PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DOUBLE LOOP PROBLEM...
Transcript of PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DOUBLE LOOP PROBLEM...
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DOUBLE LOOP
PROBLEM SOLVING (DLPS) TERHADAP KEMAMPUAN
BERPIKIR KRITIS SISWA PADA KONSEP TERMODINAMIKA
(Kuasi Eksperimen di SMA Negeri 105 Jakarta Tahun Ajaran 2019/2020)
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah
Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh:
Ika Shepti Indriani
11140163000027
PROGRAM STUDI TADRIS FISIKA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2020
i
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI
ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN
iii
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI
iv
ABSTRAK
IKA SHEPTI INDRIANI (11140163000027). PENGARUH MODEL
PEMBELAJARAN DOUBLE LOOP PROBLEM SOLVING (DLPS)
TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA KONSEP
TERMODINAMIKA (Kuasi Eksperimen di SMA Negeri 105 Jakarta Tahun
Ajaran 2019/2020). Skripsi Program Studi Tadris Fisika Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2020.
Permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran fisika di SMA Negeri 105
Jakarta adalah rendahnya kemampuan berpikir kritis siswa dan belum mampu
memecahkan masalah yang bersifat kontekstual. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh model pembelajaran Double Loop Problem Solving (DLPS)
terhadap kemampuan berpikir kritis siswa pada konsep termodinamika dan
mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa yang diterapkan model
pembelajaran Double Loop Problem Solving (DLPS) pada konsep termodinamika.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuasi eksperimen dengan
desain non-equivalent control group design. Penelitian ini dilaksanakan di SMAN
105 Jakarta pada siswa kelas XI pada semester genap di tahun ajaran 2019/2020
sebanyak 72 siswa. Sampel dipilih secara purposive sampling, sampel terbagi
menjadi dua kelas yaitu kelas kontrol dan kelas eksperimen dengan jumlah yang
sama. Hasil uji hipotesis menggunakan uji t analisis statistik parametrik pada
pretest dan posttest dengan taraf sig. 5% atau 0,05 diperoleh sig. (2-tailed).
Peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa pada konsep termodinamika
dihitung menggunakan rumus N-gain. Data kemampuan berpikir kritis siswa
diperoleh dengan menggunakan tes uraian. Berdasarkan analisis data dapat
disimpulkan bahwa: (1) terdapat pengaruh penerapan model Double Loop
Problem Solving (DLPS) terhadap kemampuan berpikir kritis siswa pada konsep
termodinamika, (2) terdapat peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa yang
diterapkan model pembelajaran Double Loop Problem Solving (DLPS) pada
konsep termodinamika.
Kata Kunci: Model Double Loop Problem Solving; Kemampuan berpikir kritis;
Termodinamika
v
ABSTRACT
IKA SHEPTI INDRIANI (11140163000027). THE EFFECT OF DOUBLE
LOOP PROBLEM SOLVING MODEL ON CRITICAL THINKING SKILLS
OF THERMODYNAMICS CONCEPT (Quasi Experiments in SMAN 105
Jakarta Academic Year 2019/2020). Thesis of Physics Education Program,
Science Education Departement, Faculty of Tarbiya and Teachers Training,
Syarif Hidayatullah State Islamic University, Jakarta, 2020.
Problems encountered in physics at SMAN 105 Jakarta is the low ability of
students' critical thinking and not being able to solve problems that are
contextual. This study aims to determine the effect of the Double Loop Problem
Solving (DLPS) learning model on students' critical thinking skills on
thermodynamic concepts and to determine the increase in students' critical
thinking skills that are applied to the Double Loop Problem Solving (DLPS)
learning model on the thermodynamic concept. The research method used was a
quasi-experimental method with a non-equivalent control group design. This
research was conducted at SMAN 105 Jakarta in class XI students in the even
semester in the 2019/2020 school year as many as 72 students. The sample was
chosen by purposive sampling, the sample is divided into two classes, namely the
control class and the experimental class with the same amount. Hypothesis test
results using the t test parametric statistical analysis at pretest and posttest with
sig level. 5% or 0.05 obtained sig. (2-tailed). Increasing students' critical thinking
skills on the concept of thermodynamics is calculated using the N-gain formula.
The data of students' critical thinking skills were obtained using the description
test. Based on data analysis, it can be concluded that: (1) there is an effect of the
application of the Double Loop Problem Solving (DLPS) model on students
'critical thinking skills on thermodynamic concepts, (2) there is an increase in
students' critical thinking skills that are applied to the double loop problem
solving learning model (DLPS) on the concept of thermodynamics.
Keywords: Double Loop Problem Solving model; critical thinking skills;
thermodynamics
vi
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta‟ala
yang selalu memberikan rahmat dan hidayah-Nya. Shalawat dan salam tercurah
kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, para sahabat dan para
pengikutnya dan senantiasa berada dalam lindungan Allah. Atas ridho-Nya,
akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Model
Pembelajaran Double Loop Problem Solving (DLPS) Terhadap Kemampuan
Berpikir Kritis pada Konsep Termodinamika”.
Apresiasi dan terima kasih disampaikan kepada semua pihak yang telah
berpartisipasi dalam penulisan skripsi ini. Secara khusus, apresiasi dan terima
kasih tersebut disampaikan kepada:
1. Ibu Dr. Sururin, M.Ag., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Iwan Permana Suwarna, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Tadris
Fisika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Fathiah Alatas, M.Si., selaku dosen pembimbing yang telah memberikan
waktu, arahan dan saran untuk membimbing penulis selama penyusunan
skripsi ini.
4. Bapak Dwi Nanto, Ph.D., selaku dosen pembimbing akademik.
5. Seluruh dosen, staff, dan karyawan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, khususnya Program Studi Tadris Fisika yang
telah memberikan ilmu pengetahuan, pemahaman dan pelayanan selama
proses perkuliahan.
6. Bapak Drs. Imam Prasaja, M.Si., selaku kepala sekolah SMAN 105 Jakarta.
7. Ibu RR. Sri Wulandari, S.Pd., selaku guru bidang studi fisika di SMAN 105
Jakarta yang telah memberikan izin penelitian dan membimbing selama
penelitian berlangsung.
8. Keluarga tercinta Ayahanda Khalimi, Ibunda Elly Fajriyah, M.M., Adik Puteri
Anisah Salsabila, serta semua keluarga yang selalu mendoakan dan
vii
memotivasi penulis untuk tetap semangat dalam mengejar dan meraih cita-
cita. Skripsi ini saya persembahkan untuk Papah dan Mamah.
9. Kawan-kawan seperjuangan Pendidikan Fisika angkatan 2014, terkhusus
kepada Herawati, S.Pd., Shahifa Wahyi Fuadyah, S.Pd., Fitria Nibras, dan
Royhanun Athiyyah, S.Pd. yang sudah menemani dan menyemangati penulis,
selalu menjadi tempat berbagi informasi, memberikan waktu, pikiran, saran
dan dukungan kepada penulis.
10. Teman-teman satu bimbingan yang selalu menjadi tempat berbagi informasi
waktu, pikiran dan saran kepada penulis.
11. Candra Untung Prasetio, S.M., yang selalu mendoakan dan menyemangati
penulis hingga penulisan skripsi ini selesai.
12. Sahabat penulis, Febriyanti ayu, Yoga Utama, yang selalu membantu dan
mendengarkan keluh kesah penulis.
13. Teman-teman di bimbel BP CTG, khususnya kepada Rahmawati, S.Pd., dan
Linda Astuti, S.Pd., selaku partner kerja yang selalu menyemangati,
membantu dan mengingatkan untuk segera selesai menyelesaikan skripsi.
14. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu
dalam penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan.
Sehingga, demi kesempurnaan penulisan selanjutnya penulis mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari para pembaca. Akhir kata penulis ucapkan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan
skripsi ini sehingga apa yang telah dihasilkan dapat bermanfaat dan berguna bagi
kita semua.
Jakarta, 11 Mei 2020
Penulis
viii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI ...................................... i
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN ..................................................................... ii
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI .................................................... iii
ABSTRAK ............................................................................................................ iv
ABSTRACT ........................................................................................................... v
KATA PENGANTAR .......................................................................................... vi
DAFTAR ISI ....................................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. x
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xi
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xii
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ........................................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah .................................................................................. 4
C. Pembatasan Masalah ................................................................................. 5
D. Perumusan Masalah .................................................................................. 5
E. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 6
F. Manfaat Penelitian ..................................................................................... 6
BAB II .................................................................................................................... 7
KAJIAN TEORI KERANGKA TEORITIK DAN HIPOTESIS ..................... 7
A. Deskripsi Teoritik ...................................................................................... 7
1. Model Pembelajaran Double Loop Problem Solving (DLPS) ............ 7
2. Kemampuan Berpikir Kritis ............................................................... 12
3. Kajian Materi Termodinamika ........................................................... 20
B. Kerangka Berpikir ................................................................................... 27
C. Penelitian Relevan .................................................................................... 29
D. Hipotesis Penelitian .................................................................................. 31
BAB III ................................................................................................................. 32
METODOLOGI PENELITIAN ........................................................................ 32
A. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................ 32
ix
B. Metode dan Desain Penelitian ................................................................. 32
C. Populasi dan Sampel ................................................................................ 33
D. Variabel Penelitian ................................................................................... 33
E. Teknik Pengumpulan Data ..................................................................... 33
F. Instrumen Penelitian ............................................................................... 34
1. Instrumen Tes ....................................................................................... 34
G. Teknik Analisis Data ............................................................................ 41
H. Hipotesis statistik .................................................................................. 45
BAB IV ................................................................................................................. 47
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................................. 47
A. Hasil Penelitian ......................................................................................... 47
1. Hasil Pretest Kemampuan Berpikir Kritis Siswa .............................. 47
2. Hasil Posttest Kemampuan Berpikir Kritis ....................................... 48
3. Rekapitulasi Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kritis Siswa ............. 48
4. Hasil Uji Prasyarat Analisis Statistik ................................................. 49
5. Hasil Uji Hipotesis ................................................................................ 51
6. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa .............................. 52
7. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis pada setiap Aspek ........ 52
B. Pembahasan Hasil Penelitian .................................................................. 54
BAB V .................................................................................................................. 58
KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................... 58
A. Kesimpulan ............................................................................................... 58
B. Saran ......................................................................................................... 58
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 59
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Peta Konsep Termodinamika ................................................... 20
Gambar 2.2 Suatu Sistem Termodinamika .................................................. 21
Gambar 2.3 Siklus Carnot untuk sebuah gas ideal ....................................... 26
Gambar 2.4 Kerangka Berpikir Penelitian ................................................... 28
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.2 Kemampuan Berpikir Kritis menurut Ennis ................................ 13
Tabel 3.1 Non-Equivalent Control Group Design ...................................... 36
Tabel 3.2 Kisi-Kisi Kemampuan Berpikir Kritis ......................................... 38
Tabel 3.3 Kriteria Koefisien Korelasi Nilai r ............................................... 41
Tabel 3.4 Hasil Uji Validitas Instrumen Tes ................................................ 41
Tabel 3.5 Kriteria Reliabilitas Instrumen ..................................................... 42
Tabel 3.6 Hasil Uji Reliabilitas .................................................................... 42
Tabel 3.7 Kriteria Taraf Kesukaran ............................................................. 43
Tabel 3.8 Hasil Perhitungan Taraf Kesukaran Instrumen Tes ..................... 43
Tabel 3.9 Kriteria Daya Pembeda ................................................................ 44
Tabel 3.10 Hasil Perhitungan Daya Pembeda Instrumen Tes ...................... 45
Tabel 3.11 Kriteria Uji N-Gain .................................................................... 49
Tabel 4.1 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Skor Pretest Kelas
Eksperimen dan Kelas Kontrol .................................................................... 51
Tabel 4.2 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Skor Posttest Kelas
Kontrol dan Kelas Eksperimen .................................................................... 52
Tabel 4.3 Rekapitulasi Data Skor Pretest dan Posttest Kelas Kontrol
dan Kelas Eksperimen .................................................................................. 53
Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas data Pretest dan data Posttest .................... 54
Tabel 4.5 Hasil Uji Homogenitas Pretest dan Posttest Kelas Kontrol dan
Kelas Eksperimen ......................................................................................... 54
Tabel 4.6 Hasil Uji Hipotesis Pretest dan Posttest ...................................... 55
Tabel 4.7 Hasil Rata-rata N-gain Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ..... 56
Tabel 4.8 Skor N-gain Peraspek Berpikir Kritis di Kelas Kontrol dan Kelas
Eksperimen ................................................................................................... 57
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A Observasi Penelitian Pendahuluan ................................................ 64
1. Lembar Wawancara Guru ............................................................................ 65
2. Lembar Angket Siswa .................................................................................. 67
3. RPP Kelas Eksperimen ................................................................................ 68
4. RPP Kelas Kontrol ..................................................................................... 105
5. LKS Kelas Eksperimen .............................................................................. 136
6. LKS Kelas Kontrol .................................................................................... 163
Lampiran B Instrumen Penelitian ..................................................................... 187
1. Kisi-kisi Instrumen penelitian .................................................................... 188
2. Instrumen Tes ............................................................................................ 190
3. Analisis hasil uji instrumen tes .................................................................. 204
4. Soal tes instrumen penelitian ..................................................................... 209
5. Lembar Validasi Ahli Materi ..................................................................... 213
Lampiran C Analisis Hasil Penelitian ................................................................ 219
1. Hasil Pretest .............................................................................................. 220
2. Hasil Posttest ............................................................................................. 222
3. Hasil Olah Data Pretest dan Posttest Berpikir Kritis ................................. 224
4. Uji Normalitas hasil Pretest ...................................................................... 232
5. Uji Normalitas Hasil Posttest ..................................................................... 233
6. Uji Homogenitas Hasil Pretest .................................................................. 234
7. Uji Homogenitas Hasil Posttest ................................................................. 235
8. Uji Hipotesis Hasil Pretest ......................................................................... 236
9. Uji Hipotesis Hasil Posttest ....................................................................... 237
10. Uji N-gain .................................................................................................. 238
11. Uji Hipotesis N-gain .................................................................................. 242
Lampiran D Surat Keterangan ........................................................................... 256
1. Surat Keterangan Telah Melakukan Observasi .......................................... 257
xiii
2. Surat Permohonan Izin Penelitian .............................................................. 258
3. Surat Keterangan Penelitian ....................................................................... 259
4. Uji Referensi .............................................................................................. 260
5. Daftar Riwayat Hidup Penulis ................................................................... 272
6. Dokumentasi Penelitian ............................................................................. 272
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Fisika merupakan ilmu yang mempelajari perilaku alam, sehingga belajar
fisika tidak bisa lepas dari penguasaan konsep fisika. Kurikulum mata pelajaran
fisika membekali siswa untuk memiliki sejumlah kemampuan berpikir salah
satunya yaitu kemampuan berpikir kritis.1 Kemampuan berpikir kritis sangat
penting dalam proses pembelajaran fisika, sehingga dapat mencapai hasil yang
optimal.2 Kemampuan berpikir kritis yang optimal membuat seseorang mampu
mengambil keputusan yang bijaksana dalam kehidupan sehari-hari.3 Fisika
sebagai ilmu yang mempelajari perilaku alam dapat digunakan sebagai sarana
untuk melatih kemampuan berpikir kritis melalui penerapan metode ilmiah.4
Kemampuan berpikir kritis sangat penting untuk dilatih dan dikembangkan
pada siswa. Pemilihan metode pembelajaran yang kurang tepat dapat mengganggu
proses berpikir siswa.5 Metode pembelajaran yang hanya mengajarkan
pengetahuan tanpa melatih kemampuan berpikir kritis dan analitis dapat
menjadikan siswa rentan melakukan penalaran yang keliru.6
Siswa yang tidak
memiliki kemampuan berpikir kritis tidak akan mampu membuat keputusan dan
menyelesaikan suatu masalah, baik di sekolah, kehidupan pribadi, maupun di
lingkungan kerja nantinya.7 Namun, dalam melatih kemampuan berpikir kritis
1 Khaeruddin, Model Pembelajaran Fisika Berbasis Keterampilan Proses Sains, (Surabaya:
Universitas Negeri Surabaya, 2017), h.1 2 Deti Ahmatika, “Kemampuan berpikir kritis sangat penting dalam proses pembelajaran
fisika, sehingga dapat mencapai hasil yang optimal”, 2016, Jurnal Euclid, Vol. 3, No. 1, h. 395 3 Desi Fitria Wulandari, Ida Hamidah, Agus Setiawan, “Physics of Learning Strategy to
Train Critical and Creatif Thinking Skills”, 2014, International Journal of Science and Research,
Vol. 3, h. 2976 4 Syarifah dan Yosaphat Sumardi, “Pengembangan Model Pembelajaran Malcom‟s
Modeling untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis dan Motivasi Belajar Siswa”, 2015,
Jurnal Inovasi Pendidikan IPA, Vol. 1 No. 2, h. 238. 5 Diyah Ayu Triumiana, “Pengembangan Instrumen Tes Diagnostik Mata Pelajaran Fisika”,
2017, Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan, Vol. 5 No. 2, h. 47. 6 Khaeruddin, Bunga Dara Amin, dan Jasruddin, “Analisis Keterampilan Berpikir Kritis
Pada Kompetensi Dasar Kurikulum 2013 Mata Pelajaran Fisika SMA”, 2018, Prosiding Seminar
Nasional Lembaga Penelitian Universitas Negeri Makassar, h. 180. 7 Syarifah, Loc. Cit
2
siswa masih terkendala oleh beberapa faktor. Pertama, seringkali pembelajaran
fisika masih terpusat pada guru, sehingga siswa cenderung pasif dan kurang
menggali kemampuan berpikirnya.8 Kedua, terjadi di SMAN 105 Jakarta yang
dilakukan di kelas XII MIPA 60% siswa masih belum mampu memecahkan suatu
masalah yang sifatnya kontekstual. Hal ini menunjukkan kemampuan berpikir
kritis siswa tergolong rendah.
Kemampuan berpikir kritis siswa masih tergolong rendah karena siswa tidak
menguasai konsep, siswa kurang dilatih berpikir kritis untuk memecahkan
masalah yang kontekstual.9 Adanya kemampuan berpikir kritis siswa akan lebih
mudah menyelesaikan masalah fisika yang sifatnya menganalisis yang kemudian
siswa mampu menyimpulkan masalah tersebut.10
Kemampuan berpikir kritis
siswa dapat didukung dengan menciptakan struktur pembelajaran yang tepat.
Salah satu alternatif untuk meningkatkan kemampuan berpikir siswa adalah
dengan menggunakan model pembelajaran Double Loop Problem Solving (DLPS)
yang dapat mengaktifkan siswa menalar, menjawab pertanyaan serta mampu
mengambil keputusan.11
Model pembelajaran Double Loop Problem Solving (DLPS) yaitu model
yang mampu memfasilitasi siswa untuk melakukan kegiatan menganalisis dengan
tingkatan yang lebih tinggi dalam sebuah permasalahan dan siswa aktif dalam
menalar dan menjawab pertanyaan serta membantu siswa dalam mengembangkan
kemampuan berpikir kritis.12
Dimana model double loop problem solving (DLPS)
8 Dyah Shinta Damayanti, dkk, “Pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) dengan
Pendekatan Inkuiri Terbimbing untuk Mengoptimalkan Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik
pada Materi Listrik Dinamis SMA Negeri 3 Purworejo Kelas X Tahun Pelajaran 2012/2013”,
2013, Radiasi, Vol. 3 No. 1, h. 58. 9 Lisa Gueldenzoph Snyder dan Mark J. Snyder, “Teaching critical thinking and problem
solving skills”, 2008, The Journal off Research in Business Education, Vol. 50, No. 2, h. 90-97 10
Halimah, Sutrio dan Ni Nyoman, “Pengaruh Model Pemecahan Masalah Dua Putaran
Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik”, 2019, Jurnal Prisma Sains, ol. 7, No. 2, h.
114 11
P. Rahayu, M. Hidayat, dan H. Pathoni, “Penerapan Model Pembelajaran Double Loop
Problem Solving (DLPS) Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Di Kelas X
SMAN 13 Muaro Jambi” 2017, Jurnal UNJA, h.4 12
Ibid.
3
digunakan untuk mengajak siswa untuk aktif dalam kegiatan belajar.13
Pembelajaran Double Loop Problem Solving (DLPS) merupakan salah satu
modifikasi dari pembelajaran problem solving atau pemecahan masalah dengan
penekanan pada pencarian penyebab utama dari timbulnya masalah yang
diberikan.14
Pembelajaran Double Loop Problem Solving (DLPS) memberikan
kesempatan kepada siswa untuk mendapatkan pengetahuan, pengalaman,
mengenali dan memecahkan masalah dengan berbagai alternatif solusi jawaban.15
Tujuan dari digunakannya model pembelajaran Double Loop Problem Solving
(DLPS) yaitu siswa mampu memiliki kemampuan untuk mengelola pemikirannya
sehingga mampu melakukan proses pemecahan masalah dan pengambilan
keputusan.16
Model ini dikenal sebagai model pengambilan keputusan dimana
keputusan yan diambil menyangkut proses mempertimbangkan berbagai pilihan,
yang akhirnya akan sampai pada suatu kesimpulan yang diambil.
Model Double Loop Problem Solving (DLPS) memberikan siswa untuk
membuat keputusan mengenai informasi yang dikumpulkan, bagaimana
menafsirkannya dan harus memanfaatkannya. Masalah yang diselesaikan pada
model Double Loop Problem Solving melalui dua tahapan (loop) yang berbeda
tetapi saling berkaitan.17
Dua loop yang dimaksud adalah loop I ditujukan untuk
mendeteksi penyebab masalah kemudian merancang dan menerapkan solusi
sementara, loop II menemukan penyebab yang arahnya lebih tinggi dan kemudian
merancang dan mengimplementasikan solusi dari akar masalah.18
13 Mas‟ad, M. Nizar, Agus M. P, “Pengaruh Metode Pembelajaran Double Loop
Problem Solving (DLPS) Terhadap Hasil Belajar Ips Siswa Kelas VIII Smp Negeri 3 Mataram
Tahun Pelajaran 2015-2016”, 2016, Jurnal Kajian Penelitian dan Kependidikan Vol. 14,
No. 2, h. 73 14
Mailen Sari, Syakbaniah, Ermaniati Ramli, “Pengaruh LKS Berorientasi Pembelajaran
Double Loop Problem Solving (DLPS) Terhadap Kompetensi Fisika Kelas XI SMAN 13 Padang,
2015, Pillar O Physics Education, Vol.5, h.74 15
Siti Nurjanah, Entang Kartika dan Tita Mulyati, “Pendekatan Double Loop Problem
Solving Terhadap Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa”, 2015, Jurnal
PGSD ,Vol. 1, No. 1, h.4 16
Ibid., h.3 17
P. Dwijananti, R. I. Fatmala, B. Astuti, “Penerapan Model Double Loop Problem Solving
Menggunakan Detektor Geiger Muller untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kognitif”, 2016, Unnes
Science Education JournaI,Vol. 5, No. 3, h.1384 18
Siti Nurjanah, Loc.cit.
4
Salah satu konsep fisika yang cocok untuk diterapkan pada model Double
Loop Problem Solving (DLPS) yaitu konsep termodinamika. Termodinamika
dikenal sebagai ilmu yang mempelajari kalor (panas) dan cara perpindahannya.19
Konsep suhu, kalor dan perpindahan kalor merupakan materi yang membutuhkan
penguasaan konsep yang kuat dan erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari
karena bersifat makroskopik.20
Banyak siswa yang salah dalam memahami konsep
suhu dan kalor.21 Hal tersebut disebabkan konsep termodinamika merupakan
materi yang sulit, memiliki konsep fisika yang abstrak dan memiliki kompleksitas
yang cukup tinggi, sehingga membutuhkan analisis yang tinggi.22
Oleh karena itu,
konsep termodinamika dianggap cocok untuk diterapkan pada model
pembelajaran Double Loop Problem Solving (DLPS).
Berdasarkan pemikiran di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Double Loop
Problem Solving (DLPS) Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada
Konsep Termodinamika”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, peneliti mencoba
mengidentifikasi masalah sebagai berikut:
1. Proses belajar siswa tidak mengajak siswa untuk mengambil keputusan,
sehingga siswa kurang dalam kemampuan berpikir.
2. Kemampuan berpikir tergolong rendah karena tidak melatih siswa untuk
berpikir salah satunya yaitu kemampuan berpikir kritis.
19
Nata Amalia, Albertus Djoko Lesmono, dan Alex Harijanto, “Analisis Kemampuan
Berargumentasi Ilmiah Siswa SMA Pada Konsep Termodinamika”, 2018, Jurnal Pembelajaran
Fisika (JPF), Vol. 7, No. 2, h.197 20
Putri Zakiyatul Zannah, Diah Mulhayatiah, dan Fathiah Alatas, “Penggunaan Media
Pembelajaran Zooming, Presentation untuk meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas X pada
Konsep Suhu dan Kalor”, 2014, EDUSAINS, Vol. IV, No. 02, h. 213 21 Fitria Alfisyahrina, Tomo Djudin, dan Syukran Mursyid, “Remediasi Miskonsepsi Siswa
pada Materi Suhu dan Kalor Menggunakan Model PBL di MAN”, Jurnal Pendidikan dan
Pembelajaran, Vol. 4 No. 9, 2015, h. 6. 22
Jamuari, Kosim, dan Aris, “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif STAD Berbasis
Multi Media Interaktif Terhadap Penguasaan Konsep Siswa Pada Materi Termodinamika”, 2015,
Jurnal Penelitian Pendidikan IPA (JPPIPA), Vol. 1, No. 1, h.124
5
3. Kemampuan berpikir kritis siswa pada konsep termodinamika tergolong
rendah.
4. Permbelajaran fisika masih berpusat pada guru, sehingga siswa cenderung
pasif dan kurang menggali kemampuan berpikir kritisnya.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka masalah penelitian ini
dibatasi pada kemampuan berpikir kritis. Indikator kemampuan berpikir kritis
yang digunakan yaitu kemampuan berpikir kritis menurut Ennis , yaitu: a)
elementary clarification dengan sub indikator: memfokuskan pertanyaan dan
menganalisis argumen, b) basic support dengan sub indikator:
mempertimbangkan kredibilitas suatu sumber, c) inference dengan sub indikator:
membuat dan mempertimbangkan nilai keputusan dan membuat deduksi dan
mempertimbangkan hasil deduksi, d) advance clarification dengan sub indikator:
mendefinisikan istilah dan mempertimbangkannya, e) strategies and tactics
dengan sub indikator: memutuskan suatu tindakan.Untuk mengatasi kemampuan
berpikir kritis dalam penelitian ini diterapkan model Double Loop Problem
Solving. Double Loop Problem Solving ini diterapkan pada konsep
termodinamika.
D. Perumusan Masalah
Rumusan masalah yang ingin dikaji dalam penelitian ini yaitu:
1. Apakah penerapan model double loop problem solving (DLPS) berpengaruh
terhadap kemampuan berpikir kritis siswa pada konsep termodinamika?
2. Bagaimana peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa yang diterapkan
model pembelajaran double loop problem solving (DLPS) pada konsep
termodinamika?
6
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka
penelitian ini bertujuan:
1. Mengetahui pengaruh model pembelajaran Double Loop Problem Solving
terhadap kemampuan berpikir kritis siswa pada konsep termodinamika.
2. Mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa yang diterapkan
model pembelajaran double loop problem solving (DLPS) pada konsep
termodinamika.
F. Manfaat Penelitian
Secara garis besar hasil penelitian ini diharapkan memiliki manfaat sebagai
berikut:
1. Bagi guru dan sekolah, dapat memberikan informasi terkait model
pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan berpikir
kritis pada pembelajaran fisika.
2. Bagi siswa, dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis selama proses
pembelajaran sehingga siswa diharapkan mampu memahami dan menerapkan
konsep yang telah dipelajari.
3. Bagi peneliti selanjutnya, dapat dijadikan masukan untuk melakukan
penelitian sejenis dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan sains
khususnya fisika.
7
BAB II
KAJIAN TEORI KERANGKA TEORITIK DAN HIPOTESIS
A. Deskripsi Teoritik
1. Model Pembelajaran Double Loop Problem Solving (DLPS)
a. Definisi Model Pembelajaran Problem Solving
Pemecahan masalah merupakan proses yang diawali dengan menghadapi
masalah dan diakhiri dengan menjawab permasalahan yang diberikan dengan
menyampaikan informasi.1 Problem solving atau kemampuan penyelesaian
masalah adalah kemampuan menyelesaikan masalah rutin, non-rutin, rutin
terapan, rutin non-terapan, non-rutin terapan, dan masalah non-rutin non-terapan.2
Model pemecahan masalah George Polya merupakan model problem solving
yang paling awal. Terdapat empat langkah yaitu memahami masalah, membuat
rencana, menjalankan rencana dan memeriksa kembali.3
1) Memahami masalah
Tanpa adanya pemahaman terhadap masalah yang diberikan, siswa tidak
mungkin mampu menyelesaikan masalah tersebut dengan benar.
2) Membuat rencana
Rencana strategi penyelesaian dapat dipilih dari beberapa pilihan strategi
yang dipikirkan dengan berpatokan dari fakta dalam soal dan perkiraan
penyelesaian soal. Apa yang kita ketahui? Apakah kita membutuhkan lebih
banyak informasi?.
3) Menjalankan rencana
Siswa menyelesaikan strategi yang telah direncanakan sampai memperoleh
jawaban.
1 Olaniyan, Ademola Olatide1, Omosewo, Esther O.1, Nwankwo, Levi I.2, 2015, Effect of
polya problem-solving model on senior secondary school students’ performance in current
electricity, European Journal of Science and Mathematics Education, Vol. 3, No. 1, h. 98. 2 Karunia Eka Lestari dan M. Ridwan Y, Penelitian Pendidikan Matematika, (Bandung: PT
Reika Aditama, 2015), h. 72. 3 George Polya, How to Solve it : New Aspect of Mathematical Method, (New Jersey:
Princeton University Press, 1971), h. 5
8
4) Memeriksa kembali
Siswa melaksanakan pengujian jawaban. Langkah terakhir yaitu
membandingkan jawaban apakah sesuai dengan soal. Apakah masuk akal
jawabannya? Haruskah kita mengulangi rencana strategi untuk memenuhi semua
fakta dan kondisi pada soal?
Sejalan dengan pengertian problem solving atau kemampuan pemecahan
masalah dipandang sebagai upaya mencari jalan keluar yang dilakukan dalam
mencapai tujuan.4
b. Definisi Model Pembelajaran Double Loop Problem Solving (DLPS)
Guna memahami lebih dalam tentang Double-Loop Problem Solving
(DLPS) berikut ini definisi menurut para ahli diantaranya:
1) Sharon Cartwright
Model pembelajaran Double Loop Problem Solving (DLPS) merupakan
sebuah proses pembelajaran dan konsep yang melibatkan siswa untuk berpikir
lebih dalam tentang pendapat yang diyakini mereka.5
2) Aris Shoimin
Double-Loop Problem Solving (DLPS) adalah modifikasi dari model
pembelajaran pemecahan masalah (problem solving) dengan penekanan pada
pencarian penyebab utama dari timbulnya masalah, jadi berkenaan dengan
jawaban untuk pertanyaan mengapa. Selanjutnya siswa menyelesaikan masalah
tersebut dengan menghilangkan batasan yang menjadi penyebab munculnya
masalah tersebut.6
3) Siti Nurjannah
Model Double-Loop Problem Solving (DLPS) merupakan model
pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk memperoleh
4 Radiyatul, Sutarto Hadi, 2014, “Metode Pemecahan Masalah Menurut Polya Untuk
Mengembangkan Kemampuan Siswa Dalam Pemecahan Masalah Matematis di Sekolah
Menengah Pertama”, Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 2, No.1, h. 55 5 Sharon Cartwright, 2002, “Double Loop Learning: A Concept and Proses for Leadership
Education”, Journal of Leadership Education, Vol. 1, h. 68. 6 Aris Shoimin, 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum, (Yogyakarta:Ar-Ruzz
Media, 2013), h. 68
9
pengetahuan, pengalaman menemukan, mengenali dan memecahkan masalah
dengan berbagai alternatif solusi jawaban.7
4) Lucky H. Jufri
Double Loop Problem Solving (DLPS) yaitu jenis pendekatan pemecahan
masalah matematika yang menekankan pada pencarian penyebab utama dari
timbulnya masalah.8
5) Pornkasem Kantamara dan Vichita Vathanophas Ractham
Pembelajaran double loop yaitu proses membandingkan keadaan dengan
petunjuk aturan atau sumber yang dipakai, mempertanyakan apakah petunjuk
aturan atau sumber sudah sesuai dengan tindakan yang dilakukan seseorang.
Aturan-aturan yang berlaku dalam lingkungan akan dipertanyakan apakah sudah
cukup atau perlu diperluas. Proses tersebut melibatkan perubahan pengetahuan
dasar, keahlian atau rutinitas.9
Dengan demikian Double-Loop Problem Solving (DLPS) yang digunakan
oleh peneliti yaitu merujuk kepada pembelajaran double loop menurut Pornkasem
Kantamara dan Vichita Vathanophas Ractham.
c. Pelaksanaan Model Pembelajaran Double Loop Problem Solving (DLPS)
Model pembelajaran Double Loop Problem Solving (DLPS) disini
mengkomodasikan dan perbedaan level dari penyebab suatu masalah, termasuk
mekanisme bagaimana sampai terjadi suatu masalah.10
Pemecahan masalah
melalui pendekatan DLPS dimulai dengan mencari penyebab langsung dari
7 Siti Nurjanah, Entang Kartika, Tita Mulyati, 2015, “Pendekatan Double Loop Problem
Solving Terhadap Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa”, Jurnal PGSD
,Vol. 1, No. 1, h.4 8 Lucky Heriyanti Jufri, 2015, “Penerapan Double Loop Problem Solving Untuk
Meningkatkan Kemampuan Literasi Matematis Level 3 Pada Siswa Kelas VIII SMPN 27
Bandung”, Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 2, Vol. 1, h. 54 9 Pornkasem Kantamara dan Vichita Vathanophas Ractham, 2014, “Single-Loop vs.
Double-Loop Learning: An Obstacle Or A Success Favtor For Organizational Learning”,
International Journal of Education and Research, Vol. 2, No. 7, h. 57. 10
Satya Gading, Hasan Mahud dan Idam Ragil, 2016, “Penerapan Model Pembelajaran
DLPS (Double Loop Problem Solving) Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Pengaruh
Perubahan Lingkungan”, Jurnal FKIP UNS, Vol. 4, No. 10, h. 2
10
timbulnya suatu masalah, kemudian menyelesaikan masalah tersebut sesuai
dengan analisis penyebab langsung yang telah dilakukan.11
DLPS merupakan perkembangan lebih lanjut dari teori Double-Loop
Learning yang dikembangkan pertama kali oleh Argyris, dan berfokus pada
pemecahan masalah yang kompleks dan tak terstruktur untuk kemudian dijadikan
semacam perangkat problem solving yang efektif dalam Double Loop Problem
Solving (DLPS), siswa perlu didorong untuk bekerja pada dua loop pemecahan
yang berbeda, akan tetapi saling terkait.12
Model Double Loop Problem Solving
(DLPS) juga dikenal dengan model pengambilan keputusan.13
Keputusan yang
diambil dalam model pembelajaran ini menyangkut proses mempertimbangkan
berbagai macam pilihan, yang akhirnya akan sampai pada suatu kesimpulan atas
pilihan yang akan diambil.14
Ciri utama yang ada pada model DLPS ini yaitu kegiatan pembelajaran yang
dilakukan berpusat pada pemberian masalah. Masalah tersebut diselesaikan
melalui dua tahapan (loop) yang berbeda tetapi saling berkaitan. Dua loop yang
dimaksud adalah sebagai berikut:15
1) Loop pertama: siswa diberikan masalah yang relevan dengan materi dipelajari
dan siswa diarahkan untuk dapat merancang dan menerapkan solusi sementara
dari permasalahan yang ada. Pada tahap ini menuntut siswa untuk saling
berinteraksi dengan teman sekelompok dengan mengembangkan kemampuan
berpikirnya dalam penyelesaian masalah.
2) Loop kedua: pada tahap ini siswa menyelesaikan permasalahan yang levelnya
lebih tinggi dengan mengacu pada solusi yang telah mereka peroleh pada loop
pertama.
Secara umum menurut jufri Double-Loop Problem Solving (DLPS)
meliputi:16
11
Lucky Heriyanti Jufri, Op.cit., h.57 12
Aris Shoimin, Op.cit., h.68-69 13
Roliyani, 2016, “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa melalui penggunaan model
pembelajaran Double Loop Problem Solving”, Jurnal Pena Edukasi, Vol. 3, No. 6, h. 562 14
Ibid. 15
Siti Nurjanah, Entang Kartika, Tita Mulyati, Op.cit., h. 4 16
Aris Shoimin, Op.cit., h.69
11
Loop I
a) Mengidentifikasi masalah, tahap ini siswa diminta untuk mengidentifikasi
permasalahan yang telah disajikan di lembar kerja.
b) Solusi sementara, tahap ini siswa dapat menentukan langkah penyelesaian
sementara dari permasalahan yang telah disajikan.
c) Evaluasi, tahap ini siswa diharapkan mampu mengevaluasi keberhasilan dari
solusi sementara yang ia terapkan dan mendiskusikan kembali dengan
kelompoknya agar mendapat solusi yang tepat.
d) Analisis permasalahan, tahap ini siswa diminta menganalisis dari
permasalahan yang disajikan berdasarkan referensi.
