PENGARUH HEALTH SELF-EFFICACY TERHADAP KEPATUHAN …

111
PENGARUH HEALTH SELF-EFFICACY TERHADAP KEPATUHAN MINUM OBAT PADA PASIEN HIPERTENSI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Ujian Sarjana Psikologi Oleh: IRVINE TALENTA HASIAN SITOMPUL 111301088 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2018 Universitas Sumatera Utara

Transcript of PENGARUH HEALTH SELF-EFFICACY TERHADAP KEPATUHAN …

Page 1: PENGARUH HEALTH SELF-EFFICACY TERHADAP KEPATUHAN …

PENGARUH HEALTH SELF-EFFICACY TERHADAP KEPATUHAN

MINUM OBAT PADA PASIEN HIPERTENSI

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan

Ujian Sarjana Psikologi

Oleh:

IRVINE TALENTA HASIAN SITOMPUL

111301088

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2018

Universitas Sumatera Utara

Page 2: PENGARUH HEALTH SELF-EFFICACY TERHADAP KEPATUHAN …

Universitas Sumatera Utara

Page 3: PENGARUH HEALTH SELF-EFFICACY TERHADAP KEPATUHAN …

Universitas Sumatera Utara

Page 4: PENGARUH HEALTH SELF-EFFICACY TERHADAP KEPATUHAN …

i

ABSTRAK

Perilaku masyarakat zaman sekarang yang cenderung berperilaku tidak sehat

menyebabkan penyakit akut dan kronis. Penyakit kronis membutuhkan

pengobatan jangka panjang sehingga menyebabkan kerusakan organ dan masalah

psikologis yang membuat pasien tidak patuh dalam menjalani pengobatan

(Lailatusifah, 2012). Salah satu penyakit kronis adalah Hipertensi atau secara

popular disebut penyakit darah tinggi dan merupakan masalah kesehatan yang

terus meningkat jumlahnya setiap tahun (Depkes,2016). Salah satu yang

berhubungan dengan Kepatuhan Minum Obat pada pasien Hipertensi adalah Self-

Efficacy (Kozier,et.al, 2010). Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh

Health Self-Efficacy terhadap Kepatuhan Minum Obat pada pasien Hipertensi.

Penelitian ini di desain dengan metode kuantitatif regresi dengan 192 orang

sampel yang dipilih menggunakan Accidental Sampling. Alat ukur Health Self-

efficacy diukur melalui 2 subskala SRAHPS yang dipublikasikan oleh Becker

(1993) serta telah digunakan dengan metode yang sama oleh Disertasi Xiaoyan

Xu yaitu Olahraga dan Makan Makanan Sehat (Diet) serta Kepatuhan Minum

Obat melalui MMAS-8 oleh Morisky. Hasil menyatakan Health Self-Efficacy

berpengaruh positif terhadap Kepatuhan Minum Obat sebesar 25,8%. Berdasarkan

subskala Olahraga, Health Self-efficacy berpengaruh positif terhadap Kepatuhan

Minum Obat sebesar 16%. Sedangkan subskala Diet Health Self-efficacy

berpengaruh positif terhadap Kepatuhan Minum Obat sebesar 23,9%.

Kesimpulannya semakin tinggi Health Self-efficacy baik dalam subskala Olahraga

dan Diet maka semakin patuh pasien Hipertensi dalam meminum obat. Saran dari

hasil penelitian ini adalah sebaiknya memberikan psiko-edukasi kepada pasien

Hipertensi untuk dapat meningkatkan Health Self-Efficacy terutama dalam hal

Olahraga dan Diet, jika Olahraga dan Diet dikerjakan secara bersama-sama akan

membuat semakin tinggi tingkat kepatuhan pasien Hipertensi serta cara

berkomunikasi para tenaga medis yang harus bersifat patients centre.

Kata Kunci: Health Self-Efficacy, Kepatuhan Minum Obat, Pasien

Hipertensi

Universitas Sumatera Utara

Page 5: PENGARUH HEALTH SELF-EFFICACY TERHADAP KEPATUHAN …

ii

ABSTRACT

Behavior of today's poeple that trends is behave unhealthy causes acute and

chronic diseases. Chronic disease requires long-term treatment that causes organ

damage and psychological problems that make patients not adherence in

undergoing treatment (Lailatusifah, 2012). One of chronic disease is hypertension

or better known as high blood pressure, and that problem is continues to increase

every year (Depkes, 2016). Adherence with taking medication, is related to one of

Health Self-Efficacy (Kozier, et. al., 2010), including adherence with medication

in hypertensive patients. The purpose of this study was determine the effect of

Health Self-Efficacy on adherence with taking medication in hypertensive

patients. This study was designed with a quantitative regression method with 192

people selected using accidental sampling. The Health Self-efficacy measured

through the 2 SRAHPS subscales, published by Becker (1993) and was used with

the same method by Xiaoyan Xu's Dissertation namely Exercise and Nutrition

(Diet) and Adherence with Medication via MMAS-8 by Morisky. The results

stated that Health Self-Efficacy had a positive effect by 25,8% on adherence with

taking medication. Based on the Exercise subscale, Health Self-efficacy has a

positive effect by 16% on Adherence with taking medication. While the Nutrition

(Diet) Health Self-efficacy subscale has a positive effect by 23.9% on adherence

with taking medication. Conclusion is the higher Health Self-efficacy in the

Sports and Diet subscale, more adherence Hypertension patients are in taking the

medication. Suggestions from the results of this study are better to provide

psycho-education to Hypertension patients to be able to improve Health Self-

Efficacy, especially in Exercise and Nutrition (Diet), if Exercise and Nutrition

(Diet) are done together will make the hypertension patient more adherence, and

the communicate of medical personnel have must be a patient center.

Keywords: Health Self-Efficacy, Adherence with Medication, Hypertensive

Patients

Universitas Sumatera Utara

Page 6: PENGARUH HEALTH SELF-EFFICACY TERHADAP KEPATUHAN …

iii

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus yang

atas berkat dan anugerahNya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi untuk

memenuhi syarat guna memperoleh gelar sarjana jenjang strata S1 di Fakultas

Psikologi Universitas Sumatera Utara dengan judul “Pengaruh Health Self-

Efficacy terhadap Kepatuhan Minum Obat pada Pasien Hipertensi”.

Dalam menyelesaikan skripsi ini, peneliti banyak mendapat pengalaman

yang berguna, suka maupun duka serta kesulitan yang dialami. Peneliti

mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada orangtua peneliti yang

terbaik dan sangat dicintai, Bapak Albert R H Sitompul dan Ibu Sucy Handayani

yang selalu membawa peneliti di dalam doa dan memberikan semangat secara

moril maupun materil terutama selama proses pengerjaan skripsi ini. Peneliti juga

berterimakasih kepada abang dan adik tercinta, Richie C S Sitompul dan Giani A

H Sitompul yang selalu memberikan semangat, menghibur dan mendoakan

selama proses pengerjaan skripsi ini, Tuhan Yesus memberkati.

Peneliti menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari banyak

pihak, sangatlah sulit untuk menyelesaikan penelitian ini. Untuk itu peneliti

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Zulkarnain, Ph.D, Psikolog selaku Dekan Fakultas Psikologi

2. Ibu Arliza Juairiani Lubis, M.Si, Psikolog selaku Dosen Pembimbing yang

telah banyak meluangkan waktu dan pikiran dalam membimbing peneliti

dalam penulisan skripsi ini

Universitas Sumatera Utara

Page 7: PENGARUH HEALTH SELF-EFFICACY TERHADAP KEPATUHAN …

iv

3. Ibu Ika Sari Dewi, M.Pd, Psikolog selaku Dosen Pembimbing Akademik

yang selalu memperhatikan peneliti dan memberikan semangat untuk

menyelesaikan skripsi ini

4. Ibu Ika Sari Dewi, M.Pd, Psikolog dan Ibu Juliana Saragih, M.Psi,

Psikolog yang telah bersedia meluangkan waktu untuk menjadi dosen

penguji serta memberikan masukkan dan saran yang sangat berarti bagi

penulis

5. Seluruh Staf pengajar dan pegawai Fakultas Psikologi Universitas

Sumatera Utara. Terima kasih atas bantuan dan dukungannya selama ini.

6. Kepala Puskesmas Padang Bulan, Kepala Puskesmas Selayang II dan

Kepala Puskesmas Tuntungan yang telah mengizinkan peneliti untuk

mengambil data di puskesmas tersebut

7. Keluarga besar Sitompul dan Marsudi, Ompung Mami, Namboru, Bapak

tua, Tante, Om, Sepupu terkhusus Jodie dan Cindy. Terima kasih untuk

dukungan doa dan semangat yang diberikan selama ini

8. Adik-adik Kelompok Kecil Metanoia (Sri, Grace, Syalom) yang sudah

sabar setiap minggu mendengar dan mendoakan untuk topik doa yang

sama

9. Teman hidupku terkasih, Nanda Effrata Sitanggang, S.E. Terima kasih

telah menemani dan membantu selama penulisan skripsi ini, sudah

menjadi tempat berkeluh kesah dan selalu mendukung didalam doa dan

selalu mau direpotkan

Universitas Sumatera Utara

Page 8: PENGARUH HEALTH SELF-EFFICACY TERHADAP KEPATUHAN …

v

10. Lias dan Kristin selaku orang-orang yang selalu mengerjakan skripsi

bersama-sama, tertawa dan menangis bersama. Terima kasih untuk setiap

moment yang sudah kita lewati

11. KTB Viventis Verbum (Kak Lia, Bang Hitler, Rosliana, Christyn, Mianty)

yang selalu membawa dalam doa meskipun terpisah jarak

12. Seluruh subjek yang telah bersedia mengisi kuisioner penelitian ini, terima

kasih atas kesediaan dan waktunya.

13. Semua pihak dan teman-teman yang mendukung proses penyelesaian

skripsi ini yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu. Tuhan Yesus

memberkati segala kebaikan saudara semua

Keseluruhan isi penelitian ini merupakan tanggung jawab peneliti. Peneliti

menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu,

peneliti mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna

pengembangan penelitian ini. Semoga penelitian ini membawa manfaat

bagi rekan-rekan semua.

Medan, Agustus 2018

Irvine Talenta Hasian Sitompul

Universitas Sumatera Utara

Page 9: PENGARUH HEALTH SELF-EFFICACY TERHADAP KEPATUHAN …

vi

DAFTAR ISI

ABSTRAK.. ................................................................................................... i

KATA PENGANTAR.…………………………………………………….iv

DAFTAR ISI .................................................................................................. vi

DAFTAR TABEL ......................................................................................... viii

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1

A. Latar Belakang ................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .............................................................................. 7

C. Tujuan Penelitian ............................................................................... 7

D. Manfaat Penelitian ............................................................................. 7

1. Manfaat Teoritis ..................................................................... 7

2. Manfaat Praktis ....................................................................... 8

E. Sistematika Penulisan ........................................................................ 8

BAB II LANDASAN TEORI ........................................................................ 10

A. Kepatuhan Minum Obat ...….. ......................................................... 10

1. Definisi Kepatuhan Minum Obat ........................................... 10

2. Faktor- Faktor Mempengaruhi Kepatuhan ............................. 11

3. Aspek-aspek Kepatuhan ........................................................ 13

B. Health Self-Efficacy ........................................................................... 13

1. Definisi Health Self-Efficacy ................................................. 13

2. Dimensi Self-Efficacy ............................................................. 16

3. Sumber-sumber Self-Efficacy ................................................. 17

C. Hipertensi ........................................................................................ 19

1. Definisi Hipertensi .................................................................. 19

2. Penyebab Hipertensi ............................................................... 20

3. Jenis Hipertensi ……………………………………………..25

4. Klasifikasi Hipertensi………………………………………..26

5. Manifestasi Klinis……………………………………………26

6. Penatalaksanaan Hipertensi………………………………….27

Universitas Sumatera Utara

Page 10: PENGARUH HEALTH SELF-EFFICACY TERHADAP KEPATUHAN …

vii

D. Dinamika ......................................................................................... 32

E. Hipotesa ......................................................................................... 35

BAB III METODE PENELITIAN................................................................. 36

A. Identifikasi Variabel ........................................................................... 36

B. Definisi Operasional Variabel ............................................................ 36

1. Definisi Operasional Health Self-Efficacy .................................. 36

2. Definisi Operasional Kepatuhan Minum Obat ............................. 37

C. Populasi, Sampel dan Lokasi Pengambilan Data .............................. 37

1. Populasi dan sampel penelitian .................................................... 37

2. Metode pengambilan sampel........................................................ 38

3. Lokasi Pengambilan Data ............................................................ 38

D. Teknik Pengumpulan Data ................................................................. 38

1. Kuisioner Health Self-Efficacy ..................................................... 38

2. Kuisioner Kepatuhan Minum Obat .............................................. 39

E. Uji Instrumen Penelitian .................................................................... 40

1. Validitas Alat Ukur ...................................................................... 40

2. Reliabilitas Alat Ukur .................................................................. 41

F. Metode Analisa Data .......................................................................... 42

1. Uji Normalitas ............................................................................. 42

2. Uji Linearitas ................................................................................ 42

G. Prosedur Pelaksanaan Penelitian……………………………………43

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN ..................................... 46

A. Gambaran Subjek Penelitian .............................................................. 46

1. Gambaran Subjek Penelitian ........................................................ 46

B. Hasil Uji Asumsi Penelitian .............................................................. 50

1. Uji Normalitas ......................................................................... 50

2. Uji Linearitas ........................................................................... 51

C. Hasil Utama Penelitian………………………………………………51

1. Deskripsi data …………………………………………….....51

2. Kategorisasi………………………………………………….57

Universitas Sumatera Utara

Page 11: PENGARUH HEALTH SELF-EFFICACY TERHADAP KEPATUHAN …

viii

D. Hasil Analisis Tambahan………………………………………….....61

E. Pembahasan ....................................................................................... 67

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 73

A. Kesimpulan ....................................................................................... 73

B. Saran ....................................................................................... 74

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 78

DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………….83

Universitas Sumatera Utara

Page 12: PENGARUH HEALTH SELF-EFFICACY TERHADAP KEPATUHAN …

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Klasifikasi Tekanan Darah dari JNC-VII 2003 26

Tabel 2.2 Pedoman Gizi Seimbang 28

Tabel 3.1 Blue print Skala Health Self-Efficacy 39

Tabel 3.2 Blue print Skala Kepatuhan Minum Obat 40

Tabel 3.3 Blue print Skala Health Self-Efficacy setelah Uji coba 41

Tabel 3.4 Blue print Skala Kepatuhan Minum Obat setelah Uji coba 41

Tabel 3.5 Reliabilitas Health Self-Efficacy 42

Tabel 3.6 Reliabilitas Kepatuhan Minum Obat 42

Tabel 4.1 Gambaran subjek berdasarkan Jenis kelamin 46

Tabel 4.2 Gambaran subjek berdasarkan kelompok usia 47

Tabel 4.3 Gambaran subjek berdasarkan jenis pekerjaan 47

Tabel 4.4 Gambaran subjek berdasarkan tingkat pendidikan 48

Tabel 4.5 Gambaran subjek berdasarkan lama didiagnosa hipertensi 49

Tabel 4.6 Gambaran subjek berdasarkan riwayat hipertensi keluarga 49

Tabel 4.7 Gambaran subjek berdasarkan klasifikasi hipertensi 50

Tabel 4.8 Hasil Uji Normalitas 50

Tabel 4.9 Hasil Uji Normalitas 51

Tabel 4.10 Mean Empirik dan Mean Hipotetik Health Self-Efficacy 52

Tabel 4.11 Mean Empirik dan Mean Hipotetik Kepatuhan Minum Obat 52

Tabel 4.12 Anova Regresi Health Self-Efficacy-Kepatuhan Minum Obat 53

Tabel 4.13 Model Summary Prediktor Kepatuhan-Health Self-Efficacy 53

Tabel 4.14 Koefisien Regresi Health Self-Efficacy-Kepatuhan Minum Obat 54

Universitas Sumatera Utara

Page 13: PENGARUH HEALTH SELF-EFFICACY TERHADAP KEPATUHAN …

x

Tabel 4.15 Anova Regresi Health Self-Efficacy Olahraga-Kepatuhan Minum

Obat 54

Tabel 4.16 Model Summary Prediktor Kepatuhan-Health Self-Efficacy

Olahraga 55

Tabel 4.17 Koefisien Regresi Health Self-Efficacy Olahraga-Kepatuhan Minum

Obat 55

Tabel 4.18 Anova Regresi Health Self-Efficacy Diet-Kepatuhan Minum Obat 56

Tabel 4.19 Model Summary Prediktor Kepatuhan-Health Self-Efficacy Diet 56

Tabel 4.20 Koefisien Regresi Health Self-Efficacy Diet-Kepatuhan Minum

Obat 57

Tabel 4.21 Hasil Kategorisasi Health Self-Efficacy&Kepatuhan Minum Obat 58

Tabel 4.22 Hasil Kategorisasi Health Self-Efficacy Olahraga dan Diet 58

Tabel 4.23 Kategorisasi Subjek berdasarkan Health Self-Efficacy, Health Self

Efficacy Olahraga, Health Self-Efficacy Diet dan Kepatuhan Minum Obat

59

Tabel 4.24 Health Self-Efficacy-Kepatuhan Minum Obat berdasarkan Jenis

Kelamin 61

Tabel 4.25 Health Self-Efficacy-Kepatuhan Minum Obat berdasarkan Usia 62

Tabel 4.26 Health Self-Efficacy-Kepatuhan Minum Obat berdasarkan Pekerjaan63

Tabel 4.27 Health Self-Efficacy-Kepatuhan Minum Obat berdasarkan

Pendidikan 64

Tabel 4.28 Health Self-Efficacy-Kepatuhan Minum Obat berdasarkan Lama

didiagnosa 65

Tabel 4.29 Health Self-Efficacy-Kepatuhan Minum Obat berdasarkan Riwayat

Keluarga 65

Universitas Sumatera Utara

Page 14: PENGARUH HEALTH SELF-EFFICACY TERHADAP KEPATUHAN …

xi

Tabel 4.30 Health Self-Efficacy-Kepatuhan Minum Obat berdasarkan Klasifikasi

Hipertensi 66

Universitas Sumatera Utara

Page 15: PENGARUH HEALTH SELF-EFFICACY TERHADAP KEPATUHAN …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Masyarakat zaman sekarang cenderung menjalani gaya hidup yang tidak

sehat. Perilaku mengkonsumsi makanan dengan kadar lemak tinggi, merokok, kerja

terlalu larut malam, mengkonsumsi minuman keras, serta minimalisir aktivitas fisik

berdampak munculnya berbagai masalah kesehatan. Masalah kesehatan yang muncul

dapat berupa penyakit akut atau penyakit kronis. (Anonim,2010)

Penyakit akut merupakan penyakit yang terjadi secara mendadak, memerlukan

waktu singkat, butuh pengobatan langsung. Sedangkan penyakit kronis merupakan

penyakit yang memerlukan waktu lama, terbilang bulan atau tahun untuk proses

pengobatan (Jaya, 2009).

Proses pengobatan pada penyakit kronis membutuhkan pemakaian obat

jangka panjang yang dapat menyebabkan efek samping berupa kerusakan-kerusakan

organ seperti pada hati, ginjal maupun organ lain. Pemakaian obat jangka panjang

juga dapat menimbulkan masalah psikologis seperti rasa tertekan serta merasa bosan,

jenuh dan lelah. Dikarenakan pasien harus mengonsumsi obat secara rutin setiap hari,

menjalani terapi seumur hidup dan efek samping yang ditimbulkan obat yang

dikonsumsi. Disamping mengatasi masalah-masalah di atas dapat menyebabkan

pasien dengan penyakit kronis tidak mematuhi proses pengobatan sesuai yang

Universitas Sumatera Utara

Page 16: PENGARUH HEALTH SELF-EFFICACY TERHADAP KEPATUHAN …

2

dianjurkan oleh tim medis (Lailatusifah, 2012). Dampak dari ketidakpatuhan pada

anjuran tenaga medis adalah memperparah kondisi kesehatan.

Salah satu penyakit kronis yang sedang banyak terjadi di Indonesia adalah

hipertensi. Profil Kesehatan Sumatera Utara (2009) melaporkan bahwa prevalensi

hipertensi di Sumatera Utara sebesar 91 per 100.000 penduduk, sebesar 8,21% pada

kelompok umur di atas 60 tahun untuk penderita rawat jalan. Sedangkan di kota

Medan, pada tahun 2016 pasien hipertensi meningkat dengan jumlah 59.855 orang

(Depkes,2016). Berdasarkan penyakit penyebab kematian pasien rawat inap di

Rumah Sakit Kabupaten/ Kota Provinsi Sumatera Utara, hipertensi menduduki

peringkat pertama dengan proporsi kematian sebesar 27,02% (1.162 orang), pada

kelompok umur ≥ 60 tahun sebesar 20,23% (1.349 orang). Sedangkan menurut Riset

Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 melaporkan bahwa prevalensi hipertensi

pada penduduk umur 18 tahun keatas di Indonesia cukup tinggi yaitu mencapai

31,7%. Dari 33 Provisnsi di Indonesia terdapat 8 propinsi yang kasus penderita

Hipertensi melebihi rata - rata nasional yaitu : Sulawesi Selatan (27%), Sumatera

Barat (27%), Jawa Barat (26%), Jawa Timur (25%), Sumatera Utara (24%), Sumatera

Selatan (24%), Riau (23%), dan Kalimantan timur (22%). Sedangkan dalam

perbandingan kota di Indonesia kasus Hipertensi cenderung tinggi pada daerah urban

seperti : Jabodetabek, Medan, Bandung, Surabaya, dan Makassar yang mencapai 30–

34%. (Anonim, 2010).

