model kooperatif

111
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada hakekatnya merupakan proses pembangunan bangsa secara keseluruhan, dimana pendidikan berperan dalam mengembangkan aspek-aspek kehidupan terutama dalam masa reformasi yang serba transparan seperti sekarang ini. Pendidikan pada dasarnya berperan dalam mencerdaskan kehidupan bagsa yang sasarannya adalah upaya peningkatan kualitas manusia Indonesia, baik sosial, spiritual dan intelektual serta kemampuan yang professional. Di dalam pembukaan UUD 1945 alenia ke IV, merupakan cita-cita dari bangsa Indonesia yang salah satunya berbunyi mencerdaskan kehidupan bangsa. Untuk mewujudkan cita-cita tersebut, kemudian diatur lebih lanjut dalam pasal 31 ayat (1) setiap warga negara berhak mendapat pendidikan. Di dalam UU RI no 20 tahun 2003 Bab II pasal 3, ditetapkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional yang lebih rinci sebagai berikut: “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

Transcript of model kooperatif

Page 1: model kooperatif

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan pada hakekatnya merupakan proses pembangunan bangsa

secara keseluruhan, dimana pendidikan berperan dalam mengembangkan

aspek-aspek kehidupan terutama dalam masa reformasi yang serba transparan

seperti sekarang ini. Pendidikan pada dasarnya berperan dalam mencerdaskan

kehidupan bagsa yang sasarannya adalah upaya peningkatan kualitas manusia

Indonesia, baik sosial, spiritual dan intelektual serta kemampuan yang

professional. Di dalam pembukaan UUD 1945 alenia ke IV, merupakan cita-

cita dari bangsa Indonesia yang salah satunya berbunyi mencerdaskan

kehidupan bangsa. Untuk mewujudkan cita-cita tersebut, kemudian diatur

lebih lanjut dalam pasal 31 ayat (1) setiap warga negara berhak mendapat

pendidikan.

Di dalam UU RI no 20 tahun 2003 Bab II pasal 3, ditetapkan fungsi dan

tujuan pendidikan nasional yang lebih rinci sebagai berikut:

“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahklak mulia, sehat berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”

Untuk menjalankan fungsi dan mencapai tujuan pendidikan tersebut kita

mengenal adanya pendidikan formal dan pendidikan nonformal. Pendidikan

formal dan nonformal diatur lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah

Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005, tentang Standar Nasional

Pendidikan. Pada Pasal 1 (satu), dalam Peraturan Pemerintah ini yang

dimaksud dengan:

1. Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang

yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan

tinggi.

Page 2: model kooperatif

2. Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal

yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang.

Berdasarkan kutipan di atas untuk mengembangkan kemampuan dan

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat, pemerintah

mewajibkan mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di dalam kurikulum

persekolah dimulai dari pendidikan dasar, pendidikan menengah dan

perguruan tinggi. Sebagaimana lazimnya suatu bidang studi yang diajarkan di

sekolah, materi keilmuan dari mata pelajaran kewarganegaraan mencakup

dimensi pengetahuan (knowledge), keterampilan (skills), dan nilai (values).

Secara kusus ide pokok Mata Pelajaran Kewarganegaraan yakni ingin

membentuk warga negara yang ideal yaitu warga negara yang memiliki

keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, pengetahuan,

keterampilan, dan nilai-nilai sesuai dengan konsep dan prinsip-prinsip

kewarganegaraan. Pada gilirannya, warga negara yang baik tersebut

diharapkan dapat membantu terwujudnya masyarakat yang demokratis dan

berdasarkan konstitusional.

Berbagai negara di dunia memiliki kriteria masing-masing tentang

warga negara yang baik, sesuai dengan konstitusinya. Bagi bangsa Indonesia

warga negara yang baik tersebut tentu saja adalah warga negara yang dapat

menjalankan perannya dalam hubungannya sesama warga negara dan

hubungannya dengan negara yang sesuai dengan konstitusi negara (Undang-

Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia tahun 1945).

Sehubungan dengan itu, mata pelajaran kewarganegaraan mencakup

dimensi:

1. Pengetahuan Kewarganegaraan (civics knowledge) yang mencakup bidang

politik, hukum dan moral. Secara lebih terperinci, materi pengetahuan

kewarganegaraan meliputi pengetahuan tentang prinsip-prinsip dan proses

demokrasi, lembaga pemerintah dan non pemerintah, indentitas nasional,

pemerintah berdasarkan hukum (rule of low) dan peradilan yang bebas dan

tidak memihak, konstitusi, sejarah nasional, hak dan kewajiban warga

negara, hak asasi manusia, hak sipil, dan hak politik.

2

Page 3: model kooperatif

2. Keterampilan Kewarganegaraan (civics skills) meliputi keterampilan

partisipasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, misalnya: berperan

serta aktif mewujudkan masyarakat madani (civil society), keterampilan

mempengaruhi dan monitoring jalannya pemerintahan, dan proses

pengambilan keputusan politik, keterampilan memecahkan masalah-

masalah sosial, keterampilan mengadakan koalisi, kerja sama, dan

mengelola konflik.

3. Nilai-Nilai Kewarganwgaraan (civics values) mencakup antara lain

percaya diri, komitmen, penguasaan atas nilai religius, norma dan nilai-

nilai luhur, nilai keadilan, demokratis, toleransi, kebebasan individual,

kebebasan berbicara, kebebasan pers, kebebasan berserikat dan

berkumpul, dan perlindungan terhadap minoritas.

Mata pelajaran kewarganegaraan merupakan bidang kajian

multidisipliner, artinya materi keilmuan kewarganegaraan dijabarkan dari

beberapa disiplin ilmu antara lain ilmu Politik, Ilmu Tata Negara, Hukum, dan

Filsafat. Adapun bidang kajian dari dimensi Politik yakni manusia sebagai

zoonpolitikon, dan proses terbentuknya masyarakat politik. Bidang kajian dari

ilmu tata negara yakni proses terbentuknya negara, unsur negara, tujuan

negara dan bentuk-bentuk negara. Dimensi kajian dari Hukum yakni negara

hukum, konstitusi, sumber hukum dan subjek dan objek hukum. Bidang kajian

dari filsafat yaitu pancasila sebagai falsafah bangsa.

Kewarganegaraan dipandang sebagai mata pelajaran yang memegang

peranan penting dalam membentuk warga negara yang baik sesuai dengan

falsafah bangsa dan konstitusi negara Republik Indonesia. Pendidikan di

Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik menjadi warga

negara yang memiliki komitmen kuat dan konsisten untuk mempertahankan

Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Ruang lingkup mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan meliputi

aspek-aspek sebagai berikut:

1. Persatuan dan kesatuan bangsa, meliputi: Hidup rukun dalam perbedaan,

cinta lingkungan, kebanggaan sebagai bangsa Indonesia, sumpah pemuda,

3

Page 4: model kooperatif

keutuhan negara kesatuan republik Indonesia, partisipasi dalam pembelaan

negara,  sikap positif terhadap negara kesatuan republik Indonesia,

keterbukaan dan jaminan keadilan.

2. Norma, hukum dan peraturan, meliputi:  Tertib dalam kehidupan keluarga,

tata tertib di sekolah, norma yang berlaku dimasyarakat, peraturan-

peraturan daerah, norma-norma dalam kehidupan berbangsa dan

bernegara, sistim hukum  dan peradilan nasional, hukum dan peradilan

internasional.

3. Hak asasi manusia meliputi: Hak dan kewajiban anak,  hak dan kewajiban

anggota masyarakat, instrumen nasional dan internasional HAM,

pemajuan, penghormatan dan perlindungan HAM.

4. Kebutuhan warga negara, meliputi: Demokratis, hidup gotong royong,

harga diri sebagai warga masyarakat, kebebasan berorganisasi,

kemerdekaan mengeluarkan pendapat, menghargai keputusan bersama,

prestasi diri , persamaan kedudukan warga negara.

5. Konstitusi negara, meliputi: Proklamasi kemerdekaan dan konstitusi yang

pertama,  konstitusi-konstitusi yang pernah digunakan di  Indonesia,

hubungan dasar negara dengan konstitusi.

6. Kekuasan dan politik, meliputi: Pemerintahan desa dan kecamatan,

pemerintahan daerah dan otonomi, pemerintah pusat,  demokrasi dan

sistem politik, budaya politik, budaya demokrasi menuju masyarakat

madani, sistem pemerintahan, pers dalam masyarakat demokrasi.

7. Pancasila, meliputi: kedudukan pancasila sebagai dasar negara dan

ideologi negara, proses perumusan pancasila sebagai dasar negara,

pengamalan nilai-nilai pancasila dalam kehidupan sehari-hari, pancasila

sebagai ideologi terbuka.

8. Globalisasi, meliputi: Globalisasi di lingkungannya, politik luar negeri

Indonesia di era globalisasi, dampak globalisasi, hubungan internasional

dan organisasi internasional,  dan mengevaluasi globalisasi.

4

Page 5: model kooperatif

Adapun tujuan yang ingin dicapai dari Mata Pelajaran Kewarganegaraan

setelah diadakan proses pembelajaran, siswa memiliki kemampuan sebagai

berikut:

1. Berfikir kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu-isu

kewarganegaraan

2. Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, bertindak secara cerdas

dalam kegitan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta anti

korupsi.

3. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri

berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup

bersama bangsa-bangsa lain.

4. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara

langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi

dan komunikasi. (Bambang Suteng: 2006).

Namun, realita yang terjadi di dalam masyarakat Indonesia betapa

banyak orang yang latar belakang pendidikannya tinggi melakukan hal-hal

berupa pelanggaran norma, etika, dan moral sebangai manusia bernegara yang

baik, seperti: korupsi, penyalah gunaan wewenang, dan itu hanya dilandasi

oleh kepentingan individu semata. Sewaktu dibangku pendidikan semua

peserta didik dibekali dengan suatu ilmu yang mempelajari tentang kaidah-

kaidah dan etika kehidupan, baik kehidupan bernegara maupun kehidupan

sosial bahkan kehidupan individu. Semua itu diperoleh dari suatu ilmu, ilmu

itu adalah ilmu kewarganegaraan yang mempunyai empat tujuan seperti

uraian di atas.

Dalam diri manusia ada beberapa aspek yang berperan yaitu aspek

sosial, aspek kognitif dan aspek motorik. Hal ini dapat dipahami bahwa

manusia itu berhubungan dengan orang lain (sosial), berfikir (kognitif),

menilai (afektif) dan berbuat (motorik) maka aspek-aspek tersebut perlu

dikembangkan dalam diri anak didik sebagai manusia yang tumbuh dan

berkembang.

5

Page 6: model kooperatif

Untuk mencapai itu semua perlu dilaksanakan suatu proses

pembelajaran yang melibatkan dua subjek yakni pendidik (guru) dan peserta

didik (siswa). Proses pembelajaran merupakan inti dari kegiatan pendidikan di

sekolah, agar pendidikan dan pengajaran berjalan dengan benar dan menarik

maka diperlukan suatu model pembelajaran. Model pembelajaran banyak

sekali jenisnya, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain: Tujuan

yang berbeda dari setiap mata pelajaran, sesuai dengan jenis, fungsi, sifat,

maupun isi dari mata pelajaran itu sendiri.

Adapun beberapa model pembelajaran yang dapat dipergunakan dalam

pembelajaran kewarganegaraan :

1. Model Pembelajaran Kooperatif (Robert E. Slavin : 2008)

2. Model Pembelajaran Telaah Yurisprudensi (Jurisprudential Inquiry)

(Hamzah B. Uno : 2007)

3. Model Pembelajaran Bermain Peran (Hamzah B. Uno : 2007)

4. Model Pembelajaran Simulasi Sosial (Hamzah B. Uno : 2007)

Dari beberapa model tersebut sesuai dengan kajian penulis yang

memfokuskan pada model kooperatif tipe STAD (student teams

achievement divisionts).

1. Model Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran

yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok. Setiap siswa yang ada

dalam kelompok mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda-beda (tinggi,

sedang, rendah). Model pembelajaran kooperatif mengutamakan kerja sama

dalam menyelesaikan permasalahan untuk menerapkan pengetahuan dan

keterampilan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. (Robert E. Slavin :

2008)

2. Model Pembelajaran Telaah Yurisprudensi (Jurisprudential Inquiry)

Model pembelajaran ini membantu siswa untuk belajar berpikir secara

sistematis tentang isu-isu kontemporer yang sedang terjadi dalam masyarakat.

Dengan memberikan mereka cara-cara menganalisis dan mendiskusikan isu-

6

Page 7: model kooperatif

isu social, model pembelajaran ini membantu siswa untuk berpartisipasi dalam

mendefinisi ulang nilai-nilai sosial. (Hamzah B. Uno : 2007)

3. Model Pembelajaran Bermain Peran

Model pembelajaran ini bertujuan untuk membantu siswa menemukan

makna diri (jati diri) di dunia sosial dan memecahkan dilema dengan bantuan

kelompok. Artinya, melalui bermain peran siswa belajar menggunakan konsep

peran, menyadari adanya peran-peran yang berbeda dan memikirkan perilaku

dirinya dan perilaku orang lain. Proses bermain peran ini dapat memberikan

contoh kehidupan perilaku manusia yang berguna sebagai sarana bagi siswa

untuk: menggali perasaannya, memperoleh inspirasi dan pemahaman yang

berpegaruh terhadap sikap, nilai, dan persepsinya terhadap pemecahan

masalah. (Hamzah B. Uno : 2007)

4. Model Pembelajaran Simulasi Sosial

Model ini menganggap siswa (pelajar) sebagai suatu sistem yang dapat

mengendalikan umpan balik sendiri (self regulated feedback). Sistem tersebut

mempunyai fungsi yang sama baik manusia maupun mesin, fungsi tersebut:

menghasilkan gerakan untuk mencapai tujuan tertentu yang diinginkan,

mendeteksi kesalahan dan memanfaatkan kesalahan untuk diarahkan kembali

kejalur yang benar. (Hamzah B. Uno : 2007)

Dalam meningkatkan partisipasi siswa untuk berbicara atau

mengeluarkan pendapat (ide) dan merespon atau menanggapi permasalahan

maka pendidik (guru) menggunakan suatu model pembelajaran yang lebih

cenderung membuat siswa berperan aktif, maka dari empat model

pembelajaran tersebut yang lebih membuat siswa berperan aktif yakni: Model

Pembelajaran Kooperatif dengan tipe STAD (Student Teams Achivement

Divisions), dimana kedua subjek berperan aktif dan siswa tidak dijadikan

objek oleh guru. Dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif dengan

tipe STAD (Student Teams Achivement Divisions) dalam proses pembelajaran

diharapkan siswa berperan aktif dan guru sebagai pasilitator.

Adapun output dari model pembelajaran kooperatif dengan tipe STAD

(Student Teams Achivement Divisions) yakni kerja sama, kemampuan

7

Page 8: model kooperatif

mengeluarkan pendapat, kemampuan menanggapi pendapat, dan kemampuan

menghargai pendapat orang lain. STAD adalah salah satu metode

pembelajaran Tim Siswa yang paling sederhana dan paling banyak diterapkan.

Holubec dalam Nurhadi dalam Arini (2009) mengemukakan model

pembelajaran kooperatif merupakan pendekatan pembelajaran melalui

kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi

belajar dalam mencapai tujuan belajar. Adapun karakteristik model

pembelajaran kooperatif adalah (http://yusti-arini.blogspot.com):

1. Siswa dalam kelompok secara kooperatif menyelesaikan materi belajar

sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai.

2. Kelompok dibentuk dari beberapa siswa yang memiliki kemampuan

berbeda-beda, baik tingkat kemampuan tinggi, sedang, dan rendah

3. Penghargaan lebih menekankan pada kelompok daripada masing-masing

individu.

Dalam model pembelajaran kooperatif dikembangkan metode diskusi

dan komunikasi dengan tujuan agar siswa saling berbagi kemampuan, saling

belajar berpikir kritis, saling menyampaikan pendapat, saling memberi

kesempatan menyalurkan kemampuan, saling membantu belajar, saling

menilai kemampuan dan peranan diri sendiri maupun teman lain. (http://yusti-

arini.blogspot.com).

