PENGARUH KACANG PINTOI (Arachis pintoi) DAN ...digilib.unila.ac.id/54564/3/SKRIPSI TANPA BAB...

44
PENGARUH KACANG PINTOI (Arachis pintoi) DAN RUMPUT GAJAH (Pennisetum purpureum) TERHADAP K-TERSEDIA, C-ORGANIK, DAN pH BEBERAPA JENIS TANAH DI LAMPUNG (SKRIPSI) Oleh NOVITA LESTARI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2018

Transcript of PENGARUH KACANG PINTOI (Arachis pintoi) DAN ...digilib.unila.ac.id/54564/3/SKRIPSI TANPA BAB...

PENGARUH KACANG PINTOI (Arachis pintoi) DAN RUMPUT GAJAH(Pennisetum purpureum) TERHADAP K-TERSEDIA, C-ORGANIK, DAN

pH BEBERAPA JENIS TANAH DI LAMPUNG

(SKRIPSI)

Oleh

NOVITA LESTARI

FAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG2018

ABSTRAK

PENGARUH KACANG PINTOI (Arachis pintoi) DAN RUMPUT GAJAH(Pennisetum purpureum) TERHADAP K-TERSEDIA, C-ORGANIK, DAN

pH BEBERAPA JENIS TANAH DI LAMPUNG

Oleh

NOVITA LESTARI

Tanah marginal seperti Ultisols memiliki sifat kimia yang kurang mendukung

pertumbuhan tanaman. Tanah marginal seperti ini tersebar luas di Indonesia.

Karena kebutuhan akan lahan produktif terus meningkat seiring dengan

pertambahan jumlah penduduk, maka perlu upaya untuk memperbaiki kesuburan

tanah marginal tersebut. Salah satu upaya dilakukan dengan penanaman vegetasi

yang dapat menyediakan bahan organik tanah dan unsur hara melalui serasah dan

eksudat akar yang dihasilkan dari perakaran yang secara langsung atau tidak

langsung dapat memperbaiki sifat kimia tanah. Penelitian ini bertujuan untuk

mempelajari pengaruh tumbuhan Arachis pintoi dan Pennisetum purpureum

terhadap K-tersedia, C-organik dan pH pada beberapa jenis tanah di Lampung.

Penelitian dilakukan di rumah plastik Perguruan Tinggi Al-Madani dan

Laboratorium Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari bulan

Februari sampai Mei 2018. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok

terdiri dari 2 faktor dengan 3 ulangan. Kedua faktor tersebut adalah

jenis vegetasi (Arachis pintoi dan Pennisetum purpureum) dan jenis tanah

(Gedong Meneng, Sidosari, Tanjung Bintang Sekampung Udik, Gisting, Hulu

Sungkai, Kota Bumi, Abung Selatan dan Liwa).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi tumbuhan dan jenis tanah tidak

berpengaruh nyata terhadap pH tanah, namun berpengaruh nyata terhadap K-

tersedia dan C-organik. Arachis pintoi dan Pennisetum purpureum

mengakibatkan peningkatan pH tanah serta menurunkan K-tersedia, namun tidak

mempengaruhi C-organik tanah. Arachis pintoi menyebabkan pH lebih rendah

dan K-tersedia lebih tinggi dibandingkan Pennisetum purpureum, namun

kandungan C-organik pada tanah yang ditanami kedua jenis tumbuhan tersebut

tidak berbeda. Arachis pintoi menyebabkan K-tersedia lebih tinggi dibandingkan

Pennisetum purpureum pada tanah Tanjung Bintang, Gisting, dan Hulu Sungkai

sedangkan untuk tanah yang lain tidak berbeda.

Kata kunci : Arachis pintoi, C-organik, K-tersedia, Penissetum purpureum, pH

tanah, Tanah Ultisols.

Novita Lestari

PENGARUH KACANG PINTOI (Arachis pintoi) DAN RUMPUT GAJAH(Pennisetum purpureum) TERHADAP K-TERSEDIA, C-ORGANIK, DAN

pH BEBERAPA JENIS TANAH DI LAMPUNG

Oleh

Novita Lestari

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai GelarSARJANA PERTANIAN

Pada

Jurusan AgroteknologiFakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG2018

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Candi Rejo Lampung Tengah pada tanggal 10 Oktober 1996

sebagai anak ketiga dari lima bersaudara pasangan Bapak Prihanto Heri Widiyono

dan Ibu Lilik Hajar Tri Mariyanari.

Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar (SD) Negeri 3 Banjar

Kertahayu tahun 2009, SMP Negeri 2 Way Pengubuan tahun 2011, dan SMA

Negeri 1 Way Pengubuan tahun 2014. Pada tahun 2014, penulis terdaftar sebagai

mahasiswa Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung,

melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negri (SNMPTN).

Penulis melaksanakan kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik di Desa

Adipuro, Kecamatan Trimurjo, Kabupaten Lampung Tengah dari bulan Januari

sampai Februari 2017. Dari bulan Juli sampai Agustus 2017, Penulis

melaksanakan Praktik Umum di PT GGP (Great Giant Foods) Kecamatan

Terbanggi Besar, Kabupaten Lampung Tengah.

Selama menjadi mahasiswa penulis aktif menjadi Asisten Dasar-Dasar Ilmu

Tanah, Pengantar Ilmu Tanah, Kimia Dasar, Pengelolaan Kesuburan Tanah, dan

Kewirausahaan.

"Jadikanlah sabar dan Shalat sebagai penolongmu.Sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi

orang-orang yang khusyuk. (yaitu) orang - orang yangmeyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan

bahwa mereka akan kembali kepada-Nya."(Q.s.Al-Baqarah :45-46).

“Dan boleh jadi kamu membenci sesuatu tetapi ia baikbagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu

tetapi ia buruk bagimu, dan Allahmengetahui dan kamu tidak mengetahui.”

(QS. Al-Baqarah: 216)

Sesungguhnya urusan-Nya apabila Dia menghendakisesuatu, Dia hanya berkata kepadanya,’’ Jadilah!” Maka

jadilah sesuatu itu. Maka Mahasuci Allah yang di tangan-Nya kekuasaan atas segala sesuatu dan kepada-Nya kamu

dikembalikan.(Q.S Yasin : 82-83)

Alhamdulillahirobbil’alamin

Kupersembahkan karya ini untuk keluargaku tercinta Ibuku Tri

Mariyanari dan Bapak Heri Widiyono, kakak dan adikku tersayang

Indah Lestari, Yanuar Maulana, Muhammmad Widodo,

dan Askana Sakhi C, yang selama ini telah memberikan doa,

semangat dan dukungan serta kasih sayang

yang tidak ternilai.

Bapak Prof. Dr. Ir. Abdul Kadir Salam, M.Sc. dan Ibu Prof. Dr. Ir.

Nanik Sriyani, M.Sc. yang telah memberikan dukungan, saran,

motivasi, dan bimbingan.

