TRICHODERMA HARZIANUM
-
Upload
karismaaditya -
Category
Documents
-
view
28 -
download
3
description
Transcript of TRICHODERMA HARZIANUM
PENGARUH JAMUR ANTAGONIS Trichoderma harzianum DAN PUPUK
ORGANIK UNTUK MENGENDALIKAN PATOGEN TULAR TANAH
Sclerotium rolfsii Sacc. PADA TANAMAN KEDELAI
(Glycine max L.) DI RUMAH KASA
SKRIPSI
OLEH :
HERMAN TINDAON 020302039
HPT
DEPARTEMEN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2008
Herman Tindaon : Pengaruh Jamur Antagonis Trichoderma harzianum Dan Pupuk Organik Untuk Mengendalikan Patogen Tular Tanah Sclerotium rolfsii Sacc. Pada Tanaman Kedelai (Glycine max L.) Di Rumah Kasa, 2008 USU Repository © 2008
2
PENGARUH JAMUR ANTAGONIS Trichoderma harzianum DAN PUPUK
ORGANIK UNTUK MENGENDALIKAN PATOGEN TULAR TANAH
Sclerotium rolfsii Sacc. PADA TANAMAN KEDELAI
(Glycine max L.) DI RUMAH KASA
SKRIPSI
OLEH :
HERMAN TINDAON 020302039
HPT
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana di Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara
Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing
(Dr. Ir. Hasanuddin, MS.) (Ir. Kasmal Arifin, MSi.) Ketua Anggota
DEPARTEMEN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2008
3
ABSTRACT
Herman Tindaon “THE EFFECTS OF ANTAGONIST FUNGI Trichoderma harzianum AND ORGANIC FERTILIZER TO CONTROLED SOILBORNE PATOGEN Sclerotium rolfsii Sacc. OF SOYBEAN PLANTS (Glycine max L.) IN THE GREEN HOUSE” with the concelling Mr. Hasanuddin, MS as a leader and Mr. Ir. Kasmal Arifin, MSi. as co-author. The aims of the research was to know the influence of Trichoderma harzianum fungi and organic fertilizer to controled soilborne patogen Sclerotium rolfsii Sacc. of soybean plants. This research was held in screen house of Agriculture Faculty, North Sumatera University, Medan, with highest + 25 m from sea level since May to July 2007. The research used the method of Complete Random Design Factorial with 2 factors that was consist of 16 combines of treatments. The first factor is Trichoderma harzianum fungi that includes of T0 (control), T1 (T. harzianum with dose 25 g/polybag), T2 (T. harzianum with dose 50 g/polybag), and T3 (T. harzianum with dose 75 g/polybag). The second factor is organic fertilizer that includes B0 (control), B1 (0,5 Kg organic fertilizer/polybag), B2 (1 Kg organic fertilizer/polybag), and B3 (1,5 Kg organic fertilizer/polybag). The results showed that treatment of Trichoderma harzianum have the real effect (1 - 5 weeks after inoculated) to desease incidence of Sclerotium rolfsii. The highest of disease incidence of 5 week after inoculated was found in T0 (control) about 50 % and lowest in T3 about 10,42 %, whereas for organic fertilizer factor, the highest is B0 (control) about 47, 92 % and lowest in B3 about 14,58 %. Both of this interaction factors showed the real effect in 1 - 4 weeks after inoculated, whereas in 5 week after inoculated showed the real effect to disease incidence of Sclerotium rolfsii Sacc. In this treatment interaction in 5 week after inoculated, the highest of disease incidence is T0B0 (control) about 83,34 % and lowest is T2B2, T2B3, T3B1, and T3B3 about 0 %. The parameter of high plant showed the real effect for both factor and these interaction in 7 and 8 weeks after transplanted. For Trichoderma harzianum factor in 8 week after transplanted, the highest of high plant was found in T3 about 88,74 cm and lowest in T0 (control) about 60,13, whereas for organic fertilizer factor, the highest of high plant of both interaction factor was found in T2B0 about 92,2 cm and lowest in T0B0 (control) about 38 cm. The soybean production showed the real effect for both factors and these interaction. The highest production was found in T3B3 about 31,10 gr/plant and lowest in T0B0 about 4,75 g/plant.
4
ABSTRAK
Herman Tindaon “ PENGARUH JAMUR ANTAGONIS Trichoderma harzianum dan PUPUK ORGANIK UNTUK MENGENDALIKAN PATOGEN TULAR TANAH Sclerotium rolfsii Sacc. PADA TANAMAN KEDELAI (Glycine max L.) di RUMAH KASA” dengan komisi pembimbing Bapak Dr. Hasanuddin, MS. sebagai ketua dan Bapak Ir. Kasmal Arifin, MSi sebagai anggota. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh jamur Trichoderma harzianum dan pupuk organik untuk mengendalikan patogen tular tanah Sclerotium rolfsii Sacc. pada tanaman kedelai. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kasa Fakultas Pertanian, Universitas Sumetera Utara, Medan, dengan ketinggian tempat + 25 m di atas permukaan laut mulai bulan Mei hingga Juli 2007. Penelitian ini menggunakan Metode Rancangan Acak Lengkap (RAL) Faktorial dengan 2 faktor yang terdiri dari 16 kombinasi perlakuan. Faktor pertama adalah jamur Trichoderma harzianum terdiri dari T0 ( kontrol), T1 (T. harzianum dengan dosis 25 g/polybag), T2 (T. harzianum dengan dosis 50 g/polybag), dan T3 (T. harzianum dengan dosis 75 g/polybag). Faktor kedua adalah pupuk organik yang terdiri dari B0 (kontrol), B1 ( 0,5 Kg pupuk organik/polybag), B2 (1 Kg pupuk organik/polybag), dan B3 (1,5 pupuk organik/polybag).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan Trichoderma harzianum berpengaruh sangat nyata (1 - 5 MSI) terhadap kejadian penyakit Sclerotium rolfsii. Rataan kejadian penyakit pada 5 MSI tertinggi terdapat pada T0 ( kontrol) sebesar 50 % dan terendah pada T3 sebesar 10,42 %, sedangkan untuk faktor pupuk organik, tertinggi pada B0 (kontrol) sebesar 47,92 % dan terendah pada B3 sebesar 14,58 %. Interaksi kedua faktor ini menunjukkan pengaruh yang sangat nyata pada 1 MSI - 4 MSI, sedangkan pada 5 MSI menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap kejadian penyakit Sclerotium rolfsii Sacc. Dalam perlakuan interaksi pada 5 MSI, kejadian penyakit tertinggi pada T0B0 (kontrol) sebesar 83,34 % dan yang terendah adalah T2B2, T2B3, T3B1, dan T3B3 sebesar 0 %. Parameter tinggi tanaman menunjukkan pengaruh yang sangat nyata untuk kedua faktor dan interaksinya pada pengamatan 7 dan 8 MST. Untuk faktor Trichoderma harzianum pada pengamatan 8 MST, tinggi tanaman tertinggi terdapat pada pada perlakuan T3 sebesar 88,74 cm dan terendah pada perlakuan T0 (kontrol) sebesar 60,13 cm, sedangkan untuk faktor pupuk organik tertinggi pada B3 sebesar 87,58 cm dan terendah pada B0 sebesar 69,54 cm. Untuk interaksi kedua faktor rataan tinggi tanaman tertinggi terdapat pada perlakuan T2B0 sebesar 92,2 cm dan terendah pada perlakuan T0B0 (kontrol) sebesar 38 cm. Produksi kedelai menunjukkan pengaruh yang nyata untuk kedua faktor dan interaksinya. Rataan produksi tertinggi terdapat pada perlakuan T3B3 sebesar 31.10 g/tan dan terendah terdapat pada perlakuan T0B0 sebesar 4,75 g/tan.
5
RIWAYAT HIDUP
“Herman Tindaon” dilahirkan di Adian Torop pada tanggal 4 September
1984 dari pasangan Bapak Dimson Tindaon (+) dan Ibu Once Hutabarat. Penulis
merupakan putra bungsu dari 5 (lima) bersaudara.
Pendidikan yang pernah ditempuh penulis adalah lulus dari Sekolah Dasar
Inpres 11457 Adian Torop tahun 1996, tahun 1999 lulus dari Sekolah Menengah
Pertama Negeri I Aek Pamingke, tahun 2002 lulus dari Sekolah Menengah Umum
Swasta RK Bintang Timur Rantauprapat dan tahun 2002 diterima sebagai
mahasiswa di Departemen Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas
Pertanian, Universitas Sumatera Utara Medan melalui jalur SPMB.
Kegiatan akademis yang telah diikuti penulis selama perkuliahan adalah
mengikuti seminar “Biocontrol & Plant Clinic, Molecular Diagnostic for Plant
Pathogen” di Fakultas Pertanian USU pada tanggal 24 Oktober 2004, mengikuti
ceramah ilmiah “Pengendalian Hayati sebagai Komponen PHT” di Fakultas
Pertanian USU pada tanggal 10 Februari 2006, menjadi asisten di Laboratorium
Hama Perkebunan mulai tahun 2006.
Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Balai Penelitian
Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPTPH) Berastagi Kabupaten Karo pada
bulan Juni – Juli 2006 dan melaksanakan praktek skripsi di rumah kassa Fakultas
Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan mulai bulan May – Juli 2007.
6
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan
rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
Adapun Judul skripsi ini adalah” Pengaruh Jamur Antagonis dan
Pupuk Organik Untuk Mengendalikan Patogen Tular Tanah Sclerotium
rolfsii Sacc. Pada Tanaman Kedelai (Glycine max L.) di Rumah Kasa”,
merupakan salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Departemen
Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera
Utara, Medan.
Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih kepada
Bapak Dr.Ir. Hasanuddin, MS., selaku ketua komisi pembimbung serta
Ir. Kasmal Arifin, MS., selaku anggota komisi pembimbing yang telah banyak
membimbing saya dalam menyelesaikan skripsi ini.
Dan ucapan terima kasih saya kepada kedua orang tua atas segala doa dan
perhatiannya, juga kepada saudara saya, teman-teman HPT’02 dan pihak-pihak
yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian skripsi ini.
Semoga skripsi ini kelak lebih bermanfaat.
Medan, Juli 2006
Penulis
7
DAFTAR ISI
ABSTRACT .................................................................................................... i ABSTRAK ...................................................................................................... ii RIWAYAT HIDUP ........................................................................................ iii KATA PENGANTAR .................................................................................... iv DAFTAR ISI................................................................................................... v DAFTAR TABEL .......................................................................................... vi DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... vii DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. viii I. PENDAHULUAN
Latar Belakang ..................................................................................... 1 Tujuan Penelitian ................................................................................. 3 Hipotesa Penelitian .............................................................................. 3 Kegunaan Penelitian ............................................................................ 3
II. TINJAUAN PUSTAKA
Biologi Sclerotium rolfsii..................................................................... 4 Gejala Serangan ................................................................................... 5 Epidemiologi Penyakit ......................................................................... 6 Pengendalian Penyakit ......................................................................... 7 Biologi Trichoderma harzianum.......................................................... 7 Pupuk Organik (Bokashi Jerami ) ........................................................ 10
III. BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Penelitian .............................................................. 12 Bahan dan Alat..................................................................................... 12 Metoda Penelitian ................................................................................ 12 Pelaksanaan Penelitian ......................................................................... 14
Penyediaan Sumber Inokulum S. rolfsii...................................... 14 Pembuatan Isolat T. harzianum dalam Media Bekatul ............... 15 Pembuatan Pupuk Organik (Bokashi Jerami) ............................. 15 Persiapan Media Tanam.............................................................. 16 Penanaman Benih Kedelai .......................................................... 16 Pemeliharaan Tanaman ............................................................... 17 Aplikasi Pupuk Organik dan Trichoderma harzianum ............... 17 Inokulasi Patogen Sclerotium rolfsii ........................................... 18
Peubah Amatan .................................................................................... 18 Kejadian Penyakit (%) ................................................................ 18 Tinggi Tanaman (cm).................................................................. 19 Produksi (g)................................................................................. 19
8
HASIL DAN PEMBAHASAN Kejadian Penyakit Sclerotium rolfsii Sacc........................................... 20 Tinggi Tanaman Kedelai...................................................................... 24 Produksi ............................................................................................... 28
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan .......................................................................................... 30 Saran..................................................................................................... 31
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 32 LAMPIRAN.................................................................................................... 34
9
DAFTAR TABEL
No Judul Hlm 1. Rata-rata produksi dan produksi kacang kedelai ( 1996 - 2004 ) ................ 1 2. Rataan kejadian penyakit Sclerotium rolfsii Sacc.(%) ................................ 20 3. Rataan tinggi tanaman kedelai (cm)............................................................. 24 4. Rataan produksi kacang kedelai (g/tan) ....................................................... 28
10
DAFTAR GAMBAR
No. Judul Hlm 1. Gejala serangan awal Sclerotium rolfsii....................................................... 61 2. Gejala serangan akhir Sclerotium rolfsii ...................................................... 61 3. Gambar jamur Sclerotium rolfsii.................................................................. 62 4. Gambar jamur Trichoderma harzianum....................................................... 62 5. Lahan penelitian tampak dari depan ............................................................ 63 6. Biakan Murni Sclerotium rolfsii................................................................... 64 7. Biakan Murni Trichoderma harzianum ....................................................... 64 8. Perbanyakan jamur Trichoderma harzianum dalam media dedak ........................................................... 65
11
DAFTAR LAMPIRAN
No. Judul Hlm 1. Bagan Penelitian .......................................................................................... 34 2. Data Kejadian Penyakit Sclerotium rolfsii Sacc (%) Pada 1 MSI .............. 36 3. Data Kejadian Penyakit Sclerotium rolfsii Sacc (%) Pada 2 MSI .............. 39 4. Data Kejadian Penyakit Sclerotium rolfsii Sacc (%) Pada 3 MSI .............. 42 5. Data Kejadian Penyakit Sclerotium rolfsii Sacc (%) Pada 4 MSI .............. 45 6. Data Kejadian Penyakit Sclerotium rolfsii Sacc (%) Pada 5 MSI .............. 48 7. Data Tinggi Tanaman (cm) Pada 7 MST ..................................................... 51 8. Data Tinggi Tanaman (cm) Pada 8 MST ..................................................... 54 9. Data Produksi Berat Kering Biji Kedelai (g/tan) ......................................... 57 10. Deskripsi Varietas Kaba............................................................................. 60 11. Foto Gejala Serangan Sclerotium rolfsii .................................................... 61 12. Foto Jamur ................................................................................................. 62 13. Foto Lahan Penelitian ................................................................................ 63 14. Foto Biakan Murni ..................................................................................... 64 15. Foto Jamur Trichoderma harzianum Dalam Media Dedak ....................... 65
12
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kedelai merupakan salah satu tanaman sumber protein yang penting di
Indonesia. Berdasarkan luas panen, di Indonesia kedelai menempati urutan ke-3
sebagai tanaman palawija setelah jagung dan ubi kayu. Rata-rata luas pertanaman
per tahun sekitar 703.878 ha, dengan total produksi 518.204 ton (Suprapto, 2001).
