PENGARUH LARUTAN PERENDAM (PULSING) D AN JENIS …digilib.unila.ac.id/28878/3/SKRIPSI TANPA BAB...
Transcript of PENGARUH LARUTAN PERENDAM (PULSING) D AN JENIS …digilib.unila.ac.id/28878/3/SKRIPSI TANPA BAB...
PENGARUH LARUTAN PERENDAM (PULSING) DAN JENIS LARUTANPERAGA (HOLDING) TERHADAP MASA KESEGARAN BUNGA
POTONG SEDAP MALAM (Polianthes tuberose L.)KULTIVAR ‛WONOTIRTO’
(Skripsi)
Oleh
FARADILLAH CHAIRUNNISA
FAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDARLAMPUNG2017
Faradillah Chairunnisa
ABSTRAK
PENGARUH LARUTAN PERENDAM (PULSING) DAN JENIS LARUTANPERAGA (HOLDING) TERHADAP MASA KESEGARAN BUNGA
POTONG SEDAP MALAM (Polianthes tuberose L.)KULTIVAR ‛WONOTIRTO’
Oleh
FARADILLAH CHAIRUNNISA
Salah satu kendala dalam peragaan bunga sedap malam adalah masa kesegaran
yang pendek, maka diperlukan perlakuan larutan perendam (pulsing) dan larutan
peraga (holding) untuk memperpanjang masa kesegaran bunga. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh larutan pulsing dan jenis larutan holding
terhadap masa kesegaran bunga potong sedap malam kultivar ‛Wonotirto’.
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pascapanen Fakultas Pertanian
Universitas Lampung pada November 2015. Penelitian ini disusun dalam
Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial (2x5) dengan 3x ulangan. Faktor
pertama adalah larutan pulsing (P), meliputi p0 (larutan tanpa sukrosa) dan p1
(larutan sukrosa 15%). Faktor kedua adalah jenis larutan holding (H), meliputi h0
(air); h1 (air + sukrosa 4% + asam sitrat 2% + AgNO3 20 ppm); h2 (air + sukrosa
4% + vitamin C 50 ppm + AgNO320 ppm); h3 (air + sukrosa 4% + asam sitrat 2%
+ NaClO 20 ppm); dan h4 ( air + sukrosa 4% + vitamin C 50 ppm + NaClO 20
ppm). Data dianalisis dengan sidik ragam dan dilanjutkan dengan uji BNT pada
taraf 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian larutan pulsing
Faradillah Chairunnisa
memberikan hasil yang sama terhadap jumlah total bunga mekar, bunga layu,
bunga rontok, bunga layu dan rontok, dan vase life bunga; pemberian larutan
holding berpengaruh nyata terhadap semua variabel pengamatan kecuali jumlah
total bunga mekar. Jenis larutan holding h4 sama baiknya dengan h1 dalam
memperpanjang vase life selama 1-2 hari, menjadi 8,33 hari; dan pengaruh larutan
holding terhadap kesegaran bunga potong sedap malam tidak dipengaruhi oleh
larutan pulsing.
Kata kunci: holding, pulsing, sedap malam kultivar ‛Wonotirto’.
PENGARUH LARUTAN PERENDAM (PULSING) DAN JENIS LARUTANPERAGA (HOLDING) TERHADAP MASA KESEGARAN BUNGA
POTONG SEDAP MALAM (Polianthes tuberose L.)KULTIVAR ‛WONOTIRTO’
Oleh
FARADILLAH CHAIRUNNISA
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai GelarSARJANA PERTANIAN
Pada
Jurusan AgroteknologiFakultas Pertanian Universitas Lampung
FAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2017
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada 15 Agustus 1993, anak dari pasangan
Bapak Puji Sabdo Riyanto dan Ibu Dwi Sumarni merupakan anak kedua dari tiga
bersaudara.
Penulis mengikuti pendidikan formal di Sekolah Dasar Negeri 1 Sukarame pada
1999 dan diselesaikan pada 2005, Sekolah Menengah Pertama Negeri 4 Bandar
Lampung diselesaikan pada 2008, Sekolah Menengah Atas Negeri 12 Bandar
Lampung diselesaikan pada 2011.
Penulis terdaftar sebagai mahasiswa di Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian
Universitas Lampung pada 2011. Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata
(KKN) pada 2014 di Desa Beringin Kencana, Kecamatan Candipuro, Kabupaten
Lampung Selatan. Pada tahun yang sama, penulis melaksanakan Praktik Umum
(PU) di Balai Besar Pengembangan Pengujian Mutu Benih Tanaman Pangan dan
Hortikultura (BBPPMB-TPH) Depok, Jawa Barat.
SANWACANA
Bissmillahirrahmanirrahim.
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT karena karunia dan rahmat-Nya kepada
penulis sehingga dapat menyelesaikan syarat akhir untuk mencapai gelar Sarjana
Pertanian di Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Lampung.
Skripsi ini berjudul “Pengaruh Larutan Perendam (Pulsing) dan Jenis
Larutan Peraga (Holding) terhadap Masa Kesegaran Bunga Potong Sedap
Malam (Polianthes tuberose L.) Kultivar ‛Wonotirto’”. Selama penulisan
skripsi, penulis tidak sendirian karena banyak mendapatkan bimbingan,
dukungan, dan nasihat dari berbagai pihak. Oleh karena itu, sebagai tanda cinta
penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Ir. Tri Dewi Andalasari, M.Si. selaku Pembimbing Utama yang telah
membimbing dan memberi saran kepada penulis hingga penulisan skripsi ini
dapat terselesaikan.
2. Sri Ramadiana, S.P., M.Si. selaku Pembimbing Kedua yang juga telah
membimbing dan memberi perbaikan dalam penyelesaian penulisan skripsi.
3. Ir. Rugayah, M.P. selaku Pembahas yang telah memberikan saran untuk
penulisan skripsi yang lebih baik.
4. Ir. Solikhin, M.Si. selaku Pembimbing Akademik yang telah memberi
bimbingan dan saran kepada penulis selama menjadi mahasiswa.
5. Prof. Dr. Ir. Sri Yusnaini, M.Si. selaku Ketua Jurusan Agroteknologi.
6. Bapak dan Ibu dosen Jurusan Agroteknologi yang telah memberikan ilmu
kepada penulis.
7. Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si. selaku Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Lampung.
8. Ayah, Ibu, dan seluruh anggota keluarga tercinta yang senantiasa mendoakan
dan memberi dukungan kepada penulis.
9. Sahabat-sahabat, Dian Permata Sari, Kurnia Septiyanti, dan Nur Amalia yang
memberikan doa dan semangat kepada penulis.
10. Sahabat seperjuangan, Febrina Ayu Astita, Dwi Aprianti, Defika D. Pratiwi,
Dina Fanti, Hesti Tanu, Deliyana, Akbar Fadhillah, Dwika P. Suri, Dwi A.
Putri, Amelia Ekaprasetio, Ade Fitri A., Sasha P. Pertiwi, Sherly Isti A., dan
Susan Desi L.S. yang telah membantu selama penelitian, memberikan
semangat, dan doa kepada penulis hingga skripsi ini dapat terselesaikan.