Loop II17
a) Mengidentifikasi masalah yang tingkatannya lebih tinggi, siswa diminta untuk
mengidentifikasi lagi permasalahan yang telah disajikan masalah dengan
tingkatan lebih tinggi.
b) Solusi akhir, tahap akhir ini siswa menyelesaikan kembali permasalahan yang
kedua berdasarkan solusi pada analisis loop pertama dan siswa dapat
menyimpulkan dari masalah pertama dan kedua.
d. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Double Loop Problem
Solving (DLPS)
Kelebihan model pembelajaran Double-Loop Problem Solving (DLPS)
adalah melatih siswa untuk mendesain suatu penemuan, berpikir dan bertindak
kritis, melatih siswa untuk bisa berpikir kritis, memecahkan masalah yang
dihadapi secara realistis, mengidentifikasi dan melakukan penyelidikan,
menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatan, merangsang perkembangan
kemajuan berpikir siswa untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan
tepat, dapat membuat pendidikan sekolah lebih relevan dengan kehidupan,
khususnya dunia kerja.18
17
Mas‟ad, M. Nizar, Agus M. P, 2016, “Pengaruh Metode Pembelajaran Double Loop
Problem Solving terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Mataram Tahun Pelajaran
2015-2016”, Vol. 14, No. 2, h. 74 18
Shoimin, Op.cit., h.71
12
Kekurangan model pembelajaran Double-Loop Problem Solving (DLPS)
yaitu memerlukan alokasi waktu yang lebih panjang dibandingkan dengan metode
pembelajaran lainya, kesulitan dalam mengevaluasi secara tetap yang artinya
kesulitan mencari kesalahan atau kekurangan dari solusi yang dibuat pada
pemecahan masalah secara mandiri dengan kemampuan siswa.19
2. Kemampuan Berpikir Kritis
a. Pengertian Berpikir Kritis
Berpikir melibatkan manipulasi otak terhadap informasi, seperti saat kita
membentuk konsep.20
Menurut Garret dalam Firdha Razak berpikir didefinisikan
sebagai perilaku yang tersembunyi dalam ide dan konsep.21
Dalam berpikir
termuat kegiatan meragukan dan memastikan, merancang, menghitung,
mengukur, mengevaluasi, membandingkan, menggolongkan, memilah-milah atau
membedakan, menghubungkan, menafsirkan, melihat kemungkinan-kemungkinan
yang ada, membuat analisis dan sintesis, menalar atau menarik kesimpulan dari
premi spremis yang ada, menimbang, dan memutuskan.22
Kesemua proses
tersebut merupakan proses yang kompleks, sejalan dengan pendapat Peter Reason
dalam Elda Herlina menyatakan bahwa berpikir adalah proses mental seseorang
yang lebih dari sekedar mengingat dan memahami.23 Guna memahami lebih
dalam tentang makna berpikir kritis, berikut ini definisi yang menggambarkan
hakikat dari orang yang berpikir kritis:
19 Paramita Rahayu dan Haerul Pathoni, 2017, “Penerapan Model Pembelajaran Double
Loop Problem Solving (DLPS) Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Di Kelas
X SMAN 13 Muaro Jambi”, Artikel Ilmiah, h. 4 20
Adi Afri Anto, R. Wakhid Akhdinirwanto dan Siska Desy Fatmaryanti, 2013,
“Pemanfaatan Model Pembelajaran Problem Posing Untuk Peningkatan Keterampilan Berpikir
Kritis Siswa Di SMP Negeri 27 Purworejo”, Jurnal Berkala Pendidikan Fisika, Vol. 2, No. 1, h. 5 21
Firdha Razak, “Hubungan Kemampuan Awal terhadap Kemampuan Berpikir kritis
Matematika pada Siswa Kelas VII SMP Pesantren IMMIM Putri Minasatene”, Jurnal Mosharafa,
2017, Vol. 6, No. 1 h. 120 22
Anie Dwi Maylani, “Pengaruh Challenge-based Learning Terhadap Kemampuan Berpikir
Kritis Matematis Siswa”, (Tugas Akhir Skripsi Pendidikan Matematika UIN Jakarta, 2017), h.11 23
Elda Herlina, “Meningkatkan Disposisi Berpikir Kreati Matematis Melalui Pendekatan
APOS”, Jurnal Ilmiah Program Studi Matematika STKIP Siliwangi Bandung, 2013, Vol. 2, No. 2,
h. 170
13
1) Renol Afrizon
Berpikir kritis adalah sebuah cara berpikir disiplin yang digunakan oleh
seseorang untuk mengevaluasi validitas sesuatu (pernyataan-pernyataan, ide-ide,
argument dan penelitian).24
2) Screven dan Paul
Memandang berpikir kritis sebagai proses disiplin cerdas dan
konseptualisasi, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi aktif dan
berketerampilan yang dikumpulkan dari, atau dihasilkan oleh observasi,
pengalaman, refleksi, penalaran atau komunikasi sebagai sebuah penuntun menuju
kepercayaan dan aksi.25
3) Robert H. Ennis
Berpikir kritis sebagai pemikiran yang masuk akal dan reflektif yang
berfokus untuk memutuskan apa yang mesti dipercaya atau dilakukan. Dalam
mengambil keputusan dan menarik kesimpulan yang logis diperlukan indormasi
yang relevan dan reliabel terkait isu atau topik yang sedang dikaji sehingga akan
saling terkait satu sama lain antara informasi dengan kesimpulan akhir yang logis
dan reflektif. Sehingga perlu adanya kemampuan menganalisis, menginterpretasi
dan menarik kesimpulan.26
4) Fisher dan Sciven
Berpikir kritis adalah interpretasi dan evaluasi yang terampil dan aktif terhadap
observasi, komunikasi, informasi, dan argumentasi. Aktivitas berpikir menjadi kritis
apabila memenuhi standar-standar tertentu, yaitu kejelasan, relevansi, masuk akal,
dan lain-lain. Berpikir kritis juga merupakan proses „aktif‟ karena melibatkan tanya-
jawab dan sebagian merupakan peran metakoginisi.27
24
Renol Afrizon, Ratnawulan dan Ahmad Fauzi, 2012, “Peningkatan Perilaku Berkarakter
Dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Kelas IX MTSN Model Padang Pada Mata Pelajaran
IPA-Fisika Menggunakan Model Problem Based Instruction”, Jurnal Penelitian Pendidikan
Fisika, Vol. 1, No. 1, h.10 25
Ibid. 26
Robert H. Ennis, “Logical Basis for Measuring Critical Thinking Skills”, Education
Leadership, Vol. 4, 1985, h. 45 27
Alec Fisher, Berpikir Kritis: Sebuah Pengantar, (Jakarta: Erlangga, 2007), h. 4
14
5) Facione
Berpikir kritis yang meliputi kemampuan menganalisis, menarik
kesimpulan, melakukan interpretasi penjelasan, pengaturan diri, ingin tahu,
sistematis, bijaksana mencari kebenaran, dan percaya diri terhadap proses berpikir
yang dilakukan sangat dibutuhkan seseorang dalam usaha memecahkan
masalah.28
Berpikir kritis menuntut upaya memecahkan masalah secara ilmiah dengan
menganalisa informasi dan data sampai mencapai solusi yang relevan. Sehingga
dengan berpikir kritis menimbulkan adanya kemungkinan jawaban yang lebih dari
satu. Orang yang berpikir kritis mampu mengembangkan jawaban -jawaban
tersebut menjadi kemungkinan lain berdasarkan informasi dan analisa yang
dilakukan. Oleh karenanya berpikir kritis merupakan proses berpikir kompleks.
b. Langkah-langkah Berpikir Kritis
Melalui aktivitas pembelajaran berpikir kritis, siswa dapat memahami dan
menguasai tahapan-tahapan dalam berpikir ilmiah, mengkaji suatu objek secara
komprehensif dengan melibatkan proses berpikir aktif dan reflektif, mempelajari
sesuatu secara sistematis dan terorganisasi dalam menemukan inovasi dan solusi
orisinal, membangun argumen dan opini berdasarkan bukti-bukti empiris dan alasan
yang rasional, dan membuat keputusan dengan mempertimbangkan berbagai
komponen secara adil dan bijaksana. Adapun langkah-langkah penerapan strategi
berpikir kritis adalah sebagai berikut:29
1) Guru memberikan siswa tugas atau bahan ajar yang akan dikaji.
2) Guru menyampaikan aturan dalam mengkaji bahan ajar tersebut (boleh dilakukan
secara kelompok atau mandiri).
3) Siswa (secara kelompok atau mandiri) mengidentifikasi hakikat dari objek yang
dikaji.
4) Siswa menggunakan sudut pandang atau menentukan pendekatan yang digunakan
dalam menganalisis bahan ajar tersebut.
28
Rifaatul Mahmuzah, “ Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa SMP
Melalui Pendekatan Problem Posing”, Jurnal Program Studi Pendidikan Matematika Universitas
Serambi Mekkah, Vol. 4, No.1, h. 66 29
Try Susanti, “Asesmen Penalaran Inch”, Jurnal Al-Ta’lim, Vol. 21 No. 1, 2014, h. 74
15
5) Siswa mencari dan membuat alasan yang mendasari temuannya.
6) Siswa membuat berbagai asumsi yang mungkin terjadi.
7) Siswa merumuskan pandangannya dengan bahasa yang sesuai.
8) Siswa menyediakan bukti-bukti empiris berdasarkan data.
9) Siswa membuat keputusan berdasarkan bukti empiris.
10) Guru dan siswa bersama-sama melakukan evaluasi terhadap implikasi yang
ditimbulkan dari hasil keputusan tersebut.
c. Aspek Berpikir Kritis
Ennis menyebutkan ada enam unsur dasar dalam berpikir kritis, yang
disingkat dengan FRISCO, yang mempunyai kepanjangan:30
1) Focus (fokus), memfokuskan pertanyaan atau isu yang ada untuk membuat
keputusan tentang apa yang diyakini.
2) Reason (alasan), mengetahui alasan-alasan yang mendukung atau menolak
putusan-putusan yang dibuat berdasar situasi dan fakta yang relevan.
3) Inference (menyimpulkan), membuat kesimpulan yang beralasan atau
meyakinkan. Bagian penting dari langkah penyimpulan ini adalah
mengidentifikasi asumsi dan mencari pemecahan, pertimbangan dari
interpretasi terhadap situasi dan bukti.
4) Situation (situasi), memahami situasi dan selalu menjaga situasi dalam
berpikir untuk membantu memperjelas pertanyaan (dalam F) dan mengetahui
arti istilah-istilah kunci, bagian-bagian yang relevan sebagai pendukung.
5) Clarity (kejelasan), menjelaskan arti atau istilah-istilah yang digunakan.
Ennis mengklasifikasikan berpikir kritis ke dalam dua aspek, yaitu aspek
sifat (dispositions) dan kemampuan (abilities).31
Aspek keterampilan berpikir
kritis yang digolongkan sebagai sifat (disposition) oleh Ennis adalah sebagai
berikut:
a) mencari pernyataan yang jelas dari pernyataan atau pertanyaan
30
Siti Zubaidah, AD. Corebima, dan Mistianah, “Asesmen Berpikir Kritis Terintegrasi Tes
Essay”, Symposium on Biology Education, 2015, h. 200 31
Arthur L. Costa (ed.), Developing Mind: a Resource Book for Teaching Thinking ed.
Arthur L. Costa, (Alexandria: Association for Supervision and Curriculum Development, 1991),
h.68
16
b) mencari alasan
c) mencoba untuk mendapat informasi
d) menggunakan dan menyebutkan sumber yang terpercaya
e) memperhitungkan situasi total
f) mencoba untuk tetap relevan dengan poin utama
g) mengingat perhatian asli atau dasar
h) mencari alternatif
i) berpikiran terbuka
(1) mempertimbangkan dengan serius sudut pandang lain selain sudut
pandang diri sendiri (pemikiran dialogis)
(2) alasan dari pernyataan yang tidak disetujui seseorang, tanpa membuat
perbedaan pendapat yang bertolak belakang dengan alasannya (pemikiran
tambahan)
(3) mempertahankan pendapat meskipun bukti dan alasan tidak mencukupi
j) mengambil posisi atau mengubah posisi ketika bukti dan alasan sudah cukup
untuk melakukannya
k) mencari sebanyak mungkin ketepatan
l) berurusan secara teratur dengan bagian-bagian dari keseluruhan yang
kompleks
m) menggunakan kemampuan berpikir kritis seseorang
n) peka terhadap perasaan, tingkat pengetahuan, dan tingkat kecanggihan orang
lain
Aspek keterampilan berpikir kritis yang digolongkan sebagai kemampuan
(abilities) oleh Ennis dapat dilihat pada Tabel 2.1 berikut:32
Tabel 2.2 Kemampuan Berpikir Kritis menurut Ennis
Aspek
Kemampuan
Berpikir Kritis
Sub-Kemampuan
Berpikir Kritis
Indikator
1. Memberikan 1. Memfokuskan a. Mengidentifikasi atau
32
Robert H. Ennis, Op.cit., h. 46
17
penjelasan
sederhana
(elementary
clarification)
pertanyaan merumuskan pertanyaan
b. Mengidentifikasi atau
merumuskan kriteria-kriteria
untuk mempertimbangkan
jawaban yang mungkin
c. Menjaga kondisi pikirian
2. Menganalisis
argumen
a. Mengidentifikasi kesimpulan
b. Mengidentifikasi alasan
c. Mengidentifikasi alasan yang
tidak relevan
d. Mengidentifikasi
ketidakrelevanan dan
kerelevanan
e. Mencari persamaan dan
perbedaan
3. Bertanya dan
menjawab
pertanyaan
klarifikasi dan
pertanyaan yang
menantang
a. Merangkum
b. Mengapa
c. Apa intinya
d. Apa contohnya
e. Bagaimana menerapkannya
dalam kasus tersebut
2. Membangun
keterampilan
dasar (basic
support)
1. Mempertimbangkan
kredibilitas
(kriteria) suatu
sumber
a. Ahli
b. Tidak adanya konflik interest
c. Menggunakan prosedur yang
ada
d. Mampu memberikan alasan
e. Kebiasaan berhati-hati
2. Mengobservasi dan
mempertimbbangka
n hasil observasi
a. Ikut terlibat dalam
menyimpulkan
b. Dilaporkan oleh pengamat
18
sendiri
c. Mencatat hal-hal yang
diinginkan
d. Penguatan dan kemungkinan
penguatan
e. Kondisi akses yang baik
f. Penggunaan teknologi yang
kompeten
3. Menyimpulkan
(inference)
1. Membuat dedukasi
dan
mempertimbangkan
hasil dedukasi
a. Kelompok yang logis
b. Kondisi yang logis
c. Interpretasi pertanyaan
2. Membuat induksi
dan
mempertimbangkan
induksi
a. Membuat generalisasi
b. Membuat kesimpulan dan
hipotesis
c. Investigasi
d. Kriteria berdasarkan asumsi
3. Membuat dan
mempertimbangkan
nilai keputusan
a. Latar belakang fakta
b. Konsekuensi
c. Penerapan prinsip-prinsip
d. Memikirkan alternatif
4. Membuat
penjelasan
lebih lanjut
(advanced
clarification)
1. Mendefinisikan
istilah dan
memertimbangkan
nya
a. Bentuk : sinonim, klarifikasi,
rentang ekspresi yang sama,
operasional, contoh dan bukan
contoh
b. Strategi definisi (tindakan
mengidentifikasi)
c. Isi (content)
2. Mengidentifikasi
asumsi
a. Alasan yang tidak dinyatakan
(implisit)
19
b. Asumsi yang diperlukan,
rekontruksi argumen
5. Mengatur
strategi dan
taktik
(strategies and
tactics)
1. Memutuskan suatu
tindakan
a. Mendefinisikan masalah
b. Menyeleksi kriteria untuk
membuat solusi
c. Merumuskan alternatif yang
memungkinkan
d. Memutuskan hal-hal yang
dilakukan secara tentatif
e. Menelaah
f. memonitor
2. Berinteraksi dengan
orang lain
a. Menyenangkan
b. Strategi logis
c. Strategi retorika
d. presentasi
Sedangkan menurut Fisher dan Sciven, dalam berpikir kritis terdapat beberapa
kemampuan yang sangat penting, yaitu:33
1) Mengidentifikasi unsur-unsur dalam kasus yang dipikirkan, khususnya alasan-
alasan dan kesimpulan-kesimpulan.
2) Mengidentifikasi dan mengevaluasi asumsi.
3) Mengklarifikasi dan menginterpretasi pertanyaan dan gagasan.
4) Menilai akseptabilitas, khususnya kredibilitas dan klaim-klaim.
5) Mengevaluasi argumen-argumen yang beragam.
6) Menganalisis, mengevaluasi, dan menghasilkan penjelasan-penjelasan.
7) Menganalisis, mengevaluasi, dan membuat keputusan-keputusan.
8) Menarik kesimpulan.
9) Menghasilkan argumen-argumen.
33
Fisher, Op. Cit., h.8
20
3. Kajian Materi Termodinamika
a. Pengertian Termodinamika
Termodinamika adalah nama yang diberikan untuk mempelajari proses di
mana energi di transfer sebagai kalor dan sebagai usaha/kerja.34
b. Peta Konsep
Gambar 2.1 Peta Konsep Termodinamika
34
Douglas C. Giancoli, Fisika Jilid I Edisi Kelima, (Jakarta: Erlangga, 2001), h. 518
Kesetimbangan
Termal
Hukum
Kekekalan Energi
Proses/
Perubahan
Usaha
yang
dilakukan
Proses
Termodinamika
TERMODINAMIKA
Hukum ke - nol
Termodinamika
Hukum I
Termodinamika
Hukum II
Termodinamika Usaha dan Proses
Termodinamika
Aplikasi
Ekspansi Kompresi Usaha Kalor Energi
Dalam
Isotermal Isobarik Isokhorik Adiabatik
Mesin
Kalor
Mesin
Carnot
Mesin
Pendingin
21
c. Istilah-Istilah dalam Termodinamika
1) Sistem, Lingkungan dan Batas Sistem
Dalam pembahasan termodinamika, sering kali mengacu pada suatu sistem
tertentu. Sistem didefinisikan sebagai sekumpulan zat atau benda yang akan
menjadi pusat perhatian kita untuk diteliti. Lingkungan didefinisikan sebagai
benda-benda lainnya yang ada diluar sistem. Sistem dipisahkan dari lingkungan
oleh suatu batas sistem (boundry).35
Gambar 2.2 Suatu Sistem Termodinamika36
Ada beberapa macam sistem dalam termodinamika diantaranya yaitu, sistem
tertutup, sistem terbuka dan sistem terisolasi.
2) Usaha dan Kalor
Usaha dilakukan ketika energi ditransfer dari satu benda ke benda yang lain
melalui cara-cara mekanis. 37
Kalor merupakan transfer energi dari satu benda ke
benda kedua yang suhunya lebih rendah melewati batas sistem, yang diistilahkan
dengan transfer panas.38
3) Energi Dalam
Energi dalam sistem dapat didefinisikan sebagai jumlah total semua energi
molekul pada sistem. Energi dalam sistem akan naik jika ada usaha, atau jika
kalor ditambahkan.39
Kita simbolkan energi dalam dengan (U). selama terjadi perubahan pada
keadaan sistem, energi dalam dapat berubah dari nilai awal (U1) ke nilai akhir
(U2). Dapat kita tuliskan perubahan energi dalam yaitu
35
Ibid. 36
Fathiah Alatas dan Ai Nurlela, Termodinamika I, (Jakarta: UIN PRESS, 2015), h. 17 37
Douglas C. Giancoli, Loc.cit. 38 T. L. Lowe, J. F. Rounce, Calculations or A-level Physics, (Cheltenham: Nelson Thornes
Ltd, 2002), h.160 39
Douglas C. Giancoli, Op.cit., h.519
22
.40
(2.1)
d. Usaha dan Proses Termodinamika
1) Usaha yang Dilakukan Selama Perubahan Volume
Persamaan usaha yang dilakukan gas dapat kita tulis menjadi41
(2.2)
Jika tekanan p tetap konstan sementara volume berubah dari V1 ke V2, kerja
yang dilakukan sistem adalah42
(2.3)
2) Proses-Proses Termodinamika
Jika variabel keadaan gas dalam ruang tertutup (p, V, T) mengalami
perubahan, maka dikatakan gas tersebut sedang mengalami proses termodinamika.
Beberapa proses termodinamika yang akan dijelaskan diantaranya adalah: proses
isobarik, proses isokhorik, proses isotermal, serta proses adiabatik.43
a) Proses Isobarik
Proses isobarik adalah proses perubahan keadaan sistem dengan tekanan
konstan. Persamaan keadaan untuk proses isobarik (p tetap) adalah
(2.4)
Sedangkan rumus usahanya adalah
(2.5)
b) Proses Isokhorik
Proses isokhorik adalah proses perubahan keadaan sistem (gas) dengan
volume konstan.44
Persamaan keadaan untuk proses isokhorik (V tetap) adalah
(2.6)
Karena volume gas tidak berubahh , maka usaha yang dilakukan oleh
gas sama dengan nol.
40
Hugh D. Young, Roger A. Freedman, Fisika Universitas Jilid I Edisi Kesepuluh, (Jakarta:
Erlangga, 2002), h.629 41
Douglas C. Giancoli, Op.cit., h.522 42
Hugh D. Young, Roger A. Freedman, Op.cit., h.635 43
Ibid., h.634 44
Douglas C. Giancoli, Loc.cit., h.522
23
(2.7)
c) Proses Isotermal
Proses isotermal adalah proses yang berlangsung pada suhu tetap.45
Persamaan keadaan untuk proses isotermal (T tetap) adalah46
(2.8)
Karena perubahan volume tidak linier, maka kita tidak dapat menggunakan rumus
, tetapi dengan menggunakan persamaan integral. Karena nRT tetap,
maka faktor tersebut dapat dikeluarkan tanda integral. Kemudian dengan
menggunakan sifat integral ∫
, kita peroleh
47
(
) (2.9)
d) Proses Adiabatik
Proses adiabatik adalah proses perubahan keadaan sistem dimana tidak ada
kalor yang dibiarkan mengalir ke dalam atau keluar sistem (Q = 0). 48
Persamaan
keadaan untuk proses adiabatik dapat diturunkan dengan menggunakan teknik
integral yang hasilnya adalah sebagai berikut:49
(2.10)
(2.11)
Usaha yang dilakukan sistem pada proses adiabatis dirumuskan sebagai
berikut:
(2.12)
e. Hukum I Termodinamika
Hukum I termodinamika merupakan pernyataan lain dari hukum kekekalan
energi.50
Hukum I termodinamika menyatakan bahwa untuk setiap proses jika
kalor (Q) diberikan kepada sistem dan sistem melakukan usaha (W), maka sistem
45
Hugh D. Young, Roger A. Freedman, Op.cit., h.635 46
T. L. Lowe, J. F. Rounce, Op.cit., h.163 47
Daniel Milton Oman, Robert Milton Oman, How To Solve Physics Problems, (New York:
Mc Graw Hill Education, 2016), h.193 48
Douglas C. Giancoli, Loc.cit. 49
Daniel Milton Oman, Robert Milton Oman, Op.cit., h.190 50
Douglas C. Giancoli, Op.cit., h.519
24
akan mengalami perubahan energi dalam (ΔU). Secara matematis hukum I
termodinamika dituliskan sebagai berikut51
(2.13)
f. Penerapan Hukum I Termodinamika
Proses-proses gas ideal terdapat empat proses, yaitu:
1) Proses Isotermal
Pada proses isotermal, suhu tetap yang artinya (ΔT = 0), sehingga perubahan
energi dalamnya nol (ΔU = 0). Dengan demikian, hukum I termodinamika
menjadi:52
(2.14)
2) Proses Isokhorik
Pada proses isokhorik, volume tetap yang berarti ΔV = 0 (karena ΔV = 0,
maka W = 0). 53
Dengan demikian, jika sistem menerima kalor (Q) pada proses ini,
maka kalor tersebut digunakan seluruhnya untuk perubahan energi dalam,
sehingga hukum I termodinamika menjadi:
(2.15)
3) Proses Isobarik
Pada proses isobarik, tekanan tetap, sehingga kalor yang diberikan untuk
melakukan usaha dan perubahan energi di dalamnya adalah:
(2.16)
4) Proses Adiabatik
Pada proses adiabatik, proses dimana tidak ada kalor yang dibiarkan
mengalir ke dalam atau keluar sistem (Q = 0). Dengan demikian, hukum I
termodinamika menjadi:54
(2.17)
51
Hugh D. Young, Roger A. Freedman, Op.cit., h.630 52
Douglas C. Giancoli, Op.cit., h.521 53
Daniel Milton Oman, Robert Milton Oman, Op.cit., h.188 54
Hugh D. Young, Roger A. Freedman, Op.cit., h.635
25
g. Kapasitas Kalor
Kapasitas kalor adalah banyaknya kalor yang diperlukan oleh suatu zat
untuk menaikkan suhu zat itu sebesar satu kelvin.
(2.18)
h. Hukum II Termodinamika
Hukum II termodinamika merupakan pernyataan mengenai proses yang
dapat terjadi di alam maupun yang tidak. Hukum ini dapat dinyatakan dengan
berbagai cara, semuanya sama. Pernyataan pertama dibuat oleh Rudolf Julius
Emanuel Clausius (1822-1888), yang menyatakan: “kalor mengalir secara alami
dari benda yang panas ke benda yang dingin; kalor tidak akan mengalir secara
spontan dari benda dingin ke benda panas”.55
i. Mesin Kalor
Perkembangan pernyataan umum hukum II termodinamika didasarkan pada
studi mesin kalor. Mesin kalor adalah suatu alat yang mengubah energi panas
menjadi energi mekanik, seperti mesin uap dan mesin mobil.56
j. Siklus Carnot
Ilmuwan Perancis Sadi Carnot (1796-1832) meneliti karakteristik mesin
ideal yang disebut mesin carnot.57
Gambar 2.3 menunjukkan sebuah siklus Carnot
menggunakan gas ideal sebagai bahan kerja dalam silinder dengan sebuah piston.
55
Douglas C. Giancoli, Op.cit., h.527 56
Hugh D. Young, Roger A. Freedman, Op.cit., h.652 57
Ibid., h.531
26
Gambar 2.3 Siklus Carnot untuk sebuah gas ideal58
Gambar 2.3 langkah-langkah yang terjadi adalah sebagai berikut:59
1. Proses ab gas berekspansi secara isotermal pada suhu (TH), menyerap panas
(QH).
2. Proses bc gas berekspansi secara adiabatik sampai suhu (TC).
3. Proses cd gas mengalami kompresi terjadi secara isotermal pada (TC),
mengeluarkan panas (QC).
4. Proses da gas mengalami kompresi terjadi secara adiabatic kemabali ke
keadaan semula pada suhu (TH).
Kalor (QH) dan (QC) sebanding dengan temperatur operasi (TH) dan (TC)
(dalam kelvin) sehingga efisiensi dapat dituliskan sebagai:60
(2.19)
k. Mesin Pendingin
Mesin pendingin (refrigerator) yaitu mesin kalor yang beroperasi secara
terbalik. Sebuah mesin yang menarik panas dari tempat yang dingin dan
melepaskan panas ke tempat yang lebih hangat.61
58
Hugh D. Young, Roger A. Freedman, Op.cit., h.664 59
Ibid., h.663 60
Ibid., h.665 61
Douglas C. Giancoli, Op.cit., h.532
QH
QC
27
B. Kerangka Berpikir
Kurikulum mata pelajaran fisika membekali siswa untuk memiliki sejumlah
kemampuan berpikir salah satunya yaitu kemampuan berpikir kritis. Kemampuan
berpikir kritis yang optimal membuat seseorang mampu mengambil keputusan
yang bijaksana dalam kehidupan sehari-hari. kemampuan berpikir kritis siswa
dalam menganalisis masih tergolong rendah karena siswa tidak menguasai
konsep, kurangnya latihan berpikir kritis berupa masalah yang kontekstual.
Metode yang dipilih oleh guru dalam pembelajaran fisika masih didominasi oleh
ceramah, sehingga siswa cenderung pasif dan kurang menggali keterampilan
berpikirnya. Salah satu konsep fisika yang kemampuan berpikir kritisnya
tergolong rendah dan cenderung pembelajaran masih terpusat pada guru yaitu
konsep termodinamika. Ada beberapa faktor yang menyebabkan rendahnya
kemampuan berpikir kritis siswa pada konsep termodinamika yaitu memiliki
konsep-konsep abstrak dan memiliki kompleksitas yang cukup tinggi. Siswa yang
tidak memiliki kemampuan berpikir kritis tidak akan mampu membuat keputusan
dan menyelesaikan suatu masalah.
Salah satu solusi dari permasalahan di atas adalah penggunaan model
pembelajaran. Pada penelitian ini model pembelajaran yang dipilih adalah Double
Loop Problem Solving (DLPS). Double Loop Problem Solving (DLPS) adalah
model yang dapat mengaktifkan siswa menalar, menjawab pertanyaan serta
mampu mengambil keputusan. Model Double Loop Problem Solving (DLPS)
memberikan siswa untuk membuat keputusan mengenai informasi yang
dikumpulkan, bagaimana menafsirkannya dan harus memanfaatkannya. Masalah
yang diselesaikan pada model double loop problem solving melalui dua tahapan
(loop) yang berbeda tetapi saling berkaitan. Dua loop yang dimaksud adalah loop
I ditujukan untuk mendeteksi penyebab masalah kemudian merancang dan
menerapkan solusi sementara, loop II menemukan penyebab yang arahnya lebih
tinggi dan kemudian merancang dan mengimplementasikan solusi dari akar
masalah. model pembelajaran Double Loop Problem Solving (DLPS) dapat
membuat siswa aktif dalam pemecahan masalah, pengambil keputusan dan
28
mengajak siswa untuk berpikir kritis, sehingga kemampuan berpikir kritis siswa
dapa meningkat.
Berdasarkan uraian kerangka pemikiran di atas dapat dibuat bagan kerangka
pemikiran seperti Gambar 2.12 berikut:
Gambar 2.4 Kerangka Berpikir Penelitian
Proses pembelajaran di sekolah
berpusat pada guru
Model pembelajaran Double Loop Problem Solving (DLPS) berpengaruh
terhadap kemampuan berpikir kritis siswa pada konsep termodinamika.
Tuntutan Kurikulum 2013 Revisi
Siswa sulit memecahkan masalah
dan mengambil keputusan
Kemampuan berpikir kritis siswa
kurang berkembang.
Siswa tidak dilibatkan pada
aktivitas yang melatih kemampuan
berpikir kritis
Kemampuan berpikir kritis siswa menjadi rendah, salah satunya pada konsep
termodinamika
Perlu model pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa menjawab
pertanyaandan dan mengambil keputusan untuk memaksimalkan
kemampuan berpikir kritis siswa.
Menerapkan model pembelajaran Double Loop Problem Solving (DLPS)
pada konsep termodinamika.
Kemampuan berpikir kritis siswa pada konsep termodinamika meningkat dan
kelas eksperimen dlebih unggul daripada kelas kontrol.
29
C. Penelitian Relevan
Penelitian yang relevan berkaitan dengan penelitian ini antara lain adalah:
1. Penelitian yang dilakukan oleh Mailen Sasri, Syakbaniah dan Ermaniati
Ramli (2015) dalam jurnalnya berjudul “Pengaruh LKS Berorientasi
Pembelajaran Double Loop Problem Solving (DLPS) Terhadap Kompetensi
Fisika Siswa Kelas XI SMAN 13 PADANG” yang menunjukkan bahwa
model pembelajaran double loop problem solving (DLPS) berpengaruh
terhadap kompetensi fisika siswa, baik pada ranah pengetahuan maupun pada
ranah sikap dan keterampilan.62
2. Penelitian yang dilakukan oleh Fitri Umiyaroh dan Budi Handoyo (2017)
dalam jurnalnya berjudul “The Influence Of Double Loop Problem Solving
Learning Models to Senior High School Learners Spatial Thinking Ability”
yang menunjukkan bahwa model pembelajaran DLPS berpengaruh pada
kemampuan berpikir spasial peserta didik Kelas Sosial XI di SMA 01 Batu.63
3. Penelitian yang dilakukan oleh Andi Yurisah Prastika Wulandari, Muh.
Tawil, Bunga Dara Amin (2015) dalam jurnalnya berjudul “Penerapan
Pembelajaran Fisika Berbasis Hands On Activities Untuk Meningkatkan
Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas X MAN 2 Model Makassar” yang
menunjukkan bahwa skor kemampuan berpikir kritis kelas eksperimen lebih
tinggi dari skor hasil belajar fisika kelas kontrol.64
4. Penelitian yang dilakukan oleh Paramita Rahayu, M. Hidayat, Haerul Pathoni
(2017) dalam artikel ilmiahnya berjudul “Penerapan Model Pembelajaran
Double Loop Problem Solving (DLPS) Untuk Meningkatkan Kemampuan
Berpikir kritis Siswa Di Kelas X SMAN 13 Muaro Jambi” yang menunjukkan
62
Mailen Sasri, Syakbaniah dan Ermaniati Ramli, “Pengaruh LKS Berorientasi
Pembelajaran Double Loop Problem Solving (DLPS) Terhadap Kompetensi Fisika Siswa Kelas XI
SMAN 13 PADANG”, Pillar Of Physics Education, 2015, Vol. 5, No. 1, h.80 63
Fitri Umiyaroh dan Budi Handoyo, “The Influence Of Double Loop Problem Solving
Learning Models to Senior High School Learners Spatial Thinking Ability”, International
Interdisciplinary Journal Of Scholarly Research (IIJSR), 2017, Vol. 3, No. 1, h.34 64
Andi Yurisah Prastika Wulandari, Muh. Tawil, Bunga Dara Amin, “Penerapan
Pembelajaran Fisika Berbasis Hands On Activities Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir
Kritis Siswa Kelas X MAN 2 Model Makassar”, Jurnal Pendidikan Fisika Universitas
Muhammadiyah Makassar, 2015, Vol.3, No. 2, h.115
30
bahwa dari ketiga siklus yang dilakukan terlihat adanya peningkatan yang
dilihat dari hasil tes kemampuan berpikir kritis, sehingga disimpulkan model
pembelajaran double loop problem solving dapat meningkatkan kemampuan
berpikir kritis siswa di SMAN 13 Muaro Jambi.65
5. Penelitian yang dilakukan oleh Roliyani (2016) dalam jurnalnya berjudul
“Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Penggunaan Model
Pembelajaran Double Loop Problem Solving” yang menunjukkan bahwa
model pembelajaran DLPS ini dapat meningkatkan kualitas pembelajaran
matematika dan memiliki dampak positif dalam meningkatkan hasil belajar
siswa yang ditandai dengan peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam
setiap siklus.66
6. Penelitian yang dilakukan oleh Wahyuni Fajar Arum (2017) dalam jurnalnya
berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Double Loop Problem Solving dan
Problem Posing Pada Materi Fluida” yang menujukkan bahwa terdapat
pengaruh motivasi belajar tinggi dan rendah serta keterampilan berpikir kritis
tinggi dan rendah pada kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2 terhadap
hasil belajar mahasiswa, sehingga ada pengaruh model pembelajaran double
loop problem solving dan problem posing terhadap hasil belajar
mahasiswa.67
7. Penelitian yang dilakukan oleh Mas‟ad, Muhammad Nizaar, Agus M. P.
(2016) dalam jurnalnya berjudul “Pengaruh Metode Pembelajaran Double
Loop Problem Solving (DLPS) Terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Kelas VIII
SMP Negeri 3 Mataram Tahun Pelajaran 2016-2016” yang menunjukkan
bahwa terdapat pengaruh metode pembelajaran Double Loop Problem
Solving (DLPS) terhadap hasil belajar IPS siswa kelas VIII SMP Negeri 3
65
Paramita Rahayu, M. Hidayat, Haerul Pathoni, “Penerapan Model Pembelajaran Double
Loop Problem Solving (DLPS) Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir kritis Siswa Di Kelas
X SMAN 13 Muaro Jambi”, 2017, Jurnal UNJA, h.11 66
Roliyani, “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Penggunaan Model
Pembelajaran Double Loop Problem Solving”, Jurnal Pena Edukasi, 2016, Vol. 33, No. 6, h.565 67
Wahyuni Fajar Arum, “Pengaruh Model Pembelajaran Double Loop Problem Solving Dan
Problem Posing Pada Materi Fluida”, Jurnal Teknika STTKD, 2017, Vol. 4, No. 2, h.50
31
Mataram tahun pelajaran 2016-2016.68
8. Penelitian yang dilakukan oleh P. Dwijananti, R.I Fatmala, B. Astuti (2016)
dalam jurnalnya berjudul “Penerapan Model Double Loop Problem Solving
Menggunakan Detektor Geiger Muller Untuk meningkatkan Hasil Belajar
Kognitif” yang menunjukkan bahwa model DLPS dengan metode diskusi dan
eksperimen menggunakan detector geiger muller dapat meningkatkan hasil
belajar kognitif mahasiswa Fisika Dasar 2 rombel 2 pada materi inti atom dan
radioaktivitas.69
D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka berpikir dan deskripsi teoritik di atas, maka hipotesis
penelitian yang dapat dirumuskan adalah model Double Loop Problem Solving
(DLPS) berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kritis siswa pada konsep
termodinamika.
68
Mas‟ad, M. Nizar, Agus M. P, 2016, “Pengaruh Metode Pembelajaran Double Loop
Problem Solving terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Mataram Tahun Pelajaran
2015-2016”, Vol. 14, No. 2, h. 73 69
P. Dwijananti, R. I. Fatmala, B. Astuti, Penerapan Model Double Loop Problem Solving
Menggunakan Detektor Geiger Muller untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kognitif”, Unnes
Science Education JournaI,Vol. 5, No. 3, h.1384
32
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini bertempat di SMA Negeri 105 Jakarta, yang berlokasi Jalan
Haji Usman No.5, RT 2/RW 4, Kelapa Dua Wetan, Ciracas, Kota Jakarta Timur.
Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas XI pada semester genap di tahun ajaran
2019/2020.
B. Metode dan Desain Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
kuasi eksperimen (quasi-exsperiement research). Metode penelitian ini biasa juga
disebut eksperimen semu.1
Dalam metode ini terdapat kelompok eksperimen yang
akan diberikan treatment khusus (variabel yang akan diuji) yaitu proses
pembelajaran dengan mengguakan model pembelajaran Double Loop Problem
Solving.
Sedangkan desain penelitian yang akan digunakan adalah desain non-
equivalent control group design, yang divisualisasikan pada Tabel 3.1 sebagai
berikut:
Tabel 3. 1 Non-Equivalent Control Group Design2
Kelompok Pre-test Perlakuan (X) Post-test
Eksperimen O1 XE O2
Kontrol O1 XK O2
Keterangan:
O1 = Tes awal yang sama pada kedua kelompok (pretest)
O2 = Tes akhir yang sama pada kedua kelompok (posttest)
XE = Perlakuan pembelajaran fisika dengan model pembelajaran double loop
problem solving
XK = Perlakuan pembelajaran fisika secara konvensional
1 Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2012), h.207 2 Ibid.
33
C. Populasi dan Sampel
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan.3 Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh siswa kelas XI SMA Negeri 105 Jakarta.
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Purpossive Sampling. Purpossive Sampling adalah teknik penentuan sampel
dengan pertimbangan tertentu.4 Hasil pada pemilihan sampel yakni XI MIPA A
sebagai kelas eksperimen dengan jumlah siswa 36 dan XI MIPA B sebagai kelas
kontrol dengan jumlah siswa 36.
D. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah objek penelitian yang menjadi titik perhatian
suatu penelitian.5 Variabel yang mempengaruhi adalah variabel independen atau
variabel bebas (X). Variabel bebas (X) pada penelitian ini adalah model
pembelajaran Double Loop Problem Solving (DLPS). Variabel akibat disebut
variabel dependen atau variabel terikat (Y). Variabel terikat (Y) pada penelitian
ini adalah kemampuan berpikir kritis.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah cara memperoleh data atau dikatakan dengan
metode pengumpulan data.6 Cara yang digunakan dalam penelitian ini adalah
menggunakan teknik pengumpulan data yaitu dengan pemberian tes. Tes merupakan
metode pengumpulan data penelitian yang berfungsi untuk mengumpulkan data
3 Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis (Pendekatan Kuantitatif, kualitatif, dan R & D),
(Bandung: Alfabet, 2010), h.389 4 Ibid., h.389
5 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik,, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2013), h.159 6 Ali Idris Soentoro, Cara Mudah Belajar Metodologi Penelitian dengan Aplikasi Statistika,
(Depok: PT Taramedia Bakti Persada, 2015), h.79
34
tentang kemampuan subjek penelitian.7 Tes berupa pemberian pretest dan posttest.
Tes dilakukan sebelum pembelajaran yaitu pretest dan sesudah pembelajaran
yaitu posttest, baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol.
F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan oleh peneliti dalam
mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik.8
Secara garis besar, instrumen penelitian dapat digolongkan menjadi dua macam,
yaitu instrumen tes. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:
1. Instrumen Tes
Penelitian ini mengunakan instrumen tes berupa uraian sebanyak 12 soal
yang telah divalidasi. Tes yang diberikan disusun untuk mengukur kemampuan
berpikir kritis siswa yang meliputi memberikan penjelasan sederhana,
membangun keterampilan dasar, menyimpulkan, membuat penjelasan lebih lanjut,
dan mengatur strategi dan taktik.9
Adapun kisi-kisi instrumen tes kemampuan berpikir kritis dapat ditunjukkan
pada Tabel 3.2 berikut:
Tabel 3.2 Kisi-kisi Kemampuan Berpikir Kritis
Indikator
Aspek Kemampuan Berpikir Kritis
Ʃ Memberikan
penjelasan
sederhana
Membangun
keterampila
n dasar
Menyimpul
-kan
Membuat
penjelasa
n lebih
lanjut
Mengatur
strategi
dan
taktik
1. Mengident
ifikasi
Hukum
Nol
Termodina
mika dan
kesetimba
1a**, 1b**
2
7 Yuberti dan Antomi Saregar, Pengantar Metodologi Penelitian Pendidikan Matematika
dan Sains, (Bandar Lampung: Anugerah Utama Raharja, 2017), h.123 8 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, Op.cit.,h.203
9 Robert H. Ennis, “A Logical Basis for Measuring Critical Thinking Skills”, Educational
Leadership Journal, 1985, Vol. 43, No.2, h. 43
35
ngan
termal.
2. Menganali
sis sistem,
lingkunga
n dan
batas
sistem
pada
sistem
terbuka,
tertutup
dan
terisolasi.
2a**
2b**
2
3. Menganali
sis Hukum
I
Termodina
mika.
3a** 3b**
2
4. Menganali
sis kalor,
usaha,
energi
dalam
termodina
mika pada
proses
isotermal,
isobarik,
isokhorik,
adiabatik.
4a**, 4b**
2
5. Menganali
sis
efisiensi
hukum II
termodina
mika pada
mesin
kalor dan
5a**, 5b**
2
36
siklus
carnot
6. Menganali
sis
koeisien
kinerja
hukum II
termodina
mika pada
mesin
pendingin.
6a*
6b* 2
Ʃ 3 3 4 1 1 12
**soal valid yang digunakan sebagai instrumen tes
Tes yang baik adalah tes yang harus valid dan reliabel. Oleh karena itu,
sebelum dilakukan pengumpulan terlebih dahulu dilaksanakan uji coba untuk
mengetahui validitas dan reliabilitas soal-soal yang akan di ujikan. Sementara
pelaksanaan uji coba dilaksanakan diluar subjek penelitian.
Setelah hasil uji coba diperoleh, kemudian tiap butir soal dianalisis untuk
mengetahui validitas, reliabilitas, taraf kesukaran, dan uji daya pembeda
instrumen. Uji coba instrumen tes ini diberikan kepada siswa kelas XII IPA
SMAN 105 Jakarta yang telah mendapatkan materi termodinamika.
a. Uji Validitas
Validitas adalah sejauh mana ketepatan atau kecermatan suatu alat ukur
dalam melakukan fungsi ukurnya.10
Validitas suatu instrumen digunakan untuk
memperoleh data yang valid.11
Uji validitas dalam penelitian ini menggunakan
rumus korelasi product moment dengan bantuan sotware AnatesV4, dengan rumus
sebagai berikut:12
√{ }{ }
10
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif, dan R & D,Op.cit., h.267 11
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan Edisi Revisi, (Jakarta: PT Bumi
Aksara, 2003) h.64 12
Ibid., h.72
37
Keterangan : = koefisien korelasi
= skor butir soal yang menjawab benar
= skor total siswa yang menjawab benar
= jumlah siswa
Setelah diperoleh harga rxy kemudian dapat dilihat berdasarkan kriteria
penafsiran koefisien korelasinya (r) pada Tabel 3.3 sebagai berikut.13
Tabel 3.3 Kriteria Koefisien Korelasi Nilai r
Interval Koefisien Validitas
0.80-1,00 Sangat tinggi
0,60-0.80 Tinggi
0,40-0,60 Cukup
0,20-0,40 Rendah
0,00-0,20 Sangat rendah
Adapun hasill uji validitas instrumen tes dapat dilihat pada Tabel 3.4 berikut:
Tabel 3.4 Hasil Uji Validitas Instrumen Tes
Statistik Butir Soal
Jumlah soal 12
Jumlah siswa 35
Nomor soal yang valid 1a, 1b, 2a, 2b, 3a, 3b, 4a, 4b, 5a, 5b, 6a, 6b
Jumlah soal yang valid 12
Persentase soal yang valid 100%
Lampiran B.3
Berdasarkan Tabel 3.4 terlihat bahwa dari 12 soal yang diujicobakan kepada
35 siswa semua soal dinyatakan valid. Dengan demikian persentase soal valid
sebesar 100%.
b. Uji Reliabilitas
Suatu tes dikatakan reliabel jika tes tersebut di uji berkali-kali hasilnya
relatif sama, artinya hasil tes pertama dan hasil tes berikutnya dikorelasikan maka
13
Ibid., h.75
38
terdapat korelasi yang signifikan. Reliabilitas dapat dicari menggunakan rumus
Alpha dengan bantuan software AnatesV4, yaitu:14
Keterangan : = reliabilitas yang dicari
n = banyaknya butir soal atau pertanyaan
= jumlah varians butir
= varians total
Kriteria penafsiran indeks reliabilitasnya pada Tabel 3.5 berikut:
Tabel 3.5 Kriteria Reliabilitas Instrumen
Koefisien Korelasi Kriteria Reliabilitas
0,00 0,20 Sangat rendah
0,20 0,40 Rendah
0,40 0,70 Sedang
0,70 0,90 Tinggi
0,90 1,00 Sangat tinggi
Hasil uji reliabilitas dapat dilihat pada Tabel 3.6 berikut.
