Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD(Student...

14
6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Model Pembelajaran Kooperatif Slavin (2005), Pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode pengajaran dimana para siswa bekerja dalam kelompok- kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran. Dalam kelas kooperatif, para siswa diharapkan dapat saling membantu, saling mendiskusikan dan berargumentasi, untuk mengasah pengetahuan yang mereka kuasai saat itu dan menutup kesenjangan dalam pemahaman masing-masing. Cara belajar kooperatif jarang sekali menggantikan pengajaran yang diberikan oleh guru, tetapi lebih seringnya menggantikan pengaturan tempat duduk yang individual, cara belajar individual, dan dorongan yang individual. Apabila diatur dengan baik, siswa-siswa dalam kelompok kooperatif akan belajar satu sama lain untuk memastikan bahwa tiap orang dalam kelompok telah menguasai konsep-konsep yang telah dipikirkan. Ada banyak alasan yang membuat pembelajaran kooperatif memasuki jalur utama praktik pendidikan. Salah satunya adalah berdasarkan penelitian dasar yang mendukung penggunaan pembelajaran kooperatif untuk meningkatkan pencapaian prestasi para siswa, dan juga akibatakibat positif lainnya yang dapat mengembangkan hubungan antar kelompok, penerimaan terhadap teman sekelas yang lemah dalam bidang akademik, dan meningkatkan rasa harga diri. Alasan lain adalah tumbuhnya kesadaran bahwa para siswa perlu belajar untuk berfikir, menyelesaikan masalah, dan mengintegrasikan serta mengaplikasikan kemampuan dan pengetahuan mereka, dan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan sarana yang sangat baik untuk mencapai hal-hal semacam itu. Pembelajaran kooperatif dapat membantu membuat perbedaan menjadi bahan pembelajaran dan bukannya menjadi masalah. Lebih jauh lagi, pembelajaran kooperatif memiliki kelebihan

Transcript of Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD(Student...

Page 1: Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD(Student ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/966/3/T1_292008249_BAB II.pdf · Cara belajar kooperatif jarang sekali menggantikan

6

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Kajian Teori

2.1.1. Model Pembelajaran Kooperatif

Slavin (2005), Pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai

macam metode pengajaran dimana para siswa bekerja dalam kelompok-

kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam

mempelajari materi pelajaran. Dalam kelas kooperatif, para siswa

diharapkan dapat saling membantu, saling mendiskusikan dan

berargumentasi, untuk mengasah pengetahuan yang mereka kuasai saat itu

dan menutup kesenjangan dalam pemahaman masing-masing. Cara belajar

kooperatif jarang sekali menggantikan pengajaran yang diberikan oleh

guru, tetapi lebih seringnya menggantikan pengaturan tempat duduk yang

individual, cara belajar individual, dan dorongan yang individual. Apabila

diatur dengan baik, siswa-siswa dalam kelompok kooperatif akan belajar

satu sama lain untuk memastikan bahwa tiap orang dalam kelompok telah

menguasai konsep-konsep yang telah dipikirkan. Ada banyak alasan yang

membuat pembelajaran kooperatif memasuki jalur utama praktik

pendidikan. Salah satunya adalah berdasarkan penelitian dasar yang

mendukung penggunaan pembelajaran kooperatif untuk meningkatkan

pencapaian prestasi para siswa, dan juga akibat–akibat positif lainnya yang

dapat mengembangkan hubungan antar kelompok, penerimaan terhadap

teman sekelas yang lemah dalam bidang akademik, dan meningkatkan rasa

harga diri. Alasan lain adalah tumbuhnya kesadaran bahwa para siswa

perlu belajar untuk berfikir, menyelesaikan masalah, dan mengintegrasikan

serta mengaplikasikan kemampuan dan pengetahuan mereka, dan bahwa

pembelajaran kooperatif merupakan sarana yang sangat baik untuk

mencapai hal-hal semacam itu. Pembelajaran kooperatif dapat membantu

membuat perbedaan menjadi bahan pembelajaran dan bukannya menjadi

masalah. Lebih jauh lagi, pembelajaran kooperatif memiliki kelebihan

Page 2: Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD(Student ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/966/3/T1_292008249_BAB II.pdf · Cara belajar kooperatif jarang sekali menggantikan

7

yang sangat besar untuk mengembangkan hubungan antar siswa dari latar

belakang etnik yang berbeda dan antar siswa-siswa pendidikan khusus

terbelakang secara akademik dengan teman sekelas mereka, ini jelas

melengkapi alasan pentingnya untuk menggunakan pembelajaran

kooperatif dalam kelas-kelas berbeda.

