PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL DAN KECERDASAN …repository.iainbengkulu.ac.id/4169/1/ALVERA...

133
PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL DAN KECERDASAN SPIRITUAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR AKIDAH AKHLAK SISWA KELAS IX MTS MAKRIFATUL ILMI KABUPATEN BENGKULU SELATAN TESIS Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) Ilmu Pendidikan Agama Islam OLEH: ALVERA METASARI NIM. 2173020993 PROGRAM PASCA SARJANA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BENGKULU 2019

Transcript of PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL DAN KECERDASAN …repository.iainbengkulu.ac.id/4169/1/ALVERA...

  • 107

    PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL DAN

    KECERDASAN SPIRITUAL TERHADAP PRESTASI

    BELAJAR AKIDAH AKHLAK SISWA KELAS IX MTS

    MAKRIFATUL ILMI KABUPATEN BENGKULU SELATAN

    TESIS

    Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh

    Gelar Magister Pendidikan (M.Pd.)

    Ilmu Pendidikan Agama Islam

    OLEH:

    ALVERA METASARI

    NIM. 2173020993

    PROGRAM PASCA SARJANA

    INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

    (IAIN) BENGKULU

    2019

  • 108

  • 109

  • 110

    MOTTO

    Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir,

    Maka hendaklah ia berkata baik atau diam.

    (Nabi Muhammad SAW)

  • 111

    PERSEMBAHAN

    Tesis ini kupersembahkan kepada orang-orang yang ku cintai dan mencintaiku :

    1. Ayahanda ku tercinta (Syahril Ali Sadikin) dan Ibundaku

    (Suspawati) yang selalu mendukung dan mendoakan ananda

    dalam menyelesaikan studi ini.

    2. Adik-adiku yang tercinta Gustiana, Lailatul Fitdria yang telah

    memberikan motivasi dan semangat untuk menyelesaikan studi ini.

    3. Keluarga besarku yang selalu memberikan semangat dan dukungan

    dalam belajar.

    4. Sahabatku (Ilmika Sari) dan Sahabat seperjuangan dilokal C yang

    telah memberikan semangat dengan segenap tenaga dan perhatian

    yang diberikan.

    5. Orang tuaku di Pondok Pesantren Makrifatul Ilmi Abah Munir,Abah

    Nur,Pak Arif dan Abah Imron yang selalu memberikan motifasi

    untuk kami menyelesaikan studi ini.

    6. Keluarga besar Pondok Pesantren Makrifatul Ilmi terkhusus anak-

    anak kamar Wardah yang selalu memeberikan semangat untuk

    menyelesaikan studi ini.

  • 112

    7. Untuk seseorang yang selalu memberikan suport terima kasih

    semoga apa yang sudah kita cita-citakan dikabulkan oleh sang

    maha pencipta.

    8. Agama, Bangsa, Negara Serta Almamaterku tercinta.

  • 113

  • 114

  • 115

    ABSTRAK

    PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL DAN KECERDASAN

    SPIRITUAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR AKIDAH AKHLAK

    SISWA KELAS IX MTS MAKRIFATUL ILMI BENGKULU SELATAN

    Penulis :

    Alvera Metasari

    NIM. 2173020993

    Pembimbing :

    1. Prof. Dr. H. Rohimin,M. Ag 2. Andang Sunarto, Ph. D

    Rumusan penelitian ini adalah : 1) Apakah ada pengaruh kecerdasan

    emosional terhadap prestasi belajar akidah akhlak siswa kelas IX MTs

    Makrifatul Ilmi?2) Apakah ada pengaruh kecerdasan spiritual terhadap

    prestasi belajar akidah akhlak siswa Kelas IX MTs Makrifatul Ilmi?3)

    Apakah ada pengaruh secara bersamaan antara Kecerdasan Emosional dan

    Kecerdasan Emosional terhadap prestasi belajar Akidah Akhlak siswa

    Kelas IX MTs Makrifatul Ilmi? Metode penelitian ini adalah metode

    kuantitatif dengan menggunakan analisis regresi linier berganda. Tekhnik

    Pengumpulan data menggunakan observasi, angket, wawancara dan

    dokumenter. Populasi penelitian ini berjumlah 90 orang. Penelitian ini

    menyimpulkan bahwa : Hasil pengujian Nilai B sebesar 0.470 dan uji „t‟

    pada hipotesis I sebesar 6.296 ini berarti t hitung > t tabel (6.296 > 1.987)

    dan signifikansi (0.000 < 0.05) maka dapat disimpulkan bahwa terdapat

    pengaruh kecerdasan emosional (X1) terhadap prestasi belajar akidah

    akhlak siswa (Y), hopotesis II pengujian nilai B sebesar 0. 306 pengujian

    uji „‟t” 3.461 > 1.987 dan signifikansi (0.001 < 0.05) maka terdapat

    pengaruh kecerdasan Spiritual (X2)terhadap prestasi belajar akidah akhlak

    siswa (Y), hipotesis III hasil uji R adjusted Square sebesar 0.580

    menunjukan bahwaterdapat pengaruh secara bersamaan kecerdasan

    emosional (X1) dan kecerdasan spirituapl (X2) terhadap prestasi belajar

    akodah akhlak siswa (Y) kelas IX MTs Makrifatul Ilmi Bengkulu Selatan

    denagn persentasi 58 % sedangkan 42% lainya dipengaruhi olehfaktor lain

    diluar penelitian ini.

    Kata Kunci : Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Spiritual, Prestasi

    Belajar

  • 116

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

    memberikan rahmat, hidayah, inayah dan pertolongan-NYA kepada kita

    semua. Sholawat dan salam semoga tetap tercurah kepada pimpinan

    penyelamat umat didunia maupun diakhirat yaitu nabi muhammad SAW,

    serta keluarga dan sahabatnya. Dengan pertolongan Allah SWT, dan

    disertai ikhtiar yang sungguh-sungguh akhirnya penulis dapat

    menyelesaikan Tesis yang berjudul Pengaruh Kecerdasan Emosional Dan

    Kecerdasan Spiritual Terhadap Prestasi Belajar Akidah Akhlak Siswa

    Kelas IX MTs Makrifatul Ilmi Kabupaten Bengkulu Selatan.

    Dalam penyusunan Tesis ini penulis banyak mendapatkan bantuan

    dan dukungan dari berbagai pihak sehingga Tesis ini dapat terselesaikan.

    Untuk itu penulis menyampaikan ucapan terima kasi yang sebesar-

    besarnya kepada :

    1. Bapak Prof. Dr. H. Sirajuddin, M. M.Ag., M.H selaku rektor IAIN

    Bengkulu, yang telah memberikan izin, dorongan dan bantuan kepada

    penulis selama mengikuti perkuliahan hingga penulisan tesis ini

    selesai.

    2. Bapak Prof. Dr. Rohimin, M. Ag selaku Direktur Program Pasca

    Sarjana Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bengkulu yang sekaligus

    menjadi pembimbing I telah banyak memberikan nasihat dan dorongan

    dalam menyelesaikan tesis ini.

    3. Bapak Dr. Ahmad Suradi, M.Pd selaku Ketua Program Studi

    Pendidikan Agama Islam Pasca Sarjana Institut Agama Islam Negeri

    (IAIN) Bengkulu.

    4. Bapak Andang Sunarto, Ph. D selaku Pembimbing II yang telah tulus

    ikhlas mencurahkan waktu, tenaga, dan pemikiran sehingga Tesis ini

    dapat selesai dengan baik.

  • 117

    5. Bapak/Ibu dosen yang telah banyak memberi pengetahuan kepada

    kami yang secara tidak langsung ikut berpartisipasi dalam penulisan

    Tesis ini.

    6. Bapak H. Syaiful Imron,S.Ag selaku Kepala Madrasah Tsanawiyah

    (MTs) Makrifatul Ilmi Bengkulu Selatan yang telah memberikan

    kemudahan bagi penulis dalam menyelesaikan penelitian ini.

    7. Bapak/Ibu Guru Staf Tata Usaha Mts Makrifatul Ilmi yang telah

    membantu penulis dalam melaksanakan penelitian ini.

    8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu dalam

    kata pengantar ini.

    Harapan dan doa penulis Semoga semua bantuan yang diberikan

    menjadi amal sholeh yang diterima dan mendapat balasan yang berlipat

    ganda dari Allah SWT.

    Akhirnya semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi penulis

    khususnya maupun para pembaca umumnya.

    Bengkulu, Juli 2019

    Alvera Metasari

  • 118

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL ........................................................................................i

    PENGESAHAN PEMBIMBING .....................................................................ii

    MOTTO DAN PERSEMBAHAN ....................................................................iii

    ABSTRAK ........................................................................................................iv

    ABSTRACT ......................................................................................................v

    TAJRID .............................................................................................................vi

    KATA PENGANTAR ......................................................................................vii

    DAFTAR ISI .....................................................................................................viii

    DAFTAR TABEL .............................................................................................ix

    DAFTAR GAMBAR ........................................................................................x

    DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................xi

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang ....................................................................................1

    B. Identifikasi Masalah ............................................................................10

    C. Batasan Masalah ................................................................................10

    D. Rumusan Masalah ................................................................................11

    E. Tujuan Penelitian ................................................................................12

    F. Kegunaan Penelitian ............................................................................12

    G. Penelitian Yang Relevan......................................................................13

    BAB II KERANGKA TEORI

    A. Landasan Teori ................................................................................18 1. Prestasi Belajar ............................................................................18

    a. Pengertian Prestasi Belajar ..................................................18

    b. Indikator Prestasi Belajar ....................................................23

    c. Faktor-Faktor Yang mempengaruhi Prestasi Belajar ..........24

    d. Pengukuran Prestasi Belajar ................................................30

    2. Akidah Akhlak ............................................................................31

  • 119

    a. Pengertian Akidah Akhlak ...................................................31

    b. Dasar dan Tujuan Akidah Akhlak .........................................34

    c. Ruang Lingkup Akidah Akhlak ............................................35

    3. Kecerdasan Emosional ................................................................36

    a. Pengertian Kecerdasan Emosional .....................................36

    b. Indikator Kecerdasan Emosional .......................................40

    c. Faktor Yang Mempengaruhi Kecerdasan Emosional .........42

    4. Kecerdasan Spiritual ...................................................................45

    a. Pengertian Kecerdasan Spiritual .........................................45

    b. Indikator Kecerdasan Spiritual ...........................................47

    c. Aspek-Aspek Kecerdasan Spiritual ....................................49

    d. Faktor Yang Mempengaruhi Kecerdasan Spiritual ............56

    B. Kerangka Berfikir..............................................................................58

    C. Hipotesis Penelitian ...........................................................................58

    BAB III METODE PENELITIAN

    A. Pendekatan Penelitian dan Jenis Penelitian ........................................60 1. Pendekatan Penelitian ...................................................................60

    2. Jenis Penelitian ............................................................................60

    B. Tempat dan Waktu Penelitian ..............................................................61

    1. Tempat Penelitian ........................................................................61

    2. Waktu Penelitian ..........................................................................61

    C. Populasi Penelitian .............................................................................62

    D. Teknik pengumpulan data ...................................................................62

    1. Definisi Konseptual dan Operasional Variabel ............................65

    2. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian ......................................................66