Tabel 3.6 Hasil Uji Reliabilitas
Statistik Reliabilitas soal
0,76
kriteria Tinggi
Lampiran B.3
Berdasarkan Tabel 3.6 menunjukkan bahwa nilai koefisien reliabilitas
sebesar 0,76 dengan kriteria tinggi.
c. Tingkat Kesukaran
Tingkat kesukaran suatu butir soal adalah proposi dari keseluruhan siswa
yang menjawab benar pada butir soal tersebut. Soal yang baik soal yang tidak
14
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, Op.cit., h.239
39
terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Tingkat kesukaran dihitung mengunakan
software AnatesV4 dengan rumus sebagai berikut:15
JS
BP
Keterangan:
P = Indeks kesukaran
B = Banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar
JS = Jumlah seluruh siswa peserta tes
Tolak ukur menginterpretasikan tingkat kesukaran butir soal yang diperoleh
digunakan Tabel 3.7 sebagai berikut:16
Tabel 3.7 Kriteria Taraf Kesukaran
Indeks Taraf Kesukaran Kriteria Taraf Kesukaran
0,00-0,30 Sukar
0,31-0,70 Sedang
0,71-1,00 Mudah
Adapun hasil perhitungan taraf kesukaran instrumen tes dapat dilihat pada Tabel
3.8 berikut:
Tabel 3.8 Hasil Perhitungan Taraf Kesukaran Instrumen Tes
Taraf
Kesukaran
Kriteria Tara Kesukaran
Jumlah Soal Persentase
Sukar 0 0%
Sedang 10 83,3%
Mudah 2 16,7%
Jumlah 12 100%
Lampiran B.3
Berdasarkan Tabel 3.8 menunjukkan bahwa dari 12 soal terdapat 10 soal
dengan taraf kesukaran sedang dan 2 soal dengan taraf kesukaran mudah. Dengan
15
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Op.cit.,h.207 16
Ibid.
40
demikian persentase soal dengan kategori sedang yaitu sebesar 83,3% dan
kategori mudah sebesar 16,7%.
d. Daya Pembeda
Daya pembeda adalah kemampuan suatu butir soal untuk membedakan
siswa yang mempunyai kemampuan tinggi dengan siswa yang kemampuannya
rendah. Daya pembeda dalam penelitian ini menunakan software AnatesV4,
dengan rumus sebagai berikut:17
B
B
A
A
J
B
J
BDP
Keterangan:
DP = Indeks daya pembeda satu butir soal tertentu
B A = Banyaknya kelompok atas yang menjawab soal dengan benar
B B = Banyaknya kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar
J A = Banyaknya peserta kelompok atas
J B = Banyaknya peserta kelompok bawah
Setelah indeks daya pembeda diketahui, maka nilai tersebut
diinterpretasikan pada kriteria daya pembeda seperti tertera pada Tabel 3.9
sebagai berikut:18
Tabel 3.9 Kriteria Daya Pembeda
17
Ibid., h.211-213 18
Ibid., h. 218
Indeks Daya Pembeda Kriteria Daya Pembeda
Negatif Sangat jelek
0,00 – 0,20 Jelek (poor)
0,20 – 0,40 Cukup (satisfactory)
0,40 – 0,70 Baik (good)
0,70 – 1,00 Baik sekali (excellent)
41
Adapun hasil perhitungan daya pembeda instrument tes dapat dilihat pada Tabel
3.10 berikut:
Tabel 3.10 Hasil Perhitungan Daya Pembeda Instrumen Tes
Kriteria Daya
Pembeda
Butir Soal
Jumlah Soal Persentase
Sangat buruk 0 0%
Buruk (poor) 0 0%
Cukup (satisfactory) 6 50%
Baik (good) 6 50%
Sangat baik (excellent) 0 0%
Jumlah 12 100%
Lampiran B.3
Berdasarkan Tabel 3.10 terlihat bahwa dari 12 soal terdapat 6 soal memiliki
daya pembeda dalam kategori cukup (satisfactory) dan 6 soal memiliki kategori
baik (good). Dengan demikian persentase soal daya pembeda kategori cukup
sebbesar 50% dan daya pembeda kategori baik 50%.
G. Teknik Analisis Data
Setelah melakukan uji coba instrumen, selanjutnya dilakukan penelitian.
Data yang diperoleh melalui instrumen penelitian diolah dan dianalisis dengan
maksud agar hasilnya dapat menjawab pertanyaan penelitian dan menguji
hipotesis. Pengolahan dan penganalisisan data tersebut menggunakan statistik.
Analisis data pada penelitian ini menggunakan bantuan software SPSS 23 dalam
menguji normalitas, homogenitas, dan hipotesis.
1. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk membuktikan apakah data dari sampel
berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak.19
Uji normalitas yang
19
Yuberti dan Antomi Saregar, Op.cit., h.100
42
digunakan dalam penelitian ini adalah uji Saphiro-Wilk. Persamaan yang
digunakan adalah:20
∑
∑
Keterangan:
a : konstanta yang dihasilkan dari rata-rata
: nilai data sampel
: nilai rata-rata data sampel
Kriteria pengambilan keputusan sebagai berikut:21
a. Jika sig. (2-tailed) > 0,05 (5%) maka Ho diterima H1 ditolak, dengan
kesimpulan sampel berasal dari populasi terdistribusi normal.
b. Jika maka Ho ditolak H1 diterima, dengan
kesimpulan sampel berasal dari populasi terdistribusi tidak normal.
2. Uji homogenitas
Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang diteliti
memiliki kemampuan yang sama atau tidak.22
Uji homogenitas yang digunakan
dalam penelitian ini adalah uji Levene dengan bantuan SPSS 23, persamaan yang
digunakan sebagai berikut:23
∑
∑ ∑ ( )
Dimana
| |
Keterangan:
n = jumlah observasi
k = jumlah kelompok
20
Nornadiah Mohd Razali dan Yap Bee Wah, “Power Comparisons of Saphiro-Wilk,
Kolmogrof-Smirnov, Lilliefors and Anderson-Darling Tests”, Journal of Statistical Modeling and
Analytics, 2011, h. 25 21
Yuberti dan Antomi Saregar, Loc.cit. 22
Ruseffendi, Statistika Dasar untuk Penelitian Pendidikan. (Bandung: CV Andira, 1998),
h.294 23
J.I Gastwirth, Y.R Gel dan W. Miao, “The Impact of Levene‟s Test of Equality
Variences on Statistical Theory and Practice”, Statistical Sciense, Vol. 24, No. 30, 2009, h. 346
43
= rata-rata kelompok ke-i
= rata-rata keseluruhan data
= rata-rata subkelompok ke-i
Penentuan kriteria pengambilan keputusan uji Levene sebagai berikut:24
a. Jika . (2-tailed) > 0,05 (5%) maka 𝐻0 diterima dan 𝐻1 ditolak, dengan
kesimpulan tidak ada perbedaan varian nilai dari kedua kelompok (homogen)
b. Jika . (2-tailed) ≤ 0,05 (5%) maka 𝐻0 ditolak dan 𝐻1 diterima, dengan
kesimpulan ada perbedaan varian nilai dari kedua kelompok (tidak homogen)
3. Uji Hipotesis
Setelah melakukan pengujian data menggunakan uji normalitas dan
homogenitas, selanjutnya dilakukan penujian hipotesis. Uji hipotesis dilakukan
untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran Double Loop Problem Solving
(DLPS) secara signifikan terhadap kemampuan berpikir kritis siswa pada konsep
termodinamika. Uji hipotesis dihitung dengan bantuan SPSS 23 dengan asumsi-
asumsi statistik yang terdiri dari distribusi dan varians data. Uji hipotesis
dilakukan dengan langkah sebagai berikut:25
a) Tetapkan hipotesis statistik
Ho = tidak terdapat perbedaan rata-rata kemampuan berpikir kritis siswa pada
kelompok eksperimen dan siswa pada kelompok kontrol
H1 = terdapat perbedaan rata-rata kemampuan berpikir kritis siswa pada
kelompok eksperimen dan siswa pada kelompok kontrol
b) Gunakan tara signifikansi α = 5%
c) Perhatikan signifikansi (2-tailed) pada output setelah pengolahan data
d) Perhatikan kriteria pengambilan keputusan
1) Jika sig. (2-tailed) ≤ (𝛼 = 0,05) maka 𝐻0 ditolak dan 𝐻1diterima, dengan
kesimpulan terdapat perbedaan rata-rata kemampuan literasi siswa pada
kelompok eksperimen dan siswa pada kelompok kontrol.
24
Yuberti dan Antomi Saregar,, Op.cit., h. 101 25
Ruseffendi, Op.cit., h.273-275
44
2) Jika sig. (2-tailed) > (𝛼 = 0,05) maka 𝐻0 diterima dan 𝐻1 ditolak, dengan
kesimpulan tidak terdapat perbedaan rata-rata kemampuan literasi sains
siswa pada kelompok eksperimen dan siswa pada kelompok kontrol.
a. Data Terdistribusi Normal dan Homogen
Pada data berdistribusi normal dan homogen, maka dilakukan analisis tes
statistik parametrik. Untuk menguji hipotesis yang telah diajukan sebelumnya,
rumus yang digunakan adalah uji t atau t test, yaitu:26
t =
√
dimana,
= √
Keterangan: t : Harga uji statistik
: rata-rata hasil belajar fisika kelas eksperimen
: rata-rata hasil belajar fisika kelas kontrol
nx : jumlah sampel kelas eksperimen
ny : jumlah sampel kelas kontrol
: varians kelas eksperimen dan kelas kontrol
Penentuan kriteria uji hipotesis pada uji t atau t test sebagai berikut.
1) thitung ttabel, H0 diterima dan Ha ditolak
2) thitung ˃ ttabel, H0 ditolak dan Ha diterima
b. Data Tidak Terdistribusi Normal dan Homogen
Data yang tak terdistribusi normal dan homogen, pengujian hipotesis
menggunakan analisis tes non parametrik yaitu uji Mann-whitney. Secara
sistematis dirumuskan sebagai berikut:27
26
Ibid., h.315 27
Ibid., h.305-309
45
dan
√ √
c. Uji N-Gain
Untuk melihat peningkatan pretest ke posttest di setiap kemampuan berpikir
kritis, maka dilakukan uji N-Gain (normalized gain). Nilai N-Gain ini dihitung
dengan menggunakan rumus sebagai berikut.28
Dengan kriteria perolehan N-gain pada Tabel 3.11 berikut.
Tabel 3.11 Kriteria Uji N-Gain29
Nilai N-Gain Kategori
0,7 ˂ G Tinggi
0,3 G 0,7 Sedang
G ˂ 0,3 Rendah
H. Hipotesis statistik
Berdasarkan hipotesis penelitian yang dikemukakan pada bab sebelumnya,
maka hipotesis statistik dari penelitian ini dapat ditulis sebagai beriku:
𝐻 𝛼
𝐻 𝛼
Keterangan:
H0 = Hipotesis nol, tidak terdapat perbedaan rata-rata kemampuan
berpikir kritis siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol.
H1 = Hipotesis alternatif, terdapat perbedaan rata-rata kemampuan
berpikir kritis siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol.
28
David E. Meltzer, “The relationship between mathematics preparation and conceptual
learning gains in physics: A possible „„hidden variable‟‟ in diagnostic pretest scoresThe
relationship between mathematics preparation and conceptual learning gains in physics: A possible
„„hidden variable‟‟ in diagnostic pretest scores”, 2002, Vol.70, No.12, h.1260 29
Richard R. Hake, “Interactive-engagement versus traditional methods: A six-thousand-
student survey of mechanics test data for introductory physics courses”, 1998, Vol.66, No.1, h.65
46
Sig. (2-tailed) = Nilai probabilitas hasil uji hipotesis.
α = Taraf Signifikansi (0,05).
47
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Pada subbab ini akan diuraikan gambaran umum dari data yang telah
diperoleh. Data-data yang di deskripsikan merupakan hasil data dari pretest,
posttest, dan N-gain pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.
1. Hasil Pretest Kemampuan Berpikir Kritis Siswa
Hasil pretest yang diperoleh dari kelas kontrol dan kelas eksperimen
sebelum diberikan treatment atau perlakuan ini disajikan dalam Tabel 4.1 berikut
ini.
Tabel 4.1 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Skor Pretest Kelas
Eksperimen dan Kelas Kontrol
Pemusatan dan Penyebaran Data Kelas Kontrol Kelas Eksperimen
Skor Terendah 35,42 29,17
Skor Tertinggi 60,42 58,33
Mean 46,93 41,14
Median 45,83 41,67
Modus 45,83 39,58
Standar Deviasi 6,54 6,48
Lampiran C.1
Tabel 4.1 menunjukkan pemusatan dan penyebaran data berdasarkan skor
benar yang diperoleh oleh siswa kelas kontrol dan kelas ekperimen dengan skor
total maksimum 100,00. Hasil pretest terlihat bahwa kelas kontrol dan kelas
eksperimen tidak memiliki perbedaan yang signifikan. Skor terendah dan skor
tertinggi pada kelas kontrol lebih besar dari kelas eksperimen. Sedangkan untuk
skor rata-rata, modus, median dan standar deviasi pada kedua kelas tersebut
memiliki nilai yang tidak jauh berbeda. Penentuan kelas kontrol dan kelas
eksperimen sudah dijelaskan di bab 3 bahwa skor pretest terkecil dipilih sebagai
kelas eksperimen dan skor pretest terbesar dipilih sebagai kelas kontrol.
48
2. Hasil Posttest Kemampuan Berpikir Kritis
Hasil posttest yan diperoleh dari kelas kontrol dan eksperimen setelah
diberikan treatment atau perlakuan. Berdasarkan perhitungan statistik, diperoleh
beberapa nilai pemusatan dan penyebaran data dari nilai posttest yang ditunjukkan
Tabel 4.2 berikut ini.
Tabel 4.2 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Skor Posttest Kelas
Kontrol dan Kelas Eksperimen
Pemusatan dan Penyebaran Data Kelas Kontrol Kelas Eksperimen
Skor Terendah 58,33 62,50
Skor Tertinggi 85,42 91,67
Mean 72,10 77,66
Median 72,92 77,08
Modus 68,75 79,16
Standar Deviasi 7,45 6,61
Lampiran C.2
Tabel 4.2 menunjukkan pemusatan dan penyebaran data berdasarkan skor
yang benar diperoleh oleh siswa kelas kontrol dan kelas eksperimen dengan skor
maksimal 100,00. Hasil posttest terlihat bahwa kelas kontrol dan kelas eksperimen
memiliki perbedaan yang signifikan.
3. Rekapitulasi Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kritis Siswa
a. Data Hasil Pretest dan Posttest
Data hasil pretest dan posttest kelas kontrol dan kelas eksperimen dapat
dilihat pada Tabel 4.3 berikut ini.
49
Tabel 4.3 Rekapitulasi Data Skor Pretest dan Posttest Kelas Kontrol
dan Kelas Eksperimen
Pemusatan dan
Penyebaran Data
Kelas Kontrol Kelas Eksperimen
Pretest Posttest Pretest Posttest
Skor Terendah 35,42 58,33 29,17 62,50
Skor Tertinggi 60,42 85,42 58,33 91,67
Mean 46,93 72,10 41,14 77,66
Median 45,83 72,92 41,67 77,08
Modus 45,83 68,75 39,58 79,16
Standar Deviasi 6,54 7,45 6,48 6,61
Berdasarkan Tabel 4.3 di atas menunjukkan bahwa skor rata-rata (mean)
pretest kelas kontrol dan kelas eksperimen memiliki cukup perbedaan yan
signifikan. Sementara skor rata-rata (mean) posttest kelas kontrol dan kelas
eksperimen juga memiliki cukup perbedaan. Skor rata-rata (mean) posttest kelas
eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa kedua
kelas mengalami peningkatan setelah diberikan perlakuan yang berbeda.
4. Hasil Uji Prasyarat Analisis Statistik
a. Hasil Uji Normalitas
Uji normalitas adalah pengujian terhadap normal tidaknya sebaran data yang
akan dianalisis untuk melihat ada atau tidaknya pengaruh dalam penelitian yang
dilakukan. Uji normalitas dilakukan pada dua data yang diperoleh yaitu data
pretest dan data posttest pada dua kelompok kelas yaitu kelas kontrol dan kelas
eksperimen. Uji normalitas data pada penelitian ini menggunakan rumus Shapiro-
wilk melalui sotware SPSS 23. Hasil uji normalitas pada penelitian ini dapat
dilihat pada Tabel 4.4 berikut ini.
50
Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas Pretest dan Posttest pada Kelas Eksperimen
dan Kelas Kontrol
Uji Saphiro-
Wilk
Kelas Kontrol Kelas Eksperimen
Pretest Posttest Pretest Posttest
Sig. 0,213 0,190 0,614 0,521
α 0,05 0,05
Keputusan Terdistribusi
normal
Terdistribusi
normal
Terdistribusi
normal.
Terdistribusi
normal
Lampiran C4 dan C5
Pada Tabel 4.4 menunjukkan hasil uji normalitas dengan uji saphiro-wilk
pada taraf signifikansi 5% atau 0,05. Data dapat dikatakan terdistribusi normal
jika skor Sig. > 0,05 maka H0 diterima begitupun sebaliknya jika
skor ≤ 0,05 maka data dapat dikatakan tidak terdistribusi normal. Pada hasil data
pretest pada kelas kontrol dan kelas eksperimen adalah terdistribusi normal.
Kemudian pada hasil data posttest pada kelas kontrol dan kelas eksperimen
keduanya terdistribusi normal.
b. Hasil Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui kesamaan antara dua keadaan
atau populasi.uji homogenitas dilakukan terhadap dua data, yaitu hasil data pretest
dan hasil data posttest pada kelas kontrol dan kelas eksperimen. Uji homogenitas
pada penelitian ini menggunakan Levene statistic melalui software SPSS. Hasil uji
homogenitas dapat dilihat Tabel 4.5 berikut ini.
Tabel 4.5 Hasil Uji Homogenitas Pretest dan Posttest
Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen
Levene Statistic Pretest Posttest
Sig. 0,973 0,183
α 0,05
Keputusan Homogen Homogen
Lampiran C.6 dan C.7
Berdasarkan uji homogenitas pada pretest dan posttest menggunakan levene
statistic dengan tara signifikansi 5% atau 0,05 diperoleh nilai sig.
keputusan diambil berdasarkan pada ketentuan pengujian hipotesis
51
homogenitas yaitu jika . > 0,05 (5%) maka 𝐻0 diterima, dapat
dinyatakan tidak ada perbedaan varian nilai dari kedua kelompok (homogen),
begitupun sebaliknya jika . ≤ 0,05 (5%) maka 𝐻1 diterima, dapat
dinyatakan ada perbedaan varian nilai dari kedua kelompok (tidak homogen).
Pada hasil uji diatas skor sig. pada data pretest dan posttest diatas
yaitu 0,05 yaitu pretest sebesar 0,973 dan posttest sebesar 0,183 sehingga dapat
disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan varian nilai dari kedua kelompok
(homogen).
5. Hasil Uji Hipotesis
Berdasarkan uji prasyarat analisis statistik, uji normalitas menggunakan
Shapiro-Wilk diperoleh data skor pretest dan data posttest kelas kontrol dan kelas
eksperimen terdistribusi normal. Pada uji homogenitas menggunakan uji levene
statistik varian kedua kelas baik pada pretest maupun posttest sama atau
homogen. maka pada uji hipotesis pretest dan posttest menggunakan uji t analisis
statistik parametrik melalui software SPSS. Hasil uji pretest dan posttest dapat
dilihat pada Tabel 4.6 berikut ini.
Tabel 4.6 Hasil Uji Hipotesis Pretest dan Posttest
Uji t Pretest Posttest
Sig.(2-tailed) 0,000 0,001
α 0,05
Keputusan H1 diterima H1 diterima
Lampiran C.8 dan C.9
Berdasarkan uji hipotesis menggunakan uji t analisis statistik parametrik
pada pretest dan posttest dengan taraf sig. 5% atau 0,05 diperoleh
sig. (2-tailed). Keputusan diambil berdasarkan pada ketentutan pengujian
hipotesis. Pada hasil pretest kedua kelas dan hasil posttest kedua kelas yaitu sig.
(2-tailed) 𝐻0 ditolak dan 𝐻1diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat
pengaruh model pembelajaran Double Loop Problem Solving terhadap
kemampuan berpikir kritis siswa kelas kontrol dan kelas eksperimen.
52
6. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa
Peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa pada konsep termodinamika
dihitung menggunakan rumus N-gain. Skor N-gain pada kelas kontrol dan kelas
eksperimen dapat dilihat pada Tabel 4.7 sebagai berikut.
Tabel 4.7 Hasil Rata-rata N-gain Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen
Kelas Nilai Rata-rata
Pretest Posttest N-Gain Kategori
Eksperimen 41,15 77,66 0,62 Sedang
Kontrol 45,66 70,16 0,47 Sedang
Lampiran C.10
Tabel 4.7 menunjukkan adanya perbedaan rata-rata skor N-gain pada kelas
kontrol dan kelas eksperimen. Kelas kontrol mendapatkan skor N-gain sebesar
0,47 sehingga dapat diartikan peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa pada
konsep termodinamika pada kategori sedang. Sedangkan pada kelas eksperimen
mendapatkan skor N-gain sebesar 0,62 yang dapat diartikan peningkatan
kemampuan berpikir kritis siswa pada konsep termodinamika berada pada
kategori sedang. Berdasarkan hasil rata rata N-gain diatas menunjukkan bahwa
peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa dikelas eksperimen yang diberi
perlakukan dengan model Double Loop Problem Solving (DLPS) lebih tinggi
dibandingkan dengan kelas kontrol yang diberikan perlakuan dengan pendekatan
konvensional yaitu model problem solving.
7. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa pada setiap Aspek
Kemampuan berpikir kritis siswa pada penelitian ini berdasarkan Ennis.
Aspek berpikir kritis yang digunakan pada penelitian ini yaitu, memberikan
penjelasan sederhana, membangun keterampilan dasar, menyimpulkan, membuat
penjelasan lebih lanjut, dan mengatur strategi dan taktik. Peningkatan kemampuan
berpikir kritis pada setiap aspek masing-masing dihitung menggunakan rumus N-
gain. Skor N-gain pada kelas kontrol dan kelas eksperimen dapat dilihat pada
Tabel 4.8 sebagai berikut.
53
Tabel 4.8 Skor N-gain Per Aspek Berpikir Kritis
di Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen
Aspek Kemampuan
Berpikir Kritis
Kelas Kontrol Kelas Eksperimen
N-gain Kategori N-gain Kategori
Memberikan penjelasan
sederhana 0,50 Sedang 0,76 Tinggi
Membangun keterampilan
dasar 0,50 Sedang 0,64 Sedang
Menyimpulkan 0,49 Sedang 0,59 Sedang
Membuat penjelasan lebih
lanjut 0,32 Sedang 0,60 Sedang
Mengatur strategi dan
taktik 0,37 Sedang 0,34 Sedang
Lampiran C. 11
Tabel 4.8 menunjukkan perbedaan rata-rata nilai N-gain pada tiap aspek
kemampuan berpikir kritis kelas kontrol dan kelas eksperimen. Pada aspek
elementary clarification (memberikan penjelasan sederhana), N-gain kelas kontrol
yaitu 0,50 yang berada pada kategori sedang dan N-gain kelas eksperimen yaitu
0,76 yang berada pada kategori tinggi. Pada aspek basic support (membangun
keterampilan dasar), N-gain kelas kontrol yaitu 0,50 yang berada pada kategori
sedang dan N-gain kelas eksperimen yaitu 0,64 yang berada pada kategori sedang.
Pada aspek inference (menyimpulkan), N-gain kelas kontrol yaitu 0,49 yang
berada pada kategori sedang dan N-gain kelas eksperimen yaitu 0,59 yang berada
pada kategori sedang. Pada aspek advance clarification (memberikan penjelasan
lebih lanjut), N-gain kelas kontrol yaitu 0,32 yang berada pada kategori sedang
dan N-gain kelas eksperimen yaitu 0,60 yang berada pada kategori sedang. Pada
aspek strategy and tactics (mengatur strategi dan taktik), N-gain kelas kontrol
yaitu 0,37 yang berada pada kategori sedang dan N-gain kelas eksperimen yaitu
0,34 yang berada pada kategori sedang. Hasil tersebut menunjukkan bahwa nilai
N-gain kelas eksperimen lebih tinggi dibanding N-gain kelas control, walaupun
pada empat aspek yaitu basic support (membangun keterampilan dasar), inference
54
(menyimpulkan), advance clarification (memberikan penjelasan lebih lanjut),
strategy and tactics (mengatur strategi dan taktik) sama-sama berada pada
kategori sedang.
B. Pembahasan Hasil Penelitian
Data hasil pretest dan posttest pada kelompok eksperimen dan kontrol
dilakukan uji prasyarat statistik. Uji normalitas menunjukkan bahwa data hasil
pretest kelompok kontrol dan eksperimen terdistribusi normal. Sementara itu data
hasil posttest kelompok kontrol dan eksperimen terdistribusi normal. Pada uji
homogenitas, data pretest homogen dan data posttest homogen. Uji hipotesis
menggunakan software SPSS 22 dengan taraf signifikansi (α) sebesar 0,05.
Pengujian hipotesis keseluruhan menyatakan bahwa terdapat pengaruh model
pembelajaran Double Loop Problem Solving terhadap kemampuan berpikir kritis
siswa pada materi termodinamika. Hal ini serupa dengan pernyataan Paramitha
Rahayu yang menyatakan bahwa hasil yang diperoleh model pembelajaran
Double Loop Problem Solving dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis
siswa.1 Sejalan dengan penelitian Paramitha Rahayu bahwa Double Loop Problem
Solving melatih siswa untuk aktif menalar dan menjawab pertanyaan serta
membantu siswa dalam mengembangkan kemampuan berpikir kritis.2 Tujuan dari
digunakannya model pembelajaran dalam penelitian ini yaitu siswa mampu
memiliki keterampilan untuk mengelola pemikirannya sehingga mampu
melakukan proses pemecahan masalah dan pengambilan keputusan.3
Rendahnya peningkatan kemampuan berpikir kritis kelas kontrol
diakibatkan oleh kurang terlatihnya siswa dalam mengembangkan kemampuan
berpikir kritis selama proses pembelajaran berlangsung. Hal ini sejalan dengan
pernyataan Snyder bahwa kemampuan berpikir kritis siswa dalam menganalisis
1 P. Rahayu, M. Hidayat, dan H. Pathoni, 2017, “Penerapan Model Pembelajaran Double
Loop Problem Solving (DLPS) Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Di Kelas
X SMAN 13 Muaro Jambi” Jurnal UNJA, h.11 2 Ibid., h.4
3 Siti Nurjanah, Entang Kartika dan Tita Mulyati, “Pendekatan Double Loop Problem
Solving Terhadap Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa”, 2015, Jurnal
PGSD ,Vol. 1, No. 1, h.3
55
masih tergolong rendah karena siswa tidak menguasai konsep, kurangnya latihan
berpikir kritis berupa masalah yang kontekstual.4 Siswa tidak terbiasa untuk
menganalisis masalah lebih lanjut yang levelnya lebih tinggi tetapi saling
berkaitan dengan masalah sebelumnya dan dinilai masih rendah dikarenakan pada
model problem solving tidak memfasilitasi siswa secara lebih untuk menganalisis
masalah yang lebih lanjut karena problem solving hanya memiliki I loop. Dengan
pembelajaran seperti ini siswa kurang memunculkan argumen secara kemampuan
berpikir kritis ketika diberikan masalah yang levelnya lebih tinggi. Problem
solving tidak memfasilitasi siswa secara lebih dalam tahap pembelajaran untuk
mengasah kemampuan berpikir kritis siswa dari masalah yang dikategorikan
mudah sampai dengan yang sulit, dimana jika menggunakan model pembelajaran
Double Loop Problem Solving siswa mempunyai kesempatan untuk mengasah
dari mulai masalah yang kecil hingga mampu menyelesaikan masalah yang
levelnya lebih tinggi tetapi saling berkaitan karena memiliki II loop pembelajaran.
Berdasarkan pembahasan di atas, hal ini membuktikan bahwa penerapan
Double Loop Problem Solving memberikan pengaruh yang lebih baik
dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional.5 Penerapan Double Loop
Problem Solving merupakan model pembelajaran yang pada komponennya
terdapat komponen-komponen berpikir kritis.6
Peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa pada kedua kelas tergolong
sedang, dengan N-gain kelas kontrol mendapatkan skor N-gain sebesar 0,47 dan
pada kelas eksperimen mendapatkan skor N-gain sebesar 0,62. Berdasarkan hasil
rata rata N-gain tersebut menunjukkan bahwa meskipun N-gain kedua kelas sama-
sama tergolong sedang namun nilai N-gain kemampuan berpikir kritis siswa
dikelas eksperimen yang diberi perlakukan dengan model double loop problem
solving (DLPS) lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol yang diberikan
perlakuan dengan pendekatan konvensional yaitu model problem solving, karena
4 Lisa Gueldenzoph Snyder dan Mark J. Snyder, “Teaching critical thinking and problem
solving skills”, 2008, The Journal off Research in Business Education, Vol. 50, No. 2, h. 90-97 5 Yuliana, Ismail dan Rispawati, “Pengaruh Model Double Loop Problem Solving terhadap
Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas X pada Mata Pelajaran PPKn”, 2018, Jurnal Sosial dan
Keberagaman, Vol. 4, No. 13, h. 9-10 6 Ibid., h. 10
56
semakin tinggi nilai N-gain maka semakin besar pula peningkatannya.
Berdasarkan data yang diperoleh aspek keterampilan yang mengalami
peningkatan paling tinggi yaitu memberikan penjelasan sederhana dengan rata-
rata N-gain 0,76 (kategori tinggi) pada kelas eksperimen dan 0,50 (kategori
sedang) pada kelas kontrol. Tingginya peningkatan aspek memberikan penjelasan
sederhana pada kelas eksperimen dikarenakan dalam pembelajaran menggunakan
DLPS tepatnya pada tahap loop I (mengidentifikasi masalah dan solusi sementara)
siswa dilatih untuk memecahkan masalah yang paling sederhana sesuai dengan
peristiwa yang disajikan sehingga siswa mampu mengidentifikasi dan
memberikan solusi sementara. Hal tersebut didukung oleh penelitian Siti Nurjanah
yang menyatakan bahwa siswa mampu memiliki keterampilan untuk mengelola
pemikirannya sehingga mampu melakukan proses pemecahan masalah dan
pengambilan keputusan.7 Meningkatnya aspek kemampuan berpikir kritis siswa
dikarenakan tahapan-tahapan dalam Double Loop Problem Solving sejalan dengan
aspek kemampuan berpikir kritis yaitu yang didukung oleh penelitian Paramitha
Rahayu yaitu model DLPS mampu memfasilitasi siswa untuk melakukan kegiatan
menganalisis dengan tingkatan yang lebih tinggi dalam sebuah permasalahan.8
Aspek kemampuan berpikir kritis yang mengalami peningkatan paling
rendah pada kelas kontrol yaitu pada tahap loop II membuat penjelasan lebih
lanjut dengan rata-rata N-gain 0,32 (kategori sedang) sedangkan pada kelas
eksperimen yaitu mengatur strategi dan taktik dengan rata-rata N-gain 0,34
(kategori sedang). Rendahnya peningkatan aspek mengatur strategi dan taktik
pada kelas eksperimen dikarenakan dalam pembelajaran menggunakan DLPS
tepatnya pada tahap loop II (solusi akhir) siswa kelas eksperimen banyak yang
memberikan jawaban yang tidak lengkap dan tidak memberikan kesimpulan yang
tepat. Siswa pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol tidak terbiasa berlatih
soal dengan berpikir kritis pada permasalahan yang diberikan lebih lanjut dengan
level yang lebih tinggi tetapi saling berkaitan dengan sebelumnya. Hal tersebut
didukung oleh penelitian Lisa yang menyatakan bahwa kemampuan berpikir kritis
7 Siti Nurjanah, Entang Kartika dan Tita Mulyati, Loc.cit.
8 P. Rahayu, M. Hidayat, dan H. Pathoni, Loc.cit
57
siswa dalam menganalisis masih tergolong rendah karena siswa tidak menguasai
konsep, kurangnya latihan berpikir kritis berupa masalah yang kontekstual.9
9 Lisa Gueldenzoph Snyder dan Mark J. Snyder, Lo.cit
58
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, analisis data dan pembahasan dapat
disimpulkan bahwa :
1. Model double loop problem solving (DLPS) berpengaruh terhadap
kemampuan berpikir kritis siswa pada konsep termodinamika. Pengaruh
tersebut terbukti dari hasil uji hipotesis yang memperoleh nilai sig. (2-tailed)
(0,01) < nilai taraf signifikansi (0,05).
2. Peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa kelas eksperimen dengan N-
gain sebesar 0,62 (kategori sedang).
B. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, peneliti mengajukan beberapa
saran sebagai berikut:
1. Sebaiknya pelaksanaan pretest tidak dilakukan dalam pembelajaran karena
menyita waktu, sehingga mempengaruhi hasil akhir.
2. Pembelajaran dengan model Double Loop Problem Solving akan mencapai
hasil yang lebih maksimal jika pada loop ke-2 bisa melatihkan siswa membuat
proyek atau praktikum sederhana, sehingga ada kesinambungan antara loop I
dan loop II yang dibutuhkan siswa untuk meningkatkan kemampuan berpikir
kritis siswa lebih baik.
3. Penerapan model pembelajaran Double Loop Problem Solving dapat menjadi
salah satu variasi model pembelajaran yang dapat diterapkan oleh guru pada
konsep yang memiliki karakteristik sama dengan termodinamika seperti suhu
dan kalor dan teori kinetik gas.
59
DAFTAR PUSTAKA
A, D. N., Sutopo, & Zulaikah, S. (2017). Identifikasi Pemahaman Konsep Siswa
SMA Pada Materi Termodinamika. Jurnal Pendidikan IPA Pascasarjana
UM, 2, 134.
Afrizon, R., Ratnawulan, & Fauzi, A. (2012). Peningkatan Perilaku Berkarakter
Dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Kelas IX MTSN Model Padang
Pada Mata Pelajaran IPA-Fisika Menggunakan Model Problem Based
Instruction. Jurnal Penelitian Pendidikan Fisika, 1(1), 10.
Ahmatika, D. (2016). Kemampuan Berpikir Kritis Sangat Penting dalam Proses
Pembelajaran Fisika, sehingga dapat Mencapai Hasil yang Optimal. Jurnal
Euclid, 7(2), 114.
Alatas, F., & Nurlela, A. (2015). Termodinamika I. Jakarta: UIN Press.
Amalia, N., Lesmono, A. D., & Harijanto, A. (2018). Analisis Kemampuan
Bergumentasi Ilmiah Siswa SMA pada Konsep Termodinamika. Jurnal
Pembelajaran Fisika (JPF), 7(2), 134.
Anto, A. A., Akhdinirwanto, R. W., & Fatmaryanti, S. D. (2013). Pemanfaatan
Model Pembelajaran Problem Posing Untuk Peningkatan Keterampilan
Berpikir Kritis Siswa Di SMP Negeri 27 Purworejo. Jurnal Berkala
Pendidikan Fisika, 2(1), 5.
Arikunto, S. (2003). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan Edisi Revisi. Jakarta: PT
Bumi Aksara.
Arikunto, S. (2013). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta.
Arum, W. F. (2017). Pengaruh Model Pembelajaran Double Loop Problem
Solving Dan Problem Posing Pada Materi Fluida. Jurnal Teknika STTKD,
4(2).
Awalia, F. U., Sri, A., & Maryani. (2018). LKS Berbasis Inkuiri Terbimbing
untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis pada Materi
Termodinamika. FKIP E-Proceeding, 3(2), 72.
Cartwright, S. (2002). Double Loop Learning: A Concept and Proses for
Leadership Education. Journal of Leadership Education, 1, 68.
Dwijananti, P., Fatmala, R. I., & Astuti, B. (n.d.). Penerapan Model Double Loop
Problem Solving Menggunakan Detektor Geiger Muller untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Kognitif. Unnes Science Education JournaI,
5(3), 1384.
60
Ennis, R. H. (1985). A Logical Basis for Measuring Critical Thinking Skills.
Educational Leadership Journal, 43(2).
Fatimah, E. Y. (2020). Efektifitas Penerapan Pendidikan Matematika Realistik
terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMK Negeri
1 Batang Angkola. Mathematic Education Journal, 3(1).
Fatimah, E. Y. (2020). Efektifitas Penerapan Pendidikan Matematika Realistik
Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMK
Negeri 1 Batang Angkola. Mathematic Education Journal, 3(1), 38.
Fisher, A. (2007). Berpikir Kritis: Sebuah Pengantar. Jakarta: Erlangga.
Gading, S., Mahud, H., & Ragil, I. (2016). Penerapan Model Pembelajaran DLPS
(Double Loop Problem Solving) Untuk Meningkatkan Pemahaman
Konsep Pengaruh Perubahan Lingkungan. Jurnal FKIP UNS, 4(10), 2.
Gastwirth, J., Gel, Y., & Miao, W. (2009). The Impact of Levene‟s Test of
Equality Variences on Statistical Theory and Practice. Statistical Science,
24(30).
Giancoli, D. C. (2001). Fisika Jilid I Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga.
Hake, R. R. (1998). Interactive-engagement versus traditional methods: A six-
thousand-student survey of mechanics test data for introductory physics
courses. 66(1).
Halimah, Sutri, & Nyoman, N. (2019). Pengaruh Model Pemecahan Masalah Dua
Putaran Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik. Jurnal
Prisma Sains, 7(2), 114.
Herlina, E. (2013). Meningkatkan Disposisi Berpikir Kreati Matematis Melalui
Pendekatan APOS. Jurnal Ilmiah Program Studi Matematika STKIP
Siliwangi Bandung, 2(2), 170.
Jamuari, K., & Aris. (2015). Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif STAD
Berbasis Multi Media Interaktif Terhadap Penguasaan Konsep Siswa Pada
Materi Termodinamika. Jurnal Penelitian Pendidikan IPA (JPPIPA), 1(1),
124.
Jufri, L. H. (2015). Penerapan Double Loop Problem Solving Untuk
Meningkatkan Kemampuan Literasi Matematis Level 3 Pada Siswa Kelas
VIII SMPN 27 Bandung. Jurnal Pendidikan Matematika, 2(1), 54.
Kantamara, P., & Ractham, V. V. (2014). Single-Loop vs. Double-Loop Learning:
An Obstacle Or A Success Favtor For Organizational Learning.
International Journal of Education and Research, 2(7), 57.
61
Khaeruddin. (2017). Model Pembelajaran Fisika Berbasis Keterampilan Proses
Sains. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.
Khaeruddin, Amin, B. D., & Jasruddin. (2018). Analisis Keterampilan Berpikir
Kritis Pada Kompetensi Dasar Kurikulum 2013 Mata Pelajaran Fisika
SMA. Prosiding Seminar Nasional Lembaga Penelitian Universitas
Negeri Makassar.
Lowe, T. L., & Rounce, J. F. (2002). Calculations or A-level Physics.
Cheltenham: Nelson Thornes Ltd.
Mahmuzah, R. (n.d.). Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa
SMP Melalui Pendekatan Problem Posing. Jurnal Program Studi
Pendidikan Matematika Universitas Serambi Mekkah, 4(1).
Mailen Sari, S. E. (2015). Pengaruh LK Berorientasi Pembelajaran Double Loop
Problem Solving (DLPS) Terhadap Kompetensi Fisika Kelas XI SMAN
13 Padang. Pillar Of Physics Education, 5, 74.
Mas‟ad, Nizar, M., & P, A. M. (2016). Pengaruh Metode Pembelajaran Double
Loop Problem Solving terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas VIII SMP
Negeri 3 Mataram Tahun Pelajaran 2015-2016. 14(2), 73.
Maylani, A. D. (2017). Pengaruh Challenge-based Learning Terhadap
Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa. Tugas Akhir Skripsi
Pendidikan Matematika UIN Jakarta.
Meltzer, D. E. (2002). The relationship between mathematics preparation and
conceptual learning gains in physics: A possible „„hidden variable‟‟ in
diagnostic pretest scores. 70(12).
Nurjanah, S., Kartika, E., & Mulyati, T. (2015). Pendekatan Double Loop
Problem Solving Terhadap Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif
Matematis Siswa. Jurnal PGSD, 1(1), 4.