Diskusi adalah suatu cara belajar yang dicirikan oleh suatu keterikatan

pada suatu topik atau pokok pernyataan atau problem dimana para peserta

diskusi dengan jujur berusaha untuk mencapai atau memperoleh suatu

keputusan atau pendapat yang disepakati bersama,(Yahya Nursidik: 2008).

Metode diskusi menghasilkan keterlibatan murid karena meminta mereka

menafsirkan pelajaran. Dengan demikian para murid tidak akan memperoleh

pengetahuan tanpa mengambilnya untuk dirinya sendiri, diskusi membantu

agar pelajaran dikembangkan terus-menerus atau disusun berangsur-angsur

dan merangsang semangat bertanya dan minat perorangan.

Dari kutipan di atas diharapkan siswa mampu untuk berpartisipasi dalam

hal mengemukakan pendapatnya , kreatif berbicara, menyanggah dan

8

Page 9: model kooperatif

mengkritik. Wazir Ws., et al. dalam Saca Firmansyah (2008) Menyatakan

Partisipasi bisa diartikan sebagai keterlibatan seseorang secara sadar ke dalam

interaksi sosial dalam situasi tertentu. Dengan pengertian itu, seseorang bisa

berpartisipasi bila ia menemukan dirinya dengan atau dalam kelompok,

melalui berbagai proses dengan orang lain dalam hal nilai, tradisi, perasaan,

kesetiaan, kepatuhan dan tanggungjawab bersama.

Istilah partisipasi seringkali digunakan untuk memberi kesan mengambil

bagian dalam sebuah aktivitas. Mengambil bagian dalam sebuah aktivitas

dapat mengandung pengertian ikut serta, tetapi dapat juga berarti ikut serta

dalam menentukan jalannya suatu aktivitas, dalam artian ikut menentukan

perencanaan dan pelaksanaan aktivitas tersebut.

Jadi berdasarkan dari latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk

meneliti tentang “Penerapan Model Kooperatif Tipe STAD (student teams

achievement divisions) Dalam Meningkatkan Partisipasi Siswa Pada

Pembelajaran Kewarganegaraan”

B. Batasan Masalah

Pembelajaran atau pengajaran adalah upaya untuk membelajarkan siswa.

Dalam pengertian ini secara implisit dalam pembelajaran terdapat kegiatan

memilih, menetapkan, mengembangkan model yang sesuai dengan konten

materi untuk mencapai hasil pembelajaran yang diinginkan. Pengembangan

model pembelajaran tidak terlepas dari tahap-tahap sistem pendidikan.

Adapun tahap-tahap tersebut adalah:

1. Analisis

2. Rancangan

3. Pengembangan

4. Implementasi

5. Evaluasi

Untuk lebih memfokuskan penelitian ini penulis hanya membatasi pada

“Tahapan Pembelajaran Yakni Pada Tahap Implementasi”.

C. Rumusan Masalah

9

Page 10: model kooperatif

Berpijak dari latar belakang dan batasan masalah di atas maka rumusan

masalah dari penulisan ini adalah, sebagai berikut:

1. Apakah dengan menerapkan model kooperatif tipe

STAD (Student Teams Achievement Divisions) terjadi peningkatan

kemampuan siswa dalam mengemukakan pendapat?

2. Apakah dengan penerapan model kooperatif tipe

STAD (Student Teams Achievement Divisions) terjadi peningkatan

kemampuan siswa untuk berfikir kritis?

3. Apakah dengan penerapan metode kooperatif tipe

STAD (Student Teams Achievement Divisions) terjadi peningkatan

kemampuan siswa dalam bekerja sama?

4. Apakah dengan penerapan metode kooperatif tipe

STAD (Student Teams Achievement Divisions) terjadi peningkatan

kemampuan siswa dalam menilai kemampuan?

D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini dapat dibagi menjadi dua yakni:

1. Tujuan secara umum.

a. Untuk menentukan langkah-langkah dari penggunaan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement

Divisions).

b. Untuk mendapatkan gambaran penerapan model STAD dalam

pembelajaran kewarganegaraan.

c. Untuk menemukan kelemahan / titik lemah dari model pembelajaran

kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions).

d. Untuk mengetahui apakah penerapan model STAD dapat

meningkatkan partisipasi belajar siswa.

2. Tujuan secara khusus.

a. Mengidentifikasi tingkat partisipasi siswa pada saat penerapan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement

Divisions) dalam hal mengemukakan pendapat.

10

Page 11: model kooperatif

b. Mengidentivikasi tingkat kemampuan siswa memandang suatu

masalah.

c. Mengidentivikasi kemampuan siswa dalam bekerja sama.

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pihak dan instansi

terkait seperti:

1. Sumbangan dan pengembangan ilmu pengetahuan bagi pembaca

khususnya mahasiswa P-IPS/ PKn.

2. Bahan masukan bagi guru-guru.

3. Bagi penulis unutk tambahan ilmu pengetahuan dan untuk memperoleh

gelar sarjana pendidikan (strata satu) pada Fakultas Keguruan Dan Ilmu

Pendidikan, Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan.

4. Sebagai bahan pertimbangan bagi dosen FKIP-PKn Universitas Bung

Hatta.

1. Manfaat secara praktis

a. Bagi Siswa

1) Siswa dapat saling bertukar pikiran antara sesama anggota kelompok

sehingga setiap siswa dapat memperoleh ilmu pengetahuan yang lebih

banyak.

2) Siswa dapat belajar untuk mau mendengarkan dan saling menghargai

pendapat orang lain serta belajar bersosialisasi dengan cara memahami

perbedaan-perbedaan yang tumbuh dalam kelompok.

b. Bagi Pihak Sekolah

Dapat digunakan sebagai bahan masukkan untuk mengadakan variasi

model pembelajaran guna meningkatkan prestasi belajar siswa.

2. Manfaat secara teoritis

a. Pembaca

Menambah pengetahuan pembaca terhadap model pembelajaran

efektif terutama model STAD (Student Teams Achievement Divisions).

b. Penelitian Berikutnya

11

Page 12: model kooperatif

Hasil penelitian dapat menjadi masukan bagi peneliti-peneliti lain

untuk mengadakan penelitian serupa di masa yang akan datang.

c. Peneliti yang bersangkutan

Menambah ilmu pengetahuan yang telah dimiliki peneliti dan

merupakan wahana menerapkan ilmu pengetahuan yang telah didapat

di bangku kuliah.

12

Page 13: model kooperatif

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Belajar dan Pembelajaran

1. Pengertian Belajar

Belajar adalah suatu kegiatan yang tidak terpisahkan dari kehidupan

manusia. Dengan belajar manusia mampu mengembangkan potensi-potensi

yang dibawanya sejak lahir sehingga nantinya mampu menyesuaikan diri

demi pemenuhan kebutuhan. Winkel dalam Gufron Faqih (2010)

menyimpulkan bahwa belajar adalah Suatu aktifitas mental / psikis yang

berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan

perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan dan nilai

sikap. Perubahan itu bersifat relatif konstan dan berbekas.

Pengertian belajar menurut Bigge dalam Darsono (2000) adalah suatu

perubahan yang menetap dalam kehidupan seseorang yang tidak diwariskan

secara genetis. Dalam hal ini perubahan yang dimaksud terjadi pada

pemahaman, perilaku, persepsi, motivasi atau campuran dari semuanya secara

sistematis sebagai akibat pengalaman dalam situasi-situasi tertentu.

Sedang menurut Hilgard dan Bower dalam Purwanto (1990)

mengatakan bahwa belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku

individu terhadap suatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalaman

yang berulang-ulang. Perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atas

dasar kecenderungan respon pembawaan, kematangan, atau keadaan sesaat

seseorang (misalnya kelelahan, pengaruh obat, dan sebagainya).

Selanjutnya pengertian belajar menurut Hambalik dalam Gufron Faqih

(2010) yaitu: Belajar adalah suatu cara untuk memotivasi dan mempertegas

kelakuan melalui pengalaman dan merupakan proses perubahan tingkah laku

individu melalui interaksi dengan lingkungannya sehingga akan terjadi

serangkaian pengalaman-pengalaman belajar.

Dari pendapat beberapa ahli di atas dapat disimpulkan bahwa yang

disebut belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku seseorang yang

Page 14: model kooperatif

disebabkan adanya pengalaman untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan

dan sikap dari seseorang yang melakukan kegiatan belajar.

2. Pembelajaran

Dimyati dan Mudjiono (2006: 297) mengatakan bahwa pembelajaran

adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain intruksional, untuk

membuat siswa belajar secara aktif yang menekankan pada penyediaan

sumber belajar. Dimana desain intruksional yang dimaksud adalah program

pengajaran yang dibuat oleh guru secara konvensional, desain intruksional

tersebut dikenal sebagai persiapan mengajar guru.

Menurut Degeng (2003:14) pembelajaran adalah upaya untuk

membelajarkan siswa.Dimana dalam pembelajaran terdapat kegiatan pemilih,

menetapkan dan mengembangkan metode atau strategi yang optimal untuk

mencapai hasil belajar yang diinginkan.

Pembelajaran sendiri terdiri dari empat langkah berikut (Dimyati dan

Mudjiono, 2006:14):

a. Langkah satu: menentukan topik yang dapat dipelajari oleh anak sendiri.

b. Langkah dua: memilih atau mengembangkan aktivitas kelas dengan topik

tersebut.

c. Langkah tiga: mengetahui adanya kesempatan bagi guru untuk

mengemukakan pertanyaan yang menunjang proses pemecahan masalah.

d. Langkah empat: menilai pelaksanaan tiap kegiatan, memperhatikan

keberhasilan dan melakukan revisi.

Dari hal diatas maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan

suatu proses penyampaian berbagai konsep informasi dan aktifitas kepada

siswa oleh guru dengan menggunakan metode atau strategi yang sesuai supaya

siswa dapat belajar dengan mudah, sehingga tujuan pembelajaran dapat

tercapai.

B. Model Pembelajaran Kooperatif

1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif

Menurut Zaini dalam Yusti Arini (2009) model pembelajaran adalah

pedoman berupa program atau petunjuk strategi mengajar yang dirancang

14

Page 15: model kooperatif

untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran. Pedoman itu memuat tanggung

jawab guru dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi kegiatan

pembelajaran. Salah satu tujuan dari penggunaan model pembelajaran adalah

untuk meningkatkan kemampuan siswa selama belajar.

Dengan pemilihan metode, strategi, pendekatan, serta teknik

pembelajaran, diharapkan adanya perubahan dari mengingat (memorizing)

atau menghafal (rote learning) ke arah berpikir (thinking) dan pemahaman

(understanding), dari model ceramah ke pendekatan discovery learning atau

inquiry learning, dari belajar individual ke kooperatif, serta dari subject

centered ke learner centered atau terkonstruksinya pengetahuan siswa.

Apakah model pembelajaran kooperatif itu? Model pembelajaran

kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya

kelompok-kelompok. Setiap siswa yang ada dalam kelompok mempunyai

tingkat kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang, rendah).

Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran

yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok. Setiap siswa yang ada

dalam kelompok mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda-beda (tinggi,

sedang, rendah). Model pembelajaran kooperatif mengutamakan kerja sama

dalam menyelesaikan permasalahan untuk menerapkan pengetahuan dan

keterampilan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran

Holubec dalam Nurhadi dalam Yusti Arini (2009) dalam

mengemukakan model pembelajaran kooperatif merupakan pendekatan

pembelajaran melalui kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam

memaksimalkan kondisi belajar dalam mencapai tujuan belajar.

Menurut Nur (2000), semua model pembelajaran ditandai dengan

adanya struktur tugas, struktur tujuan, dan struktur penghargaan. Struktur

tugas, struktur tujuan, dan struktur penghargaan pada model pembelajaran

kooperatif berbeda dengan struktur tugas, struktur tujuan, dan struktur

penghargaan pada model pembelajaran yang lain. Dalam proses pembelajaran

dengan model pembelajaran kooperatif, siswa didorong untuk bekerja sama

pada suatu tugas bersama dan mereka harus mengkoordinasikan usahanya

15

Page 16: model kooperatif

untuk menyelesaikan tugas yang diberikan guru. Tujuan model pembelajaran

kooperatif adalah hasil belajar akademik siswa meningkat dan siswa dapat

menerima berbagai keragaman dari temannya, serta berkembangnya

keterampilan sosial.

2. Prinsip Dasar dan Karakteristik Model Pembelajaran

Kooperatif

Menurut Johnson & Johnson Yusti Arini (2009), prinsip dasar dalam

model pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut:

a. Setiap anggota kelompok (siswa) bertanggung jawab atas segala sesuatu

yang dikerjakan dalam kelompoknya.

b. Setiap anggota kelompok (siswa) harus mengetahui bahwa semua anggota

kelompok mempunyai tujuan yang sama.

c. Setiap anggota kelompok (siswa) harus membagi tugas dan tanggung

jawab yang sama di antara anggota kelompoknya.

d. Setiap anggota kelompok (siswa) akan dikenai evaluasi

e. Setiap anggota kelompok (siswa) berbagi kepemimpinan dan

membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses

belajarnya.

f. Setiap anggota kelompok (siswa) akan diminta mempertanggung jawabkan

secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.

Adapun karakteristik model pembelajaran kooperatif adalah:

a. Siswa dalam kelompok secara kooperatif menyelesaikan materi belajar

sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai.

b. Kelompok dibentuk dari beberapa siswa yang memiliki kemampuan

berbeda-beda, baik tingkat kemampuan tinggi, sedang, dan rendah.

c. Penghargaan lebih menekankan pada kelompok daripada masing-masing

individu.

Dalam model pembelajaran kooperatif dikembangkan diskusi dan

komunikasi dengan tujuan agar siswa saling berbagi kemampuan, saling

belajar berpikir kritis, saling menyampaikan pendapat, saling memberi

kesempatan menyalurkan kemampuan, saling membantu belajar, saling

16

Page 17: model kooperatif

menilai kemampuan dan peranan diri sendiri maupun teman lain. Terdapat 6

(enam) langkah model pembelajaran kooperatif:

a. Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa.

b. Menyajikan informasi.

c. Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar.

d. Membimbing kelompok belajar.

e. Evaluasi dan pemberian umpan balik.

f. Memberikan penghargaan.

Keunggulan dari model pembelajaran kooperatif adalah (1) membantu

siswa belajar berpikir berdasarkan sudut pandang suatu subjek bahasan

dengan memberikan kebebasan siswa dalam praktik berpikir, (2) membantu

siswa mengevaluasi logika dan bukti-bukti bagi posisi dirinya atau posisi yang

lain, (3) memberikan kesempatan pada siswa untuk memformulasikan

penerapan suatu prinsip, (4) membantu siswa mengenali adanya suatu masalah

dan memformulasikannya dengan menggunakan informasi yang diperoleh

dari bacaan atau ceramah, (5) menggunakan bahan-bahan dari anggota lain

dalam kelompoknya, dan (6) mengembangkan motivasi untuk belajar yang

lebih baik.

Tabel 1. Menjelaskan Tentang Fase Pembelajaran Kooperatif:

Fase Kegiatan Tindakan Guru

1 Menyampaikan tujuan dan

memotivasi siswa

Guru menyampaikan tujuan pembelajaran

yang ingin dicapai dan memotivasi siswa

untuk belajar

2 Menyampaikan informasi Guru menyajikan informasi kepada siswa

dengan jalan demonstrasi atau jalan lewat

bacaan

3 Mengorganisasikan siswa Guru menjelaskan pada siswa bagaimana

membentuk kelompok-kelompok belajar

dan membantu kelompok melakukan

transisi secara efisien

4 Membimbing kelompok

bekerja dan belajar

Guru membimbing kelompok-kelompok

belajar pada saat mereka mengerjakan tugas

17

Page 18: model kooperatif

mereka.