Serta

Almamater tercinta

AGROTEKNOLOGI UNIVERSITAS LAMPUNG.

SANWACANA

Puji Syukur Penulis panjatkan kepada Allah SWT yang Maha Pengasih Lagi

Maha Penyayang, yang telah memberikan limpahan nikmat, anugerah serta

kekuatan lahir dan batin kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya

kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si., selaku Dekan Fakultas

Pertanian.

2. Ibu Prof. Dr. Ir. Sri Yusnaini, M.Si., selaku Ketua Jurusan Agroteknologi.

3. Bapak Prof. Dr. Ir. Abdul Kadir Salam, M.Sc., selaku Pembimbing Utama,

atas bantuan, bimbingan, semangat, nasehat, kesabaran, dan waktu dalam

membimbing penulis selama penelitian dan penyusunan skripsi.

4. Ibu Prof. Dr. Ir. Nanik Sriyani, M.Sc., selaku Pembimbing Kedua atas

bimbingan, bantuan, motivasi, dan kesabaran untuk penulis dalam

menyelesaikan skripsi.

5. Bapak Prof. Dr. Ir. Jamalam Lumbanraja, M.Sc., selaku penguji atas saran,

pengarahan dan nasehat untuk perbaikan dalam penyusunan skripsi.

6. Bapak Ir. Kushendarto M.S., selaku Pembimbing Akademik yang telah

memberikan bimbingan, dan saran kepada penulis selama menjadi mahasiswa

7. Orang tua tercinta Ibuku Tri Mariyanari Bapak Heri, serta kakak Indah,

Yanuar, adik Dodo dan Askana yang selalu memberikan doa dan motivasi

8. Teman-teman tim penelitian (Neti, Galih, Niko, Afif) yang telah memberikan

bantuan, dukungan, dan pengertian serta kesediaannya turut serta dalam

pelaksanaan penelitian.

9. Sahabat-sahabatku Neti Ontia, Endah Pujilestari, Mely Yunita Sari, Mira

Lerizka, Maya Nuningtyas d an Tri Untari atas dukungan dan kerja samanya

selama ini dan motivasi yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini.

10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, yang telah membantu

penulis dalam meyelesaikan skripsi ini.

Semoga bantuan yang telah diberikan kepada penulis mendapatkan balasan dari

Allah SWT dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

Bandar Lampung, November 2018

Penulis,

Novita Lestari

xi

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ..................................................................................... xiv

DAFTAR GAMBAR................................................................................. xvii

I. PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang ............................................................................. 11.2 Tujuan ........................................................................................ 31.3 Rumusan Masalah ........................................................................ 31.4 Kerangka Pemikiran ..................................................................... 31.5 Hipotesis ...................................................................................... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA2.1 Potensi Tanah Marginal untuk Pertanian .................................... 72.2 Pengaruh Vegetasi terhadap Sifat Kimia Tanah ............................ 8

2.2.1 Peranan Akar Tanaman terhadap K-tersedia ........................ 82.2.2 Pengaruh pH terhadap Sifat Kimia Tanah ............................ 102.2.3 Pengaruh C-organik terhadap Sifat Kimia Tanah ................. 10

2.3 Karakteristik dan Potensi Tumbuhan untuk Perbaikan SifatTanah Marginal .............................................................................. 112.3.1 Arachis pintoi....................................................................... 12

2.3.2 Pennisetum purpureum ....................................................... 13

III. METODE3.1 Tempat dan Waktu ........................................................................ 153.2 Bahan dan Alat............................................................................... 153.3 Metode Penelitian.......................................................................... 183.4 Pelaksanaan Penelitian................................................................... 183.5 Pengamatan .................................................................................... 203.6 Analisis Data . .............................................................................. 22

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN4.1 Perbedaan Beberapa Sifat Kimia Tanah di Daerah Perakaran

Tumbuhan A. pintoi dan P. purpureum Schum ........................... 23

4.1.1. Perbedaan pH tanah .......................................................... 244.1.2. Perbedaan K-tersedia ....................................................... 254..1.3 Perbedaan C-organik ....................................................... 28

4.2 Perbedaan Bobot Kering Tajuk dan Akar serta NisbahT-A (tajuk-akar) ............................................................................ 314.2.1 Perbedaan Bobot Kering Tajuk............................................. 314.2.2 Perbedaan Bobot Kering Akar .............................................. 334.2.3 Perbedaan Bobot Nisbah Tajuk-Akar ................................... 35

V. SIMPULAN DAN SARAN5.1 Simpulan .................................................................................... 365.2 Saran ............................................................................................. 36

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 37

LAMPIRAN ........................................................................................... 40

TABEL ....................................................................................................... 41-51

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Contoh tanah untuk percobaan .................................................................. 16

2. Analisis ragam perbedaan sifat kimia tanah dalam perakaranA. pintoi dan P. purpureum Schum .......................................................... 23

3. Perbedaan tumbuhan terhadap pH tanah................................................... 24

4. Perbedaan pH akibat faktor jenis tanah..................................................... 25

5. Perbedaan K-tersedia akibat faktor jenis tumbuhan .............................. 26

6. Perbedaan K-tersedia akibat faktor jenis tanah ..................................... 26

7. Perbedaan K-tersedia akibat interaksi jenis tanah dantumbuhan ................................................................................................ 28

8. Perbedaan C-organik akibat jenis tanah ................................................. 29

9. Perbedaan C-organik akibat interaksi jenis tanah dantumbuhan................................................................................................. 30

10. Analisis ragam perbedaan bobot kering tajuk dan akar sertanisbah tajuk-akar tumbuhan A. pintoi dan P. purpureum . .................. 31

11. Perbedaan bobot kering tajuk akibat faktor jenis tumbuhan .................. 32

12. Perbedaan bobot kering tajuk akibat faktor jenis tanah ....................... 32

13. Perbedaan bobot kering akar akibat faktor jenis tumbuhan .................. 33

14. Perbedaan bobot kering akar akibat faktor jenis tanah ......................... 33

15. Pengaruh interaksi tumbuhan dan jenis tanah pada bobot keringakar ..................................................................................................... 34

16. Pengaruh jenis tanah pada nisbah tajuk-akar .......................................... 35

17. Nilai pH dalam perakaran A. pintoi dan P.purpureum padabeberapa jenis tanah di Lampung ................................................... 41

18. Nilai K-tersedia dalam perakaran A. pintoi dan P.purpureumpada beberapa jenis tanah di Lampung ................................................ 42

19. Nilai % C-organik dalam perakaran A. pinto dan P.purpureumpada beberapa jenis tanah di Lampung .............................................. 43

20. Nilai bobot basah tajuk A. pintoi dan P.purpureum padabeberapa jenis tanah di Lampung ...................................................... 44

