PENGARUH FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI TERHADAP...

11
1 PENGARUH FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI TERHADAP PRODUKTIVITAS PADI SAWAH DI KOTA BENGKULU (STUDI KASUS DI KELURAHAN SEMARANG, KECAMATAN SUNGAI SERUT) Wawan Eka Putra dan Andi Ishak Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu Jl. Irian km. 6,5 Kota Bengkulu [email protected] ABSTRAK Produktivitas padi sawah di Propinsi Bengkulu masih rendah yaitu rata-rata 3,87 ton/ha GKG bila dibandingkan dengan rata-rata nasional yang mencapai 5 ton/ha. Produktivitas padi sangat ditentukan oleh penggunaan faktor-faktor produksi seperti pupuk, benih, pestisida, tenaga kerja, dan ketersediaan air irigasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh faktor-faktor produksi terhadap produktivitas padi sawah di Kelurahan Semarang, Kecamatan Sungai Serut, Kota Bengkulu. Data dikumpulkan melalui survei terhadap 45 orang petani padi pada bulan April sampai dengan Mei 2011. Data dianalisis secara deskriptif. Untuk mengetahui hubungan antara produktivitas dan 7 variabel faktor produksi yaitu penggunaan pupuk urea, SP-36, NPK Phonska, pestisida, tenaga kerja, jenis benih, dan kondisi irigasi digunakan analisis regresi linier berganda. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa faktor-faktor produksi secara bersama-sama berpengaruh sangat nyata terhadap produktivitas padi sawah. Secara individual variabel jumlah pupuk Urea (X1), jumlah Pupuk NPK Phonska (X3) dan jenis benih (D b ) berpengaruh sangat nyata terhadap produktivitas padi sawah, variabel jumlah pupuk SP-36 (X2) berpengaruh nyata terhadap produktivitas padi sawah, sedangkan variabel jumlah pestisida (X4), jumlah tenaga kerja (X5), dan irigasi (D i ) berpengaruh tidak nyata terhadap produktivitas padi sawah. Kata kunci: produktivitas, padi sawah ABSTRACT Productivity of rice in the province of Bengkulu still low at an average of 3.87 tons/ha when compared with the national average of up to 5 tons/ha. Productivity of rice is determined by the use of factors of production such as fertilizer, seeds, pesticides, labor, and the availability of irrigation water. This study aims to determine the effect of these factors on the productivity of lowland rice production in the Village of Semarang, Sungai Serut District, the city of Bengkulu. Data were collected through a survey of 45 rice farmers in April to May 2011. Data were analyzed descriptively. To determine the relationship between productivity and 7 variables factor of production, namely the use of urea, SP-36, NPK Phonska, pesticides, labor, seed type, and condition of irrigation used multiple linear regression analysis. From the results of the study concluded that the factors of production together very real effect on the productivity of lowland rice. Individually variable amount of urea (X1), the amount of NPK Phonska (X3) and the

Transcript of PENGARUH FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI TERHADAP...

Page 1: PENGARUH FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI TERHADAP …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/publikasi... · Phonska, pestisida, tenaga kerja, jenis benih, ... menggunakannya dalam

1

PENGARUH FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI TERHADAP PRODUKTIVITAS PADI SAWAH DI KOTA BENGKULU (STUDI KASUS DI KELURAHAN

SEMARANG, KECAMATAN SUNGAI SERUT)

Wawan Eka Putra dan Andi Ishak Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu

Jl. Irian km. 6,5 Kota Bengkulu

[email protected]

ABSTRAK

Produktivitas padi sawah di Propinsi Bengkulu masih rendah yaitu rata-rata 3,87 ton/ha GKG bila dibandingkan dengan rata-rata nasional yang mencapai 5 ton/ha. Produktivitas padi sangat ditentukan oleh penggunaan faktor-faktor produksi seperti pupuk, benih, pestisida, tenaga kerja, dan ketersediaan air irigasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh faktor-faktor produksi terhadap produktivitas padi sawah di Kelurahan Semarang, Kecamatan Sungai Serut, Kota Bengkulu. Data dikumpulkan melalui survei terhadap 45 orang petani padi pada bulan April sampai dengan Mei 2011. Data dianalisis secara deskriptif. Untuk mengetahui hubungan antara produktivitas dan 7 variabel faktor produksi yaitu penggunaan pupuk urea, SP-36, NPK Phonska, pestisida, tenaga kerja, jenis benih, dan kondisi irigasi digunakan analisis regresi linier berganda. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa faktor-faktor produksi secara bersama-sama berpengaruh sangat nyata terhadap produktivitas padi sawah. Secara individual variabel jumlah pupuk Urea (X1), jumlah Pupuk NPK Phonska (X3) dan jenis benih (Db) berpengaruh sangat nyata terhadap produktivitas padi sawah, variabel jumlah pupuk SP-36 (X2) berpengaruh nyata terhadap produktivitas padi sawah, sedangkan variabel jumlah pestisida (X4), jumlah tenaga kerja (X5), dan irigasi (Di) berpengaruh tidak nyata terhadap produktivitas padi sawah. Kata kunci: produktivitas, padi sawah