Olaniyan, Olatide1, A., Omosewo, O.1, E., Nwankwo, & I.2, L. (2015). Effect of
polya problem-solving model on senior secondary school students‟
performance in current electricity. European Journal of Science and
Mathematics Education, 3(1), 98.
Oman, D. M., & Oman, R. M. (2016). How To Solve Physics Problems. New
York: Mc Graw Hill Education.
Polya, G. (1971). How to Solve it:New Aspect of Mathematical Method. New
Jersey: Princeton University Press.
Radiyatul, & Hadi, S. (2014). Metode Pemecahan Masalah Menurut Polya Untuk
Mengembangkan Kemampuan Siswa Dalam Pemecahan Masalah
62
Matematis di Sekolah Menengah Pertama. Jurnal Pendidikan Matematika,
2(1), 55.
Rahayu, P., Hidayat, M., & Pathoni, H. (2017). Penerapan Model Pembelajaran
Double Loop Problem Solving (DLPS) Untuk Meningkatkan Kemampuan
Berpikir Kritis Siswa Di Kelas X SMAN 13 Muaro Jambi. p. 4.
Razak, F. (2017). Hubungan Kemampuan Awal terhadap Kemampuan Berpikir
kritis Matematika pada Siswa Kelas VII SMP Pesantren IMMIM Putri
Minasatene. Jurnal Mosharafa, 6(1), 120.
Razali, N. M., & Wah, Y. B. (2011). Power Comparisons of Saphiro-Wilk,
Kolmogrof-Smirnov, Lilliefors and Anderson-Darling Tests. Journal of
Statistical Modeling and Analytics.
Roliyani. (2016). Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Penggunaan
Model Pembelajaran Double Loop Problem Solving. Jurnal Pena Edukasi,
33(6).
Ruseffendi. (1998). Statistika Dasar untuk Penelitian Pendidikan. Bandung: CV
Andira .
Sari, M., Syakbaniah, & Ramli, E. (2015). Pengaruh LKS Berorientasi
Pembelajaran Double Loop Problem Solving (DLPS) Terhadap
Kompetensi Fisika Kelas XI SMAN 13 Padang. (`, Ed.) Pillar O Physics
Education, 5, 74.
Shoimin, A. (2013). 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Snyder, L. G., & Snyder, M. J. (2008). Teaching critical thinking and problem
solving skills. The Journal off Research in Business Education, 50(2), 90-
97.
Snyder, L. G., & Snyder, M. J. (2008). Teaching critical thinking and problem
solving skills. The Journal off Research in Business Education, 50(2).
Soentoro, A. I. (2015). Cara Mudah Belajar Metodologi Penelitian dengan
Aplikasi Statistika. Depok: PT Taramedia Bakti Persada.
Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Bisnis (Pendekatan Kuantitatif, kualitatif,
dan R & D). Bandung: 2010.
Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif, dan R & D. Bandung:
Alfabet.
Syarifah, & Sumardi, Y. (2015). Pengembangan Model Pembelajaran Malcom's
Modeling untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis dan Motivasi
Belajar Siswa. Jurnal Inovasi Pendidikan IPA, 1(2).
63
Triumiana, D. A. (2017). Pengembangan Instrumen Tes Diagnostik Mata
Pelajaran Fisika. Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan, 5(2).
Umiyaroh, F., & Handoyo, B. (2017). The Influence Of Double Loop Problem
Solving Learning Models to Senior High School Learners Spatial
Thinking Ability. International Interdisciplinary Journal Of Scholarly
Research (IIJSR), 3(1).
Widyowati, I. I. (2015). Hubungan Kemampuan Berpikir Kritis dengan Respon
Mahasiswa terhadap Penggunaan Model Pembelajaran Advance Organizer
pada Materi Larutan Penyangga. 4(1), 90.
Wulandari, A. Y., Tawil, M., & Amin, B. D. (2015). Penerapan Pembelajaran
Fisika Berbasis Hands On Activities Untuk Meningkatkan Kemampuan
Berpikir Kritis Siswa Kelas X MAN 2 Model Makassar. Jurnal
Pendidikan Fisika Universitas Muhammadiyah Makassar, 3(2).
Wulandari, D. F., Hamidah, I., & Setiawan, A. (2014). Physics Of Learning
Strategy To Train Critical and Creatif Thinking Skills. International
Journal of Science and Research, 3.
Young, H. D., & Freedman, R. A. (2002). Fisika Universitas Jilid I Edisi
Kesepuluh. Jakarta: Erlangga.
Yuberti, & Saregar, A. (2017). Pengantar Metodologi Penelitian Pendidikan
Matematika dan Sains. Bandar Lampung: Anugerah Utama Raharja.
Yuliana, Ismail, & Rispawati. (2018). Pengaruh Model Double Loop Problem
Solving terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas X pada Mata
Pelajaran PPKn. Jurnal Sosial dan Keberagaman, 4(13).
Zannah, P. Z., Mulhayatiah, D., & Alatas, F. (2014). Penggunaan Media
Pembelajaran Zoominh, Presentation untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Siswa Kelas X pada Konsep Suhu dan Kalor. EDUSAINS, IV(02).
64
LAMPIRAN A
OBSERVASI PENELITIAN PENDAHULUAN
1. Lembar wawancara guru pada studi pendahuluan
2. Lembar angket siswa pada studi pendahuluan
3. RPP kelas eksperimen
4. RPP kelas kontrol
5. Lembar Kerja Siswa (LKS) kelas eksperimen
6. Lembar Kerja Siswa (LKS) kelas kontrol
65
Lampiran A. 1 Lembar Wawancara Guru pada Studi Pendahuluan Guru Fisika
SMAN 105 Jakarta
Wawancara Guru
Hari/ Tanggal :
Waktu :
Responden :
No. Pertanyaan Jawaban
1. Bagaimana hasil belajar siswa
dalam belajar fisika, khususnya
materi termodinamika?
2. Konten fisika apa yang menurut ibu
sulit ?
3.
Berapa KKM disekolah ini?
4. Apakah disekolah ini sudah
menggunakan soal-soal HOTS/
berpikir kritis?
5. Bagaimana kemampuan siswa
dalam berpikir kritis (menganalisis,
mensisntesis, dan mengevaluasi)?
6. Bagaimana kemampuan siswa
untuk menyelesaikan soal-soal
yang bertipe tinggi dalam
pembelajaran fisika?
7. Bagaimana keberanian siswa untuk
mengajukan pertanyaan dan
pendapat?
8. Bagaimana kemampuan siswa
untuk berdiskusi dalam
pembelajaran fisika?
12. Bagaimana rasa ingin tahu siswa
tentang fenomena fisika
dikehidupan sehari-hari?
66
13. Apa saja pendekatan/metode yang
pernah ibu lakukan selama proses
pembelajaran?
14. Apakah ada kendala ketika ibu
menerapkan metode-metode
selama proses pembelajaran?
17. Buku-buku apakah yang ibu
gunakan dalam pembelajaran?
Jakarta, Januari 2020
Tanda tangan
67
Lampiran A. 2 Lembar angket siswa pada studi pendahuluan
Angket Siswa
Nama :
Kelas :
Sekolah :
No. Pertanyaan Jawaban
1. Apakah anda menyukai
pelajaran fisika? Berikan alasan!
Ya
Tidak
…………………………………………….
…………………………………………….
………………………………………........
2. Apakah anda selalu
mendapatkan nilai ulangan
harian fisika di atas KKM?
Berikan alasan!
Ya
Tidak
…………………………………………….
……………………………………………
……………………………………………
3. Metode belajar apa yang sering
guru lakukan dalam mengajar
fisika?
Ceramah
Diskusi
Praktikum
…………………………………………….
4 Apa anda senang metode belajar
yang guru anda berikan? berikan
alasan!
…………………………………………….
…………………………………………….
5 Apakah guru anda sering
mengaitkan konsep fisika
dengan kehidupan sehari-hari?
…………………………………………….
…………………………………………….
…………………………………………….
Jakarta, Januari 2020
Tanda tangan
68
Lampiran A. 3 RPP kelas eksperimen
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(Kelas Eksperimen)
Sekolah : SMA N 105 Jakarta
Kelas/Semester : XI/2
Mata Pelajaran : Fisika
Konsep : Termodinamika
Pertemuan ke : 1
Alokasi Waktu : 2 x 45 menit
A. Kompetensi Inti
KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
KI 2 : Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (gotong-
royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan
menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan
dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta
dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
KI 3 : Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan factual, prosedural
berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni,
budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan,
kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta
menerap-kan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik
sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
KI 4 : Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkrit dan ranah abstrak
terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara
mandiri, dan mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan.
B. Kompetensi Dasar (KD) dan Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK)
Kompetensi Dasar (KD) Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK)
3.7 Menganalisis
perubahan keadaan
3.7.1 Mengidentifikasi Hukum Nol
Termodinamika dan kesetimbangan
69
gas ideal dengan
menerapkan hukum
Termodinamika
termal dalam penerapan kehidupan
sehari-hari.
3.7.2 Menganalisis sistem, lingkungan dan
batas sistem pada sistem terbuka,
tertutup dan terisolasi berdasarkan
contoh dikehidupan sehari-hari.
3.7.3 Menganalisis Hukum I Termodinamika
dalam penerapan kehidupan sehari-hari.
C. Tujuan Pembelajaran
Setelah proses pembelajaran dilakukan, peserta didik diharapkan dapat:
1. Siswa mampu mengidentifikasi Hukum Nol Termodinamika dalam penerapan
kehidupan sehari-hari setelah mengerjakan LKS.
2. Siswa mampu menganalisis sistem, lingkungan dan batas sistem pada sistem
terbuka, tertutup dan terisolasi berdasarkan contoh dikehidupan sehari-hari
setelah mengerjakan LKS.
3. Siswa mampu menganalisis Hukum I Termodinamika dalam penerapan
kehidupan sehari-hari setelah mengerjakan LKS.
D. Materi Pembelajaran
1. Peta Konsep
Terlampir
2. Uraian Materi Singkat
a. Termodinamika
Termodinamika merupakan suatu cabang ilmu isika yang mempelajari
hukum-hukum dasar yang dipatuhi oleh kalor dan usaha.
b. Hukum ke-nol termodinamika
Bunyi hukum ke-nol termodinamika: “Jika dua sistem berada dalam
kesetimbangan termal dengan sistem ketiga, maka mereka berada dalam
kesetimbangan termal satu sama lain.”
c. Sistem, lingkungan dan batas sistem
70
Sistem didefinisikan sebagai sejumlah zat dalam suatu wadah. Segala
sesuatu diluar sistem disebut lingkungan. Sistem dan dipisahkan dari
lingkungan oleh suatu batas sistem. Batas ini bisa tetap atau bergerak.
d. Usaha, kalor dan energi
Usaha yang dilakukan pada (atau oleh) sistem merupakan ukuran energi
yang dipindahkan dari sistem ke lingkungan atau sebaliknya. Energi
mekanik (kinetik atau potensial) sistem merupakan energi yang dimiliki
sistem akibat gerak koordinat posisinya. Kalor mirip seperti usaha, yaitu
muncul jika terjadi perpindahan energi antara sistem dan lingkungan.
Kalor muncul ketika energi dipindahkan akibat adanya perbedaan suhu
atau perubahan wujud zat.
e. Hukum Pertama Termodinamika
Hukum pertama termodinamika adalah prinsip kekekalan energi yang
diaplikasikan pada kalor, usaha dan energi dalam. Bunyi hukum ke-I
termodinamika: “energi tidak dapat diciptakan ataypun dimusnahkan,
melainkan hanya bisa diubah bentuknya saja.”
E. Metode Pembelajaran
Pendekatan : Problem Solving
Model : Double Loop Problem Solving
Metode : Dsikusi kelompok, tanya jawab, dan studi referensi
F. Media Dan Alat Pembelajaran
Media : Lembar Kerja Siswa (Terlampir)
Alat dan bahan : Laptop, proyektor, dan LCD
G. Sumber Belajar
1. Halliday, Resnick dan Walker. 2012. Fisika Dasar Jilid I. Jakarta: Erlangga
2. Giancoli, Douglas C. 2001. Fisika Jilid I. Jakarta: Erlangga
3. Kanginan, Marthen. 2016. Fisika SMA Kelas XI. Jakarta: Erlangga
71
4. Astra, I made dan Hilman Setiawan. 2007. Fisika untuk SMA dan MA Kelas
XI. Jakarta: Piranti Darma Kalokatama
H. Langkah-langkah Pembelajaran
Tahapan
Pembelajaran
Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran Alokasi
Waktu
(Menit) Guru Siswa
Pembukaan
Memulai pembelajaran
dengan berdoa,
mengucapkan salam dan
melakukan absensi siswa.
Berdo‟a, Menjawab
salam dan Absensi.
2
Apersepsi
Guru menyampaikan
tujuan pembelajaran pada
pertemuan tersebut dan
materi yang akan dipelajari
yaitu hukum nol
termodinamika dan hukum
I termodinamika.
Menyimak tujuan
pembelajaran yang
disampaikan oleh
guru. 3
Motivasi
Memberikan gambaran
tentang manfaat
mempelajari pelajaran
yang akan dipelajari dalam
kehidupan sehari-hari.
Menyimak
penjelasan
mengenai manfaat
materi yang akan
dipelajari yang
disampaikan oleh
guru.
5
Kegiatan Inti Siswa diberikan stimulus
untuk memusatkan
perhatian pada topik materi
Termodinamika, Hukum ke
Nol Termodinamika, dan
Hukum ke I
Termodinamika.
siswa dan guru
mendiskusikan
materi tersebut.
5
Membagikan siswa untuk
membentuk kelompok
kecil secara heterogen,
masing-masing terdiri atas
5-6 orang.
Siswa menyimak
dan mencatat
anggota
kelompoknya dan
berkumpul bersama
anggotanya.
5
72
Mengamati
Loop 1 :
Mengidentifikasikan
masalah, tidak hanya
gejalanya
a. Setiap kelompok
diberikan lembar kerja
yang berisikan
permasalahan.
b. Guru mengarahkan
siswa untuk membaca
dan mengerjakan
lembar kerja.
Setiap
kelompok
menerima
lembar kerja
dari guru dan
masing-masing
kelompok
mengerjakan
lembar kerja.
Siswa
diharapkan
mampu
menemukan
pola awal.
10
Menanya
Mendeteksi masalah
(solusi sementara)
a. Guru mengarahkan
setiap kelompok
untuk dapat
mencari solusi
sementara.
b. Siswa diarahkan
untuk menentukan
solusi yang tepat
menurut mereka.
Siswa mencari inti
permasalahan dan
solusi sementara.
10
Mengumpulkan Informasi
Mengevaluasi
keberhasilan dari solusi
sementara
a. Siswa diarahkan
untuk
menyelesaikan
masalah tersebut
pada lembar kerja.
b. Siswa diarahkan
untuk
mempresentasikan
hasil diskusi
permasalahan awal
dengan kelompok
lain dan guru
membimbing siswa
untuk memecahkan
masalah dari
permasalahan awal
Masing-masing
perwakilan
kelompok
mempresentasikan
setelah
menyelesaikan
permasalahan awal.
10
73
Mengasosiasi
Memutuskan apakah
analisis akar masalah
diperlukan, jika ya
a. Guru mengarahkan
perwakilan siswa
untuk kembali pada
kelompoknya
masing-masing
b. Siswa diarahkan
untuk melakukan
diskusi dan
menemukan pola
penyimpulan yang
lebih tepat.
Siswa berdiskusi
kembali utnuk
menyimpulkan
masalah yg lebih
tepat.
5
Loop 2 : Mendeteksi
masalah yang
tingkatannya lebih
tinggi
a. Siswa diberikan
permasalahan yang
tingkatannya lebih
tinggi.
b. Memfokuskan
siswa agar dapat
memahami secara
utuh pola solusi
yang mereka
ajukan.
c. Memberikan
penjelasan
mengenai hal-hal
penting yang
menjadi alasan
siswa sulit untuk
menemukan solusi.
d. Siswa diarahkan
solusi akhir untuk
untuk menemukan
menyelesaikan
masalah secara
efektif.
Siswa mengerjakan
permaslahan yang
tingkatannya lebih
tinggi yang
disediakan di
lembar kerja dan
siswa harus
menemukan solusi
akhir.
10
Mengkomunikasikan
Merancang solusi akar
masalah
Siswa
mempresentasikan
kembali dan
10
74
a. Siswa diarahkan
untuk memberikan
kesimpulan terdapat
pada pola yang
lebih tepat.
b. memberikan
kesempatan kepada
salah satu
kelompok untuk
menanggapi hasil
pekerjaan
kelompok tersebut.
c. Guru bersama-sama
dengan siswa
menyimpulkan
mana solusi yang
belum dapat
mengarah pada
solusi yang tepat
walaupun sudah
ada yang benar
namun yang lain
masih belum
menyelesaikan
masalah.
d. Diberikan
penjelasan
mengenai hal-hal
penting yang
menjadi alasan
siswa sulit untuk
menemukan
solusinya.
menyimpulkan
kesimpulan dari
solusi akhir yang
dijelaskan guru
Penutup 1. Bersama-sama
dengan siswa
dan/atau sendiri
membuat simpulan
materi.
2. Melakukan penilaian
atau refleksi terhadap
kegiatan yang sudah
dilaksanakan secara
konsisten dan
terprogram.
3. Memberikan umpan
balik terhadap proses
- Menyimak
kesimpulan dari
guru
- Mengerjakan
soal dari guru
- Siswa
mengerjakan
tugas yang
diberikan guru.
15
75
dan hasil
pembelajaran
(evaluasi).
4. Merencanakan
kegiatan tidak lanjut
dalam bentuk
program pengayaan,
memberikan tugas
baik tugas idividu
maupun kelompok
sesuai dengan hasil
belajar.
I. PENILAIAN HASIL BELAJAR
Teknik Bentuk Instrumen
Tes Tertulis Tes uraian
Portofolio Lembar Kerja Siswa
J. PEDOMAN PENILAIAN
1. Penilaian Afektif (Terlampir)
2. Penilaian Psikomotor (Terlampir)
3. Penilaian Kognitif (Terlampir)
Jakarta, 2020
Menyetujui,
Guru Mata Pelajaran Fisika Mahasiswa Praktikan
RR. Sri Wulandari, S.Pd Ika Shepti Indriani
NIP 196605091989032008 NIM 11140163000027
76
INSTRUMEN PENILAIAN KOGNITIF
Tes Formatif I
No Soal Jawaban Skor
1
Dalam kehidupan sehari-hari
Hukum ke-Nol termodinamika
banyak ditemukan. Pernahkah
kalian mengalami demam? Ya,
pasti hampir setiap orang pernah
mengalami demam. Ada banyak
cara menurunkan peningkatan
suhu tubuh salah satunya yaitu
dengan mengkompres anak
dengan handuk kecil yang sudah
dicelupkan kedalam air dingin.
Ketika sedang mengkompres
anak, maka akan terjadi
kesetimbangan termal pada
handuk dan tubuh anak.
Mengapa mengkompres dengan
handuk bisa menurunkan panas
pada tubuh? Mengapa peristiwa
tersebut dikatakan penerapan
hukum nol termodinamika?
Jelaskan!
Keadaan suhu tubuh
dikompres secara berulang
akan mengalami penurunan
suhu tubuh karena ada
perpindahan suhu yang tinggi
(tubuh) ke suhu yang rendah
dan suhu yang rendah
(handuk) akan mengalami
kenaikan suhu.
karena ada perpindahan suhu
badan ke handuk dan
sebaliknya sehingga suhu
keduanya akan seimbang, itu
yang dinamakan
keseimbangan termal.
Hukum nol termodinamika
mengatakan “hukum nol
termodinamika berhubungan
dengan kesetimbangan
termal antara benda yang
saling bersentuhan”. Benda
yang saling bersentuhan
yaitu tubuh yang panas
dengan handuk yang dingin.
4
Mengidentifikasi alasan dengan
2 poin.
3
Mengidentifikasi alasan dengan
1 poin
2
Jawaban salah 1
Tidak menjawab 0
2
Tentukan dan jelaskan
berdasarkan pengamatanmu yang
termasuk sistem terbuka, sistem
tertutup dan sistem terisolasi!
Gambar A : system
terbuka, karena energy
panas yang didalam panci
berikan dengan lingkungan
begitu pula dengan zat nya.
Gambar B : system
tertutup, karena energy
panas yang didalam panci
bertukar dengan
lingkungan, tetapi tidak
terjadi pertukaran zat
4
A B C
77
dengan lingkungan.
Gambar C : system
terisolasi, karena energy
panas dan zat tidak bisa
bertukar dengan
lingkungan.
Memberikan jawaban dan
penjelasan 2 poin.
3
Memberikan jawaban dan
penjelasan 1 poin
2
Memberikan jawaban tetapi
tidak memberikan penjelasan.
1
Tidak menjawab 0
Formatif penilaian kognitif:
1. Skor maksimal = 4 x 2 = 8
2.
3. Nilai kognitif dikualifikasikan dengan predikat sebagai berikut.
Kriteria Nilai
Sangat baik 80-100
Baik 70-79
Cukup 60-69
Kurang ˂60
78
INSTRUMEN PENILAIAN AFEKTIF
Kelompok Nama
Aspek yang dinilai
Skor Memperhatikan
Keterlibatan
dalam
diskusi
Bertanya
1
2
RUBRIK PENILAIAN AFEKTIF
No Aspek yang dinilai Rubrik penilaian Skor
1 Memperhatikan
ketika guru
menjelaskan
Seluruh anggota kelompok
memperhatika penjelasan dari guru. 3
Hanya beberapa anggota kelompok yang
memperhatikan penjelasan dari guru. 2
Seluruh anggota kelompok tidak
memperhatikan penjelasan dari guru. 1
2 Terlibat aktif dalam
diskusi
Seluruh anggota kelompok terlibat aktif
dalam berdiskusi. 3
Hanya beberapa anggota kelompok yang
terlibat aktif dalam berdiskusi. 2
Diskusi kelompok tidak berjalan 1
3 Mengajukan
pertanyaan
Mengemukakan pertanyaan yang sesuai
dengan masalah. 3
Mengemukakan pertanyaan, namun
kurang sesuai dengan masalah. 2
Mengemukakan pertanyaan tidak sesuai
dengan masalah. 1
Format penilaian afektif:
1. Skor maksimal = 3 x 3 = 9
2.
3. Nilai afektif dikualifikasikan dengan predikat sebagai berikut.
Kriteria Nilai
Sangat baik 80-100
Baik 70-79
Cukup 60-69
Kurang ˂60
79
INSTRUMEN PENILAIAN PSIKOMOTORIK
Kelompok Nama
Aspek yang dinilai
Skor Menyajikan
hasil diskusi Menyimpulkan
1
2
RUBRIK PENILAIAN PSIKOMOTORIK
No Aspek yang dinilai Rubrik penilaian Skor
1 Keterampilan
menyajikan hasil
diskusi
Menyampaikan hasil diskusi sesuai
masalah serta mengaitkannya dengan
konsep termodinamika dengan tepat.
3
Menyampaikan hasil diskusi sesuai
dengan masalah, namun kurang tepat
saat mengaitkannya dengan konsep
termodinamika.
2
Menyampaikan hasil diskusi tidak
sesuai masalah serta tidak
mengaitkannya dengan konsep
termodinamika.
1
2 Keterampilan
menyimpulkan
Menyimpulkan sesuai dengan konsep
termodinamika secara tepat. 3
Menyimpulkan sesuai dengan konsep
termodinamika, namun kurang tepat. 2
Menyimpulkan tidak sesuai dengan
konsep termodinamika. 1
Format penilaian afektif:
1. Skor maksimal = 3 x 2 = 6
2.
3. Nilai psikomotorik dikualifikasikan dengan predikat sebagai berikut.
Kriteria Nilai
Sangat baik 80-100
Baik 70-79
Cukup 60-69
Kurang ˂60
80
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(Kelas Eksperimen)
Sekolah : SMA N 105 Jakarta
Kelas/Semester : XI/2
Mata Pelajaran : Fisika
Konsep : Termodinamika
Pertemuan ke : 2
Alokasi Waktu : 2 x 45 menit
A. Kompetensi Inti
KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
KI 2 : Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (gotong-
royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan
menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan
dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta
dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
KI 3 : Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan factual, procedural
berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni,
budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan,
kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta
menerap-kan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik
sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
KI 4 : Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkrit dan ranah abstrak
terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara
mandiri, dan mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan.
81
B. Kompetensi Dasar (KD) dan Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK)
Kompetensi Dasar (KD) Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK)
3.7 Menganalisis
perubahan keadaan
gas ideal dengan
menerapkan hukum
Termodinamika
3.7.4 Menganalisis kalor, usaha, energi
dalam termodinamika pada proses
isotermal, isobarik, isokhorik,
adiabatik.
C. Tujuan Pembelajaran
Setelah proses pembelajaran dilakukan, peserta didik diharapkan dapat:
1. Siswa mampu menganalisis kalor, usaha, energi dalam termodinamika pada
proses isotermal setelah mengerjakan LKS.
2. Siswa mampu menganalisis kalor, usaha, energi dalam termodinamika pada
proses isobarik setelah mengerjakan LKS.
3. Siswa mampu menganalisis kalor, usaha, energi dalam termodinamika pada
proses isokhorik setelah mengerjakan LKS.
4. Siswa mampu menganalisis kalor, usaha, energi dalam termodinamika pada
proses adiabatik setelah mengerjakan LKS.
D. Materi Pembelajaran
4. Peta Konsep
Terlampir
5. Uraian Materi Singkat
a. Proses-proses Termodinamika
Ada empat jenis proses dalam termodinamika:
1) Proses Isobarik
Persamaan keadaan untuk proses isobarik (p
tetap) adalah
82
Sedangkan rumus usahanya adalah
Pada proses isobarik, tekanan tetap, sehingga kalor yang diberikan
untuk melakukan usaha dan perubahan energi di dalamnya adalah:
2) Proses Isokhorik
Persamaan keadaan untuk proses isokhorik (V
tetap) adalah
Karena volume gas tidak berubah ,
maka usaha yang dilakukan oleh gas sama
dengan nol.
Pada proses isokhorik, volume tetap yang berarti ΔV = 0 (karena ΔV =
0, maka W = 0)
3) Proses Isotermik
Persamaan keadaan untuk proses isotermal (T tetap)
adalah
Karena perubahan volume tidak linier, maka kita tidak
dapat menggunakan rumus , tetapi dengan
menggunakan persamaan integral.
(
)
Pada proses isotermal, suhu tetap yang artinya ΔT = 0, sehingga
perubahan energi dalamnya nol (ΔU = 0).
4) Proses Adiabatik
Persamaan keadaan untuk proses adiabatik dapat
diturunkan dengan:
83
Usaha yang dilakukan sistem pada proses adiabatis dirumuskan
sebagai berikut:
Pada proses adiabatik, proses dimana tidak ada kalor yang dibiarkan
mengalir ke dalam atau keluar sistem (Q = 0).
E. Metode Pembelajaran
Pendekatan : Problem Solving
Model : Double Loop Problem Solving
Metode : Dsikusi kelompok, tanya jawab, dan studi referensi
F. Media Dan Alat Pembelajaran
Media : Lembar Kerja Siswa (Terlampir)
Alat dan bahan : Laptop, proyektor, dan LCD
G. Sumber Belajar
1. Halliday, Resnick dan Walker. 2012. Fisika Dasar Jilid I. Jakarta:
Erlangga
2. Giancoli, Douglas C. 2001. Fisika Jilid I. Jakarta: Erlangga
3. Kanginan, Marthen. 2016. Fisika SMA Kelas XI. Jakarta: Erlangga
4. Astra, I made dan Hilman Setiawan. 2007. Fisika untuk SMA dan MA
Kelas XI. Jakarta: Piranti Darma Kalokatama
84
H. Langkah-langkah Pembelajaran
Tahapan
Pembelajaran
Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran Alokasi
Waktu Guru Siswa
Pembukaan
Memulai pembelajaran
dengan berdoa,
mengucapkan salam dan
melakukan absensi siswa.
Berdo‟a, Menjawab
salam dan Absensi.
2
Apersepsi
Guru menyampaikan
tujuan pembelajaran pada
pertemuan tersebut dan
materi yang akan dipelajari
yaitu usaha, kalor dan
energgi dalam pada proses-
proses termodinamika.
Menyimak tujuan
pembelajaran yang
disampaikan oleh
guru. 3
Motivasi
Memberikan gambaran
tentang manfaat
mempelajari pelajaran
yang akan dipelajari dalam
kehidupan sehari-hari.
Menyimak
penjelasan
mengenai manfaat
materi yang akan
dipelajari yang
disampaikan oleh
guru.
5
Kegiatan Inti Siswa diberikan stimulus
untuk memusatkan
perhatian pada topik materi
Proses-proses
Termodinamika.
siswa dan guru
mendiskusikan
materi tersebut. 5
Membagikan siswa untuk
membentuk kelompok
kecil secara heterogen,
masing-masing terdiri atas
5-6 orang.
Siswa menyimak
dan mencatat
anggota
kelompoknya dan
berkumpul bersama
anggotanya.
5
Mengamati
Loop 1 :
Mengidentifikasikan
masalah, tidak hanya
gejalanya
a. Setiap kelompok
diberikan lembar kerja
Setiap
kelompok
menerima
lembar kerja
dari guru dan
masing-masing
kelompok
10
85
yang berisikan
permasalahan.
b. Guru mengarahkan
siswa untuk membaca
dan mengerjakan
lembar kerja.
mengerjakan
lembar kerja.
Siswa
diharapkan
mampu
menemukan
pola awal.
Menanya
Mendeteksi masalah
(solusi sementara)
a. Guru mengarahkan
setiap kelompok
untuk dapat mencari
solusi sementara.
b. Siswa diarahkan
untuk menentukan
solusi yang tepat
menurut mereka dan
dapat
menyelesaikan
kasus yang lain.
Siswa mencari inti
permasalahan dan
solusi sementara.
10
Mengumpulkan Informasi Mengevaluasi
keberhasilan dari solusi
sementara
a. Siswa diarahkan
untuk
menyelesaikan
masalah tersebut
pada lembar kerja.
b. Siswa diarahkan
untuk
mempresentasikan
hasil diskusi
permasalahan awal
dengan kelompok
lain dan guru
membimbing siswa
untuk memecahkan
masalah dari
permasalahan awal
Masing-masing
perwakilan
kelompok
mempresentasikan
setelah
menyelesaikan
permasalahan awal.
5
Mengasosiasi Memutuskan apakah
analisis akar masalah
diperlukan, jika ya
Siswa berdiskusi
kembali utnuk
menyimpulkan
masalah yg lebih
10
86
a. Guru mengarahkan
siswa kembali pada
kelompoknya
masing-masing
b. Siswa diarahkan
untuk melakukan
diskusi dan
menemukan pola
penyimpulan yang
lebih tepat.
tepat.
Loop 2 : Mendeteksi
masalah yang
tingkatannya lebih
tinggi
a. Siswa diberikan
permasalahan yang
tingkatannya lebih
tinggi.
b. Memfokuskan
siswa agar dapat
memahami secara
utuh pola solusi
yang mereka
ajukan.
c. Memberikan
penjelasan
mengenai hal-hal
penting yang
menjadi alasan
siswa sulit untuk
menemukan solusi.
d. Siswa diarahkan
untuk menemukan
solusi akhir untuk
menyelesaikan
masalah secara
efektif.
Siswa mengerjakan
permaslahan yang
tingkatannya lebih
tinggi yang
disediakan di
lembar kerja dan
siswa harus
menemukan solusi
akhir.
10
Mengkomunikasikan Merancang solusi akar
masalah
a. Siswa diarahkan
untuk memberikan
kesimpulan
terdapat pada pola
yang lebih tepat.
b. memberikan
Siswa
mempresentasikan
kembali dan
menyimpulkan
kesimpulan dari
solusi akhir yang
dijelaskan guru
10
87
kesempatan kepada
salah satu
kelompok untuk
menanggapi hasil
pekerjaan
kelompok tersebut.
c. Guru bersama-sama
dengan siswa
menyimpulkan
mana solusi yang
belum dapat
mengarah pada
solusi yang tepat
walaupun sudah
ada yang benar
namun yang lain
masih belum
menyelesaikan
masalah.
d. Diberikan
penjelasan
mengenai hal-hal
penting yang
menjadi alasan
siswa sulit untuk
menemukan
solusinya.
Penutup 1. Bersama-sama dengan
siswa dan/atau sendiri
mebuat simpulan
materi.
2. Melakukan penilaian
atau refleksi terhadap
kegiatan yang sudah
dilaksanakan secara
konsisten dan
terprogram.
3. Memberikan umpan
balik terhadap proses
dan hasil pembelajaran
(evaluasi).
4. Merencanakan kegiatan
tidak lanjut dalam
bentuk program
pengayaan, memberikan
tugas baik tugas idividu
- Menyimak
kesimpulan dari
guru
- Mengerjakan
soal dari guru
- Siswa
mengerjakan
tugas yang
diberikan uru.
15
88
maupun kelompok
sesuai dengan hasil
belajar.
I. TEKNIK PENILAIAN
Teknik Bentuk Instrumen
Tes Tertulis Pre Test dan Post Test
Portofolio Lembar Kerja Siswa
J. PEDOMAN PENILAIAN
1. Penilaian Afektif (Terlampir)
2. Penilaian Psikomotor (Terlampir)
3. Penilaian Kognitif (Terlampir)
Jakarta, 2020
Menyetujui,
Guru Mata Pelajaran Fisika Mahasiswa Praktikan
RR. Sri Wulandari, S.Pd Ika Shepti Indriani
NIP 196605091989032008 NIM 11140163000027
89
INSTRUMEN PENILAIAN KOGNITIF
Tes Formatif 2
No Soal Jawaban Skor
1 Gas pada suatu sistem suhunya 200oC.
Gas ini mengalami proses kompresi
isobarik, Setelah itu gas mengalami
proses isokhorik.
Dari 2 grafik diatas, dapatkah kalian
menyimpulkan grafik yang mana yang
sesuai dengan wacana? Kemukakan
alasanmu!
Grafik yang sesuai dengan
wacana ialah grafik B.
Alasannya:
Gas mula-mula mengalami
proses kompresi isobarik
dimana proses ini
mengalami pemampatan
volume dengan tekanan
konstan, maka grafik mula-
mula bergerak horizontal
kea rah kiri. Setelah itu gas
mengalami proses isokhorik
dimana ada volumenya
tetap, maka grafik yang
tepat setelahnya bergerak
vertikal kebawah.
4
Jawabannya benar, alasan
kurang tepat.
3
Jawaban benar, alasan salah. 2
Jawaban salah 1
Tidak menjawab 0
2
Gas pada suatu sistem suhunya 200oC.
Usaha total yang dilakukan pada gas
tersebut sebesar 200 J. Buktikan
apakah usaha total yang dilakukan pada
gas tersebut sebesar 200 J?
Proses dari A-B yaitu
isobarik sehingga usaha:
Proses dari B-C yaitu
iskhorik sehingga usaha:
W P ΔV W = P (0 ) WBC = 0 Maka usaha total yang
dilakukan gas adalah
W = WAB + WBC
= 200 + 0
= 200 J
4
Jawaban benar, memberikan 3
4 6
105
1,2.105
P (N/m2)
V (L)
B.
A.
A B
C
4 6
105
1,2.105
P (N/m2)
A
V (L)
B
C
4 6
105
1,2.105
P (N/m2)
A
V (L)
B
C
90
cara pengerjaan, tetapi tidak
ada satuan
Jawaban benar, tidak
memberikan cara
pengerjaan, tidak ada satuan
2
Jawaban tidak tepat 1
Tidak menjawab 0
Formatif penilaian kognitif:
1. Skor maksimal = 4 x 2 = 8
2.
3. Nilai kognitif dikualifikasikan dengan predikat sebagai berikut.
Kriteria Nilai
Sangat baik 80-100
Baik 70-79
Cukup 60-69
Kurang ˂60
91
INSTRUMEN PENILAIAN AFEKTIF
Kelompok Nama
Aspek yang dinilai
Skor
Memperhatikan
Keterlibatan
dalam
diskusi
Bertanya
1
2
RUBRIK PENILAIAN AFEKTIF
No Aspek yang dinilai Rubrik penilaian Skor
1 Memperhatikan
ketika guru
menjelaskan
Seluruh anggota kelompok
memperhatika penjelasan dari guru. 3
Hanya beberapa anggota kelompok yang
memperhatikan penjelasan dari guru. 2
Seluruh anggota kelompok tidak
memperhatikan penjelasan dari guru. 1
2 Terlibat aktif dalam
diskusi
Seluruh anggota kelompok terlibat aktif
dalam berdiskusi. 3
Hanya beberapa anggota kelompok yang
terlibat aktif dalam berdiskusi. 2
Diskusi kelompok tidak berjalan 1
3 Mengajukan
pertanyaan
Mengemukakan pertanyaan yang sesuai
dengan masalah. 3
Mengemukakan pertanyaan, namun
kurang sesuai dengan masalah. 2
Mengemukakan pertanyaan tidak sesuai
dengan masalah. 1
Format penilaian afektif:
e) Skor maksimal = 3 x 3 = 9
f)
g) Nilai afektif dikualifikasikan dengan predikat sebagai berikut.
Kriteria Nilai
Sangat baik 80-100
Baik 70-79
Cukup 60-69
Kurang ˂60
92
INSTRUMEN PENILAIAN PSIKOMOTORIK
Kelompok Nama
Aspek yang dinilai
Skor Menyajikan
hasil diskusi Menyimpulkan
1
2
RUBRIK PENILAIAN PSIKOMOTORIK
No Aspek yang dinilai Rubrik penilaian Skor
1 Keterampilan
menyajikan hasil
diskusi
Menyampaikan hasil diskusi sesuai
masalah serta mengaitkannya dengan
konsep termodinamika dengan tepat.
3
Menyampaikan hasil diskusi sesuai
dengan masalah, namun kurang tepat
saat mengaitkannya dengan konsep
termodinamika.
2
Menyampaikan hasil diskusi tidak
sesuai masalah serta tidak
mengaitkannya dengan konsep
termodinamika.
1
2 Keterampilan
menyimpulkan
Menyimpulkan sesuai dengan konsep
termodinamika secara tepat. 3
Menyimpulkan sesuai dengan konsep
termodinamika, namun kurang tepat. 2
Menyimpulkan tidak sesuai dengan
konsep termodinamika. 1
Format penilaian afektif:
1. Skor maksimal = 3 x 2 = 6
2.
3. Nilai psikomotorik dikualifikasikan dengan predikat sebagai berikut.
Kriteria Nilai
Sangat baik 80-100
Baik 70-79
Cukup 60-69
Kurang ˂60
93
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(Kelas Eksperimen)
Sekolah : SMA N 105 Jakarta
Kelas/Semester : XI/2
Mata Pelajaran : Fisika
Konsep : Termodinamika
Pertemuan ke : 3
Alokasi Waktu : 2 x 45 menit
A. Kompetensi Inti
KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
KI 2 : Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (gotong-
royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan
menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan
dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta
dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
KI 3 : Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan factual, procedural
berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni,
budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan,
kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta
menerap-kan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik
sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
KI 4 : Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkrit dan ranah abstrak
terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara
mandiri, dan mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan.
B. Kompetensi Dasar (KD) dan Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK)
Kompetensi Dasar (KD) Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK)
3.7 Menganalisis
perubahan keadaan
3.7.5 Menganalisis efisiensi hukum II
termodinamika pada mesin kalor dan
94
gas ideal dengan
menerapkan hukum
Termodinamika
siklus carnot
3.7.6 Menganalisis koefisien kinerja hukum
II termodinamika pada mesin
pendingin.
C. Tujuan Pembelajaran
Setelah proses pembelajaran dilakukan, peserta didik diharapkan dapat:
4. Siswa mampu menganalisis efisiensi hukum II termodinamika pada mesin
kalor.
5. Siswa mampu menganalisis efisiensi hukum II termodinamika pada siklus
carnot.
6. Siswa mampu menganalisis koeisien kinerja hukum II termodinamika pada
mesin pendingin.
D. Materi Pembelajaran
1. Peta Konsep
Terlampir
2. Uraian Materi Singkat
a) Hukum II termodinamika merupakan pernyataan mengenai proses yang
dapat terjadi di alam maupun yang tidak.
b) Perkembangan pernyataan umum hukum II termodinamika didasarkan
pada studi mesin kalor. Mesin kalor adalah suatu alat yang mengubah
energi panas menjadi energi mekanik, seperti mesin uap dan mesin mobil.
95
Efisiensi e dari mesin kalor dapat didefinisikan sebagai perbandingan kerja
yang dilakukannya W terhadap masukan kalor pada temperature tinggi QH:
Karena energi kekal, kalor masukan QH harus sama dengan kerja yang
dilakukan ditambah kalor yang keluar pada suhu rendah (QL):
c) Siklus carnot terdiri dari dua proses isotermal reversibel dan dua proses
adiabatik reversibel.
Kalor QH dan QC sebanding dengan temperatur operasi TH dan TC (dalam
kelvin) sehingga efisiensi dapat dituliskan sebagai:
d) Mesin pendingin (refrigerator) yaitu mesin kalor yang beroperasi secara
terbalik. Sebuah mesin yang menarik panas dari tempat yang dingin dan
melepaskan panas ke tempat yang lebih hangat.