Semoga Allah SWT senantiasa memberi perlindungan dan memberi balasan
sebaik-baiknya kepada semua. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi
siapapun. Terima kasih.
Bandar Lampung, Oktober 2017Penulis,
Faradillah Chairunnisa
Karya ini kupersembahkan untuk Ayah dan Ibu yang senantiasa berdo’a
dan berjuang untuk kesuksesanku.
Untuk almamaterku tercinta, Universitas Lampung
Terima kasih untuk kesempatan yang berharga selama menuntut ilmu
1
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL .................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR................................................................................ v
I. PENDAHULUAN ............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang dan Masalah........................................................ 1
1.2 Tujuan Penelitian ......................................................................... 4
1.3 Landasan Teori............................................................................. 4
1.4 Kerangka Pemikiran..................................................................... 7
1.5 Hipotesis ...................................................................................... 9
II. TINJAUAN PUSTAKA.................................................................... 10
2.1 Sedap Malam ............................................................................... 10
2.2 Larutan Pengawet Bunga Potong................................................. 13
2.3 Bahan Alternatif untuk Larutan Pengawet Bunga Potong........... 16
III. METODE PENELITIAN................................................................. 18
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian...................................................... 18
3.2 Bahan dan Alat............................................................................. 18
3.3 Metode Penelitian ........................................................................ 18
3.4 Pelaksanaan Penelitian................................................................. 20
ii
3.4.1 Pemilihan bunga potong ................................................. 203.4.2 Pemanenan ....................................................................... 203.4.3 Pengemasan bunga ........................................................... 203.4.4 Perendaman larutan pulsing ............................................. 203.4.5 Pengangkutan .................................................................. 213.4.6 Pembuatan larutan holding............................................... 213.4.7 Perendaman larutan holding............................................. 213.4.8 Pemotongan tangkai bunga .............................................. 21
3.5 Pengamatan .................................................................................. 22
3.5.1 Pengamatan awal.............................................................. 223.5.2 Pengamatan akhir ............................................................. 23
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................... 24
4.1 Hasil ............................................................................................. 24
4.1.1 Jumlah total bunga mekar ................................................ 254.1.2 Jumlah total bunga layu ................................................... 264.1.3 Jumlah total bunga rontok................................................ 274.1.4 Jumlah total bunga layu dan rontok ................................. 294.1.5 Vase life bunga................................................................. 30
4.2 Pembahasan.................................................................................. 31
V. SIMPULAN DAN SARAN............................................................... 37
5.1 Simpulan ...................................................................................... 37
5.2 Saran ............................................................................................ 37
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 38
LAMPIRAN ............................................................................................. 41
Tabel 5−17................................................................................................. 42−49
iii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Masa kesegaran bunga potong sedap malam di sentra produksidi Jawa.................................................................................................. 12
2. Beberapa formula pengawet larutan pulsing dan holding untukbunga potong sedap malam.................................................................. 14
3. Kombinasi perlakuan ........................................................................... 19
4. Rekapitulasi hasil analisis ragam pengaruh larutan pulsing danlarutan holding terhadap bunga potong sedap malam kultivar‛Wonotirto’........................................................................................... 24
5. Data pengamatan awal bunga potong sedap malam kultivar‛Wonotirto’........................................................................................... 42
6. Data pengamatan pengaruh larutan pulsing dan jenis larutan holdingterhadap jumlah total bunga mekar sedap malamkultivar ‛Wonotirto’ ............................................................................. 43
7. Analisis ragam pengaruh larutan pulsing dan jenis larutan holdingterhadap jumlah total bunga mekar sedap malam kultivar‛Wonotirto’ ........................................................................................... 43
8. Data pengamatan pengaruh larutan pulsing dan jenis larutan holdingterhadap jumlah total bunga layu sedap malam kultivar‛Wonotirto’ ........................................................................................... 44
9. Analisis ragam pengaruh larutan pulsing dan jenis larutan holdingterhadap jumlah total bunga layu sedap malam kultivar‛Wonotirto’ ........................................................................................... 44
10. Data pengamatan pengaruh larutan pulsing dan jenis larutan holdingterhadap bunga rontok sedap malam kultivar ‛Wonotirto’ ................... 45
iv
11. Analisis ragam pengaruh larutan pulsing dan jenis larutan holdingterhadap jumlah total bunga rontok sedap malam kultivar‛Wonotirto’ ........................................................................................... 45
12. Data pengamatan pengaruh larutan pulsing dan jenis larutan holdingterhadap jumlah total bunga layu dan rontok sedap malamkultivar ‛Wonotirto’ .............................................................................. 46
13. Analisis ragam pengaruh larutan pulsing dan jenis larutan holdingterhadap jumlah total bunga layu dan rontok sedap malamkultivar ‛Wonotirto’ .............................................................................. 46
14. Data pengamatan pengaruh larutan pulsing dan jenis larutan holdingterhadap vase life bunga potong sedap malam kultivar‛Wonotirto’ ........................................................................................... 47
15. Analisis ragam pengaruh larutan pulsing dan jenis larutan holdingterhadap vase life bunga potong sedap malamkultivar ‛Wonotirto’ .............................................................................. 47
16. Deskripsi bunga sedap malam kultivar ‛Wonotirto’ ............................ 48
17. Perhitungan pembuatan larutan holding............................................... 49
i
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Bunga sedap malam kultivar ‛Wonotirto’............................................ 11
2. Penampilan bunga mekar sedap malam kultivar ‛Wonotirto’ padaperlakuan pulsing dengan berbagai jenis larutan holding pada harike-4 setelah perlakuan ......................................................................... 25
3. Pengaruh larutan holding terhadap jumlah total bunga layu sedapmalam kultivar ‛Wonotirto’ ................................................................. 26
4. Penampilan bunga layu sedap malam kultivar ‛Wonotirto’ padaperlakuan pulsing dengan berbagai jenis larutan holding pada harike-8 setelah perlakuan ......................................................................... 27
5. Pengaruh larutan holding terhadap jumlah total bunga rontoksedap malam kultivar ‛Wonotirto’ ....................................................... 28
6. Contoh penampilan bunga sedap malam rontok: (a) kuncup dan(b) mekar kultivar ‛Wonotirto’ ........................................................... 28
7. Pengaruh larutan holding terhadap jumlah total bunga layu danrontok sedap malam kultivar ‛Wonotirto’ ........................................... 29
8. Pengaruh larutan holding terhadap vase life bunga sedap malamkultivar ‛Wonotirto’ ............................................................................. 30
9. Penampilan bunga potong sedap malam kultivar ‛Wonotirto’pada perlakuan pulsing dengan jenis holding komposisi air +sukrosa 4% + vitamin C 50 ppm + NaClO 20 ppm selamamasa peragaan ..................................................................................... 31
1
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang dan Masalah
Sedap malam (Polianthes tuberose L.) merupakan salah satu komoditas tanaman
hias yang termasuk dalam famili Amaryllidaceae. Tanaman ini berasal dari
Meksiko dan tersebar mencakup Afrika, Eropa, Asia dan sebagian Cina. Sedap
malam juga sudah tersebar di berbagai daerah di Indonesia, salah satunya Pulau
Jawa. Bunga sedap malam telah ditetapkan oleh Pemerintah Jawa Timur sebagai
“Maskot Flora Jawa Timur” (Tisnawati, 2007).
