indikator
Soal
Soal
Kunci Jawaban
Indikator
Berpikir
Kritis
Sub-
Indikator
Berpikir
Kritis
Rubrik
Penilaian
Siswa
Skor
Kesesuaian
soal dengan
indikator
pembelajaran,
indikator soal,
dan indikator
berpikir kritis
Saran
Ya Tidak
dari data
praktikum
Perhatikan tabel! Laru-
tan
Indikator
mj mm BTB pp
Air aki Orange
Merah Ku-ning
Tak ber-
warna
Larutan soda
kue
Ku-ning
Ku-ning
Biru Merah muda
Larutan
garam dapur
Ku-
ning
Ku-
ning
Hijau Tak
ber-warna
Zwavel
zuur
Merah Merah Ku-
ning
Tak
ber-warna
Siswa SMA melakukan praktikum
menentukan sifat larutan dan
hasilnya ditampilkan dalam tabel
tersebut. Dari data di atas, berapa
harga pH dari masing-masing
larutan? Tentukan sifat larutan?
muda
3. Larutan garam dapur, pada
pengujian dengan indikator
mj berwarna kuning, dengan
indikator mm berwarna
kuning, dengan indikator
BTB berwarna hijau, dengan
indikator pp tidak berwarna
4. Zwavel zuur, pada pengujian
dengan indikator mj berwarna
merah, dengan indikator mm
berwarna merah, dengan
indikator BTB berwarna
kuning, dengan indikator pp
tidak berwarna
Dapat
mengidenti-fikasi 3 poin
kalimat-
kalimat pernyataan
dengan tepat
3
Dapat mengidenti-
fikasi 4 poin
kalimat-kalimat
pernyataan
dengan tepat
4
Ditanya 1. Berapa harga pH dari masing-
masing larutan?
2. Tentukan sifat larutan?
Memfokus-kan
pertanyaan
Mengidenti-fikasi
pertanyaan
Tidak dapat mengidenti-
fikasi
pertanyaan
0
Dapat mengidenti-
fikasi
pertanyaan, namun tidak
tepat
1
129
Indikator
Pembelajaran
Indikator
Soal
Soal
Kunci Jawaban
Indikator
Berpikir
Kritis
Sub-
Indikator
Berpikir
Kritis
Rubrik
Penilaian
Siswa
Skor
Kesesuaian
soal dengan
indikator
pembelajaran,
indikator soal,
dan indikator
berpikir kritis
Saran
Ya Tidak
Dapat
mengidenti-fikasi
pertanyaan,
namun kurang tepat
2
Dapat
mengidenti-fikasi 1poin
pertanyaan
dengan tepat
3
Dapat
mengidenti-
fikasi 2 poin
pertanyaan dengan tepat
4
Jawab
1. - Air aki mempunyai pH 3,2- 4,3 - Larutan soda kue
mempunyai pH > 8,3
- Larutan garam dapur
mempunyai pH 6,3-8,2
- Zwavel zuur mempunyai pH
< 3,2 2. - Air aki bersifat asam
Mendeduksi
dan memper-timbangkan
hasil deduksi
Menyatakan
tafsiran
Tidak dapat
menyatakan tafsiran
0
Dapat
menyatakan
tafsiran, namun tidak
tepat
1
Dapat menyatakan
tafsiran,
namun kurang tepat
2
130
Indikator
Pembelajaran
Indikator
Soal
Soal
Kunci Jawaban
Indikator
Berpikir
Kritis
Sub-
Indikator
Berpikir
Kritis
Rubrik
Penilaian
Siswa
Skor
Kesesuaian
soal dengan
indikator
pembelajaran,
indikator soal,
dan indikator
berpikir kritis
Saran
Ya Tidak - larutan soda kue bersifat
basa - larutan garam dapur bisa
bersifat asam, netral, dan
basa - Zwavel zuur bersifat asam
Dapat
menyatakan 1 poin
tafsiran
dengan tepat
3
Dapat
menyatakan
2 poin tafsiran
dengan tepat
4
4.10.1
Mengemuka-
kan
ide/gagasan
tentang
penggunaan
indikator yang
tepat untuk
menentukan
keasaman
Disajikan
informasi
tentang
indikator
fenol
merah.
Siswa
diminta
mengemu-
kakan
8. Bila fenol merah digunakan sebagai
indikator dalam titrasi larutan HCl
dengan larutan NaOH. Indikator
cenderung berubah warna dari
kuning menjadi merah pada titik
akhir titrasi. Perubahan warna ini
terjadi dengan tiba-tiba. Mengapa
perubahan warna dapat terjadi
dengan tiba-tiba?
Diketahui
1. Indikator fenol merah
cenderung berubah warna
dari kuning menjadi merah
pada titik akhir titrasi
2. Indikator fenol berubah
warna dengan tiba-tiba
Menganalisis
argumen
Mengidenti-
fikasi kalimat -
kalimat
pernyataan
Tidak dapat
mengidenti-fikasi
kalimat-
kalimat pernyataan
0
Dapat
mengidenti-fikasi
kalimat-
kalimat pernyataan,
namun tidak
1
131
Indikator
Pembelajaran
Indikator
Soal
Soal
Kunci Jawaban
Indikator
Berpikir
Kritis
Sub-
Indikator
Berpikir
Kritis
Rubrik
Penilaian
Siswa
Skor
Kesesuaian
soal dengan
indikator
pembelajaran,
indikator soal,
dan indikator
berpikir kritis
Saran
Ya Tidak asam/basa atau
titrasi
asam/basa
alasan
sebab
perubahan
warna
yang
terjadi
secara
tiba-tiba
pada
indikator
fenol
merah
tepat
Dapat
mengidenti-fikasi
kalimat-kalimat
pernyataan,
namun kurang tepat
2
Dapat
mengidenti-
fikasi 1 poin
kalimat
pernyataan
dengan tepat,
3
Dapat
mengidenti-
fikasi 2 poin kalimat-
kalimat
pernyataan dengan tepat
4
Ditanya
1. Mengapa perubahan warna
dapat terjadi dengan tiba-
tiba?
Memfokus-
kan
pertanyaan
Mengidenti-
fikasi
pertanyaan
Tidak dapat
mengidenti-
fikasi pertanyaan
0
Dapat
mengidenti-fikasi
pertanyaan,
namun tidak tepat
1
132
Indikator
Pembelajaran
Indikator
Soal
Soal
Kunci Jawaban
Indikator
Berpikir
Kritis
Sub-
Indikator
Berpikir
Kritis
Rubrik
Penilaian
Siswa
Skor
Kesesuaian
soal dengan
indikator
pembelajaran,
indikator soal,
dan indikator
berpikir kritis
Saran
Ya Tidak
Dapat
mengidenti-fikasi
pertanyaan,
namun kurang tepat
2
Dapat
mengidenti-fikasi
pertanyaan
dengan tepat, namun
penjelasan
tidak lengkap
3
Dapat
mengidenti-
fikasi pertanyaan
dengan tepat
serta penjelasan
lengkap
4
Jawab
1. Perubahan warna yang terjadi
secara tiba-tiba dan cepat ini
dikarenakan pada saat itu
terjadi perubahan pH yang
besar ketika mendekati titik
akhir titrasi, saat itu pula
Mempertim-bangkan
kriteria
sumber
Mengemuka-kan alasan
Tidak dapat mengemuka-
kan alasan
0
Dapat
mengemuka-
kan alasan, namun tidak
tepat
1
Dapat 2
133
Indikator
Pembelajaran
Indikator
Soal
Soal
Kunci Jawaban
Indikator
Berpikir
Kritis
Sub-
Indikator
Berpikir
Kritis
Rubrik
Penilaian
Siswa
Skor
Kesesuaian
soal dengan
indikator
pembelajaran,
indikator soal,
dan indikator
berpikir kritis
Saran
Ya Tidak indikator yang berwarna
merah berubah menjadi
kuning ketika terbentuk basa
konjugasinya
mengemuka-
kan alasan, namun
kurang tepat
Dapat mengemuka-
kan alasan
dengan tepat, namun
penjelasan
tidak lengkap
3
Dapat
mengemuka-
kan alasan dengan tepat
serta
penjelasan lengkap
4
4.10.1
Mengemuka-
kan
ide/gagasan
tentang
penggunaan
indikator yang
tepat untuk
menentukan
keasaman
Disajikan
informasi
tentang air
hujan.
Siswa
diminta
mengko-
munikasi-
kan
kembali
9. Pada saat sore hari, di rumah ani
sedang turun hujan. Tetapi ada yang
berbeda dengan air hujan yang turun
pada sore hari itu. Ketika air hujan
mengenai kulit ani, kulit ani terasa
gatal-gatal dan memerah. Ani
penasaran ingin mengetahui sifat air
hujan yang turun itu. Tetapi, di
rumah ani tidak ada indikator asam
basa yang biasa terdapat di
Diketahui
1. Ciri-ciri air hujan adalah
ketika mengenai kulit, kulit
terasa gatal-gatal dan
memerah
2. Ekstrak tumbuhan bisa
menjadi indikator alam untuk
menunjukkan sifat asam atau
basa
Menganalisis
argumen
Mengidenti-
fikasi kalimat -
kalimat
pernyataan
Tidak dapat
mengidenti-fikasi
kalimat-
kalimat pernyataan
0
Dapat
mengidenti-
fikasi kalimat-
kalimat pernyataan,
namun tidak
1
134
Indikator
Pembelajaran
Indikator
Soal
Soal
Kunci Jawaban
Indikator
Berpikir
Kritis
Sub-
Indikator
Berpikir
Kritis
Rubrik
Penilaian
Siswa
Skor
Kesesuaian
soal dengan
indikator
pembelajaran,
indikator soal,
dan indikator
berpikir kritis
Saran
Ya Tidak asam/basa atau
titrasi
asam/basa
pengguna
an
indikator
yang tepat
untuk
menentu-
kan
keasaman
asam/basa
air hujan
dan
menentu-
kan sifat
air hujan
laboratorium kimia. Ani teringat
pelajaran kimia yang kemarin telah
diajarkan oleh gurunya, bahwa alam
pun bisa menjadi indikator asam
basa yang disebut indikator alam
seperti bunga-bunga yang berwarna-
warni dan ekstrak sayuran.
Bagaimana cara ani menggunakan
indikator yang tepat untuk
menentukan sifat air hujan? Apakah
sifat air hujan yang diuji ani?
tepat
Dapat
mengidenti-fikasi
kalimat-kalimat
pernyataan,
namun kurang tepat
2
Dapat
mengidenti-
fikasi 1 poin
kalimat
pernyataan
dengan tepat
3
Dapat
mengidenti-
fikasi 2 poin kalimat-
kalimat
pernyataan dengan tepat
4
Ditanya
1. Bagaimana cara ani
menggunakan indikator yang
tepat untuk menentukan sifat
air hujan?
2. Apakah sifat air hujan yang
diuji ani?
Memfokus-
kan
pertanyaan
Mengidenti-
fikasi
pertanyaan
Tidak dapat
mengidenti-
fikasi pertanyaan
0
Dapat
mengidenti-fikasi
pertanyaan,
namun tidak tepat
1
135
Indikator
Pembelajaran
Indikator
Soal
Soal
Kunci Jawaban
Indikator
Berpikir
Kritis
Sub-
Indikator
Berpikir
Kritis
Rubrik
Penilaian
Siswa
Skor
Kesesuaian
soal dengan
indikator
pembelajaran,
indikator soal,
dan indikator
berpikir kritis
Saran
Ya Tidak
Dapat
mengidenti-fikasi
pertanyaan,
namun kurang tepat
2
Dapat
mengidenti-fikasi 1poin
pertanyaan
dengan tepat
3
Dapat
mengidenti-
fikasi 2 poin
pertanyaan dengan tepat
4
Jawab
1. Ani bisa menentukan sifat air
hujan dengan menggunakan
indikator alam. Indikator
alam biasa didapat dari
ekstrak tumbuh-tumbuhan.
Ani bisa menggunakan
indikator alam dari ekstrak
kol merah. Bila air hujan
bersifat asam, ekstrak kol
merah akan mengubah warna
air hujan menjadi merah. Bila
Berinteraksi
Mengemuka-
kan kembali
Tidak dapat
mengemuka-kan kembali
0
Dapat
mengemuka-
kan kembali, namun tidak
tepat
1
Dapat mengemuka-
kan kembali,
namun kurang tepat
2
Dapat
mengemuka-kan kembali
3
136
Indikator
Pembelajaran
Indikator
Soal
Soal
Kunci Jawaban
Indikator
Berpikir
Kritis
Sub-
Indikator
Berpikir
Kritis
Rubrik
Penilaian
Siswa
Skor
Kesesuaian
soal dengan
indikator
pembelajaran,
indikator soal,
dan indikator
berpikir kritis
Saran
Ya Tidak air hujan bersifat netral,
ekstrak kol merah akan
mengubah warna air hujan
menjadi ungu. Bila air hujan
bersifat basa, ekstrak kol
merah akan mengubah warna
air hujan menjadi kuning
2. Air hujan bersifat asam
karena mengiritasi kulit ani,
hujan tersebut dinamakan
hujan asam
1 poin
dengan tepat
Dapat mengemuka-
kan kembali 2 poin
dengan tepat
4
137
Kesimpulan hasil validasi (diterima/diterima dengan perbaikan/tidak diterima):
……………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………
Tangerang Selatan, 22 Maret 2017
Tanda tangan Validator
Dewi Murniati, M.Si
NIP.
138
Lampiran 5
TES KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS
POKOK BAHASAN ASAM BASA
(Uji Coba)
Nama :
Kelas :
Sekolah :
Mata Pelajaran : Kimia
Pokok Bahasan : Asam Basa
Waktu : 2 x 45 menit
Petunjuk : 1. Tulis identitas diri pada lembar jawaban yang tersedia.
2. Berdoalah sebelum mengerjakan
3. Bacalah dengan cermat dan teliti sebelum mengerjakan
4. Kerjakan soal yang mudah menurutmu terlebih dahulu.
1. Asam asetat adalah asam lemah Bronsted. Berikut ini adalah sederetan
turunan asam asetat dimana atom H pada gugus metil digantikan oleh Cl. Dari
tabel berikut dapat dilihat bahwa kekuatan sederetan asam tersebut berbeda,
tergantung banyaknya Cl di dalam molekul.
Asam Ka
CH3COOH 1,8 x 10-5
ClCH2COOH 1,4 x 10-3
Cl2CHCOOH 3,3 x 10-2
Cl3CCOOH 2,0 x 10-1
Dari tabel tersebut, bagaimana sifat asam-asam tersebut dengan bertambahnya
Cl dalam molekul? Bila anda mempunyai keempat larutan asam-asam tersebut
dengan molaritas yang sama, manakah yang pH-nya paling besar?
139
2. Seiring dengan bertambahnya atom oksigen dalam setiap deret asam yang
mengandung oksigen, seperti HXO, HXO2, HXO3, dan seterusnya. Bagaimana
kekuatan asamnya? Manakah asam yang paling kuat?
3. Ani melakukan studi kasus beberapa air yang dia temukan di rumah dan
pabrik. Ani mendapatkan data informasi sebagai berikut.
Sumber air Ciri-ciri
Air sumur Tidak dapat untuk
mencuci pakaian dan
perabot dapur
Air mineral di
rumah
Untuk dikonsumsi,
tidak berasa dan tidak
berbau
Air limbah pabrik Dapat mengemulsi
minyak
Berdasarkan data air tersebut, tentukanlah sifat dari sumber air tersebut?
4. Anilin (C6H5NH2) adalah suatu senyawa organik-nitrogen yang di dalam air
memberikan sifat basa. Bila direaksikan dengan larutan HCl, akan membentuk
konjugasi asamnya, ion anilinium, sesuai reaksi:
C6H5NH2(aq) + HCl(aq) C6H5N (aq) + Cl
-(aq)
Tuliskan reaksi asam basa C6H5NH2 dalam air? Bila Kb untuk anilin adalah
4,0 x 10-10
, berapa nilai Ka untuk ion anilinium? Berapa pH dari larutan 0,080
M larutan anilinium klorida?
5. Air hujan yang normal bersifat sedikit asam karena mengandung gas
karbondioksida yang terlarut. Karbondioksida yang larut dalam air membuat
larutan bersifat asam
CO2(aq) + H2O(l) H+(aq) + HC
(aq) Ka = 4,3 x 10-7
Dilain pihak, hujan asam adalah problem utama dibanyak bagian permukaan
bumi. Hujan asam mengandung sejumlah asam kuat seperti H2SO4 dan HNO3.
