PENGARUH BALI DEMOCRACY FORUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42118...Keluarga...

141
PENGARUH BALI DEMOCRACY FORUM TERHADAP TRANSISI DEMOKRASI MYANMAR PERIODE 2012-2014 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Oleh Vanny El Rahman (1113113000011) PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1438H/2017 M

Transcript of PENGARUH BALI DEMOCRACY FORUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42118...Keluarga...

Page 1: PENGARUH BALI DEMOCRACY FORUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42118...Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

PENGARUH BALI DEMOCRACY FORUM

TERHADAP TRANSISI DEMOKRASI

MYANMAR PERIODE 2012-2014

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh

Vanny El Rahman

(1113113000011)

PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1438H/2017 M

Page 2: PENGARUH BALI DEMOCRACY FORUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42118...Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Page 3: PENGARUH BALI DEMOCRACY FORUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42118...Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Page 4: PENGARUH BALI DEMOCRACY FORUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42118...Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Page 5: PENGARUH BALI DEMOCRACY FORUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42118...Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

V

ABSTRAK

Vanny El Rahman (1113113000011), Skripsi; Pengaruh Bali Democracy Forum

Terhadap Transisi Demokrasi Myanmar Periode 2012-2014, 2017 Hubungan

Internasional, FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Skripsi ini menganalisis pengaruh Bali Democracy Forum (BDF) terhadap

transisi demokrasi Myanmar periode 2012-2014. Bahsan dalam skripsi ini dimulai

dari inisiasi Indonesia untuk menyelenggarakan BDF sebagai forum antar-negara

yang membahas tentang demokrasi. BDF digagas berdasarkan pengalaman

demokrasi Indonesia. Melalui BDF, Indonesia percaya bahwa proses

pembelajaran akan mendukung penegakan demokrasi. BDF diselenggarakan

setahun pasca Revolusi Saffron di Myanmar. Revolusi tersebut menuntut

Myanmar untuk menegakkan demokrasi. Myanmar berpartisipasi aktif dalam

BDF di tengah transisi pemerintahannya. Sebagai forum yang mengedepankan

dialog, rupanya BDF memberikan pengaruh tersendiri terhadap transisi demokrasi

Myanmar. Maka, tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis bagaimana

proses BDF menyebarkan norma demokrasi ke Myanmar, sehingga membantu

proses transisi demokrasinya.

Metode kualitatif dipilih sebagai instrumen analisis dari data primer dan

sekunder yang didapatkan. Wawancara dilakukan kepada elemen-elemen yang

terkait dengan BDF guna mengumpulkan data primer, seperti Kemlu, Institute for

Peace and Democracy (IPD), dan akademisi. Studi pustaka digunakan untuk

mendapatkan data sekunder. Kerangka teori yang digunakan adalah

Konstruktivisme dan Konsep Demokrasi. Berdasarkan pemparan di atas,

ditemukan bahwa BDF memiliki tiga peran dalam menyebarkan demokrasi, yaitu

sebagai inisiator, motivator, dan fasilitator. Tiga peran tersebut dibangun atas

kepercayaan Myanmar kepada Indonesia yang menjadikannya sebagai kiblat

berdemokrasi. Berbagai faktor mempengaruhi kualitas kepercayaan Myanmar

kepada BDF, seperti sejarah, lingkungan, dan paham demokrasi. Pendekatan unik

yang dimiliki BDF, dengan mengedepankan aktualisasi kearifan lokal, menjadi

faktor utama yang menentukan keberahasilan transformasi norma demokrasi ke

Myanmar.

Kata Kunci: Indonesia, Myanmar, BDF, Institute for Peace and Democracy

(IDP), Demokrasi, Konstruktivisme

Page 6: PENGARUH BALI DEMOCRACY FORUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42118...Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

VI

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim, segala puji bagi Allah SWT. Tuhan semesta

alam yang telah mempermudah atas segala kesulitan melalui rahmat dan hidayah-

Nya kepada penulis sehingga mampu menyelesaikan skripsi ini. Shalawat beriring

salam juga penulis haturkan kepada Nabi Muhammad SAW.

Penulis menyadari bahwa hambatan terbesar dalam menyusun skripsi ini

adalah kemalasan dan ketidakkonsistenan. Namun, dukungan, motivasi, dan saran

juga datang seiring hambatan menguji penulis. Oleh sebab itu, sekiranya penulis

perlu mengucapkan terima kasih kepada mereka yang telah mendukung untuk

menyelesaikan skripsi ini, mereka adalah:

1. Keluarga penulis, Ayahanda Abdul Mujib, Ibunda Maria Ulfa, dan adinda

Tuhfatul Millah yang telah mendukung untuk menyelesaikan skripsi.

2. Ahmad Syaifuddin Zuhri, sebagai dosen pembimbing. Terima kasih atas

bimbingan dan kesabaran yang telah didedikasikan.

3. Segenap jajaran Kepala dan Sekretaris Program Studi HI UIN Jakarta,

Bapak Adian Firnas dan Ibu Eva Mushoffa.

4. Segenap jajaran dosen dan staf di FISIP UIN Jakarta yang telah

memberikan ilmu kepada penulis.

5. Seluruh jajaran Staf Direktorat Diplomasi Publik Kementerian Luar

Negeri, seperti Pak Al Busyra Basnur, Pak Agus, Mba Orchid, Mas Ibnu,

dan masih banyak lagi, atas segala bantuan dan inspirasi yang diberikan

kepada penulis mulai dari magang, menulis buku “Permata dari Surga”,

hingga menyelesaikan penelitian ini.

6. Kepada Direktur Eksekutif IPD, Tim Kajian ASEAN di LIPI, dan Prof.

Aleksius Jemadu, atas kebesaran hatinya untuk menyempatkan waktunya

kepada penulis untuk melakukan wawancara singkat demi.

7. Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik atas segala pelajaran berharganya yang tidak

didapatkan di kelas.

8. Teman-teman seperjuangan di HMI yang terkumpul dalam grup CBB,

mulai dari “Abah” Gifar, Arip “Mbot”, Mas Oji, Mas Bim, Cahyo, “Pres”

Page 7: PENGARUH BALI DEMOCRACY FORUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42118...Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

VII

Aly, Bagus, “Don” Hendri, Riri, Mursyid, Bos Lini, Sakiin, Feniin, Fira,

Indah, hingga “Prof” Sabrina, yang telah menjadi kelompok diskusi

hingga pembuat onar di rumah penulis.

9. Teman-teman seangkatan selama menempuh ilmu di Pondok Pesantren

Darunnajah, seperti Khemas, Iqbal, Setiawan, dan masih banyak lagi, atas

segala dukungan dan selingan ketika penulis jenuh mengerjakan skripsi.

10. Seluruh personil “Kosan Gober”, mulai dari Bang Oon, Bang Isnan, Bang

Along, Bang Amip, Bogel, Ruhul, Ambon, Cile, Mukol, dan khususnya

kepada (Alm) Afif Hasan Naufal –semoga diberi ketenangan di sisi Allah

SWT, Aaamiin-,.

11. Kabinet “Barisan Kita” Dewa Ekselutif Mahasiswa UIN Jakarta, mulai

dari Riyan Hidayat dan seluruh teman-teman pengurus

12. Teman-Teman HI angkatan 2013, mulai dari Etika, Amel, Alika, Sarah,

Iqbal, Tris, dan Opin serta masih banyak lagi yang tidak dapat disebutkan

satu-persatu. Terima kasih atas suka-duka yang telah dilewati selama 8

semester.

Tidak ada yang bisa penulis berikan selain doa kepada Allah SWT agar

diberikan balasan yang setimpal, Aamiin. Terakhir, penulis menyadari bahwa

skripsi ini memiliki banyak kekurangan. Oleh sebab itu, kritik dan saran sangat

terbuka bagi penulis sebagai bahan pertimbangan perbaikan skripsi. Semoga

skripsi ini bermanfaat bagi siapapun yang membaca dan mampu memberikan

sumbangsih bagi studi Hubungan Internasional. Alhamdulillahirabbil’alamin

Jakarta, 14 Juli 2017

Vanny El Rahman

Page 8: PENGARUH BALI DEMOCRACY FORUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42118...Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

VIII

DAFTAR ISI

ABSTRAK ................................................................................................................... v

KATA PENGANTAR ................................................................................................... vi

DAFTAR ISI .................................................................................................................. vii

DAFTAR TABEL .......................................................................................................... x

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................................. xi

DAFTAR SINGKATAN ............................................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN

A. Pernyataan Masalah ............................................................................ 1

B. Pertanyaan Penelitian .......................................................................... 7

C. Tujuan dan Manfaat ............................................................................ 7

D. Tinjauan Pustaka ................................................................................. 7

E. Kerangka Teoritis ............................................................................... 9

1. Konstruktivisme ..................................................................... 9

2. Konsep Demokrasi ................................................................. 14

F. Metode Penelitian ............................................................................... 19

G. Sistematika Penulisan ......................................................................... 21

BAB II BALI DEMOCRACY FORUM

A. Bali Democracy Forum: Sebuah Pengantar ........................................ 23

B. Mekanisme BDF dan Perkembangan Setiap Tahunnya ...................... 28

C. Demokrasi dalam Perspektif Indonesia .............................................. 32

D. BDF sebagai Kebijakan Luar Negeri Indonesia ................................. 35

E. BDF sebagai Instrumen Diplomasi Indonesia .................................... 40

BAB III DINAMIKA DEMOKRASI MYANMAR

A. Sejarah Kemerdekaan Myanmar ......................................................... 44

B. Keruntuhan Demokrasi Myanmar ...................................................... 47

C. Kebangkitan Rezim Militer Myanmar era Ne Win ............................. 52

D. Rezim Militer Myanmar era Saw Maung ........................................... 57

E. Rezim Militer Myanmar era Than Shwe ............................................ 61

F. Peran Aung San Suu Kyi Mengawal Kebangkitan Demokrasi

Myanmar ............................................................................................ 67

BAB IV PENGARUH BALI DEMOCRACY FORUM TERHADAP TRANSISI

DEMOKRASI MYANMAR PERIODE 2012-2014

A. Perubahan Identitas Myanmar ............................................................ 73

1. Identitas Lama Myanmar ................................................ 73

2. Identitas Baru Myanmar .................................................. 79

Page 9: PENGARUH BALI DEMOCRACY FORUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42118...Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

IX

B. BDF sebagai Life Cycle of Norms ....................................................... 85

1. Norma Demokrasi BDF .................................................. 86

2. BDF sebagai Agen Share Ideas of Democracy ............... 89

C. Pengaruh BDF terhadap Transisi Demokrasi Myanmar ..................... 93

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ......................................................................................... 103

B. Saran ................................................................................................... 106

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... cvii

Lampiran-lampiran ........................................................................................................ cxix

Page 10: PENGARUH BALI DEMOCRACY FORUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42118...Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

X

DAFTAR TABEL

Tabel II.B.1 Perkembangan BDF Setiap Tahun ................................................... 29

Tabel III.D.I Pelanggaran HAM oleh SLORC...................................................... 60

Tabel III.E.1 Distribusi Pengungsi ke Negara Penerima oleh Thailand .............. 64

Tabel III.E.2 Jumlah IDPs di Myanmar dari Berbagai Etnis ................................ 65

Tabel IV.C Peran IPD dalam Demokratisasi Myanmar ....................................... 96

Page 11: PENGARUH BALI DEMOCRACY FORUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42118...Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

XI

DAFTAR GAMBAR

Gambar I. A.1 Foto Bersama Delegasi BDF ke-5 ............................................ 25

Gambar IV.A.1 Peta Perbatasan Myanmar-China ............................................. 78

Gambar IV.B.1 Skema Pengaruh BDF terhadap Demokrasi Myanmar

Berdasarkan Perspektif Konstruktivisme ................................. 92

Page 12: PENGARUH BALI DEMOCRACY FORUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42118...Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

XII

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 :Wawancara dengan Aleksius Jemadu ...................................... cxix

Lampiran II :Wawancara dengan Agus Heryana .......................................... cxxi

Lampiran III :Wawancara dengan I Ketut Putra Erawan ................................ cxxiv

Lampiran IV :Wawancara dengan Khanisa Krisman .................................... cxxvii

Page 13: PENGARUH BALI DEMOCRACY FORUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42118...Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

XIII

DAFTAR SINGKATAN

AFPFL Anti-Facist People Freedom League

AIPR Asean Institute for Peace and Reconciliation

APSC Asean Political-Security Community

AS Amerika Serikat

ASEAN Association of Southeast Asia Nations

AUD Australian Dollar

BBM Bahan Bakar Minyak

BDF Bali Democracy Forum

BIA Burma Independence Army

BSPP Burma Socialist Program Party

CLMV Cambodia, Laos, Myanmar, dan Vietnam

CSIS Center for Strategic and International Studies

HAM Hak Asasi Manusia

HI Hubungan Internasional

ICC International Crisis Group

IPD Institute for Peace and Democracy

KAA Konferensu Asia Afrika

Kemlu Kementerian Luar Negeri

KKN Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme

KLN Kebijakan Luar Negeri

MDRI Myanmar Development Resource Institute

MNHRC Myanmar National Human Right Commission

MSIS Myanmar Institute for Social and International Studies

NCGUB National Coalition of Government Union of Burma

NLD National League for Democracy

NOK Norwegia Kroner

PBB Perserikatan Bangsa-Bangsa

SBY Susilo Bambang Yudhoyono

SLORC State Law and Order Restoration Council

SPDC State Peace Development Council

TAC Treaty of Amity and Cooperation in Southeast Asia

TBC The Border Consortium

UE Uni Eropa

USD United States Dollar

USDP Union Solidarity and Development Party

Page 14: PENGARUH BALI DEMOCRACY FORUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42118...Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Pernyataan Masalah

Indonesia dikenal sebagai negara demokrasi terbesar ketiga di dunia.1

Sebutan tersebut melekat kepada Indonesia di tengah heterogenitas yang tinggi,

mulai dari 17.000 lebih pulau,2 1.128 suku bangsa, 743 bahasa,

3 6 agama besar di

dunia, hingga yang menarik adalah 85% dari 230 juta lebih penduduknya

beragama Islam.4

Tantangan selalu hadir sepanjang demokrasi menjadi bagian dari Indonesia,

setidaknya sejak Orde Baru. Indonesia berhasil menemukan formulasi

demokrasinya setelah jatuh-bangun penegakannya di setiap rezim pemerintahan.

Pada Orde Lama, Soekarno mengakui bahwa Indonesia menerapkan sistem

demokrasi terpimpin. Walaupun dibungkus dengan cover demokrasi, namun

unsur-unsur demokrasi tidak pernah diterapkan, seperti pemilu. Bahkan konstitusi

demokrasi terpimpin menetapkan Soekarno sebagai presiden seumur hidup dan

menjadi satu-satunya pemimpin yang paling berkuasa5.

Pada Orde Baru, Indonesia mengusung Demokrasi Pancasila yaitu

demokrasi yang bersandarkan kepada nilai-nilai pancasila, Undang-Undang Dasar

1945 (UUD 1945), dan ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara

1Michael Buehler, “Islam and Democracy in Indonesia,” Insight Turkey 11 No.4 (2009): 51

2Zane Goebel, “The Idea of Ethnicity in Indonesia,” Tilburg Papers in Culture Studies 71

(September 2013): 2 3Heru Nurrohman, Program Bimbingan dan Konseling Berbasis Nilai-Nilai Budaya Untuk

Meningkatkan Kemampuan Penyesuaian diri Peserta Didik SMAN Kota Palangkaraya, (Bandung:

UPI, 2013) 2 4Buehler, “Islam and Democracy”, 51

5Ikrar Nusa Bhakti, The Asia Pacific: A Region in Transition, (Honolulu:APCSS Studies,

2004): 198

Page 15: PENGARUH BALI DEMOCRACY FORUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42118...Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

2

(MPRS). Bergantinya rezim demokrasi dinilai karena Soekarno telah melakukan

penyelewengan terhadap UUD 1945, yaitu dengan penetapan dirinya sebagai

presiden seumur hidup, padahal masa jabatan presiden telah diatur selama lima

tahun.6 Demokrasi Pancasila pun tidak memberikan jaminan bagi partisipasi

masyarakat dalam pembangunan. Lebih dari itu, demokrasi Orde Baru dianggap

sebagai masa kelam demokrasi Indonesia.

Selama 32 tahun Soeharto menjabat sebagai presiden, Demokrasi Pancasila

digunakan untuk melegitimasi kekuasaannya.7 Walaupun terselenggara pemilu

sebanyak enam kali, namun dengan politik monoloyolitas-nya Soeharto

mewajibkan seluruh pegawai negeri sipil untuk memilih Partai Golkar, sehingga

meniadakan kebebasan berpolitik.8 Kemudian, Soeharto menerapkan dwifungsi

ABRI yang menjadi legitimiasi militer untuk terlibat politik praktis.9 Abuse of

power menjadi ciri khas Orde Baru dengan meniadakan institusi/lembaga yang

mengawasi presiden, karenanya presiden menjadi penguasa mutlak.10

Krisis ekonomi 1997, sentralisasi kekuasaan, dan Korupsi, Kolusi, dan

Nepotisme (KKN) yang merajalela, menjadi momentum lahirnya Peristiwa

Reformasi 1998. Peristiwa tersebut melahirkan era reformasi yang ditandai

dengan silih bergantinya presiden Indonesia, dari Habibie, Abdurrahman Wahid,

hingga Megawati. Era reformasi diisi dengan proses pemantapan demokrasi

Indonesia, seperti mempersiapkan undang-undang pemilu, penghapusan

6Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,

2008), 131 7Bhakti, The Asia Pacific,198

8Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, 132

9Edward Aspinall dan Greg Fealy, Soeharto’s New Order and its Legacy, (Canberra: ANU

E Press, 2010), 5 10

Aspinall dan Fealy, Soeharto’s New Order, 109

Page 16: PENGARUH BALI DEMOCRACY FORUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42118...Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

3

dwifungsi ABRI, desentralisasi kekuasaan, dan pendirian lembaga negara.

Puncaknya adalah saat Indonesia berhasil menyeleggarakan pemilu legislatif dan

presiden secara bersamaan pada tahun 2004.11

Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) terpilih sebagai Presiden Indonesia

hasil pemilu 2004. Dinamika demokrasi Indonesia, transisi demokrasi yang

singkat dan aman, serta kondisi demografis Indonesia, menjadi modal berharga

yang dirasakan oleh SBY penting untuk dibagikan kepada negara lain. Di samping

itu, SBY juga merasa bahwa proses demokrasi belum usai di Indonesia, sehingga

Indonesia masih harus belajar praktik demokrasi dari negara lain. Oleh sebab itu,

Indonesia menginisiasi Bali Democracy Forum (BDF) sebagai forum yang

membahas tentang praktik demokrasi di berbagai negara.12

Bali Democracy Forum adalah forum tahunan antar negara pertama di Asia

yang membicarakan dan belajar tentang praktik berdemokrasi. Forum ini pertama

kali diselenggarakan pada Desember 2008 oleh SBY. Kegiatan ini dinaungi oleh

Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Republik Indonesia.13

Sebagai forum tahunan,

penyelenggaraan BDF dibantu oleh Institute for Peace and Democracy (IPD) di

Universitas Udayana. IPD juga hadir sebagai lembaga yang membantu Kemlu

untuk merealisasikan gagasan dari BDF disetiap tahunnya.14

11

Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, 135 12

Kartika Virgianti, SBY Berdiskusi Soal Demokrasi di Bali Democracy Forum, tersedia di

http://www.satuharapan.com/read-detail/read/sby-berdiskusi-soal-demokrasi-di-bali-democracy-

forum ; Internet; diunduh pada Jumat, 02 Desember 2016, pukul 01:25 WIB 13

Hassan Wirajuda, “The Bali Democracy Forum: Setting A New Strategic Agenda For

Asia” Southeast Asia Bulletin (CSIS Juni 2009) 1. 14

http://www.ipd.or.id/about-ipd/who-we-are diunduh pada Selasa, 22 November 2016

pukul 07.02 WIb

Page 17: PENGARUH BALI DEMOCRACY FORUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42118...Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

4

Forum ini bersifat inklusif, sehingga tidak menutup kemungkinan akan

hadirnya negara-negara yang tidak menganut demokrasi ataupun tengah menjalani

transisi ke arah demokrasi. Tidak hanya negara-negara di Asia, negara-negara di

benua lainnya juga diperbolehkan hadir pada forum ini sebagai pengamat atau

observer. Selain kepala negara, BDF turut mengundang para akademisi dan

negarawan di berbagai negara sebagai upaya untuk menghasilkan gagasan

demokrasi yang lebih variatif.15

Myanmar menjadi negara yang turut menghadiri BDF di setiap tahunnya.

Sebagai negara yang masih berkutat dengan rezim militer, kehadirannya menjadi

fenomena yang menarik. Hampir seluruh jabatan dan posisi strategis diduduki

oleh militer. Sejarah juga mencatat bahwa sipil tidak pernah berkuasa lama di

Myanmar.16

Dengan kata lain, hadirnya Myanmar dalam forum tersebut adalah

bukti inklusifitas BDF dalam menerima negara yang belum menganut demokrasi.

Tahun 2007 adalah kali kedua Myanmar dihadapkan dengan gelombang

protes yang dilakukan oleh penduduknya yang dikenal dengan Revolusi Saffron.

Tidak hanya masyarakat dalam negeri, jauh sebelum revolusi terjadi Amerika

Serikat dan Uni Eropa sudah menekan Myanmar agar menerapkan demokrasi,

namun masih gagal. Kegagalan berbagai aktor untuk menghadirkan demokrasi di

Myanmar ditanggapi melalui ungkapan Zin dan Joseph, “Despite the efforts of a

prodemocratic opposition movement and its-known figure, Burma seemed fated to

15

Michael Halans dan Danitsja Nassy, Indonesia’s Rise and Democracy Promotion in

Asia: The Bali Democracy Forum and Beyond, (Expert Seminar Report, The Hague 28 Oktober

2013) 7 16

Ita Mutiara Dewi, “Pengalaman Militer Burma: Sebuah Analisis Historis-Politis”, Jurnal

Istoria 1 (Januari 2005).

Page 18: PENGARUH BALI DEMOCRACY FORUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42118...Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

5

remain unfree and poor country in the military’s iron grip”.17

Ungkapan tersebut

menggambarkan sulitnya nilai-nilai demokrasi diterima oleh Myanmar.

Pasca revolusi tersebut, mulai terlihat indikasi bahwa Myanmar ingin

melakukan transisi demokrasi.18

Hal yang menarik adalah Kementerian Luar

Negeri (Kemlu) Republik Indonesia bersama dengan IPD turut aktif dalam

membangun sistem good governance Myanmar.19

Tidak hanya IPD, BDF bahkan

berhasil mengajak Asutralia dan Norwegia untuk membantu transisi demokrasi

Myanmar. Kehadiran IPD dan rekan-rekannya dalam membantu transisi

demokrasi menggambarkan bahwa BDF memberikan kontribusi terhadap

pembangunan demokrasi Myanmar.

Bali Democracy Forum memegang teguh prinsip homegrown democracy

atau berpatokan pada praktik-praktik nyata tentang nilai-nilai demokrasi oleh

negara peserta dengan tidak berpretensi untuk menyalahkan atau membenarkan

praktik tersebut.20

BDF berupaya untuk mengaktualisasikan antara demokrasi

dengan kearifan lokal. Hal tersebut menjadikan BDF unik dan menarik untuk

dikaji, bahwa forum dialog tersebut mampu merubah persepsi Myanmar tentang

demokrasi, yang sebelumnya upaya demokratisasi dari berbagai aktor selalu

ditolak.

Kondisi geografis dan kedekatan sosio-kultural menjadi pertimbangan pada

penelitian ini. Myanmar merupakan negara terbesar di perbatasan Asia Selatan,

17

Min Zin dan Brian Joseph.,“The Opening in Burma”, Journal of Democracy 23 (Oktober

2012); 104 18

Wilson Rojeki Sidauruk, “Peran Institute Institute for Peace and Democracy (IDP) dalam

Demokratisasi di Myanmar”, Jurnal JOM Fisip Vol.2, No.1 – Feb 2015 (Universitas Riau); 1 19

Sidauruk, “Peran Institute Peace, 7 20

Fuat Albayumi, Peran Bali Democracy Forum (BDF) dalam Demokrasi Indonesia

(Yogyakarta: Universitas Gajah Mada, 2014) 2

Page 19: PENGARUH BALI DEMOCRACY FORUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42118...Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

6

Asia Tenggara, dan Asia Timur, sehingga segala dinamika dalam negerinya

mampu memberikan efek negatif bagi stabilitas hubungan internasional -

khususnya di Asia tenggara dan Indonesia.21

Selain itu, Indonesia juga

bertanggung jawab untuk mewujudkan perdamaian dunia dan mempertahankan

atmosfir yang damai di Asia Tenggara. Secara demografis, Indonesia memiliki

kedekatan sejarah dengan Myanmar. Keduanya adalah negara yang dijajah oleh

Jepang dan pernah berkutat dengan rezim militer. Atas pertimbangan dua faktor

tersebut penelitian ini menjadikan Myanmar sebagai objek penelitian.

Periode 2012-2014 menjadi fokus karena intensitas bantuan yang diberikan

IPD dan perubahan statusnya. Sejak 2012, IPD terlibat aktif dalam memberikan

pelatihan kepada elit serta masyarakat Myanmar sebagai bentuk kesadaran

terhadap demokrasi. Kemudian, pada tahun 2015, IPD telah melepaskan diri

sebagai lembaga yang dinaungi oleh Kemlu. IPD menjadi yayasan mandiri.

Perubahan yang signifikan adalah jaringan atau networking yang dimiliki IPD

semakin luas, sehingga perlu diberikan batasan periodisasi.

Berdasarkan pemaparan di atas, terlihat bahwa BDF berkontribusi dalam

transisi demokrasi Myanmar. Namun, menarik untuk dikaji lebih jauh bagaimana

sesungguhnya forum pembelajaran dan dialog mampu memberikan kontribusi

terhadap pemahaman serta perkembangan demokrasi Myanmar. Dengan kata lain,

skripsi ini fokus terhadap sejauh mana gagasan demokrasi yang dipahami

Indonesia mampu untuk mengkonstruksi pemahaman demokrasi Myanmar.

21

Rohana Machmoed dan Hans-Joachim Esderts, Myanmar and the Wider Southeast Asia,

(Kuala Lumpur:ISIS, 1991) 22

Page 20: PENGARUH BALI DEMOCRACY FORUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42118...Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

7

B. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan pernyataan masalah yang telah dijelaskan, maka pertanyaan

penelitian yang diajukan adalah Bagaimana Pengaruh Bali Democracy Forum

Terhadap Transisi Demokrasi Myanmar Periode 2012-2014?

C. Tujuan dan Manfaat

Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah untuk mengetahui bagaimana BDF,

sebagai kebijakan luar negeri Indonesia, mampu untuk memberikan pengaruh

terhadap perkembangan dan transisi demokrasi di Myanmar pada periode 2012-

2014.

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai bentuk evaluasi terhadap upaya

Indonesia untuk menyebarkan nilai-nilai demokrasi. Secara lebih mendetail,

manfaat dari skripsi ini adalah untuk mencari tahu sejauh mana signifikansi BDF

sebagai instrumen Indonesia untuk menyebarkan nilai-nilai demokrasi.

D. Tinjauan Pustaka

Terdapat beberapa karya ilmiah -sebagai tinjauan pustaka- yang telah

menjelaskan seputar Bali Democracy Forum, Indonesia, dan demokrasi Myanmar,

seperti penelitian di bawah ini:

Skirpsi karya Asri Mustikawati yang berjudul “Indonesia’s Initiative in

Organising Bali Democracy Forum for Asia”. Penelitian mahasiswa UIN yang

diujikan pada tahun 2013 membahas mengenai latar belakang Indonesia

menyelenggarakan BDF. Mustika mempertimbangkan sejarah demokrasi

Indonesia dan dinamika demokrasi alasan mengapa Indonesia perlu mengadakan

Page 21: PENGARUH BALI DEMOCRACY FORUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42118...Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

8

BDF, sehingga Indonesia bisa belajar sekaligus berbagi pelajaran tentang praktik

demokrasi.

Fokus penelitian Mustikawati adalah bagaimana BDF memberikan

keuntungan bagi Indonesia. Komponen yang membedakan dengan skripsi ini

adalah bagaimana sesungguhnya proses transformasi norma demokrasi yang

diselenggarakan melalui BDF bisa diterima oleh negara pesertanya, khususnya

adalah Myanmar.

Tinjauan pustaka yang kedua adalah Jurnal Universitas Paramadina karya

Adian Firnas yang berjudul “Prospek Demokrasi Myanmar”. Jurnal yang

dikeluarkan pada Januari 2003 ini membahas tentang relasi antara militer dengan

pemerintahan Myanmar. Secara lebih spesifik, Firnas memaparkan alasan dibalik

kuatnya rezim militer di Myanmar sekaligus faktor-faktor yang mendorong

supaya militer menarik diri sistem pemerintahan.

Kesimpulan pada jurnal tersebut adalah dibutuhkannya peran komunitas

internasional untuk mendorong demokratisasi di Myanmar. Maka, skripsi ini

memposisikan BDF sebagai faktor eksternal yang mampu mengajak berbagai

institusi agar mendorong transisi demokrasi Myanmar.

Tinjauan pustaka berikutnya adalah jurnal karangan Juwono Sudarsono

yang berjudul “Democracy-Building in Southeast Asia”. Jurnal yang

dikompolasikan oleh Inter-Paliamentar Union Geneva ini dirilis pada tahun 1998.

Pada tulisannya, Sudarsono berupaya untuk menengahi perdebatan mengenai

pemahaman demokrasi. Aspek sosial dan budaya menjadi komponen yang

membedakan demokrasi di setiap regional. Ia menggarisbawahi faktor sosial dan

Page 22: PENGARUH BALI DEMOCRACY FORUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42118...Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

9

budaya mempengaruhi demokrasi di Asia Tenggara, seperti faktor penjajahan,

rendahnya pendidikan, dan sebagainya.

Jurnal karyanya berupaya untuk merekonstruksi makna demokrasi.

Seringkali demokrasi dipaksakan hidup di suatu negara dan menekan nilai sosial-

budaya setempat, namun menghasilkan konflik dan benturan budaya. Skripsi ini

berusaha untuk menjelaskan lebih jauh bagaimana sesungguhnya kearifan lokal

apabila diaktualisasikan dengan demokrasi memiliki potensi besar untuk

perkembangan suatu negara. BDF merupakan insrumen yang mengusung paham

demokrasi dengan mengedepankan local wisdom tersebut.

E. Kerangka Teoritis

1. Konstruktivisme

Konstruktivisme merupakan pendekatan dalam studi Hubungan

Internasional yang berusaha untuk menjembatani antara dimensi ide dengan

dimensi materi. Pendekatan ini hadir sebagai bentuk protes terhadap teori-teori HI

yang terlalu empiris dan normatif pada Great Debates ke III. Konstruktivisme

lahir dari persepsi yang menganggap bahwa negara bukan hanya aktor rasional,

melainkan aktor sosial. Oleh sebab itu, banyak yang mengatakan kalau

konstruktivisme berakar dari studi sosiologis.22

Karakteristik konstruktivisme berbeda dengan realisme, liberalisme,

ataupun marxisme. Konstruktivisme bukanlah teori politik, melainkan teori sosial

yang fokus terhadap perubahan sosial. Sehingga untuk menganalisis fenomena

hubungan internasional ia tidak bisa berdiri sendiri. Berdasarkan kerangka

22

Alexander Wendt,The Social Theory of International Politics. (Cambridge: Cambridge

University Press ,1994) 52

Page 23: PENGARUH BALI DEMOCRACY FORUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42118...Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

10

pemikirannya, konstruktivisme serupa dengan rational choice, yaitu menawarkan

kerangka berpikir untuk menjelaskan tentang interaksi sosial namun tidak

membuat klaim tentang konten spesifik. Konstruktivisme berusaha menjelaskan

bagaimana fenomena sosial mampu mempengaruhi fenomena politik.23

Dalam menganalisis proses, konstruktivisme menekankan pada peran ide,

norma, pengetahuan, dan budaya. Perhatian itulah yang menjadi nilai lebih bagi

konstruktivisme, bahwa sebelumnya belum ada teori HI yang menjadikan

ideational power sebagai kajian utama namun tetap memperhatikan pentingnya

komponen materil. Wendt menyatakan bahwa kepentingan dan preferensi

ditentukan oleh identitas aktor, karena pada dasarnya seorang aktor tidak bisa

mengetahui kepentingan aktor lain tanpa mengetahui siapa aktor tersebut. Pada

akhirnya, identitas akan menggambarkan bagaimana kita berpikir tentang diri kita,

bagaimana kita memikirkan orang lain, dan bagaimana orang lain memikirkan

kita.24

Pada dasarnya para konstruktivis tidak memiliki kesepakatan tertentu

tentang definisi dan tahapan penelitian identitas. Finnemore dan Sikkink

memahami identitas sebagai perilaku negara yang merupakan hasil konstruksi

sosial antara lingkungan dalam dan luar negeri.25

Kemudian, Wendt mengartikan

identitas sebagai pemahaman subjektif tentang bagaimana aktor memahami

23

Martha Finnemore dan Kathryn Sikkink, “Taking Stocks: The Constructivist Research

Program in International Relations and Comparative Politics”, Journal Political Sciences, Vol. 4

(2001), 392-393 24

Tisa Lestari, Promosi Demokrasi Uni Eropa di Maroko dalam Kerangka European

Neighborhood Policy (2011-2013), (Jakarta: UIN Jakarta, 2014) 18 25

Finnemore dan Sikkink, “Taking Stocks: The Constructivist Research, 399

Page 24: PENGARUH BALI DEMOCRACY FORUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42118...Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

11

dirinya dan bagaimana aktor lain memahaminya. Ia juga menegaskan kehadiran

identitas akan menjadi motivasi atau alasan bagi suatu aktor untuk bertindak.26

Menanggapi hal tersebut, Kowert dan Legro menyebut pendekatan identitas

dengan catch-all term karena dimensinya yang sangat luas, mulai dari sejarah,

lingkungan, norma domestik dan internasional, serta ideologi,27

Sehingga wajar

jika para konstruktivis memiliki banyak definisi mengenai identitas. Asumsi di

atas menjadi acuan berpikir konstruktivisme bahwa dengan memahami identitas

suatu negara, maka perilaku suatu negara bisa terprediksi.28

Konsekuensi identitas terhadap perilaku aktor dicontohkan dengan

mengamati perbedaan persepsi yang dimiliki Amerika Serikat dalam memandang

kepemilikan nuklir Inggris dan China. Walaupun secara materil nuklir tersebut

sama, namun secara ide Amerika Serikat menganggap nuklir milik Tiongkok

sebagai ancaman tetapi milik Inggris tidak. Hal tersebut terjadi karena persepsi

Amerika Serikat dalam mengenal identitas kedua aktor tersebut berbeda.29

Berbeda dengan positivisme, seperti neo-realis dan neo-liberalis, yang

berasumsi bahwa struktur internasional adalah faktor yang menentukan perilaku

subjek. Tidak juga seperti post-positivisme yang menganggap bahwa struktur

internasional sebagai distribusi diskursus di semua lininya. Kehadiran

konstruktivisme mengakui eksistensi dan peran konstitutif agen dan struktur, baik

26

Alexander Wendt, Social Theory of International Politics, (Australia: Cambridge

University Press, 1999) 224 27

Paul Kowert dan Jeffrey Legro, Norms, Identity, and Their Limits: A Theoritical

Reprise, (New York, Colombia, 1996) 28

Martha Finnemore dan Kathryn Sikkink, “Taking Stocks: The Constructivist Research,

399 29

Anne-Maria Slaughter, International Relations, Principal Theories, dilihat dari

https://www.princeton.edu/~slaughtr/Articles/722_IntlRelPrincipalTheories_Slaughter_20110509z

G.pdf, pada 7 Juni 2017, pukul 03.28 WIB.

