PENGARUH KETIDAKJELASAN PERAN, KECERDASAN...
Transcript of PENGARUH KETIDAKJELASAN PERAN, KECERDASAN...
PENGARUH KETIDAKJELASAN PERAN, KECERDASAN EMOSIONAL
DAN MOTIVASI TERHADAP KINERJA AUDITOR JUNIOR
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
DEDE WIDIYANTO
NIM : 1110082000111
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2017 M / 1438 H
ii
iii
iv
v
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI1. Nama Lengkap : Dede Widiyanto
2. Tempat, Tanggal Lahir : Brebes, 07 Desember 1991
3. Alamat : Desa Malahayu, RT 012 RW 005,
Kecamatan Banjarharjo, Kabupaten Brebes,
Jawa Tengah
4. Nomor Telepon : 085777448337
5. Email : [email protected]
II. PENDIDIKAN
1. SD N MALAHAYU 02 Tahun 1998-2004
2. SMP N 4 Banjarharjo Tahun 2004-2007
3. SMA N 1 Banjarharjo Tahun 2007-2010
4. S1 Ekonomi Akuntansi UIN Syarif Hidayatullah Tahun 2010-2017
vii
III. PENGALAMAN ORGANISASI
1. OSIS SMP bidang Hubungan Masyarakat
2. OSIS SMA bidang Kehidupan Berbangsa dan Bernegara
3. Anggota Ikatan Mahasiswa Masyarakat Malahayu
4. Anggota Keluarga Pelajar Mahasiswa Daerah Brebes
IV. LATAR BELAKANG KELUARGA
1. Ayah : Supeno
2. Tempat, Tanggal Lahir : Brebes, 09 Juli 1951
3. Ibu : Sasmiti
4. Tempat, Tanggal Lahir : Brebes, 07 September 1962
5. Alamat : Desa Malahayu RT 012 RW 005
Kecamatan Banjarharjo, Kabupaten
Brebes, Jawa Tengah
viii
ABSTRACT
The Effect of Role Ambiguity, Emotional Intelligence and Motivation on ThePerformance of Junior Auditor
This study aimed to examine the effect of role ambiguity, emotionalintelligence and motivation on the performance of junior auditor. Respondents in thisstudy are the junior auditors who work in public accounting firm in Jakarta. Numberof junior auditor that selected as samples were 75 auditors from five publicaccounting firm in Jakarta.
This research was quantitative with the primary data source and used.multiple regression method to analysis the data. The sampling technique usedconvenience sampling method.
The results showed that: (1) The role ambiguity did not effect the performanceof junior auditor. (2) emotional intelligence effect the performance of junior auditor.(3) motivation did not effect the performance of junior auditor. (4) and roleambiguity, emotional intelligence and motivation effect the performance of juniorauditor.
Keywords: Role Ambiguity, Emotional Intelligence, Motivation and PerformanceJunior Auditor
ix
ABSTRAK
Pengaruh Ketidakjelasan Peran, Kecerdasan Emosional dan Motivasi terhadapKinerja Auditor Junior
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh ketidakjelasan peran,kecerdasan emosional dan motivasi terhadap kinerja auditor junior. Responden dalampenelitian ini adalah para auditor junior yang bekerja di Kantor Akuntan Publik diJakarta. Jumlah auditor junior yang menjadi sampel penelitian ini adalah 75 auditordari 5 Kantor Akuntan Publik di Jakarta.
Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan sumber data primer dengan metodeanalisis statistik regresi berganda. Teknik pengambilan sampel menggunakan metodeconvenience sampling.
Hasil penelitian menunjukan bahwa: (1) ketidakjelasan peran tidakberpengaruh terhaddap kinerja auditor junior. (2) kecerdasan emosional berpengaruhterhadap kinerja auditor junior. (3) motivasi tidak berpengaruh terhadap kinerjaauditor junior. (4) dan ketidakjelasan peran, kecerdasan emosional dan motivasiberpengaruh terhadap kinerja auditor junior.
Kata kunci: Ketidakjelasan Peran, Kecerdasan Emosional, Motivasi dan KinerjaAuditor Junior
x
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Alhamdulillah segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT
yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Pengaruh Ketidakjelasan Peran,
Kecerdasan Emosional dan Motivasi Terhadap Kinerja Auditor Junior”.
Shalawat serta salam senantiasa selalu tercurah kepada junjungan Nabi
Muhammad SAW, Sang Teladan yang telah membawa kita ke zaman kebaikan.
Skripsi ini merupakan tugas akhir yang harus diselesaikan sebagai syarat
guna meraih gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa banyak pihak yang
telah membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini. Oleh karena itu, syukur
Alhamdulillah penulis hanturkan atas kekuatan Allah SWT yang telah
menganugerahkannya. Selain itu, penulis juga ingin menyampaikan ucapan terima
kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada:
1. Kedua orang tuaku tercinta yang telah memberikan rasa cinta, perhatian,
kasih sayang, semangat, serta do’a yang tiada henti-hentinya kepada penulis.
2. Adik-adik penulis yang telah menyemangati dan memberikan banyak
inspirasi serta do’a terbaiknya kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi
ini. Semoga kita dapat menjadi anak-anak yang membanggakan bagi kedua
orang tua baik di dunia maupun di akhirat kelak.
3. Ibu Yulianti, SE., M.Si. selaku pembimbing skripsi yang telah membimbing
dengan sepenuh hati hingga terselesaikannya skripsi ini.
4. Bapak Dr.M. Arief Mufraini, Lc., M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Ibu Yessi Fitri, SE., M.Si., Ak., CA selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan dosen pembimbing
skripsi yang telah bersedia meluangkan waktu, memberikan pengarahan dan
xi
bimbingan dalam penulisan skripsi ini. Terima kasih atas segala bimbingan
dan konsultasi yang telah diberikan selama ini.
6. Bapak Hepi Prayudiawan, SE., MM., Ak selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
7. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan yang
sangat luas kepada penulis selama perkuliahan, semoga menjadi ilmu yang
bermanfaat dan menjadi amal kebaikan bagi kita semua.
8. Seluruh Staff Tata Usaha serta karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu
peneliti dalam mengurus segala kebutuhan administrasi dan lain-lain.
9. Sahabat-sahabat peneliti Vahli, Dina, Mala, Desan, Rifki, Husnul, Yayah dan
Anggota Portable Light yang selalu memberikan support, motivasi dan
perhatian terbaiknya kepada penulis.
10. Teman-teman Akuntansi 2010, terima kasih atas doa dan semangatnya.
11. Seluruh pihak yang turut berperan dalam penelitian ini namun tidak dapat
disebutkan satu per satu.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukkan bahkan
kritik yang membangun dari berbagai pihak.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Jakarta, 29 Maret 2017
(Dede Widiyanto)
xii
DAFTAR ISI
Halaman Judul..................................................................................... i
Lembar Pengesahan Skripsi ................................................................ ii
Lembar Pengesahan Ujian Komprehensif .......................................... iii
Lembar Pengesahan Ujian Skripsi ..................................................... iv
Lembar Pengesahan Bebas Plagiat ..................................................... v
Daftar Riwayat Hidup ......................................................................... vi
Abstract ................................................................................................. viii
Abstrak................................................................................................. ix
Kata Pengantar .................................................................................... x
Daftar Isi .............................................................................................. xii
Daftar Tabel ......................................................................................... xvi
Daftar Gambar .................................................................................... xvii
Daftar Lampiran.................................................................................. xviii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................. 1
A. Latar Belakang Penelitian .............................................. 1
B. Perumusan Masalah ....................................................... 7
C. Tujuan Penelitian ........................................................... 8
D. Manfaat Penelitian ......................................................... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..................................................... 10
A. Tinjauan Literatur .......................................................... 10
1. Ketidakjelasan Peran .............................................. 10
xiii
2. Kecerdasan Emosional ............................................ 12
3. Motivasi.................................................................. 16
4. Kinerja Auditor Junior ............................................ 18
B. Penelitian Terdahulu ...................................................... 28
C. Kerangka Berpikir ......................................................... 34
D. Hipotesis........................................................................ 37
BAB III METODOLOGI PENELITIAN........................................ 38
A. Ruang Lingkup Penelitian.............................................. 38
B. Metode Penentuan Sampel ............................................. 38
C. Metode Pengumpulan Data ............................................ 38
D. Metode Analisis Data..................................................... 39
1. Uji Kualitas Data...................................................... 39
a. Uji Validitas....................................................... 39
b. Uji Reliabilitas ................................................... 39
2. Uji Asumsi Klasik.................................................... 40
a. Uji Multikolonieritas .......................................... 40
b. Uji Normalitas.................................................... 41
c. Uji Heteroskedastisitas ....................................... 42
3. Koefisien Determinasi.............................................. 42
4. Uji Hipotesis ............................................................ 43
a. Uji Statistik t ...................................................... 43
b. Uji Signifikan Simultan (Uji Statistik F)............. 44
E. Operasional Variabel Penelitian ..................................... 45
xiv
1. Variabel Independen ................................................ 45
2. Variabel Dependen................................................... 50
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN .................................... 56
A. Gambaran Umum Objek Penelitian................................ 56
1. Tempat dan Waktu Penelitian................................... 56
2. Karakteristik responden............................................ 57
B. Analisis dan Pembahasan............................................... 60
1. Hasil Uji Statistik Deskriptif.................................... 60
2. Hasil Uji Kualitas Data............................................ 62
a. Hasil Uji Validitas............................................... 62
b. Hasil Uji Reliabilitas ........................................... 64
3. Hasil Uji Asumsi Klasik........................................... 66
a. Hasil Uji Multikolonieritas .................................. 66
b. Hasil Uji Normalitas............................................ 67
c. Hasil Uji Heteroskedastisitas ............................... 70
4. Hasil koefisien Determinasi (R2) .............................. 72
5. Uji Hipotesis ............................................................ 73
a. Hasil Uji Statistik t ............................................. 73
b. Hasil Uji Statistik F ............................................ 76
BAB V PENUTUP .......................................................................... 79
A. Kesimpulan.................................................................... 79
B. Saran ............................................................................. 80
xv
Daftar Pustaka ..................................................................................... 82
Lampiran-Lampiran............................................................................ 86
1. Kuesioner Penelitian............................................................ 86
2. Jawaban Responden............................................................. 92
3. Hasil Uji Statistik ................................................................ 102
4. Surat Bukti Penelitian .......................................................... 112
xvi
DAFTAR TABEL
No. Keterangan Halaman
2.1 Penelitian Terdahulu .................................................................. 29
3.1 Operasional Variabel Penelitian.................................................. 55
4.1 Data Sampel Penelitian............................................................... 56
4.2 Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ....................... 57
4.3 Deskripsi Responden Berdasarkan Pendidikan............................ 58
4.4 Deskripsi Responden Berdasarkan Pengalaman Kerja................. 59
4.5 Deskripsi Responden Berdasarkan Klien yang Pernah Ditangani 59
4.6 Hasil Uji Deskriptif .................................................................... 60
4.7 Hasil Uji Validitas Ketidakjelasan Peran .................................... 62
4.8 Hasil Uji Validitas Kecerdasan Emosional.................................. 63
4.9 Hasil Uji Validitas Motivasi ....................................................... 63
4.10 Hasil Uji Validitas Kinerja Auditor Junior .................................. 64
4.11 Hasil Uji Reliabilitas .................................................................. 65
4.12 Hasil Uji Multikolonieritas ......................................................... 66
4.13 Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov (K-S) ....................................... 70
4.14 Hasil Koefisien Determinasi (R2) .............................................. 72
4.15 Hasil Uji Stasistik t..................................................................... 73
4.16 Hasil Uji Statistik F .................................................................... 76
4.17 Hasil Uji Hipotesis ..................................................................... 78
xvii
DAFTAR GAMBAR
No. Keterangan Halaman
2.1 Model Pemikiran........................................................................ 36
4.1 Hasil Uji Normalitas Grafik Normal Probability Plot ................. 68
4.2 Hasil Uji Normalitas Histogram ................................................. 69
4.3 Hasil Uji Heteroskedastisitas Scatterplot .................................... 71
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
No. Keterangan Halaman
1. LAMPIRAN 1 Kuesioner Penelitian........................................... 86
2. LAMPIRAN 2 Jawaban Responden............................................ 92
3. LAMPIRAN 3 Hasil Uji Statistik ............................................... 102
4. LAMPIRAN 4 Surat Bukti Penelitian......................................... 112
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Dalam beberapa tahun terakhir beberapa kalangan berpandangan
negatif terhadap BPK (Badan Pemeriksa Keuangan), hal itu terjadi karena
banyaknya kasus yang menyangkut hasil laporan keuangan dan kinerja
audit BPK. Salah satunya kasus hasil laporan audit BPK pada jual beli
tanah pada rumah sakit Sumber Waras memunculkan adanya pandangan
buruk terhadap kinerja audit dari BPK. Banyak yang perpandangan, BPK
melakukan kekeliruan dalam proses audit tersebut, seperti penjelasan
dalam paragraf berikutnya.
Menurut mantan Auditor BPKP, Leonardus Joko Eko Nugraha
BPK telah melakukan kekeliruan dalam proses audit Sumber Waras. Salah
satu kekeliruan yang dilakukan BPK ada pada penetapan pembelian lahan.
BPK merujuk pada Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) jalan Tomang Utara,
yakni Rp 7 juta per meter persegi. Padahal lokasi RS Sumber waras berada
di jalan Kyai Tapa sesuai dengan dokumen yang di keluarkan BPN dan
Dirjen Pajak, yang NJOP pada tahun pembelian atau pada tahun 2014
sebesar 20,7 juta per meter persegi (megapolitan.kompas.com, 2016).
Menurut Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama BPK
telah melakukan kekeliruan elementer. Pertama, keliru menentukan lokasi
obyek yang diaudit, yang berakibat pada perbedaan dalam menentukan
nilai jual obyek pajak, yang berujung pada klaim adanya kerugian
2
keuangan negara. Kedua, keliru menerapkan kerangka peraturan yang
dipakai dalam pengadaan tanah. Ketiga, ditengarai proses audit ini padat
konflik kepentingan, di antaranya auditor pernah menawarkan lahannya
untuk dibeli Pemprov DKI (bpk.go.id, 2016)
Menurut Direktur Umum Sumber Waras, Abraham Tedjanegara
(2016) RS Sumber Waras tidak merugikan negara, justru malah
menguntungkan negara. Karena biaya selama proses jual beli lahan
ditanggung oleh pihak RS Sumber Waras (tempo.co, 2016)
Sementara menurut Pakar Hukum Tata Negara, Refly Harun hasil
audit BPK tersebut ada unsur politik di dalam nya. Politisasi itu bisa jadi
terkait dengan hajat politik terbesar DKI, yaitu Pilkada DKI Jakarta 2017.
Refly menyebut, tingginya elektabilitas Gubernur Basuki Tjahaja Purnama
atau Ahok mengkhawatirkan banyak lawan politiknya. Rafly mengatakan
BPK harus bersih dari kepentingan politik dari siapapun atau dari partai
manapun. Refly menyebut tiga hal yang tidak boleh hilang dari pejabat
BPK, yaitu profesionalitas, independensi, dan integritas. Oleh karena itu,
BPK disarankan untuk bersih-bersih dari partai politik. Kalaupun ada
orang BPK yang berasal dari partai, maka badan tersebut harus
memastikan bahwa yang bersangkutan sudah pensiun minimal lima tahun
terakhir dari perpolitikan (megapolitan.kompas.com, 2016).
Kasus tersebut menggambarkan bagaimana kinerja auditor sedang
di pandang buruk oleh beberapa pihak. Menurut Gubernur DKI Jakarta
Basuki Tjahaja Purnama, mantan auditor BPKP Leonardus Joko Eko
3
Nugroho, direktur umum Sumber Waras Abraham Tedjanegara dan pakar
hukum tata negara Refly Harun kinerja BPK dinilai buruk. Ada beberapa
hal yang bisa mempengaruhi kinerja auditor untuk menghasilkan laporan
audit yang baik yaitu, ketidakjelasaan peran, kecerdasan emosional dan
motivasi seorang auditor.
Profesi sebagai akuntan publik memainkan peranan sosial yang
sangat penting berhubungan dengan tugas dan tanggung jawab yang
diemban oleh auditor. Tugas seorang akuntan publik adalah memeriksa
dan memberikan opini terhadap kewajaran laporan keuangan suatu entitas
usaha berdasarkan standar yang telah ditentukan oleh Ikatan Akuntan
Indonesia (IAI). Akuntan publik dalam menjaga mutu pekerjaan
profesionalnya harus berpedoman pada kode etik profesi akuntan publik
maupun Standar Professional Akuntan Publik (SPAP). Seorang akuntan
publik yang professional dapat dilihat dari kinerjanya dalam menjalankan
tugas dan fungsinya.
Widodo (2008) menyatakan bahwa kinerja individu perorangan
(individual performance) dan organisasi (organizational performance)
memiliki keterkaitan yang sangat erat. Sumber daya manusia dalam
Kantor Akuntan Publik (KAP) merupakan salah satu aspek yang sangat
penting dalam suatu organisasi, sehingga dapat dikatakan bahwa kinerja
KAP sangat ditentukan oleh kinerja auditornya. Auditor dalam melakukan
pekerjaan lapangan melakukan boundary spanning activities (BSA). BSA
adalah sejauh mana seseorang melakukan aktivitas mencari informasi
4
tambahan untuk pengambilan keputusan. Individu yang berada pada
boundary spanning sangat berpotensi mengalami tekanan peran (role
stress) karena harus berinteraksi dengan banyak orang baik di dalam
maupun di luar organisasi.
