Pengaruh Model Pembelajaran IKRAR Berorientasi Kearifan Lokal dalam Pembelajaran Matematika Terhadap...
-
Upload
ni-luh-putu-suardiyanti -
Category
Education
-
view
1.115 -
download
7
description
Transcript of Pengaruh Model Pembelajaran IKRAR Berorientasi Kearifan Lokal dalam Pembelajaran Matematika Terhadap...
77
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN IKRAR
BERORIENTASI KEARIFAN LOKAL DALAM PEMBELAJARAN
MATEMATIKA TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA
KELAS V SD NEGERI SE-KELURAHAN DAUHWARU NEGARA
OLEH :
NI LUH PUTU SUARDIYANTI
NIM 0813011005
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
SINGARAJA
2012
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN IKRAR
BERORIENTASI KEARIFAN LOKAL DALAM PEMBELAJARAN
MATEMATIKA TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA
KELAS V SD NEGERI SE-KELURAHAN DAUHWARU NEGARA
SKRIPSI
Diajukan kepada
Universitas Pendidikan Ganesha
untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
dalam Menyelesaikan Program Sarjana Pendidikan Matematika
Oleh :
NI LUH PUTU SUARDIYANTI
NIM 0813011005
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
2012
SKRIPSI
DIAJUKAN UNTUK MELENGKAPI TUGAS-TUGAS DAN
MEMENUHI SYARAT-SYARAT UNTUK MENCAPAI
GELAR SARJANA PENDIDIKAN
Menyetujui
Pembimbing I
Prof. Dr. Phil. I Gusti Putu Sudiarta, M.SiNIP 19651205 199103 1 005
Pembimbing II
Prof. Drs. Sariyasa, M.Sc., Ph.D.NIP 19640615 198902 1 001
Skripsi oleh Ni Luh Putu Suardiyanti
Telah dipertahankan di depan dewan penguji
pada tanggal 1 Agustus 2012
Dewan Penguji
Ketua,
Prof. Dr. Phil. I Gusti Putu Sudiarta, M.SiNIP 19651205 199103 1 005
Anggota,
Prof. Drs. Sariyasa, M.Sc., Ph.D.NIP 19640615 198902 1 001
Anggota,
Dr. I Wayan Sadra, M.Ed.NIP 19511231 197703 1 006
Anggota,
Drs. I Made Sugiarta, M.SiNIP 19671020 199303 1 001
Diterima oleh Panitia Ujian Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Pendidikan Ganesha guna memenuhi syarat-syarat untuk mencapai
gelar Sarjana Pendidikan
Pada :
Hari : Sabtu
Tanggal : 25 Agustus 2012
Mengetahui
Ketua Ujian,
Prof. Dr. I Made Ardana, M.PdNIP 19620827 198903 1 001
Sekretaris Ujian,
Dra. Gusti Ayu Mahayukti, M.SiNIP 19600823 198601 2 001
Mengesahkan
Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Prof. Dr. Ida Bagus Putu Arnyana, M.SiNIP 19581231 198601 1 005
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa karya tulis yang berjudul “Pengaruh Model
Pembelajaran IKRAR Berorientasi Kearifan Lokal dalam Pembelajaran
Matematika Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas V SD
Negeri se-Kelurahan Dauhwaru Negara” beserta seluruh isinya adalah benar-
benar karya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau mengutip dengan
cara-cara yang tidak sesuai dengan etika yang berlaku dalam masyarakat
keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung apabila kemudian
ditemukan adanya pelanggaran atas etika keilmuan dalam karya saya ini.
Singaraja, 25 Juli 2012
Yang membuat pernyataan,
Ni Luh Putu SuardiyantiNIM 0813011005
Atas karunia Tuhan (Ida Sang Hyang Widhi Wasa), saya persembahkanskripsi ini kepada: AYAH SAYA,I NYOMAN WESENIBU SAYA,NI KETUT SAYUNIADIK SAYA,NI MADE PEBRI YANTITerima kasih karena telah menjadi keluarga yang sangat berharga bagiku. Keluargayang selalu ada dalam suka dan duka, selalu berbagi dan setia memberikan motivasi
serta dukungan dalam setiap langkahku.
Beserta seluruh keluarga besar saya di Negara dan Tabanan:Kakek dan nenek tercinta (yang telah tiada), semua paman dan bibi saya,sepupu dan semua yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu namunsenantiasa menguatkan langkah saya dalam perjuangan mencapai cita-cita.TERIMA KASIH SAYA UCAPKAN KEPADA: Bapak/Ibu Dosen dan Staf Pegawai di Lingkungan Jurusan Pendidikan MatematikaPak Sariyasa, Pak Suarsana, Pak Sukajaya, Bu Mahayukti, Bu Mertasari, BuParwati, Pak Suparta, Pak Ardana, Pak Candiasa, Pak Suharta, Pak Djoko,Pak Sudiarta, Pak Gita, Pak Puja Astawa, Pak Sadra, Pak Sugiarta, PakSuweken, Pak Wisna, Pak Pujawan, Pak Yudi, serta Pak Komang dan MbokFitria Sahabat saya dalam “DeViL NyAnTE COmMuNitY”…
LUH PUTU PRAJAYANTHI WISMANTARI DAN NI MADE KRISNA MAHARANIMasa kuliah jadi berkesan karena kalian… berbagi canda tawa, keributan, film, videomenarik dan foto-foto unik.. Menghabiskan waktu nyante bersama dan begadang buattugas, memori yang membuat hidupku berwarna.. Tetaplah menjadi the “PiNk DeViL”and “bLaCk DeViL” yang selalu memberikan warna merah muda dan hitam dalamkehidupan merah sang “ReD DeViL”.. Rekan satu payung penelitian..Kadek Rahayu Puspadewi dan Ratih Ayu ApsariTerima kasih karena telah menuntutku menjadi manusia yang lebih rajin dalam menyusun karyaini… Tanpa mbok puspa dan sodaraqu Ratih, aku tak akan mampu lepas dari belenggu kemalasan..
Atas karunia Tuhan (Ida Sang Hyang Widhi Wasa), saya persembahkanskripsi ini kepada: AYAH SAYA,I NYOMAN WESENIBU SAYA,NI KETUT SAYUNIADIK SAYA,NI MADE PEBRI YANTITerima kasih karena telah menjadi keluarga yang sangat berharga bagiku. Keluargayang selalu ada dalam suka dan duka, selalu berbagi dan setia memberikan motivasi
serta dukungan dalam setiap langkahku.
Beserta seluruh keluarga besar saya di Negara dan Tabanan:Kakek dan nenek tercinta (yang telah tiada), semua paman dan bibi saya,sepupu dan semua yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu namunsenantiasa menguatkan langkah saya dalam perjuangan mencapai cita-cita.TERIMA KASIH SAYA UCAPKAN KEPADA: Bapak/Ibu Dosen dan Staf Pegawai di Lingkungan Jurusan Pendidikan MatematikaPak Sariyasa, Pak Suarsana, Pak Sukajaya, Bu Mahayukti, Bu Mertasari, BuParwati, Pak Suparta, Pak Ardana, Pak Candiasa, Pak Suharta, Pak Djoko,Pak Sudiarta, Pak Gita, Pak Puja Astawa, Pak Sadra, Pak Sugiarta, PakSuweken, Pak Wisna, Pak Pujawan, Pak Yudi, serta Pak Komang dan MbokFitria Sahabat saya dalam “DeViL NyAnTE COmMuNitY”…
LUH PUTU PRAJAYANTHI WISMANTARI DAN NI MADE KRISNA MAHARANIMasa kuliah jadi berkesan karena kalian… berbagi canda tawa, keributan, film, videomenarik dan foto-foto unik.. Menghabiskan waktu nyante bersama dan begadang buattugas, memori yang membuat hidupku berwarna.. Tetaplah menjadi the “PiNk DeViL”and “bLaCk DeViL” yang selalu memberikan warna merah muda dan hitam dalamkehidupan merah sang “ReD DeViL”.. Rekan satu payung penelitian..Kadek Rahayu Puspadewi dan Ratih Ayu ApsariTerima kasih karena telah menuntutku menjadi manusia yang lebih rajin dalam menyusun karyaini… Tanpa mbok puspa dan sodaraqu Ratih, aku tak akan mampu lepas dari belenggu kemalasan..
Atas karunia Tuhan (Ida Sang Hyang Widhi Wasa), saya persembahkanskripsi ini kepada: AYAH SAYA,I NYOMAN WESENIBU SAYA,NI KETUT SAYUNIADIK SAYA,NI MADE PEBRI YANTITerima kasih karena telah menjadi keluarga yang sangat berharga bagiku. Keluargayang selalu ada dalam suka dan duka, selalu berbagi dan setia memberikan motivasi
serta dukungan dalam setiap langkahku.
Beserta seluruh keluarga besar saya di Negara dan Tabanan:Kakek dan nenek tercinta (yang telah tiada), semua paman dan bibi saya,sepupu dan semua yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu namunsenantiasa menguatkan langkah saya dalam perjuangan mencapai cita-cita.TERIMA KASIH SAYA UCAPKAN KEPADA: Bapak/Ibu Dosen dan Staf Pegawai di Lingkungan Jurusan Pendidikan MatematikaPak Sariyasa, Pak Suarsana, Pak Sukajaya, Bu Mahayukti, Bu Mertasari, BuParwati, Pak Suparta, Pak Ardana, Pak Candiasa, Pak Suharta, Pak Djoko,Pak Sudiarta, Pak Gita, Pak Puja Astawa, Pak Sadra, Pak Sugiarta, PakSuweken, Pak Wisna, Pak Pujawan, Pak Yudi, serta Pak Komang dan MbokFitria Sahabat saya dalam “DeViL NyAnTE COmMuNitY”…
LUH PUTU PRAJAYANTHI WISMANTARI DAN NI MADE KRISNA MAHARANIMasa kuliah jadi berkesan karena kalian… berbagi canda tawa, keributan, film, videomenarik dan foto-foto unik.. Menghabiskan waktu nyante bersama dan begadang buattugas, memori yang membuat hidupku berwarna.. Tetaplah menjadi the “PiNk DeViL”and “bLaCk DeViL” yang selalu memberikan warna merah muda dan hitam dalamkehidupan merah sang “ReD DeViL”.. Rekan satu payung penelitian..Kadek Rahayu Puspadewi dan Ratih Ayu ApsariTerima kasih karena telah menuntutku menjadi manusia yang lebih rajin dalam menyusun karyaini… Tanpa mbok puspa dan sodaraqu Ratih, aku tak akan mampu lepas dari belenggu kemalasan..
My Second Family [ 3G-CLASS ]
I Nyoman Budayana [Ming Buda], Bagus Surya Perdana [BaSur], I Wayan Ari Apika [Apik],Luh Pande Diyatmika Sari [Pande], I Wayan Adi Sudewa [King Kong], I Wayan Widiantara[Widi], I Wayan Widnyana [Jumpai], Kadek Dwi Astuti [Dwik], A.A. Istri Raka Yuliantari [GungRaka], Komang Sukraniasih [Bebek], Gst. Ayu Made Indrawati [Wati], Kadek Mira Kurniasari[Mira], Bhayu Bodiariasih [Gek Bhayu], Ketut Sumanis [Sumanis], I G.A. Russasmita Sri Padmi[Tata], Ni Putu Zeni Setiawati [Zeni/Emak-red], A.A. Putri Pradnyawati [Gunk Tick Khan/GTK-red], Luh Made Purnami Rahayu [LuhDe], Luh Putu Prajayanthi Wismantari [Nky/Nyex], MadeAnggara Wati [Anggara], Ni Luh Desy Coniarti Partami [Desy], Putu Yudi Darmawan [Bojes], IMade Yoga Wicaksana [Yoga]…We always be best friends forever… Tetangga Satu Angkatan [Initial-B]
Agus Ari Gunawan [Puyunk], Sri Puspadi [Pus], Krisna Maharani [Kus], Bagus Jayanta [J],Dwijendra [DJ], Windha Krisna Dewi, Dwipayana, Sukma Dewi, Sri Adyanti, Diah Savitri,Pande Subiksa, Putra Yasa, Purnawati, Lili Marlina, Rina Anisawati, Eka Virgawati, Ari Mei,Wiwin Suryaprani, Dyani Hapsari, Mirah Handayani, Agus Adi Putrawan [Gus Adi], YudhaPrawira, Eka Purwita, dan Arry Sujaya .. Widya Suryaprani, Desi Selviana ..Tetaplah berjaya dengan motto “sombong” yang kalian punya… Teman di Bawah Satu Atap [Kost Bisma Barat]Bapak Kost [Pak Putrayasa], Mbok Novix, Mbok Eka, Pande, Gek Ling-Ling, Puspadi,Adek-adekku [Adek Eby, Mila & Yuni]Kalian adalah tetangga dan keluarga bagiku…. Kepada seluruh anggota HMJ Pendidikan Matematika
Selalu berikan yang terbaik bagi jurusan kita tercinta…
Serta pihak-pihak lain yang secara langsung maupun tak langsung membantu dalampenyusunan karya ini yang tidak bisa saya tuliskan satu persatu…
too fast to live too young to die
My Second Family [ 3G-CLASS ]
I Nyoman Budayana [Ming Buda], Bagus Surya Perdana [BaSur], I Wayan Ari Apika [Apik],Luh Pande Diyatmika Sari [Pande], I Wayan Adi Sudewa [King Kong], I Wayan Widiantara[Widi], I Wayan Widnyana [Jumpai], Kadek Dwi Astuti [Dwik], A.A. Istri Raka Yuliantari [GungRaka], Komang Sukraniasih [Bebek], Gst. Ayu Made Indrawati [Wati], Kadek Mira Kurniasari[Mira], Bhayu Bodiariasih [Gek Bhayu], Ketut Sumanis [Sumanis], I G.A. Russasmita Sri Padmi[Tata], Ni Putu Zeni Setiawati [Zeni/Emak-red], A.A. Putri Pradnyawati [Gunk Tick Khan/GTK-red], Luh Made Purnami Rahayu [LuhDe], Luh Putu Prajayanthi Wismantari [Nky/Nyex], MadeAnggara Wati [Anggara], Ni Luh Desy Coniarti Partami [Desy], Putu Yudi Darmawan [Bojes], IMade Yoga Wicaksana [Yoga]…We always be best friends forever… Tetangga Satu Angkatan [Initial-B]
Agus Ari Gunawan [Puyunk], Sri Puspadi [Pus], Krisna Maharani [Kus], Bagus Jayanta [J],Dwijendra [DJ], Windha Krisna Dewi, Dwipayana, Sukma Dewi, Sri Adyanti, Diah Savitri,Pande Subiksa, Putra Yasa, Purnawati, Lili Marlina, Rina Anisawati, Eka Virgawati, Ari Mei,Wiwin Suryaprani, Dyani Hapsari, Mirah Handayani, Agus Adi Putrawan [Gus Adi], YudhaPrawira, Eka Purwita, dan Arry Sujaya .. Widya Suryaprani, Desi Selviana ..Tetaplah berjaya dengan motto “sombong” yang kalian punya… Teman di Bawah Satu Atap [Kost Bisma Barat]Bapak Kost [Pak Putrayasa], Mbok Novix, Mbok Eka, Pande, Gek Ling-Ling, Puspadi,Adek-adekku [Adek Eby, Mila & Yuni]Kalian adalah tetangga dan keluarga bagiku…. Kepada seluruh anggota HMJ Pendidikan Matematika
Selalu berikan yang terbaik bagi jurusan kita tercinta…
Serta pihak-pihak lain yang secara langsung maupun tak langsung membantu dalampenyusunan karya ini yang tidak bisa saya tuliskan satu persatu…
too fast to live too young to die
My Second Family [ 3G-CLASS ]
I Nyoman Budayana [Ming Buda], Bagus Surya Perdana [BaSur], I Wayan Ari Apika [Apik],Luh Pande Diyatmika Sari [Pande], I Wayan Adi Sudewa [King Kong], I Wayan Widiantara[Widi], I Wayan Widnyana [Jumpai], Kadek Dwi Astuti [Dwik], A.A. Istri Raka Yuliantari [GungRaka], Komang Sukraniasih [Bebek], Gst. Ayu Made Indrawati [Wati], Kadek Mira Kurniasari[Mira], Bhayu Bodiariasih [Gek Bhayu], Ketut Sumanis [Sumanis], I G.A. Russasmita Sri Padmi[Tata], Ni Putu Zeni Setiawati [Zeni/Emak-red], A.A. Putri Pradnyawati [Gunk Tick Khan/GTK-red], Luh Made Purnami Rahayu [LuhDe], Luh Putu Prajayanthi Wismantari [Nky/Nyex], MadeAnggara Wati [Anggara], Ni Luh Desy Coniarti Partami [Desy], Putu Yudi Darmawan [Bojes], IMade Yoga Wicaksana [Yoga]…We always be best friends forever… Tetangga Satu Angkatan [Initial-B]
Agus Ari Gunawan [Puyunk], Sri Puspadi [Pus], Krisna Maharani [Kus], Bagus Jayanta [J],Dwijendra [DJ], Windha Krisna Dewi, Dwipayana, Sukma Dewi, Sri Adyanti, Diah Savitri,Pande Subiksa, Putra Yasa, Purnawati, Lili Marlina, Rina Anisawati, Eka Virgawati, Ari Mei,Wiwin Suryaprani, Dyani Hapsari, Mirah Handayani, Agus Adi Putrawan [Gus Adi], YudhaPrawira, Eka Purwita, dan Arry Sujaya .. Widya Suryaprani, Desi Selviana ..Tetaplah berjaya dengan motto “sombong” yang kalian punya… Teman di Bawah Satu Atap [Kost Bisma Barat]Bapak Kost [Pak Putrayasa], Mbok Novix, Mbok Eka, Pande, Gek Ling-Ling, Puspadi,Adek-adekku [Adek Eby, Mila & Yuni]Kalian adalah tetangga dan keluarga bagiku…. Kepada seluruh anggota HMJ Pendidikan Matematika
Selalu berikan yang terbaik bagi jurusan kita tercinta…
Serta pihak-pihak lain yang secara langsung maupun tak langsung membantu dalampenyusunan karya ini yang tidak bisa saya tuliskan satu persatu…
too fast to live too young to die
i
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa,
karena atas asung kerta wara nugraha-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi
yang berjudul ”Pengaruh Model Pembelajaran IKRAR Berorientasi Kearifan
Lokal Dalam Pembelajaran Matematika Terhadap Kemampuan Berpikir
Kritis Siswa Kelas V SD Negeri se-Kelurahan Dauhwaru Negara” tepat pada
waktunya.
Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapat bantuan,
bimbingan, dorongan, arahan, dan saran dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini
penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Phil. I Gusti Putu Sudiarta, M.Si, selaku pembimbing I
sekaligus ketua payung penelitian yang berjudul “Pengembangan Model
Pembelajaran IKRAR© (Inisiasi-Konstruksi-Rekonstruksi-Aplikasi-
Refleksi) Berorientasi Kearifan Lokal Untuk Mengembangkan
Kompetensi Berpikir Kritis Siswa Sekolah Dasar di Propinsi Bali” yang
telah banyak memberikan pengetahuan, pengalaman, dan ide-ide inovatif
orisinal yang mampu membuka cakrawala penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini dengan baik.
2. Bapak Prof. Drs. Sariyasa, M.Sc., Ph.D., selaku pembimbing II sekaligus
sebagai pembimbing akademik yang senantiasa membesarkan hati penulis
dengan memberikan bimbingan dan dorongan kepada penulis selama
menjalani studi di Jurusan Pendidikan Matematika hingga
terselesaikannya skripsi ini.
ii
3. Bapak dan Ibu dosen, serta seluruh staf pegawai di lingkungan Jurusan
Pendidikan Matematika Undiksha yang telah banyak memberikan
motivasi, saran, dan bantuan dalam pelaksanaan penelitian ini.
4. Bapak Kepala SD Negeri 3 Dauhwaru dan SD Negeri 4 Dauhwaru yang
telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian.
5. Bapak dan Ibu guru bidang studi Matematika SD Negeri 3 Dauhwaru dan
SD Negeri 4 Dauhwaru yang telah banyak membantu penulis dalam
pelaksanaan penelitian di lapangan.
6. Keluarga tercinta atas segala motivasi yang diberikan baik moral maupun
material selama penyelesaian studi.
7. Rekan-rekan mahasiswa yang telah banyak memberikan bantuan tenaga
dan semangat dalam penyelesaian skripsi ini.
Dengan kerendahan hati, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih belum
sempurna. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik dari para
pembaca yang sifatnya membangun untuk penyempurnaan skripsi ini. Penulis
berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Singaraja, Juli 2012
Penulis
iii
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN IKRARBERORIENTASI KEARIFAN LOKAL DALAM PEMBELAJARAN
MATEMATIKA TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWAKELAS V SD NEGERI SE-KELURAHAN DAUHWARU NEGARA
Oleh
Ni Luh Putu Suardiyanti, NIM 0813011005Jurusan Pendidikan Matematika
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk melihat adanya pengaruh modelpembelajaran IKRAR berorientasi kearifan lokal terhadap kemampuan berpikirkritis siswa. Lebih lanjut akan diselidiki perbedaan kemampuan berpikir kritisantara siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran IKRAR berorientasikearifan lokal, model pembelajaran IKRAR dan model konvensional. Desainpenelitian yang digunakan adalah Post-test Only Control Group Design. Populasipenelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri se-Kelurahan Dauhwaru Negaratahun pelajaran 2011/2012, yaitu sebanyak 168 orang. Pengambilan tiga kelassampel dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik random sampling. Data hasiltes kemampuan berpikir kritis dianalisis menggunakan uji ANAVA Satu Jalur.Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kemampuanberpikir kritis pada ketiga kelompok sampel. Lebih lanjut, diperoleh bahwa: (1)kemampuan berpikir kritis siswa yang mengikuti pembelajaran dengan modelIKRAR berorientasi kearifan lokal lebih baik daripada siswa yang mengikutipembelajaran dengan model IKRAR, (2) kemampuan berpikir kritis siswa yangmengikuti pembelajaran dengan model IKRAR lebih baik daripada siswa yangmengikuti pembelajaran dengan model konvensional, dan (3) kemampuan berpikirkritis siswa yang mengikuti model IKRAR berorientasi kearifan lokal lebih baikdaripada siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model konvensional.Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran IKRARberorintasi kearifan lokal berpengaruh positif terhadap kemampuan berpikir kritissiswa.
Kata-kata kunci: Model Pembelajaran IKRAR, Kearifan Lokal, KemampuanBerpikir Kritis.
iv
DAFTAR ISI
Halaman
PRAKATA....................................................................................................... i
ABSTRAK ....................................................................................................... iii
DAFTAR ISI.................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL............................................................................................ vi
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................... 9
1.3 Tujuan Penelitian............................................................................. 10
1.4 Manfaat Penelitian........................................................................... 11
1.5 Asumsi Penelitian ............................................................................ 13
1.6 Keterbatasan Penelitian ................................................................... 13
1.7 Penjelasan Istilah ............................................................................. 14
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hakekat Pembelajaran Matematika Sekolah Dasar
Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ...................... 16
2.2 Kemampuan Berpikir Kritis ............................................................ 21
2.3 Model Pembelajaran IKRAR .......................................................... 25
2.4 Kearifan Lokal ................................................................................. 45
2.5 Model Pembelajaran IKRAR Berorientasi
Kearifan Lokal dalam Pembelajaran Matematika ........................... 56
2.6 Model Pembelajaran Konvensional................................................. 62
v
2.7 Hasil Penelitian yang Relevan......................................................... 64
2.8 Kerangka Berpikir ........................................................................... 70
2.9 Hipotesis Penelitian ......................................................................... 75
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Populasi Penelitian .......................................................................... 77
3.2 Sampel Penelitian ............................................................................ 78
3.3 Variabel Penelitian .......................................................................... 81
3.4 Desain Penelitian ............................................................................. 82
3.5 Prosedur Penelitian .......................................................................... 83
3.6 Metode Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian .................... 84
3.7 Uji Coba Instrumen ......................................................................... 86
3.8 Teknik Analisis Data ....................................................................... 89
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian................................................................................ 99
4.2 Pengujian Hipotesis Penelitian ........................................................ 100
4.3 Pembahasan ..................................................................................... 108
BAB V PENUTUP
5.1 Simpulan.......................................................................................... 120
5.2 Saran-saran ...................................................................................... 121
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vi
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1 Indikator Kemampuan Berpikir Kritis ............................................................. 24
2.2 Perbandingan Contoh Penyelesaian Masalah Terbuka Menggunakan Model
IKRAR dan Model Pemecahan Masalah Biasa ............................................... 30
2.3 Sintaks Model Pembelajaran IKRAR .............................................................. 33
2.4 Contoh Pertanyaan Efektif ............................................................................... 40
2.5 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Model IKRAR ....................................... 43
2.6 Nasehat-nasehat Berlandaskan Kearifan Lokal ............................................... 50
2.7 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Model IKRAR Berorientasi
Kearifan Lokal ................................................................................................. 58
2.8 Langkah-langkah Pembelajaran Dengan Model Konvensional ....................... 63
3.1 Penyebaran Populasi ........................................................................................ 77
3.2 Ringkasan ANAVA Satu Jalur Untuk Penyetaraan Kelas ............................... 79
3.3 Desain Penelitian.............................................................................................. 82
3.4 Rubrik Penskoran Tes Kemampuan Berpikir Kritis ........................................ 85
3.5 Ringkasan ANAVA Satu Jalur Untuk Pengujian Hipotesis............................. 93
4.1 Rangkuman Analisis Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa................ 99
4.2 Rangkuman Hasil Uji Normalitas Data kemampuan Berpikir Kritis Siswa ....101
4.3 Rangkuman Hasil Uji ANAVA Satu Jalur.......................................................104
vii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 01 Nilai Raport Mata Pelajaran Matematika Semester Ganjil Siswa
Kelas V SD Negeri 4 Dauhwaru, Siswa Kelas VA SD Negeri 3
Dauhwaru, dan Siswa Kelas VB SD Negeri 3 Dauhwaru Tahun
Pelajaran 2011/2012
Lampiran 02 Uji Kesetaraan Kemampuan Awal Kelompok Sampel
Lampiran 03 Pengkodean Siswa Kelas VB Negeri 3 Dauhwaru, Siswa Kelas
VA SD Negeri 3 Dauhwaru, dan Siswa Kelas V SD Negeri 4
Dauhwaru
Lampiran 04 Kisi-kisi Tes Kemampuan Berpikir Kritis yang Diujicobakan
Lampiran 05 Tes Kemampuan Berpikir Kritis yang Diujicobakan
Lampiran 06 Kunci Jawaban Tes Kemampuan Berpikir Kritis yang
Diujicobakan
Lampiran 07 Rubrik Penskoran Tes Kemampuan Berpikir Kritis yang
Diujicobakan
Lampiran 08 Skor Kemampuan Berpikir Kritis Dari Tes yang Diujicobakan
Lampiran 09 Analisis Validitas Tes Kemampuan Berpikir Kritis yang
Diujicobakan
Lampiran 10 Analisis Reliabilitas Tes Kemampuan Berpikir Kritis yang
Diujicobakan
Lampiran 11 Kisi-kisi Kemampuan Berpikir Kritis
Lampiran 12 Tes Kemampuan Berpikir Kritis
Lampiran 13 Kunci Jawaban Tes Kemampuan Berpikir Kritis
viii
Lampiran 14 Rubrik Penskoran Tes Kemampuan Berpikir Kritis
Lampiran 15 Skor Kemampuan Berpikir Kritis
Lampiran 16 Pengujian Hipotesis Penelitian
Lampiran 17 Contoh RPP dan LKS Kelas Eksperimen 1
Lampiran 18 Contoh RPP dan LKS Kelas Eksperimen 2
Lampiran 19 Contoh RPP dan LKS Kelas Kontrol
Lampiran 20 Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian
Lampiran 21 Dokumentasi Penelitian
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang pesat pada
abad ke-21 ini menuntut seseorang untuk mampu menguasai informasi dan
pengetahuan dengan baik. Dengan demikian, diperlukan suatu kemampuan untuk
mendapatkan, memilih dan mengolah informasi atau pengetahuan dengan efektif
dan efisien. Kemampuan-kemampuan tersebut membutuhkan pemikiran yang
kritis, sistematis, logis dan kreatif. Untuk memenuhi tuntutan tersebut, diperlukan
suatu sistem pendidikan yang mampu mengembangkan kemampuan berpikir
kritis, sistematis, logis dan kreatif.
Kemampuan berpikir kritis harus dikembangkan dalam pendidikan melalui
suatu proses pembelajaran. Mengembangkan kemampuan berpikir kritis dalam
proses pembelajaran akan membina manusia yang mampu untuk bersikap selektif
dalam menerima dan memahami setiap persoalan serta bersikap lebih berhati-hati
dalam bertindak dan berperilaku.
Pembelajaran merupakan proses interaksi antara peserta didik dengan
lingkungannya sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik. Peran
guru yang paling utama dalam pembelajaran adalah mengkondisikan lingkungan
belajar agar menunjang terjadinya perubahan perilaku bagi peserta didik termasuk
dalam proses berpikirnya. Prinsip utama dalam proses pembelajaran adalah
2
adanya proses keterlibatan seluruh atau sebagian besar potensi dari diri siswa dan
kebermaknaan bagi diri dan kehidupannya saat ini dan dimasa yang akan datang.
Undang-undang No.20/2003 mendefinisikan pendidikan sebagai usaha sadar
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta belajar secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, kepribadian, kecerdasan, ahlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Definisi ini membangun
paradigma baru dalam praktek pendidikan agar lebih menekankan kepada
pembelajaran yang pada akhirnya kepada proses pembelajaran yang berkualitas.
Pembelajaran yang berkualitas merupakan suatu proses yang mampu
mengembangkan seluruh potensi dalam diri siswa sebagai peserta belajar
termasuk pengembangan pola untuk berpikir kritis.
Sekolah dasar sebagai salah satu jenjang pendidikan dasar, dalam proses
pembelajarannya harus lebih diarahkan pada pengembangan kemampuan dasar
serta kemampuan berpikir dan pemahaman konsep sebagai dasar untuk jenjang
pendidikan selanjutnya. Kemampuan berpikir, khususnya berpikir kritis di sekolah
dasar dapat dikembangkan melalui proses pembelajaran matematika karena
kemampuan berpikir kritis, sistematis, logis dan kreatif merupakan bagian dari
tujuan pendidikan matematika (Depdiknas, 2003).
Melihat pentingnya peran matematika dalam membantu manusia
menghadapi kemajuan IPTEK dan persaingan global, maka peningkatan mutu
pendidikan matematika di semua jenjang pendidikan harus selalu diupayakan.
Salah satunya dengan memperbaiki Kurikulum 1994 menjadi Kurikulum 2004
yang selanjutnya diperbaharui kembali menjadi Kurikulum Tingkat Satuan
3
Pendidikan (KTSP) 2006. Dalam KTSP dinyatakan bahwa mata pelajaran
matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar
untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir kritis, sistematis,
logis, analitis dan kreatif serta mampu bekerja sama. Kompetensi tersebut
diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola
dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu
berubah, tidak pasti dan kompetitif (Panduan Lengkap KTSP 2006). Kemampuan
berpikir khususnya berpikir kritis sangat penting untuk dilatih sejak dini karena
berpikir kritis merupakan proses dasar yang memungkinkan siswa menanggulangi
dan mereduksi ketidakpastian di masa datang (Cabrera dalam Sudiarta, 2008).
Kemampuan berpikir kritis yang dimiliki siswa sangat membantu dalam
menentukan informasi yang penting didapatkan, diubah, ditransformasikan dan
dipertahankan sesuai dengan kebutuhan untuk dapat mengatasi persaingan global
di masa mendatang.
Dalam kenyataannya, pembelajaran matematika yang dilakukan di
beberapa sekolah masih didominasi oleh aktivitas latihan-latihan untuk
pencapaian mathematical basics skills yang terbatas pada penggunaan strategi
kognitif (Sudiarta, 2008). Aktivitas latihan-latihan ini cenderung berupa latihan-
latihan matematika yang bersifat algoritmik, mekanistik dan rutin. Akibatnya,
siswa yang mampu memecahkan masalah matematika tertentu sering mengalami
hambatan atau kegagalan jika diberikan permasalahan matematika dengan konteks
yang sedikit diubah. Hal ini terjadi karena siswa cenderung menghafal cara
penyelesaian suatu masalah tanpa mengetahui konteks permasalahan dengan baik.
Proses pembelajaran seperti ini kurang menuntut keaktifan siswa dalam
4
mengkonstruksi ilmu pengetahuan dan kurang mampu mengembangkan
kemampuan berpikir siswa, terutama kemampuan berpikir kritis.
Melihat pentingnya mengembangkan kemampuan berpikir kritis sejak
dini, perlu dilakukan upaya untuk mengembangkan suatu proses pembelajaran
yang mampu meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Salah satu upaya
yang dapat dilakukan untuk mengembangkan dan meningkatkan kemampuan
berpikir kritis siswa adalah dengan pemberian masalah terbuka (open-ended
problem), yaitu permasalahan-permasalahan yang menghendaki banyak solusi dan
mungkin juga banyak jawaban yang benar (Shimada, dalam Sudiarta 2008).
Melalui Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), sekolah
diharapkan dapat mengakomodasi dan memfasilitasi aspek-aspek kemahiran
matematika yang selayaknya dimiliki siswa, terutama dalam mengembangkan
kemampuan berpikir kritis. Mengembangkan kemampuan berpikir kritis mulai
jenjang sekolah dasar memang dimungkinkan, namun tentu saja dengan
mempertimbangkan tahapan perkembangan anak. Perlu dipahami bahwa
menumbuhkan kemampuan berpikir kritis pada siswa sekolah dasar berbeda
dengan mengajar orang dewasa. Meski kemampuan belajar dan berpikir sudah ada
sejak awal kehidupan, tetapi perbedaan-perbedaan isi dan kompleksitas struktur
pengetahuan mereka berbeda dengan pengetahuan yang dimiliki orang dewasa.
Perbedaan itulah yang perlu dijadikan dasar bagi pengajaran berpikir kritis pada
anak.
Menyikapi hal tersebut, banyak model pembelajaran inovatif telah
diterapkan dalam pembelajaran matematika. Salah satunya adalah model
pembelajaran matematika yang berorientasi pemecahan masalah matematika
5
kontekstual (contextual open-ended problem solving), yaitu model pembelajaran
dimana jenis dan karakteristik masalah yang digunakan dalam pembelajaran
disusun sedemikian rupa sehingga memiliki lebih dari satu jawaban atau cara
pemecahan yang masuk akal. Tujuan penerapan model pembelajaran ini adalah
untuk mengembangkan kemampuan dan aktivitas pemecahan masalah,
kemampuan berargumentasi dan berkomunikasi matematika, serta
mengembangkan kreativitas dan produktivitas berpikir kreatif dan kritis tingkat
tinggi (Sudiarta, 2008). Model pembelajaran ini tidak semata-mata menuntut
siswa untuk menemukan sebuah jawaban benar, tetapi lebih mendorong siswa
untuk belajar mengkonstruksi dan mempertahankan solusi-solusi argumentatif
yang benar (Schoenfeld; Foong, dalam Sudiarta 2008).
Berdasarkan rekaman trajektori pembelajaran matematika berorientasi
pemecahan masalah kontekstual open-ended ditemukan bahwa kesulitan dalam
memecahkan masalah matematika disebabkan oleh lemahnya penalaran dan
kemampuan berpikir kritis siswa (Sudiarta, 2007). Dalam upaya mengatasi
kelemahan-kelemahan tersebut, dikembangkanlah model pembelajaran inovatif
yang memuat 4 komponen yaitu Inisiasi, Kontruksi-Rekontruksi, Aplikasi dan
Refleksi yang selanjutnya disebut dengan IKRAR. Model pembelajaran ini
merupakan model pembelajaran konstruktivis yang mengadopsi dan memodifikasi
model pembelajaran berorientasi pemecahan masalah melalui proses adaptasi
nilai-nilai yang terdapat dalam kehidupan sosial masyarakat Indonesia serta
karakteristik siswa dengan tujuan untuk mengatasi permasalahan pembelajaran
matematika yang dialami siswa (Sudiarta, 2010b). Model pembelajaran IKRAR
terdiri atas empat komponen sebagai pilar utama yang secara konseptual sangat
6
berpengaruh terhadap keberhasilan penerapan model pembelajaran berbasis
masalah matematika. Adapun keempat komponen tersebut yaitu inisiasi,
konstruksi-rekonstruksi, aplikasi, dan refleksi yang menjadi tahapan dalam model
pembelajaran IKRAR
Santosa (2010) telah melakukan penelitian terkait model pembelajaran
IKRAR, yakni mengenai pengaruhnya terhadap kompetensi matematis tingkat
tinggi. Dari hasil penelitian tersebut, diketahui bahwa model pembelajaran
IKRAR berpengaruh positif terhadap kompetensi matematis tingkat tinggi siswa.
Kompetensi matematis tingkat tinggi yang dimaksud dalam hal ini meliputi: (1)
kemampuan menyelesaikan masalah non rutin, (2) kemampuan melakukan
aktivitas analisis, sintesis, dan evaluasi secara sistematis, dan (3) kemampuan
melakukan prediksi yang bermanfaat terhadap permasalahan secara orisinal, kritis,
dan kreatif. Selain itu, Diputra (2010) melalui penelitiannya terhadap model
pembelajaran IKRAR juga menemukan pengaruh positif model pembelajaran
IKRAR terhadap prestasi dan motivasi siswa. Dengan demikian, terlihat bahwa
model pembelajaran IKRAR baik untuk diterapkan dalam proses pembelajaran
matematika berbasis pemecahan masalah untuk menumbuhkan kemampuan
berpikir kritis siswa. Hal ini disebabkan karena dalam pembelajaran dengan model
ini, siswa akan dihadapkan dengan pertanyaan-pertanyaan yang merangsang dan
menuntut kemampuan berpikir dalam memahami langkah-langkah penyelesaian
masalah yang diberikan serta alasan memilih langkah penyelesaian masalah
tersebut.
Seiring dengan pemberlakuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) yang mengadaptasi semangat otonomi daerah, kurikulum dikembangkan
7
untuk memberdayakan peserta didik sesuai dengan potensi dan kebutuhan diri dan
lingkungannya. Dengan demikian, terbukalah peluang bagi daerah dan pengelola
pendidikan untuk melakukan adaptasi, modifikasi, dan kontekstualisasi kurikulum
sesuai dengan kenyataan lapangan, baik demografis, geografis, sosiologis,
kultural, maupun psikologis siswa. Peluang juga terbuka untuk melakukan inovasi
pedagogik berbasis kearifan lokal, sehingga siswa dapat belajar sesuai dengan
tradisinya sendiri. Hal itu penting, mengingat proses belajar mengajar melibatkan
interaksi antarmanusia, sehingga tidak bisa lepas dari nilai-nilai budaya yang
berlaku dalam sistem sosial mereka.
Nilai-nilai budaya lokal merupakan budaya yang dimiliki oleh masyarakat
yang menempati lokalitas atau daerah tertentu yang berbeda dari budaya yang
dimiliki oleh masyarakat yang berada di tempat yang lain. Permendagri Nomor 39
Tahun 2007 pasal 1 mendefinisikan budaya daerah sebagai suatu sistem nilai yang
dianut oleh komunitas atau kelompok masyarakat tertentu di daerah, yang diyakini
akan dapat memenuhi harapan-harapan warga masyarakatnya dan di dalamnya
terdapat nilai-nilai, sikap tata cara masyarakat yang diyakini dapat memenuhi
kehidupan warga masyarakatnya.
Salah satu bagian yang terdapat di dalam budaya lokal adalah kearifan
lokal (local genius), yaitu pandangan hidup dan ilmu pengetahuan serta berbagai
strategi kehidupan yang berwujud aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat lokal
dalam menjawab berbagai masalah dalam pemenuhan kebutuhan mereka (Puguh,
2011). Bali sebagai salah satu daerah di Indonesia yang terkenal memiliki budaya
warisan leluhur yang kental, tentunya menyimpan banyak kearifan lokal yang
dapat diberdayakan untuk menunjang pendidikan. Kearifan lokal yang diangkat
8
dalam penelitian ini adalah konsepsi nasehat-nasehat yang bersumber pada budaya
Bali yang diberikan selama pembelajaran, baik secara lisan maupun tulisan.
Sikap dan perilaku siswa pasti terpengaruh oleh budaya setempat,
mengingat budaya merupakan hasil cipta, rasa, dan karsa dari masyarakat yang
berada pada lingkungan tertentu (Sadra, 2007b). Banyak penelitian yang
difokuskan pada peningkatan kualitas pembelajaran menggunakan kearifan lokal.
Sebut saja penelitian Sugiarta (2010) yang memanfaatkan Kearifan Lokal Nyepi
dan Tri Kaya Parisudha untuk meningkatkan kualitas perkuliahan Analisis Real 2,
Sadra (2007a) yang meneliti tentang Tri Pramana dan Catur Paramita dalam
pembelajaran matematika berbasis budaya, dan Ardana (2007) yang meneliti
efektivitas pembelajaran yang mengimplementasikan konsep Jengah. Keseluruhan
hasil penelitian pembelajaran berlandaskan kearifan lokal ini berpengaruh positif
bagi peningkatan kemampuan siswa.
Selain beberapa contoh penelitan di atas, Bali masih memiliki nilai
kearifan lokal lainnya berupa nasehat-nasehat Bali. Nasehat-nasehat disini dapat
berupa pepatah maupun peribahasa, yang sering menjadi pedoman masyarakat
Bali dalam membesarkan keturunannya. Nilai-nilai ini umumnya ditanamkan
sejak kecil dan mengakar kuat pada perilaku kebanyakan siswa di Bali. Salah satu
contoh nasehat Bali yang dimaksud misalnya “sepuntul-puntulan tiuke yen
sangihin pedas dadi mangan”. Nasehat ini menggambarkan bahwa sebodoh-
bodohnya seseorang, jika ia berusaha dan rajin belajar, tentu nantinya ia akan
mampu menjadi anak yang lebih pintar. Dalam pembelajaran di kelas, nasehat ini
bermakna untuk mengajarkan kepada siswa agar lebih giat dalam belajar.
9
Kolaborasi aspek kearifan lokal dalam bidang pendidikan yang
diintegrasikan dalam proses pembelajaran yang berkiblat pada IKRAR ini
diharapkan mampu meningkatkan suasana menyenangkan dalam pembelajaran
sehingga proses pembelajaran yang dilaksanakan di kelas dapat lebih bermakna
dan kemampuan berpikir siswa, utamanya kemampuan berpikir kritis dapat
dikembangkan. Kehadiran kearifan lokal ini diharapkan mampu meningkatkan
efektivitas keempat komponen pada IKRAR yang keseluruhannya membutuhkan
aksi dan proses mental yang beriringan. Hal ini mengingat aksi dan proses mental
yang dilakukan siswa dalam pembelajaran memerlukan intervensi tindakan guru
yang tepat (Sudiarta, 2011).
Berdasarkan pemaparan tersebut, penulis tertarik untuk
mengkolaborasikan model pembelajaran IKRAR dengan nilai-nilai kearifan lokal
terkait dengan upaya meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa melalui
penelitian yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran IKRAR Berorientasi
Kearifan Lokal dalam Pembelajaran Matematika Terhadap Kemampuan
Berpikir Kritis Siswa Kelas V SD Negeri se-Kelurahan Dauhwaru Negara”
sebagai wujud kontribusi yang dapat dilakukan dalam pengembangan model
pembelajaran inovatif di Indonesia.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, dapat
dirumuskan permasalahan “Apakah terdapat pengaruh model pembelajaran
IKRAR berorientasi kearifan lokal terhadap kemampuan berpikir kritis siswa?”
10
Permasalahan tersebut dapat dijabarkan secara lebih mengkhusus, sebagai
berikut.
1. Apakah terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis antara siswa yang
mengikuti pembelajaran dengan model IKRAR berorientasi kearifan lokal,
siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model IKRAR, dan siswa
yang mengikuti pembelajaran dengan model konvensional?
2. Apakah kemampuan berpikir kritis siswa yang mengikuti pembelajaran
dengan model IKRAR berorientasi kearifan lokal lebih baik daripada
siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model IKRAR?
3. Apakah kemampuan berpikir kritis siswa yang mengikuti pembelajaran
dengan model IKRAR lebih baik daripada siswa yang mengikuti
pembelajaran dengan model konvensional ?
4. Apakah kemampuan berpikir kritis siswa yang mengikuti pembelajaran
dengan model IKRAR berorientasi kearifan lokal lebih baik daripada
siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model konvensional?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah untuk melihat ada atau
tidaknya pengaruh model pembelajaran IKRAR berorientasi kearifan lokal
terhadap kemampuan berpikir kritis siswa. Secara khusus, tujuan penelitian ini
dapat dijabarkan sebagai berikut.
1. Mengetahui ada atau tidaknya perbedaan kemampuan berpikir kritis antara
siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model IKRAR berorientasi
kearifan lokal, siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model IKRAR,
dan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model konvensional.
11
2. Mengetahui apakah kemampuan berpikir kritis siswa yang mengikuti
pembelajaran dengan model IKRAR lebih baik daripada siswa yang
mengikuti pembelajaran dengan model konvensional.
3. Mengetahui apakah kemampuan berpikir kritis siswa yang mengikuti
pembelajaran dengan model IKRAR berorientasi kearifan lokal lebih baik
daripada siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model konvensional.
4. Mengetahui apakah kemampuan berpikir kritis siswa yang mengikuti
pembelajaran dengan model IKRAR berorientasi kearifan lokal lebih baik
daripada siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model IKRAR.
1.4 Manfaat Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pengembangan
pembelajaran matematika, baik secara teoritis maupun secara praktis. Adapun
manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Secara Teoritis
Secara teoritis penelitian ini mengkaji model pembelajaran yang sesuai
untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa di sekolah dasar.
Model pembelajaran IKRAR berorientasi kearifan lokal dalam penelitian
ini diharapkan dapat menjadi salah satu model pembelajaran yang mampu
meningkatkan kemampuan siswa dalam belajar matematika, dimana aspek
kebudayaan atau kearifan lokal yang menjadi ciri khas daerah mendapat
perhatian tersendiri. Temuan dalam penelitian ini akan memperkaya
khasanah pengetahuan mengenai model pembelajaran yang sesuai untuk
meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa.
12
2. Secara Praktis
Selain manfaat teoritis, penelitian ini juga memiliki manfaat praktis bagi
siswa, bagi guru matematika, bagi peneliti serta praktisi bidang lainnya.