Sejalan dengan penelitian Tripena (2011), saat ini adanya kecenderungan

bahwa masyarakat perkotaan lebih banyak menderita hipertensi dibandingkan

Universitas Sumatera Utara

Page 17: PENGARUH HEALTH SELF-EFFICACY TERHADAP KEPATUHAN …

3

masyarakat perdesaan, termasuk di Kota Medan. Menurut Profil Kesehatan Kota

Medan Tahun 2011, hipertensi menduduki peringkat kedua dari sepuluh penyakit

terbesar di Kota Medan. Di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan, hipertensi

termasuk ke dalam sepuluh penyakit terbesar dari penderita yang dirawat inap di

bangsal penyakit dalam (Rasmaliah dkk,2007).

Hipertensi atau secara popular disebut penyakit darah tinggi adalah gangguan

pada pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa

oleh darah terhambat sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkan (Prodjosudjadi,

2000). Hipertensi terbagi menjadi hipertensi esensial atau hipertensi primer (tidak

diketahui penyebabnya) dan hipertensi sekunder (diketahui penyebabnya). Menurut

Joint National Committee 7 (JNC 7), hipertensi dibagi menjadi 4 klasifikasi, yaitu

Normal dengan sistolik <120 MmHg dan diastolik <80 MmHg; Pre-Hipertensi

dengan sistolik 120-139 MmHg atau diastolik 80-89 MmHg; Hipertensi Stage 1

dengan sistolik 140-159 MmHg atau diastolik 90-99 MmHg; dan Hipertensi Stage 2

dengan sistolik ≥160 MmHg atau diastolic ≥100 MmHg. Pasien yang berada pada

Hipertensi Stage 1, rentan mengalami kerusakan pada organ-organ lain. Sedangkan

pasien yang berada pada Hipertensi Stage 2, kemungkinan sudah mengalami penyakit

kardiovaskular dan komplikasi penyakit lain yang dapat memperburuk kondisi

kesehatan.

Hipertensi merupakan penyakit yang bersifat kronis sehingga jika tidak di

kontrol dapat memicu stroke, serangan jantung, gagal jantung dan merupakan

penyebab utama gagal ginjal kronik (Purnomo, 2009). Oleh karena itu, seorang

Universitas Sumatera Utara

Page 18: PENGARUH HEALTH SELF-EFFICACY TERHADAP KEPATUHAN …

4

pasien yang sudah di diagnosa mengalami Hipertensi harus memiliki kepatuhan

terhadap diet dan minum obat karena sangat diperlukan untuk dapat mengontrol

tekanan darah. Selain itu, melakukan aktivitas fisik secara teratur dapat membantu

menormalkan tekanan darah (Julianti, 2005).

Kepatuhan adalah perilaku pasien dalam minum obat dan menjalani diet

secara benar tentang dosis, frekuensi dan waktunya (Kozier et.al, 2010). Kepatuhan

didefinisikan sebagai tingkat ketepatan perilaku seorang individu terkait anjuran

medis yang diberikan oleh tenaga kesehatan (Siregar dan Kumulosasi, 2003).

Karakteristik individu meliputi pendidikan, kepribadian, self-efficacy,

motivasi, usia sangat berpengaruh pada kepatuhan penderita penyakit akut dan

penyakit kronis, tetapi perilaku kepatuhan umumnya lebih rendah untuk penyakit

kronis karena penderita tidak dapat langsung merasakan akibat dari penyakit yang di

derita. Dunbar dan Wazack dalam Smet (1994) menjelaskan bahwa tingkat kepatuhan

rata-rata minum obat untuk penyembuhan penyakit akut dengan pengobatan jangka

pendek adalah sekitar 78%, sedangkan untuk penyembuhan penyakit kronis

dekanngan pengobatan jangka panjang menurun sampai 54%. Seseorang akan

cenderung patuh jika ancaman terhadap kesehatan yang dirasakan begitu serius,

sedangkan seseorang akan cenderung mengabaikan kesehatannya jika keyakinan akan

pentingnya kesehatan harus dijaga masih rendah. Yang paling penting, seorang pasien

harus memiliki sumber daya, self-efficacy dan motivasi untuk mematuhi peraturan

pengobatan (Krueger et al, 2005; Morgan, 2000). Penelitian Qutab (2011)

Universitas Sumatera Utara

Page 19: PENGARUH HEALTH SELF-EFFICACY TERHADAP KEPATUHAN …

5

menunjukkan bahwa self-efficacy yang kuat memiliki hubungan yang kuat dengan

kepatuhan.

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pasien untuk mematuhi anjuran

medis antara lain adalah self-efficacy, motivasi, perubahan gaya hidup, biaya

pengobatan, dukungan keluarga (Kozier et.al, 2010). Bandura (1986) mendefinisikan

self-efficacy adalah keyakinan individu pada kemampuannya untuk mengatur dan

melakukan tugas-tugas tertentu yang dibutuhkan untuk mendapatkan hasil sesuai

yang diharapkan. Sedangkan Becker (1993) lebih merincikan self-efficacy dalam

bidang kesehatan berdasarkan teori Bandura. Menurut Becker et.al, (1993), Health

Self-Efficacy adalah penilaian tentang seberapa baik individu dapat melakukan

tindakan yang diperlukan untuk menghadapi situasi yang mungkin terjadi dan

kemampuan yang dirasakan diri sendiri untuk mengimplementasikan berbagai

perilaku sehat.

Self-efficacy dibutuhkan oleh penderita hipertensi untuk selalu kontrol tekanan

darah secara rutin. Menurut Bandura “keyakinan manusia mengenai efikasi diri

memengaruhi bentuk tindakan yang akan mereka pilih untuk dilakukan, sebanyak apa

usaha yang akan mereka berikan kedalam aktivitas ini, selama apa mereka akan

bertahan dalam menghadapi rintangan dan kegagalan, serta ketangguhan mereka

mengikuti adanya kemunduran” (Feist & Feist, 2011). Menurut Rosenstock (1990)

peran self-efficacy merupakan bagian penting dari perilaku keberhasilan pengobatan.

Universitas Sumatera Utara

Page 20: PENGARUH HEALTH SELF-EFFICACY TERHADAP KEPATUHAN …

6

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Debby IGA(2017) diketahui self-efficacy

mempengaruhi kepatuhan pasien hipertensi dalam menjalani pengobatannya sebesar

31%. Sejalan dengan hal ini, penelitian yang dilakukan oleh Khairul Mustafa tentang

hubungan self-efficacy dengan kepatuhan minum obat penderita Hipertensi di

Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh, menjelaskan sebanyak 61,7% responden

memiliki self-efficacy yang kurang baik dan 53,3% responden memiliki kepatuhan

minum obat yang rendah. Sebanyak 16 dari 23 responden yang memiliki self-efficacy

yang baik (69,6%) juga memiliki kepatuhan minum obat yang tinggi, sedangkan 26

dari 38 responden yang memiliki self-efficacy yang kurang baik (68,4%) juga

memiliki kepatuhan minum obat yang rendah. Berdasarkan hasil analisa statistik

menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara self-efficacy dan kepatuhan

minum obat pada penderita hipertensi di Puskesmas Kuta Banda Aceh.

Penelitian-penelitian diatas melihat Self-Efficacy umum dengan kepatuhan

minum obat pada pasien Hipertensi. Sementara anjuran medis yang diinstruksikan

kepada pasien meliputi anjuran makan makanan sehat atau diet dan olahraga. Makan

makanan sehat atau diet dan olahraga adalah gaya hidup yang pada masyarakat

zaman sekarang yang sudah mulai tidak dijalani sehingga cenderung melakukan

perilaku yang tidak sehat. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melihat pengaruh

Self-Efficacy dalam konteks Kesehatan dalam makan makanan sehat atau diet dan

olahraga dengan Kepatuhan minum obat.

Universitas Sumatera Utara

Page 21: PENGARUH HEALTH SELF-EFFICACY TERHADAP KEPATUHAN …

7

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka

rumusan masalah penelitian ini adalah

1. Apakah terdapat pengaruh Health Self-Efficacy dengan Kepatuhan Minum

Obat pada pasien hipertensi?

2. Apakah semakin tinggi Health Self-Efficacy maka semakin tinggi

Kepatuhan Minum Obat pada pasien hipertesi?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui

1. Pengaruh Health Self-Efficacy dengan Kepatuhan Minum Obat pada

pasien hipertensi.

2. Semakin Tinggi Health Self-Efficacy maka semakin tinggi Kepatuan

Minum Obat pada pasien Hipertensi

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat:

a. Memberi informasi untuk pengembangan ilmu Psikologi, khususnya di bidang

Psikologi Klinis, terutama tentang Health Self-Efficacy dan Kepatuhan Minum Obat

pada pasien hipertensi.

Universitas Sumatera Utara

Page 22: PENGARUH HEALTH SELF-EFFICACY TERHADAP KEPATUHAN …

8

b. Memberikan masukan yang bermanfaat untuk penelitian-penelitian yang

berhubungan dengan Health Self-Efficacy dan Kepatuhan Minum Obat pada pasien

hipertensi.

2. Manfaat Praktis

Secara praktis, penelitian ini dapat digunakan untuk:

a. Pasien hipertensi

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan informasi bagi pasien penyakit

hipertensi bahwa Health Self-Efficacy sangat berhubungan atau mempengaruhi

Kepatuhan Minum Obat.

b. Keluarga, petugas kesehatan dan lingkungan sekitar pasien

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan informasi bagi keluarga, petugas

kesehatan dan lingkungan sekitar pasien agar tetap memberikan dukungan supaya

Health Self-Efficacy pada pasien semakin meningkat sehingga kepatuhan minum obat

pada pasien semakin meningkat juga.

c. Penelitian selanjutnya

Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan data empirik dari

Health Self-Efficacy dan Kepatuhan Minum Obat pada pasien hipertensi sehingga

penelitian ini diharapkan untuk dapat dijadikan acuan untuk penelitian selanjutnya.

Universitas Sumatera Utara

Page 23: PENGARUH HEALTH SELF-EFFICACY TERHADAP KEPATUHAN …

9

E. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan proposal penelitian ini adalah:

Bab I : Pendahuluan

Bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab II : Landasan Teori

Bab ini menguraikan tentang tinjauan teoritis yang menjadi acuan dalam pembahasan

permasalahan. Memuat landasan teori tentang Health Self-Efficacy, Kepatuhan

Minum Obat, Hipertensi.

Bab III : Metode Penelitian

Dalam bab ini dijelaskan tentang identifikasi variabel penelitian, definisi operasional,

populasi dan metode pengambilan sampel, jumlah sampel, metode pengumpulan data,

uji validitas, uji reliabilitas alat ukur, prosedur pelaksanaan penelitian, dan metode

analisa data penelitian

Bab IV : Analisa Data dan Pembahasan

Pada bab ini akan dibahas mengenai hasil dari penelitian yang telah dilaksanakan

secara keseluruhan sesuai dengan data yang telah didapatkan.

Bab V : Saran dan Kesimpulan

Bab ini membahas mengenai kesimpulan dan saran-saran yang terkait dengan hasil

penelitian yang telah diperoleh.

Universitas Sumatera Utara

Page 24: PENGARUH HEALTH SELF-EFFICACY TERHADAP KEPATUHAN …

10

BAB II

LANDASAN TEORI

A. KEPATUHAN

1. Definisi Kepatuhan Minum Obat

Kepatuhan secara umum didefinisikan sebagai tingkatan perilaku

seseorang yang mendapatkan pengobatan, mengikuti diet, dan atau

melaksanakan gaya hidup sesuai dengan rekomendasi pemberi pelayanan

kesehatan (WHO, 2003). Kepatuhan pasien terhadap rekomendasi dan

perawatan dari pemberi pelayanan kesehatan adalah penting untuk kesuksesan

suatu intervensi. Sayangnya, ketidakpatuhan menjadi masalah yang besar

terutama pada pasien penyakit kronis.

Kepatuhan adalah tingkat perilaku pasien yang tertuju terhadap

intruksi atau petunjuk yang diberikan dalam bentuk terapi apapun yang

ditentukan, baik diet, latihan, pengobatan atau menepati janji pertemuan

dengan dokter (Stanley,2007). Kepatuhan merupakan suatu perubahan

perilaku dari perilaku yang tidak mentaati peraturan ke perilaku yang mentaati

peraturan (Green dalam Notoatmodjo, 2007). Sarafino dan Smit (2011)

mendefinisikan kepatuhan adalah tingkat pasien melaksanakan cara

pengobatan dan perilaku yang disarankan dokternya atau yang lain.

Universitas Sumatera Utara

Page 25: PENGARUH HEALTH SELF-EFFICACY TERHADAP KEPATUHAN …

11

Kepatuhan adalah tingkat seseorang dalam melaksanakan suatu aturan dan

perilaku yang disarankan. Kepatuhan adalah perilaku pasien dalam minum

obat, melaksanakan diet dan menjalani terapi secara benar tentang dosis,

frekuensi dan waktunya (Kozier et.al, 2010). Menurut Morisky (2009),

Kepatuhan Minum Obat adalah perilaku untuk mentaati saran-saran atau

prosedur dari dokter tentang penggunaan obat, yang sebelumnya didahului

oleh proses konsultasi antara pasien (dan atau keluarga pasien sebagai orang

kunci dalam kehidupan pasien) dengan dokter sebagai penyedia jasa medis.

Berdasarkan definisi Kepatuhan yang telah dikemukakan di atas, dapat

disimpulkan bahwa kepatuhan adalah perilaku pasien untuk menaati peraturan

yang dianjurkan secara benar tentang dosis, frekuensi dan waktunya dalam

minum obat oleh dokter atau tenaga medis lain nya.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan

Kepatuhan terhadap anjuran medis dipengaruhi oleh:

a. Motivasi

Motivasi adalah segala sesuatu yang mendorong dan mengarahkan

individu untuk berperilaku agar tercapai tujuan yang diharapkan.

Motivasi merupakan hal yang penting bagi kepatuhan individu dalam

menjalani pengobatan. (Kozier; Horne; Niven)

Universitas Sumatera Utara

Page 26: PENGARUH HEALTH SELF-EFFICACY TERHADAP KEPATUHAN …

12

b. Self-efficacy

Self-efficacy merujuk pada keyakinan diri seseorang bahwa orang

tersebut memiliki kemampuan untuk melakukan suatu perilaku.

Keyakinan diri ini yang akan membangun perilaku seseorang untuk

patuh atau taat dalam menjalani pengobatan. (Kozier et. al; Niven)

c. Biaya pengobatan

Seberapa besar biaya pemgobatan yang diperlukan selama menjalani

pengobatan. Biaya pengobatan dapat mempengaruhi individu

menjalani pengobatan apabila sesuai dengan keadaan ekonomi

individu.

d. Tingkat kepuasan dan kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan

Fasilitas pelayanan kesehatan dapat dikaitkan dengan ketidakpatuhan.

Dalam hal ini, komunikasi dengan pasien adalah komponen penting

dari perawatan, sehingga pemberi pelayanan kesehatan harus

mempunyai waktu yang cukup untuk berbagi dengan pasien dalam

diskusi tentang perilaku mereka dan motivasi untuk perawatan diri.

Perilaku dan penelitian pendidikan menunjukkan kepatuhan terbaik

mengenai pasien yang menerima perhatian individu. Sehingga ketika

individu puas dengan pelayanan kesehatan maka individu akan patuh.

(Kozier, et al; Niven)

Universitas Sumatera Utara

Page 27: PENGARUH HEALTH SELF-EFFICACY TERHADAP KEPATUHAN …

13

e. Dukungan keluarga

Keluarga merupakan faktor eksternal yang memiliki hubungan paling

kuat dengan pasien. Keberadaan keluarga mampu memberikan

motivasi yang sangat bermakna pada pasien disaat pasien memiliki

berbagai permasalahan perubahan pola kehidupan yang demikian

rumit, menjenuhkan dengan segala macam program kesehatan.

Keluarga harus memiliki komunikasi yang efektif, dan harapan

keluarga untuk pencapaian keberhasilan terapi (Niven)

3. Aspek-aspek kepatuhan

Menurut Kozier et. al, (2010), ada 5 aspek dalam kepatuhan individu

menjalani pengobatan, yaitu:

a) Merasa prihatin tentang kesehatan dan kemudian termotivasi untuk

menjaganya

b) Merasa terancam oleh perilaku atau kebiasaan saat ini (kebiasaan yang

tidak sehat)

c) Merasa bahwa perubahan-perubahan yang sesuai dengan nasihat medis

akan memberikan dampak positif dalam kesehatan

d) Merasa memiliki kemampuan (berkompeten untuk melaksanakan

sebuah perubahan gaya hidup)

e) Rintangan dalam melaksanakan proses pengobatan, yaitu mengacu

pada kesulitan melaksanakan pengobatan dan dukungan sosial

Universitas Sumatera Utara

Page 28: PENGARUH HEALTH SELF-EFFICACY TERHADAP KEPATUHAN …

14

B. HEALTH SELF-EFFICACY

1. Definisi Health Self-efficacy

Self-efficacy merupakan salah satu kemampuan pengaturan diri individu.

Konsep self-efficacy pertama kali dikemukakan oleh Bandura. Self-efficacy

mengacu pada persepsi tentang kemampuan individu untuk mengorganisasi dan

mengimplementasi tindakan untuk menampilkan kecakapan tertentu (Bandura,

1986) Baron dan Byrne (2000) mengemukakan bahwa self-efficacy merupakan

penilaian individu terhadap kemampuan atau kompetensinya untuk melakukan

suatu tugas, mencapai suatu tujuan, dan menghasilkan sesuatu.

Di samping itu, Schultz (1994) mendefinisikan self-efficacy sebagai

perasaan kita terhadap kecukupan, efisiensi, dan kemampuan kita dalam

mengatasi kehidupan. Selanjutnya Lahey mendefinisikan self-efficacy adalah

persepsi bahwa seseorang mampu melakukan sesuatu yang penting untuk

mencapai tujuannya. Hal ini mencakup perasaan mengetahui apa yang dilakukan

dan juga secara emosional mampu untuk melakukannya. Self-efficacy menurut

Santrock (2007) adalah kepercayaan seseorang atas kemampuannya dalam

menguasai situasi dan menghasilkan sesuatu yang menguntungkan. Niu (2010)

menyebut self-efficacy adalah hasil interaksi antara lingkungan eksternal,

mekanisme penyesuaian diri serta kemampuan personal, pengalaman dan

pendidikan. Stipek (2001, dalam Santrock, 2007) menjelaskan bahwa self-efficacy

adalah kepercayaan seeorang atas kemampuannya sendiri.

Universitas Sumatera Utara

Page 29: PENGARUH HEALTH SELF-EFFICACY TERHADAP KEPATUHAN …

15

Berdasarkan persamaan pendapat para ahli tersebut, dapat disimpulkan

bahwa self-efficacy merupakan keyakinan atau kepercayaan individu mengenai

kemampuan dirinya untuk untuk mengorganisasi, melakukan suatu tugas,

mencapai suatu tujuan, menghasilkan sesuatu dan mengimplementasi tindakan

untuk menampilkan kecakapan tertentu.

Sedangkan pengertian Kesehatan menurut Organisasi Kesehatan Dunia

(WHO) tahun 1948 menyebutkan bahwa kesehatan adalah sebagai “suatu

keadaan fisik, mental, sosial, dan spiritual dan bukan hanya ketiadaan penyakit

atau kelemahan tetapi juga berproduktif”. Pada tahun 1986, WHO, dalam Piagam

Ottawa untuk Promosi Kesehatan, mengatakan bahwa pengertian kesehatan

adalah “sumber daya bagi kehidupan sehari-hari, bukan tujuan hidup. Kesehatan

adalah konsep positif menekankan sumber daya sosial dan pribadi, serta

kemampuan fisik. Menurut Undang-Undang, kesehatan adalah keadaan sejahtera

dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif

secara sosial dan ekonomi.

Dalam pengertian yang paling luas kesehatan merupakan suatu keadaan

yang dinamis dimana individu menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan

lingkungan internal (psikologis, intelektual, spiritual dan penyakit) dan eksternal

(lingkungan fisik, social, dan ekonomi) dalam mempertahankan kesehatannya.

Jadi, kesehatan adalah keadaan fisik, mental, sosial dan spiritual individu untuk

dapat hidup produktif secara sosial maupun ekonomi.

Universitas Sumatera Utara

Page 30: PENGARUH HEALTH SELF-EFFICACY TERHADAP KEPATUHAN …

16

Sedangkan menurut Becker et al (1993) berlandasan teori Bandura dalam

konteks Kesehatan, Health Self-Efficacy adalah penilaian tentang seberapa baik

individu dapat melakukan tindakan yang diperlukan untuk menghadapi situasi

yang mungkin terjadi dan kemampuan yang dirasakan diri sendiri untuk

mengimplementasikan berbagai perilaku sehat.

Berdasarkan definisi-definisi diatas, health self-efficacy adalah keyakinan

atau kepercayaan individu mengenai kemampuan dirinya untuk dapat

mengorganisasi, melakukan suatu tugas, mencapai suatu tujuan, menghasilkan

sesuatu dan mengimplementasi tindakan dalam perilaku sehat.

2. Dimensi Self-efficacy

Menurut Bandura (1997) self-efficacy terdiri dari 3 dimensi, yaitu:

1.) Level

Dimensi ini berfokus pada tingkat kesulitan yang dihadapi oleh

seseorang terkait dengan usaha yang dilakukan. Dimensi ini berimplikasi pada

pemilihan perilaku yang dipilih berdasarkan harapan akan keberhasilannya.