Asam-asam ini terutama dihasilkan dari pembakaran bahan fosil (batubara,
minyak bumi, dan gas alam) yang mengandung sulfur. Pembakaran tersebut
menghasilkan sulfur dioksida yang selanjutnya bereaksi dengan oksigen di
atmosfer membentuk sulfur trioksida. Sulfur trioksida larut dalam air dan
membentuk asam sulfat. Akibatnya, keasaman air hujan meningkat yang akan
merusak pepohonan, kehidupan air, korosi pada logam, dan mengikis batuan
140
atau bangunan. Tulislah reaksi-reaksi yang terjadi, mulai dari sulfur
membentuk sulfur dioksida, sulfur trioksida, dan asam sulfat! Bila pada
awalnya SO2 dioksidasi menjadi SO3, maka konsentrasi H2SO4 4,0 x 10-4
M,
hitunglah pH larutan H2SO4 (H2SO4, Ka1sangat besar, dan terionisasi
sempurna, dan Ka2 = 1,2 x 10-2
)?
6. Kandungan fluor dalam pasta gigi memberikan sumbangan bagi kesehatan
gigi. Akan tetapi, jumlah kandungan ion fluorida yang melampaui batas justru
dapat memberikan sifat toksik (racun). Pasta gigi untuk anak-anak perlu
mendapatkan perhatian yang serius, dan untuk itu harus diuji kandungan
fluornya dengan teliti. Sebagai sumber fluor biasanya digunakan campuran
garam natrium monofluorofosfat, Na2PO3F (144 g/mol), dan natrium fluorida,
NaF (42 g/mol). Gambarkan struktur lewis untuk senyawa Na2PO3F?
Bagaimana sifat larutan NaF dalam pelarut air (asam, basa, atau netral)
diketahui Ka HF = 6,8 x 10-4
?
7. Perhatikan tabel!
Gunakan tabel dibawah ini untuk membantu menjawab soal nomor 7
Nama indikator Daerah
pH
perubahan
warna
Perubahan warna dari
pH rendah ke pH tinggi
Metil jingga 3,2 - 4,4 Merah - kuning
Metil merah 4,8 – 6,0 Merah - kuning
Bromtimol biru
6,0 – 7,6 Kuning - biru
Fenolftalein 8,3 – 10,1 Tak berwarna - merah
Perhatikan tabel!
Larutan Indikator
Mj mm BTB pp
Air aki Orange Merah Kuning Tak berwarna
Larutan soda kue Kuning Kuning Biru Merah muda
Larutan garam
dapur
Kuning Kuning Hijau Tak berwarna
Zwavel zuur Merah Merah Kuning Tak berwarna
141
Siswa SMA melakukan praktikum menentukan sifat larutan dan hasilnya
ditampilkan dalam tabel tersebut. Dari data di atas, berapa harga pH dari
masing-masing larutan? Tentukan sifat larutan?
8. Bila fenol merah digunakan sebagai indikator dalam titrasi larutan HCl dengan
larutan NaOH. Indikator cenderung berubah warna dari kuning menjadi merah
pada titik akhir titrasi. Perubahan warna ini terjadi dengan tiba-tiba. Mengapa
perubahan warna dapat terjadi dengan tiba-tiba?
9. Pada saat sore hari, di rumah ani sedang turun hujan. Tetapi ada yang berbeda
dengan air hujan yang turun pada sore hari itu. Ketika air hujan mengenai kulit
ani, kulit ani terasa gatal-gatal dan memerah. Ani penasaran ingin mengetahui
sifat air hujan yang turun itu. Tetapi, di rumah ani tidak ada indikator asam
basa yang biasa terdapat di laboratorium kimia. Ani teringat pelajaran kimia
yang kemarin telah diajarkan oleh gurunya, bahwa alam pun bisa menjadi
indikator asam basa yang disebut indikator alam seperti bunga-bunga yang
berwarna-warni dan ekstrak sayuran. Bagaimana cara ani menggunakan
indikator yang tepat untuk menentukan sifat air hujan? Apakah sifat air hujan
yang diuji ani?
142
Lampiran 6
Analisis Butir Soal Hasil Validasi
RELIABILITAS TES
================
Rata2= 70.05
Simpang Baku = 14.53
KorelasiXY = 0.81
Reliabilitas Tes = 0.90
Nama berkas: D:\SKRIPSI ASAM BASA\RISTA FIRDAUSA.AUR
No.Urut No.Subyek Nama Subyek Skor Ganjil Skor Genap Skor Total
1 37 YGT 53 44 97
2 27 G 54 42 96
3 35 SA 53 40 93
4 16 AAD 51 40 91
5 13 TYA 45 43 88
6 10 DF 51 36 87
7 30 HD 46 40 86
8 34 KZ 47 39 86
9 33 HW 44 40 84
10 36 PYA 48 35 83
11 25 AF 45 33 78
12 32 DRW 41 36 77
13 17 ZK 47 29 76
14 29 FS 44 31 75
15 28 GTR 38 36 74
16 31 H 43 31 74
17 23 YA 37 34 71
18 12 ANA 45 24 69
19 26 SJ 37 32 69
20 20 YJR 38 30 68
21 24 KY 36 31 67
22 22 MHM 35 31 66
23 2 YAA 37 27 64
24 8 RS 36 27 63
25 15 ALY 31 31 62
26 9 SH 34 27 61
27 6 Y 32 28 60
28 4 K 33 25 58
29 7 AG 29 28 57
30 14 HS 31 26 57
31 11 YE 27 28 55
32 3 MS 31 22 53
33 5 KA 31 22 53
34 18 SHL 30 23 53
35 19 AWG 27 21 48
36 1 ALS 27 20 47
37 21 AAK 23 23 46
143
KELOMPOK UNGGUL & ASOR
======================
Kelompok Unggul
Nama berkas: D:\SKRIPSI ASAM BASA\RISTA FIRDAUSA.AUR
1 2 3 4 5
No Urt No Subyek Nama Subyek Skor 1 2 3 4 5
1 37 YGT 97 11 12 11 11 11
2 27 G 96 12 8 12 11 7
3 35 SA 93 10 8 9 12 12
4 16 AAD 91 8 12 11 7 8
5 13 TYA 88 6 9 12 12 8
6 10 DF 87 5 10 12 11 10
7 30 HD 86 6 12 10 10 7
8 34 KZ 86 8 6 12 9 7
9 33 HW 84 9 12 12 7 6
10 36 PYA 83 6 12 12 11 10
Rata2 Skor 8.10 10.10 11.30 10.10 8.60
Simpang Baku 2.38 2.23 1.06 1.85 2.01
6 7 8 9
No Urt No Subyek Nama Subyek Skor 6 7 8 9
1 37 YGT 97 10 8 11 12
2 27 G 96 12 12 11 11
3 35 SA 93 8 12 12 10
4 16 AAD 91 12 12 9 12
5 13 TYA 88 12 7 10 12
6 10 DF 87 8 12 7 12
7 30 HD 86 12 11 6 12
8 34 KZ 86 12 9 12 11
9 33 HW 84 12 5 9 12
10 36 PYA 83 5 8 7 12
Rata2 Skor 10.30 9.60 9.40 11.60
Simpang Baku 2.50 2.55 2.17 0.70
Kelompok Asor
Nama berkas: D:\SKRIPSI ASAM BASA\RISTA FIRDAUSA.AUR
1 2 3 4 5
No Urt No Subyek Nama Subyek Skor 1 2 3 4 5
1 4 K 58 6 6 7 6 8
2 7 AG 57 1 7 8 5 6
3 14 HS 57 7 7 8 6 0
4 11 YE 55 2 7 6 6 5
144
5 3 MS 53 7 6 3 7 6
6 5 KA 53 3 6 7 5 3
7 18 SHL 53 8 6 4 6 7
8 19 AWG 48 6 4 4 7 5
9 1 ALS 47 6 5 6 3 7
10 21 AAK 46 0 7 8 5 6
Rata2 Skor 4.60 6.10 6.10 5.60 5.30
Simpang Baku 2.84 0.99 1.85 1.17 2.31
6 7 8 9
No Urt No Subyek Nama Subyek Skor 6 7 8 9
1 4 K 58 7 5 6 7
2 7 AG 57 8 7 8 7
3 14 HS 57 7 9 6 7
4 11 YE 55 7 5 8 9
5 3 MS 53 5 8 4 7
6 5 KA 53 4 8 7 10
7 18 SHL 53 5 4 6 7
8 19 AWG 48 5 6 5 6
9 1 ALS 47 5 4 7 4
10 21 AAK 46 6 3 5 6
Rata2 Skor 5.90 5.90 6.20 7.00
Simpang Baku 1.29 2.02 1.32 1.63
DAYA PEMBEDA
============
Jumlah Subyek = 37
Klp atas/bawah(n) = 10
Butir Soal = 9
Un: Unggul; AS: Asor; SB: Simpang Baku
Nama berkas: D:\SKRIPSI ASAM BASA\RISTA FIRDAUSA.AUR
No No Btr Asli Rata2Un Rata2As Beda SB Un SB As SB Gab t DP(%)
1 1 8.10 4.60 3.50 2.38 2.84 1.17 2.99 29.17
2 2 10.10 6.10 4.00 2.23 0.99 0.77 5.17 33.33
3 3 11.30 6.10 5.20 1.06 1.85 0.67 7.70 43.33
4 4 10.10 5.60 4.50 1.85 1.17 0.69 6.49 37.50
5 5 8.60 5.30 3.30 2.01 2.31 0.97 3.41 27.50
6 6 10.30 5.90 4.40 2.50 1.29 0.89 4.95 36.67
7 7 9.60 5.90 3.70 2.55 2.02 1.03 3.60 30.83
8 8 9.40 6.20 3.20 2.17 1.32 0.80 3.99 26.67
9 9 11.60 7.00 4.60 0.70 1.63 0.56 8.19 38.33
145
TINGKAT KESUKARAN
=================
Jumlah Subyek = 37
Butir Soal = 9
Nama berkas: D:\SKRIPSI ASAM BASA\RISTA FIRDAUSA.AUR
No Butir Baru No Butir Asli Tkt. Kesukaran(%) Tafsiran
1 1 52.92 Sedang
2 2 67.50 Sedang
3 3 72.50 Mudah
4 4 65.42 Sedang
5 5 57.92 Sedang
6 6 67.50 Sedang
7 7 64.58 Sedang
8 8 65.00 Sedang
9 9 77.50 Mudah
KORELASI SKOR BUTIR DG SKOR TOTAL
=================================
Jumlah Subyek = 37
Butir Soal = 9
Nama berkas: D:\SKRIPSI ASAM BASA\RISTA FIRDAUSA.AUR
No Butir Baru No Butir Asli Korelasi Signifikansi
1 1 0.560 -
2 2 0.683 Signifikan
3 3 0.774 Sangat Signifikan
4 4 0.707 Signifikan
5 5 0.521 -
6 6 0.711 Sangat Signifikan
7 7 0.645 Signifikan
8 8 0.690 Signifikan
9 9 0.728 Sangat Signifikan
Catatan: Batas signifikansi koefisien korelasi sebagaai
berikut:
df (N-2) P = 0,05 P = 0,01 df (N-2) P = 0,05 P = 0,01
10 0,576 0,708 60 0,250 0,325
15 0,482 0,606 70 0,233 0,302
20 0,423 0,549 80 0,217 0,283
25 0,381 0,496 90 0,205 0,267
30 0,349 0,449 100 0,195 0,254
40 0,304 0,393 125 0,174 0,228
146
50 0,273 0,354 > 150 0,159 0,208
Bila koefisien = 0,000 berarti tidak dapat dihitung.
REKAP ANALISIS BUTIR
=====================
Rata2 = 70.05
Simpang Baku = 14.53
KorelasiXY = 0.81
Reliabilitas Tes = 0.90
Butir Soal = 9
Jumlah Subyek = 37
Nama berkas: D:\SKRIPSI ASAM BASA\RISTA FIRDAUSA.AUR
No No Btr Asli T DP(%) T. Kesukaran Korelasi Sign. Korelasi
1 1 2.99 29.17 Sedang 0.560 -
2 2 5.17 33.33 Sedang 0.683 Signifikan
3 3 7.70 43.33 Mudah 0.774 Sangat Signifikan
4 4 6.49 37.50 Sedang 0.707 Signifikan
5 5 3.41 27.50 Sedang 0.521 -
6 6 4.95 36.67 Sedang 0.711 Sangat Signifikan
7 7 3.60 30.83 Sedang 0.645 Signifikan
8 8 3.99 26.67 Sedang 0.690 Signifikan
9 9 8.19 38.33 Mudah 0.728 Sangat Signifikan
147
Lampiran 7
KISI-KISI SOAL TES ESSAY KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA KONSEP ASAM BASA
Mata pelajaran : Kimia
Kelas/Semester : XI/Genap
Alokasi waktu : 2 x 45 menit
Kompetensi Dasar Indikator Pembelajaran Indikator Keterampilan
Berpikir Kritis
Indikator Soal Jumlah
Soal 3.10 Menganalisis sifat
larutan berdasarkan konsep
asam basa dan/atau pH
larutan
3.10.1 Menganalisis sifat larutan berdasarkan konsep
asam basa dan/atau pH larutan
Menganalisis argumen
(Nomor 1)
Disajikan informasi tentang tiga contoh
asam yang mengandung oksigen, yaitu
HXO, HXO2, dan HXO3. Siswa diminta
menganalisis sifat asam yang paling kuat
dari ketiga asam tersebut
2 Soal
Menganalisis argumen
(Nomor 2)
Disajikan informasi tentang data air yang
ditemukan di rumah dan pabrik. Siswa
diminta menganalisis sifat air berdasarkan
ciri-ciri air
148
Kompetensi Dasar Indikator Pembelajaran Indikator Keterampilan
Berpikir Kritis
Indikator Soal Jumlah
Soal 3.10.2 Menentukan sifat larutan berdasarkan konsep
asam basa dan/atau pH larutan
Menentukan tindakan
sementara
(Nomor 3)
Disajikan informasi tentang reaksi anilin
dengan larutan HCl. Siswa diminta
menentukan reaksi anilin dalam air,
menentukan nilai Ka ion anilinium, dan
menentukan pH larutan anilinium klorida
2 Soal
Menentukan tindakan
sementara
(Nomor 4)
Disajikan informasi tentang fluor yang
terkandung dalam pasta gigi. Siswa
diminta menggambarkan struktur Lewis
dan menentukan sifat larutan
4.10 Mengajukan gagasan
tentang penggunaan indikator
yang tepat untuk menentukan
keasaman asam/basa atau
titrasi asam/basa
4.10.1 Mengemukakan gagasan tentang penggunaan
indikator yang tepat untuk menentukan keasaman
asam/basa atau titrasi asam/basa
Menyatakan tafsiran
(Nomor 5)
Disajikan informasi tentang data larutan
yang telah diuji dengan larutan indikator.
Siswa diminta menyatakan tafsiran dari
data praktikum
3 Soal
Mengemukakan alasan
(Nomor 6)
Disajikan informasi tentang indikator
fenol merah. Siswa diminta
mengemukakan alasan sebab perubahan
warna yang terjadi secara tiba-tiba pada
indikator fenol merah
Mengemukakan kembali
(Nomor 7)
Disajikan informasi tentang air hujan.
Siswa diminta mengemukakan kembali
penggunaan indikator yang tepat untuk
menentukan keasaman asam/basa air
hujan dan menentukan sifat air hujan
149
Lampiran 8
TES KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS
POKOK BAHASAN ASAM BASA
(Pretest dan Posttest)
Nama :
Kelas :
Sekolah :
Mata Pelajaran : Kimia
Pokok Bahasan : Asam Basa
Waktu : 2 x 45 menit
Petunjuk : 1. Tulis identitas diri pada lembar jawaban yang tersedia.
2. Berdoalah sebelum mengerjakan
3. Bacalah dengan cermat dan teliti sebelum mengerjakan
4. Kerjakan soal yang mudah menurutmu terlebih dahulu.
1. Seiring dengan bertambahnya atom oksigen dalam setiap deret asam yang
mengandung oksigen, seperti HXO, HXO2, HXO3, dan seterusnya. Bagaimana
kekuatan asamnya? Manakah asam yang paling kuat?
2. Ani melakukan studi kasus beberapa air yang dia temukan di rumah dan
pabrik. Ani mendapatkan data informasi sebagai berikut.
