Laporan APT 3 Arachis Fix

19
Laporan Praktikum Analisis Pertumbuhan Tanaman “Menaksir Luas Daun Berdasarkan Metode Punch” Oleh : Nama : M. Hasan Suhaedi NIM : 115040200111020 Kelompok : Rabu, 07.30 Asisten : Mas Bayu PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

description

-

Transcript of Laporan APT 3 Arachis Fix

Page 1: Laporan APT 3 Arachis Fix

Laporan Praktikum Analisis Pertumbuhan Tanaman“Menaksir Luas Daun Berdasarkan Metode Punch”

Oleh :

Nama : M. Hasan Suhaedi

NIM : 115040200111020

Kelompok : Rabu, 07.30

Asisten : Mas Bayu

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2014

Page 2: Laporan APT 3 Arachis Fix

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Daun adalah suatu organ pada tumbuhan yang memiliki peranan yang

cukup penting yaitu sebagai tempat terjadinya proses fotosintesis. Fotosintesis

merupakan suatu proses perubahan energi cahaya matahari menjadi energy yang

dapat diserap oleh tanaman yaitu energi kimia dan diakumulasikannya dala bentuk

bahan kering yaitu karbohidrat atau glukosa. Analisis pertumbuhan tanaman pada

suatu komoditas, merupakan kegiatan utama yang dilakukan untuk mengetahui

pertumbuhan dan perkembangan suatu tanaman.Kegiatan analisis pertumbuhan

tanaman ini meliputi pengukuran indeks luas daun (ILD), nisbah luas daun (NLD)

dan nisbah berat daun (NBD) yang dilakukan pada suatu periode atau waktu

tertentu (Aryati, 2006).

Tanaman dapat membuat nutrisi sendiri untuk keperluan tumbuh dan

berkembang hidupnya melalui proses fotosintesis dan hasil akhirnya disebut

fotosintat. Hasil fotosintesis tanaman berbentuk karbohidrat (glukosa) dan gas O2.

Sementara tempat terjadinya fotosintesis adalah di daun. Daun merupakan

“dapur” dari suatu tanaman. Daun adalah tempat untuk mengolah hara, air dan

cahaya untuk membentuk nutrisi yang diperlukan bagi seluruh bagian tubuh

tanaman.

Terkait dengan hal tersebut, daun memiliki peran yang vital bagi

kelangsungan hidup tanaman. Oleh karenanya perkembangan daun pada suatu

tanaman sangat memengaruhi keseluruhan proses metabolisme tanaman. Bahkan

untuk mengetahui suatu tanaman itu cukup atau tidak akan unsur hara dapat

diketahui melalui gejala yang nampak pada daun.

Dalam kaitannya dengan analisis pertumbuhan tanaman, perkembangan

daun menjadi fokus utama. Salah satu cara mengetahui laju pertumbuhan suatu

tanaman adalah dengan parameter luas daun. Dalam pengukuran luas daun ada

faktor yang perlu diperhatikan, yakni ketepatan hasil dan kecepatan pengukuran.

Maka dalam terapannya praktikum ini akan membahas mengenai metode punch

Page 3: Laporan APT 3 Arachis Fix

untuk menghitung luas daun dengan cara dilubangi, serta bagaimana korelasinya

dengan pertumbuhan tanaman.

1.2 Tujuan

Tujuan dari pelaksanaan praktikum ini adalah untuk mengetahui hasil

pengukuran luas daun dengan menggunakan Metode Punch pada daun tanaman

bayam.

Page 4: Laporan APT 3 Arachis Fix

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kelebihan dan Kekurangan Metode Punch

2.1.1 Kelebihan Metode Punch

Menurut Rahmawati (2007) menjelaskan bahwa metode punch memiliki

kelebihan, antara lain :

a. Metode ini dapat dilakukan oleh semua orang tanpa memiliki spesialisasi atau

keahlian yang berarti;

b. Metode ini mudah dan tidak menggunakan biaya yang mahal; dan

c. Metode ini dapat dilakukan dimanapun karena tidak memerlukan alat berarti.