5 Evaluasi Guru mengevaluasi hasil belajar tentang

materi yang dipelajari atau masing-masing

kelompok mempresentasikan hasil

belajarnya

6 Pemberian penghargaan Guru mencari cara-cara menghargai baik

hasil belajar individu maupun kelompok

Sumber: (Ibrahim, 2000:10)

3. Tipe-tipe Model Pembelajaran Kooperatif Dan Teknik Aplikasinya

Beberapa tipe model pembelajaran kooperatif yang dikemukakan oleh

beberapa ahli antara lain Slavin adalah sebagai berikut:

a. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw ini pertama kali dikembangkan oleh

Aronson dkk. Langkah-langkah mengaplikasikan tipe Jigsaw dalam proses

pembelajaran adalah sebagai berikut:

1) Guru membagi suatu kelas menjadi beberapa kelompok, dengan setiap

kelompok terdiri dari 4-6 siswa dengan kemampuan yang berbeda-beda

baik tingkat kemampuan tinggi, sedang, dan rendah serta jika mungkin

anggota berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda tetapi tetap

mengutamakan kesetaraan jender. Kelompok ini disebut kelompok asal.

Jumlah anggota dalam kelompok asal menyesuaikan dengan jumlah

bagian materi pelajaran yang akan dipelajari siswa sesuai dengan tujuan

pembelajaran yang akan dicapai. Dalam tipe Jigsaw ini, setiap siswa diberi

tugas mempelajari salah satu bagian materi pembelajaran tersebut. Semua

siswa dengan materi pembelajaran yang sama belajar bersama dalam

kelompok yang disebut kelompok ahli (Counterpart Group/CG).

Dalam kelompok ahli, siswa mendiskusikan bagian materi pembelajaran

yang sama, serta menyusun rencana bagaimana menyampaikan kepada

temannya jika kembali ke kelompok asal. Kelompok asal ini oleh Aronson

disebut kelompok jigsaw (gigi gergaji).

18

Page 19: model kooperatif

2) Misal suatu kelas dengan jumlah siswa 40, dan materi pembelajaran yang

dicapai sesuai dengan tujuan pembelajarannya terdiri dari dari 5 bagian

materi pembelajaran, maka dari 40 siswa akan terdapat 5 kelompok ahli

yang beranggotakan 8 siswa dan 8 kelompok asal yang terdiri dari 5

siswa. Setiap anggota kelompok ahli akan kembali ke kelompok asal

memberikan informasi yang telah diperoleh dalam diskusi di kelompok

ahli dan setiap siswa menyampaikan apa yang telah diperoleh atau

dipelajari dalam kelompok ahli. Guru memfasilitasi diskusi kelompok

baik yang dilakukan oleh kelompok ahli maupun kelompok asal.

3) Setelah siswa berdiskusi dalam kelompok ahli maupun kelompok asal,

selanjutnya dilakukan presentasi masing-masing kelompok atau dilakukan

pengundian salah satu kelompok untuk menyajikan hasil diskusi

kelompok yang telah dilakukan agar guru dapat menyamakan persepsi

pada materi pembelajaran yang telah didiskusikan.

4) Guru memberikan kuis untuk siswa secara individual

5) Guru memberikan penghargaan pada kelompok melalui skor penghargaan

berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar individual dari skor

dasar ke skor kuis berikutnya (terkini).

6) Materi sebaiknya secara alami dapat dibagi menjadi beberapa bagian

materi pembelajaran.

7) Perlu diperhatikan bahwa jika menggunakan tipe Jigsaw untuk belajar

materi baru, perlu dipersiapkan suatu tuntunan dan isi materi yang runtut

serta cukup sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

b. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Number Heads Together)

Pembelajaran kooperatif tipe NHT dikembangkan oleh Spencer Kagen

(1993). Pada umumnya NHT digunakan untuk melibatkan siswa dalam

penguatan pemahaman pembelajaran atau mengecek pemahaman siswa

terhadap materi pembelajaran.

Langkah-langkah penerapan tipe NHT:

1) Guru menyampaikan materi pembelajaran atau permasalahan kepada

siswa sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai.

19

Page 20: model kooperatif

2) Guru memberikan kuis secara individual kepada siswa untuk mendapatkan

skor dasar atau skor awal.

3) Guru membagi kelas dalam beberapa kelompok, setiap kelompok terdiri

dari 4-5 siswa, setiap anggota kelompok diberi nomor atau nama.

4) Guru mengajukan permasalahan untuk dipecahkan bersama dalam

kelompok.

5) Guru mengecek pemahaman siswa dengan menyebut salah satu nomor

(nama) anggota kelompok untuk menjawab. Jawaban salah satu siswa

yang ditunjuk oleh guru merupakan wakil jawaban dari kelompok.

6) Guru memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman, mengarahkan, dan

memberikan penegasan pada akhir pembelajaran.

7) Guru memberikan tes/kuis kepada siswa secara individual.

8) Guru memberi penghargaan pada kelompok melalui skor penghargaan

berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar individual dari skor

dasar ke skor kuis berikutnya (terkini).

c. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams

Achievement Divisions)

STAD adalah salah satu model pembelajaran koperatif yang dimulai

dari pengarahan, membuat kelompok heterogen (4-5 orang), diskusikan bahan

belajar, LKS, modul secara kolaboratif, kemudian dipresentasi oleh kelompok

sehingga terjadi diskusi kelas. Kemudian dilakukan kuis individual dengan

memberikan skor perkembangan tiap siswa atau kelompok, umumkan rekor

tim dan individual dan berikan reward.

Tipe STAD merupakan salah satu model dari pembelajaran kooperatif

yang paling awal ditemukan dan dikembangkan oleh Robert Slavin dan

kawan-kawan di John Hopkins University. Tipe ini sangat popular karena

mudah diaplikasikan dalam kelas. Ide dasar tipe STAD adalah bagaimana

memotivasi siswa dalam kelompoknya agar mereka dapat saling mendorong

dan membantu satu sama lain dalam menguasai materi yang disajikan, serta

menumbuhkan suatu kesadaran bahwa belajar itu penting, bermakna dan

menyenangkan.

20

Page 21: model kooperatif

Seperti dalam kebanyakan model pembelajaran kooperatif, tipe STAD

bekerja berdasarkan prinsip siswa bekerja bersama-sama untuk belajar dan

bertanggung jawab terhadap belajar teman-temannya dalam tim dan juga

dirinya sendiri (Handayanto, 2003:115). Handayanto (2003:74) juga

menyatakan bahwa “model pembelajaran kooperatif tipe STAD menekankan

berbagai cirri pembelajaran langsung dan merupakan model pembelajaran

yang mudah diterapkan dalam pembelajaran”.

Model ini dipandang sebagai model yang paling sederhana dan paling

langsung dari pendekatan pembelajaran kooperatif. Para siswa didalam kelas

dibagi dalam beberapa kelompok atau tim yang masing-masing terdiri dari

empat atau lima anngota kelompok. Setiap kelompok mempunyai anggota

yang heterogen baik jenis kelamin, ras, etnik maupun kemampuannya (tinggi,

sedang, rendah). (Nurhadi,2004: 65)

Komponen utama dalam tipe STAD (Student Teams-Achievement

Divisions), yaitu: Slavin (2008)

1) Penyajian kelas (Class Presentation). Guru menyajikan materi didepan

kelas secara klasikal yang difokuskan pada konsep-konsep materi yang

akan dibahas saja. Selanjutnya siswa disuruh belajar dalam kelompok

kecil untuk mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru.

2) Pembentukan kelompok belajar (Teams). Siswa disusun dalam kelompok

yang anggotannya heterogen (baik kemampuan akademiknya maupun

jenis kelaminnya). Caranya dengan merangkingkan siswa berdasarkan

nilai rapor atau nilai yang diperoleh oleh siswa sebelum model

pembelajaran kooperatif tipe STAD. Adapun fungsi pengelompokan ini

adalah untuk mendorong adanya kerjasama kelompok dalam mempelajari

materi dan menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru.

3) Pemberian tes atau kuis (Quizzes). Setelah belajar kelompok selesai,

diadakan tes atau kuis dengan tujuan utnuk mengetahui atau mengukur

kemampuan belajar siswa terhadap materi yang telah dipelajari. Dalam hal

ini siswa siswa sama sekali tidak dibenarkan untuk kerjasama dengan

temannya. Tujuan tes ini adalah utuk memotivasi siswa agar berusaha dan

21

Page 22: model kooperatif

bertanggung jawab secara individual. Siswa dituntut untuk melakukan

yang terbaik sebagai hasil belajar kelompoknya. Selain bertanggung jawab

secara individual, siswa juga harus menyadari bahwa usaha dan

keberhasilan mereka nantinya akan memberikan sumbangan yang sangat

berharga bagi kesuksesan kelompok. Tes ini dilakukan setelah satu sampai

dua kali penyajian kelas dan pembelajaran dalam kelompok.

4) Pemberian skor peningkatan individu (Individual Improvement Scores).

Hal ini dilakukan untuk memberikan kepada siswa suatu sasaran yang

dapat dicapai bila mereka bekerja keras dan memperlihatkan hasil yang

baik dibandingkan dengan hasil yang sebelumnya. Pengelola skor hasil

kerjasama siswa dilakukan dengan urutan berikut: Skor awal, skor tes,

skor peningkatan dan skor kelompok.

Langkah-langkah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD

(Slavin : 2008) :

1) Guru menyampaikan materi pembelajaran atau permasalahan kepada

siswa sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai.

2) Guru memberikan tes/kuis kepada setiap siswa secara individual sehingga

akan diperoleh skor awal.

3) Guru membentuk beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 4-5

siswa dengan kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang, dan

rendah). Jika mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku

yang berbeda tetapi tetap mementingkan kesetaraan jender.

4) Bahan materi yang telah dipersiapkan didiskusikan dalam kelompok untuk

mencapai kompetensi dasar. Pembelajaran kooperatif tipe STAD biasanya

digunakan untuk penguatan pemahaman materi.

5) Guru memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman, mengarahkan, dan

memberikan penegasan pada materi pembelajaran yang telah dipelajari.

6) Guru memberikan tes/kuis kepada setiap siswa secara individual.

7) Guru memberi penghargaan pada kelompok berdasarkan perolehan nilai

peningkatan hasil belajar individual dari skor dasar ke skor kuis

berikutnya (terkini).

22

Page 23: model kooperatif

d. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI (Team Assisted

Individualization atau Team Accelerated Instruction)

Model pembelajaran kooperatif tipe TAI ini dikembangkan oleh Slavin.

Tipe ini mengkombinasikan keunggulan pembelajaran kooperatif dan

pembelajaran individual. Tipe ini dirancang untuk mengatasi kesulitan belajar

siswa secara individual. Oleh karena itu, kegiatan pembelajarannya lebih

banyak digunakan untuk pemecahan masalah, ciri khas pada tipe TAI ini

adalah setiap siswa secara individual belajar materi pembelajaran yang sudah

dipersiapkan oleh guru. Hasil belajar individual dibawa ke kelompok-

kelompok untuk didiskusikan dan saling dibahas oleh anggota kelompok, dan

semua anggota kelompok bertanggung jawab atas keseluruhan jawaban

sebagai tanggung jawab bersama.

Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe TAI adalah

sebagai berikut:

1) Guru memberikan tugas kepada siswa untuk mempelajari materi

pembelajaran secara individual yang sudah dipersiapkan oleh guru.

2) Guru memberikan kuis secara individual kepada siswa untuk mendapatkan

skor dasar atau skor awal.

3) Guru membentuk beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 4-5

siswa dengan tingkat kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang, dan

rendah). Jika mungkin, anggota kelompok terdiri dari ras, budaya, suku

yang berbeda tetapi tetap mengutamakan kesetaraan jender

4) Hasil belajar siswa secara individual didiskusikan dalam kelompok.

Dalam diskusi kelompok, setiap anggota kelompok saling memeriksa

jawaban teman satu kelompok.

5) Guru memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman, mengarahkan, dan

memberikan penegasan pada materi pembelajaran yang telah dipelajari.

6) Guru memberi penghargaan pada kelompok berdasarkan perolehan nilai

peningkatan hasil belajar individual dari skor dasar ke skor kuis

berikutnya (terkini).

23

Page 24: model kooperatif

Berpijak dari latar belakang dan teori diatas peneliti ingin melihat

implementasi dari model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams

Achievement Divisions), yang dikembangkan oleh Slavin dkk. Yang lebih

dirumuskan atau ditekankan pada diskusi kelas.

C. Pengertian Metode Diskusi dan Langkah-langkah Penerapan Diskusi

1. Pengeretian Metode Diskusi

Metode diskusi adalah suatu cara mengajar yang dicirikan oleh suatu

keterikatan pada suatu topik atau pokok pernyataan atau problem dimana para

peserta diskusi dengan jujur berusaha untuk mencapai atau memperoleh suatu

keputusan atau pendapat yang disepakati bersama. (Yahya Nursidik: 2008 ).

Selanjutnya definisi diskusi juga di kemukakan oleh Heriyanto Chanra:

(2004) Diskusi ialah percakapan ilmiah yang responsif berisikan pertukaran

pendapat yang dijalin dengan pertanyaan-pertanyaan problematis

permunculan ide-ide dan pengujian ide-ide ataupun pendapat dilakukan oleh

beberapa orang yang tergabung dalam kelompok itu yang diarahkan untuk

memperoleh pemecahan permasalahannya dan untuk mencari kebenaran.

Dari definisi yang dikemukakan oleh para ahli di atas dapat disimpulkan

bahwa diskusi merupakan suatu metode untuk pemecahan masalah dengan

cara mengusulkan beberapa solusi dengan menarik suatu kesimpulan yang

merupakan kesepakatan bersama. Yang lebih mengacu pada pendapat Yahya

Nursidik:(2008).”Metode diskusi adalah suatu cara mengajar yang dicirikan

oleh suatu keterikatan pada suatu topik atau pokok pernyataan atau problem

dimana para peserta diskusi dengan jujur berusaha untuk mencapai atau

memperoleh suatu keputusan atau pendapat yang disepakati bersama.”

2. Langkah-langkah Penerapan Metode Diskusi

Yahya Nursidik: (2008), menyebutkan langkah-langkah umum

pelaksanaan diskusi sebagai berikut ini:

Adapun kegiatan guru dalam pelaksanaan metode diskusi sebagai berikut:

1) Guru menetapkan suatu pokok atau problem yang akan didiskusikan atau

guru meminta kepada siswa untuk mengemukakan suatu pokok atau

problem yang akan didiskusikan.

24

Page 25: model kooperatif

2) Guru menjelaskan tujuan diskusi.

3) Guru memberikan ceramah dengan diselingi tanya jawab mengenai

materi pelajaran yang didiskusikan.

4) Guru mengatur giliran pembicara agar tidak semua siswa serentak

berbicara mengeluarkan pendapat.

5) Menjaga suasana kelas dan mengatur setiap pembicara agar seluruh kelas

dapat mendengarkan apa yang sedang dikemukakan.

6) Mengatur giliran berbicara agar jangan siswa yang berani dan berambisi

menonjolkan diri saja yang menggunakan kesempatan untuk

mengeluarkan pendapatnya.

7) Mengatur agar sifat dan isi pembicaraan tidak menyimpang dari

pokok/problem.

8) Mencatat hal-hal yang menurut pendapat guru harus segera dikoreksi yang

memungkinkan siswa tidak menyadari pendapat yang salah.

9) Selalu berusaha agar diskusi berlangsung antara siswa dengan siswa.

10) Bukan lagi menjadi pembicara utama melainkan menjadi pengatur

pembicaraan.

Kegiatan siswa dalam pelaksanaan metode diskusi sebagai berikut:

1) Menelaah topik/pokok masalah yang diajukan oleh guru atau

mengusahakan suatu problem dan topik kepada kelas.

2) Ikut aktif memikirkan sendiri atau mencatat data dari buku-buku sumber

atau sumber pengetahuan lainnya, agar dapat mengemukakan jawaban

pemecahan problem yang diajukan.

