Pengaruh Daya Simpan Trichoderma Harzianum Pada Berbagai Media Cair Terhadap Efektivitas Trichoderma...

37
PENGARUH DAYA SIMPAN Trichoderma harzianum PADA BERBAGAI MEDIA CAIR TERHADAP EFEKTIVITAS Trichoderma harzianum DALAM MENEKAN PERKEMBANGAN DAN PERTUMBUHAN JAMUR PETOGEN TULAR TANAH (Rhizoktonia solani) PROPOSAL SKRIPSI Samsul arifin 101510501060

description

laporan

Transcript of Pengaruh Daya Simpan Trichoderma Harzianum Pada Berbagai Media Cair Terhadap Efektivitas Trichoderma...

Page 1: Pengaruh Daya Simpan Trichoderma Harzianum Pada Berbagai Media Cair Terhadap Efektivitas Trichoderma Harzianum Dalam Menekan Perkembangan Dan Pertumbuhan Jamur Petogen Tular Tanah

PENGARUH DAYA SIMPAN Trichoderma harzianum PADA BERBAGAI

MEDIA CAIR TERHADAP EFEKTIVITAS Trichoderma harzianum

DALAM MENEKAN PERKEMBANGAN DAN PERTUMBUHAN JAMUR

PETOGEN TULAR TANAH (Rhizoktonia solani)

PROPOSAL SKRIPSI

Samsul arifin

101510501060

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS JEMBER

2013

Page 2: Pengaruh Daya Simpan Trichoderma Harzianum Pada Berbagai Media Cair Terhadap Efektivitas Trichoderma Harzianum Dalam Menekan Perkembangan Dan Pertumbuhan Jamur Petogen Tular Tanah
Page 3: Pengaruh Daya Simpan Trichoderma Harzianum Pada Berbagai Media Cair Terhadap Efektivitas Trichoderma Harzianum Dalam Menekan Perkembangan Dan Pertumbuhan Jamur Petogen Tular Tanah

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Permasalahan dalam bidang sektor pertanian adalah meningkatnya populasi

hama dan penyakit tanaman yang akan berdampak pada kualitas dan kuantitas

produksi pertanian. Meningkatnya suatu populasi hama dan penyakit disebabkan

oleh beberapa faktor diantaranya adalah penggunaan pestisida berlebihan atau

penggunaan pestisida di bawah ambang ekonomi. Penggunaan pestisida kimia

secara berlebihan akan berdampak negatif terhadap lingkungan dan kesehatan

(Istikorini dalam Andriani et al. 2012). Pestisida sintetis berpengaruh negatif

terhadap makhluk hidup karena disebabkan akumulasi dan absorpsi pestisida

melalui rantai makanan sehingga dapat mengganggu keseimbangan ekologi

( Tarumingkeng Dalam Laba, 2010).

Penggunaan pestisida kimia telah berlangsung hampir selama 35 tahun

sehingga banyak menimbulkan kerusakan terhadap struktur tanah, resistensi

hama dan penyakit, kesehatan manusia, pencemaran terhadap perairan,serta

berpengaruh terhadap kualitas dan kuantitas tanaman (Deptan, 2004 dalam

Nasahi, 2010). Pertanian organik merupakan sistem pertanian yang berbasis

mengurangi penggunaan pestisida kimia yang berlebihan untuk menjaga kualitas

dan kuantitas tanah serta menjaga dan meningkatkan produksi bahan pangan

(Produk pertanian). Pertanian organik merupakan teknik budidaya pertanian yang

memanfaatkan mikroba agen hayati sebagai input dan pengendalian hama maupun

penyakit, pertanian organik lebih menjaga serta meningkatkan keragaman hayati

dan keseimbangan ekologi sehingga menghasilkan keseimbangan yang optimal.

Penerapan PHT sejalan dengan pertanian organik karena PHT berbasis

mempertahankan dan meningkatkan keragaman hayati, keseimbangan ekologi,

dan mengurangi pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh penggunaan

pestisida secara berlebihan untuk mencapai pertanian yang lebih produktif dan

berkelanjutan (Laba, 2010). Pertanian organik lebih berbasis terhadap penggunaan

varietas tahan, musuh alami dan pestisida nabati dalam melakukan pengendalian

Page 4: Pengaruh Daya Simpan Trichoderma Harzianum Pada Berbagai Media Cair Terhadap Efektivitas Trichoderma Harzianum Dalam Menekan Perkembangan Dan Pertumbuhan Jamur Petogen Tular Tanah

terhadap organisme pengganggu tanaman (OPT), (Budianto, 2002 dalam Laba,

2010).

Pemanfaatan agen hayati saat ini mulai ditingkatkan dan banyak dilakukan

oleh para petani yang berlandaskan kesadaran akan bahaya penggunaan pestisida

kimia terhadap kesehatan dan kelestarian lingkungan, pentingnya menjaga

kesehatan dan kelestarian lingkungan hidup (Andoko, 2002 dalam Nasahi,

2010). Grafik perkembangan dan penerapan pendekatan pertanian organik terus

meningkat seiring dengan semakin jelasnya dampak negatif dari penggunaan

pupuk kimia maupun pestisida sintetis terlalu tinggi dan terus menerus tanpa

penggunaan input secara alami (High External Input Agriculture-HEIA).

Konsep pengendalian OPT yang perlu dikembangkan harus

memperhatikan keseimbangan ekosistem dan kelestarian lingkungan.

Pengendalian hayati merupakan alternatif dalam pengendalian OPT dari golongan

hama maupun penyakit, pengendalian hayati dapat membatasi pertumbuhan dan

perkembangan patogen (Baker dan Cook, 1974 dalam ). Pengendalian hayati

merupakan suatu inovasi yang dapat memberikan nilai positif terhadap

peningkatan produksi serta keterampilan dan pengetahuan petani sehingga dapat

mengurangi penggunaan pestisida kimia ( Laba, 2010). Pemanfaatan musuh alami

yang bersifat antagonis dapat menekan pertumbuhan dan perkembangan

jamur patogen tanaman, Pengendalian hayati berprinsip tidak memusnahkan

populasi patogen tetapi menekan perkembangan populasi patogen sampai berada

dalam keseimbangan biologi (Dhingra dan Sinclair, 1985).