Sumber air Ciri-ciri
Air sumur Tidak dapat untuk
mencuci pakaian dan
perabot dapur
Air mineral di
rumah
Untuk dikonsumsi,
tidak berasa dan tidak
berbau
Air limbah pabrik Dapat mengemulsi
minyak
Berdasarkan data air tersebut, tentukanlah sifat dari sumber air tersebut?
150
3. Anilin (C6H5NH2) adalah suatu senyawa organik-nitrogen yang di dalam air
memberikan sifat basa. Bila direaksikan dengan larutan HCl, akan membentuk
konjugasi asamnya, ion anilinium, sesuai reaksi:
C6H5NH2(aq) + HCl(aq) C6H5N (aq) + Cl
-(aq)
Tuliskan reaksi asam basa C6H5NH2 dalam air? Bila Kb untuk anilin adalah
4,0 x 10-10
, berapa nilai Ka untuk ion anilinium? Berapa pH dari larutan 0,080
M larutan anilinium klorida?
4. Kandungan fluor dalam pasta gigi memberikan sumbangan bagi kesehatan
gigi. Akan tetapi, jumlah kandungan ion fluorida yang melampaui batas justru
dapat memberikan sifat toksik (racun). Pasta gigi untuk anak-anak perlu
mendapatkan perhatian yang serius, dan untuk itu harus diuji kandungan
fluornya dengan teliti. Sebagai sumber fluor biasanya digunakan campuran
garam natrium monofluorofosfat, Na2PO3F (144 g/mol), dan natrium fluorida,
NaF (42 g/mol). Gambarkan struktur lewis untuk senyawa Na2PO3F?
Bagaimana sifat larutan NaF dalam pelarut air (asam, basa, atau netral)
diketahui Ka HF = 6,8 x 10-4
?
5. Perhatikan tabel!
Gunakan tabel dibawah ini untuk membantu menjawab soal nomor 7
Nama indikator Daerah
pH
perubahan
warna
Perubahan warna dari
pH rendah ke pH tinggi
Metil jingga 3,2 - 4,4 Merah - kuning
Metil merah 4,8 – 6,0 Merah - kuning
Bromtimol biru
6,0 – 7,6 Kuning - biru
Fenolftalein 8,3 – 10,1 Tak berwarna - merah
Perhatikan tabel!
Larutan Indikator
Mj mm BTB pp
Air aki Orange Merah Kuning Tak berwarna
Larutan soda kue Kuning Kuning Biru Merah muda
Larutan garam Kuning Kuning Hijau Tak berwarna
151
dapur
Zwavel zuur Merah Merah Kuning Tak berwarna
Siswa SMA melakukan praktikum menentukan sifat larutan dan hasilnya
ditampilkan dalam tabel tersebut. Dari data di atas, berapa harga pH dari
masing-masing larutan? Tentukan sifat larutan?
6. Bila fenol merah digunakan sebagai indikator dalam titrasi larutan HCl dengan
larutan NaOH. Indikator cenderung berubah warna dari kuning menjadi merah
pada titik akhir titrasi. Perubahan warna ini terjadi dengan tiba-tiba. Mengapa
perubahan warna dapat terjadi dengan tiba-tiba?
7. Pada saat sore hari, di rumah ani sedang turun hujan. Tetapi ada yang berbeda
dengan air hujan yang turun pada sore hari itu. Ketika air hujan mengenai kulit
ani, kulit ani terasa gatal-gatal dan memerah. Ani penasaran ingin mengetahui
sifat air hujan yang turun itu. Tetapi, di rumah ani tidak ada indikator asam
basa yang biasa terdapat di laboratorium kimia. Ani teringat pelajaran kimia
yang kemarin telah diajarkan oleh gurunya, bahwa alam pun bisa menjadi
indikator asam basa yang disebut indikator alam seperti bunga-bunga yang
berwarna-warni dan ekstrak sayuran. Bagaimana cara ani menggunakan
indikator yang tepat untuk menentukan sifat air hujan? Apakah sifat air hujan
yang diuji ani?
152
Lampiran 9
KISI-KISI LEMBAR KERJA SISWA
Mata Pelajaran : Kimia
Kelas/Semester : XI IPA/Genap
Tahun Ajaran : 2016/2017
Kompetensi Dasar : 3.10 Menganalisis sifat larutan berdasarkan konsep asam basa dan/atau pH larutan
4.10 Mengajukan gagasan tentang penggunaan indikator yang tepat untuk menentukan keasaman asam/basa
atau titrasi asam/basa
153
LKS Pertemuan 1 dan 2
Indikator KBK Sub
Indikator
KBK
Indikator
Pertanyaan
Pertanyaan Kunci Jawaban Skor
1. Masukan Substantif
Mengobservasi dan
mempertimbangkan
hasil observasi
Melaporkan hasil
observasi
Melaporkan hasil
observasi dan ditulis
dalam tabel
1. Tulislah hasil pengamatan mu pada
tabel di bawah ini!
Larutan Warna indikator Kesim-
pulan Kertas lakmus Kertas
indikator
universal
pp
Merah Biru
Saos
tomat
Air aki
Air
jeruk
Cuka
makan
Air
sabun
Larutan
obat
maag
Pasta
gigi
Air
mineral
1. Jawaban ditulis dalam tabel
Larutan Warna indikator Kesim-
pulan Kertas lakmus Kertas
indikator
universal
Pp
Merah Biru
Saos
tomat
Merah Merah < 7 Tak
berwarna
Asam
Air aki Merah Merah < 7 Tak
berwarna
Asam
Air
jeruk
Merah Merah < 7 Tak
berwarna
Asam
Cuka
makan
Merah Merah < 7 Tak
berwarna
Asam
Air
sabun
Biru Biru > 7
Pink Basa
Larutan
obat
maag
Biru Biru > 7 Pink Basa
Pasta
gigi
Biru Biru > 7 Pink Basa
Air
mineral
Merah Biru 7 Tidak
berwarna
Netral
0 = Tidak
memberikan
jawaban
1 = Bila
membuat
jawaban,
tetapi tidak
tepat
2 = Bila
membuat
jawaban,
tetapi kurang
tepat
3 = Bila
membuat
jawaban
tepat, tetapi
tidak
lengkap
4 = Bila
membuat
jawaban
tepat, serta
lengkap
Bertanya dan
menjawab
pertanyaan
klasifikasi dan
Memberi
penjelasan
sederhana
Memberi penjelasan
mengenai kertas
lakmus yang
dicelupkan ke dalam
2. Apa yang terjadi jika kertas lakmus
merah dicelupkan ke dalam larutan
air jeruk dan pasta gigi?
2. Jika kertas lakmus merah dicelupkan ke
dalam larutan air jeruk, maka kertas
lakmus merah akan tetap berwarna
merah, itu berarti air jeruk bersifat
0 = Tidak
memberikan
jawaban
1 = Bila
membuat
154
Indikator KBK Sub
Indikator
KBK
Indikator
Pertanyaan
Pertanyaan Kunci Jawaban Skor
pertanyaan yang
menantang
suatu larutan
asam.
Jika kertas lakmus merah dicelupkan ke
dalam pasta gigi, maka kertas lakmus
merah akan berwarna biru, itu berarti
pasta gigi bersifat basa.
jawaban,
tetapi tidak
tepat
2 = Bila
membuat
jawaban,
tetapi kurang
tepat
3 = Bila
membuat
jawaban
tepat, tetapi
tidak
lengkap
4 = Bila
membuat
jawaban
tepat, serta
lengkap Bertanya dan
menjawab
pertanyaan
klasifikasi dan
pertanyaan yang
menantang
Memberi
penjelasan
sederhana
Memberi penjelasan
mengenai kertas
lakmus yang
dicelupkan ke dalam
suatu larutan
3. Apa yang terjadi jika kertas lakmus
biru dicelupkan ke dalam air sabun
dan cuka makan?
3. Jika kertas lakmus biru dicelupkan ke
dalam air sabun, maka kertas lakmus
biru akan tetap berwarna biru, itu
berarti air sabun bersifat basa.
Jika kertas lakmus biru dicelupkan ke
dalam cuka makan, maka kertas lakmus
biru akan berwarna merah, itu berarti
cuka makan bersifat asam.
0 = Tidak
memberikan
jawaban
1 = Bila
membuat
jawaban,
tetapi tidak
tepat
2 = Bila
membuat
jawaban,
tetapi kurang
tepat
3 = Bila
membuat
155
Indikator KBK Sub
Indikator
KBK
Indikator
Pertanyaan
Pertanyaan Kunci Jawaban Skor
jawaban
tepat, tetapi
tidak
lengkap
4 = Bila
membuat
jawaban
tepat, serta
lengkap Bertanya dan
menjawab
pertanyaan
klasifikasi dan
pertanyaan yang
menantang
Memberi
penjelasan
sederhana
Memberi penjelasan
mengenai kertas
indikator universal
yang dicelupkan ke
dalam suatu larutan
4. Apa yang terjadi jika kertas
indikator universal dicelupkan ke
dalam larutan obat maag dan air
aki?
4. Jika kertas indikator universal
dicelupkan ke dalam larutan obat maag,
maka kertas indikator universal akan
menghasilkan warna yang mempunyai
rentang pH di atas 7, itu berarti larutan
obat maag bersifat basa.
Jika kertas indikator universal
dicelupkan ke dalam air aki, maka
kertas indikator universal akan
menghasilkan warna yang mempunyai
rentang pH di bawah 7, itu berarti air
aki bersifat asam.
0 = Tidak
memberikan
jawaban
1 = Bila
membuat
jawaban,
tetapi tidak
tepat
2 = Bila
membuat
jawaban,
tetapi kurang
tepat
3 = Bila
membuat
jawaban
tepat, tetapi
tidak
lengkap
4 = Bila
membuat
jawaban
tepat, serta
lengkap
156
Indikator KBK Sub
Indikator
KBK
Indikator
Pertanyaan
Pertanyaan Kunci Jawaban Skor
Mempertimbangkan
kriteria sumber
Mengemukakan
alasan
Mengemukakan
alasan mengenai pH
larutan
5. Apakah saos tomat dan pasta gigi
mempunyai pH yang berbeda?
5. Saos tomat dan pasta gigi mempunyai
pH yang berbeda. Karena sesuai hasil
percobaan, saos tomat bersifat asam dan
pasta gigi bersifat basa.
0 = Tidak
memberikan
jawaban
1 = Bila
membuat
jawaban,
tetapi tidak
tepat
2 = Bila
membuat
jawaban,
tetapi kurang
tepat
3 = Bila
membuat
jawaban
tepat, tetapi
tidak
lengkap
4 = Bila
membuat
jawaban
tepat, serta
lengkap
Menganalisis
argumen
Mengidentifikasi
kesimpulan
Mengidentifikasi
kesimpulan
mengenai larutan
mana saja yang
bersifat asam, basa,
dan netral
6. Identifikasi larutan mana saja yang
merupakan larutan asam dan
larutan basa serta larutan yang
bersifat netral?
6. larutan asam diantaranya saos tomat, air
aki, air jeruk, cuka makan.
Larutan basa diantaranya air sabun,
larutan obat maag, pasta gigi.
Air mineral bersifat netral.
0 = Tidak
memberikan
jawaban
1 = Bila
membuat
jawaban,
tetapi tidak
tepat
2 = Bila
membuat
157
Indikator KBK Sub
Indikator
KBK
Indikator
Pertanyaan
Pertanyaan Kunci Jawaban Skor
jawaban,
tetapi kurang
tepat
3 = Bila
membuat
jawaban
tepat, tetapi
tidak
lengkap
4 = Bila
membuat
jawaban
tepat, serta
lengkap
2. Analogi Langsung
Meganalisis
argumen
Mencari
persamaan dan
perbedaan
Mencari persamaan
antara konsep asam
basa Bronsted-Lowry
dengan permainan
bola
7. Sebutkan hubungan antara konsep
asam basa Bronsted-Lowry dengan
permainan serah terima bola antara
2 orang siswa!
7. Bronsted-Lowry: adanya proton, asam
adalah donor proton, basa adalah
penerima proton, ion positif dan negatif
sebagai asam dan basa konjugasi.
Permainan bola: adanya bola, siswa A
adalah donor bola, siswa B adalah
penerima bola, 2 orang siswa lain
sebagai asam dan basa konjugasi.
0 = Tidak
memberikan
jawaban
1 = Bila
membuat
jawaban,
tetapi tidak
tepat
2 = Bila
membuat
jawaban,
tetapi kurang
tepat
3 = Bila
membuat
jawaban
tepat, tetapi
158
Indikator KBK Sub
Indikator
KBK
Indikator
Pertanyaan
Pertanyaan Kunci Jawaban Skor
tidak
lengkap
4 = Bila
membuat
jawaban
tepat, serta
lengkap
Meganalisis
argumen
Mencari
persamaan dan
perbedaan
Mencari perbedaan
antara konsep asam
basa Bronsted-Lowry
dengan permainan
bola
8. Sebutkan perbedaan antara konsep
asam basa Bronsted-Lowry dengan
permainan serah terima bola antara
2 orang siswa!
8. Bronsted-Lowry: proton bersifat mikro,
spesi kimia (molekul atau ion) bersifat
mikro, asam dan basa konjugasi
bersifat mikro, asam dan basa
konjugasi berasal dari asam dan basa
itu sendiri.
Permainan bola: bola bersifat makro,
siswa bersifat makro, 2 orang siswa lain
yang bertindak sebagai asam basa
konjugasi bersifat makro, 2 orang siswa
berasal dari siswa lain.
0 = Tidak
memberikan
jawaban
1 = Bila
membuat
jawaban,
tetapi tidak
tepat
2 = Bila
membuat
jawaban,
tetapi kurang
tepat
3 = Bila
membuat
jawaban
tepat, tetapi
tidak
lengkap
4 = Bila
membuat
jawaban
tepat, serta
lengkap
Meganalisis
argumen
Mencari
persamaan dan
Mencari persamaan
antara konsep asam
9. Sebutkan hubungan antara konsep
asam basa Lewis dengan permainan
9. Lewis: adanya pasangan elektron
bebas, asam adalah penerima elektron
0 = Tidak
memberikan
jawaban
159
Indikator KBK Sub
Indikator
KBK
Indikator
Pertanyaan
Pertanyaan Kunci Jawaban Skor
perbedaan basa Lewis dengan
permainan tolong
menolong
tolong menolong! bebas, basa adalah donor elektron
bebas, adanya ikatan kovalen.
Permainan tolong menolong: adanya
uang koin, siswa A sebagai orang
miskin yang menerima pertolongan
berupa uang koin, siswa B sebagai
orang kaya dermawan yang memberi
pertolongan berupa uang koin, adanya
ikatan persaudaraan.
1 = Bila
membuat
jawaban,
tetapi tidak
tepat
2 = Bila
membuat
jawaban,
tetapi kurang
tepat
3 = Bila
membuat
jawaban
tepat, tetapi
tidak
lengkap
4 = Bila
membuat
jawaban
tepat, serta
lengkap
Meganalisis
argumen
Mencari
persamaan dan
perbedaan
Mencari perbedaan
antara konsep asam
basa Lewis dengan
permainan tolong
menolong
10. Sebutkan perbedaan antara konsep
asam basa Lewis dengan permainan
tolong menolong1
10. Lewis: pasangan elektron bebas bersifat
mikro, spesi kimia (molekul atau ion)
bersifat mikro, ikatan kovalen bersifat
mikro.
Permainan tolong menolong: uang koin
bersifat makro, siswa bersifat makro.
0 = Tidak
memberikan
jawaban
1 = Bila
membuat
jawaban,
tetapi tidak
tepat
2 = Bila
membuat
jawaban,
tetapi kurang
tepat
160
Indikator KBK Sub
Indikator
KBK
Indikator
Pertanyaan
Pertanyaan Kunci Jawaban Skor
3 = Bila
membuat
jawaban
tepat, tetapi
tidak
lengkap
4 = Bila
membuat
jawaban
tepat, serta
lengkap
3. Analogi Personal
Mempertimbangkan
kriteria sumber
Mengemukakan
alasan
Mengemukakan
alasan mengapa teori
asam basa bisa saling
melengkapi
11. Dalam mempelajari BAB ini,
kalian menggunakan teori asam
basa Arrhenius, Bronsted-Lowry,
dan Lewis. Ketiga teori itu saling
melengkapi, hal yang sama juga
terjadi diantara kalian. Mengapa
demikian?