    E. Uji Validitas dan Reliabilitas ..............................................................67

    1. Uji Validitas ..................................................................................67

    2. Uji reliabilitas ...............................................................................70

    F. Teknik Analisis Data ..........................................................................71

    1. Uji Asumsi Dasar .........................................................................71

    a. Normalitas Data .....................................................................71

  • 120

    b. Homogenitas Data .................................................................71

    2. Uji Asumsi Klasik ........................................................................72

    a. Uji Multikoloninieritas ...........................................................72

    3. Pengujian Hipotesis .....................................................................73

    a. Uji Regresi Linier Berganda ..................................................73

    1. Uji F ..................................................................................73

    2. Uji t ...................................................................................74

    4. Koefisien Determinasi (R2) .........................................................75

    BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    A. Deskripsi Data ..................................................................................76

    B. Penyajian Hasil Penelitian ................................................................84

    1. Uji Validitas ...............................................................................84

    2. Uji Reliabilitas .............................................................................88

    3. Uji Asumsi Dasar ........................................................................89

    a. Normalitas Data .....................................................................89

    b. Homogenitas Data .................................................................91

    4. Uji Asumsi Klasik ......................................................................92

    a. Uji Multikolonieritas .............................................................92

    C. Pengujian Hipotesis ..........................................................................93

    1. Hipotesis Pertama ........................................................................95

    2. Hipotesis Kedua .........................................................................94

    3. Hipotesis Ketiga ..........................................................................96

    D. Pembahasan .......................................................................................99

    BAB V PENUTUP

    A. Kesimpulan........................................................................................108

    B. Saran .................................................................................................110

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN

  • 121

    DAFTAR TABEL

    Tabel 3.1 Jumlah Populasi Siswa MTs Makrifatul Ilmi Bengkulu Selatan ..... 62

    Tabel 3.2 Alternatif Jawaban dan Skoring Angket ......................................... 64

    Tabel 3.3 Kisi-Kisi Instrumen Variabel XI ..................................................... 66

    Tabel 3.4 Kisi-Kisi Instrumen Variabel X2 ..................................................... 66

    Tabel 3.5 Tingkat Korelasi dan Kekuatan Hubungan ..................................... 70

    Tabel 4.1 Struktur Organisasi MTs Makrifatul Ilmi Bengkulu Selatan ..........80

    Tabel 4.2 Daftar Guru dan Karyawan MTs Makrifatul Ilmi ............................ 81

    Tabel 4.3 Data Siswa MTs Makrifatul Ilmi Bengkulu Selatan ....................... 82

    Tabel 4.4 Data Prestasi Siswa MTs Makrifatul Ilmi ....................................... 83

    Tabel 4.5 Hasil Uji Validitas X1 ...................................................................... 85

    Tabel 4.6 Hasil Uji Validitas X2 ...................................................................... 87

    Tabel 4.7 Hasil Uji Reliabilitas X1 .................................................................. 88

    Tabel 4.8 Hasil Uji Reliabilitas X2 ................................................................... 89

    Tabel 4.9 Hasil One-sample Kolmogorov-Smirov Test ................................. 90

    Tabel 4.10 Hasil Uji Multikolonearitas ............................................................. 92

    Tabel 4.11 Hasil Analisis Koefisien Regresi .................................................... 93

    Tabel 4.12 Hasil Uji Signifikansi Simultan ...................................................... 95

    Tabel 4.13 Hasil Signifikansi Pengaruh Parsial ................................................ 97

    Tabel 4.14 Hasil Uji Koefisien Determinasi ..................................................... 98

  • 122

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 3.1 Kerangka Berfikir Penelitian ..................................................... 58

    Gambar 4.1 Hasil Uji Homogenitas .............................................................. 91

  • 123

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1 Surat Penunjukan Pembimbing Tesis ............................................112

    Lampiran 2 Instrument Penelitian X1( Kecerdasan Emosional ) .....................113

    Lampiran 3 Instrument Penelitian X2 (Kecerdasan Spiritual ) ..........................115

    Lampiran 4 Surat Izin Penelitian ......................................................................117

    Lampiran 5 Surat Keterangan Selesai Penelitian dari MTs Makrifatul Ilmi ....118

    Lampiran 6 Lembar Konsultasi Pembimbing Akademik .................................119

    Lampiran 7 Lembar Bimbingan Tesis Pembimbing 1 .......................................120

    Lampiran 8 Lembar Bimbingan Tesis Pembimbing II .....................................121

    Lampiran 9 Data Raport Siswa MTs Makrifatul Ilmi .......................................124

    Lampiran 10 Foto kegiatan Penelitian ...............................................................126

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Sesungguhnya kodrat manusia dilahirkan didunia ini dengan

    membawa fitrah. Hal inilah yang membedakan antara manusia dengan

    makhluk ciptaan lainya. Fitra merupakan faktor kemampuan dasar

    perkembangan manusia yang dibawa sejak lahir yang merupakan potensi

    dasar untuk berkembang. Misalnya kemampuan dasar untuk beragama

    manusia diberi kelebihan berupa akal, yang tidak dimiliki oleh makhluk

    lainya.

    Dengan akal manusia dapat mengembangkan potensinya untuk

    berfikir, berkembang dan beragama serta dapat beradaptasi dengan

    lingkungan sekitarnya. Potensi-potensi tersebut harus diaktualisasikan

    ditumbuh kembangkan dalam kehidupan nyata didunia ini melalui proses

    pendidikan sepanjang hayat yang kelak akan dipertanggungjawabkan

    dihadapan Allah SWT diakhirat.1

    Pendidikan adalah usaha manusia secara sadar untuk membina

    keperibadian tersebut dibutuhkan proses yang relatif panjang dimanapun

    dan kapanpun juga. Sehingga dikatakan pendidikan berlangsung seumur

    hidup. Pendidikan merupakan usaha sadar dan rencana untuk mewujudkan

    1 Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya,

    2002), h. 12

  • 2

    suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

    mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

    keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta

    ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.2

    Setiap warga negara berhak untuk mendapatkan pendidikan yang

    layak sebagaimana tercantum dalam UUD 1945, dan diatur melalui

    peraturan pemerintah, sedangkan pelaksanaan program pendidikan

    dilakukan dalam sistem pendidikan nasional. Program pendidikan nasional

    berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta

    peradaban bangsa dan bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta

    didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan

    Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,

    dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

    Pendidikan merupakan salah satu komponen utama dalam hidup ini

    dan tidak bisa dilepaskan dari aktifitas sosial manusia. Mengapa

    demikian? Karena pendidikan adalah salah satu faktor yang paling utama

    dalam menjembadani manusia untuk meraih suatu pengetahuan dari yang

    tidak bisa menjadi bisa, dari yang belum tahu menjadi lebih tahu dan

    mengerti. Oleh karena itu, keberadaan sekolah, madrasah perguruan tinggi

    dan lembaga pendidikan lainnya, baik formal maupun informal sangatlah

    2 Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan

    Nasional, (Bandung: Citra Umbara, 2003), h. 3

  • 3

    penting dan menjadi faktor yang paling dominan sekaligus mendukung

    demi terciptanya suatu kemajuan bangsa dan negara.

    Pendidikan tidak hanya menjadikan manusia itu pandai secara

    intelektual (IQ) saja melainkan juga pandai dalam mengaplikasikan dan

    menerapkan pengetahuannya secara benar dan tepat guna, sekaligus

    menjadikan kepribadiannya lebih stabil, kondisional dalam berinteraksi

    terhadap masyarakat luas dan matang secara emosional (EQ) dan

    spiritualnya (SQ). Goleman (2005) mengemukakan bahwa kecerdasan

    emosi merujuk kepada kemampuan mengenali perasaan diri dan perasaan

    orang lain, kemampuan memotivasi diri, dan kemampuan mengelola

    emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam hubungan dengan orang

    lain.3

    Kecerdasan Emosioanal adalah jenis kecerdasan yang dapat

    berinteraksi dengan pengalaman dan dapat terus berkembang melalui

    pengalaman atau eksperimen. EQ dapat mempelajari cara-cara baru

    melalui pengalaman yang belum pernah dilakukan sebelumnya, dan juga

    merupakan jenis pemikiran yang dapat mengenali nuansa dan ambiguitas.

    Kelemahan kecerdasan emosional adalah lambat dalam belajar, tidak

    akurat, dan cenderung terikat kebiasaan atau pengalaman.4

    3 Daniel Goleman, Kecerdasan emosional untuk mencapai puncak prestasi,

    terj. Alex Tri Kantjono, (Jakarta: P.T Gramedia Pustaka Utama, 2005), h. 512 4 Danah Zohar dan Ian Marshall. Spiritual Capital : Wealth We Can Live by

    Using Our Rational, Emotional and Spiritual Intelligence to Transform Ourselves and

    Corporate Culture, (London : Blombury Publisher, 2001), h. 211

  • 4

    Dengan demikian dalam berinteraksi dengan orang lain perlu

    adanya pengenalan diri, mengenali perasaan sendiri dan orang lain,

    kemampuan memotivasi dan mengelola emosi secara matang. Sedangkan

    kemampuan lain seperti kecerdasan spiritual dan intelektual juga

    dibutuhkan oleh seseorang untuk menjamin kehidupannya, seperti yang

    dikatakan oleh bapak Ary Ginanjar (Penggagas ESQ Model ) bahwa untuk

    menjadi manusia paripurna dibutuhkan 3 kecerdasan yaitu emosioanl

    (EQ), intelektual (IQ), dan spiritual (SQ) yang terintegrasi secara konsisten

    dan komprehensif. Ary Ginanjar (2001) menjelaskan kecerdasan

    emosional adalah sebuah kemampuan untuk mendengarkan bisikan emosi

    dan menjadikannya sebagai sumber informasi maha penting untuk

    memahami diri sendiri dan orang lain demi mencapai sebuah tujuan.5

    Sedangkan menurut Danah Zohar dan Ian Marshall (dalam buku

    ary Ginanjar) mendefinisikan kecerdasan spiritual sebagai kecerdasan

    untuk menghadapi persoalan makna atau value, yaitu kecerdasan untuk

    menempatkan perilaku dan hidup kita dalam konteks makna yang lebih

    luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup

    seseorang lebih bermakna dibandingkan dengan yang lain.6

    Menurut Stephen R. Covey, IQ adalah kecerdasan manusia yang

    berhubungan dengan mentalitas, yaitu kecerdasan untuk menganalisis,

    5 Ary Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses Membangkitkan ESQ Power Sebuah

    Inner Journey Melalui Al-Ihsan, (Jakarta : Penerbit Arga, 2005), h. 62 6 Ary Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan

    Spiritual ESQ Emotional Spiritual Quotient, THE ESQ WAY 165 1 Ihsan 6 Rukun Iman

    dan 5 Rukun Islam, (Jakarta:Arga Wijaya Persada, 2005), hal. 46

  • 5

    berfikir, menentukan kualitas, berfikir abstrak, bahasa, visualisasi, dan

    memahami sesuatu. IQ adalah alat kita untuk melakukan sesuatu letaknya

    di otak bagian korteks manusia. Kemampuan ini pada awalnya dipandang

    sebagai penentu keberhasilan seseorang. Namun pada perkembangan

    terakhir IQ tidak lagi digunakan sebagai acuan paling mendasar dalam

    menentukan keberhasilan manusia. Karena membuat sempit paradigma

    tentang keberhasilan, dan juga pemusatan pada konsep ini sebagai

    satu satunya penentu keberhasilan individu dirasa kurang memuaskan

    karena banyak kegagalan yang dialami oleh individu yang ber IQ tinggi.7

    Ketidakpuasan terhadap konsepsi IQ sebagai konsep dari

    kecerdasan seseorang telah melahirkan konsepsi yang memerlukan riset

    yang panjang serta mendalam. Daniel Goleman mengeluarkan konsepsi

    EQ sebagai jawaban atas ketidak puasan manusia jika dirinya hanya

    dipandang dalam struktur mentalitas saja. Konsep EQ memberikan ruang

    terhadap dimensi lain dalam diri manusia yang unik yaitu emosional.