ABSTRACT Productivity of rice in the province of Bengkulu still low at an average of 3.87 tons/ha when compared with the national average of up to 5 tons/ha. Productivity of rice is determined by the use of factors of production such as fertilizer, seeds, pesticides, labor, and the availability of irrigation water. This study aims to determine the effect of these factors on the productivity of lowland rice production in the Village of Semarang, Sungai Serut District, the city of Bengkulu. Data were collected through a survey of 45 rice farmers in April to May 2011. Data were analyzed descriptively. To determine the relationship between productivity and 7 variables factor of production, namely the use of urea, SP-36, NPK Phonska, pesticides, labor, seed type, and condition of irrigation used multiple linear regression analysis. From the results of the study concluded that the factors of production together very real effect on the productivity of lowland rice. Individually variable amount of urea (X1), the amount of NPK Phonska (X3) and the

Page 2: PENGARUH FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI TERHADAP …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/publikasi... · Phonska, pestisida, tenaga kerja, jenis benih, ... menggunakannya dalam

2

type of seed (Db) is very significantly effect on the productivity of paddy fields, a variable number of SP-36 (X2) significantly affect the productivity of paddy rice, while a variable number of pesticides (X4), total employment (X5), and irrigation (Di) is not significantly effect on the productivity of lowland rice. Key words: productivity, lowland rice I. PENDAHULUAN

Padi merupakan komoditas strategis yang terus mendapat perhatian Pemerintah karena peranannya dalam menunjang ketahanan pangan yang dapat mempengaruhi kondisi ekonomi, sosial dan politik masyarakat secara luas.

Menurut Puslitbang Tanaman Pangan (2011), penyediaan pangan, terutama beras, dalam jumlah yang cukup dan harga terjangkau tetap menjadi prioritas utama pembangunan nasional. Operasionalisasi peningkatan produksi padi hingga tahun 2020 ditempuh dengan strategi: (1) pemanfaatan sumber daya lahan dan air, dan (2) pemanfaatan sumber daya teknologi. Strategi pemanfaatan sumber daya lahan dan teknologi dijabarkan dalam kebijakan peningkatan IP dan pembukaan lahan baru bagi persawahan. Strategi pemanfaatan sumber daya teknologi dijabarkan dalam kebijakan peningkatan produktivitas, peningkatan stabilitas hasil, penekanan tingkat kehilangan hasil pada saat panen dan pascapanen, dan penekanan senjang hasil antara tingkat penelitian dengan tingkat petani dan antarlokasi.

Produktivitas padi di Propinsi Bengkulu masih tergolong rendah. Pada tahun 2010 Badan Pusat Statistik melaporkan bahwa luas panen padi di Propinsi Bengkulu adalah 133.629 ha dengan produksi 516.869 ton, sehingga produktivitasnya hanya 3,87 t/ha. Produktivitas ini masih di bawah produktivitas nasional yang mencapai 4,999 t/ha (BPS, 2011).

Besar kecilnya produktivitas padi sawah tergantung pada faktor-faktor produksi yang digunakan, antara lain benih, pupuk, pestisida, irigasi dan tenaga kerja. Oleh karena itu, pengaruh faktor-faktor produksi terhadap produktivitas padi di Bengkulu menjadi menarik untuk dikaji. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh faktor-faktor produksi yang meliputi pupuk urea, pupuk SP-36, pupuk NPK Phonska, pestisida, tenaga kerja, jenis benih, dan kondisi irigasi terhadap produktivitas tanaman padi di Kelurahan Semarang, Kecamatan Sungai Serut, Kota Bengkulu. II. METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian dilakukan di Kelurahan Semarang, Kecamatan Sungai Serut, Kota Bengkulu pada bulan April sampai dengan Mei 2011 dengan metode survei. Penentuan lokasi di Kelurahan Semarang dengan pertimbangan bahwa daerah ini merupakan salah satu penghasil padi di Kota Bengkulu yang memiliki akses terhadap teknologi dan pembinaan program cukup mudah, karena di Kelurahan Semarang terletak kantor BPTP Bengkulu dan Dinas Pertanian dan Peternakan Kota Bengkulu.