Page 25: PENGARUH BALI DEMOCRACY FORUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42118...Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

12

material maupun ideasional. Dengan kata lain, konstruktivisme mengakui bahwa

wacana diproduksi oleh subjek yang kemudian mengalami proses dialog dan

akhirnya membentuk suatu norma atau struktur. Kemudian, konstruktivisme tidak

menafikan bahwa norma atau struktur hasil dialog antar diskursus tersebut akan

memberikan pengaruh balik terhadap masing-masing subjek.30

Diagram I.E.I Relasi antara Subjek dengan Ide dan Materil Menurut

Konstruktivisme

Sumber: (El Bilad, Jurnal Studi Hubungan Internasional, 2011)

Kehadiran konstruktivisme telah menawarkan cara pandang tersendiri dalam

melihat tatanan sosial, diantaranya adalah penekanan bahwa segala hal yang ada –

kepentingan, anarki, dan demokrasi- bukanlah hal yang given, melainkan hasil

dari komunikasi dan interaksi antara ide serta norma.31

Pendekatan ini juga yang

menghadirkan berbagai isu baru dalam studi Hubungan Internasional.

Istilah share ideas dan intersubjective meaning sering digunakan

konstruktivisme untuk mengnalisis peran ide dan materil dalam membentuk

30

Cecep Zakarias El Bilad, “Konstruktivisme Hubungan Internasional: Meretas Jalan

Damai Perdebatan Antar Paradigma”, Jurnal Studi Hubungan Internasional, Vol. 1 No 2 (2011),

70-71 31

Robert Jackson dan George Sorensen, Pengantar Studi Hubungan Internasional,

(Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2009) 307

Page 26: PENGARUH BALI DEMOCRACY FORUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42118...Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

13

realita sosial. Jauh sebelum identitas saling mempengaruhi, Wendt menjelaskan

jika identitas dan kepentingan dibentuk dari ide-ide yang disebarkan.32

Pada

dasarnya ide yang disebarkan oleh setiap aktor mengandung subjektifitas. Namun,

ketika ide tersebut telah diakui oleh banyak aktor dan menjadi pemahaman umum,

maka dalam keadaan tertentu ide tersebut mengandung objektifitas.33

Stefano Guzzini memberikan contoh yang menarik terkait peran ide dan

materil dalam membentuk realita sosial. Berdasarkan bentuknya uang hanyalah

selembar kertas atau kepingan logam dengan ukuran, bentuk, dan motif tertentu.

Namun, fakta material tersebut benar-benar menjadi “uang” ketika diberi

pemaknaan dan disepakati sebagai alat tukar yang sah. Ketika mayoritas orang

telah berhenti bersepakat tentang makna uang, maka ia tidak lain hanyalah

selembar kertas atau kepingan logam tanpa nilai tukar.34

Namun, tidak menutup

kemungkinan bahwa ada beberapa aktor atau entitas yang tidak menggunakan

uang sebagai alat jual-beli.

Berdasarkan pemahaman di atas, proses share ideas menuntut

intersubjective meaning atau pemahaman yang seragam. Wendt juga

menyebutnya dengan istilah common knowledge, yaitu kesamaan pengetahuan

tentang rasionalitas, preferensi, dan kepercayaan terkait sesuatu yang ada di luar

aktor. Dalam membentuk kesepahaman bersama tidak diperlukan kebenaran,

32

Wendt, Social Theory of International, 1 33

Wendt, Social Theory of International, 24 34

Stefano Guzzini, “A Reconstruction of Constructivism in International Relations”,

European Journal of International Relations, Vol. 6 (2000), 160

Page 27: PENGARUH BALI DEMOCRACY FORUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42118...Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

14

hanya diperlukan keyakinan. Pengetahuan bersama inilah yang nantinya turut

menentukan kualitas hubungan antar aktor.35

Bagaimana norma suatu aktor (subjektif) diterima oleh aktor lain (obejktif)

juga ditentukan oleh kapabilitas identitas. Aktor dengan identitas power yang kuat

memiliki peluang besar agar ide atau diskursus yang disebarkannya dapat diterima

oleh aktor lain.36

Dengan kata lain, hirarki identitas menentukan tingkat

keberhasilan share ideas.

Dalam penelitian ini, demokrasi menjadi norma yang turut membentuk

perilaku suatu negara. BDF menjadi instrumen untuk menyebarkan norma

demokrasi sebagaimana Indonesia memahami demokrasi. Myanmar, sebagai

negara yang berpartisipasi dalam BDF sekaligus menjalani transisi demokrasi,

berpotensi untuk menganut demokrasi sebagaimana yang disebarkan oleh BDF.

Oleh sebab itu, konstruktivisme menjadi pendekatan yang menganalisis

bagaimana norma demokrasi (ide) disebarkan kepada Myanmar melalui BDF

(materil).

2. Konsep Demokrasi

Menelaah makna demokrasi secara bahasa berasal dari dua kata, yaitu

demos berarti rakyat dan kratos/kratein berarti kekuasaan/berkuasa, sehingga

demokrasi diartikan sebagai rakyat yang berkuasa. Akan tetapi, definisi demokrasi

secara istilah telah diperdebatkan dari masa ke masa. Perdebatan tersebut terjadi

karena ide mengenai demokrasi kerap dipengaruhi oleh kultur dan historis pada

konteks tertentu. Pasca Perang Dunia II demokrasi dinilai sebagai ungkapan

35

Wendt, Social Theory of International, 159 36

El Bilad, “Konstruktivisme Hubungan Internasional, 72

Page 28: PENGARUH BALI DEMOCRACY FORUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42118...Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

15

positif, sehingga sistem pemerintahan yang dianut oleh banyak negara seketika

dilabelkan demokrasi. Oleh sebab itu, wajar jika demokrasi kerap disandingkan

dengan istilah lain, seperti demokrasi rakyat, demokrasi pancasila, demokrasi

terpimpin, demokrasi konstitusional, dan sebagainya.37

David Collier dan Steven Levitsky menjelaskan fenomena tersebut dengan

ungkapan bahwa tidak ada kesepakatan tertentu dalam memaknai demokrasi.

Mereka berargumen terdapat lebih dari 100 tipe demokrasi yang muncul dari

beragam pendekatan.38

Begitupun dengan hasil penelitian UNESCO pada 1949

yang menganggap demokrasi sebagai sistem yang penuh dengan ketidaktentuan

atau keambiguitasan.39

Setiap tokoh mendefiniskan pemahaman demokrasinya berdasarkan

konteksnya masing-masing. Seperti Abraham Lincoln yang mengartikan

demokrasi sebagai sistem pemerintahan oleh rakyat, untuk rakyat, dan dari

rakyat.40

Robert. A. Dahl mendefinisikan demokrasi berdasarkan fungsi dan

substansinya. Dahl mengatakan bahwa demokrasi merupakan jaminan kebebasan

kepada setiap masyarakatnya. Ia juga berpendapat, pemerintahan bebas inilah

yang akan menjadi pintu awal bagi terciptanya dialog konstruktif antara

masyarakat dengan para elit untuk membangun negeri.41

37

Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, 105 38

David Collier dan Steven Levitsky, “Democracy with Adjectives: Conceptual Innovation

in Comparative Reseacrh,” Jstor Journal of World Politics 49, No.3, (April 1997): 431 39

UNESCO, Education for Sustainable Development Toolkit, (France: UNESCO

Workshop, 2006): 18-19 40

John Keane, Democracy: The Rule of Nobody?, [laporan kerja]; tersedia di

http://www.johnkeane.net/wp-content/uploads/2011/01/rule_of_nobody.pdf ; Internet; diunduh

pada Rabu, 30 November 2016, pukul 15.25 WIB. 41

Dahl menjelaskan tiga fungsi yang menjadikan demokrasi memiliki nilai lebih ketimbang

sistem pemerintahan lainnya. Pertama, demokrasi berfungsi sebagai instrumen yang

mempersilahkan masyarakat untuk memilih pemimpinnya secara langsung. Kedua, dengan

Page 29: PENGARUH BALI DEMOCRACY FORUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42118...Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

16

Kesulitan dalam mengkonseptualisasikan demokrasi juga diakui oleh Frank

Cunningham. Dalam bukunya Theories of Democracy ia menjelaskan bahwa

demokrasi akan sangat bergantung terhadap nilai-nilai yang hidup di suatu negara.

Oleh sebab itu, ia kesulitan untuk menemukan sebuah state prototype untuk

menjelaskan hakikat dari demokrasi. Hal tersebut terjadi karena fenomena di

antara negara penganut demokrasi tidaklah sama, bahkan untuk sistem

keterlibatan masyarakat dan bentuk negaranya.42

Begitupun dengan Habbermas yang melihat demokrasi sebagai fenomena

komunikasi. Keterlibatan masyarakat dalam sistem demokrasi juga dihadapkan

dalam posisi dilematis. Demokrasi deliberatif adalah kritik terhadap pemahaman

umum keterlibatan masyarakat yang ditawarkan oleh demokrasi liberal. Sering

kali demokrasi menjadi legitimasi bagi lahirnya kebijakan negara yang

menguntungkan etnis mayoritas, karena suara mayoritas memenangkan

pemilihan. Demokrasi deliberatif menolak gagasan tersebut karena kebijakan yang

lahir belum tentu diterima oleh etnis minoritas lainnya.43

Sehinga demokrasi

deliberatif sering kali dikenal dalam artian sempit dengan musyawarah.

Demokrasi deliberatif adalah demorkasi yang mengkonstruksi kembali

makna keterwakilan. Menurut Hardiman demokrasi deliberatf adalah upaya untuk

merevitalisasi kembali esensi demokrasi yang menekankan terhadap proses

demokrasi, setiap individu hidup di bawah aturan hukum yang dibuat oleh dirinya sendiri (melalui

konsep keterwakilan). Ketiga, demokrasi menjadikan setiap masyarakatnya untuk memiliki

pilihan-pilihan normatif dan melibatkannya ke ranah pemerintahan lebih dalam. Larry Diamond,

Developing Democracy, 3 42

Frank Cunningham, Theories of Democracy: A Critical Introduction (London: T J

Internasional Ltd, 2002) 5 43

James Bohman, “Survey Article: The Coming of Age of Deliberative Democracy”, The

Journal of Political Philosophy 6 (1988); 400

Page 30: PENGARUH BALI DEMOCRACY FORUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42118...Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

17

pengambilan keputusan, bukan hasilnya. Demokrasi tidak sekedar sistem yang

menghasilkan kebijakan melalui keterlibatan masyarakat, demokrasi juga

bertanggung jawab terhadap proses pengambilan keputusannya -apakah melalui

uji publik, dialog, dan debat- sehingga kebijakan tersebut bisa diterima oleh

berbagai kalangan, kalau pun masih dinilai merugikan beberapa pihak.44

Mengamati penjelasan di atas, terlihat bahwa penerapan demokrasi akan

sangat bergantung dengan realitas sosial di suatu tempat. Relasi antara realitas

sosial dengan pemaknaan serta penerapan konsep demokrasi pada suatu dimensi

menandakan bahwa demokrasi bukanlah hal yang given, melainkan hasil dari

konstruksi ide, nilai, atau norma tertentu. Pada tingkatan inilah demokrasi menjadi

pembahasan yang relevan dalam kajian konstruktivisme.

Bagaimana demokrasi menjadi suatu norma yang disebarkan dijelaskan oleh

Jon C. Prevehouse melalui tiga bentuk, yaitu melalui diffusi dan pengaruh praktik

nyata, melalui mekanisme spill-over, dan melalui paksaan.45

Diffusi atau praktik

nyata terjadi ketika demokratisasi di suatu negara akan “menular” ke negara

tetangganya, dengan motif yang sama, yang akan melakukan perubahan ke arah

demokrasi.46

Asumsi ini terjadi manakala demokrasi telah menunjukkan

perubahan suatu negara ke arah yang lebih baik, sehingga negara tetangga

cenderung ingin meniru praktik demokrasi layaknya negara tersebut.

Mekanisme spill-over biasanya sering dikaitkan dengan aktivitas

kelompok kepentingan atau kelompok informal lain yang membawa dan

44

Fahrul Muzaqqi, “Diskursus Demokrasi Deliberatif di Indonesia”, Jurnal Review Politik 3

(Juni 2013); 124-125 45

Jon C. Prevehouse .Democracy from Above Regional Organization and Democratization.

(Cambridge : Cambridge University Press, 2005) 9 46

Prevehouse .Democracy from Above, 9

Page 31: PENGARUH BALI DEMOCRACY FORUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42118...Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

18

menyebarkan nilai-nilai demokrasi.47

Dengan kata lain, mekanisme ini menuntut

kehadiran pihak ketiga sebagai aktor yang menyebarkan nilai-nilai demokrasi.

Penggunaan paksaan tidak selalu diartikan dengan pendekatan militeristik.48

Pendekatan paksaan juga terjadi pada kasus bantuan pinjaman dana oleh IMF dan

World Bank, yang mana syarat agar negara mendapat bantuan dari mereka adalah

negara peminjam harus menerapkan prinsip-prinsip demokrasi.49

Namun,

Pergeseran konstelasi politik internasional, pasca Perang Dingin, berdampak

terhadap tidak relevannya demokratisasi dilakukan dengan pendekatan militer

atau terjadinya intervensi secara langsung antara negara maju terhadap negara

berkembang.

Promosi demokrasi yang paling ideal adalah bagaimana aktor-aktor

internasional membangun sebuah imperium demokrasi untuk mempengaruhi

perkembangan demokrasi itu sendiri dalam konteks regional dan internasional.50

Penjelasan tersebut mengarah kepada asumsi bahwa kerjasama antar-negara

demokratis diperlukan untuk mendukung perkembangan demokrasi di negara-

negara tersebut dengan berdasarkan nilai-nilai demokrasi sendiri yaitu persamaan

derajat, sehingga tidak ada pemaksaan suatu negara atau kelompok negara

terhadap negara atau kelompok negara yang lain.51

Risse menjelaskan demokratisasi dalam konstruktivisme sebagai bentuk

transfer norma dari negara yang sudah menganut demokrasi ke negara yang belum

47

Prevehouse .Democracy from Above, 9 48

Prevehouse .Democracy from Above, 9 49

Jeffry A. Frieden dan David A. Lake, International Political Economy: Perspectives on

Global Power and Wealth (North America: Routledge, 2000) 179 50

Caroline Shaw and SE. Davis. The Democracy and The State Authority. (London and

New York:Vintage Book Publishing, 2009) 29 51

Albayumi, Peran Bali Democracy Forum, 8

Page 32: PENGARUH BALI DEMOCRACY FORUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42118...Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

19

menganutnya. Promosi diperlukan karena norma tidak dapat berpindah secara

bebas dalam situasi yang kondusif, oleh sebab itu negara demokratis akan terus

mengajak mitranya untuk mematangkan demokrasinya. Tujuan dari transfer

norma adalah agar negara non-demokratis dapat menganut dan

menginstitusionalisasikan norma demokrasi tanpa mendapatkan tekanan dari

eksternal.52

Dengan kata lain, diffusi dan spill-over adalah instrumen

demokratisasi dalam perspektif konstruktivisme.

Jika dikontekstualisasikan dengan penelitian ini, maka demokratisasi yang

dilakukan Indonesia melalui BDF merupakan hasil dari pergeseran nilai pasca

Perang Dingin dan keyakinan terhadap sistem demokrasi. Bagaimana Indonesia

memahami demorkrasi juga dibentuk oleh pengalaman sejarahnya. BDF menjadi

instrumen untuk menyebarkan nilai demokrasi berdasarkan praktik nyata

berdemokrasi di suatu negara, sekaligus menjadi pihak ketiga yang membantu

penyebaran nilai tersebut. Namun, BDF tidak memaksa suatu negara untuk

menerapkan konsep demokrasi yang dimiliki Indonesia atau negara lain.

F. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Menurut Denzin

dan Lincoln, kualitatif adalah penelitian yang lebih ditunjukkan untuk mencapai

pemahaman mendalam mengenai suatu peristiwa, ketimbang mendeskripsikan

bagian permukaan dari sampel yang besar dari sebuah populasi.53

Lebih jauh lagi,

Creswell menilai bahwa penelitian kualitatif bertujuan untuk menciptakan

52

Lestari, Promosi Demokrasi Uni Eropa, 24 53

Haris Herdiansyah, Metode Penelitian Kualitatif (Jakarta: Greentea, 2010) 6

Page 33: PENGARUH BALI DEMOCRACY FORUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42118...Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

20

gambaran yang menyeluruh dan komprehensif serta memberikan analisis dari

paparan informasi yang tersaji.54

Samuel Barkin menegaskan bahwa penelitian kualitatif terhadap ilmu

politik sangat menuntut analisis yang kuat dan mendalam. Pasalnya, hasil dari

penelitian terhadap fenomena politik ini akan menjadi suatu narasi yang akan

menjawab pertanyaan masalah dan menjadi rujukan pada permasalahan sosial

tertentu.55

Secara garis besar, terdapat dua jenis data yang nantinya digunakan yaitu,

data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang didapatkan melalui

wawancara mendalam terhadap elemen-elemen terkati, seperti Direktorat

Diplomasi Publik (Kemlu) dan IPD, dan para peneliti.56

Sedangkan data sekunder

adalah data yang didapat melalui tinjauan pustaka terhadap buku-buku, jurnal, dan

karya ilmiah serta internet dengan pembahasan yang serupa atau membahas

tentang komponen terkait.57

Guna mendapatkan data primer, wawancara dilakukan pada empat tokoh

yang dianggap representasi pada bidangnya masing-masing. Mereka adalah:

1. Akademisi; Aleksius Jemadu sebagai Guru Besar Hubungan Internasional.

Kapabilitasnya pada penelitian ini adalah sebagai ahli pengamat hubungan

internasional.

54

John W, Creswell Research Design: Qualitative, Quantitative, and Mixed Methods

Approaches (USA: Sage Publications, 2003) 16 55

Audie Klotz, Qualitative Methods in International Relations. (New York: Palgrave

MacMillan, 2008) 211-212 56

Herdiansyah, Metode Penelitian Kualitatif, 104 57

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2009)

137

Page 34: PENGARUH BALI DEMOCRACY FORUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42118...Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

21

2. Birokrat; Agus Heryana sebagai Kepala Subdit Isu-Isu Aktual dan

Strategis, Direktorat Diplomasi Publik Kementerian Luar Negeri.

Kapabilitasnya adalah sebagai perwakilan dari direktorat yang

menyelenggarakan BDF.

3. Pelaksana BDF; I Ketut Putra Erawan sebagai Direktur Eksekutif Institute

for Peace and Democracy. Kapabilitasnya adalah sebagai perwakilan dari

institusi yang membantu terselenggaranya serta terealisasinya gagasan-

gagasan dalam BDF.

4. Peneliti dan pengamat; Khanisa Krisman sebagai Koordinator Tim Kajian

ASEAN Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Kapabilitasnya adalah

sebagai pengamat demokrasi di Asia Tenggara

Hasil wawancara tersebut dianalisis dan dikoneksikan dengan penelitian

atau teori yang berkaitan dengan demokrasi, sehingga didapat satu rumusan

integratif antara yang seharusnya dan senyatanya. Hal ini dilakukan untuk

membuat rumusan baru yang dilandaskan dari teori konstruktivisme dalam

melihat demokrasi.

G. Sistematika Penelitian

Agar penelitian ini dapat dipahami secara komprehensif, maka skripsi ini

disusun dalam lima bab dengan rincian sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan

Pada bagian ini akan dibahas mengenai pendahuluan penelitian. Secara

lebih mendetail, pendahuluan penelitian terdiri dari pernyataan masalah,

Page 35: PENGARUH BALI DEMOCRACY FORUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42118...Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

22

pertanyaan penelitian, tujuan dan manfaat, kerangka teoritis, dan metode

penelitian, termasuk sistematika penelitian.

BAB II Bali Democracy Forum

Bagian ini akan meninjau BDF dari berbagai aspek. Pembahasan dimulai

dari hakikat BDF, Indonesia dan demokrasi, hingga BDF sebagai kebijakan

demokratisasi Indonesia.

BAB III Dinamika Demokrasi Myanmar

Bagian ini membahas tentang jatuh-bangun demokrasi Myanmar. Berawal

dari situasi domestik Myanmar, demokrasi dan otoriter sebagai sistem

pemerintahan, hingga indikasi kebangkitan demokrasi Myanmar.

BAB IV Pengaruh BDF terhadap Transisi Demokrasi Myanmar

periode 2012-2014

Bagian ini mengkorelasikan antara BAB II dan BAB III. Pada bab ini, akan

dipaparkan mengenai peran BDF sebagai promotor norma demokrasi ke

Myanmar. Bab ini juga membahas relevansi BDF dengan IPD dalam membantu

transisi demorkasi Myanmar melalui pendekatan konstruktivisme.

BAB V Penutup

Bagian ini merupakan kesimpulan dari penelitian. Bagian ini juga memuat

saran sebagai masukan kepada pihak-pihak terkait yang didasarkan dari hasil

penelitian skripsi ini

Page 36: PENGARUH BALI DEMOCRACY FORUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42118...Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

23

BAB II

BALI DEMOCRACY FORUM

Demokrasi bukan istilah baru bagi Indonesia. Sejak kemerdekannya, para

founding father sepakat untuk menetapkan demokrasi sebagai sistem

pemerintahan, walaupun bentuknya mengalami perubahan dari masa ke masa -

mulai dari Demokrai konstitusional, Demokrasi Terpimpin, hingga Demokrasi

Pancasila-. Dinamika tersebut menandakan Indonesia telah yakin terhadap sistem

demokrasi sebagai sistem pemerintahan yang terbaik.58

Bentuk keyakinan tersebut

juga diimplementasikan dalam kebijakan luar negeri, yakni Indonesia turut

menjadi negara yang menyebarkan nilai-nilai demokrasi, salah satunya melalui

kebijakan Bali Democracy Forum. Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai BDF

dari berbagai aspek, mulai dari latar belakangnya berdirinya, BDF sebagai

kebijakan luar negeri Indonesia, dan mekanisme BDF yang menjadikannya

berbeda dengan forum demokrasi lainnya.

A. Bali Democracy Forum: Sebuah Pengantar

Bali Democracy Forum merupakan forum tahunan antar negara setingkat

menteri pertama di Asia yang membicarakan dan belajar tentang praktik

berdemokrasi. Forum ini pertama kali diselenggarakan oleh Presiden Susilo

Bambang Yudhoyono (SBY) pada Desember 2008 bertempat di Bali. Kegiatan ini

dinaungi oleh Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Republik Indonesia.59

Sebagai

forum tahunan, penyelenggaraan BDF dibantu oleh Institute for Peace and

58

Wirajuda, “The Bali Democracy Forum”, 2. 59

I Ketut Putra Erawan, Indonesia, diunggah dari

https://freedomhouse.org/sites/default/files/FH_Demo_Reports_Indonesia_final.pdf, diaskes pada

Sabtu, 11 Maret 2017, pukul 14.37 WIB.

Page 37: PENGARUH BALI DEMOCRACY FORUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42118...Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

24

Democracy di Universitas Udayana. IPD juga hadir sebagai lembaga yang

membantu Kemlu untuk merealisasikan hasil dari BDF setiap tahunnya.60

A.M Fachir, Wakil Menteri Kemlu RI 2014-2019, menjelaskan alasan

mengapa Bali menjadi tempat terselenggaranya event tahunan ini. Menurutnya,

Bali memiliki nilai jual yang tinggi Indonesia, sehingga memperkenalkan Bali

sebagai lokasi terselenggaranya BDF adalah perkara mudah. Kemudian, Bali

memiliki konsep kearifan lokal yang disebut “Tri Hita Karana”, yaitu konsep

keserasian antara hubungan manusia dengan Tuhan, manusia dengan sesama

manusia, dan manusia dengan alam.61

Dengan kata lain, sikap toleransi dan

demokratis telah menjadi norma sosial di Bali.

Forum ini bersifat inklusif, sehingga tidak menutup kemungkinan hadirnya

negara-negara yang tidak menganut demokrasi ataupun tengah menjalani transisi

demokrasi. Tidak hanya negara di Asia, negara-negara di benua lainnya juga

diperbolehkan hadir pada forum ini sebagai pengamat atau observer, diantaranya

adalah Amerika Serikat, Austria, Belanda, dan Inggris.62

Selain kepala negara,

BDF turut mengundang para akademisi, media, negarawan, dan tokoh bangsa dari

berbagai negara guna menghasilkan gagasan demokrasi yang variatif.63

60

http://www.ipd.or.id/about-ipd/who-we-are diakses pada Kamis, 09 Maret 2017 pukul

20.31 WIB 61

Wawancara antara A.M. Fachir dengan Aji Surya, wartawan Detik News, di sela-sela

persiapan BDF 2013. Dikutip dari http://news.detik.com/berita/2405453/bali-democracy-forum-

kebutuhan-nasional-dan-internasional, diakses pada Sabtu, 18 Maret 2017 pukul 02.11 WIB. 62

Ibnu Purna, Yuhardi, Johar Arifin. Inisiatif Dan Inspirasi Demokrasi dalam Bali

Democracy Forum, dikutip dari

http://www.setneg.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=3138, diakses pada

Kamis, 09 Maret 2017, pukul 20.40 WIB. 63

Michael Halans dan Danitsja Nassy, “Indonesia‟s Rise and Democracy Promotion in

Asia: The Bali Democracy Forum and Beyond,” Expert Seminar Report of The Hague (Oktober

2013) 7

Page 38: PENGARUH BALI DEMOCRACY FORUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42118...Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

25

Gambar I. A.1 Foto Bersama Delegasi BDF ke-5,

Sumber: Republika.co.id64

Penyebaran nilai-nilai demokrasi melalui BDF menerapkan prinsip home-

grown democracy. Maksud dari prinsip tersebut adalah Indonesia, sebagai tuan

rumah sekaligus inisator BDF, berpatokan pada praktik-praktik nyata nilai

demokrasi oleh negara peserta dengan tidak berpretensi untuk menyalahkan atau

membenarkan praktik nyata tersebut.65

Dengan kata lain, Indonesia tidak

memaksakan agar negara peserta membenarkan praktik demokrasi yang telah

diterapkan oleh negara lain sebagai acuan untuk berdemokrasi yang benar dan

sempurna, sehingga mereka harus menerapkan hal yang serupa di negaranya.

Home-grown democracy diilhami oleh Indonesia sebagai prinsip BDF

karena tiga faktor. Pertama, karena Indonesia merupakan bagian dari ASEAN.

Negara di Asia Tenggara sepakat untuk menjadikan norma non-interference

sebagai prinsip fundamental ASEAN yang dimaktub dalam Treaty of Amity and

64

Foto bersama delegasi setiap negara pada BDF kelima.

http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/12/11/08/md5sdm-sby-buka-bali-democracy-

forum-2012. Diakses pada Senin, 10 Juli 2017, pukul 17:33 WIB. 65

Albayumi, Peran Bali Democracy, 1

Page 39: PENGARUH BALI DEMOCRACY FORUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42118...Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

26

Cooperation in Southeast Asia (TAC).66

Prinsip tersebut melarang sesama anggota

ASEAN untuk saling mengintervensi, sehingga memberikan kelonggaran dan

kebebasan bagi negara untuk mengatur penyelenggaraan bernegaranya tanpa

harus khawatir adanya campur tangan negara lain.67

Hal ini juga bentuk terhadap

penghormatan kedaulatan negara. Oleh sebab itu, sebagai bagian dari ASEAN,

kebijakan luar negeri Indonesia harus selaras dengan norma-norma yang

diterapkan di Asia Tenggara.

Kedua, karena Indonesia yakin bahwa demokrasi adalah proses bukan

tujuan. Hal tersebut disampaikan oleh SBY pada pidato pembukaan BDF tahun

2008. Menurutnya tidak ada demokrasi yang sempurna. Demokrasi adalah suatu

proses yang terus mengalami perbaikan untuk perlindungan HAM.

Pemahamannya juga dipengaruhi oleh dinamika demokrasi Indonesia. Dinamika

yang terjadi tidak menyangkal bahwa Indonesia hari ini adalah negara yang kuat

dan lebih baik.68

Oleh sebab itu, melalui BDF Indonesia tidak ingin setiap negara

mengklaim bahwa terdapat praktik demokrasi yang salah ataupun benar.

Indonesia justru menjadikan BDF sebagai forum agar setiap kepala negara bisa

saling belajar dan berbagi pengalaman mengenai demokrasi.

Ketiga, karena hadirnya tantangan baru di abad 21. Pada abad 20, komunitas

internasional mendapat tantangan besar dari segala aspek yang bersifat hard

power. Namun, di era milenial, setiap negara harus merespon segala isu dengan

66

http://asean.org/asean/about-asean/overview/, diakses pada Sabtu, 11 Maret 2017 pukul

15.26 WIB. 67

Nurul Wakhidah, Prinsip Non-Intervensi ASEAN dalam Upaya Penyelesaian Konflik

Rohingnya di Myanmar (Yogyakarta: Universtas Gajah Mada, 2014) 3-4 68

Kementerian Luar Negeri dan Institute Peace and Democracy, Speeches and Proceedings

Bali Democracy Forum ‘Building and Consolidating Democracy: A Strategic Agenda for Asia’ “

(Jakarta: Kemlu, 2008) 6

Page 40: PENGARUH BALI DEMOCRACY FORUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42118...Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

27

pendekatan soft power, termasuk dalam menanggapi isu kekerasan, separatisme,

dan pelanggaran HAM.69

Oleh sebab itu, dialog, penguatan institusi, dan kerja

sama antar-negara adalah instrumen yang ditawarkan oleh pendekatan abad 21.

Indonesia juga menyadari bahwa permasalahan yang dihadapi setiap negara

berbeda dan harus dituntaskan dengan formulasi yang unik dan pendekatan yang

lebih variatif. Inilah yang mendasari prinsip home-grown democracy pada BDF

bahwa tantangan yang dihadapi negara bisa dituntaskan dengan bantuan negara

lain namun dengan pendekatan dialog dan berbagi pengalaman, dengan demikian

tidak ada negara yang terkesan diintervensi.

Pada praktik penegakannya, instrumen yang diterapkan BDF tidak seperti

Amerika Serikat (AS) -dengan menginvasi Afghanistan- dan tidak seperti Uni

Eropa (UE) -dengan embargo ekonomi dan politik-,70

karena penggunaan

instrumen tersebut menandakan bahwa aktor-aktor di atas memilki indikator

demokrasi tertentu. Sedangkan Indonesia, ditegaskan oleh SBY pada sambutan

BDF pertama, tidak mempermasalahkan sistem pemerintahan apa yang dianut

oleh negara, melalui BDF Indonesia juga tidak berusaha untuk membuat standar

dan indikator demokrasi tertentu,71

dan Indonesia juga yakin bahwa demokrasi

bukan gagasan milik Barat dengan makna yang sakral.72

69

Kemlu dan IPD, Building and Consolidating Democrac, 8 70

Labib Syarief, Keputusan Uni Eropa Mencabut Sanksi Ekonomi dan Politik Terhadap

Myanmar Tahun 2013, (Jakarta:UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2016), 15. 71

Kemlu dan IPD, Building and Consolidating Democracy, 5-6 72

Wirajuda, “The Bali Democracy Forum”, 1.

Page 41: PENGARUH BALI DEMOCRACY FORUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42118...Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

28

Oleh sebab itu, Indonesia menegaskan upaya demokratisasi melalui BDF

menggunakan pendekatan konstruktivisme73

. Selain itu, speech dan discussion

menjadi fokus utama dari BDF karena Indonesia ingin mengembalikan khittah

dari demokrasi itu sendiri, yaitu freedom of speech.74

B. Mekanisme BDF dan Perkembangan Setiap Tahunnya

Bali Democracy Forum dilaksanakan selama dua hari pada setiap tahunnya.

Pertama kali dilaksanakan pada 2008 dan terus berlanjut hingga 2016.75

Terkait

pelaksanaannya, BDF selalu mengambil tema yang berbeda tentang demokrasi,

mulai dari penguatan institusi kenegaraan, kebebasan sipil, hingga upaya resolusi

konflik. Pada setiap temanya, BDF memiliki sub-temanya masing-masing agar

pembicaraan forum lebih spesifik dan cenderung dikaitkan dengan situasi global.

Oleh sebab itu, BDF diharapkan mampu menjadi problem solver atas dinamika

global yang sedang terjadi.76

Inti daripada forum ini adalah belajar dan saling bertukar gagasan mengenai

cara menyelesaikan masalah kenegaraan melalui praktik demokrasi.77

Gagasan

yang ditelurkan dari BDF bersifat saran tidak mengikat, sehingga implementasi

gagasan tersebut sangat bergantung terhadap negara pesertanya masing-masing.

73

Ahmad Habir, Aditya Batara, dan Muhammad Tri, “Normative Priorities and

Contradictions in Indonesia‟s Foreign Policy: From Wawasan Nusantara to Democracy” Jurnal

National Security College (Mei 2014): 55 74

Tim Redaktur, “Bali Democracy Forum: Membangun Demokrasi dalam Perspektif

Global,” Tabloid Diplomasi, 15 Januari 2013, 08. 75

BDF selalu diselenggarakan setiap tahunnya dari 2008 hingga 2016. Namun, skripsi ini

membatasinya hingga tahun 2014. 76

Wawancara antara A.M. Fachir dengan Aji Surya,

http://news.detik.com/berita/2405453/bali-democracy-forum-kebutuhan-nasional-dan-

internasional, 77

Ramidi, Bali Democracy Forum: Place to Share about Democracy, dikutip dari

http://gres.news/news/politics/102248-bali-democracy-forum-place-to-share-about-democracy/0/,

diakses pada Kamis, 16 Maret 2017, pukul 01.04 WIB

Page 42: PENGARUH BALI DEMOCRACY FORUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42118...Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

29

Pada hari pertama pelaksanaannya, forum ini diisi dengan mendengarkan

pidato dari setiap kepala negara yang hadir tentang demokrasi di negaranya.

Sebelum sesi pertama dimulai, biasanya diawali dengan laporan dari Kementerian

Luar Negeri RI dan sambutan pembuka dari Presiden RI. Kemudian pada hari

kedua, dilanjutkan dengan dialog interaktif terkait tema yang telah ditentukan.

Pada sesi dialog interaktif, normalnya dipilih beberapa negara yang memiliki

kompetensi sesuai dengan tema untuk dijadikan sebagai narasumber.

Untuk mengetahui bagaimana perkembangan BDF setiap tahunnya, bisa

dilihat dari tabel di bawah ini:

Tabel II.B.1 Perkembangan BDF Setiap Tahun

Tahun Tema

Jumlah

Peserta

Inti Pembahasan Asia Non-

Asia

200878

Building and

Consolidating

Democracy: a

Strategic

Agenda for Asia 32 8

1. Menolak gagasan bahwa demokrasi

adalah milik Barat

2. Menyepakati Asian Values sebagai

nilai yang mendasari demokrasi

khas Asia

3. Demokrasi bukanlah warisan,

melainkan harus dibangun dari

kesadaran nilai dan norma yang

dianut oleh masing-masing negara

200979

Promoting

Synergy between

Democracy and

Development in

Asia: Prospects

for Regional

Cooperation

35 13

1. Relasi antara demokrasi dengan

pembangunan

2. Demokrasi merupakan sistem

pemerintahan yang menjunjung

tinggi supremasi hukum, kesetaraan

ekonomi, dan partisipasi politik

3. Ekonomi, politik, dan hukum

adalah instrumen integralistik yang

78

Kemlu dan IPD, Building and Consolidating Democracy, 79

Kementerian Luar Negeri dan Institute Peace and Democracy, Promoting Synergy

between Democracy and Development in Asia: Prospects for Regional Cooperation “ (Jakarta:

Kemlu, 2009)

Page 43: PENGARUH BALI DEMOCRACY FORUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42118...Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

30

penting bagi pembangunan suatu

negara.