    Disamping itu, Daniel Goleman mempopulerkan pendapat para pakar teori

    kecerdasan bahwa ada aspek lain dalam diri manusia yang berinteraksi

    secara aktif dengan aspek kecerdasan IQ dalam menentukan efektivitas

    penggunaan kecerdasan yang konvensional tersebut.8

    Komponen utama dari kecerdasan sosial ini adalah kesadaran diri,

    motivasi pribadi, pengaturan diri, empati, dan keahlian sosial. EQ lebih

    7 Goleman, Kecerdasan emosional......, h. 14

    8 Zohar dan marshall, Spiritual Capital : Wealth We Can Live...., h. 215

  • 6

    mengarah kepada rasa, jika kita tidak mampu mengelola aspek rasa kita

    dengan baik, maka kita tidak akan mampu menggunakan aspek kecerdasan

    konvensional kita (IQ) secara efektif, karena IQ menentukan sukses hanya

    20% dan 80% kecerdasan lainnya termasuk EQ.9

    Kecerdasan spiritual mampu mengoptimalkan kerja kecerdasan

    yang lain. Individu yang mempunyai kebermaknaan (SQ) yang tinggi,

    mampu menyandarkan jiwa sepenuhnya berdasarkan makna yang ia

    peroleh dari sana ketenangan hati akan muncul . jika hati telah tenang akan

    memberikan sinyal untuk menurunkan kerja simpatis menjadi para

    simpatis. Bila ia telah tenang karena aliran darah telah teratur maka

    individu akan dapat berfikir secara optimal (IQ), sehingga ia lebih tepat

    dalam mengambil keputusan. Manajemen diri untuk mengolah hati dan

    potensi kemanusiaan tidak cukup hanya dengan IQ dan EQ, melainkan

    kecerdasan spiritual adalah kecerdasan yang sangat berperan dalam diri

    manusia sebagai pembimbing kecerdasan lain.

    Kini tidak cukup orang dapat sukses berkarya hanya dengan

    kecerdasan kecerdasan rasional (yang bekerja dengan rumus dan logika

    kerja), melainkan orang perlu kecerdasan emosional agar merasa gembira,

    dapat bekerjasama dengan orang lain, punya motivasi kerja, bertanggung

    jawab dan life skill lainnya. Hakikat mengembangkan kecerdasan spiritual

    agar ia merasa bermakna, berbakti dan mengabdi secara tulus, luhur dan

    9 Goleman, Kecerdasan emosional.....,h. 321

  • 7

    tanpa pamrih yang menjajahnya. Karena itu sesuai dengan pendapat Covey

    diatas bahwa “SQ merupakan kunci utama kesadaran dan dapat

    membimbing kecerdasan lainnya”

    Melihat dari pemaparan atau uraian diatas tentang begitu

    pentingnya kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual terhadap

    keberhasilan seseorang, dalam pembelajaran di sekolah salah satu materi

    yang berisi penguatan tentang EQ, SQ adalah materi tentang perilaku yang

    dalam hal ini disebut pelajaran akidah akhlak. Pelajaran Akidah akhlak

    adalah suatu bidang studi yang mengajarkan dan membimbing siswa untuk

    mengetahui, memahami dan meyakini akidah Islam serta dapat

    membentuk dan mengamalkan tingkah laku yang baik yang sesuai dengan

    ajaran Islam.11

    Pelajaran akidah akhlak dapat diartikan pula sebagai

    pelajaran yang didalamnya mengajarkan seseorang untuk dapat

    memahami, meyakini dan menghayati kebenaran ajaran Islam serta

    bersedia mengamalkannya dalam kehidupan sehari- hari.

    Pelajaran akidah akhlak bisa diartikan sebagai sub- mata pelajaran

    pada jenjang pendidikan dasar yang membahas tentang ajaran agama Islam

    dalam segi Akidah dan Akhlak.10

    Sedangkan tujuan dari pelajaran akidah

    akhlak yaitu: penanaman nilai ajaran Islam sebagai pedoman mencapai

    kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat, pengembangan keimanan dan

    ketaqwaan kepada Allah SWT serta akhlak mulia peserta didik seoptimal

    10

    Depag RI, GBPP MTs: Pelajarn Aqidah Akhlak, (Jakarta, Dirjen Binbaga

    Islam, 1994), h. 1

  • 8

    mungkin, yang telah ditanamkan lebih dahulu dalam lingkungan keluarga,

    Penyesuaian mental peserta didik terhadap lingkungan fisik dan sosial

    melalui akidah akhlak, perbaikan kesalahan-kesalahan, kelemahan-

    kelemahan peserta didik dalam keyakinan, pengamalan ajaran agama

    Islam dalam kehidupan sehari- hari, pencegahan peserta didik dari hal-hal

    negatif dari lingkungannya ataupun dari budaya asing yang akan

    dihadapinya sehari-hari, pengajaran tentang informasi dan pengetahuan

    keimanan dan akhlak, serta sistem dan fungsionalnya, penyaluran peserta

    didik untuk mendalami akidah akhlak pada jenjang pendidikan yang lebih

    tinggi.11

    Maka dari itu untuk lebih memantapkan pemahaman tersebut

    peneliti ingin melihat bagaimana hubungan kedua kecerdasan tersebut

    terhadap perkembangan hasil belajar akidah akhlak di sekolah yang selama

    ini masih memandang hasil belajar hanya diukur dari intelektualnya saja.

    Untuk penelitian kaitannya dengan kecerdasan emosional dan kecerdasan

    spiritual ini, peneliti telah berinisiatif bagaimana jika kedua kecerdasan

    tersebut dikaitkan dengan hasil belajar mata pelajaran akidah akhlak

    siswa-siswi disekolah yang tentunya dapat diindikasikan bahwa ada

    hubungan dengan hal tersebut.

    Alasan peneliti menjadikan MTs Makrifatul Ilmi sebagai subyek

    penelitian, dengan alasan, peneliti melihat fenomena bahwa dunia sekolah

    11

    Depag RI, Standar Kompetensi Madrasah Tsanawiyah, (Jakarta, Dirjen

    Binbaga Islam, 2004), h. 22

  • 9

    sekarang ini sangat berbeda dengan masa dulu. Sekarang siswa banyak

    yang berani membolos sekolah, melanggar peraturan sekolah dan

    membuat kegaduhan di dalam kelas. Mereka beralasan karena merasa

    tidak mampu dengan mata pelajaran yang diberikan dan menganggap

    belajar itu membosankan. Salah satu pelajarannya yaitu akidah akhlak.

    Selain itu, banyak siswa yang mempunyai sikap acuh terhadap sekolah

    lebih bersikap mudah menyerah dan berpikir masa bodoh dengan dirinya

    sendiri.

    Semua sikap yang ditimbulkan oleh siswa berpusat pada emosi

    yang ada pada diri mereka. Oleh karena itu, sekolah dan para guru

    diharapkan mampu membantu mengarahkan para siswa untuk lebih bias

    mengontrol emosinya agar dapat meraih prestasi belajar yang lebih baik

    khususnya akidah akhlak. Sehingga, siswa bisa lebih bersemangat dalam

    meraih impiannya dan mendapatkan hasil yang baik.

    Oleh karena itu dengan adanya hal itu di dukung dengan teori yang

    menyebutkan bahwa ada keterkaitan yang kuat antara kecerdasan

    emosional, spiritual, dan Intelektual, maka peneliti mencoba mengukur

    seberapa besar hubungan kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual

    tersebut dengan hasil belajar siswa pada mata pelajaran akidah akhlak.

    Untuk itu peneliti mengambil judul: “Pengaruh Kecerdasan Emosional

    dan Kecerdasan Spiritual terhadap Prestasi Belajar Akidah Akhlak

    Siswa Kelas IX MTs Makrifatul Ilmi Bengkulu Selatan”.

  • 10

    B. Identifikasi Masalah

    Berdasarkan latar belakang masalah yang sudah dikemukakan

    diatas masalah pada penelitian ini dapat diidentifikasi:

    1. Masih terdapat siswa yang Kecerdasan Emosional dan Spiritualnya

    rendah atau dapat dikatakan siswa kurang cerdas secara emosi dan

    spiritualnya.

    2. Suasana di dalam kelas atau kegiatan pembelajaran Akidah Akhlak

    masih kurang kondusif

    3. Tugas Akidah Akhlak yang diberikan oleh guru terkesan belum efektif.

    4. Masih terdapat siswa yang cenderung kurang mengoptimalkan

    usahanya dalam menyelesaikan tugas akidah akhlak yang diberikan

    oleh guru.

    5. Sikap siswa yang acuh tak acuh dan cenderung meremehkan mata

    pelajaran Akidah Akhlak

    C. Batasan Masalah

    Berdasarkan Identifikasi masalah yang sudah dikemukakan diatas

    maka penulis batasi permasalahan ini yaitu hanya pengaruh kecerdasan

    emosional dan kecerdasan spiritual terhadap prestasi belajar akidah akhlak

    siswa kelas IX MTs Makriftul Ilmi Bengkulu selatan. Mengingat luasnya

    permasalahan yang akan diteliti, maka penulis perlu membatasi

    lingkungan permasalahan tersebut yaitu :

  • 11

    1. Kecerdasan yang mencakup dalam kecerdasan emosional yaitu :

    kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi, empati, kecakapan dalam

    membina hubungan dengan orang lain.

    2. Kecerdasan yang mencakup dalam kecerdasan spiritual yaitu :

    kemampuan untuk bersikap fleksibel, kemampuan untuk menghadapi

    dan memanfaatkan penderitaan, kemampuan untuk menghadapi dan

    melamoaui rasa sakit, keengganan untuk menyebabkan kerugian yang

    tidak perlu.

    3. Prestasi belajar dalam penelitian ini meliputi, kognitif, afektif,

    psikomotorik, kemudian dari hasil penilaian tersebut disajikan dalam

    bentuk raport.