21. Nilai bobot basah akar A. pintoi dan P.purpureum padabeberapa jenis tanah di Lampung ...................................................... 45

22. Nilai bobot kering tajuk A. pintoi dan P.purpureum padabeberapa jenis tanah di Lampung............................................................ 46

23. Nilai bobot kering akar A. pintoi dan P.purpureum padabeberapa jenis tanah di Lampung ........................................................ 47

24. Nilai Nisbah T.A (tajuk-akar) A. pintoi dan P.purpureum padabeberapa jenis tanah di Lampung........................................................... 48

25. Analisis ragam pH tanah dalam perakaran A. pintoi danP.purpureum pada beberapa jenis tanah di Lampung ........................ 49

26. Analisis ragam K-tersedia tanah dalam perakaran A. pintoidan P.purpureum pada beberapa jenis tanah di Lampung..................... 49

27. Analisis ragam % C-organik tanah dalam perakaran A. pintoidan P.purpureum pada beberapa jenis tanah di Lampung ................. 49

28. Analisis ragam bobot basah tajuk A. pintoi dan P.purpureumpada beberapa jenis tanah di Lampung.. ................................................ 50

29. Analisis ragam bobot basah akar A. pintoi dan P.purpureumpada beberapa jenis tanah di Lampung......... ......................................... 50

30. Analisis ragam bobot kering tajuk A. pintoi dan P.purpureumpada beberapa jenis tanah di Lampung.... ............................................. 50

xv

xv

31. Analisis ragam bobot kering akar A. pintoi dan P.purpureum

pada beberapa jenis tanah di Lampung......... ......................................... 51

32. Analisis ragam Nisbah T-A(tajuk-akar) A. pintoi danP.purpureum pada beberapa jenis tanah di Lampung ........................ 51

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Arachis pintoi ........................................................................................ 12

2. Pennisetum purpureum .......................................................................... 14

3. Lokasi pengambilan contoh tanah percobaan ......................................... 17

4. Tata letak percobaan ............................................................................... 20

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Tanah-tanah di Lampung umumnya tergolong ke dalam tanah Ultisols atau biasa

disebut PMK (Pedzolik Merah Kuning). Ultisols merupakan salah satu tanah

marginal, yang berpotensi untuk digunakan sebagai lahan pertanian. Namun,

akibat dari kurangnya perhatian tehadap perbaikan kesuburan tanah menjadikan

lahan tersebut kurang banyak dimanfaatkan.

Menurut Margarettha (2013) tanah Ultisols memiliki sifat fisika, kimia dan

biologi yang kurang mendukung pertumbuhan tanaman. Hal ini ditandai di

antaranya dengan reaksi tanah yang masam, kandungan unsur hara yang rendah,

kandungan bahan organik rendah, tipisnya lapisan olah, dan kepadatan tanah yang

tinggi. Di Indonesia tanah marginal dijumpai baik pada lahan basah maupun

lahan kering, di lahan basah berupa lahan gambut, lahan sulfat masam dan rawa

pasang surut seluas 24 juta ha sementara di lahan datar kering berupa tanah

Ultisols 47,5 juta ha dan Oxisol 18, juta ha (Suprapto, 2002).

Banyak upaya yang dapat dilakukan untuk memperbaiki kesuburan tanah

marginal, baik secara fisika, biologi dan kimia. Perbaikan secara fisika dapat

dilakukan dengan pemberian bahan organik. Menurut Prasetyo dan Suriadikarta

(2006) pemberian berbagai jenis dan takaran pupuk kandang (sapi, ayam, dan

2

kambing) dapat memperbaiki sifat fisika tanah, yaitu menurunkan bobot isi serta

meningkatkan porositas dan laju permeabilitas tanah. Salah satu cara lain untuk

memperbaiki sifat kimia tanah adalah dengan penanaman vegetasi/tumbuhan yang

secara langsung atau tidak langsung dapat menyumbangkan unsur hara melalui

perakaran maupun serasah yang dihasilkan.

Penanaman vegetasi pada saat lahan tidak ditanami dapat memberikan manfaat

karena dari penanaman tersebut dapat menyediakan bahan organik tanah dan

sebagai sarana rehabilitasi lahan secara vegetatif yang relatif murah dan mudah

untuk diaplikasikan (Rachman dkk., 2009). Hal ini dilaporkan juga oleh Dyani

dkk. (1990) bahwa secara umum vegetasi dapat memperkaya tanah bagian atas

melalui serasah daun yang jatuh sekaligus dapat berfungsi sebagai perangkap

nutrisi atau unsur hara agar tidak terlindi ke dalam tubuh tanah.

Arachis pintoi dan Penissetum purpureum merupakan tumbuhan yang banyak

dimanfaatkan sebagai tanaman penutup tanah pada lahan kering. Memiliki daya

adaptasi yang tinggi terhadap lingkungan yang ekstrim karena termasuk ke dalam

golongan tumbuhan C4. A. pintoi dan P. purpureum melalui perakarannya

menghasilkan H+. Menurut Salam (2012) ion H+ adalah ion penyerang (attacking

agent) yang dapat melapuk mineral tanah serta membebaskan unsur penyusunnya.

Secara umum proses pelapukan mineral tanah meningkat dengan menurunnya pH

tanah, sehingga semakin banyak unsur yang dibebaskan dari padatan mineral

dengan menurunnya pH tanah.

Penelitian pada tanah dari Jabung Lampung Timur yang ditanami menunjukkan

bahwa A. pintoi lebih baik dari tumbuhan lain terkait dengan penurunan pH tanah

3

dan meningkatkan K-dd tanah pada lapisan topsoil (Dewi, 2014). Selain itu, akar

tumbuhan juga mengeluarkan berbagai enzim yang dapat mempercepat

dekomposisi bahan organik tanah dan meningkatkan ketersediaan unsur hara

seperti K. Proses perubahan tanah seperti ini tidak hanya terjadi pada tanah

marginal tetapi juga pada tanah subur.

Penelitian mengenai peranan vegetasi dalam mempertahankan dan meningkatkan

kesuburan tanah melaui serasah dan pengaruh perakarannya telah banyak

dilakukan tetapi mengenai peranannya dalam memperbaiki sifat kimia tanah

belum banyak diketahui, khususnya untuk tanah-tanah di Lampung.

1.2 Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh Arachis pintoi dan

Penissetum purpureum terhadap K-tersedia, C-organik, dan pH pada beberapa

jenis tanah di Lampung.

1.3 Rumusan Masalah

Apakah terdapat pengaruh tumbuhan A. pintoi dan P. purpureum terhadap K-

tersedia, C-organik, dan pH pada beberapa jenis tanah di Lampung.

1.4 Kerangka Pemikiran

Tanah Ultisols memiliki kandungan unsur hara rendah, umumnya bahan organik

rendah karena proses dekomposisi berjalan cepat terutama di daerah tropika.