96
Koefisien kinerja (KK) mesin pendingin didefinisikan sebagai kalor QL
yang diambil dari area dengan temperatur rendah dibagi dengan kerja W
yang dilakukan untuk mengeluarkan kalor:
Energi adalah kekal, sehingga dari hukum termodinamika pertama kita
dapat menuliskan QL + W = QH atau W = QH - QL. Kemudian persamaan
menjadi:
Untuk mesin pendingin ideal yang terbaik yang bisa didapat adalah
E. Metode Pembelajaran
Pendekatan : Problem Solving
Model : Double Loop Problem Solving
Metode : Dsikusi kelompok, tanya jawab, dan studi referensi
F. Media Dan Alat Pembelajaran
Media : Lembar Kerja Siswa (Terlampir)
Alat dan bahan : Laptop, proyektor, dan LCD
G. Sumber Belajar
1. Halliday, Resnick dan Walker. 2012. Fisika Dasar Jilid I. Jakarta: Erlangga
2. Giancoli, Douglas C. 2001. Fisika Jilid I. Jakarta: Erlangga
3. Kanginan, Marthen. 2016. Fisika SMA Kelas XI. Jakarta: Erlangga
4. Astra, I made dan Hilman Setiawan. 2007. Fisika untuk SMA dan MA Kelas
XI. Jakarta: Piranti Darma Kalokatama
97
H. Langkah-langkah Pembelajaran
Tahapan
Pembelajaran
Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran Alokasi
Waktu
(Menit) Guru Siswa
Pembukaan
Memulai pembelajaran
dengan berdoa,
mengucapkan salam dan
melakukan absensi siswa.
Berdo‟a, Menjawab
salam dan Absensi. 2
Apersepsi
Guru menyampaikan
tujuan pembelajaran pada
pertemuan tersebut dan
materi yang akan dipelajari
yaitu Hukum II
Termodinamika serta
aplikasinya.
Menyimak tujuan
pembelajaran yang
disampaikan oleh
guru. 3
Motivasi
Memberikan gambaran
tentang manfaat
mempelajari pelajaran
yang akan dipelajari dalam
kehidupan sehari-hari.
Menyimak
penjelasan
mengenai manfaat
materi yang akan
dipelajari yang
disampaikan oleh
guru.
5
Kegiatan Inti Siswa diberikan stimulus
untuk memusatkan
perhatian pada topik materi
Hukum Kedua
Termodinamika.
siswa dan guru
mendiskusikan
materi tersebut. 5
Membagikan siswa untuk
membentuk kelompok
kecil secara heterogen,
masing-masing terdiri atas
5-6 orang.
Siswa menyimak
dan mencatat
anggota
kelompoknya dan
berkumpul bersama
anggotanya.
5
Mengamati
Loop 1 :
Mengidentifikasikan
masalah, tidak hanya
gejalanya
a. Setiap kelompok
diberikan lembar kerja
yang berisikan
permasalahan.
b. Guru mengarahkan
Setiap
kelompok
menerima
lembar kerja
dari guru dan
masing-masing
kelompok
mengerjakan
lembar kerja.
10
98
siswa untuk membaca
dan mengerjakan
lembar kerja.
Siswa
diharapkan
mampu
menemukan
pola awal.
Menanya
Mendeteksi masalah
(solusi sementara)
a. Guru mengarahkan
setiap kelompok
untuk dapat
mencari solusi
sementara.
b. Siswa diarahkan
untuk menentukan
solusi yang tepat
menurut mereka
dan dapat
menyelesaikan
kasus yang lain.
Siswa mencari inti
permasalahan dan
solusi sementara.
10
Mengumpulkan Informasi
Mengevaluasi
keberhasilan dari solusi
sementara
a. Siswa diarahkan
untuk
menyelesaikan
masalah tersebut
pada lembar kerja.
b. Siswa diarahkan
untuk
mempresentasikan
hasil diskusi
permasalahan awal
dengan kelompok
lain dan guru
membimbing siswa
untuk memecahkan
masalah dari
permasalahan awal
Masing-masing
perwakilan
kelompok
mempresentasikan
setelah
menyelesaikan
permasalahan awal.
5
Mengasosiasi
Memutuskan apakah
analisis akar masalah
diperlukan, jika ya
a. Guru mengarahkan
Siswa berdiskusi
kembali utnuk
menyimpulkan
masalah yg lebih
tepat.
10
99
siswa kembali pada
kelompoknya
masing-masing.
b. Siswa diarahkan
untuk melakukan
diskusi dan
menemukan pola
penyimpulan yang
lebih tepat.
Loop 2 : Mendeteksi
masalah yang
tingkatannya lebih
tinggi
a. Siswa diberikan
permasalahan yang
tingkatannya lebih
tinggi.
b. Memfokuskan
siswa agar dapat
memahami secara
utuh pola solusi
yang mereka
ajukan.
c. Memberikan
penjelasan
mengenai hal-hal
penting yang
menjadi alasan
siswa sulit untuk
menemukan solusi.
d. Siswa diarahkan
untuk menemukan
solusi akhir untuk
menyelesaikan
masalah secara
efektif.
Siswa mengerjakan
permaslahan yang
tingkatannya lebih
tinggi yang
disediakan di
lembar kerja dan
siswa harus
menemukan solusi
akhir.
10
Mengkomunikasikan
Merancang solusi akar
masalah
a. Siswa diarahkan
untuk memberikan
kesimpulan
terdapat pada pola
yang lebih tepat.
b. Memberikan
kesempatan kepada
Siswa
mempresentasikan
kembali dan
menyimpulkan
kesimpulan dari
solusi akhir yang
dijelaskan guru
10
100
salah satu
kelompok untuk
menanggapi hasil
pekerjaan
kelompok tersebut.
c. Guru bersama-sama
dengan siswa
menyimpulkan
mana solusi yang
belum dapat
mengarah pada
solusi yang tepat
walaupun sudah
ada yang benar
namun yang lain
masih belum
menyelesaikan
masalah.
d. Diberikan
penjelasan
mengenai hal-hal
penting yang
menjadi alasan
siswa sulit untuk
menemukan
solusinya.
Penutup 1. Bersama-sama dengan
siswa dan/atau sendiri
mebuat simpulan
materi.
2. Melakukan penilaian
atau refleksi terhadap
kegiatan yang sudah
dilaksanakan secara
konsisten dan
terprogram.
3. Memberikan umpan
balik terhadap proses
dan hasil pembelajaran
(evaluasi).
4. Merencanakan kegiatan
tidak lanjut dalam
bentuk program
pengayaan, memberikan
tugas baik tugas idividu
maupun kelompok
- Menyimak
kesimpulan dari
guru
- Mengerjakan
soal dari guru
- Siswa
mengerjakan
tugas yang
diberikan uru.
15
101
sesuai dengan hasil
belajar.
I. TEKNIK PENILAIAN
Teknik Bentuk Instrumen
Tes Tertulis Pre Test dan Post Test
Portofolio Lembar Kerja Siswa
J. PEDOMAN PENILAIAN
1. Penilaian Afektif (Terlampir)
2. Penilaian Psikomotor (Terlampir)
3. Penilaian Kognitif (Terlampir)
Jakarta, 2020
Menyetujui,
Guru Mata Pelajaran Fisika Mahasiswa Praktikan
RR. Sri Wulandari, S.Pd Ika Shepti Indriani
NIP 196605091989032008 NIM 11140163000027
102
INSTRUMEN PENILAIAN KOGNITIF
Tes Formatif 3
No Soal Jawaban Skor
1
Berdasarkan data pada grafik,
berapa besar kalor yang
keluar dan efisiensi pada
mesin Carnot adalah…
4
Jawaban benar, memberikan cara
pengerjaan, tetapi tidak ada satuan
3
Jawaban benar, tidak memberikan
cara pengerjaan, tidak ada satuan
2
Jawaban tidak tepat 1
Tidak menjawab 0
2
Kedua gambar lemari es dan
penghangat ruang memiliki
prinsip kerja yang sama hanya
saja tujuannya yang berbeda.
Identifikasikanlah prinsip
kerja dan tujuan akhir kerja
pada kedua gambar tersebut.
Prinsip kerja lemari es
mengambil QL dari dalam kulkas
dan membuang QH keluar
lingkungan yang tujuannya
adalah QL (dalam kulkas).
Prinsip kerja penghangat
ruangan/ pompa kalor mengambil
QL dari luar dan memberikan QH
ke dalam yang tujuannya adalah
QH (dalam ruangan).
4
Memberikan jawaban dan
penjelasan 1 poin.
3
Memberikan jawaban dan
penjelasan kurang tepat
2
Memberikan jawaban dan
penjelasan salah.
1
Tidak menjawab 0
Formatif penilaian kognitif:
1. Skor maksimal = 4 x 2 = 8
2.
3. Nilai kognitif dikualifikasikan dengan predikat sebagai berikut.
Kriteria Nilai
Sangat baik 80-100
Baik 70-79
Cukup 60-69
Kurang ˂60
QH = 900 J
QL
𝜂 𝑇𝐿
𝑇𝐻
𝜂 00
600
𝜼 50 %
𝜂 𝑄𝐿
𝑄𝐻
0,5 =𝟏 𝑸𝑳
𝟗𝟎𝟎
QL = 450 Joule
103
INSTRUMEN PENILAIAN AFEKTIF
Kelompok Nama
Aspek yang dinilai
Skor Memperhatikan
Keterlibatan
dalam
diskusi
Bertanya
1
2
RUBRIK PENILAIAN AFEKTIF
No Aspek yang dinilai Rubrik penilaian Skor
1 Memperhatikan
ketika guru
menjelaskan
Seluruh anggota kelompok
memperhatika penjelasan dari guru. 3
Hanya beberapa anggota kelompok yang
memperhatikan penjelasan dari guru. 2
Seluruh anggota kelompok tidak
memperhatikan penjelasan dari guru. 1
2 Terlibat aktif dalam
diskusi
Seluruh anggota kelompok terlibat aktif
dalam berdiskusi. 3
Hanya beberapa anggota kelompok yang
terlibat aktif dalam berdiskusi. 2
Diskusi kelompok tidak berjalan 1
3 Mengajukan
pertanyaan
Mengemukakan pertanyaan yang sesuai
dengan masalah. 3
Mengemukakan pertanyaan, namun
kurang sesuai dengan masalah. 2
Mengemukakan pertanyaan tidak sesuai
dengan masalah. 1
Format penilaian afektif:
1. Skor maksimal = 3 x 3 = 9
2.
3. Nilai afektif dikualifikasikan dengan predikat sebagai berikut.
Kriteria Nilai
Sangat baik 80-100
Baik 70-79
Cukup 60-69
Kurang ˂60
104
INSTRUMEN PENILAIAN PSIKOMOTORIK
Kelompok Nama
Aspek yang dinilai
Skor Menyajikan
hasil diskusi Menyimpulkan
1
2
RUBRIK PENILAIAN PSIKOMOTORIK
No Aspek yang dinilai Rubrik penilaian Skor
1 Keterampilan
menyajikan hasil
diskusi
Menyampaikan hasil diskusi sesuai
masalah serta mengaitkannya dengan
konsep termodinamika dengan tepat.
3
Menyampaikan hasil diskusi sesuai
dengan masalah, namun kurang tepat
saat mengaitkannya dengan konsep
termodinamika.
2
Menyampaikan hasil diskusi tidak
sesuai masalah serta tidak
mengaitkannya dengan konsep
termodinamika.
1
2 Keterampilan
menyimpulkan
Menyimpulkan sesuai dengan konsep
termodinamika secara tepat. 3
Menyimpulkan sesuai dengan konsep
termodinamika, namun kurang tepat. 2
Menyimpulkan tidak sesuai dengan
konsep termodinamika. 1
Format penilaian afektif:
c. Skor maksimal = 3 x 2 = 6
d.
e. Nilai psikomotorik dikualifikasikan dengan predikat sebagai berikut.
Kriteria Nilai
Sangat baik 80-100
Baik 70-79
Cukup 60-69
Kurang ˂60
105
Lampiran A. 4 RPP kelas kontrol
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(Kelas Kontrol)
Sekolah : SMA N 105 Jakarta
Kelas/Semester : XI/2
Mata Pelajaran : Fisika
Konsep : Termodinamika
Pertemuan ke : 1
Alokasi Waktu : 2 x 45 menit
A. Kompetensi Inti
KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
KI 2 : Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (gotong-
royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan
menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan
dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta
dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
KI 3 : Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan factual, procedural
berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni,
budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan,
kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta
menerap-kan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik
sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
KI 4 : Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkrit dan ranah abstrak
terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara
mandiri, dan mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan.
106
B. Kompetensi Dasar (KD) dan Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK)
Kompetensi Dasar (KD) Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK)
3.7 Menganalisis
perubahan keadaan
gas ideal dengan
menerapkan hukum
Termodinamika
3.7.1 Mengidentifikasi Hukum Nol
Termodinamika dan kesetimbangan
termal dalam penerapan kehidupan
sehari-hari.
3.7.2 Menganalisis sistem, lingkungan dan
batas sistem pada sistem terbuka,
tertutup dan terisolasi berdasarkan
contoh dikehidupan sehari-hari.
3.7.3 Menganalisis Hukum I Termodinamika
dalam penerapan kehidupan sehari-hari.
C. Tujuan Pembelajaran
Setelah proses pembelajaran dilakukan, peserta didik diharapkan dapat:
1. Siswa mampu mengidentifikasi Hukum Nol Termodinamika dalam penerapan
kehidupan sehari-hari.
2. Siswa mampu menganalisis sistem, lingkungan dan batas sistem pada sistem
terbuka, tertutup dan terisolasi berdasarkan contoh dikehidupan sehari-hari.
3. Siswa mampu menganalisis Hukum I Termodinamika dalam penerapan
kehidupan sehari-hari.
D. Materi Pembelajaran
1. Peta Konsep
Terlampir
2. Uraian Materi Singkat
a) Termodinamika
Termodinamika merupakan suatu cabang ilmu isika yang mempelajari
hukum-hukum dasar yang dipatuhi oleh kalor dan usaha.
b) Hukum ke-nol termodinamika
107
Bunyi hukum ke-nol termodinamika: “Jika dua sistem berada dalam
kesetimbangan termal dengan sistem ketiga, maka mereka berada dalam
kesetimbangan termal satu sama lain.”
c) Sistem, lingkungan dan batas sistem
Sistem didefinisikan sebagai sejumlah zat dalam suatu wadah. Segala
sesuatu diluar sistem disebut lingkungan. Sistem dan dipisahkan dari
lingkungan oleh suatu batas sistem. Batas ini bisa tetap atau bergerak.
d) Usaha, kalor dan energi
Usaha yang dilakukan pada (atau oleh) sistem merupakan ukuran energi
yang dipindahkan dari sistem ke lingkungan atau sebaliknya. Energi
mekanik (kinetik atau potensial) sistem merupakan energi yang dimiliki
sistem akibat gerak koordinat posisinya. Kalor mirip seperti usaha, yaitu
muncul jika terjadi perpindahan energi antara sistem dan lingkungan.
Kalor muncul ketika energi dipindahkan akibat adanya perbedaan suhu
atau perubahan wujud zat.
e) Hukum Pertama Termodinamika
Hukum pertama termodinamika adalah prinsip kekekalan energi yang
diaplikasikan pada kalor, usaha dan energi dalam. Bunyi hukum ke-I
termodinamika: “energi tidak dapat diciptakan ataypun dimusnahkan,
melainkan hanya bisa diubah bentuknya saja.”
E. Metode Pembelajaran
Pendekatan : Problem Solving
Metode : Dsikusi kelompok, tanya jawab, dan studi referensi
F. Media Dan Alat Pembelajaran
Media : Lembar Kerja Siswa (Terlampir)
Alat dan bahan : Laptop, proyektor, dan LCD
G. Sumber Belajar
1. Halliday, Resnick dan Walker. 2012. Fisika Dasar Jilid I. Jakarta: Erlangga
2. Giancoli, Douglas C. 2001. Fisika Jilid I. Jakarta: Erlangga
108
3. Kanginan, Marthen. 2016. Fisika SMA Kelas XI. Jakarta: Erlangga
4. Astra, I made dan Hilman Setiawan. 2007. Fisika untuk SMA dan MA Kelas
XI. Jakarta: Piranti Darma Kalokatama
H. Langkah-langkah Pembelajaran
Tahapan
Pembelajaran
Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran Alokasi
Waktu
(Menit) Guru Siswa
Pembukaan
Memulai pembelajaran
dengan berdoa,
mengucapkan salam dan
melakukan absensi siswa.
Berdo‟a, Menjawab
salam dan Absensi. 2
Apersepsi
Guru menyampaikan
tujuan pembelajaran pada
pertemuan tersebut dan
materi yang akan
dipelajari yaitu hukum nol
termodinamika dan
hukum I termodinamika.
Menyimak tujuan
pembelajaran yang
disampaikan oleh
guru. 3
Motivasi
Memberikan gambaran
tentang manfaat
mempelajari pelajaran
yang akan dipelajari
dalam kehidupan sehari-
hari.
Menyimak
penjelasan
mengenai manfaat
materi yang akan
dipelajari yang
disampaikan oleh
guru.
5
Kegiatan Inti (Mengamati)
Siswa diberikan stimulus
untuk memusatkan
perhatian pada topik
materi Termodinamika,
Hukum ke Nol
Termodinamika, dan
Hukum ke I
Termodinamika.
siswa dan guru
mendiskusikan
materi tersebut.
5
Membagikan siswa untuk
membentuk kelompok
kecil secara heterogen,
masing-masing terdiri atas
5-6 orang dan
Siswa menyimak
dan mencatat
anggota
kelompoknya dan
berkumpul bersama
5
109
membagikan LKS pada
setiap kelompok.
anggotanya serta
siswa menerima
LKS
(Menanya)
Memahami masalah
Guru meminta kelompok
siswa memahami masalah.
Siswa berdiskusi
dengan teman
kelompoknya
masalah yang
disampaikan oleh
guru pada LKS.
10
(Mengumpulkan
Informasi)
Membuat rencana
Guru meminta kelompok
siswa membuat rencana
penyelesaian masalah
soal.
Siswa berdiskusi
dengan tujuan
kelompoknya
merencanakan
masalah yang
disampaikan oleh
guru pada LKS.
10
(Mengasosiasi)
Melaksanakan rencana
Guru meminta kelompok
siswa melaksanakan
rencana penyelesaian
masalah soal.
Siswa berdiskusi
dengan tujuan
kelompoknya
melaksanakan
masalah yang
disampaikan oleh
guru pada LKS.
10
(Mengkomunikasikan)
Memeriksa kembali
1. Guru meminta
kelompok siswa untuk
mempresentasikan
soal.
2. Guru meminta siswa
kelompok lain sama-
sama memeriksa
kembali kebenaran
jawaban soal yang
sudah
dipresentasikan.
Siswa
mempresentasikan
hasil diskusi.
Siswa memeriksa
kembali kebenaran
jawaban soal.
5
Guru mengulang langkah
penyelesaian soal untuk
dikerjakan soal
berikutnya.
Siswa mengerjakan
soal berikutnya 20
Penutup 1. Bersama-sama dengan
siswa dan/atau sendiri
membuat simpulan
materi.
- Menyimak
kesimpulan dari
guru
- Mengerjakan
15
110
2. Melakukan penilaian
atau refleksi terhadap
kegiatan yang sudah
dilaksanakan secara
konsisten dan
terprogram.
3. Memberikan umpan
balik terhadap proses
dan hasil
pembelajaran
(evaluasi).
4. Merencanakan
kegiatan tidak lanjut
dalam bentuk program
pengayaan,
memberikan tugas
baik tugas idividu
maupun kelompok
sesuai dengan hasil
belajar.
soal dari guru
- Siswa
mengerjakan
tugas yang
diberikan guru.
I. TEKNIK PENILAIAN
Teknik Bentuk Instrumen
Tes Tertulis Pre Test dan Post Test
Portofolio Lembar Kerja Siswa
J. PEDOMAN PENILAIAN
1. Penilaian Afektif (Terlampir)
2. Penilaian Psikomotor (Terlampir)
3. Penilaian Kognitif (Terlampir)
Jakarta, 2020
Menyetujui,
Guru Mata Pelajaran Fisika Mahasiswa Praktikan
RR. Sri Wulandari, S.Pd Ika Shepti Indriani
NIP 196605091989032008 NIM 11140163000027
111
INSTRUMEN PENILAIAN KOGNITIF
Tes Formatif I
No Soal Jawaban Skor
1
Dalam kehidupan sehari-hari
Hukum ke-Nol termodinamika
banyak ditemukan. Pernahkah
kalian mengalami demam? Ya,
pasti hampir setiap orang pernah
mengalami demam. Ada banyak
cara menurunkan peningkatan
suhu tubuh salah satunya yaitu
dengan mengkompres anak
dengan handuk kecil yang sudah
dicelupkan kedalam air dingin.
Ketika sedang mengkompres
anak, maka akan terjadi
kesetimbangan termal pada
handuk dan tubuh anak.
Mengapa mengkompres dengan
handuk bisa menurunkan panas
pada tubuh? Mengapa peristiwa
tersebut dikatakan penerapan
hukum nol termodinamika?
Jelaskan!
Keadaan suhu tubuh
dikompres secara berulang
akan mengalami penurunan
suhu tubuh karena ada
perpindahan suhu yang tinggi
(tubuh) ke suhu yang rendah
dan suhu yang rendah
(handuk) akan mengalami
kenaikan suhu.
karena ada perpindahan suhu
badan ke handuk dan
sebaliknya sehingga suhu
keduanya akan seimbang, itu
yang dinamakan
keseimbangan termal.
Hukum nol termodinamika
mengatakan “hukum nol
termodinamika berhubungan
dengan kesetimbangan
termal antara benda yang
saling bersentuhan”. Benda
yang saling bersentuhan
yaitu tubuh yang panas
dengan handuk yang dingin.
4
Mengidentifikasi alasan dengan
2 poin.
3
Mengidentifikasi alasan dengan
1 poin
2
Jawaban salah 1
Tidak menjawab 0
2
Tentukan dan jelaskan
berdasarkan pengamatanmu yang
termasuk sistem terbuka, sistem
tertutup dan sistem terisolasi!
Gambar A : system
terbuka, karena energy
panas yang didalam panci
berikan dengan lingkungan
begitu pula dengan zat nya.
Gambar B : system
tertutup, karena energy
panas yang didalam panci
bertukar dengan
lingkungan, tetapi tidak
terjadi pertukaran zat
4
A B C
112
dengan lingkungan.
Gambar C : system
terisolasi, karena energy
panas dan zat tidak bisa
bertukar dengan
lingkungan.
Memberikan jawaban dan
penjelasan 2 poin.
3
Memberikan jawaban dan
penjelasan 1 poin
2
Memberikan jawaban tetapi
tidak memberikan penjelasan.
1
Tidak menjawab 0
Formatif penilaian kognitif:
1. Skor maksimal = 4 x 2 = 8
2.
3. Nilai kognitif dikualifikasikan dengan predikat sebagai berikut.
Kriteria Nilai
Sangat baik 80-100
Baik 70-79
Cukup 60-69
Kurang ˂60
113
INSTRUMEN PENILAIAN AFEKTIF
Kelompok Nama
Aspek yang dinilai
Skor Memperhatikan
Keterlibatan
dalam
diskusi
Bertanya
1
2
RUBRIK PENILAIAN AFEKTIF
No Aspek yang dinilai Rubrik penilaian Skor
1 Memperhatikan
ketika guru
menjelaskan
Seluruh anggota kelompok
memperhatika penjelasan dari guru. 3
Hanya beberapa anggota kelompok yang
memperhatikan penjelasan dari guru. 2
Seluruh anggota kelompok tidak
memperhatikan penjelasan dari guru. 1
2 Terlibat aktif dalam
diskusi
Seluruh anggota kelompok terlibat aktif
dalam berdiskusi. 3
Hanya beberapa anggota kelompok yang
terlibat aktif dalam berdiskusi. 2
Diskusi kelompok tidak berjalan 1
3 Mengajukan
pertanyaan
Mengemukakan pertanyaan yang sesuai
dengan masalah. 3
Mengemukakan pertanyaan, namun
kurang sesuai dengan masalah. 2
Mengemukakan pertanyaan tidak sesuai
dengan masalah. 1
Format penilaian afektif:
h) Skor maksimal = 3 x 3 = 9
i)
j) Nilai afektif dikualifikasikan dengan predikat sebagai berikut.
Kriteria Nilai
Sangat baik 80-100
Baik 70-79
Cukup 60-69
Kurang ˂60
114
INSTRUMEN PENILAIAN PSIKOMOTORIK
Kelompok Nama
Aspek yang dinilai
Skor Menyajikan
hasil diskusi Menyimpulkan
1
2
RUBRIK PENILAIAN PSIKOMOTORIK
No Aspek yang dinilai Rubrik penilaian Skor
1 Keterampilan
menyajikan hasil
diskusi
Menyampaikan hasil diskusi sesuai
masalah serta mengaitkannya dengan
konsep termodinamika dengan tepat.
3
Menyampaikan hasil diskusi sesuai
dengan masalah, namun kurang tepat
saat mengaitkannya dengan konsep
termodinamika.
2
Menyampaikan hasil diskusi tidak
sesuai masalah serta tidak
mengaitkannya dengan konsep
termodinamika.
1
2 Keterampilan
menyimpulkan
Menyimpulkan sesuai dengan konsep
termodinamika secara tepat. 3
Menyimpulkan sesuai dengan konsep
termodinamika, namun kurang tepat. 2
Menyimpulkan tidak sesuai dengan
konsep termodinamika. 1
Format penilaian afektif:
1. Skor maksimal = 3 x 2 = 6
2.
3. Nilai psikomotorik dikualifikasikan dengan predikat sebagai berikut.
Kriteria Nilai
Sangat baik 80-100
Baik 70-79
Cukup 60-69
Kurang ˂60
115
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(Kelas Kontrol)
Sekolah : SMA N 105 Jakarta
Kelas/Semester : XI/2
Mata Pelajaran : Fisika
Konsep : Termodinamika
Pertemuan ke : 2
Alokasi Waktu : 2 x 45 menit
A. Kompetensi Inti
KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
KI 2 : Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong-
royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan
menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan
dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta
dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
KI 3 : Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan factual, procedural
berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni,
budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan,
kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta
menerap-kan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik
sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
KI 4 : Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkrit dan ranah abstrak
terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara
mandiri, dan mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan.
116
B. Kompetensi Dasar (KD) dan Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK)
Kompetensi Dasar (KD) Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK)
3.7 Menganalisis
perubahan keadaan
gas ideal dengan
menerapkan hukum
Termodinamika
3.7.4 Menganalisis kalor, usaha, energi dalam
termodinamika pada proses isotermal,
isobarik, isokhorik, adiabatik.
C. Tujuan Pembelajaran
Setelah proses pembelajaran dilakukan, peserta didik diharapkan dapat:
1. Siswa mampu menganalisis kalor, usaha, energi dalam termodinamika pada
proses isotermal.
2. Siswa mampu menganalisis kalor, usaha, energi dalam termodinamika pada
proses isobarik.
3. Siswa mampu menganalisis kalor, usaha, energi dalam termodinamika pada
proses isokhorik.
4. Siswa mampu menganalisis kalor, usaha, energi dalam termodinamika pada
proses adiabatik.
D. Materi Pembelajaran
1. Peta Konsep
Terlampir
2. Uraian Materi Singkat
a. Proses-proses Termodinamika
Ada empat jenis proses dalam termodinamika:
1) Proses Isobarik
Persamaan keadaan untuk proses isobarik (p
tetap) adalah
117
Sedangkan rumus usahanya adalah
Pada proses isobarik, tekanan tetap, sehingga kalor yang diberikan
untuk melakukan usaha dan perubahan energi di dalamnya adalah:
2) Proses Isokhorik
Persamaan keadaan untuk proses isokhorik (V
tetap) adalah
Karena volume gas tidak berubah , maka
usaha yang dilakukan oleh gas sama dengan nol.
Pada proses isokhorik, volume tetap yang berarti ΔV = 0 (karena
ΔV = 0, maka W = 0)
3) Proses Isotermik
Persamaan keadaan untuk proses isotermal
(T tetap) adalah
Karena perubahan volume tidak linier,
maka kita tidak dapat menggunakan rumus
, tetapi dengan menggunakan
persamaan integral.
(
)
Pada proses isotermal, suhu tetap yang artinya ΔT = 0, sehingga
perubahan energi dalamnya nol (ΔU = 0).
118
4) Proses Adiabatik
Persamaan keadaan untuk proses adiabatik
dapat diturunkan dengan:
Usaha yang dilakukan sistem pada proses adiabatis dirumuskan
sebagai berikut:
Pada proses adiabatik, proses dimana tidak ada kalor yang dibiarkan
mengalir ke dalam atau keluar sistem (Q = 0).
E. Metode Pembelajaran
Pendekatan : Problem Solving
Metode : Dsikusi kelompok, tanya jawab, dan studi referensi
F. Media Dan Alat Pembelajaran
Media : Lembar Kerja Siswa (Terlampir)
Alat dan bahan : Laptop, proyektor, dan LCD
G. Sumber Belajar
1. Halliday, Resnick dan Walker. 2012. Fisika Dasar Jilid I. Jakarta: Erlangga
2. Giancoli, Douglas C. 2001. Fisika Jilid I. Jakarta: Erlangga
3. Kanginan, Marthen. 2016. Fisika SMA Kelas XI. Jakarta: Erlangga
4. Astra, I made dan Hilman Setiawan. 2007. Fisika untuk SMA dan MA Kelas
XI. Jakarta: Piranti Darma Kalokatama
119
H. Langkah-langkah Pembelajaran
Tahapan
Pembelajaran
Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran Alokasi
Waktu Guru Siswa
Pembukaan
Memulai pembelajaran
dengan berdoa,
mengucapkan salam dan
melakukan absensi siswa.
Berdo‟a, Menjawab
salam dan Absensi.
2
Apersepsi
Guru menyampaikan
tujuan pembelajaran pada
pertemuan tersebut dan
materi yang akan
dipelajari yaitu usaha,
kalor dan energgi dalam
pada proses-proses
termodinamika.
Menyimak tujuan
pembelajaran yang
disampaikan oleh
guru. 3
Motivasi
Memberikan gambaran
tentang manfaat
mempelajari pelajaran
yang akan dipelajari
dalam kehidupan sehari-
hari.
Menyimak
penjelasan
mengenai manfaat
materi yang akan
dipelajari yang
disampaikan oleh
guru.
5
Kegiatan Inti (Mengamati )
Siswa diberikan stimulus
untuk memusatkan
perhatian pada topik
materi Proses-proses
Termodinamika.
siswa dan guru
mendiskusikan
materi tersebut. 5
Membagikan siswa untuk
membentuk kelompok
kecil secara heterogen,
masing-masing terdiri atas
5-6 orang dan
membagikan LKS pada
setiap kelompok.
Siswa menyimak
dan mencatat
anggota
kelompoknya dan
berkumpul bersama
anggotanya serta
siswa menerima
LKS
5
(Menanya)
Memahami masalah
Guru meminta kelompok
siswa memahami masalah.
Siswa berdiskusi
dengan teman
kelompoknya
10
120
masalah yang
disampaikan oleh
guru pada LKS.
(Mengumpulkan
Informasi)
Membuat rencana
Guru meminta kelompok
siswa membuat rencana
penyelesaian masalah
soal.
Siswa berdiskusi
dengan tujuan
kelompoknya
merencanakan
masalah yang
disampaikan oleh
guru pada LKS.
10
(Mengasosiasi)
Melaksanakan rencana
Guru meminta kelompok
siswa melaksanakan
rencana penyelesaian
masalah soal.
Siswa berdiskusi
dengan tujuan
kelompoknya
melaksanakan
masalah yang
disampaikan oleh
guru pada LKS.
5
(Mengkomunikasikan)
Memeriksa kembali
1. Guru meminta
kelompok siswa untuk
mempresentasikan soal.
2. Guru meminta siswa
kelompok lain sama-
sama memeriksa
kembali kebenaran
jawaban soal yang
sudah dipresentasikan.
Siswa
mempresentasikan
hasil diskusi.
Siswa memeriksa
kembali kebenaran
jawaban soal.
10
Guru mengulang langkah
penyelesaian soal untuk
dikerjakan soal
berikutnya.
Siswa mengerjakan
soal berikutnya 20
Penutup 1. Bersama-sama dengan
siswa dan/atau sendiri
mebuat simpulan
materi.
2. Melakukan penilaian
atau refleksi terhadap
kegiatan yang sudah
dilaksanakan secara
konsisten dan
terprogram.
3. Memberikan umpan
- Menyimak
kesimpulan dari
guru
- Mengerjakan
soal dari guru
- Siswa
mengerjakan
tugas yang
diberikan uru.
15
121
balik terhadap proses
dan hasil pembelajaran
(evaluasi).
4. Merencanakan kegiatan
tidak lanjut dalam
bentuk program
pengayaan,
memberikan tugas baik
tugas idividu maupun
kelompok sesuai
dengan hasil belajar.
I. TEKNIK PENILAIAN
Teknik Bentuk Instrumen
Tes Tertulis Pre Test dan Post Test
Portofolio Lembar Kerja Siswa
J. PEDOMAN PENILAIAN
1. Penilaian Afektif (Terlampir)
2. Penilaian Psikomotor (Terlampir)
3. Penilaian Kognitif (Terlampir)
Jakarta, 2020
Menyetujui,
Guru Mata Pelajaran Fisika Mahasiswa Praktikan
RR. Sri Wulandari, S.Pd Ika Shepti Indriani
NIP 196605091989032008 NIM 11140163000027
122
INSTRUMEN PENILAIAN KOGNITIF
Tes Formatif 2
No Soal Jawaban Skor
1 Gas pada suatu sistem suhunya 200oC.
Gas ini mengalami proses kompresi
isobarik, Setelah itu gas mengalami
proses isokhorik.
Dari 2 grafik diatas, dapatkah kalian
menyimpulkan grafik yang mana yang
sesuai dengan wacana? Kemukakan
alasanmu!
Grafik yang sesuai dengan
wacana ialah grafik B.
Alasannya:
Gas mula-mula mengalami
proses kompresi isobarik
dimana proses ini
mengalami pemampatan
volume dengan tekanan
konstan, maka grafik mula-
mula bergerak horizontal
kea rah kiri. Setelah itu gas
mengalami proses isokhorik
dimana ada volumenya
tetap, maka grafik yang
tepat setelahnya bergerak
vertikal kebawah.
4
Jawabannya benar, alasan
kurang tepat.
3
Jawaban benar, alasan salah. 2
Jawaban salah 1
Tidak menjawab 0
2
Gas pada suatu sistem suhunya 200oC.
Usaha total yang dilakukan pada gas
tersebut sebesar 200 J. Buktikan
apakah usaha total yang dilakukan
pada gas tersebut sebesar 200 J?
Proses dari A-B yaitu
isobarik sehingga usaha:
Proses dari B-C yaitu
iskhorik sehingga usaha:
W P ΔV W = P (0 ) WBC = 0 Maka usaha total yang
dilakukan gas adalah
W = WAB + WBC
= 200 + 0
= 200 J
4
Jawaban benar, memberikan 3
4 6
105
1,2.105
P (N/m2)
V (L)
B.
A.
A B
C
4 6
105
1,2.105
P (N/m2)
A
V (L)
B
C
4 6
105
1,2.105
P (N/m2)
A
V (L)
B
C
123
cara pengerjaan, tetapi tidak
ada satuan
Jawaban benar, tidak
memberikan cara
pengerjaan, tidak ada satuan
2
Jawaban tidak tepat 1
Tidak menjawab 0
Formatif penilaian kognitif:
1. Skor maksimal = 4 x 2 = 8
2.
3. Nilai kognitif dikualifikasikan dengan predikat sebagai berikut.
Kriteria Nilai
Sangat baik 80-100
Baik 70-79
Cukup 60-69
Kurang ˂60
124
INSTRUMEN PENILAIAN AFEKTIF
Kelompok Nama
Aspek yang dinilai
Skor Memperhatikan
Keterlibatan
dalam
diskusi
Bertanya
1
2
RUBRIK PENILAIAN AFEKTIF
No Aspek yang dinilai Rubrik penilaian Skor
1 Memperhatikan
ketika guru
menjelaskan
Seluruh anggota kelompok
memperhatika penjelasan dari guru. 3
Hanya beberapa anggota kelompok yang
memperhatikan penjelasan dari guru. 2
Seluruh anggota kelompok tidak
memperhatikan penjelasan dari guru. 1
2 Terlibat aktif dalam
diskusi
Seluruh anggota kelompok terlibat aktif
dalam berdiskusi. 3
Hanya beberapa anggota kelompok yang
terlibat aktif dalam berdiskusi. 2
Diskusi kelompok tidak berjalan 1
3 Mengajukan
pertanyaan
Mengemukakan pertanyaan yang sesuai
dengan masalah. 3
Mengemukakan pertanyaan, namun
kurang sesuai dengan masalah. 2
Mengemukakan pertanyaan tidak sesuai
dengan masalah. 1
Format penilaian afektif:
k) Skor maksimal = 3 x 3 = 9
l)
m) Nilai afektif dikualifikasikan dengan predikat sebagai berikut.
Kriteria Nilai
Sangat baik 80-100
Baik 70-79
Cukup 60-69
Kurang ˂60
125
INSTRUMEN PENILAIAN PSIKOMOTORIK
Kelompok Nama
Aspek yang dinilai
Skor Menyajikan
hasil diskusi Menyimpulkan
1
2
RUBRIK PENILAIAN PSIKOMOTORIK
No Aspek yang dinilai Rubrik penilaian Skor
1 Keterampilan
menyajikan hasil
diskusi
Menyampaikan hasil diskusi sesuai
masalah serta mengaitkannya dengan
konsep termodinamika dengan tepat.
3
Menyampaikan hasil diskusi sesuai
dengan masalah, namun kurang tepat
saat mengaitkannya dengan konsep
termodinamika.
2
Menyampaikan hasil diskusi tidak
sesuai masalah serta tidak
mengaitkannya dengan konsep
termodinamika.
1
2 Keterampilan
menyimpulkan
Menyimpulkan sesuai dengan konsep
termodinamika secara tepat. 3
Menyimpulkan sesuai dengan konsep
termodinamika, namun kurang tepat. 2
Menyimpulkan tidak sesuai dengan
konsep termodinamika. 1
Format penilaian afektif:
1. Skor maksimal = 3 x 2 = 6
2.
3. Nilai psikomotorik dikualifikasikan dengan predikat sebagai berikut.
Kriteria Nilai
Sangat baik 80-100
Baik 70-79
Cukup 60-69
Kurang ˂60
126
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(Kelas Kontrol)
Sekolah : SMA N 105 Jakarta
Kelas/Semester : XI/2
Mata Pelajaran : Fisika
Konsep : Termodinamika
Pertemuan ke : 3
Alokasi Waktu : 2 x 45 menit
A. Kompetensi Inti
KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
KI 2 : Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (gotong-
royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan
menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan
dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta
dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
KI 3 : Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan factual, procedural
berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni,
budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan,
kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta
menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik
sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
KI 4 : Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkrit dan ranah abstrak
terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara
mandiri, dan mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan.
B. Kompetensi Dasar (KD) dan Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK)
Kompetensi Dasar (KD) Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK)
3.7 Menganalisis
perubahan keadaan
3.7.5 Menganalisis efisiensi hukum II
termodinamika pada mesin kalor dan
127
gas ideal dengan
menerapkan hukum
Termodinamika
siklus carnot
3.7.6 Menganalisis koefisien kinerja hukum
II termodinamika pada mesin
pendingin.
C. Tujuan Pembelajaran
Setelah proses pembelajaran dilakukan, peserta didik diharapkan dapat:
1. Siswa mampu menganalisis efisiensi hukum II termodinamika pada mesin
kalor.
2. Siswa mampu menganalisis efisiensi hukum II termodinamika pada siklus
carnot.
3. Siswa mampu menganalisis koeisien kinerja hukum II termodinamika pada
mesin pendingin.
D. Materi Pembelajaran
1. Peta Konsep
Terlampir
2. Uraian Materi Singkat
a. Hukum II termodinamika merupakan pernyataan mengenai proses yang
dapat terjadi di alam maupun yang tidak.
b. Perkembangan pernyataan umum hukum II termodinamika didasarkan
pada studi mesin kalor. Mesin kalor adalah suatu alat yang mengubah
energi panas menjadi energi mekanik, seperti mesin uap dan mesin mobil.
128
Efisiensi e dari mesin kalor dapat didefinisikan sebagai perbandingan kerja
yang dilakukannya W terhadap masukan kalor pada temperature tinggi QH:
Karena energi kekal, kalor masukan QH harus sama dengan kerja yang
dilakukan ditambah kalor yang keluar pada suhu rendah (QL):
c. Siklus carnot terdiri dari dua proses isotermal reversibel dan dua proses
adiabatik reversibel.
Kalor QH dan QC sebanding dengan temperatur operasi TH dan TC (dalam
kelvin) sehingga efisiensi dapat dituliskan sebagai:
d. Mesin pendingin (refrigerator) yaitu mesin kalor yang beroperasi secara
terbalik. Sebuah mesin yang menarik panas dari tempat yang dingin dan
melepaskan panas ke tempat yang lebih hangat.