2.1.2 Kekurangan Metode Punch

Menurut Rahmawati (2007) menjelaskan bahwa metode punch memiliki

kekurangan, antara lain :

a. Dengan menggunakan metode ini juga membutuhkan waktu yang lama karena

pelubangan harus dilakukan untuk semua daun;

b. Metode ini hanya bisa untuk daun yang berukuran besar;

c. Metode ini masih dapat mengalami kesalahan, tergantung dari perhitungan

pengamat (peneliti); dan

d. Metode ini juga membutuhkan tenaga dan ketelitian yang tinggi.

Page 5: Laporan APT 3 Arachis Fix

3. BAHAN DAN METODE

3.1 Alat dan Bahan

Alat yang dibutuhkan dalam praktikum materi Pengukuran Luas Daun

dengan Metode Punch adalah :

a. Cork Borer : alat yang digunakan untuk membuat lubang pada

sampel daun tanaman bayam.

b. Penggaris : alat yang digunakan untuk mengukur jari-jari daun

tanaman bayam.

c. Cutter atau Gunting : alat yang digunakan untuk membantu

mengeluarkan bulatan dari daun.

d. Oven : alat yang digunakan untuk mengeringkan sampel

daun tanaman bayam.

e. Timbangan : alat yang digunakan untuk meghitung bobot kering

bulatan dan sisa daun tanaman bayam.

f. Amplop : wadah yang digunakan untuk membungkus sampel

daun bayam saat dioven.

g. Spidol : alat yang digunakan untuk pemberian label pada

amplop.

h. Kalkulator : alat yang digunakan untuk menghitung luas daun

tanaman bayam pada metode punch.

i. Kamera : alat yang digunakan untuk dokumentasi kegiatan

praktikum.

Sedangkan bahan yang digunakan dalam praktikum materi Pengukuran

Luas Daun dengan Metode Punch adalah :

a. Daun tanaman bayam : sampel daun tanaman yang akan diamati luas

daunnya.

Page 6: Laporan APT 3 Arachis Fix

3.2 Cara Kerja

Ambil daun tanaman bayam

Lubangi daun pada tiap bagiannya tanpa ada sisa

Pisahkan antara bulatan daun dan sisa daun lalu hitung jumlah bulatan dan

luas tiap bulatannya dengan rumus L = r2

Masukkan bulatan dan sisa daun ke dalam amplop lalu oven dengan suhu

85oC selama 2x24 jam

Timbang bobot kering bulatan dan sisa daun serta hitung luas daun dengan

rumus LD= xc

Catat hasilnya dan dokumentasi

3.3 Analisa Perlakuan

Pada pengukuran luas daun dengan metode punch, hal pertama yang

dilakukan adalah mengambil daun tanaman bayam lalu daun tersebut dilubangi

dengan menggunakan alat Cork Borer hingga tidak ada bagian daun yang tersisa

atau tersisa banyak. Selanjutnya memsisahkan antara bulatan dan sisa daun yang

dilubangi lalu menghitung jumlah bulatan dan luas bulatan tersebut dengan rumus

luas lingkaran (L=r2). Setelah bulatan selesai dihitung luasnya, bulatan dan juga

sisa daun dimasukkan kedalam amplop untuk dioven supaya daun kering untuk

mendapatkan bobot kering daun bayam dengan suhu 85oC selama 2x24 jam atau

sampai keadaan daun konstan (tidak ada penambahan bobot lagi). Setelah selesai

pengovenan, bulatan daun dan sisa daun ditimbang dengan timbangan untuk

mengetahui bobot kering totalnya. Setelah data terkumpul, lalu dilakukan

pengukuran luas daun tanaman bayam dengan rumus LD= xc. Pada akhir

Page 7: Laporan APT 3 Arachis Fix

praktikum mencatat hasil luas daun dan mendokumentasikan setiap kegiatan

dalam praktikum.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil + Dokumentasi

No.