Salah satu alasan terpenting mengapa pembelajaran kooperatif

dikembangkan adalah bahwa para pendidik dan ilmuan sosial telah lama

mengetahui tentang pengaruh yang merusak dari persaingan yang sering

digunakan didalam kelas. Inti dari pembelajaran koopertif, dalam metode

pembelajaran kooperatif, para siswa akan duduk bersama dalam kelompok

ynag beranggotakan empat orang untuk menguasai materi yang diberikan

oleh guru. Semua metode pembelajaran kooperatif menyumbangkan ide

bahwa siswa yang bekerjasama dalam belajar dan bertanggung jawab

terhadap teman satu timnya mampu membuat diri mereka belajar sama

baiknya. Penelitan mengenai metode pembelajaran kooperatif telah

mengindikasikan bahwa penghargaan tim dan tanggung jawab individual

sangat penting untuk meningkatkan prestasi kemampuan dasar.

2.1.1.1. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD

Beberapa tipe pembelajaran kooperatif yang dikemukakan oleh

beberapa para ahli antara lain Slavin (1985), Lazarowitz (1988), atau

Sharan (1990) adalah tipe Jigsaw, tipe NHT (Number Hands Together),

tipe TAI (Team Assisted Individualization) dan tipe STAD (Student

Team Achievement Divisions). Pembelajaran kooperatif tipe STAD

(student teams achievement division) merupakan pembelajaran

kooperatif yang paling sederhana. Selain itu, dapat digunakan untuk

memberikan pemahaman konsep materi yang sulit kepada siswa dimana

materi tersebut telah dipersiapkan oleh guru melalui lembar kerja atau

perangkat pembelajaran yang lain.

Pembelajaran model kooperatif tipe STAD (student teams

achievement division) dikembangkan oleh slavin dkk. Langkah-langkah

Page 3: Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD(Student ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/966/3/T1_292008249_BAB II.pdf · Cara belajar kooperatif jarang sekali menggantikan

8

penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD (student teams

achievement division) adalah sebagai berikut :

a. Guru menyampaikan materi pembelajaran kepada siswa sesuai

kompetensi dasar yang akan dicapai. Guru dapat menggunakan

berbagai pilihan dalam menyampaikan materi pembelajaran ini

kepada siswa. Misal, antara lain dengan metode penemuam

terbimbing atau metode ceramah. Langkah ini tidak harus

dilakukan dalam satu kali pertemuan, tetapi dapat lebih dari satu.

b. Guru memberikan tes atau kuis kepada setiap siswa secara individu

sehingga akan diperoleh nilai awal kemampuan siswa.

c. Guru membentuk beberapa kelompok, setiap kelompok terdiri dari

4 sampai 5 anggota, dimana anggota kelompok mempunyai

kemampuan akademik yang berbeda-beda. Jika mungkin, anggota

kelompok berasal dari budaya atau suku yang berbeda serta

memperhatikan kesetaraan jender.

d. Guru memberikan tugas kepada kelompok berkaitan dengan materi

yang telah diberikan, mendiskusikan secara bersama-sama, saling

membantu antar anggota lain, serta membahas jawaban tugas yang

diberikan guru. Tujuan utamanya adalah memastikan bahwa setiap

kelompok dapat menguasai konsep dan materi. Bahan tugas untuk

kelompok dipersiapkan oleh guru agar kompetensi dasar yang

diharapkan dapat dicapai.

e. Guru memberikan tes atau kuis kepada setiap siswa secara individu

f. Guru memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman,

mengarahkan, dan memberikan penegasan pada materi

pembelajaran yang telah dipelajari.

g. Guru memberi penghargaan kepada kelompok berdasarkan

perolehan nilai peningkatan hasil belajar individual dari nilai awal

ke nilai kuis berikutnya.