11 Suatu teori harus saling melengkapi
antara teori yang satu dengan teori yang
lainnya, karena pasti masing-masing
teori tersebut tentu mempunyai
kelebihan dan kekurangan masing-
masing. Kalau teori-teori tersebut
saling melengkapi, tentu akan
menghasilkan konsep asam basa. Hal
yang sama juga terjadi diantara kalian.
Oleh karena itu, kalian harus saling
mengisi di dalam belajar dan bekerja.
Dengan bekerja sama yang kukuh,
kalian akan lebih mudah untuk
menggapai cita-cita.
0 = Tidak
memberikan
jawaban
1 = Bila
membuat
jawaban,
tetapi tidak
tepat
2 = Bila
membuat
jawaban,
tetapi kurang
tepat
3 = Bila
membuat
jawaban
tepat, tetapi
tidak
lengkap
4 = Bila
161
Indikator KBK Sub
Indikator
KBK
Indikator
Pertanyaan
Pertanyaan Kunci Jawaban Skor
membuat
jawaban
tepat, serta
lengkap
Mempertimbangkan
kriteria sumber
Mengemukakan
alasan
Mengemukakan
alasan mengapa
molekul BF3 dan
molekul NH3 bisa
saling berikatan
12. Jika kamu mempunyai 2 buah buku
kimia, tetapi teman sebangku kamu
tidak mempunyai buku kimia, tentu
teman sebangku kamu akan
kesulitan dalam mempelajari
kimia. Apa yang akan kamu
lakukan terhadap teman sebangku
kamu? Kemukakan kembali hal di
atas dengan molekul BF3 dan NH3
pada konsep asam basa Lewis?
12. Saya akan memberikan 1 buku kimia
kepada teman saya, dengan tujuan
teman saya bisa belajar kimia seperti
saya. Maka, saya dan teman saya akan
terjadi ikatan persahabatan. Sama
seperti molekul NH3 yang bertindak
sebagai basa, atom N dalam molekul
NH3 mempunyai sepasang elektron
bebas yang akan didonorkan kepada
atom B dalam molekul BF3.
Kekurangan elektron pada atom B
dalam molekul BF3 akan segera terisi
elektron dari atom N pada molekul
NH3, sehingga kedua molekul tersebut
akan membentuk suatu ikatan kimia
yaitu ikatan kovalen.
0 = Tidak
memberikan
jawaban
1 = Bila
membuat
jawaban,
tetapi tidak
tepat
2 = Bila
membuat
jawaban,
tetapi kurang
tepat
3 = Bila
membuat
jawaban
tepat, tetapi
tidak
lengkap
4 = Bila
membuat
jawaban
tepat, serta
lengkap
4. Analogi Pembanding
Bertanya dan
menjawab
pertanyaan
Memberi
penjelasan
sederhana
Memberi penjelasan
mengenai
ketidaksesuaian
13. Jelaskan ketidaksesuaian antara
konsep asam basa Bronsted-Lowry
dengan aktivitas permainan serah
13. Konsep asam basa Bronsted-Lowry dan
aktivitas permainan bola mempunyai
ketidaksesuaian, yaitu hal-hal yang
0 = Tidak
memberikan
jawaban
162
Indikator KBK Sub
Indikator
KBK
Indikator
Pertanyaan
Pertanyaan Kunci Jawaban Skor
klasifikasi dan
pertanyaan yang
menantang
antara konsep asam
basa Bronsted-Lowry
dengan permainan
bola
terima bola antara 2 orang siswa? terlibat pada konsep asam basa
Bronsted-Lowry bersifat mikromolekul
yang artinya tidak bisa kita amati
secara langsung. Sedangkan hal-hal
yang terlibat pada permainan bola
bersifat makromolekul yang artinya
bisa kita amati secara langsung.
1 = Bila
membuat
jawaban,
tetapi tidak
tepat
2 = Bila
membuat
jawaban,
tetapi kurang
tepat
3 = Bila
membuat
jawaban
tepat, tetapi
tidak
lengkap
4 = Bila
membuat
jawaban
tepat, serta
lengkap
Bertanya dan
menjawab
pertanyaan
klasifikasi dan
pertanyaan yang
menantang
Memberi
penjelasan
sederhana
Memberi penjelasan
mengenai hubungan
konsep asam basa
Lewis dengan
permainan tolong
menolong
14. Jelaskan hubungan antara konsep
asam basa Lewis dengan aktivitas
tolong menolong antara orang kaya
dan orang miskin?
14. Konsep asam basa Lewis dan aktivitas
tolong menolong ada saling
keterkaitannya, yaitu ada yang memberi
dan menerima, ada sesuatu yang diberi
dan diterima, adanya ikatan jika saling
berhubungan.
0 = Tidak
memberikan
jawaban
1 = Bila
membuat
jawaban,
tetapi tidak
tepat
2 = Bila
membuat
jawaban,
tetapi kurang
tepat
163
Indikator KBK Sub
Indikator
KBK
Indikator
Pertanyaan
Pertanyaan Kunci Jawaban Skor
3 = Bila
membuat
jawaban
tepat, tetapi
tidak
lengkap
4 = Bila
membuat
jawaban
tepat, serta
lengkap
5. Eksplorasi
Menentukan suatu
tindakan
Menentukan
tindakan
sementara
Menentukan tindakan
yang harus dilakukan
setelah mempelajari
konsep asam basa
15. Diskusikan hasil belajar yang
didapat!
15. Siswa berdiskusi mengenai indikator
asam basa, konsep asam basa
(Arrhenius, Bronsted-Lowry, Lewis),
dan konsep pH.
0 = Tidak
memberikan
jawaban
1 = Bila
membuat
jawaban,
tetapi tidak
tepat
2 = Bila
membuat
jawaban,
tetapi kurang
tepat
3 = Bila
membuat
jawaban
tepat, tetapi
tidak
lengkap
4 = Bila
164
Indikator KBK Sub
Indikator
KBK
Indikator
Pertanyaan
Pertanyaan Kunci Jawaban Skor
membuat
jawaban
tepat, serta
lengkap
Berinteraksi dengan
orang lain
Mengemukakan
kembali
(presentasi)
Mempresentasikan
hasil yang didapat
16. Presentasikan hasil belajar yang
didapat!
16. Siswa mempresentasikan mengenai
indikator asam basa, konsep asam basa
(Arrhenius, Bronsted-Lowry, Lewis),
dan konsep pH.
0 = Tidak
memberikan
jawaban
1 = Bila
membuat
jawaban,
tetapi tidak
tepat
2 = Bila
membuat
jawaban,
tetapi kurang
tepat
3 = Bila
membuat
jawaban
tepat, tetapi
tidak
lengkap
4 = Bila
membuat
jawaban
tepat, serta
lengkap
6. Analogi Pengembangan
Bertanya dan
menjawab
pertanyaan
Menyebutkan
contoh
Menyebutkan contoh
analogi lain untuk
konsep asam basa
17. Sebutkan contoh analogi lain untuk
mempermudah dalam mempelajari
17. Siswa menyebutkan contoh analogi lain
yang mereka kembagkan sendiri untuk
konsep asam basa.
0 = Tidak
memberikan
jawaban
165
Indikator KBK Sub
Indikator
KBK
Indikator
Pertanyaan
Pertanyaan Kunci Jawaban Skor
klasifikasi dan
pertanyaan yang
menantang
konsep asam basa! 1 = Bila
membuat
jawaban,
tetapi tidak
tepat
2 = Bila
membuat
jawaban,
tetapi kurang
tepat
3 = Bila
membuat
jawaban
tepat, tetapi
tidak
lengkap
4 = Bila
membuat
jawaban
tepat, serta
lengkap
166
Lampiran 10
Lembar Validasi LKS
“Pengaruh Model Pembelajaran Synectics terhadap Keterampilan Berpikir Kritis
Siswa pada Konsep Asaam Basa”
Kesimpulan hasil validasi (diterima/diterima dengan perbaikan/tidak diterima):
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………..
Tangerang Selatan, 22 Maret 2017
Tanda tangan Validator
Dewi Murniati, M.Si
NIP.
167
Lampiran 11
LEMBAR KERJA SISWA
ASAM BASA
(Pertemuan 1 dan 2)
Nama Kelompok:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
168
ASAM BASA
Kompetensi Dasar:
3.10 Menganalisis sifat larutan berdasarkan konsep asam basa dan/atau pH larutan
4.10 Mengajukan gagasan tentang penggunaan indikator yang tepat untuk menentukan
keasaman asam/basa atau titrasi asam/basa
Indikator Pembelajaran:
3.10.1 Menganalisis sifat larutan berdasarkan konsep asam basa dan/atau pH larutan
3.10.2 Menentukan sifat larutan berdasarkan konsep asam basa dan/atau pH larutan
4.10.1 Mengemukakan gagasan tentang penggunaan indikator yang tepat untuk
menentukan keasaman asam/basa atau titrasi asam/basa
Arrhenius Bronsted-Lowry G. N. Lewis
1. Konsep asam basa
2. Indikator asam basa
169
1. Masukan Substantif (melakukan percobaan)
A. Tujuan Percobaan
Menentukan pH suatu larutan dengan cara menguji larutan tersebut dengan
indikator
B. Dasar Teori
1) Teori asam basa Arrhenius
“Senyawa bersifat asam bila
mempunyai rasa masam, dapat
mengubah indikator kertas
lakmus biru menjadi merah, bila
ditambah logam dapat
melepaskan gelembung-
gelembung gas hidrogen, hingga
disimpulkan senyawa bersifat
asam mengandung ion hidrogen.
Senyawa bersifat basa bila
mempunyai rasa pahit, dapat
mengubah indikator kertas
lakmus merah menjadi biru, dan
senyawa mengandung gugus
hidroksi OH-” (Sastrohamidjojo,
2010, h. 257).
2) Teori asam basa Bronsted-Lowry
“J. N. Bronsted di Denmark dan T. M. Lowry di Inggris pada tahun
1923 secara terpisah menyarankan cara lain dalam memeriksa asam dan
basa. Menurut sistem ini, asam adalah donor proton, dan basa adalah
penerima proton (Keenan, Donald, Jesse, 1984, h. 408-410).
3) Teori asam basa Lewis
Menurut Lewis asam adalah penerima pasangan
elektron (akseptor pasangan elektron), sedangkan basa
Arrhenius lahir di dekat Uppsala,
Swedia. Ia terkenal dalam bidang teori
disosiasi, laju reaksi, dan dial ah orang
pertama yang memperhatikan efek
rumah kaca terhadap iklim. Arrhenius
memperoleh hadiah Nobel bidang kimia
tahun 1903 (Brady dan Holum, 1988, h.
392)
Info Tokoh
170
adalah pemberi pasangan elektron (donor pasangan elektron).
Oleh karena itu reaksi asam basa membentuk ikatan kovalen
koordinat (Sujana, dkk, 2007, h. 260).
4) Indikator Asam dan Basa
Indikator asam basa yang paling dikenal adalah
lakmus yang diperoleh dari rumput laut. Dalam suasanan
asam, lakmus berwarna merah sedangkan dalam suasana
basa, lakmus berwarna biru. Indikator yang tajam
perubahan warnanya adalah fenolftalein. Dalam
suasanan basa kuat fenolftalein berwarna merah
keunguan yang kuat. Dalam suasana netral dan
asam fenolftalein tidak berwarna”
(Sujana, dkk, 2007, h. 265).
C. Alat dan Bahan
1) Gelas kimia dan pipet tetes
2) Pelat tetes
3) Indikator kertas lakmus
4) Kertas indikator universal
5) Indikator fenolftalein (pp)
6) Saos tomat
7) Air aki
8) Air jeruk
9) Cuka makan
10) Air sabun lifebuoy
11) Larutan obat maag
12) Pasta gigi
Mari membaca
untuk menambah
pengetahuan Indikator asam basa
yang paling dikenal
adalah lakmus yang
diperoleh dari rumput
laut. Dalam suasana
asam, lakmus berwarna
merah sedangkan
dalam suasana basa,
lakmus berwarna biru.
Ayo bereksperimen
171
13) Air mineral
D. Langkah Kerja
1) Teteskan saos tomat yang sudah diencerkan dengan air ke dalam pelat
tetes, lalu uji dengan kertas lakmus merah dan biru
2) Amati perubahan warna pada kertas lakmus
3) Lakukan langkah pertama pada bahan-bahan yang lain
4) Tuangkan 10 mL saos tomat yang sudah diencerkan dengan air ke
dalam gelas kimia, lalu celupkan kertas indikator universal
5) Sesuaian harga pH pada kertas indikator universal
6) Lakukan langkah keempat pada bahan-bahan yang lain
7) Tuangkan 5 mL saos tomat yang sudah diencerkan dengan air ke
dalam gelas kimia, lalu tambahkan 2-5 tetes indikator fenolftalein (pp)
8) Amati perubahan warna pada larutan
9) Lakukan langkah ketujuh pada bahan-bahan yang lain
10) Catat hasil dari pengamatan yang telah dilakukan
E. Hasil Pengamatan
Tulislah hasil pengamatan mu pada tabel dibawah ini!
Larutan Warna indikator Kesimpulan
Kertas lakmus Kertas
indikator
universal
Fenolftalein
(pp)
merah biru
Saos tomat
Air aki
Air jeruk
Cuka makan
Air sabun
Larutan obat
maag
Pasta gigi
Air mineral
172
F. Pertanyaan
1) Apa yang terjadi jika kertas lakmus merah dicelupkan ke dalam larutan
air jeruk dan pasta gigi?
2) Apa yang terjadi jika kertas lakmus biru dicelupkan ke dalam air sabun
dan cuka makan ?
3) Apa yang terjadi jika kertas indikator universal dicelupkan ke dalam
larutan obat maag dan air aki?
4) Apakah saos tomat dan pasta gigi mempunyai pH yang berbeda?
Mengapa?
5) Identifikasi larutan mana saja yang merupakan larutan asam dan
larutan basa serta larutan yang bersifat netral?
……………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………….
173
2. Analogi Langsung
Teori asam basa Bronsted-Lowry
Asam adalah suatu spesies kimia (molekul atau ion) yang dapat
mendonorkan suatu proton kepada spesies kimia lain atau dengan kata lain
sebagai proton donor. Basa adalah suatu spesies kimia (molekul atau ion) yang
dapat menerima suatu proton dari spesies kimia lain atau dengan kata lain
sebagai proton akseptor (Budi Rahardjo, 2014, h. 184).
Langkah kegiatan:
1. 2 orang siswa maju ke depan kelas sambil membawa bola berukuran kecil
2. Siswa A yang melempar bola, dan siswa B yang menerima bola
Pasangan asam basa konjugasi
HCOOH(aq) + H2O(l) HCOO-(aq) + H3O
+(aq)
Asam Basa Basa Asam
konjugasi konjugasi
Pasangan asam basa konjugasi
……………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………….
Ayo melakukan analogi
174
Sebutkan hubungan antara konsep asam basa Bronsted-Lowry dengan
permainan serah terima bola antara 2 orang siswa?
Sebutkan perbedaan antara konsep asam basa Bronsted-Lowry dengan
permainan serah terima bola antara 2 orang siswa?
Teori asam basa Lewis
Asam adalah suatu spesies yang dapat menerima pasangan elektron bebas.
Basa adalah suatu spesies yang dapat mendonorkan pasangan elektron bebas
(Budi Rahardjo, 2014, h. 185).
Jawab!
1. …………………………
….....……………………
2. …………………………
….....……………………
3. …………………………
….....……………………
Jawab!
1. …………………………
….....…………………...
2. …………………………
….....…………………...
3. …………………………
…………………………
…....
Jawab!
1. …………………………
….....……………………
2. ………………………......
…………………………..
3. ……………………..........
…………………………
….....
Jawab!
1. …………………………
….....…………………….
2. ..…………………………
….....…………………….
3. …………………………
…....……………………
……….....
175
Langkah kegiatan:
1. 2 orang siswa maju ke depan kelas sambil membawa uang koin
2. Siswa A yang memberikan uang koin, dan siswa B yang menerima uang
koin
Sebutkan hubungan antara konsep asam basa Lewis dengan tolong menolong
antara orang kaya dan orang miskin?
Sebutkan perbedaan antara konsep asam basa Lewis dengan tolong menolong
antara orang kaya dan orang miskin?
Ayo melakukan analogi
Jawab!
1. …………………………….
…………………………….
2. …………………………….
…………………………….
3. …………………………….
…………………………….
Jawab!