Trichoderma harzianum merupakan cendawan yang mempunyai aktivitas

antagonistik yang tinggi terhadap cendawan patogen tular tanah. Trichoderma

harzianum dapat disolasi dari berbagai macam tanah dan juga dapat disolasi dari

permukaan akar tanaman serta dapat diisolasi dari kayu busuk atau seresah

(Suwahyono dan Wahyudi, 2001). Koloni Trichoderma harzianum pada awal

inkubasi miseliumnya akan terlihat berwana putih yang selanjutnya berubah

menjadi kuning dan akhirnya berubah menjadi hijau tua pada umur inkubasi lebih

lanjut. Trichoderma. harzianum dapat menghasilkan berbagai macam metabolik

toksik seperti antibiotik atau enzim yang bersifat litik sehingga T. harzianum

Page 5: Pengaruh Daya Simpan Trichoderma Harzianum Pada Berbagai Media Cair Terhadap Efektivitas Trichoderma Harzianum Dalam Menekan Perkembangan Dan Pertumbuhan Jamur Petogen Tular Tanah

dapat bersifat antagonis dan mempunyai kemampuan kompetisi dengan patogen

dalam memperebutkan nutrisi, oksigen dan ruang tumbuh (Wahyudi, 2000).

Trichoderma sp merupakan jamur antagonis yang telah banyak diteliti

terhadap beberapa jamur patogen tanaman. Penggunaan Trichoderma sp

sebagai agen hayati banyak dikembangkan dalam bentuk substrat untuk

diaplikasikan dilapangan . Pengembangan dalam bentuk substrat kurang

praktis dan kurang efisien untuk aplikasi di lapangan, terutama aplikasi

dalam skala luas. Sehingga perlu inovasi suatu teknik pengemasan agens

hayati dalam bentuk formulasi. Formulasi dapat mempermudah aplikasi,

pengangkutan serta memudahkan dalam menentukan konsentrasi sehingga

didapatkan hasil yang efisien dan efektif. Agensia hayati telah banyak

diformulasikan dalam bentuk tepung, cair, dan butiran. Hasil penelitian

Hadijaya (1994) Trichoderma sp. dapat ditumbuhkan dan dikembangkan pada

media cair. Purwantisari (2008) menyatakan Formulasi terdiri atas bahan aktif,

bahan makanan, bahan pembawa, dan bahan pencampur.

Sumber makanan dalam suatu formulasi beragam sesuai bahan aktif

yang digunakan dalam formulasi. Bahan organik merupakan bahan makanan

Trichoderma sp karena mengandung sumber karbon dan energi yang dapat

digunakan sebagai sumber makanan selama perkembangan dan pertumbuhaannya.

Menurut Purwantisari et al., (2008) komposisi bahan organik yang

digunakan sebagai bahan makanan yang akan digunakan dalam pertumbuhan

jamur saprofit seperti Trichoderma sp minimal mengandung selulosa.

Komposisi dan konsentrasi media tumbuh akan berpengaruh terhadap

daya tahan hidup, sporulasi dan daya antagonisme (Sinaga, 1989). Sehingga

perlu media tumbuh yang dapat digunakan dalam pembuatan formulasi

biofungisida yang mempunyai kandungan nutrisi yang dibutuhkan oleh

Trichoderma sp. Formulasi biofungisida Trichoderma sp semakin lama

disimpan, maka viabilitas Trichoderma sp akan menurun, sehingga untuk

menguji viabilitas Trichoderma sp maka dilakukan penyimpanan. Smith (1991)

dalam Widyastuti,.dkk (2002) menyatakan penyimpanan suatu formulasi

Page 6: Pengaruh Daya Simpan Trichoderma Harzianum Pada Berbagai Media Cair Terhadap Efektivitas Trichoderma Harzianum Dalam Menekan Perkembangan Dan Pertumbuhan Jamur Petogen Tular Tanah

biofungisida Trichoderma sp. dapat menyebabkan perubahan permanen atau

sementara pada sifat-sifat fisiologi isolat sebagai akibat respon adaptasi.

1.2 Perumusan Masalah

1. Bagaimana viabilitas Trichoderma sp yang di inokulasikan ke dalam media

cair selama penyimpanan 2 minggu, 4 minggu, 6 minggu, 8 minggu, 10

minggu dan 12 minggu?

2. Bagaimana kemampuan antagonis Trichoderma sp. dalam menekan

perkembangan patogen tular tanah penyebab rebah kecambah selama

penyimpanan 2 minggu, 4 minggu, 6 minggu, 8 minggu, 10 minggu dan 12

minggu?

3. Bagaimana formulasi terbaik dari agen hayati yang dikembangkan di beberapa

media cair selama penyimpanan yang mendukung pertumbuhan agen hayati

dan mempunyai nilai efektivitas tertinggi dalam pengendalian patogen

penyebab penyakit rebah kecambah?

1.3 Tujuan

Penelitian ini ditujukan untuk menguji daya simpan agen hayati Trichoderma

sp. pada media cair organik dan efektivitasnya dalam menekan pertumbuhan dan

perkembangan patogen penyakit rebah kecambah pada tanaman tembakau?

1.4 Manfaat

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi rekomendasi dalam mengembangkan

formulasi biofungisida Trichoderma sp. serta lama penyimpanannya dalam

bentuk media cair.

Page 7: Pengaruh Daya Simpan Trichoderma Harzianum Pada Berbagai Media Cair Terhadap Efektivitas Trichoderma Harzianum Dalam Menekan Perkembangan Dan Pertumbuhan Jamur Petogen Tular Tanah

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman tembakau

Tanaman tembakau merupakan salah satu komodiatas perkebunan yang

memiliki nilai ekonomis cukup tinggi karena mempunyai peranan penting dalam

penyerapan tenaga kerja serta mempunyai nilai penting dalam perkembangan

perekonomian negara yang merupakan salah satu komoditas ekspor yang cukup

besar. Masyarakat indonesia tidak kurang dari 16 juta jiwa menggantungkan

hidupnya dari pendapatan tanaman tembakau atau industri rokok, mulai dari

kegiatan produksi, pasca panen, angkutan sampai kegiatan pada industri hilir

(Supriyanto dkk, 2003). Sehingga para petani tembakau dituntut untuk

meningkatkan produksi serta menjaga kualitasnya sehingga memenuhi permintaan

pasar. Beberapa penyakit penting yang disebabkan oleh cendawan pada

Tembakau di antaranya seperti Layu Ralstonia solanacearum, Lanas, Rebah

Semai dan Rhizoctonia ( Semangun, 2000).

2.2 Penyakit rebah kecambah (Dumping off)

Rhizoctonia merupakan jamur terbawa tanah yang dikenal sebagai

salah satu patogen damping off. Infeksi patogen Rhizoctonia dapat

menyebabkan kematian semai antara18,08% sampai 33,76% (Sumardi &

Widyastuti, 2001). Suryantini (2004) menyatakan bahwa jumlah kematian

semai akibat infeksi R. solani lebih besar dari pada Fusarium sp.

Rebah kecambah (damping-off) merupakan terminologi bagi setiap

penyakit yang berakibat busuknya semai atau tajuk muda yang masih sukulen.