Responden ditentukan secara acak sebanyak 45 orang petani. Data yang dikumpulkan meliputi produktivitas padi dan 7 faktor produksi yang mempengaruhinya yaitu penggunaan pupuk urea (X1), SP-36 (X2), NPK Phonska (X3), pestisida (X4),

Page 3: PENGARUH FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI TERHADAP …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/publikasi... · Phonska, pestisida, tenaga kerja, jenis benih, ... menggunakannya dalam

3

tenaga kerja (X5), jenis benih (Db), dan kondisi irigasi (Di). Variabel Db dan Di merupakan variabel dummy. Data dianalisis secara deskriptif dan dengan menggunakan regresi linier berganda. Untuk mengetahui pengaruh keseluruhan faktor produksi terhadap produktivitas padi digunakan uji F, sedangkan uji t dipakai untuk mengetahui pengaruh masing-masing faktor produksi terhadap produktivitas. Data diolah dengan menggunakan software SPSS versi 17. Persamaan regresinya adalah: Y = a0 + b1X1 + ………… + b5X5 + bbDb + biDi + U Dimana : Y = Produktivitas (kg/ha GKP) a0 = Intersep X1 = Jumlah Pupuk Urea (kg/ha) X2 = Jumlah Pupuk SP-36 (kg/ha) X3 = Jumlah Pupuk NPK Phonska (kg/ha) X4 = Jumlah Pestisida (ml/ha) X5 = Jumlah Tenaga Kerja (Hari Kerja Setara Pria - HKSP/ha) Db = Jenis Benih merupakan variabel Dummy, jika menggunakan benih unggul

berlabel dinilai 1 dan jika menggunakan benih unggul tidak berlabel dinilai 0. Di = Irigasi merupakan variabel Dummy, jika menggunakan irigasi dinilai 1 dan jika

tidak menggunakan irigasi dinilai 0. bi = Koefisien regresi U = Kesalahan pengganggu III. HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Lokasi Penelitian

Data deskripsi lokasi penelitian bersumber dari Profil Kelurahan Semarang Tahun

2010 yang diuraikan sebagai berikut. Kelurahan Semarang merupakan wilayah administrasi Kecamatan Sungai Serut Kota Bengkulu, sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Muara Bangkahulu sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Gading Cempaka sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Tanjung Jaya dan sebelah Timur dengan Kelurahan Surabaya.

Topografi Kelurahan Semarang relatif datar dengan luas wilayah 142,98 hektar. luas lahan sawah seluas 101 hektar (70,46%), terdiri atas sawah irigasi 71 hektar dan tadah hujan 30 hektar, sedangkan sisanya adalah pemukiman, pekarangan, kolam, lahan perkebunan dan lain-lain. Jika dibandingkan dengan luas lahan sawah di Kecamatan Sungai Serut yaitu 336 hektar (BKP3 Kota Bengkulu, 2010) maka luas lahan sawah di Kelurahan Semarang mencapai 30%. Hal ini berarti bahwa termasuk penghasil padi di Kecamatan Sungai Serut. Luasnya lahan di Kelurahan Semarang didukung oleh irigasi yang memadai berasal dari Danau Dendam Tak Sudah yang menyebabkan petani dapat menanam padi 2-3 kali setahun.

Jumlah penduduk Kelurahan Semarang pada tahun 2011 adalah 1.751 Jiwa dan 416 Kepala Keluarga (KK), dengan sex ratio 1,06%, sehingga komposisi penduduk relatif berimbang berdasarkan jenis kelamin. Jumlah penduduk berusia produktif (15-54) tahun sebanyak 1.040 jiwa atau 59,39% dari jumlah penduduk Kelurahan Semarang. Berdasarkan hal tersebut diketahui bahwa jumlah penduduk usia produktif di Kelurahan Semarang cukup tinggi. Menurut Yuzzsar (2008), umur seseorang sangat menentukan

Page 4: PENGARUH FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI TERHADAP …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/publikasi... · Phonska, pestisida, tenaga kerja, jenis benih, ... menggunakannya dalam

4

keberhasilan suatu usaha. Umur produktif (16-55 tahun) akan relatif lebih baik produktifitasnya dibandingkan dengan umur lanjut (diatas 55 tahun). Jumlah petani di Kelurahan mencapai 513 orang (29,30%), sehingga dapat dikatakan bahwa jumlah petani di kelurahan semarang masih cukup besar, meskipun daerah ini termasuk wilayah perkotaan.