1. …………………………
…………………………
2. …………………………
…………………………..
3. …………………………
…………………………
176
3. Analogi Personal
Arrhenius Bronsted-Lowry G. N. Lewis
Jawab
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
Jawab!
1. …………………………
…………………………
2. …………………………
…………………………
3. …………………………
…………………………
Jawab!
1. …………………………
…………………………
2. …………………………
…………………………
3. …………………………
…………………………
Dalam mempelajari bab ini, kalian menggunakan teori asam basa Arrhenius,
Bronsted-Lowry, dan Lewis. Ketiga teori itu saling melengkapi. Hal yang sama
juga terjadi diantara kalian. Mengapa demikian?
Solidaritas
177
Jawab
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
4. Analogi Pembanding
Jelaskan persamaan antara konsep asam basa Lewis dengan aktivitas tolong
menolong antara orang kaya dan orang miskin?
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………..
Jelaskan ketidaksesuaian (perbedaan) antara konsep asam basa Bronsted-
Lowry dengan aktivitas permainan serah terima bola antara 2 orang siswa?
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………..
5. Eksplorasi
Diskusikan hasil belajar yang didapat!
Solidaritas
Jika kamu mempunyai 2 buah buku kimia, tetapi teman sebangku kamu tidak
mempunyai buku kimia, tentu teman sebangku kamu akan kesulitan dalam belajar kimia.
Apa yang akan kamu lakukan terhadap teman sebangku kamu? Kemukakan kembali hal
di atas dengan molekul BF3 dan NH3 pada konsep asam basa Lewis?
178
Presentasikan hasil belajar yang didapat!
Menulis hasil diskusi
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
?
179
6. Analogi Pengembangan
Siswa melakukan analogi pengembangan dengan menyebutkan contoh lain
dalam kehidupan sehari-hari yang dapat dianalogikan dengan konsep asam
basa, dengan tujuan keterampilan berpikir kritis dapat meningkat pada konsep
asam basa.
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
………………………………………………………
Meyebutkan contoh
180
Lampiran 12
HASIL TES KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA
KELAS EKSPERIMEN
No Nama Siswa Pretest Posttest
1 AW 21 74
2 AR 21 74
3 ADL 23 74
4 AA 23 75
5 AM 24 75
6 DR 24 76
7 DA 24 76
8 E 26 77
9 FZ 26 77
10 IA 26 77
11 KA 26 78
12 MF 28 78
13 MT 28 80
14 MDH 31 80
15 NH 31 82
16 NB 31 82
17 NA 31 83
18 PKM 33 83
19 RM 33 85
20 RA 34 85
21 RAP 36 86
22 SK 36 86
23 SSH 38 87
24 SO 38 87
25 SAP 41 87
26 FA 41 88
27 EW 41 88
28 CBS 43 89
29 I 43 89
30 MDK 44 89
Rata-rata 31,50 81,56
181
HASIL TES KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA
KELAS KONTROL
No Nama Siswa Pretest Posttest
1 VS 18 71
2 EK 18 71
3 ESN 21 71
4 IH 21 71
5 ADF 24 72
6 RER 24 72
7 MP 24 72
8 SDR 26 72
9 DYM 26 74
10 ACA 28 74
11 BS 28 74
12 VBF 31 75
13 LN 31 75
14 SD 33 75
15 MRF 33 76
16 PAA 34 76
17 MHA 34 76
18 WSJ 34 77
19 IR 38 77
20 DJY 38 78
21 A 41 78
22 DZS 41 80
23 OAE 44 80
24 KFD 44 81
25 AFA 44 81
26 NPDPP 46 83
27 AFU 46 83
28 AFS 46 85
29 MRA 46 88
30 DA 46 88
Rata-rata 33,60 76,86
182
Lampran 13
Data Hasil Pretest Kelas Eksperimen Berdasarkan Indikator KBK
Indikator Keterampilan Berpikir Kritis
Skor
Nilai
(%)
Nama
Menganalisis
argumen
Menentukan
suatu tindakan
Mendeduksi dan
mempertimbangkan
hasil deduksi
Mempertimbangkan
kesesuaian sumber
Berinteraksi
Nomor Soal
1 2 3 4 5 6 7
Skor Maksimal 12 12 12 12 12 12 12
AW 3 3 2 3 2 2 3 18 21
AR 3 4 2 2 2 3 2 18 21
ADL 2 3 2 3 2 3 4 19 23
AA 4 2 5 2 2 2 2 19 23
AM 3 2 6 2 3 2 2 20 24
DR 2 2 3 6 3 2 2 20 24
DA 2 2 4 2 3 3 4 20 24
E 3 2 3 2 4 3 5 22 26
FZ 4 3 2 2 5 4 2 22 26
IA 2 2 3 3 3 3 6 22 26
KA 5 2 4 2 4 2 3 22 26
MF 5 3 5 2 5 2 2 24 28
MT 3 3 3 4 2 5 4 24 28
MDH 5 4 4 3 5 3 2 26 31
NH 3 5 2 3 7 3 3 26 31
NB 6 2 6 2 3 3 4 26 31
NA 4 6 3 4 2 4 3 26 31
183
Indikator Keterampilan Berpikir Kritis
Skor
Nilai
(%)
Nama
Menganalisis
argumen
Menentukan
suatu tindakan
Mendeduksi dan
mempertimbangkan
hasil deduksi
Mempertimbangkan
kesesuaian sumber
Berinteraksi
Nomor Soal
1 2 3 4 5 6 7
Skor Maksimal 12 12 12 12 12 12 12
PKM 2 7 8 2 3 3 3 28 33
RM 3 3 4 4 7 5 2 28 33
RA 4 2 5 5 9 2 2 29 34
RAP 5 3 4 3 2 8 5 30 36
SK 6 2 4 7 4 2 5 30 36
SSH 4 6 3 6 5 3 5 32 38
SO 3 5 6 3 3 4 8 32 38
SAP 4 5 4 5 3 7 7 35 41
FA 9 2 5 4 4 5 6 35 41
EW 6 4 6 3 6 7 3 35 41
CBS 4 5 3 6 4 9 5 36 43
I 4 3 7 4 6 3 9 36 43
MDK 7 2 5 5 5 6 7 37 44
Jumlah 120 99 123 104 118 113 120 Jumlah skor
maksimal
360 360 360 360 360 360 360
Rata-rata 109,5 113,5 118 113 120
% Rata-rata 30,41 31,52 32,77 31,38 33,33
Nilai
tertinggi
44
Nilai
terendah
21
184
Lampiran 14
Data Hasil Pretest Kelas Kontrol Berdasarkan Indikator KBK
Indikator Keterampilan Berpikir Kritis
Skor
Nilai
(%)
Nama
Menganalisis
argumen
Menentukan
suatu tindakan
Mendeduksi dan
mempertimbangkan
hasil deduksi
Mempertimbangkan
kesesuaian sumber
Berinteraksi
Nomor Soal
1 2 3 4 5 6 7
Skor Maksimal
12 12 12 12 12 12 12
VS 3 2 2 2 2 2 2 15 18
EK 2 2 3 2 2 2 2 15 18
ESN 3 3 2 3 2 3 2 18 21
IH 4 2 3 2 2 2 3 18 21
ADF 4 4 2 2 3 3 2 20 24
RER 2 3 2 4 4 2 3 20 24
MP 3 3 4 4 2 2 2 20 24
SDR 3 2 2 2 5 4 4 22 26
DYM 5 4 3 4 2 2 2 22 26
ACA 2 6 2 3 4 3 4 24 28
BS 3 2 6 2 4 4 3 24 28
VBF 3 4 2 7 3 3 4 26 31
LN 2 2 3 3 6 5 5 26 31
SD 6 5 4 6 2 2 3 28 33
MRF 4 2 5 3 5 5 4 28 33
PAA 4 4 4 5 3 5 4 29 34
MHA 2 5 6 3 7 3 3 29 34
185
Indikator Keterampilan Berpikir Kritis
Skor
Nilai
(%)
Nama
Menganalisis
argumen
Menentukan
suatu tindakan
Mendeduksi dan
mempertimbangkan
hasil deduksi
Mempertimbangkan
kesesuaian sumber
Berinteraksi
Nomor Soal
1 2 3 4 5 6 7
Skor Maksimal
12 12 12 12 12 12 12
WSJ 4 3 6 4 5 5 2 29 34
IR 4 3 3 2 4 6 10 32 38
DJY 6 4 9 3 3 3 4 32 38
A 5 5 4 5 3 6 7 35 41
DZS 2 4 8 3 7 5 6 35 41
OAE 6 3 3 3 5 6 11 37 44
KFD 7 3 5 8 6 4 4 37 44
AFA 5 4 6 2 4 7 9 37 44
NPDPP 5 4 4 5 8 6 7 39 46
AFU 7 3 7 4 4 5 9 39 46
AFS 4 5 6 8 8 4 4 39 46
MRA 7 5 4 5 7 6 5 39 46
DA 5 5 8 5 3 5 8 39 46
Jumlah 122 106 128 114 125 120 138
Jumlah skor
maksimal
360 360 360 360 360 360 360
Rata-rata 114 121 125 120 138
% Rata-rata 31,66 33,61 34,72 33,33 38,33
Nilai
tertinggi
46
Nilai
terendah
18
186
Lampiran 15
Data Hasil Posttest Kelas Eksperimen Berdasarkan Indikator KBK
Indikator Keterampilan Berpikir Kritis
Skor
Nilai
(%)
Nama
Menganalisis
argumen
Menentukan
suatu tindakan
Mendeduksi dan
mempertimbangkan
hasil deduksi
Mempertimbangkan
kesesuaian sumber
Berinteraksi
Nomor Soal
1 2 3 4 5 6 7
Skor Maksimal
12 12 12 12 12 12 12
AW 10 8 9 6 8 9 12 62 74
AR 11 9 6 10 11 8 7 62 74
ADL 7 8 10 8 9 8 12 62 74
AA 9 11 8 9 8 9 9 63 75
AM 11 7 9 12 6 10 8 63 75
DR 8 10 7 10 10 11 8 64 76
DA 8 7 10 9 9 11 10 64 76
E 9 6 12 10 8 12 8 65 77
FZ 12 8 9 8 7 12 9 65 77
IA 9 11 8 9 7 9 12 65 77
KA 10 9 11 7 10 9 10 66 78
MF 7 9 8 12 8 10 12 66 78
MT 9 12 9 10 11 7 9 67 80
MDH 12 9 10 8 10 10 8 67 80
NH 10 12 8 11 7 11 10 69 82
NB 8 10 12 7 12 9 11 69 82
NA 12 9 10 11 8 9 11 70 83
187
Indikator Keterampilan Berpikir Kritis
Skor
Nilai
(%)
Nama
Menganalisis
argumen
Menentukan
suatu tindakan
Mendeduksi dan
mempertimbangkan
hasil deduksi
Mempertimbangkan
kesesuaian sumber
Berinteraksi
Nomor Soal
1 2 3 4 5 6 7
Skor Maksimal
12 12 12 12 12 12 12
PKM 9 7 12 10 10 10 12 70 83
RM 8 11 9 12 11 11 9 71 85
RA 12 10 10 8 9 12 10 71 85
RAP 8 11 10 12 12 9 10 72 86
SK 11 9 12 9 10 10 11 72 86
SSH 10 10 10 12 11 8 12 73 87
SO 12 11 8 11 10 12 9 73 87
SAP 11 9 11 10 10 12 10 73 87
FA 10 11 10 12 12 9 10 74 88
EW 9 12 12 9 10 10 12 74 88
CBS 9 11 11 12 11 9 12 75 89
I 12 8 12 11 9 12 11 75 89
MDK 11 11 9 10 12 12 10 75 89
Jumlah 294 286 292 295 286 300 304
Jumlah skor
maksimal
360 360 360 360 360 360 360
Rata-rata 290 293,5 286 300 304
% Rata-rata 80,55 81,52 79,44 83,33 84,44
Nilai
tertinggi
89
Nilai
terendah
74
188
Lampiran 16
Data Hasil Posttest Kelas Kontrol Berdasarkan Indikator KBK
Indikator Keterampilan Berpikir Kritis
Skor
Nilai
(%)
Nama
Menganalisis
argumen
Menentukan
suatu tindakan
Mendeduksi dan
mempertimbangkan
hasil deduksi
Mempertimbangkan
kesesuaian sumber
Berinteraksi
Nomor Soal
1 2 3 4 5 6 7
Skor Maksimal
12 12 12 12 12 12 12
VS 9 10 7 7 10 8 9 60 71
EK 12 8 6 8 9 10 7 60 71
ESN 8 9 12 9 8 8 6 60 71
IH 9 7 7 8 10 9 10 60 71
ADF 10 9 10 7 9 8 8 61 72
RER 7 9 9 8 10 7 11 61 72
MP 10 7 7 9 9 9 10 61 72
SDR 9 10 6 10 7 10 9 61 72
DYM 8 8 8 9 9 9 11 62 74
ACA 10 9 9 8 10 8 8 62 74
BS 10 10 7 10 9 7 9 62 74
VBF 7 7 12 9 12 8 8 63 75
LN 9 8 9 11 10 9 7 63 75
SD 9 9 10 7 11 8 9 63 75
MRF 10 11 8 9 7 9 10 64 76
PAA 9 9 11 10 8 10 7 64 76
MHA 11 8 9 6 10 11 9 64 76
189
Indikator Keterampilan Berpikir Kritis
Skor
Nilai
(%)
Nama
Menganalisis
argumen
Menentukan
suatu tindakan
Mendeduksi dan
mempertimbangkan
hasil deduksi
Mempertimbangkan
kesesuaian sumber
Berinteraksi
Nomor Soal
1 2 3 4 5 6 7
Skor Maksimal
12 12 12 12 12 12 12
WSJ 8 10 7 11 9 8 12 65 77
IR 10 7 8 9 8 12 11 65 77
DJY 7 10 11 12 7 11 8 66 78
A 9 11 9 6 9 10 12 66 78
DZS 12 9 10 9 6 10 11 67 80
OAE 10 8 12 8 10 8 11 67 80
KFD 5 12 8 12 9 12 10 68 81
AFA 12 9 9 11 12 6 9 68 81
NPDPP 6 11 12 10 10 9 12 70 83
AFU 11 10 10 8 11 11 9 70 83
AFS 12 9 7 9 10 12 12 71 85
MRA 9 12 11 12 9 10 11 74 88
DA 10 10 9 11 12 11 11 74 88
Jumlah 278 276 270 273 280 278 287
Jumlah skor
maksimal
360 360 360 360 360 360 360
Rata-rata 277 271,5 280 278 287
% Rata-rata 76,94 75,41 77,77 77,22 79,72
Nilai
tertinggi
88
Nilai
terendah
71
190
Lampiran 17
Data Hasil Uji Normalitas Pretest Kelas Eksperimen
Perhitungan uji normalitas adalah dengan menggunakan software SPSS versi 22,
taraf nyata ( ) adalah 5% (0,05) dan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov.
EXAMINE VARIABLES = preeksperimen
/PLOT BOXPLOT STEMLEAF NPPLOT
/COMPARE GROUPS
/STATISTICS DESCRIPTIVES
/CINTERVAL 95
/MISSING LISTWISE
/NOTOTAL.
Explore
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
preeksperimen 30 100.0% 0 0.0% 30 100.0%
Descriptives
Statistic Std. Error
preeksperimen Mean 31.5000 1.31634
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 28.8078
Upper Bound 34.1922
5% Trimmed Mean 31.4074
Median 31.0000
Variance 51.983
Std. Deviation 7.20991
Minimum 21.00
Maximum 44.00
Range 23.00
Interquartile Range 12.50
Skewness .272 .427
Kurtosis -1.195 .833
191
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic Df Sig.
preeksperimen .144 30 .115 .934 30 .061
a. Lilliefors Significance Correction
1. H0 = data berdistribusi normal
H1 = data tidak berdistribusi normal
2. Kriteria pengujian:
Sig > maka H0 diterima, H1 ditolak
Sig < maka H0 ditolak, H1 diterima
3. Sig (0,115) > (0,05) sehingga H0 diterima
4. Kesimpulan:
Data berdistribusi normal
192
Lampiran 18
Data Hasil Uji Normalitas Pretest Kelas Kontrol
Perhitungan uji normalitas adalah dengan menggunakan software SPSS versi 22,
taraf nyata ( ) adalah 5% (0,05) dan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov.