4

Menurut Alibasyah (2016), sifat kimia tanah Ultisols yang mengganggu

pertumbuhan tanaman adalah pH yang rendah (masam) yaitu < 5,0 dengan

kejenuhan Al tinggi yaitu >42%, kandungan bahan organik rendah yaitu <1,15%,

kandungan hara rendah yaitu N berkisar 0,14%, P sebesar 5,80 ppm, kejenuhan

basa rendah yaitu 29% dan KTK juga rendah yaitu sebesar 12,6 cmol kg-1.

Dengan karakteristik sifat yang dimiliki oleh tanah Ultisols maka diperlukan

teknologi yang tepat untuk meningkatkan kemampuan tanah Ultisols seperti

halnya dapat melalui pemberian bahan organik, pemanfaatan mikroba ataupun

dengan pemupukan.

Kalium (K) merupakan hara utama ketiga setelah N dan P yang diperlukan oleh

tanaman. Kalium memiliki peranan dalam mendukung pertumbuhan tanaman

antara lain : memperkuat tegaknya batang, mengatur pergerakan stomata, sebagai

katalisator dalam pembentukan protein serta mengaktifkan enzim (Rosmarkam

dan Yuwono, 2002). Kebutuhan tanaman akan K cukup tinggi dan akan

menunjukkan gejala kekurangan apabila kebutuhannya tidak tercukupi.

Umumnya masyarakat menggunakan pupuk anorganik untuk mencukupi

kebutuhan akan hara tanaman ini, namun kelangkaan pupuk membuat harga

pupuk semakin mahal. Disamping itu penggunaan pupuk anorganik secara terus-

menerus memberikan dampak yang tidak baik bagi lingkungan, sehingga

diperlukan alternatif lain untuk meningkatkan ketersediaan K didalam tanah salah

satunya adalah penggunaan vegetasi seperti A. pintoi dan P. purpureum.

Perbaikan tanah marginal dapat dilakukan dengan berbagai cara salah satunya

adalah penanaman vegetasi langsung yang dapat memberikan pengaruh terhadap

5

kimia tanah yang dihasilkan melalui serasah dan perakarannya. Utami dan

Handayani (2003) melaporkan bahwa sistem pertanian organik dengan

pengaplikasian bahan organik seperti hasil serasah tanaman atau mulsa organik

serta penggunaan pupuk organik meningkatkan kandungan K-tersedia tanah.

Kartika dkk. (2009), menjelaskan bahwa A. pintoi sangat potensial di negara

tropika, dengan beberapa kelebihannya yaitu: sangat baik untuk konservasi tanah,

mampu memperbaiki kualitas tanah, sebagai sumber bahan yang baik untuk

kompos, dan membantu pertumbuhan tanaman.

Hasil penelitian Dewi (2014) menunjukkan bahwa tanah yang ditanami A. pintoi

lebih baik dari tumbuhan lain terkait dengan penurunan pH tanah dan

meningkatkan K-dd pada tanah dari Jabung Lampung Timur pada lapisan topsoil.

Hal ini didukung juga oleh Salam (2012) bahwa ion H+ yang dihasilkan oleh

ekskresi akar dari A. pintoi dan P. purpureum sebagai ion penyerang (attacking

agent) yang dapat melapuk mineral tanah serta membebaskan unsur penyusunnya,

sehingga semakin banyak unsur yang dibebaskan dari padatan mineral dengan

menurunnya pH tanah.

Eksudat akar dikeluarkan pada rhizosphere dari A. pintoi dan P. purpureum salah

satunya asam-asam organik yang meliputi asam oksalat, sitrat, malat, fumarat,

suksinat, benzoat dan lain-lain. Asam organik memiliki peran penting dalam

meningkatkan ketersediaan unsur K. Selain menurunkan pH, asam oksalat dan

sitrat berperan dalam melepaskan K tidak dapat dipertukarkan menjadi K dapat

dipertukarkan (Zhu and Luo, 1993). Salah satu upaya penting dalam

meningkatkan K adalah melalui penggunaan tanaman yang akarnya banyak

6

mengeluarkan eksudat asam organik. Selain mengeluarkan ion H+ dan asam

organik, akar tanaman juga menghasilkan berbagai enzim yang berpatisipasi

dalam mempercepat reaksi kimia tanpa ikut bereaksi seperti fosfatase yang

berperan membebaskan P, arilsulfatase berperan membebaskan S yang akan

mempercepat dekomposisi bahan organik. Dekomposisi bahan organik akan

meningkatkan ketersediaan unsur hara (Salam, 2014).

1.5 Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran tersebut, maka dapat disusun hipotesis yaitu

1. Pertumbuhan A. pintoi dan P. purpureum akan meningkatkan K-tersedia, C-

organik dan menurunkan pH tanah pada beberapa jenis tanah di Lampung

2. K-tersedia serta C-organik tanah yang ditanami A. pintoi lebih tinggi

dibandingkan P. purpureum

7

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Potensi Tanah Marginal Untuk Pertanian

Kesuburan tanah selalu berkaitan dengan sifat fisika, kimia dan biologi tanah.

Tanah subur memiliki sifat-sifat fisika yang baik mencakup : tekstur, struktur,

porositas, kadar air tanah; sifat kimia yang baik meliputi pH, ketersediaan unsur

hara makro dan mikro, kandungan bahan organik, C-organik dan N-Total tanah

serta sifat biologi yang baik mencakup: jenis, populasi dan aktivitas

mikroorganisme tanah (Salam, 2012).

Tanah marginal merupakan tanah yang mempunyai potensi rendah karena

memiliki beberapa faktor pembatas. Potensi yang rendah pada tanah marginal ini

dapat disebabkan oleh sifat tanah, lingkungan fisik, atau kombinasi dari keduanya

yang kurang menguntungkan bagi pertumbuhan tanaman, sehingga

mengakibatkan produktivitas yang kurang optimal. Tanah yang miskin bahan

organik akan berkurang kemampuan dalam daya menyangga pupuk anorganik,

sehingga efisiensinya menurun karena sebagian besar pupuk akan hilang melalui

pencucian, fiksasi atau penguapan (Soepardi, 1983).

Tanah-tanah di Lampung umumnya tergolong ke dalam tanah Ultisols. Menurut

Paiman dan Armando (2010) Ultisols tergolong ke dalam tanah marginal, yaitu

tanah dengan faktor pembatas. Hal ini menyebabkan munculnya masalah dalam

8

pemanfaatannya terutama sebagai lahan pertanian. Diantara sifat tanah Ultisols

yaitu kandungan unsur hara umumnya rendah karena terjadi pencucian basa

secara intensif, kandungan bahan organik rendah karena proses dekomposisi

berjalan cepat terutama di daerah tropika. Ultisols memiliki permeabilitas lambat

hingga sedang, dan kemantapan agregat rendah sehingga sebagian besar tanah ini

mempunyai daya memegang air yang rendah dan peka terhadap erosi (Prasetyo

dan Suriadikarta, 2006).