Kondisi irigasi teknis untuk usahatani padi di Kelurahan Semarang cukup baik yang airnya bersumber dari Danau Dendam Tak Sudah. Kelembagaan pendukung usahatani juga cukup memadai. Di Kelurahan Semarang terdapat 2 buah kios saprodi dan satu penggilingan padi. Disamping itu di kelurahan ini terletak Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan Sungai Serut, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu, dan Dinas Pertanian dan Peternakan Kota Bengkulu sehingga akses terhadap program Pemerintah dan informasi teknologi sangat terbuka.

Keragaan Usahatani Padi Sawah

1. Penggunaan pupuk

Pupuk yang digunakan oleh petani terdiri atas Urea (46% N), SP-36 (36% P) dan

NPK Phonska (15% N, 15% P, 15%K). Ketiga pupuk tersebut merupakan pupuk bersubsidi. Rata-rata penggunaan pupuk petani per hektar adalah Urea 70,54 kg (32,45 kg N) + SP-36 18,37 kg (6,61 kg P) + NPK Phonska 188,41 kg (28,26 kg N + 28,26 kg P + 28,26 kg K). Jadi jumlah rata-rata penggunaan pupuk petani padi per hektar di Kelurahan Semarang adalah N (60,71 kg) + P (34,87 kg) + K (28,26 kg). Dibandingkan dengan rekomendasi pemupukan padi sawah per hektar di Kecamatan Sungai Serut sesuai dengan Permentan Nomor 40/Permentan/OT.140/04/2007 yaitu 250 kg urea (115 kg N) + 75 kg SP-36 (27 kg P) + 50 kg KCl (30 kg K), maka masih terdapat kekurangan jumlah penggunaan pupuk N sebanyak 54,29 kg dan K 1,74 kg. Sedangkan penggunaan pupuk P telah melewati dosis rekomendasi sebanyak 7,87 kg/hektar. Perhitungan perbandingan penggunaan pupuk petani responden dengan dosis pupuk rekomendasi disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Perbandingan dosis pupuk petani dengan dosis pupuk rekomendasi.

No Dosis per ha Kandungan (kg) N P K

1. Petani - Urea (70,54 kg) - SP-36 (18,37 kg) - NPK Phonska (188,41 kg)

60,71 34,87 28,26

2. Rekomendasi (Permentan 40/2007) - Urea (250 kg) - SP-36 (75 kg) - KCl (50 kg)

115 27 30

3. Selisih kandungan - 54,29 + 7,87 - 1,74

Pupuk memegang peranan penting dalam keberhasilan usahatani padi sawah. Menurut BPTP Bengkulu (2009), pupuk N diperlukan untuk pertumbuhan tanaman sepanjang musim, pupuk P diperlukan pada stadia awal pertumbuhan yaitu meningkatkan perkembangan akar, pembentukan anakan, dan mempercepat tanaman

Page 5: PENGARUH FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI TERHADAP …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/publikasi... · Phonska, pestisida, tenaga kerja, jenis benih, ... menggunakannya dalam

5

berbungan. Sedangkan pupuk K diperlukan untuk memperkuat dinding sel tanaman, memperluas kanopi daun untuk proses fotosintesis, serta meningkatkan jumlah gabah per malai dan persentase gabah bernas. Ketiga pupuk ini merupakan jenis pupuk makro.

Dari hasil wawancara di lapangan diketahui bahwa petani menganggap pupuk NPK Phonska merupakan pupuk utama, karena di dalamnya telah terkandung seluruh unsur N, P dan K. Oleh karena itu petani memberikan pupuk Urea seperlunya. Terdapat 15 orang petani tidak menggunakan pupuk urea, padahal kekurangan dosis pupuk N yang sumber utamanya berasal dari pupuk Urea dapat menurunkan produksi tanaman padi. Menurut Gani dan Sembiring (2007), Nitrogen adalah unsur hara paling penting bagi tanaman dan respon tanaman padi terhadap N biasanya lebih tinggi dibandingkan P dan K, karena kekurangan N dan P dapat mengurangi jumlah anakan tanaman padi. 2. Penggunaan pestisida

Petani padi di Kelurahan Semarang menggunakan pestisida yang terdiri atas

fungisida, herbisida, insektisida dan dan moluksisida selama siklus pertanaman padi. Penggunaan pestisida disesuaikan dengan kebutuhan dan intensitas serangan hama penyakit pada pertanaman padi. Rata-rata penggunaan pestisida disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Rata-rata penggunaan pestisida dalam usahatani padi di Kelurahan Semarang.