EXAMINE VARIABLES=Prekontrol
/PLOT BOXPLOT STEMLEAF NPPLOT
/COMPARE GROUPS
/STATISTICS DESCRIPTIVES
/CINTERVAL 95
/MISSING LISTWISE
/NOTOTAL.
Explore
Descriptives
Statistic Std. Error
Prekontrol Mean 33.6000 1.70030
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 30.1225
Upper Bound 37.0775
5% Trimmed Mean 33.7778
Median 33.5000
Variance 86.731
Std. Deviation 9.31295
Minimum 18.00
Maximum 46.00
Range 28.00
Interquartile Range 18.50
Skewness -.074 .427
Kurtosis -1.290 .833
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Prekontrol 30 100.0% 0 0.0% 30 100.0%
193
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic Df Sig.
Prekontrol .135 30 .174 .923 30 .032
a. Lilliefors Significance Correction
1. H0 = data berdistribusi normal
H1 = data tidak berdistribusi normal
2. Kriteria pengujian:
Sig > maka H0 diterima, H1 ditolak
Sig < maka H0 ditolak, H1 diterima
3. Sig (0,174) > (0,05) sehingga H0 diterima
4. Kesimpulan:
Data berdistribusi normal
194
Lampiran 19
Data Hasil Uji Homogenitas Nilai Pretest Kelas Eksperimen dan Kontrol
Perhitungan uji homogenitas adalah dengan menggunakan software SPSS versi
22, dengan taraf nyata ( ) adalah 5% (0,05) dan menggunakan uji Levene.
ONEWAY Preekskont BY Kelas
/STATISTICS HOMOGENEITY
/MISSING ANALYSIS.
Oneway
ANOVA
Preekskont
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 66.150 1 66.150 .954 .333
Within Groups 4022.700 58 69.357
Total 4088.850 59
1. H0 = data homogen
H1 = data tidak homogen
2. Kriteria pengujian:
Sig > maka H0 diterima, H1 ditolak
Sig < maka H0 ditolak, H1 diterima
3. Sig (0,113) > (0,05) sehingga H0 diterima
4. Kesimpulan:
Data berasal dari varian yang sama atau homogen
Test of Homogeneity of Variances
Preekskont
Levene Statistic df1 df2 Sig.
2.586 1 58 .113
195
Lampiran 20
Data Hasil Uji Hipotesis Nilai Pretest Kelas Eksperimen dan Kontrol
Perhitungan uji hipotesis adalah dengan menggunakan software SPSS versi 22,
dengan taraf nyata ( ) adalah 5% (0,05) dan menggunakan uji independent
sample test.
T-TEST GROUPS=Group(1 2)
/MISSING=ANALYSIS
/VARIABLES=Nilaipretest
/CRITERIA=CI(.95).
T-Test
Group Statistics
Group N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
Nilaipretest Control 30 33.60 9.313 1.700
eksperimen 30 31.50 7.210 1.316
Independent Samples Test
Levene's
Test for
Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig. t df
Sig. (2-
tailed)
Mean
Difference
Std. Error
Difference
95%
Confidence
Interval of the
Difference
Lowe
r Upper
Nilaipret
est
Equal
variances
assumed
2.586 .113 .977 58 .333 2.100 2.150 -
2.204 6.404
Equal
variances
not
assumed
.977 54.575 .333 2.100 2.150 -
2.210 6.410
196
1. H0 = tidak terdapat perbedaan rata-rata nilai pretest antara kelas
eksperimen dan kontrol
2. H1 = terdapat perbedaan rata-rata nilai pretest antara kelas eksperimen dan
kontrol
3. Kriteria pengujian:
Sig (2 tailed) > maka H0 diterima, H1 ditolak
Sig (2 tailed) < maka H0 ditolak, H1 diterima
4. Sig (2 tailed) (0,333) > (0,05) sehingga H0 diterima
5. Kesimpulan:
Tidak terdapat perbedaan rata-rata nilai pretest antara kelas eksperimen
dan kontrol
197
Lampiran 21
Data Hasil Uji Normalitas Posttest Kelas Eksperimen
Perhitungan uji normalitas adalah dengan menggunakan software SPSS versi 22,
taraf nyata ( ) adalah 5% (0,05) dan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov.
EXAMINE VARIABLES=Posteksperimen
/PLOT BOXPLOT STEMLEAF NPPLOT
/COMPARE GROUPS
/STATISTICS DESCRIPTIVES
/CINTERVAL 95
/MISSING LISTWISE
/NOTOTAL.
Explore
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Posteksperimen 30 100.0% 0 0.0% 30 100.0%
Descriptives
Statistic Std. Error
Posteksperimen Mean 81.5667 .96928
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 79.5843
Upper Bound 83.5491
5% Trimmed Mean 81.5741
Median 82.0000
Variance 28.185
Std. Deviation 5.30896
Minimum 74.00
Maximum 89.00
Range 15.00
Interquartile Range 10.25
Skewness -.022 .427
Kurtosis -1.555 .833
198
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic Df Sig.
Posteksperimen .149 30 .087 .903 30 .010
a. Lilliefors Significance Correction
1. H0 = data berdistribusi normal
H1 = data tidak berdistribusi normal
2. Kriteria pengujian:
Sig > maka H0 diterima, H1 ditolak
Sig < maka H0 ditolak, H1 diterima
3. Sig (0,087) > (0,05) sehingga H0 diterima
4. Kesimpulan:
Data berdistribusi normal
199
Lampiran 22
Data Hasil Uji Normalitas Posttest Kelas Kontrol
Perhitungan uji normalitas adalah dengan menggunakan software SPSS versi 22,
taraf nyata ( ) adalah 5% (0,05) dan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov.
EXAMINE VARIABLES=Postkontrol
/PLOT BOXPLOT STEMLEAF NPPLOT
/COMPARE GROUPS
/STATISTICS DESCRIPTIVES
/CINTERVAL 95
/MISSING LISTWISE
/NOTOTAL.
Explore
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Postkontrol 30 100.0% 0 0.0% 30 100.0%
Descriptives
Statistic Std. Error
Postkontrol Mean 76.8667 .90685
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 75.0120
Upper Bound 78.7214
5% Trimmed Mean 76.5741
Median 76.0000
Variance 24.671
Std. Deviation 4.96702
Minimum 71.00
Maximum 88.00
Range 17.00
Interquartile Range 8.25
Skewness .785 .427
Kurtosis -.136 .833
200
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig. Statistic df Sig.
Postkontrol .136 30 .165 .915 30 .020
a. Lilliefors Significance Correction
1. H0 = data berdistribusi normal
H1 = data tidak berdistribusi normal
2. Kriteria pengujian:
Sig > maka H0 diterima, H1 ditolak
Sig < maka H0 ditolak, H1 diterima
3. Sig (0,165) > (0,05) sehingga H0 diterima
4. Kesimpulan:
Data berdistribusi normal
201
Lampiran 23
Data Hasil Uji Homogenitas Nilai Posttest Kelas Eksperimen dan Kontrol
Perhitungan uji homogenitas adalah dengan menggunakan software SPSS versi
22, dengan taraf nyata ( ) adalah 5% (0,05) dan menggunakan uji Levene.
ONEWAY Postekskont BY Kelas
/STATISTICS HOMOGENEITY
/MISSING ANALYSIS.
Oneway
Test of Homogeneity of Variances
Postekskont
Levene Statistic df1 df2 Sig.
1.256 1 58 .267
ANOVA
Postekskont
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 331.350 1 331.350 12.538 .001
Within Groups 1532.833 58 26.428
Total 1864.183 59
1. H0 = data homogen
H1 = data tidak homogen
2. Kriteria pengujian:
Sig > maka H0 diterima, H1 ditolak
Sig < maka H0 ditolak, H1 diterima
3. Sig (0,267) > (0,05) sehingga H0 diterima
4. Kesimpulan:
Data berasal dari varian yang sama atau homogen
202
Lampiran 24
Data Hasil Uji Hipotesis Nilai Posttest Kelas Eksperimen dan Kontrol
Perhitungan uji hipotesis adalah dengan menggunakan software SPSS versi 22,
dengan taraf nyata ( ) adalah 5% (0,05) dan menggunakan uji independent
sample test.
T-TEST GROUPS=group(1 2)
/MISSING=ANALYSIS
/VARIABLES=nilaiposttest
/CRITERIA=CI(.95).
T-Test
Group Statistics
group N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
nilaiposttest eksperimen 30 81.57 5.309 .969
kontrol 30 76.87 4.967 .907
Independent Samples Test
Levene's
Test for
Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig. t df
Sig. (2-
tailed)
Mean
Difference
Std. Error
Difference
95%
Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
nilaipostt
est
Equal
variances
assumed
1.256 .267 3.541 58 .001 4.700 1.327 2.043 7.357
Equal
variances
not
assumed
3.541 57.745 .001 4.700 1.327 2.043 7.357
203
1. H0 = tidak terdapat perbedaan rata-rata nilai posttest antara kelas
eksperimen dan kontrol
2. H1 = terdapat perbedaan rata-rata nilai posttest antara kelas eksperimen
dan kontrol
3. Kriteria pengujian:
Sig (2 tailed) > maka H0 diterima, H1 ditolak
Sig (2 tailed) < maka H0 ditolak, H1 diterima
4. Sig (2 tailed) (0,001) < (0,05) sehingga H0 diolak
5. Kesimpulan:
Terdapat perbedaan rata-rata nilai posttest antara kelas eksperimen dan
kontrol yang menandakan terdapat pengaruh model pembelajaran
synectics terhadap keterampilan berpikir kritis siswa
204
Lampiran 25
LEMBAR OBSERVASI
Aktivitas Siswa Pada Kegiatan Pembelajaran Asam Basa Menggunakan
Model Pembelajaran Synectics
Nama Observer : Aida Nadia
Pertemuan ke- : 1 dan 2
Kelas/Semester : XI/Genap
Waktu : 2 Jam (2 45 menit)
Petunjuk Penilaian :
Berilah keterangan berupa penjelasan pada kolom sesuai dengan pengamatan anda
terhadap keterlaksanaan model pembelajaran synectics terhadap siswa!
Aspek yang diobservasi Keterlaksanaan Deskripsi Kegiatan
Ya Tidak
Tahap Masukan Substantif
1. Siswa menerima LKS dari guru
2. Siswa melakukan praktikum
mengetahui sifat larutan asam atau basa
dengan menggunakan indikator asam
basa, yaitu kertas lakmus, pH universal,
dan indikator fenolftalein
3. Siswa mencari sumber informasi
mengenai konsep asam basa
4. Siswa diberi kesempatan bertanya
tentang topik baru
√
Tahap Analogi Langsung
1. Siswa melakukan analogi berkenaan
dengan diri sendiri yang dianalogikan
siswa A menjadi asam dan siswa B
menjadi basa pada konsep asam basa
Bronsted-Lowry
2. Siswa melakukan analogi berkenaan
dengan diri sendiri yang dianalogikan
siswa A menjadi basa dan siswa B
menjadi asam pada konsep asam basa
Lewis
√
Tahap Analogi Personal
1. Siswa memberi alasan tentang diri
sendiri yang dianalogikan sebagai
√
205
Aspek yang diobservasi Keterlaksanaan Deskripsi Kegiatan
Ya Tidak
sebuah teori asam basa yang saling
melengkapi
2. Siswa memberi alasan tentang diri
sendiri yang dianalogikan sebagai
sebuah teori asam basa
Tahap Analogi Pembanding
1. Siswa menjelaskan perbedaan antara
konsep asam basa Bronsted-Lowry
dengan analogi permainan serah terima
bola dengan 2 orang siswa
2. Siswa menjelaskan kesamaan antara
konsep asam basa Lewis dengan
permainan tolong menolong
√
Tahap Eksplorasi
1. Siswa berdiskusi dengan kelompok dan
menulis hasil diskusi
2. Siswa menjelaskan kembali topik
semula dengan bahasa sendiri dengan
cara presentasi
√
Tahap Analogi Pengembangan
Siswa melakukan analogi
pengembangan, dengan mencari contoh
analogi yang lain untuk konsep asam
basa
√
Catatan:
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
……....
206
Lampiran 26
Surat Bimbingan Skripsi
207
208
Lampiran 27
Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian
209
Lampiran 28
Contoh Lembar Jawaban Siswa
210
Lampiran 29
Contoh Jawaban LKS Siswa
211
212
213
214
Lampiran 30
Dokumentasi Penelitian
Masukan Substantif
215
Kegiatan Analogi
216
Kegiatan Diskusi dan Presentasi
217
Lampiran 31
UJI REFERENSI
Judul Skripsi : Pengaruh Model Pembelajaran Synectics terhadap Keterampilan
Berpikir Kritis Siswa pada Konsep Asam Basa
Penulis : Rista Firdausa Handoyo
NIM : 1112016200064
Jurusan/ Prodi : Pendidikan IPA/ Pendidikan Kimia
No Referensi Paraf
Pembimbing
I
Pembimbing
II
BAB I
1. Pratiwi, Yesi., Sri, Mulyani., & Ashadi. (2015).
Upaya Peningkatan Prestasi Belajar dan
Interaksi Sosial Siswa dengan Menggunakan
Metode Pembelajaran Teams Games
Tournament (TGT) Dilengkapi Media Peta
Konsep pada Materi Kelarutan dan Hasil Kali
Kelarutan Siswa Kelas XI IPA SMA Batik 1
Surakarta Tahun Pelajaran 2013/2014. Jurnal
Pendidikan Kimia (JPK), Vol. 4 No.1. h. 182.
2. Gaffar, Mohammad Fakry. (1987).
Perencanaan Pendidikan: Teori dan
Metodologi. Jakarta: Proyek Pengembangan
Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan. h.
13.
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20
Tahun 2003. Sistem Pendidikan Nasional Bab
II Pasal 3. Jakarta: Penulis.
218
No Referensi Paraf
Pembimbing
I
Pembimbing
II
4. Nurhayati, Halimah Mustika., Sri, Rahayu., &
Yahmin. (2016). Pengaruh Pembelajaran Kimia
Kelarutan dengan LC-5E Berkonteks SSI
terhadap Keterampilan Berpikir Kritis Siswa
SMA. Jurnal Pendidikan Sains, Vol. 4, No. 4. h.
137.
5. Kartimi., & Liliasari. (2012). Pengembangan
Alat Ukur Berpikir Kritis pada Konsep
Termokimia untuk Siswa SMA Peringkat Atas
dan Menengah. Jurnal Pendidikan IPA
Indonesia (JPII) 1 (1). h. 21.
6. Sastrika., Sadia., & Muderawan. (2013).
Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Proyek
Terhadap Pemahaman Konsep Kimia dan
Keterampilan Berpikir Kritis. E-Journal
Program Pascasarjana Universitas Pendidikan
Ganesha, Volume 3.
7. Danisa, Valent Sari., Sri, Dwiastuti., & Suciati.
(2016). Pengaruh Model Guided Inquiry
Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis pada
Pembelajaran Biologi. Seminar Nasional
Pendidikan dan Saintek. h. 610.
8. Kuswana, Wowo Sunaryo. (2011). Taksonomi
Berpikir. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. h.
22.
9. Sani, Ridwan Abdullah. (2013). Inovasi
Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. h. 104.
219
No Referensi Paraf
Pembimbing
I
Pembimbing
II
10. Joyce, Bruce., Marsha, Weil., & Emily,
Calhoun. (2011). Models of Teaching Model-
Model Pengajaran. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar. h. 269.
11. Nasution. (1989). Kurikulum dan Pengajaran.
Bandung: Bima Aksara. h. 82-83.
12. Suja, I Wayan. (2014). Penggunaan Analogi
dalam Pembelajaran Kimia. Jurnal Pendidikan
Indonesia Vol. 3, No. 2. h. 404.
13. Candrasekaran. (2014). Developing Scientific
Attitude, Critical Thinking and Creative
Intelligence of Higher Secondary School
Biology Students by Applying Synectics
Techniques. International Journal of
Humanities and Social Science Invention Vol. 3.
14. Sa’adah, Rif’atus., Eko, Setyadi Kurniawan., &
Ashari. (2014). Upaya Meningkatkan
Kemampuan Berpikir Kritis dengan Penerapan
Model Pembelajaran Synectics pada
Pembelajaran Fisika di SMA Negeri 6
Purworejo Tahun Pelajaran 2013/2014. Radiasi
Vol. 5 No. 2.