Penyakit ini disebabkan oleh sejumlah fungi penghuni tanah yang merupakan

parasit fakultatif tanpa disertai kekhususan dengan inangnya (Hartley, 1921

dalam Herdiana, 2000). Penyakit rebah kecambah atau Dumping off merupakan

penyakit pada tanaman yang menyerang pada fase tanaman kecambah atau bibit

tanaman muda. Penyakit pada umumnya menyerang pada semua tanaman karena

patogen tanaman ini termasuk patogen polifag. Beberapa penelitian menunjukan

penyakit rebah kecambah dapat menyerang tanaman kacang hijau, (Hardaningsih,

2011), kacang hijau (Hayati, 2009), tomat (Novita, 2008), cabai (Mulyati, 2009)

Page 8: Pengaruh Daya Simpan Trichoderma Harzianum Pada Berbagai Media Cair Terhadap Efektivitas Trichoderma Harzianum Dalam Menekan Perkembangan Dan Pertumbuhan Jamur Petogen Tular Tanah

umbi kentang (Purwantisari dan Hastuti, 2009), Kedelai (Widodo, 2004), Buncis

(Lo. et al, 1988), Tembakau (Supriyanto. Dkk, 2003), (Semangun, 2000).

Pada penelitian yang dilakukan oleh Maulidiana (2008) dalam tugas akhir

menunjukan permasalahan penyakit layu akibat patogen rebah kecambah pada

tembakau Deli di PT Perkebunan Nusantara II Kebun Helvetia memberikan

dampak yang cukup besar pada hasil dan kualitas tembakau yang dihasilkan.

Penyakit rebah kecambah (Dumping off) merupakan penyakit penyebarannya

sangat cepat pada kelambaban yang tinggi, faktor lain pendukung

perkembangannya adalah aerasi, suhu dan pH tanah (Usmadi & Hartana, 2007).

2.1 Klasifikasi Rhizoktonia solani

Rhizoctonia solani merupakan salah satu jenis patogen lodoh yang paling

umum menyerang bibit tanaman kehutanan di persemaian. Klasifikasi

Rhizoktonia solani Menurut Herdiana (2007) adalah sebagai berikut :

Kingdom : Fungi

Devisi : Amastigomycota

Subdivisi : Deuteromycota

Class : Deuteromycetes

Subclass : Hypomycetidae

Ordo : Agonomycetales

Family : Agonomycetaceae

Genus : Rhizoktonia

Spesies : R.solani

. Rhizoctonia dikenal sebagai myselia sterelia, karena tidak menghasilkan

konidia (Alexopoulus, 1952 dalam Herdiana, 2007).

2.2.1 Gejala

Penyakit rebah kecambah (Dumping off) dipersemaian tembakau

disebabkan oleh cendawan Rhizoctonia solani. Gejala penyakit di persemaian

mirip dengan gejala penyakit lanas. Tanaman atau daun yang sakit berwarna hijau

kelabu. Batang atau tangkai yang mengalami infeksi berlekuk. Akhirnya tanaman

sakit rebah, terletak diatas tanah dan mengering. Tanaman yang sakit terikat

Page 9: Pengaruh Daya Simpan Trichoderma Harzianum Pada Berbagai Media Cair Terhadap Efektivitas Trichoderma Harzianum Dalam Menekan Perkembangan Dan Pertumbuhan Jamur Petogen Tular Tanah

dengan tanah oleh benang-benang yang berwarna putih kecoklatan. Jamur

sering membentuk jala benang-benang di permukaan tanah. Pada saat pagi hari

pada jala-jala tersebut terdapat embun yang bergantungan. Tanaman yang sakit

pangkal batangnya busuk, berlekuk dan rebah. Pengangkutan air berlangsung

terus dan daun-daun tidak layu karena karena pembuluh kayu batang tidak

rusak. Tanaman yang terserang yang rebah Rhizoktonia Solani sering hidup tersu

dengan ujung yang membelok ke atas (Semangun, 2000).

2.2.2 Biologi penyakit

Secara umum, pertumbuhan R. solani berlangsung sangat cepat. Satu isolat

dapat tumbuh menutupi cawan Petri ukuran 90 mm dalam tiga hari. Cendawan ini

dapat hidup selama beberapa tahun dengan memproduksi sklerotia di tanah dan

jaringan tanaman. Beberapa R. solani yang bersifat patogen terhadap tembakau

memiliki kemampuan untuk memproduksi sklerotia yang berdinding luar tebal,

sehingga mampu terapung dan bertahan hidup di air. R. solani juga bertahan

hidup sebagai miselium dengan cara saprofit, yakni mengkolonisasi bahan-bahan

organik tanah khususnya sebagai hasil aktivitas patogen tanaman. Sklerotia

dan/atau miselia yang berada di tanah atau jaringan tanaman tumbuh dan

membentuk hifa yang dapat menyerang beberapa jenis tanaman. Patogen ini

sangat cocok dengan keadaan struktur tanah yang kurang baik dan kelembapan

tanah yang tinggi (Ceresini 1999; CABI 2004).

2.2.3 Daur Penyakit Rhizoktonia

Rhizoktonia solani bertahan hidup bertahun-tahun didalam tanah

walaupun dibawah kondisi buruk dalam bentuk struktur istirahat yang disebut

sklerotia (Scotts & Marysville, 1987; Daryani, 1995; Charli, 2003). Menurut

Smiley, Dernoeden dan Clarke (1992), sklerotia mempunyai sifat tahan terhadap

panas, dingin, kekeringan dan Fungisida.

2.3 Jamur antagonis Trichoderma sp.

Klasifikasi kapang Trichoderma viride menurut Alexopoulus dan Mims

(1979) adalah sebagai berikut ini :

Kingdom : Fungi

Page 10: Pengaruh Daya Simpan Trichoderma Harzianum Pada Berbagai Media Cair Terhadap Efektivitas Trichoderma Harzianum Dalam Menekan Perkembangan Dan Pertumbuhan Jamur Petogen Tular Tanah

Divisio : AmastigomycotaSubdiviso : DeuteromycotinaClassis : DeuteromycetesOrdo : Moniliales Family : Moniliaceae Genus : TrichodermaSpecies : Trichoderma sp.

Klasifikasi Trichoderma harzianum menurut Semangun (2000) adalah

sebagai berikut :

Kingdom : Fungi Phylum : Ascomycota Class : Ascomycetes Subclass : Hypocreomycetidae Ordo : Hypocreales Family : Hypcreaceae Genus : Trichoderma Species : T. harzianum

Trichoderma merupakan fungi Deuteromycetes dengan konidiofor tegak,

bercabang banyak, agak berbentuk kerucut, dapat membentuk klamidospora. Pada

umumnya koloni dalam biakan tumbuh dengan cepat, berwarna putih sampai

hijau (Cook and Baker, 1989). Bentuk sempurna dari fungi ini secara umum

dikenal sebagai Hipocreales atau kadang-kadang Eurotiales, Clacipitales dan

Spheriales. Spesies dalam satu kelompok yang sama dari Trichoderma dapat

menunjukkan spesies yang berbeda pada Hypocrea sebagai anamorf. Hal ini

dimungkinkan karena terdapat banyak perbedaan bentuk seksual dari

Trichoderma (Chet, 1987). Koloni Trichoderma pada media biakan PDA tumbuh

dengan cepat pada suhu 25- 30º C. Koloni ini akan berubah warna menjadi hijau

tua sedangkan bagian bawahnya tidak berwarna (Samuel dkk, 2005).