Page 4: Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD(Student ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/966/3/T1_292008249_BAB II.pdf · Cara belajar kooperatif jarang sekali menggantikan

9

2.1.1.2. Pengelolaan Kelas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

STAD (student teams achievement division)

Untuk memudahkan proses pembelajaran kooperatif melalui tipe

STAD (student teams achievement division., maka perlu dirancang suatu

pengelolaan kelas yang efektif dan efisien. Pengelolaan kelas perlu

memperhatikan kondisi ruangan kelas dan psikologis siswa. Menurut

Lie (2008: 38), ada tiga hal penting yang perlu diperhatikan dalam

pengelolaan kelas model cooperative learning, yakni pengelompokan,

semangat cooperative learning, dan penataan kelas.

a. Pengelompokan

Pengelompokan merupakan langkah pertama yang dilaksanakan

dalam pembelajaran cooperative learning. Menurut Lie (2008: 39-41),

pengelompokan dibagi ke dalam dua jenis, yaitu pengelompokan

homogen dan pengelompokan heterogen. Pengelompokan homogen

yang sering dilakukan di kelas berdasarkan prestasi belajar siswa.

Menurut Scott Gordon (dalam Lie, 2008: 41), pada dasarnya manusia

sering berkumpul dengan sepadan dan membuat jarak dengan yang

berbeda. Selanjutnya Lie (2008: 41), menuturkan jenis pengelompokan

heterogenitas merupakan ciri-ciri yang menonjol dalam model

pembelajaran cooperative learning. Kelompok heterogenitas dapat

dibentuk dengan memperhatikan keanekaragaman gender, latar

belakang agama, sosio-ekonomi dan etnik, serta kemampuan akademis.

Melalui tipe STAD (student teams achievement division),

pengelompokkan siswa dalam pembelajaran dapat menciptakan dua

kemungkinan pengelompokan, yaitu kemungkinan terjadi

pengelompokan homogen maupun heterogen. Hal ini dikarenakan

pemilihan kelompok siswa didasarkan atas kecocokan pasangan kartu

yang diperoleh siswa secara acak. Di samping itu, pengelompokan

bersifat sementara untuk setiap kegiatan pembelajaran. Berdasarkan hal

tersebut, guru dapat membandingkan kerja kelompok. Sehingga dapat

Page 5: Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD(Student ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/966/3/T1_292008249_BAB II.pdf · Cara belajar kooperatif jarang sekali menggantikan

10

dianalisis pengelompokan mana yang tepat bagi siswa dalam

pembelajaran di kelas.

b. Semangat Cooperative Learning

Menurut Lie (2008: 47), agar kelompok bisa bekerja secara

efektif dalam proses pembelajaran cooperative learning, masing-

masing anggota kelompok perlu mempunyai semangat cooperative

learning. Semangat tersebut dapat dirasakan dengan membina niat dan

kiat siswa dalam bekerjasama dengan siswa-siswa lainnya. Lebih lanjut

Lie (2008: 48-49), menguraikan beberapa kegiatan yang dapat membina

niat siswa dalam menumbuhkan semangat cooperative learning,

diantaranya:

1) Kesamaan kelompok, dapat dilakukan dengan cara wawancara

kelompok, lempar bola, dan jendela kesamaan.

2) Identitas kelompok, dapat dilakukan melalui pemberian nama

kelompok yang dapat menumbuhkan semangat kelompok.

3) Sapaan dan saran kelompok. Hal ini disamping menumbuhkan

semangat, juga dapat mengembangkan kreativitas siswa.

c. Penataan Ruang Kelas

Kelas sebagai tempat beraktivitas belajar tentu mempengaruhi

efektivitas dan kelancaran dalam pembelajaran dengan menerapkan

model cooperative learning tipe make a-match. Karena itu, penataan

ruang kelas harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi ruang kelas.

Menurut Lie (2008: 52) ada beberapa faktor yang perlu

dipertimbangkan dalam penataan ruang kelas, yaitu: ukuran ruang

kelas; jumlah siswa; tingkat kedewasaan siswa; toleransi guru dan kelas

sebelah terhadap kegaduhan dan lalulalang siswa; toleransi masing-

masing siswa terhadap kegaduhan dan lalu lalangnya siswa lain;

pengalaman guru dalam melaksanakan pelaksanaan model

pembelajaran cooperative learning melalui tipe make a-match; dan

Page 6: Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD(Student ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/966/3/T1_292008249_BAB II.pdf · Cara belajar kooperatif jarang sekali menggantikan

11

pengalaman siswa dalam melaksanakan model pembelajaran

cooperative learning.