Tingkatan kesulitan dari sebuah tugas, apakah sulit atau mudah akan

menentukan self-efficacy. Pada suatu tugas atau aktivitas, jika tidak terdapat

suatu halangan yang berarti untuk diatasi, maka tugas tersebut akan sangat

mudah dilakukan dan semua orang pasti mempunyai self-efficacy yang tinggi

pada permasalahan ini.

Universitas Sumatera Utara

Page 31: PENGARUH HEALTH SELF-EFFICACY TERHADAP KEPATUHAN …

17

2.) Generality

Generalitas berkaitan dengan seberapa luas cakupan tingkah laku yang

diyakini mampu dilakukan. Berbagai pengalaman pribadi dibandingkan

pengalaman orang lain pada umumnya akan lebih mampu meningkatkan self-

efficacy seseorang. Seseorang dapat menilai dirinya memiliki self-efficacy

pada banyak aktifitas atau pada aktivitas tertentu saja. Dengan semakin

banyak self-efficacy yang dapat diterapkan pada berbagai kondisi, maka

semakin tinggi self-efficacy seseorang. Penelitian ini fokus pada self-efficacy

dalam aktivitas kesehatan (Health Self-Efficacy) dalam Olahraga dan Makan

Makanan Sehat (Diet)

3.) Strength

Dimensi ini terkait dengan kekuatan dari self-efficacy seseorang ketika

berhadapan dengan tuntutan tugas atau suatu permasalahan. Harapan yang

lemah bisa disebabkan karena adanya kegagalan, tetapi seseorang dengan

harapan yang kuat pada dirinya akan tetap berusaha gigih meskip un

mengalami kegagalan. Dimensi ini mencakup pada derajat kemantapan

individu terhadap keyakinannya.

3. Sumber-sumber self-efficacy

Bandura (1986) menjelaskan bahwa self-efficacy individu didasarkan

pada empat hal, yaitu:

Universitas Sumatera Utara

Page 32: PENGARUH HEALTH SELF-EFFICACY TERHADAP KEPATUHAN …

18

a. Pengalaman akan kesuksesan

Pengalaman akan kesuksesan adalah sumber yang paling besar

pengaruhnya terhadap self-efficacy individu karena didasarkan pada

pengalaman otentik. Pengalaman akan kesuksesan menyebabkan self-efficacy

individu meningkat, sementara kegagalan yang berulang mengakibatkan

menurunnya self-efficacy, khususnya jika kegagalan terjadi ketika self-efficacy

individu belum benar-benar terbentuk secara kuat. Kegagalan juga dapat

menurunkan self-efficacy individu jika kegagalan tersebut tidak merefleksikan

kurangnya usaha atau pengaruh dari keadaan luar.

b. Pengalaman individu lain

Individu tidak bergantung pada pengalamannya sendiri tentang

kegagalan dan kesuksesan sebagai sumber self-efficacy nya. Self-efficacy juga

dipengaruhi oleh pengalaman individu lain. Pengamatan individu akan

keberhasilan individu lain dalam bidang tertentu akan meningkatkan self-

efficacy individu tersebut pada bidang yang sama. Individu melakukan

persuasi terhadap dirinya dengan mengatakan jika individu lain dapat

melakukannya dengan sukses, maka individu tersebut juga memiliki

kemampuan untuk melakukanya dengan baik. Pengamatan individu terhadap

kegagalan yang dialami individu lain meskipun telah melakukan banyak

usaha menurunkan penilaian individu terhadap kemampuannya sendiri dan

mengurangi usaha individu untuk mencapai kesuksesan. Ada dua keadaan

yang memungkinkan self-efficacy individu mudah dipengaruhi oleh

Universitas Sumatera Utara

Page 33: PENGARUH HEALTH SELF-EFFICACY TERHADAP KEPATUHAN …

19

pengalaman individu lain, yaitu kurangnya pemahaman individu tentang

kemampuan orang lain dan kurangnya pemahaman individu akan

kemampuannya sendiri.

c. Persuasi verbal

Persuasi verbal dipergunakan untuk meyakinkan individu bahwa

individu memiliki kemampuan yang memungkinkan individu untuk meraih

apa yang diinginkan.

d. Keadaan fisiologis

Penilaian individu akan kemampuannya dalam mengerjakan suatu

tugas sebagian dipengaruhi oleh keadaan fisiologis. Gejolak emosi dan

keadaan fisiologis yang dialami individu memberikan suatu isyarat terjadinya

suatu hal yang tidak diinginkan sehingga situasi yang menekan cenderung

dihindari. Informasi dari keadaan fisik seperti jantung berdebar, keringat

dingin, dan gemetar menjadi isyarat bagi individu bahwa situasi yang

dihadapinya berada di atas kemampuannya.

C. HIPERTENSI

1. Defenisi Hipertensi

Hipertensi adalah keadaan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan

tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg (WHO, 2003). Tekanan darah diukur

dengan spygmomanometer yang telah dikalibrasi dengan tepat (80% dari ukuran

manset menutupi lengan) setelah pasien beristirahat nyaman, posisi duduk

Universitas Sumatera Utara

Page 34: PENGARUH HEALTH SELF-EFFICACY TERHADAP KEPATUHAN …

20

punggung tegak atau terlentang paling sedikit selama 5 menit sampai 30 menit

setelah merokok atau minum kopi.

Tingginya tekanan systole berhubungan dengan besarnya curah jantung

sedangkan tingginya tekanan diastole berhubungan dengan besarnya resistensi

perifer dapat meningkatkan tekanan darah (Prodjosudjadi, 2000). Hipertensi

secara umum dapat didefinisikan sebagai tekanan sistolik lebih dari 140 mmHh

dan tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg. Tekanan darah manusia seca ra alami

berfluktuasi sepanjang hari. Tekanan darah tinggi menjadi masalah hanya bila

tekanan darah tersebut persisten. Tekanan darah tersebut membuat sistem

sirkulasi dan organ yang mendapat suplai darah (termasuk jantung dan otak)

menjadi tegang (Palmer, 2007).

Hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya didefinisikan sebagai hipertensi

esensial. Beberapa penulis lebih memilih istilah hipertensi primer untuk

membedakannya dengan hipertensi lain yang sekunder karena sebab-sebab yang

diketahui. Menurut The Seventh Report of The Joint National Committee on

Prevention, Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC

VII) klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa te rbagi menjadi kelompok

Normal, Pre-Hipertensi, Hipertensi Tahap 1 dan Hipertensi Tahap 2.

2. Penyebab Hipertensi

Sampai saat ini penyebab hipertensi esensial tidak diketahui dengan pasti.

Hipertensi primer tidak disebabkan oleh faktor tunggal dan khusus. Hipertensi ini

disebabkan berbagai faktor yang saling berkaitan. Hipertensi sekunder disebabkan

Universitas Sumatera Utara

Page 35: PENGARUH HEALTH SELF-EFFICACY TERHADAP KEPATUHAN …

21

oleh faktor primer yang diketahui yaitu seperti kerusakan ginjal, gangguan obat

tertentu, stres akut, kerusakan vaskuler dan lain- lain. Adapun penyebab paling

umum pada penderita hipertensi maligna adalah hipertensi yang tidak terobati.

Risiko relatif hipertensi tergantung pada jumlah dan keparahan dari faktor risiko

yang dapat dimodifikasi dan yang tidak dapat dimodifikasi. Faktor- faktor yang

tidak dapat dimodifikasi antara lain faktor genetik, umur, jenis kelamin, dan etnis.

Sedangkan faktor yang dapat dimodifikasi meliputi stres, obesitas dan nutrisi.

a. Faktor genetik

Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan keluarga itu

mempunyai risiko menderita hipertensi. Hal ini berhubungan dengan peningkatan

kadar sodium intraseluler dan rendahnya rasio antara potasium terhadap sodium

Individu dengan orang tua dengan hipertensi mempunyai risiko dua kali lebih

besar untuk menderita hipertensi dari pada orang yang tidak mempunyai keluarga

dengan riwayat hipertensi. Selain itu didapatkan 70-80% kasus hipertensi

esensial dengan riwayat hipertensi dalam keluarga.

b. Umur

Insidensi hipertensi meningkat seiring dengan pertambahan umur. Pasien

yang berumur di atas 60 tahun, 50 – 60 % mempunyai tekanan darah lebih besar

atau sama dengan 140/90 mmHg. Hal ini merupakan pengaruh degenerasi yang

terjadi pada orang yang bertambah usianya. Dengan bertambahnya umur, maka

tekanan darah juga akan meningkat. Setelah umur 45 tahun, dinding arteri akan

mengalami penebalan oleh karena adanya penumpukan zat kolagen pada lapisan

Universitas Sumatera Utara

Page 36: PENGARUH HEALTH SELF-EFFICACY TERHADAP KEPATUHAN …

22

otot, sehingga pembuluh darah akan berangsur-angsur menyempit dan menjadi

kaku. Tekanan darah sistolik meningkat karena kelenturan pembuluh darah besar

yang berkurang pada penambahan umur sampai dekade ketujuh sedangkan

tekanan darah diastolik meningkat sampai dekade kelima dan keenam kemudian

menetap atau cenderung menurun. Peningkatan umur akan menyebabkan

beberapa perubahan fisiologis, pada usia lanjut terjadi peningkatan resistensi

perifer dan aktivitas simpatik. Pengaturan tekanan darah yaitu refleks

baroreseptor pada usia lanjut sensitivitasnya sudah berkurang, sedangkan peran

ginjal juga sudah berkurang dimana aliran darah ginjal dan laju filtrasi glomerulus

menurun.

c. Jenis kelamin

Prevalensi terjadinya hipertensi pada pria sama dengan wanita. Namun wanita

terlindung dari penyakit kardiovaskuler sebelum menopause. 19 Wanita yang

belum mengalami menopause dilindungi oleh hormon estrogen yang berperan

dalam meningkatkan kadar High Density Lipoprotein (HDL). Kadar kolesterol

HDL yang tinggi merupakan faktor pelindung dalam mencegah terjadinya proses

aterosklerosis. Efek perlindungan estrogen dianggap sebagai penjelasan adanya

imunitas wanita pada usia premenopause. Pada premenopause wanita mulai

kehilangan sedikit demi sedikit hormon estrogen yang selama ini melindungi

pembuluh darah dari kerusakan. Proses ini terus berlanjut dimana hormon

estrogen tersebut berubah kuantitasnya sesuai dengan umur wanita secara alami,

yang umumnya mulai terjadi pada wanita umur 45-55 tahun.

Universitas Sumatera Utara

Page 37: PENGARUH HEALTH SELF-EFFICACY TERHADAP KEPATUHAN …

23

d. Etnis

Hipertensi lebih banyak terjadi pada orang berkulit hitam dari pada yang

berkulit putih. Sampai saat ini, belum diketahui secara pasti penyebabnya. Namun

pada orang kulit hitam ditemukan kadar renin yang lebih rendah dan sensitifitas

terhadap vasopresin lebih besar.

e. Obesitas

Berat badan merupakan faktor determinan pada tekanan darah pada

kebanyakan kelompok etnik di semua umur. Menurut National Institutes for

Health USA (NIH,1998), prevalensi tekanan darah tinggi pada orang dengan

Indeks Massa Tubuh (IMT) >30 (obesitas) adalah 38% untuk pria dan 32% untuk

wanita, dibandingkan dengan prevalensi 18% untuk pria dan 17% untuk wanita

bagi yang memiliki IMT <25 (status gizi normal menurut standar internasional).

Menurut Hall (1994) perubahan fisiologis dapat menjelaskan hubungan antara

kelebihan berat badan dengan tekanan darah, yaitu terjadinya resistensi insulin

dan hiperinsulinemia, aktivasi saraf simpatis dan sistem renin-angiotensin, dan

perubahan fisik pada ginjal. Peningkatan konsumsi energi juga meningkatkan

insulin plasma, dimana natriuretik potensial menyebabkan terjadinya reabsorpsi

natrium dan peningkatan tekanan darah secara terus menerus.

f. Pola asupan garam dalam diet

Badan kesehatan dunia yaitu World Health Organization (WHO)

merekomendasikan pola konsumsi garam yang dapat mengurangi risiko

terjadinya hipertensi. Kadar sodium yang direkomendasikan adalah tidak lebih

Universitas Sumatera Utara

Page 38: PENGARUH HEALTH SELF-EFFICACY TERHADAP KEPATUHAN …

24

dari 100 mmol (sekitar 2,4 gram sodium atau 6 gram garam) perhari. Konsumsi

natrium yang berlebih menyebabkan konsentrasi natrium di dalam cairan

ekstraseluler meningkat. Untuk menormalkannya cairan intraseluler ditarik ke

luar, sehingga volume cairan ekstraseluler meningkat. Meningkatnya volume

cairan ekstraseluler tersebut menyebabkan meningkatnya volume darah, sehingga

berdampak kepada timbulnya hipertensi. Karena itu disarankan untuk mengurangi

konsumsi natrium/sodium. Sumber natrium/sodium yang utama adalah natrium

klorida (garam dapur), penyedap masakan monosodium glutamate (MSG), dan

sodium karbonat. Konsumsi garam dapur (mengandung iodium) yang dianjurkan

tidak lebih dari 6 gram per hari, setara dengan satu sendok teh. Dalam

kenyataannya, konsumsi berlebih karena budaya masak-memasak masyarakat kita

yang umumnya boros menggunakan garam dan MSG.

g. Merokok

Merokok menyebabkan peninggian tekanan darah. Perokok berat dapat

dihubungkan dengan peningkatan insiden hipertensi maligna dan risiko terjadinya

stenosis arteri renal yang mengalami ateriosklerosis. Dalam penelitian kohort

prospektif oleh dr. Thomas S Bowman dari Brigmans and Women’s Hospital,

Massachussetts terhadap 28.236 subyek yang awalnya tidak ada riwayat

hipertensi, 51% subyek tidak merokok, 36% merupakan perokok pemula, 5%

subyek merokok 1-14 batang rokok perhari dan 8% subyek yang merokok lebih

dari 15 batang perhari. Subyek terus diteliti dan dalam median waktu 9,8 tahun.

Universitas Sumatera Utara

Page 39: PENGARUH HEALTH SELF-EFFICACY TERHADAP KEPATUHAN …

25

Kesimpulan dalam penelitian ini yaitu kejadian hipertensi terbanyak pada

kelompok subyek dengan kebiasaan merokok lebih dari 15 batang perhari.

h. Tipe kepribadian

Secara statistik pola perilaku tipe A terbukti berhubungan dengan prevalensi

hipertensi. Pola perilaku tipe A adalah pola perilaku yang sesuai dengan kriteria

pola perilaku tipe A dari Rosenman yang ditentukan dengan cara observasi dan

pengisian kuisioner self rating dari Rosenman yang sudah dimodifikasi.

Mengenai bagaimana mekanisme pola perilaku tipe A menimbulkan hipertensi

banyak penelitian menghubungkan dengan sifatnya yang ambisius, suka bersaing,

bekerja tidak pernah, lelah, selalu dikejar waktu dan selalu merasa tidak puas.

Sifat tersebut akan mengeluarkan katekolamin yang dapat menyebabkan

prevalensi kadar kolesterol serum meningkat, hingga akan mempermudah

terjadinya aterosklerosis. Stress akan meningkatkan resistensi pembuluh darah

perifer dan curah jantung sehingga akan menstimulasi aktivitas saraf simpatis.

Adapun stress ini dapat berhubungan dengan pekerjaan, kelas sosial, ekonomi,

dan karakteristik personal.

3. Jenis hipertensi

Jenis tekanan darah tinggi terbagi menjadi dua jenis, yaitu (Palmer, 2007):

a. Hipertensi esensial (primer)

Tipe ini terjadi pada sebagian besar kasus tekanan darah tinggi, sekitar 95%.

Penyebab hipertensi tidak diketahui dengan jelas, walaupun dikaitkan dengan

kombinasi faktor gaya hidup seperti kurang bergerak dan pola makan.

Universitas Sumatera Utara

Page 40: PENGARUH HEALTH SELF-EFFICACY TERHADAP KEPATUHAN …

26

b. Hipertensi sekunder

Tipe ini lebih jarang terjadi, hanya sekitar 5% dari seluruh kasus tekanan darah

tinggi. Tekanan darah tinggi tipe ini disebabkan oleh kondisi medis lain (misalnya

penyakit ginjal) atau reaksi terhadap obat-obatan tertentu (misalnya pil KB).

4. Klasifikasi Hipertensi

Tabel 2.1 Definisi dan Klasifikasi Tekanan Darah dari JNC-VII 2003

Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)

Normal < 120 dan < 80

Pre hipertensi 120-139 atau 80-89

Hipertensi derajat 1 140-159 atau 90-99

Hipertensi derajat 2 ≥ 160 atau ≥ 100

5. Manifestasi klinis

Penyakit tekanan darah tinggi merupakan kelainan "sepanjang umur"

tetapi penderitanya dapat hidup seara normal seperti layaknya orang sehat

asalkan mampu mengendalikan tekanan darahnya dengan baik. Di lain pihak,

orang yang masih muda dan sehat harus selalu memantau tekanan darahnya,

minimal setahun sekali. Apalagi bagi mereka yang mempunyai faktor- faktor

pencetus hipertensi seperti kelebihan berat badan, penderita kencing manis,

penderita penyakit jantung, riwayat keluarga ada yang menderita tekanan

darah tinggi, ibu hamil minum pil kontrasepsi, perokok dan orang yang

pernah dinyatakan tekanan darahnya sedikit tinggi. Hal ini dilakukan kerena

bila hipertensi diketahui lebih dini, pengendaliannya dapat segera dilakukan.

Universitas Sumatera Utara

Page 41: PENGARUH HEALTH SELF-EFFICACY TERHADAP KEPATUHAN …

27

Susi Purwati (2001) untuk menghindari terjangkitnya penyakit

hipertensi dapat ditanggulangi dengan cara:

a. Mengurangi konsumsi garam dan lemak jenuh

b. Melakukan olahraga secara teratur dan dinamik (yang tidak

mengeluarkan tenaga terlalu banyak) seperti berenang, jogging, jalan

cepat dan bersepeda, yoga.

c. Menghentikan kebiasaan merokok

d. Menjaga kestabilan berat badan, menghindarkan kelebihan berat

badan maupun obesitas, tetapi usahakan jangan menurunkan berat

badan dengan menggunakan obat-obatan karena umumnya obat

penurun berat badan dapat menaikkan tekanan darah.

e. Menjauhkan dan menghindarkan stress dengan pendalaman agama

sebagai salah satu upayanya.

6. Penatalaksanaan Hipertensi

Penatalaksanaan penyakit hipertensi bertujuan untuk mengendalikan

angka kesakitan dan angka kematian akibat penyakit hipertensi dengan cara

seminimal mungkin menurunkan gangguan terhadap kualitas hidup penderita

(Depkes RI, 2006). Upaya penatalaksanaan hipertensi pada dasarnya dapat

dilakukan melalui terapi non farmakologi dan terapi farmakologi (Direktorat

Pengendalian Penyakit Tidak Menular, 2013: 23-39).

Universitas Sumatera Utara

Page 42: PENGARUH HEALTH SELF-EFFICACY TERHADAP KEPATUHAN …

28

1. Terapi Non farmakologis

Terapi non farmakologis dapat dilakukan dengan melakukan pengendalian

Faktor Risiko, yaitu:

a. Makan Gizi Seimbang

Modifikasi diet terbukti dapat menurunkan tekanan darah pada pasien

hipertensi. Dianjurkan untuk makan buah dan sayur 5 porsi per-hari, karena

cukup mengandung kalium yang dapat menurunkan tekanan darah sistolik

(TDS) 4,4 mmHg dan tekanan darah diastolik (TDD) 2,5 mmHg. Asupan

natrium hendaknya dibatasi <100 mmol (2g)/hari serata dengan 5g (satu

sendok teh kecil) garam dapur, cara ini berhasil menurunkan TDS 3,7 mmHg

dan TDD 2 mmHg. Bagi pasien hipertensi, asupan natrium dibatasi lebih

rendah lagi, menjadi 1,5 g/hari atau 3,5 – 4 g garam/hari. Walaupun tidak

semua pasien hipertensi sensitif terhadap natrium, namun pembatasan asupan

natrium dapat membantu terapi farmakologi menurunkan tekanan darah dan

menurunkan risiko penyakit kardioserebrovaskuler (Depkes RI, 2013:23).

Tabel 2.3 Pedoman Gizi Seimbang

Garam Natrium Klorida

- Batasi garam <5 gram (1 sendok teh) per hari

- Kurangi garam saat memasak - Membatasi makanan olahan dan cepat

saji

Makanan Berlemak

- Batasi daging berlemak, lemak susu dan minyak goreng (1,5–3 sendok makan

perhari - Ganti sawit/minyak kelapa dengan

zaitun, kedelai, jagung, lobak atau minyak sunflower - Ganti daging lainya dengan

ayam (tanpa kulit)

Universitas Sumatera Utara

Page 43: PENGARUH HEALTH SELF-EFFICACY TERHADAP KEPATUHAN …

29

Buah-buahan dan sayuran

- 5 porsi (400-500 gram) buah-buahan

dan sayuran per hari (1 porsi setara dengan 1 buah jeruk, apel, mangga, pisang atau

3 sendok makan sayur yang sudah dimasak)

Ikan

- Makan ikan sedikitnya tiga kali

perminggu - Utamakan ikan berminyak seperti tuna, makarel, salmon

b. Mengatasi Obesitas

Insiden hipertensi meningkat 54 sampai 142 % pada penderita-

penderita yang gemuk. Penerunun berat badan dalam waktu yang pendek

dalam jumlah yang cukup besar biasanya disertai dengan penurunan tekanan

darah (Suwarso, 2010). Hubungan erat antara obesitas dengan hipertensi telah

banyak dilaporkan. Upayakan untuk menurunkan berat badan sehingga

mencapai IMT normal 18,5-22,9 kg/m2, lingkar pinggang <90 cm untuk laki-

laki atau <80 cm untuk perempuan (Depkes RI, 2013: 26).

c. Melakukan olahraga teratur

Olahraga isotonik seperti berjalan kaki, jogging, berenang dan

bersepeda berperan dalam penurunan tekanan darah. Aktivitas fisik yang

cukup dan teratur membuat jantung lebih kuat. Hal tersebut berperan pada

penurunan Total Peripher Resistance yang bermanfaat dalam menurunkan

tekanan darah. Melakukan aktifitas fisik dapat menurunkan tekanan darah

sistolik sekitar 5-10 mmHg. Olahraga secara teratur juga berperan dalam

menurunkan jumlah dan dosis obat anti hipertensi (Agnesia, 2012).