Sumber data BPS Sumatera Utara (2004) luas panen rata-rata produksi dan
produksi kacang kedelai dari tahun 1996-2004 adalah sebagai berikut :
Tabel 1. Rata-rata produksi dan produksi kacang kedelai ( 1996 - 2004 )
Tahun Luas Panen
(Ha)
Produksi
(Ton)
Rata-rata Produksi
(Kw/Ha)
1996 33.391 35.660 10,68
1997 36.529 39.303 10,76
1998 42.242 44.503 10.54
1999 27.171 28.817 10,61
2000 12.311 12.881 10,63
2001 10.003 10.719 10,72
2002 9.705 10.197 10.51
2003 9.910 10.466 10,56
2004 11.706 12.333 10,54
Sumber : http://www.statistik.pempropsu.go.id
Salah satu kendala yang mempengaruhi produksi kedelai adalah gangguan
penyakit. Penyakit tersebut adalah penyakit busuk pangkal batang atau busuk
Sclerotium. Penyakit ini disebabkan oleh jamur Sclerotium rolfsii Sacc
(Semangun, 1993).
13
S. rolfsii Sacc menginfeksi lebih dari 500 species tanaman dalam 100
famili dan menyebabkan kehilangan hasil secara ekonomi yang cukup tinggi di
daerah tropis. Di USA, jamur ini menyebabkan tanaman kacang tanah mengalami
gejala disebut busuk batang. Penyakit ini mempengaruhi hasil antara 5,4 - 32,3 %
di enam (6) wilayah yang telah diteliti (Shew, et al, 1984).
Beberapa jamur dilaporkan mempunyai potensi sebagai agen pengendali
hayati dari jamur patogenik. Di antaranya adalah Trichoderma spp.
(Baker and Cook, 1983).
Tahun 1972, Weel dan kawan-kawan melaporkan bahwa dengan
pemberian inokulum Trichoderma harzianum dengan perbandingan inokulum
dengan tanah 1:10 v/v dapat mengendalikan penyakit busuk batang dan busuk
akar yang disebabkan oleh Sclerotium rolfsii. Pada tahun 1975, Backman,
Rodiques-Kabama mengembangkan penelitian tentang pemanfaatan inokulum
jamur antagonis ini yang dicampurkan dengan tanah diatomae yang dilumuri
larutan tetes (molase) 10 % untuk membantu pertumbuhan
Trichoderma harzianum. Inokulum jamur ini ternyata dapat mengendalikan
penyakit yang disebabkan oleh Sclerotium rolfsii dilapangan dengan butiran tanah
diatomae sebanyak 140 kg/ha sebagai inokulum, yang hasilnya sebanding dengan
perlakuan yang menggunakan pestisida kimia ( Khairul, 2001 ).
Pemberian pupuk organik dapat meningkatkan populasi dan aktivitas
mikroorganisme yang menguntungkan bagi tanaman seperti rhizobium dan
mikoriza. Selain itu, juga meningkatkan populasi dan aktivitas mikroorganisme
antagonis seperti Trichoderma sp. (Munawar, 2003).
14
Berdasarkan uraian diatas maka dilakukan penelitian tentang pemanfaatan
bahan organik dan jamur Trichoderma harzianum untuk pengendalian patogen
tular tanah Sclerotium rolfsii pada tanaman kedelai.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jamur Trichoderma
harzianum dan pupuk organik untuk pengendalian patogen tular tanah Sclerotium
rolfsii pada tanaman kedelai.
Hipotesa Penelitian
a. T. harzianum efektif digunakan sebagai agen pengendali penyakit S. rolfsii
pada tanaman kedelai.
b. Pemberian pupuk organik berpengaruh terhadap T. harzianum
Kegunaan Penelitian
a. Sebagai salah satu syarat untuk menempuh ujian sarjana di Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
b. Sebagai bahan informasi bagi pihak-pihak yang membutuhkan.
TINJAUAN PUSTAKA
Biologi Sclerotium rolfsii
Menurut Alexopoulus dan Mims (1979) jamur S. rolfsii dapat
diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom : Mycetaceae
Devisio : Mycopyta
Class : Deuteromycetes
Ordo : Mycelia Steril
Famili : Agonomycetaceae
Genus : Sclerotium
Species : Sclerotium rolfsii Sacc.
Nama lain dari S. rolfsii termasuk Athelia rolfsii (Curzi) Tu dan
Kimbrough (fase seksual) dan S. delphinii (nama lain untuk fase seksual
Corticium rolfsii, Pellicularia rolfsii (Ferreira and Boley, 2006).
Jamur mempunyai miselium yang terdiri dari benang-benang, berwarna
putih, tersusun seperti bulu atau kipas. Jamur ini tidak membentuk spora. Untuk
pemencaran dan untuk mempertahankan diri jamur membentuk sejumlah
Sclerotium yang semula berwarna putih, kelak menjadi coklat, dengan garis
tengah lebih kurang 1 mm. Butir-butir ini mudah sekali lepas dan terangkut oleh
air (Semangun, 1993).
Pada dasarnya ada dua jenis hifa yang dihasilkan yaitu kasar dan lurus
dengan ukuran sel (2-9 μm x 150-250 μm). Sclerotia mempunyai ukuran diameter
(0,5 mm - 2,0 mm) yang mulai berkembang setelah 4 - 7 hari dari pertumbuhan
Herman Tindaon : Pengaruh Jamur Antagonis Trichoderma harzianum Dan Pupuk Organik Untuk Mengendalikan Patogen Tular Tanah Sclerotium rolfsii Sacc. Pada Tanaman Kedelai (Glycine max L.) Di Rumah Kasa, 2008 USU Repository © 2008
5
miselium. Pada umumnya tampak berwarna putih, Sclerotia dengan cepat
berkembang menjadi coklat gelap. Untuk menjaga struktur pelindung, Sclerotia
terdiri dari hifa yang aktif dan menjadi inokulum pertama untuk perkembangan
penyakit (Fichtner, 2006).
Agen pembawanya adalah penyakit yang terbawa oleh tanah (Soil borne)
dan aktif dalam tanah dengan bentuk tubuh spora yang disebut Sclerotia. Patogen
ini pada umumnya ditemukan di daerah tropik dan subtropik, dan daerah-daerah
Amerika Serikat bagian selatan, barat dan tenggara. Daerah ini mempunyai
karakteristik iklim panas yang lembab yang kondusif untuk pertumbuhan dan
perkembangan patogen. Pertumbuhan S. rolfsii optimal pada 27 - 30 0C dan
sclerotia tidak aktif pada suhu dibawah 0 oC. (Punja and Rahe, 2001)
2. Gejala Serangan
S. rolfsii pertama sekali menyerang batang, meskipun mungkin
menginfeksi beberapa bagian tanaman dibawah kondisi lingkungan yang sesuai
termasuk akar, buah, petiole, daun dan bunga. Tanda pertama infeksi, meskipun
biasanya tidak terdeteksi, adalah coklat gelap pada batang atau di bawah tanah.
Gejala pertama yang mungkin adalah proses penguningan dan kelayuan pada
daun. Gejala berikutnya terlihat jamur lapisan putih atau benang miselium pada
jaringan yang terinfeksi dalam tanah. Ukuran Sclerotia mempunyai banyak bentuk
yang dihasilkan oleh miselium, bulat dan putih ketika muda kemudian menjadi
coklat gelap sampai hitam (Ferreira and Boley, 2006).
Pangkal batang membusuk, sehingga penyakit ini sering juga disebut
sebagai busuk pangkal batang atau busuk Sclerotium. Sclerotium rolfsii dapat
menyerang kecambah atau semai dan menyebabkan penyakit semai (damping
6
off). Dalam keadaan yang sangat lembab jamur juga dapat menyerang daun,
tangkai, dan polong. Tanaman yang berumur 2-3 minggu paling rentan terhadap
Sclerotium rolfsii. (Semangun, 1993).
Epidemiologi Penyakit
Pada prinsipnya sclerotia terbentuk pada musim hujan dan menjadi
inokulum pertama untuk penyakit. Berada dekat dengan permukaan tanah,
sclerotia mungkin ada bebas di dalam tanah atau berasosiasi dengan sisa tanaman.
Sclerotia yang terkubur dalam di dalam tanah mungkin hidup lebih kurang selama
setahun, ketika berada di permukaan tanah kembali aktif dan mungkin
berkecambah pada respon alkohol dan bahan-bahan yang lain mudah menguap
yang berasal dari dekomposisi bahan tanaman (Fichtner, 2006).
Jamur S. rolfsii tumbuh baik pada pH tanah 1,4-8,8. Pada tanah berpasir
dan kandungan nitrogen rendah. Pertumbuhan miselium dan sclerotia cepat
terutama selama kelembaban tinggi dan suhu tinggi (30 oC - 35 oC)
(Wheeler, 1972).
Pada musim hujan miselium berada pada jaringan yang terinfeksi atau sisa
tanaman. Itu biasanya muncul sebagai sclerotia. Sclerotia tersebar oleh kultur
teknik (tanah terinfeksi dan alat yang terkontaminasi), infeksi terjadi pada saat
transplanting, air (khususnya irigasi), angin, dan mungkin oleh biji. Selanjutnya,
persentase kecil dari sclerotia mungkin terbawa domba dan ternak lain
(Ferreira and Boley, 2006)
7
Pengendalian Penyakit
Pengendalian penyakit Sclerotium sulit dilakukan, tetapi kehilangan dapat
dikurangi dengan program Pengendalian Hama Terpadu (PHT) lebih seperiode
dari beberapa tahun. Teknik pengendalian yang penting termasuk memecahkan
masalah lahan, pergiliran tanaman dengan jagung, padi, dan tanaman graminae
lainnya, jangan menutup tanah dengan sisa tanaman yang sama setelah musim
tanam, mengontrol penyakit daun sejak daun mati di bawah yang mungkin
terinfeksi, memperhatikan keberadaan gulma pada musim tanam, dan penggunaan
fungisida yang berformulasi debu (Lucas, et al, 1985).
Beberapa jamur antagonis telah diperkenalkan untuk mengendalikan
S. rolfsii pada beberapa percobaan pengendalian. Beberapa organisme yang biasa
digunakan adalah T. harzianum, T. viride, Bacillus subtilis, Penicelium spp., dan
Gliocladium virens (Ferreira and Boley, 2006).
Untuk mencegah meluasnya penyakit, tanaman yang sakit dicabut dan
dibakar. Harus diusahakan agar tanah yang mengandung miselium dan Sclerotium
jangan tersebar, karena ini dapat menyebarkan jamur (Semangun, 1993).
Biologi Trichoderma harzianum
Menurut Streets (1980) jamur Trichoderma harzianum dapat
diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom : Mycetaceae
Devisio : Amastigomycota
Class : Deuteromycetes
Ordo : Moniliales
Famili : Moniliceae
8
Genus : Trichoderma
Species : Trichoderma harzianum Rifai
Miselium T. harzianum mempunyai hifa bersepta, bercabang dan
mempunyai dinding licin, tidak berwarna, diameter 1,5 μm - 12 μm. Percabangan
hifa membentuk sudut siku-siku pada cabang utama. Cabang-cabang utama
konodiofor berdiameter 4 μm - 5 μm dan menghasilkan banyak cabang-cabang
sisi yang dapat tumbuh satu-satu tetapi sebagian besar berbentuk dalam kelompok
yang agak longgar dan kemudian berkembang menjadi daerah-daerah seperti
cincin. Pada ujung konidiofor terbentuk konidiospora berjumlah 1 - 5, berbentuk
pendek, dengan kedua ujungnya meruncing dibandingkan dengan bagian tengah,
berukuran 5-7 μm x 3 - 3,5 μm, di ujung konidiospora terdapat konidia berbentuk
bulat, berdinding rata dengan warna hijau suram, hijau keputihan, hijau terang
atau agak kehijauan (Rifai, 1964).