Adapun manfaat yang dapat diberikan adalah sebagai berikut.
a. Bagi Siswa
Dari hasil penelitian ini diharapkan siswa akan mendapat pengalaman
belajar matematika yang menyenangkan sehingga kemampuan berpikir
kritis siswa meningkat melalui proses pembelajaran matematika yang
lebih bermakna.
b. Bagi Guru
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu alternatif
pembelajaran yang dapat diterapkan dalam kegiatan pembelajaran di
kelas.
c. Bagi Peneliti
Penelitian ini dapat memberikan pengalaman langsung kepada peneliti
dalam mengimplementasikan dan mengetahui pengaruh model
pembelajaran IKRAR dan model pembelajaran IKRAR berorientasi
kearifan lokal terhadap kemampuan berpikir kritis siswa.
d. Bagi Praktisi Bidang Lainnya
Penelitian ini dapat memberikan sumbangan pikiran dan pengalaman
dalam rangka mengembangkan dan menerapkan pembelajaran inovatif
yang berorientasi kearifan lokal.
13
1.5 Asumsi Penelitian
Pada penelitian ini ada beberapa asumsi yang digunakan sebagai landasan
berpikir. Kebenaran penelitian ini terbatas sejauh mana asumsi berikut berlaku.
1. Skor yang diperoleh siswa dalam menjawab tes kemampuan berpikir
kritis yang diberikan mencerminkan kemampuan siswa yang
sesungguhnya. Kondisi siswa seperti keadaan fisik, mental dan lingkungan
saat mengerjakan tes dianggap berpengaruh sama terhadap hasil tes
kemampuan berpikir kritis siswa.
2. Nilai raport siswa kelas V semester ganjil yang digunakan sebagai
pedoman dalam uji kesetaraan ketiga kelompok sampel diasumsikan
mencerminkan kemampuan siswa yang sesungguhnya.
3. Variabel-variabel lain seperti lingkungan belajar, guru yang mengajar dan
buku matematika yang digunakan siswa dipandang berpengaruh sama
terhadap variabel terikat dalam penelitian ini.
1.6 Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan-keterbatasan yang terdapat dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Populasi pada penelitian ini terbatas hanya pada siswa kelas V Sekolah
Dasar Negeri di Kelurahan Dauhwaru Negara
2. Pada penelitian ini hanya menyelidiki pengaruh model pembelajaran
IKRAR berorientasi kearifan lokal terhadap kemampuan berpikir kritis
siswa.
14
3. Kearifan lokal yang dimaksud pada penelitian ini adalah nasihat-nasihat
yang bersumber dari budaya Bali, yang berwujud sasenggakan
(perumpamaan), sesonggan (pepatah), dan sesimbing (kata kiasan).
4. Kemampuan berpikir kritis siswa dalam penelitian ini hanya ditinjau dari
kompetensi menginvestigasi konteks dan mengembangkan spektrum
permasalahan, merumuskan masalah, mengembangkan konsep jawaban
dan argumentasi yang reasonable, dan melakukan evalusi.
1.7 Penjelasan Istilah
Untuk menghindari perbedaan persepsi tentang istilah-istilah dalam tulisan
ini, perlu diberikan penjelasan mengenai beberapa istilah berikut.
1. Kemampuan Berpikir Kritis
Dalam penelitian ini, kemampuan berpikir kritis yang dimaksud adalah
kemampuan berpikir kritis siswa dalam pemecahan masalah dimana aspek
yang ditinjau penulis adalah dari segi menginvestigasi konteks dan
mengembangkan spektrum permasalahan, merumuskan masalah,
mengembangkan konsep jawaban dan argumentasi yang reasonable, serta
melakukan evalusi. Kemampuan berpikir kritis siswa dapat dilihat dari
skor tes kemampuan berpikir kritis yang berupa soal uraian.
2. Model Pembelajaran IKRAR
Model pembelajaran IKRAR merupakan model pembelajaran inovatif
yang bersifat konstruktivis dan dimodifikasi dari model pembelajaran
berorientasi pemecahan masalah kontekstual open-ended. IKRAR terdiri
atas empat tahapan, yang meliputi Inisiasi, Konstrusi-Rekonstuksi,
Aplikasi, dan Refleksi (Sudiarta, 2008).
15
3. Model Pembelajaran IKRAR Berorientasi Kearifan Lokal
Model pembelajaran IKRAR berorientasi kearifan lokal merupakan model
pembelajaran IKRAR yang dikolaborasikan dengan unsur kearifan lokal
Bali. Dalam pelaksanaan pembelajarannya, unsur kearifan lokal
dituangkan melalui guru memberikan nasihat-nasihat yang bersumber pada
kearifan lokal Bali. Nasehat-nasehat yang bersumber pada budaya Bali
dalam penelitian ini merupakan nasehat-nasehat yang diberikan selama
proses pembelajaran, baik secara lisan maupun tertulis, yang
diintegrasikan dalam proses pembelajaran yang berkiblat pada IKRAR.
Nasehat-nasehat ini akan dijadikan orientasi oleh guru dalam proses
pembelajaran, dimana nasehat-nasehat ini digunakan untuk menanamkan
nilai-nilai kepribadian luhur dan memacu siswa untuk tidak pantang
menyerah dalam belajar. Pemberian nasehat-nasehat dalam pembelajaran
dapat dilakukan secara lisan dan secara tertulis dalam LKS.
4. Model Pembelajaran Konvensional
Model pembelajaran konvensional adalah model pembelajaran yang biasa
diberlakukan di kelas sampel penelitian, yang ditunjukkan dalam Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) guru dan disimpulkan berdasarkan
observasi di kelas. Dalam penelitian ini model pembelajaran konvensional
memiliki langkah-langkah: (1) guru menjelaskan materi pelajaran baik
dengan ceramah maupun tanya jawab (2) guru memberikan contoh-contoh
soal, (3) guru memberikan latihan soal untuk dikerjakan siswa, (4)
membahas latihan yang telah dikerjakan siswa, dan (5) membuat
rangkuman materi yang telah diajarkan.
16
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Hakekat Pembelajaran Matematika Sekolah Dasar Berdasarkan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Matematika merupakan ilmu yang universal yang mendasari
perkembangan teknologi modern, mempunyai peranan penting dalam berbagai
disiplin ilmu dan memajukan daya pikir manusia. Perkembangan pesat di bidang
teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan
matematika di bidang teori bilangan, aljabar, analisis, teori peluang dan
matematika diskrit. Untuk menguasai dan menciptakan teknologi di masa depan,
diperlukan penguasaan matematika sejak dini (BSNP, 2006).
Matematika adalah alat untuk mengembangkan cara berpikir. Oleh karena
itu, mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai
dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir
logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif serta kemampuan kerjasama.
Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan
memperoleh, mengelola dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada
keadaan yang selalu berubah, tidak pasti dan kompetitif.
Dalam matematika, objek dasar yang dipelajari adalah abstrak, sehingga
disebut objek mental atau objek pikiran. Objek-objek dasar yang dimaksud adalah
sebagai berikut.
17
(1) Konsep, merupakan suatu ide abstrak yang digunakan untuk
menggolongkan sekumpulan objek. Konsep berhubungan erat dengan
definisi. Definisi adalah ungkapan suatu konsep. Dengan adanya
definisi, orang dapat membuat ilustrasi atau gambar atau lambang dari
konsep yang dimaksud.
(2) Prinsip, merupakan objek matematika yang kompleks. Prinsip dapat
terdiri dari beberapa konsep yang dikaitkan oleh suatu relasi/operasi.
Dengan kata lain, prinsip adalah hubungan antara berbagai objek dasar
matematika. Prinsip dapat berupa aksioma, teorema dan sifat.
(3) Operasi, merupakan pengerjaan matematika lainnya, seperti
penjumlahan, perkalian, gabungan atau irisan. Dalam matematika
dikenal macam-macam operasi unair, biner, atau terner tergantung dari
banyaknya elemen yang dioperasikan.
Standar kompetensi dan kompetensi dasar matematika untuk sekolah dasar
ini dimaksudkan pula untuk mengembangkan kemampuan menggunakan
matematika dalam pemecahan masalah dan mengkomunikasikan simbol, tabel,
diagram, dan media lain.
Selanjutnya, Suherman (2003) mengungkapkan karakteristik mata
pelajaran matematika meliputi hal-hal berikut.
1. Materi pembelajaran matematika diajarkan secara berjenjang atau
bertahap, yaitu dari hal konkrit ke abstrak, hal yang sederhana ke
kompleks, atau konsep mudah ke konsep yang lebih sukar.
2. Pembelajaran matematika mengikuti pola spiral, yaitu setiap
memperkenalkan konsep atau bahan yang baru perlu memperhatikan
18
konsep atau bahan yang telah dipelajari siswa sebelumnya.
Pengulangan konsep dalam bahan ajar dengan cara memperluas dan
memperdalam adalah perlu dalam matematika. Pembelajaran dengan
pola spiral bukanlah mengajarkan konsep hanya dengan pengulangan
atau perluasan saja tetapi harus ada peningkatan.
3. Pembelajaran matematika menekankan pola pikir deduktif, dimana
kebenaran suatu pernyataan dalam matematika haruslah berdasarkan
pada kebenaran pernyatan-pernyataan sebelumnya, dan bukan
berdasarkan hasil generalisasi pengamatan (induktif).
4. Pembelajaran matematika menganut kebenaran konsistensi, yaitu tidak
bertentangan antara kebenaran suatu konsep dengan yang lainnya.
Terdapat dua hal penting yang perlu dipelajari dalam belajar matematika
untuk sekolah dasar, yaitu:
(1) pengetahuan algoritmik, merupakan strategi umum dalam pemecahan
masalah dengan menggunakan langkah, aturan-aturan atau rumus-
rumus matematika;
(2) pengetahuan konseptual matematika yang memadukan pemahaman
verbal (berupa soal cerita) dengan aturan atau rumus matematika.
Dalam pelaksanaan pembelajaran matematika di sekolah dasar, perlu
diperhatikan karakteristik siswa sebagai subyek pembelajaran. Berdasarkan tahap
perkembangan intelektual oleh Piaget (dalam Hergenhahn & Olson, 2008), pada
masa sekolah dasar (usia 6-12 tahun), anak berada pada tahap operasi konkret.
Pada tahapan ini sifat egois seorang anak mulai berkurang dan lebih menonjolkan
komunikasi sosial yang baik dengan teman-temannya. Dengan karakteristik
19
demikian, pembelajaran matematika di sekolah dasar akan sangat baik apabila
mampu memfasilitasi kebutuhan anak yang ingin bergabung dalam kelompoknya.
Salah satunya adalah melalui pembelajaran yang mengedepankan diskusi
kelompok sebagai prinsip interaksinya.
Pada tahap operasi konkret, anak juga mulai berpikir rasional. Hal ini
berarti anak mampu menerapkan operasi-operasi logis dalam menyelesaikan
masalah-masalah konkret (Ratumanan, 2002). Sebagai akibat karakteristik ini,
pembelajaran matematika yang baik adalah yang memberi kesempatan pada siswa
untuk mengembangkan kemampuan berpikir logis dan rasionalnya melalui
pemberian masalah yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari siswa. Dengan
demikian, melalui permasalahan tersebut siswa secara bertahap dibimbing untuk
menguasai konsep matematika.
Ebbut dan Straker (1995) dalam Sudiarta (2007) kemudian menyatakan
karakteristik siswa dari segi kognitif yang perlu diperhatikan guru dalam
pembelajaran di kelas. Karakteristik tersebut meliputi hal-hal berikut.
1. Siswa akan mempelajari matematika apabila mereka memiliki
motivasi. Hal ini berarti dalam pembelajaran guru perlu membangun
suasana kelas yang kondusif, memberikan kegiatan yang menantang
dan sesuai dengan tujuan pembelajaran, serta menghargai setiap
pencapaian siswa.
2. Siswa mempelajari matematika dengan caranya sendiri. Hal ini berarti
dalam pembelajaran guru perlu menghargai dan menerima keunikan
cara belajar siswa yang belum tentu sama dengan temannya yang lain,
merencanakan kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan tingkat
20
kemampuan siswa, dan membangun keterampilan siswa baik yang ia
peroleh di sekolah maupun di rumah.
3. Siswa mempelajari matematika baik secara mandiri maupun melalui
kerja sama dengan temannya. Dalam hal ini, guru hendaknya
menyediakan kondisi belajar yang dapat mengakomodasi kegiatan
siswa dalam kelompok namun tetap ada kesempatan bagi siswa untuk
melakukan pekerjaan mandiri.
4. Siswa memerlukan konteks dan situasi yang berbeda-beda dalam
mempelajari matematika. Dalam hal ini guru diharapkan mampu
menyediakan dan menggunakan alat peraga yang dapat mendukung
kegiatan pembelajaran, memberi kesempatan siswa menggunakan
matematika untuk berbagai keperluan, misalnya menempatkan
masalah matematika yang kontekstual dan dekat dengan kehidupan
siswa sehari-hari, menghargai nilai-nilai tradisi, budaya, dan seni
dalam kegiatan pembelajaran, serta membantu siswa menilai sendiri
kegiatan belajar matematikanya.
Pembelajaran matematika di sekolah dasar memiliki beberapa tujuan.
Tujuan mata pelajaran matematika yang tercantum dalam KTSP pada SD/MI
(Depdiknas, 2006) adalah sebagai berikut.
(1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsepdan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat,efisien dan tepat dalam pemecahan masalah.
(2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasimatematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, ataumenjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.
(3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkansolusi yang diperoleh.
21
(4) Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, ataumedia lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.
(5) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan,yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalammempelajari matematika serta sikap ulet dan percaya diri dalampemecahan masalah.
Adapun ruang lingkup materi atau bahan kajian matematika di SD/MI
mencakup: a) bilangan, b) geometri dan pengukuran, dan c) pengolahan data.
Semua ruang lingkup materi bilangan serta geometri dan pengukuran tersebut
tertuang dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar pengajaran matematika
di SD mulai dari kelas 1 sampai dengan kelas 6. Untuk materi pengolahan data
tidak diberikan di semua kelas, tetapi hanya diberikan pada kelas 6 dengan
cakupan materi yang masih berupa dasarnya saja.
Pada penelitian ini, materi yang akan dijadikan fokus pembelajaran adalah
materi kelas V semester 2 yaitu pecahan yang meliputi operasi pecahan dan
menggunakan pecahan dalam penyelesaian masalah.
2.2 Kemampuan Berpikir Kritis
Dalam beberapa tahun terakhir, berpikir kritis telah menjadi suatu istilah
yang sangat popular dalam dunia pendidikan. Karena banyak alasan, para
pendidik menjadi lebih tertarik untuk mengajarkan kemampuan berpikir kritis
(Fisher, 2001). Definisi berpikir kritis telah mengalami perubahan selama
beberapa tahun terakhir. Beberapa ahli kognitif, psikologi, dan ahli filsafat (dalam
Sudiarta, 2005) telah mencoba memberikan beberapa definisi tentang cara
berpikir kritis, antara lain:
(1) Kemampuan untuk menganalisa fakta, mengorganisasikan ide-ide,mempertahankan pendapat, membuat perbandingan, membuat suatukesimpulan, mempertimbangkan argumen, dan memecahkan masalah
22
(2) Salah satu logika yang mencerminkan kepercayaan seseorang danketeguhan hati seseorang
(3) Cara berpikir kritis meliputi pemikiran analitis dengan tujuan untukmengevaluasi apa yang telah dibaca
(4) Suatu proses sadar yang digunakan untuk menginterpretasi ataumempertimbangkan informasi dan pengalaman yang menggiring padasuatu perilaku
(5) Proses pemahaman dan pengevaluasian argumentasi yang aktif dansistematis. Sebuah argumen memberikan suatu pernyataan yang tegastentang suatu hal atau hubungan antara dua atau lebih hal dan bukti-bukti untuk mendukung suatu pernyataan. Orang-orang yang memilikidaya pikir kritis mengakui bahwa tidak hanya ada satu cara yang benaruntuk memahami dan mengevaluasi argumen
(6) Proses intelektual aktif yang disiplin dalam mengkonseptualisasi,mengaplikasikan, menganalisis, menguraikan, dan atau mengevaluasiinformasi yang didapat dari observasi, pengalaman, refleksi, logika,atau komunikasi
(7) Cara berpikir logis yang memfokuskan pada apa yang harus dipercayaiatau dilakukan.
Salah satu ahli filsafat yang mengemukakan pendapatnya tentang
pengertian berpikir kritis adalah Robert Ennis. Ennis mendefinisikan berpikir
kritis sebagai ”Critical thinking is reasonable, reflective thinking that is focused
on deciding what to believe or do” (Ennis, 1991:6). Menurut Ennis, berpikir kritis
adalah suatu proses berpikir yang bertujuan untuk membuat keputusan yang
rasional yang diarahkan untuk memutuskan apakah menyakini atau melakukan
sesuatu. Dari definisi Ennis dapat diungkapkan beberapa hal penting. Berpikir
kritis difokuskan ke dalam pengertian sesuatu yang penuh kesadaran dan
mengarah pada suatu tujuan. Tujuan dari berpikir kritis adalah untuk
mempertimbangkan dan mengevaluasi informasi yang pada akhirnya
memungkinkan kita untuk membuat keputusan.
Beberapa ahli filsafat, seperti Richard Paul (dalam Sudiarta, 2005)
mengemukakan bahwa berpikir kritis adalah suatu proses berpikir menuju ke
suatu standar tertentu. Cara berpikir kritis harus dilakukan dengan baik sehingga
23
dapat memberikan pengaruh pada perilaku sehari-hari. Para ahli psikologi
behavioral telah meneliti tugas-tugas siswa dan metode maupun strategi yang
digunakan oleh guru yang membentuk perilaku-perilaku positif sesuai dengan
hasil akhir yang diharapkan. Beberapa spesialis content, seperti Hickey dan
Mertes (dalam Sudiarta, 2005) membuktikan bagaimana cara berpikir kritis dapat
diajarkan dalam beberapa skill dan mata pelajaran yang berbeda, seperti dalam
membaca, pelajaran sastra, ilmu-ilmu sosial, matematika, dan ilmu alam. Hal ini
merupakan salah satu kontribusi yang sangat penting karena daya berpikir kritis
dapat berkembang dengan baik apabila hal tersebut diajarkan pada saat siswa
belajar content atau mata pelajaran tertentu dibandingkan siswa yang belajar
secara terpisah.
Tahapan-tahapan berpikir kritis yang direkomendasikan oleh O’Daffer dan
Thornquist adalah meliputi memahami masalah; melakukan pengkajian terhadap
bukti, data, asumsi; menyatakan dan mendukung suatu kesimpulan, keputusan,
atau solusi. Menurut Glazer, yang dimaksud dengan berpikir kritis dalam
matematika adalah kemampuan dan disposisi untuk melibatkan pengetahuan
sebelumnya, penalaran matematis dan menggunakan strategi kognitif dalam
menggeneralisasikan, membuktikan, atau mengevaluasi situasi matematis yang
kurang dikenal dengan cara reflektif.
Di dalam Taksonomi Bloom, proses knowing terdiri atas 6 tingkatan
hierarkis, yaitu: (1) pengetahuan, (2) pemahaman, (3) penerapan, (4) analisis, (5)
sintesis, dan (6) evaluasi. Evaluasi (yang bisa dianggap sebagai pemikiran kritis)
berfokus pada membuat suatu penilaian berdasarkan suatu pernyataan atau
masalah. Steedman (dalam Sudiarta, 2005) mengklasifikasikan teknik-teknik yang
24
dapat digunakan dalam pemecahan masalah dan penentuan suatu keputusan.
Steedman menyatakan bahwa teknik yang cenderung linier, berangkai, lebih
terstruktur, lebih rasional dan analitis, serta lebih berorientasi pada tujuan
digunakan untuk mengajarkan latihan-latihan berpikir kritis.
Sudiarta (2005) mengungkapkan bahwa matematika secara natural
merupakan kegiatan mental, sehingga konsep berpikir kritis hendaknya dipandang
sebagai kegiatan mental yang menuntut kedisiplinan dan konsistensi dalam
mengevaluasi setiap argumentasi, maupun proposisi yang berkaitan dengan
masalah matematika yang akan dipecahkan. Lebih lanjut, kemampuan berpikir
kritis siswa ini dapat dikembangkan dengan kegiatan pembelajaran yang berbasis
masalah matematika open-ended seperti yang dinyatakan Sudiarta (2008).
Berikut disajikan alternatif indikator dalam rangka mengembangkan
kemampuan berpikir kritis siswa.
Tabel 2.1 Indikator Kemampuan Berpikir Kritis
No Kemampuan Berpikir Kritis Indikator1. Menginvestigasi konteks dan
mengembangkan spektrumpermasalahan
Mampu menghasilkan berbagaipengandaian/pemisalan serta mampumenuliskan informasi penting yangrelevan digunakan dalam pemecahanmasalah.
2. Merumuskan masalah Mampu merumuskanpertanyaan/masalah matematikabermakna yang memberi arahpemecahan.
3. Mengembangkan konsepjawaban dan argumentasi yangreasonable
Mampu merumuskan argumen-argumenreasonable yang menghubungkankonsep dengan permasalahan yangdihadapi.
4. Melakukan deduksi daninduksi
Mendeduksi secara logis, memberikanasumsi logis, membuat preposisi,
25
No Kemampuan Berpikir Kritis Indikatorhipotesis, melakukaninvestigasi/pengumpulan data, membuatgeneralisasi dari data, membuat tabeldan grafik, melakukan interpretasiterhadap pernyataan.
5. Melakukan evaluasi Mampu membuat penilaian terhadapkonteks masalah, rumusan masalah ataukonsep jawaban secara bermakna sertadapat menemukan alternatifpenyelesaian lain.
(dimodifikasi dari Sudiarta, 2005)
Sehubungan dengan pembelajaran matematika pada siswa SD kelas V
khususnya dalam materi pecahan, maka dalam penelitian ini hanya ditinjau
kemampuan berpikir kritis siswa dari aspek kompetensi menginvestigasi konteks
dan mengembangkan spektrum permasalahan, merumuskan masalah,
mengembangkan konsep jawaban dan argumentasi yang reasonable, serta
melakukan evaluasi.
2.3 Model Pembelajaran IKRAR
2.3.1 Landasan Teori
IKRAR merupakan model pembelajaran konstruktivis yang mengadopsi
dan memodifikasi model pembelajaran berorientasi pemecahan masalah melalui
proses adaptasi nilai-nilai yang terdapat dalam kehidupan sosial masyarakat
Indonesia serta karakteristik siswa dengan tujuan untuk mengatasi permasalahan
pembelajaran matematika yang dialami siswa.
Masalah yang digunakan dalam IKRAR adalah masalah tertutup (close
problem) dan masalah terbuka (open-ended problem), yang didefinisikan sebagai
masalah matematika yang memiliki alternatif kondisi: (1) satu solusi dan banyak
metode pemecahan, (2) banyak solusi dan banyak metode pemecahan, (3) masalah
26
tertutup biasa, tetapi dengan beberapa variabel yang disembunyikan dalam bentuk
pernyataan atau pertanyaan tambahan (open-ended problem with hiding variable),
(4) masalah tertutup biasa, tetapi dengan beberapa variabel yang dihilangkan
(open-ended problem with missing variable).
Model ini dikembangkan setelah menemukan kelemahan model
pemecahan masalah, yang pada kenyataannya sulit untuk diterapkan begitu saja
tanpa persiapan, baik dari segi perumusan masalah matematika itu sendiri,
tindakan guru untuk memfasilitasi siswa, maupun tindakan dan pola pikir siswa
yang efektif untuk dapat memecahkan masalah dengan baik.
Berdasarkan hasil penelitian Sudiarta yang berjudul “Pengembangan
Model Pembelajaran Berorientasi Pemecahan Masalah Konstekstual Open-Ended
(Contextual Open-Ended Problem Solving) untuk siswa Sekolah Dasar di Propinsi
Bali”, Sudiarta (2007) memperoleh satu hal mendasar yang perlu mendapatkan
pengkajian mendalam dan penelitian lebih lanjut. Temuan tersebut menyebutkan
bahwa model pembelajaran berbasis pemecahan masalah matematika open-ended
dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam berpikir kritis, tetapi cenderung
memiliki kelemahan dalam beberapa hal yang meliputi:
(1) rancangan didaktis, bagaimana guru merancang dan merumuskan
masalah matematika itu sendiri,
(2) rancangan pedagogis, bagaimana guru melakukan intervensi yang
tepat dalam memberikan dukungan untuk terjadinya interaksi antar
siswa dan discourse yang intensif dalam pembangunan konsep-konsep
matematika baru secara bermakna,
27
(3) akomodasi terhadap struktur kognitif siswa, bagaimana konsep-
konsep matematika sebelumnya dibangun dan dapat direfleksikan
secara mendalam untuk pembangunan konsep matematika baru.
Selain kelemahan tersebut, diketahui juga secara konseptual bahwa
keberhasilan menerapkan model pemecahan berbasis masalah matematika
dipengaruhi oleh 4 komponen kunci didaktis dan pedagogis yang saling berkaitan,
yaitu Inisiasi, Konstruksi-Rekonstruksi, Aplikasi dan Refleksi (IKRAR).
Berangkat dari penemuan tersebut, kemudian dikembangkanlah suatu
model pembelajaran baru yang dapat mengatasi kelemahan-kelemahan dalam
pembelajaran berbasis pemecahan masalah matematika yang disebut model
pembelajaran IKRAR. Model ini dikembangkan mengingat model pemecahan
masalah biasa, pada kenyataannya sulit untuk diterapkan begitu saja tanpa
persiapan, baik dari segi perumusan masalah matematika itu sendiri, tindakan
guru untuk memfasilitasi siswa, maupun tindakan dan pola pikir siswa yang
efektif untuk dapat memecahkan masalah dengan baik (Sudiarta, 2010a:32).
Model IKRAR memiliki 4 karakteristik yaitu sebagai berikut.
(1) Inisiasi
Inisiasi merupakan proses dalam diri siswa untuk membuat hubungan
diantara ide-ide atau konsep sehingga bisa membantu siswa dalam
membuat suatu pengetahuan matematika. Jika proses inisiasi ini tidak
terjadi dengan baik, yakni ditandai oleh ketidakmampuan siswa dalam
mengenali, membedakan dan mengaitkan konsep-konsep matematika
yang penting dan kurang penting, maka guru perlu melakukan
intervensi. Intervensi dapat dilakukan baik secara langsung maupun
28
tidak langsung, tetapi harus dilandasi oleh konsep didaktis dan
pedagogis yang tepat. Pola pikir siswa di Indonesia yang cenderung
belajar melalui contoh dapat diarahkan untuk lebih terbuka dan
divergen melalui pertanyaan-pertanyaan yang diajukan guru sebagai
pemicu agar siswa dapat memahami masalah.
(2) Konstruksi-Rekonstruksi
Konstruksi-Rekonstruksi merupakan proses membangun
pengetahuan/konsep yang merupakan inti dari proses pemecahan
masalah matematika, yakni proses untuk menganalisis, mensintesis
konsep, prinsip dan prosedur matematika. Dalam tahap ini, guru
memfasilitasi siswa dalam membangun pengetahuan yang bersifat
konseptual maupun prosedural. Dalam proses tersebut, baik konstruksi
maupun rekonstruksi merupakan proses dalam kegiatan pembelajaran
yang dapat terjadi secara bersamaan. Artinya dalam suatu kegiatan
pembelajaran bisa saja siswa membangun pengetahuannya sendiri
karena pengetahuan tersebut betul-betul baru bagi siswa (konstruksi)
maupun membangun pengetahuannya sendiri berdasarkan pengalaman
ataupun pengetahuan yang pernah diperoleh/ditemui sebelumnya
(rekonstruksi).
(3) Aplikasi
Aplikasi merupakan proses penerapan atau pemodelan ide-ide
matematika dalam dunia nyata. Proses ini dapat melibatkan siswa baik
secara mental maupun fisik. Proses aplikasi ini sangat penting untuk
29
menjadikan pemahaman siswa lebih bermakna (learning with
understanding).
(4) Refleksi
Refleksi merupakan proses mental untuk melihat kembali keseluruhan
proses sebelumnya secara utuh. Proses mental ini merupakan ruang
evaluasi diri untuk membuka kesadaran mendalam bagaimana dan
mengapa suatu konsep dan prinsip prosedur matematika berkaitan
satu sama lain serta dapat digunakan untuk membangun konsep baru.
Proses refleksi ini membuka peluang bagi siswa untuk melakukan
aktivitas invensi, yaitu suatu kemampuan untuk berkarya dan berdaya
cipta secara orisinal.
Pada dasarnya model pembelajaran IKRAR hadir untuk melengkapi model
kemampuan pemecahan masalah biasa. Kedua model ini sama-sama
memanfaatkan masalah tertutup (close problem) maupun masalah terbuka (open-
ended problem) dalam pembelajaran, namun terdapat perbedaan dalam proses
pemecahan masalah tersebut. Adapun perbedaan proses pemecahan masalah
tersebut dapat dilihat pada tabel 2.2. Masalah-masalah yang disajikan merupakan
contoh masalah pada jenjang pendidikan dasar khususnya kelas V.
Contoh masalah terbuka:
Ibu memiliki sebuah kue yang akan dibagikan kepada empat orang anaknya. Anak
kedua (Dwi) dan ketiga (Tri) mendapatkan bagian yang sama, sedangkan anak
keempat (Catur) mendapat bagian yang lebih sedikit dari anak pertama (Eka).
Berapa bagian kue yang diperoleh tiap anak?
30
Tabel 2.2 Perbandingan Contoh Penyelesaian Masalah TerbukaMenggunakan Model IKRAR dan Model Konvensional
Model PembelajaranIKRAR KonvensionalInisiasi Memahami Masalah
1. Pernahkan kamu menemukan masalahseperti ini sebelumnya?
2. Informasi apa saja yang diketahuipada soal? (Jawaban yangdiharapkan)Diketahui: Ibu mempunyai sebuah kue Dwi dan Tri mendapat bagian kue
yang sama. Catur mendapat bagian kue lebih
sedikit dari Eka.Ditanya :Berapa bagian kue yang diperoleh tiapanak?
Diketahui: Ibu mempunyai sebuah kue Dwi dan Tri mendapat bagian
kue yang sama. Catur mendapat bagian kue
lebih sedikit dari Eka.Ditanya :Berapa bagian kue yang diperolehtiap anak?
Konstruksi-Rekonstruksi Merencanakan PenyelesaianKonstruksi:
1. Ibu dapat membagi kuenyamenjadi:
Rekonstruksi:Apakah ada cara lain untuk membagi kueitu?
2.
3.
Ibu dapat membagi kuenya menjadi:
Dwi
CaturEka
Tri
DwiCatur
Eka
Tri
Dwi
Catur
Eka
Tri
Dwi
CaturEka
Tri
31
Model PembelajaranIKRAR Konvensional
Aplikasi Pelaksanaan Penyelesaian1. Dari gambar, misalkan bahwa kue
dibagi dua sama rata. Kemudiansetengah bagian kue untuk Dwi danTri, sedangkan setengah lagi untukEka dan Catur.Maka kue yang didapat Dwi dan Triadalah:
= 1/2 : 2= 1/4 bagian.
Kue yang didapat Catur lebih sedikitdari bagian kue Eka. Berdasarkangambar tersebut, misalkan Caturmendapat 1/8 bagian, maka Ekamendapat:
= 1/2 – 1/8= 3/8 bagian.
Jadi, Eka mendapat 3/8 bagian, Dwidan Tri mendapat 1/4 bagian,sedangkan Catur mendapat 1/8bagian.
2.
Dari gambar, misalkan bahwa kuedibagi dua sama rata. Kemudiansetengah bagian kue untuk Eka,sedangkan setengah bagian kuedibagi dua sama rata lagi. Satu bagianuntuk Catur, sedangkan sisanya untukDwi dan Tri.Maka kue yang didapat Eka adalah1/2 bagian.Kue yang didapat Catur adalah:
= 1/2 : 2= 1/4 bagian.
Kue yang didapat Dwi dan Triadalah:
= (1/2 – 1/4) : 2= 1/4 : 2= 1/8 bagian.
Dari gambar, misalkan bahwa kuedibagi dua sama rata. Kemudiansetengah bagian kue untuk Dwi danTri, sedangkan setengah lagi untukEka dan Catur.Maka kue yang didapat Dwi dan Triadalah:
= 1/2 : 2= 1/4 bagian.
Kue yang didapat Catur lebih sedikitdari bagian kue Eka. Berdasarkangambar tersebut, misalkan Caturmendapat 1/8 bagian, maka Ekamendapat:
= 1/2 – 1/8= 3/8 bagian.
Jadi, Eka mendapat 3/8 bagian, Dwidan Tri mendapat 1/4 bagian,sedangkan Catur mendapat 1/8bagian.
DwiCatur
Eka
Tri
32
Model PembelajaranIKRAR Konvensional
Jadi, Eka mendapat 1/2 bagian, Dwidan Tri mendapat 1/8 bagian,sedangkan Catur mendapat 1/4bagian.
3.
Dari gambar, misalkan bahwa kuedibagi lima sama rata. Kemudian Dwidan Tri masing-masing mendapat satubagian. Tersisa 3 bagian untuk Ekadan Catur. Tetapi karena bagian Caturharus lebih sedikit dari Eka, makaCatur hanya mendapat satu bagiandan sisanya untuk Eka.Maka kue yang didapat Dwi dan Triadalah:
= 1 : 5= 1/5 bagian.
Kue yang didapat Catur juga satubagian sehingga ia mendapatkan 1/5bagian kue.Sedangkan Eka mendapat sisanya,yaitu:
= 1 – (3 x 1/5)= 1 – 3/5= 2/5 bagian.
Jadi, Eka mendapat 2/5 bagian, Dwidan Tri mendapat 1/5 bagian,sedangkan Catur mendapat 1/5bagian.
Refleksi Pengecekan KembaliPada tahap ini siswa melakukanpengecekan kembali terhadapperhitungan yang dilakukan.
Pada tahap ini siswa melakukanpengecekan kembali terhadapperhitungan yang dilakukan.
Dwi
Catur
Eka
Tri
33
2.3.2 Sintaks
Sintaks merujuk pada keseluruhan alur atau urutan proses pembelajaran.
Sintaks dideskripsikan dalam urutan aktivitas-aktivitas yang disebut fase, setiap
model mempunyai alur fase berbeda. Sintaks Model IKRAR ditunjukan pada
tabel berikut.
Tabel 2.3 Sintaks Model Pembelajaran IKRAR
FASEKEGIATAN PEMBELAJARAN
KEGIATAN GURU KEGIATAN SISWAInisasi Memotivasi atau
memfasilitasi siswa dalammembangun inisiatiforisinal untuk melakukanpemecahan masalah.
Membangun inisiatiforisinal untuk melakukanpemecahan masalah.
Konstruksi-Rekonstruksi
Membimbing danmemfasilitasi siswa dalammembangun pengetahuanmatematika secaraprosedural dan konseptual.
Membangunpengetahuan matematikadalam pikiran siswasecara prosedural dankonseptual.
Aplikasi Membimbing danmemfasilitasi siswa dalammelakukan penerapanmateri (konsep) secara utuhuntuk melakukanpemecahan masalah.
Melakukan penerapankonsep secara utuh untukmelakukan pemecahanmasalah.
Refleksi Membimbing danmemfasilitasi siswa untukmencermati kembalikeseluruhan prosespemecahan masalah yangsudah dilakukan secarautuh.
Mencermati kembalikeseluruhan prosespemecahan masalah yangsudah dilakukan secarautuh.
(Sudiarta, 2010a:36)
2.3.3 Sistem Sosial
Dalam model pembelajaran IKRAR, dikembangkan suasana demokratis.
Interaksi antar siswa dalam melakukan aktivitas belajar dengan soal pemecahan
34
masalah mendapat penekanan penting dalam model ini. Demikian juga interaksi
antar siswa dalam kelas pada fase inisiasi dan konstruksi-rekontruksi, mendapat
penekanan penting. Guru berfungsi menfasilitasi agar interaksi antar siswa dalam
semua aktivitas pembelajaran ini dapat berlangsung baik. Guru perlu pula
mengorganisasi pembelajaran sebaik mungkin agar siswa tetap di dalam aktivitas
atau tugas belajar (on-task), dan menfasilitasi serta memotivasi siswa agar terjadi
kerjasama secara kooperatif dan memungkinkan terjadinya konstruksi
pengetahuan.
2.3.4 Prinsip Interaksi
Pada model IKRAR, guru berperan sebagai fasilitator dan moderator.
Sebagai fasilitator, guru menyediakan sumber-sumber belajar, mendorong siswa
untuk belajar dan memberikan bantuan bagi siswa agar siswa dapat
mengkonstruksi pengetahuannya. Sebagai moderator, guru memimpin diskusi
kelas, mengatur mekanisme sehingga diskusi kelas berjalan lancar, dan
mengarahkan diskusi sehingga hasil yang diharapkan dapat tercapai. Berapa
prinsip reaksi yang diharapkan dalam model IKRAR adalah sebagai berikut.
(1) Memberikan perhatian pada penciptaan suasana demokratis danmembangun interaksi siswa yang kondusif dan dinamis dalamkelompok kecil atau kelas.
(2) Menyediakan dan mengelola sumber-sumber belajar yang realistik danrelevan yang dapat mendukung siswa melakukan aktivitas ataupemecahan masalah.
(3) Mengarahkan siswa sehingga dapat mengkonstruksi pengetahuanmelalui aktivitas kelompok atau diskusi kelas. Guru perlumenghindarkan diri dari adanya kebiasaan transfer pengetahuan.
(4) Menekankan pentingnya bekerjasama secara koperatif dalamkelompok masing-masing untuk mencapai tujuan pembelajarantermasuk upaya meningkatkan keterampilan koperatif siswa.
(5) Memberikan bantuan terbatas pada setiap siswa (individual ataukelompok) berupa penjelasan secukupnya tanpa memberikan jawabanatas masalah yang dipelajari (prinsip scaffolding), atau bantuan berupa
35
pertanyaan-pertanyaan yang terfokus yang berkaitan dengan realitassiswa agar siswa dapat menyadari akan hubungan konsep-konsepterkait yang sementara dikaji dan penerapannya dalam menyelesaikanmasalah.
(6) Menghargai pendapat siswa dan mendorong siswa untuk dapatbersikap lebih kritis dalam mengkaji masalah yang berkaitan dengankehidupan sehari-hari.
(7) Menempatkan diri sebagai suatu sumber yang fleksibel untuk dapatdimanfaatkan oleh kelompok siswa. Guru perlu menghindari keinginanuntuk memposisikan diri sebagai sumber utama pengetahuan bagisiswa.
(Sudiarta, 2010a:36)
2.3.5 Sistem Pendukung
Kondisi pendukung yang diperlukan sehingga model IKRAR tetap dapat
terlaksana antara lain keterampilan guru dalam pelaksanaan model, disiplin siswa
dalam beraktivitas, dan perangkat pembelajaran seperti Rencana Pembelajaran
(RP), Lembar Kerja Siswa (LKS) yang mendukung pemecahan masalah siswa,
buku siswa, perangkat evaluasi, dan media pembelajaran yang relevan.
2.3.6 Dampak Pembelajaran dan Dampak Pengiring
Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran IKRAR
menempatkan siswa sebagai subyek dalam pembelajaran. Dalam model
pembelajaran IKRAR, guru tidak lagi berfungsi sebagai pemberi ilmu, tetapi lebih
sebagai fasilitator. Guru menyiapkan berbagai perangkat pembelajaran,
mengorganisasi siswa dalam kelompok-kelompok kecil, mendorong siswa untuk
dapat belajar lebih terfokus dan optimal, mengarahkan diskusi siswa, serta
mengajukan pertanyaan-pertanyaan pembimbing yang merangsang siswa untuk
berpikir.
Dalam model pembelajaran IKRAR, siswa tidak menerima informasi
secara pasif, tetapi siswa secara aktif mengkonstruksi pengetahuan. Model
36
pembelajaran IKRAR dirancang untuk memberikan kesempatan bagi siswa
melakukan aktivitas atau pemecahan masalah dalam kelompok-kelompok kecil
secara kooperatif. Pada saat melakukan aktivitas atau pemecahan masalah dalam
kelompok-kelompok kecil secara kooperatif, siswa saling berinteraksi, saling
membantu, dan saling melengkapi. Hal ini akan memungkinkan siswa untuk dapat
memahami sendiri suatu konsep atau prinsip matematika dan meningkatkan
kemampuan pemecahan masalah.
Model pembelajaran IKRAR juga dapat mengembangkan kemampuan
berpikir dan kemampuan bekerjasama siswa. Pembelajaran matematika dengan
menggunakan model pembelajaran IKRAR ini juga diharapkan dapat
memunculkan dampak pembelajaran dan dampak pengiring. Rincian kedua
dampak yang dimaksud adalah sebagai berikut.
a. Dampak Pembelajaran
Dampak pembelajaran model IKRAR antara lain siswa memiliki
kemampuan dalam mengkonstruksi pengetahuan, kemampuan dalam penguasaan
bahan ajar, kemampuan pemecahan masalah, kemampuan berpikir kritis, dan
kemampuan komunikasi matematika.
(1) Kemampuan Konstruksi Pengetahuan
Konstruksi pengetahuan merupakan hal penting dari aliran
konstruktivisme. Konstruktivisme menekankan pentingnya setiap siswa
aktif mengkonstruksi pengetahuan melalui hubungan saling
mempengaruhi dari belajar sebelumnya dengan belajar baru. Dalam model
pembelajaran IKRAR siswa melakukan aktivitas dalam kelompok-
kelompok kecil untuk saling berinteraksi dan bernegosiasi sehingga dapat
37
mengarahkan pada pembentukan pengetahuan yang bersifat subjektif.
Pengetahuan subjektif ini kemudian didiskusikan dalam kelompok besar
(kelas), sehingga diperoleh pengetahuan bersama yang bersifat objektif.
Dengan aktivitas rutin semacam ini, kemampuan siswa dalam konstruksi
pengetahuan secara mandiri akan semakin meningkat.
(2) Penguasaan Bahan Ajar
Dengan model pembelajaran IKRAR, informasi (pengetahuan)
dikonstruksi sendiri oleh siswa melalui aktivitas belajar yang dilakukan di
dalam kelompok-kelompok kecil. Pengetahuan yang dikonstruksi sendiri
semacam ini akan lebih bermakna bagi siswa dan dapat bertahan lama
dalam memori siswa. Dengan bekerja saling membantu dan saling
memberikan konstribusi pemikiran, diharapkan bahan ajar yang dipelajari
atau didiskusikan dalam kelompok dapat dipahami secara lebih baik
dibandingkan bila dipelajari secara individual.
(3) Kemampuan Pemecahan Masalah
Dengan menggunakan model pembelajaran IKRAR dalam setiap
pembelajaran, siswa pada masing-masing kelompok kecil diberikan tugas
melakukan aktivitas atau memecahkan masalah tertentu. Tugas yang
diberikan ini dapat berupa serangkaian petunjuk melakukan aktivitas yang
diarahkan untuk menemukan aturan-aturan tertentu, atau berupa soal-soal
non rutin yang berkaitan dengan keseharian siswa (kontekstual) yang harus
diselesaikan kelompok. Dengan bekerja sama dalam kelompok melalui
empat tahapan model pembelajaran IKRAR, soal-soal non rutin tersebut
dapat diselesaikan secara lebih baik bila dibandingkan dengan bekerja
38
secara individual. Aktivitas semacam ini jika dilakukan secara terus
menerus dalam proses pembelajaran akan dapat meningkatkan
kemampuan siswa dalam hal pemecahan masalah.
(4) Kemampuan Berpikir Kritis
Selama ini pembelajaran dengan model konvensional lebih dititikberatkan
pada perolehan pengetahuan konseptual dan prosedural, namun kurang
memberikan perhatian pada pengembangan kemampuan berpikir. Dalam
model pembelajaran IKRAR, siswa dihadapkan dengan banyak masalah
yang harus dipecahkan serta dihadapkan pada pertanyaan-pertanyaan yang
merangsang berpikir siswa. Pertanyaan-pertanyaan seperti mengapa,
bagaimana dan sebagainya akan merangsang siswa untuk berpikir lebih
keras. Dengan demikian pembelajaran menggunakan model pembelajaran
IKRAR ini akan dapat mengembangkan kemampuan berpikir siswa. Salah
satu kemampuan berpikir yang dapat ditumbuhkan melalui pembelajaran
matematika dengan model IKRAR adalah kemampuan berpikir kritis. Hal
ini dikarenakan siswa selalu dihadapkan dengan pertanyaan-pertanyaan,
seperti ”mengapa” dan “bagaimana”, yang kontekstual, sehingga dapat
merangsang dan menuntut siswa untuk berpikir secara cermat dan
komprehensif. Siswa tidak hanya diharapkan menyelesaikan suatu
masalah, tetapi juga memahami langkah-langkah pemecahan masalah
sesuai model pembelajaran IKRAR dan mengetahui mengapa memilih
strategi pemecahan masalah tersebut.
39
(5) Kemampuan Komunikasi Matematika
Komunikasi matematika merupakan aspek penting yang perlu mendapat
perhatian dalam pembelajaran matematika. Komunikasi dalam matematika
merupakan salah satu kemampuan dasar umum yang perlu diupayakan
peningkatannya seperti halnya kemampuan dasar umum lainnya, yakni
kemampuan penalaran dan kemampuan pemecahan masalah.
b. Dampak Pengiring
(1) Kemandiriaan atau Otonomi Dalam Belajar
Dalam pembelajaran dengan menggunakan model IKRAR, siswa tidak
menerima informasi (pengetahuan) secara pasif dari gurunya, tetapi siswa
berupaya sendiri melalui aktivitas kelompok untuk mengkonstruksi sendiri
pengetahuan tersebut. Kondisi semacam ini akan menumbuhkan
kemandirian atau otonomi siswa dalam belajar. Siswa tidak lagi menjadi
orang yang pasif menunggu transfer pengetahuan dari gurunya, tetapi akan
lebih aktif mencari, mempelajari, dan mengkonstruksi pengetahuan
melalui kelompok kecil.
(2) Sikap Positif Terhadap Matematika
Dalam model pembelajaran IKRAR, siswa terlibat secara aktif dalam
pembelajaran, baik dalam mempelajari bahan ajar, mengkonstruksi
pengetahuan sendiri, maupun dalam mengerjakan aktivitas hand out dan
memecahkan masalah. Kondisi ini akan membuat pembelajaran menjadi
lebih menyenangkan, sehingga kesan matematika sebagai pelajaran yang
sulit bahkan menakutkan sedikit demi sedikit dapat diubah. Dengan
40
demikian, belajar matematika dengan menggunakan model pembelajaran
IKRAR juga akan dapat menumbuhkan sikap positif terhadap matematika.