Fungi T. harzianum mempunyai hifa bersepta, bercabang dan

mempunyai dinding licin, tidak berwarna, diameter 1.5-12 µm. Percabangan hifa

membentuk sudut siku-siku pada cabang utama. Cabang-cabang utama konidiofor

berdiameter 4-5 µm dan menghasilkan banyak cabang-cabang sisi yang dapat

tumbuh satu-satu tetapi sebagian besar berbentuk dalam kelompok yang agak

longgar dan kemudian berkembang menjadi daerah-daerah seperti cincin. Pada

ujung konidiofor terbentuk konidiospora berjumlah 1-3, berbentuk pendek,

Page 11: Pengaruh Daya Simpan Trichoderma Harzianum Pada Berbagai Media Cair Terhadap Efektivitas Trichoderma Harzianum Dalam Menekan Perkembangan Dan Pertumbuhan Jamur Petogen Tular Tanah

dengan kedua ujungnya meruncing dibandingkan dengan bagian tengah,

berukuran 5-7 x 3-3.5 µm, diujing konidiofor terdapat konidia berbentuk bulat,

berdinding rata dengan warna hijau suram, hijau keputihan, hijau terang atau agak

kehijauan (Gandjar et al, 1999). Beberapa ciri morfologi fungi T. harzianum

yang menonjol antara lain koloninya berwarna hijau muda sampai hijau tua yang

memproduksi konidia aseksual berbentuk globus dengan konidia tersusun seperti

buah anggur dan pertumbuhannya cepat (fast grower) (Harman, 1998 dalam

Jamilah,2011).

2.4 Formulasi media cair

Banyaknya penelitian yang melaporkan keberhasilan penggunaan agens

antagonis dari golongan cendawan dalam mengendalikan patogen terbawa tanah

seperti Trichoderma sp., belum pernah diiikuti oleh keberhasilan perbanyakan

dalam skala luas. Salah satu kendala yang dianggap sangat mempengaruhi adalah

biaya yang dikeluarkan terlalu mahal, baik untuk penyediaan bahan baku maupun

untuk membayar upah tenaga kerja. Oleh karena itu penelitian tentang tekhnologi

perbanyakan agens antagonis dan bentuk formulasinya perlu terus dikembangkan,

sehingga diperoleh suatu tekhnik yang lebih efektif dan efisien.( Muklasin, 1999).

Formulasi yang perlu dikembangkan adalah formulasi fermentasi cair.

Formulasi adalah proses pencampuran senyawa-senyawa murni (technical grade)

dengan bahan-bahan lain, seperti bahan pengemulsi, bahan pelarut, atau bahan

pembasah tertentu (Sastroutomo,1992). Fermentasi merupakan disimilasi

anaerobik dan aerobik senyawa-senyawa organik yang disebabkan oleh aktivitas

mikroorganisme ( sa’id. 1987). Fermentasi mempunyai pengertian yang lebih

luas yaitu mencakup aktivitas metabolisme mikroorganisme baik aerobik maupun

anaerobik yang menyebabkan terjadinya perubahan atau transformasi kimiawi

atau subtrat organik (Rachman, 1989).

Fermentasi cair adalah fermentasi yang menggunakan media cair sebagai

sumber energi untuk pertumbuhan mikroorganisme. Medium cair digunakan baik

pada fermentasi permukaan maupun fermentasi terendam. Dibanding dengan

medium padat , medium cair mempunyai beberapa keunggulan, yatu komposisi

dan konsentrasi medium dapat diatur dengan mudah, dapat memberikan kondisi

Page 12: Pengaruh Daya Simpan Trichoderma Harzianum Pada Berbagai Media Cair Terhadap Efektivitas Trichoderma Harzianum Dalam Menekan Perkembangan Dan Pertumbuhan Jamur Petogen Tular Tanah

optimum bagi pertumbuhan dan aktivitas mikroorganisme, dan pemakain medium

dapat lebih efisien (Rachman, 1989). Papavizas et al. (1984) dalam penelitiannya

menyebutkan bahwa tekhnologi fermentasi cair merupakan salah satu cara yang

dianggap berhasil dalam perbanyakan propagul agen hayati Trichoderma sp. pada

skala yang lebih besar dengan biaya yang relatif murah tanpa mengurangi daya

serang dan ketahanan hidup agen antagonis Trichoderma sp. Alat yang digunakan

dalam inokulasi agen hayati media cair adalah fermentor/aerator. Fermentor

merupakan wadah , baik berupa tangki-tangki tempat berlangsungnya oksidasi

mikrobial aerobik, maupun tangki-tangki propagasi tempat khamir dan organisme

lainnya yang ditangkar dalam keadaan tanpa udara (Sa’id, 1987).

Dalam industri fermentasi Karbohidrat merupakan sumber energi. Glukosa

dan sukrosa jarang digunakan sebagai sumber karbon karena mahal harganya,

sedangkan limbah industri gula, yaitu molase meruapakan sumber karbohidrat

termurah. Disamping mengandung gula molase juga mengandung senyawa

bernitrogen dan vitamin sehingga banyak digunakan sebagai sumber karbohidrat

(Fardiaz, 1988).

Molase mengandung sekitar 50-60% gula. Komposisi molase bervariasi

tergantung bahan mentah yang digunakan untuk produksi gula. Perbedaan mutu

molase dipengaruhi oleh lokasi, kondisi iklim, dan proses produksi pada masing-

masing pabrik (Fardiaz, 1989),juga dipengaruhi oleh keadaan tebu yaitu

kemasakan, mutu dan jenis tebu tanah ( Paturan, 1982 dalam Mahiyanti, 1998).

2.4 Daya simpan

Bahan pembawa dalam formulasi biofungisida dapat memanfaatkan

kaolin. Kelebihan dari kaolin ini yaitu mudah ditemukan dibeberapa daerah

khususnya di Riau. Bahan pencampur untuk formulasi biofungisida dapat

menggunakan tepung tapioka. Smith, (1991) menyatakan bahwa penyimpanan

formulasi dapat menyebabkan perubahan permanen atau sementara pada

sifat-sifat fisiologis isolat sebagai akibat respon adaptasi. Selama proses

penyimpanan terjadi kecendrungan penurunan daya hambat sementara dari

Trichoderma spp dalam formulasi terhadap patogen tular tanah (Widyastuti dkk.,

Page 13: Pengaruh Daya Simpan Trichoderma Harzianum Pada Berbagai Media Cair Terhadap Efektivitas Trichoderma Harzianum Dalam Menekan Perkembangan Dan Pertumbuhan Jamur Petogen Tular Tanah

2002). Masa simpan produk agensia tersebut berkisar dalam minggu, bulan

bahkan hitungan tahun tergantung pada jenis dan tujuan produk agensia

pengendalian hayati tersebut (Susanto, 2008). Lama penyimpanan 1 bulan (4

minggu) merupakan lama penyimpanan yang terbaik untuk formulasi

biofungisida pada suhu kamar (Hapsari, 2003 dalam Purwantisari dkk, 2008).