Koloni pada medium OA (20 oC) mencapai diameter lebih dari 5 cm
dalam waktu 9 hari, semula berwarna hialin, kemudian menjadi putih kehijauan
dan selanjutnya hijau redup terutama pada bagian yang menunjukkan banyak
terdapat konidia. Konidiofor dapat bercabang menyerupai piramida, yaitu pada
bagian bawah cabang lateral yang berulang-ulang, sedangkan kearah ujung
percabangan menjadi bertambah pendek. Fialid tampak langsing dan panjang
terutama pada apeks dari cabang, dan berukuran (2,8-3,2) μm x (2,5-2,8) μm, dan
berdinding halus. Klamidospora umumnya ditemukan dalam miselia dari koloni
yang sudah tua, terletak interkalar dan kadang terminal, umumnya berbentuk
bulat, berwarna hialin, dan berdinding halus (Gandjar, dkk, 1999).
9
T. harzianum adalah jamur akar hijau bersifat antagonis pada beberapa
jenis jamur dan serangga lainnya. Distribusi jenis jamur ini sangat luas dan
terdapat pada hampir semua jenis tanah dan habitat alam lainnya, khususnya pada
tempat-tempat yang mengandung bahan organik (Sinulingga dan Eddy, 1989).
Mekanisme pengendalian jamur fitopatogen dilakukan melalui interaksi
hifa langsung. Setelah konidia Trichoderma harzianum diintroduksikan ke tanah,
akan tumbuh kecambah konidianya di sekitar perakaran tanaman. Mekanisme
pengendalian jamur fitopatogen ini meliputi :
- Mikoparasitik.
Mikoparasitik adalah kemampuan untuk menjadi parasit bagi jamur patogen.
- Antibiosis.
Antibiosis adalah kemampuan menghasilkan antibiotik seperti alametichin,
paracelsin, trichotoxin yang dapat menghancurkan sel jamur melalui pengrusakan
terhadap permeabilitas membran sel, dan enzim chitinase, laminarinase yang
dapat menyebabkan lisis dinding sel.
- Kompetisi untuk memperoleh nutrisi dan tempat
- Menghancurkan dinding sel jamur patogen, seperti enzim kitinase dan b-1-3-
glukanase. Akibatnya, hifa jamur patogen akan rusak protoplasmanya dan jamur
akan mati.
(Harman, 1998).
Trichoderma harzianum adalah jenis jamur yang tersebar luas di tanah,
dan mempunyai sifat mikoparasitik. Mikoparasitik adalah kemampuan untuk
menjadi parasit bagi jamur lain. Sifat inilah yang dimanfaatkan sebagai agen
biokontrol terhadap jenis-jenis jamur fitopatogen. Beberapa jamur fitopatogen
10
penting yang dapat dikendalikan oleh Trichoderma antara lain: Rhizoctonia
solani, Fusarium sp., Lentinus lepidus, Phytium sp., Botrytis cinerea,
Gloeosporium gloeosporoides, Rigidoporus lignosus dan Sclerotium rolfsiii yang
menyerang tanaman jagung, kedelai, kentang, tomat, dan kacang buncis, kubis,
cucumber, kapas, kacang tanah, pohon buah-buahan, semak dan tanaman hias
(Wahyudi, 2002)
Trichoderma harzianum adalah jamur non mikoriza yang dapat
menghasilkan enzim ketinase, sehingga dapat berfungsi sebagai pengendali
penyakit tanaman. Kitinase merupakan enzim ekstraseluler yang dihasilkan oleh
jamur dan bakteri serta berperan penting dalam pemecahan kitin (Wijaya, 2002).
Kitinase jamur bersifat aktif pada pH asam, memeliki temperatur optimal
yang tinggi, tingkat kestabilan yang tinggi, dan mempunyai aktivitas
endokhitinase dan eksokhitinase (Yurnaliza, 2007).
Pupuk Organik ( Bokashi Jerami )
Salah satu pengaruh pupuk organik adalah mempengaruhi sifat biologi
tanah. Bahan organik akan menambah energi yang diperlukan kehidupan
mikroorganisme tanah. Tanah yang kaya bahan organik akan mempercepat
perbanyakan fungi, bakteri, mikroflora dan mikrofauna tanah lainnya
(Sutanto, 2002).
Salah satu kelebihan pertanian organik adalah meningkatkan aktivitas
mikroorganisme antagonis. Pemberian pupuk organik dapat meningkatkan
populasi dan aktivitas mikroorganisme yang menguntungkan bagi tanaman seperti
rhizobium dan mikoriza. Selain itu, juga meningkatkan populasi dan aktivitas
mikroorganisme antagonis seperti Trichoderma sp. (Musnawar, 2003).
11
Mikrobia tanah mempunyai dua peranan kunci dalam kesuburan tanah.
Pertama, sebagai mesin yang mengatur daur-hara secara simultan sehingga
membuat hara tersedia bagi tanaman, dan menyimpan hara yang belum
dimanfaatkan tanaman. Kedua, melaksanakan sintesis terhadap sebagian besar
bahan organik yang bersifat stabil, seperti humus yang berfungsi sebagai
penyimpan hara dan berperanan dalam memperbaiki struktur tanah
(Sutanto, 2002).
Selulosa merupakan karbohidrat utama yang disentesis oleh tanaman dan
menempati hampir 60 % komponen penyusun struktur tanaman. Jumlah selulosa
di alam sangat berlimpah sabagai sisa tanaman atau dalam bentuk limbah
pertanian seperti jerami padi, berangkasan jagung, gandum, dan kedelai. Pada
umumnya mikroba dapat tumbuh pada bahan organik tersebut, tetapi hanya
sebagian saja yang mampu menghidrolis selulosa alami. Beberapa mikroba
terutama dari kelompok fungi memiliki kemampuan untuk menghidrolisis
selulosa alami melalui aktivitas selulase yang dimilikinya. Selulase merupakan
enzim yang dapat memutuskan ikatan glukosida p-1,4 di dalam selulosa. Enzim
ini terdiri dari tiga komponen enzim, yaitu selobiohidrolase (CBH),
endoglukanase, dan p-glukosidase yang bekerja secara sinergis memecah selulosa
di alam. Mikroba yang mampu menghasilkan ketiga komponen selulase di
antaranya adalah Trichoderma, sehingga fungi ini sering disebut sebagai
selulolitik sejati (Salma dan Gunarto, 1999).
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di Rumah Kasa Fakultas Pertanian,
Universitas Sumatera Utara, Medan, dengan ketinggian tempat + 25 m di atas
permukaan laut, yang akan berlangsung pada bulan Mei - Juli 2007.
Bahan dan Alat
Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah Media PDA,
Alkohol 96 %, clorox 1 %, aquades, isolat S. rolfsii, biakan jamur T. harzianum
dalam media dedak halus (bekatul), bahan organik (Jerami padi), EM4 (Effective
Microorganism 4), gula pasir, benih kedelai varietas Kaba, top soil, dan pasir.
Alat-alat yang digunakan adalah cawan petri, tabung reaksi, erlenmeyer,
pipa skala, gelas ukur, beaker glass, timbangan, pisau, jarum inokulasi,
mikroskop, inkubator, autoclav, polybag, oven, kapas, tong besar, pinset, obyek
glass dan loupe.
Metoda Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dengan metode Rancangan Acak Lengkap
(RAL) Faktorial yang terdiri dari dua faktor yaitu :
Faktor I adalah jamur Trichoderma harzianum terdiri dari :
T0 = Tanpa cara pengendalian (Kontrol)
T1 = Perlakuan dengan Trichoderma harzianum dengan dosis 25 g/polybag
T2 = Perlakuan dengan Trichoderma harzianum dengan dosis 50 g/polybag
T3 = Perlakuan dengan Trichoderma harzianum dengan dosis 75 g/polybag
Herman Tindaon : Pengaruh Jamur Antagonis Trichoderma harzianum Dan Pupuk Organik Untuk Mengendalikan Patogen Tular Tanah Sclerotium rolfsii Sacc. Pada Tanaman Kedelai (Glycine max L.) Di Rumah Kasa, 2008 USU Repository © 2008
13
Faktor II adalah Pupuk Organik ( Bokashi Jerami ) terdiri dari :
B0 = Tanpa Pupuk Organik
B1 = 0,5 Kg Pupuk Organik/Polybag
B2 = 1 Kg Pupuk Organik/Polybag
B3 = 1,5 Kg Pupuk Organik/polybag
Sehingga diperoleh kombinasi perlakuan sebagai berikut :
T0B0 T1B0 T2B0 T3B0
T0B1 T1B1 T2B1 T3B1
T0B2 T1B2 T2B2 T3B2
T0B3 T0B3 T2B3 T3B3
Jumlah Perlakuan (t) = 16
Untuk mencari ulangan menggunakan rumus sebagai berikut :
( t-1 ) ( r-1 ) > 15
(16-1) (r-1) > 15
15 r > 30
r > 2
r ≈ 4
sehingga didapatkan 4 ulangan dan 16 perlakuan kombinasi
Jumlah tanaman = 192
Jumlah blok (Ulangan) = 4
Model Linear yang digunakan dalam Rancangan Acak Lengkap (RAK) faktorial
adalah sebagai berikut :
Yijk = μ + α i + β j + (αβ )ij + ∑ijk
14
Dimana :
Yijk = Nilai pengamatan pada satuan percobaan yang memperoleh
perlakuan taraf ke-i dari faktor I dan taraf ke-j pada faktor II dan
ulangan ke-k
μ = Nilai tengah umum
α I = Pengaruh taraf ke-I dari faktor I
β j = Pengaruh taraf ke-j dari faktor II
(αβ ) = Pengaruh taraf ke-i dari faktor I dan taraf ke-j dari faktor II
∑ ijk = Pengaruh galat pada satuan percobaan yang memperoleh perlakuan
taraf ke-i dari faktor I, taraf ke-j dari faktor II dan ulangan ke-k
Dimana :
i = 1,2,3 ; j= 1,2 ; k= 1,2,3
Selanjutnya bila hasil analisis sidik ragam menunjukkan hasil yang nyata
maka akan dilanjutkan dengan uji jarak duncan (DMRT)
(Bangun, 1989).
Pelaksanaan Penelitian Penyediaan Sumber Inokulum S. rolfsii
Inokulum jamur Sclerotium rolfsii diisolasi dari batang tanaman kedelai
yang terinfeksi S. rolfsii. Batang tanaman yang terinfeksi dibersihkan dari kotoran
kemudian dicuci dengan aquades, kemudian dipotong-potong ukuran
1 cm x 1 cm, direndam dalam larutan clorox 1 % selama 2 menit, dikeringkan di
atas kertas saring. Potongan-potongan tersebut dimasukkan dalam cawan petri
15
yang berisi media PDA. Setelah miselium tumbuh diisolasi kembali untuk
mendapatkan biakan murni.
Pembuatan Isolat T. harzianum dalam Media Bekatul
Isolat jamur berasal dari Balai Penelitian Pengembangan Tanaman
Perkebunan (BP2TP), Medan. Untuk membuat isolat jamur dalam media dedak
halus (bekatul) sebagai berikut : Diambil dedak halus sebanyak 0,5 kg yang
dikukus dalam panci hingga dedak setengah matang. Dedak tersebut dimasukkan
ke dalam kantong plastik sebanyak 100 gram/kantong plastik dan disterilkan
dalam autoclav + 15 menit pada tekanan 1,5 atm. Setelah seluruh media steril dan
dingin, biakan murni T. harzianum dimasukkan ke dalam kantong plastik dan
kemudian diinkubasikan pada suhu 26 oC selama + 10 - 14 hari dan siap
diaplikasikan.
Pembuatan Pupuk Organik ( Bokashi Jerami )
Cara pembuatan bokashi jerami adalah sebagai berikut :
1. Larutan EM4 (200 ml) + gula pasir (10 sendok makan) + air (60 l) dicampur
merata.
2. Bokashi jerami : jerami yang telah dipotong-potong 5 cm - 10 cm (200 Kg) +
dedak (10 Kg) + sekam (200 Kg) dicampur merata.
3. Bahan bokashi jerami disiram larutan (EM4 + gula + air). Pencampuran
dilakukan perlahan-lahan dan merata hingga kandungan air + 30 - 40 %.
Kandungan air yang diinginkan diuji dengan menggenggam bahan.
Kandungan air 30 - 40 % ditandai dengan tidak menetesnya air bila bahan
digenggam dan akar mekar bila genggeman dilepaskan.