Umumnya guru mengalami kesulitan dalam menempatkan diri sebagai
fasilitator, melakukan intervensi, dan memberikan scaffolding yang tepat. Untuk
mengatasi hal tersebut, dalam model pembelajaran IKRAR ada yang disebut
sebagai pertanyaan efektif, yaitu jenis pertanyaan yang dapat digunakan guru
dalam menjalankan tugasnya sebagai fasilitator. Adapun contoh pertanyaan efektif
yang bisa digunakan dalam penerapan model pembelajaran IKRAR ditunjukan
pada tabel berikut.
Tabel 2.4 Contoh Pertanyaan Efektif
FASEIKRAR
PERTANYAAN EFEKTIF
Inisiasi
a. Pernahkah kamu menemui permasalahan seperti itusebelumnya?
b. Bagaimana cara mengaitkan permasalahan ini denganmateri yang sedang dipelajari?
c. Bagaimana kalian menggambarkan masalahmatematika yang ada pada LKS dengan kata-katakalian sendiri?
d. Apa kamu mengerti dengan masalah yang ingindipecahkan atau yang ingin dicari solusinya dalam soalcerita yang diberikan?
e. Fakta apa saja yang kamu ketahui yang sudah adadalam soal?
f. Bagaimana kamu menyelesaikan atau mengerjakanmasalah yang ada pada soal cerita tersebut?
Konstruksi
a. Apa yang kamu perlukan untuk menyelesaikan masalahtersebut?
b. Informasi atau fakta apa yang bisa kamu temukandalam soal?
c. Setelah mengetahui fakta-fakta yang ada dan apa yangakan dicari, strategi apa yang akan kamu gunakanuntuk mencari solusi permasalahan yang diberikan?
d. Coba pikirkan, kira-kira bagaimana bentuk jawabandari masalah tersebut?
41
FASEIKRAR
PERTANYAAN EFEKTIF
Rekonstruksi
a. Apa yang terjadi jika ..... ? Bagaimana jika tidak?b. Apakah kamu melihat adanya pola? Dapatkah kamu
menjelaskan polanya?c. Apa ada solusi lain yang mungkin dari masalah yang
ada dalam soal?d. Dalam pikiran kamu, apa yang harus kamu lakukan?e. Apakah itu benar untuk semua kasus? Terangkan.f. Dapatkah kamu mengaitkannya dengan contoh jawaban
yang berbeda?g. Bagaimana kamu memperoleh penyimpulan
penggunaan strategi tersebut benar untuk dilakukan?h. Asumsi apa yang dapat kamu buat?
Aplikasi
a. Dapatkah kamu membandingkan pekerjaan kamudengan yang lainnya? Apa yang dicoba oleh anggotakelompokmu yang lain? Bisakah kamu menjelaskanpekerjaan yang kamu buat? Apa yang lain dalamkelompokmu juga melakukan hal tersebut?
b. Mengapa kamu memilih menggunakan strategi ini?c. Dapatkah kamu memikirkan strategi lain untuk dapat
mengerjakannya?d. Apakah itu strategi yang lebih efisien?e. Kenapa kamu memutuskan hasil yang kamu buat
seperti itu?f. Pernahkah berpikir tentang semua kemungkinan
tersebut? Bagaimana kamu bisa yakin atas jawabanyang kamu berikan?
Refleksi
a. Bagaimana kamu memperoleh jawaban kamu?b. Apakah jawaban kamu dapat dipertanggungjawabkan?
Mengapa?c. Dapatkah kamu menjelaskan strategi yang kamu
gunakan pada kami semua? Dapatkah kamumenjelaskan mengapa itu dapat digunakan?
d. Apa yang terjadi jika kamu memulai dengan mencari..... apa tidak lebih baik mencari ..... terlebih dahulu?
e. Apa strategi itu selalu dapat digunakan untukmenjawab soal-soal cerita lainnya?
f. Konsep apa yang kamu pelajari atau yang bisa kamutemukan dari permasalahan ini?
g. Apa kunci pokok atau ide pokok dari pembelajaran kaliini?
Sudiarta (2009:12)
42
Tidak semua pertanyaan-pertanyaan efektif ini diberikan pada setiap
pembelajaran yang dilakukan di kelas. Pilihan pertanyaan yang digunakan akan
disesuaikan dengan keadaan atau situasi di dalam pembelajaran dan seberapa
banyak kesulitan yang dihadapi siswa dalam memecahkan masalah. Intensitas
pemberian bantuan dengan pertanyaan ini disesuaikan dengan kesulitan siswa,
sehingga tidak menutup kemungkinan seorang siswa yang mampu menyelesaikan
masalah dengan mandiri tidak akan diberikan pertanyaan efektif. Sebaliknya, bagi
siswa yang mengalami kesulitan dalam memecahkan masalah, diberikan
pertanyaan efektif sesuai dengan kebutuhan siswa yang bersangkutan.
Dalam pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran IKRAR, digunakan LKS sebagai media pembelajaran. LKS yang
digunakan memuat masalah-masalah open ended yang menuntut kemampuan
berpikir kritis siswa dalam memecahkan masalah matematika yang diberikan.
Masalah-masalah yang diberikan adalah masalah-masalah yang sering dijumpai
dalam kehidupan sehari-hari. Dengan adanya penggunanan LKS yang berorientasi
pemecahan masalah diharapkan dapat memberikan peluang kepada siswa untuk
mengembangkan pengetahuan dan pemahaman secara lebih bermakna,
keterampilan-keterampilan kognitif secara bebas, pemikiran kreatif dan kritis, rasa
percaya diri dalam menerapkan pengetahuan untuk memecahkan masalah dan
pengambilan keputusan.
Berikut adalah contoh Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang
digunakan selama pembelajaran.
43
Tabel 2.5 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Model IKRAR
LANGKAH-LANGKAHPEMBELAJARAN
KEGIATAN GURU KEGIATAN SISWA
Pendahuluan 1. Menyampaikan tujuanpembelajaran.
Mencermati tujuanpembelajaran yangdisampaikan.
2. Memberikan apersepsidan motivasi kepadasiswa.ApersepsiMengingatkan kembalimateri yang telahdipelajari yangberhubungan denganmateri yang akandipelajari.MotivasiMemberikan contohaplikasi materi dalampermasalahan sehari-hari ataupunmenyampaikankegunaan materi yangakan dipelajari.
Mengingat kembali materiyang telah dipelajari yangberkaitan dengan materiyang akan dipelajari.
Mencermati apa yangdisampaikan guru danbertanya jika ada hal yangkurang dipahami.
Kegiatan Inti 1. Mengorganisasikansiswa dalam kelompokdiskusi.
Membentuk kelompokdiskusi.
2. Membagikan LKSkepada masing-masingkelompok. Dalam halini, guru menanamkanaspek kerja sama dandemokratis.
Mencermati LKS yangdiberikan.
Eksplorasi Inisiasi Memotivasi ataumemfasilitasi siswadalam membanguninisiatif orisinal untukmelakukan pemecahanmasalah yang dilakukandengan memberikanpertanyaan efektif padasiswa.
Membangun inisiatiforisinal dalam diri sendiridengan cara menjawabpertanyaan-pertanyaanefektif guru, maupunbertanya balik kepadaguru.
44
LANGKAH-LANGKAHPEMBELAJARAN
KEGIATAN GURU KEGIATAN SISWA
Elaborasi Konstruksi-Rekonstruksi
1. Memfasilitasi siswamenemukan hubunganinformasi (konsep) yangtelah dikumpulkandengan apa yangditanyakan dalammasalah matematikayang ada di LKS.
Menemukan hubunganinformasi (konsep) yangtelah dikumpulkan denganapa yang ditanyakandalam masalahmatematika yang ada diLKS.
2. Memfasilitasi siswadalam membuatperencanaan mengenaihal apa saja yangdiperlukan dalammenyelesaikan masalahyang ada di LKS.
Membuat perencanaanyang akan digunakandalam menyelesaikanpermasalahan.
3. Memfasilitasi siswauntuk memberikanalasan terhadap rencanayang dibuat untukmenyelesaikan masalahdi LKS.
Memberikan alasanterhadap rencana yangtelah dibuat untukmenyelesaikanpermasalahan.
Aplikasi 1. Membimbing danmemfasilitasi siswadalam melakukanpenerapan materi(konsep) secara utuhuntuk melakukanpemecahan masalah.
Menyelesaikan masalahmatematika denganmenggunakanperencanaan yang telahdibuat.
2. Meminta perwakilandari beberapa kelompokuntuk mempresentasikanhasil diskusi. Gurumemberikan kesempatanpada siswa yang lainuntuk memberikankomentar.
Siswa yang ditunjukmengerjakan di papantulis dan siswa lainmemberikan komentar.
3. Menekankan konsep-konsep penting danmelakukan klarifikasidengan mengajukanpertanyaan efektifkepada siswa jika adakonsep yang keliru.
Menyimak penjelasanguru dan menjawabpertanyaan-pertanyaanyang diajukan oleh guru.
Konfirmasi Refleksi Membimbing danmemfasilitasi siswa
Mencermati kembalikeseluruhan proses
45
LANGKAH-LANGKAHPEMBELAJARAN
KEGIATAN GURU KEGIATAN SISWA
untuk mencermatikembali keseluruhanproses pemecahanmasalah yang sudahdilakukan secara utuh.
pemecahan masalah yangsudah dilakukan secarautuh.
Penutup 1. Membimbing siswauntuk membuatsimpulan dari materiyang telah dipelajari.
Menyimpulkan materiyang telah dipelajari.
2. Memberikan tes mandiriuntuk mengetahuiketercapaian indikatorpembelajaran.
Mengerjakan tes yangdiberikan secara mandiri.
3. Menyampaikan pokokbahasan yang akandibahas pada pertemuanberikutnya.
Mencatat pokok bahasanuntuk pertemuanselanjutnya.
2.4 Kearifan Lokal
Nilai-nilai budaya lokal merupakan budaya yang dimiliki oleh masyarakat
yang menempati lokalitas atau daerah tertentu yang berbeda dari budaya yang
dimiliki oleh masyarakat yang berada di tempat yang lain. Sadra (2007b)
menyatakan bahwa sikap dan perilaku seseorang pasti dipengaruhi oleh budaya
setempat, mengingat budaya merupakan hasil cipta, rasa, dan karsa dari orang-
orang yang berada pada lingkungan tertentu. Permendagri Nomor 39 Tahun 2007
pasal 1 mendefinisikan budaya daerah sebagai suatu sistem nilai yang dianut oleh
komunitas atau kelompok masyarakat tertentu di daerah, yang diyakini akan dapat
memenuhi harapan-harapan warga masyarakatnya dan di dalamnya terdapat nilai-
nilai, sikap, tata cara masyarakat yang diyakini dapat memenuhi kehidupan warga
masyarakatnya.
Puguh (2011) mendefinisikan kearifan lokal sebagai pandangan hidup dan
ilmu pengetahuan serta berbagai strategi kehidupan yang berwujud aktivitas yang
46
dilakukan oleh masyarakat lokal dalam menjawab berbagai masalah dalam
pemenuhan kebutuhan mereka. Sistem pemenuhan tersebut meliputi seluruh unsur
kehidupan seperti agama, ilmu pengetahuan, ekonomi, teknologi, organisasi
sosial, bahasa dan komunikasi, serta kesenian. Selain itu, Puguh (2011)
menyatakan dalam budaya lokal, ada yang disebut dengan kearifan lokal (local
genius). Secara etimologis, istilah ini dalam bahasa Inggris dikonsepsikan sebagai
local wisdom (kebijakan setempat), local knowledge (pengetahuan setempat), atau
local genius (kecerdasan setempat). Kearifan lokal (local genius) juga dapat
dipahami sebagai gagasan-gagasan setempat yang bersifat bijaksana, penuh
kearifan dan bernilai baik, yang tertanam dan diikuti oleh anggota masyarakatnya
(Sartini, 2004). Lebih lanjut, Gobyah (2003) mendefinisikan kearifan lokal
sebagai kebenaran yang telah mentradisi atau ajeg dalam suatu daerah.
Berdasarkan pengertian tersebut, kearifan lokal dapat dipahami sebagai
gagasan-gagasan setempat (local) yang bersifat bijaksana, penuh kearifan, serta
bernilai baik yang tertanam dan diikuti oleh anggota masyarakatnya. Kearifan
lokal merupakan pengetahuan yang muncul dari periode panjang dan berevolusi
bersama-sama masyarakat dan lingkungannya dalam sistem lokal yang sudah
dialami bersama-sama. Proses evolusi yang begitu panjang dan melekat dalam
masyarakat dapat menjadikan kearifan lokal sebagai sumber energi potensial dari
sistem pengetahuan kolektif masyarakat untuk hidup bersama secara dinamis dan
damai.
Kearifan lokal merupakan usaha untuk menemukan kebenaran yang
didasarkan pada fakta-fakta atau gejala-gejala yang berlaku secara spesifik dalam
suatu budaya masyarakat tertentu. Definisi ini setara dengan definisi indigenous
47
psychology yang didefinisikan sebagai usaha ilmiah mengenai tingkah laku atau
pikiran manusia yang asli (native) serta tidak ditransformasikan dari luar dan
didesain untuk orang dalam budaya tersebut. Hasil akhir dari indigenous
psychology adalah pengetahuan yang menggambarkan tentang kearifan lokal,
yaitu gambaran mengenai sikap atau tingkah laku yang mencerminkan budaya
asli.
Bentuk dari kearifan lokal ini pun bermacam-macam. Hal ini sesuai
dengan pendapat Nyoman Sirtha (dalam Sartini, 2004) yang menyatakan bahwa
bentuk-bentuk kearifan lokal dalam masyarakat dapat berupa nilai, norma, etika,
kepercayaan, adat-istiadat, hukum adat, dan aturan-aturan khusus. Oleh karena
bentuknya yang bermacam-macam dan kearifan lokal tersebut hidup dalam aneka
budaya masyarakat maka fungsinya menjadi bermacam-macam. Dengan
demikian, dapat dilihat betapa luas ranah kearifan lokal, mulai dari yang sifatnya
sangat teologis sampai pragmatis dan teknis.
Selain itu, Keraf (dalam Suastra, 2009) menyebutkan beberapa
karakteristik kearifan lokal seperti yang diuraikan berikut.
1. Kearifan lokal milik kelompok, komunitas, atau kolektivitas tertentuyang melokal. Hal ini sejalan dengan proses pembentukannya yangbersumber pada pengetahuan dan pengalaman dalam konteks ruangdimana mereka berada.
2. Kearifan lokal merumuskan sesuatu yang diasumsikan benar, karenateruji lewat pengalaman secara kontinu. Karena itu, tidak perlukebenaran alternatif maupun kekritisan saat melaksanakannya.
3. Kearifan lokal bersifat praktis, karena dia tidak saja merupakanpembendaharaan kognisi, tetapi terkait pula dengan aspekpsikomotorik yakni praktik dalam kehidupan masyarakat lokal.
4. Kearifan lokal tidak saja mencakup aspek praktis, tetapi juga tatakelakuan. Karena itu, pengaktualisasian kearifan lokal pada dasarnyamerupakan aktivitas mental.
5. Kearifan lokal bersifat holistik, karena menyangkut pengetahuan danpemahaman tentang seluruh kehidupan dengan segala relasinya dialam semesta.
48
6. Kearifan lokal sering terkait atau menyatu dengan agama maupunpraktek-praktek yang bersifat ritual sehingga menambah dasarkebertahanannya.
7. Dengan ciri-ciri itu, wajar jika kearifan lokal bisa bertahan lamamenjadi kearifan tradisional. Kebertahanan itu tidak hanyakefungsionalannya, tetapi juga karena ada penjaganya.
Bali sebagai daerah yang kental dengan unsur budaya serta mayoritas
penduduknya beragama Hindu, memiliki banyak potensi budaya lokal yang telah
dipandang sebagai wujud kearifan lokal. Potensi-potensi kearifan lokal
masyarakat Bali khususnya yang relevan dalam bidang pendidikan telah dipelajari
cukup lama oleh banyak peneliti.
Nilai-nilai kearifan lokal seringkali digunakan orang tua dalam
membesarkan anaknya. Di Bali misalnya, banyak nasihat-nasihat yang bersumber
pada nilai kearifan lokal yang sejak lama ada dalam keseharian masyarakat, baik
dalam bentuk cecimpedan (tebak-tebakan), wewangsalan (tamsil), sasenggakan
(perumpamaan), sesonggan (pepatah), sesimbing (kata kiasan) dan lain
sebagainya. Kamus Besar Bahasa Indonesia mendefinisikan nasihat sebagai ajaran
atau anjuran yang baik. Nasihat-nasihat yang bersumber pada kearifan lokal ini
selain dapat ditemukan pada kehidupan sehari-hari dalam bentuk interaksi orang
tua dengan anaknya, sebenarnya juga dapat dioptimalkan dalam kegiatan
pembelajaran.
Dalam penelitian ini, kearifan lokal yang akan dipergunakan adalah
konsepsi nasehat-nasehat yang bersumber dari budaya luhur Bali. Kearifan lokal
ini diintegrasikan dalam proses pembelajaran menggunakan model IKRAR.
Model pembelajaran IKRAR menggunakan pola belajar kooperatif dalam
aktivitas belajar siswa di kelas. Dengan belajar melalui kelompok kooperatif siswa
dapat mengkonstruksi sendiri kemampuan kognitifnya dan tetap memperhatikan
49
pentingnya interaksi individu satu dengan individu lain, baik dalam satu
kelompok, maupun interaksi antar kelompok. Akan tetapi, pembelajaran
kooperatif cenderung memiliki kekurangan dalam hal-hal berikut.
1. Guru khawatir akan terjadi kekacauan dikelas dan siswa tidak belajar
jika mereka di tempatkan dalam grup.
2. Siswa yang tekun merasa harus bekerja melebihi siswa yang lain dalam
grup mereka, sedangkan siswa yang kurang mampu merasa minder
ditempatkan dalam satu grup dengan siswa yang lebih pandai.
3. Perasaan was-was pada anggota kelompok akan hilangnya karakteristik
atau keunikan pribadi mereka karena harus menyesuaikan diri dengan
kelompok.
4. Banyak siswa takut bahwa pekerjaan tidak akan terbagi secara rata atau
adil.
Berdasarkan data di atas, kelemahan pembelajaran kelompok umumnya
terletak pada individu masing-masing siswa yang belum terlatih pola pikirnya
untuk mengerjakan sesuatu demi kepentingan kelompok. Untuk mengatasi hal
tersebut, selama pembelajaran guru dapat memberikan nasehat-nasehat yang
sebenarnya berkaitan erat dengan kehidupan siswa, tetapi kurang diterapkan
selama pembelajaran. Nasehat tersebut hendaknya disampaikan dengan gaya yang
menyenangkan, agar tidak terkesan mendikte, tetapi juga perlu diperhatikan
keseriusan, ketepatan, dan ketegasan dalam pengucapannya. Selain disampaikan
secara lisan, nasehat tersebut juga dibuat dalam bentuk tertulis, misalnya pada
bagian-bagian tertentu di LKS siswa sehingga nasehat-nasehat ini tetap dapat
muncul dalam setiap proses pembelajaran. Nasehat yang dituliskan di LKS ini
50
merupakan nasehat-nasehat yang memacu siswa untuk lebih giat dalam
menyelesaikan permasalahan yang diberikan. Berikut adalah beberapa contoh
nasehat yang bersumber pada budaya Bali.
Tabel 2.6 Nasehat-nasehat Berlandaskan Kearifan Lokal
No
NasehatDalamBahasa
Bali
Arti Kaitan DenganPembelajaran
RencanaPenggunaan
DalamPembelajaran
Sumber
1. Johpejalaneliu anetepukin
Orangyang sukabepergianjauh, akanbanyakmengenaltempat-tempatbaru.
Nasehat inimendorongsiswa untuk giatbelajar agarbanyak memilikipengetahuanbaru yangberguna.
Digunakan diawalpembelajaranuntuk membuatsiswa lebihtermotivasimengikutipembelajaran.
Gauta-ma(2004)
2. Puntul-puntulantiuke, yensangihinpedasdadimangan
Setumpul-tumpulnyapisau jikaterusdiasahnantinyaakantajamjuga.
Dikaitkandenganpembelajaran,nasehat inibermaknasebodoh-bodohnya siswa,jika ia rajinbelajar, makanantinya akanpandai juga.
Digunakan saatkegiatan diskusi.Jika ada siswayang minder danmerasa tidak bisa,nasehat ini bisadiberikan sebagaimotivasi.
Gauta-ma(2004)
3. Saririh-ririhsemalemakecog,diacepokebisaulung
Sepandai-pandainyatumpaimelompat,suatuketika bisajatuh juga.
Memberikesadarankepada siswayang pintaruntuk tidakmenyombongkandirinya, apalagimenjadi lengahdan tidak seriusbelajar. Apabilaia lengah, suatuhari prestasinyabisa dikalahkanoleh siswa lain.
Digunakan jikaada siswa yangmerasa pandaidan malasmengikutipembelajaran.Nasehat inidiberikan untukmembuat siswatetap fokus padapembelajaran.
Gauta-ma(2004)
51
No
NasehatDalamBahasa
Bali
Arti Kaitan DenganPembelajaran
RencanaPenggunaan
DalamPembelajaran
Sumber
4. Yehngetel dicapcapane bisangesonginbatu
Tetesanair yangterusmenerusbisa jugamengikisbatu.
Sebanyak dansesulit apapunmasalah yangdiberikan,apabiladikerjakansungguh-sungguh danhati-hati pastibisaterselesaikan.Nasehat inimendorongsiswa untuktidak menyerahdalam belajar.
Di berikan selamasiswamendiskusikanLKS, agar siswatidak pantangmenyerah dalammenyelesaikanmasalah yangsesulit apapun.
Gauta-ma(2004)
5. Taru tanluputingangin
Pohontaru tidakpernahluput dariterpaanangin.
Benar dan salahadalah hal biasadalam belajar,jadi jangan takutuntuk belajar danmencoba.
Digunakan jikaada siswa yangtidak maumenyampaikanpendapatnyakarena takutsalah. Nasehat inidigunakan untukmembuat siswatersebut beraniberpendapat.
Gauta-ma(2004)
6. Hidupecarapunyanbiu
Hidup inisepertitumbuhanpisang.Pisanghidupdalam satusikluspendek,yaitutumbuhberupatunas,berkembangmenjaditumbuhan
Arti ungkapanini adalahmenanamkankesadaran padasiswa bahwahidup ini singkatsekali. Nasehatinimenggambarkanagar siswamemanfaatkanwaktunyadengan baikuntuk belajar.
Nasehat inidiberikan saatsiswa ribut dalamkegiatan diskusi.Nasehat semacamini diharapkanmampu membuatsiswa menghargaiwaktu denganbaik.
SubagiadanWirat-ma(2007)
52
No
NasehatDalamBahasa
Bali
Arti Kaitan DenganPembelajaran
RencanaPenggunaan
DalamPembelajaran
Sumber
dewasa,berbuah,dan mati.
7. Hidupecaraambengan
Hidup inisepertitumbuhanilalang.Tumbuhanilalangketikamudasangatlahtajam,tetapiketikasudah tua,tidaktajam lagi.
Ungkapan inidigunakan untukmendorongsiswa agar giatbelajar ketikaumur masihmuda, karenapada saat mudaseluruh inderamasih tajam danbaik digunakanuntuk belajar.
Dapat digunakandiawalpembelajaransebagai motivasisiswa agarmemanfaatkanwaktu denganbaik untukmengikutipembelajaran.
SubagiadanWirat-ma(2007)
8. Dengadenawakbise,depanganakengadanin
Janganmenilaidirisendiribisa, biarorang lainyangmenilai.
Ungkapan inidimaksudkanagar siswa tidakmerasa sombongdengankemampuanyang dimilikidan terus giatbelajar. Hal inijugadimaksudkanagar siswa tidakcepat puasdengan hasilyang diperoleh.
Nasehat inidiberikan kepadasiswa saatkegiatan diskusiagar siswa tidakcepat puas denganjawabannya danmerasa dirinyabisa/pandaisehingga siswamampu berpikirkritis untukmenemukanalternatifpemecahan yanglain.
Sumitri(2007)
9. De anyar-anyarangerangbangkuk
Jangansepertiorangyangmembangunsesuatu,diawalnyasajabersemang
Jika dikaitkandenganpembelajaran,siswa diharapkanjangan hanyasemangatmengikutipembelajaran diawal saja, tetapijuga harus tetap
Nasehat inidiberikan saatsiswa putus asadalammengerjakanpermasalahanyang dianggapsulit.
Gauta-ma(2004)
53
No
NasehatDalamBahasa
Bali
Arti Kaitan DenganPembelajaran
RencanaPenggunaan
DalamPembelajaran
Sumber
at. Belummencapaiakhir, iasudahmenyerah.
semangat hinggaakhir.
10. Carukgongmuah audkelor
Sepertiorangyangbekerjabakti dimasyarakat,semuanyaharus ikutserta.
Setiap siswadiharapkan ikutberpartisipasiaktif dalamkelompoknyaselama kegiatandiskusi.
Nasehat inidiberikan saatdiskusi kelompokagar semua siswaberperan aktif didalamkelompoknya.
Gauta-ma(2004)
11. Deketangkeblangit
Janganterlalutakutkepadaorang lain.
Siswadiharapkan tidaktakutmenyampaikanpemikirannyakepada teman-temannya dikelas.
Nasehat inidiberikan saat sesitanya jawab ataupun diskusi antarkelompok agarsiswa lebih beranimengungkapkanpendapatnya.
Gauta-ma(2004)
12. Paksibinapaksa
Lainorang, lainpulapemikirannya.
Dalampembelajaran,siswa diharapkanmau menghargaipendapat oranglain, walaupunpendapattersebut berbedadenganpendapatnya.
Nasehat inidiberikan saatdiskusi agar siswamengerti nilaidemokrasi dansalingmenghargaijawabantemannya yangberbeda.
Gauta-ma(2004)
13. De liunankrebekkuanganujan
Janganbanyakbicara,tetapitidakmemilikikemampuan.
Siswadiharapkan tidakribut dan hanyamengganggutemannya, tapisiswa harusmampumenunjukkanbahwa dia bisadalammenyelesaikan
Nasehat inidiberikan saatsuasana kelasgaduh dan siswatidak tertib.
Gauta-ma(2004)
54
No
NasehatDalamBahasa
Bali
Arti Kaitan DenganPembelajaran
RencanaPenggunaan
DalamPembelajaran
Sumber
masalah.14. Gede
kayu,gedepapane
Besarusahayangdilakukan,besar pulahasil yangdidapat.
Nasehat inibermakna,semakin besarusaha siswadalam belajar,maka akansemakin banyakilmupengetahuanyang didapatkan.
Diberikan saatdiskusi kelompokagar siswa lebihtinggi semangatdan usahanyadalammenyelesaikanmasalah yangdiberikan.
Gauta-ma(2004)
15. De megaebukaanakeanyang-anyangan
Janganbekerjadengantidakbersungguh-sungguh.
Nasehat inimengajarkanpada siswa agarsungguh-sungguh setiapmengerjakansuatupermasalahan.
Nasehat inidiberikan saat adasiswa yangkurangbersungguh-sungguh dalambelajar.
Gauta-ma(2004)
16. Degancangan tindakkuangandaya
Janganhanyacepatdalambertindak,tetapitidakmemikirkan apa yangdilakukan.
Siswadiharapkanselalu berpikirdahulu sebelummengerjakansesuatu. Setiappermasalahanharus dipikirkansecara kritisterlebih dahulubaru kemudiandirencanakancara untukmenyelesaikan-nya.
Nasehat inidiberikan saatkegiatan diskusiagar siswa dapatlebih mencermatimasalah yangdiberikan denganbaik sehinggapenyelesaiannyadapat ditemukandengan tepat danefisien.
Gauta-ma(2004)
17. Palesrajah ajigolokMalesmlajahdadibelog
Malasbelajarakanmembuatorangmenjadibodoh.
Nasehat inimengajarkankepada siswaagar tidak malasbelajar, karenakemalasan akanmembuat siswamenjadi bodoh.
Nasehat inidiberikan saatperhatian siswadalampembelajaranberkurang.
Gauta-ma(2004)
18. Bukapadine
Padisemikin
Nilai pendidikandalam nasihat ini
Nasihat ini tepatdiberikan
Sumitri(2007)
55
No
NasehatDalamBahasa
Bali
Arti Kaitan DenganPembelajaran
RencanaPenggunaan
DalamPembelajaran
Sumber
misinguntul,anepuyungnyeleg.
berisisemakinmerunduk,padi yangkosongjustruberdiritegak.
adalahmengajarkananak untuk tidaksombong apabilaia memilikikemampuanlebih baik dariteman-temannya.Dalam bahasaIndonesia,nasihat inidikenal puladengan istilahilmu padi, yaitusemakin berisisemakinmerunduk.
terutama padasiswa yangbersikap sombongdihadapan temanlainnya karenamerasa dirinyamemilikikemampuanlebih.
Nasehat tersebut dirangkum dari berbagai sumber seperti pepatah bahasa
Bali yang ditulis Gautama (2004) dalam bukunya yang berjudul Pralambang Basa
Bali Mangge Ring Sekolah Dasar dan peribahasa bahasa Bali yang dimuat dalam
laporan penelitian Subagia dan Wiratma (2007) yang berjudul Pengembangan
Model Siklus Belajar Berdasarkan Potensi-potensi Kearifan Lokal Masyarakat
Bali dalam Bidang Pendidikan.
Pemberian nasehat ini akan disesuaikan dengan tahapan-tahapan yang
dilaksanakan dalam model pembelajaran IKRAR. Tidak semua nasehat yang
tertulis sebelumnya digunakan dalam setiap pembelajaran. Nasehat yang
digunakan pada setiap pertemuan dipilih sesuai dengan situasi yang terjadi selama
pembelajaran. Beberapa nasehat yang sesuai dengan situasi tertentu akan
disampaikan secara lisan dalam proses pembelajaran, sedangkan nasehat-nasehat
yang memacu motivasi siswa untuk lebih berusaha dalam pemecahan masalah
56
akan diberikan secara tertulis dalam LKS. Ini dilakukan untuk menjamin
eksistensi pemberian nasehat dalam setiap pembelajaran yang dilaksanakan.
2.5 Model Pembelajaran IKRAR Berorientasi Kearifan Lokal dalam
Pembelajaran Matematika
Penerapan model pembelajaran IKRAR berorientasi kearifan lokal dalam
pembelajaran pada prinsipnya sama dengan model pembelajaran IKRAR yang
telah dijelaskan sebelumnya. Tahapan pembelajaran yang digunakan sama persis
dengan model pembelajaran IKRAR dan pada kegiatan pembelajarannya pun
menggunakan LKS yang memuat masalah-masalah matematika. Hanya saja, pada
pembelajaran dengan model IKRAR berorientasi kearifan lokal, dalam kegiatan
pembelajaran digunakan kearifan lokal berbentuk nasehat-nasehat yang berdasar
pada kearifan lokal Bali. Nasehat-nasehat tersebut dalam penelitian ini dijadikan
orientasi oleh guru dalam pembelajaran. Dalam hal ini, nasehat-nasehat yang
digunakan akan diintegrasikan dalam proses pembelajaran yang berkiblat pada
IKRAR. Nasehat-nasehat luhur itu dipilih sesuai dengan situasi dan konteksnya
dalam pembelajaran. Beberapa nasehat dituangkan secara tertulis di dalam LKS,
sedangkan beberapa nasehat lainnya disampaikan secara lisan dalam
pembelajaran, tetapi penggunaannya disesuaikan dengan sintaks model
pembelajaran IKRAR yang digunakan.
Dalam pelaksanaannya, model pembelajaran IKRAR berorientasi kearifan
lokal menggunakan LKS sebagai media pembelajaran yang di dalamnya memuat
masalah yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari sehingga nantinya diharapkan
siswa lebih memaknai apa yang telah mereka pelajari. Masalah-masalah dalam
model pembelajaran IKRAR berorientasi kearifan lokal menuntut kemampuan
57
berpikir siswa untuk melakukan investigasi yang lebih mendalam terhadap
masalah yang diberikan. Penggunanan LKS yang berorientasi pemecahan masalah
dalam model pembelajaran IKRAR berorientasi kearifan lokal memberikan
peluang kepada siswa untuk mengembangkan pengetahuan dan pemahaman
secara lebih bermakna, keterampilan-keterampilan kognitif secara bebas,
pemikiran kreatif dan kritis, rasa percaya diri dalam menerapkan pengetahuan
untuk memecahkan masalah dan pengambilan keputusan.
Pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran
IKRAR berorientasi kearifan lokal, dengan mengambil nilai-nilai luhur yang
bersumber dari kehidupan sosial masyarakat Bali, memberikan kesempatan
kepada siswa dengan berbagai latar belakang kemampuan dan kondisi sosial yang
berbeda untuk bekerja sama, saling tergantung dan belajar saling menghargai satu
dengan lainnya. Kondisi semacam ini memungkinkan berkembangnya
keterampilan-keterampilan untuk bekerja sama yang memang sangat dibutuhkan
dalam hidup bermasyarakat. Hal ini senada dengan pendapat Tilaar (2000:191)
yang menyebutkan bahwa pendidikan akan berhasil apabila bertitik tolak dari
nilai-nilai budaya lokal yang secara bertahap memasuki nilai-nilai dari masyarakat
luas.
Pembelajaran model IKRAR berorientasi kearifan lokal dapat dijabarkan
dalam contoh rencana pelaksanaan pembelajaran pada tabel berikut.
58
Tabel 2.7 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Model IKRAR BerorientasiKearifan Lokal
LANGKAH-LANGKAHPEMBELAJARAN
KEGIATAN GURU KEGIATAN SISWA
Pendahuluan 1. Menyampaikantujuan pembelajaran.
Mencermati tujuanpembelajaran yangdisampaikan.
2. Memberikanapersepsi danmotivasi kepadasiswa.ApersepsiMengingatkankembali materi yangtelah dipelajari yangberhubungan denganmateri yang akandipelajari.MotivasiMemberikan contohaplikasi materi dalampermasalahan sehari-hari ataupunmenyampaikankegunaan materiyang akan dipelajari.
Memotivasi siswauntuk belajar denganmenyelipkan kataatau kalimat yangmengandung unsurnasehat Bali.
3. Mengorganisasikansiswa dalamkelompok diskusi.Pada kegiatan ini,guru menyampaikannasehat-nasehat luhurtentang pentingnyabekerja sama dansaling menghargaiantar anggotakelompok. Selain itu,siswa dimotivasi agar
Mengingat kembalimateri yang telahdipelajari yangberkaitan denganmateri yang akandipelajari.
Mencermati apa yangdisampaikan guru danbertanya jika ada halyang kurang dipahami.
Membentuk kelompokdiskusi.
59
LANGKAH-LANGKAHPEMBELAJARAN
KEGIATAN GURU KEGIATAN SISWA
tidak mudahmenyerah dalammengerjakan LKSlewat nasehat-nasehatyang relevan.
Kegiatan Inti Membagikan LKSuntuk didiskusikanpada masing-masingkelompok. Dalamhal ini, gurumenanamkan aspekkerja sama dandemokratis. Selainitu, guru jugamemotivasi agarsetiap siswa mauterlibat dalamdiskusi, tidak takutmengajukanpendapat dan salingmenghargai pendapatmelalui nasehat-nasehat luhur yangrelevan. Secaratertulis, nasehat-nasehat untukmeningkatkansemangat kerja siswajuga dituangkandalam LKS.
Mencermati LKSyang diberikan danmendiskusikanmasalah denganteman sekelompok.
Eksplorasi Inisiasi Memotivasi ataumemfasilitasi siswadalam membanguninisiatif orisinaluntuk melakukanpemecahan masalahyang dilakukandengan memberikanpertanyaan efektifpada siswa.Pertanyaan efektifdiberikan sesuaidengankaraktieristikdankeperluan siswadalam setiap
Membangun inisiatiforisinal dalam dirisendiri dengan caramenjawabpertanyaan-pertanyaan efektifguru, maupunbertanya balik kepadaguru.
60
LANGKAH-LANGKAHPEMBELAJARAN
KEGIATAN GURU KEGIATAN SISWA
kelompok.Pertanyaan ini jugaberfungsi untukmengembangkankemampuan berpikirkritis siswa dalammengkaji masalahyang diberikan.Apabila kelompoktersebut sudahmemahamipermasalahan,pertanyaan efektifyang diberikan dapatdikurangi.
Elaborasi Konstruksi-Rekonstruksi
1. Memfasilitasi siswamenemukanhubungan informasi(konsep) yang telahdikumpulkan denganapa yang ditanyakandalam masalahmatematika yang adadi LKS.
Menemukanhubungan informasi(konsep) yang telahdikumpulkan denganapa yang ditanyakandalam masalahmatematika yang adadi LKS.
2. Memfasilitasi siswadalam membuatperencanaanmengenai hal apasaja yang diperlukandalam menyelesaikanmasalah yang ada diLKS.
Membuatperencanaan yangakan digunakandalam menyelesaikanpermasalahan.
3. Memfasilitasi siswauntuk memberikanalasan terhadaprencana yang dibuatdalam menyelesaikanmasalah di LKS.
Memberikan alasanterhadap rencana yangtelah dibuat untukmenyelesaikanpermasalahan.
Aplikasi 1. Membimbing danmemfasilitasi siswadalam melakukanpenerapan materi(konsep) secara utuh.
Menyelesaikanmasalah matematikadengan menggunakanperencanaan yangtelah dibuat.
61
LANGKAH-LANGKAHPEMBELAJARAN
KEGIATAN GURU KEGIATAN SISWA
2. Meminta perwakilandari beberapakelompok untukmempresentasikanhasil diskusi. Gurumemberikankesempatan padasiswa yang lain untukmemberikankomentar. Padatahapan ini, guru jugamemberikan nasehat-nasehat yangmendorong siswauntuk mau terlibatdalam diskusi danmau menghargaipendapat temannya.
Siswa yang ditunjukmengerjakan di papantulis, dan siswa lainmemberikankomentar.
3. Menekankan konsep-konsep penting danmelakukan klarifikasidengan mengajukanpertanyaan efektifkepada siswa jika adakonsep yang keliru.
Menyimak penjelasanguru dan menjawabpertanyaan-pertanyaan yangdiajukan oleh guru.
4. Memberikan soaluntuk memantapkanpemahaman.
Menyelesaikan soalyang diberikan.
Konfirmasi Refleksi Membimbing danmemfasilitasi siswauntuk mencermatikembali keseluruhanproses pemecahanmasalah yang sudahdilakukan secarautuh.
Mencermati kembalikeseluruhan prosespemecahan masalahyang sudah dilakukansecara utuh.
Penutup 1. Membimbing siswauntuk membuatsimpulan dari materiyang telah dipelajari.
Menyimpulkan materiyang telah dipelajari.
62
LANGKAH-LANGKAHPEMBELAJARAN
KEGIATAN GURU KEGIATAN SISWA
2. Memberikan tesmandiri untukmengetahuiketercapaianindikatorpembelajaran .
Mengerjakan tes yangdiberikan secaramandiri.
3. Menyampaikanpokok bahasan yangakan dibahas padapertemuanberikutnya .
Mencatat pokokbahasan untukpertemuanselanjutnya.
Pemberian nasehat dapat berlangsung sepanjang proses pembelajaran
dengan menyesuaikan keadaan dan kondisi yang terjadi di dalam kelas. Pemberian
nasehat ini divariasikan sesuai kebutuhan agar siswa terus merasa termotivasi
dalam pembelajaran dan tidak pantang menyerah menyelesaikan permasalahan
yang diberikan. Pemberian nasehat ini dapat dikombinasikan menggunakan
bahasa Bali dan bahasa Indonesia yang disesuaikan dengan kebutuhan, sehingga
kalimat nasehat contoh yang dinyatakan dalam RPP tidak bersifat mutlak, namun
dapat dijadikan suatu pertimbangan. Selain disampaikan secara lisan, nasehat ini
juga dituangkan secara tertulis pada LKS yang dikerjakan siswa. Hal ini untuk
memastikan keberadaan nasehat-nasehat kearifan lokal Bali ini dalam setiap
proses pembelajaran.
2.6 Model Pembelajaran Konvensional
Model pembelajaran konvensional dalam penelitian ini adalah model
pembelajaran yang biasa diberlakukan di kelas yang dijadikan sampel penelitian.
Langkah-langkah pembelajarannya ditunjukkan dalam Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) yang menjadi dokumen guru kelas dan disimpulkan
63
berdasarkan observasi pada kelas bersangkutan. Dalam penelitian ini model
pembelajaran konvensional yang digunakan adalah dengan metode ceramah dan
tanya jawab. Langkah-langkah pembelajaran dengan model konvensional ini
dapat dilihat pada tabel 2.8.
Tabel 2.8: Langkah-langkah Pembelajaran dengan Model Konvensional
LangkahKegiatan
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
Pendahuluan 1. Menyampaikan indikatorpencapaian hasil belajarkepada siswa.
1. Memperhatikan danmencermati informasiyang disampaikan.
2. Memberikan apersepsi danmotivasi kepada siswa.
Apersepsi :Memfasilitasi siswa untukmengingat kembali materisebelumnya yang berkaitandengan materi yang akandipelajari melalui kegiatantanya jawab.
Motivasi :Memberikan contohpermasalahan sehari-hariyang bisa diselesaikandengan mempelajari konsepyang akan dipelajari hari ini.
2. Siswa memperhatikanapersepsi dan motivasiyang diberikan guru.
Apersepsi :Mencermati,merenungkan,memberikan jawabanterhadap pertanyaan yangdiberikan dan siswa jugadapat bertanya balikkepada guru.
Motivasi :Memahami danmerespon contohpermasalahan yangdiajukan oleh guru.
Kegiatan Inti 1. Menjelaskan materi pelajaransecara terstuktur.
2. Memberikan contoh soalyang berkaitan dengan materiyang sedang dipelajari.
3. Meminta siswa mengerjakanmasalah-masalah yangterdapat di buku paketataupun LKS dan
1. Mendengarkanpenjelasan guru. Siswabertanya apabila adamateri yang tidakdipahami.
2. Memperhatikan contohsoal yang diberikan olehguru.
3. Mengerjakan soal-soalyang diberikan gurudengan mengerjakannyasendiri maupun
64
LangkahKegiatan
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
mendiskusikannya denganteman sebangkunya.
4. Memberikan kesempatanpada siswa untuk menuliskanjawaban di papan tulis danmendiskusikannya.
5. Memberikan penekanan padakonsep matematika yangesensial dan substansialkepada siswa.
berdiskusi dengan temansebangkunya. Apabilasiswa mengalamikesulitan, siswa dapatmeminta bantuan guru.
4. Menuliskan jawaban dipapan tulis danmendiskusikannya.
5. Memperhatikan apa yangdijelaskan oleh guru.
Penutup 1. Membimbing siswa untukmenyimpulkan materi yangtelah dibahas.
2. Memberikan tes individuuntuk melihat ketercapaianindikator pembelajaran.
3. Menyampaikan materipelajaran yang akan dibahaspada pertemuan selanjutnya.
1. Menyimpulkan materiyang telah dibahas.
2. Siswa mengerjakan tesyang diberikan.
3. Mencermati danmencatat judul materiyang akan dibahas padapertemuan selanjutnya.
2.7 Hasil Penelitian yang Relevan
Penelitian tentang pengaruh model IKRAR terhadap kemampuan berpikir
kritis siswa ini dilatarbelakangi oleh beberapa penelitian sebelumnya tentang
pendekatan pembelajaran matematika yang berorientasi pada pemecahan masalah
open-ended, kaitan pembelajaran matematika yang berorientasi pada pemecahan
masalah open-ended dengan kemampuan berpikir kritis siswa, kemudian
berkembang pada penelitian model IKRAR yang menjadi jawaban atas beberapa
kelemahan dalam pembelajaran berorientasi pemecahan masalah open-ended
tersebut. Selain itu, dipaparkan juga perkembangan penelitian pendidikan
berorientasi kearifan lokal yang telah dilakukan. Penelitian tersebut dijelaskan
dalam pemaparan berikut ini.
65
Pendekatan pembelajaran matematika berorientasi pendekatan masalah
telah diteliti oleh banyak ahli. George Polya merupakan salah satu ahli yang
pertama menetapkan tahap-tahap dalam menyelesaikan masalah. Dalam
menyelesaikan suatu masalah matematika, Polya pada tahun 1973, melalui
bukunya yang berjudul “How To Solve It” (dalam Nuralam, 2009) membagi
tahapan penyelesaian masalah ke dalam empat fase yang terdiri atas: (1)
memahami masalah, yaitu apa yang dicari, apa yang diketahui, apa syarat-syarat
yang bisa dipenuhi dan cukup untuk mencari yang tidak diketahui, membuat
gambar/grafik, (2) merencanakan pemecahannya, yaitu apakah soal tersebut sudah
pernah dilihat sebelumnya, apakah masalah yang sama pernah dilihat dalam
bentuk berbeda, apakah diketahui soal lain yang terkait dengan soal yang
diberikan, apakah tahu teorema yang mungkin berguna, memperhatikan unsur
yang tidak diketahui dan memikirkan soal yang sudah dikenal dan mempunyai
unsur yang tidak diketahui yang sama, (3) menyelesaikan masalah sesuai rencana
langkah kedua, yaitu merencanakan penyelesaiannya, mengecek setiap langkah,
apakah langkah-langkahnya sudah benar, dan (4) memeriksa kembali hasil yang
diperoleh untuk mengecek hasil yang dicari dengan cara lain.
Strategi yang diungkapkan Polya ini memiliki kekuatan dan kelemahan.
Kekuatan dari stategi pemecahan masalah oleh Polya ini adalah strategi tersebut
memuat pemecahan masalah yang sadar terhadap langkah yang signifikan dalam
proses pemecahan suatu masalah dan strategi tersebut menyajikan kerangka kerja
bagi masalah-masalah yang kompleks dan membantu dalam mengorganisasinya.
Sedangkan keterbatasannya adalah ketidakmampuan strategi ini untuk
menyelesaikan masalah yang bersifat lebih kompleks dengan banyaknya tindakan
66
yang harus dilakukan untuk menyelesaikan masalah dan kemungkinan
bervariasinya penyelesaian suatu masalah.