Page 14: Pengaruh Daya Simpan Trichoderma Harzianum Pada Berbagai Media Cair Terhadap Efektivitas Trichoderma Harzianum Dalam Menekan Perkembangan Dan Pertumbuhan Jamur Petogen Tular Tanah

BAB 3. METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian tentang “Pengaruh Daya Simpan Trichoderma Harzianum Pada

Berbagai Media Cair Terhadap Efektivitas Trichoderma Harzianum Dalam

Menekan Perkembangan Dan Pertumbuhan Jamur Petogen Tular Tanah

(Rhizoktonia Solani) ” dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan

Fakultas Pertanian – Universitas Jember dengan waktu penelitian Januari 2014 -

selesai

3.2 Bahan dan Alat

3.2.1 Bahan

Bahan yang digunakan dalam Penelitian ini adalah isolat Trichoderma

harzianum, dan Isolat Rhizoktonia solani hasil eksplorasi pada media sampel

tanah, Ekstrak Kentang, Limbah cair tahu, Air Kelapa, Molase, Media PDA,

KMnO4, Media tanam steril ( Kompos : Tanah: Pasir dengan perbandingan 3 : 2:

1), Alkohol 75 % dan aquadest.

3.2.2 Alat

Peralatan yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah botol jurigen 1000

mL, aerator, autoclave, polibag ukuran 40 cm x 30 cm, kertas label, pipet,

mikroskop, Haemacytometer, hand counter, penggaris, sprayer, gembor.

3.3 Metode Penelitian

3.3.1 Rancangan Percobaan

Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan Rancangan Acak

Lengkap yang terdiri macam media perbanyakan cair sebanyak 4 taraf dan isolat

Trichoderma harzianum koleksi Laboratorium Penyakit Tanaman Jurusan Hama

Penyakit Tumbuhan – Universitas Jember. Kombinasi percobaan yang didapatkan

berjumlah 4 kombinasi dan diulang sebanyak 6 kali sehingga total populasi yang

harus diamati adalah 24 plot.

Page 15: Pengaruh Daya Simpan Trichoderma Harzianum Pada Berbagai Media Cair Terhadap Efektivitas Trichoderma Harzianum Dalam Menekan Perkembangan Dan Pertumbuhan Jamur Petogen Tular Tanah

Macam media

A0 : Kontrol (Media Cari Ekstrak Kentang)

A1 : Limbah cair tahu

A2 : Air Kelapa

A3 : Molase (tetes tebu)

Sumber isolat Trichoderma harzianum berasal dari isolat tanaman padi

3.4 Tahapan Penelitian

3.4.1 Peremajaan dan Perbanyakan patogen dan agensia pengendali hayati

Isolat Tricoderma harzianum (koleksi Laboratorium Penyakit Tanaman

Jurusan Hama Penyakit Tumbuhan – Universitas Jember dan patogen Rhizoktonia

solani di peroleh dari isolat koleksi Laboratorium Penyakit Tanaman Fakultas

Pertanian Universitas Jember. Isolat yang diperoleh selanjutnya diremajakan pada

media miring Potato Dextrose Agar (PDA) dan diinkubasikan selama 5-7 hari

sehingga didapatkan isolat yang siap digunakan.

3.4.2 Perbanyakan Trichoderma harzianum pada media cair dengan

Fermentor sangat sederhana (FSS)

3.4.2.1 Langkah Pembuatan Media

Media yang digunakan adalah ekstrak kentang, Limbah air tahu, air kelapa

muda, molase.

1. Media ekstrak kentang

Ekstrak kentang didapatkan dengan merebus 200 gram kentang dan

ditambahkan 1000 mL aquadest

Kentang dimasak selama ± 20 menit hingga lunak dan diperkirakan sari

kentang telah larut kedalam aquadest

Ditambahkan 20 gram gula pasir dan di aduk hingga merata

Media yang telah siap di pindahkan kedalam erlenmeyer 1000 mL untuk

proses sterilisasi didalam autoklaf.

2. Media limbah air tahu

Ekstrak limbah air tahu didapatkan dengan cara mencuci 1 kg limbah tahu

yang berbentuk padat dengan 1000 mL aquadest

Page 16: Pengaruh Daya Simpan Trichoderma Harzianum Pada Berbagai Media Cair Terhadap Efektivitas Trichoderma Harzianum Dalam Menekan Perkembangan Dan Pertumbuhan Jamur Petogen Tular Tanah

Limbah tahu dengan cara diremas – remas ± 2 menit, air cucian pertama

selanjutnya disaring hingga didapatkan air cucian beras yang bersih

Ekstrak air limbah tahu kemudian di masak hingga mendidih ± 20 menit

dan dimasukan kedalam erlenmeyer 1000 mL untuk proses sterilisasi

didalam aitoklaf

3. Media air kelapa muda

Media air kelapa didapatkan dengan cara mengambil air kelapa muda dan

disaring hingga bersih

Air kelapa kemudian dimasukan kedalam erlenmeyer 1000 mL untuk

proses sterilisasi

4. Media molase

Media molase didapatkan dengan cara mengambil 10 mL molase murni

dan diencerkan kedalam 1000 mL aquadest

Larutan dimasak ± 20 menit dan dimasukan kedalam erlenmeyer 1000 mL

untuk proses sterilisasi

3.4.2.2 Langkah Operasional Fermentor Sangat Sederhana (FSS)

Rangkaian alat FSS dengan bagan sebagai berikut :

Keteranggan :

1. Aerator (penghasil gelembung udara)

2. Larutan KMnO4 (sebagai sterilisasi udara)

3. Glass woll atau penyaring udara

4. Media perbanyakan Trichoderma

5. Kontrol sebagai deteksi dini kemungkinan kontaminasi

Perbanyakan Trichoderma harzianum dilakukan pada media cair dengan

berbahan dasar ekstrak kentang (A0), Limbah air tahu (A1), Air kelapa(A2), dan

12

3

4

5

Page 17: Pengaruh Daya Simpan Trichoderma Harzianum Pada Berbagai Media Cair Terhadap Efektivitas Trichoderma Harzianum Dalam Menekan Perkembangan Dan Pertumbuhan Jamur Petogen Tular Tanah

Molase (A3). Fermentasi dilakukan dengan cara membuat gelmbung didalam

media dengan menggunakan aerator dan di fermentasikan selama 7 – 10 hari.