16
4. Bahan yang telah dicampur tersebut diletakkan di atas tempat yang kering atau
dapat juga dimasukkan ke dalam ember atau karung. Tumpukan bahan
umumnya setinggi 15 cm - 20 cm, tetapi dapat juga hingga 1,5 m. Setelah itu,
tumpukan bahan ditutup dengan karung goni atau terpal.
5. Suhu tumpukan dipertahankan antara 40 oC - 50 oC. Untuk mengontrolnya,
setiap 5 jam sekali (minimal sehari sekali) suhunya diukur. Apabila suhunya
tinggi maka bahan tersebut dibalik, didiamkan sebentar agar suhu turun, lalu
ditutup kembali. Demikian seterusnya.
6. Proses permentase ini berlangsung sekitar 4 - 7 hari.
7. Setelah bahan menjadi bokashi, karung goni dapat dibuka. Bokashi dicirikan
dengan warna hitam, gembur, tidak panas, dan tidak berbau. Dalam kondisi
seperti itu, bokashi telah dapat digunakan sebagai pupuk.
(Indriani, 2005).
Persiapan Media Tanam
Tanah tersebut diayak dan dibersihkan dari sisa tanaman. Tanah
disterilisasikan dengan memasukkan tanah kedalam tong pengukus dan dikukus
selama + 2 jam pada suhu 100 0C. Tanah dikeringkan dan dibolak-balik selama
satu minggu, lalu dimasukkan kedalam polybag. Sebelum itu, tanah dicampurkan
dengan pupuk organik yang disesuaikan dengan perlakuan.
Penanaman Benih Kedelai
Benih kedelai sebelum ditanam terlebih dahulu mendapat perlakuan benih
(seed treatment) dengan cara direndam dalam air steril di dalam beaker glass
17
selama + 10 – 15 menit. Kemudian benih ditanam kedalam polybag yang telah
dipersiapkan. Benih yang digunakan benih kedelai varietas Kaba.
Pemeliharaan Tanaman
Pemeliharaan tanaman meliputi kegiatan penyiraman, pemupukan, dan
pengendalian hama dan penyakit. Penyiraman dilakukan secara rutin 1 - 2 kali
sehari, terutama bila tidak turun hujan.Pemupukan dilakukan dengan memberikan
pupuk NPK. Tanaman kacang kedelai memerlukan Nitrogen 0,5 sampai 1 kwintal
urea per hektar. Jumlah P yang perlu diberikan pada kedelai sekitar 1 - 2 kwintal
TSP/ha, sedangkan untuk K sekitar 50 - 100 kg ZK per hektar. Populasi tanaman
kedelai 250.000 tanaman per hektar dengan jarak tanam 20 cm x 20 cm atau 40
cm x 10 cm. Pemupukan dilakukan dengan cara dicampur dengan tanah hingga
rata, yaitu pupuk urea 0,2 g/tanaman, pupuk TSP 0,4 g/ha dan pupuk ZK 0,2
g/tanaman. Pemupukan susulan dilakukan pada saat tanaman berumur 3 dan 6
minggu dengan dosis yang sama (Suprapto, 1999).
Pengendalian hama dan penyakit dapat dilakukan dengan cara memangkas
bagian tanaman yang terserang dan juga melakukan sanitasi pada areal
pertanaman.
Aplikasi Pupuk Organik dan Trichoderma harzianum
Pengaplikasian pupuk organik dilakukan 2 minggu sebelum benih ditanam
kedalam polybag yang disesuaikan dengan perlakuan. Sedangkan, Trichoderma
harzianum diaplikasikan 1 minggu sebelum penanaman benih yang disesuaikan
dengan perlakuan.
18
Inokulasi Patogen Sclerotium rolfsii
Inokulasi S. rolfsii dilakukan setelah 2 minggu setelah tanam yaitu dengan
cara meletakkan satu potongan kecil biakan murni, yang sebelumnya telah dibagi
menjadi 25 bagian potongan kecil biakan murni dalam satu cawan petri ke sekitar
pangkal batang tanaman kedelai.
Peubah Amatan
Kejadian Penyakit
Kejadian penyakit (Diseases incidance) ditentukan dengan rumus :
KP = Nn x 100 %
Dimana :
n = Jumlah tanaman yang terserang
N = Jumlah tanaman yang diamati
(Yuspida dan Rustam, 2003).
Pengamatan kejadian penyakit tanaman yang terserang S. rolfsii dilakukan
sebanyak 5 kali pada pagi hari dimulai satu minggu setelah aplikasi S. rolfsii
dengan interval pengamatan satu minggu. Pengamatan terhadap tanaman yang
terserang dilakukan dengan cara mengamati gejala yang nampak dengan
menggunakan loupe yaitu pada bagian pangkal batang atau leher akar yang rusak
ditandai dengan perkembangan miselium berwarna putih mengelilingi jaringan
tersebut dan bagian yang terserang tersebut lebih berwarna gelap dan berlekuk.
19
Tinggi Tanaman (cm)
Pengamatan tinggi tanaman dimulai dari umur 7 MST hingga 8 MST.
Pengamatan dilakukan dengan mengukur dari batang di atas permukaan tanah
hingga titik tumbuh tertinggi tanaman.
Produksi ( g/tanaman )
Produksi tanaman dihitung dengan menimbang biji kedelai per tanaman
yang telah dipanen. Produksi dihitung dalam satuan gram ( g )
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kejadian Penyakit Sclerotium rolfsii Sacc.
Hasil pengamatan Kejadian Penyakit Sclerotium rolfsii pada setiap waktu
pengamatan mulai dari 1 - 5 minggu setelah inokulasi dapat dilihat pada lampiran
3 - 7. Dari hasil analisa sidik ragam dapat dilihat adanya perbedaan yang tidak
nyata dan nyata antar perlakuan. Untuk mengetahui perlakuan mana yang berbeda
nyata, maka dilakukan uji jarak Duncan. Hasilnya dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Rataan kejadian penyakit Sclerotium rolfsii Sacc.(%) Waktu Pengamatan Kejadian Penyakit (%) Perlakuan
1 MSI 2 MSI 3 MSI 4 MSI 5 MSI Faktor T T0 6,25 a 33,34 a 41,67 a 47,92 a 50,00 a T1 0,00 b 14,59 ab 20,84 ab 25,00 ab 31,25 ab T2 0,00 b 14,58 ab 14,58 b 14,58 b 14,58 b T3 0,00 b 4,17 b 4,17 b 8,33 b 10,42 b Faktor B B0 6,25 a 35,42 a 37,50 a 45,84 a 47,92 a B1 0,00 b 14,59 ab 18,75 ab 22,92 ab 22,92 ab B2 0,00 b 16,67 ab 16,67 ab 18,75 ab 20,84 ab B3 0,00 b 0,00 b 8,34 b 8,34 b 14,58 b Faktor TxB T0B0 25,01 a 58,34 ab 66,67 a 83,34 a 83,34 a T0B1 0,00 b 25,01 bc 41,67 ab 50,01 b 50,01 ab T0B2 0,00 b 50,01 a 50,01 ab 50,01 b 50,01 ab T0B3 0,00 b 0,00 c 8,34 cd 8,34 de 16,67 bcd T1B0 0,00 b 25,01 ab 25,01 bc 33,34 bcd 41,67 bc T1B1 0,00 b 25,01 ab 25,01 bc 33,34 bcd 33,34 bc T1B2 0,00 b 8,34 c 8,34 cd 8,34 de 8,34 cd T1B3 0,00 b 0,00 c 25,01 bc 25,01 bcde 41,67 bc T2B0 0,00 b 50,00 a 50,00 ab 50,00 bc 50,00 ab T2B1 0,00 b 8,34 c 8,34 cd 8,34 de 8,34 cd T2B2 0,00 b 0,00 c 0,00 d 0,00 e 0,00 d T2B3 0,00 b 0,00 c 0,00 d 0,00 e 0,00 d T3B0 0,00 b 8,34 c 8,34 cd 16,67 de 16,67 bcd T3B1 0,00 b 0,00 c 0,00 d 0,00 e 0,00 d T3B2 0,00 b 8,34 c 8,34 cd 16,67 cde 25,00 bcd T3B3 0,00 b 0,00 c 0,00 d 0,00 e 0,00 d
Keterangan : Nilai yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda tidak nyata pada taraf 5 % menurut uji jarak Duncan
Herman Tindaon : Pengaruh Jamur Antagonis Trichoderma harzianum Dan Pupuk Organik Untuk Mengendalikan Patogen Tular Tanah Sclerotium rolfsii Sacc. Pada Tanaman Kedelai (Glycine max L.) Di Rumah Kasa, 2008 USU Repository © 2008
21
Pengaruh Trichoderma harzianum dan pupuk organik terhadap kejadian penyakit Sclerotium rolfsii Sacc.(%)
Dari analisa sidik ragam (Lampiran 3 - 7) dapat dilihat bahwa pengaruh
Trichoderma harzianum terhadap kejadian penyakit Sclerotium rolfsii pada
pengamatan 1 MSI, 2 MSI, 3 MSI, 4 MSI, dan 5 MSI menunjukkan pengaruh
yang sangat nyata terhadap perlakuan.
Berdasarkan Uji Jarak Duncan pada tabel 2. dapat dilihat bahwa pada
pengamatan 1 - 5 MSI, perlakuan kontrol T0 berbeda nyata terhadap ketiga
perlakuan yang lainnya. Selain itu perlakuan T0 memeliki kejadian penyakit
tertinggi dari semua perlakuan dimana pada akhir pengamatan (5 MSI) rataan
kejadian penyakit mencapai 50 % dan terendah pada T3 yaitu sebesar 10,42 %.
Dari hasil pengamatan terhadap kejadian penyakit busuk pangkal batang
(Sclerotium rolfsii Sacc.) dapat diketahui bahwa pemberian Trichoderma
harzianum efektif dalam menekan penyakit tersebut. Hal ini dibuktikan bahwa
pada 5 MSI kejadian penyakit terhenti dan tidak ada lagi pertambahan serangan
penyakit. Ini disebabkan karena jamur antagonis sudah mulai berkembang di
dalam tanah.
Menurut Wijaya (2002) Trichoderma harzianum adalah jamur non
mikoriza yang dapat menghasilkan enzim ketinase, sehingga dapat berfungsi
sebagai pengendali penyakit tanaman. Kitinase merupakan enzim ekstraseluler
yang dihasilkan oleh jamur dan bakteri serta berperan penting dalam pemecahan
kitin.
Kitinase jamur bersifat aktif pada pH asam, memeliki temperatur optimal
yang tinggi, tingkat kestabilan yang tinggi, dan mempunyai aktivitas
endokhitinase dan eksokhitinase (Yurnaliza, 2007).
22
Dari analisa sidik ragam (Lampiran 3 - 7) dapat dilihat bahwa pengaruh
pupuk organik terhadap kejadian penyakit Sclerotium rolfsii pada pengamatan 1
MSI, 2 MSI, 3 MSI, 4 MSI, dan 5 MSI menunjukkan pengaruh yang sangat nyata
terhadap perlakuan.
Berdasarkan Uji Jarak Duncan pada tabel 2. dapat dilihat bahwa pada
pengamatan 1 - 5 MSI, perlakuan kontrol B0 berbeda nyata terhadap ketiga
perlakuan yang lainnya. Selain itu perlakuan B0 memeliki kejadian penyakit
tertinggi dari semua perlakuan dimana pada akhir pengamatan (5 MSI) rataan
kejadian penyakit mencapai 47,92 % dan terendah pada B3 yaitu sebesar 14,58 %.
Menurut Sutanto (2002) penggunaan pupuk organik cukup besar karena
didorong oleh pemahaman peranan bahan organik dalam memperbaiki sifat fisik,
kimia dan biologi tanah. Nakada (1981) melaporkan terjadinya kenaikan N, P, K,
dan Si tanah karena pemberian kompos dalam jangka panjang. Pemberian kompos
jangka panjang juga mampu meningkatkan aktivitas mikrobia penyemat nitrogen
melalui peningkatan kandungan bahan organik tanah yang mudah terdekomposisi,
meningkatkan pembentukan agregat yang stabil dan kapasitas pertukaran kation.
Pengaruh interaksi Trichoderma harzianum dan pupuk organik terhadap kejadian penyakit Sclerotium rolfsii Sacc. Dari analisa sidik ragam menunjukkan bahwa interaksi Trichoderma
harzianum dan pupuk organik menunjukan pengaruh yang sangat nyata terhadap
kejadian penyakit Sclerotium rolfsii pada pengamatan 1 - 4 MSI. Tetapi pada
akhir pengamatan (5 MSI), interaksi kedua faktor ini menunjukkan pengaruh yang
nyata terhadap perlakuan.
23
Dari tabel 1. juga terlihat bahwa pada pengamatan 1 MSI perlakuan
kontrol T0B0 berbeda nyata terhadap perlakuan lainnya. Pada pengamatan 2 MSI
perlakuan kontrol T0B0 berbeda tidak nyata dengan T0B2, T1B0, dan T1B1 tetapi
berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Pada pengamatan 3 MSI T0B0 berbeda
tidak nyata dengan T0B1, T0B2, T2B0 tetapi berbeda nyata dengan perlakuan
lainnya. Pada pengamatan 4 MSI perlakuan kontrol T0B0 berbeda nyata dengan
perlakuan lainnya. Pada pengamatan terakhir perlakuan kontrol T0B0 berbeda
tidak nyata dengan T0B1, T0B2, T2B0 tetapi berbeda nyata dengan perlakuan
lainnya. Pengaruh perlakuan yang lain dapat dilihat dalam tabel 2. di atas.