201080

Democracy and

The Promotion

of Peace and

Stability

44 27

1. Menjadikan demokrasi sebagai

katalisator perdamaian melalui

dialog antar-elemen masyarakat

2. Stabilitas akan terwujud melalui

kesejahteraan dan kehadiran

pemerintah dalam menjamin

kebutuhan rakyatnya

3. Demokrasi dengan nilai-nilai dan

budaya lokal, home-grown

democracy, adalah upaya

menyelesaikan konflik yang efektif

201181

Enhancing

Democratic

Participation in

a Changing

World:

Responding to

Democratic

Voices 40 42

1. Demokrasi adalah sistem

pemerintahan yang harus

mendukung kebebasan, mendorong

kemajuan, dan kesetaran hak,

terlepas dari apapun bentuk

pemerintahannya

2. Demokrasi akan terus mendapat

tantangan, oleh sebab itu demokrasi

harus terus berkembang atau

berevolusi

3. Mendengarkan aspirasi seluruh

elemen masyarakat adalah upaya

awal untuk meningkatkan

partisipasi publik sebagai proses

pembangunan

201282

Advancing

Democratic

Principles at

The Global

Setting: How

Democratic

Global

Governance

Contributes to

International

Peace and

36 47

1. Masyarakat internasional harus

menciptakan atmosfir yang nyaman

bagi perkembangan demokrasi. Hal

tersebut bisa dimulai dari PBB dan

organisasi regional.

2. Peran organisasi regional yang

penting karena institusi tersebutlah

yang paling paham bagaimana

situasi dan kondisi negara

anggotanya

3. Terlepas dari sistem

80

Kementerian Luar Negeri dan Institute Peace and Democracy, Democracy and The

Promotion of Peace and Stability (Jakarta: Kemlu, 2010) 81

http://www.mofa.go.jp/region/asia-paci/indonesia/bdf/state1112.html diakses pada Sabtu,

18 Maret 2017 pukul 00.39 WIB. 82

http://www.kemlu.go.id/Documents/BDF%20V%20Chair's%20Statement/The%20Fifth

% 20Bali% 20Democracy% 20Forum% 20Chair's% 20Statement% 20(OFFICIAL).pdf Diakses

pada Sabtu, 18 Maret 2017 pukul 01.01 WIB

Page 44: PENGARUH BALI DEMOCRACY FORUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42118...Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

31

Security,

Economic

Development,

and Effective

Enjoyment of

Human Rights

pemerintahannya, penghormatan

terhadap HAM merupakan

universal values yang harus

diagungkan negara untuk setiap

masyarakatnya

201383

Consolidating

Democracy in a

Pluralistic

Society

54 26

1. Dalam kerangka demokrasi,

keragaman elemen masyarakat

(pluralistik) adalah keistimewaan.

2. Penerapan sistem multi-partai bisa

menjadi salah satu cara untuk

menyerap aspirasi masyarakat yang

plural

3. Penguatan institusi menjadi aspek

fundamental untuk menjaga

keterlibatan seluruh laporan

masyarakat

201484

Evolving

Regional

Democratic

Archiecture:

The Challanges

of Political

Development,

Public

Participation,

and Socio-

Economic

Progress in The

21st Century

42 49

1. Pada dasarnya esensi demokrasi

adalah sama, yaitu untuk

pembangunan bangsa. Namun,

pendekatan untuk menggapai hal

tersebut berbeda setiap negara

2. Politik adalah variabel yang

menentukan arah demokrasi suatu

negara.

3. Ekonomi merupakan aspek yang

menentukan instrumen politik yang

akan diterapkan. Sehingga, ekonomi

tidak kalah penting dengan politik.

4. Demokrasi tanpa partisipasi publik

adalah kehampaan. Konsistensi

partisipasi publik menentukan

tingkat kematangan demokrasi Sumber: Diolah dari berbagai Laporan BDF, Kemlu

Berdasarkan tabel di atas, dapat dikatakan kalau jumlah partisipan BDF

selalu meningkat setiap tahunnya, walaupun sempat mengalami sedikit

kemunduran dan stagnansi. Prinisp BDF yang inklusif dan mengedepankan

83

http://kemlu.go.id/Documents/CS%20BDF%20VI/CHAIRMAN%20STATEMENT%20B

DF%206.pdf. Diakses pada Sabtu, 18 Maret 2017, pukul 01.18 WIB 84

Kementerian Luar Negeri dan Institute Peace and Democracy, Evolving Regional

Democratic Archiecture: The Challanges of Political Development, Public Participation, and

Socio-Economic Progress in The 21st Century (Jakarta: Kemlu, 2014)

Page 45: PENGARUH BALI DEMOCRACY FORUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42118...Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

32

sharing experiences diduga menjadi faktor yang memikat banyak negara untuk

berpartisipasi di dalamnya.85

Peningkatan jumlah peserta menandakan bahwa BDF tidak hanya diminati

oleh negara Asia, melainkan BDF telah menjadi kebutuhan global. Hal tersebut

menunjukkan tren positif terhadap kesadaran berdemokrasi yang semakin

meningkat setiap tahunnya.86

Dengan demikian, prospek demokrasi di Asia telah

berkembang signifikan dan mendapat dukungan dari berbagai komunitas

internasional.87

C. Demokrasi dalam Perspektif Indonesia

Penting untuk memahami bagaimana sesungguhnya Indonesia memaknai

Demokrasi. Upaya untuk memaknainya bisa dilihat dengan memahami esensi

dari tema BDF secara keseluruhan. Walaupun tidak bisa menjadi klaim bahwa

dengan memahami tema BDF maka akan paham terhadap demokrasi dari

perspektif Indonesia.

Harus diakui jika demokrasi memiliki nilai-nilai universal, namun Indonesia

juga menegaskan bahwa demokrasi adalah sebuah “endless process”, mengingat

tantangan zaman yang berbeda dan keharusan demokrasi untuk berevolusi.88

Dengan demikian, indikator Indonesia dalam memahami demokrasi adalah hal

yang dinamis, sehingga penegakannya harus melalui pendekatan kritik-kontruktif.

85

Hasil wawanara dengan Agus Heryana. 86

Marty Natalegawa, “BDF Alami Banyak Kemajuan,” Tabloid Diplomasi, 15 Januari

2013, 12 87

Susilo Bambang Yudhoyono. “BDF Paltform Kemitraan Strategis,” Tabloid Diplomasi,

15 Januari 2013, 8 88

Kemlu dan IPD, Building and Consolidating Democracy, 5-6

Page 46: PENGARUH BALI DEMOCRACY FORUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42118...Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

33

Upaya memahami demokrasi dalam perspektif Indonesia, setidaknya, akan

beririsan dengan tiga dimensi. Pertama, demokrasi adalah proses pemberdayaan

(empowerment) dan pembangunan (development). Demokrasi adalah proses untuk

memberdayakan seluruh elemen masyarakat -dari masyarakat yang kecil dan

terpinggirkan hingga jajaran elit pemerintah- agar mereka memiliki harapan dari

setiap aspirasinya. Demokrasi juga harus menjadi instrumen pembangunan

ekonomi dan politik melalui tata kelola pemerintahan yang baik (good

governance).89

Kedua, demokrasi adalah instrumen untuk memunculkan stabilitas

(stability). Stabilitas dapat tercapai apabila negara dijalankan dengan rule of law.

Penegakan hukum menjadi instrumen penting untuk menghindari otoritarianisme

dan menegakkan hak asasi manusia (HAM). Hukum yang ditegakkan juga harus

dibangun melalui mekanisme yang transparansi dan dari jajaran elit yang

akuntabel. Penting untuk menghadapi segala tantangan demokrasi dengan arif dan

bijak.90

Dengan demikian, penerapan mekanisme check and balances menjadi

usaha fundamental yang harus ditegakkan dalam kerangka hukum.

Ketiga, demokrasi harus mendukung kebebasan (freedom) untuk kemajuan

bangsa. Demokrasi harus menjadi instrumen yang mendorong perkembangan

negara melalui kesadaran akan persamaan HAM. Kebebasan harus dilandasi

melalui ruang partisipasi publik yang terbuka dan dilindungi, begitupun dengan

kebebasan pers atau media. Dengan demikian, demokrasi akan menghasilkan

kesadaran saling menghargai, -karena demokrasi adalah sistem pemerintahan yang

89

Kemlu dan IPD, Promoting Synergy between, 9-10 90

Kemlu dan IPD, Democracy and The Promotion, 10-12

Page 47: PENGARUH BALI DEMOCRACY FORUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42118...Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

34

siap menghadapi pluralitas dengan menjamin hak etnis minoritas- karena semua

masyarakat tanpa pandang bulu memiliki hak asasi yang sama.91

Berdasarkan tiga pemaparan di atas, dapat dikatakan bahwa demokrasi yang

dipahami oleh Indonesia merupakan instrumen untuk meningkatkan harkat dan

martabat manusia.92

Implementasi terhadap penghormatan HAM harus

diselaraskan antara kebijakan nasional dan luar negeri. Dengan demikian, negara-

negara yang sadar terhadap esensi demokrasi akan membentuk iklim yang

nyaman guna mengawal penegakan HAM pada tingkat global.93

Kesulitan mengukur tingkat demokrasi suatu negara juga disadari oleh Larry

Diamond, bahwa ia baru dapat menentukan apakah suatu negara telah menerapkan

demokrasi atau tidak setelah mengamati fenomena pada banyak negara di benua

yang berbeda dan pada periode tertentu. Menurutnya terdapat tiga hal yang

menjadikan demokrasi sebagai sistem pemerintahan terbaik, yaitu demokrasi

menjamin partisipasi publik dalam politik, menjamin HAM setiap individu, dan

menjamin kemerdekaan moral setiap masyarakat.94

Inilah yang menjadi esensi

dari demokrasi bahwa negara mendorong keterlibatan publik pada proses

pembangunan bangsa dan negara.

David Collier memiliki pemahaman yang selaras dengan SBY dalam

menanggapi demokrasi. Ia justru menganggap memahami demokrasi bukanlah

91

Pernyataan SBY pada pembukaan BDF keempat tahun 2011 dengan tema “Enhancing

Democratic Participation in a Changing World: Responding to Democratic Voices”, dikutip dari

http://www.ipd.or.id/bdf/bali-democracy-forum-iv, pada Selasa, 14 Maret 2017, pukul 07.03 WIB. 92

Kemlu dan IPD, Promoting Synergy between, 11 93

Sambutan SBY pada BDF kelima. Bisa dilihat di http://new. indonesia. nl/index .php/ en

/2012- 11-26-04-10-03/speeches/275-opening-statement-by-president-susilo-bambang-yudhoyono

-at- the-bali-democracy-forum-v, diakses pada Selasa, 14 Maret 2017, pukul 14.42 WIB. 94

Larry Diamond, Developing Democracy Toward Consolidation (Yogyakarta: IRE Press,

2003), 1-4

Page 48: PENGARUH BALI DEMOCRACY FORUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42118...Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

35

dari prosedurnya, melainkan dari substansinya. Karena memahami demokrasi

secara prosedural hanya akan mempersempit makna demokrasi itu sendiri.

Namun, ironisnya adalah banyak tokoh yang terjebak dalam perdebatan

demokrasi secara definitif.95

Dengan demikian, berbicara demokrasi tidak hanya berbicara mengenai

bentuk pemerintahan dan segala mekanismenya. Berbicara demokrasi lebih

kepada bagaimana negara mampu menciptakan pola pemerintahan yang menjamin

keterlibatan publik, meminjam istilah Collie, sebagai “procedural minimum of

democracy”, seperti kebebasan sipil dan jaminan terhadap HAM.96

D. BDF sebagai Kebijakan Luar Negeri Indonesia

Salah satu tantangan terbesar dalam studi HI adalah upaya untuk mencapai

kesepakatan tunggal dalam mengkonseptualisasikan suatu definisi, termasuk

perdebatan dalam memaknai kebijakan luar negeri (KLN).97

Hambatan tersebut

berakar dari fokus kajian HI yang semakin luas dan kegagalan teori-teori

mainstream dalam memprediksi fenomena sosial, sehingga menuntut studi HI

agar lebih multi-approach dalam menganalisis objek kajiannya.98

95

David Collier dan Steven Levitsky, “Democracy with Adjectives” Jurnal World Politics,

49 No. 3 (April 1997), 433 96

Collier mengakui bahwa memaknai demokrasi adalah suatu perdebatan. Karena tantangan

zaman maka demokrasi harus selalu diperluas maknanya, atau ia menyebutnya “expanded

procedural minimum of democrac”. Namun, ia pun mengakui bahwa demokrasi adalah suatu

konsep dalam sistem pemerintahan yang menuntut keterlibatan publik lebih, aspek inilah yang ia

katakan sebagai procedural minimum of democracy atau bisa juga dikenal sebagai nilai universal

demokrasi. Collier dan Levitsky, “Democracy with Adjectives” Jurnal World Politics, 433 97

Stefano Guzzini dan Fredrik Bynander, Rethinking Foreign Policy, (USA: Routledge,

2013) 3 98

James D. Fearon, “Domestic Politics, Foreign Policy, And Theories of International

Relations”, Jurnal Annual Review of Political Sciences I (Juni 1998): 296

Page 49: PENGARUH BALI DEMOCRACY FORUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42118...Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

36

Walter Carlsnaes merupakan teoritisi HI yang mendefinisikan KLN melalui

ragam pendekatan. Menurut Steffano Guzzini, pemikiran Carlsnaes dipengaruhi

oleh analisis Weber, Marx, dan para pengkaji norma.99

Carlsnaes menyatakan

bahwa kebijakan luar negeri merupakan tindakan yang dilakukan oleh negara

beserta institusinya atas nama kedaulatan yang secara eksplisit menyatakan

tujuan, komitmen, dan arah serta dipengaruhi oleh norma-norma sosial.100

Hal

menarik yang disampaikan oleh Carlsnaes adalah bagaimana ia melihat norma dan

nilai sebagai faktor determinan yang mempengaruhi kebijakan luar negeri suatu

negara.

Kemunculan nilai atau norma yang dianut oleh negara sangat dipengaruhi

oleh dinamika domestik dan internasional. Martha Finnemore menyebut istilah

tersebut dengan “the lifecycles of norms”. Maksudnya adalah norma merupakan

bentuk akhir daripada ide yang telah diyakini oleh masyarakat dan diinstitusikan

oleh negara. Setelah suatu negara telah mengamini norma, barulah ia bisa

berusaha untuk menjadikannya sebagai norma internasional,101

karena telah

diimplementasikan melalui kebijakan luar negerinya.

Aspek yang turut mempengaruhi perkembangan norma atau nilai adalah

lingkungan sosial. Sejarah atau serentetan peristiwa yang menimpa suatu negara

menjadi sub-aspek yang sangat menentukan bagaimana lingkungan sosial

berinteraksi.102

Upaya Indonesia dalam memahami perdamaian dunia adalah

99

Guzzini dan Bynander, Rethinking Foreign Policy, 5-8 100

Nazaruddin Nasution, Dinamika Politik Luar Negeri Indonesia, (Jakarta: UIN Press,

2015) 4 101

Martha Finnemore and Kathryn Sikkink, “International Norm Dynamics and Political

Change,” Jurnal International Organization 52, No. 4 (Autumn, 1998): 893 102

Finnemore and Sikkink, “International Norm Dynamics, 911.

Page 50: PENGARUH BALI DEMOCRACY FORUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42118...Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

37

contoh konkrit bagaimana sejarah dan peristiwa penjajahan mampu

mempengaruhi interaksinya dengan negara lain melalui serangkaian kebijakan

luar negeri, seperti kebijakan demokratisasinya.

Bali Democracy Forum adalah kebijakan demokratisasi Indonesia yang

diterapkan sejak era SBY. Kebijakan ini didasari pada pemahaman Indonesia

terhadap nilai-nilai kemanusiaan. Sejarah Indonesia telah menunjukkan betapa

kolonialisme adalah tindakan yang menghancurkan nilai kemanusiaan dan

menafikan HAM sebagai hak fundamental setiap individu. Oleh karena itu, sejak

Orde Lama hingga pasca reformasi, baik kebijakan dalam dan luar negeri

Indonesia harus sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan.103

Pada Orde Lama, Indonesia menjadi negara yang turut aktif menegakkan

nilai-nilai kemanusiaan melalui penghapusan kolonialisme. Konferensi Asia-

Afrika (KAA), kampanye anti-nekolim, serta gagasan tentang Nefos dan Oldefos

menjadi implementasi daripada cita-cita tersebut.104

Bagi Orde Baru, penegakan

norma keamanan menjadi landasan fundamental untuk mewujudkan perdamaian

di Asia Tenggara dan hal itu dimanifestasikan melalui pembentukan ASEAN.105

Krisis 1998 turut mengakhiri Orde Baru yang telah berkuasa selama tiga

dekade. Namun, krisis yang melanda Indonesia berdampak terhadap stabilitas

politik domestik yang kemudian mempengaruhi kinerja KLN Indonesia pada era

103

Pemahaman tersebut sesuai dengan konstitusi Indonesia yang tertulis “bahwa

kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu maka penjajahan di atas dunia harus

dihapuskan karena tidak sesuai denga peri-kemanuasiaan dan peri-keadilan”. Dengan demikian,

menegakkan HAM dan mempertahankan nilai-nilai kemanusiaan merupakan cita-cita Indonesia. 104

Tonny D. Effendi, Agenda Kebijakan Luar Negeri Indonesia Pasca Pemilihan Presiden

2009 [Jurnal On-line] (Malang: Universitas Muhammadiyah Malang, 2016); tersedia di

http://ejournal.umm.ac.id/index.php/bestari/article/view/138/164; internet; diakses pada Selasa, 04

April 2017 pukul 02.13 WIB. 105

Zainuddin Djafar dan Robby A. Fadila, Menuju Peran Strategis Indonesia di Lingkungan

Regional dan Global (Bandung: PT Dunia Pustaka Jaya, 2013) 55-56

Page 51: PENGARUH BALI DEMOCRACY FORUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42118...Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

38

selanjutnya. Era reformasi, KLN Indonesia mengalami masa yang suram. Presiden

Habibi, Abdurrahman Wahid, dan Megawati tidak bisa memaksimalkan peran

Indonesia di kancah internasional. Diplomasi Indonesia untuk meneriakkan HAM

seolah dibungkam oleh ketidakstabilan politik dan ekonomi domestik.106

Sehingga

KLN Indonesia pada era tiga presiden tersebut hanya berkisar pada upaya

mempertahankan hubungan diplomatik.

Menanggapi dinamika KLN di atas, tidak bisa dipungkiri bahwa SBY telah

mengembalikan peran Indonesia di kancah internasional. Selain mengembalikan

stabilitas politik dan ekonomi, citra Indonesia sebagai negara yang mendukung

penegakan HAM juga kembali aktif.107

Sebagai kebijakan demokratisasi, BDF

hanya menghabiskan dana sekitar 5-8 milyar setiap penyeleggaraannya.108

Terkait

struktur internasional yang berubah, SBY menghiasi KLN-nya dengan semboyan

Million Friends Zero Enemy.109

Dengan demikian, KLN yang diterapkan SBY

bersifat konstruktif agar menyentuh berbagai kalangan dan elemen.

Globalisasi adalah salah satu tantangan terbesar SBY. Globalisasi memaksa

setiap negara untuk saling bekerja sama guna mencapai kepentingannya, termasuk

Indonesia. Di samping itu, sesuai dengan konstitusi Indonesia, SBY juga harus

mendukung penegakan peri-kemanusiaan di berbagai negara. Dengan

berlandaskan terhadap kerja sama dan penegakan HAM serta “jatuh-bangun”

106

Djafar dan Fadila, Menuju Peran Strategis, 78 107

Reni Windiani, “Politik Luar Negeri Indonesia dan Globalisasi”, Jurnal Politika 1 (Juni

2010): 9 108

Hasil Wawancara dengan Agus Heryana pada tanggal 19 Juni 2017 109

Ziyad Falahi, “Memikirkan Kembali Arti Million Friends Zero Enemy dalam Era

Paradox of Plenty,” Jurnal Global & Strategis 7 No.2 (Juli 2013): 228

Page 52: PENGARUH BALI DEMOCRACY FORUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42118...Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

39

demokrasi Indonesia, SBY menginisiasi BDF sebagai kebijakan luar negerinya

dalam upaya menciptakan perdamaian dunia.

Kebijakan BDF mencerminkan posisi Indonesia sebagai negara yang

independen. Indonesia tidak ingin terlibat dalam arus demokratisasi yang dinilai

“milik Barat”. Dalam penegakannya, Indonesia memiliki sudut pandang yang

unik terkait demokrasi. Untuk itulah Indonesia menggagas forum demokrasi yang

bersifat “demokratis”, dimana setiap pihak diperkenankan untuk berpendapat

mengenai demokrasi menurut pemahamannya tanpa ada upaya untuk saling

menyalahkan. Posisi Indonesia yang sedemikian rupa merupakan cara SBY

memandang situasi internasional yang ia sebut dengan navigating a turbulent

ocean.110

Posisi Indonesia sebagai negara demokrasi terbesar ketiga di dunia, negara

dengan jumlah Muslim terbesar, pengalaman Indonesia mempertahankan

demokrasi dan keberhasilan Indonesia untuk bangkit setelah krisis adalah modal

berharga yang menurut SBY harus dibagikan kepada negara lain.111

Tidak hanya

sampai di situ, SBY juga merasa bahwa demokrasi di Indonesia belum usai dan

masih harus belajar dari negara lain. SBY juga sadar kalau demokrasi harus

ditumbuhkan bukan dipaksakan apalagi diwariskan.112

Dengan mengamati aspek-

aspek di atas, SBY menggagas BDF sebagai upaya demokratisasi yang tidak

110

Falahi, “Memikirkan Kembali Arti Million”, 228 111

Susilo Bambang Yudhoyono, Indonesia and The World, tersedia di

http://www.kemlu.go.id/en/pidato/presiden/ Pages/ Speech- by- H.E.- Dr.- Susilo- Bambang-

Yudhoyono-President- of- the- Republic- of- Indonesia- before- the-Indone.aspx, diakses pada

Jumat, 23 Maret 2017, pukul 22.14 WI.B 112

Kemlu dan IPD, Building and Consolidating Democracy, 7

Page 53: PENGARUH BALI DEMOCRACY FORUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42118...Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

40

memaksa serta tidak menggunakan instrumen hukuman, namun dengan instrumen

dialog dan komunikasi.

Pada akhirnya, BDF sebagai kebijakan luar negeri Indonesia adalah

upayanya untuk menjadikan rakyat yang tertindas menuju rakyat yang merdeka.

Penegakan nilai kemanusiaan mengalami perubahan di setiap era, jika sebelum

abad 21 tidak berhasilnya penegakan nilai kemanusiaan karena penjajahan, maka

tidak maksimalnya penegakan nilai kemanusiaan pada abad 21 adalah karena

kedaulatan rakyat yang tidak diberikan secara seutuhnya. Menanggapi perubahan

tersebut, Indonesia meyakini bahwa demokrasi, dengan esensisnya yang sangat

memperhitungkan posisi serta peran masyarakat, adalah instrumen yang tepat

untuk menggapai hal tersebut.113

E. BDF sebagai Instrumen Diplomasi Indonesia

Kebijakan luar negeri dengan diplomasi memiliki keterkaitan yang saling

mempengaruhi. Diplomasi sering dianggap sebagai instrumen atau strategi untuk

merealisasikan kebijakan luar negeri yang dirancang sebagai kepentingan

nasional. Sedangkan, kebijakan luar negeri adalah konsep atau kebijakan tentang

bagaimana menanggapi hubungan dengan negara lain, baik kooperatif atau

konfrontatif.114

Oleh sebab itu, implementasi diplomasi suatu negara akan sangat

bergantung terhadap kebijakan luar negerinya.

113

Bambang Harymurti, “BDF Perlu Didukung dengan Pengembangan Peran Civil

Society”, Tabloid Diplomasi, 15 Januari 2013, 11 114

Stella Wasike, “Sussy N. Kimokoti, Violet Wakesa, Connectivity between Diplomacy,

Foreign Policy and Global Politics”, Jurnal of Humanities and Cultural Studies 2 No.2 (September

2015): 521

Page 54: PENGARUH BALI DEMOCRACY FORUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42118...Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

41

Michael Woolcock menggarisbawahi tentang pentingnya dialog dan

komunikasi dalam diplomasi agar memahami bagaimana suatu negara

menempatkan kepentingan nasionalnya.115

Pada era modern, diplomasi dikenal

sebagai cara untuk mendapatkan kepentingan nasionalnya dengan win-win

solution atau dengan cara damai.116

Sehingga, bisa dikatakan bahwa diplomasi

lebih kepada bagaimana negara mendapatkan kepentingan nasionalnya melalui

pola komunikasi serta berupaya agar tidak ada yang dirugikan.

Berdasarkan “9 Pokok Perhatian Diplomasi”, yang disampaikan oleh Marty

Natalegawa, BDF merupakan prioritas diplomasi Indonesia dalam rangka

konsolidasi demokrasi dan nilai-nilai HAM di kawasan dan tingkat global.117

Tidak hanya sampai di situ, berdasarkan “Rencana Strategis Kemlu 2015-2019”

BDF masih menjadi instrumen andalan Indonesia untuk menyebarkan demokrasi

dan nilai-nilai kemanusiaan.118

Dengan demikian, tergambar dengan jelas bahwa

Forum Demokrasi Bali merupakan bagian dari diplomasi Indonesia dalam

kerangka kebijakan penyebaran nilai-nilai demokrasi.

Bali Democracy Forum digagas sebagai forum setingkat menteri, sehingga

BDF merupakan bagian dari diplomasi multilateral Indonesia. Diplomasi tersebut

merupakan instrumen yang melibatkan banyak negara untuk mencapai tujuannya

115

SC Van Der Westhuizen, Foreign policy, public diplomacy and the media:The case of

South Africa, [Artikel On-line] (South Africa: University of South Africa, 2014); tersedia di

http://uir.unisa.ac.za/bitstream/handle/10500/14434/dissertation_van_der_westhuizen_sc.pdf?sequ

ence=1, internet; 35 diakses pada Selasa, 04 April 2017, pukul 03.14 WIB. 116

Marija Manojlovic dan Celia H. Thorhei, Crossroads of Diplomacy: New Challanges,

New Solutions (The Hague: Desiree Davidse, 2007) 35 117

Disampaikan oleh Marty Natalegawa, dikutip dari

http://www.suaramerdeka.com/v1/index.php/read/news/2013/01/06/140497/Sembilan-Pokok-

Refleksi-dan-Proyeksi-Diplomasi-Menlu, diakses pada Minggu, 19 Maret 2017 pukul 14.39 WIB. 118

Rencana Strategis Kemlu 2015-2019, tersedia di Downloads\Documents\RENSTRA

KEMENLU 2015 2019 FINAL DONE 220415.pdf, internet; diakses pada Selasa, 04 April 2017,

pukul 03.22 WIB.

Page 55: PENGARUH BALI DEMOCRACY FORUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42118...Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

42

secara bersama-sama demi kepentingan bersama pula.119

Sidang Majelis Umum

PBB adalah fenomena yang menjadikan diplomasi multilateral mulai diminati

oleh berbagai negara. Diplomasi setingkat multilateral biasanya digunakan untuk

menanggapi masalah yang kompleks dan memiliki konsekuensi serius bagi

komunitas internasional.120

Bagi Indonesia, forum ini memilki urgensinya

tersendiri mengingat belum ada satupun forum di Asia-Pasifik yang membahas

tentang demokrasi dan melihat pencapaian demokrasi di Asia yang signifikan.

Tidak bisa dipungkiri bahwa perkembangan globalisasi memberikan

orientasi baru terhadap BDF sebagai instrumen diplomasi Indonesia. Dampak dari

kemajuan teknologi dan informasi menjadikan aktor non-negara memiliki peran

tersendiri sebagai “diplomat”.121

Sadar akan konsekuensi tersebut, Indonesia

justru menjadikan BDF sebagai diplomasi publiknya dimana aktor non-

pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, media, organisasi internasional,

bahkan masyarakat turut berperan sebagai diplomat Indonesia. Sadar akan potensi

globalisasi, BDF dijadikan sebagai forum inklusif sejak awal didirikannya agar

tidak mempersempit mekanisme kerjanya itu sendiri. Dengan kata lain, aktor non-

pemerintah juga menjadi agen penyebar nilai-nilai demokrasi dan mereka juga

yang membantu negara dalam merealisasikan gagasan BDF.

Penerapan diplomasi publik sangat ditentukan dari kesiapan Indonesia

terhadap sistem demokrasi. Keterlibatan masyarakat, keterbukaan media, dan

119

Ryo Oshiba, Multilateral Diplomacy and Multilateralism: The United Nations, The G8,

The G20, and The Bretton Woods Institutions [Jurnal Online] (Japan, 2013), tersedia di

https://www2.jiia.or.jp/en/pdf/digital_library/japan_s_diplomacy/160415_Ryo_Oshiba.pdf. ,

internet; 2. Diakses pada Selasa, 04 April 2017, pukul 03.30 WIB 120

Kishan S. Rana, 21st Century diplomacy (London: The Continuum Publishing, 2011) 26 121

Rana, 21st Century diplomacy, 77-78

Page 56: PENGARUH BALI DEMOCRACY FORUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42118...Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

43

sejauh mana opini publik mampu mempengaruhi dinamika pemerintahan adalah

sebagian indikator yang menentukan kematangan demokrasi Indonesia.122

Sebagai

bagian dari diplomasi publik, BDF telah berhasil menunjukkan betapa demokrasi

adalah sistem pemerintahan yang cocok dengan Indonesia. Inklusivitas BDF tidak

hanya melibatkan masyarakat dalam negeri, begitupun dengan masyarakat

internasional -seperti akademisi, agamawan, dan tokoh bangsa-. Selain itu,

keterbukaan informasi terkait BDF adalah bukti bahwa BDF telah siap menjadi

bagian dari diplomasi publik Indonesia.

122

Rana, 21st Century diplomacy, 79-80

Page 57: PENGARUH BALI DEMOCRACY FORUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42118...Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

44

BAB III

DINAMIKA DEMOKRASI MYAMAR

Myanmar dikenal sebagai negara di Asia Tenggara yang masih berkutat

dengan rezim militer. Lebih dari 60 tahun militer berkuasa bukan berarti

Myanmar tidak pernah mencicipi demokrasi. Kudeta militer dianggap sebagai

solusi setelah pemerintahan sipil gagal untuk menciptakan stabilitas domestik.

Namun, junta militer juga gagal membawa perubahan bagi Myanmar. Komunitas

internasional mulai menyoroti pemerintahan Myanmar yang semakin otoriter

dengan berbagai laporan pelanggaran HAM. Sistem otoriter dianggap sebagai

dasar penyebab keterpurukan Myanmar dan demokrasi seolah dianggap sebagai

solusinya. Melalui bab ini akan dijelaskan tentang jatuh-bangun penegakan

demokrasi Myanmar hingga keinginan pemerintah, yang notabennya adalah

militer, untuk kembali menegakkan demokrasi.

A. Sejarah Kemerdekaan Myanmar

Sejarah kemerdekaan Myanmar tidak jauh berbeda dengan Indonesia.

Sebagai negara Asia Tenggara, keduanya merupakan negara yang terjebak tipu

muslihat Jepang dalam upaya merebut kemerdekaan. Jika Jepang datang ke

Indonesia dengan dalih membantu kemerdekaan Indonesia dari Belanda, maka

Jepang datang ke Myanmar untuk berjuang bersama rakyat merebut kemerdekaan

Inggris dengan membentuk Burma Independence Army (BIA).123

Pada masa penjajahan Inggris, sejak 1886, Myanmar merupakan bagian dari

pemerintahan India. Inggris menjadikan Myanmar sebagai tujuan migrasi untuk

123

Kei Nemoto, ed., Reconsidering The Japanese Military Occupation in Burma (1942-

1945) (Tokyo: Tokyo University of Foreign Studies, 2007), 179

Page 58: PENGARUH BALI DEMOCRACY FORUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42118...Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

45

mengurangi kepadatan penduduk di India. Dampaknya adalah benturan budaya

antara pribumi Myanmar dengan etnis India, sehingga berujung kepada

memburuknya sistem perekonomian Myanmar. Atas dasar itulah Inggris mulai

memisahkan Myanmar dengan India124

Kesadaran akan nasionalisme masyarakat Myanmar muncul akibat dua

aspek, yaitu pembangunan kemanusiaan yang dilakukan oleh Inggris dan peran

strategis pemerintahan yang mulai diambil alih oleh imigran India. Semangat

nasionalisme pertama kali dipelopori oleh para biksu yang menolak Myanmar

menjadi negara sekuler. Tidak hanya sampai di situ, kalangan akademisi dan

cendikiawan terus bermunculan sehingga memantapkan jiwa nasionalisme

masyakarat Myanmar. Gerakan perlawanan semakin terorganisir dengan

munculnya berbagai tokoh kharismatik, seperti Jenderal Aung San.125

Kebangkitan Jepang di Asia dimanfaatkan oleh para tokoh nasionalis

Myanmar. Pada 1939 Jenderal Aung San, ayah dari Aung San Suu Kyi, pergi ke

Jepang untuk menjalin kesepakatan dengan Kolonel Keiji Suzuki yang pada saat

itu juga memiliki misi untuk mengumpulkan para intelektual Myanmar. BIA yang

didirikan pada 1941 adalah buah kesepakatan antara Aung San dengan Jepang

demi merebut kemerdekaan dari Inggris, sebagai catatan Myanmar harus

mendukung Jepang pada Perang Dunia II.126

BIA inilah yang menjadi cikal-bakal

gerakan kemerdekaan Myanmar

124

http://factsanddetails.com/ southeast- asia/ Myanmar /sub5_5a/ entry -3007. html,

diakses pada Rabu, 29 Maret 2017 pukul 14.40 WIB 125

Myrna Anggraini, Perjuangan Anti-Facist People’ Freedom League dalam Mencapai

Kemerdekaan Burma 1944-1948 (Depok: UI, 2008), 30 126

Anggraini, Perjuangan Anti-Facist People’, 43

Page 59: PENGARUH BALI DEMOCRACY FORUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42118...Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

46

Jepang memberikan bantuan dan pelatihan kepada BIA hingga akhirnya

mereka berhasil mengusir Inggris pada 1942. Namun, Jepang tidak serta-merta

pergi meninggalkan Myanmar. Sadar akan potensi alam, Jepang perlahan hadir

sebagai penjajah baru demi kepentingan Perang Dunia II. Para nasionalis

menyadari bahwa mereka terjebak dalam “kemerdekaan semu”, dimana setiap

kebijakan adalah hasil intervensi Jepang. Perilaku tentara Jepang yang tidak

menghormati agama Buddha, dengan merusak kuil dan simbol keagamaan,

semakin menyuburkan benih-benih pemberontakan. Alasan-alasan inilah yang

membuat kaum nasionalis mulai membuat organisasi perlawanan terhadap

Jepang, yang dikenal dengan Anti-Facist People Freedom League (AFPFL)127

Upaya Myanmar untuk merebut kemerdekaan dari Jepang mendapat

bantuan dari sekutu dan Inggris. Pada 1944 Aung San bersama AFPFL berjuang

bersama Inggris untuk melawan Jepang.128

Situasi Jepang yang mengamali

kerugian besar pasca Perang Dunia II memaksa Negeri Sakura untuk menyerah

tanpa syarat dengan konsekuensi Myanmar harus diserahkan kepada sekutu,

Inggris. Masyarakat Myanmar yang terus menuntut kemerdekaan menghasilkan

Perundingan Panglong dengan Inggris pada 12 Februari 1947 dan mengangkat

Sao Shwe Thaik sebagai presiden dan U Nu sebagai perdana menteri pertama

pada 4 Januari 1948.129

127

Anggraini, Perjuangan Anti-Facist People’, 106 128

http://www.history.com/this- day-in- history/ british- troops- liberate- mandalay-

burma, diakses pada Rabu, 29 Maret 2017 pukul 14.27 WIB 129

Anggraini, Perjuangan Anti-Facist People’, 108

Page 60: PENGARUH BALI DEMOCRACY FORUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42118...Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

47

B. Keruntuhan Demokrasi Myanmar

Demokrasi pernah menjadi bagian dari Myanmar. Pada 1948, Myanmar di

bawah pemerintahan U Nu, mencoba untuk menjalankan pemerintahan yang

demokratis. Menurut Alfian, peneliti LIPI, setidaknya terdapat tiga alasan yang

mendasari runtuhnya demokrasi Myanmar, yaitu; pertama, ketidakmampuan

politisi sipil untuk menciptakan tatanan domestik yang stabil; kedua, ancaman

keamanan yang dihadapi Myanmar tidak diatasi dengan baik oleh U Nu, seperti

pemberontakan yang dilakukan oleh etnis Karen, Shan, dan etnis minoritas

lainnya; ketiga, ketidaktegasan U Nu dalam setiap pengambilan kebijakan.130

Runtuhnya demokrasi Myanmar bisa dielaborasi tiga faktor di atas.