Stategi pemecahan masalah open-ended dalam pembelajaran matematika
awal mulanya dikembangkan di Jepang sejak tahun 70-an oleh Shimada (Sudiarta,
2008). Menurut Shimada, pendekatan open-ended ini berawal dari pandangan
bagaimana mengevaluasi kemampuan siswa secara objektif dalam berpikir tingkat
tinggi. Melalui pembelajaran matematika dengan pendekatan open-ended, siswa
akan dihadapkan pada masalah terbuka yang akan memberikan kesempatan untuk
menggunakan kemampuan berpikir siswa. Shimada (dalam Sudiarta, 2008)
menyatakan masalah matematika open-ended sebagai masalah matematika dengan
satu solusi dan banyak metode penyelesaian, atau banyak solusi dan banyak
metode penyelesaian.
Pendekatan pemecahan masalah open-ended ini berkembang pesat di
Eropa dan Amerika. Di Eropa, terutama di Jerman dan Belanda, pendekatan
pembelajaran ini mendapat perhatian luas seiring dengan tuntutan pergeseran
paradigma pendidikan matematika disana (Sudiarta, 2008). Studi pendahuluan
mengenai pembelajaran matematika berorientasi masalah open-ended telah
dilakukan melalui serangkaian studi kasus di beberapa sekolah dasar Negara
Bagian Niedersachen Jerman dalam kurun waktu 1999-2003. Dalam penelitiannya
ini, Sudiarta memperluas definisi masalah matematika open-ended oleh Shimada
bukan saja sebagai masalah matematika dengan satu solusi dan banyak metode
penyelesaian, atau banyak solusi dan banyak metode penyelesaian, tetapi juga
berupa closed problem biasa tetapi dengan beberapa variabel yang disembunyikan
dalam bentuk pernyataan-pernyataan tambahan. Secara umum, hasil penelitian
67
Sudiarta di Sekolah Dasar Elisabeth Schule Osnabrueck Jerman (1999-2003)
menyimpulkan bahwa pendekatan masalah open-ended dalam pembelajaran
matematika dapat mengembangkan kemampuan berpikir siswa terutama dalam
melakukan konstruksi-rekonstruksi konsep-konsep matematika secara mandiri
(Sudiarta, 2008:70).
Penelitian di atas kemudian dilanjutkan dengan sebuah penelitian yang
berjudul “Pengembangan Pembelajaran Matematika Berorientasi Pemecahan
Masalah Matematika Open-Ended di Sekolah Dasar di Propinsi Bali” yang
dikembangkan oleh Sudiarta (2004-2007). Melalui penelitian tersebut, Sudiarta
menemukan latar belakang pembelajaran matematika di Indonesia, khususnya di
Bali, yaitu siswa umumnya cukup berminat terhadap matematika, namun, (1)
belum mampu memecahkan masalah matematika yang lebih kompleks, yang
menuntut kemampuan berpikir divergen dan kritis, (2) sebagian besar guru masih
mengajar secara mekanistis menjelaskan konsep-memberikan contoh dan latihan
menekankan keterampilan berhitung, (3) masalah matematika yang digunakan
umumnya berbentuk masalah tertutup, yaitu yang memiliki satu jawaban yang
pasti, satu langkah yang pasti, satu langkah pemecahan, dilengkapi dengan
petunjuk dan informasi yang lengkap agar siswa dapat menjawab dengan baik,
mirip dengan contoh yang ada di buku, (4) siswa mengalami masalah dalam
melakukan pemecahan masalah, menerapkan dalam konteks yang lebih luas, dan
dalam konteks kehidupan sehari-hari, dan (5) pembelajaran ditekankan untuk
mencari jawaban yang benar saja, belum sampai pada alasan mengapa suatu
strategi atau prosedur menghasilkan jawaban yang benar atau salah.
68
Hasil lain dari penelitian Sudiarta (2007) adalah ditemukannya kesulitan
dalam menerapakan model pembelajaran berorientasi pemecahan masalah yang
disebabkan oleh: (1) kelemahan didaktis, yakni bagaimana guru mempersiapkan
masalah matematika yang dapat dijadikan sarana untuk merangsang kompetensi
matematis tingkat tinggi siswa yang meliputi kompetensi berpikir dan bertindak
kritis dalam melakukan analisis, sintesis, dan evaluasi, (2) kelemahan pedagogis,
yakni bagaimana guru menampilkan dirinya sebagai fasilitator, melakukan
intervensi dan memberikan scaffolding yang tepat, serta memberikan dorongan
dan dukungan terjadinya interaksi mental antar siswa, dan (3) kelemahan dalam
mengakomodasi struktur kognitif siswa terutama yang berkaitan dengan pola
pikir, yakni bagaimana konsep-konsep matematika sebelumnya dibangun,
dikonstruksi dan direkonstruksi, diaplikasikan, dan akhirnya direfleksikan secara
mendalam.
Berdasarkan hasil penemuan yang dijabarkan di atas, Sudiarta kemudian
mengembangkan sebuah model pembelajaran berorientasi masalah yang disebut
dengan IKRAR. Penelitian yang dilakukan terkait dengan penerapan model
pembelajaran IKRAR dalam kegiatan pembelajaran dilakukan oleh Santosa
(2010) melalui penelitian yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran IKRAR
dalam Pembelajaran Matematika Terhadap Kompetensi Matematis Tingkat Tinggi
Siswa Kelas VII SMP Negeri 4 Singaraja”. Hasil penelitian ini adalah model
pembelajaran IKRAR dalam pembelajaran matematika berpengaruh positif
terhadap kompetensi matematis tingkat tinggi siswa.
Selain penelitian Santosa, pada tahun 2010 Diputra juga melakukan
penelitian terkait model pembelajaran IKRAR dengan judul penelitian “Pengaruh
69
Model IKRAR dalam Pembelajaran Matematika Terhadap Motivasi dan Prestasi
Belajar Matematika Siswa Kelas IV SD Negeri 3 Banjar Jawa”. Hasil yang
diperoleh dari penelitian ini adalah pembelajaran dengan menggunakan model
IKRAR dapat: 1) menimbulkan keaktifan siswa selama mengikuti proses
pembelajaran matematika, 2) melatih siswa berpikir kritis dan kreatif sehingga
pemahaman konsep matematika siswa menjadi lebih bermakna, 3) meningkatkan
keterampilan siswa dalam melakukan proses pemecahan suatu masalah
matematika, dan 4) menumbuhkan minat dan ketertarikan siswa terhadap
pelajaran matematika.
Selain penelitian yang telah dijabarkan di atas, ada pula penelitian
pendahulu yang mengkaji penerapan kearifan lokal, khususnya kearifan lokal
masyarakat Bali, dalam pembelajaran. Beberapa hasil penelitian yang relevan
dengan bidang kajian ini contohnya adalah penelitian yang dilakukan Sadra
(2007a) yang berjudul “Model Pembelajaran Matematika Berwawasan
Lingkungan dalam Pelatihan Guru Kelas Satu Sekolah Dasar” yang salah satunya
mengkaji penerapan Tri Pramana dan Catur Paramita dalam pembelajaran di
kelas. Kemudian penelitian Ardana (2007) yang berjudul “Peningkatan Efektivitas
Pembelajaran Matematika Melalui Pembelajaran Berorientasi Konsep Jengah dan
Konstruktivis”. Konsep jengah dalam penelitian tersebut didefinisikan sebagai
konsep kearifan lokal Bali yang mendasari pola pikir seseorang dalam belajar,
yang menekankan pada kemampuan dasar, kedisiplinan, dan motivasi intrinsik
yang dimiliki siswa. Selain itu, Subagia dan Wiratma (2007) melakukan sebuah
penelitian yang berkenaan dengan kearifan lokal dengan judul “Pengembangan
Model Siklus Belajar Berdasarkan Potensi-potensi Kearifan Lokal Masyarakat
70
Bali dalam Bidang Pendidikan (Studi Pengembangan Model Siklus Belajar
Berbasis Budaya)”. Hasil penelitian ini adalah adanya model siklus belajar yang
dikembangkan dari kearifan lokal Tri Pramana. Selanjutnya Pujawan dan
Sugiarta (2010) memanfaatkan kearifan lokal nyepi dan Tri Kaya Parisudha
dalam pembelajaran, melalui penelitian yang berjudul “Pengembangan Model
Pembelajaran Matematika Berdasarkan Kearifan Lokal Nyepi dan Tri Kaya
Parisudha Berbantuan Modul untuk Meningkatkan Kualitas Perkuliahan Analisis
Real 2”. Penelitian ini kemudian dikembangkan kembali dengan penelitian yang
berjudul “Pengembangan Model dan Perangkat Pembelajaran Matematika
Berdasarkan Kearifan Lokal Nyepi dan Tri Kaya Parisudha untuk Siswa SD di
Provinsi Bali” oleh Sugiarta dan Pujawan (2011) dengan hasil berupa
penyempurnaan model pembelajaran STAR yang telah dikembangkan pada
penelitian sebelumnya, menjadi model pembelajaran STTAR, yang terdiri atas
Silent, Think, Talk, Act, dan Reflect. Penambahan komponen model pembelajaran
ini terjadi pada tahap Think yang artinya berpikir. Tahap ini juga merupakan
bentuk implementasi manacika. Dengan adanya tahapan ini, implementasi ajaran
Tri Kaya Parisudha menjadi lebih optimal.
Melihat dari penjabaran hasil penelitian-penelitian pendahulu yang
memberdayakan potensi kearifan lokal dalam pembelajaran terbukti bahwa
kearifan lokal memberikan hasil yang baik bagi pembelajaran matematika yang
dilakukan siswa.
2.8 Kerangka Berpikir
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang pesat pada
abad ke-21 ini menuntut seseorang untuk mampu menguasai informasi dan
71
pengetahuan dengan baik. Untuk memenuhi tuntutan tersebut, diperlukan suatu
sistem pendidikan yang mampu mengembangkan kemampuan berpikir kritis,
sistematis, logis dan kreatif.
Kemampuan berpikir kritis harus dikembangkan dalam pendidikan melalui
suatu proses pembelajaran. Mengembangkan kemampuan berpikir kritis dalam
proses pembelajaran akan membina manusia yang mampu untuk bersikap selektif
dalam menerima dan memahami setiap persoalan serta bersikap lebih berhati-hati
dalam bertindak dan berperilaku. Di Indonesia sendiri hal tersebut ditegaskan
kembali dalam KTSP, yang menyebutkan bahwa mata pelajaran matematika perlu
diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali
peserta didik dengan kemampuan berpikir kritis, sistematis, logis, analitis dan
kreatif serta mampu bekerja sama.
Menyikapi hal tersebut, banyak model pembelajaran inovatif telah
diterapkan dalam pembelajaran matematika. Salah satunya adalah model
pembelajaran matematika yang berorientasi pemecahan masalah matematika
kontekstual (contextual open-ended problem solving). Tujuan penerapan model
pembelajaran ini adalah untuk mengembangkan kemampuan dan aktivitas
pemecahan masalah, kemampuan berargumentasi dan berkomunikasi matematika,
serta mengembangkan kreativitas dan produktivitas berpikir kreatif dan kritis
tingkat tinggi (Sudiarta, 2008). Model pembelajaran ini tidak semata-mata
menuntut siswa untuk menemukan sebuah jawaban benar, tetapi lebih mendorong
siswa untuk belajar mengkonstruksi dan mempertahankan solusi-solusi
argumentatif yang benar (Schoenfeld; Foong, dalam Sudiarta 2008).
72
Perbedaannya dengan model pembelajaran konvensional tentunya cukup
jelas, mengingat model pembelajaran inovatif berorientasi pemecahan masalah
didasarkan pada pemberian masalah, terutama yang berkaitan dengan kehidupan
sehari-hari siswa, sehingga siswa tertantang untuk menyelesaikan masalah
tersebut dan memahami kegunaan dari belajar matematika itu sendiri. Sedangkan
pada pembelajaran konvensional siswa hanya dituntut untuk menguasai
perhitungan matematika yang menyebabkan matematika menjadi mata pelajaran
yang seringkali dinilai tidak ada kaitannya dengan kehidupan sehari-hari.
Model pembelajaran IKRAR merupakan model pembelajaran
konstruktivis yang berorientasi pada pemecahan masalah (Sudiarta, 2008). Model
ini memiliki empat tahapan dalam pembelajaran yang terdiri dari inisiasi,
konstruksi-rekonstruksi, aplikasi, dan refleksi. Model pembelajaran ini
mengedepankan siswa sebagai subyek pembelajaran yang aktif memecahkan
masalah dengan bantuan guru sebagai fasilitator. Pada saat pembelajaran, siswa
diberikan masalah yang dekat dengan kehidupan sehari-hari dan memberikan
siswa kesempatan untuk berdiskusi dengan rekan kelompoknya.
Permasalahan tentang kurangnya pemahaman konsep dan kemampuan
berpikir kritis siswa menyebabkan lemahnya kemampuan siswa untuk memahami
dan menyelesaikan permasalahan matematika yang diberikan. Hal ini terjadi
karena pembelajaran yang dilakukan belum memberi kesempatan kepada siswa
untuk mengkonstruksi pengetahuan mereka sendiri. Untuk itu perlu dilaksanakan
pembelajaran yang mengkondisikan peserta didik sehingga mereka dapat
memahami konsep dengan mengkonstruksi pengetahuan mereka sendiri yang
didukung dengan menggunakan model pembelajaran IKRAR. Dalam
73
pembelajaran ini siswa memiliki kesempatan memahami konsep secara mandiri
melalui proses inisiasi dan konstruksi-rekonstruksi. Siswa dibelajarkan sesuai
dengan kemampuannya sehingga mereka memiliki kesempatan untuk belajar
dengan kemampuan yang dimiliki. Hal ini dapat berdampak pada meningkatnya
kemampuan berpikir kritis siswa sehingga dapat pula meningkatkan kemampuan
pemecahan masalah.
Kegiatan pembelajaran pada tahapan model IKRAR, khususnya pada
tahap konstruksi-rekonstruksi, aplikasi, dan refleksi akan membuka ruang selebar-
lebarnya untuk: (a) mengerti konsep, prinsip, dan ide-ide matematika yang
berhubungan dengan tugas matematika, (b) memilih dan menyelenggarakan
proses dan strategi pemecahan masalah, (c) menjelaskan dan mengkomunikasikan
mengapa strategi itu berfungsi, dan (d) mengidentifikasi dan melihat kembali
alasan-alasan mengapa solusi dan prosedur menuju solusi itu adalah benar.
Melalui tahapan dalam model pembelajaran IKRAR, LKS yang memuat masalah
matematika dan bantuan berupa pertanyaan efektif akan mengkondisikan siswa
untuk mengembangkan potensinya dalam pemecahan masalah serta membiasakan
siswa untuk berpikir secara kritis serta mengungkapkan ide dan gagasan yang
dimiliki, yang pada akhirnya akan berpengaruh positif pada peningkatan
kemampuan berpikir kritis siswa.
Lebih lanjut, Ebbut dan Straker (1995) dalam Sudiarta (2007) menyatakan
bahwa salah satu karakteristik siswa dalam belajar matematika adalah siswa
belajar matematika apabila mereka memiliki motivasi. Becermin dari hal tersebut,
guru seyogyanya dapat memfasilitasi siswa untuk lebih percaya diri dengan
kemampuannya dan menanamkan perilaku pantang menyerah dalam
74
mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan divergen saat menyelesaikan
masalah.
Salah satu hal yang dapat dilakukan guru adalah dengan mengoptimalkan
potensi kearifan lokal Bali yaitu dengan menyampaikan nasihat-nasihat yang
bersumber dari kearifan lokal. Seperti yang diketahui, orang Bali memiliki banyak
jenis peribahasa yang biasa digunakan orang tua dalam memberikan nasihat
kepada anaknya. Nasihat-nasihat tersebut juga dapat digunakan dalam
pembelajaran. Fungsinya pun beragam, tidak sebatas memotivasi siswa tetapi juga
menjaga agar siswa yang telah mampu dalam belajar tidak merasa sombong dan
justru lengah, membangun pemahaman pentingnya bekerja dalam kelompok dan
menjaga agar tidak terjadi kegaduhan dalam pembelajaran. Dengan kehadiran
kearifan lokal dalam pembelajaran, siswa akan mempunyai semangat untuk
belajar dan tentunya berdampak positif pada pembelajaran.
Kolaborasi model pembelajaran IKRAR dengan kearifan lokal disebut
dengan model pembelajaran IKRAR berorientasi kearifan lokal. Dengan tetap
mempertahankan prinsip-prinsip pembelajaran yang memang menjadi unsur
intrinsik IKRAR, kearifan lokal memberikan tambahan keunggulan dimana proses
aksi dan mental yang dibutuhkan dalam IKRAR dapat berjalan dengan baik.
Kehadiran kearifan lokal dalam pembelajaran IKRAR diharapkan mampu
mengatasi permasalahan yang selama ini masih menjadi kendala dalam proses
pembelajaran di kelas. Dengan demikian diharapkan siswa akan lebih mampu
memahami dan mengkontruksi pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat
meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dalam memecahkan permasalahan
yang diberikan.
75
Berdasarkan uraian di atas, dapat diyakini bahwa terdapat pengaruh model
pembelajaran IKRAR berorientasi kearifan lokal terhadap kemampuan berpikir
kritis siswa. Pengaruh tersebut dapat dilihat melalui adanya perbedaan
kemampuan berpikir kritis antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan
model konvensional, model pembelajaran IKRAR, dan model pembelajaran
IKRAR berorientasi kearifan lokal.
2.9 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan perumusan teori dan kerangka berpikir di atas, dapat
dirumuskan hipotesis penelitian, yaitu: terdapat pengaruh model pembelajaran
IKRAR berorientasi kearifan lokal terhadap kemampuan berpikir kritis siswa.
Hipotesis tersebut dijawab melalui analisa terhadap hipotesis penelitian berikut.
1. Terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis antara siswa yang
mengikuti pembelajaran dengan model IKRAR berorientasi kearifan
lokal, siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model IKRAR, dan
siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran
konvensional.
2. Kemampuan berpikir kritis siswa yang mengikuti pembelajaran
dengan model IKRAR berorientasi kearifan lokal lebih baik daripada
siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model IKRAR.
3. Kemampuan berpikir kritis siswa yang mengikuti pembelajaran
dengan model IKRAR lebih baik daripada siswa yang mengikuti
pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional.
76
4. Kemampuan berpikir kritis siswa yang mengikuti pembelajaran
dengan model IKRAR berorientasi kearifan lokal lebih baik daripada
siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran
konvensional.
77
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Populasi Penelitian
“Populasi merupakan keseluruhan dari subjek penelitian” (Arikunto,
2002b). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SD Negeri se-
kelurahan Dauhwaru Negara tahun ajaran 2011/2012. Anggota populasi dalam
penelitian ini tersebar pada enam sekolah dasar negeri yang ada di kelurahan
Dauhwaru. Sebaran populasi penelitian ini dapat dilihat dalam tabel penyebaran
populasi berikut.
Tabel 3.1 Penyebaran Populasi
SEKOLAH KELAS JUMLAH SISWASD Negeri 1 Dauh Waru V 16 orangSD Negeri 2 Dauh Waru V 16 orang
SD Negeri 3 Dauh WaruVA 23 orangVB 22 orang
SD Negeri 4 Dauh Waru V 31 orangSD Negeri 5 Dauh Waru V 13 orang
SD Negeri 6 Dauh WaruVA 24 orangVB 23 orang
(sumber: TU masing-masing sekolah)
Berdasarkan hasil wawancara dengan ketua gugus 3, diperoleh informasi
bahwa kemampuan siswa sekolah dasar yang tersebar di Gugus 3 Bisma
Kecamatan Negara adalah setara. Dengan demikian, secara umum kemampuan
siswa dalam populasi pada penelitian ini, yang tersebar di sekolah-sekolah dasar
78
negeri kelurahan Dauhwaru Negara yang termasuk dalam satu gugus yang sama
(Gugus 3 Bisma) memiliki kemampuan yang setara.
3.2 Sampel Penelitian
”Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti” (Arikunto,
2002b). Dalam penelitian ini, sampel diambil dengan teknik random sampling.
Artinya, sampel diambil dari sekolah-sekolah atau kelas-kelas secara acak. Kelas-
kelas yang ada tersebut kemudian dirandom dengan cara melakukan pengundian
untuk menentukan 3 kelas yang akan digunakan untuk penelitian.
Selanjutnya ketiga kelompok sampel tersebut diuji kesetaraannya dengan
menggunakan Analisis Varian (ANAVA) Satu Jalur. Tujuan uji kesetaraan ini
adalah untuk memperoleh sampel yang setara sehingga perbedaan yang timbul
pada kelompok sampel setelah memperoleh perlakuan murni disebabkan oleh
perlakuan yang diberikan.
Data yang digunakan untuk melakukan uji kesetaraan dengan ANAVA ini
adalah nilai raport matematika siswa kelas V di semester ganjil tahun pelajaran
2011/2012. Hipotesis statistik dalam uji ANAVA ini adalah sebagai berikut.
H0 : = =yaitu tidak terdapat perbedaan kemampuan awal
pada ketiga kelompok sampel
melawan
H1 : Paling tidak satu tanda sama dengan (“=”) tidak berlaku
yaitu terdapat kelompok sampel yang memiliki
kemampuan awal yang berbeda.
79
Keterangan
: Rata-rata nilai raport siswa kelompok sampel 1
: Rata-rata nilai raport siswa kelompok sampel 2
: Rata-rata nilai raport siswa kelompok sampel 3
“ANAVA disebut juga uji F karena koefisien yang dihitung adalah
koefisien F yang mengikuti distribusi F” (Candiasa, 2010b). Sebelum dilakukan
uji kesetaraan, terlebih dahulu harus diuji normalitas dan homogenitas varians
data yang digunakan. Untuk menguji normalitas data, digunakan uji Lilliefors,
sedangkan untuk menguji homogenitas data ketiga kelompok digunakan uji
Levene. Apabila data yang digunakan berdistribusi normal dan memiliki varians
yang homogen, maka pengujian kesetaraan kelas dengan menggunakan uji
ANAVA Satu Jalur dapat dilakukan. Adapun langkah-langkah untuk menghitung
nilai F dapat dilihat pada tabel ringkasan ANAVA Satu Jalur berikut.
Tabel 3.2 Ringkasan ANAVA Satu Jalur Untuk Penyetaraan Kelas
SumberVariasi
Jumlah Kuadrat(JK)
DerajatKebebasan
(dk)
Rata-RataJumlah Kuadrat
(RJK)Fhit
Antara
∑ =1 2=1− (∑ )2 k-1
Dalam − ntotal-k
Total 2 − (∑ )2ntotal-1
Keterangan: Data keseluruhan
80
: Data sampel ke-j pada kelompok sampel ke-i,JKT : Jumlah Kuadrat TotalJKA : Jumlah Kuadrat Antara
: Banyak seluruh sampel: Banyak anggota sampel per-kelompok sampel: Banyak kelompok sampel
(Candiasa, 2010b)
Dengan kriteria pengujian adalah tolak H0 jika Fhit>Ftabel, Ftabel = ( , ),dimana = 5%.
Jika H0 ditolak maka perlu dilakukan uji lanjut untuk mengetahui rata-rata
kelompok sampel yang berbeda. Terdapat banyak jenis uji lanjut yang dapat
digunakan. Salah satunya adalah uji Sceffé dengan rumus berikut.
= ( − )1 + 1Keterangan
: Rata-rata kelompok yang lebih besar: Rata-rata kelompok yang lebih kecil: Banyak responden dalam kelompok dengan rata-rata lebih besar: Banyak responden dalam kelompok dengan rata-rata lebih kecil
(Candiasa, 2010b)
Pengambilan keputusan dilakukan dengan membandingkan nilai dengan F’,
dimana ′ = ( − 1) . Apabila > ′, H0 ditolak.
Berdasarkan hasil pemilihan random dan perhitungan penyetaraan ketiga
kelas yang telah dilakukan seperti yang terangkum dalam Lampiran 02, diperoleh
tiga kelas yang mempunyai kemampuan setara, yaitu kelas VA dan kelas VB pada
SD Negeri 3 Dauhwaru dan kelas V pada SD Negeri 4 Dauhwaru.
Setelah diperoleh tiga kelompok sampel yang setara, dilakukan
pengundian untuk menentukan kelompok yang menjadi kelompok eksperimen
(dua kelas) dan kelompok yang menjadi kelompok kontrol (satu kelas). Dari hasil
81
pengundian tersebut, didapatkan 1 kelas kontrol, yaitu kelas V di SD Negeri 4
Dauhwaru dan 2 kelas yang tersisa menjadi kelas eksperimen. Kelompok yang
terpilih menjadi kelompok eksperimen kemudian diundi lagi untuk menentukan
kelompok yang mendapat perlakuan berupa model pembelajaran IKRAR
berorientasi kearifan lokal dan kelompok yang mendapat perlakuan berupa model
pembelajaran IKRAR. Adapun kelompok kontrol mendapat perlakuan berupa
model pembelajaran yang biasa diterapkan pada kelas tersebut. Berdasarkan hasil
pengundian selanjutnya, diperoleh kelas VB di SD Negeri 3 Dauhwaru sebagai
kelas yang mendapat perlakuan berupa model pembelajaran IKRAR berorientasi
kearifan lokal dan kelas VA pada SD Negeri 3 Dauhwaru sebagai kelas yang
mendapat perlakuan berupa model IKRAR.
3.3 Variabel Penelitian
“Variabel adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian
suatu penelitian” (Arikunto, 2002b). Ada dua jenis variabel yang terlibat dalam
penelitian ini, yaitu variabel bebas (independent variable) dan variabel terikat
(dependent variable).
a. Variabel Terikat (dependent variable)
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kemampuan berpikir kritis
siswa.
b. Variabel Bebas (independent variable)
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran yang
diterapkan yaitu model pembelajaran IKRAR berorientasi kearifan
lokal, model pembelajaran IKRAR, dan model pembelajaran
konvensional.
82
3.4 Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Post-test
Only Control Group Design. Myers (2006) menyatakan bahwa tujuan penggunaan
desain penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan oleh
suatu perlakuan dengan membandingkan perilaku sampel sebelum dan setelah
sampel mengalami perlakuan. Walaupun tidak menggunakan tes awal, desain
penelitian ini dianggap terhindar dari variabel bias karena kemampuan awal siswa
di masing-masing kelompok penelitian telah diuji kesetaraannya dan dari hasil
pengujian tersebut diketahui bahwa kemampuan awal kelompok sampel setara
(Johnson dan Christensen, 2011). Untuk lebih jelasnya, desain penelitian ini dapat
dilihat pada tabel 3.3 berikut.
Tabel 3.3 Desain Penelitian
KELOMPOK PERLAKUAN EVALUASI
E1 X1 O1
E2 X2 O2
K X3 O3
(dimodifikasi dari Johnson dan Christensen, 2011)Keterangan :E : Kelas EksperimenK : Kelas KontrolX1 : Model pembelajaran IKRAR berorientasi kearifan lokalX2 : Model pembelajaran IKRARX3 : Model pembelajaran konvensionalO1 : Hasil post-test siswa kelompok eksperimen IKRAR
berorientasi kearifan lokalO2 Hasil post-test siswa kelompok eksperimen IKRARO3 : Hasil post-test siswa kelompok kontrol
Kelompok eksperimen terdiri dari dua kelas, satu kelas menggunakan
model pembelajaran IKRAR berorientasi kearifan lokal (kelas Eksperimen 1),
83
sedangkan kelas yang lain menggunakan model pembelajaran IKRAR (kelas
Eksperimen 2), dan kelompok kontrol menggunakan model pembelajaran
konvensional, yaitu model pembelajaran yang biasa diterapkan di kelas tersebut.
Setelah diberi perlakuan, dilakukan evaluasi dengan memberikan post test berupa
tes kemampuan berpikir kritis.
3.5 Prosedur Penelitian
Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam penelitian ini antara lain
sebagai berikut.
a. Melakukan pengundian pada kelompok populasi untuk memperoleh
tiga kelompok yang akan dijadikan sampel penelitian.
b. Melakukan uji kesetaraan terhadap tiga kelompok sampel. Uji
kesetaraan ini dilakukan dengan menggunakan nilai raport semester
ganjil mata pelajaran matematika siswa kelas V tahun pelajaran
2011/2012.
c. Melakukan pengundian untuk menentukan dua kelompok yang menjadi
kelompok eksperimen dan satu kelompok yang menjadi kelompok
kontrol. Setelah itu, dua kelompok yang menjadi kelompok eksperimen
diundi lagi untuk menentukan kelompok yang mendapat perlakuan
berupa model pembelajaran IKRAR berorientasi kearifan lokal dan
kelompok yang mendapat perlakuan berupa model pembelajaran
IKRAR.
d. Menentukan materi yang akan dibahas selama penelitian.
e. Menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) serta Lembar
Kerja Siswa (LKS) untuk model pembelajaran IKRAR berorientasi
84
kearifan lokal, model pembelajaran IKRAR, dan model pembelajaran
konvensional.
f. Mempersiapkan instrumen penelitian yakni tes uraian untuk mengukur
kemampuan berpikir kritis siswa serta kunci jawaban untuk tes yang
akan digunakan.
g. Mengkonsultasikan instrumen penelitian dengan guru matematika dan
dosen pembimbing.
h. Melaksanakan pembelajaran yaitu memberikan perlakuan kepada
kelompok eksperimen dan kontrol.
i. Melaksanakan uji coba instrumen untuk menentukan validitas dan
reliabilitas tes.
j. Memberikan post test pada ketiga kelompok sampel.
k. Menganalisis data hasil penelitian untuk menguji hipotesis yang
diajukan.
3.6 Metode Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian
“Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan oleh peneliti untuk
mengumpulkan data” (Arikunto, 2002a). Jenis instrumen yang digunakan dalam
penelitian ini berupa tes. Data yang akan dikumpulkan pada penelitian ini adalah
berupa kemampuan berpikir kritis siswa yang dikumpulkan melalui tes
kemampuan berpikir kritis.
Tes kemampuan berpikir kritis digunakan untuk memperoleh data
mengenai kemampuan berpikir kritis siswa. Tes ini akan diberikan pada akhir
pertemuan untuk ketiga kelompok sampel. Tes kemampuan berpikir kritis yang
akan digunakan berupa tes uraian dengan jumlah 4 soal dimana setiap soal
85
mengukur kompetensi berpikir kritis yang berbeda. Tes kemampuan berpikir kritis
siswa diperiksa dengan menggunakan rubrik penskoran analitik artinya rubrik
penskoran yang digunakan disesuaikan dengan permasalahan yang diberikan
dalam tes. Rubrik penskoran untuk kemampuan berpikir kritis adalah sebagai
berikut.
Tabel 3.4 Rubrik Penskoran Tes Kemampuan Berpikir Kritis
NoKompetensi
Berpikir Kritis IndikatorRespon Siswa
TerhadapJawaban
Skor
1 Menginvestasikonteks danmengembangkanspektrumpermasalahan
Mampu menghasilkanberbagaipengandaian/pemisalanserta mampumenuliskan informasipenting yang relevandigunakan dalampemecahan masalah.
Tidak ada jawaban0
Jawaban salah
Jawaban benarsebagian 1
Jawaban benarseluruhnya 2
2 Merumuskanmasalah
Mampu merumuskanpertanyaan/masalahmatematika bermaknayang memberi arahpemecahan.
Tidak ada jawaban0
Jawaban salahJawaban benarsebagian
1
Jawaban benarseluruhnya
2
3 Mengembangkankonsep jawabandan argumentasiyang reasonable
Mampu merumuskanargumen-argumenreasonable yangmenghubungkankonsep denganpermasalahan yangdihadapi.
Tidak ada jawaban
0Jawaban salah
Jawaban benarsebagian 1
Jawaban benarseluruhnya 2
4 MelakukanEvaluasi
Mampu membuatpenilaian terhadapkonteks masalah,rumusan masalah atau
Tidak ada jawaban0
Jawaban salah
Jawaban benarsebagian 1
86
NoKompetensi
Berpikir Kritis IndikatorRespon Siswa
TerhadapJawaban
Skor
konsep jawaban secarabermakna serta dapatmenemukan alternatifpenyelesaian lain.
Jawaban benarseluruhnya
2
3.7 Uji Coba Instrumen
“Instrumen dapat dikatakan memenuhi persyaratan sebagai alat pengumpul
data apabila sekurang-kurangnya instrumen tersebut valid dan reliabel” (Arikunto,
2002c). Oleh karena itu, instrumen penelitian yang telah disusun kemudian
diujicobakan untuk mendapatkan gambaran secara empirik tentang kelayakan tes
tersebut untuk dipergunakan sebagai instrumen penelitian. Sekolah yang dijadikan
tempat uji coba adalah SD Negeri 4 Pendem.
3.7.1 Uji Validitas
“Validitas adalah keadaan yang menggambarkan tingkat instrumen yang
bersangkutan mampu mengukur apa yang akan diukur” (Arikunto, 2002a).
Suherman (2003) menyatakan bahwa suatu alat evaluasi disebut valid (absah atau
sahih) apabila alat tersebut mampu mengevaluasi apa yang seharusnya dievaluasi.
Oleh karena itu, kevalidannya tergantung pada sejauh mana ketepatan alat
evaluasi itu dalam melaksanakan fungsinya.
Salah satu cara untuk mencari koefisien validitas alat evaluasi adalah
dengan menggunakan rumus korelasi product moment dengan taraf signifikansi
5% yang dirumuskan sebagai berikut.
2222 YYNXXN
YXXYNrxy
87
Keterangan:
xyr = koefisien korelasi product momment
X = skor butir tes yang dicari validitasnyaY = skor total respondenN = banyak responden
(Candiasa, 2010a)
Jika xyr > tabelr dengan taraf signifikansi 5% dan derajat kebebasan n – 2
maka terdapat korelasi yang signifikan antara skor butir dengan skor total yang
berarti butir soal yang bersangkutan dikatakan valid.
3.7.2 Uji Reliabilitas Tes
“Reliabilitas tes mengacu pada tingkat keterandalan tes tersebut sebagai
instrumen penelitian” (Arikunto, 2002a). Reliabilitas suatu alat evaluasi
dimaksudkan sebagai suatu alat yang memberikan hasil relatif sama meskipun
dilakukan pada waktu dan tempat berbeda. Menurut Suherman (1993), tes yang
reliabilitasnya tinggi disebut tes yang reliabel. Karena tes kemampuan berpikir
kritis yang digunakan berbentuk tes uraian, maka dalam menentukan
reliabilitasnya digunakan formula Alpha Cronbach. Sebelum dilakukan
perhitungan reliabilitas, terlebih dahulu dibuat tabel kerja dengan mengikuti
langkah-langkah berikut.
a. Memilih butir soal yang akan digunakan untuk post-test. Kriterianya
adalah butir soal tersebut valid dan mewakili masing-masing
kompetensi berpikir kritis yang digunakan.
b. Menghitung varians ( 2i ) setiap butir dan varians skor total ( 2
t )
dengan rumus sebagai berikut: = ∑ (∑ )( ) dan =∑ (∑ )( ) .
88
dengan k menyatakan banyak responden.
Adapun formula Alpha Cronbach yang digunakan untuk menentukan
koefisien reliabilitas instrumen adalah sebagai berikut.
2
2
11 11 t
i
n
nr
Keterangann : banyak butir soal yang diuji reliabilitasnya
2i : jumlah varians skor masing-masing butir2t : varians total
(Candiasa, 2010a)
Kriterianya adalah dengan membandingkan harga 11r ke tabel harga
kriteria r produk momen, dimana 11r dikatakan signifikan jika 11r > rtabel (taraf
signifikan 5 %).
Kategori derajat reliabilitas adalah sebagai berikut.
0,80 < 11r ≤ 1,00 Reliabilitas sangat tinggi (sangat baik)0,60 < 11r ≤ 0,80 Reliabilitas tinggi (baik)0,40 < 11r ≤ 0,60 Reliabilitas sedang (cukup)0,20 < 11r ≤ 0,40 Reliabilitas rendah (kurang)
r11 ≤ 0,20 Reliabilitas sangat rendah.(Suherman, 1993)
3.7.4 Hasil Uji Coba Instrumen
Instrumen tes kemampuan berpikir kritis siswa diujicobakan pada siswa
kelas VA dan kelas VB SD Negeri 4 Pendem. Berdasarkan hasil perhitungan
validitas tes (tercantum dalam Lampiran 09) diperoleh bahwa 10 soal yang
diujicobakan merupakan soal yang valid. Dari 10 soal tersebut, dipilih 4 soal yang
akan digunakan sebagai Post Test, dengan kriteria empat soal yang dipilih adalah
soal yang memiliki validitas tertinggi dan setiap soal mewakili satu indikator
89
berpikir kritis yang berbeda. Berdasarkan perhitungan analisis reliabilitas 4 soal
yang dipilih tersebut (perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 10), diperoleh nilai
koefisien reliabilitas tinggi sehingga soal-soal tersebut layak untuk digunakan.
3.8 Teknik Analisis Data
Dalam menguji hipotesis yang diajukan, data yang diperoleh dianalisis
dengan menggunakan uji ANAVA Satu Jalur. Candiasa (2010b) mengatakan
terdapat dua asumsi yang harus dipenuhi agar dapat menggunakan uji ANAVA,
yaitu (1) variabel terikat dari semua kelompok yang dibandingkan diasumsikan
berdistribusi normal dan (2) variabel terikat dari semua kelompok yang
dibandingkan diasumsikan memiliki varians yang homogen. Oleh karena itu,
dilakukan pengujian normalitas sebaran data dan homogenitas varians data
terlebih dahulu sebelum melakukan uji hipotesis.
3.8.1 Uji Normalitas
Sebelum dilaksanakan pengujian untuk memperoleh simpulan, data yang
diperoleh harus diuji normalitasnya. Untuk menguji normalitas data, digunakan
uji Lilliefors. “Pengujian normalitas data dengan uji Lilliefors dilakukan dengan
membandingkan data hasil observasi dengan frekuensi sebaran data yang sudah
berdistribusi normal” (Candiasa, 2010b). Pada pengujian normalitas data dengan
uji Lilliefors dicari selisih frekuensi sebaran data (F(Z)) dengan frekuensi
kumulatif sampai dengan batas tiap-tiap data (S(Z)), yang dihitung dengan
menggunakan rumus berikut.
L = | ( ) − ( )|dimana =
90( ) =KeteranganZ : Skor bakuSD : Standar DeviasiF (Z) : Frekuensi data atau luas daerah di bawah kurva normal
dengan batas ZFK : Frekuensi Kumulatifntotal : Banyak Data
(Candiasa, 2010b)
Nilai | ( ) − ( )| yang terbesar selanjutnya ditetapkan sebagai Lhitung.
Hipotesis penelitian dalam uji Lilliefors ini adalah sebagai berikut.
H0: ( ) = Φ
yaitu data kemampuan berpikir kritis siswa pada
kelompok ke-i, dengan i = 1,2,3 berasal dari
populasi yang berdistribusi normal
melawan
H1: ( ) ≠ Φ
yaitu terdapat data kemampuan berpikir kritis siswa
pada kelompok ke-i, dengan i = 1,2,3, yang tidak
berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
Keterangan
1( ) : Data kemampuan berpikir kritis siswa kelompok eksperimen 1
2( ) : Data kemampuan berpikir kritis siswa kelompok eksperimen 2
3( ) : Data kemampuan berpikir kritis siswa kelompok kontrol
Dengan kriteria pengujian adalah tolak H0 jika Lhitung > Ltabel, dimana Ltabel
ditentukan melalui tabel Lilliefors pada taraf signifikasi 5%.
91
3.8.2 Uji Homogenitas Varians
Pengujian homogenitas varians dilakukan dengan menggunakan Uji
Levene. Uji Levene dilakukan dengan menghitung nilai W menggunakan rumus:
= ( − ) ∑ − ̅( − 1) ∑ ∑ −Keteranganntotal : Banyak data keseluruhan
: Banyak data tiap kelompokk : Banyak kelompok
: −: Data sampel ke-j pada kelompok ke-i: Rata-rata kelompok sampel ke-i: Rata-rata untuk kelompok sampel ke-i
: Rata-rata seluruh
(Candiasa, 2010b)
Hipotesis penelitian dalam uji Levene ini adalah sebagai berikut.
H0 : = =yaitu data kemampuan berpikir kritis siswa kelas VB
SD Negeri 3 Dauhwaru, kelas VA SD Negeri 3
Dauhwaru, dan kelas V SD Negeri 4 Dauhwaru
memiliki varians yang homogen
melawan
H1 : Paling tidak satu tanda sama dengan (“=”) tidak berlaku
yaitu terdapat kelompok sampel yang memiliki
varians kemampuan berpikir kritis yang berbeda.
Dengan kriteria pengujian adalah tolak H0 jika W > Ftabel, dimana Ftabel =
( , ), dengan = 5%.
92
3.8.3 Uji Hipotesis
Berdasarkan hipotesis penelitian yang telah diajukan pada kajian pustaka,
dapat dirumuskan hipotesis nol (H0) pertama yang berbunyi “tidak terdapat
perbedaan kemampuan berpikir kritis antara siswa yang mengikuti pembelajaran
dengan model IKRAR berorientasi kearifan lokal, siswa yang mengikuti
pembelajaran dengan model IKRAR, dan siswa yang mengikuti pembelajaran
dengan model konvensional”. Secara statistik, hipotesis tersebut dapat dirumuskan
sebagai berikut.
H0: = =yaitu tidak terdapat perbedaan kemampuan berpikir
kritis siswa yang mengikuti pembelajaran dengan
model IKRAR berorientasi kearifan lokal, model
IKRAR maupun model pembelajaran konvensional.
melawan
H1 : paling tidak satu tanda sama dengan (”=”) tidak berlaku
yaitu terdapat pasangan kelompok sampel memiliki
kemampuan berpikir kritis yang berbeda.
Keterangan:
= rata-rata kemampuan berpikir kritis siswa yang dibelajarkan dengan
model pembelajaran IKRAR berorientasi kearifan lokal
= rata-rata kemampuan berpikir kritis siswa yang dibelajarkan dengan
model pembelajaran IKRAR
= rata-rata kemampuan berpikir kritis siswa yang dibelajarkan dengan
model pembelajaran konvensional
93
Adapun langkah-langkah untuk menghitung nilai F dapat dilihat pada
tabel ringkasan ANAVA Satu Jalur dalam tabel berikut.
Tabel 3.5 Ringkasan ANAVA Satu Jalur Untuk Pengujian Hipotesis
SumberVariasi
Jumlah Kuadrat(JK)
DerajatKebebasan
(dk)
Rata-RataJumlah Kuadrat
(RJK)Fhit
Antara
∑ =1 2=1− (∑ )2 k-1
Dalam − ntotal-k
Total 2 − (∑ )2ntotal-1
Keterangan: Data keseluruhan: Data sampel ke-j pada kelompok sampel ke-i,
JKT : Jumlah Kuadrat TotalJKA : Jumlah Kuadrat Antara
: Banyak seluruh sampel: Banyak anggota sampel per-kelompok sampel: Banyak kelompok sampel
(Candiasa, 2010b)
Dengan kriteria pengujian adalah tolak H0 jika Fhit > Ftabel, Ftabel =
( , ), dimana = 5%.
Jika H0 ditolak, gunakan uji lanjut untuk melakukan pengujian hipotesis
berikut.
1. Kemampuan berpikir kritis siswa yang mengikuti pembelajaran dengan
model IKRAR berorientasi kearifan lokal lebih baik daripada siswa yang
mengikuti pembelajaran dengan model IKRAR.
94
Secara statistik, hipotesis tersebut dapat dirumuskan:
H0 : =yaitu tidak terdapat perbedaan kemampuan berpikir
kritis siswa yang mengikuti pembelajaran dengan
model IKRAR berorientasi kearifan lokal dengan
siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model
IKRAR
melawan
H1 : >yaitu kemampuan berpikir kritis siswa yang
mengikuti pembelajaran dengan model IKRAR
berorientasi kearifan lokal lebih baik daripada siswa
yang mengikuti pembelajaran dengan model IKRAR
2. Kemampuan berpikir kritis siswa yang mengikuti pembelajaran dengan
model IKRAR lebih baik daripada siswa yang mengikuti pembelajaran
dengan model konvensional.
Secara statistik, hipotesis tersebut dapat dirumuskan:
H0 : =yaitu tidak terdapat perbedaan kemampuan berpikir
kritis siswa yang mengikuti pembelajaran dengan
model IKRAR dengan siswa yang mengikuti
pembelajaran dengan model konvensional
95
melawan
H1 : >yaitu kemampuan berpikir kritis siswa yang
mengikuti pembelajaran dengan model IKRAR lebih
baik daripada siswa yang mengikuti pembelajaran
dengan model konvensional.
3. Kemampuan berpikir kritis siswa yang mengikuti pembelajaran dengan
model IKRAR berorientasi kearifan lokal lebih baik daripada siswa yang
mengikuti pembelajaran dengan model konvensional.
Secara statistik, hipotesis tersebut dapat dirumuskan:
H0 : =yaitu tidak terdapat perbedaan kemampuan berpikir
kritis siswa yang mengikuti pembelajaran dengan
model IKRAR berorientasi kearifan lokal dengan
siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model
konvensional
melawan
H1 : >yaitu kemampuan berpikir kritis siswa yang
mengikuti pembelajaran dengan model IKRAR
berorientasi kearifan lokal lebih baik daripada siswa
yang mengikuti pembelajaran dengan model
konvensional.
96
Uji lanjut yang digunakan adalah uji Scheffé dengan rumus berikut.
= ( − )1 + 1Keterangan
: Rata-rata kelompok yang lebih besar: Rata-rata kelompok yang lebih kecil: Banyak responden dalam kelompok dengan rata-rata lebih besar: Banyak responden dalam kelompok dengan rata-rata lebih kecil
(Candiasa, 2010b)
Pengambilan keputusan dilakukan dengan membandingkan nilai dengan F’,
dimana = ( − 1) . Apabila > ′, H0 ditolak. Hal ini berarti
kelompok yang memiliki rata-rata ( ) lebih besar dinyatakan lebih unggul
daripada kelompok yang memiliki rata-rata ( ) lebih kecil.
Namun, apabila data tidak berdistribusi normal dan tidak memiliki varians
yang homogen, maka uji ANAVA Satu Jalur tidak dapat dilakukan. Sebagai
gantinya, digunakan uji Kruskal-Wallis yang merupakan salah satu uji pada
prosedur nonparametrik. Daniel (1989) menyatakan bahwa prosedur
nonparametrik dapat digunakan apabila asumsi-asumsi yang diperlukan sebagai
syarat penggunaan suatu prosedur parametrik menjadi sahih tidak terpenuhi.
Dengan kata lain, uji nonparametrik dapat digunakan salah satunya apabila data
tidak berdistribusi normal dan variansnya tidak homogen.