Bunga sedap malam kultivar ‛Wonotirto’ merupakan varietas baru yang
dibudidayakan oleh Kelompok Tani Karya Makmur I Desa Wonoharjo,
Tanggamus. Kultivar ‛Wonotirto’ telah dirilis tahun 2013. Susunan bunga sedap
malam kultivar ‛Wonotirto’ termasuk jenis bunga ganda yang sering berbunga.
Aroma yang dikeluarkan bunga ini tergolong kuat, namun tanaman ini relatif
pendek seperti Pearl atau Dwarf Pearl (Balai Penelitian Tanaman Hias, 2009).
Sedap malam cukup populer di dunia karena bunganya yang indah. Selain bentuk
bunga yang indah, bunga sedap malam mengeluarkan aroma yang harum. Bunga
ini biasa mekar dan mengeluarkan aroma harum pada malam hari, sehingga sering
disebut sebagai bunga sedap malam. Selain sebagai bunga potong, bunga sedap
2
malam banyak dimanfaatkan sebagai bunga tabur dan sebagai bahan baku minyak
atsiri.
Beragamnya manfaat bunga sedap malam berdampak pada permintaan pasar yang
terus meningkat. Menurut Badan Pusat Statistik (2014), permintaan bunga potong
sedap malam di Indonesia pada tahun 2014 sebesar 104.625.690 tangkai dan
menempati urutan ketiga setelah krisan dan mawar. Sementara itu, permintaan
bunga potong sedap malam di Lampung pada 2012 sebesar 23.017 tangkai, pada
2013 meningkat menjadi 27.305 tangkai, dan meningkat drastis pada 2014 sebesar
203.527 tangkai.
Peningkatan tersebut menunjukkan bahwa kegemaran masyarakat terhadap bunga
potong sedap malam semakin meningkat. Hal tersebut dapat dijadikan peluang
bagi petani bunga dan pelaku usaha bunga potong sedap malam untuk
meningkatkan pendapatan dengan cara mengoptimalkan teknik budidaya dan
penanganan pascapanen untuk menghasilkan bunga potong yang berkualitas.
Kesulitan yang sering dihadapi dalam penanganan pascapanen bunga potong
antara lain, bunga potong mudah rusak dan masa kesegaran yang pendek.
Menurunnya kualitas bunga potong selama masa peragaan dapat disebabkan oleh
suhu tinggi dan infeksi mikroorganisme. Bunga potong tetap menjalankan
metabolismenya meskipun sudah terpisah dari tanaman induknya, sehingga hanya
memanfaatkan cadangan air dan nutrisi yang terdapat pada bunga potong.
Terbatasnya ketersediaan air dan nutrisi pada bunga potong menyebabkan bunga
cepat rusak dan masa kesegaran yang pendek, sehingga diperlukan penanganan
3
pascapanen berupa penambahan larutan pengawet untuk memperpanjang masa
kesegaran bunga potong. Penanganan pascapanen di tingkat petani berupa
perendaman larutan pulsing jarang dilakukan untuk menghemat waktu dan biaya
produksi. Selain itu, perendaman larutan pulsing dianggap tidak berpengaruh
terhadap masa kesegaran bunga potong. Penanganan pascapanen yang dilakukan
petani masih sangat sederhana, yaitu hanya membungkus tangkai bunga yang
telah dipanen dengan menggunakan kertas koran/plastik, lalu dibawa ke pelaku
usaha bunga potong. Jika tidak ada penggantian air yang hilang pada bunga
mengakibatkan bunga cepat layu dan tidak dapat mempertahankan kesegarannya
karena proses transpirasi yang terjadi selama pascapanen mengakibatkan bunga
kehilangan air.
Perendaman tangkai bunga dengan larutan holding perlu dilakukan dengan
menambahkan larutan pengawet yang mengandung karbohidrat berupa sukrosa
yang dikombinasikan dengan asam sitrat dan germisida. Pemberian larutan
holding bertujuan untuk memperpanjang masa kesegaran bunga potong selama
masa peragaan hingga sampai ke tangan konsumen. Bunga yang telah dipotong
dari tanaman induk tetap menjalankan aktivitas metabolisme dan hanya
memanfaatkan cadangan air dan nutrisi yang terdapat pada bunga tersebut. Oleh
karena itu, diperlukan penambahan larutan pengawet berupa pulsing dan holding
untuk tetap mempertahankan kesegaran bunga potong mulai dari setelah panen
hingga selama masa peragaan.
4
1.2 Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah, penelitian ini bertujuan untuk.
1. Mengetahui jenis pulsing terbaik terhadap masa kesegaran bunga potong
sedap malam kultivar ‛Wonotirto’.
2. Mengetahui jenis holding terbaik terhadap masa kesegaran bunga potong
sedap malam kultivar ‛Wonotirto’.
3. Mengetahui pengaruh larutan holding terhadap masa kesegaran bunga potong
sedap malam kultivar ‛Wonotirto’ yang dipengaruhi oleh penggunaan larutan
pulsing.
1.3 Landasan Teori
Kualitas bunga potong dipengaruhi oleh faktor prapanen, sedangkan kesegaran
bunga potong dipengaruhi oleh faktor pascapanen. Menurunnya kesegaran bunga
potong selama masa peragaan dapat disebabkan oleh suhu tinggi dan infeksi
mikroorganisme. Masalah tersebut dapat diatasi dengan melakukan perendaman
tangkai bunga dalam larutan pengawet.
Larutan pengawet dapat digunakan sebagai larutan pulsing maupun larutan
holding. Larutan pulsing digunakan untuk merendam tangkai bunga segera
setelah panen, biasanya dilakukan sebelum dilakukan pengemasan sampai pada
saat pengangkutan hingga ke tempat peragaan. Larutan holding digunakan untuk
merendam tangkai bunga selama masa peragaan (Suyanti, 2002).
Larutan pengawet yang digunakan mengandung karbohidrat sebagai sumber
energi, yang dikombinasikan dengan asam sitrat dan germisida sebagai pengawet.
5
Selain sebagai penyedia sumber energi, larutan pengawet juga berfungsi untuk
menggantikan air yang hilang karena proses transpirasi. Suyanti (2002)
mengungkapkan bahwa, bahan-bahan yang dapat digunakan untuk larutan
pengawet antara lain sukrosa, asam sitrat, perak nitrat, sodium metabisulfit,
sodium benzoat, hydro quinolin citrate, aluminium sulfat, etanol, crysal, dan
physan.
Karbohidrat terutama gula merupakan sumber nutrisi utama dan energi bagi bunga
potong yang digunakan untuk menjalankan proses metabolisme (Halevy dan
Mayak, 1981). Namun, penggunaan gula pada larutan pengawet menjadi media
yang baik bagi mikroorganisme dan dapat menghambat penyerapan air dan nutrisi
sehingga diperlukan bahan tambahan yang berfungsi sebagai germisida.