Posisi geografis Myanmar sebagai negara perbatasan yang beririsan dengan

wilayah Timur, Selatan, serta Tenggara Asia131

dan sebagai dampak dari

kebijakan migrasi Inggris menyebabkan Myanmar menjadi tempat berkumpulnya

berbagai etnis di Asia.132

Namun, Kemerdekaan Myanmar tidak serta-merta

menyatukan berbagai etnis yang ada. Egosentris dan kepentingan masing-masing

etnis yang saling berbenturan menjadi hambatan pertama bagi pemerintahan U

Nu.

Terbentuknya AFPFL sebagai wadah perjuangan Myanmar untuk mendapat

kemerdekaan rupanya tidak didukung oleh seluruh etnis. Pada konteks ini, AFPFL

lebih merepresentasikan etnis mayoritas, sedangkan etnis kecil lainnya menjadi

130

Ita M. Dewi, “Pengalaman Militer Burma: Sebuah Analisis Historis-Politis”, Jurnal

ISTORIA 1 (Januari 2005): 4 131

Rohana Machmoed dan Hans-Joachim Esderts, Myanmar and the Wider Southeast

Asia, (Kuala Lumpur: ISIS, 1991) 22 132

http://factsanddetails.com/ southeast- asia/ Myanmar /sub5_5a/ entry -3007. html,

diakses pada Rabu, 29 Maret 2017 pukul 14.40 WIB

Page 61: PENGARUH BALI DEMOCRACY FORUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42118...Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

48

sekutu Inggris dan mereka dianggap sebaga musuh AFPFL. Dukungan

masyarakat Myanmar kepada AFPFL tidak lepas dari etnis Burma yang saat itu

menjadi mayoritas. Puncak dari perdebatan antar-etnis terjadi ketika perundingan

Panglong dimana etnis kecil dan etnis Muslim Myanmar tidak dilibatkan.133

Perjanjian Panglong 1947 memuat tentang pendirian Negara Federal Burma

bagi setiap etnis yang terlibat dalam merebut kemerdekaan Burma. Imbalannya

adalah wilayah Myanmar untuk menjadi negara bagian berdasarkan komposisi

tertentu, seperti jumlah populasi etnis. Tetapi, perjanjian ini tidak pernah

terealisasi atau paling tidak etnis non-Buddha menjadi pihak yang dirugikan -

seperti etnis Rohingnya dan etnis Kachin-, terutama pasca tewasnya Aung San.134

Kegagalan Perjanjian Panglong berdampak terhadap munculnya gerakan-

gerakan separatis oleh etnis minoritas. Gerakan pembebasan semakin tidak

terbendung pasca diangkatnya U Nu menjadi pemimpin Myanmar. Walaupun U

Nu dikenal sebagai tokoh intelektual dan kharismatik namun ia kurang tegas

dalam mengambil kebijakan.135

Ironisnya adalah U Nu, yang berasal dari

kalangan sipil, justru menindak gerakan pembebasan dengan pendekatan

militer.136

133

Aris Pramono, Peran UNHCR dalam Menangani Pengungsi Myanmar Etnis

Rohingnya di Bangladesh (periode 1978-2002) (Depok: UI, 2010), 33 134

Anindita K. Haryanto, Relasi Negara dengan Kelompok Minoritas: Konflik Kachin

Tahun 2011 di Myanmar, (Yogyakarta: UGM, 2015), 2 135

Pramono, Peran UNHCR dalam, 37 136

Ketidaktegasan U Nu dalam menyikapi gerakan pemberontakan memaksa Jenderal Ne

Win dengan segenap jajaran militer untuk mengambil sikap. Etnis minoritas yang menuntut hak

sipil dan politik mulai diberangus, seperti etnis Rohingnya dan Kachin. Bentuk kepercayaan U Nu

terhadap cara militer inilah yang memperkuat peran militer pada pemerintahan Myanmar. Ayub T.

Satriyo, “Optimalisasi Peran International Criminal Court dan Aplikasi Aksi Kemanusiaan

sebagai Inisiasi Penyelesaian Etnis Rohingnya”, Jurnal Dinamika Hukum 14 No.3 (September

2014): 529

Page 62: PENGARUH BALI DEMOCRACY FORUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42118...Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

49

Pendekatan militer menjadi instrumen yang digunakan U Nu pasca

kegagalan pendekatan politik. Sebagai pemimpin rezim demokratis, U Nu pernah

melibatkan etnis minoritas melalui parlemen, seperti menunjuk Sao Shwe Thaike

dari etnis Shan menjadi presiden dan Sultan Mahmood dari etnis Rohingnya

menjadi sekretaris politik pemerintahan.137

Namun, kebijakan U Nu yang lebih

terbuka terhadap etnis minoritas tidak diiringi dengan pengenduran pendekatan

militernya dan masih sangat “Burma-sentris”.138

Sehingga gerakan

pemberontakan masih tetap berlanjut.

Ketidakadilan pemerintah dalam bidang politik berdampak terhadap

kebijakan ekonomi Myanmar. Sumber daya alam yang dikelola secara sentralistik

menuntut pemerintah pusat untuk adil dalam pembagian hasil untuk setiap etnis,

seperti yang diutarakan oleh Aung San pada Perjanjian Panglong,139

namun

keadilan tersebut tidak dirasakan oleh etnis minoritas. Kebijakan ekonomi

Pyaidawtha -kebijakan delapan tahunan- juga gagal untuk mendobrak ekonomi

Myanmar140

karena permintaan beras dunia yang turun drastis pasca berakhirnya

Perang Korea.141

137

Melihat bentuk pemerintahan yang unik, karena dibentuk dari sistem keterlibatan Etnis,

Hugh Thinker menyebut Myanmar sebagai negara kesatuan, walau secara teoritis Myanmar

berbentuk federal. Lian H. Sakhong, “The Dynamics of Sixty Years of Ethnic Armed Conflict in

Burma”, Burma Centre for Ethnic Studies Peace and Reconciliation Analysis Paper 1 (January

2012): 5 138

Pramono, Peran UNHCR dalam, 37 139

Aung San pernah berkata kepada etnis minoritas tentang keadilan dalam alokasi

pendapatan “if a Burman gets one kyat, a Shan will get one Kyat as well”. Pamela T. Stein, The

Role of the Military in Myanmar’s Political Economy, (California: Naval Postgradute School,

2016), 9 140

Adian Firnas, “Prospek Demokrasi di Myanmar”, Jurnal Universitas Paramadina 2

No. 2 (Januari 2003): 129 141

Stein, The Role of the Military, 10

Page 63: PENGARUH BALI DEMOCRACY FORUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42118...Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

50

Keruntuhan demokrasi Myanmar, sekaligus menjadi akar dari konflik etnis

berkepanjangan Myanmar adalah ketika U Nu mengeluarkan kebijakan agama

resmi Myanmar. Tidak seperti Aung San yang memilih Myanmar untuk menjadi

negara sekuler, U Nu cenderung ingin membentuk negara yang dibangun melalui

asimilasi suku dengan Buddha, karena Burma sebagai etnis mayoritas.142

Dengan

demikian, U Nu menjadikan Buddha sebagai satu-satunya agama resmi di

Myanmar.

Bagi etnis lain, kebijakan tersebut merupakan bentuk penindasan kepada

kaum minoritas. Adapun respon yang diberikan etnis non-Buddha terbagi menjadi

dua cara, yaitu cara ekstrim (pemberontakan) dan cara moderat (reformasi

konstitusi). Reaksi yang pertama dilakukan dengan instrumen pemberontakan

melalui pasukan bersenjata untuk menuntut otonomi wilayah, seperti

pemberontakan oleh Kachin dan Chin. Reaksi kedua dilakukan dengan semangat

untuk mengembalikan Perjanjian Panglong sebagaimana awalnya, yang terealisasi

atas kehadiran berbagai etnis di Myanmar, bukan hanya etnis Buddha. Sao Shwe

Thaike merupakan tokoh yang turut memperjuangkan reformasi konstitusi143

Stabilitas politik yang tak kunjung tiba berdampak terhadap legitimasi

kepemimpinan U Nu di parlemen. AFPFL, sebagai organisasi masa, mengalami

perpecahan yang disebabkan rivalitas dan perbedaan ideologi antara U Nu dengan

U Kyaw Nyein, Deputi Perdana Menteri Myanmar. Sekutu U Nu dinamakan

“Clean AFPFL” dan kubu Nyein dinamakan “Stable AFPFL”. Kedekatan antara

jajaran elit militer Myanmar yang memiliki kedekatan dengan Stable AFPFL

142

Sakhong, “The Dynamics of Sixty Years, 5 143

Sakhong, “The Dynamics of Sixty Years, 6

Page 64: PENGARUH BALI DEMOCRACY FORUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42118...Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

51

kerap mencurigai segala langkah U Nu bersama koalisinya. Memburuknya

hubungan U Nu dengan militer Myanmar memuncak pada 1958, dimana Clean

AFPFL menganggap bahwa militer dan Stable AFPFL adalah musuh bersama144

.

Dampak dari kerusuhan publik, memburuknya hubungan elit dengan militer,

dan diberikannya mosi tidak percaya kepada U Nu di parlemen, memaksa dirinya

untuk melepaskan jabatan perdana menteri yang kemudian diambil alih oleh

militer -Jenderal Ne Win- hingga kondisi kembali stabil. Pemerintahan militer,

saat itu, berhasil memulihkan keadaan dalam negeri sampai terselenggaranya

pemilu 1960 yang kembali dimenangkan oleh U Nu. Kemenangan tersebut

direspon oleh pihak militer dengan memberikan ultimatum agar pemerintahan

sipil menyelesaikan berbagai permasalahan domestik Myanmar dalam dua

tahun.145

Namun, U Nu seolah kehilangan sentuhannya sebagai pemimpin dan

gagal untuk menata stabilitas domestik dan berdampak terhadap kudeta militer

yang dilakukan oleh Ne Win pada 1962.146

Keruntuhan demokrasi Myanmar didasari atas kesalahannya dalam

mengeluarkan kebijakan agama. Pada dasarnya, bagaimana ia menjadikan Buddha

sebagai agama resmi merupakan bagian dari dinamika demokrasi, bahwa suara

mayoritas menjadi pemenang. Namun, kesalahan mendasar yang dilakukan U Nu

adalah bagaimana ia tidak mengakomodir kepentingan etnis non-Buddha lainnya,

sehingga sentimen agama menjadi pemicu akan isu-isu politik lainnya. Kemudian,

144

Mi Mi Gyi, An Analysis of The Parliamentary Democracy System in Myanmar (1948-

1962) [Artikel on-line] (Myanmar: University of Mandalay, 2011); tersedia di

http://umoar.mu.edu.mm/bitstream/handle/123456789/82/An%20Analysis%20of.pdf?sequence=1;

internet; diunduh pada Sabtu, 01 April 2017 pukul 22.26 WIB. 145

Firnas, “Prospek Demokrasi di Myanmar, 130 146

Rani A. Puspita, Peranan Aung San Suu Kyi dalam Memperjuangkan Demokrasi di

Myanmar tahun 1988-2012, (Bandung: UPI, 2013) 1

Page 65: PENGARUH BALI DEMOCRACY FORUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42118...Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

52

lemahnya legitimasi U Nu di parlemen akibat situasi nasional menjadi momentum

bagi oposisi dan militer untuk melakukan kudeta. Perkara inilah yang menjadi

titik kebangkitan rezim militer Myanmar hingga beberapa dekade mendatang.

C. Kebangkitan Rezim Militer Myanmar era Ne Win

Kebangkitan rezim militer Myanmar adalah buah dari kebijakan U Nu

dalam meredam gerakan pemberontakan. Kebijakan militeristik U Nu justru

memperkuat peran militer di Myanmar. Pada 1949, Jenderal Ne Win hanya

memiliki 2000 tentara di bawah komandonya, pada 1955 menjadi 40.000 orang,

dan pada 1962 menjadi 104.200 orang dari seluruh jajaran angkatan bersenjata.

Ditambah lagi, militer juga mulai memiliki perusahaan dagang, perkapalan, surat

kabar, sekolah, hingga rumah sakit.147

Sehingga, keterlibatan militer dalam

kebijakan U Nu justru menjadi momentum konsolidasi angkatan bersenjata.

Citra Ne Win sebagai tokoh militer Myanmar semakin kuat pasca reformasi

Tatmadaw. Pada 1956, Tatmadaw menjadi organisasi militer yang menaungi

angkatan darat, laut, dan udara. Ne Win menjadi kepala staf dari tiga unit pasukan

tersebut. Sebelum 1956, Tatmadaw merupakan pasukan gabungan antara The

British Burma Army dengan Patriotic Burmese Forces.148

Dengan kemunduran

pemerintahan U Nu dan semakin solidnya militer Myanmar -di bawah komando

Ne Win- menjadi momentum dimana kudeta yang dilakukan Ne Win tidak

mendapatkan hambatan dari unit bersenjata lainnya.

147

Pramono, Peran UNHCR dalam Menangani, 37. 148

Maung Aung Myoe, Building The Tatmadaw (Pasir Panjang: Institute of Southeast

Asian Studies, 2009) 8-11.

Page 66: PENGARUH BALI DEMOCRACY FORUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42118...Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

53

Pembahasan rezim militer Myanmar, secara garis besar, akan terbagi pada

tiga periode pemimpin, yaitu Ne Win, Saw Maung, dan Than Shwe. Ne Win

memimpin Myanmar sejak 1962 hingga 1988. Pendekatan militer dengan nilai-

nilai sosialisme menjadi instrumen baginya untuk mendapatkan legitimasi

pemerintahan.149

Kemudian, Ne Win mendirikan Burmese Socialist Program

Party (BSPP) sebagai satu-satunya partai yang boleh melakukan aktifitas politik.

Ia juga membatasi kebebasan berpendapat serta melarang pendidikan yang

membentuk pemikiran kritis.150

Ne Win menjadi pemimpin yang diktator dan

bertindak represif terhadap penduduk sipil yang tidak sependapat dengannya.

Semakin lama Ne Win berkuasa, Myanmar semakin terisolasi dengan

kebijakan The Burmese way to Socialism-nya. Menurut Fred Mehden, ideologi

menjadi instrumen bagi rezim yang baru merebut kekuasaan dan mengejar

kepentingan nasionalnya di banyak negara-negara berkembang. Sosialisme

menjadi motif untuk melakukan reformasi domestik. Berawal dari cita-cita

sosialisme yaitu keadilan ekonomi dan politik secara menyeluruh yang

termanifestasi melalui sistem pemerintahan terpusat serta diiringi nasionalisasi

perusahaan asing menjadi ciri khas kebijakan Ne Win.151

Sosialisme seolah menjadi ideologi para pejuang kemerdekaan dan

mayoritas masyarakat Myanmar. Kebijakan ekonomi Inggris -saat menjajah- yang

memberikan hak khusus terhadap bangsa India dan China dalam mengelola

sumber daya alam berdampak terhadap minimnya pribumi dalam urusan tata

149

Sakhong, “The Dynamics of Sixty Years, 5 150

Syarief, “Keputusan Uni Eropa” 27. 151

Fred R. Von Der Mehden, “The Burmese Way to Socialism”, JSTOR 3 No. 3 (Maret,

1963): 130-131

Page 67: PENGARUH BALI DEMOCRACY FORUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42118...Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

54

kelola perusahaan dagang. Masyarakat Myanmar menganggap sistem kapitalisme

sebagai penghambat kemajuan bangsa. Oleh sebab itu, pasca kemerdekaan,

Myanmar sangat memberikan prioritas terhadap warga pribuminya -terutama yang

beragama Buddha- untuk menempati posisi strategis di berbagai perusahaan

dagang yang telah dinasionalisasi.152

Kebijakan sosialisme Ne Win juga menuntut reformasi hukum. Segala

perundang-undangan yang tidak selaras dengan nilai-nilai sosialisme mulai

diganti. Walaupun Myanmar menerapkan parlementer, namun hampir

keseluruhan anggota dewan diisi oleh militer. Bahkan ia juga mereformasi

lembaga peradilan negara dengan mengganti hakim serta staf yang memiliki

kecakapan hukum dengan militer yang tidak memiliki kapabilitas hukum.

Sehingga pengadilan hanya menjadi tempat pertaruhan bagi siapa yang mampu

membayar lebih dalam menegakkan keadilan.153

Hal tersebut juga berdampak

hilangnya fungsi yudikatif -dalam perspektif Sosialisme- sebagai lembaga yang

mengawasi penegakan HAM bagi kaum proletar.154

Tatmadaw semakin mendapat legitimasi setelah kebijakan pemerintah yang

menjadikan seluruh personilnya sebagai anggota BSPP. Tindak kekerasan yang

dilakukan Tatmadaw dalam merespon aspirasi rakyat seolah menjadi instrumen

yang disahkan oleh pemerintah. Sepanjang tahun 1970, Myanmar menghadapi

pemberontakan dari berbagai etnis kecil di banyak wilayah perbatasan. Untuk itu

Tatmadaw mengeluarkan kebijakan “Four Cuts Strategy” untuk memotong

152

Pamela T. Stein, The Role of the Military, 33 153

Makhdoom Ali Khan, The Burmese way: To Where?, (Genewa: The ICJ Report,

1991),43-45 154

Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, 355

Page 68: PENGARUH BALI DEMOCRACY FORUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42118...Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

55

pasokan dana, pangan, informasi, dan perekrutan bagi para pemberontak. Upaya

Tatmadaw menghadapi pemberontakan menuntut kenaikan anggaran militer

hingga 200% dan berdampak pula terhadap turunnya anggaran pendidikan dan

kesehatan.155

Alih-alih mengembalikan stabilitas ekonomi melalui sistem pemerintahan

terpusat justru memperburuk situasi Myanmar. Beras yang menjadi komoditas

ekspor terbesar Myanmar gagal untuk mendongkrang ekonomi dalam negeri.

Berdasarkan data World Bank, tahun 1960 menjadi masa dimana ekspor beras

Myanmar mencapai angka 1,7 juta ton. Namun, angka tersebut terus merosot

setiap tahunnya dan tahun 1975 menjadi titik terendah ekspor Myanmar dengan

angka 0,3 juta ton.156

Ketimpangan ekonomi berdampak terhadap stagnansi kesejahteraan

masyarakat. Pendapatan nasional tidak bisa menentukan tingkat kesejahteraan

masyarakat suatu negara tanpa didasari distribusi pendapatan yang merata.

Kebijakan The Burmese Way to Socialism tidak mengilhami otonomi daerah,

sehingga hasil pendapatan Myanmar seluruhnya merupakan wewenang

pemerintah pusat, bahkan kebanyakan keuntungannya dikantongi oleh militer.

Kesulitan akses pangan ditambah dengan ketidakmampuan untuk mengelola lahan

pertanian -karena kurangnya edukasi dan alat pengelola- berdampak terhadap

merosotnya harapan hidup penduduk Myanmar.157

155

Pamela T. Stein, The Role of the Military, 36-39 156

Khin Maung Kyi, et.al, A Vision and A Strategy: Economic Development of Burma,

(Singapore: Singapore University Press, 2000), 37 157

Kyi, et.al. A Vision and A Strategy, 130

Page 69: PENGARUH BALI DEMOCRACY FORUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42118...Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

56

Pada 1974, Ne Win meresmikan undang-undang baru dengan memindahkan

kekuasaan dari militer ke lembaga legislatif, eksekutif, dan yudikatif melalui

pembentukan Dewan Rakyat. Undang-undang tersebut merubah status Ne Win

dari perdana menteri menjadi Presiden Myanmar. Namun, kehadiran Dewan

Rakyat tidak merubah nasib Myanmar karena institusi tersebut sepenuhnya

dikuasai oleh militer.158

Walaupun pada 1981 Ne Win memundurkan diri dari

presiden, namun ia tetap menjadi ketua partai dan hal itu tidak merubah situasi

Myanmar, bahkan segala kebijakan negara masih ditentukan oleh Ne Win.159

Kebijakan yang autarki, pemberontakan di berbagai wilayah, harapan hidup

yang rendah, ketimpangan ekonomi, serta pelanggaran HAM yang dilegitimasi

pemerintah menjadi faktor terjadinya kudeta Ne Win yang dilakukan oleh sipil

pada 8 Agustus 1988 atau dikenal sebagai ”Gerakan 8888”. Demonstrasi yang

diprakarsai oleh mahasiswa dan kalangan pelajar ini menjadi people movement

terbesar pertama di Myanmar.160

Bentrokan antara mahasiswa yang menuntut reformasi dengan pasukan anti

huru-hara pada Maret 1988 menjadi cikal-bakal Gerakan 8888. Peristiwa yang

terjadi di Institut Teknologi Rangoon tersebut memakan tiga korban jiwa. Tiga

hari pasca insiden, ribuan mahasiswa melakukan demonstrasi memenuhi seluruh

jalan Rangoon untuk menurunkan rezim militer. Di kemudian harinya, demokrasi

tidak hanya menjadi harapan mahasiswa, masyarakat sipil dan para biksu mulai

158

Amanda Puspita Sari, Jatuh Bangun Myanmar Menuju Pemilu Demokratis, dikuti dari

http://www.cnnindonesia.com/internasional/20151107084937-106-90042/jatuh-bangun-myanmar-

menuju-pemilu-demokratis/, diakses pada Jumat, 14 April 2017, pukul 06.57 WIB. 159

http://www.oxfordburmaalliance.org/1962-coup--ne-win-regime.html diakses pada

Jumat, 14 April 2017, pukul 07.04 WIB. 160

Melati Apriani, Embargo Ekonomi Amerika Serikat terhadap Myanmar pada Tahun

2007 (Yogyakarta: Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, 2009), 6

Page 70: PENGARUH BALI DEMOCRACY FORUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42118...Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

57

terlibat aksi. Puncaknya adalah saat 8 Agustus 1988 dimana protes besar-besaran

antara sipil dengan militer yang memakan lebih dari 3000 korban jiwa.161

Pada

akhirnya, demonstrasi tersebut menjadi akhir dari 26 tahun Ne Win berkuasa di

Myanmar setelah ia mengundurkan diri.

D. Rezim Militer Myanmar era Saw Maung

Demonstrasi yang dilakukan sipil bukan faktor tunggal di balik runtuhnya

rezim Ne Win. Saw Maung, Kepala Staf Umum Tatmadaw, melakukan kudeta

kepada Ne Win pada 18 September 1988. Langkah pertama yang dilakukan

sebagai upaya menemukan kembali stabilitas domestik adalah dengan

menangguhkan konstitusi 1974 dan mendirikan The State Law and Order

Restoration Council (SLORC)162

.

Runtuhnya rezim Ne Win melalui kudeta yang dilakukan Saw Maung

merupakan peristiwa menarik, mengingat kedua belah pihak berasal dari

Tatmadaw. Menanggapi hal tersebut, Yoshihiro Nakanishi berpendapat bahwa

kudeta militer tahun 1988 terjadi karena adanya kesempatan (by chance), tidak

seperti tahun 1962 yang terjadi karena kesengajaan (by design). Demonstrasi sipil

dan Myanmar yang semakin terisolasi menjadi momentum Saw Maung untuk

melakukan kudeta, sehingga SLORC -wajah baru Tatmadaw- menjadi

instrumennya untuk mendapatkan legitimasi rakyat dengan menjanjikan

161

Assistance Association for Political Prisoners of Burma, The Role of Students in The

8888 people’s Uprising in Burma, diunduh dari http://aappb. org/wp/Publications/ The_Role_of_

Students_ in_the_8888_Peoples_Uprising_in_Burma.pdf, diakses pada Jumat, 14 April 2017,

pukul 15.20 WIB. 162

Yoshihiro Nakanishi, Post-1988 Civil-Military Relations in Myanmar, (Chiba: Institute

of Developing Economies, 2013), 3-4

Page 71: PENGARUH BALI DEMOCRACY FORUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42118...Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

58

demokrasi. Ironisnya adalah respon pemerintah terhadap demonstran tidak

menunjukkan tanda-tanda keinginan Maung untuk mengembalikan demokrasi.163

Upaya SLORC dalam mengembalikan tatanan Myanmar dilakukan melalui

empat cara. Pertama, SLORC menekankan bahwa mereka berbeda dengan rezim

sosialisme Ne Win. Kedua, pemerintah mulai menerapkan ekonomi liberal namun

kontrol politik tetap terpusat kepada pemerintah. Ketiga, konsolidasi antara

pemerintah dengan etnis minoritas mulai dijalin. Keempat, modernisasi militer

mulai dilakukan.164

Pada 18 Juni 1989 adalah kali pertama istilah Myanmar digunakan

menggantikan Burma. Pergantian nama Burma menjadi Myanmar adalah bukti

bahwa upaya rekonsiliasi pemerintah dengan sebagian etnis minoritas berhasil.

Selain itu, Burma merupakan nama yang diberikan Inggris terhadap negara ini,

sedangkan Myanmar menjadi simbol bahwa sepenuhnya negara ini telah

merdeka.165

Dengan demikian, Myanmar digunakan sebagai simbol atau identitas

yang menyatukan berbagai etnis yang hidup di negara tersebut.

Keberhasilan Saw Maung dalam mengelola ekonomi Myanmar, dengan

sistem liberal, tidak beriringan keberhasilan mengelola politiknya. SLORC

semakin mengekang kebebasan politik masyarakat Myanmar. Setiap kebijakan

yang dikritisi oleh masyarakat dinilai sebagai ancaman nasional. Bahkan etnis

yang tidak menerima upaya rekonsiliasi pemerintah dianggap sebagai

pemberontak dan direspon dengan tindakan represif. Kemudian, modernisasi

163

Nakanishi, Post-1988 Civil-Military Relations, 3-4 164

Nakanishi, Post-1988 Civil-Military Relations, 5-7 165

Nurmala Sari, Muslim Rohingnya dan Ham Pasca Kemerdekaan Myanmar 1962-2008:

Analisis Pelanggaran Hak Beragama, (Jakarta: UIN, 2009) 14

Page 72: PENGARUH BALI DEMOCRACY FORUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42118...Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

59

alutsista Myanmar yang semakin canggih turut memperluas dan mempertajam

ekspansi militer dalam melawan etnis-etnis kecil.166

Kebijakan tersebut menjadi

rangkaian awal dari pelanggaran HAM yang dilakukan oleh SLORC.

Kegagalan demokrasi yang dilakukan oleh SLORC salah satunya adalah

penolakan hasil pemilu 1990. Pemilu tersebut merupakan janji SLORC kepada

publik pasca kudeta yang dideklarasikan pada 31 Mei 1989. Janji demokrasi yang

digaungkan oleh Saw Maung mendapatkan respon positif dari berbagai aktivis

pro-demokrasi dengan mendirikan partai-partai politik, salah satunya adalah

National League for Democracy (NLD) yang didirkan oleh Aung San Suu Kyi.167

Berdasarkan hasil pemilu, NLD berhasil menjadi pemenang dengan

perolehan 60% popular vote dan 80% suara parlemen atau mendapatkan 392 dari

485 kursi.168

Namun SLORC menolak hasil tersebut dengan dalih pemilu yang

terselenggara hanya untuk pembentukan Dewan Konvensi Nasional, bukan

menentukan anggota parlemen. Selain itu, pemerintah juga berdalih bahwa belum

diatur sebelumnya konstitusi tentang penyerahan kekuasaan dari militer ke sipil.

Berdasarkan deklarasi 1/90, Myanmar dianggap dalam situasi darurat dan SLORC

menjadi pihak yang paling berkuasa untuk menanggapi situasi tersebut.169

Tidak

hanya sampai di situ, Saw Maung bahkan menjadikan Aung San Suu Kyi sebagai

tahanan rumah.

166

Nakanishi, Post-1988 Civil-Military Relations, 7-9 167

Khin Kyaw Han, 1990 Multi-Party Democracy General Elections, Dokumentasi

Democratic Voices of Burma, diungguh dari http://www.ibiblio.org/obl/docs/1990_elections.htm

pada Selasa, 18 April 2017, pukul 04.34 WIB. 168

HRW, Burma: 20 Years After 1990 Elections, Democracy Still Denied, dilihat dari,

https://www.hrw.org/news/2010/05/26/burma-20-years-after-1990-elections-democracy-still-

denied, diakses pada Kamis, 20 April 2017, pukul 20.32 WIB. 169

Syarief, “Keputusan Uni Eropa”, 28

Page 73: PENGARUH BALI DEMOCRACY FORUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42118...Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

60

Tidak hanya penolakan hasil pemilu, reaksi represif militer terhadap etnis

kecil yang menolak rekonsiliasi -karena dianggap sebagai pemberontak- juga

mendapat perhatian dari kalangan internasional. Berikut adalah data pelanggaran

HAM yang dilakukan SLORC.

Tabel III.D.I Pelanggaran HAM oleh SLORC170

Etnis Korban Bentuk Pelanggaran Waktu

Kachin

100.000 orang Pemindahan Paksa 1988-1992

U Byit Tu (Ketua Etnis

Kachin)

Ditangkap oleh

Pemerintah

1991

61.000 orang Tidak Memperoleh IDP

dan sebagiannya

mengungsi

1993

Karen

5.000 orang Penangkapan akibat

Pemberontakan

1991

10.000 korban jiwa Pemboman kota Maelata 1992

50.000 orang Pemindahan paksa ke

Thailand

1992

Rohingnya

Seluruh Etnis Rohingnya Tidak memiliki hak

politik

1990

270.000 orang Mengungsi akibat kerja

paksa

1992

Mon

12.000 orang Menjadi pengungsi di

Thailand

1991

360.000 orang Kerja paksa

pembangunan jalan

sejauh 18,44 mil

1992

Naga

100 korban jiwa Bentrok dengan militer 1991

1500 Menjadi pengungsi ke

India menghindari kerja

paksa

1990-1992

Chin

U Zahle Tang dan U

Liam Ok

Pencabutan hak politik

dari seluruh perwakilan

etnis Chin di parlemen

1991

Sumber: Syarief, “Keputusan Uni Eropa”

170

Syarief, “Keputusan Uni Eropa”, 27-32

Page 74: PENGARUH BALI DEMOCRACY FORUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42118...Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

61

Pelanggaran HAM yang sistematis dan penangkapan Aung San Suu Kyi

menjadi puncak dari rezim Saw Maung. Masyarakat Myanmar terus menyuarakan

perubahan rezim dan negara lain turut mengutuk bagaimana junta militer berkuasa

di Myanmar, bahkan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) turut mengutuk apa yang

dilakukan Saw Maung terkait HAM. Tekanan internal dan eksternal yang

ditujukan kepada Saw Maung menjadi alasan dibalik pengunduran dirinya pada

23 April 1992 dan digantikan oleh Than Shwe.171

E. Rezim Militer era Than Shwe

Terpilihnya Than Shwe sebagai pemimpin Myanmar hampir melalui proses

yang sama dengan Saw Maung dan Ne Win, bahwa keduanya menjadi pemimpin

bukan karena kesepakatan konsesus Myanmar. Sehingga upaya untuk

mewujudkan stabilitas domestik direalisasikan melalui sistem yang otoriter.

Kemenangan NLD pada pemilu 1990 dan terjadinya perubahan rezim belum

mununjukkan indikasi demokrasi akan ditegakkan di Myanmar. Bahkan,

berdasarkan kebijakan Than Shwe tahun 1993, ia merombak parlemennya dengan

orang-orang pilihannya. Dari 700 kursi parlemen hanya 156 yang merupakan hasil

pemilihan masyarakat -diambil dari pemilu 1990-.172

Secara elektabilitas, Than Shwe kurang dikenal oleh kalangan masyarakat

walaupun ia sekretaris SLORC. Karir politiknya ia raih melalui keberhasilan dan

konsistensinya selama tugas lapangan Tatmadaw. Sehingga, jika berbicara

mengenai kapabilitas politik, maka Saw Maung dan Ne Win lebih memiliki

171

http://uca.edu/politicalscience/dadm-project/asiapacific-region/burmamyanmar-1948-

present/ diakses pada Selasa, 18 April 2017, pukul 14.06 WIB 172

Yu Szu-Tu dan Samuel C. Y. Ku, “Myanmar‟s Military Dictatorship Continuance: Old

Wine in New Bottle”, International Relations and Diplomacy 5 (February, 2017): 85

Page 75: PENGARUH BALI DEMOCRACY FORUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42118...Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

62

kecakapan akan hal tersebut. Namun, menarik kalau melihat realita yang terjadi

bahwa Than Shwe mampu berkuasa lebih lama ketimbang Saw Maung dan tidak

jauh berbeda dengan Ne Win, yaitu sekitar 18 tahun.173

Menanggapi hal tersebut, Nakanishi berargumen tentang keberhasilan Than

Shwe selama 18 tahun dalam memimpin Myanmar. Pertama, ketika menjabat

sebagai pemimpin Myanmar, Than Shwe tidak melepaskan jabatannya sebagai

commander in chief Tatmadaw. Berbanding terbalik dengan pejabat lainnya yang

melepaskan jabatan kemiliterannya setelah menjadi anggota pemerintahan. Kedua,

Than Shwe memperluas dan memperbanyak anggota militernya. Sistem tersebut

membentuk pola senioritas, sehingga kader-kader militer akan tunduk terhadap

Than Shwe sepenuhnya. Selain itu, Than Shwe juga memiliki kebijakan yang

mensejahterakan anggota Tatmadaw.174

Pada 1997, Than Shwe merubah SLORC menjadi State Peace Development

Council (SPDC). Perubahan terjadi karena kegagalan SLORC dalam

mengembalikan stabilitas domestik yang kemudian mendapat kecaman

internasional terhadap rezim militer yang tengah berkuasa. SPDC juga bercita-cita

untuk membangun stabilitas politik, ekonomi, dan reformasi administrasi

pemerintahan. Untuk itu SPDC memiliki tiga prinsip dasar nasional, yaitu non-

disintegration of the Union, non-disintegration of national solidarity, dan

perpatuation of national sovereignty. Tetapi, SPDC hanyalah SLORC dalam

bentuk lain, karena kebijakan dan mekanisme kerjanya tidak jauh berbeda.175

173

Nakanishi, Post-1988 Civil-Military Relations, 12 174

Nakanishi, Post-1988 Civil-Military Relations, 14 175

UNDP Myanmar, Mappling The State of Local Governance in Myanmar: Background

and Methodology, dikutip dari http://www.themimu. info/sites/themimu.info/files/ documents/

Page 76: PENGARUH BALI DEMOCRACY FORUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42118...Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

63

Serentetan pelanggaran HAM yang terjadi tidak mencerminkan adanya

keinginan pemerintah untuk mengembalikan demokrasi. Pada 1999, SPDC

melakukan penangkapan terhadap 100 aktivis pro-demokrasi. Kemudian, drama

penangkapan Suu Kyi sebagai tahanan rumah dan perpanjangan masa tahanannya

menjadi dinamika pemerintahan Than Shwe. Berdasarkan laporan National

Coalition of Government Union of Burma (NCGUB), telah ditemukan sekitar 644

korban pembunuhan di negara bagian Shan pada 1997, terdapat lebih dari 120

kasus yang menyebabkan kematian sipil pada 1999, dan lebih dari 80 penyiksaan

pada tahun 2000, serta perlakuan diskriminatif terhadap etnis minoritas yang terus

berlanjut.176

Berkaitan dengan data pelanggaran HAM, The Burma Consortium (TBO)

menjadi lembaga yang memiliki data terbaru terkait pengungsi korban HAM di

Myanmar, karena posisinya yang terletak di perbatasan Myanmar-Thailand.