    D. Rumusan Masalah

    Berdasarkan batasan masalah di atas, maka penulis merumuskan

    masalah penelitian ini sebagai berikut :

    1. Apakah ada pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar

    Akidah Akhlak siswa kelas IX MTs Makrifatul Ilmi

    2. Apakah ada pengaruh Kecerdasan spiritual terhadap prestasi belajar

    Akidah Akhlak siswa Kelas IX MTs Makrifatul Ilmi

    3. Apakah ada pengaruh secara bersamaan antara kecerdasan emosional

    dan kecerdasan Spiritual terhadap prestasi belajar Akidah Akhlak

    siswa Kelas IX MTs Makrifatul Ilmi

  • 12

    E. Tujuan Penelitian

    Berdasarkan Rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian

    ini adalah sebagai berikut :

    1. Untuk mengetahui pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi

    belajar Akidah Akhlak siswa Kelas IX MTs Makrifatul Ilmi

    2. Untuk mengetahui pengaruh kecerdasan spiritual terhadap prestasi

    belajar Akidah siswa Kelas IX MTs Makrifatul Ilmi

    3. Untuk mengetahui pengaruh secara bersamaan antara Kecerdasan

    Emosional dan Kecerdasan Emosional terhadap prestasi belajar Akidah

    Akhlak siswa Kelas IX MTs Makrifatul Ilmi

    F. Kegunaan Penelitian

    Penelitian ini dilakukan dengan harapan akan memberikan manfaat

    sebagai berikut:

    1. Secara Teoritis

    Hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran tentang peran

    kecerdasan Emosional dan spiritual, dimana dengan adanya faktor yang

    dapat memberi pengaruh terhadap hasil pembelajaran serta mampu

    mengoptimalkan faktor-faktor tersebut, agar peserta didik senantiasa

    termotivasi untuk melakukan proses pembelajaran.

    2. Secara praktis

    Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pihak

  • 13

    madrasah, agar dapat menerapkan dan menghasilkan program-

    program habituasi ESQ untuk setiap pembelajaran khusnya pelajaran

    Akidah Akhlak sehingga dapat meningkatan prestasi belajar siswa

    dalam hal pembiasaan diri.

    G. Penelitian yang Relevan

    Untuk menghindari pengulangan kajian yang diteliti antara

    peneliti dengan peneliti-peneliti sebelumnya. Sejauh kajian yang

    penulis lakukan, ada beberapa hasil penelitian yang relevan dengan

    pembahasan proposal tesis ini, diantaranya :

    1. Khanif Masum SS yang berjudul „‟Hubungan Kecerdasan

    Emosional dan Motivasi dengan Tingkat Prestasi Belajar Siswa

    Kelas V Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) Jejeran Bantul Pada

    Mata Pelajaran Bahasa Indonesia‟‟ dalam penelitian ini

    menjelaskan hubungan langsung dan tidak langsung antara

    kecerdasan emosional dan motivasi belajar dengan prestasi belajar.

    Sedangkan penelitian yang penulis lakukan menjelaskan antara

    pengaruh kecerdasan emosional dan spiritual terhadap prestasi

    artinya melihat kecerdasan mana yang lebih dominan berpengaruh

    terhadap prestasi belajar akidah akhlak.

    2. Ulfa Rahmawati yang berjudul „‟ Pengembangan Kecerdasan

    Spiritual Santri ( Studi Terhadap Kegiatan Keagamaan di Rumah

    Tahfizqu Deresan Putri Yogjakarta)‟‟ dalam penelitian tesis ini

    bertujuan untuk mengetahui pentingnya pengembangan kecerdasan

  • 14

    spiritual santri tanpa melihat dari aspek kecerdasan Emosionalnya,

    dengan mendeskripsikan kegiatan-kegiatan keagamaan yang

    dilaksanakan di Rumah Tahfizqu Deresan Putri Yogjakarta.

    Diantara kegiatan yang dimaksudkan antara lain adalah kegiatan

    harian, kegiatan mingguan dan kegiatan bulanan. Sedangkan dalam

    penelitian ini penulis akan mencoba melihat hasil dari kegiatan

    spiritual siswa.

    3. Mujahidatul Islam yang berjudul „‟ Pola Pengenbangan

    Kecerdasan Emosional Di Pesantren (Studi di Pesantren ar-

    raudatul „ilmiyah Ketosono Nganjuk), hasil dari penelitian ini

    menunjukan bahwa pengembangan kecerdasan emosi penting

    dilakukan karena merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan

    sosok pribadi yang memiliki akhlakul karimah. Dengan

    mendeskripsikan pola pengembangan kecerdasan emosi di

    pesantren ar-raudatul „ilmiyah dalam berbagai kegiatan seperti

    kegiatan madrasah diniyah, pengajian rutin, dan peribatan dengan

    pemberian materi-materi yang menjadikan al-quran hadits sebagai

    rujukan utamanya. Untuk mengevaluasi perkembangan kecerdasan

    emosi di pesantren ar-raudatul „ilmiyah dengan menunjukan hasil

    angket dan observasi.

    4. Muhammad Karimullah yang berjudul „‟Upaya Peningkatan

    Spiritual Quotient (SQ) dalam membentuk Siswa Berkarakter Di

    SMAN 1 Tanjung Palas Kabupaten Bulungan Kalimantan Timur,

  • 15

    2012. Fokus penelitian pada penelitian ini adalah; (1) Bagaimana

    bentuk kegiatan Spiritual Quotient (SQ) dalam membentuk siswa

    berkarakter di SMAN 1 Tanjung Palas Kabupaten Bulungan

    Kalimantan Timur?, (2) Apakah peningkatan Spiritual Quotient

    (SQ) dapat membentuk siswa berkarakter di SMAN 1 TanjungPalas

    Kabupaten Bulungan Kalimantan Timur?. Jenis penelitian ini

    adalah kualitatif deskriptif yang dilakukan di SMAN 1 Tanjung

    Palas Kabupaten Bulungan Kalimantan Timur. Hasil dari penelitian

    ini adalah (1) Bentuk kegiatan SQ dalam membentuk siswa

    berkarakter di SMAN 1 Tanjung Palas Kabupaten Bulungan

    Kalimantan Timur adalah bertadarus Al- Qur‟an, Shalat berjama‟ah,

    Pengajian ahad pagi, Peringatan hari-hari besar Islam, Spiritual

    Camp. (2) Terbentuknya siswa berkarakter di SMAN 1 Tanjung

    Palas Kabupaten Bulungan Kalimantan Timur yang dibuktikan

    melalui; Siswa memahami dan mengamalkan nilai-nilai spiritual

    dan nilai- nilai karakter, Memperoleh prestasi nilai di atas rata-rata,

    Aktif mengikuti materi ajar, Horma dan patuh guru dan sesama.

    5. Akmal Mundiri, Hubungan antara Kecerdasan Emosional, Motivasi

    Kerja dan Kinerja Guru dengan Prestasi Belajar Siswa Madrasah

    Aliyah Negeri Se-Kabupaten dan Kota Probolinggo, 2011.

    Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan; (1) Gambaran

    kecerdasan emosional, motivasi kerja, kinerja guru serta prestasi

    belajar siswa MAN se-Kabupaten dan Kota Probolinggo; (2)

  • 16

    Hubungan antara kecerdasan emosional dengan kinerja guru; (3)

    Hubungan antara motivasi kerja dengan kinerja guru; (4) Hubungan

    antara kecerdasan emosional dan motivasi kerja dengan kinerja

    guru; (5) Hubungan antara kinerja guru dengan prestasi belajar

    siswa; (6) Hubungan langsung dan tidak langsung antara kecerdasan

    emosional dan motivasi kerja dengan prestasi belajar siswa.

    Adapaun jenispenelitian yang digunakan adalah kuantitatif

    melaluipendekatankorelasional.Populasi dan sampel penelitian ini

    adalah seluruhMAN se-Kabupaten danKota Probolinggo. Teknik

    pengumpulan data menggunakan angket dan dokumentasi. Angket

    digunakan untuk mengukur kecerdasan emosional, motivasi kerja,

    dan kinerja guru. Dokumentasi berupa hasil nilai UN siswa

    digunakan untuk mengumpulkan data prestasi belajar siswa. Setelah

    peneliti melakukan pengujian hipotesis, maka hasil dari penelitian

    ini dapat disimpulkan sesuai dengan rumusan masalah, yaitu; (1)

    Kecerdasan emosional, motivasi kerja, kinerja guru serta prestasi

    belajar siswa dalam kategori tinggi; (2) Terdapat hubungan yang

    signifikan antara kecerdasan emosional dengan kinerja guru yang

    mempunyai besaran 0,034; (3) Terdapat hubungan yang signifikan

    antara motivasi kerja dengan kinerja guru dengan besaran 0,012;(4)

    Terdapat hubungan yang signifikan antara kecerdasan emosional

    dan motivasi kerja dengan kinerja guru dengan besaran 0,003; (5)

    Terdapat hubungan yang signifikan antara kinerja guru dengan

  • 17

    prestasi belajar siswa dengan besaran 0,030; (6) Ada hubungan

    langsung antara kecerdasan emosional dan motivasi kerja dengan

    prestasi belajar siswa dengan nilai signifikan sebesar 0,017, dan ada

    hubungan tidak langsung antara kecerdasan emosional dengan

    prestasi belajar siswa sebesar 0,483 dan motivasi kerja guru dengan

    prestasi belajar siswa sebesar0,580.

  • 18

    BAB II

    LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS

    A. Landasan Teori

    1. Prestasi Belajar

    a. Pengertian Prestasi Belajar

    Prestasi belajar adalah sebuah kalimat yang terdiri dari dua

    kata, yaitu; “Prestasi” dan “Belajar”.Antara kata “Prestasi” dan

    “Belajar” mempunyai arti yang berbeda. Oleh karena itu sebelum

    membahas pengertian prestasi belajar maka kita harus mengetahui

    apa yang dimaksud dengan “Prestasi” dan “Belajar”.

    Prestasi menurut bahasa adalah hasil belajar yang telah

    dicapai.12

    Menurut Suharsini Arikunto mengarti belajar sebagai

    sesuatu yang terjadi karena adanya usaha untuk mengadakan

    perubahan terhadap diri si pelaku belajar.Sedangkan Syaiful Bahri

    (mengutip dari Mas‟ud Hasan Abdul Qahar) mengartikan prestasi

    sebagai apa yang telah dapat diciptakan, hasil pekerjaan, hasil yang

    menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja.

    Jadi prestasi ialah hasil dari suatu kegiatan yang telah

    dikerjakan, diciptakan baik secara individu maupun kelompok.

    Prestasi tidak akan pernah dihasilkan selama seseorang tidak

    12

    Suharsini Arikunto, Manajemen Pengajaran Secara Manusiawi (Jakarta:

    Rineke Cipta, 1993), h 19.

  • 19

    pernah melakukan suatu kegiatan. Pencapaian prestasi tidaklah

    mudah, akan tetapi kita harus menghadapiberbagai rintangan dan

    hambatan hanya dengan keuletan danoptimisdirilahyang dapat

    membantu untukmencapainya.

    Kemudian makna belajar selalu mempunyai hubungan

    dengan arti perubahan, baik perubahan ini meliputi keseluruhan

    tingkah laku ataupun hanya terjadi beberapa aspek dari kepribadian

    orang yang belajar. Perubahan ini dalam tiap-tiap manusia dalam

    hidupnya sejak dilahirkan. Belajar mempunyai pengertian yang

    sangat umum dan luas, boleh dikatakan sepanjang hidupnya

    seseorang mengalami proses belajar daripengalamannya.Belajar

    menurut bahasa ialah berusaha memperoleh pengetahuan atau ilmu.