2.1.1.3. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif

Tipe STAD (student teams achievement division)

Menurut Rusman (2011), Keuntungan model pembelajaran

kooperatif tipe STAD (student teams achievement division), yaitu:

1. Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggunakan

keterampilan bertanya dan membahas suatu masalah.

2. Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih intensif

mengadakan penyelidikan mengenai suatu masalah.

3. Dapat mengembangkan bakat kepemimpinan dan mengajarkan

keterampilan berdiskusi.

4. Dapat memungkinkan guru untuk lebih memperhatikan siswa

sebagai individu dan kebutuhan belajarnya.

5. Para siswa lebih aktif bergabung dalam pelajaran mereka dan

mereka lebih aktif dalam diskusi.

6. Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk

mengembangkan rasa menghargai, menghormati pribadi temannya,

dan menghargai pendapat orang lain.

Sedangkan Kelemahan dari Model Pembelajaran Kooperatif tipe

STAD (Student Teams Achievement Division) adalah Kerja kelompok

hanya melibatkan mereka yang mampu memimpin dan mengarahkan,

mereka yang kurang pandai dan kadang-kadang menuntut tempat yang

berbeda dan gaya-gaya mengajar yang berbeda.

2.1.2. Hasil Belajar

2.1.2.1. Belajar

Belajar secara tradisional diartikan sebagai upaya menambah dan

mengumpulkan sejumlah pengetahuan. Pengertian belajar yang lebih

modern diungkapkan Morgan dkk dalam Sunarto (2009) sebagai

perubahan tingkah laku yang relatif tetap dan terjadi sebagai hasil

Page 7: Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD(Student ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/966/3/T1_292008249_BAB II.pdf · Cara belajar kooperatif jarang sekali menggantikan

12

latihan dan pengalaman. Definisi yang kedua ini memuat dua unsur

penting dalam belajar yaitu, pertama belajar adalah perubahan tingkah

laku, dan kedua perubahan yang terjadi adalah terjadi karena latihan

atau pengalaman (Mulyani Sumantri dalam Sunarto, 2009).

Menurut Slameto (2003) belajar adalah suatu proses usaha yang

dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku

yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri

dalam interaksi dengan lingkungannya. Sardiman A.M dalam Sunarto

(2009) mengemukakan belajar dalam pengertian luas adalah kegiatan

psiko-fisik menuju perkembangan pribadi seutuhnya. Kemudian dalam

arti sempit, belajar dimaksudkan sebagai usaha penguasaan materi ilmu

pengetahuan yang merupakan sebagian kegiatan menuju terbentuknya

kepribadian seutuhnya. Sedangkan Syaiful B.Djamarah (2002)

mengungkapkan bahwa belajar adalah rangkaian kegiatan jiwa raga

yang menuju perkembangan pribadi manusia seutuhnya, yang

menyangkut unsur cipta, rasa, dan karsa, ranah kognitif, afektif, dan

psikomotorik.

Belajar harus menghasilkan perubahan tingkah laku. Hasil

tersebut, dapat berupa pengetahuan, keterampilan (dari tidak dapat

melakukan sesuatu menjadi dapat melakukan), serta nilai dan sikap

(dari tidak dapat berlaku sopan sampai mengetahui, memahami,

menguasai dan dapat bertingkahlaku sopan). Belajar akan berlangsung

(dengan baik) apabila perubahan-perubahan berikut terjadi; “1.

penambahan informasi, 2. mengembangkan atau meningkatkan

pengertian, 3. penerimaan sikap-sikap baru, 4. Memperoleh

penghargaan baru, 5. mengerjakan sesuatu dengan apa yang telah

dipelajari."(Surjadi dalam Aryanti 2004).