Berolahraga seperti senam aerobik atau jalan cepat selama 30-45 menit

Universitas Sumatera Utara

Page 44: PENGARUH HEALTH SELF-EFFICACY TERHADAP KEPATUHAN …

30

(sejauh 3 kilometer) lima kali per-minggu, dapat menurunkan TDS 4 mmHg

dan TDD 2,5 mmHg. Berbagai cara relaksasi seperti meditasi, yoga, atau

hipnosis dapat mengontrol sistem syaraf, sehingga menurunkan tekanan darah

(Depkes RI 2013:26).

d. Berhenti Merokok

Kebiasaan merokok merupakan faktor risiko yang tidak saja dapat

dimodifikasi melainkan dapat dihilangkan sama sekali (Mary P. McGowan,

2001:4). Merokok sangat besar perananya dalam meningkatkan tekanan

darah, hal tersebut disebabkan oleh nikotin yang terdapat di dalam rokok yang

memicu hormon adrenalin yang menyebabkan tekanan darah meningkat.

Tekanan darah akan turun secara perlahan dengan berhenti merokok. Selain

itu merokok dapat menyebabkan obat yang dikonsumsi tidak bekerja secara

optimal (Agnesia, 2012). Tidak ada cara yang benar-benar efektif untuk

memberhentikan kebiasaan merokok. Beberapa metode yang secara umum

dicoba adalah inisiatif sendiri, menggunakan permen yang mengandung

nikotin,bkelompok program, dan konsultasi/konseling ke klinik berhenti

merokok (Depkes RI, 2013: 26-27).

e. Mengurangi konsumsi alkohol

Satu studi meta-analisis menunjukan bahwa kadar alkohol

seberapapun, akan meningkatkan tekanan darah. Mengurangi alkohol pada

penderita hipertensi yang biasa minum alkohol, akan menurunkan TDS rerata

3,8 mmHG. Batasi konsumsi alkohol untuk laki- laki maksimal 2 unit per hari

Universitas Sumatera Utara

Page 45: PENGARUH HEALTH SELF-EFFICACY TERHADAP KEPATUHAN …

31

dan perempuan 1 unit per hari, jangan lebih dari 5 hari minum per minggu (1

unit = setengah gelas bir dengan 5% alkohol, 100 ml anggur dengan 10%

alkohol, 25 ml minuman 40% alkohol) (Depkes RI, 2013:29).

2. Terapi Farmakologis

a. Pola Pengobatan Hipertensi

Pengobatan hipertensi dimulai dengan obat tunggal, masa kerja yang

panjang sekali sehari dan dosis dititrasi. Obat berikutnya mungkin dapat

ditambahkan selama beberapa bulan pertama perjalanan terapi. Pemilihan obat

atau kombinasi yang cocok bergantung pada keparahan penyakit dan respon

penderita terhadap obat anti hipertensi. Obat-obat yang digunakan sebagai

terapi utama (first line therapy) adalah diuretik, Angiotensin Converting

Enzyme Inhibitor (ACE-Inhibitor), Angiotensin Reseptor Blocker (ARB), dan

Calcium Channel Blocker (CCB). Kemudian jika tekanan darah yang

diinginkan belum tercapai maka dosis obat ditingkatkan lagi, atau ganti obat

lain, atau dikombinasikan dengan 2 atau 3 jenis obat dari kelas yang berbeda,

biasanya diuretik dikombinasikan dengan ACE-Inhibitor, ARB, dan CCB.

b. Prinsip Pemberian Obat Anti hipertensi

Menurut Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular dalam

pedoman teknis penemuan dan tatalaksana hipertensi 2006 mengemukakan

beberapa prinsip pemberian obat anti hipertensi sebagai berikut:

1) Pengobatan hipertensi sekunder lebih mengutamakan pengobatan

penyebabnya.

Universitas Sumatera Utara

Page 46: PENGARUH HEALTH SELF-EFFICACY TERHADAP KEPATUHAN …

32

2) Pengobatan hipertensi essensial ditujukan untuk menurunkan tekanan darah

dengan harapan memperpanjang umur dan mengurangi timbulnya komplikasi

3) Upaya menurunkan tekanan darah dicapai dengan menggunakan obat anti

hipertensi

4) Pengobatan hipertensi adalah pengobatan jangka panjang, bahkan

pengobatan seumur hidup.

5) Jika tekanan darah terkontrol maka pemberian obat antihipertensi di

Puskesmas dapat diberikan disaat kontrol dengan catatan obat yang diberikan

untuk pemakaian selama 30 hari bila tanpa keluhan baru.

6) Untuk penderita hipertensi yang baru didiagnosis (kunjungan pertama)

maka diperlukan kontrol ulang disarankan 4 kali dalam sebulan atau seminggu

sekali, apabila tekanan darah sitolik >160 mmHg atau diastolik >100 mmHg

sebaiknya diberikan terapi kombinasi setelah kunjungan kedua (dalam dua

minggu) tekanan darah tidak dapat dikontrol.

D. Pengaruh Health Self-efficacy Terhadap Kepatuhan pada Pasien Hipertensi

Masyarakat di zaman sekarang cenderung menjalani aktivitas gaya hidup yang

tidak sehat sehingga berdampak pada masalah kesehatan. Masalah kesehatab

yang muncul dapat berupa peyakit akut dan penyakit kronis. Salah satu penyakit

kronis yang berkembang di Indonesia adalah Hipertensi. Hipertensi atau yang

lebih popular dikenal penyakit darah tinggi adalah gangguan pada pembuluh

Universitas Sumatera Utara

Page 47: PENGARUH HEALTH SELF-EFFICACY TERHADAP KEPATUHAN …

33

darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa darah

terhambat sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkan (DinKes,2006).

Seseorang dapat dikatakan mengalami Hipertensi bila keadaan tekanan darah

sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg (WHO,

2003). Karena Hipertensi termasuk kedalam penyakit kronis, berarti pasien nya

akan menjalani pengobatan dalam jangka waktu yang panjang. Terkait

pengobatan dalam jangka waktu yang panjang, terdapat masalah fisiologis

seperti kerusakan organ-organ tubuh dan masalah psikologis seperti jenuh, bosan

dan lelah. Masalah-masalah diatas menyebabkan pasien tidak mematuhi proses

pengobatan sesuai yang diajurkan tim medis. Dampaknya memperparah kondisi

kesehatan pasien.

Oleh karena itu, hal yang penting dalam pengobatan jangka panjang adalah

Kepatuhan Minum Obat. Kepatuhan adalah perilaku pasien dalam minum obat

dan menjalani diet secara benar tentang dosis, frekuensi dan waktunya (Kozier

et.al, 2010). Sejalan dengan itu, Sarafino dan Smit (2011) mendefinisikan

kepatuhan adalah tingkat pasien melaksanakan cara pengobatan dan perilaku

yang disarankan dokternya atau yang lain. Menurut Morisky (2009), Kepatuhan

Minum Obat adalah perilaku untuk mentaati saran-saran atau prosedur dari

dokter tentang penggunaan obat, yang sebelumnya didahului oleh proses

Universitas Sumatera Utara

Page 48: PENGARUH HEALTH SELF-EFFICACY TERHADAP KEPATUHAN …

34

konsultasi antara pasien (dan atau keluarga pasien sebagai orang kunci dalam

kehidupan pasien) dengan dokter sebagai penyedia jasa medis.

Ada beberapa faktor- faktor yang dapat mempengaruhi Kepatuhan yang

dikemukakan oleh Kozier et. al; Horne; Niven, yaitu motivasi, self-efficacy,

biaya pengobatan, kepuasan terhadap pelayanan kesehatan, dan dukungan

keluarga. Dari faktor- faktor tersebut, salah satu yang paling berpengaruh adalah

Self-Efficacy.

Menurut Bandura (1992), Self-Efficacy adalah keyakinan individu pada

kemampuannya untuk mengatur dan melakukan tugas-tugas tertentu yang

dibutuhkan untuk mendapatkan hasil sesuai yang diharapkan. Baron dan Byrne

(2000) mengemukakan bahwa Self-Efficacy merupakan penilaian individu

terhadap kemampuan atau kompetensinya untuk melakukan suatu tugas,

mencapai suatu tujuan, dan menghasilkan sesuatu. Berdasarkan teori Bandura,

menurut Becker et al (1993) Health Self-Efficacy adalah penilaian tentang

seberapa baik individu dapat melakukan tindakan yang diperlukan untuk

menghadapi situasi yang mungkin terjadi dan kemampuan yang dirasakan diri

sendiri untuk mengimplementasikan berbagai perilaku sehat.

Penelitian Qutab (2011) menunjukkan bahwa Self-Efficacy memiliki

hubungan yang kuat dengan Kepatuhan. Sejalan dengan itu, Krueger et al,

(2005); Morgan (2000) menunjukkan seorang pasien harus memiliki sumber

Universitas Sumatera Utara

Page 49: PENGARUH HEALTH SELF-EFFICACY TERHADAP KEPATUHAN …

35

daya, Self-Efficacy dan motivasi untuk mematuhi peraturan pengobatan. Menurut

Rosenstock (1990) peran Self-Efficacy merupakan bagian penting dari perilaku

keberhasilan pengobatan.

Berdasarkan penjelasan diatas, peneliti dapat menarik kesimpulan

bahwasannya health self-efficacy memiliki pengaruh dengan kepatuhan minum

obat pada pasien hipertensi untuk menjalani pengobatan.

E. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan sebelumnya, maka hipotesis yang

diajukan dalam penelitian ini adalah

1. Ada pengaruh positif antara Health Self-Efficacy terhadap Kepatuhan

Minum Obat pada Pasien Hipertensi

2. Semakin tinggi Health Self-Efficacy maka semakin tinggi Kepatuhan

Minum Obat pada Pasien Hipertensi

Universitas Sumatera Utara

Page 50: PENGARUH HEALTH SELF-EFFICACY TERHADAP KEPATUHAN …

36

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian sangat menentukan suatu penelitian karena menyangkut

cara yang benar dalam mengumpulkan data, analisis data dan pengambilan

kesimpulan hasil penelitian (Azwar, 2000). Metode penelitian yang digunakan dalam

penelitian ini adalah metode kuantitatif yang bersifat regresi. Pembahasan didalam

metode penelitian ini antara lain; identifikasi variabel penelitian, defenisi operasional,

populasi dan metode pengambilan sampel, metode pengambilan data, validitas dan

reliabilitas, prosedur penelitian serta metode analisis data.

A. Identifikasi Variabel

Variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini terdiri dari 2 variabel yaitu:

1. Variabel Bebas : Health Self-efficacy

2. Variabel Tergantung : Kepatuhan Minum Obat

B. Definisi Operasional Variabel Penelitian

1. Health Self-Efficacy

Health Self-Efficacy adalah keyakinan atau kepercayaan individu

mengenai kemampuan dirinya untuk dapat mengorganisasi, melakukan tugas,

mencapai tujuan, menghasilkan dan mengimplementasi tindakan untuk

melakukan olahraga dan memakan makanan sehat dan seimbang gizi. Dalam

penelitian ini, Health Self-Efficacy diukur dengan Health Self-Efficacy Scale yang

Universitas Sumatera Utara

Page 51: PENGARUH HEALTH SELF-EFFICACY TERHADAP KEPATUHAN …

37

disusun oleh Becker, et,al (1993) berdasarkan teori Self-efficacy Bandura. Alat

ukur ini terdiri dari 13 aitem untuk mengukur keyakinan diri dalam berolahraga

dan makan makanan sehat atau diet. Semakin tinggi skor berarti semakin tinggi

pula health self-efficacy individu tersebut dalam konteks makan makanan sehat

dan olahraga. Begitu pula sebalikya, semakin rendah skor yang diperoleh individu

dalam skala ini berarti makin rendah pula health self-efficacy individu tersebut

dalam konteks makan makanan sehat dan olahraga.

2. Kepatuhan Minum Obat

Kepatuhan Minum Obat adalah tingkat seseorang atau pasien dalam

melaksanakan minum obat hipertensi dengan taat dan teratur yang disarankan

oleh dokter atau tenaga medis lainnya. Dalam penelitian ini, skala yang digunakan

adalah Morisky Medication Adherence Scale (MMAS-8) yang disusun oleh

Morisky. Alat ukur terdiri dari 8 aitem yang mengukur mengenai perilaku minum

obat. Semakin tinggi skor individu, maka semakin tinggi tingkat kepatuhan

minum obat yang dilakukan oleh individu. Sebaliknya, semakin rendah skor,

maka semakin rendah tingkat kepatuhan minum obat yang dilakukan individu.

C. Populasi dan Metode Pengambilan Sampel

1. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien Hipertensi baik yang

ada pada klasifikasi Hipertensi Tahap 1 maupun Hipertensi Tahap 2. Mengingat

keterbatasan peneliti untuk menjangkau keseluruhan populasi, maka peneliti

Universitas Sumatera Utara

Page 52: PENGARUH HEALTH SELF-EFFICACY TERHADAP KEPATUHAN …

38

hanya meneliti sebagian dari keseluruhan populasi yang dijadikan sebagai subjek

penelitian, atau yang dikenal dengan nama sampel.

2. Metode Pengambilan Sampel

Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah metode non-

probability sampling, yaitu metode pengambilan sampel yang digunakan apabila

tidak semua orang di dalam populasi memiliki kesempatan yang sama untuk

menjadi subjek penelitian. Jenis metode yang digunakan dalam penelitian adalah

incidental sampling, untuk mendapatkan akses yang lebih praktis dan mudah.

Jumlah sampel pada penelitian ini adalah 192 orang

3. Lokasi dan Waktu Pengumpulan Data

a. Lokasi Pengumpulan Data

Penelitian ini dilakukan di tiga puskesmas, yaitu puskesmas Padang Bulan,

Selayang II, dan Tuntungan.

b. Waktu Pengumpulan Data

Penelitian ini dilakukan pada 15 Februari 2018-15 Maret 2018.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan skala psikologi karena data yang ingin diukur berupa konsep

psikologis yang dapat diungkapkan secara tidak langsung melalui indikator-indikator

perilaku yang diterjemahkan dalam bentuk aitem-aitem pernyataan. Teknik

pengumpulan data yang akan dipakai dalam penelitian ini adalah dengan memakai

metode skala Likert.

Universitas Sumatera Utara

Page 53: PENGARUH HEALTH SELF-EFFICACY TERHADAP KEPATUHAN …

39

1. Kuisioner Health Self-Efficacy

Untuk mengukur Health Self-Efficacy digunakan adalah Health Self-Efficacy

Scale yang disusun oleh Becker, et al (1993). Alat ukur ini berdasarkan teori Self-

Efficacy Bandura yang sudah difokuskan dalam konsep Kesehatan. Dalam Skala

Health Self-Efficacy ada 4 faktor, yaitu Exercise, Well-Being, Nutrition, dan Health

Practices. Setelah melakukan bimbingan dan Proffesional Judgement serta

berdasarkan arahan/saran dokter, maka peneliti hanya menggunakan 2 faktor, yaitu

Exercise dan Nutrition. Dimana kuisioner ini merupakan skala psikologis yang terdiri

dari aitem-aitem pernyataan yang telah disusun yang terdiri dari 13 pernyataan.

Health Self-Efficacy Scale ini terdiri dari dua sub yaitu olahraga (Exercise)

dan makan makanan sehat (Nutrition) serta diberikan empat alternatif jawaban

berbentuk, yaitu Tidak Pernah, Sekali-Sekali, Sering, Selalu. Subjek peneliti diminta

memilih salah satu dari keempat alternatif yang paling sesuai dengan keadaan subjek.

Tabel 3.1 Blue print skala Health Self-Efficacy

Health Self-Efficacy Aitem Total

Berolahraga 1, 2, 3, 4,5,6,7 7

Makan Makanan Sehat 8,9,10,11,12,13 6

Total 13 13

2. Kuisioner Kepatuhan Minum Obat

Untuk mengukur Kepatuhan minum obat digunakan MMAS-8

(Morisky Medication Adherence Scale-8). Alat ukur ini merupakan

Universitas Sumatera Utara

Page 54: PENGARUH HEALTH SELF-EFFICACY TERHADAP KEPATUHAN …

40

pengembangan dari MMAS-4 pada tahun 1980 dipublikasikan oleh Morisky

sebagai penilaian terhadap perilaku minum obat seseorang secara

sederhana(CMSA, 2006). MMAS-8 mengukur perilaku minum obat melalui

dua alternative jawaban yaitu berbentuk dikotomi dengan 2 alternatif jawaban

(ya,tidak) pada 7 item dan berbentuk likert dengan 4 alternatif jawaban (tidak

pernah-selalu) pada 1 item.

Tabel 3.2 Blue print skala Kepatuhan Minum Obat

Kepatuhan Favorable Unfavorable Total

Kepatuhan minum obat 5 1,2,3,4,6,7,8 8

Total 1 7 8

F. Uji Instrumen Penelitian

1. Validitas Alat Ukur

Validitas didefinisikan sebagai ketetapan dan kecermatan alat ukur

menjalankan fungsi pengukuran. Suatu alat ukut atau pengumpul data dikatakan valid

adalah alat ukur memberikan hasil pengukuran yang sesuai dengan maksud dan

tujuan diadakan pengukuran (Azwar, 2013).

Validitas item ditunjukkan dengan adanya korelasi atau dukungan terhadap

aitem total (skor total), perhitungan dilakukan dengan cara mengkorelasikan antara

skor aitem dengan skor total aitem. Dalam penentuan layak atau tidaknya suatu aitem

yang akan digunakan, biasanya dilakukan uji signifikansi koefisien korelasi pada taraf

signifikansi 0.05, artinya suatu aitem dianggap valid jika berkorelasi signifikan

terhadap skor total. Atau jika melakukan penilaian langsung terhadap koefisien

Universitas Sumatera Utara

Page 55: PENGARUH HEALTH SELF-EFFICACY TERHADAP KEPATUHAN …

41

korelasi, bisa digunakan batas nilai minimal korelasi 0.30. Menurut Azwar (2000)

semua item yang mencapai koefisien korelasi minimal 0.30 daya pembedanya

dianggap memuaskan. Teknik korelasi atau uji validitas yang digunakan adalah

korelasi Pearson Product Moment.

1.1 Hasil Uji coba Validitas Health Self-Efficacy

Setelah dilakukannya uji coba, semua aitem memenuhi koefisien korelasi

minimum, yaitu diatas 0,30. Koefisien korelasi aitem pada hasil uji coba

berkisar antara 0,339 sampai dengan 0,851.

Tabel 3.3 Blue Print Skala Health Self-Efficacy setelah Uji Coba

No Indikator Aitem Jumlah

1. Berolahraga 1,2,3,4,5,6,7 7

2. Makan Makanan Sehat 8.9,10,11,12,13 6

Total 13 13

1.2 Hasil Uji Coba Validatas Kepatuhan Minum Obat

Pada skala kepatuhan jumlah aitem yang digunakan dalam uji coba

sebanyak 8 aitem. Setelah dilakukannya uj coba, semua aitem memenuhi

koefisien korelasi minimum, yaitu diatas 0,30. Koefisien korelasi aitem

pada hasil uji coba berkisar antara 0,474 sampai 0,555.

Tabel 3.4 Blue Print Skala Kepatuhan Minum Obat setelah Uji Coba

No Indikator Aitem Jumlah

1. Kepatuhan Minum Obat 1,23,4,5,6,7,8 8

Total 8 8

Universitas Sumatera Utara

Page 56: PENGARUH HEALTH SELF-EFFICACY TERHADAP KEPATUHAN …

42

2. Reliabilitas Alat Ukur

Konsep dari reliabilitas alat ukur adalah untuk mencari dan mengetahui sejauh

mana hasil pengukuran dapat dipercaya. Reliabel dapat dikatakan kepercayaan,

keandalan, keajaiban, kestabilan, dan konsistensi. Hasil pengukuran dapat dipercaya

apabila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subyek

yang sama diperoleh hasil yang relatif sama selama aspek dalam diri subyek yang

diukur memang belum berubah (Azwar, 2000). Teknik yang digunakan untuk

pengukuran reliabilitas alat ukur penelitian ini adalah teknik koefisien Alpha

Cronbach. Semakin koefisien reliabilitas mendekati angka 1.00, menunjukkan

semakin tinggi reliabilitasnya. Sebaliknya, semakin koefisien reliabilitas mendekati

0.00, berarti semakin rendah reliabilitasnya. Untuk menguji reliabilitas ini

menggunakan alat bantu pengolahan data. Di dapatkan dari hasil uji reliabilitas pada

SPSS, reliabilitas Health Self-Efficacy sebesar 0,886 dan reliabilitas Kepatuhan

Minum Obat 0,131.