    Sedangkan menurut Oemar Hamalik, belajar adalah sebagai bentuk

    pertumbuhan dan perubahan baru dalam bertingkah laku berkat

    pengalaman danlatihan.13

    Menurut Slameto, belajar ialah suatu usaha yang dilakukan

    seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang

    baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri

    dalam interaksi dengan lingkungannya. Muhibbinsyah

    menambahkan bahwa belajar ialah tahapan perubahan seluruh

    tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil

    pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan

    13

    Oemar Hamalik, Metode Belajar dan Kesulitan Belajar (Bandung: Tarsito, tt), h. 19.

  • 20

    proses kognitif.14

    Selain itu, James O. Whitaker yang dikutip

    olehWastySoemanto, memberikan definisi bahwa belajar ialah

    proses dimana tingkahlakuditimbulkan atau diubah melalui latihan

    dan pengalaman.15

    Bertolak dari pendapat di atas jelas menyatakan bahwa

    belajar itu bertujuan untuk mengembangkan pribadi manusia bukan

    hanya sekedar mencerdaskan manusia belaka namun menjadi

    manusia yang berkepribadian yang luhur itulah hakekat sebuah

    belajar. Dalam mengembangkan kepribadian manusia seutuhnya

    itu melibatkan unsur-unsur cipta atau membuat sesuatu, rasa/

    perasaan, karsa/ keinginan, kognitif, afektif dan psikomotorik. Jadi

    belajar merupakan suatu aktifitas yang sadar akan tujuan.

    Tujuannya adalah terjadinya suatu perubahan dalam diri

    individu.Perubahan yang dimaksudkan tentu saja menyangkut

    semua unsur yang ada pada diri individu.

    Uraian ciri-ciri perubahan tingkah laku tersebut

    diungkapkan oleh Syaiful Bahri16

    sebagai berikut :

    1. Perubahan yang terjadi secar sadar

    Ini berarti bahwa individu yang belajar menyadari

    terjadinya perubahan yang ada pada dirinya sendiri.

    14

    Muhibbinsyah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru (Cet. Ke-7,

    Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000), h. 25. 15

    Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan

    (Cet. Ke-3, Jakarta: Rieneka Cipta, 1990), h. 98-99. 16

    Syaiful Bahri Djamarah, Prestasi Belajar,,, h. 21.

  • 21

    a. Perubahan dalam belajar yang bersifat positif dan aktif

    Perubahan belajar anak senantiasa bertambah dan bertujuan

    untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik sebelumnya. Dengan

    demikian makin banyak usaha belajar dilakukan, akan makin

    banyak dan baik perubahan yang diperoleh. Perubahan bersifat

    efektif artinya bahwa perubahan itu tidak terjadi dengan sendirinya

    melainkan karena usaha ndividu itu sendiri.

    b. Perubahan dalam belajar bertujuan

    Sebagai hasil belajar, perubahan yang terjadi pada individu

    berlangsung terus-menerus, tidak statis dan berguna bagi hidupnya.

    Satu perubahan yang terjadi akan menyebabkan perubahan pada

    proses belajarselanjutnya.

    c. Perubahan dalam belajar bersifat kontinyu dan fungsional

    Perubahan yang bersifat sementara atau kontemporer terjadi

    hanya beberapa saat saja, sedangkan perubahan yang terjadi setelah

    belajar bersifat menetap

    d. Perubahan dalam belajar bertujuan

    Perubahan tingkah laku terjadi karena ada tujuan yang akan

    dicapai. Dengan adanya tujuan berarti siswa mengetahui arah mana

    yang harus ditempuh agar tujuan yang diharapkan dapat

    tercapai.Pada dasarnya perubahan belajar terarah kepda perubahan

    tingkah laku yang benar-benar disadari.

  • 22

    e. Perubahan mencakup seluruh tingkah laku

    Seseorang yang belajar akan mengalami perubahan tingkah

    laku secara keseluruhan dalam sikap, ketrampilan, pengetahuan dan

    sebagainya.Sesuai hemat Djamarah, prestasi belajar merupakan

    sebagai hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang

    mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari

    aktivitas dalam belajar.Kalau perubahan tingkah laku adalah tujuan

    yang mau dicapai dari aktivitas belajar, maka perubahan tingkah

    laku itulah salah satu indicator yang dijadikan pedoman untuk

    mengetahui kemajuan individu dalam segala hal yang diperolehnya

    disekolah.

    Dengan kata lain prestasi belajar merupakan kemampuan-

    kemampuan yang dimiliki oleh siswa sebagai akibat perbuatan

    belajar atau setelah menerima pengalaman belajar, yang dapat

    dikatagorikan menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, afektif, dan

    psikomotor.17

    Setelah melihat uraian diatas, maka dapat disimpulkan

    bahwa pengertian prestasi belajar adalah hasil diperoleh seseorang

    setelah mengikuti kegiatan atau belajar mengajar dalam jangka

    waktu tertentu atau setelah menyelesaikan suatu program tertentu

    yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil

    dari aktivitas dalam belajar, dan lazimnya ditunjukkan dengan nilai

    17

    Syaiful Bahri Djamarah, Prestasi Belajar,,,h. 23.

  • 23

    tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru, dan itu tercantum

    dalam raport.

    a. Indikator Prestasi Belajar

    Menurut Muhibbin Syah, “pengungkapkan hasil belajar

    meliputi segala ranah psikologis yang berubah sebagai akibat

    pengalaman dan proses belajar siswa”.18

    Namun demikian

    pengungkapan perubahan tingkah laku seluruh ranah, khususnya

    ranah afektif sangat sulit. Hal ini disebabkan perubahan hasil

    belajar itu ada yang bersifat intangible (tidak dapat diraba). Kunci

    pokok untuk memperoleh ukuran dan data hasil belajar siswa

    adalah garis-garis besar indikator dikaitkan dengan jenis prestasi

    yang hendak diungkapkan atau diukur.

    Setelah mengetahui indikator-indikator prestasi belajar di

    atas, guru perlu untuk mengetahui bagaimana kiat menetapkan

    batas minimal keberhasilan belajar para siswanya.

    Keberhasilan dalam arti luas berarti keberhasilan yang

    meliputi ranah cipta, rasa dan karsa siswa. Keberhasilan tidak

    hanya terkait oleh kiat penilaian yang bersifat kognitif, tetapi juga

    memperhatikan kiat penilaian afektif dan psikomotor siswa Setelah

    mengetahui indikator dan memperoleh skor hasil evaluasi prestasi

    belajar, maka langkah selanjutnya adalah menetapkan batas

    minimal keberhasilan belajar peserta didik tersebut.

    18

    Muhibbinsyah, Psikologi Pendidikan dengan,,,h. 150-151.

  • 24

    Menetapkan batas minimum keberhasilan belajar selalu

    berkaitan dengan upaya pengungkapan hasil belajar Terdapat

    beberapa alternative norma pengukuran tingkat keberhasilan siswa

    setelah mengikuti proses belajar mengajar, beberapa norma tersebut

    antara lain yaitu; norma skala angka dari 0 sampai 10, norma skala

    angka dari 10 sampai 100, dan norma prestasi belajar dengan

    menggunakan symbol huruf A, B, C, D, dan E. Kemudian hasil-

    hasil tersebut diberikan pada siswa dalam bentuk lembaran-

    lembaran yang biasanya disebut dengan raport.

    b. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

    Menurut Slameto, faktor-faktor yang mempengaruhi

    prestasi belajar ada dua macam yaitu faktor internal dan faktor

    eksternal19

    :

    1. Faktor Internal

    Ialah faktor yang ada dalam individu yang sedang belajar,

    yang meliputi:

    a. Faktor Jamaniah, meliputi

    1) Faktor kesehatan

    Proses belajar seseorang akan terganggu jika kesehatan

    orang terganggu, selain itu juga akan cepat lelah, kurang

    19

    Slameto, Belajar dan Faktor-faktor,,,h. 54.

  • 25

    bersemangat, mudah pusing, mengantuk, kurang darah atau

    gangguan fungsi alat indera.

    2) Cacat tubuh

    Proses belajar seseorang akan terganggu jika kesehatan

    orang terganggu, selain itu juga akan cepat lelah, kurang

    bersemangat, mudah pusing, mengantuk, kurang darah atau

    gangguan fungsi alat indera.

    Cacat tubuh ini dapat berupa buta, tuli, patah kaki dan patah

    tangan

    2. Faktor Psikologis, Meliputi:

    a. 1Intelegensi

    Intelegensi adalah kemampuan seseorang berfikir untuk

    memahami sesuatu dengan akal pikira. Ada beberapa

    kecerdasan, diantaranya adalah; (1) Kecerdasan Intelektual

    (IQ), adalah kecerdasan yang digunakan untuk berhubungan

    dengan alam dan pengelolaannya. IQ setiap orang dipengaruhi

    oleh materi otaknya, yang ditentukan oleh faktor genetik.

    Kecerdasan pikiran ini merupakan kecerdasan yang mampu

    bertumpu kemampuan otak kita untuk berpikir dan

    menyelesaikan masalah; (2) Kecerdasan Spiritual (SQ),

    adalah kecerdasan yang digunakan manusia untuk berhubungan

    dengan Tuhan. Potensi setiap orang sangat besar, dan tidak

  • 26

    dibatasi oleh faktor keturunan, lingkungan, atau materi lainnya;

    (3) Kecerdasan Emosional (EQ), adalah kemampuan untuk

    menyeimbangkan pikiran dengan perasaan sehingga hubungan

    antar individu bias terkendali.

    Emosional Intelegensi menunjuk kepada suatu

    kemampuan untuk memahami perasaan diri masing-masing

    dan perasaanorang lain, kemampuan untuk memotivasi diri

    sendiri dan menata dengan baik emosi-emosi yang

    munculdalam dirinya dan dalam berhubungan dengan orang

    lain.

    Dari uraian di atas dapat disimpulkan, setiap siswa

    mempunyai intelegensi yang berbeda-beda sehingga tidak bisa

    diukur pada satu tingkat intelegensi yaitu IQ, akan tetapi masih

    ada intelegensi lainnya yaitu EQ dan SQ. Dengan

    memaksimalkan ESQ maka siswa akan berhasil dengan baik

    dalam belajarnya dikarenakan belajar dengan menerapkan

    metode belajar yang efisien dan mampu memahami keadaan

    sekitarnya.

    a) Perhatian

    Perhatian menurut Ghazali yang dikutip oleh Slameto

    ialah keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa itu pun semata-mata

  • 27

    tertujukepada suatu obyek benda/ hal atau sekumpulan obyek.20

    Untuk dapat menjamin hasil belajar yang baik maka siswa

    harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya.

    b) Minat

    Minat ialah kecenderungan yang tetap untuk

    memperhatikan danmengenang beberapa kegiatan. Minat besar

    pengaruhnya terhadap belajar.Bahan pelajaran yang menarik

    minat siswa, lebih mudah dipelajari dan disimpan karena minat

    menambah kegiatan belajar.

    c) Bakat

    Bakat ialah kemampuan untuk belajar. Kemampuan itu

    baru akan terealisasi menjadi kecakapan yang nyata sesudah

    belajar atau berlatih.

    d) Motivasi

    Seseorang akan berhasil dalam belajarnya bila

    mempunyai penggerak atau pendorong untuk mencapai tujuan.

    Penggerak atau pendorong inilah yang disebut denganmotivasi.

    e) Kematangan

    Kematangan ialah suatu tingkat atau fase dalam

    pertumbuhan seseorang, di mana alat-alat tubuhnya sudah siap

    20

    Slameto, Belajar dan Faktor-faktor,,, h. 55.