3.4.3 Persiapan Media

Media yang digunakan dalam penelitian ini adalah campuran dari kompos,

tanah dan pasir dengan perbandingan 3:2:1. Media dicampurkan hingga merata

kemudian dimasukan kedalam plastik tahan panas untuk sterilisasi. Sterilisasi ini

bertujuan untuk mematikan semua jenis mikroorganisme didalam media.

Sterilisasi media dilakukan dengan menggunakan autoclave pada suhu 121o C

dengan tekanan 15 psi selama 30 menit. Setelah selesai kemudian di dinginkan

hingga suhu ruangan.

Media yang telah steril kemudian dimasukan kedalam plastik polibag

ukuran 40 cm x 30 cm sebanyak ½ bagian ± 3 Kg media tanam. Tiga hari sebelum

penanaman media di berikan pupuk dasar berupa 10,8 g SP-36 dan 4,2 g Urea

3.4.4 Inokulasi patogen Rhizoktonia solani

Inokulasi patogen Rhizoktonia solani dilakukan dengan cara menyuntikan

ke dalam media sebanyak 107 spora / mL. Inokulasi patogen dilakukan 6 hari

sebelum tanam benih

3.4.5 Inokulasi biakan Trichoderma harzianum

Inokulasi biakan Trichoderma harzianum pada media dilakukan setelah

umur biakan 7 – 10 hari dan aplikasi pada media sosis dilakukan dengan cara

menyuntikan pada media 3 hari sebelum tanam. Jumlah spora sebagai standar

untuk pengendalian hayati adalah 107 spora / mL.

3.4.6 Penebaran benih

Benih diperamkan pada media lembab seperti tissue selama 3 hari setelah

berkecambah benih segera dipindahkan pada media pembibitan (polibag 40 cm x

30 cm).

3.4.7 Perawatan Bibit

Perawatan bibit dilakukan dengan cara penyiraman secara intensif selama

7 hari setelah tanam agar media tidak kekeringan. Setelah berumur 8 hari

Page 18: Pengaruh Daya Simpan Trichoderma Harzianum Pada Berbagai Media Cair Terhadap Efektivitas Trichoderma Harzianum Dalam Menekan Perkembangan Dan Pertumbuhan Jamur Petogen Tular Tanah

penyiraman disesuiakan dengan kebutuhan media dan bibit. Kegiatan penyiangan

juga dilakukan apabila pada media terdapat gulma pengganggu. Pemupukan

susulan diberikan pada saat bibit berumur 10 – 25 hari dengan konsentrasi 1

gram/liter air dengan selang waktu 5 hari. Pada saat bibit berumur 28 hari

pemupukan dilakukan dengan selang waktu 3 hari sekali hingga bibit berumur 35

hari. Pemupukan dilakukan dengan cara disemprotkan pada media secara merata.

3.5 Parameter Penelitian

1. Jumlah Spora dan Daya Viabilitas Spora Trichodermaharzianum

Viabilitas Trichodermaharzianum dapat dihitung setelah dilakukan

penghitungan jumlah spora yang di inokulasikan. Penghitungan jumlah spora pada

penelitian ini menggunakan standar agensia hayati yaitu 107 spora/ml,. Jumlah

spora dihitung sebelum perbanyakan dan setelah perbanyakan dengan

mengguanakan alat Haemacytometer Naubauer.

Rata−rata= totala+b+c+d+e5

Jumlah Spora=rata−rata xkonstanta (150.000 soramL

)

(BPTP, 2005)

2. Daya Viabilitas Spora Trichoderma harzianum

Pengujian daya viabilitas dilakukan dengan cara mengambil 1 cc suspensi

formulasi dari Trichoderma harzianum dan patogen Rhizoktonia solani dihitung

pada slide cultur jumlah spora yang telah berkecambah dengan hand counter

maksimal 24 jam setelah pembuatan suspensi.

Viabilitas Spora=∑ spora yangberkecambah

total jumlahsporax1000 %

3. Uji daya hambat Trichoderma harzianum terhadap patogen Rhizoktonia solani

pada media buatan (in vitro)

Uji daya patogenisitas dilakukan dengan mengguakan metode Cakram

Agar dengan cara menghitung diameter zona hambatan (zona hambatan) pada

kultur media PDA. Evaluasi bioaktivitasnya berdasarkan ukuran diameter zona

Page 19: Pengaruh Daya Simpan Trichoderma Harzianum Pada Berbagai Media Cair Terhadap Efektivitas Trichoderma Harzianum Dalam Menekan Perkembangan Dan Pertumbuhan Jamur Petogen Tular Tanah

penghambatan (zona bening) yang terbentuk (diameter zona penghambatan

dikurangi dengan diameter cakram agar).

Z= A−PA

x 100 %

Keterangan :

Z : Zona Hambatan

A : Jari – jari koloni isolat jamur antagonis (Trichoderma harzianum)

P : Jari – Jari koloni isolat jamur patogen (Rhizoktonia solani ) (BPTP,

2005)

4. Daya simpan

Daya simpan isolat Trichoderma harzianum pada beberapa media cair

disimpan selama 12 minggu. Pada umur simpan 2, 4, 6, 8, 10,dan 12 minggu

dilakukan uji Viabilitas dan jumlah spora serta dilakukan uji daya hambat

terhadap Patogen Rhizoktonia solani.

5. Penghitungan Insidensi penyakit

Penghitungan insidensi penyakit dilakukan hingga 35 HST dengan selang

pengamatan 7 hari sekali. Indikator bibit mati yang terserang patogen adalah

terdapat cincin hitam pada pangkal bibit berwarna hitam.

I= nN

x100 %

Keterangan :

I : Intensitas serangan

n : Jumlah bibit yang mati

N : Jumlah total bibit yang diamat (Muthahanas dkk, 2007)

6. Kecepatan infeksi patogen Rhizoktonia solani

Penghitungan kecepatan infeksi patogen dihitung untuk setiap perlakuan

yang diberikan

r=2,3t

x( log XXo

)

Keterangan :

r : laju infeksi

Page 20: Pengaruh Daya Simpan Trichoderma Harzianum Pada Berbagai Media Cair Terhadap Efektivitas Trichoderma Harzianum Dalam Menekan Perkembangan Dan Pertumbuhan Jamur Petogen Tular Tanah

t : waktu berlangsungnya epidemi

Xo : Proporsi penyakit pada awal epidemi

X : Proporsi penyakit setelah awal epidemi

(Wagiyana, et al, 2012)

Page 21: Pengaruh Daya Simpan Trichoderma Harzianum Pada Berbagai Media Cair Terhadap Efektivitas Trichoderma Harzianum Dalam Menekan Perkembangan Dan Pertumbuhan Jamur Petogen Tular Tanah

DAFTAR PUSTAKA

Andriani , D., S. Yetti Elfina., dan Venita, Y. 2012. Uji antagonis trichoderma pseudokoningii rifai dalam formulasi Biofungisida yang mengandung beberapa bahan organik Terhadap jamur ganoderma boninense pat Secara in vitro. Skripsi. Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Riau. Riau.