Dari interaksi kedua faktor tersebut, nilai rataan kejadian penyakit
Sclerotium rolfsii pada pengamatan 5 MSI tertinggi terdapat pada perlakuan
kontrol T0B0 yaitu sebesar 83,34 % dan terendah pada perlakuan T2B2, T2B3,
T3B1 dan T3B3 yaitu 0 %.
Dari analisa sidik ragam interaksi kedua faktor ini memberikan pengaruh
yang nyata terhadap perlakuan. Hal ini disebabkan karena pupuk organik (bokashi
jerami) akan menambah energi yang diperlukan kehidupan mikroorganisme
khususnya jamur Trichoderma harzianum. Hal ini didukung oleh literatur Sutanto
(2002) yang menyatakan bahwa bahan organik akan menambah energi yang
diperlukan kehidupan mikroorganisme tanah. Tanah yang kaya bahan organik
akan mempercepat perbanyakan fungi, bakteri, mikoflora dan mikrofauna tanah
lainnya.
24
Tinggi Tanaman Kedelai (cm) Hasil pengamatan tinggi tanaman kedelai pada setiap waktu pengamatan
mulai dari 7 - 8 MST (Minggu Setelah Tanam) dapat dilihat pada lampiran 8 - 9.
Dari hasil analisa sidik ragam dapat dilihat adanya perbedaan yang tidak nyata
dan nyata antar perlakuan. Untuk mengetahui perlakuan mana yang berbeda
nyata, maka dilakukan uji jarak Duncan. Hasilnya dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3. Rataan tinggi tanaman kedelai (cm) Waktu Pengamatan (mst) Perlakuan 7 mst 8 mst
Faktor T T0 58,44 b 60,13 b T1 76,38 a 79,48 a T2 86,44 a 88,5 a T3 85 a 88,74 a
Faktor B B0 68,94 b 69,54 b B1 75,19 b 75,86 ab B2 81,31 b 83,87 ab B3 84,88 a 87,58 a
Faktor TxB T0B0 38 d 38 f T0B1 61,75 c 62,2 de T0B2 60,75 c 61,6 e T0B3 78 ab 78,7 abcde T1B0 64 bc 65,3 cde T1B1 70 abc 70,6 bcde T1B2 91 a 91,39 a T1B3 83 ab 90,63 a T2B0 91,25 a 92,2 a T2B1 79,5 abc 80,65 abcd T2B2 90 a 91,15 a T2B3 88,25 a 90 a T3B0 82,5 ab 82,65 abc T3B1 89,5 a 90 a T3B2 83,5 ab 91,33 a T3B3 90,25 a 91 a
Keterangan : Nilai yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda tidak nyata pada taraf 5 % menurut uji jarak Duncan
25
Pengaruh Jamur Antagonis Trichoderma harzianum dan pupuk organik Terhadap Tinggi Tanaman Kedelai
Dari analisa sidik ragam (Lampiran 8 - 9) dapat dilihat bahwa pengaruh
Trichoderma harzianum terhadap tinggi tanaman kedelai pada pengamatan
7 MST dan 8 MST menunjukkan pengaruh yang sangat nyata terhadap perlakuan.
Berdasarkan Uji Jarak Duncan pada tabel 3. dapat dilihat bahwa pengaruh
Trichoderma harzianum terhadap tinggi tanaman kedelai pada pengamatan 7 - 8
MST, perlakuan kontrol T0 berbeda nyata terhadap ketiga perlakuan yang lainnya.
Sedangkan perlakuan T1 berbeda tidak nyata dengan perlakuan T2 dan T3.
Berdasarkan hasil analisa sidik ragam pengamatan tinggi tanaman
menunjukkan bahwa perlakuan dengan Trichoderma harzianum memberikan
pengaruh yang sangat nyata. Hal ini disebabkan karena Trichoderma merupakan
mikrobia tanah yang mempunyai peranan kunci dalam kesuburan tanah. Pertama
sebagai mesin yang mengatur daur-hara secara simultan sehingga membuat hara
tersedia bagi tanaman, dan menyimpan hara yang belum dimanfaatkan tanaman.
Kedua, melaksanakan sintesis terhadap sebagian besar bahan organik yang
bersifat stabil, seperti humus yang berfungsi sebagai penyimpan hara dan
berperanan dalam memperbaiki struktur tanah (Sutanto, 2002).
Pengamatan tinggi tanaman dihentikan pada waktu pengamatan 8 MST,
hal ini disebabkan karena pertumbuhan vegetatifnya telah berhenti. Tanaman
berasal dari Varietas Kaba dan berdasarkan deskripsi tanaman, Varietas tersebut
bertipe tumbuh determinan, dimana tipe tumbuh yang determinan pertumbuhan
vegetatifnya berhenti setelah berbunga.
26
Dari analisa sidik ragam dapat dilihat bahwa pengaruh pupuk organik
terhadap tinggi tanaman kedelai pada pengamatan 7 MST dan 8 MST
menunjukkan pengaruh yang sangat nyata terhadap perlakuan.
Berdasarkan Uji Jarak Duncan pada tabel 3. dapat dilihat bahwa pengaruh
pupuk organik terhadap tinggi tanaman kedelai pada pengamatan 7 MST,
perlakuan kontrol B0 berbeda tidak nyata terhadap B1 dan B2 tetapi berbeda
nyata dengan perlakuan B3. Sedangkan pada pengamatan 8 MST perlakuan
kontrol B0 berbeda nyata dengan perlakuan lainnya.
Berdasarkan analisa sidik ragam pengamatan tinggi tanaman menunjukkan
bahwa perlakuan pupuk organik (bokashi jerami) memberikan pengaruh yang
sangat nyata. Hal ini disebabkan karena pupuk organik merupakan bahan
pembenah tanah yang paling baik dan alami daripada bahan pembenah
buatan/sistetis. Pada umumnya pupuk organik mengandung hara makro N, P, K
rendah, tetapi mengandung hara mikro dalam jumlah cukup yang sangat
diperlukan pertumbuhan tanaman (Sutanto, 2002).
Pengaruh interaksi Trichoderma harzianum dan pupuk organik terhadap tinggi tanaman kedelai
Dari analisa sidik ragam menunjukkan bahwa interaksi Trichoderma
harzianum dan pupuk organik menunjukan pengaruh yang nyata terhadap tinggi
tanaman kedelai pada pengamatan 7 - 8 MST.
Dari tabel 3. dapat dilihat bahwa pada pengamatan 7 MST perlakuan
kontrol T0B0 berbeda nyata terhadap perlakuan lainnya. Pada perlakuan T0B1
berbeda tidak nyata dengan perlakuan T0B2, tetapi berbeda nyata dengan
perlakuan lainnya. Perlakuan T0B3 berbeda tidak nyata dengan perlakuan T1B1,
27
T1B2, T1B3, T2B0, T2B1, T2B2, T2B3, T3B0, T3B1, T3B2, dan T3B3. Tetapi
berbeda nyata dengan perlakuan kontrol T0B0, perlakuan T0B1, T0B2 dan T1B0.
Pada pengamatan 8 MST perlakuan kontrol T0B0 berbeda nyata dengan
perlakuan lainnya. Perlakuan T0B3 berbeda tidak nyata dengan T1B2, T1B3,
T2B0, T2B1, T2B2, T2B3, T3B0, T3B1, T3B2, dan T3B3, tetapi berbeda nyata
dengan perlakuan kontrol T0B0, perlakuan T0B1, T0B2, T1B0 dan T1B1.
Pengaruh perlakuan yang lain dapat dilihat dalam tabel 3. di atas.
Dari interaksi kedua faktor tersebut, nilai rataan tinggi tanaman pada
pengamatan 8 MST tertinggi terdapat pada perlakuan kontrol T2B0 yaitu sebesar
92,2 cm dan terendah pada perlakuan T0B0 yaitu 38 cm.
28
Produksi
Dari hasil analisa sidik ragam untuk pengamatan produksi dapat dilihat
bahwa pengaruh Trichoderma harzianum, dan pupuk organik menunjukkan
perbedaan yang sangat nyata, sedangkan interaksi antara Trichoderma harzianum
dengan pupuk organik menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap produksi
kacang kedelai. Berikut ini adalah tabel rataan produksi kacang kedelai.
Tabel 4. Rataan produksi kacang kedelai (g/plot) Perlakuan g/tanaman
T0B0 4,75 h T0B1 10,14 gh T0B2 10,57 efgh T0B3 14,46 cdefg T1B0 8,53 gh T1B1 13,11 defg T1B2 17,86 bcde T1B3 18,78 bcd T2B0 10,81 efgh T2B1 14,82 cdefg T2B2 24,54 ab T2B3 17,83 bcdef T3B0 15,24 cdefg T3B1 14,39 cdefg T3B2 21,60 bc T3B3 31,10 a
Keterangan : Nilai yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda tidak nyata pada taraf 5 % menurut uji jarak Duncan
Dari tabel 4. dapat dilihat bahwa rataan produksi berat kering biji kedelai
tertinggi terdapat pada T3B3 yaitu sebesar 31,10 g/tanaman, sedangkan produksi
yang terendah terdapat pada T0B0 yaitu sebesar 4,75 g/tanaman. Produksi yang
terendah terdapat pada perlakuan kontrol T0B0 dikarenakan kejadian penyakit
tertinggi terdapat pada perlakuan tersebut. Menurut Shew, et al (1984) penyakit
Sclerotium rolfsii mempengaruhi hasil antara 5,4 - 32,3 %.
29
Dari semua perlakuan diketahui bahwa perlakuan T3B3 merupakan
perlakuan yang paling baik karena pada perlakuan inilah diperoleh produksi
tertinggi yaitu sebesar 31,10 g/tanaman dan persentase kejadian penyakit pada
perlakuan T3B3 yaitu sebesar 0 %. Persentase kejadian penyakit tanaman kedelai
yang rendah tentunya akan memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap
pertumbuhan dan perkembangan tanaman kedelai. Dengan demikian akan
memberikan produksi yang baik.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Kejadian penyakit Sclerotium rolfsii Sacc. pada 5 MSI untuk faktor
Trichoderma harzianum tertinggi terdapat pada T0 ( kontrol) sebesar 50 % dan
terendah pada T3 sebesar 10,42 %. Sedangkan untuk faktor pupuk organik
tertinggi pada B0 (kontrol) sebesar 47,92 % dan terendah pada B3 sebesar
14,58 %.
2. Interaksi antara Trichoderma harzianum dan pupuk organik pada 5 MSI
menunjukkan bahwa kejadian penyakit Sclerotium rolfsii Sacc. tertinggi pada
perlakuan T0B0 (kontrol) sebesar 83,34 % dan yang terendah adalah T2B2,
T2B3, T3B1, dan T3B3 sebesar 0 %.
3. Rataan tinggi tanaman kedelai pada 8 MST untuk faktor Trichoderma
harzianum tertinggi terdapat pada perlakuan T3 sebesar 88,74 cm dan terendah
pada perlakuan T0 (kontrol) sebesar 60,13 cm. Sedangkan untuk faktor pupuk
organik tertinggi pada B3 sebesar 87,58 cm dan terendah pada B0 sebesar
69,54 cm.
4. Rataan tinggi tanaman kedelai untuk interaksi Trichoderma harzianum dan
pupuk organik tertinggi terdapat pada perlakuan T2B0 sebesar 92,2 cm dan
terendah pada perlakuan T0B0 (kontrol) sebesar 38 cm.
5. Rataan produksi berat biji kering kedelai tertinggi terdapat pada perlakuan
T3B3 sebesar 31,10 g/tanaman dan terendah terdapat pada perlakuan T0B0
sebesar 4,75 g/tanaman.
Herman Tindaon : Pengaruh Jamur Antagonis Trichoderma harzianum Dan Pupuk Organik Untuk Mengendalikan Patogen Tular Tanah Sclerotium rolfsii Sacc. Pada Tanaman Kedelai (Glycine max L.) Di Rumah Kasa, 2008 USU Repository © 2008
31
6. Perlakuan yang lebih efektif dalam menekan perkembangan Sclerotium rolfsii
adalah perlakuan T2B2, T2B3, T3B1, dan T3B3.
Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai interaksi antara
Trichoderma harzianum dengan pupuk organik dilapangan untuk mengendalikan
penyakit Sclerotium rolfsii Sacc.
DAFTAR PUSTAKA
Alexopoulus, C.J and C.W. Mims. 1979. Introductory Mycology. John Wiley &
Sons, New York, page 191-205 Badan Pusat Statistik Sumatera Utara. 2004. Sumatera Utara Dalam Angka,
Pertanian, Produksi Kacang Kedelai Menurut Kabupaten/Kota. Baker, K.F., and R.J. Cook, 1974. Biologycal Control of Plant Patogens. W.H.
freeman CO. San Fransisco, page 433 Bangun, M.K. 1989. Perancangan Percobaan. Fakultas Pertanian, USU, Medan,
hal.17-22. Fichtner, E.J. 2006. Sclerotium rolfsii Sacc. http://www/cals.ncsu.edu/rolfsii.html.