Namun, Ultisols memiliki potensi untuk pertanian ditinjau dari luasnya.

Teknologi pengelolaan tanah Ultisols telah banyak dikembangkan dengan

berbagai cara yaitu melalui pengapuran, pemberian bahan organik, serta

pemupukan P dan K. Dengan ini diharapkan lahan-lahan marginal dapat

digunakan secara optimal. Seperti Ultisols tanah marginal lain juga memiliki

potensi besar untuk pertanian setelah dimodifikasi secara fisika, kimia, atau

biologi.

2.2 Pengaruh Vegetasi terhadap Sifat Kimia Tanah

2.2.1 Peranan Akar Tanaman terhadap K-Tersedia

Akar tanaman memiliki kelebihan dibandingkan mikroorganisme. Akar tanaman

dapat mengisi pori-pori mikro, meso dan makro. Selain dapat menghasilkan pori

dengan berbagai ukuran, ketika masih hidup kehadiran akar tanaman dapat

mengikat agregrat-agregrat tanah sehingga lebih mantap. Akar tanaman juga

dapat mengeluarkan ion dan senyawa sehingga dapat mempengaruhi reaksi tanah

Akar tanaman menyerap air dan unsur hara dari rizosfir. Ion H+ dan CO2 yang

9

dikeluarkan akar mengakibatkan pH di daerah perakaran tanaman turun sehingga

unsur hara dari mineral tanah di dekatnya akan larut dan tersedia bagi tanaman

Selain itu, beberapa jenis asam organik juga dikeluarkan oleh akar tanaman dan

dapat menurunkan pH tanah (Salam, 2012).

Akar tanaman yang mati serta serasah yang jatuh ke permukaan tanah akan

terdekomposisi sehingga dapat menyumbangkan bahan organik. Hal tersebut

dapat memperkuat agregrasi tanah dan menjadi sumber C bagi kehidupan biologi

tanah. Bahan organik baik yang masih segar atau pun yang berupa serasah hasil

tumbuhan memiliki peranan penting terhadap tanah, di antaranya menjaga

kelembaban tanah, mengurangi penguapan, menghambat pencucian unsur hara,

dan memperlancar kegiatan jasad renik tanah yang membantu menyuburkan

tanah.

Akar tanaman dan organisme tanah dapat menghasilkan senyawa kimia dan

biokimia berupa ion H+ , OH-, HCO3- , asam-asam organik serta enzim tanah. Ion

H+ diekskresikan oleh akar tanaman saat menyerap kation dari sekitar akar, ion

OH-dan HCO3- dikeluarkan akar tanaman pada saat menyerap anion seperti

H2PO4- dan NO3

-. Sedangkan asam-asam organik dan enzim yang dikeluarkan

oleh akar tanaman dan makro-mikroorganisme untuk mempercepat dekomposisi

mineral dan bahan organik. Ion H+ yang dikeluarkan oleh akar tanaman

umumnya lebih banyak, sehingga ekskresi akar tanaman dapat menurunkan pH

tanah (Salam, 2012).

Asam organik yang dihasilkan oleh tanaman juga mempunyai peranan yang

sangat penting dalam meningkatkan ketersediaan K tanah. Asam oksalat dan

10

sitrat dapat melepaskan K tidak dapat dipertukarkan (K-tdd) menjadi K dapat

dipertukarkan (Kdd) dan K larut pada tanah-tanah yang berbahan induk batu

kapur (Zhu dan Luo, 1993).

2.2.2 Pengaruh pH terhadap Sifat Kimia Tanah

Reaksi tanah (pH) sangat berpengaruh terhadap proses pelapukan padatan mineral

tanah. Hal ini disebabkan karena ion H+ adalah agen penyerang (attacking agent)

yang dapat melapuk mineral tanah serta membebaskan unsur penyusunnya,

sehingga semakin banyak unsur yang dibebaskan dari padatan mineral dengan

menurunya pH tanah.

Pergantian ion-ion seperti K, Na, Ca, dan Mg oleh ion H+ memulai proses

pelapukan mineral tanah. Mineral tanah mengkonsumsi ion H+ sehingga dapat

membebaskan kation tersebut ke dalam air tanah. Misalnya dalam pelapukan

mika, ion H+ dari air tanah menggantikan ion K+ , kemudian ion K+ dibebaskan ke

dalam air tanah sedangkan ion H+ masuk ke posisi oktahedral dan tetrahedral

menggantikan kedudukan kation multivalen. Hal ini karena ion H+ merupakan

agen pelapuk yang dapat menggantikan kation dalam struktur mineral. Kehadiran

agen pengelat dapat meningkatkan pelapukan mineral tanah, sehingga dapat

mempengaruhi ketersediaan unsur hara di dalam tanah (Salam, 2012).

2.2.3 Pengaruh C-organik terhadap Sifat Kimia Tanah

Karbon merupakan sumber makanan mikroorganisme tanah. Keberadaan C-

organik dalam tanah akan memacu kegiatan mikroorganisme yang dapat

meningkatkan proses dekomposisi tanah dan juga reaksi-reaksi yang memerlukan

11

bantuan mikroorganisme, misalnya pelarutan P dan fiksasi N. Menurut Afandi

dkk. (2015) bahan organik dapat meningkatkan kandungan C-organik tanah.

Peningkatan C-organik tanah dapat mempengaruhi sifat tanah menjadi lebih baik

secara fisika, kimia, dan biologi. C-organik baik yang berasal dari akar tanaman,

mikroorganisme, maupun makroorganisme tanah yang mengeluarkan senyawa

kimia dan biokimia dalam bentuk ion H+, ion OH-, ion HCO3-, asam organik, dan

enzim tanah (Salam, 2012)

2.3 Karakteristik dan Potensi Tumbuhan untuk Perbaikan Tanah Marginal

Banyak tumbuhan yang potensial untuk memperbaiki kesuburan tanah, di

samping karena tumbuhan tersebut seperti gulma mampu beradaptasi terhadap

lingkungan yang ekstrim, eksudat akar dan serasah yang dihasilkan secara

langsung atau tidak langsung mampu menyumbangkan unsur hara tertentu.

Gulma juga mampu bertahan hidup dalam jangka waktu yang lama memiliki daya

adaptasi yang sangat tinggi dikarenakan sebagian besar gulma tergolong

tumbuhan C4 sehingga lebih efisien dalam proses fotosintesisnya, dan

penyebarannya yang luas (Sembodo, 2010).

Tanaman penutup tanah (cover crop) adalah tanaman yang tumbuh yang mampu

menutupi seluruh permukaan tanah sehingga berguna untuk mengendalikan

kerusakan tanah akibat erosi dan memperbaiki sifat fisika maupun kimia tanah.