Utami dan Nahartyo (2013) menyatakan bahwa dalam lingkungan
auditor, konflik peran muncul dari dua perintah berturut-turut tetapi tidak
konsisten. Auditor memiliki dua peran yaitu sebagai anggota profesi yang
harus bertindak sesuai dengan kode etik dan hukum, dan sebagai seorang
karyawan dalam sebuah perusahaan akuntan publik dengan sistem
pengendalian yang berlaku. Peran ganda tersebut menyebabkan auditor
sering berada pada posisi yang bertentangan. Konflik peran dapat
menimbulkan rasa tidak nyaman dalam bekerja dan bisa menurunkan
motivasi kerja karena mempunyai dampak negatif terhadap perilaku
individu, seperti timbulnya ketegangan kerja, banyaknya terjadi
perpindahan, penurunan kepuasan kerja sehingga bisa menurunkan kinerja
auditor secara keseluruhan (Fanani dkk., 2008). Ketidakjelasan peran
membuat seorang auditor kebingungan akan tugasnya dan ini membuat
kinerja auditor menurun (Gunawan dan Zulfitry, 2012). Individu yang
mengalami ketidakjelasan peran akan mengalami kecemasan, menjadi
lebih tidak puas, dan melakukan pekerjaan dengan kurang efektif
dibandingkan individu lain sehingga menurunkan kinerja mereka (Fanani
dkk., 2008).
5
Tidak adanya perencanaan akan kebutuhan tenaga kerja dengan
baik dapat membuat auditor mengalami kelebihan peran, terutama pada
masa peak season dimana KAP akan kebanjiran pekerjaan dan staf auditor
yang tersedia harus mengerjakan semua pekerjaan pada periode waktu
yang sama. Hal tersebut bisa berdampak pada kinerja auditor yang
cenderung menurun karena menyebabkan terjadinya tekanan atau stres
pada auditor (Agustina, 2009).
Penelitian-penelitian mengenai pengaruh role stress pada
kinerja semakin banyak dilakukan. Fanani dkk. (2008), Agustina (2009),
menyatakan bahwa konflik peran berpengaruh pada kinerja, namun
penelitian Gunawan dan Zulfitry (2012) dan Hanna dan Friska (2013)
menyatakan bahwa konflik peran tidak berpengaruh pada kinerja.
Penelitian Agustina (2009) menyatakan bahwa ketidakjelasan
peran berpengaruh pada kinerja, namun penelitian Fanani dkk. (2008)
menyatakan bahwa ketidakjelasan peran tidak berpengaruh pada kinerja.
Terdapatnya inkonsistensi hasil penelitian-penelitian tersebut, dapat
disebabkan oleh adanya variabel lain yang mempengaruhi hubungan
variabel dependen dan independen. Sanjaya (2012) meneliti mengenai
peran kecerdasan emosi sebagai pemoderasi pada stress kerja. Hasil
penelitian mengindikasikan bahwa kecerdasan emosi melemahkan
pengaruh stres kerja terhadap kinerja.
Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Pratiwi dan Sri (2012)
membuktikan bahwa kecerdasan emosional berpengaruh signifikan
6
terhadap kinerja auditor. Temuan ini juga didukung oleh hasil penelitian
yang dilakukan oleh Noor dan Ardiani (2012) yang menyatakan bahwa
kecerdasan emosional berpegaruh signifikan terhadap kinerja auditor.
Motivasi yang dimiliki auditor junior mendorong personal auditor
junior tersebut untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu untuk
mencapai suatu tujuan yaitu kualitas audit yang baik. Motivasi dapat pula
dikatakan sebagai energi untuk membangkitkan dorongan dalam diri
(Mangkunegara, 2005).
Karyawan jika bekerja keras dan melakukan pekerjaannya dengan
baik, sering diartikan karyawan tersebut memiliki motivasi kerja yang
tinggi, sebaliknya jika karyawan tidak melakukan pekerjaannnya dengan
baik atau tidak cukup keras mencoba maka karyawan tidak memiliki
motivasi terhadap pekerjaannya. Motivasi dapat menjadi suatu faktor yang
menentukan dan meningkatkan kinerja karyawan namun dapat juga
motivasi menjadi hal yang tidak penting. Salah satu keadaan dimana
motivasi menjadi faktor yang tidak penting dalam meningkatkan kinerja
karyawan terjadi apabila karyawan kurang memiliki kemampuan dasar
dalam melaksanakan pekerjaannya (Panjaitan dan Bambang, 2014).
Motivasi yang besar sangat mempengaruhi hasil audit yang
merupakan kinerja auditor tersebut. Dengan motivasi yang tinggi
menyebabkan auditor dalam menjalankan tugasnya merasa nyaman dan
bersemangat yang memberikan pengaruh terhadap kinerja keseluruhan
(Abdullah dkk., 2012).
7
Menyadari pentingnya kinerja auditor junior sebagai salah satu hal
yang mempengaruhi kualitas laporan audit dan adanya beberapa hal yang
mempengaruhi kinerja junior auditor, mendorong penelitian ini untuk
menguji pengaruh ketidakjelasaan peran, kecerdasan emosional, dan
motivasi terhadap kinerja auditor junior. Acuan dasar penelitian ini adalah
penelitian yang dilakukan Gunawan dan Zulfitry (2012), dengan
mengubah dan mempersempit unit analisisnya yaitu auditor junior yang
bekerja pada Kantor Akuntan Publik di Jakarta, dan mengganti variabel
konflik peran, kelebihan peran dan gaya kepemimpinan dengan variabel
kecerdasaan emosional dan motivasi.
Kinerja auditor yang baik akan meningkatkan kepercayaan
masyarakat tentang profesi akuntan. Namun, jika auditor melakukan
perilaku yang merusak citra profesi akuntan publik maka masyarakat
akan tidak lagi percaya kepada akuntan publik. Kasus pelanggaran
pada profesi auditor telah banyak dilakukan, mulai dari kasus Enron di
Amerika tahun 2001 sampai dengan kasus Telkom di Indonesia sehingga
membuat kredibilitas auditor semakin dipertanyakan (Alim dkk., 2007).
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang maka penulis merumuskan
masalah sebagai beriku:
1. Seberapa besar pengaruh ketidakjelasan peran terhadap
kinerja auditor junior?
8
2. Seberapa besar pengaruh kecerdasaan emosional terhadap
kinerja auditor junior?
3. Seberapa besar pengaruh motivasi terhadap kinerja auditor
junior?
4. Seberapa besar pengaruh ketidakjelasaan peran,
kecerdasaan emosional dan motivasi terhadap kinerja
auditor junior?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah
untuk menguji:
1. Seberapa besar pengaruh ketidakjelasan peran terhadap kinerja
auditor junior.
2. Seberapa besar pengaruh kecerdasan emosional terhadap
kinerja auditor junior.
3. Seberapa besar pengaruh motivasi terhadap kinerja auditor
junior.
4. Seberapa besar pengaruh ketidakjelasan peran, kecerdasan
emosional dan motivasi terhadap kinerja auditor junior.
9
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara
lain:
1. Kontribusi Teoritis
a. Dosen dan mahasiswa jurusan Akuntansi, sebagai bahan referensi
tambahan untuk penelitian selanjutnya dan sebagai pembanding
untuk menambah ilmu mengenai faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi kinerja auditor junior.
b. Masyarakat, sebagai sarana informasi mengenai kinerja auditor
junior di Indonesia dan untuk menambah pengetahuan.
c. Peneliti selanjutnya, sebagai sarana untuk memperluas informasi
serta menambah referensi dalam melakukan penelitian mengenai
kinerja auditor junior.
2. Kontribusi Praktisi
a. Auditor dan Kantor Akuntan Publik (KAP), sebagai tinjauan yang
diharapkan dapat dijadikan informasi untuk meningkatkan kinerja
auditor junior.
b. Perusahaan atau User dari jasa KAP, diharapkan dapat beermanfaat
dalam menilai ketidakjelasan peran yang dialami auditor junior,
serta pengaruh kecerdasan emosional dan motivasi yang dimiliki
auditor junior terhadap kinerjanya.
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Literatur
1. Ketidakjelasan peran
Ketidakjelasan peran merupakan perilaku yang ditentukan kepada
karyawan adalah tidak jelas (Robbins dan Judge, 2009:499). Role
ambiguity atau ketidakjelasan peran adalah tidak cukupnya informasi yang
dimiliki serta tidak adanya arah dan kebijakan yang jelas, ketidakpastian
otoritas, kewajiban dan hubungan dengan lainnya, dan ketidakpastian
sanksi dan ganjaran terhadap prilaku yang dilakukan (Fanani et al., 2007).
Sasono (2004:123) juga menyatakan bahwa ambiguitas peran muncul bila
harapan peran tidak dipahami dengan jelas dan karyawan tidak pasti
mengenai apa yang harus dikerjakan.
Individu mengalami ketidakjelasan peran apabila mereka merasa
tidak adanya kejelasan ekspektasi pekerjaan mereka, seperti kurangnya
informasi yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan mereka atau
tidak memperoleh kejelasan mengenai deskripsi tugas dari pekerjaan
mereka. Ketidakjelasan peran muncul karena tidak cukupnya informasi
yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas-tugas atau pekerjaan yang
diberikan dengan cara yang memuaskan (Peterson dan Smith 1995, dalam
Fanani et al, 2008). Kondisi ini terjadi karena kadangkala klien meminta
layanan lain yang bertujuan untuk meningkatkan kinerja keuangan
11
perusahaan. Dalam kondisi seperti ini timbul konflik antara tugas yang
diemban oleh KAP dan permintaan yang disampaikan klien sehingga
mempengaruhi kinerja auditor. Kreitner dan Kinicki (2007:316)
menyatakan bahwa seseorang yang mengalami role ambiguity terjadi
ketika mereka tidak mengetahui apa yang diharapkan darinya.
Seseorang dapat dikatakan berada dalam kekaburan peran apabila
ia menunjukan ciri-ciri antara lain sebagai berikut (Nimran, 2004:101):
a. Tidak jelas benar apa peran yang dimainkan.
b. Tidak jelas kepada siapa dia bertanggung jawab dan siapa yang
melaporkan kepada dirinya.
c. Tidak cukup wewenang untuk melaksanakan tanggung jawabnya.
d. Tidak cukup mengerti apa yang diharapkan daripadanya.
e. Tidak memahami benar peranan dari pada pekerjaannya dalam rangka
mencapai tujuan secara keseluruhan.
Apabila terjadi ketidakjelasaan peran maupun kurang diterimanya peran
oleh masing-masing anggota organisasi, maka pemimpinlah yang
semestinya harus mengatasi hal tersebut. Ketidakjelasan peran
membutuhkan kemampuan dan kewenangan pemimpin untuk
menjelaskan peran masing-masing anggota dengan cara meninjau
kembali tugas-tugas, pendelegasian wewenang hak, kewajiban dan
tanggung jawab yang telah ditetapkan dalam job description yang
terdahulu, yang mungkin memerlukan penyesuaian-penyesuaian baru
12
menurut kebutuhan maupun kemampuan para anggota tersebut
(Faturahman dan Fahmul, 2011).
2. Kecerdasan Emosional
Kamus Bahasa Indonesia kontemporer mendefinisikan emosi
sebagai keadaan yang keras yang timbul dari hati, perasaan jiwa yang
kuat seperti sedih, luapan perasaan yang berkembang dan surut dalam
waktu yang cepat. Emosi merujuk pada suatu perasaan dan pikiran-
pikiran yang khasnya, suatu keadaan yang biologis dan psikologis serta
serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Emosional adalah hal-hal
yang berhubungan dengan emosi. Menurut Goleman (2001:45)
Kecerdasan emosional (emotional inteligence) adalah kemampuan untuk
mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri sendiri,
mengenali emosi orang lain (empati) dan kemampuan untuk membina
hubungan (bekerjasama) dengan orang lain.
Menurut Slovey dalam Goleman (2000:58) terdapat lima indikator
kecerdasan emosional, yaitu:
a. Mengenali emosi diri
Mengenali emosi diri sendiri merupakan suatu kemampuan
untuk mengenali perasaan sewaktu perasaan itu terjadi. Kemampuan
ini merupakan dasar dari kecerdasan emosional, para ahli psikologi
13
menyebutkan kesadaran diri sebagai metamood, yakni kesadaran
seseorang akan emosinya sendiri.
b. Mengelola emosi
Mengelola emosi merupakan kemampuan individu dalam
menangani perasaan agar dapat terungkap dengan tepat atau selaras,
sehingga tercapai keseimbangan dalam diri individu. Menjaga agar
emosi yang merisaukan tetap terkendali merupakan kunci menuju
kesejahteraan emosi. Emosi berlebihan, yang meningkat dengan
intensitas terlampau lama akan mengoyak kestabilan kita. Kemampuan
ini mencakup kemampuan untuk menghibur diri sendiri, melepaskan
kecemasan, kemurungan atau ketersinggungan dan akibat-akibat yang
ditimbulkannya serta kemampuan untuk bangkit dari perasaan-
perasaan yang menekan.
c. Memotivasi diri sendiri
Prestasi harus dilalui dengan dimilikinya motivasi dalam diri
individu. Seseorang harus memiliki ketekunan untuk menahan diri
terhadap kepuasan dan mengendalikan dorongan hati, serta
mempunyai perasaan motivasi yang positif yaitu: antusianisme, gairah,
optimis dan keyakinan diri.
14
d. Mengenali emosi orang lain
Kemampuan untuk mengenali emosi orang lain disebut juga
empati. Kemampuan seseorang untuk mengenali orang lain atau
peduli, menunjukkan kemampuan empati seseorang. Individu yang
memiliki kemampuan empati lebih mampu menangkap sinyal-sinyal
sosial yang tersembunyi yang mengisyaratkan apa-apa yang
dibutuhkan orang lain sehingga ia lebih mampu menerima sudut
pandang orang lain, peka terhadap perasaan orang lain dan lebih
mampu untuk mendengarkan orang lain.
e. Membina hubungan
Kemampuan dalam membina hubungan merupakan suatu
keterampilan yang menunjang popularitas, kepemimpinan dan
keberhasilan antar pribadi. Keterampilan dalam berkomunikasi
merupakan kemampuan dasar dalam keberhasilan membina hubungan.
Individu sulit untuk mendapatkan apa yang diinginkannya dan sulit
juga memahami keinginan serta kemauan orang lain
Menurut Senduk (2007:15) kecerdasan emosi adalah kemampuan
memahami emosi-emosi, memasukinya dan menarik emosi-emosi untuk
membantu pikirannya. Agar seseorang dikatakan memiliki kecerdasan
15
emosional yang baik, orang tersebut harus memenuhi syarat-syarat,
sebagai berikut:
1. Mampu memahami emosi-emosi
Pada saat anda menghadapi sesuatu yang menyebabkan emosi
anda berubah, misalnya anda bertemu dengan anak bungsu anda yang
mulai merengek-rengek dan semakin mengesalkan hati anda.
Perhatikanlah emosi anda. Bagi mereka yang memiliki kecerdasan
emosi rendah, pada saat sesuatu mengesalkan, mereka cendrung tidak
memperhatikan diri mereka sendiri apalagi emosi mereka sendiri. Pada
umumnya, orang terpaku pada objek ataupun orang yang membuatnya
kesal.
2. Mampu memasuki emosi-emosi
Pada saat anda telah memperhatikan emosi anda, temukanlah
nama pada apa yang sedang anda rasakan, seperti: hal itu membuat
saya kesal, hal itu membuat saya jengkel, hal itu membuat saya marah.
Pada orang yang mempunyai kecerdasan emosi rendah, daripada
mencari nama perasan mereka cendrung langsung menyusun strategi
untuk meyerang balik pada objek atau orang yang sedang membuatnya
kesal.
3. Mampu menarik emosi-emosi
Pada tahap anda sudah menemukan nama bagi perasaan anda,
tanyakanlah mengapa anda merasa demikian?, kemudian carilah
16
beberapa alternatif untuk menjawabnya. Untuk orang-orang yang
mempunyai kecerdasan emosi yang baik, inilah saatnya mereka
memasukan logika sebab akibat, dan membuat beberapa pilihan.
4. Mampu menggunakan emosi-emosi tersebut untuk membantu pikiran.
3. Motivasi
Menurut Irianto (2005:53) motivasi berasal dari kata move yang
artinya bergerak. Motivasi adalah sesuatu yang menggerakan atau
mendorong seseorang atau kelompok orang, untuk melakukan atau tidak
melakukan sesuatu. Menurut Hadari (2003:351) motivasi adalah suatu
keadaan yang mendorong atau menjadi sebab seseorang melakukan
sesuatu perbuatan atau kegiatan yang berlangsung secara sadar.
Motivasi kerja adalah proses yang berperan pada intensitas, arah,
dan lamanya berlangsung upaya individu ke arah pencapaian sasaran. Tiga
unsur kunci dalam motivasi adalah intensitas, arah, dan berlangsung lama.
Intensitas terkait dengan seberapa keras seseorang berusaha. Akan tetapi,
intensitas yang tinggi, kemungkinan tidak akan menghasilkan kinerja yang
diinginkan jika upaya itu tidak disalurkan ke arah yang menguntungkan
perusahaan. Pada akhirnya, motivasi memiliki dimensi berlangsung lama.
Ini adalah ukuran tentang berapa lama seseorang dapat mempertahankan
usahanya (Robbins, 2006: 214).