129
Koefisien kinerja (KK) mesin pendingin didefinisikan sebagai kalor QL
yang diambil dari area dengan temperatur rendah dibagi dengan kerja W
yang dilakukan untuk mengeluarkan kalor:
Energi adalah kekal, sehingga dari hukum termodinamika pertama kita
dapat menuliskan QL + W = QH atau W = QH - QL. Kemudian persamaan
menjadi:
Untuk mesin pendingin ideal yang terbaik yang bisa didapat adalah
E. Metode Pembelajaran
Pendekatan : Problem Solving
Metode : Dsikusi kelompok, tanya jawab, dan studi referensi
F. Media Dan Alat Pembelajaran
Media : Lembar Kerja Siswa (Terlampir)
Alat dan bahan : Laptop, proyektor, dan LCD
G. Sumber Belajar
1. Halliday, Resnick dan Walker. 2012. Fisika Dasar Jilid I. Jakarta: Erlangga
2. Giancoli, Douglas C. 2001. Fisika Jilid I. Jakarta: Erlangga
3. Kanginan, Marthen. 2016. Fisika SMA Kelas XI. Jakarta: Erlangga
4. Astra, I made dan Hilman Setiawan. 2007. Fisika untuk SMA dan MA Kelas
XI. Jakarta: Piranti Darma Kalokatama
130
H. Langkah-langkah Pembelajaran
Tahapan
Pembelajaran
Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran Alokasi
Waktu
(Menit) Guru Siswa
Pembukaan
Memulai pembelajaran
dengan berdoa,
mengucapkan salam dan
melakukan absensi siswa.
Berdo‟a, Menjawab
salam dan Absensi.
2
Apersepsi
Guru menyampaikan
tujuan pembelajaran pada
pertemuan tersebut dan
materi yang akan
dipelajari yaitu Hukum II
Termodinamika serta
aplikasinya.
Menyimak tujuan
pembelajaran yang
disampaikan oleh
guru. 3
Motivasi
Memberikan gambaran
tentang manfaat
mempelajari pelajaran
yang akan dipelajari
dalam kehidupan sehari-
hari.
Menyimak
penjelasan
mengenai manfaat
materi yang akan
dipelajari yang
disampaikan oleh
guru.
5
Kegiatan Inti (Mengamati)
Siswa diberikan stimulus
untuk memusatkan
perhatian pada topik
materi Hukum Kedua
Termodinamika.
siswa dan guru
mendiskusikan
materi tersebut.
5
Membagikan siswa untuk
membentuk kelompok
kecil secara heterogen,
masing-masing terdiri atas
5-6 orang dan
membagikan LKS pada
setiap kelompok.
Siswa menyimak
dan mencatat
anggota
kelompoknya dan
berkumpul bersama
anggotanya serta
siswa menerima
LKS
5
(Menanya)
Memahami masalah
Guru meminta kelompok
siswa memahami masalah.
Siswa berdiskusi
dengan teman
kelompoknya
masalah yang
10
131
disampaikan oleh
guru pada LKS.
(Mengumpulkan
Informasi)
Membuat rencana
Guru meminta kelompok
siswa membuat rencana
penyelesaian masalah
soal.
Siswa berdiskusi
dengan tujuan
kelompoknya
merencanakan
masalah yang
disampaikan oleh
guru pada LKS.
10
(Mengasosiasi)
Melaksanakan rencana
Guru meminta kelompok
siswa melaksanakan
rencana penyelesaian
masalah soal.
Siswa berdiskusi
dengan tujuan
kelompoknya
melaksanakan
masalah yang
disampaikan oleh
guru pada LKS.
5
(Mengkomunikasikan)
Memeriksa kembali
1. Guru meminta
kelompok siswa untuk
mempresentasikan soal.
2. Guru meminta siswa
kelompok lain sama-
sama memeriksa
kembali kebenaran
jawaban soal yang
sudah dipresentasikan.
Siswa
mempresentasikan
hasil diskusi.
Siswa memeriksa
kembali kebenaran
jawaban soal.
10
Guru mengulang langkah
penyelesaian soal untuk
dikerjakan soal
berikutnya.
Siswa mengerjakan
soal berikutnya 20
Penutup 1. Bersama-sama dengan
siswa dan/atau sendiri
mebuat simpulan
materi.
2. Melakukan penilaian
atau refleksi terhadap
kegiatan yang sudah
dilaksanakan secara
konsisten dan
terprogram.
3. Memberikan umpan
balik terhadap proses
- Menyimak
kesimpulan dari
guru
- Mengerjakan
soal dari guru
- Siswa
mengerjakan
tugas yang
diberikan uru.
15
132
dan hasil pembelajaran
(evaluasi).
4. Merencanakan kegiatan
tidak lanjut dalam
bentuk program
pengayaan,
memberikan tugas baik
tugas idividu maupun
kelompok sesuai
dengan hasil belajar.
I. TEKNIK PENILAIAN
Teknik Bentuk Instrumen
Tes Tertulis Pre Test dan Post Test
Portofolio Lembar Kerja Siswa
J. PEDOMAN PENILAIAN
1. Penilaian Afektif (Terlampir)
2. Penilaian Psikomotor (Terlampir)
3. Penilaian Kognitif (Terlampir)
Jakarta, 2020
Menyetujui,
Guru Mata Pelajaran Fisika Mahasiswa Praktikan
RR. Sri Wulandari, S.Pd Ika Shepti Indriani
NIP 196605091989032008 NIM 11140163000027
133
INSTRUMEN PENILAIAN KOGNITIF
Tes Formatif 3
No Soal Jawaban Skor
1
Berdasarkan data pada
grafik, berapa besar kalor
yang keluar dan efisiensi
pada mesin Carnot adalah…
4
Jawaban benar, memberikan cara
pengerjaan, tetapi tidak ada satuan
3
Jawaban benar, tidak memberikan
cara pengerjaan, tidak ada satuan
2
Jawaban tidak tepat 1
Tidak menjawab 0
2
Kedua gambar lemari es dan
penghangat ruang memiliki
prinsip kerja yang sama
hanya saja tujuannya yang
berbeda. Identifikasikanlah
prinsip kerja dan tujuan
akhir kerja pada kedua
gambar tersebut.
Prinsip kerja lemari es mengambil
QL dari dalam kulkas dan
membuang QH keluar lingkungan
yang tujuannya adalah QL (dalam
kulkas).
Prinsip kerja penghangat ruangan/
pompa kalor mengambil QL dari
luar dan memberikan QH ke dalam
yang tujuannya adalah QH (dalam
ruangan).
4
Memberikan jawaban dan
penjelasan 1 poin.
3
Memberikan jawaban dan
penjelasan kurang tepat
2
Memberikan jawaban dan
penjelasan salah.
1
Tidak menjawab 0
Formatif penilaian kognitif:
4. Skor maksimal = 4 x 2 = 8
5.
6. Nilai kognitif dikualifikasikan dengan predikat sebagai berikut.
Kriteria Nilai
Sangat baik 80-100
Baik 70-79
Cukup 60-69
Kurang ˂60
QH = 900 J
QL
𝜂 𝑇𝐿
𝑇𝐻
𝜂 00
600
𝜼 50 %
𝜂
𝑄𝐿
𝑄𝐻
0,5 =𝟏 𝑸𝑳
𝟗𝟎𝟎
QL = 450 Joule
134
INSTRUMEN PENILAIAN AFEKTIF
Kelompok Nama
Aspek yang dinilai
Skor Memperhatikan
Keterlibatan
dalam
diskusi
Bertanya
1
2
RUBRIK PENILAIAN AFEKTIF
No Aspek yang dinilai Rubrik penilaian Skor
1 Memperhatikan
ketika guru
menjelaskan
Seluruh anggota kelompok
memperhatika penjelasan dari guru. 3
Hanya beberapa anggota kelompok yang
memperhatikan penjelasan dari guru. 2
Seluruh anggota kelompok tidak
memperhatikan penjelasan dari guru. 1
2 Terlibat aktif dalam
diskusi
Seluruh anggota kelompok terlibat aktif
dalam berdiskusi. 3
Hanya beberapa anggota kelompok yang
terlibat aktif dalam berdiskusi. 2
Diskusi kelompok tidak berjalan 1
3 Mengajukan
pertanyaan
Mengemukakan pertanyaan yang sesuai
dengan masalah. 3
Mengemukakan pertanyaan, namun
kurang sesuai dengan masalah. 2
Mengemukakan pertanyaan tidak sesuai
dengan masalah. 1
Format penilaian afektif:
n) Skor maksimal = 3 x 3 = 9
o)
p) Nilai afektif dikualifikasikan dengan predikat sebagai berikut.
Kriteria Nilai
Sangat baik 80-100
Baik 70-79
Cukup 60-69
Kurang ˂60
135
INSTRUMEN PENILAIAN PSIKOMOTORIK
Kelompok Nama
Aspek yang dinilai
Skor Menyajikan
hasil diskusi Menyimpulkan
1
2
RUBRIK PENILAIAN PSIKOMOTORIK
No Aspek yang dinilai Rubrik penilaian Skor
1 Keterampilan
menyajikan hasil
diskusi
Menyampaikan hasil diskusi sesuai
masalah serta mengaitkannya dengan
konsep termodinamika dengan tepat.
3
Menyampaikan hasil diskusi sesuai
dengan masalah, namun kurang tepat
saat mengaitkannya dengan konsep
termodinamika.
2
Menyampaikan hasil diskusi tidak
sesuai masalah serta tidak
mengaitkannya dengan konsep
termodinamika.
1
2 Keterampilan
menyimpulkan
Menyimpulkan sesuai dengan konsep
termodinamika secara tepat. 3
Menyimpulkan sesuai dengan konsep
termodinamika, namun kurang tepat. 2
Menyimpulkan tidak sesuai dengan
konsep termodinamika. 1
Format penilaian afektif:
1. Skor maksimal = 3 x 2 = 6
2.
3. Nilai psikomotorik dikualifikasikan dengan predikat sebagai berikut.
Kriteria Nilai
Sangat baik 80-100
Baik 70-79
Cukup 60-69
Kurang ˂60
136
Lampiran A. 5 Lembar Kerja Siswa (LKS) kelas eksperimen
137
138
139
140
141
142
143
144
145
146
147
148
149
150
151
152
153
154
155
156
157
158
159
160
161
162
163
Lampiran A. 6 Lembar Kerja Siswa (LKS) kelas kontrol
164
165
166
167
168
169
170
171
172
173
174
175
176
177
178
179
180
181
182
183
184
185
186
187
LAMPIRAN B
INSTRUMEN PENELITIAN
1. Kisi-kisi instrumen penelitian
2. Instrumen tes penelitian
3. Analisis hasil uji instrumen tes
4. Soal tes instrumen penelitian
5. Lembar validasi ahli materi
188
Lampiran B.1 Kisi-kisi Instrumen Penelitian
Kisi-Kisi Instrumen Tes Uraian
Satuan Pendidikan : SMA/MA
Mata Pelajaran : Fisika
Materi Pokok : Termodinamika
Kompetensi Dasar : Menganalisis perubahan keadaan gas ideal dengan menerapkan hukum Termodinamika
Kelas/Semester : XI/2
Bentuk Soal : Essai
Jumlah Soal : 12 (dua belas)
Kompetensi
Dasar Indikator
Aspek Kemampuan Berpikir Kritis
Ʃ
Memberikan
penjelasan sederhana
(elementary
clarification)
Membangun
keterampila
n dasar
(basic
support)
Menyimpulkan
(inference)
Membuat
penjelasan lebih
lanjut (advanced
clarification)
Mengatur
strategi dan
taktik (strategies
and tactics)
Menganalisis
perubahan
keadaan gas
ideal dengan
menerapkan
hukum
Termodinamika
1. Mengidentifikasi Hukum
Nol Termodinamika dan
kesetimbangan termal dalam
penerapan kehidupan sehari-
hari.
1a, 1b
2
2. Menganalisis sistem,
lingkungan dan batas sistem
pada sistem terbuka, tertutup
dan terisolasi berdasarkan
contoh dikehidupan sehari-
2a
2b
2
189
hari.
3. Menganalisis Hukum I
Termodinamika dalam
penerapan kehidupan sehari-
hari.
3a 3b
2
4. Menganalisis kalor, usaha,
energi dalam termodinamika
pada proses isotermal,
isobarik, isokhorik,
adiabatik.
4a, 4b
2
5. Menganalisis efisiensi
hukum II termodinamika
pada mesin kalor dan siklus
carnot
5a, 5b
2
6. Menganalisis koeisien
kinerja hukum II
termodinamika pada mesin
pendingin.
6a
6b 2
Ʃ 3 3 4 1 1 12
190
Lampiran B. 2 Instrumen tes uji coba penelitian
INSTRUMEN BERPIKIR KRITIS TERMODINAMIKA
(Termodinamika)
Mata Pelajaran : Fisika
Kelas/Semester : XI/2
Alokasi Waktu : 60 menit
Jumlah Soal : 12 soal
Bentuk Soal : Essay
No.
Soal
Indikator
Pembelajaran
Aspek
Berpikir
Kritis
Sub Aspek
Berpikir Kritis
Indikator
Soal Bentuk Soal Kunci Jawaban Rubrik Penskoran
1 3.7.1
mengidentifikasi
Hukum Nol
Termodinamika
dan
kesetimbangan
termal dalam
penerapan
kehidupan
sehari-hari.
Memberikan
penjelasan
sederhana
a) Memfokuskan
pertanyaan:
“Mengidentifik
asi/merumuska
n pertanyaan”
Disajikan
wacana
tentang
penerapan
yang
mencakup
hukum nol
termodinamik
a dan
kesetimbanga
n termal.
Siswa
mengidentifik
asi atau
merumuskan
Puteri dan Anisah melakukan eksperimen
sederhana. Mula-mula mereka memasukkan gelas
berisi air dingin bersuhu 20oC ke dalam wadah
kosong, kemudian memasukkan kembali air panas
bersuhu 80oC. setelah beberapa menit tercatat suhu
campuran dalam wadah yang berisi campuran air
panas dan dingin.
Berapa besar suhu
campuran yang
diperoleh dari
pencampuran air
dingin dan air panas?
Mengapa
pencampuran suhu air
dingin dengan suhu
air panas mengalami
kesetimbangan
termal?
Mengapa peristiwa
tersebut dikatakan
penerapan hukum nol
termodinamika?
Skor Kriteria
4 Membuat 2
pertanyaan
berdasarkan
kriteria dan
relevan
dengan
wacana
3 Membuat 1
pertanyaan
berdasarkan
kriteria dan
relevan
dengan
191
pertanyaan
dari wacana
pada
pencampuran
air dingin dan
air panas.
Suhu campuran
Berdasarkan eksperimen tersebut, setelah puteri
mengamati ternyata “pada saat air panas
dicampur dengan air dingin setelah beberapa
saat akan tercapai kesetimbangan termal antara
air panas dengan air dingin”. Proses
pencampuran air dingin dan air panas tersebut
merupakan penerapan hukum nol termodinamika.
Buatlah 2 pertanyaan yang sesuai dengan
wacana diatas!
wacana
2 Membuat 1
pertanyaan
berdasarkan
kriteria
1 Membuat 1
pertanyaan
tidak relevan
0 Tidak
menjawab
b) Memfokuskan
pertanyaan:
“mengidentifik
asi atau
merumuskan
kriteria-kriteria
untuk
mempertimban
gkan jawaban
yang
mungkin”.
Siswa
mengidentifik
asikan
kriteria-
kriteria untuk
mempertimba
ngkan
jawaban yang
mungkin
pada
pertanyaan
yang dibuat
Tentukan jawaban dari pertanyaan yang sudah
kamu buat!
1. jika dihitung :
Suhu campuran yang
dihasilkan yaitu
2. Karena jika benda
yang suhunya panas
dicampur dengan
suhu dingin maka
suhu yang tinggi akan
turun menuju suhu
yang rendah dan suhu
rendah akan menuju
Skor Kriteria
4 jawaban
benar,
memberikan
penjelasan
jelas, fokus
dan akurat.
3 jawaban
benar,
memberikan
penjelasan
kurang fokus
? oC
192
kesetimbangan
termal.
3. Hukum nol
termodinamika
mengatakan “hukum
nol termodinamika
berhubungan dengan
kesetimbangan termal
antara benda yang
saling bersentuhan”.
Benda yang saling
bersentuhan yaitu air
dingin dengan air
panas.
dan tidak
lengkap.
2 jawaban
benar, tetapi
tidak
memberikan
penjelasan
yang kurang
fokus dan
tidak
lengkap.
1 Pemahaman
tidak tepat.
0 Tidak
menjawab
2 3.7.2
menganalisis
sistem,
lingkungan dan
batas sistem pada
sistem terbuka,
tertutup dan
terisolasi
berdasarkan
contoh
dikehidupan
sehari-hari.
Memberikan
penjelasan
sederhana
a) Menganalisis
argumen:
mengidentifika
si alasan yang
tidak
dinyatakan
Disajikan
deskripsi
argumen
tentang
aplikasi yang
mencakup
sistem
tertutup dan
terisolasi.
Siswa
mengidentifik
asi alasan
yang tidak
dinyatakan
dalam
argumen
tersebut.
Zaki adalah seorang traveler yang sangat
senang membawa air panas. Dimana jika zaki
menaruh air panas kedalam botol air minum biasa
tidak bisa mempertahankan air panas tetap pada
suhu panasnya. Penyebabnya yaitu botol air
minum biasa memiliki dinding plastik sehingga
panas yang didalam dapat keluar dari botol.
Teman zaki memberikan solusi yang tepat
agar air tetap panas yaitu menggunakan termos,
karena termos memiliki keunggulan dibandingkan
botol air minum biasa. Salah satu keunggulannya
yaitu air panas dapat bertahan dalam beberapa jam.
Identifikasi alasan
yang tepat yaitu sebuah
botol yg diberi dinding
dalam rangkap yang
dirancang membentuk
seperti kaca.
Dengan dinding dalam
termos yang dirancang
seperti kaca, maka kalor
yang terdapat pada air
panas tidak bisa
berpindah dengan cepat.
Dengan kata lain, panas
yang dipancarkan oleh
air mendidih ini dapat
ditahan oleh dinding
dalam termos.
Skor Kriteria
4 jawaban
benar,
memberikan
penjelasan
jelas, fokus
dan akurat.
3 jawaban
benar,
memberikan
penjelasan
kurang fokus
dan tidak
lengkap.
2 jawaban
benar, tetapi
tidak
193
Dari wacana diatas, identifikasilah alasan yang
tepat mengapa air dalam termos dapat
bertahan dalam beberapa jam?
memberikan
penjelasan
yang kurang
fokus dan
tidak
lengkap.
1 Pemahaman
tidak tepat.
0 Tidak
menjawab
Klarifikasi
lanjut
b) Mendefinisika
n istilah dalam
bentuk:
sinonim,
klasifikasi,
ungkapan yang
setara.
Siswa dapat
membuat
definisi
dengan
menyimpulka
n jawaban
dalam bentuk
ungkapan
Simpulkan definisi apa yang kalian dapatkan
diatas terkait sistem tertutup dan sistem
terisolasi?
Yang termasuk
sistem tertutup yaitu
pada botol minum biasa
yang tidak bisa
mempertahankan
panasnya dan ada
energi yang keluar dari
botol sehingga
dikatakan sistem
tertutup.
Yang termasuk
sistem terisolasi yaitu
pada termos karena
bahan dari termos
tersebut selain tertutup
tapi bisa
mempertahankan panas
yang ada didalam
hingga beberapa jam
dan tidak ada energi
yang keluar.
Skor Kriteria
4 jawaban
benar,
penjelasan
jelas, fokus
dan akurat.
3 jawaban
benar,
memberikan
penjelasan
kurang fokus
dan tidak
lengkap.
2 jawaban
benar, tetapi
tidak
memberikan
penjelasan
yang kurang
fokus dan
194
tidak
lengkap.
1 Pemahaman
tidak tepat.
0 Tidak
menjawab
3 3.7.3
menganalisis
Hukum I
Termodinamika
dalam penerapan
kehidupan
sehari-hari.
Membangun
keterampilan
dasar
a) Mempertimban
gkan
kredibilitas
suatu sumber:
“kemampuan
memberikan
alasan
Disajikan
wacana
tentang
sistem yang
menyerap
kalor. Siswa
memberikan
alasan yang
tepat
bagaimana
cara
menyelesaika
n
permasalahan
tersebut.
Sebuah sistem yang terlihat pada gambar tabung
dipanaskan dengan diberikan kalor sebesar 1600 J
dan diberikan kerja sebesar 2000 J. Perubahan
energi dalam gas pada sistem tersebut sebesar
3600 J.
Setelah mengamati gambar, menurut kalian
apa yang mempengaruhi perubahan energi
dalam gas pada sistem tersebut? Jelaskan!
Sesuai dengan gambar
yang mempengaruhi dari
perubahan energi dalam
yaitu hanya kalor, karena
sistem tersebut dibatasi
oleh batas sistem
sehingga kerja yang
diberikan tidak
berpengaruh pada
tabung.
Skor Kriteria
4 jawaban
benar,
memberikan
penjelasan
jelas, fokus
dan akurat.
3 jawaban
benar,
memberikan
penjelasan
kurang fokus
dan tidak
lengkap.
2 jawaban
benar, tetapi
tidak
memberikan
penjelasan
yang kurang
fokus dan
tidak
lengkap.
1 Pemahaman
W = 2000 J
Q = 1600 J
Batas sistem
195
tidak tepat.
0 Tidak
menjawab
Inferensi b) Membuat dan
Menentukan hasil
pertimbangan dan
keputusan:
“memikirkan
alternatif”
Siswa dapat
memberikan
keputusan/has
il yang tepat
terkait
perubahan
energi dalam
sistem.
Buktikan apakah perubahan energi dalam
sistem yang terlihat pada gambar tersebut 3600
J?
Sistem Menyerap kalor :
(Q) = +1600 J
Usaha dilakukan pada
gas:
(W ) = -2000 J
Besar perubahan
energi dalam ketika
diberi batas sistem
adalah:
Akan benar jika tidak
ada batas sistem
adalah:
Kesimpulannya,
perubahan energi
dalam pada sistem
tersebut 1600 J.
Skor Kriteria
4 jawaban
benar,
menggunak
an cara dan
ada satuan
dan akurat
3 jawaban
benar,
menggunak
an cara
tetapi tidak
ada satuan
dan tidak
lengkap.
2 jawaban
benar, tidak
menggunak
an cara dan
satuan dan
tidak
lengkap..
1 Jawaban
dak tepat.
0 Tidak
menjawab
4 3.7.4
Menganalisis
Inferensi a) Membuat
deduksi dan
Disajikan
wacana dan
Gas pada suatu sistem suhunya 200oC. Gas ini
mengalami proses ekspansi isobarik, Setelah itu
Grafik yang sesuai
dengan wacana ialah
Skor Kriteria
196
kalor, usaha,
energi dalam
termodinamika
pada proses
isotermal,
isobarik,
isokhorik,
adiabatik.
mempertimbangk
an hasil deduksi:
menyatakan
tafsiran
grafik tentang
proses
isobarik dan
isokhorik.
Siswa dapat
menafsirkan
proses-proses
termodinami
ka mana yang
sesuai dengan
wacana.
gas mengalami proses isokhorik. Usaha total yang
dilakukan pada gas tersebut sebesar 200 J.
Dari 2 grafik diatas, dapatkah kalian
menyimpulkan grafik yang mana yang sesuai
dengan wacana? Kemukakan alasanmu!
grafik A.
Alasannya:
Gas mula-mula
mengalami proses
ekspansi isobarik dimana
proses ini mengalami
pemuaian volume
dengan tekanan konstan,
maka grafik mula- mula
bergerak horizontal kea
rah kanan. Setelah itu
gas mengalami proses
isokhorik dimana ada
volumenya tetap, maka
grafik yang tepat
setelahnya bergerak
vertikal keatas.
4 jawaban
benar,
memberikan
alasan yang
jelas, fokus
dan akurat.
3 jawaban
benar,
memberikan
alasan kurang
fokus dan
tidak
lengkap.
2 jawaban
benar, tetapi
tidak
memberikan
alasan yang
kurang fokus
dan tidak
lengkap.
1 Pemahaman
tidak tepat.
0 Tidak
menjawab
Inferensi b) Membuat dan
menentukan
hasil
pertimbangan dan
keputusan:
“memikirkan
Siswa dapat
memberikan
keputusan/h
asil yang
tepat terkait
perubahan
Buktikan Apakah usaha total yang dilakukan
pada gas tersebut sebesar 200 J?
Diketahui:
m3
m3
m3
Pa.
Skor Kriteria
4 jawaban
benar,
memberikan
cara
4 6
105
1,2.105
P (N/m2)
V (L)
B.
A.
A B
C
4 6
105
1,2.105
P (N/m2)
A
V (L)
B
C
197
alternatif” energi dalam
dan usaha
total pada
proses
termodinami
ka.
Pa.
Pa.
Ditanya:
Buktikan
Dijawab:
Proses dari A-B yaitu
isobarik sehingga usaha:
Proses dari B-C yaitu
iskhorik sehingga
usaha:
W P ΔV W = P (0 ) WBC = 0 Maka usaha total
yang dilakukan gas
adalah
W = WAB + WBC
= 200 + 0
= 200
pengerjaan
dan
ada satuan
dan akurat
3 jawaban
benar,
memberikan
cara
pengerjaan
tetapi tidak
ada satuan
dan tidak
lengkap.
2 jawaban
benar, tidak
memberikan
cara
pengerjaan
dan
satuan dan
tidak
lengkap..
1 Jawaban
tidak tepat.
0 Tidak
menjawab
5 3.7.5
Menganalisis
efisiensi hukum
II termodinamika
pada mesin kalor
dan siklus carnot
Klarifikasi
dasar
a) Menganalisis
argumen:
mengidentifikasi
kesimpulan
Disajikan
gambar dan
deskripsi
argumen
tentang mesin
carnot. Siswa
Sebuah mesin uap bekerja antara 800 K dan 300
K. Dimana mesin uap tersebut mampu menyerap
kalor (QH) sebesar 9600 J, menurut temanmu
mesin tersebut akan melepaskan kalor sebesar
3600 J.
Siklus pada mesin carnot
tersebut:
Proses ab adalah
pemuaian isotermal pada
suhu (TH = 800 K). Pada
proses ini sistem
Skor Kriteria
4 jawaban
benar,
memberikan
penjelasan
198
mengidentifi
kasi
kesimpulan
dari informasi
tersebut.
Deskripsikan gambar siklus carnot diatas
dengan tepat.
menyerap kalor (QH) dari
reservoir bersuhu tinggi
(TH) dan melakukan
usaha (W).
Proses bc adalah
pemuaian adiabatik.
Selama proses ini
berlangsung suhu sistem
turun dari (TH) menjadi
suhu rendah (TL = 300
K) sambil melakukan
usaha (W).
Proses cd adalah
pemampatan isothermal
pada suhu (TL). Pada
proses ini sistem
menerima usaha (W) dan
melepas kalor (QL) ke
reservoir bersuhu rendah
(TL).
Proses da adalah
pemampatan adiabatik.
Selama proses ini suhu
sistem naik dari (TL)
menjadi (TH) akibat
menerima usaha (W).
jelas, fokus
dan akurat.
3 jawaban
benar,
memberikan
penjelasan
kurang fokus
dan tidak
lengkap.
2 jawaban
benar, tetapi
tidak
memberikan
penjelasan
yang kurang
fokus dan
tidak
lengkap.
1 Pemahaman
tidak tepat.
0 Tidak
menjawab
Klarifikasi
dasar
b) Menjawab
pertanyaan
klarifikasi
Siswa
memberikan
jawaban
yang tepat
terhadap
informasi
yang
disampaikan
Apakah pernyataan pada soal benar? Jika
tidak, jelaskan kesalahan dalam pernyataan
tersebut?
Diketahui:
Suhu reservoir tinggi
(TH) = 800 K
Suhu reservoir rendah
(TL) = 300 K
Kalor yang diserap
QH = 9600 J
Skor Kriteria
4 jawaban
benar,
memberikan
cara
pengerjaan
dan
QH
QL
199
Ditanya:
Apakah pernyataan
temanmu yang
menyebutkan mesin uap
tersebut mampu
melepaskan kalor
sebesar 3600 J dikatakan
benar?.
Untuk mencari QL
terlebih dahulu mencari
efisiensi (η) dari suhu
reservoir
Kemudian untuk
mencari kalor yang
dilepaskan
membutuhkan besar
kerja yang dilakukan
dengan efisiensi (η)
Maka kalor yang
ada satuan
dan akurat
3 jawaban
benar,
memberikan
cara
pengerjaan
tetapi tidak
ada satuan
dan tidak
lengkap.
2 jawaban
benar, tidak
memberikan
cara
pengerjaan
dan
satuan dan
tidak
lengkap..
1 Jawaban
tidak tepat.
0 Tidak
menjawab
200
dilepas adalah:
= 3600 Joule
6 3.7.4
Menganalisis
koefisien
kinerja hukum
II termodinamika
pada mesin
pendingin dan
pompa kalor.
Inferensi a) Membuat dan
menentukan
hasil
pertimbangan
dan keputusan
Disajikan
wacana dan
gambar
tentang
pompa
kalor. Siswa
dapat
memberikan
keputusan/
hasil yang
tepat.
Di Negara Korea merupakan Negara subtropis
yang memiliki empat musim salah satunya yaitu
musim dingin. Saat musim dingin sangat
diperlukan mesin penghangat ruangan.
Sebuah pompa kalor pada rumah tersebut
menghasilkan kerja sebesar 1500 J. kalor yang
diterima pompa tersebut 3000 J. sehingga
koefisien kinerja mesin tersebut 3,0.
Dengan KK 3,0
menghasilkan kerja
sebesar 1500 J dan kalor
yang diterima pompa
tersebut 3000 J, maka
kalor yang dilepaskan:
W = QH – QL
QH = W + QL
QH = 1500 + 3000
QH = 4500 J
Dengan memperbesar
kalor yang diterima
diperbesar menjadi 4500
J, maka kalor yang
dilepaskan:
W = QH – QL
QH = W + QL
QH = 1500 + 4500
QH = 6000 J
Dari perhitungan diatas
menurut saya akan lebih
efisien mesin pada
rumah 2, karena dengan
kerja yang sama kalor
yang berpindah lebih
banyak pada mesin
Skor Kriteria
4 jawaban
benar,
memberikan
cara
pengerjaan
dan
ada satuan
dan akurat
3 jawaban
benar,
memberikan
cara
pengerjaan
tetapi tidak
ada satuan
dan tidak
lengkap.
2 jawaban
benar, tidak
memberikan
cara
pengerjaan
dan
satuan dan
tidak
201
Mesin pada rumah 1
Mesin pada rumah 2
Apabila kalor yang diterima dari lingkungan
diperbesar menjadi 4500 J dengan kerja yang
sama, menurutmu mesin mana yang lebih
efisien? Kemukakan alasanmu!
rumah 2.
lengkap..
1 Jawaban
tidak tepat.
0 Tidak
menjawab
Dingin
Hangat
Dingin
Hangat
QL=3000 J
QL=4500 J
202
Strategi dan
taktik
(strategies
and tactics)
b) Menentukan
tindakan:
mereview
Siswa
mereview
terkait
permsalahan
tersebut.
Menurutmu apakah kesimpulan yang kamu
buat benar pada permsalahan diatas jika
dihubungkan dengan koefisien kinerja pada
alat tersebut?
Pompa kalor mengambil
kalor QL dari luar
ruangan (temperatur
rendah) dan memberikan
kalor QH ke bagian
dalam rumah yang lebih
hangat(temperatur
tinggi) dengan
melakukan kerja sebesar
1500 J.
Dengan KK sebesar
3,0, kalor yang
dilepaskan sebesar
sebesar QH = 4500
Joule
Maka dengan
memperbesar kalor
yang diterima kalor
yang dilepaskan
menjadi QH = 6000 J.
koefisien kinerjanya
ketika kalor yang
diterima dari
lingkungan diperbesar
menjadi 4500 J
sebesar:
KK=
KK =
KK =
koefisien kinerja
menjadi 4.
Semakin besar panas
Skor Kriteria
4 Dapat
diterima,
alasan
mendukung
3 Tidak dapat
diterima,
alasan
mendukung
2 Dapat
diterima,
alasan tidak
mendukung
1 tidak dapat
diterima,
tidak
memberika
n alasan
0 Tidak
menjawab
203
yang dapat
dipindahkan dengan
sejumlah kerja, maka
koefisien kinerjanya
akan semakin tinggi.
Koefisien kinerja yang
semakin tinggi maka
alat tersebut akan lebih
efisien.
204
Lampiran B.3 Analisis hasil uji instrumen tes
a. Uji Validitas Butir Soal
KORELASI SKOR BUTIR DG SKOR TOTAL
=================================
Jumlah Subyek= 35
Butir Soal= 12
Nama berkas: D:\SKRIPSI\DATA METLIT\VALIDASI FIX.AUR
No Butir Baru No Butir Asli Korelasi Signifikansi
1 1 0.579 Signifikan
2 2 0.675 Sangat Signifikan
3 3 0.496 Signifikan
4 4 0.574 Signifikan
5 5 0.568 Signifikan
6 6 0.505 Signifikan
7 7 0.766 Sangat Signifikan
8 8 0.522 Signifikan
9 9 0.675 Sangat Signifikan
10 10 0.662 Sangat Signifikan
11 11 0.524 Signifikan
12 12 0.657 Sangat Signifikan
Catatan: Batas signifikansi koefisien korelasi sebagaai berikut:
df (N-2) P=0,05 P=0,01 df (N-2) P=0,05 P=0,01
10 0,576 0,708 60 0,250 0,325
15 0,482 0,606 70 0,233 0,302
20 0,423 0,549 80 0,217 0,283
25 0,381 0,496 90 0,205 0,267
30 0,349 0,449 100 0,195 0,254
40 0,304 0,393 125 0,174 0,228
50 0,273 0,354 >150 0,159 0,208
Bila koefisien = 0,000 berarti tidak dapat dihitung.
205
b. Uji Validitas Instrumen
RELIABILITAS TES
================
Rata2= 25.14
Simpang Baku= 8.35
KorelasiXY= 0.61
Reliabilitas Tes= 0.76
Nama berkas: D:\SKRIPSI\DATA METLIT\VALIDASI FIX.AUR
No.Urut No. Subyek Kode/Nama Subyek Skor Ganjil Skor Genap Skor Total
1 1 A1 19 20 39
2 2 A2 19 16 35
3 3 A3 13 9 22
4 4 A4 14 6 20
5 5 A5 7 8 15
6 6 A6 16 10 26
7 7 A7 8 3 11
8 8 A8 7 7 14
9 9 A9 12 4 16
10 10 A10 17 11 28
11 11 A11 16 9 25
12 12 A12 14 7 21
13 13 A13 19 18 37
14 14 A14 9 11 20
15 15 A15 19 17 36
16 16 A16 18 9 27
17 17 A17 11 13 24
18 18 A18 18 6 24
19 19 A19 9 9 18
20 20 A20 12 4 16
21 21 A21 20 17 37
22 22 A22 21 18 39
23 23 A23 19 11 30
24 24 A24 11 6 17
25 25 A25 13 3 16
26 26 A26 16 12 28
27 27 A27 21 18 39
28 28 A28 13 6 19
29 29 A29 19 9 28
30 30 A30 15 9 24
31 31 A31 15 3 18
32 32 A32 21 19 40
33 33 A33 7 11 18
34 34 A34 18 10 28
35 35 A35 17 8 25
206
c. Uji Daya Pembeda
DAYA PEMBEDA
============
Jumlah Subyek= 35
Klp atas/bawah(n)= 9
Butir Soal= 12
Un: Unggul; AS: Asor; SB: Simpang Baku
Nama berkas: D:\SKRIPSi\DATA METLIT\VALIDASI FIX.AUR
No No Btr Asli Rata2Un Rata2As Beda SB Un SB As SB Gab t DP(%)
1 1 3.44 2.33 1.11 0.53 0.87 0.34 3.29 27.78
2 2 4.00 1.33 2.67 0.00 1.50 0.50 5.33 66.67
3 3 2.67 1.22 1.44 0.71 1.20 0.46 3.11 36.11
4 4 3.44 1.00 2.44 0.53 1.32 0.47 5.15 61.11
5 5 2.78 1.33 1.44 0.44 1.22 0.43 3.33 36.11
6 6 2.00 1.00 1.00 1.00 0.87 0.44 2.27 25.00
7 7 3.89 2.00 1.89 0.33 1.22 0.42 4.46 47.22
8 8 2.11 0.67 1.44 0.93 0.87 0.42 3.41 36.11
9 9 4.00 1.33 2.67 0.00 1.50 0.50 5.33 66.67
10 10 2.56 0.44 2.11 1.24 0.73 0.48 4.42 52.78
11 11 3.00 2.00 1.00 0.00 1.22 0.41 2.45 25.00
12 12 3.00 1.00 2.00 0.50 1.00 0.37 5.37 50.00
207
d. Uji Taraf Kesukaran
TINGKAT KESUKARAN
=================
Jumlah Subyek= 35
Butir Soal= 12
Nama berkas: D:\ SKRIPSI\DATA METLIT\VALIDASI FIX.AUR
No Butir Baru No Butir Asli Tkt. Kesukaran(%) Tafsiran
1 1 72.22 Mudah
2 2 66.67 Sedang
3 3 48.61 Sedang
4 4 55.56 Sedang
5 5 51.39 Sedang
6 6 37.50 Sedang
7 7 73.61 Mudah
8 8 34.72 Sedang
9 9 66.67 Sedang
10 10 37.50 Sedang
11 11 62.50 Sedang
12 12 50.00 Sedang
208
e. Rekap Validitas Instrumen
REKAP ANALISIS BUTIR
=====================
Rata2= 25.14
Simpang Baku= 8.35
KorelasiXY= 0.61
Reliabilitas Tes= 0.76
Butir Soal= 12
Jumlah Subyek= 35
Nama berkas: D:\SKRIPSI\DATA METLIT\VALIDASI FIX.AUR
No No Btr Asli T DP(%) T. Kesukaran Korelasi Sign. Korelasi
1 1 3.29 27.78 Mudah 0.579 Signifikan
2 2 5.33 66.67 Sedang 0.675 Sangat Signifikan
3 3 3.11 36.11 Sedang 0.496 Signifikan
4 4 5.15 61.11 Sedang 0.574 Signifikan
5 5 3.33 36.11 Sedang 0.568 Signifikan
6 6 2.27 25.00 Sedang 0.505 Signifikan
7 7 4.46 47.22 Mudah 0.766 Sangat Signifikan
8 8 3.41 36.11 Sedang 0.522 Signifikan
9 9 5.33 66.67 Sedang 0.675 Sangat Signifikan
10 10 4.42 52.78 Sedang 0.662 Sangat Signifikan
11 11 2.45 25.00 Sedang 0.524 Signifikan
12 12 5.37 50.00 Sedang 0.657 Sangat Signifikan
209
Lampiran B.4 Soal tes instrumen penelitian
Nama : Mata Pelajaran : Fisika
Kelas : Materi Pokok : Termodinamika
No. Absen : Waktu : 60 menit
Petunjuk Umum
Tulis terlebih dahulu nama peserta ujian, kelas, nomor absen pada kolom yang
telah disediakan
Kerjakan soal pada kolom jawaban yang telah tersedia.
Kerjakan soal yang mudah terlebih dahulu
SELAMAT MENGERJAKAN !
No Soal Jawaban
1 Puteri dan Anisah melakukan eksperimen
sederhana. Mula-mula mereka memasukkan gelas
berisi air dingin bersuhu 20oC ke dalam wadah
kosong, kemudian memasukkan kembali air panas
bersuhu 80oC. setelah beberapa menit tercatat suhu
campuran dalam wadah yang berisi campuran air
panas dan dingin.
Suhu campuran
Berdasarkan eksperimen tersebut, setelah puteri
mengamati ternyata “pada saat air panas dicampur
dengan air dingin setelah beberapa saat akan
tercapai kesetimbangan termal antara air panas
dengan air dingin”. Proses pencampuran air dingin
dan air panas tersebut merupakan penerapan hukum
nol termodinamika.
a. Buatlah 2 pertanyaan yang sesuai dengan wacana
diatas!
b. Tentukan jawaban dari pertanyaan yang sudah
kamu buat!
? oC
210
2 Zaki adalah seorang traveler yang sangat senang
membawa air panas. Dimana jika zaki menaruh air
panas kedalam botol air minum biasa tidak bisa
mempertahankan air panas tetap pada suhu
panasnya. Penyebabnya yaitu botol air minum biasa
memiliki dinding plastik sehingga panas yang
didalam dapat keluar dari botol.
Teman zaki memberikan solusi yang tepat agar
air tetap panas yaitu menggunakan termos, karena
termos memiliki keunggulan dibandingkan botol air
minum biasa. Salah satu keunggulannya yaitu air
panas dapat bertahan dalam beberapa jam.
a. Dari wacana diatas, identifikasilah alasan yang
tepat mengapa air dalam termos dapat bertahan
dalam beberapa jam?
b. Simpulkan definisi apa yang kalian dapatkan
diatas terkait sistem tertutup dan sistem
terisolasi?
3 Sebuah sistem yang terlihat pada gambar tabung
dipanaskan dengan diberikan kalor sebesar 1600 J
dan diberikan kerja sebesar 2000 J. Perubahan
energi dalam gas pada sistem tersebut sebesar 3600
J.
a. Setelah mengamati gambar, menurut kalian apa
yang mempengaruhi perubahan energi dalam gas
pada sistem tersebut? Jelaskan!
b. Buktikan apakah perubahan energi dalam sistem
yang terlihat pada gambar tersebut 3600 J?
4 Gas pada suatu sistem suhunya 200oC. Gas ini
mengalami proses ekspansi isobarik, Setelah itu gas
mengalami proses isokhorik. Usaha total yang
W = 2000 J
Q = 1600 J
Batas sistem
211
dilakukan pada gas tersebut sebesar 200 J.
a. Dari 2 grafik diatas, dapatkah kalian
menyimpulkan grafik yang mana yang sesuai
dengan wacana? Kemukakan alasanmu!
b. Buktikan Apakah usaha total yang dilakukan
pada gas tersebut sebesar 200 J?