Tanaman penutup tanah (cover crop) juga berpotensi meningkatkan kesuburan

tanah. Menurut Juarsah (2015), tanaman penutup harus memenuhi persyaratan,

antara lain: mudah diperbanyak terutama dengan biji, tumbuh cepat dan

12

menghasilkan banyak daun, toleran terhadap pemangkasan dan injakan, bukan

tanaman inang hama penyakit, dan sistim perakarannya tidak berkompetisi berat

dengan tanaman pokok. Gulma maupun cover crop dapat memberikan pengaruh

terhadap sifat kimia tanah seperti C-organik dan ketersediaan K. Di antara gulma

dan cover crop yang potensial terdapat A. pintoi dan P. purpureum.

2.3.1 Arachis pintoi

A. pintoi diperlihatkan pada Gambar 1. Klasifikasi dari tumbuhan ini adalah

sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Fabales

Famili : Fabaceae

Genus : Arachis

Spesies : Arachis pintoi (Anonim, 2013)

Gambar 1. A. pintoi.

13

A. pintoi adalah tumbuhan golongan leguminosa yang tumbuh merambat di atas

permukaan tanah, merupakan kerabat dekat dengan tanaman kacang tanah

(Arachis hypogea). A. pintoi di Indonesia dikenal dengan sebutan kacang hias.

Tumbuhan ini merupakan spesies eksotik berasal dari Brazil yang didatangkan ke

Indonesia melalui Singapura untuk digunakan sebagai tanaman hias dan penutup

tanah. Tanaman ini banyak digunakan sebagai penutup tanah karena mempunyai

daya adaptasi yang baik terhadap berbagai jenis tanah, mampu tumbuh dengan

baik pada tanah dengan tekstur liat sampai tanah berpasir. Tanaman ini juga

mampu beradaptasi baik pada kondisi kesuburan tanah rendah dan pH sangat

masam, serta toleran terhadap kejenuhan Al yang tinggi (Maswar. 2004). Selain

itu, A. pintoi toleran naungan sampai intensitas 50% serta pertumbuhan A. pintoi

akan lebih baik dan lebih cepat pada musim hujan (Fanindi dkk., 2012).

2.3.2 Pennisetum purpureum

P. purpureum diperlihatkan pada Gambar 2. Klasifikasi dari tumbuhan ini adalah

sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Kelas : Monokotil

Ordo : Poales

Famili : Poaceae

Genus : Pennisetum

Spesies : Pennisetum purpureum (Tjitrosoepomoe, 2004).

14

Gambar 2. P. purpureum.

P. purpureum dikenal sebagai rumput gajah yang banyak dibudidayakan sebagai

hijauan pakan ternak. Menurut Reksohadiprodjo (1985) rumput gajah adalah

tanaman tahunan dapat tumbuh cepat dan tegak mencapai 2-4 meter, perakarannya

dalam dengan rizom-rizom yang pendek serta membentuk rumpun dengan jumlah

batang setiap rumpun berkisar antara 20-200 batang. Rumput ini merupakan

tanaman yang dapat tumbuh di daerah yang bernutrisi rendah. Rumput gajah

membutuhkan sedikit atau tanpa tambahan unsur hara dan dapat hidup pada tanah

kritis tempat tanaman lain relatif tidak dapat tumbuh dengan baik. Tanaman ini

juga mampu memperbaiki tanah yang rusak akibat erosi (Sanderson and Paul,

2008).

15

III. METODE

3.1 Tempat dan Waktu

Penelitian dilakukan di Rumah Plastik Perguruan Tinggi Al-Madani dari bulan

Februari 2018 sampai Mei 2018. Analisis tanah dan tanaman dilakukan di

Laboratorium Ilmu Tanah Universitas Lampung.

3.2 Bahan dan Alat

Bahan-bahan penelitian meliputi bibit tanaman A. pintoi dan P. purpureum,

dikumpulkan di lokasi Gedong Meneng dan Negri Sakti, larutan Amonium Asetat

(NH4OAc) 1N pH 7; aquades dan contoh tanah diambil dari beberapa lokasi di

Lampung (Tabel 1).

Alat-alat yang digunakan adalah polibag, cangkul, oven, selang air, kertas semen,

gunting, label, botol plastik, mesin kocok, ayakan 2 mm, timbangan analitik,

flamefotometer, dan pH-meter.

16

Tabel 1. Contoh tanah untuk percobaan.

No Lokasi Tanggal

pengambilan

Posisi geografis

1 Gedong Meneng,

Universitas Lampung

Minggu, 28

Januari 2018

5°26’49” LS dan 105°

14’12” BT

2 Natar , Desa Sidosari Sabtu, 27 Januari

2018

5°20’14” LS dan 105°

14’40” BT

3 Tanjung Bintang, Desa

Malang Sari

Sabtu, 3 Februari

2018

5°19’20,27’’LS dan 105°

28’44,23”BT

4 Sekampung Udik, Desa

Sidorejo

Sabtu, 3 Februari

2018

5o27’1,57” LS dan 104°

42’52,12”BT

5 Gisting, Desa Gisting Atas Sabtu, 3 Februari

2018

5°24’27’’LS dan 105

33’35”BT

6 Hulu Sungkai, Desa Lubuk

Rukam

Selasa, 6 Februari

2018

4°40’39,02’’LS dan 104°

38’46,05’’BT

7 Kota Bumi, Desa Cempedak Selasa, 6 Februari

2018

4°50’5,82’’LS dan 104°

52’3,06’’BT

8 Abung Selatan, Desa

Kalibalangan

Selasa, 6 Februari

2018

4°50’4,47’’LS dan 104°

52’3,06’’BT

9 Liwa, Balik Bukit Sabtu, 17 Februari

2018

5°00’47.9’’LS dan 104°

04’55.4’’BT

17

3.3 Metode Penelitian

Gam

bar

3. L

okas

ipen

gam

bila

nco

ntoh

tana

h.

18

3.3 Metode Penelitian

Penelitian ini disusun secara faktorial dalam RAK (Rancangan Acak Kelompok)

dengan 2 faktor dan 3 ulangan. Faktor pertama adalah tumbuhan (P) dan faktor

kedua adalah jenis tanah (T).

Jenis tanaman adalah:

P0 : Tanpa tumbuhan

P1 : A. pintoi

P2 : P. purpureum

Jenis tanah adalah :

T1 : Tanah Gedong Meneng

T2 : Tanah Sidosari

T3 : Tanah Tanjung Bintang

T4 : Tanah Sekampung Udik

T5 : Tanah Gisting

T6 : Tanah Sungkai

T7 : Tanah Kota Bumi

T8 :Tanah Abung Selatan

T9 :Tanah Liwa

3.4 Pelaksanaan Penelitian

A. Pengambilan Contoh Tanah

Contoh tanah komposit diambil dari kedalaman 0-20 cm pada beberapa lokasi di

Lampung (Gambar 3) menggunakan cangkul. Contoh tanah dikeringudarakan dan

19

diaduk rata sebelum digunakan untuk percobaan. Tata letak percobaan dapat

dilihat pada Gambar 4.