Motivasi adalah keinginan yang timbul dari dalam diri seseorang
atau individu karena terinspirasi, tersemangati dan terdorong untuk
17
melakukan aktivitas dengan keikhlasan, senang hati dan sungguh-sungguh
sehingga hasil dari aktivitas yang dilakukan mendapat hasil yang baik dan
berkualitas. Motivasi meliputi perasaan unik, pikiran dan pengalaman
masa lalu yang merupakan bagian dari hubungan internal dan eksternal
perusahaan (Afandi, 2016). Fondasi semua motivasi adalah harapan.
Karena itu harapan adalah kriteria bagi seseorang untuk bisa termotivasi.
Harapan inilah yang menjadi penyebab motivasi, sebagaimana bahan
bakar menggunakan mesin. Tanpa harapan tidak seorangpun akan bisa
termotivasi (Denny, 2007).
Fuad dan Gofur (2009:156) Motivasi merupakan Gambaran
hubungan antara harapan dan tujuan, dalam hal ini, setiap orang atau
organisasi biasanya ingin dapat mencapai sesuatu atau beberapa tujuan
dalam kegiatan-kegiatannnya dengan harapan apa yang ditujunya tersebut
dapat memuaskan dirinya secara maksimal.
Indikator instrument motivasi:
1. Keinginan untuk berprestasi
2. Keinginan untuk melakukan perbaikan
3. Keinginan untuk melakukan perubahan
4. Keinginan untuk senantiasa meningkatkan kemampuan kerja
5. Keinginan untuk meningkatkan pengetahuan kerja
Banyak konsep mengenai motivasi kerja seseorang, tetapi
barangkali yang paling popular adalah konsep Maslow yang membedakan
18
motivasi rendahan seperti mencari makan dan keamanan, dan motivasi
tinggi antaralain pengakuan sosial, harga diri dan aktualisasi diri.
Kecintaan dan kenyamanan kerja mungkin merupakan motivasi yang
paling dahsyat yang dapat dimiliki seseorang. Desain pekerjaan yang pas,
ternyata dapat menjadi wahana seseorang untuk menyalurkan tingkat
motivasi tertinggi yakni aktualilasi diri. Bekerja bukan untuk diri atau
orang lain, tetapi proses kerja itu sendiri menyatu dengan individu
pekerja, sehingga dia merasa bersemangat dan nyaman dalam proses.
Hasilnya luar biasa, bagi si pekerja atau perusahaan, karena rasa nyaman
dalam bekerja akan melejitkan kinerja (Sutomo, 2007). Dalam
hubungannya dengan lingkungan kerja, Mangkunegara (2002:94)
mengemukakan bahwa motivasi kerja adalah sebagai kondisi yang
berpengaruh membangkitkan, mengarahkan, dan memelihara perilaku
yang berhubungan dengan lingkungan kerja.
4. Kinerja auditor junior
Hierarki staf organisasi Kantor Akuntan Publik (KAP) mulai dari
tertinggi sampai terendah adalah sebagai berikut, yaitu partner, manajer,
auidtor senior, auditor junior. Menurut Halim (2008:16-17):
a. Partner, merupakan top legal client relationship, yang bertugas
me-review pekerjaan audit, menandatangani laporan audit,
menyetujui masalah fee dan penagihannya, dan penanggungjawab
atas segala hal yang berkaitan dengan pekerjaan audit.
19
b. Manajer, merupakan staf yang banyak berhubungan dengan klien,
mengawasi langsung pelaksanaan tugas-tugas audit, me-review
lebih rinci terhadap pekerjaan audit, dan melakukan penagihan atas
fee audit.
c. Auditor senior, merupakan staf yang bertanggung jawab langsung
terhadap perencanaan dan pelaksanaan pekerjaan audit, dan me-
review pekerjaan para akuntan junior yang dibawahinya.
d. Auditor junior, merupakan staf pelaksana langsung dan bertanggung
jawab atas pekerjaan lapangan. Para junior auditor penugasannya
dapat berupa bagian-bagian dari pekerjaan audit, dan bahkan bila
memungkinkan memberikan pendapat atas bagian yang
diperiksanya.
Secara etimologi, kinerja berasal dari kata prestasi kerja
(performance). Sebagaimana dikemukakan oleh Mangkunegara (2005:67)
bahwa istilah kinerja berasal dari kata job performance atau actual
performance (prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang di capai
seseorang) yaitu hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang di capai
seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung
jawab yang di berikan kepadanya.
Kinerja dibedakan menjadi dua, yaitu kinerja individu dan kinerja
organisasi. Kinerja individu adalah hasil kerja karyawan baik dari segi
kualitas maupun kuantitas berdasarkan standar kerja yang telah ditentukan.
20
Sedangkan, kinerja organisasi adalah gabungan dari kinerja individu dengan
kinerja kelompok (Mangkunegara, 2005:15).
Widodo (2008:79) menyatakan bahwa kinerja hakikatnya berkaitan
dengan tanggung jawab individu atau organisasi dalam menjalankan apa
yang menjadi wewenang dan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.
Kinerja individu perorangan (individual performance) dan organisasi
(organization performance) memiliki keterkaitan yang sangat erat.
Tercapainya tujuan organisasi tidak bisa dilepaskan dari sumber daya yang
dimiliki oleh organisasi yang digerakan atau dijalankan oleh sekelompok
orang yang berperan aktif sebagai pelaku dalam upaya mencapai tujuan
organisasi tersebut.
Menurut Bastian (2005:267) Indikator kinerja adalah ukuran kuantitatif
dan kualitatif yang menggambarkan tingkat pencapaian suatu sasaran atau
tujuan yang telah ditetapkan, dengan memperhitungkan indikator masukan
(inputs), keluaran (outputs), hasil (outcomes), manfaat (benefit) dan dampak
(impacts).
1. Indikator masukan (inputs) adalah segala sesuatu yang dibutuhkan
agar pelaksanaan kegiatan dapat berjalan untuk menghasilkan
keluaran. Indikator ini dapat berupa dana, sumber daya manusia,
informasi, kebijakan/peraturan perundang-undangan dan
sebagainya.
21
2. Indikator keluaran (outputs) adalah sesuatu yang diharapkan
langsung dicapai dari suatu kegiatan yang dapat berupa fisik
dan/atau nonfisik.
3. Indikator hasil (outcomes) adalah segala sesuatu yang
mencerminkan berfungsinya keluaran kegiatan pada jangka
menengah (efek langsung).
4. Indikator manfaat (benefits) adalah sesuatu yang terkait dengan
tujuan akhir dari pelaksanaan kegiatan.
5. Indikator dampak (impacts) adalah pengaruh yang ditimbulkan
baik positif maupun negatif terhadap setiap tingkatan indikator
berdasarkan asumsi yang telah diterapkan.
Menurut Furtwengler (2002:86), aspek-aspek yang terdapat dalam
kinerja meliputi:
1. Kecepatan
Kecepatan sangat penting bagi keunggulan bersaing perusahaan.
Kecepatan terakit dengan unsur-unsur: tindakan karyawan
mengindikasikan pemahaman mengenai derajat kepentingan kecepatan
dalam lingkungan persaingan, karyawan melakukan pekerjaan dengan
bagus, karyawan menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan jadwal, dan
karyawan mencari cara untuk menyelesaikan pekerjaan rutin dengan
lebih cepat.
22
2. Kualitas
Kualitas tidak dapat dikorbankan demi kecepatan. Mengenai
kualitas dapat dilihat beberapa unsur berikut: karyawan bangga
terhadap pekerjaannya, karyawan melakukan pekerjaannya dengan
benar sejak awal dan karyawan mencari cara-cara untuk memperbaiki
kualitas pekerjaannya
3. Layanan
Manfaat kecepatan dan kualitas akan mudah berubah menjadi
layanan baik. Hal ini dapat dilihat melalui hal-hal berikut: tindakan
karyawan dapat mengindikasikan pemahaman pentingnya melayani
kepada para pelanggan, karyawan menunjukkan keinginannya untuk
melayani orang lain dengan baik dan karyawan merespon pelanggan
dengan tepat waktu dan karyawan memberikan lebih daripada yang
diminta oleh pelanggan.
4. Nilai
Pemahaman mengenai nilai sangat penting dalam keputusan
pembelian, penetapan sasaran, menyusun prioritas dan efektivitas
kerja. Sedikitnya ada dua hal yang tercakup dalam aspek nilai yaitu:
tindakan karyawan mengindikasikan pemahaman mengenai konsep
23
nilai, dan nilai merupakan sesuatu yang dipertimbangkan oleh
karyawan dalam pengambilan keputusan.
5. Keterampilan interpersonal
Keterampilan interpersonal meliputi: karyawan menunjukkan
perhatian pada perasaan orang lain, karyawan menggunakan bahasa
yang memberi semangat kepada orang lain, karyawan bersedia
membantu orang lain dan karyawan dengan tulus merayakan
keberhasilan orang lain.
6. Mental untuk sukses
Hal ini mencakup unsur-unsur: karyawan memiliki sikap can
do (yakin bahwa ia dapat melakukan apapun), karyawan mencari cara
untuk menambah pengetahuan-pengetahuannya, karyawan mencari
cara untuk memperbanyak pengalamanny dan; karyawan realistis
dalam mengukur kemampuannya.
7. Terbuka untuk berubah
Kondisi ini terkait dengan hal-hal berikut: karyawan bersedia
menerima perubahan, karyawan mencari cara baru untuk
menyelesaikan tugas lama, tindakan karyawan mengindikasikan sifat
ingin tahu dan karyawan memandang perannya sebagai peran penting.
24
8. Kreativitas
Kreativitas meliputi: karyawan menunjukkan kreativitas dalam
pemecahan masalah, karyawan menunjukkan kemampuan untuk
melihat hubungan antara masalah-masalah yang kelihatannya tidak
berkaitan, karyawan dapat mengambil konsep abstrak dan
mengembangkannya menjadi konsep yang dapat diterapkan dan
karyawan menerapkan kreativitasnya pada pekerjaan sehari-hari.
9. Keterampilan berkomunikasi
Keterampilan berkomunikasi meliputi: karyawan menampilkan
gagasan logis dalam bahasa yang mudah dipahami, karyawan
menyatakan ketidaksetujuannya tanpa menciptakan konflik, karyawan
menulis dengan menggunakan kata-kata yang jelas dan tepat dan
karyawan menggunakan bahasa yang bernada optimis.
10. Inisiatif
Insiatif mencakup hal-hal sebagai berikut: karyawan selalu
bersedia membantu orang lain jika pekerjaanya telah selesai, karyawan
ingin selalu terlibat dalam proyek baru, karyawan selalu berusaha
mengembangkan keterampilannya di luar tempat kerja dan karyawan
menjadi sumber gagasan untuk perbaikan kinerja.
25
11. Perencanaan organisasi
Perencanaan meliputi: karyawan selalu membuat jadwal personal,
karyawan bekerja berdasarkan jadwal tersebut dan karyawan selalu
memutuskan dahulu pendekatan yang akan digunakan pada tugasnya
sebelum memulainya.
Hariandja (2002) menyatakan organisasi atau perusahaan perlu
mengetahui berbagai kelemahan dan kelebihan pegawai sebagai landasan
untuk memperbaiki kelemahan dan menguatkan kelebihan dalam rangka
meningkatkan produktivitas dan pengembangan pegawai. Untuk itu perlu
dilakukan penilaian kinerja secara periodik yang berorientasi pada masa
lalu atau masa yang akan datang. Langkah-langkah penilaian kinerja:
1. Penentuan sasaran
Penentuan sasaran harus spesifik, terukur, menantang dan
didasarkan pada waktu tertentu. Disamping itu perlu juga di perhatikan
proses penentuan sasaran tersebut, yaitu diharapkan sasaran tugas
individu dirumuskan bersama-sama antara atasan dan bawahan. Setiap
sasaran merupakan sassaran yang di turunkan atau diterjemahkan dari
sasaran yang lebih tinggi. Jadi sasaran unit adalah bagian dari sasaran
organisasi.
26
2. Penentuan standar kinerja
Pentingnya penilaian kinerja menghendaki penilaian tersebut
harus obyektif, yaitu menilai kinerja pegawai yang sesungguhnya,
yang disebut dengan job related. Artinya, pelaksanaan penilaian harus
mencerminkan pelaksanaan kinerja yang sesungguhnya atau
mengevaluasi perilaku yang mencerminkan keberhasilan pelaksanaan
pekerjaan. Untuk itu, system penilaian kinerja harus:
a. Mempunyai standar
Mempunyai standar berarti mempunyai dimensi-dimensi yang
menunjukan perilaku kerja yang sedang dinilai, yang umumnya
diterjemahkan dari sasaran kerja, misalnya hasil kerja berupa
barang yang dihasilkan, kuantitas atau kualitas, kehadiran di
tempat kerja, kepatuhan terhadap peraturan atau prosedur dan lain
sebagainya.
b. Memiliki ukuran yang dapat dipercaya
Ukuran-ukuran yang dapat dipercaya memiliki pengertian
bilamana digunakan oleh orang lain atau beberapa orang dalam
waktu yang berbeda akan menghasilkan kesimpulan yang sama,
misalnya ukuran kuantitas yang baik sesuai dengan target, ukuran
kualitas berarti tidak ditemukan barang yang cacat.
27
c. Mudah digunakan
Harus praktis dalam arti mudah digunakan dan dipahami oleh
penilai dan yang dinilai.
3. Penentuan metode dan pelaksanaan penilaian
Metode yang dimaksud disini adalah pendekatan atau cara
serta perlengkapan yang digunakan seperti formulir dan
pelaksanaannya. Metode-metode itu seperti perbandingan, tes dan lain
sebagainya.
4. Evaluasi penilaian
Evaluasi penilaian merupakan pemberian umpan balik kepada
pegawai mengenai aspek-aspek kinerja yang harus dirubah dan
dipertahankan serta berbagai tindakan yang harus diambil, baik oleh
organisasi maupun pegawai dalam upaya perbaikan kinerja pada masa
yang akan datang.
Berdasarkan beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa
kinerja (prestasi kerja) adalah suatu hasil karya yang dicapai oleh seseorang
dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang
didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan kesungguhan waktu yang
diukur dengan mempertimbangkan kuantitas, kualitas dan ketepatan waktu.
Kinerja (prestasi kerja) dapat diukur melalui pengukuran tertentu (standar)
dimana kualitas adalah berkaitan dengan mutu kerja yang dihasilkan,
sedangkan kuantitas adalah hasil kerja yang dihasilkan dalam kurun waktu
28
tertentu, dan ketepatan waktu adalah kesesuaian waktu yang telah
direncanakan. Karakteristik yang membedakan kinerja auditor dengan
kinerja manajer adalah pada waktu output yang dihasilkan.
B. Penelitian Terdahulu
Hasil-hasil penelitian sebelumnya dapat dilihat pada tampilan halaman
berikutnya.
29
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
NoPeneliti(Tahun)
Judul PenelitianVariabel
HasilPersamaan Perbedaan
1 Agustina(2009)
Pengaruh Konflik Peran,Ketidakjelasan Peran, danKelebihan Peran terhadapKepuasan Kerja dan KinerjaAuditor
Ketidakjelasan perandan kinerja auditor
Konflik peran danbudaya organisasi
Ketidakjelasan peranberpengaruh negatif terhadapkinerja auditor
2 Apriyanti,Taufeni dan
Mudrika(2014)
Pengaruh KecerdasanEmosional, KecerdasanSpiritual dan Perilaku EtisTerhadap Kinerja AuditorPemerintah
Kecerdasanemosional
Kecerdasanspiritual danperilaku etis
Secara signifikan ditemukanpengaruh kecerdasanemosional, kecerdasanspiritual dan perilaku etisterhadap kinerja auditorpemerintah.
Bersambung ke halaman selanjutnya
30
Tabel 2.1 (Lanjutan)
NoPeneliti(Tahun)
Judul PenelitianVariabel
HasilPersamaan Perbedaan
3 Panjaitan,dan
Bambang(2014)
Pengaruh Motivasi, Stres danRekan Kerja terhadap KinerjaAuditor.
Motivasi Stres dan rekankerja
Berdasarkan hasil analisismenunjukkan bahwa motivasidan stres mempunyaipengaruh terhadap kinerjaauditor tetapi rekan kerja tidakberpengaruh secara signifikanterhadap kinerja auditor.
4 Gunawandan
Zulfitry(2014)
Pengaruh Konflik Peran,Ketidakjelasan Peran,Kelebihan Peran dan GayaKepemimpinan terhadapKinerja Auditor di KantorAkuntan Publik Wilayah DKIJakarta.
Ketidakjelasan peran Konflik peran,kelebihan peran
dan gayakepemimpinan
Ketidakjelasan peranberpengaruh secara signifikanterhadap kinereja auditor.Sedangkan konflik peraan,kelebihan peran dan gayakepemimpinan tidakberpengaruh signifikanterhadap kinerja auditor.
Bersambung ke halaman selanjutnya
31
Tabel 2.1 (Lanjutan)
NoPeneliti(Tahun)
Judul PenelitianVariabel
HasilPersamaan Perbedaan
5 Tarmizi,Rosmiaty;
Dewantoro,GilangSuryo;
Suwandi(2012)
Pengaruh KecerdasanEmosional, dan KecerdasanSpiritual terhadap KinerjaAuditor Kantor BadanPemeriksa Keuangan WilayahLampung
Kecerdasanemosional
KecerdasanSpiritual
Adanya pengaruh kecerdasanemosional dan kecerdasanspiritual terhadap kinerjaauditor.