Asam sitrat berfungsi untuk menurunkan pH larutan dan bersifat antibiotik.
Selain itu, asam sitrat juga berperan untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas
penyerapan larutan pengawet pada bunga potong (Yulianingsih dan Amiarsi,
2004). Larutan asam dengan pH 3,5 lebih mudah diserap oleh tangkai bunga
untuk menggantikan air yang hilang akibat transpirasi sehingga kesegaran bunga
tetap terjaga (Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura, 2011).
Kehadiran mikroorganisme atau jasad renik dapat disebabkan karena penggunaan
gula sebagai komposisi dalam larutan pengawet, juga dapat disebabkan karena air
yang digunakan tidak steril sebagai pencampur larutan pengawet. Mikro-
organisme yang ada di dalam larutan pengawet akan menghambat penyerapan
larutan oleh tangkai bunga sehingga bunga cepat layu. Mikroorganisme dapat
dikendalikan dengan pemberian germisida. Yulianingsih, Amiarsi, dan Sabari
6
(2006) menyatakan bahwa, germisida yang dapat digunakan berupa perak nitrat,
hidroquinon, silver thiosulfat, dan aluminium sulfat, dan menurut Direktorat
Budidaya dan Pascapanen Florikultura (2011) sodium hipoklorit juga dapat
digunakan sebagai germisida.
Pada larutan pulsing, konsentrasi nutrisi yang diberikan lebih tinggi dengan waktu
perendaman bunga yang singkat. Pada larutan holding, konsentrasi nutrisi yang
diberikan lebih rendah dengan waktu perendaman bunga lebih lama. Hal ini
didukung oleh penelitian Amiarsi dan Sunarmani (2011) menyatakan bahwa,
penambahan 200 ppm AgNO3 + 15% sukrosa pada larutan pulsing yang direndam
selama 2 jam dapat memperpanjang vase life bunga potong sedap malam 3 hari
lebih lama dibandingkan kontrol, yaitu mencapai 6,49 hari.
Penelitian yang dilakukan oleh Talukdar dan Barooah (2012) menunjukkan
bahwa, penggunaan 4% sukrosa + 2% asam sitrat + 20 ppm AgNO3 mampu
meningkatkan vase life bunga sedap malam cv. Calculatta Double pada suhu
ruang 26−35oC hingga ± 10 hari. Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Ahyana,
Sedijani, dan Citra (2015) menyatakan bahwa, penambahan sukrosa 2% mampu
mempertahankan kesegaran bunga potong krisan (Chrysanthemum sp.) selama
rata-rata 8,50 hari. Selain itu, Anjum, Naveed, Shakeel, dan Amin (2001)
mengungkapkan, penggunaan 50 ppm AgNO3mampu memperpanjang kesegaran
bunga potong sedap malam selama 8 hari.
Bahan-bahan penyusun larutan pengawet seperti asam sitrat dan perak nitrat
(AgNO3) ternyata memiliki kekurangan, antara lain mahal, tidak dijual bebas di
pasar, dan berbahaya bagi kesehatan manusia dan lingkungan (Hidayah, Asyiah,
7
dan Hariani, 2012). Oleh karena itu, diperlukan bahan alternatif yang murah,
mudah didapatkan, dan lebih aman untuk digunakan.
Bahan-bahan kimia yang murah dan mudah didapat untuk dijadikan alternatif
pada larutan pengawet antara lain vitamin C sebagai pengganti asam sitrat dan
klorok yang terkandung dalam bayclin sebagai pengganti perak nitrat. Vitamin C
adalah bahan yang bersifat asam dan dapat menurunkan pH larutan. Namun,
penggunaan dengan konsentrasi yang tinggi dapat menyebabkan tekanan osmotik
cairan di luar sel lebih besar daripada di dalam sel sehingga terjadi plasmolisis
(Arisanti dan Setiari, 2012). Sementara itu, klorin adalah bahan kimia sebagai
pembunuh kuman (Sinuhaji, 2009). NaClO pada bayclin merupakan bahan
pemutih yang digunakan sebagai desinfektan dan sebagai penghilang bau (Avivi,
2005). Selain itu, bahan alami yang murah dan mudah didapat untuk dijadikan
alternatif pengganti perak nitrat adalah rebusan daun sirih karena ramah
lingkungan dan tidak meninggalkan residu.
1.4 Kerangka Pemikiran
Pemanenan bunga potong harus tepat waktu dan cara, karena akan mempengaruhi
kualitas bunga potong yang dihasilkan, sedangkan untuk mempertahankan
kesegaran bunga potong diperlukan penanganan pascapanen yang tepat.
Pemberian larutan pengawet dapat memperpanjang vase life bunga potong.
Larutan pengawet berfungsi sebagai penyedia sumber energi, serta menggantikan
air yang hilang karena proses transpirasi.
8
Larutan pengawet dapat berupa pulsing dan holding yang mengandung sumber
energi dikombinasikan dengan asam sitrat dan germisida sebagai pengawet.
Pemberian larutan pulsing bertujuan untuk menggantikan air yang hilang akibat
proses transpirasi segera setelah panen sehingga dapat menjaga kesegaran bunga
potong. Pemberian larutan holding bertujuan untuk memperpanjang vase life
bunga potong selama peragaan.
Gula merupakan sumber energi yang utama bagi bunga potong untuk menjalankan
proses metabolisme. Asam sitrat menghasilkan larutan dengan pH 3,5 yang dapat
menghambat tumbuhnya mikroba sehingga mempercepat penyerapan larutan.
Penggunaan germisida pada larutan pengawet bertujuan untuk mengendalikan
mikroorganisme. Penggunaan sukrosa, asam sitrat, perak nitrat, sodium
metabisulfit, sodium benzoat, hydro quinolin citrate, aluminium sulfat, etanol,
crysal, dan physan sebagai larutan pengawet dapat memperpanjang vase life
bunga potong. Namun, bahan-bahan tersebut tidak banyak beredar di pasar dan
juga memiliki harga yang relatif mahal. Oleh karena itu, diperlukan bahan
alternatif yang murah, mudah didapat, dan efektif untuk digunakan sebagai larutan
pengawet.
Bahan alternatif yang dapat digunakan yaitu vitamin C (asam askorbat) untuk
menggantikan asam sitrat dan klorok yang terkandung dalam bayclin untuk
menggantikan perak nitrat (AgNO3). Penggunaan vitamin C bertujuan sebagai
penurun pH yang bersifat asam. Penggunaan klorin bertujuan sebagai desinfektan
yang efektif membunuh kuman. Kedua bahan tersebut mudah didapatkan di pasar
dengan harga yang terjangkau. Penggunaan vitamin C dan bayclin sebagai bahan
9
alternatif pada larutan pengawet diharapkan dapat memperpanjang vase life bunga
potong selama masa peragaan. Selain bahan-bahan kimia tersebut, bahan alami
yang dapat digunakan sebagai alternatif adalah rebusan daun sirih untuk
menggantikan perak nitrat.
1.5 Hipotesis
Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah dikemukakan, hipotesis penelitian ini
sebagai berikut.
1. Pemberian larutan pulsing dengan sukrosa 15% dapat mempertahankan masa
kesegaran bunga potong sedap malam kultivar ‛Wonotirto’.