5 Sebuah mesin uap bekerja antara 800 K dan 300 K.
Dimana mesin uap tersebut mampu menyerap kalor
(QH) sebesar 9600 J, menurut temanmu mesin
tersebut akan melepaskan kalor sebesar 3600 J.
a. Deskripsikan gambar siklus carnot diatas dengan
tepat.
b. Apakah pernyataan pada soal benar? Jika tidak,
jelaskan kesalahan dalam pernyataan tersebut?
4 6
105
1,2.105
P (N/m2)
V (L)
B.
A.
A B
C
4 6
105
1,2.105
P (N/m2)
A
V (L)
B
C
QH
QL
212
6 Di Negara Korea merupakan Negara subtropis
yang memiliki empat musim salah satunya yaitu
musim dingin. Saat musim dingin sangat diperlukan
mesin penghangat ruangan.
Sebuah pompa kalor pada rumah tersebut
menghasilkan kerja sebesar 1500 J. kalor yang
diterima pompa tersebut 3000 J. sehingga koefisien
kinerja mesin tersebut 3,0.
Mesin pada rumah 1
Mesin pada rumah 2
a. Apabila kalor yang diterima dari lingkungan
diperbesar menjadi 4500 J dengan kerja yang
sama, menurutmu mesin mana yang lebih
efisien? Kemukakan alasanmu!
b. Menurutmu apakah kesimpulan yang kamu buat
benar pada permsalahan diatas jika dihubungkan
dengan koefisien kinerja pada alat tersebut?
Dingin
Hangat
Dingin
Hangat
QL=3000 J
QL=4500 J
213
Lampiran B. 5 Lembar validasi ahli materi
214
215
216
217
218
219
LAMPIRAN C
ANALISIS HASIL PENELITIAN
1. Hasil Pretest
2. Hasil Posttest
3. Hasil olah data berpikir kritis
4. Uji normalitas hasil Pretest
5. Uji normalitas hasil Posttest
6. Uji homogenitas hasil Pretest
7. Uji homogenitas hasil Posttest
8. Uji hipotesis hasil Pretest
9. Uji hipotesis hasil Posttest
10. Uji N-gain
11. Uji hipotesis N-gain
220
Lampiran C. 1 Hasil Pretest
Data Skor Pretest Kelas Eksperimen dan Kontrol
Siswa Pretest Eksperimen Pretest Kontrol
1 37.50 39.58
2 41.67 43.75
3 43.75 45.83
4 39.58 45.83
5 58.33 47.92
6 52.08 58.33
7 45.83 60.42
8 41.67 58.33
9 41.67 54.17
10 47.92 45.83
11 43.75 47.92
12 39.58 43.75
13 33.33 37.50
14 29.17 45.83
15 29.17 39.58
16 39.58 47.92
17 35.42 35.42
18 41.67 47.92
19 50.00 50.00
20 31.25 47.92
21 31.25 52.08
22 39.58 50.00
23 43.75 52.08
24 37.50 45.83
25 45.83 47.92
26 37.50 54.17
27 43.75 60.42
28 39.58 50.00
29 39.58 41.67
30 41.67 43.75
31 37.50 39.58
32 47.92 37.50
33 43.75 35.42
34 45.83 45.83
35 50.00 45.83
36 33.33 43.75
Jumlah 1,481.25 1,689.58
Rata-rata 41.15 46.93
SD 6.48 6.54
221
Deskriptif Data Hasil Pretest
Kelas Eksperimen dan Kontrol
Descriptives
Kelas Statistic Std. Error
Hasil Pretest kelas MIPA A Mean 41.1456 1.08015
95% Confidence Interval
for Mean
Lower Bound 38.9527
Upper Bound 43.3384
5% Trimmed Mean 41.0105
Median 41.6700
Variance 42.002
Std. Deviation 6.48088
Minimum 29.17
Maximum 58.33
Range 29.16
Interquartile Range 7.81
Skewness .229 .393
Kurtosis .364 .768
kelas MIPA B Mean 46.9328 1.09014
95% Confidence Interval
for Mean
Lower Bound 44.7197
Upper Bound 49.1459
5% Trimmed Mean 46.8231
Median 45.8300
Variance 42.782
Std. Deviation 6.54082
Minimum 35.42
Maximum 60.42
Range 25.00
Interquartile Range 6.25
Skewness .301 .393
Kurtosis -.162 .768
222
Lampiran C. 2 Hasil Posttest
Data Skor Posttest Kelas Eksperimen dan Kontrol
Siswa Posttest Eksperimen Posttest Kontrol
1 89.58 81.25
2 85.42 79.17
3 89.58 81.25
4 77.08 81.25
5 81.25 79.17
6 75.00 77.08
7 81.25 81.25
8 83.33 77.08
9 83.33 85.42
10 81.25 70.83
11 79.17 75.00
12 72.92 66.67
13 72.92 68.75
14 75.00 68.75
15 62.50 62.50
16 70.83 60.42
17 70.83 58.33
18 75.00 75.00
19 79.17 60.42
20 79.17 72.92
21 91.67 66.67
22 83.33 70.83
23 85.42 68.75
24 77.08 62.50
25 79.17 66.67
26 77.08 68.75
27 79.17 72.92
28 70.83 79.17
29 77.08 75.00
30 68.75 62.50
31 62.50 60.42
32 72.92 68.75
33 77.08 75.00
34 75.00 79.17
35 79.17 83.33
36 75.00 72.92
Jumlah 2,795.83 2,595.83
Rata-rata 77.66 72.11
SD 6.61 7.45
223
Deskripsi Data Hasil Posttest
Kelas Eksperimen Dan Kontrol
Descriptives
Kelas Statistic Std. Error
Hasil Posttest kelas MIPA A Mean 77.6619 1.10307
95% Confidence Interval
for Mean
Lower Bound 75.4226
Upper Bound 79.9013
5% Trimmed Mean 77.7777
Median 77.0800
Variance 43.804
Std. Deviation 6.61843
Minimum 62.50
Maximum 91.67
Range 29.17
Interquartile Range 7.81
Skewness -.133 .393
Kurtosis .437 .768
kelas MIPA B Mean 72.1072 1.24300
95% Confidence Interval
for Mean
Lower Bound 69.5838
Upper Bound 74.6307
5% Trimmed Mean 72.1330
Median 72.9200
Variance 55.622
Std. Deviation 7.45802
Minimum 58.33
Maximum 85.42
Range 27.09
Interquartile Range 12.50
Skewness -.157 .393
Kurtosis -1.000 .768
224
Lampiran C. 3 Hasil Olah data Pretest dan Posttest kemampuan berpikir kritis
Perhitungan data Pretest Berpikir Kritis
Kelas Eksperimen
NO NAMA Kemampuan Berpikir Kritis
Jumlah 1a 1b 2a 2b 3a 3b 4a 4b 5a 5b 6a 6b
1 AKBAR A. P 2 2 2 1 1 1 2 2 2 1 1 1 18
2 ALIVIA R. 2 1 2 2 2 1 1 1 3 2 2 1 20
3 ALYSIA Z. M. 3 2 2 2 2 1 1 1 3 2 1 1 21
4 ARIE SULTON B. 2 0 2 2 2 2 1 1 3 2 1 1 19
5 CAHYA AYU NIKITA 3 2 3 3 2 1 3 1 3 3 2 2 28
6 CHALISHA AZARINE 3 2 3 3 1 1 2 2 2 2 2 2 25
7 DHAVID K. 3 2 2 2 1 1 2 1 2 2 2 2 22
8 ELLISYA PUTRI 2 1 2 2 1 0 2 2 2 2 2 2 20
9 FARHANSYAH 2 1 2 2 1 1 1 1 3 2 2 2 20
10 GANDHI ANDIRA 2 2 2 2 1 1 1 2 3 2 2 3 23
11 HANUM I. 2 2 2 2 0 0 3 2 3 2 0 3 21
12 HENGGAR P. 2 2 2 2 0 0 1 2 3 2 0 3 19
13 HERDIAN SUKMA 2 2 2 2 0 0 1 2 1 0 1 3 16
14 HERITS TUTUR 2 2 2 2 0 0 2 1 1 0 1 1 14
15 ILHAM R 3 3 1 1 0 0 2 1 1 0 1 1 14
16 INAZ LATHIFA 3 3 1 1 2 1 1 2 1 1 3 0 19
17 IVA AULIA S. 3 3 1 1 2 1 0 1 2 1 2 0 17
18 LANANG BRIYAN P. 3 3 1 1 2 1 2 1 2 1 2 1 20
225
19 MAHMUD FAJAR F. 3 3 1 1 2 2 3 2 3 2 2 0 24
20 M. LUKMAN TORO 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 2 2 15
21 M. FATHAR AULIA 1 0 2 1 1 1 1 1 1 1 3 2 15
22 M. HABIBI 1 1 2 1 1 1 2 2 2 2 3 1 19
23 M. IQBAL 3 2 2 2 2 2 2 1 3 2 0 0 21
24 M. RADIAN GHOZA 3 2 3 2 1 1 0 0 2 2 0 2 18
25 MUKHTAR A. 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 1 2 22
26 NABILA ADELIA 2 2 3 2 1 1 1 1 1 1 1 2 18
27 NABILA ALFIANISA 3 2 3 3 0 0 3 2 1 1 1 2 21
28 NAJWA HASYA Q. 3 2 2 2 0 0 1 1 3 2 2 1 19
29 NUR AZIZAH 1 1 2 2 2 1 2 1 2 2 2 1 19
30 RANI RIANTIKA 1 1 3 3 1 1 0 1 3 3 2 1 20
31 ROFI ZALIANTY 1 0 3 3 0 0 1 1 3 3 2 1 18
32 SEPTIANI M. 1 1 3 3 2 1 2 1 3 3 2 1 23
33 SHANTY P. 2 2 2 2 1 1 2 1 2 2 2 2 21
34 SULTANSYAH DAFA 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 22
35 YAZID ILYAS B. 2 1 3 3 2 2 2 2 2 1 2 2 24
36 ZHAFIRA RAKHMA 2 2 2 2 0 0 2 1 1 1 1 2 16
Jumlah
78.00
62.00
76.00
70.00
40.00
31.00
57.00
48.00
77.00
60.00
57.00
55.00
Rata-rata
0.53
0.42
0.51
0.47
0.27
0.21
0.39
0.32
0.52
0.41
0.39
0.37
Presentase 53% 42% 51% 47% 27% 21% 39% 32% 52% 41% 39% 37%
226
Perhitungan data Pretest Berpikir Kritis
Kelas Kontrol
NO NAMA Kemampuan Berpikir Kritis
Jumlah 1a 1b 2a 2b 3a 3b 4a 4b 5a 5b 6a 6b
1 AKIFAN AQILA 3 1 2 2 1 1 3 2 1 1 2 0 19
2 ALYA AFRILIA 3 2 1 2 2 1 1 1 3 3 1 1 21
3 APRILLIA H. 3 2 1 3 2 1 2 1 2 1 2 2 22
4 ARDINA N. 4 2 1 2 2 2 1 1 2 2 2 1 22
5 ARYA AZHARA 4 3 2 3 2 2 1 1 2 1 1 1 23
6 CRISTOPHER C. 2 3 4 3 2 2 2 2 3 2 1 2 28
7 DEBY LIA 2 2 4 3 3 2 3 2 3 3 0 2 29
8 DIAN FEBRIYANTI 2 2 3 2 2 2 3 2 3 3 2 2 28
9 DINDA NOVI H. 3 2 3 2 2 2 4 2 1 1 2 2 26
10 FANDREA DWI P. 3 2 3 2 1 1 2 2 1 1 2 2 22
11 FARREL M. 3 2 2 2 3 2 2 2 1 0 2 2 23
12 FATTIYA ABIDATI 3 2 1 2 2 1 3 3 1 1 2 0 21
13 GIEZKA NAUVAL 1 2 1 2 3 2 1 1 2 1 2 0 18
14 ILHAM FADILLAH 1 2 2 2 1 1 3 2 2 2 3 1 22
15 KADEK DEVA 1 1 2 3 0 0 3 1 2 2 3 1 19
16 LINDA M. 1 1 1 3 2 2 3 3 2 1 3 1 23
17 MARIA FALLICIA 2 1 0 3 2 2 0 1 2 2 2 0 17
18 MIFTAH IZDAINI 2 1 2 3 2 2 2 2 2 2 1 2 23
19 M.ICHWAN ABADI 3 1 2 3 2 2 2 2 3 2 1 1 24
227
20 M.IRGI F. 1 2 2 1 1 1 3 2 3 3 2 2 23
21 MU. RAIHAN R. 1 2 4 3 1 1 2 2 3 3 2 1 25
22 M.RIDHO P. 2 2 2 2 1 1 2 1 3 3 2 3 24
23 M. RIEFKY DWI 3 2 2 2 2 2 2 2 3 1 1 3 25
24 M.YUSRIL N. 2 3 4 2 1 1 1 1 1 1 3 2 22
25 NAJLA T. 2 2 2 2 2 2 2 1 3 2 2 1 23
26 PINTA ASKIA 4 3 2 2 1 1 3 2 2 2 3 1 26
27 SHELLYANA 4 3 3 3 3 3 3 2 2 2 1 0 29
28 SHIFA AULIYA 3 2 1 2 3 3 2 1 2 2 2 1 24
29 THERESYA C. 2 2 1 1 2 2 1 1 3 1 2 2 20
30 TOBIAS ARIEL 4 2 0 1 1 1 2 1 3 2 2 2 21
31 TRIYADI P. 3 3 1 1 0 0 2 2 3 1 2 1 19
32 YOSIA BOYKE 3 1 1 1 2 2 1 1 2 1 2 1 18
33 YULI ESTEFANI 2 2 1 2 2 1 0 0 2 2 2 1 17
34 QUEENCY ZAKIRA 2 2 2 2 3 2 1 1 2 1 1 3 22
35 M. ADRIL 1 2 2 2 2 2 1 2 3 2 1 2 22
36 THESSALONIKA 1 2 2 2 3 2 1 1 2 1 2 2 21
Jumlah
86.00
71.00
69.00
78.00
66.00
57.00
70.00
56.00
80.00
61.00
66.00
51.00
Rata-rata
0.58
0.48
0.47
0.53
0.45
0.39
0.47
0.38
0.54
0.41
0.45
0.34
Persentase 58% 48% 47% 53% 45% 39% 47% 38% 54% 41% 45% 34%
228
Perhitungan data Posttest Berpikir Kritis
Kelas Eksperimen
NO NAMA Kemampuan Berpikir Kritis
Jumlah 1a 1b 2a 2b 3a 3b 4a 4b 5a 5b 6a 6b
1 AKBAR A. P 4 4 4 4 4 3 4 4 3 3 3 3 43
2 ALIVIA R. 4 3 4 4 4 3 4 4 3 2 3 3 41
3 ALYSIA Z. M. 4 4 4 4 3 3 4 3 4 4 3 3 43
4 ARIE SULTON B. 4 4 3 3 2 2 3 3 3 3 4 3 37
5 CAHYA AYU N 4 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 39
6 CHALISHA A. 4 4 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 36
7 DHAVID K. 4 4 4 4 4 3 4 3 2 2 3 2 39
8 ELLISYA PUTRI 4 3 4 4 4 3 4 3 3 3 3 2 40
9 FARHANSYAH 4 3 3 2 4 3 4 4 3 3 4 3 40
10 GANDHI ANDIRA 4 3 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 39
11 HANUM I 4 3 3 3 3 2 3 3 4 4 3 3 38
12 HENGGAR P. 4 3 4 3 3 2 3 3 3 3 2 2 35
13 HERDIAN SUKMA 4 4 4 3 3 3 3 3 2 2 2 2 35
14 HERITS TUTUR 4 4 4 4 3 2 2 2 4 3 2 2 36
15 ILHAM R. 4 4 3 2 2 2 2 1 3 3 2 2 30
16 INAZ LATHIFA 4 4 3 2 4 3 2 2 3 3 2 2 34
17 IVA AULIA S. 4 3 3 2 2 2 4 2 4 4 2 2 34
18 LANANG BRIYAN P. 4 3 3 3 4 2 4 3 3 3 3 1 36
229
19 MAHMUD FAJAR F. 4 2 3 3 4 3 4 4 3 3 3 2 38
20 M. LUKMAN TORO 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 4 2 38
21 M. FATHAR AULIA 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 3 3 44
22 M. HABIBI 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 40
23 M. IQBAL 4 2 4 4 3 3 4 3 4 4 3 3 41
24 M. RADIAN GHOZA 3 3 4 4 3 3 4 3 3 3 2 2 37
25 MUKHTAR A. 3 3 4 4 3 2 4 4 4 4 2 1 38
26 NABILA ADELIA 3 2 4 3 4 3 4 4 4 3 2 1 37
27 NABILA ALFIANISA 3 2 3 2 4 4 4 4 4 3 3 2 38
28 NAJWA HASYA Q. 3 2 4 3 4 4 3 3 2 2 2 2 34
29 NUR AZIZAH 4 3 4 4 3 3 3 3 2 2 3 3 37
30 RANI RIANTIKA 4 3 4 4 3 3 2 2 2 2 2 2 33
31 ROFI ZALIANTY 3 3 3 3 2 2 2 1 3 2 3 3 30
32 SEPTIANI M. 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 35
33 SHANTY P. 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 37
34 SULTANSYAH DAFA 4 3 4 4 2 2 2 2 4 3 3 3 36
35 YAZID ILYAS B. 4 4 4 3 3 3 3 2 4 4 2 2 38
36 ZHAFIRA RAKHMA 3 2 3 3 4 4 3 2 4 4 2 2 36
Jumlah 136 115 128 115 119 101 117 103 115 109 99 85
Rata-rata 0.92 0.78 0.86 0.78 0.80 0.68 0.79 0.70 0.78 0.74 0.67 0.57
Persentase 92% 78% 86% 78% 80% 68% 79% 70% 78% 74% 67% 57%
230
Perhitungan data Posttest Berpikir Kritis
Kelas Kontrol
NO NAMA Kemampuan Berpikir Kritis
Jumlah 1a 1b 2a 2b 3a 3b 4a 4b 5a 5b 6a 6b
1 AKIFAN AQILA 3 3 3 2 4 3 4 3 4 4 3 3 39
2 ALYA AFRILIA 3 3 3 2 4 3 4 3 4 3 3 3 38
3 APRILLIA H. 3 3 4 3 4 3 4 4 4 2 3 2 39
4 ARDINA NURRESTI 4 3 4 2 3 2 4 4 4 3 3 3 39
5 ARYA AZHARA 4 3 3 3 3 2 3 3 3 3 4 4 38
6 CRISTOPHER C. 4 3 3 3 3 2 3 2 3 3 4 4 37
7 DEBY LIA KARISA 4 4 3 3 4 3 3 2 3 2 4 4 39
8 DIAN FEBRIYANTI 3 3 3 3 4 3 3 3 3 2 4 3 37
9 DINDA NOVI H. 3 2 4 4 4 3 4 3 4 3 4 3 41
10 FANDREA DWI P. 3 2 3 3 4 3 3 2 2 2 4 3 34
11 FARREL M. 3 3 4 4 3 2 3 2 3 2 4 3 36
12 FATTIYA ABIDATI 3 3 3 3 3 2 4 3 2 1 3 2 32
13 GIEZKA NAUVAL 4 3 2 2 4 2 3 3 3 2 3 2 33
14 ILHAM FADILLAH 4 3 2 2 4 2 3 2 3 2 4 2 33
15 KADEK DEVA 4 3 3 2 2 2 3 2 3 2 2 2 30
16 LINDA MARWATUL 4 2 3 3 2 2 2 1 3 2 3 2 29
17 MARIA FALLICIA 3 3 4 3 2 1 2 1 2 1 4 2 28
18 MIFTAH IZDAINI 3 3 4 4 4 1 3 2 3 2 4 3 36
231
19 M.ICHWAN ABADI 3 3 2 2 4 1 3 2 3 2 2 2 29
20 M.IRGI FAHRUREZA 2 2 3 3 4 2 4 3 4 3 3 2 35
21 MU. RAIHAN R. 2 2 3 3 4 3 3 3 3 3 2 1 32
22 M.RIDHO PRATAMA 3 2 2 2 3 3 4 4 4 3 2 2 34
23 M. RIEFKY DWI 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 2 33
24 M.YUSRIL NASHEH 3 3 3 2 3 2 3 3 2 2 2 2 30
25 NAJLA THUFAILAH 3 3 3 3 3 2 3 2 3 2 3 2 32
26 PINTA ASKIA 3 3 4 4 4 1 3 3 3 2 2 1 33
27 SHELLYANA 4 3 4 4 2 2 3 3 4 2 3 1 35
28 SHIFA AULIYA 4 3 4 4 4 3 4 2 4 2 3 1 38
29 THERESYA C. 4 3 4 3 4 3 3 3 4 3 1 1 36
30 TOBIAS ARIEL 2 1 3 3 3 3 4 3 2 2 2 2 30
31 TRIYADI P. 3 2 4 2 2 2 3 2 3 2 2 2 29
32 YOSIA BOYKE 2 2 3 3 4 3 3 2 4 3 2 2 33
33 YULI ESTEFANI 3 2 4 3 3 3 3 3 4 2 3 3 36
34 QUEENCY ZAKIRA 4 3 4 2 2 2 4 4 3 3 4 3 38
35 M. ADRIL 4 3 3 3 3 3 4 4 3 3 4 3 40
36 THESSALONIKA 4 2 2 1 3 3 4 3 3 3 4 3 35
Jumlah 118 97 115 100 119 85 119 97 115 86 110 85
rata-rata 0.80 0.66 0.78 0.68 0.80 0.57 0.80 0.66 0.78 0.58 0.74 0.57
Persentase 80% 66% 78% 68% 80% 57% 80% 66% 78% 58% 74% 57%
232
Lampiran C. 4 Uji Normalitas Hasil Pretest
Uji Normalitas Hasil Pretest
Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Langkah-langkah dalam melakukan uji normalitas:
1. Tetapkan hipotesis statistik
H0 = sampel berasal dari populasi terdistribusi normal
H1 = sampel berasal dari populasi terdistribusi tidak normal
2. Gunakan tingkat signifikansi α = 5%
3. Perhatikan signifikansi (sig.) pada output setelah pengolahan data
4. Perhatikan kriteria pengambilan keputusan dibawah ini:
Jika sig. > 0,05 (5%) maka Ho diterima H1 ditolak
Jika maka Ho ditolak H1 diterima
Case Processing Summary
Kelas
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Hasil Pretest kelas MIPA A 36 100.0% 0 0.0% 36 100.0%
kelas MIPA B 36 100.0% 0 0.0% 36 100.0%
Tests of Normality
Kelas
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Hasil Pretest kelas MIPA A .099 36 .200* .976 36 .614
kelas MIPA B .134 36 .098 .960 36 .213
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction
Kesimpulan:
Kelas Eksperimen: Tingkat Sig. 0,614 yang menunjukkan bahwa Sig. > 0,05
(5%), maka Ho diterima H1 ditolak, sehingga sampel berasal dari populasi
terdistribusi normal.
Kelas Kontrol: Tingkat Sig. 0,213 yang menunjukkan bahwa Sig. > 0,05 (5%),
maka Ho diterima H1 ditolak, sehingga sampel berasal dari populasi
terdistribusi normal.
233
Lampiran C. 5 Uji Normalitas Hasil Posttest
Uji Normalitas Hasil Posttest
Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Langkah-langkah dalam melakukan uji normalitas:
5. Tetapkan hipotesis statistik
H0 = sampel berasal dari populasi terdistribusi normal
H1 = sampel berasal dari populasi terdistribusi tidak normal
6. Gunakan tingkat signifikansi α = 5%
7. Perhatikan signifikansi (sig.) pada output setelah pengolahan data
8. Perhatikan kriteria pengambilan keputusan dibawah ini:
Jika sig. > 0,05 (5%) maka Ho diterima H1 ditolak
Jika maka Ho ditolak H1 diterima
Case Processing Summary
Kelas
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Hasil Posttest kelas MIPA A 36 100.0% 0 0.0% 36 100.0%
kelas MIPA B 36 100.0% 0 0.0% 36 100.0%
Tests of Normality
Kelas
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Hasil Posttest kelas MIPA A .104 36 .200* .973 36 .521
kelas MIPA B .106 36 .200* .958 36 .190
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction
Kesimpulan:
Kelas Eksperimen: Tingkat Sig. 0,521 yang menunjukkan bahwa Sig. > 0,05
(5%), maka Ho diterima H1 ditolak, sehingga sampel berasal dari populasi
terdistribusi normal.
Kelas Kontrol: Tingkat Sig. 0,190 yang menunjukkan bahwa Sig. > 0,05 (5%),
maka Ho diterima H1 ditolak, sehingga sampel berasal dari populasi
terdistribusi normal.
234
Lampiran C. 6 Uji Homogenitas Hasil Pretest
Uji Homogenitas Hasil Pretest
Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Langkah-langkah dalam melakukan uji normalitas:
1. Tetapkan hipotesis statistik
H0 = Tidak ada perbedaan varian nilai dari kedua kelompok (homogen)
H1 = Ada perbedaan varian nilai dari kedua kelompok (tidak homogen)
2. Gunakan tingkat signifikansi α = 5%
3. Perhatikan signifikansi (sig.) pada output setelah pengolahan data
4. Perhatikan kriteria pengambilan keputusan dibawah ini:
Jika . > 0,05 (5%) maka 𝐻0 diterima dan 𝐻1 ditolak, yaitu tidak ada
perbedaan varian nilai dari kedua kelompok (homogen)
Jika . ≤ 0,05 (5%) maka 𝐻0 ditolak dan 𝐻1 diterima, yaitu ada
perbedaan varian nilai dari kedua kelompok (tidak homogen)
Test of Homogeneity of Variances
Hasil Pretest
Levene Statistic df1 df2 Sig.
.001 1 70 .973
Kesimpulan:
Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa Sig. 0,973 yang menunjukkan bahwa .
> 0,05 (5%) maka 𝐻0 diterima dan 𝐻1 ditolak, sehingga tidak ada perbedaan
varian nilai dari kedua kelompok (homogen).
235
Lampiran C. 7 Uji Homogenitas Hasil Posttest
Uji Homogenitas Hasil Posttest
Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Langkah-langkah dalam melakukan uji normalitas:
5. Tetapkan hipotesis statistik
H0 = Tidak ada perbedaan varian nilai dari kedua kelompok (homogen)
H1 = Ada perbedaan varian nilai dari kedua kelompok (tidak homogen)
6. Gunakan tingkat signifikansi α = 5%
7. Perhatikan signifikansi (sig.) pada output setelah pengolahan data
8. Perhatikan kriteria pengambilan keputusan dibawah ini:
Jika . > 0,05 (5%) maka 𝐻0 diterima dan 𝐻1 ditolak, yaitu tidak ada
perbedaan varian nilai dari kedua kelompok (homogen)
Jika . ≤ 0,05 (5%) maka 𝐻0 ditolak dan 𝐻1 diterima, yaitu ada
perbedaan varian nilai dari kedua kelompok (tidak homogen)
Test of Homogeneity of Variances
Hasil Posttest
Levene Statistic df1 df2 Sig.
1.811 1 70 .183
Kesimpulan:
Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa Sig. 0,183 yang menunjukkan bahwa .
> 0,05 (5%) maka 𝐻0 diterima dan 𝐻1 ditolak, sehingga tidak ada perbedaan
varian nilai dari kedua kelompok (homogen).
236
Lampiran C. 8 Uji Hipotesis Hasil Pretest
Uji Hipotesis Hasil Pretest
Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
1. Tetapkan hipotesis statistik
Ho = tidak terdapat perbedaan rata-rata kemampuan berpikir kritis siswa pada
kelompok eksperimen dan siswa pada kelompok kontrol
H1 = terdapat perbedaan rata-rata kemampuan berpikir kritis siswa pada
kelompok eksperimen dan siswa pada kelompok kontrol
2. Gunakan tara signifikansi α = 5%
3. Perhatikan signifikansi (2-tailed) pada output setelah pengolahan data
4. Perhatikan kriteria pengambilan keputusan
l. Jika sig. (2-tailed) ≤ 0,05 maka 𝐻0 ditolak dan 𝐻1diterima
m. Jika sig. (2-tailed) > 0,05 maka 𝐻0 diterima dan 𝐻1 ditolak
Group Statistics
Kelas N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
Hasil Pretest kelas MIPA A 36 41.1456 6.48088 1.08015
kelas MIPA B 36 46.9328 6.54082 1.09014
Independent Samples Test
t-test for Equality of Means
t df
Sig. (2-
tailed)
Mean
Difference
Std. Error
Difference
95% Confidence Interval
of the Difference
Lower Upper
Hasil
Pretest
Equal variances
assumed -3.771 70 .000 -5.78722 1.53464 -8.84796 -2.72648
Equal variances not
assumed -3.771 69.994 .000 -5.78722 1.53464 -8.84797 -2.72648
Kesimpulan:
Dari hasil di atas Sig. (2-tailed) 0,000 yang menunjukkan bahwa Sig. (2-tailed) ≤
0,05 maka 𝐻0 ditolak dan 𝐻1diterima, sehingga terdapat perbedaan rata-rata
kemampuan berpikir kritis siswa pada kelompok eksperimen dan siswa pada
kelompok kontrol.
237
Lampiran C. 9 Uji Hipotesis Hasil Posttest
Uji Hipotesis Hasil Posttest
Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
5. Tetapkan hipotesis statistik
Ho = tidak terdapat perbedaan rata-rata kemampuan berpikir kritis siswa pada
kelompok eksperimen dan siswa pada kelompok kontrol
H1 = terdapat perbedaan rata-rata kemampuan berpikir kritis siswa pada
kelompok eksperimen dan siswa pada kelompok kontrol
6. Gunakan tara signifikansi α = 5%
7. Perhatikan signifikansi (2-tailed) pada output setelah pengolahan data
8. Perhatikan kriteria pengambilan keputusan
n. Jika sig. (2-tailed) ≤ 0,05 maka 𝐻0 ditolak dan 𝐻1diterima
o. Jika sig. (2-tailed) > 0,05 maka 𝐻0 diterima dan 𝐻1 ditolak
Group Statistics
Kelas N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
Hasil Posttest kelas MIPA A 36 77.6619 6.61843 1.10307
kelas MIPA B 36 72.1072 7.45802 1.24300
Independent Samples Test
t-test for Equality of Means
t df
Sig.
(2-tailed)
Mean
Difference
Std. Error
Difference
95% Confidence Interval of
the Difference
Lower Upper
Hasil
Posttest
Equal variances
assumed 3.342 70 .001 5.55472 1.66187 2.24022 8.86923
Equal variances
not assumed 3.342 69.025 .001 5.55472 1.66187 2.23939 8.87005
Kesimpulan:
Dari hasil di atas Sig. (2-tailed) 0,001 yang menunjukkan bahwa Sig. (2-tailed) ≤
0,05 maka ditolak 𝐻0 dan 𝐻1diterima, sehingga terdapat perbedaan rata-rata
kemampuan berpikir kritis siswa pada kelompok eksperimen dan siswa pada
kelompok kontrol.