B. Persiapan Media Tanam

Penelitian dilakukan dengan menggunakan polybag. Tanah ditimbang sebanyak 3

kg per satuan percobaan. Sebelum penanaman, contoh tanah dibasahi dengan air.

C. Penanaman

Masing-masing polybag ditanami sebanyak 10 bibit A. pintoi atau 3 bibit P.

purpureum sesuai rancangan percobaan. Apabila bibit tanaman tidak tumbuh atau

terserang hama penyakit maka dilakukan penyulaman. Bibit disiapkan sebelum

penanaman dengan cara mengambil tanaman yang memiliki ukuran seragam yang

diambil di lokasi Gedong Meneng dan Negri Sakti.

D. Pemeliharaan

Pemeliharaan dilakukan dengan melakukan penyiraman dan pengendalian hama

penyakit atau pun gulma lain yang tumbuh dengan mencabutnya secara manual.

Penyiraman dilakukan setiap hari dengan air.

E. Panen

Pemanenan dilakukan setelah tanaman berumur 2 bulan. Tanah dan tanaman juga

diambil untuk analisis. Tanaman dipotong pada batas tanah dan dipisahkan

bagian akarnya, kemudian ditentukan berat basah maupun berat keringnya. Berat

basah dan berat kering akar juga ditetapkan. Panen akar dilakukan dengan cara

dibersihkan akar tersebut dari tanah yang masih melekat menggunakan air. Berat

basah ditetapkan dengan menimbang langsung setelah pemanenan. Bobot kering

20

dilakukan setelah pengovenan pada suhu 60° C selama 3x24 jam (sampai

bobotnya stabil). Panen tanah dilakukan dengan mengambil contoh tanah

percobaan kemudian dikeringudarakan selama 1 minggu setelah itu diayak

menggunakan ayakan 2 mm dilanjutkan analisis di Laboratorium.

Gambar 4. Tata letak percobaan.Gambar 4. Tata letak percobaan

Gambar 4. Tata letak percobaan

Gambar 4. Tata letak percobaan.

Keterangan : P0:Tanpa tanaman, P1:A. pintoi, P2: P. purpureum, T1:Tanah GedongMeneng, T2:Tanah Sidosari, T3:Tanah Tanjung Bintang, T4:TanahSekampung Udik, T5 :Tanah Gisting, T6:Tanah Sungkai, T7:TanahKota Bumi, T8:Tanah Abung Selatan, T9:Tanah Liwa.

3.5 Pengamatan

A. Pertumbuhan Tanaman

1. Bobot basah tajuk

T7P1 T6P2 T8P1

T6P0 T5P2 T5P1

T6P2 T8P1 T8P0

T7P2 T9P2 T4P1

T8P2 T7P0 T2P2

T3P2 T3P1 T1P0

T1P1 T3P0 T2P1

T2P1 T4P2 T5P0

T9P0 T1P2 T9P1

Ulangan 2

T7P1 T5P2 T2P2

T1P2 T3P2 T4P0

T1P0 T6P0 T7P0

T9P1 T7P2 T5P0

T8P0 T6P1 T4P2

T1P1 T5P1 T9P0

T3P0 T2P1 T6P2

T4P1 T8P1 T8P2

T2P0 T9P2 T3P1

Ulangan 3

T7P0 T8P1 T9P0

T1P0 T5P2 T3P2

T6P1 T9P2 T5P0

T2P2 T4P1 T4P0

T6P2 T2P1 T6P0

T2P0 T1P2 T1P1

T7P2 T3P1 T5P1

T4P2 T7P1 T8P0

T9P1 T8P2 T3P0

Ulangan 1

21

Bobot basah tajuk didapat dengan menimbang tumbuhan bagian atas yang

dipotong pada batas tanah.

2. Bobot kering tajuk

Pengukuran bobot kering dilakukan setelah pengovenan brangkasan selama 3 x

24 jam (sampai bobotnya stabil) dengan suhu 60°C.

3. Bobot basah akar

Bobot basah akar didapat dengan menimbang akar yang dipotong pada batas

tanah. Akar dipisahkan dari tanah dengan cara direndam dengan air, kemudian

akar yang sudah bersih dapat langsung ditimbang.

4. Bobot kering akar

Pengukuran bobot kering akar dapat dilakukan dengan pengovenan selama 3 x

24 jam (sampai bobotnya stabil) dengan suhu 60°C.

5. Nisbah T-A

Merupakan perbandingan bobot kering bagian akar dan tanaman dengan

nisbah dengan menggunakan rumus: N. =

Keterangan :

N T. A = Nisbah antara tajuk dan akar

BKt = Bobot kering tajuk

BKa = Bobot kering akar

22

B. Sifat Kimia Tanah

1. pH

Pengukuran pH dilakukan dengan pH-meter. Kemasaman diukur dengan

aquades perbandingan tanah dan air 1 : 2.

2. K-tersedia

Kandungan K-dd diekstrasi dengan menggunakan larutan amonium asetat

(NH4OAc) 1N pH 7; transmitan ditetapkan dengan flamephotometer

3. C-organik

Kandungan C-organik dianalisis dengan metode Walkey dan Black (1934)

yang telah dideskripsikan oleh Tim DDIT (2015) yaitu dengan menggunakan

larutan Kalium Bikromat sehingga akan didapat perhitungan % C-organik.

3.6 Analisis Data

Homogenitas data dievaluasi dengan uji Bartlet. Aditifitas data dengan uji

Tukey, setelah data sesuai, dilakukan analisis ragam, dan kemudian uji lanjut

dengan Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) 5%.

V. SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat diambil simpulan sebagai berikut:

1. A. pintoi dan P. purpureum mengakibatkan peningkatan pH tanah serta

menurunkan K-tersedia, namun tidak mempengaruhi C-organik tanah.

2. A. pintoi menyebabkan pH lebih rendah dan K-tersedia lebih tinggi

dibandingkan P.purpureum, namun kandungan C-organik pada tanah yang

ditanami kedua jenis tumbuhan tersebut tidak berbeda.

3. A. pintoi menyebabkan K-tersedia lebih tinggi dibandingkan P.purpureum

pada tanah Tanjung Bintang, Gisting, dan Hulu Sungkai sedangkan untuk

tanah yang lain tidak berbeda.

5.2 Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan penambahan jenis gulma yang

berbeda dalam skala lahan yang lebih luas serta waktu penanaman tumbuhan

perlu ditambah untuk melihat dampak lebih lanjut dari pengaruh tumbuhan

tersebut.

37

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2013. Klasifikasi Arachis pintoi . www.Plantanamor.com. Diakses pada3 Desember 2017.