6 Noor, danArdiani(2012)
Kecerdasan Emosional danKinerja Auditor pada KantorAkuntan Publik
Kecerdasanemosional terhadap
kinerja auditor
Ketidakjelasanperan danmotivasi
Kecerdasan emosionalberpengaruh positif terhadapkinerja Auditor di KantorAkuntan Publik
7 Winidiantaridan Nu(2015)
Pengaruh Konflik Peran,Ketidakjelassan Peran,Struktur Audit, Motivasi danKepuasan Kerja pada KinerjaAuditor
Ketidakjelasan perandan motivasi
Konflik peran,struktur audit dan
kepuasan kerja
Ketidakjelasan peran tidakberpengaruh terhadap kinerjaauditor tetapi motivasiberpengaruh positif terhadapkinerja auditor
Bersambung ke halaman selanjutnya
32
Tabel 2.1 (Lanjutan)
NoPeneliti(Tahun)
Judul PenelitianVariabel
HasilPersamaan Perbedaan
8 Malini danPutri (2013)
Pengaruh KecerdasanEmosional terhadap KinerjaAuditor dengan Konflik Perandan Budaya Organisasisebagai Variabel yangMemoderasi
Kecerdasanemosional
Konflik peran danBudaya
Organisasi
Kecerdasan emosionalberpengaruh secara positifterhadap kinerja auditor
9 Abdullah,dkk (2012)
Pengaruh Stres Kerja terhadapKinerja Auditor MelaluiMotivasi Kerja sebagaiVariabel Intervening Studipada Auditor Intern diPemerintak kota Aceh
Motivasi Stres Kerja Motivasi mempengaruhikinerja auditor pemerintahAceh
Bersambung ke halaman selanjutnya
33
Tabel 2.1 (Lanjutan)
NoPeneliti(Tahun)
Judul PenelitianVariabel
HasilPersamaan Perbedaan
10 Sari dan IKetut(2016)
Konflik Peran, KetidakjelasanPeran dan Kelebihan Peranterhadap Kinerja Auditordengan Tekanan WaktuSebagai Pemoderasi
Ketidaskjelasanperan
Konflik peran dankelebihan peran
Ketidakjelasan peranberpengaruh terhadap kinerjaauditor
11 Rosally danYulius(2015)
Pengaruh Konflik Peran,Ketidakjelasan Peran danKomitmen Organisasiterhadap Kinerja Auditor
Ketidakjelasan peran Konflik peran dankomitmenorganisasi
Ketidakjelasan peranberpengaruh terhadap kinerjaauditor
Sumber: Data yang diolah, 2017.
34
C. Kerangka Berpikir
a. Keterkaitan Antar Variabel
1. Ketidakjelasan peran terhadap kinerja auditor junior
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Gunawan dan Zulfitry (2012) dan
Sari dan I Ketut (2016) mengatakan ketidakjelasan peran memiliki
kontribusi atau berpengaruh signifikan terhadap kinerja auditor. Dalam
penelitian Sari dan I Ketut (2016), semakin tinggi ketidakjelasan peran yang
dihadapi seorang auditor makan kinerja auditor akan menurun. Hasil
tersebut juga diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh Rossally dan
Yulius (2015) yang menyatakan ketidakjelasan peran berpengaruh negatif
terhadap kinerja auditor dan Agustina (2009) yang meneliti pada KAP yang
bermitra dengan KAP big four yang menyatakan ketidakjelasan peran
berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja auditor.
2. Kecerdasan Emosional terhadap Kinerja Auditor Junior
Malini dan Putri (2013) melalui penelitiannya mengenai kecerdasan
emosional terhadap kinerja auditor dengan variabel moderasi konflik peran
dan budaya organisasi menghasilkan kecerdasan emosional berpengaruh
positif terhadap kinerja auditor. Kemudian penelitian ini sejalan dengan
hasil penelitian yang dilakukan oleh Apriyanti, dkk (2014), Noor dan
ardiani (2012) dan Tarmizi, dkk (2012) yang mengatakan kecerdasan
emosional berpengaruh positif terhadap kinerja auditor.
Pada hasil penelitian yang dilakukan oleh Tarmizi, dkk (2012)
menyataksan bahwa seseorang yang dapat mengontrol emosinya dengan
35
baik maka akan dapat menghasilkan kinerja yang baik pula. Maka hasil
yang didapat menunjukan bahwa karyawan yang memiliki skor kecerdasan
emosi yang tinggi akan menghasilkan kinerja yang lebih baik yang dapat
dilihat dari bagaimana kualitas dan kuantitas yang diberikan karyawan
tersebut terhadap perusahaan. Diungkapkan juga bahwa walaupun seseorang
tersebut memiliki kinerja yang cukup baik tapi apabila dia memiliki sifat
yang tertutup dan tidak berinteraksi dengan orang lain secara baik maka
kinerjanya tidak akan dapat berkembang.
3. Motivasi terhadap Kinerja Auditor Junior
Penelitian yang dilakukan oleh Panjaitan dan Bambang (2014)
menyatakan bahwa Motivasi berpengaruh positif terhadap kinerja auditor,
motivasi adalah salah satu faktor kunci untuk bekerja dan mencapai kinerja
yang tinggi. Sejalan dengan hal tersebut Abdullah, dkk (2012) dan
winidiantari dan Ni (2015) dalam penelitiannya memberikan hasil motivasi
mempengaruhi kinerja auditor secara positif dan signifikan. Dengan
penjabaran beberapa penelitian tersebut, maka penelitian ini merumuskan
hipotesis motivasi berpengaruh terhadap kinerja auditor junior.
4. Ketidakjelasan Peran, Kecerdasaan Emosional dan Motivasi terhadap
Kinerja Auditor Junior
Penelitian yang dilakukan oleh Gunawan dan Zulfitry (2012)
menghasilkan ketidakjelasan peran berpengaruh terhadap kinerja auditor.
Kemudian penelitian Shinta dan Putri (2013) mengatakan kecerdasan
emosional berpengaruh positif terhadap kinerja auditor dan penelitian
36
Kinerja AuditorJunior (Y)
Cahyani, dkk (2015)
Panjaitan dan Bambang (2014) memberikan hasil motivasi berpengaruh
terhadap kinerja auditor.
Model pemikiran pada penelitian ini dapat dilihat dari gambar 2.1.
Gambar. 2.1
Kecerdasan Emosional(X2)
Apriyanti, dkk (2014);Tarmizi, dkk (2012);
Noor dan Ardiani(2012); Malini dan Putri
(2013)
Ketidakjelasan Peran(X1)
Agustina (2009);Gunawan dan Zulfitry
(2014); Sari dan I Ketut(2016); Rosally dan
Yulius (2015)
Motivasi (X3)
Panjaitan danBambang (2014);
Winidiantari dan Nu(2015); Abdullah, dkk
(2012)
37
D. Hipotesis
Dari penjelasan pada kerangka berpikir dapat di rumuskan hipotesis
penelitian sebagai berikut:
H1= ketidakjelasan peran berpengaruh terhadap kinerja auditor junior.
H2= kecerdasan emosional berpengaruh terhadap kinerja auditor
junior.
H3= motivasi berpengaruh terhadap kinerja auditor junior.
H4= ketidakjelasan peran, kecerdasan emosional dan motivasi
berpengaruh terhadap Kinerja auditor.
38
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan di beberapa kantor akuntan publik di
daerah Jakarta dan auditor junior menjadi responden penelitian. Dengan
tujuan untuk menguji pengaruh ketidakjelasaan peran, kecerdasaan
emosional dan motivasi terhadap kinerja auditor junior.
B. Metode Penentuan Sampel
Penelitian ini menggunakan metode Convenience Sampling dalam
menentukan sampel. Sampel diambil berdasarkan ketersediaan elemen dan
kemudahan untuk mendapatkannya. Dengan kata lain sampel diambil
karena ada di tempat dan waktu yang tepat (Siagian dan Sugiarto,
2006:120).
C. Metode Pengumpulan Data
Dalam memperoleh data pada penelitian ini menggunakan dua cara
yaitu penelitian pustaka dan penelitian lapangan.
1) Penelitian Pustaka (Library Research)
Penelitian ini menggunakan data yang berkaitan dengan
masalah yang sedang diteliti melalui buku, jurnal, tesis, internet
dan perangkat lainnya yang dapat digunakan peneliti yang
berkaitan dengan judul penelitian.
39
2) Penelitian Lapangan (Field Research)
Data pada penelitian ini diperoleh melalui kuesioner yang
dimana seluruh jawaban merupakan bagian dari auditor junior.
D. Metode Analisis Data
Metode analisis data menggunakan analisis uji kualitas data, uji
asumsi klasik dan uji hipotesis.
1. Uji Kualitas Data
Untuk melakukan uji kualitas data atas data primer ini, maka
dalam penelitian ini dilakukan uji reliabilitas dan validitas.
a. Uji Validitas
Validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya
suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan
atau pernyataan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan
sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut (Ghozali,
2016:52). Pengujian validitas ini menggunakan Pearson
Correlation yaitu dengan cara menghitung korelasi antara nilai
yang diperoleh dari pertanyaan-pertanyaan. Apabila Pearson
Correlation yang didapat memiliki nilai signifikansi di bawah 0,05
berarti data yang diperoleh adalah valid.(Ghozali, 2016:53)
b. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner
yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu
kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang
40
terhadap pernyataan tersebut konsisten atau stabil dari waktu ke
waktu. Untuk mengukur reliabilitas digunakan uji statistik
Cronbach Alfa (α). Suatu variabel dikatakan reliabel jika
memberikan nilai Cronbach’s Alfa > 0,70. Sedangkan, jika
sebaliknya data tersebut dikatakan tidak reliabel (Ghozali, 2016:47-
48).
2. Uji Asumsi Klasik
Untuk melakukan uji asumsi klasik atas data primer ini, maka
dalam peneliti ini dilakukan uji multikolonieritas, uji normalitas dan uji
heteroskedastisitas.
a. Uji Multikolonieritas
Pengujian multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah
pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel
independen. Jika terjadi korelasi, maka dinamakan terdapat
problem multikoliniearitas (multiko). Model regresi yang baik
seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen.
Untuk mendeteksi adanya problem multikoliniearitas, maka dapat
dilakukan dengan melihat nilai Tolerance dan Variance Inflation
Factor (VIF) serta besaran korelasi antar variabel independen.
Suatu model regresi dapat dikatakan bebas multiko jika mempunyai
nilai VIF kurang dari 10, dan nilai tolerance tidak kurang dari 0,1
(Ghozali, 2016:103).
41
b. Uji Normalitas
Pengujian normalitas ini bertujuan untuk menguji apakah dalam
sebuah model regresi, variabel dependen dan variabel independen atau
keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak (Ghozali,
2016:154). Model regresi yang baik adalah distribusi data normal atau
mendekati normal. Cara mendeteksinya yaitu dengan melihat
penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari garfik. Jika data
menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal,
maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. Sedangkan jika
data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti arah
garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas
(Ghozali, 2016:156).
Uji statistik lain yang dapat digunakan untuk menguji normalitas
residual adalah uji statistik non-parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-
S). Uji K-S dengan membuat hipotesis:
H0 : data residual berdistribusi normal
HA : data residual berditribusi tidak normal.
Seperti pada uji beda biasa jika signifikansi di bawah 0,05 maka data
H0 ditolak yang berarti data berdistribusi tidak normal (Ghozali,
2016:158).
c. Uji Heteroskedastisitas
Pengujian heterokedastisitas ini bertujuan untuk menguji apakah
dalam sebuah model regresi, terjadi ketidaksamaan varians dari
42
residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians
dari residual dari suatu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap,
maka disebut homoskedastisitas. Jika varians berbeda, disebut
heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi
heteroskedastisitas. Cara mendeteksi ada atau tidaknya
heteroskedastisitas yaitu dengan melihat ada atau tidaknya pola
tertentu pada grafik, dimana sumbu X adalah Y yang telah diprediksi,
dan sumbu X adalah residual (Y prediksi – Y sesungguhnya) yang
telah di studentized. Jika pola tertentu, seperti titik-titik (poin-poin)
yang ada membentuk suatu pola tertentu yang teratur (bergelombang,
melebar kemudian menyempit), maka telah terjadi heteroskedastisitas.
Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan
dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas
(Ghozali, 2016:134)
3. Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai
koefisien determinasi adalah antara 0 (nol) dan 1 (satu). Nilai R2 yang
kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan
variasi variabel dependen amat terbatas dan nilai yang mendekati satu
berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi
yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali,
2016).
43
4. Uji Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan model
regresi berganda. Model regresi berganda bertujuan untuk memprediksi
besar variabel dependen dengan menggunakan data variabel independen
yang sudah diketahui besarnya. Model regresi berganda umumnya
digunakan untuk menguji pengaruh dua atau lebih variabel independen
terhadap variabel dependen dengan skala pengukuran interval atau rasio
dalam suatu persamaan linier (Indriantoro dan Supomo, 2002:211).
Variabel independen terdiri dari ketidakjelasan peran, kecerdasaan
emosional dan motivasi terhadap kinerja auditor junior.
Dalam uji hipotesis ini dilakukan melalui:
a. Uji Statistik t
Uji statistik t menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel
penjelas atau independen secara individual dalam menerangkan variasi
variabel dependen dan digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya
pengaruh masing-masing variabel independen secara individual
terhadap variabel dependen yang diuji pada tingkat signifikansi 0,05
(Ghozali, 2016). Dasar pengambilan keputusan adalah sebagai
berikut:
1) Jika nilai probabilitas lebih besar dari 0,05, maka H0 diterima atau
Ha ditolak, ini berarti menyatakan bahwa variabel independen atau
bebas tidak mempunyai pengaruh secara individual terhadap
variabel dependen atau terikat.
44
2) Jika nilai probabilitas lebih kecil dari 0,05, maka H0 ditolak atau
Ha diterima, ini berarti menyatakan bahwa variabel independen
atau bebas mempunyai pengaruh secara individual terhadap
variabel dependen atau terikat.
a. Uji Statistik F
Uji statistik F menunjukkan apakah semua variabel
independen atau bebas yang dimasukkan dalam model
mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel
dependen atau terikat. Uji statistik F digunakan untuk mengetahui
pengaruh semua variabel independen yang dimasukkan dalam
model regresi secara bersama-sama terhadap variabel dependen
yang diuji pada tingkat signifikan 0,05 (Ghozali, 2016).
Dasar pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:
1) Jika nilai probabilitas lebih besar dari 0,05, maka H0 diterima atau
Ha ditolak, ini berarti menyatakan bahwa semua variabel
independen atau bebas tidak mempunyai pengaruh secara bersama-
sama terhadap variabel dependen atau terikat.
2) Jika nilai probabilitas lebih kecil dari 0,05, maka H0 ditolak atau
Ha diterima, ini berarti menyatakan bahwa semua variabel
independen atau bebas mempunyai pengaruh secara bersama-sama
terhadap variabel dependen atau terikat.
45
E. Operasional Variabel Penelitian
1. Variable Independen
Pengertian variabel independen adalah variabel yang bebas yang
mempengaruhi variabel dependen (terikat). Variabel independen dalam
penelitian ini adalah Ketidakjelasaan peran, kecerdasaan emosional dan
motivasi.
a. Ketidakjelasan peran (X1)
Individu mengalami ketidakjelasan peran apabila mereka merasa
tidak adanya kejelasan ekspektasi pekerjaan mereka, seperti
kurangnya informasi yang dibutuhkan untuk menyelesaikan
pekerjaan mereka atau tidak memperoleh kejelasan mengenai
deskripsi tugas dari pekerjaan mereka. Ketidakjelasan peran muncul
karena tidak cukupnya informasi yang diperlukan untuk
menyelesaikan tugas-tugas atau pekerjaan yang diberikan dengan
cara yang memuaskan (Peterson dan Smith 1995, dalam Fanani et
al, 2008). Kondisi ini terjadi karena kadangkala klien meminta
layanan lain yang bertujuan untuk meningkatkan kinerja
keuangan perusahaan. Dalam kondisi seperti ini timbul konflik
antara tugas yang diemban oleh KAP dan permintaan yang
disampaikan klien sehingga mempengaruhi kinerja auditor. Kreitner
dan Kinicki (2007:316) menyatakan bahwa seseorang yang
mengalami role ambiguity terjadi ketika mereka tidak mengetahui
apa yang diharapkan darinya.
46
Seseorang dapat dikatakan berada dalam kekaburan peran
apabila ia menunjukan ciri-ciri antara lain sebagai berikut (Nimran,
2004:101):
a. Tidak jelas benar apa peran yang dimainkan.
b. Tidak jelas kepada siapa dia bertanggung jawab dan siapa yang
melaporkan kepada dirinya.
c. Tidak cukup wewenang untuk melaksanakan tanggung
jawabnya.
d. Tidak cukup mengerti apa yang diharapkan daripadanya.
e. Tidak memahami benar peranan dari pada pekerjaannya dalam
rangka mencapai tujuan secara keseluruhan.
b. Kecerdasan emosional (X2)
Menurut Slovey dalam Goleman (2000:58) terdapat lima
indikator kecerdasan emosional, yaitu:
a. Mengenali emosi diri
Mengenali emosi diri sendiri merupakan suatu kemampuan
untuk mengenali perasaan sewaktu perasaan itu terjadi.
Kemampuan ini merupakan dasar dari kecerdasan emosional, para
ahli psikologi menyebutkan kesadaran diri sebagai metamood,
yakni kesadaran seseorang akan emosinya sendiri.