15. Abed, Soheila., Amir, H. M. D., & Davoud, H.
(2015). The Effect of Synectics Pattern on
Increasing the Level of Problem Solving and
Critical Thinking Skills in Students of Alborz
Province. WALIA journal 31 (S1): 110-118.
220
No Referensi Paraf
Pembimbing
I
Pembimbing
II
BAB II
1. Sukmadinata, Nana Syaodih., & Erliana,
Syaodih. (2012). Kurikulum & Pembelajaran
Kompetensi. Bandung: PT. Refika Aditama. h.
151.
2. Sani, Ridwan Abdullah. (2013). Inovasi
Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. h. 89.
3. Huda, Miftahul. (2014). Model-Model
Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar. h. 73.
4.
Zulfiani., Tonih, Feronika., & Kinkin, Suartini.
(2009). Strategi Pembelajaran Sains. Jakarta:
Lembaga Penelitian UIN Jakarta. h. 117.
5. Joyce, Bruce., & Marsha, Weil. (2003). Models
of Teaching. New Delhi: Prentice Hall. h. 7.
6. Candrasekaran. (2014). Developing Scientific
Attitude, Critical Thinking and Creative
Intelligence of Higher Secondary School
Biology Students by Applying Synectics
Techniques. International Journal of
Humanities and Social Science Invention Vol. 3.
h. 2.
221
No Referensi Paraf
Pembimbing
I
Pembimbing
II
7. Sani, Ridwan Abdullah. (2013). Inovasi
Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. h. 104.
8. Abed, Soheila., Amir, H. M. D., & Davoud, H.
(2015). The Effect of Synectics Pattern on
Increasing the Level of Problem Solving and
Critical Thinking Skills in Students of Alborz
Province. WALIA journal 31 (S1): 110-118. h.
111.
9. Sukmadinata, Nana Syaodih., & Erliana,
Syaodih. (2012). Kurikulum & Pembelajaran
Kompetensi. Bandung: PT. Refika Aditama. h.
157.
10. Joyce, Bruce., & Marsha, Weil. (2003). Models
of Teaching. New Delhi: Prentice Hall. h. 236.
11. Evans, James R. (1991). Creative Thinking In
the Decision and Management Sciences. United
States: Congress Cataloging. h. 71.
12. Djudin, Tomo. (2011). Mendekati Makna
“Kreativitas” dan Model Pembelajaran
Synectics. Jurnal Cakrawala Kependidikan Vol.
9. No. 1. h. 7.
222
No Referensi Paraf
Pembimbing
I
Pembimbing
II
13. Joyce, Bruce., Marsha, Weil., & Emily,
Calhoun. (2011). Models of Teaching Model-
Model Pengajaran. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar. h. 253.
14. Sutoyo. (1991). Edward De Bono Berpikir
Lateral. Jakarta: Erlangga. h. 166.
15. Moreno, Diana P., Maria, C. Yang., & Kristin,
L. Wood. (2014). Design Creativity for Every
Design Problem: A Design-by-Analogy
Approach. Design Computing and Cognition
DCC’14. J. S. Gero (ed). h. 3.
16. Praswidiarini, Dian., & Suyono. (2015).
Penerapan Strategi Analogi yang diperkuat
dengan Praktikum untuk Meprevensi
Miskonsepsi Siswa pada Konsep Asam dan
Basa. UNESA Journal of Chemical Education
Vol. 4 No 3. pp 532-540. h. 533.
17. Praswidiarini, Dian., & Suyono. (2015).
Penerapan Strategi Analogi yang diperkuat
dengan Praktikum untuk Meprevensi
Miskonsepsi Siswa pada Konsep Asam dan
Basa. UNESA Journal of Chemical Education
Vol. 4 No 3. pp 532-540. h. 536.
18. Harrison, Allan G., & Richard, K. Coll. (2013).
Analogi dalam Kelas Sains. Jakarta: PT. Indeks.
h. 40.
223
No Referensi Paraf
Pembimbing
I
Pembimbing
II
19. Djudin, Tomo. (2011). Mendekati Makna
“Kreativitas” dan Model Pembelajaran
Synectics. Jurnal Cakrawala Kependidikan Vol.
9. No. 1. h. 7-8.
20. Sutoyo. (1991). Edward De Bono Berpikir
Lateral. Jakarta: Erlangga. h. 167-168.
21. Sukmadinata, Nana Syaodih., & Erliana,
Syaodih. (2012). Kurikulum & Pembelajaran
Kompetensi. Bandung: PT. Refika Aditama. h.
158.
22. Nasution. (1989). Kurikulum dan Pengajaran.
Bandung: Bima Aksara. h. 82-83.
23. Munandar, Utami. (2012). Pengembangan
Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: PT. Rineka
Cipta. h. 202.
24. Daryanto. (1997). Kamus Bahasa Indonesia
Lengkap. Surabaya: Apollo. h. 488.
224
No Referensi Paraf
Pembimbing
I
Pembimbing
II
25. Kuswana, Wowo Sunaryo. (2011). Taksonomi
Berpikir. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. h.
2.
26. Soemardjo. (1992). Mengajar Berpikir. Jakarta:
Erlangga. h. 36-37.
27. Kuswana, Wowo Sunaryo. (2011). Taksonomi
Berpikir. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. h.
2.
28. Ruggiero, Vincent Ryan. (2004). Beyond
Feelings A Guide to Critical Thinking. New
York: McGraw-Hill Higher Education. h. 17.
29. Sutoyo. (1991). Edward De Bono Berpikir
Lateral. Jakarta: Erlangga. h. 14.
30. Soemardjo. (1992). Mengajar Berpikir. Jakarta:
Erlangga. h. 53.
225
No Referensi Paraf
Pembimbing
I
Pembimbing
II
31. Johnson, Elaine B. (2011). Contextual Teaching
& Learning. Bandung: Kaifa. h. 183.
32. Kuswana, Wowo Sunaryo. (2011). Taksonomi
Berpikir. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. h.
19
33. Ruggiero, Vincent Ryan. (2004). Beyond
Feelings A Guide to Critical Thinking. New
York: McGraw-Hill Higher Education. h. 17.
34. Eggen, Paul., & Don, Kauchak. (2012). Strategi
dan Model Pembelajaran Mengajarkan Konten
dan Keterampilan Berpikir. Jakarta: PT. Indeks.
h. 119.
35. Sukmadinata, Nana Syaodih., & Erliana,
Syaodih. (2012). Kurikulum & Pembelajaran
Kompetensi. Bandung: PT. Refika Aditama. h.
122-123.
36. Kartimi., & Liliasari. (2012). Pengembangan
Alat Ukur Berpikir Kritis pada Konsep
Termokimia untuk Siswa SMA Peringkat Atas
dan Menengah. Jurnal Pendidikan IPA
Indonesia (JPII) 1 (1). h. 23.
226
No Referensi Paraf
Pembimbing
I
Pembimbing
II
37. Fisher, Alec. (2008). Berpikir Kritis Sebuah
Pengantar. Jakarta: Erlangga. h. 4.
38. Kuswana, Wowo Sunaryo. (2011). Taksonomi
Berpikir. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. h.
22.
39. Kuswana, Wowo Sunaryo. (2011). Taksonomi
Berpikir. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. h.
21.
40. Ennis, Robert Hugh. (1996). Critical Thinking.
New Jersey: Prentice-Hall. h. 4.
41. Ennis, Robert Hugh. (1985). A Logical Basis
for Measuring Critical Thinking Skills.
Association for Supervision and Curriculum
Development. h. 46.
42. Sastrohamidjojo, Hardjuno. (2010). Kimia
Dasar Edisi Ke-2. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press. h. 257.
227
No Referensi Paraf
Pembimbing
I
Pembimbing
II
43. Sastrohamidjojo, Hardjuno. (2010). Kimia
Dasar Edisi Ke-2. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press. h. 257.
44. Keenan, Charles W., Donald, C. Kleinfelter., &
Jesse, H. Wood. (1984). Kimia Untuk
Universitas. Jakarta: Erlangga. h. 408-410.
45. Sujana, Atep. (2007). Konsep Dasar Kimia
Untuk SD. Bandung: UPI Press. h. 260.
46. Oxtoby, David W., H. P. Gillis., & Norman, H.
Nachtrieb. (2001). Prinsip-Prinsip Kimia
Modern Edisi Keempat Jilid 1. Jakarta:
Erlangga. h. 294.
47. Chang, Raymond. (2005). Kimia Dasar
Konsep-Konsep Inti Edisi Ketiga Jilid 2.
Jakarta: Erlangga. h. 97.
48. Sujana, Atep. (2007). Konsep Dasar Kimia
Untuk SD. Bandung: UPI Press. h. 265.
228
No Referensi Paraf
Pembimbing
I
Pembimbing
II
49. Candrasekaran. (2014). Developing Scientific
Attitude, Critical Thinking and Creative
Intelligence of Higher Secondary School
Biology Students by Applying Synectics
Techniques. International Journal of
Humanities and Social Science Invention Vol. 3.
50. Sa’adah, Rif’atus., Eko, Setyadi Kurniawan., &
Ashari. (2014). Upaya Meningkatkan
Kemampuan Berpikir Kritis dengan Penerapan
Model Pembelajaran Synectics pada
Pembelajaran Fisika di SMA Negeri 6
Purworejo Tahun Pelajaran 2013/2014. Radiasi
Vol. 5 No. 2.
51. Abed, Soheila., Amir, H. M. D., & Davoud, H.
(2015). The Effect of Synectics Pattern on
Increasing the Level of Problem Solving and
Critical Thinking Skills in Students of Alborz
Province. WALIA journal 31 (S1): 110-118.
52. Dewi, Melyana., Masriani., & Rahmat,
Rasmawan. (2016). Keterampilan Berpikir
Kritis dan Hasil Belajar Siswa Pada Teori Asam
Basa dengan Model Pembelajaran Berbasis
Inkuiri Terbimbing. Artikel Penelitian.
53. Muharamiah, Tenti., Hairida., & Rahmat,
Rasmawan. (2014). Keterampilan Berpikir
Kritis Siswa Menggunakan Model
Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Pada Materi
Asam Basa.
54. Patmawati, Herti. (2011). Analisis
Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada
Pembelajaran Larutan Elektrolit dan
Nonelektrolit dengan Metode Praktikum.
Jakarta: Skripsi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
229
No Referensi Paraf
Pembimbing
I
Pembimbing
II
55. Hikmah, Nur., Endang, Budiasih., & Aman,
Santoso. (2016). Pengaruh Strategi Project
Based Learning (PJBL) Terhadap Kemampuan
Berpikir Kritis Siswa Kelas XI IPA Pada Materi
Koloid. Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian,
dan Pengembangan Volume. 1 Nomor. 11.
56. Merianti, Maria., Hairida., & Rahmat,
Rasmawan. (2016). Keterampilan Berpikir
Kritis Siswa Menggunakan Model
Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Pada Materi
Larutan Penyangga. Artikel Penelitian.
57. Nugroho, Fajar. (2015). Keterampilan Berpikir
Kritis Siswa Pada Materi Kesetimbangan Kimia
Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah.
Jakarta: Skripsi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
58. Nurhayati, Halimah Mustika., Sri, Rahayu., &
Yahmin. (2016). Pengaruh Pembelajaran Kimia
Kelarutan dengan LC-5E Berkonteks SSI
terhadap Keterampilan Berpikir Kritis Siswa
SMA. Jurnal Pendidikan Sains, Vol. 4, No. 4.
BAB III
1. Sugiyono. (2008). Metode Penelitian
Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung:
Alfabeta. h. 77.
2. Sugiyono. (2008). Metode Penelitian
Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung:
Alfabeta. h. 79.
230
No Referensi Paraf
Pembimbing
I
Pembimbing
II
3. Sugiyono. (2008). Metode Penelitian
Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung:
Alfabeta. h. 85.
4. Arifin, Zainal. (2011). Evaluasi Pembelajaran.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. h. 247.
5. Arikunto, Suharsimi. (1999). Dasar-Dasar
Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. h.
58-59.
6. Arikunto, Suharsimi. (1999). Dasar-Dasar
Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. h.
65-66.
7. Arikunto, Suharsimi. (1999). Dasar-Dasar
Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. h.
66.
8. Arikunto, Suharsimi. (1999). Dasar-Dasar
Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. h.
66.
231
No Referensi Paraf
Pembimbing
I
Pembimbing
II
9. Arifin, Zainal. (2011). Evaluasi Pembelajaran.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. h. 257.
10. Arikunto, Suharsimi. (1999). Dasar-Dasar
Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. h.
60.
11. Arikunto, Suharsimi. (1999). Dasar-Dasar
Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. h.
75.
12. Arikunto, Suharsimi. (1999). Dasar-Dasar
Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. h.
207.
13. Arifin, Zainal. (2011). Evaluasi Pembelajaran.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. h. 135.
14. Arifin, Zainal. (2011). Evaluasi Pembelajaran.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. h. 275.
232
No Referensi Paraf
Pembimbing
I
Pembimbing
II
15. Arikunto, Suharsimi. (1999). Dasar-Dasar
Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. h.
218.
16. Misbahuddin., & Hasan, Iqbal. (2013). Analisis
Data Penelitian dengan Statistik. Jakarta: Bumi
Aksara. h. 278.
17. Siregar, Sofyan. (2013). Statistik Parametrik
untuk Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Bumi
Aksara. h. 167.
18. Riduwan. (2015). Belajar Mudah Penelitian.
Bandung: Alfabeta. h. 165.
19. Trihendradi, C. (2010). Step by Step SPSS 18
Analisis Data Statistik. Yogyakarta: CV. Andi.
h. 110.
20. Purwanto, Ngalim. (2010). Prinsip-prinsip dan
Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya. h. 102.
233
No Referensi Paraf
Pembimbing
I
Pembimbing
II
21. Arikunto, Suharsimi. (2006). Dasar-Dasar
Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. h.
245.
BAB IV
1. Afshari, Gholambossein., & Nasser, Ghaemi.
(2014). Synectics Teaching Effect on the
Academic Performance of Students’
Composition among Male Fifth Grade Students
in Dezful City. Journal of Life Science and
Biomedicine. h. 450.
2. Suryanata, I Gd., I Md, Suara., & I Km, Ngurah
Wiyasa. (2013). Pengaruh Model Pembelajaran
Synectics Berbantuan Media Audio Visual
Terhadap Hasil Belajar IPS Kelas V SD Gugus
II Kecamatan Karangasem.
3. Sa’adah, Rif’atus., Eko, Setyadi Kurniawan., &
Ashari. (2014). Upaya Meningkatkan
Kemampuan Berpikir Kritis dengan Penerapan
Model Pembelajaran Synectics pada
Pembelajaran Fisika di SMA Negeri 6
Purworejo Tahun Pelajaran 2013/2014. Radiasi
Vol. 5 No. 2. h. 31.
4. Stiawan, Elva., Liliasari., & Ijang Rohman.
(2014). Pengembangan Keterampilan Berpikir
Kritis Siswa SMA Pada Topik Teori Domain
Elektron Melalui Simulasi Interaktif Phet
Molecule Shapes. Jurnal Pengajaran MIPA,
Volume 19, Nomor 2. h. 260.
234
No Referensi Paraf
Pembimbing
I
Pembimbing
II
5. Pusparini, Septiwi Tri. (2017). Pengaruh Model
Pembelajaran Problem Based Learning
Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa
Pada Materi Sistem Koloid. Jakarta: Skripsi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. h. 227-228.
6. Candrasekaran. (2014). Developing Scientific
Attitude, Critical Thinking and Creative
Intelligence of Higher Secondary School
Biology Students by Applying Synectics
Techniques. International Journal of
Humanities and Social Science Invention Vol. 3.
h. 6.
7.
Rosyida, Fatia., Siti, Zubaidah., & Susriyati,
Mahanal. (2016). Memberdayakan
Keterampilan Berpikir Kritis dengan Model
Pembelajaran Remap TmPS (Reading Concept
Map Timed Pair Share). Proceeding Biology
Education Conference (ISSN: 2528-5742), Vol.
13(1). h. 212.
8. Arfianawati, Siti., Sudarmin., & Woro,
Sumarni. (2016). Model Pembelajaran Kimia
Berbasis Etnosains Untuk Meningkatkan
Kemampuan Berpikir Kritis Siswa. Jurnal
Pengajaran MIPA, Volume 21, Nomor 1. h. 49.
9. Setiawan, M. Agung., Dwi, Ari Budiretnani., &
Budhi Utami. (2017). Pengaruh Model
Pembelajaran Problem Based Learning Dipadu
Student Facilitator and Explaining Terhadap
Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas X
SMAN 6 Kediri Pada Pokok Bahasan Fungi.