Daun Bayam Bobot Kering Total Daun

Terlubang (g)

Bobot Kering Bulatan Daun

(g)

Jumlah Bulatan Daun

Luas Daun (cm2)

Tanaman ke-

Daun ke-

1. 11 0,04 0,04 9 23,94

2 0,07 0,00 10 13,3

2. 2

1 0,02 0,01 4 15,96

2 0,05 0,01 4 31,92

3 0,03 0,03 5 133

4 0,02 0,01 1 3,99

3. 3

1 0,07 0,01 6 63,84

2 0,01 0,01 3 7,98

3 0,02 0,01 3 11,97

Perhitungan

a. Luas Bulatan Daun

= π x r2\

= 3,14 x 0,652

= 1,33 cm2

b. Luas Daun Taksiran

Luas Daun Bayam

Tanaman 1

Daun 1 =

= (0,04 g + 0,04 g)/(0,04 g / 9) x 1,33 cm2

= 23,94 cm2

Page 8: Laporan APT 3 Arachis Fix

Daun 2 =

= (0,00 g + 0,07 g)/(0,07 g / 10)x1,33 cm2

= 13,3 cm2

Tanaman 2

Daun 1 =

= (0,01 g + 0,02 g)/(0,01 g / 4) x 1,33 cm2

= 15,96 cm2

Daun 2 =

= (0,01 g + 0,05 g)/(0,01 g / 4) x 1,33 cm2

= 31,92 cm2

Daun 3 =

= (0,03 g + 0,03 g)/(0,03 g / 5) x 1,33 cm2

= 133 cm2

Daun 4 =

= (0,01 g + 0,02 g)/(0,01 g / 1) x 1,33 cm2

= 3,99 cm2

Tanaman 3

Daun 1 =

= (0,01 g + 0,07 g)/(0,01 g / 6) x 1,33 cm2

= 63,84 cm2

Daun 2 =

Page 9: Laporan APT 3 Arachis Fix

= (0,01 g + 0,01 g)/(0,01 g / 3) x 1,33 cm2

= 7,98 cm2

Daun 3 =

= (0,01 g + 0,02 g)/(0,01 g / 3) x 1,33 cm2

= 11,97 cm2

Dokumentasi

Gambar 1. Daun 1 Tanaman 1 Gambar 1. Daun 2 Tanaman 1

Page 10: Laporan APT 3 Arachis Fix

Gambar 3. Semua Sampel Daun Pada Tanaman 2

Gambar 4. Semua Sampel Daun Pada Tanaman 3

Page 11: Laporan APT 3 Arachis Fix

Gambar 5. Sampel Tanaman Siap Dioven

Page 12: Laporan APT 3 Arachis Fix

4.2 Pembahasan

Dari data hasil luas daun tanaman bayam dengan metode punch diatas

dapat diketahui bahwa setiap daun pada tiap tanaman mempunyai luas daun yang

berbeda-beda. Perbedaan tersebut juga terlihat dari luas daun pada satu tanaman.

Pada tanaman 1 memiliki luas daun sebesar 23,94 cm2 dan 13,3 cm2; pada

tanaman 2 memiliki luas daun sebesar 15,96 cm2, 31,92 cm2, 133 cm2 dan 3,99

cm2; sedangkan pada tanaman 3 memiliki luas daun sebesar 63,84 cm2, 7,98 cm2

dan 11,97 cm2.

Perbedaan luas daun tersebut disebabkan oleh kompetisi atau persaingan

antar daun untuk mendapatkan sinar matahari, karena semakin kebawah letak

daun, maka sinar matahari yang didapatkan akan semakin rendah, sehingga

fotosintat yang dihasilkan juga rendah yang akan berpengaruh terhadap besarnya

atau luasnya daun. Selain itu juga dipengaruhi oleh padatnya populasi daun dalam

suatu tanaman, karena semakin banyak populasinya maka cahaya matahari yang

diserap juga semakin rendah.