Andoko, A .2002. Budidaya Padi Secara Organik. Penebar Swadaya, Jakarta.

Alexopoulos, C.J. and C. W. Mims. 1979. Introductory Mycology. Third edition John Wiley and Sons. New York.

Budianto, J. 2002. Kebijakan penelitian dan pengembangan pertanian organik. Prosiding Seminar Nasional dan Pameran Pertanian Organik, Jakarta.

Baker, K.F. And R.J. Cook. 1974. Biological Control of Plant Pathogens. W.H. Freman and Company. Amerika.

Cook, R. J. and K. F. Baker, 1989. The Nature on Practice of Biological Control of Plant Patogens. ABS press, The American Phytopathological Society, St. Paul, Minesota 539 p

CABI. 2004. Crop Protection Compendium. CABI.

Ceresini, P. 1999. Rhizoctonia solani, pathogenprofile as one of the requirements of thecourse. Soilborne Plant Pathogens. NC. StateUniversity. http://www.cals.ncsu.edu. Akses20 April 2005.

Chet I (Ed.). 1987. Innovative Approaches to Plant Diseases Control. John Wiley and Sons, A Wiley-Interscience Publication, USA. pp. 11-210.

Dhingra, O.D. And J.B. Sinclair. 1985. Basic Plant Pathology Methods. CRC. Press Inc, Boca Rotton.

Departemen Pertanian. 2004. Pedoman Penyelenggaraan Penyuluhan Pertanian dalam Era Otonomi Daerah. Badan Pengembangan Sumberdaya Manusia Pertanian, Departemen Pertanian. Jakarta.

Daryani, Aan. 1995. Uji kisaran inang cendawan Curvularia lunata (Wakker) Boedijn dan rhizoktonia solani kuhn asal rumput bermuda pada berbagai jenis rumput padang golf. Laporan makalah khusus. Jurusan hama dan penyakit tumbuhan.Fakultas pertanian. Institut ertanian Bogor.Bogor 54p.

Page 22: Pengaruh Daya Simpan Trichoderma Harzianum Pada Berbagai Media Cair Terhadap Efektivitas Trichoderma Harzianum Dalam Menekan Perkembangan Dan Pertumbuhan Jamur Petogen Tular Tanah

Ferdiaz, S. 1988. Fisiologi fermentasi. Pusat Antar Universitas, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Hadijaya, N. K. 1994. Pemanfaatan Pupuk Cair EM-4 untuk mengendaliakan penyakit Layu Fusarium. Jurnal Perlindungan Tanaman. Vol. 1 (2): 24 – 29.

Herdiana, N. 2000. Pengaruh Penambahan Pasir pada Media Tanam Tanah Podsolik Merah Kuning terhadap Serangan Patogen Lodoh Rhizoctonia solani pada Beberapa Tingkat Umur Semai Acacia crassicarpa. Skripsi Sarjana. Jurusan Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan IPB. Bogor. Tidak Diterbitkan.

Herdiana, N. 2007. Uji Pertumbuhan In Vitro Patogen Lodoh Rhizoctonia Solani Pada Berbagai Tingkatan Ph Dan Jenis Media Tumbuh. Prosiding Ekspose Hasil-Hasil Penelitian. Padang.

Hardaningsih, Sri. 2011. Pythoptora sp. Penyebab Penyakit Rebah Semai Pada Kacang Hijau dan pengendaliannya. Seminar dan pertemuan Tahunan XXI PEI, PFI Komda Sulawesi Selatan dan Dinas Perkebunan tanggal 7 Juni 2011.

Harman GE. 1998. Trichoderma spp. Proc. Am. Acad. Sci. USA. http://www.nyaseas.cornel.edu/end/biocontrol/pahogens/trichoderma.html [22 Mei 2006]

Hayati, I. 2009. Evaluasi Penyakit Rebah Kecambah Pada Kacang Tanah yang Diaplikasikan Inokulum Sclerotium rolfsii Sacc. Pada Berbagai Konsentrasi. Jurnal Agronomi. Vol. 13 (1): 33 – 37.

Istikorini, Y. 2002. Pengendalian penyakit tumbuhan secara hayati yang ekologis dan berkelanjutan.

Jamilah, Ratna. 2011. Potensi Trichoderma harzianum (T38) dan Trichoderma pseudokoningii (T39) sebagai antagonis terhadap ganoderma sp. Penyebab penyakit akar pada pohon sengon (paraserianthes falcataria (L) nielsen.). Skripsi. Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor

Laba, I.W. 2010. Analisis empiris penggunaan insektisida Menuju pertanian berkelanjutan. Pengembangan Inovasi Pertanian 3(2) : 120-137

Lo, C. –T., Nelson, E. B., Hayes, C. K., and Harman, G. E., 1988. Ecological Studies of Transformed Trichoderma harzianum Strain 1295-22 in teh Rhizozphere and on the Phylloplane of Creeping Bentgrass. Phytpathology. Vol. 88 (2): 129 – 136.

Page 23: Pengaruh Daya Simpan Trichoderma Harzianum Pada Berbagai Media Cair Terhadap Efektivitas Trichoderma Harzianum Dalam Menekan Perkembangan Dan Pertumbuhan Jamur Petogen Tular Tanah

Maulidiana, N. 2008. Identifikasi Budidaya Tembakau Deli di PT. Perkebunan Nusantara II (PERSERO) Kebun Helvetia. Skripsi Universitas Sumatera Utara.

Marvihayani, R., S. Yetti Elfina., dan Venita, Y. 2012. Uji Antagonis Trichoderma pseudokoningii rifai Dalam formulasi biofungisida yang mengandung Alang-alang dengan lama penyimpanan yang berbeda Terhadap jamur ganoderma boninense pat secara in vitro. Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Riau. Riau, September- Nopember 2012. hlm.1-2.

Muis, A. 2007. Pengelolaan penyakit busuk pelepah(rhizoctonia solani kuhn.) Pada tanaman. Jurnal Litbang Pertanian. Vol. 26 (3).

Mulyati, S. 2009. Pengaruh Kandungan Pasir Pada Media Semai Terhadap Penyakit Rebah Kecambah (Sclerotium rolfsii Sacc) Pada Persemian Tanaman Cabai. Jurnal Agronomi. Vol. 13 (1): 45 – 50.

Muklasin. 1999. Formulasi Gliocladium Fimbriatum dan Trichoderma Viridae serta potensinya tehadap Pythium sp. Skripsi. Fakulatas pertanian Institut pertanian Bogo.