47
b. Mengelola emosi
Mengelola emosi merupakan kemampuan individu dalam
menangani perasaan agar dapat terungkap dengan tepat atau
selaras, sehingga tercapai keseimbangan dalam diri individu.
Menjaga agar emosi yang merisaukan tetap terkendali merupakan
kunci menuju kesejahteraan emosi. Emosi berlebihan, yang
meningkat dengan intensitas terlampau lama akan mengoyak
kestabilan kita. Kemampuan ini mencakup kemampuan untuk
menghibur diri sendiri, melepaskan kecemasan, kemurungan atau
ketersinggungan dan akibat-akibat yang ditimbulkannya serta
kemampuan untuk bangkit dari perasaan-perasaan yang menekan.
c. Memotivasi diri sendiri
Presatasi harus dilalui dengan dimilikinya motivasi dalam
diri individu. Seseorang harus memiliki ketekunan untuk menahan
diri terhadap kepuasan dan mengendalikan dorongan hati, serta
mempunyai perasaan motivasi yang positif, yaitu antusianisme,
gairah, optimis dan keyakinan diri.
d. Mengenali emosi orang lain
Kemampuan untuk mengenali emosi orang lain disebut juga
empati. Kemampuan seseorang untuk mengenali orang lain atau
peduli, menunjukkan kemampuan empati seseorang. Individu yang
48
memiliki kemampuan empati lebih mampu menangkap sinyal-
sinyal sosial yang tersembunyi yang mengisyaratkan apa-apa yang
dibutuhkan orang lain sehingga ia lebih mampu menerima sudut
pandang orang lain, peka terhadap perasaan orang lain dan lebih
mampu untuk mendengarkan orang lain.
e. Membina hubungan
Kemampuan dalam membina hubungan merupakan suatu
keterampilan yang menunjang popularitas, kepemimpinan dan
keberhasilan antar pribadi. Keterampilan dalam berkomunikasi
merupakan kemampuan dasar dalam keberhasilan membina
hubungan. Individu sulit untuk mendapatkan apa yang
diinginkannya dan sulit juga memahami keinginan serta kemauan
orang lain
c. Motivasi (X3)
Fuad dan Gofur (2009:156) Motivasi merupakan Gambaran
hubungan antara harapan dan tujuan, dalam hal ini, setiap orang atau
organisasi biasanya ingin dapat mencapai sesuatu atau beberapa
tujuan dalam kegiatan-kegiatannnya dengan harapan apa yang
ditujunya tersebut dapat memuaskan dirinya secara maksimal.
Indikator instrument motivasi:
1. Keinginan untuk berprestasi
49
2. Keinginan untuk melakukan perbaikan
3. Keinginan untuk melakukan perubahan
4. Keinginan untuk senantiasa meningkatkan kemampuan
kerja
5. Keinginan untuk meningkatkan kemampuan kerja.
Banyak konsep mengenai motivasi kerja seseorang, tetapi
barangkali yang paling popular adalah konsep Maslow yang
membedakan motivasi rendahan seperti mencari makan dan
keamanan, dan motivasi tinggi antara lain pengakuan sosial, harga diri
dan aktualisasi diri. Kecintaan dan kenyamanan kerja mungkin
merupakan motivasi yang paling dahsyat yang dapat dimiliki
seseorang. Desain pekerjaan yang pas, ternyata dapat menjadi wahana
seseorang untuk menyalurkan tingkat motivasi tertinggi yakni
aktualilasi diri. Bekerja bukan untuk diri atau orang lain, tetapi proses
kerja itu sendiri menyatu dengan individu pekerja, sehingga dia
merasa bersemangat dan nyaman dalam proses. Hasilnya luar biasa,
bagi si pekerja atau perusahaan, karena rasa nyaman dalam bekerja
akan melejitkan kinerja (Sutomo, 2007). Dalam hubungannya dengan
lingkungan kerja, Mangkunegara (2002:94) mengemukakan bahwa
motivasi kerja adalah sebagai kondisi yang berpengaruh
membangkitkan, mengarahkan, dan memelihara perilaku yang
berhubungan dengan lingkungan kerja.
50
2. Variabel Dependen
Variabel dependen adalah variabel yang keberadaannya
dipengaruhi oleh keadaan yang mempengaruhinya. Dalam penelitian
ini variabel dependennya adalah kinerja auditor junior.
a. Kinerja auditor junior
Menurut Bastian (2005:267) Indikator kinerja adalah ukuran
kuantitatif dan kualitatif yang menggambarkan tingkat pencapaian
suatu sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan, dengan
memperhitungkan indikator masukan (inputs), keluaran (outputs),
hasil (outcomes), manfaat (benefit) dan dampak (impacts).
1. Indikator masukan (inputs) adalah segala sesuatu yang
dibutuhkan agar pelaksanaan kegiatan dapat berjalan untuk
menghasilkan keluaran. Indicator ini dapat berupa dana,
sumber daya manusia, informasi, kebijakan/peraturan
perundang-undangan dan sebagainya.
2. Indikator keluaran (outputs) adalah sesuatu yang diharapkan
langsung dicapai dari suatu kegiatan yang dapat berupa fisik
dan/atau nonfisik.
3. Indikator hasil (outcomes) adalah segala sesuatu yang
mencerminkan berfungsinya keluaran kegiatan pada jangka
menengah (efek langsung).
51
4. Indikator manfaat (benefits) adalah sesuatu yang terkait dengan
tujuan akhir dari pelaksanaan kegiatan.
5. Indikator dampak (impacts) adalah pengaruh yang ditimbulkan
baik positif maupun negatif terhadap setiap tingkatan indikator
berdasarkan asumsi yang telah diterapkan.
Menurut Furtwengler (2002: 86), aspek-aspek yang terdapat dalam
kinerja meliputi:
1. Kecepatan
Kecepatan sangat penting bagi keunggulan bersaing perusahaan.
Kecepatan terkait dengan unsur-unsur: tindakan karyawan
mengindikasikan pemahaman mengenai derajat kepentingan
kecepatan dalam lingkungan persaingan, karyawan melakukan
pekerjaan dengan bagus, karyawan menyelesaikan pekerjaan sesuai
dengan jadwal dan karyawan mencari cara untuk menyelesaikan
pekerjaan rutin dengan lebih cepat.
2. Kualitas
Kualitas tidak dapat dikorbankan demi kecepatan. Mengenai
kualitas dapat dilihat beberapa unsur berikut: karyawan bangga
terhadap pekerjaannya, karyawan melakukan pekerjaannya dengan
benar sejak awal dan karyawan mencari cara-cara untuk memperbaiki
kualitas pekerjaannya.
52
3. Layanan
Manfaat kecepatan dan kualitas akan mudah berubah menjadi
layanan yang baik. Hal ini dapat dilihat melalui hal-hal berikut:
tindakan karyawan dapat mengindikasikan pemahaman pentingnya
melayani kepada para pelanggan, karyawan menunjukkan
keinginannya untuk melayani orang lain dengan baik, karyawan
merespon pelanggan dengan tepat waktu dan karyawan memberikan
lebih daripada yang diminta oleh pelanggan.
4. Nilai
Pemahaman mengenai nilai sangat penting dalam keputusan
pembelian, penetapan sasaran, menyusun prioritas dan efektivitas
kerja. Sedikitnya ada dua hal yang tercakup dalam aspek nilai, yaitu:
tindakan karyawan mengindikasikan pemahaman mengenai konsep
nilai dan nilai merupakan sesuatu yang dipertimbangkan oleh
karyawan dalam pengambilan keputusan.
5. Keterampilan interpersonal
Keterampilan interpersonal meliputi: karyawan menunjukkan
perhatian pada perasaan orang lain, karyawan menggunakan bahasa
yang memberi semangat kepada orang lain, karyawan bersedia
membantu orang lain dan karyawan dengan tulus merayakan
keberhasilan orang lain.
53
6. Mental untuk sukses
Hal ini mencakup unsur-unsur: karyawan memiliki sikap can
do (yakin bahwa ia dapat melakukan apapun), karyawan mencari cara
untuk menambah pengetahuan-pengetahuannya, karyawan mencari
cara untuk memperbanyak pengalamannya dan karyawan realistis
dalam mengukur kemampuannya.
7. Terbuka untuk berubah
Kondisi ini terkait dengan hal-hal berikut: karyawan bersedia
menerima perubahan, karyawan mencari cara baru untuk
menyelesaikan tugas lama, tindakan karyawan mengindikasikan sifat
ingin tahu dan karyawan memandang perannya sebagai peran penting.
8. Kreativitas
Kreativitas meliputi: karyawan menunjukkan kreativitas dalam
pemecahan masalah, karyawan menunjukkan kemampuan untuk
melihat hubungan antara masalah-masalah yang kelihatannya tidak
berkaitan, karyawan dapat mengambil konsep abstrak dan
mengembangkannya menjadi konsep yang dapat diterapkan dan
karyawan menerapkan kreativitasnya pada pekerjaan sehari-hari.
9. Keterampilan berkomunikasi
Keterampilan berkomunikasi meliputi: karyawan menampilkan
gagasan logis dalam bahasa yang mudah dipahami, karyawan
54
menyatakan ketidaksetujuannya tanpa menciptakan konflik, karyawan
menulis dengan menggunakan kata-kata yang jelas dan tepat dan
karyawan menggunakan bahasa yang bernada optimis.
10. Inisiatif
Insiatif mencakup hal-hal sebagai berikut: karyawan selalu
bersedia membantu orang lain jika pekerjaanya telah selesai,
karyawan ingin selalu terlibat dalam proyek baru, karyawan selalu
berusaha mengembangkan keterampilannya di luar tempat kerja dan
karyawan menjadi sumber gagasan untuk perbaikan kinerja.
55
Tabel 3.1
Operasional Variabel Penelitian
Variabel IndikatorSkala
PengukuranKetidakjelasanperan (X1)
(Nimran,2004)
1. Rencana dan tujuan perannya tidak jelas Interval
2. Tidak mengetahui tanggung jawabnya3. Tidak mengetahui apa yang diharapkan
dari dirinya4. Tidak paham dengan wewenangnya5. Tidak mengetahui sanksi dan ganjaran
terhadap perilakunyaKecerdasaanEmosional(X2)
(Goleman,2000)
1. Mengenali emosi diri sendiri Interval
2. Mampu mengelola emosi3. Mampu memotivasi diri sendiri
4. Mampu mengenali emosi orang lain5. Mampu membina hubungan dengan orang
lainMotivasi (X3)
(Fuad danGofur, 2009)
1. Keinginan untuk berprestasi Interval2. Keinginan untuk melakukan perbaikan3. Keinginan untuk melakukan perubahan4. Keinginan untuk senantiasa
meningkatkan kemampuan kerja5. Keinginan untuk meningkatkan
pengetahuan kerjaKinerjaAuditor Junior(Y1)
(Bastian,2005)
1. Ketepatan waktu dalam melaksanakanpekerjaan
Interval
2. Tercapainya suatu harapan dari suatukegiatan
3. Kualitas dari hasil pekerjaan yangdilalukan
4. Kepuasan terhadap hasil dari pekerjaanyang dilakukan
5. Pengaruh yang timbul dari seluruhkegiatan
56
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Tempat dan waktu penelitian
Penelitian dilakukan di 5 Kantor Akuntan Publik (KAP) di Jakarta yakni,
KAP Hertanto, Grace, Karunawan, KAP Paul Hadiwinata, Hidajat, Arsono,
Achmad, Suharli & Rekan, KAP Armanda & Enita, KAP Usman dan Rekan dan
KAP Rama Wendra. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data
primer yang diperoleh melalui penyebaran kuesioner kepada auditor junior pada
masing-masing KAP.
Untuk mendapatkan data, peneliti mendistribusikan langsung kuesioner
tersebut kepada responden yang menjadi objek penelitian. Periode penyebaran
dimulai pada tanggal 25 Januari 2017 sampai tanggal 13 Februari 2017. Rincian
penyebaran disajikan dalam tabel 4.1 sebagai berikut:
Tabel 4.1
Data Sampel Penelitian
No Keterangan Frekuensi Percent
1 Jumlah kuesioner yang disebar 87 100%
2 Jumlah Kuesioner yang kembali 75 86,20%
3 Jumlah Kuesiner yang tidak kembali 12 13,80%
4 Jumlah kuesioner yang dapat diolah 75 86,20%
Sumber: Data primer yang diolah, 2017.
57
Tabel 4.1 menunjukan jumlah dan presentase penyebaran data kuesioner.
Total kuesioner yang disebar sebanyak 87 kuesioner, kuesioner yang kembali
sebanyak 75 kuesioner yaitu 86,20% dari total kuesioner yang disebar,
sedangkan total kuesioner yang tidak kembali 12 kuesioner yaitu 13,80% dari
total kuesioner yang disebar. Jadi, kuesioner yang dapat digunakan untuk
mengolah data adalah 75 kuesioner atau 86,20% dari total kuesioner yang di
sebar.
2. Karakteristik Responden
a. Deskripsi Reesponden berdasarkan Jenis Kelamin
Pada tabel 4.2 menggambarkan daftar responden berdasarkan jenis kelamin.
Tabel 4.2
Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Jumlah Responden Persentase
Laki-laki 48 64
Perempuan 27 36
Jumlah 75 100
Sumber: Data primer yang diolah 2017.
Berdasarkan tabel diatas, menunjukan bahwa sebagian besar responden
didominasi oleh jenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 48 responden atau
64%dan sisanya sebanyak 27 responden atau sebesar 36% berjenis kelamin
perempuan.
58
b. Deskripsi Responden berdasarkan Pendidikan
Pada tabel 4.3 berikut ini mendeskripsikan responden berdasarkan
pendidikan:
Tabel 4.3
Deskripsi Responden Berdasarkan Pendidikan
Pendidikan Jumlah Responden Persentase
D-3 4 5,33
S1 71 94,67
S2 0 0
S3 0 0
Jumlah 75 100
Sumber: Data primer yang diolah, 2017.
Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa sebagaian besar responden
berlatar belakang pendidikan Strata 1(S1), yaitu sebesar 71 orang atau sebesar
94,67%. Selebihnya responden berlatar belakang pendidikan Diploma 3(D-3),
yaitu sebanyak 4 orang atau sebesar 5,33%. Tidak ada responden yang berlatar
belakang pendidikan Strata 2 (S2) dan Strata 3(S3).
c. Deskripsi Responden berdasarkan Pengalaman Kerja
Pada tabel 4.4 berikut ini mendeskripsikan responden berdasarkan
pengalaman kerja atau lamanya bekerja:
59
Tabel 4.4
Deskripsi Responden Berdasarkan Pengalaman Kerja
Pengalaman Kerja Jumlah Responden Persentase
<1 Tahun 43 57,33
1-3 Tahun 27 36
>3 Tahun 5 6,67
Jumlah 75 100
Sumber: Data primer yang diolah, 2017.
Berdasarkan tabel 4.4 dapat dilihat deskripsi responden berdasarkan
pengalaman kerja. Responden yang telah bekerja kurang dari 1 tahun (> 1
tahun) sebanyak 43 orang atau sebesar 57,33%, responden dengan pengalaman
kerja 1-3 tahun 27 responden atau sebesar 36%, responden dengan pengalaman
kerja lebih dari 3 tahun (>3 tahun) sebanyak 5 responden atau sebesar 6,67%.
d. Deskripsi Responden berdasarkan banyaknya Klien yang pernah ditangani
Pada tabel 4.5 berikut ini mendeskripsikan responden berdasarkan
banyaknya klien yang pernah ditangani.
Tabel 4.5
Deskripsi Responden Berdasarkan Banyaknya Klien yang Pernah Ditangani
Jumlah Klien Jumlah Responden Persentase
1-5 Klien 52 69,33
6-10 Klien 17 22,67
>10 Klien 6 8
Jumlah 75 100
Sumber: Data primer yang diolah, 2017.
60
Berdasarkan tabel 4.5 dapat dilihat deskripsi banyaknya klien yang pernah
ditangani. Responden yang telah menangani 1-5 klien ada 52 orang atau sebesar
69,33%, responden yang telah menangani 6-10 klien ada 17 orang atau sebesar
22,67%, dan responden yang telah menangani lebih dari 10 klien ada 6 orang
atau sebesar 8%.
B. Analisis dan Pembahasan
1. Hasil Uji Statistik Deskriptif
Variabel yang digunakan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi
Ketidakjelasan Peran (Peran), Kecerdasan Emosional (Emosi), Motivasi (Motiv)
dan Kinerja Auditor Junior (Kinerja), diuji secara statistic descriptive seperti
yang terlihat dalam tabel berikut:
Tabel 4.6
Hasil Uji Deskriptif
Sumber: Data primer yang diolah, 2017.
Tabel 4.6 menjelaskan bahwa pada variabel Ketidakjelasan Peran (Peran)
jawaban minimum responden sebesar 5 dan maksimum sebesar 25, dengan rata-
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean
Std.