Sebanyak 139.336 orang harus mengungsi ke perbatasan Thailand pada tahun

2009 akibat kekerasan HAM. Angka tersebut berbeda dengan UNHCR yang

mengatakan sebesar 107.028 orang. Perbedaan yang cukup signifikan dikarenakan

terdapatnya kamp-kamp pengungsi yang tidak terdeteksi letaknya oleh komunitas

internasional.177

Kehidupan yang tidak layak serta tidak adanya jaminan kehidupan, di

bawah rezim militer, memaksa masyarakat Myanmar untuk mengungsi dan

berharap agar “diadopsi” oleh negara ketiga. Sebagai negara yang berbatasan

Background_ Methodology_Local_Governance_Mapping_UNDP.pdf diakses pada Kamis, 20

April 2017, pukul 12.26. 176

Syarief, “Keputusan Uni Eropa”, 32-33 177

The Border Consortium, Programme Report July to December 2009, (Thailand: TBC,

2010) 7

Page 77: PENGARUH BALI DEMOCRACY FORUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42118...Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

64

langsung, Thailand menjadi negara yang paling aktif dalam melaporkan dan

mendistribusikan pengungsi dari kamp-kamp yang terdaftar ke berbagai negara.

Berikut adalah tabel distribusi pengungsi yang dilakukan oleh Thailand.

Tabel III. E.1 Distribusi Pengungsi ke Negara Penerima oleh Thailand pada

Tahun 2009

Sumber: TBC Report 2009178

Perlu dicatat bahwa tabel di atas adalah pengungsi Myanmar yang berhasil

untuk melarikan diri ke Thailand kemudian didistribusikan ke berbagai negara.

Berkaitan dengan pengungsi, ada istilah yang dikenal dengan Internally Displaced

Persons (IDPs) yaitu orang-orang yang mengungsi namun tidak keluar dari

negara, baik karena tidak ingin atau tidak memiliki kesempatan. IDPs inilah yang

sulit untuk disentuh oleh komunitas internasional. Berikut adalah tabel IDPs di

Myanmar dari berbagai etnis.

178

The Border Consortium, Programme Report July to December 2009, 9

Page 78: PENGARUH BALI DEMOCRACY FORUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42118...Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

65

Tabel III. E.2 Jumlah IDPs di Myanmar dari Berbagai Etis Pada Tahun 2009

Sumber: TBC Report 2009179

Tabel di atas menggambarkan dampak dari kekerasan antar-etnis yang

terjadi di enam wilayah di Myanmar. Walaupun terdapat tiga opsi kamp

pengungsian, baik yang disediakan pemerintah atau tidak, TBC mengkonfirmasi

bahwa pada akhirnya mereka akan mengungsi ke Thailand.

Perbandingan dua tabel di atas menggambarkan bahwa kekerasan HAM

yang terjadi para era Than Shwe sangat berdampak terhadap berbagai etnis dan

negara.

Pada 2007, Than Shwe mengesahkan kerangka konstitusional baru yang

semakin melegitimasi peran militer dalam pemerintahan. Diantara kerangka

konstitusional tersebut adalah presiden Myanmar di masa yang akan datang

haruslah aktor yang memiliki kecakapan dalam mengatur urusan kemiliteran,

kandidat parlemen di setiap daerah haruslah dipilih oleh militer setempat, kuota

militer di setiap kementerian dan pada situasi tertentu -seperti kerusahan-

komandTabean tertinggi militer memiliki kuasa untuk melakukan intervensi.180

179

The Border Consortium, Programme Report July to December 2009, 13 180

Szu-Tu dan C. Y. Ku, “Myanmar‟s Military Dictatorship”, 85

Page 79: PENGARUH BALI DEMOCRACY FORUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42118...Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

66

Kebijakan tersebutlah yang semakin melegalkan segala tindakan militer dalam

pemerintahan.

Uni Eropa menjadi salah satu entitas internasional yang memberikan sanksi

terhadap rezim otoriter Myanmar. Sanksi UE dimulai sejak 1991, setelah

pertemuan antara ASEAN dengan UE. Embargo senjata menjadi sanksi awal UE

terhadap Myanmar. Pada dasarnya, UE memiliki kebijakan untuk mendorong

demokrasi Myanmar melalui critical dialogue, namun Myanmar tetap

mengabaikan kebijakan tersebut. sehingga sanksi terus berlanjut hingga embargo

ekonomi, larangan berkunjung, penarikan atase UE di Myanmar, hingga larangan

impor komoditas Myanmar.181

Amerika Serikat turut memberikan sanksi terhadap Myanmar.

Memburuknya hubungan AS dengan Myanmar dimulai sejak kudeta terhadap era

demokrasi Myanmar, masa pemerintahan U Nu. Pada 1997, era Bill Clinton, AS

mengeluarkan larangan untuk investasi di Myanmar. Kemudian, pada era George

W. Bush, AS mengeluarkan larangan untuk berdagang dengan Myanmar. Tidak

hanya sampai di situ, AS juga memblokir semua properti pejabat militer Myanmar

yang berada di Amerika Serikat.182

Kegagalan SPDC untuk mengembalikan stabilitas di Myanmar menjadi

cikal-bakal kebangkitan demonstrasi pada 2007. Kebijakan Than Shwe untuk

mencabut subsidi bahan bakar minyak (BBM) berdampak terhadap meningkatnya

181

Syarief, “Keputusan Uni Eropa”, 37-40 182

Mustavidy Anggaara dan Tri Joko Waluyo, Motivasi Amerika Serikat Menjatuhkan

Embargo Ekonomi Terhadap Myanmar Tahun 2007, diunduh dari

http://download.portalgaruda.org/article.php?article=185972&val=6444&title=Motivasi%20Ameri

ka%20Serikat%20Menjatuhkan%20Embargo%20Ekonomi%20Terhadap%20Myanmar%20Tahun

%202007, diakses pada Kamis, 20 April 2017, pukul 22.17 WIB.

Page 80: PENGARUH BALI DEMOCRACY FORUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42118...Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

67

taraf hidup masyarakat sekaligus penurunan kualitas hidup. Para mahasiswa

angkatan 1988, kembali menginisiasi gerakan aksi yang kemudian diikuti oleh

ribuan biksu yang memadati Yangoon, tentu diiringi dengan tindakan represif

pemerintah. Peristiwa tersebut menjadi gelombang aksi terbesar kedua di

Myanmar yang dikenal sebagai Saffron Revolution. Fenomena tersebut juga

menjadi akhir dari rezim Than Shwe.183

F. Peran Aung San Suu Kyi Mengawal Kebangkitan Demokrasi Myanmar

Aung San Suu Kyi menjadi tokoh pro-demokrasi yang memiliki andil besar

dalam meruntuhkan rezim otoriter Myanmar. Wanita kelahiran 19 Juni 1945 ini

merupakan putri dari pahlawan kemerdekaan Myanmar, Jenderal Aung San.

Sebelum kembali ke Myanmar untuk mengurus ibunya yang sedang sakit, ia

tinggal bersama suaminya di Inggris sekaligus menamatkan studinya di Oxford

dan Universitas London. Ribuan korban jiwa akibat Gerakan 8888 menjadi

inspirasi perjuangan Suu Kyi dalam menegakkan demokrasi di Myanmar.184

Merespon janji SLORC untuk mengadakan pemilu secepatnya, pasca kudeta

yang dilakukan oleh Saw Maung, direspon positif oleh Suu Kyi dengan

mendirikan Partai Liga Nasional Demokrasi bersama Tin Oo, mantan menteri

pertahanan Myanmar, pada September 1988. Bersama NLD, Suu Kyi

mengelilingi kota-kota untuk menyuarakan demokrasi sebagai jalan keluar atas

carut-marut yang melanda Myanmar. Karena tindakannya, ia ditangkap dan

183

Szu-Tu dan C. Y. Ku, “Myanmar‟s Military Dictatorship”, 86 184

http://burmacampaign.org.uk/about-burma/a-biography-of-aung-san-suu-kyi/ diakses

pada Jumat, 21 April 2017, pukul 06.04 WIB.

Page 81: PENGARUH BALI DEMOCRACY FORUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42118...Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

68

dijadikan tahanan rumah oleh SLORC pada 1990 atas tuduhan menyebarkan

pidato kebencian yang memicu kemarahan publik.185

Selama masa perjuangannya, Suu Kyi kurang lebih ditahan sebanyak tiga

kali. Mulai dari 1990 kemudian dibebaskan pada 1995, ditahan lagi tahun 2000

selama dua tahun, dan kembali dijadikan tahanan rumah pasca insiden

penyerangan terhadap NLD tahun 2003. Pada masa penahanannya, ia pernah

ditawari oleh pemerintah untuk mengunjungi keluarganya di Inggris, namun Suu

Kyi paham kalau itu hanyalah akal-akalan pemerintah untuk mengusirnya dari

Myanmar dan ia pun menolak tawaran tersebut.186

Keberhasilan Suu Kyi dalam menghadirkan demokrasi kepada Myanmar

tidak lepas dari penolakan pemerintah terhadap hasil pemilu tahun 1990. Anggota

NLD yang memenangi kursi parlemen, kemudian ditolak oleh pemerintah,

mendirikan National Coalition Government of The Union of Burma di Karen pada

Oktober 1990. Koalisi nasional tersebutlah yang nantinya akan membongkar

seluruh pelanggaran HAM yang dilakukan oleh pemerintah.187

Menggarisbawahi ungkapan Sundhaussen bahwa penyerahan pemerintahan

dari militer kepada sipil adalah mungkin terjadi apabila tiga syarat telah terpenuhi,

yaitu seluruh jajaran militer menyepakati kebijakan penyerahan tersebut, jaminan

terhadap kepentingan-kepentingan esensial militer, dan alternatif politik yang

185

Dikutip dari https://www. amnesty.org/ download/ Documents/ 176000/ asa 16 00

81995 en. pdf. Diakses pada Jumat, 21 April 2017 pukul 06.22 WIB. 186

http://burmacampaign.org.uk/about-burma/a-biography-of-aung-san-suu-kyi/ 187

Aung Aung, Promoting Democracy in Myanmar Political Party Capacity Building,

(Singapura: Institute for Security and Development Policy, 2013) 18

Page 82: PENGARUH BALI DEMOCRACY FORUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42118...Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

69

mapan.188

Dengan demikian, kata kuncinya adalah adanya keinginan militer untuk

menyerahkan rezimnya kepada sipil.

Keinginan rezim militer untuk menyerahkan pemerintahannya menuntut

faktor-faktor tertentu. Aung Aung tidak dapat menemukan dengan pasti alasan

apa yang menyebabkan junta militer Myanmar, dalam waktu cepat, melakukan

reformasi politik, dari tahun 2003-2011. Ia menggarisbawahi dua faktor penting

menumbuhkan keinginan junta militer untuk menyerahkan rezimnya, yaitu faktor

internal yang hadir dari serangkaian aksi dari berbagai etnis dan faktor eksternal

yang hadir dari embargo ekonomi negara-negara lain terhadap Myanmar.189

Nakanishi mencoba untuk mengelaborasi lebih jauh terkait faktor internal

tersebut. Menurutnya umur Than Shwe yang relatif tua, ia berumur 70 tahun pada

2003, menjadi variabel yang tidak bisa dipungkiri. Pada periode kekuasaannya,

ketika Than Shwe menjabat sebagai Perdana Menteri sekaligus ketua SPDC dan

kemudian posisi perdana menteri digantikan oleh Khin Nyunt, para administratur

negara cenderung mereka yang telah berusia lanjut. Cara mereka untuk merespon

pemberontak tidak lagi seperti tahun-tahun sebelumnya dan mereka juga ingin

merealisasikan cita-cita Tatmadaw dan SPDC sebelum mereka pensiun.190

Irisan antara faktor internal dan eksternal adalah peran Aung San Suu Kyi.

Di satu sisi, kehadirannya sebagai tokoh yang menginspirasi masyarakat sipil

untuk menegakkan demokrasi menjadikan dirinya sebagai sorotan entitas

internasional -terutama setelah menjadi tahanan pemerintah-. Di sisi lain, pada

1989, Suu Kyi pernah mengirim surat kepada PBB dan Amnesti Internasional

188

Firnas, “Prospek Demokrasi di Myanmar, 134 189

Aung Aung, Promoting Democracy in Myanmar, 21-22 190

Nakanishi, Post-1988 Civil-Military Relations, 16

Page 83: PENGARUH BALI DEMOCRACY FORUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42118...Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

70

yang berisikan pelanggaran HAM di Myanmar. PBB juga menjadi aktor yang

menuntut pembebasan Suu Kyi sebagai tahanan rumah pada 2002. Apresiasi

entitas internasional kepada Suu Kyi telah diberikan sejak 1991, berupa nobel

perdamaian, atas gagasannya untuk menolak rezim otoriter tanpa kekerasan.191

Suu Kyi-lah yang kemudian menjadi simbol perdamaian Myanmar bagi

masyarakat internasional.

Puncak pencapaian Suu Kyi diawali saat pembebasannya sebagai tahanan

rumah pada 2010 dan ia diizinkan untuk terlibat dalam kegiatan politik Myanmar.

Sebelumnya, ia menolak hasil pemilu 2010 yang memenangkan Union Solidarity

and Development Party (USDP) karena menurutnya terdapat indikasi kecurangan.

Penolakan tersebut berdampak terhadap perpanjangan masa tahanannya.

Kemudian pada 2012, NLD terlibat dalam pemilu anggota parlemen. Suu Kyi

berhasil memenangkan 43 dari 45 kursi parlemen yang tersedia.192

Pelantikannya

sebagai anggota perleman, begitupun anggota NLD lainnya, merupakan pertanda

bahwa Myanmar mulai terbuka dengan sistem demokrasi.

Walaupun Suu Kyi memiliki andil besar dalam demokratisasi di Myanmar,

namun ia belum bisa menghapus diskriminasi HAM di negara tersebut.

Berdasarkan laporan TBC, lembaga kemanusiaan yang dibuat khusus untuk

mengawasi kegiatan HAM di Myanmar, pada tahun 2008 terjadi pemindahan

paksa sebanyak 142 desa dengan jumlah 66.000 orang yang harus tinggal di kamp

pengungsian. Terhitung sejak 1996-2012, lebih dari 3.700 desa di Myanmar harus

dipindah paksa. Pemindahan merupakan dampak dari bentrokan antara

191

Rani A. Puspita, Peranan Aung San Suu Kyi, 111-112 192

Rani A. Puspita, Peranan Aung San Suu Kyi, 112

Page 84: PENGARUH BALI DEMOCRACY FORUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42118...Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

71

pemerintah dengan etnis setempat. Paling tidak di Negara Bagian Karen, Mon,

Rakhine, dan Kabupaten Pegu sedang terjadi eskalasi konflik.193

Berdasarkan laporan International Crisis Group (ICC), Suu Kyi dinilai gagal

dalam mengatasi masalah gerakan anti-Muslim. Pada tahun 2012, terjadi

bentrokan antara pemerintah dengan Negara Rakhine yang menyebabkan 200

Muslim menjadi korban dan 140.000 harus mengungsi.194

Permusuhan antara

Islam-Buddha merupakan problematika klasik yang tidak lepas dari faktor politik

dan ekonomi. Dalam momentum tertentu, konflik Islam-Buddha sering kali dipicu

oleh dinamika internasional. Seperti perusakan enam masjid dan toko-toko

Muslim di Myanmar Tengah pada 2001 akibat gerakan Taliban di Afganistan.195

Di tengah kekerasan HAM yang mempertanyakan peran Suu Kyi,

kehadirannya berasama NLD menghasilkan kesepakatan gencatan senjata dengan

beberapa etnis minoritas. Kunjungan Obama ke Myanmar adalah implikasi dari

perubahan kebijakan pemerintah yang ingin melakukan rekonsiliasi dengan etnis

minoritas. Pada September 2012, Myanmar mengadakan pertemuan dengan 130

perwakilan kelompok oposisi sekaligus sebagai bukti gencatan senjata. Konflik

berkepanjangan antara pemerintah dengan Etnis Kachin berakhir pada tahun ini.

Kemudian, Myanmar turut diundang dalam pertemuan 26 kepala negara di Jepang

dan menghasilkan kesepakatan berupa dukungan demokrasi kepada Myanmar

193

https://www.burmalink.org/background/burma/human-rights-violations/human-rights-

reports/, diakses pada Sabtu, 15 Juli 2017, Pukul 10:14 WIB 194

https://www.crisisgroup.org/asia/south-east-asia/myanmar/dark-side-transition-

violence-against-Muslims-myanmar, diakses pada Sabtu, 15 Juli 2017, pukul 09:12 WIB. 195

International Crisis Group Report, The Dark Side of Transition: Violance Against

Muslims in Myanmar, (Brussels: ICG HQ, 2013) 3

Page 85: PENGARUH BALI DEMOCRACY FORUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42118...Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

72

serta pembatalan hutang Jepang sebesar USD 3,58 Miliar196

. Suu Kyi juga mampu

untuk mengurangi angka kekerasan dengan etnis lainnya, hal tersebut dibuktikan

dengan menurunnya angka pengungsi dari 75.000 angka rata-rata sejak 2003,

menjadi 10.000 di tahun 2012.197

Menarik apabila melihat transisi yang terjadi di Myanmar berdasarkan nilai-

nilai demokrasi deliberatif. Pemerintah mulai mempertimbangkan kepentingan

sipil dalam praktik demokrasinya, seperti dukungan pemerintah untuk menjadikan

Buddha sebagai satu-satunya agama resmi di Myanmar. Walaupun Buddha adalah

agama terbesar di Myanmar -sehingga keputusan tersebut merupakan suara

mayoritas-, namun proses pengambilan kebijakan tersebut tidak melalui uji publik

dan dialog dengan seluruh etnis. Dampaknya adalah diskriminasi HAM yang

dirasakan oleh etnis non-Buddha karena kebijakan tersebut tidak dapat mereka

terima.

196

The Border Consortium, Programme Report July to December 2012, (Thailand: TBC,

2013) 16-17 197

https://www.burmalink.org/background/burma/human-rights-violations/human-rights-

reports/ diakses pada Sabtu, 15 Juli 2017, Pukul 10:14 WIB

Page 86: PENGARUH BALI DEMOCRACY FORUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42118...Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

73

BAB IV

PENGARUH BALI DEMOCRACY FORUM TERHADAP TRANSISI

DEMOKRASI MYANMAR PERIODE 2012-2014

Bali Democracy Forum menjadi salah satu faktor yang membantu transisi

demokrasi Myanmar. Jika mengkajinya berdasarkan pendekatan konstruktivisme,

maka ada tiga hal yang harus dianalisis, yaitu Proses kemunculan norma

demokrasi di Myanmar; Proses intitusionalisasi norma demokrasi di Myanmar-;

dan seberapa penting norma demokrasi bagi Myanmar itu sendiri198

. Bab ini

berupaya untuk menjawab tiga pernyataan di atas melalui analisis life cycle of

norms guna melihat bagaimana BDF berpengaruh terhadap transofrmasi nilai-nilai

demokrasi ke Myanmar.

A. Perubahan Identitas Myanmar

1. Identitas Lama Myanmar

Alexander Wendt membagi identitas dalam HI menjadi dua bentuk, yaitu

type identites dan role identities. Type identities adalah kategori sosial yang dianut

oleh negara dan menjadi karakter yang dipahami oleh negara lain, seperti negara

demokrasi, negara Islam, dan negara kapitalis. Sedangkan, role identities adalah

produk dari hubungan antar negara, seperti teman, aliansi, atau rival.199

Dua

bagian tersebut harus dipahami untuk memaksimalkan potensi analisis identitas.

Berdasarkan Type identity-nya, Myanmar dikenal sebagai negara otoriter,

atau menurut Philips Vermonte sebagai negara yang menganut demokrasi

198

Finnemore dan Sikkink, “Taking Stocks: The Constructivist Research, 405 199

Wendt, Social Theory of International, 225-226

Page 87: PENGARUH BALI DEMOCRACY FORUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42118...Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

74

prosedural.200

Di samping itu, Myanmar juga memiliki sejarah sebagai negara

sosialisme. Berdasarkan role identity-nya, Myanmar memiliki hubungan yang

kurang baik dengan Uni Eropa 201

dan Amerika Serikat.202

Produk dari hubungan

tersebut merupakan hasil dari identitas Myanmar yang otoriter dan tertutup.

Berbeda dengan hubungan Myanmar terhadap negara Asia Tenggara yang relatif

stabil karena prinsip non-intervensi yang diterapkan oleh ASEAN. Namun,

mereka terus memberikan saran kepada Myanmar agar sesegara melakukan

reformasi.203

Sistem otoriter dianut oleh Myanmar bukan semata-mata hal yang given.

Berbagai faktor telah mempengaruhi sehingga 60 tahun rezim militer berkuasa di

Myanmar. Faktor pertama yang mempengaruhinya adalah sejarah kemerdekaan.

Peran komunitas militer sangat besar untuk mengusir kaum penjajah.204

Burma

Independence Army (BIA) adalah komunitas militer pertama Myanmar yang

dibentuk Jepang untuk melawan Inggris.205

Pasca terusirnya Inggris, Jepang justru

melakukan penjajahan balik karena motif sumber daya alam. Anti-Facist People

200

Vermonte memberikan pemahaman yang berbeda mengenai Demokrasi Prosedural

dengan Demokrasi Substantif. “Demokrasi Prosedural” diartikannya sebagai demokrasi yang

bersifat sebatas konstitusi atau dalam praktiknya pemilu hanyalah sebatas formalitas politik

semata. Sedangkan, “demokrasi substanftif” dianggapnya sebagai demokrasi yang diterapkan oleh

Indonesia pasca era reformasi, dimana kebebasan akan hak-hak asasi manusia dan kebebasan

berpolitik serta bernegara dijamin oleh pemerintah. Achraya, Indonesia Matters”, 26 201

Clara Portela, “The EU‟s Use of „Targeted‟ Sanctions Evaluating Effectiveness”, CEPS

Working Document No, 391 (2014), 9-11 202

Rislatu Mirajiah, “Faktor Internal dan Faktor Eksternal yang Mempengaruhi

Terjadinya Demokratisasi di Myanmar”, Jurnal Hubungan Internasional Universitas

Parahyangan (2013), 183 203

Hasil wawanara dengan Aleksius Jemadu pada tanggal 14 Juni 2017 204

Taylor tidak mengartikan komunitas sebagai sekumpulan aktor yang tergabung dalam

institusi formal dan menamakan diri mereka sebagai komunitas tertentu. Taylor justru memahami

komnitas sebagai sekelompok aktor yang memiliki identitas, kepentingan, pemaknaan, dan nilai

yang sama. Lesly G.C. Hosang, Pandangan Paradigma Realisme, Liberalisme, dan

Konstruktivisme terhadap ASEAN Political Security Community 2015 sebagai Kerjasama

Keamanan di Kawasan Asia Tenggara, (Depok: Universitas Indonesia, 2011) 14-15 205

Anggraini, Perjuangan Anti-Facist People’, 43

Page 88: PENGARUH BALI DEMOCRACY FORUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42118...Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

75

Freedom League kemudian dibentuk kaum nasionalis Myanmar untuk melawan

Jepang. Anggota AFPFL adalah ex-BIA. AFPFL banyak mendapat bantuan dari

sekutu untuk mengusir Jepang.206

Aung San menjadi tokoh sentral bagi kemerdekaan Myanmar. melalui

Perjanjian Panglong ia berhasil menyatukan seluruh etnis untuk melawan

penjajah. Panglong Treaty menjadi cikal-bakal penegakan demokrasi di

Myanmar, mengingat posisinya sebagai bekas jajahan Inggris yang menganut

sistem demokrasi parlementer. Namun, kematian Aung San dan gagalnya

pemerintahan sipil berdampak terhadap instabilitas domestik. Hal tersebut

dirasakan oleh para militer sebagai tanggung jawab mereka untuk mengembalikan

stabilitas Myanmar melalui kudeta pemerintahan.

Adian Firnas menjelaskan tiga variabel yang mendasari keengganan militer

untuk menyerahkan kekuasaan kepada sipil pasca kudeta, yaitu variabel eksternal

negara, variabel eksternal militer, dan variabel kesiapan pemerintahan sipil.207

Variabel eksternal negara dilihat melalui belum dibutuhkannya kerjasama antar

negara secara global. Pasca Perang Dunia II hingga Perang Dingin, Myanmar

menjadi negara pemasok beras dan sumber daya alam (raw material) kepada

negara aliansi, seperti Korea Utara.208

Sejak 1950, angka ekspor beras Myanmar

206

Robert H. Taylor, General Ne Win: A Political Biography, (Singapore: Markono Print

Media, 2015) 99 207

Firnas, “Prospek Demokrasi Myanmar”, 133. 208

Kebijakan Pyidhawtha yang dicanangkan rezim militer Myanmar sempat mengangkat

ekonomi Myanmar untuk sementara. Kyi, et.al, A Vision and A Strategy, 2

Page 89: PENGARUH BALI DEMOCRACY FORUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42118...Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

76

sebesar 3 juta ton pertahun. Keuntungan yang dihasilkan Myanmar dirasa cukup

bagi mereka tanpa memperluas jaringan dagangnya.209

Variabel eksternal militer adalah tidak hadirnya komunitas yang menjadikan

militer sebagai common enemy. Sebagai mayoritas, Etnis Burma menjadi yang

paling banyak perwakilannya di lembaga negara, sehingga kebijakan negara

cenderung menggambarkan kepentingan etnisnya, yang notabennya adalah

penganut Buddha dan anggota militer.210

Dengan kata lain, berbagai etnis di

Myanmar belum dapat bersatu melawan rezim militer, ditambah lagi etnis

mayoritas yang mengambil posisi mendukung kebijakan pemerintah.

Aspek berikutnya adalah ketidaksiapan pemerintahan sipil dalam

menjalankan tugas kekuasaan. Pluralitas etnis memunculkan tantangan integrasi

bangsa, dengan terlihatnya gerakan-gerakan pembebasan yang disuarakan oleh

etnis minoritas. Pihak militer merasa tantangan semacam ini akan sulit dihadapi

oleh pemerintahan sipil. Mereka juga khawatir jika reformasi dilakukan, maka

perpecahan seperti negara di Timur Tengah akan terjadi.211

Oleh sebab itu, pihak

militer merasa bahwa transisi pemerintahan kepada sipil harus dilakukan secara

gradual dan bertahap, tidak bisa secara langsung.212

Norma adalah faktor berikutnya yang menjadikan Myanmar sebagai nergara

otoriter. Norma adalah aturan berperilaku.213

Sebagai aturan, norma merupakan

209

The Internastional Human Right Clinic, Crimes in Burma, (Cambridge: University of

Harvard, 2009) 11 210

A. Irewati, “Demokrasi Mati Suri”, Jurnal Penelitian Politik LIPI, Vol. 4 No.1 (2007),

14-15 211

Irewati, “Demokrasi Mati Suri”, 15 212

Hasil wawanara dengan Aleksius Jemadu pada tanggal 14 Juni 2017 213

Finnemore dan Sikkink, “International Norm Dynamics, 891

Page 90: PENGARUH BALI DEMOCRACY FORUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42118...Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

77

ide yang survive dari berbagai gagasan kemudian dianut oleh masyarakat.214

Sosialisme berhasil survive menjadi norma yang dianut oleh Myanmar sejak rezim

Ne Win melalui kebijakan The Burmese Way to Socialism. Di tengah instabilitas

politik, Ne Win meyakini kebebasan sipil –sebagaimana cita-cita demokrasi- akan

berdampak terhadap lahirnya gerakan pemberontakan Selain itu, melalui

sosialisme pemerintah memiliki alasan untuk menasionalisasikan berbagai

perusahaan asing215

serta melakukan reformasi pemerintahan.216

Hal itu

menunjukkan junta militer yang ingin mendapatkan peran besar dalam proses

pembangunan Myanmar dalam berbagai sektor.

Pengaruh lingkungan menjadi faktor penting yang memperkokoh norma

sosialisme di Myanmar. Secara geografis, Myanmar berbatasan langsung dengan

China. Tidak bisa dipungkiri bahwa kehadiran China sebagai great power

memberikan pengaruh kepada Myanmar. Selain itu, di awal kemerdekaannya

Myanmar dihadapkan dengan Perang Dingin, dimana Asia menjadi arena proxy

war antara Amerika Serikat dengan Uni Soviet.217

China mengklasifikasi

relasinya dengan negara lain dalam dua bentuk, partner atau musuh (komunis-

sosialis atau demokrasi-kapitalis). Bagi China tidak ada istilah non-blok, pada

akhirnya mereka harus memilih blok yang mana.218

214

El Bilad, “Konstruktivisme Hubungan Internasional, 71 215

Stein, The Role of the Military, 33 216

Khan, The Burmese way, 43-45 217

David I. Steinberg dan Hongwei Fan, Modern China-Myanmar Relations,

(Copenhagen: NIAS Press, 2012) 11 218

Steinberg dan Fan, Modern China-Myanmar, 18

Page 91: PENGARUH BALI DEMOCRACY FORUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42118...Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

78

Gambar IV.A.1 Peta Perbatasan Myanmar-China

Sumber: News.rakyatku.com219

Klasifikasi tersebut berdampak terhadap situasi politik Myanmar ketika

China memutus segala hubungan diplomatik dengan negara yang tidak berhaluan

komunis-sosialis. Bahkan China enggan mengakui kemerdekaan Myanmar karena

mereka tidak mau bergabung dengan China.220

Puncak daripada hubungan China-

Myanmar adalah ketika Ne Win mengeluarkan kebijakan The Burmese Way to

Socialism. Sejak itu Myanmar menjadi partner strategis China, terutama pasca

terisolasi dari Amerika dan Eropa.221

Dengan kata lain, kedekatan Myanmar

dengan China menjadi faktor yang melanggengkan norma sosialisme.

219

Peta perbatasan Myanmar-China. http :// news .rakyatku .com /read /41997/ 2017/ 03

/14 /puluhan -tentara-myanmar-tewas-oleh-pemberontak-di-perbatasan-cina, diakses pada Senin,

10 Juli 2017, pukul 17:39 WIB. 220

Steinberg dan Fan, Modern China-Myanmar, 18 221

Poon Kim Shee, “The Political Economy of China-Myanmar Relations: Strategic and

Economic Dimensions”, Annual Review of International Studies Vol. 1 (2002), 33-34

Page 92: PENGARUH BALI DEMOCRACY FORUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42118...Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

79

2. Identitas Baru Myanmar

Myanmar dan rezim militernya mendapat sorotan publik karena pelanggaran

HAM, hukum dan politik, serta KKN yang disebabkan tak terbatasnya kekuasaan

pemerintah. Walaupun penegakan demokrasi menjadi urusan domestik Myanmar,

namun pelanggaran HAM seolah telah menjadi isu global. Christine Cheng dan

Dominik Zaum menjelaskan bahwa negara yang tidak stabil cenderung

melakukan KKN dan kekerasan menjadi dalih untuk memunculkan kembali

atmosfir pembangunan yang ideal.222

Sehingga wajar jika junta militer

menjadikan seluruh personilnya sebagai aparatur pemerintahan dan merespon

dengan kekerasan bagi mereka yang tidak sependapat.

Identitas Myanmar sebagai negara otoriter-sosialisme ditantang oleh

demokrasi. Masyarakat Myanmar terus menolak segala kebijakan anti-

demokrasi.223

Demokrasi sebagai ide baru diasumsikan oleh Kuhnian dengan

istilah “accumulation of anomalies”. Kuhnian menjelaskan bahwa akumulasi dari

kegagalan-kegagalan kecil yang tidak sanggup dicapai oleh negara berdasarkan

paradigma tertentu akan menuntut gagsan baru. Pada konteks Myanmar,

sosialisme dinilai gagal oleh masyarakat untuk mengembalikan stabilitas politik

dan ekonomi.224

Negara dengan situasi yang tidak stabil cenderung mudah

menerima hadirnya norma baru.225

Oleh sebab itu, demokrasi dianggap sebagai

222

Christine Cheng dan Dominik Zaum, Selling the Peace? Corruption and Post-Conflict

Peace Building, [Artikel online], tersedia di http://centaur.reading.ac.uk/23482/1/067_01_

Corruption_ 01. pdf, diakses pada Senin, 03 Juli 2017 pukul 04:37 WIB 223

Adrianus Mandey, Revolusi Saffron dan Peran Sentral Biksu di Myanmar, [berita

online] tersedia di http://dunia.news.viva.co.id/news/read/629002-revolusi-saffron-dan-peran-

sentral-biksu-di-myanmar, diakses pada Senin, 19 Juni 2017, pukul 00.10 WIB. 224

Finnemore dan Sikkink, “Taking Stocks: The Constructivist, 407 225

Finnemore dan Sikkink, “Taking Stocks: The Constructivist, 397

Page 93: PENGARUH BALI DEMOCRACY FORUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42118...Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

80

jalan keluar dalam menghadapi masalah domestik yang tidak terselesaikan oleh

norma sosialisme, karena nilai yang dianut demokrasi menjunjung kebebasan dan

penghargaan HAM.226

Menanggapi hal tersebut, sekurangnya ada dua fokus analisis yang

menyebabkan Myanmar harus menerapkan sistem demokrasi. Analisis yang

pertama menitikberatkan kepada lingkungan sosial. Pembahasan tersebut akan

dikaji dalam dua dimensi, yaitu internal -akan menyinggung sejarah- dan

eksternal. Aleksius Jemadu, Guru Besar Hubungan Internasional, mengatakan jika

demokrasi ingin diterapkan oleh suatu rezim, maka harus dimulai dari internal.227

Tahun 2007, Saffron Revolution menjadi momentum bagi Myanmar untuk

melakukan perubahan identitas. Revolusi Saffron sebagai social movement

terbentuk dari cita-cita yang sama, sehingga seluruh elemen sipil berkumpul untuk

menyuarakan reformasi. Social movement hadir karena penderitaan masyarakat

dan tidak menikmati kesejahteraan yang seharusnya diberikan negara.228

Junta militer dinilai gagal mengembalikan stabilitas Myanmar. Sekalipun

pernah menjadi eksportir beras terbesar di dunia pada 1987, Myanmar tetap

menjadi 10 negara termiskin di dunia. Kemiskinan dan hutang terus memburuk

hinga 2007 pemerintah mencabut subsidi bahan bakar dan mengalami kenaikan

sebesar 500%. Selain itu, pemerintah juga tidak menghormati properti agama

Buddha, padahal 89% penduduk di Myanmar beragama Buddha.229

Di tahun yang

226

Trine Flockhart, Socializing Democratic Norms, (New York: Palgrave Macmillan,

2006) 6 227

Hasil wawanara dengan Aleksius Jemadu pada tanggal 14 Juni 2017. 228

Dini E. Wulandari dan Fitri Saputra, Peran Religious Group (Biksu Buddha) dalam

Proses Demokratisasi di Myanmar tahun 2007, (Jakarta: Universitas Paramadina, 2013) 4-5 229

Wulandari dan Saputra, Peran Religious Group, 10-11

Page 94: PENGARUH BALI DEMOCRACY FORUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42118...Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

81

sama, Myanmar menjadi negara dengan deforestasi tertinggi di Asia Tenggara.

Penyalahgunaan tanah berdampak terhadap pengelolaan sumber daya alam yang

tidak maksimal, padahal alam adalah pemasukan terbesar Myanmar.230

Penistaan

terhadap agama Buddha, ditambah krisis ekonomi, menjadi alasan bagi terlibatnya

biksu dalam menyuarakan perubahan.

Social movement juga lahir dari pelanggaran HAM. Dalam melawan para

separatis, sejak era Ne Win, pemerintah menerapkan the four cuts policy.