238
Lampiran C. 10 Uji N-Gain
Uji N-Gain Kelas Eksperimen
No. Siswa Pretest (X1) Posttest (X2) d = X2 –X1 N-Gain Keterangan
1 AKBAR A. P 37.50 89.58 52.08 0.83 Tinggi
2 ALIVIA R. 41.67 85.42 43.75 0.75 Tinggi
3 ALYSIA Z. M. 43.75 89.58 45.83 0.81 Tinggi
4 ARIE SULTON 39.58 77.08 37.50 0.62 Sedang
5 CAHYA AYU N. 58.33 81.25 22.92 0.55 Sedang
6 CHALISHA A. 52.08 75.00 22.92 0.48 Sedang
7 DHAVID K. 45.83 81.25 35.42 0.65 Sedang
8 ELLISYA PUTRI 41.67 83.33 41.66 0.71 Tinggi
9 FARHANSYAH 41.67 83.33 41.66 0.71 Tinggi
10 GANDHI A. 47.92 81.25 33.33 0.64 Sedang
11 HANUM I. 43.75 79.17 35.42 0.63 Sedang
12 HENGGAR P. 39.58 72.92 33.34 0.55 Sedang
13 HERDIAN S. 33.33 72.92 39.59 0.59 Sedang
14 HERITS TUTUR 29.17 75.00 45.83 0.65 Sedang
15 ILHAM R 29.17 62.50 33.33 0.47 Sedang
16 INAZ LATHIFA 39.58 70.83 31.25 0.52 Sedang
17 IVA AULIA S. 35.42 70.83 35.41 0.55 Sedang
18 LANANG B. P. 41.67 75.00 33.33 0.57 Sedang
19 MAHMUD F. F. 50.00 79.17 29.17 0.58 Sedang
20 M. LUKMAN 31.25 79.17 47.92 0.70 Sedang
21 M. FATHAR 31.25 91.67 60.42 0.88 Tinggi
22 M. HABIBI 39.58 83.33 43.75 0.72 Tinggi
23 M. IQBAL 43.75 85.42 41.67 0.74 Tinggi
24 M. RADIAN G. 37.50 77.08 39.58 0.63 Sedang
25 MUKHTAR A. 45.83 79.17 33.34 0.62 Sedang
26 NABILA ADEL 37.50 77.08 39.58 0.63 Sedang
27 NABILA ALFI 43.75 79.17 35.42 0.63 Sedang
28 NAJWA HASYA 39.58 70.83 31.25 0.52 Sedang
29 NUR AZIZAH 39.58 77.08 37.50 0.62 Sedang
30 RANI RIANTI 41.67 68.75 27.08 0.46 Sedang
31 ROFI ZALIA 37.50 62.50 25.00 0.40 Sedang
32 SEPTIANI M. 47.92 72.92 25.00 0.48 Sedang
32 SHANTY P. 43.75 77.08 33.33 0.59 Sedang
34 SULTANSYAH 45.83 75.00 29.17 0.54 Sedang
35 YAZID ILYAS 50.00 79.17 29.17 0.58 Sedang
36 ZHAFIRA R. 33.33 75.00 41.67 0.63 Sedang
Rata-rata 0.62 sedang
239
Uji N-Gain Kelas Kontrol
No. Siswa Pretest (X1) Posttest (X2) d = X2 –X1 N-Gain Keterangan
1 AKIFAN AQILA 39.58 81.25 41.67 0.69 Sedang
2 ALYA AFRILIA 43.75 79.17 35.42 0.63 Sedang
3 APRILLIA H. 45.83 81.25 35.42 0.65 Sedang
4 ARDINA N 45.83 81.25 35.42 0.65 Sedang
5 ARYA AZHARA 47.92 79.17 31.25 0.60 Sedang
6 CRISTOPHER C. 58.33 77.08 18.75 0.45 Sedang
7 DEBY LIA 60.42 81.25 20.83 0.53 Sedang
8 DIAN F. 58.33 77.08 18.75 0.45 Sedang
9 DINDA NOVI H. 54.17 85.42 31.25 0.68 Sedang
10 FANDREA DWI 45.83 70.83 25.00 0.46 Sedang
11 FARREL M. 47.92 75.00 27.08 0.52 Sedang
12 FATTIYA A. 43.75 66.67 22.92 0.41 Sedang
13 GIEZKA N. 37.50 68.75 31.25 0.50 Sedang
14 ILHAM F. 45.83 68.75 22.92 0.42 Sedang
15 KADEK DEVA 39.58 62.50 22.92 0.38 Sedang
16 LINDA M. 47.92 60.42 12.50 0.24 Rendah
17 MARIA F. 35.42 58.33 22.91 0.35 Sedang
18 MIFTAH I. 47.92 75.00 27.08 0.52 Sedang
19 M.ICHWAN 50.00 60.42 10.42 0.21 Rendah
20 M.IRGI 47.92 72.92 25.00 0.48 Sedang
21 MU. RAIHAN R. 52.08 66.67 14.59 0.30 Sedang
22 M.RIDHO P. 50.00 70.83 20.83 0.42 Sedang
23 M. RIEFKY DWI 52.08 68.75 16.67 0.35 Sedang
24 M.YUSRIL 45.83 62.50 16.67 0.31 Sedang
25 NAJLA T. 47.92 66.67 18.75 0.36 Sedang
26 PINTA ASKIA 54.17 68.75 14.58 0.32 Sedang
27 SHELLYANA 60.42 72.92 12.50 0.32 Sedang
28 SHIFA AULIYA 50.00 79.17 29.17 0.58 Sedang
29 THERESYA 41.67 75.00 33.33 0.57 Sedang
30 TOBIAS ARIEL 43.75 62.50 18.75 0.33 Sedang
31 TRIYADI P. 39.58 60.42 20.84 0.34 Sedang
32 YOSIA BOYKE 37.50 68.75 31.25 0.50 Sedang
33 YULI E. 35.42 75.00 39.58 0.61 Sedang
34 QUEENCY Z. 45.83 79.17 33.34 0.62 Sedang
35 M. ADRIL 45.83 83.33 37.50 0.69 Sedang
36 THESSALONI 43.75 72.92 29.17 0.52 Sedang
Rata-rata 0.47 Sedang
240
Descriptives
kelas Statistic Std. Error
NGain_Persen eksperimen Mean 61.8240 1.78794
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 58.1943
Upper Bound 65.4537
5% Trimmed Mean 61.5426
Median 62.0655
Variance 115.083
Std. Deviation 10.72766
Minimum 40.00
Maximum 87.88
Range 47.88
Interquartile Range 13.75
Skewness .404 .393
Kurtosis .178 .768
kontrol Mean 47.1463 2.26113
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 42.5560
Upper Bound 51.7366
5% Trimmed Mean 47.3094
Median 47.0770
Variance 184.057
Std. Deviation 13.56675
Minimum 20.84
Maximum 69.23
Range 48.39
Interquartile Range 24.63
Skewness -.005 .393
Kurtosis -1.030 .768
241
Hasil Perhitungan Uji N-Gain Score
Kelas Rata-rata
N-Gain Score (%)
Nilai Minimum Nilai Maksimum
Eksperimen 61,82 40,00 87,88
Kontrol 47,14 20,84 69,23
Perbandingan Nilai Rata-rata Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Kelas Nilai Rata-rata
Pretest Posttest N-Gain
Eksperimen 41,15 77,66 0,62
Kontrol 45,66 70,16 0,47
Perbandingan Persentase Kategori N-Gain
Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Kategori N-Gain Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Tinggi 8 orang (22,23%) -
Sedang 28 orang (77,77%) 34 orang (94,45%)
Rendah - 2 orang (5,56%)
242
Lampiran C. 11 Hasil Peningkatan Aspek Kompetensi Kemampuan Berpikir Kritis
Hasil Peningkatan Perindikator Aspek Kompetensi
Kemampuan Berpikir Kritis Kelas Ekperimen dan Kelas Kontrol
a. Kelas Eksperimen
1) Skor Pretest
No Nama
Indikator Berpikir Kritis
Jumlah Memberikan Membangun
Menyimpulkan Membuat penjelasan Mengatur strategi
penjelasan sederhana keterampilan dasar lebih lanjut dan taktik
1a 1b 2a 3a 5a 5b 3b 4a 4b 6a 2b 6b
1 AKBAR A. P 2 2 2 1 2 1 1 2 2 1 1 1 18
2 ALIVIA R. 2 1 2 2 3 2 1 1 1 2 2 1 20
3 ALYSIA Z. M. 3 2 2 2 3 2 1 1 1 1 2 1 21
4 ARIE SULTON 2 0 2 2 3 2 2 1 1 1 2 1 19
5 CAHYA AYU 3 2 3 2 3 3 1 3 1 2 3 2 28
6 CHALISHA A 3 2 3 1 2 2 1 2 2 2 3 2 25
7 DHAVID K. 3 2 2 1 2 2 1 2 1 2 2 2 22
8 ELLISYA 2 1 2 1 2 2 0 2 2 2 2 2 20
9 FARHANSYAH 2 1 2 1 3 2 1 1 1 2 2 2 20
10 GANDHI 2 2 2 1 3 2 1 1 2 2 2 3 23
11 HANUM I 2 2 2 0 3 2 0 3 2 0 2 3 21
243
12 HENGGAR P. 2 2 2 0 3 2 0 1 2 0 2 3 19
13 HERDIAN 2 2 2 0 1 0 0 1 2 1 2 3 16
14 HERITS 2 2 2 0 1 0 0 2 1 1 2 1 14
15 ILHAM R 3 3 1 0 1 0 0 2 1 1 1 1 14
16 INAZ L 3 3 1 2 1 1 1 1 2 3 1 0 19
17 IVA AULIA S. 3 3 1 2 2 1 1 0 1 2 1 0 17
18 LANANG B 3 3 1 2 2 1 1 2 1 2 1 1 20
19 MAHMUD F 3 3 1 2 3 2 2 3 2 2 1 0 24
20 M. LUKMAN 1 1 2 1 1 1 1 1 1 2 1 2 15
21 M. FATHAR 1 0 2 1 1 1 1 1 1 3 1 2 15
22 M. HABIBI 1 1 2 1 2 2 1 2 2 3 1 1 19
23 M. IQBAL 3 2 2 2 3 2 2 2 1 0 2 0 21
24 M. RADIAN 3 2 3 1 2 2 1 0 0 0 2 2 18
25 MUKHTAR A. 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 22
26 N. ADELIA 2 2 3 1 1 1 1 1 1 1 2 2 18
27 N. ALFIANISA 3 2 3 0 1 1 0 3 2 1 3 2 21
28 NAJWA 3 2 2 0 3 2 0 1 1 2 2 1 19
29 NUR AZIZAH 1 1 2 2 2 2 1 2 1 2 2 1 19
30 RANI R 1 1 3 1 3 3 1 0 1 2 3 1 20
31 ROFI Z 1 0 3 0 3 3 0 1 1 2 3 1 18
32 SEPTIANI M. 1 1 3 2 3 3 1 2 1 2 3 1 23
33 SHANTY P. 2 2 2 1 2 2 1 2 1 2 2 2 21
34 SULTANSYAH 2 2 2 1 2 2 1 2 2 2 2 2 22
35 YAZID ILYAS 2 1 3 2 2 1 2 2 2 2 3 2 24
244
36 ZHAFIRA R 2 2 2 0 1 1 0 2 1 1 2 2 16
Jumlah 78 62 76 40 77 60 31 57 48 57 70 55
Rata-rata 0.54 0.43 0.53 0.28 0.53 0.42 0.22 0.40 0.33 0.40 0.49 0.38
Persentase 54% 43% 53% 28% 53% 42% 22% 40% 33% 40% 49% 38%
Persentase Per Aspek 50% 41% 34% 49% 38%
Kompetensi
2) Skor Posttest
No Nama
Indikator Berpikir Kritis
Jumlah Memberikan Membangun
Menyimpulkan Membuat penjelasan Mengatur
penjelasan sederhana keterampilan dasar lebih lanjut strategi dan taktik
1a 1b 2a 3a 5a 5b 3b 4a 4b 6a 2b 6b
1 AKBAR A. P 4 4 4 4 3 3 3 4 4 3 4 3 43
2 ALIVIA R. 4 3 4 4 3 2 3 4 4 3 4 3 41
3 ALYSIA Z. M. 4 4 4 3 4 4 3 4 3 3 4 3 43
4 ARIE SULTON 4 4 3 2 3 3 2 3 3 4 3 3 37
5 CAHYA AYU 4 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 39
6 CHALISHA 4 4 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 36
7 DHAVID K. 4 4 4 4 2 2 3 4 3 3 4 2 39
8 ELLISY 4 3 4 4 3 3 3 4 3 3 4 2 40
9 FARHANSYAH 4 3 3 4 3 3 3 4 4 4 2 3 40
10 GANDHI 4 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 39
245
11 HANUM 4 3 3 3 4 4 2 3 3 3 3 3 38
12 HENGGAR P. 4 3 4 3 3 3 2 3 3 2 3 2 35
13 HERDIAN 4 4 4 3 2 2 3 3 3 2 3 2 35
14 HERITS 4 4 4 3 4 3 2 2 2 2 4 2 36
15 ILHAM R 4 4 3 2 3 3 2 2 1 2 2 2 30
16 INAZ LATHIFA 4 4 3 4 3 3 3 2 2 2 2 2 34
17 IVA AULIA S. 4 3 3 2 4 4 2 4 2 2 2 2 34
18 LANANG 4 3 3 4 3 3 2 4 3 3 3 1 36
19 M. FAJAR 4 2 3 4 3 3 3 4 4 3 3 2 38
20 M. LUKMAN 4 3 3 4 3 3 3 3 3 4 3 2 38
21 M. FATHAR 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 3 3 44
22 M. HABIBI 4 4 4 3 3 3 3 3 3 4 3 3 40
23 M. IQBAL 4 2 4 3 4 4 3 4 3 3 4 3 41
24 M. RADIAN 3 3 4 3 3 3 3 4 3 2 4 2 37
25 MUKHTAR A. 3 3 4 3 4 4 2 4 4 2 4 1 38
26 N.ADELIA 3 2 4 4 4 3 3 4 4 2 3 1 37
27 N. ALFIANISA 3 2 3 4 4 3 4 4 4 3 2 2 38
28 NAJWA ] 3 2 4 4 2 2 4 3 3 2 3 2 34
29 NUR AZIZAH 4 3 4 3 2 2 3 3 3 3 4 3 37
30 RANI 4 3 4 3 2 2 3 2 2 2 4 2 33
31 ROFI 3 3 3 2 3 2 2 2 1 3 3 3 30
32 SEPTIANI M. 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 35
33 SHANTY P. 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 37
34 SULTANSYAH 4 3 4 2 4 3 2 2 2 3 4 3 36
246
35 YAZID ILYAS 4 4 4 3 4 4 3 3 2 2 3 2 38
36 ZHAFIRA 3 2 3 4 4 4 4 3 2 2 3 2 36
Jumlah 136 115 128 119 115 109 101 117 103 99 115 85
Rata-rata 0.94 0.80 0.89 0.83 0.80 0.76 0.70 0.81 0.72 0.69 0.80 0.59
Persentase 94% 80% 89% 83% 80% 76% 70% 81% 72% 69% 80% 59%
Persentase Per 88% 79% 73% 80% 59%
Aspek Kompetensi
3) Perhitungan Uji N-gain Indikator Berpikir Kritis
a) Memberikan penjelasan sederhana
0 0 0
0 0
0
0 0
Kategori: Tinggi
b) Membangun keterampilan dasar
0 0
0
247
0
0
Kategori: Sedang
c) Menyimpulkan
0 0
0
0
0 66
Kategori: Sedang
d) Membuat penjelasan lebih lanjut
0 0 0
0
0
0
Kategori: Sedang
248
e) Mengatur strategi dan taktik
0 0
0
0
0 6
Kategori: Sedang
249
b. Kelas Kontrol
1) Skor Pretest
No Nama
Indikator Berpikir Kritis
Jumlah Memberikan penjelasan Membangun
Menyimpulkan Membuat penjelasan Mengatur strategi
sederhana keterampilan dasar lebih lanjut dan taktik
1a 1b 2a 3a 5a 5b 3b 4a 4b 6a 2b 6b
1 AKIFAN AQILA 3 1 2 1 1 1 1 3 2 2 2 0 19
2 ALYA AFRILIA 3 2 1 2 3 3 1 1 1 1 2 1 21
3 APRILLIA H. 3 2 1 2 2 1 1 2 1 2 3 2 22
4 ARDINA N 4 2 1 2 2 2 2 1 1 2 2 1 22
5 ARYA AZHARA 4 3 2 2 2 1 2 1 1 1 3 1 23
6 CRISTOPHER 2 3 4 2 3 2 2 2 2 1 3 2 28
7 DEBY LIA 2 2 4 3 3 3 2 3 2 0 3 2 29
8 DIAN F. 2 2 3 2 3 3 2 3 2 2 2 2 28
9 DINDA NOVI 3 2 3 2 1 1 2 4 2 2 2 2 26
10 FANDREA D. 3 2 3 1 1 1 1 2 2 2 2 2 22
11 FARREL M. 3 2 2 3 1 0 2 2 2 2 2 2 23
12 FATTIYA A. 3 2 1 2 1 1 1 3 3 2 2 0 21
13 GIEZKA N. 1 2 1 3 2 1 2 1 1 2 2 0 18
14 ILHAM F. 1 2 2 1 2 2 1 3 2 3 2 1 22
15 KADEK DEVA 1 1 2 0 2 2 0 3 1 3 3 1 19
16 LINDA M. 1 1 1 2 2 1 2 3 3 3 3 1 23
17 MARIA F. 2 1 0 2 2 2 2 0 1 2 3 0 17
250
18 MIFTAH I. 2 1 2 2 2 2 2 2 2 1 3 2 23
19 M.ICHWAN 3 1 2 2 3 2 2 2 2 1 3 1 24
20 M.IRGI F. 1 2 2 1 3 3 1 3 2 2 1 2 23
21 MU. RAIHAN R. 1 2 4 1 3 3 1 2 2 2 3 1 25
22 M.RIDHO P. 2 2 2 1 3 3 1 2 1 2 2 3 24
23 M. RIEFKY DWI 3 2 2 2 3 1 2 2 2 1 2 3 25
24 M.YUSRIL N. 2 3 4 1 1 1 1 1 1 3 2 2 22
25 NAJLA T. 2 2 2 2 3 2 2 2 1 2 2 1 23
26 PINTA ASKIA 4 3 2 1 2 2 1 3 2 3 2 1 26
27 SHELLYANA 4 3 3 3 2 2 3 3 2 1 3 0 29
28 SHIFA AULIYA 3 2 1 3 2 2 3 2 1 2 2 1 24
29 THERESYA C. 2 2 1 2 3 1 2 1 1 2 1 2 20
30 TOBIAS ARIEL 4 2 0 1 3 2 1 2 1 2 1 2 21
31 TRIYADI P. 3 3 1 0 3 1 0 2 2 2 1 1 19
32 YOSIA BOYKE 3 1 1 2 2 1 2 1 1 2 1 1 18
33 YULI ESTEFANI 2 2 1 2 2 2 1 0 0 2 2 1 17
34 QUEENCY Z. 2 2 2 3 2 1 2 1 1 1 2 3 22
35 M. ADRIL 1 2 2 2 3 2 2 1 2 1 2 2 22
36 THESSALONIKA 1 2 2 3 2 1 2 1 1 2 2 2 21
Jumlah 86 71 69 66 80 61 57 70 56 66 78 51
Rata-rata 0.60 0.49 0.48 0.46 0.56 0.42 0.40 0.49 0.39 0.46 0.54 0.35
Persentase 60% 49% 48% 46% 56% 42% 40% 49% 39% 46% 54% 35%
Persentase Per Aspek 52% 48% 43% 54% 35%
Kompetensi
251
2) Skor Posttest
No Nama
Indikator Berpikir Kritis
Jumlah Memberikan Membangun
Menyimpulkan Membuat penjelasan Mengatur strategi
Penjelasan sederhana keterampilan dasar lebih lanjut dan taktik
1a 1b 2a 3a 5a 5b 3b 4a 4b 6a 2b 6b
1 AKIFAN AQILA 3 3 3 4 4 4 3 4 3 3 2 3 39
2 ALYA AFRILIA 3 3 3 4 4 3 3 4 3 3 2 3 38
3 APRILLIA H. 3 3 4 4 4 2 3 4 4 3 3 2 39
4 ARDINA N 4 3 4 3 4 3 2 4 4 3 2 3 39
5 ARYA AZHARA 4 3 3 3 3 3 2 3 3 4 3 4 38
6 CRISTOPHER 4 3 3 3 3 3 2 3 2 4 3 4 37
7 DEBY LIA 4 4 3 4 3 2 3 3 2 4 3 4 39
8 DIAN F. 3 3 3 4 3 2 3 3 3 4 3 3 37
9 DINDA NOVI 3 2 4 4 4 3 3 4 3 4 4 3 41
10 FANDREA D. 3 2 3 4 2 2 3 3 2 4 3 3 34
11 FARREL M. 3 3 4 3 3 2 2 3 2 4 4 3 36
12 FATTIYA A. 3 3 3 3 2 1 2 4 3 3 3 2 32
13 GIEZKA N. 4 3 2 4 3 2 2 3 3 3 2 2 33
14 ILHAM F. 4 3 2 4 3 2 2 3 2 4 2 2 33
15 KADEK DEVA 4 3 3 2 3 2 2 3 2 2 2 2 30
16 LINDA M. 4 2 3 2 3 2 2 2 1 3 3 2 29
17 MARIA F. 3 3 4 2 2 1 1 2 1 4 3 2 28
252
18 MIFTAH I. 3 3 4 4 3 2 1 3 2 4 4 3 36
19 M.ICHWAN 3 3 2 4 3 2 1 3 2 2 2 2 29
20 M.IRGI F. 2 2 3 4 4 3 2 4 3 3 3 2 35
21 MU. RAIHAN R. 2 2 3 4 3 3 3 3 3 2 3 1 32
22 M.RIDHO P. 3 2 2 3 4 3 3 4 4 2 2 2 34
23 M. RIEFKY DWI 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 2 33
24 M.YUSRIL N. 3 3 3 3 2 2 2 3 3 2 2 2 30
25 NAJLA T. 3 3 3 3 3 2 2 3 2 3 3 2 32
26 PINTA ASKIA 3 3 4 4 3 2 1 3 3 2 4 1 33
27 SHELLYANA 4 3 4 2 4 2 2 3 3 3 4 1 35
28 SHIFA AULIYA 4 3 4 4 4 2 3 4 2 3 4 1 38
29 THERESYA C. 4 3 4 4 4 3 3 3 3 1 3 1 36
30 TOBIAS ARIEL 2 1 3 3 2 2 3 4 3 2 3 2 30
31 TRIYADI P. 3 2 4 2 3 2 2 3 2 2 2 2 29
32 YOSIA BOYKE 2 2 3 4 4 3 3 3 2 2 3 2 33
33 YULI ESTEFANI 3 2 4 3 4 2 3 3 3 3 3 3 36
34 QUEENCY Z. 4 3 4 2 3 3 2 4 4 4 2 3 38
35 M. ADRIL 4 3 3 3 3 3 3 4 4 4 3 3 40
36 THESSALONIKA 4 2 2 3 3 3 3 4 3 4 1 3 35
Jumlah 118 97 115 119 115 86 85 119 97 110 100 85
Rata-rata 0.82 0.67 0.80 0.83 0.80 0.60 0.59 0.83 0.67 0.76 0.69 0.59
Persentase 82% 67% 80% 83% 80% 60% 59% 83% 67% 76% 69% 59%
Persentase Per Aspek 76% 74% 71% 69% 59%
Kompetensi
253
3) Perhitungan Uji N-gain Indikator Berpikir Kritis
a) Memberikan penjelasan sederhana
0 6 0
0
0
0
Kategori: Sedang
b) Membangun keterampilan dasar
0 0
0
0 6
0
Kategori: Sedang
254
c) Menyimpulkan
0 0
0
0
0
Kategori: Sedang
d) Membuat penjelasan lebih lanjut
0 6 0
0
0
0 6
Kategori: Sedang
e) Mengatur strategi dan taktik
0 0
0
255
0
0 6
Kategori: Sedang
256
LAMPIRAN D
SURAT KETERANGAN
1. Surat Keterangan Telah Melakukan Observasi
2. Surat Permohonan Izin Penelitian
3. Surat Keterangan Penelitian
4. Uji Referensi
5. Daftar Riwayat Hidup Penulis
6. Dokumentasi Penelitian
257
Lampiran D. 1 Surat Keterangan telah Melakukan Observasi
258
Lampiran D. 2 Surat Permohonan Izin Penelitian
259
Lampiran D. 3 Surat Keterangan Penelitian
260
Lampiran D. 4 Uji Referensi
UJI REFERENSI
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DOUBLE LOOP PROBLEM
SOLVING (DLPS) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS
SISWA PADA KONSEP TERMODINAMIKA
No Footnote Paraf
Pembimbing
BAB I
1 Jamuari, Kosim, dan Aris, 2015, “Pengaruh Model Pembelajaran
Kooperatif STAD Berbasis Multi Media Interaktif Terhadap
Penguasaan Konsep Siswa Pada Materi Termodinamika”, Jurnal
Penelitian Pendidikan IPA (JPPIPA), Vol. 1, No. 1, h.124
2 Nata Amalia, Albertus Djoko Lesmono, dan Alex Harijanto,
2018, “Analisis Kemampuan Berargumentasi Ilmiah Siswa
SMA Pada Konsep Termodinamika”, Jurnal Pembelajaran
Fisika (JPF), Vol. 7, No. 2, h.197
3 Dewi N. A., Sutopo, dan Siti Zulaikah, 2017, “Identifikasi
Pemahaman Konsep Siswa SMA Pada Materi Termodinamika”,
Jurnal Pendidikan IPA Pascasarjana UM, Vol. 2, h. 134
4 Awalia F. U., Sri A., Maryani, 2018, “LKS Berbasis Inkuiri
Terbimbing untuk meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis
pada Materi Termodinamika”, FKIP E-Proceeding, Vol. 3, No.
2, h. 72
5 Awalia F. U., Sri A., Maryani, 2018, “LKS Berbasis Inkuiri
Terbimbing untuk meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis
pada Materi Termodinamika”, FKIP E-Proceeding, Vol. 3, No.
2, h. 72
6 Deti Ahmatika, 2016, “Kemampuan berpikir kritis sangat
penting dalam proses pembelajaran fisika, sehingga dapat
mencapai hasil yang optimal”, Jurnal Euclid, Vol. 3, No. 1, h.
395
7 Halimah, Sutri dan Ni Nyoman, 2019, “Pengaruh Model
Pemecahan Masalah Dua Putaran Terhadap Kemampuan
Berpikir Kritis Peserta Didik”, Jurnal Prisma Sains, ol. 7, No. 2,
h. 114
8 Lisa Gueldenzoph Snyder dan Mark J. Snyder, 2008, “Teaching
critical thinking and problem solving skills”, The Journal off
Research in Business Education, Vol. 50, No. 2, h. 90-97
9 Iis Intan Widyowati, 2015, “Hubungan Kemampuan Berpikir
Kritis dengan Respon Mahasiswa terhadap Penggunaan Model
Pembelajaran Advance Organizer pada Materi Larutan
Penyangga”, Vol.4, No. 1, h. 90
261
10 P. Rahayu, M. Hidayat, dan H. Pathoni, 2017, “Penerapan
Model Pembelajaran Double Loop Problem Solving (DLPS)
Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Di
Kelas X SMAN 13 Muaro Jambi” Jurnal UNJA, h.4
11 P. Rahayu, M. Hidayat, dan H. Pathoni, 2017, “Penerapan
Model Pembelajaran Double Loop Problem Solving (DLPS)
Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Di
Kelas X SMAN 13 Muaro Jambi” Artikel Ilmiah, h.4
12 Mas‟ad, M. Nizar, Agus M. P, 2016, “Pengaruh Metode
Pembelajaran Double Loop Problem Solving terhadap Hasil
Belajar Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Mataram Tahun
Pelajaran 2015-2016”, Vol. 14, No. 2, h. 73
13 Mailen Sari, Syakbaniah, Ermaniati Ramli, “Pengaruh LKS
Berorientasi Pembelajaran Double Loop Problem Solving
(DLPS) Terhadap Kompetensi Fisika Kelas XI SMAN 13
Padang, 2015, Pillar O Physics Education, Vol.5, h.74
14 Siti Nurjanah, Entang Kartika dan Tita Mulyati, 2015,
“Pendekatan Double Loop Problem Solving Terhadap
Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa”,
Jurnal PGSD ,Vol. 1, No. 1, h.4
15 Siti Nurjanah, Entang Kartika dan Tita Mulyati, 2015,
“Pendekatan Double Loop Problem Solving Terhadap
Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa”,
Jurnal PGSD ,Vol. 1, No. 1, h.3
16 P. Dwijananti, R. I. Fatmala, B. Astuti, Penerapan Model Double
Loop Problem Solving Menggunakan Detektor Geiger Muller
untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kognitif”, Unnes Science
Education JournaI,Vol. 5, No. 3, h.1384
17 Siti Nurjanah, Entang Kartika dan Tita Mulyati, 2015,
“Pendekatan Double Loop Problem Solving Terhadap
Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa”,
Jurnal PGSD ,Vol. 1, No. 1, h.3
BAB II
1 Olaniyan, Ademola Olatide1, Omosewo, Esther O.1, Nwankwo,
Levi I.2, 2015, Effect of polya problem-solving model on senior
secondary school students’ performance in current electricity,
European Journal of Science and Mathematics Education, Vol.
3, No. 1, h. 98.
2 Fatimah, Ea Yanti S., Marzuki Ahmad, “Efektifitas Penerapan
Pendidikan Matematika Realistik terhadap Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMK Negeri 1 Batang
Angkola”, Mathematic Education Journal, Vol.3, No.1, 2020,
h.38
3 George Polya, How to Solve it:New Aspect of Mathematical
Method, (New Jersey: Princeton University Press, 1971), h. 5
262
4 Radiyatul, Sutarto Hadi, 2014, “Metode Pemecahan Masalah
Menurut Polya Untuk Mengembangkan Kemampuan Siswa
Dalam Pemecahan Masalah Matematis di Sekolah Menengah
Pertama”, Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 2, No.1, h. 55
5 Aris Shoimin, 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam
Kurikulum, (Yogyakarta:Ar-Ruzz Media, 2013), h. 68
6 Siti Nurjanah, Entang Kartika, Tita Mulyati, 2015, “Pendekatan
Double Loop Problem Solving Terhadap Peningkatan
Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa”, Jurnal PGSD
,Vol. 1, No. 1, h.4
7 Lucky Heriyanti Jufri, 2015, “Penerapan Double Loop Problem
Solving Untuk Meningkatkan Kemampuan Literasi Matematis
Level 3 Pada Siswa Kelas VIII SMPN 27 Bandung”, Jurnal
Pendidikan Matematika, Vol. 2, Vol. 1, h. 54
8 Pornkasem Kantamara dan Vichita Vathanophas Ractham, 2014,
“Single-Loop vs. Double-Loop Learning: An Obstacle Or A
Success Favtor For Organizational Learning”, International
Journal of Education and Research, Vol. 2, No. 7, h. 57.
9 Sharon Cartwright, 2002, “Double Loop Learning: A Concept
and Proses for Leadership Education”, Journal of Leadership
Education, Vol. 1, h. 68.
10 Satya Gading, Hasan Mahud dan Idam Ragil, 2016, “Penerapan
Model Pembelajaran DLPS (Double Loop Problem Solving)
Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Pengaruh Perubahan
Lingkungan”, Jurnal FKIP UNS, Vol. 4, No. 10, h. 2
11 Aris Shoimin, 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam
Kurikulum, (Yogyakarta:Ar-Ruzz Media, 2013), h. 68
12 Siti Nurjanah, Entang Kartika, Tita Mulyati, 2015, “Pendekatan
Double Loop Problem Solving Terhadap Peningkatan
Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa”, Jurnal PGSD
,Vol. 1, No. 1, h.4
13 Aris Shoimin, 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam
Kurikulum, (Yogyakarta:Ar-Ruzz Media, 2013), h. 69
14 Mas‟ad, M. Nizar, Agus M. P, 2016, “Pengaruh Metode
Pembelajaran Double Loop Problem Solving terhadap Hasil
Belajar Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Mataram Tahun
Pelajaran 2015-2016”, Vol. 14, No. 2, h. 74
15 Aris Shoimin, 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam
Kurikulum, (Yogyakarta:Ar-Ruzz Media, 2013), h. 71
263
16 Paramita Rahayu dan Haerul Pathoni, 2017, “Penerapan Model
Pembelajaran Double Loop Problem Solving (DLPS) Untuk
Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Di Kelas X
SMAN 13 Muaro Jambi”, Artikel Ilmiah, h. 4
17 Adi Afri Anto, R. Wakhid Akhdinirwanto dan Siska Desy
Fatmaryanti, 2013, “Pemanfaatan Model Pembelajaran Problem
Posing Untuk Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa
Di SMP Negeri 27 Purworejo”, Jurnal Berkala Pendidikan
Fisika, Vol. 2, No. 1, h. 5
18 Firdha Razak, “Hubungan Kemampuan Awal terhadap
Kemampuan Berpikir kritis Matematika pada Siswa Kelas VII
SMP Pesantren IMMIM Putri Minasatene”, Jurnal Mosharafa,
2017, Vol. 6, No. 1 h. 120
19 Anie Dwi Maylani, “Pengaruh Challenge-based Learning
Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa”, (Tugas
Akhir Skripsi Pendidikan Matematika UIN Jakarta, 2017), h.11
20 Elda Herlina, “Meningkatkan Disposisi Berpikir Kreati
Matematis Melalui Pendekatan APOS”, Jurnal Ilmiah Program
Studi Matematika STKIP Siliwangi Bandung, 2013, Vol. 2, No.
2, h. 170
21 Renol Afrizon, Ratnawulan dan Ahmad Fauzi, 2012,
“Peningkatan Perilaku Berkarakter Dan Keterampilan Berpikir
Kritis Siswa Kelas IX MTSN Model Padang Pada Mata
Pelajaran IPA-Fisika Menggunakan Model Problem Based
Instruction”, Jurnal Penelitian Pendidikan Fisika, Vol. 1, No. 1,
h.10
22 Renol Afrizon, Ratnawulan dan Ahmad Fauzi, 2012,
“Peningkatan Perilaku Berkarakter Dan Keterampilan Berpikir
Kritis Siswa Kelas IX MTSN Model Padang Pada Mata
Pelajaran IPA-Fisika Menggunakan Model Problem Based
Instruction”, Jurnal Penelitian Pendidikan Fisika, Vol. 1, No. 1,
h.10
23 Alec Fisher, Berpikir Kritis: Sebuah Pengantar, (Jakarta:
Erlangga, 2007), h. 4
24 Rifaatul Mahmuzah, “ Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis
Matematis Siswa SMP Melalui Pendekatan Problem Posing”,
Jurnal Program Studi Pendidikan Matematika Universitas
Serambi Mekkah, Vol. 4, No.1, h. 66
25 Robert H. Ennis, 1985, “A Logical Basis for Measuring Critical
Thinking Skills”, Educational Leadership Journal, Vol. 43,
No.2, h. 46
26 Douglas C. Giancoli, Fisika Jilid I Edisi Kelima, (Jakarta:
Erlangga, 2001), h. 518
264
27 Douglas C. Giancoli, Fisika Jilid I Edisi Kelima, (Jakarta:
Erlangga, 2001), h. 518
28 Fathiah Alatas dan Ai Nurlela, Termodinamika I, (Jakarta: UIN
PRESS, 2015), h. 17
29 Fathiah Alatas dan Ai Nurlela, Termodinamika I, (Jakarta: UIN
PRESS, 2015), h. 18-19
30 Douglas C. Giancoli, Fisika Jilid I Edisi Kelima, (Jakarta:
Erlangga, 2001), h. 518
31 T. L. Lowe, J. F. Rounce, Calculations or A-level Physics,
(Cheltenham: Nelson Thornes Ltd, 2002), h.160
32 Douglas C. Giancoli, Fisika Jilid I Edisi Kelima, (Jakarta:
Erlangga, 2001), h. 518
33 Douglas C. Giancoli, Fisika Jilid I Edisi Kelima, (Jakarta:
Erlangga, 2001), h. 519
34 Hugh D. Young, Roger A. Freedman, Fisika Universitas Jilid I
Edisi Kesepuluh, (Jakarta: Erlangga, 2002), h.629
35 Hugh D. Young, Roger A. Freedman, Fisika Universitas Jilid I
Edisi Kesepuluh, (Jakarta: Erlangga, 2002), h.629
36 T. L. Lowe, J. F. Rounce, Calculations or A-level Physics,
(Cheltenham: Nelson Thornes Ltd, 2002), h.161
37 T. L. Lowe, J. F. Rounce, Calculations or A-level Physics,
(Cheltenham: Nelson Thornes Ltd, 2002), h.161
38 Hugh D. Young, Roger A. Freedman, Fisika Universitas Jilid I
Edisi Kesepuluh, (Jakarta: Erlangga, 2002), h.630
39 Hugh D. Young, Roger A. Freedman, Fisika Universitas Jilid I
Edisi Kesepuluh, (Jakarta: Erlangga, 2002), h.530
40 Douglas C. Giancoli, Fisika Jilid I Edisi Kelima, (Jakarta:
Erlangga, 2001), h. 522
41 Hugh D. Young, Roger A. Freedman, Fisika Universitas Jilid I
Edisi Kesepuluh, (Jakarta: Erlangga, 2002), h.635
265
42 Hugh D. Young, Roger A. Freedman, Fisika Universitas Jilid I
Edisi Kesepuluh, (Jakarta: Erlangga, 2002), h.634
43 Douglas C. Giancoli, Fisika Jilid I Edisi Kelima, (Jakarta:
Erlangga, 2001), h. 522
44 Douglas C. Giancoli, Fisika Jilid I Edisi Kelima, (Jakarta:
Erlangga, 2001), h. 522
45 Douglas C. Giancoli, Fisika Jilid I Edisi Kelima, (Jakarta:
Erlangga, 2001), h. 522
46 Douglas C. Giancoli, Fisika Jilid I Edisi Kelima, (Jakarta:
Erlangga, 2001), h. 522
47 Hugh D. Young, Roger A. Freedman, Fisika Universitas Jilid I
Edisi Kesepuluh, (Jakarta: Erlangga, 2002), h.635
48 Douglas C. Giancoli, Fisika Jilid I Edisi Kelima, (Jakarta:
Erlangga, 2001), h. 521
49 T. L. Lowe, J. F. Rounce, Calculations or A-level Physics,
(Cheltenham: Nelson Thornes Ltd, 2002), h.163
50 Daniel Milton Oman, Robert Milton Oman, How To Solve
Physics Problems, (New York: Mc Graw Hill Education, 2016),
h.193
51 Douglas C. Giancoli, Fisika Jilid I Edisi Kelima, (Jakarta:
Erlangga, 2001), h. 521
52 Hugh D. Young, Roger A. Freedman, Fisika Universitas Jilid I
Edisi Kesepuluh, (Jakarta: Erlangga, 2002), h.636
53 Daniel Milton Oman, Robert Milton Oman, How To Solve
Physics Problems, (New York: Mc Graw Hill Education, 2016),
h.190
54 Douglas C. Giancoli, Fisika Jilid I Edisi Kelima, (Jakarta:
Erlangga, 2001), h. 519
55 Hugh D. Young, Roger A. Freedman, Fisika Universitas Jilid I
Edisi Kesepuluh, (Jakarta: Erlangga, 2002), h.630
56 Hugh D. Young, Roger A. Freedman, Fisika Universitas Jilid I
Edisi Kesepuluh, (Jakarta: Erlangga, 2002), h.630
266
57 Douglas C. Giancoli, Fisika Jilid I Edisi Kelima, (Jakarta:
Erlangga, 2001), h. 521
58 Daniel Milton Oman, Robert Milton Oman, How To Solve
Physics Problems, (New York: Mc Graw Hill Education, 2016),
h.188
59 Hugh D. Young, Roger A. Freedman, Fisika Universitas Jilid I
Edisi Kesepuluh, (Jakarta: Erlangga, 2002), h.635
60 Hugh D. Young, Roger A. Freedman, Fisika Universitas Jilid I
Edisi Kesepuluh, (Jakarta: Erlangga, 2002), h.637
61 Hugh D. Young, Roger A. Freedman, Fisika Universitas Jilid I
Edisi Kesepuluh, (Jakarta: Erlangga, 2002), h.637-638
62 Hugh D. Young, Roger A. Freedman, Fisika Universitas Jilid I
Edisi Kesepuluh, (Jakarta: Erlangga, 2002), h.639
63 Douglas C. Giancoli, Fisika Jilid I Edisi Kelima, (Jakarta:
Erlangga, 2001), h. 527
64 Douglas C. Giancoli, Fisika Jilid I Edisi Kelima, (Jakarta:
Erlangga, 2001), h. 527
65 Douglas C. Giancoli, Fisika Jilid I Edisi Kelima, (Jakarta:
Erlangga, 2001), h. 535-536
66 Hugh D. Young, Roger A. Freedman, Fisika Universitas Jilid I
Edisi Kesepuluh, (Jakarta: Erlangga, 2002), h.652
67 Douglas C. Giancoli, Fisika Jilid I Edisi Kelima, (Jakarta:
Erlangga, 2001), h. 527
68 Hugh D. Young, Roger A. Freedman, Fisika Universitas Jilid I
Edisi Kesepuluh, (Jakarta: Erlangga, 2002), h.655
69 Hugh D. Young, Roger A. Freedman, Fisika Universitas Jilid I
Edisi Kesepuluh, (Jakarta: Erlangga, 2002), h.655
70 Douglas C. Giancoli, Fisika Jilid I Edisi Kelima, (Jakarta:
Erlangga, 2001), h. 529
71 Douglas C. Giancoli, Fisika Jilid I Edisi Kelima, (Jakarta:
Erlangga, 2001), h. 529
267
72 Douglas C. Giancoli, Fisika Jilid I Edisi Kelima, (Jakarta:
Erlangga, 2001), h. 531
73 Hugh D. Young, Roger A. Freedman, Fisika Universitas Jilid I
Edisi Kesepuluh, (Jakarta: Erlangga, 2002), h.564
74 Hugh D. Young, Roger A. Freedman, Fisika Universitas Jilid I
Edisi Kesepuluh, (Jakarta: Erlangga, 2002), h.563
75 Hugh D. Young, Roger A. Freedman, Fisika Universitas Jilid I
Edisi Kesepuluh, (Jakarta: Erlangga, 2002), h.665
76 Douglas C. Giancoli, Fisika Jilid I Edisi Kelima, (Jakarta:
Erlangga, 2001), h. 532
77 Douglas C. Giancoli, Fisika Jilid I Edisi Kelima, (Jakarta:
Erlangga, 2001), h. 533
78 Hugh D. Young, Roger A. Freedman, Fisika Universitas Jilid I
Edisi Kesepuluh, (Jakarta: Erlangga, 2002), h.659
79 Douglas C. Giancoli, Fisika Jilid I Edisi Kelima, (Jakarta:
Erlangga, 2001), h. 533
80 Douglas C. Giancoli, Fisika Jilid I Edisi Kelima, (Jakarta:
Erlangga, 2001), h. 534
81 Mailen Sasri, Syakbaniah dan Ermaniati Ramli, 2015, “Pengaruh
LKS Berorientasi Pembelajaran Double Loop Problem Solving
(DLPS) Terhadap Kompetensi Fisika Siswa Kelas XI SMAN 13
PADANG”, Pillar Of Physics Education, Vol. 5, No. 1, h.80
82 Fitri Umiyaroh dan Budi Handoyo, 2017, “The Influence Of
Double Loop Problem Solving Learning Models to Senior High
School Learners Spatial Thinking Ability”, International
Interdisciplinary Journal Of Scholarly Research (IIJSR), Vol. 3,
No. 1, h.34
83 Andi Yurisah Prastika Wulandari, Muh. Tawil, Bunga Dara
Amin, 2015, “Penerapan Pembelajaran Fisika Berbasis Hands
On Activities Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis
Siswa Kelas X MAN 2 Model Makassar”, Jurnal Pendidikan
Fisika Universitas Muhammadiyah Makassar, Vol.3, No. 2,
h.115
84 Paramita Rahayu, M. Hidayat, Haerul Pathoni, 2017, “Penerapan
Model Pembelajaran Double Loop Problem Solving (DLPS)
Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir kritis Siswa Di
Kelas X SMAN 13 Muaro Jambi”, Artikel Imiah, h.11
268
85 Roliyani, 2016, “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa
Melalui Penggunaan Model Pembelajaran Double Loop Problem
Solving”, Jurnal Pena Edukasi, Vol. 33, No. 6, h.565
86 Wahyuni Fajar Arum, 2017, “Pengaruh Model Pembelajaran
Double Loop Problem Solving Dan Problem Posing Pada Materi
Fluida”, Jurnal Teknika STTKD, ol. 4, No. 2, h.50
BAB III
1 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif, dan R &
D, (Bandung: Alfabet, 2016), h.77
2 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif, dan R &
D, (Bandung: Alfabet, 2016), h.79
3 Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis (Pendekatan Kuantitatif,
kualitatif, dan R & D), (Bandung: Alfabet, 2010), h.389
4 Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis (Pendekatan Kuantitatif,
kualitatif, dan R & D), (Bandung: Alfabet, 2010), h.389
5 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan
Praktik,, (Jakarta: Rineka Cipta, 2013), h.159
6 Ali Idris Soentoro, Cara Mudah Belajar Metodologi Penelitian
dengan Aplikasi Statistika, (Depok: PT Taramedia Bakti
Persada, 2015), h.79
7 Yuberti dan Antomi Saregar, Pengantar Metodologi Penelitian
Pendidikan Matematika dan Sains, (Bandar Lampung: Anugerah
Utama Raharja, 2017), h.123
8 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan
Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2013), h.203
9 Robert H. Ennis, “Logical Basic For Measuring Critical
Thinking Skills”, (Education Leadership, 1985), Vol 4, h. 43
10 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif, dan R &
D, (Bandung: Alfabet, 2016), h.267
11 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan Edisi
Revisi, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2003) h.64
12 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan Edisi
Revisi, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2003) h.72
269
13 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan Edisi
Revisi, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2003) h.75
14 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan
Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2013), h.239
15 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan Edisi
Revisi, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2003) h.207
16 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan Edisi
Revisi, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2003) h.207
17 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan Edisi
Revisi, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2003) h.211-213
18 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan Edisi
Revisi, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2003) h.218
19 Yuberti dan Antomi Saregar, Pengantar Metodologi Penelitian
Pendidikan Matematika dan Sains, (Bandar Lampung: Anugerah
Utama Raharja, 2017), h.100
20 Nornadiah Mohd Razali dan Yap Bee Wah, “Power
Comparisons of Saphiro-Wilk, Kolmogrof-Smirnov, Lilliefors
and Anderson-Darling Tests”, Journal of Statistical Modeling
and Analytics, 2011, h. 25
21 Yuberti dan Antomi Saregar, Pengantar Metodologi Penelitian
Pendidikan Matematika dan Sains, (Bandar Lampung: Anugerah
Utama Raharja, 2017), h.100
22 Ruseffendi, Statistika Dasar untuk Penelitian Pendidikan.
(Bandung: CV Andira, 1998), h.294
23 J.I Gastwirth, Y.R Gel dan W. Miao, “The Impact of Levene‟s
Test of Equality Variences on Statistical Theory and Practice”,
Statistical Sciense, Vol. 24, No. 30, 2009, h. 346
24 Yuberti dan Antomi Saregar, Pengantar Metodologi Penelitian
Pendidikan Matematika dan Sains, (Bandar Lampung: Anugerah
Utama Raharja, 2017), h.101
25 Ruseffendi, Statistika Dasar untuk Penelitian Pendidikan.
(Bandung: CV Andira, 1998), h.273-275
26 Ruseffendi, Statistika Dasar untuk Penelitian Pendidikan.
(Bandung: CV Andira, 1998), h.315
27 Ruseffendi, Statistika Dasar untuk Penelitian Pendidikan.
270
(Bandung: CV Andira, 1998), h.305-309
28 David E. Meltzer, “The relationship between mathematics
preparation and conceptual learning gains in physics: A possible
„„hidden variable‟‟ in diagnostic pretest scoresThe relationship
between mathematics preparation and conceptual learning gains
in physics: A possible „„hidden variable‟‟ in diagnostic pretest
scores”, 2002, Vol.70, No.12, h.1260
29 Richard R. Hake, “Interactive-engagement versus traditional
methods: A six-thousand-student survey of mechanics test data
for introductory physics courses”, 1998, Vol.66, No.1, h.65
BAB IV
1 P. Rahayu, M. Hidayat, dan H. Pathoni, 2017, “Penerapan
Model Pembelajaran Double Loop Problem Solving (DLPS)
Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Di
Kelas X SMAN 13 Muaro Jambi” Jurnal UNJA, h.11
2 P. Rahayu, M. Hidayat, dan H. Pathoni, 2017, “Penerapan
Model Pembelajaran Double Loop Problem Solving (DLPS)
Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Di
Kelas X SMAN 13 Muaro Jambi” Jurnal UNJA, h.4
3 Siti Nurjanah, Entang Kartika dan Tita Mulyati, “Pendekatan
Double Loop Problem Solving Terhadap Peningkatan
Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa”, 2015, Jurnal
PGSD ,Vol. 1, No. 1, h.3
4 Lisa Gueldenzoph Snyder dan Mark J. Snyder, “Teaching
critical thinking and problem solving skills”, 2008, The Journal
off Research in Business Education, Vol. 50, No. 2, h. 90-97
5 Yuliana, Ismail dan Rispawati, “Pengaruh Model Double Loop
Problem Solving terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa
Kelas X pada Mata Pelajaran PPKn”, 2018, Jurnal Sosial dan
Keberagaman, Vol. 4, No. 13, h. 135
6 Yuliana, Ismail dan Rispawati, “Pengaruh Model Double Loop
Problem Solving terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa
Kelas X pada Mata Pelajaran PPKn”, 2018, Jurnal Sosial dan
Keberagaman, Vol. 4, No. 13, h.136
7 Siti Nurjanah, Entang Kartika dan Tita Mulyati, “Pendekatan
Double Loop Problem Solving Terhadap Peningkatan
Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa”, 2015, Jurnal
PGSD ,Vol. 1, No. 1, h.3
8 P. Rahayu, M. Hidayat, dan H. Pathoni, 2017, “Penerapan
Model Pembelajaran Double Loop Problem Solving (DLPS)
Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Di
Kelas X SMAN 13 Muaro Jambi” Jurnal UNJA, h.4
9 Lisa Gueldenzoph Snyder dan Mark J. Snyder, “Teaching
271
critical thinking and problem solving skills”, 2008, The Journal
off Research in Business Education, Vol. 50, No. 2, h. 90-97
Tangerang Selatan, 13 Mei 2020
Yang Mengesahkan,
Pembimbing
Fathiah Alatas, M.Si
NIP. 19830215 200912 2 008
272
Lampiran D. 5 Daftar Riwayat Hidup
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
IKA SHEPTI INDRIANI. Anak pertama
dari dua bersaudara pasangan Khalimi dan
Elly Fajriyah Lahir di Tegal, 22 September
1996. Tempat tinggal di Rumah Dinas
Brimob Blok B No. 9 Kel. Cikeas Udik, Kab.
Bogor, Jawa Barat.
Riwayat Pendidikan. Jenjang pendidikan yang telah di tempuh penulis
diantaranya SDN Jombang 1 lulus pada tahun 2008, SMPN 208 Jakarta lulus pada
tahun 2011, SMAN 105 Jakarta lulus pada tahun 2014. Penulis tercatat sebagai
mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan, Program Studi Tadris Fisika melalui jalur ujian mandiri.
273
Lampiran D. 6 Dokumentasi Penelitian