Menurut Rahmawati (2007), karena adanya peningkatan luas daun dan

jumlah daun, maka terjadi persaingan antar daun yang membentuk kanopi dan

saling menaungi. Persaingan antar daun mengakibatkan adanya persaingan hasil

fotosintesis dan penerimaan cahaya oleh daun. Mursito dan Kawiji (2002)

menyatakan bahwa kerapatan tanam tinggi membuat semakin kecilnya hasil

fotosintesis sebagai akibat berkurangnya penerimaan cahaya matahari, unsur hara

dan air, sehingga semakin kecil pula hasil fotosintesis yang ditranslokasikan dan

disimpan.

Selain akibat kompetisi cahaya, perbedaan luas daun juga disebabkan oleh

bobot kering dari daun karena pada metode punch ini juga menghitug bobot

kering daun (bulatan atau sisa bulatan). Semakin besar bobot kering tanaman,

maka diasumsikan fotosintat yang dihasilkan oleh daun tinggi sehingga semakin

luas juga daun yang diamati. Semakin besar berat kering tanaman berarti semakin

baik pertumbuhan dan perkembangan tanaman tersebut karena berat kering

tanaman mencerminkan status nutrisi tanaman yang diikuti oleh peningkatan berat

kering tanaman (Mursito dan Kawiji, 2002). Menurut Fahrudin (2009) semakin

besar luas daun tanaman maka penerimaan cahaya matahari akan juga lebih besar.

Page 13: Laporan APT 3 Arachis Fix

Perbedaan dapat juga dilihat dari faktor internal tanaman, faktor internal

tersebut adalah faktor genetis tanaman, karena setiap tanaman mempunyai faktor

genetis yang berbeda. Perbedaan tersebut juga pasti akan berpengaruh terhadap

pertumbuhan tanaman khususnya daun sebagai tempat berlangsungnya

fotosintesis. Menurut Aryanti (2006) perbedaan genetis akan menyebabkan

perbedaan bentuk dan ukuran suatu karakter tanaman. Rahayu et al. (2006)

menyataka bahwa, varietas tanaman berpengaruh nyata terhadap luas daun

tanaman karena dipengaruhi oleh faktor genetis dari masing-masing tanaman.

Page 14: Laporan APT 3 Arachis Fix

5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari hasil data yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa setiap daun pada

satu tanaman bayam dan tanaman sawi mempunyai luas daun yang berbeda-beda.

Perbedaan luas daun tersebut dapat disebabkan karena adanya kompetisi

penyerapan cahaya matahari, kerapatan tanaman terutama bagian daun, berat

kering tanaman yang berpengaruh pada perhitungan dengan metode punch serta

dari faktor internal yaitu faktor genetis tanaman yang berbeda.

5.2 Saran

Semoga pada praktikum selanjutnya suasananya lebih kondusif lagi,

karena pada saat dilaksanakannya praktikum, suasananya masih terbilang cukup

gaduh dan belum kondusif.

Page 15: Laporan APT 3 Arachis Fix

DAFTAR PUSTAKA

Aryanti, F. 2006. Studi Pertumbuhan, Hasil, dan Kadar Protein Jagung (Zea mays L.) Varietas Lokal dan Hibrida Pada Tingkat Pemberian Kalium. Skripsi S1. Fakultas Pertanian Program Studi Agronomi. Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Fahrudin, Fuat. 2009. Budidaya Caisim (Brassica juncea L.) Menggunakan Ekstrak Teh dan Pupuk Kandang. Skripsi S1. Fakultas Pertanian Program Studi Agronomi. Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Mursito, D. dan Kawiji. 2002. Pengaruh Kerapatan Tanam dan Kedalaman Olah Tanah Terhadap Hasil Umbi Lobak (Raphanus sativus L.). Agrosains. 4(1): 1-6

Rahayu, M. D. Prajitno dan A. Syukur. 2006. Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Padi Gogo dan Beberapa Varietas Nanas dalam Sistem Tumpangsari di Lahan Kering Gunung Kidul, Yogyakarta. Biodiversitas. 7(10): 73-76.

Rahmawati, M. P. 2007. Analisis Kuantitatif Pertumbuhan Delapan Galur Padi Hibrida (Oryza sativa L.). Skripsi S1. Fakultas Pertanian Program Studi Agronomi. Universitas Sebelas Maret Surakarta.