Deviation
Peran 75 5 25 12.973 4.3277
Emosi 75 12 25 18.960 2.5808
Motiv 75 15 25 21.187 2.1915
Kinerja 75 11 25 18.587 2.8950
Valid N (listwise) 75
61
rata total jawaban 12,973 dan standar deviasi sebesar 4,3277. Vaiabel
Kecerdasan Emosional (Emosi) jawaban minimum responden sebesar 12 dan
jawaban maksimum responden sebesar 25 dengan rata-rata total jawaban 18,960
dan standar deviasi 2,5808. Variabel Motivasi (Motiv) jawaban minimum
responden sebesar 15 dan maksimum sebesar 25, dengan rata-rata total jawaban
21,187 dan standar deviaasi sebesar 2,1915. Variabel Kinerja Auditor Junior
(Kinerja) jawaban minimum responden sebesar 11 dan jawaban maksimum
responen sebesar 25, dengan rata-rata total jawaban 18,587 dan standar deviasi
sebesar 2,8950. Dengan interval untuk total nilai untuk setiap variabel sebagai
berikut:
Sangat Tidak Setuju : 5 - 9,999
Tidak Setuju : 10 -14,999
Netral : 15 – 19,999
Setuju : 20 -24,999
Sangat Setuju : 25
Dapat diambil kesimpulan bahwa rata-rata jawaban responden untuk
variabel ketidakjelasan peran adalah tidak setuju, untuk variabel kecerdasan
emosional dan kinerja auditor junior rata-rata jawaban responden adalah netral
dan untuk variabel motivasi rata-rata jawaban responden adalah setuju.
62
2. Hasil Uji Kualitas Data
a. Hasil Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu
kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner
dapat mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Uji
signifikansi dilakukan dengan menggunakan Pearson Correlation. Suatu
model dikatakan valid jika tingkat signifikansinya di bawah 0,05 maka butir
pertanyaan atau pernyataan tersebut dapat dikatakan valid (Ghozali, 2016:53).
Tabel berikut menunjukan hasil uji validitas yang digunakan dalam penelitian
ini, yaitu Ketidakjelasan Peran (Peran), Kecerdasan Emosional (Emosi),
Motivasi (Motiv) dan Kinerja Auditor Junior (Kinerja).
Tabel 4.7
Hasil Uji Validitas Ketidakjelasan Peran (X1)
No KeteranganPearson
Correlation
Sig
(2-Tailed)Keterangan
1 Peran_1 0,863** 0,000 Valid2 Peran_2 0,865** 0,000 Valid
3 Peran_3 0,879** 0,000 Valid
4 Peran_4 0,882** 0,000 Valid
5 Peran_5 0,820** 0,000 Valid
Sumber: Data primer yang diolah, 2017.
63
Tabel 4.7 menunjukan bahwa variabel Ketidakjelasan Peran (Peran)
mempunyai kriteria validitas untuk semua butir pernyataan dengan nilai
signifikansi kurang dari 0,05.
Tabel 4.8
Hasil Uji Validitas Kecerdasan Emosional (X2)
No KeteranganPearson
Correlation
Sig
(2-Tailed)Keterangan
1 Emosi_1 0,769** 0,000 Valid2 Emosi_2 0,821** 0,000 Valid
3 Emosi_3 0,740** 0,000 Valid
4 Emosi_4 0,708** 0,000 Valid
5 Emosi_5 0,583** 0,000 Valid
Sumber: Data primer yang diolah, 2017.
Tabel 4.8 menunjukan bahwa variabel Kecerdasan Emosional (Emosi)
mempunyai kriteria validitas untuk semua butir pernyataan dengan nilai
signifikansi kurang dari 0,05.
Tabel 4.9
Hasil Uji Validitas Motivasi (X3)
No KeteranganPearson
Correlation
Sig
(2-Tailed)Keterangan
1 Motiv_1 0,693** 0,000 Valid2 Motiv_2 0,782** 0,000 Valid
3 Motiv_3 0,860** 0,000 Valid
4 Motiv_4 0,778** 0,000 Valid
5 Motiv_5 0,795** 0,000 Valid
Sumber: Data primer yang diolah, 2017.
64
Tabel 4.9 menunjukan bahwa variabel Motivasi (Motiv) mempunyai
kriteria validitas untuk semua butir pernyataan dengan nilai signifikansi kurang
dari 0,05.
Tabel 4.10
Hasil Uji Validitas Kinerja Auditor Junior (Y)
No KeteranganPearson
Correlation
Sig
(2-Tailed)Keterangan
1 Kinera_1 0,695** 0,000 Valid2 Kinerja_2 0,815** 0,000 Valid
3 Kinerja_3 0,797** 0,000 Valid
4 Kinerja_4 0,723** 0,000 Valid
5 Kinerja_5 0,860** 0,000 Valid
Sumber: Data primer yang diolah, 2017.
Tabel 4.10 menunjukan bahwa variabel Kinerja Auditor Junior
mempunyai kriteria validitas untuk semua butir pernyataan dengan nilai
signifikansi kurang dari 0,05.
b. Hasil Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas ini dilakukan untuk menilai konsistensinya dari instrument
penelitian. Suatu kuesioner dapat dikatakan reliable atau handal jika jawaban
seseorang yang menjadi responden terhadap pernyataan adalah konstan atau
stabil dari waktu ke waktu. Instrument dikatakan reliable jika nilai Cronbach’s
Alpha diatas 0,7 (Ghozali, 2016).
65
Tabel 4.11
Hasil Uji Reliabilitias
VariabelCronbach’s
AlphaKeterangan
Ketidakjelasan Peran 0,913 Valid
Kecerdasan Emosional 0,773 Valid
Motivasi 0,839 Valid
Kinerja Auditor Junior 0,837 Valid
Sumber: Data primer yang diolah, 2017.
Tabel 4.11 menunjukan hasil uji reliabilitas untuk ke empat variabel
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini. Nilai Cronbach’s Alpha atas
variabel Ketidakjelasan Peran sebesar 0,913, variabel Kecerdasan Emosional
sebesar 0,773, variabel Motivasi sebesar 0,839 dan variabel Kinerja Auditor
Junior sebesar 0,837. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa pernyataan
dalam kuesioner penelitian ini reliable karna mempunyai nilai Cronbach’s
Alpha lebih dari 0,7 (Cronbach’s Alpha > 0,7). Hal ini menunjukan bahwa
setiap item pernyataan yang digunakan akan mampu memperoleh data yang
konsisten yang berarti bila pernyataan itu diajukan kembali akan diperoleh
jawaban yang relatif sama dengan jawaban sebelumnya.
66
3. Hasil Uji Asumsi Klasik
a. Hasil Uji Multikolonieritas
Uji multikolonieritas bertujuan bertujuan untuk menguji apakah apakah
model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen).
Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel
independen. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolonieritas didalam
model regresi adalah dengan melihat nilai Tolerance dan Variance Inflation
Factor (VIF) (Ghozali, 2016:103).
Tabel 4.12 menyajikan hasill uji multikolonieritas untuk semua variabel
independen sebagai berikut:
Tabel 4.12
Hasil Uji Multikolonieritas
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 8.449 3.906 2.163 .034
Peran Total .028 .077 .042 .370 .713 .929 1.076
Emosi
Total.354 .132 .316 2.684 .009 .885 1.129
Motiv Total .144 .160 .109 .903 .369 .838 1.193
a. Dependent Variable: Kinerja TotalSumber: Data yang diolah, 2017.
67
Tabel 4.12 menunjukan bahwa nilai tolerance tidak kurang dari 0,10 yang
berarti tidak ada korelasi, dan tidak ada koreelasi antar variabel independen
yang nialinya lebih dari 95%. Hasil perhitungan nilai Variance Inflation
Factor (VIF) juga menunjukan hal yang sama yaitu tidak ada satu variabel
independen yang memiliki nilai lebih dari 10, jadi dapat disimpulkan bahwa
tidak ada mutikolonieritas antar variabel independen dalam model regresi.
b. Hasil Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah dari sebuah model
regresi, variabel dependen (terikat) dan variabel independen (bebas) atau
keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak (Ghozali, 2016:156).
68
Gambar 4.1
Uji Normalitas P-Plot
Sumber: Data primer yang diolah, 2017.
Gambar 4.1 memperlihatkan penyebaran data yang berada disekitar garis
diagonal dan terlihat titik-titik menyebar disekitar disekitar garis diagonal.
Hasil ini menunjukan data residual terdistribusi dengan normal.
69
Gambar 4.2
Uji Normalitas Histogram
Sumber: Data primer yang diolah, 2017.
Grafik histrogram menunjukan bahwa model regresinya berdistribusi
dengan normal.
Uji statistik lain yang dapat digunakan untuk menguji normalitas residual
adalah uji statistik non-parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S). Uji K-S
dilakukan dengan membuat hipotesis:
H0 : Data residual berdistribusi normal
H1 : Data residual tidak berdistribusi normal
70
Tabel 4.13
Hasil Uji Normalitas
Sumber: Data yang diolah, 2017.
Berdasarkan tabel 4.13 uji Kolmogorov-Smirnov nilai signifikansinya
sebesar 0,200 yang nilainya lebih besar dari 0,05 hal ini berarti H0 diterima,
jadi data residual terdistribusi dengan normal, dan hasilnya konsisten dengan
hasil uji analisis grafik.
c. Hasil Uji Heteroskedastisitas
Pengujian heteroskedastisitas dilakukan untuk menguji apakah dalam
sebuah model regresi, terjadi ketidaksamaan varians residual dari suatu
pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians residual dari suatu
pengamatan ke pengamatan lainnya tetap, maka disebut homoskeddastisitas .
Model regresi yang baik adalah homoskedastisitas (Ghozali, 2016:156).
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 75
Normal Parametersa,b Mean .0000000
Std. Deviation 2.69931011
Most Extreme Differences Absolute .060
Positive .045
Negative -.060
Test Statistic .060
Asymp. Sig. (2-tailed) .200
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
71
Gambar 4.3
Uji Heteroskedastisitas Scatterplot
Sumber: Data primer yang diolah, 2017.
Berdasarkan gambar 4.3 berikut, grafik scatterplot menunjukan bahwa
data tersebar diatas dan di bawaah angka 0 (nol) dan tidak terdapat suatu pola
yang jelas padaa penyebaran data tersebut. Hal ini berarti tidak terjadi
heteroskedastisitas pada persamaan regresi, sehingga model regresi layak
digunakan untuk memprediksi kinerja auditor junior, berdasarkan variabel
yang mempengaruhinya yaitu, ketidakjelasan peran, kecerdasan emosional
dan motivasi.
72
4. Hasil Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi dilakukan untuk mengetahui seberapa besar
kemampuan variabel dependen dapat dijelaskan oleh variabel independen.
Tabel 4.14
Hasil Koefisien Determinasi (R2)
Sumber: Data primer yang diolah, 2017.
Tabel 4.14 menunjukan nilai Adjusted R Square sebesar 0,094 atau 9,4%, ini
menunjukan bahwa variabel kinerja auditor junior yang dapat dijelaskan oleh
variabel ketidakjelasan peran, keecerdasan emosional dan motivasi adalah
sebesar 0,94%, sedangkan sisanya 90,6% atau 0,906 dijelaskan oleh faktor-faktor
lain yang tidak digunakan dalam penelitian ini. Faktor-faktor lain diantaranya
seperti variabel konflik peran dan budaya organisasi dalam penelitian Agustina
(2009), variabel stres dalam penelitian Panjaitan dan bambang (2014), variabel
kecerdasan spiritual dalam penelitian Tarmizi dkk., (2012), variabel struktur
audit dan kepuasan kerja dalam penelitian Winidiantari dan Nu (2015).
Model Summaryb
Model R R SquareAdjusted R
SquareStd. Error of the
Estimate1 .361a .131 .094 2.7557a. Predictors: (Constant), Motiv Total, Peran Total, Emosi Totalb. Dependent Variable: Kinerja Total
73
5. Hasil Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan model analisis regresi
berganda, yaitu;
a. Hasil Uji Statistik t
Uji statistik t dilakukan untuk menunjukan seberapa jauh pengaruh satu
variabel independen secara individual dalam menerangkan varaisi variabel
independen. Dalam hal ini probabilitas lebih kecil dari 0,05 maka hasilnya
signifikan berarti terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel independen
(bebas) secara individual terhadap variabel dependen (terikat). Hasil uji statistik
t dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.15
Hasil Uji Statistik t
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.B
Std.
Error Beta
1 (Constant) 8.449 3.906 2.163 .034
Peran
Total.028 .077 .042 .370 .713
Emosi
Total.354 .132 .316 2.684 .009
Motiv Total .144 .160 .109 .903 .369
a. Dependent Variable: Kinerja Total
Sumber: Data primer yang diolah, 2017.
74
1. Pengaruh ketidakjelasan peran terhadap kinerja auditor junior.
Hasil uji hipotesis 1 menunjukan bahwa tingkat signifikansi
variabel ketidakjelassan peran 0,713 > 0,05 sehingga dapat
disimpulkan bahwa ketidakjelasan peran tidak berpengaruh terhadap
kinerja auditor junior. Hal ini berarti, H1 ditolak.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Fanani, dkk
(2008) dan Winidiantari dan Ni (2015) yang menyimpulkan bahwa
ketidakjelasan peran tidak berpengaruh terhadap kinerja auditor. Hal
ini disebabkan karena kebanyakan responden adalah auditor pemula
yang memiliki pengalaman kerja yang relative singkat (0-2 tahun) dan
usia yang relatif muda sehingga belum merasakan ketidakjelasan
peran. Tetapi hasil penelitian ini bertolak belakang dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Gunawan dan zulfitry (2012), Sari dan
I Ketut (2016), Rosally dan Yulius (2015) dan Agustina (2009) yang
menunjukan ketidakjelasan peran berpengaruh terhadap kinerja
auditor.
2. Pengaruh kecerdasan emosional terhadap kinerja auditor junior.
Hasil uji hipotesis 2 (H2) menunjukan bahwa tingkat signifikansi
variabel kecerdasan emosional 0,009 < 0,05 sehingga dapat
disimpulkan bahwa kecerdasan emosional mempunyai pengaruh
positif terhadap kinerja auditor junior. Dari hasil uji tersebut
75
menunjukan bahwa seorang auditor junior yang memiliki kecerdasan
emosional yang baik akan berpengaruh positif terhadap kinerjanya dan
sebaliknya auditor junior yang memiliki kecerdasan emosional yang
buruk akan berpengaruh negatif terhadap kinerjanya. Seperti yang
ditunjukan pada hasil penelitian Tarmizi, dkk (2012) . Hasil ini sejalan
dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Apriyanti, dkk (2014) dan
Noor dan Adriani (2012) yang menunjukan kecerdasan emosional
berpengaruh terhadap kinerja auditor junior.
3. Pengaruh motivasi terhadap kinerja auditor junior.
Hasil uji hipotesis 3 menunjukan bahwa tingkat signifikansi
variabel motivasi 0,369 > 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa
motivasi tidak berpengaruh terhadap kinerja auditor junior. Hal ini
menunjukan tingkat motivasi yang dimiliki oleh auditor junior tidak
berpengaruh terhadap kinerjanya. Sejalan dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Sastrawinata (2011) dengan responden auditor KAP di
Palembang, yang menyatakan bahwa motivasi tidak berpengaruh
terhadap kinerja auditor kemungkinan dikarenakan auditor KAP di
Palembang lebih banyak tidak bekerja secara tim akan tetapi bekerja
secara individu, sehingga dilema konflik yang timbul tidak terlaulu
menuntut kemampuan kecerdasan emosional secara tinggi. Begitu pula
hal nya dengan konflik antar auditor KAP dan manajemen perusahaan
76
klien sangat jarang sekali terjadi hal ini kemungkinan dikarenakan
tidak terlalu tingginya kompleksitas pekerjaan auditor dan
pengalaman serta pengetahuan auditor KAP dapat menyelesaikan
secara langsung permasalahan yang timbul tersebut cukup secara
rasional. Tetapi hasil ini bertolak belakang dengan hasil penelitian
yang dilakukan oleh Panjaitan dan Bambang (2014), Abdullah, dkk
(2012) dan Winidiantari dan Ni (2015).
b. Hasil Uji Statistik F
Hasil uji statistik F pada dasarnya menunjukan apakah semua variabel
independen atau bebas yang dimasukan dalam model mempunya pengaruh
secara bersama-sama terhadap terhadap variabel dependen atau terikat. Jika
nilai probabilitas jauh lebih kecil dari 0,05 , maka model regresi dapat
digunakan untuk memprediksi variabel dependen atau terikat (Ghozali 2016).
Hasil uji statistic F dapat dilihat pada tabel 4.17 berikut:
77
Tabel 4.16
Hasil Uji Statistik F
Sumber: Data yang diolah, 2017.
Pengaruh ketidakjelasan peran, kecerdasan emosional dan motivasi
terhadap kinerja auditor junior.
Hasil uji hipotesis H4 menunjukan tingkat signifikansi 0,019 < 0,05
sehingga dapat disimpulkan bahwa ketidakjelasan peran, kecerdasan emosional
dan motivasi berpengaruh terhadap kinerja auditor junior. Hal ini menunjukan
bahwa jika auditor junior KAP di Jakarta dapat meningkatkan pemahaman
peran, kecerdasan emosional dan motivasi maka kinerjanya akan semakin
meningkat. Sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan Widyastary, dkk
(2014) yang menyatakan bahwa kecerdasan emosional mampu memperlemah
pengaruh ketidakjelasan peran pada kinerja auditor sehingga kegiatan-kegiatan
pelatihan dalam rangka peningkatan kecerdasan emosional bagi auditor penting
untuk dilakukan. Sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Gunawan
dan Zulfitry (2012) yang menyatakan ketidakjelasan peran berpengaruh
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 81.002 3 27.001 3.555 .019b
Residual 539.184 71 7.594
Total 620.187 74
a. Dependent Variable: Kinerja Total
b. Predictors: (Constant), Motiv Total, Peran Total, Emosi Total
78
terhadap kinerja auditor dan dengan hasil penelitian Panjaitan dan Bambang
yang menyatakan motivasi berpengaruh terhadap kinerja auditor. Tabel 4.17
berikut menjelaskan kesimpulan dari hasil pengujian uji statistik t (parsial) dan
uji statistik F (simultan) atas hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya.