3) Mengemukakan pendapat baik pemikiran sendiri maupun yang diperoleh

setelah membicarakan bersama-sama teman sebangku atau sekelompok.

4) Mendengar tanggapan reaksi atau tanggapan kelompok lainnya terhadap

pendapat yang baru dikemukakan.

5) Mendengarkan dengan teliti dan mencoba memahami pendapat yang

dikemukakan oleh siswa atau kelompok lain.

6) Menghormati pendapat teman-teman atau kelompok lainnya walau

berbeda pendapat.

25

Page 26: model kooperatif

7) Mencatat sendiri pokok-pokok pendapat penting yang saling dikemukakan

teman baik setuju maupun bertentangan.

8) Menyusun kesimpulan-kesimpulan diskusi dalam bahasa yang baik dan

tepat.

9) Ikut menjaga dan memelihara ketertiban diskusi.

10) Tidak bertujuan untuk mencari kemenangan dalam diskusi melainkan

berusaha mencari pendapat yang benar yang telah dianalisa dari segala

sudut pandang.

Budiardjo, dkk, (1994:20-23) membuat langkah penggunaan metode

diskusi melalui tahap-tahap berikut ini.

1) Tahap Persiapan

a) Merumuskan tujuan pembelajaran

b) Merumuskan permasalahan dengan jelas dan ringkas.

c) Mempertimbangkan karakteristik anak dengan benar.

d) Menyiapkan kerangka diskusi yang meliputi: (1) menentukan dan

merumuskan aspek-aspek masalah,(2) menentukan alokasi waktu,(3)

menuliskan garis besar bahan diskusi,(3) menentukan format

susunan tempat,(4) menetukan aturan main jalannya diskusi.

e) Menyiapkan fasilitas diskusi, meliputi: (1) menggandakan bahan

diskusi,(2) menentukan dan mendisain tempat,(3) mempersiapkan

alat-alat yang dibutuhkan.

2) Tahap inti

a) Menyampaikan tujuan pembelajaran.

b) Menyampaikan pokok-pokok yang akan didiskusikan.

c) Menjelaskan prosedur diskusi.

d) Mengatur kelompok-kelompok diskusi

e) Melaksanakan diskusi.

3) Tahap penutup

a) Memberi kesempatan kelompok untuk melaporkan hasil.

b) Memberi kesempatan kelompok untuk menanggapi.

c) Memberikan umpan balik.

26

Page 27: model kooperatif

d) Menyimpulkan hasil diskusi.

Peranan guru sebagai pemimpin diskusi:

Untuk mempertahankan kelangsungan, kelancaran dan efektivitas

diskusi, guru sebagai pemimpin diskusi memegang peranan menentukan.

Mainuddin, Hadisusanto dan Moedjiono, (1980:8-9) menyebutkan sejumlah

peranan yang harus dimainkan guru sebagai pemimpin diskusi, adalah berikut

ini.

a. Initiating, yakni menyarankan gagasan baru, atau cara baru dalam melihat

masalah yang sedang didiskusikan.

b. Seeking information, yakni meminta fakta yang relavan atau informasi

yang otoritarif tentang topik diskusi.

c. Giving information, yakni fakta yang relavan atau menghubungkan pokok

diskusi dengan pengalaman pribadi peserta.

d. Giving opinion, yakni memberi pendapat tentang pokok yang sedang

dipertimbangkan kelompok, bisa dalam bentuk menantang konsesus atau

sikap "nrimo" kelompok.

e. Clarifying, yakni merumuskan kembali pernyataan sesorang; memperjelas

pernyataan sesorang anggota.

f. Elaborating, yakni mengembangkan pernyataan seseorang atau memberi

contoh atau penerapan.

g. Controlling, yakni menyakinkan bahwa giliran bicara merata;

menyakinkan bahwa anggota yang perlu bicara, memperoleh giliran

bicara.

h. Encouraging, yakni bersikap resetif dan responsitif terhadap pernyataan

serta buah pikiran anggota.

i. Setting Standards, yakni memberi atau meminta kelompok menetapkan,

kriteria untuk menilai urunan anggota.

j. Harmonizing, yakni menurunkan kadar ketegangan yang terjadi dalam

diskusi.

k. Relieving tension, yakni melakukan penyembuhan setelah terjadinya

tegangan.

27

Page 28: model kooperatif

l. Coordinating, yakni menyimpulkan gagasan pokok yang timbul dalam

diskusi, membantu kelompok mengembangkan gagasan.

m. Orientating, yakni menyampaikan posisi yang telah dicapai kelompok

dalam diskusi dan mengarahkan perjalanan diskusi selanjutnya.

n. Testing, yakni menilai pendapat dan meluruskan pendapat kearah yang

seharusnya dicapai.

o. Consensus Testing, menialai tingkat kesepakatan yang telah dicapai dan

menghindarkan perbedaan pandangan.

p. Summarizing, yakni merangkum kesepakatan yang telah dicapai

Dari dua langkah diatas maka langkah yang diterapakn adalah langkah

Yahya Nursidik:(2008). Yang sesuai dengan pendapatnya tentang Definisi

metode Diskusi itu sendiri.

D. Partisipasi Siswa

1. Pengertian Partisipasi

Saca Firmansyah (2008) Menyatakan Partisipasi bisa diartikan sebagai

keterlibatan seseorang secara sadar ke dalam interaksi sosial dalam situasi

tertentu. Dengan pengertian itu, seseorang bisa berpartisipasi bila ia

menemukan dirinya dengan atau dalam kelompok, melalui berbagai proses

dengan orang lain dalam hal nilai, tradisi, perasaan, kesetiaan, kepatuhan dan

tanggungjawab bersama.

Sementara itu, Menurut Keit Davis dalam Sastroputro (1989:35)

menyatakan bahwa partisipasi adalah keterlibatan mental dan emosi seseorang

dalam situasi kelompok yang mendorongnya untuk memberikan sumbangan

kepada kelompok dalam usaha mencapai tujuan serta tanggung jawab

terhadap usaha yang bersangkutan. George Terry dalam Winardi (2002:149)

menyatakan bahwa partisipasi adalah turut sertanya seseorang baik secara

mental maupun emosional untuk memberikan sumbangan-sumbangan pada

proses pembuatan keputusan, terutama mengenai persoalan dimana

keterlibatan pribadi orang yang bersangkutan melaksanakan tanggung

jawabnya untuk melakukan hal tersebut. Partisipasi siswa dalam pembelajaran

28

Page 29: model kooperatif

sering juga diartikan sebagai keterlibatan siswa dalam perencanaan,

pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran (Mulyasa, 2004:156).

Jadi partisipasi yang peneliti maksud adalah partisipasi siswa yang

merupakan wujud tingkah laku siswa secara nyata dalam kegiatan

pembelajaran yang merupakan totalitas dari suatu keterlibatan mental dan

emosional siswa sehingga mendorong mereka untuk memberikan kontribusi

dan bertanggung jawab terhadap pencapaian suatu tujuan yaitu tercapainya

prestasi belajar yang memuaskan.

2. Jenis-jenis Partisipasi

Untuk meperoleh gambaran yang jelas tentang partisipasi, disini akan

dipaparkan mengenai jenis-jenis partisipasi menurut Keit Davis dalam

Sastroputro (1989:56). Jenis-jenis partisipasi tersebut adalah:

a. Partisipasi berupa pikiran (psychological participation) merupakan jenis

keikutsertaan secara aktif dengan mengerahkan pikiran dalam suatu

rangkaian kegiatan untuk mencapai tujuan tertentu.

b. Partisipasi yang berupa tenaga (physical Participation) adalah partisipasi

dari individu atau kelompok dengan tenaga yang dimilikinya, melibatkan

diri dalam suatu aktifitas dengan maksud tertentu.

c. Partisipasi yang berupa tenaga dan pikiran (physical and psychological

participation). Partisipasi ini sifatnya lebih luas lagi disamping terjadi

karena orang atau kelompok tidak bisa terjun langsung dari kegiatan

tersebut.

d. Partisipasi yang berupa keahlian (participation with skill) merupakan

bentuk partisipasi dari orang atau kelompok yang mempunyai keahlian

khusus, yang biasanya juga berlatar belakang pendidikan baik formal

maupun non formal yang menunjang keahliannya.

e. Partisipasi yang berupa barang (material participation), partisipasi dari

orang atau kelompok dengan memberikan barang yang dimilikinya untuk

membantu pelaksanaan kegiatan tersebut.

f. Partisipasi yang berupa uang (money participation), partisipasi ini hanya

memberikan sumbangan uang kepada kegiatan.

29

Page 30: model kooperatif

3. Faktor-faktor yang Menyebabkan Partisipasi

Menurut Sudjana dalam Hayati (2001:16) partisipasi siswa di dalam

pembelajaran merupakan salah satu bentuk keterlibatan mental dan emosional.

Disamping itu, partisipasi merupakan salah satu bentuk tingkah laku yang

ditentukan oleh lima faktor, antara lain:

a. Pengetahuan/kognitif, barupa Pengetahuan tentang tema, fakta, aturan,

dan ketrampilan membuat translation.

b. Kondisi situasional, seperti lingkungan fisik, lingkungan sosial,

psikososial dan faktor-faktor sosial.

c. Kebiasaan sosial, seperti kebiasaan menetap dan lingkungan.

d. Kebutuhan, meliputi kebutuhan Approach (mendekatkan diri), Avoid

(menghindari), kebutuhan individual.

e. Sikap, meliputi pandangan/perasaan, kesediaan bereaksi, interaksi sosial,

minat dan perhatian.

4. Prasyarat Terjadinya Partisipasi

Berdasarkan pendapat Keit Davis dan Newstrom dalam Hayati

(2001:18) bahwa ada beberapa prasayarat terjadinya partisipasi , yaitu antara

lain:

a. Waktu yang cukup untuk berpartisipasi Maksudnya adalah harus ada

waktu yang cukup untuk berpartisipasi sebelum diperlukan tindakan,

sehingga partisipaisi hampir tidak tepat apabila dalamsituasi darurat.

b. Keuntungannya lebih besar dari kerugian. Artinya kemungkinan mendapat

keuntungan seyogyanya lebih besar daripada kerugian yang diperoleh.

c. Relevan dengan kepentingan siswa. Artinya bidang garapan partisipasi

haruslah relevan dan menarik bagi siswa.

d. Kemampuan siswa. Artinya siswa hendaknya mempunyai pengetahuan

seperti kecerdasan dan pengetahuan untuk berpartisipasi.

e. Kemampuan berkomunikasi timbal balik. Maksudnya para siswa haruslah

mampu berkomunikasi timbal balik untuk berbicara dengan bahasa yang

benar dengan orang lain.

30

Page 31: model kooperatif

f. Tidak timbul perasaan terancam bagi kedua belah pihak Artinya masing-

masing pihak seharusnya tidak merasa bahwa posisinya terancam oleh

partisipasi.

g. Masih dalam bidang keleluasan. Maksudnya partisipasi untuk meneruskan

arah tindakan dalam pembelajaran yang hanya boleh berlangsung dalam

bidang keleluasaan belajar dengan batasan-batasan tertentu untuk menjaga

kesatuan bagi keseluruhan.

Pada hakekatnya belajar merupakan interaksi antara siswa dengan

lingkungannya. Oleh karena itu, untuk mencapai hasil belajar yang optimal

perlu keterlibatan atau partisipasi yang tinggi dari siswa dalam pembelajaran.

Keterlibatan siswa merupakan hal yang sangat penting dan menentukan

keberhasilan pembelajaran.

Dalam kegiatan belajar, siswa dituntut secara aktif untuk ikut

berpartisipasi dalam pembelajaran. Karena dengan demikian siswalah yang

akan membuat suatu pembelajaran dikatakan sukses, efektif dan efesien.

Siswa yang aktif dalam pembelajaran akan terlihat pada baik dan buruknya

prestasi yang diperoleh.

Sudjana dalam Mulyasa (2004:156) mengemukakan syarat kelas yang

efektif adalah adanya keterlibatan, tanggung jawab dan umpan balik dari

siswa. Keterlibatan siswa merupakan syarat pertama dalam kegiatan belajar di

kelas. Untuk terjadinya keterlibatan itu siswa harus memahami dan memiliki

tujuan yang ingin dicapai melalui kegiatan belajar atau pembelajaran.

Keterlibatan itupun harus memiliki arti penting sebagai bagian dari dirinya

dan perlu diarahkan secara baik oleh sumber belajar.

Untuk mendorong partisipasi siswa dapat dilakukan dengan berbagai

cara, antara lain memberikan pertanyaan dan menanggapi respon siswa secara

positif, menggunakan pengalaman berstruktur, dan menggunakan metode

yang bevariasi yang lebih melibatkan siswa.

Siswa sebagai subjek sekaligus objek dalam pembelajaran. Sebagai

subjek siswa adalah individu yang melakukan proses belajar mengajar.

Sebagai objek karena kegiatan pembelajaran diharapkaan dapat mencapai

31

Page 32: model kooperatif

perubahan perilaku pada diri subjek belajar. Untuk itu, dari pihak siswa

diperlukan partisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran.

Partisipasi aktif subjek belajar dalam proses pembelajaran antara lain

dipengaruhi faktor kemampuan yang dimiliki hubungannya dengan materi

yang akan dipelajari.

5. Indikator Partisipasi Siswa Dalam Pembelajaran

Berapa banyak kelompok yang bisa:

a. Bertanya

b. Merespon

c. Menyimpulkan pembelajaran

d. Mengerjakan tugas

Dari berbagai pendapat para ahli di atas tentang pengertian partisipasi,

jenis-jenis partisipasi dan sarat terjadinya partisipasi, maka yang menjadi

indikator dalam penelitian ini yaitu kemampuan memberikan pendapat, saran,

tenaga, dan tanggung jawab terhadap tugas serta komunikasi timbal balik.

Maka ciri-ciri dalam kegiatan pembelajaran partisipatif adalah:

a. Pendidik menempatkan diri pada kedudukan tidak serba mengetahui

terhadap semua bahan ajar.

b. Pendidik memainkan peran untuk membantu peserta didik dalam

melakukan kegiatan pembelajaran.

c. Pendidik melakukan motivasi terhadap peserta didik untuk berpartisipasi

dalam pembelajaran.

d. Pendidik menempatkan dirinya sebagai peserta didik.

e. Pendidik bersama peserta didik saling belajar.

f. Pendidik membantu peserta didik untuk menciptakan situasi belajar yang

kondusif.

g. Pendidik mengembangkan kegiatan pembelajaran kelompok.

h. Pendidik mendorong peserta didik untuk meningkatkan semangat

berprestasi.

i. Pendidik mendorong peserta didik untuk berupaya memecahkan

permasalahan yang dihadapi dalam kehidupannya.

32

Page 33: model kooperatif

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian, Tempat dan Waktu Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini digolongkan kedalam penelitian Eksprimen. Bertujuan

mengumpulkan data yang berkaitan dengan status atau kondisi objek yang

diteliti pada saat dilakukan penelitian. Kemudian data tersebut akan

ditampilkan dalam bentuk narasi dan tabel. Diinterpresentasikan sesuai

dengan tujuan dari penelitian ini.

2. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMA semen Padang dengan subyek

penelitian Guru dan siswa sebagai pelaku proses belajar mengajar (PBM)

dikelas XI (IPS1 dan IPS4) jumlah siswa 57 orang siswa, dengan perincian

kelas XI IPS1 sebanyak 31 orang dan kelas XI IPS4 sebanyak 26 orang siswa.

Waktu penelitian dimulai dari tanggal 25 mei sampai dengan 20 juli 2010.

B. Variabel dan Indikator Variabel

1. Variabel

Penelitian ini menggunakan dua (2) variabel, yaitu variabel Independen

dan variabel Dependen. Adapun variabel independennya yaitu model

pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions)

dan variabel dependennya yaitu Partisipasi Siswa.