2. Jenis larutan holding terbaik komposisi air + sukrosa 4% + vitamin C 50 ppm
+ NaClO 20 ppm dapat memperpanjang masa kesegaran bunga potong sedap
malam kultivar ‛Wonotirto’.
3. Pengaruh larutan holding terhadap masa kesegaran bunga potong sedap
malam kultivar ‛Wonotirto’ dipengaruhi oleh penggunaan larutan pulsing.
10
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sedap Malam
Sedap malam (Polianthes tuberose L.) merupakan salah satu komoditas tanaman
hias yang berasal dari Meksiko. Sedap malam diklasifikasikan sebagai berikut
(Suryani, 1999).
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledone
Ordo : Amaryllidales
Famili : Amaryllidaceae atau Liliaceae
Genus : Polianthes
Spesies : Polianthes tuberose L.
Sedap malam mampu hidup di dataran rendah dengan ketinggian 20300 m di
atas permukaan laut (dpl). Tanah yang baik yaitu jenis tanah andosol dengan pH
5,5–6,9 yang kaya bahan organik. Kondisi suhu yang dikehendaki 13o–17o C,
curah hujan 1.100–2600 mm/tahun dengan 45 bulan kering, dan membutuhkan
sinar matahari penuh (Prahardini, 2006).
11
Secara morfologi tanaman sedap malam terdiri atas akar, batang (discus), umbi
(batang semu), daun, tangkai bunga, dan kuntum bunga. Akar sedap malam
bersifat serabut yang keluar dari batang sebenarnya (discus). Umbi sedap malam
berfungsi sebagai tempat cadangan makanan, sekaligus sebagai bahan perbanyak-
an secara vegetatif. Daun tanaman sedap malam berwarna hijau mengkilap pada
permukaan bagian atas dan berwarna hijau muda pada permukaan bagian bawah,
berbentuk pipih dan panjang, serta pada ujung daun terdapat bintik kemerah-
merahan. Bunga sedap malam berwarna putih bersih dan mengeluarkan bau yang
harum (Sugiartini, 2012). Penampilan bunga sedap malam kultivar ‛Wonotirto’
disajikan pada Gambar 1.
Gambar 1. Bunga sedap malam kultivar ‛Wonotirto’.
Tanaman sedap malam berbunga pada umur 115284 hari setelah tanam.
Pemanenan bunga sedap malam sebagai bunga potong dapat dilakukan ketika 12
kuntum terbawah telah mekar. Cara panen bunga potong sedap malam dengan
mencabut atau memotong tangkai bunga. Bunga sedap malam kualitas baik
apabila sepertiga kuntum bunga telah mekar pada setiap malainya (Suyanti, 2002).
12
Susunan bunga sedap malam terbagi menjadi tiga jenis, yaitu tunggal (petal
selapis), ganda (petal berlapis), dan bunga semiganda. Bunga jenis tunggal
banyak dibudidayakan di Jawa Timur, sedangkan bunga jenis ganda banyak
dibudidayakan di Jawa Tengah dan Jawa Barat (Suyanti, 2002). Bunga jenis
tunggal banyak dimanfaatkan minyaknya sebagai sumber untuk pewangi atau
parfum, sedangkan bunga jenis ganda yang sering dijadikan sebagai bunga potong
(Suryani, 1999). Perbedaan karakteristik masa kesegaran bunga potong di sentra
produksi bunga potong sedap malam di Jawa dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Masa kesegaran bunga potong sedap malam di sentra produksi di Jawa
Karakteristik Jawa Barat Jawa Tengah Jawa Timur
Masa kesegaran suhu AC
(18o23oC, hari)
5,3±0,5 5,2±0,8 5,8±2,9
Masa kesegaran suhu ruang(25o30oC, hari)
4,1±1,9 4,4±0,1 5,0±2,8
Sumber: Sunarmani dan Amiarsi (2011).
Kondisi fisik bunga potong sedap malam akan mempengaruhi mutu bunga yang
akan dipasarkan, salah satunya yaitu panjang tangkai bunga. Menurut Suyanti
(2002), terdapat lima kelas mutu bunga sedap malam berdasarkan panjang tangkai
bunga antara lain kelas super, kelas panjang, kelas sedang, kelas pendek, dan
kelas mini. Kelas super apabila panjang tangkai bunga berukuran >95 cm. Kelas
panjang apabila panjang tangkai bunga berukuran 75–90 cm. Kelas medium
apabila panjang tangkai bunga berukuran 60–74 cm. Kelas pendek apabila
panjang tangkai bunga berukuran 50–59 cm. Kelas mini apabila panjang tangkai
bunga berukuran 30–49 cm.
13
2.2 Larutan Pengawet Bunga Potong
Metabolisme bunga potong tetap berlangsung meskipun sudah terpisah dari
induknya, sehingga hanya memanfaatkan cadangan air dan nutrisi pada bunga
potong. Oleh karena itu, diperlukan penambahan larutan pengawet yang
mengandung energi dan nutrisi. Larutan pengawet adalah larutan yang digunakan
untuk mencelupkan tangkai bunga segera setelah panen hingga selama masa
peragaan. Tujuan penggunaan larutan pengawet adalah memperpanjang masa
kesegaran bunga, serta menggantikan air yang hilang karena proses transpirasi.
Febriana (1997) mengungkapkan, penyusun larutan pengawet terdiri dari sumber
energi, penurun pH, biosida, dan senyawa antietilen.
Penggunaan larutan pengawet pada bunga potong dikenal dengan istilah pulsing
(larutan perendam) dan holding (larutan peraga). Larutan pulsing digunakan
untuk merendam tangkai bunga segera setelah panen, biasanya dilakukan sebelum
dilakukan pengemasan yaitu pada saat pengangkutan dari tempat pemanenan
hingga ke tempat peragaan. Larutan holding digunakan untuk merendam tangkai
bunga selama masa peragaan hingga sampai ke tangan konsumen (Suyanti, 2002).
Perbedaan larutan pengawet untuk pulsing dan holding terletak pada konsentrasi
bahan penyusun dan waktu perendaman. Pada larutan pulsing digunakan
konsentrasi yang tinggi dengan waktu perendaman yang singkat, sedangkan pada
larutan holding digunakan konsentrasi yang lebih rendah dengan waktu
perendaman yang lebih lama (Direktorat Budidaya dan Pascapanen
Florikultura,2011). Formula larutan pengawet untuk pulsing dan holding yang
dapat dijadikan pedoman dapat dilihat pada Tabel 2.
14
Tabel 2. Beberapa formula pengawet larutan pulsing dan holding untuk bungapotong sedap malam
Jenislarutan
Konsentrasisukrosa (%)
Lamaperendaman
(jam)
Pengawet Dayasimpan(hari)Jenis Konsentrasi
Pulsing 15 2 AgNO3 200 ppm 6
Holding 6Selamaperagaan
AgNO3 50 ppm 7
Holding 6Selamaperagaan
SMB
Asam sitrat
200 ppm
500 ppm12
Holding 4
4
4
4
4
Selamaperagaan
Physan
Crysal
Hydro quinon
Sodium-benzoat
AlSO4
200 ppm 7
6
8
7
6
Holding 6 Selamaperagaan
Etanol 1 % 8
Pulsing 15 2 Sodiumbenzoat
200 ppm 7
Sumber : Suyanti et al. (1999); Suyanti dan Murtiningsih (1999); Sunarmani et al.(1997); Sunarmani dan Suyanti (1998); Suyanti et al.(1997) dalamSuyanti (2002).