Tabel 3.5 Reliabilitas Health Self-Efficacy

Cronbach's Alpha Cronbach's Alpha Based on

Standardized Items N of Items

.886 .873 13

Tabel 3.6 Reliabilitas Kepatuhan Minum Obat

Cronbach's Alpha

Cronbach's Alpha Based on

Standardized Items N of Items

.131 .178 7

Universitas Sumatera Utara

Page 57: PENGARUH HEALTH SELF-EFFICACY TERHADAP KEPATUHAN …

43

G. Metode Analisis Data

Metode analisa data yang digunakan untuk menguji hipotesis penelitian ini

adalah uji Anova dengan menggunakan bantuan alat bantu pengolahan data. Namun,

sebelum menguji hipotesis penelitian, maka terlebih dahulu dilakukan uji asumsi

yang meliputi uji normalitas dan uji linearitas.

1. Uji Normalitas

Uji normalitas sebaran dimaksudkan untuk menguji apakah data yang

dianalisis sudah terdistribusi sesuai dengan prinsip–prinsip distribusi normal agar

dapat digeneralisasikan terhadap populasi. Uji normalitas sebaran pada penelitian ini

dilakukan untuk membuktikan bahwa data masing-masing variabel yaitu Health Self-

Efficacy dan Kepatuhan Minum Obat telah terdistribusi secara normal. Pada

penelitian ini uji normalitas dilakukan dengan menggunakan uji Kolomogorov-

Smirnov dan dengan bantuan program alat bantu pengolahan data (Priyatno, 2001).

Kaidah normal yang digunakan adalah jika p > 0,05 maka sebarannya dinyatakan

normal.

2. Uji Linearitas

Uji linearitas dilakukan untuk mengetahui apakah data variabel Health Self-

efficacy berkorelasi secara linear terhadap data variabel kepatuhan. Uji linearitas

hubungan ini dilakukan dengan menggunakan test for linearity dengan bantuan

program alat bantu pengolahan data (Priyatno, 2001). Kedua variabel dapat dikatakan

berkorelasi secara linear jika nilai p < 0.05.

Universitas Sumatera Utara

Page 58: PENGARUH HEALTH SELF-EFFICACY TERHADAP KEPATUHAN …

44

H. PROSEDUR PELAKSANAAN PENELITIAN

Prosedur pelaksanaan penelitian terdiri dari tiga tahap, yaitu tahap persiapan

penelitian, pelaksanaan penelitian dan pengolahan data.

1. Tahap Persiapan Penelitian

Pada tahap ini, peneliti mengumpulkan informasi- informasi yang berhubungan

dengan kedua variabel yang hendak diukur, yaitu Health Self-Efficacy dan Kepatuhan

Minum Obat. Peneliti menggunakan jurnal dan artikel sebagai referensi untuk kedua

variabel yang akan diukur. Selanjutnya, peneliti mencari alat ukur yang berupa skala

untuk mengukur Health Self-Efficacy dan Kepatuhan Minum Obat. Dalam Skala

Health Self-Efficacy ada 4 faktor, yaitu Exercise, Well-Being, Nutrition, dan Health

Practices. Setelah peneliti menemukan skala tersebut, peneliti pun mengadaptasinya

ke bahasa Indonesia dan menyesuaikannya dengan setting pasien hipertensi di kota

medan. Peneliti juga meminta bantuan kepada proffesional judgement, dalam hal ini

adalah dosen pembimbing untuk meninjau kembali kesesuaian aitem-aitem yang telah

diadaptasi peneliti dan bertanya kepada dokter tentang anjura medis pasien hipertensi.

Akhirnya peneliti dan dosen pembimbing memutuskan menggunakan 2 faktor, yaitu

Exercise dan Nutrition. Setelah ada persetujuan dari dosen pembimbing, peneliti

kemudian melakukan try out alat ukur kepada 40 orang pasien hipertensi yang ada di

sekitar peneliti pada tanggal 10-17 Desember 2017. Setelah itu, peneliti melakukan

analisis data dari hasil try out alat ukur tersebut, dan hasil analisis menunjukkan

Universitas Sumatera Utara

Page 59: PENGARUH HEALTH SELF-EFFICACY TERHADAP KEPATUHAN …

45

bahwa semua aitem yang ada memenuhi kriteria Health Self-Efficacy dan Kepatuhan

Minum Obat. Kemudian peneliti meminta persetujuan kepada kepala puskesmas di 3

puskesmas yaitu Puskesmas Padang Bulan, Selayang II, dan Tuntungan. Setelah

mendapatkan persetujuan untuk mengambil data di 3 puskesmas tersebut, peneliti

meminta surat izin pengambilan data dari kampus yang ditujukan kepada Kepala

Dinas Kesehatan Kota Medan. Setelah surat dari kampus selesai, peneliti meminta

surat izin dari Dinas Kesehatan Kota Medan. Kemudian surat dari Dinas Kesehatan

Kota Medan diberikan kepada Kepala Puskesmas untuk pengambilan data bagi pasien

hipertensi. Peneliti pun mempersiapkan alat ukur yang nantinya akan disebarkan

kepada subjek penelitian.

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan penelitian dilakukan mulai dari tanggal 15 Februari-15 Maret

2018. Pengambilan data ini dilakukan pada pasien hipertensi di 3 puskesmas Kota

Medan, yaitu Padang bulan, Selayang II, Tuntungan sebanyak 192 pasien hipertensi.

3. Tahap Pengolahan Data

Setelah skala terkumpul seluruhnya, peneliti kemudian melakukan pengolahan

data menggunakan analisa regresi sederhana Anova dengan bantuan program alat

bantu pengolahan data.

Universitas Sumatera Utara

Page 60: PENGARUH HEALTH SELF-EFFICACY TERHADAP KEPATUHAN …

46

BAB IV

ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dibahas mengenai hasil dari penelitian yang telah

dilaksanakan secara keseluruhan sesuai dengan data yang telah didapatkan.

Pembahasan akan diawali dengan memberikan gambaran mengenai subjek dalam

penelitian, dan kemudian dilanjutkan dengan melakukan analisa terhadap hasil

penelitian.

A. Gambaran Subjek Penelitian

Penelitian ini melibatkan 192 orang pasien Hipertensi yang diambil dari

Puskesmas Padang Bulan, Selayang II, Tuntungan. Berikut ini disajikan gambaran

penyebaran subjek berdasarkan faktor demografis.

1. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin

Penyebaran subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin dijabarkan

pada tabel 4.1. Dapat dilihat bahwa subjek penelitian pasien berjenis kelamin

Laki- laki dengan presentase 42,7% sedangkan pasien berjenis kelamin

Perempuan dengan presentasi 57,3%. Dapat disimpulkan bahwa subjek

penelitian didominasi oleh pasien berjenis kelamin Perempuan.

Tabel 4.1 Gambaran Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Jumlah Presentase (%)

Laki-laki 82 42,7% Perempuan 110 57,3%

Universitas Sumatera Utara

Page 61: PENGARUH HEALTH SELF-EFFICACY TERHADAP KEPATUHAN …

47

2. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Usia

Penyebaran subjek penelitian berdasarkan usia dijabarkan pada tabel

4.2. Dapat dilihat bahwa subjek penelitian dewasa awal dengan presentase

1,5%, dewasa madya (40-60 tahun) dengan presentase 63,5% dan dewasa

akhir atau lansia (di atas 60 tahun) dengan presentase 35%. Dapat

disimpulkan bahwa subjek penelitian lebih banyak melibatkan pasien berusia

40-60 tahun.

Tabel 4.2 Gambaran Subjek Berdasarkan Kelompok Usia

Kelompok Usia Jumlah Presentase (%)

Dewasa awal (20-40 tahun) 3 1,5% Dewasa madya (40-60 tahun) 124 63,5%

Lansia (di atas 60 tahun) 65 35%

3. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Pekerjaan

Penyebaran subjek penelitian berdasarkan pekerjaan dijabarkan pada

tabel 4.3. Dapat dilihat bahwa subjek penelitian dengan kelompok pekerjaan

PNS dengan presentase 25,5%, kelompok pekerjaan Pegawai Swasta dengan

presentase 13,1%, kelompok kerja Ibu Rumah Tangga dengan presentase

23,9%, kelompok pekerjaan Wirausaha 10,9%, kelompok pekerjaan Pesiunan

26,6%. Dapat disimpulkan bahwa subjek penelitian didominasi oleh

kelompok pekerjaan Pensiunan.

Universitas Sumatera Utara

Page 62: PENGARUH HEALTH SELF-EFFICACY TERHADAP KEPATUHAN …

48

Table 4.3 Gambaran Subjek Berdasarkan Jenis Pekerjaan

Kelompok Pekerjaan Jumlah Presentase (%) PNS 49 25,5%

Pegawai Swasta 25 13,1%

Ibu Rumah Tangga 46 23,9% Wirausaha 21 10,9%

Pensiunan 51 26,6%

4. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Jenjang Pendidikan

Penyebaran subjek penelitian berdasarkan jenjang Pendidikan

dijabarkan pada table 4.4. Dapat dilihat bahwa subjek penelitian dengan

kelompok jenjang pendidikan SD dengan presentase 2,5%, jenjang pendidikan

SMP dengan presentase 3,6%, jenjang pendidikan SMA dengan presentase

34,4%, jenjang pendidikan D3 dengan presentase 7,8%, jenjang pendidikan

S1 dengan presentase 47%, jenjang pendidikan S2 dengan presentase 4,7%

dan jenjang pendidikan S3 dengan presentase 0%. Dapat disimpulkan bahwa

subjek lebih banyak melibatkan pada pasien dalam kelompok jenjang

pendidikan S1.

Tabel 4.4 Gambaran Subjek Berdasarkan Jenjang Pendidikan

Jenjang Pendidikan Jumlah Presentase (%)

SD 5 2,5%

SMP 7 3,6%

SMA 66 34,4%

D3 15 7,8%

S1 90 47%

S2 9 4,7%

S3 0 0%

Universitas Sumatera Utara

Page 63: PENGARUH HEALTH SELF-EFFICACY TERHADAP KEPATUHAN …

49

5. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Lama Didiagnosa Hipertensi

Subjek penelitian melibatkan pasien yang telah menjalani HD selama

minimal 1 tahun dan maksimal lebih dari 10 tahun. Penyebaran subjek

berdasarkan lama didiagnosa Hipertensi dijabarkan pada tabel 4.5. Dapat

dilihat bahwa subjek penelitian dengan lama didiagnosa 1-5 tahun dengan

presentase 66,2%, lama didiagnosa 6-10 tahun dengan presentase 18,8% dan

lama didiagnosa di atas 10 tahun dengan presentase 15%. Dapat disimpulkan

bahwa subjek penelitian didominasi pada lama didiagnosa 1-5 tahun.

Tabel 4.5

Gambaran Subjek Berdasarkan Lama Didiagnosa Hipertensi

Lama Hipertensi Jumlah Presentase (%) 1-5 tahun 127 66,2%

6-10 tahun 36 18,8% Diatas 10 tahun 29 15%

6. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Riwayat Hipertensi Keluarga

Penyebaran subjek berdasarkan ada-tidaknya dalam keluarga subjek

yang didiagnosa Hipertensi dijabarkan pada tabel 4.6. Dapat dilihat bahwa

subjek penelitian dengan ada nya riwayat Hipertensi keluarga dengan

presentase 57,8% dan tidak ada nya riwayat Hipertensi keluarga dengan

presentase 42,2%. Dapat disimpulkan bahwa subjek penelitian didominasi

oleh pasien yang ada riwayat Hipertensi kelurga.

Universitas Sumatera Utara

Page 64: PENGARUH HEALTH SELF-EFFICACY TERHADAP KEPATUHAN …

50

Tabel 4.6

Gambaran Subjek Berdasarkan Riwayat Hipertensi Keluarga

Riwayat Hipertensi Kelurga Jumlah Presentase (%)

Ada 111 57,8% Tidak 81 42,2%

7. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Klasifikasi Hipertensi

Penyebaran subjek berdasarkan Klasifikasi Hipertensi menurut Joint

National Comitee VII (JNC-VII) dijabarkan pada tabel 4.7. Dapat dilihat

bahwa subjek penelitian dengan klasifikasi Hipertensi Tahap 1 memiliki

presentase 49,48% dan klasifikasi Hipertensi Tahap 2 dengan presentase

50,52%. Dapat disimpulkan bahwa subjek penelitian didominasi oleh pasien

dengan klasifikasi Hipertensi Tahap 2.

Tabel 4.7 Gambaran Subjek Berdasarkan Klasifikasi Hipertensi

Klasifikasi tingkat Hipertensi Jumlah Presentase (%) Hipertensi stage I 95 49,48%

Hipertensi stage II 97 50,52%

B. Hasil Uji Asumsi Penelitian

Untuk melakukan analisis data, terdapat beberapa persyaratan yang harus

dilaksanakan terlebih dahulu, yaitu uji asumsi normalitas pada data residu

variable berupa skor dan uji linearitas untuk mengetahui bentuk korelasi antara

tiap-tiap sampel. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan bantuan program

komputerisasi pengolahan data.

Universitas Sumatera Utara

Page 65: PENGARUH HEALTH SELF-EFFICACY TERHADAP KEPATUHAN …

51

1. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui distribusi data penelitian

yang diperoleh peneliti dengan menggunakan uji normalitas Kolomogorov-

Smirnov. Dipilih karena uji tersebut dapat menetapkan apakah skor-skor

dalam sampel dapat secara asuk akal dianggap dari populasi sama dengan

suatu distribusi teoritis tertentu (Siegel, 2011). Hasil pengujian dijabarkan

pada tabel 4.8 berikut ini.

Tabel 4.8 Hasil Uji Normalitas

Variabel Sig. Keterangan

Kepatuhan 0,005 Sebaran data normal Health Self-efficacy 0,005 Sebaran data normal

Distribusi data dikatakan normal bila nilai p > 0,05. Pada tabel 4.6 di

atas dapat dilihat bahwa pada kedua komponen nilai signifikansi p > 0,05. Hal

ini menunjukkan bahwa data penelitian terdistribusi secara normal.

2. Uji Linearitas

Uji Linearitas dilakukan untuk mengetahui apakah variabel bebas

ataupun variabel tergantung berkorelasi secara linear atau tidak. Data dapat

dikatakan linear apabila nilai p<0,05, begitu pula sebaliknya. Apabila nilai

p>0,05 berarti hubungan antara variabel bebas dan variabel tergantung

dinyatakan tidak linear. Hasil linearitas dapat dilihat pada tabel 4.9 berikut

Universitas Sumatera Utara

Page 66: PENGARUH HEALTH SELF-EFFICACY TERHADAP KEPATUHAN …

52

Tabel 4.9 Hasil Uji Linearitas

Variabel Sig. Keterangan

Kepatuhan 0,000 Linear

Health Self-efficacy 0,000 Linear

Health Self-Efficacy Olahraga 0,000 Linear

Health Self-Efficacy Makan Makanan Sehat (Diet) 0,000 Linear

C. Hasil Utama Penelitian

1. Deskripsi Data Utama Penelitian

Deskripsi data penelitian dilampirkan untuk mengetahui karakteristik

data pokok yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan. Deskripsi

data pokok yang dilampirkan adalah perbandingan rerata empiris, rerata

hipotetik dan distribusi skor perolehan berdasarkan kategori tertentu.

Rerata empiris diperoleh dari respon subjek, sedangkan rerata

hipotetik diperoleh dari rerata kemungkinan diperoleh subjek atas jawaban

skala yang diberikan. Dalam hal ini, skala yang diberikan adalah Health

Self-Efficacy dan skala MMAS-8.

a. Nilai Empirik dan Nilai Hipotetik Health Self-efficacy

Hasil perhitungan mean empirik dan mean hipotetik health

self-efficacy dijelaskan pada tabel berikut.

Tabel 4.10 Hasil Perhitungan Mean Empirik dan Mean

Hipotetik Health Self-efficacy

Variabel Empirik Hipotetik

Min Max Mean Min Max Mean

Health Self-efficacy 17 48 32,68 13 52 32,50

Universitas Sumatera Utara

Page 67: PENGARUH HEALTH SELF-EFFICACY TERHADAP KEPATUHAN …

53

Health Self-Efficacy Olahraga 7 24 13,95 7 28 17,50 Health Self-Efficacy Diet 10 24 18,72 6 24 15,00

Berdasarkan tabel diatas diperoleh bahwa Health Self-Efficacy

pada subjek penelitian sedikit lebih tinggi dibandingkan Health

Self-Efficacy dibandingkan Health Self-Efficacy yang diperkirakan

alat ukur.

Berdasarkan tabel diatas diperoleh bahwa Health Self-Efficacy

Olahraga pada subjek penelitian lebih rendah dibandingkan Health

Self-Efficacy Olahraga yang diperkirakan alat ukur.

Berdasarkan tabel diatas diperoleh juga bahwa Health Self-

Efficacy Diet lebih tinggi dibandingkan Health Self-Efficacy Diet

yang di perkirakan alat ukur.

b. Nilai Empirik dan Nilai Hipotetik Kepatuhan

Hasil perhitungan mean empirik dan mean hipotetik Kepatuhan

dijelaskan dalam tabel 4.11.

Tabel 4.11 Hasil Perhitungan Mean Empirik dan Mean Hipotetik

Kepatuhan Minum Obat

Variabel Empiric Hipotetik Min Max Mean Min Max Mean

Kepatuhan 10 18 16,44 8 18 16,40

Berdasarkan tabel diatas, menunjukkan bahwa Kepatuhan

Minum Obat pada subjek penelitian sedikit lebih tinggi

dibandingkan yang diperkirakan alat ukur.

Universitas Sumatera Utara

Page 68: PENGARUH HEALTH SELF-EFFICACY TERHADAP KEPATUHAN …

54

Tabel 4.12 Anova Health Self-Efficacy-Kepatuhan Minum Obat

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression 281.344 1 281.344 66.002 .000b

Residual 809.906 190 4.263

Total 1091.250 191

a. Dependent Variable: kepatuhan b. Predictors: (Constant), health self-efficacy

Berdasarkan tabel 4.12 diatas, hasil perhitungan yang didapatkan

adalah nilai F=66.002 dan p=0,000. Field (2009) menyatakan bahwa jika nilai

p<0,05 maka Ho ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat

pengaruh signifikan antara Health Self-Efficacy terhadap Kepatuhan Minum

Obat pada pasien Hipertensi.

Tabel 4.13 Model Summary Prediktor Kepatuhan-Health Self-Efficacy

Model R R Square Adjusted R

Square Std. Error of the Estimate

1 .508a .258 .254 2.065

a. Predictors: (Constant), health self-efficacy

b. Dependent Variable: kepatuhan

Berdasarkan tabel 4.13 diatas, koefisien determinan (R- square) yang

diperoleh dari pengaruh Health Self-Efficacy terhadap kepatuhan pada subjek

penelitian adalah sebesar 0,258. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh Health

Self-Efficacy terhadap kepatuhan pada pasien hipertensi adalah sebesar 25,8%.

Yang artinya, Health Self-Efficacy memberikan sumbangan efektif sebesar

25,8% dalam memunculkan Kepatuhan Minum Obat, sedangkan sisanya

dipengaruhi oleh faktor- faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

Universitas Sumatera Utara

Page 69: PENGARUH HEALTH SELF-EFFICACY TERHADAP KEPATUHAN …

55

Tabel 4.14 Koefisien Regresi Health Self-Efficacy-Kepatuhan Minum Obat

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

T Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 9.781 .833 11.745 .000

Health self-efficacy .204 .025 .508 8.124 .000

a. Dependent Variable: kepatuhan

Kepatuhan dilambangkan dengan (Y) dan Health Self-Efficacy

dilambangkan dengan (X). Pada tabel 4.14 persamaan garis regresi yang

dihasilkan adalah Y= 9.781 + 0.204 X. Berdasarkan nilai koefisien regresi X

(Health Self-Efficacy) sebesar 0,204, menyatakan bahwa setiap penambahan 1

nilai Health Self-Efficacy akan menaikan nilai Kepatuhan Minum Obat

sebesar 0,204. Dengan kata lain, semakin tinggi Health Self-Efficacy yang

dimiliki pasien hipertensi maka akan semakin tinggi tingkat kepatuhan pasien

hipertensi.

Dari analisis regresi di atas, dapat berarti ada pengaruh positif Health

Self-Efficacy terhadap kepatuhan pasien hipertensi.

Tabel 4.15 Anova Health Self-Efficacy Olahraga-Kepatuhan Minum Obat

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression 174.457 1 174.457 36.155 .000b

Residual 916.793 190 4.825

Total 1091.250 191

a. Dependent Variable: kepatuhan

b. Predictors: (Constant), olahraga

Berdasarkan tabel 4.15 diatas, hasil perhitungan yang didapatkan

adalah nilai F=36.155 dan p=0,000. Field (2009) menyatakan bahwa jika nilai

Universitas Sumatera Utara

Page 70: PENGARUH HEALTH SELF-EFFICACY TERHADAP KEPATUHAN …

56

p<0,05 maka Ho ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat

pengaruh signifikan antara Health Self-Efficacy Olahraga terhadap Kepatuhan

Minum Obat pasien hipertensi.

Tabel 4.16 Model Summary Prediktor Kepatuhan Minum Obat-Health Self-Efficacy Olahraga

Model R R Square Adjusted R

Square Std. Error of the Estimate

1 .400a .160 .155 2.197

a. Predictors: (Constant), olahraga b. Dependent Variable: kepatuhan

Berdasarkan tabel 4.16 diatas, koefisien determinan (R- square)

yang diperoleh dari pengaruh Health Self-Efficacy Olahraga terhadap

Kepatuhan Minum Obat pada subjek penelitian adalah sebesar 0,160. Hal ini

menunjukkan bahwa pengaruh Health Self-Efficacy Olahraga terhadap

Kepatuhan Minum Obat pada pasien Hipertensi adalah sebesar 16%.