Suatu perubahan tingkah laku disebut belajar apabila perubahan

tersebut merupakan hasil upaya yang dilakukan individu secara sadar

dan disengaja. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa

belajar adalah suatu aktivitas yang menghasilkan perubahan tingkah

Page 8: Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD(Student ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/966/3/T1_292008249_BAB II.pdf · Cara belajar kooperatif jarang sekali menggantikan

13

laku, yang pada prinsipnya individu yang belajar memperoleh sesuatu

yang baru.

2.1.2.2. Pengertian hasil belajar

Hasil belajar merupakan kemampuan yang diperoleh individu

setelah proses belajar berlangsung, yang dapat memberikan perubahan

tingkah laku baik pengetahuan, pemahaman, sikap, dan ketrampilan

mahasiswa sehingga menjadi lebih baik dari sebelumnya. Sebagaimana

yang dikemukakan Hamalik (1995:48) Hasil belajar adalah “perubahan

tingkah laku subyek yang meliputi kemampuan kognitif, afektif, dan

psikomotor dalam situasi tertentu berkat pengalamannya berulang-

ulang”. Dari pendapat tersebut maka dapat diartikan bahwa Hasil

belajar ialah perubahan tingkah laku yang mencakup bidang kognitif,

afektif dan psikomotor yang dimilki siswa setelah menerima

pengalaman belajarnya.

2.1.2.3. Manfaat hasil belajar

Hasil belajar pada hakekatnya adalah perubahan tingkah laku

yang mencangkup bidang kognitif, afektif dan psikomotorik.

Pendidikan dan pengajaran dikatakan berhasil apabila perubahan-

perubahan yang tampak pada mahasiswa merupakan akibat dari proses

belajar mengajar yang dialaminya yaitu proses yang ditempuhnya

melalui program dan kegiatan yang dirancang dan dilaksanakan oleh

dosen dalam proses pengajarannya. Berdasarkan hasil belajar

mahasiswa, dapat diketahui kemampuan dan perkembangan sekaligus

tingkat keberhasilan pendidikan dalam perkuliahan. Sebagaimana

dikemukakan oleh douglas bentos dalam kustiani,(2006;20) yaitu :

“To learn is to change, to demonstrate change a person

capabilities must change. Learning has taken place when student : a.

know more than they know before, b. understand what they have not

understood before, c. develop a skill that was not develop before, or d.

appreciate a subject that they have not appreciate before”.

Page 9: Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD(Student ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/966/3/T1_292008249_BAB II.pdf · Cara belajar kooperatif jarang sekali menggantikan

14

Kutipan tersebut dapat diartikan bahwa hasil belajar harus

menunjukkan perubahan keadaan menjadi lebih baik, sehingga dapat

bermanfaat untuk:

a. Menambah pengetahuan.

b. Lebih memahami sesuatu yang belum dipahami sebelumnya.

c. Lebih mengembangkan kemampuannya.

d. Memiliki pandangan yang baru atas sesuatu hal.

e. Lebih menghargai sesuatu daripada sebelumnya.

Mengacu dari kutipan dari Douglas Benton dapat disimpulkan

istilah hasil belajar merupakan perubahan dari peserta didik sehingga

terdapat perubahan dari segi pengetahuan, sikap dan ketrampilan.

2.1.3. Mata Pelajaran IPA

2.1.3.1. Pengertian IPA

IPA berasal dari kata Sains yang berarti alam. Sains menurut

Suyoso (dalam Izatinkamala, 1998), merupakan pengetahuan hasil

kegiatan manusia yang bersifat aktif dan dinamis tiada henti-hentinya

serta diperoleh melalui metode tertentu yaitu teratur, sistematis,

berobjek, bermetode dan berlaku secara universal.

Menurut Abdullah (dalam Izatinkamala, 1998), IPA merupakan

ilmu pengetahuan yang memaparkan informasi teoritis yang diperoleh

atau disusun dengan cara yang khas atau khusus, yaitu dengan

melakukan observasi, eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori,

eksperimentasi, observasi dan demikian seterusnya yang saling

berkaitan antara cara yang satu dengan cara yang lain. Dari pendapat di

atas maka dapat disimpulkan bahwa IPA merupakan ilmu pengetahuan

dari hasil kegiatan manusia yang diperoleh dengan menggunakan

langkah-langkah ilmiah yang berupa metode ilmiah dan didapatkan dari

hasil eksperimen atau observasi yang bersifat umum sehingga akan

terus disempurnakan.