Larutan pengawet mengandung sumber energi berupa sukrosa, penurun pH berupa
asam sitrat, dan bakterisida berupa perak nitrat. Sukrosa berperan sebagai bahan
baku respirasi yang menghasilkan energi, selanjutnya akan digunakan dalam
proses kehidupan sehingga memperpanjang masa kesegaran bunga (Wiraatmaja,
Astawa, dan Devianitri, 2007). Sukrosa memiliki bentuk molekul yang paling
efisien, artinya molekul tersebut siap dipakai untuk tanaman dan mudah untuk
ditransformasikan dalam sel-sel tanaman (Adi, 2012). Pemberian sukrosa 5%
dapat membantu proses pemekaran bunga mulai dari kuncup hingga mekar
15
sempurna selama masa peragaan (Yuniati dan Alwi, 2011). Namun, penggunaan
sukrosa pada larutan pengawet menjadi media yang baik bagi mikroorganisme
untuk tumbuh sehingga dapat menghambat penyerapan air dan nutrisi yang
diperlukan oleh bunga potong untuk mempertahankan kesegarannya
(Yulianingsih, Amiarsi, dan Sabari, 2006).
Asam sitrat berperan sebagai antibiotik yang dapat menghambat perkembang-
biakan mikroorganisme (Wiraatmaja, Astawa, dan Devianitri, 2007). Selain itu,
asam sitrat berperan untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas penyerapan
larutan pengawet pada bunga potong (Yulianingsih dan Amiarsi, 2004). Asam
sitrat mampu menjaga keseimbangan pH air dan mencegah penyumbatan tangkai
(Asmarani, 2002). Larutan yang bersifat asam dengan pH 3,5 dapat menghambat
tumbuhnya mikroba sehingga dapat mempercepat penyerapan air dan nutrisi serta
mempertahankan kesegarannya (Direktorat Budidaya dan Pascapanen
Florikultura, 2011).
Perak nitrat (AgNO3) berfungsi sebagai germisida yang mampu membunuh
mikroorganisme penyebab busuk tangkai (Riyanto, 2010). Bakterisida mampu
melindungi bunga dari bakteri yang menutupi pangkal pendunkulus bunga
sehingga proses respirasi dan transpirasi berjalan lancar (Yuniati dan Alwi, 2011).
Perak nitrat mampu meningkatkan vase life dengan mengurangi penyumbatan
tangkai bunga oleh bakteri dan juga berperan sebagai anti etilen (Dewi, 2003).
Namun, penggunaan perak nitrat memiliki beberapa kendala antara lain tergolong
mahal, tidak dijual bebas di pasar, dan berbahaya bagi kesehatan manusia dan
lingkungan (Hidayah, Asyiah, Hariani, 2012). Perak nitrat juga bersifat racun dan
16
korosif, oleh sebab itu penggunaannya dalam dosis yang sangat kecil (Putri,
2015).
2.3 Bahan Alternatif untuk Larutan Pengawet Bunga Potong
Bahan-bahan yang digunakan untuk larutan pengawet yaitu asam sitrat dan perak
nitrat (AgNO3). Namun, kedua bahan tersebut sulit didapatkan di pasar dan relatif
mahal. Selain itu, perak nitrat bersifat racun (Putri, 2015) dan berbahaya bagi
kesehatan manusia dan lingkungan (Hidayah dkk., 2012) sehingga penggunaanya
kurang efisien. Masalah tersebut dapat diatasi dengan penggunaan bahan
alternatif yang murah, mudah didapat, dan efektif untuk digunakan.
Bahan alternatif yang dapat digunakan untuk menggantikan asam sitrat adalah
vitamin C (asam askorbat). Vitamin C adalah bahan yang bersifat asam dan dapat
menurunkan pH larutan. Namun, penggunaan dengan konsentrasi yang tinggi
dapat menyebabkan tekanan osmotik cairan di luar sel lebih besar daripada di
dalam sel sehingga terjadi plasmolisis (Arisanti dan Setiari, 2012).
Bahan kimia alternatif yang dapat digunakan untuk menggantikan perak nitrat
(AgNO3) adalah klorok yang terkandung dalam bayclin. Klorin adalah bahan
kimia sebagai pembunuh kuman (Sinuhaji, 2009). Bahan penyusun bayclin yaitu
5,25% NaClO merupakan bahan pemutih yang biasa digunakan sebagai
desinfektan dan sebagai penghilang bau (Avivi, 2005). Selain itu, bahan alami
yang dapat dijadikan alternatif untuk menggantikan perak nitrat adalah rebusan
daun sirih. Penggunaan daun sirih lebih ekonomis, aman dan tidak meninggalkan
residu. Berbagai macam senyawa yang terkandung dalam rebusan daun sirih
17
dapat berfungsi sebagai bakterisida dan antifungi (Hidayah, Asyiah, Hariani,
2012). Salah satu senyawa daun sirih yang memiliki daya antimikroba dan
analgesik adalah kavikol (Putri, 2015). Bahan-bahan alternatif tersebut
diharapkan bisa menjadi referensi bagi pelaku usaha bunga potong dalam
memperpanjang masa kesegaran bunga potong.
18
III. METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pascapanen Fakultas Pertanian
Universitas Lampung dengan suhu ruang 2930 oC pada November 2015.
3.2 Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bunga potong sedap malam
kultivar ‛Wonotirto’ yang dipanen langsung dari petani Desa Wonoharjo,
Kecamatan Sumberejo, Kabupaten Tanggamus, sukrosa (gula), perak nitrat
(AgNO3), asam sitrat (teknis), vitamin C, bayclin (5,25% NaClO), dan air.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah timbangan, gelas ukur 100 ml,
gelas piala 1000 ml, ember, pengaduk, botol plastik, meteran, rak kayu, tali rapia,
botol bening (sebagai vas), gabus, cutter, kertas label, kamera, alat tulis dan pH
meter.
3.3 Metode Penelitian
Penelitian ini disusun dalam Rancangan Acak Kelompok (RAK) pola faktorial
2x5 diulang sebanyak 3 kali. Setiap satuan percobaan terdiri atas dua sampel.
Pengelompokkan berdasarkan panjang floret bunga potong sedap malam, yaitu
19
kelompok 1 dengan panjang floret <20 cm, kelompok 2 dengan panjang floret 21-
25 cm, dan kelompok 3 dengan panjang floret >25 cm.