[28 Mei 2006]. Ferreira, S.A., and Boley, R.A. 2006. Sclerotium rolfsii. http://www.extento.edu
[4 Juni 2006]. Gandjar, I., Samson, R.A., Tweel-Vermeulen, K., Oetari, A., dan Santoso, I.
1999. Pengenalan Kapang Tropik Umum. Universitas Indonesia, Depak, Indonesia, hal. 120.
Harman, G. E. 1998. Trichoderma spp, Including T. Harzianum, T. viride,
T. koningi, T. hamatum and other spp. http://www.nysaes.cornel.edu.html. [ 28 April 2007 ].
Khairul, U. 2001. Pemanfaatan Bioteknologi Untuk Meningkatkan Produksi
Pertanian. http://tumoutou.net/3_sem1_012/u_khairul.htm [26 Mei 2006] Lucas, G.B., Campbell, C.L., and Lucas, L.T. 1985. Introduction to Plant
Diseases, Identification and Management. An avi Book, Van Nostrand Reinhold, New York, page 162-163.
Musnawar, E. I. 2003. Pembuatan dan Aplikasi Pupuk Organik Padat. Penebar
Swadaya, Jakarta, hal.8 Punja Z. K. and J. E. Rahe, 2001. Methods for Research on Soilborne
Phytopathogenic Fungi. APS Press, St. Paul, Minnesota, page 167 Rifai, M.A. 1964. A Revision of Genus Trichoderma. University of Sheffield,
England, page 56.
Herman Tindaon : Pengaruh Jamur Antagonis Trichoderma harzianum Dan Pupuk Organik Untuk Mengendalikan Patogen Tular Tanah Sclerotium rolfsii Sacc. Pada Tanaman Kedelai (Glycine max L.) Di Rumah Kasa, 2008 USU Repository © 2008
33
Shew, B.B., M.K., Beute and C.L. Campell. 1984. Spatial Pattern of Southern Stem Rot Caused by S. rolfsii in Six North Caroline Peanut Field, Phytopathology, page 74:730-735.
Sinulingga, N., dan S. Eddy, 1989. Pengendalian Jamur akar Putih Pada Tanaman
Karet. Pusat Penelitian Perkebunan Sungai Putih, hal 8-15. Sutanto, R. 2002. Penerapan Pertanian Organik, Pemasyarakatan dan
Pengembangannya. Kanisius, Yogyakarta, hal. 27-29. Suprapto. 2001. Bertanam Kedelai. Penebar Swadaya, Jakarta, hal 1 Salma, S., dan Gunarto, L. 1999. Enzim Selulase dari Trichoderma spp.
http://www.indobiogen.or.id/terbitan/agrobio.php [26 Mei 2006]. Semangun, H. 1993. Penyakit-Penyakit Tanaman Pangan di Indonesia.
Universitas Gajah Mada, Yogyakarta, hal 128-129, 182-183. Streets, R. B. 1980. Diagnosis Penyakit Tanaman. Terjemahan Santoso, I. The
University of Arizona Press. Tuscon-Arizona, USA, hal 250 Wheeler, B.E. 1972. An Introduction to Plant Diseases, John Wiley & Sons, New
York, page 31. Wijaya, S. 2002. Isolasi Kitinase dari Scleroderma columnare dan Trichoderma
harzianum. http://www.unej.ac.id/fakultas/mipa. Yuspida, A., dan Rustam. 2003. Penggunaan Jamur Antagonis Untuk Menekan
Pertumbuhan Jamur Sclerotium rolfsii Sacc. Penyebab penyakit Rebah Kecambah Bibit Cabai. Pest Tropical Journal 1 : 18-25.
Yurnaliza. 2002. Senyawa Khitin dan Kajian Aktivitas Enzim Mikrobial
Pendegradasinya. http://library.usu.ac.id/modules.php
34
Lampiran 1. Bagan Penelitian
T1B0 T2B3 T2B0 T0B0
T2B1 T0B1 T3B2 T2B0
U T2B0 T2B0 T1B0 T1B2
T1B2 T1B2 T0B0 T2B3
T3B3 T2B2 T2B3 T1B0 T2B3 T0B3 T3B0 T3B2 T1B3 T3B0 T2B2 T2B2
T3B0 T2B1 T1B3 T3B0
T0B0 T0B2 T3B1 T3B1 T0B2 T3B2 T2B1 T0B2
T3B2 T0B0 T1B1 T2B1
T1B1 T3B1 T3B3 T1B1
T0B3 T1B3 T0B2 T0B3 T2B2 T3B3 T1B2 T1B3 T0B1 T1B0 T0B3 T0B1
T3B0 T1B3 T0B1 T3B3
35
Keterangan :
Perlakuan : 16
Ulangan : 4
Plot : 64
Jumlah tanaman : 192 Tanaman
36
Lampiran 2. Data Kejadian Penyakit Sclerotium rolfsii Sacc (%) Pada 1 MSI Ulangan
Perlakuan I II III IV
Total Rata-rata
T0B0 33,34 0,00 33,34 33,34 100,02 25,01 T0B1 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 T0B2 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 T0B3 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 T1B0 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 T1B1 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 T1B2 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 T1B3 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 T2B0 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 T2B1 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 T2B2 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 T2B3 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 T3B0 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 T3B1 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 T3B2 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 T3B3 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Total 33,34 0,00 33,34 33,34 100,02
Rata-rata 2,08 0,00 2,08 2,08 1,56 Transformasi Data Kejadian Penyakit Sclerotium rolfsii Sacc. (%) Pada 1 MSI ke dalam arc sin √x
Ulangan Perlakuan
I II III IV Total Rata-
rata
T0B0 35,27 4,97 35,27 35,27 110,77 27,69 T0B1 4,97 4,97 4,97 4,97 19,87 4,97 T0B2 4,97 4,97 4,97 4,97 19,87 4,97 T0B3 4,97 4,97 4,97 4,97 19,87 4,97 T1B0 4,97 4,97 4,97 4,97 19,87 4,97 T1B1 4,97 4,97 4,97 4,97 19,87 4,97 T1B2 4,97 4,97 4,97 4,97 19,87 4,97 T1B3 4,97 4,97 4,97 4,97 19,87 4,97 T2B0 4,97 4,97 4,97 4,97 19,87 4,97 T2B1 4,97 4,97 4,97 4,97 19,87 4,97 T2B2 4,97 4,97 4,97 4,97 19,87 4,97 T2B3 4,97 4,97 4,97 4,97 19,87 4,97 T3B0 4,97 4,97 4,97 4,97 19,87 4,97 T3B1 4,97 4,97 4,97 4,97 19,87 4,97 T3B2 4,97 4,97 4,97 4,97 19,87 4,97 T3B3 4,97 4,97 4,97 4,97 19,87 4,97 Total 109,79 79,49 109,79 109,79 408,86
Rata-rata 6,86 4,97 6,86 6,86 6,39
37
Tabel Dwi Kasta Rataan Perlakuan T0 T1 T2 T3 Rataan
B0 25,01 0,00 0,00 0,00 6,25 B1 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 B2 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 B3 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Rataan 6,25 0,00 0,00 0,00 1,56 Tabel Dwi Kasta Rataan (Transformasi)
Perlakuan T0 T1 T2 T3 Rataan B0 27,69 4,97 4,97 4,97 10,65 B1 4,97 4,97 4,97 4,97 4,97 B2 4,97 4,97 4,97 4,97 4,97 B3 4,97 4,97 4,97 4,97 4,97
Rataan 10,65 4,97 4,97 4,97 6,39 Analisa Sidik Ragam
SK DB JK KT Fhitung F05 F01 Perlakuan 15 1936,63 129,11 9,00 ** 1,88 2,44
T 3 387,33 129,11 9,00 ** 2,80 4,22 B 3 387,33 129,11 9,00 ** 2,80 4,22
N x K 9 1161,98 129,11 9,00 ** 2,08 2,80 Galat 48 688,58 14,35 Total 63 2625,21
Fk = 2612,03 Ket : tn = tidak nyata kk = 59% * = nyata
** = sangat nyata
38
Uji Jarak Berganda Duncan Faktor T Sy = 1,89
P 2 3 4 SSR 0,5 2,845 2,98 3,09 LSR 0,5 5,39 5,64 5,85
T1 T2 T3 T0
4,97 10,65 • a
• b Faktor B Sy = 1,89
P 2 3 4 SSR 0,5 2,845 2,98 3,09 LSR 0,5 5,389 5,644 5,853
B1 B2 B3 B0
4,97 10,65 • a
• b Interaksi Faktor T x B Sy = 1,89
P 2 3 4 SSR 0,5 2,845 2,98 3,09 LSR 0,5 5,39 5,64 5,85
T0B1 - T3B3 T0B0
4,97 27,69 • a
• b
39
Lampiran 3. Data Kejadian Penyakit Sclerotium rolfsii Sacc (%) Pada 2 MSI Ulangan
Perlakuan I II III IV
Total Rata-rata
T0B0 66,67 66,67 33,34 66,67 233,35 58,34 T0B1 33,34 0,00 33,34 33,34 100,02 25,01 T0B2 33,34 66,67 33,34 66,67 200,02 50,01 T0B3 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 T1B0 33,34 33,34 0,00 33,34 100,02 25,01 T1B1 33,34 33,34 33,34 0,00 100,02 25,01 T1B2 0,00 0,00 0,00 33,34 33,34 8,34 T1B3 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 T2B0 0,00 66,67 66,67 66,67 200,01 50,00 T2B1 0,00 33,34 0,00 0,00 33,34 8,34 T2B2 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 T2B3 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 T3B0 0,00 33,34 0,00 0,00 33,34 8,34 T3B1 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 T3B2 0,00 0,00 0,00 33,34 33,34 8,34 T3B3 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Total 200,03 333,37 200,03 333,37 1066,80
Rata-rata 12,50 20,84 12,50 20,84 16,67 Transformasi Data Kejadian Penyakit Sclerotium rolfsii Sacc. (%) Pada 2 MSI ke dalam arc sin √x
Ulangan Perlakuan
I II III IV Total Rata-
rata
T0B0 54,74 4,97 4,97 54,74 119,41 29,85 T0B1 4,97 4,97 35,27 35,27 80,47 20,12 T0B2 35,27 54,74 35,27 54,74 180,01 45,00 T0B3 4,97 4,97 4,97 4,97 19,87 4,97 T1B0 35,27 35,27 4,97 35,27 110,77 27,69 T1B1 35,27 35,27 35,27 4,97 110,77 27,69 T1B2 4,97 4,97 4,97 4,97 19,87 4,97 T1B3 4,97 4,97 4,97 4,97 19,87 4,97 T2B0 4,97 54,74 54,74 54,74 169,18 42,30 T2B1 4,97 4,97 4,97 4,97 19,87 4,97 T2B2 4,97 4,97 4,97 4,97 19,87 4,97 T2B3 4,97 4,97 4,97 4,97 19,87 4,97 T3B0 4,97 4,97 4,97 4,97 19,87 4,97 T3B1 4,97 4,97 4,97 4,97 19,87 4,97 T3B2 4,97 4,97 4,97 4,97 19,87 4,97 T3B3 4,97 4,97 4,97 4,97 19,87 4,97
40
Total 220,16 239,63 220,16 289,40 969,35 Rata-rata 13,76 14,98 13,76 18,09 15,15
Tabel Dwi Kasta Rataan Perlakuan T0 T1 T2 T3 Rataan
B0 58,34 25,01 50,00 8,34 35,42 B1 25,01 25,01 8,34 0,00 14,59 B2 50,01 8,34 0,00 8,34 16,67 B3 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Rataan 33,34 14,59 14,58 4,17 16,67 Tabel Dwi Kasta Rataan (Transformasi) Perlakuan T0 T1 T2 T3 Rataan