Tabel 4.17 Koefisien Regresi Health Self-Efficacy-Kepatuhan Minum Obat

Model Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

T Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 13.183 .564 23.374 .000

olahraga .233 .039 .400 6.013 .000

a. Dependent Variable: kepatuhan

Kepatuhan dilambangkan dengan (Y) dan Health Self-Efficacy

Olahraga dilambangkan dengan (X). Pada tabel 4.17 persamaan garis regresi

yang dihasilkan adalah Y= 13.138 + 0.233 X. Berdasarkan nilai koefisien

Universitas Sumatera Utara

Page 71: PENGARUH HEALTH SELF-EFFICACY TERHADAP KEPATUHAN …

57

regresi X (Olahraga dalam Health self-efficacy) sebesar 0,233, menyatakan

bahwa setiap penambahan 1 nilai olahraga dalam Health self-efficacy akan

menaikan nilai Kepatuhan sebasar 0,233. Dengan kata lain, semakin tinggi

olahraga dalam Health self-efficacy yang dimiliki pasien hipertensi maka akan

semakin tinggi tingkat kepatuhan pasien hipertensi.

Tabel 4.18 Anova Health Self-Efficacy Diet terhadap Kepatuhan Minum Obat

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression 260.620 1 260.620 59.615 .000b

Residual 830.630 190 4.372

Total 1091.250 191

a. Dependent Variable: kepatuhan b. Predictors: (Constant), diet

Berdasarkan tabel 4.18 diatas, hasil perhitungan yang didapatkan

adalah nilai F=59.615 dan p=0,000. Field (2009) menyatakan bahwa jika nilai

p < 0,05 maka Ho ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat

pengaruh signifikan antara Health Self-Efficacy Diet terhadap Kepatuhan

Minum Obat pasien Hipertensi.

Tabel 4.19 Model Summary Prediktor Kepatuhan Minum Obat-Health Self-Efficacy

Diet

Model R R Square Adjusted R

Square Std. Error of the Estimate

1 .489a .239 .235 2.091

a. Predictors: (Constant), diet

b. Dependent Variable: kepatuhan

Berdasarkan tabel 4.19 diatas, koefisien determinan (R- square) yang

diperoleh dari pengaruh diet dalam health self-efficacy terhadap kepatuhan

Universitas Sumatera Utara

Page 72: PENGARUH HEALTH SELF-EFFICACY TERHADAP KEPATUHAN …

58

pada subjek penelitian adalah sebesar 0,239. Hal ini menunjukkan bahwa

pengaruh Health Self-Efficacy Diet terhadap kepatuhan pada pasien hipertensi

adalah sebesar 23,9%.

Tabel 4.20 Koefisien Regresi Health Self-Efficacy Diet-Kepatuhan Minum Obat

Model Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

T Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 7.834 1.124 6.967 .000

Diet .459 .060 .489 7.721 .000

a. Dependent Variable: kepatuhan

Kepatuhan dilambangkan dengan (Y) dan Diet dalam health self-

efficacy dilambangkan dengan (X). Pada tabel 4.20 persamaan garis regresi

yang dihasilkan adalah Y= 7.834 + 0.459 X. Berdasarkan nilai koefisien

regresi X (Health Self-Efficacy Diet) sebesar 0,459, menyatakan bahwa setiap

penambahan 1 nilai Health self-efficacy Diet akan menaikan nilai Kepatuhan

sebasar 0,459. Dengan kata lain, semakin tinggi Health Self-Efficacy Diet

yang dimiliki pasien Hipertensi maka akan semakin tinggi tingkat Kepatuhan

Minum Obat pasien hipertensi.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh positif Health Self-

Efficacy Olahraga dan Diet terhadap kepatuhan minum obat pada pasien

hipertensi.

2. Kategorisasi Health Self-efficacy dan Kepatuhan Minum Obat

Standardisasi dilakukan terhadap skor subjek pada health self-efficacy

dan kepatuhan dengan cara mengubah skor mentah subjek menjadi skor T.

Kategorisasi skor subjek dilakukan sesuai dengan interval kategori jenjang

Universitas Sumatera Utara

Page 73: PENGARUH HEALTH SELF-EFFICACY TERHADAP KEPATUHAN …

59

yang diuraikan pada bagian sebelumnya. Hasil kategorisasi skor subjek pada

kedua komponen diuraikan pada tabel 4.21 dan tabel 4.22 berikut ini.

Tabel 4.21 Hasil Kategorisasi Health Self-efficacy dan Kepatuhan Minum Obat

Komponen Rentang Skor Kategori Frekuensi

(n)

Presentase

(%) Total

Health self-efficacy

x >44,19 Sangat

Tinggi (ST) 3 1,56%

192 (100%)

32,51 ≤ x ≤ 44,19 Tinggi (T) 96 50%

20,81 ≤ x ≤ 32,50 Rendah (R) 92 47,92%

x <20,81 Sangat

Rendah (SR) 1 0,52%

Komponen Rentang Skor Kategori Frekuensi

(n)

Presentase

(%)

Total

Kepatuhan x>16,40 Patuh (P) 128 66,67% 192 (100%) X<16,40 Tidak Patuh

(TP) 64 33,33%

Tabel 4.22 Hasil Kategorisasi Health Self-efficacy Olahraga dan Diet

Komponen Rentang Skor Kategori Frekuensi

(n)

Presentase

(%)

Total

Health self-efficacy

Olahraga

x > 23,99 Sangat Tinggi (ST)

2 1,04%

192

(100%)

17,06 ≤ x ≤ 23,99 Tinggi (T) 38 19,79%

11,01 ≤ x ≤ 17,05 Rendah (R) 73 38,02%

x < 11,01 Sangat Rendah

(SR)

79 41,15%

Komponen Rentang Skor Kategori Frekuensi

(n)

Presentase

(%)

Total

Health self-

efficacy Diet

X > 20,62 Sangat

Tinggi (ST)

51 26,56%

192 (100%)

15,00 ≤ x ≤ 20,62 Tinggi (T) 128 66,67%

9,38 ≤x ≤ 14,99 Rendah (R) 13 6,77%

X > 9,38 Sangat Rendah

(SR)

0 0

Universitas Sumatera Utara

Page 74: PENGARUH HEALTH SELF-EFFICACY TERHADAP KEPATUHAN …

60

Tabel 4.21 menunjukkan bahwa pada Health Self-Efficacy, jumlah

subjek lebih banyak berada dalam kategori Tinggi (T) sebanyak 50%,

kemudian kategori Rendah (R) sebesar 47,92%. Sedangkan pada komponen

kepatuhan, jumlah subjek lebih banyak berada pada kategori Patuh (P) sebesar

66,67%.

Tabel 4.22 menunjukkan bahwa Health Self-Efficacy Olahraga di

dominasi oleh subjek dengan kategori Sangat Rendah (SR) yaitu 41,14%.

Health Self-Efficacy Diet didominasi subjek pada kategori Tinggi (T) dengan

66,67% dan tidak ada subjek pada kategori rendah.

Gambaran kategorisasi kepatuhan subjek terhadap anjuran medis

didapatkan dengan mengombinasikan kategori skor subjek yang diperoleh

pada tabel 4.21 dan tabel 4.22. Hasil kategorisasi kepatuhan subjek minum

obat dengan Health Self-Efficacy dijabarkan pada tabel 4.23 di bawah ini.

Tabel 4.23 Kategorisasi Subjek Berdasarkan Health self-efficacy dan Komponen Diet dan Olahraga serta Kepatuhan Minum Obat

Variabel Kategorisasi Patuh Tidak Patuh

Total Frekuensi (n)

Presentase (%)

Frenkuensi (n)

Presentase (%)

Health Self-

Efficacy

Sangat Tinggi

3 1,56% 0 0 3

Tinggi 82 42,70% 14 7,30% 96

Rendah 43 22,40% 49 25,52% 92 Sangat Rendah

0 0 1 0,52% 1

Health Self-

Efficacy Olahraga

Sangat Tinggi

1 0,52% 1 0,52% 2

Tinggi 35 18,23% 3 1,56% 38

Rendah 58 30,20% 15 7,82% 73 Sangat Rendah

34 17,72% 45 23,43% 79

Health Sangat 48 25% 3 1,56% 51

Universitas Sumatera Utara

Page 75: PENGARUH HEALTH SELF-EFFICACY TERHADAP KEPATUHAN …

61

Self-Efficacy

Diet

Tinggi Tinggi 78 40,63% 50 26,04% 128

Rendah 2 1,04% 11 5,73% 13 Sangat Rendah

0 0 0

Tabel 4.23 menjabarkan bahwa kombinasi kategorisasi skor Health

Self-Efficacy dan Kepatuhan Minum Obat subjek menghasilkan 12 profil

subjek. Pasien yang memiliki Kepatuhan Minum Obat, berada pada Health

Self-Efficacy Sangat Tinggi 3 orang, Health Self Efficacy Tinggi 84 orang,

Health Self-Efficacy Rendah 43 orang. Sedangkan pada subjek yang Tidak

Patuh Minum Obat berada pada Health Self-Efficacy Tinggi 14 orang, Health

Self-Efficacy Rendah 49 Orang, Health Self-Efficacy Sangat Rendah 1 orang.

Dapat disimpulkan bahwa subjek pada penelitian ini berada pada kategorisasi

Patuh dengan Health Self-Efficacy Tinggi.

Tabel 4.23 menjabarkan pasien yang memiliki Kepatuhan Minum

Obat, berada pada kategorisasi Health Self-Efficacy Olahraga Sangat Tinggi 1

orang, Health Self-Efficacy Olahraga Tinggi 35 orang, Health Self-Efficacy

Olahraga Rendah 58 orang dan Health Self-Efficacy Olahraga Sangat Rendah

34 orang. Sedangkan pada subjek yang Tidak Patuh Minum Obat berada pada

kategori Health Self-Efficacy Olahraga Sangat Tinggi 1 orang, Health Self-

Efficacy Olahraga Tinggi 3 orang, Health Self-Efficacy Olahraga Rendah 15

orang, Health Self-Efficacy Olahraga Sangat Rendah 45 orang. Dapat

Universitas Sumatera Utara

Page 76: PENGARUH HEALTH SELF-EFFICACY TERHADAP KEPATUHAN …

62

disimpulkan bahwa subjek pada penelitian ini berada pada kategorisasi Patuh

dengan Health Self-Efficacy Rendah.

Tabel 4.23 menjelaskan juga pasien yang memiliki Kepatuhan Minum

Obat, berada pada kategorisasi Health Self-Efficacy Diet Sangat Tinggi 48

orang, Health Self-Efficacy Diet Tinggi 78 orang, Health Self-Efficacy Diet

Rendah 2 orang. Sedangkan pada subjek yang Tidak Patuh Minum Obat

berada pada Health Self-Efficacy Diet Sangat Tinggi 3 orang, Health Self-

Efficacy Diet Tinggi 50 orang, Health Self-Efficacy Rendah 11 orang. Dapat

disimpulkan bahwa subjek pada penelitian ini berada pada kategorisasi Patuh

dengan Health Self-Efficacy Tinggi.

D. Hasil Analisa Tambahan

a. Perbandingan Health Self-efficacy dan Kepatuhan Minum Obat berdasarkan

jenis kelamin

Perbandingan ini dilakukan untuk membandingkan nilai antara laki-

laki dan perempuan dalam memiliki Health Self-efficacy dan dalam

melaksanakan Kepatuhan Minum Obat. Hasil perbandingan dapat dilihat pada

tabel berikut.

Tabel 4.24 Perbandingan Health Self-efficacy dan Kepatuhan

Minum Obat berdasarkan jenis kelamin

Health Self-efficacy (Mean 32,50)

Kepatuhan Minum Obat (Mean 16,40)

Mean Kategorisasi Mean Kategorisasi

Laki-laki 32,50 Rendah 16,37 Tidak Patuh Perempuan 32,81 Tinggi 16,49 Patuh

Universitas Sumatera Utara

Page 77: PENGARUH HEALTH SELF-EFFICACY TERHADAP KEPATUHAN …

63

Berdasarkan tabel 4.24 diatas, menunjukkan bahwa Health Self-

Efficacy pada laki- laki sama dengan yang diperkirakan oleh alat ukur.

Sedangkan pada perempuan menunjukkan bahwa Health Self-Efficacy lebih

tinggi sedikit dibandingkan yang diperkirakan alat ukur.

Pada tabel 4.24 diatas dapat disimpulkan juga bahwa tingkat

Kepatuhan Minum Obat pada laki- laki lebih rendah dabandingkan yang

diperkirakan alat ukur. Sedangkan pada perempuan Kepatuhan Minum Obat

sedikit lebih tinggi dibandingkan yang diperkirakan alat ukur.

b. Perbandingan Health Self-Efficacy dan Kepatuhan Minum Obat berdasarkan

usia

Perbandingan ini dilakukan untuk membandingkan nilai antara usia

subjek penelitian dalam memiliki Health Self-Efficacy dan dalam

melaksanakan Kepatuhan Minum Obat. Hasil perbandingan dapat dilihat pada

tabel berikut ini

Tabel 4.25 Perbandingan Health Self-Efficacy dan Kepatuhan

Minum Obat berdasarkan Usia

Health Self-Efficacy Kepatuhan

Mean Kategorisasi Mean Kategorisasi Dewasa awal (20-40 tahun) 32,33 Rendah 13,33 Tidak Patuh

Dewasa madya (40-60 tahun) 34,42 Tinggi 16,77 Patuh Lansia (di atas 60 tahun) 32,68 Tinggi 15,95 Tidak Patuh

Berdasarkan tabel 4.25 diatas, menunjukkan bahwa Health Self-

Efficacy pada dewasa awal lebih rendah dibandingkan yang diperkirakan oleh

alat ukur. Sedangkan pada dewasa madya dan lansia menunjukkan bahwa

Health Self-Efficacy lebih tinggi dibandingkan yang diperkirakan alat ukur.

Universitas Sumatera Utara

Page 78: PENGARUH HEALTH SELF-EFFICACY TERHADAP KEPATUHAN …

64

Pada tabel 4.25 diatas dapat disimpulkan juga bahwa tingkat

Kepatuhan Minum Obat pada dewasa awal dan lansia lebih rendah

dabandingkan yang diperkirakan alat ukur. Sedangkan pada dewasa madya

Kepatuhan Minum Obat sedikit lebih tinggi dibandingkan yang diperkirakan

alat ukur.

c. Perbandingan Health Self-efficacy dan Kepatuhan Minum Obat berdasarkan

pekerjaan

Perbandingan ini dilakukan untuk membandingkan nilai antara

pekerjaan yang dimiliki oleh subjek penelitian dalam memiliki Health Self-

efficacy dan dalam melaksanakan Kepatuhan Minum Obat. Hasil

perbandingan dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.26 Perbandingan Health Self-efficacy dan Kepatuhan

Minum Obat berdasarkan pekerjaan

Health Self-efficacy Kepatuhan

Mean Kategorisasi Mean Kategorisasi PNS (Pegawai Negeri Sipil) 35.08 Tinggi 17,04 Patuh

Pegawai swasta 36,56 Tinggi 16,72 Patuh Ibu Rumah Tangga 29,91 Rendah 15,74 Tidak Patuh

Wirausaha 33,00 Tinggi 16,01 Tidak Patuh Pensiunan 30,82 Rendah 16,49 Patuh

Berdasarkan tabel 4.26 diatas, didapatkan Health Self-Efficacy pada

Ibu Rumah Tangga dan Pensiunan lebih rendah dibandingkan yang

diperkirakan alat ukur. Sedangkan Health Self-Efficacy PNS, Pegawai swasta

dan Wirausaha lebih tinggi dibandngkan yang diperkirakan alat ukur.

Universitas Sumatera Utara

Page 79: PENGARUH HEALTH SELF-EFFICACY TERHADAP KEPATUHAN …

65

Pada tabel 4.26 diatas juga dapat dilihat, bahwa Kepatuhan Minum

Obat Ibu Rumah Tangga dan wirausaha lebih rendah dari yang diperkirakan

oleh alat ukur. Sedangkan Kepatuhan Minum Obat PNS, Pegawai swasta dan

pensiunan lebih tinggi dari yang diperkirakan alat ukur.

d. Perbandingan Health Self-efficacy dan Kepatuhan berdasarkan pendidikan

Perbandingan ini dilakukan untuk membandingkan nilai antara tingkat

pendidikan yang dimiliki oleh subjek penelitian dalam memiliki health self-

efficacy dan dalam melaksanakan Kepatuhan. Hasil perbandingan dapat

dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.27 Perbandingan Health self-efficacy dan Kepatuhan

berdasarkan tingkat pendidikan

Health self-efficacy Kepatuhan Mean Kategorisasi Mean Kategorisasi

SD 26,80 Rendah 15,40 Tidak Patuh SMP 25,29 Rendah 14,00 Tidak Patuh

SMA 30,24 Rendah 16,05 Tidak Patuh D3 35,53 Tinggi 17,33 Patuh

S1 34,77 Tinggi 16,92 Patuh S2 33,89 Tinggi 15,44 Tidak Patuh

S3 - - - -

Berdasarkan tabel 4.27 diatas, Health Self-Efficacy tingkat pendidikan

SD, SMP, SMA lebih rendah dibandingkan dengan yang diperkirakan alat

ukur. Sedangkan Health Self-Efficacy tingkat pendidikan D3, S1, S2 lebih

tinggi dibandingkan dengan yang diperkirakan alat ukur.

Pada tabel 4.27 diatas juga dapat dilihat, bahwa Kepatuhan Minum Obat

tingkat pendidikan SD, SMP, SMA dan S2 lebih rendah dibandingkan dengan

Universitas Sumatera Utara

Page 80: PENGARUH HEALTH SELF-EFFICACY TERHADAP KEPATUHAN …

66

yang diperkirakan alat ukur. Sedangkan Kepatuhan Minum Obat tingkat

pendidikan D3 dan S1 lebih tinggi dibandingkan dengan yang diperkirakan alat

ukur.

e. Perbandingan Health Self-Efficacy dan Kepatuhan Minum Obat berdasarkan

lama didiagnosa Hipertensi

Perbandingan ini dilakukan untuk membandingkan nilai antara ada

seberapa lama subjek penelitian didiagnosa Hipertensi dalam memiliki Health

Self-Efficacy dan dalam melaksanakan Kepatuhan Minum Obat. Hasil

perbandingan dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.28 Perbandingan Health Self-Efficacy dan Kepatuhan Minum

Obat berdasarkan lama didiagnosa Hipertensi

Health Self-Efficacy Kepatuhan

Mean Kategorisasi Mean Kategorisasi 1-5 tahun 34,08 Tinggi 16,50 Patuh 6-10 tahun 30,86 Rendah 16,60 Patuh

Diatas 10 tahun 28,87 Rendah 15,97 Tidak Patuh

Berdasarkan tabel 4.28 diatas, Health Self-Efficacy subjek dengan

lama nya didiagnosa 6-10 tahun dan diatas 10 tahun lebih rendah

dibandingkan dengan yang diperkirakan alat ukur. Sedangkan Health Self-

Efficacy pada subjek dengan diagnose 1-5 tahun lebih tinggi dibandingkan

dengan yang diperkirakan alat ukur.

Pada tabel 4.28 diatas juga dapat dilihat, bahwa Kepatuhan Minum

Obat pada subjek dengan diagnosa diatas 10 tahun lebih rendah dibandingkan

dengan yang diperkirakan alat ukur. Sedangkan Kepatuhan Minum Obat pada

Universitas Sumatera Utara

Page 81: PENGARUH HEALTH SELF-EFFICACY TERHADAP KEPATUHAN …

67

subjek dengan diagnosa 1-5 tahun dan 6-10 tahun lebih tinggi dibandingkan

dengan yang diperkirakan alat ukur.

f. Perbandingan Health Self-Efficacy dan Kepatuhan Minum Obat berdasarkan

riwayat keluarga

Perbandingan ini dilakukan untuk membandingkan nilai antara ada

tidaknya riwayat keluarga yang dimiliki oleh subjek penelitian dalam

memiliki Health Self-Efficacy dan dalam melaksanakan Kepatuhan Minum

Obat. Hasil perbandingan dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.29 Perbandingan Health Self-Efficacy dan Kepatuhan

Minum Obat berdasarkan riwayat keluarga

Health self-efficacy Kepatuhan Mean Kategorisasi Mean Kategorisasi

Ada 33,67 Tinggi 16,60 Patuh Tidak 31,32 Rendah 16,21 Tidak Patuh

Berdasarkan tabel 4.29 diatas, diperoleh Health Self-Efficacy subjek

penelitian dengan adanya riwayat keluarga lebih tinggi dibandingkan yang

diperkirakan alat ukur. Sedangkan Health Self-Efficacy subjek dengan tidak

adanya riwayat keluarga lebih rendah dibandingkan yang diperkirakan alat

ukur.

Pada tabel 4.29 diatas diperoleh pula Kepatuhan Minum Obat subjek

penelitian dengan adanya riwayat keluarga lebih tinggi dibandingkan yang

diperkirakan alat ukur. Sedangkan Kepatuhan Minum Obat subjek penelitian

dengan tidak adanya riwayat keluarga lebih rendah dibandingkan yang

diperkirakan alat ukur.