  • 28

    untuk melaksanakan kecakapan baru. Belajar akan berhasil bila

    anak sudah siap (matang).

    f) Kesiapan

    Kesiapan ialah kesediaan untuk memberikan respon

    atau bereaksi. Kesiapan ini perlu diperhatikan dalam proses

    belajar mengajar karena jika siswa sudah memiliki kesiapan

    dalam belajar maka hasil belajarnya akan lebih baik.

    3. Faktor Kelelahan

    Kelelahan dibedakan menjadi dua macam yaitu

    kelelahan jasmani dan kelelahan rohani.Kelelahan jasmani

    terlihat dengan lemah lunglai, sedangkan kelelahan rohani

    terlihat dengan kelesuan dan kebosanan.

    a. Faktor Eksternal

    Faktor yang berasal dari luar individu, meliputi:

    1) Keadaan Keluarga

    Keluarga merupakan lingkungan utama dalam proses

    belajar. Keadaan yang ada dalam keluarga mempunyai

    pengaruh yang besar dalam pencapaian prestasi belajar

    misalnya cara orang tua mendidik, relasi anggota keluarga,

    suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang

    tua.

    2) Keadaan Sekolah

    Lingkungan sekolah adalah lingkungan di mana siswa

  • 29

    belajar secara sistematis.Kondisi ini meliputi metode mengajar,

    kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan

    siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, metode belajar dan

    fasilitas yang mendukung lainnya.

    3) Keadaan Masyarakat

    Siswa akan mudah terkena pengaruh lingkungan

    masyarakat karena keberadaannya dalam lingkungan tersebut.

    Kegiatan dalam masyarakat, mass media, teman bergaul,

    lingkungan tetangga merupakan hal-hal yang dapat

    mempengaruhi siswa sehingga perlu diusahakan lingkungan

    yang positif untuk mendukung belajar siswa.

    Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa

    faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa

    ada dua yaitu faktor intern yang berasal dari dalam diri siswa

    dan faktor ekstern yang berasal dari luar siswa.Dalyono,

    menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi belajar

    dapat digolongkan menjadi dua faktor yaitu : faktor internal

    (yang berasal dari dalam diri) dan faktor eksternal (yang

    berasal dari luar diri). Faktor internal termasuk: kesehatan,

    inteligensi dan bakat, minat, dan motivasi, cara belajar,

    sedangan faktor eksternal termasuk: keluarga, sekolah,

    masyarakat, dan lingkungan sekitar21

    21

    Dalyono, Psikologi Pendidikan (Jakarta: Rineka Cipta, 2001), h. 55-59.

  • 30

    b. Pengukuran Prestasi Belajar

    Dalam dunia pendidikan, menilai merupakan salah satu

    kegiatan yang tidak dapat ditinggalkan. Menilai merupakan

    salah satu proses belajar dan mengajar. Di Indonesia, kegiatan

    menilai prestasi belajar bidang akademik di semua sekolah

    dicatat dalam sebuah buku laporan yang disebut raport. Dalam

    raport dapat diketahui sejauhmana prestasi belajar seorang

    siswa, apakah siswa tersebut berhasil atau gagal dalam suatu

    mata pelajaran.Selain itu raport merupakan perumusan terakhir

    yang diberikan oleh guru mengenai kemajuan atau hasil belajar

    murid-muridnya selama masatertentu.Azwar menyebutkan

    bahwa ada beberapa fungsi penilaian dalam pendidikan,22

    yaitu:

    1) Penilaian Berfungsi Selektif (Fungsi Sumatif)

    Fungsi penilaian ini merupakan pengukuran akhir

    dalam suatu program dan hasilnya dipakai untuk menentukan

    apakah siswa dapat dinyatakan lulus atau tidak dalam program

    pendidikan tersebut. Fungsi penilaian ini selain untuk

    mengetahui hasil yang dicapai siswa juga mengetahui

    kelemahan siswa sehingga dengan adanya penilaian,makaguru

    dapat mengetahui kelemahan dan kelebihan masing-masing

    siswa.Jika guru dapat mendeteksi kelemahan siswa, maka

    kelemahan tersebut dapat segera diperbaiki.

    22

    Syaifuddin Azwar, Tes Prestasi; Fungsi dan Pengembangan Pengukuran Presatasi

    Belajar (Edisi dua, Cet Ke-14, Yogyakarta: Puataka Pelajar, 2013), h. 11.

  • 31

    2) Penilaian Berfungsi Sebagai Penempatan (Placeman)

    Setiap siswa memiliki kemampuan berbeda satu sama

    lain. Penilaian dilakukan untuk mengetahui di mana

    seharusnya siswa tersebut ditempatkan sesuai dengan

    kemampuannya yang telah diperlihatkannya pada prestasi

    belajar yang telah dicapainya.

    3) Penilaian Berfungsi Sebagai Pengukur Keberhasilan

    Penilaian berfungsi untuk mengetahui sejauh mana

    suatu program dapat diterapkan.Sebagai contoh adalah raport

    di setiap semester di sekolah-sekolah tingkat dasar dan

    menegah dapat dipakai untuk mengetahui apakah program

    pendidikan yang telah diterapkan berhasil diterapkan

    atau tidak pada siswa tersebut.

    2. Akidah Akhlak

    a. Pengertian Akidah Akhlak

    Kata aqidah berasal dari bahasa arab: aqada-yaqidu-

    uqdatan-qaidatan artinya ikatan atau perjanjian. Maksudnya suatu

    yang menjadi tempat bagi hati nurani terikat padanya.

    Istilah aqidah di dalam istilah umum disepakati untuk

    menyebut “keputusan fikiran yang mantap, benar maupun salah‟‟23

    sedangkan dalam pendidikan agama islam inti akidah adalah

    percaya dan pengakuan terhadap keesaan Allah atau yang disesut

    23

    Rosihon Anwar, Akidah Akhlak, (Bandung : Pustaka Setia, 2008 ), h. 13

  • 32

    tauhid yang merupakan landasan keimanan terhadap malaikat,

    rasul, kitab, hari akhirat serta qada dan qadar.24

    Pengertian akhlak secara bahasa kata akhlak berasal dari

    bahasa arab, yaitu isim masdar (bentuk infinif ) dari kata akhlak,

    yukhliqu, ikhlakan, yang berarti al-sajiyah (perangai), al-thabiah

    (kelakuan), tabiat (watak dasar), al-adat (kebiasaan, kedzaliman),

    al-,aruah (peradaban yang baik), dan al-din (agama).

    Akhlak ditinjau dari segi etimologi adalah bentuk jamak

    dari kata khulk yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku,

    atau tabiat.25

    Dengan demikian, akhlak dapat dikatakan sebagai

    sifat yang tertanam dalam jiwa yang melahirkan macam-macam

    perubahan baik atau buruk, tanpa membutuhkan pemikiran atau

    pertimbangan.86

    Dengan kata lain, akhlak merupakan suatu

    perbuatan yang berasal dari hasil kebiasaan. Selanjutnya menurut

    Imam Ghazali ”akhlak adalah suatu istilah tentang bentuk batin

    yang tertanam dalam jiwa seseorang yang mendorong seseorang

    berbuat (bertingkah laku), bukan karena suatu pemikiran dan bukan

    pula karena suatu pertimbangan”.87

    Pendapat senada juga

    dikemukakan dalam mujama al wasih. Ibrahim Anis dalam

    bukunya Aminudin dkk, ”akhlak ialah sifat yang tertanam dalam

    24

    Aminudin dkk, Pendidikan Agama Islam, (Bogor : Ghalia Indonesia, 2002), h. 81 25

    Asmaran AS., Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1994), h.1

  • 33

    jiwa dengannya lahirlah macam-macam perbuatan, baik atau buruk,

    tanpa membutuhkan pemikiran dan pertimbangan.26

    Hasil akhlak dapat dibedakan menjadi dua, yaitu akhlak

    baik dan akhlak buruk. Diantara apara ulama terjadi perbedaan

    pendapat mengenai tolak ukur akhlak baik dan akhlak yang buruk.

    Hal ini karena nilai baik dan buruk itu relatif dan bersifat subyektif.

    Tapi dalam ajaran Islam, perbuatan lahir itu merupakan hasil dari

    perbuatan batin yaitu niat. Menilai perbuatan manusia itu tidak

    mudah karena niat itu merupakan perbuatan batin. Untuk

    memudahkan pengukuran baik atau tidaknya akhlak manusia telah

    membuat aturan-aturan yang tidak tertulis. Aturan tersebut dibuat

    tidak selalu sama antara satu komunitas dengan komunitas yang

    lain. Ajaran Islam telah sempurna mengupas masalah akhlak.

    Berbagai macam akhlak baik telah diajarkan dalam Islam seperti

    yang telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW dalam kehidupannya

    sehari-hari.

    Berdasarkan rumusan di atas, maka yang dimaksud dengan

    akidah akhlak adalah suatu kepercayaan seseorang sehingga menciptakan

    kesadaran diri manusia tersebut untuk berpegang teguh kepada norma

    dan nilai-nilai budi pekerti yang luhur tanpa membutuhkan pertimbangan

    dan pemikiran, sehingga muncullah kebiasaan-kebiasaan dari seseorang

    tersebut dalam bertingkah laku.

    26

    Aminudin, pendidikan Agama…, h. 152

  • 34

    b. Dasar dan Tujuan Akidah Akhlak

    1. Dasar Akidah Akhlak

    Dasar dari akidah akhlak adalah “Al quran dan As Sunnah”. Di

    dalam Al quran dan As Sunnah terdapat banyak ayat yang

    menjelaskan pokok akidah akhlak. Dalam Al quran dan As

    Sunnah itu juga dijadikan dasar atau landasan untuk akhlak.

    2. Tujuan Akidah Akhlak

    Tujuan merupakan suatu titik arah yang dikehendaki,

    maka tujuan dari akidah akhlak adalah terciptanya insane kamil

    yaitu manusia semourna yang memiliki jiwa maupun perbuatan

    yang sesuai dengan tuntunan Al quran dan As Sunnah. Adapun

    tujuan dari mata pelajaran akidah akhlak adalah sebagai berikut:

    1) Menumbuh kembangkan akidah akhlak melalui pemberian,

    pemupukan, dan pengembangan pengetahuan, penghayatan,

    pengalaman, pembiasaan serta pengalaman peserta didik

    tentang akidah Islam sehingga menjadi manusia muslim yang

    terus berkembang keimanan dan ketakwaannya kepada Allah

    Swt.

    2) Mewujudkan manusia Indonesia yang berakhlak mulia dan

    menghindari akhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari baik

    dalam kehidupan individu maupun social, sebagai manifestasi

    dari ajaran dan nilai-nilai akidah Islam.

  • 35

    c. Ruang Lingkup Akidah Akhlak

    Ada beberapa ruang lingkup pelajaran aqidah akhlak

    menurut Moh. Rifa‟i yaitu:27

    1) Hubungan manusia dengan Allah

    2) Hubungan vertikal antara manusia dengan Khaliqnya mencakup

    dari segi aqidah yabg meliputi : Iman kepada Allah, Iman

    kepada malaikat- malaikat-Nya, Iman kepada kitab-kitab-Nya,

    Iman kepada Rasul-Nya, Iman kepada hari akhir dan Iman

    kepada Qadha dan Qodar-Nya.