B0 29,85 27,69 42,30 4,97 26,20 B1 20,12 27,69 4,97 4,97 14,44 B2 45,00 4,97 4,97 4,97 14,98 B3 4,97 4,97 4,97 4,97 4,97
Rataan 24,99 16,33 14,30 4,97 15,15 Analisa Sidik Ragam
SK DB JK KT Fhitung F05 F01 Perlakuan 15 12881,18 858,75 5,88 ** 1,88 2,44
T 3 3240,41 1080,14 7,40 ** 2,80 4,22 B 3 3621,82 1207,27 8,27 ** 2,80 4,22
N x K 9 6018,95 668,77 4,58 ** 2,08 2,80 Galat 48 7009,06 146,02 Total 63 19890,24
Fk = 14681,94 Ket : tn = tidak nyata kk = 80% * = nyata
** = sangat nyata
41
Uji Jarak Berganda Duncan Faktor T Sy = 6,04
P 2 3 4 SSR 0,5 2,845 2,98 3,09 LSR 0,5 17,19 18,00 18,67
T3 T2 T1 T0
4,97 14,30 16,33 24,99 a b
Faktor B Sy = 6,04
P 2 3 4 SSR 0,5 2,845 2,98 3,09 LSR 0,5 17,189 18,005 18,670
B3 B2 B1 B0 4,97 14,44 14,98 26,20
a b
Interaksi Faktor T x B Sy = 6,04
P 2 3 4 5 6 SSR 0,5 2,845 2,98 3,09 3,17 3,21 LSR 0,5 17,19 18,00 18,67 19,12 19,39
T0B3 T1B2 T1B3 T2B1 T2B2 T2B3 T3B0 T3B1 T3B2 T1B0 T3B3 T0B1 T1B1 T0B0 T2B0 T0B2 4,97 20,12 27,69 29,85 42,30 45,00
a b c
42
Lampiran 4. Data Kejadian Penyakit Sclerotium rolfsii Sacc (%) Pada 3 MSI Ulangan
Perlakuan I II III IV
Total Rata-rata
T0B0 66,67 66,67 66,67 66,67 266,68 66,67 T0B1 33,34 33,34 33,34 66,67 166,69 41,67 T0B2 33,34 66,67 33,34 66,67 200,02 50,01 T0B3 0,00 0,00 0,00 33,34 33,34 8,34 T1B0 33,34 33,34 0,00 33,34 100,02 25,01 T1B1 33,34 33,34 33,34 0,00 100,02 25,01 T1B2 0,00 0,00 0,00 33,34 33,34 8,34 T1B3 33,34 33,34 0,00 33,34 100,02 25,01 T2B0 0,00 66,67 66,67 66,67 200,01 50,00 T2B1 0,00 33,34 0,00 0,00 33,34 8,34 T2B2 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 T2B3 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 T3B0 0,00 33,34 0,00 0,00 33,34 8,34 T3B1 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 T3B2 0,00 0,00 0,00 33,34 33,34 8,34 T3B3 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Total 233,37 400,05 233,36 433,38 1300,16
Rata-rata 14,59 25,00 14,59 27,09 20,32 Transformasi Data Kejadian Penyakit Sclerotium rolfsii Sacc. (%) Pada 3 MSI ke dalam arc sin √x
Ulangan Perlakuan
I II III IV Total Rata-
rata
T0B0 54,74 54,74 54,74 54,74 218,95 54,74 T0B1 35,27 35,27 35,27 54,74 160,54 40,14 T0B2 35,27 54,74 35,27 54,74 180,01 45,00 T0B3 4,97 4,97 4,97 35,27 50,17 12,54 T1B0 35,27 35,27 4,97 35,27 110,77 27,69 T1B1 35,27 35,27 35,27 4,97 110,77 27,69 T1B2 4,97 4,97 4,97 35,27 50,17 12,54 T1B3 35,27 35,27 4,97 35,27 110,77 27,69 T2B0 4,97 54,74 54,74 54,74 169,18 42,30 T2B1 4,97 35,27 4,97 4,97 50,17 12,54 T2B2 4,97 4,97 4,97 4,97 19,87 4,97 T2B3 4,97 4,97 4,97 4,97 19,87 4,97 T3B0 4,97 35,27 4,97 4,97 50,17 12,54 T3B1 4,97 4,97 4,97 4,97 19,87 4,97 T3B2 4,97 4,97 4,97 35,27 50,17 12,54 T3B3 4,97 4,97 4,97 4,97 19,87 4,97
43
Total 280,76 410,60 269,93 430,07 1.391,36 Rata-rata 17,55 25,66 16,87 26,88 21,74
Tabel Dwi Kasta Rataan Perlakuan T0 T1 T2 T3 Rataan
B0 66,67 25,01 50,00 8,34 37,50 B1 41,67 25,01 8,34 0,00 18,75 B2 50,01 8,34 0,00 8,34 16,67 B3 8,34 25,01 0,00 0,00 8,34
Rataan 41,67 20,84 14,58 4,17 20,32 Tabel Dwi Kasta Rataan (Transformasi) Perlakuan T0 T1 T2 T3 Rataan
B0 54,74 27,69 42,30 12,54 34,32 B1 40,14 27,69 12,54 4,97 21,34 B2 45,00 12,54 4,97 12,54 18,76 B3 12,54 27,69 4,97 4,97 12,54
Rataan 38,10 23,91 16,19 8,76 21,74 Analisa Sidik Ragam
SK DB JK KT Fhitung F05 F01 Perlakuan 15 16181,36 1078,76 6,45 ** 1,88 2,44
T 3 7549,67 2516,56 15,04 ** 2,80 4,22 B 3 4028,62 1342,87 8,03 ** 2,80 4,22
N x K 9 4603,07 511,45 3,06 ** 2,08 2,80 Galat 48 8029,72 167,29 Total 63 24211,08
Fk = 30248,30 Ket : tn = tidak nyata kk = 59% * = nyata
** = sangat nyata
44
Uji Jarak Berganda Duncan Faktor T Sy = 6,47
P 2 3 4 SSR 0,5 2,845 2,98 3,09 LSR 0,5 18,40 19,27 19,98
T3 T2 T1 T0
8,76 16,19 23,91 38,10 a b
Faktor B Sy = 6,47
P 2 3 4 SSR 0,5 2,845 2,98 3,09 LSR 0,5 18,40 19,27 19,98
B3 B2 B1 B0 12,54 18,76 21,34 34,32
a b
Interaksi Faktor T x B Sy = 6,47
P 2 3 4 5 6 7 SSR 0,5 2,845 2,98 3,09 3,165 3,21 3,255 LSR 0,5 18,40 19,27 19,98 20,47 20,76 21,05
T0B3
T2B2 T1B2 T2B3 T2B1 T1B0 T3B1 T3B0 T1B1 T3B3 T3B2 T1B3 T0B1 T2B0 T0B2 T0B0 4,97 12,54 27,69 40,14 42,3 45,00 54,74
a b c d
45
Lampiran 5. Data Kejadian Penyakit Sclerotium rolfsii Sacc (%) Pada 4 MSI Ulangan
Perlakuan I II III IV
Total Rata-rata
T0B0 66,67 66,67 100,00 100,00 333,34 83,34 T0B1 33,34 66,67 33,34 66,67 200,02 50,01 T0B2 33,34 66,67 33,34 66,67 200,02 50,01 T0B3 0,00 0,00 0,00 33,34 33,34 8,34 T1B0 33,34 33,34 33,34 33,34 133,36 33,34 T1B1 66,67 33,34 33,34 0,00 133,35 33,34 T1B2 0,00 0,00 0,00 33,34 33,34 8,34 T1B3 33,34 33,34 0,00 33,34 100,02 25,01 T2B0 0,00 66,67 66,67 66,67 200,01 50,00 T2B1 0,00 33,34 0,00 0,00 33,34 8,34 T2B2 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 T2B3 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 T3B0 0,00 66,67 0,00 0,00 66,67 16,67 T3B1 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 T3B2 0,00 0,00 33,34 33,34 66,68 16,67 T3B3 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Total 266,70 466,71 333,37 466,71 1533,49
Rata-rata 16,67 29,17 20,84 29,17 23,96 Transformasi Data Kejadian Penyakit Sclerotium rolfsii Sacc. (%) Pada 4 MSI ke dalam arc sin √x
Ulangan Perlakuan
I II III IV Total Rata-
rata
T0B0 54,74 54,74 85,03 85,03 279,54 69,88 T0B1 35,27 54,74 35,27 54,74 180,01 45,00 T0B2 35,27 54,74 35,27 54,74 180,01 45,00 T0B3 4,97 4,97 4,97 35,27 50,17 12,54 T1B0 35,27 35,27 35,27 35,27 141,07 35,27 T1B1 54,74 35,27 35,27 4,97 130,24 32,56 T1B2 4,97 4,97 4,97 35,27 50,17 12,54 T1B3 35,27 35,27 4,97 35,27 110,77 27,69 T2B0 4,97 54,74 54,74 54,74 169,18 42,30 T2B1 4,97 35,27 4,97 4,97 50,17 12,54 T2B2 4,97 4,97 4,97 4,97 19,87 4,97 T2B3 4,97 4,97 4,97 4,97 19,87 4,97 T3B0 4,97 54,74 4,97 4,97 69,64 17,41 T3B1 4,97 4,97 4,97 4,97 19,87 4,97 T3B2 4,97 4,97 35,27 35,27 80,47 20,12 T3B3 4,97 4,97 4,97 4,97 19,87 4,97
46
Total 300,23 449,54 360,83 460,36 1.570,96 Rata-rata 18,76 28,10 22,55 28,77 24,55
Tabel Dwi Kasta Rataan Perlakuan T0 T1 T2 T3 Rataan
B0 83,34 33,34 50,00 16,67 45,84 B1 50,01 33,34 8,34 0,00 22,92 B2 50,01 8,34 0,00 16,67 18,75 B3 8,34 25,01 0,00 0,00 8,34
Rataan 47,92 25,00 14,58 8,33 23,96 Tabel Dwi Kasta Rataan (Transformasi) Perlakuan T0 T1 T2 T3 Rataan
B0 69,88 35,27 42,30 17,41 41,21 B1 45,00 32,56 12,54 4,97 23,77 B2 45,00 12,54 4,97 20,12 20,66 B3 12,54 27,69 4,97 4,97 12,54
Rataan 43,11 27,02 16,19 11,87 24,55 Analisa Sidik Ragam
SK DB JK KT Fhitung F05 F01 Perlakuan 15 21730,44 1448,70 6,73 ** 1,88 2,44
T 3 9299,28 3099,76 14,40 ** 2,80 4,22 B 3 7002,12 2334,04 10,84 ** 2,80 4,22
N x K 9 5429,04 603,23 2,80 ** 2,08 2,80 Galat 48 10331,58 215,24
Total 63 32062,02
Fk = 38561,16 Ket : tn = tidak nyata kk = 60% * = nyata
** = sangat nyata
47
Uji Jarak Berganda Duncan Faktor T Sy = 7,34
P 2 3 4 SSR 0,5 2,845 2,98 3,09 LSR 0,5 20,87 21,86 22,67
T3 T2 T1 T0
11,87 16,19 27,02 43,11 a b
Faktor B Sy = 7,34
P 2 3 4 SSR 0,5 2,845 2,98 3,09 LSR 0,5 20,870 21,860 22,667
B3 B2 B1 B0 12,54 20,66 23,77 41,21
a b
Interaksi Faktor T x B Sy = 7,34
P 2 3 4 5 6 7 8 9 10 SSR 0,5 2,845 2,98 3,09 3,165 3,21 3,255 3,29 3,32 3,34 LSR 0,5 20,87 21,86 22,67 23,22 23,55 23,88 24,13 24,35 24,50
T2B2 T2B3 T0B3 T3B1 T1B2 T0B1 T3B3 T2B1 T3B0 T3B2 T1B3 T1B1 T1B0 T2B0 T0B2 T0B0 4,97 12,54 17,41 20,12 27,69 32,56 35,27 42,30 45,00 69,88
• a b c d e
48
Lampiran 6. Data Kejadian Penyakit Sclerotium rolfsii Sacc (%) Pada 5 MSI
Ulangan Perlakuan I II III IV
Total Rata-rata
T0B0 66,67 66,67 100,00 100,00 333,34 83,34 T0B1 33,34 66,67 33,34 66,67 200,02 50,01 T0B2 33,34 66,67 33,34 66,67 200,02 50,01 T0B3 0,00 0,00 0,00 66,67 66,67 16,67 T1B0 33,34 66,67 33,34 33,34 166,69 41,67 T1B1 66,67 33,34 33,34 0,00 133,35 33,34 T1B2 0,00 0,00 0,00 33,34 33,34 8,34 T1B3 66,67 33,34 0,00 66,67 166,68 41,67 T2B0 0,00 66,67 66,67 66,67 200,01 50,00 T2B1 0,00 33,34 0,00 0,00 33,34 8,34 T2B2 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 T2B3 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 T3B0 0,00 66,67 0,00 0,00 66,67 16,67 T3B1 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 T3B2 0,00 0,00 33,34 66,67 100,01 25,00 T3B3 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Total 300,03 500,04 333,37 566,70 1700,14
Rata-rata 18,75 31,25 20,84 35,42 26,56 Transformasi Data Kejadian Penyakit Sclerotium rolfsii Sacc. (%) Pada 5 MSI ke dalam arc sin √x
Ulangan Perlakuan
I II III IV Total Rata-
rata