Universitas Sumatera Utara

Page 82: PENGARUH HEALTH SELF-EFFICACY TERHADAP KEPATUHAN …

68

g. Perbandingan Health Self-Efficacy dan Kepatuhan Minum Obat berdasarkan

klasifikasi hipertensi

Perbandingan ini dilakukan untuk membandingkan klasifikasi tingkat

hipertensi yang dimiliki oleh subjek penelitian dalam memiliki Health Self-

Efficacy dan dalam melaksanakan Kepatuhan Minum Obat. Hasil

perbandingan dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.30 Perbandingan Health Self-Efficacy dan Kepatuhan

Minum Obat berdasarkan klasifikasi hipertensi

Health self-efficacy Kepatuhan

Mean Kategorisasi Mean Kategorisasi Hipertensi Tahap 1 33,60 Tinggi 16,68 Patuh

Hipertensi Tahap 2 31,77 Rensah 16,20 Tidak Patuh

Berdasarkan tabel 4.30 diatas, diperoleh Health Self-Efficacy subjek

penelitian yang di tingkat Hipertensi Tahap 1 lebih tinggi dibandingkan yang

diperkirakan alat ukur. Sedangkan Health Self-Efficacy subjek penelitian yang

di tingkat Hipertensi Tahap 2 lebih rendah dibandingkan yang diperkirakan

alat ukur.

Pada tabel 4.30 diatas diperoleh pula Kepatuhan Minum Obat subjek

penelitian yang di tingkat Hipertensi Tahap 1 lebih tinggi dibandingkan yang

diperkirakan alat ukur. Sedangkan Kepatuhan Minum Obat subjek penelitian

yang di tingkat Hipertesi Tahap 2 lebih rendah dibandingkan yang

diperkirakan alat ukur.

Universitas Sumatera Utara

Page 83: PENGARUH HEALTH SELF-EFFICACY TERHADAP KEPATUHAN …

69

E. Pembahasan

Hasil analisis data mendukung hipotesis penelitian yang menyatakan

bahwa Health Self-Efficacy memiliki pengaruh positif sebesar 25,8% terhadap

Kepatuhan Minum Obat pada pasien hipertensi dalam penelitian ini. Arti dari

hipotesis penelitian adalah semakin tinggi Health Self-Efficacy yang dimiliki

pasien hipertensi dalam penelitian ini, maka akan semakin meningkat

Kepatuhan Minum Obat pasien hipertensi dalam penelitian ini dalam

meminum obat.

Jika dilihat dari sub bagian Health Self-Efficacy yaitu Olahraga

menunjukkan pengaruh yang positif sebesar 16% terhadap Kepatuhan Minum

Obat pada pasien hipertensi dalam penelitian ini. Sedangkan dilihat dari sub

bagian Health Self-Efficacy yaitu Diet menunjukkan pengaruh yang positif

juga sebesar 23,9% terhadap Kepatuhan Minum Obat pada pasien hipertensi

dalam penelitian ini. Jadi, semakin tinggi Health Self-Efficacy Olahraga dan

Health Self-Efficacy Diet, maka akan semakin meningkat Kepatuhan Minum

Obat pasien hipertensi dalam penelitian ini.

Hal ini memperkuat hasil penemuan penelitian-penelitian sebelumnya

yang menyatakan bahwa kecenderungan individu melakukan kepatuhan dapat

dikarenakan individu memiliki health self-efficacy. Semakin tinggi health

self-efficacy yang dirasakan oleh individu, maka semakin tinggi juga lah

kecenderungan individu untuk melakukan kepatuhan dalam minum obat.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Debby (2017) diketahui self-efficacy

Universitas Sumatera Utara

Page 84: PENGARUH HEALTH SELF-EFFICACY TERHADAP KEPATUHAN …

70

mempengaruhi kepatuhan pasien hipertensi dalam menjalani pengobatannya

sebesar 31%. Sejalan dengan hal ini, penelitian yang dilakukan oleh Khairul

Mustafa tentang hubungan self-efficacy dengan kepatuhan minum obat

penderita Hipertensi di Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh, menjelaskan

sebanyak 61,7% responden memiliki self-efficacy yang kurang baik dan

53,3% responden memiliki kepatuhan minum obat yang rendah. Sebanyak 16

dari 23 responden yang memiliki self-efficacy yang baik (69,6%) juga

memiliki kepatuhan minum obat yang tinggi, sedangkan 26 dari 38 responden

yang memiliki self-efficacy yang kurang baik (68,4%) juga memiliki

kepatuhan minum obat yang rendah. Berdasarkan hasil analisa statistik

menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara self-efficacy dan

kepatuhan minum obat pada penderita hipertensi di Puskesmas Kuta Banda

Aceh.

Bagi banyak orang dengan penyakit kronis termasuk hipertensi,

kepatuhan memainkan peranan penting dalam kelangsungan hidup pasien.

Hipertensi yang terjadi dalam jangka waktu lama dan terus menerus bisa

memicu stroke, serangan jantung, gagal jantung dan merupakan penyebab

utama gagal ginjal kronik (Purnomo, 2009). Oleh karena itu, kepatuhan

terhadap diet dan minum obat sangat diperlukan untuk dapat mengontrol dan

menstabilkan tekanan darah pada pasien hipertensi. Bila tekanan darah dapat

stabil dan terkontrol maka dapat mencegah kerusakan organ lain dan

Universitas Sumatera Utara

Page 85: PENGARUH HEALTH SELF-EFFICACY TERHADAP KEPATUHAN …

71

mencegah timbulnya penyakit lain seperti stroke, serangan jantung, gagal

jantung bahkan gagal ginjal kronik.

Kategorisasi Health Self-Efficacy terhadap Kepatuhan Minum Obat

menghasilkan pasien yang memiliki Kepatuhan Minum Obat, berada pada

Health Self-Efficacy Sangat Tinggi 3 orang, Health Self Efficacy Tinggi 84

orang, Health Self-Efficacy Rendah 43 orang. Sedangkan pada subjek yang

Tidak Patuh Minum Obat berada pada Health Self-Efficacy Tinggi 14 orang,

Health Self-Efficacy Rendah 49 Orang, Health Self-Efficacy Sangat Rendah 1

orang. Dapat disimpulkan bahwa subjek pada penelitian ini berada pada

kategorisasi Patuh dengan Health Self-Efficacy Tinggi.

Klasifikasi Health Self-Efficacy Olahraga terhadap Kepatuhan Minum

Obat pasien hipertensi dalam penelitian ini, berada pada kategorisasi Health

Self-Efficacy Olahraga Sangat Tinggi 1 orang, Health Self-Efficacy Olahraga

Tinggi 35 orang, Health Self-Efficacy Olahraga Rendah 58 orang dan Health

Self-Efficacy Olahraga Sangat Rendah 34 orang. Sedangkan pada subjek yang

Tidak Patuh Minum Obat berada pada kategori Health Self-Efficacy Olahraga

Sangat Tinggi 1 orang, Health Self-Efficacy Olahraga Tinggi 3 orang, Health

Self-Efficacy Olahraga Rendah 15 orang, Health Self-Efficacy Olahraga

Sangat Rendah 45 orang. Dapat disimpulkan bahwa subjek pada penelitian ini

berada pada kategorisasi Patuh dengan Health Self-Efficacy Olahraga

Rendah.

Universitas Sumatera Utara

Page 86: PENGARUH HEALTH SELF-EFFICACY TERHADAP KEPATUHAN …

72

Klasifikasi Health Self-Efficacy Diet terhadap Kepatuhan Minum Obat

pasien hipertensi dalam penelitian ini, berada pada kategorisasi Health Self-

Efficacy Diet Sangat Tinggi 48 orang, Health Self-Efficacy Diet Tinggi 78

orang, Health Self-Efficacy Diet Rendah 2 orang. Sedangkan pada subjek

yang Tidak Patuh Minum Obat berada pada Health Self-Efficacy Diet Sangat

Tinggi 3 orang, Health Self-Efficacy Diet Tinggi 50 orang, Health Self-

Efficacy Rendah 11 orang. Dapat disimpulkan bahwa subjek pada penelitian

ini berada pada kategorisasi Patuh dengan Health Self-Efficacy Diet Tinggi.

Pada penelitian ini juga dapat kita lihat bagaimana gambaran

perbandingan Health Self-Efficacy dan Kepatuhan Minum Obat pada pasien

hipertensi berdasarkan jenis kelaminnya. Penelitian ini menunjukkan bahwa

laki- laki memiliki Health Self-Efficacy lebih rendah dibandingkan yang

diperkirakan alat ukur. Sedangkan perempuan lebih tinggi dibandingkan yang

perkiraan alat ukur. Kepatuhan Minum Obat pada laki- laki lebih rendah

dibandingkan yang diperkirakan alat ukur. Sedangkan Kepatuhan Minum

Obat pada perempuan lebih tinggi dibandingkan yang diperkirakan alat ukur.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Notoatmodjo (2010)

yang menyatakan bahwa perempuan lebih patuh dan lebih sering mengobati

dirinya dibandingkan laki- laki.

Pada penelitian ini juga dapat kita lihat bagaimana gambaran

perbandingan Health Self-Efficacy dan Kepatuhan Minum Obat pada pasien

Universitas Sumatera Utara

Page 87: PENGARUH HEALTH SELF-EFFICACY TERHADAP KEPATUHAN …

73

hipertensi berdasarkan usia. Penelitian ini menunjukkan bahwa usia dewasa

awal memiliki Health Self-Efficacy lebih rendah dibandingkan yang

diperkirakan alat ukur. Sedangkan usia dewasa madya dan lansia lebih tinggi

dibandingkan yang perkiraan alat ukur. Kepatuhan Minum Obat pada usia

dewasa awal dan lansia lebih rendah dibandingkan yang diperkirakan alat

ukur. Sedangkan Kepatuhan Minum Obat pada usia dewasa madya lebih

tinggi dibandingkan yang diperkirakan alat ukur.

Selain jenis kelamin, pada penelitian ini juga melakukan perbandingan

Health Self-Efficacy dan Kepatuhan Minum Obat berdasarkan jenis pekerjaan.

Hasil menunjukkan bahwa Health Self-Efficacy IRT dan pensiunan lebih

rendah dibandingkan alat ukur. Sedangkan Health Self-Efficacy PNS, pegawai

swasta dan wirausaha lebih tinggi dibandingkan alat ukur. Kepatuhan Minum

Obat IRT dan wirausaha lebih rendah dibandingkan alat ukur. Sedangkan

Kepatuhan Minum Obat PNS, pegawai swasta dan pensiunan lebih rendah

dibandingkan alat ukur.

Berdasarkan hasil mean berdasarkan jenjang pendidikan diketahui

bahwa, Health Self-Efficacy jenjang pendidikan SD, SMP, SMA lebih rendah

dibandingkan yang diperkirakan alat ukur. Sedangkan Health Self-Efficacy

jenjang pendidikan D3, S1, S2 lebih tinggi dibandingkan yang diperkirakan

alat ukur. Kepatuhan Minum Obat pada jenjang pendidikan SD, SMP, SMA

dan S2 lebih rendah dibandingkan yang diperkirakan alat ukur. Sedangkan

Universitas Sumatera Utara

Page 88: PENGARUH HEALTH SELF-EFFICACY TERHADAP KEPATUHAN …

74

Kepatuhan Minum Obat jejang pendidikan D3 dan S1 lebih tinggi

dibandingkan yang diperkirakan alat ukur. Menurut penelitian yang dilakukan

Ekarini (2011) dan Mubin dkk (2010) menunjukan tingkat pendidikan

berhubungan dengan tingkat kepatuhan pasien hipertensi dalam menjalani

pengobatan. Responden yang memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi

sebagian besar memiliki kepatuhan dalam menjalani pengobatan,

Pada penelitian ini juga dapat kita lihat bagaimana gambaran

perbandingan Health Self-Efficacy dan Kepatuhan Minum Obat pada pasien

hipertensi berdasarkan lama didiagnosa Hipertensi. Penelitian ini

menunjukkan bahwa subjek 6-10 tahun dan diatas 10 tahun didiagnosa

memiliki Health Self-Efficacy lebih rendah dibandingkan yang diperkirakan

alat ukur. Sedangkan subjek 1-5 tahun lebih tinggi dibandingkan yang

perkiraan alat ukur. Kepatuhan Minum Obat pada subjek 1-5 tahun dan 6-10

tahun lebih tinggi dibandingkan yang diperkirakan alat ukur. Sedangkan

Kepatuhan Minum Obat pada subjek diatas 10 tahun lebih rendah

dibandingkan yang diperkirakan alat ukur.

Selain itu, penelitian ini juga dilakukan perbandingan Health Self-

Efficacy dan Kepatuhan Minum Obat dalam ada tidaknya riwayat keluarga.

Health Self-Efficacy subjek penelitian dengan adanya riwayat keluarga lebih

tinggi dibandingkan yang diperkirakan alat ukur, sedangkan Health Self-

Efficacy subjek dengan tidak adanya riwayat keluarga lebih rendah

Universitas Sumatera Utara

Page 89: PENGARUH HEALTH SELF-EFFICACY TERHADAP KEPATUHAN …

75

dibandingkan alat ukur. Kepatuhan Minum Obat pada subjek dengan adanya

riwayat keluarga lebih tinggi dibandingkan alat ukur, sedangkan Kepatuhan

Minum Obat pada subjek tidak adanya riwayat keluarga lebih rendah

dibandingkan alat ukur.

Berdasarkan klasifikasi hipertensi, Health Self-Efficacy pada subjek

dengan Hipertensi Tahap 1 lebih tinggi dibandingkan yang diperkirakan alat

ukur, sedangkan subjek dengan Hipertensi Tahap 2 lebih rendah dibandingkan

yang diperkirakan alat ukur. Kepatuhan Minum Obat subjek dengan

Hipertensi Tahap 1 lebih tinggi dibandingkan yang diperkirakan alat ukur,

sedangkan Kepatuhan Minum Obat subjek dengan Hipertensi Tahap 2 lebih

rendah dibandingkan alat ukur.

Universitas Sumatera Utara

Page 90: PENGARUH HEALTH SELF-EFFICACY TERHADAP KEPATUHAN …

76

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Bab V membahas mengenai kesimpulan dan saran-saran yang terkait

dengan hasil penelitian yang telah diperoleh. Pada bagian pertama akan

dijabarkan hasil penelitian, kemudian dibagian terakhir akan dikemukakan

saran-saran yang mungkin dapat berguna bagi penelitian yang akan datang.

A. Kesimpulan

Ada pengaruh positif antara Health Self-Efficacy terhadap Kepatuhan

Minum Obat pada Pasien Hipertensi

Jumlah subjek penelitian yang mematuhi anjuran minum obat lebih

banyak dibandingkan jumlah subjek yang tidak mematuhi anjuran

minum obat

Subjek berada pada kategori Health Self-Efficacy Tinggi

Dalam Health Self-Efficacy Olahraga, subjek berada pada kategori

Health Self-Efficacy Olahraga Sangat Rendah

Dalam Health Self-Efficacy Diet, subjek berada pada kategori Health

Self-Efficacy Diet Tinggi

Subjek berada pada kategori Health Self-Efficacy Tinggi-Patuh, Health

Self-Efficacy Olahraga Rendah-Patuh dan Health Self-Efficacy Diet

Tinggi-Patuh

Universitas Sumatera Utara

Page 91: PENGARUH HEALTH SELF-EFFICACY TERHADAP KEPATUHAN …

77

Secara Sosiodemografis, subjek dengan jenis kelamin perempuan; usia

dewasa madya; jenjang pendidikan D3, S1, S2; jenis pekerjaan PNS,

Pegawai Swasta, Pensiunan; adanya riwayat keluarga; lama diagnosa

1-5 tahun dan berada pada Hipertensi Tahap II memiliki Health Self-

Efficacy lebih tinggi dibandingkan yang diperkirakan alat ukur

Subjek dengan jenis kelamin perempuan; usia dewasa madya; jenis

pekerjaan PNS, Pegawai swasta, pensiunan; jenjang pendidikan D3,

S1; adanya riwayat keluarga; lama diagnosa 1-10 tahun dan berada

pada Hipertensi Tahap I memiliki Kepatuhan Minum Obat lebih tinggi

dibandingkan yang diperkirakan alat ukur.

B. Saran

Berdasarkan hasil dan kesimpulan yang telah peneliti paparkan di atas,

peneliti selanjutnya memaparkan beberapa saran praktis dan saran

metodologis.

1. Saran Praktis

Saran praktis dapat ditujukan kepada pasien hipertensi, keluarga

pasien hipertensi dan juga tenaga medis. Psikoedukasi dapat menjadi salah

satu bentuk intervensi yang dapat diberikan pada pasien. Psikoedukasi

merupakan bentuk promosi kesehatan yang dilakukan untuk melindungi dan

meningkatkan kondisi kesehatan pasien. Psikoedukasi merupakan langkah

awal yang penting dilakukan untuk meningkatkan pemahaman subjek

Universitas Sumatera Utara

Page 92: PENGARUH HEALTH SELF-EFFICACY TERHADAP KEPATUHAN …

78

mengenai penyakit yang diderita, dampak klinis, dan memahami pentingnya

melakukan anjuran medis yang diberikan tenaga medis. Peningkatan

pemahaman subjek dapat mengubah frekuensi perilaku subjek sehingga

tingkat kepatuhan subjek meningkat (Berry, 2004; Murdaugh & Insel, 2009).

Sehingga pasien tidak lagi menganggap bahwa Hipertensi adalah penyakit

yang tidak perlu dikhawatirkan dan bisa diatasi hanya secara alami seperti

tidak memakan makanan lemak atau minum jus timun tanpa harus meminum

obat secara teratur.

Psikoedukasi yang juga dapat dilakukan oleh tenaga medis terutama

psikolog yang bekerja dalam bidang kesehatan adalah meningkatkan Health

Self-Efficacy pasien Hipertensi. Bukan hanya sekedar pemahaman tetapi

bagaimana bisa menerapkan suatu perilaku untuk dapat meningkatkan

kepercayaan diri pasien untuk mampu menjaga kesehatannya melalui diet dan

olahraga. Semakin tinggi Health Self-Efficacy pasien Hipertensi maka akan

semakin tinggi kepatuhan pasien hipertensi minum obat. Hal yang perlu

diperhatikan untuk meningkatkan Health Self-Efficacy Olahraga pasien

Hipertensi adalah pasien diajak untuk melakukan olahraga secara rutin dan

memberitahu atau mencari tahu bersama tempat olahraga yang berada di

lingkungan sekitar pasien, melakukan perengangan sebelum melakukan

olahraga, tetap diajak untuk rileks dan melanjutkan olahraga meskipun merasa

tidak nyaman. Sedangkan untuk meningkatkan Health Self-Efficacy Diet

pasien Hipertensi adalah mengukur secara berkala berat badan pasien supaya

Universitas Sumatera Utara

Page 93: PENGARUH HEALTH SELF-EFFICACY TERHADAP KEPATUHAN …

79

bisa mencapai berat badan ideal, diberikan catatan jenis-jenis makanan yang

mengandung serat tinggi serta memperhatikan kandungan gizi di keasan

makanan yang akan dibeli.

Kemampuan tenaga medis dalam berkomunikasi dengan pasien juga

memiliki pengaruh terhadap self-efficacy kesehatan dan kepatuhan pasien.

Tenaga medis hendaknya melatih cara mereka berkomunikasi dengan

memfokuskan proses komunikasi pada kebutuhan dan kondisi pasien (patient-

centered) dan berbicara dalam bahasa yang mudah dipahami oleh pasien

(Sarafino & Smith, 2011).

Bagi masyarakat yang memiliki anggota keluarga atau kerabat seorang

pasien Hipertensi, hasil penelitian ini dapat dijadikan rujukan bagi mereka

yang merawat pasien. Masyarakat juga perlu menyadari bahwa pasien

Hipertensi memerlukan dukungan sosial, baik itu dukungan psikologis

maupun materil agar tetap merasa bahwa dirinya mampu melakukan aktivitas

kesehatan, terkhususnya olahraga dan diet.

2. Saran Metodologis

Penelitian ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, peneliti

menyampaikan saran metodologis yang diharapkan mampu membantu

peneliti selanjutnya. Adapun saran metodologisnya sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara

Page 94: PENGARUH HEALTH SELF-EFFICACY TERHADAP KEPATUHAN …

80

a. Untuk peneliti selanjutnya, lebih memperhatikan cara pengisian dan

siapa yang mengisi kuisioner supaya tidak ada faking good dari subjek

penelitian

b. Untuk peneliti selanjutnya, dapat mengkaji lebih mendalam tentang

pengaruh faktor sosiodemografis yang telah diuraikan sebelumnya

terhadap tingkay kepatuhan pasien hipertensi

c. Selain itu, peneliti selanjutnya dapat meneliti tentang locus of control,

motivasi kesehatan dan kepuasan pasien terhadap proses komunikasi

yang terjalin dengan staf medis

d. Peneliti selanjutnya harus menjalin komunikasi yang baik dengan

pihak tenaga medis supaya dapat mempermudah mendapatkan subjek

penelitian sesuai kriteria

Universitas Sumatera Utara

Page 95: PENGARUH HEALTH SELF-EFFICACY TERHADAP KEPATUHAN …

81

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2010. Hubungan Penyakit Jantung Koroner dengan Tingkat Hipertensi di

RSUP Adam Malik. Universitas Sumatera Utara: Medan

Anonim. 2010. Ilmu Penyakit Dalam (online) (www.medscape.com, diakses pada

tanggal 14 April 2017)

Azwar, S. 2000. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Azwar, S. 2013. Penyusunan Skala Psikologi (edisi 2). Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Bandura, A. 1997. Self-Efficacy The Exercise of Control. New York: W.H Freeman

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Riset

Kesehatan Dasar (RISKESDAS). 2013. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI

Baron & Byrne. (2000). Social Psychology. (9th Edition). Massachusetts: A Pearson

Education Company.

Becker, H., Stuifbergen, A., Oh, H. S., & Hall, S. (1993). Self-rated abilities for

health practices: A health self-efficacy measure. Health Values: The Journal of

Health Behavior, Education & Promotion, 17, 42-50.