Tabel 4.17
Hasil Uji Hipotesis
Hipotesis Signifikansi Kesimpulan
H1Ketidakjelasan peran berpengaruh
terhadap kinerja auditor junior 0.713 > 0,05 Ditolak
H2
Kecerdasan emosional
berpengaruh terhadap kinerja
auditor junior0.009 < 0,05 Diterima
H3Motivasi berpengaruh terhadap
kinerja auditor junior 0.369 > 0,05 Ditolak
H4
Ketidakjelasan peran, kecerdasan
emosional dan motivasi secara
simultan berpengaruh terhadap
kinerja auditor junior.
0,019 < 0,05 Diterima
Sumber: Data yang diolah, 2017.
79
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan data yang telah di kumpulkan dan telah dilakukan pengujian dan
analisis terhadap permasalahan maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Tidak terdapat pengaruh signifikan antara ketidakjelasan peran terhadap
kinerja auditor junior. Tingkat signifikansi ketidakjelasan peran 0,713 > 0,05.
Hasil ini sejalan dengan hasil penelitian Fanani, dkk (2008) dan Winidiantari
dan Ni (2015) yang menyimpulkan bahwa ketidakjelasan peran tidak
berpengaruh terhadap kinerja auditor.
2. Terdapat pengaruh signifikan kecerdasan emosional terhadap kinerja auditor
junior. Tingkat signifikansi 0,009 < 0,05. Hasil ini sejalan dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Apriyanti, dkk (2014) dan Noor dan Adriani
(2012) yang menunjukan kecerdasan emosional berpengaruh terhadap kinerja
auditor junior.
3. Tidak terdapat pengaruh motivasi terhadap kinerja auditor junior. Tingkat
signifikansi 0,369 > 0,05. Hasil ini sejalan dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Sastrawinata (2011). Tetapi bertolak belakang dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Panjaitan dan Bambang (2014), Abdullah, dkk
(2012) dan Winidiantari dan Ni (2015). Hal ini bisa disebabkan karna ketika
seorang auditor mempunyai motivaasi yang tinggi akan tergantung pada skil
dan pengetahuan untuk meningkatkan kinerjanya. Sekalipun seorang auditor
80
memiliki motivasi yang tinggi tidak akan meningkatkan kinerjanya ketika dia
tidak mempunyai skil dan pengetahuan yang mumpuni.
4. Terdapat pengaruh signifikan antara ketidakjelasan peran, kecerdassan
emosional dan motivasi terhadap kinerja auditor junior. Dengan tingkat
signifikansi 0,019 < 0,05. Sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan
Widyatary, dkk (2014) yang menyatakan bahwa kecerdasan emosional mampu
memperlemah pengaruh ketidakjelasan peran pada kinerja auditor sehingga
kegiatan-kegiatan pelatihan dalam rangka peningkatan kecerdasan emosional
bagi auditor penting untuk dilakukan. Hasil tersebut sejalan dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Gunawan dan Zulfitry (2012) yang menyatakan
ketidakjelasan peran berpengaruh terhadap kinerja auditor dan dengan hasil
penelitian Panjaitan dan Bambang yang menyatakan motivasi berpengaruh
terhadap kinerja auditor
B. Saran
Adapun saran yang diberikan oleh peneliti untuk Kantor Akuntan Publik
di Jakarta untuk lebih memperhatikan kemampuan atau pengetahuan auditor
junior, dengan mengadakan pelatihan mengenai hal-hal bersangkutan dengan
penugsannya. Juga memperhatikan kondisi auditor junior, jangan sampai terjadi
penurunan motivasi pada auditor junior. Selain itu juga KAP harus memberikan
pemahaman kerjasama tim, karena audit dilakukan secara tim dalam
pelaksanaannya.
81
Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat menguji variabel-variabel
lain yang berhubungan dengan kinerja auditor junior. Hal ini sesuai dengan hasil
koefisien determinasi, dimana 90,6% ditunjukkan oleh faktor lain selain model
yang digunakan oleh peneliti. Selain itu, peneliti selanjutnya diharapkan mampu
memperluas sampel penelitian dan diharapkan tidak hanya melalui kuesioner
tetapi juga melalui wawancara dengan pihak-pihak terkait agar informasi yang
didapat dapat menggambarkan keadaan yang sesungguhnya
82
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Zainuddinn, Darwanis, dan Basri Zein. 2012. “Pengaruh Stres Kerjaterhadap Kinerja Auditor Melalui Motivasi Kerja Sebagai VariabelIntervening Studi pada Auditor Intern di Pemerintah Provinsi Aceh”, JurnalAkuntansi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala ISSN 2302-0164.
Afandi, Pandi. 2016. “Concept & Indicator Human Resources Management forManagement Researth”, Deepublish, Yogyakarta.
Agustina, Lidya. (2009). “Pengaruh Konflik Peran, Ketidakjelasan Peran, danKelebihan Peran terhadap Kepuasan Kerja dan Kinerja Auditor”.JurnalAkuntansi. Vol. 1 No. 1: 40-69.
Amilin & Dewi, R. (2008). “Pengaruh Komitmen Organisasi terhadap KepuasanKerja Akuntan Publik dengan Role Stress Sebagai Variabel Moderating”.Jurnal Akuntansi Indonesia. Vol. 12 No. 1: 13-24.
Apriyanti, Taufeni Taufik dan Mudrika Alamsyah Hasan. 2014. “PengaruhKecerdasan Emosional, Kecerdasan Spiritual dan Perilaku Etis terhadapKinerja Aauditor Pemerintah”, Jurnal Online Mahasiswa Fakultas EkonomiVol.1 No. 2.
Bastian, Indra. 2005. “Akuntan Sektor Publik: Suatu Pengantar”, Erlangga,Jakarta.
Budhiyanto, Suryanti J. Dan Nugroho, Ika P. 2004. “Pengaruh KecerdasanEmosional terhadap Tingkat Pemahaman Akuntansi”, Jurnal EkonomiBisnis, Vol. X, No.2, Hal.260-281.
Cahyani, Kadek Candra Dwi, Gusti Ayu Purnamawati , dan Nyoman TrisnaHerawati. 2015. “Pengaruh Etika Profesi Auditor, Profesionalisme,Motivasi, Budaya Kerja, dan Tingkat Pendidikan terhadap Kinerja AuditorJunior”. e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha (Volume 3 No.1Tahun 2015).
Denny, Richard. 2007. “Motivated to Win”, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Dwilita, Handriyani dan Azhar Makhum. 2011. “Analisis Pengaruh Motivasi,Stres,dan Rekan Kerja terhadap Kinerja Auditor Di Kantor AkuntanPublik”, Jurnal Keuangan dan Bisnis Vol. 3 No. 1: h:23-36.
83
Fanani, Zaenal, Rhenny Afriana Hanif dan Bambang Subroto, 2008. “ PengaruhStruktur Audit, Konflik Peran, dan Ketidakjelasan Peran terhadap KinerjaAuditor”. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia: Vol.5,No.2.
Faturahman, Amang dan Fahmul Iltiham. 2011. “Pendalaman Ilmu Tafsir diPTAI Non Tafsir”, Be-a Publisher, Pasuruan.
Fuad, Noor dan Gofur Ahmad. 2009. “Integrated Human ResourcesDevelopment”, PT Grasindo, Jakarta.
Furtwengler, Dale. 2002. “Penilaian Kinerja: Menguasai Keahlian Yang AndaPerlukan Dalam 10 menit”, Penerbit Andi, Yogyakarta.
Ghozali. 2016. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, SalembaEmpat. Jakarta.
Goleman, Daniel. 2000. “Working With Emotional Intelligence (terjemahan)”,PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Gunawan, Hendra dan Zulfitry Ramdan. 2012. “Pengaruh Konflik Peran,Ketidakjelasan Peran, Kelebihan Peran, dan Gaya Kepemimpinan terhadapKinerja Auditor Di Kantor Akuntan Publik Wilayah DKI Jakarta”. JurnalBinus Business Review vol. 3 No. 2 November 2012: 825-839.
Hadari, Nawawi. 2003. “Manajemen Sumber Daya Manusia”, Rineka Cipta,Jakarta.
Halim, Abdul. 2008. “Auditing Dasar-Dasar Audit Laporan Keuangan “, EdisiKeempat Cetakan Pertama, Unit penerbit dan percetakan sekolah tinggi ilmuekonomi YKPN, Yogyakarta.
Hanna, Eizabeth dan Friska Firnanti. 2013. “Faktor-Faktor yang MempengaruhiKinerja Auditor. Jurnal Bisnis dan Akuntansi”. Vol. 15 No. 1: h:13-28.
Hariandja, Marihot Tua Effendi. 2002. “Manajemen Sumber Daya Manusia:Pengadaan, Pengembangan, Pengkompensasian, dan PeningkatanProduktivitas Pegawai”, Grasindo, Jakarta.
Irianto, Anton. 2005. “Born To Win Kunci Sukses yang Tak Pernah Gagal”, PTGramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Kreitner, Robert and Angelo Kinicki. 2007. “Organizational Behavior”, SeventhEdition, Mc. Graw-Hill, International Edition, New York.
84
Malini, Shinta Vebriana dan Putri Wulanditya. 2013. “Pengaruh KecerdasanEmosional terhadap Kinerja Auditor dengan Konflik Peran dan BudayaOrganisasi sebagai variabel yang memoderasi”, Jurnal InternationalFederation of Accountants.
Mangkunegara, Anwar Prabu. 2005. “Sumber Daya Manusia Perusahaan”,Rosdakarya, Bandung.
Nimran, Umar. 2004. “Perilaku Organisasi”, CV. Citra Media, Surabaya.
Noor, Mochamad Ali dan Ardiani Ika Sulistyawati. 2012. “Kecerdasan Emosionaldan Kinerja Auditor Pada Kantor Akuntan Publik”, JAKI Vol. 1 Hal. 10-21.
Panjaitan, Anton dan Bambang Jatmiko. 2014. “Pengaruh Motivasi, Stres, danRekan Kerja terhadap Kinerja Auditor”, Jurnal Bisnis dan Ekonomi Vol. 5,No 1, Juni 2014, 1 – 18.
Pratiwi, Umi dan Sri Harmeidiyanti. 2012. “Analisis Faktor-faktor yangMempengaruhi Kinerja Pemeriksa Inspektorat di Wilayah KabupatenBanyumas”, Solusi ISSN 1412-5331, Volume 11: 1-12.
Purnama, Basuki Tjahaja. “Korupsi Audit”, diakses pada tanggal 30 Agustus2016, dari http://www.bpk.go.id/news/korupsi-audit
Robbins, Stephen p. and Timothy A. Judge. 2009. “Organizational Behavior”,Pearson International Edition, 13th Edition, Upper Saddle River, NewJeersey 07458.
Rosally, Catherina dan Yulius Jogi. 2015. “Pengaruh Konflik Peran,Ketidakjelasan Peran dan Komitmen Organisasi terhadap Kinerja Auditor”,Business Accounting Review Vol.3 .
Sanjaya, Frengky. 2012. “Peran Moderasi Kecerdasan Emosi Pada Stres Kerja”,Jurnal Dinamika Manajemen Vol. 3, No. 2 pp: 155-163.
Sari, Ni Putu Eka Ratna dan I Ketut Suryanawa. 2016. “Konflik Peran,Ketidakjelasan Peran dan Kelebihan Peran Kinerja Auditor dengan TekananWaktu sebagai Pemoderasi”, E-Jurnal Akuntansi Universitas UdayanaVol.15 ISSN: 2302-8556.
Sasono, Eko. 2004. “Mengelola Stres Kerja”, Fokus ekonomi, Vol.3 No.2Agustus Hal 121-128.
85
Sastrawinata, Hendra. 2011. “Pengaruh Kesadaran Diri, Pengaturan Diri,Motivasi, Empati dan Keterampilan Sosial terhadap Kinerja Auditor Juniorpada KAP di Kota Palembang”, Jurnal sosialita vol 1, no 2.
Senduk, Yacinta. 2007. “Mengasah Kecerdasaan Orang Tua untuk MendidikAnak”, PT Elex Media Komputindo, Jakarta.
Siagian, Dergibson dan Sugiarto. 2006. “Metode Statistika untuk Ekonomi danBisnis”, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Sutomo, Djati. 2007. “Menjadi Entrepreneur Jempolan”, Republika, Jakarta.
Tarmizi, Rosmiaty, Gilang Suryo Dewantoro, dan suwandi. 2012. “PengaruhKecerdasan Emosional dan Kecerdasan Spiritual terhadap Kinerja AuditorKantor Badan Pemeriksa keuangan Wilayah Lampung”, Jurnal Akuntansidan Keuangan Vol.3 No. 1.
Tedjanegara, Abraham. “Ahok dan Harry Azhar Debat, Ini Komentar Bos RSSumber Waras”, diakses pada tanggal 30 Agustus 2016, darihttps://m.tempo.co/read/news/2016/04/16/231763266/ahok-dan-harry-azhar-debat-ini-komentar-bos-rs-sumber-waras
Utami, Intiyas dan Nahartyo, Ertambang. 2013. “The Effect of Type APersonality On Auditor Burnout: Evidence From Indonesia”. IndividualIssues & Organizational Behaviour e-Journal, Vol. 14, No.25.
Widodo, Joko. 2008. “Membangun Birokrasi Berbasis Kinerja”, Cetakan keempat, Bayu Media, Malang.
Widyastary, Ida Ayu Paramita, Gerianta Wirawan Yasa dan Made GedeWirakusuma. 2014. “Pengaruh Konflik Peran dan Kelebihan Peran padaKinerja Auditor dengan Kecerdasan Emosional Sebagai VariabelPemoderasi”, jurnal SNA 17 Mataram.
Winidiantari, Putu Nita dan Ni Luh Sari Widhiyani. 2015. “Pengaruh KonflikPeran, Ketidakjelasan Peran, Struktur Audit, Motivasi dan Kepuasan Kerjapada Kinerja Auditor”, e-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana12.1(2015): 249-264 ISSN: 2303-8556.
86
LAMPIRAN 1
Kuesioner Penelitian
87
IDENTITAS RESPONDEN
Nama :
(tidak wajib diisi)
Nama KAP :
Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan
Umur : ……… tahun
Pendidikan Terakhir : D-3
S-1
S-2
S-3
Pengalaman Kerja : <1 tahun 1-3 tahun >3 tahun
Klien yang Pernah Ditangani : 1-5 klien 6-10 klien >10klien
88
Berikan tanda centang (√) pada pernyataan di bawah ini sesuai dengan penilaiananda, yaitu:
1. Sangat Tidak Setuju (STS) 4. Setuju (S)
2. Tidak Setuju (TS) 5. Sangat Setuju (SS)
3. Netral (N)
A. Ketidakjelasaan Peran
Pada bagian ini Bapak/Ibu/Saudara/i diminta untuk memberikan jawaban atas
pernyataan berikut yang menggambarkan ketidakjelasaan yang dialami oleh seorang
auditor junior. Ketidakjelasan peran merupakan tidak cukupnya informasi yang
dimiliki serta tidak adanya arah dan kebijakan yang jelas, ketidakpastian otoritas,
kewajiban dan hubungan dengan lainnya, dan ketidakpastian sanksi dan ganjaran
terhadap prilaku yang dilakukan.
Ketidakjelasan Peran: Nimran, 2004
NO PERNYATAAN JAWABANSTS TS N S SS
1 Saya tidak memahami rencana dan tujuan peran saya diKantor Akuntan Publik
2 Saya tidak memahami tanggung jawab saya secarakeseluruhan terhadap peran saya di Kantor AkuntanPublik
3 Saya tidak mengetahui dengan jelas apa yangdiharapkan oleh Kantor Akuntan Publik dari saya.
4 Saya tidak memahami tentang wewenang yang sayamiliki saat ini untuk memutuskan hal-hal yangberkaitan dalam penugasan
5 Saya tidak mengetahui sanksi terhadap kesalahan yangsaya lakukan dalam pelaksanaan pekerjaan saya
89
B. Kecerdasan Emosional
Pada bagian ini Bapak/Ibu/Saudara/i diminta untuk memberikan jawaban ataspernyataan berikut yang berkaitan dengan kecerdasan emosional. KecerdasanEmosional adalah kemampuan mengenali perasaan diri sendiri dan perasaan oranglain, memotivasi diri sendiri, serta mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dandalam hubungan dengan orang lain.
Kecerdasan Emosi: Goleman, 2000
NO PERNYATAAN JAWABANSTS TS N S SS
1 Saya sadar ketika saya mulai terbawa emosi2 Saya dapat mengontrol diri ketika saya sudah
terbawa emosi3 Saya mampu mengontrol perasaan agar tetap
ada motivasi untuk melakukan yang terbaik4 Saya mempunyai rasa empati yang tinggi
terhadap orang lain5 Saya peduli terhadap hubungan saya dengan
orang lain
90
C. Motivasi
Pada bagian ini Bapak/Ibu/Saudara/i diminta untuk memberikan jawaban ataspernyataan berikut yang berkaitan dengan motivasi kerja. Motivasi merupakangambaran hubungan antara harapan dan tujuan, setiap orang atau organisasi biasanyaingin dapat mencapai sesuatu atau beberapa tujuan dalam kegiatan-kegiatannyadengan harapan apa yang ditujunya tersebut dapat memuaskan dirinya secaramaksimal.