Mahiyanti, DDD. 1998. Rekayasa medium fermentasi untuk produksi L-lisin oleh Corynebacterium glutamicum ATCC 21513 dengan menggunakan molase sebagai sumber karbon. Skripsi. Jurusan Teknologi pangan dan gizi, Fakultas tekhnologi pertanian, Institut petanian Bogor, Bogor.

Nasahi, C. 2010. Peran Mikroba Dalam Pertanian Organik. Skripsi. Jurusan Hama Dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas pertanian Universitas padjadjaran. Bandung.

Novita, T. 2009. Peran Daun Cengkeh Terhadap Pengendalian Layu Fusarium Pada Tanaman Tomat. Jurnal Agronomi. Vol. 12 (2): 14 – 17.

Purwantisari, S, A. Priyatmojo dan B.Raharjo. 2008. Produksi Biofungisida Berbahan Baku Mikroba Antagonis Indigonius untuk Mengendalikan Penyakit Lodoh Tanaman Kentang Di Sentra- Sentra Pertanaman Kentang di Jawa Timur.http://balitbangjateng.go.id/kegiatan/rud/2008/8-biofungisida.pdf.Diakses tanggal 6 Desember. 2011.

Purwantisari, S., dan Hastuti, R. B. 2009. Uji Antagonisme Jmaur Patogen Phytopthora infestans Penyebab Penyakit Busuk Daun dan Umbi Tanaman Kentang Dengan Menggunakan Trichoderma spp. Isolat Lokal. Bioma. Vol. 11 (1): 24 – 32.

Page 24: Pengaruh Daya Simpan Trichoderma Harzianum Pada Berbagai Media Cair Terhadap Efektivitas Trichoderma Harzianum Dalam Menekan Perkembangan Dan Pertumbuhan Jamur Petogen Tular Tanah

Papavizas, GC, MT Dunn, JA Lewis & J Beagle Ristanio. 1984. Liquid fermentation techknlogi for experimental production of biocontrol fungi. Phytopathologi 74 : 1171-1175.

Purwantisari, susiana dan Hastuti R.B. 2009. Uji Antagonisme Jamur Patogen Phytophthora infestans Penyebab Penyakit Busuk Daun dan Umbi Tanaman Kentang Dengan Menggunakan Trichoderma spp. Isolat Lokal. Bioma. Vol (11) : 24-32

Rachman, A. 1989. Pengantar tekhnologi fermentasi. Pusat antar Universitas pangan dan gizi institut pertanian Bogor, Bogor.

Suwahyono U, dan Wahyudi P, 2001. Trichoderma harzianum dan Aplikasinya: Penelitian dan Pengembangan Agen Pengendali Hayati. Direktorat Teknologi Bioindustri BPPT, Jakarta.

Samuel GJ, P Chaverri, DF Farr, EB Mc Cray. 2005. Trichoderma Online, Systematic Botany and Microbiology Laboratory, ARS, USDA. http://nt.arsgrin.gov/taxadesciptions/keys/TrichodermaIndex.cfm [14 Mei 2011]

Siregar, C.S. 2003. Identifikasi penyebab penyakit bercak dan hawar daun pada rumput Zoysia japonica dan zoysia matrella. Skripsi. Jurusan hama dan penyakit tumbuhan, fakultas pertanian IPB. Bogor

Sinaga, M. S. 1989. Potensi potensi Gliocladium spp sebagai agen pengendali hayati beberapa cendawan patogenik yang bersifat soil-borne. LaporanPenelitian Fakultas Pertanian IPB. Bogor.

Smith, D. 1991. Maintenance of Filamentous Fungi in B. E. Kirshop and A. Doyle. Maintenance of Microorganism and Cultural Cell. Academic Press. London. p : 133-159.

Semangun, H. 2000. Penyakit-Penyakit Tanaman Perkebunan di Indonesia. Gadjah Mada University Press. Yogjakarta.

Supriyanto, S. Larsito dan H. Basuki. 2003. Permasalahan Pengembangan

Tembakau di Jawa Tengah. Prosiding Lokakarya Agribisnis Tembaku. Malang, 6 November 2001, p: 21-28.

Sumardi, Widiastuti SM. 2001. Pemanfaatan Sabut Kelapa untuk Pengembangan Budidaya Fungi Ganoderma sebagai Bahan Obat Tradisional di Daerah Sekitar Hutan. J. ASPI 2(5): 12-52.

Sastroutomo, SS. 1992. Pestisida, Dasar-dasar dan dampak penggunaannya. PT Gramedia pustaka utama, Jakarta.

Page 25: Pengaruh Daya Simpan Trichoderma Harzianum Pada Berbagai Media Cair Terhadap Efektivitas Trichoderma Harzianum Dalam Menekan Perkembangan Dan Pertumbuhan Jamur Petogen Tular Tanah

Sa’id, EG. 1987. Bioindustri : Penerapan tekhnologi fermentasi. PT Mediyatama sarana perkada, Jakarta.

Tarumingkeng, R. 1977. Dinamika pestisida dalam lingkungan. Dalam Aspek Pestisida di Indonesia. Edisi Khusus Lembaga Pusat Penelitian Pertanian Bogor No. 3: 52-58.

Widyastuti, S. M., Sumardi, dan S.widyaningsih. 2002. Pengaruh cara penyimpanan isolat pada aktivitas antagonistik Trichoderma spp. Terhadap jamur patogen akar tanaman kehutanan. Biota VIII(1): 13-20.

Widyastuti, S. M.,Sumardi, Irfa’i dan Nurjanto, H.H. 2002. Aktivitas penghambatan Trichoderma spp. Formulasi terhadap jamur patogen tular tanah secara invitro. Jurnal perlindungan tanaman Indonesia. Vol. 8 (1): 27-34.

Wahyudi, P., Suwahyono, U., Harsoyo, Mumpuni, A., dan Wahyuningsih, D. 2005. Pengaruh pemaparan sinar gamma isotop cobalt-60 Dosis 0,25–1 kgy terhadap daya antagonistik trichoderma Harzianum pada fusarium oxysporum. Berk. Penel. Hayati. 10 (143–151).

Wahyudi P, Tambunan J, dan Abraham S, 2000. Direktori potensi Mikroorganisme. Jilid I Agen biokontrol & Biopestisida. Direktorat Teknologi Bioindustri BPPT, Jakarta.

Widodo, Tri W. 2004. Pengendalian Penyakit Rebah Semai (Rhizoctonia solani Kuhn) Pada Fase Vegetatif Tanaman Kedelai (Glycine max. L. Merril) Dengan Rhizobakteri. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Malang.

Page 26: Pengaruh Daya Simpan Trichoderma Harzianum Pada Berbagai Media Cair Terhadap Efektivitas Trichoderma Harzianum Dalam Menekan Perkembangan Dan Pertumbuhan Jamur Petogen Tular Tanah