No Jenis pestisida Jumlah (ml/ha) 1. Fungisida 30,70 2. Herbisida 2.879,63 3. Insektisida 553,35 4. Moluksisida 27,03

Dari Tabel 2 diketahui bahwa secara rata-rata, herbisida paling banyak digunakan

yaitu sebanyak 2.879,63 ml/ha, kemudian disusul oleh insektisida (553,35 ml/ha). Fungisida dan moluksisida digunakan dalam dosis yang relatif kecil yaitu masing-masing 30,70 ml dan 27,03 ml/ha. Herbisida paling banyak dipakai karena petani harus menggunakannya dalam pengendalian gulma pada saat persiapan lahan dan sebelum pemupukan. Insektisida juga cukup banyak dipakai untuk mengendalikan serangga hama yang cukup banyak jenisnya di sawah seperti belalang, ulat, dan wereng. Fungisida dan moluksisida relatif sedikit digunakan sesuai dengan kebutuhan.

3. Tenaga kerja

Tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi yang penting dalam usahatani

padi sawah. Oleh karena tenaga kerja yang bekerja di sawah terdiri atas pria dan wanita, maka dibuat standar jumlah tenaga kerja menjadi Hari Kerja Setara Pria (HKSP). Di Kelurahan Semarang 1 HKSP meliputi 8 jam kerja dengan upah kerja Rp. 50.000/HKSP. Tenaga kerja dalam usahatani padi berasal dari dalam dan luar keluarga tani. Tabel 3 menunjukkan deskripsi penggunaan tenaga kerja dalam usahatani padi sawah di Kelurahan Semarang.

Pada Tabel 3 tersebut terlihat bahwa dalam usahatani padi curahan tenaga kerja untuk kegiatan pemanenan yaitu 46,56 HKSP (40,56%) dan penanaman yaitu 24,39 HKSP (21,03%) adalah dominan. Kedua kegiatan tersebut menyumbang 70,95 HKSP (61,58%) dari total curahan tenaga kerja dalam usahatani padi. Kegiatan penanaman

Page 6: PENGARUH FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI TERHADAP …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/publikasi... · Phonska, pestisida, tenaga kerja, jenis benih, ... menggunakannya dalam

6

dan pemanenan umumnya dilakukan oleh wanita yang menyebabkan penggunaan tenaga kerja wanita dalam usahatani padi sedikit lebih tinggi (58,99 HKSP atau 50,87%) daripada penggunaan tenaga kerja pria.

Tabel 3. Rata-rata penggunaan tenaga kerja berdasarkan jenis kelamin dalam usahatani

padi sawah per hektar. No Uraian pekerjaan Jumlah tenaga kerja (HKSP) HKSP

Pria Wanita Jumlah % 1. Pengolahan lahan 20,50 - 20,50 17,68 2. Persemaian 1,85 0,25 2,10 1,81 3. Penanaman 0,08 24,31 24,39 21,03 4. Penyulaman 0,22 2,59 2,81 2,42 5. Perbaikan pematang 4,34 0,82 5,16 4,45 6. Penyiangan 0,52 6,26 6,78 5,85 7. Pemupukan I 1,09 0,23 1,32 1,14 8. Pemupukan II 0,98 0,22 1,20 1,03 9. Penyemprotan 5,07 0,07 5,14 4,44 10. Pemanenan 22,32 24,24 46,56 40,15

Jumlah 56,97 58,99 115,96 100 4. Penggunaan benih

Benih padi yang digunakan petani di Kelurahan Semarang pada umumnya berlabel

(62,22%). Sebagian besar responden (28 responden) menggunakan benih padi Ciherang. Hanya 31,12% petani yang menggunakan benih tidak berlabel. Tabel 4 menyajikan penggunaan benih padi petani responden. Tabel 4. Penggunaan benih padi petani responden.

Jumlah No. Varietas Padi Orang %

1. Benih berlabel • Ciherang 28 62,22 • IR 64 1 2,22 • Cibogo 1 2,22 • Kalimas 1 2,22 Jumlah 31 68,88

2. Benih tidak berlabel 14 31,12 Jumlah total 45 100

Banyaknya petani yang menggunkan benih berlabel disebabkan oleh adanya bantuan

pemerintah melalui Dinas Pertanian dan Peternakan Kota Bengkulu. Hal ini didukung oleh hasil survei bahwa hanya terdapat 2 orang petani yang membeli benih berlabel untuk kebutuhan usahatani mereka.