Uji Kruskal-Wallis dilakukan dengan membandingkan nilai H dengan nilai
pada tabel Chi-Kuadrat ( ). Nilai H dihitung dengan rumus berikut.
= 12( + 1) − 3( + 1)
97
Keterangan:: Jumlah peringkat-peringkat yang ditetapkan bagi hasil-hasil
pengamatan di sampel ke-i: Banyak seluruh sampel: Banyak anggota sampel per-kelompok sampel
(Daniel, 1989)
Hipotesis penelitian dalam uji Kruskal-Wallis ini adalah sebagai berikut.
H0 : Ketiga kelompok sampel memiliki median yang sama
melawan
H1 : Terdapat kelompok sampel yang memiliki median yang tidak
sama.
Dengan kriteria pengujian adalah tolak H0 jika H > , dimana
ditentukan melalui Tabel Chi Kuadrat dengan derajat kebebasan k-1 pada taraf
signifikasi 5%.
Apabila H0 ditolak, pengujian dilanjutkan untuk menguji hipotesis
berikutnya, yaitu: (1) kemampuan berpikir kritis siswa yang mengikuti
pembelajaran dengan model IKRAR berorientasi kearifan lokal lebih baik
daripada siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model IKRAR, (2)
kemampuan berpikir kritis siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model
IKRAR lebih baik daripada siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model
konvensional, dan (3) kemampuan berpikir kritis siswa yang mengikuti
pembelajaran dengan model IKRAR berorientasi kearifan lokal lebih baik
daripada siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model konvensional.
Prosedur yang digunakan adalah pembandingan berganda, dimana
pengambilan keputusan dilakukan dengan membandingkan nilai − dengan
nilai ( [ ( )⁄ ]) ( ) + .
98
Keterangan:
: Rata-rata peringkat dari kelompok sampel ke-i
: Rata-rata peringkat dari kelompok sampel ke-j
: Banyak anggota sampel pada kelompok sampel ke-i
: Banyak anggota sampel pada kelompok sampel ke-j
: Banyak seluruh sampel
k : Banyak kelompok sampel
z : Daerah pada kurva normal yang sebelah kanannya memiliki luas
á( −1)Jika − ≤ ( [ ( )⁄ ]) ( ) + maka tidak
terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis pada kelompok sampel ke-i dan
ke-j. Tetapi, jika − > ( [ ( )⁄ ]) ( ) + maka
terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis pada kelompok sampel ke-i dan
ke-j, dimana kelompok sampel yang memiliki lebih tinggi dinyatakan memiliki
kemampuan berpikir kritis yang lebih baik.
99
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
Data dalam penelitian ini adalah skor kemampuan berpikir kritis siswa
sebagai akibat dari penggunaan model pembelajaran IKRAR, model pembelajaran
IKRAR berorientasi kearifan lokal dan model pembelajaran konvensional dalam
pembelajaran matematika. Berikut ini data hasil penelitian tentang kemampuan
berpikir kritis siswa.
4.1.1 Data Kemampuan Berpikir Kritis Siswa
Data tentang kemampuan berpikir kritis siswa diperoleh melalui post test untuk
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol yang ditunjukan pada Lampiran 15.
Rangkuman analisis terhadap data kemampuan berpikir kritis siswa pada
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol tercantum pada tabel 4.1 berikut.
Tabel 4.1 Rangkuman Analisis Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa
No. VariabelKemampuan Berpikir Kritis Siswa
E1 E2 K1 N 22 23 312 5,18 4 2,65
Keterangan:E1 : Kelompok Eksperimen 1E2 : Kelompok Eksperimen 2K : Kelompok Kontroln : Banyak siswa tiap kelas
: Rata-rata skor kemampuan berpikir kritis
100
4.2 Pengujian Hipotesis Penelitian
Untuk melihat ada atau tidaknya pengaruh model pembelajaran IKRAR
berorientasi kearifan lokal terhadap kemampuan berpikir kritis siswa, yang
pertama dilakukan adalah menentukan ada tidaknya perbedaan kemampuan
berpikir kritis antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model IKRAR
berorientasi kearifan lokal, siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model
IKRAR, dan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model konvensional.
Sebelum uji hipotesis dilakukan, terlebih dahulu dilakukan pengujian
prasyarat terhadap sebaran data yang meliputi uji normalitas data dan uji
homogenitas varians. Berikut ini diuraikan mengenai hasil pengujian normalitas
dan uji homogenitas varians terhadap data kemampuan berpikir kritis siswa.
4.2.1 Hasil Pengujian Normalitas
Untuk menguji normalitas sebaran data pada penelitian ini digunakan uji
Lilliefors (perhitungan lengkap dapat dilihat pada Lampiran 16 (a)). Hipotesis
penelitian dalam uji Lilliefors ini adalah sebagai berikut.
H0: ( ) = Φyaitu data kemampuan berpikir kritis siswa pada
kelompok ke-i, dengan i = 1,2,3 berasal dari
populasi yang berdistribusi normal
101
melawan
H1: ( ) ≠ Φyaitu terdapat data kemampuan berpikir kritis siswa
pada kelompok ke-i, dengan i = 1,2,3, yang tidak
berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
Keterangan
1( ) : Data kemampuan berpikir kritis siswa kelompok eksperimen 1
2( ) : Data kemampuan berpikir kritis siswa kelompok eksperimen 2
3( ) : Data kemampuan berpikir kritis siswa kelompok kontrol
Dengan kriteria pengujian adalah tolak H0 jika Lhitung > Ltabel, dimana Ltabel
ditentukan melalui tabel Lilliefors pada taraf signifikasi 5%.
Adapun rangkuman hasil pengujian normalitas sebaran data dengan uji
Lilliefors dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut.
Tabel 4.2 Rangkuman Hasil Uji Normalitas Data Kemampuan BerpikirKritis Siswa
Kelompok Sampel Lhitung Ltabel Keterangan
E1 0,1075 0,184 NormalE2 0,1521 0,1798 NormalK 0,1033 0,1559 Normal
Dari tabel 4.2 tersebut, dapat dilihat bahwa Lhitung pada ketiga kelas lebih
kecil dari Ltabel pada kelas yang bersangkutan. Dengan demikian H0 diterima dan
hal tersebut berarti masing-masing kelompok memiliki data kemampuan berpikir
kritis yang berdistribusi normal.
102
4.2.2 Hasil pengujian Homogenitas Varians
Pengujian homogenitas varians pada penelitian ini menggunakan uji
Levene (perhitungan lengkap dapat dilihat pada Lampiran 16 (b)). Hipotesis
penelitian dalam uji Levene ini adalah sebagai berikut.
H0 : = =yaitu data kemampuan berpikir kritis siswa kelas VB
SD Negeri 3 Dauhwaru, kelas VA SD Negeri 3
Dauhwaru, dan kelas V SD Negeri 4 Dauhwaru
memiliki varians yang homogen
melawan
H1 : Paling tidak satu tanda sama dengan (“=”) tidak berlaku
yaitu terdapat kelompok sampel yang memiliki
varians kemampuan berpikir kritis yang berbeda.
Dengan kriteria pengujian adalah tolak H0 jika W > Ftabel, dimana Ftabel =
( , ), dengan = 5%.
Dari hasil perhitungan uji homogenitas varians data kemampuan berpikir
kritis siswa diperoleh nilai W = 0,0841. Berdasarkan tabel untuk taraf signifikansi
5 % dengan dk1 = 2 dan dk2 = 73 diperoleh Ftabel = F (2,73) = 3,13. Karena W < Ftabel
maka data kemampuan berpikir kritis siswa pada kelompok eksperimen IKRAR
berorientasi kearifan lokal, kelompok eksperimen IKRAR dan kelompok kontrol
mempunyai varians yang homogen.
4.2.3 Hasil Pengujian Hipotesis
Berdasarkan hasil uji normalitas dan homogenitas varians, diperoleh
bahwa sebaran data kemampuan berpikir kritis siswa pada tiga kelompok sampel
103
berdistribusi normal dan memiliki varians yang homogen. Oleh karena itu, uji
hipotesis dapat dilakukan dengan menggunakan uji ANAVA Satu Jalur. Kriteria
pengujiannya adalah tolak H0 jika Fhit>Ftabel , Ftabel = ( , ), dimana =
5%. Adapun hipotesis yang diuji adalah sebagai berikut.
H0: = =yaitu tidak terdapat perbedaan kemampuan berpikir
kritis siswa yang mengikuti pembelajaran dengan
model IKRAR berorientasi kearifan lokal, siswa
yang mengikuti pembelajaran dengan model
IKRAR, dan siswa yang mengikuti pembelajaran
dengan model konvensional
melawan
H1 : Paling tidak satu tanda sama dengan (“=”) tidak berlaku
yaitu terdapat kelompok sampel yang memiliki
kemampuan berpikir kritis yang berbeda.
Keterangan:
= rata-rata kemampuan berpikir kritis siswa yang dibelajarkan dengan
model pembelajaran IKRAR berorientasi kearifan lokal
= rata-rata kemampuan berpikir kritis siswa yang dibelajarkan dengan
model pembelajaran IKRAR
= rata-rata kemampuan berpikir kritis siswa yang dibelajarkan dengan
model pembelajaran konvensional
Hasil analisis menggunakan uji ANAVA Satu Jalur ini dapat dirangkum
pada tabel 4.3 berikut (perhitungan lengkap dapat dilihat pada Lampiran 16 (c)).
104
Tabel 4.3 Rangkuman Hasil Uji Anava Satu Jalur
SumberVariasi
JumlahKuadrat (JK)
DerajatKebebasan (dk)
Rata-Rata JumlahKuadrat (RJK)
Fhit
Antara 84,26208 2 42,13104016,86
Dalam 182,36950 73 2,498212Total 266,63160 75
Berdasarkan data dalam tabel, diketahui nilai Fhitung = 16,86, sedangkan
nilai Ftabel = 3,13. Dari hasil tersebut, karena nilai Fhitung > Ftabel, maka hipotesis
nol ditolak. Jadi, terdapat kelompok sampel yang memiliki kemampuan berpikir
kritis berbeda.
Untuk menguji kelompok sampel mana yang memiliki rata-rata
kemampuan berpikir kritis yang berbeda, dilakukan uji lanjut ANAVA Satu Jalur
dengan menggunakan uji Scheffé. Kriteria pengambilan keputusan dilakukan
dengan membandingkan nilai dengan F’, dimana = ( − 1) ,
sehingga diperoleh nilai F’= 2 × 3,13 = 6,26. Apabila > ′, maka H0 ditolak.
Ini berarti kelompok yang memiliki rata-rata ( ) lebih besar dinyatakan lebih
unggul daripada kelompok yang memiliki rata-rata ( ) lebih kecil. Adapun
hipotesis yang diuji adalah sebagai berikut.
(1) Kemampuan berpikir kritis siswa yang mengikuti pembelajaran
dengan model IKRAR berorientasi kearifan lokal lebih baik daripada
siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model IKRAR.
Secara statistik, hipotesis tersebut dapat dirumuskan:
H0 : =yaitu tidak terdapat perbedaan kemampuan berpikir
kritis antara siswa yang mengikuti pembelajaran
105
dengan model IKRAR berorientasi kearifan lokal
dan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan
model IKRAR
melawan
H1 : >yaitu kemampuan berpikir kritis siswa yang
mengikuti pembelajaran dengan model IKRAR
berorientasi kearifan lokal lebih baik daripada siswa
yang mengikuti pembelajaran dengan model
IKRAR.
Pembandingan dengan uji Scheffe untuk hipotesis di atas adalah
sebagai berikut.
= ( − )1 + 1 = (5.181818 − 4)2.498212 ( 122 + 123) = 6.286515Dengan demikian > ′, sehingga H0 ditolak. Hal ini berarti
kemampuan berpikir kritis siswa yang mengikuti pembelajaran
dengan model IKRAR berorientasi kearifan lokal lebih baik daripada
siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model IKRAR.
(2) Kemampuan berpikir kritis siswa yang mengikuti pembelajaran
dengan model IKRAR lebih baik daripada siswa yang mengikuti
pembelajaran dengan model konvensional.
106
Secara statistik, hipotesis tersebut dapat dirumuskan:
H0 : =yaitu tidak terdapat perbedaan kemampuan berpikir
kritis antara siswa yang mengikuti pembelajaran
dengan model IKRAR dan siswa yang mengikuti
pembelajaran dengan model konvensional
melawanH1 : >
yaitu kemampuan berpikir kritis siswa yang
mengikuti pembelajaran dengan model IKRAR lebih
baik daripada siswa yang mengikuti pembelajaran
dengan model konvensional.
Pembandingan dengan uji Scheffe untuk hipotesis di atas adalah
sebagai berikut.
= ( − )1 + 1 = (4 − 2.645161)2.498212 ( 123 + 131) = 9.701561Dengan demikian > ′, sehingga H0 ditolak. Hal ini berarti
kemampuan berpikir kritis siswa yang mengikuti pembelajaran
dengan model IKRAR lebih baik daripada siswa yang mengikuti
pembelajaran dengan model konvensional.
(3) Kemampuan berpikir kritis siswa yang mengikuti pembelajaran
dengan model IKRAR berorientasi kearifan lokal lebih baik daripada
siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model konvensional.
107
Secara statistik, hipotesis tersebut dapat dirumuskan:
H0 : =yaitu tidak terdapat perbedaan kemampuan berpikir
kritis antara siswa yang mengikuti pembelajaran
dengan model IKRAR berorientasi kearifan lokal
dan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan
model konvensional
melawan
H1 : >yaitu kemampuan berpikir kritis siswa yang
mengikuti pembelajaran dengan model IKRAR
berorientasi kearifan lokal lebih baik daripada siswa
yang mengikuti pembelajaran dengan model
konvensional.
Pembandingan dengan uji Scheffe untuk hipotesis di atas adalah
sebagai berikut.
= ( − )1 + 1 = (5.181818 − 2.645161)2.498212 ( 122 + 131) = 33.14382Dengan demikian > ′, sehingga H0 ditolak. Hal ini berarti
kemampuan berpikir kritis siswa yang mengikuti pembelajaran
dengan model IKRAR berorientasi kearifan lokal lebih baik daripada
siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model konvensional.
Dari pengujian hipotesis di atas, terlihat bahwa > > . Dapat
disimpulkan kemampuan berpikir kritis siswa yang mengikuti pembelajaran
108
dengan model pembelajaran IKRAR berorientasi kearifan lokal adalah yang
terbaik, disusul oleh siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model
pembelajaran IKRAR, dan terakhir adalah siswa yang mengikuti pembelajaran
dengan model konvensional.
4.3 Pembahasan
Hasil analisis terhadap skor kemampuan berpikir kritis siswa menunjukkan
bahwa rata-rata skor yang dicapai kelompok eksperimen IKRAR berorientasi
kearifan lokal adalah 5,18 dan rata-rata skor yang dicapai kelompok eksperimen
IKRAR adalah 4, sedangkan rata-rata skor yang dicapai kelompok kontrol adalah
2,65. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata skor kemampuan berpikir kritis siswa
pada kedua kelompok eksperimen lebih besar daripada rata-rata skor kemampuan
berpikir kritis siswa pada kelompok kontrol.
Kemudian, jika skor rata-rata kemampuan berpikir kritis siswa dari dua
kelompok eksperimen dibandingkan, maka terlihat bahwa rata-rata skor kelompok
eksperimen IKRAR berorientasi kearifan lokal lebih besar dari rata-rata skor
kelompok eksperimen IKRAR. Dari hasil uji hipotesis yang telah dilakukan,
diperoleh bahwa terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis antara ketiga
kelompok sampel. Melalui uji lanjut yang dilakukan, terlihat bahwa kemampuan
berpikir kritis siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran IKRAR
berorientasi kearifan lokal dan siswa yang dibelajarkan dengan model
pembelajaran IKRAR lebih baik dari pada siswa yang dibelajarkan dengan model
pembelajaran konvensional. Hal ini menunjukkan model pembelajaran IKRAR
berpengaruh positif terhadap kemampuan berpikir kritis siswa. Ini terjadi karena
penerapan model pembelajaran IKRAR dalam pembelajaran matematika
109
mengoptimalkan partisipasi siswa dalam pembelajaran, seperti menemukan solusi
dari suatu masalah atau soal matematika, melakukan diskusi dengan anggota
kelompok, dan mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas yang disertai
pemberian alasan atas konsep yang digunakan untuk memecahkan masalah.
Dari pengamatan selama proses pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran IKRAR maupun IKRAR berorientasi kearifan lokal, dapat diamati
bahwa siswa menjadi terbiasa untuk membangun konsep secara mandiri. Hasil ini
sejalan dengan penelitian Santosa (2010) dan Diputra (2010) yang menyatakan
bahwa pembelajaran dengan menggunakan model IKRAR dapat melatih siswa
berpikir kritis dan kreatif sehingga pemahaman konsep matematika siswa menjadi
lebih bermakna. Pembentukan konsep secara mandiri ini terbentuk melalui empat
proses yang menjadi pilar utama dalam model pembelajaran IKRAR yaitu inisiasi,
konstruksi-rekonstruksi, aplikasi dan refleksi. Berdasarkan hasil pengamatan
langsung diperoleh siswa semakin berani untuk memberikan tanggapan atas
pertanyaan arahan dari guru maupun menanggapi pendapat temannya serta
semakin aktif untuk mengungkapkan masalah yang ada pada LKS dengan kata-
katanya sendiri. Apa yang terekam dalam hasil pengamatan langsung merupakan
sifat positif yang mampu meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Hasil
ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Diputra (2010) terkait model
pembelajaran IKRAR, dimana dalam penelitian tersebut dinyatakan bahwa
pembelajaran dengan menggunakan model IKRAR dapat menimbulkan keaktifan
siswa selama mengikuti proses pembelajaran matematika.
Pada pembelajaran matematika dengan model pembelajaran IKRAR dan
IKRAR berorientasi kearifan lokal, siswa diarahkan untuk menemukan sendiri
110
konsep-konsep matematika. Siswa tidak semata-mata diarahkan menemukan
jawaban yang benar, tetapi bagaimana merencanakan, melaksanakan, mengontrol,
memonitor seluruh proses dalam kegiatan pemecahan masalah. Sejalan dengan
hasil yang diperoleh dalam penelitian Santosa (2010) dan Diputra (2010) yang
menyatakan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model IKRAR dapat
meningkatkan keterampilan siswa dalam melakukan proses pemecahan suatu
masalah matematika. Akan tetapi, model IKRAR berorientasi kearifan lokal
memiliki nilai lebih jika dibandingkan dengan model pembelajaran IKRAR biasa.
Dalam model pembelajaran IKRAR berorientasi kearifan lokal, pembelajaran di
kelas diselingi dengan pemberian nasehat-nasehat berorientasi budaya Bali,
dimana nasehat ini memotivasi siswa dalam mengikuti pelajaran dan membuat
suasana belajar di kelas lebih kondusif dibandingkan dengan pembelajaran dengan
model IKRAR biasa.
Kemampuan berpikir kritis siswa yang mengikuti pembelajaran dengan
model IKRAR lebih baik daripada siswa yang mengikuti pembelajaran dengan
model konvensional disebabkan karena pada model pembelajaran IKRAR siswa
berkesempatan untuk lebih berpartisipasi dalam kegiatan diskusi di kelas,
mempresentasikan hasil diskusi, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan yang
dimilikinya. Model pembelajaran IKRAR dirancang untuk membantu siswa
mencapai tujuan pembelajaran yang mengedepankan kegiatan pemecahan masalah
sebagai pokok pembelajaran. Dengan pandangan ini tentunya siswa tidak semata-
mata diarahkan menemukan jawaban yang benar, tetapi bagaimana siswa bisa
memahami masalah yang diberikan, melakukan berbagai pengandaian, bisa
menentukan rencana penyelesaian masalah dan tahu alasan menggunakan rencana
111
tersebut, serta mampu untuk menemukan alternatif penyelesaian dari masalah
yang diberikan. Pada akhirnya melalui penerapan model pembelajaran IKRAR
dalam kegiatan pembelajaran di kelas, siswa dapat melatih kemampuan berpikir
kritisnya melalui kegiatan pemecahan masalah open-ended yang diberikan di
LKS. Hal ini sejalan dengan penjelasan Sudiarta (2008) bahwa kemampuan
berpikir kritis dapat dikembangkan melalui kegiatan pembelajaran yang berbasis
masalah matematika open-ended.
Pembelajaran dengan model IKRAR dimulai dengan siswa secara
kelompok, dihadapkan pada masalah sehari-hari yang berkaitan dengan materi
yang sedang dipelajari. Siswa diberikan kesempatan untuk membangun pemikiran
orisinalnya dalam memahami setiap permasalahan yang ditemuinya melalui
tahapan Inisiasi. Ciri utama tahapan ini adalah siswa mengkaji informasi yang
diberikan dalam masalah dan mampu menuangkannya kembali dengan kata-kata
sendiri serta mampu untuk melakukan berbagai pengandaian dari masalah yang
diberikan. Pada tahapan ini, siswa dapat membuat hubungan antara materi yang
telah dipelajari, materi yang sedang dipelajari, masalah yang pernah diselesaikan,
dan masalah baru yang ia temui dalam pembelajaran. Tahapan ini juga
memberikan kesempatan dalam membuka dan memperluas spektrum
permasalahan dari masalah yang diberikan. Tahapan selanjutnya adalah
Konstruksi-Rekonstruksi yang merupakan suatu kesatuan proses untuk
membangun pengetahuan matematika secara prosedural dan konseptual dalam diri
peserta didik berupa kemampuan untuk dapat membedakan konsep dengan yang
bukan konsep. Sehingga dalam proses yang kedua ini siswa paham akan konsep
apa yang akan digunakan. Hal ini ditandai oleh kemampuan siswa dalam memilih
112
konsep maupun prosedur yang akan digunakan dalam menyelesaikan masalah dan
memberikan alasan mengapa menggunakan konsep maupun prosedur tersebut.
Pada tahapan ini, siswa juga mampu menemukan prosedur atau gagasan baru
maupun menerapkan ide-ide yang sudah pernah ia lihat sebelumnya dalam
menyelesaikan masalah sejenis.
Setelah tahapan Konstruksi-Rekonstruksi, tahapan selanjutnya adalah
Aplikasi yang merupakan proses penerapan konsep maupun prosedur yang telah
direncanakan secara utuh. Tahapan terakhir adalah Refleksi yang merupakan
proses untuk mencermati atau merenungkan kembali keseluruhan proses
pemecahan masalah sebelumnya secara mendalam. Proses ini merupakan ruang
evaluasi diri untuk membuka kesadaran mendalam bagaimana dan mengapa suatu
konsep, prinsip prosedur matematika berkaitan satu sama lain dan dapat dijadikan
dasar untuk membangun konsep baru. Tahapan ini juga menjadi ruang bagi siswa
untuk melihat kembali penyelesaian permasalahan yang diberikan dan
menemukan alternatif penyelesaian lain atau jawaban lain jika memungkinkan.
Tahapan-tahapan yang digunakan pada model pembelajaran IKRAR ini
menyebabkan siswa terbiasa untuk menghadapi dan menyelesaikan masalah. Hal
ini dapat diamati dari cara siswa memahami masalah, dimana siswa tidak
menyalin mentah-mentah kalimat yang diberikan dalam masalah yang diberikan,
tetapi mampu menyeleksi inti informasi yang diberikan, kemudian siswa mampu
menyusun sebuah perencanaan yang masuk akal, dan menggunakannya dalam
memecahkan masalah.
Peranan guru sebagai fasilitator dalam pembelajaran menggunakan model
pembelajaran IKRAR juga lebih terlihat bila dibandingkan dengan model
113
pembelajaran konvensional. Apabila biasanya guru kesulitan memberikan bantuan
kepada siswa untuk sebatas memberi arahan dan tidak sampai pada temuan yang
seharusnya ditemukan oleh siswa itu sendiri, pada model pembelajaran IKRAR,
guru dibekali beberapa pertanyaan efektif yang dapat dioptimalkan dalam
kegiatan pembelajaran. Pertanyaan efektif ini merupakan wujud bantuan terbatas
yang diberikan guru ketika melihat siswa mengalami kesulitan dalam melakukan
aktivitas pemecahan masalah, dimana bantuan yang diberikan disesuaikan dengan
kebutuhan siswa. Dalam penelitian ini, pemberian pertanyaan efektif disesuaikan
dengan seberapa besar kesulitan yang dialami siswa dalam memecahkan masalah.
Jika siswa telah mampu memahami dan menemukan penyelesaian masalah secara
mandiri, pertanyaan efektif yang diberikan guru dapat dikurangi atau bahkan tidak
diberikan sama sekali.
Walaupun unggul dari siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model
konvensional, kemampuan berpikir kritis siswa yang mengikuti pembelajaran
dengan model IKRAR masih lebih rendah daripada siswa yang mengikuti
pembelajaran dengan model IKRAR berorientasi kearifan lokal. Pelaksanaan
pembelajaran baik pada model IKRAR berorientasi kearifan lokal maupun model
IKRAR sama-sama memanfaatkan LKS sebagai media pembelajaran. LKS yang
digunakan adalah LKS yang berorientasi pemecahan masalah open-ended.
Penggunaan LKS yang berorientasi pemecahan masalah open-ended akan
memberikan ruang untuk mengasah kemampuan berpikir kritis siswa. Akan tetapi,
model pembelajaran IKRAR berorientasi kearifan lokal memanfaatkan potensi
kearifan lokal Bali berupa nasehat-nasehat yang bersumber pada budaya Bali itu
sendiri. Nasehat-nasehat yang digunakan adalah nasehat-nasehat yang berpotensi
114
menimbulkan semangat pantang menyerah dan memicu persaingan sehat antar
siswa.
Keunggulan model pembelajaran IKRAR berorientasi kearifan lokal
adalah karena model pembelajaran ini lebih memperhatikan karakteristik peserta
didik, yang salah satunya adalah siswa belajar apabila mereka memiliki motivasi
dan mengintegrasikan nilai-nilai kearifan lokal yang berkembang di Bali ke dalam
proses pembelajaran. Berdasarkan hasil pengamatan, kehadiran nasehat-nasehat
berorientasi kearifan lokal mampu merangsang motivasi, menumbuhkan sifat
pantang menyerah, membangkitkan keberanian untuk bertanya, mengemukakan
pendapat, dan menyampaikan hasil diskusi, mengurangi keributan di kelas, serta
membelajarkan siswa untuk tidak berpuas diri terhadap apa yang sudah diperoleh
selama ini. Bantuan yang diberikan guru pada pembelajaran dengan model
IKRAR berorientasi kearifan lokal terdiri atas pertanyaan efektif dan nasehat-
nasehat yang bersumber pada kearifan lokal Bali. Untuk menyampaikan kedua
bantuan scaffolding ini peranan guru sangat penting karena berkaitan dengan aksi
mental yang diperoleh siswa, sehingga diperlukan intonasi yang tepat, kaitan yang
tepat antara kondisi pembelajaran dengan nasehat yang diberikan, dan
kemampuan memvariasikan nasehat dalam setiap pembelajaran yang dilakukan.
Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara dengan beberapa siswa
selama kegiatan penelitian, dapat disampaikan beberapa hal sebagai berikut.
Pertama, saat peneliti menyampaikan nasehat-nasehat di kelas, beberapa
siswa tampak terdiam merenungi nasehat yang disampaikan. Ketika ditindak
lanjuti dengan wawancara singkat saat jam istirahat, salah satu siswa mengatakan,
”Saya di kelas terdiam karena sedang memikirkan kata-kata Bu Guru. ’Sepuntul-
115
puntulan tiuke yen sangihin pedas dadi mangan’”, ungkapnya. Siswa tersebut
menambahkan bahwa setelah mendengar nasehat-nasehat tersebut, rasa malunya
sedikit berkurang akibat kemampuannya yang kurang dalam mata pelajaran
matematika.
Kedua, siswa semakin aktif di kelas. Hal ini ditandai dengan antusiasnya
siswa dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan guru. Keefektifan
nasehat-nasehat yang diberikan juga tampak pada beberapa siswa yang malu
untuk bertanya karena takut disoraki oleh temannya. Mengetahui hal tersebut,
peneliti lebih memotivasi siswa melalui nasehat-nasehat dan memberikan
penghargaan bagi siswa yang mau bertanya. Mereka akhirnya tidak lagi malu
bertanya dan siswa lain pun berhenti menertawakan temannya.
Ketiga, kelompok yang ketinggalan dari kelompok lain semakin semangat
dalam menyelesaikan tugasnya. Saat diskusi kelompok berlangsung, beberapa
kelompok yang tertinggal ketika diberikan nasehat-nasehat tampak semakin cepat
mengerjakan LKS yang diberikan. Secara tidak disadari, siswa pun belajar bekerja
sama untuk memajukan kelompoknya dalam memecahkan masalah yang
diberikan di LKS.
Keempat, sebagian besar siswa mengaku membaca nasehat-nasehat yang
tersurat pada LKS. Setelah membaca nasehat-nasehat tersebut, sebagian besar
siswa mengaku lebih bersemangat, namun ada juga beberapa siswa yang mengaku
biasa-biasa saja.
Dari uraian tersebut, secara umum pemberian nasehat-nasehat yang
bersumber pada budaya Bali telah mampu membangkitkan motivasi dalam diri
siswa untuk lebih bersemangat dalam menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan.
116
Motivasi siswa untuk tidak mau kalah dari teman yang lain menimbulkan suatu
persaingan yang sehat dalam belajar. Siswa semakin gigih dalam belajar agar bisa
mencapai hasil yang optimal dalam pembelajaran. Motivasi juga membuat siswa
semakin aktif di kelas dan tentunya hal ini membuat suasana kelas semakin hangat
dan menimbulkan pembelajaran yang menyenangkan. Hal ini sejalan dengan hasil
penelitian yang dilakukan Ardana (2007) yang menyatakan bahwa pemberian
kalimat-kalimat motivasi kepada siswa dalam pembelajaran dapat membuat siswa
lebih bertahan dalam tugas-tugas belajarnya sampai mereka meraih
keberhasilannya.
Dalam penelitian ini, ada banyak nasehat yang digunakan selama proses
pembelajaran. Namun, beberapa nasehat memberikan dampak positif yang nyata
bagi peningkatan motivasi dan kebertahanan siswa dalam menyelesaikan
permasalahan yang menuntut kemampuan berpikir kritis siswa. Seperti misalnya
nasehat yang berbunyi ”sepuntul-puntulan tiuke yen sangihin pedas dadi mangan”
dan ”gede kayu, gede papane”. Nasehat ini sangat sering dimunculkan pada
beberapa pertemuan awal selama penelitian. Beberapa siswa yang mengeluh
karena tidak bisa menyelesaikan permasalahan yang diberikan di LKS menjadi
lebih bersemangat dan lebih bertahan dalam menyelesaikan tugasnya. Siswa
tersebut akhirnya percaya diri untuk tetap berusaha hingga menemukan
penyelesaian dari masalah yang diberikan.
Nasehat lain yang berpengaruh positif pada siswa dan sering digunakan
selama kegiatan diskusi kelompok adalah ”caruk gong muah aud kelor”. Siswa
yang tidak mau membantu teman sekelompoknya dalam mengerjakan LKS,
setelah diberikan nasehat ini perlahan-lahan menyadari bahwa kerjasama
117
kelompok sangat penting dalam mengefisienkan waktu selama menyelesaikan
permasalahan yang diberikan. Karena waktu yang diberikan untuk diskusi
kelompok sangat singkat, kerjasama dan partisipasi setiap anggota kelompok
sangat diperlukan agar semua masalah yang ada di LKS dapat terselesaikan. Ada
juga nasehat ”paksi bina paksa” yang disampaikan hampir di setiap pertemuan
selama kegiatan diskusi antar kelompok. Siswa seringkali memaksakan
pendapatnya, tidak mau menerima pendapat yang berbeda dengannya, serta
cenderung menyalahkan pendapat temannya. Ini terjadi karena pada tahapan
perkembangan anak di masa operasi konkret, sifat egois anak masih tinggi, seperti
yang dinyatakan Piaget dalam Hergenhahn & Olson (2008). Dampak nyata
pemberian nasehat ini adalah semakin mengertinya siswa akan nilai demokrasi
dan saling menghargai pendapat orang lain selama proses diskusi. Siswa menjadi
semakin bisa menerima dan tidak langsung menyalahkan pendapat orang lain
yang berbeda dari pendapatnya. Nasehat terakhir yang cukup memberikan
pengaruh bagi siswa adalah ”pales rajah aji golok, males mlajah dadi belog”.
Dilihat dari bahasanya, nasehat ini mengandung konsep jengah bagi siswa. Pada
beberapa pertemuan akhir dalam penelitian, nasehat ini sering dimunculkan.
Siswa yang bisa mengikuti pembelajaran di kelas dan mampu menyelesaikan
masalah yang diberikan dengan baik cenderung menjadi sedikit sombong dan
tidak memperhatikan selama pembelajaran. Melalui pemberian nasehat ini,
beberapa siswa dengan perilaku seperti itu akhirnya menyadari jika tindakannya
salah dan kembali giat belajar agar tidak dilampaui oleh temannya yang lain.
Ditinjau dari kegiatan belajar, aktivitas siswa yang mengikuti model
pembelajaran IKRAR berorientasi kearifan lokal terlihat lebih aktif dan antusias
118
dalam belajar. Hal ini tidak terlepas dari setting pembelajaran yang memberikan
kesempatan kepada siswa untuk berdiskusi dan mencoba-coba strategi yang ada di
pikirannya dalam menyelesaikan masalah.
Selain itu, interaksi baik antara guru dengan siswa maupun antar siswa
juga berlangsung lebih kondusif. Ditinjau dari segi interaksi siswa pada saat
pembelajaran, suasana kelas pada siswa yang mengikuti pembelajaran dengan
model IKRAR berorientasi kearifan lokal lebih kondusif terutama pada saat
kegiatan diskusi dan siswa mulai mempunyai kesadaran untuk memberikan
kesempatan temannya yang kurang mampu untuk bergabung dalam kegiatan
diskusi, bahkan untuk mewakili kelompok menyajikan hasil diskusi.
Beberapa hal yang dijelaskan di atas merupakan sikap positif yang
teramati selama penelitian sebagai pengaruh dari model pembelajaran IKRAR
berorientasi kearifan lokal dalam rangka meningkatkan kemampuan berpikir kritis
siswa. Meskipun tidak menutup kemungkinan, mengingat keterbatasan peneliti,
masih banyak hal positif lain yang luput dari perhatian.
Walaupun banyak hal positif yang dikemukakan, dalam pelaksanaannya di
kelas, model pembelajaran IKRAR berorientasi kearifan lokal termasuk pula
model pembelajaran IKRAR dan model pembelajaran konvensional juga
menghadapi beberapa kendala, yaitu: (1) kurangnya kemampuan siswa dalam
memahami masalah, dimana banyak siswa yang kurang mengerti dengan masalah
yang diberikan dalam bentuk soal cerita dikarenakan permasalahan yang biasa
dihadapi siswa selama ini adalah masalah-masalah matematika tipe kognitif yang
lebih sering berbentuk eksplisit; (2) dominasi siswa yang tergolong pandai di
kelompoknya masih tinggi, sehingga berulang kali guru menekankan nasehat yang
119
mengandung makna serupa; dan (3) singkatnya waktu pembelajaran matematika
di sekolah dasar (hanya 35 menit per jam pelajaran) membuat aktivitas siswa
dalam memecahkan masalah menjadi kurang optimal karena dibatasi oleh
sedikitnya waktu, terlihat saat siswa menemukan alternatif penyelesaian lain yang
beragam tetapi tidak dapat menuliskan semuanya karena keterbatasan waktu
mengerjakan LKS.
Uraian tersebut memberikan gambaran bahwa model pembelajaran
IKRAR berorientasi kearifan lokal berpengaruh positif terhadap kemampuan
berpikir kritis siswa. Melihat kontribusi tersebut, diharapkan model pembelajaran
ini dapat dikembangkan dan diterapkan dalam kegiatan pembelajaran di
Indonesia. Kearifan lokal yang digunakan dapat disesuaikan dengan nilai kearifan
lokal yang relevan di daerah masing-masing. Dengan optimalisasi berbagai nilai
kearifan lokal yang sesuai dengan konteks model pembelajaran IKRAR
diharapkan dapat menjadi satu alternatif pembelajaran yang kreatif dan inovatif
dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan khususnya untuk meningkatkan
kemampuan berpikir kritis siswa.
120
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Berdasarkan rumusan masalah, tujuan, hasil analisis dan pembahasan yang
telah diuraikan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh model
pembelajaran IKRAR berorientasi kearifan lokal terhadap kemampuan berpikir
kritis siswa. Hal ini dapat dilihat dari fakta-fakta berikut.
(1) Terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis antara siswa yang
mengikuti pembelajaran dengan model IKRAR berorientasi kearifan lokal,
siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model IKRAR, dan siswa
yang mengikuti pembelajaran dengan model konvensional.
(2) Kemampuan berpikir kritis siswa yang mengikuti pembelajaran dengan
model IKRAR berorientasi kearifan lokal lebih baik daripada siswa yang
mengikuti pembelajaran dengan model IKRAR
(3) Kemampuan berpikir kritis siswa yang mengikuti pembelajaran dengan
model IKRAR lebih baik daripada siswa yang mengikuti pembelajaran
dengan model konvensional.
(4) Kemampuan berpikir kritis siswa yang mengikuti pembelajaran dengan
model IKRAR berorientasi kearifan lokal lebih baik daripada siswa yang
mengikuti pembelajaran dengan model konvensional.
121
Sehingga, kemampuan berpikir kritis siswa yang mengikuti pembelajaran dengan
model IKRAR berorientasi kearifan lokal adalah yang terbaik, disusul oleh siswa
yang mengikuti pembelajaran dengan model IKRAR, dan terakhir siswa yang
mengikuti pembelajaran dengan model konvensional.
5.2 Saran-saran
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, peneliti menyarankan
beberapa hal berikut.
(1) Bagi peneliti yang mencoba menerapkan penelitian ini lebih lanjut
disarankan agar menggunakan sampel atau populasi yang lebih besar.
Selain itu, disarankan pula agar menerapkannya dalam materi
matematika yang lebih luas agar dapat lebih mengetahui pengaruh
model pembelajaran IKRAR berorientasi keafiran lokal maupun model
IKRAR biasa secara lebih mendalam.
(2) Kepada praktisi pendidikan khususnya guru matematika untuk
memberikan pengajaran dengan menggunakan model pembelajaran
IKRAR berorientasi kearifan lokal sebagai salah satu alternatif dalam
mengelola proses pembelajaran di kelas.
(3) Kearifan lokal yang digunakan dalam penelitian ini masih sebatas
nasihat-nasihat yang bersumber dari budaya Bali, untuk
pengembangan model ini dapat dilakukan dengan mengaplikasikan dan
mengoptimalkan potensi kearifan lokal lain yang relevan dengan
model pembelajaran IKRAR.
DAFTAR PUSTAKA
Ardana, I M. 2007. “Peningkatan Efektivitas Pembelajaran Matematika MelaluiPembelajaran Berorientasi Konsep Jengah dan Konstruktivis”. JurnalPendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, No. 3. Tersedia padahttp://undiksha.ac.id (diakses tanggal 13 Desember 2011).
Arikunto, S. 2002a. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.
-------. 2002b. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
-------. 2002c. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Candiasa, I. M. 2010a. Pengujian Instrumen Penelitian Disertai Aplikasi ITEMANdan BIGSTEPS. Singaraja: Universitas Pendidikan Singaraja.
-------. 2010b. Statistik Univariat dan Bivariat Disertai Aplikasi SPSS. Singaraja:Universitas Pendidikan Ganesha.
Daniel, W. W. 1989. Statistik Nonparametrik Terapan. Jakarta: Gramedia.Depdiknas. 2003. Standar Kompetensi Mata Pelajaran Matematika SD dan MI.
Jakarta: Depdiknas.
Diputra, K. S. 2010. Pengaruh Model IKRAR dalam Pembelajaran MatematikaTerhadap Motivasi dan Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas IV SDNegeri 3 Banjar Jawa. Skripsi (tidak diterbitkan). Jurusan PendidikanMatematika, Universitas Pendidikan Ganesha.
Ennis, R. H. 1991. “Critical Thinking: A Streamlined Conception. TeachingPhilosophy”. Tersedia pada http://faculty.ed.uiuc.edu/rhennis/ (diaksestanggal 22 Desember 2011).
Fisher, A. 2001. Critical Thinking An Introduction. Cambridge: CambridgeUniversity Press.
Gautama, W. B. 2004. Pralambang Basa Bali Mangge Ring Sekolah Dasar.Denpasar : Kayumas Agung.
Gobyah, I K. 2003. “Berpijak Pada Kearifan Lokal”. Tersedia pada http://www.balipost.co.id. (diakses tanggal 13 November 2011).
Hergenhahn, B.R., dan Matthew H. O. 2008. Theories of Learning (TeoriBelajar). Jakarta: Kencana
Hudojo, H. 1998. Mengajar Belajar Matematika. Jakarta : Depdikbud DirjenDikti.
-------. 2003. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika. EdisiRevisi. Malang: UM Press.
Johnson, B. dan Larry B. C. 2011. Educational Research: Quantitative,Qualitative, and Mixed Approaches 4th edition. Thousand Oaks,California: SAGE.
Myers, A. dan Hansen, C. 2006. Experimental Psycology. Belmont : ThomsonWadsworth.
Nuralam. 2009. “Pemecahan Masalah Sebagai Pendekatan Dalam BelajarMatematika”. Tersedia pada http://isjd.pdii.lipi.go.id (diakses tanggal 14Januari 2012).
Puguh, D. R. 2011. “Membangun Masyarakat Madani Berbasis Kearifan Lokal”.Tersedia pada http://www.babinrohis-nakertrans.org (diakses tanggal 15November 2011).
Ratumanan, T. G. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Surabaya : Unesa UniversityPress.
Sadra, I W. 2007a. Model Pembelajaran Matematika Berwawasan Lingkungandalam Pelatihan Guru Kelas Satu Sekolah Dasar. Disertasi (tidakditerbitkan). Program Studi Pendidikan Matematika, Universitas NegeriSurabaya.
-------. 2007b. “Implementasi Konsep Tri Pramana dan Catur Paramita dalamPembelajaran Matematika Berbasis Budaya”. Makalah disajikan dalamSeminar Jurusan Pendidikan Matematika. Universitas PendidikanGanesha. Singaraja, 26 Nopember 2007.
Santosa, I P. A. K. 2010. Pengaruh Model Pembelajaran IKRAR dalamPembelajaran Matematika Terhadap Kompetensi Matematis TingkatTinggi Siswa Kelas VII SMP Negeri 4 Singaraja. Skripsi (tidakditerbitkan). Jurusan Pendidikan Matematika, Universitas PendidikanGanesha.
Sartini, 2004. Menggali Kearifan Lokal Nusantara Sebuah Kajian Filsafat.Tersedia pada http://filsafat.ugm.ac.id (diakses tanggal 13 November2011).
Suasta, I W., dkk. 2009. Pengembangan Model Pembelajaran Sains BerbasisBudaya Untuk Mengembangkan Kompetensi Dasar Sains dan NilaiKearifan Lokal di SMP. Laporan Penelitian (tidak diterbitkan). UniversitasPendidikan Ganesha.
Subagia, I W. dan I G. L. Wiratma. 2007. Pengembangan Model Siklus BelajarBerdasarkan Potensi-potensi Kearifan Lokal Masyarakat Bali dalamBidang Pendidikan (Studi Pengembangan Model Siklus Belajar Berbasis
Budaya). Laporan Penelitian (tidak diterbitkan). Universitas PendidikanGanesha.
Sudiarta, I G. P. 2005. “Pengembangan Kompetensi Berpikir Divergen dan KritisMelalui Pemecahan Masalah Matematika Open-Ended”. JurnalPendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 3.
-------. 2007. Paradigma Baru Pembelajaran Matematika MembangunKompetensi Berpikir Kritis melalui Pendekatan Open-Ended. Singaraja:Penerbit Universitas Pendidikan Ganesha.
-------. 2008. Membangun Kompetensi Kritis Melalui Pendekatan Open-Ended.Singaraja : Universitas Pendidikan Ganesha.
-------. 2009. “A Mathematics Teacher Perspective and it’s Relationship to thePractice of Open-Ended Aproach in Teaching and Learning Mathematics”.Draf Jurnal of Science and Mathematics Education.
-------. 2010a. “Makalah Pengembangan Model Pembelajaran Inovatif”. Makalahdisajikan dalam Pendidikan dan Pelatihan MGMP Matematika SMK,Kabupaten Karangasem, Agustus 2010.
-------. 2010b. Implementasi Model Pembelajaran Metakognitif BerlandaskanKearifan Matematika Veda Untuk Mengembangkan KompetensiMatematis Tingkat Tinggi Siswa SD di Propinsi Bali. Laporan HibahKompetitif Penelitian Sesuai Prioritas Nasional Batch I (tidak diterbitkan).Universitas Pendidikan Ganesha.
Suherman, E. 1993. Evaluasi Proses dan Hasil Belajar Matematika. Jakarta:Depdikbud.
-------. 2003. Strategi Pembelajaran Kontemporer. Bandung : JICA.
Sugiarta, I M. dan I G. N. Pujawan. 2010. Pengembangan Model PembelajaranMatematika Berdasarkan Kearifan Lokal “Nyepi dan Tri KayaParisudha” Berbantuan Modul untuk Meningkatkan Kualitas PerkuliahanAnalisis Real 2. Laporan Penelitian (tidak diterbitkan). UniversitasPendidikan Ganesha.
-------. 2010. Pengembangan Model dan Perangkat Pembelajaran MatematikaBerdasarkan Kearifan Lokal Nyepi dan Tri Kaya Parisudha Untuk SiswaSD di Propinsi Bali. Laporan Penelitian (tidak diterbitkan). UniversitasPendidikan Ganesha.
Sumitri, Ni Wayan. 2007. “Nilai Sesenggakan dalam Ungkapan Tradisional Bali(dalam Perspektif Linguistik Budaya)”. Tersedia pada http://ejournal.unud.ac.id (diakses tanggal 10 Januari 2012).