2. Indikator Variabel

Adapun indikator dari variabel independen:

a. Siswa

1) Komunikasi (bertanya dan merespon/mengeluarkan ide)

2) Komitmen

3) Tanggung jawab

b. Guru

1) Peran

2) Analisis

3) RancanganPelaksanaa Pembelajaran (RPP)

Page 34: model kooperatif

4) Pengembangan

5) Implementasi

6) Evaluasi

Adapun indikator dari variabel dependen:

Berapa banyak kelompok yang bisa:

a. Bertanya

b. Merespon

c. Menyimpulkan pembelajaran

d. Mengerjakan tugas

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Dalam penelitian ini populasinya adalah seluruh siswa kelas XI SMA

Semen Padang. Dengan rincian sebagai berikut :

Tabel 2. Rincian Populasi Kelas

No Kelas XI Jumlah Siswa

1 IPA.1 38 orang

2 IPA.2 38 orang

3 IPA.3 39 orang

4 IPS.1 38 orang

5 IPS.2 32 orang

6 IPS.3 33 orang

7 IPS.4 33 orang

Sumber : Tata Usaha (TU)

2. Sampel

Sebagai sampel dari keseluruhan yang ada, yaitu kelas XI IPS1 dan IPS4

di SMA Semen Padang tahun ajaran 2010/2011.

D. Jenis dan Sumber Data

1. Jenis Data

Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data:

34

Page 35: model kooperatif

a. Data primer, data yang langsung diperoleh dari guru dan siswa, berupa

informasi yang diberikan dalam menjawab pertayaan yang akan dimuat

dalam angket penelitian.

b. Data sekunder, data yang diperoleh dari dokumen-dokumen yang

diperlukan untuk kepentingan penelitian. Seperti: absensi siswa, dan RPP.

2. Sumber Data

Sumber data adalah sesuatu yang didalamnya data dapat diperoleh.

Apabila peneliti menggunakan kuisioner atau wawancara dalam pengumpulan

data, maka sumber data disebut responden, yaitu orang yang merespon atau

menjawab pertanyaan-pertanyaan peneliti baik pertanyaan tertulis maupun

pertanyaan lisan (Arikunto, 2006: 129). Yang dijadikan sumber data dalam

penelitian ini adalah siswa, guru kewarganegaraan dan tata usaha (TU).

E. Instrument Penelitian

Yang di maksud istrumen adalah sarana untuk memperoleh data, maka

istrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Panduan Wawancara

Bertujuan untuk mendapatkan masukan dari siswa mengenai

pembelajaran kooperatif yang telah dilakukan dengan menggunakan lembar

pedoman wawancara yang dilakukan terhadap siswa.

2. Observasi

Digunakan untuk mengetahui data tentang aktifitas yang menunjukkan

adanya data yang mempengaruhi aktifitas kooperatif siswa dan guru. Yang

menjadi observer peneliti dan yang diobservasi pelaksanaan proses belajar

mengajar yang dilakukan guru dan siswa.

3. Daftar angket

Angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan

cara memberi seperangkat pertanyaan atau peryataan tertulis kepada

responden untuk dijawabnya.

Dalam mengumpulkan data alat yang digunakan dalam penelitian ini

adalah wawancara, angket dan observasi, dengan langkah-langkah:

35

Page 36: model kooperatif

1. Tentukan indikator dan sub indikator yang dijadikan pedoman dalam

penentuan butir-butir instrument.

2. Membuat kisi-kisi observasi dan kisi-kisi angket.

3. Membuat draf pertayaan

Pengumpulan atau penyusunan data unutk angket ini dilakukan dengan

menggunakan skala likert, dengan lima kategori yaitu: Selalu (SL), Sering

(SR), Kadang-kadang (KK), Tidak Pernah (TP), Sangat Tidak Pernah (STP).

Dan pengumpulan data observasi untuk melihat partisipasi siswa

dipergunakan skala guttman dengan kategori Ada atau Tidak, setiap

munculnya deskriptor Ada mendapat skor 2 dan tidak muncalnya deskriptor

mendapat skor 0.

F. Tekhnik Analisa Data

Setelah semua data terkumpul dengan lengkap, maka data-data tersebut

dipriksa serta di teliti kebenarannya dan disajikan melalui teknik deskriptif

kualitatif dengan proses sebaagi berikut:

1. Mengumpulakan data-data yang sudah diproleh dari hasil penelitian.

2. Mencek keabsahan data yang sudah di tentukan.

3. Mengklafikasi data yang diperlukan sesuai dengan pertanyaan penelitian.

4. Mendeskripsikan data-data sudah diklafikasikan yang sesuai indikator.

5. Memaparkan dalam bab hasil dan pembahasan.

6. Membahas dan menganalisis termasuk menginterpretasi dari data-data

yang telah diolah.

7. menghitung frekuensi dengan menggunakan rumus

f Sudjana (1989:129)

P = x 100 ket: P= jumlah persentase

N f= frekuensi

N= jumlah sampel

Setelah data diolah dengan menggunakan rumus persentase, kemudian

ditetapkan kriteria penilaian masing-masing data yang diperoleh dengan

mengacu pada batasan Sudjana (1989:57) sebagai berikut :

0% - 20% =kurang baik

36

Page 37: model kooperatif

21% - 40% = kurang

41% - 60% = cukup

61% - 80% = baik

81% - 100%= sangat baik

8. Mengeneralisasi.

Tabel 3. Teknik Pengumpulan Data

No Data Sumber Instrumen

1 Data hasil observasi pada saat proses

pembelajaran berlangsung.

Siswa dan

guru

Observassi

2 Tingkat pemahaman dan tanggapan siswa

tentang model kooperatif tipe STAD .

Siswa Wawancara

3 Hasil angket untuk mengetahui tingkat

keberhasilan proses pembelajaran STAD

Siswa Angket

Sumber: (data diolah)

37

Page 38: model kooperatif

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANA. Hasil Penelitian

1. Tingkat Partisipasi Siswa Dalam Mengemukakan Pendapat

Partisipasi adalah turut sertanya seseorang baik secara mental maupun

emosianal untuk memberikan sumbangan berupa pikiran, tenaga, keahlian,

dan materi dalam proses pembuatan suatu keputusan. Adapun yang dimaksud

dengan partisipasi siswa merupakan wujud tingkah laku siswa secara nyata

dalam kegiatan pembelajaran yang merupakan totalitas dari suatu keterlibatan

mental dan emosional siswa sehingga mendorang mereka untuk memberikan

konstribusi dan bertanggung jawab terhadap pencapaian tujuan dari

pembelajaran itu sendiri. Partisipasi dalam mengemukakan pendapat bisa

dilihat dari dua aspek yaitu bertanya dan merespon.

a) Kelas sampel XI IPS1

Berikut hasil partisipasi siswa dalam mengemukakan pendapat di kelas

XI IPS1, pada tanggal 03 juni 2010 jam pertama (07:15 wib).

Adapun langkah-langkah pelaksanaan diskusi kelas :

1) Siswa dibagi menjadi tujuh kelompok.

2) Membahas tentang topik yang sama yaitu latar belakang terjadinya

konflik Israel-Palestina, sikap kita seharusnya dan solusinya.

3) Kemudian satu kelompok mempresentasikannya di depan kelas.

4) Diskusi kelas.

Kelompok I (satu) yang mempersentasikan di depan kelas. Hasil diskusi

kelompok I yang disampaikan oleh Amalia tizzany M.: “Yang melatar

belakangi konflik Israel-Palestina adalah tindakan saparatis Israel yang ingin

memperluas wilayah negaranya dengan menguasai wilayah Palestina.

Tindakan yang harus dilakukan dewan keamanan PBB mesti lebih tegas

dalam menyelesaikan masalah tersebut, mengusahakan penegakkan HAM

yang tertindah oleh Israel, ikut serta dalam perdamaian dunia. Solusinya

menurut pendapat kelompok kami yaitu melakukan embargo baik senjata dan

ekonomi terhadap negara Israel karena negara itulah yang memicu konflik

pertama”.

38

Page 39: model kooperatif

Kelompok yang bertanya :

1) Kelompok lima (V), Yokie rahmatugafur “Dalam konflik internasional

banyak berdampak pada negara-negara lain, seperti demo yang dilakukan

oleh bebrapa pihak. Bagaimana pengaruh dan apakah itu berupa solusi dari

konflik?”

2) Kelompok dua (II), Yulia fransiska “Bagaimana menurut kelompok I,

tentang peran PBB dalam hal perdamaian dunia?”

3) Kelompok enam (VI), Budi zikril hakim “Apa sikap negara Indonesia saat

ini, sudah sesuai dengan ketentuannya yang dalam cita-citanya ikut serta

dalam perdamaian dunia?”

4) Kelompok empat (IV), Widia nurindah fitri “Menurut kelompok anda

penyebab utama konflik Israel-Palestina itu apa?”

Kelompok yang merespon :

1) Kelompok satu (I), Egi jordian “Orang-orang demo itu tidak hanya

sekedar demo-demo saja, tetapi itu merupakan bentuk solidaritas sesama

manusia. Dengan aksi itu pemerintah akan mempercepat tindakannya,

dalam hal aparat negara untuk mewujudkan perdamaian dunia”.

2) Kelompok tujuh (VII), Audra tanthy ohana “Demo merupakan hak,

asalkan masih sesuai dengan kode etik demo. Menurut saya sah-sah saja,

setidaknya berdampak dalam bentuk kemanusiaan”.

3) Kelompok lima (V), Yokie rahmatugafur “Kalau begitu bagus berarti aksi

demo, dengan catatan demo yang tidak anarkis. Saran saya jangan demo

kecil-kecilan buat aksi yang lebih besar lagi, agar bisa didengar oleh PBB

selaku penanggung jawab keamanan dunia”.

4) Kelompok satu (I), Rahmi febrianty putri “Menurut kelompok kami peran

PBB, belum optimal dalam memecahkan solusi agar tidak terjadi konflik,

karena PBB masih diperankan oleh Amerika yang secara tidak langsung

mendukung salah satu pihak yang berkonflik”.

Uraian di atas memperlihatkan tingkat partisipasi siswa dalam hal

mengemukakan pendapat dikategorikan sangat baik pada saat diskusi kelas

39

Page 40: model kooperatif

karena dari tujuh kelompok (I, II, III, IV, V, VI, VII) ada enam kelompok (I,

II, IV, V, VI, VII) ikut berpartisipasi dalam diskusi kelas tersebut.

b) Kelas sampel XI IPS4

Berikut hasil partisipasi siswa dalam mengemukakan pendapat di kelas

XI IPS1, pada tanggal 03 juni 2010 jam kedua (09:15 wib).

Adapun langkah-langkah pelaksanaan diskusi kelas :

1) Siswa dibagi menjadi lima kelompok.

2) Membahas tentang topik yang sama yaitu latar belakang terjadinya

konflik Israel-Palestina, sikap kita seharusnya dan solusinya.

3) Kemudian satu kelompok mempresentasikannya di depan kelas.

4) Diskusi kelas.

Kelompok satu (I) yang mempersentasikan hasil diskusi kelompoknya

di depan kelas, yang disampaikan oleh Niki kurniawan : “Yang melatar

belakangi perang Israel-Palestina bisa dilihat dari dua sudut pandang yakni

politik dan sosial budaya. Politik : Israel menyerang Palestina karena ingin

memperluaskan wilayah negaranya. Sosial budaya : Israel yang beragama

yahudi sangat membenci agama islam, oleh karena itu Israel ingin

menghapuskan agama islam di Palestina untuk dijadikan negara yahudi.

Tindakan kita seharusnya mmperjunagkan HAM, karena setiap negara

memiliki hak setiap bangsa, dan sampai saat ini tindakan Israel semakin

menjadi. Solusinya : Sebaiknya PBB harus turun tangan dalam masalah ini,

karena masalah ini adalah tugas PBB, sampai saat ini PBB belum optimal

dalam bertindak.

Kelompok yang bertanya :

1) Kelompok tiga (III), Chintia yuliantari “Apa pendapat anda tentang

penyerangan tentara Israel terhadap kapal relawan?”

2) Kelompok empat (IV), Chintia wulandari “Konflik tersebut, nampaknya

merupakan kanflik budayacoba kita perhatikan dari dulu sampai sekarang

masih saja berlanjut. Pendekatan apa sebaiknya kita gunakan untuk

meredam konflik tersebut?”

40

Page 41: model kooperatif

3) Kelompok dua (II), Ayogi sugama “Menurut kelompok anda, apa faktor

utama penyebab konflik internasional?”

Kelompok yang merespon

1) Kelompok satu (I), Ikmanda noveman “Kalau menurut saya, bagusnya

kedua pemimpin negara tersebut diajak duduk berunding dengan

didampingi oleh mediasi”.

2) Kelompok lima (V), Roni “Melakukan embargo kepada negara yang

melakukan aksi kekerasan yang pertama”.

3) Kelompok satu (I), Rizo nakamiko “Menurut kami faktor utama penyebab

konflik internasional adalah masalah ekonomi, seperti perebutan wilayah”.

Uraian di atas memperlihatkan tingkat partisipasi siswa dalam hal

mengemukakan pendapat dikategorikan sangat baik pada saat diskusi kelas

karena setiap kelompok ikut berpartisipasi.

2. Tingkat Kemampuan Siswa Dalam Berfikir Kritis

gggggggggggggggggggggggggggggggggggg

3. Tingkat Kerja Sama Siswa

aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa

4. Tingkat Kemampuan Siswa Dalam Menilai kemampuan Sendiri

5. Hasil Observasi

Analisis data hasil observasi menggunakan analisis persentase, adapun

setiap munculnya deskriptor (penilaian “Ada”) mendapat skor 2, sedangkan

untuk penilaian “Tidak” (tidak munculnya deskriptor) mendapat skor 0, skor

yang terdapat dari masing-masing indikator dijumlahkan dan hasilnya disebut

jumlah skor, kemudian dihitung nilai rata-rata dengan rumus sebagai berikut:

Persentase Nilai Rata-rata =

Hasil observasi aktivitas guru dan siswa menurut pengamatan peneliti,

guru dan siswa terlihat dalam skala di bawah ini. Hasil observasi terhadap

guru dan siswa dianalisis menggunakan analisis persentase dan kriteria

41

Page 42: model kooperatif

keberhasilan tindakan. Lembar observasi terhadap aktivitas guru dan siswa

dapat dilihat dalam tabel-tabel di bawah ini.

Observasi terhadap aktivitas guru dan siswa dapat dilihat :

Tabel 4. Lembar Observasi terhadap Guru dengan Model Kooperatif tipe STAD pada

kelas XI IPS1

No Tahap Indikator Obsserver

Ada Tidak

1 Awal 1) Melakukan aktifitas rutin di awal tatap

muka

2) Menjelaskan tujuan pembelajaran

3) Melakukan apersepsi untuk menyegarkan

ingatan siswa

4) Memberikan motivasi kepada siswa

5) Melakukan pre-test

6) Mengembangkan pengetahuan awal

√ √

2 Inti 1) Menjelaskan metode pembelajaran tipe

STAD

2) Membagi siswa menjadi beberapa

kelompok

3) Membagikan tugas belajar kepada masing

masing kelompok

4) Mengawasi jalannya proses belajar

masing-masing kelompok

5) Memberikan penilaian dan penghargaan

terhadap kelompok yang mempunyai skor

tinggi

3 Akhir 1) Memberikan post test

2) Melakukan refleksi dan menyimpulkan

materi

3) Melakukan aktifitas rutin pada akhir tatap

muka

Sumber: Data Diolah

Keterangan item table :

42

Page 43: model kooperatif

1. Tahap awal :

1) Guru mengucapkan salam, berdo’a, melakukan absensi terhadap

siswa.

2) Memberikan gambaran tentang tujuan yang ingin dicapai dari materi

pelajaran. Seperti : “setelah kita melakukan proses belajar mengajar

ini kalian harus sudah mengetahui tentang penyebab timbulnya

sengketa internasional, tahap-tahap penyelesaian sengketa tersebut”.

3) Pada tahap ini guru mencoba mengasah serta menekankan kembali

ingatan siswa terhadap materi , dengan memberikan pertanyaan-

pertayaan kepada siswa. “Sindy. Coba anda sebutkan Negara-negara

yang sedang mengalami konflik internasional sekarang?”