Page 7: PENGARUH FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI TERHADAP …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/publikasi... · Phonska, pestisida, tenaga kerja, jenis benih, ... menggunakannya dalam

7

5. Kondisi irigasi

Kondisi irigasi mempengaruhi indeks pertanaman padi. Dari data yang dikumpulkan

diketahui bahwa 42 orang responden memiliki lahan sawah irigasi teknis, sedangkan 3 orang menanam padi pada lahan sawah tadah hujan. Namun kondisi air irigasi tidak mencukupi untuk mengoptimalkan indeks pertanaman padi. Selain itu pengaturan air belum dilakukan secara baik yang menyebabkan umumnya petani di Kelurahan Semarang menanam padi 2 kali dalam setahun. Akibat lain dari kekurangan air irigasi adalah penanaman padi tidak serempak dilakukan petani. Produktivitas Padi Sawah

Tujuan usahatani padi sawah adalah untuk mendapatkan produktivitas yang optimal, sehingga akan diperoleh produktivitas yang tinggi. Agar tujuan itu tercapai maka penggunaan input produksi yang tepat menjadi sangat penting, dengan memperhatikan efisiensi usahatani. Deskripsi penggunaan faktor-faktor tersebut disajikan pada Tabel 5. Tabel 5. Deskripsi penggunaan faktor-faktor produksi dan produktivitas padi sawah di

Kelurahan Semarang. No Uraian Jumlah rata-rata (ha) 1. Pupuk Urea 58,27 kg 2. Pupuk SP-36 21,17 kg 3. Pupuk NPK Phonska 188,41 kg 4. Pestisida 3.490,71 ml 5. Tenaga kerja 5.218,27 HKSP 6. Benih 43,44 kg 7. Produktivitas 5,3 ton GKP

Terlihat pada Tabel 5 bahwa produktivitas padi sawah di Kelurahan Semarang telah

mencapai 5,3 ton/ha GKP. Bila dikonversi menjadi gabah kering giling (GKG) dengan pengurangan hasil 20%, diperkirakan produktivitas padi mencapai 4,24 ton/ha GKG. Produktivitas tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata Propinsi Bengkulu yang hanya mencapai 3,9 ton/ha, namun masih lebh rendah daripada produktivitas nasional yang mencapai 5 ton/ha.

Hasil pengolahan data faktor-faktor produksi yang mempengaruhi produktivitas padi sawah dengan menggunakan analisis regresi linier berganda disajikan pada Tabel 5.

Page 8: PENGARUH FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI TERHADAP …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/publikasi... · Phonska, pestisida, tenaga kerja, jenis benih, ... menggunakannya dalam

8

Tabel 5. Hasil estimasi faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas padi sawah di

Kelurahan Semarang. No. Variabel Koofisien Regresi t-hitung 1. Konstanta 3.710,391 6,130 2. Jumlah Pupuk Urea Kg/Ha 3,178 2,723 ** 3. Jumlah Pupuk SP-36 Kg/Ha 4,295 2,258 * 4. Jumlah Pupuk NPK Phonska Kg/Ha 4,013 2,948 ** 5. Jumlah Pestisida Ml/Ha -0,094 -1,589 ns 6. Jumlah Tenaga Kerja HKSP/Ha 1,251 0,205 ns 7. Jenis Benih 646,911 3,584 ** 8. Irigasi 346,220 1,317 ns 9. R 0,869 10. R2 0,755 11. F-hitung 16,286 **

Keterangan : ** = berpengaruh sangat nyata pada taraf 99% ns = tidak berbeda nyata

t-tabel (0,01) = 2,715. t-tabel (0,05) = 2,026. F-tabel (0,01) = 3,17 F-tabel (0,05) = 2,27

Dari Tabel 5 diketahu bahwa koofisien korelasi (R) sebesar 0,869 menunjukkan korelasi/hubungan antara produktivitas padi sawah dengan 7 variabel faktor-faktor produksi adalah kuat. Menurut Santoso (2010), korelasi antara variabel terikat dengan variabel bebas disebut kuat apabila nilai R di atas 0,5. Persamaan regresi dari hasil analisis data dapat dituliskan sebagai berikut:

Y = 3.710,391 + 3,178 X1 + 4,295 X2 + 4,013 X3 – 0,094 X4 + 1,251 X5 + 646,911

Db + 346,220 Di

Nilai koefisien determinasi (R2) yang diperoleh sebesar 0,755. Hal ini berarti bahwa 7 faktor produksi mampu menjelaskan 75,5% keragaman dari produktivitas usahatani padi sawah, sedangkan sisanya 24,5% ditentukan oleh faktor-faktor lain yang tidak dimasukkan ke dalam model penelitian. Hasil uji F menunjukkan bahwa F-hitung (16,257) > F-tabel (3,17) pada tingkat kepercayaan 99%, maka hipotesis penelitian ini diterima. Artinya secara bersama-sama faktor-faktor produksi yaitu pupuk Urea, pupuk SP-36, pupuk NPK Phonska, pestisida, tenaga kerja, jenis benih, dan irigasi berpengaruh sangat nyata terhadap produktivitas padi sawah di Kelurahan Semarang.

Untuk mengetahui pengaruh dari masing-masing faktor produktivitas yang diamati terhadap produktivitas padi sawah maka digunakan uji t yang diuraikan di bawah ini. 1. Pupuk urea (X1)

Dari hasil uji t ternyata penggunaan pupuk urea berpengaruh sangat nyata terhadap

produktivitas padi sawah dengan t hitung (2,723) > t tabel (2,715) pada selang kepercayaan 99%. Koefisien regresi sebesar 3,178 menjelaskan bahwa kontribusi penggunaan pupuk urea menunjukkan arah positif. Ini berarti apabila pupuk urea ditambah satu satuan sampai pada batas tertentu akan dapat meningkatkan produktivitas sebesar 3,178 satuan apabila variabel produktivitas lainnya tetap.

Page 9: PENGARUH FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI TERHADAP …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/publikasi... · Phonska, pestisida, tenaga kerja, jenis benih, ... menggunakannya dalam

9

2. Pupuk SP-36 (X2)

Pada variabel penggunaan pupuk SP-36, hasil uji t berpengaruh nyata terhadap

produktivitas padi sawah, pada tingkat kepercayaan 95% dengan t hitung (2,258) > t tabel (2,026). Nilai koefisien regresinya 4,295, menunjukkan konstribusi ke arah positif. Berarti bahwa penambahan satu satuan pupuk SP-36 sampai batas tertentu akan menaikan produktivitas padi sawah sebesar 4,295 satuan dengan asumsi bahwa faktor produksi lain dianggap tetap. 3. Pupuk NPK Phonska (X3)

Variabel pupuk NPK phonska berpengaruh sangat nyata terhadap produktivitas padi

sawah sampai pada taraf kepercayaan 99% dimana t hitung (2,948) > t tabel (2,715). Nilai koefisien regresinya 4,013, yang menunjukan kecenderungan bila pupuk NPK phonska ditambah satu unit sampai batas tertentu maka dapat meningkatkan produktivitas padi sawah sebesar 4,013 satuan dengan asumsi faktor lain dianggap tetap. 4. Pestisida (X4)

Pada variabel penggunaan pestisida, hasil uji t berpengaruh tidak nyata terhadap

produktivitas padi sawah pada tingkat kepercayaan 95% dengan t hitung (-1,904) < t tabel (2,026). Dengan nilai koefisien regresinya 0,094, menunjukan bahwa kontribusi penggunaan pestisida menunjukan arah positif. Penggunaan pestisida tidak berpengaruh nyata terhadap produktivitas padi karena pestisida digunakan disesuaikan dengan serangan hama dan penyakit.

5. Tenaga kerja (X5)

Variabel tenaga kerja menunjukan pengaruh tidak nyata terhadap produktivitas padi

sawah pada tingkat kepercayaan 95% dengan t hitung (1,717) < t tabel (2,026), dengan nilai koefisien regresinya 1,251.

6. Jenis benih (Db)

Dalam usahatani padi sawah jenis benih dari hasil uji t berpengaruh sangat nyata

terhadap produktivitas padi sawah sampai pada taraf kepercayaan 99% dimana t hitung (3,584) > t tabel (2,715). Hal ini disebabkan karena jenis benih unggul (Ciherang, IR 64, Cibogo, Kalimas) adalah varietas yang terjamin kualitasnya sehingga perpotensi meningkatkan produktivitas padi sawah irigasi (BPTP Bengkulu, 2009). Varietas padi ciherang memiliki potensi hasil 8,5 ton/ha, IR 64 memiliki potensi hasil 6,0 ton/ha, Cibogo memiliki potensi hasil 8,1 ton/ha, Kalimas memiliki potensi hasil 9,0 ton/ha. sedangkan benih yang berasal dari usahatani sendiri tidak terjamin kualitasnya karena telah terkontaminasi dengan jenis padi lainnya yang tidak diketahui mutu genetiknya. Apabila variabel selain benih unggul (Db) konstan, maka rata-rata produktivitas padi sawah 3.710,391 kg/ha pada lahan petani yang tidak menggunakan benih unggul (D=0).