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 01
NILAI RAPORT MATA PELAJARAN MATEMATIKA SEMESTER
GANJIL TAHUN PELAJARAN 2011/2012 SISWA KELAS V
SD NEGERI 4 DAUHWARU
No. Nama Siswa Nilai Raport
1 Roi Broto Kusuma 632 Ni Kadek Miliana Sari 713 Ketut Yanti Apriliani 714 I Putu Agus Saputra 785 Putu Anggi Krisna Tadorsi 656 Kadek Ayu Karmila Dewi 637 Ni Komang Ayu Trisna Dewi 708 Komang Ayu Triastuti 659 Putu Bella Oktavina Clarista Sari 7510 Komang Bonita Berliani 8511 Made Bayu Sena Wira Atmaja 7812 I Gede Dira Saputra 7113 I Gede Eka Agus Ariawan 7114 I Putu Erlangga Artha Pratama 7815 I Made Ferian Panji Nugraha 8116 I Kadek Krisna Dwipayana 6317 Ni Putu Meylinda Sinta Asari 7018 Moh. Bagus Saputra 6719 I Gede Oka Yudha Pratama 8020 Nyoman Pranata Adiyaksa M. 7321 Made Pramana Bayu M. 7122 Komang Sayoga Adi Setiawan 6323 Ni Putu Sri Mahayuni 7324 Ni Komang Sindi Oktaviani D. 7125 Gede Satya Mahajana 7526 Ni Kadek Selly Pratiwi 7827 Ngurah Putu Ananda Artha Prayoga 7128 Ni Kadek Desi Ariani 8329 I Putu Bayu Wiratiku 7330 I Gusti Putu Bagus Krisna Astawa 7731 Ni Putu Devi Kesuma Setiawati 63
NILAI RAPORT MATA PELAJARAN MATEMATIKA SEMESTER
GANJIL TAHUN PELAJARAN 2011/2012 SISWA KELAS VA
SD NEGERI 3 DAUHWARU
No. Nama Siswa Nilai Raport
1 Surya Adi Pratama Gede 632 Angga Pranata Putra I Made 763 Ani Ari Nitha Ni Ketut 754 Ari Saputra I Komang 705 Arya Gina Widyatmaja I Wayan 766 Bagus Adi Pradiksa I Putu 657 Caka Priyandari 768 Darma Yuda I Kade 759 Diah Megarani Putu 6510 Dinda Andriana Puspita Putri I Gst. A. 7811 Dinda Sika Utari Ni Putu 6712 Febby Aswenda Purmita Ni Putu 7513 Julia Mega Putri Ni Putu 6114 Krisna Adi Putra I Putu Gede 7515 Oka Ariasih Ni Putu 7016 Popy Diana Rista Ni Made 7017 Ricki Adha Ma’arif 6818 Ricko Adha Ma’arif 6819 Satria Darma Gusti Ngurah 7520 Shinta Yuliana Dewi Ni Putu 8421 Sita Ananda Putri Ni Putu 8922 Sukma Giri Putri Ni Komang 8323 Tamara Sawitri Ni Luh Ketut 80
NILAI RAPORT MATA PELAJARAN MATEMATIKA SEMESTER
GANJIL TAHUN PELAJARAN 2011/2012 SISWA KELAS VB
SD NEGERI 3 DAUHWARU
No. Nama Siswa Nilai Raport
1 Tri Septiari Ni Komang 672 Aditya Mahadiana Made 753 Ary Surya Pranata I Made 704 Cacak Irvianto 615 Dodi Satrawan I Putu 756 Krisna Pratama I Putu 707 Meta Suci Kurniawati Ni Kadek 708 Nanang Maulana 709 Paramartha Sathya I Made 7810 Rizal Ahmad Zikrul Hakim 6811 Rizka Dewa Yanti Kepakisan Desak Pt. 8112 Sintya Hendrayani I Gusti Ayu Putu 8013 Surya Adnyana I Komang 6714 Tata Rosita Cahyani Ni Komang 7815 Viara Dwi Septia Ni Kadek 7816 Vina Febyana Putu 7817 Widi Artha Kadek 6518 Widiantara I Putu 7519 Rizka Valentina 8620 Bernika Saraswati Putu 8421 Nara Shinta Wulandari 6122 Diah Apriani I Gusti Ngurah Ayu 80
Lampiran 02
UJI KESETARAAN KELOMPOK SAMPEL
Sampel penelitian ini diambil dari populasi penelitian, yaitu SD Negeri se-
Kelurahan Dauhwaru Negara dengan menggunakan teknik random sampling.
Setelah melakukan proses pengundian, diperoleh 3 kelompok sampel, yaitu
kelompok 1: kelas V SD Negeri 4 Dauhwaru, kelompok 2: kelas VA SD Negeri 3
Dauhwaru, dan kelompok 3: kelas VB SD Negeri 3 Dauhwaru. Untuk
memperoleh sampel yang setara, dilakukan uji kesetaraan kemampuan awal
dengan menggunakan nilai raport matematika kelas V semester ganjil tahun
pelajaran 2011/2012. Tujuan uji kesetaraan ini adalah untuk memperoleh sampel
yang setara sehingga perbedaan yang timbul pada kelompok sampel setelah
memperoleh perlakuan, murni disebabkan oleh perlakuan yang diberikan.
Sebelum dilakukan uji kesetaraan, data nilai raport matematika kelas V
semester ganjil tahun pelajaran 2011/2012 kelompok sampel tersebut diuji dahulu
normalitas dan homogenitasnya. Pada penelitian ini pengujian normalitas sebaran
data dilakukan dengan uji Lilliefors dan pengujian homogenitas varians dilakukan
dengan menggunakan uji Levene.
A. Uji Normalitas Sebaran Data
Uji Lilliefors digunakan untuk mengetahui apakah data berasal dari
populasi yang berdistribusi normal. Data yang digunakan adalah nilai raport
matematika kelas V semester ganjil 2011/2012. Hipotesis penelitian ini adalah
sebagai berikut.
Hipotesis penelitian dalam uji Lilliefors ini adalah sebagai berikut.
H0: ( ) = Φyaitu data kemampuan awal siswa pada kelompok
ke-i, dengan i = 1,2,3 berasal dari populasi yang
berdistribusi normal
melawan
H1: ( ) ≠ Φyaitu terdapat data kemampuan siswa pada
kelompok ke-i, dengan i = 1,2,3, tidak berasal dari
populasi yang berdistribusi normal.
Keterangan
1( ) : Data kemampuan awal siswa kelas V SD Negeri 4 Dauhwaru
2( ) : Data kemampuan awal siswa kelas VA SD Negeri 3 Dauhwaru
3( ) : Data kemampuan awal siswa kelas VB SD Negeri 3 Dauhwaru
Pada pengujian normalitas data dengan uji Lilliefors dicari selisih
frekuensi sebaran data (F(Z)) dengan frekuensi kumulatif sampai dengan batas
tiap-tiap data (S(Z)), yang dihitung dengan menggunakan rumus berikut.
L = | ( ) − ( )|dimana =
( ) =Keterangan
Z : Skor baku
SD : Standar Deviasi
F (Z) : Frekuensi data atau luas daerah di bawah kurva normal
dengan batas Z
FK : Frekuensi Kumulatif
ntotal : Banyak Data
(Candiasa, 2010b)
Nilai | ( ) − ( )| yang terbesar selanjutnya ditetapkan sebagai Lhitung.
Dengan kriteria pengujian adalah tolak H0 jika Lhitung > Ltabel, dimana Ltabel
ditentukan melalui Tabel Lilliefors pada taraf signifikasi 5%.
Untuk memudahkan perhitungan, dibuat tabel kerja sebagai berikut.
Tabel A.1 : Tabel Kerja Liliiefors Kelompok 1
X F Z F(Z) FK S(Z) │F(Z)-S(Z)│
63 5 -1,46 0,0721 5 0,161290 0,089265 2 -1,14 0,1271 7 0,225806 0,098767 1 -0,82 0,2061 8 0,258065 0,052070 2 -0,34 0,3669 10 0,322581 0,044371 7 -0,18 0,4286 17 0,548387 0,119873 3 0,14 0,5557 20 0,645161 0,089575 2 0,46 0,6772 22 0,709677 0,032577 1 0,78 0,7823 23 0,741935 0,040478 4 0,94 0,8264 27 0,870968 0,044680 1 1,26 0,8962 28 0,903226 0,007081 1 1,42 0,9222 29 0,935484 0,013383 1 1,74 0,9571 30 0,967742 0,010685 1 2,06 0,9803 31 1 0,0197
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa selisih F(Z) dan S(Z) yang terbesar
adalah 0,1198, sehingga Lhitung = 0,1198. Adapun nilai Ltabel untuk n = 31 dan α =
0,05 adalah 0,1559. Dengan demikian Lhitung < Ltabel, yang berarti H0 diterima.
Sehingga, dapat disimpulkan bahwa data kelompok 1 berasal dari populasi yang
berdistribusi normal.
Tabel A.2 : Tabel Kerja Liliiefors Kelompok 2
X F Z F(Z) FK S(Z) │F(Z)-S(Z)│
61 1 -1,74 0,0409 1 0,043478 0,0025863 1 -1,46 0,0721 2 0,086957 0,0148665 2 -1,17 0,1210 4 0,173913 0,0529167 1 -0,89 0,1867 5 0,217391 0,0306968 2 -0,74 0,2296 7 0,304348 0,0747570 3 -0,46 0,3228 10 0,434783 0,1119875 5 0,25 0,5987 15 0,652174 0,0534776 3 0,40 0,6554 18 0,782609 0,1272178 1 0,68 0,7517 19 0,826087 0,0743980 1 0,97 0,8340 20 0,869565 0,0355783 1 1,39 0,9177 21 0,913043 0,0046684 1 1,54 0,9382 22 0,956522 0,0183289 1 2,25 0,9878 23 1 0,01220
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa selisih F(Z) dan S(Z) yang terbesar
adalah 0,12721, sehingga Lhitung = 0,12721. Adapun nilai Ltabel untuk n = 23 dan α
= 0,05 adalah 0,1798. Dengan demikian Lhitung < Ltabel, yang berarti H0 diterima.
Sehingga, dapat disimpulkan bahwa data kelompok 2 berasal dari populasi yang
berdistribusi normal.
Tabel A.3 : Tabel Kerja Liliiefors Kelompok 3
X F Z F(Z) FK S(Z) │F(Z)-S(Z)│
61 2 -1,77 0,0384 2 0,090909091 0,052565 1 -1,21 0,1131 3 0,136363636 0,023367 2 -0,92 0,1788 5 0,227272727 0,048568 1 -0,78 0,2177 6 0,272727273 0,055070 4 -0,50 0,3085 10 0,454545455 0,146075 3 0,21 0,5832 13 0,590909091 0,007778 4 0,64 0,7389 17 0,772727273 0,033880 2 0,92 0,8212 19 0,863636364 0,042481 1 1,06 0,8554 20 0,909090909 0,053784 1 1,49 0,9319 21 0,954545455 0,022686 1 1,77 0,9616 22 1 0,0384
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa selisih F(Z) dan S(Z) yang terbesar adalah
0,1460, sehingga Lhitung = 0,1460. Adapun nilai Ltabel untuk n = 22 dan α = 0,05
adalah 0,184. Dengan demikian Lhitung < Ltabel, yang berarti H0 diterima. Sehingga,
dapat disimpulkan bahwa data kelompok 3 berasal dari populasi yang
berdistribusi normal.
B. Uji Homogenitas Varians
Uji Levene digunakan untuk melihat apakah data yang digunakan
memiliki varians yang homogen. Data yang digunakan adalah nilai raport
matematika kelas V semester ganjil 2011/2012. Hipotesis penelitian dalam Uji
Levene ini adalah sebagai berikut.
H0 : = =yaitu data kemampuan awal siswa kelas V SD
Negeri 4 Dauhwaru, kelas VA SD Negeri 3
Dauhwaru, dan kelas VB SD Negeri 3 Dauhwaru
memiliki varians yang homogen
melawan
H1 : Paling tidak satu tanda sama dengan (“=”) tidak berlaku
yaitu terdapat kelompok sampel yang memiliki
varians berbeda.
Uji Levene dilakukan dengan menghitung nilai W dengan rumus:
= ( − ) ∑ − ̅( − 1) ∑ ∑ −Keterangan
ntotal : Banyak data keseluruhan
: Banyak data tiap kelompok
K : Banyak kelompok
: −: Data sampel ke-j pada kelompok ke-i
: Rata-rata kelompok sampel ke-i
: Rata-rata untuk kelompok sampel ke-i
: Rata-rata seluruh
(Candiasa, 2010)
Dengan kriteria pengujian adalah tolak H0 jika W > Ftabel, dimana Ftabel =
( , ), dengan = 5%.
Untuk memudahkan perhitungan, dibuat tabel kerja sebagai berikut.
Tabel B.1 : Tabel Kerja Uji Levene
No. Y1 Y2 Y3 d1 d2 d3 d12 d2
2 d32
1 63 63 67 9,12903 10,21739 6,5 83,3392 104,3951 42,252 71 76 75 1,12903 2,78261 1,5 1,2747 7,7429 2,253 71 75 70 1,12903 1,78261 3,5 1,2747 3,1777 12,254 78 70 61 5,87097 3,21739 12,5 34,4683 10,3516 156,255 65 76 75 7,12903 2,78261 1,5 50,8231 7,7429 2,256 63 65 70 9,12903 8,21739 3,5 83,3392 67,5255 12,257 70 76 70 2,12903 2,78261 3,5 4,5328 7,7429 12,258 65 75 70 7,12903 1,78261 3,5 50,8231 3,1777 12,259 75 65 78 2,87097 8,21739 4,5 8,2425 67,5255 20,25
10 85 78 6812,8709
7 4,78261 5,5165,661
8 22,8734 30,2511 78 67 81 5,87097 6,21739 7,5 34,4683 38,6560 56,2512 71 75 80 1,12903 1,78261 6,5 1,2747 3,1777 42,2513 71 61 67 1,12903 12,21739 6,5 1,2747 149,2647 42,2514 78 75 78 5,87097 1,78261 4,5 34,4683 3,1777 20,2515 81 70 78 8,87097 3,21739 4,5 78,6941 10,3516 20,2516 63 70 78 9,12903 3,21739 4,5 83,3392 10,3516 20,25
No. Y1 Y2 Y3 d1 d2 d3 d12 d2
2 d32
17 70 68 65 2,12903 5,21739 8,5 4,5328 27,2212 72,2518 67 68 75 5,12903 5,21739 1,5 26,3070 27,2212 2,2519 80 75 86 7,87097 1,78261 12,5 61,9521 3,1777 156,2520 73 84 84 0,87097 10,78261 10,5 0,7586 116,2647 110,2521 71 89 61 1,12903 15,78261 12,5 1,2747 249,0907 156,2522 63 83 80 9,12903 9,78261 6,5 83,3392 95,6994 42,2523 73 80 0,87097 6,78261 0,7586 46,003824 71 1,12903 1,274725 75 2,87097 8,242526 78 5,87097 34,468327 71 1,12903 1,2747
28 8310,8709
7118,177
929 73 0,87097 0,758630 77 4,87097 23,726331 63 9,12903 83,3392∑ = ∑ = ∑ =
1167,484
1081,913 1043.5
= = = = = =72,12903
73,21739 73,5 4,98023 5,6673 6,0
Berdasarkan perhitungan pada tabel kerja di atas, diperoleh nilai sebagai
berikut.
= ∑ = 4,98023 + 5,6673 + 6,03 = 5,54918Setelah itu perhitungan dilanjutkan dalam tabel kerja kedua sebagai berikut.
Tabel B.2 : Tabel Kerja 2 Uji Levene
− −4,98023 - 0,56895 10,0347
5,6673 0,11812 0,3209126,0 0,45082 4,471345
− = 14,82695∑ ∑ − = 1167.484 + 1081.913 + 1043.5 = 3292,897
Dengan demikian, W dapat dihitung sebagai berikut.
= ( − ) ∑ − ̅( − 1) ∑ ∑ −= (76 − 3)(14,82695)(3 − 1)(3292,897)= 0,164349Adapun nilai Ftabel dk pembilang = 3-1 = 2 dan dk penyebut = 76-3 = 73,
pada taraf signifikasi 0,05 adalah 3,13.
Apabila dibandingkan, nilai W lebih kecil dari nilai Ftabel. Dengan
demikian H0 diterima. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa semua kelompok
sampel memiliki varians yang sama.
C. Uji ANAVA Satu Jalur
Setelah diketahui bahwa data berdistribusi normal dan memiliki varians
yang homogen, maka dapat dilakukan uji ANAVA Satu Jalur untuk melihat
apakah ketiga kelompok sampel tersebut memiliki kemampuan awal yang setara.
Data yang digunakan adalah nilai raport kelas V di semester ganjil tahun ajaran
2011/2012.
Hipotesis statistik dalam uji ANAVA Satu Jalur ini adalah sebagai berikut.
H0 : = =yaitu tidak terdapat perbedaan kemampuan awal
pada siswa kelas V SD Negeri 4 Dauhwaru, siswa
kelas VA SD Negeri 3 Dauhwaru, dan siswa kelas
VB SD Negeri 3 Dauhwaru
melawan
H1 : Paling tidak satu tanda sama dengan (“=”) tidak berlaku
yaitu terdapat perbedaan kemampuan awal pada tiga
kelompok siswa tersebut.
Tabel C.1 : Ringkasan ANAVA Satu Jalur
SumberVariasi
Jumlah Kuadrat(JK)
DerajatKebebasan
(dk)
Rata-RataJumlah Kuadrat
(RJK)Fhit
Antara
∑ =1 2=1− (∑ )2 k-1
Dalam − ntotal-k
Total 2 − (∑ )2ntotal-1
Keterangan:
: Data keseluruhan
: Data sampel ke-j pada kelompok sampel ke-i,
: Banyak seluruh sampel
: Banyak anggota sampel per-kelompok sampel
: Banyak kelompok sampel
(Candiasa, 2010b)
Berikut adalah tabel kerja ANAVA untuk menguji kesetaraan tiga kelompok
sampel penelitian.
Tabel C.2 : Tabel Kerja 1 ANAVA
No Y1 Y2 Y3 Y12 Y2
2 Y32
1 63 63 67 3969 3969 44892 71 76 75 5041 5776 56253 71 75 70 5041 5625 49004 78 70 61 6084 4900 37215 65 76 75 4225 5776 56256 63 65 70 3969 4225 49007 70 76 70 4900 5776 49008 65 75 70 4225 5625 49009 75 65 78 5625 4225 608410 85 78 68 7225 6084 462411 78 67 81 6084 4489 656112 71 75 80 5041 5625 640013 71 61 67 5041 3721 448914 78 75 78 6084 5625 608415 81 70 78 6561 4900 608416 63 70 78 3969 4900 608417 70 68 65 4900 4624 422518 67 68 75 4489 4624 562519 80 75 86 6400 5625 739620 73 84 84 5329 7056 705621 71 89 61 5041 7921 372122 63 83 80 3969 6889 640023 73 80 5329 640024 71 504125 75 562526 78 608427 71 504128 83 688929 73 532930 77 592931 63 3969
Jumlah 2236 1684 1617 162448 124380 119893
Tabel C.3 : Tabel Kerja 2 ANAVA
SUMBERVARIASI
JUMLAHKUADRAT
(JK)
DERAJATKEBEBASAN
(dk)
RATA-RATAJUMLAH KUADRAT
(RJK)Fhit
Antara 28,5110 2 14,25549 0,316029Dalam 3292,8969 73 45,10818Total 3321,4079 75
Dari perhitungan pada tabel kerja di atas, diperoleh Fhitung = 0,316029.
Adapun nilai Ftabel dk pembilang = 3-1 = 2 dan dk penyebut = 76-3 = 73, pada
taraf signifikasi 0,05 adalah 3,13.
Apabila dibandingkan, nilai Fhitung lebih kecil dari nilai Ftabel. Dengan
demikian H0 diterima. Hal ini berarti tidak terdapat perbedaan kemampuan awal
antara kelompok sampel penelitian.
Setelah diperoleh sampel yang setara dilakukan pengundian untuk
menentukan perlakuan yang diterima masing-masing kelompok sampel. Hasil
pengundian adalah sebagai berikut: (1) Kelas VB SD Negeri 3 Dauhwaru sebagai
Kelompok Eksperimen 1 memperoleh perlakuan berupa model pembelajaran
IKRAR berorientasi kearifan lokal, (2) Kelas VA SD Negeri 3 Dauhwaru sebagai
Kelompok Eksperimen 2 memperoleh perlakuan berupa model pembelajaran
IKRAR, dan (3) Kelas V SD Negeri 4 Dauhwaru sebagai Kelompok Kontrol
memperoleh perlakuan berupa model pembelajaran konvensional.
Lampiran 03
PENGKODEAN SISWA KELAS VB SD NEGERI 3 DAUHWARU
No. Nama Siswa Kode
1 Tri Septiari Ni Komang EA 12 Aditya Mahadiana Made EA 23 Ary Surya Pranata I Made EA 34 Cacak Irvianto EA 45 Dodi Satrawan I Putu EA 56 Krisna Pratama I Putu EA 67 Meta Suci Kurniawati Ni Kadek EA 78 Nanang Maulana EA 89 Paramartha Sathya I Made EA 910 Rizal Ahmad Zikrul Hakim EA 1011 Rizka Dewa Yanti Kepakisan Desak Pt. EA 1112 Sintya Hendrayani I Gusti Ayu Putu EA 1213 Surya Adnyana I Komang EA 1314 Tata Rosita Cahyani Ni Komang EA 1415 Viara Dwi Septia Ni Kadek EA 1516 Vina Febyana Putu EA 1617 Widi Artha Kadek EA 1718 Widiantara I Putu EA 1819 Rizka Valentina EA 1920 Bernika Saraswati Putu EA 2021 Nara Shinta Wulandari EA 2122 Diah Apriani I Gusti Ngurah Ayu EA 22
Keterangan
EA : Eksperimen 1
PENGKODEAN SISWA KELAS VA SD NEGERI 3 DAUHWARU
No. Nama Siswa Kode
1 Surya Adi Pratama Gede EB 12 Angga Pranata Putra I Made EB 23 Ani Ari Nitha Ni Ketut EB 34 Ari Saputra I Komang EB 45 Arya Gina Widyatmaja I Wayan EB 56 Bagus Adi Pradiksa I Putu EB 67 Caka Priyandari EB 78 Darma Yuda I Kade EB 89 Diah Megarani Putu EB 910 Dinda Andriana Puspita Putri I Gst. A. EB 1011 Dinda Sika Utari Ni Putu EB 1112 Febby Aswenda Purmita Ni Putu EB 1213 Julia Mega Putri Ni Putu EB 1314 Krisna Adi Putra I Putu Gede EB 1415 Oka Ariasih Ni Putu EB 1516 Popy Diana Rista Ni Made EB 1617 Ricki Adha Ma’arif EB 1718 Ricko Adha Ma’arif EB 1819 Satria Darma Gusti Ngurah EB 1920 Shinta Yuliana Dewi Ni Putu EB 2021 Sita Ananda Putri Ni Putu EB 2122 Sukma Giri Putri Ni Komang EB 2223 Tamara Sawitri Ni Luh Ketut EB 23
Keterangan
EB : Eksperimen 2
PENGKODEAN SISWA KELAS V SD NEGERI 4 DAUHWARU
No. Nama Siswa Kode
1 Roi Broto Kusuma K 12 Ni Kadek Miliana Sari K 23 Ketut Yanti Apriliani K 34 I Putu Agus Saputra K 45 Putu Anggi Krisna Tadorsi K 56 Kadek Ayu Karmila Dewi K 67 Ni Komang Ayu Trisna Dewi K 78 Komang Ayu Triastuti K 89 Putu Bella Oktavina Clarista Sari K 910 Komang Bonita Berliani K 1011 Made Bayu Sena Wira Atmaja K 1112 I Gede Dira Saputra K 1213 I Gede Eka Agus Ariawan K 1314 I Putu Erlangga Artha Pratama K 1415 I Made Ferian Panji Nugraha K 1516 I Kadek Krisna Dwipayana K 1617 Ni Putu Meylinda Sinta Asari K 1718 Moh. Bagus Saputra K 1819 I Gede Oka Yudha Pratama K 1920 Nyoman Pranata Adiyaksa M. K 2021 Made Pramana Bayu M. K 2122 Komang Sayoga Adi Setiawan K 2223 Ni Putu Sri Mahayuni K 2324 Ni Komang Sindi Oktaviani D. K 2425 Gede Satya Mahajana K 2526 Ni Kadek Selly Pratiwi K 2627 Ngurah Putu Ananda Artha Prayoga K 2728 Ni Kadek Desi Ariani K 2829 I Putu Bayu Wiratiku K 2930 I Gusti Putu Bagus Krisna Astawa K 3031 Ni Putu Devi Kesuma Setiawati K 31
Keterangan
K : Kontrol
Lampiran 04
KISI-KISI UJI COBA POST TES
KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas/Semester : V/2
Tahun Ajaran : 2011/2012
Standar Kompetensi : 5. Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah
KOMPETENSI DASAR(KD)
MATERIPOKOK
KOMPETENSI BERPIKIR KRITIS NOMORSOAL
BANYAKSOALA B C D
5.3 Mengalikan danmembagi berbagaibentuk pecahan
Perkalianpecahan √
√
√
√
1
5
7
8
1
1
1
1
PembagianPecahan √
√ 3
4
1
1
5.4 Menggunakan pecahandalam masalahperbandingan danskala
Perbandingan √
√√
2
9
10
1
1
1
Skala √ 6 1
JUMLAH TOTAL 3 3 2 2 10
Keterangan:
Kompetensi Berpikir Kritis
A : Menginvestasi konteks dan mengembangkan spektrum permasalahan
B : Merumuskan masalah
C : Mengembangkan konsep jawaban dan argumentasi yang reasonable
D : Melakukan Evaluasi
Lampiran 05
TES KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA
(UJI COBA)
Satuan Pendidikan : SD
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas/Semester : V/2
Pokok Bahasan : Pecahan (Perkalian, Pembagian, Perbandingan dan Skala)
Alokasi Waktu : 100 menit
Petunjuk :
1. Bacalah soal dengan teliti, jika ada yang kurang jelas tanyakan kepada
guru.
2. Tulis dan uraikan jawaban anda pada lembar jawaban dengan lengkap dan
jelas karena yang dinilai adalah proses dan hasil.
SOAL1. Mengapa hasil dari perkalian dua pecahan campuran tidak pernah kurang dari
1? Jelaskan jawabanmu!
2. Jika diberikan gambar bidang datar A dengan luas 1 satuan sebagai berikut:
permasalahan apa yang dapat kamu buat berdasarkan gambar tersebut?
3. Rio mengisi kotak kosong di bawah ini dengan angka 1 sampai dengan 4(dimana tidak ada angka yang dipakai 2 kali) sehingga diperoleh hasil kurangdari 1.
Untuk mendapatkan hasil kurang dari 1, dia menempatkan angka-angkatersebut sehingga didapatkan
dengan hasil yang didapat Rio adalah 1/6. Menurutmu, benarkah jawaban
yang diberikan Rio? Jelaskanlah pendapatmu! Adakah cara lain yang kamu
temukan? Jika ada, coba tuliskan!
4. Desi melakukan pembagian 2 buah pecahan. Ia ingin membandingkan hasil
pembagian yang diperolehnya dengan 1. Selidiki hasil pembagian yang
diperoleh Desi! (lebih dari 1, kurang dari 1 atau sama dengan 1)
5. Selidiki titik manakah dari garis bilangan berikut yang merupakan hasil dariperkalian bilangan pada titik C dan D?
10 C DRNM
…
…
…
…:
1
3
4
2:
A
CD
E
B
6. Wayan dan Made akan menggambar sebidang tanah menggunakan skala yangberbeda. Skala yang digunakan Wayan lebih besar dari skala yang digunakanMade, sehingga ukuran gambar keduanya berbeda. Permasalahan apa yangdapat kamu buat dari cerita diatas?
7. Bagaimana cara mencari hasil dari× × × × × × × × ?
Jelaskan pendapatmu!
8. Agus mengisi kotak kosong berikut dengan angka 1 sampai dengan 4.
Selidiki apakah Agus mendapat hasil kurang dari 1 atau lebih dari 1!
9. Ibu mempuyai sejumlah uang koin seribuan dan uang koin seratusan. Uang
koin seratusan diletakkan pada kantong merah sedangkan uang koin seribuan
diletakkan pada kantong biru. Uang dikantong merah lebih banyak lima kali
lipat dari jumlah uang di kantong biru. Sinta akan mengambil salah satu
kantong itu sebagai hadiah. Ia mengambil kantong merah karena menurutnya
jumlah nilai uang pada kantong merah lebih banyak dari kantong biru.
Benarkah pendapat Sinta? Mengapa?
10. Diketahui gambar berikut:
Permasalahan apa yang dapat kamu buat dari gambar tersebut?
…
…
…
…x
AB
C
Lampiran 06
KUNCI JAWABANTES KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS
(UJI COBA)
NO. SOAL ALTERNATIF JAWABAN
1 Mengapa hasil dari perkalian dua pecahancampuran tidak pernah kurang dari 1?Jelaskan jawabanmu!
Jika pecahan campuran diubah dalam bentuk pecahan biasa, makapembilangnya akan lebih besar dari penyebut. Oleh karena itu, pembilangpada hasil perkaliannya akan selalu lebih besar dari penyebutnya sehinggahasil perkaliannya selalu lebih besar dari 1.
2 Jika diberikan gambar bidang datar Adengan luas 1 satuan sebagai berikut:
permasalahan apa yang dapat kamu buatberdasarkan gambar tersebut?
Permasalahan yang dapat dibuat dari gambar tersebut adalah:“Berapakah luas daerah E?”alternatif lain:“Berapakah perbandingan luas daerah A dan C?”
A
CD
E
B
NO. SOAL ALTERNATIF JAWABAN
3 Rio mengisi kotak kosong di bawah inidengan angka 1 sampai dengan 4 (dimanatidak ada angka yang dipakai 2 kali)sehingga diperoleh hasil kurang dari 1.
Untuk mendapatkan hasil kurang dari 1, diamenempatkan angka-angka tersebutsehingga didapatkan
dengan hasil yang didapat Rio adalah 1/6.Menurutmu, benarkah jawaban yangdiberikan Rio? Jelaskanlah pendapatmu!Adakah cara lain yang kamu temukan? Jikaada, coba tuliskan!
Hasil yang didapat Rio benar.Alasannya: 13 ∶ 42 = 13 × 24 = 1 × 23 × 4 = 212 = 16 < 1Ada cara lain untuk mendapatkan hasil terkecil, yaitu:(alternatif cara)
Cara Pengisian Hasil14 ∶ 32 1623 ∶ 41 1624 ∶ 31 16
…
…
…
…
:
1
3
4
2
:
NO. SOAL ALTERNATIF JAWABAN
4 Desi melakukan pembagian dua buahpecahan. Ia ingin membandingkan hasilpembagian yang diperolehnya dengan 1.Selidiki hasil pembagian yang diperolehDesi! (lebih dari 1, kurang dari 1 atau samadengan 1)
Beberapa kemungkinan:1. Bila pecahan yang dibagi sama dengan pecahan yang membagi, maka
hasilnya akan sama dengan 1.
Contoh: ∶ = 12. Bila pecahan yang dibagi kurang dari pecahan yang membagi, maka
hasilnya akan kurang dari 1.
Contoh: ∶ = × = = < 13. Bila pecahan yang dibagi lebih dari pecahan yang membagi, maka
hasilnya akan lebih dari 1.
Contoh: ∶ = × = = 2 > 1Jadi hasil yang akan didapat Desi mungkin kurang dari 1 atau lebih dari 1atau sama dengan 1.
5 Selidiki titik manakah dari garis bilanganberikut yang merupakan hasil dari perkalianbilangan pada titik C dan D?
Misalkan nilai C mendekati dan nilai D mendekati .
Hasil kali C dan D adalah × = ×× =Sehingga hasil perkalian C dan D akan mendekati titik N.
6 Wayan dan Made akan menggambarsebidang tanah menggunakan skala yangberbeda. Skala yang digunakan Wayan lebihbesar dari skala yang digunakan Made,sehingga ukuran gambar keduanya berbeda.
Permasalahan yang dapat dibuat dari cerita tersebut adalah:“Gambar tanah siapakah yang ukurannya lebih besar?”alternatif lain:“Gambar tanah siapakah yang ukurannya lebih kecil?”
10 C DRNM
NO. SOAL ALTERNATIF JAWABAN
Permasalahan apa yang dapat kamu buatdari cerita diatas?
7 Bagaimana cara mencari hasil dari× × × × × × × × ?
Jelaskan pendapatmu!
Untuk mencari hasil dari perkalian pecahan tersebut, terlebih dahuludilakukan penyederhanaan antara pembilang serta penyebut pecahan sebelummelakukan proses perkalian:× × × × × × × × = × × ×…×× × ×…×Sehingga didapat hasil perkaliannya sama dengan .
8 Agus mengisi kotak kosong berikut denganangka 1 sampai dengan 4.
Selidiki apakah hasilnya selalu kurang dari 1atau lebih dari 1!
Beberapa kemungkinan:1. Bila Agus meletakkan angka-angka itu sehingga terbentuk dua pecahan
yang pembilang-pembilangnya lebih besar dari penyebutnya, maka Agusakan mendapatkan hasil yang lebih dari 1.
Contoh: × = = 2 > 12. Bila Agus meletakkan angka-angka itu sehingga terbentuk dua pecahan
yang pembilang-pembilangnya lebih kecil dari penyebut-penyebutnya,maka Agus akan memperoleh hasil kurang dari 1.
Contoh: × = = < 13. Bila Agus meletakkan angka-angka itu sehingga terbentuk dua pecahan
yang salah satu pecahan memiliki pembilang lebih kecil dari penyebutsedangkan pecahan yang lain memiliki pembilang lebih besar daripenyebut, maka Agus akan memperoleh hasil kurang dari 1 atau lebihdari 1.
Contoh: × = = < 1 sedangkan × = = 2 > 1Sehingga hasil dari perkalian tersebut tidak selalu lebih dari 1 atau kurang
…
…
…
…x
NO. SOAL ALTERNATIF JAWABAN
dari 1.
9 Ibu mempuyai sejumlah uang koin seribuandan uang koin seratusan. Uang koinseratusan diletakkan pada kantong merahsedangkan uang koin seribuan diletakkanpada kantong biru. Uang dikantong merahlebih banyak lima kali lipat dari jumlahuang di kantomg biru. Sinta akanmengambil salah satu kantong itu sebagaihadiah. Ia mengambil kantong merah karenamenurutnya jumlah nilai uang pada kantongmerah lebih banyak dari kantong biru.Benarkah pendapat Sinta? Mengapa?
Pendapat Sinta salah. Alasannya:Perbandingan nilai uang koin seribuan dengan nilai uang koin seratusanadalah 1:10. Perbandingan nilai uang seribuan dan seratusan adalah 1 : 10Jumlah nilai uang koin seratusan akan sama dengan nilai uang koin seribuanjika banyak uang koin seratusan adalah sepuluh kali lipat dari banyak uangkoin seribuan. Karena uang koin seratusan pada kantong merah lebih banyaklima kali lipat dari kantong biru yang berisi uang seribuan, maka jumlah nilaiuang seratusan pada kantong merah lebih sedikit dari jumlah nilai uangseribuan pada kantong biru. Sehingga pendapat Sinta salah.
10 Diketahui gambar berikut:
Permasalahan apa yang dapat kamu buatdari gambar tersebut?
Permasalahan yang dapat dibuat dari gambar tersebut adalah:“Bagaimanakah perbandingan luas A dan C?”alternatif lain:“Dapatkah dibuat suatu perbandingan antara luas daerah A, B dan C?”A
BC
Lampiran 07
RUBRIK PENSKORAN
UJI COBA TES KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS
NoKompetensi Berpikir
KritisIndikator
Respon Siswa TerhadapJawaban
Skor
1 Menginvestasi konteksdan mengembangkanspektrum permasalahan
Mampu menghasilkan berbagaipengandaian/pemisalan serta mampumenuliskan informasi penting yang relevandigunakan dalam pemecahan masalah.
Tidak ada jawaban0
Jawaban salah
Jawaban benar sebagian 1
Jawaban benar seluruhnya 2
2 Merumuskan masalah Mampu merumuskan pertanyaan/masalahmatematika bermakna yang memberi arahpemecahan.
Tidak ada jawaban0
Jawaban salah
Jawaban benar sebagian 1
Jawaban benar seluruhnya 2
3 Mengembangkan konsepjawaban dan argumentasiyang reasonable
Mampu merumuskan argumen-argumenreasonable yang menghubungkan konsepdengan permasalahan yang dihadapi.
Tidak ada jawaban0
Jawaban salahJawaban benar sebagian 1Jawaban benar seluruhnya 2
4 Melakukan Evaluasi Mampu membuat penilaian terhadapkonteks masalah, rumusan masalah ataukonsep jawaban secara bermakna sertadapat menemukan alternatif penyelesaianlain.
Tidak ada jawaban0
Jawaban salah
Jawaban benar sebagian 1
Jawaban benar seluruhnya 2
Lampiran 08DATA HASIL UJI COBA POST TES
KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA
No. Skor Tiap Nomor Soal TOTALSKORResponden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 2 72 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 63 0 1 1 0 1 0 2 1 0 1 74 2 2 2 1 2 0 2 1 0 2 145 0 1 2 1 1 0 1 0 0 0 66 0 0 1 1 2 1 1 1 0 0 77 1 1 2 1 1 0 1 1 0 1 98 1 2 2 1 2 2 2 2 0 2 169 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 7
10 1 1 2 0 1 0 2 1 0 1 911 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 612 2 2 2 1 2 1 2 1 1 1 1513 1 0 2 1 1 0 1 1 0 1 814 2 2 2 2 2 1 2 2 1 0 1615 0 1 1 0 1 0 2 1 0 1 716 2 2 2 1 2 0 2 1 2 0 1417 2 2 2 1 2 0 1 1 0 2 1318 1 1 2 0 2 2 2 1 0 1 1219 1 2 2 0 0 1 2 1 0 0 920 2 1 2 1 2 1 1 2 1 2 15
No. Skor Tiap Nomor Soal TOTALSKORResponden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
21 2 1 2 2 2 1 2 2 1 1 1622 2 2 2 1 2 2 2 1 0 2 1623 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 724 2 2 2 2 2 1 2 2 1 0 1625 0 0 1 1 0 0 1 1 0 2 626 2 2 2 1 2 1 2 2 0 2 1627 2 2 2 2 2 1 2 1 2 1 1728 1 1 1 1 2 0 1 1 0 1 929 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1830 1 1 0 0 0 2 2 1 1 1 931 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 632 2 2 2 1 1 0 2 1 0 1 1233 2 2 2 2 1 1 2 1 1 1 1534 1 1 0 0 0 1 0 1 0 2 635 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 736 2 2 2 2 1 1 2 1 1 1 1537 1 1 2 1 1 1 1 1 0 1 1038 1 1 1 0 0 0 2 0 0 2 739 1 2 2 2 1 0 2 1 2 2 1540 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 641 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1642 1 2 2 1 2 2 2 0 1 2 1543 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 644 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 745 2 2 2 0 2 2 2 1 1 2 16
No. Skor Tiap Nomor Soal TOTALSKORResponden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
46 0 1 1 1 1 0 2 1 0 1 847 0 2 1 0 0 0 1 0 1 2 748 1 2 2 1 1 2 1 1 0 1 1249 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 650 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 651 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 552 1 2 2 1 2 2 2 0 2 2 1653 0 1 0 1 0 2 0 1 0 1 654 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 755 2 2 2 1 2 1 2 1 0 2 1556 2 1 1 0 0 2 2 0 1 1 1057 2 2 2 1 1 2 2 1 0 2 1558 2 2 2 1 2 1 2 1 1 2 16
KETERANGAN:Kompetensi investigasi konteks dan spektrum masalah
Kompetensi merumuskan masalah
Kompetensi memberikan argumen yang reasonable
Kompetensi melakukan evaluasi
Lampiran 09
ANALISIS VALIDITAS TES BERPIKIR KRITIS MATEMATIKA YANG
DIUJICOBAKAN
Uji validitas tes dilakukan dengan menggunakan korelasi product moment
dengan formula: = ∑ (∑ )(∑ )( ∑ (∑ ) )( ∑ (∑ ) )Keterangan
xyr : koefisien korelasi product momment
X : skor responden untuk butir yang dicari validitasnya
Y : skor total responden
N : banyak responden atau peserta tes
Jika tabelxy rr dengan taraf signifikansi 5% dan derajat kebebasan 2n
maka terdapat korelasi yang signifikan antara skor butir dengan skor total yang
berarti butir soal yang bersangkutan dinyatakan valid.
Tabel 1 : Analisis Validitas Tes
No.Responden
Soal NomorY Y2
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 2 7 1600
2 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 6 1681
3 0 1 1 0 1 0 2 1 0 1 7 3364
4 2 2 2 1 2 0 2 1 0 2 14 3969
5 0 1 2 1 1 0 1 0 0 0 6 1156
6 0 0 1 1 2 1 1 1 0 0 7 3025
7 1 1 2 1 1 0 1 1 0 1 9 1849
8 1 2 2 1 2 2 2 2 0 2 16 8836
9 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 7 2704
10 1 1 2 0 1 0 2 1 0 1 9 6724
11 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 6 49
12 2 2 2 1 2 1 2 1 1 1 15 36
13 1 0 2 1 1 0 1 1 0 1 8 49
No.Responden
Soal NomorY Y2
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
14 2 2 2 2 2 1 2 2 1 0 16 196
15 0 1 1 0 1 0 2 1 0 1 7 36
16 2 2 2 1 2 0 2 1 2 0 14 49
17 2 2 2 1 2 0 1 1 0 2 13 81
18 1 1 2 0 2 2 2 1 0 1 12 256
19 1 2 2 0 0 1 2 1 0 0 9 49
20 2 1 2 1 2 1 1 2 1 2 15 81
21 2 1 2 2 2 1 2 2 1 1 16 36
22 2 2 2 1 2 2 2 1 0 2 16 225
23 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 7 64
24 2 2 2 2 2 1 2 2 1 0 16 256
25 0 0 1 1 0 0 1 1 0 2 6 49
26 2 2 2 1 2 1 2 2 0 2 16 196
27 2 2 2 2 2 1 2 1 2 1 17 169
28 1 1 1 1 2 0 1 1 0 1 9 144
29 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 18 81
30 1 1 0 0 0 2 2 1 1 1 9 225
31 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 6 256
32 2 2 2 1 1 0 2 1 0 1 12 256
33 2 2 2 2 1 1 2 1 1 1 15 49
34 1 1 0 0 0 1 0 1 0 2 6 256
35 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 7 36
36 2 2 2 2 1 1 2 1 1 1 15 256
37 1 1 2 1 1 1 1 1 0 1 10 289
38 1 1 1 0 0 0 2 0 0 2 7 81
39 1 2 2 2 1 0 2 1 2 2 15 324
40 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 6 81
41 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 16 36
42 1 2 2 1 2 2 2 0 1 2 15 144
43 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 6 225
44 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 7 36
45 2 2 2 0 2 2 2 1 1 2 16 49
46 0 1 1 1 1 0 2 1 0 1 8 225
47 0 2 1 0 0 0 1 0 1 2 7 100
48 1 2 2 1 1 2 1 1 0 1 12 49
49 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 6 225
50 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 6 36
51 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 5 256
52 1 2 2 1 2 2 2 0 2 2 16 225
No.Responden
Soal NomorY Y2
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
53 0 1 0 1 0 2 0 1 0 1 6 36
54 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 7 49
55 2 2 2 1 2 1 2 1 0 2 15 256
56 2 1 1 0 0 2 2 0 1 1 10 64
57 2 2 2 1 1 2 2 1 0 2 15 49
58 2 2 2 1 2 1 2 1 1 2 16 144
Σ 63 80 81 49 67 49 82 55 27 68 621
ΣX2 105 130 145 67 111 75 142 69 35 104 ΣY2 : 7659
(ΣX)2 3969 6400 6561 2401 4489 2401 6724 3025 729 4624 (ΣY)2:3856
41
ΣXY 832 965 1006 622 855 609 987 649 363 771
rxy 0,819 0,770 0,773 0,605 0,747 0,458 0,672 0,461 0,491 0,274
r tab 0,261 0,261 0,261 0,261 0,261 0,261 0,261 0,261 0,261 0,261
Ket. Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kesepuluh soal yang diuji valid.
Lampiran 10
ANALISIS RELIABILITAS TES BERPIKIR KRITIS MATEMATIKA
YANG DIUJICOBAKAN
Setelah diketahui seluruh soal valid, dipilih empat soal yang akan
dijadikan tes kemampuan berpikir kritis. Soal yang dipilih adalah soal yang
mewakili setiap kompetensi berpikir kritis yang digunakan dalam penelitian ini.
Setelah empat soal tersebut terpilih, dihitung reliabilitas tes dengan menggunakan
formula Alpha Cronbach. Sebelum dilakukan perhitungan reliabilitas, terlebih
dahulu dibuat tabel kerja dengan mengikuti langkah-langkah sebagai berikut.
c. Butir-butir yang tidak valid maupun tidak digunakan sebagai tes dikeluarkan
dari instrumen, sehingga reliabilitas instrumen yang dihitung hanya butir-
butir yang dinyatakan valid dan yang akan digunakan sebagai soal tes
kemampuan berpikir kritis. Dengan demikian diperoleh butir soal yang akan
diuji reliabilitasnya adalah nomor 1, 2, 3, dan 5.
d. Menghitung variansi ( 2i ) setiap butir dan varian skor total ( 2
t ) dengan
rumus sebagai berikut: = ∑ (∑ )( ) dan : = ∑ (∑ )( ) .
dengan k menyatakan banyak responden.
Adapun formula Alpha Cronbach yang digunakan untuk menentukan
koefisien reliabilitas instrumen adalah sebagai berikut.