4) Menanamkan di dalam diri siswa tentang kesadaran berbangsa dan

bernegara. “Siswa-Siswi sekalian kalianlah besok yang menjadi

pemimpin negeri ini, kalianlah yang meneruskan estapet perjuangan

pemimpin-pemimpin yang dulu-dulu, jadi kalian harus mempunyai

jiwa Nasionalisme, cinta terhadap bangsa dan karya bangsa sendiri.”

5) Tidak dilakukan oleh guru.

6) Guru menjelaskan sedikit tentang materi “ Sengketa internasional dan

cara penyelesaiannya”.

2. Tahap Inti :

1) Kalian nanti dibagi menjadi beberapa kelompok. Metode ini

ditegaskan kepada kalian untuk saling memiliki tanggung jawab

terhadap kelompok dan anggota kelompok.

2) Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok :

Kelompok I : 1. Amalia tizzany M.

2. Egi jordian

3. Rahmi febrianty putrid

4.Regina novira

Kelompok II : 1. Divia areska H.

2. Tari nofiarman

3. Yulia fransiska

43

Page 44: model kooperatif

4. Mutitia suci ramadhani

Kelompok III : 1. Sindy abelia

2. Gita yulinda putrid

3. Vebby selviandini

4. Khairani chalid

Kelompok IV 1. Widia nurindah fitri

2. Fyerda azhani putrid

3. Febria reza

4. Muthia nabila

5. Sonia alviolita

Kelompok V : 1. Abdo ariyanto

2. Rudi saputra

3. Yokie rahmatugafur

4. Dhani afrian yusuf

5. Sundari eka putri

Kelompok VI 1. Budi zikril Hakim

2. Sefky hervira

3. Wanda Fernando

4. Yona melida

Kelompok VII 1. Audra thanty ohana

2. Afri dona

3. Mimi siska

4. Restu sari

3) Setiap kelompok diberikan tugas, tentang : Apa latar belakang perang

Israel dengan Palestina, tindakan kita seharusnya dan langkah

penyelesaiannya.

4) Pada saat siswa mengerjakan tugas kelompoknya, guru memandu

dengan seksama. Apa yang dikerjakan siswa? Dengan cara berjalan ke

masing-masing kelompok dan memandu siswa pada saat menampilkan

atau mempersentasikan tugas kelompoknya.

5) Tidak dilakukan oleh guru.

44

Page 45: model kooperatif

3. Tahap akhir :

1) Tidak dilakukan oleh guru.

2) Setelah terjadi diskusi kelas guru menarik kesimpulan dari topik yang

diperdebatkan tentang konflik Israel-Palestina. “ada 3 faktor yang

melatar belakangi konflik tersebut 1. Politik, bahwa Israel ingin diakui

dikancah dunia internasional, sebab berdasarkan sejarahnya bangsa

yahudi dahulu hanya menumpang tempat tingal diwilah tersebut dan

dengan dukungan negara Amerika yahudi membentuk negara Israel. 2.

Sosial budaya, disebabkan oleh keyakinan dan akidah yang berbeda

dalam mentafsirkan Al-kitab. 3. Ekonomi, Israel ingin menguasai

wilayah Palestina.

3) Menanyakan kepada siswa, apakah sudah memahami tentang konsep

yang telah kita bahas pada pertemuan ini, dan apakah masih ada yang

mau bertanya? Jika tidak ada, guru menutup pelajaran dengan salam.

Penyelesaian :

Diketahui : item ADA = 10 x 2 = 20

: item TIDAK = 4 x 0 = 0

: skor maksimum = 14 x 2 = 28

Persentase Nilai Rata-rata =

20

= x 100

28

= 71,43%

Kesimpulan 71,43% hal ini dapat diartikan berdasarkan hasil observasi

pengamat taraf keberhasilan kegiatan guru termasuk dalam kategori ”Baik”.

Tabel 5. Lembar Observasi terhadap Siswa dengan Model Kooperatif tipe STAD pada kelas XI

IPS1

No Tahap Indikator Obsserver

Ada Tidak

45

Page 46: model kooperatif

1 Awal 1) Menjawab aktifitas rutin diawal tatap

muka

2) Memperhatikan tujuan pembelajaran yang

disampaikan guru

3) Menyimak apersepsi dari guru

4) Memperhatikan motivasi yang

disampaikan guru

5) Mengerjakan pre-test

6) Memperhatikan pengembangan

pengetahuan awal

2 Inti 1) Memperhatikan penjelasan metode

pembelajaran tipe STAD oleh guru

2) Membentuk beberapa kelompok

3) Mengerjakan tugas belajar kepada masing-

masing kelompok

4) Melakukan aktifitas kerjasama kelompok

5) Adakah kelompok yang bertanya ?

6) Adakah kelompok yang merespon ?

7) Kesiapan kelompok dalam menyimpulkan

pembelajaran

8) Mengumpulkan tugas yang telah

diselesaikan bersama

3 Akhir 1) Mengerjakan post test

2) Mendengarkan refleksi dan penyimpulan

materi

3) Menjawab aktifitas rutin pada akhir tatap

muka

Sumber: Data Diolah

Keterangan item :

1. Tahap awal :

1) Menjawab salam guru, kemudian berdo’a (asmaul huzna) dan

menjawab absensi guru.

46

Page 47: model kooperatif

2) Ada beberapa siswa (dari 31 orang, 21 orang siswa) masih sibuk

dengan aktivitasnya masing-masing seperti mengeluarkan buku dari

dalam tas.

3) Memperhatikan apa yang dipertanyakan oleh guru.

4) Memperhatikan apa yang dipertanyakan oleh guru.

5) Tidak dilakukan oleh siswa.

6) Memperhatikan penjelesan yang disampaikan guru.

2. Tahap Inti :

1) Ada beberapa siswa (dari 31 orang 14 orang) yang memperhatikan

dengan seksama yang disampaikan oleh guru tentang metode

kooperatif tipe STAD (student teams achievement divisions).

2) Siswa membentuk kelompok sesuai dengan intruksi guru.

3) Siswa mengerjakan tugas kelompoknya, dengan berdiskusi dalam

kelompok masing-masing.

4) Setiap kelompok berdiskusi dengan anggota kelompok masing-

masing. Setelah mendapat kata sepakat tentang tiga topik yang dibahas

kemudian satu kelompok (kelompok I) mempersentasikan tugas

kelompoknya.

5) Ada, kelopok V (Yokie rahmatugafur) “ dalam konflik internasional,

banyak berdampak pada Negara-negara lain. Seperti demo yang

dilakukan oleh beberapa pihak. Bagaiman pengaruh dan apakah itu

berupa solusi dari konflik?”

6) Ada :

a) Kelompok I (Egi jordian) “Orang-oarang demo itu tidak hanya

sekedar demo-demo saja, tetapi tiu merupakan bentuk solidaritas

sesama manusia. Dengan aksi itu pemerintah akan mempercepat

tindankannya, dalam hal aparat Negara untuk mewujudkan

perdamaian dunia”.

b) Kelompok VII (Audra tanthy ohana) “Demo merupakan hak,

asalkan masih sesuai dengan kode etik demo. Menurut saya sah-

sah saja, setidaknya berdampak dalam bentuk kemanusiaan.

47

Page 48: model kooperatif

c) Kelompok V (Yokie rahmatugafur) “kalau begitu bagus berarti

aksi demo, dengan catatan demo yang tidak anarkis. Saran saya

jangan demo kecil-kecilan buat aksi yang lebih besar lagi, agar

bisa didengar oleh PBB selaku penanggung jawab keamanan

dunia.

7) Dari 7 kelompok diambil 1 kelompok yang menyampaikan

kesimpulan dari topik yang dibahas. Kelompok III “latar belakang

perang Israel-palestina: penguasaan wilayah, ekonomi, budaya, dan

nasionalisme. Solusinya : PBB harus turun tangan dalam penyelesaian

konflik tersebut, Negara-negara lain harus melakukan embargo pada

negara Israel.

8) Setiap kelompok mengumpulkan tugas sesuai dengan jadwal yang

telah ditetapkan, yakni sebelum habis jam belajar.

3. Tahap akhir :

1) Tidak dilakukan oleh siswa.

2) Siswa mendengarkan kesimpulan dari guru.

3) Menjawab aktivitas dari guru.

Penyelesaian :

Diketahui : item ADA = 12 x 2 = 24

: item tidak = 5 x 0 = 0

: skor maksimum = 17 x 2 = 34

Persentase Nilai Rata-rata =

24

= x 100

34

= 70,59%

Kesimpulan 70,59% hal ini dapat diartikan berdasarkan hasil observasi

pengamat taraf keberhasilan kegiatan siswa termasuk dalam kategori ”Baik”.

48

Page 49: model kooperatif

Tabel 6. Lembar Observasi terhadap Guru dengan Model Kooperatif tipe STAD pada

kelas XI IPS4

No Tahap Indikator Obsserver

Ada Tidak

1 Awal 1) Melakukan aktifitas rutin di awal tatap

muka

2) Menjelaskan tujuan pembelajaran

3) Melakukan apersepsi untuk menyegarkan

ingatan siswa

4) Memberikan motivasi kepada siswa

5) Melakukan pre-test

6) Mengembangkan pengetahuan awal

√ √

2 Inti 1) Menjelaskan metode pembelajaran tipe

STAD

2) Membagi siswa menjadi beberapa

kelompok

3) Membagikan tugas belajar kepada masing

masing kelompok

4) Mengawasi jalannya proses belajar

masing-masing kelompok

5) Memberikan penilaian dan penghargaan

terhadap kelompok yang mempunyai skor

tinggi

3 Akhir 1) Memberikan post test

2) Melakukan refleksi dan menyimpulkan

materi

3) Melakukan aktifitas rutin pada akhir tatap

muka

(Sumber: Data Diolah)

Keterangan item table :

1. Tahap awal :

1) Guru mengucapkan salam, berdo’a, melakukan absensi terhadap

siswa.

49

Page 50: model kooperatif

2) Memberikan gambaran tentang tujuan yang ingin dicapai dari

materi pelajaran. Seperti : “Setelah kita melakukan proses belajar

mengajar ini kalian harus sudah mengetahui tentang penyebab

timbulnya sengketa internasional, tahap-tahap penyelesaian

sengketa tersebut”.

3) Pada tahap ini guru mencoba mengasah serta menekankan kembali

ingatan siswa terhadap materi , dengan memberikan pertanyaan-

pertayaan kepada siswa. “Faisal. Coba anda sebutkan negara-

negara yang sedang mengalami konflik internasional sekarang?”

4) Menanamkan di dalam diri siswa tentang kesadaran berbangsa dan

bernegara. “Siswa-Siswi sekalian kalianlah besok yang menjadi

pemimpin negeri ini, kalianlah yang meneruskan estapet

perjuangan pemimpin-pemimpin yang dulu-dulu, jadi kalian harus

mempunyai jiwa Nasionalisme, cinta terhapap bangsa dam karya

bangsa sendiri.”

5) Tidak dilakukan oleh guru.

6) Guru menjelaskan sedikit tentang materi “ Sengketa internasional

dan cara penyelesaiannya”.

2. Tahap Inti :

1) Kalian nanti dibagi menjadi beberapa kelompok. Metode ini

ditegaskan kepada kalian untuk saling memiliki tanggung jawab

terhadap kelompok dan anggota kelompok.

2) Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok :

Kelompok I : 1. Nikki kurniawan

2. Ikmanda noveman

3. Reza pebradi putra

4. Rizo nakamiko

5. Dilan pramana rahaja

Kelompok II : 1. Dedi agustarial

2. Bray meshans A.

3. Ridho ramadona

50

Page 51: model kooperatif

4. Faisal triandi

5. Ayogi sugama

Kelompok III : 1. Chintia yuliantari

2. Shinta valentine

3. Nadia angera

4. Lussi

5. Anggi alga prima amril

Kelompok IV 1. Chintia wulandari

2. Indah rahmayanti

3. Dwi indah pratiwi

4. Feby widya

5. Andika putra

Kelompok V : 1. Roni pepratama

2. Yogi fernando

3. Tomi tarigan

4. Nanda april

5. Ridhatul jannah

3) Setiap kelompok diberikan tugas, tentang : Apa latar belakang

perang Israel dengan Palestina, tindakan kita seharusnya dan

langkah penyelesaiannya.

4) Pada saat siswa mengerjakan tugas kelompoknya, guru memandu

dengan seksama. Apa yang dikerjakan siswa? Dengan cara berjalan

ke masing-masing kelompok dan memandu siswa pada saat

menampilkan atau mempersentasikan tugas kelompoknya.

5) Tidak dilakukan oleh guru.

3. Tahap akhir :

1) Tidak dilakukan oleh guru.

2) Setelah terjadi diskusi kelas guru menarik kesimpulan dari topi

yang diperdebatkan. Tentang konflik Israel-Palestina. “ada 3

faktor yang melatar belakangi konflik tersebut 1. Politik, bahwa

Israel ingin diakui dikancah dunia internasional, sebab

51

Page 52: model kooperatif

berdasarkan sejarahnya bangsa yahudi dahulu hanya menumpang

tempat tingal diwilah tersebut dan dengan dukungan negara

Amerika yahudi membentuk negara Israel. 2. Sosial budaya,

disebabkan oleh keyakinan dan akidah yang berbeda dalam

mentafsirkan Al-kitab. 3. Ekonomi, Israel ingin menguasai

wilayah Palestina.

3) Menanyakan kepada siswa, apakah sudah memahami tentang

konsep yang telah kita bahas pada pertemuan ini, dan apakah

masih ada yang mau bertanya? Jika tidak ada, guru menutup

pelajaran dengan salam.

Penyelesaian :

Diketahui : item ADA = 9 x 2 = 18

: item TIDAK = 5 x 0 = 0

: skor maksimum = 14 x 2 = 28

Persentase Nilai Rata-rata =

18

= x 100

28

= 64,27%

Kesimpulan 64,27% hal ini dapat diartikan berdasarkan hasil observasi

pengamat taraf keberhasilan kegiatan guru termasuk dalam kategori ”Baik”.

Tabel. 7 Lembar Observasi terhadap Siswa dengan Model Kooperatif tipe STAD pada kelas XI

IPS4

No Tahap Indikator Obsserver

Ada Tidak

1 Awal 1) Menjawab aktifitas rutin diawal tatap

muka

2) Memperhatikan tujuan pembelajaran yang

disampaikan guru

3) Menyimak apersepsi dari guru

52

Page 53: model kooperatif

4) Memperhatikan motivasi yang

disampaikan guru

5) Mengerjakan pre-test

6) Memperhatikan pengembangan

pengetahuan awal

2 Inti 1) Memperhatikan penjelasan metode

pembelajaran tipe STAD oleh guru

2) Membentuk beberapa kelompok

3) Mengerjakan tugas belajar kepada masing-

masing kelompok

4) Melakukan aktifitas kerjasama kelompok

5) Adakah kelompok yang bertanya ?

6) Adakah kelompok yang merespon ?

7) Kesiapan kelompok dalam menyimpulkan

pembelajaran

8) Mengumpulkan tugas yang telah

diselesaikan bersama

3 Akhir 1) Mengerjakan post test

2) Mendengarkan refleksi dan penyimpulan

materi

3) Menjawab aktifitas rutin pada akhir tatap

muka

(Sumber: Data Diolah)

Keterangan item :

1. Tahap awal :

1) Menjawab salam guru, kemudian berdo’a (asmaul huzna) dan

menjawab absensi guru.

2) Ada beberapa siswa (dari 26 orang, 17 orang siswa) masih sibuk

dengan aktivitasnya masing-masing seperti mengeluarkan buku

dari dalam tas.

3) Memperhatikan apa yang dipertanyakan oleh guru.

4) Memperhatikan apa yang dipertanyakan oleh guru.

5) Tidak dilakukan siswa.

53

Page 54: model kooperatif

6) Memperhatikan penjelesan yang disampaikan guru.