Pemutusan logistik, uang, informasi, dan perekrutan anggota yang dilakukan

kepada etnis minoritas -terduga gerakan separatis- telah memakan ribuan korban

jiwa. Serentetan pelanggaran HAM terjadi, mulai dari tindakan represif

pemerintah terhadap aksi 1988 hingga veto pemerintah kepada pemilu 1990.

Puncaknya adalah saat pemerintah melakukan penutupan berbagai univeritas serta

penyerangan terhadap Aung San pasca pembebasannya sebagai tahanan rumah

saat melakukan kampanye politik.231

Peristiwa tersebut menjadi alasan dibalik

bersatunya seluruh masyarakat sipil untuk menggunglingkan junta militer.

Dimensi lingkungan yang kedua menitikberatkan kepada ranah eksternal.

Sebagai bagian dari ASEAN, perilaku dan identitas Myanmar tidak bisa lepas dari

negara di Asia Tenggara. Amitav Acharya mengatakan demokrasi Asia Tenggara

terbukti sukses dalam memanajemen konflik serta berhasil mengahadapi krisis

ekonomi. Keberhasilan demokrasi tidak lepas dari bagaimana negara di Asia

Tenggara memaknai demokrasi dengan caranya sendiri, melalui Asian Values.232

230

Mirajiah, “Faktor Internal dan Faktor,” 142 231

The Internastional Human Right Clinic, Crimes in Burma 12-17 232

Amitav Achraya, “Democratising Southeast Asia: Economic Crisis and Political

Change”, Working Paper Murdoch University No.87 (1998), 1

Page 95: PENGARUH BALI DEMOCRACY FORUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42118...Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

82

Membandingkan progress dengan penganut demokrasi sedangkan Myanmar

semakin terisolasi dengan rezim militernya, Myanmar merasa bahwa demokrasi

menjadi satu-satunya cara untuk mengakhiri isolasi internasional.233

Terciptanya atmosfir yang aman dan damai untuk menerapkan demokrasi di

Asia Tenggara menjadi tugas dari ASEAN Political-Security Community (APSC).

Berdasarkan blueprint yang disepakati pada 2009, APSC sepakat untuk

menyebarkan paham-paham damai, transparansi, dan inklusif melalui norma

demokrasi.234

Penyebaran norma tersebut dilakukan dengan menghormati prinsip

non-intervensi ASEAN, sehingga upaya penyebaran demokrasi dilakukan dengan

pendekatan dialog serta kerjasama.235

APSC sebagai institusi236

mampu memberikan pengaruh (feedback) kepada

anggota ASEAN, baik untuk memperkokoh atau menyebarkan norma

demokrasi.237

Cara APSC dalam menyebarkan demokrasi adalah melalui

pembentukan identitas kolektif (masyarakat ASEAN) dan common understanding

terhadap demokrasi dengan Asia values. Berkaitan dengan Myanmar, APSC

memberikan pengaruh secara tidak langsung melalui dukungan ASEAN terhadap

segala bentuk demokratisasi dengan menjaga atmosfir yang kondusif untuk

pembangunan. Inilah bagian dari lingkungan eksternal yang mempengaruhi

masuknya demokrasi ke Myanmar.

233

Achraya, “Democratising Southeast Asia, 11-12 234

The ASEAN Secretariat, ASEAN Political-Security Community Blueprint 2025,

(Jakarta: ASEAN Secretariat, 2016), 2 235

The ASEAN Secretariat, ASEAN Political-Security, 5 236

Konstruktivisme memandang APSC sebagai institusi yang menyebarkan norma

demokrasi. Institusi menurut March dan Olsen adalah seperangkat aturan atau norma yang telah

stabil sehingga mampu menentukan perilaku suatu aktor dalam situasi tertentu. Finnemore dan

Sikkink, “International Norm Dynamics, 891 237

El Bilad, “Konstruktivisme Hubungan Internasional, 70-71

Page 96: PENGARUH BALI DEMOCRACY FORUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42118...Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

83

Analisis kedua yang mendukung masuknya norma demokrasi ke Myanmar

adalah BDF. Pengaruh BDF tidak lepas dari tujuan dibentuknya forum tersebut

untuk menyebarkan demokrasi di Asia. Menurut Hassan Wirajuda Asia adalah

ladang yang “subur” untuk membicarakan demokrasi. Ia juga menegaskan bahwa

akan percuma jika membicarakan demokrasi dengan negara yang sudah memiliki

kepercayaan terhadapnya, karena itu BDF terbuka bagi negara yang bukan

demokrasi sekalipun. Selain itu, Asia menjadi wilayah yang belum

memaksimalkan potensi ekonomi dan politik secara berkesinambungan. Bagi

beberapa negara, ketika ekonomi telah menunjukkan tren positif, maka HAM,

politik, dan pembangunan tidak menajdi hal penting -seperti Indonesia pada Orde

Baru-.238

Oleh sebab itu, terget utama penyebaran demokrasi BDF adalah Asia.

BDF pertama kali diselenggarakan setahun pasca Revolusi Saffron di

Myanmar. Sebagai instrument foreign policy Indonesia, kehadiran BDF tidak

disia-siakan oleh Myanmar guna memajukan demokrasinya.239

Melalui BDF,

Myanmar berharap dapat belajar terkait praktik demokrasi yang terjadi di berbagai

negara.240

Myanmar tidak pernah absen sepanjang pagelaran BDF dari tahun 2008-

2014. BDF dirasakan penting bagi Myanmar karena tema yang diusung menjadi

tahapan penting baginya untuk menyelesaikan permasalahan domestik. Wirajuda

menjelaskan kalau tema yang diusung BDF bersandarkan kepada agenda strategis

238

Asri Mustikawati, Indonesia’s Initiative in Organising Bali Democracy Forum for

Asia, (Jakarta: UIN Jakarta, 2013) 60 239

Badan Kerjasama Antar-Parlemen DPR RI. Diploasmi Parlemen Indonesia di Asia

Tenggara, [Laporan online], tersedia di http://www.dpr.go.id/dokakd/dokumen/ diplomasi_

Diplomasi_ Parlemen_Indonesia_di_Asia_Tenggara.pdf, diakses pada Senin, 03 Juli 2017 pukul

05:22 WIB 240

Kemlu dan IPD, Promoting Synergy between Democracy, 63-64

Page 97: PENGARUH BALI DEMOCRACY FORUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42118...Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

84

kawasan. Cara BDF yang humble dalam menyebarkan norma demokrasi juga

mudah diterima oleh Myanmar. Sehingga, ketika BDF mendapat kritikan dari

berbagai pihak karena mengundang Myanmar, Indonesia justru mendukung

partisipasi Myanmar di dalamnya karena memang itu tujuan BDF.241

Partisipasi

Myanmar dalam BDF inilah yang menunjukkan proses top-down dalam transisi

demokrasi Myanmar

BDF juga berperan sebagai forum yang mendukung kondusifitas regional

guna menumbuhkan semangat demokrasi di Asia. Pernyataan tersebut

disampaikan oleh U Maung Myint sebagai ketua delegasi Myanmar pada BDF

kedua, ia menyampaikan “I wish to stress that democracy can only be established

in an environment of peace and stability... It is my belief that this 2nd Forum will

also contribute to further promotion of democracy in the region”.242

Dengan kata

lain, secara tidak langsung BDF berperan sebagai forum yang mendorong

Myanmar untuk menganut demokrasi melalui pendekatan regional.

Berdasarkan pemaparan di atas, peran BDF dalam mempengaruhi

demokrasi Myanmar tidak lepas dari keinginan rezim tersebut untuk melakukan

perubahan. Walaupun junta militer terus berupaya mempertahankan rezimnya,

namun norma yang dianut pemerintah dinilai gagal untuk mengembalikan

stabilitas dalam negeri. Sehingga BDF memiliki celah untuk memberikan

pengaruh terhadap transisi identitas Myanmar.

241

Mustikawati, Indonesia’s Initiative in Organising, 60 242

Kemlu dan IPD, Promoting Synergy between Democracy, 63-64

Page 98: PENGARUH BALI DEMOCRACY FORUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42118...Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

85

B. BDF sebagai Life Cycle of Norms.

Bali Democracy Forum menjadi faktor yang turut merubah identitas

Myanmar. Sebagai upaya konstruksi sosial, identitas baru Myanmar dihasilkan

dari sebuah dialog, perdebatan, dan bujukan.243

Interaksi yang terjadi di BDF,

mempengaruhi Myanmar terhadap pemahaman demokrasinya. Wirajuda

menjelaskan bahwa dialog adalah cara BDF memberikan pengaruh terhadap

negara lain.244

Oleh sebab itu, BDF memberikan kesempatan kepada setiap negara

untuk menceritakan pengalaman demokrasinya, sehingga memberikan wacana

yang variatif terkait demokrasi.

Sebagai kebijakan luar negeri Indonesia, tentunya BDF mengandung makna

demokrasi “khas” Indonesia. Wirajuda juga mengatakan kalau demokrasi yang

disebarkan oleh Indonesia, melalui BDF, adalah demokrasi prosedural dan

substantif.245

BDF menjadi salah satu cara untuk memahami norma demokrasi

berdasarkan perspektif Indonesia.

Bali Democracy Forum adalah instrumen yang menjadikan Indonesia

sebagai agen dalam menyebarkan norma. Wendt menjelaskan bahwa suatu negara

dikatakan sebagai agent ketika dia menyebarkan gagasan atau idenya, jika tidak ia

hanyalah entitas semata.246

Dalam dinamika internasional, norma yang dianut oleh

suatu negara akan selalu berhadapan dengan norma baru atau norma yang dianut

oleh negara lain melalui proses interaksi.247

Proses bagaimana suatu norma

mengalami interaksi hingga terjadi perubahan terhadap norma yang dianut oleh

243

Finnemore dan Sikkink, “Taking Stocks: The Constructivist, 402 244

Mustikawati, Indonesia’s Initiative in Organising, 63 245

Mustikawati, Indonesia’s Initiative in Organising, 61 246

Wendt, Social Theory of International, 313 247

Finnemore dan Sikkink, “Taking Stocks: The Constructivist, 402

Page 99: PENGARUH BALI DEMOCRACY FORUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42118...Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

86

suatu negara merupakan definisi life cycle of norms248

. Sebelum membahas lebih

jauh tentang proses pergantian norma, penting untuk membahas terlebih dahulu

norma demokrasi seperti apa yang dipahami oleh BDF.

1. Norma Demokrasi BDF

Pemahaman demokrasi yang sangat kontekstual menyebabkan

pemaknaannya berujung kepada perdebatan.249

Juwono Sudarsono, Akademisi

Hubungan Internasional, beranggapan cara yang paling adil untuk memaknai

demokrasi adalah bercermin kepada Universal Declaration on Human Rights

yang dikeluarkan oleh PBB. Paling tidak ada lima aspek kemanusiaan yang

diperhatikan dalam deklarasi tersebut, yaitu aspek hak asasi sipil, politik, sosial,

ekonomi, dan budaya. Poin pentingnya adalah Seluruh aspek tersebut harus

berkesinambungan250

Hak sipil dan politik bisa diukur melalui sejauh mana negara berhasil

mengadakan pemilu dengan adil dan berkala. Berjalannya pemilu juga harus

melibatkan sipil dan media.251

Huntington berargumen bahwa secara praktis

demokrasi akan mengadakan pemilu, sehingga demokrasi dan pemilu tidak bisa

dipisahkan.252

Dengan demikian, pemilu adalah indikator universal dalam

menjamin penegakan demokrasi di setiap negara berdasarkan aspek sipil dan

politiknya.

248

Finnemore dan Sikkink, “International Norm Dynamics, 891 249

Mustikawati, Indonesia’s Initiative in Organising, 66 250

The Inter-Parliamentary Union, Democracy: Its Principles and Achievement (Geneva:

ATAR, 1998), 81 251

The Inter-Parliamentary Union, Democracy: Its Principles, 81 252

Eric Hiariej, “(Tidak) Demokratis ala Asia,” Jurnal JSP Vol.1 No.2 (1997), 58

Page 100: PENGARUH BALI DEMOCRACY FORUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42118...Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

87

Berbeda dari hak sipil dan politik, tidak ada indikator universal bagi

penegakan hak asasi sosial, budaya, dan ekonomi. Hak asasi budaya dan ekonomi

di suatu negara akan bergantung dengan hak sosialnya. Ketidakmampuan berbagai

aktor dan akademisi dalam menetapkan standarisasi tiga hal tersebut menjadi awal

dari lahirnya demokrasi-demokrasi parsial. Seperti kasus yang dimiliki Asia

Tenggara, rendahnya angka pendidikan, sejarahnya sebagai negara terjajah, multi-

kulturalisme, serta politik paternalistik yang kuat menjadikan standar demokrasi

dalam paham Barat tidak bisa diterapkan di Asia Tenggara.253

.

Di samping itu, Asia di abad 21 telah menunjukkan prestasi ekonominya

dengan penerapan demokrasi yang unik. Asia mengakui bahwa budaya memiliki

peran penting dalam proses pembangunan suatu negara. Bagaimana Asia

menempatkan posisi budaya dalam pembangunan tersebut adalah nilai unik yang

dimiliki Asia. Aspek inilah yang menjadikan Asia tidak bisa menerapkan

demokrasi seperti Barat, karena menurut Takashi Inoguchi dan Edward Newman

dengan sepenuhnya menerapkan paham demokrasi Barat, maka kearifan lokal

akan hilang dan cenderung terhadap homogenitas, kemudian peran budaya dan

agama dalam negara akan menghilang.254

Hubungan kearifan lokal dengan

demokrasi itulah yang mendasari terbentuknya Democracy with Asian Values.

Pemahaman terhadap Asian values menjadi penting untuk mengetahui corak

demokrai BDF. Apabila diselaraskan dengan ungkapan Hassan Wirajuda di atas,

maka Demokrasi prosedural akan kembali kepada pemilihan umum yang adil dan

253

The Inter-Parliamentary Union, Democracy: Its Principles, 82-83 254

Takashi Inoguchi dan Edward Newman, “Introduction: „Asian Values‟ and Democracy

in Asia,” proceedings of a conference di Hamamatsu, Jepang (28 Maret 1997)

Page 101: PENGARUH BALI DEMOCRACY FORUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42118...Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

88

berkelanjutan sebagai metode untuk menentukan pemimpin.255

Sedangkan,

demokrasi substansial akan berbicara tentang keterlibatan masyarakat dalam

proses pembuatan kebijakan dengan memperhatikan kearifan lokal masing-

masing negara.256

Mengingat demokrasi bukanlah konsep tunggal, BDF

mempersilahkan setiap delegasi untuk mengambil nilai-nilai positif dalam praktik

demokrasi dan tidak terpaku terhadap pemahaman demokrasi yang tunggal.

Kearifan lokal (local wisdom) berasal dari pengetahuan masyarakat yang

ditransimisikan melalui tradisi. Pengetahuan tersebut biasanya berasal dari

sejarah, budaya, nilai setempat, dan agama. Kearifan lokal sering kali merujuk

kepada budaya serta nilai unik yang diterapkan di suatu tempat. Karena sifatnya

yang abstrak, konsep ini sering disamaartikan dengan nilai-nilai kebaikan yang

mempengaruhi kehidupan masyarakat setempat.257

Dalam mempromosikan norma

demokrasi, BDF tidak ingin nilai-nilai budaya terpinggitkan, sehingga muncul

ungkapan yang tenar di Timur Tengah, bahwa demokrasi tidak selaras dengan

nilai-nilai Islam. BDF justru ingin demokrasi berintegrasi dengan kearifan lokal

supaya penyebaran demokrasi bisa efektif di Myanmar.

Demokrasi yang dipromosikan BDF juga selaras dengan nilai-nilai

demokrasi deliberatif. Ada lima poin penting yang dijelaskan oleh Maeve Cooke

sebagai substansi dari demokrasi deliberatif yaitu; (1) demokrasi deliberatif

adalah sarana pendidikan politik bagi masyarakat; (2) kesepakatan yang dilahirkan

oleh demokrasi deliberatif dinilai lebih rasional, karena prosesnya melibatkan

255

Hiariej, “(Tidak) Demokratis ala Asia”, 58 256

Hasil Wawancara dengan Agus Heryana pada tanggal 19 Juni 2017 257

Miss Roikhwanphut Mungmachon, “Knowledge and Local Wisdom: Community

Treasure”, International Journal of Humanities and Social Science 2 (Juli 2012); 176

Page 102: PENGARUH BALI DEMOCRACY FORUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42118...Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

89

seluruh elemen; (3) win-win solution dalam demokrasi sulit ditentukan karena

standar keadialan yang beda, sehingga demokrasi deliberatif menentukan

standarnya sendiri dalam konteks sosial setempat; (4) mengkonstruksi peran

masyarakat dalam keterlibatan pengambilan kebijakan; (5) demokrasi deliberatif

menghindari kesan terhadap pemaknaan demokrasi tunggal, karena proses

keterlibatan masyarakat yang berbeda.258

Berdasarkan penjelasan di atas, musyawarah atau komunikasi menjadi

proses penting dalam berdemokasi. Bukan sebatas musyawarah yang dilakukan

oleh lembaga perwakilan, karena wacana kekuasaan adalah ruang publik yang

harus siap dirasionalisasikan melalui musyawarah. Demokrasi deliberatif

memperhatikan feedback antara pemerintah dengan masyarakat sebagai tahapan

untuk mencapai konsensus.259

BDF tidak memutuskan demokrasi seperti apa yang

harus digunakan untuk menyelesaikan permasalahan dalam negeri, karena standar

konsensus akan berbeda di setiap konteksnya. Dengan kata lain, metode yang

diterapkan BDF menunjukkan bahwa pola komunikasi menjadi perhatian penting

dalam demokrasi, karena dari komunikasi tersebut akan membangun

intersubjective meaning antara pemerintah-masyarakat dalam menangani

problematika dalam negeri.

2. BDF sebagai agen Share Ideas of Democracy

Kehadiran sekelompok orang yang menentang suatu norma akan mencari

alternatif untuk meruntuhkan norma tersebut, sehingga memberikan kesempatan

258

Maeve Cooke, “Five Arguments for Deliberative Democracy”, Political Studies 48

(2000); 948. 259

Candra Kusuma, Demokrasi Deliberatif di Era Otonomi Daerah: Studi Kasus ‘Forum

Konstituen’ di Kabupaten Bandung, (Depok; Universitas Indonesia, 2012), 38

Page 103: PENGARUH BALI DEMOCRACY FORUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42118...Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

90

bagi norma baru untuk memasuki suatu negara.260

Begitupun yang terjadi di

Myanmar, pemberontakan yang dilakukan masyarakat adalah penolakan terhadap

rezim militer. Kedekatan Indonesia dengan Myanmar secara geografis menjadikan

kebijakan demokratisasi BDF dirasa begitu bermanfaat bagi Myanmar dan Asia

Tenggara,261

sehingga norma demokrasi yang disebarkan oleh BDF menjadi

alternatif bagi masyarakat Myanmar.

Interaksi yang terjadi dalam BDF merupakan bagian dari share ideas of

democracy. Ide dan materil memiliki relasi yang kuat dalam menyampaikan

norma demokrasi BDF. Idenya adalah pemahaman terhadap norma demokrasi dan

materilnya adalah forum antar negara tersebut.

Penjelasan yang telah disampaikan menggambarkan kalau demokrasi

bukanlah sesuatu yang given. Demokrasi adalah norma sosial yang dikonstruk

dari berbagai ide yang disampaikan oleh setiap aktor. BDF menjadi wadah bagi

Indonesia untuk menyebarkan norma demokrasi kepada negara-negara pesertanya,

khususnya Myanmar. Upaya BDF dalam menyebarkan pemahaman demokrasi

diseburt sebagai intersubjective meaning.262

Nina Tannendwald menjelaskan

diantara tujuan dari intersubjective meaning adalah policy prescreptions yaitu

sebagai seperangkat ide yang ditelurkan melalui perdebatan guna memecahkan

permasalahan di suatu negara melalui kebijakan.263

260

Finnemore dan Sikkink, “Taking Stocks: The Constructivist, 400 261

Kemlu dan IPD, Promoting Synergy between Democracy, 62 262

Robert Jackson dan George Sorensen, Introduction to Internatioanl Relations: Theories

and Approaches, (Oxford: Oxford University, 2006), 164 263

Robert Jackson dan George Sorensen, Introduction to Internatioanl, 165

Page 104: PENGARUH BALI DEMOCRACY FORUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42118...Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

91

Keberhasilan BDF dalam menyebarkan norma demokrasi ditentukan oleh

discursive power yang dimiliki Indonesia.264

Daya tarik BDF tidak lepas dari hasil

penelitian Freedom House tahun 2011 yang memasukkan Indonesia dalam

kategori “free” atau negara yang telah sepenuhnya menganut dan menerapkan

demokrasi.265

Selain itu, diterimanya norma baru juga bergantung terhadap

kompleksitas, anomali, dan kegagalan yang sedang dialami oleh suatu negara.266

Pada konteks ini, BDF memiliki momentum yang tepat dalam menyebarkan

demokrasi karena terjadi di tengah instabilitas politik Myanmar. Hal itu terjadi

ketika krisis dalam negeri menuntut dasar kebijakan baru guna menyelesaikan

permasalahan.267

Peran BDF sebagai epistemic community menjadi faktor tambah yang

memicu demokrasi Myanmar. Komunitas espitemik adalah istilah yang merujuk

kepada sekelompok entitas atau aktor yang bertujuan untuk menyebarkan norma

baru dengan segala bantuan teknisnya.268

Kemampuan BDF untuk menghadirkan

puluhan negara dengan latar demokrasi yang berbeda adalah pendekatan yang

unik bagi Myanmar untuk belajar demokrasi.

Bali Democracy Forum berfungsi membentuk trust kepada setiap negara

terkait komitmen Indonesia dalam pembangunan demokrasi. Kualitas kepercayaan

264

Discursive power merujuk kepada power of knowledge, power of ideas, power of

culture, ideologies, dan language. Segbers, Dyllick-Brenzinger, Hoffman, et. al, Global Politics:

How to Use and Apply Theories of International Relations, (Berlin: Osteuropa-Institut der Freien

Universität Berlin, 2006), 71 265

Freedom in The World 2011, The Authoritarian Challange to Democracy, [buku

online] tersedia di http://reliefweb.int /sites/reliefweb.int /files/resources /EFA28 E3670B8

30004925781E000EA6EA - Full_Report.pdf , diakses pada Senin, 03 Juli 2017 pukul 05:52 WIB 266

Power dibentuk dari kapabilitas politik, militer, dan ekonomi di suatu negara. Penting

untuk ditekankan bahwa seluruh kapabilitas tersebut tidak lepas dari sejarah serta lingkungan

Indonesia. Finnemore dan Sikkink, “Taking Stocks: The Constructivist Research, 405 267

Finnemore dan Sikkink, “Taking Stocks: The Constructivist Research, 406 268

Finnemore dan Sikkink, “Taking Stocks: The Constructivist Research, 402

Page 105: PENGARUH BALI DEMOCRACY FORUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42118...Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

92

semakin besar dengan metode BDF realistis dan pendekatan learning by doing.

Trust juga menjadi komponen yang merubah konsepsi tentang intervensi

dipahami sebagai bantuan, sehingga Myanmar dengan terbuka menerima segala

bantuan yang diberikan oleh Indonesia 269

Kepercayaan dibutuhkan sebagai modal

utama BDF untuk menyebarkan norma demokrasi. Pada akhirnya Myanmar

menjadikan Indonesia sebagai role model untuk belajar demokrasi.

Kerberhasilan BDF dalam membangun kepercayaan Myanmar tidak lepas

dari kedekatan geografis dan karakter demografi.270

Indonesia dan Myanmar

memiliki banyak kesamaan, seperti sama-sama negara multi-etnis, negara yang

dikuasai junta militer, dan menghadapi tantangan etnis minoritas, sehingga

terdapat indikasi bahwa cara yang diterapkan Indonesia dalam menghadapi

transisi demokrasi berguna juga bagi Myanmar.

Gambar IV. B.1 Skema Pengaruh BDF terhadap Demokrasi Myanmar

Berdasarkan Perspektif Konstruktivisme

Sumber: Ilustrasi Peneliti

269

Hasil wawancara dengan I Ketut Putra Erawan pada tanggal 21 Juni 2017. 270

IPD Report, 43 ASEAN Delegates Observe Bali Poll and Join Indonesia Dialogue,

[berita online] tersedia di http://www.ipd.or.id/43-asean-delegates-observe-bali-poll-and-join-

indonesia-dialogue.htm, diakses pada Senin, 03 Juli 2017 pukul 06:04 WIB.

Page 106: PENGARUH BALI DEMOCRACY FORUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42118...Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

93

Bagaimana BDF memberikan pengaruh terhadap demokrasi Myanmar bisa

dilihat melalui skema di atas. intersubjective meaning adalah bagian dari share

ideas yang menuntut political/ideas change. Terjadinya political change karena

gagalnya identitas Myanmar, sebagai negara otoriter atau sosialisme, untuk

mengembalikan stabilitas dalam negeri sesuai dengan cita-cita normanya.

Masyarakat sipil menjadi entitas penting yang menyuarakan demokrasi sebagai

alternatif terhadap permasalahan dalam negeri Myanmar. BDF menjadi instrumen

untuk menghadirkan atmosfir yang damai di Asia Tenggara sekaligus

memberikan inspirasi dan motivasi bagi Myanmar untuk menganut demokrasi.

Perihal penting lainnya adalah norma baru yang diinstitusionalisasikan harus

sesuai dengan konteks historis dan struktur politik di negara setempat.271

Oleh

sebab itu, BDF berkontribusi sebatas menyebarkan norma demokrasi, sedangkan

sistem demokrasi yang dianut oleh Myanmar akan bergantung terhadap konteks

setempat.

C. Pengaruh BDF terhadap Transisi Demokrasi Myanmar

Bali Democracy Forum sebagai forum pertemuan antar-negara tidak

bertujuan untuk membuat suatu kebijakan atau kesepakatan secara institusional.272

BDF diperuntukkan untuk negara karena keputusan untuk menentukan demokrasi

atau tidak adalah pemerintah, bukan berharap untuk menghasilkan suatu

kebijakan.273

Berkaitan dengan transisi demokrasi Myanmar, Erawan menegaskan

agar dibedakan antara mempengaruhi dengan merubah. BDF memberikan

271

Finnemore dan Sikkink, “Taking Stocks: The Constructivist Research, 407 272

Hasil wawancara dengan I Ketut Putra Erawan pada tanggal 21 Juni 2017, 273

Mustikawati, Indonesia’s Initiative in Organising, 60

Page 107: PENGARUH BALI DEMOCRACY FORUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42118...Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

94

pengaruh positif terhadap demokrasi Myanmar, namun tidak bisa dikatakan

bahwa perubahan demokrasinya terjadi karena BDF.274

Secara lebih spesifik, BDF memberikan dua pengaruh terhadap transisi

demokrasi Myanmar. Pertama, melalui keikutsertaan Myanmar dalam BDF,

Myanmar dicitrakan oleh negara lain sebagai negara demokrasi. Persepsi terhadap

identitas akan sangat mempengaruhi hubungan antar aktor. Pernyataan tersebut

disampaikan oleh Khanisa Krisman, peneliti ASEAN di LIPI, yang berasumsi

dengan hadirnya Myanmar sebagai partisipan BDF, akan terbentuk persepsi

Myanmar sebagai negara demokasi, paling tidak pendukung norma tersebut.275

Dampaknya adalah kualitas hubungan Myanmar terhadap negara lain serta

rekonsiliasi dengan negara yang pernah menjatuhkan sanksi.

Kedua, pengaruh BDF bisa dilihat melalui munculnya kesadaran elit politik

Myanmar terhadap pentingnya nilai-nilai demokrasi.276

Hal ini dibuktikan dengan

diterimanya IPD dalam membantu proses transisi demokrasi Myanmar. Erawan

menjelaskan bahwa relasi, kerja sama, program kerja, dan misi yang dilakukan

oleh IPD merupakan kelanjutan dari BDF. IPD merupakan lembaga yang

merealisasikan ide-ide dan problematika yang muncul dalam BDF melalui

program kerja yang tepat.277

Dalam membantu transisi demokrasi, IPD tidak

sekalipun memaksa atau menuntut Myanmar agar menerapkan corak demokrasi

tertentu. Erawan menjelaskan bahwa proses dan pembelajaran menjadi tahapan

274

Hasil wawancara dengan I Ketut Putra Erawan pada tanggal 21 Juni 2017, 275

Hasil wawancara dengan Khanisa Krisman pada tanggal 22 Juni 2017 276

Transisi Myanmar/Burma. http: // asia –ajar .org /portfolio _item /transisi -myanmar

burma /? la ng=id, diakses pada Selasa, 11 Juli 2017, pukul 02:38 WIB. 277

IPD, Who are We, [data online], tersedia di http://www.ipd.or.id/about-ipd/who-we-

are, diakses pada Kamis, 09 Maret 2017 pukul 20.31 WIB

Page 108: PENGARUH BALI DEMOCRACY FORUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42118...Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

95

penting dalam membangun demokrasi,278

metode inilah yang menjadikan BDF

digemari oleh berbagai kalangan sehingga menarik banyak negara untuk hadir di

dalamnya.279

Bali Democracy Forum mendatangkan negara demokratis dan non-

demokratis. Ketika forum berlangsung, seluruh delegasi mendengarkan praktik

demokrasi yang diterapkan di setiap negara. Di sela forum, negara non-demokratis

biasanya mendekati negara-negara yang dirasa memiliki pelajaran demokrasi

berharga. Begitu pun yang dilakukan Myanmar. Mereka menemui negara

demokratis untuk meminta bantuan, kemudian mereka berdua meminta IPD untuk

membantu proses transisi tersebut.280

Walaupun permintaan atau kesepakatan

tersebut tidak dihasilkan oleh BDF, namun kesepakatan tersebut lahir melalui

platform BDF. Dengan kata lain, BDF menjadi promotor IPD kepada negara lain

dalam merealisasikan gagasan di dalam forum tersebut

Dalam kasus Myanmar, IPD berhasil mengajak berbagai negara yang

mendukung demokrasi Myanmar. Misalnya pada 2011, IPD bersama Norwegia

dan Australia mengadakan workshop bersama Myanmar membahas tentang

langkah-langkah strategis transisi demokrasi.281

Bergabungnya Asutralia dan

Norwegia bersama IPD adalah bentuk kepercayaan yang didapatkan melalui

dialog dan komunikasi BDF. Untuk mengetahui lebih rinci bantuan yang

diberikan IPD kepada Myanmar, akan dijabarkan melalui tabel di bawah ini.

278

Hasil wawancara dengan I Ketut Putra Erawan pada tanggal 21 Juni 2017 279

Hasil Wawancara dengan Agus Heryana pada tanggal 19 Juni 2017 280

Hasil Wawancara dengan Agus Heryana pada tanggal 19 Juni 2017 281

IPD Report, Workshop on Indonesian and Asian Democratic Transition and Reform

Experiences, [berita online], tersedia di http://www.ipd.or.id/workshop-on-indonesF(ian-and-

asian-democratic-transition-and-reform-experiences.htm, diakses pada Rabu, 28 Juni 2017. Pukul

03.50 WIB.

Page 109: PENGARUH BALI DEMOCRACY FORUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42118...Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

96

Tabel IV.C Peran IPD dalam Demokratisasi Myanmar

Tanggal Jenis Bantuan

1 November 2012282

FGD antara Myanmar National Human Right

Commission (MNHRC) bersama IPD di Bali.

FGD tersebut membahas tentang penguatan peran

lembaga negara dalam mempromosikan HAM sebagai

bagian demokratisasi Myanmar

7-9 Novembr 2012283

Bali Media Forum ke-4

IPD bersama 17 negara partisipan mendukung

pengembangan pers di Myanmar.

Dibantu oleh Thomson Foundation, yayasan di Inggris

yang fokus pada pengembangan media dan dunia

jurnalistik

26-28 Juni 2013284

Kunjungan dan FGD oleh MNHRC bersama IPD &

Kemlu di Yangoon.

FGD membahas tentang laporan HAM di Myanmar dan

peran Indonesia dalam mendorong penegakan HAM

28 Februari 2014285

Scoping Mission IPD ke Myanmar

Kedatangan IPD ke Myanmar menghasilkan tiga

kesepakatan bersama Myanmar Institute for Social and

International Studies (MSIS) terkait proses transisi

demokrasi, yakni:

1. Kunjungan Myanmar untuk melihat proses pemilu

Indonesia

2. Dukungan dan bantuan terhadap pemilu Myanmar 2015

3. Mendukung interfaith dialogue antara Islam-Buddha.

9 April 2014286

IPD mengundang Myanmar untuk hadir menyaksikan

pemilu DPR dan DPRD yang dilaksanakan di Bali.

Tujuan dari kunjungan ini adalah agar Myanmar belajar

tentang proses pemilu yang terjadi di Indonesia, mulai

282

IPD Report, Visits, [berita online], tersedia di, http://www.ipd.or.id/visits.htm, diakses

pada Rabu, 28 Juni 2017. Pukul 04.50 WIB. 283

IPD Report, Ethical Journalism and Citizen Media: Giving People a Voice in Support

of Democracy, [berita online] http://www.ipd.or.id/4th-bali-media-forum-ethical-journalism-and-

citizen-media.htm, diakses pada Rabu, 28 Juni 2017. Pukul 04.55 WIB 284

http://www.mnhrc.org.mm/en/2013/07/dialogue-between-mnhrc-and-indonesian-

delegation-2/ 285

IPD Report, Scoping Missions to Myanmar, [berita online], http://

www.ipd.or.id/scoping-missions-to-myanmar.htm, diakses pada Rabu, 28 Juni 2017. Pukul 04.55

WIB 286

IPD Report, Electoral Visits Program on The Indonesian Parliamentary Election,

[berita online], http://www.ipd.or.id/ election –visit –program –on –the –indonesian -

parliamentary-election.htm, diakses pada Rabu, 28 Juni 2017. Pukul 05.00 WIB

Page 110: PENGARUH BALI DEMOCRACY FORUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42118...Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

97

dari peehitungan surat suara, perdebatannya, hingga

bagaimana setiap pemilih mampu menjaga

kerahasiaannya.

10-11 April287

IPD mengadakan dieskusi dengan forum CLMV, yaitu

Cambodia, Laos, Myanmar, dan Vietnam.

Myanmar diwakili oleh MSIS, bersama 33 perwakilan

lainnya. Setelah melihat bagaimana proses pemilu di Bali,

IPD bersama forum CLMV berdialog tentang efektivitas

lembaga negara, institusi untuk pembangunan, dan

penguatan pembangunan secara hukum.

22-23 April 2014288

IPD bersama Asean Institute for Peace and Reconciliation

(AIPR) mengadakan simposium tentang perdamaian dan

rekonsiliasi. Myanmar menjadi negara peserta pada

simposium tersebut.

8-10 Juli 2014289

30 delegasi yang dibawa oleh Myanmar Development

Resource Institute (MDRI) dan Myanmar Center for

Strategic and International Studies (CSIS) mengadakan

kunjungan ke Indonesia untuk menyaksikan proses

pemilu presiden.