2
2
11 11 t
i
n
nr
Keterangan
n : banyak butir yang valid
2i : jumlah varians skor masing-masing butir
2t : varians total
Klasifikasi Derajat Reliabilitas Tes
11r 0,20 Derajat reliabilitas sangat rendah
0,20 < 11r 0,40 Derajat reliabilitas rendah
0,40 < 11r 0,60 Derajat reliabilitas sedang
0,60 < 11r 0,80 Derajat reliabilitas tinggi
0,80 < 11r 1,00 Derajat reliabilitas sangat tinggi
(Suherman, 2003)
Tabel 3 : Analisis Reliabilitas Tes
No.Soal Nomor
Y Y2
1 2 3 51 0 1 0 1 2 42 1 1 0 1 3 93 0 1 1 1 3 94 2 2 2 2 8 645 0 1 2 1 4 166 0 0 1 2 3 97 1 1 2 1 5 258 1 2 2 2 7 499 0 1 1 1 3 910 1 1 2 1 5 2511 0 1 1 1 3 912 2 2 2 2 8 6413 1 0 2 1 4 1614 2 2 2 2 8 6415 0 1 1 1 3 916 2 2 2 2 8 6417 2 2 2 2 8 6418 1 1 2 2 6 3619 1 2 2 0 5 2520 2 1 2 2 7 4921 2 1 2 2 7 4922 2 2 2 2 8 6423 1 1 1 1 4 16
No.Soal Nomor
Y Y2
1 2 3 524 2 2 2 2 8 6425 0 0 1 0 1 126 2 2 2 2 8 6427 2 2 2 2 8 6428 1 1 1 2 5 2529 2 2 2 2 8 6430 1 1 0 0 2 431 0 1 1 0 2 432 2 2 2 1 7 4933 2 2 2 1 7 4934 1 1 0 0 2 435 1 1 1 1 4 1636 2 2 2 1 7 4937 1 1 2 1 5 2538 1 1 1 0 3 939 1 2 2 1 6 3640 0 1 0 1 2 441 2 2 2 2 8 6442 1 2 2 2 7 4943 0 1 0 0 1 144 1 1 1 1 4 1645 2 2 2 2 8 6446 0 1 1 1 3 947 0 2 1 0 3 948 1 2 2 1 6 3649 1 1 1 0 3 950 0 1 1 1 3 951 1 1 0 0 2 452 1 2 2 2 7 4953 0 1 0 0 1 154 0 1 0 0 1 155 2 2 2 2 8 6456 2 1 1 0 4 1657 2 2 2 1 7 4958 2 2 2 2 8 64
Σ 63 80 81 67 291
ΣX2 105 130 145 111 ΣY2 1793(ΣX)2 3969 6400 6561 4489 (ΣY)2 84681
0,642 0,345 0,559 0,590
No.Soal Nomor
Y Y2
1 2 3 54,894
0,752
Berdasarkan hasil analisis di atas, diperoleh bahwa koefisien reliabilitas tes
adalah 0,752. Dari kriteria yang telah ditetapkan maka derajat reliabilitas tes
tergolong tinggi. Jadi tes kemampuan berpikir kritis siswa dikatakan reliabel.
Lampiran 11
KISI-KISI POST TES
KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas/Semester : V/2
Tahun Ajaran : 2011/2012
Standar Kompetensi : 5. Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah
KOMPETENSI DASAR
(KD)
MATERI
POKOK
KOMPETENSI BERPIKIR KRITIS NOMOR
SOAL
BANYAK
SOALA B C D
5.3 Mengalikan dan
membagi berbagai
bentuk pecahan
Perkalian
pecahan √
√ 1
4
1
1
Pembagian
Pecahan
√ 3 1
5.4 Menggunakan pecahan
dalam masalah
perbandingan dan
skala
Perbandingan
dan Skala
√ 2 1
KOMPETENSI DASAR
(KD)
MATERI
POKOK
KOMPETENSI BERPIKIR KRITIS NOMOR
SOAL
BANYAK
SOALA B C D
JUMLAH TOTAL 1 1 1 1 4
Keterangan:
Kompetensi Berpikir Kritis
A : Menginvestasi konteks dan mengembangkan spektrum permasalahan
B : Merumuskan masalah
C : Mengembangkan konsep jawaban dan argumentasi yang reasonable
D : Melakukan Evaluasi
Lampiran 12
TES KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA
Satuan Pendidikan : SD
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas/Semester : V/2
Pokok Bahasan : Pecahan
Alokasi Waktu : 70 menit
Petunjuk :
1. Tulislah nama, kelas dan nomor absen di tempat yang telah
disediakan.
2. Bacalah soal dengan teliti, jika ada yang kurang jelas tanyakan
kepada guru.
3. Tulis dan uraikan jawaban anda pada lembar jawaban dengan
lengkap dan jelas karena yang dinilai adalah proses dan hasil.
IDENTITAS SISWA
NAMA
KELAS
NOMOR
Soal 1:
Mengapa hasil dari perkalian dua pecahan campuran tidak pernah
kurang dari 1? Jelaskan jawabanmu!
PENYELESAIAN
Soal 2:Jika diberikan gambar bidang datar A dengan luas 1 satuan sebagaiberikut:
permasalahan apa yang dapat kamu buat berdasarkan gambar
tersebut?
PENYELESAIAN
A
CD
E
B
Soal 3:Rio mengisi kotak kosong di bawah ini dengan angka 1 sampai dengan 4(dimana tidak ada angka yang dipakai 2 kali) sehingga diperoleh hasil kurangdari 1.
Untuk mendapatkan hasil kurang dari 1, dia menempatkan angka-angkatersebut sehingga didapatkan
Dengan hasil yang didapat Rio adalah 1/6.
PENYELESAIAN
Menurutmu, benarkah jawaban yang diberikan Rio? Jelaskan alasannya!
Adakah jawaban lain yang kamu temukan? Jika ada, coba tuliskan!
…
…
…
…:
1
3
4
2:
Soal 4:Selidiki titik manakah dari garis bilangan berikut yang merupakan
hasil dari perkalian bilangan pada titik C dan D?
PENYELESAIAN
10 C DRNM
Lampiran 13
KUNCI JAWABANTES KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS
NO. SOAL ALTERNATIF JAWABAN
1 Mengapa hasil dari perkalian dua pecahancampuran tidak pernah kurang dari 1?Jelaskan jawabanmu!
Jika pecahan campuran diubah dalam bentuk pecahan biasa, maka pembilangnya akanlebih besar dari penyebut. Oleh karena itu, pembilang pada hasil perkaliannya akanselalu lebih besar dari penyebutnya sehingga hasil perkaliannya selalu lebih besar dari1.
2 Jika diberikan gambar bidang datar Adengan luas 1 satuan sebagai berikut:
permasalahan apa yang dapat kamu buatberdasarkan gambar tersebut?
Permasalahan yang dapat dibuat dari gambar tersebut adalah:“Berapakah luas daerah E?”alternatif lain:“Berapakah perbandingan luas daerah A dan C?”
A
CD
E
B
NO. SOAL ALTERNATIF JAWABAN
3 Rio mengisi kotak kosong di bawah inidengan angka 1 sampai dengan 4 (dimanatidak ada angka yang dipakai 2 kali)sehingga diperoleh hasil kurang dari 1.
Untuk mendapatkan hasil kurang dari 1, diamenempatkan angka-angka tersebutsehingga didapatkan
dengan hasil yang didapat Rio adalah 1/6.Menurutmu, benarkah jawaban yangdiberikan Rio? Jelaskanlah pendapatmu!Adakah cara lain yang kamu temukan? Jikaada, coba tuliskan!
Hasil yang didapat Rio benar.Alasannya: 13 ∶ 42 = 13 × 24 = 1 × 23 × 4 = 212 = 16 < 1Ada cara lain untuk mendapatkan hasil terkecil, yaitu:(alternatif cara)
Cara Pengisian Hasil14 ∶ 32 1623 ∶ 41 1624 ∶ 31 16
…
…
…
…
:
1
3
4
2
:
NO. SOAL ALTERNATIF JAWABAN
4 Selidiki titik manakah dari garis bilanganberikut yang merupakan hasil dari perkalianbilangan pada titik C dan D?
Misalkan nilai C mendekati dan nilai D mendekati .
Hasil kali C dan D adalah × = ×× =Sehingga hasil perkalian C dan D akan mendekati titik N.
10 C DRNM
Lampiran 14
RUBRIK PENSKORAN
TES KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS
NoKompetensi BerpikirKritis
IndikatorRespon Siswa TerhadapJawaban
Skor
1 Menginvestasi konteksdan mengembangkanspektrum permasalahan
Mampu menghasilkan berbagaipengandaian/pemisalan serta mampumenuliskan informasi penting yang relevandigunakan dalam pemecahan masalah.
Tidak ada jawaban0
Jawaban salah
Jawaban benar sebagian 1
Jawaban benar seluruhnya 2
2 Merumuskan masalah Mampu merumuskan pertanyaan/masalahmatematika bermakna yang memberi arahpemecahan.
Tidak ada jawaban0
Jawaban salahJawaban benar sebagian 1
Jawaban benar seluruhnya 2
3 Mengembangkan konsepjawaban dan argumentasiyang reasonable
Mampu merumuskan argumen-argumenreasonable yang menghubungkan konsepdengan permasalahan yang dihadapi.
Tidak ada jawaban0
Jawaban salahJawaban benar sebagian 1Jawaban benar seluruhnya 2
4 Melakukan Evaluasi Mampu membuat penilaian terhadapkonteks masalah, rumusan masalah ataukonsep jawaban secara bermakna sertadapat menemukan alternatif penyelesaianlain.
Tidak ada jawaban0
Jawaban salah
Jawaban benar sebagian 1
Jawaban benar seluruhnya 2
Lampiran 15
DATA HASIL POST TESKEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA
Kelas Eksperimen IKRAR Berorientasi Kearifan Lokal
No. Kode SiswaSkor Tiap Nomor Soal Jumlah
Skor1 2 3 41 EA 1 0 1 1 2 42 EA 2 1 1 2 1 53 EA 3 0 1 2 1 44 EA 4 0 0 0 2 25 EA 5 1 1 2 1 56 EA 6 2 1 2 1 67 EA 7 1 1 1 2 58 EA 8 1 2 1 1 59 EA 9 1 2 2 1 610 EA 10 1 0 1 2 411 EA 11 1 2 2 2 712 EA 12 1 2 2 2 713 EA 13 1 2 1 0 414 EA 14 1 2 2 2 715 EA 15 2 2 1 1 616 EA 16 1 2 2 1 617 EA 17 1 0 0 2 318 EA 18 1 2 1 2 619 EA 19 2 2 2 1 720 EA 20 1 2 2 0 521 EA 21 0 1 1 1 322 EA 22 2 2 2 1 7Total 114
Keterangan:1. Kompetensi Investigasi Konteks dan Spektrum Masalah2. Kompetensi Merumuskan Masalah3. Kompetensi Memberikan Argumentasi yang Reasonable4. Kompetensi Melakukan Evaluasi
Kelas Eksperimen IKRAR
No. Kode SiswaSkor Tiap Nomor Soal Jumlah
Skor1 2 3 41 EB 1 0 2 1 0 32 EB 2 0 1 1 0 23 EB 3 2 2 1 2 74 EB 4 1 1 1 0 35 EB 5 1 2 1 1 56 EB 6 0 0 1 0 17 EB 7 2 2 1 1 68 EB 8 1 1 1 1 49 EB 9 1 2 0 0 310 EB 10 1 2 2 1 611 EB 11 0 1 1 0 212 EB 12 1 2 2 0 513 EB 13 1 2 1 0 414 EB 14 0 1 1 1 315 EB 15 1 0 2 1 416 EB 16 1 1 1 1 417 EB 17 1 0 1 1 318 EB 18 1 0 0 1 219 EB 19 1 2 1 0 420 EB 20 0 2 1 1 421 EB 21 2 2 0 1 522 EB 22 1 2 2 2 723 EB 23 1 2 0 2 5Total 92
Keterangan:1. Kompetensi Investigasi Konteks dan Spektrum Masalah2. Kompetensi Merumuskan Masalah3. Kompetensi Memberikan Argumentasi yang Reasonable4. Kompetensi Melakukan Evaluasi
Kelas Kontrol
No. Kode SiswaSkor Tiap Nomor Soal Jumlah
Skor1 2 3 41 K 1 0 0 0 0 02 K 2 0 1 0 0 13 K 3 0 0 1 0 14 K 4 0 2 1 1 45 K 5 0 0 0 0 06 K 6 1 0 2 0 37 K 7 0 1 0 0 18 K 8 0 0 0 0 09 K 9 1 1 1 0 310 K 10 1 2 2 1 611 K 11 0 2 2 1 512 K 12 0 0 1 0 113 K 13 0 0 0 0 014 K 14 0 1 1 1 315 K 15 1 1 2 1 516 K 16 0 0 1 1 217 K 17 1 1 1 1 418 K 18 0 2 0 0 219 K 19 0 0 2 1 320 K 20 1 2 1 0 421 K 21 0 0 1 1 222 K 22 1 2 0 0 323 K 23 1 0 1 0 224 K 24 0 2 1 0 325 K 25 1 1 1 1 426 K 26 1 2 2 0 527 K 27 0 2 2 0 428 K 28 0 1 1 0 229 K 29 0 1 2 0 330 K 30 0 1 2 1 431 K 31 0 0 2 0 2Total 82
Keterangan:1. Kompetensi Investigasi Konteks dan Spektrum Masalah2. Kompetensi Merumuskan Masalah3. Kompetensi Memberikan Argumentasi yang Reasonable4. Kompetensi Melakukan Evaluasi
Lampiran 16
PENGUJIAN HIPOTESIS PENELITIAN
Setelah memperoleh perlakuan, kelompok sampel diberikan post test untuk
melihat bagaimana kemampuan berpikir kritis pada masing-masing kelompok.
Setelah itu dilakukan pengujian hipotesis penelitian yang diujikan. Sebelum
melakukan uji hipotesis tersebut, dilakukan pengujian normalitas sebaran data
yang dilakukan dengan uji Lilliefors dan pengujian homogenitas varians yang
dilakukan dengan uji Levene.
a. Uji Normalitas Sebaran Data
Uji Lilliefors digunakan untuk mengetahui apakah data berasal dari populasi
yang berdistribusi normal. Data yang digunakan adalah skor kemampuan berpikir
kritis siswa. Hipotesis statistik dalam penelitian ini adalah:
H0: ( ) = Φyaitu data kemampuan berpikir kritis siswa pada
kelompok ke-i, dengan i = 1,2,3 berasal dari
populasi yang berdistribusi normal
melawan
H1: ( ) ≠ Φyaitu terdapat data kemampuan berpikir kritis siswa
pada kelompok ke-i, dengan i = 1,2,3, tidak berasal
dari populasi yang berdistribusi normal.
Keterangan
1( ) : Data kemampuan berpikir kritis siswa kelompok eksperimen 1
2( ) : Data kemampuan berpikir kritis siswa kelompok eksperimen 2
3( ) : Data kemampuan berpikir kritis siswa kelompok kontrol
Pada pengujian normalitas data dengan teknik Lilliefors, dicari selisih
frekuensi sebaran data dengan frekuensi kumulatif sampai batas tiap-tiap data.
L = | ( ) − ( )|dimana =
( ) =Keterangan
Z : Skor baku
SD : Standar Deviasi
F (Z) : Frekuensi data atau luas daerah di bawah kurva normal
dengan batas Z
FK : Frekuensi Kumulatif
ntotal : Banyak data
(Candiasa, 2010)
Nilai | ( ) − ( )| yang terbesar selanjutnya ditetapkan sebagai Lhitung.
Dengan kriteria pengujian adalah tolak H0 jika Lhitung>Ltabel, dimana Ltabel
ditentukan melalui tabel Lilliefors pada taraf signifikasi 5%.
Untuk memudahkan perhitungan, dibuat tabel kerja sebagai berikut.
Tabel A.1 : Tabel Kerja Uji LiliieforsKelompok Eksperimen 1
X F Z F(Z) FK S(Z) │F(Z)-S(Z)│
2 1 -2,17 0,015 1 0,045455 0,0304553 2 -1,49 0,0681 3 0,136364 0,0682644 4 -0,80 0,2119 7 0,318182 0,1062825 5 -0,12 0,4522 12 0,545455 0,0932556 5 0,56 0,7123 17 0,772727 0,060427
X F Z F(Z) FK S(Z) │F(Z)-S(Z)│
7 5 1,24 0,8925 22 1 0,1075
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa selisih F(Z) dan S(Z) yang terbesar
adalah 0,1075, sehingga Lhitung = 0,1075. Adapun nilai Ltabel untuk ntotal = 22 dan α
= 0,05 adalah 0,184. Dengan demikian Lhitung<Ltabel, yang berarti H0 diterima.
Sehingga, dapat disimpulkan bahwa data kelompok eksperimen 1 berasal dari
populasi yang berdistribusi normal.
Tabel A.2 : Tabel Kerja Uji Liliiefors KelompokEksperimen 2
X F Z F(Z) FK S(Z) │F(Z)-S(Z)│
1 1 -1,88 0,0301 1 0,043478 0,0133782 3 -1,25 0,1056 4 0,173913 0,0683133 5 -0,63 0,2643 9 0,391304 0,1270044 6 0,00 0,5 15 0,652174 0,1521745 4 0,63 0,7357 19 0,826087 0,0903876 2 1,25 0,8944 21 0,913043 0,0186437 2 1,88 0,9699 23 1 0,0301
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa selisih F(Z) dan S(Z) yang terbesar
adalah 0,152174, sehingga Lhitung = 0,152174. Adapun nilai Ltabel untuk ntotal = 23
dan α = 0,05 adalah 0,1798. Dengan demikian Lhitung<Ltabel, yang berarti H0
diterima. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa data kelompok eksperimen 2
berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
Tabel A.3 : Tabel Kerja Uji Liliiefors Kelompok Kontrol
X F Z F(Z) FK S(Z) │F(Z)-S(Z)│
0 4 -1,61 0,0537 4 0,129032 0,0753321 4 -1,00 0,1587 8 0,258065 0,0993652 6 -0,39 0,3483 14 0,451613 0,1033133 7 0,22 0,5871 21 0,677419 0,0903194 6 0,82 0,7939 27 0,870968 0,0770685 3 1,43 0,9236 30 0,967742 0,0441426 1 2,04 0,9739 31 1 0,0261
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa selisih F(Z) dan S(Z) yang terbesar
adalah 0,103313, sehingga Lhitung = 0,103313. Adapun nilai Ltabel untuk ntotal = 31
dan α = 0,05 adalah 0,1559. Dengan demikian Lhitung<Ltabel, yang berarti H0
diterima. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa data kelompok kontrol berasal dari
populasi yang berdistribusi normal.
b. Uji Homogenitas Varians
Uji Levene digunakan untuk melihat apakah data skor kemampuan
berpikir kritis siswa memiliki varians yang homogen. Hipotesis penelitian dalam
uji Levene ini adalah sebagai berikut.
H0 : = =yaitu data kemampuan berpikir kritis siswa kelas VB
SD Negeri 3 Dauhwaru, kelas VA SD Negeri 3
Dauhwaru, dan kelas V SD Negeri 4 Dauhwaru
memiliki varians yang homogen
melawan
H1 : Paling tidak satu tanda sama dengan (“=”) tidak berlaku
yaitu terdapat kelompok sampel yang memiliki
varians kemampuan berpikir kritis yang berbeda.
Uji Levene dilakukan dengan menghitung nilai W dengan rumus:
= ( − ) ∑ − ̅( − 1) ∑ ∑ −Keterangan
ntotal : Banyak data keseluruhan
: Banyak data tiap kelompok
K : Banyak kelompok
: −: Data sampel ke-j pada kelompok ke-i
: Rata-rata kelompok sampel ke-i
: Rata-rata untuk kelompok sampel ke-i̅ : Rata-rata seluruh
(Candiasa, 2010)
Dengan kriteria pengujian adalah tolak H0 jika W>Ftabel, dimana Ftabel =
( , ), dengan = 5%.
Untuk memudahkan perhitungan, dibuat tabel kerja sebagai berikut.
Tabel B.1 : Tabel Kerja 1 Uji Levene
No. Y1 Y2 Y3 d1 d2 d3 d12 d2
2 d32
1 4 3 0 1,1818 1 2,6452 1,3967 1 6,9969
2 5 2 1 0,1818 2 1,6452 0,0331 4 2,7066
3 4 7 1 1,1818 3 1,6452 1,3967 9 2,7066
4 2 3 4 3,1818 1 1,3548 10,1240 1 1,8356
5 5 5 0 0,1818 1 2,6452 0,0331 1 6,9969
No. Y1 Y2 Y3 d1 d2 d3 d12 d2
2 d32
6 6 1 3 0,8182 3 0,3548 0,6694 9 0,1259
7 5 6 1 0,1818 2 1,6452 0,0331 4 2,7066
8 5 4 0 0,1818 0 2,6452 0,0331 0 6,9969
9 6 3 3 0,8182 1 0,3548 0,6694 1 0,1259
10 4 6 6 1,1818 2 3,3548 1,3967 4 11,2550
11 7 2 5 1,8182 2 2,3548 3,3058 4 5,5453
12 7 5 1 1,8182 1 1,6452 3,3058 1 2,7066
13 4 4 0 1,1818 0 2,6452 1,3967 0 6,9969
14 7 3 3 1,8182 1 0,3548 3,3058 1 0,1259
15 6 4 5 0,8182 0 2,3548 0,6694 0 5,5453
16 6 4 2 0,8182 0 0,6452 0,6694 0 0,4162
17 3 3 4 2,1818 1 1,3548 4,7603 1 1,8356
18 6 2 2 0,8182 2 0,6452 0,6694 4 0,4162
19 7 4 3 1,8182 0 0,3548 3,3058 0 0,1259
20 5 4 4 0,1818 0 1,3548 0,0331 0 1,8356
21 3 5 2 2,1818 1 0,6452 4,7603 1 0,4162
22 7 7 3 1,8182 3 0,3548 3,3058 9 0,1259
23 5 2 1 0,6452 1 0,4162
24 3 0,3548 0,1259
25 4 1,3548 1,8356
26 5 2,3548 5,5453
27 4 1,3548 1,8356
28 2 0,6452 0,4162
29 3 0,3548 0,1259
30 4 1,3548 1,8356
31 2 0,6452 0,4162∑ = ∑ = ∑ =45,2727 56,0 81,0968= = = = = =
5,1818 4,0 2,6452 1,1983
1,2174 1,3569
Berdasarkan perhitungan pada Tabel B.1 tersebut, doperoleh nilai sebagai
berikut.
= ∑ = 1,1983 + 1,2174 + 1,35693 = 1,2575
Setelah itu perhitungan dilanjutkan dalam tabel kerja kedua sebagai berikut.
Tabel B.2 : Tabel Kerja 2 Uji Levene− −1,1983 -0,0592 0,07711,2174 -0,0401 0,03701,3569 0,0994 0,3063
− = 0,4204− = 45,2727 + 56 + 81,0968 = 182,3695
Dengan demikian, W dapat dihitung sebagai berikut.
= ( − ) ∑ − ̅( − 1) ∑ ∑ −= (76 − 3)(0.4204)(3 − 1)(182.3695)= 0,0841
Adapun nilai Ftabel dk pembilang = 3-1 = 2 dan dk penyebut = 76-3 = 73,
pada taraf signifikasi 0,05 adalah 3,13.
Apabila dibandingkan, nilai W lebih kecil dari nilai Ftabel. Dengan
demikian H0 diterima. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa semua kelompok data
memiliki varians yang homogen.
c. Uji Hipotesis
Setelah diketahui bahwa data berdistribusi normal dan memiliki varians
yang homogen, maka dapat dilakukan uji ANAVA Satu Jalur untuk melihat ada
tidaknya perbedaan kemampuan berpikir kritis antara siswa yang mengikuti
pembelajaran dengan model IKRAR berorientasi kearifan lokal, siswa yang
mengikuti pembelajaran dengan model IKRAR, dan siswa yang mengikuti
pembelajaran dengan model konvensional.
Hipotesis statistik dalam uji ANAVA Satu Jalurini adalah sebagai berikut.
H0 : = =yaitu tidak terdapat perbedaan kemampuan berpikir
kritis antara siswa yang mengikuti pembelajaran
dengan model IKRAR berorientasi kearifan lokal,
siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model
IKRAR, dan siswa yang mengikuti pembelajaran
dengan model konvensional
melawan
H1 : Paling tidak satu tanda sama dengan (“=”) tidak berlaku
yaitu terdapat kelompok sampel yang memiliki
kemampuan berpikir kritis yang berbeda.
Tabel C.1 : Ringkasan ANAVA Satu Jalur untuk Uji Kesetaraan
SumberVariasi
JumlahKuadrat(JK)
DerajatKebebasan(dk)
Rata-RataJumlah
Kuadrat (RJK)Fhit
Antara
∑− (∑ ) k-1
SumberVariasi
JumlahKuadrat(JK)
DerajatKebebasan(dk)
Rata-RataJumlah
Kuadrat (RJK)Fhit
Dalam − ntotal-k
Total − (∑ )ntotal-1
Keterangan
: Data keseluruhan
: Data sampel ke-j pada kelompok sampel ke-i,
: Banyak seluruh sampel
: Banyak anggota sampel per-kelompok sampel
: Banyak kelompok sampel
Dengan kriteria pengujian adalah tolak H0 jika Fhitung>Ftabel, dimana Ftabel
ditentukan melalui tabel F pada taraf signifikasi 5%.
Berikut adalah tabel kerja ANAVA Satu Jalur untuk menguji kesetaraan tiga
kelompok sampel penelitian.
Tabel C.2 : Tabel Kerja 1 ANAVA Satu Jalur
No. Y1 Y12 Y2 Y2
2 Y3 Y32 Yt
1 4 16 3 9 0 0 72 5 25 2 49 1 1 83 4 9 7 4 1 1 124 2 4 3 16 4 25 95 5 25 5 25 0 0 106 6 36 1 4 3 25 107 5 25 6 36 1 1 128 5 25 4 25 0 4 99 6 25 3 16 3 16 1210 4 16 6 25 6 36 1611 7 49 2 9 5 36 1412 7 36 5 25 1 4 1313 4 16 4 16 0 1 8
No. Y1 Y12 Y2 Y2
2 Y3 Y32 Yt
14 7 49 3 16 3 9 1315 6 49 4 9 5 25 1516 6 36 4 16 2 4 1217 3 4 3 4 4 36 1018 6 36 2 1 2 4 1019 7 49 4 9 3 9 1420 5 25 4 16 4 16 1321 3 9 5 25 2 9 1022 7 36 7 49 3 25 1723 5 25 2 4 724 3 16 325 4 25 426 5 16 527 4 25 428 2 1 229 3 9 330 4 16 431 2 1 2
Jumlah 114 636 92 424 82 298 288
Rata-rata 5,1818 4 2,6452
Tabel C.3 : Tabel Kerja 2 ANAVA
SumberVariasi
JumlahKuadrat(JK)
DerajatKebebasan(dk)
Rata-Rata JumlahKuadrat (RJK) Fhit
Antara 84,26208 2 42,13104016,86
Dalam 182,36950 73 2,498212Total 266,63160 75
Dari perhitungan pada tabel kerja di atas, diperoleh Fhitung = 16,86. Adapun
nilai Ftabel dengan dk pembilang = 3-1 = 2 dan dk penyebut = 76-3 = 73, pada taraf
signifikasi 0,05 adalah 3,13.
Apabila dibandingkan, nilai Fhitung lebih besar dari nilai Ftabel. Dengan
demikian H0 ditolak. Hal ini berarti paling tidak ada dua rata-rata kemampuan
berpikir kritis yang berbeda.
Untuk mengecek kelompok mana yang memiliki perbedaan rata-rata
kemampuan berpikir kritis, dilakukan uji lanjut. Uji Lanjut ANAVA yang
digunakan adalah uji Scheffe, yaitu dengan rumus = ( )Keterangan
: Rata-rata kelompok yang lebih besar
: Rata-rata kelompok yang lebih kecil
: Banyak responden dalam kelompok dengan rata-rata lebih besar
: Banyak responden dalam kelompok dengan rata-rata lebih kecil
(Candiasa, 2010)
Pengambilan keputusan dilakukan dengan membandingkan nilai
dengan F’, dimana = ( − 1) . Apabila > ′, H0 ditolak. Hal ini
berarti kelompok yang memiliki rata-rata ( ) lebih besar dinyatakan lebih unggul
daripada kelompok yang memiliki rata-rata ( ) lebih kecil.
Adapun hipotesis yang diuji adalah sebagai berikut.
(1) Kemampuan berpikir kritis siswa yang mengikuti pembelajaran
dengan model IKRAR berorientasi kearifan lokal lebih baik daripada
siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model IKRAR.
Secara statistik, hipotesis tersebut dapat dirumuskan:
H0 : =yaitu tidak terdapat perbedaan kemampuan berpikir
kritis antara siswa yang mengikuti pembelajaran
dengan model IKRAR berorientasi kearifan lokal
dan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan
model IKRAR
melawan
H1 : >yaitu kemampuan berpikir kritis siswa yang
mengikuti pembelajaran dengan model IKRAR
berorientasi kearifan lokal lebih baik daripada siswa
yang mengikuti pembelajaran dengan model
IKRAR.
Pembandingan dengan uji Scheffe untuk hipotesis di atas adalah
sebagai berikut.
= ( − )1 + 1 = (5.181818 − 4)2.498212 ( 122 + 123) = 6.286515Adapun nilai Ftabel dengan dk pembilang = 3-1 = 2 dan dk
penyebut = 76-3 = 73, pada taraf signifikasi 0,05 adalah 3,13.
F’= (k – 1) × Ftabel = 2 × 3,13 = 6,26
Dengan demikian > ′, sehingga H0ditolak. Hal ini berarti
kemampuan berpikir kritis siswa yang mengikuti pembelajaran dengan
model IKRAR berorientasi kearifan lokal lebih baik daripada siswa
yang mengikuti pembelajaran dengan model IKRAR.
(2) Kemampuan berpikir kritis siswa yang mengikuti pembelajaran
dengan model IKRAR lebih baik daripada siswa yang mengikuti
pembelajaran dengan model konvensional.
Secara statistik, hipotesis tersebut dapat dirumuskan:
H0 : =yaitu tidak terdapat perbedaan kemampuan berpikir
kritis antara siswa yang mengikuti pembelajaran
dengan model IKRAR dan siswa yang mengikuti
pembelajaran dengan model konvensional
melawanH1 : >
yaitu kemampuan berpikir kritis siswa yang
mengikuti pembelajaran dengan model IKRAR lebih
baik daripada siswa yang mengikuti pembelajaran
dengan model konvensional.
Pembandingan dengan uji Scheffe untuk hipotesis di atas adalah
sebagai berikut.
= ( − )1 + 1 = (4 − 2.645161)2.498212 ( 123 + 131) = 9.701561Adapun nilai Ftabel dengan dk pembilang = 3-1 = 2 dan dk
penyebut = 76-3 =73, pada taraf signifikasi 0,05 adalah 3,13.
F’= (k – 1) × Ftabel = 2 × 3,13 = 6,26
Dengan demikian > ′, sehingga H0 ditolak. Hal ini berarti
kemampuan berpikir kritis siswa yang mengikuti pembelajaran dengan
model IKRAR lebih baik daripada siswa yang mengikuti
pembelajaran dengan model konvensional.
(3) Kemampuan berpikir kritis siswa yang mengikuti pembelajaran
dengan model IKRAR berorientasi kearifan lokal lebih baik daripada
siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model konvensional.
Secara statistik, hipotesis tersebut dapat dirumuskan:
H0 : =yaitu tidak terdapat perbedaan kemampuan berpikir
kritis antara siswa yang mengikuti pembelajaran
dengan model IKRAR berorientasi kearifan lokal
dan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan
model konvensional
melawan
H1 : >yaitu kemampuan berpikir kritis siswa yang
mengikuti pembelajaran dengan model IKRAR
berorientasi kearifan lokal lebih baik daripada siswa
yang mengikuti pembelajaran dengan model
konvensional.
Pembandingan dengan uji Scheffe untuk hipotesis di atas adalah
sebagai berikut.
= ( − )1 + 1 = (5.181818 − 2.645161)2.498212 ( 122 + 131) = 33.14382Adapun nilai Ftabel dengan dk pembilang = 3-1 = 2 dan dk
penyebut = 76-3 = 73, pada taraf signifikasi 0,05 adalah 3,13.
F’= (k – 1) × Ftabel = 2 × 3,13 = 6,26
Dengan demikian > ′, sehingga H0 ditolak. Hal ini berarti
kemampuan berpikir kritis siswa yang mengikuti pembelajaran dengan
model IKRAR berorientasi kearifan lokal lebih baik daripada siswa
yang mengikuti pembelajaran dengan model konvensional.
ContohRPP & LKS
Lampiran 17
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP )PERTEMUAN 1
KELAS EKSPERIMEN 1
Nama Sekolah : SD Negeri 3 DauhwaruMata Pelajaran : MatematikaKelas / Semester : V / GenapAlokasi Waktu : 3 × 35 menit
A. Standar Kompetensi
5. Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah.
B. Kompetensi Dasar
5.3 Mengalikan dan membagi berbagai bentuk pecahan.
C. Indikator Pencapaian Hasil Belajar
1. Melakukan operasi perkalian bilangan asli dengan pecahan biasa.
2. Melakukan operasi perkalian pecahan biasa dengan pecahan biasa.
3. Melakukan operasi perkalian bilangan asli dengan pecahan campuran.
D. Tujuan Pembelajaran
1. Melalui diskusi kelompok, siswa dapat melakukan operasi perkalian
bilangan asli dengan pecahan biasa.
2. Melalui diskusi kelompok, siswa dapat melakukan operasi perkalian
pecahan biasa dengan pecahan biasa.
3. Melalui diskusi kelompok, siswa dapat melakukan operasi perkalian
bilangan asli dengan pecahan campuran.
E. Karakter yang Diharapkan Muncul
Teliti, tekun, kerja keras, rasa ingin tahu, pantang menyerah, disiplin,
demokratis, bertanggung jawab.
F. Materi Ajar
Perkalian Bilangan Asli dengan Pecahan Biasa
Bilangan Asli dikalikan Pecahan
Perkalian bilangan asli dengan pecahan pada dasarnya sama dengan
penjumlahan pecahan secara berulang.
Contoh:
1. Untuk membuat 1 kue bolu, ibu memerlukan ¼ kg tepung. Jika
ibu ingin membuat 3 kue, berapa banyak tepung yang ibu
perlukan?
Penyelesaian:
Untuk membuat 1 kue bolu diperlukan ¼ kg tepung.
Untuk membuat 3 kue bolu diperlukan:
= ¼ kg tepung + ¼ kg tepung + ¼ kg tepung
= 3 x ¼ kg tepung
= ¾ kg tepung
2. Untuk membuat satu kerajinan bunga pita, setiap siswa
memerlukan 1/6 meter pita plastik. Jika terdapat 7 siswa yang
membuat kerajinan bunga, berapa panjang pita yang diperlukan?
Penyelesaian:
Untuk membuat 1 bunga setiap siswa perlu 1/6 meter pita.
Jika ada 7 siswa, maka panjang pita adalah
= + + + + + += 7 ×= meter
Dari contoh-contoh tersebut, dapat disimpulkan suatu pola dalam
perkalian bilangan asli dengan pecahan sebagai berikut.
Dalam kalimat sederhana dapat dinyatakan bahwa: “bilangan asli
dikalikan dengan pecahan hasilnya adalah bilangan asli itu
dikalikan pembilangnya, sedangkan penyebutnya tetap”, atau
dapat pula ditulis dalam bentuk umum:× = ×
Pecahan dikalikan Bilangan Asli
Perkalian pecahan dengan bilangan asli dilakukan dengan
memperhatikan sifat komutatif yang berlaku pada perkalian.
Contoh:
1. Sita memiliki 3 meter pita. 2/3 bagiannya akan digunakan untuk
membuat bunga. Berapa meter pita yang digunakan untuk
membuat bunga?
Penyelesaian:
Terlihat bahwa 2/3 dari 3 meter adalah 2 meter atau× 3 = 2 = ×.
Jika dilihat dari sifat komutatif yang berlaku pada perkalian,
diketahui bahwa × 3 = 3 × = 2.
Jadi, panjang pita yang digunakan membuat bunga adalah 2 meter.
2. Gede mempunyai 4 meter tali. ¾ bagian tali tersebut akan
digunakan untuk mengikat kardus. Berapa panjang tali yang
dipakai mengikat kardus?
Penyelesaian:
Tali tersebut dibagi menjadi 4 berdasarkan penyebut dari pecahan
kemudian menentukan panjang ¾ bagiannya, yaitu 3 meter.
Atau dapat ditulis sebagai:34 × 4 = 4 × 34 = 3Jadi, panjang tali yang dipakai mengikat kardus adalah 3 meter.
3 meter
1 meter 1 meter 1 meter
2/3 dari 3 meter
4 meter tali
¾ dari 4 metermeter
¼ bagian
2/4 bagian
1 m 2 m 3 m 4 m
Dari contoh-contoh tersebut, dapat dirangkum suatu kesimpulan
sebagai berikut.
Dalam kalimat sederhana dapat dinyatakan bahwa: “pecahan biasa
dikalikan dengan bilangan asli hasilnya adalah pembilang
dikalikan bilangan asli, sedangkan penyebutnya tetap” atau dalam
bentuk umum × = × Perkalian Pecahan Biasa dengan Pecahan Biasa
Contoh:
1. Ibu mempunyai ½ bagian semangka. ½ dari semangka yang
dimiliki ibu akan diberikan kepada bibi. Berapakah semangka
yang biberikan pada bibi?
Penyelesaian:
Permasalahan tersebut dapat dinyatakan dalam kalimat
matematika ½ dari ½ yang dapat diartikan × = ⋯
Yang diarsir adalah ½ bagian dari keseluruhan.
Dari gambar terlihat bahwa hasil dari × = (yang diarsir dua
kali).
Sedangkan×× = . Ternyata hasil dari × = ×× =
Jadi, semangka yang diberikan pada bibi adalah ¼ bagian.
2. Kakak memiliki 2/3 batang coklat. Kakak memberikan ½ dari
coklatnya kepada adik. Berapakah adik mendapat coklat?
Penyelesaian:
Coklat yang dimiliki kakak adalah 2/3 batang (bagian yang
diarsir). Kakak memberikan ½ bagian coklat yang dimilikinya
kepada adik. Dalam kalimat matematika berarti × = ⋯
Terlihat bahwa ½ dari 2/3 bagian adalah 1/3 dari keseluruhan, atau× = ×× = =Jadi banyak coklat yang diperoleh adik adalah 1/3 batang.
Dari contoh-contoh tersebut, dapat disimpulkan mengenai perkalian
pecahan dengan pecahan sebagai berikut.
Dalam kalimat sederhana dapat disimpulkan bahwa: “pecahan
dikalikan pecahan hasilnya adalah pembilang dikalikan
pembilang dan penyebut dikalikan penyebut” atau dalam bentuk
umum × = ×× Perkalian Bilangan Asli dengan Pecahan Campuran
Pada dasarnya perkalian bilangan asli dengan pecahan
campuran serupa dengan perkalian bilangan asli dengan pecahan
biasa. Hanya saja dalam proses perkaliannya, pecahan campuran
tersebut diubah dahulu bentuknya menjadi pecahan biasa, kemudian
digunakan cara perkalian bilangan asli dengan pecahan biasa dalam
proses menghitungnya.
Contoh:
1. Sebuah botol berisi 1 ½ liter air. Jika Putri memiliki 5 botol,
berapa banyak air yang ada?
½ dari 2/3
Penyelesaian:
1 botol berisi 1 ½ liter air.
Jika ada 5 botol, maka banyak airnya adalah
= 1 + 1 + 1 + 1 + 1= + + + += 5 ×= = 7 liter
Jadi, air yang dimiliki Putri ada 7 ½ liter.
2. Rumah Agus 160 meter dari sekolah. Rumah Yuda dari sekolah
adalah 1 kali jarak rumah Agus dengan sekolah. Berapakah jarak
rumah Yuda dari sekolah?
Penyelesaian:
Diketahui :
Jarak rumah Agus ke sekolah = 160 meter
Jarak rumah Yuda dari sekolah = 1 kali jarak rumah Agus
dan sekolah
Ditanyakan : Berapa jarak rumah Yuda dari sekolah?
Jawaban:
Jarak rumah Yuda dari sekolah = 1 jarak rumah Agus ke sekolah
= 1 × 160= × 160=
×= = 208
G. Sumber Pembelajaran
a. Buku Pelajaran: Matematika 5, oleh: RJ. Soenarjo
b. LKS
H. Kegiatan Pembelajaran
a. Model Pembelajaran : IKRAR
b. Metode Pembelajaran : Diskusi dalam kelompok kooperatif
c. Langkah-langkah Pembelajaran
Langkah-langkahKegiatan
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa AlokasiWaktu
Pendahuluan 1. Menyampaikan indikatorpencapaian hasil belajarkepada siswa.
1. Memperhatikan danmencermati informasiyang disampaikan(disiplin).
10menit
2. Memberikan apersepsi danmotivasi kepada siswa.
Apersepsi :Memfasilitasi siswa untukmengingat kembali materipecahan senilai, pecahancampuran dan penjumlahanpecahan melalui kegiatantanya jawab.
Motivasi :Memberikan contohpermasalahan sehari-hariyang bisa diselesaikandengan mempelajari konsepperkalian pecahan danmenimbulkan semangatnyadengan memberikankalimat motivasi yangbersumber dari budaya Baliagar muncul ke-jengah-ansiswa dalam belajar.Contohnya:Ibu yakin hari ini kalianakan belajar dengan baik,karena murid-murid kelasini tekun, sehingga hasilbelajarnya pasti bisa lebihbaik dari kelas lainnya.
Pernah mendengar istilah‘puntul-puntulan besine,yen sangihin pedas dadimangan?’
2. Siswa memperhatikanapersepsi dan motivasiyang diberikan guru.Apersepsi :Mencermati,merenungkan,memberikan jawabanterhadap pertanyaanyang diberikan dan siswajuga dapat bertanya balikkepada guru.Motivasi :Memahami danmerespon contohpermasalahan yangdiajukan oleh guru (rasaingin tahu).
Langkah-langkahKegiatan
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa AlokasiWaktu
Istilah tersebut dalambahasa Indonesia berarti:‘setumpul-tumpulnya pisauapabila kita rajinmengasahnya, akhirnyaakan menjadi tajam’Sama seperti kita belajar,walaupun awalnya tidakbisa, tapi kalau kita rajindan tidak pernah menyerahuntuk belajar, pasti jadibisa. Sebaliknya, walaupunsebenarnya kita mempunyaikemampuan yang baik,pintar, tetapi kalau tidakpernah belajar, maka otakmenjadi lemah danakhirnya kita menjadi tidaktahu apa-apa, sama sepertipisau yang tidak pernahdirawat dan dipergunakankemudian jadi tumpul dankaratan, nah seperti itulahjadinya otak kita.
3. Mengorganisasikan siswake dalam kelompok danmemfasilitasi siswa untukbekerja dan berdiskusisecara berkelompok denganmembagikan LKS yangberisi permasalahan tentangmateri perkalian bilanganasli dengan pecahan biasa,pecahan biasa denganpecahan biasa, dan bilanganasli dengan pecahancampuran.
3. Siswa mempersiapkandiri berkolaborasi didalam kelompoknya danmencermati LKS yangdiberikan (teliti, rasaingin tahu).
4. Guru menanamkan aspekkerja sama, demokrasi, dansikap saling menyanyangiantar sesama teman dalamsatu kelompok denganmengatakan kalimat seperti:Anak-anak dalam bekerjakelompok harus salingmembantu.
4. Siswa mencermati danmengambil maknapenjelasan yangdiberikan oleh guru.
Langkah-langkahKegiatan
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa AlokasiWaktu
Kalau ada perbedaanpendapat itu bagus, danputuskan apa yang harusdiambil dari perbedaan itu.
Apabila melihat gejalasiswa malas bekerja dalamkelompoknya, guru dapatmenambahkan nasihat lain,seperti:Anak-anak tahu tidakperibahasa bali yangberbunyi ‘Caruk gong,muah aud kelor’?Dalam pembelajaran kitahari ini, peribahasa itumaknanya adalah kitaharus sadar bahwakemajuan kelompok kitaadalah tanggung jawab kitabersama, tidak boleh hanyasatu atau dua orang dalamkelompok saja yang disuruhberusaha mengerjakan, tapisetiap anggota kelompokharus ikut diskusi danberusaha menjadikankelompoknya sebagaikelompok terbaik dalammemecahkan masalah.
Kegiatan Inti 75menit
a. Inisiasi Memotivasi atau memfasilitasisiswa dalam membanguninisiatif orisinal untukmelakukan pemecahan masalahyang dilakukan denganmemberikan pertanyaan efektifpada siswa.
Pertanyaan efektif yangdiberikan disesuaikan denganjenis masalah dan kebutuhansiswa.
Membangun inisiatiforisinal dalam diri sendiriuntuk melakukanpemecahan masalah dengancara mencermati,merenungkan, ataumenjawab pertanyaan yangdiberikan oleh guru,maupun bertanya balikkepada guru (tekun, rasaingin tahu).
Langkah-langkahKegiatan
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa AlokasiWaktu
b. Konstruksi-rekonstruksi
1. Memfasilitasi siswamenemukan hubunganinformasi (konsep) yangtelah dikumpulkan denganapa yang ditanyakan dalammasalah matematika yangada di LKS.
1. Siswa menemukanhubungan informasi(konsep) yang telahdikumpulkan denganapa yang ditanyakandalam masalahmatematika yang ada diLKS (tekun, kerja keras,rasa ingin tahu, pantangmenyerah).
2. Memfasilitasi siswa dalammembuat perencanaanmengenai hal apa saja yangdiperlukan dalammenyelesaikan masalahyang ada di LKS.
2. Siswa membuatperencanaan yang akandigunakan dalammenyelesaikanpermasalahan (kerjakeras, pantangmenyerah).
3. Memfasilitasi siswa untukmemberikan alasanterhadap rencana yangdibuat untuk menyelesaikanmasalah di LKS.
3. Siswa memberikanalasan terhadap rencanayang telah dibuat untukmenyelesaikanpermasalahan.
c. Aplikasi 1. Membimbing danmemfasilitasi siswa dalammelakukan penerapanmateri (konsep) secara utuhuntuk melakukanpemecahan masalah.
1. Menyelesaikan masalahmatematika denganmenggunakanperencanaan yang telahdibuat (teliti, tekun,kerja keras, pantangmenyerah).
2. Guru meminta perwakilankelompok mengerjakan dipapan tulis. Siswa yang laindiberikan kesempatan untukmenilai. Guru dapatberkata, coba dicermatipekerjaan teman kalian.Apakah kalian setujudengan pendapatnya atauada pendapat yang lain?Guru memberikankesempatan pada siswayang lain untukmemberikan komentar. Bilaada siswa yang takutmengutarakan pendapatnyamaka akan diberikan
2. Siswa yang ditunjukmengerjakan di papantulis, dan siswa lainmemberikan komentar(disiplin, tanggungjawab, demokratis).
Langkah-langkahKegiatan
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa AlokasiWaktu
nasehat seperti :Pernah mendengar istilah‘De ketangkeb langit’?Istilah tersebut berartijangan takut berpendapatdi depan orang lain.Sama seperti kita belajar,walaupun tidak yakindengan kebenaran jawabankita, kita harus beranimengutarakan pendapat.Karena dengan begitu, kitabisa mengetahui apakahpemikiran kita benar atauada kesalahan.Jika ada siswa yangmemaksakan pendapat saatdiskusi, maka dinasehatidengan:Anak-anak tahu tidakperibahasa bali yangberbunyi ‘Paksi bina paksa’dalam pembelajaran kitahari ini, peribahasa itumaknanya adalah kitaharus menghargai pendapatorang lain dalam diskusi,walaupun pendapat itubertentangan dari pendapatkita. Karena belum tentujika pendapat yangdiberikan orang lain itusalah.