Faktor pertama adalah larutan perendam (pulsing) (P), meliputi.
p0 : Larutan tanpa sukrosa
p1 : Larutan sukrosa (15%)
Faktor kedua adalah jenis larutan peraga (holding) (H), meliputi.
h0: Air (kontrol)
h1: Air + Sukrosa 4% + Asam sitrat 2% + AgNO3 20 ppm
h2: Air + Sukrosa 4% + Vitamin C 50 ppm + AgNO3 20 ppm
h3: Air + Sukrosa 4% + Asam Sitrat 2% + NaClO 20 ppm
h4: Air + Sukrosa 4% + Vitamin C 50 ppm + NaClO 20 ppm
Tabel 3. Kombinasi perlakuan
No Kombinasi Perlakuan1. p0 h0
2. p0 h1
3. p0 h2
4. p0 h3
5. p0 h4
6. p1 h0
7. p1 h1
8. p1 h2
9. p1 h3
10. p1 h4
Homogenitas keragaman diuji dengan uji Bartlett dan kemenambahan data diuji
dengan uji Tukey. Kemudian data dianalisis dengan sidik ragam. Jika hasil
pengujian berpengaruh nyata, pengujian dilanjutkan dengan uji BNT. Setiap
pengujian dilakukan pada taraf 5%.
20
3.4 Pelaksanaan Penelitian
3.4.1 Pemilihan bunga potong
Bunga yang akan digunakan adalah bunga sedap malam yang sudah siap panen
dengan ciri-ciri antara lain, telah mekar 12 kuntum bunga terbawah, bertangkai
lurus, utuh, sehat, dan tidak cacat. Bunga dipanen pada pagi hari di lahan petani
yang terletak di Desa Wonoharjo, Kecamatan Sumberejo, Kabupaten Tanggamus.
3.4.2 Pemanenan
Pemanenan bunga sedap malam dilakukan pukul 78 pagi. Cara panen bunga
sedap malam yaitu dengan mengklik atau ditarik dekat pangkal tangkai untuk
menghindari terjadinya emboli.
3.4.3 Pengemasan bunga
Tangkai bunga yang sudah dipanen kemudian diukur sama panjang berukuran
70 cm. Bunga yang memiliki panjang tangkai lebih dari 70 cm dipotong untuk
mendapatkan panjang tangkai bunga yang seragam. Floret bunga lalu dibungkus
menggunakan plastik/koran untuk mengurangi gesekan antarbunga, bagian
tangkai bunga direndam dalam larutan pulsing dengan dan tanpa sukrosa 15%.
3.4.4 Perendaman larutan pulsing
Tangkai bunga yang akan diberi perlakuan, kemudian direndam dalam larutan
pulsing dengan dan tanpa sukrosa 15%. Larutan pulsing tanpa sukrosa 15% yang
21
digunakan yaitu air, sedangkan larutan pulsing sukrosa 15% yang digunakan yaitu
terdiri dari 150 g gula dan 1 liter air.
3.4.5 Pengangkutan
Pengangkutan bunga dari lokasi panen menuju tempat penelitian dengan
menggunakan kendaraan ber-AC selama ± 2 jam, sementara itu tangkai bunga
tetap direndam dalam larutan pulsing dengan dan tanpa sukrosa 15%.
3.4.6 Pembuatan larutan holding
Bahan-bahan yang akan digunakan untuk membuat larutan holding dipersiapkan
dan ditimbang sesuai kebutuhan masing-masing perlakuan, kemudian bahan
tersebut dicampur satu persatu dan diaduk sampai rata. Larutan yang sudah siap
digunakan dimasukkan ke dalam botol vas sebanyak 300 ml, kemudian diberi
label sesuai perlakuan. Cara membuat larutan holding dapat dilihat pada
Lampiran.
3.4.7 Perendaman larutan holding
Botol vas bunga yang telah diisi larutan holding sebanyak 300 ml ditutup
menggunakan gabus untuk mengurangi penguapan. Bagian tengah gabus diberi
lubang sebagai tempat masuknya tangkai bunga yang akan direndam.
Perendaman tangkai bunga selama masa peragaan dalam suhu ruang 2930 oC.
3.4.8 Pemotongan tangkai bunga
Pemotongan tangkai bunga sepanjang 1 cm dilakukan setiap hari untuk
22
mengurangi terjadinya pembusukan pada ujung tangkai bunga yang direndam
dalam larutan.
3.5 Pengamatan
3.5.1 Pengamatan awal
Sebelum bunga potong diberi perlakuan, terlebih dahulu diamati bobot basah
bunga, panjang tangkai bunga, panjang floret, dan jumlah bunga yang sudah
mekar. Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui tingkat keseragaman bunga dan
memudahkan dalam pengelompokkan.
a) Bobot basah bunga
Pengamatan bobot basah bunga dilakukan dengan cara menimbang seluruh
bagian bunga potong sebelum diberi perlakuan.
b) Panjang tangkai bunga
Pengamatan panjang tangkai bunga dilakukan dengan cara mengukur seluruh
bagian tangkai bunga mulai dari pangkal tangkai bunga hingga ujung bunga
terakhir dengan menggunakan meteran.
c) Panjang floret
Pengamatan panjang floret dilakukan dengan cara mengukur seluruh kuntum
bunga dalam satu tangkai dengan menggunakan meteran.
d) Jumlah bunga yang sudah mekar
Pengamatan jumlah bunga yang sudah mekar dilakukan dengan cara
menghitung seluruh kuntum bunga yang sudah mekar.
23
3.5.2 Pengamatan akhir
Variabel pengamatan yang diamati selama penelitian antara lain.
a) Jumlah total bunga mekar
Pengamatan jumlah total bunga mekar dilakukan dengan cara menghitung
seluruh bunga yang telah mekar ditandai dengan mahkota bunga membentuk
sudut 90o terhadap garis vertikal.
b) Jumlah total bunga layu
Pengamatan jumlah total bunga layu dilakukan dengan cara menghitung
seluruh bunga yang mengalami kelayuan. Bunga layu ditandai dengan warna
mahkota bunga mulai berubah kecoklatan hingga mengering, dan terkulainya
bunga yang belum mekar.
c) Jumlah total bunga rontok
Pengamatan jumlah total bunga rontok dilakukan dengan cara menghitung
seluruh bunga yang rontok, baik yang masih kuncup ataupun yang sudah
mekar.
d) Jumlah total bunga layu dan rontok
Pengamatan jumlah total bunga layu dan rontok dilakukan dengan cara
menjumlahkan seluruh bunga yang mengalami layu dan rontok.
e) Masa kesegaran (vase life) bunga
Pengamatan masa kesegaran bunga dihitung mulai dari bunga dipanen hingga
kondisi lebih dari 50% bagian floret mengalami layu dan rontok.
37
V. SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
1) Pemberian larutan pulsing tidak memberikan pengaruh yang nyata pada semua
variabel pengamatan bunga potong sedap malam kultivar ‛Wonotirto’.
2) Jenis larutan holding komposisi air + sukrosa 4% + vitamin C 50 ppm +
NaClO 20 ppm menghasilkan rata-rata vase life bunga potong selama 8,67
hari, sama baiknya dengan komposisi air + sukrosa 4% + asam sitrat 2% +
AgNO3 20 ppm selama 8,33 hari.
3) Pengaruh larutan holding terhadap masa kesegaran bunga potong sedap
malam kultivar ‛Wonotirto’ tidak dipengaruhi oleh penggunaan larutan
pulsing.