    3) Hubungan manusia dengan manusia

    4) Materi yang dipelajari meliputi : akhlak dalam pergaulan hidup

    sesama manusia, kewajiban membiasakan berakhlak yang baik

    terhadap diri sendiri dan orang lain, serta menjauhi akhlak yang

    buruk.

    5) Hubungan manusia dengan lingkungannya

    6) Materi yang dipelajari meliputi : akhlak manusia terhadap alam

    lingkungannya, baik lingkungan dalam arti luas maupun

    makhluk hidup selainmanusia, yaitu binatang dan tumbuh-

    tumbuhan.

    Sedangkan menurut Departemen Agama, pendidikan

    aqidah akhlak di Madrasah Tsanawiyah cakupan

    pembahasannya antara lain sebagai berikut :

    27

    Moh. Rifa‟i, Aqidah Akhlak, (Semarang : CV Wicaksana, 1994),h. 6

  • 36

    1) Aspek aqidah, terdiri atas keimanan kepada sifat wajib,

    mustahil dan jaizAllah, keimanan kepada kitab Allah,

    Rasul Allah, sifat-sifat, mu‟jizatnya dan hari kiamat.

    2) Aspek akhlak terpuji yang terdiri atas khauf, raja‟, taubat,

    tawadhu, ikhlas, bertauhid, inovatif, kreatif, percaya diri,

    tekad yang kuat, ta‟aruf, ta‟awun, tafahum, tasamuh,

    jujur, adil, amanah, menepati janji dan bermusyawarah.

    3) Aspek akhlak tercela meliputi kompetisi dasar kufur,

    syirik, munafik, namimah dan ghadab.

    Dari uraian diatas penulis menyimpulkan bahwa

    pelajaran aqidah akhlak tidak hanya mencakup hubungan

    manusia dengan Tuhannya, tetapi meliputi hubungan baik

    manusia dengan sesama manusia dan hubungan manusia

    dengan lingkungannya. Sehingga terwujudlah kayakinan yang

    kuat yang pada akhirnya terbentuklah akhlak yang luhur

    yakni akhlak terpuji.

    3. Kecerdasan Emosional

    a. Pengertian Kecerdasan Emosional

    Kecerdasan Emosional diartikan oleh beberapa pakar

    antara lain Golemen yang mengatakan bahwa kecerdasan

    emosional ialah kemampuan mengenali emosi diri, kemmapuan

    mengelola emosi, kemampuan mengelola emosi, kemampuan

    memotivasi diri, kemampuan mengenali emosi orang lain dan

  • 37

    kemampuan membina hubungan. “Kecerdasan emosi” atau

    Emotional Intelligence merujuk kepada kemampuan menganali

    perasaan kita sendiri dan perasaan orang lain kemampuan

    memotivasi diri sendiri, dan kemampuan mengelola emosi

    dengan baik pada diri sendiri dan dalam hubungan dengan

    orang lain. Kemampuan-kemampuan yang berbeda, tetapi

    saling melengkapi, dengan kecerdasan akademik (academic

    intelligence), yaitu kemampuan-kemampuan kognitif murni

    yang diukur dengan kecerdasan emosional.

    Banyak orang yang cerdas, dalam arti terpelajar tetapi

    tidak mempunyai kecerdasan emosi, ternyata bekerja menjadi

    bawahan orang ber-IQ lebih rendah tetapi unggul dalam

    ketrampilan kecerdasanemosi.28

    Anthony Dio Martin

    mengatakan ada sebuah pepatah yang berbunyi “Your hand

    will not reach what you heart does not desire”, “tangan anda

    tak mungkin meraih apa yang tidak diinginkan oleh hati

    anda.29” Inti dari peribahasa tersebut adalah kita mempunyai

    banyak prestasikarenaterkait dengan keinginan hatikita.

    Menurut Daniel Goleman (dalam Jeanne Segal, 2001)

    empati sebagai “ketrampilan dasar manusia”, “orang yang

    28

    Daniel Goleman, Kecerdasan Emosional, Terjemahan oleh T. Hermaya (Jakarta:

    Gramedia Pustaka Utama, 2003), h. 512 29

    Anthony Dio Martin, Smart Emotion; Volume 1: Membangun Kecerdasan Emosi (Cet.

    Ke-3, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2007), h. 59

  • 38

    memiliki empati” adalah pemimpin alamiah yang dapat

    mengekspresikan dan mengartikulasikan sentimen kolektif

    yang tidak terucapkan, untuk membimbing suatu kelompok

    menuju cita- citanya.30

    Dari beberapa pengertian di atas tentang

    EQ maka dapat diartikan bahwa kecerdasan emosi ialah suatu

    kemampuan seseorang dalam mengelola emosi dan

    perasaannya secara tepat dan efektif untuk berhubungan atau

    bekerjasama dengan orang lain, untuk mencapai suatu tujuan.

    Seseorang harus mempunyai kematangan emosi karena

    hal tersebut mencerminkan bahwa orang tersebut mampu atau

    mempunyai kemampuan untuk mengelola emosi. Sehingga

    mampu menghasilkan keterampilan untuk membangun dan

    menguasai diri dalam konteks hubungan sosial. Sesuai dengan

    pendapat Taufiq Pasiak,4 kematangan emosi meliputi;

    1) keterampilan untuk sadar diri, 2) motivasi diri, 3) keterampilan

    sosial, 4) kemanfaatan diri sosial. Hemat Nur Hadi yang

    mengutip teori Daniel Goleman, yakni; Orang yang EQ-nya

    baik, dapat memahami perasaan orang lain, dapat membaca

    yang tersurat dan yang tersirat, dapat menangkap bahasa

    verbaldannon verbal. Semua pemahaman tersebut akan

    30

    Jeanne Segal, Melejitkan Kepekaan Emosiaonal; Cara Baru-Praktis untuk

    Mendayagunakan Potensi Insting dan Kekuatan Emosi Anda, terjemahan dari Raising Your

    Emotional Intelligence, diterjemahkan oleh Ary Nilandari (Cet. Ke-2, Bandung: Kaifa, 2001), h.

    139.

  • 39

    menuntunnya agar bersikapsesuai dengan kebutuhan dan

    tuntutan lingkungannya.

    Dapat dimengerti kenapa orang yang EQ-nya baik,

    sekaligus kehidupan sosialnya juga baik. Tidak lain karena

    orang tersebut dapat merespon tuntutan lingkungannya dengan

    tepat. dalam bahasa agama, EQ adalah kepiawaian menjalin

    “hablun min al-naas”. Pusat dari EQ adalah “qalbu”. Hati

    mengaktifkan nilai-nilai yang paling dalam, mengubah sesuatu

    yang dipikirkan menjadi sesuatu yang dijalani. Hati dapat

    mengetahui hal-hal yang tidak dapat diketahui oleh otak. Hati

    adalah sumber keberanian dan semangat, integritas dan

    komitmen. Hati merupakan sumber energi dan perasaan

    terdalam yang memberi dorongan untuk belajar, menciptakan

    kerja sama, memimpin danmelayani.

    Menurut Goleman mengatakan bahwa. Yang berperan

    menjadikan orang-orang sukses adalah 80% kesuksesan

    datangnya dari kemampuan mengendalikan emosi, dan 20%

    ditentukan oleh kemampuan intelektual serta yang lainnya.31

    31

    Daniel Goleman, Kecerdasan Emosional,,, h. 501.

  • 40

    b. Indikator Kecerdasan Emosional

    Menurut Daniel Goleman indikator kecerdasan Emosional 32

    adalah:

    1. Mengenali Emosi Diri

    Mengenali emosi diri sendiri merupakan suatu kemampuan

    untuk mengenali perasaan sewaktu perasaan itu terjadi.

    Kemampuan ini merupakan dasar dari kecerdasan emosional, yakni

    kesadaran seseorang akan emosinya sendiri. Kesadaran diri

    membuat kita lebih waspada terhadap suasana hati maupun pikiran

    tentang suasana hati, bila kurang waspada maka individu menjadi

    mudah larut dalam aliran emosi dan dikuasai oleh emosi.

    Kesadaran diri memang belum menjamin penguasaan

    emosi, namun merupakan salah satu prasyarat penting untuk

    mengen- dalikan emosi sehingga individu mudah menguasai

    emosi.

    2. Mengelola Emosi

    Mengelola emosi merupakan kemampuan individu dalam

    menangani perasaan agar dapat terungkap dengan tepat, sehingga

    tercapai keseimbangan dalam diri individu. Menjaga agar emosi

    yang merisaukan tetap terkendali merupakan kunci menuju

    kesejahteraan emosi. Emosi berlebihan, yang meningkat dengan

    32

    Daniel Goleman, Kecerdasan Emosional,,, h. 513

  • 41

    intensitas terlampau lama akan mengoyak kestabilan kita.

    Kemampuan ini mencakup kemampuan untuk menghibur diri

    sendiri, melepaskan kecemasan, kemurungan atau ketersinggungan

    dan akibat-akibat yang ditimbulkannya serta kemampuan untuk

    bangkit dari perasaan-perasaan yang menekan.

    Suharsono mengutip sebuah hadits nabi riwayat Hakim dan

    Ibnu Hibban yang artinya “ada tiga hal yang apabila dilakukan

    akan dilindungi Allah dalam pemeliharaan-Nya, ditaburi rahmat-

    Nya dan dimasukkan ke dalam surga-Nya, yaitu apabila diberi, ia

    berterimakasih, apabila berkuasa ia suka memaafkan, dan apabila

    marah ia menahan diri(mampumenguasaidiri)”

    3. Memotivasi Diri Sendiri

    Meraih Prestasi harus dilalui dengan dimilikinya motivasi

    dalam diri individu, yang berarti memiliki ketekunan untuk

    menahan diri terhadap kepuasan dan mengendalikan dorongan hati,

    serta mempunyai perasaan motivasi yang positif, yaitu

    antusianisme, gairah, optimis dan keyakinan diri.

    4. Mengenali Emosi Orang Lain

    Kemampuan untuk mengenali emosi orang lain disebut juga

    empati. Menurut Goleman kemampuan seseorang untuk mengenali

    orang lain atau peduli, menunjukkan kemampuan empati

    seseorang. Individu yang memiliki kemampuan empati lebih

    mampu menangkap sinyal-sinyal sosial yang tersembunyi yang

  • 42

    mengisyaratkan apa-apa yang dibutuhkan orang lain sehingga ia

    lebih mampu menerima sudut pandang orang lain, peka terhadap

    perasaan orang lain dan lebih mampu untuk mendengarkan orang

    lain.