Afandi, N. F., B. Siswanto, dan Y. Nuraini. 2015. Pengaruh pemberian berbagaijenis bahan organik terhadap sifat kimia tanah pada pertumbuhan danproduksi tanaman ubi jalar di entisol ngrangkah pawon, Kediri. J. Tanahdan Sumberdaya Lahan. 2 (2) :237-244.

Alibasyah, M.R. 2016. Perubahan beberapa sifat fisika dan kimia ultisol akibatpemberian pupuk kompos dan kapur dolomit pada lahan berteras. JFloratek. 11 (1) : 75-87.

Dewi, S. K. 2014. Perbedaan sifat kimia tanah dalam perakaran beberapa jenistumbuhan pada topsoil dan subsoil tanah marginal. Skripsi. Jurusan IlmuTanah, Fakultas Pertanian,Universitas Lampung. Bandar Lampung. 68hlm.

Dwijosepoetro, D. 1981. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Gramedia PustakaUtama. Jakarta. 150 hlm.

Dyani, S. K., P. Naranin, and R. K. Singh. 1990. Studies on root distribution offive multipurpose tree species in Doon Valley. India. J AgroforestySystem. 12 :149-161.

Fanindi, A., E. Sutedi, dan Sajimin. 2012. Pengaruh naungan dan intervalpotongan terhadap hijauan Arachis pintoi. J.Pastura. 1 (2) : 48-51.

Handayani, I. P., P. Prawito, dan Z. Muktamar. 2002. Lahan paskadeforestasi diBengkulu: Kajian peranan vegetasi invasi. J. Ilmu-Ilmu PertanianIndonesia. (4)1: 10-17.

Harpstead, M. I., F. D. Hole, and W. F. Bennet. 1988. Soil Science Simplified.Edisi ke-2. Iowa State Unv. Press, Ames.

Juarsah, I. 2015. Teknologi pengendalian gulma alang-alang dengan tanamanlegume untuk pertanian tanaman pangan. J. Agro. 2 (1) : 29-38.

38

Lumbantobing, R. M. 1996. Rehabilitas Sifat Kimia Lahan Terdegradasi melaluiPenanaman dan Pembenaman Tanaman Penutup Tanah. Skripsi FakultasPertanian IPB. Bogor. 79 hlm.

Margarettha. 2013. Studi biologi tanah dalam penerapan beberapa teknikpengolahan tanah dan sistem pertanaman pada ultisol. J. Agro. 8 (2) : 117–12.

Maswar. 2004. Kacang hias (Arachis pintoi) pada usaha tani lahan kering. BalaiPenelitian Tanah. Bogor.

Njurumana, G. N. D., M. Hidayatullah, dan T. Butarbutar. 2008. Kondisi TanahPada Sistem Kaliwu dan Mawar di Timor dan Sumba. Balai PenelitianKehutanan Kupang. Kupang.

Nyakpa, M.Y., A. M. Lubis, M. A. Pulung, A. G. Amrah, A. Munawar, G. B.Hong, dan N. Hakim. 1988. Kesuburan Tanah. Universitas Lampung,Lampung. 258 hlm.

Paiman, A., dan G. Y. Armando. 2010. Potensi fisik dan kimia lahan marjinaluntuk pengembangan pengusahaan tanaman melinjo dan karet di ProvinsiJambi. J. Akta Agrosia. 13 (1) : 89 – 97.

Prasetyo, B.H., dan D. A. Suriadikarta. 2006. Karakteristik, potensi, dan teknologipengelolaan tanah ultisol untuk pengembangan pertanian lahan kering diIndonesia. J. Litbang Pertanian. 25(2) : 39-47.

Rachman, A., A. Darlah, dan D. Santoso. 2009. Pupuk hijau Balai Penelitian danPengembangan Tanah. Bogor. 41-57.

Reksohadiprodjo, S. 1985. Produksi Tanaman Hijauan Makanan Ternak Tropik.Bagian Penerbitan Fakultas Ekonomi. Universitas Gajah Mada,Yogyakarta. 139 hlm.

Rosmarkam, A., dan N. W. Yuwono. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Kanisius.Yogyakarta. 224 hlm.

Salam, A.K., Afandi, N. Sriyani, and M. Kimura. 2001. Soil enzymatie activitiesin a hilly coffee plantation in Lampung Province, South Sumatera,Indonesia, under plant cover management. J. Soil Sci. Plant Nutr. 47(4):695-702.

Salam, A, K. 2012. Ilmu Tanah Fundamental. Global Madani Press. BandarLampung. 362 hlm.

Salam, A, K. 2014. Enzymes in Tropical Soils. Global Madani Press. BandarLampung. 210 hlm.

39

Sanderson, M, A., and , R. A. Paul. 2008. Perennial forages as second generationbioenergy crops. Int. J. Molecular Sciences. 9: 768-788.

Sembodo, D. R. J. 2010. Gulma dan Pengelolaannya. Graha Ilmu. Yogyakarta.168 hlm.

Sembodo, D. R. J., N. Sriyani, dan Afandi. 2012. Kajian pemanfaatan gulma insitu sebagai sumber bahan organik yang berpotensi untuk memperbaikikualitas tanah kritis. J. Gulma dan Tumbuhan Invasif Trop. 3(1): 21-27.

Sinaga, R. 2008. Keterkaitan Nisbah Tajuk Akar Dan Efisiensi Penggunaan AirPada Rumput Gajah dan Rumput Raja Akibat Penurunan Ketersediaan AirTanah. J.Biologi Sumatera. 3 (1) : 29 – 35.

Soepardi, G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 591 hlm

Sumiahadi, A., M. A. Chozin, dan D. Guntoro, 2016. Evaluasi Pertumbuhan danPerkembangan Arachis pintoi sebagai Biomulsa pada Budidaya Tanamandi Lahan Kering Tropis. J. Agron. Indonesia. 44 (1): 98 – 103.

Suprapto, A. 2002. Land and water resources development in Indonesia. Dalam:FAO. Investment in Land and Water. Proceedings of the RegionalConsultation

Tim DDIT. 2015. Penuntun Praktikum Dasar-Dasar Ilmu Tanah. FakultasPertanian Universitas Lampung. Bandar Lampung. 42 hlm.

Tjitrosoepomo, G. 2004. Taksonomi tumbuhan (spermatophyta). Gajah MadaUniversity Press. Yogyakarta. 477 hlm.

Utami, S.N., dan S. Handayani. 2003. Sifat kimia Entisol pada sistem pertanianorganik. J. Ilmu Pertanian .10 (2):63-69.

Yuwono, M., N. Basuki, dan L. Agustin. 2012. Pertumbuhan dan Hasil Ubi Jalar(Ipomoea batatas L.) Pada Macam dan Dosis Pupuk Organik yangBerbeda terhadap Pupuk Anorganik. Kanisius. Yogyakarta

Zhu, Y.G., and J. X. Luo. 1993. Release of nonexchangeable soil K by organicacids. Pedosphere 3: 269-276.