5.2 Saran
Saran dari penelitian ini adalah perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan
menggunakan bahan alami yang dapat dijadikan alternatif, yaitu daun sirih untuk
menggantikan perak nitrat dengan konsentrasi yang tepat sebagai komposisi
larutan pengawet untuk memperpanjang vase life bunga potong sedap malam.
38
DAFTAR PUSTAKA
Adi, M. M. 2012. Pengaruh pemberian larutan air kelapa (Cocos nucifera) denganpenambahan larutan gula terhadap kesegaran bunga mawar potong (Rosahybrida). (Skripsi). Universitas Muhammadiyah Surakarta. 14 hlm.
Ahyana, B. N. Haeri, P. Sedijani, dan D. A. Citra Rasmi. 2015. Efek gulaterhadap kesegaran bunga potong Chrysanthemum sp. Studi Empiris.Universitas Mataram. 17 hlm.
Amiarsi, D. dan Sunarmani. 2011. Penggunaan larutan perendam pulsing untukmempertahankan kesegaran bunga sedap malam dalam suhu ruang.Prosiding Seminar Nasional Florikultura Bogor. 189198.
Anjum, M. A., F. Naveed., F. Shakeel, and S. Amin. 2001. Effect of somechemical on keeping quality and vase life of tuberose (Polianthestuberose L.) cut flowers. J. Of Reasearch (Science).12 (1): 17.
Arisanti, D. dan N. Setiari. 2012. Pengaruh pemberian vitamin c (asamaskorbat) terhadap kesegaran bunga krisan (Chrysanthemum sp.) padakawasan sentra penghasil di Desa Ngasem, Kecamatan Jetis, Bandungan,Jawa Tengah. Buletin Anatomi dan Fisiologi. 20 (1): 3746.
Asmarani, D. I. 2002. Penentuan komposisi larutan holding untuk bunga potongpink ginger (Alpinia purpurata). (Skripsi). Institut Pertanian Bogor. 100 hlm.
Avivi, S. 2005. Pengaruh perlakuan sortasi, natrium hipoklorit, dan fungisidapada kacang tanah untuk mengeliminasi kontaminasi Aspergillus flavus.J. HPT Tropika. 5 (1): 5865.
Badan Pusat Statistik. 2014. Produksi Tanaman Florikultura (Hias).http://www.bps.go.id/. Diakses pada tanggal 14 Januari 2016.
Balai Penelitian Tanaman Hias. 2009. Ragam Bunga Sedap Malam. WartaPenelitian dan Pengembangan Pertanian. 31 (5): 1012.
Deskripsi Sedap Malam Varietas Wonotirto.http://varitas.net/dbvarietas/varimage/Sedap%20Malam%20Wonotirto.pdfDiakses pada 18 Mei 2016.
39
Dewi, A. P. 2003. Pengaruh pemberian larutan pulsing dan holding terhadap umurkesegaran bunga potong pink ginger (Alpinia purpurata). (Skripsi). InstitutPertanian Bogor. 71 hlm.
Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura. 2011. Pedoman PenangananPascapanen Bunga Potong Krisan. Kementerian Pertanian. 37 hlm.
Febriana, M. 1997. Pengaruh larutan pengawet terhadap pasca panen bungapotong krisan (Chrysanthemum morifolium Ramat) varietas daytona dan funshine. (Skripsi). Institut Pertanian Bogor. 67 hlm.
Halevy, A. H. and S. Mayak. 1981. Senescence and postharvest physiology of cutflower, part 2. J. Hort. Rev. 3: 39143.
Hidayah, A. F. Dilla Sofa, I. N. Asyiah, dan S. A. Hariani. 2012. Pengaruhrebusan daun sirih (Piper betle) pada larutan perendam terhadapkesegaran bunga potong krisan (Chrysanthemum indicum L.) danpemanfaatannya sebagai karya ilmiah populer. Unej Jurnal.XXXXXXXXX I (1): 15.
Prahardini, P. E. R. 2006. Teknologi Produksi Bunga Sedap Malam. BalaiPengkajian Teknologi Pertanian. Jawa Timur. Info Teknologi Pertanian52: 18.
Putri, Y. R. 2015. Pemberian ekstrak rebusan daun sirih sebagai pengganti peraknitrat dalam larutan pengawet bunga potong Dendrobium ‘Sonia’. (Skripsi).Institut Pertanian Bogor. 37 hlm.
Riyanto. 2010. Pengawetan bunga potong sedap malam dengan larutan peraknitrat. J. Agrisains. 46–53.
Siagian, N. A. 2012. Pengaruh pemupukan P dan K terhadap pertumbuhantanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di pembibitanutama. (Skripsi). Institut Pertanian Bogor. 51 hlm.
Sinuhaji, D. S. 2009. Perbedaan kandungan klorin (Cl2) pada beras sebelum dansesudah dimasak tahun 2009. (Skripsi). Universitas Sumatera Utara. 61 hlm.
Sugiartini, E. 2012. Induksi pertunasan pada umbi tanaman sedap malam(Polianthes tuberosa L.) dengan pengasapan dan aplikasi zat pengaturtumbuh. (Thesis). Institut Pertanian Bogor. 87 hlm.
Sunarmani dan D. Amiarsi. 2011. Karakteristik mutu dan ketahanan simpanbunga potong sedap malam di sentra produksi. J. Horti. 21(2): 191196.
Suryani, M. 1999. Kajian proses produksi minyak atsiri bunga sedap malamtunggal (Polianthes tuberosa var Gracilis) dengan metode enfleurasi.(Skripsi). Institut Pertanian Bogor. 122 hlm.
40
Suyanti. 2002. Teknologi pascapanen bunga sedap malam. J. Litbang Pertanian.21 (1): 2431.
Talukdar, M.C. and L. Barooah. 2012. Effect of pulsing and different holdingsolutions on flower quality and vase life of tuberose (Polianthestuberose Linn.) cv. Calculatta double. Indian Journal of Hill Farming.24 (1): 3133.
Tisnawati. 2007. Karakterisasi bunga sedap malam (Polianthes tuberose) asalPasuruan, Jawa Timur. Buletin Teknik Pertanian. 12 (1): 2426.
Yulianingsih dan D. Amiarsi. 2004. Pengaruh larutan kimia untukmempertahankan kesegaran bunga mawar potong. Prosiding SeminarNasional Florikultura Bogor. 45 Agustus: 380385.
Yulianingsih, D. Amiarsi, dan S. Sabari. 2006. Pengaruh larutan pulsing untukbunga potong alpinia. J. Hort. 16 (3): 253257.
Yuniati, E. dan M. Alwi. 2011. Pengaruh konsentrasi larutan sukrosa dan waktuperendaman terhadap kesegaran bunga potong oleander (Nerium oleanderL.). J. Biocelebes 5 (1): 7181.
Wiraatmaja, I. W., I. N. G. Astawa, dan N. N. Devianitri. 2007. Memperpanjangkesegaran bunga potong krisan (Dendrathema grandiflora Tzvelev.)dengan larutan perendam sukrosa dan asam sitrat. Agritrop. 26 (3):129–135.