Motifasi: Fuad dan Gofur, 2009
NO PERNYATAAN JAWABANSTS TS N S SS
1 Saya berkeinginaan untuk selalu berprestasidalam pekerjaan yang saya laksanakan
2 Saya berkeinginan untuk melakukanperbaikan terhadap pekerjaan yang sayalakukan
3 Saya selalu berkeinginan untuk melakukanperubahan dalam mencapai kinerja yangmaksimal
4 Saya selalu berkeinginan untuk meningkatkankemampuan kerja
5 Saya selalu berkeinginan untuk meningkatkanpengetahuan tentang pekerjaan saya.
91
D. Kinerja Auditor Junior
Pada bagian ini Bapak/Ibu/Saudara/i diminta untuk memberikan jawaban ataspernyataan berikut yang berkaitan dengan kinerja auditor junior. Kinerja merupakanhasil kerja secara kuantitas dan kualitas yang dicapai seorang pegawai dalammelaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang di berikan kepadanya.
Kinerja: Bastian. 2005
NO PERNYATAAN JAWABANSTS TS N S SS
1 Saya melaksanakan pekerjaan dengan tepatwaktu
2 Tujuan dari pekerjaan saya terselesaikandengan baik
3 Hasil pekerjaan saya selalu dinilai baik olehpimpinan
4 Saya merasa puas terhadap hasil daripekerjaan yang saya lakukan
5 Hasil pekerjaan saya berdampak positifterhadap kinerja tim secara keseluruhan
*Mohon pastikan kembali bahwa semua pernyataan telah terisi
*Terimakasih atas partisipasi Bapak/Ibu/Saudara/i
92
LAMPIRAN 2
Jawaban responden
93
JAWABAN RESPONDEN
KETIDAKJELASAN PERAN
Peran_1 Peran_2 Peran_3 Peran_4 Peran_5 Peran Total2 4 2 3 3 142 2 1 1 3 94 4 4 4 4 202 2 2 2 2 102 2 2 2 2 102 2 2 3 4 132 2 2 3 3 122 3 2 2 3 122 2 3 4 3 142 4 2 3 3 142 2 1 1 3 94 4 4 4 4 202 2 2 2 2 102 2 2 2 2 102 2 2 3 4 132 2 2 3 3 122 2 2 2 1 94 4 4 4 4 202 2 2 2 2 105 5 5 4 4 235 5 5 5 5 253 3 3 3 3 153 4 4 3 4 182 2 2 1 2 94 3 4 4 5 201 1 2 2 2 84 2 3 4 4 173 3 2 3 2 132 3 1 2 2 105 5 5 5 5 254 3 3 4 4 182 2 2 2 2 102 1 2 2 2 9
94
Peran_1 Peran_2 Peran_3 Peran_4 Peran_5 Peran Total1 1 1 1 1 52 2 2 2 2 102 2 2 3 2 113 3 3 3 3 152 2 2 3 4 134 4 5 4 5 222 2 2 4 2 121 2 1 1 2 72 2 2 3 4 134 2 2 2 2 122 2 4 3 3 142 2 2 2 2 104 2 4 2 2 141 2 2 2 1 81 2 2 2 1 81 1 2 2 2 81 1 1 1 1 52 3 4 3 4 164 4 2 4 2 162 2 2 2 3 112 2 2 2 2 102 2 2 1 2 91 2 2 3 3 112 2 2 2 2 103 3 3 3 3 152 2 3 1 2 103 3 3 3 3 153 3 3 3 3 153 5 4 3 3 183 3 3 3 3 153 3 3 3 3 153 3 3 3 3 152 2 2 2 4 122 3 2 2 3 124 2 1 3 2 124 4 3 4 2 173 2 2 2 2 112 2 2 2 2 10
95
Peran_1 Peran_2 Peran_3 Peran_4 Peran_5 Peran Total2 2 2 2 2 103 2 2 2 2 112 2 2 2 2 104 4 3 4 4 19
JAWABAN RESPONDEN
KECERDASSAN EMOSIONAL
Emosi_1 Emosi_2 Emosi_3 Emosi_4 Emosi_5 Emosi Total3 4 4 4 4 194 4 4 5 5 222 2 4 4 4 164 5 4 4 5 224 4 4 3 4 195 4 4 4 4 214 3 3 3 4 172 2 3 4 4 152 3 3 4 4 163 4 4 4 4 194 4 4 4 5 212 2 4 4 4 164 5 4 4 5 224 4 4 3 4 195 4 4 4 4 214 3 3 3 4 172 2 2 4 4 143 4 4 4 4 193 3 3 3 3 152 2 2 3 3 125 5 5 5 5 254 4 5 5 4 223 3 3 4 4 175 5 4 4 4 224 4 4 5 3 204 4 4 4 4 20
96
Emosi_1 Emosi_2 Emosi_3 Emosi_4 Emosi_5 Emosi Total4 4 4 4 4 203 4 5 4 4 202 3 4 3 5 172 3 3 3 5 164 4 5 5 5 234 4 4 4 4 204 4 4 4 4 204 4 4 4 4 204 4 4 4 4 205 4 5 4 4 224 4 4 4 4 204 3 3 4 4 185 5 5 5 4 244 4 2 4 4 184 5 4 5 5 232 3 4 4 4 173 3 3 3 3 155 4 4 5 4 224 3 4 4 3 184 3 4 3 3 174 4 4 4 4 204 4 4 4 4 204 4 4 5 5 223 4 4 3 4 185 3 4 3 4 192 4 4 4 4 182 2 3 3 3 134 4 4 4 4 204 3 5 4 5 214 3 4 4 5 204 4 4 4 4 204 3 3 5 5 205 4 3 4 5 214 4 4 4 4 203 3 3 3 3 153 4 3 3 3 163 4 4 4 4 193 3 3 3 3 15
97
Emosi_1 Emosi_2 Emosi_3 Emosi_4 Emosi_5 Emosi Total3 3 3 3 3 154 4 3 4 4 193 4 4 4 4 194 5 4 4 4 214 4 4 4 4 204 4 4 4 3 194 4 4 4 4 204 3 3 4 4 183 3 3 4 4 173 3 4 4 5 194 4 4 4 4 20
JAWABAN RESPONDEN
MOTIVASI
Motiv_1 Motiv_2 Motiv_3 Motiv_4 Motiv_5 Motiv Total4 4 4 4 4 205 5 5 4 4 234 4 4 4 4 204 4 4 4 4 204 4 4 4 4 205 4 5 5 5 243 4 4 4 4 194 5 4 4 5 224 5 5 4 4 224 4 4 4 4 205 5 5 4 4 234 4 4 4 4 204 4 4 4 4 204 4 4 4 4 205 4 5 5 5 243 4 4 4 4 194 4 3 4 4 194 4 4 4 4 204 4 4 4 4 20
98
Motiv_1 Motiv_2 Motiv_3 Motiv_4 Motiv_5 Motiv Total3 3 3 3 3 153 3 3 3 3 155 5 4 4 4 224 5 5 4 4 224 4 4 5 4 214 4 4 4 4 205 4 4 5 4 224 4 5 5 5 235 4 4 4 5 225 5 4 4 4 224 4 5 5 5 234 5 5 5 5 244 5 5 4 4 224 4 4 4 4 205 5 5 5 5 255 4 4 4 4 215 4 4 4 4 214 4 4 4 4 204 4 5 4 5 225 5 5 5 5 255 5 5 5 5 254 5 4 5 5 234 4 4 4 5 214 4 4 4 4 204 4 4 5 4 214 4 4 4 4 203 3 4 5 4 194 5 5 5 5 244 5 5 5 5 243 4 4 5 5 214 4 4 4 4 204 5 4 4 3 204 4 4 4 4 204 4 4 4 4 204 4 4 4 4 205 5 5 5 5 255 4 4 4 5 225 4 4 4 4 21
99
Motiv_1 Motiv_2 Motiv_3 Motiv_4 Motiv_5 Motiv Total4 5 5 5 5 245 4 4 5 3 214 4 4 5 5 224 4 4 5 5 224 4 3 4 4 193 4 4 4 4 193 3 3 3 3 154 4 4 4 4 204 4 4 4 4 204 4 4 4 4 204 4 4 5 5 225 5 5 5 5 254 4 4 4 4 204 4 4 4 4 205 5 5 5 5 254 4 4 5 5 225 5 5 5 5 254 4 4 4 4 20
JAWABAN RESPONDEN
KINERJA AUDITOR JUNIOR
Kinerja_1 Kinerja_2 Kinerja_3 Kinerja_4 Kinerja_5 Kinerja Total4 2 2 2 2 124 4 4 5 5 224 4 4 4 4 204 4 3 3 3 174 4 2 2 4 164 4 4 4 4 203 4 3 3 4 174 4 3 4 4 194 4 3 4 4 194 2 2 2 2 124 4 4 5 5 224 4 4 4 4 204 4 3 3 3 174 4 2 2 4 16
100
Kinerja_1 Kinerja_2 Kinerja_3 Kinerja_4 Kinerja_5 Kinerja Total4 4 4 4 4 203 4 3 3 4 174 4 3 4 4 194 5 4 4 5 225 5 5 5 5 253 3 3 3 3 155 4 5 5 5 244 4 4 4 4 203 4 5 4 3 195 5 4 4 4 223 3 3 3 3 155 5 4 4 4 224 5 5 5 5 244 4 3 3 4 184 5 4 4 5 223 4 3 4 4 185 5 5 4 5 244 4 4 4 4 204 4 4 4 4 204 5 4 4 4 214 5 4 4 4 214 5 4 4 4 214 4 4 4 4 201 2 2 3 3 115 4 5 4 5 233 4 4 2 2 154 4 4 4 4 203 3 4 4 4 184 4 3 4 4 194 4 3 4 3 183 3 3 3 3 154 4 3 2 3 163 3 4 4 3 173 3 4 4 3 174 4 4 3 4 194 4 4 3 5 204 3 2 3 3 153 4 4 2 4 17
101
Kinerja_1 Kinerja_2 Kinerja_3 Kinerja_4 Kinerja_5 Kinerja Total4 4 4 4 4 204 4 4 4 4 204 5 5 4 5 234 4 3 3 3 174 4 4 4 4 204 4 4 3 3 182 4 3 4 3 163 4 3 4 4 183 3 2 4 2 143 3 4 4 3 174 4 3 4 4 193 3 3 3 3 153 3 3 3 3 153 3 3 4 3 163 3 4 4 4 184 4 3 4 4 194 4 3 4 4 195 5 3 4 4 214 4 4 4 4 203 3 3 4 3 163 4 3 3 3 164 4 3 4 4 194 4 4 4 4 20
102
LAMPIRAN 3
Hasil Uji Statistik
103
HASIL UJI STATISTIK
HASIL UJI STATISTIK DESKRIPTIF
HASIL UJI VALIDITAS KETIDAKJELASAN PERAN
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean
Std.
Deviation
Peran 75 5 25 12.973 4.3277
Emosi 75 12 25 18.960 2.5808
Motiv 75 15 25 21.187 2.1915
Kinerja 75 11 25 18.587 2.8950
Valid N (listwise) 75
Correlations
Peran_1 Peran_2 Peran_3 Peran_4 Peran_5 Peran Total
Peran_1 Pearson Correlation 1 .723** .708** .713** .570** .863**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000
N 75 75 75 75 75 75
Peran_2 Pearson Correlation .723** 1 .710** .697** .601** .865**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000
N 75 75 75 75 75 75
Peran_3 Pearson Correlation .708** .710** 1 .703** .668** .879**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000
N 75 75 75 75 75 75
Peran_4 Pearson Correlation .713** .697** .703** 1 .694** .882**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000
N 75 75 75 75 75 75
Peran_5 Pearson Correlation .570** .601** .668** .694** 1 .820**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000
N 75 75 75 75 75 75
Peran Total Pearson Correlation .863** .865** .879** .882** .820** 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000
N 75 75 75 75 75 75
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
104
HASIL UJI VALIDITAS KECERDASAN EMOSIONAL
Correlations
Emosi_1 Emosi_2 Emosi_3 Emosi_4 Emosi_5 Emosi Total
Emosi_1 Pearson Correlation 1 .631** .409** .366** .207 .769**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .001 .075 .000
N 75 75 75 75 75 75
Emosi_2 Pearson Correlation .631** 1 .537** .429** .296* .821**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .010 .000
N 75 75 75 75 75 75
Emosi_3 Pearson Correlation .409** .537** 1 .447** .323** .740**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .005 .000
N 75 75 75 75 75 75
Emosi_4 Pearson Correlation .366** .429** .447** 1 .461** .708**
Sig. (2-tailed) .001 .000 .000 .000 .000
N 75 75 75 75 75 75
Emosi_5 Pearson Correlation .207 .296* .323** .461** 1 .583**
Sig. (2-tailed) .075 .010 .005 .000 .000
N 75 75 75 75 75 75
Emosi
Total
Pearson Correlation .769** .821** .740** .708** .583** 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000
N 75 75 75 75 75 75
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
105
HASIL UJI VALIDITAS MOTIVASI
Correlations
Motiv_1 Motiv_2 Motiv_3 Motiv_4 Motiv_5 Motiv Total
Motiv_1 Pearson Correlation 1 .523** .471** .348** .338** .693**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .002 .003 .000
N 75 75 75 75 75 75
Motiv_2 Pearson Correlation .523** 1 .703** .408** .444** .782**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000
N 75 75 75 75 75 75
Motiv_3 Pearson Correlation .471** .703** 1 .588** .610** .860**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000
N 75 75 75 75 75 75
Motiv_4 Pearson Correlation .348** .408** .588** 1 .705** .778**
Sig. (2-tailed) .002 .000 .000 .000 .000
N 75 75 75 75 75 75
Motiv_5 Pearson Correlation .338** .444** .610** .705** 1 .795**
Sig. (2-tailed) .003 .000 .000 .000 .000
N 75 75 75 75 75 75
Motiv
Total
Pearson Correlation .693** .782** .860** .778** .795** 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000
N 75 75 75 75 75 75
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
106
HASIL UJI VALIDITAS KINERJA AUDITOR JUNIOR
Correlations
Kinerja_1 Kinerja_2 Kinerja_3 Kinerja_4 Kinerja_5 Kinerja Total
Kinerja_1 Pearson Correlation 1 .599** .368** .270* .514** .695**
Sig. (2-tailed) .000 .001 .019 .000 .000
N 75 75 75 75 75 75
Kinerja_2 Pearson Correlation .599** 1 .535** .390** .672** .815**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .001 .000 .000
N 75 75 75 75 75 75
Kinerja_3 Pearson Correlation .368** .535** 1 .569** .589** .797**
Sig. (2-tailed) .001 .000 .000 .000 .000
N 75 75 75 75 75 75
Kinerja_4 Pearson Correlation .270* .390** .569** 1 .562** .723**
Sig. (2-tailed) .019 .001 .000 .000 .000
N 75 75 75 75 75 75
Kinerja_5 Pearson Correlation .514** .672** .589** .562** 1 .860**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000
N 75 75 75 75 75 75
Kinerja
Total
Pearson Correlation .695** .815** .797** .723** .860** 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000
N 75 75 75 75 75 75
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
HASIL UJI RELIABILITAS KETIDAKJELASAN PERAN
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
Cronbach's
Alpha Based on
Standardized
Items N of Items
.913 .914 5
107
HASIL UJI RELIABILITAS KECERDASAN EMOSIONAL
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
Cronbach's
Alpha Based on
Standardized
Items N of Items
.773 .777 5
HASIL UJI RELIABILITAS MOTIVASI
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
Cronbach's
Alpha Based on
Standardized
Items N of Items
.839 .841 5
HASIL UJI RELIABILITAS KINERJA AUDITOR JUNIOR
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
Cronbach's
Alpha Based on
Standardized
Items N of Items
.837 .837 5
108
HASIL UJI ASUMSI KLASIK
HASIL UJI MULTIKOLONIERITAS
HASIL UJI NORMALITAS (P-Plots)
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 8.449 3.906 2.163 .034
Peran Total .028 .077 .042 .370 .713 .929 1.076
Emosi
Total.354 .132 .316 2.684 .009 .885 1.129
Motiv Total .144 .160 .109 .903 .369 .838 1.193
a. Dependent Variable: Kinerja Total
109
HASIL NORMALITAS (HISTOGRAM)
HASIL UJI KOLMOGOROV-SMIRNOV (K-S)
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 75
Normal Parametersa,b Mean .0000000
Std. Deviation 2.69931011
Most Extreme Differences Absolute .060
Positive .045
Negative -.060
Test Statistic .060
Asymp. Sig. (2-tailed) .200
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
110
HASIL UJI HETEROSKEDASTISITAS
HASIL UJI HIPOTESIS
HASIL UJI KOEFISIEN DETERMINASI
Model Summaryb
Model R R SquareAdjusted R
SquareStd. Error of the
Estimate1 .361a .131 .094 2.7557
a. Predictors: (Constant), Motiv Total, Peran Total, Emosi Totalb. Dependent Variable: Kinerja Total
111
HASIL UJI STATISTIK t
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.B
Std.
Error Beta
1 (Constant) 8.449 3.906 2.163 .034
Peran
Total.028 .077 .042 .370 .713
Emosi
Total.354 .132 .316 2.684 .009
Motiv Total .144 .160 .109 .903 .369
a. Dependent Variable: Kinerja Total
HASIL UJI STATISTIK F
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 81.002 3 27.001 3.555 .019b
Residual 539.184 71 7.594
Total 620.187 74
a. Dependent Variable: Kinerja Total
b. Predictors: (Constant), Motiv Total, Peran Total, Emosi Total
112
LAMPIRAN 4
Surat-surat Bukti Penelitian