Sumber: Diolah dari berbagai sumber

Ada tiga catatan penting mengenai peran IPD dalam demokratisasi di

Myanmar. Pertama, segala bantuan yang diberikan IPD terhadap Myanmar

dilandasai atas kebutuhan Myanmar. Erawan menjelaskan pola yang diterapkan

IPD dalam menentukan bantuan diawali dengan need assessment. Kemudian, IPD

menentukan scope mission-nya, barulah IPD memberikan treatment-nya

berdasarkan hasil diskusi Myanmar dengan IPD.290

287

IPD Report, Indonesia-CLMV Dialogue on State Institusional Reform, [berita online],

tersedia di http://www.ipd.or.id/indonesia-clmv-dialogue-on-state-institutional-reform.htm,

diakses pada Senin, 03 Juli 2017 pukul 06:23 WIB. 288

IPD Report, Peace and Recontciliation Symposium Hailed as Outstanding Succes,

[berita online], tersedia di http://www.ipd.or.id/peace-and-reconciliation-symposium-hailed-as-

outstanding-success.htm, diakses pada Senin, 03 Juli 2017 pukul 06:24 WIB 289

IPD Report, Workshop and Election Visit Program for The Indonesian Presidential

Election, [berita online], http://www.ipd.or.id/workshop-and-election-visit-program-for-the-

indonesian-presidential-election.htm, diakses pada Senin, 03 Juli 2017 pukul 06:25 WIB 290

Hasil Wawancara dengan Agus Heryana pada tanggal 19 Juni 2017

Page 111: PENGARUH BALI DEMOCRACY FORUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42118...Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

98

Catatan kedua adalah IPD tidak hanya menyentuh elit pemerintahan, IPD

juga mengajak masyarakat sipil dalam setiap treatment-nya.291

IPD tidak hanya

membantu pemerintah untuk menjalankan transisi, IPD juga menyebarkan

demokrasi di kalangan grass root.292

Penyebaran demokrasi ke kalangan grass

root diakui oleh U Min Lwin, Duta Besar Myanmar untuk Indonesia, sebagai cara

yang efektif dalam memajukan demokrasi. Menurutnya, komitmen masyarkat

terhadap demokrasi akan membantu pemerintah dalam menjalani transisi

demokrasi.293

Peran IPD mendukung demokrasi Myanmar melalui pelatihan

kepada seluruh elemen sipil adalah efektif untuk menumbuhkan kesadaran

demokrasi secara bottom-up.

Ketiga, IPD menjadi fasilitator bagi negara yang ingin mendukung transisi

demokrasi Myanmar. IPD banyak menjalin kerjasama dengan berbagai institusi

untuk mendukung demokratisasi di berbagai negara. Secara khusus, terdapat

beberapa institusi yang memiliki komitmen tersendiri untuk memajukan

demokrasi Myanmar, diantaranya adalah Asutralia dan Norwegia. Sejak BDF

2012, Australia memberikan bantuan sebesar USD 1,7500,000 untuk biaya

akomodasi IPD hingga 2015 dan AUD 140,000 untuk mengadakan workshop di

Myanmar. Norwegia memberikan bantuan sebesar NOK 1,800.000 untuk

membangun stabilitas perdamaian dan demokrasi Myanmar.294

Pembahasan ini

menunjukkan bahwa IPD menjadi titik temu antara negara donor dengan

Myanmar.

291

Hasil Wawancara dengan Agus Heryana pada tanggal 19 Juni 2017 292

Sidauruk, “Peran Institute Peace, 10-11 293

Kemlu dan IPD, Evolving Regional Democratic, 158 294

IPD Report, Friends of IPD, [berita online], http://www.ipd.or.id/friends-of-ipd.htm,

diakses pada Senin, 03 Juli 2017 pukul 06:29 WIB

Page 112: PENGARUH BALI DEMOCRACY FORUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42118...Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

99

Sejak diselenggarakannya BDF pada tahun 2008, Freedom House mencatat

tren positif transisi demokrasi Myanmar. Berdasarkan hasil penelitiannya,

Myanmar mengalami kenaikan indeks demokrasi sebesar 11 poin dari periode

2007-2011.295

Kemudian, indeks demokrasi mengalami kenaikan signifikan pada

periode 2012-2014 yaitu periode dimana IPD mulai memberikan bantuan secara

aktif terhadap transisi demokrasi Myanmar. Indeks demokrasi pada 2012

mengalami kenaikan sebesar 21 poin hingga 24 poin pada 2014.296

Walaupun

tidak bisa dikatakan bahwa BDF merupakan satu-satunya faktor yang

mendongkrak indeks demokrasi, namun partisipasi BDF melalui IPD menjadi

faktor yang turut membantu peningkatan poin tersebut.

Indikator yang digunakan Freedom House dalam mengukur demokrasi suatu

negara adalah kebebasan sipil (civil liberties) dan hak-hak politik (political

rights). Dua komponen tersebut hanya menekankan kepada pelaksanaan

demokrasi berdasarkan pemilu. Berdasarkan indikator kebebasan sipil dan hak

politik Myanmar pada tahun 2010 Myanmar mendapatkan nilai 7.297

Hal tersebut

menjadi catatan Myanmar pada 2010, walaupun telah melaksanakan pemilu,

namun mekanisme yang tidak adil menyebabkan stagnansi demokrasi Myanmar.

Penilaian yang dilakukan Freedom House terhadap demokrasi Myanmar

mengalami peningkatan pada periode 2012-2014. Pada tahun 2012, kebebasan

295

Freedom In The World 2012, The Arab Uprising and Their Global Repercussions,

[buku on-line] tersedia di https://freedomhouse.org/sites/default/files/inline_images/ FIW%

202012%20Booklet--Final.pdf; Internet; diunduh pada Rabu, 07 Desember 2016, pukul 03:57

WIB. 296

Freedom In The World 2013, Democratic Breaktroughs in The Balance, [buku on-line]

tersedia di https://www.freedomhouse.org /sites/ default/ files/FIW %202013 %20Booklet.pdf;

Internet; diunduh pada Rabu, 07 Desember 2016, pukul 03:57 WIB 297

FH memiliki penilaian dari 1-7. 1 adalah penilaian yang terbaik dan 7 adalah yang

terburuk. Freedom in The World 2011, The Authoritarian Challange, 12

Page 113: PENGARUH BALI DEMOCRACY FORUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42118...Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

100

sipil mendapatkan nilai 6. Pada tahun 2013, kebebasan sipil mendapatkan nilai 5

dan hak politik menjadi 6. Nilai tersebut mengalami stagnansi pada tahun 2014.298

Berdasarkan gambaran di atas, terlihat bahwa hasil pemilu 2012 yang diterima

oleh militer, paling tidak peristiwa veto 1990 tidak kembali terulang, menjadi

faktor yang menaikkan nilai tersebut. Proses kampanye yang dilakukan oleh

setiap partai politik, walaupun harus melaporkan konten kampanye ke pemerintah,

dinilai sebagai perkembangan kebebasan sipil.

Laporan yang dilansir oleh Freedom House adalah bagaimana melihat

perkembangan demokrasi berdasarkan prosedural, sehingga bisa diukur

berdasarkan indikator tertentu. Tantangan berikutnya adalah merefleksikan

perkembangan demokrasi Myanmar berdasarkan kearifan lokalnya. Hampir 90%

masyarakat Myanmar menganut agama Buddha.299

Agama, pendidikan, dan

sejarah turut menjadi faktor yang membentuk kearifan lokal, sehingga peran

agama Buddha, di tengah situasi sosial masyarakat Asia Tenggara yang cenderung

lemah secara pendidikan karena aspek penjajahan, berdampak terhadap tidak

tumbuhnya nilai-nilai pluralisme.

Berdasarkan data Asian Barometer Survey (ABS) yang dirilis tahun 2015,

95% masyarakat Myanmar meyakini bahwa semakin banyak kepercayaan akan

berdampak terhadap kekacauan.300

Angka tersebut menunjukkan tingginya angka

298

Freedom In The World 2013, The Democratic Leadership Gap, [buku online], tersedia

di https://freedomhouse.org/sites/default/files/FIW2014%20Booklet.pdf, diakses pada Sabtu, 15

Juli 2017, pukul 13:01 WIB. 299

Kyaw Ye Lynn, Census data shows Myanmar Muslim population has fallen, [berita

online], http://aa.com.tr/en/asia-pacific/census-data-shows-myanmar-Muslim-population-has-

fallen/612764, diakses pada Sabtu, 15 Juli 2017 pukul 13:21 300

Bridget Welsh dan Kai-Ping Huang, Myanmar’s Political Aspirations & Perceptions

2015 Asian Barometer Survey Report, (Serangon: SIRD Centre, 2016) 24

Page 114: PENGARUH BALI DEMOCRACY FORUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42118...Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

101

anti-pluralisme di Myanmar, sehingga wajar apabila etnis Buddha merasa bahwa

kehadiran Islam dan agama lainnya menjadi hambatan bagi mereka.

Buddha sebagai agma mayoritas berakulturasi dengan konteks sosial-budaya

Myanmar. Secara lebih jelas, aliran Theravadanya dalam Buddha membentuk

kearifan lokal di Myanmar. Theravada mengajarkan tentang tata kesopanan,

tingkah laku, dan filsafat hidup untuk mencapai ketenangan.301

Dalam Buddha,

pemimpin dianggap memiliki tugas suci yaitu sebagai penjaga agama.302

Disinilah

relasi Buddha dan demokrasi mengalami dilema, bahwa pemimpin haruslah

seorang yang mampu bersifat adil namun tetap menjaga aspirasi etnis Buddha.

Begitu pun posisi dilematis Aung San Suu Kyi, ketika dia berpihak kepada etnis

non-Buddha maka ia kehilangan pendukung mayoritasnya. Namun, ketika ia tidak

berpihak, kecaman akan datang dan mempertanyakan posisinya sebagai aktivis

pro-demokrasi.

Aliran Buddha menjadi norma lokal yang dimiliki oleh masyarakat

Myanmar. Tidak jauh berbeda dengan Indonesia, sebagai negara multietnis yang

memiliki satu agama mayoritas, tantangan untuk menjadi negara agama akan

selalu ada. Pendidikan sosial, budaya, dan keagamaan menjadi faktor yang harus

ditekankan untuk mengurangi paham anti-pluralisme. Oleh sebab itu, interfaith

dialogue menjadi instrumen yang diterapkan oleh IPD untuk menumbuhkan

pemahaman keagamaan yang moderat, sehingga kearifan lokal setempat mampu

merekonstruksi pemahaman demokrasi.

301

Achmad Muzaki, Konsep Trikaya dalam Agama Buddha Mahayana (Studi Tentang

Ketuhanan), (Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2013), 3 302

Matthew J. Walton, Politics in Moral Universe; Burmese Buddhist Political Thought,

(Washington: University of Washington, 2012), 96

Page 115: PENGARUH BALI DEMOCRACY FORUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42118...Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

102

Berkaitan dengan transisi demokrasinya, Erawan menemukan kesamaan

pola transisi demokrasi antara Myanmar dengan Indonesia. Hal tersebut bisa

dilihat dari pola pelepasan tahanan politik (tapol) Myanmar. Di awal era

reformasi, Presiden Habibi mengklasifikasikan tapol, kemudian memberikan grasi

terhadap mereka yang tidak terlibat dengan Partai Komunisme. Begitu pun

dengan Myanmar, bahwa mereka memberikan grasi terhadap tapol yang

sebelumnya ditahan karena menyuarakan kritik dan demokrasi. Begitupun dengan

kesamaan pola desentralisasinya dan demiliterisasinya.303

Myanmar menyambut setiap bantuan yang diberikan oleh BDF. Perwakilan

Myanmar yang mengikuti pelatihan dari IPD banyak yang telah terlibat dalam

pemerintahan Myanmar. Ketertarikan Myanmar juga dilihat melalui over quota

bagi setiap perwakilan pelatihan yang disediakan oleh IPD.304

Bahkan, tidak

hanya pola penawaran bantuan dari IPD, seringkali Myanmar meminta bantuan

kepada IPD untuk membantu proses transisinya. Inilah yang diungkapkan oleh

Erawan bahwa BDF memberikan pengaruh terhadap transisi demokrasi Myanmar.

303

Hasil wawancara dengan I Ketut Putra Erawan pada tanggal 21 Juni 2017 304

Hasil Wawancara dengan Agus Heryana pada tanggal 19 Juni 2017

Page 116: PENGARUH BALI DEMOCRACY FORUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42118...Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

103

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dukungan terhadap norma demokrasi telah menjadi bagian dari kebijakan

luar negeri Indonesia. Bali Democracy Forum adalah kebijakan demokratisasi

Indonesia yang unik. Ungkapan tersebut berdasarkan pernyataan SBY bahwa

demokrasi tidak bisa dipaksakan apalagi diwariskan, sehingga demokrasi hanya

bisa hadir melalui kesadaran akan pentingnya norma tersebut.

Demokrasi bukanlah konsep sakral dimana hanya satu negara saja yang

boleh memaknainya. Demokrasi lahir dari dinamika internal suatu negara yang

dipengaruhi oleh berbagai faktor. Begitu pun Indonesia, kompleksitas demokrasi

yang pernah dijalaninya menjadi pelajaran berharga bahwa demokrasi adalah

suatu proses, bukan tujuan. Oleh sebab itu, BDF memberikan kesempatan kepada

setiap peserta untuk memberikan pandangannya mengenai demokrasi, tanpa ada

upaya untuk menentukan demokrasi mana yang terbaik, karena demokrasi

dipercaya sebagai instrumen untuk mencapai tujuan setiap negara yang berbeda.

Sifat BDF yang inklusif menjadi cara yang efektif agar seluruh negara bisa

duduk berdampingan dan saling memberikan inspirasi tentang manfaat demokrasi.

Myanmar menjadi negara yang merasakan betapa pentingnya peran BDF sebagai

wadah yang mengkonstruksi ulang makna demokrasi (inspirator). Merubah ulang

makna demokrasi menjadi langkah awal yang strategis dalam menumbuhkan

kesadaran bagi Myanmar bahwa norma tersebut penting untuk diteggakan.

Hal tersebut terlihat dengan diterimanya IPD bersama Ausralia dan

Norwegia dalam membantu transisi demokrasi Myanmar (fasilitator). Diskusi dan

Page 117: PENGARUH BALI DEMOCRACY FORUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42118...Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

104

pelatihan menjadi instrumen yang diterapkan oleh IPD guna meneguhkan

komitmen demokrasi Myanmar (motivator). Hal yang menarik adalah segala

bantuan yang diberikan lebih bersifat saran dan tidak mengikat, sehingga urusan

implementasi kebijakan demokrasi dikembalikan kepada pemerintahan Myanmar.

Pendekatan tersebut merupakan upaya BDF nilai-nilai demokrasi mampu

berintegrasi dengan konteks sosial atau kearifan lokal.

Ketika implementasi BDF dikembalikan kepada konteks sosial (home-

grown democracy), disinilah terlihat bahwa BDF memiliki kelebihan sekaligus

kekurangan. Tidak bisa dipungkiri bahwa peran BDF sebagai inspirator,

motivator, dan fasilitator telah menumbuhkan kesadaran elit Myanmar, sehingga

militer mulai memberikan porsi terhadap sipil dalam pemerintahan. Begitu pun

laporan berbagai lembaga internasional yang menyatakan adanya kenaikan indeks

demokrasi yang cukup signifikan di saat momentum IPD hadir di Myanmar.

Akan tetapi, di sisi lain, kekurangan yang menjadi bagian dari BDF adalah

rekonstruksi makna demokrasi yang menyebabkan kearifan lokal sebagai

instrumen legitimasi atas kebijakan Myanmar. Ketika kebijakan Myanmar

dihasilkan melalui keputusan mayoritas (menguntungkan etnis Buddha), di situlah

aspek deliberatifnya harus mendapatkan perhatian. Inilah yang menjadi catatan

demokrasi Myanmar bahwa kebijakan yang dihasilkan belum lahir atas

komunikasi konsensus setiap etnis, sehingga masih ada etnis yang merasa

didiskriminasi.

Menanggapi hal tersebut, perlu ditekankan bahwa nilai-nilai demokrasi

perlahan muncul di Myanmar. Apabila dibandingkan dengan demokrasi di

Page 118: PENGARUH BALI DEMOCRACY FORUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42118...Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

105

Amerika Serikat, kasus demokrasi Myanmar tidak apple to apple, mengingat

Amarika telah menjalani demokrasi sejak sejak 240 tahun silam, sedangkan

Myanmar baru berusia 70 tahun. Apabila dibandingkan dengan negara di Asia

Tenggara, secara sistem pemerintahan Myanmar tidak terlalu bobrok, karena

dinamika perubahan rezim di Asia Tenggara juga cenderung tidak stabil.

Tidak bisa dihindarkan dari kritik bahwa transisi demokrasi Myanmar masih

jauh dari sempurna. Etnis Muslim masih belum mendapatkan hak

kewarganegaraan dan militer masih memiliki peran yang kuat dalam

pemerintahan Walaupun pemilu sempat diselenggarakan, namun kuota 25% bagi

militer di parlemen menjadi hambatan bagi sipil untuk menjadi Presiden

Myanmar.

Akan tetapi, kritik yang diarahkan kepada Myanmar tidak bisa mengabaikan

perkembangan positif yang terjadi di negara tersebut. Terlihat bahwa di Myanmar

terjadi peningkatan partisipasi sipil, mulai terlihatnya keterbukaan pers, dan

Myanmar mulai menjalin kerja sama dengan negara lain. Nilai-nilai demokrasi

mulai diterapkan walau masih terdapat diskriminasi HAM. Penting untuk

diketahui bahwa jumlah konflik terhadap beberapa etnis minoritas telah diakhiri

dengan dialog konstruktif antara pemerintah dengan etnis tersebut.

Terlepas dari indikator demokrasinya, kesimpulan mengenai BDF

berdasarkan perspektif konstruktivisme adalah upayanya untuk mengintegrasikan

demokrasi dengan memberikan ruang bagi aktualisasi kearifan lokal akan menjadi

harmonis ketika nilai-nilai demokrasi diterima oleh masyarakat setempat. Tetapi,

Page 119: PENGARUH BALI DEMOCRACY FORUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42118...Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

106

konflik tidak akan terjadi apabila norma demokrasi ditolak oleh warga setempat,

karena BDF tidak menuntut perkembangan atau penerapan prinsip tertentu.

B. Saran

Fokus pada penelitian ini adalah bagaimana BDF berperan sebagai media

yang mempromosikan norma demokrasi. Skripsi ini menjadikan proses share

ideas sebagai kajian utamanya. Sedangkan lokusnya adalah bahasan tentang hasil

dialog yang diimplementasikan oleh Myanmar melalui sebuah kebijakan. Oleh

sebab itu, saran penelitian ini adalah agar penelitian berikutnya fokus terhadap

sejauhmana Myanmar memiliki kebijakan atau sistem demokrasi yang serupa,

sehingga diketahui seberapa jauh pengaruh BDF dalam demokratisasi Myanmar.

Metodologi pada penelitian ini terfokus pada hasil wawancara dengan

elemen-elemen yang terlibat dalam BDF, seperti penyelenggara dan pengamatnya,

tanpa melibatkan pemerintah Myanmar serta masyarakatnya. Penelitian

berikutnya disarankan agar melibatkan pemerintahan Myanmar sekaligus

masyarakatnya, baik yang berada di Indonesia (kedutaan) maupun yang di negara

Myanmar langsung, dengan teknik survey dan wawancara.

Page 120: PENGARUH BALI DEMOCRACY FORUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42118...Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

CVII

DAFTAR PUSTAKA

Jurnal

Achraya, Amitav. “Democratising Southeast Asia: Economic Crisis and Political

Change”, Working Paper Murdoch University No.87 (1998): 1

Bohman, James. “Survey Article: The Coming of Age of Deliberative

Democracy”, The Journal of Political Philosophy 6 (1988); 400

Buehler, Michael. “Islam and Democracy in Indonesia,” Insight Turkey 11 No.4

(2009): 51

Collier, David dan Levitsky, Steven “Democracy with Adjectives: Conceptual

Innovation in Comparative Reseacrh,” Jstor Journal of World Politics 49

(April 1997): 431

Cooke, Maeve .“Five Arguments for Deliberative Democracy”, Political Studies

48 (2000); 948.

Der Mehden, Fred R, Von. “The Burmese Way to Socialism”, JSTOR 3 No. 3

(Maret, 1963): 130-131

Dewi, Ita, M. “Pengalaman Militer Burma: Sebuah Analisis Historis-Politis”,

Jurnal ISTORIA 1 (Januari 2005): 4

Effendi, Tonny, D. Agenda Kebijakan Luar Negeri Indonesia Pasca Pemilihan

Presiden 2009 [Jurnal On-line] (Malang: Universitas Muhammadiyah

Malang, 2016); tersedia di

http://ejournal.umm.ac.id/index.php/bestari/article/view/138/164

El Bilad, Cecep, Zakarias. “Konstruktivisme Hubungan Internasional: Meretas

Jalan Damai Perdebatan Antar Paradigma”, Jurnal Studi Hubungan

Internasional, 1 (Februari 2011): 70-71

Falahi, Ziyad. “Memikirkan Kembali Arti Million Friends Zero Enemy dalam Era

Paradox of Plenty,” Jurnal Global & Strategis 7 No.2 (Juli 2013): 228

Fearon, James, D. “Domestic Politics, Foreign Policy, And Theories of

International Relations,” Jurnal Annual Review of Political Sciences I (Juni

1998): 296

Finnemore, Martha dan Sikkink, Kathryn “Taking Stocks: The Constructivist

Research Program in International Relations and Comparative Politics”,

Journal Political Sciences 4 (2001): 392-393

__________________________. “International Norm Dynamics and Political

Change,” Jurnal International Organization 52, (Autumn, 1998): 893

Firnas, Adian “Prospek Demokrasi di Myanmar”, Jurnal Universitas Paramadina

2 No. 2 (Januari 2003): 129

Page 121: PENGARUH BALI DEMOCRACY FORUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42118...Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

CVIII

Goebel, Zane. “The Idea of Ethnicity in Indonesia,” Tilburg Papers in Culture

Studies 71 (September 2013): 2

Guzzini, Stefano. “A Reconstruction of Constructivism in International

Relations”, European Journal of International Relations, 6 (2000): 160

Habir, Ahmad, Batara, Aditya, Tri, Muhammad. “Normative Priorities and

Contradictions in Indonesia‟s Foreign Policy: From Wawasan Nusantara to

Democracy” Jurnal National Security College (Mei 2014): 55

Halans, Michael dan Nassy, Danitsja. “Indonesia‟s Rise and Democracy

Promotion in Asia: The Bali Democracy Forum and Beyond,” Expert

Seminar Report of The Hague (Oktober 2013): 7

Hiariej, Eric. “(Tidak) Demokratis ala Asia,” Jurnal JSP Vol.1 (1997): 58

Irewati, A. “Demokrasi Mati Suri”, Jurnal Penelitian Politik LIPI, 4 No.1 (2007):

14-15

Mirajiah, Rislatu. “Faktor Internal dan Faktor Eksternal yang Mempengaruhi

Terjadinya Demokratisasi di Myanmar”, Jurnal Hubungan Internasional

Universitas Parahyangan (2013): 183

Mungmachon, Miss, Roikhwanphut. “Knowledge and Local Wisdom:

Community Treasure”, International Journal of Humanities and Social

Science 2 (Juli 2012); 176

Muzaqqi, Fahrul. “Diskursus Demokrasi Deliberatif di Indonesia”, Jurnal Review

Politik 3 (Juni 2013); 124-125

Oshiba, Ryo. Multilateral Diplomacy and Multilateralism: The United Nations,

The G8, The G20, and The Bretton Woods Institutions [Jurnal Online]

(Japan, 2013), tersedia di https://www2 .jiia .or .jp /en /pdf /digital_library

/japan _s_diplomacy/160415_Ryo_Oshiba.pdf.

Portela, Clara. “The EU‟s Use of „Targeted‟ Sanctions Evaluating Effectiveness”,

CEPS Working Document No, 391 (2014): 9-11

Sakhong, Lian, H. “The Dynamics of Sixty Years of Ethnic Armed Conflict in

Burma”, Burma Centre for Ethnic Studies Peace and Reconciliation

Analysis Paper 1 (January 2012): 5

Satriyo, Ayub, T. “Optimalisasi Peran International Criminal Court dan Aplikasi

Aksi Kemanusiaan sebagai Inisiasi Penyelesaian Etnis Rohingnya”, Jurnal

Dinamika Hukum 14 No.3 (September 2014): 529

Shee, Poon, Kim. “The Political Economy of China-Myanmar Relations:

Strategic and Economic Dimensions”, Annual Review of International

Studies Vol. 1 (2002): 33-34

Page 122: PENGARUH BALI DEMOCRACY FORUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42118...Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

CIX

Sidauruk, Wilson, Rojeki. “Peran Institute Institute for Peace and Democracy

(IDP) dalam Demokratisasi di Myanmar”, Jurnal JOM Fisip 2, No.1

(Februari 2015)

Szu-Tu, Yu. dan C. Y. Ku, Samuel. “Myanmar‟s Military Dictatorship

Continuance: Old Wine in New Bottle”, International Relations and

Diplomacy 5 (February, 2017): 85

Wasike, Stella. “Sussy N. Kimokoti, Violet Wakesa, Connectivity between

Diplomacy, Foreign Policy and Global Politics”, Jurnal of Humanities and

Cultural Studies 2 No.2 (September 2015): 521

Windiani, Reni. “Politik Luar Negeri Indonesia dan Globalisasi”, Jurnal Politika

1 (Juni 2010): 9

Wirajuda, Hassan “The Bali Democracy Forum: Setting A New Strategic Agenda

For Asia” Southeast Asia Bulletin (Juni 2009): 2

Zin, Min dan Joseph, Brian. “The Opening in Burma”, Journal of Democracy 23

(Oktober 2012); 104

Buku

Achraya, Amitav. Indonesia Matters: Asia‟s Emerging Demoratic Power,

Singapore: World Scientific Publishing, 2015

Aspinall, Edward dan Fealy, Greg. Soeharto‟s New Order and its Legacy,

Canberra: ANU E Press, 2010

Aung, Aung Promoting Democracy in Myanmar Political Party Capacity

Building, Singapura: Institute for Security and Development Policy, 2013

Bhakti, Ikrar, Nusa. The Asia Pacific: A Region in Transition, Honolulu:APCSS

Studies, 2004

Budiardjo, Miriam Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka

Utama, 2008

Creswell, John, W. Research Design: Qualitative, Quantitative, and Mixed

Methods Approaches, USA: Sage Publications, 2003

Cunningham, Frank. Theories of Democracy: A Critical Introduction. London: T

J Internasional Ltd, 2002

Diamond, Larry. Developing Democracy Toward Consolidation, Yogyakarta: IRE

Press, 2003

Dyllick-Brenzinger, Hoffman, et. al, Global Politics: How to Use and Apply

Theories of International Relations, Berlin: Osteuropa-Institut der Freien

Universität Berlin, 2006

Page 123: PENGARUH BALI DEMOCRACY FORUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42118...Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

CX

Flockhart, Trine. Socializing Democratic Norms, New York: Palgrave Macmillan,

2006

Frieden, Jeffry, A. dan Lake, David, A. International Political Economy:

Perspectives on Global Power and Wealth. North America: Routledge, 2000

Guzzini, Stefano dan Bynander, Fredrik. Rethinking Foreign Policy. USA:

Routledge, 2013

Herdiansyah, Haris. Metode Penelitian Kualitatif, Jakarta: Greentea, 2010

Jackson, Robert dan Sorensen, George. Introduction to Internatioanl Relations:

Theories and Approaches. Oxford: Oxford University, 2006

________________________________.Pengantar Studi Hubungan

Internasional. Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2009

Khan, Makhdoom, Ali. The Burmese way: To Where?, Genewa: The ICJ Report,

1991

Klotz, Audie. Qualitative Methods in International Relations, New York:

Palgrave MacMillan, 2008

Kowert, Paul dan Legro, Jeffrey. Norms, Identity, and Their Limits: A Theoritical

Reprise. New York: Colombia, 1996

Kyi, Khin, Maung, et al. A Vision and A Strategy: Economic Development of

Burma, Singapore: Singapore University Press, 2000

Machmoed, Rohana dan Esderts, Hans-Joachim. Myanmar and the Wider

Southeast Asia, Kuala Lumpur: ISIS, 1991

Manojlovic, Marija, dan Thorhei, Celia, H. Crossroads of Diplomacy: New

Challanges, New Solutions, The Hague: Desiree Davidse, 2007

Myoe, Maung, Aung. Building The Tatmadaw, Pasir Panjang: Institute of

Southeast Asian Studies, 2009

Nakanishi, Yoshihiro. Post-1988 Civil-Military Relations in Myanmar, Chiba:

Institute of Developing Economies, 2013

Nasution, Nazaruddin. Dinamika Politik Luar Negeri Indonesia. Jakarta: UIN

Press, 2015

Nemoto, Kei. Reconsidering The Japanese Military Occupation in Burma (1942-

1945), Tokyo: Tokyo University of Foreign Studies, 2007

Prevehouse, Jon, C .Democracy from Above Regional Organization and

Democratization, Cambridge : Cambridge University Press, 2005

Rana, Kishan, S. 21st Century diplomacy, London: The Continuum Publishing,

2011

Page 124: PENGARUH BALI DEMOCRACY FORUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42118...Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

CXI

Shaw, Caroline and Davis, SE. The Democracy and The State Authority. London

and New York:Vintage Book Publishing, 2009

Stein, Pamela, T. The Role of the Military in Myanmar‟s Political Economy,

California: Naval Postgradute School, 2016

Steinberg, David, I. dan Fan, Hongwei. Modern China-Myanmar Relations,

Copenhagen: NIAS Press, 2012

Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta,

2009

Taylor, Robert, H. General Ne Win: A Political Biography, Singapore: Markono

Print Media, 2015

The Inter-Parliamentary Union. Democracy: Its Principles and Achievement.

Geneva: ATAR, 1998

Welsh, Bridget dan Huang, Kai-Ping. Myanmar‟s Political Aspirations &

Perceptions 2015 Asian Barometer Survey Report, Serangon: SIRD Centre,

2016.

Wendt, Alexander Social Theory of International Politics, (Australia: Cambridge

University Press, 1999) 224

Zainuddin, Djafar dan Fadila, Robby, A. Menuju Peran Strategis Indonesia di

Lingkungan Regional dan Global, Bandung: PT Dunia Pustaka Jaya, 2013

Skripsi, Tesis, dan Disertasi

Albayumi, Fuat. Peran Bali Democracy Forum (BDF) dalam Demokrasi

Indonesia, Yogyakarta: Universitas Gajah Mada, 2014

Anggraini, Myrna. Perjuangan Anti-Facist People‟ Freedom League dalam

Mencapai Kemerdekaan Burma 1944-1948, Depok: UI, 2008

Apriani, Melati. Embargo Ekonomi Amerika Serikat terhadap Myanmar pada

Tahun 2007, Yogyakarta: Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, 2009

Haryanto, Anindita, K. Relasi Negara dengan Kelompok Minoritas: Konflik

Kachin Tahun 2011 di Myanmar, Yogyakarta: UGM, 2015

Hosang, Lesly, G.C. Pandangan Paradigma Realisme, Liberalisme, dan

Konstruktivisme terhadap ASEAN Political Security Community 2015

sebagai Kerjasama Keamanan di Kawasan Asia Tenggara, Depok:

Universitas Indonesia, 2011

Kusuma, Candra . Demokrasi Deliberatif di Era Otonomi Daerah: Studi Kasus

„Forum Konstituen‟ di Kabupaten Bandung, Depok; Universitas Indonesia,

2012.

Page 125: PENGARUH BALI DEMOCRACY FORUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42118...Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

CXII

Lestari, Tisa. Promosi Demokrasi Uni Eropa di Maroko dalam Kerangka

European Neighborhood Policy (2011-2013), Jakarta: UIN Jakarta, 2014

Matthew J. Walton, Politics in Moral Universe; Burmese Buddhist Political

Thought, Washington: University of Washington, 2012

Mustikawati, Asri. Indonesia‟s Initiative in Organising Bali Democracy Forum

for Asia, Jakarta: UIN Jakarta, 2013

Muzaki, Achmad. Konsep Trikaya dalam Agama Buddha Mahayana (Studi

Tentang Ketuhanan), Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2013

Nurrohman, Heru. Program Bimbingan dan Konseling Berbasis Nilai-Nilai

Budaya Untuk Meningkatkan Kemampuan Penyesuaian diri Peserta Didik

SMAN Kota Palangkaraya, Bandung: UPI, 2013

Pramono, Aris. Peran UNHCR dalam Menangani Pengungsi Myanmar Etnis

Rohingnya di Bangladesh (periode 1978-2002), Depok: UI, 2010

Puspita, Rani, A. Peranan Aung San Suu Kyi dalam Memperjuangkan Demokrasi

di Myanmar tahun 1988-2012, Bandung: UPI, 2013

Sari, Nurmala. Muslim Rohingnya dan Ham Pasca Kemerdekaan Myanmar 1962-

2008: Analisis Pelanggaran Hak Beragama, Jakarta: UIN, 2009

Syarief, Labib. Keputusan Uni Eropa Mencabut Sanksi Ekonomi dan Politik

Terhadap Myanmar Tahun 2013, Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,

2016

Wakhidah, Nurul. Prinsip Non-Intervensi ASEAN dalam Upaya Penyelesaian

Konflik Rohingnya di Myanmar, Yogyakarta: Universtas Gajah Mada, 2014

Wulandari, Dini, E. dan Saputra, Fitri. Peran Religious Group (Biksu Buddha)

dalam Proses Demokratisasi di Myanmar tahun 2007, Jakarta: Universitas

Paramadina, 2013

Laporan Resmi

Anggaara, Mustavidy dan Waluyo, Tri, Joko. Motivasi Amerika Serikat

Menjatuhkan Embargo Ekonomi Terhadap Myanmar Tahun 2007, diunduh

dari http: // download. portalgaruda. org/article. php?article =185972&

val=6444&title=Motivasi%20Amerika%20Serikat%20Menjatuhkan%20Em

bargo%20Ekonomi%20Terhadap%20Myanmar%20Tahun%202007,

Assistance Association for Political Prisoners of Burma, The Role of Students in

The 8888 people‟s Uprising in Burma, diunduh dari http://aappb. org/wp

/Publications/ The_Role_of_ Students_ in _the _8888 _Peoples _Uprising

_in_Burma.pdf,

Badan Kerjasama Antar-Parlemen DPR RI. Diploasmi Parlemen Indonesia di

Asia Tenggara, [Laporan online], tersedia di

http://www.dpr.go.id/dokakd/dokumen/ diplomasi_ Diplomasi_

Parlemen_Indonesia_di_Asia_Tenggara.pdf,

Page 126: PENGARUH BALI DEMOCRACY FORUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42118...Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

CXIII

Erawan, I Ketut, Putra. Indonesia, diunggah dari https:// freedomhouse .org /sites /

default /files/FH_Demo_Reports_Indonesia_final.pdf,

Freedom House, Freedom in The World 2011, [Laporan online], tersedia di

http://reliefweb.int/sites/reliefweb.int/files/resources/EFA28E3670B830004

925781E000EA6EA-Full_Report.pdf ,

_____________2012, The Arab Uprising and Their Global Repercussions, [buku

on-line] tersedia di https://freedomhouse .org/sites /default /files/

inline_images/ FIW% 202012 %20Booklet--Final.pdf;

_____________2013, Democratic Breaktroughs in The Balance, [buku on-line]

tersedia di https://www.freedomhouse.org /sites/ default/ files/FIW

%202013 %20Booklet.pdf; Internet; diunduh pada Rabu, 07 Desember

2016, pukul 03:57 WIB

_____________2014, The Democratic Leadership Gap, [buku online], tersedia di

https://freedomhouse.org/sites/default/files/FIW2014%20Booklet.pdf,

Halans, Michael dan Nassy, Danitsja. Indonesia‟s Rise and Democracy Promotion

in Asia: The Bali Democracy Forum and Beyond, (Expert Seminar Report,

The Hague 28 Oktober 2013) 7

HRW, Burma: 20 Years After 1990 Elections, Democracy Still Denied, dilihat

dari, https://www.hrw.org/news/2010/05/26/burma-20-years-after-1990-

elections-democracy-still-denied,

http://asean.org/asean/about-asean/overview/, diakses pada Sabtu, 11 Maret 2017

pukul 15.26 WIB.

http://kemlu.go.id/Documents/CS%20BDF%20VI/CHAIRMAN%20STATEMEN

T%20BDF%206.pdf.

http://www.mofa.go.jp/region/asia-paci/indonesia/bdf/state1112.html.

https://www. amnesty.org/ download/ Documents/ 176000/ asa 16 00 81995 en.

pdf.