Jurnal Florea Volume 4 No. 1.
h. 3.
235
No Referensi Paraf
Pembimbing
I
Pembimbing
II
10. Hikmah, Nur., Endang, Budiasih., & Aman,
Santoso. (2016). Pengaruh Strategi Project
Based Learning (PJBL) Terhadap Kemampuan
Berpikir Kritis Siswa Kelas XI IPA Pada Materi
Koloid. Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian,
dan Pengembangan Volume. 1 Nomor. 11. h.
2252.
11. Munandar, Utami. (2012). Pengembangan
Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: PT. Rineka
Cipta. h. 202.
12. Nasution. (1989). Kurikulum dan Pengajaran.
Bandung: Bima Aksara. h. 83.
13. Mutmainah, Ummi., & Aquami. (2016).
Penerapan Model Sinektik (Synectics) Terhadap
Kreativitas Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran
Ilmu Pengetahuan Alam Kelas V di Madrasah
Ibtidaiyah Hijriyah II Palembang. JIP: Jurnal
Ilmiah PGMI Volume 2, Nomor 1. h. 80.
14. Khairani, Rizki., Yurnetti., & Hamdi. (2013).
Pengaruh Penerapan Synectics Lesson dalam
Pembelajaran IPA Fisika untuk Meningkatkan
Kompetensi Siswa Kelas VIII di SMP 1 Solok.
Pillar of Physics Education, Vol. 2. h. 128.
15. Joyce, Bruce., Marsha, Weil., & Emily,
Calhoun. (2011). Models of Teaching Model-
Model Pengajaran. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar. h. 245.
236
No Referensi Paraf
Pembimbing
I
Pembimbing
II
16. Sya’bani, Dewi Munawwarah., & Yulia,
Puspita. (2013). Implementasi Model Synectics
dalam Pembelajaran Ilustrasi Berbasis
Internalisasi Nilai-Nilai Kearifan Lokal. ISSN
1412-565 X. h. 88-89.
17. Sukmadinata, Nana Syaodih., & Erliana,
Syaodih. (2012). Kurikulum & Pembelajaran
Kompetensi. Bandung: PT. Refika Aditama. h.
159.
18. Sukmadinata, Nana Syaodih., & Erliana,
Syaodih. (2012). Kurikulum & Pembelajaran
Kompetensi. Bandung: PT. Refika Aditama. h.
159.
19. Armawan, Dhedhie., Parno., & Lia, Yuliati.
(2017). Analisis Strategi Thinking Maps dalam
Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Terhadap
Kemampuan Berpikir Kritis. Jurnal
Pendidikan: Teori, Penelitian, dan
Pengembangan Volume 2, Nomor 5. h. 657.
20. Hidayati, Nurul. (2016). Hasil Belajar dan
Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Madrasah
Tsanawiyah dalam Pembelajaran IPA Melalui
Kerja Ilmiah. Proceeding Biology Education
Conference, Vol. 13(1). h. 119.
21. Alentina, Ni Pt., Md, Putra., & I Gst, Agung
Oka Negara. (2013). Model Pembelajaran
Sinektik Berbasis Penilaian Portofolio
Berpengaruh Terhadap Hasil Belajar IPS Siswa
Kelas V SD Gugus Letkol Wisnu Denpasar
Utara.
237
No Referensi Paraf
Pembimbing
I
Pembimbing
II
22. Sutoyo. (1991). Edward De Bono Berpikir
Lateral. Jakarta: Erlangga. h. 166.
23. Munarto., & Mimi, Mulyani. (2016).
Pengembangan Model Sinektik Terpimpin
Berwawasan Lingkungan Menulis Puisi dalam
Pembentukan Moral Siswa. Seloka: Jurnal
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. h. 17.
24. Armawan, Dhedhie., Parno., & Lia, Yuliati.
(2017). Analisis Strategi Thinking Maps dalam
Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Terhadap
Kemampuan Berpikir Kritis. Jurnal
Pendidikan: Teori, Penelitian, dan
Pengembangan Volume 2, Nomor 5. h. 657.
25. Mahandari, Ni Md Jayanti., Putu, Parmiti., &
Jampel. (2012). Pengaruh Model Pembelajaran
Sinektik Berbantuan Media Benda Konkret
Terhadap Hasil Belajar Mengarang Deskripsi
Kelas IV Gugus IV Kecamatan Jembrana.
26. Aziz, Rahmat. (2009). Pengaruh Kegiatan
Synectics Terhadap Kemampuan Menulis
Kreatif. Jurnal Keberkatan dan Kreativitas. h.
8.
27. Sya’bani, Dewi Munawwarah., & Yulia,
Puspita. (2013). Implementasi Model Synectics
dalam Pembelajaran Ilustrasi Berbasis
Internalisasi Nilai-Nilai Kearifan Lokal. ISSN
1412-565 X. h. 88.
238
No Referensi Paraf
Pembimbing
I
Pembimbing
II
28. Navaneedhan, Cittoor Girija. (2012). Usage of
Synectic Technique in Teaching-Learning
Chemistry Simulates Human Mind. Academic
Journals, Vol. 9(17). h. 607.
29. Sukmadinata, Nana Syaodih., & Erliana,
Syaodih. (2012). Kurikulum & Pembelajaran
Kompetensi. Bandung: PT. Refika Aditama. h.
154.
30. Huda, Miftahul. (2014). Model-Model
Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar. h. 76.
31. Khairani, Rizki., Yurnetti., & Hamdi. (2013).
Pengaruh Penerapan Synectics Lesson dalam
Pembelajaran IPA Fisika untuk Meningkatkan
Kompetensi Siswa Kelas VIII di SMP 1 Solok.
Pillar of Physics Education, Vol. 2. h. 128.
32. Adiwijaya, Hera., Endang, Suarsini., & Betty,
Lukiati. (2016). Penerapan Pembelajaran
Reciprocal Teaching Berbantuan Peta Konsep
untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir
Kritis Siswa Pada Pembelajaran Biologi. Jurnal
Pendidikan: Teori, Penelitian, dan
Pengembangan Volume 1 Nomor 12. h. 2385.
33. Karwati, Uus. (2012). Aplikasi Model
Pembelajaran Sinektik (Synectic Model).
Jurnal Seni & Budaya Panggung Vol. 22, No. 2.
h. 151.
239
No Referensi Paraf
Pembimbing
I
Pembimbing
II
34. Zen, Zelhendri., & Ahmad Johari Sihes. (2014).
Model Pembelajaran Sinektik dalam
Meningkatkan Kreativiti Siswa Pada Mata
Kuliah Kewirausahaan di Jurusan Kurikulum
dan Teknologi Pendidikan. h. 4.
35. Suwarma, Dina Mayadiana. (2009). Suatu
Alternatif Pembelajaran untuk Meningkatkan
Kemampuan Berpikir Kritis Matematika.
Jakarta: Cakrawala Maha Karya. h. 33.
36. Nasution. (1989). Kurikulum dan Pengajaran.
Bandung: Bima Aksara. h. 83.
37. Utami, Dea Annisa., Taufik, Ramlan Ramalis.,
& Duden, Saepuzaman. (2016). Penerapan
Model Pembelajaran Inkuiri Abduktif untuk
Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis dan
Penguasaan Konsep Siswa Pada Materi
Dinamika. JPPI, Vol. 2, No. 2. h. 178.
38. Suryanata, I Gd., I Md, Suara., & I Km, Ngurah
Wiyasa. (2013). Pengaruh Model Pembelajaran
Synectics Berbantuan Media Audio Visual
Terhadap Hasil Belajar IPS Kelas V SD Gugus
II Kecamatan Karangasem.
39. Mutmainah, Ummi., & Aquami. (2016).
Penerapan Model Sinektik (Synectics)
Terhadap Kreativitas Belajar Siswa Pada Mata
Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Kelas V di
Madrasah Ibtidaiyah Hijriyah II Palembang.
JIP: Jurnal Ilmiah PGMI Volume 2, Nomor 1.
h. 69.
240
No Referensi Paraf
Pembimbing
I
Pembimbing
II
40. Nurhayati, Halimah Mustika., Sri, Rahayu., &
Yahmin. (2016). Pengaruh Pembelajaran Kimia
Kelarutan dengan LC-5E Berkonteks SSI
terhadap Keterampilan Berpikir Kritis Siswa
SMA. Jurnal Pendidikan Sains, Vol. 4, No. 4. h.
142.
41. Ennis, Robert Hugh. (1996). Critical Thinking.
New Jersey: Prentice-Hall. h. 17.
42. Nugroho, Fajar. (2015). Keterampilan Berpikir
Kritis Siswa Pada Materi Kesetimbangan
Kimia Melalui Pembelajaran Berbasis
Masalah. Jakarta: Skripsi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. h. 59.
43. Muharamiah, Tenti., Hairida., & Rahmat,
Rasmawan. (2014). Keterampilan Berpikir
Kritis Siswa Menggunakan Model
Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Pada Materi
Asam Basa. h. 9.
44. Patmawati, Herti. (2011). Analisis
Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada
Pembelajaran Larutan Elektrolit dan
Nonelektrolit dengan Metode Praktikum.
Jakarta: Skripsi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta. h. 49.
45. Prayoga, Zumisa Nudia. (2013). Kemampuan
Berpikir Kritis Siswa Pada Pembelajaran
Materi Pengelolaan Lingkungan dengan
Pendekatan Keterampilan Proses Sains.
Semarang: Skripsi Universitas Negeri
Semarang. h. 44.
241
No Referensi Paraf
Pembimbing
I
Pembimbing
II
46.
47.
Zulhelmi., Adlim., & Mahidin. (2017).
Pengaruh Media Pembelajaran Interaktif
Terhadap Peningkatan Keterampilan Berpikir
Kritis Siswa. Jurnal Pendidikan Sains
Indonesia, Vol. 5, No. 1. h. 75.
Suwarma, Dina Mayadiana. (2009). Suatu
Alternatif Pembelajaran untuk Meningkatkan
Kemampuan Berpikir Kritis Matematika.
Jakarta: Cakrawala Maha Karya.
48. Permanasari., Buchari., & Sumar, Hendayana.
(2010). Pengaruh Pembelajaran Modified
Problem Based Learning by Integrated Theory
and Practical Analytical Chemistry Terhadap
Keterampilan Berpikir Kritis dan
Berkomunikasi Ilmiah. Jurnal Pengajaran
MIPA, Volume 15, Nomor 2. h. 108.
49. Merianti, Maria., Hairida., & Rahmat,
Rasmawan. (2016). Keterampilan Berpikir
Kritis Siswa Menggunakan Model
Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Pada Materi
Larutan Penyangga. Artikel Penelitian. h. 8.
50. Istiqomah. (2012). Analisis Keterampilan
Berpikir Kritis Siswa dalam Model
Pembelajaran Problem Based Learning (PBL).
Jakarta: Skripsi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta. h. 62
51. Subarkah, Cucu Zenab., & Ade, Winayah.
(2015). Pengembangan Keterampilan Berpikir
Kritis Siswa Melalui Process Oriented Guided
Inquiry Learning (POGIL). Jurnal Pengajaran
MIPA, Volume 20, Nomor 1. h. 50.
242
No Referensi Paraf
Pembimbing
I
Pembimbing
II
52. Ennis, Robert Hugh. (1996). Critical Thinking.
New Jersey: Prentice-Hall. h. 73.
53. Rahmawati, Ika., Arif, Hidayat., & Sri, Rahayu
(2016). Analisis Keterampilan Berpikir Kritis
Siswa SMP Pada Materi Gaya dan
Penerapannya. Pros. Semnas Pend. IPA
Pascasarjana UM, Vol. 1. h. 116.
54. Qolbi, Fatihatul., Kartimi., & Evi, Roviati.
(2016). Penerapan Pembelajaran Berbasis Sains
Budaya Lokal Ngarot untuk Meningkatkan
Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada
Konsep Plantae. Jurnal Sains dan Pendidikan
Sains, Vol. 5, No. 2. h. 109.
55. Ardiyanti, Farida., & Winarti. (2013). Pengaruh
Model Pembelajaran Berbasis Fenomena untuk
Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis
Siswa Sekolah Dasar. Kaunia, Vol. IX, No. 2. h.
32.
56. Suwarma, Dina Mayadiana. (2009). Suatu
Alternatif Pembelajaran untuk Meningkatkan
Kemampuan Berpikir Kritis Matematika.
Jakarta: Cakrawala Maha Karya. h. 52.
57. Ennis, Robert Hugh. (1996). Critical Thinking.
New Jersey: Prentice-Hall. h. 89.
243
No Referensi Paraf
Pembimbing
I
Pembimbing
II
58. Nugroho, Fajar. (2015). Keterampilan Berpikir
Kritis Siswa Pada Materi Kesetimbangan
Kimia Melalui Pembelajaran Berbasis
Masalah. Jakarta: Skripsi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. h. 64.
59. Dewi, Melyana., Masriani., & Rahmat,
Rasmawan. (2016). Keterampilan Berpikir
Kritis dan Hasil Belajar Siswa Pada Teori Asam
Basa dengan Model Pembelajaran Berbasis
Inkuiri Terbimbing. Artikel Penelitian. h. 8.
60. Nugraha, Deden., Nina, Sundari., & Susilowati.
(2016). Penerapan Model Probing-Prompting
untuk Meningkatkan Berpikir Kritis Siswa Pada
Materi Perkembangan Teknologi. Antologi UPI.
h. 8.
61. Fauziansyah, Yudi Agus., Enok, Maryani., &
Epon, Ningrum. (2013). Pengaruh Model
Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat
Terhadap Keterampilan Berpikir Kritis. Jurnal
Pendidikan Geografi, Volume 13, Nomor 2. h.
164.
62. Fisher, Alec. (2008). Berpikir Kritis Sebuah
Pengantar. Jakarta: Erlangga. h. 155-160.
63. Sastrika., Sadia., & Muderawan. (2013).
Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Proyek
Terhadap Pemahaman Konsep Kimia dan
Keterampilan Berpikir Kritis. E-Journal
Program Pascasarjana Universitas Pendidikan
Ganesha, Volume 3.
244
No Referensi Paraf
Pembimbing
I
Pembimbing
II
64. Sholihah, Mar’atus., Siti, Zubaidah., &
Susriyati, Mahanal. (2016). REMAP RT
(Reading Concept Map Reciprocal Teaching)
untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir
Kritis Siswa. Proceeding Biology Education
Conference, Vol. 13. h. 283.
65. Ennis, Robert Hugh. (1985). A Logical Basis
for Measuring Critical Thinking Skills.
Association for Supervision and Curriculum
Development. h. 46.
66. Rohmah, Fadilla Ainur., & Tutut, Nurita.
(2017). Keterampilan Berpikir Kritis Siswa
Pada Materi Getaran dan Gelombang. E-Jurnal
Pensa, Volume 05, Nomor 03. h. 224.
67. Adiwijaya, Hera., Endang, Suarsini., & Betty,
Lukiati. (2016). Penerapan Pembelajaran
Reciprocal Teaching Berbantuan Peta Konsep
untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir
Kritis Siswa Pada Pembelajaran Biologi. Jurnal
Pendidikan: Teori, Penelitian, dan
Pengembangan Volume 1 Nomor 12. h. 2385.
68. Nasution. (1989). Kurikulum dan Pengajaran.
Bandung: Bima Aksara. h. 83.
69. Agustina, Silva., Marungkil, Pasaribu., &
Sahrul, Saehana. (2015). Pengaruh Model
Pembelajaran Sinektik Terhadap Hasil Belajar
Fisika Pada Siswa Kelas X SMA Negeri 4 Palu.
Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako, Vol. 4, No.
2. h. 42.
245
No Referensi Paraf
Pembimbing
I
Pembimbing
II
70. Sa’adah, Rif’atus., Eko, Setyadi Kurniawan., &
Ashari. (2014). Upaya Meningkatkan
Kemampuan Berpikir Kritis dengan Penerapan
Model Pembelajaran Synectics pada
Pembelajaran Fisika di SMA Negeri 6
Purworejo Tahun Pelajaran 2013/2014. Radiasi
Vol. 5 No. 2. h. 31.
71. Abed, Soheila., Amir, H. M. D., & Davoud, H.
(2015). The Effect of Synectics Pattern on
Increasing the Level of Problem Solving and
Critical Thinking Skills in Students of Alborz
Province. WALIA journal 31 (S1): 110-118. h.
115.