T0B0 54,74 54,74 90,00 90,00 289,48 72,37 T0B1 35,27 54,74 35,27 54,74 180,01 45,00 T0B2 35,27 54,74 35,27 54,74 180,01 45,00 T0B3 4,97 4,97 4,97 54,74 69,64 17,41 T1B0 35,27 54,74 35,27 35,27 160,54 40,14 T1B1 54,74 35,27 35,27 4,97 130,24 32,56 T1B2 4,97 4,97 4,97 35,27 50,17 12,54 T1B3 54,74 35,27 4,97 54,74 149,71 37,43 T2B0 4,97 54,74 54,74 54,74 169,18 42,30 T2B1 4,97 35,27 4,97 4,97 50,17 12,54 T2B2 4,97 4,97 4,97 4,97 19,87 4,97 T2B3 4,97 4,97 4,97 4,97 19,87 4,97 T3B0 4,97 54,74 4,97 4,97 69,64 17,41 T3B1 4,97 4,97 4,97 4,97 19,87 4,97 T3B2 4,97 4,97 35,27 54,74 99,94 24,99 T3B3 4,97 4,97 4,97 4,97 19,87 4,97
49
Total 319,70 469,01 365,79 523,74 1.678,24 Rata-rata 19,98 29,31 22,86 32,73 26,22
Tabel Dwi Kasta Rataan Perlakuan T0 T1 T2 T3 Rataan
B0 83,34 41,67 50,00 16,67 47,92 B1 50,01 33,34 8,34 0,00 22,92 B2 50,01 8,34 0,00 25,00 20,84 B3 16,67 41,67 0,00 0,00 14,58
Rataan 50,00 31,25 14,58 10,42 26,56 Tabel Dwi Kasta Rataan (Transformasi) Perlakuan T0 T1 T2 T3 Rataan
B0 72,37 40,14 42,30 17,41 43,05 B1 45,00 32,56 12,54 4,97 23,77 B2 45,00 12,54 4,97 24,99 21,88 B3 17,41 37,43 4,97 4,97 16,19
Rataan 44,95 30,67 16,19 13,08 26,22 Analisa Sidik Ragam
SK DB JK KT Fhitung F05 F01 Perlakuan 15 23162,42 1544,16 5,31 ** 1,88 2,44
T 3 10296,88 3432,29 11,81 ** 2,80 4,22 B 3 6540,00 2180,00 7,50 ** 2,80 4,22
N x K 9 6325,55 702,84 2,42 * 2,08 2,80 Galat 48 13953,92 290,71
Total 63 37116,34
Fk = 44007,75 Ket : tn = tidak nyata kk = 65% * = nyata
** = sangat nyata
50
Uji Jarak Berganda Duncan Faktor T Sy = 8,53
P 2 3 4 SSR 0,5 2,845 2,98 3,09 LSR 0,5 24,25 25,40 26,34
T3 T2 T1 T0
13,08 16,19 30,67 44,95 a b
Faktor B Sy = 8,53
P 2 3 4 SSR 0,5 2,845 2,98 3,09 LSR 0,5 24,254 25,405 26,343
B3 B2 B1 B0 16,19 21,88 23,77 43,05
a b
Interaksi Faktor T x B Sy = 8,53
P 2 3 4 5 6 7 8 9 10 SSR 0,5 2,845 2,98 3,09 3,165 3,21 3,255 3,29 3,32 3,34 LSR 0,5 24,25 25,40 26,34 26,98 27,37 27,75 28,05 28,30 28,47
T2B2 T2B3 T3B1 T1B2 T0B3 T0B1 T3B3 T2B1 T3B0 T3B2 T1B1 T1B3 T1B0 T2B0 T0B2 T0B0 4,97 12,54 17,41 24,99 32,56 37,43 40,14 42,30 45,00 72,37
a b c d
51
Lampiran 7. Data Tinggi Tanaman (cm) Pada 7 MST Ulangan
Perlakuan I II III IV
Total Rata-rata
T0B0 35,20 30,00 47,50 33,80 146,50 36,63 T0B1 79,00 58,00 68,00 41,00 246,00 61,50 T0B2 76,00 45,00 57,00 65,00 243,00 60,75 T0B3 81,00 87,00 76,00 68,00 312,00 78,00 T1B0 76,20 62,50 54,00 57,80 250,50 62,63 T1B1 39,00 76,00 79,00 86,00 280,00 70,00 T1B2 97,00 89,00 91,00 64,20 341,20 85,30 T1B3 98,00 90,00 86,00 85,00 359,00 89,75 T2B0 95,50 91,00 88,80 87,20 362,50 90,63 T2B1 95,00 53,00 86,00 84,00 318,00 79,50 T2B2 98,00 97,00 84,00 81,00 360,00 90,00 T2B3 98,00 86,00 78,80 93,00 355,80 88,95 T3B0 90,80 61,30 87,50 85,20 324,80 81,20 T3B1 90,00 95,00 83,00 90,00 358,00 89,50 T3B2 97,00 89,00 90,00 58,70 334,70 83,68 T3B3 98,00 92,00 89,00 82,00 361,00 90,25 Total 1343,70 1201,80 1245,60 1161,90 4953,00
Rata-rata 83,98 75,11 77,85 72,62 77,39 Tabel Dwi Kasta Rataan Perlakuan T0 T1 T2 T3 Rataan
B0 36,63 62,63 90,63 81,20 67,77 B1 61,50 70,00 79,50 89,50 75,13 B2 60,75 85,30 90,00 83,68 79,93 B3 78,00 89,75 88,95 90,25 86,74
Rataan 59,22 76,92 87,27 86,16 77,39 Analisa Sidik Ragam
SK DB JK KT Fhitung F05 F01 Perlakuan 15 14071,22 938,08 6,33 ** 1,88 2,44
T 3 8077,65 2692,55 18,17 ** 2,80 4,22 B 3 3064,52 1021,51 6,89 ** 2,80 4,22
N x K 9 2929,05 325,45 2,20 * 2,08 2,80 Galat 48 7112,19 148,17
Total 63 21183,41
Fk = 383315,77 Ket : tn = tidak nyata Kk = 16% * = nyata
** = sangat nyata
52
Uji Jarak Berganda Duncan Faktor T Sy = 6,09
P 2 3 4 SSR 0,5 2,845 2,98 3,09 LSR 0,5 17,32 18,14 18,81
T0 T1 T3 T2
59,22 76,92 86,16 87,27 a • b Faktor B Sy = 6,09
P 2 3 4 SSR 0,5 2,845 2,98 3,09 LSR 0,5 17,315 18,137 18,807
B0 B1 B2 B3
67,77 75,13 79,93 86,74 a b
53
Lampiran 8. Data Tinggi Tanaman (cm) Pada 8 MST Ulangan
Perlakuan I II III IV
Total Rata-rata
T0B0 36,00 32,00 49,00 35,00 152,00 38,00 T0B1 79,80 58,50 68,50 42,00 248,80 62,20 T0B2 77,00 45,40 58,00 66,00 246,40 61,60 T0B3 81,50 88,00 76,80 68,50 314,80 78,70 T1B0 78,00 63,50 58,70 61,00 261,20 65,30 T1B1 39,50 76,80 79,60 86,50 282,40 70,60 T1B2 97,50 89,50 91,50 87,05 365,55 91,39 T1B3 99,00 90,50 87,00 86,00 362,50 90,63 T2B0 97,00 92,80 90,00 89,00 368,80 92,20 T2B1 95,50 54,00 87,80 85,30 322,60 80,65 T2B2 98,50 98,00 84,50 83,60 364,60 91,15 T2B3 99,00 87,00 80,50 93,50 360,00 90,00 T3B0 92,40 62,20 89,00 87,00 330,60 82,65 T3B1 90,50 95,50 83,50 90,50 360,00 90,00 T3B2 98,00 89,80 91,00 86,50 365,30 91,33 T3B3 99,00 92,50 90,00 82,50 364,00 91,00 Total 1358,20 1216,00 1265,40 1229,95 5069,55
Rata-rata 84,89 76,00 79,09 76,87 79,21 Tabel Dwi Kasta Rataan
Perlakuan T0 T1 T2 T3 Rataan
B0 38,00 65,30 92,20 82,65 69,54 B1 62,20 70,60 80,65 90,00 75,86 B2 61,60 91,39 91,15 91,33 83,87 B3 78,70 90,63 90,00 91,00 87,58
Rataan 60,13 79,48 88,50 88,74 79,21 Analisa Sidik Ragam
SK DB JK KT Fhitung F05 F01 Perlakuan 15 14752,11 983,47 8,29 ** 1,88 2,44
T 3 8664,09 2888,03 24,33 ** 2,80 4,22 B 3 3144,25 1048,08 8,83 ** 2,80 4,22
N x K 9 2943,77 327,09 2,76 * 2,08 2,80 Galat 48 5697,48 118,70
Total 63 20449,58
Fk = 401567,77 Ket : tn = tidak nyata Kk = 14% * = nyata
** = sangat nyata
54
Uji Jarak Berganda Duncan Faktor T Sy = 5,45
P 2 3 4 SSR 0,5 2,845 2,98 3,09 LSR 0,5 15,50 16,23 16,83
T0 T1 T2 T3
60,13 79,48 88,50 88,74 a • b Faktor B Sy = 5,45
P 2 3 4 SSR 0,5 2,845 2,98 3,09 LSR 0,5 15,498 16,233 16,833
B0 B1 B2 B3
69,54 75,86 83,87 87,58 a b
55
Lampiran 9. Data Produksi Berat Kering Biji Kedelai (gr/tanaman) Ulangan Total Rata-rata
Perlakuan I II III IV
T0B0 2,94 3,50 5,98 6,58 19,00 4,75 T0B1 16,74 6,78 8,42 8,63 40,58 10,14 T0B2 14,32 6,89 11,99 9,08 42,28 10,57 T0B3 11,48 22,89 15,13 8,35 57,85 14,46 T1B0 9,68 8,73 9,81 5,91 34,14 8,53 T1B1 12,94 13,32 15,79 10,37 52,42 13,11 T1B2 18,75 26,22 18,02 8,44 71,43 17,86 T1B3 22,43 20,08 25,08 7,52 75,12 18,78 T2B0 11,89 10,80 11,62 8,90 43,22 10,81 T2B1 15,29 17,64 14,61 11,76 59,30 14,82 T2B2 31,34 23,16 21,90 21,75 98,16 24,54 T2B3 25,12 23,64 14,29 8,27 71,32 17,83 T3B0 21,68 14,71 11,28 13,30 60,97 15,24 T3B1 14,78 16,50 14,26 12,01 57,55 14,39 T3B2 22,95 21,26 22,68 19,52 86,40 21,60 T3B3 30,08 31,06 32,82 30,44 124,41 31,10 Total 282,43 267,19 253,69 190,83 994,14
Rata-rata 17,65 16,70 15,86 11,93 15,53 Tabel Dwi Kasta Rataan
Perlakuan T0 T1 T2 T3 Rataan
B0
4,75
8,53
10,81
15,24 9,83
B1
10,14
13,11
14,82
14,39
13,12
B2
10,57
17,86
24,54
21,60
18,64
B3
14,46
18,78
17,83
31,10
20,54
Rataan
9,98
14,57
17,00
20,58
15,53 Analisa Sidik Ragam
SK DB JK KT Fhitung F F01 Perlakuan 15 2526,94 168,46 8,55 ** 1,88 2,44
T 3 950,37 316,79 16,09 ** 2,80 4,22 B 3 1169,65 389,88 19,80 ** 2,80 4,22
N x K 9 406,93 45,21 2,30 * 2,08 2,80 Galat 48 945,34 19,69
Total 63 3472,28
Fk = 15442,31 Ket : tn = tidak nyata
56
Kk= 29% * = nyata ** = sangat nyata
Uji Jarak Berganda Duncan Faktor T Sy = 2,22
T0 T1 T2 T3 9,98 14,57 17,00 20,58
a b c Faktor B Sy = 2,22
B0 B1 B2 B3 9,83 13,12 18,64 20,54
a b c
57
Lampiran 10.
DESKRIPSI VARIETAS KABA
Nomor Galur : MSC 9524-IV-C-7 Asal : Silang ganda 16 tetua Warna
- hipokotil : Ungu - epikotil : Hijau - Bunga : Ungu - Bulu : Coklat - Kulit Polong Masak : Coklat
Daun - Warna : Hijau tua - Bentuk : -
Tipe Tumbuh : Determinate Tinggi Tanaman (cm) : 64 Percabangan : - Umur (hari)
- Mulai Berbunga : 35 - Saat Panen : 85
Rata-rata Hasil : 2,13 ton/ha Biji
- Warna Kulit Biji : Kuning - Warna Hilum : Coklat - Bentuk Biji : Lonjong - Ukuran Biji : -
Bobot 100 Biji (g) : 10,37 Kandungan (%)
- Lemak : 14 - Protein : 44 - Air : 8,0
Ketahanan Terhadap - Rebah : - - Penyakit : Agak tahan terhadap penyakit karat daun
Keterangan : - Tahun dilepas : 22 Oktober 2001 No. SK Pelepasan : 532/KPTS/P40/10/2001 Sumber : UPT. Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih IV Dinas Pertanian Sumatera Utara, Medan, 2004.
58
Lampiran 11. Foto Gejala Serangan Sclerotium rolfsii
Gambar 1. Gejala serangan awal Sclerotium rolfsii
Gambar 2. Gejala serangan akhir Sclerotium rolfsii
59
Lampiran 11. Foto Jamur
Gambar 3. Gambar jamur Sclerotium rolfsii
Gambar 4. Jamur Trichoderma harzianum
60
Lampiran 12. Foto Lahan Penelitian
Gambar 5. Lahan penelitian tampak dari depan
61
Lampiran 13. Foto Biakan Murni
Gambar 6. Biakan Murni Sclerotium rolfsii
Gambar 7. Biakan Murni Trichoderma harzianum
62
Lampiran 14. Foto Jamur Trichoderma harzianum Dalam Media Dedak
Gambar 8. Perbanyakan jamur Trichoderma harzianum dalam media dedak