Page 10: Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD(Student ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/966/3/T1_292008249_BAB II.pdf · Cara belajar kooperatif jarang sekali menggantikan

15

2.1.3.2. Prinsip dan Tujuan Pembelajaran IPA

Prinsip-prinsip Piaget dalam pengajaran IPA (dalam Harsono,

1993), diterapkan dalam program-program yang menekankan

pembelajaran melalui penemuan dan pengalaman-pengalaman nyata

dan pemanipulasian alat, bahan, atau media belajar yang lain serta

peranan guru sebagai fasilitator yang mempersiapkan lingkungan dan

memungkinkan peserta didik dapat memperoleh berbagai pengalaman

belajar. Implikasi teori kognitif Piaget pada pendidikan adalah sebagai

berikut:

1. Memusatkan perhatian kepada proses mental anak dalam berpikir

serta tidak hanya mengutamakan hasil tetapi juga proses yang

dilakukan.

2. Mengutamakan peran peserta didik dalam berinisiatif sendiri dan

terlibat aktif dalam kegiatan belajar. Oleh karena itu, selain

mengajar secara klasik, guru perlu melakukan variasi dalam

pembelajaran yang melibatkan kegiatan secara langsung dengan

dunia fisik.

3. Memaklumi akan adanya perbedaan individual dalam hal

kemajuan perkembangan. Teori Piaget mengasumsikan bahwa

seluruh peserta didik tumbuh dan melewati urutan perkembangan

yang sama, namun pertumbuhan itu berlangsung pada kecepatan

yang berbeda.

Pembelajaran IPA juga memiliki beberapa tujuan pembelajaran

bagi peserta didik. Sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan Sekolah Dasar dan MI oleh Refandi (2006), bahwa mata

pelajaran IPA di SD/MI memiliki beberapa tujuan. Tujuan tersebut

diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Mengembangkan ilmu pengetahuan dan tekhnologi serta

memberikan pemahaman mengenai konsep-konsep IPA yang

bermanfaat serta dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Page 11: Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD(Student ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/966/3/T1_292008249_BAB II.pdf · Cara belajar kooperatif jarang sekali menggantikan

16

2. Mengembangkan rasa ingin tahu dan motivasi untuk menggali

pengetahuan baru sehingga terjadi respon positif tentang adanya

hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan,

teknologi dan masyarakat.

Pendapat lain yaitu Bernal (1998), juga menyebutkan bahwa

tujuan pembelajaran IPA bagi peserta didik agar peserta didik memiliki

berbagai kemampuan. Kemampuan tersebut diantaranya sebagi berikut:

1. Percaya terhadap Tuhan Yang Maha Esa atas segala ciptaan-Nya.

2. Mengembangkan konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat

di terapkan dalam kehidupan sehari-hari

3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran

tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA,

lingkungan, teknologi, dan masyarakat

4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menemukan dan

menyelidiki alam sekitar, sehingga mampu memecahkan masalah

dan membuat keputusan yang hasil akhirnya adalah diperolehnya

manfaat atas segala tindakan.

2.2. Kajian Hasil Penelitian Yang Relevan

Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian

yang dilakukan Tintin Prihatiningsih pada tahun 2006 tentang “

Peningkatan Keaktifan Siswa dalam Pembelajaran Matematika melalui

model pembelajaran kooperarif tipe STAD(student teams achievement

division)pada pokok bahasan bilangan bulat kelas VII A SMP Negeri 5

Depok Yogyakarta”. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa dengan

penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD(student teams

achievement division)keaktifan siswa dalam proses pembelajaran pada

pokok bahasan bilangan bulat dapat meningkat.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Sony Irianto (2006) tentang

“Pengaruh pembelajaran kooperatif tipe STAD (student teams

achievement division) dan TGT (teams game tournaments)”. Analisi data

menunjukkan hasil : 1) tidak ada perbedaan yang signifikan mengenai

Page 12: Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD(Student ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/966/3/T1_292008249_BAB II.pdf · Cara belajar kooperatif jarang sekali menggantikan

17

prestasi belajar matematika yang disebabkan oleh pembelajaran kooperatif

tipe STAD, TGT dan pembelajaran konvesional, 2) tidak ada perbedaan

yang signifikan mengenai prestasi belajar matematika oleh perbedaan

tingkat kreativitas, 3) tidak ada interaksi pengaruh yang signifikan

mengenai prestasi belajar matematika yang disebabkan oleh pembelajaran

kooperatif tipe STAD, TGT, pembelajaran konvesional, dan tingkat

kreativitas.