3. Tahap Inti :

1) Ada beberapa siswa (dari 26 orang 14 orang) yang memperhatikan

dengan seksama yang disampaikan oleh guru tentang metode

kooperatif tipe STAD (student teams achievement divisions).

2) Siswa membentuk kelompok sesuai dengan intruksi guru.

3) Siswa mengerjakan tugas kelompoknya, dengan berdiskusi dalam

kelompok masing-masing.

4) Setiap kelompok berdiskusi dengan anggota kelompok masing-

masing. Setelah mendapat kata sepakat tentang tiga topik yang

dibahas kemudian satu kelompok (kelompok I) mempersentasikan

tugas kelompoknya.

5) Ada, kelopok IV (Chintia wulandari) “ konflik Israel-Palestina,

nampaknya merupakan konflik Budaya coba kita perhatikan dai

dulu hingga sekarang masih saja berlanjut. Pendekatan apa

sebaiknya kita gunakan untuk meredam konflik tersebut?”

6) Ada :

a) Kelompok I (Ikmanda noveman) “Kalau menurut saya,

bagusnya kedua pemimpin Negara tersebut diajak duduk

berunding dengan didampingi oleh mediasi”.

b) Kelompok V (Roni) “Melakukan Embargo kepada Negara

yang melakukan aksi kekerasan yang pertama”.

7) Dari V kelompok diambil 3 kelompok yang menyampaikan

kesimpulan dari topik yang dibahas. Kelompok IV “latar belakang

perang Israel-palestina: politik, ekonomi, dan budaya. Solusinya :

Negara timur bersatu untuk mendukung aksi perdamaian dengan

membuat perjanjian damai.

8) Setiap kelompok mengumpulkan tugas sesuai dengan jadwal yang

telah ditetapkan, yakni sebelum habis jam belajar.

3. Tahap akhir :

1) Tidak dilakukan siswa.

54

Page 55: model kooperatif

2) Siswa mendengarkan kesimpulan dari guru.

3) Menjawab aktivitas dari guru.

Penyelesaian :

Diketahui : item ADA = 11 x 2 = 22

: item tidak = 6 x 0 = 0

: skor maksimum = 17 x 2 = 34

Persentase Nilai Rata-rata =

22

= x 100

34

= 64,71%

Kesimpulan 64,71% hal ini dapat diartikan berdasarkan hasil observasi

pengamat taraf keberhasilan kegiatan siswa termasuk dalam kategori ”Baik”.

6. Angket

a. Tingkat partisipasi siswa dalam hal mengemukakan pendapat

Tingkat partisipasi siswa dalam hal mengemukakan pendapat pada

proses belajar mengajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif

tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions) di SMA semen Padang

yang diambil dari dua kelas sampel yakni kelas XI IPS1 dan kelas XI IPS4,

dapat dilihat dari tabel berikut.

Pada Kelas Sampel XI IPS1

Deskripsi data berdasarkan angket yang disebarkan kepada siswa untuk

masing-masing sub variabel tersebut dapat dilihat pada bagian berikut.

Tingkat partisipasi siswa dalam proses belajar mengajar dengan menggunakan

model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement

Divisions) dalam hal bertanya dan merespon, di SMA semen Padang. Kelas

sampel XI IPS1. Terlihat pada tabel berikut :

Tabel. 8 skor partisipasi siswa variabel bertanya dan merespon.

NO

Pernyataan Alternative jawaban KetS (4) RG (3) TS (2) ST(1)

55

Page 56: model kooperatif

F % F % F % F % N=311 Rasa percaya diri siswa

meningkat, siswa merasa lebih terkontrol untuk keberhasilan akademisnya.

10 32,26 18 58,08 3 9,68 0 0,00

2 Meningkatkan kesediaan menggunakan ide orang lain yang dirasakan lebih baik

12 38,71 16 51,61 3 9,68 0 0,00

3 Meningkatkan kemampuan memandang masalah dan situasi dari berbagai perspektif

11 35,48 12 38,71 7 22,58 1 3,23

4 Metode kooperatif membantu siswa dalam menguasai materi

10 32,26 17 54,84 3 9,68 1 3,23

5 Pembelajaran kooperatif menjadikan siswa mampu belajar berdebat, mendengarkan pendapat orang lain, dan mencatat hal-hal yang bermanfaat

15 48,39 13 41,94 3 9,68 0 0,00

6 Hadiah atau penghargaan yang diberikan mendorong siswa untuk mencapai hasil yang lebih tinggi

8 25,81 15 48,39 6 19,35 2 6,45

7 Model kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan keterampilan komunikasi siswa

15 48,39 13 41,94 3 9,68 0 0,00

8 Pembelajaran kooperatif menjadikan siswa mampu memecahkan masalah dan menarik kesimpulan dari permasalahan tersebut

16 51,61 14 45,16 0 0,00 0 0,00

∑ 97 312,9 118 380,7 28

90,33 4 12,91

Berdasarkan data diatas hasil partisipasi dilihat dari komunikasi siswa

variabel bertanya dan merespon, dapat dihitung dengan rumus sebagai

berikut :

% variabel =

=

=

56

Page 57: model kooperatif

=

= 80,85%

Hasil partisipasi dalam hal komunikasi dari variabel bertanya atau

merespon/mengemukakan ide dalam mata pelajaran kewarganegaraan dengan

model kooperatif tipe STAD di SMA semen Padang pada kelas XI IPS1

adalah ‘BAIK’ dengan persentase 80,85%. Jadi tingkat partisipasi siswa :

bertanya, dan merespon/mengemukakan ide dalam mata pelajaran

kewarganegaraan di SMA semen Padang adalah BAIK.

Pada Kelas Sampel XI IPS4Deskripsi data berdasarkan angket yang disebarkan kepada siswa untuk

masing-masing sub variabel tersebut dapat dilihat pada bagian berikut.

Tabel 9. Skor partisipasi siswa variabel bertanya atau merespon.

NO

Pernyataan Alternative jawaban KetS (4) RG (3) TS (2) ST(1)

F % F % F % F % N=261 Rasa percaya diri siswa

meningkat, siswa merasa lebih terkontrol untuk keberhasilan akademisnya.

17 65,38 5 19,23 4 15,38 0 0,00

2 Meningkatkan kesediaan menggunakan ide orang lain yang dirasakan lebih baik

15 57,69 8 30,77 3 11,54 0 0,00

3 Meningkatkan kemampuan memandang masalah dan situasi dari berbagai perspektif

12 46,15 8 30,77 5 19,23 1 3,85

4 Metode kooperatif membantu siswa dalam menguasai materi

11 42,31 13 50 2 7,69 0 0,00

5 Pembelajaran kooperatif menjadikan siswa mampu belajar berdebat, mendengarkan pendapat orang lain, dan mencatat hal-hal yang bermanfaat

15 57,69 9 34,62 2 7,69 0 0,00

6 Hadiah atau penghargaan yang diberikan mendorong siswa untuk mencapai hasil yang lebih tinggi

9 34,62 14 53,85 3 11,54 0 0,00

7 Model kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan keterampilan komunikasi siswa

10 38,46 14 53,85 2 7,69 0 0,00

8 Pembelajaran kooperatif 11 42,31 13 50 1 3,85 1 3,85

57

Page 58: model kooperatif

menjadikan siswa mampu memecahkan masalah dan menarik kesimpulan dari permasalahan tersebut

∑ 100 384,6 84 323,1 22

84,61 2 7,7

Berdasarkan data diatas hasil partisipasi siswa variabel bertanya atau

mengeluarkan pendapat, dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

% variabel =

=

=

=

= 83,89% Hasil partisipasi dari variabel bertanya atau merespon dalam mata

pelajaran kewarganegaraan dengan model kooperatif tipe STAD di SMA

semen Padang pada kelas XI IPS4 adalah ‘SANGAT BAIK’ dengan

persentase 83,89%. Jadi tingkat partisipasi siswa : bertanya, dan merespon

dalam mata pelajaran kewarganegaraan di SMA semen Padang adalah

SANGAT BAIK.

b. Tingkat partisipasi siswa dalam bekerja sama.

Kelas Sampel XI IPS1

Partisipasi dalam hal bekerja sama kepada masing-masing kelompok

dapat dilihat dengan ketuntasan tugas, seperti telihat pada tabel berikut:(Tugas

dalam lampiran)

Tabel. 10 ketuntasan tugas.

No Kelompok KeteranganTuntas Tidak tuntas

1 Kelompok I √2 Kelompok II √3 Kelompok III √4 Kelompok IV √5 Kelompok V √6 Kelompok VI √7 Kelompok VII √

58

Page 59: model kooperatif

Tingkat partisipasi berdasarkan penyebaran angket terhadap siswa,

dilihat dari persentase komitmen siswa dalam proses belajar mengajar dengan

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams

Achievement Divisions) dalam hal pemberian tugas di SMA semen Padang.

Kelas sampel XI IPS1. Terlihat pada tabel berikut :

Tabel. 11 skor partisipasi siswa variabel Komitmen dalam hal pemberian tugas.

Pada kelas XI IPS1

NO

Pernyataan Alternative jawaban KetS (4) RG (3) TS (2) ST(1)

F % F % F % F % N=311 Dapat mengembangkan

prestasi siswa baik hasil tes yang dibuat guru maupun tes baku

15 48,39 12 38,71 3 9,68 1 3,23

2 Strategi kooperatif memberikan perkembangan yang berkesan pada hubungan interpersonal diantara anggota kelompok

12 38,71 17 54,84 2 6,45 0 0,00

3 Meningkatkan kepekaan dan kesetiakawanan sosial

9 29,03 15 48,39 5 16,13 2 6,25

4 Memungkinkan para siswa saling belajar mengenai sikap,keterampilan,informasi, perilaku sosial.

11 35,48 15 48,39 5 16,13 0 0,00

5 Memudahkan siswa melakukan penyesuaian

9 29,03 16 51,61 6 19,35 0 0,00

6 Memungkinkan terbentuk dan berkembangnya nilai-nilai sosial dan komitmen

10 32,26 15 48,39 6 19,35 0 0,00

7 Menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri dan egois

12 38,71 17 54,84 2 6,45 0 0,00

8 Berbagai keterampilan sosial yang diperlukan untuk memelihara hubungan yang saling membutuhkan dapat diajar dan dipraktekkan

13 41,94 18 58,06 0 0,00 0 0,00

9 Meningkatkan rasa saling percaya kepada sesame kelompok

18 58,06 11 35,48 2 6,45 0 0,00

10 Pembelajaran kooperatif menghasilkan

7 22,58 18 58,06 3 9,68 3 9,68

59

Page 60: model kooperatif

pencapaian belajar siswa yang tinggi menambah harga diri siswa dan memperbaiki hubungan dengan teman sebaya,dikarenakan system kelompok

11 Siswa yang lambat berfikir dapat dibantu untuk menambah ilmu pengetahuan melalui anggota yang lain

14 45,16 13 41,94 4 12,90 0 0,00

12 Pembentukan kelompok kecil memudahkan guru untuk memonitor siswa dalam bekerja sama

10 32,26 15 48,39 5 16,13 1 3,23

∑ 140 451,6 182 587,1 43

138,7 7 22,39

Berdasarkan data diatas hasil partisipasi siswa variabel komitmen dalam

hal pemberian tugas, dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

% variabel =

=

=

=

= 80,56%

Hasil partisipasi dalam hal kerjasama terhadap tugas yang diberikan

dalam mata pelajaran kewarganegaraan dengan model kooperatif tipe STAD

di SMA semen Padang pada kelas XI IPS1 adalah ‘BAIK’ dengan persentase

80,56%. Jadi tingkat partisipasi komitmen siswa : dalam hal kerja sama pada

mata pelajaran kewarganegaraan di SMA semen Padang adalah BAIK.

Kelas Sampel XI IPS4

Partisipasi dalam hal kerjasama dengan tugas yang diberikan kepada

masing-masing kelompok dapat dilihat dengan ketuntasan tugas, seperti

telihat pada tabel berikut:(Tugas dalam lampiran)

60

Page 61: model kooperatif

Tabel. 12 ketuntasan tugas.

No Kelompok keteranganTuntas Tidak tuntas

1 Kelompok I √2 Kelompok II √3 Kelompok III √4 Kelompok IV √5 Kelompok V √

Tingkat partisipasi berdasarkan penyebaran angket terhadap siswa,

dilihat dari persentase komitmen siswa dalam proses belajar mengajar dengan

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams

Achievement Divisions) dalam hal kerja sama pada tugas di SMA semen

Padang. Kelas sampel XI IPS1. Terlihat pada tabel berikut :

Tabel . 13 skor partisipasi siswa dalam bekerja sama Pada kelas XI IPS4.

NO

Pernyataan Alternative jawaban KetS (4) RG (3) TS (2) ST(1)

F % F % F % F % N=261 Dapat mengembangkan

prestasi siswa baik hasil tes yang dibuat guru maupun tes baku

14 53,85 5 19,23 4 15,38 3 11,54

2 Strategi kooperatif memberikan perkembangan yang berkesan pada hubungan interpersonal diantara anggota kelompok

10 38,46 13 50 3 11,54 0 0,00

3 Meningkatkan kepekaan dan kesetiakawanan sosial

9 34,62 16 61,54 1 3,85 0 0,00

4 Memungkinkan para siswa saling belajar mengenai sikap,keterampilan,informasi, perilaku sosial.

20 76,92 6 23,08 0 0,00 0 0,00

5 Memudahkan siswa melakukan penyesuaian

10 38,46 13 50 3 11,54 0 0,00

6 Memungkinkan terbentuk dan berkembangnya nilai-nilai sosial dan komitmen

12 46,15 10 38,46 4 15,38 0 0,00

7 Menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri dan egois

15 57,69 8 30,77 3 11,54 0 0,00

8 Berbagai keterampilan sosial yang diperlukan untuk memelihara hubungan yang saling

20 76,92 6 23,08 0 0,00 0 0,00

61

Page 62: model kooperatif

membutuhkan dapat diajar dan dipraktekkan

9 Meningkatkan rasa saling percaya kepada sesame kelompok

19 73,08 5 19,23 2 7,69 0 0,00

10 Pembelajaran kooperatif menghasilkan pencapaian belajar siswa yang tinggi menambah harga diri siswa dan memperbaiki hubungan dengan teman sebaya,dikarenakan system kelompok

10 38,46 12 46,15 3 11,54 1 3,85

11 Siswa yang lambat berfikir dapat dibantu untuk menambah ilmu pengetahuan melalui anggota yang lain

8 30,77 14 53,85 3 11,54 1 3,85

12 Pembentukan kelompok kecil memudahkan guru untuk memonitor siswa dalam bekerja sama

13 50 10 38,46 3 11,54 0 0,00

∑ 160 615,4 118 453,9 29

111,5 5 19,24

Berdasarkan data diatas hasil partisipasi siswa variabel kerja sama pada

tugas, dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

% variabel =

=

=

=

= 84,70%

Hasil partisipasi dalam hal kerja sama kelompok siswa pada tugas dalam

mata pelajaran kewarganegaraan dengan model kooperatif tipe STAD di SMA

semen Padang pada kelas XI IPS4 adalah ‘SANGAT BAIK’ dengan

persentase 84,70%. Jadi tingkat partisipasi kerja sama siswa : pemberian tugas

62

Page 63: model kooperatif

dalam mata pelajaran kewarganegaraan di SMA semen Padang adalah

SANGAT BAIK.

7. Hasil Wawancara

Pertanyaan wawancara yang diajukan kepada kelompok siswa:

1. Bagaimana menurut pendapat kelompok anda tentang model

pembelajaran kooperatif tipe STAD?

2. Apakah anda senang mengikuti kegiatan pembelajaran mata pelajaran

kewarganegaraan yang dilakukan dengan pendekatan kooperatif?

3. Metode pembelajaran yang seperti apa yang selama ini digunakan oleh

guru mata pelajaran kewarganegaraan?

4. Apakah anda termotivasi untuk mengikuti pembelajaran tersebut?

5. Apakah metode pembelajaran model kooperatif tipe STAD sudah

sesuai untuk mata pelajaran kewarganegaraan? Mengapa?