Page 10: PENGARUH FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI TERHADAP …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/publikasi... · Phonska, pestisida, tenaga kerja, jenis benih, ... menggunakannya dalam

10

Sedangkan rata-rata produktivitas padi sawah yang menggunkan benih unggul berlabel (D=1) adalah (3.710,391 + 646,911) kg/ha = 4.357,302. 7. Kondisi Irigasi (Di)

Variabel irigasi menunjukkan pengaruh tidak nyata (ns) terhadap produktivitas padi sawah pada tingkat kepercayaan 95% dengan t hitung (1,317) < t tabel (2,026). Irigasi tidak berpengaruh nyata terhadap produktivitas padi karena petani akan menanam padi apabila diperkirakan air mencukupi, baik pada lahan sawah irigasi maupun lahan sawah tadah hujan. Kondisi saluran drainase yang kurang baik pada saat curah hujan tinggi dapat menyebabkan sering terjadinya banjir baik pada sawah beririgasi maupun pada sawah tadah hujan.

IV. KESIMPULAN

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut: (1) secara bersama-sama jumlah pupuk Urea (X1), jumlah pupuk SP-36 (X2), jumlah Pupuk NPK Phonska (X3), jumlah pestisida (X4), jumlah tenaga kerja (X5), jenis benih (Db) dan irigasi (Di) berpengaruh sangat nyata terhadap produktivitas padi sawah; (2) secara individual variabel jumlah pupuk Urea (X1), jumlah Pupuk NPK Phonska (X3) dan jenis benih (Db) berpengaruh sangat nyata terhadap produktivitas padi sawah, variabel jumlah pupuk SP-36 (X2) berpengaruh nyata terhadap produktivitas padi sawah, sedangkan variabel jumlah pestisida (X4), jumlah tenaga kerja (X5), dan irigasi (Di) berpengaruh tidak nyata terhadap produktivitas padi sawah.

Page 11: PENGARUH FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI TERHADAP …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/publikasi... · Phonska, pestisida, tenaga kerja, jenis benih, ... menggunakannya dalam

11

Daftar Pustaka Anonimous. 2006, Permentan No. 39/Permentan/OT.140/8/2006 tentang Produksi,

Sertifikasi dan Peredaran Benih Bina. http://www.deptan.go.id/bdd/admin /file/Permentan-39-06.pdf - Mirip.

---------. 2010. Profil Kelurahan Semarang Tahun 2010. BKP3 Kota Bengkulu. 2010. Programa Penyuluhan Kota Bengkulu. BKP3 Kota

Bengkulu. Bengkulu. BPS. 2011. Tabel Luas Panen-Produktivitas-Produksi Tanaman Padi Seluruh Provinsi.

http://www.bps.go.id/tnmn_pgn.php?adodb_next_page=2&eng=0&pgn=1&prov=99&thn1=2009&thn2=2011&luas=1&produktivitas=1&produksi=1.

BPTP Bengkulu. 2009. Panduan Teknologi Mendukung Program SLPTT Padi, Bengkulu.

Gani dan H Sembiring. 2007. Respon padi Varietas Ciherang dan Mendawah Terhadap N, P dan K ditanah dari Desa Lhoknga. http://www.dpi.nsw.gov.au/data/ assets/pdf_file/0018/202770/Respon-Ciherang-dan-Mendawak-terhadap-N,-P-dan K-di-tanah-Tanjung,-Lhoknga.pdf.html di Downlods Tanggal 06 Juni 2011

Puslitbang Tanaman Pangan. 2011. Peningkatan Produksi Padi menuju 2020. http:// www.puslittan.bogor.net/index.php?bawaan=download/download_detail&&id=35.

Santoso, S. 2010. Statistik Parametrik Konsep dan Aplikasi dengan SPSS, PT. Elex Media Komputindo, Jakarta.

Suwasono, S. 2004. Analisa Finansial Pembuatan Sirup Mengkudu (Morinda citrifolia L), Tinjauan dari Jenis Gula yang diugunakan.Jurnal Agritek Volume 12 Nomor 1, Januari 2004. Universitas Tribhuana Tunggadewi. Malang.

Yuzzsar, 2008. Kependudukan dan Kehidupan Keluarga http://yuzzsar.wordpress.com/ materi-viii/.