Inoguchi, Takashi dan Newman, Edward. “Introduction: „Asian Values‟ and

Democracy in Asia,” proceedings of a conference di Hamamatsu, Jepang

(Maret 1997)

International Crisis Group Report, The Dark Side of Transition: Violance Against

Muslims in Myanmar, Brussels: ICG HQ, 2013.

IPD Report, Electoral Visits Program on The Indonesian Parliamentary Election,

[berita online], http://www.ipd.or.id/ election –visit –program –on –the –

indonesian -parliamentary-election.htm,

________, Ethical Journalism and Citizen Media: Giving People a Voice in

Support of Democracy, [berita online] http://www.ipd.or.id/4th-bali-media-

forum-ethical-journalism-and-citizen-media.htm,

Page 127: PENGARUH BALI DEMOCRACY FORUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42118...Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

CXIV

________, Friends of IPD, [berita online], http://www.ipd.or.id/friends-of-

ipd.htm, diakses pada Senin, 03 Juli 2017 pukul 06:29 WIB

________, Indonesia-CLMV Dialogue on State Institusional Reform, [berita

online], tersedia di http://www.ipd.or.id/indonesia-clmv-dialogue-on-state-

institutional-reform.htm, diakses pada Senin, 03 Juli 2017 pukul 06:23 WIB.

________, Peace and Recontciliation Symposium Hailed as Outstanding Succes,

[berita online], tersedia di http://www.ipd.or.id/peace-and-reconciliation-

symposium-hailed-as-outstanding-success.htm, diakses pada Senin, 03 Juli

2017 pukul 06:24 WIB

________, Scoping Missions to Myanmar, [berita online], http://

www.ipd.or.id/scoping-missions-to-myanmar.htm,

________, Visits, [berita online], tersedia di, http://www.ipd.or.id/visits.htm,

________, Workshop and Election Visit Program for The Indonesian Presidential

Election, [berita online], http://www.ipd.or.id/workshop-and-election-visit-

program-for-the-indonesian-presidential-election.htm, diakses pada Senin,

03 Juli 2017 pukul 06:25 WIB

Keane, John Democracy: The Rule of Nobody?, [laporan kerja]; tersedia di

http://www.johnkeane.net/wp-content/uploads/2011/01/rule_of_nobody.pdf

; Internet; diunduh pada Rabu, 30 November 2016, pukul 15.25 WIB.

Kementerian Luar Negeri dan Institute Peace and Democracy, Democracy and

The Promotion of Peace and Stability (Jakarta: Kemlu, 2010)

_______________, Evolving Regional Democratic Archiecture: The Challanges

of Political Development, Public Participation, and Socio-Economic

Progress in The 21st Century (Jakarta: Kemlu, 2014)

_______________, Promoting Synergy between Democracy and Development in

Asia: Prospects for Regional Cooperation “, Jakarta: Kemlu, 2009

________________, Speeches and Proceedings Bali Democracy Forum „Building

and Consolidating Democracy: A Strategic Agenda for Asia‟“, Jakarta:

Kemlu, 2008

Kementerian Luar Negeri. Rencana Strategis Kemlu 2015-2019, tersedia di

Downloads\Documents\RENSTRA KEMENLU 2015 2019 FINAL DONE

220415.pdf, internet; diakses pada Selasa, 04 April 2017, pukul 03.22 WIB.

Purna, Ibnu , dan Yuhardi, dan Johar Arifin. Inisiatif Dan Inspirasi Demokrasi

dalam Bali Democracy Forum, dikutip dari http://www.setneg.go.id/

index.php ?option =com_content&task=view&id=3138,.

The ASEAN Secretariat, ASEAN Political-Security Community Blueprint 2025,

Jakarta: ASEAN Secretariat, 2016

Page 128: PENGARUH BALI DEMOCRACY FORUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42118...Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

CXV

The Border Consortium, Programme Report July to December 2009, Thailand:

TBC, 2010.

___________________, Programme Report July to December 2012, Thailand:

TBC, 2013.

The Internastional Human Right Clinic, Crimes in Burma, Cambridge: University

of Harvard, 2009

UNDP Myanmar, Mappling The State of Local Governance in Myanmar:

Background and Methodology, dikutip dari http://www.themimu.

info/sites/themimu.info/files/ documents/ Background_

Methodology_Local_Governance_Mapping_UNDP.pdf

UNESCO, Education for Sustainable Development Toolkit, France: UNESCO

Workshop, 2006

Yudhoyono, Susilo, Bambang.“Enhancing Democratic Participation in a

Changing World: Responding to Democratic Voices”, dikutip dari

http://www.ipd.or.id/bdf/bali-democracy-forum-iv,.

Artikel Online

Cheng, Christine dan Zaum, Dominik. Selling the Peace? Corruption and Post-

Conflict Peace Building, [Artikel online], tersedia di

http://centaur.reading.ac.uk/23482/1/067_01_ Corruption_ 01. pdf,

Gyi, Mi, Mi. An Analysis of The Parliamentary Democracy System in Myanmar

(1948-1962) [Artikel on-line] (Myanmar: University of Mandalay, 2011);

tersedia di http: //umoar .mu .edu .mm /bitstream/ handle/

123456789/82/An%20Analysis%20of.pdf?sequence=1; internet

Westhuizen, SC Van, Der. Foreign policy, public diplomacy and the media:The

case of South Africa, [Artikel On-line] (South Africa: University of South

Africa, 2014); tersedia di http: //uir. unisa. ac. Za /bitstream /handle /10500/

14434 /dissertation van _der westhuizen sc.pdf?sequence=1,

Tabloid

Han, Khin Kyaw. 1990 Multi-Party Democracy General Elections, Dokumentasi

Democratic Voices of Burma, diungguh dari

http://www.ibiblio.org/obl/docs/1990_elections.htm pada Selasa, 18 April

2017, pukul 04.34 WIB.

Harymurti, Bambang. “BDF Perlu Didukung dengan Pengembangan Peran Civil

Society”, Tabloid Diplomasi, 15 Januari 2013, 11

Natalegawa, Marty “BDF Alami Banyak Kemajuan,” Tabloid Diplomasi, (2013):

12

Tim Redaksi, “Bali Democracy Forum: Membangun Demokrasi dalam Perspektif

Global,” Tabloid Diplomasi, 15 Januari 2013, 08.

Page 129: PENGARUH BALI DEMOCRACY FORUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42118...Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

CXVI

Yudhoyono, Susilo, Bambang. “BDF Paltform Kemitraan Strategis,” Tabloid

Diplomasi, (2013): 8

Berita Online

Foto Bersama Delegasi BDF ke-V, http://www .republika .co.id /berita

/nasional/umum/12/11/08/md5sdm-sby-buka-bali-democracy-forum-2012

http://burmacampaign.org.uk/about-burma/a-biography-of-aung-san-suu-kyi/

http://burmacampaign.org.uk/about-burma/a-biography-of-aung-san-suu-kyi/

http://factsanddetails.com/ southeast- asia/ Myanmar /sub5_5a/ entry -3007. html,

http://new.indonesia.nl/index.php/en/2012-11-26-04-10-03/speeches/275-

opening-statement-by-president-susilo-bambang-yudhoyono-at-the-bali-

democracy-forum-v,

http://uca.edu/politicalscience/dadm-project/asiapacific-region/burmamyanmar-

1948-present/

http://www.history.com/this- day-in- history/ british- troops- liberate- mandalay-

burma

http://www.kemlu.go.id/Documents/BDF%20V%20Chair's%20Statement/The%2

0Fifth % 20Bali% 20Democracy% 20Forum% 20Chair's% 20Statement%

20(OFFICIAL).pdf

http://www.oxfordburmaalliance.org/1962-coup--ne-win-regime.html

https://www.burmalink.org/background/burma/human-rights-violations/human-

rights-reports/,

https://www.crisisgroup.org/asia/south-east-asia/myanmar/dark-side-transition-

violence-against-Muslims-myanmar

IPD Report, 43 ASEAN Delegates Observe Bali Poll and Join Indonesia

Dialogue, [berita online] tersedia di http://www.ipd.or.id/43-asean-

delegates-observe-bali-poll-and-join-indonesia-dialogue.htm,

IPD Report, Workshop on Indonesian and Asian Democratic Transition and

Reform Experiences, [berita online], tersedia di

http://www.ipd.or.id/workshop-on-indonesF(ian-and-asian-democratic-

transition-and-reform-experiences.htm

IPD, Who are We, [data online], tersedia di http://www.ipd.or.id/about-ipd/who-

we-are,

Lynn, Kyaw, Ye. Census data shows Myanmar Muslim population has fallen,

[berita online], http://aa.com.tr/en/asia-pacific/census-data-shows-myanmar-

Muslim-population-has-fallen/612764,

Page 130: PENGARUH BALI DEMOCRACY FORUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42118...Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

CXVII

Mandey, Adrianus. Revolusi Saffron dan Peran Sentral Biksu di Myanmar,

tersedia di http://dunia.news.viva.co.id/news/read/629002-revolusi-saffron-

dan-peran-sentral-biksu-di-myanmar,

MNHRC Reports, Dialogue between MNHRC and Indonesian Delegation,

http://www.mnhrc.org.mm/en/2013/07/dialogue-between-mnhrc-and-

indonesian-delegation-2/

Natalegawa, Marty, dikutip dari http://www.suaramerdeka. com/v1 /index .php

/read/news/2013/01/06/140497/Sembilan-Pokok-Refleksi-dan-Proyeksi-

Diplomasi- Menlu,

Peta Perbatasan China-Myanmar, http:// news. Rakyatku .com /read /41997 /2017

/03/14/puluhan-tentara-myanmar-tewas-oleh-pemberontak-di-perbatasan-

cina

Ramidi, Bali Democracy Forum: Place to Share about Democracy, dikutip dari

http://gres.news/news/politics/102248-bali-democracy-forum-place-to-

share-about democracy / 0/

Sari, Amanda, Puspita. Jatuh Bangun Myanmar Menuju Pemilu Demokratis,

dikuti dari http://www.cnnindonesia.com/internasional/20151107084937-

106-90042/jatuh-bangun-myanmar-menuju-pemilu-demokratis/,

Slaughter, Anne-Maria. International Relations, Principal Theories, dilihat dari

https://www.princeton.edu/~slaughtr/Articles/722_IntlRelPrincipalTheories

_Slaughter_20110509zG.pdf,

Virgianti, Kartika. SBY Berdiskusi Soal Demokrasi di Bali Democracy Forum,

tersedia di http: // www. satuharapan. com /read –detail /read /sby –

berdiskusi -soal-demokrasi-di-bali-democracy-forum

Wawancara antara A.M. Fachir dengan Aji Surya, wartawan Detik News, di sela-

sela persiapan BDF 2013. Dikutip dari

http://news.detik.com/berita/2405453/bali-democracy-forum-kebutuhan-

nasional-dan-internasional,

Yudhoyono, Susilo, Bambang. Indonesia and The World, tersedia di

http://www.kemlu.go.id/en/pidato/presiden/ Pages/ Speech- by- H.E.- Dr.-

Susilo- Bambang-Yudhoyono-President- of- the- Republic- of- Indonesia-

before- the-Indone.aspx,

Wawancara

Hasil wawanara dengan Aleksius Jemadu sebagai Guru Besar Ilmu Hubungan

Internasional. Proses wawancara dilakukan via email pada Rabu, 14 Juni

2017, pukul 14:09 WIB. Transkrip hasil wawancara tertera pada lampiran I

Hasil wawanara dengan Agus Heryana sebagai Kepala Subdit Isu-Isu Aktual dan

Strategis, Direktorat Diplomasi Publik, Kementerian Luar Negeri RI. Proses

Wawancara dilakukan pada tanggal 19 Juni 2017 Pukul 14.00-15.00 di

Page 131: PENGARUH BALI DEMOCRACY FORUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42118...Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

CXVIII

Kementerian Luar Negeri. Transkrip hasil wawancara tertera pada lampiran

II

Hasil wawancara dengan I Ketut Putra Erawan sebagai Direktur Eksekutif

Institute for Peace and Democracy. Proses wawancara dilakukan di via

telepon, pada Rabu, 21 Juni 2017 pukul 15:00-15:45 WITA. Transkrip hasil

wawancara tertera pada Lampiran III

Hasil wawancara dengan Khanisa Krisman sebagai Tim Koordinator Kajian

ASEAN LIPI. Proses wawancara dilakukan di Gedung Widya Graha lantai

11 pada Kamis, 22 Juni 2017 pukul 10:00-11.00 WIB. Transkrip hasil

wawancara tertera pada Lampiran IV

Page 132: PENGARUH BALI DEMOCRACY FORUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42118...Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

CXIX

Lampiran-lampiran

Lampiran I : Wawancara dengan Aleksius Jemadu

Keterangan Email Balasan Wawancara

Hasil Wawancara

Wawancara dengan Prof. Aleksius Jemadu sebagai Guru Besar Hubungan

Internasional. Beliau adalah pengamat hubungan internasional. Proses wawancara

dilakukan via email pada Rabu, 14 Juni 2017, pukul 14:09 WIB.

1. Seberapa efektifkah upaya demokratisasi yang dilakukan BDF ?

Efektivitas upaya demokratisasi harus datang dari dalam negara itu sendiri.

BDF hanya dimaksudkan sebagai forum di mana Indonesia dapat menginspirasi

negara lain untuk meniru apa yang sudah dilakukan di Indonesia seperti pemilu

yang demokratis dan damai, tata kelola keragaman yang menjamin stabilitas dan

meredakan konflik, pertumbuhan ekonomi yang bisa dicapai bersamaan dengan

demokratisasi, militer yang tidak terlibat dalam politik, dsbnya. Jadi, Indonesia

menyediakan forum pertukaran ide dan pengalaman yang menginspirasi negara

lain. Tetapi sifat BDF yang terlalu terbuka dan tidak adanya kriteria yang ketat

untuk peserta bisa mengaburkan makna demokrasi itu sendiri apalagi kalua forum

ini digunakan oleh negara-negara yang justru melanggar demokrasi dan HAM. Itu

tantangannya.

2. Nilai demokrasi seperti apakah yang ingin ditransformasikan oleh

BDF?

Indonesia hanya bisa membagikan pengalaman demokratisasinya dan

setiap negara harus menyesuaikan dengan keadaan di dalam negeri masing-

masing. Point-point penting yang disebutkan di atas bisa menjadi contoh bagi

negara-negara lain.

Page 133: PENGARUH BALI DEMOCRACY FORUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42118...Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

CXX

3. Bagaimanakah relasi antara negara di Asia Tenggara dengan

Myanmar?

Relasi Myanmar dengan negara-negara lain di Asia Tenggara dilakukan

dalam platform ASEAN di mana prinsip non-interference diterapkan. Pendekatan

ASEAN yang “soft” terhadap Myanmar ternyata diperhitungkan oleh Myanmar

dengan kenyataan demokratisasi yang dilakukannya. Meskipun demikian,

demokratisasi lebih ditentukan oleh keinginan dari rakyat di dalam negeri itu

sendiri.

Indonesia masih taat pada prinsip non-interference ASEAN karena yang

dilakukan hanyalah memberikan saran atau masukan bagi Myanmar.

4. Apakah yang melandasi rezim militer seolah tidak usai di Myanmar?

Karena militer belum sepenuhnya percaya kemampuan pemerintahan sipil

untuk mengatasi berbagai konflik yang ada. Karena itu mereka memilih jalan

yang gradual bertahap demi stabilitas dan pembangunan ekonomi. Mereka tidak

bisa serentak menyerahkan semuanya kepada sipil.

5. Apakah peningkatan tersebut dikarenakan partisipasnya dalam BDF?

Partisipasi di BDF bukan factor utama karena keingingan dari dalam

negeri itu yang jadi factor utama. Tekanan dari negara-negara Uni Eropa dan AS

juga tentu dipertimbangkan oleh Myanmar.

Ditinggalkannya rezim militer dan peralihan ke sipil ada kemiripannya

dengan proses demokratisasi di Indonesia tetapi itu terjadi bukan karena mereka

ikut BDF. BDF hanya memberikan inspirasi dan dorongan eksternal untuk proses

yang tumbuh dari rakyat dan pemimpin di negara itu.

Page 134: PENGARUH BALI DEMOCRACY FORUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42118...Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

CXXI

Lampiran II : Wawanara dengan Agus Heryana

Surat Keterangan telah Melakukan Wawancara

Hasil Wawancara

Wawancara dengan Bpk Agus Heryana selaku Kepala Subdit Isu-Isu Aktual

dan Strategis, Direktorat Diplomasi Publik, Kementerian Luar Negeri RI. Sub-

direktorat beliau adalah direktorat yang bertanggung jawab atas penyelenggaraan

BDF. Proses Wawancara dilakukan pada tanggal 19 Juni 2017 Pukul 14.00-15.00

WIB di Kementerian Luar Negeri.

1. Gagasan demokrasi seperti apa yang dibawa oleh BDF?

Pada tahun 2008, satu dekade setelah dimulainya reformasi, Indonesia

memprakarsai penyelenggaraan Bali Democracy Forum (BDF), sebuah forum

antar pemerintah yang bersifat tahunan, inklusif dan terbuka yang membahas

mengenai perkembangan demokrasi, khususnya di kawasan Asia Pasifik.

BDF lahir dari sebuah keyakinan bahwa promosi demokrasi merupakan

sebuah bagian tak terpisahkan dari kebijakan luar negeri Indonesia. BDF

diciptakan guna membantu mewujudkan terbentuknya tata bangun demokrasi

(democratic architecture) yang kokoh di kawasan melalui praktik sharing of

experiences and best practices dengan menganut prinsip-prinsip persamaan,

saling pengertian dan menghargai.

Dalam penyelenggaraan BDF, para peserta dapat membicarakan demokrasi

secara konstruktif terlepas dari political taboo dan standardisasi yang restriktif.

Tingginya tingkat akseptabilitas dan animo partisipan merupakan sambutan positif

terhadap prinsip BDF yang inklusif yaitu menempatkan setiap negara dalam posisi

„unik‟ dan mengedepankan sharing experience dan best practices dalam menggali

prinsip-prinsip dan nilai-nilai demokrasi sesuai dengan kondisi negara masing-

masing.

Hingga saat ini, BDF telah berhasil menjadikan demokrasi sebagai agenda

strategis untuk Asia dalam mewujudkan pembangunan ekonomi dan dan politik

Page 135: PENGARUH BALI DEMOCRACY FORUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42118...Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

CXXII

yang seimbang, menciptakan perdamaian dan stabilitas, serta dapat memajukan

kualitas penerapan hak asasi manusia dan nilai-nilai kemanusiaan di kawasan

yang notabene merupakan tiga pilar penyangga konsep perserikatan bangsa-

bangsa.

2. Bagaimana BDF berpengaruh terhadap Myanmar?

Dengan bantuan Institute for Peace and Democracy (IPD) – implementing

agency BDF, Indonesia banyak memberikan bantuan capacity building bagi

Myanmar di bidang demokrasi, seperti electoral monitoring and visit program

dan berbagai dialog mengenai desentralisasi, demokratisasi, dan peace building.

Kegiatan-kegiatan ini tentu dapat menjadi masukan positif bagi Myanmar dalam

mengembangkan demokrasi di negaranya.

3. Apa yang menjadikan BDF efektif bagi proses transisi demokrasi

Myanmar?

Beberapa kearifan Nusantara turut mewarnai pertukaran tentang demokrasi,

yaitu: (1) Bahwa demokrasi harus tumbuh dan berkembang atas inisiatif internal

(home-grown); (2) Demokrasi menjunjung nilai-nilai pluralisme dan

keberagaman; dan (3) Demokrasi bersifat inklusif.

Tidak ada pemaksaan dan perjanjian yang mengikat dalam BDF sehingga

comfort level negara-negara peserta maupun peninjau cukup tinggi dan dapat

secara efektif memberikan pengaruh yang positif kepada negara-negara yang

berpartisipasi pada BDF.

4. Berapa anggaran yang dibutuhkan untuk menyelenggarakan BDF?

Setiap tahunnya, Pemerintah Indonesia mengeluarkan anggaran sebesar Rp 5

milyar hingga Rp 8 milyar.

Dukungan Indonesia terhadap Myanmar di bidang demokratisasi tidak hanya

melalui BDF semata, namun sejak awal proses demokratisasi di Myanmar,

Indonesia terus melakukan constructive engagement dengan negara tersebut.

5. Adakah indikator keberhasilan BDF dalam menyebarkan norma

demokrasi?

Sulit untuk menilai keberhasilan kebijakan BDF mengingat output dari BDF

berupa Chair‟s Note yang tidak bersifat mengikat. Namun demikian, keberhasilan

demokrasi suatu negara dapat dilihat dari kestabilan suatu negara dari segi

ekonomi, politik, dan kesejahteraan di negara tersebut.

Jumlah Peserta (participants) dan Peninjau (observers) BDF dari tahun ke

tahun selalu menunjukkan angka peningkatan. Hal ini secara tidak langsung

Page 136: PENGARUH BALI DEMOCRACY FORUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42118...Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

CXXIII

menggambarkan bahwa negara-negara tersebut memandang penting

penyelenggaraan BDF oleh Pemerintah Indonesia.

Sebagai sebuah forum yang tidak mengikat, BDF memberikan tempat yang

nyaman bagi negara-negara yang hadir untuk melakukan tukar menukar pemikiran

dan pengalaman mengenai pengembangan demokrasi.

6. Adakah corak demokrasi yang serupa antara Indonesia dengan

Myanmar?

Myanmar adalah bagian Asia Tenggara, ia juga berkutat dengan rezim militer

selama 60 tahun. Pada 2007, terjadi gelombang protes besar-besaran yang

dipelopori oleh para biksu. Tuntutan demokrasi disuarakan. Kemudian,

momentum tersebut berbarengan dengan terselenggaranya BDF yang pertama,

pada 2008. Terkait dengan Myanmar, sudah banyak negara yang mencoba agar

Myanmar mengant demorkasi, seperti Uni Eropa dengan embargo ekonominya

dan Amerika Serikat yang memberikan saran kepada ASEAN.

Selepas tahun 2007, Myanmar mulai serius untuk menanggapi demokrasi.

Mulai dari membuat konstitusi baru, penataan sistem pemilu, pembebasan

tahanan, hingga turut partisipasi dalam BDF.

Terdapat kemiripan antara proses demokratisasi di Indonesia dan Myanmar,

dari rezim yang bersifat otoriter menuju ke pemerintahan yang demokratis.

Melihat hal tersebut, Indonesia layak dijadikan contoh bagi Myanmar dalam

mengembangkan demokrasinya dan melalui BDF yang merupakan forum untuk

sharing experiences, dialog mengenai hal ini dapat terakomodir dengan baik.

Page 137: PENGARUH BALI DEMOCRACY FORUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42118...Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

CXXIV

Lampiran III : Wawancara dengan I Ketut Putra Erawan

Surat keterangan telah melakukan wawancara

Hasil Wawancara

Wawancara dengan Bpk I Ketut Putra Erawan selaku Direktur Eksekutif

Institute for Peace and Democracy (IPD). Beliau menjadi tokoh yang terlibat

langsung dalam setiap bantuan yang diberikan IPD kepada Myanmar. Proses

wawancara dilakukan di via telepon, pada Rabu, 21 Juni 2017 pukul 15:00-15:45

WITA.

1. Bagaimana hubungan IPD dengan Kemlu ?

Awalnya IPD dibuat oleh Kemlu atau IPD merupakan lembaga negara.

Tapi sejak 2015 IPD telah menjadi lembaga independen atau think-tank yang

fokus pada inspiring dan engage democracy. Sejak 2015 kita menjadi yayasan

yang mana gerak dalam membantu demokrasi bisa semakin dinamis.

2. Bagaimana Relasi IPD dengan Myanmar?

Kita pernah berkunjung ke Myanmar dan mengadakan pelatihan bersama

School of Peace, democracy, and development, yang bertempat di CSIS Myanmar

dan Myanmar Development and Research Institute (MDRI). Terkait bantuan

transisi demokrasi, kita tidak hanya hadir menawarkan bantuan, namun mereka

juga meminta kepada kita agar hadir di sesi-sesi pelatihan demokrasi.

3. Apakah relasi dan bantuan yang diberikan IPD adalah kelanjutan

dari BDF?

Iya tentu, itu menjadi kelanjutan dari BDF. Pada salah satu momen BDF,

perwakilan Myanmar mendatangi Kemlu dan meminta agar kita membantu proses

transisi demokrasi Myanmar, melalui pelatihan. Karena BDF forum yang tidak

menghasilkan kesepakatan secara institusional, maka tindak lanjutnya adalah

kebijakan bilateral, namun lahir dalam platform BDF.

Page 138: PENGARUH BALI DEMOCRACY FORUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42118...Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

CXXV

BDF itukan membicarakan tentang demokrasi. Ide-ide dan persoalan yang

muncul dalam BDF itu merespon ke apa yang tepat, dan itulah yang akan kita

translate menjadi program kerja IPD.

4. Apakah BDF berhasil mengajak negara lain untuk membantu proses

transisi demokrasi Myanmar?

Saya akan mulai dari pola kerja BDF. Selama forum resmi berlangsung,

setiap delegasi mendengarkan bagaimana praktik demokrasi berlangsung di

negaranya masing-masing. Di sela-sela BDF itulah para delegasi saling bertemu

dan kita harus ingat kalau di BDF ada negara yang membutuhkan bantuan

demokrasi dan ada pula yang ingin membantu penegakan demokrasi. Mereka

berdua akan saling berkomunikasi kemudian mendekati IPD untuk realisasi hasil

diskusinya. Bantuanya pun variatif, mulai dari sharing experiences, finansial,

fasilitas, dan sebagainya.

5. Bagaimana pola bantuan yang diberikan IPD?

Sangat banyak cara yang ditawarkan IPD dalam menawarkan bantuan,

karena terkadang bukan hanya Indonesia yang terlibat di dalamnya. Banyak

negara yang menawarkan fasilitas dan banuan, tapi kalau Indonesia sendiri pola

bantuannya adalah learning by doing. Selain itu, pola bantuan IPD berangkat dari

kebutuhan Myanmar. Jadi awalnya kita melakukan pertemuan dan menanyakan

need assessment. Kemudian, kita tanya apa yang kurang, apa yang sudah

diberikan oleh negara lain., apa yang diperlukan, inilah kita masuk pada tahapan

scoping mission. Perlu diingat kalau IPD juga mengajak berbagai elemen di

Indonesia untuk terlibat, seperti kampus, think-tank, KPU, Media, dan masih

banyak lagi. Setelah itu kita melakukan dialog, pada fase inilah bantuan yang kita

tawarkan menyesuaikan dengan kebijakan Myanmar. Setelah itu barulah kita

menentukan treatment-nya.

Bantuan yang diberikan IPD kepada Myanmar kurang-lebih terhitung 5

tahun sebelum 2017. Perlu dicatat bahwa tidak hanya Myanmar yang belajar,

Indonesia juga belajar tentang demokrasi di setiap bantuannya. Kita pernah

mengajak mereka untuk menyimak proses pemilu di Indonesia, mulai dari awal

hingga akhir. Kemudian, kita mengadakan simulasi di gedung IPD, kita berdiskusi

tentang potensi masalah yang akan muncul pasca pemilu dan sebagainya. Kita

mengajak tokoh yang kompetensi pada bidangnya di setiap pelatihannya.

Poin yang perlu diperhatikan adalah harus dibedakan antara memberi

pengaruh dengan merubah. Apa yang dilakukan oleh IPD itu memberikan

pengaruh, melalui pelatihan, workshop, dan lain-lain. Sedangkan, sekembalinya

mereka ke Myanmar, apakah ilmu yang didapat akan diterapkan atau tidak, itu

menjadi urusan mereka. Jadi lebih tepatnya, kita memberikan pengaruh dengan

membantu bukan dengan merubah sistem pemerintahan mereka menjadi

membantu.

6. Bagaimana konstruktivisme melihat peran BDF dalam membantu

transisi demokrasi Myanmar?

Untuk menjawab pertanyaan itu, pertama bisa dikatakan dari metode yang

kita gunakan itu tepat dan realistis. Kita menjelaskan suka-duka demokrasi

Page 139: PENGARUH BALI DEMOCRACY FORUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42118...Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

CXXVI

Indonesia, kita pun menjelaskan kalau dari sekian percobaan demokrasi, nyatanya

banyak yang gagal. Dari situ tumbuh trust Myanmar kepada Indonesia.

Kedua, metode kita melibatkan mereka dalam aktifitas. Kita selalu

mengajak Myanmar untuk terlibat dalam setiap proses yang berkaitan dengan

demokrasi. Kita pernah mengajak mereka untuk hadir dalam pemilu di Indonesia,

tapi tidak cuma hari H-nya saja. Ketika KPU rapat, berdebat, menghasilkan solusi,

kita pun juga mengajak mereka.

Konstruktivisme melihat sejarah sebagai konteks. Jadi dengan trust dan

bantuan yang diberikan, pada akhirnya harus sesuai dengan konteks Myanmar.

saya kira bagaimana IPD bekerja sangatlah konstruktivis. Tidak seperti

pendekatan konstruksi ide biasanya, kita tidak sekedar melempar ide demokrasi ke

ASEAN, lalu ASEAN mempromosikannya agar diterapkan oleh Myanmar. Ide-

ide yang telah kita lemparkan, juga kita re-judge atau kita telaah kembali sesuai

dengan kebutuhan mereka.

Saya percaya dengan proses dan pembelajaran untuk membuat program

bantuan demokrasi. Kita gak mungkin buat kebijakan tanpa belajar dan gak

mungkin tanpa mengetahui proses dari keseluruhan aspek.

7. Bagaimana respon Myanmar terhadap bantuan yang diberikan oleh

IPD?

Mereka sangat senang dan terbuka. Inilah yang menjadi nilai lebih BDF,

bahwa pendekatan dialog dan sharing experiences membentuk trust. Ketika

kepercayaan telah terbangun, bagi mereka bantuan apapun yang diberikan oleh

kita tidak akan dikira sebagai intervensi.

Suatu waktu, kita pernah berencana mendatangkan 35 orang dari Myanmar

untuk mengikuti pelatihan di Indonesia, dan semuanya kita akomodasi. Tapi

mereka datang dengan 55 orang, yang 20 orangnya datang dengan akomodasi

Myanmar. Banyak juga pelatihan-pelatihan lainnya yang perwakilan mereka

datang dengan biaya sendiri. Selain itu, kita juga merancang sedemikian rupa agar

bantuan yang diberikan melibatkan masyarakat sipil Myanmar.

IPD pernah diskusi militer degan Indonesia. Dan salah satu peserta

delegasinya sekarang menjadi menteri perbatasan. Ketika NLD menang, banyak

yang menjadi pejabat, kebanyakan dari mereka dalah yang pernah ikut pelatihan

bersama IPD, ada yang jadi jubir Aung San, gubernur, parlemen. Kita menemukan

kemiripan iya, tapi tidak bisa kita klaim bahwa itu ide dari kita. Begitu pun

dengan pola desentralisasinya. Mereka menyambut dengan antusias segala

bantuan dari kita

Page 140: PENGARUH BALI DEMOCRACY FORUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42118...Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

CXXVII

Lampiran IV : Wawancara dengan Khanisa Krisman

Hasil Wawancara

Wawancara dengan Ibu Khanisa Krisman selaku Koordinator Tim Kajian

ASEAN Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Kapabilitasnya adalah

sebagai pengamat demokrasi Asia Tenggara Proses wawancara dilakukan di

Gedung Widya Graha lantai 11 pada Kamis, 22 Juni 2017 pukul 10:00-11.00

WIB.

1. Bagaimana anda melihat relasi BDF dengan demokrasi berdasarkan

perspektif Konstruktivisme?

Kalau melihat dari perspektif konstruktivisme, kita harus melihat segala aspek.

Karena asumsi utamanya everything is constructed. BDF memang sebuah forum

dan dalam kajian internasional, setiap pertemuan memiliki tingkatannya masing-

masing. Tidak seperti summit yang menuntut untuk lahirnya kesepakatan pasca

acara tersebut. Karena tingkatannya forum, maka BDF sifatnya casual dan santai.

Poin pentingnya adalah melalui BDF ini semua negara bisa duduk bersama tanpa

membedakan sistem pemerintahan dan gaya demokrasinya.

2. Bagaimana jika BDF dibandingkan dengan forum-forum lainnya?

Kalau kita melihat Asian Regional Forum (AFR), hampir sama dengan BDF.

Tampilannya casual dan cair, namun karena forumnya yang santai biasanya

delegasi yang didatangkan tidak terlalu hi-rank. BDF pun sebenarnya setingkat

menteri. Kalau kepala negara, biasanya pembicaraannya bersifat general, namun

follow up ke negaranya cenderung lebih ketimbang yang hadir bukan kepala

negara.

3. BDF digagas pada 2008 setahun pasca Revolusi Saffron di Myanmar.

bagaimana anda melihat momentum tersebut?

Tahun 2000an Myanmar mengeluarkan kebijakan seven-step road map to

democracy. Perlu ditinjau ulang apakah demokratiasai di Myanmar adalah

menghapuskan peran militer atau justru menginstitusionalisasikan peran

Myanmar.

Kalau saya melihat demokratisasi yang terjadi di Myanmar, tidak seperti Arab

Spring yang terjadinya secara bottom-up. Demokrasi Myanmar cenderung top-

down. Buktinya adalah ketika Myanmar mengadakan pemilu, justru junta militer

sendiri itulah yang melanggar pemilu tersebut. Demokratisasi seperti inilah yang

perlu dipertanyakan.

4. Apakah BDF berperan penting terhadap demokratisasi Myanmar?

Sejauh ini saya belum melihat pengaruh signifikan yang diberikan BDF

kepada Myanmar. Namun, kita bisa lihat pengaruhnya kalau kita sedikit merubah

sudut pandangnya. Jika kita berangkat dari demokrasi Myanmar, maka BDF akan

menjadi pion yang sangat kecil sekali. Tetapi, jika kita melihat dari BDF dan

mekanismenya, maka kita bisa melihat pengaruh yang cukup signifikan. Penting

Page 141: PENGARUH BALI DEMOCRACY FORUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42118...Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

CXXVIII

atau tidaknya, kita juga bisa lihat dari statement yang disampaikan oleh Myanmar

terkait atau pun ketika BDF. Kalau Myanmar menyampaikan sharing

experiences-nya di BDF, bisa jadi Myanmar merasa bahwa BDF adalah sebuah

stage dimana ia menunjukkan kepada dunia internasional bahwa ia telah

menjalankan demokrasi. Sehingga, seberapa sering Myanmar mengikuti BDF

menjadi indikasi tersendiri seberapa penting forum tersebut baginya.

Komitmen Myanmar terlibat BDF harus dikawal dengan baik prosesnya dan

Indonesia menjadi negara yang vocal untuk membantu proses tersebut. Partisipasi

Indonesia untuk membantu Myanmar tidak lepas dari semangat Indonesia untuk

menuntut perubahan ASEAN melalui norma-norma demokrasi yang diusungnya

melalui APSC.

5. Bagaimana peran Indonesia untuk menegakkan demokrasi di

ASEAN?

Seluruh negara di Asia Tenggara memiliki hubungan yang istimewa. Relasi

tersebut hadir karena norma-norma yang dipahami oleh ASEAN, seperti norma

non-intervensi. ASEAN menjadi payung bagi negara anggotanya agar mereka bisa

menjalankan proses bernegaranya dengan tenang. Indonesia sebagai penggagas

APSC, secara tidak langsung harus menerima konsekuensi bahwa ia menjadi role

model demokrasi di Asia Tenggara, sekaligus negara yang paling kapabel untuk

menegur pelanggaran demokrasi.

Hal yang menarik adalah negara-negara di Asia Tenggara justru tidak

mengindahkan norma tersebut. ASEAN seringkali mengeluarkan saran karena

non-intervensinya, ASEAN tidak bisa mengeluarkan resolusi yang memaksa,

justru cara negara Asia Tenggara memahami norma non-intervensi belum sampai

pada tingkat penghotmatan terhadap saran-saran tersebut.

.