6. Bila dibandingkan dengan penggunaan metode lain. Apakah anda lebih

mengerti materi dengan model kooperatif tipe STAD ?.

Kelas sampel XI IPS1 :

Kelompok tiga (III), Gita yulinda :

1. Sangat menyenangkan karena dengan adanya

diskusi-diskusi/kelompok bisa menambah wawasan kita, bertukar

pikiran dengan teman kelompok serta melatih kita untuk berani

berbicara dan mengeluarkan ide-ide di forum diskusi.

2. Senang,

3. Bermacam-macam tergantung dari topik yang dibahas, ada ceramah,

diskusi. Tapi lebih cenderung dengan ceramah sambil tanya jawab.

4. Iya, sebab dengan berkelompok bisa menanbah kita untuk lebih

bersemangat lagi dan saling mensuport.

5. Saya rasa tergantung dari isi materi yang diajarkan, kalau materi yang

kita bahas barusan tentang sengketa internasional saya rasa cocok.

Karena materi itu selalu terjadi dan banyak permasalahan yang perlu

dibahas.

63

Page 64: model kooperatif

6. Lebih mengerti, sebab dengan antusias kita akan topik, dengan

motivasi untuk bisa lebih unggul dari kelompok lain itu akan

menambah pengetahuan kita.

Kelas sampel XI IPS4

Kelompok dua (II), Dedi agustarial :

1. Menurut kami pembelajaran STAD sangat bagus, sebab siswa bisa

lebih kreatif dalam melakukan kegiatan diskusi.

2. Senang, karena pelajaran kewarganegaraan merupakan pelajaran

dalam kehidupan sehari-hari dan metode kooperati itu

pelaksanaannya/prakteknya, jadi sangat serasi kalau pelajaran

kewarganegaraan diajarkan dengan model ini.

3. Bermacam-macam, tapi lebih cenderung menggunakan ceramah

dengan tanya jawab.

4. Iya, karena berkelompok kita bisa saling mengisi satu sama lain dan

memotivasi kita untuk berani mengemukakan pendapat.

5. Sudah sesuai, karena kita dituntut untuk saling bekerja sama.

6. Iya, karena model ini lebih memfokuskan kita untuk saling mengerti

dan memberi tanggung jawab kepada kita dalam kelompok untuk

saling berbagi pengetahuan.

Pertanyaan wawancara yang diajukan kepada guru kewarganegaraan:

(Drs.Dasril)

1. Model apa yang cenderung bapak gunakan dalam pembelajaran?

2. Apakah bapak pernah menggunakan model kooperatif?

3. Bagaimana tingkat antusias siswa pada saat bapak melakukan model

pembelajaran selain kooperatif dan pada saat bapak menerapkan

model kooperatif barusan?

Jawaban pertanyaan (Drs.Dasril):

1. Biasanya, dalam hal menetapkan suatu model pembelajaran kita harus

menyesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai dari materi tersebut,

kita harus mengkaji terlebih dahulu SKKD-nya, model yang biasanya

saya gunakan yakni: Tanya jawab, diskusi ringan, dan ceramah

64

Page 65: model kooperatif

bervariasi. Tapi yang lebih sering saya gunakan adalah ceramah

bervariasi.

2. Belum pernah secara utuh, kalau model kooperatif tipe STAD identik

dengan diskusi kelas yang lebih ditekankan kepada kerja team dan

tanggung jawab individu yang satu juga menjadi tanggung individu

yang lain, belum pernah saya lakukan sedemikian rupa.

3. Kalau kita melihat antusias siswa pada saat PBM, itu tergantung dari

kelas yang kita ajarkan. Biasanya kelas-kelas (XI IPS1,2) unggul itu

lebih berminat disbanding kelas yang tidak unggul (XI IPS3,4). Namun

anehnya pada saat kita tadi menerapkan model kooperatif, pada dua

kelas yakni kelas XI IPS1,IPS4, berdasarkan pengamatan saya tadi

kedua-duanya antusias mengikuti pelajaran tapi kelas IPS4, mengalami

peningkatan bahkan melebihi IPS1.

8. Hasil Catatan Lapangan

Catatan lapangan dibuat untuk melengkapi data-data yang tidak ada

dalam lembar observasi peneliti sehingga diharapkan tidak ada data penting

yang terlewatkan dalam pelaksanaan tindakan pembelajaran, hasil catatan

lapangan yang diperoleh adalah sebagai berikut :

1) Topik yang dibahas tentang Konflik internasional dan penyelesaiannya

(Israel – Palestina).

2) Siswa dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil, dan diberikan tugas

tentang: Latar belakang konflik, sikap kita, dan langkah penyelesaiannya.

3) Setelah kelompok-kelompok tadi menyelesaikan tugas tersebut, salah satu

kelompok mempersentasikan tugas kelompoknya di depan kelas.

Kelompok yang lain menanggapi.

4) Pada saat kerjasama kelompok, ada beberapa (XI IPS1 17 dari 31 orang

dan XI IPS4 13 dari 26) siswa yang ramai atau tidak menghargai

kelompok yang lain. Hal ini terlihat kurangnya respon untuk menanggapi

atau bertanya pada kelompok penyaji.

5) Pada langkah awal, ketika guru menjelaskan tentang kompetensi dasar dan

indikator yang ingin dicapai pada pembelajaran ini ada siswa (XI IPS1 14

65

Page 66: model kooperatif

dari 31 orang dan XI IPS4 9 dari 26)yang kurang memperhatikan, ada

siswa yang masih mengobrol sendiri dengan teman sebelahnya setelah

satu kali diperingatkan siswa mulai memperhatikan.

6) Masih ada siswa dalam kelompoknya yang masih mendominasi contohnya

pada kelas XI IPS1 dari 7 kelompok yang ada hanya 3 kelompok

(kelompok I, III, IV) yang bekerja sama dengan kompak, pada kelas XI

IPS4 dari 5 kelompok 4 kelompok (kelompok I, II, IV, V) yang nampak

kompak dalam mengerjakan tugas kelompoknya.

B. PEMBAHASANDari data-data hasil penelitian yang telah diuraikan di atas yang

berhubungan dengan penerapan model kooperatif tipe STAD dalam meningkatkan

partisipasi siswa pada pembelajaran kewarganegaraan di SMA semen Padang

yang akan dibahas lebih lanjut berikut ini :

1) Observasi proses pembelajaran baik yang dilakukan terhadap guru

maupun siswa.

Dimyati dan Mudjiono dalam Gufron (2010: 15) mengatakan bahwa

pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain intruksional,

untuk membuat siswa belajar secara aktif yang menekankan pada penyediaan

sumber belajar. Dimana desain intruksional yang dimaksud adalah program

pengajaran yang dibuat oleh guru secara konvensional, desain intruksional

tersebut dikenal sebagai persiapan mengajar guru.

Berdasarkan kutipan di atas jelas bahwa guru atau pendidik dituntut untuk

mampu membuat siswa berperan aktif dalam proses belajar mengajar, dan

keberhasilan guru dalam mengaktifkan siswa menjadi tolak ukur dari keberhasil

penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

Adapun persentase hasil observasi dari proses belajar mengajar yang

dilakukan terhadap guru dan siswa di SMA semen Padang, tanggal 03 mei 2010

adalah sebagai berikut : Pada kelas XI IPS1 71,43% yang menjadi objek observer

adalah guru, hal ini dapat diartikan berdasarkan hasil observasi pengamat taraf

keberhasilan kegiatan guru termasuk dalam kategori ”Baik”, 70,59% yang

menjadi objek observer adalah siswa hal ini dapat diartikan berdasarkan hasil

66

Page 67: model kooperatif

observasi pengamat taraf keberhasilan kegiatan siswa termasuk dalam kategori

”Baik”. Pada kelas XI IPS4 64,27% yang menjadi objek observer adalah guru,

hal ini dapat diartikan berdasarkan hasil observasi pengamat taraf keberhasilan

kegiatan guru termasuk dalam kategori ”Baik”, 64,71% yang menjadi objek

observer adalah siswa hal ini dapat diartikan berdasarkan hasil observasi

pengamat taraf keberhasilan kegiatan siswa termasuk dalam kategori ”Baik”

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tingkat keberhasilan

guru dan siswa dalam proses belajar mengajar dengan menciptakan pembelajaran

aktif melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat digolongkan

dengan kategori BAIK.

2) Tingkat Partisipasi Siswa Dalam Hal Komunikasi

George Terry dalam Winardi (2002:149) menyatakan bahwa partisipasi

adalah turut sertanya seseorang baik secara mental maupun emosional untuk

memberikan sumbangan-sumbangan pada proses pembuatan keputusan, terutama

mengenai persoalan dimana keterlibatan pribadi orang yang bersangkutan

melaksanakan tanggung jawabnya untuk melakukan hal tersebut.

Berdasarkan analisis data tentang varibel partisipasi diukur dari dua

indikator yakni a). Tingkat partisipas dalam hal komunikasi siswa dengan variabel

bertanya dan merespon /mengemukakan ide. b). Tingkat partisipasi dalam hal

komitmen dengan variabel pemberian tugas. Yang diambil dari dua kelas

sampel yakni kelas XI IPS1 dan XI IPS4, dengan hasil sebagai berikut :

a) Tingkat partisipas dalam hal komunikasi siswa dengan variabel bertanya

dan merespon /mengemukakan ide.

Hasil partisipasi dari variabel bertanya dan merespon/mengemukakan ide

dalam mata pelajaran kewarganegaraan dengan model kooperatif tipe STAD di

SMA semen Padang pada kelas XI IPS1 adalah ‘BAIK’ dengan persentase

80,85%. Jadi tingkat partisipasi siswa : bertanya, dan merespon/mengemukakan

ide dalam mata pelajaran kewarganegaraan di SMA semen Padang adalah BAIK.

Hasil partisipasi dari variabel bertanya atau mengemukakan pendapat dalam

mata pelajaran kewarganegaraan dengan model kooperatif tipe STAD di SMA

semen Padang pada kelas XI IPS4 adalah ‘SANGAT BAIK’ dengan persentase

67

Page 68: model kooperatif

83,89%. Jadi tingkat partisipasi siswa : bertanya, dan mengemukakan pendapat

dalam mata pelajaran kewarganegaraan di SMA semen Padang adalah SANGAT

BAIK.

b) Tingkat partisipasi dalam hal komitmen dengan variabel pemberian

tugas.

Hasil partisipasi dalam hal komitmen dari variabel pemberian tugas dalam

mata pelajaran kewarganegaraan dengan model kooperatif tipe STAD di SMA

semen Padang pada kelas XI IPS1 adalah ‘BAIK’ dengan persentase 80,56%. Jadi

tingkat partisipasi siswa : pemberian tugas dalam mata pelajaran kewarganegaraan

di SMA semen Padang adalah BAIK.

Hasil partisipasi dalam hal komitmen dari variabel pemberian tugas dalam

mata pelajaran kewarganegaraan dengan model kooperatif tipe STAD di SMA

semen Padang pada kelas XI IPS4 adalah ‘SANGAT BAIK’ dengan persentase

84,70%. Jadi tingkat partisipasi siswa : pemberian tugas dan kerja sama dalam

mata pelajaran kewarganegaraan di SMA semen Padang adalah SANGAT BAIK.

Berdasarkan pengamatan peneliti selama penelitian, proses belajar mengajar

dengan menggunakan model kooperatif tipe STAD, cenderung baik. Hal ini dapat

dilihat dari jumlah persentase tingkat partisipasi siswa pada saat proses

pembelajaran, siswa tidak lagi hanya duduk mendengar, mencatat dan

mengerjakan latihan tetapi mereka aktif dalam kegiatan kelompok. Ini terlihat dari

aktivitas siswa dalam berdiskusi, karena mereka ingin memberikan sumbangan

terbaik bagi kelompoknya untuk persiapan mempersentasikannya di depan kelas.

Siswa lebih berani untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dengan

mengemukakan ide-ide dari kelompoknya dalam berdiskusi, walaupun selama

diskusi siswa sedikit ribut, hal ini mebuktikan adanya interaksi diantara siswa

dalam suatu kelompok unutk mendiskusikan topik permasalahan. Selain itu siswa

juga terlihat antusias dalam mengikuti pembelajaran.

Dari uraian data di atas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa model

kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan partisipasi siswa dalam proses belajar

mengajar. Jadi hipotesis H1 terbukti.

68

Page 69: model kooperatif

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah dilakukan penelitian, berdasarkan hasil analisis terhadap berbagai data

yang telah diolah dan temuan selama penelitian maka dapat disimpulkan bahwa

Pembelajaran dengan menerapkan model kooperatif tipe STAD pada mata

pelajaran kewarganegaraan dapat meningkatkan partisipasi belajar siswa dikelas

XI IPS1 dan XI IPS4 SMA Semen Padang. Pada tingkat :

1. Komunikasi. (Bertanya dan merespon/mengemukakan ide)

2. Komitmen.

3. Tanggung jawab.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang dijabarkan sebelumnya, beberapa saran

yang dapat diberikan untuk menerapkan model kooperatif tipe STAD, adalah :

1. Diharapkan kepada guru untuk membiasakan menerapkan model

kooperatif tipe STAD, dalam proses belajar mengajar sehingga membuat

siswa lebih bisa berperan aktif.

69

Page 70: model kooperatif

2. Diharapkan kepada guru untuk memikirkan metode yang paling baik

unutk menyampaikan dan mengajarkan suatu materi pelajaran kepada

siswa, sehingga dapat membuat suasana pembelajaran menjadi aktif,

kreatif, efektif, dan menyenangkan.

3. Menerapkan model kooperatif tipe STAD dalam proses belajar mengajar

mampu meningkatkan partisipasi aktif siswa, kerja sama tim, dan individu

menjadi tanggung jawab tim. Untuk itu diharapkan output dari penerapan

model kooperatif tipe STAD, meningkatkan hasil belajar siswa.

70

Page 71: model kooperatif

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. (1997) Manajemen Penelitian.Jakarta: Bumi Angkasa

…………………… (1998). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis.

Jakarta: Rineka Cipta.

Departemen Pendidikan Nasianal (2003) Kurikulum 2004. SMA, Pedoman Khusus

Pengembangan Silabus dan Penelian: Mata Pelajaran PKN. Jakarta.

Fajar, Arini. (2005). Potopolio Dalam Pembelajaran IPS. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

Firmansyah, Saca . (2008). Partisipasi Masyarakat: www. Saca Firmansyah.com

Hayati, Nor. (2001). Analisis Faktor-faktor yang Menyebabkan Kurangnya

Partisipasi Mahasiswa Malaysia dalam Kegiatan Kokurikuler dan

Ekstrakurikuler di Universitas Negeri Semarang. UNNES: Skripsi.

Mulyasa, E. (2003). Kurikilulum Berbasis Kompetensi. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya.

Nursidik, Yahya. (2008). Metode Diskusi Pembelajaran: www. Yahya

Nursidik.com

Sastropoetro, Santoso. (1989). Partisipasi, Komunikasi, Persuasi dan Disiplin

dalam Pembangunan Nasional. Alumni. Bandung.

Slavin, E. Robert (2010) Cooperatife Learning. Bandung: Nusa Media

Sudjana, Nana. (2003). Teknik Analisis Regresi dan Korelasi (bagi para peneliti).

Bandung:Tarsito.

Sugiyono. (2007). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R&D.

Uno, Hamzah. B. (2007). Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar

Mengajar Yang Kreatif dan Efektif. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Winardi, (2002). Motivasi dan Pemotivasian dalam Manajeman. Jakarta: PT.

Grafindo Persada.

Winkel, (1989) dalam Faqih Gufron (2010). Penerapan Model Student Teams-

Achievement Division (STAD) Sebagai Upaya Peningkatan Motivasi

dan Prestasi Siswa Pada Mata Pelajaran Manajemen Perkantoran

71

Page 72: model kooperatif

Kelas X Ap SMK Wisnuwardhana Malang. Universitas Negeri Malang:

Skripsi.

www.yusti-arini.blogspot.com

72