2.3. Kerangka Berfikir

Pada penjelasan diatas, telah disebutkan bahwa model

pembelajaran cooperative learning tipe STAD (student teams achievement

division), memungkinkan siswa dapat belajar lebih aktif dan belajar untuk

bekerjasama dengan teman-teman lainnya, karena dalam pembelajaran ini,

siswa didorong untuk bagaimana memecahkan sebuah masalah bersama-

sama dengan kelompoknya. Selain itu, siswa secara individu dapat

terbentuk menjadi siswa yang aktif dan mencintai belajar, karena sebagai

individu, siswa juga dipercayakan untuk ikut berkontribusi dalam

menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh kelompok. Semboyan yang

terkenal dalam pembelajaran model cooperative learning STAD (student

teams achievement division) adalah kesuksesan seseorang adalah

kesuksesan kelompok, dan kesuksesan kelompok adalah kesuksesan orang

per orang di dalam kelompok tersebut.

Penulis akan mengambil dua kelas dari dua sekolah yaitu SDN

Beteng dan SDN Jebengsari Kecamatan Salaman, Kabupaten Magelang.

Siswa kelas IV dari kedua sekolah ini yang akan dijadikan sebagai

responden dalam penelitian ini. Sebelum peneliti melakukan penelitian

lebih lanjut, langkah yang harus dilakukan terlebih dahulu adalah dengan

memberikan pre-test pada siswa kelas IV SDN Beteng dan kelas IV SDN

Jebengsari, untuk dapat menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol

melalui pre-test nilai rata-rata yang diperoleh. Setelah dilakukan pre-test,

para siswa dari kedua sekolah ini akan diberi perlakuan dengan model

Page 13: Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD(Student ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/966/3/T1_292008249_BAB II.pdf · Cara belajar kooperatif jarang sekali menggantikan

18

pembelajaran biasa (konvensional) dan model pembelajaran cooperative

learning STAD (student teams achievement division).

Setelah menerima perlakuan pembelajaran dengan dua metode

belajar tersebut, siswa kembali diuji dengan tes yang disebut post-test.

Nilai antara atau perubahan yang dialami setelah penerapan pembelajaran

itulah yang kemudian dianalisis untuk dilihat apakah ada atau tidak ada

perbedaan hasil belajar para siswa dari kedua sekolah tersebut.

Pembelajaran model kooperatif tipe STAD (student teams achievement

division) dalam proses belajar ini, diharapkan dapat meningkatkan hasil

belajar siswa. Adapun jika digambarkan dalam bagan, maka kerangka

berpikir itu adalah sebagai berikut:

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berpikir Penelitian

Kelas kontrol Pretest

Kelaseksperimen

Pembelajarankonvensional

Pos test

Pretest

Hasil pretesttidak boleh adaperbedaan yangsignifikan

Uji beda hasilpost test apakahada pengaruhyang signifikandenganmenggunakanmodel kooperatiftipe STAD

Post tesPembelajaranmodel kooperatiftipe STAD

Page 14: Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD(Student ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/966/3/T1_292008249_BAB II.pdf · Cara belajar kooperatif jarang sekali menggantikan

19

Kelas eksperimen yang menggunakan pembelajaran model

kooperatif tipe STAD (student teams achievement division) mendapatkan

nilai yang lebih baik dari pada kelas kontrol yang menggunakan

pembelajaran konvesional.

2.4. Hipotesis Tindakan

Hipotesis yang akan diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut : Terdapat pengaruh dalam pembelajaran model kooperatif tipe

STAD (student teams achievement division) terhadap hasil belajar IPA

siswa kelas IV SD Negeri Jebengsari Kecamatan Salaman Kabupaten

Magelang Semester II Tahun Pelajaran 2011/2012.