Universitas Sumatera Utara

Page 96: PENGARUH HEALTH SELF-EFFICACY TERHADAP KEPATUHAN …

82

Debby, I Gusti Ayu. 2017. Hubungan Efikasi Diri dengan Kepatuhan Diet rendah

garam pada Pasien Hipertensi di Rumah Sakit dr. Soepraoen Malang. Malang:

Universitas Brawijaya

Departemen Kesehatan Republik Indonesia Balai Penelitian dan Pengembangan

Kesehatan. 2007. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta. hlm 41-90

Departemen Kesehatan RI, 2013, Pedoman Teknis Penemuan dan Tatalaksana

Penyakit Hipertensi, Jakarta: Direktorat pengendalian penyakit tidak menular.

Departemen Kesehatan RI, 2009. Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Utara Tahun

2009. Medan

Depkes RI. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar Indonesia tahun 2016. Jakarta :

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Depkes RI; 2016.

Ekarini, D., 2011, Faktor- faktor yang Berhubungan dengan Tingkat Kepatuhan Klien

Hipertensi dalam Menjalani Pengobatan di Puskesmas Gondangrejo

Karanganyar, Jurnal Kesehatan Kusuma, Vol. 3 No.1.

Feist, Jess& Feist, Gregory, J. 2009. Theories of Personality (7th Edition). New York:

McGraw-Hill

Hadi, S. (2000). Metodologi reseacrh jilid 1-4. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Universitas Sumatera Utara

Page 97: PENGARUH HEALTH SELF-EFFICACY TERHADAP KEPATUHAN …

83

Horne, R. 2006. Compliance, Adherence & Concordance: Implications for Asthma

Treatment. CHEST. Official publication of America Colledge of Chest

Physicians, 130: 65-72

Jaya, N. (2009). Faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat kepatuhan pasien

dalam minum obat antihipertensi di puskesmas pamulang kota tangerang

selatan propinsi banten tahun 2009. Banten: UIN

Julianti, D, dkk. 2005. Bebas Hipertensi Dengan Terapi Jus. Jakarta: Puspa Swara

Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of

High Blood Pressure (JNC). The Seventh Report of the JNC (JNC-7). JAMA.

2003:289(19):2560-72

Kammerer, J., Garry G., Hartigan M., Carter B., Erlich L. 2007. Adherence in

Patients On Dialysis: Strategies for Success. Nephrology Nursing Journal:

Sept-Okt 2007, Vol 34, No.5, 479-485

Kozier, B & Ebr, G. 1987. Fundamental of nursing; Consepts and procedures (3rd

ed). California: Addison-Wesly

Kozier. 2010. Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinis. Edisi 5. Jakarta: EGC

Lailatushifah, S. 2012. Kepatuhan pasien yang menderita penyakit kronis dalam

mengonsumsi obat harian. Yogyakarta: Mercu Buana

Universitas Sumatera Utara

Page 98: PENGARUH HEALTH SELF-EFFICACY TERHADAP KEPATUHAN …

84

Mubin, M. F, Samiasih A., Hermawanti, T., 2010, Karakteristik dan Pengetahuan

Pasien dengan Motivasi Melakukan Kontrol Tekanan Darah di Wilayah Kerja

Puskesmas Sragi I Pekalongan, Jurnal Kesehatan Masyarakat Indonesia, Vol. 6

No.1

Mustafa, Khairul. 2016. Hubungan Self-Efficacy dengan Kepatuhan Minum Obat

penderita Hipertensi di Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh. Aceh: Universitas

Syiah Kuala

Morgan, Lois. BSN, RN. 2000. A Decade review: Methods to improve Adherence to

the Treatment Regimen Among Hemodialysis Patients. Nephrology Nursing

Journal; Juni 2000; 27,3; Academic Research Libarary

Morisky, D. E & Muntner, P. 2009. New Medication Adherence Scale Versus

Pharmacy Fill Rates in Senior With Hypertension. American Journal of

Managed Care

Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka

Cipta

Niven N, 2002, Psikologi kesehatan pengantar untuk perawat profesional kesehatan

lain. Jakarta: EGC

Palmer. A & Williams, B. 2007. Tekanan Darah Tinggi, Simple Guide. Jakarta:

Erlangga

Prodjosudjadi, W., 2000, Hipertensi : Mekanisme dan Penatalaksanaan, Berkala

Universitas Sumatera Utara

Page 99: PENGARUH HEALTH SELF-EFFICACY TERHADAP KEPATUHAN …

85

Neurosains, 1(3), 133-139.

Profil Kesehatan Sumatera Utara, 2016.

http://www.depkes.go.id/resources/download/profil/PROFIL_KES_PROVINSI

_2016/02_Sumut_2016.pdf

Purnomo, H. 2009. Pencegahan dan Pengobatan Penyakit yang Paling Mematikan.

Yogyakarta: Buana Pustaka

Purwanti, Susi. 2001. Perencanaan Menu untuk Penderita Kegemukan. Jakarta:

Penebar Swadaya

Santrock, J. W. (2007). Life span development eleventh edition. New York: Mc

Graw- Hill.

Sarafino, P. E. 2011. Health Psychology: biopsychosocial interactions (7th Edition).

USA; John Wiley & Sons Inc

Siregar C.J.P dan Kumolosari, E., 2004, Farmasi Klinik:Teori dan Penerapan.

Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Rosenstock, I M. 1997. Health Behavior and Health Education: Theory, Research

and Practice. Jones & Bartlett Publishers.

Schultz, D & Schultz, S, E. 1994. Theories of personality (5th Edition). California:

Brooks/cole Publishing Company

Smet, Bart. 1994. Psikologi Kesehatan. Jakarta : PT. Grasindo

Universitas Sumatera Utara

Page 100: PENGARUH HEALTH SELF-EFFICACY TERHADAP KEPATUHAN …

86

WHO, 2012, Raised Blood Pressure, diakses tanggal 5 Februari 2017,

(http://www.who.int/gho/ncd/risk_factors/blood_pressure_prevalence_text/en/in

dex.html)

WHO. 2012, World Health Day 2013, Measure your blood pressure, reduce your

risk,(http://www.who.int/mediacentre/news/releases/2013/world_health_day_20

130403/en)

Xiaoyan, Xu. 2008. Health Motivation in Health Behavior: Its Theory and

Application. University of Nevada Las Vegas

Universitas Sumatera Utara

Page 101: PENGARUH HEALTH SELF-EFFICACY TERHADAP KEPATUHAN …

83

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1

Definisi dan Klasifikasi Tekanan Darah dari JNC-VII 2003

Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)

Normal < 120 dan < 80

Pre hipertensi 120-139 atau 80-89

Hipertensi derajat 1 140-159 atau 90-99

Hipertensi derajat 2 ≥ 160 atau ≥ 100

Lampiran 2

Pedoman Gizi Seimbang

Garam Natrium Klorida

- Batasi garam <5 gram (1 sendok teh)

per hari

- Kurangi garam saat memasak

- Membatasi makanan olahan dan cepat

saji

Makanan Berlemak

- Batasi daging berlemak, lemak susu

dan minyak goreng (1,5–3 sendok

makan perhari

- Ganti sawit/minyak kelapa dengan

zaitun, kedelai, jagung, lobak atau

minyak sunflower

- Ganti daging lainya dengan ayam

(tanpa kulit)

Buah-buahan dan sayuran

- 5 porsi (400-500 gram) buah-buahan

dan sayuran per hari

(1 porsi setara dengan 1 buah jeruk,

apel, mangga, pisang atau 3 sendok

makan sayur yang sudah dimasak)

Ikan

- Makan ikan sedikitnya tiga kali

perminggu

- Utamakan ikan berminyak seperti

tuna, makarel, salmon

Lampiran 3

Blue print skala Health Self-efficacy

Health Self-Efficacy Aitem Total

Berolahraga 1, 2, 3, 4,5,6,7 7

Makan Makanan Sehat 8,9,10,11,12,13 6

Total 13 13

Universitas Sumatera Utara

Page 102: PENGARUH HEALTH SELF-EFFICACY TERHADAP KEPATUHAN …

84

Lampiran 4

Blue print skala Kepatuhan Minum Obat

Kepatuhan Favorable Unfavorable Total

Kepatuhan minum obat 5 1,2,3,4,6,7,8 8

Total 1 7 8

Lampiran 5

Blue Print Skala Health Self-Efficacy setelah Uji Coba

No Indikator Aitem Jumlah

1. Berolahraga 1,2,3,4,5,6,7 7

2. Makan Makanan

Sehat

8.9,10,11,12,13 6

Total 13 13

Lampiran 6

Blue Print Skala Kepatuhan Minum Obat setelah Uji Coba

No Indikator Aitem Jumlah

1. Kepatuhan Minum

Obat

1,23,4,5,6,7,8 8

Total 8 8

Lampiran 7

Reliabilitas Health Self-Efficacy

Cronbach's Alpha

Cronbach's Alpha Based on

Standardized Items N of Items

.886 .873 13

Lampiran 8

Reliabilitas Kepatuhan Minum Obat

Cronbach's Alpha

Cronbach's Alpha Based on

Standardized Items N of Items

.131 .178 7

Lampiran 9

Gambaran Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Jumlah Presentase (%)

Laki-laki 82 42,7%

Perempuan 110 57,3%

Universitas Sumatera Utara

Page 103: PENGARUH HEALTH SELF-EFFICACY TERHADAP KEPATUHAN …

85

Lampiran 10

Gambaran Subjek Berdasarkan Kelompok Usia

Kelompok Usia Jumlah Presentase (%)

Dewasa awal (20-40 tahun) 3 1,5%

Dewasa madya (40-60 tahun) 124 63,5%

Lansia (di atas 60 tahun) 65 35%

Lampiran 11

Gambaran Subjek Berdasarkan Jenis Pekerjaan

Kelompok

Pekerjaan

Jumlah Presentase (%)

PNS 49 25,5%

Pegawai Swasta 25 13,1%

Ibu Rumah Tangga 46 23,9%

Wirausaha 21 10,9%

Pensiunan 51 26,6%

Lampiran 12

Gambaran Subjek Berdasarkan Jenjang Pendidikan

Jenjang Pendidikan Jumlah Presentase (%)

SD 5 2,5%

SMP 7 3,6%

SMA 66 34,4%

D3 15 7,8%

S1 90 47%

S2 9 4,7%

S3 0 0%

Lampiran 13

Gambaran Subjek Berdasarkan Lama Didiagnosa Hipertensi

Lama Hipertensi Jumlah Presentase (%)

1-5 tahun 127 66,2%

6-10 tahun 36 18,8%

Diatas 10 tahun 29 15%

Lampiran 14

Gambaran Subjek Berdasarkan Riwayat Hipertensi Keluarga

Riwayat Hipertensi Kelurga Jumlah Presentase (%)

Ada 111 57,8%

Tidak 81 42,2%

Universitas Sumatera Utara

Page 104: PENGARUH HEALTH SELF-EFFICACY TERHADAP KEPATUHAN …

86

Lampiran 15

Gambaran Subjek Berdasarkan Klasifikasi Hipertensi

Klasifikasi tingkat

Hipertensi

Jumlah Presentase (%)

Hipertensi Tahap I 95 49,48%

Hipertensi Tahap II 97 50,52%

Lampiran 16

Hasil Uji Normalitas

Variabel Sig. Keterangan

Kepatuhan 0,005 Sebaran data normal

Health Self-efficacy 0,005 Sebaran data normal

Health Self-efficacy

Olahraga

0,005 Sebaran data normal

Health Self-efficacy Diet 0,005 Sebaran data normal

Lampiran 17

Hasil Uji Linearitas

Variabel Sig. Keterangan

Kepatuhan 0,000 Linear

Health Self-efficacy 0,000 Linear

Health Self-Efficacy Olahraga 0,000 Linear

Health Self-Efficacy Makan Makanan Sehat (Diet) 0,000 Linear

Lampiran 18

Hasil Perhitungan Mean Empirik dan Mean Hipotetik Health Self-efficacy

Variabel Empirik Hipotetik

Min Max Mean Min Max Mean

Health Self-efficacy 17 48 32,68 13 52 32,50

Health Self-Efficacy Olahraga 7 24 13,95 7 28 17,50

Health Self-Efficacy Diet 10 24 18,72 6 24 15,00

Lampiran 19

Hasil Perhitungan Mean Empirik dan Mean Hipotetik Kepatuhan Minum Obat

Variabel Empiric Hipotetik

Min Max Mean Min Max Mean

Kepatuhan Minum Obat 10 18 16,44 8 18 16,40

Universitas Sumatera Utara

Page 105: PENGARUH HEALTH SELF-EFFICACY TERHADAP KEPATUHAN …

87

Lampiran 20

Anova Health Self-Efficacy-Kepatuhan Minum Obat

Model

Sum of

Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression 281.344 1 281.344 66.002 .000b

Residual 809.906 190 4.263

Total 1091.250 191

a. Dependent Variable: kepatuhan

b. Predictors: (Constant), health self-efficacy

Lampiran 21

Model Summary Prediktor Kepatuhan Minum Obat-Health Self-Efficacy

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of

the Estimate

1 .508a .258 .254 2.065

a. Predictors: (Constant), health self-efficacy

b. Dependent Variable: kepatuhan

Lampiran 22

Koefisien Regresi Health Self-Efficacy-Kepatuhan Minum Obat

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

T Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 9.781 .833 11.745 .000

Health self-efficacy .204 .025 .508 8.124 .000

a. Dependent Variable: kepatuhan

Universitas Sumatera Utara

Page 106: PENGARUH HEALTH SELF-EFFICACY TERHADAP KEPATUHAN …

88

Lampiran 23

Anova Health Self-Efficacy Olahraga-Kepatuhan Minum Obat

Mode

l

Sum of

Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression 174.457 1 174.457 36.155 .000b

Residual 916.793 190 4.825

Total 1091.250 191

a. Dependent Variable: kepatuhan

b. Predictors: (Constant), olahraga

Lampiran 24

Model Summary Prediktor Kepatuhan Minum Obat-Health Self-Efficacy

Olahraga

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of

the Estimate

1 .400a .160 .155 2.197

a. Predictors: (Constant), olahraga

b. Dependent Variable: kepatuhan

Lampiran 25

Koefisien Regresi Health Self-Efficacy Olahraga – Kepatuhan Minum Obat

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

T Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 13.183 .564 23.374 .000

olahraga .233 .039 .400 6.013 .000

a. Dependent Variable: kepatuhan

Universitas Sumatera Utara

Page 107: PENGARUH HEALTH SELF-EFFICACY TERHADAP KEPATUHAN …

89

Lampiran 26

Anova Health Self-Efficacy Diet-Kepatuhan Minum Obat

Model

Sum of

Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression 260.620 1 260.620 59.615 .000b

Residual 830.630 190 4.372

Total 1091.250 191

a. Dependent Variable: kepatuhan

b. Predictors: (Constant), diet

Lampiran 27

Model Summary Prediktor Kepatuhan Minum Obat-Health Self-Efficacy Diet

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of

the Estimate

1 .489a .239 .235 2.091

a. Predictors: (Constant), diet

b. Dependent Variable: kepatuhan

Lampiran 28

Koefisien Regresi Health Self-Efficacy Diet-Kepatuhan Minum Obat

Mode

l

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

T Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 7.834 1.124 6.967 .000

Diet .459 .060 .489 7.721 .000

a. Dependent Variable: kepatuhan

Lampiran 29

Hasil Kategorisasi Health Self-efficacy dan Kepatuhan Minum Obat

Komponen Rentang Skor Kategori Frekuens

i (n)

Presentase

(%) Total

Health self-

efficacy

x >44,19 Sangat

Tinggi (ST) 3 1,56%

192

(100%)

32,51 ≤ x ≤ 44,19 Tinggi (T) 96 50%

20,81 ≤ x ≤ 32,50 Rendah (R) 92 47,92%

x <20,81 Sangat

Rendah (SR) 1 0,52%

Universitas Sumatera Utara

Page 108: PENGARUH HEALTH SELF-EFFICACY TERHADAP KEPATUHAN …

90

Komponen Rentang Skor Kategori Frekuens

i (n)

Presentase

(%)

Total

Kepatuhan x>16,40 Patuh (P) 128 66,67% 192

(100%) X<16,40 Tidak Patuh

(TP)

64 33,33%

Lampiran 30

Hasil Kategorisasi Health Self-efficacy Olahraga dan Diet

Lampiran 31

Kategorisasi Subjek Berdasarkan Health self-efficacy dan Komponen Diet dan

Olahraga serta Kepatuhan Minum Obat

Variabel Kategorisasi

Patuh Tidak Patuh

Total Frekuensi

(n)

Presentase

(%)

Frenkuensi

(n)

Presentase

(%)

Health

Self-

Efficacy

Sangat

Tinggi

3 1,56% 0 0 3

Tinggi 82 42,70% 14 7,30% 96

Rendah 43 22,40% 49 25,52% 92

Sangat

Rendah

0 0 1 0,52% 1

Komponen Rentang Skor Kategori Frekuensi

(n)

Presentase

(%)

Total

Health self-

efficacy

Olahraga

x > 23,99 Sangat

Tinggi (ST)

2 1,04%

192

(100%)

17,06 ≤ x ≤ 23,99 Tinggi (T) 38 19,79%

11,01 ≤ x ≤ 17,05 Rendah (R) 73 38,02%

x < 11,01 Sangat

Rendah

(SR)

79 41,15%

Komponen Rentang Skor Kategori Frekuensi

(n)

Presentase

(%)

Total

Health self-

efficacy

Diet

X > 20,62 Sangat

Tinggi (ST)

51 26,56%

192

(100%)

15,00 ≤ x ≤ 20,62 Tinggi (T) 128 66,67%

9,38 ≤x ≤ 14,99 Rendah (R) 13 6,77%

X > 9,38 Sangat

Rendah

(SR)

0 0

Universitas Sumatera Utara

Page 109: PENGARUH HEALTH SELF-EFFICACY TERHADAP KEPATUHAN …

91

Health

Self-

Efficacy

Olahraga

Sangat

Tinggi

1 0,52% 1 0,52% 2

Tinggi 35 18,23% 3 1,56% 38

Rendah 58 30,20% 15 7,82% 73

Sangat

Rendah

34 17,72% 45 23,43% 79

Health

Self-

Efficacy

Diet

Sangat

Tinggi

48 25% 3 1,56% 51

Tinggi 78 40,63% 50 26,04% 128

Rendah 2 1,04% 11 5,73% 13

Sangat

Rendah

0 0 0

Lampiran 32

Perbandingan Health Self-efficacy dan Kepatuhan Minum Obat berdasarkan Jenis

Kelamin

Health Self-efficacy (Mean

32,50)

Kepatuhan Minum Obat

(Mean 16,40)

Mean Kategorisasi Mean Kategorisasi

Laki-laki 32,50 Rendah 16,37 Tidak Patuh

Perempuan 32,81 Tinggi 16,49 Patuh

Lampiran 33

Perbandingan Health Self-efficacy dan Kepatuhan Minum Obat berdasarkan Usia

Health Self-Efficacy Kepatuhan

Mean Kategorisasi Mean Kategorisasi

Dewasa awal (20-40 tahun) 32,33 Rendah 13,33 Tidak Patuh

Dewasa madya (40-60

tahun)

34,42 Tinggi 16,77 Patuh

Lansia (di atas 60 tahun) 32,68 Tinggi 15,95 Tidak Patuh

Universitas Sumatera Utara

Page 110: PENGARUH HEALTH SELF-EFFICACY TERHADAP KEPATUHAN …

92

Lampiran 34

Perbandingan Health Self-efficacy dan Kepatuhan Minum Obat berdasarkan Jenis

Pekerjaan

Health Self-efficacy Kepatuhan

Mean Kategorisasi Mean Kategorisasi

PNS (Pegawai Negeri Sipil) 35.08 Tinggi 17,04 Patuh

Pegawai swasta 36,56 Tinggi 16,72 Patuh

Ibu Rumah Tangga 29,91 Rendah 15,74 Tidak Patuh

Wirausaha 33,00 Tinggi 16,01 Tidak Patuh

Pensiunan 30,82 Rendah 16,49 Patuh

Lampiran 35

Perbandingan Health self-efficacy dan Kepatuhan berdasarkan tingkat pendidikan

Health self-efficacy Kepatuhan

Mean Kategorisasi Mean Kategorisasi

SD 26,80 Rendah 15,40 Tidak Patuh

SMP 25,29 Rendah 14,00 Tidak Patuh

SMA 30,24 Rendah 16,05 Tidak Patuh

D3 35,53 Tinggi 17,33 Patuh

Lampiran 36

Perbandingan Health Self-Efficacy dan Kepatuhan Minum Obat berdasarkan lama

didiagnosa Hipertensi

Health Self-Efficacy Kepatuhan

Mean Kategorisasi Mean Kategorisasi

1-5 tahun 34,08 Tinggi 16,50 Patuh

6-10 tahun 30,86 Rendah 16,60 Patuh

Diatas 10 tahun 28,87 Rendah 15,97 Tidak Patuh

Lampiran 37

Perbandingan Health Self-Efficacy dan Kepatuhan Minum Obat berdasarkan

riwayat keluarga

Health self-efficacy Kepatuhan

Mean Kategorisasi Mean Kategorisasi

Ada 33,67 Tinggi 16,60 Patuh

Tidak 31,32 Rendah 16,21 Tidak Patuh

Universitas Sumatera Utara

Page 111: PENGARUH HEALTH SELF-EFFICACY TERHADAP KEPATUHAN …

93

Lampiran 38

Perbandingan Health Self-Efficacy dan Kepatuhan Minum Obat berdasarkan

Klasifikasi Hipertensi

Health self-efficacy Kepatuhan

Mean Kategorisasi Mean Kategorisasi

Hipertensi Tahap 1 33,60 Tinggi 16,68 Patuh

Hipertensi Tahap 2 31,77 Rensah 16,20 Tidak Patuh

Universitas Sumatera Utara