3. Menekankan konsep-konsep penting danmengadakan klarifikasidengan mengajukanpertanyaan efektif kepadasiswa jika ada konsep yangkeliru.
3. Siswa mengajukanbeberapa ide ataupendapatnya(demokratis).
d. Refleksi Membimbing dan memfasilitasisiswa untuk mencermatikembali keseluruhan prosespemecahan masalah yang sudahdilakukan secara utuh.
Mencermati danmerenungkan kembalikeseluruhan prosespemecahan masalah yangsudah dilakukan secarautuh.
Langkah-langkahKegiatan
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa AlokasiWaktu
Penutup 1. Memfasilitasi siswa untukmembuat rangkuman darimateri perkalian pecahanbiasa dengan pecahan biasa,pecahan biasa denganbilangan asli, dan bilanganasli dengan pecahancampuran yang telahdipelajari.
1. Menyusun rangkumanmateri perkalianpecahan biasa denganpecahan biasa, pecahanbiasa dengan bilanganasli, dan bilangan aslidengan pecahancampuran, dari hasilpembelajaran yang telahdilaksanakan.
20menit
2. Guru memberi kesempatankepada siswa untukmenyampaikan rangkumanyang telah dibuat dan siswayang lain dimintamemberikan tanggapannya.
2. Siswa yang ditunjukmembacakanrangkuman yang dibuatdan siswa yang lainmemberikantanggapannya (tanggungjawab).
3. Memberikan tes mandiriuntuk mengetahuiketercapaian indikatorpembelajaran yang sudahdilaksanakan.
3. Siswa mengerjakan tesyang diberikan.
4. Memotivasi siswa untukmempelajari materi yangakan dibahas padapertemuan berikutnya yaituperkalian pecahancampuran.
4. Mendengarkan danmengingat materi yangakan dibahas padapertemuan berikutnya.
Total105
menitI. Penilaian
1. Penilaian Proses
Penilaian ini dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung. Pengamatan
langsung selama siswa mengikuti proses pembelajaran seperti keaktifan siswa
bertanya, menjawab dan mengemukakan pendapat siswa dalam mengikuti
pembelajaran.
Contoh lembar pengamatan:
No Nama SiswaNilai
A B C D
1.
2.
3.
Keterangan:
A : Untuk siswa yang sangat antusias, sangat serius, dan selalu aktif
dalam proses pembelajaran yang dilakukan di kelas.
B : Untuk siswa yang antusias, serius, dan aktif dalam proses
pembelajaran yang dilakukan di kelas.
C : Untuk siswa yang cukup antusias, cukup serius, dan cukup aktif
dalam proses pembelajaran yang dilakukan di kelas.
D : Untuk siswa yang kurang antusias, kurang serius, dan kurang aktif
dalam proses pembelajaran yang dilakukan di kelas.
2. Penilaian Produk
Teknik : Tes Tertulis
Bentuk Instrumen : Soal Uraian
Tes Individu
Jika kamu mengalikan dua pecahan yang nilainya kurang dari 1, hasil
perkaliannya akan ada di daerah merah, biru atau diluar daerah merah dan
biru? Jelaskan pendapatmu!
(Indikator: mengembangkan konsep jawaban dan argumentasi yang
reasonable)
ALTERNATIF JAWABAN
Jika pecahan nilainya kurang dari 1, maka pembilang akan lebih kecil dari
penyebut. Sehingga hasil perkalian pembilang akan lebih kecil dari hasil perkalian
penyebut. Dengan demikian maka hasil kali dua pecahan itu berada antara nol dan
satu atau berada pada daerah merah.
10 2
Rubrik Penskoran:
NoKompetensiBerpikir Kritis
IndikatorRespon Siswa TerhadapJawaban
Skor
1 Menginvestasikonteks danmengembangkanspektrumpermasalahan
Mampu menghasilkan berbagaipengandaian/pemisalan sertamampu menuliskan informasipenting yang relevan digunakandalam pemecahan masalah.
Tidak ada jawaban0
Jawaban salah
Jawaban benar sebagian 1
Jawaban benar seluruhnya 2
2 Merumuskanmasalah
Mampu merumuskanpertanyaan/masalah matematikabermakna yang memberi arahpemecahan.
Tidak ada jawaban0
Jawaban salah
Jawaban benar sebagian 1
Jawaban benar seluruhnya 2
3 Mengembangkankonsep jawabandan argumentasiyang reasonable
Mampu merumuskan argumen-argumen reasonable yangmenghubungkan konsep denganpermasalahan yang dihadapi.
Tidak ada jawaban0
Jawaban salahJawaban benar sebagian 1
Jawaban benar seluruhnya 2
4 MelakukanEvaluasi
Mampu membuat penilaianterhadap konteks masalah,rumusan masalah atau konsepjawaban secara bermakna sertadapat menemukan alternatifpenyelesaian lain.
Tidak ada jawaban0
Jawaban salah
Jawaban benar sebagian 1
Jawaban benar seluruhnya 2
LEMBAR KERJA SISWA (LKS) 01
Mata Pelajaran : MatematikaKelas / Semester : V / II (Genap)Materi Pokok : Perkalian Pecahan
Tujuan Pembelajaran:1. Melalui diskusi kelompok, siswa dapat melakukan operasi perkalian
bilangan asli dengan pecahan biasa2. Melalui diskusi kelompok, siswa dapat melakukan operasi perkalian
pecahan biasa dengan pecahan biasa3. Melalui diskusi kelompok, siswa dapat melakukan operasi perkalian
bilangan asli dengan pecahan campuranPetunjuk Pengerjaan LKS
1. Diskusikan LKS bersama anggota kelompokmu.2. Apabila diskusi kelompok menemui kesulitan, tanyakanlah pada gurumu.
Selamat Belajar
Perkalian Bilangan Bulat dengan Pecahan Biasa
PenyelesaianInformasi apa saja yang dapat ditemukan dalam soal?
1Ibu akan membuat dua jenis kue, yaitu kuebolu dan kue donat. Setiap kue memerlukantepung yang banyaknya antara 1/8 kgsampai 1 kg. Kue bolu perlu tepung tiga kalilebih banyak dari tepung kue donat. Berapakg tepung yang ibu perlukan untuk membuatdua kue itu?
SEMANGAT……Kalian pasti bisa mengerjakanLKS dengan baik.“caruk gong muah audkelor”….semua anggotakelompok harus ikut bekerja agarLKS bisa dikerjakan dengancepat
Coba tuliskan permasalahan yang terdapat dalam soal dengan kata-katamusendiri!
Bagaimanakah cara menyelesaikan masalah tersebut? Coba tuliskanjawabanmu!
Cermati dan periksa kembali jawabanmu! Adakah penyelesaian lain yang kamuperoleh? Jika ada, coba tuliskan!
SImpuLanDari masalah tadi, coba tuliskan kesimpulanmu tentang cara melakukanperkalian antara bilangan asli dengan pecahan!
Perkalian Pecahan Biasa dengan Pecahan Biasa
PenyelesaianInformasi apa saja yang dapat ditemukan dalam cerita di atas?
Coba tuliskan permasalahan yang dapat dibuat berdasarkan cerita di atas!
Bagaimanakah cara menyelesaikan masalah tersebut? Coba tuliskanjawabanmu!
2 Kakek akan membagikan warisansebidang tanah kepada tiga anaknya.Setiap anak mendapat bagian tanahkurang dari 1 m2. Anak pertamamendapatkan bagian yang paling banyak.Anak kedua mendapatkan 1/4 dari bagiananak pertama. Sedangkan anak ketigamendapat 1/4 m2 lebih banyak dari anakkedua.
“Puntul-puntulan tiuke yen sangihinpedas dadi mangan”Sesulit apapun permasalahan di dalamLKS, jika dikerjakan dengan rajin dansungguh-sungguh, PASTI BISA
Cermati dan periksa kembali jawabanmu! Adakah penyelesaian atau masalahlain yang kamu peroleh? Jika ada, coba tuliskan!
SImpuLanDari masalah tadi, coba tuliskan kesimpulanmu tentang cara melakukanperkalian antara pecahan dengan pecahan!
Ada nasehat mengatakan:“yeh ngetel di capcapanne bisa ngesonginbatu”Kalau kalian rajin dan bersungguh-sungguh,semua masalah yang diberikan di LKS pastiterjawab..Ayo, lanjut ke soal berikutnya….
Perkalian Pecahan Biasa dengan Pecahan Campuran
PenyelesaianInformasi apa saja yang dapat ditemukan dalam cerita di atas?
Coba gambarkan posisi rumah Maya, Aril dan sekolah yang mungkin, sesuaidengan pemikiranmu!
Permasalahan apa yang dapat dibuat dari cerita tersebut?
3 Jarak Rumah Maya ke sekolah adalah 150 meter. Jarak rumah Aril ke
sekolah 2 kali jarak rumah Maya ke sekolah. Jarak rumah Luna ke
sekolah lebih jauh 200 meter dari jarak rumah Maya ke sekolah.
Bagaimanakah penyelesaian dari permasalahan yang kamu buat? Tuliskan!
Apakah kamu menemukan kemungkinan jawaban atau permasalahan yang lain?Jika ada, coba tuliskan!
SImpuLanDari masalah tadi, coba tuliskan kesimpulanmu tentang cara melakukanperkalian antara bilangan asli dengan pecahan campuran!
Berpikir Kritis
Penyelesaian
Disediakan angka 1 s/d 4 untukmengisi kotak-kotak disamping.Carilah bagaimana cara mengisikotak agar diperoleh hasil perkalianyang kurang dari 1!
…
…
…
…X
Lanjutkan ke masalahberikutnya yuk.. !
Joh pejalane, liu anetepukin * kalau banyak
belajar, banyak juga yangakan diketahui
Lampiran 18
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP )PERTEMUAN 1
KELAS EKSPERIMEN 2
Nama Sekolah : SD Negeri 3 DauhwaruMata Pelajaran : MatematikaKelas / Semester : V / GenapAlokasi Waktu : 3 × 35 menit
A. Standar Kompetensi
5. Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah.
B. Kompetensi Dasar
5.3 Mengalikan dan membagi berbagai bentuk pecahan.
C. Indikator Pencapaian Hasil Belajar
1. Melakukan operasi perkalian bilangan asli dengan pecahan biasa.
2. Melakukan operasi perkalian pecahan biasa dengan pecahan biasa.
3. Melakukan operasi perkalian bilangan asli dengan pecahan campuran.
D. Tujuan Pembelajaran
1. Melalui diskusi kelompok, siswa dapat melakukan operasi perkalian
bilangan asli dengan pecahan biasa.
2. Melalui diskusi kelompok, siswa dapat melakukan operasi perkalian
pecahan biasa dengan pecahan biasa.
3. Melalui diskusi kelompok, siswa dapat melakukan operasi perkalian
bilangan asli dengan pecahan campuran.
E. Karakter yang Diharapkan Muncul
Teliti, tekun, kerja keras, rasa ingin tahu, pantang menyerah, disiplin,
demokratis, bertanggung jawab.
F. Materi Ajar
Perkalian Bilangan Asli dengan Pecahan Biasa
Bilangan Asli dikalikan Pecahan
Perkalian bilangan asli dengan pecahan pada dasarnya sama dengan
penjumlahan pecahan secara berulang.
Contoh:
1. Untuk membuat 1 kue bolu, ibu memerlukan ¼ kg tepung. Jika
ibu ingin membuat 3 kue, berapa banyak tepung yang ibu
perlukan?
Penyelesaian:
Untuk membuat 1 kue bolu diperlukan ¼ kg tepung.
Untuk membuat 3 kue bolu diperlukan:
= ¼ kg tepung + ¼ kg tepung + ¼ kg tepung
= 3 x ¼ kg tepung
= ¾ kg tepung
2. Untuk membuat satu kerajinan bunga pita, setiap siswa
memerlukan 1/6 meter pita plastik. Jika terdapat 7 siswa yang
membuat kerajinan bunga, berapa panjang pita yang diperlukan?
Penyelesaian:
Untuk membuat 1 bunga setiap siswa perlu 1/6 meter pita.
Jika ada 7 siswa, maka panjang pita adalah
= + + + + + += 7 ×= meter
Dari contoh-contoh tersebut, dapat disimpulkan suatu pola dalam
perkalian bilangan asli dengan pecahan sebagai berikut.
Dalam kalimat sederhana dapat dinyatakan bahwa: “bilangan asli
dikalikan dengan pecahan hasilnya adalah bilangan asli itu
dikalikan pembilangnya, sedangkan penyebutnya tetap”, atau
dapat pula ditulis dalam bentuk umum:× = ×
Pecahan dikalikan Bilangan Asli
Perkalian pecahan dengan bilangan asli dilakukan dengan
memperhatikan sifat komutatif yang berlaku pada perkalian.
Contoh:
1. Sita memiliki 3 meter pita. 2/3 bagiannya akan digunakan untuk
membuat bunga. Berapa meter pita yang digunakan untuk
membuat bunga?
Penyelesaian:
Terlihat bahwa 2/3 dari 3 meter adalah 2 meter atau× 3 = 2 = ×.
Jika dilihat dari sifat komutatif yang berlaku pada perkalian,
diketahui bahwa × 3 = 3 × = 2.
Jadi, panjang pita yang digunakan membuat bunga adalah 2 meter.
2. Gede mempunyai 4 meter tali. ¾ bagian tali tersebut akan
digunakan untuk mengikat kardus. Berapa panjang tali yang
dipakai mengikat kardus?
Penyelesaian:
Tali tersebut dibagi menjadi 4 berdasarkan penyebut dari pecahan
kemudian menentukan panjang ¾ bagiannya, yaitu 3 meter.
Atau dapat ditulis sebagai:34 × 4 = 4 × 34 = 3Jadi, panjang tali yang dipakai mengikat kardus adalah 3 meter.
3 meter
1 meter 1 meter 1 meter
2/3 dari 3 meter
4 meter tali
¾ dari 4 metermeter
¼ bagian
2/4 bagian
1 m 2 m 3 m 4 m
Dari contoh-contoh tersebut, dapat dirangkum suatu kesimpulan
sebagai berikut.
Dalam kalimat sederhana dapat dinyatakan bahwa: “pecahan biasa
dikalikan dengan bilangan asli hasilnya adalah pembilang
dikalikan bilangan asli, sedangkan penyebutnya tetap” atau dalam
bentuk umum × = × Perkalian Pecahan Biasa dengan Pecahan Biasa
Contoh:
1. Ibu mempunyai ½ bagian semangka. ½ dari semangka yang
dimiliki ibu akan diberikan kepada bibi. Berapakah semangka
yang biberikan pada bibi?
Penyelesaian:
Permasalahan tersebut dapat dinyatakan dalam kalimat
matematika ½ dari ½ yang dapat diartikan × = ⋯
Yang diarsir adalah ½ bagian dari keseluruhan.
Dari gambar terlihat bahwa hasil dari × = (yang diarsir dua
kali).
Sedangkan×× = . Ternyata hasil dari × = ×× =
Jadi, semangka yang diberikan pada bibi adalah ¼ bagian.
2. Kakak memiliki 2/3 batang coklat. Kakak memberikan ½ dari
coklatnya kepada adik. Berapakah adik mendapat coklat?
Penyelesaian:
Coklat yang dimiliki kakak adalah 2/3 batang (bagian yang
diarsir). Kakak memberikan ½ bagian coklat yang dimilikinya
kepada adik. Dalam kalimat matematika berarti × = ⋯
Terlihat bahwa ½ dari 2/3 bagian adalah 1/3 dari keseluruhan, atau× = ×× = =Jadi banyak coklat yang diperoleh adik adalah 1/3 batang.
Dari contoh-contoh tersebut, dapat disimpulkan mengenai perkalian
pecahan dengan pecahan sebagai berikut.
Dalam kalimat sederhana dapat disimpulkan bahwa: “pecahan
dikalikan pecahan hasilnya adalah pembilang dikalikan
pembilang dan penyebut dikalikan penyebut” atau dalam bentuk
umum × = ×× Perkalian Bilangan Asli dengan Pecahan Campuran
Pada dasarnya perkalian bilangan asli dengan pecahan
campuran serupa dengan perkalian bilangan asli dengan pecahan
biasa. Hanya saja dalam proses perkaliannya, pecahan campuran
tersebut diubah dahulu bentuknya menjadi pecahan biasa, kemudian
digunakan cara perkalian bilangan asli dengan pecahan biasa dalam
proses menghitungnya.
Contoh:
Sebuah botol berisi 1 ½ liter air. Jika Putri memiliki 5 botol, berapa
banyak air yang ada?
½ dari 2/3
Penyelesaian:
1 botol berisi 1 ½ liter air.
Jika ada 5 botol, maka banyak airnya adalah
= 1 + 1 + 1 + 1 + 1= + + + += 5 ×= = 7 liter
Jadi, air yang dimiliki Putri ada 7 ½ liter.
G. Sumber Pembelajaran
c. Buku Pelajaran: Matematika 5, oleh: RJ. Soenarjo
d. LKS
H. Kegiatan Pembelajaran
d. Model Pembelajaran : IKRAR
e. Metode Pembelajaran : Diskusi dalam kelompok kooperatif
f. Langkah-langkah Pembelajaran
Langkah-langkahKegiatan Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
AlokasiWaktu
Pendahuluan 1. Menyampaikan indikatorpencapaian hasil belajarkepada siswa.
1. Memperhatikan danmencermati informasiyang disampaikan(disiplin).
10menit
2. Memberikan apersepsi danmotivasi kepada siswa.
Apersepsi :Memfasilitasi siswa untukmengingat kembali materipecahan senilai, pecahancampuran dan penjumlahanpecahan melalui kegiatantanya jawab.
Motivasi :Memberikan contohpermasalahan sehari-hari yangbisa diselesaikan denganmempelajari konsep perkalian
2. Siswa memperhatikanapersepsi dan motivasiyang diberikan guru.Apersepsi :Mencermati,merenungkan,memberikan jawabanterhadap pertanyaan yangdiberikan dan siswa jugadapat bertanya balikkepada guru.Motivasi :Memahami danmerespon contohpermasalahan yangdiajukan oleh guru (rasa
Langkah-langkahKegiatan
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa AlokasiWaktu
pecahan. ingin tahu).
3. Mengorganisasikan siswa kedalam kelompok danmemfasilitasi siswa untukbekerja dan berdiskusi secaraberkelompok denganmembagikan LKS yang berisipermasalahan tentang materiperkalian bilangan asli denganpecahan biasa, pecahan biasadengan pecahan biasa, danbilangan asli dengan pecahancampuran.
3. Siswa mempersiapkandiri berkolaborasi didalam kelompoknya danmencermati LKS yangdiberikan (teliti, rasaingin tahu).
Kegiatan Inti 75menit
a. Inisiasi Memotivasi atau memfasilitasisiswa dalam membangun inisiatiforisinal untuk melakukanpemecahan masalah yangdilakukan dengan memberikanpertanyaan efektif pada siswa.
Pertanyaan efektif yang diberikandisesuaikan dengan jenis masalahdan kebutuhan siswa.
Membangun inisiatif orisinaldalam diri sendiri untukmelakukan pemecahanmasalah dengan caramencermati, merenungkan,atau menjawab pertanyaanyang diberikan oleh guru,maupun bertanya balikkepada guru (teliti, tekun,kerja keras).
b. Konstruksi-rekonstruksi
1. Memfasilitasi siswamenemukan hubunganinformasi (konsep) yang telahdikumpulkan dengan apa yangditanyakan dalam masalahmatematika yang ada di LKS.
1. Siswa menemukanhubungan informasi(konsep) yang telahdikumpulkan dengan apayang ditanyakan dalammasalah matematikayang ada di LKS (rasaingin tahu, kerja keras,pantang menyerah).
2. Memfasilitasi siswa dalammembuat perencanaanmengenai hal apa saja yangdiperlukan dalammenyelesaikan masalah yangada di LKS.
2. Siswa membuatperencanaan yang akandigunakan dalammenyelesaikanpermasalahan.
3. Memfasilitasi siswa untukmemberikan alasan terhadaprencana yang dibuat untukmenyelesaikan masalah diLKS.
3. Siswa memberikanalasan terhadap rencanayang telah dibuat untukmenyelesaikanpermasalahan.
Langkah-langkahKegiatan
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa AlokasiWaktu
c. Aplikasi 1. Membimbing danmemfasilitasi siswa dalammelakukan penerapan materi(konsep) secara utuh untukmelakukan pemecahanmasalah.
1. Menyelesaikan masalahmatematika denganmenggunakanperencanaan yang telahdibuat (teliti, tekun, kerjakeras, pantangmenyerah).
2. Guru meminta perwakilankelompok mengerjakan dipapan tulis. Siswa yang laindiberikan kesempatan untukmenilai. Guru dapat berkata,coba dicermati pekerjaanteman kalian. Apakah kaliansetuju dengan pendapatnyaatau ada pendapat yang lain?
2. Siswa yang ditunjukmengerjakan di papantulis, dan siswa lainmemberikan komentar(bertanggung jawab,disiplin, demokratis).
3. Menekankan konsep-konseppenting dan mengadakanklarifikasi dengan mengajukanpertanyaan efektif kepadasiswa jika ada konsep yangkeliru.
3. Siswa mengajukanbeberapa ide ataupendapatnya(demokratis).
d. Refleksi Membimbing dan memfasilitasisiswa untuk mencermati kembalikeseluruhan proses pemecahanmasalah yang sudah dilakukansecara utuh.
Mencermati danmerenungkan kembalikeseluruhan prosespemecahan masalah yangsudah dilakukan secara utuh.
Penutup 1. Memfasilitasi siswa untukmembuat rangkuman darimateri perkalian pecahanbiasa dengan pecahan biasa,pecahan biasa denganbilangan asli, dan bilanganasli dengan pecahancampuran yang telahdipelajari.
1. Menyusun rangkumanmateri perkalian pecahanbiasa dengan pecahanbiasa, pecahan biasadengan bilangan asli,dan bilangan asli denganpecahan campuran, darihasil pembelajaran yangtelah dilaksanakan.
20menit
2. Guru memberi kesempatankepada siswa untukmenyampaikan rangkumanyang telah dibuat dan siswayang lain dimintamemberikan tanggapannya.
2. Siswa yang ditunjukmembacakan rangkumanyang dibuat dan siswayang lain memberikantanggapannya (tanggungjawab).
Langkah-langkahKegiatan
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa AlokasiWaktu
3. Memberikan tes mandiriuntuk mengetahuiketercapaian indikatorpembelajaran yang sudahdilaksanakan.
3. Siswa mengerjakan tesyang diberikan.
4. Memotivasi siswa untukmempelajari materi yang akandibahas pada pertemuanberikutnya yaitu perkalianpecahan campuran.
4. Mendengarkan danmengingat materi yangakan dibahas padapertemuan berikutnya.
Total105
menit
I. Penilaian
1. Penilaian Proses
Penilaian ini dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung. Pengamatan
langsung selama siswa mengikuti proses pembelajaran seperti keaktifan siswa
bertanya, menjawab dan mengemukakan pendapat dalam mengikuti
pembelajaran.
Contoh lembar pengamatan:
No Nama SiswaNilai
A B C D
1.
2.
3.
Keterangan:
A : Untuk siswa yang sangat antusias, sangat serius, dan selalu aktif
dalam proses pembelajaran yang dilakukan di kelas.
B : Untuk siswa yang antusias, serius, dan aktif dalam proses
pembelajaran yang dilakukan di kelas.
C : Untuk siswa yang cukup antusias, cukup serius, dan cukup aktif
dalam proses pembelajaran yang dilakukan di kelas.
D : Untuk siswa yang kurang antusias, kurang serius, dan kurang aktif
dalam proses pembelajaran yang dilakukan di kelas.
2. Penilaian Produk
Teknik : Tes Tertulis
Bentuk Instrumen : Soal Uraian
Tes Individu
Jika kamu mengalikan dua pecahan yang nilainya kurang dari 1, hasil
perkaliannya akan ada di daerah merah, biru atau diluar daerah merah dan
biru? Jelaskan pendapatmu!
(Indikator: mengembangkan konsep jawaban dan argumentasi yang
reasonable)
ALTERNATIF JAWABAN
Jika pecahan nilainya kurang dari 1, maka pembilang akan lebih kecil dari
penyebut. Sehingga hasil perkalian pembilang akan lebih kecil dari hasil perkalian
penyebut. Dengan demikian maka hasil kali dua pecahan itu berada antara nol dan
satu atau berada pada daerah merah.
10 2
Rubrik Penskoran:
NoKompetensiBerpikir Kritis
IndikatorRespon Siswa TerhadapJawaban
Skor
1 Menginvestasikonteks danmengembangkanspektrumpermasalahan
Mampu menghasilkan berbagaipengandaian/pemisalan sertamampu menuliskan informasipenting yang relevan digunakandalam pemecahan masalah.
Tidak ada jawaban0
Jawaban salah
Jawaban benar sebagian 1
Jawaban benar seluruhnya 2
2 Merumuskanmasalah
Mampu merumuskanpertanyaan/masalah matematikabermakna yang memberi arahpemecahan.
Tidak ada jawaban0
Jawaban salah
Jawaban benar sebagian 1
Jawaban benar seluruhnya 2
3 Mengembangkankonsep jawabandan argumentasiyang reasonable
Mampu merumuskan argumen-argumen reasonable yangmenghubungkan konsep denganpermasalahan yang dihadapi.
Tidak ada jawaban0
Jawaban salahJawaban benar sebagian 1
Jawaban benar seluruhnya 2
4 MelakukanEvaluasi
Mampu membuat penilaianterhadap konteks masalah,rumusan masalah atau konsepjawaban secara bermakna sertadapat menemukan alternatifpenyelesaian lain.
Tidak ada jawaban0
Jawaban salah
Jawaban benar sebagian 1
Jawaban benar seluruhnya 2
LEMBAR KERJA SISWA (LKS) 01
Mata Pelajaran : MatematikaKelas / Semester : V / II (Genap)Materi Pokok : Perkalian Pecahan
Tujuan Pembelajaran:1. Melalui diskusi kelompok, siswa dapat melakukan operasi perkalian
bilangan asli dengan pecahan biasa2. Melalui diskusi kelompok, siswa dapat melakukan operasi perkalian
pecahan biasa dengan pecahan biasa3. Melalui diskusi kelompok, siswa dapat melakukan operasi perkalian
bilangan asli dengan pecahan campuran
Petunjuk Pengerjaan LKS1. Diskusikan LKS bersama anggota kelompokmu.2. Apabila diskusi kelompok menemui kesulitan, tanyakanlah pada gurumu.
Selamat Belajar
Perkalian Bilangan Bulat dengan Pecahan Biasa
PenyelesaianInformasi apa saja yang dapat ditemukan dalam soal?
Coba tuliskan permasalahan yang terdapat dalam soal dengan kata-katamusendiri!
1Ibu akan membuat dua jenis kue, yaitu kuebolu dan kue donat. Setiap kue memerlukantepung yang banyaknya antara 1/8 kgsampai 1 kg. Kue bolu perlu tepung tiga kalilebih banyak dari tepung kue donat. Berapakg tepung yang ibu perlukan untuk membuatdua kue itu?
Bagaimanakah cara menyelesaikan masalah tersebut? Coba tuliskanjawabanmu!
Cermati dan periksa kembali jawabanmu! Adakah penyelesaian lain yang kamuperoleh? Jika ada, coba tuliskan!
SImpuLanDari masalah tadi, coba tuliskan kesimpulanmu tentang cara melakukanperkalian antara bilangan asli dengan pecahan!
Perkalian Pecahan Biasa dengan Pecahan Biasa
PenyelesaianInformasi apa saja yang dapat ditemukan dalam cerita di atas?
Coba tuliskan permasalahan yang dapat dibuat berdasarkan cerita di atas!
Bagaimanakah cara menyelesaikan masalah tersebut? Coba tuliskanjawabanmu!
2 Kakek akan membagikan warisansebidang tanah kepada tiga anaknya.Setiap anak mendapat bagian tanahkurang dari 1 m2. Anak pertamamendapatkan bagian yang paling banyak.Anak kedua mendapatkan 1/4 dari bagiananak pertama. Sedangkan anak ketigamendapat 1/4 m2 lebih banyak dari anakkedua.
Perkalian Pecahan Biasa dengan Pecahan Campuran
Cermati dan periksa kembali jawabanmu! Adakah penyelesaian atau masalahlain yang kamu peroleh? Jika ada, coba tuliskan!
SImpuLanDari masalah tadi, coba tuliskan kesimpulanmu tentang cara melakukanperkalian antara pecahan dengan pecahan!
PenyelesaianInformasi apa saja yang dapat ditemukan dalam cerita di atas?
Coba gambarkan posisi rumah Maya, Aril dan sekolah yang mungkin, sesuaidengan pemikiranmu!
Permasalahan apa yang dapat dibuat dari cerita di atas?
3 Jarak Rumah Maya ke sekolah adalah 150 meter. Jarak rumah Aril ke
sekolah 2 kali jarak rumah Maya ke sekolah. Jarak rumah Luna ke
sekolah lebih jauh 200 meter dari jarak rumah Maya ke sekolah.
Bagaimanakah penyelesaian dari permasalahan yang kamu buat? Tuliskan!
Apakah kamu menemukan kemungkinan jawaban atau permasalahan yang lain?Jika ada, coba tuliskan!
SImpuLanDari masalah tadi, coba tuliskan kesimpulanmu tentang cara melakukanperkalian antara bilangan asli dengan pecahan campuran!
Berpikir Kritis
Penyelesaian
Disediakan angka 1 s/d 4 untukmengisi kotak-kotak disamping.Carilah bagaimana cara mengisikotak agar diperoleh hasil perkalianyang kurang dari 1!
…
…
…
…X
Lampiran 19
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP )PERTEMUAN 1
KELAS KONTROL
Nama Sekolah : SD Negeri 4 DauhwaruMata Pelajaran : MatematikaKelas / Semester : V / GenapAlokasi Waktu : 3 × 35 menit
A. Standar Kompetensi
5. Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah.
B. Kompetensi Dasar
5.3 Mengalikan dan membagi berbagai bentuk pecahan.
C. Indikator Pencapaian Hasil Belajar
1. Melakukan operasi perkalian bilangan asli dengan pecahan biasa.
2. Melakukan operasi perkalian pecahan biasa dengan pecahan biasa.
3. Melakukan operasi perkalian bilangan asli dengan pecahan campuran.
D. Tujuan Pembelajaran
1. Melalui diskusi kelompok, siswa dapat melakukan operasi perkalian
bilangan asli dengan pecahan biasa.
2. Melalui diskusi kelompok, siswa dapat melakukan operasi perkalian
pecahan biasa dengan pecahan biasa.
3. Melalui diskusi kelompok, siswa dapat melakukan operasi perkalian
bilangan asli dengan pecahan campuran.
E. Karakter yang Diharapkan Muncul
Teliti, tekun, kerja keras, rasa ingin tahu, pantang menyerah, disiplin,
demokratis, bertanggung jawab.
F. Materi Ajar
Perkalian Bilangan Asli dengan Pecahan Biasa
Bilangan Asli dikalikan Pecahan
Perkalian bilangan asli dengan pecahan pada dasarnya sama dengan
penjumlahan pecahan secara berulang.
Contoh:
1. Untuk membuat 1 kue bolu, ibu memerlukan ¼ kg tepung. Jika
ibu ingin membuat 3 kue, berapa banyak tepung yang ibu
perlukan?
Penyelesaian:
Untuk membuat 1 kue bolu diperlukan ¼ kg tepung.
Untuk membuat 3 kue bolu diperlukan:
= ¼ kg tepung + ¼ kg tepung + ¼ kg tepung
= 3 x ¼ kg tepung
= ¾ kg tepung
2. Untuk membuat satu kerajinan bunga pita, setiap siswa
memerlukan 1/6 meter pita plastik. Jika terdapat 7 siswa yang
membuat kerajinan bunga, berapa panjang pita yang diperlukan?
Penyelesaian:
Untuk membuat 1 bunga setiap siswa perlu 1/6 meter pita.
Jika ada 7 siswa, maka panjang pita adalah
= + + + + + += 7 ×= meter
Dari contoh-contoh tersebut, dapat disimpulkan suatu pola dalam
perkalian bilangan asli dengan pecahan sebagai berikut.
Dalam kalimat sederhana dapat dinyatakan bahwa: “bilangan asli
dikalikan dengan pecahan hasilnya adalah bilangan asli itu
dikalikan pembilangnya, sedangkan penyebutnya tetap”, atau
dapat pula ditulis dalam bentuk umum:× = ×Pecahan dikalikan Bilangan Asli
Perkalian pecahan dengan bilangan asli dilakukan dengan
memperhatikan sifat komutatif yang berlaku pada perkalian.
Contoh:
1. Sita memiliki 3 meter pita. 2/3 bagiannya akan digunakan untuk
membuat bunga. Berapa meter pita yang digunakan untuk
membuat bunga?
Penyelesaian:
Terlihat bahwa 2/3 dari 3 meter adalah 2 meter atau× 3 = 2 = ×.
Jika dilihat dari sifat komutatif yang berlaku pada perkalian,
diketahui bahwa × 3 = 3 × = 2.
Jadi, panjang pita yang digunakan membuat bunga adalah 2 meter.
2. Gede mempunyai 4 meter tali. ¾ bagian tali tersebut akan
digunakan untuk mengikat kardus. Berapa panjang tali yang
dipakai mengikat kardus?
Penyelesaian:
3 meter
1 meter 1 meter 1 meter
2/3 dari 3 meter
4 meter tali
¾ dari 4 metermeter
¼ bagian
2/4 bagian
1 m 2 m 3 m 4 m
Tali tersebut dibagi menjadi 4 berdasarkan penyebut dari pecahan
kemudian menentukan panjang ¾ bagiannya, yaitu 3 meter.
Atau dapat ditulis sebagai:34 × 4 = 4 × 34 = 3Jadi, panjang tali yang dipakai mengikat kardus adalah 3 meter.
Dari contoh-contoh tersebut, dapat dirangkum suatu kesimpulan
sebagai berikut.
Dalam kalimat sederhana dapat dinyatakan bahwa: “pecahan biasa
dikalikan dengan bilangan asli hasilnya adalah pembilang
dikalikan bilangan asli, sedangkan penyebutnya tetap” atau dalam
bentuk umum × = × Perkalian Pecahan Biasa dengan Pecahan Biasa
Contoh:
1. Ibu mempunyai ½ bagian semangka. ½ dari semangka yang
dimiliki ibu akan diberikan kepada bibi. Berapakah semangka
yang biberikan pada bibi?
Penyelesaian:
Permasalahan tersebut dapat dinyatakan dalam kalimat
matematika ½ dari ½ yang dapat diartikan × = ⋯
Yang diarsir adalah ½ bagian dari keseluruhan.
Dari gambar terlihat bahwa hasil dari × = (yang diarsir dua
kali).
Sedangkan×× = . Ternyata hasil dari × = ×× =
Jadi, semangka yang diberikan pada bibi adalah ¼ bagian.
2. Kakak memiliki 2/3 batang coklat. Kakak memberikan ½ dari
coklatnya kepada adik. Berapakah adik mendapat coklat?
Penyelesaian:
Coklat yang dimiliki kakak adalah 2/3 batang (bagian yang
diarsir). Kakak memberikan ½ bagian coklat yang dimilikinya
kepada adik. Dalam kalimat matematika berarti × = ⋯
Terlihat bahwa ½ dari 2/3 bagian adalah 1/3 dari keseluruhan, atau× = ×× = =Jadi banyak coklat yang diperoleh adik adalah 1/3 batang.
Dari contoh-contoh tersebut, dapat disimpulkan mengenai perkalian
pecahan dengan pecahan sebagai berikut.
Dalam kalimat sederhana dapat disimpulkan bahwa: “pecahan
dikalikan pecahan hasilnya adalah pembilang dikalikan
pembilang dan penyebut dikalikan penyebut” atau dalam bentuk
umum × = ×× Perkalian Bilangan Asli dengan Pecahan Campuran
Pada dasarnya perkalian bilangan asli dengan pecahan
campuran serupa dengan perkalian bilangan asli dengan pecahan
biasa. Hanya saja dalam proses perkaliannya, pecahan campuran
tersebut diubah dahulu bentuknya menjadi pecahan biasa, kemudian
½ dari 2/3
digunakan cara perkalian bilangan asli dengan pecahan biasa dalam
proses menghitungnya.
Contoh:
Sebuah botol berisi 1 ½ liter air. Jika Putri memiliki 5 botol, berapa
banyak air yang ada?
Penyelesaian:
1 botol berisi 1 ½ liter air.
Jika ada 5 botol, maka banyak airnya adalah
= 1 + 1 + 1 + 1 + 1= + + + += 5 ×= = 7 liter
Jadi, air yang dimiliki Putri ada 7 ½ liter.
G. Sumber Pembelajaran
e. Buku Pelajaran: Matematika 5, oleh: RJ. Soenarjo
f. LKS
H. Kegiatan Pembelajaran
g. Metode Pembelajaran : Ceramah, pemberian tugas, diskusi
h. Langkah-langkah Pembelajaran
LangkahKegiatan Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
AlokasiWaktu
Pendahuluan 1. Menyampaikanindikator pencapaianhasil belajar kepadasiswa.
1. Memperhatikan danmencermatiinformasi yangdisampaikan.
10menit
2. Memberikan apersepsidan motivasi kepadasiswa.
Apersepsi :Memfasilitasi siswauntuk mengingatkembali materipenjumlahan pecahan
2. Siswamemperhatikanapersepsi danmotivasi yangdiberikan guru.Apersepsi :Mencermati,merenungkan,memberikanjawaban terhadap
LangkahKegiatan
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa AlokasiWaktu
melalui kegiatan tanyajawab.
Motivasi :Memberikan contohpermasalahan sehari-hariyang bisa diselesaikandengan mempelajarikonsep perkalianpecahan.
pertanyaan yangdiberikan dan siswajuga dapat bertanyabalik kepada guru.Motivasi :Memahami danmerespon contohpermasalahan yangdiajukan oleh guru.
KegiatanInti
1. Menjelaskan materipelajaran secaraterstuktur.
2. Memberikan contoh soalyang berkaitan denganmateri yang sedangdipelajari.
3. Meminta siswamengerjakan masalah-masalah yang terdapat dibuku paket ataupun LKSdan mendiskusikannyadengan temansebangkunya.
4. Memberikankesempatan pada siswauntuk menuliskanjawaban di papan tulisdan mendiskusikannya.
5. Memberikan penekananpada konsep matematikayang esensial dansubstansial kepadasiswa.
1. Mendengarkanpenjelasan guru.Siswa bertanyaapabila ada materiyang tidak dipahami.
2. Memperhatikancontoh soal yangdiberikan oleh guru.
3. Mengerjakan soal-soal yang diberikanguru denganmengerjakannyasendiri maupunberdisuksi denganteman sebangkunya.Apabila siswamengalamikesulitan, siswadapat memintabantuan guru.
4. Menuliskan jawabandi papan tulis danmendiskusikannya.
5. Memperhatikan apayang dijelaskan olehguru.
50menit
Penutup 1. Membimbing siswauntuk menyimpulkanmateri yang telah
1. Menyimpulkanmateri yang telahdibahas.
10menit
LangkahKegiatan
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa AlokasiWaktu
dibahas.2. Memberikan tes
individu untuk melihatketercapaian indikatorpembelajaran.
3. Menyampaikan materipelajaran yang akandibahas pada pertemuanselanjutnya, yaituperkalian pecahancampuran.
2. Siswa mengerjakantes yang diberikan.
3. Mencermati danmencatat judulmateri yang akandibahas padapertemuanselanjutnya.
Total70
menit
I. Penilaian
1. Penilaian Proses
Penilaian ini dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung. Pengamatan
langsung selama siswa mengikuti proses pembelajaran seperti keaktifan siswa
bertanya, menjawab dan mengemukakan pendapat dalam mengikuti
pembelajaran.
Contoh lembar pengamatan:
No Nama SiswaNilai
A B C D
1.
2.
3.
Keterangan:
A : Untuk siswa yang sangat antusias, sangat serius, dan selalu aktif
dalam proses pembelajaran yang dilakukan di kelas.
B : Untuk siswa yang antusias, serius, dan aktif dalam proses
pembelajaran yang dilakukan di kelas.
C : Untuk siswa yang cukup antusias, cukup serius, dan cukup aktif
dalam proses pembelajaran yang dilakukan di kelas.
D : Untuk siswa yang kurang antusias, kurang serius, dan kurang aktif
dalam proses pembelajaran yang dilakukan di kelas.
2. Penilaian Produk
Teknik : Tes Tertulis
Bentuk Instrumen : Soal Uraian
Tes Individu
Jika kamu mengalikan dua pecahan yang nilainya kurang dari 1, hasil
perkaliannya akan ada di daerah merah, biru atau diluar daerah merah dan
biru? Jelaskan pendapatmu!
(Indikator: mengembangkan konsep jawaban dan argumentasi yang
reasonable)
ALTERNATIF JAWABAN
Jika pecahan nilainya kurang dari 1, maka pembilang akan lebih kecil dari
penyebut. Sehingga hasil perkalian pembilang akan lebih kecil dari hasil perkalian
penyebut. Dengan demikian maka hasil kali dua pecahan itu berada antara nol dan
satu atau berada pada daerah merah.
10 2
Rubrik Penskoran:
NoKompetensiBerpikir Kritis
IndikatorRespon Siswa TerhadapJawaban
Skor
1 Menginvestasikonteks danmengembangkanspektrumpermasalahan
Mampu menghasilkan berbagaipengandaian/pemisalan sertamampu menuliskan informasipenting yang relevan digunakandalam pemecahan masalah.
Tidak ada jawaban0
Jawaban salah
Jawaban benar sebagian 1
Jawaban benar seluruhnya 2
2 Merumuskanmasalah
Mampu merumuskanpertanyaan/masalah matematikabermakna yang memberi arahpemecahan.
Tidak ada jawaban0
Jawaban salah
Jawaban benar sebagian 1
Jawaban benar seluruhnya 2
3 Mengembangkankonsep jawabandan argumentasiyang reasonable
Mampu merumuskan argumen-argumen reasonable yangmenghubungkan konsep denganpermasalahan yang dihadapi.
Tidak ada jawaban0
Jawaban salahJawaban benar sebagian 1
Jawaban benar seluruhnya 2
4 MelakukanEvaluasi
Mampu membuat penilaianterhadap konteks masalah,rumusan masalah atau konsepjawaban secara bermakna sertadapat menemukan alternatifpenyelesaian lain.
Tidak ada jawaban0
Jawaban salah
Jawaban benar sebagian 1
Jawaban benar seluruhnya 2
LEMBAR KERJA SISWA (LKS) 01
Mata Pelajaran : MatematikaKelas / Semester : V / II (Genap)Materi Pokok : Perkalian Pecahan
Tujuan Pembelajaran:1. Melalui diskusi kelompok, siswa dapat melakukan operasi perkalian
bilangan asli dengan pecahan biasa2. Melalui diskusi kelompok, siswa dapat melakukan operasi perkalian
pecahan biasa dengan pecahan biasa3. Melalui diskusi kelompok, siswa dapat melakukan operasi perkalian
bilangan asli dengan pecahan campuranPetunjuk Pengerjaan LKS
1. Diskusikan LKS bersama anggota kelompokmu.2. Apabila diskusi kelompok menemui kesulitan, tanyakanlah pada gurumu.
Selamat BelajarPerkalian Bilangan Bulat dengan Pecahan Biasa
Penyelesaian
1Ibu akan membuat donat menggunakantepung terigu. Setiap kue donat perlu ¼ kgtepung. Ibu akan membuat 5 kue donat.Berapa banyak tepung yang diperlukan Ibu?
SImpuLanDari masalah tadi, coba tuliskan kesimpulanmu tentang cara melakukanperkalian antara bilangan asli dengan pecahan!
Perkalian Pecahan Biasa dengan Pecahan Biasa
Penyelesaian
2 Kakek akan membagikan warisansebidang tanah berukuran 1 are kepadatiga anaknya. Anak pertama mendapat 1/2bagian tanah. Anak kedua mendapatkan1/2 dari bagian anak pertama, sedangkananak ketiga mendapatkan sisanya. Berapaare tanah yang diperoleh anak kedua dananak ketiga?
Perkalian Pecahan Biasa dengan Pecahan Campuran
Penyelesaian
3 Jarak Rumah Maya ke sekolah adalah 150 meter. Jarak rumah Aril ke
sekolah 2 kali jarak rumah Maya ke sekolah. Berapakah meterkah
jarak rumah Aril ke sekolah?
SImpuLanDari masalah tadi, coba tuliskan kesimpulanmu tentang cara melakukanperkalian antara pecahan dengan pecahan!
SImpuLanDari masalah tadi, coba tuliskan kesimpulanmu tentang cara melakukanperkalian antara bilangan asli dengan pecahan campuran!
Coba selesaikan soal berikut!
1. 4 × = ⋯2. × = ⋯3. 2 × = ⋯4. Sebuah kaleng berisi 18 liter minyak tanah. Sebanyak dari minyak tanah
itu diisikan ke dalam kompor. Berapa liter minyak tanah yang dimasukkanke dalam kompor? Berapa liter sisanya?
5. Manakah yang bernilai lebih banyak, dari 16 kg atau dari 12 kg?
Berapa kilogram bedanya?
Surat Keterangan&
Dokumentasi Penelitian
Lampiran 20
Lampiran 21DOKUMENTASI PENELITIAN
Gambar 1: Suasana Diskusi Kelompokdi kelas Eksperimen 1
Gambar 2: Suasana Diskusi Kelompokdi kelas Eksperimen 2
Gambar 3: Suasana Pembelajaran dikelas Kontrol
Gambar 4 : Siswa Mengerjakan Kuisyang Diberikan di Akhir Pembelajaran
Gambar 5 dan 6: Perwakilan Kelompok Menyajikan Hasil Diskusi Kelompoknya
Gambar 7 : Guru Membimbing danMemfasilitasi Siswa untuk Mencermati
Kembali Keseluruhan ProsesPemecahan Masalah
Gambar 8 : Keseriusan SiswaMengerjakan Uji Coba TesKemampuan Berpikir Kritis
Gambar 9 dan 10 : Siswa Mengerjakan Post Test Kemampuan Berpikir Kritis