    5. Membina Hubungan

    Kemampuan dalam membina hubungan merupakan suatu

    keterampilan yang menunjang popularitas, kepemimpinan dan

    keberhasilan antar sesama. Keterampilan dalam berkomunikasi

    merupakan kemampuan dasar dalam keberhasilan membina

    hubungan.Terkadang manusia sulit untukmendapatkan apa yang

    diinginkannya dan sulit jugamemahamikeinginanserta kemauan

    oranglain.

    c. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kecerdasan

    Emosional

    Terbentuknya kecerdasan EQ dipengaruhi oleh beberapa

    faktor, secara garis besar terdiri dari dua faktor yaitu faktor intern

    dan ekstern :

    a. Faktor Internal

    Faktor internal ialah apa yang ada dalam diri individu yang

    mempengaruhi kecerdasan emosinya. Faktor internal ini memiliki

    dua sumber yaitu segi jasmani dan segi psikologis.Segi jasmani

    adalah faktor fisik dan kesehatan individu, apabila fisik dan

    kesehatan seseorang dapat terganggu dapat dimungkinkan

  • 43

    mempengaruhi proses kecerdasan emosinya. Segi psikologis

    mencakup didalamnya pengalaman, perasaan, kemampuan berfikir

    danmotivasi.

    b. Faktor Eksternal

    Faktor ekstemal ialah stimulus dan lingkungan dimana

    kecerdasan emosi berlangsung. Faktor ekstemal meliputi: 1)

    Stimulus itu sendiri, kejenuhan stimulus merupakan salah satu

    faktor yang mempengaruhi keberhasilan seseorang dalam

    memperlakukan kecerdasan emosi tanpa distorsi dan 2)

    Lingkungan atau situasi khususnya yang melatarbelakangi proses

    kecerdasan emosi. Objek lingkungan yang melatarbelakangi

    merupakan kebulatan yang sangat sulit dipisahkan.

    Menurut Agustian, faktor-faktor yang berpengaruh dalam

    peningkatan kecerdasan emosi,33

    yaitu:

    2. Faktor Psikologis

    Faktor psikologis merupakan faktor yang berasal dari dalam

    diri individu. Faktor internal ini akan membantu individu dalam

    mengelola, mengontrol, mengendalikan dan mengkoordinasikan

    keadaan emosi agar termini festasi dalam perilaku secara efektif.

    Menurut Goleman (2007) kecerdasan emosi erat kaitannya dengan

    keadaan otak emosional.Bagian otak yang mengurusi emosi adalah

    sistem limbik.Sistem limbik terletak jauh dalam hemisfer otak

    33

    Ary Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan

    Spiritual ESQ: Emotional Spiritual Quotient Berdasarkan 6 Rukun Iman dan 5 Rukun

    Islam (Jakarta: ARGA Publishing, 2007), h.87

  • 44

    besar dan terutama bertanggung jawab atas pengaturan emosi dan

    impuls.Peningkatan kecerdasan emosi secara fisiologis dapat

    dilakukan dengan puasa.Puasa tidak hanya mengendalikan

    dorongan fisiologis manusia, namun juga mampu mengendalikan

    kekuasaan impuls emosi.Puasa yang dimaksud salah satunya yaitu

    puasa sunah Senin Kamis.

    3. Faktor Pelatihan Emosi

    Kegiatan yang dilakukan secara berulang-ulang akan

    menciptakan kebiasaan, dan kebiasaan rutin tersebut akan

    menghasilkan pengalaman yang berujung pada pembentukan nilai

    (value). Reaksi emosional apabila diulang-ulang pun akan

    berkembang menjadi suatu kebiasaan. Pengendalian diri tidak

    muncul begitu saja tanpa dilatih.Melalui puasa sunah Senin Kamis,

    dorongan, keinginan, maupun reaksi emosional yangnegatif dilatih

    agar tidak dilampiaskan begitu sajasehinggamampu menjaga tujuan

    dari puasa itu sendiri. Kejernihan hati yangterbentukmelalui puasa

    sunah Senin-Kamis akan menghadirkan suara hatiyang jernih

    sebagai landasan penting bagi pembangunan kecerdasan emosi.

    4. Faktor Pendidikan

    Pendidikan dapat menjadi salah satu sarana belajar individu

    untuk mengembangkan kecerdasan emosi.Individu mulai

    dikenalkan dengan berbagai bentuk emosi dan bagaimana

    mengelolanya melalui pendidikan.Pendidikan tidak hanya

  • 45

    berlangsung di sekolah, tetapi juga di lingkungan keluarga dan

    masyarakat.Sistem pendidikan di sekolah tidak boleh hanya

    menekankan pada kecerdasan akademik saja, memisahkan

    kehidupan dunia dan akhirat, serta menjadikan ajaran agama

    sebagai ritual saja.Pelaksanaan puasa sunah Senin Kamis yang

    berulang-ulang dapat membentuk pengalaman keagamaan yang

    memunculkan kecerdasan emosi.

    Puasa sunah Senin Kamis mampu mendidik individu untuk

    memiliki kejujuran, komitmen, visi, kreativitas, ketahanan mental,

    kebijaksanaan, keadilan, kepercayaan, peguasaan diri atau sinergi,

    sebagai bagian dari pondasi kecerdasan emosi.

    2. Kecerdasan Spiritual

    a. Pengertian Kecerdasan Spiritual

    Goleman mempopulerkan pendapat para pakar teori

    kecerdasan bahwa ada aspek lain dalam diri manusia yang

    berinteraksi secara aktif dengan aspek kecerdasan IQ dalam

    menentukan efektivitas penggunaan kecerdasan yang

    konvensional tersebut. Ia menyebutnya dengan istilah kecerdasan

    emosional dan mengkaitkannya dengan kemampuan untuk

    mengelola perasaan, yakni kemampuan untuk mempersepsi

    situasi, bertindak sesuai dengan persepsi tersebut, kemampuan

    untuk berempati, dll. Jika kita tidak mampu mengelola aspek rasa

    kita dengan baik, maka kita tidak akan mampu untuk

  • 46

    menggunakanaspek kecerdasan konvensional kita (IQ) secara

    efektif,demikianmenurut Goleman.

    Sementara itu Zohar dan Marshall mengikut sertakan

    aspek konteks nilai sebagai suatu bagian dari proses

    berpikir/berkecerdasan dalam hidup yang bermakna, untuk ini

    mereka mempergunakan istilah kecerdasan spiritual (SQ).

    Indikasi-indikasi kecerdasan spiritual ini dalam pandangan

    mereka meliputi kemampuan untuk menghayati nilai dan makna-

    makna, memiliki kesadaran diri, fleksibel dan adaptif, cenderung

    untuk memandang sesuatu secara holistik, serta berkecenderungan

    untuk mencari jawaban-jawaban fundamental atas situasi-situasi

    hidupnya, dll.34

    Zohar dan Marshaall mendefinisikan kecerdasan spiritual

    sebagai kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan

    persoalan makna dan nilai, yaitu kecerdasan untuk menempatkan

    perilaku dan hidup dalam konteks makna yang lebih luas dan

    kaya, kecerdasan untuk menilai bahwatindakan atau jalan hidup

    seseorang lebih bermakna dari pada yanglain.35

    Kecerdasan spiritual menurut Stephen R. Covey adalah

    pusat paling mendasar di antara kecerdasan yang lain, karena dia

    menjadi sumber bimbingan bagi kecerdasan lainnya. Kecerdasan

    spiritual mewakili kerinduan akan makna dan hubungan dengan

    34

    Danah Zohar dan Ian Marshal,. SQ: Memanfaatkan Kecerdasan Spritual dalam Berfikir

    Integralistik dan Holistik untuk Memaknai Kehidupan (Bandung: Mizan, 2001), h. 3-4. 35

    Danah Zohar dan Ian Marshal,. SQ: Memanfaatkan Kecerdasan Spritual ,,,h. 4.

  • 47

    yang tak terbatas.36

    Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa

    kecerdasan spiritual adalah kemampuan potensial setiap manusia

    yang menjadikan ia dapat menyadari dan menentukan makna,

    nilai, moral, serta cinta terhadap kekuatan yang lebih besar dan

    sesama makhluk hidup, karena merasa sebagai bagian dari

    keseluruhan. Sehingga membuat manusia dapat menempatkan diri

    dan hidup lebih positif dengan penuh kebijaksanaan, kedamaian,

    dan kebahagiaan yang hakiki.

    Potensi untuk menjadi baik memaksa seseorang mencari

    jalan bagi spiritualitasnya. Keutuhan spiritual dapat diperoleh

    melalui; 1) jalan-jalan yang berkaitan dengan integrasi diri, 2)

    penghormatan (komitmen) pada kehidupan, dan 3) penyebaran

    kasih sayang dancinta.

    b. Indikator Kecerdasan Spiritual menurut Zohar & Marshaall

    mencakup hal berikut :

    1. Kemempuan Untuk bersikap fleksibel (adaptif secara spontan

    dan aktif)

    Kemampuan seseorang untuk bersikap adaptif secara

    spontan dan aktif , memeiliki pertimbangan yang dapat

    dipertanggungjawabkan disaat mengalami dilematis.

    36

    Stephen R. Covey, The 8th Habit: Melampaui Efektifitas, Menggapai Keagungan

    (Jakarta: PT Gramedia pustaka utama, 2005), h 79.

  • 48

    2. Tingkat kesadaran yang tinggi,

    Kualitas hidup seseorang yang didasarkan pada tujuan

    hidup yang pasti dan berpegang pada nilai-nilai yang mampu

    mendorong untuk mencapai tujuan tersebut.

    3. Kemampuan untuk menghadapi dan memanfaatkan

    penderitaan,

    Kemampuan seseorang dalam menghadapi penderitaan

    dan menjadikan penderitaan yang dialami sebagai motivasi

    untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik dikemudian

    hari. Kemampuan seseorang dimana disaat dia mengalami

    sakit, ia akan menyadari keterbatasan dirinya dan lebih dekat

    dengan tuhan yang akan memberikan kesembuhan

    4. Kemanpuan untuk menghadapi dan melampui rasa sakit

    Kemampuan seseorang dalam menghadapi cobaan dan

    menjadikan cobaan yang dialami sebagai motivasi untuk

    mendapatkan kehidupan yang lebih baik dikemudian hari.

    5. Keengganan untuk untuk menyebabkan kerugian yang tidak

    perlu,

    Memandang bahwa orang lain adalah ciptaan tuhan

    yang memiliki keunikan dan keistimewaan sehingga ia

    senantiasa membuat orang lain merasa penting, manusia adalah

    pribadi yang harus diperlakukan khusus, manusia adalah adalah

    makhluk yang sensitif yang harus dijaga perasaanya

  • 49

    c. Aspek –Aspek Kecerdasan Spiritual

    Kecerdasan Spiritual adalah kemampuan seseorang untuk

    mendengarkan hati sebagai bisikan kebenaran yang berasal dari

    Allah SWT, ketika seseorang mengambil keputusan atau

    melakukan pilihan, berempati, dan beradaptasi. Potensi ini sangat

    ditentukan oleh upaya membersihkan qalbu dan memberikan

    pencerahan qalbu, sehingga mampu memberikan nasehat dan

    mengarahkan tindakan, bahkan akhirnya menuntut seseorang

    dalam mengambil tiap-tiap keputusan :

    Aspek kecerdasan spiritual Ary ginanjar agustian :

    1. Shiddiq

    Salah satu dimensi kecerdasan ruhaniah terletak pada nilai

    kejujuran yang merupakan mahkota kepribadian orang-orang mulia

    yang telah dijanjikan Allah akan memperoleh limpahan nikmat

    dari-Nya. Seseorang yang cerdas secara ruhaniah,senantiasa

    memotivasi dirinya dan berada dalam lingkungan orang-orang

    yang memberikan makna kejujuran, sebagai mana firman-Nya

    dalam surat At Taubah